Asmara Si Pedang Tumpul 3
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 3 Ya-kongcu." Pria itu nampak gembira sekali. Lili memang seorang gadis yang berwatak polos dan bebas, tidak terikat oleh sikap malumalu seperti para wanita lainnya. Namun, Ya-kongcu maklum sepenuhnya bahwa walaupun gadis itu bebas, jangan dikira Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bahwa ia boleh dipermainkan begitu saja! Buktinya, anak buahnya sempat dihajar habis-habisan oleh gadis ini. Dia lalu mengajak Lili ke tempat peristirahatannya, tidak jauh dari situ, di bawah pohonpohon rindang dan ternyata di sana terdapat banyak kuda pilihan dan anak buah kongcu itu tidak kurang dari tigapuluh orang! Di bawah pohon itu telah diatur makanan dan minuman yang cukup lezat. Lili semakin kagum. Kiranya kongcu ini bersama rombongannya membawa peralatan masak pula karena masakan itu masih mengepul panas dan tak jauh dari situ nampak dapur darurat. Ya-kongcu dengan gembira mempersilakan Lili untuk duduk menghadapi meja sederhana yang dibuat secara darurat pula, duduk di atas bangku. Lili makan minum dengan lahapnya, senang karena tuan rumah tidak banyak cakap, hanya bicara kalau mempersilakan ia mengambil hidangan dan menambah minuman yang terdiri dari dua macam. Ada anggur dan ada pula teh harum. Setelah selesai makan minum dan meja dibersihkan, Yakongcu berkata. "Tadi kulihat gerakanmu yang mirip gerakan seekor ular. Mungkin masih ada hubungan antara nona dengan See-thian Coa-ong, yaitu locianpwe (orang tua gagah) Cu Kiat?" Kembali Lili dibuat kagum. Jelaslah bahwa orang ini memang lihai dan bermata tajam, tentu luas pengetahuannya tentang ilmu silat sehingga melihat gerakannya sedikit saja sudah dapat mengenal ilmu silatnya. "Dia adalah guruku" katanya. Kini Ya-kongcu yang terkejut dan memandang dengan mata terbelalak, akan tetapi wajahnya berseri. "Pantas kalau begitu! Biar seluruh anak buahku maju mengeroyok kau, tentu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mereka semua akan dapat kaurobohkan! Kiranya nona adalah murid See-thian Coa-ong, datuk wilayah barat yang terkenal itu." Dia cepat bangkit berdiri. "Maafkan kalau aku tadi bersikap kurang hormat, Tang Siocia (nona Tang)." Lili cepat membalas penghormatan itu. "Aih, jangan terlalu merendah, Ya-kongcu. Engkau sendiri memiliki ilmu pedang yang amat dahsyat." "Aku mendengar bahwa See-thian Coa-ong merupakan seorang di antara calon bengcu yang akan diadakan oleh para tokoh dan datuk persilatan di puncak Thai-san. Benarkah itu, Siocia?" Kembali Lili kagum. Memang orang ini memiliki pengetahuan yang luas. Iapun mengangguk membenarkan. "Kalau begitu, tentu kepergianmu ini ada hubungannya dengan pemilihan bengcu yang akan diadakan sebulan sesudah sin-cia tahun depan, bukan?" "Tidak, Ya-kongcu. Urusan pemilihan bengcu itu adalah urusan suhu dan suci, sedangkan aku mempunyai tugas lain." "Ah, begitukah" Kalau kau hendak mengurus pemilihan bengcu, katakan saja terus terang, nona. Karena sesungguhnya, kami sudah sejak semula siap untuk memilih locianpwe See-thian Coa-ong sebagai bengcu." "Eh, kenapa begitu?" Lili tertarik. "Apakah engkau sudah mengenal suhu?" Pria itu menggeleng kepala sambil tersenyum. "Mengenal secara pribadi memang belum, akan tetapi aku telah lama mendengar nama besar gurumu itu dan aku yakin bahwa hanya dia yang pantas untuk menjadi bengcu. Kami siap untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ membantunya agar dia yang kelak terpilih. Kami mempunyai banyak anak buah yang tersebar di seluruh kota besar, juga di kota raja, maka kalau kami membantu, pasti gurumu akan memperoleh suara dukungan terbanyak." "Aku tidak tahu apakah suhu memerlukan bantuan itu, akan tetapi mungkin saja engkau dapat membantuku dengan keterangan, kongcu. Aku sedang mencari seseorang, ......" kata Lili, timbul harapannya untuk dapat segera menemukan orang yang dicarinya ketika mendengar bahwa Ya-kongcu mempunyai banyak anak buah di kota besar dan di kota raja. Apalagi sikap dan pernyataan Ya-kongcu yang hendak membantu dan mendukung suhunya itu menimbulkan rasa suka dan percaya, maka ia tidak ragu untuk minta bantuan. Wajah itu berseri dan sepasang mata itu bersinar-sinar. "Katakanlah, siapa orang yang kaucari itu, nona" Kami akan membantumu sekuat tenaga dan kami yakin dalam waktu singkat kami akan dapat memberitahu kepadamu di mana adanya orang yang kaucari itu. Siapa dia?" "Dia seorang tokoh Butong-pai berjuluk Sin-kiam-eng (Pendekar Pedang Sakti) dan namanya Bhok Cun Ki," kata Lili sambil menatap tajam wajah itu untuk melihat reaksinya. Ya-kongcu terbelalak. "Sin-kiam-eng Bhok Cun Ki" Ah, tentu saja aku mengenal siapa dia, nona! Akan tetapi, sebelum kuberitahu kepadamu di mana dia, aku ingin tahu lebih dulu, apa hubunganmu dengan Sin-kiam-eng?" Tentu saja gembira sekali rasa hati Lili mendengar bahwa Ya-kongcu mengenal orang yang dicarinya. Tak disangkanya akan sedemikian mudahnya ia dapat menemukan musuh besar sucinya. Karena ia seorang yang jujur dan terbuka, apalagi kalau ia sudah percaya kepada seseorang, mendengar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pertanyaan Ya-kongcu iapun mengaku terus terang. "Aku mencari Sin-kiam-eng Bhok Cun Ki untuk membunuhnya." "Ahhh ........!" Ya-kongcu berseru, terbelalak. "Mengapa, kongcu?" tanya Lili dan alisnya berkerut ketika ia teringat sesuatu. "Apakah dia sahabat baikmu atau keluargamu?" Pria itu tertawa dan menggeleng kepala. "Sama sekali bukan, nona. Bahkan sebaliknya, diapun musuh besarku dan tentu saja aku suka sekali membantumu menentangnya. Akan tetapi, aku hanya terkejut mendengar engkau hendak membunuh Sin-kiam-eng Bhok Cun Ki. Dia seorang pendekar ahli pedang yang amat tangguh, nona. Bahkan namanya paling terkenal di antara para tokoh Bu-tong-pai!" "Hem, boleh jadi dia lihai, akan tetapi aku tidak takut," jawab Lili gagah dan dingin, penuh kepercayaan kepada kemampuannya sendiri. "Tang Siocia, kalau boleh kami mengetahui, permusuhan apa yang ada antara engkau dan dia?" "Ini merupakan urusan pribadi yang tak dapat kuceritakan kepada siapapun juga, kongcu. Cukup kauketahui bahwa aku mencari dia untuk mengajaknya bertanding dan kalau mungkin membunuhnya." Dalam suara gadis itu terkandung ketegasan yang membuat Ya-kongcu berhati-hati dan tidak berani mendesak. "Aku mengerti, nona, dan aku tidak berani mencampuri urusan pribadi nona. Akan tetapi, kurasa tidaklah mudah untuk melaksanakan keinginanmu itu, sungguh tidak mudah sama sekali." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan alis masih berkerut Lili berkata, "Katakan saja di mana aku dapat menemukan Sin-kiam-eng Bhok Cun Ki dan selanjutnya aku tidak berani merepotkanmu, kongcu." "Nona Tang, dalam hal ini, sebaiknya kita bekerja sama. Aku akan membantumu menemukan dan menghadapi Sinkiam-eng, dan aku akan mengerahkan kawan-kawanku untuk membantu suhumu agar terpilih sebagai bengcu." Lili adalah seorang gadis yang cukup cerdik. Mendengar janji kesanggupan ini, ia menatap tajam. "Dan sebaliknya" Apa yang harus kulakukan untukmu?" Pria itu tersenyum. "Tidak apa-apa, nona. Cukup kalau nona menganggap kami sebagai sahabat baik, cukuplah. Di antara sahabat baik tentu saja saling membantu tanpa pamrih, bukan?" "Ya-kongcu, aku akan berterima kasih sekali kalau engkau suka membantuku memberitahu di mana musuh besarku itu. Dan engkau akan kuanggap seorang sahabat baik kalau keteranganmu itu betul dan aku dapat menemukan musuh itu. Nah, katakan di mana dia?" "Tang Siocia, Sin-kiam-eng Bhok Cun Ki telah berjasa besar terhadap Kerajaan Beng dan karena jasa-jasanya ketika para petani memberontak dan menggulingkan pemerintah Goan, maka kini dia diangkat menjadi seorang jenderal yang berkuasa dan berkedudukan tinggi di kota raja." "Hemm, dia tinggal di kota raja?" tanya Lili. Kedudukan tinggi itu sama sekali tidak berkenan baginya. Yang penting, ia dapat menemukan orang itu! "Dia tinggal di kota raja, nona. Akan tetapi, sebagai seorang jenderal, dia tinggal di dalam benteng di mana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terdapat ribuan orang tentara. Kiranya tidak mungkin bagi nona untuk mencari dia di dalam tempat tinggalnya." Mendengar ini, barulah Lili tertegun. Tentu saja, betapa tinggipun ilmu kepandaiannya, kalau harus mencari musuh besarnya ke dalam benteng pasukan yang ribuan orang banyaknya, sama saja dengan bunuh diri. Tidak mungkin ia akan berhasil. "Hemmm, begitukah" Lalu bagaimana aku akan dapat berhadapan dengan dia?" gumamnya seperti pada diri sendiri. "Itulah sebabnya mengapa tadi aku menawarkan bantuan kepadamu, nona. Kita harus bekerja sama dan aku akan mendapatkan jalan agar engkau dapat bertemu muka dengan jenderal itu. Kalau engkau mau bekerja sama, mari kita melakukan perjalanan bersama karena kamipun ingin pergi ke kota raja." Tentu saja Lili menyetujuinya. Biarpun ia seorang gadis dan akan melakukan perjalanan yang jauh bersama seorang pria yang mempunyai anak buah banyak dan kesemuanya pria, ia sama sekali tidak merasa canggung. Ia seorang gadis yang bebas dan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga ia tidak khawatir akan gangguan pria. Apalagi semua anak buah Ya-kongcu sudah mengenal siapa gadis itu dan tentu takkan ada seorangpun yang berani mengusiknya. Hajaran yang diberikan Lili kepada tujuh orang itu sudah cukup keras, apalagi dua orang pengganggu pertama dihukum pancung kepala oleh Ya-kongcu. Lili juga tidak ingin tahu siapa sebenarnya pria itu. Andaikata ia tahu akan keadaan Ya-kongcu yang sesungguhnya, agaknya ia tidak akan perduli. Yang penting baginya adalah menemukan Sin-kiam-eng agar ia dapat melaksanakan tugas yang diberikan sucinya kepadanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Siapakah sebetulnya Ya Lu Ta yang disebut Ya-kongcu itu" Dia bukan orang sembarangan, karena dia adalah Pangeran Yaluta, seorang di antara para pangeran dari Kerajaan Goan, yaitu Kerajaan Mongol yang telah runtuh. Bersama sisa keluarga kerajaan, Pangeran Yaluta ini juga terpaksa melarikan diri mengungsi ke utara, kembali ke tanah air bangsa Mongolia di utara karena semua usaha sisa pasukan Mongol untuk melawan pasukan Kerajaan Beng gagal. Semua pasukan Mongol dihancurkan, banyak yang tewas dan yang masih dapat menyelamatkan diri, melarikan diri ke Mongolia. Tentu saja banyak anggauta keluarga, terutama para pangeran Mongol, yang masih penasaran dan tidak mau menerima nasib. Bagaimana mungkin keluarga yang tadinya merajai seluruh daratan Cina, yang berada di puncak kekuasaan, hidup mulia, terhormat dan kaya raya, kini harus kembali ke daerah tandus di utara dan hidup sebagai bangsa pengembara lagi" Tidak, mereka akan tetap berusaha untuk mencoba menguasai kembali daerah selatan dan di antara para pangeran yang paling gigih adalah Pangeran Yaluta yang memang memiliki kemampuan besar itu. Dia memiliki ilmu silat tinggi, pandai memimpin pasukan, dan juga dia ahli sastera. Selama hampir seabad menjajah Cina, orang-orang Mongol, terutama sekali kaum bangsawannya, melebur diri menjadi pribumi, mempelajari kebudayaan dan peradaban mereka yang lebih tinggi. Maka, tidak sukar bagi Pangeran Yaluta untuk mengaku bernama Ya Lu Ta seperti orang pribumi dan kalau saja dia berpakaian pribumi, takkan ada seorangpun menyangka dia seorang pangeran Mongol. Tidak ada sedikitpun pada dirinya berbekas Mongol. Sudah sejak jatuhnya Kerajaan Mongol, Pangeran Yaluta atau yang kini dikenal sebagai Ya-kongcu itu, berusaha keras Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ untuk merampas kembali tahta kerajaan yang telah terjatuh ke tangan orang-orang Han sendiri yang kini mendirikan Kerajaan Beng yang baru. Namun, usahanya mempergunakan kekerasan selalu gagal, selalu pasukannya dipukul hancur oleh pasukan Beng yang kuat. Oleh karena itu, selama beberapa tahun ini. Ya-kongcu mempergunakan siasat lain. Dia tidak lagi mempergunakan kekuatan pasukan untuk mencoba menyerang ke selatan, melainkan mempergunakan siasat halus. Dia mengirim para pembantunya yang lihai dan cerdik, menyebar banyak sekali mata-mata ke selatan. Bahkan orang-orangnya sudah beberapa kali berusaha untuk melakukan pembunuhan-pembunuhan rahasia terhadap orang-orang penting dari pemerintah Kerajaan Beng, ada yang berhasil ada pula yang gagal. Kemudian dia memberi perintah baru kepada orang-orang yang merupakan jaringan matamata di Kerajaan Beng. Usaha kekerasan agar dihentikan, dan dia menggunakan siasat lain. Kedudukan bengcu dari dunia persilatan harus dikuasai oleh orang yang dapat mereka pengaruhi, dan persaingan di antara pangeran Kerajaan Beng harus dimanfaatkan untuk menimbulkan pertikaian di antara mereka dan memperlemah kedudukan Kerajaan Beng. Untuk tugas yang penting ini, Yakongcu bertekad untuk turun tangan sendiri, memimpin langsung di tempat lawan, yaitu di kota raja! 0leh seorang ahli pengobatan di negerinya, dia telah membiarkan wajahnya diubah dengan pembedahan dan pengobatan sehingga bentuk mata, hidung dan mulutnya berubah. Tidak akan ada seorangpun di kota raja yang akan mengenal wajahnya sepagai wajah pangeran Mongol yang terkenal. Di kota raja sendiri dia sudah mempunyai wakil atau Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo tangan kanan yang selama ini memimpin jaringan mata-mata, orang yang memegang kedudukan penting di Kerajaan Beng, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang sudah dapat dia pengaruhi dan dia manfaatkan tenaganya. Demi tercapainya cita-citanya itulah Ya-kongcu bersikap ramah terhadap Lili, setelah diketahui bahwa gadis itu memiliki ilmu kepandaian tinggi, apalagi setelah mereka berkenalan dan dia tahu bahwa gadis itu adalah murid See-thian Coa-ong. Dia harus dapat merangkul orang-orang yang pandai, apalagi datuk-datuk yang selain lihai juga memiliki kekuasaan besar, mempunyai banyak pengikut. Kalau kelak bengcu menjadi sekutunya, dan dia dapat merangkul banyak perkumpulan besar, mempengaruhi pejabat-pejabat tinggi, kiranya citacitanya bukan merupakan mimpi belaka. 0o0 Ya-kongcu selalu menerima laporan dari kaki tangannya maka bekas pangeran ini mengetahui dengan baik segala peristiwa yang terjadi di Kota raja, bahkan dia mengenal nama mereka yang memiliki kedudukan penting, mana yang dianggap berbahaya bagi pergerakannya, dan pejabat mana yang kiranya dapat ditarik menjadi sekutu. Oleh karena itu, keterangannya tentang Bhok Cun Ki kepada Lili, bukanlah keterangan bohong. Bhok Cun Ki memang kini menjadi seorang jenderal yang dipercaya di kota raja. Sejak terjadinya perjuangan menumbangkan kekuasaan Mongol yang dipimpin oleh Chu Goan Ciang yang kemudian menjadi Kaisar Thai-cu, kaisar pertama Kerajaan Beng (1368-1398), Bhok Cun Ki sudah ikut dalam perjuangan sebagai seorang toKoh pemimpin yang gagah perkasa. Dia memang seorang pendekar, murid Butong-pai yang lihai sekali. Oleh karena itu, setelah perjuangan berhasil dan Chu Goan Ciang menjadi kaisar, maka pemimpin pejuang ini tidak melupakan rekan-rekannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Selain dua orang panglima besar seperti Jenderal Shu Ta dan Jenderal Yauw Ti yang memperoleh kedudukan panglima pertama dan kedua, banyak tokoh pejuang yang menerima kedudukan sesuai dengan kecakapan dan kemampuan mereka. Di antaranya adalah Bhok Cun Ki yang diberi kedudukan jenderal dan merupakan seorang di antara para pembantu Jenderal Shu Ta. Sedikit saja kekeliruan keterangan yang diberikan Yakongcu kepada Lili, yaitu mengenai tempat tinggal BhokGoanswe (Jenderal Bhok). Dia dan keluarganya tidak tinggal di dalam benteng, melainkan di sebuah gedung yang cukup besar dan megah. Sebagai seorang Panglima, tentu saja rumahnya itu siang malam dijaga pengawal yang biarpun hanya belasan orang banyaknya, namun mereka merupakan perajurit-perajurit kepercayaan Jenderal Bhok dan merupakan orang-orang pilihan yang selain setia juga memiliki ilmu silat yang cukup tangguh. Di dalam gedungnya, Bhok Cun Ki tinggal bersama keluarganya. Dia kini berusia empatpuluh lima tahun, dan dalam usia setengah tua ini dia masih nampak gagah perkasa, berwajah ganteng dengan kumis dan jenggot tipis, matanya lebar berwibawa, hidungnya mancung dan mulutnya membayangkan kelembutan hati walaupun dagunya milik orang yang keras dan teguh hati. Sebelum menjadi panglima dia sudah terkenal di dunia persilatan dengan julukan Sin-kiam-eng (Pendekar Pedang Sakti) karena dengan ilmu pedang dari Butong-pai yang indah dan cepat, dia memang merupakan seorang ahli pedang yang sukar dicari bandingnya. Bhok Cun Ki telah menikah sebelum Kerajaan Mongol jatuh, dengan seorang wanita yang masih berdarah bangsawan karena isterinya itu puteri seorang pembesar bagian kebudayaan, seorang Han yang ketika terjadi perjuangan, juga berpihak kepada pejuang, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ meninggalkan kedudukannya dan meninggalkan kota raja bersama keluarganya. Bersama isterinya dia mempunyai dua orang anak, seorang pemuda yang kini sudah berusia duapuluh tahun dan seorang gadis yang kini berusia delapanbelas tahun. Pemuda itu bernama Bhok Ci Han, tampan dan tegap, pendiam dan gagah perkasa, sedangkan adiknya bernama Bhok Ci Hwa, cantik manis, lincah jenaka tidak seperti kakaknya yang pendiam. Kedua Kakak beradik ini sejak kecil sudah digembleng oleh ayahnya sendiri sehingga setelah kini mereka dewasa, keduanya selain memiliki ilmu sastera yang cukup baik, juga mereka mewarisi ilmu silat Butong-pai yang tangguh. Biarpun diluarnya mereka kelihatan seperti seorang kongcu (tuan muda) dan seorang siocia (nona) yang lemah lembut, pandai membaca kitab, pandai bersajak dan kesenian lain, namun sebenarnya mereka berdua adalah pendekar-pendekar Butong-pai yang lihai. Bhok Cun Ki tinggal bersama isteri dan dua orang anaknya di gedung yang selalu terjaga perajurit pengawal. Gardu penjagaan berada di dekat pintu gerbang, akan tetapi seringkali, terutama di waktu malam, serombongan pengawal melakukan perondaan mengelilingi gedung, bahkan ada pula yang memeriksa keamanan dari atap gedung. Pada suatu sore, Panglima Bhok menerima undangan yang bersifat panggilan dari atasannya, yaitu Jenderal Shu Ta yang menjadi panglima besar kepercayaan kaisar yang utama. Tentu saja Bhok Cun Ki merasa heran karena biasanya atasannya tidak akan memanggilnya di waktu hari telah sore. Kalau hal ini terjadi, berarti atasannya itu memiliki alasan yang kuat dan tentu ada urusan yang teramat penting sehingga Jenderal Shu Ta tidak segan-segan mengganggu waktunya beristirahat. Dia segera berangkat, naik kereta dan dikawal Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ selusin orang perajurit pengawal, menuju ke perbentengan karena dia dipanggil menghadap ke sana. Setelah tiba di dalam benteng dan dipersilakan memasuki ruangan yang biasa dipergunakan untuk rapat, di situ telah menanti Jenderal Shu Ta dan pembantu utamanya, yaitu Jenderal Yauw Ti, dan beberapa orang panglima muda lain, juga seorang pemuda berpakaian sederhana, pakaian rakyat biasa. Kiranya atasannya mengadakan rapat yang lengkap dengan para panglima, pikir Bhok Cun Ki dan diapun memandang sejenak kepada pemuda tinggi tegap berkulit gelap itu. Jenderal Shu Ta berusia kurang lebih limapuluh tiga tahun, tubuhnya agak gemuk namun kokoh kuat, mukanya kemerahan dan sikapnya tegas berwibawa. Adapun wakil atau pembantu utamanya, Jenderal Yauw Ti, bertubuh tinggi besar dengan pinggang ramping, usianya sekitar limapuluh tahun akan tetapi dia masih nampak muda dan tegap. Selain menjadi pembantu utama panglima besar, Jenderal Yauw Ti ini juga menjadi penasihat kaisar di bagian kemiliteran dan karena dia terkenal pandai dalam ilmu silat dan ilmu perang, diapun dijadikan guru bagi para panglima muda dalam hal ilmu perang. Kedua orang jenderal ini sudah banyak jasanya di waktu perjuangan, maka mereka merupakan dua orang yang paling tinggi kedudukannya di bagian kemiliteran, walaupun Jenderal Yauw Ti lebih dipercaya dan lebih dekat dengan kaisar yang merupakan sahabat karibnya di waktu perjuangan dan mereka masih menjadi pemuda-pemuda dari kalangan rakyat kecil biasa. Sebaliknya, Jenderal Yauw Ti sejak muda sudah menjadi seorang perwira walaupun dahulu dia seorang perwira pasukan Mongol. Ketika terjadi pemberontakan rakyat, diapun meninggalkan pasukannya dan berpihak kepada rakyat, maka Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jasanya besar dan kini dia memperoleh kedudukan tinggi yang hanya kalah oleh Jenderal Shu Ta saja. Para panglima yang hadir, ada belasan orang banyaknya, merupakan orang-orang yang menduduki jabatan penting di bagian ketentaraan dan keamanan. Maka, tentu saja mengherankan hati Bhok Cun Ki melihat adanya seorang pemuda asing, bukan anggauta pasukan, apalagi panglima atau perwira, hadir pula di situ. "Bhok-ciangkun telah datang, kini lengkap sudah, kita boleh mulai bicara," kata Jenderal Shu Ta yang memimpin pertemuan itu. "Pertama-tama, kami perkenalkan kepada ciangkun (perwira tinggi) sekalian, saudara ini adalah murid yang mewakili locianpwe Ciu-sian (Dewa Arak) Tong Kui. Namanya adalah Sin Wan dan dia datang sebagai utusan dan wakil dari locianpwe Ciu-sian." Bhok Cun Ki mengamati pemuda yang berdiri dan memberi hormat ke sekeliling itu dengan hormat. Nampaknya tidak mengesankan namun dia dapat menduga bahwa murid Ciusian tentulah lihai, apalagi sudah menjadi wakil tokoh besar dunia persilatan itu. Dan kalau dalam sikap yang sopan dan pendiam itu tidak dapat dilihat kelihaiannya namun sinar matanya yang bersinar-sinar itu menunjukkan bahwa dia bukan pemuda sembarangan. "Maaf, Shu-goanswe (jenderal Shu), saya mengenal locianpwe Ciu-sian, akan tetapi bagaimana kita dapat yakin bahwa pemuda ini murid dan datang mewakilinya" Kita harus yakin benar akan hal ini, mengingat akan bahayanya kalau ada orang luar yang tidak berhak menyelundup," kata Bhok Cun Ki dan para rekannya mengangguk setuju. Jenderal Shu Ta tersenyum senang dan menoleh kepada Sin Wan setelah mempersilakan pemuda itu duduk kembali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Nah, engkau dapat mendengar dan melihat sendiri, taihiap, betapa teliti dan berhati-hati para rekan panglima di sini. Tentu engkau maklum betapa besar bahayanya kalau sampai ada mata-mata musuh datang menyusup. Rahasia kami akan diketahui musuh dan hal itu amat berbahaya. Karena itu, maafkan sikap mereka kalau meragukan keaselianmu sebagai murid dan wakil locianpwe Ciu-sian." Sin Wan mengangguk. "Tidak ada yang perlu dimaafkan, bahkan saya merasa kagum sekali. Nah, sebaliknya kalau cuwi ciangkun (para panglima sekalian) memeriksa tanda kuasa yang diberikan suhu kepada saya ini, dan juga surat keterangan yang ditulis suhu seperti yang tadi telah saya perlihatkan kepada Shu-goanswe." Sin Wan mengeluarkan sehelai leng-ki, yaitu sebuah bendera kecil sebagai tanda bahwa pemegangnya adalah utusan kaisar yang akan menerima sambutan penghormatan dan bantuan dari setiap orang pejabat, dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi kedudukannya. Kaisar telah memanggil Ciu-sian dan kaisar sendiri yang menyerahkan sehelai leng-ki kepada Ciu-sian dan memberi tugas kepada Dewa Arak itu untuk membantu pemerintah, melakukan penyelidikan dan menentang jaringan mata-mata Mongol yang berbahaya bagi keamanan negara. Di samping leng-ki itu, juga Sin Wan mengeluarKan segulung surat tulisan, Dewa Arak yang menerangkan bahwa karena dia sudah terlalu tua, maka dia menyerahkan tugas dari kaisar kepada muridnya bernama Sin Wan yang akan bertindaK mewakilinya dalam segala hal, dan bahwa sepak terjang Sin Wan dialah yang bertanggung jawab. Membaca surat keterangan itu dan leng-ki, belasan orang panglima itu segera memberi hormat secara militer, berdiri tegak, lalu berlutut sebelah kaki. Bendera kecil (leng-ki) adalah tanda kuasa dari kaisar yang diberikan kepada seorang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ utusan, maka bukan utusan itu yang dihormati, melainkan leng-ki yang merupakan lambang kehadiran kaisar. "Hari ini Sin Wan taihiap (pendekar besar) datang berkunjung, dengan maksud untuk minta keterangan dan penjelasan tentang jaringan mata-mata musuh seperti yang kita ketahui, agar dia dapat memulai dengan penyelidikannya. Karena melihat pentingnya tugas yang dilakukannya, dan kita semua mengharapkan bantuannya, maka kami mengundang cu-wi (anda sekalian) untuk membicarakan urusan ini." "Nanti dulu, tai-ciangkun," kata Jenderal Yauw Ti. "Kita semua sejak dulu telah bekerja untuk menentang musuh, dan kita selalu menyelidiki jaringan mata-mata Mongol. Akan tetapi, kita tidak pernah menemukan jaringan mata-mata itu, kecuali ditangkapnya beberapa orang yang kita curigai. Itupun tidak ada hasilnya karena tidak ada yang mengaku, dan mungkin mereka itu hanya terkena fitnah belaka. Kita, dengan kekuatan pasukan kita, dapat menanggulangi segala ancaman musuh. Lalu apa artinya Saudara Sin Wan yang hanya seorang diri ini untuk menghadapi jaringan mata-mata, kalau memang ada?" Mendengar ini, beberapa orang panglima mengangguk menyetujui. Bagaimanapun juga, mereka merasa diremehkan. Mereka adalah panglima-panglima yang memimpin pasukan dan selama ini mereka berhasil menghalau semua musuh Kerajaan Beng. Kalau sekarang ada seorang pemuda yang hendak bertugas menyelidiki jaringan mata-mata, bukankah hal itu sama saja dengan meremehkan kekuatan dan kemampuan mereka" Apa sih artinya seorang pemuda saja, betapapun pandainya" Jenderal Shu Ta yang dahulunya juga seorang rakyat biasa, namun sudah sejak muda berkecimpung di dunia kangouw, mengerutkan alisnya. "Harap cu-wi tidak berpendapat sepicik Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu. Cu-wi agaknya lupa bahwa orang-orang dunia persilatan seperti locianpwe Ciu-sian atau muridnya ini, dapat bergerak lebih bebas dari pada kita. Mereka akan dapat menghubungi orang-orang kangouw dan mereka dapat melakukan penyelidikan tanpa diketahui pihak lawan. Kita sudah dikenal, dan kalau kita bergerak, tentu musuh sudah mengetahuinya. Kalau musuh yang datang itu pasukan yang menyerang dengan berterang, tentu saja kita dengan pasukan kita yang maju, bukan perorangan seperti taihiap ini. Akan tetapi pihak lawan bergerak dengan sembunyi, maka kitapun harus mempercayakan kepada para pendekar seperti taihiap ini. Lupakah cu-wi ketika benda-benda pusaka milik Sribaginda dicuri orang" Kita sudah mengerahkan pasukan untuk mencari, hasilnya sia-sia belaka. Kemudian, setelah Sribaginda mengutus Sam-sian untuk mencarinya, maka para locianpwe itu berhasil membawa kembali benda-benda pusaka. Nah, apa Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo yang dapat cu-wi katakan lagi?" Jenderal Yauw Ti mengangguk-angguk. "Kini kami mengerti dan kami menanti perintah ciangkun," katanya mengalah. Jenderal Shu Ta lalu menceritakan keadaan keamanan pada waktu itu, terutama sekali kepada Sin Wan, dan juga berita baru tentang perubahan gerakan orang-orang Mongol. "Kami menerima laporan dari para komandan pasukan, juga dari Raja Muda Yung Lo bahwa kini orang-orang Mongol mengundurkan diri, tidak lagi melakukan tekanan di perbatasan. Belum diketahui dengan pasti sebab-sebabnya mengapa mereka tiba-tiba saja mengendurkan tekanan dan jarang ada serangan terhadap para penjaga di perbatasan. Hal ini hanya ada dua kemungkinan. Pertama, mereka sengaja mundur untuk membuat kita lengah, sementara mereka memperkuat kedudukan dan memperbesar pasukan. Kemungkinan kedua, mereka melihat bahwa penyerangan mereka untuk menembus perbatasan selalu gagal dan tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mungkin dilanjutkan, maka mereka mungkin akan menyerang dari jurusan lain, bisa dari barat dan mungkin juga membonceng keadaan yang dibikin kacau oleh para bajak, menyerang dari timur menggunakan perahu, walaupun kemungkinan ini kecil sekali. Betapapun juga, kita harus memperkuat penjagaan di barat, dan mengamati dengan ketat pantai timur." Jenderal Shu Ta berhenti sebentar dan memandang kepada semua pembantunya. "Bagaimana pendapat cuwi?" "Ciangkun, saya melihat kemungkinan lain," tiba-tiba Bhok Cun Ki berkata. Semua orang memandang kepada panglima yang tampan dan gagah itu. "Bhok-ciangkun, katakan apa pendapatmu." "Berulang-kali orang-orang Mongol kita pukul mundur. Bahkan sejak Shu-goanswe memimpin pasukan besar ke utara belasan tahun yang lalu, kita menyeberangi gurun Gobi, kita menggempur dan membakar kota lama Karakorum dari bangsa Mongol, bahkan terus ke utara sampai ke Pegunungan Yablonoi dan menghancurkan setiap pasukan Mongol. Sejak itu boleh dibilang kekuatan pasukan Mongol sudah hancur dan agaknya tidak mungkin bagi mereka untuk bangkit kembali. Kalau kini mereka menghentikan penyerangan, hal itu wajar saja dan ada kemungkinan yang cukup membahayakan kita, yaitu bahwa mungkin mereka akan mengganti siasat, tidak menyerang dengan kekerasan lagi." "Tidak menyerang dengan kekerasan" Kalau begitu, kenapa kaukatakan berbahaya, Bhok-ciangkun?" tanya Jenderal Shu Ta. Memang dahulu, ketika dia memimpin pasukan besar mengejar bangsa Mongol sampai jauh ke utara, Bhok Cun Ki Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ merupakan seorang di antara pembantunya yang gagah perkasa dan berjasa besar. 9. Pembawa Leng-ki Sribaginda "MUNGKIN mereka akan menggunakan siasat halus, antara lain penyebaran mata-mata yang lebih tekun, memasang jaringan mata-mata untuk mendatangkan kekacauan di kota raja dan kota-kata besar lainnya. Mungkin mereka akan merangkul dan mempengaruhi para pejabat yang memang tidak suka kepada Kerajaan Beng, atau mereka itu bersekutu dengan para pengkhianat, memanfaatkan perkumpulanperkumpulan golongan sesat untuk membuat kekacauan agar kehidupan rakyat menjadi tidak aman. Bisa saja mereka melakukan usaha pembunuhan terhadap tokoh-tokoh penting pemerintahan kita." Suasana menjadi hening setelah Bhok Cun Ki bicara karena semua orang tenggelam dalam lamunan masing-masing, membayangkan kemungkinan itu dengan hati merasa ngeri. Bagi orang-orang yang biasa menghadapi pertempuran ini, mereka merasa ngeri menghadapi musuh yang dilakukan secara sembunyi. Melakukan kekacauan dengan cara apa saja, cara yang bagi mereka amatlah hina dan curang, dan mereka tidak biasa menghadapi cara-cara seperti itu. "Benar apa yang diucapkan Bhok-ciangkun," kata Jenderal Shu Ta. "Oleh karena itulah maka usaha menanggulangi jaringan mata-mata ini perlu digalakkan, dan lebih-lebih kita amat membutuhkan bantuan para pendekar. Dalam hal inilah tenaga para pendekar seperti Sin Wan taihiap ini amat kita butuhkan. Nah, siapa lagi yang mempunyai pendapat yang kiranya berguna bagi kita untuk kita bicarakan?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Seorang panglima yang bertubuh tinggi kurus berkata dengan suaranya yang lantang dan mantap. "Shu-goanswe, saya tadi teringat akan keterangan Bhok-ciangkun bahwa mungkin sekali pihak musuh akan mendekati dan memanfaatkan perkumpulan golongan sesat. Saya setuju sekali, dan saya teringat bahwa beberapa bulan lagi akan diadakan pemilihan bengcu di dunia persilatan. Kalau sampai kedudukan bengcu itu berada di tangan seorang datuk sesat, kemudian bengcu itu dapat dipengaruhi oleh orang Mongol dan dijadikan sekutu, maka hal itu akan berbahaya sekali. Maka, sebaiknya kalau kita memperhatikan pemilihan bengcu itu." "Benar sekali!" kata Jenderal Shu Ta. "Memang hal itu kami bicarakan dengan Sin Wan taihiap ketika dia datang kepada kami, bahkan kami sudah merencanakan pembagian tugas dan sebaiknya kalau Sin Wan taihiap yang bertugas untuk mengamati pemilihan bengcu itu dan sedapat mungkin mencegah agar kedudukan bengcu jangan sampai terjatuh ke tangan orang sesat. Dalam hal ini, kami menunjuk Bhokciangkun untuk bekerja sama dengan Sin Wan taihiap, mengingat bahwa Bhok-ciangkun mempunyai hubungan yang luas dengan para tokoh dunia kang-ouw." Semua panglima setuju dan Bhok Cun Ki menganggukangguk. Memang sebaiknya begitu, pikirnya. Dia belum tahu sampai di mana kemampuan pemuda itu. Akan berbahayalah kalau tugas sepenting itu diserahkan kepada pemuda itu seorang. Kalau bekerja sama dengan dia, maka dia akan dapat menguji pemuda itu, dan dia sendiri yang akan turun tangan kalau dalam pemilihan itu pihak golongan sesat akan menguasainya. "Maaf, Shu tai-ciangkun!" kata Jenderal Yauw Ti. "Kami mempunyai pendapat yang penting, akan tetapi agar dimaafkan kalau menyinggung, karena pendapat ini hanya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terdorong oleh keinginan menjaga keamanan bagi pihak kita sendiri." "Bicaralah, Yauw-ciangkun," kata Jenderal Shu Ta. Semua orang memandang kepada Jenderal yang bertubuh tinggi besar dan ramping itu. "Sekali lagi saya minta maaf kalau pendapat saya ini menyinggung, terutama kepada taihiap Sin Wan. Memang taihiap ini telah membawa leng-ki dan surat kuasa dari locianpwe Ciu-sian, akan tetapi terus terang saja, kita sama sekali belum pernah mengenalnya. Dan kalau mata saya yang tua ini belum berkurang kemampuannya, saya lihat bahwa taihiap ini seperti bukan orang Han! Dan siapakah keturunannya" Kenapa namanya Sin Wan begitu saja tanpa nama keluarga?" Semua orang terdiam dan kini mereka memandang kepada Sin Wan, diam-diam mereka terkejut akan keberanian Jenderal Yauw Ti, karena bagaimanapun juga, ucapannya itu amat menyinggung dan jelas membayangkan ketidak kepercayaannya. Pada hal pemuda itu membawa surat kuasa Ciu-sian dan bahkan membawa leng-ki dari kaisar. Juga jenderal Shu Ta terkejut, dan kini dia memandang kepada Sin Wan. Memang sebetulnya, dalam hati kecilnya juga ada pertanyaan ini, akan tetapi dia tidak berani mengeluarkannya karena dia melihat leng-ki dan surat Ciusian. Kini, ada yang berani menanyakan, hal itu sungguh baik sekali dan dia mengharapkan jawaban sejujurnya dari Sin Wan. Akan tetapi, kekhawatiran para panglima itu sia-sia saja. Pemuda itu sama sekali tidak nampak tersinggung. Memang Sin Wan tidak merasa tersinggung, dan diapun hanya tersenyum. Dia tahu bahwa dia berhadapan dengan orangTiraikasih Website http://kangzusi.com/ orang peperangan yang wataknya terbuka, keras dan jujur. Kalau pertanyaan tadi diajukan oleh Jenderal Yauw Ti, jelas bahwa pertanyaan itu keluar dari hati yang jujur dan sama sekali tidak berniat menyinggung atau menghina. Dan memang dia tidak malu untuk mengakui keadaannya. Dia menyapu wajah para panglima itu dengan pandang matanya. Dia melihat wajah-wajah yang gagah, sinar mata yang tajam berwibawa dan membayangkan kekerasan dan ketegasan. "Saya tidak merasa tersinggung sedikitpun, karena pertanyaan itu memang sudah sewajarnya. Memang sebaiknya kalau cu-wi (anda sekalian) mengenal siapa sesungguhnya saya. Nama saya Sin Wan, tanpa nama keluarga dan saya memang bukan orang Han. Ayah dan ibu saya telah meninggal dunia dan mereka berdua adalah orangorang yang bersuku bangsa Uighur. Akan tetapi sejak kecil saya terdidik sebagai orang Han, dan menjadi murid ketiga suhu Sam-sian, maka saya merasa diri saya tidak berbeda dengan orang-orang Han yang merupakan pribumi aseli." "Suku bangsa Uighur?" Terdengar Jenderal Yauw Ti berseru dan matanya terbuka lebar, lalu alisnya berkerut dan matanya mengamati wajah Sin Wan dengan penuh selidik. "Akan tetapi banyak orang Uighur yang berpihak kepada Mongol!!" Suasana menjadi hening dan banyak mata memandang kepada Sin Wan penuh selidik. Suasana yang tegang itu dipecahkan oleh suara tawa Jenderal Shu Ta. "Ha..ha..ha, tidak ada jeleknya kalau Yauw-ciangkun bersikap hati-hati. Akan tetapi ketahuilah bahwa kita sama sekali tidak curiga kepada taihiap ini. Tidak semua orang Uighur berpihak kepada Mongol, dan selain taihiap ini murid Sam-sian, sudah dipercaya oleh locianpwe Ciu-sian yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memberikan leng-ki kepadanya dan mengangkatnya sebagai wakilnya melaksanakan perintah Sribaginda, juga taihiap Sin Wan ini pernah bersama Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki diundang sebagai tamu oleh Pangeran Yen atau Raja Muda Yung Lo, dan dijamu oleh beliau. Bukan itu saja, bahkan taihiap ini akan diangkat menjadi panglima oleh beliau akan tetapi taihiap Sin Wan menolaknya." "Ehh" Kenapa menolak anugerah pangkat panglima yang akan diberikan Pangeran Yen?" tanya Jenderal Yauw penasaran. Sin Wan tersenyum. Tentu saja dia tidak dapat mengatakan bahwa dia tidak menerima kedudukan itu karena di sana ada Lim Kui Siang, sumoinya yang dari cinta berbalik benci kepadanya. "Saya tidak dapat menerima anugerah itu karena terus terang saja, saya tidak betah tinggal di utara yang dingin. Saya lebih senang tinggal di selatan." Alasan ini memang masuk diakal. Bagi orang yang biasa hidup di selatan, tinggal di utara memang tidak menyenangkan. Apalagi kalau tiba musim salju, dinginnya bukan main. "Nah, sekarang kita kembali kepada pembagian tugas. Bhok-ciangkun kami tugaskan untuk menjaga agar kedudukan bengcu tidak sampai terjatuh ke tangan datuk sesat yang dapat dimanfaatkan oleh orang Mongol, sedangkan taihiap Sin Wan membantunya dalam pelaksanaan tugas itu. Sementara itu, engkaupun dapat melakukan penyelidikan di kota raja, taihiap, sebelum waktu pemilihan bengcu tiba. Dan untuk ini, engkau boleh bekerja sama dengan Bhok-ciangkun, dan tentu akan kami bantu kalau sewaktu-waktu membutuhkan." "Terima kasih, mudah-mudahan saya dapat melaksanakan tugas dengan baik. Saya kira keadaan akan menjadi baik kalau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki yang kelak menjadi bengcu. Dia seorang datuk besar yang tentu akan membawa semua orang kang-ouw mendukung pemerintah. Kalau dunia kang-ouw sudah bersikap demikian, menentang para pemberontak, maka tugas pemerintah akan lebih ringan. Menurut suhu Ciusian, yang paling berbahaya datang dari utara, dari orangorang Mongol. Selain mereka mempunyai banyak orang pandai, juga mengenal baik seluruh keadaan di semua kota, juga di kota raja, terutama sekali mereka itu tentu berusaha mati-matian untuk dapat mendirikan kembali kerajaan mereka yang telah hancur, atau setidaknya akan berusaha membikin kacau. Jenderal Shu Ta mengangguk-angguk dan mengelus jenggotnya yang pendek dan rapi. "Engkau benar, taihiap. Orang-orang Mongol itu agaknya sudah maklum bahwa mereka tidak mungkin membangun kembali kerajaan mereka melalui kekerasan, karena setiap kali bergerak, pasukan mereka dapat kita hancurkan. Mereka tentu akan mempergunakan siasat busuk, oleh karena itu, senang dan legalah hati kami kalau kini Bhok-ciangkun dapat memperoleh bantuanmu. Kami yakin bahwa kalian berdua akan mampu menghancurkan setiap usaha jaringan mata-mata yang berbahaya, dimulai dari pemilihan Bengcu. Nah, kami semua mengharapkan kalian akan dapat melaksanakan tugas dengan baik, Bhok-ciangkun dan Sin Wan taihiap!" Jenderal itu mengangkat cawan arak yang disambut dengan gembira oleh Sin Wan dan Bhok Cun Ki. Juga Jenderal Yauw Ti mengucapkan selamat dan menyampaikan harapan baiknya dengan secawan arak. Setelah pertemuan rahasia antara para panglima itu dibubarkan, panglima Bhok Cun Ki segera mengajak Sin Wan bersamanya. Karena pemuda itu sudah ditunjuk sebagai pembantunya, bekerja sama dengan dia, maka tentu saja mulai saat itu pendekar muda itu harus selalu dekat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengannya dan dia mengusulkan agar Sin Wan tinggal saja di rumahnya sehingga mereka dapat bekerja sama lebih baik. Sin Wan rnenerima tawaran ini dan diapun segera mengikuti Bhok Cun Ki ketika panglima itu mengajaknya pulang untuk membuat persiapan dan perundingan lebih lanjut mengenai tugas mereka berdua. 0o0 Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dua orang muda itu sedang berlatih silat, saling serang dengan gerakan cepat dan kuat. Dari gerakan tangan mereka terdengar angin menyambar-nyambar, tanda bahwa mereka bukanlah ahli-ahli silat biasa, melainkan sudah memiliki tingkat kepandaian yang hebat. Sambaran angin yang mengiuk-ngiuk itu saja membuktikan bahwa mereka berdua telah memiliki sin-kang (tenaga sakti) yang kuat. Mereka adalah seorang pemuda berusia duapuluh tahun dan seorang gadis berusia delapanbelas tahun. Mereka kakak beradik, putera dan puteri Bhok Cun Ki. Pemuda itu, anak pertama, bernama Bhok Ci Han, bertubuh sedang tegap dan wajahnya tampan dan gagah seperti ayahnya. Gadis itu adiknya bernama Bhok Ci Hwa, cantik jelita, lincah jenaka, bertubuh ramping. Sebagai putera puteri panglima Bhok, tentu saja sejak kecil mereka digembleng ayah mereka sendiri sehingga kini mereka telah menjadi dua orang muda yang memiliki ilmu kepandaian silat yang tinggi. Biasanya, kalau mereka berlatih silat di sore hari, ayahnya selalu mengamati latihan mereka. Akan tetapi sore ini mereka berdua berlatih tanpa pengamatan ayahnya, bermain silat di kebun mereka yang luas, di dalam lingkungan pagar tembok yang tinggi. Sore ini ayah mereka menerima panggilan dari atasannya, yaitu Jenderal Shu Ta, maka dua orang kakak beradik itu berlatih berdua saja. Ayah mereka, Bhok Cun Ki adalah seorang pendekar Butong-pai dan pernah membuat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ nama besar di dunia kang-ouw sampai dia menjabat pangkat panglima setelah kerajaan Beng menggantikan kerajaan Mongol. Ibu mereka adalah seorang wanita cantik berdarah bangsawan yang lemah lembut dan ahli seni dan sastra, tentu saja sama sekali tidak pandai silat. Dari ibu mereka, dua orang muda inipun mewarisi kelembutan dan kepandaian dalam hal seni dan sastra. Ketika mereka berdua sedang berlatih dan gerakan mereka semakin cepat sehingga mata biasa akan sukar mengikuti gerakan mereka bahkan tubuh mereka hanya kelihatan seperti dua sosok bayangan yang berkelebatan, tiba-tiba muncul seorang perajurit yang biasa berjaga di pintu gerbang depan. "Kongcu (tuan muda) dan Siocia (nona muda), harap berhenti dulu!" teriak perajurit itu. Kakak beradik itu menghentikan latihan mereka. Dengan leher dan muka berkeringat mereka memandang kepada perajurit itu. Bhok Ci Hwa menghapus keringat di lehernya dengan sehelai kain handuk, dan mengomel. "Ada apa sih" Engkau mengganggu latihan kami!" Perajurit itu memberi hormat. "Maafkan saya. Akan tetapi di luar terdapat seorang tamu yang bersikeras ingin bertemu dengan Bhok-ciangkun. Ketika saya beritahu bahwa ciangkun tidak berada di rumah, ia berkeras mengatakan hendak bertemu dengan keluarganya." "Berkeras" Hemm, kenapa tidak kaukatakan saja bahwa ia boleh kembali lagi kalau ayah sudah pulang?" tegur Bhok Ci Han yang juga merasa tidak senang dengan gangguan itu. "Maaf, kongcu. Saya dan kawan-kawan sudah mengatakan demikian, akan tetapi ia berkeras hendak bertemu dengan Bhok-ciangkun atau dengan keluarganya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Siapa sih orang itu" Dan apa keperluannya" Ci Hwa menjadi tertarik. "Ia seorang gadis yang cantik dan galak, Siocia. Dan ketika kami bertanya tentang keperluannya, ia mengatakan bahwa ia membawa berita yang teramat penting bagi Bhok-ciangkun atau keluarganya." "Apakah ia tidak memberitahu siapa namanya dan dari mana ia datang?" tanya Ci Han. "Kami sudah tanyakan, akan tetapi ia tidak mau mengaku ....." "Namaku Lili!" Ci Han dan Ci Hwa, juga perajurit itu terkejut. Mereka memutar tubuh dan di situ telah berdiri seorang gadis yang cantik manis telah berdiri di situ, matanya mencorong tajam dan bibirnya yang manis itu tersenyum sinis. "Itu ..... itu ia orangnya, kongcu ........." kata perajurit itu, lalu melangkah maju dengan sikap galak. "Heii, nona. Kenapa engkau lancang masuk ke sini tanpa ijin" Bukankah tadi sudah ku suruh menanti di luar sementara aku melapor kedalam?" Perajurit itu mengambil sikap hendak menyerang, dan Lili hanya berdiri santai sambil tersenyum mengejek. Bhok Ci Han menyentuh lengan perajurit itu dan berkata, "Keluarlah, biar kami bicara dengan nona ini!" Perajurit itu memberi hormat, lalu keluar dari dalam taman itu dengan langkah lebar dan bersungut-sungut. Agaknya dia masih penasaran bagaimana tamu itu tahu-tahu sudah berada di taman. Bukankah di luar masih ada lima orang kawannya" Bagaimana mereka membiarkan gadis lancang itu masuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ begitu saja" Dia akan menegur lima orang kawan itu. Akan tetapi ketika dia tiba di gardu penjagaan pintu gerbang depan, dia disambut oleh lima orang kawannya yang babak belur dan matang biru karena dihajar oleh gadis tamu itu ketika mereka berlima hendak menghalanginya memasuki pekarangan! Sementara itu, Lili sudah berdiri saling pandang dengan dua putera dan puteri Bhok Cun Ki. Melihat kakak beradik itu mengenakan pakaian ringkas dan mereka berkeringat karena habis latihan, dan di situ terdapat sebuah rak senjata yang lengkap dengan bermacam senjata, Lili tersenyum. lapun teringat akan pesan gurunya agar ia berhati-hati melawan Bhok Cun Ki karena pendekar Butong-pai itu lihai sekali. Subonya sendiri diwaktu mudanya kalah oleh Bhok Cun Ki, membuktikan bahwa pendekar itu memang lihai. Kalau ayahnya lihai, tentu anak-anaknya juga berkepandaian tinggi. "Apakah kalian ini anak-anak dari Bhok Cun Ki?" tanya Lili dengan sikap sambil lalu, seolah pertanyaan itu tidak penting baginya. "Benar, panglima Bhok Cun Ki adalah ayah kami. Ada keperluan apakah nona mencari ayah kami?" tanya Ci Han, sedangkan Ci Hwa memandang dengan alis berkerut. Gadis yang berdiri di depannya memang cantik manis, senyum sinis yang dihias lesung pipinya itu amat elok, juga cuping hidung yang agak kembang kempis itu nampak lucu, akan tetapi pandang mata itu dingin dan galak bukan main. Walaupun suara gadis itu lembut berbisik, namun mengandung ejekan, dan terutama pandang mata dan senyum itu jelas memandang rendah orang lain. "Kalau kalian ini anak-anaknya, kalian boleh mengetahui bahwa aku datang mencari Bhok Cun Ki untuk membunuhnya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pemuda dan gadis itu terbelalak dan muka mereka berubah merah. Ci Hwa tidak dapat menahan kemarahannya lagi. "Keparat busuk yang sombong! Sebelum engkau bertemu dengan ayah, engkau akan lebih dulu kuhajar!" Sambil berteriak nyaring gadis ini sudah menerjang Lili dengan pukulan dahsyat ke arah muka gadis yang mengancam hendak membunuh ayahnya itu. "Bagus!" kata Lili sambil mengelak dan meloncat ke belakang. "Dari kepandaian kalian aku dapat mengukur sampai di mana kelihatan ayah kalian." Ci Hwa tidak perduli lagi. Begitu pukulannya luput, ia sudah melanjutkan dengan serangan bertubi yang ganas. Namun, Lili beberapa kali mengelak dan ketika ia menyambut sebuah tamparan dengan lengan kirinya, dua buah lengan yang samasama mungil berkulit halus bertemu dengan kuatnya. "Dukk!" Tubuh Ci Hwa terhuyung. Hal ini bukan saja mengejutkan Ci Hwa, akan tetapi juga membuat Ci Han khawatir sekali akan keselamatan adiknya, maka diapun meloncat dan melindungi adiknya dengan sebuah dorongan tangan ke arah pundak Lili. "Plakk!" Lili menangkis dengan lengan melingkar, dan kini Ci Han yang hampir terpelanting! Tentu saja dia terkejut dan tahu bahwa gadis manis itu tidak membual atau menyombong ketika mengeluarkan ucapan mengancam ayahnya, karena memang ia lihai bukan main. Dia dan adiknya lalu mengeroyok Lili dan terjadilah perkelahian yang seru. Namun segera ternyata bahwa Lili memang memiliki tingkat kepandaian silat yang lebih tinggi dari pada kakak beradik itu. Setelah lewat tigapuluh jurus, mulailah Lili mendesak mereka dengan ilmu silatnya yang aneh. Tubuhnya begitu lentur dan berlenggang-lenggok seperti tubuh seekor ular Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ saja. Memang ilmu silatnya adalah ilmu silat yang dasarnya meniru gerakan seekor ular. Bukan hanya tubuh yang meliukliuk seperti tubuh ular, juga kedua lengannya ketika menangkis dan menyerang seolah gerakan dua ekor ular yang gesit kuat dan cepat sekali. Lili hanya dipesan subonya untuk membunuh Bhok Cun Ki. Oleh karena itu, ketika menghadapi dua orang putera dan puteri musuh besar subonya itu, ia sama sekali tidak mempunyai niat untuk mencelakai atau membunuh mereka. Karena itulah maka Lili tidak mengerahkan tenaga yang mengandung racun. Bahkan ketika ia memperoleh kesempatan, ia hanya merobohkan Ci Hwa dengan totokan dengan ujung kaki pada belakang lutut Ci Hwa dilanjutkan dorongan kakinya membuat Ci Hwa terjengkang, dan ketika Ci Han memukul ke arah dadanya, ia mengelak, tangan kirinya menangkap dan lengannya, seperti seekor ular, telah membelit lengan pemuda itu! Ci Han terkejut, dan kesempatan ini dipergunakan Lili untuk membantingnya ke samping dan pemuda itupun terpelanting. Ci Hwa yang merasa penasaran sudah meloncat ke arah rak senjata untuk mengambil pedangnya yang tadi ia taruh di situ ketika latihan, diikuti kakaknya. Akan tetapi ketika ia menyambar pedangnya, lengannya dipegang oleh Ci Han. Ia menengok dan kakaknya menggeleng kepala sambil memandang kepadanya. "Jangan, moi-moi (adik), tidak perlu kita menggunakan senjata." Melihat itu, Lili tertawa walaupun di dalam hatinya, ia merasa suka kepada kakak beradik itu. Tadi, kakak beradik itu melawannya berdua tanpa menimbulkan keributan, ini saja menunjukkan bahwa mereka memang memiliki wajah yang gagah. Kalau tidak demikian, apa sukarnya bagi mereka untuk berteriak atau memberi tanda agar para pasukan pengawal datang mengeroyoknya" Dan sekarang, si kakak itu melarang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ adiknya menggunakan senjata, inipun merupakan bukti bahwa mereka, biarpun putera dan puteri seorang panglima, namun agaknya tidak biasa membonceng kedudukan ayah untuk bertindak sewenang-wenang terhadap orang lain. "Kakakmu itu benar, tidak perlu kita menggunakan senjata, sudah cukup bagiku menguji kepandaian kalian. Aku tidak bermaksud membunuh kalian atau siapa saja, kecuali Bhok Cun Ki!" "Kalau engkau tidak bermaksud mengganggu keluarga ayah kami, kenapa tadi engkau mencari keluarga ayah?" Ci Han bertanya sedangkan Ci Hwa memandang dengan mata melotot marah. "Ketika penjaga di luar mengatakan bahwa Bhok Cun Ki tidak ada, aku tidak percaya dan aku ingin bertemu dengan keluarganya, hanya untuk bertanya di mana adanya Bhok Cun Ki. Aku tadipun tidak bermaksud untuk mengajak kalian berkelahi." "Ayah memang tidak berada di rumah." "Ke mana dia pergi?" Sepasang mata yang amat tajam itu seperti hendak menembus dan menjeguk isi hati Ci Han melalui matanya. "Kami tidak tahu benar. Ayah kami sedang melaksanakan tugas dan hal itu tidak dapat dibicarakan dengan siapapun juga." "Hemm, aku percaya padamu. Sinar mata dan suaramu tidak membohong. Akan tetapi, kapan dia pulang?" tanya pula Lili. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Itupun kami tidak tahu dengan pasti. Mungkin malam nanti, mungkin juga besok pagi. Akan tetapi, kenapa engkau hendak membunuh ayah kami" Siapakah engkau dan dari mana engkau datang?" Lili tersenyum. "Tidak perlu kujelaskan, akan tetapi kalau ayah kalian pulang, katakan saja kepadanya bahwa aku menantangnya untuk mengadu nyawa pada besok sore di puncak bukit Bambu Naga. Katakan saja bahwa aku membawa benda ini untuk memcabut nyawanya!" Berkata demikian, tangan kanannya bergerak, nampak sinar putih berkelebat dan tahu-tahu ia sudah memegang sebatang pedang yang bentuknya seperti seekor ular putih. Hanya sebentar saja kakak beradik itu melihat pedang itu, karena dengan gerakan secepat kilat, pedang itu telah kembali masuk ke dalam sarungnya dan Lili meninggalkan tempat itu dengan melompat dan tubuhnya lenyap menjadi bayangan berkelebat. Kakak beradik itu saling pandang dan merasa kagum, juga khawatir sekali. Gadis tadi harus mereka akui amat lihai. Walaupun mereka yakin bahwa ayahnya juga amat lihai, namun mereka tetap khawatir karena selain gadis itu akan merupakan lawan tangguh ayahnya, juga mereka mengenal watak ayah mereka. Biarpun dia sudah menjadi seorang panglima, namun tetap saja ayah mereka itu berwatak pendekar. Sebagai seorang laki-laki jantan, apalagi yang berkedudukan tinggi di dunia persilatan, bagaimana ayahnya akan suka melawan seorang gadis muda yang menantangnya" Dengan hati merasa penasaran, kakak beradik itu lalu pergi ke luar untuk menegur para penjaga mengapa mereka membolehkan gadis tadi masuk dan di tempat itu baru mereka mengerti betapa gadis itupun telah menghajar lima orang yang bertugas jaga di luar ketika mereka hendak mencegah ia memasuki pekarangan! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kalian berenam tidak perlu bicara kepada siapapun mengenai kunjungan gadis tadi, biar kami yang akan melapor kepada ayah. Awas, kalau ada di antara kalian yang membocorkan berita tentang peristiwa tadi, kalian akan dihukum berat!" kata Ci Han kepada mereka. Enam orang perajurit itu memberi hormat. "Baik, kongcu. Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kami tidak akan bicara kepada siapapun tanpa ijin kongcu dan siocia." Setelah menyuruh seorang penjaga mengambil rak senjata dari taman, kakak beradik itu lalu memasuki rumah. Kepada ibu merekapun mereka tidak bercerita tentang peristiwa tadi. Ibu mereka adalah seorang wanita yang lemah dan halus perasaannya. Mereka tidak ingin melihat ibu mereka menjadi gelisah kalau mendengar ancaman dari gadis tadi. Mereka akan menanti sampai ayah mereka pulang. 0o0 Tidak mengherankan kalau Lili dapat menemukan rumah Bhok Cun Ki sedemikian mudahnya. Gadis ini telah bertemu dan bersahabat dengan Pangeran Yaluta yang dikenalnya sebagai Ya Lu Ta atau Ya-kongcu. Karena pangeran yang dianggapnya seorang pemuda yang kaya raya dan ramah tamah itu bersikap baik, bahkan menghukum anak buahnya sendiri yang kurang ajar kepadanya, kemudian Ya-kongcu menjanjikan untuk mendukung See-thian Coa-ong Cu Kiat menjadi bengcu dalam pemilihan di Thai-san tahun depan, bahkan berjanji akan membantunya mencarikan Bhok Cun Ki, maka Lili mau menjadi sahabatnya. Ia mau pula diajak melakukan perjalanan bersama ke kota raja. Di sepanjang perjalanan sikap Ya-kongcu amat baik, ramah dan penuh hormat kepadanya. Lili yang belum banyak mengenal dunia ramai, dengan mudah saja tunduk dan menganggap YaTiraikasih Website http://kangzusi.com/ kongcu sebagai seorang yang baik dan patut dijadikan sahabat. Di Nan-king, Lili tidak perlu repot-repot. Anak buah Yakongcu sudah menyediakan sebuah kamar di hotel terbesar, dan beberapa hari kemudian ia bahkan memperoleh petunjuk di mana adanya musuh besar bekas gurunya yang kini menjadi sucinya itu. Bhok Cun Ki telah menjadi seorang panglima dan tinggal di sebuah gedung besar, tidak tinggal di dalam benteng. Begitu mudahnya! Oleh karena itu, ia segera pada sore hari itu datang berkunjung seorang diri karena ia menolak tawaran Ya-kongcu untuk mengirim pembantu menemaninya "Terima kasih, Ya-kongcu," katanya menolak halus. "Bantuanmu menemukan tempat tinggal Bhok Cun Ki saja sudah merupakan budi besar, dan urusanku dengan Bhok Cun Ki adalah urusan pribadi yang tidak boleh dicampuri orang lain. Aku akan mengunjunginya seorang diri saja." Demikianlah, sore itu ia datang berkunjung ke rumah keluarga Bhok, bahkan sempat menguji kepandaian putera dan puteri musuh besar sucinya itu dan merasa puas. Ia telah meninggalkan pesan untuk Bhok Cun Ki, dan pada besok sore ia tentu akan dapat menyelesaikan tugas yang diserahkan sucinya kepadanya. Malam hari itu, Ya-kongcu dan dua orang pengawalnya datang berkunjung ke tempat penginapan Lili dan membawa hidangan makan malam yang dipesannya dari restoran terbesar dan termewah. Hidangan itu diantar dengan kereta oleh pegawai restoran. Lili terkejut akan tetapi tentu saja tidak berani menolak, dan mereka berdua makan minum di dalam ruangan yang khusus disediakan untuk keperluan tamu dalam hotel yang mewah itu. Ketika mereka makan minum, Lili Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ melihat betapa dua orang laki-laki setengah tua yang datang bersama Ya-kongcu hanya berdiri di dekat pintu ruangan. "Siapakah teman kongcu itu" Kenapa tidak di suruh makan sekalian dengan kita?" "Ah, mereka adalah dua orang pengawalku. Di kota raja ini banyak terdapat orang jahat, maka lebih aman kalau aku pergi disertai dua orang pengawal. Mereka bertugas melindungiku, maka tidak semestinya kalau mereka ikut makan bersama kita. Sudahlah, jangan pikirkan mereka dan mari kita makan sambil aku mendengarkan ceritamu tentang kunjunganmu kepada keluarga Bhok Cun Ki itu." Mereka makan minum dengan gembira dan Lili lalu menceritakan dengan singkat namun jelas hasil kunjungannya kepada Bhok Cun Ki, betapa ia tidak berhasil bertemu dengan Bhok Cun Ki karena panglima itu tidak berada di rumah, akan tetapi ia sudah bertemu dengan putera dan puterinya dan meninggalkan pesan tantangan kepada Bhok Cun Ki agar besok sore mereka mengadu kepandaian di puncak Bukit Bambu di luar kota raja. Ya-kongcu mendengarkan dan nampak kagum sekali. "Engkau sungguh gagah perkasa dan pemberani, nona Lili. Akan tetapi kalau engkau hendak membunuh panglima Bhok Cun Ki, setelah tiba di rumahnya dan bertemu dengan dua orang anaknya, kenapa engkau tidak membunuh mereka?" Lili menunda makannya, memandang wajah pemuda itu dan mengerutkan alisnya, "Kenapa aku harus membunuh mereka, kongcu" Urusanku ini hanya menyangkut diri pribadi Bhok Cun Ki, tidak ada hubungannya dengan keluarganya. Tidak, aku tidak mau membunuh orang lain, kecuali Bhok Cun Ki seorang!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Melihat sikap Lili, Ya-kongcu mengangguk-angguk, di dalam hati mencatat watak dan pendirian Lili. Gadis ini tidak dapat disamakan dengan tokoh-tokoh dunia hitam yang lain. Walaupun datang dari lingkungan datuk sesat, murid dari datuk See-thian Coa-ong, namun watak gadis ini lebih mendekati watak seorang pendekar. Dia harus berhati-hati menghadapi seorang seperti ini. Kalau Lili seorang tokoh sesat, amat mudahlah menanganinya. Cukup dengan pemberian hadiah-hadiah berharga, dia akan dapat mempergunakan tenaga seorang datuk sesat sekalipun. Akan tetapi gadis ini lain! Karena itu, ia menolak ketika hendak dibantu menghadapi Bhok Cun Ki. "Akan tetapi, nona. Aku tahu bahwa nona lihai sekali, hanya aku mendengar dari para pembantuku bahwa Bhok Cun Ki adalah seorang ahli pedang yang amat tangguh. Dia adalah seorang murid Butong-pai yang sukar dikalahkan. Aku khawatir kalau besok sore engkau melawannya ......." Lili tersenyum dan Ya-kongcu terpesona. Dia bukan seorang pemuda hijau, sama sekali tidak. Usianya sudah tigapuluh lima tahun dan dia sudah mempunyai banyak pengalaman hidup, juga dengan wanita. Dia pernah bergaul dengan wanita yang bagaimanapun juga. Akan tetapi baru sekarang dia bertemu dengan gadis seperti ini, dan senyumnya demikian menawan, membuat jantungnya berdebar penuh gairah. Bagaimanapun, belum pernah dia mempunyai kekasih seorang gadis perkasa dan aneh seperti Lili! 10. Urusan Pribadi Bhok-ciangkun "Engkau mengkhawatirkan aku kalau kalah melawan Bhok Cun Ki, kongcu" Aihh, apa yang harus dikhawatirkan" Kalah menang dalam pertandingan adalah hal yang lumrah dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ biasa saja. Kalau tidak menang tentu kalah dan kalau tidak kalah ya menang! Apa bedanya" Yang terpenting bagiku adalah memenuhi tugas ini. Kalau aku sudah berhadapan dan bertanding dengan dia, cukuplah. Menang kalahnya terserah keadaan nanti, akan tetapi tentu saja aku akan mengerahkan seluruh kemampuanku dan untuk itu aku sudah membuat persiapan matang." "Aku yakin engkau akan menang, nona. Dan untuk itu, aku ikut mendoakan dengan tiga cawan anggur!" Dia mengangkat cawan anggurnya, disambut oleh Lili dan mereka minum beruntun sampai tiga kali. Sementara itu, di rumah keluarga Bhok, panglima Bhok Cun Ki malam itu pulang bersama Sin Wan. Dalam perjalanan pulang ke gedung keluarga Bhok ini, Sin Wan bercakap-cakap dengan panglima itu dan diam-diam dia kagum. Panglima ini seorang yang cerdik dan berpemandangan luas, juga berwatak pendekar, rendah hati dan mengenal dunia kangouw secara luas. Oleh karena itu, dia merasa girang sekali bahwa Jenderal Shu Ta telah memberi tugas kepadanya agar bekerja sama dan membantu panglima ini. Mula-mula dia merasa ragu apakah panglima ini memiliki pandangan yang sama dengan Jenderal Shu Ta bahwa dia seorang keturunan asing, bukan orang Han aseli, melainkan keturunan Uighur. Jangan-jangan panglima ini mempunyai pandangan yang dangkal seperti yang dikemukakan Jenderal Yauw Ti tadi, yang menaruh curiga kepada orang yang bukan aseli dan menganggap bahwa dalam hati seorang keturunan Uighur tidak mempunyai kesetiaan terhadap pemerintah Han! Dia sengaja memancing, dalam perjalanan itu dia bertanya kepada Bhok-ciangkun tentang hal itu. "Ciangkun, bagaimana pendapat ciangkun tentang ucapan Jenderal Yauw Ti tadi, mengenai kenyataan bahwa aku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bukanlah seorang pribumi, bukan orang Han melainkan keturunan Uighur, keturunan asing" Agaknya Jenderal Yauw Ti meragukan kesetiaanku terhadap negara." Bhok Cun Ki tersenyum. "Kesetiaan seseorang, bahkan lebih luas lagi, baik buruknya seseorang sama sekali tidak ditentukan oleh kebangsaan, keturunan atau keadaan lahiriyahnya, taihiap. Dalam setiap kelompok, keturunan, suku atau bangsa, bahkan kelompok agama sekalipun, di situ pasti terdapat orang yang baik dan orang yang tidak baik, seperti adanya orang yang sehat dan orang yang sakit. Karena itu, menilai seseorang dari keadaan lahiriahnya saja merupakan penilaian yang salah sama sekali. Dan khususnya mengenai keturunan, aseli dan tidak aseli, bagaimana ukurannya" Aku sendiri tidak tahu nenek moyangku ini keturunan apa dan dari mana. Aku tidak tahu apakah darahku ini dari satu keturunan yang aseli ataukah sudah campuran. Apa bedanya" Seseorang hanya dapat dinilai dari perbuatannya, sepak terjangnya dalam hidup. Itu saja! Kalau menilai dari segi lain, bahkan dari sikapnya atau kata-katanya sekalipun, hal itu masih belum meyakinkan, karena sikap dan kata-kata dapat saja dibuatbuat. Akan tetapi perbuatan dan sepak terjang yang berkelanjutan dalam hidup, merupakan kenyataan yang tidak bisa dibuat-buat." "Kalau begitu, di dalam hati ciangkun tidak mempunyai perasaan tidak senang dan berprasangka buruk terhadap diriku dan orang-orang bukan pribumi Han?" Panglima itu menggeleng kepala. "Sudah kukatakan, aku memandang seseorang dari perbuatannya pribadi, bukan dari golongan dan kebangsaannya. Tentu saja ini merupakan pandangan pribadiku. Dalam pandanganku sebagai seorang panglima, tentu saja jalan pikiranku lain lagi, harus disesuaikan dengan kepentingan negara. Kalau ada kelompok yang memusuhi pemerintah, tentu saja mereka akan kuhadapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sebagai musuh, lepas dari pada permusuhan antara pribadi. Mengertikah engkau, taihiap?" Sin Wan mengangguk dan pandang matanya mencorong penuh kekaguman. "Ciangkun adalah seorang bijaksana, aku merasa gembira sekali dapat bekerja sama denganmu." Panglima itu tertawa. "Ha..ha..ha, sudah lama aku mengagumi Sam-sian, dan sekarang dapat bekerja sama dengan murid mereka, tentu saja hal itu merupakan suatu kebanggaan bagiku." Akan tetapi ketika mereka tiba di rumah keluarga Bhok, mereka disambut dengan wajah berkerut penuh ketegangan oleh Bhok Ci Han dan Bhok Ci Hwa. Sejak tadi pemuda dan gadis itu menanti pulangnya ayah mereka untuk melaporkan peristiwa yang amat menggelisahkan hati mereka itu, namun melihat ayah mereka pulang bersama seorang pemuda asing, mereka memandang dengan penuh perhatian dan tidak berani segera menceritakan di depan pemuda asing itu. "Ayah, siapakah saudara ini?" Ci Han bertanya. Adiknya, Ci Hwa, juga memandang penuh perhatian kepada pemuda itu. "Taihiap, perkenalkan, ini adalah putera dan puteriku, Bhok Ci Han dan Bhok Ci Hwa. Kalian ketahuilah bahwa ini adalah murid Sam-sian, bernama Sin Wan, oleh Jenderal Shu Ta dia diangkat menjadi pembantuku dalam sebuah tugas penting." Pemuda dan gadis itu memandang penuh perhatian. Pemuda yang diangkat menjadi pembantu ayahnya ini sama sekali tidak mengesankan, tidak nampak sebagai seorang perajurit, apalagi pendekar, walaupun ayah mereka memperkenalkannya sebagai murid Sam-sian. Tubuhnya tinggi tegap, kulitnya agak gelap, tidak seperti kulit pemuda Han biasa, dan ketampanan wajahnya juga lain, agak asing. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dahinya lebar, alisnya tebal berbentuk golok dan mata yang lebar bersinar itu terlalu hitam, hidungnya juga terlalu tinggi dan agak besar. Namun Ci Hwa mengakui dalam hatinya bahwa pemuda ini memang memiliki kejantanan walaupun lembut, seperti seekor harimau jantan yang sudah jinak. Dan melihat Sin Wan merangkap kedua tangan depan dada memberi hormat, Ci Han dan Ci Hwa cepat membalas penghormatan itu. "Mana ibu kalian" Kenapa tidak berada dengan kalian menanti pulangku di sini?" tanya Bhok-ciangkun yang merasa heran karena biasanya, isterinya tentu bersama dua orang anaknya itu menanti kepulangannya di serambi depan. "Tidak, ayah. Ibu berada di dalam dan memang kami sengaja menanti ayah berdua saja karena kami mempunyai berita yang teramat penting." kata Ci Han. "Hemm, berita apa yang begitu penting sehingga ibumu tidak dibawa serta mendengarnya?" tanya ayah mereka sambil tersenyum. "Ayah ......," Ci Hwa berkata dan matanya melirik ke arah Sin Wan. Mengertilah Bhok-ciangkun, dan dia tertawa. "Ha..ha..ha, jangan khawatir. Kalau ada berita penting bagaimanapun, katakan saja. Sin Wan Taihiap adalah seorang kepercayaan Sribaginda Kaisar sendiri, mewakili gurunya, maka tidak ada rahasia baginya. Katakanlah, apa yang telah terjadi" Tidak seperti biasa, malam ini kalian kelihatan begini tegang. Ada apa?" "Ayah, sore tadi kami kedatangan seorang tamu. Tadinya ia ingin bertemu denganmu, akan tetapi ketika diberitahu bahwa ayah tidak berada di rumah, ia memaksa hendak bertemu dengan keluarga ayah. Bahkan ia memaksa masuk ke Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pekarangan dan lima orang penjaga yang hendak mencegahnya, dipukulnya roboh. Lalu tamu itu menemui kami Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo berdua yang sedang berlatih silat di taman." Bhok-ciangkun mengerutkan alisnya. "Begitu beraninya" Siapakah tamu itu?" "Ia seorang gadis cantik, usianya sekitar duapuluhtiga tahun ....." "Lalu bagaimana" Teruskan!" Bhok-ciangkun merasa tertarik dan juga heran sekali. Ada seorang gadis cantik yang memaksa memasuki tempat tinggalnya! Sungguh aneh dan betapa beraninya. "Setelah bertemu kami, kami bertanya apa maksudnya mencari ayah dan ia menjawab bahwa ia .... ia ......" Ci Han tergagap. "Ia ingin membunuhmu ayah." Ci Hwa melanjutkan. Bhok-ciangkun membelalakkan matanya. Kalau dia mendengar ada orang-orang hendak membunuhnya, hal itu memang tidak aneh karena tentu banyak orang memusuhinya, baik sebagai seorang pendekar Butong-pai yang sudah banyak membasmi kawanan penjahat, maupun sebagai panglima yang sering memimpin pasukan bertempur. Akan tetapi seorang gadis muda mencarinya dan hendak membunuhnya" Luar biasa! "Ceritakan yang jelas apa yang terjadi. Sin Wan mari silakan duduk," kata panglima itu dengan sikap serius, dan mereka lalu duduk mengelilingi meja diserambi depan. "Tentu saja kami marah mendengar ia hendak menbunuhmu, ayah. Kami minta penjelasan mengapa ia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hendak melakukan hal itu, akan tetapi ia tidak mau mengaku dan akhirnya kami berkelahi, maksudku ..... kami berdua mengeroyoknya." "Hemmm ......" Bhok Cun Ki mengerutkan alisnya. Putera dan puterinya yang sudah digembleng sejak kecil dan telah memiliki ilmu silat tinggi dan jarang menemui lawan yang dapat menandinginya, kini tidak malu bercerita bahwa mereka mengeroyok seorang gadis" Dua orang muda itu agaknya mengerti apa yang membuat ayah mereka kelihatan tidak senang. "Ayah, tadinya Hwa-moi yang menandinginya, akan tetapi melihat Hwa-moi terancam, akupun maju dan kami mengeroyoknya. Ia lihai bukan main, ayah. Biarpun kami mengeroyok dua, kami .... kami sempat roboh. Hwa-moi hendak melanjutkan dengan pedang, akan tetapi aku melarangnya. Gadis itu lalu meninggalkan pesan, menantang ayah agar besok ayah dan ia mengadu kepandaian di puncak Bukit Bambu Naga di luar kota." Bhok Cun Ki menger?tkan alisnya dan meraba-raba jenggotnya yang pendek, mengingat-ingat. Rasanya tidak pernah dia bermusuhan dengan seorang gadis muda! "Apakah ia sama sekali tidak menceritakan mengapa ia memusuhiku?" "Tidak, ayah," kata Ci Hwa. "Hanya ia memperlihatkan sebatang pedang ular kepada kami dan mengatakan bahwa ia membawa pedang ular putih itu untuk membunuh ayah." "Sebatang pedang ular" Putih" Bukan hitam?" Tiba-tiba wajah panglima itu berubah. "Yakinkah engkau bahwa itu adalah pedang ular putih, bukan pedang ular hitam?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Pedang ular putih, ayah," kata Ci Hwa. "Ia mencabutnya dan kami berdua melihatnya." "Dan namanya" Ia menyebutkan namanya?" "Ia hanya bilang bahwa kami boleh menyebut namanya Lili dan ......" Ci Hwa tidak melanjutkan ucapannya karena mereka bertiga mendengar seruan kaget dari Sin Wan. Bhok Cun Ki memandang wajah Sin Wan penuh selidik. "Kenapa, taihiap" Engkau mengenal gadis itu?" Sin Wan mengangguk. "Kalau tidak salah, aku pernah bertemu dengan gadis bernama Lili, dan kalau tidak salah, memang pedangnya berupa pedang ular putih, kalau pedang ular hitam adalah senjata gurunya, yaitu Bi-coa Sianli Cu Sui In." "Ahhh .... ahhh .... benar ia ...., Ci Han, Ci Hwa, ingat baik-baik, apakah gerakan silat gadis itu seperti gerakan seekor ular?" "Benar sekali, ayah!" kata dua orang muda itu hampir berbareng dan mereka memandang ayah mereka dengan gelisah karena ayahnya kini menjadi pucat sekali wajahnya. "Ilmu silat dari See-thian Coa-ong," kata pula Sin Wan dan Bhok-ciangkun yang memandang kepadanya mengangguk-angguk, wajah yang pucat itu nampak muram. "Ayah, kita hadapi bersama gadis itu kalau memang ia terlalu berbahaya untuk ayah!" kata Ci Hwa penasaran. "Tidak!" tiba-tiba suara Bhok-ciangkun menggelegar, mengejutkan dua orang anaknya dan mengherankan hati Sin Wan. "Urusanku dengan gadis itu adalah urusan pribadi dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tak seorangpun boleh mencampurinya, biar dia anakku sendiri sekalipun." "Tapi, kenapa, ayah?" tanya Ci Han penasaran. "Kami adalah anak-anakmu, ayah. Kami berhak mengetahui dan kami berhak mencampuri dan melindungi ayah!" kata pula Ci Hwa yang lebih berani karena lebih dimanja ayahnya. Panglima itu menggeleng kepala. Sekali ini tidak. Urusan ini adalah urusanku dahulu sebelum kalian lahir, jadi kalian tidak boleh mencampuri. Biar aku sendiri yang akan menyelesaikannya besok," kata panglima itu, akan tetapi dia tidak nampak bersemangat bahkan kelihatan lesu dan murung. "Maaf, ciangkun. Bukan aku bermaksud lancang mencampuri. Akan tetapi aku mengenal gadis itu dan kalau ciangkun suka memberitahu persoalannya, kukira aku akan dapat membujuknya agar ia tidak melanjutkan tantangannya." Bhok-ciangkun menghela napas panjang, memandang kepada Sin Wan, lalu kepada kedua orang anaknya, dan dia menggeleng kepala. "Tidak, engkaupun tidak boleh mencampuri, taihiap. Ketahuilah kalian bertiga, aku sama sekali bukannya takut menghadapi lawan yang manapun juga, akan tetapi ini ...... ini urusan pribadi. Taihiap, aku adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab, nah, mengertikah engkau?" Sin Wan mengangguk-angguk. Biarpun tidak tahu urusannya, namun dia dapat menduga bahwa munculnya Lili yang hendak membunuh panglima itu, tentu ada hubungannya dengan masa lalunya pada waktu mana panglima itu agaknya telah melakukan sesuatu yang membuat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menyesal dan kini dia siap mempertanggung-jawabkan! Maka diapun diam saja. "Nah, sekali lagi, kalian bertiga besok sore sama sekali tidak boleh menemaniku ke sana, juga tidak boleh mengikuti dan membayangiku. Mengerti" Aku akan marah sekali dan tidak dapat memaafkan siapa saja yang membayangiku dan mencampuri urusan pribadi ini." Dengan alis berkerut, kedua orang muda itu mengangguk, dan Sin Wan segera memberi hormat. "Aku berjanji tidak akan mencampuri urusan pribadimu, ciangkun." "Terima kasih dan maafkan aku, taihiap. Nah urusan ini tidak boleh kalian beritahukan ibu kalian, mengerti" Ci Han, antarkan Sin Wan taihiap ke kamar tamu dan suruh pelayan melayaninya baik-baik. Selamat malam, taihiap. Besok pagipagi saja kita bertemu di ruangan makan pagi dan kita lanjutkan perundingan kita tentang tugas kita berdua. Selamat malam. Oh ya, malam ini biar kedua anakku yang menemanimu makan malam." Panglima itu lalu meninggalkan mereka, masuk ke dalam. Tiga orang muda itu lalu duduk kembali di serambi depan, masih merasa tegang. "Aneh sekali kenapa ayah tidak membiarkan kita membantu" Apakah ayah sudah tidak percaya lagi kepada kita?" Ci Hwa mengomel kepada kakaknya. "Ada orang mengancam hendak membunuh ayah dan kita tidak boleh mencampurinya. Bagaimana mungkin ini" Setidaknya, kalau kita melihat pertand?ngan itu, kita tidak akan segelisah kalau ditinggal di sini dan menanti-nanti ayah pulang." Ci Han juga berkata kepada adiknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sebaiknya kalau ji-wi (anda berdua) tidak gelisah. Aku yakin bahwa Bhok-ciangkun dapat melindungi dan membela diri pasti akan dapat menyelesaikan urusan itu dan dia lebih tahu apa yang harus dia lakukan." Kakak beradik itu seperti baru teringat bahwa di situ ada orang lain. Mereka lalu memandang kepada Sin Wan. "Ayah menyebutmu taihiap (pendekar besar), tentu engkau lihai sekali dan mempunyai banyak pengalaman. Engkau tadipun mengenal gadis jahat itu! Ceritakanlah kepada kami, siapa sebenarnya Lili itu dan orang macam apa" Siapa pula itu Bi-coa Sian-li Cu Sui In dan siapa pula See-thian Coa-ong?" tanya Ci Hwa sambil memandang wajah Sin Wan penuh selidik. Mereka duduk berhadapan, terhalang meja dan Sin Wan harus mengakui diam-diam dalam hatinya bahwa gadis ini cantik sekali, cantik jelita dan memiliki sifat kelembutan yang mengingatkan dia kepada sumoinya, yaitu Lim Kui Siang yang kini tinggal di Peking menjadi kepala pengawal wanita untuk keluarga Raja Muda Yung Lo. Diam-diam dia merasa heran sekali mengapa setiap kali bertemu seorang gadis cantik, otomatis wajah Kui Siang terbayang di depan matanya" Melihat Sin Wan seperti melamun dan hanya memandang wajah adiknya, Ci Han segera mendesak, "Benar adikku, taihiap. Kamipun ingin sekali mengetahui siapakah mereka itu, orang-orang yang kini agaknya hendak memusuhi ayah. Atau taihiap tidak sudi menceritakan dan ingin kuantar sekarang juga ke kamar tamu?" Sin Wan baru sadar dari lamunannya dan diapun tersenyum. "Kuharap ji-wi tidak lagi menyebutku taihiap. Sebutan itu terlalu besar dan tinggi bagiku. Bagaimana kalau kita saling sebut seperti saudara saja" Kalau ji-wi tidak merasa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ direndahkan tentu saja. Atau lebih suka kalau aku menyebut kongcu (tuan muda) dan siocia (nona muda) kepada ji-wi?" "Memang kita tidak perlu berbasa-basi. Setelah engkau menjadi pembantu kepercayaan ayah, tentu akan banyak bergaul dengan kami. Nah, kusebut engkau twa-ko (kakak besar), bagaimana" Dan engkau menyebut aku siauw-moi (adik kecil)." "Dan engkau boleh menyebut aku siauw-te (adik kecil), Wan-twako (kakak Wan)!" kata pula Ci Han. "Nah, setelah kita menjadi sahabat akrab, bolehkah kami mendengarkan penjelasanmu?" Sin Wan tersenyum girang. Dua orang putera panglima ini seperti ayah mereka. Begitu sederhana, tidak berlagak seperti biasanya anak-anak bangsawan. "Baiklah, Han-te dan Hwamoi. Aku mengenal gadis liar itu yang bernama Lili. Memang ia liar dan galak, akan tetapi ia bukan orang jahat," Sin Wan teringat akan pertemuannya dengan Lili, betapa ia disiksa dan diikat, dijadikan umpan bagi harimau. Akan tetapi betapa Lili kemudian menyelamatkannya, dan betapa gadis itu mengaku cinta, akan tetapi juga mengaku benci. Gadis liar memang! Akan tetapi dia tidak mungkin dapat menganggap Lili sebagai gadis jahat. "Hemm, ia hendak membunuh ayahku dan ia tidak jahat?" Ci Hwa mencela. "Teruskan, twako. Siapa itu Bi-coa Sianli (Dewi Ular Cantik) Cu Sui In dan siapa pula itu See-thian Coa-ong (Raja Ular Dunia Barat)?" tanya Ci Han. "Huh, serba ular! Mengerikan!" kata Ci Hwa bergidik. "Dan gerakan Lili itupun seperti ular, tentu ia siluman ular!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Setahuku, Bi-coa Sianli Cu Sui In adalah guru dari Lili, dan Dewi Ular Cantik itu puteri dari See-thian Coa-ong, datuk yang amat lihai dan yang tinggal di Bukit Ular. Keluarga itu memang lihai sekali." "Seorang datuk sesat, tokoh golongan hitam?" tanya Ci Han. Sin Wan menggeleng kepalanya. "Hal itu aku tidak tahu jelas, karena datuk-datuk seperti See-thian Coa-ong itu tidak dapat digolongkan hitam atau putih. Dia hanya mementingkan diri sendiri. Baik golongan hitam maupun putih, kalau dianggap merugikan, akan ditentang, sebaliknya tanpa memperdulikan golongan, kalau dianggap sahabat, akan dibela mati-matian." "Ihh! Kalau begitu, lebih berbahaya dari pada golongan hitam yang sesat!" kata Ci Hwa. "Kenapa begitu, Hwa-moi?" tanya Ci Han. "Kalau datuk sesat sudah jelas kedudukannya ditentang para pendekar. Akan tetapi kalau hitam tidak putihpun bukan, sungguh merepotkan. Dianggap kawan, tiba-tiba menjadi lawan, dianggap lawan, bisa menjadi kawan. Orang yang bukan hitam bukan putih ini yang berbahaya, seperti bunglon, suka plin-plan! Huh, aku tidak suka kepada mereka! Gadis bernama Lili itu sepantasnya siluman ular!" "Sudahlah, Hwa-moi. Mari kita antar Wan-toako kekamarnya. Biar dia mengaso, dan mandi. Nanti kita makan bersama di ruangan samping dekat kamarnya." Kakak beradik itu lalu mengantar Sin Wan ke kamar tamu yang berada di samping. Kamar itu cukup luas dan nyaman, lengkap dengan kamar mandi. Mereka lalu meninggalkan Sin Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wan dan berjanji akan makan malam bersama setelah Sin Wan mandi. Setelah berada seorang diri, mandi dan bertukar pakaian, Sin Wan merasa suka dan kagum kepada keluarga ini. Bhokciangkun demikian gagah perkasa dan bijaksana, anakanaknyapun ramah dan sama sekali tidak congkak. Akan tetapi diam-diam dia merasa khawatir. Dia tahu bahwa Lili amat lihai dan merupakan lawan yang amat berbahaya. Dan biarpun dia sudah mendengar bahwa Bhok Cun Ki juga bukan orang lemah, melainkan seorang pendekar Butong-pai, namun dia belum tahu sampai di mana kepandaian panglima itu. Dan orang seperti Lili itu tidak akan segan untuk membunuh lawannya! Pada keesokan harinya, dengan sikap tenang seperti biasa, Bhok Cun Ki setelah makan pagi bersama Sin Wan, berunding dengan pemuda itu tentang tugas mereka. Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Pemilihan bengcu akan terjadi beberapa bulan lagi di puncak Thai-san," kata panglima itu. "Menurut pendapatmu, siapa-siapa sajakah kiranya yang akan menjadi calon bengcu, taihiap?" Dalam perundingan pagi itu, hadir pula Ci Han dan Ci Hwa yang diperbolehkan ayah mereka untuk ikut mendengarkan dan siapa tahu mereka mempunyai usul-usul yang baik, dan perundingan itupun akan menambah pengalaman mereka. "Aih, ayah! Han-ko dan aku sendiri sudah sepakat untuk menyebut twako kepada Wan-twako, dan dia menyebut kami adik. Kenapa ayah masih menggunakan sebutan sungkan itu" Biarpun dia diam saja, namun aku tahu bahwa Wan-twako tidak suka disebut taihiap. Dia amat rendah hati, ayah!" kata Ci Hwa yang lincah dan sudah biasa berbicara sejujurnya kepada ayahnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Panglima itu menoleh kepada Sin Wan sambil tersenyum, hanya pandang matanya yang bertanya. Sin Wan juga tersenyum dan mengangguk. "Memang benar apa yang dikatakan Hwa-moi, ciangkun. Aku lebih suka kalau disebut Sin Wan saja, tanpa embel-embel taihiap." "Ha..ha..ha, engkau semakin menarik, orang muda. Tinggal satu lagi yang ingin kuketahui, kekuatan apa yang tersembunyi di balik kesederhanaan dan kerendahan hatimu. Baiklah, aku akan menyebutmu Sin Wan saja, akan tetapi engkaupun tidak boleh menyebutku ciangkun. Aku lebih pantas menjadi pamanmu, bukan" Nah, kita saling menyebut ciangkun dan taihiap dalam pertemuan resmi di depan orangorang lain. Setuju?" Sin Wan memandang kagum. Bukan main keluarga ini! "Baik, paman, dan terima kasih!" "Nah, Sin Wan. Sekarang jawab pertanyaanku tadi. Siapa saja kiranya yang akan menjadi calon bengcu?" "Paman Bhok, seperti pernah kuceritakan kepada Jenderal Shu Ta, ketika diadakan pemilihan pemimpin besar para kaipang (perkumpulan pengemis) yang diadakan di Lok-yang kurang lebih setahun yang lalu, banyak tokoh memperebutkan kedudukan pemimpin besar itu, semata-mata karena kedudukan itu akan membuat pemegangnya mendapat kesempatan untuk menjadi calon bengcu dan banyak harapan akan menang karena memperoleh dukungan suara seluruh kai-pang. Selain Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki yang memang sejak dahulu menjadi pemimpin besar kai-pang, ada beberapa orang yang mewakili guru-guru atau pemimpin mereka. See-thian Coa-ong ketika itu diwakili oleh puterinya, yaitu Bi-coa Sianli Cu Sui In dan Lili. Kemudian Tung-hai-liong (Naga Lautan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Timur) Ouwyang Cin diwakili oleh muridnya yang bernama Maniyoko ........" "Bukankah Tung-hai-liong Ouwyang Cin adalah seorang peranakan Jepang, merupakan datuk para bajak laut di lautan timur?" Bhok-ciangkun memotong. "Benar, paman. Kalau See-thian Coa-ong merupakan datuk di barat, Tung-hai-liong merupakan datuk di timur. Mereka berdua sama kuat, lihai dan liciknya." "Hemm, lalu siapa datuk dari selatan dan utara?" tanya pula panglima itu. "Setahuku, tokoh besar selatan tidak ada yang melebihi locianpwe (orang tua gagah) Bu Lee Ki yang berjuluk Pek-sim Lo-kai (Pengemis Tua Hati Putih), dan beliau yang didukung oleh Raja Muda Yung Lo agar kelak menjadi bengcu. Kalau dia yang menjadi ketua bengcu, kurasa dunia kang-ouw akan aman dan tidak akan ada yang berani memberontak terhadap pemerintah, paman. Mengenai datuk besar dari utara, aku belum mendengar siapa orangnya. Banyak tokoh besar kangouw di utara kini cerai berai dan meninggalkan daerah yang menjadi daerah perang dan amat berbahaya itu." "Aih, sudah disebut datuk besar dunia kang-ouw, kenapa takut menghadapi bahaya perang" Siapa akan berani mengganggunya?" Ci Hwa mencela. Ayahnya tertawa. "Ci Hwa, engkau terlalu mengangkat tinggi seorang datuk besar persilatan. Boleh jadi kalau menghadapi lawan pribadi, seorang datuk besar tidak mengenal takut dan sukar dikalahkan. Akan tetapi, dalam perang antara pasukan pemerintah melawan para sisa pasukan Mongol, yang berperang adalah ratusan ribu orang. Betapapun lihainya seorang datuk besar, bagaimana dia akan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mampu melindungi diri terhadap ratusan ribu orang" Kelihaian seseorang tidak akan lebih dari seratus orang. Kalau dikeroyok ribuan orang, apalagi dikeroyok perajurit yang bersenjata lengkap, biar dia pandai terbang seperti burung sekalipun, tentu akhirnya akan mati ditembus anak panah atau senjata lain." "Kalau begitu, bahaya hanya datang dari See-thian Coa-ong dan Tung-hai-liong saja, tentu dengan anak buah dan para pembantu mereka?" "Yang kita ketahui memang dari kedua pihak itu, paman. Akan tetapi, mengingat bahwa kedudukan bengcu merupakan kedudukan yang penting dan amat berharga, maka kuyakin bahwa dari utara tentu akan muncul pula seorang datuk baru." "Menurut pendapatmu, di antara tiga orang sakti yang telah kita ketahui itu siapa yang paling lihai dan akan dapat menangkan kedudukan bengcu?" "Kurasa locianpwe Bu Lee Ki! Tentu saja kalau tidak terjadi kecurangan dan kalau seluruh kai-pang setia kepada pemimpin besarnya. Kita tidak dapat menentukan dengan pasti sikap para ketua kai-pang. Mereka orang-orang aneh yang mudah berubah, mudah dipengaruhi dari luar." "Memang ke sanalah kita harus melakukan penjagaan, mengirim penyelidik-penyelidik yang pandai untuk mengawasi para kai-pang. Mereka itu dapat dimanfaatkan pihak yang kuanggap paling berbahaya?" "See-thian Coa-ong, ayah?" tanya Ci Hwa. "Bukan." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kalau begitu, Tung-hai-liong?" tanya pula Ci Han. "Juga bukan. Yang paling berbahaya dari semuanya adalah orang-orang Mongol! Mereka tiba-tiba mengubah siasat, tidak lagi melakukan penyerangan dengan pengerahan pasukan dari utara dan barat. Hal ini mencurigakan dan boleh jadi sekali mereka menggunakan siasat halus untuk menyusup ke dalam negeri melalui pemilihan bengcu. Karena itulah, kita harus berhati-hati. Siapa tahu, sekarang juga mereka telah menyusup ke kota-kota besar, bahkan ke kota raja." "Kalau begitu, siluman ular Lili itu mungkin juga dipergunakan oleh orang Mongol" Ci Hwa berseru. Bagaimana pendapatmu, Wan-ko?" Sin Wan mengerutkan alisnya yang tebal dan dia menggeleng kepala perlahan. "Kukira orang seperti See-thian Coa-ong, puterinya dan para muridnya merupakan orang-orang yang sulit untuk diperalat orang lain. Mereka tidak akan mau tunduk kepada siapapun dengan pengaruh apapun." "Kurasa Sin Wan benar, Ci Hwa. Akupun yakin bahwa gadis itu tidak diperalat, melainkan datang atas kemauan sendiri. Sudah, kita tidak perlu bicara tentang gadis itu. Sin Wan, selama beberapa hari ini, bersama para mata-mata yang menjadi anak buahku, harap kausuka membantu melakukan penyelidikan di kota raja, di rumah-rumah penginapan, di kuilkuil kosong, di tempat-tempat yang sekiranya patut dicurigai menjadi tempat pemondokan mata-mata Mongol. Ingat, mereka sudah hafal benar akan keadaan di sini, akan kebudayaan pribumi, dan mereka licik dan cerdik sehingga akan sia-sia kalau engkau mencari-cari seorang yang kelihatan seperti orang Mongol di antara mereka. Mungkin mereka itu nampak lebih pribumi dari pada pribuminya sendiri." "Baik, paman. Dan untuk keperluan itu, sebaiknya kalau aku bekerja bebas dan tidak disiarkan berita bahwa aku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menjadi pembantu paman. Dengan demikian, rasanya akan lebih leluasa aku melakukan penyelidikan." "Aku mengerti, Sin Wan. Dan sekarang, agar kita dapat lebih saling mengenal, mari kita pererat melalui ilmu silat." Sin Wan maklum apa yang dimaksudkan dan dalam hatinya, dia tidak setuju. "Apakah itu perlu, paman?" "Tentu saja, perlu sekali. Bukankah kita harus bekerja sama" Untuk itu, kita harus dapat melihat kemampuan masing-masing." Sin Wan ingin membantah, akan tetapi tiba-tiba dia teringat bahwa sore nanti Bhok Cun Ki akan bertanding melawan Lili, bukan pertandingan yang main-main, melainkan mempertahankan nyawa dari ancaman gadis liar itu. Ah, dia dapat memberi petunjuk secara tidak langsung, tanpa menyinggung perasaan pendekar Butong ini, pikirnya. "Baiklah, paman, kalau paman berpendapat demikian." Ci Han dan Ci Hwa gembira sekali mendengar itu. Mereka juga ingin sekali menyaksikan kelihaian tamu yang kini sudah akrab dengan mereka, yang hanya mereka kenal sebagai murid dari Sam-sian (Tiga Dewa) yang namanya pernah menggemparkan dunia persilatan karena Sam-sian adalah tokoh-tokoh besar yang berhasil mengembalikan pusakapusaka yang dicuri dari gudang pusaka istana kaisar! Sam-sian merupakan tokoh-tokoh besar persilatan yang banyak jasanya, dan amat dihargai oleh Kaisar sendiri. Dan kini, di antara ke tiga Sam-sian hanya tinggal seorang saja, yaitu Ciu-sian (Dewa Arak) yang mendapat tugas baru dari Kaisar, akan tetapi karena merasa sudah tua dan dua orang rekannya sudah tidak ada, mewakilkannya kepada murid ini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Mereka pergi ke lian-bu-thia (ruangan belajar silat) yang berada di bagian belakang bangunan itu. Ruangan ini luas dan memang enak sekali untuk bermain silat, penuh dengan alatalat untuk berolah raga dan berlatih silat. 11. Perusak Pangeran Mahkota TAK lama kemudian, kedua orang itu sudah saling berhadapan. Melihat tuan rumah yang sudah melepas baju luar itu menghadapinya dengan tangan kosong, Sin Wan yang mempunyai niat untuk mengukur ilmu pedang dan kalau mungkin memberi petunjuk, segera memberi hormat dan berkata, "Paman Bhok, aku mendengar bahwa paman adalah seorang pendekar Butong-pai, dan Butong-pai terkenal dengan ilmu pedangnya. Oleh karena itu, kalau paman tidak berkeberatan, aku ingin sekali merasakan kelihaian ilmu pedang paman dan mengagumi keindahannya." Tentu saja Sin Wan bermaksud lain. Dia tahu bahwa orang seperti Lili pasti tidak mau bertanding dengan tangan kosong saja melawan orang yang akan dibunuhnya, dan tentu menggunakan pedang ular putih. Bukankah ia sudah memperlihatkan pedang itu kepada putera puteri panglima itu dan mengancam akan membunuhnya dengan pedang itu" Lili pasti mempergunakan pedang dan Bhok-ciangkun pasti terpaksa akan melayani dengan pedangnya pula. Mendengar ucapan Sin Wan, Ci Hwa berseru kaget, "Aih, Wan-twako, kenapa harus dengan pedang" Bagaimana kalau kalian saling melukai?" Mendengar ini, Bhok-ciangkun mencela puterinya. "Ci Hwa, masih belum tahukah engkau bahwa orang yang ilmu pedangnya sudah setinggi tingkat Sin Wan, tidak mungkin pedangnya dapat melukai orang tanpa dikehendakinya" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pedang sudah merupakan bagian ujung dari tangannya, begitulah!" Ci Han dan Ci Hwa tentu saja tahu akan hal itu, namun karena tingkat mereka belum setinggi itu, belum sempurna benar menguasai pedang, maka mereka memandang kagum. "Baik, Sin Wan. Mari kita main-main sebentar dengan pedang." Panglima itu lalu mencabut pedang yang tergantung di pinggangnya. Akan tetapi Sin Wan agak meragu, lalu dengan perlahan dia mencabut pedangnya. "Ihh! Pedangmu kenapa buruk amat, twako?" kembali Ci Hwa berseru. Gadis lincah ini begitu terbuka dan terus terang, ini membuktikan bahwa ia memang sudah akrab benar dengan Sin Wan sehingga tidak lagi merasa sungkan. Kembali Bhok Cun Ki yang tertawa bergelak. "Ha..ha..ha, engkau seperti seekor anak burung yang baru belajar terbang, belum mengenal dunia luas, Ci Hwa. Lihat baik-baik. Yang dipegang Sin Wan itu adalah sebuah di antara pedang-pedang pusaka paling ampuh di dunia ini. Itulah Pedang Tumpul yang dahulu menjadi pusaka istana!" "Wahhh .......!!" Ci Han dan Ci Hwa terbelalak kagum. Mereka sudah mendengar akan pedang pusaka itu yang oleh kaisar dihadiahkan kepada Sam-sian bersama beberapa benda lain. Sin Wan menggerakkan tangannya dan tahu-tahu pedang itu telah lenyap, menyusup kembali ke dalam sarung pedang. "Eh, kenapa kau simpan kembali pedangmu, Sin Wan?" "Paman, aku tidak ingin kalau sampai pedangmu rusak oleh pedangku, maka sebaiknya kalau kita menggunakan pedang yang biasa dipakai untuk latihan saja." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dan tiba-tiba tubuhnya sudah meluncur ke arah rak senjata. Demikian cepat gerakannya dan tahu-tahu dia sudah kembali ke tempat tadi, di depan panglima itu dan membawa dua batang pedang yang biasa dipakai latihan. Melihat gerakan secepat itu, Bhok Cun Ki dan kedua orang anaknya menjadi kagum, dan panglima itu merasa gembira. Ketika mendengar bahwa Sin Wan adalah murid Sam-sian dan telah memperoleh kepercayaan seorang sakti seperti Ciu-sian untuk mewakilinya, dia sudah percaya bahwa tentu pemuda itu telah memiliki tingkat kepandaian yang tinggi. Akan tetapi, dia ingin membuktikan sendiri agar yakin bahwa pembantunya ini dapat dipercaya dan diandalkan. "Bagus, usulmu itu baik sekali, Sin Wan!" katanya dan dia menerima sebatang pedang dari pemuda itu. Kini mereka saling berhadapan dengan pedang di tangan. Karena maklum bahwa panglima itu sebagai seorang pendekar Butong tentu lihai sekali ilmu pedangnya, Sin Wan segera memasang kuda-kuda dari ilmu pedang yang dia pelajari dari mendiang Kiam-sian (Dewa Pedang), yaitu Jit-kong Kiam-sut (Ilmu Pedang Sinar Matahari). Sebaliknya, Bhok-ciangkun Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo memasang kuda-kuda ilmu pedang Butong-pai yang terkenal indah gerakannya namun amat tangguh itu. "Silakan, paman," kata Sin Wan yang tidak berani bergerak lebih dahulu. "Ha..ha, engkau terlalu sungkan, Sin Wan. Nah, aku akan memulai, bersiaplah engkau!" Setelah berkata demikian, panglima itu mengeluarkan bentakan nyaring dan pedang di tangannya sudah bergerak dengan setengah lingkaran, lalu menusuk ke arah dada Sin Wan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan gerakan tenang, Sin Wan mengelak dan balas menyerang. Lawannya juga meloncat dan membalas. Terjadi serangan balas membalas dan duanya mengandalkan kegesitan tubuh untuk mengelak. Makin lama, semakin cepat gerakan mereka dan pedang di tangan Sin Wan yang menjadi sinar bergulung-gulung itu menyilaukan mata, sesuai dengan nama ilmunya. Namun lawannya juga tidak kalah cepat gerakannya, pedang di tangan panglima itupun menjadi sinar bergulung-gulung yang kadang-kadang menyambar ke arah lawan. "Tranggg ..........!" Bunga api berpijar ketika untuk pertama kalinya kedua pedang bertemu di udara. Keduanya merasa betapa telapak tangan mereka tergetar. Ternyata dalam hal tenaga merekapun berimbang. Kini kedua pedang itu saling sambar dan kadang bertemu mengeluarkan bunga api, dua gulungan sinar pedang saling belit seperti dua ekor naga berlaga di angkasa. Setelah lewat tigapuluh jurus, Sin Wan teringat akan maksudnya mengajak bertanding pedang. Tiba-tiba dia mengubah gerakannya dan kini dia sering bermain silat pedang dengan tubuh direndahkan. Sinar pedangnya menyambar-nyambar dari bawah, kadang tubuhnya bergulingan di atas lantai dan sinar pedang mencuat dari bawah. Nampak betapa Bhok-ciangkun terkejut dan agak kewalahan menghadapi serangan-serangan aneh itu. Setelah beberapa jurus lamanya Sin Wan mendesak, sambil menyapu kedua kaki lawan dengan pedangnya sehingga. Bhok-ciangkun terpaksa berlompatan, Sin Wan berkata halus, "Lawan ular yang tangguh adalah burung!" Seketika teringatlah Bhok-ciangkun dan diapun tahu mengapa pemuda itu kini mengubah ilmu pedangnya walaupun tadi pemuda itu tidak terdesak. Mendengar kata "ular" ingatlah Bhok-ciangkun bahwa sore nanti dia harus Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bertanding melawan gadis yang datang dari Bukit Ular. Maka, dia pun cepat mengubah ilmu pedangnya dan kini gerakannya menggunakan banyak loncatan dan pedangnya menyambarnyambar dari atas bagaikan seekor burung yang menandingi seekor ular! Setelah lewat duapuluh jurus, Sin Wan mengubah lagi ilmu pedangnya dan kembali menggunakan Jit-kong-kiamsut seperti tadi. Dan Bhok-ciangkun sudah cukup puas. Dia tadi pernah mengerahkan seluruh tenaganya dan mengeluarkan jurus-jurus simpanannya, namun semua serangannya dapat dipatahkan oleh Sin Wan. Dia tidak tahu apakah pemuda itu dapat mengalahkannya, akan tetapi yang jelas baginya, untuk dapat mengalahkan pemuda itu, agaknya akan merupakan hal yang amat sukar baginya. Dan ini sudah memuaskan hatinya. Diapun meloncat agak jauh ke belakang. "Cukuplah, Sin Wan," katanya sambil tersenyum. "Sekarang aku tahu benar betapa lihainya murid dari Sam-sian!" "Paman, ilmu pedang paman juga hebat dan indah, aku mengaku kalah," kata Sin Wan. Dengan sopan dia lalu menghampiri panglima itu, menerima pedangnya dan mengembalikan kedua pedang itu di rak senjata. "Sin Wan, terima kasih atas petunjukmu tadi," kata Bhok Cun Ki. Kedua orang anaknya tidak mengerti apa yang terjadi, akan tetapi Sin Wan hanya tersenyum dan tidak menjawab. Setelah mendengar keterangan Bhok Cun Ki tentang tandatanda rahasia untuk mengenal anak buah panglima itu yang disebar sebagai penyelidik di kota raja, Sin Wan lalu pergi ke kamarnya untuk membuat persiapan. Dia akan memulai dengan tugasnya hari itu juga, melakukan penyelidikan di kota raja dalam usahanya membantu Bhok-ciangkun memberantas jaringan mata-mata Mongol. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketika dia hendak meninggalkan kamarnya setelah bertukar pakaian yang tadi basah oleh keringat, dia bertemu Ci Han dan Ci Hwa di ruangan depan kamarnya. Agaknya kakak dan adik itu sengaja mencarinya, Sin Wan menyambut mereka dan tiga orang muda itu duduk di ruangan itu. "Twako, ajaklah aku melakukan, penyelidikan agar menambah luas pengetahuanku!" Ci Han membujuk. Sin Wan tersenyum. "Bagaimana mungkin, Han-te (adik Han). Pekerjaanku adalah penyelidik, dan dalam hal ini aku beruntung bahwa di kota raja tidak ada orang mengenalku. Ini memudahkan pekerjaanku, karena aku akan dapat bergerak dengan leluasa, melakukan pengamatan terhadap siapa saja yang kuamati. Akan tetapi engkau adalah seorang pemuda yang dikenal siapa saja di kota raja. Orang-orang yang kita curigai, siang-siang sudah berjaga diri dan bersikap hati-hati kalau melihat engkau muncul. Maaf aku terpaksa tidak dapat membawawu serta, Han-te." "Akupun tadinya ingin ikut untuk menambah pengalaman, twako. Akan tetapi mendengar alasanmu tadi, aku mengerti bahwa pekerjaanmu harus dilakukan secara rahasia, dan kami berdua tak mungkin menyembunyikan keadaan diri kami. Eh, Han-koko, kalau tidak mungkin kita bekerja sama dengan kakak Sin Wan, sebaiknya kita bekerja sendiri-sendiri saja membantu ayah. Aku akan pergi seperti sedang pesiar atau berjalan-jalan, akan tetapi mulai sekarang aku akan waspada. Siapa tahu aku akan dapat menangkap seorang mata-mata Mongol." "Hwa-moi, engkau jangan main-main. Pekerjaan ini bukan pekerjaan ringan. Menurut ayah, kalau orang Mongol mengirim mata-mata, sudah pasti dia lihai sekali!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku tidak takut! Kita di kota raja, takut apa" Semua orang akan membantuku!" Kakak beradik itu lalu meninggalkan Sin Wan akan tetapi tidak lama kemudian Ci Hwa, muncul lagi, kini sendirian saja. "Wan-twako, ada sebuah hal yang ingin kubicarakan denganmu berdua saja." "Ehh" Apakah itu, Hwa-moi" Duduklah dan ceritakanlah yang hendak kaubicarakan," jawab Sin Wan dan kembali mereka duduk di tempat tadi. "Twako, aku khawatir sekali terhadap keselamatan ayah kalau dia pergi bertanding sore nanti." "Jangan khawatir, ayahmu seorang yang berkepandaian tinggi. Siapapun tidak akan mudah mengalahkannya." Sin Wan menghibur dengan sungguh-sungguh karena dia maklum bahwa betapapun lihainya, Lili tidak akan mudah mengalahkan panglima itu. "Akan tetapi aku tetap khawatir, twako. Gadis siluman itu lihai bukan main. Melihat engkau tadi mengadu kepandaian dengan ayah, aku merasa yakin bahwa hanya engkau yang akan mampu mengalahkannya. Wan-twako, maukah engkau menolongku?" "Menolongmu" Tentu saja aku mau, Hwa-moi," kata Sin Wan sambil menatap wajah yang manis itu. "Kalau begitu, kau lindungilah ayahku!" Sin Wan mengerutkan alisnya, "Ayahmu telah menekankan bahwa kita tidak boleh mencampuri urusan itu, Hwa-moi?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku tidak minta engkau mencampuri urusan itu, twako. Akan tetapi, aku minta engkau melindunginya, secara diamdiam. Kalau sampai ayah terancam bahaya maut, engkau dapat melindunginya. Maukah engkau berjanji, twako" Aku .... aku akan berterima kasih sekali padamu," Gadis itu menyentuh tangan Sin Wan, lalu menggenggam tangan itu dan mengguncangnya, pandang matanya penuh harapan, penuh permohonan. Sin Wan tidak tega untuk menolaknya. Dan memang di lubuk hatinya dia sedang mencari jalan bagaimana untuk dapat melindungi panglima itu dari ancaman maut di tangan Lili, maka diapun mengangguk, "Baiklah, akan kuusahakan, Hwa-moi." Tangan yang kecil itu menggenggam jari-jari tangan Sin Wan lalu melepaskannya. "Twako, terima kasih! Terima kasih, dan aku yakin, bahwa percayaanku kepadamu tidak akan sia-sia. Aku sendiri tidak akan duduk diam. Aku akan pergi keluar, dan kalau Han-koko mencari mata-mata Mongol, aku akan mencari gadis siluman itu. Kalau ia berada di kota, aku akan menyerangnya dan memanggil pasukan penjaga untuk membantuku!" "Jangan, Hwa-moi. Itu berbahaya sekali!" "Aku tidak takut!" "Tapi ayahmu telah melarangmu ......." "Melarang aku mencampuri urusannya" Tentu, aku tidak akan melanggar larangannya. Akan tetapi dia tidak melarang aku membalas kekalahanku dari gadis siluman itu!" Ci Hwa lalu meninggalkan ruangan itu dan Sin Wan termangu dalam lamunan. Berbahaya, pikirnya. Orang macam Lili dapat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ melakukan apa saja. Dia harus melindungi Ci Hwa lebih dahulu sebelum melindungi ayahnya. Dan dia pun segera keluar. 0o0 Putera Mahkota atau Pangeran Chu Hui San sama sekali tidak mewarisi sifat-sifat baik dari ayahnya, yaitu Kaisar Thai-cu yang dahulu bernama Chu Goan Ciang. Kalau ayahnya seorang pejuang yang gigih, kemudian menjadi kaisar yang bijaksana, pendiri kerajaan Beng-tiauw, sebaliknya pangeran yang merupakan putera mahkota yang sulung itu sejak mudanya adalah seorang yang lemah dan kurang bersemangat. Pangeran Chu Hui San seperti mabok kemuliaan dan yang disukai hanyalah bersenang-senang saja. Biarpun dia sudah beristeri dan memiliki belasan orang selir, masih saja dia haus akan kecantikan wanita. Puteranya yang baru berusia enam tahun lebih itulah yang agaknya mewarisi kecerdikan dan semangat kakeknya. Puteranya itu bernama Chu Hong dan karena semangatnya inilah maka Pangeran kecil Chu Hong menjadi kekasih kakeknya. Bahkan kakeknya, Kaisar Thai-cu sendiri yang seringkali mendidik Chu Hong, menanamkan jiwa kepahlawanan melalui dongeng-dongeng. Tidak jarang kaisar membiarkan cucunya tercinta itu tidur di dalam kamarnya! Biarpun usianya sudah empatpuluh tahun, Pangeran Mahkota Chu Hui San masih berlagak seperti seorang pemuda remaja saja. Pakaiannya selalu mewah dan dia seringkali lolos dari istana, tidak mau dikawal sehingga dia dapat melancong dengan bebas seperti halnya para kongcu (tuan muda) bangsawan. Dan tentu saja diapun banyak bergaul dengan para kongcu bangsawan lainnya yang mempunyai kebiasaan dan kesukaan seperti dia, yaitu menghambur-hamburkan uang dan beroyal-royalan sepuas hati. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pada suatu hari, pagi-pagi pangeran Chu Hui San sudah berada di beranda loteng rumah pelesir Seruni, sebuah rumah pelesir terbesar di kota raja. Tentu saja pengurus rumah pelesir Seruni berikut semua penghuninya, para gadis penghibur, menyambut dengan penuh kehormatan dan kegembiraan ketika pangeran mahkota bersama dua orang temannya, dua orang kongcu bangsawan lain, muncul dan mereka seolah berebut menawarkan diri untuk menghibur tiga orang tamu itu terutama sang pangeran. Siapa tahu pangeran mahkota terpikat olehku dan membawaku ke istana menjadi selirnya, dan kalau kelak sang pangeran menjadi kaisar berarti ia akan menjadi selir kaisar! Demikian diharapkan oleh setiap orang gadis penghibur itu. Akan tetapi sekali ini, Pangeran Chu Hui San dan dua orang kawannya agaknya sudah merasa jemu dengan mereka. Karena bertiga hanya minta disediakan sarapan pagi yang mewah, dan setelah makan pagi mereka bertiga duduk di beranda loteng dan melihat-lihat mereka yang berlalu lalang di atas jalan raya di bawah depan loteng. Pagi itu seperti biasa banyak wanita tua muda berlalu lalang di atas jalan raya. Untuk pergi ke pasar dan pulangnya, para wanita itu melewati jalan itu karena pasar terletak dekat dengan rumah pelesir itu. Dan tiga orang laki-laki bangsawan ini menjadi iseng. Mereka melempar-lemparkan kwaci dan kacang ke bawah setiap kali ada gadis atau wanita muda lewat di bawah sana. Wanita yang terkena lemparan kwaci atau kacang, kalau hendak marahpun tidak jadi, bahkan tersenyum malu dan bangga ketika mereka melihat siapa lakilaki yang mengganggunya itu. Wanita mana yang tidak akan senang diganggu oleh Pangeran Mahkota" Dari jauh nampak seorang wanita muda melangkah gontai di atas jalan raya. Ia seorang wanita muda, usianya sekitar duapuluh tahun dan bentuk tubuhnya yang ramping amat menggiurkan dan menggairahkan. Langkahnya dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lenggangnya amat memikat, dengan tubuh lentur lemas dan berlekuk lengkung sempurna. Pada waktu itu musim panas, telah tiba dan karena hawa udara panas, para wanitanya mengenakan pakaian yang lebih tipis dan longgar sehingga keindahan bentuk tubuh mereka lebih dapat dikagumi dari pada kalau mereka mengenakan pakaian tebal musim dingin. Wanita muda ini membawa keranjang gantung yang kosong sehingga mudah dimengerti bahwa ia tentu sedang menuju ke pasar untuk berbelanja. Bajunya yang biru muda itu nampak baru. Pangeran Chu Hui San memandang kepada wanita itu dan berkata kepada dua orang temannya. "Tunggu! Yang baju biru muda itu untukku, biar aku yang menembaknya!" Istilah menembak itu mereka pergunakan untuk menyambitkan kwaci dan kacang ke bawah. Dua orang temannya adalah pemuda pemuda bangsawan yang selalu ingin memperoleh kesan baik dengan menjilat, maka mendengar permintaan ltu, segera mereka mentaati dan hanya menjadi penonton. Putera Mahkota itu mempersiapkan kacang yang besar dan ketika wanita itu berlenggang di bawah loteng, dia membidik dan menyambitkan kacang itu ke bawah. Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tukk!" kacang itu tepat mengenai kepala wanita itu. Tidak menimbulkan sakit memang, akan tetapi cukup mengagetkan dan wanita itu cepat mengangkat muka memandang ke atas. Dilihatnya tiga orang pria berpakaian mewah tertawa-tawa. Akan tetapi Pangeran Chu Hui San terpesona ketika memandang ke atas itu dia melihat sebuah wajah yang cantik manis, dan tidak seperti wanita lain yang begitu melihat siapa penyambitnya lalu melempar senyum dan kerling memikat, wanita itu berani cemberut, mengerling marah lalu membuang muka! Akan tetapi semua tarikan muka yang lain dari pada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang lain itu, yang tidak bermanis-manis tidak menjual murah, bahkan nampak demikian memikat bagi Pangeran Chu Hui San. "Cui-ma, cepat kejar perempuan itu. Aku menginginkannya, sekarang juga!" kata sang putera mahkota yang sudah terbiasa sejak kecil selalu terpenuhi segala kehendaknya. Mendengar perintah ini, nyonya kurus yang berada di belakang mereka terbongkok-bongkok melayaninya dan bergegas turun dari loteng. Dari atas beranda loteng itu, Keris Pusaka Nogopasung 3 Rajawali Emas 18 Seruling Haus Darah Pedang Sinar Emas 4