Anak Naga 1
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung Bagian 1 Anak Naga (Bu Lim Hong yun) Karya : Chin yung Jilid 1 PENDAHULUAN: Laskar-laskar Beng Kauw di bawah pimpinan Cu Goan Ciang, Ci Tat, Siang Gie Cun dan CiuSiu Wi telah berhasil menggempur pasukan-pasukan Goan (Mongol). Setelah itu, laskar-laskar tersebut juga berhasil menduduki beberapa kota penting, kemudian terus menuju Kota raja. Akan tetapi, di saat laskar-laskar B eng Kauw memperoleh kemenangan yang gilang-gemilang itu, justru terjadi pula suatu pergolakan dalamBeng Kauw sendiri. Ternyata Cu Goan Ciang, Ci Tat, Siang Gie Cun dan Ciu Siu Wi bersekongkol mengkhianati Thio Bu Ki ketua Beng Kauw, lantaran khawatir Thio Bu Ki akan menjadi kaisar. Betapa kecewanya Thio Bu Ki, padahal ia sama sekali tidak berkeinginan untuk menjadi Kaisar. Tujuan perjuangan Beng Kauw yang dipimpinnya hanya mengusir penjajah, agar Dinasti Song bisa bangkit kembali. Namun dengan adanya pengkhianatan itu, akhirnya Thio Bu Kipun menyerahkan kedudukannya kepada yoSiauw. Karena itu, maka terjadilah perpeaahan dalam Beng Kauw, banyak yang bergabung dengan Cu Goan Ciang, otomatis membuat laskarnya semakin kuat, sehingga berhasil merebut Kota raja, dan akhirnya runtuhlah Dinasti Goan (Mongol). Pada tahun 1368, Cu Goan Ciang mengangkat dirinya sebagai Kaisar. Berhubung merasa dirinya berasal dari Beng Kauw, maka dinasti yang didirikannya dinamai pula Dinasti Beng (Ming). seluruh rakyat di Tionggoan diberi kesempatan untuk berpesta pora atas biaya dari Kotaraja. Bayangkan Betapa gembiranya rakyat jelata, sebab kini mereka telah bebas dari jajahan Mongol. Mulailah Cu Goan Ciang menganugerahkan pangkat dan kedudukan kepada para bawahannya yang setia serta berjasa, tentunya termasuk Ci Tat, siang Gie Cun dan ciu siu Wi, Cu Goan Ciang memang cerdik. Ia pun membebaskan berbagai macam pajak yang menjadi beban rakyat. Karena itu, rakyat pun sangat memujanya, sejak Cu Goan Ciang menjadi kaisar, rakyat pun mulai hidup makmur pula. Namun masih ada satu hal yang mengganjal dalam hati Cu Goan Ciang, yakni mengenai Thio Bu Ki. la khawatir suatu hari nanti, Thio Bu Ki akan bangkit memberontaknya. oleh karena itu, Cu Goan Ciang mengutus pasukan pilih a n untuk membasmi sisa-sisa anggota Beng Kauw yang tidak mau tunduk, bahkan ia pun menurunkan perintah membunuh Thio Bu Ki. sejak itu, Thio Bu Ki dan sisa anggota Beng Kauw jadi buronan. Bab 1. Melepaskan Kedudukan sebagai Ketua Partai Go Bi Tampak seekor kuda berjalan santai di tempat sepi. Yang duduk di atas punggung kuda itu adalah Thio Bu Ki danTio Beng. Wajah mereka lesu tak bersemangat, bahkan sangat muram pula. "Aaaah..." Thio Bu Ki menghela nafas panjang sambil menggelenggelengkan kepala. "Tak disangka sama sekali sungguh tak disangka" "Cu Goan Ciang sangat licik" Caci Tio Beng dengan berkertak gigi. "Engkau yang menghimpun kekuatan Beng Kauw, tapi dia malah yang memetik hasilnya Kini dia sudah menjadi kaisar, menurunkan perintah pula membunuh kita Dia bukan manusia, dia adalah binatang" "Tapi...." Thio Bu Ki menghela nafas lagi. "setelah dia menjadi kaisar, rakyat pun mulai hidup makmur-" "Bu Ki Koko," ujar Tio Beng dengan suara rendah, "seandainya pada waKiu itu, engkau perintahkan segenap Beng Kauw untuk menumpasnya, mungkin kini engkau sudah menjadi kaisar." "Beng Moay..." Thio Bu Ki menggelengkan kepala. "Pada waKiu itu memang bisa kuturunkan perintah itu, namun itu akan merugikan Beng Kauw sendiri." "Hmm" dengus Tio Beng. "Justru itu, Gwakongmu in Thian Ceng, Wie It siauw, Po Tay Hweeshio swee Put Tek, Pheng Hweeshio dan lainnya malah menjadi korban. Mereka dibantai oleh pasukan pilihan Cu Goan Ciang, kini hanya tersisa yo siauw." "Itu... memang takdir." "Itu bukan takdir, melainkan kebodohanmu. Dia menggunakan siasat licik, agar engkau menyerahkan kedudukan ketua kepada yo siauw." "Sudahlah, Jangan diungkit lagi kejadian itu" Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala, "sesungguhnya aku pun tidak mau menjadi kaisar. Biarlah dia yang menjadi kaisar. Bukankah kini rakyat sudah mulai hidup makmur" Hanya saja...." Thio Bu Ki berhenti sejenak, lalu melanjutkan. "Tidak seharusnya dia mengirim pasukan pilihan untuk memburu kita." "Hmmnn" dengus Tio Beng dengan mata berapi-api. "Kalau bertemu pasukan Beng sekarang, aku pasti tidak akan memberi ampun" "Beng Moay...." Thio Bu Ki menghela nafas panjang. "Dia mampu meruntuhkan. Dinasti Goan. maka pantas menjadi kaisar mendirikan Dinasti Beng-" "Aku...." Mendadak Tio Beng menangis terisak-isak. "sebaliknya aku malah menjadi pengkhianat bangsaku sendiri. Padahal seharusnya aku memimpin laskar Mongol untuk menumpas Beng Kauw. Tapi...." "Beng Moay, aku yang bersalah dalam hal ini." kata Thio Bu Ki perlahan. "Karena...." "Engkau tidak bersalah,"potong Tio Beng cepat. "Kita berdua sama sekali tidak bersalah, sebab... saling mencinta." "Beng Moay Thio Bu Ki teringat sesuatu. "Kita harus berangkat ke gunung Go Bi." "Kenapa?" tanya Tio Beng. "Tentunya engkau ingat, Ciu Ci Jiak menyerahkan kedudukan ketua Go Bi Pay kepadaku, tapi kini keadaan sangat tidak mengijinkan, maka aku harus menyerahkan lagi kedudukan ketua kepada pihak Go Bi Pay." "Betul." Tio Beng manggut-manggut dan menambahkan, "setelah itu, kita mencari suatu tempat yang sepi-" "Ha ha" Thio Bu Ki tertawa gembira, "itulah tujuanku, lebih baik kita hidup tenang dan bahagia di suatu tempat, tidak usah mencampuri urusan rimba persilatan maupun urusan lain," "Aku setuju." Tio Beng mengangguk dengan wajah ceria. "Kalau begitu, mari kita segera berangkat ke gunung Go Bi" "Baik-" Thio Bu Ki manggut-manggut. lalu mulai memacu kudanya menuju gunung Go Bi. Beberapa hari kemudian, Thio Bu Ki dan Tio Beng sudah sampai di kaki gunung Go Bi. Pendiri Go Bi Pay adalah Kwee siang, putri bungsu Kwee Ceng dan oey yong- Hingga pada Biat Coat suthay, partai tersebut tidak pernah menerima murid lelaki, semuanya terdiri dari kaum wanita. sementara kuda tunggangan mereka terus berjalan santai mendaki, mendadak muncul beberapa biarawati menghadang. Namun ketika melihat Thio Bu Ki dan Tio Beng, terbelalaklah mereka dan sebera memberi hormat. "Ciangbunjin (Ketua), terimalah hormat kami" ucap mereka serentak. Ternyata mereka adalah Ceng Hi, Ceng Kong, Ceng Hun dan Ceng Huisuthaw. "Tidak usah banyak peradaban" sahut Thio Bu Ki sambil tersenyum. "Ciangbunjin, mari ikut kami ke atas" ujar Ceng Hi suthayThio Bu Ki manggut-manggut sambil memacu kudanya, sedangkan para biarawati itu mengerahkan ginkang menuju ke atas. Berselang beberapa saat kemudian, mereka semua sudah berada di dalam kuil- Kemudian muncullah Ceng Ciauw, Ceng Hun, Ceng Hi suthay dan lainnya, dan mereka segera memberi hormat pada Thio Bu Ki. "Ciangbunjin, terimalah hormat kami" ucap mereka serentak. "Tidak usah banyak peradaban" sahut Thio Bu Ki sambil menatap mereka, "oh ya, Ciu Ci Jiak pernah ke mari?" "Tidak pernah." Ceng Hi suthay menggelengkan kepala dengan wajah muram. "Kami sama sekali tidak tahu sumoay berada di mana." "Aaah..." Thio Bu Ki menghela nafas panjang. "Ciangbunjin, Nona Tio," ucap Ceng Hi suthay. "silakan duduk" Thio Bu Ki dan Tio Beng duduk. "Aku ke mari... ingin menyerahkan kembali kedudukan ketua kepada salah seorang di antara kalian." ujarnya sungguh-sungguh. "Ciangbunjin...." Para biarawati itu tertegun. Mereka memandang Thio Bu Ki dengan tidak mengerti. "Tentunya kalian tahu, posisiku kini sangat terpojok." kata Thio Bu Ki sambil menghela nafas, "sebab Cu Goan Ciang...." "Kami semua sudah tahu tentang itu." Ceng Hi suthay menggeleng-gelengkan kepala. "Cu Goan Ciang memang licik sekali. Dia menduduki taHia dengan suatu siasat busuk. Kenapa Ciangbunjin diam saja?" Thio Bu Ki tersenyum getir, sejenak kemudian barulah berkata. "Kini keadaan negeri telah aman dan rakyat pun sudah mulai hidup makmur," sahut Thio Bu Ki. "Apakah aku harus menyundut peperangan lagi" Bukankah akan membuat rakyat sengsara lagi?" "Ciangbunjin berjiwa besar, kami kagum dan salut sekali," ucap Ceng Hi Suthay dan melanjutkan, "Ciangbunjin, kepandaian kami semua masih rendah, bagaimana mungkin seorang di antara kami mampu menggantikan kedudukan Ciangbunjin?" Thio Bu Ki tersenyum. "Aku telah menerima sebuah buku catatan mengenai semua ilmu andalan partai Go Bi dari Ciu Ci Jiak, maka aku akan menggembleng kalian berdasarkan buku catatan itu" ujarnya. "Terima kasih, Ciangbunjin," ucap para biarawati itu sambil memberi hormat dengan wajah berseri-seri. "Kami pasti belajar dengan tekun, agar tidak mengecewakan Ciangbunjin," "Bagus, bagus" Thio Bu Ki manggut-manggut sambil tersenyum. "Mulai besok aku akan menggembleng kalian." "Terima kas ih, Ciangbunjin," ucap mereka sekaligus memberi hormat lagi. Keesokan harinya, mulailah Thio Bu Ki menggembleng mereka dengan sesungguh hati, sedangkan para biarawati Go Bi Pay itu pun belajar dengan tekun dan tidak mengenal lelah, sehingga kepandaian mereka bertambah maju dengan pesat sekali, tentunya sangat menggembirakan Thio Bu Ki. -ooo00000ooo- Hari ini Thio Bu Ki memanggil para biarawati untuk berkumpul di ruang tengah, setelah mereka berkumpul, Thio Bu Ki memandang mereka satu persatu dengan penuh perhatian. "Sudah sebulan lebih aku menggembleng kalian, maka kepandaian kalian maju pesat sekali," ujar Thio Bu Ki dan melanjutkan, "oleh karena itu, aku dan Tio Beng akan berpamit. namun sebelumnya aku ingin menunjuk seseorang menggantikan kedudukanku." Para biarawati itu saling memandang, kemudian Ceng Hi suthay bertanya "Ciangbunjin dan Nona Tio mau ke mana?" "Kami ingin pergi ke suatu tempat yang sepi, hidup tenang, damai dan bahagia di sana,"jawab Thio Bu Ki. "Ciangbunjin...." Mata Ceng Hi suthay mulai basah. "Kami...." "Jadi aku menunjukmu menggantikan kedudukanku." Thio Bu Ki menunjuk Ceng Hi suthay. "Ceng Hi, mulai saat ini engkau adalah ketua partai Go Bi." "Ciangbunjin, aku...." Ceng Hi suthay menggelengkan kepala. "Aku sangat bodoh, bagaimana mungkin menjadi ketua" Ciangbunjin...." "Bagus" Thio Bu Ki tersenyum, "sesungguhnya engkau paling cerdik, bahkan kepandaianmu lebih tinggi dari yang lain, penuh kesabaran dan berhati bajik. oleh karena itu, aku yakin engkau mampu memajukan partai Go Bi." "Ciangbunjin...." "Bagaimana kalian?" tanya Thio Bu Kipada yang lain. "Kalian setuju kutunjuk Ceng Hi sebagai ketua partai Go Bi?" "setuju" sahut mereka serentak"Pilihan Ciangbunjin memang tepat sekali." "sumoay sekalian, aku...." Ceng Hi suthay menggeleng-gelengkan kepala, "sesungguhnya aku tidak pantas menjadi ketua Go Bi Pay." "Hanya Suci (Kakak Seperguruan) yang pantas," ujar Ceng Hun Suthay. "Kami semua memberi selamat kepada suci." "Terimakasih," Ceng Hi suthay cepat-cepat membalas hormat mereka. "Aku bersumpah pasti akan memajukan Go Bi Pay" "Bagus" Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Thio Bu Ki tersenyum, lalu melepaskan sebuah cincin besi Tiat Ci Goan di jarinya dan dimasukkan ke dalam jari Ceng Hi suthay seraya berkata. "Ceng Hi, mulai sekarang engkau adalah ketua Go Bi Pay angkatan ke enam, aku Thio Bu Ki menyerahkan jabatan ketua kepadamu." "Terima kasih," ucap Ceng Hi suthay, lalu bersujud di depan tempat abu cikal bakal go Bi Pay Kwee siang Lie Hiap dan tempat abu ketua Go Bi Pay angkatan ke tiga Biat Coat suthay. setelah itu, ia pun bersujud di hadapan Thio Bu Ki, namun Thio Bu Ki segera membangunkannya. "Ceng Hi," ujar Thio Bu Ki sambil menyerahkan sebuah bungkusan. "Di dalam bungkusan ini terdapat sebuah kitab yang berisi inti sari ilmu silat Go Bi Pay. Engkau harus mempelajarinya." "Ya." Ceng Hi suthay menerima bungkusan itu dengan rasa terharu. "Terimakasih" ucapnya. "Di dalam bungkusan itu pun terdapat kutungan It THian Kiam, yang masih bisa disambung." Thio Bu Ki memberitahukan. "Ya." Ceng Hi suthay menganggukTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Thio Bu Ki menarik nafas lega, kemudian berpamit kepada Ceng Hi suthay dan lainnya. "sampai jumpa" ucapnya sambil menarik Tio Beng meninggalkan kuil Go Bi Pay itu. Ceng Hi suthay dan lainnya mengantar mereka sampai di luar kuil. "selamat jalan" ujar Ceng Hi suthay. "sampai jumpa" sahut Tio Beng sambil tersenyum. Mereka berdua meloncat ke punggung kuda, dan tak lama kuda itu pun berjalan perlahan meninggalkan tempat tersebut. "Aaaah..." Thio Bu Ki menarik nafas lega. "Kini aku telah bebas dari beban itu" "Aku tahu engkau bermaksud baik" ujar Tio Beng sambil tersenyum, "oh, ya?" Thio Bu Ki juga tersenyum. "Beritahukanlah apa maksudmu itu" "Kini kita adalah buronan, maka engkau menyerahkan jabatan ketua kepada Ceng Hi suthay itu agar tidak menyusahkan Go Bi Pay, bukan?" "Betul." Thio Bu Ki menganggukTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "BuKi Koko, apa rencanamu sekarang?" tanya Tio Beng perlahan. "Mencari suatu tempat yang sepi, kita mengasingkan diri di tempat itu," sahut Thio Bu Ki. "Bagaimana menurutmu?" "setuju." Tio Beng mengangguk "oh ya, ada satu tempat yang sangat cocok untuk kita, bahkan tempat itu juga merupakan tempat kenangan kita." "Aku tahu-" Thio Bu Ki tampak gembira sekali"Yang engkau maksudkan itu pasti Peng Hwee To-" "Betul." Tio Beng mengangguk"sekarang mari kita berangkat ke pesisir utara, kita beli sebuah perahu di sana" "Baik-" Thio Bu Ki manggut- manggut. lalu memacu kudanya ke utara. Tujuh delapan hari kemudian, mereka sudah tiba di pesisir utara. Tio Beng membeli sebuah kapal, kemudian mereka berdua berlayar ke Peng Hwee ToAkan tetapi, ketika kapal tersebut berada di Pak Hat (laut utara), mendadak terjadi badai, sehingga kapal itu terdampar di sebuah pulau yang kosong. "Beng Moay..." ujar Thio Bu Ki sambil memandang pulau itu "Tak disangka kita malah terdampar di pulau kosong ini." "Untung kita tidak mati di Pak Hat." Tio Beng menggeleng-telengkan kepala. "Kapal kita telah rusak berat, maka kita tidak bisa berlayar ke pulau Peng Hwee To-" "Tidak apa-apa-" Thio Bu Ki tersenyum- "Pulau ini indah sekali. Kita tinggal di pulau ini saja-" "Baik-" Tio Beng mengangguk sambil menatapnya dengan mesraMereka berdua meloncat ke pulau itu, lalu berjalan ke dalam. Berselang beberapa saat kemudian, mereka melihat belasan burung Hong Hoang (burung Phoenix) beterbangan tidak begitu tinggi. "Eh?" Thio Bu Ki terlieran-heran. "Dipulau ini kok terdapat burung Hong Hoang yang sudah langka?" "Wah" seru Tio Beng girang. "Bukan main indahnya burung itu" Tiba-tiba burung-burung Hong Hoang itu terbang merendah lalu hinggap di tanah, membuat Tio Beng gembira sekali, la berjalan perlahan-lahan mendekati burung-burung itu sungguh mengherankan, burung-burung itu sama sekali tidak takut kepadanya. "Burung Hong Hong - " panggil Tio Beng sambil mendekati salah seekor burung tersebut, lalu membelai-belai kepalanya. Burung itu mengeluarkan suara nyaring dan merdu, kelihatannya mereka girang sekali. "Bu Ki Koko" seru Tio Beng. "Burung-burung ini sangat jinak kemarilah" Thio Bu Ki segera menghampirinya, dan burung-burung itu tetap berada di tempat, sambil tersenyum Thio Bu Ki membelai-belai burung-burung tersebut. "Beng Moay, kalau kita tinggal di sini akan ditemani burung-burung ini. Ha ha sungguh menyenangkan" "Bu Ki Koko, bagaimana kalau pulau ini kita namai pulau Hong Hoang to?" "Tepat." Thio Bu Ki manggut-manggut. "Kita akan hidup tenang, damai dan bahagia di pulau ini." "Bu Ki Koko," ujar Tio Beng sambil menundukkan kepala. "Burung-burung itu menjadi saksi pernikahan kita di pulau ini." "Betul." Thio Bu Ki manggut-manggut dan menambahkan, "Juga merupakan tamu kita. Ha ha ha..." "Kita...." Wajah Tio Beng agak memerah"Kita... harus sembahyang kepada Langit dan Bumi." "Tentu." Thio Bu Ki mengangguk. Mereka berdua lalu bersujud kepada Langit dan Bumi, setelah itu mereka pun bersumpah setia sebadai suami tsteri. sejak itu, mereka berdua hidup bahagia di pulau tersebut dan apa yang terjadi di tionggoan, mereka tidak tahu sama sekali. Pulau itu memang subur sekali. Buah apa pun terdapat di situ sebulan kemudian, Thio Bu Kipun mulai bercocok tanam. Bab 2 Cinta Tetap Menyala Dijalanan gunung yang agak sempit itu, tampak seorang biarawati muda menunggang seekor keledai. Biarawati itu berusia dua puluhan. Wajahnya cantik jelita tapi tampak muram sekali. Keledai itu mendaki jalanan gunung yang sempit itu dengan perlahan. Biarawati muda itu menghela napas panjang, kemudian menengadahkan kepala memandang angkasa sambil bergumam. "Habis Gelap terbitlah terang. Namun...." la mengaeleng-telengkan kepala. "Hatiku tidak pernah terang, selalu diselimuti kegelapan. Kapan hatiku akan terang" Kapan...?" siapa biarawati muda itu" Dialah Ciu Ci Jiak. sebelum Biat Coat suthay menghembuskan nafas yang penghabisan, menyuruhnya bersumpah. Karena sumpah itu, Ciu Ci Jiak menggunakan suatu akal licik untuk mencuri golok TO Liong TO dari tangan Kim Mo say ong-Cia sun di pulau Leng Coa TO- setelah itu, ia memfitnah Tio Beng sebagai pelakunya. "Aaaah..." Ciu Ci Jiak menghela nafas panjang. "Gara-gara sumpah itu, kalau tidak, kini aku sudah menjadi isteri Thio Bu Ki. "Bu Ki Koko, kini engkau dan Tio Beng berada di mana" Aku... aku rindu sekali kepada kalian." sesungguhnya yang dirindukan Ciu Ci Jiak adalah Thio Bu Ki. Namun ia yakin bahwa kini Thio Bu Ki telah menikah dengan Tio Beng. "Bu Ki Koko," gumam Ciu Ci Jiak lagi dengan mata bersimbah air. "Aku... aku tetap mencintaimu. Aku...." setelah bergumam, ia menangis terisak-tsaki kemudian air matanya meleleh membasahi pipinya. "Aku masih ingat, kita sudah berpakaian pengantin. Ketika kita baru mau bersujud kepada Langit dan Bumi, mendadak muncul Tio Beng. Kemudian engkau pergi dengannya sehingga menggagalkan pernikahan kita. Aaaah..." Ciu Ci Jiak menggeleng- Gelengkan kepala sambil melanjutkan, "itu adalah kesalahanku, aku... aku yang bersalah." Ciu Ci Jiak terus bergumam sambil mengenang masa lalunya, kemudian menghela nafas panjang dan bergumam lagi. "Aku telah menyerahkan jabatan ketua kepada Bu Ki KokoApakah sekarang dia berada di gunung Go Bi" Aku..." Tiba-tiba wajahnya berubah agak kemerah-merahan. "Aku... rindu kepadanya, aku... harus ke sana menemuinya." Karena itu, Ciu Ci Jiak mengambil keputusan untuk berangkat ke gunung Go Bi. Dalam perjalanan ia mendengar tentang Thio Bu Ki yang menjadi buronan. "Tak disangka sama sekali" gumamnya sambil menggelengtelengkan kepala. "Bu Ki Koko yang berjasa meruntuhkan Dinasti Goan (Mongol), tapi Cu Goan Ctang yang memetik hasilnya dengan suatu siasat liciki sehingga dirinya menjadi kaisar, sungguh tak tahu malu Cu Goan ciang, kini bahkan menurunkan perintah membunuh Bu Ki Koko" Ciu Ci Jiak terus melanjutkan perjalanannya menuju Go Bi. Beberapa hari kemudian, ia sudah tiba di kaki gunung tersebut. Keledai tunggangannya berjalan mendaki perlahanlahan dan di saat itulah mendadak muncul beberapa biarawati di hadapannya. "Haaah...?" Para biarawati itu terbelalak, kemudian berseru serentak bernada girang, "sumoay (Adik Perempuan seperguruan)..." "suci (Kakak Perempuan seperguruan)" sahut Ciu Ci Jiak sambil memberi hormat. "sumoay Ceng Hun suthay mendekatinya sambil memandangnya dengan mata basah"Engkau... engkau pulang ke mari, kami girang sekali" "suci" tanya Ciu Ci Jiak dengan suara rendah"Bu Ki Koko berada di sini" Dia - -" "sumoay, mari kita ke atas" ajak Ceng Hun suthay. "Lebih baik kita hercakap-cakap di dalam kuil saja." Ciu Ci Jiak mengangguk- Kemudian Ceng Hi mendekatinya sambil tertawa. "sumoay, engkau jangan menunggang keledai, lebih baik pergunakan ginkang agar cepat sampai di atas" "Tapi - " Ciu Ci Jiak memandang keledainya"sudah sekian lama keledai ini mengikuti aku - -" "Kalau begitu, lepaskan di sini saja" ujar Ceng Hun suthay sambil tersenyum. "Biar dia hidup bebas di gunung Go Bi ini-" "Baik-" Ciu Ci Jiak mengangguki lalu melepaskan keledainya. "sumoay, mari kita ke atas" ujar Ceng Hun suthay sambil melesat ke atas menggunakan ginkang. Ciu Ci Jiak langsung mengempos semangatnya, lalu melesat ke atas mengikuti Ceng Hun sulhay dan lainnya. Ceng Hi, Ceng Kong, Ceng Hun, Ceng Hui, Ceng Ciau Suthay dan lainnya duduk di ruang tengah. Ciu Ci Jiak memberi hormat lalu duduk. "sumoay panggil Ceng Hi suthay dengan mata berkacakacaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kami gembira sekali, karena sumoay pulang." "suci" tanya Ciu Ci Jiak "Apakah Thio Bu Ki dan Tio Beng ke mari?" "Beberapa bulan lalu, mereka berdua memang kemari...."jawab Ceng Hi suthay,sekaligus menutur tentang itu "oooh" Ciu Ci Jiak manggut-manggut. "Pantas kepandaian para suci maju pesat sekali Aku memberi selamat kepada suci karena kini suci sudah menjadi ketua Go Bi Pay" "sumoay," ujar Ceng Hi suthay sungguh-sungguh"Engkau sudah pulang, maka jabatan ketua harus kuserahkan kepadamu." "suci" Ciu Ci Jiak tersenyum. "Aku kemari bukan karena menghendaki jabatan tersebut, melainkan karena sangat rindu kepada kalian" "sumoay...." Ceng Hi suthay menghela nafas panjang. "Kami harap sumoay tetap tinggal di sini, jangan berkelana lagi" "suci" Ciu Ci Jiak tersenyum getir. "Aku akan tinggal di sini beberapa hari, setelah itu mau pergi berkelana." "sumoay...." Ceng Hi suthay menatapnya sambil menghela nafas. "Kami sangat berharap sumoay..." "suci jangan menahanku di sini" potong Ciu Ci Jiak"Beberapa hari kemudian, aku pasti pergi berkelana." "Sumoaw...." Ceng Hi-suthaw menggeleng-telengkan kepala. Malam harinya, Ciu Ci Jiak sama sekali tidak bisa pulas, Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sebab bayangan Thio Bu Ki selalu muncul di pelupuk matanya, ia bangun lalu duduk di pinggir tempat tidur- Di saat bersamaan, terdengarlah suara ketukan pintu, "siapa?" tanya Ciu Ci Jiak"sumoay" suara sahutan. "Aku Ceng Hi-" Ciu Ci Jiak segera membuka pintu. Ceng Hi suthay berjalan ke dalam kemudian duduk di pinggir tempat tidur. "Suci...." Ciu Ci Jiak mendekatinya seraya bertanya dengan heran, "suci ke mari ada suatu penting?" "iya" Ceng Hi suthay mengangguk. "suci...." Ciu Ci Jiak memandangnya sambil duduk di sisinya. "sumoay", Ceng Hi suthay menghela nafas panjang. "Engkau sudah menjadi biarawati, namun kelihatannya hatimu masih terganjel sesuatu, ya, kan?" "Aku...." Ciu Ci Jiak menundukkan kepala. "sumoay", Ceng Hi suthay memegang bahunya seraya berkata, "Aku tahu apa yang terganjel dalam hatimu, tidak lain dari cinta." "suci...." Wajah Ciu Ci Jiak tampak kemerah-merahan. "Aaaah..." Ceng Hi Suthay menghela nafas panjang. "Kini engkau sudah menjadi biarawati, tidak seharusnya masih memikirkan Bu Ki." "Aku... aku telah berusaha melupakannya, namun...." ciu Ci Jiak mulai menangis terisak-isak dengan air mata berderaiderai"Cinta kepadanya tetap menyala, dan aku... aku tidak dapat memadamkannya." "Aaaah-.." Ceng Hi suthay menghela nafas panjang lagi. "Kalau begitu, engkau tidak bisa menjadi biarawati." "suci, aku...." "Aku tahu...." Ceng Hi suthay tersenyum getir. "Tujuanmu ke mari, tidak lain hanya ingin menemui Bu Ki. ya, kan?" "ya." Ciu Ci Jiak mengangguk perlahan. "Kupikir dia berada di sini, ternyata dia dan Tio Beng telah pergi- Tahukah suci mereka berdua pergi ke mana?" "Tidak tahu." Ceng Hi suthay menggelengkan kepala. "Tapi Bu Ki mengatakan...." "Dia mengatakan apa?" "Dia mengatakan bahwa mereka berdua akan hidup mengasingkan diri di suatu tempat yang sepi, namun dia lidak memberitahukan di mana tempat itu" "Aaaah..-" Ciu Ci Jiak menghela nafas, "sebetulnya mereka berdua pergi ke mana?" "sumoay...." Ceng Hi suthay tersenyum. "Engkau berniat menyusul mereka?" tanyanya. "Aku...." Ciu Ci Jiak menundukkan kepala. "Aku yakin..." ujar Ceng Hi Suthay perlahan. "Kalian bertiga bisa hidup bersama dengan penuh kebahagiaan." "suci, aku...." wajah Ciu Ci Jiak langsung memerah"Aku tidak tahu mereka pergi ke mana-" "sumoay", Ceng Hi suthay menatapnya lembut"Aku yakin mereka berangkat ke Peng Hwee To-" "Peng Hwee To?" Ciu Ci Jiak tersentak"Betul- Mereka pasti berangkat ke pulau itu-" "Itu dikarenakan Bu Ki tidak bisa hidup tenang di Tionggoan, sebab pasukan pilihan Cu Goan ciang terus memburunya," ujar Ceng Hi suthay melanjutkan. "Dia mengangkatku sebagai ketua, tidak lain demi menjaga partai kita." "Bu Ki Koko memang berhati mulia dan luhur, selalu membela orang lain mengorbankan diri sendiri." Ciu Ci Jiak menggeleng-gelengkan kepala, "seharusnya dia yang berhak menjadi kaisar." "sumoay Ceng Hi suthay tersenyum. "Bu Ki sama sekali tidak berniat menjadi kaisar. Buktinya dia tidak mau menghimpun kekuatan Beng Kauw melawan Cu Goan ciang." "Dia memikirkan rakyat, tidak mau membuat rakyat sengsara lagi karena peperangan," ujar Ciu Ci Jiak"Akhirnya dia mengambil keputusan untuk hidup mengasingkan diri bersama Tio Beng di suatu tempat yang sepi, yakni di Peng Hwee TO di kutub utara." "Sumoay" Ceng Hi suthay menatapnya seraya bertanya, "Engkau akan berlayar ke pulau itu?" "ya." Ciu Ci Jiak mengangguk pasti"Aku harus berlayar ke sana. "Kapan engkau akan berangkat?" "Mungkin besok-" "Besok?" Ceng Hi Suthay tertegun. "Kok begitu cepat" Bukankah engkau sudah bilang, akan tinggal di sini beberapa hari?" "suci- aku...." "Baiklah." Ceng Hi suthay manggut-manggut. "Engkau boleh berangkat besok." "Terima kasih, suci," ucap Ciu Ci Jiak girang. "Terima-kasih." Ciu Ci Jiak meninggalkan gunung Go Bi- langsung berangkat menuju arah utara. Dalam perjalanan ia sering menggunakan ginkang. Ketika ia memasuki sebuah lembah, mendadak terdengar suara jeritan yang menyayal hati, kemudian tampak sosok tubuh berkelebat laksana kilat meninggalkan lembah itu ciu Ci Jiak tersentak lalu melesat ke arah suara jeritan itu Dilihatnya seorang Hweeshio tengah menggeliat-neliat di tanah, seakan sedang menahan rasa sakit uang luar biasa. "Taysu" panggil ciu Ci Jiak"Aku... aku adalah Hweeshio siauw Lim Pay," sahut Hweeshio itu terputus-putus"Toiong... toiong antar aku ke siauw Lim sie (Kuil siauw Lim)" "Taysu," tanya Ciu Ci Jiak"siapa orang itu?" "Aku... aku tidak tahu-" Hweeshio itu menggelengkan kepala. "Kepandaiannya sangat tinggi sekali- Aku - aku terkena pukulannya-" Ciu Ci jiak segera memeriksa Hweeshio itu. Mendadak ia terbelalak karena melihat di dada Hweeshio itu terdapat bekas sebuah telapak tangan yang kehijau-hijauan. "Ilmu pukulan apa ini?" gumam Ciu Ci Jiak dengan kening berkerut. Kemudian ia memasukkan sebutir pil ke mulut Hweeshio itu "Terima kasih," ucap Hweeshio itu sambil memandangnya. "Engkau... engkau Ciu Ci Jiak murid Biat Coat suthay, bukan?" "Betul." Ciu Ci Jiak mengangguk"Taysu, kenal aku?" "Aku - aku pernah melihatmu," sahut Hweeshio itu dengan wajah meringis- "Tolong - tolong antar aku ke siauw Lim sie" Ciu Ci Jiak mengerutkan kening. "Bagaimana mungkin aku membawa Tawsu ke siauw Lim sie" Tidak mungkin aku membopong Taysu, kan?" "Aku.." Hweeshio itu meringis lagi. "Aku... aku...." Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara ringkikan kuda. Ciu Ci Jiak tertegun, dan segera ia melesat ke arah suara kuda itu. Dilihatnya seekor kuda sedang berjalan perlahan. Kemunculan kuda itu sungguh membingungkan ciu Ci JiakTiada waKiu baginya untuk memikirkan kejadian itu la langsung menuntun kuda itu ke tempat Hweeshio siauw Lim yang terluka parah, kemudian mengangkatnya ke atas punggung kuda. setelah itu, barulah ia meloncat ke atas, dan tak lama kuda itu pun berlari meninggalkan lembah itu. Beberapa hari kemudian, sampailah di siauw sit san di propinsi Holam. Keesokan harinya, mulai melewati jalanan gunung yang agak sempit. Berselang beberapa saat, ia melihat beberapa air terjun di seberang, setelah kuda tunggangannya menikung, terlihatlah sebuah kuil yang amat besar, yang tidak lain adalah kuil siauw Lim sie. Di saat itulah tiba-tiba muncul beberapa Hweeshio menghadang di depannya. Namun ketika melihat Ciu Ci Jiak para Hweeshio itu terbelalak"Hah" Ketua Go Bi Pay?" seru salah seorang Hweeshio itu, kemudian tampak terkejut. "Eh" Hweeshio itu... bukankah suheng?" "Dia memang Hweeshio dari siauw Lim Pay", sahut Ciu Ci JiakTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Aku telah membawanya sampai di sini, maka aku harus mohon diri-" "Maaf" ucap salah seorang Hweeshio"Kami harap ketua Go Bi ikut kami ke dalam kuil, kami harus lapor kepada Hong Tio (Ketua)" Ciu Ci Jiak berpikir sejenaki lalu mengangguk dan meioncat turun dari punggung kudanya, salah seorang Hweeshio segera menuntun kuda itu menuju kuil siauw Lim, dan ciu Ci Jiak berjalan perlahan mengikutinya. Tak seberapa lama, sampailah mereka di kuil siauw Lim. salah seorang Hweeshio mempersilakannya masuk. Ciu Ci Jiak mengangguk sekaligus berjalan ke dalam, "silakan duduk" ucap Hweeshio itu Hweeshio uang satu lagi langsung ke belakang. Tak lama muncullah dua Hweeshio tua, yaitu Kong Bun Hong Tio (Ketua siauw Lim Pay) dan Kong Ti seng Ceng, adik seperguruannya. "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio sambil tersenyum. "Ternyata ketua Go Bi yang berkunjung" "Kong Bun Hong Tio," sahut Ciu Ci Jiak"Cepat toiong Hweeshio itu" Ciu Ci Jiak menunjuk Hweeshio yang terluka parah itu, yang kini telah dibaringkan di sudut kiri. "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio dan segera mendekati Hweeshio yang terluka itu "Goan Hian....? "suhu...." sahut Hweeshio itu dengan suara yang lemah sekali- "omitohud" Kong Bun Hong Tio cepat-cepat memeriksa dada Goan Hian. Begitu melihat bekas tanda telapak tangan di dada Goan Hian, seketika juga wajah Kong Bun Hong Tio berubah dan berseru terkejut. "Ceng Hwee Ciang (ilmu Pukulan Api Hijau)" "Apa?" Kong Ti seng Ceng juga tampak terkejut. "Cwng Hwee Ciang?" "Ya." Kong Bun Hong Tio mengangguk, kemudian menghela nafas panjang seraya berkata, "sudah lama ilmu pukulan ini lenyap dari rimba persilatan, tak dinyana kini muncul lagi-bahkan mencelakai murid kita." "suheng, bagaimana keadaan Goan Hian" Apakah masih bisa ditolong?" tanya Kong Ti seng Ceng. Kong Bun Hong Tio menggelengkan kepala, kemudian menjawab dengan wajah murung. "Tidak bisa ditolong lagi. sebab ilmu pukulan ceng Hwee Ciang sangat ganas dan beracun." Mendadak Kong Bun Hong Tio bertanya kepada Goan Hian. "siapa yang memukulmu?" "Ti... tidak tahu," sahut Goan Hian dengan suara semakin lemah, bahkan wajahnya mulai kehijau-hijauan. "orang itu masih muda, dia bilang... dia bilang akan membunuh para Hweeshio siauw Lim Pay." "oh?" Kong Bun Hong Tio mengerutkan kening. "Guru..." Goan Hian memberitahukan. "Kepandaian orang itu... tinggi sekali- Murid-. cuma dapat bertahan... dua puluh jurus." "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio"Guru harus berhati-hati, sebab orang itu... orang itu...." Tiba-tiba kepala Goan Hian terkulai, dan nafasnya pun putus seketika. "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio, lalu berkata kepada Kong Ti seng Ceng. "sutee, bawa mayat Goan Hian ke dalam" "Ya, suheng." Kong Ti seng Ceng segera membawa mayat Goan Hian ke dalam, sedangkan Kong Bun Hong Tio duduk di hadapan Ciu Ci Jiak "omitohud...." "Maaf, Kong Bun Hong Tio" ucap Ciu Ci Jiak dengan wajah muram. "Aku turut berduka cita." "Aaaah - " Kong Bun Hong Tio menghela nafas panjang. "Tak disangka siauw Lim Pay akan dilanda bencana lagi." "Kong Bun Hong Tio tahu mengenai ilmu pukulan itu?" tanya Ciu Ci Jiak "sudah puluhan tahun ilmu pukulan Ceng Hwce Ctang lenyap dari rimba persilatan," jawab Kong Bun Hong Tio memberitahukan, "ilmu pukulan itu berasal dari Persia, sangat ganas dan beracun, siapa yang terkena pukulan itu takkan dapat tertoiong lagi. Ceng Hwee Ciang yang dimiliki orang itu sudah mencapai tingkat tertinggi, sebab bisa mengatur Goan Hian mati di sini." "oh?" Ciu Ct Jiak mengerutkan kening. Kong Bun Hong Tio menatapnya seraya bertanya. "Dimana engkau bertemu Goan Hian?" "Di dalam sebuah lembah - " tutur Ciu Ci Jiak "omitohud" ucap Kong Bun Hong TioTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "sungguh cerdik orang itu, bisa mengatur seekor kuda untukmu" "Kong Bun Hong Tio tahu siapa orang itu?" "sama sekali tidak tahu, yang jelas siauw Lim sie akan mengalami bencana, omitohud." "Heran?" ciu Ci Jiak sambil menggeleng-gelengkan kepala"siapa orang itu dan kenapa memusuhi siauw Lim?" "Itu memang sungguh membingungkan" Kong Bun Hong Tio menghela nafas panjang. "Padahal sesungguhnya, kami tidak punya musuh." "Hong Tio Hong Tio-.." seorang Hweeshio berlari ke dalam dengan wajah pucat pias. "Ada apa?" tanya Kong Bun Hong Tio terkejut. "Hong Tio-..." Hweeshio itu memberitahukan. "Goan Tek, Goan Hui dan Goan Beng...." "Kenapa mereka?" Air muka Kong Bun Hong Tio mulai berubah. "Mereka... mereka bertiga sudah menjadi mayat." "Apa?" Betapa terkejutnya Kong Bun Hong Tio"Di mana mayat-mayat itu?" "Di... di luar." Kong Bun Hong Tio segera berlarian keluar- Tampak tiga sosok mayat tergeletak di depan kuil, yakni mayat-mayat Goan Tek Goan Hui dan Goan Beng. Kong Bun Hong Tio segera memeriksa mereka, ternyata di dada mereka juga terdapat tanda telapak tangan. "Hah" Ceng Hwee Ciang" seru Kong Bun Hong Tio tak tertahan. "Ceng Hwee Ciang...." Ketika itu muncullah Ciu Ci Jiak dan Kong Ti seng Ceng. Mereka memandang mayat-mayat itu dengan kening berkerutkerut. "suheng...." Kong Ti seng Ceng menatap Kong Bun Hong Tio. "Mereka bertiga...." "sudah lama mati" Kong Bun Hong Tio menggelengtelengkan kepala. "Kepandaian orang itu sungguh tinggi sekali- bisa membawa ketiga mayat itu ke mari, bahkan perginya tanpa kita ketahui-" "Aaaah - ?" keluh Kong Ti seng Ceng. "siapa orang itu, kenapa memusuhi kita?" "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio sambil memandang Ciu Ci Jiak- "Berhubungan dengan adanya kejadian ini, maka - ." "Kong Bun Hong Tio" Ciu Ci Jiak memberi hormat kepada mereka berdua. "Aku mohon diri" "Maaf Kami- - " "sampai jumpa" ucap Ciu Ci Jiak lalu meninggalkan kuil siauw Lim sie. sepanjang jalan ia tidak habis pikir, siapa yang membunuh para Hweeshio siauw Lim Pay itu" Kelihatannya siauw Lim Pay akan mengalami bencana besar. Malam harinya, Ciu Ci Jiak bermalam di sebuah penginapan. Ketika ia baru mau tidur mendadak terdengar suara langkah yang nyaring sekali"Kami membutuhkan beberapa buah kamar" Terdengar suara seruan. seruan itu membuat Ciu Ci Jiak tersentak, karena ia mengenali suara itu. la segera membuka pintu, sekaligus melongok ke luar. yang berseru tadi ternyata In Lie Heng. Bukan main herannya Ciu Ci Jiak dan segera merapatkan pintu itu kembali. In Lie Heng adalah salah seorang Bu Tong Cit Hiap (Tujuh Pendekar Bu TOng), murid Thio sam Hong. Kemunculannya bersama beberapa murid Bu TOng, membuat Ciu Ci Jiak tidak habis pikirla ingin pergi menyapa In Lie Heng, tapi merasa segan karena pernah bertarung dengannya. Ciu Ci Jiak berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, akhirnya ia mengambil keputusan untuk menemui In Lie Heng. la membuka pintu kamarnya, lalu menuju ke kamarIn Lie Heng, sekaligus mengetuk pintunya, "siapa?" tanya In Lie Heng dari dalam. "Maaf, aku... Ci Jiak datang mengganggu" sahut Ciu Ci Jiak. Pintu kamar itu terbuka, In Lie Heng berdiri di situ sambil memandang Ciu Ci Jiak dengan penuh keheranan, sebab tidak menyangka akan keberadaannya di penginapan itu "Ci Jiak.." "Aku...." Ciu Ci Jiak menundukkan kepala"silakan masuk" ucap In Lie Heng. "Terima kasih-" Ciu Ci Jiak melangkah ke dalam. In Lie Heng segera mempersilakannya duduki setelah Ciu Ci Jiak duduki barulah In Lie Heng bertanya. "Kok engkau berada di penginapan ini?" "Aku dari siauw Lim ste,"jawab ciu Ci Jiak dan menambahkan, "Telah terjadi sesuatu di sana." "oh?" In Lie Heng terkejut. "Apa yang telah terjadi di siauw Lim ste?" "Beberapa Hweeshio telah mati-.." ujar Ciu Ci Jiak dan kemudian menutur tentang kejadian itu "Ceng Hwee Ciang?" In Lie Heng tertegun. "Jadi murid-murid Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng mati terkena pukulan itu?" "Ya." Ciu Ci Jiak mengangguk"Menurut Kong Bun Hong Tio, ilmu pukulan itu berasal dari Persia- Tapi... sudah puluhan tahun ilmu tersebut lenyap dari rimba persilatan." "oh?" In Lie Heng mengerutkan kening. "Apakah Kong Bun Hong Tio tahu siapa pembunuh itu?" tanyanya. "sama sekali tidak tahu." Ciu Ci Jiak menggelengkan kepala. "Itu betul-betul merupakan kejadian yang luar biasa siapa sangka, setelah Hun Goan Pek Lek Chiu-seng Kun buta dan punah kepandaiannya di siauw Lim sie, kini...." "Mungkinkah pembunuh itu punya hubungan dengan seng Kun?" gumam In Lie Heng. "sebab setahun yang lalu, seng Kun mati di siauw Lim sie-" "Tidak mungkin pembunuh itu punya hubungan dengan seng Kun," ujar ciu Ci Jiak "Karena sudah lama seng Kun berguru kepada Kong Kian seng Ceng, dan tinggal di siauw Lim sie dengan gelar Goan Tin Taysu, maka tidak mungkin seng Kun punya hubungan dengan orang luar." "Kalau begitu...." In Lie Heng menggeleng-gelengkan kepala, "siapa pembunuh itu, dia punya dendam apa dengan pihak Siauw Lim Pay?" "Kita tidak dapat menduganya." Ciu Ci Jiak menghela nafas, "oh ya In Tay Hiap mau ke mana?" "Aaaah - " In Lie Heng menghela nafas panjang. "Kami sedang mencari Thio Bu Ki. Dia terus diburu oleh pasukan pilihan Cu Goan ciang." "oooh" Ciu Ci Jiak manggut-manggut. "Tapi apakah In Tayhiap tahu Thio Bu Ki berada di mana?" "Tidak tahu." sahut In Lie Heng dan menambahkan. "Kuduga dia berada di gunung Go Bi-kami mau ke sana." "Dia tidak ada di sana," Ciu Ci Jiak memberitahukan. "Aku sudah ke sana. Dia memang pernah ke gunung Go Bimenyerahkan jabatan ketua kepada Ceng Hi suci" "oh?" In Lie Heng memandangnya. "Maksudmu dia sudah pergi?" "Ya." Ciu Ci Jiak mengangguk. "Dia bersama Tio Beng. Ceng Hi suci memberitahukan bahwa mereka berdua ingin hidup mengasingkan diri di suatu tempat yang sepi-" "Hidup mengasingkan diri di suatu tempat uang sepi?" In Lie Heng mengerutkan kening. "Di mana?" "Entahlah." Ciu Ci Jiak menggelengkan kepala. "Aaah - " In Lie Heng menggeleng-gelengkan kepala. "Guru dan kami sangat memikirkannya. Padahal dia yang berjasa meruntuhkan Dinasti Mongol- namun...." "Cu Goan ciang memang jahat dan licik" ujar Ciu Ci Jiak sengit. "Dengan siasat busuk dia menjadi kaisar" "Tidak seharusnya Cu Goan ciang menurunkan perintah membunuh Thio Bu Ki, sebab Thio Bu Ki sama sekali tidak berniat mengadakan pemberontakan." "Kalau aku adalah Thio Bu Ki, aku pasti menghimpun kekuatan Beng Kauw untuk memberontak-" "Itu justru akan membuat rakyat menderita. Bu Ki tidak menghendaki itu-" "Bu Ki terlampau lemah-" "Dia bukan lemah, melainkan memikirkan rakyat dan anggota Beng Kauw, maka tidak mau mengadakan pemberontakan-" "Namanya harum selama-lamanya, sebaliknya nama Cu Goan ciang akan busuk sepanjang masa-" "Betul-" In Lie Heng manggut-manggut"oh ya, engkau mau ke mana?" tanyanya"Berkelana,"jawab Ciu Ci Jiak tidak berani berterus terang, "In Tayhiap?" "Kami mau pulang ke gunung Bu Tong saja." In Lie Heng menghela nafas. "Tidak mungkin kami bisa mencari Bu Ki, maka harus melapor kepada guru." Keesokan harinya, Ciu Ci Jiak berpisah dengan rombongan Bu Tong Pay. la menuju pesisir utara, sedangkan rombongan Bu Tong Pay pulang ke gunung Bu Tong. Bab 3 Hidup Bahagia di Pulau Hong Hoang to Ketika Ciu Ci Jiak tiba di pesisir utara, rombongan Bu Tong Pay pun telah tiba di gunung Bu Tong. In Lie Heng menemui Jie Lian ciu, ketua partai Bu Tong, kemudian ke ruang meditasi untuk menemui Thio Sam Hong. "Guru" panggil In Lie Heng. "Duduklah" sahut Thio sam Hong sambil tersenyum lembut. Jie Lian ciu, In Lie Heng dan lainnya lalu duduk di hadapan guru besar itu, kemudian In Lie Heng melapor. "Guru, kami tidak berhasil mencari Thio Bu Ki." "Aaaah...." Thio sam Hong menghela nafas panjang. "Entah bagaimana nasib Bu Ki. Tak disangka pasukan pilihan Cu Goan Ciang terus memburunya." "Guru," ujar In Lie Heng memberitahukan. "Aku bertemu Ci Jiak di penginapan. Dia bilang. Bu Ki pernah ke gunung Go Bi menyerahkan jabatan ketua kepada Ceng Hi suthay." Wajah Thio sam Hong agak berseri. "Kalau begitu, dia tidak apa-apa, syukurlah" "Bu Ki bersama Tio Beng", In Lie Heng memberitahukan lagi- "Ceng Hi suthay memberitahukan kepada Ci Jiak bahwa Bu Ki dan Tio Beng akan hidup mengasingkan diri di tempat yang sepi-" "oooh" Thio sam Hong manggut-manggut. "Memang lebih baik begitu. Engkau tahu di mana tempat itu?" "Tidak tahu." In Lie Heng menggelengkan kepala. "Ci Jiak bertemu Bu Ki?" tanya Thio sam Hong mendadak"Tidak-" In Lie Heng menggelengkan kepala lagi- kemudian wajahnya berubah serius. "Guru...." "Ada apa?" "siauw Lim Pay mengalami suatu bencana." "oh?" Thio sam Hong tersentak. "Bencana apa?" "Beberapa Hweeshio tingkatan Goan mati dibunuh.." In Lie Heng memberitahukan berdasarkan apa yang didengarnya dari Ciu Ci Jiak. "Apa?" Bukan main terkejutnya Thio sam Hong mendengar berita itu- "Ceng Hwee Ciang?" "ya-" In Lie Heng mengangguki "Guru tahu tentang ilmu pukulan itu?" "Ng" Thio sam Hong manggut-manggut"Kira-kira lima enam puluh tahun yang lampau. rimba persilatan dikejutkan oleh semacam ilmu pukulan yang amat ganas, lihay dan beracun, siapa yang terkena pukulan itu, bagian dadanya pasti bertanda sebuah telapak tangan yang kehijau-hijauan, itu adalah ilmu pukulan Api Hijau. Banyak kaum rimba persilatan golongan putih yang berkepandaian tinggi mati terkena pukulan itu sudah barang tentu hal itu membangkitkan kemarahan kaum golongan putih, maka mereka bersatu mengeroyok pembunuh itu" "lalu bagaimana?" tanyajie Lian ciu. "Pembunuh itu berhasil meloloskan diri,"jawab Thio sam Hong. "sejak itu tiada kabar beritanya lagi-" "Guru," tanya jie Lian Ciu. "siapa pembunuh itu?" "Dia adalah orang Persia, namun tiada seorang pun yang tahu namanya." Thio sam Hong menggeleng-gelengkan kepala. "Justru sungguh mengherankan, kini muncul lagi Ceng Hwee Ciang itu Malah yang menjadi adalah Hweeshio siauw Lim ste tingkatan Goan, itu sungguh di luar dugaan." "Guru," tanya jie Lian Ciu. "Apakah siauw Lim Pay bermusuhan dengan orang Persta itu?" "Entahlah-" Thio sam Hong menggelengkan kepala. Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Namun memang mengherankan, kenapa cuma Hweeshio siauw Lim ste yang menjadi korban, sedangkan pesilat golongan putih tidak?" "Kita harus bersiap-siap menghadapi pembunuh itu," ujar jie Lian Ciu sungguh-sungguh"siapa tahu dia iuoa akan ke mari-" "Ngmmm" Thio sam Hong manggut-manggut. Bu Tong Pay memang bersiap siaga menghadapi pembunuh itu, namun pembunuh itu justru tidak pernah muncul di gunung Bu Tong. -ooo00000ooo- Thio Bu Ki dan Tio Beng hidup tenang dan bahagia di pulau Hong Hoang to, bahkan kini Tio Beng pun telah hamil tujuh bulan. Betapa gembiranya suami isteri itu. Pagi ini, mereka berdua berjalan-jalan di dekat pantai sambil bergandeng tangan. Angin laut menerpa wajah mereka yang cerah ceria. "Bu Ki Koko," ujar Tio Beng. "Dua bulan lagi aku akan melahirkan. Engkau berharap anak laki-laki atau perempuan?" "Anak laki-laki atau perempuan sama saja,"sahut Thio Bu Ki sambil tersenyum. "Kita tidak boleh membedakan anak laki-laki atau anak perempuan." "Kalau anak laki-laki- - " Tio Beng menatapnya dengan mesra. "Harus gagah dan jujur seperti engkau." "Apabila anak perempuan, harus secantik engkau," sambung Thio Bu Ki dan menambahkan, "Tapi tidak boleh berhati kejam." "Eh?" Tio Beng melotot. "Memangnya hatiku kejam?" "Aku tidak bilang hatimu kejam, kan?" "Tapi engkau barusan bilang...." "Tidak salah kan aku bilang begitu" Engkau langan tersinggung lho" Thio Bu Ki tertawa. "Ha ha ha..." "Bu Ki Koko jahat" ujar Tio Beng dengan manja. "Aku...." "Beng moay...." Thio Bu Ki menatapnya dengan penuh cinta kasih- "Kapan aku pernah jahat terhadapmu?" "Bu Ki Koko" Tio Beng tersenyum"Kalau anak laki-laki harus diberi nama apa?" "Belum kupikirkan." sahut Thio Bu Ki "setelah engkau melahirkan, barulah aku pikirkan nama yang paling cocok?" Mendadak Thio Bu Ki terbelalak sambil memandang jauh ke depan, tentunya membuat Tio Beng tersentak. "Ada apa Bu Ki Koko?" tanyanya cepat "Ada sosok - dipantai" sahut Thio Bu Ki "Mari kita ke sana" Thio Bu Ki menarik Tio Beng ke pantai, sosok yang berpakaian biarawati tengkurap di situ"siapa biarawati itu?" Thio Bu Ki mengerutkan kening. "Beng moay, cepatlah engkau periksa dia, mungkin dia masih hidup" Tio Beng segera membungkukkan badannya, lalu menelentangkan biarawati itu, dan seketika juga ia menjerit kaget. "Hah" Ciu Ci Jiak" "Apa?" Bukan main terkejutnya Thio Bu Ki "Ci Jiak?" "Ya." sahut Tio Beng sambil memeriksanya. "Dia masih hidup, tapi dalam keadaan pingsan. Bu Ki Koko, cepat selamatkan dia" Thio Bu Ki mengangguk sekaligus mendekati Ciu Ci Jiak lalu menempelkan telapak tangannya pada punggung ciu Ci Jiak dan mengerahkan Kiu Yang sin Kang ke tubuhnya. berselang beberapa saat kemudian, Ciu Ci Jiak membuka matanya perlahan-lahan, mulai siuman. "Ci Jiak - " panggil Thio Bu Ki sambil berhenti mengerahkan Iweekangnya. "Bu Ki Koko, akhirnya aku - bertemu engkau juga" ujar Ciu Ci Jiak dengan air mata bercucuran saking girangnya, kemudian memandang Tio Beng. "Aku...." "Ci Jiak" Tio Beng tersenyum, "yang telah berlalu jangan diungkit lagi- Aku adalah wanita, tentunya dapat menyelami perasaanmu." "Tio Beng. - " Ciu Ci Jiak terisak-isak"Bu Ki Koko, cepat papah dia ke rumah" ujar Tio Beng yang merasa iba terhadap Ciu Ci Jiak"Tapi?" Thio Bu Ki justru merasa tidak enak. "Jangan khawatir" Tio Beng tersenyum"Aku tidak akan cemburu dan marah kepadamu-" Karena Tio Beng berkata begitu, maka Thio Bu Ki segera memapah Ciu Ci Jiak ke tempat tinggal mereka yang merupakan sebuah gubuk. Begitu sampai di gubuk itu, Thio Bu Ki membaringkan ciu Ci Jiak ke tempat tidur, sedangkan Tio Beng cepat-cepat mengambil air minum. "Ci Jiak minumlah" Tio Beng menyodorkan air minum ke mulut Ciu Ci Jiak. "Terima kasih" ucap Ciu Ci Jiak lalu meneguk air minum itu setelah itu ia bangun duduk di pinggir tempat tidur. "Tio Beng, aku...." "Aku tahu-" Tio Beng tersenyum. "Engkau rindu sekali kepada Bu Ki Koko, tapi engkau kok tahu kami berada di pulau ini?" "Sesungguhnya aku tidak tahu, namun hari itu aku ke gunung Go Bi-..." tutur ciu Ci Jiak tentang semua itu "setelah berpisah dengan In Tayhiap di penginapan itu, aku langsung menuiu ke pesisir utara, sedangkan rombongan Bu Tong kembali ke gunung Bu Tong-" "Ceng Hwee Ciang?" Kening Thio Bu Ki berkerut"Aku tidak pernah mendengar tentang ilmu pukulan itu, tak disangka beberapa Hweeshio siauw Lim sie tingkat Goan menjadi korban." "Heran?" gumam Tio Beng"Kenapa Hweeshio-hweeshio siauw Lim Sie yang menjadi sasaran pukulan itu?" "Mungkinkah si pembunuh itu punya dendam dengan siauw LtmPay?" ujar Thio Bu Ki"Aku sudah bertanya kepada Kong Bun Hong Tio, namun dia bilang tidakpunya musuh." Ciu Ci Jiak memberitahukan, "itu memang membingungkan." "Tak disangka siauw Lim Pay akan mengalami bencana itu" Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala, kemudian menghela nafas panjang seraya bergumam, "Kini entah bagaimana keadaan Thay suhu Thio sam Hong?" "Aku yakin beliau baik-baik saja," ujar ciu Ci Jiak"sebab beliau yang mengutus In Tayhiap mentarimu-" "Aaaah-..." Tio Beng menghela nafas panjang. "Gara-gara Cu Goan ciang, akhirnya kami harus meninggalkan Tionggoan" "Padahal Cu Goan ciang adalah bawahan Bu Ki Koko, tapi malah dia yang menjadi kaisar. Aku... aku penasaran sekali." ujar ciu Ci Jiak dan menambahkan, "rasanya aku ingin sekali pergi membunuh Cu Goan Ciang" "Betul," sambung Tio Beng. "Akupun berniat membunuhnya-" "Kalian berdua - -" Thio Bu Ki menggeleng-telengkan kepala, "sudahlah Jangan terus membicarakan itu Aku sendiri tidak mau menjadi kaisar. Lebih baik hidup tenang dan bahagia di pulau ini-" "Bu Ki Koko" Ciu Ci Jiak menatapnya dengan sorot mata penuh mengandung cinta kasih. "Kini aku sudah merasa puas, karena sudah bertemu denganmu, maka aku harus meninggalkan pulau ini secepatnya." Thio Bu Ki tidak menyahut. "Ci Jiak", Tio Beng menggenggam tangannya seraya berkata, "Aku tahu apa sebabnya engkau mencari Bu Ki Koko, tidak lain disebabkan engkau sangat mencintainya, ya. kan?" "Aku...." Ciu Ci Jiak menundukkan kepala. "oleh karena itu, aku harus menerimamu di pulau ini-" ujar Tio Beng sungguh-sungguh. "Maksudmu?" Ciu Ci Jiak kurang mengerti"Kita bertiga hidup tenang dan bahagia dipulau ini, tentunya engkau tidak berkeberatan kan?" ujar Tio Beng sambil tersenyum lembut. "Tio Beng. - " Ciu Ci Jiak terbelalak- Ia tampak tidak percaya akan apa yang di dengarnya. "Kita... kita bertiga hidup tenang dan bahagia di sini?" "ya." Tio Beng mengangguk. "Engkau... engkau rela...." Ciu Ci Jiak menatapnya seakan tidak percaya. "Bu Ki Koko," ujar Tio Beng kepada suaminya. "Dari dulu Ci Jiak sudah mencintaimu. Dia ingin berlayar ke Peng Hwee TO, tapi malah terdampar di sini- itu pertanda dia pun berjodoh denganmu-" "Tapi-..." Thio Bu Ki tampak serba salah. "Bu Ki Koko" Tio Beng tersenyum. "Aku menerimanya di sini dengan setulus hati, maka engkau pun harus menerimanya sebagai isteri pula." "Apa?" Thio Bu Ki terbelalak. "Maksudmu dia harus menjadi isteriku juga?" "Ya." Tio Beng mengangguk. "Aku tidak main-main atau bergurau, melainkan bersungguh-sungguh " "Beng Moay, sungguh besar jiwamu" Thio Bu Ki menghela nafas panjang. "Baiklah, aku terima dia sebagai isteriku juga." "Ci Jiak engkau sudah dengar kan?" Tio Beng memandangnya sambil tersenyum-senyum. "Aku... aku...." saking Gembira Ciu Ci Jiak malah menangis terisak-isak. "Ci Jiak" tanya Tio Beng. "Kenapa engkau menangis?" "Aku... aku gembira sekali-" sahut Ciu Ci Jiak sambil memeluk Tio Beng erat-erat. "Terima kasih" "sama-sama-" Tio Beng membelainya"Eeeh?" Mendadak Ciu Ci Jiak terbelalak sambil memandang perut Tio Beng. "Engkau sudah hamil?" Tio Beng mengangguki "sudah tujuh bulan." "Aku memberi selamat kepada kalian berdua" ucap Ciu Ci Jiak "seharusnya bertiga" sahut Tio Beng sambil tertawa, "sebab kini kita bertiga tinggal di pulau ini-" "Tidak lama lagi akan menjadi empat," ujar Thio Bu Ki sambil tertawa. "Ha ha ha..." Thio Bu Ki- Tio Beng dan ciu Ci Jiak memang hidup dengan penuh kebahagiaan di pulau Hong Hoang TO- itu semua disebabkan Tio Beng dan Ciu Ci Jiak saling mengerti. Di saat Tio Beng mau melahirkan, Ciu Ci Jiaklah yang paling kalut, la segera memasak air panas dan lain sebagainya. sedangkan Thio Bu Ki berjalan mondar-mandir dengan wajah cemas, Ciu Ci Jiak berada di dalam menemani Tio Beng. Berselang beberapa saat kemudian, terdengarlah suara tangisan bayi yang sangat nyaring. Thio Bu Ki langsung menarik nafas lega, dan wajahnya pun tampak berseri-seri. Tak lama muncullah Ciu Ci Jiak- Thio Bu Ki segera menghampirinya seraya bertanya. "Ci Jiak anak laki-laki atau perempuan?" "Anak laki-laki-" Ciu Ci Jiak memberitahukan dengan wajah berseri, "sungguh montok bayi laki-laki itu" "Aku... aku boleh masuk?" tanya Thio Bu Ki"Boleh-" Ciu Ci Jiak mengangguki Thio Bu Ki berlari ke dalam. Dilihatnya Tio Beng sedang menyusui bayi laki-laki yang baru lahir itu. "Beng Moay" panggil Thio Bu Ki sambil membelainya, "Engkau baik-baik saja?" Tio Beng mengangguki wajahnya masih tampak agak pucat. "syukurlah" ucap Thio Bu Ki"Engkau terus beristirahat di tempat tidur, biar aku yang melayanimu." "Terima kasih. Bu Ki Koko-" Tio Beng tersenyum, namun kemudian menghela nafas panjang. "Lho?" Thio Bu Ki heran. "Kenapa mendadak engkau menghela nafas?" "Aku...." Tio Beng menggeleng-gelengkan kepala. "Aku sangat kasihan kepada Ci Jiak karena dia tidak bisa punya anak-" "Yaah" Thio Bu Ki menghela nafas. "Karena melakukan kekeliruan ketika belajar Kiu Im sin Kang, maka peranakannya menjadi rusak, sehingga selamanya tidak bisa punya anak," "Hatinya pasti terpukul sekali melihat aku melahirkan." "Beng Moay" Thio Bu Ki tersenyum. "Anakmu juga adalah anaknya ya, kan?" "Betul." Tio Beng tertawa gembira. "Maka biar dia yang memberikan nama kepada anak kita." "Baik!" Thio Bu Ki manggut-manggut. "itu pasti sangat menggembirakannya." "Kalian sedang berbisik-bisik apa?" muncullah Ciu Ci Jiak dengan membawa secangkir air hangat. Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kami sedang membicarakanmu," sahut Tio Beng. "oh, ya?" Ciu Ci Jiak tersenyum. "Memangnya kenapa aku?" "Tidak sih." Tio Beng menatapnya lembut"Hanya berharap engkau sudi memberikan nama kepada anak kami, sebab anak kami juga anakmu." "oh?" Ciu Ci Jiak girang bukan main. la segera menyodorkan air hangat itu ke hadapan Tio Beng. "Minumlah" "Terima kasih" Tio Beng meneguk air hangat itu " Ci Jiak tentunya engkau sudi memberikan nama kepada anak kita kan?" "A... anak kita?" Wajah Ciu Ci Jiak tampak bahagia sekali"Bayi itu adalah anak kita?" "Ya." Tio Beng dan Thio Bu Ki mengangguk. "Terimakasih, terimakasih" Mata Ciu Ci Jiak berkaca-kaca saking gembira dan melanjutkan. "Alangkah baiknya bayi itu diberi nama Han Liong." "Han Liong... Thio Han Liong" Thio Bu Ki mengulanginya dengan wajah berseri-seri. "Bagus.. Nama yang bagus" "Kalau begitu - " sela Tio Beng. "Bayi kita ini diberi nama Han Liong, nama yang tepat dan cocok baginya." "Han Liong Han Liong" gumam Ciu Ci Jiak "Kelak dia harus menjadi pendekar gagah yang berhati jujur." "seperti ayahnya," sambung Tio Beng sambil tersenyum. "Ha ha ha" Thio Bu Ki tertawa gembira. "Betul Harus seperti ayahnya Ha ha ha - " -ooo00000oooTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Bab 4 Penyerbuan yang Tak Terduga sang waKiu terus berlalu, tak terasa beberapa tahun telah lewat. Bayi itu bertubuh kuat dan sehat, tak pernah sakit dan dengan cepat ia sudah menjadi anak yang mungil. Di antara ke tiga orang utu, Ciu Ci Jiak yang paling memanjakannya. Apabila Thio Bu Ki atau Tio Beng mau menghukumnya karena ia terlalu nakal, maka Ciu Ci Jiaklah yang selalu membelanya, ftu membuat Thio Bu Ki dan Tio Beng menggeleng-gelengkan kepala. Namun mereka berdua bersyukur dalam hati karena Ciu Ci Jiak sangat menyayangi Han Liong. "Bibi" panggil Thio Han Liong sambiL menarik tangan Ciu Ci Jiak "Temani Han Liong ke depan melihat bulan purnama" "sudah malam, Han Liong tidak boleh ke luar" sahut Ciu Ci Jiak lembut. "Bibi-..." Thio Han Liong menghempas-hempaskan kakinya. "Kalau Bibi tidak mau menemani Han Liong melihat bulan purnama, malam ini Han Liong tidak mau tidur." "Han Liong...." Ciu Ci Jiak menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum lembut. "Baiklah. Mari kita ke pekarangan melihat bulan purnama" "Terima kasih," ucap Thio Han Liong girang. "Bibi baik sekali" Ciu Ci Jiak menggandeng anak itu ke pekarangan. Ternyata Thio Bu Ki dan Tio Beng yang berada di kamar sebelah masih belum tidur, maka mereka berdua tahu tentang itu "Ci Jiak terlalu memanjakan Han Liong, aku khawatir Han Liong akan menjadi nakal sekali-" ujar Tio Beng sambil menghela nafas panjang. "Jangan mengkhawatirkan itu" Thio Bu Ki tersenyum. "Ci Jiak memanjakannya karena menyayanginya, otomatis juga akan mendidiknya pula." "Han Liong memang nakal tapi cerdik" ujar Tio Beng sambil tersenyum geli- "Kalau kita mau menghukumnya, dia langsung menangis sekeras-kerasnya agar Ci Jiak datang membelanya." "Dia cerdik dan banyak akalnya." Thio Bu Ki menggelenggelengkan kepala. "Mudah-mudahan dia tidak licik" sementara itu, Ciu Ci Jiak dan Thio Han Liong sudah duduk di pekarangan sambil menikmati keindahan bulan purnama. "Bibi" Thio Han Liong memandang bulan purnama seraya bertanya. "Betulkah ada dewi di dalam bulan?" "Betul." Ciu Ci Jiak mengangguk. "Dewi itu disebut Dewi Bulan. Dia cantik dan lemah lembut, tapi paling tidak suka kepada anak nakal." "Apakah Dewi Bulan akan menghukum Han Liong kalau Han Liong nakal?" tanya anak kectL itu. "Tentu." Ciu Ci Jiak manggut-manggut"Maka Han Liong tidak boleh terlalu nakal, sebab Dewi Bulan pasti menghukummu. Dewi Bulan sayang kepada anak kecil?" "Kalau begitu- - " Thio Han Liong menyengir. "Dewi Bulan pasti tidak akan menghukum Han Liong." "Apabila cuma nakal sedikit, Dewi Bulan pasti tidak akan menghukummu," ujar Ciu Ci Jiak sambil tersenyum. "Tapi engkau harus ingat, jadi anak baik harus berbaKti kepada orangtua, tidak boleh kurang ajar." "ya. Bibi-" Thio Han Liong mengangguk"Han Liong mau menjadi anak yang berbaKti-" "Anak baik Anak baik. Ciu Ci Jiak memeluknya dengan penuh cinta kasih- "Ayahmu adalah seorang pendekar yang gagah, maka engkau harus seperti ayahmu" ujarnya. "Ayah itu dan bibi berkepandaian tinggi?" tanya Thio Han Liong mendadakTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ (Bersambung keBagian 2) Jilid 2 Ciu Ci Jiak mengangguk. "Kepandaian ayahmu memang tinggi sekali, maka dia diangkat menjadi Bu Lim Beng Cu (Ketua Rimba Persilatan) di Tionggoan." "Oh?" Thio Han Liong tampak bangga sekali. "Tapi kenapa ayah, ibu dan bibi tinggal di pulau ini?" "Karena ayahmu sudah tidak mau mencampuri urusan rimba persilatan lagi, maka tinggal di sini." "Bibi, kalau Han Liong sudah dewasa kelak, apakah harus terus tinggal di pulau ini?" "Itu urusan kelak." Ciu Ci Jiak membelainya. "Tentunya kami tidak akan membiarkanmu terus tinggal di sini, sebab engkau harus tahu dan kenal dunia luar." "Bibi," tanya Thio Han Liong. "Tempat lain juga seperti di pulau ini?" "Han Liong" Ciu Ci Jiak tersenyum lembut, "Kelak engkau akan mengetahuinya. Sekarang sudah larut malam, mari kita tidur!!" "Ya, Bibi." Thio Han Liong mengangguk. Mereka berdua masuk ke dalam gubuk. Thio Han Liong tidur bersama Ciu Ci Jiak. Itu dikarenakan Thio Bu Ki tidur bersama Tio Beng, kalau Thio Bu Ki tidur bersama Ciu Ci Jiak, maka Thio Han Liong pun harus tidur bersama Tio Beng. Tio Beng sudah mulai mengajar Thio Han Liong ilmu surat, sedangkan Thio Bu Ki mengajarnya cara-cara melatih Kiu Yang Sin Kang. ciu Ci Jiak juga tidak tinggal diam, ia pun mulai mengajarkan teori-teori Kiu Im Pek Kut Jiauw kepada Thio Han Liong yang dilakukannya secara diam-diam. Kini Thio Han Liong sudah berumur tujuh tahun. Anak itu tampan tapi agak nakal, la telah memiliki dasar Kiu yang sin Kang, oleh karena itu Thio Bu Ki mulai mengajarnya Thay Kek Kun (Ilmu Pukulan Taichi) ciptaan guru besar Thio sam Hong atau Thio Kun Po (Chang KwunBo). Di saat Thio Han Liong dan ciu Ci Jiak pergi ke pantai, Thio Bu Ki dan Tio Beng bercakap-cakap dengan serius sekali"Kini Han Liong sudah berumur tujuh tahun, apakah dia harus terus tinggal dipulau ini?" tanya Tio Beng. "Bagaimana menurutmu?" Thio Bu Ki balik bertanya. "Menurut aku..." sahut Tio Beng setelah berpikir sejenakTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "setelah dia dewasa, kita harus membiarkannya pergi ke Tionggoan." "Ngmm" Thio Bu Ki manggut-manggut. "itu urusan kelak, tentunya dia harus ke gunung Bu Tong dan ke siauw Lim sie-" "Ke siauw Lim sie?" Tio Beng heran. "Kenapa Han Liong harus ke siauw Lim sie?" "Beng Moay" Thio Bu Ki tersenyum. "Engkau sudah lupa kepada Cia sun ayah angkatku?" "oooh" Tio Beng manggut-manggut. "Betul Han Liong memang harus ke siauw Lim sie menemui ayah angkatmu." "Aaah - " Mendadak Thio Bu Ki menghela nafas panjang. "Bu Ki Koko" Tio Beng memandangnya dengan heran. "Kenapa engkau menghela nafas?" "Aku teringat akan Thay suhu, para paman dan ayah angkatku. Entah bagaimana keadaan mereka?" sahut Thio Bu Ki sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Percayalah" Tio Beng tersenyum"Mereka pasti baik-baik saja-" "Mudah-mudahan begitu" ucap Thio Bu KiTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Entah kapan klta akan bertemu mereka lagi?" sementara itu, Ciu Ci Jiak dan Thio Han Liong juga sedang bercakap-cakap dengan asyik sekali. Mereka berdua duduk di atas sebuah batu. "Han Liong" ujar ciu Ci Jiak"Engkau sudah ingat semua teori-teori Kiu Im Pek Kut Jiauw yang kuberitahukan kepadamu?" "Han Liong sudah ingat semua," sahut Thio Han Liong dan bertanya- "Kenapa Han Liong tidak boleh memberitahukan kepada ayah?" "Sebab ilmu Kiu Im Pek Kut Jiauw sangat ganas, maka ayahmu pasti marah kepada kita-" "ya. Bibi-" Thio Han Liong mengangguk. "Bibi cuma memberitahukanmu semua gerakan Kiu Im Pek Kut Jiauw, tapi tidak mengajarmu Kiu Im sin Kang," kata Ciu Ci Jiak sambil memandangnya"Kenapa begitu?" Thio Han Liong tampak tercengang. "Sebab...." Ciu Ci Jiak menjelaskan, "Ilmu Kiu Im Pek Put Jiauw sangat ganas, lihay dan hebat. Maka ayahmu pasti melarangmu belajar ilmu tersebut." "Kalau begitu..." Thio Han Liong menatapnya seraya bertanya. "Kenapa Bibi mengajar Han Liong teori-teori ilmu itu?" "Agar kelak engkau dapat mempergunakannya,"jawab Ciu Ci Jiak- "Namun engkau pun harus melatihnya dengan cara mempraktekkannya." "ya. Bibi." Thio Han Liong mengangguk. "oh ya, apakah di Tionggoan banyak orang berkepandaian tinggi?" "Banyak sekali." Ciu Ci Jiak memberitahukan. "Di Tionggoan terdapat beberapa partai besar, yaitu partai siauw Lim, Bu Tong, Kun Lun, Hwa san, Khong Tong, Go Bi dan Kay Pang (Partai Pengemis)." "Partai mana yang paling kuat?" "Siauw Lim Pay. Namun Bu Tong Pay sudah menyamai siauw Lim Pay." Ciu Ci Jiak tersenyum. "Pendiri Bu Tong Pay bernama Thio sam Hong, yang usianya sudah seratus lebih-" "Pendiri Bu Tong Pay itu masih hidup?" tanya Thio Han Liong dengan mata terbelalak, "ya." Ciu Ci Jiak mengangguk. "Beliau adalah Thay Sucouwmu." "Apa?" Thio Han Liong tertegun. "Pendiri Bu Tong Pay itu adalah Thay sucouw?" "ya." Ciu Ci Jiak menjelaskan. "Beliau adalah guru kakekmu, kakekmu, Thio Cui san. Ayahmu adalah ketua Beng Kauw yang berhasil meruntuhkan Dinasti Goan." Ciu Ci Jiak menutur tentang semua itu, dan Thio Han Liong mendengarkan dengan penuh perhatian. "Bibi," ujarnya seusai Ciu Ci Jiak menutur. "Kelak Han Liong harus seperti ayah,Tapi... kenapa Cu Goan ciang bisa menjadi kaisar, sedangkan ayah malah hidup di pulau ini?" "Cu Goan ciang bisa menjadi kaisar karena kelicikannya." Ciu Ci Jiak memberitahukan. "Ayahmu hidup di pulau ini lantaran tidak mau mencampuri urusan rimba persilatan lagi." "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut mengerti"oh ya" ciu Ci Jiak memberitahukan lagi. " Engkau masih punya seorang kakek angkat, beliau berada di siauw Lim sie-" " Kakek angkat?" Thio Han Liong tercengang. "Kim Mo say ong-cia sun adalah kakek angkatmu." Ciu Ci Jiak menjelaskan. "sebab ayahmu mengangkatnya sebagai ayah, maka beliau adalah kakek angkatmu." "Bibi, apakah kakek angkatku itu masih hidup?" "Mungkin masih hidup-.-," ujar ciu Ci Jiak dan menutur riwayat Kim Mo say ong-cia sun. "Sungguh kasihan nasib kakek angkat itu" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala. " Kalau kelak aku ke Tionggoan, pasti ke siauw Lim sie menjenguk kakek-" "Ngmm" Ciu Ci Jiak manggut-manggut. Di saat mereka berdua sedang asyik bercakap-cakap, sebuah kapal perang berlabuh di pantai pulau itu. Mereka berdua sama sekali tidak mengetahuinya, karena saking Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo asyiknya bercakap-cakap. Tampak puluhan pasukan kerajaan meloncat turun dari kapal perang itu, menyusul adalah sembilan orang Hweeshio yang memakaijubah beraneka warna Ternyata mereka adalah para pengawal istana yang berkepandaian tinggi dan sembilan Dhalai Lhama dari TibetTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Dalam beberapa tahun ini, cu Goan ciang masih tetap merasa cemas, lebih-lebih setelah Thio Bu Ki dan Tio Beng tiada kabar beritanya- Maka, ia mengutus beberapa orang kepercayaannya untuk menyelidiki jejak Thio Bu KiAkhirnya Cu Goan ciang memperoleh informasi bahwa Thio Bu Ki dan Tio Beng berada di sebuah pulau di Pak Hai (Laut utara), maka ia mengutus Lie WiEkiong, pemimpin pengawal istana bersama puluhan pengawal istana ke pulau tersebut untuk menangkap Thio Bu Ki. Akan tetapi, Lie WiEkiong menyatakan tidak sanggup menangkap Thio Bu Ki yang berkepandaian sangat tinggi itu, kemudian ia pun memberitahukan bahwa ia kenal beberapa Dhalai Lhama di Tibet yang berkepandaian tinggi, alangkah baiknya minta bantuan mereka untuk menangkap Thio Bu Ki. Cu cioan ciang setuju. Lie WiEkiong segera berangkat ke Tibet. Belasan hari kemudian, Lie WiEkiong sudah kembali ke istana bersama sembilan Dhalai Lhama, tentunya sangat menggembirakan cu Goan ciang. setelah para Dhalai Lhama itu berbicara serius dengan cu Goan Ciang, barulah berangkat ke pulau tersebut dengan sebuah kapal perang. sementara itu, Ciu Ci Jiak masih asyik bercakap-cakap dengan Thio Han Liong. Tiba-tiba kening ciu Ci Jiak berkerut, lalu menolehkan kepalanya. Betapa terkejutnya hati Ciu Ci Jiak ketika melihat para pengawal istana dan Dhalai Lhama yang sedang menghampiri mereka. "Han Liong, mari kita pulang" Mereka berdua segera beranjak meninggalkan tempat itu, namun sekonyong-konyong berkelebat beberapa bayangan ke hadapan mereka, yang ternyata adalah para Dhalai Lhama itu. "Ha ha ha" Dhalai Lhama jubah merah tertawa gelak. "Kalian berdua mau ke mana?" "siapa kalian?" bentak Ciu Ci Jiak. "Mau apa kalian datang ke pulau ini?" "Kami adalah Dhalai Lhama dari Tibet," sahut Dhalai Lhama jubah merah memberitahukan. "Kami ke mari untuk menangkap Thio Bu Ki." "Hm" dengus Ciu Ci Jiak dingin"Cepatlah kalian tinggalkan pulau ini Kalau tidak." "Ciu Lie Hiap (Pendekar wanita Ciu)" Lie WiEkiong memberi hormat. "Kami ke mari atas perintah kaisar untuk mengundang Thio Tayhiap ke istana." "sungguh keterlaluan cu Goan ciang masih ingin menangkap Thio Bu Ki?" Wajah Ciu Ci Jiak tampak gusar sekali. "Thio Bu Ki sudah tinggal di pulau ini mengasingkan diri, namun kalian masih memburunya" "Maaf" ujar Lie WiEkiong, pemimpin pengawal istana. "ini adalah perintah kaisar-" "Hm" dengus Ciu Ci Jiak dingin"Lebih baik kalian cepat meninggalkan pulau ini Kalau tidak, aku tidak akan berlaku sungkan kepada kalian" "Ha ha ha" Dhalai Lhama tertawa gelak, kemudian bertanya kepada Lie WiEkiong. "siapa wanita itu?" "Dia bernama Ciu Ci Jiak, mantan ketua GoBi Pay,"jawab Lie WiEkiong memberitahukan. "Kepandaiannya tinggi sekali." "Bagus, bagus" Dhalai Lhama jubah merah tertawa lagi. "Ha ha Aku ingin mencoba kepandaiannya" sementara Ciu Ci Jiak memang sudah bersiap menghadapi pertarungan, sebelum Dhalai Lhama jubah merah mendekatinya, ia cepat-cepat berbisik kepada Thio Han Liong. " Cepat pulang, memberitahukan kepada ayahmu" Thio Han Liong mengangguki kemudian mendadak berlari pergi. Akan tetapi, di saat bersamaan berkelebat sosok bayangan ke hadapannya, yang ternyata Dhalai Lhama jubah kuning. "Bocah Engkau tidak akan bisa kabur" ujar Dhalai Lhama jubah kuning itu sambil menjulurkan tangannya untuk menangkap Thio Han Liong. Mendadak badan Thio Han Liong berputar, sungguh di luar dugaan karena anak kecil itu berhasil berkelit. Perlu diketahui, Thio Han Liong sering berlatih dengan ciu Ci Jiak, "Hm" dengus Dhalai Lhama jubah kuning. "Tak disangka engkau dapat berkelit, bocah" Tangan Dhalai Lhama jubah kuning bergerak mencengkeram lengan Thio Han Liong. Anak kecil itu masih ingin berkelit, namun kali ini ia tidak berhasil, dan lengannya telah dicengkeram oleh Dhalai Lhama jubah kuning.... "Dasar tak tahu malu" caci Thio Han Liong. "cuma berani terhadap anak kecil, kalau ayahku datang...." "Ayahmu bernama Thio Bu Ki?" tanya Dhalai Lhama jubah kuning, "ya-" Thio Han Liong mengangguk,"Bagus, bagus Ha ha ha" Dhalai Lhama jubah kuning tertawa gelak- "Kami ke mari justru ingin menangkap ayahmu-" Thio Han Liong tidak menyahut. Tapi kemudian mendadak ia menggigit tangan Dhalai Lhama jubah kuning. "Aduh" jerit Dhalai Lhama jubah kuning kesakitan, kemudian dengan tiba-tiba ia mengayunkan tangan kirinya. "Aduuuh..." jerit Thio Han Liong, la kena ditampar sehingga matanya berkunang-kunang. "Hei, Dhalai Lhama keparat" caci Ciu Ci Jiak- Jangan menyiksa anak kecil, hadapilah aku" "Ha ha" Dhalai Lhama berjubah merah mendekatinya"Mari kita bertarung, aku ingin tahu berapa tinggi kepandaianmu" "Baik" Ciu Ci Jiak mengangguk sekaligus menyerangnya. "Bagus, bagus" Dhalai Lhama jubah merah tertawa gelak sambil mengelaki kemudian balas menyerang. Terjadilah pertarungan yang amat sengit dan seru. sementara Dhalai Lhama jubah kuning telah menotokjalan darah Thio Han Liong, sehingga membuat anak kecil itu menjadi lumpuh. Pertarungan itu semakin menegangkan. Mendadak Ciu Ci Jiak bersiul panjang sambil menyerang Dhalai Lhama jubah merah- Ternyata Ciu Ci Jiak mulai mengeluarkan ilmu Kiu Im Pek Kut Jiauw.Jarirjari tangannya yang menyerupai cakar mengarah ke ubun-ubun Dhalai Lhama jubah merah. Bukan main terkejutnya Dhalai Lhama jubah merah itu la segera membentak keras sambil mengelak ke samping untuk menghindarinya. Thio Han Liong menyaksikan pertarungan itu dengan penuh perhatian, lebih-lebih ketika Ciu Ci Jiak mengeluarkan ilmu Kiu Im Pek Kut Jiauw. Mendadak maju empat Dhalai Lhama jubah hijau, hitam, biru danputih. Ke empat Dhalai Lhama itu pun ikut menyerang Ciu Ci Jiak- "Tak tahu malu Tak tahu malu" seru Thio Han Liong, yang walau badannya tertotok lumpuh, namun mulutnya masih bisa bersuara- "Kalian semua adalah Hweeshio-hweeshio yang tak tahu malu" Plaaak. Mendadak Dhalai Lhama jubah kuning menamparnya- "Aduuuh - " jerit Thio Han Liong kesakitan, la menatap Dhalai Lhama itu dengan mata berapi-api. "Hweeshio sialan cepat bebaskan aku, mari kita berkelahi" "Diam" bentak Dhalai Lhama jubah kuning. " Kalau tidak, pipimu akan kutampar sampai bengkak" Thio Han Liong terpaksa diam, lalu menyaksikan pertarungan itu. Anak kecil itu terkejut bukan main, sebab Ciu Ci Jiak mulai terdesak- Ternyata ke lima Dhalai Lhama itu menyerang Ciu Ci Jiak dengan Hgo Heng Mle Hun Tin (Formasi Lima Elemen yang Menyesatkan sukma). Formasi tersebut memang lihay sekali, membuat Ciu Ci Jiak terdesak dan tak mampu balas menyerang, sekonyongTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ konyong Ciu Ci Jiak memekik keras, dan menyerang mereka dengan Kui Im sin Kang. Ke lima Dhalai Lhama menangkis serangan itu serentak dengan Lweekang sepenuhnya. Dapat dibayangkan betapa dahsyatnya Lweekang gabungan mereka berlima. Blaaam... Lweekang mereka beradu dengan Kiu Im sin Kang. Ke lima Dhalai Lhama itu terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkahi sedangkan ciu Ci Jiak terpental beberapa depa dengan mulut mengeluarkan darah segar"Bibi..Bibi-.." seru Thio Han Liong dengan wajah pucat pias"Bibi - -" "Ha ha ha" Dhalai Lhama jubah merah tertawa gelak"Hebat juga engkau Coba sambut pukulan kami" Tiba-tiba ke lima Dhalai Lhama itu berbaris- yang paling depan adalah Dhalai Lhama jubah merahi yang dibelakangnya memegang bahunya, begitu pula yang lain. Dhalai Lhama jubah merah mulai bergerak mendekati Ciu Ci Jiak, otomatis yang lain pun ikut bergerak dan tetap memegang bahu yang di depannya. Kening ciu Ci Jiak berkerut-kerut, la menghimpun Kiu Im Sin Kang sampai pada puncaknya, siap menangkis serangan para Dhalai Lhama itu. Mendadak Dhalai Lhama jubah merah membentak keras, dan seketika juga yang paling belakang langsung menyalurkan Lweekangnya ke depan, yang di depannya menyalurkan depan dan seterusnya. Begitu sampai pada Dhalai Lhama berjubah merahi langsung saja ia menyerang ciu Ci Jiak, tapi ciu Ci Jiak menangkis serangan itu dengan Kiu Im sin Kang. Blaaam... Terdengar suara benturan yang amat dahsyat. "Aaaakh - " jerit ciu Ci Jiak, la terpental belasan depa ke belakang dengan mulut menyemburkan darah segar. "Bibi..Bibi..." teriak Thio Han Liong dengan wajah pucat pias. Ciu Ci Jiak jatuh terkapar, la berusaha bangun, namun tidak berhasil. "Han... Han Liong...." ciu Ci Jiak memandang anak kecil itu. "Bibi...." Di saat bersamaan, berkelebat dua sosok bayangan ke tempat ciu Ci Jiak, yang tidak lain adalah Thio Bu Ki dan Tio Beng. "Ayah Ibu..." teriak Thio Han Liong memanggil mereka. Thio Bu Ki memandang putranya sejenak, lalu membungkukkan badannya untuk memeriksa Ciu Ci Jiak, "Bu Ki Koko, bagaimana keadaannya?" tanya Tio Beng dengan cemas. Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala. "Tidak bisa ditolong?" tanya Tio Beng, yang matanya sudah mulai basahTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala lagi, sedangkan ciu Ci Jiak terus memandangnya dengan mata redup, "Bu Ki Koko..." panggilnya dengan suara lemah sekali"Aku - -" "Engkau mau pesan apa, Ci Jiak?" tanya Thio Bu Ki dengan mata berkaca-kaca- la tahu bahwa tak lama lagi nyawa Ciu Ci Jiak akan melayang. "Aku... aku cinta kepadamu...." Mendadak kepala Ciu Ci Jiak. terkulai dan nafasnya pun putus seketika. " Ci Jiak-..." Thio Bu Ki terisak-isak- Begitu pula Tio Beng. "Ayah, bagaimana keadaan bibi?" tanya Thio Han Liong. "Han Liong," sahut Thio Bu Ki dengan air mata meleleh"Bibimu sudah tiada." "Bibi...Bibi..." Thio Han Liong langsung menangis meraungraung. "Bibi..." Thio Bu Ki dan Tio Beng memandang para Dhalai Lhama itu, kemudian Thio Bu Ki bertanya. "Kalian yang membunuhnya?" "Kami bertarung." sahut Dhalai Lhama jubah merah"Dia terkena pukulan kami." "Apakah kalian Dhalai Lhama dari Tibet?" Thio Bu Ki menatap mereka dengan tajam sekali. "ya." Dhalai Lhama jubah merah mengangguk"Kalian punya dendam kesumat dengan kami?" tanya Thio Bu Ki sepatah demi sepatah"Tidak-" Dhalai Lhama jubah merah menggelengkan kepala- "Kalau begitu- - " Wajah Thio Bu Ki berubah dingin sekali. "Kenapa kalian membunuh Ciu Ci Jiak?" "Kami bertarung. Kalau di dalam pertarungan ada yang mati, wajar kan?" sahui Dhalai Lhama berjubah merah sambil tersenyum. "Engkau pasti Thio Bu Ki yang sangat tersohor itu, bukan?" "Tidak salah-" Thio Bu Ki manggut-manggut. "Kalian telah membunuh Ciu Ci Jiak, kini bagaimana tanggung-jawab kalian?" "Ha ha ha" Dhalai Lhama jubah merah tertawa gelak"Terus terang, kami diutus ke mari untuk menangkapmuMaka lebih baik engkau ikut kami daripada melawan." "Aku tahu siapa yang mengutus kalian ke mari." Thio Bu Ki menatap Lie WiEkiong. "Cu Goan ciang bukan?" "Betul." Lie WiEkiong mengangguk"Kami diutus ke mari untuk menangkapmu, maka - -" "Tapi kenapa para Dhalai Lhama itu membunuh Ciu Ci Jiak?" tanya Thio Bu Ki dingin"Dan kenapa Dhalai Lhama jubah kuning itu menawan putraku?" "Itu...." Lie WiEkiong tergagap-gagap, lalu memandang para Dhalai Lhama- "Wanita itu tidak kuat menahan pukulan kami, maka dia terluka parah dan akhirnya binasa," ujar Dhalai Lhama jubah merah. "Hmm" dengus Thio BuKi dingin, " Aku tidak pernah bermusuhan dengan pihak kalian, tapi kenapa kalian...." "Ha ha ha" Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dhalai Lhama jubah merah tertawa gelak"Tentunya engkau ingin hidup, maka engkau harus menyerahkan Kiu yang dan Kiu Im Cin Keng kepada kamiKalau tidak - -" "Kalau tidak, kalian akan membunuh kami?" tanya Thio Bu Ki dan merasa heran, bagaimana para Dhalai Lhama itu tahu tentang Kiu yang dan Kiu Im Cin Keng" la sungguh tak habis pikir. "Betul." Dhalai Lhama jubah merah manggut-manggut. "Nah, cepat serahkan kitab-kitab itu kepada kami" "Sayang sekali" sahut Thio Bu Ki sambil menggelengkan kepala. "Kitab-kitab itu tidak berada di tanganku." sementara Tio Beng tidak menyahut. Ternyata ia sedang mencari akal untuk menolong putranya. "Ha ha ha" Dalai Lhama jubah merah tertawa terbahakbahak"Kalau begitu, engkau lebih sayang kitab-kitab itu daripada nyawamu sendiri. Baiklah-" Bersamaan deng"n itu, mendadak Tio Beng melesat ke arah Thio Han Liong. Akan tetapi, Dhalai Lhama jubah kuning bergerak cepat, langsung menendang anak kecil itu ke arah para pengawal istana seraya berseru. "Jaga anak itu" Betapa gusarnya Tio Beng. la langsung menyerang Dhalai Lhama jubah kuning dengan sengit sekali. "Ha ha" Dhalai Lhama jubah kuning tertawa sambil berkelit. Di saat itu pula Tio Beng melesat kembali ke sisi Thio Bu Ki. "Bagaimana?" tanya Tio Beng dengan cemas. "Han Liong berada di tangan mereka." "Tenang" sahut Thio Bu Ki. sementara para Dhalai Lhama sudah mengepung mereka berdua, sedangkan Lie WiEkiong menjaga Thio Han Liong, "Kalian kejam" bentak anak kecil itu. "Kenapa kaisar mengutus kalian ke mari membunuh bibiku?" "Sesungguhnya kaisar tidak menyuruh para Dhalai Lhama itu membunuh bibimu." Lie WiEkiong menggeleng-gelengkan kepala. "Buktinya bibiku telah binasa ditangan para Dhalai Lhama itu, aku... aku dendam kepada kalian" Lie WiEkiong mengerutkan kening. Dipandangnya Thio Han Liong, kemudian menghela nafas panjang. sementara suasana semakin mencekam, sebab Thio Bu Ki dan Tio Beng sudah siap bertarung dengan para Dhalai Lhama itu. "Engkau tidak mau menyerahkan kitab-kitab itu?" tanya Dhalai Lhama jubah merah dengan suara nyaring. "Kitab itu tak ada di tanganku," sahut Thio Bu Ki. "Kalaupun ada, tidak akan kuserahkan kepada kalian" "Baik," Dhalai Lhama jubah merah manggut-manggut dengan wajah gusar- "Kalau begitu, kalian berdua cari mati" "Kalian yang akan mampus" sahut Tio Beng sengit. "Ha ha ha" Dhalai Lhama jubah merah tertawa g elaki kemudian berseru. "Serang mereka" Mulailah para Dhalai Lhama itu menyerang Thio Bu Ki dan Tio Beng dengan cara mengepung. Thio Bu Ki dan Tio Beng berkelit, kemudian ke dua-duanya balas menyerang dengan serentak. Thio Bu Ki menyerang mereka dengan ilmu Kian Kun Tay lo Ie- Mula-mula para Dhalai Lhama itu tampak kebingungan menghadapi serangan-serangan Thio Bu Ki- Di saat itulah Dhalai Lhama jubah merah berseru. "Kiu Kiong Gan Thian (sembilan istana Memutar Langit)" seketika sembilan Dhalai Lhama itu berputar-putar, dan makin lama makin cepat, sehingga membuat Thio Bu Ki dan Tio Beng merasa pusing sekali, otomatis membuat Ilmu Kiam Kun Taylo Ie tak berfungsi sama sekali. Ternyata Kiu Kiong Gan Thian adalah semacam formasi yang membingungkan pihak lawan. "Pejamkan mata" ujar Thio Bu Ki kepada Tio Beng. Tio Beng menurutjustru ia nyaris terkena pukulan yang dilancarkan salah satu Dhalai Lhama, namun ia cepat-cepat berkelit dan membuka matanya lagi. sedangkan Thio Bu Ki tetap memejamkan matanya melayani para Dhalai Lhama itu. la menggunakan pendengarannya yang amat tajam, dan di samping itu, ia pun mulai mengerahkan Kiu Yang sin Kang. "serang wanita itu" seru Dhalai Lhama jubah merah. seketika tiga Dhalai Lhama langsung menyerang Tio Beng, namun mendadak Thio Bu Ki maju sekaligus menangkis serangan-serangan itu dengan ilmu pukulan Kiu yang sin Kang. Blaaam Terdengar suara benturan. Ke tiga Dhalai Lhama itu terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah, sedangkan Thio Bu Ki tetap berdiri di tempat. Dhalai Lhama berjubah merah terkejut juga menyaksikannya, dan segeralah ia berseru. "Ngo Heng GanTe (Lima Elemen Memutar Bumi)" Dhalai Lhama jubah merahi kuning, hijau, hitam dan putih langsung bergerak cepat menyerang Thio Bu Ki dan Tio Beng. namun Thio Bu Ki menangkis dengan ilmu pukulan Kiu yang sin Kang. Blaaam Terdengar lagi suara benturan dahsyat. Thio Bu Ki dan Tio Beng terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkahi sedangkan ke lima Dhalai Lhama terpental beberapa depa, namun tidak terluka sama sekali. "Thio Bu Ki, engkau memang hebat" ujar Dhalai Lhama jubah merah dan kemudian berseru. "Kiu Kiong ApTe (Sembilan istana Menekan Bumi)" Para Dhalai Lhama itu berputar-putar, lalu mendadak berbaris menyerupai seekor naga-yang paling depan adalah Dhalai Lhama jubah merah dengan sepasang tangannya bergerak-gerak- yang di belakangnya memegang bahunya, begitu pula yang lainnya. Menyaksikan itu, air muka Thio Bu Ki langsung berubah hebat dan ia cepat-cepat berbisik kepada Tio Beng yang berdiri di sisinya. "Apabila Dhalai Lhama jubah merah itu menyerang, janganlah engkau menangkis serangannya" "Ya." Tio Beng mengangguk.sedangkan Thio Bu Ki mulai mengerahkan Kui yang sin Kang hingga puncaknya, kelihatan ia siap menangkis kalau diserang. Di saat itulah mendadak Dhalai Lhama jubah merah membentak keras, sekaligus menyerang Thio Bu Ki. Tio Beng meloncat ke belakang, sedangkan Thio Bu Ki maju dua langkah sambil menangkis serangan itu. DaaarBlaaam Terdengar seperti suara ledakan dahsyatSerangan yang menyerupai naga itu terdorong mundur tujuh delapan depa, membuat para Dhalai Lhama itu terjatuh saling menindih, dan mulut mereka pun mengeluarkan darahBagaimana dengan Thio Bu Ki" la pun terpental hampir sepuluh depa dan mulutnya menyembur darah segar. "Bu Ki Koko" seru Tio Beng dan langsung mendekatinya. " Engkau terluka?" "Aku...." Wajah Thio Bu Ki pucat pias, kemudian menggelenggelengkan kepala- "Ayah Ayah - " teriak Thio Han Liong. sementara para Dhalai Lhama itu sudah bangkit berdiri dan secepat kilat kembali mengepung Thio Bu Ki dan Tio Beng. "Ha ha" Dhalai Lhama jubah merah tertawa. "Thio Bu Ki, engkau memang tidak bernama kosong." "Terimakasih atas pujianmu," sahut Thio Bu Ki sambil menarik nafas dalam-dalam. "Betulkah engkau tidak mau menyerahkan kitab Kiu Im dan Kiu yang cin Keng?" tanya Dhalai Lhama jubah merah"Tidak." sahut Thio Bu Ki tegas"Kalau begitu, kami terpaksa membunuh kalian berdua" ujar Dhalai Lhama jubah merah dan berseru"serang mereka dengan Liak Hwee Tan (Bom Api)" seketika juga para Dhalai Lhama melempar suatu benda ke arah Thio Bu Ki dan Tio Beng. Dar..Daar...Daaar.... Benda itu adalah Liak HweeTan, yang begitu meledak langsung pula menyala. " Celaka" keluh Thio Bu Ki. sementara para Dhalai Lhama itu terus melempar Liak Hwee Tan ke arah mereka berdua. Pakaian Thio Bu Ki dan Tio Beng sudah terbakar, begitu pula badan mereka- Di saat itu, mendadak Thio Bu Ki menyambar Tio Beng, sekaligus melesat pergi"Ayah.. Ibu ..Ayah..." teriak Thio Han Liong memanggil ayah dan ibunya- Akan tetapi, ke dua orangtuanya sudah tidak kelihatan, maka anak kecil itu mulai menangisKenapa para Dhalai Lhama itu tidak mengejar mereka" Ternyata mereka telah terluka, lagi pula Thio Bu Ki dan Tio Beng telah terbakar, dan juga Thio Han Liong masih berada di tangan mereka- Maka Dhalai Lhama jubah merah yakin bahwa Thio Bu Ki dan Tio Beng akan kembali ke situ"WiEkiong," ujar Dhalai Lhama jubah merah kepada pemimpin pengawal istana. "Suruh anak buahmu pergi mencari Thio Bu Ki dan Tio Beng Mereka telah terbakar, tidak mungkin bisa kabur jauh." Lie WiEkiong mengangguk, lalu memberi perintah kepada para anak buahnya pergi mencari Thio Bu Ki dan Tio Beng. Ketika hari mulai sore, barulah para anak buah Lie WiEkiong kembali, namun mereka tidak berhasil menemukan Thio Bu Ki dan Tio Beng. "Hmm" dengus Dhalai Lhama jubah merahi lalu mendekati Thio Han Liong yang ditotok lumpuh itu seraya bertanya. " Kedua orangtuamu bersembunyi dimana?" "Aku berada di sini, mana tahu ke dua orangtuaku bersembunyi di mana?" sahut Thio Han Liong ketus dan dengan mata berapi-api menatapnya. "Kalian jahat dan curang" Plaaak Dhalai Lhama jubah merah langsung menamparnya. Thio Han Liong sama sekali tidak menjerit, namun tidak mau bersikap lemah di hadapan para Dhalai Lhama itu. "Selain ke gubuk itu, ke dua orangtuamu sering ke mana?" tanya Dhalai Lhama jubah kuning. "Entahlah-" Thio Han Liong menggelengkan kepala. "Setahuku, ayah dan ibuku selalu berada di rumah." "Hm" dengus Dhalai Lhama jubah kuning. "Engkau jangan berdusta" "Untuk apa aku berdusta?" sahut Thio Han Liong. Padahal sesungguhnya ia tahu ke dua orangtuanya bersembunyi di mana, namun ia tidak mau memberitahukan. Mendadak Dhalai Lhama jubah kuning menotok Giok Tiong Hiat, jalan darah di bagian dada Thio Han Liong, sehingga dada anak kecil itu terasa sakit sekali. Namun ia sama sekali tidak mengeluarkan suara jeritan, hanya keringatnya terus mengucur dari keningnya. "Ha ha ha" Dhalai Lhama jubah kuning tertawa gelaki "Bocah Aku ingin lihat engkau bisa bertahan berapa lama Ha ha ha..." Thio Han Liong sama sekali tidak mengeluarkan suara, namun wajahnya sudah berubah kebiru-biruan. "Dhalai Lhama jubah kuning" ujar Lie WiEkiong. "Kelihatannya dia tidak tahu ke dua orangtuanya bersembunyi di mana, cepatlah bebaskan totokan itu, jangan menyiksanya" Lie WiEkiong merasa tidak sampai hati menyaksikan penderitaan anak kecii itu. Dhalai Lhama jubah kuning tertawa lagi lalu membebaskan totokannyaRasa sakit di dada Thio Han Liong hilang seketika. Walau Thio Han Liong sangat membenci Lie WiEkiong, namun tetap berterima kasih kepadanya dalam hati. "Hari sudah mulai senja, mari kita kembali kEkapal" ujar Dhalai Lhama jubah merah. Mereka segera menuju kapal perang itu. Karena Thio Han Liong tidak bisa bergerak, terpaksalah Lie WiEkiong membopongnya. sebetulnya Thio Bu Ki dan Tio Beng bersembunyi di mana" Ternyata mereka berdua bersembunyi di sebuah gua, Thio Han Liong yang menemukan gua itu, lalu memberitahukan kepada ciu Ci Jiak dan ke dua orang-tuanya. Gua tersebut berada di balik rumput merambat yang amat lebat, maka para anak buah Lie WiEkiong tidak tahu bahwa di tempat yang mereka lewati terdapat sebuah gua. setelah mereka pergi, barulah Thio Bu Ki menarik nafas lega. la memandang Tio Beng sambil menggeleng-gelengkan kepala. Begitu cula Tio Beng, ia malah menangis sedih. "Bu Ki Koko, entah bagaimana nasib anak kita" Aku... aku...." "Aaaah-." keluh Thio Bu Ki. la duduk bersandar pada dinding gua. Tubuhnya terbakar, begitu pula wajahnya. "Aku... aku telah terluka...." "Parah sekali?" tanya Tio Beng cemas. "Ng" Thio Bu Ki mengangguk. "Beng Moay, tubuh dan wajahmu terbakar-" "Itu tidak jadi masalah" sahut Tio Beng dengan air mata meleleh. "yang kupikirkan adalah Han Liong, yang masih berada di tangan mereka. Kita... kita harus berupaya menyelamatkannya. " Thio Bu Ki menggelengkan kepala. "Aku sudah terluka dalam, tak mungkin bisa menyelamatkan Han Liong," ujar Thio BuKi sambil menghela nafas panjang. "Kalau begitu," Tio Beng mulai menangis. "Han Liong pasti celaka di tanganpara Dhalai Lhama itu" "Beng Moay, aku yakin tidak akan terjadi suatu apa pun atas diri Han Liong," ujar Thio Bu Ki sungguh-sungguh. "Sebab anak kita banyak akalnya, lagi pula para Dhalai Lhama itu masih mengharapkan kitab Kiu Im dan Kiu yang cin Keng. Karena itu, mereka tidak akan mencelakai Han Liong." "Aaaah - " keluh Tio Beng. "sungguh jahat Cu Goan ciang sudah sekian tahun kita hidup mengasingkan diri di sini, tapi dia masih ingin membunuh kita. Aku... aku harus membunuhnya kelak" "Beng moay..." Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala. "Bu Ki Koko?" tanya Tio Beng sambil menangis. Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Bagaimana kita" Haruskah kita terus bersembunyi di dalam gua ini?" "Setelah kapal perang itu pergi, barulah kita meninggalkan gua ini," sahut Thio Bu Ki "Lalu bagaimana.... Han Liong?" Air mata Tio Beng berderai-derai. "Kita membiarkannya dibawa pergi oleh para Dhalai Lhama itu?" "Apa boleh buat." Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala, kemudian menambahkan. "Kita bisa mencarinya kelak." "Tapi belum tentu Han Liong akan selamat." Tio Beng mulai menangis lagi. "Selama kita tidak bisa berbuat apa-apa, sebab aku terluka parah, sedangkan engkau tak mampu melawan mereka." "Aaaah.. Han Liong Han Liong..." "Tenanglah, Beng Moay" "Bu Ki Koko, bagaimana mungkin aku bisa tenang, sebab Han Liong berada di tangan para Dhalai Lhama itu" "Aku yakin Han Liong bisa meloloskan diri, sebab dia sangat cerdik dan banyak akalnya." "Aaaah Bu Ki Koko...." Mendadak Tio Beng mendekap di dadanya. "Auuuh" jerit Thio Bu Ki dengan wajah meringis-ringis, tak lama mulutnya menyemburkan darah segar. "uaaakh - " "Bu Ki Koko- - " Bukan main terkejutnya Tio Beng. "Engkau...." Thio Bu Ki diam saja, sejenak kemudian baru menyahut. "Dadaku terluka-" "Maaf, aku - aku tidak sengaja," ujar Tio Beng sambil memandangnya dengan cemasTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Engkau akan sembuh?" "Ng" Thio Bu Ki mengangguk, kemudian menghela nafas panjang. "Mungkin membutuhkan waktu yang lama sekali, dan seandainya aku sembuh, kepandaiankupun akan...." "Musnah?" tanya Tio Beng cemas"Ya-" Thio Bu Ki manggut-manggut"Aaaahhhh. Bu Ki Koko - " Tio Beng menangis terisak-isak dan bergumam- "Entah bagaimana nasib Han Liong." Bab 5 Meloloskan Diri sebuah kapal perang berlabuh di pesisir utara, yang turun dari kapal perang itu adalah para Dhalai Lhama, Lie WiEkiong beserta anak buahnya. Pemimpin pengawal istana itu masih membopong Thio Han Liong, sebab Dhalai Lhama jubah merah tetap menotokjalan darah anak kecil itu agar tidak bisa bergerak, jadi tidak bisa meloloskan diri. Dari pesisir utara mereka menuju kota raja dengan menunggang kuda. Dalam perjalanan tak henti-hentinya Thio Han Liong mengerahkan Kiu yang sin Kang untuk membebaskan totokan itu la tahu tentang cara tersebut dari ayahnya. Ketika rombongan itu memasuki sebuah lembah, mendadak Thio Han Liong menjerit-jerit. "Aduuuh Aduuuuh..." "Kenapa engkau?" tanya Lie WiEkiong terkejut. "Aku... aku...." Wajah Thio Han Liong meringis-ringis. "Aku...." "Beritahukan Kenapa engkau?" Lie WiEkiong mengerutkan kening. "sakit perut Aduuuh Perutku sakit sekali" Thio Han Liong terus menjerit dengan wajah meringis-ringis. "Aku... aku mau berak" "Dhalai Lhama jubah merah" seru Lie WiEkiong. "Berhenti dulu Han Liong sakit perut, dia mau berak-" Dhalai Lhama jubah merah segera menghentikan kudanya, begitu pula yang lainnya. "WiEkiong, bawa dia pergi berak" ujar Dhalai Lhama jubah merah- "Jangan khawatir Jalan darahnya telah kutotok, maka dia tidak akan bisa meloloskan diri" "ya." Lie WiEkiong mengangguk sambil meloncat turun. Kemudian ia membopong Thio Han Liong ke tempat yang agak jauh. setelah menaruh Thio Han Liong, Lie WiEkiong kembali ke tempat semula. "Ha ha ha" Dhalai Lhama jubah merah tertawa gelak"Bocah itu sudah beberapa hari tidak berak, maka tidak heran kalau perutnya sakit. Tahinya pasti bau sekali, pantas engkau tidak mau tunggu di sana" " untuk apa aku menunggu di sana" Bukankah engkau telah menotok jalan darahnya sehingga dia tidak bisa bergerak" Nah, tentunya dia tidak dapat meloloskan diri" "Betul-" Dhalai Lhama jubah merah tertawa terbahak-bahak"Ha ha ha siapa pun tidak akan mampu membebaskan totokanku, kecuali aku dan adik-adik seperguruanku." "Ooooh" Lie WiEkiong manggut-manggut. Cukup lama mereka menunggu di situ. setelah itu barulah Dhalai Lhama jubah merah membuka mulut. "WiEkiong, engkau boleh ke sana sekarang." ujarnya. "sebelum dia kau bopong kemari, pantatnya harus kau bersihkan dulu" Lie WiEkiong mengangguki lalu berjalan ke tempat itu. Sesampainya di sana, ia terbelalak dengan mulut ternganga lebar, karena Thio Han Liong tidak ada lagi di tempat itu. "Han Liong Han Liong..." teriaknya memanggil anak kecil itu. Teriakan itu sangat mengejutkan para Dhalai Lhama, maka segeralah mereka melesat ke sana. "Di mana bocah itu?" tanya Dhalai Lhama jubah merah begitu melayang turun di sisi Lie WiEkiong. "Entahlah" sahut Lie WiEkiong sambil menggelengkan kepala. "Dia - dia tidak ada di sini." "Heran?" kata Dhalai Lama jubah merah. "Bagaimana mungkin dia bisa menghilang begitu saja?" "Mungkinkah dia digondol binatang buas?" tf.V"W. Dhalai Lhama jubah kuning. "Tidak mungkin," sahut Dhalai Lhama jubah merah sambil menengok ke sana ke mari. "Itu jejaknya." Ternyata di sebelah kiri terdapat bekas injakan kaki, tapi agak acak-acakan. Sungguh mengherankan "Bekas itu kok begitu?" gumam Dhalai Lhama jubah kuning, "sepertinya... diacak-acak binatang buas." "Ayoh kita cari bocah itu" seru Dhalai Lhama jubah merah sambil menelusuri jejak itu. yang lainnya pun mengikutinya dari belakang. Belasan depa kemudian, jejak itu tidak ada lagi, tentunya sangat mengherankan para Dhalai Lhama dan Lie WiEkiong. "Heran?" gumam Dhalai Lhama jubah merah" Jejak itu hilang sampai di sini. Kenapa bisa begitu?" "Mungkinkah - " Dhalai Lhama jubah kuning memandang ke angkasa seraya melanjutkan, "Bocah itu dibawa pergi oleh burung elang perkasa?" "Tidak mungkin-" Dhalai Lhama jubah merah menggelengkan kepala- "Bocah itu pun tak mampu kabur, karena tidak bisa bergerak-" "Kalau begitu - " Dhalai Lhama jubah kuning mengerutkan kening. "Bocah itu...." "Mari kita berpencar mencarinya" seru Dhalai Lhama jubah merah dan menambahkan. "Nanti kita kembali ke sini lagi." Mereka lalu berpencar mencari Thio Han Liong. Akan tetapi, ketika mereka kembali ke tempat itu, tiada seorang pun yang membawa serta Thio Han Liong. "Heran?" gumam Lie WiEkiong. "Bocah itu bisa hilang begitu saja." "Mungkinkah..." Dhalai Lhama jubah kuning mengerutkan kening. "Ada seseorang menolongnya" " "Itu memang mungkin." Dhalai Lhama jubah merah mengangguk- "Tapi entah siapa orangnya. Maksudku membawa bocah itu kEkota raja, tidak lain hanya ingin memancing Thio Bu Ki ke sana, menukar putranya dengan kitab Kiu Im dan Kiu yang cin Keng. Tapi kini - -" "Aku yakin Thio Bu Ki tetap akan kEkotaraja," Dhalai Lhama jubah kuning berbisik-bisik di telinga Dhalai Lhama jubah merah. "Ngmmm" Dhalai Lhama jubah merah manggut-manggut sambil tersenyum- Kelihatan ia setuju akan apa yang dibisikkan oleh Dhalai Lhama jubah kuning itu"sekarang mari kita melanjutkan perjalanan kembali kEkotaraja" sebetulnya Thio Han Liong pergi ke mana" Apakah ada seseorang yang menolongnya" Ternyata tidak, melainkan ia membebaskan totokan itu dengan Kiu yang sin Kang, setelah itu, ia berpura-pura sakit perut lalu pergi membuang air besarKebetulan Lie WiEkiong meninggalkannya. Maka, ia mengacak-acak tempat itu, dan setelah itu barulah ia mengerahkan ginkang melesat pergi. la yakin bahwa para Dhalai Lhama akan mengejarnya, karena itu ia meloncat ke atas pohon dan bersembunyi di situ. Dugaannya memang tidak salah, para Dhalai Lhama langsung mengejarnya, untung ia bersembunyi di atas pohon, kalau tidak ia pasti tertangkap kembali oleh para Dhalai Lhama itu. setelah mendengar suara derap kaki kuda meninggalkan tempat itu, barulah Thio Han Liong meloncat turun dari pohon. Ketika bersembunyi di atas pohon, anak kecil itu telah mengambil keputusan untuk berangkat ke gunung Bu Tong atau ke siauw Lim sie. Kenapa ia tidak mau kembali ke Pulau Hong Hoang to" Itu dikarenakan ia tidak tahu jalan, lagipula tidak punya uang untuk menyewa kapal, setelah dipertimbangkan lama sekali, akhirnya ia mengambil keputusan tersebut. la pun ingin menuntut ilmu, agar kelak bisa membalas dendam terhadap para Dhalai Lhama itu. Karena tidak tahu jalan, maka ia melakukan perjalanan tanpa arah. Dalam perjalanan, ia pun tak lupa melatih Kiu yang sin Kang, Thay Kek Kun dan mulai mempraktekkan teori-teori Kiu Im Pek Kut Jiauw dengan gerakan, Thay Kek Kun (Ilmu Pukulan Taichi) menggunakan tenaga lunak, dan gerakannya pun amat lemas sekali-Sedangkan Kiu Im Pek Kut Jiauw mengandalkan pada kegesitan, dan kecepatan bergerakKetika Thio Han Liong berusia sekitar enam tahun, Thio Bu Ki sudah menyuruhnya membaca kitab Tok Keng (Kitab Mengenai Berbagai Macam Racun), bahkan juga mengajarnya teori-teori ilmu pengobatan dan cara-cara memeriksa penyakit serta nadi- Setiap pagi Thio Bu Ki berlatih ilmu pedang, Thio Han Liong pasti menyaksikannya dengan penuh perhatian, otomatis ia ingat semua gerakan ilmu pedang tersebut, Itu tidak usah heran, sebab anak kecil itu sangat cerdas dan ingatannya pun kuat sekali. Dalam perjalanan ini, ia mengisi perutnya hanya dengan buah-buahan hutan. Walau usianya baru tujuh tahun, tapi ia sangat berani. Ketika ia melewati sebuah hutan, mendadak muncul seekor harimau yang besar sekali, langsung menerkamnya. Thio Han Liong bukannya takut, melainkan malah merasa girang akan kemunculan harimau itu. la cepat-cepat berkelit. Harimau itu menerkam lagi sambil mengaum. Tapi anak kecil itu justru malah tertawa sambil berkelit, kemudian mendadak meloncat ke atas punggung harimau itu. sudah barang tentu harimau itu gusar sekali dan terus berloncat-loncatan agar Thio Han Liong jatuh- Akan tetapi, anak kecil itu malah merangkul leher harimau ituu erat-erat, sehingga membuat harimau itu berlari ke sana ke mariTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Anak kecil itu tertawa gembira- setelah merasa puas mempermainkan harimau itu, barulah ia meloncat turun dari punggungnya- Nafas harimau itu memburu karena lelahnyasedangkan anak kecil itu berdiri di depannya sambil bertolak pinggang. "Hi hi hi" la tertawa geli"Nafasmu ngos-ngosan, sudah tua ya?" Harimau itu diam saja- "Aku masih berbelas kasihan kepadamu- Kalau tidak, sudah kucungkil sepasang matamu Ayoh, cepat pergijangan ganggu aku" Entah mengerti atau tidak, namun harimau itu melangkah pergi dengan kepala tertunduk"Hihihi" Thio Han Liong tertawa- "Harimau tua, engkau sangat menuruti perkataanku." seusai berkata begitu, Thio Han Liong lalu duduk di bawah pohon. Tiba-tiba air matanya meleleh, ternyata ia teringat akan ciu Ci Jiak, bibinya yang mati secara mengenaskan, la pun teringat akan ke dua orang tuanya, yang terbakar oleh Liak Hwee Tan. Anak kecil itu sama sekali tidak tahu bagaimana nasib ke dua orangtuanya. Taaak.. Suatu benda jatuh menimpa kepalanya. Betapa terkejutnya Thio Han Liong, la segera meloncat bangun lalu memeriksa benda itu, ternyata adalah sebiji buah hutan, segeralah ia mendongakkan kepalanya memandang ke atas, tampak beberapa ekor monyet bergantungan di pohon. "sialan" caci Thio Han Liong. "Monyet-monyet itu yang menyambit kepalaku Awas, kalian akan kubalas" Anak kecil itu memungut sebuah batu kecil, kemudian disambitkannya ke arah monyet-monyet itu. Monyet-monyet itu langsung berloncat-loncatan di dahan sambil bercutt-cuit- setelah itu mereka memetik buah pohon, lalu balas menyambit Thio Han Liong. Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Bagus, bagus Hihihi" Thio Han Liong tertawa gembira, sebab memperoleh buah itu "Terima kasih, monyet-monyet tolol" Dipungutnya buah itu, kemudian sambil tersenyum ia memakannya. Monyet-monyet bergantungan di atas bercuitcuit lagi, kelihatan gembira sekali, setelah merasa kenyang. Thio Han Liong berseru. "Monyet-monyet, sampai jumpa" Thio Han Liong melanjutkan perjalanan sambil bersiul-siul. Beberapa hari kemudian sampailah ia di sebuah desa yang cukup besar. Betapa girangnya hati Thio Han Liong. Apalagi ketika ia melihat beberapa anak laki-laki dan anak perempuan sedang bermain, segeralah ia menghampiri merekaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Anak laki-laki dan anak perempuan yang sedang bermain itu langsung memandangny dengan mata terbelalaki sebab pakaiannya telah kumal dan tersobek sana sini. "Maaf, bolehkah aku ikut main?" tanya Thio Han Liong sambil tersenyum. Ternyata anak-anak itu sedang bermain loncat tali. Selama berada di pulau Hong Hoang To, Thio Han Liong tidak pernah bermain dengan anak-anak seusianya. Kini bertemu anakanak itu, dapat dibayangkan betapa gembiranya. "Engkau dari mana, kok kami tidak pernah melihatmu?" tanya seorang gadis kecil berusia enam tahunan. "Aku dari tempat yang sangat jauh- Aku melihat kalian sedang bermain loncat tali, maka aku ingin ikut main," sahut Thio Han Liong. "Aku tidak kenal denganmu." gadis kecil itu menatapnya seraya bertanya. "Apakah engkau anak nakal?" "Namaku Thio - Liong." Thio Han Liong tidak berani berterus terang memberitahukan namanya. "Aku bukan anak nakal, adik manis. Bolehkah aku tahu namamu?" "Namaku Tan Giok Cu." Gadis kecil itu tersenyum. "Kenapa engkau memanggilku adik manis?" "Karena - engkau cantik manis, maka aku memanggilmu adik manis," sahut Thio Han Liong. "Oh?" Tan ciiok Cu menatapnya. "Kalau begitu, aku harus memanggilmu kakak tampan." ujarnya perlahan. "Apa?" Han Liong tertawa geli- "Kenapa engkau memanggilku kakak tampan?" "Sebab engkau sangat tampan," sahut Tan Giok Cu bersikap malu-malu. "Maka aku memanggilmu kakak tampan." "Terima kasih, terima kasih" ucap Thio Han Liong. "Nah- sekarang aku boleh turut main kan?" "Boleh-" Tan Giok Cu mengangguki lalu berkata pada yang lain. "biar Pakaiannya kumal, kotor dan sobek, tapi sekarang dia adalah kawanku, kalian tidak boleh menghinanya." "Ya" sahut anak-anak itu "Ayoh, kalian berdua mengayunkan tali, aku akan mengajari dia main loncat tali ini," ujar Tan Giok Cu. Kedua anak itu segera mengayunkan tali, dan Tan Giok Cu mulai berloncat-loncatan. "Nah, begini cara main loncat tali" seru gadis kecil itu. " Kakak tampan, engkau bisa?" "Bisa." Thio Han Liong mengangguk. Tan Giok Cu meloncat ke samping, sedangkan Thio Han Liong meloncat ke arah tali itu, lalu berloncat-loncatan di situ. saking gembiranya, mendadak ia menggunakan ilmu ginkangnya. seketika Tan Giok Cu dan anak-anak lain terbelalak, karena Thio Han Liong berloncat begitu tinggi, bahkan kemudian berjungkir balik pula. Tan Giok Cu bertepuk-tepuk tangan sambil bersorak-sorai dengan riang gembira, begitu pula yang lain. Berselang beberapa saat, barulah Thio Han Liong berhenti, lalu meloncat ke hadapan gadis kecil itu. "Kakak tampan" puji Tan Glok Cu. "Engkau hebat sekali, ayahku masih tidak mampu meloncat begitu tinggi" "oh?" Thio Han Liong tersenyum. "Giok Cu, kami mau pulang" ujar salah seorang anak"Sudah siang." "Baiklah." Tan Giok Cu manggut-manggut. Anak-anak itu langsung pergi, kini hanya tinggal Tan Giok Cu dan Thio Han Liong. " Kakak tampan, engkau mau ke mana?" tanya gadis kecil itu sambil menatapnya. "Aku...." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala. "Aku tidak tahu mau ke mana, sebab aku tidak punya famili." "Kasihan" Gadis kecil itu menatapnya lagi. "oh ya. bagaimana kalau engkau ikut ke rumahku?" "Ke rumahmu?" "ya." "Ayah dan ibumu tidak akan marah?" Jangan khawatir" Tan Giok Cu tersenyum. "Ayah dan ibu sangat menyayangi ku, mereka pasti tidak akan marah-" "Tapi...." "Ayohlah" Tan Giok Cu menarik Thio Han Liong. "Mari ikut aku sampai di rumah, engkau harus mandi lho" "Aku...." Thio Han Liong tertawa. "Sudah belasan hari aku tidak mandi." "Pantas badanmu bau" ujar Tan Giok Cu sambil menutup hidungnya dengan tangannya. "Aku jadi pusing mencium bau badanmu." "Oh, ya?" Thio Han Liong meliriknya. "Engkau adalah gadis cantik, tidak merasa malu berjalan bersamaku yang sangat bau ini?" "Sekarang engkau bau, tapi setelah mandi nanti, engkau pasti tidak akan bau lagi," sahut Tan Giok Cu. Tak seberapa lama kemudian, mereka berdua sudah sampai di sebuah rumah yang cukup besar, seorang pembantu wanita berlari-lari mendekati mereka. Ketika melihat Thio Han Liong yang pakaiannya tidak karuan itu, terbelalaklah pembantu wanita itu. "Nona, siapa dia?" tanya pembantu wanita itu dengan kening berkerut-kerut. "Dia kawanku, namanya Thio Liong," sahut Tan Giok Cu. "Bibi Hiang, di mana ayah dan ibuku?" "Tuan dan nyonya besar berada di ruang tengah, cepatlah engkau ke dalam" ujar pembantu wanita itu. Tan Giok Cu manggut-manggut, lalu menarik tangan Liong Pendekar Mata Keranjang 24 Wiro Sableng 156 Topan Di Gurun Tengger Kereta Berdarah 10