Ceritasilat Novel Online

Lembah Tiga Malaikat 15

Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id Bagian 15


berotak cerdas." Tapi setelah mendengar pembicaraan antara Khong Bu siang dengan Nyoo Hong
leng tersebut, seketika itu juga hatinya merasa seakan-akan tenggelam dan diberi
beban seberat ribuan kati yang menindih tubuhnya, tanpa sadar peluh dingin
mengucur keluar membasahi seluruh badannya.
618 Berada dalam keadaan seperti ini, dia tak berani berdiam terlalu lama lagi di
situ, dengan cepat ia memburu di belakang gadis berambut panjang tersebut.
Di luar ruangan tiada cahaya lampu, suasana gelap gulita tak nampak setitik
cahaya pun. Dengan langkah sempoyongan Buyung Im seng menerjang keluar dari dalam
ruangan, karena terburu nafsunya, tak bisa dihindari lagi, dia menubruk ke dalam
rangkulan si nona berambut panjang itu.
Buru-buru gadis itu memayang bangun tubuh Buyung Im seng seraya berkata
pelan : "Tak nyana nyalimu begitu kecil, coba lihat saking takutnya tubuhmu sudah
bermandi keringat." Ternyata pipi kanannya kebetulan menyentuh ditangan kiri si nona yang sedang
membereskan rambut hingga air keringat membasahi jari tangan gadis tersebut.
Buyung Im seng mendengus dingin sambil mundur dua langkah, katanya :
"Maaf !" Tapi ia segera merasa punggungnya kembali dipegang orang sehingga badannya
bisa tegak kembali. Rupanya karena terlampau tergesa-gesa, lagi-lagi dia menumbuk tubuh Nyoo Hong
leng yang kebetulan sedang memburu keluar dari dalam ruangan.
Tak usah berpaling lagi Buyung Im seng sudah tahu siapakah gerangan orang yang
berada di belakangnya, dengan cepat dia segera menghindarkan diri ke samping.
Tampak sebuah tangan yang halus dan lembut mengulur ke depan dan
menyekakan air keringat di atas wajahnya.
Semua peristiwa itu berlangsung hanya di dalam sekejap mata, kedua belah pihak
sama-sama tidak mengucapkan sepatah katapun.
oooOooo Tiba-tiba terdengar nona berambut panjang itu berkata.
"Jalanan yang akan kita lalui berikut ini gelap sekali, mari ku gendong kalian
untuk melewatinya !"
Tampaknya didalam hati perempuan itu sama sekali tiada ingatannya untuk
membedakan antara lelaki dan perempuan, tanpa menunggu Buyung Im seng
menyelesaikan kata-katanya dia segera menggenggam pergelangan tangan kiri
Buyung Im seng dan berjalan ke depan.
Baru saja Buyung Im seng hendak meronta dan melepaskan diri dari cekalan,
tangan kanannya telah digenggam pula oleh Nyoo Hong leng sembari berbisik :
"Ikuti saja kemana dia pergi !"
Nona berambut panjang itu menarik Buyung Im seng melakukan perjalanan cepat
ke depan. 619 Lorong tersebut masih tetap gelap gulita, Buyung Im seng serta Nyoo Hong leng
tak mampu melihat jelas keadaan di depan sana, tapi nona berambut panjang itu masih
saja melakukan perjalanan cepat, sedikitpun tiada bermaksud untuk berhenti.
Setelah membeloki dua buah tikungan, mendadak nona berambut panjang yang
berjalan dimuka itu menghentikan langkahnya secara tiba-tiba.
Perempuan itu berhenti secara tiba-tiba dan sebelumnya sama sekali tidak
memberi tanda apa-apa, tak bisa dicegah lagi Buyung Im seng segera menumbuk di
atas badan nona berambut panjang itu.
Kejadian itu kontan saja membuat Buyung Im seng merasa amat menyesal, tapi
nona berambut panjang itu seperti tak merasakan hal itu, bisiknya lirih :
"Kalian berhenti di situ, jangan bergerak, aku akan membukakan pintu."
Berbicara sampai di situ, dia lantas melepaskan genggamannya pada pergelangan
tangan kiri Buyung Im seng.
Suasana di dalam lorong itu kelewat gelap, sedemikian gelapnya sehingga Buyung
Im seng tak dapat menyaksikan gerak gerik si nona berambut panjang yang cuma
berada beberapa depa dihadapannya itu, tapi di dalam perasaannya dia nampak
gadis itu seperti lagi berjongkok.
Lalu terdengar suara gemerincingan yang amat nyaring berkumandang
memecahkan keheningan, disusul serentetan cahaya tajam memancar masuk ke
dalam lorong itu. Ketika dia mencoba untuk mengamati kembali suasana di depan, dilihatnya nona
berambut panjang itu sedang membuka sebuah pintu.
Ketika Buyung Im seng menyaksikan gadis itu seakan-akan kepayahan, ia segera
turut berjongkok sambil berkata :
"Bagaimana kalau kubantu usaha nona ?"
Dengan cepat nona berambut panjang itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Pekerjaan semacam ini bukan pekerjaan yang menggunakan tenaga, tak perlu kau
bantu." Setelah ketanggor batunya, Buyung Im seng segera mengundurkan diri ke samping
dan tak banyak bicara lagi.
Tampak nona berambut panjang itu membuka pintu itu setinggi tiga depa ke atas,
kemudian sambil menghentikan gerakannya dia berkata : "Cepat membungkukkan
badan dan menerobos masuk."
Nyoo Hong leng dan Buyung Im seng menurut, mereka segera membungkukkan
badan dan menerobos masuk ke dalam.
Pemandangan di luar pintu itu nampak sekali tidak berubah.
Tempat itupun merupakan sebuah lorong yang panjang sekali, hanya saja setiap
jarak empat kaki tampak sebuah lampu lentera model keraton memancarkan
sinarnya, terang. 620 Dengan sangat berhati-hati sekali nona berambut panjang itu menurunkan kembali
pintu tadi, kemudian baru berkata :
"Kalian ikuti saja di belakangku, entah perubahan apapun yang bakal terjadi,
lebih baik jangan banyak bicara ataupun turut menimbrung."
Lalu dia mengambil seutas tali berwarna putih dari dalam sakunya dan
melanjutkan : "Silahkan kalian membelenggu tangan sendiri, tapi harus dibelenggu sedemikian
rupa sehingga orang lain sama sekali tidak tahu kalau tali itu bisa dibuka
setiap saat." Nyoo Hong leng menyambut tali itu dan mengikatnya menjadi beberapa macam
simpul hidup, kemudian diikatkan pada sepasang tangan Buyung Im seng dan
tangannya sendiri. Nona berambut panjang itu memeriksa sekejap tali simpul mana, lalu berkata :
"Sekarang, mari kita berangkat !"
Selesai berkata, dia lantas beranjak pergi dulu ke depan.
Nyoo Hong leng serta Buyung Im seng segera jalan berunding mengikuti di
belakang gadis tersebut. Setelah melalui sebuah lentera lagi, kali ini mereka belok ke lorong sebelah
kanan. Tampak seorang kakek berjubah hijau duduk di atas sebuah kursi kayu
menghalangi jalan pergi mereka.
Kakek itu berwajah membesi sedemikian hijaunya hingga mirip dengan warna
pakaiannya, cukup memandang wajahnya yang hijau, orang sudah merasa ngeri
rasanya. Tampak dia mengalihkan sorot matanya memandang ketiga orang itu, memandang
dengan sorot mata yang dingin, sementara mulutnya membungkam dalam seribu
bahasa. Dengan langkah pelan nona berambut panjang itu berjalan ke depan kakek
berjubah hijau itu, setelah menjura dalam-dalam, dia mengucapkan sesuatu dengan
nada yang lirih. Kakek berjubah hijau manggut-manggut, dia memandang sekejap ke atas tali
temali di atas tangannya Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng, kemudian sesudah
mengangguk kembali, matanya segera dipejamkan.
"Kemarilah kalian." nona berambut panjang itu segera mengulapkan tangannya.
Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng menurut dan segera melangkah ke depan dan
mengikuti di belakang nona berambut panjang itu.
Kembali mereka membelok suatu tikungan, mendadak Buyung Im seng buka suara
sambil berkata : "Kakek itu berwajah keren dan penuh wibawa, tentunya kedudukan yang di pangku
dalam kota batu ini tinggi sekali."
621 "Dia mempunyai raut wajah yang istimewa, bagi orang yang seringkali melakukan
perjalanan dalam dunia persilatan, dalam sekilas pandangan saja sudah dapat
mengenalinya." "Sayang sekali waktuku melakukan perjalanan di dunia persilatan belum terlalu
lama, belum pernah kudengar nama orang ini."
Nona berambut panjang itu segera mendengus dingin.
"Hmm, tampaknya kau sama sekali tak berpengetahuan apa-apa, masa Cing bing
giam ong (Raja akhirat berwajah hijau) pun tidak kau ketahui."
Buyung Im seng tertawa hambar.
"Terima kasih banyak atas petunjukmu."
Sementara pembicaraan berlangsung, mendadak nona berambut panjang itu
berhenti, lalu sambil menuding ke depan katanya.
"Di ujung lorong sana terdapat sebuah pintu batu, di atas pintu tertulis "Kamar
tahanan nomor satu", disitulah tempat tinggal Buyung Tiang kim, kalian pergilah
sendiri !" "Mengapa kau tidak mengajak kami ke situ ?" tanya Nyoo Hong leng dengan cepat.
"Aku toh tidak bermaksud untuk menjumpai Buyung Tiang kim, mengapa harus
mengikuti kalian untuk pergi menyerempet bahaya ?"
Sebenarnya Buyung Im seng telah beranjak pergi, ia segera berhenti setelah
mendengar perkataan itu, serunya:
"Menyerempet bahaya " Menyerempet bahaya apa " Masa ayahku sudah tak waras
otaknya sehingga sering melukai orang ?"
"Buyung Tiang kim masih berada dalam keadaan baik-baik, tapi si pengemis tua
yang gemar bermain ular benar-benar menjemukan, ia berdiam di kamar tahanan
nomor tiga persis di depan kamar Buyung Tiang kim, sering kali melepaskan ular
untuk menakut-nakuti orang."
"Oooh, kiranya begitu." Buyung Im seng berseru tertahan. "tapi dengan
mengandalkan kepandaian silat yang nona miliki, masakah kau akan takut untuk
menghadapi seekor ular ?"
"Siapa bilang cuma seekor " Kecuali pengemis tua itu, dalam ruangannya penuh
dengan kawanan ular."
Setelah berhenti sejenak, sambungnya lagi :
"Kalian hanya memiliki waktu selama seperminuman teh saja, mengapa tidak
segera pergi " Bila waktunya ditunda-tunda lagi, mungkin untuk berjumpa muka
saja tak bisa." Mendengar itu Buyung Im seng segera berpikir :
"Setelah kau mengajakku kemari, pergi atau tidak pergi, bukan kau yang bisa
mengendalikannya." 622 Berpikir demikian, dia lantas beranjak pergi dengan langkah lebar.
Ketika Nyoo Hong leng mendengar ada ular, timbul perasaan takut pula di dalam
hatinya, maka dia lantas berjalan ke sebelah kanan Buyung Im seng...
Buyung Im seng yang terbayang sebentar lagi akan berjumpa dengan ayahnya dan
pelbagai teka teki akan segera terpecahkan, dalam hatinya entah harus merasa
girang atau murung, pedih ataukah girang..."
Tiba di ujung lorong tersebut, betul juga disamping kiri dan kanan masing-masing
terdapat sebuah pintu batu, sedangkan di sebelah kanan bertuliskan kamar
tahanan nomor satu, sedangkan di sebelah kiri merupakan kamar tahanan nomor
tiga, segala sesuatunya persis seperti apa yang dikatakan gadis berambut panjang
itu. Baru saja Buyung Im seng hendak mengetuk pintu nomor satu, mendadak dari
balik kamar nomor tiga berkumandang suara teguran yang amat dingin bagaikan
es : "Siapa di situ ?"
"Aku !" "Aku sudah tahu kalau kau, siapakah kau ?"
"Aku Buyung Im seng !"
Tampak pintu ruangan nomor tiga dibuka orang, lalu muncul seorang manusia
aneh berambut kusut dan berpakaian compang camping di atas badannya
melingkar dua ekor ular raksasa sebesar cawan air teh, kepala ular itu melongok
keluar dari balik ruangan sambil menjulurkan lidahnya yang merah, sedangkan di
belakangnya nampak pula banyak sekali kepala ular yang saling berebut melongok
keluar. Tampaknya apa yang dikatakan nona berambut panjang sebagai seisi ruangan
penuh dengan ular bukan cuma omong kosong belaka.
Tampak sepasang mata yang memancarkan cahaya tajam memancar keluar dari
balik wajah yang penuh bercambang, setelah mengawasi Buyung Im seng beberapa
saat, ia berkata : "Apakah kau bukan datang kemari sebagai mata-mata " Kuku garuda dari kota
batu ?" Dengan cepat Buyung Im seng menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Bukan, aku datang untuk menengok keluargaku."
"Kau datang menengok siapa ?"
"Buyung Tiang kim"
"Apa hubunganmu dengannya ?"
"Dia adalah ayahku."
"Aku rasa di kolong langit tak mungkin ada orang yang menyaru menjadi anak
orang lain. Kalau begitu ketuklah pintu !"
623 Selesai berkata dia lantas masuk kembali ke dalam ruangan dan... "Blaamm"
menutup kembali pintu kamarnya.
Buyung Im seng segera mendekati kamar tahanan nomor satu dan mengetuk
pintunya. Tak selang berapa saat kemudian, pintu ruangan itu baru pelan-pelan dibuka.
Tampak seorang kakek berbaju hijau berambut putih berdiri di depan pintu sambil
bertanya : "Kalian berdua hendak mencari siapa ?"
Buyung Im seng menatap kakek itu beberapa saat, lalu balik bertanya pula :
"Apakah locianpwe adalah Buyung Tiang kim ?"
Kakek berbaju hijau itu mengangguk pelan.
"Ya, betul, akulah Buyung Tiang kim, kau adalah...."
"Menjumpai ayah," buru-buru Buyung Im seng menjatuhkan diri ke atas tanah dan
memberi hormat. Terlintas rasa heran dan tercengang di atas wajah kakek berbaju hijau itu, namun
hanya sekilas pandangan belaka, kemudian dengan cepatnya telah pulih kembali
seperti sedia kala. "Kau adalah..."
"Aku adalah Buyung Im seng."
"Ooh, masuklah lebih dulu, kita berbincang-bincang pelan di dalam ruangan saja."
kata kakek itu lebih jauh.
Buyung Im seng segera bangkit berdiri dan melangkah masuk ke dalam ruangan
itu. Nyoo Hong leng segera menyusul di belakang Buyung Im seng turut masuk pula ke
dalam. Pelan-pelan kakek berbaju hijau itu merapatkan pintu ruangannya dan berjalan
menuju ke sebuah pembaringan batu dekat dinding ruangan dengan langkah
sempoyongan, kemudian duduk di situ.
Selama ini Nyoo Hong leng hanya mengawasi semua gerak geriknya dengan
seksama, melihat orang itu sukar untuk berjalan atau melangkah seakan-akan
segenap kepandaian silat yang dimilikinya telah punah, hal mana membuat hatinya
semakin terperanjat, pikirnya :
"Seandainya ilmu silat yang dimilikinya telah punah, maka sudah jelas bukan
suatu masalah yang gampang untuk menolongnya meninggalkan tempat ini..."
Sementara itu air mata telah bercucuran membasahi seluruh wajah Buyung Im
seng, dalam keadaan seperti itu pada hakekatnya dia tak sempat untuk
memperhatikan gerak gerik si kakek itu lagi.
Setelah duduk tenang di atas pembaringannya, kakek berbaju hijau itu baru
mengalihkan sorot matanya ke wajah Nyoo Hong leng, kemudian tegurnya lirih :
624

Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nona adalah...."
"Boanpwe Nyoo Hong leng, dengan saudara Buyung adalah sahabat karib,
hubungan kami melebihi hubungan saudara sendiri," sambung Nyoo Hong leng
cepat. Kakek berbaju hijau itu manggut-manggut.
"Oooh, rupanya begitu ?"
Mendadak Nyoo Hong leng merubah wajahnya menjadi amat serius sekali,
kemudian dengan bersungguh-sungguh dia menegur.
"Locianpwe, benarkah kau adalah Buyung tayhiap yang sedang kami cari-cari ?"
Sejak mengalami banyak pengalaman pahit dan percobaan-percobaan yang penuh
rintangan, Buyung Im seng berubah pula menjadi orang yang sangat berhati-hati,
begitu mendengar suara teguran Nyoo Hong leng yang bernada curiga, segera itu
juga timbul kewaspadaan di dalam hatinya, dengan cepat dia mendongakkan
kepalanya dan berusaha keras menenangkan hatinya yang bergolak keras.
Begitu kepala didongakkan dia lantas menyaksikan si kakek berbaju hijau itu
sedang duduk di atas pembaringan sambil mengelus jenggot panjangnya yang
terurai sepanjang dada, dia termenung dan membungkam seribu bahasa.
Tampaknya pertanyaan yang diajukan oleh Nyoo Hong leng tersebut telah
membuatnya menjadi serba salah sehingga tak sanggup untuk menjawab lagi.
Tiba-tiba Buyung Im seng merasa curiga pula, dengan wajah serius dia pun
bertanya : "Locianpwe, sebenarnya kau adalah Buyung Tiang kim atau bukan ?"
Pelan-pelan kakek berbaju hitam itu mendongakkan kepalanya dan membuka lebar
sepasang matanya yang sayu, seperti menjawab bukan menjawab, dia berkata :
"Kau adalah putra Buyung Tiang kim ?"
"Benar, bilamana locianpwe bukan Buyung Tiang kim, aku harap kau suka
berbicara terus terang saja, daripada mendatangkan bencana pembunuhan yang
mengerikan." Tiba-tiba kakek berbaju hijau itu mendongakkan kepala dan tertawa terbahakbahak.
"Haah, haah, haaah, semenjak lohu disekap di sini, aku sudah tidak mengetahui
perubahan waktu maupun cuaca, kecuali bersantap, pada hakekatnya keadaanku
tak ubahnya seperti sesosok mayat berjalan, aku sudah tidak mempunyai
kegembiraan untuk hidup lebih lanjut di dunia ini, seandainya kau ingin
menggertak aku dengan ancaman jiwa, haaah, haaah, haaah, kuanjurkan
kepadamu lebih baik ganti saja dengan cara lain, karena lohu bukan seorang
manusia yang takut menghadapi kematian lagi."
Buyung Im seng menjadi tertegun.
625 "Kalau kudengar pembicaraan locianpwe, agaknya kau sudah mengakui kalau
dirimu bukan Buyung Tiang kim ?"
Kakek berbaju hijau itu segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Lohu toh belum pernah menerangkan kalau aku adalah Buyung Tiang kim ?" dia
balik berkata. Buyung Im seng segera berkerut kening.
"Seandainya kau bukan Buyung Tiang kim, tentu saja kau tak akan mengetahui
semua persoalan yang pernah dialami oleh Buyung Tiang kim dimasa lampau
bukan ?" Dengan sorot mata setajam sembilu, kakek berjubah hijau itu menatap wajah
Buyung Im seng lekat-lekat, kemudian menggelengkan kepalanya berulang kali,
katanya sambil menghela napas panjang :
"Perduli apakah aku adalah Buyung Tiang kim atau bukan, asal kau adalah putra
Buyung Tiang kim, hal mana sudah lebih dari cukup."
"Boanpwe tidak memahami maksud dari perkataan locianpwe tersebut" kata
Buyung Im seng dengan wajah tertegun.
Kakek berbaju hijau itu manggut-manggut katanya :" jauh dari ribuan li kau
datang kemari, entah berapa banyak penderitaan dan siksaan yang telah kau alami
sebelum berhasil menemukan tempat ini, yang jelas tindakanmu itu sudah
mencerminkan jiwa kebaktianmu kepada orang tua, asal kau punya ingatan untuk
berbakti saja, hal mana sebetulnya cukup."
Kemudian setelah menghembuskan napas panjang, sambungnya lebih lanjut :
"Sekarang.... kau telah menyampaikan rasa baktimu itu, aku anjurkan lebih baik
janganlah berdiam terlalu lama lagi di sini."
Perubahan yang terjadi sama sekali di luar dugaan namun dia tak pernah
menyangka bakal terjadinya banyak perubahan di luar dugaan, namun dia tak
pernah menyangka bakal dihadapkan dalam situasi seperti ini.
Untuk sesaat lamanya dia berdiri tertegun di tempat semula dan tidak tahu apa
yang mesti dilakukan untuk menghadapi perubahan semacam itu.
Pelan-pelan Nyoo Hong leng menggerakkan tangannya untuk menyeka air mata
yang membasahi wajah Buyung Im seng, setelah itu ujarnya dengan lembut :
"Tenangkan dulu hatimu, beristirahatlah lebih dulu, biar aku yang
berbincangbincang dengan locianpwe ini."
Buyung Im seng menghela napas panjang, dia segera mengundurkan diri ke
samping. Dengan sorot mata yang jeli, Nyoo Hong leng mengawasi wajah Buyung Tiang kim
lekat-lekat kemudian pelan-pelan berkata :
"Locianpwe, perduli kau adalah Buyung Tiang kim yang sebenarnya ataukah
bukan, tapi dia adalah putra Buyung Tiang kim yang sesungguhnya dan
mempunyai banyak persoalan yang hendak dibicarakan, berbeda sekali dengan
aku." 626 "Kenapa dengan kau ?"
"Aku tidak mempunyai kekuatiran apa-apa, aku bisa berbicara dengan bebas, dapat
pula bertindak sesuai dengan kehendak hatiku sendiri..."
Kakek berjubah hijau itu tertawa hambar.
"Baik, lohu siap mendengarkan perkataanmu itu" katanya.
"Andaikata kau bukan Buyung Tiang kim, aku berharap kau suka memahami
bagaimanakah beratnya dia menderita dan bersusah payah mencari ke tempat ini,
kebaktiannya sangat mulia dan jiwanya pun dijadikan sebagai taruhan dari
perbuatannya itu, maka kuharap kau sukalah tahu diri dan berbicara keadaan yang
sesungguhnya." Agaknya kakek berjubah hijau itu kena didesak oleh perkataan Nyoo Hong leng
yang tajam bagaikan sembilu itu sehingga tak sanggup untuk menjawab
sebagaimana mestinya. Setelah termenung berapa saat, dia baru berkata.
"Andaikata lohu tak bersedia untuk menjawab ?"
"Kalau begitu kau bukan Buyung Tiang kim."
"Sekalipun kau dapat membuktikan kedudukan lohu yang sebetulnya dan
membuktikan bukan Buyung Tiang kim, apa pula yang bisa kau perbuat ?"
"Kalau begitu mah urusan lebih mudah untuk diselesaikan."
"Aku siap mendengarkan penjelasanmu."
Mendadak Nyoo Hong leng mengayunkan tangan kirinya dan mencengkeram urat
nadi pada pergelangan tangan kanan kakek berbaju hijau itu, kemudian katanya :
"Aku hendak mencabuti jenggotmu itu satu per satu, kemudian mencabuti pula
rambutmu yang beruban, dan terakhir kucabuti gigimu dan mengorek keluar
sepasang matamu." Kakek berbaju hijau itu agak tertegun, serunya cepat-cepat.
"Lohu sudah bosan hidup, aku tidak takut mati."
"Siapa sih yang menginginkan kematianmu " Aku menginginkan kau berada dalam
keadaan tidak mati pun tidak hidup, tapi hidup menderita lagi selama sepuluh
tahun." Sembari berkata secara diam-diam dia mengerahkan tenaga dalam ke telapak
tangan. Terdengar kakek berjubah hijau itu menjerit kesakitan, air mata sampai
bercucuran karena amat menderita, paras mukanya berubah sangat hebat....
"Pelan sedikit" seru Buyung Im seng dengan gelisah, "jangan sampai kau lukai dia
orang tua." "Orang ini bukan ayahmu, ayahmu memiliki kepandaian silat yang sangat hebat,
tak mungkin dia begini tak berguna !"
627 "Siapa tahu kalau mereka telah memusnahkan ilmu silat yang dimiliki dia orang
tua ?" "Lantas menurut pendapatmu ?"
"Tanyalah pelan-pelan, jangan kau lukai dia"
"Kalau kita mengajaknya berbicara secara halus dan pelan-pelan, mungkin dua hari
dua malampun tak akan berhasil menemukan sesuatu keterangan yang
diperlukan... " "Aku berani memastikan, delapan puluh persen dia bukan Buyung Tiang kim, kau
tak perlu menguatirkan keselamatan jiwanya lagi."
"Aku benar-benar tidak habis mengerti, apa sebabnya mereka harus mengirim
seseorang untuk menyaru sebagai Buyung Tiang kim dan kemudian menyekapnya
di sini ?" "Seandainya persoalan ini gampang dipahami, kita pun tak usah menanyai dirinya
lagi." Mendadak gadis itu menggerakkan tangan kanannya dan mencabut dua batang
jenggot kakek itu. Kontan saja kakek berjubah hijau itu menjerit keras karena kesakitan, air mata
sampai jatuh bercucuran membasahi seluruh wajahnya.
Menyaksikan hal itu, Buyung Im seng segera berpikir.
"Ayahku adalah seorang pendekar besar yang dihormati setiap manusia di dunia
ini, sekalipun dia telah kehilangan ilmu silatnya, bukan berarti dia bakal
berteriakteriak seperti ini, yang tampaknya orang ini memang bukan ayahku."
Sementara itu Nyoo Hong leng telah berkata lagi dengan suara sedingin salju :
"Kakek tua, aku mengerti kalau kau tidak percaya dengan perkataanku, kalau
memang begitu, marilah kita buktikan bersama-sama."
Tangan kanannya segera diayunkan berulang kali, dalam waktu singkat dia sudah
mencabuti belasan batang jenggot kakek itu.
"Cukup, cukup, jangan dicabuti lagi, mari kita bicara secara baik-baik" buruburu kakek berjubah hijau itu berseru dengan gelisah.
Nyoo Hong leng tersenyum.
"Nah, begitu baru benar ! Sekarang katakan dulu, benarkah kau adalah Buyung
Tiang kim ?" Cepat-cepat kakek berbaju hijau itu menggelengkan kepalanya berulang kali,
"Bukan, aku bukan !"
Walaupun Buyung Im seng sudah menaruh curiga kalau kakek ini bukan Buyung
Tiang kim, akan tetapi setelah mendengar pengakuan langsung dari kakek berbaju
hijau itu, sedikit banyak timbul juga rasa sedih di dalam hatinya, dia segera
menghela napas panjang dan mengunjukkan rasa kecewa yang amat sangat.
628 Dalam ruangan batu itu terdapat sebuah lentera yang menerangi sekeliling tempat
itu, maka rasa sedih dan kecewa yang terlihat di wajah Buyung Im seng dapat
dilihat dengan jelas. Dengan suara rendah Nyoo Hong leng berbisik :
"Toako, janganlah kau bersedih hati dulu, walaupun dia bukan Buyung Tiang kim,
tapi aku percaya ayahmu sudah mesti berada didalam kota batu ini."
"Betul juga perkataan ini" Buyung Im seng segera berpikir cepat, "seandainya dia
tidak berada dalam ruangan sekapan, mana mungkin dia bisa menyembunyikan
diri di tempat lain ?"
Sementara itu Nyoo Hong leng telah bertanya pula :
"Sudah berapa lama kau berdiam di dalam ruangan batu ini ?"
Kakek berbaju hijau itu termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian
baru menjawab : "Mungkin kurang lebih empat lima tahun lamanya."
"Baru empat lima tahun ?"
"Mungkin lebih pendek lagi, sesungguhnya lohu tak ingin terlalu jelas, mereka
hanya mengurungku di sini dan mengajarkan serangkaian perkataan kepadaku dan
minta aku menyaru sebagai Buyung Tiang kim, siapa tahu pertanyaan yang kalian
ajukan hari ini sama sekali di luar dugaan orang, oleh karena itu lohu tak
sanggup menjawab pertanyaanmu itu, akhirnya rahasia penyaruanku pun terbongkar pula."
"Apakah titik kelemahanmu adalah kau sama sekali tidak mengerti akan ilmu silat
?" Kakek berbaju hijau itu manggut-manggut.
"Ehmm... selama hidup lohu tak pernah belajar ilmu silat, pada hakekatnya aku
lemah tak bertenaga, sampai tenaga untuk membunuh seekor ayam pun tak
punya." "Mungkinkah karena tampang wajahmu hampir mirip dengan Buyung Tiang kim ?"
"Benar, tampaknya kau si gadis muda pintar sekali"
"Bagaimanakah sikap mereka terhadap dirimu ?"
"Sewaktu baru datang, sikap mereka terhadap diriku cukup baik, setiap kali
bersantap tentu dihidangkan sayur dan arak baik, tapi dua tahun belakangan ini
segala sesuatunya telah berubah, kehidupanku sehari-hari tak ubah seperti para
tawanan lainnya." "Mungkinkah hal ini dikarenakan selama dua tahun belakangan ini, mereka sudah
tidak memerlukan dirimu sebagai Buyung Tiang kim lagi ?"
Sesudah berhenti sejenak, dia melanjutkan :
( Bersambung ke jilid 31)
629 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 31 "Sewaktu kau datang kemari, apakah di sini disekap seseorang ?"
"Tidak, tempat ini merupakan sebuah ruangan kosong."
Nyoo Hong leng segera membebaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan
kakek berbaju hijau itu, kemudian menghela napas panjang.
"Aaaaiii... saudara Buyung," katanya. "Mungkin yang diketahui olehnya hanya itu
saja, sekalipun ditanyakan lebih lanjut juga tak akan menghasilkan pa-apa, aku
rasa kita harus berganti dengan cara lain."
"Saat ini pikiranku sedang kalut dan perasaanku tak tenang, bagaimana baiknya,
terserah nona saja yang memutuskan."
"Mula pertama lebih baik kita tanyakan dulu persoalan ini kepada pengemis ular
di seberang sana, siapa tahu nasib kita beruntung, kemudian baru pergi mencari si
nona berambut panjang."
"Yaa, tampaknya dewasa ini hanya sebuah jalan ini saja yang bisa kita tempuh."
"Saudara Buyung, kau harus membangkitkan kembali semangatmu, meskipun
duduk perkaranya semakin lama semakin aneh tapi kini sudah mendekati saat-saat
terakhir untuk terungkap semuanya."
"Yaa, perkataan nona itu memang benar," Buyung Im seng menghembuskan napas
panjang, "mari kita mencari si pengemis ular tersebut."
"Sekarang kita sedang berusaha membongkar rahasia paling besar dari sebuah kota
batu, berarti kita telah menjadi musuh besar yang wajib mereka bekuk dan bunuh,
maka setiap saat kemungkinan besar suatu pertarungan sengit akan berlangsung,
kuanjurkan kepadamu lebih baik tenangkan hatimu dulu."
"Ucapan nona memang benar," kata Buyung Im seng cepat-cepat dengan perasaan
terkesiap. 630 Nyoo Hong leng segera mengayunkan jari tangannya menotok jalan darah dari
kakek berjubah hijau itu, kemudian katanya:
"Mari kita berangkat, sekarang kita mencari dulu si pengemis pemain ular,
andaikata dia juga tak tahu, baru kita berusaha menanyakan persoalan ini kepada
si nona pembawa jalan."
Buyung Im seng memandang kakek berjubah hijau itu sekejap, kemudian
melangkah keluar dari ruangan itu.
Nyoo Hong leng mengikuti di belakangnya turut keluar pula dari ruangan tersebut.
Ketika menengadah, tampak si pengemis aneh itu sudah membuka pintu
ruangannya dan berdiri menanti di depan pintu.
Puluhan ekor ularnya yang menjulurkan lidah bergerak kian kemari seakan-akan
siap melakukan sergapan maut.
Nyoo Hong leng kuatir Buyung Im seng yang sedang tak tenang salah bicara,
buruburu serunya: "Locianpwe..." Pengemis aneh itu tertawa dingin, tukasnya cepat.
"Budak busuk, tutup mulutmu, selama hidup lohu paling segan berhubungan
dengan kaum wanita."
Nyoo Hong leng memandang sekejap kawan ular yang berada disekitar tubuhnya,
ia menjadi jijik dan tak berani membantah.


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terpaksa Buyung Im seng harus melangkah maju ke muka, kemudian setelah
menjura, katanya: "Locianpwe, kau ada petunjuk apa yang hendak disampaikan kepada kami berdua
?" "Bukankah kau mengatakan dirimu sebagai putra Buyung Tiang kim ?" tegur si
pengemis. "Benar." "Lantas dimanakah Buyung tayhiap sekarang ?"
"Sedang beristirahat di ruang dalam sana."
Kontan pengemis aneh itu tertawa dingin.
"Heeehh... heeehh... heeeh... kalian telah mencelakainya ?" dia berseru.
"Dia bukan Buyung Ting kim ! Meski begitu, kamipun tidak mencelakainya."
"Apa ?" Pengemis itu melotot besar, "dia bukan Buyung Tiang kim.. ?"
"Dia sudah mengakui kalau dirinya bukan Buyung Tiang kim, lagi pula diapun
tidak mengerti ilmu silat."
"Aaah, masa ada kejadian seperti ini " Sungguh membuat orang tidak percaya."
"Apa yang kuucapkan semuanya adalah kata-kata yang sejujurnya."
"Baik, kalau begitu suruh dia keluar, aku ingin bertanya sendiri kepada
dirinya." 631 "Mengapa kau tidak datang kemari dang menengok sendiri ?"
Belum sempat pengemis aneh itu menjawab, mendadak terdengar serentetan suara
merdu berkumandang datang:
"Batas waktu untuk kalian sudah sampai, harap segera kembali lagi kemari !"
Ketika Nyoo Hong leng berpaling, dilihatnya gadis berambut panjang itu sedang
menggapai ke arah mereka dari sudut tikungan sana.
Tampaknya dia seperti takut dengan ular-ular tersebut maka tak berani datang
mendekat. Buyung Im seng memandang pengemis aneh itu sekejap lalu katanya dengan suara
rendah. "Locianpwe apakah kau tidak bersedia melepaskan diriku ?"
"Sekalipun lohu harus menerima siksaan yang paling kejipun tak akan melepaskan
pembunuh yang telah mencelakai Buyung tayhiap dengan begitu saja, cepat kalian
bawa keluar orang itu."
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Buyung Im seng harus kembali ke dalam
kamar untuk membebaskan kakek berbaju hijau itu dari pengaruh totokan.
Nyoo Hong leng yang menyaksikan semuanya itu diam-diam lantas berpikir:
"Pengemis aneh pemain ular ini meski nampaknya seorang jago lihai yang
bertenaga dalam amat sempurna, tetapi dia pun tak dapat meninggalkan ruangan
batu ini, berarti dia hanya seorang tawanan yang disekap dalam suatu ruangan
dengan perlengkapan yang ketat, jika dilihat pula dari sikapnya yang tidak ambil
perduli terhadap keselamatan jiwa sendiri, tapi seratus persen Buyung Tiang kim,
bisa disimpulkan pula kalau dia adalah seorang yang amat setia kawan..."
Berpikir sedemikian rasa jerinya terhadap pengemis tua itupun menjadi jauh
berkurang, katanya kemudian dengan suara rendah:
"Locianpwe, boanpwe telah menanyakan persoalan tersebut dengan jelas sekali,
terbukti kalau orang itu memang bukan Buyung tayhiap"
"Bimbinglah orang itu keluar, dalam sekilas pandang saja lohu sudah dapat
menentukan apakah dia Buyung tayhiap atau bukan."
"Ada satu hal, apakah locianpwe sudah pernah memikirkan ?"
"Soal apa ?" "Lebih baik kita jangan membocorkan dulu rahasia tentang penyaruan Buyung
Tiang kim ini sehingga diketahui oleh mereka."
Pengemis aneh itu agak tertegun, kemudian dia mengangguk seraya menyahut:
"Ehmm, memang masuk diakal, kalau begitu jangan kalian dorong dia hingga
keluar dari ruangan."
Sementara pembicaraan berlangsung, Buyung Im seng telah membebaskan jalan
darah kakek berbaju hijau itu dan berjalan keluar.
632 Nyoo Hong leng segera merentangkan tangannya menghadang jalan pergi Buyung
Im seng dan tidak memperkenankan dia keluar ruangan.
Pengemis aneh itupun mundur dua langkah, ketika tangannya diayunkan ke muka,
ular beracun sepanjang tiga depa yang tujuh ekor banyaknya itu segera meluncur
ke depan dan merambat ke sudut ruangan dimana perempuan berambut panjang
itu berada. "Lepaskan pakaian dibagian dadanya !" bisik pengemis aneh itu kemudian dengan
suara lirih. Buyung Im seng agak tertegun, tapi dia menurut membuka pakaian yang
dikenakan kakek berbaju hijau itu sehingga terlihat dadanya.
Pengemis aneh tersebut mengawasi beberapa saat, kemudian katanya.
"Yaa, benar, dia bukan Buyung Tiang kim, terserah apa yang hendak kalian berdua
lakukan terhadapnya."
Tampaknya kecuali melindungi keselamatan Buyung Tiang kim, masalah lain
hampir tak dipikirkan olehnya, tidak menanti Buyung Im seng banyak
bertanya..."Blaam !" dia menutup pintu ruangannya dengan keras-keras.
"Locianpwe..." buru-buru Nyoo Hong leng berseru dengan nada gelisah.
Dari balik ruangan yang tertutup rapat, terdengar pengemis itu berkata.
"Tak usah bertanya lagi kepadaku, sekarang kalian boleh segera pergi
meninggalkan tempat ini"
Tatkala Nyoo Hong leng berpaling ke samping, ia saksikan gadis berambut panjang
itu telah membinasakan ke tujuh ekor ular beracun yang menyergap ke arahnya,
kemudian pelan-pelan berjalan menghampiri mereka...
Kepada Buyung Im seng, Nyoo Hong leng segera berbisik.
"Turunkan kakek berjubah hijau itu dan kita totok jalan darah perempuan itu
dengan suatu sergapan kilat, kalau dilihat dari kebebasannya berjalan kian
kemari dalam kota bawah tanpa hadangan, bisa disimpulkan kalau dia adalah seorang
yang berkedudukan istimewa, siapa tahu dari mulutnya kita akan berhasil
mengetahui kabar berita tentang ayahmu ?"
Buyung Im seng segera menurunkan manusia berbaju hijau itu, kemudian bisiknya:
"Siapa yang akan turun tangan ?"
"Tentu saja kau, itulah sebabnya kau harus bersikap lebih mesra dan hangat
kepadanya." Buyung Im seng masih ingin bertanya lagi, tapi gadis berambut panjang itu sudah
keburu mendekati ruangan batu.
Terdengar gadis itu menegur:
"Hei, apakah kalian sudah mendengar teriakanku tadi ?"
"Dengar sih sudah dengar" jawab Nyoo Hong leng, "tapi si pemain ular itu
melarang kami ke situ !" 633 Dalam pada itu, Buyung Im seng telah menyongsong kedatangan gadis itu, segera
tanyanya. "Nona, apakah kau pernah bersua dengan Buyung Tiang kim ?"
Gadis berambut panjang itu lalu manggut-manggut.
"Yaa, pernah, tapi aku tidak terlampau memperhatikannya, sehingga bagaimana
wajahnya pun sudah lupa."
"Penyakit yang diderita Buyung tayhiap ini parah sekali !" ucap Buyung Im seng
kemudian. Gadis berambut panjang itu berseru tertahan, dia segera melangkah masuk ke
dalam ruangan tengah sambil berjalan katanya:
"Mari kuperiksa !"
Buyung Im seng segera menggerakkan tangan kanannya dan menotok jalan darah
gadis berambut panjang itu dengan suatu sergapan mendadak.
Siapa tahu gadis berambut panjang itu seperti sudah melakukan persiapan, dengan
cepat dia mengayunkan tangan kanannya untuk menyambut datangnya serangan
tersebut. Kemudian sambil tertawa dingin katanya:
"Kau hendak menyergap diriku ?"
Belum habis dia berkata, mendadak lengan kanannya menjadi kaku, otomatis
tangannya yang mencengkeram tubuh Buyung Im seng pun turut mengendor.
Ternyata Nyoo Hong leng dengan satu gerakan yang sangat cepat, telah menotok
jalan darah di atas lengan kanan gadis berambut panjang itu, katanya dingin:
"Nona berjaga-jaga terhadap serangannya, mengapa tidak berjaga-jaga terhadap
seranganku ?" Gadis berambut panjang itu membuka mulutnya siap berteriak, tapi kembali Nyoo
Hong leng mengayunkan jari tangannya menotok jalan darah bisu dari gadis
tersebut, katanya lebih jauh.
"Seandainya nona sudah bosan hidup tak ada salahnya untuk berteriak lagi !"
Jari tangannya segera diayunkan ke depan menotok beberapa buah jalan darah
penting di tubuh gadis berambut panjang itu, kemudian setelah membebaskan jalan
darah bisunya, dia berkata lagi,
"Bila kau tak ingin mati, lebih baik jawablah beberapa pertanyaan yang kami
ajukan." "Apa yang ingin kalian tanyakan ?"
"Buyung Tiang kim yang berada di dalam ruangan ini bukan Buyung Tiang kim
yang asli. Sekarang Buyung Tiang kim yang asli berada dimana "
Gadis berambut panjang it menggelengkan kepalanya berulang kali.
634 "Aku tidak tahu, karena setiap orang yang berada dalam kota batu ini sudah tahu
kalau orang yang disekap di kamar pertama adalah Buyung Tiang kim, tiada orang
yang curiga dan tiada orang yang tak percaya, karena semua menganggap
kenyataannya memang begitu."
"Tampaknya kau mempunyai kedudukan yang istimewa sekali di sini, bukankah
begitu ?" "Darimana kau bisa tahu ?"
Nyoo Hong leng tertawa dingin, "Setiap budak perempuan yang berada di kota batu
mengenakan pakaian compang camping serta mengenakan alat borgol, sedangkan
pakaian yang kau kenakan sekarang meski tidak terlalu ribut, namun bukan
pakaian compang camping pula, bahkan tidak mengenakan borgol pula, dari sini
bisa disimpulkan kalau kedudukanmu jauh berbeda dengan budak-budak
perempuan lainnya." oooOooo "Tahukah kau, dalam kota batu ini terdapat banyak rahasia ?" kata gadis berambut
panjang itu. "Kami pun tahu kalau keadaan kami sekarang berbahaya sekali, setiap saat
kemungkinan besar akan tertimpa kematian, oleh karena itu kami tak punya
kesabaran untuk berbincang-bincang denganmu, lebih baik lagi kalau kau bisa
menjawab pertanyaanku sejujurnya, mengulur waktu hanya berarti mencari
penyakit buat diri sendiri."
Gadis berambut panjang itu termenung sebentar, kemudian tanyanya:
"Apa yang ingin kau tanyakan ?"
"Buyung Tiang kim yang asli berada dimana sekarang ?"
"Aku tidak tahu." gadis berambut panjang itu menggelengkan kepalanya berulang
kali. "Siapakah orang yang mengepalai kota batu di bawah tanah ini ?"
"Ayah angkatku !"
"Yang kutanyakan adalah namanya !"
"Aku tidak tahu !"
"Sekalipun kau tidak mengetahui namanya tentunya mengetahui bentuk tubuh,
wajah dan usianya bukan ?"
Baru saja gadis berambut panjang itu hendak menjawab, mendadak terdengar
suara yang amat nyaring tapi dingin menyambut perkataan tersebut.
"Lepaskan dia, yang dia ketahui hanya terbatas sekali."
Kedatangan orang ini sama sekali tidak menimbulkan suara apa-apa, baik Buyung
Im seng maupun Nyoo Hong leng sama sekali tidak menyadari sebelumnya.
Ketika mereka berpaling, tampak orang itu berjubah hijau, jenggot putih
sepanjang dada. 635 Buyung Im seng berusaha keras untuk melihat jelas paras mukanya, akan tetapi
wajah itu miring separuh ke samping sehingga sulit untuk dilihat dengan jelas.
Nyoo Hong leng dan Buyung Im seng sama mempunyai suatu perasaan yakni ilmu
silat yang dimiliki orang ini lihai sekali, tapi tidak bermaksud untuk
mencelakai mereka. Sebab seandainya dia mempunyai niat untuk membinasakan mereka berdua, saat
ini mereka berdua sudah pasti tak bernyawa lagi.
Untuk sesaat kedua orang itu hanya berdiri tertegun ditempat semula dan lupa
berbicara. Terdengar suara orang berjubah hijau itu berubah menjadi halus dan lembut,
lanjutnya. "Bukankah kalian ingin berjumpa dengan Buyung Tiang kim ?"
"Benar" "Boleh saja bila ingin berjumpa dengan Buyung Tiang kim, cuma kau harus
mempunyai sesuatu yang bisa diandalkan, coba katakan, apa yang kau andalkan ?"
"Aku adalah putranya !"
"Ehmm..." manusia berjubah hijau itu segera berpaling ke wajah Nyoo Hong leng,
kemudian tanyanya lagi. "Dan kau " Apa yang kau andalkan ?"
"Apa yang kau minta ?"
"Apa yang kamu miliki, apa pula yang kau kemukakan, tapi yang terburuk adalah
mengandalkan ilmu silat."
"Kau hendak memunahkan ilmu silat yang kumiliki ?"
"Tidak dipunahkan pun boleh saja, tapi kau harus memiliki suatu nilai yang lebih
berharga dari ilmu silat."
Nyoo Hong leng termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian berkata.
"Aku adalah teman perempuan Buyung Im seng, sahabat karib yang sependapat
dan sealiran." "Ehm, nona mengatakan kau sebagai teman perempuannya, kalau begitu tak salah
lagi." "Jadi kau setuju ?"
Orang berjubah hijau itu manggut-manggut.
"Anggap saja lohu memang setuju."
Nyoo Hong leng segera menepuk bebas jalan darah gadis berambut panjang itu,
kemudian katanya lagi. "Kami tidak melukainya, cuma menotok jalan darahnya saja."
"Bagus sekali" kembali kakek berjubah hijau itu manggut-manggut.
636 Gadis berambut panjang itu melompat bangun, bibirnya bergerak seperti hendak
mengucapkan sesuatu, tapi belum sepatah katapun diutarakan keluar, manusia
berjubah hijau itu telah mengulapkan tangannya sambil menukas.
"Tak usah banyak bicara lagi"
Mendadak gadis berambut panjang yang masih duduk itu gemetar keras, lalu roboh
terkapar ke atas tanah. Nyoo Hong leng meraba denyutan nadinya, namun gadis berambut panjang itu
sudah putus nyawa, hal mana membuatnya tertegun, diam-diam diapun berpikir:
"Ilmu silat yang dimiliki gadis berambut panjang ini terhitung cukup ampuh tapi
dalam sekali kebutan tangan saja orang ini berhasil merenggut nyawanya, aaai...
tampaknya ilmu silat yang dimiliki orang ini benar-benar menakutkan sekali."
Berpikir sampai di situ, dia lantas menegur dengan suara dingin.
"Mengapa kau membunuhnya ?"
Orang berjubah hijau itu berpaling, lalu katanya sambil tertawa hambar.
"Anak perempuan memang selalu lebih teliti."
"Ketika aku berkata hendak mengajak kalian menjumpai Buyung Tiang kim, ia
sempat mendengar pembicaraan tersebut dengan jelas bila tidak kurenggut
nyawanya, bukankah berita ini akan dibocorkan olehnya ke tempat luaran sana ?"
"Kalau begitu, tindakanmu mengajak kami pergi menjumpai Buyung Tiang kim
adalah suatu kejadian yang amat rahasia sekali ?"
"Ya, menurut pendapat lohu, makin sedikit orang yang mengetahui persoalan ini
semakin baik." Mendengar sampai di situ, Buyung Im seng berpikir dalam hati kecilnya.
"Tampaknya selain berilmu tinggi, orang inipun membawa hawa kemisteriusan
yang luar biasa, semoga saja pengemis tua itu dapat mengandalkan kawanan
ularnya untuk membantu kami dan menghadang orang ini bila sampai terjadi suatu
pertarungan, siapa tahu dari permainan kepalanya kita akan berhasil menemukan
sesuatu petunjuk." Belum habis dia berpikir, kakek berjubah hijau itu sudah berkata lagi.
"Ikutlah diriku baik-baik, jangan banyak bertanya, bila saat buat kalian untuk
bertanya sudah tiba, tentu saja lohu akan bertanya langsung kepada kalian."


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seusai berkata, dia lantas beranjak lebih dulu menuju keluar, Buyung Im seng dan
Nyoo Hong leng segera mengikuti di belakangnya.
Perubahan selanjutnya sama sekali di luar dugaan mereka, pengemis pemain ular
itu tidak munculkan diri lagi, suasana dalam lorong pun diliputi keheningan.
Sejak beranjak pergi, kakek berjubah hijau itu tak pernah berpaling lagi, dia
seperti tak pernah memandang sebelah matapun terhadap mereka berdua.
637 Buyung Im seng yang mengikuti di belakangnya ikut merasakan pikirannya sangat
kalut, diam-diam dia berpikir.
"Seandainya kulancarkan sergapan secara diam-diam, mungkin dalam sekali
penyerangan akan berhasil menotok jalan darahnya, dalam keadaan begini
berbahaya, rasanya aku pun tak usah membicarakan soal kejujuran lagi."
Pelbagai pikiran berkecamuk di dalam benaknya, tapi ia tak bisa mengambil
keputusan dengan cepat, sampai akhirnya sebuah dinding batu telah menghalang
jalan pergi mereka. Kakek berjubah hijau itu segera berhenti sambil berkata:
"Selewatnya dinding batu ini, kita akan sampai di tempat yang paling penting
dari kota batu, sebentar kalian benar-benar akan terbuka matanya untuk menyaksikan
pelbagai kejadian dan benda aneh yang terdapat di sini..."
"Di depan situ sudah tiada jalan lewat, bagaimana cara kita untuk melewatinya ?"
"Segera pejamkan matamu dan ada orang yang akan menyambut kalian untuk
masuk ke situ." Ditempat seperti ini, sekalipun dia pasang seribu lentera atau selaksa lampu
belum tentu bisa mengusir hawa dingin yang menyeramkan, pada hakekatnya tempat ini
tidak mirip alam semesta, tapi lebih cocok dikatakan neraka, di kemudian hari,
sekalipun kalian mengundang kami sebagai tamu agung pun belum tentu aku
bersedia kemari" kata Nyoo Hong leng cepat.
"Jikalau kau memang berniat untuk menambah pengetahuan kami, mengapa kami
harus memejamkan mata ?" tanya Buyung Im seng pula.
Orang berbaju hijau itu segera tersenyum.
"Kesemua ini demi kebaikan sendiri, andaikata aku ingin membunuh kalian,
rasanya tak usah menggunakan banyak akal muslihat lagi, cukup mengandalkan
ilmu silat, nyawa kalian berdua sudah dapat kucabut..."
"Kalau memang begitu, kami toh tak usah memejamkan mata ?"
"Aku rasa kalian tak akan tahan menghadapi rasa kaget dan ngeri yang bakal
kalian hadapi, sebab itu lebih baik pejamkan saja sepasang mata kalian."
Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng saling berpandangan sekejap, akhirnya
pelanpelan mereka memejamkan mata. "Paling baik lagi kalau jangan membuka mata kalian sebelum mendengar
perkataanku." pesan orang berbaju hijau itu lagi.
Kedua orang itu segera memasang telinga dan memperhatikan dengan seksama,
tiba-tiba terdengar suara gemerincing yang amat nyaring berkumandang
memecahkan keheningan. Setelah itu secara tiba-tiba mereka rasakan ada sebuah lengan yang besar dan
kasar merangkul pinggang mereka berdua.
Nyoo Hong leng segera berpikir.
"Aneh, tangan siapakah ini " Rasanya bukan lengan manusia.... "
638 Tanpa terasa dia membuka matanya dan mengintip, tapi begitu dipandang, hatinya
kontan terdekat sehingga tak kuasa lagi dia menjerit lengking dengan
sekeraskerasnya. Ternyata lengan yang memeluk mereka bukan lengan manusia, melainkan sebuah
tangan makhluk berbulu. Dengan suara dingin manusia berbaju hijau itu segera berseru.
"Tenangkan hatimu ! Jikalau sampai membangkitkan sifat buas dan liarnya, kalian
berdua bakal mengalami penderitaan yang sangat besar."
Buru-buru Nyoo Hong leng memejamkan matanya dan tak berani mengintip lagi.
Terdengar suara manusia berbaju hijau itu berkumandang kembali.
"Sekarang kalian harus berhati-hati, selanjutnya terdapat kabut beracun yang
khusus untuk menyerang mata manusia, bila kalian berdua berani membuka mata,
kemungkinan besar mata kamu berdua buta untuk selamanya, aku harap kalian
sudi mempercayai perkataan lohu."
Walau Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng tak bisa membedakan apakah suara itu
gertak sambal belaka atau sungguhan, tapi mengingat hal tersebut menyangkut
keselamatan mereka sendiri, maka tak seorangpun yang berani menyerempet
bahaya. Dalam perasaan mereka, tubuh mereka berdua dibawa lari dengan kecepatan luar
biasa lalu terendus bau busuk dan amis yang sangat memualkan perut.
Kemudian mereka berhenti secara tiba-tiba dan tubuh merekapun diturunkan, lalu
terdengar orang berbaju hijau itu berkata:
"Sekarang kalian berdua sudah boleh membuka mata kembali."
Buru-buru Buyung Im seng membuka matanya dan memandang sekejap sekeliling
tempat itu, dia melihat ada sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dan lenyap
dari pandangan. Meskipun demikian, secara lamat-lamat pula Buyung Im seng dapat melihat kalau
bayangan tersebut tidak mirip manusia.
Pemandangan dalam ruangan dimana mereka berada sekarang amat megah,
lentera yang indah terbuat dari kristal menghiasi mana-mana empat penjuru
ruangan tersebar mutiara yang berkilauan, di bawah cahaya lampu, mutiaramutiara
itu memantulkan cahaya putih yang membuat ruangan itu terang
benderang. Orang berbaju hijau itu duduk di atas sebuah tempat duduk batu, lalu berkata
sambil mengangguk. "Silahkan kalian duduk seadanya!"
Kembali Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng saling berpandangan sekejap,
kemudian pelan-pelan mereka duduk.
"Bagaimana keadaan tempat ini ?" tanya orang berbaju hijau itu kemudian.
639 "Sangat megah dan mewah, cuma sayang tidak nampak cahaya matahari..."
Kembali orang berbaju hijau itu tertawa hambar.
"Langit tetap luas, matahari dan rembulan silih berganti, setiap orang yang
berada dalam kota batu, asalnya datang dari bawah cahaya matahari.."
"Jika kudengar pembicaraan anda, rupanya kau mempunyai kedudukan yang amat
tinggi di kota batu ini ?" kata Buyung Im seng kemudian dengan kening berkerut.
Nyoo Hong leng yang berada di sisinya segera menyambung.
"Kalau kau tidak berkedudukan tinggi, masa dia berani menghukum mati gadis
berambut panjang itu " Sekalipun dia bukan pentolan yang memimpin kota batu,
paling tidak juga menempati kursi nomor dua."
Orang berbaju hijau itu segera tertawa.
"Aku tak ingin membuktikan apakah ucapan kalian itu betul atau salah," katanya.
"Kami pun tak ingin mengenali asal usulmu." tukas Buyung Im seng, "tapi kau
membawa kami kemari adalah untuk menjumpai Buyung Tiang kim, maka
kuharap, kaupun dapat menepati janji."
Orang berbaju hijau itu termenung sebentar, katanya kemudian:
"Benarkah Buyung Tiang kim masih hidup di dunia ini ?"
Pertanyaan tersebut segera membuat Buyung Im seng tertegun.
"Hey, bukankah kau mengajak kami untuk menjumpainya ?" dia berseru.
Kembali orang berbaju hijau itu tertawa hambar.
"Seandainya dia benar-benar masih hidup di dunia ini, tentu saja kalian dapat
menjumpainya..." Nada pembicaraannya mendadak berubah, lanjutnya:
"Tapi sebelum bertemu dengan Buyung Tiang kim, kuharap kalian berdua suka
tinggal dulu di sini sebagai tamu agungku."
Mendadak dia melompat bangun dan melangkah keluar dari tempat tersebut...
Nyoo Hong leng segera melompat bangun sambil menghadang jalan pergi orang
berbaju hijau itu, serunya keras-keras.
"Tunggu sebentar !"
"Nona" kata orang berbaju hijau itu sambil tersenyum, "tempat ini mewah dan
megah, apalagi ditemani oleh kekasih hatimu, meskipun berada di bawah timpaan
sinar matahari, belum tentu kau akan mengalaminya, masakah kau tidak puas ?"
"Kau telah salah paham." kata Nyoo Hong leng dingin.
"Salah paham " Bagaimana salah pahamnya ?"
"Buyung kongcu adalah kakak angkatku, hubungan kami melebihi hubungan
saudara kandung, sekalipun diantara kami mempunyai perasaan, itupun hanya
perasaan suci dan tulus dari seorang adik terhadap kakaknya.."
Orang berbaju hijau itu tertawa.
640 "Andaikata kalian berdua bakal mati bersama dalam ruangan ini, aku tak percaya
kalau hubungan batin kalian tak berubah."
"Walaupun aku masih bertubuh seorang dara, namun aku sudah mempunyai
suami." "Siapa ?" "Khong Bu siang !"
"Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat ?"
"Dia tak lebih cuma seorang boneka bodoh yang dikuasai dan diperintah orang,
pentolan yang sebenarnya dari perguruan tiga malaikat tak lain adalah kalian
yang berada di kota batu ini."
Orang berbaju hijau menengadah dan tertawa terbahak-bahak.
"Haah.... haaaahh..... haaaaah... kau tak usah kuatir !"
Ucapan yang sukar dimengerti artinya ini segera membuat Nyoo Hong leng
tertegun. "Aku tidak memahami maksudmu, kau suruh aku jangan kuatir " Apa yang ku
legakan ?" katanya. "Khong Bu siang tak akan hidup lebih lama lagi. Seandainya dia telah mati dan
kau serta Buyung kongcu hidup selamanya di sini, bukankah kalian bisa melewati
sisasisa hidup dengan tenang dan penuh kedamaian ?"
"Pernahkah kau dengar jika seorang perempuan yang setia tak akan mempunyai
dua suami ?" "Janda saja masih boleh kawin lagi, apalagi kau masih bertubuh perawan"
"Tapi aku bukan manusia semacam itu"
Tiba-tiba Buyung Im seng menukas dengan suara dingin:
"Persoalan diantara kami berdua lebih baik tak usah kau kuatirkan."
"Pikirkan dulu dengan tenang, selewatnya dua tiga hari, aku akan datang lagi
untuk mendengarkan jawaban kalian"
Dia lantas miringkan tubuhnya ke samping dan beranjak keluar dari ruangan
tersebut. Nyoo Hong leng segera merentangkan tangan kanannya sambil melancarkan
sebuah pukulan, serunya: "Kalau toh memang tak bisa berjumpa dengan Buyung tiang kim, kami tak ingin
berdiam terlalu lama lagi di sini"
Orang berbaju hijau itu segera mengayunkan tangan kanannya dan memunahkan
serangan dari Nyoo Hong leng dengan suatu gerakan yang sangat enteng dan
gampang, katanya sambil tertawa.
"Kau bukan tandinganku"
641 Nyoo Hong leng hanya merasakan datangnya segulung tenaga tekanan yang sangat
kuat menyusul ayunan tangannya, kekuatan mana langsung menghantam tiba dan
membendung serangan yang dilepaskan.
Menghadapi kenyataan tersebut, diam-diam gadis itu merasa terkejut sekali.
Buyung Im seng tidak berdiam diri belaka, tangan kanannya segera diayunkan ke
muka dengan jurus Ngo sian lian tan (lima senar dipetik bersama), seperti
menotok seperti pula membacok, dia langsung menghantam punggung orang berbaju hijau
itu sambil berkata: "Jangan lupa masih ada aku !"
Orang berbaju hijau itu sama sekali tidak berpaling, tubuhnya bergerak maju ke
depan, lima jari tangannya balas mencengkeram mengancam pergelangan tangan
kanan Buyung Im seng. Menghadapi ancaman tersebut, Buyung Im seng terdesak hebat sehingga harus
menarik kembali serangannya sambil mundur.
Nyoo Hong leng menggetarkan tubuhnya menerjang ke depan, secara beruntun dia
lepaskan tiga buah bacokan berantai.
Semua totokan, bacokan maupun sodokan yang dilakukan orang berbaju hijau itu
dilakukan dengan tubuh sama sekali tidak bergerak, setelah memunahkan
serangan berantai dari Nyoo Hong leng, dia tidak melakukan serangan balasan
barang satu juruspun. Menggunakan kesempatan dikala kedua orang itu terlibat dalam pertarungan
sengit, Buyung Im seng berputar ke depan dan berdiri berjajar dengan Nyoo Hong
leng. Orang berbaju hijau itu melangkah ke belakang, setelah memperhatikan kedua
orang itu sekejap, katanya sambil tertawa.
"Sekalipun kalian bekerja sama mengerubuti diriku pun, belum tentu kalian
sanggup menghadapi lohu, cuma lohu tak ingin bertarung dengan kalian..."
Setelah melancarkan beberapa serangannya yang gagal semua, Nyoo Hong leng
segera menyadari kalau ucapan lawan bukan cuma gertak sambal belaka, pelanpelan
dia bertanya: "Mengapa ?" "Sebab lohu tak ingin melukai kalian."
Kontan saja Nyoo Hong leng tertawa dingin.
"Mungkin di suatu hal kami masih menguntungkan bagimu, maka kami sengaja
dimanfaatkan." Orang berbaju hijau itu terbahak-bahak.
"Heeeh.... heeeehh... heeehh... jago lihai selalu muncul pada golongan anak
muda, kalian memang benar-benar terhitung manusia luar biasa dalam dunia persilatan,
tapi aku tahu kalian bukan masuk ke dalam lembah tiga malaikat ini dengan
mengandalkan kecerdasan serta ilmu silat."
642 "Tapi nyatanya kami dapat pula masuk kemari bahkan tidak mengalami kerugian
apapun." Sekali lagi orang berbaju hijau itu tertawa.
"Kalian hanya mencatut nama Buyung Tiang kim serta membonceng nama
besarnya belaka karena orang-orang persilatan dari angkatan tua, entah dia dari
golongan lurus atau sesat, kebanyakan menaruh perasaan hormat dan kagum
terhadap Buyung Tiang kim, apalagi banyak diantara mereka yang pernah
menerima budi kebaikan darinya, bila mereka tahu kalau Buyung kongcu sedang
dalam keadaan bahaya sekalipun tak berani membantu terang-terangan, diamdiam
mereka pasti telah membantu kalian berdua, itulah sebabnya kamu berdua
berhasil melampaui beberapa buah penjagaan secara mudah."
"Betul juga apa yang dia ucapkan" pikir Nyoo Hong leng, "orang ini bisa
mengetahui segala persoalan tentang perguruan tiga malaikat bagaikan melihat jari tangan
sendiri, hal ini menunjukkan kalau dia bukan seorang manusia sembarangan.
Berpikir sampai di sini, diapun lantas berkata:
"Apakah kau pun pernah menerima budi kebaikan dari Buyung Tiang kim.. ?"
Lama sekali orang berbaju hijau itu termenung sambil memutar otaknya lalu
sahutnya: "Kalian berdua telah menerima sambutan dan perlakuan seperti sekarang ini, buat
apa mesti banyak berpikir lagi ?"
Mendadak dia beranjak dan melangkah keluar dari ruangan tersebut.
Baru saja Buyung Im seng hendak turun tangan untuk menghalangi jalan perginya,
Nyoo Hong leng telah menahannya sambil berbisik:
"Biarkan saja dia pergi !"
Ketika itu si orang berbaju hijau tersebut sudah berada di luar ruangan, tibatiba dia berpaling dan berkata sambil tertawa.
"Nona memang pintar sekali, aku harap kau suka banyak menasehati Buyung
kongcu agar jangan bertindak dengan sembrono."
"Kau suruh aku menasehati apa lagi kepadanya ?"
"Nasehatilah kepadanya agar jangan mempunyai ingatan untuk melarikan diri,
tempat ini hanya tersedia sebuah jalan kehidupan belaka, dan jalanan tersebut
telah dipasang kabut beracun, sekalipun kalian memiliki ilmu silat yang maha


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dahsyat pun jangan harap bisa kabur meninggalkan tempat ini."
Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan berlalu dari situ, dalam waktu
singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik kegelapan sana.
Menanti bayangan tubuh orang itu sudah lenyap dari pandangan, Buyung Im seng
baru berpaling dan memandang sekejap ke arah Nyoo Hong leng, kemudian
berkata: "Dengan tenaga gabungan kita berdua, belum tentu kita bakal keok di tangannya,
mengapa kau malah membiarkan dia pergi meninggalkan tempat ini ?"
643 "Anggap saja kita bisa menangkap dia, tapi kita toh tak dapat meninggalkan
tempat ini dengan begitu saja, apalagi dengan tenaga gabungan kita berdua belum
tentu bisa menangkan dirinya."
Pelan-pelan gadis itu duduk ditempat duduk batu, lalu katanya lebih jauh.
"Sekarang duduklah lebih dulu, berada dalam keadaan seperti ini kecerdasan otak
jauh lebih penting daripada kelihaian ilmu silat, kita harus berpikir yang
cermat untuk mencari akal guna melarikan diri dari sini...."
Buyung Im seng tertawa getir.
"Bila Khong Bu siang dan Lian Giok seng melihat lama sekali kita belum juga
kembali." "Kecerdasan otak Khong Bu siang tidak berada di bawah kita berdua," sela Nyoo
Hong leng cepat, "dia percaya kepadaku. sudah pasti tak akan memikirkan yang
bukan-bukan. Ia pasti bisa menduga kalau kita sudah menjumpai mara bahaya di
sini, justru manusia berbaju hijau itulah yang tingkah lakunya agak
mengherankan." "Mungkin, diapun pernah menerima budi kebaikan dari ayahku ?" Buyung Im seng
mengemukakan kecurigaannya.
Dengan cepat Nyoo Hong leng menggelengkan kepala berulang kali.
"Tidak mungkin sedemikian sederhananya. Bila dugaanku tidak salah,
kemungkinan besar dialah pentolan dari kota batu ini."
"Kau bilang dia adalah pentolan dari kota batu ini ?" Buyung Im seng mengulangi.
"Benar, entah bagaimanakah pendapat saudara Buyung ?"
"Seandainya dia adalah pentolan dari kota batu ini, aku rasa dia tidak usah
menguatirkan segala sesuatunya lagi, mungkin saja sejak tadi kita berdua sudah
dibantai olehnya." "Seandainya dia dan kita berdua masih mempunyai hubungan famili atau
hubungan lain ?" Buyung Im seng menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, serunya
tercengang: "Maksud nona... dia mempunyai hubungan famili denganmu ?"
"Bukan dengan siaumoay, tapi dengan saudara Buyung."
"Semenjak kecil keluargaku sudah tercerai berai, sekalipun mempunyai sanak
keluarga juga belum tentu akan kenal."
"Seandainya dia adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan dirimu ?"
"Aah, mustahil," Buyung Im seng menggelengkan kepalanya berkali-kali.
"Aku mempunyai suatu pemikiran yang sangat aneh, bila kuucapkan nanti, harap
saudara Buyung jangan marah."
644 Berada didalam keadaan seperti ini, mati hidup kita sudah bersama, nona tak usah
ragu-ragu lagi, bila ingin mengucapkan sesuatu... harap utarakan saja dengan
berterus terang." "Menurut pendapatmu, mungkinkah orang itu adalah Buyung Tiang kim ?"
"Kau maksudkan dia adalah ayahku ?" seru Buyung Im seng semakin tertegun.
"Ya, aku berpendapat demikian."
Sesudah menghembuskan napas panjangnya, lebih jauh:
"Cuma aku berpendapat saja, bukan berarti aku yakin kalau hal ini sudah pasti
benar, mungkin juga pikiranku tersebut tak benar."
"Tapi persoalan ini luar biasa sekali, apakah kau mempunyai sesuatu bukti yang
menunjukkan kalau dugaanmu itu memang benar ?"
"Kalau didengar dari nada pembicaraannya, dia seperti orang yang paling berkuasa
didalam kota batu ini, dia bisa menghukum mati nona berambut panjang itu dalam
sekali tindakan, hal ini membuktikan kalau dia memiliki kekuasaan untuk
membunuh orang sendiri setiap saat dan setiap detik bila dia inginkan."
"Ya, masuk diakal juga perkataan ini" katanya.
"Terhadap anak buah sendiri pun setiap saat dia bisa turun tangan untuk
menghukum matinya, hal ini membuktikan pula kalau dia adalah seorang manusia
yang bengis yang berhati sedingin es, meski begitu, pelayanan serta sikapnya
terhadap kita justru baik sekali."
"Dia telah menyekap kita di sini, apakah penyekapan ini dianggap sebagai suatu
pelayanan yang baik ?"
Nyoo Hong leng tertawa hambar.
"Hal ini harus ditinjau dari karakter seseorang, bila dilihat dari sikap kejinya
dalam membunuh anak buah sendiri, maka pelayanan semacam ini terhadap kita
boleh dibilang merupakan suatu pelayanan yang sangat baik sekali..."
Sesudah menghela napas panjang, lanjutnya:
"Seandainya aku masih berada dalam status bebas, apalagi bisa hidup bersamamu
sepanjang masa ditempat ini, bagi seorang wanita, keadaan seperti ini boleh
dibilang suatu keadaan yang cukup memuaskan."
"Hal ini pernah nona kemukakan kepada diriku, hal ini harus disalahkan aku
kelewat bodoh sehingga tidak memahami maksud hati nona yang sebenarnya..."
ucap Buyung Im seng dengan sedih.
"Sekarang aku sudah menjadi istri Khong Bu siang !" Nyoo Hong leng melanjutkan.
"Aku mengerti, tapi aku masih tetap menghormati diri nona seperti juga sikapku
di masa-masa lalu." "Khong Bu siang cukup mengenaskan nasibnya, gara-gara aku dia telah kehilangan
kedudukannya sebagai toa sengcu dari perguruan tiga malaikat, kehilangan empat
orang dayangnya yang cantik jelita, bila aku harus mati di sini, maka dia tak
akan memperoleh apa-apa lagi."
645 Selama ini perasaan cinta mereka hanya tertanam selalu dalam hati masingmasing,
tapi begitu terungkapkan, ibaratnya bendungan yang jebol, semuanya
segera terurai keluar, sehingga mereka seakan-akan sudah lupa kalau sedang
berada dalam keadaan yang berbahaya.
Tampak Buyung Im seng tertawa getir, kemudian berkata:
"Aku rasa dalam dunia dewasa ini masih terdapat berapa orang yang merasa
kagum kepadanya." Nyoo Hong leng merasa keheranan, serunya:
"Sebagai seorang toa sengcu dari perguruan Sam seng bun, walaupun dia hanya
bernama kosong belaka, tapi jauh lebih baik hidup bermewah-mewah dari pada
terkurung dalam ancaman bahaya maut gara-gara seorang perempuan, apanya
yang patut dikagumi ?"
Buyung Im seng tersenyum.
"Dia telah memperoleh perasaan cinta dari nona, telah memperoleh seorang istri
seperti kau, apakah hal ini masih tak cukup puas baginya.. "
Tiba-tiba air mata jatuh bercucuran membasahi seluruh wajah Nyoo Hong leng,
katanya: "Dia adalah suamiku, tapi dia..."
Mendadak terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang, buruburu
Nyoo Hong leng menyeka air matanya dan berpaling,
Tampak dua orang bocah perempuan kecil berbaju hijau munculkan diri sambil
membawa sebuah baki kayu.
Di atas baki terdapat delapan macam hidangan lezat serta sepoci arak wangi.
Begitu masuk ke dalam ruangan, bocah perempuan yang berada di sebelah kiri itu
segera memberi hormat, kemudian berkata:
"Kami yakin perut kalian berdua pasti sudah lapar sekali, budak mendapat
perintah untuk menghidangkan sayur dan arak buat kalian berdua, harap kongcu
dan nona segera bersantap."
"Kalian mendapat perintah dari siapa ?" Buyung Im seng segera bertanya.
"Kami adalah dayang, orang yang memberi perintah kepada kawanan dayang
seperti kami banyak sekali." sahut bocah perempuan di sebelah kiri.
"Yang kutanyakan, kali ini kau mendapat perintah siapa ?"
Kedua orang dayang cilik itu berdiri tertegun, setelah saling berpandangan
sekejap, dayang cilik yang berada di sebelah kiri kembali menjawab.
"Dalam sayur dan arak tidak dicampuri racun, harap kalian berdua suka bersantap
dengan berlega hati, sedang mengenai siapa yang memerintahkan kami kemari,
sebelum mendapat ijin, budak tak berani memberitahukan..."
Buyung Im seng termenung lagi berapa saat lamanya, kemudian berkata lebih jauh:
646 "Menurut apa yang kuketahui, ditempat ini hanya ada sebuah jalan keluar saja."
"Benar !" "Jalanan itu sudah dilapisi dengan kabut beracun bukan ?"
"Benar !" sekali lagi dayang cilik yang berada di sebelah kiri itu mengangguk.
"Bagaimana cara kalian sampai di sini dan apa sebabnya tidak terluka oleh kabut
beracun ?" "Budak sekalian sudah makan obat penawar racun."
"Tapi, mungkinkah sayur dan arak ini sudah terpengaruh oleh kabut beracun itu ?"
Dayang cilik yang berada di sebelah kiri itu segera tertawa.
"Soal ini tak perlu kongcu kuatirkan, sewaktu melewati kabut beracun itu, semua
sayur dan arak telah ditutupi dengan rapat, lagi pula setelah melewati daerah
kabut beracun, sayur dan arak ini telah diperiksa pula oleh juru obat."
"Lebih baik kalian bawa pulang saja." seru Buyung Im seng sambil mengulapkan
tangannya. Agaknya dayang cilik yang berada di sebelah kiri itu sudah menduga sampai di
situ dia segera tersenyum, katanya.
"Kongcu, kau harus berdiam diri cukup lama di sini, bila tidak bersantap,
bukankah kalian bakal mati kelaparan ?"
Baru saja Buyung Im seng hendak menghardik kedua orang dayang itu agar
mundur, Nyoo Hong leng telah berseru lebih dulu.
"Letakkan sayur dan arak itu di sini !"
Kedua orang dayang itu mengiakan, setelah meletakkan sayur dan arak, mereka
membalikkan badan mengundurkan diri keluar ruangan, satu di kiri, yang lain di
kanan berjaga di depan pintu.
"Pulanglah kalian berdua" kata Nyoo Hong leng lagi, "sayur dan arak ini sangat
lezat, kami dapat bersantap dengan pelan-pelan"
Dayang cilik yang berada di sebelah kiri kembali berkata.
"Kami telah mendapat perintah untuk menunggu sampai kalian berdua selesai
bersantap dan membereskan mangkuk serta cawan, sebelum mengundurkan diri
dari sini." "Kalau begitu, kalian berdua mendapat perintah untuk melihat kami bersantap
lebih dulu baru meninggalkan tempat ini ?"
"Kami berdua hanya mendapat perintah untuk menghidangkan sayur dan arak,
membereskan sayur dan mangkuk cawan sebelum mengundurkan diri dari sini,
budak berdua tak berani membangkang perintah, terpaksa akan menunggu terus di
sini." "Kejadian ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang aneh sekali.."
"Betul", sambung Buyung Im seng, "Kalau begitu meskipun dalam sayur dan arak
tersebut terdapat racun pun, kita harus mendaharnya sampai habis ?"
647 "Dalam kota batu ini, orang yang berilmu silat lebih lihai dari kalian berdua
terlalu banyak jumlahnya", kata dayang cilik di sebelah kiri itu, "banyak orang yang
bisa turun tangan membinasakan kalian berdua, budak rasa untuk membereskan
kalian, rasanya tak perlu meracuni sayur dan hidangan kalian."
"Siapa tahu kalau racun yang dicampurkan di dalam sayur dan arak itu hanya
sejenis racun yang bersifat pelan, tujuannya hanya berharap agar kami keracunan
?" "Sewaktu kami datang kemari tadi telah dipesankan, bila kongcu merasa curiga,
maka budak berdua diwajibkan mencicipi sayur dan arak ini terlebih dahulu."
"Benar-benar seorang yang bermulut tajam, siapa namamu ?"
"Budak bernama Cun Gwat"
"Seandainya sayur itu tidak beracun, berarti permainan busuknya ada di atas
cawan dan mangkuk" kata Nyoo Hong leng.
"Kalian berdua selalu menduga yang bukan-bukan saja, aku rasa tak perlu
dipikirkan lagi, kalau toh sudah datang kemari, mengapa tak menuruti saja apa
yang berada di depan mata " Apalagi kalian berdua toh tak bakal bisa keluar dari
kota batu ini, serahkan saja nasib kalian pada takdir."
Nyoo Hong leng tertawa dingin.
"Tampaknya kalian berdua bukan datang untuk melayani kami, melainkan datang
untuk mengawasi gerak gerik kami berdua ?" serunya.
"Ucapan nona kelewat serius, budak berdua tak berani menerimanya...."
Selesai berkata dia lantas memejamkan matanya dan tidak menengok ke arah
tamunya lagi. Budak yang lain seakan-akan menirukan saja semua yang diperbuat Cun Gwat,
dengan cepat dia ikut memejamkan matanya.
Buyung Im seng memandang sekejap ke arah kedua orang dayang cilik itu,
kemudian berkata. "Kalau begitu tunggu saja kalian berdua di sana ! Bila kami tak sudi bersantap,
aku tidak percaya kalau kamu berdua mempunyai upaya untuk memaksa kami
bersantap." "Betul !" sambung Nyoo Hong leng sambil tertawa, "mari kita beradu kesabaran
dengan mereka." Dia lantas menjatuhkan diri duduk bersila di atas tanah dan memejamkan mata
untuk mengatur pernapasan.
Untuk sesaat lamanya suasana menjadi hening, sepi, tak kedengaran sedikit suara
pun. Nyoo Hong leng telah merasakan pula suasana kaku yang mencekam sekeliling
tempat itu, suasana semacam ini tak mungkin bisa ditembusi dengan
mempergunakan kecerdasan maupun ilmu silat yang dimilikinya, dalam keadaan
648 demikian, terpaksa ia harus bersabar untuk sementara waktu sambil menunggu
kesempatan untuk merubah situasi di sana.
Buyung Im seng mengikuti jejak Nyoo Hong leng dengan duduk kembali ditempat
semula. Kini situasi yang amat kritis telah berada di depan mata, mati hidup mereka
sudah tak mungkin dikendalikan oleh kemampuan sendiri, berada dalam keadaan begitu,
kedua orang tersebut harus berlapang dada dengan mengesampingkan segala
kemungkinan yang terjadi, mereka duduk bersila dan mulai mengatur nafas.
Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya pertama-tama Nyoo Hong leng yang
mendusin lebih dahulu. Dia menyaksikan kakek berbaju hijau itu masih duduk di tempat duduk
berkasurnya dengan mata terpejam dan mengatur napas.
Ia mencoba untuk menghentikan sekejap suasana dalam ruangan itu, kemudian
baru menengok kembali ke arah Buyung Im seng, tampak uap panas berwarna
putih mengepul keluar dari ubun-ubunnya, dari situ dapat disimpulkan bahwa
semedinya sedang mencapai puncak yang paling penting.
Suasana dalam ruangan sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, sedemikian
heningnya sampai jatuhnya jarum pun dapat terdengar amat jelas.
Tiba-tiba kakek berjubah hijau itu membuka matanya memperhatikan wajah Nyoo
Hong leng, kemudian sambil tertawa dia manggut-manggut, tidak bersuara
maupun menegur, seakan-akan orang itu kuatir kalau suara pembicaraannya akan
mengganggu ketenangan Buyung Im seng.
Nyoo Hong leng menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu,
namun sebelum ucapan mana sempat diutarakan keluar, kakek berbaju hijau itu
telah menggoyangkan tangan kanannya berulang kali, seperti memberi tanda agar
dia jangan berbicara. xxXxx Sewaktu dia perhatikan pula keluar ruangan, dijumpainya dua orang dayang
tersebut masih berdiri di sisi kiri dan kanan di luar pintu ruangan tersebut.
Hidangan dan sayur yang berada dalam ruangan masih berada di atas meja seperti
keadaan semula. Kembali lewat berapa saat kemudian, Buyung Im seng baru mendusin dari
semedinya, dia menghembuskan napas panjang lalu pelan-pelan membuka kembali


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matanya. Kakek berbaju hijau itu segera bangkit berdiri, kemudian ujarnya sambil tertawa:
"Setelah bersemedi dan mengatur nafas sedemikian waktu, aku pikir kesehatan
maupun kesegaran tubuh kalian pulih kembali banyak bukan " Kalau ku tinjau
wajah kalian semua segar dan bersinar, bila diisi lagi dengan makanan niscaya
kesehatan dan kesegaran tubuh kalian akan bertambah baik."
Nyoo Hong leng tertawa hambar.
649 "Begitu pula yang dikatakan kedua dayang penghantar arak dan sayur tadi, mereka
menganjurkan kami untuk bersantap lebih dulu."
Kakek berbaju hijau tertawa.
"Sekarang arak dan sayur telah dingin, tentu saja tak enak kalau disantap lagi."
Kemudian sambil memperkeras suaranya, ia berseru: "Cun gwat, kemari kau !"
Cun gwat mengiakan dan melangkah masuk ke dalam ruangan, sahutnya sambil
menjura: "Budak menanti perintah."
"Kau perintahkan kepada koki untuk membuatkan beberapa macam sayur dan
sebotol arak madu yang terbaik, aku hendak menemani kedua orang tamu agung
ini untuk bersantap>"
"Budak terima perintah !"
Dia sudah membereskan sayur dan arak yang dihidangkan semula, kemudian
membalikkan badan berlalu dari sana.
Menanti kedua orang budak itu sudah pergi, kakek berbaju hijau itu berkata
sambil tertawa. "Mungkin sudah hampir dua puluh tahunan lohu tak pernah makan bersama
dengan orang lain." "Waah, hal ini berarti suatu pelayanan yang amat istimewa bagi kami berdua."
seru Nyoo Hong leng. Kakek berbaju hijau itu segera tertawa.
"Mungkin aku dan kalian berdua memang mempunyai sedikit jodoh !"
"Daripada jodoh lebih cocok kalau dibilang mempunyai sedikit hubungan
kekeluargaan." Kakek berbaju hijau itu nampak agak tertegun, tapi selang sesaat kemudian paras
mukanya telah pulih menjadi tenang kembali, pelan-pelan dia berkata:
"Bocah perempuan, apa yang sedang kau duga ?"
"Aku hanya berpendapat demikian, andaikata kau benar-benar adalah Buyung
Tiang kim mengapa tak mengakui hal tersebut " Mengapa pula kau tak berani
mengakuinya sebagai putramu ?"
Kembali kakek berbaju hitam itu tersenyum
"Nona, lebih baik jangan berlagak sok pintar," serunya.
"Seandainya kau bukan Buyung Tiang kim, mengapa pula kau tak berani
menyangkal ?" Ketika Buyung Im seng menyaksikan Nyoo Hong leng mengajak kakek berbaju
hijau itu berbicara secara langsung dan blak-blakan, dia malahan merasa sedikit
kelabakan dan tak tahu apa yang mesti dilakukan, untuk sesaat pemuda itu hanya
berdiri disamping dengan wajah termangu-mangu.
650 Seakan-akan kakek berjubah hijau itu memang berniat menghindari persoalan,
sambil tersenyum tiba-tiba menukas:
"Nona, bila ada persoalan yang hendak dibicarakan, lebih baik kita perbincangkan
selesai bersantap nanti."
"Di dunia ini penuh dengan makanan dan hidangan yang lezat, mau minum arak
wangi atau mencicipi hidangan enak rasanya ditempat mana saja dapat kami
lakukan, tak usah mesti mempertaruhkan jiwa dan raga datang ke kota batu di
bawah tanah ini." Dengan secara tiba-tiba kakek berbaju hijau itu memejamkan matanya sejenak,
untuk menahan amarah itu, ditahan kembali, pelan-pelan dia berkata:
"Setelah selesai bersantap nanti, lohu pasti akan menjelaskan semua persoalan
yang mencurigakan hati kalian."
"Aku benar-benar tidak habis mengerti." seru Nyoo Hong leng lagi.
"Apa yang hendak kau pahami ?"
"Mengapa kami harus bersantap lebih dulu ?"
Mendengar perkataan itu, kakek berbaju hijau itu tertawa dingin.
"Heeh... heeehh.. heeh, nona, sudah terlampau lama lohu tinggal di kota batu ini
sehingga muncul watak berangasan pada diriku, seandainya nona terus menerus
tidak tahu diri sehingga membangkitkan amarah lohu, jangan salahkan bila kau
akan merasakan suatu penderitaan yang akan menyiksa dirimu."
"Kami berani datang kemari, berarti soal mati hidup sudah tak kami pikirkan
lagi." Kakek berjubah hijau itu tidak memperdulikan ucapan Nyoo Hong leng lagi, sorot
matanya dialihkan ke wajah Buyung Im seng, lalu ujarnya.
"Kemarilah kau !"
Pelan-pelan Buyung Im seng maju mendekat.
"Locianpwe, kau ada perintah apa ?"
"Sebagai seorang lelaki sejati, kita tak boleh menggubris kemangkelan dari kaum
wanita, benar bukan ?"
Buyung Im seng termenung dan berpikir sebentar, kemudian katanya.
"Boanpwe tidak mengerti apa yang locianpwe maksudkan ?"
Belum sempat kakek berbaju hijau itu memberikan jawabannya, dua orang dayang
tersebut telah muncul kembali membawa sayur dan arak.
Dalam ruangan tersedia sebuah meja pendek, dua orang dayang tersebut segera
menghidangkan sayur dan arak di atas meja pendek itu, kemudian setelah memberi
hormat mengundurkan diri dari situ.
Kakek berjubah hijau itu mengambil sumpitnya dan mencicipi lebih dulu tiap
macam sayuran dengan satu suapan, lalu katanya:
"Nah, setiap macam sayur dan arak telah kucicipi, terbukti dalam sayur dan arak
tiada racunnya, kini kalian boleh bersantap dengan perasaan lega."
651 Buyung Im seng berpikir: "Dia telah bilang, setelah selesai bersantap sayur dan arak nanti, dia hendak
menghilangkan semua kecurigaan yang mengganjal dalam hati kami, entah
janjinya itu sungguhan atau tidak ?"
Berpikir demikian, dia pun berkata:
"Locianpwe, tadi kau berjanji akan menghilangkan semua persoalan yang
mencurigakan hati kami seusai kami bersantap, janjimu itu masih masuk hitungan
atau tidak ?" "Tentu saja masih terhitung," jawab kakek berjubah hijau itu sambil tertawa
hambar, "cuma kalian jangan terlalu mengharapkan yang kelewat muluk !"
"Maksud locianpwe..."
"Sudahlah, bersantaplah lebih dulu !" tukas kakek berbaju hijau itu. "sebelum
selesai bersantap, maaf kalau lohu tak akan menjawab pertanyaanmu lagi."
Buyung Im seng segera mengulapkan tangannya dan berkata:
"Nona Nyoo, seratus li yang harus kita tempuh sembilan puluh li sudah
dilewatkan, kalau toh sekarang locianpwe ini telah berjanji akan menghilangkan rasa
kecurigaan yang mencekam dalam hati kita seusai bersantap nanti apa salahnya
kalau.." "Ya, kebetulan perutku memang sedang merasa lapar," sela Nyoo Hong leng cepat.
Begitu selesai berkata, dia lantas mengambil sumpit dan mulai bersantap dengan
lahapnya. Buyung Im seng segera mengikuti jejaknya dengan mengambil sumpit dan mulai
bersantap. Pada dasarnya kedua orang itu sudah merasa lapar setengah mati, maka begitu
bersantap dengan perasaan lega, tak selang berapa saat kemudian semua hidangan
yang tersedia telah disapu sampai ludes.
Dengan tenang kakek berbaju hijau itu memperhatikan dua orang itu bersantap
sampai selesai, kemudian ujarnya sambil tersenyum.
"Kalian berdua sudah bersantap kenyang ?"
"Tidak kenyang pun boleh dianggap sudah kenyang, aku berharap bisa cepat
mengetahui hal-hal yang mencurigakan dalam hatiku."
"Baik ! Cuma lohu masih mempunyai sebuah syarat."
"Syarat apa ?" tanya Buyung Im seng.
"Ditinjau dari kemampuan kalian menemukan tempat ini, terlepas bagaimanakah
kepandaian silat yang kalian miliki, yang pasti kamu berdua tentu memiliki
kecerdasan yang amat tinggi" kata si orang berbaju hijau itu.
"Kenapa ?" tanya Buyung Im seng lagi.
652 "Aku tahu persoalan yang mencurigakan hati kalian amat banyak, mustahil buat
lohu untuk menjawabnya satu persatu, oleh karena itu aku hanya memberi batasan
seorang hanya boleh mengajukan satu pertanyaan saja." jawabnya.
Mendengar syarat itu Buyung Im seng lantas berpikir:
"Padahal persoalan yang mencurigakan hatiku bukan cuma dua hal saja, bila kau
hanya diperbolehkan mengajukan satu pertanyaan saja, tak mungkin semua
persoalan yang membingungkan hatiku dapat terpecahkan."
Tampaknya kakek berbaju hijau itu dapat menebak apa yang dipikirkan sang
pemuda, sambil tersenyum dia lantas berkata:
"Waktu di kemudian hari masih panjang, perduli berapa banyak kecurigaan
mencekam dalam hatimu, asal kalian bersedia tinggal di sini dalam jangka waktu
lama, pelan-pelan semua persoalan dapat terselesaikan dengan sendirinya."
Tiba-tiba Nyoo Hong leng menimbrung:
"Baiklah, kalau memang hanya diperbolehkan mengajukan satu pertanyaan saja,
biar aku yang bertanya lebih dulu."
"Tunggu sebentar !" cegah kakek berbaju hijau itu sambil menggoyangkan
tangannya berulang kali. ( Bersambung ke jilid 32)
653 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 32 "Kenapa " Masa kaupun hendak mengingkari janjimu memperbolehkan kami
bertanya tentang satu hal."
Kakek berbaju hijau itu tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut, dia
memanggil dua orang dayang yang berada di pintu luar, seraya perintahnya:
"Kalian bereskan dulu mangkuk dan cawan yang ada di meja dan segera
mengundurkan diri, sebelum mendapat panggilan dari lohu, siapapun dilarang
masuk kemari mengusik ketenangan kami."
Dua orang dayang tersebut mengiakan, selesai membereskan cawan dan mangkuk,
mereka segera mengundurkan diri.
Memandang hingga kedua orang dayang itu pergi jauh, kakek berbaju hijau itu
berkata. "Sekarang nona boleh mengajukan pertanyaan."
"Apakah Buyung Tiang kim masih hidup di dunia ini " Sekarang dia berada dimana
?" Kakek berbaju hijau itu termenung dan berpikir sebentar, kemudian sahutnya :
"Nona mengajukan dua pertanyaan, sedang lohu hanya dapat menjawab satu saja
diantara kedua pertanyaanmu itu."
"Putra Buyung Tiang kim berada di sini sekarang, apakah dia masih hidup di dunia
ini semestinya yang menjadi putranya lebih menaruh perhatian daripadaku, maka
aku hanya ingin tahu saat ini dia berada dimana ?"
Kakek berbaju hijau itu tersenyum.
654 "Dia berada didalam kota batu ini" jawabnya.
"Aku maksudkan sekarang dia berada dimana ?" seru Nyoo Hong leng dengan suara
dingin. Kakek berbaju hijau itu kembali tertawa.
"Dia berada didalam kota batu di bawah tanah ini, lohu toh tidak salah
menjawab !" "Aku tahu aku bakal tertipu, maka itulah kuajukan pertanyaan ini paling dulu."
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Buyung Im seng, kemudian ujarnya lebih
jauh. "Kau harus berpikir lebih dulu sebelum mengajukan pertanyaanmu, ketahuilah
pertanyaanmu itu menyangkut suatu akibat yang besar sekali, bila pertanyaanmu
itu benar, maka perubahan situasi maupun pertikaian yang ada dalam dunia
persilatan meski belum bisa dipahami secara keseluruhan, namun sudah bisa dicari
setitik cahaya terang, sebaliknya bila kau salah bertanya maka kita harus
menduga-duga saja, kesempatan baik semacam ini belum tentu ditemukan secara
mudah." Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu, Buyung Im seng memperhatikan
wajah kakek berbaju hijau itu lekat-lekat kemudian berkata :
"Aku sangat berharap kau bukan Buyung Tiang kim !"
Kakek berbaju hijau itu tertawa hambar.
"Apa yang hendak kau tanyakan " Kalau lohu menjawab pertanyaanmu itu, berarti
kau sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk mengajukan pertanyaan."
"Apakah kami berdua hanya diperbolehkan mengajukan dua pertanyaan saja ?"
kembali Buyung Im seng bertanya.
"Benar" "Aku ingin menyerahkan hak pertanyaanku ini untuk nona Nyoo seorang.."
"Bila kau percaya kalau pertanyaannya itu dapat mengungkapkan seluruh keadaan
yang sesungguhnya, tentu saja kau boleh berbuat demikian."
"Kecerdasan nona selalu jauh melebihi diriku, biarlah dia saja yang mewakili aku
mengajukan pertanyaan itu !"
"Baik !" kata Nyoo Hong leng kemudian sambil mengangguk, "ada beberapa
persoalan mungkin kau memang merasa kurang leluasa untuk menanyakannya.."
Sambil menumpangkan tangannya di atas meja pendek, dia bertopang dagu dan
termenung sambil memutar otak.
Menyaksikan keadaan nona itu, dengan suara rendah Buyung Im seng segera
bertanya. "Apa yang sedang kau pikirkan ?"
"Aku sedang berpikir bagaimana harus mengajukan pertanyaan kepadanya " Kini
sudah mengetahui Buyung Tiang kim berada didalam kota batu ini, maka aku
harus mencari suatu pertanyaan yang tak mungkin bisa dihindari lagi."
655 "Betul" ujar kakek berbaju hijau itu sambil tertawa hambar, "walaupun hanya
sepatah kata saja, namun harus dipikir dahulu dengan kecerdasan otak tingkat
tinggi." Nyoo Hong leng tersenyum.
"Bertaruh kelicikan, bertaruh akal bulus, tidak bertaruh dengan orang yang
mengingkari janji, kau tak boleh memutar balikkan duduknya persoalan yang
sebenarnya..." "Setiap jawaban yang lohu berikan, sudah barang tentu dapat dipertanggung
jawabkan" "Kau tak dapat menampak suatu jawaban, juga tak dapat mengatakan kata tidak
bukan ?" "Baik, tanyalah !"
"Aku hanya ingin beradu satu jurus ilmu pukulan dengan Buyung Tiang kim !" kata
Nyoo Hong leng pelan. Begitu mendengar perkataan itu, kakek berbaju hijau itu berdiri tertegun, jelas
dia sama sekali tak menyangka kalau Nyoo Hong leng bakal mengajukan pertanyaan
itu. Tampak sepasang matanya berkilat tajam, pelan-pelan ujarnya :
"Boleh saja, cuma lohu pun harus menerangkan satu hal dulu kepadamu"
"Soal apa ?" "Ilmu silat yang dimiliki Buyung Tiang kim sangat lihai, bila nona bersikeras
hendak beradu satu jurus serangan dengannya, kemungkinan selembar jiwamu
akan melayang." "Aku tidak takut !"
Mendadak kakek berbaju hijau itu membalikkan tubuhnya sambil mengusap ke
atas wajahnya sendiri, setelah melepaskan selembar topeng kulit manusia
pelanpelan dia membalikkan tubuhnya sembari berkata.
"Lohulah orangnya !"
Nyoo Hong leng segera menghela napas panjang.
"Sejak tadi sudah kuduga kalau kaulah orangnya, aku tidak habis mengerti
mengapa kau mesti memperlihatkan pelbagai permainan semacam ini kepada kami
?" Walaupun semenjak tadi Buyung Im seng juga berpendapat demikian, tapi setelah
kakek berbaju hijau itu mengakui asal usul sendiri yang sebenarnya, tak urung


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia merasakan juga hatinya bergetar keras.
Lama sekali dia berdiri termangu sebelum akhirnya menjatuhkan diri berlutut
seraya berkata : "Ananda menjumpai ayah !"
656 Dengan wajah amat serius Buyung Tiang kim berkata dingin.
"Jika aku ingin mencelakai kalian berdua, pada hakekatnya kalian tak akan
sanggup memasuki kota batu itu"
Dia mengulapkan tangannya, segulung tenaga pukulan yang sangat kuat segera
menahan tubuh Buyung Im seng.
"Kau boleh berdiri saja" tukasnya.
Buyung Im seng merasakan tenaga yang menahan tubuhnya itu kuat sekali,
sehingga tanpa bisa dicegah tubuhnya segera terangkat kembali dari atas tanah.
Tiba-tiba Nyoo Hong leng mendongakkan kepalanya dan menghela napas panjang.
"Aah... selama hidup kau berbuat kebajikan dan mulia, entah berapa banyak jago
persilatan yang menaruh perasaan terima kasih kepadamu, aku benar-benar tidak
habis mengerti mengapa kau harus mendirikan perguruan Sam seng bun untuk
mengobrak abrik dunia persilatan hingga kacau balau tak karuan ?"
Paras muka Buyung Tiang kim amat dingin seperti es, seperti menjawab tidak
menjawab ia berkata : "Kalau toh dalam hati kecil kalian sudah menduga kalau aku adalah Buyung Tiang
kim, tidak sepantasnya jika kalian memaksa diriku untuk mengakui identitasku
yang sebenarnya sehingga terpaksa harus menjumpai kalian dengan raut wajah
yang sebenarnya." "Walaupun lautan penderitaan tidak bertepian, berpaling adalah daratan...."kata
Nyoo Hong leng. "Tutup mulut, lohu dengan usia setua ini, masa tidak mengerti akan arti
perkataan itu ?" "Lantas apa yang hendak kau lakukan ?"
"Lohu hendak menyaksikan kalian mati di hadapanku !"
"Sebuas-buasnya harimau, dia tak akan menerkam anaknya sendiri, aku tidak
percaya kalau kau begitu tega untuk membunuh putera kandungmu sendiri..."
"Dia bukan puteraku !" seru Buyung Tiang kim tiba-tiba.
Perkataan tersebut bagaikan godam seberat ribuan kati yang menghantam di atas
dada Buyung Im seng, kontan saja membuat dia sedih, terperanjat dan tercengang.
Tapi justru perubahan yang terjadi sangat tiba-tiba ini membuatnya bersikap jauh
lebih tenang. Pelan-pelan dia menyeka noda air mata yang membasahi wajahnya, kemudian
berkata : "Ananda membawa sepucuk surat, bagaimana kalau locianpwe memeriksanya lebih
dahulu ?" Dengan cepat Buyung Tiang kim menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya
: 657 "Tak usah dilihat lagi, apa yang telah terjadi selama ini sudah kuketahui cukup
jelas." Nyoo Hong leng yang berdiri disamping, pelan-pelan bergeser ke sisi Buyung Im
seng, kemudian hiburnya dengan suara lembut :
"Ooh, toako ! Sekalipun kita enggan menyerah kalah dengan begitu saja, tentunya
kau juga tahu bukan bahwa kesempatan bagi kita untuk meninggalkan tempat ini
kecil sekali ?" Buyung Im seng merasa yaa kagum yaa malu setelah menyaksikan sikap si nona
yang luar biasa tenangnya itu, diam-diam pikirnya :
"Aaai, tampak aku memang seorang lelaki lemah, sampai seorang anak gadis pun
tidak sanggup ku ungguli."
Dan berpikir sampai di situ, perasaan hatinya yang berat mendadak menjadi lebih
terbuka dan enteng, sambil tersenyum sahutnya kemudian, "Setelah berhasil
kutemukan kita ilmu pedang dan kitab ilmu pukulan yang ditinggalkan Buyung
Tiang kim serta melatihnya dengan tekun selama banyak tahun, aku yakin masih
memiliki sedikit simpanan, akupun tak sudi menyerah kalah dengan begini saja,
sekalipun harus mati, aku akan mati dengan gagah dan ksatria, cuma saja, banyak
persoalan yang masih mencekam perasaanku, sebelum semua kecurigaan tersebut
terpecahkan, aku tak akan mati dengan mata meram."
Nyoo Hong leng mengerdipkan matanya yang jeli lalu berkata :
"Orang lain mengharapkan kita mati, hal ini disebabkan apa yang kita ketahui
sudah kelewat banyak, jangan berharap bisa mendapat kesempatan lagi untuk
melenyapkan kecurigaan yang mencekam perasaanmu sekarang..."
Kemudian setelah tertawa manis, dia melanjutkan :
"Kejadian yang tidak berkenan di hati dalam dunia ini, dari sepuluh kejadian ada
delapan sampai sembilan yang begitu, sebelum aku berjumpa denganmu,
kehidupanku selalu riang gembira. Tapi setelah bertemu kau dan merasakan apa
artinya cinta, banyak kemurungan dan kesulitan yang mulai mencekam benakku,
apalagi kita bersusah payah mencari letak perguruan tiga malaikat, untuk
membantu kau menemukan kembali ayahmu, aku telah menyanggupi untuk kawin
dengan Khong Bu siang, sekarang Buyung Tiang kim telah ditemukan tapi ia
enggan mengakui kau sebagai putranya. Aai... siapakah yang bisa menduga
sebelumnya atas semua perubahan yang berlangsung selama ini ?"
Buyung Im seng tertawa getir.
"Bagiku, sekalipun tubuh harus hancur dan remuk redam berkeping-keping, aku
rela mati. Hanya saja justru karena perbuatanku ini, aku telah menyusahkan
nona." Pelan-pelan Nyoo Hong leng menjatuhkan diri ke dalam pelukan Buyung Im seng,
tukasnya : "Ooh, toako ! Walaupun siang malam kita berkumpul terus, tapi kau adalah seorang
kongcu, seorang lelaki sejati yang amat jujur, selama ini kau belum pernah
memelukku barang sekali saja. Sekarang kita sudah hampir mati, aku ingin
memohon kepadamu agar mau memeluk tubuhku, bersediakah kau ?"
658 "Soal ini... soal ini... aku kuatir."
"Tak usah ini itu lagi, sekalipun Khong Bu siang hadir di sini sekarang, dia tak
nanti akan menyalahkan dirimu."
Buyung Im seng tak tega menampik permintaannya itu, dia segera memeluk tubuh
Nyoo Hong leng erat-erat.
Mendadak Buyung Tiang kim berkata :
"Baik ! Setelah kalian mati nanti, lohu pasti akan mengubur jenasah kalian
berdua didalam satu liang."
Nyoo Hong leng memejamkan matanya rapat-rapat, wajahnya menampilkan suatu
perasaan puas dan gembira yang tak terlukiskan dengan kata-kata, seakan-akan
kehangatan yang sebentar itu sudah cukup untuk membayar penderitaan dan
siksaan menjelang saat kematian.
Tampak gadis itu berkata dengan wajah berseri :
"Apakah kau pun hendak mendirikan sebuah batu nisan untuk kami berdua ?"
"Permintaan tersebut bukan suatu pekerjaan yang susah."
Mendadak Nyoo Hong leng meluruskan badannya dan meronta dari pelukan
Buyung Im seng, sesudah membereskan rambutnya yang kusut, dia berkata
singkat" "Cukup !" Sorot matanya dialihkan ke wajah Buyung Tiang kim, lalu tanyanya.
"Apa yang hendak kau tulis di atas batu nisan kami itu ?"
"Nona menginginkan lohu menulis apa saja di atas batu nisan kalian itu ?" Buyung
Tiang kim balik bertanya.
Mendadak Buyung Im seng menukas :
"Kau tak usah menulis apa-apa di sana, seandainya kau benar-benar Buyung Tiang
kim yang asli, seandainya kau sungguh-sungguh kesan baik terhadap kami berdua,
aku berharap kami berdua mati, kau sudi memberitahukan duduk perkara yang
sebenarnya dari semua peristiwa ini. Bagi diriku, hal ini seratus bahkan seribu
kali lebih berharga daripada kau mendirikan batu nisan untuk kami dan
mencantumkan kata-kata yang muluk diatasnya."
Buyung Tiang kim memandang kedua orang itu sekejap, kemudian membungkam
diri dalam seribu bahasa.
Ketika Buyung Im seng tidak mendengar jawaban dari Buyung Tiang kim, dengan
cepat dia berkata lagi : "Aku tahu locianpwe tak lebih hanya kuatir kami membocorkan rahasia tersebut
kepada orang lain, tetapi kalau toh kau berkeyakinan bisa membunuh kami berdua,
tentunya kau tak usah takut kami akan membocorkan rahasiamu lagi bukan ?"
Buyung Tiang kim tertawa hambar.
659 "Maksudmu kau berharap lohu membeberkan dahulu duduk persoalan yang
sebenarnya sebelum membunuh kau berdua ?"
"Ehmm.... ! Seandainya kami dapat mati dalam keadaan seperti ini, paling tidak
kami bisa mati sebagai sesosok setan yang memahami duduknya persoalan, saat itu
walaupun harus mati, kami akan mati dengan tenteram."
"Boleh" kata Buyung Tiang kim dengan wajah dingin dan serius, "tapi kalian pun
harus memenuhi dahulu sebuah permintaan lohu."
"Permintaan apa ?"
"Lohu tidak tega membunuh kalian berdua, karena itu aku berharap setelah kalian
mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, kamu berdua harus bunuh diri."
"Aku setuju !" Buyung Im seng segera berseru.
Buyung Tiang kim mengalihkan sorot matanya ke wajah Nyoo Hong leng, lalu
katanya : "Bagaimana dengan nona Nyoo ?"
"Seandainya akupun meluluskan permintaanmu itu, tapi apakah kau bersedia
untuk mempercayainya ?" tanya Nyoo Hong leng.
Buyung Tiang kim menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak percaya. Oleh karena itulah aku minta kepada kalian untuk menelan
sebutir pil beracun lebih dahulu, racun itu baru akan bekerja satu jam kemudian,
dalam waktu satu jam lohu percaya apa yang harus kuterangkan sudah selesai ku
utarakan semua." "Dengan menyerempet bahaya dan mempertaruhkan jiwa raganya Buyung kongcu
berusaha untuk menjumpai ayahnya, sekarang ayahnya telah ditemukan di sini,
tapi sebaliknya kau justru menyangkal kalau dia adalah putra kandungmu,
kejadian ini memang benar-benar merupakan suatu peristiwa aneh. Dalam dunia
ini hanya kudengar ada anak yang tak mau mengakui orang tuanya, tapi tak ada
seorangpun yang bersikeras mengaku orang lain sebagai bapaknya. Dalam hati
kecilnya bisa mengakui kau sebagai ayahnya, tentu saja hal ini berdasarkan
banyak bukti dan kenyataan. Sekarang pelbagai bukti dan kenyataan yang memenuhi
benaknya itu telah berubah menjadi pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan
hatinya, semua persoalan mana harus dibereskan dulu olehnya sampai jelas,
sehingga dengan begitu, sekalipun harus mengorbankan jiwanya, dia akan mati
dengan hati rela. Sebaliknya aku ?"
"Perkataan nona Nyoo memang benar" tukas Buyung Im seng cepat, "dia adalah
orang yang berada di luar garis dari persoalan ini, rasanya tidak perlu
mengorbankan pula selembar wajahnya."
"Kalian keliru besar", tukas Buyung Tiang kim, "sekalipun dia tak ingin tahu
persoalan ini, toh ia sama saja harus mati."
"Sekalipun begitu, tapi dalam hal mati pasti ada bedanya." kata Nyoo Hong leng
pula. "Soal mati, apa pula bedanya antara yang satu dengan lainnya ?"
660 "Aku dapat mengajakmu berkelahi, bila tak mampu menangkan dirimu, aku masih
bisa kabur, seandainya gagal kabur dari sini, aku baru akan mati, bukankah
begitu ?" Buyung Tiang kim segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh.... haaaahhhh.. haaahhh... tampaknya kau seperti tidak percaya kalau
lohu dapat membunuh kau ?"
"Seandainya kau bekerja sama dengan Buyung kongcu, aku percaya kami masih
mempunyai setitik harapan untuk melanjutkan hidup."
"Kalau toh kau memiliki kepercayaan untuk berbuat demikian, apa salahnya kalau
kau tuturkan lebih dahulu semua persoalan yang sebenarnya sebelum pertarungan
ini dilanjutkan. Karena Buyung kongcu baru bersedia melancarkan serangan
dengan sepenuh tenaga setelah dia yakin benar kalau dia bukan putra
kandungmu." Buyung Tiang kim menggelengkan kepalanya lagi.
"Aku tak bisa memberi setitik kesempatanpun bagi kalian untuk melanjutkan
hidup, bila ingin bertarung, lohu akan menemani, pokoknya sebelum kalian
menelan pil beracun itu, jangan harap bisa mendengar kisah penjelasan dari lohu
itu." "Hmmm ! Sungguh tak disangka seorang tokoh persilatan yang disanjung dan
dihormati oleh beribu-ribu bahkan berjuta-juta umat persilatan, tak lebih hanya
seorang manusia pengecut yang munafik."
Paras muka Buyung Tiang kim berubah hebat, selanya :
"Kau berani memaki lohu ?"
"Kalau memakimu lantas kenapa " Hmm, untuk menjadi seorang manusia laknat
yang berhati baja pun kau belum pantas, karena untuk menjadi seorang manusia
laknat yang berhati bejad pun dia harus memiliki gaya dan sikap seorang manusia
laknat." Sebenarnya Buyung Tiang kim hendak mengumbar hawa amarahnya tapi setelah
mendengar makian terakhir dari Nyoo Hong leng ini, semua amarahnya tiba-tiba
malah lenyap tak berbekas.
Dia tersenyum, katanya kemudian :
"Baiklah ! Lohu akan membiarkan kau memaki diriku beberapa patah kata, orang
yang bisa tidak marah meski dicaci maki tentunya seorang manusia yang
mempunyai gaya bukan ?"
Mendadak Nyoo Hong leng seperti teringat akan suatu masalah yang amat penting,
alis matanya berkernyit, kemudian termenung dan membungkam dalam seribu
bahasa. Buyung Im seng kuatir kedua orang itu kembali berbicara keras sehingga suatu
pertarungan tak bisa dihindari, buru-buru selanya :
661 "Locianpwe, bila aku telah menelan pil beracun itu, apakah kau bersedia
menerangkan duduk persoalan yang sebenarnya ?"
"Bila cuma seorang yang menelan pil beracun itu, maka lohu hanya bisa
membicarakan separuh saja."
"Baiklah, daripada mati tanpa mengetahui apa-apa, mengetahui separuh pun tak
ada salahnya, locianpwe, serahkan pil beracun itu kepadaku !"
Buyung Tiang kim merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan botol porselen,
lalu sambil menuang keluar sebutir pil berwarna merah, katanya :
"Terima obat ini dan segera kau telan !"
Buyung Im seng menyambut pil tersebut, setelah tertawa getir ujarnya :
"Setelah kutelan pil beracun ini, aku harap locianpwe bersedia menepati janji."
Mendadak terdengar Nyoo Hong leng berseru dengan suara dingin :
"Jangan telan pil tersebut !"
"Nona !" ujar Buyung Im seng, "sudah lama aku ingin mengetahui asal usulku,
kendatipun harus dibayar dengan selembar nyawaku, aku takkan keberatan."
Mendadak Nyoo Hong leng melompat bangun, teriaknya :
"Toako, kita sudah ditipu olehnya !"
"Kau bilang apa ?" Buyung Im seng nampak agak tertegun.
"Aku mengatakan kita sudah ditipu olehnya !"
"Darimana kau bisa berkata begitu ?"
"Karena dia bukan Buyung Tiang kim."
Mendadak Buyung Tiang kim menjadi naik pitam sesudah mendengar perkataan
itu, serunya. "Budak busuk, apa yang kau ngaco belokan ?"
"Nah, nah, semakin marah kau, semakin kentara kalau bukan Buyung Tiang kim."
Dia berharap Buyung Tiang kim bisa menyambung ucapannya itu, sehingga dalam
keadaan gusar dia bisa mencari penyakit tersebut dari kata-katanya.
Siapa sangka Buyung Im seng telah menimbrung lebih duluan :
"Kenapa ?" Nyoo Hong leng menghela napas panjang.
"Aaai... dimasa lampau Buyung Tiang kim disanjung dan dihormati oleh setiap
umat persilatan, dia kalau bukan seorang yang sangat baik seperti rasul, tentu
jahat sebagai manusia laknat, mustahil bobotnya terkatung-katung ditengah jalan
macam dia sekarang."
Buyung Im seng mengerdipkan matanya berulang kali, kemudian katanya lagi :


Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku masih tidak habis mengerti, dapatkah nona memperjelas perkataanmu itu ?"
662 Sebelum si nona sempat berbicara Buyung Tiang kim telah mengayunkan tangan
kanannya sambil berseru dingin :
"Budak cilik yang bicara seenaknya, lohu akan membunuhmu lebih dulu."
Wess ! Sebuah bacokan dahsyat telah dilontarkan ke depan.
Segulung tenaga pukulan yang sangat tajam dan kuat, mengikuti serangan bacokan
itu meluncur ke depan. Nyoo Hong leng segera merasakan betapa kuat dan beratnya tenaga serangan itu,
namun ia tetap menggerakkan tangannya dan menyongsong ancaman dengan
keras. Belum serangan mereka beradu, Nyoo Hong leng merasa segulung tenaga serangan
yang maha berat dan kuat mendesak tiba dan menekan tubuhnya, memaksa
serangannya terpental balik dan tubuhnya terdorong ke belakang.
Kembali Buyung Tiang kim terbahak-bahak.
"Budak ingusan yang cerewet dan banyak bicara, lohu akan membacok mati dirimu
di ujung telapak tanganku !"
Telapak tangan kirinya diayunkan ke depan, sekali lagi dia melancarkan sebuah
pukulan ke arah tubuh gadis tersebut.
Berada di bawah tekanan pukulan yang maha dahsyat dari telapak tangan kanan
pihak lawan, Nyoo Hong leng merasa tak kuasa menahan diri, apalagi menyaksikan
telapak tangan kiri lawan sudah membacok di atas kepalanya, berada dalam
keadaan seperti ini, tidak mungkin lagi baginya untuk memisahkan diri guna
membendung datangnya ancaman tersebut.
Tiba-tiba terdengar Buyung Im seng membentak keras, telapak tangan kanannya
diayunkan ke depan menyambut datangnya serangan tersebut.
Dengan cepat Buyung Tiang kim menarik kembali telapak tangannya sambil
mengundurkan diri, jengeknya sambil tertawa dingin :
"Kalian berdua memang sudah seharusnya bekerja sama semenjak tadi !"
"Locianpwe, harap kau dengarkan dulu penjelasan boanpwe...." kata Buyung Im
seng. Tapi sebelum si anak muda itu menyelesaikan kata-katanya, Buyung Tiang kim
telah menukas kembali : "Lohu tidak punya waktu untuk mengajak kalian bersilat lidah, sedangkan kalian
berdua jika tidak turun tangan lagi, lohu tak akan memberi kesempatan baik untuk
kalian lagi." Nyoo Hong leng segera berseru dengan suara lantang :
"Toako, bertarunglah dengan perasaan lega, dia bukan Buyung Tiang kim yang
asli." Buyung Tiang kim tertawa dingin, sepasang telapak tangannya telah direntangkan
melancarkan serangan gencar ke arah kedua orang muda mudi itu....
663 Sementara itu, Buyung Im seng telah mulai menaruh curiga pula terhadap
kedudukan yang sebenarnya dari orang yang mengaku bernama Buyung Tiang kim
ini, di bawah desakan lawan dengan serangan yang gencar, terpaksa ia harus turun
tangan melancarkan serangan balasan.
Nyoo Hong leng mengigos ke samping, lalu menyerang dari sisi kanan Buyung
Tiang kim. Menghadapi sergapan tersebut, Buyung Tiang kim segera merubah gerakan
serangannya, jurus-jurus serangan aneh digunakan secara beruntun, semua
ancamannya hampir sebagian besar tertuju ke jalan darah kematian ditubuh kedua
orang itu. Di bawah ancaman dan desakan yang beruntun dari pihak lawan, apalagi
semuanya ditujukan ke bagian tubuh yang mematikan, terpaksa Buyung Im seng
dan Nyoo Hong leng harus turun tangan juga.
Pertarungan ini benar-benar amat seru, pada hakekatnya merupakan pertarungan
paling sengit yang belum pernah dialami Buyung Im seng maupun Nyoo Hong leng
sebelumnya. Pada permulaan pertarungan, kerja sama antara kedua orang itu masih asing dan
kurang ada kerja sama yang baik, seringkali posisi mereka terjepit dan malahan
kena didesak lawan sehingga mundur kalang kabut.
Tapi setelah bertarung puluhan jurus kemudian, kerja sama Buyung Im seng
dengan Nyoo Hong leng sudah bertambah erat, mereka pun sudah terbiasa dengan
suasana yang dihadapinya, sehingga usaha mereka untuk saling tolong menolong
makin matang dan cekatan.
Dalam waktu singkat, ketiga orang itu sudah bertarung sengit mencapai seratus
gebrakan lebih. Kakek tersebut benar-benar memiliki tenaga dalam yang amat sempurna,
sekalipun sudah bertarung ratusan jurus melawan dua orang muda tangguh,
bahkan saja tak nampak gejala mulai letih, malahan makin bertarung ia kelihatan
Pendekar Super Sakti 17 Pendekar Rajawali Sakti 152 Istana Goa Darah Kisah Si Bangau Putih 8

Cari Blog Ini