Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 10
pembelaan diri saja, jika
memang tengah menghadapi lawan yang tangguh dan berkepandaian tinggi, ilmu ini
baru akan dipergunakan kalau dalam keadaan terdesak dan terpaksa..."
Kwang Tan mengangguk "Apa yang dijelaskan oleh mendiang guruku, juga begitu
Locianpwe, memang aku di perintahkan tidak boleh sembarangan mempergunakan ilmu
pukulan itu. jika dalam keadaan terancam dan terpaksa buat menyelamatkan diri,
maka aku baru boleh mempergunakan ilmu pukulan ini, jika tidak, aku tidak boleh
mempergunakannya sembarangan ilmu pukulan itu..."
guntur itu, karena jika Bu pukulan guntur tersebut, bersama, dan hal itu akan
membuat Bu Kie merasa tidak enak, dimana dia telah ikut mempelajari ilmu dari
pintu perguruan orang lain.
Thio Sim Hong mengangguk2 beberapa kali, dia menghela napas dalam-dalam.
"Tentunya gurumu itu seorang yang pandai sekali dan seorang tokoh dari rimba
persilatan... entah siapa nama gurumu itu?"
Kwang Tan menyebutkan nama dan gelaran gurunya, Thio Sam Hong mengangguk2
beberapa kali, dia seperti juga ingin menyatakan bahwa ia memang telah mendengar
nama dan kebesaran gelaran dari guru Kwang Tan.
Sedangkan Kwang Tan telah menanyakan dimana kelemahannya, dan apa yang harus
dilakukannya, agar dapat menguasai ilmu dan pukulan guntur itu lebih baik.
"Nanti akan kujelaskan, bukan ilmu itu memiliki kelemahan, akan tetapi memang
engkau sendiri yang melatihnya tidak dengan cara yang semestinya! Jika
menurut penglihatan Loto, tentunya kau melatih ilmu pukulan tersebut tanpa bimbingan dari gurumu
orang yang bersangkutan dan mengerti benar ilmu itu, yang telah menciptakan ilmu
tersebut !" Kwang Tan segera mengiakan, Diam2 dia sangat kagum sekali akan ketajaman mata
Thio Sam Hong, yang hanya dengan satu jurus saja dia sudah mengetahui bahwa
Kwang Tan berlatih sendiri ilmu itu.
Benar Kwang Tan menerima petunjuk dari Bu Kie, akan tetapi Bu Kie tidak mau
bantu memecahkan ilmu pukulan Kie ikut memecahkan ilmu
berarti Bu Kie ikut belajar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, walaupun Bu Kie banyak memberikan petunjuk kepada Kwang Tan,
petunjuk itu hanya terbatas buat menutupi kelemahan Kwang Tan, selebihnya dari
itu, tidak dapat membawa suatu perobahan yang jauh lebih baik pada latihan Kwang
Tan pada ilmu pukulan tangan kosong yang bernama "guntur" itu.
Sekarang, Thio Sam Hong, dengan hanya melihat satu jurus saja cara menyerangnya
Kwang Tan, dia sudah mengetahuinya bahwa Kwang Tan melatih ilmu tersebut tanpa
bimbingan yang baik dari seorang guru yang benar2 menangani ilmu tersebut, dia
melihat ilmu pukulan guntur
tidak memiliki kelemahan, tidak memiliki hawa kesesatan, walaupun akibatnya
setiap pukulan itu sangat hebat.
Hanya saja, disebabkan Kwang Tan melatih diri dengan cara yang tidak baik,
membuat dia memiliki banyak kelemahan. Dengan begitu pula, telah membuat Thio
Sam Hong bermaksud akan memberitahukan kepada Kwang Tan dimana kelemahan2
sebaik2nya, agar ia dapat
yang harus dipelajarinya menutupi kelemahannya itu dengan berlatih yang lebih teratur dari jurus2 ilmu
pukulan guntur itu. "Sekarang..." kata Thio Sam Hong beberapa saat kemudian, "Engkau bersilat dengan
ilmu pukulan Guntur itu, namun tidak usah engkau pergunakan tenaga, asal
jalannya saja, karena mengenai jalannya lwekangmu setiap kali membawakan jurus2
ilmu pukulan itu, telah kuketahui,
karena tadi aku telah melihat satu jurus dari ilmu pukulan itu...!"
Kwan Tan mengiyakan, tidak berayal lagi segera juga ia telah bersilat dengan
ilmu pukulan Guntur itu, dia telah mengeluarkan seluruh ketujuh jurus dari ilmu
pukulan itu, sampai akhirnya dia sampai pada jurus terakhir, jurus penutup. Dalam keadaan seperti itu, tampak
jelas betapa Thio Sam Hong menaruh perhatian sepenuhnya terhadap jurus2 ilmu
pukulan itu, dia telah memperhatikannya secermat mungkin sehingga dia melihatnya
bahwa setiap gerakan2 dari Kwang Tan tidak ada yang salah, di mana setiap gerak
satu inci dari Kwang Tan dapat membangkitkan pusat alam
yang sadar Kwang Tan, mengerahkan tenaga dalamnya.
Sehingga tenaga pukulan dari setiap jurus ilmu "Guntur"nya memang hebat.
Thio Sam Hong mengangguk2 terus setiap kali melihat Kwang Tan merobah jurus, dan
sekarang dia mengetahui kekurangan yang dimiliki Kwang Tan.
Setelah Kwang Tan selesai membawakan jurus2 ilmu andalannya itu, guru besar itu
bertanya: "Apakah engkau mengetahui dibagian mana kelemahanmu ?"
Kwang Tan berdiam diri seperti juga tengah berpikir keras, sama sekali dia tidak
mengetahui dimana letak kelemahannya Tetapi sebagai seorang anak yang cerdas dan
cerdik, dia mengetahui dengan bertanya begitu, Thio Sam Hong tentu menghendaki
agar dia berusaha membiasakan diri mencari kelemahan pada dirinya sendiri.
Dan jika sampai kelak dia tidak mengetahuinya juga, barulah Thio Sam Hong akan
memberitahukannya. Dan Kwang Tan pun tidak mengecewakan guru besar itu, dia
telah berpikir beberapa saat, sampai akhirnya dia bilang:
"Jika memang tidak salah, Locianpwe, kelemahan Boanpwe terletak pada setiap kali
berobah jurus dan tenaga yang tidak seimbang."
"Benar !" kata Thio Sam Hong sambil mengangguk, hatinya guru besar ini berpikir:
"Luar biasa sekali anak ini, otaknya sangat encer, dia segera mengetahui kearah
mana pertanyaanku itu, sehingga dia berhasil menemui kelemahannya sendiri."
Dan kemudian Thio Sam Hong meneruskan perkataannya: "Dalam persoalan ini, memang
tampaknya merupakan persoalan yang tidak terlalu penting, tetapi jika saja
engkau telah dapat melatih diri, sehingga pengerahan tenagamu seimbang, engkau
akan memperoleh manfaat yang tidak kecil, dengan adanya keseimbangan tenaga
dalam, engkau dapat sembarang waktu, disembarang detik, merobah jurus2 yang
engkau pelajari itu juga engkau akan
dapat pelajari itu, juga engkau akan dapat mengerahkan tenaga dalammu itu
sekehendak hatimu, dapat perlahan dan ringan, dapat berat dan mematikan!"
Kwang Tan seperti baru tersadar dari tidurnya, segera dia menekuk kedua kakinya
di hadapan guru besar itu, katanya:
"Terima kasih atas petunjuk yang diberikan Locianpwe... tetapi dimanakah letak
kelemahan lainnya didiri Boanpwe, dan juga dengan cara bagaimanakah Boanpwe akan
dapat mengatasi kelemahan itu?"
Thio Sam Hong tersenyum, dia telah bilang: "Jika kau
hendak mengetahui cara2nya berlatih diri dengan benar, maka hal itu mungkin akan
memakan waktu satu minggu! Aku menyebutkan waktu hanya satu minggu, karena aku
melihat engkau memiliki otak yang sangat cerdas sekali! jika tidak biarpun
engkau berlatih selama satu tahun, belum tentu engkau dapat melatihnya dengan
baik! Nah, aku bersedia untuk membantumu, dan engkau akan Loto beritahukan kelemahan2mu itu,
dimana selama seminggu ini Loto akan melatih dirimu, agar engkau dapat menguasai
kepandaianmu itu se baik2nya!"
Setelah berkata begitu, segera juga Thio Sam Hong menoleh kepada Jie Lian Cu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mulai besok, setiap pagi jam tiga, engkau ajak Kwang Tan Siecu kemari, agar
selama dua jam dapat kuberikan petunjuk !" kata Thio Sam Hong.
Jie Lian Cu segera mengiyakan menyatakan menerima perintah.
Setelah bercakap2 beberapa saat lagi, Thio Sam Hong mempersilahkan kedua tamunya
itu beristirahat kekamar mereka.
Thio Sam Hong telah berada seorang diri di kamar semedhinya itu,
diam-diam merenungi mengapa justeru disaat-saat kepada detik-detik berakhir
hidupnya, dimana tidak lama lagi dia akan berpulang selama2nya, dia bisa bertemu
dengan seorang anak ajaib seperti Kwang Tan"
Memang jika manusia biasa yang melihat Kwang Tan, paling tidak orang itu hanya
mengatakan bahwa Kwang Tan seorang anak yang cerdas dan cerdik, Tetapi lain lagi penglihatan Thio Sam
Hong, karena dia melihatnya bahwa didalam diri anak itu tersimpan bakat yang
luar biasa, sumber kehebatan seorang pendekar silat yang benar2 tangguh.
Dan Thio Sam Hong memang telah melihatnya juga, bahwa Kwang Tan dengannya,
karena bukan sebangsa anak2 yang sebaya banyak keistimewaan yang dimiliki
Kwang Tan. Karena itu, telah membuat Thio Sam Hong
bertekad, bahwa ia hendak mendidik Kwang Tan agar Kwang Tan kelak dapat memiliki
kepandaian yang tinggi dan dapat diandalkan.
Waktu itu diapun heran, mengapa Kwang Tan bisa memiliki suatu kemujijatan yang
begitu besar. Dari sinar matanya, Thio Sam Hong melihatnya, didalam tubuh anak
itu terdapat sumber yang tidak akan mudah dimiliki orang
sembarangan, sedangkan Thio Sam Hong sendiri mengakui bahwa dia tidak memiliki
sumber seperti itu, karenanya, dalam saat-saat hidupnya, dia dia tengah
menantikan detik2 terakhir hendak mendidik Kwang Tan, yang
merupakan suatu kemujijatan atas pertemuan mereka yang tidak disangka2nya.
Kwang Tan yang telah kembali kekamarnya, segera juga berlatih diri. Dia bersilat
dengan ilmu pukulan guntur tanpa mengerahkan tenaga dalamnya, dia hanya bersilat
seperti yang diberitahukan oleh Thio Sam Hong.
Sedangkan Suma Lin Liang mengawasi dengan perasaan kagum karena dilihatnya cepat
sekali Kwang Tan memperoleh kemajuan, juga tadi atas petunjuk yang diberitahukan
Thio Sam Hong kepada Kwang Tan, telah membuat Suma Lin Liang pun jadi berpikir
keras, karena dia hendak mencari juga kelemahan pada dirinya.
Dalam keadaan seperti itu, Suma Lin Liang diam-diam berpikir, jika saja dia
melatih diri dengan baik, dan juga berusaha melenyapkan kelemahannya, seperti
setiap kali ingin bersilat dia selalu ragu-ragu, karena jurus-jurus yang akan
dipergunakannya itupun tidak dapat dipastikan
membuat Suma Lio Liang sering mengalami kelambatan waktu.
Dan walaupun hanya satu dua detik saja, masalah waktu menjadi sangat penting
sekali. Jika dalam suatu pertempuran lawan tertinggal satu detik saja, hal itu
sudah cukup untuk membinasakan lawannya itu.
Maka Suma Lin Liang bertekad, sejak saat itu untuk melatih ilmu Sam Cie Kongnya
karena dia yakin, kelak tentu dia akan dapat menjadi seorang kepandaian sangat
tangguh. Dia tidak muluk2.
yang memiliki bercita2 terlalu Karena dia berpikir, jika saja dia bisa memiliki kepandaian
yang tinggi dan sempurna, tentu dia akan mempergunakan kepandaiannya itu buat
pergi keistana Cu Goan Ciang, buat memaksa raja itu tidak memusuhi Bu Kie dan
orang2 Bengkauw lainnya, karena itu Suma Lin Liang
bercita2 ingin memperoleh kepandaian yang tinggi dan melatih kitab silat Sam Cie
Kong sebaik2nya, sampai pada jurus-jurus penutupnya.
Hanya saja, karena Bu Kie telah berpesan kepada Suma Lin Liang, selama berada
dalam perjalanan dia tidak boleh melatih lagi ilmu Sam Cie Kong itu, guna
mencegah jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, membuat Suma Lin Liang tidak dapat
menuruti hatinya seketika itu juga, ia tidak berani melanggar pesan Thio
Kauwcunya itu. Begitulah mereka tertidur setelah hari menjelang larut malam, Kwang Tan tampak
gembira sekali, karena berhasil
memperoleh petunjuk yang sangat berharga dari Thio Sam Hong.
ooooo)OdwO(ooooo SESUNGGUHNYA Kwang Tan masih mengantuk, tetapi Jie Lian Cie telah datang
menjemputnya, untuk mengajaknya menghadap pada Thio Sam Hong.
Waktu itu rembulan masih tergantung di langit, karena malam belum begitu
lewat dan Sang fajar juga belum memperlihatkan diri menjelang keperaduan dari
rembulan yang mulai kebarat itu.
Dengan demikian, hawa udara masih dingin, keadaan disekitar kuil Bu Tong Pay
sangat sunyi sekali. Kwang Tan segera mencuci muka dan cepat2 ikut Jie Lian Cu untuk menghadap Thio
Sam Hong. Thio Sam Hong masih berada didalam kamar semedhinya, setelah Jie Lian
Cu mengantarkan Kwang Tan, menemui guru besar itu, Jie Lian Cu mengundurkan
diri, sebab ia menyadari bahwa gurunya itu akan memberikan petunjuk2 kepada
Kwang Tan yang diinginkannya hanya berdua dan dibawah empat mata
dengan Kwang Tan saja. Waktu Thio Sam Hong berada berdua dengan Kwang Tan, dan Kwang Tan duduk
dihadapan guru besar itu dengan sikap menghormat dan kepala tertunduk, Thio Sam
Hong memperhatikan Kwang Tan beberapa saat lamanya
sambil berdiam diri tidak ada suatu perkataanpun juga yang diucapkannya.
Setelah lewat beberapa saat lagi, dikala mana Kwang Tan mulai gelisah, Thio Sam
Hong baru "berkata: "Kwang Tan, kau tentu telah mengetahui maksudku memanggilmu
menghadap kemari "!"
Kwang Tan segera mengangguk. "Benar Locianpwe, Boanpwe telah mengetahui, dan
juga tentunya Boanpwee, yang sangat berharga sekali dari Locianpwee !" menyahuti Kwang Tan.
"Baiklah Kwang Tan, dengarkan baik-baik. Aku akan memberikan petunjuk kepadamu,
bukan berarti engkau terikat dengan pintu perguruan Bu Tong Pay, sama sekali
tidak, engkaupun tidak terhitung sebagai murid Bu Tong Pay, karena diantara kita
tidak ada ikatan sebagai guru dan murid.
Hanya saja, karena aku menyukai kau dan juga melihat engkau memiliki bakat yang
jarang sekali dimiliki anakanak lainnya, aku merasa sayang kalau bakat yang
engkau ini merupakan suatu keberuntungan buat
dimana Boanpwee akan menerima petunjuk miliki itu tidak digali sebaik
mungkin...disebabkan itu pula maka Loto bermaksud akan memberikan petunjuk2
kepada kau, agar kelak engkau bisa memperoleh kemajuan yang pesat!
Tetapi ini bukan berarti Lo to akan memberikan pelajaran Bu Tong Pay, karena
terlepas dari semua itu, kau hanya akan diberitahukan kelemahanmu, cara
membangkitkan alam bawah sadarmu, agar engkau dapat mengendalikan lwekangmu,
agar engkau lebih sempurna dalam melatih diri, dan juga engkau mengetahui
kelemahanmu. Tidak lebih dari itu sehingga tidak ada
ikatan apapun juga diantara kita berdua. Kau mengerti, Kwang Tan?"
Kwang Tan mengangguk. "Ya, mengerti Locianpwe....!" menyahuti Kwang Tan.
"Jika demikian kita dapat mulai! Namun ada pesan lagi dari Loto, jika memang
engkau telah memperoleh petunjuk2 dariku, selanjutnya engkau tidak boleh
memberitahukan hal itu kepada siapapun juga, kecuali engkau tidak boleh
merundingkannya siapapun juga, karena keseluruhan ini hanya demi dan untukmu
seorang, dan kau harus melatihnya dengan sebaik mungkin, juga engkau harus bersumpah,
selanjutnya, jika kelak engkau telah berhasil memiliki kepandaian
tidak akan mempergunakan melakukan sesuatu hal yang
yang tinggi, tentu engkau
kepandaianmu itu buat tidak baik, selalu harus
bertindak pada dasar kejujuran dan keadilan, kau mau bersumpah untuk itu." Kwang
Tan mengangguk. "Ya, Locianpwe, jika memang Kwang Tan suatu hari kelak mempergunakan
kepandaianku buat melakukan suatu yang tidak baik diluar dari kepantasan,
biarlah tubuhku tidak diterima bumi dan langit...!"
Sederhana sumpah yang dikemukakan oleh Kwang Tan, tetapi itu telah lebih dari
cukup. Dan Thio Sam Hong perintahkan padanya, agar dia mendengarkan baik2 apa
yang hendak diberitahukannya, diwaktu itu, dia telah bilang: "Dalam hal ini,
memang kalian merupakan orang2 yang sangat teguh sekali, dalam mengarungi lautan, ombak
yang setinggi gunung, juga sangat menggulung, dimana ada kedua tangan, disitu
dapat menghalau gelombang tersebut."
Dalam keadaan seperti itulah terlihat betapapun juga memang Kwang Tan sebagai
anak yang cerdik, dengan diambilnya tamsil seperti itu oleh Thio Sam Hong, dia
telah dapat menangkapnya. Memang Kwang Tan tidak bisa segera menangkapnya dengan
cepat, akan tetapi dia kemudian dapat mencernakannya dengan baik.
Kwang Tan telah mendengarkan terus, dimana Thio Sam Hong menjelaskan teori ilmu
silat lewat dari kata2 yang menyerupai sajak.
Dalam keadaan seperti itu, memang Thio Sam Hong terus juga berbicara dengan
sikap yang tenang, sabar dan juga kata2nya itu merupakan sajak belaka.
Namun Kwang Tan memang dasarnya sebagai seorang anak yang cerdas, segera dia
telah dapat mengetahui dan menangkap maksud dari Thio Sam Hong, sehingga dia
dapat mengerti dan juga mendalami akan maksud perkataan itu.
Sedangkan Thio Sam Hong telah berulang kali bertanya kepada Kwang Tan jika dia
selesai membacakan satu bait dari kata2nya yang menyerupai sajak itu:
"Apakah kau mengerti, Kwang Tan" Atau engkau dapat menangkap maksud dari
pelajaran yang kuberikan itu "!" Kwang Tan segera mengangguk. Hanya dua kali dia
bertanya, menanyakan mengenai makna yang menyebutkan "Dua tangan menyanggah
gelombang, napas yang seperti gelombang dan terbangnya naga, juga menerkam
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagaikan harimau yang telah dapat menerkam kelinci atau juga binatang
lainnya...!" Dan waktu itulah, Kwang Tan memperoleh penjelasan, bahwa seorang manusia
memiliki sumber kekuatan yang dahsyat sekali dibawah alam sadarnya, karena dari
itu. jika tenaga dalam tersebut dapat dibangunkan lalu di
pergunakan dengan tersebut akan dapat cara yang sebaik2nya, tentu tenaga
disalurkan dengan kekuatan yang dahsyat sekali, segera hal itu membuat Kwang Tan
cepat dapat mengerti. "Yang kumaksudkan dengan kedua tangan ini berarti memang kekuatan yang berada
didalam dasar alam bawah sadarmu, dengan begitu jelas bahwa kekuatan tenaga
dalam itu bisa dipecah menjadi dua bagian, sehingga ibarat dua tangan yang
menyanggah gelombang, jika saja hal itu dapat dilakukan, tentu engkau dapat
menghadapi siapa saja, dapat menghadapi orang2 yang bagaimana tangguhpun
juga..!" Kwang Tan mengangguk. Thio Sam Hong meneruskan penjelasannya "Seperti kemarin
engkau pernah memukul Lo to dengan mempergunakan salah satu jurus ilmu pukulan
Gunturmu itu, akan tetapi Loto dapat menerimanya dengan baik,
karena memang Loto telah dapat menghisap kekuatan mu itu, walaupun bagaimana
tinggi dan hebat sekalipun, tetap saja dapat membuat engkau tidak berdaya untuk
menerjang kedalam pertahanan Loto.
Tenaga pukulanmu itu lenyap dan engkau kehilangan satu kesempatan! Jika saja
waktu itu aku merupakan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
musuhmu, dengan kesempatan yang ada seperti itu, tentu akan membuat engkau dapat
dirubuhkan dengan mudah!" Kwang Tan mengiyakan. "Ya Locianpwe telah membuka mata
Boanpwe, sehingga kini lebih banyak yang diketahui Boanpwe. Jika memang
dapat melatihnya dengan baik alam bawah sadar kita, maka seorang manusia akan
dapat menggerakkan inti kekuatan yang dimilikinya?"
"Benar....cara melatihnya itu justeru tidak boleh menemui jalan yang keliru,
sekali saja menyeleweng, maka kekuatan yang dibangunkan dari alam bawah sadar
seorang manusia, akan menghantam dirinya sendiri.
Jika kekuatan mujijat itu sudah sulit buat diatur lagi. niscaya akan membuat
orang itu tidak akan berdaya dan tidak bisa hidup lebih lama lagi, dia pasti
akan terbinasa dengan seluruh tubuhnya yang hancur dan rusak..!" Kwang Tan mengangguk2
mengerti. "Ya, sekarang Boanpwe mengerti...!" kata Kwang Tan. Thio Sam Hong telah
meneruskan lagi petunjuknya, dia menjelaskan betapa dia telah dapat memecahkan
alam bawah sadarnya setelah melatih diri sepuluh tahun. Karena itu sekarang ia hanya
akan memberikan teori dan petunjuk2 belaka, tetapi Kwang Tan tidak perlu
melatihnya ter-gesa2 agar tidak menemui kesulitan yang tidak diinginkan.
Dan Kwan Tan mendengarkan terus Thio Sam Hong memberikan petunjuknya seperti
membaca syair: "Kedua kaki mengambang, sepasang telinga dipasang, hati yang
mengambang dan rambut yang dibiarkan lembut dan bersila, dengan perut yang
kosong, mengawasi terpusat kedepan !"
Begitulah Thio Sam Hong seluruh teori dalam mengatur membangunkan tenaga mujijat
Dengan begitu membuat Kwan Tan semakin mengerti dan memperoleh tambahan
pengalaman yang luas sekali, karena segera dia teringat, bahwa tiga jurus lagi
yang belum dapat di pelajarinya, belum dapat dipecahkannya, dan kini dengan adanya keterangan dan
petunjuk dari Thio Sam Hong, dengan sendirinya dia dapat mengenal banyak sekali
cara mengatur tenaga dalam, dia dia dalam kesempatan mendatang, memecahkan
rahasia ketiga jurus dari ilmu pukulan Guntur itu.
terus juga membacakan jalan pernapasan untuk dari alam bawah sadar.
bermaksud nanti ingin berusaha Hari itu, Thio Sam Hong mengakhiri keterangannya
dengan menyebutkan bahwa Kwang Tan tidak boleh melatih diri dulu dengan praktek,
yang terpenting dia harus melatih diri dengan duduk bersemedi, dan mengerahkan
ingatannya untuk membaca kauwhoat berulang kali, diwaktu-waktu
mematuhinya, seperti itu membuat Kwang Tan jadi
sekembali dikamarnya segera dia duduk bersemedhi dan telah mengerahkan
ingatannya, untuk mengingat apa yang telah diajarkan oleh Thio Sam Hong.
Suma Lin Liang yang mengerti bahwa apa yang diajarkan Thio Sam Hong hanya untuk
Kwang Tang belaka, begitu melihat Kwang Tan kembali, dia tak menanyakan sesuatu,
karena dia memaklumi hal itu tidak pantas, dimana tentu Kwang Tan akan merasa
kikuk, tidak menjelaskan salah, untuk menjelaskan pun tidak baik karena jika saja Thio Sam
Hong tidak ingin merahasiakan petunjuk2 melatih lwekangnya, ia tentu mengijinkan
Suma Lin Liang ikut hadir.
Kenyataannya, hanya Kwang Tan belaka yang telah diperintahkan untuk datang ke
kamar semedhinya. Kwang Tan pun telah bercerita kepada Suma Lin Liang, banyak
yang telah diberitahukan Thio Sam Hong, hanya saja menyesal anak ini tidak bisa
memberitahukannya, seperti pesan Thio Sam Hong
Suma Lin Liang tertawa: "Akupun tidak menanyakannya !" katanya: "Kau jangan
kuatir, engkau tidak perlu berpikir yang tidak-tidak, terutama sekali engkau
harus dapat melatih diri sebaik-baiknya, juga mengingat2 akan petunjuk yang
diberikan Lo cianpwe yang bermaksud hendak memberikan sesuatu yang tidak
ternilai harganya padamu."
Begitulah, pada siang itu Kwang Tan telah duduk bersemedhi, dia mengatur jalan
pernapasannya seperti yang telah diberikan oleh Thio Sam Hong. Memang benar,
hasilnya luar biasa, jika sebelumnya dia melatih tenaga dalamnya, tenaga dalam
itu memperoleh kemajuan yang sangat lambat sekali...!"
Namun sekarang justeru dia dapat melatihnya dengan baik sekali, dimana kemajuan
yang diperolehnya sangat pesat, diapun merasakan hawa murninya itu bagaikan
gelombang yang menderu dan bergemuruh didalam dirinya.
Apa yang diucapkan oleh Thio Sam Hong, bahwa tenaga dibawah alam sadar seorang
manusia bagaikan gelombang, memang tidak meleset. Karena itu, melatihnya tambah
giat. Sedangkan Kwang Tan juga telah mengingat sebaik-baiknya, setiap patah telah
diucapkan Thio Sam Hong, agar tidak ada sepatah perkataanpun juga akan
terlupakan. Satu patah kata saja yang terlupakan, niscaya akan mempersulit dia, akan membuat
arti dari pelajaran yang segera juga ia berusaha untuk
perkataan yang diberikan Thio Sam Hong menjadi lain dan juga akan membawa dia kearah yang
menyesatkan. Beruntung memang Kwang Tang memiliki ingatan yang sangat kuat sekali, dia sangat
cerdik, sehingga dia dapat mengingat semua perkataan yang diucapkan Thio Sam
Hong tanpa terlupa satu hurufpun juga.
Suma Lin Liang yang hendak mengisi waktu senggangnya, telah keluar dari
kamarnya. Dia berjalan2 ketaman dan ketika bertemu dengan beberapa orang murid
Bu Tong Pay, segera mereka bercakap2 dengan riang.
Suma Lin Liang sangat mengagumi keindahan digunung Bu Tong San ini, dan murid2
Bu Tong Pay itu tidak keberatan mengantarkannya, dimana dia telah berusaha untuk
dapat menikmati keindahan dipuncak gunung Bu Tong San, karena disana memang
merupakan tempat yang sangat indah sekali.
Setelah menjelang sore hari, barulah Suma Lin Liang kembali kekamarnya.
Dilihatnya Kwang Tan telah selesai melatih diri, segera Suma Lin Liang
menceritakan betapa indahnya
pemandangan alam yang terdapat dipuncak gunung Bu Tong San, Dan Kwang Tan
menyatakan bahwa diapun ingin sekali melihat keindahan yang terdapat disana,maka
mereka berdua segera pergi lagi kepuncak gunung Bu Tong San.
TELAH Lima han Suma Lin Liang dan Kwang Tan berada digunung Bu Tong San, bergaul
dengan semua murid2 Bu Tong Pay dengan intim, ternyata Suma Lin Liang yang polos
dan jujur serta Kwang Tan yang sangat ramah dan cerdas itu, membuat seluruh
murid2 Bu Tong Pay menyukai mereka.
Terutama sekali memang mereka berdua merupakan utusan dari Bengkauw, dimana Thio
Kauwcu sendiri yang telah perintahkan mereka datang ketempat ini, maka mereka
diperlakukan sebagai tamu2 terhormat.
Dalam keadaan seperti itu, Kwang Tan-pun telah memperoleh manfaat yang tidak
kecil, sebab selama lima hari itu, entah berapa banyak petunjuk yang diberikan
Thio Sam Hong padanya. Pada malam keenam, tampak Thio Sam Hong agak lesu, Kwang Tan pun melihatnya
bahwa guru besar itu telah sering mengeluh secara diam2, bagaimanapun Kwang Tan
pun tidak dapat dikelabui dengan senyum tenang guru besar itu, dia memaklumi
tentu guru besar itu tengah mengalami sesuatu yang kurang menggembirakan Segera
juga dia telah menghampiri lebih dekat, menjura, katanya: "Locianpwe! Bolehkah
aku memeriksa sejenak keadaan Locianpwe"
Tampaknya locianpwee kurang sehat.!"
Thio Sam Hong mengangguk dan membiarkan Kwang Tan memegang nadi pergelangan
tangannya, dia telah membiarkan Kwang Tan memeriksa tubuhnya.
Kwang Tan tampak terkejut, dan iapun telah berseru perlahan: "Hai, tampaknya
Locianpwee...." Namun Kwang Tan tidak meneruskan perkataannya itu. Thio Sam Hong
tersenyum, katanya: "Rupanya engkaupun mengerti ilmu pengobatan !"
Kwang Tan mengangguk. "Benar Locianpwee, itulah ilmu yang diwarisi guru Boanpwe....!!" kata Kwang Tan.
"Hmm, apa yang kau peroleh dari hasil pemeriksaanmu itu "!" tanya Thio Sam Hong.
"Tampaknya....tampaknya...!" Kwang Tan ragu2 buat meneruskan perkataannya itu.
"Jangan ragu2, katakanlah yang sebenarnya." desak Thio Sam Hong. "Apapun yang
akan kau katakan, Loto tidak akan marah.... Loto juga tidak akan
mempersalahkanmu, Loto hanya akan mendengar dan ingin mengetahui saja, apa hasil
pemeriksaanmu itu...!"
Kwang Tan tidak segera berkata, hanya wajahnya menjadi pucat dan dari sudut2
matanya menitik butir2 air mata yang bening, katanya "sebenarnya... sebenarnya
dengan suara tersendat: Locianpwe... tampaknya Locianpwe tidak akan lama lagi berada didunia ini."
"Maksudmu aku akan segera meninggal dunia dalam waktu2 yang dekat ini "!" tanya
Thio Sam Hong. Kwang Tan ragu2 lagi, namun akhirnya dia mengangguk dan mengiyakan. Sedangkan
Thio Sam Hong tertawa, sabar dan tenang sekali, sama sekali dia tidak
memperlihatkan perasaan terkejut, malah dengan sikap merasa kagum dia menepuk2
pundak Kwang Tan. "Hebat, Kau sangat hebat sekali!" kata Thio Sam Hong kemudian, "Apa yang kulihat
memang tidak meleset, bahwa engkau seorang sintong, anak ajaib....engkau
memiliki bakat yang luar biasa untuk ilmu silat, juga engkau mengerti ilmu
pengobatan, tampaknya ilmu pengobatanmu itu tidak rendah....!"
Kwang Tan telah menyusut air matanya, kemudian katanya dengan suara terisak:
"Sebenarnya... sebenarnya paling lama, Locianpwe hanya dapat tiga atau empat
hari lagi bertahan didunia ini...!"
0oo0dw0oo0 Jilid16 "TEPAT ! Akupun menduganya begitu !" kata Thio Sam Hong.
"Jika begitu... jika begitu Locianpwe memang telah mengetahui akan hal itu "!"
tanya Kwang Tan sambil mengawasi Thio Sam Hong dengan mata yang masih basah oleh
air mata. Thio Sam Hong dengan tenang dan sabar mengangguk membenarkan katanya: "Ya.
memang akupun telah merasakannya, bahwa aku akan segera kembali menghadap kepada
yang menciptakan.... dan untuk itu, aku telah mengetahuinya sejak beberapa bulan
yang lalu... sehingga Loto cepat2 kembali ke Bu Tong San ini.. . untuk berkumpul
dengan murid dan cucu murid Loto."
Kwang Tan memperlihatkan sikap takjub, namun akhirnya ia mengangguk2 mengerti.
"Ya ini mungkin disebabkan lwekang Locianpwe yang telah mencapai tingkat yang
sempurna, sehingga Locianpwe dapat mengetahui detik2 terakhir dari hidup Locianpwe !" kata Kwang
Tan kemudian. Thio Sam Hong menghela napas, lalu tersenyum, katanya: "Apa anehnya jika hidup
seribu tahun" Apa sulitnya jika harus kembali kepada Sang Pencipta" Dan mengapa
pula kita harus berduka" Bukankah kelak itu
merupakan suatu perjalanan yang paling menyenangkan sekali?"
Setelah menggumam seperti itu, Thio Sam Hong dengan sikap tenang, menoleh kepada
Kwang Tan, tersenyum manis dan sabar sekali, katanya:
"Dalam hal ini memang Loto telah bersiap-siap untuk berangkat. Hanya saja,
karena memiliki dua hari lagi untuk memberikan petunjuk berangkat. Jika tidak,
berangkat, namun Loto telah melawannya dengan tenaga
dalam Loto, sehingga kemungkinan Loto masih dapat bertahan bernapas selama empat hari lagi, jika
telah selesai aku memberikan petunjuk kepada kau Kwang Tan, berarti tidak ada
yang kuberatkan lagi... aku akan dapat pergi dengan tenang !"
Setelah berkata begitu, tampak Thio Sam Hong
kemudian tersenyum menepuk-nepuk pundaknya Kwang Tan.
Sedangkan Kwang Tan kagum sekali. Justeru sikap tidak tenang dan muka yang pucat
dari Thio Sam Hong, adalah akibat dari perlawanan yang
mempergunakan Iwekangnya melawan agar dirinya tidak "berangkat" dulu, untuk tetap tahan selama
empat hari lagi, sehingga tenaga dalamnya itu bergolak didalam dirinya, telah
membuat Thio Sam Hong harus mengerahkan seluruh sisa tenaganya buat dapat
bertahan. Kwang Tan sangat terharu sekali, karena demi kepentingannya Thio Sam Hong telah
melawan waktu dan detik2 terakhirnya itu, selama beberapa hari kepadamu,
sehingga Loto belum malam tadi Loto sudah harus
diberikannya, dengan dia berusaha hendak
untuk memperpanjang agar dapat memberikan hidupnya petunjuk keseluruhannya
padanya. Dengan demikian Kwang Tan sangat bersyukur sekali. "Locianpwee Boanpwe memiliki
sejenis obat, jika dalam keadaan seperti yang tengah Locianpwe alami, tentu
Locianpwe mengalami sesuatu yang kurang menggembirakan. Memang dapat
mempergunakan tenaga dalam Locianpwe buat mempertahankan hidup Locianpwe selama
beberapa tenaga terakhir hari, akan tetapi akibat mengerahkan
disaat detik-detik terakhir itu, mendatangkan perasaan sakit buat ulu hati,
lambung dan juga leher, karena dari itu, akan mengganggu pernapasannya, untuk
itu, jika locianpwe sudi menerima
obat Boanpwe ini, maka semua perasaan sakit itu akan lenyap."
Sambil berkata begitu Kwang Tan mengeluarkan botol obat dari sakunya, dia
mengeluarkan dua butir obat yang berwarna merah darah. dan telah memberikan
kepada Thio Sam Hong. Guru besar itu tersenyum. Dia memang pernah mendengar adanya sejenis obat itu
yang diberi nama "Memperpanjang nyawa" maka dari itu, dia segera menyambutnya.
Hanya saja tidak disangkanya obat sejenis
itu bisa diperolehnya lewat Kwang Tan, dimana anak tersebut belum lagi berusia
dewasa. "Dari mana kau memperoleh obat ini?" tanya Thio Sam Hong sebelum makan obat itu.
"Aku membuatnya sendiri Locianpwe" menyahuti Kwang Tan. "Ohhh, engkau dapat
membuatnya sendiri" jadi obat ini bukan warisan atau peninggalan gurumu?"" tanya
Thio Sam Hong sambil mengawasi Kwang Tan dengan wajah yang sungguh-sungguh.
Kwang Tan mengangguk perlahan. "Ya, guru Boanpwe telah memberitahukan seluruh
resep obat yang akan dapat dibuat oleh Boanpwe sendiri telah cukup banyak orang2
yang Boanpwe sembuhkan!" menjelaskan Kwang Tan.
Thio Sam Hong mengangguk.
"Engkau memang seorang anak yang luar biasa." gumamnya, dan dia telah menelan
kedua obat itu. Benar saja, berangsur2 perasaan pada ulu hatinya dan lambung
telah sirna, hanya jalan pernapasannya yang
belum lancar sebagaimana biasa. Tetapi setelah lewat beberapa saat, maka pernapasan Thio Sam Hong dapat
pulih seperti biasa lagi.
Diwaktu itu, Thio Sam Hong mengangkat tangan kanannya, dia memperlihatkan ibu
jarinya, dan memujinya: "Sungguh hebat obatmu ini dan apa yang engkau katakan
itu memang sebenarnya telah terbukti selain rasa sakit pada ulu hatiku, juga
pada lambung dan pernapasanku lelah lenyap, juga aku jauh lebih segar..."
Kwang Tan menghapus air matanya, dia telah bilang: "Hanya saja sayang sekali,
bahwa kita berkumpul tidak bisa
lebih lama lagi, karena tidak lama pula kita akan berpisah!" Dan setelah berkata
begitu, Kwang Tan menangis terisak, karena teringat tidak lama lagi mereka akan
berpisah buat selama-lamanya, dimana Thio Sam Hong akan berpulang kepada yang
telah menciptakannya. Tetapi Thio Sam Hong sambil tersenyum sabar dan manis, telah menepuk-nepuk
pundak Kwang Tan, katanya. "Kau jangan berduka seperti itu... suatu kepergian
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
belum tentu merupakan suatu yang tidak menyenangkan hati..."
Dan Loto kira, memang kepergian loto kali ini sudah tiba waktunya, karena itu
janganlah nanti diiringi dengan derai air mata, seakan juga keberangkatan Loto
merupakan suatu keberangkatan yang akan membawa kesengsaraan buat Loto, padahal
keberangkatan Loto belum tentu akan membawa kesengsaraan buat Loto sendiri...!"
Dikala itu terlihat Kwang Tan sudah dapat menguasai diri, dia menghapus air
matanya, lalu mengangguk. "Baik Locianpwe... akan Boanpwe ingat baik-baik
katakata pernah dari Locianpwe, siapa tahu hal itupun akan berguna sekali pada
Boan pwe kelak dikemudian hari!"
"Tidak engkau, tidak Loto, dan tidak siapa saja, yang ada di permukaan dunia
ini, akhirnya akan kembali juga kepadanya. Karena dari itu, kau tidak perlu
terlalu merisaukan akan keberangkatan Loto, Jika detik nya telah tiba, maka Loto
akan berangkat dengan tenang dan penuh kebahagian karena tugas dan kewajiban
Loto telah selesai, dimana Loto pun telah dapat berusaha sekuat tenaga Loto untuk melakukan hal2
kebaikan diatas keadilan disamping itu juga demi kebaikan umat manusia."
Kwang Tan mengangguk. Dan diwaktu itulah Kwang Tan telah memperoleh petunjuk2 yang sangat berharga
dari Thio Sam Hong. Begitulah dua hari lagi telah lewat, dan selesailah Thio Sam
Hong memberikan petunjuk yang diperlukan Kwang Tan.
Sesungguhnya, yang tidak diketahui oleh Kwang Tan, ataupun oleh siapa saja,
petunjuk2 yang diberikan oleh Thio Sam Hong merupakan inti dari ilmu silat Bu
Tong Pay yang tertinggi. Jika saja semua petunjuk itu digubah kembali, maka akan merupakan pelajaran ilmu
silat yang tertinggi yang selama ini dimiliki Thio Sam Hong.
Sedangkan sajak2 yang diberitahukan kepada Kwang Tan adalah sajak2 waktu mana
dulu puluhan tahun yang lalu Thio Sam Hong tengah berusaha menciptakan ilmu
silat Bu-Tong Pay, sehingga akhirnya dia telah berhasil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menjadi guru besar, untuk menciptakan
ilmu terhebat didalam rimba persilatan.
silat yang Lalu mengapa ilmu silat itu tidak diwarisi kepada muridmuridnya atau juga
pewarisnya seperti Jie Lian Cu. Sesungguhnya, memang Thio Sam Hong ingin sekali
menurunkan seluruh pelajaran ilmu silat yang paling inti yang dimilikinya itu
kepada Jie Lian Cu, hanya saja, dia tidak mau menurunkan begitu saja, dilihatnya
Jie Lian Cu memiliki kemampuan yang belum lagi mencapai tingkat yang dapat
menerima kepandaian itu, sehingga jika Jie Lian Cu salah melatih diri, kelak dia
akan menjadi bercacad dan mengalami kecelakaan.
Itulah sebabnya, selalu saja Thio Sam Hong telah mendesak Jie Lian Cu agar
mempelajari Lwekangnya lebih sempurna, mempelajari ilmu lwekang dari Kiu Yang
Cin Keng dan Kiu Im Cin Keng lebih
ternyata Jie Lian Cu tak juga mendalam. Namun berhasil menembus
perbentengan terakhir dari alam bawah sadarnya, sehingga tenaganya yang paling
mujijat tidak bisa dipergunakannya. Thio Sam Hong telah berputus asa, bahwa jati
ilmu silat tertinggi Bu Tong Pay akan dibawanya serta keliang kubur. Dia selama
bersemedhi didalam kamar. hatinya diliputi kedukaan.
Hanya saja, diapun tidak berani untuk sembarangan menurunkan ilmunya itu kepada
Jie Lian Cu. Karena itu pula, Thio Sam Hong pernah berpikir, akan menurunkan
seluruh kepandaiannya itu mencatatnya dalam sejilid kitab dan berpesan kepada
Jie Lian Cu, jika memang Jie Lian Cu telah dapat menerobos perbentengan terakhir
dari alam bawah sadarnya, barulah dia dapat membuka kitab itu buat membaca dan
mempelajarinya. Siapa tahu, secara kebetulan dia telah bertemu dengan Kwang Tan. Dan yang luar
biasa sekali, dia melihat Kwang Tan merupakan seorang sintong, anak ajaib, yang
memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan manusia2 biasa lainnya, disebabkan
itu pula, segera Thio Sam Hong memutuskan dia akan mewarisi seluruh
kepandaiannya kepada Kwang Tan. Hanya saja Thio Sam Hong tidak menginginkan bahwa Kwang Tan menjadi murid Bu
Tong Pay, karena hal itu hanya akan mengikat anak itu, yang nanti tidak akan
leluasa melatih kepandaiannya, Disebabkan itu pula dia
hanya mengatakan ingin memberikan petunjuk-petunjuk belaka, lewat sajak-sajaknya.
Padahal ilmu yang diturunkannya itu merupakan ilmu silat kelas wahid yang selama
ini telah diciptakannya. Dan Kwang Tan hanya mengetahui bahwa apa yang telah diberitahukan oleh Thio Sam
Hong merupakan pelajaran yang cukup berharga. Cuma saja yang membuat dia heran
justeru semakin dia berlatih, semakin sulit juga dia memperoleh kemajuan lagi.
Pada bagian2 pertama, dia merasa begitu mudah untuk meyakinkannya, namun pada
hari kelima, diwaktu dia melatih bagian petunjuk yang diberikan hari pertama
oleh Thio Sam Hong, telah mengingat jadi lebih sulit.
Namun Kwang Tan telah mengingat seluruh pelajaran yang diberikan Thio Sam Hong
karena dari itu, dia tidak perlu kuatir nanti lupa. Dan perlahan-lahan kelak dia
akan melatihnya terus. Sedangkan Suma Lin Liang, pada hari ke-delapannya, telah dipanggil oleh Thio Sam
Hong. Guru besar itu telah perintahkan padanya, agar menjalankan ilmu silat yang
dimilikinya. Kemudian banyak juga nasehat yang diberikan Thio Sam Hong.
Akan tetapi nasehat2 itu hanya merupakan penyempurnaan ilmu silat Suma Lin
Liang, berbeda dengan petunjuknya pada Kwang Tan.
Pada pagi itu, Thio Sam Hong memanggil Jie Lian Cu, menyatakan mungkin jam empat
sore ini ia akan berangkat berpulang buat Se lama2nya, ia meminta seluruh
muridnya dan cucu muridnya berkumpul diruang tengah. Dan waktu itu, kesibukan
terjadi dikuil Bu Tong Pay tersebut, diliputi juga oleh kabut kedukaan yang
tebal sekali. Sedangkan Thio Sam Hong sendiri jam satu tengah hari baru keluar dari kamar
semedhinya, ia telah mengenakan jubahnya yang baru, rambutnya tersisir rapi,
demikian juga jenggot dan kumisnya.
Dalam keadaan seperti itu, Thio Sam Hong memperlihatkan sikap yang tenang. Dan
iapun tersenyum mengawasi semua murid2 dan cucu muridnya.
Guru besar itu telah duduk dikursi besar yang khusus disediakan buatnya. Dan
juga Thio Sam Hong telah perintahkan murid2nya duduk dengan tenang, ia melarang
semua orang itu menangis. "Dengarlah, bahwa aku akan berangkat dengan tenang,
karena dari itu, kalian harus mengantarkan keberangkatanku ini dengan penuh
kerelaan dan ikhlas, karena jika memang kalian ini menangisi keberangkatan Loto, berarti Loto
berangkat untuk memperoleh kesengsaraan...
Maka dalam keadaan seperti itu, kalian harus tabah menghadapi segala sesuatu
yang kelak akan menimpa Bu Tong Pay, dimana kalian harus baik2 mendengarkan
nasehat dan petunjuk dari ciangbunjin kalian, tidak seorang murid Bu Tong Pay
yang Loto ijinkan untuk berlaku kurang ajar kepada yang lebih tua, dan juga
harus dapat menyelami arti keadilan dan juga kepahlawanan, karena dengan
kejujuran, dan hati yang bersih, kalian akan dapat banyak sekali melakukan
perbuatan2 besar, yang memiliki arti
sangat besar bagi perikemanusian...!"
Diwaktu itu memang semua murid Bu Tong Pay hampir tidak bisa menahan air mata
mereka, karena mereka itu tengah diliputi kedukaan, dimana tidak lama lagi
mereka tentu akan ditinggal selama-lamanya oleh guru besar itu.
Akan tetapi disebabkan membuat mereka tidak pesan dari Thio Sam Hong, berani
untuk menunjukkan kedukaan juga telah menahan menetesnya air mata mereka. Dalam keadaan seperti
itu, Kwang Tan dan Suma Lin Liang ikut hadir juga ditempat itu, dimana Thio Sam
Hong banyak sekali memberikan wejangan kepada murid-murid Bu Tong Pay tersebut,
bahkan Thio Sam Hong telah memberikan petunjuk pada Jie Lian Cu, bagaimana
memimpin Bu Tong Pay agar tetap berada dalam kebesaran dan juga kejujuran dari
seluruh murid-murid Bu Tong Pay.
Panjang lebar Thio Sam Hong telah memberikan wejangannya itu, disamping itu
diapun banyak memberikan petunjuk bagaimana jika berurusan dengan guru-guru
besar dari Siauw Lim Sie, Go Bie, Kun Lun dan pintu perguruan lainnya.
Waktu itu sudah mendekati pukul empat. Semua murid-murid Bu Tong Pay, walaupun
tampaknya mendengarkan dengan hati yang tergoncang dan berdiam diri, mereka
gelisah sekali, karena semakin dekat waktu yang disebutkan oleh guru besar
mereka, semakin dekat juga perpisahan mereka dengan cakal bakal Bu Tong Pay itu.
Waktu tidak bisa ditahan, dan pukul empat telah kurang sedikit lagi saja.
Wajah Thio Sam Hong kali ini tidak memucat, memerah dan segar sekali, iapun
selalu tersenyum sabar dan tampaknya bahagia sekali. Dengan keberangkatannya ini
buat selama lamanya tampaknya merupakan hal yang sangat menggembirakan sekali.
Waktu keheningan melanda terdengar suara
jeritan. Suara ruangan jeritan tersebut, tiba2 demikian keras menyayatkan hati,
dari luar ruangan tersebut. Jie Lian Cu dan yang lainnya terkejut mereka juga
gusar sekali, karena dalam detik detik ini dimana Guru Besar mereka akan
mencapai puncak kesempurnaannya dan akan
berangkat pulang selama-lamanya, terganggu oleh adanya suara jeritan yang
menyayatkan itu. Mereka tampak telah memandang kedepan Malah dua orang murid Bu Tong Pay dari
keempat, telah melompat keluar buat melihat terjadi.
ruangan. tingkatan apa yang Tetapi kedua murid itu tidak segera kembali, karena segera terdengar suara
bentakan diluar ruangan. Thio Sam Hong dengan tenang telah mengawasi kearah luar. "Rupanya ada tamu yang
tidak diundang telah ikut hadir dalam saat-saat kepergianku ini !" kata Thio Sam
Hong kemudian. Jie Lian Cu cepat2 bangkit dan berjalan keluar diikuti oleh beberapa murid Bu
Tong Pay lainnya. Semula Suma Lin Liang ingin bangun juga, ikut keluar melihat
apa yang telah terjadi, namun Kwang Tan membisikinya:
"Jangan.!... kita tunggu disini saja, ini adalah urusan rumah tangga Bu Tong
Pay, kita tidak bisa mencampurinya dengan sembarang."
Suma Lin Liang seperti tersadar segera mengangguk dan batal bangun, Dia telah
menghampiri Kwang Tan lebih dekat, menggeser duduknya. Bisiknya: "Siapakah kira2
yang datang?" "Tentu orang-orang yang mengandung maksud tidak baik! jika orang yang berkunjung
itu sahabat Bu Tong Pay, niscaya akan datang secara baik-baik dan tidak akan
mendatangkan korban! Orang yang menjerit kesakitan itu tentunya salah seorang
murid Bu Tong Pay yang telah dilukainya..!"
Baru saja berkata sampai disitu, Kwang Tan dan Suma Lin Liang telah mendengar
suara Jie Lian Cu yang dingin: "Jika memang kalian hendak berkunjung, kalian
datang dilain waktu saja, kami tidak bisa menerima kunjungan kalian sekarang
ini! Maafkan!" "Tidak!" terdengar suara yang parau. "Kami harus bertemu dengan ciangbunjin Bu
Tong Pay sekarang juga!" "Akulah ciangbunjin Bu Tong Pay yang kalian cari. Dan
maafkan, karena kami tengah mempunyai urusan yang penting, tidak dapat aku
menerima kalian! Nah, silahkan !"
rupanya Jie Lian Cu tengah mengusir tamu-tamu tidak diundang itu dengan sikap
yang masih halus, walaupun dia tengah diliputi kemendongkolan atas keributan
yang ditimbulkan tamu tidak diundang itu.
Terdengar suara tertawa bergelak dari tamu tidak diundang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa harganya seorang ciangbunjin seperti engkau " Yang tengah kami cari adalah
Thio Sam Hong." kata suara yang parau dan kasar itu.
Jie Lian Cu rupanya gusar, karena suaranya terdengar meninggi: "Kalian sungguh
merupakan orang2 yang tidak mengenal adat kesopanan, sudah kukatakan, kami tidak
bisa menerima tamu dulu, atau kami perlu melemparkan kalian keluar "!"
Terdengar suara tertawa mengejek lagi parau dan sengau sekali, Rupanya tamu
tidak diundang itu bukan hanya terdiri dari seorang saja.
"Jika memang kau bisa melemparkan kami, silahkan, Kami akan menerimanya !"
terdengar suara parau itu menantang.
Waktu itu merupakan saat2 yang sangat penting dan berharga buat orang2 Bu Tong
Pay, karena dalam beberapa saat lagi Thio Sam Hong, guru besar mereka, akan
berangkat buat selama-lamanya, Jika memang mereka melayani orang2 itu, jelas
mereka jadi tidak bisa mendampingi saat-saat kepergian dari cakal bakal mereka
itu. Jie Lian Cu sudah tidak dapat menahan kesabarannya lagi dimana dia rupanya
hendak menyerbu kepada tamu tidak diundang itu.
Sedangkan waktu itu - tampak Thio Sam Hong telah tersenyum dengan sikap sabar
sekali, malah dengan suara yang lantang dia telah bilang: "Lian Cu, biarkanlah
mereka masuk !" Jie Lian Cu jadi berobah mukanya, dia jadi berkuatir sekali, kalau tamu-tamu
tidak diundang ini diperbolehkan
masuk dan mereka menimbulkan kekacauan disitu, hal ini tentu akan membuat mereka
jadi sibuk juga, karena keberangkatan cakal bakal mereka tidak lama lagi.
Sedangkan rupanya telah waktu tamu-tamu tidak diundang itu, mendengar perkataan
Thio Sam Hong, terdengar suara tertawa parau dan sengau itu: "Nah, engkau
sendiri telah mendengarnya Thio Sam Hong
memperbolehkan kami masuk untuk bertemu dengannya menyingkirlah !"
Jie Lian Cu dan murid2 Bu Tong Pay lainnya bertambah gusar, namun disebabkan
Thio Sam Hong telah perintahkan agar tamu2 tidak diundang itu diperbolehkan
masuk, merekapun tidak bisa menahannya lagi, karena dari itu, dengan sinar mata
mengandung perasaan tidak senang, Jie Lian Cu dan murid2 Bu Tong Pay lainnya
telah membuka jalan, membiarkan orang2 itu melangkah masuk.
Suma Lin Liang dan juga Kwang Tan, segera bisa melihat dengan jelas, bahwa tamutamu yang tidak diundang itu semuanya berjumlah delapan orang. Diantara mereka
ada yang berpakaian seragam sebagai tentara kerajaan.
Wajah mereka semuanya bengis, dan yang jalan paling depan adalah seorang pendeta
berkepala gundul, dengan tubuh yang gemuk dan sambil melangkah dia berkata
dengan suara parau dan sengau, rupanya diluar tadi dia yang berkata-kata pada
Jie Lian Cu: "Selamat bertemu lagi Thio Sam Hong! Kami tidak menyangka sama sekali bahwa di
Bu Tong Pay ini terlalu banyak peraturan yang murid2mu itu tidak berkunjung
datang buat tidak baik, disamping itu juga
mengenal aturan, tamu yang menghunjuk hormat kepadamu, justeru diperlakukan
seperti pengemis." Thio Sam Hong sama sekali tidak berobah wajahnya, tetap tenang dan sabar sekali,
diapun telah bilang: "Ohh, kiranya Tek Goan Taysu... silahkan... silahkan, mari
mengambil tempat duduk, kebetulan sekali kalian datang, memang ada yang hendak
kukatakan kepada kalian...!"
Tek Goan Taysu, pendeta botak dan bertubuh gemuk itu, telah tertawa bergelakgelak, pendeta itu seperti kita ketahui, dulu-dulu memelihara rambut yang
panjang sekali, namun setelah resmi bekerja buat Cu Goan Ciang maka dia mencukur
rambut, karena Cu Goan Ciang menjanjikannya,
jika Tek Goan Taysu dapat
membantu pihak kerajaan dengan baik, dia akan diangkat sebagai Koksu atau guru
negara. Dan juga dia akan didudukkan kelak sebagai Hongthio Siauw Lim Sie,
dimana Cu Goan Ciang akan memperjuangkan untuk mengobrak-abrik Siauw Lim Sie,
akhirnya setelah menumpas semua tokoh-tokoh Siauw Lim Sie, barulah Tek Goan
Taysu akan didudukkan sebagai Hongthio dari pintu perguruan silat utama itu.
Tentu saja janji yang diberikan Cu Goan Ciang membuat Tek Goan Taysu bekerja
mati-matian untuk kepentingan
kerajaan, dimana dia bercita-cita untuk menjadi Koksu dan juga merangkap sebagai
Hongthio dari Siauw Lim Sie.
Karena dari itu, kini Tek Goan Taysu selalu berpakaian rapi dan juga rambutnya
yang gondrong itu telah dipangkas, sebagai seorang pendeta tentu saja kepalanya
gundul. Thio Sam Hong sesungguhnya merasa heran juga melihat perobahan pada diri Tek
Goan Taysu, hanya saja Thio Sam Hong tidak menyinggung-nyinggungnya. Cakal bakal
Bu Tong Pay ini melihatnya bahwa Tek Goan Taysu memiliki sikap yang jauh berobah
dibandingkan dengan beberapa waktu yang lalu yaitu sekarang dia congkak, sama sekali dia tidak
memperlihatkan sikap takut atau jeri.
Diwaktu itu, Thio Sam Hong telah bertanya: "Apa maksud kunjungan Taysu "!"
Tek Goan Taysu tertawa, dia menyapu seisi ruangan dengan sinar mata yang sangat
tajam sekali, diapun telah bilang: "Aku datang membawa firman Kaisar !"
"Apa "!" tanya Thio Sam Hong agak heran. Namun akhirnya dia tersenyum. "Jadi
Taysu menjadi utusan Kaisar untuk mencari Loto "!"
Tek Goan Taysu mengangguk.
"Tepat, dan kuminta kau segera menerima firman...!" kata Tek Goan Taysu.
Tetapi Thio Sam Hong tidak bangun dari duduknya, dia telah bertanya lagi:
Ditujukan kepada siapakah firman itu ?" "Tentu saja ditujukan kepada Ciang Bun
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jin Bu Tong Pay Thio Sam Hong....." menyahut Tek Goan Taysu. "Tetapi menyesal
sekali, sekarang ini justeru Loto sudah melepaskan kedudukan dan tidak sebagai
ciangbunjin lagi, karena kedudukan ciangbunjin telah kuwarisi kepada murid Loto yaitu Jie Lian
Cu !" "Walaupun engkau sudah bukan ciangbunjin Bu Tong Pay, akan tetapi dalam firman
itu disebutkan nama Thio Sam Hong. Nah, sekarang cepat kau menerima firman !"
Namun Thio Sam Hong menggelengkan kepalanya, dia telah bilang dengan sabar:
"Maafkanlah.... tidak dapat aku menerima firman itu, karena walaupun bagaimana,
bukan Loto ingin ingkar terhadap firman Kaisar, tetapi memang Loto sudah tidak mau sama sekali
mencampuri segala macam urusan apapun juga, terutama sekali keduniawian !"
Tek Goan Taysu tersenyum mengejek dia telah bilang: "Jika begitu engkau hendak
berkurang ajar dengan memperlihatkan sikap membangkang terhadap firman dari
Kaisarmu sendiri ?" Thio Sam Hong memang Loto sudah juga perihal urusan kalian kembali keistana dan
sampaikanlah keputusan Lo to!"
tersenyum tawar, katanya "Karena
tidak mau mencampuri sedikitpun duniawi, maafkan, maafkan, harap
Tek Goan Taysu tertawa dingin, dia tangannya mengambil segulungan kain
mengulurkan dari seorang kawannya disebelah kanannya, seorang2 laki tua berusia
antara enam puluh tahun, kemudian dia mengangkat benda itu, diacungkan keatas,
katanya dengan suara yang nyaring:
"Inilah firman yang telah dikirim oleh Hongsiang... cepat kau berlutut untuk
menerima firman !" Thio Sam Hong menggeleng.
"Maafkanlah, walaupun Loto akan dihukum cincang dengan tubuh hancur, Loto tidak
dapat menerima firman itu !" katanya tegas.
Muka Tek Goan Taysu dan kawan2nya se ketika berobah hebat "Jika demikian jelas
Bu Tong Pay bermaksud mengadakan Hongsiang..!" mengancam. pemberontakan terhadap
kekuasaan katanya dengan nada suara yang
"Ohh, tidak, sama sekali tidak ! Bu Tong Pay tidak pernah mencampuri demikian
kamipun urusan pemerintahan dan dengan
tidak pernah berhubungan dengan
kerajaan, karenanya Loto kira tidak ada kepentingannya Loto harus menerima
firman itu....!" Diwaktu itu tampak jelas Tek Goan Taysu sudah tidak bisa menahan sabarnya lagi,
ia membuka gulungan firman itu, dan mulai membacanya: "Dengan ini Tim
menyatakan, bahwa Thio Sam Hong sebagai panglima yang memimpin
pasukan Gie Lim Kun didalam istana.... pengangkatan ini akan diresmikan setelah
Thio Sam Hong datang menghadap, Firman ini dikeluarkan dengan perintah agar Thio
Sam Hong secepatnya menghadap Tim !"
Dan dibawah firman itu ditandatangani oleh cap kebesaran Kaisar Cu Goan Ciang,
di mana tampak firman tersebut memang bukan firman palsu.
"Nah, engkau telah mendengar, Hongsiang begitu sayang dan menaruh kepercayaan
buat kau memegang tampuk pimpinan Gie Lim Kun.. jika memang engkau menolak
firman ini, berarti engkau seorang manusia tidak berbudi dan juga tidak memiliki
rasa terima kasih atas kebaikan Hongsiang, malah akan menimbulkan kecurigaan,
bahwa engkau justeru merupakan seorang yang memiliki perasaan tidak senang dan
tidak menyukai kepada Hongsiang, dan bisa menimbulkan penafsiran yang salah
bahwa engkau akan mengajak murid-muridmu. murid Bu Tong Pay buat melakukan suatu
pemberontakan karena mengingat bahwa engkau memang masih memiliki hubungan yang
dekat dengan Thio Bu Kie, Kauwcu dari Bengkauw."
Mendengar perkataan Tek Goan Taysu itu bukan main gusarnya Thio Sam Hong. seumur
hidupnya, belum ada seorang pun yang berani menghinanya sampai begitu rupa, maka
katanya dengan suara yang agak meninggi:
"Seumur hidupku, Loto belum pernah melakukan
kedosaan terhadap kerajaan, juga Loto tidak pernah mencampuri urusan kerajaan,
Jika memang Thio Bu Kie, cucuku itu, terlibat dalam urusan kerajaan, dimana ia
memimpin Bengkauw, Loto kira, itu wajar, karena Kaisar yang sekarang inipun
semula berasal dari anak buah Thio Bu Kie, seharusnya Kaisar kalian itulah yang
berterima kasih kepada Thio Bu Kie yang telah mendukungnya dan
melemparkannya keatas takhta. Tanpa adanya dukungan apakah Kaisar kalian itu
dapat memiliki kekuasaan seperti sekarang ini?"
Tek Goan Taysu berobah mukanya menjadi merah padam, dia bilang dengan suara yang
mengguntur: "Baik! Tegasnya engkau menolak firman ini!"
"Ya!" mengangguk Thio Sam Hong tegas. "Apakah engkau tidak kuatir jika kelak Bu
Tong Pay dicap sebagai pintu perguruan murtad yang bermaksud memberontak kepada
kerajaan?" tanya Tek Goan Taysu
lagi, dingin suaranya, sama sekali dia tidak memperlihat perasaan takut
sedikitpun juga. Thio Sam Hong murka sekali. Seumur hidupnya belum pernah cakal bakal Bu Tong Pay
merasa murka seperti itu,
karenanya jenggot dan rambutnya telah berdiri karena murkanya itu. Diapun telah berkata dengan suara
yang tawar: "Kami tidak pernah melakukan kedosaan apapun juga pada kerajaan,
jika memang hal ini merupakan alasan yang diada-adakan oleh pihak kerajaan,
kamipun tidak bisa berbuat apa-apa !"
Waktu Thio Sam Hong berkata begitu semua murid Bu Tong Pay telah bersiap-siap,
karena mereka melihat keadaan sudah meningkat menjadi tegang, itulah waktu
terakhir dari hidupnya cakal bakal Bu Tong Pay dimana dia
akan melakukan perjalanan pulang kepada Sang Pencipta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Justeru telah muncul kekacauan seperti ini sedangkan waktu telah merangkak
terus, dan hampir tiba jam empat sore. Dengan demikian, kegusaran murid2 Bu Tong
Pay semakin hebat, karena merekapun bergelisah sekali. Mereka tidak mau orang
luar ini berada dalam ruangan dalam saatsaat detik terakhir berpulangnya cakal
bakal mereka. Tek Goan Taysu tersenyum dengan sikap yang congkak dan juga katanya dengan suara
yang dingin sekali: "Jika memang demikian, Lolap tidak bisa mengatakan apapun
juga... karena Lolap hanya diperintahkan membawa firman ini buat kau, Thio Sam
Hong, Jika memang engkau hendak
menolaknya, bahkan menampik dengan kasar seperti ini, seperti juga firman
Hongsiang tidak ada dikata mu baiklah!"
Kami akan kembali ke istana buat melaporkan segalanya kepada Hongsiang dan
menantikan keputusan Hongsiang! Kami sekarang memang hanya berdelapan, dan
kalian tidak usah berpikir untuk mempergunakan kekuatan besar menindas jumlah yang sedikit! Yang kami dengar
justeru Bu Tong Pay merupakan pintu perguruan besar yang lurus dan selalu
menjunjung tinggi keadilan! Kami percaya kalian tentu tidak akan mempergunakan
jumlah yang banyak untuk menindas kami !"
Baru saja Tek Goan Taysu berkata sampai disitu, Jie Lian Cu yang telah tidak
bisa menahan sabar lagi, melangkah maju, dia merangkapkan sepasang tangannya,
membongkok sedikit memberi hormat, katanya: "Kami
persilahkan kaitan meninggalkan tempat ini."
Muka Tek Goan Taysu berobah. "Aku tidak memiliki urusan dengan kau, aku
mempunyai urusan dengan ciangbunjin Thio Sam Hong !" Dengan berkata begitu Tek
Goan Taysu mengejek Jie Lian Cu.
Perasaan Jie Lian Cu meluap diliputi kemarahan, demikian juga murid2 Bu Tong Pay
Malah Suma Lin Liang dan juga Kwang Tan tidak bisa menahan sabar, Hanya saja di
sebabkan itulah urusan dalam perguruan Bu Tong Pay, mereka tidak berani ceroboh
mencampurinya, Mereka masih mengawasi saja.
Waktu itu Jie Lian Cu telah berkata dengan suara yang tawar: "Urusan dapat kita
urus beberapa hari lagi, jika memang kalian memiliki urusan yang sangat penting
dengan Bu Tong Pay, kami akan segera melayaninya dalam beberapa hari mendatang,
sekarang ini kami persilahkan
kalian keluar meninggalkan ruangan ini."
Tek Goan Taysu tertawa bergelak, suara tertawanya begitu tinggi dan sombong
sekali, dia bilang. "Hemmm, Bu Tong Pay!, Bu Tong Pay! Apakah kalian tidak
menyadari bahwa Bu Tong Pay seperti juga sebutir telur yang berada
diujung tanduk" Dimana Bu Tong Pay tidak lama lagi segera musnah! Tidakkah
kalian menyadari akan hal itu, sehingga kalian begitu angkuh untuk menerima
firman dari Hong-siang."
"Urusan itu akan kami hadapi biarpun bagaimana hebat sekalipun! Sekarang,
silahkan kalian angkat kaki!" Jie Lian Cu sudah tidak bisa menahan kegusarannya.
Sedangkan Tek Goan Taysu telah menggeleng perlahan. "Berapa jumlah murid Bu Tong
Pay" Tentunya tidak sampai meliputi seribu orang bukan" Tahukah kalian bahwa gunung Bu Tong San ini
telah di kurung oleh kami, dijaga oleh pasukan Hongsiang yang jumlah dua puluh
ribu tentara! walaupun kalian memiliki sepasang sayap, jangan harap dapat
meloloskan diri terbang meninggalkan Bu Tong
Pay! Aku masih mau bermurah hati memberikan kesempatan kepada kalian, agar dapat baik2 melayani
kami dengan menerima firman ini dengan sepantasnya, untuk menjatuhi firman
Hongsiang...!" Habislah kesabaran Jie Lian Cu. kemarahannya meledak, Tahu2 tangannya
dikibaskan. Jarak mereka, antara Jie Lian Cu dengan Tek Goat Taysu memang tidak terlalu
jauh, karena waktu itu mereka hanya terpisah dua tombak lebih.
Akibat kibasan tangan Jie Lian Cu, membuat Tek Goan Taysu terkejut juga, tenaga
yang sangat kuat tidak terlihat telah mendorongnya.
Untung saja, sejak datang di Bu Tong San ini, Tek Goan Taysu selalu berlaku
waspada, untuk sembarang waktu menghadapi suatu kemungkinan. Dia masih keburu
untuk mengerahkan tenaganya, berdiri dengan kuda2 yang sangat kuat.
Diapun balas mengibas, dan kibasan lengan bajunya itu telah saling bentur dengan
tenaga Jie Lian Cu. Tek Goan Taysu merasakan tubuhnya tergetar. Hal itu
membuktikan bahwa tenaga Lwekang Jie Lian Cu memang tinggi sekali, melebihi
Iwekangnya. Cuma saja Tek Goan Taysu mengetahui bahwa pasukan berani sekali, karena ia
tentara kerajaan telah mengepung pintu perguruan ini dari segala penjuru, Tek
Goan Taysu tertawa gelak-gelak mengejek, sama sekali ia seperti tidak memandang
mata pada orang2 Bu Tong Pay
tersebut sekalipun telah dilihatnya bahwa tenaga dalam Jie Lian Cu memang sangat
tinggi, dan tentunya murid-murid Bu Tong Pay lainnya memiliki kepandaian yang
bisa diandalkan. Namun Tek Goan Taysu yakin bahwa ia akan dapat menghadapi mereka, disebabkan ia
sendiri menyadari, diluar dari kuil Bu Tong Pay tersebut telah berkumpul banyak
sekali kaki tangannya. Satu kali saja ia mengeluarkan perintah, maka kuil Bu
Tong Pay ini akan di bumi hanguskan.
"Apakah kalian hendak memberontak"!" bentak Tek Goan Taysu dengan suara
menggelegar mengejek, mengandung kebengisan yang menyebabkan Jie Lian Cu berdiam
diri sejenak tidak menyerang lebih jauh.
Memang pertanyaan itu, walaupun sangat singkat sekali, akan tetapi memiliki arti
yang sangat luas sekali, yaitu jika
pihak kerajaan mencap Bu Tong Pay sebagai pintu perguruan yang memberontak terhadap kerajaan, niscaya Bu
Tong Pay menghadapi urusan yang tidak kecil. Disamping itu jelas akan membuat Bu
Tong Pay pun menghadapi kesukaran oleh para pahlawan kerajaan, yang akan
dikerahkan oleh Cu Goan Ciang dalam waktu2 mendatang.
Jika memang terjadi seperti itu, niscaya Bu Tong Pay tidak dapat menancapkan
kaki terus di Bu Tong San lebih tenang dari keadaan yang sebelumnya, tentu
mereka selalu akan diganggu oleh semua pahlawan dari Kaisar Cu Goan Ciang.
Dan yang menjadi pemikiran dari Jie Lian Cu justeru ialah murid2 Bu Tong Pay
yang belum memiliki kepandaian tinggi, Kalau terjadi kekacauan, niscaya
muridmurid Bu Tong Pay tingkat bawahlah yang menjadi korban.
Karena berpikir seperti itu, membuat Jie Lian Cu tidak mendesak lebih jauh, dia
telah mengawasi Tek Goan Taysu beberapa saat, baru kemudian katanya:
"Baiklah, sesungguhnya apa yang kau kehendaki dari kami?" "Tidak banyak, hanya
menginginkan Thio Sam Hong mematuhi panggilan Hongsiang.,.!" menyahuti Tek Goan
Taysu, kemudian memperdengarkan suara tertawa dingin, dan ia seperti juga telah
menang diatas angin. Jie Lian Cu menghela napas, katanya: "Sayang sekali perintah Hongsiang tidak
dapat dilaksanakan firman Hongsiang tidak dapat diterima oleh suhu kami, karena
dari itu, sayang sekali memang kedatangan Taysu hanya untuk suatu hasil yang
nihil, dan bukan maksud kami untuk mengecewakan kalian, tetapi memang firman itu
tidak bisa diterima...."
"Tetapi jika Thio Sam Hong membangkang terhadap firman, maka ia akan dicap
sebagai pemberontak!" itulah yang dikatakan Tek Goan Taysu dengan suara yang
dingin. "Untuk itu, kami kira Bu Tong Pay tidak melakukan sesuatu kedosaan dan kesalahan
terhadap kerajaan, Kami tidak pernah mencampuri urusan kerajaan, kami hanya berdiam diri di Bu Tong San
ini dan tidak mencampuri urusan lainnya, hanya mengurus diri kami sendiri dalam
pintu perguruan kami.Karena dari itu, mengapa pula bisa dicap sebagai
pembangkang dan pemberontak oleh Hong siang ...!"
Jie Lian Cu berusaha membela diri, Tek Goan Taysu telah tersenyum tawar,
tanyanya: "Jika seorang rakyat jelata yang menerima firman Hongsiang, lalu
meremehkan firman itu, apakah hal tersebut bukan suatu penghinaan yang
sangat besar buat Hongsiang" Disamping itu juga apakah hal ini bukan
memperlihatkan orang itu terlalu kurang ajar sekali " Maka jika Thio Sam Hong
menolak firman ini, aku hanya dapat pulang keistana untuk memberitahukan pada
Hongsiang mengenai pembangkangan dari Thio Sam Hong, tentu saja akupun tidak
bisa terlalu memaksa agar dia
menerima firman !" Jie Lian Cu baru saja hendak menyahuti lagi, Thio Sam Hong telah berkata dengan
"Dalam urusan ini, biarlah suara yang tenang, katanya: Loto Thio Sam Hong yang
menanggungnya, jika Hongsiang hendak mencap Loto sebagai seorang pemberontak
maka biarlah, Loto akan menerimanya. Namun semua itu jelas tidak ada sangkut
pautnya dengan murid2 Bu Tong Pay lainnya...!"
Setelah berkata begitu, segera juga terlihat bahwa Thio Sam Hong mulai habis
sabar, dia mengibaskan tangannya perlahan, dan itu merupakan perintah agar Tek
Goan Taysu dan kawannya segera meninggalkan ruangan tengah dari kuil Bu Tong
Pay. Sedangkan Tek Goan Taysu telah berkata dengan suara yang dingin:
"Hemmmmm, jadi demikianlah Thio Cin jin menerima kami" Jika memang kau tetap
tidak mau menerima firman, itupun bukan urusan kami lagi, karena menjadi urusan
Hongsiang dan tentunya Thio Cinjin tidak akan menyesal dengan keputusanmu itu"!"
Thio Sam Hong mengangguk.
"Ya.... memang Loto tidak akan menyesali." menyahuti Thio Sam Hong dengan suara
yang dingin, karena dia sudah tidak mau terlalu lama lagi buat melayani Tek Goan
Taysu dan kawan-kawannya.
Akan tetapi, seorang kawan Tek Goan Taysu, yaitu
siorang tua yang berdiri disamping Tek Goan Taysu, telah tertawa dingin.
"Telah lama aku mendengar akan kebesaran nama Thio Sam Hong, karena itu, ingin
sekali aku mengetahui, sampai berapa tinggi sesungguhnya kepandaian dari cakal
bakal Bu Tong Pay itu !" Setelah berkata begitu dengan lagak yang mengejek, dia telah
melangkah menghampiri Thio Sam Hong, kemudian menoleh kepada Tek Goan Taysu,
katanya: "Taysu, tentunya kau mengijinkan untuk aku main2 dengan cakal bakal Bu Tong Pay
ini?" Tek Goan Taysu tertawa. "Oh tentu ! Tentu ! Walaupun kita sudah tidak memiliki waktu yang banyak lagi
disebabkan pihak tuan rumah mengusir kita agar cepat2 angkat kaki, namun aku
bisa saja mengijinkan kau untuk main2 sejenak lamanya, kami akan menunggu...!"
kata Tek Goan Taysu. Terlihat betapapun juga Tek Goan Taysu bersama kawan-kawannya itu memang sengaja
hendak mencari urusan dengan Bu Tong Pay.
Jie Lian Cu sudah habis sabar dia gurunya, Thio Sam Hong, kemudian berilah
kesempatan pada tecu untuk menjura kepada katanya: "Suhu,
mengusir orang2 kurang ajar ini."
Thio Sam Hong sambil tersenyum sabar mengangguk, karena diapun sangat mendongkol
sekali terhadap sikap Tek Goan Taysu dan kawan-kawannya yang memang mencari-cari
persoalan dengannya. Disebabkan itulah diapun memberikan ijin kepada Jie Lian Cu agar mengusir Tek
Goan Taysu keluar dari kuil tersebut, Dan juga memang waktu yang dimiliki Thio
Sam Hong tidak banyak lagi, dimana dia telah terdesak untuk sampai pada titik
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terakhir hidupnya. "Baiklah Lian Cu, karena kitapun memiliki sesuatu yang perlu diselesaikan
sekarang juga, maka mintalah kepada tuan-tuan itu agar meninggalkan tempat
ini !" Sambil berkata begitu, segera Thio Sam Hong mengibaskan tangannya.
Waktu itu Tek Goan Taysu tengah tertawa bergelak, karena ia gembira melihat
kawannya itu akan mulai menimbulkan kerusuhan dikuil ini. Namun, mendadak Tek
Goan Taysu berhenti tertawa,
merasakan dadanya menyesak
karena tiba2 sekali ia dan napasnya seperti tersumbat, malah membuat dia jadi sulit sekali untuk
berdiri ditempatnya. Dia mengerahkan tenaga dalamnya, buat menyalurkan pada kedua kakinya, Namun dia
gagal, tubuhnya telah terhuyung mundur, Dalam keadaan seperti itu membuat Tek
Goan Taysu jadi mengeluh, mati-matian dia mengempos semangatnya, kembali dia
gagal pula. "Plakkk !" dia menangkis, namun apes buat Tek Goan Taysu, karena begitu dia
menangkis dengan tenaganya, justeru tenaga kibasan lengan baju Thio Sam Hong
semakin hebat mendesaknya, sehingga tidak ampun lagi Tek Goan Taysu terjengkang,
dan dia rebah dilantai dengan kepala yang pusing dan mata berkunang2.
Namun walaupun tenaga dalamnya memang masih terpaut jauh jika dibandingkan
dengan cakal bakal Bu Tong Pay Thio-Sam Hong, tokh Tek Goan Taysu bukan seorang
yang terlalu lemah, Segera juga ia dapat bangkit kembali.
Jie Lian Cu yang telah menerima ijin dari Thio Sam Hong buat mengusir orang2
itu, segera melaksanakan tugasnya, Tanpa berkata suatu apapun juga, Jie Lian Cu
telah menghadapi orang tua itu. Dia menggerakkan tangan kanannya, dengan jurus
"Merubuhkan gunung", sehingga menimbulkan angin yang menderu-deru.
Namun orang tua itupun rupanya liehay sekali, dia tidak menangkis, hanya
menggeser tubuhnya kesamping, berbareng dengan mana, cepat sekali dia telah
mendorong juga, Jie Lian Cu yang waktu itu gagal mendorong mengenai pada
sasarannya, jadi cepat2 menarik pulang tenaga dalamnya, dia berjongkok sedikit
seperti tengah menjura, kemudian cepat sekali dia telah menghantam lagi, gerakan
ini membuat orang tua itu jadi kaget tidak terkira,
karena tubuhnya telah terhuyung hampir rubuh, dengan demikian membuat orang tua
itu selanjutnya tidak berani memandang remeh kepada Jie Lian Cu.
Waktu itu Jie Lian Cu pun sudah tidak membuang2 waktu, segera dia telah
menyambar lagi, jurus demi jurus dia telah keluarkan namun orang tua itu telah
dapat mengelak kesana kemari dengan gesit, karena dia sekarang berusaha
mengelakkan diri dari benturan tenaga mereka, tidak mau mengadu kekerasan, dalam
keadaan seperti inilah segera terlihat bahwa kekuatan tenaga dalam dari Jie Lian
Cu masih satu tingkat dari orang tua itu.
Namun, ada sesuatu yang dimiliki orang tua itu, yang merupakan sesuatu yang
sangat diandalkan olehnya, Orang tua itu ternyata me miliki semacam ilmu kebal
yang bisa membuat tubuhnya seperti tidak dapat dihantam oleh
kekuatan yang bagaimana hebat sekalipun juga, dan diapun dapat bergerak gesit
bagaikan seekor monyet belaka. Gerakan demi gerakan membuat tubuhnya telah
melejit kesana kemari. "Hemmmm, rupanya orang ini memiliki ginkang yang cukup tinggi, sehingga ia dapat
bergerak begitu gesit dan lincah !" Diam2 Jie Lian Cu berpikir.
Namun dia tidak berpikir saja, karena dia pun segera merobah cara menyerang
lawannya. Dimana sekarang sepasang tangan Jie Lian Cu tidak bergerak2 gesit
seperti tadi, melainkan dia berdiri tegak ditempatnya. Waktu itu, si-orang tua yang
mengetahui Jie Lian Cu tidak mendesak dirinya lagi, bermaksud berhenti bergerak.
Justeru waktu orang tua itu ingin berhenti bergerak, cepat sekali Jie Lian Cu
dengan tiba-tiba mengibaskan kedua tangannya. Kaget tidak terkira orang tua itu,
ia sampai berseru nyaring dan berusaha untuk berkelit, namun
gagal dan terlambat karena segera juga tubuhnya telah kena diterjang oleh
kekuatan tenaga dalam Jie Lian Cu, malah membuat tubuhnya itu terhuyung-huyung
akan rubuh. Jie Lian Cu tidak tinggal diam, dia melompat kepada kedua orang kawan Tek Goan
Taysu yang berpakaian seragam sebagai tentara kerajaan, dia menghantam lagi.
Kedua orang itu, walaupun berpakaian sebagai tentara kerajaan, namun mereka
memiliki kepandaian yang tidak rendah, karena mereka telah dapat berkelit dari
serangan Jie Lian Cu. Jie Lian Cu tertawa dingin, waktu itu ia telah diliputi kemarahan, sebab ia
mengetahui saat-saat seperti sekarang merupakan saat-saat yang sangat penting
sekali buat seluruh murid Bu Tong Pay yang hendak mengantarkan kepergian Thio
Sam Hong, guru besar mereka buat selama-lamanya.
Segera juga Jie Lian Cu mengeluarkan Bu Tong Sin Kang, ia memutar sepasang
tangannya menimbulkan angin yang menderu-deru hebat sekali mengurung kedua orang
itu. Bahkan, ia berusaha untuk mendesak lebih lagi.
Kedua orang itu mati-matian berusaha memberikan perlawanan yang gigih, namun
tetap saja mereka terdesak. Thio Sam Hong melihat keadaan seperti ini jadi
menghela napas dalam2. Cakal bakal Bu Tong Pay ini telah memaklumi tidak lama
lagi segera tiba saat2 terakhir ia berada di dunia, melihat kekalutan yang
terjadi seperti ini, tentu akan membuatnya merasa terganggu sekali, Dan jika ia
tidak segera turun tangan buat mengatasinya tentu kekalutan itu tetap
berlangsung. Karenanya Thio Sam Hong akhirnya memutuskan untuk mengatasi terlebih dahulu
kekalutan yang ada, dia telah berseru nyaring: "Hentikan!!"
Seruan dari guru besar Bu Tong Pay tersebut tentu saja dipatuhi oleh semua murid
Bu Tong Pay. Termasuk Jie Lian Cu yang segera menahan bergerak kedua tangannya,
ia bahkan telah melompat mundur bersiap2, menerima perintah dari cakal bakal Bu
Tong Pay tersebut. Akan tetapi justeru lawan2 Bu Tong Pay, termasuk Tek Goan Taysu, mana mau
memperdulikan cegahan Thio Sam Hong. Kedua orang lawan Jie Lian Cu tadi telah menerjang maju kedepan.
Waktu itulah Thio Sam Hong telah berkata: "Maafkanlah Loto bertindak agak
keras !" setelah berkata begitu tahu-tahu tubuh Thio Sam Hong masih tetap dengan
sikap duduk bersemedhi, telah melambung ketengah udara, gerakannya begitu cepat
dan ringan sekali, sepasang tangannya telah digerakan dengan kibasan yang sulit
sekali diikuti oleh pandangan mata manusia biasa.
Thio Sam Hong seorang guru besar yang merupakan cakal bakal Bu Tong Pay, yang
telah menciptakan ilmu buat aliran Bu Tong Pay tersebut, yang merupakan ilmu
silat aliran lurus dan putih, karena dari itu, dalam keadaan
seperti ini, dimana Thio Sam Hong memang merasakan waktunya sangat sempit sekali
dan dia terdesak buat mengambil tindakan tegas untuk mengatasi lawan2 Bu Tong
Pay yang datang mengacau membuat cakal bakal Bu Tong Pay telah mengerahkan
tenaga lwekangnya. Tidak mengherankan jika kedua orang tentara kerajaan yang tadi bertempur dengan
Jie Lian Cu dan tengah menerjang buat menyerang kepada Jie Lian Cu tiba2 menjadi
kaget sebab merasakan dada mereka seperti disampok oleh sebungkah kekuatan yang
tidak tampak oleh mata. Dan belum lagi mereka sempat menjerit atau berpikir, tubuh mereka telah
terjengkang, karena merasakan sekujur tubuh mereka kesemutan.
Tubuh Thio Sam Hong telah meluncur turun tetap dalam keadaan bersemedhi, ia
hanya bilang: "Jika memang tidak
cepat2 kalian mengobati luka didalam tubuh kalian, tentu akan membuat kalian
bercacad seumur hidup. Demikian juga tentu akan membuat kalian tetap memaksa
hendak mengacau di Bu Tong Pay ini, niscaya Loto terpaksa harus mengambil
tindakan tegas! Ayo, siapa lagi yang ingin main2 dengan Loto "!"
Sambil berkata begitu, cakal bekal Bu Tong itu telah menyapu sekitar ruangan
tersebut dengan sinar mata yang tajam sekali.
Tek Goan Taysu dan juga yang lainnya jadi bergidik melihat kewibawaan dari cakal
bakal Bu Tong Pay, betapa agung dan berwibawa sekali.
Mereka pun menyadari orang yang mereka hadapi ini bukanlah orang sembarangan,
karena kepandaian dan sinkang Thio Sam Hong telah mencapai tingkat yang tinggi
sekali. Dengan demikian, kalau sampai Thio Sam Hong mengamuk, pasti mereka tidak akan
berdaya, walaupun jumlah mereka sangat banyak Yang paling utama sekali,
merekapun tidak mau menjadi korban ditangan pendeta sakti tersebut.
Mereka melihatnya, kedua orang kawan yang tadi menjadi lawan dari Jie Lian Cu
telah menggeletak dengan sekujur tubuh gemetaran, seperti juga tengah menderita
kesakitan yang hebat. Diam diam Tek Goan Taysu telah berpikir, ia lebih baik mengajak anak buahnya
buat meninggalkan kuil Bu Tong Pay. dan jika memiliki kesempatan, akan menyerbu
lagi. Dan rencana Tek Goan Taysu, ia memang ingin meninggalkan tempat ini,
kemudian memerintahkan anak buahnya buat menyerbu masuk kedalam kuil untuk
membakar, sedangkan waktu itu, ia sendiri tentu tidak akan
terancam bahaya, ia bisa berdiam ditempat yang cukup jauh.
Maka Tek Goan Taysu telah tersenyum walaupun wajahnya agak pucat, namun dia
menyembunyikan perasaannya itu, katanya: "Baiklah, jika memang Cinjin
tidak mau menerima firman Hongsiang, tentu saja kami tidak berani memaksa,
karena itu ijinkan kami pergi"
Sambil berkata begitu, Tek Goan Taysu telah merangkapkan kedua tangannya memberi
hormat kepada Thio Sam Hong, sedangkan Thio Sam Hong mengambil
sikap tidak mengacuhkan tetap duduk dengan angker dan berwibawa.
Tek Goan Taysu segera memutar tubuh, ia mengibaskan tangannya buat perintahkan
anak buahnya pergi keluar meninggalkan kuil tersebut. Dua orang anak buahnya
telah mengangkat kedua orang tentara yang tadi telah dirubuhkan Thio Sam Hong.
Kedua orang itu masih merintih kesakitan, rupanya kibasan lengan baju Thio Sam
Hong membuat dada mereka menjadi sakit dan pernapasan mereka jadi sesak.
Karena dari itu, kedua orang itu tidak bisa segera bangun buat jalan sendiri.
Dalam waktu yang singkat sekali, didalam ruangan depan kuil Bu Tong Pay telah
menjadi sunyi dan sepi sekali, hanya tampak para tojin dikuil tersebut.
Sedangkan Tek Goan Taysu telah memimpin pasukan kerajaan menjauhi Bu Tong Pay.
Ada beberapa orang anak buahnya yang menanyakan padanya, mengapa mereka harus
menarik diri seperti itu. Namun Tek Goan Tay su tidak mau menjelaskan hanya
melangkah terus dan menyatakan kelak ia akan menjelaskan. Dua orang totong lelah menutup pintu kuil.
Thio Sam Hong menghela napas dalam-dalam, ia menggumam dengan wajah yang guram
sekali. "Rupanya kepergian Loto tidak dapat dilakukan dengan tenang, pihak kerajaan
pasti akan mengancam terus keselamatan Bu Tong Pay sehingga loto berangkat
dengan hati yang tidak tenang..!"
Jie Lian Cu segera menjatuhkan diri berlutut di hadapan gurunya, Demikian juga
dengan yang lainnya, mereka semua telah berlutut dihadapan guru besar itu, malah
Jie Lian Cu telah berkata dengan sikap bersemangat sekali:
"Suhu, janganlah suhu memikirkan dan memberati kami, silahkan suhu berpulang
dengan tenang dan tenteram,
karena, walaupun kami memiliki jumlah yang tidak lebih besar dari apa yang ada
sekarang, kami akan mempertahankan nama baik Bu Tong Pay sampai titik darah
terakhir kami, janganlah Suhu berkuatir, Bu Tong Pay tentu tidak akan mudah
dihina oleh siapapun juga !"
Mendengar perkataan muridnya yang begitu bersemangat hati Thio Sam Hong terhibur
juga, ia mengangguk beberapa kali.
"Ya, memang Bu Tong Pay tidak dapat dihina oleh siapapun juga, Karena dari itu,
dengan adanya peristiwa sekarang ini, tentu kalian akan jauh lebih berwaspada.
Apa yang telah Loto lihat, tentunya orang-orang kerajaan akan tetap mengganggu Bu
Tong Pay dan kalian semua murid cucu murid Bu Tong Pay, harus berusaha
mempertahankan nama baik Bu Tong Pay, harus menyelesaikan segala macam urusan
dengan penuh kebijaksanaan dan juga dapat menyelesaikan semuanya sebaik mungkin.
Disamping kita tidak bisa dihina oleh siapapun juga, namun ada yang kalian
ingat, bahwa kalian pun tidak boleh terlalu mendesak lawan! Jika memang lawan
hendak menyelesaikan urusan dengan cara damai maka kalian tidak
boleh mengandalkan kepandaian buat mendesak dan memojokan mereka !"
Mendengar petuah dan wejangan yang diberikan Thio Sam Hong, Jie Lian Cu dan
semua murid-murid Bu Tong Pay lainnya segera berjanji bahwa mereka akan
mengingat dan mengukir nasehat-nasehat itu dihati mereka.
Thio Sam Hong masih terus memberikan nasehatnya, sampai akhirnya dia mengibaskan
tangannya. "Loto akan segera kembali kepada yang mencipta!" katanya dengan suara yang
lembut dan halus, wajahnya sangat terang sekali, Matanya pun bersinar tajam
sampai tampak ia seperti juga sebuah patung yang sangat hidup sekali.
Dan sepasang matanya yang telah bersinar itu kemudian tertutup, dia duduk ber
semedhi tanpa bergerak. Jie Lian Cu dan murid2 Bu Tong Pay lain nya terus
berlutut dihadapan Thio Sam Hong tanpa berani bergerak. Lama sekali mereka
berlutut seperti itu, sampai akhirnya Jie Lian Cu mengangkat kepalanya, wajah
gurunya tampak segar dan cemerlang sekali, memerah sehat.
Dan tidak terlihat tandu2 bahwa gurunya telah menghembuskan napas yang terakhir.
Akan tetapi, Jie Lian Cu telah memperhatikan perut gurunya, Tidak bergerak.
Tentu guru besar itu sudah tidak bernapas lagi. Dan Jie Lian Cu menyadari bahwa
saat itu gurunya telah berpulang buat selamanya.
Karenanya, Jie Lian Cu segera berlutut lagi sambil menganggukkan kepalanya dan
menangis ter-isak2. Melihat Jie Lian Cu menangis, murid2 Bu Tong Pay lainnya pun
jadi menangis sedih sekali. Mereka juga segera mengetahui bahwa Couwsu atau guru
besar mereka, telah berpulang.
Kwang Tan dan Suma Lin Liang pun berlutut bersamasama dengan murid Bu Tong Pay
tersebut. Mereka menitikan air mata pula, karena disamping merasa sangat kagum
sekali kepada guru besar Bu Tong Pay tersebut, pun mereka sangat berduka, karena
kepergian dari guru besar itu....
Lama sekali didalam ruangan itu berlangsung isak-tangis yang berkepanjangan. Dan
juga Jie Lian Cu yang telah dapat menguasai dirinya, telah duduk bersemedhi, dia
mulai membaca doa buat arwah guru besarnya itu.
Pendeta-pendeta Bu Tong Pay yang lainnya telah mengikuti apa yang dilakukan
Ciangbunjin mereka, semuanya telah duduk bersemedhi, berusaha menahan isaktangis
mereka, menindih kedukaan hati dan membaca doa.
Kwang Tan dan Suma Lin Liang duduk bersemedhi juga, mereka sangat menghormati
guru besar itu, yang kini telah berpulang buat selama-lamanya.
Jie Lian Cu sembahyang dan
segera berdiri. Pada mukanya yang pucat-pasi itu, masih terlihat perasaan duka yang dalam
sekali, Dengan suara parau ia berkata: "sekarang suhu telah berangkat dan
berpulang buat selama2nya, maka kita yang ditinggalkannya, benar2 harus pandai
membawa diri, agar tidak mendatangkan noda bagi
pintu perguruan kita, sekali saja kita mendatangkan noda dengan perbuatan tidak
terpuji tentu akan mendatangkan malu dan mengecewakan Suhu! Karena dari itu,
wahai murid2 Bu Tang Pay, selanjutnya tanggung jawab atas nama baik Bu Tong Pay
berada di pundak kita masing2..."
Murid2 Bu Tong Pay telah mengiakan, sedangkan Jie Lian Cu telah memanggil
saudara2 seperguruannya untuk merundingkan pemakaman Suhunya, dimana memang
mereka bermaksud untuk mengadakan sembahyang besar buat arwah guru mereka.
Dikala itu, mereka merencanakan buat menahan tiga hari tiga malam jenazah guru
mereka itu, buat memanjatkan Doa mereka. .
Begitulah, kesibukan meliputi seluruh penghuni kuil Bu Tong Pay, dimana juga
terselubung oleh kabut kedukaan yang sangat mendalam sekali.
Kwang Tan dan Suma Lin Liang sebagai tamu Bu Tong Pay telah memberikan hormat
yang penghabisan buat Thio Sam Hong, cakal bakal Bu Tong Pay yang telah
berpulang itu dengan berlutut tujuh kali.
kemudian setelah selesai memimpin
memanjakan doa buat arwah gurunya, Kabut kedukaan telah membungkus dan
menyelubungi Bu Tong Pay, dan semua murid Bu Tong Pay memperlihatkan wajah yang
muram dan pucat mengandung kesedihan yang mendalam, Benar2 mereka merasa berat
sekali harus berpisah buat selamanya dengan Sucouw mereka.
Dunia persilatanpun telah kehilangan seorang tokoh sakti seperti Thio Sam Hong.
Karena dari itu, memang harus dibuat sayang, bahwa seorang tokoh sakti seperti
Thio Sam Hong telah berpulang dalam keadaan yang tak tenteram, dimana dia telah
menyaksikan bahwa Tek Goan
Taysu dengan pasukannya, sembarang waktu akan dapat mengganggu Bu Tong Pay....
ooo)OdwO(ooo TEK GOAN Taysu yang telah menarik pasukan kerajaan meninggalkan Bu Tong Pay
sejauh sepuluh lie, telah menempatkan diri di sebuah hutan yang cukup lebar.
Mereka semua telah berkumpul disana, karena Tek Goan Taysu memang hendak
memikirkan sesuatu daya. Akan tetapi sebagai seorang yang sangat cerdik sekali, Tek Goan Taysu
mengetahui, tentunya Bu Tong Pay tengah menghadapi sesuatu yang penting, ia
telah melihatnya, apa yang terjadi waktu dia berada didalam ruangan depan Bu
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tong Pay tersebut, tidak dapat lolos, ia melihat betapa paniknya Jie Lian Cu,
betapa tidak sabarnya Thio Sam Hong, seakan juga mereka tengah menghadapi sesuatu urusan yang sangat
mendesak sekali. Karena dari itu, biarpun Thio Sam Hong liehay, namun tidak terlihat sikap
sabarnya seperti waktu-waktu yang lalu Dan juga Thio Sam Hong memperlihatkan
sikap yang luar biasa sekali. Sikap yang tegas dan tergesa seperti yang telah dilihat oleh Tek
Goan Taysu, benar-benar membuat Tek Goan Taysu jadi heran, dia menduga pasti
Thio Sam Hong tengah bingung dan tidak tenang menghadapi suatu urusan yang
sangat penting sekali. Tek Goan Taysu yang memang bukan seorang yang tolol, telah mengambil keputusan
karena ia telah memiliki kesimpulan tentunya waktu itu Thio Sam Hong dengan
seluruh murid Bu Tong Pay yang berkumpul diruangan tersebut, ingin merundingkan
sesuatu. Maka segera Tek Goan Taysu memerintahkan beberapa orang anak buahnya buat pergi
melakukan penyelidikan kekuil Bu Tong Pay.
Tiga orang kurir yang dikirim Tek Goan Taysu buat melakukan penyelidikan itu,
segera juga kembali. Mereka melaporkan bahwa di dalam ruang an itu terdengar suara isak tangis dari
murid-muridnya Bu Tong Pay, sedangkan pinta kuil itu tertutup rapat sekali.
Tek Goan Taysu yang memang sangat cerdik sekali telah dapat mengambil
kesimpulan. "Hemm mengingat akan usianya yang memang begitu lanjut, apakah tidak boleh jadi
bahwa Thio Sam Hong telah berpulang buat selama-lamanya, dimana kini dia telah
mampus " Bukankah semua murid Bu Tong Pay menangisi begitu rupa " Jika memang Bu
Tong Pay menghadapi bahaya yang bagaimana hebat sekalipun, dengan masih adanya Thio Sam Hong dan dia
masih hidup, tentu murid2 Bu Tong Pay, tidak akan menangis seperti itu."
Dan apa yang dipikirkan oleh Tek Goan Taysu memang tepat sekali, Akan tetapi
disebabkan Tek Goan Taysu mengetahui Thio Sam Hong sangat sakti dan liehay
sekali, dan juga murid2 Bu Tong Pay semuanya rata2 berkepandaian tinggi, maka membuatnya jadi berhati2
sekali, dimana dia tidak berani sembarangan bergerak. Dia ingin melakukan segala
nya dengan hati2 dan penuh perhitungan. Karenanya Tek Goan Taysu telah
perintahkan ketiga orang anak buahnya buat melakukan penyelidikan yang lebih
cermat lagi. Selama satu hari itu, mereka harus mengamat-amati terus kuil Bu Tong Pay, buat
mengetahui apa yang tengah terjadi dan berlangsung didalam kuil tersebut.
Tek Goan Taysu memutuskan, sebelum dia menerima laporan yang pasti tentang
kematian Thio Sam Hong, dia belum ingin bertindak.
Karena telah dilihatnya tadi, betapapun juga kepandaian dari Thio Sam Hong luar
biasa tingginya, dan tidak mungkin akan dapat dihadapi olehnya maupun anak
buahnya. Sesungguhnya Thio Sam Hong sendiri dengan gerakan mengibaskan tangannya tadi, di
mana dia telah merubuhkan kedua orang kawan Tek Goan Taysu, hanya buat mengunjuk
gigi belaka, karena dia mengetahui jika dia
harus melayani Tek Goan Taysu beramai dengan berlarutlarut, tentu akan
membahayakan dirinya juga.
Maka dia telah memutuskan, buat menggempur keberanian dari orang2 itu dan
memukul pecah nyalinya, Jika memang telah dapat menakut-nakuti mereka, niscaya
mereka akan menarik diri dari kuil Bu Tong Pay.
Dan apa yang diduga oleh Thio Sam Hong tepat. Setelah dia berhasil merubuhkan
kedua orang kawan Tek Goan Taysu, Tek Goan Taysu menarik anak buahnya.
Padahal jika saja memang ada keberanian dihati Tek Goan Taysu dan ia lebih jauh
menimbulkan kerusuhan, belum tentu Thio Sam Hong dapat bertindak lebih baik lagi
dari tadi, bahkan dia tidak mungkin bisa mempergunakan tenaga yang lebih kuat
lagi, sebab detik-detik kematiannya memang telah sampai.
Dan Justeru keberhasilan dari usahanya buat menghantam pecah nyali orang2 itu,
membuat Thio Sam Hong akhirnya dapat berpulang dengan tenang, walaupun hatinya
masih tidak tenteram, dimana ia masih berkuatir, kalau2 setelah kepergiannya
buat selamanya, nanti Tek Goan Taysu dan anak buahnya akan mengganggu murid2 Bu
Tong Pay... Satu harian lamanya ketiga orang Tek Goan Taysu telah mengamat-amati terus kuil
Bu Tong Pay, sampai akhirnya menjelang malam hari mereka kembali melaporkan,
bahwa benar2 Thio Sam Hong telah meninggal dunia.
Berita ini benar2 sangat menggirangkan sekali Tek Goan Taysu. "Kalian mengetahui
dari siapa bahwa Thio Sam Hong pasti telah mampus?" tanya Tek Goan Taysu yang
tidak mau begitu saja mempercayai laporan itu.
Salah seorang dari ketiga orang Tek Goan Taysu tersebut justeru telah berkata
sambil tertawa bangga. "Kami mengetahuinya dari mulut seorang totong, yang
kebetulan keluar dari kuilnya, untuk turun gunung membeli peralatan sembahyang,
Semula kami hendak menangkapnya, tetapi kami kira hal itu kurang bijaksana dan
kurang tepat, kami membiarkan saja totong itu turun gunung buat pergi kekampung yang terdekat.
Ternyata dia telah membeli peralatan sembahyang dan kami hanya menguntitnya
terus. Kepada penduduk kampung ia menjelaskan peralatan sembahyang itu buat menyembahyangi arwah kakek
gurunya. Karena dari itu, dia kembali kekuil, kami tidak mengganggunya, karena kami
bermaksud hendak menyelidikinya kedalam kuil, Dan memang akhirnya kami
memperoleh kepastian, bahwa Thio Sam Hong telah mati....!"
Tek Goan Taysu menepuk-nepuk lututnya berulangkali dengan wajah yang berseriseri, tampaknya dia girang bukan main. Sampai ia pun berseru nyaring: "lnilah
atas karunia Thian yang maha besar,." dan memang ini adalah suatu berkah buatku
juga ! Hemmm, dengan sudah mampusnya Thio Sam Hong, sudah tidak ada orang Bu
Tong Pay yang perlu ditakuti ! Dan Jie Lian Cu pun dapat dihadapi dengan
mudah !" Setelah berkata berdiri, kemudian begitu, Tek Goan Taysu melompat memerintahkan
semua anak buahnya bersiap, guna melakukan gerakan menyerbu ke Bu Tong Pay lagi.
Pasukan pemanah dan juga pasukan tentara kerajaan yang lainnya telah
dipersiapkannya dan mereka mulai mendaki gunung itu lagi buat mendatangi Bu Tong
Pay. Tek Goan Taysu yakin, dengan matinya Thio Sam Hong, pasti lebih mudah dia
melaksanakan tugasnya membumi hanguskan Bu Tong Pay. Karena itu dia percaya,
begitu serangan dibuka, maka Bu Tong Pay akan dapat dihancurkannya.
Tek Goan Taysu telah berlari paling depan, dengan cepat dia mendaki gunung itu.
Dan dalam waktu yang sangat singkat dia telah tiba didepan kuil Bu Tong Pay.
Dengan matinya Thio Sam Hong dan murid-murid Bu Tong Pay telah menyelenggarakan
sembahyang besar buat arwah dari guru besar itu, niscaya Tek Goan Taysu dan anak
buahnya akan dapat menyerang jauh lebih mudah.
Pasti semua murid Bu Tong Pay itu tengah berduka sekali, disamping itu juga
tentunya mereka tengah lelah dan mudah dirubuhkan.
Segera terbangun semangat Tek Goan Taysu, karena dia yakin pasti akan dapat
menghancurkan Bu Tong Pay. Setelah berada didepan kuil Bu Tong Pay, tampak Tek
Goan Taysu memberi tanda kepada anak buahnya, agar masing2 mencari tempat yang
baik, dan juga Tek Goan Taysu berpesan kepada mereka, jika dia belum memberikan perintah, mereka
semuanya tidak boleh bergerak dulu.
Dengan langkah lebar Tek Goan Taysu menghampiri pintu kuil, dia mengetuknya,
Dari dalam terdengar suara orang menggerutu kemudian pintu terbuka maka tampak
seorang totong, dengan muka yang pucat dan mata yang memerah karena telah
menangisi kematian sucouwnya, memandang tidak senang kepada Tek Goan Taysu.
Hanya saja ketika dia mengenali siapa orang yang telah mengetuk pintu kuil
tersebut, membuat totong itu kaget
tidak terkira, dia sampai mengeluarkan suara tertahan dan cepat2 hendak menutup
daun pintu itu lagi. Gerakan tolong itu memang cepat, akan tetapi dia mana bisa berlaku lebih cepat
dari Tek Goan Taysu yang telah mengulurkan tangan kanannya, dia mencengkeram
kuat sekali baju didepan dada dari totong itu, kemudian dengan sebat dia telah
menghentak-nya. Maka tubuh totong itu telah dapat ditariknya keluar, kemudian dilemparkan keluar
kuil, membuat totong itu terguling-guling di tanah beberapa tombak jauhnya.
Malah totong itu telah mengeluarkan suara jeritan tertahan mengandung kesakitan.
Dengan merayap dia telah merangkak buat bangun.
Tek Goan Taysu berdiri tegak, dia telah memandang dengan bengis. "Hemmm..."
mendengus Tek Goan Taysu dengan tawar dan mengejek. "Sekarang situa bangka Thio
telah mampus, maka kalian murid-murid Bu Sam Hong
Tong Pay jangan jual lagak lagi, dengan hanya mengangkat tanganku buat
memberikan perintah, maka kalian akan dapat disapu
bersih oleh seluruh anak buahku, Bu Tong Pay akan dibumi hanguskan! Hemmmm,
berapa banyak murid Bu Tong Pay yang ada"!"
Totong itu tampak marah bukan main, walaupun dia mengetahui bahwa Kepandaiannya
berada di bawah kepandaian Tek Goan Taysu dan tidak mungkin dia bisa menghadapinya, tokh dia
tidak memperlihatkan perasaan takut sedikitpun juga.
Dia telah membentak galak: "Kau... kau pendeta laknat yang tidak tahu aturan....
apa yang kau inginkan dari kami?"
"Hancurnya Bu Tong Pay. Kau telah dengar" Kami menginginkan kehancuran Bu Tong
Pay! Dan kau, totong, engkau jangan galak2 seperti itu, karena sekarang Bu Tong
Pay kalian seperti juga macan ompong, maka jangan galak2! Setelah Thio Sam Hong mampus, siapa lagi
yang ingin kalian jadikan tulang punggung Bu Tong Pay?"
Setelah berkata mengejek seperti itu, tampak Tek Goan Taysu telah tertawa
bergelak-gelak keras sekali.
0oo0dw0oo0 Jilid17 BEBERAPA orang murid Bu Tong Pay yang berada didalam kuil tersebut
mendengar suara tertawa bergelakgelak dari Tek Goan Taysu, mereka segera keluar
buat melihat apa yang telah terjadi
Ketika itu empat orang totong, melihat apa yang dialami oleh saudara
seperguruannya, dan mengenali Tek Goan Taysu, yang waktu tengah berdiri tegak
dengan sikap yang angkuh sekali, seketika salah seorang diantara mereka telah
melompat sambil mengayunkan tangan kanannya buat menyerang.
Tenaga pukulan dari totong itu sesungguhnya cukup kuat, akan tetapi menghadapi
Tek Goan Taysu, angin pukulan tersebut jadi tidak memiliki arti apa-apa lagi.
Tek Goan Taysu telah menggerakkan tangan kanannya. Dari telapak tangannya
menyambar angin serangan yang kuat sekali, segera terlihat tubuh totong itu
terpental sejauh lima tombak lebih dan telah pingsan tak sadarkan diri.
Tiga orang totong dan si totong yang seorang, yang tadi telah dibanting oleh Tek
Goan Taysu, rupanya jadi nekad. Mereka adalah murid2 Bu Tong Pay, yang selalu
mengutamakan kegagahan, karena itu, mereka tidak merasa takut, mereka lebih
senang mati ditangan lawannya, dari pada bersikap pengecut melarikan diri dari
lawannya yang ganas itu. Dengan serentak keempat orang totong ini menerjang maju, Mereka segera menyerang
dengan beruntun mempergunakan sepasang tangan masing2. Angin serangan mereka
berkejaran keras sekali. Memang sejak kecil mereka telah menerima gemblengan dari Bu Tong Pay, juga
lwekang mereka merupakan tenaga dalam dari aliran yang lurus dan putih.
Karenanya, walaupun memang kepandaian mereka tidak bisa mengimbangi kepandaian
Tek Goan Taysu, akan tetapi mereka maju berempat, dengan demikian kepalan tangan
mereka jadi cukup berbahaya buat Tek Goan Taysu.
Sedangkan Tek Goan Taysu menyadari akan hal itu, tubuhnya tahu2 telah berkelebat
lenyap dari hadapan keempat orang totong tersebut. Dan tentu juga, keempat
orang totong itu menjadi kaget bukan main, begitu mendadak dan tiba2 sekali Tek Goan Taysu telah lenyap
dari hadapan mereka, sehingga keempat orang totong itu yang tidak bisa segera
menahan gerakan tubuh mereka dan menarik pulang tenaga dalamnya, hampir saja
mereka berempat saling terjang. Beruntung mereka masih dapat
menahan kuda-kuda kedua kaki mereka, Dengan demikian mereka tidak sampai saling
tubruk. Sedangkan Tek Goan Taysu tidak mau membuangbuang waktu, dia telah bergerak sebat
sekali. Sepasang tangannya telah menghantam dengan beruntun
"Bukk, bukk, bukk, bukkk!" empat kali terdengar suara hantaman telapak tangan
Tek Goan Taysu pada tubuh keempat orang totong itu. Tampak keempat tubuh orang
itu terpental di tanah sejauh dua tombak lebih.
Mereka juga merasakan tulang punggung mereka seperti mau patah, disamping itu,
waktu mereka tengah merangkak bangun, Justeru mulut mereka memuntahkan darah
segar yang banyak sekali. Mereka juga mengeluh karena merasakan mata menjadi
gelap dan kepala mereka menjadi pusing bukan main.
Dengan demikian, mereka tidak bisa segera melompat bangun buat balas menyerang.
Sedangkan Tek Goan Taysu melihat keadaan keempat orang totong itu telah berkata
dengan sikap yang mengejek: "Hemmm, jika memang kalian ini benar2 hendak mampus,
aku akan menuruti kehendak kalian !"
Setelah berkata begitu, dengan cepat sekali Tek Goan Taysu melangkah maju, dia
telah menggerakkan sepasang tangannya lagi.
Melihat apa yang dilakukan Tek Goan Taysu, keempat orang tolong itu cepat2
mengempos semangat dan seluruh tenaga mereka, untuk menangkis serangan yang
dilakukan oleh Tek Goan Taysu, Namun sia2 belaka, karena seketika itu juga
terlihat, tubuh mereka terpental sangat keras, dan mereka rebah pingsan tidak
sadarkan diri. Disaat itulah tampak beberapa orang pendeta Bu Tong Pay baru saja keluar dari
dalam kuil, Mereka mendengar suara ribut2 dan segera keluar buat melihat apa
yang terjadi. Dan apa yang mereka saksikan, dimana lima orang totong murid Bu
Tong Pay menggeletak pingsan tidak sadarkan diri, membuat mereka jadi kaget
tidak terkira. Pendeta-pendeta Bu adalah pendeta2 dari Tong Pay yang keluar tersebut tingkat ketiga. Mereka
memiliki kepandaian yang tinggi sekali, karena itu, dengan segera mereka
melompat mengurung Tek Goan Taysu, sambil mencabut pedang masing-masing,
Tek Goan Taysu yang melihat kegesitan dari keenam orang pendeta Bu Tong Pay itu
segera menyadarinya bahwa dia tidak boleh memandang remeh pada mereka, Cepat2
Tek Goan Taysu telah mengempos dan mengerahkan tenaga dalamnya, bersiap2 buat
menghadapi lawanlawannya ini.
Memang Tek Goan Taysu tidak merasa jeri dikepung keenam orang pendeta Bu Tong
Pay tersebut, akan tetapi dia tak mau berlaku memandang rendah kepada mereka,
hal itu bisa saja kemungkinan membahayakan dirinya.
Sedangkan keenam orang pendeta Bu Tong Pay yang telah dapat menduga bahwa Tek
Goan Taysulah telah melukai murid-murid Bu-Tong Pay. segera menggerakkan pedang
masing2 tanpa banyak bicara lagi.
Pedang mereka bergulung-gulung menyambar kepada Tek Goan Taysu dengan hebat
sekali, juga tenaga serangan pedang-pedang itu sangat kuat sekali.
Dengan demikian terlihat Tek Goan Taysu sementara waktu tidak berdaya buat balas
menyerang, karena dia bertangan kosong dan tidak mungkin dengan bertangan kosong
dia membenturkan tangan itu pada senjata lawan2nya tersebut.
Sampai akhirnya, setelah bertanding lebih dari sepuluh jurus, dengan mendadak
sekali Tek Goan Taysu telah mengeluarkan suara suitan yang nyaring sekali. Tahu2
dia telah mencabut keluar sebatang golok yang berukuran sangat besar.
Dia telah menggerakkan goloknya yang mendatangkan hawa dingin dan menggigilkan
tubuh, memaksa keenam pendeta Bu Tong Pay yang tengah mengepungnya itu buat
melompat mundur menjauhi diri.
Sekarang justeru Tek Goan Taysu yang tidak mau memberikan kesempatan sedikitpun
juga kepada keenam orang lawannya, karena dengan segera dia merangsek maju,
goloknya itu telah digerakkan dengan cepat sekali, menimbulkan angin yang
berkesiuran sangat dingin.
Dengan demikian telah membuat lawan2nya tidak bisa mendesak lebih jauh. Keenam
orang pendeta Bu Tong Pay itu telah mempergunakan pedang mereka yang diputar
dengan sangat cepat sekali buat melindungi tubuh mereka.
Karena dengan cara seperti itu mereka dapat menangkis setiap serangan golok Tek
Goan Taysu. Tek Goan Taysu semakin lama memutar semakin hebat, karena dia telah
menambah tenaga Iwekangnya, Goloknya yang sangat goloknya kekuatan
besar itu bergerak ringan sekali, mendesak keenam tojin Bu Tong Pay tersebut.
Sedangkan keenam murid Bu Tong Pay itu tidak mau berdiam diri. Mereka rupanya
telah menyadari disamping Tek Goan Taysu, tentu terdapat manusia2 yang memiliki
kepandaian liehay lainnya.
Karena itu, sambil mempergunakan pedang mereka masing2, keenam pendeta Bu Tong
Pay itu telah mengeluarkan suara siulan yang nyaring sekali, rupanya mereka
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hendak memberitahukan kepada kawan2 mereka mengenai kedatangan Tek Goan Taysu,
yang tentu dalam waktu yang sangat singkat sekali, akan memimpin pasukan
kerajaan menyerbu ke dalam kuil Bu Tong Pay.
Dalam keadaan seperti itu, suara siulan mereka bergema disekitar tempat itu, Dan
suara siulan itu membuat dari dalam kuil berhamburan keluar belasan orang
pendeta. Juga diantara belasan orang murid Bu Tong Pay yang keluar itu, ikut Kwang Tan
dan Suma Lin Liang. Kwang Tan dan Suma Lin Liang bergerak sekali, mereka gusar
bukan main melihat orang yang mengacau itu tidak lain dari Tek Goan Taysu.
Karena mereka menyadarinya, jika memang Tek Goan Taysu muncul, tentu dia akan
bersama dengan para tentara kerajaan yang pasti tengah bersembunyi disekitar
tempat itu. Sebetulnya Suma Lin Liang dan Kwang Tan ingin melabrak Tek Goan Taysu, karena
mereka beranggapan bahwa Tek Goan Taysu terlalu kurang ajar, dimana disaat cakal
bakal Bu Tong Pay tengah diurus jenasahnya ternyata telah menimbulkan kekacauan
Disebabkan itulah, mereka hendak menyerang.
Akan tetapi, justeru segera mereka tersadar, bahwa mereka bukanlah orang dalam
Bu Tong Pay. Tidak bisa mereka mendahului orang-orang Bu Tong Pay buat menindak
sipendeta durjana itu. Karena dari itu Kwang Tan dan Suma Lin Liang telah berdiri disamping, Dia
membiarkan belasan murid Bu Tong Pay buat menghadapi Tek Goan Taysu.
Melihat telah muncul belasan murid Bu Tong Pay, yang semuanya berusia setengah
baya. Dengan demikian menunjukkan bahwa mereka merupakan murid2 tingkat
kedua atau ke tiga, dan kepandaian mereka tentunya sudah sangat tinggi.
Maka kawan2 Tek Goan Taysu tidak bisa berdiam diri saja, mereka telah melompat
keluar dari tempat persembunyian masing2, dengan mengeluarkan suara teriakan
yang berisik sekali. Para pendeta Bu Tong Pay yang baru keluar dari dalam kuil seketika menyadari
bahwa pertempuran yang hebat tidak bisa dihindarkan.
Karena melihat jumlah dari lawan yang memang jauh lebih banyak dari mereka,
keenam belas pendeta Bu Tong Pay yang baru keluar itu sudah tidak mau membuang2
waktu. Empat orang diantara mereka melompat kedekat Tek Goan Taysu:
Dan sisanya melompat menerjang kepada kawan2 Tek Goan Taysu dengan pedang
terhunus, setiap tusukan tentu merupakan serangan yang pedang mereka mengandung maut. Suara keributan
yang terjadi diluar kuil telah dapat didengar oleh Jie Liu Cu dan pendetapendeta Bu Tong Pay lainnya. Akan tetapi mereka tidak meninggalkan ruangan kuil, karena mereka
tengah menyelenggarakan sembahyang besar buat arwah Thio Sam Hong.
Disamping itu merekapun mengetahui jika mereka keluar dari dalam ruangan kuil
tersebut, sama saja mereka bagaikan harimau yang dipancing keluar dari kandang,
dan tentu hal ini akan membuat mereka tidak dapat menjaga sebaik mungkin jenazah
Thio Sam Hong. guru besar mereka.
Karena itu, Jie Lian Cu dan pendeta2 Bu Tong Pay yang lainnya tetap berdiam
ditempat masing-masing didalam ruangan itu, berwaspada buat sewaktu-waktu
menghadapi penyerbuan dari luar.
Kwang Tan dan Suma Lin Liang diluar pintu kuil, ketika melihat pertempuran
terbuka telah terjadi dan jumlah
kawan 2 Tek Goan Taysu memang sangat banyak, disamping merupakan orang-orang yang memiliki
kepandaian tinggi dan liehay, dengan demikian mereka tidak bisa berdiam diri
terlalu lama. Segera juga mereka melompat menceburkan diri dalam pertempuran
itu. Suma Lin Liang, yang telah menerima banyak petunjuk dari Thio Sam Hong, sebelum
guru besar itu menghembuskan napas yang terakhir, kini telah memiliki kepandaian
yang lebih liehay daripada sebelumnya.
Sekarang Suma Lin Liang dapat mempergunakan ilmu Sam Cie Kong nya lebih
sempurna. Memang dia telah dilarang oleh Thio Bu Kie, agar tidak melanjutkan
pelajaran Sam Cie Kong pada tingkat yang lebih tinggi dulu selama berada di Bu
Tong Pay, karena kemungkinan ia akan tersesat pada sinkangnya.
Dan nasehat dari Thio Bu Kie dipatuhi benar oleh Suma Lin Liang, Namun nasehat
dan petuah yang diberikan Thio Sam Hong justeru telah membuat Sam Cie Kong Suma
Lin Liang yang dipelajari pada tingkat yang sebelumnya, telah mencapai kemajuan
yang pesat sekali. Maka begitu Suma Lin Liang mencampurkan diri dalam pertempuran itu, beruntun dia
telah dapat merubuhkan beberapa orang lawan nya dengan mudah.
Sedangkan Kwang Tan, yang benar2 telah dapat menguasai seluruh kepandaiannya,
karena petunjuk yang diberikan Thio Sam Hong, dan juga memang dia telah menerima
petunjuk mengenai sinkang yang sejati, dengan sendirinya, sekarang Kwang Tan
bermaksud hendak mencoba kepandaian itu.
Hebat bukan main. Setiap kali Kwang Tan menghantam, tentu salah seorang lawannya itu akan
terpental, tentu saja dengan tubuh yang hitam hangus.
Dengan demikian lawan2nya yang lain, melihat hebatnya angin pukulan Kwang Tan
yang bisa membuat lawannya menjadi hangus seperti disambar petir, jadi tidak
berani menerjang terlalu dekat padanya.
Dengan adanya Kwang Tan dan Suma Lin Liang, maka murid2 Bu Tong Pay memperoleh
bantuan dan bantuan yang tidak sedikit.
Tek Goan Taysu yang menyaksikan apa yang dilakukan Kwang Tan dan Suma Lin Liang,
diam-diam jadi gusar bukan main. Dia berusaha mendesak beberapa orang pendeta Bu
Tong Pay yang menjadi lawannya, karena dia bermaksud hendak pergi ke dekat Kwang
Tan atau Suma Lin Liang, guna menghadapi kedua pemuda itu.
Namun desakan pedang murid-murid Bu Tong Pay tidak mudah dipatahkannya, sukar
bagi Tek Goan Taysu meloloskan diri begitu saja, karena dia harus mempergunakan
goloknya menghadapi dengan
kesungguhan hati. Akhirnya Tek Goan Taysu juga menyadari bahwa dia tidak mungkin dapat memecahkan
perhatiannya, karena walaupun bagaimana dia harus memusatkan dulu seluruh
perhatiannya kepada lawan2nya.
Jika memang dia memecahkan perhatiannya niscaya ia akan lebih sulit mengatasi
lawan2nya. Dengan segera goloknya itu telah diputarnya, angin serangan goloknya
itu berdesingan dengan hebat sekali.
Keempat orang tojin yang mengepung Tek Goan Taysu merasakan desakan angin
serangan golok lawan, membuat mereka jadi tidak bisa maju terlalu dekat pada Tek
Goan Taysu. Namun keempat tojin itu memiliki kepandaian yang tinggi, mereka tidak yakin jika
mereka berempat tidak dapat menghadapi Tek Goan Taysu seorang.
Karena dari itu, keempat tojin itu telah memperketat serangan pedang mereka,
Senjata mereka berkelebat2 membentuk gulungan sinar yang menyambar kesana kemari
melindungi diri mereka, sehingga golok Tek Goan Taysu tidak berdaya buat
mendekati keempat tojin. Demikianlah pertempuran itu berlangsung dengan seru dan ramai sekali. Kawan2 Tek
Goan Taysu, yang memiliki kepandaian lebih tinggi lagi, semuanya belum keluar
memperlihatkan diri, Karena mereka tengah menantikan sampai para pendeta sakti
Bu Tong Pay lainnya telah keluar dari dalam
kuil, barulah mereka keluar untuk menghadapi sementara itu, mereka membiarkan
pasukan kerajaan saja yang menghadapi lawan2nya.
Tek Goan Taysu semula merasa heran, karena dia melihat kawan2nya yang memiliki
kepandaian tinggi belum juga keluar memperlihatkan diri. Tetapi akhirnya dia
menjadi maklum juga. Dia dapat menduganya, tentu mereka itu semuanya tengah
menantikan keluarnya tokoh2 Bu Tong Pay yang lainnya.
Dalam keadaan seperti itu Tek Goan Taysu telah mengerahkan seluruh kemampuannya,
dengan goloknya dia seperti juga kesetanan, karena dia telah menabas dan
menyerang kesana kemari dengan hebat sekali.
Dalam keadaan seperti itu, murid-murid Bu Tong Pay mulai mengeluh. Mereka
melihat pasukan tentara telah keluar lebih banyak lagi, juga telah muncul
barisan pemanah dari pasukan kerajaan, Dilibat demikian tentunya Bu Tong Pay
tidak mudah menghadapi para pengacau ini.
Rahasia Kincir Hantu 3 Gento Guyon 21 Sang Petaka Rahasia Hiolo Kumala 19
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama