Asmara Si Pedang Tumpul 6
Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 6 engkau bekerja sama dengan seorang panglima ......" "Celaka, aku sampai melupakan dia!" Sin Wan berseru, "Panglima itu, dia ...... terancam bahaya maut, aku harus cepat menolongnya!" Dia bangkit berdiri. "Sin Wan, biarkan aku ikut. Aku akan membantumu." "Tapi ........" dia meragu. Gadis itu bertolak pinggang, sikapnya menantang. "Baru saja engkau berterima kasih berulang-ulang sampai menjemukan, sekarang, aku hendak ikut dan membantumu saja engkau melarangku. Begitukah macamnya terima Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kasihmu itu?" Gadis itu cemberut, membalikkan badan dan meloncat pergi ke atas pagar tembok, terus keluar. Sesosok bayangan berkelebat di sampingnya dan Sin Wan telah berada di sampingnya, di lorong sempit itu. Hal ini saja membuat Akim menyadari bahwa pemuda murid Sam-sian ini memang hebat, memiliki gin-kang (ilmu meringankan tubuh) yang luar hiasa. "Maafkan aku, Akim. Mari kita pergi bersama." Seketika wajah, yang cemberut itu berubah menjadi cerah dan tersenyum yang manis mengembang. "Aku sedang kebingungan seorang diri di kota raja yang besar dan ramai ini, Sin Wan, dan kini mendapatkan seorang teman baik. Mari!" Diam-diam Sin Wan merasa kagum kepada gadis puteri datuk timur ini. Seorang gadis yang baik hati, walaupun juga aneh, mengingatkan dia kepada Lili Hanya bedanya, gadis ini agaknya tidak berhati ganas dan kejam seperti Lili yang pernah menyiksanya, hanya untuk membalas dendam ketika kecil pernah dia tampari pinggulnya. Dengan gadis seperti Akim ini di dekatnya, dia merasa mendapatkan seorang teman yang boleh diandalkan dan boleh dipercaya. Mereka berdua melakukan perjalanan cepat menuju ke rumah Bhok Cun Ki. Kembali Sin Wan tidak bertemu dengan Bhok Cun Ki dan seperti tadi, yang menyambutnya adalah Ci Han dan Ci Hwa. Kakak beradik ini kelihatan muram dan bingung, dan mereka berdua memandang penuh selidik dan kecurigaan ketika melihat seorang gadis cantik berpakaian serba hijau datang bersama Sin Wan. Tadinya mereka mengira bahwa gadis yang datang bersama Sin Wan itu Lili, gadis yang mengancam ayah mereka. Akan tetapi setelah Sin Wan dan Akim datang dekat, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mereka meiihat bahwa gadis itu adalah seorang asing yang tidak mereka kenal. "Siapakah enci ini, Wan-toako?" tanya Ci Hwa dengan alis berkerut dan hati merasa tidak senang. Ia merasa kagum kepada Sin Wan bahkan mengharapkan bantuan pemuda ini untuk menyelamatkan ayahnya. Ia tertarik kepada pemuda Uighur ini, maka melihat dia datang bersama seorang gadis cantik, tentu saja hatinya merasa tidak nyaman. "Ini nona Ouwyang Kim, seorang sahabat. Akim, ini adalah kakak beradik Bhok Ci Han dan Bhok Ci Hwa, putera puteri panglima Bhok. Adik Ci Han dan Ci Hwa, di manakah ayah kalian?" "Ah, gawat sekali, toako," jawab Ci Han. "Ayah menerima surat tantangan lagi dan sekali ini dia ditantang untuk bertemu musuhnya di sebelah utara kota raja." "Dan ayah melarang keras kepada kami agar kami tidak menyusul ke sana. Kami merasa gelisah sekali, toako!" kata Ci Hwa dengan pandang mata penuh harapan agar Sin Wan membela ayahnya. Mendengar ini, Sin Wan terkejut bukan main. "Kalau begitu, aku harus cepat mencarinya ke sana. Mari kita pergi, Akim! Tanpa banyak keterangan lagi Sin Wan lalu pergi dengan cepat, diikuti Akim. Ci Hwa memandang kepada kakaknya, wajahnya semakin muram. "Koko, mari kita pergi menyusul ayah." "Hwa-moi, ayah tadi sudah memperingatkan kita dengan keras agar kita tidak menyusul ke sana. Ayah tentu akan marah sekali kalau kita melanggarnya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tapi, bagaimana mungkin kita dapat berdiam diri begini saja" Kita harus membela ayah!" "Sudah ada Wan-toako yang menyusul ke sana, Hwa-moi." "Justeru itulah yang membuat aku penasaran. Kau lihat tadi" Gadis itu adalah seorang asing sama sekali dan ia saja ikut Wan-toako menyusul ayah. Kalau seorang gadis asing boleh ke sana, kenapa kita putera puterinya tidak boleh" Kalau engkau tidak mau, biar aku sendiri yang akan menyusul ke sana." "Hwa-moi, ayah melarang kita karena pihak musuh amat berbahaya. Ayah tidak ingin melihat kita celaka, dan juga ayah menekankan bahwa urusan itu adalah urusan pribadi yang tidak bolen dicampuri siapapun juga." "Tapi gadis yang pergi bersama Wan-toako tadi" Kenapa boleh" Apa ia lebih hebat, lebih lihai daripada aku?" "Aih, Hwa-moi, kau ....... agaknya kau ...... cemburu kepadanya!" Wajah Ci Hwa berubah merah, akan tetapi ia tidak membantah, dan berkata, "Sudahlah, aku mau pergi menyusul sekarang. Kalau engkau mau ikut baik, kalau tidak, aku akan pergi sendiri. Kalau ayah marah, biar aku yang bertanggung jawab!" Setelah berkata demikian, Ci Hwa bergegas meninggalkan rumah. Tentu saja Ci Han tidak tega membiarkan adiknya menyusul seorang diri, maka diapun segera mengejarnya. Biarlah mereka berdua yang akan bertanggung-jawab kalau sampai ayah mereka marah. JJJ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bhok Cun Ki telah menerima surat tantangan yang ditulis oleh Cu Sui In. Hari itu dia ikut mencari Lili yang menjadi orang buruan, namun tidak berhasil. Adalah kedua orang anaknya yang mendapatkan surat itu. Sehelai surat yang tahutahu telah berada di daun pintu rumah mereka, tertancap di daun pintu, tertusuk sebatang pisau. Surat itu singkat saja, menantang Bhok Cun Ki untuk mengadu nyawa di hutan sebelah utara kota raja. Tentu saja kakak beradik itu menjadi marah sekali, akan tetapi mereka tidak tahu siapa yang menyambitkan pisau bersurat itu pada daun pintu rumah mereka. Ketika ayah mereka pulang, mereka memberitahu akan surat itu. Setelah membaca surat itu, berubahlah wajah Bhok Cun Ki karena dia masih ingat akan tulisan Cu Sui In, bekas kekasihnya! Surat itu tanpa nama pengirim, namun dia tahu bahwa sekarang yang menantangnya adalah Sui In sendiri. Andaikata yang menantangnya itu sumoi dari Sui In, tentu dia tidak akan memperdulikannya. Akan tetapi kini yang mengirim surat tantangan adalah Cu Sui In! Dia harus pergi menemui bekas kekasihnya itu. Dia memang merasa bersalah terhadap wanita itu, maka dia akan minta maaf, dan andaikata Sui In berkeras untuk menantangnya, dia akan mencari jalan agar wanita itu dapat memaafkan, atau kalau tidak, terpaksa dia akan menghadapinya. Bagaimanapun juga akibatnya, dia harus menemui Sui In. "Kalian di rumah saja, jangan sekali-kali menyusulku. Urusan ini adalah urusan pribadi yang terjadi ketika aku masih muda, dan tidak seorangpun boleh mencampuri," demikian dia berpesan kepada Ci Han dan Ci Hwa. Dia tahu bahwa kalau anak-anaknya muncul, hal itu hanya akan menambah panas dan marahnya hati Sui In saja dan dia tidak ingin melihat anak-anaknya terancam bahaya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Demikianlah, dengan membawa surat tantangan itu, Bhok Cun Ki meninggalkan rumah pada sore hari itu, keluar dari pintu gerbang utara dan terus menuju ke sebuah hutan yang kecil yang sudah dikenalnya. Hutan itu terletak di lereng bukit, menyimpang dan agak jauh dari jalan raya sehingga tempat itu tentu sunyi, apalagi di waktu sore seperti itu. Ketika tiba di tengah hutan dan mendapatkan hutan itu sunyi, Bhok Cun Ki berdiri tegak dan kedua kakinya terpentang, lalu dia menengadah dan berseru dengan lantang, "Cu Sui In, aku telah datang memenuhi tantanganmu. Keluarlah untuk bertemu denganku!" Tempat itu merupakan lapangan terbuka yang cukup luas, dikelilingi pohon-pohon rindang. Cuaca sudah mulai redup karena matahari mulai bergeser ke barat. Suara Bhok Cun Ki bergema di sekeliling tempat itu. "Bhok Cun Ki, bersiaplah untuk mati sekali ini!" terdengar bentakan halus dan ketika Bhok Cun Ki membalikkan tubuh, wajahnya berkerut karena kecewa. Yang muncul bukanlah Sui In yang diharapkan, melainkan Lili, gadis yang pernah memaksanya bertanding itu. "Hemm, engkau lagi, nona. Di mana Sui In" Suruh sucimu itu saja yang keluar dan bicara sendiri denganku. Aku tidak mempunyai urusan pribadi denganmu," katanya. Lili yang telah menanggalkan penyamarannya setelah tiba di hutan itu, kini menghadapi Bhok Cun Ki, matanya berkilat tajam dan mulutnya tersenyum mengejek walaupun hatinya terasa tidak enak sekali. Hidungnya kembang kempis, tanda bahwa hati gadis ini sebenarnya tegang sekali. Ia merasa terpaksa sekali harus berhadapan kembali dengan panglima ini untuk saling serang dan saling bunuh! Setelah apa yang dilakukan panglima ini kepadanya, sikapnya yang demikian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ baik dan ramah, sungguh menyiksa sekali ia harus menantangnya kembali! Maka, iapun tidak ingin banyak bicara lagi. "Bhok Cun Ki, suci mewakilkan kepadaku untuk membunuhmu. Nah, tidak perlu banyak cakap lagi. Mari kita lanjutkan pertandingan kita yang dahulu terganggu sekali, seorang di antara kita harus roboh dan mati, barulah pertandingan dihentikan! Bersiaplah engkau, Bhok Cun Ki!" Lili mencabut pedangnya, pedang yang berbentuk ular putih, memasang kuda-kuda dan wajahnya membayangkan kenekatan. Akan tetapi, Bhok Cun Ki seperti tidak melihatnya dan panglima ini memandang ke sekeliling, mencari-cari. 19. Akhir Suatu Dendam Asmara "Bhok Cun Ki, bersiaplah dengan pedangmu!" Lili membentak. "Sui In, di mana engkau" Keluarlah dan jangan menyuruh sumoimu yang menghadapi aku. Aku hanya mau berurusan denganmu, bukan dengan orang lain!" Bhok Cun Ki berseru, tidak memperdulikan Lili yang menantang. Akan tetapi tidak ada jawaban, juga tidak nampak bayangan orang lain di hutan itu. "Bhok Cun Ki, sekali lagi, bersiaplah karena aku akan menyerangmu!" kembali Lili berseru, mukanya kemerahan karena ia marah sekali melihat panglima itu tidak memperdulikan dirinya, seolah memandang rendah atau menganggap ia anak kecil saja. Panglima itu tetap celingukan ke sekelilingnya, mencari-cari. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Cu Sui In, aku hanya mau menyerahkan nyawaku kepadamu! Keluarlah dan mari kita bicara baik-baik!" Lili menjadi marah sekali. Ia mengelebatkan pedangnya di depan muka panglima itu dan sekali bergerak, pedang itu telah menodong. Ujung pedang Pek-coa-kiam menempel pada dada panglima itu. "Bhok Cun Ki, kalau engkau tidak mau melawan, terpaksa aku akan membunuhmu! Apakah engkau seorang pengecut yang tidak berani melawanku" Apakah engkau ingin mati konyol seperti seekor babi?" Lili sengaja memaki untuk memanaskan hati orang itu. Biarpun ia tahu bahwa ia akan sukar sekali menang kalau bertanding melawan panglima ini, akan tetapi ia tidak sudi membunuh orang yang tidak mau melawan. Ketika pedang itu, menodong dadanya, seakan baru sadarlah Bhok Cun Ki bahwa di situ tidak ada Sui In, yang ada hanyalah gadis sumoi dari bekas kekasihnya yang kini siap untuk menyerangnya. "Nbna, sejak dulupun aku tidak ingin bertanding denganmu. Katakan kepada Sui In bahwa aku hanya mau bertanding dengannya, bukan dengan wakilnya. Pula, mengapa engkau mati-matian mewakili sucimu dan siap membunuhku atau terbunuh olehku" Kenapa tidak ia sendiri yang maju?" "Bhok Cun Ki! Aku datang bukan untuk mengobrol denganmu, melainkan untuk membunuhmu! Aku rela mati untuk suci. Kalau aku tidak berhasil membunuhmu, aku akan melawan terus sampai mati!" Lili menarik pedangnya dan kembali memasang kuda-kuda, siap bertanding. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akan tetapi Bhok Cun Ki tidak bernapsu untuk bertanding dengan Lili. Dia ingin bertemu dengan Sui In karena hanya kalau berhadapan dengan wanita itulah maka semua urusan akan dapat dibereskan dan diselesaikan. Kalau memang dia telah menghancurkan kebahagiaan Sui In, biarlah wanita itu boleh membunuhnya. Akan tetapi bukan oleh tangan orang lain! "Cu Sui In, keluarlah sendiri!" kembali dia berteriak lantang. Lili marah sekali, merasa tidak dipandang, merasa diremehkan. "Akulah Cu Sui In, anggap saja aku Cu Sui In! Nah, aku akan menyerangmu, jangan salahkan aku kalau engkau terbunuh oleh serangan ini. Sambutlah!" Pedang itu berubah menjadi sinar putih dan meluncur ke arah tenggorokan Bhok Cun Ki. Bhok Cun Ki memang enggan untuk bertanding lagi melawan gadis yang sama sekali tidak mempunyai urusan dengannya itu, akan tetapi tentu saja diapun tidak mau mati konyol di tangannya. Maka, melihat pedang meluncur ke tenggorokannya dalam serangan maut, dia cepat melompat ke kanan menjauh sehingga serangan itu gagal. Akan tetapi Lili menyerang terus dengan dahsyatnya. Gadis ini memang sudah nekat. Hanya ada dua pilihan baginya, sesuai dengan kehendak sucinya, yaitu membunuh Bhok Cun Ki atau terbunuh olehnya! Tentu saja ia memilih membunuh dari pada dibunuh dan iapun menyerang terus dengan gencar dan dahsyat. Bhok Cun Ki terpaksa mencabut pedang Ceng-kong-kiam dan nampaklah Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sinar hijau bergulung-gulunq, saling belit dengan gulungan sinar putih dari pedang di tangan Lili. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Terjadilah pertandingan untuk kedua kalinya. Namun, sekali ini lain sekali keadaannya. Kalau Lili menyerang mati-matian dan mengerahkan segala daya untuk membunuh lawan, sebaliknya Bhok Cun Ki ragu-ragu dan selalu hanya mengelak atau menangkis saja, jarang sekali balas menyerang kalau tidak terpaksa untuk membendung gelombang serangan lawan yang berbahaya. Karena itu, walaupun Bhok Cun Ki lebih tinggi tingkatnya, pertandingan itu menjadi seru sekali bahkan Bhok Cun Ki mulai terdesak. Ketika Lili memainkan Pek-coa Kiam-sut yang membuat gerakan bagaikan seekor ular yang amat berbahaya, serangannya mengandung daya kekuatan dari bawah bagaikan seekor ular yang ganas, hanya dengan gerakan seperti seekor burung saja, Bhok Cun Ki masih mampu mempertahankan diri. Bagaimanapun juga karena dia tidak ingin mengalahkan Lili, hanya melindungi diri, dia yang selalu terdesak dan beberapa kali nyaris termakan pedang. Karena setiap serangan ia lakukan dengan pengerahan seluruh tenaga, maka setelah lewat lima puluh jurus, tubuh Lili sudah mandi keringat, dan napasnya agak terengah. Demikian pula dengan Bhok Cun Ki, dia sudah berpeluh dan gerakannyapun mulai mengendur karena bergerak dengan loncatan-loncatan seperti burung itu menguras banyak tenaganya. "Lili, sumoi, bunuh dia .......! Bunuh dia ........!" Mendengar suara lembut yang tiba-tiba itu, Bhok Cun Ki melirik dan ketika dia melihat Cu Su In berdiri di sana, dia tertegun. "Sui In ........!" Dia berseru dan terbelalak memandang kepada wanita bekas kekasihnya yang masih nampak cantik jelita dan anggun itu. Sekarang barulah dia menyadari bahwa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ selama ini dia masih mencinta wanita itu, sejak dahulu dia mencintanya, dan hanya keangkuhan saja yang memaksanya meninggalkan Sui In dan menikah dengan wanita lain. "Singgg ...... singg ......!" Sinar putih menyambar-nyambar. Biarpun Bhok Cun Ki berusaha mengelak, namun karena sebagian besar perhatiannya ditujukan kepada Sui In, maka sambaran yang ke tiga dari pedang Pek-coa-kiam itu tak dapat dihindarkan lagi telah menusuk paha kirinya dan diapun roboh terguling! Setelah melihat lawannya roboh dan darah bercucuran dari celana bagian paha, Lili berdiri seperti patung. Kalau ia menyusulkan serangan, pasti panglima itu tidak akan mampu melindungi diri lagi. Akan tetapi, pada dasarnya Lili memiliki watak yang gagah. Merobohkan lawan yang sejak tadi tidak pernah membalas saja sudah membuat ia merasa menyesal sekali, apalagi sekarang melihat lawan yang selalu bersikap baik kepadanya itu sudah terluka. Ia merasa jijik kepada diri sendiri kalau harus menyusulkan serangan lagi. Maka ia berdiri mematung dengan hati bimbang. Bhok Cun Ki tidak mengeluh, juga tidak perduli akan luka di pahanya. Dia memaksa diri bangkit duduk, memandang kepada Sui In yang melangkah mendekatinya. Sukar dilukiskan wajah wanita berusia empatpuluh tiga tahun yang masih nampak cantik seperti seorang gadis itu ketika memandang kepada laki-laki yang telah menghancurkan kebahagiaan hidupnya selama puluhan tahun ini. "Sui ..... In-moi ...... aku memang bersalah kepadamu, baru sekarang aku melihat kesalahanku itu. Dosaku terhadap dirimu amat besar, aku telah menghancurkan kebahagiaanmu, merusak kehidupanmu, aku memang layak mati di tanganmu, Karena itu, marilah ..... mari kaubunuh aku agar aku dapat menebus dosaku kepadamu, agar engkau memperoleh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kebahagiaan dari balas dendammu ini. Pergunakan pedangku ini, In moi ......" Bhok Cun Ki dengan wajah cerah disertai senyum menjulurkan tangan kanannya yang memegang pedang Ceng-kong-kiam kepada Bi-coa Sianli Cu Sui In. Akan tetapi Cu Sui In hanya berdiri menatap wajah pria itu seperti orang terpesona, dan kedua matanya berubah kemerahan, kedua pipinya menjadi pucat dan kedua mata itu perlahan-lahan menjadi basah. Ia seperti tidak mampu mengalihkan pandang matanya dari wajah itu, lalu dengan paksa ia merenggut lepas pandang mata yang melekat itu, menoleh kepada sumoinya dan suaranya terdengar tidak semerdu tadi, melainkan agak parau dan lirih, namun tegas mendesak. "Sumoi, cepat kaubunuh dia! Cepat kataku! Bunuh dia!" Akan tetapi sekali ini Lili tidak bergerak. "Suci, dia sudah terluka dan tidak akan mampu melawan. Dia sudah menyerah untuk kaubunuh, kenapa suci tidak segera melaksanakannya sendiri dan memaksaku untuk membunuhnya" Suci, kalau engkau hendak membunuhnya, lakukanlah sendiri, apa susahnya?" "Engkau begitu sakit hati kepadaku, kenapa menyuruh sumoimu, Sui In" Kalau sumoimu yang membunuhku, dendammu tidak akan pernah padam. Sumoimu benar, kalau engkau hendak membunuhku, lakukanlah sendiri. Aku tidak akan melawan, aku akan tersenyum menyambut kematian di tanganmu, In moi." Tiba-tiba Cu Sui In seperti mendapat semangat baru. Sekali tangannya bergerak, pedang yang disodorkan Bhok Cun Ki itu sudah dirampasnya, kemudian ia mengangkat pedang itu, siap membacok leher Cun Ki yang sudah pasrah. Panglima itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menengadah memandang dengan senyum, sedikitpun tidak nampak takut, dan matanya tidak ber kedip. "Singgg ......!!" Pedang itu menyambar, berubah menjadi sinar hijau yang menyilaukan saking kuatnya tangan yang menggerakkannya. Leher Bhok Cun Ki tentu akan terpenggal dengan mudah. Akan tetapi, ketika pedang meluncur lewat, leher itu masih tetap utuh dan pedang Ceng-kong-kiam menancap, amblas di dalam tanah di dekat tubuh panglima itu, menancap ke tanah sampai ke gagangnya! Cu Sui In menutup mukanya dengan kedua tangannya, tubuhnya gemetar, kedua pundaknya terguncang karena ia telah menangis tanpa suara, akan tetapi air matanya merembes keluar dari celah-celah jari tangannya. "Aku ..... aku tidak bisa melakukannya .... aku selalu mencintamu .... selamanya..... aih, Cun Ki ..... kenapa engkau begitu tega menyia-nyiakan diriku dan menghancurkan kebahagiaan hidupku ..... " Ia terisak-isak menangis. Wajah Bhok Cun Ki menjadi pucat sekali. Pendengaran dan penglihatan ini baginya lebih menyakitkan, bagaikan ribuan pedang menusuk-nusuk jantungnya. Tak tertahankan lagi olehnya, kedua matanya menjadi basah dan air mata mengalir ke atas pipinya. Baru terbuka kesadarannya bahwa Cu Sui In amat mencintanya, dan dia sendiripun selamanya mencinta Sui In. Akan tetapi, demi menjaga namanya sebagai seorang pendekar besar, dia meninggalkan Sui In, menghancurkan cinta kasih di antara mereka. Padahal, sebagai seorang gadis, Sui In telah menyerahkan segalanya kepadanya, menyerahkan batin dan badannya. "In-moi ..... ah, Inmoi ...... sungguh aku telah bersikap kejam kepadamu. Aku ...... aku ....... apa yang harus Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kulakukan sekarang In moi" Aku tidak akan membantah, apa saja akan kulakukan demi menebus kesalahanku itu ........." Tiba-tiba Sui In menurunkan kedua tangannya. Wajahnya nampak pucat sekali, basah air mata, mulutnya tertarik-tarik di kedua ujung bibirnya karena ia menahan tangisnya, hidungnya kemerahan dan air mata masih berderai turun ke atas kedua pipinya. "Lili! Perintahku yang penghabisan kepadamu. Gerakkan pedangmu dan bunuh laki-laki ini sekarang juga! Kalau engkau tidak mematuhi perintahku, mulai detik ini hubungan di antara kita putus!" "Suci ....." "Cepat, kuhitung sampai tiga. Kalau belum kaulakukan, aku akan menyerangmu sebagai seorang musuh besar!" kata wanita itu. Wajah Lili menjadi pucat, akan tetapi ia tidak mempunyai pilihan lain, apalagi ketika terdengar suara sucinya, "Satu .... dua ....." Lili memejamkan matanya, lalu menerjang ke depan dan meggayun pedang Pek-coa-kiam. Bagaimanapun juga, ia berhutang segalanya kepada sucinya. Sejak kecil ia dipelihara, dididik, dan dilimpahi kasih sayang oleh Cu Sui In. Ia rela mengorbankan nyawanya sekalipun untuk sucinya, maka biarpun hatinya terasa berat, ia akan melaksanakan perintah itu. "Singgg ........!!" Pedang Pek-coa-kiam berubah menjadi sinar putih menyambar ke arah leher Bhok Cun Ki, dipandang oleh Cu Sui In yang terbelalak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Trangggg ....... !!" bunga api berpijar ketika pedang Ular Putih itu yang menyambar ke arah tubuh Bhok Cun Ki, tiba-tiba tertahan dan tertangkis oleh sebatang pedang yang nampaknya buruk, Pedang Tumpul! Lili terkejut, membuka matanya dan memandang terbelalak kepada Sin Wan yang sudah berdiri di situ dengan pedang buruknya di tangan. "Sin Wan ......!" teriaknya. "Apa yang kaulakukan ini?" Sin Wan memandang tajam, sikapnya tegas dan seperti orang marah. "Lili, akulah yang bertanya kepadamu, apa yang kaulakukan ini?" "Perlu apa bertanya lagi." Lili membantah, "Aku memenuhi perintah suciku, hendak membunuh laki-laki yang menghancurkan kehidupan suci, kenapa engkau berani menghalangiku?" "Kau pandanglah baik-baik laki-laki ini, Lili. Pandanglah baik-baik, apakah hatimu tidak tergetar dan membisikkan suatu rahasia kepadamu. Dia ini bukan musuhmu, dia adalah ayah kandungmu, Lili ......" "Aihhh ......!!" Lili menjerit tak percaya. "Dan yang menyuruhmu membunuhnya, wanita ini, adalah ibu kandungmu!" "Sui In ......!!" Kini terdengar jerit dari mulut Bhok Cun Ki dan biarpun kakinya terluka parah, dia merangkak ke depan kaki Sui In. "Sui In ...... benarkah ia ini anakku ..... anak ...... anak...... kita .......?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Suci ......! Apa artinya ini" Benarkah seperti yang dikatakan Sin Wan tadi" Dia ini ayahku dan suci adalah ..... ibuku ....?" Wajah Lili pucat seperti mayat dan matanya terbelalak liar seperti mendadak menjadi gila. Kini Sui In terisak dan menangis, mengeluarkan suara tangisan mengguguk dan ia mengangguk. "Benar ......., benar ......... aaaaahhh .......!" "Sui In ........!" Bhok Cun Ki merangkul kedua kaki Sui In. "Ibu .....! Kau ibuku ........!" Lili menubruk dan merangkul ibunya, menangis di dada wanita yang selama ini ia anggap gurunya, lalu sucinya. Tiga orang itu menangis semua. "Aku ..... aku tak dapat menahan kenyerian .... hatiku ..... aku ...... aku menderita sekali Cun Ki ..... ketika kau meninggalkan aku, aku telah mengandung dua bulan .... aku sengaja tidak memberitahu, aku sakit hati sekali, kudidik anak kita .... hanya untuk dapat melihat ia dan ayahnya saling serang dan saling bunuh. Itulah hukumanku kepadamu, pembalasanku kepadamu ...... tapi .... tapi ... ah, betapa lemah hatiku ......" Ia menangis tersedu-sedu. Bhok Cun Ki melepaskan kedua kaki Sui In dan merangkul kaki Lili. "Kau ..... kau anakku ....... ahhh, begini gagah dan cantik, ha..ha..ha...... aku bangga, aku senang sekali .... kau anakku ........!" Pendekar besar dan panglima muda yang gagah itu tertawa dan menangis sambil merangkul kaki Lili. Gadis itu menjerit, menjatuhkan diri dan jatuh ke dalam rangkulan pria yang baru saja dikenalnya sebagai ayahnya, pria yang dua kali bertanding mati-matian dengan dia, pria yang tadi hampir saja dibunuhnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ayah ......!!" betapa manisnya sebutan ini, sebutan pertama kali keluar dari mulutnya, sebutan yang didambakannya sejak ia masih kecil disamping sebutan ibu. "Lili ..... Bwe Li namamu ....." Ha..ha..ha, dan siapa shemu, anakku ........?" "Ayah, ibuku yang selama ini kukenal sebagai guru dan suci, memberi nama, Tang Bwe Li kepadaku?" "Tang .....?" Pria itu mengangkat muka memandang kepada Sui In yang masih berdiri sambil menangis. "Aduh, Sui In .... betapa selamanya engkau tak pernah dapat melupakan aku. Nama kecilku adalah Tang Cun dan kau memberi she Tang kepada anak kita ....." ayah dan anak itu saling berangkulan di bawah kaki Sui In. Sin Wan, dengan mata basah pula karena terharu dan bahagia, mundur dan hanya menonton pertunjukan yang amat mengharukan itu dari bawah pohon. Dia terharu dan gembira bukan hanya keluarga itu dapat bertemu dalam keadaan masih hidup walaupun Bhok Cun Ki terluka pahanya, melainkan juga dia teringat kepada ayah dan ibu kandungnya sendiri. Lili menemukan ayah dan ibu kandungnya, akan tetapi dia telah kehilangan mereka! "Ha..ha..ha..ha. Pertunjukan lawak macam apa ini" Sungguh memalukan sekali anak dan cucuku menjadi orangorang lemah dan cengeng. Sui In, Lili mundurlah kalian. Kalau kalian begitu lemah, biarlah aku yang mewakili kalian membunuh orang ini!" Muncullah See-thian Coa-ong Cu Kiat dan dengan langkah lebar menghampiri mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ayah, jangan ......!" Tiba-tiba Cu Sui In melompat dan menghadang di depan orang tua itu. See-thian Coa-ong terbelalak, memandang kepada puteri tunggalnya penuh perhatian. Dia melihat betapa wajah puterinya telah berubah. Muka itu masih basah air mata, hal ini saja sudah luar biasa sekali karena selama ini belum pernah puterinya menangis. Wajah itu masih pucat akan tetapi ada kecerahan aneh, seolah setangkai bunga yang telah lama Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo semakin layu kini mendadak dapat siraman embun pagi yang menyegarkan. "Apa maksudmu jangan, Sui In" Selama bertahun-tahun dengan mati-matian engkau mengingkari anak kandungmu sendiri, menganggapnya sebagai murid dan sumoi, mendidiknya dengan sungguh-sungguh agar ia dapat membunuh Bhok Cun Ki! Sekarang, setelah kalian gagal membunuhnya, aku yang akan menyempurnakan dendammu ini, engkau mengatakan jangan! Apa maksudmu?" "Ayah, hampir aku menjadi gila karena dendam pribadi, karena sakit hati yang kutanggung selama bertahun-tahun sehingga aku ingin sekali menghukumnya dengan mengadu antara ayah dan anak kandung. Aku tahu bahwa Lili tidak akan menang dan kalau sampai Lili tewas ditangannya, lalu aku memberitahu bahwa yang dibunuhnya itu anak kandungnya sendiri, tentu dia akan menderita selama hidupnya. Akan tetapi aku ..... aku tidak tega ..... aku masih mencintanya, ayah tidak pernah aku berhenti mencintanya, dan Lili adalah anakku yang kusayang. Sekarang baru aku tahu bahwa aku telah menjadi gila oleh dendam. Sudahlah, aku memaafkan dia. Lili, mari kita pergi. " "Ibu .....!" Lili merangkul ibunya dengan air mata bercucuran. "Tidak, ibu, aku tidak ingin berpisah dari ayah ......" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sui In mengerutkan alisnya, lalu menghela napas panjang. "Engkau benar kalau memilih ayahmu. Dia seorang pendekar, seorang panglima besar yang berkedudukan mulia, yang mempunyai kehormatan dan nama bersih, mana bisa disamakan dengan ibumu, seorang wanita sesat, seorang wanita jahat yang namanya tersohor hitam dan kotor?" Seluruh kepahitan hatinya karena ditinggalkan kekasihnya tersalur lewat ucapan itu. "Tidak, ibu, akupun tidak ingin berpisah darimu. Aku ingin berkumpul dengan ayah dan ibu!" kata Lili dengan suara mengandung getaran penuh kesedihan dan kerinduan. Betapa rindunya untuk dapat berkumpul dengan dua orang yang menjadi ayah ibunya. Seolah-olah diciptakan menjadi manusia baru yang tadinya merasa yatim piatu kini tiba-tiba menemukan kembali ayah dan ibu kandungnya! "Sui In, aku mengaku bersalah, aku telah berdosa, aku terlalu sombong dan bodoh, aku sudah menyerah dan rela kau bunuh. Kalau engkau tidak mau membunuhku, aku bersumpah untuk memperbaiki kesalahanku. Belum terlambat bagiku untuk membahagiakan engkau dan anak kita Lili. Marilah, Sui In, marilah kita hidup bersama anak kita dan tidak saling berpisah lagi ........." Sui In memandang bekas kekasihnya itu. dengan sinar mata berkilat, mulutnya mencibir. "Huh, dan aku merampasmu dari isteri dan anak-anakmu" Engkau akan mencampakkan mereka begitu saja" Laki-laki macam apa engkau ini?" "Tidak, Sui In. Jangan salah mengerti. Aku tidak akan mengulang perbuatanku yang jahat. Maksudku, kita tinggal bersama menjadi keluarga besar. Marilah, engkau dan Lili ikut Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bersamaku, tinggal bersama kami menjadi anggauta keluargaku." "Dan setiap hari menghadapi kebencian isterimu dan anakanakmu?" "Tidak! Percayalah, Sui In. Isteriku adalah seorang bijaksana dan selama ini aku tidak pernah mempunyai isteri lain atau selir. Ia pasti akan menerimamu, apalagi kalau aku berterus terang tentang masa lalu. Kedua orang anakku juga anak-anak yang berbakti dan baik." "Aku tidak percaya! Aku tidak sudi dari keadaan menderita karena rindu dan kesepian, kini pindah ke dalam keadaan menderita karena dimusuhi keluargamu." Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita, lemah lemhut dan halus. "Bhok Cun Ki berkata benar, enci. Kami sudah mendengar semuanya dan aku merasa iba kepadamu dan kepada anakmu. Kalau kalian berdua suka, datanglah dan tinggallah bersama kami. Kami menerima kalian dengan hati dan tangan terbuka ......., bahkan aku rela menjadi isteri kedua karena sesungguhnya, engkau yang lebih dahulu menjadi isterinya." Cu Sui In dan Lili menengok, juga Bhok Cun Ki. Kiranya yang bicara itu adalah nyonya Bhok, isteri panglima itu bersama kedua orang anaknya, Ci Han dan Ci Hwa! Karena merasa khawatir terhadap ayah mereka, kedua orang kakak beradik ini lalu memberitahu kepada ibu mereka dan isteri panglima inipun khawatir sekali, maka ia mengajak kedua orang anaknya untuk menyusul cepat menggunakan kereta. Mereka turun dari kereta, memasuki hutan dan sempat mendengar dan melihat pertemuan yang mengharukan antara Bhok Cun Ki dan bekas kekasihnya dan anak mereka. Nyonya Bhok adalah seorang wanita yang berperasaan peka dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ halus, dan ia merasa, terharu sekali, iba terhadap Cu Sui In dan Lili. Melihat seorang wanita yang lembut dan halus gerak geriknya, seorang wanita bangsawan sejati, Cu Sui In merasa canggung. Ia melangkah menghampiri, dan sejenak kedua orang wanita itu saling pandang. "Nyonya, sesungguhnyakah kata-katamu tadi, atau hanya sekedar basa-basi dan karena engkau takut kepada suamimu saja?" tanya Sui In. Wanita itu tersenyum lembut dan dari seri wajah dan senyum itu saja Sui In maklum bahwa biarpun bertubuh lemah, wanita ini memiliki kepribadian yang kuat dan tidak mungkin ia takut terhadap suaminya. "Demi Tuhan, aku bicara dari hati yang tulus, enci. Pula, harap jangan menyebutku nyonya. Aku adalah adikmu, madumu yang lebih muda dan marilah kita bersama hidup sebagai sebuah keluarga besar." Sui In merasa demikian terpukul dan terharu sehingga ia tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Sementara itu, Ci Hwa menghampiri Lili dan memegang tangan gadis itu. "Aih, aku girang sekali mendapatkan seorang cici seperti engkau. Kau harus mengajarkan aku ilmu silatmu yang hebat itu, enci Lili!" Seperti ibunya, Lili juga merasa tertegun. Tak disangkanya sama sekali bahwa isteri dan anak-anak ayah kandungnya bersikap seperti itu! Ci Han juga tidak mau kalah, maju mendekat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Enci Lili, jangan lupa mengajarkan silat kepadaku pula. Kalau hanya Ci Hwa yang kau ajari dan ia lebih menang dariku, tentu ia akan sewenang-wenang terhadap aku!" "Ihh, Han-ko, engkau ini hanya ikut-ikutan saja!" adiknya menegur. Mau tidak mau Lili tersenyum, kagum dan juga bangga. Adik-adik tirinya ini mengagumkan! Terdengar suara tawa bergelak. See-thian Coa-ong yang tertawa, lalu berkata dengan suara lantang. "Ha..ha..ha..ha, seperti adegan wayang panggung saja! Heii, Bhok Cun Ki, kalau sekali ini engkau tidak benar-benar membahagiakan anak dan cucuku, aku pasti akan datang untuk mematahkan batang lehermu dan seluruh keluargamu!" "Locianpwe adalah ayah mertua saya, saya persilakan locianpwe untuk tinggal sementara di rumah kami agar locianpwe dapat menyaksikan sendiri apakah saya benarbenar hendak membahagiakan Sui In dan Lili ataukah sebaliknya." Kembali kakek itu tertawa. Dalam hatinya, dia merasa gembira sekali melihat puterinya agaknya akan mendapatkan kembali kebahagiaannya setelah selama duapuluh tahun lebih menyiksa diri dan tenggelam dalam duka dan dendam. Juga cucunya akan mendapatkan seorang ayah kandung dan rumah tangga yang pantas. Sebagai puteri seorang panglima, tentu saja Lili akan dihormati orang dan derajatnya naik. "Ha..ha..ha, tidak perlu aku tinggal di rumahmu. Akan tetapi sewaktu-waktu aku akan singgah untuk menengok keadaan anak dan cucuku." Lili teringat akan Sin Wan dan ia melepaskan diri dari pelukan Ci Hwa dan lari menghampiri pemuda yang berdiri agak menjauh itu. "Hei, Sin Wan, kenapa engkau diam saja di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sana?" teriaknya dan setelah tiba di depan pemuda itu, Lili memegang kedua tangannya dengan sikap mesra. "Sin Wan, aku sungguh, berterima kasih kepadamu! Kalau tidak ada engkau yang membuka rahasia, entah bagaimana jadinya. Sin Wan, agaknya kebahagiaan akan selalu menyertaiku kalau engkau berada di dekatku!" Lili memang seoranq gadis yang polos, maka ia tidak menyembunyikan perasaan hatinya dan semua orang dapat menduga dengan mudah bahwa gadis lincah dan lihai ini jatuh hati kepada pemuda Uighur itu. Sin Wan juga merasakan keterus terangan Lili yang membuat mukanya berubah merah. Akan tetapi dia tersenyum dan ketika dia hendak menarik kedua tangannya, Lili mempertahankannya sehingga bagi penglihatan orang-orang di situ, kedua orang muda ini saling berpegang tangan dengan mesra dan enggan melepaskan. "Lili, jangan berkata demikian. Engkau adalah sahabatku yang pernah menolongku, dan Bhok-ciangkun juga sahabatku yang kuhormati. Aku hanya ingin mencegah terjadinya malapetaka kalau anak dan ayah saling serang dan saling bunuh. Aku ikut bergembira bahwa urusan berakhir dengan baik seperti ini. Kuucapkan selamat kepada keluarga ini dan kepadamu Lili." Bhok Cun Ki merasa berbahagia sekali melihat betapa Sui In dan isterinya nampak saling menyukai, dan kini mereka berdua menghampirinya, dan Sui In tanpa berkata apa-apa sudah memeriksa pahanya yang terluka dan memberi obat. Obat dari Sui In amat manjur karena rasa nyeri berkurang banyak, dan dia sudah mampu bangkit berdiri. "Sebaiknya kalau bersama pulang dan bicara di rumah. Tidak baik bicara di tengah hutan seperti ini. Bagaimana pendapatmu, Sui In?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sui In menatap wajah pria yang tak pernah dilupakannya itu. Wajahnya menjadi kemerahan dan sinar matanya lembut, malu-malu akan tetapi mulutnya tersenyum manis. "Aku hanya menurut saja ....." katanya sambil melirik ke arah Nyonya Bhok. "Ha..ha..ha, memang sebaiknya begitu. Kalian semua pulanglah, aku masih ingin melihat-lihat kota raja sebelum pergi mempersiapkan pemilihan bengcu di Thai-san. Sewaktuwaktu akan singgah di rumah kalian. Nah, aku pergi dulu!" Kakek itu membalikkan tubuhnya dan berkelebat lenyap ke dalam hutan. "Lili, kau ajaklah kedua ibumu dan adik-adikmu pulang ..... " kata Bhok Cun Ki, enak saja menyebut kedua ibumu seolaholah memang sejak dahulu Sui In mejadi isteri dan anggauta keluarganya. "Aku datang membawa kereta. Mari, enci Sui In, kita naik kereta bersama. Juga kalian, Lili dan Ci Hwa ......" "Tidak, ayah sedang terluka. Biar ayah yang naik kereta bersama ibu berdua," kata Lili. Gadis ini juga merasa tidak canggung menyebut ibu berdua. Sikapnya sungguh membuat semua orang merasa enak dan senang. "Aku dan kedua adik Ci Han dan Ci Hwa akan berjalan kaki saja, dan engkau juga, Sin Wan. Engkau ikut dengan kami, bukan?" Sin Wan meragu, akan tetapi Bhok Cun Ki berkata, "Lili benar, Sin Wan. Kita pulang dulu dan kita bicarakan tentang kepergian Lili dari istana, tentang semua keributan yang terjadi." "Baiklah, paman. Aku juga jngin melaporkan beberapa peristiwa yang baru saja kualami bersama ..... eh, ke mana ia?" Sin Wan teringat akan Ouwyang Kim dan diapun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ melompat ke tempat persembunyian mereka tadi sebelum dia mencegah Lili membunuh ayah kandungnya. Akan tetapi, Akim yang tadi mengintai di balik pohon, tidak nampak lagi bayangannya, Gadis itu telah pergi tanpa pamit! 20. Cinta Kasih, Cemburu, Dan Nafsu Tanpa diketahui siapapun, ketika Lili dan Sin Wan saling berpegang kedua tangan tadi, yang dilihat oleh orang lain seperti suatu kemesraan, ada dua orang yang merasa jantungnya seperti ditusuk. Orang pertama adalah Ci Hwa. Gadis ini telah tertarik kepada Sin Wan, mengaguminya dan ingin bergaul lebih akrab. Ketika melihat adegan itu, Ci Hwa menggigit bibir dan menundukkan muka agar tidak nampak oleh orang lain. Orang ke dua yang merasa tertusuk hatinya melihat adegan itu adalah Akim! Gadis ini sudah berusia duapuluh tahun, dan biarpun ia belum banyak bergaul dengan pria, namun ia dapat menqetahui isi hatinya. Ia tahu bahwa sejak ia meniupkan pernapasan ke dalam dada Sin Wan melalui mulut dengan mulut, ia telah jatuh cinta! Maka, hatinya merintih melihat kemesraan antara Sin Wan dan Lili, lalu diam-diam iapun pergi meninggalkan tempat itu. "Engkau mencari siapa, Sin Wan?" tanya Lili. Ci Hwa yang merasa cemburu, mendapat kesempatan untuk melampiaskan cemburunya. "Wan-toako yang kaucari tentulah enci Akim yang cantik jelita itu, bukan?" Sin Wan adalah seorang yang berwatak jujur dan tidak mempunyai prasangka, maka pertanyaan Ci Hwa itupun dianggapnya biasa saja karena memang dia meninggalkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rumah keluarga Bhok bersama Akim yang sudah dia perkenalkan kepada kakak beradik itu. "Benar, tadi ia menanti di sini." "Siapa sih Akim yang cantik jelita itu, Sin Wan?" Pancingan Ci Hwa berhasil dan Lili bertanya kepada Sin Wan dengan sinar mata penuh selidik. Sin Wan mengerutkan alisnya. Pandang mata Ci Hwa dan Lili membuat dia merasa tidak enak. Kedua orang gadis itu memandang kepadanya seperti menuduhkan sesuatu yang tidak baik. "Sudahlah, ia sudah pergi tanpa pamit. Mari kita berangkat," katanya sambil membantu Cin Han yang Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo memapah Bhok Cun Ki keluar dari hutan itu, menuju ke kereta yang tadi ditumpangi Nyonya Bhok dan kedua orang anaknya. Kusir dan lima orang pengawal masih menanti di situ. Mereka merasa heran melihat majikan mereka dalam keadaan terpincang dan luka di paha yang sudah dibalut, akan tetapi mereka tidak berani bertanya. Bhok Cun Ki bersama dua orang wanita yang kini menjadi isterinya, duduk dalam kereta. Ci Han lalu minta empat ekor kuda dari para pengawal untuk dia, Ci Hwa, Lili dan Sin Wan. Mereka berempat menunggang kuda mengawal kereta, dan para pengawal yang kehilangan kuda itu terpaksa harus berjalan kaki pulang ke kota raja. Di sepanjang perjalanan itu, Bhok Cun Ki yang duduk sekereta dengan kedua isterinya, menceritakan masa lalunya bersama Sui In kepada Nyonya Bhok yang mendengarkan dengan penuh kesabaran. Mendengar betapa suaminya dahulu kekasih Sui In dan suaminya itu meninggalkan Sui In yang tidak diketahuinya dalam keadaan mengandung, membuat Sui In menderita selama duapuluh tahun lebih, Nyonya Bhok menegur suaminya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kalau dahulu aku tahu, tentu aku tidak mau menerima pinanganmu, kecuali kalau engkau juga menarik enci Sui In menjadi isterimu. Akan tetapi, sudahlah, semua ini sudah takdir, tidak perlu disesalkan lagi asalkan di kemudian hari engkau dapat menebus kesalahan itu terhadap enci Sui In," demikian isteri yang berbudi luhur ini menasihati suaminya. "Memang aku sudah merasa bersalah, hanya sesungguhnya aku sama sekali tidak pernah menduga bahwa Sui In telah mengandung ketika kutinggalkan," kata sang suami. "Sudahlah," kata Sui In menghibur. "Benar seperti dikatakan adik tadi, semua sudah terjadi dan sudah takdir. Kalau saja tidak ada Lili, aku pun tentu akan merasa malu untuk mengganggu ketenteraman rumah tangga kalian." "Aih, enci Sui In harap jangan berkata demikian. Demi Tuhan, kami sama sekali tidak merasa terganggu, bahkan merasa berbahagia sekali," kata Nyonya Bhok. Sui In memandang tajam penuh selidik, sukar untuk percaya ada seorang wanita yang sebaik ini. "Engkau mendapatkan seorang madu yang tidak disangka-sangka, bagaimana engkau dapat merasa berbahagia sekali?" Nyonya Bhok tersenyum dan melirik suaminya. Banyak keuntungan yang membuat aku merasa berbahagia. Pertama, suamiku tidak lagi terancam musuh yang amat berbahaya, bahkan mengubah musuh itu menjadi orang terdekat. Ke dua, suamiku akan selalu merasa berdosa dan tertekan batinnya, akan tetapi kini dia mendapat kesempatan untuk menebus dosa, bukankah itu melegakan hati sekali" Ke tiga, aku sendiri akan merasa kecewa sekali kalau melihat suamiku menghancurkan kehidupan seorang wanita, dan kalau dia tidak mau menerima enci dan Lili, kiranya aku tidak mungkin Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mau mendekatinya lagi. Ke empat, dengan adanya enci dan Lili yang demikian lihai, tentu berkurang bahaya ancaman orang-orang jahat yang selalu memusuhi suami kita dan ke lima ......." "Cukup, cukup ........" Sui In tersenyum dan memegang tangan madunya. "Sungguh beruntung sekali aku dapat bertemu dan bersaudara dengan seorang sepertimu." JJJ Setelah mereka semua tiba di rumah, disambut dengan heran oleh para pengawal dan pelayan, mereka segera berkumpul di ruangan dalam, mengelilingi meja besar dengan sikap gembira dan suasana berbahagia, Sin Wan yang tadinya dengan sopan hendak mengundurkan diri ke kamarnya karena merasa tidak berhak hadir dalam pertemuan kekeluargaan yang berbahagia itu terpaksa hadir juga karena ditahan oleh Bhok Cun Ki. "Sin Wan, pertemuan ini terutama sekali hendak membicarakan peristiwa yang ada hubungannya dengan tugas kita. Pula, bukankah engkau hendak menceritakan pengalamanmu yang penting?" demikian Bhok Cun Ki menahannya. "Benar kata ayah, Sin Wan. Pula, kalau engkau tidak hadir, rasanya kurang lengkap!" kata Lili dan kembali Ci Hwa menundukkan mukanya yang berubah kemerahan. Demikianlah, mereka duduk mengelilingi meja, Bhok Cun Ki di kepala meja, diapit oleh kedua isterinya di kanan kiri. Lili duduk di sebelah kiri ibu tirinya, didampingi Ci Hwa, dan Ci Han duduk bersebelahan dengan Sin Wan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Nah, sekarang engkau ceritakan lebih dahulu tentang pengalamanmu di istana Pangeran Mahkota, Lili. Kami hanya mendengar bahwa engkau melarikan diri dari sana dan menjadi orang buruan. Nanti aku akan menghubungi Jenderal Shu Ta untuk membebaskanmu dari buruan, setelah aku mendengar ceritamu," kata Bhok-ciangkun kepada puterinya yang baru saja tadi hampir membunuhnya. "Akupun ingin sekali mendengar bagaimana engkau tibatiba saja dapat berada di istana pangeran, kemudian bahkan menjadi buronan. Aku belum mendengar sejelasnya," kata pula Cu Sui In kepada puterinya. Lili tersenyum. Senang bahwa ia menjadi pusat perhatian, dan merasa lucu bahwa kalau baru tadi ia masih menjadi musuh Bhok Cun Ki dan menjadi sumoi Cu Sui In, kini ia menghadapi mereka sebagai ayah dan ibu kandung. Seperti dalam mimpi saja! Ia lalu menceritakan dengan terus terang akan semua pengalamannya sejak meninggalkan Bukit Ular sampai ia yang mencari Bhok Cun Ki ke kota raja, dalam perjalanan bertemu dengan Yauw Lu Ta yang dikenalnya sebagal Yauw Kongcu. Kemudian, betapa atas bantuan Yauw Kongcu ia diterima menjadi pengawal pribadi Pangeran Mahkota, sedangkan Yauw Kongcu menjadi penasihat dan guru sastra Pangeran kecil Chu Hong, putera Pangeran Mahkota Chu Hui San. "Ketika Sin Wan menghadap Pangeran Mahkota, masih belum terjadi sesuatu sehingga aku masih menganggap Pangeran Mahkota itu baik dan aku setia kepadanya. Eh, tidak tahunya, setelah Sin Wan pergi, pangeran laknat itu memanggilku ke kamarnya dan dia hendak berbuat kurang ajar! Kalau aku tidak ingat dia itu putera kaisar, pangeran yang menjadi putera mahkota, tentu sudah kucekik mampus dia! Aku marah dan meninggalkannya tanpa menyerangnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Eh, tidak tahunya pangeran gila itu berteriak memanggil pasukan pengawal sehingga aku menjadi buronan. Untung di depan istana aku bertemu dengan suci eh, dengan ibu dan kong-kong (kakek) sehingga dapat lolos dari kepungan pasukan keamanan." Ia lalu menceritakan betapa ia, ibunya dan kakeknya yang sedang melarikan diri, ditolong oleh Yauw Kongcu atau Yauw Siucai, bersembunyi dan berhasil keluar dari kota raja dengan menyamar, sampai terjadi peristiwa tadi di dalam hutan. Semua orang kagum mendengar pengalaman yang hebat dari Lili itu. "Wah, enci Lili sungguh seorang pemberani!" puji Ci Han kagum. Betapa dia tidak akan kagum mendengar seorang gadis muda seperti kakak tirinya ini sempat membikin geger istana pangeran mahkota dengan perbuatannya yang gagah berani menentang seorang pangeran mahkota calon kaisar" Sungguh membuat dia sebagai adiknya merasa bangga! Bhok Cun Ki mengerutkan alisnya. "Hemm, aku sudah mendengar akan watak yang kurang baik dari putera mahkota. Akan tetapi dia memiliki kekuasaan besar sekali. Kalau dia mendengar bahwa engkau adalah anakku, mungkin dia akan mempergunakan kekuasaannya untuk menuntut agar engkau kuserahkan kepadanya." "Huh, kalau begitu, biar kubunuh saja pangeran keparat itu, ayah!" Lili berseru. "Lili, ingat bahwa kita sekarang bukan lagi menjadi penghuni Bukit Ular yang bebas liar dan boleh berbuat sesuka hati kita. Ingat bahwa engkau adalah puteri ayahmu yang menjabat pangkat panglima! Serahkan saja urusan ini kepada ayahmu, tentu dia akan mengetahui apa yang terbaik untukmu," kata Sui In. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kalau orang yang sudah lama mengenalnya mendengar ucapan ini, tentu akan merasa heran bukan main. Dalam sekejap mata saja wanita yang tadinya terkenal liar dan ganas ini tiba-tiba berubah menjadi seorang ibu yang baik, yang taat dan patuh kepada suami! "Ibumu benar, kata Bhok Cun Ki, wajahnya berseri ketika dia memandang kepada Sui In. "Akan tetapi jangan khawatir. Selain pangeran mahkota, yang dapat megatasai pangeran itu adalah atasanku, yaitu Jenderal Shu Ta. Jenderal Shu tentu akan mampu membebaskanmu dari pengejaran dan dia yang berani menegur pangeran mata keranjang dan lemah itu. Sekarang harap engkau suka menceritakan pengalamanmu yang penting itu, Sin Wan." Sin Wan lalu bercerita tentang pertemuannya dengan Yauw Siucai di jalan, dan dia melihat sastrawan itu memasuki lorong tergesa-gesa, maka dia cepat membayangi dan melihat sastrawan itu hilang di lorong itu. Lalu dia menceritakan betapa dia terjebak oleh Si Kedok Hitam yang pernah dijumpainya di rumah peristirahatan Pangeran Mahkota! "Saya tentu telah tewas oleh Si Kedok Hitam yang licik dan lihai paman, kalau saja tidak tertolong oleh Akim." Dia lalu menceritakan tentang pertolongan gadis perkasa itu sehingga dia dapat lolos, akan tetapi tidak berhasil menemukan Si Kedok Hitam. Setelah dia selesai bercerita, Lili cepat bertanya, "Apakah Akim itu gadis yang kata adik Ci Hwa cantik jelita dan yang kaucari di hutan itu, Sin Wan" Kalau benar, siapa sih ia yang begitu lihai?" Pertanyaan yang begitu jujur dan kembali membayangkan kecemburuan! Sin Wan mengerutkan alisnya dan menjawab, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Memang benar, panggilannya Akim, dan namanya yang sebenarnya adalah Ouwyang Kim," "Ouwyang ..........?"" Cu Sui In berseru. "Ada hubungannya dengan Tung-hai-liong Ouwyang Cin?" Sin Wan mengangguk. "Memang ia puteri Tung-hai-liong Ouwyang Cin. Akan tetapi melihat sepak terjangnya, ia tidak dapat dimasukkan golongan sesat. Lili, aku sungguh curiga melihat Yauw Siucai itu. Menurut ceritamu tadi, selain dia ahli sastra, juga dia pandai silat?" Lili mengacungkan jempul kanannya. "Dia lihai bukan main! Ilmu silatnya tinggi, mungkin tidak kalah olehmu, Sin Wan." Tentu saja ini hanya bual kosong, mungkin hanya untuk membalas kisah Sin Wan tentang Akim, karena sebetulnya, Lili belum pernah menguji ilmu kepandaian Yauw Siucai. Ia memang dapat menduga bahwa sastrawan itu lihai ketika Yauw Siucai menghukum mati dua orang anak buahnya dengan sekali pancung dan pedangnya tidak bernoda darah sedikitpun. Mendengar ini, Sin Wan mengerutkan alisnya "Kalau begitu, sungguh mencurigakan. Tahukah engkau akan asal usulnya, Lili?" Lili menggeleng kepala, "Kami bertemu, berkenalan akan tetapi tidak pernah aku bertanya tentang riwayatnya, akan tetapi aku yakin bahwa dia bukan golongan sesat." Kembali ucapan khusus ditujukan untuk membalas pujian Sin Wan tentang Akim tadi. Bhok Cun Ki juga mengerutkan alisnya. "Memang mencurigakan. Asal-usulnya tidak jelas, pandai silat akan tetapi tahu-tahu menjadi guru sastra putera Pangeran Mahkota. Dan setelah itu, Sin Wan melihat Si Kedok Hitam di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rumah peristirahatan Pangeran Mahkota, kemudian melihat Yauw Kongcu di lorong itu yang kemudian mempertemukan Sin Wan dengan Si Kedok Hitam lagi. Apakah ada hubungan antara dia dan Si Kedok Hitam" Lili, apakah engkau pernah melihat Yauw Siucai itu mengadakan hubungan dengan orang berkedok hitam?" Lili mengerutkan alisnya, mulutnya cemberut dan menggeleng kepala. "Ayah, kalau perlu, dapat kutemui dia dan dapat kutanyakan dia apakah mempunyai hubungan dengan Si Kedok Hitam." "Jangan, Lili. Hal itu akan berbahaya sekali bagimu. Bahaya datangnya bukan saja dari Si Kedok Hitam, akan tetapi terutama sekali dari Pangeran Mahkota sendiri. Dia merupakan putera mahkota yang besar kekuasaannya, sehingga menyelidiki keadaannya saja sudah dapat diangqap sebagai pemberontak. Aku akan berunding dengan Jenderal Shu Ta bagaimana untuk menghadapi pangeran itu. Setidaknya hanya Jenderal Shu yang akan mampu membebaskan dari pada pengejaran pasukan keamanan." "Paman Bhok, bagaimanapun juga, rumah di lorong itu amat mencurigakan dan aku yakin bahwa rumah itu pasti menjadi sarang dari jaringan mata-mata yang beraksi di kota raja. Karena itu, bagaimana pendapat paman kalau saya memimpin pasukan untuk melakukan penggeledahan?" "Itu baik sekali, Sin Wan. Kalau aku tidak terluka, tentu akan kupimpin sendiri. Nah, sekarang juga akan kusuruh kepala pengawal mempersiapkan pasukan!" Panglima itu memanggil kepala pengawal dan segera memerintahkan untuk menyiapkan dua losin perajurit untuk dipimpin Sin Wan melakukan penggeledahan dan pembersihan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Setelah Sin Wan pergi melaksanakan tugas itu, keluarga itu masih berkumpul dan bercakap-cakap saling menceritakan riwayat dan pengalaman masing-masing, dan sebuah pesta keluarga yang meriah diadakan untuk menyambut masuknya anggauta keluarga baru itu. Cu Sui In merasa berbahagia sekali karena sekarang ia dapat membuktikan sendiri betapa besar cinta kasih Bhok Cun Ki kepada dirinya, dan terutama sekali sikap yang amat baik dari madunya dan anak-anak tirinya. Lili juga merasa berbahagia sekali. Nyonya Bhok memang seorang wanita bijaksana. Tanpa segan dan dengan rela hati Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ia mengumumkan kepada semua pelayan di dalam keluarganya bahwa nyonya yang baru itu adalah Toa-hujin (Nyonya Pertama) sedangkan ia sendiri adalah Nyonya Kedua. Hal ini ia lakukan dengan penuh kesadaran bahwa memang Sui In lebih dahulu menjadi isteri suaminya, dan Lili adalah anak sulung. Biarpun merasa heran karena belum pernah mendengar majikan mereka menikah dengan nyonya baru yang telah mempunyai seorang anak yang sudah dewasa itu, para pelayan tidak ada yang berani bertanya atau membicarakan, dan menerima Sui In dan Lili sebagai Toa-hujin dan Nona Lili. Sementara itu, Sin Wan memimpin dua losin perajurit, memasuki lorong dan menyerbu rumah besar di mana dia terjebak siang tadi. Para perajurit membawa obor dan rumah itu dikepung lalu diserbu. Mereka bersikap hati-hati sekali dan mentaati semua petunjuk Sin Wan yang tidak ingin melihat pasukan itu menjadi korban perangkap yang di pasang di rumah itu. Namun segera mereka mendapatkan rumah itu kosong, tanpa seorangpun penghuni. Tidak ditemui tandatanda tentang adanya jaringan mata-mata di situ, hanya terdapat perabot rumah biasa. Bahkan semua alat perangkap juga tidak bekerja karena sudah dirusak. Agaknya, penghuni Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rumah itu sudah lebih dahulu menghilangkan semua jejak kemudian melarikan diri meninggalkan sarang itu. Bhok Cun Ki sendiri, setelah dapat berjalan dan luka di pahanya hampir sembuh, mengunjungi Jenderal Shu Ta yang mendengarkan dengan penuh perhatian semua laporannya. Jenderal itu menghela napas panjang dan berkata, "Sebelum engkau melaporkan, kami sendiri sudah menyuruh seorang penyelidik untuk menyelidiki Yauw Siucai yang tiba-tiba saja muncul dan bergaul dengan akrab sekali mendekati pangeran mahkota, bahkan lalu diangkat menjadi guru sastra bagi pangeran kecil Chu Hong. Ternyata pangeran bertemu dengan sastrawan itu di sebuah rumah pelesir, ketika pangeran itu menggoda seorang wanita dan suaminya marah-marah. Hampir saja pangeran mahkota celaka, akan tetapi muncul Yauw Siucai yang menolongnya. Semenjak itulah, pangeran lalu mengajak Yauw Siucai ke istananya dan mengangkatnya menjadi guru sastra puteranya. Agaknya tidak ada yang mencurigakan pada diri Yauw Siucai, apalagi pangeran mahkota demikian percaya kepadanya." Bhok Cun Ki yang menjadi orang kepercayaan Jenderal Shu Ta itu, terus terang menceritakan tentang Lili, puterinya yang baru saja dia temukan. "Bwe Li secara kebetulan bertemu dan berkenalan dengan Yauw Siucai, dan sastrawan itulah yang mengusulkan kepada pangeran mahkota agar puteriku diberi berkedudukan sebagai pengawal pribadi. Semua berjalan dengan baik, akan tetapi pada suatu waktu, puteriku hendak dipaksa menjadi selir pangeran. Ia tidak mau dan melarikan diri dari istana, dan sejak itulah ia dijadikan orang buruan, dikejar-kejar seperti penjahat. Saya mohon bantuan Goanswe (jenderal) agar pengejaran terhadap puteri saya itu dihentikan karena Bwe Li sama sekali tidak bersalah." Jenderal Shu Ta menggeleng-geleng kepalanya. "Sungguh mengecewakan sekali kalau diingat bahwa pangeran mahkota Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ adalah calon kaisar yang baru kalau tiba saatnya nanti. Bagaimana mungkin pemerintahan dipimpin oleh seorang yang kini hanya mengutamakan kesenangan dan pemuasan nafsu-nafsunya belaka. Bermain perempuan, tidak segan mengganggu anak isteri orang, pelesir di rumah-rumah pelesir, bermabok-mabokan, bahkan terakhir ini para penyelidik kami melaporkan bahwa beliau mulai menghisap candu. Baiklah, akan kubujuk sang pangeran agar menghentikan pengejaran terhadap puterimu, akan tetapi berhati-hatilah, ciangkun, jangan sampai menyinggungnya secara langsung karena kalau sampai terjadi dia menuntut seseorang dengan bukti, aku sendiripun tidak akan mampu mencegahnya. Kita amati saja keadaannya dari jauh dengan waspada, terutama sekali kita awasi gerak-gerik Yauw Siucai. Walaupun belum ada bukti bahwa dia mempunyai hubungan dengan jaringan mata-mata, namun kita harus waspada." Demikianlah, dengan bantuan Jenderal Shu Ta, Pangeran Chu Hui San membebaskan Lili dan tidak lagi ada pengejaran terhadap gadis itu. Dan karena semenjak itu, tidak nampak Yauw Siucai mengadakan aksi apapun yang mencurigakan, melainkan dengan tekun dia mendidik pangeran kecil Chu Hong, maka Bhok Cun Ki juga tidak mempunyai alasan untuk mencurigainya, apa lagi menindaknya. JJJ "Hwa-moi, mengapa selama ini engkau bermuram durja saja seperti orang yang berduka dan kecewa" Siauw-moi (adik kecil), bukankah kehadiran ibu tiri dan kakak tiri di rumah ini menambah kecerahan kehidupan keluarga kita" Lihat, setelah ibu tiri berkumpul dengannya, ayah selalu nampak riang gembira dan wajahnya selalu cerah, seolah dia menjadi muda kembali. Juga ibu selalu nampak gembira, dan pergaulannya akrab sekali dengan ibu tiri kita. Bahkan selama satu bulan ini, kita sendiri seringkali menerima petunjuk dalam ilmu silat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ darinya dan dapat berlatih silat di bawah bimbingan enci Lili. Kenapa engkau kelihatan bersedih, adikku manis?" Ci Han membujuk dan bertanya kepada adiknya ketika pada sore hari itu mereka berdua selesai berlatih silat di taman bunga. Sekali itu, Lili tidak berada bersama mereka. Setelah tadi memberi petunjuk, Lili meninggalkan kedua orang adik tirinya itu sehingga terbuka kesempatan bagi Ci Han untuk menanyai adiknya. Mendengar ucapan kakakmya itu, Ci Hwa menundukkan mukanya dan diam saja. Akan tetapi, kakaknya melihat betapa beberapa titik air mata berjatuhan ke atas kedua pipi adiknya. Dia terkejut. Tak disangkanya keadaan hati adiknya sudah separah itu, kesedihannya agaknya bersungguh-sungguh. Ci Han duduk di atas bangku dekat adiknya, memegang tangan Ci Hwa. "Adikku yang baik, selama ini tidak ada rahasia di antara kita, Katakanlah, apa yang menyusahkan hatimu, adikku" Aku pasti akan membantumu. Katakanlah kepadaku!" "Koko ......" Akhirnya Ci Hwa berkata lirih dan menghela napas panjang, lalu menggunakan punggung tangannya untuk menghapus air mata yang membasahi pipinya. "Han-koko, hanya kepadamulah aku tidak akan merahasiakan sesuatu. Engkau tentu tahu bagaimana perasaan hatiku terhadap Wantoako ........" Gadis itu menundukkan mukanya dan kedua pipinya kemerahan. Ci Han terbelalak. Hampir ia lupa bahwa adiknya ini sekarang bukan anak kecil lagi! Adiknya ini sudah merupakan seorang gadis dewasa, berusia delapanbelas tahun lebih! Tadinya, dia mengira bahwa adiknya, seperti juga dia sendiri, hanya merasa kagum kepada Sin Wan yang lihai dan yang berjasa besar mempersatukan kembali keluarga ayah mereka. Baru sekarang matanya seperti dibuka sehingga dia dapat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ melihat bahwa perasaan adiknya terhadap Sin Wan lebih jauh lagi, perasaan seorang gadis dewasa terhadap seorang pria yang dikaguminya. "Hwa-moi, kau ...... kau cinta kepada Wan-toako?" Wajah itu semakin merah dan semakin menunduk, akan tetapi Ci Hwa masih mengangguk. Ci Han memegang kedua tangan adiknya dan tersenyum lebar. "Aihh, adikku yang manis. Kalau engkau cinta kepadanya, kenapa engkau bersedih" Aku yang akan mendekati Wan-toako dan menceritakan tentang cintamu ......." "Jangan, koko!" Kini Ci Hwa mengangkat muka seperti orang terkejut. "Berjanjilah, jangan kau ceritakan kepadanya atau kepada siapapun juga. Berjanjilah!" Ci Han menggerakkan pundaknya. "Baiklah, baiklah. Akan tetapi katakan, kenapa cintamu itu membuat engkau bersedih?" Sampai beberapa saat lamanya Ci Hwa hanya menundukkan mukanya, seolah jawaban pertanyaan itu amat sukar keluar dari mulutnya. Beberapa kali kakaknya mendesak dan akhirnya ia menjawab. "Koko, lupakah engkau akan sikap enci Lili terhadap Wan-twako?" "Enci Lili .... ?" Ci Han mengerutkan alisnya dan diapun teringat. Tentu saja dia ingat akan sikap itu dan sekarang mengertilah dia mengapa adiknya ini bersedih. "Mereka ...... mereka saling mencinta ....... ah, koko ......!" Dan tak dapat ditahannya lagi Ci Hwa menangis lirih. Ci Han, pemuda berusia duapuluh tahun yang juga belum berpengalaman dalam urusan cinta, hanya duduk diam dengan alis berkerut, merasa kasihan kepada adiknya akan tetapi tidak tahu harus berkata atau berbuat apa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Cemburu! Itulah yang menggoda hati Ci Hwa. Sudah menjadi pendapat umum bahwa cemburu merupakan hal yang wajar bagi orang yang sedang jatuh cinta. Bahkan ada yang begitu yakin berpendapat bahwa cemburu adalah kembangnya cinta, bahwa cemburu merupakan pertanda adanya cinta! Kalau pendapat ini dibenarkan, berarti bahwa di dalam cinta terkandung cemburu, atau cemburu sama dengan cinta! Kalau kita mau membuka mata melihat kenyataan, akan nampaklah bahwa apa vang dinamakan cinta itu, kalau disamakan dengan cemburu, maka cinta itu bukanlah cinta! Cemburu timbul karena nafsu karena cemburu mendatangkan kemarahan, kebencian, kekecewaan yang berakhir dengan penderitaan. Bukanlah cinta kalau mendatangkan kesengsaraan atau penderitaan. Hanya ulah nafsu yang menyeret kita ke dalam jurang penderitaan. Cemburu pasti timbul kalau terdapat ikatan. Apakah ikatan itu membelenggu kita kepada benda, kepercayaan, kepada cita-cita, gagasan, ataukah kepada seseorang. Ikatan membuat kita merasa berarti, membuat kita merasa memiliki. Kita tidak ingin kehilangan yang kita miliki itu, yang telah mengikat kuat dalam hati kita. Kalau kita merasa mencinta seseorang kita terikat kepada orang itu dan kita tidak ingin kehilangan. Kita akan merasa sedih, merasa khawatir kalau-kalau orang yang kita miliki itu direnggut lepas dari diri kita, membuat kita tidak berarti karena tidak memiliki apa-apa lagi. Kekhawatiran inilah yang menimbulkan cemburu! Khawatir akan kehilangan orang yang membuat dirinya berarti. Yang beginikah yang dianggap sama dengan cinta" Kalau cinta itu bersifat memiliki, menguasai, ikatan lalu mendatangkan kekhawatiran kalau kehilangan, maka cinta Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seperti itu bukan lain adalah cinta nafsu belaka. Kalau cinta nafsu, tentu saja tiada bedanya dengan buah nafsu lainnya seperti ketakutan, kemarahan, kebencian, keinginan untuk senang sendiri, termasuk pula cemburu. Kalau cinta kasih, bukan nafsu, bagaikan cahaya terang, maka cemburu adalah kegelapan. Kalau ada cahaya terang, maka tidak ada kegelapan. Kalau ada cinta kasih, tidak ada cemburu. Kalau ada cemburu, jelas nafsu yang memegang peran, walaupun nafsu itu diberi pakaian indah yang disebut cinta! "Hwa-moi, sikap mereka yang akrab belum menjadi bukti bahwa mereka saling mencinta. Enci Lili memang memiliki watak terbuka dan ramah terhadap siapa saja. Aku belum yakin. Siapa tahu Wan-twako diam-diam juga membalas cintamu." Mendengar ini, seolah timbul harapan baru dalam hati Ci Hwa dan iapun menyusut air matanya. "Mudah-mudahan begitu, koko. Akan tetapi kuminta kepadamu jangan beritahukan siapapun, terutama jangan sampai enci Lili mengetahui bahwa aku ........" Ci Han mengangguk-angguk. "Aku tahu, adikku, dan jangan khawatir." Akan tetapi tentu saja diam-diam Ci Han merasa prihatin melihat keadaan adiknya dan sebagai kakak yang menyayangnya, tentu-saja dia ingin membela adiknya. Beberapa hari kemudian, pada suatu malam terang bulan yang cerah, ketika dia melihat Ci Hwa seorang diri berada di taman bunga, dia cepat menemui Sin Wan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Wan-twako, aku sungguh mengharapkan bantuanmu ......" begitu bertemu dengan pemuda itu di dalam kamarnya, Ci Han berkata dengan sikap serius. "Hemm, tentu saja setiap saat aku siap untuk membantumu, Han-te (adik Han). Apakah yang dapat kulakukan untuk membantumu?" Dengan sikapnya yang tenang Sin Wan bertanya dan mempersilakan pemuda itu duduk. "Bukan aku yang membutuhkan bantuanmu, toako, melainkan Ci Hwa." "Ehh" Apakah yang terjadi dengannya?" "Selama beberapa hari ini, adikku itu selalu bersedih. Aku sudah berusaha untuk menghiburnya, namun sia-sia. Ia tenggelam ke dalam kesedihan dan aku khawatir, kalau berlarut-larut, ia dapat jatuh sakit." "Ah, pantas saja wajah Hwa-moi selalu tidak gembira. Kenapa ia bersedih Han-te" Apakah yang terjadi?" "Aku sudah berkali-kali membujuk dan bertanya, akan tetapi ia hanya menggeleng kepala dan sekali pernah ia berkata lirih bahwa Wan-twako membencinya." Sepasang mata Sin Wan terbelalak dan mulutnya tersenyum tak percaya dan heran. "Aku ...." Membenci Hwamoi .......?" "Aku juga merasa heran mendengarnya, Wan-twako. Mungkin ia merasa bahwa twako kurang memperhatikannya. Ci Hwa memang kadang masih seperti anak kecil. Tolonglah, twako, hiburlah ia dan katakan bahwa twako sayang kepadanya. Ia sekarang, seperti sudah beberapa malam ini, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ duduk termenung seorang diri di taman, tenggelam dalam kesedihannya. Maukah twako menolongnya?" Sin Wan tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja, Han-te. Aku akan segera menemuinya dan menghiburnya." Dengan hati girang Ci Han mengucapkan terima kasih lalu Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dia kembali ke dalam kamarnya sendiri. Dia telah melaksanakan tugasnya sebagai seorang kakak, dan dia hanya dapat mengharapkan agar adiknya tidak hanya bertepuk tangan sebelah dalam cintanya. Dia sendiri setuju sepenuhnya kalau Ci Hwa dapat berjodoh dengan Sin Wan yang dikagumi. Dengan hati merasa heran dan penasaran mengapa Ci Hwa menganggap dia membencinya, Sin Wan memasuki taman bunga keluarga itu. Malam itu bulan purnama dan cahayanya yang lembut mendatangkan suasana yang romantis. Pergaulannya dengan keluarga itu sudah sedemikian akrabnya sehingga dia tidak merasa canggung untuk menemui Ci Hwa pada malam hari itu di taman bunga. Dia merasa bahwa Ci Hwa seperti adiknya sendiri. Hanya terhadap Lili sajalah dia merasa canggung dan tidak enak karena gadis itu bersikap jatuh cinta kepadanya. Taman bunga keluarga Bhok itu indah karena terawat, apalagi karena Ci Hwa memang suka sekali memperhatikan keadaan taman bunga itu, sering memberi petunjuk kepada tukang kebun bagaimana sebaiknya mengatur taman itu. Malam itu indah dan sunyi di situ, dan udara sejuk dan segar oleh keharuman bunga-bunga yang beraneka warna. Sin Wan menghampiri Ci Hwa yang sedang duduk melamun seorang diri di atas bangku panjang dekat kolam ikan. Banyak ikan emas di kolam itu dan Sin Wan melihat gadis itu duduk seorang diri memandang bulan yang berada di dalam air kolam. Gadis itu seolah berada di dunia lain dalam Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lamunannya sehingga tidak tahu bahwa Sin Wan telah menghampiri dan berdiri di belakangnya. Sin Wan maju melangkah lagi dan memandang wajah itu dari belakang kanan. Dari samping, wajah gadis itu nampak cantik jelita, apa lagi tertimpa cahaya bulan keemasan, membuat wajah itu seperti bercahaya pula. "Hwa-moi .....!" Sin Wan memanggil lirih agar tidak mengejutkan gadis itu. Ci Hwa terkejut mendengar panggilan ini. Bagaikan baru sadar dari mimpi, ia bangkit berdiri dan membalikkan tubuhnya. Ternyata Sin Wan telah berdiri di situ, kini mereka berdiri berhadapan. "Ah, Wan-twako......." kata Ci Hwa lirih pula dan mukanya berubah kemerahan. Mereka saling pandang. Sin Wan tersenyum lalu melangkah maju, mendekati. "Hwa-moi, kenapa malam-malam begini engkau berada di taman seorang diri?" Ci Hwa sudah dapat menguasai dirinya dan ia menjawab, "Aku sedang mencari hawa sejuk dan menikmati keindahan bulan purnama di taman ini, twako." Sin Wan memperhatikan dan melihat bahwa memang ada perubahan pada diri Ci Hwa. Biasanya, Ci Hwa adalah seorang gadis yang lincah jenaka, akan tetapi kini sikapnya pendiam dan bahkan lebih banyak menundukkan muka. 21. Perasaan Iba Timbulkan Salah Duga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ci Hwa, kulihat selama beberapa hari ini kalau aku bertemu denganmu, engkau nampak seperti orang yang bersedih. Kenapakah, Hwa-moi?" Mendengar pertanyaan yang diucapkan dengan suara lembut itu, keluar dari mulut orang yang menjadi sebab kedukaannya, Ci Hwa merasa hatinya seperti diremas. Ia berusaha untuk menahan diri, akan tetapi rasa iba diri membuat ia bersedih dan lemas. Ia menjatuhkan diri di atas bangku dan menutupi wajahnya untuk menyembunyikan tangisnya. Sin Wan terkejut. Benar seperti yang dikatakan Ci Han, gadis ini sedang menderita sedih. Diapun lalu duduk di atas bangku di sebelah gadis itu, maklum bahwa biarpun gadis itu menahan diri tidak mengeluarkan suara tangis dan menyembunyikan muka di balik kedua tangannya, namun sesungguhnya ia menangis. Kedua pundaknya terguncang dan air mata mengalir keluar dari celah jari-jari tangannya. "Hwa-moi, kenapa engkau menangis" Apa yang membuat hatimu merasa sedih?" tanya Sin Wan dengan hati-hati. Akan tetapi gadis itu tidak menjawab, hanya menggeleng kepala berkali-kali tanpa menurunkan kedua tangan dari depan mukanya. Karena beberapa kali ditanya tetap tidak mau menjawab, Sin Wan teringat akan keterangan Ci Han bahwa gadis yang sedang menangis sedih di depannya ini mempunyai perasaan bahwa dia membencinya. Bahkan Ci Han minta kepadanya agar dia menghibur Ci Hwa dan mengatakan bahwa dia sayang kepada gadis ini. Pengakuan seperti itu tidaklah sukar baginya, karena memang dia sayang kepada Ci Hwa, gadis yang biasanya lincah jenaka dan baik budi ini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hwa-moi, kalau ada hal-hal yang menyusahkan hatimu, kalau ada persoalan yang mengganggumu, katakanlah kepadaku. Aku pasti akan membantumu, Hwa-moi. Aku sayang kepadamu, Hwa-moi, dan tidak ingin melihat engkau berduka........" Mendengar ucapan itu, tiba-tiba Ci Hwa membiarkan tangisnya pecah, tidak lagi membendungnya dan iapun terisak-isak. Sin Wan menyentuh pundaknya untuk menghiburnya dan sentuhan ini semakin mengharukan hati Ci Hwa sehingga iapun tersedu dan merangkul, menyandarkan mukanya di dada Sin Wan sambil sesenggukan. "Twa-ko ...... hu..hu..huuhh, twako ........." tangisnya. Sin Wan menahan senyumnya, hatinya lega karena gadis itu sudah mau bicara. "Bicaralah, Hwa-moi, tidak baik menekan kesedihan di dalam hati. Katakanlah apa yang menyusahkan hatimu, sayang." Gadis itu mengangkat muka memandang. Wajah yang cantik itu basah air mata, dan suaranya gemetar, "Wan-twako, ..... benarkah kata-katamu tadi .......?" Sin Wan mengelus rambut kepala gadis itu, merasa seolah dia menghibur hati seorang adik sendiri yang sedang rewel. "Kata-kataku yang mana?" "Bahwa engkau.... sayang padaku .........?" Kini baru Sin Wan percaya kepada keterangan Ci Han yang tadinya dia anggap berlebihan. Gadis ini bersedih karena mengira dia membencinya, atau setidaknya tidak suka kepadanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tentu saja, Hwa-moi!" katanya dengan suara tegas. "Tentu saja aku sayang padamu, sejak kita berjumpa, aku sudah sayang padamu dan akan tetap sayang padamu." Apa sukarnya mengobral pernyataan sayang kepada seorang gadis seperti Ci Hwa! Bersumpahpun dia mau bahwa dia sayang kepada Ci Hwa. Siapa yang tidak akan merasa sayang kepada seorang gadis yang begini cantik, lincah jenaka dan berbudi mulia" Wajah yang masih basah air mata itu kini berseri, mulut itu tersenyum dan mata yang bening itu kini bersinar-sinar walaupun masih agak merah oleh tangis tadi. Ci Hwa membenamkan mukanya ke dada itu, kedua lengannya merangkul pinggang dan terdengar ia berbisik-bisik. "Terima kasih, Wan-twako ....... terima kasih .... akupun sangat sayang padamu, aku ...... sangat cinta padamu ......" Sin Wan terbelalak dan hampir saja dia merenggut lepas dirinya yang dipeluk gadis itu. Akan tetapi dia masih menyadari keadaan. Jelaslah sekarang baginya. Ci Hwa mencintanya! Gadis ini, dengan caranya sendiri, seperti Lili, telah jatuh cinta kepadanya. Gadis ini salah paham, mengira bahwa sayangnya terhadap gadis ini sama dengan cinta seorang pria terhadap seorang wanita. Padahal, dia menyayang Ci Hwa seperti seorang kakak menyayangi adiknya karena dia merasa iba. Terpaksa dia mendiamkan saja, karena dia maklum bahwa kalau saat itu dia melepaskan diri dan mengaku bahwa dia tidak mencinta Ci Hwa tentu gadis ini akan merasa terpukul sekali, akan merasa malu dan mungkin akan putus asa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Setelah sejenak membiarkan gadis itu tenggelam ke dalam kemesraan, dengan hati-hati dan perlahan-lahan Sin Wan melepaskan dirinya dan berkata dengan lembut. "Hwa-moi, jangan begini. Kalau terlihat orang lain tentu tidak baik. Marilah kita bicara dengan tenang." Mendengar ini dan merasakan gerakan Sin Wan yang hendak melepaskan diri, Ci Hwa melepaskan rangkulan kedua lengannya dan kini ia duduk menghadapi Sin Wan, kedua pipinya kemerahan bagaikan setangkai bunga mawar yang baru saja bermandikan embun pagi yang sejuk segar. "Wan-ko, aku tidak akan perduli andaikata ada orang lain yang melihatnya. Yang penting, kita berdua saling mencinta ......." Sin Wan merasa betapa kepalanya pening. Celaka, pikirnya, ini kesalahpahaman yang berbahaya sekali! Maju salah mundur salah! Dia tidak mencinta gadis ini seperti yang dimaksudkan Ci Hwa. Kesayangannya adalah perasaan sayang seorang kakak terhadap adiknya, atau kesayangan seorang sahabat, bukan cinta kasih seorang pria terhadap wanita yang mengharapkannya menjadi jodohnya. Menerimanya berarti menjerumuskan diri sendiri ke dalam perjodohan yang pincang, apa lagi dia sama sekali belum mempunyai niat untuk mengikatkan diri dengan perjodohan. Kalau dia menolak dan berterus terang menyatakan bahwa dia tidak mencinta gadis itu, berarti dia akan menghancurkan perasaan Ci Hwa. Sungguh serba salah. Kembali dengan mesra kedua tangan Ci Hwa sudah menggenggam kedua tangannya. Sin Wan terpaksa menarik ke dua tangannya itu dan mulutnya tidak berani mewakili hatinya, hanya mengeluarkan kata-kata, ".... tapi ..... tetapi ......" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tiba-tiba nampak sesosok bayangan orang berkelebat dan tahu-tahu di situ telah berdiri Lili! Gadis ini berdiri memandang kepada mereka seperti sebuah patung, tidak mengeluarkan suara dan hanya memandang dengan alis berkerut. "Bagus sekali!" Seruan ini membuat Ci Hwa terkejut, menengok dan terbelalak ketika melihat Lili berdiri di situ. Wajahnya berubah pucat dan ia bangkit berdiri, lalu berkata, suaranya gemetar, "Enci, maafkan aku .... kami ...... kami saling mencinta, enci ...." Jelas nampak betapa Ci Hwa takut kalau enci tirinya itu marah karena ia tahu bahwa encinya ini mencinta Sin Wan pula. "Ci Hwa, tidak ada yang perlu kumaafkan. Engkau tidak bersalah apapun." "Lili, aku ...... aku .... kami ....." Sin Wan yang juga terkejut bukan main melihat kemunculan Lili yang tiba-tiba itu, menjadi gugup dan biarpun hatinya ingin sekali menjelaskan keadaan yang sebenarnya, namun mulutnya tidak mampu mengeluarkan pernyataan yang akan menghancurkan hati Ci Hwa itu. Lili tersenyum. Senyum yang tulus walaupun matanya memandang penuh keheranan. "Aku tahu, Sin Wan. Engkau mencinta Ci Hwa! Ingatkah engkau ketika engkau mengobati lukaku dahulu" Ketika itu aku sudah menduga bahwa engkau mencinta Ci Hwa." "Lili, engkau keliru, dan Ci Hwa salah paham. Aku ..... aku menyayang Ci Hwa seperti adikku sendiri, tidak mencinta seperti yang dimaksudkan ......." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Wan-koko .......!!" Ci Hwa terbelalak dan menjerit, memandang kepada pemuda itu seperti melihat setan. Sepasang alis Lili berkerut semakin dalam dan sinar matanya mencorong marah. "Sin Wan, apakah engkau hendak mengecewakan hatiku dan menjadi seorang pangecut yang tidak bertanggung jawab" Mataku sendiri menyaksikan adegan mesra tadi dan sekarang engkau berani mengatakan bahwa engkau tidak mencinta adikku Ci Hwa" Hemm, Sin Wan. Kalau engkau tidak membalas cintaku, hal itu masih kuanggap ringan karena aku memang seorang gadis liar dan buruk. Akan tetapi, engkau hendak menolak Ci Hwa, gadis cantik jelita dan berbudi" Kau gila! Lalu apa artinya engkau tadi saling rangkul dan bermesraan dengan adikku" Apakah engkau hanya hendak mempermainkannya?" "Lili, tenanglah dan jangan terburu nafsu. Aku sayang kepada Ci Hwa, sayang seorang kakak kepada adiknya, bukan cinta seperti yang kalian maksudkan." "Wan-koko ....." kembali Ci Hwa menjerit dan sekali ini ia menjatuhkan diri di atas bangku dan menangis. Lili marah sekali dan mukanya menjadi merah. "Sin Wan, aku pernah jatuh cinta kepadamu dan engkau tidak menghiraukan aku. Hal itu masih dapat kumaafkan. Akan tetapi kalau engkau mempermainkan adikku Ci Hwa, aku akan membunuhmu!" "Lili, ini hanya suatu kesalahpahaman saja. Sungguh, aku tidak mempermainkan adik Ci Hwa. Aku melihat ia berduka, aku hanya ingin menghiburnya dan aku tidak pernah mengaku cinta kepadanya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Wan-ko....," seru Ci Hwa di antara isaknya. ".... kenapa engkau bersikap seperti ini ...." Tadi ..... tadi engkau begitu menyayangku ..... kurasakan itu dalam rangkulanmu ..... koko, kenapa begini ......?" Ingin rasanya Sin Wan menampar kepalanya sendiri. Karena iba, dan karena hendak menghibur hati Ci Hwa, dia tadi memperlihatkan kasih sayangnya dan kenapa dia tidak menolak ketika Ci Hwa merangkul dan menangis di dadanya" Tadipun dia sudah menyadari bahwa adegan itu berbahaya dan tidak benar, akan tetapi kenapa dia tidak tega untuk menolaknya" Dan sekarang dia harus menghadapi akibatnya. "Tadi aku menyatakan suka dan sayangku kepadamu sebagai seorang sahabat, sebagai seorang saudara, sama sekali tidak terbayangkan olehku perasaan cinta seorang pria terhadap wanita seperti yang kaumaksudkan." Mendengar ucapan ini, Ci Hwa hanya mampu menangis dengan hati yang perih seperti ditusuk-tusuk rasanya. Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Sin Wan, engkau sudah keterlaluan! Engkau mempermainkan adikku! Aku tidak bisa membiarkannya saja. Akan kubunuh kau!" Lili mencabut pedang Ular Putih dan hendak menyerang Sin Wan dengan kemarahan berkobar. "Enci ......!" Ci Hwa sudah menubruk dan menjatuhkan diri berlutut, merangkul kedua kaki Lili. "Enci Lili jangan .... jangan bunuh dia. Bunuh saja aku, enci ....." dan dengan hati sedih sekali Ci Hwa menangis tersedu-sedu di depan kaki Lili. Pada saat itu terdengar suara banyak orang dan muncullah Bhok Cun Ki, Cu Sui In, Bhok Ci Han dan Nyonya Bhok. "Heii, apa yang terjadi ini" Lili, apa yang telah terjadi?" tanya Sui In sambil meloncat ke dekat puterinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ci Hwa, apa yang telah terjadi?" seru Nyonya Bhok kepada puterinya, melihat puterinya menangis di depan kaki Lili yang berdiri marah dengan pedang terhunus di tangan. Ci Hwa bangkit lalu berlari menubruk ibunya sambil menangis. "lbuu ......!" Nyonya Bhok merangkul puterinya yang terisak-isak dan tidak mampu bicara itu. "Ibu, aku akan membunuh Sin Wan!" teriak Lili marah. "Laki-laki tak tahu diri ini berani mempermainkan adik Ci Hwa. Kulihat sendiri mereka saling bermesraan di sini, akan tetapi dia tidak mau mengaku cinta, dia mengingkari cintanya terhadap adik Ci Hwa!" "Apa?" Sui In berseru marah. "Pemuda ini berani menghina anakku Ci Hwa" Kalau begitu, biar aku sendiri yang akan memberi hajaran kepadanya!" Wanita ini sekali menggerakkan tubuhnya sudah melayang ke depan Sin Wan dan mengirim tamparan bertubi-tubi, gerakannya cepat dan amat kuat. Sin Wan yang tidak diberi kesempatan untuk bicara melihat datangnya serangan yang amat berbahaya, setiap tamparan merupakan cengkeraman maut, cepat bergerak mengelak dan menangkis. Sampai tujuh kali berturut-turut kedua tangan Cu Sui In menyambar-nyambar, namun selalu dapat dihindarkan oleh Sin Wan. "In-moi, tahan dulu .....!" Bhok Cun Ki berseru dan meloncat ke depan, melerai dan memegang lengan kiri isterinya. "Harap jangan tergesa dan terburu nafsu. Kalau ada persoalan, kita bicarakan dulu dengan tenang." Karena dicegah suaminya, Cu Sui In terpaksa menurut ketika ditarik mundur ke belakang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bhok Cun Ki yang melihat gawatnya persoalan, segera mengambil alih pimpinan dan dia bertanya kepada puterinya. "Ci Hwa, katakan, apa yang telah terjadi di sini antara engkau dan Sin Wan." Akan tetapi Ci Hwa tidak mampu menjawab, hanya menangis dalam pelukan ibunya. Melihat betapa Ci Hwa hanya menggeleng kepala sambil sesenggukan, Sui In lalu bertanya kepada Lili, "Lili, karena adikmu tidak mampu menjawab, engkaulah yang harus menceritakan kepada ayahmu, apa yang telah terjadi!" Bhok Cun Ki mengangguk ketika Lili memandang kepadanya. Tidak mungkin memaksa Ci Hwa bicara kalau sedang menangis seperti itu. "Ceritakanlah, Lili," katanya. "Begini, ayah, ibu. Tadi secara kebetulan aku memasuki taman dan melihat Sin Wan dan adik Ci Hwa sedang duduk di bangku ini, bermesraan, saling berpelukan. Kedatanganku membuat mereka terkejut dan adik Ci Hwa ketakutan. Akan tetapi aku mengatakan bahwa aku bahkan bergembira kalau mereka saling mencinta. Eh, ternyata dia ini, laki-laki tidak bertanggung jawab ini, dia menyangkal bahwa dia mencinta Ci Hwa! Nah, hati siapa tidak menjadi panas melihat adiknya dipermainkan orang!" Mendengar keterangan ini, Bhok Cun Ki yang biasanya berpikiran panjang dan dapat menahan perasaannya, mau tidak mau mengerutkan alisnya dan mukanya berubah merah. Sebagai seorang ayah, tentu saja dia tidak senang mendengar laporan itu, walaupun dia masih meragukan kebenaran laporan itu karena selama ini dia mengenal Sin Wan sebagai seorang pemuda yang gagah perkasa dan berkelakuan sopan. Bhok-ciangkun kini menatap wajah Sin Wan. Bulan sedang terang-terangnya sehingga cuaca menjadi cerah. "Sin Wan, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kami harap engkau bersikap sebagai seorang gagah dan suka menceritakan semuanya dengan jujur. Nah, benarkah apa yang diceritakan Lili tadi?" Sin Wan menghela napas panjang. Keadaan sudah sedemikian rupa sehingga jalan satu-satunya hanya berterusterang dan tidak lagi merahasiakan sesuatu walau dengan resiko menyinggung hati Ci Hwa atau siapapun saja. Kalau tidak, maka tentu suasana akan menjadi semakin gawat. "Baiklah, paman Bhok. Memang seharusnya saya berterus terang. Karena ketidak terus-terangan sayalah yang menyebabkan semua ini terjadi. Laporan Lili tadi tidak dapat saya salahkan, karena memang kelihatannya benar seperti yang ia terangkan. Akan tetapi sesungguhnya tidaklah demikian, paman. Biarlah akan saya ceritakan dari awal. Mulamula, adik Ci Han yang datang menemui saya di kamar saya dan dia menceritakan kepada saya bahwa adik Ci Hwa sedang bersedih. Menurut keterangan adik Ci Han, adik Ci Hwa bersedih karena mengira bahwa saya membencinya. Tentu saja saya merasa heran dan terkejut, maka ketika adik Ci Han minta tolong kepada saya untuk menghibur dan mengaku sayang kepada adik Ci Hwa yang sedang berada di taman, tanpa ragu lagi saya lalu menemuinya di dalam taman ini." "Benarkah semua keterangannya itu, Ci Han?" tanya Bhok Cun Ki kepada puteranya yang sejak tadi hanya mendengarkan saja dengan wajah tegang. "Benar, ayah. Memang aku yang menceritakan tentang keadaan Hwa-moi kepada Wan-toako dan minta bantuannya agar dia menghibur Hwa-moi dan mengatakan bahwa dia tidak membencinya, melainkan menyayangnya." "Hemm, Sin Wan, lanjutkan keteranganmu," kata Bhok Cun Ki kepada Sin Wan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Setelah tiba di taman, saya melihat adik Ci Hwa duduk seorang diri dan memang kelihatan berduka sekali. Saya lalu mendekatinya, duduk di bangku dan mengatakan bahwa saya sayang kepadanya dan agar ia tidak berduka. Mendengar pengakuan saya itu, adik Ci Hwa menangis dan merangkul saya, menangis di dada saya dan mengatakan bahwa ia mencinta saya. Pada saat itu saya sudah menyadari akan adanya kesalah-pahaman, paman. Akan tetapi apa yang harus saya lakukan" Terus terang mengatakan bahwa saya tidak mencintanya" Tentu hal itu akan merupakan pukulan hebat kepadanya dan saya tidak tega melakukannya. Saya menyayangnya sebagai seorang kakak terhadap adiknya, paman. Dan pada saat itu Lili muncul! Karena keadaan menjadi gawat, maka saya lalu berterus terang bahwa saya tidak mencinta adik Ci Hwa seperti yang mereka sangka, tidak mencinta sebagai seorang pria kepada seorang wanita melainkan, hanya kesayangan seorang kakak kepada adiknya. Lili marah dan selanjutnya, paman melihat dan mendengar sendiri. Saya memang bersalah tidak berani berterus terang sehingga terjadi kesalahpahaman yang menyakiti hati adik Ci Hwa. Maafkan saya." Melihat gawatnya persoalan itu, Bhok Cun Ki menghela napas panjang. Bagaimanapun juga, hal ini menyangkut kebahagiaan dan kehormatan diri puterinya, maka dia lalu berkata, "Mari kita semua masuk ke rumah dan membicarakan urusan penting ini di dalam saja." Kedua orang isterinya juga maklum akan pentingnya urusan itu, maka mereka mengangguk dan semua orang meninggalkan taman, memasuki rumah tanpa mengeluarkan suara, hanya masih terdengar isak tertahan dari Ci Hwa yang dirangkul dan digandeng ibunya memasuki rumah. Sin Wan yang berjalan paling belakang, merasa seperti seorang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pesakitan masuk ke dalam ruangan sidang pengadilan yang akan mengadilinya. Mereka duduk di ruangan dalam dan tidak ada seorangpun pelayan yang diperbolehkan masuk. Sin Wan duduk di sudut, dihadapi oleh seluruh keluarga itu. Dia bersikap tenang, dengan keyakinan bahwa dia tidak melakukan suatu kesalahan, tidak mempunyai niat untuk mengganggu siapa saja, dan urusan yang dihadapinya ini adalah suatu kesalahpahaman belaka. Begitu mereka duduk, Lili yang sejak tadi menahan perasaannya, perasaan bermacam-macam, ada kecewa, ada pula kemarahan, bukan karena ia melihat kenyataan pahit bahwa pemuda yang dicintanya ternyata mencinta gadis lain, akan tetapi juga karena kemudian pemuda itu menyatakan tidak menerima cinta kasih Ci Hwa. "Ayah, adik Ci Hwa mencinta Sin Wan dan diapun tidak pernah menolak cintanya. Oleh karena itu, aku menuntut agar mereka menjadi suami isteri. Kalau Sin Wan menolak, dia akan kuanggap sebagi musuhku!" "Aku sendiripun tidak akan menerima begitu saja kalau anakku Ci Hwa diperhina orang!" kata pula Cu Sui In. Ibu dan anak ini memandang kepada Sin Wan dengan sinar mata mencorong. Bhok Cun Ki mengangkat kedua tangan sebagai isyarat agar isteri dan puterinya itu berdiam diri. Kemudian dia memandang kepada Sin Wan dan suaranya terdengar tenang namun tegas. "Sin Wan, kami menyadari sepenuhnya bahwa peristiwa ini terjadi karena kesalah-pahaman di pihak anak kami Ci Hwa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akan tetapi, engkaupun tidak bebas dari pada kesalahan karena sikapmu yang tidak berterus terang. Andaikata pada saat itu engkau berterus terang menyatakan isi hatimu yang sebenarnya kepada Ci Hwa, tentu tidak akan berlarut-larut kesalah-pahaman itu. Sekarang, semua telah terjadi dan engkaupun tentu maklum betapa akan kecewa dan malu hati kami semua kalau Ci Hwa tidak berjodoh denganmu. Oleh karena itu, kami harap kebijaksanaanmu agar suka menyetujui ikatan perjodohan antara engkau dan Ci Hwa." Sin Wan mengerutkan alisnya. Bayangan Lim Kui Siang, sumoinya itu, berkelebat di depan matanya. Selama hidupnya dia hanya mencinta seorang saja, yaitu Kui Siang dan sampai saat ini, walaupun Kui Siang telah berubah menjadi benci kepadanya, dia tidak mampu melupakan gadis itu. Memang dia tidak lagi mengharapkan untuk dapat berjodoh dengan Kui Siang mengingat betapa Kui Siang sudah memandangnya sebagai musuh, namun bagaimana mungkin dia dapat berjodoh dengan gadis lain kalau hal ini bertentangan dengan perasaan hatinya" Dia memang suka dan sayang kepada Ci Hwa, iba kepadanya, akan tetapi tidak ada perasaan cinta di dalam hatinya seperti perasaan cintanya terhadap Kui Siang. Dengan tulus Sin Wan kini memandang kepada mereka semua, seorang demi seorang, lalu berkata dengan suara lembut namun tegas dan sejujurnya. "Paman Bhok, bibi berdua, adik Ci Hwa, Ci Han dan Lili, saya mengerti bahwa terkadang pengakuan sejujurnya mendatangkan kepahitan dan ketidak-senangan. Akan tetapi sayapun yakin bahwa kebohongan, walaupun kadang menyenangkan, akan mendatangkan akibat yang jauh lebih buruk lagi. Apa yang baru saja terjadi antara saya dengan adik Ci Hwa, hanya merupakan suatu kesalah-pahaman belaka. Saya menyayang adik Ci Hwa sebagai seorang kakak terhadap adiknya, atau sebagai seorang sahabat yang ikut prihatin Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ melihat sahabatnya berduka dan ingin menghiburnya, akan tetapi adik Ci Hwa salah sangka, mengira saya mencintainya sebagai seorang pria mencinta wanita. Setelah sekarang semua itu kita mengerti, dan saya sudah minta maaf kepada adik Ci Hwa dan kepada semua keluarga, mengapa ikatan perjodohan ini akan dipaksakan dan dilaksanakan juga" Kalau perjodohan seperti ini kelak mengalami kegagalan, bukankah kita semua pula yang akan menanggung derita" Paman, saya tidak ingin kelak mengecewakan dan menghancurkan perasaan hati adik Ci Hwa. Karena itu, dari pada kelak terpaksa mengkhianati cintanya dan menyusahkan hatinya, sebaiknya kalau dari sekarang saya menjauhkan diri. Saya terpaksa tidak dapat memenuhi permintaan paman untuk berjodoh dengan adik Ci Hwa." Mendengar ucapan ini, Ci Hwa terisak, lalu melepaskan rangkulan ibunya, dan iapun lari ke kamarnya sambil menangis. ibunya bangkit dan menyusulnya. "Bagus, kalau begitu, engkau harus menebus penghinaan ini dengan nyawamu!" bentak Lili dan iapun sudah menyerang Sin Wan dengan dahsyat. Sin Wan yang maklum bahwa kemarahan keluarga itu mungkin saja membuat mereka ingin membunuhnya, sudah siap waspada sejak tadi dan begitu Lili menyerangnya, diapun sudah meloncat ke belakang dan menghindarkan diri dari totokan maut yang dilakukan gadis itu. "Biar aku yang menghajarnya!" bentak Bi-coa Sianli Cu Sui ln. Nampak sinar hitam berkelebat ketika wanita itu mencabut Hek-coa-kiam (Pedang Ular Hitam) dan menyerang Sin Wan. Juga Lili sudah mencabut Pek-coa-kiam (Pedang Ular Putih) dan siap mengeroyok Sin Wan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tahan! teriak Bhok Cun Ki yang sudah melompat ke depan menghadang isteri dan puterinya. "Simpan pedang kalian dan jangan serang dia. Kita tidak begitu rendah untuk memaksa seseorang yang tidak mau menjadi anggauta keluarga kita." Biarpun dengan alis berkerut, Cu Sui In menyimpan kembali pedangnya dan mengomel, "Akan tetapi dia telah menghina anak kita Ci Hwa!" Lili juga menyimpan pedangnya dan berkata tak puas, "Dia telah menghancurkan hati adik Ci Hwa dan membuatnya berduka." Bhok Cun Ki menghela napas panjang. "Semua itu kesalahan Ci Hwa sendiri. Siapa menyuruh ia mencinta seorang pria yang tidak membalas cintanya" Sudahlah, mungkin seorang pendekar besar yang memiliki kepandaian tinggi seperti dia, merasa terlalu tinggi untuk berjodoh dengan seorang gadis bodoh seperti Ci Hwa. Akan tetapi, aku tidak akan sudi memaksanya." Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mendengar ucapan keluarga itu, dan melihat Ci Han duduk saja dengan muka pucat, Sin Wan menghela napas panjang dan memberi hormat kepada mereka, kemudian berkata kepada Bhok Cun Ki. "Paman Bhok, saya mengerti bahwa semua ucapan tadi hanya timbul dari hati yang kecewa. Saya telah mengecewakan keluarga paman, dan menyusahkan hati adik Ci Hwa. Karena itu, saya berpamit, paman. Sekarang juga saya akan meninggalkan rumah ini, dan banyak terima kasih saya ucapkan atas semua kebaikan paman dan keluarga paman yang telah melimpahkan kepada saya. Selamat tinggal." Sin Wan pergi ke kamarnya, mengemasi pakaiannya lalu pergi meninggalkan rumah itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ci Han, yang sejak tadi diam saja, diam-diam merasa menyesal sekali. Dialah yang menjadi biang-keladi, keluhnya dalam hati. Dia yang menyuruh Sin Wan menghibur adiknya, tidak disangkanya akan berakibat begini. Dia pun meninggalkan ruangan itu, disusul Lili yang juga pergi dari situ. Tinggal Bhok Cun Ki yang masih duduk dan berulang kali menghela napas panjang, ditemani Cu Sui ln. "Aihh, mengapa cinta selalu mendatangkan duka kepada manusia" Kita berdua menderita banyak kesengsaraan, terutama engkau, karena cinta. Sekarang anak kita, gadis yang masih bersih dari pada noda, terpaksa harus menderita pula karena cinta." "Akan tetapi, biar dahulu menderita, sekarang aku menemui kebahagiaan. Akan tetapi bagaimana dengan anak kita Ci Hwa" Hemm, kalau tidak kau larang, sudah kubunuh pemuda yang berani menolak cintanya itu!" Bhok Cun Ki tersenyum. Wanita yang sejak dahulu dicintanya ini, biarpun hidup sebagai puteri datuk dan selalu terbiasa dengan kekerasan, namun pada hakekatnya memiliki watak yang baik. Ia menganggap Ci Hwa sebagai puterinya sendiri. "Hemmmm, cinta ......., apa sih sebenarnya cinta itu" Cinta membuat orang hari ini tertawa senang, besoknya menangis susah. Cinta mendatangkan cemburu, kemarahan, bahkan kebencian. Cinta, siapakah sebenarnya kamu dan apa sebenarnya perasaan yang selalu mempermainkan hati setiap orang manusia ini" Tidak perduli pria atau wanita, pintar atau bodoh, kaya atau miskin, semua menjadi permainan cinta dan setiap orang pernah atau akan menderita karena cinta!" Ucapan Bhok Cun Ki yang seperti ditujukan kepada dirinya sendiri itu, membuat isterinya, Cu Sui In, ikut pula duduk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ termenung. Keduanya tenggelam ke dalam renungannya sendiri tentang cinta yang kalau diukur lebih dalam dari pada samudera dan lebih tinggi dari pada langit itu. Renungan tentang cinta dilakukan orang sepanjang masa, sejak jaman nenek moyang kita dahulu sampai kini. Namun, adakah manusia yang pernah menemukan jawabnya yang tepat. Banyak memang pendapat orang tentang cinta, akan tetapi apakah pendapat itu sudah dapat membuat kita mengenal cinta" Kalau mendatangkan cemburu yang disusul kebencian dan permusuhan, apakah itu cinta" Kalau mendatangkan kesenangan disusul kesusahan, apakah itu cinta" Ingin memiliki dan dimiliki sendiri, itukah cinta" Menjadi pembangkit, penyalur dan pemuasan berahi, itukah cinta" Membela dengan mempertaruhkan nyawa, membunuh atau dibunuh seperti dalam perang membela tanah air, itukah cinta" Mengorbankan diri untuk anak cucu, itukah cinta" Ataukah cinta mencakup kesemuanya" Apakah cinta merupakan kebalikan dari benci" Apakah benar bahwa cemburu menjadi kembangnya cinta" Kalau dilanjutkan, masih ada satu macam pertanyaan yang tak terjawab mengenai cinta. Bagaimana mungkin hati yang tidak pernah mengenal cinta, dapat mencari apa sebenarnya cinta itu" Hati akal pikiran ini hanya mampu menemukan sesuatu yang pernah dikenalnya, pernah dialaminya, dapat menemukan hal yang telah lalu. Yang mendatangkan cemburu, mendatangkan suka dan duka, mendatangkan kebencian dan permusuhan, yang memuaskan berahi, yang membelenggu dalam ikatan, jelas bukanlah CINTA, melainkan nafsu. Nafsu selalu menimbulkan keinginan untuk mendapatkan kesenangan dan menjauhi ketidak-senangan. Nafsu selalu mempermainkan manusia, mengombang-ambingkan manusia antara suka dan duka, puas dan kecewa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Nafsu membuat kita mencinta seseorang karena daya tarik yang khas, yang sesuai dengan keinginan nafsu. Kita mencinta orang karena kecantikannya atau ketampanannya, karena kekayaannya, kedudukannya, kepintarannya dan sebagainya. Kalau yang menjadi daya tarik itu sudah luntur, maka cinta kitapun ikut luntur karena ikatan itu mengendur. Cinta yang didorong nafsu membuat kita ingin memiliki sendiri yang kita cinta, baik itu berupa benda, binatang peliharaan, tanaman, atau orang. Kalau ini dilanggar, kita cemburu, kita marah, kita benci. Kalau kita berhasil memiliki, timbullah rangkaian yang mendatangkan penderitaan pula. Memiliki berarti menjaga dan kehilangan! Memiliki dapat menimbulkan kebosanan. Cantik dan indah hanya terasa sebelum didapatkan, atau paling banyak terasa untuk jangka waktu yang pendek saja. Sesudah itu, cantik dan indah mulai luntur kalau tidak membosankan malah. Betapa banyaknya pasangan yang cantik dan tampan cekcok atau bercerai. Betapa banyaknya pasangan yang kaya raya, tidak cocok dan menderita. Cinta yang kita puja-puja pada umumnya hanyalah permainan nafsu belaka. Cinta kita berpamrih seperti menjadi sifat nafsu, dan permainan nafsu tak dapat tiada menyeret kita ke dalam permainan suka duka, yang lebih banyak dukanya dari pada sukanya. Kita mencinta untuk mendapatkan sesuatu. Cinta kita merupakan cinta jual-beli dan setiap jual-beli selalu mendambakan keuntungan. Selama nafsu pamrih masih ada, cinta tidak akan ada. Kalau nafsu dan pamrih sudah tidak ada, apakah cinta akan ada" Tak dapat kita mengharapkan cinta, tidak dapat kita mengundang cinta. Cinta akan datang menghampiri kita seperti air suci mengisi cawan yang sudah kosong dan bersih! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 22. Pertemuan Dua Putera Kaisar Di lembah Sungai Huang-ho, di luar kota Cin-an, nampak meriah. Suasananya seperti dalam pesta besar. Memang terdapat pesta besar di tempat itu. Bangunan mewah di tepi sungai yang menjadi tempat peristirahatan kaum bangsawan, dihias meriah. Apa yang terjadi di pagi hari itu" Pertemuan keluarga besar diadakan di tempat itu. Pangeran Chu Hui San, yaitu putera mahkota, mengundang adiknya, yaitu Raja Muda Yung Lo di Peking, untuk mengadakan pertemuan di tempat itu. Hal ini dilakukan Pangeran Mahkota Chu Hui San untuk menghormati adiknya yang sudah menjadi raja muda di Peking. Kota Cin-an terletak di antara kota raja Nan-king dan Peking. Agar tidak nampak saling merendahkan, maka tempat itu dipilih oleh Pangeran Chu Hui San untuk mengadakan pertemuan dengan Raja Muda Yung Lo. Untuk berkunjung ke kota itu, keduanya harus melakukan perjalanan yang hampir sama jauhnya. Raja Muda Yung Lo harus menyeberangi Huang-ho sebelum tiba di Cinan, dan Pangeran Mahkota harus menyeberangi sungai Yangce ketika keluar dari kota raja menuju ke utara. Dengan alasan rindu dan ingin mengajak adiknya itu bercakap-cakap tentang kenegaraan, Pangeran Mahkota Chu Hui San mengundang Raja Muda Yung Lo. Dia melakukan hal ini atas bujukan dan nasihat Yauw Siaucai yang telah menjadi guru sastra puteranya, juga menjadi penasihatnya. "Hamba mendengar bahwa kekuasaan Raja Muda Yung Lo di Peking semakin besar dan kuat. Karena paduka yang diangkat menjadi pangeran mahkota maka kekuasaan Raja Muda Yung Lo itu kelak dapat merupakan ancaman bagi kedudukan paduka kalau paduka sudah menjadi kaisar. Oleh karena itu, perlu sekali paduka mendekatinya dan berbaik Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengannya. Juga untuk sekedar menguji kesetiaannya dan mengukur kekuatannya." Demikian antara lain Yauw Siucai membujuk. "Akan tetapi, perjalanan itu amat jauh dan berbahaya," Pangeran Mahkota membantah. "Paduka dapat mengerahkan pasukan keamanan untuk mengawal. Bukankah terdapat jenderal-jenderal besar yang boleh dipercaya seperti jenderal besar Shu Ta atau kalau beliau sibuk dengan tugasnya, dapat paduka mengutus Jenderal Yauw Ti dengan pasukan pengawalnya yang kuat. Tentu saja paduka harus mendapatkan persetujuan Sribaginda Kaisar dan karena niat itu baik sekali, tentu beliau tidak akan keberatan." Akhirnya Pangeran Chu Hui San menurut dan seperti yang telah dikemukakan oleh Yauw Siucai, Kaisar memberi restu, dan penjagaan keamanan dan pengawalan diserahkan kepada Jenderal Yauw Ti yang sudah dipercaya sebagai wakil Jenderal Shu Ta yang sibuk dengan tugasnya. Demikianlah, pada pagi hari itu, rombongan Pangeran Mahkota tiba di Cin-an dan pada siang harinya, baru rombongan Raja Muda Yung Lo datang dari utara. Rombongan Raja Muda Yung Lo tidak besar, hanya dikawal pasukan yang tiga losin orang banyaknya. Akan tetapi dia ditemani seorang pengawal pribadi wanita yang cantik dan gagah perkasa, yang bukan lain adalah Lim Kui Siang! Seperti telah kita ketahui, Raja Muda Yung Lo yang merasa amat kagum dan berhutang budi kepada Lim Kui Siang, telah jatuh hati kepada gadis perkasa itu. Raja Muda Yung Lo yang berwatak keras dan jujur itu, dengan terang-terangan menyatakan cintanya dan ingin memperisteri Kui Siang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Melihat gadis itu bimbang mendengar pinangannya, dia memberi waktu sebulan kepadanya untuk memberi jawaban. Dalam waktu sebulan itu Kui Siang merasa tersiksa hatinya. Usianya sudah duapuluh tiga tahun dan bagi seorang gadis pada masa itu, usianya sudah lebih dari pada dewasa. Yang meminangnya adalah seorang raja muda yang hebat, yang ia kagumi. Andaikata tidak ada bayangan Sin Wan selalu menggodanya, kiranya tidak akan sukar untuk menerima pinangan Raja Muda Yung Lo itu, bahkan akan diterimanya dengan hati bersyukur dan berbahagia. Akan tetapi, di sana ada Sin Wan. Ia tidak dapat melupakan pemuda itu yang masih tetap dicintanya. Ia sudah berusaha melupakan Sin Wan, berusaha meyakinkan dirinya bahwa Sin Wan adalah anak tiri dan murid musuh besarnya. Mendiang Se Jit Kong, ayah tiri Sin Wan, telah menghancurkan keluarganya dengan membunuh ayahnya. Bagaimana mungkin ia berjodoh dengan anak tiri dan murid musuh itu" Namun, semua usahanya untuk melupakan Sin Wan sia-sia belaka dan akhirnya, setelah masa sebulan lewat, dengan terus terang Kui Siang menjawab kepada Raja Muda Yung Lo bahwa ia tidak, dapat menerima pinangannya karena ia sudah mencinta orang lain. Biarpun hatinya merasa kecewa sekali, namun dengan sikap yang tenang dan hati yang besar Raja Muda Yung Lo menerima kenyataan itu. Dia adalah seorang yang bijaksana, dan menomor duakan urusan pribadi di bawah urusan negara. Biarpun dia kecewa atas penolakan Kui Siang, namun dia tidak ingin kehilangan gadis perkasa ini sebagai pengawal pribadinya yang boleh diandalkan dan dapat dipercaya pula. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku dapat menghargai kejujuranmu, Kui Siang, dan penolakanmu ini bahkan membuat aku semakin kagum padamu. Engkau seorang gadis yang cantik jelita, gagah perkasa, dan tidak tertarik akan kemuliaan dan kedudukan. Engkau hebat sekali dan aku dapat menduga siapa pria yang telah menempati hatimu. Dia tentu Sin Wan, bukan?" Kui Siang menundukkan mukanya yang berubah kemerahan, akan tetapi ia membuat gerakan mengangguk. Setelah ketegangan hatinya mereda oleh sikap bijaksana raja muda itu, iapun berkata dengan hati terharu. "Yang Mulia, andaikata di dunia ini tidak ada dia dan hati hamba tidak lebih dahulu terikat oleh dia, maka pinangan paduka akan merupakan anugerah yang hamba terima dengan penuh kehormatan dan kebahagiaan. Harap paduka suka memaafkan hamba." "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Kui Siang. Engkau memang telah melakukan pilihan hati yang amat tepat. Sin Wan adalah seorang pendekar yang budiman dan gagah perkasa. Akan tetapi di mana dia sekarang" Kenapa tidak menerima tawaranku yang kuberikan kepadanya agar bekerja di sini sehingga tidak berjauhan darimu?" Wajah Kui Siang berubah muram dan ini, Raja Muda Yung Lo yang berpengalaman itu dapat menduga bahwa tentu terjadi sesuatu yang meretakkan hubungan antara gadis ini dengan kekasihnya. "Kui Siang, karena engkau tidak dapat menerima pinanganku, tidak dapat menjadi isteriku, biarlah engkau menjadi saudaraku atau sahabat baikku. Nah, ceritakanlah apa yang terjadi dan aku berjanji akan membantumu untuk memecahkan kesulitanmu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Terima kasih, Yang Mulia. Memang kami berpisah, ..... bukan kesalahannya, akan tetapi ......." Melihat keraguan Kui Siang, Raja Muda Yung Lo semakin tertarik. Dia harus menolong Kui Siang dan Sin Wan, pikirnya, untuk membalas budi mereka. "Katakanlah, Kui Siang, apa yang telah terjadi dan mengapa kalian saling berpisah?" "Dia ...... dia seorang Uighur ......" Kui Siang berhenti lagi karena masih merasa ragu apakah ia akan menceritakan persoalan pribadinya kepada raja muda itu. Raja Muda Yung Lo tertawa. "Ha..ha..ha, kami sudah tahu akan hal itu, Kui Siang dan apa salahnya! Bangsa kita memiliki tanah air yang amat luas di mana tinggal ratusan juta orang dari ratusan macam suku bangsa. Kalau kita masih membedabedakan antara suku bangsa, ada yang merasa lebih tinggi Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo derajatnya ada pula yang merasa lebih rendah, lalu bagaimana kita dapat menjadi suatu bangsa yang besar" Perbedaan antara suku hanya mendatangkan perpecahan dan tanpa adanya kesatuan dari seluruh rakyat dari pelbagai suku itu bagaimana mungkin negara kita akan menjadi besar dan kuat" Membedakan antara suku merupakan suatu kepicikan karena pada hakekatnya, semua manusia itu sama, dilahirkan sebagai bangsa apapun merupakan kehendak Tuan." "Bukan itu yang menjadi persoalan, Yang Mulia. Hamba sendiripun tidak membeda-bedakan keturunan atau suku. Akan tetapi ..... ah, bagaimana mungkin hamba berjodoh dengan anak tiri dan murid seorang ...... musuh besar yang membunuh ayah hamba?" Kini raja muda itu tertegun. Sungguh keterangan yang sama sekali tidak pernah dia duga. "Siapakah ayah tiri dan gurunya itu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Namanya Se Jit Kong ........" "Ahh! Apakah Hwe-ciang-kwi (Iblis Tangan Api)?" "Benar, Yang Mulia." "Akan tetapi, bukankah katanya Sin Wan murid dari Samsian (Tiga Dewa) dan menjadi suhengmu (kakak seperguruanmu)?" "Itupun benar, Yang Mulia. Akan tetapi sejak kecil dia menjadi anak tiri Se Jit Kong dan baru-baru saja, setelah kami berada di sini, hamba tahu bahwa dia anak tiri dan murid musuh besar hamba. Oleh karena itu, hamba mengusirnya dan tidak mau lagi bertemu dengannya." Kui Siang menunduk dan wajahnya menjadi sedih. "Hemm, kurasa engkau keliru, Kui Siang. Dia hanya anak tiri, dan kejahatan yang dilakukan ayah tirinya itu tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya. Bukankah Sin Wan itu murid Sam-sian dan tidak pernah berbuat jahat seperti ayah tirinya?" "Hamba menyadari hal itu, akan tetapi ....... ketika hamba mengetahui bahwa dia anak tiri mendiang Se Jit Kong, hamba merasa kecewa dan marah sehingga hamba mengusirnya dan memutuskan hubungan dengannya. Sekarang hamba menyadari bahwa hamba telah bersikap tidak adil kepadanya ..........." "Jangan khawatir, Kui Siang. Tenang-tenang sajalah. Aku akan rnenyuruh orang mencari Sin Wan dan aku yang akan menjelaskan kepadanya dan mendamaikan kalian berdua. Aneh, dalam hati mencinta, akan tetapi diluarnya menyatakan benci dan bermusuhan." Pahlawan Dan Kaisar 10 Joko Sableng 43 Karma Manusia Sesat Pedang Sakti Tongkat Mustika 2