Anak Naga 4
Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung Bagian 4 Lhama...." Thio Han Liong menjelaskan. "Ayah tidak sanggup melawan mereka, maka menyuruh Han Liong mohon petunjuk sucouw." "Luar biasa sekali- ujar Thio Sam Hong sambil menggelengGelengkan kepala, "itu adalah Ie Kang Tai Tik (Memindahkan Lweekang Menggempur Musuh)- ilmu tersebut sudah lama lenyap ini rimba persilatan, tak disangka para Dhalai Lhama Tibet memiliki ilmu itu" "Guru," tanya jie Lian Ciu. "Adakah cara memecahkan ilmu itu?" "Tidak ada-" Thio sam Hong menghela nafas panjang, kemudian bertanya kepada Thio Han Liong. "apa Dhalai Lhama itu berjumlah sembilan orang?" "Ya, sucouw." Thio Han Liong mengangguk. "Kalau begitu, mereka pasti mengerti formasi Kiu Kiong, Pat Kwa dan Ngo Heng." Thio sam Hong menggeleng-telengkan kepala. "Pantas Bu Ki tidak sanggup melawan mereka. Kalau begitu, tiada seorang jagoan pun di Tionggoan sanggup melawan para Dhalai Lhama itu" "Guru," tanya Jie Lian ciu. "Apakah tiada cara sama sekali untuk memecahkan ilmu istimewa itu?" "Tentu ada. Hanya saja guru belum memikirkannya."jawab Thio sam Hong dengan kening berkerut-kerut. "Coba kalian bayangkan, betapa dahsyatnya Iweekang gabungan para Dhalai Lhama itu. siapa yang sanggup menyambut pukulannya?" "Guru...."Jie Lian Ciu ingin menanyakan sesuatu,. tapi kemudian dibatalkannya dan dia hanya menggelenggelengkan kepala. "Han Liong" Thio sam Hong menatapnya seraya bertanya. "Apakah engkau sudah menguasai semua ilmu ayahmu?" "sudah, sucouw," Thio Han Liong mengangguk"Hanya saia Iweekangku masih dangkal." "Hmmmm" Thio sam Hong manggut-mangguh " Kalau begitu, engkau masih harus berlatih di sini, sucouw akan memberi petunjuk kepadamu." "Terima kasih, sucouw," ucap Thio Han Liong girang. "sekarang kalian boleh keluar dulu," ujar Thio sam Hong sambil memejamkan matanya.lie Lian Ciu dan lainnya segera keluar, lalu kembali ke ruang depan. "Han Liong, mungkin tidak lama lagi engkau akan berkecimpung ke dalam rimba persilatan. Maka aku harus menceritakan tentang situasi rimba persilatan sekarang" kata Jie Lian ciu. "Kakek Jie" Thio Han Liong memberitahukan. "Aku pernah berkelana...." Thio Han Liong menutur tentang dirinya ditangkap oleh para Dhalai Lhama, cara bagaimana meloloskan diri dan lain sebadainya. Jie Lian Ciu manggut-manggut sambil tersenyum. "Han Liong, itu merupakan pengalaman yang amat berharga bagimu-" lalu ia menceritakan tentang situasi kondisi persilatan sekarang, juga mengenai kemunculan empat jago dan pembunuh misterius lalu menambahkan dengan wajah serius "-- belum lama ini justru muncul lagi sebuah perkumpulan misterius-" "oh?" Thio Han Liong tertegun, "perkumpulan apa itu?" tanyanya"Hek liong pang (Perkumpulan Naga Hitam)." Jie Lian ciu memberitahukan. "Kemunculan Hek liong pang telah menggemparkan rimba persilatan, sebab ketuanya berkepandaian sangat tinggi sekaliTiada seorang pun tahu siapa ketua Hek liong pang itu, bahkan belum lama ini ketua Hek liong pang itu telah mengalahkan beberapa ketua partai besar, sasaran berikutnya mungkin Partai Siauw Lim, maka guru mengutus In Lie Heng ke Siauw lim sie-" "KakekJie, ketua Hek liong pang itu lelaki atau wanita?" tanya Thio Han Liong. "Wanita," sahut jie Lian Ciu. "Berusia lima puluhan, tapi masih tampak cantik. Hek liong pang itu sudah berkembang pesat dan sering membunuh kaum rimba persilatan goiongan putih." song Wan Kiauw menghela nafas panjang. "Tak disangka kini rimba persilatan berubah kacau tidak karuan" "Han Liong." pesan jie Lian ciu. "Kalau engkau sudah berkecimpung dalam rimba persilatan, harus ber-hati-hati-" "Ya, Kakek Jie." Thio Han Liong mengangguk. Keesokan harinya, Thio sam Hong mulai memberi petunjuk kepada Thio Han Liong mengenai ilmu silat dan lain sebagainya, terutama mengenai ilmu Iweekang. Di dalam sebuah kuburan tua yang amat besar, tampak Tan Giok Cu dan Yo Sian Sian duduk berhadapan. Kini gadis itu telah remaja, berusia lima belasan. Parasnya cantik luar biasa dan putih bagaikan salju. "Giok Cu" Yo sian sian menatapnya sambil tersenyum lembut, "sudah lima tahun lebih engkau berada di sini dan kini engkau sudah berhasil menguasai ilmuku." "semua itu adalah atas gemblengan Guru," ujar Tan Giok Cu sambil tersenyum-senyum. "selama ini. Guru sangat baik sekali padaku." "Giok Cu" Yo Sian Sian tersenyum lembut. "Engkau adalah muridku, tentunya aku harus baik dan menyayangimu." "Guru...." Tan Giok Cu menatapnya, kemudian menundukkan kepala. "Aku tahu." Yo Sian Sian manggut-manggut. "Engkau rindu sekali kepada Thio Han Liong kan?" "Ya." Tan Giok Cu mengangguk. "Giok Cu" Yo Sian Sian menatapnya dalam-dalam seraya berkata. "Hari ini engkau boleh pulang ke rumahmu, tapi sebelumnya aku harus menceritakan tentang rimba persilatan kepadamu, itu agar engkau tahu." "Guru...." Tan Giok Cu tertegun, "hari ini aku boleh pulang?" "ya-" Yo sian Sian mengangguk. kemudian menceritakan tentang rimba persilatan dan lain sebagainya. "..... si Mo (iblis DariBarat) amat jahat dan licik, maka kalau bertemu dia, engkau harus berhati hati" "Ya, Guru." "Giok Cu...." Mendadak Yo sian sian menghela nafas panjang, "sebetulnya peraturan KouwBok Pay (Partai Kuburan Tua) sangat ketat sekali. Anak maupun murid dilarang meninggalkan kuburan tua ini, kecuali ada urusan penting." "oh?" "Tapi sejak murid ayahku diusir, maka ayahku menghapus peraturan tersebut." "Kalau begitu, aku masih punya seorang bibi guru?" "Betul." Yo sian Sian mengangguk"Bibi gurumu bernama Kwee In Loan, kini sudah berusia lima puluhan." "Guru, kenapa bibi guru diusir?" "Karena dia sangat jahat, lagtpula sering meninggalkan kuburan tua ini secara diam-diam maka ayahku mengusirnya, sebetulnya ayahku sangat menyayanginya, namun kelakuannya...." Yo Sian sian menggeleng-gelengkan kepala. "Ketika dia diusir, dia pun mencuri sebuah kitab salinan Kiu Im Cin Keng." "Kitab salinan Kiu Im Cin Keng?" "ya- Itu adalah kitab salinan peninggalan kakek moyangku, sin Tiauw Tayhiap Yo Ko-" "Kalau begitu kepandaian bibi guru...." "Aku yakin kepandaiannya sudah tinggi sekali- sebab hingga kini sudah dua puluh lima tahun tiada kabar beritanya, mungkin dia bersembunyi di suatu tempat untuk mempelajari Kiu Im Cin Keng itu" "Guru-..." Tan Giok Cu menatapnya seraya bertanya"Kenapa Guru tidak mau menikah?" "Kini usiaku sudah empat puluh lebih, tentunya tidak akan menikah lagi-" sahut Yo Sian Sian sambil tersenyum getir, "sudah tua, lagi pula aku tidak pernah mencintai lelaki yang mana pun." "Dari muda hingga sekarang Guru tidak pernah mencintai kaum lelaki?" tanya Tan Giok Cu heran. Yo sian sian menghela nafas panjang. "Belasan tahun lalu, aku pernah jatuh cinta. Tapi pemuda itu sudah punya pacar, karena itu aku harus menjauhinya." "siapa dia?" "Dia adalah Thio Bu Ki-" "Apa?" Tan Giok Cu terbelalak. "Ayah Thio Han Liong?" Yo Sian Sian mengangguk. "Pada waKiu itu aku menyelamatkan putri ketua Kay Pang bernama su Hong se ki kemudian bertemu Thio Bu Ki. Namun dia sudah punya kekasih bernama Tio Beng. setelah itu kami bertemu lagi di kuil Siauw Lim sie." Tan Giok Cu manggut-manggut. "Guru, apakah Han Liong akan setia terhadapku?" "Anak itu memang tampan dan baik hati- tentunya banyak anak gadis yang akan jatuh cinta kepadanya," sahut Yo Sian Sian. "Kalau dia mencintaimu dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati- tentunya dia akan setia terhadapmu. Akan tetapi- engkau harus ingat satu hal" "Hal apa?" "Engkau tidak boleh cemburu buta. seandainya dia berjalan bersama gadis lain, janganlah engkau langsung cemburu atau curiga, tanyakan dulu sejelas-jelasnya- Engkau harus ingat itu" "Ya, Guru-" "oh ya" Yo Sian Sian tersenyum"Aku akan menghadiahkan kepadamu sebilah pedang pusaka yakni Pek Kong Kiam (Pedang ca\f\ai^R Putih)-" "Terima kasih. Guru-" "Giok Cu" Yo Sian sian menatapnya lembut"Engkau boleh berkemas sekarang, dan meninggalkan kuburan tua ini-" "Guru- - " Mata Tan Giok Cu mulai berkaca-kaca. "Bolehkah aku ke mari menengok Guru kelak?" Yo Sian sian menggelengkan kepala. "Tidak usah- Apabila perlu, aku akan mencarimu dalam rimba persilatan." "Guru...." "Cepatlah engkau berkemas" Mata Yo Sian Sian juga sudah basah- "Sudah lima tahun lebih, engkau harus pulang." Tan Giok Cu sudah meninggalkan kuburan tua itu dan langsung menuju desa Hok An. la merupakan gadis remaja yang cantik jelita, maka sangat menarik perhatian kaum lelakiNamun ada sebilah pedang bergantung di punggungnya, maka kaum lelaki tidak berani sembarang menggodanya, karena tahu gadis remaja itu mengerti ilmu silat. Ketika melewati sebuah rimba, mendadak muncul belasan orang yang bertampang seram dan bersenjata tajam. Mereka itu ternyata para perampok"Ha ha ha" Kepala perampok itu tertawa gelak"Tak disangka sama sekali- hari ini kedatangan seorang gaudis remaja uang cantik jelita Kita sungguh beruntung lho" Para perampok itu langsung mengepung Tan Giok Cu. Gagis itu mengerutkan kening, ia sudah tahu bahwa mereka adalah para penjahat. "Kalian mau apa?" bentak Tan Giok Cu"He he he" Kepala perampok tertawa terkekeh"Gadis cantik, kenapa engkau galak?" Kepala perampok itu menjulurkan tangannya untuk menowel pipi Tan Giok Cu, namun gadis itu cepat menghindar. "Jangan kurang ajar" bentak Tan Giok Cu lagi"Kalau kalian berani kurang ajar, aku tidak akan memberi ampun kepada kalian." "He he he" Kepala perampok itu tertawa terkekeh-kekeh lagi. "Gadis cantik yang galak lebih baik engkau menemani aku bersenang-senang. Kalau tidak, engkau akan kami cincang" "Hm" dengus Tan Giok Cu sambil menghunus pedang pusakanya. Kepala perampok itu terkejut ketika melihat pedang yang memancarkan cahaya putih. Namun Tan Giok Cu baru berusia belasan, maka perampok itu meremehkannya. "Gadis cantiki lebih baik engkau menemani aku bersenangsenang," ujar kepala perampok itu sambil menatapnya dengan penuh nafsu btrahi-"Diam" bentak Tan Giok Cu. "Cepatlah kalian pergi- kalau tidak - ." "Hm" dengus kepala perampok itu, kemudian berseru kepada anak buahnya, "tangkap dia" Para anak buah kepala perampok itu langsung menyerang Tan Giok Cu dengan senjata masing-masing. Gadis itu menangkis dengan pedang pusakanya, kemudian balas menyerang dengan Giok Li Kiam Hoat (Ilmu Pedang Gadis Murni). Belasan jurus kemudian, sudah ada empat di antara para penjahat itu terluka. Menyaksikan kejadian itu, kepala perampok tampak tersentak kaget akan kelihayan Tan Giok Cu. "Berhenti- bentaknya mendadak, lalu mendekati gadis itu dengan golok di tangan. "Gadis cantik, ternyata kepandatanmu cukup tinggisekarang aku yang turun tangan. Maka daripada engkau terluka, lebih baik menyerah sekarang saja" "Hai- perampok Aku harus membasmi" sahut Tan Giok Cu sengit. "He he he" Kepala perampok itu tertawa terkekeh-kekeh, kemudian mendadak menyerang Tan Giok Cu. Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Gadis itu memang sudah siap, maka langsung berkelit dengan gesit sekali- sehingga golok kepala perampok itu menyerang tempat kosong. Di saat itulah Tan Giok Cu mengayunkan pedangnya menyerang kepala perampok itu. Kepala perampok itu terkejut sekali- tapi secepat kilat ta meioncat ke belakang kemudian menyabetkan goloknya. Tan Giok Cu tersenyum dingin, dan mendadak badannya mencelat ke atas, lalu menggerakkan pedangnya untuk menangkis golok itu. Ternyata Tan Giok Cu mengeluarkan jurus Giok Li Kiam Hoa (Gadis Murni MenaburBunga). Trang Terdengar suara benturan pedang dengan golok. Golok di tangan kepala perampok itu tinggal sepotong, telah kutung oleh pedang pusaka Tan Giok Cu. "Haaah?" Wajah kepala perampok itu berubah pucat pias. "Lihiap, ampunilah aku" "Hm" Tan Giok Cu mendengus dingin dan mendadak menggerakkan pedangnya-Crasss "Aduuuh..."Jerit kepala perampok itu kesakitan. Lengan kanannya telah kutung sebatas bahu, dan darah segarnya langsung mengucur deras. Tan Giok Cu menatapnya dingin sejeNak, kemudian melesat pergi- sedangkan para anak buah kepala perampok itu masih berdiri di tempat dengan tubuh menggigil. Ketika hari mulai gelap, Tan Ek seng dan Lim soat Hong duduk di ruang depan dengan wajah murung, bahkan nYonya itu pun sering menghela nafas panjang. "Isteriku...." Tan Ek seng menggeleng-gelengkan kepala, "sudahlah jangan terus menerus menghela nafas panjang, itu tidak baik-" Lim soat Hong menghela nafas panjang lagi seraya berkata- "Aku tidak habis pikir, kenapa Giok Cu masih belum pulang?" "Mungkin...." sahut Tan Ek Seng menghibur. "Giok Cu sedang berada dalam perjalanan ke mari-" "suamiku...." Lim soat Hong menggeleng-gelengkan kepalaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Aku mulai mencemaskannya-" "Tidak usah mencemaskannya, dia pasti pulang." "sudah lima tahun lebih, seharusnya dia sudah pulang. Tapi- - " Ketika itu, mendadak berkelebat sesosok bayangan ke dalam- Betapa terkejutnya Tan Ek seng dan Lim soat Hong, sehingga mereka berdua serentak membentak"siapa?" "Ayah, ibu" terdengar suara sahutan dari seorang gadis remaja yang berdiri di hadapan mereka dengan wajah berseriseri"Giok Cu" Lim soat Hong dan Tan Ek seng terbelalak"Nak- - " Lim soat Hong langsung bangkit berdiri, dan Tan Giok Cu menghampirinya dengan mata bersimbah air. "ibu...." "Nak-..." Lim soat Hong membelainya. "Engkau... engkau sudah pulang" "ibu...." Tan Ek seng juga mendekati putrinya, kemudian membelainya dengan penuh kasih sayang. "Nak-..." Wajah Tan Ek seng tampak berseri-seri. "Engkau sudah besar, ayah nyaris tidak mengenalimu lagu" "Ayah-..." Tan Giok Cu tersenyumTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "oh ya, di mana Bibi Ah Hiang?" "Ada, ada di dalam" sahut Lim soat Hong dan menambahkan. "AYoh, mari kita duduk saja" Mereka bertiga lalu duduk, dandisaat itulah muncul Ah Hiang. Begitu melihat Tan Giok Cu, Ah Hiang pun terbelalak"Bibi Ah Hiang" panggil Tan Giok Cu. "Engkau... engkau adalah nona kecil?" tanya Ah Hiang seakan tidak percaya sebab kini Tan Giok Cu sudah besar. "Betul, Bibi Ah Hiang" sahut Tan Giok Cu. "sekarang aku sudah besar." "Nona...." Ah Hiang menghampirinya, kemudian membelainya dengan gembira sekali. "Engkau... engkau sudah kembali." setelah mencurahkan rasa rindunya, barulah Ah Hiang ke belakang untuk mengambil minuman. "Nak,"ujar Tan Ek Seng sambil menatap putrinya d eng a n penuh perhatian. "Ayah Gembira sekali- karena kini engkau sudah kembali." "Ayah-" tanya Tan Giok Cu mendadak"Apakah Han Liong sudah ke mari?" "Dia sudah ke mari, tapi ketika itu engkau belum pulang" sahut Tan Ek seng. "Maka dia berangkat ke gunung Bu TOng. Dia berpesan agar engkau tunggu di rumah. sebab dia akan ke mari lagi" "oh?" Wajah Tan Giok Cu ceria. "Dia juga sudah besar?" "Dia pun sudah besar, bahkan...." Lim soat Hong tersenyum, "...bertambah tampan lho" "oh ya?" Wajah Tan Giok Cu agak merah"Dia bilang apa saja?" "Nak," Tan Ek seng tersenyum"Kami sudah bertanya kepadanya-" "Ayah dan ibu bertanya apa kepadanya?" "Kami bertanya kepadanya cinta atau tidak terhadapmu, dia jawab...." Tan Ek Seng sengaja tidak melanjutkan ucapannya karena ingin membuat putrinya tegang. "Dia menjawab apa?" tanya Tan Giok Cu dengan hati berdebar-debar tegang. "Dia menjawab-..." Tan Ek seng tersenyum. "Cinta kepadamu. Namun dia...." "oh?" Tan Giok Cu girang bukan main. "Kenapa dia?" "Dia bilang engkau cinta atau tidak kepadanya. Kami memberitahukan bahwa engkau mencintainya, namun dia kelihatan kurang percaya." "Aku, aku sangat cinta kepadanya. Dia, dia kok tidak tahu?" Tan Giok Cu menggeleng-telengkan kepala. "Bagaimana mungkin dia tahu?" Lim soat Hong tertawa. "Kalian belum bertemu untuk mencurahkan perasaan masing-masing, tentunya dia tidak tahu engkau mencintainya." "Ketika kami masih kecil, aku... aku sudah menyukainya," ujar Tan Giok Cu dengan wajah agak kemerah-merahan. "Itu adalah urusan ketika kalian masih kecil. Tapi kini kalian sudah besar, tentunya tidak seperti dulu lagi." Tan Ek seng tersenyum dan menambahkan, "syukurlah kalau engkau pun mencintainya" "Nak," Lim soat Hong menatapnya seraya berkata. "TUturkanlah keadaanmu sejak ikut gurumu itu" "Aku langsung dibawa ke belakang gunung Ciong Lam san. Ternyata di situ terdapat sebuah kuburan tua yang amat besar, itulah tempat tinggal guruku dan para pengiringnya." "Dalam kurun waktu lima tahun lebih, engkau terus berdiam di dalam kuburan tua itu?" tanya Lim soat Hong. "Ya-" Tan Giok Cu mengangguk. "Pantas wajahmu menjadi seputih salju" Lim soat Hong manggut-manggut"oh ya, engkau sudah menguasai seluruh ilmu gurumu?" "Ya. Aku tidak menyangka sama sekali- ternyata guruku adalah keturunan sin Tiauw Tay hiap Yo Ko dan Siauw Liong Li-" Tan Giok Cu memberitahukan. "Ayah sudah menduga itu," ujar Tan Ek seng sambil tersenyum. "Giok Cu," tanya Lim soat Hong mendadak"Guru tidak punya suami?" "Guru tidak mau menikah, sebab tidak bertemu lelaki idaman hatinya," jawab Tan Giok Cu memberitahukan. "Belasan tahun lalu, guruku pernah jatuh cinta kepada seorang pemuda, namun pemuda itu sudah punya kekasih, maka guruku terpaksa menjauhinya." "siapa pemuda itu?" tanya Lim soat Hong. "Ternyata adalah Thio Bu Ki, ayah Thio Han Liong," jawab Tan Giok Cu. "Itu sungguh di luar dugaan" Tan Ek seng menggelengGelengkan kepala. "Kini gurumu tetap tinggal di dalam kuburan tua itu?" "ya." Tan Giok Cu mengangguk dan menambahkan. "Guru sangat baik dan amat menyayangiku. " "syukurlah" ucap Lim soat Hong. "oh ya" Tan Giok Cu teringat sesuatu. "Ketika dalam perjalanan kesini, aku dihadang para perampok-" "oh?" Lim soat Hong tersentak"Lalu baguimana?" "Kepala perampok itu berniat tidak baik terhadap diriku. Dia menyuruh pada anak buahnya menangkapku tapi aku berhasil melukai mereka dengan pedang pusaka Pek Kong Kiam." "setelah itu bagaimana kepala perampok itu?" tanya Tan Giok Cu tertarik- "Kepala perampok itu langsung menyerangku dengan golok, namun aku berhasil mengutungkan goloknya, kemudian aku pun mengutungkan sebuah lengannya." "Ngmmm" Tan Ek seng manggut-manggut. "Kepala perampok itu memang harus dihukum" "Ayah, ibu." ujar Tan Giok Cu mendadak bernada dengan serius. "Aku akan menunggu Han Liong di rumah sebulan. Kalau dia belum ke mari, aku akan menyusulnya ke gunung Bu TOng." "Nak," Lim soat Hong menggelengkan kepala. "Itu mana boleh?" "ibu, jangan melarangku," sahut Tan Giok Cu. "Kini aku sudah besar, lagi pula kepandaianku sudah tinggidan aku sudah bisa menjaga diri." "Nak," Tan Ek seng menatapnya. "Kini engkau memang sudah besar dan berkepandaian tinggi- tapi tidak baik engkau berkecimpung dalam rimba persilatan." "Ayah" Tan Giok Cu memberitahukan. "Guruku telah berpesan, aku harus menjadi pendekar wanita yang membela kebenaran dalam rimba persilatan." "Hmmm" Tan Ek seng mangmit-manggut. "Baiklah. Namun engkau harus berhati-hati sebab dalam rimba persilatan penuh diliputi berbagai kejahatan dan kelicikan" "Ya- Ayah-" Tan Giok Cu mengangguk"Nak," pesan Lim soat Hong. "setelah bertemu Han Liong, engkau harus pulang bersamanya" "Ya, ibu." Tan Giok Cu tersenyum. "Giok Cu" Tan Giok Cu menatap putrinya sambil tersenyum. "Engkau dan Han Liong memang merupakan pasangan yang serasi- Engkau cantik jelita, dan dia tampan, gagah serta baik hati- Ha ha ha..." Bab 13 Berangkat Ke Kuil siauw Lim sie Thio Han Liong dan Thio sam Hong duduk di ruang meditasi. Kini kepandaian pemuda itu bertambah tinggikarena mendapat petunjuk dari Thio sam Hong. "Han Liong" Thio sam Hong tersenyum. "Kepandatanmu sudah tinggi- hanya saja Iweekangmu belum mencapai tingkat kesempurnaan." "sucouw, kalau begitu aku harus terus berlatih Iwee-kang?" tanya Thio Han Liong. "Itu tergantung dari keberuntunganmu," sahut Thio sam Hong memberitahukan. "Ketika kecil, ayahmu terpukul oleh ilmu Hian Bong Sian ciang yang amat beracun. Pukulan itu membuat ayahmu kedinginan...." Thio sam Hong menutur tentang kejadian tersebut, kemudian mena mbahkan. "Namun sungguh di luar dugaan, di dalam sebuah lembah, ayahmu makan kodok api yang mengandung hawa panas, setelah itu ayahmu pun menemukan kitab Kiu yang Cin Keng." "Karena makan kodok api itu, maka ayahku berhasil melatih Iweekangnya hingga mencapai tingkat yang begitu tinggi?" "ya. Tapi- - " Thio sam Hong menggeleng-gelengkan kepala. "Masih tidak sanggup menahan ilmu pukulan para Dhalai Lhama itu." "sucouw," tanya Thio Han Liong. "Apakah tiada cara untuk memecahkan ilmu pukulan itu?" "Memang tidak ada." Thio sam Hong menghela nafas panjang, "sebab Iweekang gabungan para Dhalai Lhama itu amat dahsyat. Di koiong langit ini tiada seorang jago pun yang sanggup menahan ilmu pukulan itu" "Kalau begitu..." "Hanya ada satu jalan." Thio sam Hong memberitahukan. "Jangan menyambut pukulannya. Hadapi para Dhalai Lhama itu dengan menggunakan kegesitan untuk menghindari pukulan Dhalai Lhama yang paling depan, dan serang yang paling belakang." "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut mengerti. "Ternyata begitu cara memecahkan ilmu pukulan itu" "Tapi engkau masih harus ingat satu hal" ujar Thio sam Hong mengingatkannya, "Para Dhalai Lhama itu memiliki Liak Hwee Tan. Kalau menghadapi mereka, engkau harus menghindari Liak Hwee Tan itu." "Terima kasih atas petunjuk sucouw" ucap Thio Han Liong. "Aaaah - ?" Mendadak Thio sam Hong menghela nafas panjang, "setelah ayahmu hidup mengasingkan diri di Pulau Hong Hoang to, rimba persilatan mulai dilanda bencana. Perlu engkau ketahui- ayahmu adalah Bu Lim Beng Cu (Ketua "Rimba Persilatan). Kini banyak jago yang berhati jahat ingin merebut kedudukan Bu Lim Beng Cu, otomatis menimbulkan berbagai macam badai dalam rimba persilatan." Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "sucouw...." Thio Han Liong ingin menghiburnya, namun merasa tidak eNak, "In Lie Heng sudah sekian lama pergi ke siauw Lim sie, tapi hingga kini belum juga pulang. Apakah telah terjadi sesuatu atas dirinya?" "sucouw tidak usah cemas," ujar Thio Han Liong menghiburnya. "Kakek In tidak akan menemui suatu apa pun." "Aaaah - " Thio sam Hong menghela nafas lagi. "Engkau tidak tahu, In Lie Heng hidup menderita belasan tahun." "oh?" Thio Han Liong tersentak. "Kenapa Kakek In hidup menderita belasan tahun?" "Belasan tahun lalu, iSierinya yang bernama Yo Put Hwi mati karena melahirkan." Thio sam Hong memberitahukan. "Beberapa bulan kemudian, anaknya pun mati karena sakit." "Haaah...?" Thio Han Liong terkejut, la tidak menyangka nasib In Lie Heng begitu malang. "sudah lama dia pergi ke siauw Lim sie, namun masih belum pulang. Aku khawatir telah terjadi sesuatu atas dirinya." Thio sam Hong menggeleng-gelengkan kepala. "Han Liong...." "ya, sucouw." "Ayahmu pernah menceritakan tentang Kim Mo say ong-cia sun?" "Pernah-" Thio Han Liong mengangguk. "Kim Mo sau ong-cia sun adalah ayah angkat orangtua ku-" "Tidak salah" Thio sam Hong manggut-manggut"Cia sun tinggul bersama Tiga Tetua siauw Lim di belakang kuil Siauw Lim sie- Engkau harus ke sana menemuinya-" "ya, sucouw-" Thio Han Liong mengangguk. "Engkau boleh berangkat esok pagi-" ujar Thio sam Hong sambil memejamkan matanya, "ya, sucouw." Thio Han Liong mengangguk lagi- lalu meninggalkan ruang meditasi menuju ruang depan. Kebetulan song wan Kiauw dan lainnya sedang berkumpul di situ Mereka menyuruh Thio Han Liong duduk"Han Liong," ujar song Wan Kiauw kemudian. "Kepandaianmu semakin tinggi- kini kami sudah bukan tandinganmu lagi" "Kakek song" Thio Han Liong tersenyum dan memberitahukan, "sucouw menyuruhku berangkat ke kuil siauw Lim sie esok pagi-" "oh?" song Wan Kiauw menatapnya. "Untuk menjenguk Cia sun?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Itu memang ada baiknya juga" ujar Jie Lian ciu. "sebab Cia sun adalah ayah angkat orangtua mu, lagipula engkau akan bertemu In Lie Heng di sana." "Kakek Jie," ujar Thio Han Liong, "sucouw sangat mencemaskan Kakek In." "oh?" Jie Lian ciu mengerutkan kening. "Apakah disebabkan In Lie Heng belum pulang?" "Ya. Maka sucouw khawatir telah terjadi sesuatu atas diri Kakek In." "Itu..." Jie Lian ciu tersenyum. "Itu tidak mungkin. Aku yakin In Lie Heng masih berada di kuil siauw Lim sie." "Kakek Jie," kata Han Liong. "Kenapa Kakek In pergi ke kuil siauw Lim sie?" "Kong Bun Hong Tio mengutus Goan Liang ke mari untuk mengundang guru ke sana guna merundingkan sesuatu. Namun guru menolak karena sudah tua sekali maka mengutus In Lie Heng ke sana." "Kenapa Kong Bun Hong Tio siauw Lim Pay mengutus Goan Liang ke mari mengundang sucouw?" tanya Thio Han Liong heran. "Apakah di Kuil siauw Lim sie telah terjadi sesuatu?" "Itu memang merupakan kejadian yang sungguh di luar dugaan," jawab Jie Lian ciu dan menutur tentang kejadian beberapa tahun lalu. "... ternyata si pembunuh misterius itu bernama seng Hwianak Hun Goan Pek Lek Chiu-seng Kun. Kong Bun Hong Tio bertanding sepuluh jurus dengannya dapat bertahan, maka seng Hwi pergi- Tapi dia masih sempat mencetuskan janjibahwa lima tahun kemudian dia akan kembali lagi memusnahkan siauw lim pay." "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut. "Kong Bun Hong Tio siauw Lim Pay ingin berunding dengan sucouw?" "Betul." lie Lian Ciu mengangguk"seng Kun begitu jahat dan licik, maka anaknya itu pasti sama-" "Han Liong," pesan song Wan Kiauw"Engkau harus membantu siauw lim pay, sebab sucouwmu masih terhitung murid siauw Lim Pay lho" "oh?" Thio Han Liong tertegun"Guru sucouwmu adalah Kak Wan Taysu dari siauw Lim sie - " song wan Kiauw menceritakan tentang itu"oleh karena itu, engkau harus membantu mereka." "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut. "Kakek song, aku pasti membantu pihak siauw Lim Pay." -ooo00000ooo- Keesokan harinya, Thio Han Liong berpamit kepada Thio sam Hong dan lainnya, setelah itu, barulah ia meninggalkan Bu TOng san menuju kuil siauw Lim sie- Dalam perjalanan, ia terus memikirkan Tan Giok Cu, apakah gadis itu sudah pulang ke rumah atau belum" Enam tujuh hari kemudian, Thio Han Liong sudah memasuki propinsi Holam- Karena merasa haus, ia lalu mampir di sebuah kedai araki Begitu duduk, pelayan langsung menghampirinya sambil tersenyum-senyum. "Tuan Muda mau pesan arak apa" Kedai kami menyediakan berbagai macam arak wangi-" "Maaf," sahut Thio Han Liong. "Aku mau minum teh saja-" "Baik," Pelayan segera menyuguh minuman tersebut, kemudian pergi melayani tamu lain. Di saat itu, masuk ke dalam seorang tamu lelaki berusia sekitar tiga puluh lima tahun, dan langsung duduk di sebelah Thio Han Liong. "Maaf, saudara kecil" ucap lelaki itu sambil tersenyum. "Karena tiada meja kosong, maka aku terpaksa duduk di sini. Engkau tidak berkeberatan kan?" "Tentu tidak," sahut Thio Han Liong. "Terima kasih," ucap lelaki itu, lalu memesan arak wangipelayan segera menyajikannya. Lelaki itu mulai meneguk minumannya lalu memandang Thio Han Liong seraya bertanya. "Engkau tidak minum arak?" "Aku tidak pernah minum arak." sahut Thio Han Liong. "saudara kecil" Lelaki itu tertawa aelaki "Engkau harus tahu, lelaki harus minum arak, Kalau tidak, seperti banci lho" Thio Han Liong tersenyum. "Aku masih kecil, tidak pantas minum arak- Aku minum teh saja." "Ha ha ha" Letaki itu tertawa lagi"Berapa usiamu sekarang?" "Enam belas." "saudara kecil, tahukah engkau" Aku mulai minum arak sejak berusia sepuluh tahun." "Paman tergoiong setan arak.-" Thio Han Liong tersenyum. "Kalau begitu, Paman pasti tidak akan mabuk" "Tentu." Lelaki itu manggut-manggut"saudara kecil, kita bertemu di sini, maka kita harus bersulang-" "Paman, aku - -" "Engkau maujadt banci?" "Baiklah- Tapi aku minum seteguk saja-" "Ha ha ha" Letaki itu tertawa, lalu menuang arak wangi ke dalam cangkir Thio Han Liong"saudara kecil, mari kita bersulang" Thio Han Liong mengangkat cangkirnya, lalu bersulang dengan lelaki itu "Ha ha ha" Lelaki itu terus tertawa, kelihatannya gembira sekali- "Aku tidak punya teman, namun hari ini aku bertemu denganmu- Bagaimana kalau kita berteman" Engkau tidak akan menolak kan?" "Baik, Aku senang berteman dengan Paman" sahut Thio Han Liong- "saudara kecil, engkau jangan memanggilku Paman, panggil saja saudara tua" "ya, saudara tua-" "Ha ha ha" Lelaki itu tertawa oembiraTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Hari ini aku gembira sekali. Ha ha ha" Lelaki itu bangkit berdiri seraya berkata, "saudara kecil, toiong bayar minumanku sampai jumpa lagibiar aku yang traktir" "Terima kasih Lain kali saja" sahut lelaki itu sambil berjalan pergi dengan agak sempoyongan. Thio Han Liong menggeleng-Gelengkan kepala. Namun ia yakin bahwa lelaki itu bukan orang jahat, setelah membayar semua minuman itu, ia meninggalkan kedai arak tersebut, (bersambung keBagian 7) Jilid 7 Sore harinya, Thio Han Liong memasuki sebuah lembah. Mendadak terdengar suara jeritan yang menyayat hati. Betapa terkejutnya Thio Han Liong, ia langsung melesat ke tempat suara jeritan itu. Dilihatnya, seorang tua sedang menyiksa beberapa orang yang terikat di sebuah pohon. Thio Han Liong terbelalak, karena orang tua itu berwajah seram, yang tidak lain adalah Si Mo (iblis Dari Barat) Bu yung Hok yang pernah menyiksanya. "Berhenti" bentak Thio Han Liong sambil melesat ke hadapannya. "Eeeh?" Si Mo tersentak ketika melihat seorang pemuda muncul di hadapannya. "Anak muda, siapa engkau?" "Si Mo" sahut Thio Han Liong dengan kening berkerut. "Cepatlah melepaskan mereka" "He he he He he he..." Si mo tertawa terkekeh-kekeh. "Anak muda, berdasarkan apa engkau menyuruhku melepaskan orang-orang ini?" "Berdasarkan kebenaran-" sahut Thio Han Liong. "Anak muda" Si Mo menatapnya tajam. "Engkau berdasarkan kebenaran, aku berdasarkan hukum rimba persilatan, siapa kuat dan berkepandaian tinggi, dialah yang berkuasa" "Si Mo" sahut Thio Han Liong dingin. "Cepatlah engkau melepaskan mereka" "Anak muda" Si Mo tertawa. "Kelihatannya engkau berbakat dalam hal ilmu silat Walau aku sudah punya seorang murid, tapi aku masih bersedia menerimamu sebagai murid" "Aku tidak sudi meniadi muridmu" "Kenapa?" "Karena hatimu jahat sekali siapa sudi menjadi muridmu?" "Anak muda" sepasang mata si Mo membara- la mendadak memekik keras sambil menyerang Thio Han Liong. Thio Han Liong memang sudah siap dari tadi, maka begitu si Mo menverang, ia berkelit menghindari serangan itu sekaligus mengerahkan Kiu yang sin Kang, "He he he" si mo tertawa terkekeh-kekeh. "Anak muda Tak disangka engkau berisi juga Nah, sambutlah serangan berikutnya" si Mo mulai menyerangnya lagi. Thio Han Liong berkelit dan kini mulai balas menyerang dengan ilmu Thay Kek Kun yang lemas itu. "Ternyata engkau murid Bu Tong Pay" ujar si Mo dingin"Bagus sudah lama aku ingin mencoba kepandaian Bu Tong Pay, dan hari ini adalah kesempatanku" si Mo mulai mengeluarkan ilmu andalannya, sedangkan Thio Han Liong mengeluarkan ilmu Thay Kek Kun bercampur dengan ilmu Kian Kun Taylo Ie- oleh karena itu, ia dapat bertahan dan menyerang pula. Itu membuat si Mo penasaran sekali- sekonyong-konyong ia memekik keras sambil menjongkokkan badannya, ternyata ia ingin mengeluarkan ilmu simpanannya yang paling lihay dan hebat, yaitu Ha Mo Kang (Ilmu Kodok). Krok Krok Krok si Mo mengeluarkan suara kodokItu membuat Thio Han Liong tercengang. Di saat itu si Mo meloncat menyerang Thio Han Liong. Tiada pilihan lain bagi pemuda itu, karena sudah tidak sempat berkelit, maka terpaksa menangkis ilmu Kiu Im Pek Kut Jiauw. Blaaam Thio Han Liong terpental beberapa depa, sedangkan si Mo termundur-mundur beberapa langkah. "He he he" si mo tertawa terkekeh-kekeh. "Pantas engkau bertingkah di hadapanku, ternyata engkau memiliki kepandaian tinggi Bagus Bagus" si Mo mulai menyerangnya lagi- Thio Han Liong melawannya dengan ilmu Thay Kek Kun, Kian Kun Taylo Ie dan Kiu Im Pek Kut Jiaw- Akan tetapi, Thio Han Liong kurang berpengalaman dan Iweekangnya masih betum begitu tinggi, sehingga terdesak sesudah puluhan jurus kemudian. "He he he Anak muda, aku harus membunuhmu" seru si Mo sambil mempergencar serangannya. Kini Thio Han Liong cuma mampu menangkis dan mengelak, sama sekali tidak mampu balas menyerang. Pada saat bersamaan, terdengarlah suara tawa yang amat keras. "Ha ha ha si Mo yang amat terkenal hanya berani menghina anak muda, itu sungguh membuat aku kagum dan salut" terdengar pula ucapan yang menyindir, dan tak lama muncullah seorang tua berpakaian sastrawan. Ketika melihat kehadiran sastrawan itu, si Mo berhenti Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo menyerang Thio Han Liong. Maka pemuda itu langsung menarik nafas lega. "Lam Khie (orang Aneh Dari selatan)" si Mo menatapnya tidak senang. "Engkau ingin mencampuri urusanku?" "Hua ha ha ha" Ternyata sastrawan tua itu adalah Lam Khie. "Kita memang ada perjanjian, selama sepuluh tahun ini dilarang saling mengganggu Akan tetapi, saat ini tanganku gatal karena melihat engkau menghina anak muda itu Kalau engkau melepaskannya, tentunya aku pun tidak akan turut campur lagi" "Hm" dengus si Mo dingin. "Itu sama saja engkau ingin cari gara-gara denganku" "Baik." Lam Khie tertawa. "Katakanlah aku memang ingin cari gara-gara dengan engkau, lalu engkau mau apa?" "Engkau...." si Mo melotot. "Sudahlah" ujar Lam Khie"Lebih baik melepaskan anak muda itu Kalau tidak, kita terpaksa bertarung" si Mo berpikir sejeNak, kemudian memandang Thio Han Liong seraya berkata dengan dingin sekali. "Anak muda Aku melepaskanmu sekarang, tapi kalau bertemu kelak, engkau pasti kubunuh" "Terima kasih atas kemurahan hatimu" sahut Thio Han Liong sambil memberi hormat. "Tapi aku harap Locianpwee sudi melepaskan mereka juga" "Anak muda" si Mo melotot. "Maksudmu mereka yang terikat di pohon itu?" "Ya" Thio Han Liong mengangguk. "Tidak" si Mo menggelengkan kepala. "Aku tidak akan melepaskan orang-orang itu" "Kalau Locianpwee tidak melepaskan mereka, aku pun tidak mau pergi" ujar Thio Han Liong. "Itu adalah urusanmu, anak muda" sahut si mo "Eeeeh?" Lam Khie menggaruk-garuk kepala. "Aku pun tidak bisa pergi" "Lam Khie" Mata si Mo berapi-api. "Engkau...." "Matamu berapi-api, marah ya" Kalau begitu, mari kita bertarung saja" ujar Lam Khie sambil tertawa. "Tanganku memang sudah gatal, ingin sekali bertarung denganmu" "Kita sudah ada janji, lima tahun lagi kita akan bertanding" sahut si Mo sambil tertawa dingin. "Baik Kalau kalian tidak mau pergi, aku yang pergi" si Mo langsung melesat pergi. Thio Han Liong segera melepaskan tali yang mengikat beberapa orang di pohon itu. "Terima kasih, siauwhiap," ucap mereka. "Paman-paman, cepatlah kalian tinggalkan tempat ini" ujar Thio Han Liong. Mereka mengangguk, segera memberi hormat kepada Lam Khie, lalu pergi tanpa menoleh lagi. "Ha ha ha" Lam Khie tertawa gelak, kemudian menatap Thio Han Liong dengan penuh perhatian seraya berkata, "Anak muda, kepandalanmu cukup tinggi- Bolehkah aku tahu siapa dirimu?" "Locianpwee, namaku Thio Han Liong," jawab pemuda itu. "Terima kasih atas pertolongan Locianpwee-" "Ha ha" Lam Khie tertawa"Han Liong, mari kita duduk untuk mengobrol sebentar Engkau tidak berkeberatan kan?" "Ya, Locianpwee" Thio Han Liong mengangguk. Mereka berdua lalu duduk di bawah pohon. Lam Khie terus menatapnya, lama sekali barulah membuka mulut. "Engkau mahir ilmu silat Thay Kek Kun, apakah engkau adalah murid Bu Tong Pay?" "secara tidak langsung aku memang murid Bu Tong Pay-" Thio Han Liong menjelaskan. "sebab kakekku adalah murid Bu Tong Pay." "Siapa Kakekmu?" "Thio cui san." "Ternyata kakekmu adalah salah seorang Bu Tong cit Hiap. Ayahmu pasti Thio Bu Ki yang amat kesohor itu." "ya." "Han Liong" Lam Khie tersenyum. "Aku tinggal di Tayli, julukanku adalah Lam Khie-Baru beberapa tahun aku berkecimpung di rimba persilatan Tionggoan, dan disaat itu pula muncul Tong Koay-Oey su Bin, si Mo-Buyung Hok dan Pak Hong-wan Bun Kim. Kepandaian kami terempat boleh dikatakan seimbang." "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut. "Tapi si Mo kelihatan agak segan pada Locianpwee." "Bukan segan," sahut Lam Khie. "Melainkan enggan bertarung denganku, sebab ia tidak mau ambil risiko bertarung denganku. Dia sangat licik, akal busuknya pun banyak-" "Locianpwee," tanya Thio Han Liong mendadak"Bagaimana sifat Tong Koay dan pak Hong?" "Mereka berdua tidak bersifat licik maupun jahat, namun Tong Koay agak sesat. sedangkan Pak Hong agak kegilagilaan." LamKhie memberitahukan, "oh ya, belum lama ini dalam rimba persilatan telah muncul sebuah perkumpulan misterius." "Hek Liong Pang?" "Betul." Lam Khie manggut-manggut. " Ketua Hek Liong Pang berkepandaian sangat tinggi sekali. Dia adalah seorang wanita berusia lima puluhan. Wajahnya dingin dan hatinya jahat, siapa berani menyinggung perasaannya pasti dibunuhnya, sebulan yang lalu, ketua Hek Liong Pang itu mengundang kami bertemu di Pek Hoa Kek (Lembah Bunga Putib). Ternyata ketua Hek Liong Pang itu menghendaki kami bergabung. Aku dan Tong Koay serta Pak Hong langsung menolak, sedangkan si Mo bilang akan pikirpikir dulu. Kelihatannya si Mo berniat bergabung dengan ketua Hek Liong Pang, kalau itu terjadi, Hek Liong Pang pasti tumbuh sayap, sebab si Mo adalah ketua golongan hitam, rimba persilatan pasti akan dilanda banjir darah-" "Kalau begitu - " ujar Thio Han Liong setelah berpikir sejenak- "Locianpwee, Tong Koay dan Pak Hong bergabung saja-" "Kami bertiga bergabung Ha ha ha - " Lam Khie tertawa gelak- "Itu merupakan hal yang tak mungkin." "Memangnya kenapa?" Thio Han Liong heran. "Kami bertiga sangat tinggi hati, tidak akan saling mengalah satu sama lain. Maka kami bertiga tidak mungkin bisa bergabung, dan itu sangat menguntungkan Hek Liong pang. Lagipula si Mo amat licik- Dia berniat bergabung dengan Hek Liong Pang, sudah pasti punya tujuan tertentu-" "si Mo punya tujuan apa?" "Dia ingin menjadi Bu Lim Beng Cu. Begitu pula ketua Hek Liong Pang. Dalam hal tersebut mereka pasti akan berunding lama." "Bu Lim Beng Cu?" "Aku sudah dengar," ujar Lam Khie sambil memandang Thio Han Liohg. "Belasan tahun lalu, ayahmu telah diangkat sebagai Bu Lim Beng Cu. Namun sudah belasan tahun pula ayahmu menghilang entah ke mana, maka banyak jago dari berbagai aliran ingin merebut kedudukan itu." "Bu Lim Beng Cu - " gumam Thio Han Liong, "Itu cuma merupakan sebuah nama kosong." "Eh?" Lam Khie terbelalak- "Ayahmu adalah Bu Lim Beng Cu, kenapa engkau malah mengatakan begitu?" "Locianpwee...." Thio Han Liong tersenyum getir. "Lho?" Lam Khie menatapnya tidak mengerti. "Kenapa engkau" Apakah telah terjadi sesuatu atas diri ayahmu?" "Locianpwee, aku ingin bertanya bagaimana kepandaian Locianpwee dibandingkan dengan kepandaian ayahku?" "Mungkin - ," sahut Lam Khie jujur. "Aku masih kalah setingkat di bandingkan dengan kepandaian ayahmu." "Locianpwee pernah dengar tentang para Dhalai Lhama?" "Dhalai Lhama?" "Ya." "Para Dijalai Lhama hanya terdapat di Tibet, mereka ratarata berkepandaian amat tinggi," ujar Lam Khie"Tapi tidak pernah berkecimpung dalam rimba persilatan Tionggoan." "Mereka tidak pernah berkecimpug dalam rimba persilatan, namun pernah bertarung dengan ayahku." Thio Han Liong memberitahukan. "Aku menyaksikan pertarungan itu" "oh?" Lam Khie tampak tertarik"Bagaimana hasil pertarungan itu?" "Ayahku terluka, bahkan terbakar oleh Liak Hwee Tan milik para Dhalai Lhama itu," jawab Thio Han Liong dengan wajah murung, "Itu bagaimana mungkin?" Lam Khie tidak percaya Thio Bu Ki kalah bertarung dengan para Dhalai Lhama. "Para Dhalai Lhama itu berjumlah sembilan orang...." tutur Thio Han Liong mengenai ilmu istimewa yang dimiliki para Dhalai Lhama itu. "Maka ayahku tidak sanggup melawan mereka." "Bukan main" Lam Khie terbelalak"Itu sungguh luar biasa. Tak disangka para Dhalai Lhama itu memiliki kepandaian istimewa. Tapi aku tidak pernah mendengar tentang mereka, mungkin mereka sudah pulang ke Tibet." "Kalau kepandaianku sudah tinggi sekali, aku pasti ke Tibet mencari mereka," ujar Thio Han Liong sungguh-sungguh"Engkau ingin membalas dendam?" "Hanya ingin membuat perhitungan dengan mereka, sebab mereka membunuh Bibiku." "oooh" Lam Khie manggut-manggut. "Tapi engkau harus berhati-hati, karena kepandaian mereka begitu tinggi." "Ya." Thio Han Liong mengangguk, "Han Liong" Lam Khie memandangnya sambil tersenyum. "Rasanya aku cocok sekali denganmu, namun kita terpaksa berpisah sekarang. Kelak kita akan berjumpa lagi." Lam Khie melesat pergi, namun masih terdengar suara seruannya sayup,sayup, "Han Liong Hati-hati terhadap si Mo, dia sangat licik dan jahat...." "Terima kasih atas perhatian Locianpwee" sahut Thio Han Liong dan berseru pula menggunakan Iweekang. "Mudah-mudahan kita berjumpa lagi kelak" -ooo00000ooo- Thio Han Liong mulai mendaki siauw sit san. Ketika ia sedang mendaki melalui jalan gunung yang sempit, mendadak muncul beberapa Hweeshio"omitohud" ucap salah seorang dari mereka. "Anak muda, engkau mau ke mana?" "Aku mau ke kuil siauw Lim sie- Kalian adalah Hweeshiohweeshlo siauw Lim sie?" tanya Thio Han Liong. "Betul." Hweeshio itu mengangguk- "Anak muda, mau apa engkau ke kuil kami?" "Aku ingin menemui Kakek In,"jawab Thio Han Liong dan menambahkan. Juga ingin menemui Keng Bun Hong Tio-" "Kakek In" Maksudmu In Lie Heng?" tanya Hweeshio itu "Anak muda, sudah belasan hari In Tayhiap meninggalkan kuil kami-" Hweeshio itu memberitahukan. "oh?" Thio Han Liong tercengang"Tapi Kakek In belum tiba di gunung Bu Tong. Taysu, bolehkah aku bertemu Keng Bun Hong Tio?" "Ada urusan apa engkau ingin bertemu Hong Tio kami dan siapa engkau?" "Taysu, namaku Thio Han Liong." Pemuda itu memberitahukan. "Ayahku bernama Thio Bu Ki." "Apa?" Para Hweeshio itu tampak terkejut. "Ayahmu adalah Thio Bu Ki?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk"Kalau begitu," ujar Hweeshio itu. Mari ikut kami ke kuil menemui Hong Tio kami" "Terima kasih Taysu," ucap Thio Han Liong, lalu mengikuti para Hweeshio itu ke atas. Tak seberapa lama kemudian, sampailah di kuil siauw Lim sie- Betapa kagumnya Thio Han Liong menyaksikan kemegahan kuil tersebut "sutee, siapakah anak muda itu?" tanya salah seorang Hweeshio yang menjaga di depan kuil. "Dia bernama Thio Han Liong, putra Thio Bu Ki," sahut Hweeshio yang mengantar pemuda itu. "Dia ingin menemui Keng Bun Hong Tio, harap suheng melapor kepada Hong Tio (Ketua)" "omitohud" sahut Hweeshio itu, kemudian segera masuk ke dalam. "Silakan ke ruang depan" ucap Hweeshio yang mengantar Thio Han Liong. "Terima kasih," Thio Han Liong melangkah ke ruang depan. Tak seberapa lama kemudian, muncullah dua Hweeshio tua, yang ternyata Keng Bun Hong Tio dan Keng Ti seng Ceng. Kenapa ke dua Hweeshio tua itu sudi menyambut Thio Han Liong, Itu dikarenakan Thio Bu Ki, ayahnya pernah menyelamatkan siauw Lim Pny"omitohud" ucap Keng Bun Hong Tio"Anak muda, betulkah engkau putra Thio Bu Ki?" "Betul, Hong Tio-" Thio Han Liong mengangguk"Ayahmu berada di mana dan bagaimana keadaannya?" tanya Keng Bun Hong Tio dengan penuh perhatian. "Ayah dan ibu tinggal dipulau Hong Hoang to," jawab Thio Han Liong memberitahukan. "Ayahku baik-baik saja. Tapi...." Thio Han Liong menutur tentang ayahnya terluka oleh para Dhalai Lhama. Keng Bun Hong Tio dan Keng Ti seng Ceng Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mendengarkan dengan mata terbelalak-, "omitohud...." ucap Keng Bun Hong Tio"Itu sungguh di luar dugaan, syukurlah kini ayahmu sudah mulai pulih" "Keng Bun Hong Tio," tanya Thio Han Liong. "Bolehkah aku menemui Kakek angkatku?" "Maksudmu Cia sun?" "ya." "omitohud Tentu boleh. Tapi sepasang mata Cia sun tetah buta- Apakah ayahmu memberitahukan tentang itu?" "Ayahku sudah memberitahukan, oh ya, Kakek In sudah kembali ke gunung Bu Tong?" "sudah." Keng Bun Hong Tio mengangguk- Kemudian memandang Keng Tiseng Ceng seraya berkata, "sutee, antar Han Liong menemui Cia sun" "Ya, suheng." Keng Ti seng ceng mengangguk, lalu mengajak Thio Han Liong ke belakang. Berselang beberapa saat, mereka sudah sampai di pintu belakang kuit. Keluar dari pintu belakang itu, Thio Han Liong melihat sebuah gunung menjulang tinggi. "cia sun dan ke tiga paman guruku tinggal di dalam sebuah gua di gunung itu." Keng Ti seng Ceng memberitahukan. "Mari ikut aku ke sana" "Terima kasih, seng Ceng," ucap Thio Han Liong dan terus mengikuti padri tua itu menuju gua tersebut. Be-berapa saat kemudian, sampailah mereka di sana. Keng Ti seng Ceng tidak langsung masuki melainkan berseru di depan gua. "Paman guru Anak Thio Bu Ki bernama Thio Han Liong ingin menjenguk Cia sun Bolehkah teecu membawanya ke dalam?" suara Keng Ti seng Ceng bergema ke dalam gua, lama sekali barulah terdengar suara sahutan parau. "Keng Ti suruh dia masuk, engkau boleh kembali ke kuil" "ya, Paman guru" sahut Keng Ti seng Ceng lalu berkata kepada Thio Han Liong. "Engkau boleh masuk. silakan" "Terima kasih, seng Ceng," ucap Thio Han Liong, lalu melangkah memasuki gua dengan hati agak berdebar-debar. semakin ke dalam gua itu semakin luas dan terang. Kirakira dua tiga ratus langkah kemudian, Thio Han Liong melihat tiga padri yang sudah tua sekali dan seorang tua berambut panjang duduk di situ. segeralah pemuda itu bersujud di hadapan mereka. "Namaku Thio Han Liong, ayahku adalah Thio Bu Ki," ujar pemuda itu. "Kakek dan tiga Tetua siauw Lim, terimalah sujudku" "Ha ha ha" orang tua berambut panjang itu tertawa gelak"Tak disangka Thio Bu Ki sudah punya anak Kemarilah" "ya. Kakek-" Thio Han Liong merangkak mendekati orang tua berambut panjang itu"Han Liong...." orang tua berambut panjang dan buta itu adalah Kim Mo Say ong-cia sun. la meraba muka dan sekujur badan Thio Han Liong. "Luar biasa Engkau memiliki tulang yang luar biasa" "omitohud" ucap salah seorang Tetua siauw Lim bernama Touw ok- "Cia sun, cucumu itu memang luar biasa, bahkan sudah memiliki kepandaian yang cukup tinggi. Hanya saja jalan darah jin Tioknya belum terbuka, maka sulit mencapai Iweekang yang tinggi.? "Guru berniat menyempurnakannya?" tanya Cia sun mendadak- "omitohud" sahut Touw ok"Itu tergantung pada jodohnya dengan kami bertiga-" "Terima kasih Tetua siauw Lim," ucap Thio Han Liong. "omitohud" Touw ok tertawa. "Anak muda, engkau sungguh pintar Dengan ucapan terima kasihmu itu, justru membuat kami bertiga sutit menolak lagi." "Terima kasih, guru," ucap Cia sun cepat. "Ha ha ha" touw ok tertawa gelak"Siauw Lim Pay pernah berhutang budi kepada Bu Ki. Kini anaknya ke mari, maka kami harus membalas budi itu Ha ha ha" "Terima kasih, Tetua," ucap Thio Han Liong. "Han Liong" touw ok menatapnya tajam. "Duduk-lah" Thio Han Liong sebera duduk"Han Liong, bagaimana keadaan ayah dan ibumu?" tanya Cia sun. "Ayah dan ibu baik-baiksaja. Tapi - -" Thio Han Liong menutur tentang kejadianpara Dhalai Lhama dan pasukan pilihan Cu Goan ciang yang menyerbu ke Pulau Hong Hoang to- "Bibi Cijiak meninggal, ayah terluka oleh pukulan Dhalai Lhama, bahkan kemudian ayah dan ibu terbakar oleh Liak Hwee Tan." "Apa?" Cia sun terkejut bukan main. "Begitu hebat kepandaian para Dhalai Lhama itu?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk"Para Dhalai Lhama itu memiliki ilmu istimewa, yaitu Ilmu Ie Kang Tai Tik (Memindahkan Iweekang Menggempur Musuh), mereka berjumlah sembilan orang." "Ilmu Ie Kang Tai Tik?" Touw ok tampak terkejut sekali"Itu memang ilmu yang sangat luar biasa- Tentunya mereka juga paham akan berbagai macam formasi-" "Han Liong, kini ayahmu sudah pulih?" tanya Cia sun. "Sudah mulai pulih, namun wajah ayah dan ibu telah rusak" Thio Han Liong memberitahukan. "Ayahmu ahli dalam hal ilmu pengobatan, apakah tidak dapat mengobati wajahnya dan wajah ibumu?" tanya Cia sun bernada heran. "Bisa. Tapi- - " Thio Han Liong menggelengkan kepala"Harus dengan soat Lian (Teratai salju) yang terdapat di gunung soat San." "Kalau begitu--" Cia sun menghela nafas panjang, "sama juga tiada obatnya, sebab tidak gampang memperoleh Teratai salju." "Aku tahu itu, namun aku akan ke gunung soat san mencari soat Lian," ujar Thio Han Liong sungguh-sungguh"Bagus, bagus Engkau memang anak baik, Cia sun tertawa gembira. "Ha ha ha..." "omitohud Punya tekad yang Baik. pasti akan memperoleh hasil" ujar touw Giat. "Han Liong, engkau boleh tinggal di dalam gua ini beberapa hari, kami bertiga akan memberi petunjuk kepadamu, sekaligus membuka jalan darah jin Tiokmu, agar engkau gampang melatih Terima kasih, Tetua," ucap Thio Han Liong. "Terima kasih- - " Beberapa hari kemudian, Thio Han Liong sudah ke luar dari gua itu. Kini kepandaiannya bertambah tinggi, sebab ke tiga Tetua siauw Lim sie mengajarkannya beberapa macam ilmu silat rahasia siauw Lim Puy- Lagi-pula kini jalan darah jin Tioknya telah terbuka, maka Iweekangnya bertambah tinggi setingkat, itu dikarenakan ia memperoleh bantuan Iweekang dari ke tiga Tetua di saat membuka jalan darah jin Tioknya, sehingga mempertinggi Iweekangnya pula. Thio Han Liong sudah berada di dalam kuil siauw Lim sie. la duduk di hadapan Keng Bun Hong Tio dan Keng Ti seng Ceng. "Hong Tio" tanya Thio Han Liong. "Bolehkah aku menanyakan sesuatu?" "Tanyalah" sahut Keng Bun Hong Tio sambil tersenyum. "Hong Tio dan Kakek In berunding mengenai masalah apa" Lagipula kenapa suasana dalam kuil ini agak lain, kelihatannya seakan-akan menghadapi sesuatu?" "omitohud" sahut Keng Bun Hong TioTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Mungkin tidak lama lagi akan muncul seseorang menimbulkan kekacauan di kuil kami. Dia bernama seng Hwi, putra seng Kun." "oh?" Thio Han Liong tertegun, "Kenapa dia akan menimbulkan kekacauan di sini?" "Sebab kemungkinan besar dia telah salah paham terhadap Cia sun dan kami - ." Keng Bun Hong Tio menutur tentang kejadian seng Kun bertarung dengan cia sun. "Han Liong,apakah ayahmu menceritakan tentang urusan seng Kun dengan cia sun?" "Ayahku sudah menceritakannya." Thio Han Liong mengangguk- "Namun ayahku tidak tahu kalau seng Kun punya seorang putra." "omitohud" ucap Kong Ti seng Ceng. "Itu memang di luar dugaan. Lima tahun lalu, aku dan suhengku pernah bertarung dengan seng Hwi." Thio Han Liong terbelalak mendengar penuturan itu, sebab seng Hwi berkepandaian begitu tinggi. "Kini sudah waktunya dia ke mari, maka...," ucapan Kong Ti Seng Ceng terputus, karena mendadak terdengar suara tawa yang amat keras di luar kuil. "Kong Bun Hong Tio, aku sudah ke mari. Bersiap-siaplah untuk menghadapiku Ha ha ha..." "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio"sutee, seng Hwi datang. Man kita keluar" "Baik, suheng" Kong Ti seng ceng mengangguk, lalu berkata kepada Thio Han Liong. "Engkau di sini. Jangan keluar, sebab akan membahayakan dirimu." "seng Ceng, aku ingin ikut keluar," sahut Thio Han Liong sungguh-sungguh, "siapa tahu aku bisa membantu dalam hal ini." "omitohud" Kong Ti seng ceng memandang Kong Bun Hong Tio- "Bagaimana suheng" Bolehkah Han Liong ikut keluar?" "Baik-" Kong Bun Hong Tio manggut-manggut. "Terima kasih, Hong Tio," ucap Thio Han Liong, lalu ikut mereka keluar- Begitu sampai di luar, terbelalaklah Thio Han Liong, karena melihat seorang lelaki berusia tiga puluh lebih berdiri di situ, yang tidak lain adalah lelaki yang ia temui di dalam kedai arak. "saudara tua" panggil Thio Han Liong. "Eeeh?" Lelaki itu terperangah ketika melihat Thio Han Liong bersama ke dua padri tua itu. "Engkau... saudara kecil Kok berada di sini?" "saudara tua" Thio Han Liong menatapnya. "Engkau bernama seng Hwi?" "Ya." Lelaki itu mengangguk"Engkau adalah murid siauw Lim Pay?" "Bukan." Thio Han Liong menggelengkan kepala dan menambahkan "Tapi aku punya hubungan dengan siauw Lim Pay." "saudara kecil" seng Hwi menatapnya dengan wajah muram "Itu berarti engkau akan mencampuri urusanku dengan siauw Lim Pay?" "Bukan mencampuri, melainkan ingin menjernihkan masalahmu dengan siauw Lim Pay." sahut Thio Han Liong. "Apa maksudmu?" "Sebab engkau telah salah paham terhadap siauw Lim PayKalau salah paham itu masih berlanjut, akhirnya korban akan terus berjatuhan." "saudara kecil, aku memang harus membunuh para Hweeshio siauw Lim Pay dan cia sun, karena ayahku mati gara-gara mereka." "ltulah salah pahammu." Thio Han Liong meng-gelenggelengkan kepala. "saudara tua, maukah engkau mendengarkan penjelasanku dulu" Kalau memang pihak siauw Lim-pay dan cia sun bersalah, engkau pun boleh membunuhku." "Eh" saudara kecil. - " Seng Hwi mengerutkan kening. " Ketika aku melihatmu di kedai arak, aku sudah merasa cocok denganmu, kemudian engkau pun mau mentraktirku, Itu berarti aku telah berhutang kebaikan kepadamu- Kini engkau ingin menjelaskan masalah itu padaku, tentunya aku harus mendengarnya-" "saudara tua" Betapa girangnya Thio Han Liong. "Man ikut aku ke dalam" "Baik-" seng Hwi mengangguk, lalu mengikuti Thio Han Liong ke dalam kuil itu dan duduk di ruang depan. Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng saling memandang kemudian mereka manggut-manggut sambil menarik nafas lega. "saudara kecil, jelaskanlah" "saudara tua, Cia sun adalah ayah angkat orang-tuaku." Thio Han Liong memberitahukan. "orang tuaku adalah Thio Bu Ki...." Thio Han Liong menutur tentang kejadian masa lampau kepada seng Hwi. Thio Han Liong menutur tentang kejadian seng Kun yang memperkosa isteri Cia sun dan lain sebagainya berdasarkan apa yang didengarnya dari Thio Bu Ki, ayahnya. seng Hwi mendengarkan dengan wajah pucat pias dan seka li-kali ia pun melirik ke arah Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng. Ke dua padri tua itu tampak beo itu tenang, maka ia pun yakin bahwa apa yang dituturkan Thio Han Liong itu benar. "Kong Bun Hong Tio" tanya seng Hwi dengan kening berkerut-kerut. "Betulkah apa yang dituturkan saudara kecil ini?" "omitohud Itu memang betul," sahut Kong Bun Hong Tio"Para ketua partai besar lain pun mengetahui tentang kejadian itu. Bahkan masih ada beberapa murid kami yang dihukum, karena mereka bersekongkol dengan seng Kun." "Tapi...." seng Hwi menggeleng-gelengkan kepala. "Lainpula yang diceritakan ayahku, katanya Cia sun muridnya itu sangat jahat sekali. Padahal ayahku tidak pernah melakukan perbuatan terkutuk itu, namun cia sun yang memfitnahnya. Karena Cia sun terus-menerus memburunya, maka ayahku menjadi Hweeshio di siauw Lim sie- Cia sun tahu tentang itu, maka membunuh Keng Kian seng Cen. Akan tetapi, dengan licik sekali Cia sun memutar balikkan fakta itu, sehingga ayahku malah menjadi tertuduh, oleh karena itu, suatu hari ayahku berpesan kepadaku, apabila ayahku mati, aku harus menuntut balas kepada pihak siauw Lim sie dan cia sun." Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "omitohud" Keng Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan kepala. "Itu merupakan cerita bohong, omitohud...." "saudara tua, apa yang diceritakan ayahmu itu tidak benar," ujar Thio Han Liong. "Kalau engkau masih tidak percaya, silakan ke gunung Bu Tong bertanya kepada sucouwku" "sucouwmu" Maksudmu adalah guru Besar Thio sam Hong?" tanya seng Hwi. "Ya." Thio Han Liong mengangguk"Itu tidak perlu-" seng Hwi menggelengkan kepala, kemudian menatap Han Liong seraya berkata, "saudara kecil, sudikah engkau ikut ke tempat tinggalku?" "Memangnya kenapa?" Thio Han Liong heran. "Menemui ibuku." Thio Han Liong berpikir sejeNak, kemudian mengangguk seraya berkata. "Baiklah- Engkau sudi mendengar penjelasanku, maka aku pun harus ikut engkau pergi menemui ibumu-" "Kalau begitu, mari kita berangkat sekarang" ujar seng Hwi dan sekaligus berpamit kepada Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng. "omitohud" sahut Kong Bun Hong TioTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Thio Han Liong pun berpamit kepada ke dua padri tua itu, kemudian meninggalkan kuil siauw Lim sie bersama seng Hwi. "omitohud" ucap Kong Bun Hong Tio setelah mereka pergi. "Tak disangka jadi beres urusan itu. omitohud...." "suheng" Kong Ti seng Ceng manggut-manggut. "Kelihatannya Han Liong yang akan menyelamatkan rimba persilatan, omitohud - ." -ooo00000ooo- Bab 14 Hek Liong Pang (Perkumpulan naga Hitam) sudah sebulan tebih Tan Giok Cu berdiam di rumah menunggu kedatangan Thio Han Liong. Akan tetapi, yang ditunggu justru tidak muncut, sehingga membuat gadis itu uring-uringan. "Giok cu" Tan Ek seng menatapnya ketika duduk di ruang depan, sebab putrinya itu terus berjalan mondar-mandir. "Kenapa engkau tidak bisa duduk diam dari tadi?" "Ayah, aku... aku...." Tan Giok Cu menggeleng-geleng-kan kepala. "Rindu kepada Han Liong kan?" sahut Tan Ek seng sambil menghela nafas panjang. "Heran, Kenapa dia belum ke mari?" "Mungkin..." ujar Lim soat Hong. "Dia masih berada di gunung Bu Tong." "Ibu" Tan Giok Cu menatapnya. "Sudah sebulan lebih dia belum ke mari, maka aku harus pergi menyusulnya ke gunung Bu Tong." "Itu...." ujar soat Hong tampak berkeberatan. "Nak,--" "Ibu ijinkan atau tidak, aku tetap harus pergi ke gunung Bu Tong," sahut gadis itu yang telah mengambil keputusan. "Nak, - " Lim soat Hong menggeleng-gelengkan kepala. "Engkau...." "Giok Cu" Tan Ek seng menatapnya seraya bertanya, "sungguhkah engkau ingin ke gunung Bu TOng?" "ya." Tan Giok Cu mengangguk, "Bagaimana seandainya engkau pergi, dia justru ke mari?" tanya Tan Ek seng. "Itu...,"jawab Tan Giok Cu. "Suruh dia tunggu di rumah, aku pasti kembali." "Kalau begitu...." Tan Ek seng berpikir lama sekali. "Baiklah, Kapan engkau akan berangkat?" "Sekarang," sahut gadis itu singkat. "Giok Cu, ayah tidak berkeberatan." kata Tan Ek seng dan melanjutkan, "sebab kini engkau sudah cukup besar dan berkepandaian tinggi, tentunya bisa menjaga diri, tapi ibumu...." "Ibu, aku berangkat sekarang ya?" kata Tan Giok Cu sambil menggenggam tangan Lim soat Hong. "Nak," Lim soat Hong membelainya. "Engkau ingin pergi menemui jantung hatimu. bagaimana mungkin ibu melarangmu" Hanya saja engkau harus berhatihati" "ya. Terima kasih, Ibu," ucap Tan Giok Cu dengan girang. "Nak," pesan Lim soat Hong. "Bertemu Han Liong atau tidak, engkau harus segera pulang." "ya." Tan Giok Cu mengangguk, "Ibu, aku..,." "Jangan khawatir." Lim soat Hong tersenyum lembut. "Engkau ingin minta uang kan?" "Untuk bekal dalam perjalanan." "Ayah pasti berikan." Tan Ek seng tersenyum, "Giok Cu, kini engkau sudah besar, ayah sudah tidak bisa mengekangmu lagi." "Ayah kok omong begitu sih?" Tan Giok Cu cemberut. "Padahal aku pergi hanya...." " Hanya ingin mencari buah hatimu itu, bukan?" Tan Ek seng tertawa. "Nak, mudah-mudahan engkau bertemu dia, lalu ajak dia ke mari" "Ya, Ayah-" Tan Giok Cu mengangguk, "Nak" Lim soat Hong menatapnya dengan penuh kasih sayang, "sebetulnya ibu merasa berat sekali membiarkan mu pergi, tapi...." "Ibu" Tan Giok Cu tersenyum. "Setelah bertemu Han Liong, aku pasti pulang bersamanya." "Nak," pesan lim soat Hong lagi. "Kalau dia tidak berada di gunung Bu Tong engkau harus segera pulang" "ya, Ibu." Tan Giok Cu mengangguk" Aku pasti pulang " Tan Giok Cu sudah meninggalkan rumahnya. Di punggungnya bergantung sebilah pedang dan sebuah buntalan. Agar cepat tiba di gunung Bu Tong, ia membeli seekor kuda jempolan. Beberapa hari kemudian, gadis itu telah tiba di kota Bun ciu. Kota tersebut cukup makmur dan ramai dikunjungi para pedagang dari daerah-daerah lain dan tampak pula gedunggedung berdiri megah di kota itu. Hari ini, kota tersebut tampak lebih ramai daripada biasanya dan orang-orang yang berlalu lalang pun kelihatan berseri-seri- Ada apa gerangan" Ternyata hakim di kota Bun ciu merayakan ulang tahunnyaHakim tersebut bernama souw yam Hiong yang sangat terkenal akan kejujurannya, bahkan juga adil dan bijaksana dalam mengadili urusan apapun, tidak pernah korupsi atau menerima suap dari hartawan, siapa yang bersalahi pasti dijatuhi hukuman yang setimpal, oleh karena itu, hakim tersebut sangat dicintai dan dihormati para penduduk kota Bun ciu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Maka, penduduk kota tersebut ikut merayakannya, suasana semarak di kota itu membuat Tan Giok Cu agak tercengang, gadis itu duduk di punggung kuda sambil menengok ke sana ke mari dengan penuh keheranan. Ketika tiba di depan sebuah kuil, ia langsung menghentikan kudanya. Kuil itu sungguh besar dan indahi itu adalah kuil Hok Tek Cin sin (Dewa Keberuntungan). Padahal hari ini bukan ceh It Cap Go (Tanggal satu atau tanggal Lima belas Tionghoa), namun kuil itu ramai sekali. Tampak puluhan pengawal berseragam kerajaan berbaris rapi di halaman kuil, sedangkan di depan kuil ramai pula dikerumuni para penduduk kota. Menyaksikan itu, Tan Giok Cu tertarik dan langsung meloncat turun dari kudanya, kemudian menuntun kudanya ke sebuah pohon sekaligus menambatkannya di situ. setelah itu, dengan wajah berseri-seri Tan Giok Cu mendekati kuil itu. "Paman" tanyanya kepada seorang lelaki tua. "Kenapa begitu ramai di dalam kuil?" Lelaki tua itu menoleh, seketika juga ia terbelalak dengan mulut ternganga lebar. "Haaah" Nona...." "Paman" Tan Giok Cu tersenyum geli ketika menyaksikan tingkah laku lelaki tua itu. "Beritahukanlah Jangan seperti orang linglung" "Aduuuh Nona, aku kira engkau adalah bidadari yang baru turun dari kahyangan, maka aku jadi linglung," sahut lelaki tua itu sambil tertawa, kemudian memberitahukan. " Hakim souw sekeluarga sedang sembahyang di dalam kuit ini, maka dijaga ketat oleh para pengawalnya." "oooh" Tan Giok Cu manggut-manggut. "Tapi kenapa para penduduk berkumpul di luar kuil, mereka ingin menonton apa?" "Nona" Lelaki tua itu menatapnya dengan mata tak berkedip- "Engkau bukan penduduk kota ini?" "Bukan. Aku baru tiba di kota ini." "Pantas engkau tidak tahu" Lelaki tua itu manggutmanggut. "para penduduk kota ingin menyaksikan putri hakim souw dari dekat." "Lho?" Tan Giok Cu heran. "Kenapa para penduduk kota ingin menyaksikan putri hakim -Souw?" "Karena...." lelaki itu tersenyum. "Nona souw cantik sekali, maka penduduk kota ini ingin menyaksikannya." "oh?" Tan Giok Cu tertarik"Tapi-.," Lanjut lelaki tua itu. "Nona souw masih kalah cantik dibandingkan dengan NcJna." "Ahi masa?" Tan Giok Cu tersenyum. "Paman tahu nama Nona souw itu?" "Dia bernama souw Lan Ling, usianya sekitar tujuh belas tahun." Lelaki tua itu memberitahukan. Percakapan mereka terdengar oleh beberapa orang yang berdiri tak jauh dari situ Mereka menoleh dan. seketika juga terbelalak- "Wuah" terdengar seruan tak tertahan. "Bukan main cantiknya nona itu, wajahnya putih mulus bagaikan salju" "jangan-jangan dia adalah bidadari yang baru turun dari kahyangan...." "Mungkin gadis itu cucu Dewa Keberuntungan, turun dari langit, ingin memberi keberuntungan kepada Hakim souw sekeluarga." "Eh" Apakah Dewa Hok Tek Cin sin punya cucu" Engkau jangan omong ngawur lho Mulutmu bisa bengkak karena usil." "Lihat tuh" bisik salah seorang, "gadis itu melangkah maju, kelihatannya ingin masuk ke dalam. Mari kita berijalan kepadanya" Mereka segera minggir. sudah barang tentu menyenggol orang lain yang sedang menyaksikan kecantikan souw Lan Ling, yang duduk bersama ke dua orang tuanya di pekarangan kuil. "Hei" bentak orang yang kena senggol. "Jangan terus mendesak, kami tidak bisa maju lagi" "Bung Lihatlah gadis yang ingin masuk itu, bukankah lebih cantik dari Nona souw?" orang-orang yang tersenggol itu langsung memandang ke arah Tan Giok Cu, dan kemudian terbelalak sambil bergumam. "Bidadari baru turun dari kahyangan...." sementara itu, souw Lan Ling merasa bangga sekali, karena dirinya menjadi pusat perhatian para penduduk- Akan tetapi, mendadak para penduduk itu telah berpaling ke belakang. Tentunya membuat gadis itu terheran-heran, maka ia pun memandang ke arah pintu kuil. Dilihatnya seorang gadis yang amat cantik sedang berjalan ke dalam, namun ditahan oleh para pengawal yang menjaga di situ. "Nona...." Pengawal itu terbelalak ketika menyaksikan kecantikan Tan Giok Cu. "Nona...." "Paman, aku ingin ke dalam, tapi kenapa ditahan sih?" tanya gadis itu dengan suara merdu. "Maaf nona" ucap pengawal itu"Junjungan kami. Hakim souw sedang berada di dalam kuil, maka kami menjaga di sini melarang siapa pun yang ingin masuk-" "Aku ingin melihat-lihat ke dalam, Paman. ijinkanlah aku masuk" ujar Tan Giok Cu. Pengawal tersebut menggelengkan kepala. Souw Lan Ling yang menyaksikan itu, segera berkata kepada Hakim souw dengan suara rendah. "Ayah, gadis itu ingin masuk, tapi ditahan oleh kepala pengawal. Ayah, perbolehkanlah dia masuk." Hakim souw memandang ke arah pintu kuil, dan kagum sekali akan kecantikan gadis itu. "Biarkan gadis itu masuk" ujarnya perlahan. "Biarkan gadis itu masuk" sambung pengawal yang berdiri di situ dengan suara keras. Kepala pengawal mendengar suara seruan itu, langsung mempersilakan Tan Giok Cu masuk. "Terima kasih," ucap gadis itu sambil tersenyum sekaligus melangkah ke dalam dengan wajah berseri-seri. Langkahnya lemah gemulai dan kelihatan begitu cantik. Maka tidak heran kalau souw Lan Ling memandangnya dengan mata tak berkedip, sebab cara jalannya bagaikan sang bidadari yang turun dari kahyangan. "Adik kecil" seru souw Lan Ling memanggilnya. "Kemarilah" " Kakak memanggilku?" tanya Tan Giok Cu. "ya." souw Lan Ling mengangguk, Tan Giok Cu menghampiri mereka, lalu memberi hormat. "Ha ha ha" Hakim souw tertawa gembira, "gadis cantik, siapa engkau dan dari mana?" "Namaku Tan Giok Cu,"jawab gadis itu memberitahukan. "Aku dari desa Hok An." "oooh" Hakim souw manggut-manggut "gadis cantik, silakan duduk" "Terima kasih-" Tan Giok Cu duduk di sebelah souw Lan Ling. Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Adik kecil" ujar souw Lan Ling sambil tersenyum. "Engkau cantik sekali." "Kakak pun cantik sekali" sahut Tan Giok Cu. "Para penduduk kota ini ingin menyaksikan kecantikan Kakak-" "Tapi kini pandangan mereka beralih kepadamu-" souw Lan Ling tersenyum. "oh ya, berapa usiamu sekarang?" "Lima belas tahun," sahut Tan Giok Cu dan bertanya, "Nama Kakak?" "Namaku Lan Ling, tujuh belas tahun." souw Lan Ling menatapnya. "Adik Giok Cu, di punggungmu bergantung sebilah pedang, apakah engkau gadis rimba persilatan?" "Sebetulnya aku bukan gadis rimba persilatan, hanya sedang melakukan perjalanan menuju gunung Bu Tong." "oooh" souw Lan Ling manggut-manggut. "Tapi aku yakin engkau mahir ilmu pedang, ya, kan?" "Kira-kira begitulah" sahut Tan Giok Cu sambil tersenyum. "Adik Giok Cu" souw Lan Ling menatapnya seraya berkata"Maukah engkau bersilat pedang sebentar?" "Tidak-" Tan Giok Cu menggelengkan kepala"Aku tidak mau-" "Kenapa?" souw Lan Ling heran. "Kalau aku bersilat pedang di sini, berarti aku sok pamer kepandaianku," sahut Tan Giok Cu. "Maka aku tidak mau- Kakak Lan Ling jangan gusar lho" "Bagaimana mungkin aku gusar?" souw Lan Ling tersenyum. "Aku sungguh girang bertemu denganmu." "ohi ya?" Tan Giok Cu tertawa kecil. " Aku pun girang sekali bertemu Kakak, Paman dan Bibi." "Ha ha ha" Hakim souw tertawa gelak"Bagus, bagus Engkau memang merupakan gadis polosNah, alangkah baiknya engkau bermain silat pedang sebentar untuk kami." "Maaf, Paman Aku tidak mau, Mohon jangan mendesakku" tolak Tan Giok Cu. "gadis cantik-..." Hakim souw tampak kecewa"suamiku," ujar Nyonya souw bernada menegurnya"Lan Ling ingin belajar ilmu silat, tapi engkau melarangnya, sekarang malah menyuruh gadis itu bersilat pedang, dasar...." "isteriku" Hakim souw tersenyum. Tidak baik anak gadis belajar ilmu silat, sebab akan berubah kasar." "Itu tidak mungkin," sela Tan Giok Cu. "Hampir enam tahun aku belajar ilmu silat, buktinya aku tidak berubah kasar." "Tuh ya, kan?" ujar Nyonya souw sambil memandang Tan Giok Cu. "Malah tampak begitu halus dan gerak-geriknya bagaikan bidadari yang baru turun dari kahyangan." "isteriku, anak gadis harus memegang jarum, bukan memegang pedang," ujar Hakim souw. "Paman" Tan Giok Cu tersenyum. "Ibu bisa memegang jarum dan memegang pedang, bahkan juga bisa memegang buku. Artinya bisa membaca dan menulis." "gadis cantik,.-" hakim Souw tertegun. "Tapi Lan Ling tidak berbakat untuk belajar ilmu silat-" "Menurutku- - " Tan Giok Cu menatap souw Lan Ling dengan penuh perhatian. " Kakak Lan Ling justru berbakat untuk belajar ilmu silat. Aku yakin secara diam-diam dia belajar sendiri" "oh?" Hakim souw melotot. "Lan Ling &ngkau belajar ilmu silat secara diam-diam?" "Ayah" souw Lan Ling tersenyum. "Aku cuma meng-gerak-gerakkan sepasang tanganku, itu ada baiknya untuk kesehatan." "oooh" Hakim souw menarik nafas lega. "Aku kira engkau punya guru." Mendadak tampak beberapa buah benda bergemerlapan meluncur cepat ke arah Hakim souw, yang ternyata adalah beberapa buah senjata rahasia. Di saat bersamaan, Tan Giok Cu menggerakkan tangannya, dan beberapa buah senjata rahasia itu dapat ditangkapnya, gadis itu masih belum berpengalaman karena langsung menangkap senjata-senjata rahasia itu. seandainya senjata-senjata rahasia itu beracun, bukankah gadis itu akan celaka" Di saat itulah melayang turun tiga orang. Para pengawal langsung menyerang mereka, akan tetapi belasan jurus kemudian, para pengawal itu sudah roboh terkapar, begitu pula kepala pengawal. "Hah?" Wajah Hakim souw berubah pucat pias. " Celaka..." "Jangan khawatir, Paman" Tan Giok Cu tersenyum sambit menghunus pedang pusaka Pek Kong Kiam (Pedang Gadis Putih) pemberian gurunya- la lalu melesat ke arah tiga orang itu yang berpakaian serba putih, dan di bagian dada terdapat sulaman gambar seekor naga hitam. "Nona, siapa engkau?" bentak salah seorang dari mereka. "Kenapa engkau mencampuri urusan kami?" "Kalian siapa?" Tan Giok Cu balik bertanya. "Kenapa ingin membunuh Hakim souw?" "Nona" orang itu mengerutkan kening. "Kami ke mari memang ingin membunuh hakim keparat itu Lebih baik Nona jangan turut campur" "Aku justru mau turut campur, kalian mau apa?" tantang Tan Giok Cu sambil tersenyum. "Nona" orang yang berhidung agak besar meng-gelenggelengkan kepala. "Terus terang, kami merasa tidak tegg melukaimu" "Hidung besar" sahut Tan Giok Cu. "Lebih baik kalian segera enyah, kalau aku marah, celakalah kalian bertiga" "Nona" Wajah orang berhidung besar tampak gusar. "Engkau memang cari penyakit" "Jadi - " Tan Giok Cu menatap mereka dengan tajam. "Kalian bertiga tidak mau enyah?" "Hm" dengus si Hidung Besar"Nona, kami terpaksa harus menangkapmu, setelah itu barulah kami membunuh Hakim souw" "Oh?" Tan Giok Cu menatap mereka satu persatu. Dilihatnya mereka bersenjata pedang. "Bagus Mari kita bertarung dengan pedang" "Mari kita serang dia" seru si Hidung Besar. Mereka bertiga langsung menyerang Tan Giok Cu. Tiga orang itu memang mahir sekali bersilat pedang, namun yang mereka hadapi adalah murid Yo sian sian dari Kuburan Tua. Betapa lihaynya ilmu pedang gadis itu. Maka belum sampai dua puluh jurus mereka bertarung, salah seorang teman si Hidung Besar telah roboh dengan bahu tertusuk pedang Tan Giok cu. Betapa terkejutnya si Hidung Besar dan seorang temannya itu- Kemudian mereka saling memberi isyarat dan mendadak tangan mereka bergerak-ser ser ser seeerrr Beberapa buah senjata rahasia meluncur ke arah Tan Giok Cugadis itu tersenyum dingin sambil mencelat ke atas, sehingga beberapa buah senjata itu lewat di bawah kakinyaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Aaarrhhh"-" terdengar suara jeritan yang menyayat hatiTernyata senjata-senjata itu menembus dada orang yang terluka itu- Kebetulan ia berada dibelakang Tan Giok Cu dan berusaha bangkit berdiri, maka orang itulah menjadi korban senjata-senjata rahasia tersebut- orang itu roboh binasa dan luka di dadanya masih mengucurkan darah seaar. Betapa terkejutnya ke dua orang itu. sebelum sepasang kaki Tan Giok Cu hinggap di tanah, ke dua orang itu sudah kabur terbirit-birit. setelah sepasang kakinya hinggap di tanah, gadis itu tidak mengejar ke dua lawannya melainkan dengan tenang sekali menyarungkan pedangnya. "Giok Cu" ujar Hakim souw ketika gadis itu kembali ke tempat duduk- "Engkau telah menyelamatkan nyawaku, Mari ikut ke rumah kami, agar kita dapat bercakap-cakap lebih leluasa" "Maaf Paman" Tan Giok Cu menggelengkan kepala"Aku hendak melanjutkan perjalananku, sebab aku harus cepat-cepat sampai di tempat tujuan." "Adik Giok Cu" Souw Lan Ling tersenyum. "Mari ikut ke rumah kami, aku... aku kagum sekali kepadamu." Tapi...." "Aku telah menganggapmu sebagai adik, maka engkau jangan mengecewakan aku," desak souw Lan Ling. "Giok Cu," bujuk Nyonya souw. "Aku mohon engkau sudi ikut ke rumah kami, sebab kemungkinan besar para penjahat itu akan ke rumah kami mencoba membunuh suamiku-" "Aku. - " Akhirnya Tan Giok Cu mengangguk, "Baiklahi Tapi kudaku-..." "jangan khawatir." Hakim souw tersenyum. "Akan kusuruh salah seorang pengawalku membawa kudamu ke rumahku." Hakim souw sekeluarga duduk di ruang depan. Tan Giok Cu duduk di hadapan mereka sambil mengagumi keindahan ruang itu, sedangkan souw Lan Ling terus menatapnya dengan mata tak berkedip. "Eh?" Tan Giok Cu tercengang. "Kenapa Kakak menatapku dengan cara begitu" Apakah wajahku tumbuh bulu seperti monyet?" "Adik Giok Cu" sahut Souw Lan Ling. "engkau selain cantik juga berkepandaian tinggi, aku ingin sekali berguru kepadamu." "Hi hi hi" Tan Giok Cu tertawa geli"Bagaimana mungkin aku menjadi gurumu" Aku lebih kecil lho Lagipula aku tidak punya waktu untuk mengajarmu." "Usia tidak menjadi masalah, yang penting engkau sudi menjadi guruku," sahut souw Lan Ling sambil tersenyum. "Ha ha ha" Hakim souw tertawa gelak: " Giok Cu, kalau engkau bersedia menjadi guru Lan Ling, aku tidak akan melarang lagi Lan Ling belajar ilmu silat." "Betulkah itu. Ayah?" souw Lan Ling tampak girang sekali. "Betul." Hakim souw manggut-manggut. "Adik Giok Cu-" souw Lan Ling menatapnya dengan penuh harap. Akan tetapi Tan Giok Cu justru menggeleng-gelengkan kepala. "Kakak Lan Ling, aku tidak punya waktu," sahutnya dan menambahkan, "Aku harus segera berangkat ke gunung Bu Tong." "Adik Giok Cu, engkau murid Bu Tong pay?" tanya souw Lan Ling. "Bukan," jawab Tan Giok Cu jujur. "Aku ke gunung Bu Tong untuk mencari seseorang." "Siapa orang itu?" tanya souw Lan Ling lagi. "Dia adalah teman baikku, sudah hampir enam tahun kami tidak bertemu. Dia ke rumahku tapi aku belum pulang dari tempat guruku. Aku pulang dia justru sudah berangkat ke gunung Bu Tong." Tan Giok Cu memberitahukan. "Dia bernama Thio Han Liong, tapi aku panggil dia Kakak tampan." "oh?" souw Lan Ling tersenyum. "Dia adalah pemuda tampan?" "Ketika masih kecil, dia tampan sekali. Maka aku memanggilnya Kakak tampan," ujar Tan Giok Cu dengan wajah agak kemerah-merahan. "Dia memanggilku adik manis." "Bukan main" souw Lan Ling tertawa geli"Tak disangka engkau sudah punya kekasih" "Kakak jangan menggodaku" " Kalau engkau tidak mengajarku ilmu silat, aku pasti terusmenerus menggodamu-" "Kakak- - " Tan Giok Cu menggeleng-gelengkan kepala. "Aku tidak punya waktu untuk mengajarmu." "Cukup beberapa hari saja," ujar souw Lan Ling. "engkau memberi petunjuk kepadaku mengenai ilmu pedang, aku akan belajar sendiri" "Baiklahi" Tan Giok Cu mengangguk, "Terima kasih, Adik Giok Cu" ucap souw Lan Ling dan menambahkan, "Mulai malam ini aku minta petunjuk-" "Baik." Tan Giok Cu tersenyum, kemudian memandang Hakim souw seraya bertanya, "Paman kenal para penjahat itu?" "Aaah - " Hakim souw menghela nafas panjang. "Mereka adalah para anggota Hek Liong Pang yang selalu berlaku sewenang-wenang, suatu hari, kepala pengawal-ku menangkap seorang penjahat yang memperkosa seorang gadis- Aku menjatuhkan hukuman mati kepada penjahat itu, tak disangka penjahat itu adalah anggota Hek Liong Pang." "Kalau begitu Hek liong Pang merupakan perkumpulan para penjahat?" tanya Tan Giok Cu. "Kira-kira begitulah" sahut Hakim souw. "Aku kurang jelas tentang perkumpulan itu. oh ya, aku yakin engkau sudah lapar, Mari kita makan dulu" "Terima kasih,Paman" Tan Giok Cu tersenyum, "Aku memang sudah lapar sekali, perutku sudah berbunyi dari tadi." "Ha ha ha" Hakim souw tertawa gelak, "Ha ha ha..." Malam harinya, souw Lan Ling dan Tan Giok Cu duduk di pekarangan rumah- Tan Giok Cu terus memandangnya dengan mata tak berkedip, membuat souw Lan Ling terheranheran. "Adik Giok Cu, kenapa engkau memandangku dengan cara begitu?" tanya souw Lan Ling sambil tersenyum. "Apakah kepalaku tumbuh tanduk?" "Kakak Lan Ling," sahut Tan Giok Cu sungguh-sungguh"Engkau membohongi ayahmu kan?" "Maksudmu?" "Sudah lama engkau belajar ilmu silat secara diam-diam, namun engkau bilang tidak punya guru ketika ayahmu bertanya- Nah, bukankah engkau sudah membohongi ayahmu?" Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku terpaksa-" souw Lan Ling menghela nafas panjang, "sebab ayahku melarangku belajar ilmu silat, maka aku harus mengelabui nya." "Aku lihat kepandaianmu cukup tinggi, maka tak usah aku memberimu petunjuk lagi." "Terus terang, kepandaianku masih rendah-" souw Lan Ling menggeleng-gelengkan kepala. "Karena selama ini aku berlatih secara diam-diam, jadi tidak mengalami kemajuan pesat-" "Kakak Lan Ling, bolehkah aku tahu siapa gurumu?" "Aku akan memberitahukan, tapi engkau harus memberi petunjuk kepadaku-" "Baik." "guruku adalah seorang pengemis tua-" "Seorang pengemis tua" Apakah beliau adalah anggota Kay Pang?" "Bukan." souw Lan Ling tersenyum, "guruku bukan anggota Kay Pang, hanya saja pakaiannya compang-camping mirip seorang pengemis." "oooh" Tan Giok Cu manggut-manggut. "Apa yang diajarkannya kepadamu?" "Ilmu pukulan dan ilmu pedang. Maka aku tertarik sekali kepada ilmu pedangmu," ujar souw Lan Ling. "gerakan ilmu pedangmu begitu lemas, namun sungguh hebat dan lihay. Adik Giok Cu, ilmu pedang apa itu?" "Itu adalah ilmu Giok Li Kiam Hoat" "Adik Giok Cu" souw Lan Ling menatapnya dengan penuh harap. "Bolehkah engkau mengajarku beberapa jurus ilmu pedang itu?" "Kakak Lan Ling...." Tan Giok Cu mengerutkan kening. "Itu adalah ilmu pedang perguruanku, aku tidak boleh mengajarkannya kepada orang lain." "Adik Giok Cu...." souw Lan Ling menghela nafas panjang. "oh ya" Tan Giok Cu teringat sesuatu. "Aku akan mengajarmu beberapa jurus ilmu pedang lain, tapi juga sangat lihay sekali." "oh?" Wajah souw Lan Ling langsung berseri. "Terima kasih, Adik Giok Cu." Tan Giok Cu mulai mengajar souw Lan Ling beberapa jurus ilmu pedang itu. Ternyata ia belajar dari Thio Han Liong ketika masih kecil. Beberapa malam kemudian, souw Lan Ling sudah berhasil menguasai ilmu pedang itu. Dapat dibayangkan, betapa girangnya souw Lan Ling. Di saat itulah mendadak kening Tan Giok Cu berkerut, lalu memandang ke arah pohon seraya berseru. "siapa yang bersembunyi di situ" Ayoh, cepat keluar" souw Lan Ling terkejut, sebab ia tidak mendengar suara apa pun, dan segeralah ia memandang ke arah pohon itu. "Ha ha ha ha" Terdengar suara tawa gelak"gadis kecil, pendengaranmu sungguh tajam" "Guru" panggil souw Lan Ling dengan wajah berseriTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Guru...." Tampak sosok bayangan melayang turun di hadapan merekai, yang ternyata seorang pengemis tua"gadis kecil - ," Pengemis tua itu menatap Tan Giok Cu dengan mata tak berkedip"Engkau masih kecil, tapi pendengaranmu begitu tajam, sungguh luar biasa sekali" "Paman tua" Tan Giok Cu cemberut"Aku bukan gadis kecil, usiaku sudah lima belas tahun lho" "Walau engkau sudah berusia lima belas tahun, namun engkau tetap gadis kecil. Ha ha ha..." Pengemis tua itu tertawa. "Dasar sudah tua jadi pikun" Tan Giok Cu bersungutsungut. "Ha ha Aku belum pikun," sahut pengemis tua itu"Lan Ling, kebetulan aku lewat di kota ini, maka aku mampir menengokmu- Tak disangka engkau sedang berlatih ilmu pedang di sini. oh ya, siapa gadis besar itu?" "gadis besar?" souw Lan Ling tertegun, "Dipanggil gadis kecil dia tidak mau, maka aku memanggilnya gadis besar saja," ujar pengemis tua itu sambil menyengir ke arah Tan Giok Cu. "Dia bernama Tan Giok Cu." souw Lan Ling memberitahukan. "Dia yang menyelamatkan nyawa ayahku - ." Kemudian souw Lan Ling menutur mengenai kejadian di kuil Hok Tek Cin sin. Pengemis tua itu mendengarkan dengan mata terbelalak dan bertanya, "siapa ke tiga penjahat itu?" "Mereka adalah anggota Hek Liong Pang." "Aaah - " Pengemis tua itu menghela nafas panjang. "Ayahmu menghukum mati penjahat itu, tak disangka adalah anggota Hek Liong Pang dan kini menjadi masalah-" "Ayahku adalah seorang hakim yang sangat membenci kejahatan, tentunya menjatuhkan hukuman mati pada penjahat itu," sahut souw Lan Ling dan menambahkan. "oh ya, ayahku sudah memperbolehkan aku belajar ilmu silat." "Ayahmu perbolehkan atau tidak, yang jelas engkau sudah belajar ilmu silat dariku, oh ya, tadi engkau berlatih ilmu pedang apa?" "Aku belajar dari Adik Giok Cu-" souw Lan Ling memberitahukan, lalu mempertunjukkan ilmu pedang tersebut- " Ha a a h - ?" Mulut pengemis tua itu ternganga lebar. "Itu adalah ilmu pedang tingkat tinggi, sangat hebat dan lihay sekali." "oh?" souw Lan Ling bertambah girang mendengar ucapan itu. "guru tidak berkeberatea aku belajar ilmu pedang ini?" "Tentu tidak" sahut pengemis tua sambil menatap Tan Giok Cu. "gadis cantik, siapa yang mengajarmu ilmu pedang itu?" "Thio Han Liong." "Locianpwee itu adalah gurumu?" "Hi hi hi" Mendadak Tan Giok cu tertawa geli"Eh?" Pengemis tua tertegun. "Gadis cantik, kenapa engkau tertawa geli, apa yang menggelikanmu?" "Thio Han Liong bukan seorang Locianpwee. Ketika mengajarku ilmu pedang itu, dia baru berusia sepuluh tahun." Tan Giok Cu memberitahukan. "Kini dia baru berusia enam belas tahun." "oh?" Pengemis tua itu terbelalak. "Sepertinya aku pernah melihat ilmu pedang itu, tapi lupa di mana aku pernah menyaksikannya." "Bukankah barusan guru menyaksikan ilmu pedang itu?" Souw Lan Ling tersenyum, Gadis itu mengira gurunya bergurau. "Lan Ling" Pengemis tua itu melotot. "Aku berkata sesungguhnya, bukan sedang bergurau" "oh" Kalau begitu..." souw Lan Ling menatapnya. "Cobalah Guru ingat lagi, mungkin bisa ingat" "Sudah lupa sama sekali." Pengemis tua itu menggelenggelengkan kepala. "Dasar sudah tua, kalau bukan pikun pasti pelupa." Tingkah laku pengemis tua itu membuat Tan Giok Cu nyaris tertawa geli, sedangkan souw Lan Ling meng-gelenggelengkan kepala. "Gadis cantik" Pengemis tua itu menatapnya. "Kepandaianmu sangat tinggi, engkau murid siapa?" "guruku adalah Bibi sian sian." "siapa Bibi sian sian itu?" "Bibi sian stan adalah guruku." "Eeeh?" Pengemis tua itu mencak-mencak"gadis cantik, engkau sengaja mempermainkan aku ya?" "Aku tidak mempermainkan, Paman Tua" sahut Tan Giok Cu. "guruku memang Bibi sian sian. Bibi sian sian adalah guruku" "Engkau berasal dari perguruan mana?" tanya pengemis tua sambil melotot- "Jangan dijawab dengan putar balik lagi.. Awas" "Perguruan Kuburan Tua-" "Apa?" Kening pengemis tua itu berkerut-kerut "gadis cantik, engkau berani mempermainkan orang tua?" "Di belakang ciong Lam san, terdapat Kuburan Mayat Hidup- Burung Rajawali dan Pasangan Pendekar, tidak muncul lagi di dunia Kang-ouw-" Tan Giok Cu membaca syair tersebut. "Kuburan Mayat Hidup, - Burung Rajawali dan Pasangan Pendekar..," gumam pengemis tua itu dengan, air muka berubah- "Ternyata engkau adalah murid wanita baju kuning itu, sungguh di luar dugaan" "Paman tua kenal guruku?" tanya Tan Giok Cu girang. "Belasan tahun lalu, gurumu yang menyelamatkan Kay Pang. Kebetulan aku pun berada di tempat itu, maka aku tahu tentang kejadian itu dan melihat gurumu," sahut pengemis tua "Kalau begitu..." Tan Giok Cu menatapnya. "Paman Tua adalah anggota Kay Pang?" "Dulu aku adalah Tetua Kay Pang, namun kini sudah tidak" ujar pengemis tua itu. "sebab aku sudah tidak mau pusing akan urusan perkumpulan lagi, maka mengundurkan diri untuk hidup bebas." "Kenapa guru tidak mau mengaku kalau Guru anggota Kay Pang?" tanya souw Lan Ling bernada menegur. "Aku sudah mengundurkan diri darijabatanku, itu berarti aku bukan anggota Kay Pang lagi. Mengerti?" sahut pengemis tua itu melotot, "oooh" souw Lan Ling manggut-manggut. "Lan Ling Kini sudah waktunya engkau berterus terang kepada ayahmu- Aku pun ingin bertatap muka dengan ke dua orang tuamu," ujar pengemis tua itu sungguh-sungguh"ya-" souw Lan Ling mengangguk dan bertanya, "Kapan guru mau bertemu ke dua orang tuaku?" "Sekarang," sahut pengemis tua itu singkat. "Sekarang?" souw Lan Ling terbelalak"Sudah larut malam begini?" "Lan Ling" Pengemis tua itu tertawaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Bagiku tidak ada larut malam. Ayoh cepat antar aku masuk" "Guru...." souw Lan Ling serba salah"Eh?" Pengemis tua itu melotot. "Engkau berani tidak menurut padaku" Mau jadi murid murtad?" "guru...." souw Lan Ling menundukkan kepala. "Kakak Lan Ling, antarlah guru ke dalam" ujar Tan Giok Cu. "Aku yakin ke dua orang tua mu tidak akan gusar." "Baiklah" souw Lan Ling mengangguk, lalu mengajak pengemis tua itu masuk ke rumah"silakan duduk guru, aku mau ke dalam membangunkan ke dua orang tuaku" "Tidak usah" Mendadak terdengar suara sahutan dari dalam, kemudian berjalan ke luar hakim souw dan isterinya dengan wajah berseri-seri. "Lan Ling, kami sudah bangun." (Bersambung keBagian 08) Jilid 8 "Ayah, ibu?" Tertegun Souw Lan Ling. "Ha ha ha" Hakim Souw tertawa gelak. "Setiap malam kami mengintip engkau belajar ilmu pedang pada Giok Cu, malam ini munaul Cianpwee ini yang adalah gurumu." "Ayah sudah mendengar pembicaraan kami?" tanya Souw Lan Ling dengan air muka agak berubah. "ya." Hakim Souw mengangguk. "Engkau sungguh keterlaluan, sudah punya guru silat tapi tidak mau beritahukan." "Kalau aku beritahukan. Ayah pasti marah-marah sih," sahut Souw Lan Ling. "Sekarang sudah tidak, karena ayah sudah tahu akan kegunaan ilmu silat. Engkau memiliki kepandaian tinggi, sudah barang tentu bisa melindungi ayah." "Ayah...." Souw Lan Ling girang bukan main. "Hakim Souw" Pengemis tua itu tertawa. "Kalian bisa mengintip dari dalam rumah, sedangkan aku bisa mendengar dari pekarangan, maka tahu akan keberadaan kalian di dalam rumah. Ha ha ha..." "Pantas Guru ingin ke dalam rumah" ujar Souw Lan Ling. "Lan Ling" Pengemis tua itu menatapnya. "Engkau harus ingat satu hal, di saat berlatih atau berada di mana pun, engkau harus selalu pasang kuping Engkau harus ingat itu" "Ya, Guru." souw Lan Ling mengangguk. "Cianpwee" Hakim souw tersenyum. "Bagaimana kalau malam ini kita bersulang bersama?" "Ha ha ha" Pengemis tua itu tertawa seraya berkata, "Itu yang kuharapkan. Cepat ambilkan arak wangi" Nyonya souw segera ke dalam, tak lama sudah keluar lagi dengan membawa arak wangi dan dua buah cangkir. Mulailah pengemis tua itu dan Hakim souw ber-sulang sambil tertawa gembira, setelah puas bersulang, pengemis itu berpamit "Guru menginap di sini saja" ujar souw Lan Ling"Ha ha" Pengemis tua itu tertawa"Guru tidak biasa menginap di rumah mewah, tentunya engkau tahu itu-" "Tapi - -" souw Lan Ling ingin menahannya, namun gurunya itu sudah melangkah pergi sambil tertawa-tawa- Pada waktu bersamaan, Tan Giok Cu berkata kepada Hakim souw"Paman, aku akan melanjutkan perjalananku esok pagi-" "Esok pagi?" Hakim souw menatapnya. "Kenapa begitu cepat?" "Paman, waktuku banyak tersita di situ- Maka aku harus berangkat esok, agar bisa sampai di gunung Bu Tong selekasnya." Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Adik Giok Cu...." souw Lan Ling menghela nafas panjang. "Engkau tidak bisa tinggal di sini beberapa hari lagi?" "Maaf, Kakak Lan Ling," ucap Tan Giok Cu. "Aku harus berangkat esok pagi- Tidak bisa ditunda lagi" "Adik Giok Cu, kapan kita akan berjumpa kembali?" tanya Souw Lan Ling dengan mata agak basah. "Kalau aku sudah bertemu Han Liong, aku pasti mengajaknya ke mari," sahut Tan Giok Cu berjanji"Kakak Lan Ling pasti senang bertemu dia-" "Engkau jangan ingkar janji lho" "Jangan khawatir Kakak Lan Ling- Aku tidak akan ingkar janji-" "Terima kasih. Adik Giok Cu" souw Lan Ling menggenggam tangannya erat-erat- "Mudah-Mudahan kita berjumpa kembali secepatnya" Tan Giok Cu manggut-manggub Keesokan harinya berangkatlah gadis itu menuju gunung Bu Tong. -ooo00000ooo- Bab 15 Mengobati seorang Gadis Dengan Iweekang setelah meninggalkan Kuil siauw Lim sie, seng Hwi mengajak Thio Han Liong ke sebuah lembah- Di lembah itu terdapat sebuah gubuk, yang ternyata tempat tinggal seng Hwi dan ibunya. seng Hwi mengajak Thio Han Liong ke dalamTerlihat seorang wanita tua yang rambutnya sudah putih semua terbaring di tempat tidur, "seng Hwi - ." Wanita tua itu menatapnya"ibu" seng Hwi mendekatinya"Aku sudah pulang-" "seng Hwi" Wanita tua itu memandang Thio Han Liong- "siapa anak muda tampan itu?" "Dia kawan baikku, namanya Thio Han Liong," jawab seng Hwi memberitahukan. "Bibi Tua" panggil Thio Han Liong. "Ngmm" Wanita tua itu manggut-manggut. kemudian bangun dan duduk di pinggir tempat tidur, "seng Hwi, syukurlah engkau sudah punya kawan baik ibu... ibu turut gembira, oh ya, bagaimana urusanmu dengan pihak siauw Lim sie?" "Justru itu aku ingin bertanya kepada ibu, harap ibu menjawab dengan jujur, jangan membohongiku" "Engkau mau bertanya apa" Tanyalah" "ibu" seng Hwi menatap ibunya seraya bertanya, "sebetulnya ayahku orang baik atau orang jahat?" "Ayahmu...-" Wanita tua itu tidak melanjutkan ucapannya melainkan menundukkan kepala. "Kenapa engkau menanyakan hal itu?" "sebab - -" seng Hwi memandang Thio Han Liong, rupanya ia menghendaki pemuda itu yang memberitahukan kepada ibunya- "Bibi tua," ujar Thio Han Liong membentahukan. "Namaku Thio Han Liong, ayahku bernama Thio Bu Ki, Cia sun adalah ayah angkat orangtuaku...." Kemudian Thio Han Liong menutur tentang urusan seng Kun dengan Cia sun dan lain sebagainya. Wanita tua itu mendengarkan dengan wajah murung, seusai Thio Han Liong menutur, wanita tua itu menghela nafas panjang. "Aaah - " Wanita tua itu menggeleng-gelengkan kepala, "seng Hwi, ayahmu memang begitu" "Ha a a h - ?" wajah Seng Hwi pucat pias. "Kenapa selama ini ibu membohong iku, tidakmau berterus terang?" "ibu tidak mau merusak kesan baikmu terhadap ayahmu, lagipula - ayahmu memang sangat menyayangi-mu. oleh karena itu..." Wanita itu menghela nafas panjang, "ibu tidak tega menceritakan tentang semua kejahatan ayahmu, sebab itu... itu akan menghancurkan hidupmu." "ibu...." Air mata seng Hwi meleleh. "Kini hidupku telah hancur, bahkan telah melakukan perbuatan berdosa. Aku... aku telah banyak membunuh para Hweeshio siauw Lim Pay. Aaahhh" "saudara Tua," ujar Thio Han Liong. "Kong Bun Hong Tio dan Kong Ti seng Ceng telah memaafkanmu-" "Tapi-., tapi- - " seng Hwi terisak-isak"Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri, karena aku telah membunuh begitu banyak Hweeshio yang tak berdosa-" "saudara Tua, engkau tahu salah berarti mau bertobat seperti kakekku itu, maka alangkah baiknya engkau ke siauw Lim sie untuk memohon pengampunan kepada Kong Bun Hong Tio-" ujar Thio Han Liong sambil tersenyumTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Saudara kecil," ucap seng Hwi girang. "Terima kasih atas petunjukmu. Kalau tiada engkau, dosaku pasti bertambah- Aku telah berhutang budi dan kebaikanmu, mudah-mudahan aku dapat membalas kelak" "Jangan berkata begitu, Saudara tua" Thio Han Liong tersenyum. "Di antara kita tiada hutang budi atau kebaikan." "saudara kecil...." seng Hwi menatapnya dengan haru. "Terima kasih-.." "Han Liong" Wanita tua itu memandangnya dengan mata basah- "Kami sungguh telah berhutang budi kepadamu" "Bibi tua jangan berkata begitu Aku dan Saudara tua adalah kawan baiki tentunya harus tolong menolong," ujar Thio Han Liong. "Han Liong...." Air mata wanita tua itu mulai meleleh. "Terima kasih." "Bibi tua jangan terus mengucapkan terima kasih padaku, aku jadi malu." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala, kemudian memandang seng Hwi seraya bertanya, "Saudara tua, dari mana engkau belajar ilmu pukulan cing Hwee Ciang yang amat ganas itu?" "Aku belajar dari sebuah kitab pemberian ayahku." seng Hwi memberitahukan. "Hampir tiga puluh tahun aku belajar ilmu pukulan itu dan beberapa bulan lalu kitab itu telah kubakar." Thio Han Liong manggut-manggut. "saudara tua, aku mau pamit." "Mau berangkat sekarang?" "ya." "Tidak bisa" seng Hwi menggelengkan kepala. "Biar bagaimanapun engkau harus tinggal di sini beberapa hari" "Itu...." "jangan menolak" "Tapi-" "Tidak ada tapi-tapian, pokoknya engkau harus tinggal di sini beberapa hari" Thio Han Liong berpikir, lama sekali barulah menganggukItu sangat menggirangkan Seng Hwi. "saudara kecil, terima kasih," ucapnya dengan wajah berseri. Thio Han Liong tinggal di gubuk itu. Beberapa hari kemudian barulah berpamitan kepada seng Hwi dan wanita tua itu Kini ia melakukan perjalanan ke arah timur menuju desa Hok An, tempat tinggal Tan Giok Cu. -ooo00000ooo- Dua hari kemudian, Thio Han Liong telah tiba di sebuah kota. la mampir di sebuah rumah makan lalu memesan beberapa macam hidangan kepada pelayan. Ketika ia mulai bersantap, beberapa tamu yang duduk di sebelahnya mulai bercakap-cakap dengan wajah serius. "Aaaah" salah seorang tamu menghela nafas panjang. Tak disangka kota kita ini dilanda suatu bencana, khususnya bagi keluarga yang punya anak gadis." "Memang mengherankan, setiap gadis pasti jatuh sakit, kemudian berubah gila dan bertenaga amat besar, setelah itu menghilang entah ke mana." "Untung kita tidak punya anak gadis. Namun aku sangat prihatin menyaksikan para orangtua yang kehilangan anak gadisnya." "Aaah - " Tamu itu menggeleng-gelengkan kepala. "Hartawan urn yang berhati-bajik serta sering menolong orang justru tertimpa bencana itu" "Betul," sambung yang lain. "Putrinya yang berusia tujuh belasan itu mulai mengidap penyakit aneh seperti anak gadis lain. Tidak lama lagi putri hartawan Lim itu pasti gila dan akan hilang seperti anak gadis lain." "Maaf" Thio Han Liong segera menghampiri mereka. "Bolehkah aku bertanya sesuatu kepada Paman?" "Mau bertanya apa. Anak muda?" "Putri hartawan Lim mengidap penyakit apa?" "Penyakit aneh," sahut orang itu memberitahukan. "Badannya panas, mukanya agak kehijau-hijauan dan terus-menerus mengigau." "setelah itu, dia akan menjadi gila dan bertenaga besar?" tanya Thio Han Liong, yang tadi telah mendengar pembicaraan mereka. "Ya." "Orang itu mengangguk"Bahkan kemudian akan hilang begitu saja." "oh?" Thio Han Liong mengerutkan kening. "Paman, di mana rumah hartawan itu?" "Tak jauh dari sini." Orang itu menunjuk ke arah kanan. "Keluar dari rumah makan ini harus ke kanan, sampai di prapatan belok ke kiri. Nah, hanya puluhan depa lagi sampai di rumah hartawan Lim." "Terima kasih, Paman"ucap Thio Han Liong. Kemudian ia membayar makanannya, dan meninggalkan rumah makan itu. la langsung menuju rumah hartawan urn, dan tak seberapa lama kemudian, sudah tiba di tempat tujuan, sebuah rumah yang amat megah dan mewah berdiri di situ dan dikelilingi tembok tinggi- Kebetulan pintu pagar luar tidak ditutup, maka Thio Han Liong mendorongnya dan sekaligus masuk ke dalam. Pekarangan rumah itu luas sekali, dihiasi pula dengan berbagai macam tanaman dan gunung-gunungan serta air teriun buatan. Perlahan-lahan Thio Han Liong berjalan ke rumah itu. Tiba-tiba pintu rumah itu terbuka, dan tampak seorang tabib berjalan ke luar sambil menggeleng-geleng-kan kepala- "Aaah - " Tabib itu menghela nafas dan bergumam, "Aku tidak mampu mengobatinya-" "Tabib," tanya seorang tua berpakaian jongos"Apa-kah Nona kami tidak bisa diobati lagi?" "Sudah puluhan tahun aku menjadi tabib, tapi tidak pernah menyaksikan penyakit seaneh itu- Aaah - " Tabib itu menggeleng-gelengkan kepala"Mungkin hanya dewa yang dapat mengobatinya-" Tabib itu melangkah pergi, namun masih sempat melirik Thio Han Liong, yang berdiri di situ, kemudian terus berjalan pergi lagi dengan kepala tertunduk"Eeeh?" Jongos tua itu terbelalak ketika melihat Thio Han Liong- "Anak muda, engkau ke mari tidak pada waktunya- saat ini hartawan Lim sedang dirundung duka, beliau tidak akan membantumu-" "Paman tua - " Thio Han Liong ingin menjelaskan maksud tujuan kedatangannya, namun dibatalkannya karena tiba-tiba berkelebat suatu ingatan lain. Kata orang hartawan Lim berhati bajik dan suka menolong siapa pun, maka ia ingin mengujinya. "Aku ingin menemui hartawan Lim." "Anak muda" Jongos tua itu menggeleng-gelengkan kepala. "Hartawan Lim sedang cemas, bingung dan berduka sekali, sia-sialah engkau menemuinya untuk minta toiong." "Paman tua, toiong antar aku menemui beliau" desak Thio Han Liong. "Anak muda, engkau...." ucapan jongos tua itu terputus, karena mendadak muncul seorang lelaki berusia lima puluhan, yang wajahnya tampak diliputi kecemasan dan kegelisahan. "Ah Liok Ada apa?" tanya lelaki itu "Tuan besar.... jongos tua itu menundukkan kepala. "Anak muda ini-..." "Paman" ujar Thio Han Liong cepat. "Aku... aku sedang dalam perjalanan, tapi kehabisan bekal dan sekarang aku lapar sekali-" "Ah Liok, cepat antar dia ke dalam dan berilah makan" pesan lelaki itu, yang ternyata hartawan Lim. "Ya, Tuan besar." Jongos tua itu mengangguk. lalu mengajak Thio Han Liong masuk- "Anak muda, mari ikut aku ke dalam" "Terima kasih," ucap Thio Han Liong lalu mengikuti jongos tua itu ke dalamsedangkan hartawan Lim masih berdiri di situ sambil memandang ke langit, kemudian mulutnya berkomat-kamit, sepertinya sedang berdoa. Thio Han Liong dibawa oleh Ah Liok ke ruang makan.jongos tua itu segera menyajikan berbagai macam hidangan, dan setelah itu ia menghela nafas panjang sambil bergumam. "Tuan besar begitu baik hatinya, namun kini sedang tertimpa musibah- Lo Thian Ya (Tuhan) sungguh tidak adil" Thio Han Liong tidak menyahut- la terus makan dan dalam hatinya sudah mengambil keputusan untuk menoiong putri hartawan Lim- usai ia bersantap ketika bangkit dari duduknya. Ah Liok bertanya. "Anak muda, kenapa makanmu hanya sedikit?" "Paman tua, aku sudah kenyang," sahut Thio Han Liong sambil tersenyum. Pada saat bersamaan, muncul seorang pelayan wanita membawa sebuah bungkusan, lalu diberikan kepada Thio Han Liong. "Ini dari tuan besar, terimalah" katanya. Thio Han Liong ragu-ragu menerima bungkusan itu, sebab tidak tahu apa isinya. Anak Naga Bu Lim Hong Yun Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Bungkusan ini berisi dua puluh tael perak pemberian tuan besar untuk bekalmu dalam perjalanan." kata wanita itu memberitahukan. "oooh" Thio Han Liong manggut-manggut. "sungguh baik hati hartawan urn Walau dalam keadaan cemas dan bingung, beliau masih mau menoiong orang lain. Aku harus menemui beliau." "sudahlah" tandas jongos tua. "Anak muda, engkau terimalah pemberian tuan besar itu, lalu lanjutkanlah perjalananmu, jangan mengganggu tuan besar lagi" "Paman tua, aku mengerti sedikit ilmu pengobatan. Aku ingin memeriksa putri hartawan Lim." "Anak muda" jongos tua itu terbelalak, kemudian menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata, "Tabib yang berpengalaman puluhan tahun saja tidak sanggup mengobati nona kami-apalagi engkau. Kata tabib tadi- kecuali dewa...." "Paman tua, toiong antar aku menemui hartawan Lim" desak Thio Han Liong. "sudahlah" Jongos tua itu menggeleng-Gelengkan kepala. "Jangan membuat tuan besar marah" "seandainya aku dewa muda?" ujar Thio Han Liong mendadak sambil tertawa kecil. "Apa?"Jongos tua itu melotot "Anak muda, jangan bergurau" "siapa dewa muda?" Mendadak muncul hartawan Lim. "Eh" Anak muda, kenapa engkau belum pergi?" "Tuan besar, dia tidak mau pergi-"Jongos tua memberitahukan. "Bahkan mengaku dirinya dewa muda" "Ah Liok" Hartawan urn mengerutkan kening, "usiamu sudah enam puluh lebih, tapi-..." "Maaf, Tuan besar"jongos tua itu menundukkan kepala. "Ah Lioki cepatlah engkau pergi undang tabib lain" ujar hartawan Lim. "Tuan besar, semua tabib yang terkenal di kota ini sudah diundang ke mari, tidak ada tabib tain lagi-" sahut jongos tua itu "Tuan besar, anak muda ini ingin menemui Tuan besar, katanya mengerti sedikit ilmu pengobatan, maka dia belum menerima uang pemberian Tuan besar untuk bekalnya dalam perjalanan." ujar pelayan wanita itu "oh?" Hartawan Lim menatap Thio Han Liong dalam-dalam. "Anak muda, siapa engkau?" tanyanya. "Namaku Thio Han Liong, Paman" "Engkau belajar ilmu pengobatan dari siapa?" "Dari ayahku." "Engkau berasal dari mana?" "Kami tinggal di sebuah pulau di Laut utara." Thio Han Liong memberitahukan, "sejak kecil aku sudah belajar ilmu pengobatan. Aku dengar putri Paman sakit, maka aku ke mari dengan alasan minta bantuan, tapi sesungguhnya aku ingin memeriksa penyakit putri Paman itu" "Anak muda, engkau" Hartawan Lim agak terbelalak"Ternyata engkau menguji hatiku dulu. Bagaimana" Apakah aku lulus?" "Paman. - " wajah Thio Han Liong kemerah-merahan. "Aku dengar Paman berhati bajik dan suka menoiong sesama. Aku... kurang yakin itu, maka...." "Maka engkau ke mari untuk menguji hatiku dulu. ya, kan?" Hartawan Lim menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata, "Anak muda, kami tiga turunan selalu berbuat kebaikan, namun setiap turunan hanya punya seorang anak. Kini putriku malah mengidap penyakit aneh yang tiada obatnya, Lo Thian ya (Tahan) sungguh tidak adil" "Paman, mudah-mudahan aku sanggup mengobati penyakit putri Paman itu" ucap Thio Han Liong. "Engkau masih kecil...." Hartawan Lim menghela nafas panjang, "sudahlah Engkau boleh pergi" "Paman. - " "Tuan besar," ujar pelayan wanita yang masih memegang bungkusan itu "Anak muda ini telah menguji hati Tuan besar, bagaimana giliran Tuan besar menguji ilmu pengobatannya" siapa tahu justru dia yang mampu mengobati Nona." "Itu - " Hartawan Lim masih tampak ragu. "Tuan besar,!." sela jongos tua itu "Tadi Tuan besar menyuruh aku pergi mengundang tabib lain. Kini sudah ada tabib kecil berdiri di sini, kenapa Tuan besar tidak menyuruhnya memeriksa penyakit Nona?" "Dasar kalian berdua sudah tua" "Paman" Mendadak badan Thio Han Liong bergerak cepat dan dalam sekejap ia sudah menghilang. "Eeeh?" Jongos tua menengok ke sana ke mari. "Hilang ke mana anak muda itu" Kok bisa hilang mendadak" Janganjangan dia siluman?" "Paman tua, aku bukan siluman, melainkan dewa muda yang main ke mari" terdengar suara sahutan nyaring, namun tidak kelihatan orangnya. Ternyata tadi Thio Han Liong menggunakan ilmu ginkang melesat ke belakang gorden, sekarang menyahut mengeluarkan Iweekang maka suaranya bergema dan terdengar begitu nyaring. "Dewa muda Toiong perlihatkan dirimu dan cepatlah toiong nona kami yang sudah sekarat" ucap jongos tua itu. "Dewa muda" sambung pelayan wanita"Jangan marah kepada Tuan besar kami- sebab Tuan besar kami dalam keadaan bingung, cemas dan duka" "Ht hi hi" Thio Han Liong tertawa geli- kemudian mendadak Dendam Perempuan Sepi 1 Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bara Naga 14