Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id Bagian 18
sepanjang tahun." "Tak usah. Ke empat orang dayang itu semuanya menaruh cinta kasih yang
mendalam kepadaku." jawabnya kemudian.
( Bersambung ke jilid 36)
751 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 36 Sejak Nyoo Hong leng bersama Khong Bu siang, dia selalu bermuram durja dan tak
pernah tersenyum, tapi sekarang tiba-tiba saja sekulum senyuman menghiasi
wajahnya, kembali dia melanjutkan :
"Walaupun ke empat orang dayang itu rata-rata berwajah cantik, tapi mereka
sudah cukup lama berkumpul denganmu, soal menyukai yang baru, jemu dengan
yang lama sudah menjadi watak manusia, aku menjadi istrimu juga mempunyai
banyak cacatnya, tapi aku memiliki suatu kelebihan yakni aku tidak gampang
cemburu. Sebaliknya " kalau orang lain yang menjadi istrinya, kalau bisa mereka
ingin mengikat suaminya dengan tali sehingga sama sekali tak mampu berkutik,
itulah sebabnya aku berharap kau mencari beberapa orang selir cantik untuk
menemanimu." Khong Bu siang segera mendengus dingin.
"Hmm, kau berharap aku mempunyai beberapa orang selir cantik ?"
"Setahun terdiri dari tiga ratus enam puluh lima hari, seandainya kau mempunyai
tiga ratus enam puluh lima orang selir, maka sepanjang tahun kau akan
didampingi oleh selir yang berbeda-beda, kau tak akan merasa bosan."
"Kau telah salah menilai akan diriku." ujar Khong Bu siang dingin.
Menyaksikan rasa gusar dan sedih bercampur aduk di atas wajah Khong Bu siang,
Nyoo Hong leng menghela napas sedih, tanyanya :
"Kau marah ?" Khong Bu siang segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku tak berani marah, tapi juga tidak berharap kau menganggap aku sebagai
seorang hidung bangor yang gemar perempuan."
752 Setelah berhenti sejenak lanjutnya.
"Mengenai ke empat dayang tersebut, orang lain juga yang mengantarkan bagiku,
aku mengerti mereka berharap aku terpikat oleh kecantikan perempuan hingga
ambisiku menjadi pudar, dengan demikian aku akan menjadi seorang toa sengcu
yang punya nama tapi tak punya kekuasaan apa-apa."
"Kalau mendengar kedudukanmu sebagai toa sengcu yang punya nama tak ada
kekuasaan, aku jadi teringat akan satu persoalan. Persoalan itu sudah lama
kupikirkan, tapi selama ini tak pernah mengerti."
"Soal apa ?" "Orang itu tak lebih hanya berharap meminjam kekuatanmu untuk menjadi salah
seorang pemimpin boneka dari Sam seng bun. Mengapa dia mengajarkan pula ilmu
silat kepadamu sehingga kau menjadi seorang jagoan yang berilmu tinggi ?"
"Sebab dia masih mempunyai tujuan lain, dia ingin meminjam kekuatanku untuk
menaklukan seorang musuh tangguhnya bila terjadi suatu pertempuran sengit, oleh
itu bukan saja dia telah mewariskan ilmu silat maha sakti kepadaku bahkan
membentuk pula diriku jauh lebih tangguh."
"Oooh... tampaknya kau masih menyimpan banyak rahasia dalam hatimu yang
belum kau ungkapkan ?"
"Ucapanmu itu tidak semuanya benar."
"Kita adalah suami istri, jangan kau pergunakan cara dan sistem pembicaraanmu
terhadap musuh untuk berbicara denganku."
"Aku berbicara sebetulnya, aku memang tidak mengungkapkan semua yang
kuketahui kepadamu, tapi persoalan tersebut merupakan kesimpulan sendiri
setelah mengamati secara diam-diam, mungkin benar, mungkin juga salah, aku tak
punya pegangan apa-apa, tentu saja tak bisa dikatakan sebagai suatu rahasia."
"Rupanya begitu."
Setelah berhenti sejenak, terusnya :
"Sekarang, kecuali aku tak ada orang lain, apakah kau bersedia memberitahukan
rahasia tersebut kepadaku ?"
"Tentu saja boleh, suami istri memang merupakan suatu kesatuan, sudah putranya
kalau kuberitahukan hal ini kepadamu."
Setelah menghembuskan napas panjang, dia menambahkan.
"Mari kita sambil jalan berbincang-bincang."
Dia lantas melangkah pergi dari situ.
Buru-buru Nyoo Hong leng memburu ke depan dan berjalan mendampingi Khong
Bu siang. Mimpi pun kedua orang itu tidak menyangka kalau Buyung Im seng bisa
bersembunyi dibalik pohon menyadap pembicaraan mereka. Oleh sebab itu
pembicaraan mereka berdua dilakukan dengan suara keras.
753 Buyung Im seng dapat mendengarkan semuanya amat jelas, dia mempergunakan
kesabaran yang paling besar untuk menahan gejolak dalam hatinya.
Menanti kedua orang itu sudah pergi jauh, dia baru melompat turun dari atas
pohon. Entah sejak kapan Buyung Tiang kim sudah selesai bersemedi dan duduk di situ,
sambil tersenyum ujarnya kemudian kepada Buyung Im seng.
"Nak, sudah kau dengar semua ?"
Buyung Im seng manggut-manggut.
"Dan ayah ?" "Aku pun sempat mendengar sebagian besar, cuma latar belakangnya aku sudah
mengerti." Setelah menghela napas panjang, Buyung Im seng bertanya :
"Ayah, apa yang harus ananda lakukan sekarang ?"
"Kau pun boleh menyusulnya."
"Menyusul mereka ?" Buyung Im seng tertegun.
"Benar ! Bukankah kau masih mempunyai banyak persoalan untuk dilaksanakan ?"
"Tapi aku seorang diri..."
"Akan kuutus orang untuk membantumu, Lian Giok seng, masih ada nona Kwik,
semuanya akan berlalu dari sini dengan selamat. Perguruan Sam seng bun
mempunyai mata-mata dalam jumlah banyak, setiap saat kau bisa mengetahui
tempatmu berada." "Untuk meninggalkan tempat ini aku harus melalui banyak tempat berbahaya,
ananda kuatir tak akan berhasil melampaui semua pos penjagaan tersebut."
Buyung Tiang kim segera tertawa.
"Khong Bu siang mempunyai kemampuan untuk menaklukan pos-pos penjagaan
tersebut, asal kau membuntuti mereka di belakang mereka, sudah pasti akan bisa
melewati penjagaan-penjagaan itu dengan aman dan selamat."
Dengan perasaan bimbang dan tidak habis mengerti Buyung Im seng segera
bertanya : "Tampaknya ayah suruh ananda melakukan perjalanan bersama-sama mereka..."
"Kalian dapat bertemu tanpa sengaja, sebab di sini hanya terdapat sebuah jalan
keluar." "Ananda masih belum memahami maksud dan tujuan ayah yang sesungguhnya....?"
"Keputusan inipun kuambil menurut keadaan. Nak, percayalah padaku, ayah tak
akan mencelakai dirimu."
"Apakah ayah bisa menerangkan dulu latar belakangnya ?"
Buyung Tiang kim segera menggeleng.
754 "Aku tak bisa mengungkapkan secara garis besarnya, tapi aku dapat merasakan
kalau nona Nyoo sedang berada di suatu keadaan yang berbahaya sekali."
"Maksudmu Khong Bu siang akan mencelakainya ?"
Dengan wajah berubah menjadi serius, Buyung Tiang kim menjawab :
"Keampuhan ilmu silat yang dimiliki Khong Bu siang jauh di luar dugaanku. Dan
lagi dia tak pernah menggunakannya dengan sepenuh tenaga, dia tak akan
melepaskan kedudukannya sebagai Toa sengcu dengan begitu saja. Cuma saja, dia
ingin merubah kedudukannya dari seorang boneka yang turut perintah saja
menjadi seorang pemimpin yang benar-benar mempunyai kekuatan besar."
Buyung Im seng merasa terperanjat sekali sesudah mendengar perkataan itu tapi
dia tak berhasil menemukan hubungan antara persoalan itu dengan Nyoo Hong
leng. Tampaknya Buyung Tiang kim dapat melihat keraguan dalam hati Buyung Im
seng, dia segera melanjutkan :
"Walaupun Nyoo Hong leng sangat pintar, tapi dia kurang licik dan kurang berakal
muslihat, tak mungkin dia bisa menangkan Khong Bu siang. Kini Khong Bu siang
bersabar dan menahan diri terus karena dia mempunyai rencana busuk lainnya, dia
hendak menaklukan Nyoo Hong leng lalu memperalat gadis itu."
"Apa sangkut pautnya antara Nyoo Hong leng dengan ambisinya untuk menguasai
jagad ?" "Nak, ayah hanya mempunyai perasaan demikian, kalau kau suruh aku
mengungkapkan latar belakangnya, terus terang saja aku tidak mampu. Tapi
berdasarkan pengalamanku selama puluhan tahun, persoalan ini tak bakal salah
lagi, cepatlah menyusul mereka !"
Buyung Im seng memang menaruh rasa cinta yang amat mendalam terhadap Nyoo
Hong leng, setelah mendengar betapa gawatnya situasi, dia tak berani banyak
bertanya lagi, sambil memutar badan pemuda itu segera lari meninggalkan tempat
itu. "Nak, tunggu sebentar !" buru-buru Buyung Tiang kim berseru.
Buyung Im seng berhenti lalu membalikkan tubuhnya.
"Ayah, kau masih ada pesan apa lagi ?" tegurnya.
Dari dalam sakunya Buyung Tiang kim mengeluarkan sebuah kotak kemala, lalu
ujarnya : "Nak, terimalah kotak kemala ini."
"Apa isi kotak kemala ini ?"
"Dalam kotak kemala tersebut terdapat macam pil, semacam berwarna putih,
semacam lagi berwarna merah darah, yang putih untuk mengobati luka dalam,
khasiatnya luar biasa, begitu diminum selain menyembuhkan luka juga
memulihkan kekuatan badan di dalam waktu yang singkat, sehingga kekuatanmu
untuk bertempur cepat pulih kembali, sedangkan pil berwarna merah itu
merupakan obat yang amat beracun, tapi dapat juga memancarkan seluruh
755 kekuatan yang ada didalam tubuh sehingga apa yang dimiliki bisa digunakan
semuanya. Dalam menghadapi pertempuran sengit, khasiatnya akan besar sekali,
tapi bila sisa tenaganya terkuras habis, disaat itu pula nyawa pun akan turut
berakhir." "Lantas dimanakah letak maksud dan tujuan ayah memberikan sekotak obat ini
kepadaku ?" "Simpan saja untuk dipergunakan bilamana perlu, sebab ilmu silat yang dimiliki
Khong Bu siang jauh lebih tangguh darimu, mungkin kecerdasannya pun melebihi
kecerdikanmu, maka ada kalanya kau perlu membutuhkan bantuan dari luar untuk
melindungi keselamatan sendiri."
"Ananda masih kurang mengerti, dengan adanya obat ini bagaimana aku harus
memanfaatkannya ?" "Berikan kepada orang-orang Sam seng bun !"
Seakan-akan memahami sesuatu, Buyung Im seng segera manggut-manggut
berulang kali. Terdengar Buyung Tiang kim menyambung lebih jauh :
"Orang yang kuutus untuk membantumu semuanya mengenakan sekuntum bunga
segar di tubuhnya, bilamana perlu kau berikan obat berwarna merah itu kepada
mereka, jika mengenakan tanda bunga berwarna putih."
"Maka aku harus memberikan obat putih kepada mereka ?" sambung Buyung Im
seng cepat. "Benar !" jawabnya membenarkan.
"Maksud ayah apakah kau kuatir jika ananda suatu saat bakal menjumpai mara
bahaya ?" "Ditambah kau dan Nyoo Hong leng, belum tentu kau sanggup menandingi Khong
Bu siang, bayangkan saja apakah kalian tidak membutuhkan bantuan orang lain ?"
tanyanya kemudian. "Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih kepada ayah." buru-buru Buyung Im
seng menjura, memberi hormat kepada sang ayah.
Kembali Buyung Tiang kim merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebilah
benda berbentuk pedang, sambil diangsurkan ke depan kemudian katanya lagi :
"Nak, bawalah juga benda ini, tetapi bila keadaan tidak amat kritis, jangan kau
gunakan secara sembarangan."
"Benda apa pula ini ?" tanya Buyung Im seng segera menerima pemberian benda
tersebut. "Benda itu bernama Kiam leng, jangan kau lihat hanya berbentuk pedang pendek,
padahal benda tersebut merupakan benda yang paling berkuasa dalam kota batu di
bawah tanah maupun perguruan Sam seng bun."
756 Buyung Im seng setengah percaya, setengah tidak, tapi kuatir Nyoo Hong leng
sudah terlanjur jauh, dia segera lari meninggalkan tempat itu.
Memandang kepergian Buyung Im seng yang tergesa-gesa, Buyung Tiang kim
menggelengkan kepalanya berulang kali, setelah menghela napas panjang tak
tahan ia tersenyum pula. Buyung Im seng cukup menyadari betapa berbahayanya keadaan dalam hutan,
pepohonan dan bebungaan itu, bila orang tak mengerti tentang perubahan ngo heng
dan bila sampai terjerumus ke dalam hutan belukar tersebut sudah pasti akan
sulit untuk keluar kembali. Oleh sebab itu dia berjalan sangat berhati-hati, dengan menelusuri jalan kecil
dia bergerak maju ke depan. Tak selang berapa saat kemudian, dia sudah melihat bayangan punggung dari
Khong Bu siang serta Nyoo Hong leng.
Kedua orang itu berjalan bersanding dan meneruskan perjalanan dengan sangat
lamban, tampaknya sambil berbicara mereka melanjutkan perjalanannya...
Mendadak Nyoo Hong leng berhenti, Buyung Im seng yang kuatir kelihatan kedua
orang itu buru-buru menyingkir ke samping.
Benar juga, Khong Bu siang ikut berhenti dan mengucapkan beberapa patah kata
dengan suara lirih, kemudian mereka meneruskan perjalanannya ke depan.
Buyung Im seng berada agak jauh dari kedua orang itu, suara pembicaraan mereka
pun sangat lirih sehingga sulit bagi anak muda itu untuk menangkap apa yang
mereka bicarakan, tapi dilihat dari mimik wajah Khong Bu siang, jelas kedua
orang itu sedang merundingkan suatu persoalan.
Menanti kedua orang itu berjalan lagi sejauh berapa kaki, Buyung Im seng baru
bangkit berdiri dan mengejar ke depan.
Beberapa puluh kaki sudah lewat, tampak Nyoo Hong leng berhenti kembali
sebaliknya Khong Bu siang meneruskan perjalanannya seorang diri.
Pelan-pelan Nyoo Hong leng duduk lalu memandang ke tengah udara dengan wajah
tertegun. Melihat itu, Buyung Im seng segera berpikir :
"Sekalipun sekarang aku dapat menghindari mereka, tapi sebentar toh tak urung
akan bertemu jua dengan mereka, bila sudah bersua maka mustahil lagi baginya
untuk menghindar, toh lebih baik aku berjumpa dengannya pada saat ini juga.
Dalam hati kecilnya dia memang ingin sekali cepat-cepat bersua dengan Nyoo Hong
leng, dia lantas mendapatkan suatu alasan yang tepat, tanpa terasa dengan
keberanian yang membara dia maju ke depan dengan langkah lebar...
Entah apa yang sedang dipikirkan Nyoo Hong leng waktu itu sampai Buyung Im
seng tiba di sisinya, dia baru melihat kemunculan anak muda itu.
Sambil berseru tertahan dia lantas melompat bangun, serunya :
"Kau...." 757 "Aku pun hendak pergi meninggalkan tempat ini" seru Buyung Im seng cepat-cepat
dengan wajah berubah menjadi merah.
Paras muka Nyoo Hong leng yang semula diliputi rasa kaget dan keheranan lambat
laun menjadi tenang kembali, ujarnya kemudian.
"Jadi kau bukan datang kemari untuk menyusulku ?"
Buyung Im seng termenung sebentar, kemudian menjawab.
"Entah aku datang untuk menyusulmu atau bukan, tapi kita telah bersua kembali
sekarang." Pelan-pelan Nyoo Hong leng duduk kembali.
"Sesudah bertemu lantas bagaimana ?"
"Aku sendiri pun tidak tahu" sahut Buyung Im seng sambil tertawa getir.
"Kedudukan sekarang telah berbeda..." paras muka Nyoo Hong leng berubah serius.
"Aku tahu, aku sudah menjadi Khong hujin."
"Beritahu kepadaku secara jujur, Buyung Tiang kim di kota batu di bawah tanah
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu apakah yang asli ?"
"Benar" "Apakah ayahmu ?"
"Sekarang seharusnya memang demikian."
"Kalau benar ya benar, bukan ya bukan, mana ayah seseorang boleh dianggap
dengan begitu saja ?"
"Baiklah, aku akan memberitahukan keadaan yang sebenarnya, semoga kaupun
bersedia untuk menjagakan rahasiaku ini."
"Katakan saja, aku bersedia untuk tidak membocorkan rahasiamu itu.."
"Dia memang merupakan Buyung Tiang kim yang asli, tapi aku bukan putra
Buyung Tiang kim yang sesungguhnya..."
"Maksudmu hingga kini kau masih belum memahami asal usul sendiri.. ?"
"Aku sudah mengetahui asal usul sendiri, bila ku utarakan nanti, harap kau
jangan menertawakan." "Asal usul bukan suatu hal yang mutlak haru besar, karena kesuksesan munculnya
dari perjuangan, bila aku bersahabat denganmu, maka yang kupandang adalah
dirimu, terlepas dari manakah asal usulmu dan siapakah orang tuamu."
Buyung Im seng menghembuskan napas panjang.
"Aku adalah seorang putra pelayan dalam gedung keluarga Buyung, cuma saja...."
Sampai sekian lamanya dia masih belum mampu untuk melanjutkan perkataan
tersebut. Nyoo Hong leng yang menyaksikan kesedihan yang meliputi wajahnya, timbul juga
perasaan tak tega dihati gadis tersebut, segera ujarnya kemudian dengan lembut.
758 "Toako, apakah kau merasa sedikit agak sedih ?"
Buyung Im seng mendongakkan kepalanya memandang ke angkasa, lalu tertawa
getir. "Padahal kebahagiaan hidup seseorang di dunia ini semuanya hanya tergantung
pada sudut pandang seseorang, apa yang dirasakan masing-masing orang."
"Ucapanmu ini memang benar, misalkan saja perjumpaan kita, menurut kau
sesuatu yang berbahagia atau tidak ?"
"Soal ini, soal ini... aku merasa berterima kasih sekali kepada nona..."
Nyoo Hong leng segera tersenyum.
"Tak usah berterima kasih kepadaku, segala persoalan muncul atas dasar kerelaan
hatiku sendiri." "Tapi kau toh berbuat demikian demi aku ?"
"Aku hanya berharap kau bisa gembira, berharap segala yang kau inginkan bisa
terpenuhi." "Tapi kau harus membayar dengan pelbagai macam siksaan dan penderitaan garagara
urusanku." "Itulah sebabnya aku berharap kau bisa hidup gembira, bila aku tahu kau merasa
gembira maka aku baru bisa melewatkan hidupku dengan hati yang tenang pula."
Mendadak suara deheman pelan memotong ucapan Nyoo Hong leng yang belum
diucapkan. Ketika berpaling, tampak Khong Bu siang sambil bergendong tangan sudah berdiri
satu kaki di hadapan mereka.
Mendadak Buyung Im seng merasa pipinya terasa panas, pelan-pelan dia mundur
sejauh dua langkah. Nyoo Hong leng segera mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap ke arah
Khong Bu siang, kemudian tegurnya :
"Segala sesuatunya telah kau kerjakan hingga selesai ?"
Khong Bu siang tertawa dan mengangguk.
"Ya, segala sesuatunya telah ku selesaikan."
Kemudian setelah berpaling dan memandang sekejap ke arah Buyung Im seng,
katanya pula sambil tertawa :
"Apakah saudara Buyung bermaksud meninggalkan kota batu di bawah tanah itu ?"
"Siaute masih ada satu persoalan..."
"Kalau begitu mari kita menempuh perjalanan bersama-sama" tukas Khong Bu
siang cepat, "terhadap saudara Buyung, akupun selalu menyimpan sebagian rasa
berterima kasih." "Kau berterima kasih kepadaku ?"
759 "Betul ! Seandainya tiada saudara Buyung, selama hidupku kini mungkin tak akan
bisa bertemu dengan nona Nyoo. Hanya dalam soal ini saja aku sudah sepantasnya
berterima kasih kepadamu sepanjang masa."
Buyung Im seng merasakan ucapan mana seperti pisau yang menusuk ke dalam ulu
hatinya, namun di luar wajahnya dia toh sempat mengulumkan sekulum senyuman
ramah. "Ooh, rupanya begitu."
Khong Bu siang mengangkat bahunya dan tertawa.
"Walaupun siaute hanya seorang sengcu boneka, tapi toh aku punya nama dan
kekuasaan juga sebagai seorang sengcu boneka."
"Apa maksud perkataan itu ?" Nyoo Hong leng segera menegur.
Kembali Khong Bu siang tertawa.
"Maksudku sangat sederhana, kedudukanku sebagai seorang sengcu boneka hanya
diketahui oleh beberapa gelintir manusia belaka, sedang sisanya tidak tahu
menahu, dalam anggapan mereka aku masih tetap seorang Toa sengcu, seorang toa
sengcu yang mempunyai kewibawaan dan kekuasaan luar biasa."
"Sepanjang hari mengenakan kain cadar untuk menutupi wajahmu, kendatipun
mereka tidak mengetahui kalau di belakangmu masih ada otak yang mengatur
segala-galanya, toh mereka juga tak akan mengenali dirimu... "
Khong Bu siang segera tersenyum.
"Latar belakang perguruan tiga malaikat sangat kalut dan kacau balau tidak
karuan, bila tidak pergunakan sedikit akal dan tipu muslihat memang sulit untuk
hidup lebih jauh dalam keadaan selamat. Oleh sebab itu sesaat setelah diangkat
menjadi Toa sengcu, secara diam-diam aku telah memupuk suatu kekuatan, sayang
aku bertindak lambat sehingga kekuatan yang berhasil ku pupuk tidak terlampau
besar, diantara mereka ini, banyak diantaranya yang pernah melihat raut wajah
asliku..." Nyoo Hong leng termenung beberapa saat, kemudian berkata :
"Orang-orang yang berjaga dimulut keluar sana, apakah termasuk juga salah
seorang anak buah yang kau bina ?"
"Benar, pemimpin dari mereka pernah berjumpa denganku."
Pelan-pelan dia mengeluarkan selembar kain cadar dan dikenakan kembali di atas
wajahnya, kemudian katanya :
"Saudara Buyung, maaf kalau siaute terpaksa mesti mengenakan kembali kain
cadar ini untuk sementara waktu, untuk saat begini aku harus berperan kembali
sebagai Toa sengcu, konon dalam jalan menuju keluar ini telah dipasang dan
dilengkapi dengan banyak ragam alat rahasia serta jago-jago lihai yang melakukan
perondaan, bila aku dengan kedudukanku sebagai Toa sengcu dapat melewati
secara mudah, rasanya kita pun tak usah lagi beradu kekuatan dengan mereka."
"Berbicara menurut apa yang pernah kujumpai, aku rasa dengan tenaga gabungan
kita bertiga belum tentu dapat menerjang keluar, jika saudara Khong bisa
760 menggunakan kedudukanmu sebagai toa sengcu untuk menembusi penjagaan
mana, tentu saja hal tersebut jauh lebih baik lagi."
"Kita coba saja nanti, aku akan segera menjadi petunjuk jalan untuk kalian."
Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng saling berpandangan sekejap, kemudian
mereka sama-sama mengurungkan niatnya untuk berbicara.
Kedua orang itu sama-sama mempunyai suatu perasaan yang tajam dan berat, tapi
dalam saling bertatapan mata itulah kedua belah pihak saling bersabar dan tak
berbicara lagi. Ternyata Khong Bu siang masih memiliki kekuasaan dan wibawa seorang Toa
sengcu, semua penjaga rata-rata berdiri dengan tangan lurus ke bawah dan
menjalankan penghormatan besar.
Kereta kencana telah dipersiapkan sejak tadi, seorang kakek berjubah hitam yang
mirip seorang komandan regu dengan hormat sekali menghantar mereka bertiga
naik ke atas kereta tersebut.
Walaupun kakek itu memperlihatkan sikap agak curiga terhadap Buyung Im seng
dan Nyoo Hong leng, tapi berhubung hati mereka sudah dibikin keder oleh
kewibawaan Toa sengcu nya, maka ia pun tak berani banyak bertanya lagi.
Perjalanan yang berbahaya dan terasa berat sekali itu, di luar dugaan dapat
dilalui dengan lancar dan sama sekali di luar dugaan, sepanjang jalan mereka tidak
menemukan hadangan-hadangan apapun.
Khong Bu siang dengan mengenakan kain cadar hitamnya tetap duduk tegak tanpa
berkutik sementara Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng juga tidak mengucapkan
sepatah katapun. Hingga mendekati pintu gerbang utama, Nyoo Hong leng baru menghela napas
panjang sambil bergumam :
"Sungguh tak kusangka semuanya bisa berjalan dengan lancar..."
Ucapan tersebut diutarakan dengan suara yang tak terlalu keras, tapi pintu batu
yang sudah dinaikkan setinggi dua kaki itu mendadak ditutup kembali.
Kemudian terdengar seseorang menegur dengan suara dingin :
"Siapakah kalian bertiga ?"
Nyoo Hong leng tahu kalau bencana itu timbul gara-gara dia banyak mulut, untuk
sesaat wajahnya dibikin tertegun.
Khong Bu siang membalikkan tubuhnya dan menggenggam tangan kiri Nyoo Hong
leng dengan pelan, kemudian bisiknya,
"Tidak apa-apa, biar aku yang menghadapinya"
Sementara itu suara dingin tadi kembali berkumandang.
"Bila kalian bertiga tak mau menjawab pertanyaan lohu, asal turunkan perintah
dalam sekejap saja kalian akan dibikin mampus dengan tubuh berubah menjadi
gumpalan darah." 761 Khong Bu siang segera mendehem berat-berat, kemudian katanya :
"Tahukah kau sedang berbicara dengan siapa "
"Siapakah kau ?" tegur suara dingin itu.
"Masa dengan akupun tidak kenal ?"
"Baru saja aku mendapat kabar dari Thio Toucu, konon diantara kalian bertiga,
ada seorang diantaranya adalah Toa sengcu dari perguruan kami..."
"Betul, akulah Toa sengcu."
Sementara itu Nyoo Hong leng berkata lagi dengan menggunakan ilmu
menyampaikan suara : "Buyung toako, orang itu bilang dalam waktu singkat tubuh kita akan hancur
menjadi gumpalan darah, apakah benar perkataan itu ?"
Dengan ilmu menyampaikan suara pula, Buyung Im seng menjawab.
"Dibalik lubang-lubang itu terdapat alat rahasia yang berat, sedang disekitar
tempat ini pun penuh dengan jago lihai yang melakukan penjagaan, tempat ini
merupakan tempat penting dari perguruan Sam seng bun untuk masuk keluar,
tentu saja dijaga oleh jagoan kelas satu mereka, kalau didengar dari nada
pembicaraan mereka, meski mungkin agak dibesarkan, tapi kebanyakan tidak
bohong." Sementara itu suara dingin tadi telah berkata lagi :
"Kau mengatakan dirimu adalah Toa sengcu perguruan kami, apakah mempunyai
sesuatu yang bisa dijadikan bukti."
"Aku adalah pemimpin tertinggi dalam Sam seng tong, barang bukti apa yang
kuperlukan ?" "Tapi lohu tak dapat membedakan identitasmu ?"
"Peraturan perguruan kita sangat keras, kau berani bersikap kurang sopan
kepadaku, tampaknya benar-benar menginginkan siksaan dipotong-potong
mayatmu dengan lima golok." bentak Khong Bu siang kemudian.
Orang itu tidak berbicara lagi, dalam lorong yang gelap pun suasana menjadi
sangat tenang, sedemikian tenangnya sehingga jatuhnya jarumpun dapat
kedengaran jelas. Lama kemudian, dari balik kegelapan baru kedengaran lagi seseorang berkata
dengan suara yang amat lembut.
"Harap Sengcu jangan marah, kami mendapat tugas untuk menjaga pintu yang
merupakan kunci terpenting dari perguruan kita, dalam menghadapi tugas mau tak
mau harus bersikap waspada dan berhati-hati, barusan Hoat hong tianglo tidak
tahu akan kedudukan sengcu sehingga membuat dosa dan kesalahan kepadamu,
harap Toa sengcu jangan memikirkan persoalan ini didalam hati."
Khong Bu siang kuatir kalau ucapan yang kelewat mendesak akan menyebabkan
timbulnya napsu membunuh dipihak lawan, maka pelan-pelan dia berkata lagi :
762 "Sekarang aku harus meninggalkan Seng tong untuk menyelidiki suatu persoalan.
Mengingat kalian tak mengenal maka peristiwa hari ini ku anggap tak ada, namun
jika di kemudian hari berani bersikap kurang sopan lagi kepadaku, akan kuhukum
dengan peraturan yang berlaku."
"Pesan Sengcu akan kami semua perhatikan."
Setelah berhenti sejenak, orang itu berkata lagi :
"Sengcu, tahukah kau akan asal usul dari dua orang yang berada bersamamu itu ?"
"Yang seorang adalah Buyung kongcu, sedangkan yang lain adalah nona Nyoo Hong
leng, masa aku tak kenal ?"
"Mereka semua bukan anggota Sam seng bun kita !" katanya kemudian.
"Sewaktu datang memang bukan, tapi aku berani membawa mereka pergi dari sini,
tentu saja mereka sudah menjadi anggota perguruan kita !" jawabnya
menerangkan. "Ooh, rupanya begitu. Maaf toa-sengcu."
"Tugas di dalam Seng tong masih sangat banyak, aku tak bisa kelewat lama berada
di luar dan harus cepat pergi cepat kembali, kalian cepat membuka pintu
rahasia." "Segera akan kami laksanakan."
Pintu rahasia yang telah tertutup itu, pelan-pelan bergerak naik kembali.....
Cahaya terang segera menembus keluar dari balik pintu batu yang tertutup itu
sehingga lorong rahasia yang semula gelap gulita kini berubah menjadi terang
benderang. Khong Bu siang segera beranjak lebih dulu, dengan langkah lebar dia berjalan
keluar dari lorong tersebut.
Nyoo Hong leng dan Buyung Im seng secara beriring cepat-cepat keluar pula dari
pintu batu itu. Rupanya pintu batu tersebut didirikan diantara sebuah tebing terjal, ketika
mendongakkan kepalanya, tampak tebing itu sangat tinggi mencapai ribuan kaki,
selain terjalpun terdiri dari batu koral yang keras, sementara di luar pintu
merupakan sebuah tanah lapang berumput...
Seorang hwesio berbaju warna kuning berdiri lima enam depa di depan pintu
rahasia dengan sikap yang serius tapi menghormat.
Buyung Im seng mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap ke arah
pendeta itu, dia segera mengenalinya sebagai Bu tok taysu ketua dari kuil Banhudwan. Di belakang Bu-tok taysu berdiri juga empat orang hwesio yang berjubah merah.
Pelan-pelan Khong Bu siang maju beberapa langkah ke depan, setelah memandang
sekejap ke arah Bu tok taysu, dia berkata :
"Kau adalah...."
763 "Pinceng adalah ketua Ban hud wan, sudah bertugas selama puluhan tahun untuk
menjaga pintu gerbang Sam seng bun ini."
Khong Bu siang manggut-manggut.
"Kau dapat bertugas dengan baik sekali, sekembalinya ke Seng tong nanti, akan
kuturunkan perintah untuk menaikkan pangkatmu."
"Terima kasih atas kebaikan sengcu. Cuma pinceng sudah terbiasa dengan
kedudukanku sebagai ketua Ban hud wan."
"Itu berarti kau tak ingin meninggalkan kedudukanmu sekarang ?" ujar Khong Bu
siang sambil berjalan. "Hamba bisa menerima jabatan sebagai ketua Ban hud wan, hal ini sudah amat
memuaskan hatiku." "Kalau toh kau menyukai jabatan ini, akan kuturunkan perintah untuk
memberikan jabatan ini untuk selamanya kepadamu."
"Terima kasih atas kebaikan ini."
Dia lantas berjalan maju lebih dulu dan berjalan di muka Khong Bu siang,
terusnya : "Hamba telah mempersiapkan hidangan teh, sayur dan arak di dalam ruangan
hongtiang, silahkan Sengcu bersantap lebih dulu sebelum melanjutkan perjalanan."
Khong Bu siang termenung sejenak, kemudian katanya :
"Baik ! Silahkan membawa jalan."
Empat orang hwesio berbaju merah dengan tangan di rangkapkan di depan dada
segera berjalan dimuka untuk membawa jalan.
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sedangkan Bu tok taysu berjalan di belakang, mengelilingi di sisi belakang tubuh
Khong Bu siang. Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng berjalan di belakang tubuh Bu tok taysu
tersebut. Nyoo Hong leng memandang sekejap ke arah Bu tok taysu, lalu ujarnya pelan :
"Taysu masih ingat denganku ?"
"Nona Nyoo bisa mengikuti Sengcu untuk melakukan perjalanan bersama,
tampaknya kau telah bergabung pula dengan perguruan tiga malaikat kami..."
Nyoo Hong leng segera tertawa.
"Selanjutnya, seharusnya kita terhitung sesama saudara seperguruan." katanya.
Bu tok taysu turut tertawa.
"Ya, kami masih membutuhkan banyak perhatian nona Nyoo."
"Taysu, apakah kaupun masih teringat dengan diriku ?" kata Buyung Im seng pula.
"Buyung kongcu, bagaimana mungkin pinceng bisa melupakan kau ?"
"Sungguh tidak kusangka kalau taysu masih dapat teringat akan diriku..."
764 Bu tok taysu tertawa. "Apakah Buyung kongcu telah bergabung pula dengan perguruan tiga malaikat
kami ?" Buyung Im seng merasa sukar untuk menjawab pertanyaan tersebut, dia tak ingin
menyangkal, pun tak ingin berbohong setelah mendehem pelan ia biarkan saja
pertanyaan tersebut tanpa menjawab.
Bu tok taysu beberapa orang segera berjalan melewati dua buah halaman gedung
dan sampai didalam ruang hongtiang.
Tempat itu merupakan sebuah ruangan dengan dekorasi yang indah, kain tirai
berwarna kuning dengan taplak meja berwarna kuning pula, malah alas duduk pun
berwarna kuning juga. Di atas meja yang dilapisi taplak meja warna kuning telah dihidangkan sayur
serta arak wangi. Empat orang hwesio berbaju warna merah tetap tinggal di luar pintu, sedangkan
Bu tok taysu dengan mengajak ketiga orang tamunya memasuki ke dalam ruangan,
ujarnya sambil menjura. "Sengcu, apakah kau hendak makan hidangan kecil lebih dulu ?"
Khong Bu siang tidak memperdulikan ucapan Bu tok taysu tersebut, dia langsung
mengambil tempat duduk di meja perjamuan.
Nyoo Hong leng dan Buyung Im seng saling berpandangan sekejap, kemudian
masing-masing mengambil tempat duduk pula dikedua belah sisi toa sengcu
tersebut. Bu tok taysu segera mengambil poci arak dan memenuhi sendiri ke tiga cawan arak
tamunya. Khong Bu siang masih tetap mengenakan kain cadar hitamnya, pelan-pelan ia
berkata : "Kecuali pengawal pribadiku, siapapun dilarang melihat paras muka asliku !"
"Kalau begitu hamba mohon diri lebih dulu dan menunggu di luar ruangan sana,"
kata Bu tok taysu sambil menjura," bila sengcu hendak menurunkan perintah,
silahkan memanggil saja diri hamba."
"Suruh mereka semua meninggalkan ruangan ini !"
Bu tok taysu mengiakan lalu membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.
Menanti Bu tok taysu sudah pergi, Nyoo Hong leng baru berbisik lirih :
"Lagakmu sebagai Toa sengcu benar-benar besar sekali !"
Khong Bu siang tak berkata apa-apa, mendadak tangan kanannya diayunkan ke
belakang. Sekilas cahaya tajam dengan cepat meluncur ke udara dan menembusi daun
jendela. 765 Terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang dari luar jendela,
menyusul terdengar suara robohnya tubuh yang amat keras ke atas lantai.
Nyoo Hong leng jadi tertegun, dia ingin berdiri untuk menerjang keluar ruangan
dan melihat apa yang telah terjadi, tapi niat tersebut segera dicegah oleh Khong
Bu siang dengan goyangan tangannya, malah gadis itu disuruh duduk kembali.
Sementara itu, Bu tok taysu yang berada di luar ruangan telah membentak gusar :
"Bajingan keparat, besar amat nyalimu !"
"Blaamm !" terdengar suara benturan nyaring berkumandang di udara, dia seperti
menghajar pula sesuatu. Tak selang berapa saat kemudian, tampak Bu tok taysu dengan membopong
sesosok mayat berjalan masuk ke dalam ruangan dengan langkah lebar...
Khong Bu siang tetap duduk tegak ditempat duduknya, tubuh tak bergeser, kepala
pun tidak berpaling. Buyung Im seng segera mengalihkan sorot matanya ke depan, ternyata yang
menjadi korban adalah seorang pendeta berusia pertengahan yang memakai jubah
berwarna abu-abu, di atas dadanya menancap sebilah pedang pendek berwarna
emas, darah kental masih mengucur keluar dengan amat derasnya....
Kecuali tusukan maut di atas dadanya, noda darah nampak meleleh juga dari ujung
bibirnya. Jelas ayunan pedang Khong Bu siang masih belum mematikan pendeta setengah
umur itu, maka sebuah pukulan tambahan dari Bu tok taysu segera mengakhiri
hidupnya. Khong Bu siang hanya memandang sekejap ke arah mayat tersebut, lalu berkata
dingin : "Barang siapa berani mengintip lagi di sekitar ruangan ini, orang ini contoh
yang paling jelas." Pucat pias selembar wajah Bu tok taysu karena seram, peluh sebesar kacang
kedelai jatuh bercucuran dengan derasnya membasahi seluruh wajahnya, buruburu
serunya : "Hamba memang pantas dijatuhi hukuman, harap Sengcu sudi mengampuninya."
"Kelewat banyak jumlah anggota dalam kuil ini, kekurangan disiplin tidak bisa
dihindari dalam tempat seperti ini, aku tahu persoalan tersebut tidak ada
sangkut pautnya denganmu, sekarang gotong jenazah itu, lempar keluar !"
Bu tok taysu membungkukkan tubuhnya berulang kali, sambil mengucapkan
terima-kasihnya, buru-buru dia mengundurkan diri dari situ.
Selama ini, Khong Bu siang menutupi wajahnya dengan kain cadar berwarna hitam
sebab itu orang lain tak dapat melihat perubahan mimik wajahnya.
Berhubung Nyoo Hong leng sudah dua kali mendatang bencana akibat salah bicara,
untuk sesaat siapapun tak berani banyak bicara lagi.
Sampai lama kemudian, Khong Bu siang baru berkata :
766 "Sekarang sudah tak menjadi soal, apabila kalian berdua ingin berbicara,
katakanlah." "Aku sangat keheranan," ujar Nyoo Hong leng, "sudah jelas orang itu diutus oleh
Bu tok taysu untuk mengawasi gerak gerikmu secara diam-diam, mengapa kau malah
melepaskan dirinya ?"
"Kalau tidak dilepaskan, aku bisa berbuat apa " Perlu diketahui, ia sudah
terlalu lama berjaga di kuil Ban hud wan ini, semua pendeta dalam kuil ini boleh
dibilang percaya dan tunduk di bawah perintahnya."
Setelah berhenti sejenak, terusnya :
"Dalam keadaan seperti ini, asal dia mengatakan kalau aku bukan Toa sengcu dari
perguruan tiga malaikat, segenap pendeta yang berada dalam kuil ini akan
mempercayai perkataannya, sekalipun kita bisa membantah, toh ucapan kita belum
tentu bisa membuat semua pendeta dalam kuil ini mempercayai kita."
"Itu berarti anggota perguruan tiga malaikat tidak tunduk seratus persen di
bawah perintahmu sebagai seorang Toa sengcu ?"
"Seandainya dia tidak menaruh kecurigaan terhadap kita, tak mungkin dia akan
mengutus orang untuk mengawasi gerak gerik kita secara diam-diam."
Nyoo Hong leng berseru tertahan.
"Aah, kalau toh dia sudah menaruh curiga kepadamu, mengapa kau tidak
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membinasakan dirinya ?"
"Membunuhnya hanya merupakan suatu tindakan yang amat mudah, tapi kuil Ban
Hud wan ini segera akan terjerumus dalam posisi tanpa pemimpin, hal ini akan
mendatangkan banyak kerugian dari pada satu keuntungan."
"Oooh, kiranya begitu..."
Khong Bu siang mendehem pelan, kemudian :
"Bila kalian berdua merasa lapar, silahkan segera mendahar, kita harus
melanjutkan perjalanan lagi."
Nyoo Hong leng mengambil sumpit dan menjepit sepotong daging sapi, sebelum
dimasukkan ke dalam mulut, mendadak sumpit tersebut diletakkan kembali ke
meja, ujarnya : "Aku memang agak lapar, tapi aku tak berani makan."
"Kenapa ?" "Semua hidangan yang berada dalam perguruan tiga malaikat kalian telah diberi
racun, bila disantap akan keracunan, berarti selamanya tak akan terlepas dari
cengkeraman Sam seng bun lagi, aku tak ingin dikuasai kalian."
"Obat tersebut mahal harganya, tidak mungkin dipergunakan secara sembarangan,
kalaupun digunakan paling banter hanya satu kali, apalagi di tempat ini tidak
bisa membuat obat semacam itu, bagaimana mungkin mereka mempergunakannya ?"
Buyung Im seng yang mendengar ucapan mana, diam-diam segera berpikir :
767 "Apa yang dikatakan ayah memang benar, Khong Bu siang memang seorang
manusia yang berakal licik dan banyak tipu muslihatnya. Manusia semacam ini
memang tidak boleh dianggap enteng, aku harus bersikap lebih berhati-hati lagi
terhadap dia." Dalam pada itu Nyoo Hong leng telah berkata, "Sekalipun tidak memiliki obat
mestika itu, toh mereka bisa mencampuri sayur itu dengan obat-obatan lain."
"Benarkah sayur dan arak ini ada racunnya, asal kita coba toh akan ketahuan
hasilnya." "Bagaimana caranya mencoba ?" Buyung Im seng bertanya.
Khong Bu siang merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah tusuk konde
yang terbuat dari gading, lalu dicelupkan ke dalam sayur dan arak tersebut.
Semua sayur dan arak yang dicoba ternyata tidak menimbulkan perubahan warna
atas tusuk konde gading tersebut, hal ini membuktikan kalau dalam sayur dan arak
itu tiada racunnya. Setelah menyimpan kembali tusuk konde gading tersebut, Khong Bu siang
melepaskan kain cadar hitamnya, lalu berkata dengan suara rendah.
"Seandainya mereka mendapat pemberitahuan dari pihak Seng tong sudah pasti
penghadangan-penghadangan tak bisa kita hindari, pertarungan sengit sudah pasti
akan berlangsung amat seru. Oleh sebab itu aku anjurkan kepada kalian untuk
mendahar sekenyang-kenyangnya guna menambah kekuatan badan, sehingga bila
terjadi pertarungan nanti kita sudah memiliki kondisi badan yang baik, apabila
setelah pecah peristiwa, sulit buat kita untuk memperoleh makanan."
Sembari berkata dia mengambil sumpit dan mulai bersantap dengan lahap sekali.
Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng tidak ragu lagi, serentak mereka turut
bersantap pula. Sampai kenyang ketiga orang itu baru berhenti bersantap. Khong Bu siang
menyeka mulutnya dan mengenakan kembali kain cadar hitamnya, kemudian ia
baru berkata : "Kita tak usah berhenti lebih lama lagi di sini."
Dia membalikkan badan dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Buyung Im seng yang menyaksikan hal tersebut, segera berpikir dengan kening
berkerut : "Dengan dikenakannya lagi kain cadar hitam tersebut, agaknya Khong Bu siang
ingin menunjukkan pula kewibawaannya sebagai seorang Toa sengcu yang
sebenarnya, ehmm.. tak bisa disangkal, dia memang kelihatan perkasa dalam
keadaan seperti ini."
Walaupun dalam hati kecilnya dia berpendapat demikian, tapi teringat kalau Nyoo
Hong leng sudah menjadi istri orang itu, terpaksa dia hanya membungkam diri
belaka. 768 Begitulah, dengan dipimpin oleh Khong Bu siang, mereka segera meninggalkan
ruangan itu dengan langkah lebar.
Bau harum bunga tersiar di sekeliling ruangan, pepohonan cemara tumbuh di
seputar gedung, suasana terasa amat hening dan tak nampak sesosok bayangan
manusia pun. Ternyata sejak Khong Bu siang membunuh seorang pendeta dengan pisau
terbangnya tadi, tindakan mana telah mendatangkan reaksi yang cukup besar
sekali, tak seorang manusia pun yang berani tinggal disekitar halaman gedung itu
lagi. Barulah setelah hampir tiba di depan pintu halaman, seorang hwesio kecil
munculkan diri dan menyongsong kedatangan mereka dengan langkah cepat, begitu
sampai dia lantas berseru :
"Sianceng memang pantas dihukum"
"Kenapa ?" tanya Khong Bu siang tanpa menghentikan langkah kakinya.
"Sianceng mendapat perintah dari hongtiang untuk menjaga di depan pintu
halaman, bila tidak mendapat perintah dari sengcu siapapun dilarang mendekati
ruang hongtiang dari jarak lima kaki."
Khong Bu siang hanya mendehem sambil melanjutkan terus langkahnya ke depan.
Sambil mengejar di sisi Khong Bu siang, pendeta kecil itu kembali berkata :
"Oleh karena itu, sianceng tidak mendengar suara panggilan dari Sengcu."
"Kami memang tidak bermaksud untuk memanggil dirimu."
"Aah, kalau begitu sengcu tak akan menyalahkan diri sianceng bukan ?"
Khong Bu siang lalu mengulapkan tangannya.
"Di sini tak ada urusanmu lagi, pergi sana !"
"Terima kasih Sengcu."
Dia membalikkan badan dan segera berlalu.
Sepeninggalan pendeta kecil itu, Khong Bu siang berpaling dan memandang
sekejap ke arah Nyoo Hong leng serta Buyung Im seng, kemudian bisiknya lirih :
"Mulai sekarang, kalian berdua harus mempersiapkan diri secara berhati-hati."
"Mempersiapkan apa ?"
"Kalian berdua harus memperhatikan kode tanganku, asal ku ulapkan tangan
maka kalian berdua harus segera turun tangan bahkan lebih kejam serangannya
semakin baik, kalau bisa sekali hajar menghabiskan nyawa lawan."
"Apa sih kedudukan kami saat ini ?" tanya Nyoo Hong leng.
"Anggota perguruan tiga malaikat...."
Dengan cepat Nyoo Hong leng menggelengkan kepalanya berulang kali, tukasnya :
769 "Kau keliru besar, aku bukan anggota perguruan tiga malaikat, aku hanya istri
Khong Bu siang, bagiku kau adalah Khong Bu siang, bukan Toa sengcu dari
perguruan tiga malaikat."
Kemudian setelah berpaling dan memandang sekejap ke arah Buyung Im seng,
lanjutnya lagi. "Sedangkan Buyung toako, dia boleh dibilang sama sekali tiada ikatan hubungan
apapun dengan perguruan tiga malaikat, bagaimana mungkin kau bisa mengatakan
dia sebagai anggota dari perguruan tiga malaikat..?"
Khong Bu siang memperlambat langkahnya tapi dia tetap berjalan ke depan, sambil
berjalan katanya kembali :
"Sekalipun kalian berdua bukan anggota dari perguruan tiga malaikat, namun di
dalam keadaan seperti ini, kalian berdua pun harus berperan sebagai anggota
perguruan tiga malaikat."
"Sekalipun kami didesak oleh keadaan untuk berperan sebagai anggota dari
perguruan tiga malaikat, toh tidak seharusnya kami turun tangan secara keji,
apalagi sampai merenggut nyawa orang !"
"Kewibawaan Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat sudah jauh tertanam dalam
hati setiap anggota perguruan tiga malaikat, kalau orang yang mengiringinya tak
bisa turun tangan membunuh orang, bukankah hal ini."
Dia segera menghentikan pembicaraannya yang belum selesai karena secara tibatiba
dilihatnya Bu tok taysu dengan membawa ke empat orang hwesio berjubah
merahnya telah berjalan mendekat."
Bu tok taysu dengan membawa ke empat pendetanya langsung mendekati Khong
Bu siang, setelah menjura mereka berkata :
"Kami menjumpai Toa sengcu."
Khong Bu siang segera mengulapkan tangannya.
"Kami akan segera meninggalkan tempat ini untuk menyelidiki suatu persoalan."
"Di luar halaman Ban hud wan telah disiapkan sepasukan pengiring untuk
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menghantar kepergian sengcu."
"Tak usah" tampik Khong Bu siang sambil mendehem pelan, "kepergianku dari
Seng tong kali ini tidak banyak diketahui orang, apalagi perjalananku ini
sebisanya dilakukan secara rahasia dan tak sampai ketahuan orang banyak, kalian suruh
membubarkan diri saja !"
Bu tok taysu mengiakan, dia berpaling dan membisikkan sesuatu kepada seorang
hwesio berjubah merah yang berada di sisinya, pendeta tersebut segera mengiakan
dan berlalu. Khong Bu siang memandang hingga pendeta berjubah merah itu pergi jauh,
kemudian baru bertanya dengan suara dalam :
"Berapa banyak anggotamu didalam kuil Ban hud wan ini ?"
770 "Berikut hwesio-hwesio penjaga hio dan tukang seluruhnya berjumlah sembilan
puluh dua orang." "Berapa orang yang berilmu tinggi ?"
"Yang bisa dianggap sebagai jago berilmu tinggi cuma dua puluhan orang."
Khong Bu siang segera tertawa dingin.
"Dua puluhan orang, dua puluh berapa ?" tegurnya.
Buru-buru Bu tok taysu membungkukkan badannya memberi hormat.
"Dua puluh enam orang."
Sementara pembicaraan berlangsung, mereka sudah berada ditengah halaman
bagian kedua. Suasana didalam halaman itu amat hening, namun secara lamat-lamat dapat
dirasakan hawa pembunuhan yang menyelimuti seluruh halaman tersebut.
Mendadak Bu tok taysu mempercepat langkahnya menghadang dimuka Khong Bu
siang, kemudian serunya. "Toa sengcu !" Tampaknya Khong Bu siang dapat merasakan juga gelagat yang tidak beres, dia
segera menghentikan langkahnya sambil menyahut :
"Ada apa ?" "Ada beberapa patah kata yang hendak hamba sampaikan, tapi takut untuk
diutarakannya, oleh sebab itu harap Toa sengcu sudi memaafkan dulu kelancangan
hamba." Khong Bu siang segera tertawa dingin.
"Heeeh... heeeh... heeeh...l ebih baik kau pikirkan dahulu masak-masak sebelum
kau utarakan daripada mendatangkan bibit bencana bagi diri sendiri."
Pucat pias paras muka Bu tok taysu setelah mendengar perkataan itu, peluh segera
jatuh bercucuran membasahi tubuhnya.
"Tapi bila hamba tidak ucapkan, hamba pun sulit untuk meloloskan diri dari
kematian." Khong Bu siang segera berpaling dan memandang sekejap ke sekeliling tempat itu,
kemudian katanya. "Apa yang terjadi " Cepat katakan !"
"Barusan hamba telah menerima surat perintah kilat dari ruang Seng tong..."
Dia berhenti sejenak dan mengangkat kepalanya memandang sekejap ke arah
Khong Bu siang, kemudian melanjutkan.
"Dalam surat perintah itu dikatakan, hamba diperintahkan, hamba
diperintahkan..." "Diperintahkan apa " Cepat lanjutkan." tukas Khong Bu siang dengan suara
sedingin es. 771 "Hamba diperintah untuk menghalangi kepergian Toa sengcu" akhirnya Bu tok
taysu berkata pelan. "Siapa yang menurunkan perintah itu ?"
"Di atas surat perintah tersebut dicantumkan kode rahasia dari ruang seng tong,
perintah itu berarti datangnya dari ruang seng tong, hamba rasa hal mana tak
bakal salah lagi, sedang mengenai perintah dari Sengcu yang mana, hamba kurang
begitu jelas." Khong Bu siang segera tertawa dingin.
"Mana surat perintahnya sekarang ?"
Dari dalam sakunya Bu tok taysu mengeluarkan secarik kertas, kemudian
menjawab : "Sekarang berada di tangan hamba."
"Serahkan kepadaku !"
Dengan hormat sekali Bu tok taysu segera mengangsurkan surat itu ke depan.
Setelah menerima surat itu dan dibaca sekejap, kembali Khong Bu siang tertawa
dingin, dia serahkan kembali surat tersebut ke tangan Bu tok taysu, sambil
ujarnya : "Sekarang, apa yang hendak kau lakukan ?"
"Hamba benar-benar merasa serba salah, Toa sengcu masih hadir di sini, sedang
dari ruang Seng tong datang surat perintah tersebut, kini hamba menjadi terjepit
dan serba susah dibuatnya, hamba tidak tahu apa yang harus hamba lakukan."
oooOooo "Di dalam ruang seng tong, semuanya terdapat tiga orang Sengcu, kecuali aku
masih ada dua orang lagi, aku mendapat laporan rahasia yang mengatakan Ji
sengcu telah berkomplot untuk merebut kekuasaan, oleh karena itu kini aku harus
meninggalkan Seng tong untuk melacak perbuatan busuknya itu. Mungkin dia
sudah mengetahui akan hal ini sehingga mengirim perintah kepadamu untuk
menghalangi kepergianku. Hmmm, benar-benar amat besar nyali orang ini, karena
usahanya berkhianat ketahuan maka dia berani mengambil tindakan sewenangwenang,
dia mesti dijatuhi hukuman yang setimpal..."
Bu tok taysu menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, segera ujarnya :
"Kedudukan hamba amat rendah dan tidak mengetahui apa yang telah terjadi di
ruang Seng tong, menurut Toa sengcu apa yang harus hamba lakukan sekarang ?"
"Sekarang, kau sendiri yang harus mengambil keputusan, kau hendak menuruti
perintah dari seng tong ataukah menuruti perintahku ?"
"Peraturan dalam seng tong amat ketat, hamba tak berani membangkangnya, tapi
kini Toa sengcu berada di sini, hamba pun tak berani melawan, oleh sebab itu
hamba benar-benar merasa serba salah, harap Sengcu maklum dan memberi
petunjuk kepadaku." 772 Khong Bu siang segera tertawa dingin.
"Hmm, kau berani berbicara demikian padaku ?" tegurnya.
"Sebenarnya hamba tidak berani, tetapi dalam hati hamba masih ada satu hal yang
merasa tak habis mengerti, harap sengcu sudi memberi penjelasan," kata Bu tok
taysu "Katakan !" "Hamba beranggapan bahwa nona Nyoo dan Buyung kongcu sebetulnya musuh dari
perguruan tiga malaikat, sekalipun kini telah menggabungkan diri dengan
perguruan kita, mustahil hanya dilakukan didalam waktu beberapa hari saja sudah
menjadi orang kepercayaan sengcu, oleh sebab itu..."
"Oleh sebab itu kau menaruh curiga atas kedudukanku sekarang bukan ?" tukas
Khong Bu siang. "Hamba bertujuan demi kebaikan bagi perguruan tiga malaikat, harap Sengcu
menjadi tahu adanya."
Mendadak Khong Bu siang menggerakkan tangannya mencengkeram pergelangan
tangan kanan Bu tok taysu.
Agaknya Bu tok taysu sudah mempersiapkan diri secara baik-baik, dengan cekatan
dia mengegos lari ke samping.
Buyung Im seng yang menyaksikan kejadian itu menjadi sangat keheranan,
pikirnya : "Berbicara dengan kelihaian ilmu silat Khong Bu siang serta kecepatan gerak
geriknya dalam melancarkan serangan, seharusnya Bu tok taysu sukar untuk
meloloskan diri dari sergapan ini, mengapa dalam kenyataannya Bu tok taysu
justru dapat meloloskan diri dari serangan tersebut secara gampang ?"
Ketika ia mencoba untuk membayangkan kembali kecepatan serangan yang
dilakukan Khong Bu siang tadi, ia bertambah yakin kalau dibalik kesemuanya itu
pasti ada hal-hal tidak beres, sebab menurut apa yang diketahui, kendatipun dia
seorang yang berilmu silat sangat lihai pun, jangan harap dia bisa lolos dari
ancaman itu dengan mudah.
Tiba-tiba muncul kecurigaannya terhadap Khong Bu siang, dia ingin menggunakan
ilmu menyampaikan suara untuk memberitahukan persoalan ini kepada Nyoo Hong
leng, sebab persoalan itu meski kecil tapi jika tidak diperhatikan dengan
seksama, sulit sebetulnya untuk diketahui...
Tapi ingatan lain segera melintas dalam benaknya, bagaimanapun juga nona itu
sudah menjadi istri orang, bila tidak disertai dengan bukti yang nyata, bisabisa dia akan dianggap sengaja mengadu domba untuk meretakkan hubungan orang, maka
niat tersebut segera diurungkan, dia hanya secara diam-diam lebih memperhatikan
gerak gerik Khong Bu siang.
Sementara itu Bu tok taysu sudah mundur sejauh satu kaki dengan cepat,
kemudian memperdengarkan suara pekikan rendah.
773 Bayangan manusia segera berkelebat lewat, dari belakang pohon, dari sudut
ruangan, dari empat arah delapan penjuru secara berlompatan keluar belasan
orang pendeta. Dengan mempergunakan sepasang matanya yang tajam dibalik kain kerudung
hitamnya, pelan-pelan Khong Bu siang memandang sekejap sekeliling tubuhnya,
setelah disaksikan bagaimana para pendeta yang barusan menampakkan diri itu
telah meloloskan senjata masing-masing, dia segera tertawa.
"Heeeh.... heeehh.... heeehh....Bu tok, kau hanya ingin mengandalkan beberapa
gelintir kekuatanmu ini ?" jengeknya.
"Dalam kuil Ban hud wan terdapat pendeta dalam jumlah ratusan, penjagaan pun
berlapis-lapis, apa yang muncul sekarang tak lebih cuma pasukan pembawa
bendera, mereka cuma pasukan pembuka jalan."
"Hmm, bila aku tidak mendemonstrasikan kelihaianku agar kalian semua merasa
terbuka matanya, aku pikir kalian pasti tak akan percaya dengan kedudukanku
sekarang." seru Khong Bu siang sinis.
"Harap Sengcu jangan marah, bahwa terpaksa berbuat demikian karena terdesak
oleh keadaan, sebentar dari pihak Seng tong akan segera muncul beberapa jago
untuk membedakan kedudukan Sengcu yang sebetulnya."
"Bila terbukti kalau aku adalah Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat, apa
yang hendak kau lakukan ?"
"Hamba berbuat demikian hanya sebagai bakti hamba untuk perguruan tiga
malaikat, sekalipun telah menyinggung perasaan sengcu, hamba rasa Sengcu tak
akan menyalahkan diri hamba."
Nyoo Hong leng yang mendengar ucapan mana, dalam hati kecilnya segera berpikir
: "Hwesio ini bermulut tajam dan pandai sekali berbicara, entah apa yang dilakukan
Khong Bu siang untuk menghadapinya ?"
Tapi dia tahu, jangankan menggunakan tenaga gabungan mereka bertiga,
sekalipun hanya mengandalkan kemampuan Khong Bu siang seorang pun, dia
sanggup bersikap seolah-olah kuil Ban hud wan ini tiada manusianya.
Tapi tampaknya Khong Bu siang seperti mempunyai tujuan tertentu, maka selama
ini dia hanya menahan diri terus tanpa mencoba untuk mengumbar amarahnya.
Tiba-tiba terdengar Khong Bu siang mendehem pelan, lalu berkata :
"Akulah yang merupakan pemimpin tertinggi dalam Sam seng bun, entah siapapun
orangnya tak nanti aku sudi menunggunya. Siapa tak tahu dia tak salah, kau tak
tahu asli tidaknya diriku secara pasti, hal ini memang suatu kenyataan. Tentang
hal ini akupun tak ingin menyalahkan kau. Tapi aku hendak meninggalkan tempat
ini. Seandainya apabila dari pihak Seng ton, ada yang menyusulku di depan sana."
Tiba-tiba ia mempertinggi suaranya dan melanjutkan :
"Kalian semua adalah murid sam seng bun, pun sengcu tak tega membunuh
anggota perguruan sendiri, tapi bila ada orang berani mendekati diriku dalam
jarak tiga depa, jangan salahkan kalau aku tak akan mengenal ampun lagi."
774 Selesai berkata, tanpa menunggu jawaban dari Bu tok taysu lagi, dia segera
melangkah ke depan. Perjalanannya dilanjutkan amat santai, tindakannya pun lambat, seolah-olah tak
memandang sebelah matapun terhadap mereka semua.
Buyung Im seng sendiri, sembari mencoba untuk menelaah makna dari
pembicaraan Khong Bu siang tadi, diapun mencoba untuk menduga apa maksud
dan tujuannya mengucapkan kata-kata tersebut. Sementara tubuhnya segera
beranjak mengikuti di belakang Khong Bu siang.
Nyoo Hong leng berjalan di belakang Buyung Im seng, dia tak dapat melihat
perubahan mimik wajah Khong Bu siang, tapi dapat melihat mimik muka Buyung
Im seng yang seakan-akan sedang memikirkan sesuatu, maka diapun menahan diri
tanpa mengganggu perhatiannya lagi.
Bu tok taysu menyusul di samping Nyoo Hong leng, tapi dia menjaga jaraknya tidak
sampai kurang dari tiga depa.
Kawanan pendeta yang berjaga di sekeliling arena, sejak tadi sebetulnya sudah
mengawasi terus gerak gerik dari Khong Bu siang, ketika orang itu maju,
berhubung tidak mendapat perintah dari Bu tok taysu, maka mereka tak berani
turun tangan, tapi tidak berani juga untuk mengundurkan diri dari situ.
( Bersambung ke jilid 37)
775 Lembah Tiga Malaikat Oleh: Tjan Jilid 37 Walaupun Bu tok taysu seorang yang berpengalaman sangat luas, tapi berhubung
wibawa Sengcu sudah tertanam dalam hatinya, maka berhadapan dengan Sengcu yang nampak
seperti sungguh seperti juga gadungan ini, ia dibuat gelagapan dan tak tahu apa
yang mesti dilakukan. Satu-satunya harapan baginya sekarang adalah berharap kedatangan kawanan jagi
dari Seng tong tepat pada saatnya, agar merekalah yang membuktikan kedudukan toa
sengcu yang sebetulnya. Khong Bu siang sudah melewati tanah lapan di depan gedung menuju ke pintu kedua.
Tampaknya para pendeta yang berjaga disekeliling tempat itupun sangat
memperhatikan peringatan Khong Bu siang yang melarang mereka mendekat sampai jarak tiga depa.
Maka sebagian diantara mereka ada yang lari keluar dari pintu kedua, ada pula
yang segera menyingkir ke dua belah samping pintu begitu menyaksikan Khong Bu siang
mendekat. Dengan begitu, secara mudah dan leluasa Khong Bu siang bertiga dapat berjalan
keluar dari pintu kedua. Selama ini Bu tok taysu mengikuti terus dibelakang, sementara otaknya berputar
keras guna mencari suatu akal yang bagus untuk mengatasi situasi yang dihadapannya
sekarang, sayang usahanya itu tidak mendatangkan hasil.
Setelah berjalan keluar dari pintu kedua, sebuah halaman depan yang lebar
kembali terbentang di depan mata, setelah melewati halaman tersebut berarti mereka telah
keluar dari kuil Ban hud wan. Jika Bu tok taysy ingin menahan Khong Bu siang sekalian didalam kuil Ban hud
wan, maka inilah kesempatan mereka yang paling akhir.
776 Kesempatan baik akan segera lenyap dengan begitu saja, jika tidak dimanfaatkan
dengan sebaiknya dalam keadaan demikian, mau tak mau Bu tok taysu harus mengerahkan
kepalanya sambil berkata :
"Sengcu, bila kau benar-benar adalah seorang Sengcu asli, mengapa takut untuk
membuktikan kebenarannya oleh pihak Seng tong ?"
Khong Bu siang masih tetap melangkah ke depan dengan langkah yang tidak terlalu
cepat tapi tidak pula lambat, terhadap bentakan dari bu tok taysu itu dia seakan-akan
tidak mendengarnya sama sekali.
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bu tok taysu menjadi gelisah sekali, cepat serunya lagi :
"Bila sengcu tida bersedia untuk menunggu sebentar lagi guna membuktikan
identitas yang sebenarnya, terpaksa pincent harus menurunkan perintah untuk melakukan
penghadangan." Teriakan itu diutarakan dengan suara keras sehingga semua orang yang berada
dihalaman depan pun akan mendengar dengan jelas, akan tetapi Khong Bu siang sama sekali
tidak berpaling, menggubris pun tidak.
Mendadak Bu tok taysu mempercepat langkahnya melewati dari Buyung Im seng dan
Nyoo Hong leng lalu melewati Khong Bu siang dan mengulapkan tangannya.
Empat orang pendeta yang sebenarnya mundur terus mengikuti gerak langkah Khong
Bu siang secara tiba-tiba menghentikan langkah mereka kemudian goloknya disilangkan
di depan dada, menghalang jalan pergi toa sengcu tersebut.
Khong Bu siang sama sekali tidak menghentikan langkahnya, pelan-pelan dia masih
saja berjalan ke depan. "Sengcu, berhenti !" teriak Bu tok taysu.
Tampak Khong Bu siang mengayunkan tangan kanannya, serentetan suara dengusan
tertahan segera bergema memecahkan keheningan.
Dari keempat orang pendeta yang menghadang jalan pergi Khong Bu siang itu, dua
diantaranya berikut golok mereka terpental sejauh tujuh delapan depa, sedangkan
dua orang yang lain membuang golok mereka dan berjongkok sambil memegangi perut
masing-masing. Buyung Im seng yang menyaksikan kejadian tersebut segera merasakan hatinya
tergerak, pikirnya : "Hanya didalam sekali ayunan tangan saja, Khong Bu siang dapat melukai empat
jago, terlepas bagaimana taraf kepandaian silat yang dimiliki keempat orang itu, cukup
dilihat dari kecepatan geraknya maupun gaya serangannya yang dahsyat sudah cukup
menggetarkan hati siapapun, sekalipun seorang yang berilmu tinggi, belum tentu
dia sanggup melukai empat orang dalam sekali gebrakan saja. Khong Bu siang tak mau
berhenti tadi, mungkin disebabkan karena ia hendak menggunakan waktu sedang
berjalan untuk menghimpun tenaga dalamnya secara diam-diam dan mengeluarkan semacam ilmu
maha sakti, itulah sebabnya sekali ayunan tangan saja ia dapat melukai empat
orang," 777 Berhubung dia mempunyai pendapat demikian, maka terhadap sikap Khong Bu siang
yang jalan terus tanpa berhentipun tidak lagi merasa keheranan.
Dalam pada itu, Bu tok taysu yang menyaksikan sekali ayunan tangan Khong Bu
siang telah berhasil melukai empat orang muridnya, tak terlukiskan rasa kaget yang
mencekam perasaannya waktu itu. Buru-buru dia membungkukkan badannya menjura seraya berkata :
"Toa sengcu, harap kau sudi mendengarkan sepatah dua patah kata dari hamba."
Khong Bu siang segera menghentikan langkahnya sambil berkata :
"Baik, katakanlah !" jawabnya acuh tak acuh.
"Sengcu adalah pemimpin kami yang telah membawa Sam seng bun mencapai puncak
kejayaan didunia persilatan, berkat kepercayaan sengcu pula, siauceng dapat
memimpin kuil Ban hud wan selama ini. Berapa tahun belakangan ini kami selalu melakukan
tugas dengan sebaik-baiknya tanpa melanggar. Tapi kini dari pihak Seng tong telah
datang perintah, bagaimana mungkin siauceng berani mengesampingkan perintah tersebut
dengan begitu saja " Toa sengcu, pinceng hanya mohon sudilah kau menunggu
sebentar saja, asal sudah bertemu dengan utusan dari Seng tong maka segalanya akan
beres." Khong Bu siang segera tertawa dingin.
"Hmm, siapakah dalam perguruan Sam seng bun yang bisa menyuruh aku menantikan
kedatangannya " Kau boleh mewakili aku untuk menyampaikan ke pihak Seng tong
agar mereka melakukan pemeriksaan, siapakah yang bernyali begitu besar berani
menyelidiki jejak diriku." "Soal ini siauceng tidak berani."
"Apa yang kau takuti ?"
"Siauceng kuatir dijatuhi hukuman oleh pihak Seng tong."
"Kau takut dihukum pihak Seng tong, apa kau tidak takut dijatuhi hukuman
olehku ?" "Kau sudah bukan anggota Sam seng bun lagi, mengapa harus takut kepadamu ?"
mendadak seseorang menjengek dengan dingin.
Buyung Im seng yang mendengar perkataan itu segera berpikir di dalam hati :
"Cepat amat kedatangan mereka, seandainya kami tidak makan dulu, mungkin saat
ini sudah jauh meninggalkan kuil Ban hud wan ini."
Sementara itu terdengar Khong Bu siang telah membentak gusar.
"Siapa itu " Berani benar bersikap begitu kurang sopan kepadaku."
"Blaaaammmmm !" pintu kuil yang semula tertutup rapat mendadak terpentang lebar,
kemudian dua orang manusia berbaju hitam, satu di depan yang lain dibelakang
melangkah masuk kedalam. Orang yang berjalan di muka bertubuh jangkung dengan wajah yang dingin, sama
sekali tak berperasaan, ditangan kanannya memegang sebuah lencana tembaga.
778 Yang dibelakang bertubuh pendek dengan perut buncit, diapun membawa sebuah
lencana tembaga, hanya bedanya lencana tersebut digenggam ditangan kiri.
Sambil tertawa dingin Khong Bu siang segera berseru.
"Heeeeh... heeehhh... heeeh... kalian juga berani bersikap kurang ajar kepadaku ?"
Lelaki jangkung yang berada didepan segera mengangkat lencana tembaganya sambil
menukas : "Kami mendapat perintah datang kemari untuk membekukmu dan menyeretmu kembali
ke ruang Seng tong untuk menanti hukuman !"
"Terhadap aku berani mengucapkan kata-kata seperti itu, hmm, manusia seperti kau
harus dihukum, tangkap dia !"
Tangan kirinya segera diulapkan memberi tanda.
Buyung Im seng ragu-ragu sejenak, tapi dengan cepat dia menerjang ke muka,
tangan kanannya denga jurus Keng to liat an (ombak dahsyat meretakka pantai) melepaskan
sebuah pukulan dahsyat ke dada lelaki berbaju hitam yang bertubuh jangkung
ceking itu. Lelaki berbaju hitam yang ceking lagi jangkung itu tertawa dingin, dia miringkan
tubuhnya ke samping untuk menghindarkan diri dari serangan Buyung Im seng
kemudian tangan kirinya membalik secara tiba-tiba dan secepat sambaran kilat mencengkeram
pergelangan tangan kanan Buyung Im seng.
Menyaksikan kelima jari tangannya berwarna hitam pekat, tergerak hati Buyung Im
seng, segera pikirnya : "Tampaknya ilmu yang dilatih orang ini adalah Hek see ciang (pukulan pasir
hitam), aku mesti berhati-hati !"
Cepat tangan kanannya ditarik kembali untuk menghindari cengkeraman kelima jari
tangan manusia berbaju hitam itu kemudian secepat kilat dia lepaskan sebuah
tendangan kilat. Tendangan itu muncul sangat mendadak dan langsung mengarah ke lutut kanan
manusia berbaju hitam itu. Tampaknya lelaki ceking lagi jangkung itu memang memiliki ilmu silat yang amat
lihai, dalam tergesa-gesa kaki tidak ditekuk, langkah tidak bergeser, hanya tubuhnya
yang tahu-tahu sudah mengigos lima depa ke samping, langsung terhindar dari tendangan
Buyung Im seng. "Orang-orang yang bergabung dalam Seng tong memang semuanya jagoan berilmu
tangguh !" kembali Buyung Im seng berpikir.
Sementara ingatan tersebut melintas, ilmu pukulannya segera mengembangkan
seranganserangan gencar yang maha dahsyat, jurus-jurus sakti yang aneh dan sukar diduga arah
tujuannya dilepaskan dengan beruntun mengancam tempat-tempat mematikan ditubuh
lelaki jangkung tersebut.
Sejak Buyung Im seng memperoleh kitab pukulan peninggalan Buyung Tiang kim,
kepandaian silatnya telah memperoleh kemajuan pesat, apalagi setelah
berlangsungnya pertarungan sengit melawan Buyung Tiang kim didalam kota batu dibawah tanah,
779 kemajuan yang diperoleh semakin pesat, kelihaian ilmu silatnya sekarang boleh
dibilang sudah terhitung jagoan tangguh dalam dunia persilatan.
Dibawah serangan berantai yang dilepaskan secara gencar itu, lelaki berbaju
hitam yang ceking lagi jangkung itu kontan saja dibuat kelabakan setengah mati.
Ketika lelaki berbaju hitam yang gemuk pendek itu menyaksikan rekannya mulai tak
tahan, dia segera turun tangan membantu.
Sebetulnya Nyoo Hong leng ingin turun tangan membantu setelah dilihatnya pihak
lawan main kerubut, tapi niatnya itu segera dibentak oleh Khong Bu siang.
Walaupun Nyoo Hong leng menuruti juga perkataan Khong Bu siang dan tidak maju
membantu, tapi timbul juga kecurigaan dalam hatinya.
Kendatipun Buyung Im seng dapat mengalahkan kedua orang itu, tapi dengan harus
bertarung satu lawan dua, sudah banyak waktu yang dibutuhkan untuk merobohkan
mereka. Berbeda kalau dia turun terjun ke arena, dengan satu lawan satu niscaya kedua
lawan bisa dirobohkan dalam waktu singkat, bagaimanapun didalam soal waktu mereka akan
peroleh keuntungan besar.
Nyoo Hong leng memang tidak mengutamakan kecurigaan dalam hatinya, namun toh
sepasang matanya yang terbelalak lebar mengawasi wajah Khong Bu siang penuh
tanda tanya. Dia menduga dengan kecerdasan Khong Bu siang, seharusnya dapat merasakan juga
kecurigaan yang mencekam perasaannya sekarang.
Namun Khong Bu siang sama sekali tidak menggubrisnya, dia seolah-oleh memang
bermaksud untuk mengulur waktu.
Bu tok taysu sendiri cuma berdiri disisi arena dengan wajah termangu, wajahnya
penuh diliputi kebingungan dan perasaan tidak habis mengerti.
Jelas hingga kini dia masih belum berhasil menemukan cara yang paling tepat
untuk menghadapi situasi yang sedang dihadapi sekarang.
"Blaaamm ! Blaaamm !" tiba-tiba terdengan dua kali benturan nyaring berkumandang
datang, dua orang manusia berbaju hitam itu masing-masing sudah terkena pukulan
Buyung Im seng. Sedemikian beratnya pukulan tersebut, membuat kedua orang manusia berbaju hitam
itu muntahkan darah segar, lencana tembaganya sudah terjatuh ke tanah, sementara
sepasang tangan mereka memegangi perut sendiri sambil terbungkuk-bungkuk kesakitan.
Jelas sudah kalah kedua orang itu sudah kehilangan daya kemampuannya lagi untuk
meneruskan pertarungan. Khong Bu siang hanya memandang sekejap ke arah dua orang manusia berbaju hitam
itu kemudian secara tiba-tiba melanjutkan kembali langkahnya ke depan.
Baik Buyung Im seng maupun Nyoo Hong leng sama-sama merasakan tindakannya itu
sedikit aneh, namun dibawah pengawasan Bu tok taysu, kurang leluasa bagi mereka
780 untuk banyak bertanya, maka tanpa mengucapkan sepatah katapun mereka turut
beranjak pergi dari situ. Nyoo Hong leng segera mempercepat langkahnya melampaui Khong Bu siang lalu
membalikkan badan sambil menghadang kepergiannya, setelah itu menegur.
"Apa yang telah terjadi ?"
"Bila kau masih ingin berlalu dari sini dalam keadaan selamat, lebih baik jangan
banyak bertanya pada saat ini."
Resiko tersebut memang kelewat besar, maka Nyoo Hong leng tak berani banyak
bertanya lagi. Perjalanan yang ditempuh Khong Bu siang cepat sekali, dalam waktu singkat dia
sudah membelok ditikungan bukit situ dan lenyap dari pandangan.
Nyoo Hong leng segera memperlambat langkahnya menunggu hingga Buyung Im segn
menyusul disamping tubuhnya, kemudian berbisik.
"Buyung toako, aku merasa...."
Mendadak dia menutup mulut dan tidak berbicara lagi.
"Kenapa ?" tanya Buyung Im seng keheranan.
"Anak tak akan membicarakan kesalahan ayahnya, istri tak akan membicarakan
kejelekan suaminya, aku tidak pantas untuk membicarakan soal dia dengan orang
lain, bukankah begitu ?" Selapis rasa murung dan sedih yang amat besar menyelinap diantara kerutan
dahinya, setengah perminum teh kemudian, pelan-pelan dia baru berkata :
"Menurut perasaanmu, bagaimana sih dengan dia ?"
Buyung Im seng menghela napas panjang.
"Aai, kau cerdik sekali tapi hatimu terlampau baik dan mulia, oleh karena setiap
tindakan maupun merencanakan sesuatu, tindakanmu selalu kurang keji, licik dan buas
sehingga boleh dibilang... boleh dibilang kau sudah menderita kerugian besar sebelum
melakukan sesuatu.." Nyoo Hong leng segera mengerdipkan matanya yang besar dan jeli, kemudia menukas.
"Jadi kau maksudkan, aku harus bersikap lebih buas, lebih keji dan lebih
licik ?" Buyung Im seng segera tersenyum.
"Jangan salah mengartikan perkataanku, aku tidak bermaksud demikian."
Mereka berdua telah membelok pula pada tikungan bukit.
Tampak oleh mereka Khong Bu siang sudah berdiri tegak diujung tikungan sana,
sehingga hampir saja Nyoo Hong leng menumbuk ke dalam pelukan Khong Bu siang.
Waktu itu Khong Bu siang melepaskan kain cadarnya, namun wajahnya tidak nampak
girang , tidak nampak juga murung, sama sekali tidak menampilkan perasaan apaapa sehingga mendatangkan suatu perasaan sukar diduga.
781 Nyoo Hong leng segera menghentikan langkahnya sambil menegur :
"Mengapa sih kau berdiri di ujung tikungan " Bikin hatiku kaget saja !"
Pelan-pelan Khong Bu siang menyimpan lagi kain cadarnya, kemudian katanya lembut
:
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sekarang kita masih berada dalam situasi yang berbahaya sekali, justeru karena
mereka masih menganggap diriku sebagai Toa sengcu maka mereka tak berani mempergunakan
cara yang lebih keji, tapi kalian berdua harus bekerja sama secara baik-baik
denganku !" "Aku kawin dengan ayam turut, sekalipun harus mengikuti kau untuk menyerempet
bahaya, hal ini merupakan kewajibanku, tapi orang lain toh bukan apa-apa, dia
adalah Buyung kongcu, aku rasa tidak sepantasnya jika kaupun menyuruh dia berbuat yang
sama. Alangkah akan lebih baik beberkan seluruh rencanamu yang cermat itu kepada
kita, daripada menyuruh orang buta naik kuda buta, lebih baik utarakan saja
secara blakblakan agat kita semua juga turut tahu."
"Bila Buyung kongcu tidak melakukan perjalanan bersama kita, kecil sekali
harapan baginya untuk meninggalkan tempat ini dengan selamat..."
Dengan cepat Nyoo Hong leng menggeleng.
"Aku justru bisa kawin denganmu karena menginginkan keselamatan jiwanya, bukan
saja hal ini merupakan tugas tanggung jawabmu, inipun merupakan salah satu syarat
yang harus kau penuhi..."
"Menurut syarat yang kita janjikan dulu, aku hanya bertugas melindunginya sampai
ia bertemu kembali dengan ayahnya," tuka Khong Bu siang cepat, "kini saudara Buyung
telah berhasil memenuhi keinginannya masa aku harus melindunginya terus seumur
hidup ?" Sebenarnya Buyung Im seng ingin membantah, tapi teringat kalau hal mana
merupakan jerih payah Nyoo Hong leng terpaksa dia pun hanya membungkam diri dalam seribu
bahasa. Dengan kening berkerut Nyoo Hong leng menghela napas panjang, ujarnya kemudian :
"Orang lain juga tak akan mengikuti kita seumur hidup, setelah meninggalkan
wilayah Sam seng bun, sekalipun kita hendak menahannya pun belum tentu dia bersedia !"
"Jika kalian masih inging meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat, lebih
baik turuti saja perintahku."
"Tentu saja harus menuruti perkataanmu, cuma kau pun harus mengerti lebih
dahulu, dia bukan bawahanmu, juga bukan anggota perguruan Sam seng bun, kau jangan
memasukkan orang kedala, bule-bulemu !"
"Disekitar tempat ini penuh dengan mara bahaya yang setiap saat bisa mengancam
keselamatan jiwa kita, apa yang bakal terjadi aku sendiripun tak bisa meramalkan
lebih dulu, itu mesti dilihat menurut situasi dan kondisi kemudian baru mencari akal
untuk mengatasinya, kalau kau suruh aku memberi penjelasan lebih dulu, maka aku harus
berbicara mulai dari mana dan sampai kemana ?"
Tampak Buyung Im seng kuatir kalau kedua orang itu bakal ribut lebih lanjut,
cepat-cepat dia menjura seraya berkata :
782 "Kalian berdua tak usah ribut lagi gara-gara persoalanku, bila segalanya bisa
berjalan lancar, satu jam kemudian kita sudah dapat meninggalkan daerah kekuasaan dari
Sam seng bun, sampai waktunya lebih baik kita meneruskan perjalanan secara berpisah
saja, karena itu aku minta kalian semua maulah bersabar."
Khong Bu siang tak banyak cerita lagi, dia membalikkan badan dan segera
melanjutkan kembali perjalanannya. Baru berjalan belasan kaki, mendadak dia menyaksikan ada dua orang gadis sedang
berdiri menanti disisi jalan.
Tampaknya Khong Bu siang merasa terkejut sekali disamping rasa cengangnya yang
tebal, dengan cepat dia menghentikan langkah.
Ternyata dua orang gadis yang sedang berdiri menanti disisi jalan itu tak lain
adalah Kwik Soat kun serta Siau tin.
"Enci Nyoo, terima kasih atas pertolonganmu." begitu berjumpa, Kwik Soat kun
berseru. Nyoo Hong leng menjadi tertegun.
"Maksudmu aku yang telah menolong kalian ?"
"Sekalipun bukan kau pribadi, tapi dia kan melakukan pertolongan atas
perintahmu. Apa bedanya ?" Dengan cepat Nyoo Hong leng memutar otaknya sambil berpikir :
"Mungkin ada orang lain yang mencatut namaku untuk menyelamatkan mereka berdua,
mungkin persoalan ini sulit untuk dijelaskan dalam waktu singkat, kalau begitu
aku tak usah terburu-buru memberi penjelasan lagi."
Maka dia lantas bertanya,
"Kalian tidak menderita bukan ?"
"Tidak, kami baik sekali."
"Bagaimana cara kalian keluar dari situ ?" tiba-tiba Khong Bu siang menegur
dengan suara dingin. "Ada orang yang menghantar kami kemari."
"Siapa ?" "Tidak kenal, pada hakekatnya kami tak sempat melihat jelas raut wajahnya."
Kontan saja Khong Bu siang tertawa dingin.
"Heeeh... heeehh.... heeehh.... sungguh membuat orang sukar untuk mempercayainya."
"Kalau tidak percaya, kau boleh bertanya kepada nona Nyoo, orang itu melakukan
tugas atas perintahnya, nona Nyoo pasti lebih tahu daripada aku."
Khong Bu siang berpaling dan memandang sekejap ke arah Nyoo Hong leng, kemudian
sambil mengalihkan kembali sorot matanya ke wajah Kwik Soat kun, dia bertanya
lagi. "Sekarang apa yang hendak kalian lakukan ?"
783 "Orang itu memberitahukan kepada kami agar menunggu kedatangan nona Nyoo disini,
kemudian bersama-samanya meninggalkan tempat ini."
Khong Bu siang termenung beberapa saat lamanya, kemudian dia pun mengangguk.
"Baiklah ! Kalian boleh melakukan perjalanan bersama kami ! Cuma sebelum kita
berpisah, kalian harus melakukan seperti apa yang kuperintahkan, mengerti ?"
Kembali Kwik Soat kun manggut-manggut.
"Hal itu sudah barang tentu !"
Khong Bu siang segera mendehem pelan, kemudian katanya :
"Saudara Buyung, silahkan kau berjalan dimuka untuk membuka jalan bagi kami."
Sebelum Buyung Im seng bertindak, Nyoo Hong leng sudah mendahului sambil berseru
: "Biar aku saja yang membuka jalan untuk kalian !"
Mendadak Buyung Im seng melejit ke udara dan melampaui Nyoo Hong leng dengan
cepat, setelah itu katanya :
"Toa sengcu telah menunjuk kepadaku untuk berjalan dimuka, aku rasa nona tak
perlu berebut tugas dengan diriku bukan ?"
Nyoo Hong leng menghela napas panjang, pelan-pelan dia berjalan balik ke samping
Khong Bu siang, lalu tegurnya dengan suara dalam.
"Dapatkah kau bersikap lebih sungkan kepadanya ?"
"Bersikap lebih sungkan kepada siapa ?" seru Khong Bu siang dengan suara keras.
Tiba-tiba Nyoo Hong leng tertawa hambar, dengan suara yang sangat lembut katanya
: "Khong Bu siang ! Kau jangan kelewat sok !"
"Aku tidak terlampau memahami maksud dari perkataanmu itu."
"Baiklah, akan kuucapkan dengan lebih jelas lagi, cuma ini urusan pribadi kita,
bagaimanapun juga kau tak boleh melimpahkan amarahmu kepada orang lain,
seandainya kau menaruh perasaan benci atau mendendam, silahkan saja dilampiaskan kepadaku,
mengerti ?" "Katakan saja ! Aku dapat memperhatikan perkataanmu itu dengan lebih seksama."
"Kalau begitu bagus sekali, aku bersedia kawin denganmu..."
"Kau sedang memenuhi janjimu dan aku ini amat mempercayai dirimu." tukas Khong
Bu siang cepat. "Cuma sekarang aku belum jadi istrimu."
"Dengan cepat akan terjadi juga, sebab sepeninggal tempat ini aku hendak mencari
suatu tempat terpencil dan sepi untuk melangsungkan pernikahan denganmu..."
"Tempat yang tenang sudah cukup, tidak usah suatu daerah yang terpencil, aku
Nyoo Hong leng adalah seorang gadis, mempunyai suami dan punya anak toh bukan sesuatu
yang luar biasa, mengapa harus kuatir diketahui orang lain ?"
784 "Kalau begitu bagus sekali," sambung Khong Bu siang cepat, "pada hari perkawinan
nanti, akan kuundang semua enghiong hohan dari seluruh kolong langit untuk
bersamasama merayakannya." Nyoo Hong leng berkerut kening, kemudian berkata dengan suara lembut.
"Khong long, bersediakah kau untuk mendengarkan perkataanku hingga selesai ?"
"Kata Khong long tersebut sangat menawan hati, silahkan kau katakan ! Aku tidak
akan menimbrung lagi." "Aku bersedia kawin denganmu bukan dikarenakan aku menyukaimu melainkan karena
ingin membantu Buyung kongcu."
"Soal ini aku sudah tahu."
"Bila perkawinanku denganmu sama sekali tidak berakibat diperolehnya bantuan
yang benar untuk Buyung kongcu, maka akan hilanglah makna yang sebenarnya dari
perbuatanku ini." "Aku bersedia membantunya untuk memasuki kota batu dan berjumpa dengan Buyung
Tiang kim, sekarang ia telah bertemu dengan orang yang ingin dijumpai, terlepas
Buyung Tiang kim tersebut asli atau palsu, mati atau hidup, tapi dia toh nyatanya telah
bersua dengan orang itu, sedang aku juga tak pernah mengingkari janji, bagaimanapun aku
toh tak bisa membantunya terus sepanjang hidup."
Nyoo Hong leng tersenyu. "Kedengarannya sangat menarik hati, tapi segala sesuatu perubahan yang kemudian
terjadi setelah berada di kota batu bawah tanah tak satupun berada dalam
dugaanmu, bahkan segala sesuatunya boleh dibilang harus kami tempuh sendiri dengan
menyerempet bahaya, terlepas bagaimana hasil dari tindakan nekad kami ini kau tak bisa
dianggap telah memberikan bantuan yang besar, lebih tak bisa dibilang kalau keberhasilan kami
ini berkat jasa-jasamu."
"Di dalam menghadapi persoalan apa saja, suatu batasan pasti ada, sekalipun aku
tidak memberikan bantuan yang terlalu besar untukmu, tapi toh sudah kuusahakan dengan
segala kemampuan yang kumiliki, persoalannya sekarang adalah bagaimana sikap
kita terhadapnya dikemudian hari ?"
"Ehmm, aku berpendapat harus membantunya lagi, aku berharap dia bahagia,
urusannya bisa berjalan semua dengan lancar dan sukses, sebab itulah menjadi alasanku
terutama mengapa bersedia kawin denganmu..."
"Aku bersedia melakukan pekerjaan apa saja untukmu, tapi tak ingin menjadi
seorang budak sepanjang masa demi Buyung Im seng."
Nyoo Hong leng merasakan ucapannya itu sangat tajam, blak-blakan, kasar dan sama
sekali tidak bernada sungkan atau berperasaan, tak terlukiskan rasa
mendongkolnya kini. "Khong long !" kembali dia berseru sambil tertawa hambar, "untung saja aku belum
kawin denganmu." "Maksudmu ?" Khong Bu siang tertegun.
785 "Seorang lelaki sejati lebih mengutamakan janji daripada segala-galanya, sekali
dia telah berjanji maka selamanya tak pernah akan berubah lagi. tapi untunglah aku cuma
seorang perempuan. apa yang telah kuucapkan boleh saja kuingkari kembali."
"Jadi nona bermaksud untuk membatalkan ?"
"Betul, tapi pembatalan ini terjadi sebagai akibat keenggananmu untuk menepati
janji." Mendadak Khong Bu siang membungkam dalam seribu bahasa, dia kelihatan termenung
tapi langkah perjalanannya semakin dipercepat.
Oleh karena wajahnya ditutup oleh selembar kain cadar hitam, maka sulit bagi
Nyoo Hong leng untuk melihat mimik wajahnya.
Dalam pada itu, mendadak dari arah depan sana berkumandang suara bentakan
nyaring yang menggema sampai disitu.
Sewaktu Nyoo Hong leng mendongakkan kepalanya, dia saksikan ada empat orang Busu
berbaju biru sedang menghadang Buyung Im seng.
Menyaksikan kejadian ini, sambil menghimpun tenaga dalamnya dia segera melejit
ke udara, dalam dua kali lompatan saja dia telah melalui Khong Bu siang dan
mendekati Buyung Im seng. Keempat orang Busu berbaju Busu biru itu masing-masing membawa sebilah pedang,
tapi diujung senjata tersebut kelihatan pula ditambah dengan sebuah benda
berbentuk bulan sabit. Pedangnya seperti senjata biasa, tapi setelah bertambah dengan gigi berbentuk
bulan sabit maka segera berubahlah bentuknya menjadi semacam benda yang aneh sekali,
sehingga dalam sekilas pandangan pun terasa lebih aneh dan menyeramkan.
Buyung Im seng mengalihkan sorot matanya sambil memandang sekejap wajah keempat
orang busu berbaju biru itu, kemudian sambil mengulapkan tangannya dia menegur.
"Apakah kalian berempat anggota perguruan tiga malaikat ?"
Keempat orang busu berbaju biru itu saling berpandangan sekejap, kemudian
menyahut : "Benar ! " Dengan wajah sedingin es, Buyung Im seng segera menegur :
"Kalau toh sebagai anak murid perguruan sam seng bun, mengapa tidak segera
mengunjuk hormat kepada Sengcu ?"
Empat orang Busu berbaju biru itu segera menjengek dingin:
"Hmm, kami mendapat perintah dari Sengcu untuk melakukan penghadangan diri, dari
mana ada Sengcu yang bisa dihormati ?"
Sementara pembicaraan berlangsung, Khong Bu siang dan Nyoo Hong leng telah
memburu pula ke tengah arena.
Sambil tertawa dingin, Khong Bu siang segera berseru :
"Buyung huhoat menyingkir>"
786
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Waktu itu Buyung Im seng sedang memutar otak untuk mencari akal bagaimana
caranya merampas senjata dari salah seorang lawannya, kemudian memakainya untuk
menghadapi tiga orang musuh lainnya. Ketika mendengar seruan dari Khong Bu siang
itu, terpaksa diapun menyingkir ke arah samping.
Pelan-pelan Khong Bu siang berjalan menuju kehadapan keempat orang Busu berbaju
biru itu, kemudian tegurnya :
"Kalian datang atas perintah dari siapa ?"
Pakaiannya yang berwarna hitam serta kain cadar mukanya yang berwarna hitam
pula, tampaknya cukup mendatangkan kewibawaan yang sangat besar, sehingga tanpa terasa
empat orang busu berbaju biru itu mundur dua langkah ke belakang.
Manusia berbaju biru yang ada disebelah kiri memandang lebih dulu sekejap ke
arah ketiga orang rekannya, kemudian baru mengalihkan sorot matanya ke wajah Khong Bu
siang sembari menjawab : "Kami mendapat perintah Seng tong untuk datang kemari."
"Ehmm, mau apa datang kemari ?"
"Menghadang kepergian anda !"
"Besar amat nyali kalian, tahukan kalian siapakah diriku ini ?"
"Walaupun kami berempat belum pernah bertemu dengan Sengcu, tapi kami pernah
dengar kalau Sengcu mengenakan dandanan seperti ini."
"Bagus sekali, setelah mengetahui kalau aku seorang Sengcu, mengapa kalian tidak
buang senjata ditangan untuk menerima hukuman ?"
Busu berbaju biru yang ada disebelah kiri itu segera menyahut :
"Kalau toh kau adalah toa sengcu, mengapa dari pihak Seng tong mengirim surat
penangkapan " Sudah jelas kau adalah manusia gadungan yang ingin menggunakan hak
kedudukan sengcu untuk menakut-nakuti orang."
Ditengah bentakan nyaring, pedang bergigi bulan sabit ditangan kanannya segera
diayunkan kemuka melancarkan sebuah sapuan kilat ketubuh Khong Bu siang.
Biasanya senjata pedang mengutamakan menutul dan menusuk, tapi dengan dibawahnya
sebuah Gwat ya atau gigi berbentuk bulan sabit maka senjata dapat dipergunakan
sebagai banyak jenis senjata tajam.
Ketika melepaskan sapuan kilat, yang dipergunakan adalah serangan dari ilmu
golok. Buyung Im seng dapat merasakan betapa sempurnanya tenaga dalam lawan, terutama
dalam ayunan senjata Gwat ya kiamnya tadi, terasa adanya desingan angin tajam
yang menderu-deru. Khong Bu siang segera mengigos ke samping, meloloskan diri dari serangan
tersebut, lalu tangan kanannya menerobos ke depan dan mencengkeram pergelangan tangan
kanan orang berbaju biru itu. Cepat-cepat Busu berbaju biru itu menarik pergelangan tangan kanannya ke bawah,
kemudian secepat kilat menarik kembali pedang Gwat ya kiam nya.
787 Gagal dengan cengkeraman mautnya, Khong Bu siang segera menyingkir ke sampint,
kemudian.. "wess !" sebuah bacokan dilepaskan.
Angin pukulan yang menderu-deru seperti gulungan ombak menghantam tepian pantai
segera melawan datang diantara gulungan angin pukulan tersebut, terdengar pula
suara desingan tajam dengan menderu-deru, mengerikan sekali keadaannya.
Ilmu silat yang dimiliki orang berbaju biru itu tidak lemah, dengan cepat dia
melangkah setindak ke samping, untuk menghindarkan diri dari serangan tersebut.
Tapi pada saat yang bersamaan itulah, tiga orang Busu berbaju biru lainnya
segera bertindak, tiga bilah pedang Gwat ya kiam dengan memancarkan sinar yang
gemerlapan secara terpisah menyergap tiba dan mengancam tubuh Khong Bu siang dari tiga arah
yang berbeda. Khong Bu siang segera melejit ke tengah udara, pukulannya dilepaskan secara
beruntun, angin pukulan yang menderu-deru segera menghadang gerak serangan pedang dari
ketiga orang itu. Akan tetapi keempat orang manusia berbaju bitu itu seperti sudah mempunyai
ikatan batin yang mendalam sekali, permainan keempat bilah pedang Gwat ya kiam mereka
pun dapat dikombinasikan secara manis dan indah sekali.
Walaupun tenaga dalam yang dimiliki Khong Bu siang sangat sempurna, tenaga
pukulannya juga lihai, namun untuk sesaat diapun tak mampu untuk menaklukan
keempat orang itu. Dalam waktu singkat, lima orang itu sudah terlibat dalam belasan gebrakan yang
amat seru . Dalam pada itu, Buyung Im seng, Nyoo Hong leng, Kwik Soat kun serta Siau tin
telah berdiri mengelilingi kelima orang yang terlibat dalam pertarungan sengit itu.
Buyung Im seng mencoba untuk mengamati pebuatan jurus serangan dari keempat
bilah pedang Gwat ya kiam tersebut, sesaat kemudian keningnya segera berkerut katanya
kemudian : "Dia menderita kerugian karena tidak membawa senjata, biar kubantu dirinya agar
keempat orang itu segera ditaklukan dan kitapun segera meneruskan perjalanan
lagi." Nyoo Hong leng menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku kuatir sudah tidak sempat lagi."
"Kenapa ?" tanya pemuda itu keheranan.
"Coba kau perhatikan keadaan sekeliling tempat ini, agaknya kita sudah berada
dalam kepungan musuh." Buyung Im seng segera mendongakkan kepalanya dan memperhatikan sekeliling tempat
itu dengan seksama, benar juga, dia menyaksikan dari belakang pohon, dari balik
batu lama-lamat kelihatan ada bayangan manusia sedang bergerak-gerak, sambil menghela
napas katanya kemudian : "Ya, benar, kita memang sudah terkepung !"
788 "Sebelum kita dapat memahami gerakan musuh, paling baik adalah jangan bergerak
secara sembarangan, apabila kurang cermat sehingga menimbulkan pertarungan
masal, maka akibatnya pasti sukar dibayangkan lagi."
Buyung Im seng segera manggut-manggut.
"Ucapan nona memang benar !"
"Buyung toako, tampaknya kau seperti berusaha untuk menjauhkan diri dariku,
benarkah demikian ?" tiba-tiba Nyoo Hong leng menegur.
"Aah, siapa yang bilang begitu " Aku merasa amat berterima kasih sekali
kepadamu." "Aku selalu menyebutmu sebagai toako, dapatkah kau pun memanggil diriku sebagai
adik ?" Buyung Im seng mengerdipkan matanya beberapa kali, kemudian balik bertanya :
"Bolehkah aku memanggilmu adik ?"
Sementara itu, Nyoo Hong leng sudah merasa bahwa dirinya adalah nyonya Khong Bu
siang, baginya sudah tiada keraguan apa-apa lagi didalam hatinya, maka dengan
cepat dia menimbrung. "Siapa bilang tidak boleh " Aku belum menikah dengan Khong Bu siang, masa kau
akan memanggil anak kepadaku mulai sekarang ?"
Ucapan mana selain terlalu tajam dan blak-blakan, secara lamat-lamat pun dapat
terasa adanya suatu luapan emosi.
"Kalau memang begitu aku akan memanggil Nyoo Hian moay (adik) saja kepadamu"
seru Buyung Im seng kemudian.
"Kau lebih besar dua tahun daripada diriku, memang sudah sepantasnya bila kau
menyebut hian moay kepadaku."
Sementara itu, dalam arena pertarungan masih berlangsung suatu pertempuran yang
amat seru, cahaya pedang tampak berkilauan menyelimuti seluruh angkasa, pertarungan
antara Khong Bu siang melawan keempat orang busu berbaju biru itu sudah berlangsung
hingga mencapai pada puncaknya...
Nyoo Hong leng berpaling sekejap, kemudian berkata :
"Mungkin Khong Bu siang juga sudah melihat kalau kita telah terkepung, maka dia
tak terlampau terburu nafsu untuk cari kemenangan."
Ilmu silat yang dimiliki keempat orang busu berbaju biru itupun lihai sekali,"
kata Kwik Soat kun, "bila keempat orang manusia berbaju biru itu bisa dibunuh sudah pasti
akan kekurangan beberapa orang musuh tangguh."
"Tapi hal inipun akan mengundang datangnya serbuan dari para jago lihai yang
telah mengepung disekeliling tempat ini sekarang." sambung Nyoo Hong leng.
"Tapi kalau pertarungan harus dibiarkan berlangsung terus dalam keadaan begini,
sampai kapan pertarungan baru akan berakhir ?"
789 "Sekarang Khong Bu siang sedang memeras otak untuk mencari akal guna menghadapi
lawan, sebelum ia mendapatkan cara yang paling tepat untuk menghadapi kerubutan
tersebut, tak mungkin dia akan menaklukan keempat orang itu."
"Bila waktu mesti diulur-ulur terus, bagi kita hal mana hanya akan mendatangkan
banyak kerugian tanpa adanya keuntungan apa-apa."
"Bagaimanapun juga, tak mungkin kita bisa lebih memahami keaadaan Sam seng bun
dari pada Khong Bu siang sendiri, maka sebelum dia mengambil suatu keputusan,
paling baik kita pun jangan sembarangan mengambil tindakan lebih dulu."
"Hian-moay" sela Buyung Im seng, "menurut perasaan siauheng, bila pertarungan
dibiarkan terus, terhadap kita belum tentu akan mendatangkan keuntungan apa-apa,
terutama sekali apabila Ji sengcu dan Sam sengcu menyusul sampai disini."
Mendadak dari tengah arena berkumandang serentetan suara dengan dengusan
tertahan yang memotong perkataan Buyung Im seng yang belum sempat diselesaikan itu.
Ketika semua orang mendongakkan kepalanya lagi, tampak Khong Bu siang telah
berdiri gagah ditengah arena, sementara keempat orang Busu berbaju biru itu sudah
terkapar mati diatas tanah. Pelan-pelan Nyoo Hong leng berjalan mendekat, lalu tanyanya dengan suara lirih.
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan ?"
Khong Bu siang menghela napas panjang.
"Kecil sekali harapan bagi kita untuk meloloskan diri dari sini." jawabnya
lirih. "Kalau toh kau tak punya rencana yang baik, buat apa kita mesti menunggu lagi
disini " Lebih baik kita terjang saja sekarang !"
Dengan cepat Khong Bu siang menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Di depan sana terdapat sebuah tempat yang strategis dan amat berbahaya,
seandainya mereka telah mempersiapkan jebakan ditempat itu, maka tiada harapan bagi kita
untuk bisa lolos dari situ dalam keadaan selamat."
"Lantas apa yang harus dilakukan sekarang ?"
"Satu-satunya kesempatan adalah menunggu disini."
"Menunggu apa ?"
"Menunggu sampai mereka telah selesai mempersiapkan diri lalu melangsungkan
pertarungan habis-habisan dan berupaya membekuk pemimpin mereka.."
"Maksudmu, kita harus menunggu sampai Ji sengcu dan Sam sengcu menyusul kemari,
kemudian kita baru berusaha membekuk mereka sebelum mencari akal lain ?"
"Benar, inilah satu-satunya jalan yang bisa kita tempuh."
Nyoo Hong leng termenung beberapa saat lamanya, kemudian bertanya lagi :
"Bolehkah kita mencobanya ?"
"Mencoba apa ?"
790 "Mencoba menerjang ke depan, seandainya benar-benar tak berhasil, kita baru
mengundurkan diri lagi kemari."
"Seandainya kita merasa tak ada harapan untuk maju lebih ke depan, maka berarti
pula tiada harapan buat kita untuk mundur lagi kemari" jawab Khong Bu siang dingin.
"Masa begitu serius ?"
"Saat dan keadaan pada saat ini kritis sekali, aku harap kalian lebih baik
menuruti saja perkataanku." "Aku boleh saja menuruti perkataanmu, tapi belum tentu orang lain bersedia
menuruti perkataanmu itu." "Bila siapa saja diantara kalian tak ingin berdiam disini, suruh saja mereka
pergi sendiri !" Ucapan mana kontan saja membuat Nyoo Hong leng menjadi tertegun.
"Suruh mereka pergi ?" tegurnya.
"Benar, siapa saja diantara kalian yang segan tetap tinggal disini, siapapun
boleh pergi dari sini." "Bagaimana dengan aku " Tetap tinggal disini atau mengikuti mereka pergi
meninggalkan tempat ini ?"
"Aku harap kau tetap tinggal disini, sebab bila pergi dari sini maka kesempatan
untuk hidup benar-benar teramat kecil sekali."
Walaupun pembicaraan mereka berdua tidak terlampau keras, tapi Buyung Im seng
maupun Kwik Soat kun sekalian dapat mendengarnya dengan sangat jelas.
Buyung Im seng kuatir kalau kedua orang itu cekcok lagi gara-gara persoalan
tersebut, buru-buru dia menukas : "Hian-moay, harap jangan kau ribut lagi dengan saudara Khong, apabila saudara
Khong bersikeras hendak bertahan ditempat ini, sudah pasti dia mempunyai alasan
sendiri, siauheng pun merasa lebih baik kita menunggu disini."
"Apakah toako pun berpendapat harus menunggu disini ?"
"Aku berpendapat, apa yang diketahui oleh saudara Khong jauh lebih banyak
sepuluh kali lipat daripada kita, bila dia menghendaki tetap tinggal disini, tentu saja
hal ini diputuskan bukan tanpa alasan."
"Nah, begitu baru pandangan dari seorang lelaki sejati !" komentar Khong Bu
siang cepat. Nyoo Hong leng segera mencibirkan bibirnya yang kecil, lalu mendengus dingin.
"Huuh, kadang kala orang suka menempeli wajahnya sendiri dengan emas, janganlah
kau anggap orang lain benar-benar menyetujui rencana serta pendapatmu itu."
Khong Bu siang menghela napas panjang.
Lembah Tiga Malaikat Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aai, saudara Buyung, sebentar lagi ditempat ini bakal berlangsung suatu
pertempuran yang benar-benar amat sengit, sampai wktunya mungkin sulit buat kita untuk
saling 791 memperhatikan keselamatan yang lain, oleh sebab itu aku tak berani menjamin
keselamatannya dari nona Kwik maupun nona Siau tin.
"Seandainya betul tak sanggup untuk melindungi keselamatan sendiri, sekalipun
harus tewas, kami juga tak akan menyalahkan kepada siapapun." sahut Kwik Soat kun
cepat. "Aku hanya merasa berkewajiban menerangkan persoalan ini lebih dahulu, tapi aku
toh tetap akan berdaya upaya untuk melindungi keselamatan kalian sebisanya, bila
perlindunganku kurang baik, tak bisa dihindari suatu kecerobohan dan kebocoran
bakal terjadi. Oleh sebab itu aku berkewajiban untuk menerangkan lebih dulu, hingga
kalian sampai saatnya nanti kalian tak usah menggerutu kepadaku."
"Kau bilang siapa yang akan menggerutu kepadamu ?" teriak Nyoo Hong leng tibatiba. "Aku maksudkan satu-satunya orang dikolong langit ini yang berani menggerutu dan
membantah ucapan dari aku Khong Bu siang !"
"Jadi kau maksudkan aku ?" seru Nyoo Hong leng lagi.
Sesudah berhenti sejenak, dia melanjutkan.
"Seandainya orang yang menjumpai mara bahaya adalah diriku sendiri, bagaimana
dengan sikapmu ?" Agaknya Khong Bu siang sama sekali tidak menduga kalah Nyoo Hong leng akan
mengemukakan pertanyaan seperti itu, untuk sesaat dia menjadi tertegun.
"Ilmu silat yang kau miliki masih lebih dari cukup untuk melindungi keselamatan
jiwamu sendiri," katanya kemudian, "aku pikir, kau tidak perlu mendapatkan bantuan dari
orang lain lagi." "Hal itu hanya berlaku seandainya aku berjumpa dengan manusia-manusia yang
berilmu yang biasa, andaikata aku bertemu dengan jago lihai kelas satu dari perguruan
Sam seng bun ?" "Bila pertarungan telah berlangsung nanti lebih baik kita berkumpul menjadi satu
saja, aku akan berusaha dengan segala kemampuan yang kumiliki untuk mencoba melindungi
kalian semua." Sementara pembicaraan masih berlangsung, mendadak terdengar seseorang berseru
dengan suara yang dingin menyeramkan :
"Khong Bu siang ! Buyung kongcu ! Kalian telah terkepung dalam kurungankami,
asal kuturunkan perintah maka kalian akan segera merasakan serangan-serangan asap
beracun dari api beracun." Mendengar seruan mana, Buyung Im seng segera berbisik dengan suara lirih :
"Siapa yang bersuara itu ?"
"Ji sengcu ! Mereka memang sudah lama sekali punya rencana untuk menyingkirkan
aku, sekarang berhasil jua mereka mendapatkan kesempatan begini baik."
"Seandainya mereka melancarkan serangan dengan mengirimkan jago-jagonya, kita
masih bisa memberikan perlawanan dengan melakukan suatu pertarungan mati-matian,
792 tapi jika mereka menyerang dengan mempergunakan asap beracun dan api beracun,
bagaimana cara kita untuk menanggulanginya ?"
"Sulit untuk mencari suatu cara untuk menghadapi serangan mereka. Kalau hanya
pai beracun sih masih bisa dilawan, tapi asap beracun itu lihai lagipula panas dan
jahat, setiap celah dapat ditembusi, begitu menyusup ke tubuh maka sang korbanpun akan segera
jatuh pingsan, sebelum memperoleh pertolongan dari obat penawar khususnya,
siapapun akan jatuh pingsan selama empat jam."
Dengan kening berkerut Buyung Im seng segera berkata :
"Kalau begitu, keadaan kita sekarang ibaratnya harimau dalam sangkar, sekalipun
punya tenaga juga percuma ?"
Tiba-tiba Kwik Soat kun menimbrung :
"Asap beracun dari Sam seng bun mungkin merupakan suatu cabang lain yang berdiri
sendiri tapi menurut apa yang kuketahui setiap asap pemabuk yang digunakan oleh
kaum kurcaci dalam dunia persilatan, mereka selalu melepaskannya dengan berdiri
searah denan hembusan angin, bila arah hembusan anginnya keliru, bisa jadi si pelepas
asap pemabuklah yang akan menjadi korban sendiri."
"Barisan asap api dari Sam seng bun sama sekali berbeda dengan kepandaian lain,
orang yang bertugas melepaskan api beracun dan asap beracun itu bukan saja memperoleh
pendidikan khusus, lagi pula mereka pun mengenakan semacam pakaian yang dibuat
secara khusus." "Kau pernah menjadi Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat, apakah kau tak bisa
mengendalikan barisan asap api itu ?" tanya Nyoo Hong leng dengan cepat.
"Keistimewaan dari Sam seng bun kami adalah terletak pada pusat pengendalian
komando di ruang Seng tong, setiap orang yang mendapatkan perintah selalu
dikendalikan oelh semacam kekuatan misterius agar mereka setia sampai mati demi
perguruan tiga malaikat. Selama ini mereka selalu menganggap Sengcu-nya sebagai
malaikat, oleh sebab itulah pengaruh pribadi didalam Sam seng bun tidak begitu
besar, kendatipun dia adalah seorang Sengcu, asal sudah meninggalkan ruang Seng tong,
maka dia tak dapat menurunkan perintah lagi."
"Aah, mengerti aku sekarang," kata Buyung Im seng sambil berseru tertahan, "asal
orang-orang itu bisa menciptakan sebuah ruang Seng tomg dengan tiga buah patung
malaikat yang terbuat dari baja, maka soal siapakah Sengcunya sebetulnya bukan
sesuatu yang terlampau penting."
"Perkataanmu memang benar, tetapi orang yang menjadi Sengcu itu bila tidak
memiliki kecerdaan dan ilmu silat yang cukup untuk memimpin khalayak ramai, toh sama saja
dia tak akan berkemampuan untuk menjadi seorang Sengcu."
"Oooh, hal ini sudah barang tentu, ruang Seng tong tersebut hampir boleh
dibilang telah mengendalikan separuh bagian dari urusan dunia persilatan, bila pemimpinnya
tidak memiliki kecerdasan yang luar biasa, dia memang tak akan berkemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang maha penting itu."
793 "Aaai..! Andaikata saudara Buyung bersedia menjabat sebagai Sam sengcu, dengan
kecerdasanmu sekarang mungkin kau masih bisa merubah haluan serta tujuan yang
sebenarnya dari Sam seng bun sekarang."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menambahkan.
"Sedangkan aku hanya akan meneruskan perintahmu saja."
Walaupun wajahnya tertutup oleh selembar kain cadar, namun secara lamat-lamat
dapat dirasakan sepasang sorot matanya yang tajam dan menggidikkan hati itu sedang
ditujukan ke wajah Buyung Im seng dan memandangnya lekat-lekat.
Nyoo Hong leng menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi
kemudian niat itu diurungkan.
Sambil tertawa hambar Buyung Im seng berkata lagi :"Rencana dari saudara Khong
pasti amat hebat dan sempurna, siaute bersedia untuk mendengarkannya dengan seksama."
"Sesungguhnya rencanaku amat sederhana, tak usah dipikirkan dengan menggunakan
akal yang cerdas, tapi siaute tahu kalau rencana tersebut pasti akan
mendatangkan hasil yang luar biasa." "Ah, itukah siasat ditengah siasat ?"
"Cuma, diantaranya masih ada satu persoalan lagi."
"Persoalan apa ?"
"Apakah saudara Buyung memiliki keberanian untuk melaksanakan rencana ini ?"
"Seandainya pada satu bulan berselang, siaute pasti akan menyambut usulmu itu
dan berusaha kubantu dengan sepenuh tenaga. Tapi setelah mengalami banyak kejadian
dan pengalaman yang luar biasa, tiba-tiba saja siaute merasa bahwa persoalan di
dunia ini banyak sulitnya daripada mudahnya, bukan hanya dengan sepatah dua patah kata
janji saja yang akan dapat menyelesaikan setiap hal atau masalahnya. Oleh sebab itu,
aku harus mendengarkan penjelasan dari saudara Khong lebih dulu, kemudian siaute
pertimbangkan masak-masak sebelum memberi jawaban kepadamu."
Tampaknya Khong Bu siang merasa terkejut dan tercengang sekali setelah mendengar
jawaban dari Buyung Im seng itu, dia termenung beberapa saat lamanya, kemudian
baru berkata. "Seandainya saudara Buyung menyetujui, siaute bersedia untuk menyaru sebagai
saudara Buyung..." "Dan aku menyaru sebagai saudara Khong dengan kedudukan sebagai Toa sengcu ?"
sambung Buyung Im seng. "Benar, kau boleh kembali ke ruang Seng tong dan berusaha untuk merubah seluruh
corak dan haluan dari Sam seng bun !"
"Caranya sih bagus sekali, hanya sayang sedikit sudah agak terlambat... !"
"Tidak bisa !" tiba-tiba Nyoo Hong leng menyela, "Buyung kongcu tidak terlalu
memahami persoalan dalam Seng tong sudah pasti perbuatannya itu akan menimbulkan
banyak kecurigaan." 794 Khong Bu siang segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak,
kemudian dia membungkam dalam seribu bahasa.
"Apa yang kau tertawakan ?" tegur Nyoo Hong leng keheranan.
"Aku mempunyai suatu perasaan yang sangat aneh, itulah sebabnya tak tahan aku
menjadi tertawa." "Coba kau utarakan !"
"Kau harus berjanji dulu tak boleh marah, dengan begitu aku baru berani
berbicara." "Baik, aku tak akan marah !"
"Aku merasa kita tidak mirip sebagai suami istri."
"Tidak ada yang patut diherankan, sesungguhnya kita memang belum secara resmi
menjadi suami istri."
"Sampai kapan baru bisa dianggap sah ?"
"Setelah melakukan upacara perkawinan, kita baru dapat dianggap sah sebagai
suami istri." "Saudara Buyung berjiwa besar dan bersifat bijaksana, dia ingin melakukan suatu
pekerjaan besar didalam dunia persilatan, agar tidak kalah dengan hasil-hasil
yang dilakukan ayahnya dimasa lampau."
Buyung Im seng tertawa hambar.
"Saudara Khong terlalu memuji." katanya, "siaute tahu kalau tak punya kemampuan
untuk berbuat demikian."
"Bisa menahan sabar adalah satu persoalan, ambisi adalah suatu persoalan yang
lain." Sesudah berhenti sekejap, dia melanjutkan.
"Untuk mengatasi masalah tersebut, aku rasa sekarang pun belum terlalu
terlambat, apa salahnya bila saudara Buyung pikirkan lagi dengan seksama, bagaimana dengan cara
yang siaute usulkan itu."
"Baik ! Siaute akan memikirkan dahulu persoalan ini dengan seksama, bila sudah
mengambil keputusan baru memberitahukan kepada saudara Khong...."
"Bagus sekali, tapi siaute harus memperingatkan satu hal lebih dulu kepada
Pendekar Panji Sakti 26 Kitab Pusaka Karya Tjan Id Tembang Tantangan 13
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama