Ceritasilat Novel Online

Bayangan Berdarah 19

Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 19 Siauw Ling setelah tertegun beberapa saat. "Siauw-te sekalian akan mendengarkan ucapan toako dengan seksama, silahkan toako memberikan perintah". "Siauw-heng berikan darah dalam tubuhku untuk menolong orang lain, belum tentu disebabkan perbuatan ini aku terus mati...." "seandainya cuwi sekalian suka bekerja sama dengan loohu, maka loohu akan berusaha untuk selamatkan jiwanya" sambung Tok Chiu Yok Ong. Sang Pat menghela napas panjang, sambil memandang ke arah Tu Kioe ia berkata. "Saudara Tu, urusan sudah jadi begini rasanya kitapun jangan menyusahkan toako lebih jauh, asal Tok Chiu Yok Ong mengabulkan permintaan kami dan mempertahankan jiwa toako, lebih baik kita sanggupi saja ajakannya untuk bekerja sama". "Selamanya Loohu jadi orang paling benci terikat oleh segala macam peraturan Bu-lim, tapi cuma satu yang tak pernah kuingkari yaitu tentang janji". "Setalah kau ambil darahnya, apakah ilmu silat yang dimiliki Siauw toako masih bisa dipertahankan?" tanya Tu Kioe. "Tentang soal ini loohu tidak berani menjamin, hal ini harus dilihat bagaimanakah rejekinya". "Apabila ia tidak dapat mempertahankan ilmu silatnya lagi. bukankah berarti jauh lebih baik mati daripada hidup!". "Tidak mengapa" mendadak Siauw Ling menyela. "Mula2 siauw-heng pun bukan orang Bu-lim, apabila ilmu silatku punah maka ambil kesempatan ini siauw-heng pun akan mengundurkan diri dari dunia persilatan". "Baiklah kita tetapkan demikian saja, tak usah dirundingkan lebih jauh...." mendadak Siauw thayjien menukas. "Ucapan Lo Pek memang benar...." buru-buru Sang Pat menjura. sinar matanya segera beralih ke atas wajah Tok Chiu Yok Ong dan melanjutkan ; "Entah Yok Ong hendak mengajak kami untuk bekerja sama secara bagaimana...." "Apabila kalian ingin mempertahankan jiwa Siauw Ling, maka darah yang dilepaskan dari tubuhnya tak boleh berlangsung terlalu cepat, kita harus mencari suatu tempat yang terpencil untuk bekerja, kalian berduapun harus bantu melindungi diriku aku membutuhkan waktu tujuh hari sambil melepaskan darah dalam tubuhnya sembari kupulihkan tenaganya dengan obat2an mujarab". "Baiklah, kami akan ikuti permintaan dari Yok Ong". "Entah Yok Ong hendak bekerja mulai kapan?" tanya Siauw Ling sambil mendongak memeriksa keadaan cuaca. "Maksud loohu makin cepat tentu saja makin baik, pada saat ini perubahan situasi dalam dunia persilatan tak menentu, apabila waktunya di-tunda2 lagi aku takut hal ini akan mendatangkan ketidak beruntungan bagimu". "Bagaimana kalau kita bekerja malam nanti" agar cayhe ada kesempatan untuk berpamitan dengan ibuku!" "Tak perlu" tukas Siauw Thayjien "Saat ini ibumu sedang berada dalam keadaan tidak tenteram, apabila kau berpamitan malah akan menambah kesedihan hatinya belaka." "Kalau begitu mohon ayah menjelaskan kesulitan yang ananda alami dihadapan ibu" seru Siauw Ling seraya jatuhkan diri berlutut ke atas tanah. "Aku bisa memberikan penerangan kepadanya kau tak usah cemas hati lagi!" Selesai menjalankan penghormatan besar sebanyak tiga kali kepada ayahnya, Siauw Ling segera bangun berdiri dan ujarnya kepada si-raja obat itu "Yok Ong apakah kau sudah mendapatkan tempat yang baik untuk mulai melepaskan darah?" "Tentang soal ini Loohu sudah siapkan sejak semula." "Berapa jauh jaraknya dari sini?" sela Tu Kioe. "Tidak sampai sepuluh lie." "Yok Ong harap kau menanti sejenak" seru Sang Pat. "Cayhe akan meninggalkan pesan lebih dahulu kemudian baru berangkat." "Hmmm! Loohu akan menanti disini, tapi kalian jangan terlalu lama mengulur waktu. Sang Pat mendengus dingin, ia tidak menjawab dan segera berlalu. Kurang lebih seperminum teh kemudian ia telah balik lagi. "Siauw-heng, masih ada pekerjaan apa lagi yang hendak kau lakukan?" Siauw Ling tertawa hambar. "Mari kita segera brangkat!" sahutnya. "Baiklah kalau begitu, loohu akan membawa jalan!" Begitulah dibawah pimpinan Tok Chiu Yok Ong, Siauw Ling, Sang Pat serta Tu Kioe segera berangkat menuju ketempat yang telah disiapkan untuk pelepasan darah. Menanti dua buah bukit sudah dilewati, senjapun telah menjelang tiba dan suasana diliputi kegelapan. Sambil menuding sebuah tonjolan batu besar diatas dinding bukit seberang, Tok Chiu Yok Ong berkata. "Dibelakang batu karang yang amat besar itulah tempatnya, disana terdapat sebuah goa kecil yang bisa memuat empat lima orang, siauwli telah menanti disitu. Sang Pat tertawa dingin. "Yok Ong, agaknya kau sangat hapal dengan daerah sekitar tempat ini" serunya. "Ternyata pandai benar kau mencari tempat yang begitu terpencil, rahasia dan strategisnya". "Terlalu memuji, terlalu memuji, kepandaian loohu di dalam menguntit orang, mencari orang tiada bandingannya dikolong langit, hanya saja tiada seorangpun yang tahu akan keistimewaanku ini". Tu Kioe mendehem lalu berkata pula ; "Ucapan toako kami berat bagaikan bukit Thay-san, karena itulah harapan Yok Ong baru bisa tercapai, apabila berganti orang lain yang menjumpai peristiwa besar yang menyangkut mati hidupnya...." Siauw Ling tahu bahwasanya kedua orang saudaranya hendak menggusarkan hati Tok Chiu Yok Ong dari pembicaraan tersebut, agar ia turun tangan terlebih dahulu, kemudian dengan alasan hendak membela diri, mereka akan bergebrak melawan dirinya. Maka buru-buru ia mencegah. "Saudara Tu, tak usah membicarakan persoalan ini!" Tok Chiu Yok Ong adalah seorang jagoan berhati licik tentu saja iapun dapat menebak maksud hati Tiong Chiu Siang Ku, teringat akan keselamatan putrinya maka terpaksa ia harus bersabar diri. Sementara dalam hatinya dia memuji. "Siauw Ling benar2 seorang lelaki sejati. ia patut dikagumi...." Demikianlah dibawah petunjuk Tok Chiu Yok Ong mereka bergerak naik ke arah tonjolan batu cadas tersebut dengan bantuan pohon siong serta batu2 cadas yang menonjol keluar. Sedikitpun tidak salah. dibelakang batu cadas tersebut terdapatlah sebuah gua alam yang amat besar. Tatkala Siauw Ling melongok kedalam, ia saksikan pada ujung goa batu itu tidurlah seorang gadis diatas rumput kering yang tebal, tubuhnya ditutupi dengan sebuah selimut warna merah, rupanya gadis itu dalam keadaan pulas. Tok Chiu Yok Ong menghela napas panjang terdengar ia berkata, "Kecantikan wajah siauwli tiada tandingannya dikolong langit, kecerdikannya jauh diatas kecerdikan loohu sendiri, sayang ia menderita penyakit yang parah sehingga tubuhnya tinggal kulit pembungkus tulang belaka...." "Menurut penglihatan cayhe, kemungkinan besar putrimu telah menemui ajalnya" sela Tu Kioe dengan nada dingin. Ucapan ini menggusarkan hati Tok Chiu Yok Ong. "Omong kosong" bentaknya. "Ilmu pertabiban yang loohu miliki tiada tandingannya dikolong langit, walaupun loohu gagal menyembuhkan penyakit yang diderita siauwli, namun untuk memperpanjang usianya bukanlah suatu masalah yang sulit bagiku. aku bisa memberikan kehidupan selama sepuluh tahun lebih kepadanya...." "Apabila Yok Ong bisa memberikan kehidupan selama sepuluh tahun buat putrimu, kenapa tidak kau tunda lagi sekian waktu agar kau mempunyai kesempatan untuk mencarikan obat yang mujarab baginya?" sambung Sang Pat dengan cepat. Maksud tujuan Tiong Chiu Siang Ku untuk membatalkan niat Yok Ong tiada kunjung padam mereka berharap dengan cara lunak maupun kekerasan pada saat2 terakhir Tok Chiu ok Ong bisa membatalkan niatnya untuk mengambil darah Siauw Ling. Terdengar Tok Chiu Yok Ong berkata ; "Penyakit yang diderita siauw-li merupakan suatu penyakit yang jarang sekali ditemui dalam kolong langit selama seribu tahun belakangan, sekalipun loohu pandai ilmu pertabiban, namun sayang sekali ilmu tersebut belum sanggup untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya. per-lahan-lahan sinar matanya yang tajam dialihkan ketubuh Siauw Ling, lalu tambahnya, "Kecuali menggunakan darah yang berada dalam tubuhnya untuk menggantikan darah yang telah rusak di dalam tubuh putriku." "Aku tidak percaya kalau dikolong langit ini sama sekali tak ada obat2an yang dapat digunakan untu kmenyembuhkan penyakit putrimu!" "Obat mujarab sukar didapatkan, ada atau tidak sama saja bagiku". Mendadak Sang Pat menepuk perutnya yang gendut dan bersru, "Kami Tiong Chiu Siang Ku mempunyai kekayaan yang menandingi sebuah negeri, barang2 mustika yang berhasil kami kumpulkan boleh dibilang banyak hinga sukar dihitung dengan jari...." "Sekalipun seluruh harta kekayaan kalian Tiong Chiu Siang Ku digunakan sampai habispun belum tentu dapat memperoleh obat mujarab yang bisa menyembuhkan penyakit putriku" tukas Tok Chiu Yok Ong. "Yok Ong kau salah sangka...." "Dimana kesalahan loohu?" "Barang2 mustika yang kami berdua kumpulkan bukan terbatas dalam benda berharga seperti intan permata mutiara serta benda-benda lainnya, tetapi disamping itu kamipun mengumpulkan bahan obat2an yang sukar dicari dalam kolong langit. Kemungkinan besar diantara tumpukan obat2an tersebut terdapat suatu bahan obat yang bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit putrimu". "Menurut apa yang loohu ketahui, selama puluhan tahun belakangan ini belum pernah kudengar bahwa dikolong langit terdapat bahan obat2an yang bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit siauwli". "Bagaimana dengan Teratai salju yang dihasilkan digunug Thian-san"...." "Percuma!" sahut Tok Chiu Yok Ong seraya menggeleng. "Jinsom berusia seribu tahun, apakah bisa digunakan?" "Walaupun jinsom berusia seribu tahun penting sekali artinya, namun bahan obat2an tersebut bukanlah bahan obat yang terutama". "Sebenarnya apa yang kau inginkan" katakanlah terus terang! kemungkinan besar kami Tiong Chiu Siang Ku bisa carikan bahan obat2an itu bagimu". "Apabila kalian bersikeras ingin tahu, baiklah! akan loohu beritahukan kepadamu...." Ia merandek sejenak, lalu terusnya. "Sian-Chi yang sudah matang atau Hoo So Hu yang berusia seribu tahun.... kedua macam bahan obat tersebut merupakan bahan yang terutama asal bisa mendapatkan salah satu saja diantaranya maka tidaklah terlalu sulit untuk dicampurkan dengan bahan obat2an lainnya, hmmm, aku rasa dua macam bahan obat2an yang amat langka ini belum tentu bisa kalianmiliki." Tu Kioe termenung beberapa saat lamanya, kemudian ia berkata, "Sepuluh tahun berselang, dari luar perbatasan pernah dikirim masuk sebuah Hoo So Hu yang berusia seribu tahun, seandainya Sri Baginda tidak melahapnya sampai habis biarlah kami pergi mencuri benda tersebut bagimu, kemungkinan besar sisa benda mustika tadi masih bisa digunakan untuk menolong selembar jiwa putrimu. Hanya saja jarak dari sini menuju ke ibu kota terlalu jauh letaknya, entah sempatkah bagi kami untuk berangkat kesitu?" "Peristiwa yang telah berlangsung sepuluh tahun berselang, apa gunanya dibicarakan saat ini?" jengek Tok Chiu Yok Ong sambil tertawa dingin. "Loohu akan segera turun tangan, dan kalian berduapun sudah waktunya untuk mengundurkan diri dan ber-jaga2 diluar gua". Sang Pat mendehem berat, serunya, "Cayhe masih ada sepatah dua patah kata ingin diutarakan, harap Yok Ong bisa bekerja setelah selesai mendengarkan perkataanku itu " "Apa yang ingin kau katakan lagi" cepat utarakan keluar pada saat ini waktu berharga bagaikan emas, bagi Loohu sedetikpun tidak ingin terbuang dengan sia2". "Buat apa kau ter-gesa2 macam cacing kepanasan?" jengek Tu Kioe dengan suaranya yang dingin. "Seandainya kau benar2 bisa memenuhi harapanmu dan berhasil menolong jiwa putrimu, saat itulah kau sudah tiada bertenaga untuk menghalangi niat kami untuk mencabut selembar jiwamu...." Tok Chiu Yok Ong tertawa dingin, tukasnya ; "Loohu telah menyanggupi untuk menolong jiwa Siauw Ling, namun hal ini membutuhkan kerja sama yang erat dengan kalian berdua, apabila kalian masih saja banyak curiga, aku rasa kita tak perlu bekerja sama lagi " Sang Pat berpaling dan memandang sekejap ke arah Tu Kioe, kemudian berkata ; "Baik! selama orang berada dibawah wuwungan rumah, bagaimanapun juga kepala harus ditundukkan, tetapi akupun hendak menerangkan lebih dahulu, selesai melepaskan darah, apabila Siauw Ling toako kami masih tetap hidup tentu saja urusan beres begini saja, tetapi seandainya ia mendapat cedera atau cacad.... Hmmm! kami pun akan suruh Yok Ong merasakan bagaimanakah tersiksanya apabila kehilangan putri kesayangannya yang tercinta" "Apabila kalian masih ngoceh terus tiada hentinya disini, Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo detik ini juga loohu akan batalkan perjanjian tadi". Ternyata ucapan ini mendatangkan daya pengaruh yang amat besar, Tiong Chiu Siang Ku tidak berani banyak bicara lagi, mereka segera putar badan dan berlalu. Menanti kedua orang itu sudah berlalu, sinar mata Tok Chiu Yok Ong baru dialihkan ke atas wajah Siauw Ling, katanya, "Perlukah loohu menotok jalan darahmu?" "Silahkan Yok Ong turun tangan!" Tok Chiu Yok Ong tidak mau bicara. secara beruntun ia menotok tiga buah jalan darah penting ditubuh Siauw Ling lalu ujarnya kembali. "Apabila kau ingin menyelamatkan selembar jiwamu maka aku minta kau bisa bekerja sama dengan loohu. "Apa perintah Yok Ong, silahkan kau utarakan keluar. "Loohu mengerti bahwa ilmu silat yang ku miliki sangat lihay sekalipun darahmu telah kutotok namun aku belum sanggup untuk menjamin bahwa kau tidak akan menggunakan tenaga dalam untuk memperlambat aliran darah maka dari itu kau harus bekerja dengan loohu agar darah dalam tubuhmu bisa menjalar dengan lancar, dengan demikian loohu pun bisa melakukan segala usaha untuk menghindari suatu pertikaian berdarah yang tak berguna." Siauw Ling tertawa hambar. "Apabila aku Siauw Ling adalah seorang kurcaci yang takut mati, aku tidak bakal menyerahkan diri dengan begini saja" katanya. "Kalau begitu loohulah yang sudah menilai seorang Koen-cu dengan pandangan picik seorang siauw-jien." Ia bopong tubuh Siauw Ling untuk kemudian diletakkan disisi tubuh putrinya. "Aku Siauw Ling telah menerima budi kebaikan dari suhu, Gie-hu serta Liuw Sian-cu, aku mengira dengan andalkan ilmu silat yang diwariskan ketiga orang loocianpwee itu aku bisa melakukan suatu pekerjaan yang berguna bagi umat Bulim. siapa sangka nasibku jelek dan aku harus berakhir dalam keadaan begini...." Mendadak jalan darah dalam tubuhnya terasa kaku, tahu2 Tok Chiu Yok Ong telah melancarkan totokan. "Loohu akan segera melepaskan darah dalam tubuhmu" hardik si raja obat itu. Dalam pada itu jalan bisu dari Siauw Ling sudah tertotok. kecuali kesadarannya masih bertahan ia sudah tak dapat berbicara maupun berkutik lagi. Terasa baju pada lengan kirinya disingkap orang, diikuti rasa sakit menyerang ke dalam hati, urat nadinya sudah ditusuk oleh sebuah benda. Terdengar Tok Chiu Yok Ong berkata kembali dengan nada penuh cinta kasih dan rasa sayang ; "Wan-jie, tahanlah sedikit penderitaan, sejak kini kau akan seperti bocah2 lainnya, dapat tertawa dan bergurau didepanku, kemudian seluruh ilmu pertabiban serta ilmu silat yang kumiliki akan kuwariskan kepadamu, aku ingin mendidik dirimu jadi seorang enghiong yang tiada tandingannya dikolong langit selama lima tahun." "Dalam lima tahun yang singkat kau hendak mendidik seorang gadis yang sama sekali tak kenal akan ilmu silat jadi seorang enghiong yang tiada tandingan dikolong langit, ucapanmu ini sedikit terlalu membual." pikir Siauw Ling di dalam hati. Terdengar Tok Chiu Yok Ong berkata lebih jauh, "Wan-jie, ayahmu dianggap sebagai manusia yang berdiri diantara kaum lurus dan kaum sesat, hal ini disebabkan tindak tanduk ayahmu selamanya kukoay merasa girang atau gusar sukar diduga oleh orang-orang, namun perduli bagaimanapun pandangan orang lain selama hidupku, ayahmu memang sudah membunuh banyak orang, demi dirimu tiada halangan bagiku untuk membunuh beberapa orang lagi, aku hendak menggunakan ilmu pertabiban yang tiada tandingan dikolong langit ini untuk menciptakan dirimu jadi seperti jagoan yang lihay serta seorang jagoan yang mempunyai tenaga dalam paling sempurna." Siauw Ling yang mendengar ucapan itu, hatinya merasa terperanjat, pikirnya di dalam hati. Seandainya Tok Chiu Yok Ong benar2 memiliki kemampuan untuk berbuat demikian, dalam tiga lima tahun mendatang rasanya besar kemungkinan baginya untuk mendidik putrinya yang sama sekali tak kenal akan ilmu silat, jadi seorang jagoan yang amat lihay." Terdengar helaan napas sedih memotong ucapan si Raja Obat bertangan keji belum habis diutarakan. Diikuti suara yang lemah tak bertenaga berkumandang memecahkan kesunyian, "Oooh.... ayah! kembali kau celakai orang!" "Ayah sedang mengobati penyakitmu! tenangkan hatimu sayang...." "Bukankah kau sudah tahu bahwa harapanku untuk hidup tipis sekali. mengapa kau harus mengambil darah orang lain?" "Bocah, darah yang dimiliki orang ini berbeda jauh dengan darah orang orang biasa. selesai darahmu diganti maka kesehatanmu akan pulih kembali, seperti orang2 lain" "Kenapa?" "Rahasia yang terkandung dalam soal ini kecuali ayahmu seorang, dikolong langit mungkin tiada orang kedua yang memahaminya...." Ia menghembuskan napas panjang dan melanjutkan "Wan-jie berhubung darah tubuhnya cocok sekali dengan jenis darah yang kau miliki dan yang paling penting lagi, dia pernah makan suatu benda yang jarang ada dan punya kasiat hebat. menurut dugaan ayahmu mungkin dia pernah makan Sian-Chi atau Hoo-So-Hu berusia seribu tahun atau mungkin juga bahan obat sejenisnya". Ucapan ini membuat Siauw Ling melamun kembali, pikirnya. "Secara tidak sengaja aku telah makan jamur batu berusia ribuan tahun yang mana telah membantu tenaga dalamku. tetapi keberhasilan ini justru akan mencabut pula jiwaku.... aai.... aku lihat setiap persoalan yang ada dikolong langit ini dimana ada kebaikan tentu ada pula keburukannya". Terdengar suara dengusan napas meburu bergema diseluruh goa, kemudian gadis itu berseru. "Ooouw.... ayah! orang yang kau maksudkan apakah Siauw Ling?" "Sedikitpun tidak salah! putri Tok Chiu Yok Ong memang jauh lebih cerdik dari orang lain, sekali tebak ternyata tepat sekali, kini Siauw Ling berbaring disisimu...." Belum habis ia berkata, tiba-tiba terdengar gadis itu menjerit lengking dan berteriak keras, "Lepaskan dia!" Terdegnar suara helaan napas bergema dari sisi tubuhnya. Walaupun Siauw Ling tak dapat berpaling dan matanya dapat melirik kesitu, namun ditinjau dari suara tersebut rupanya ada seseorang yang sedang meronta bangun. Terasa lenganya jadi mengendor, benda yang menembusi urat nadinya secara mendadak dicabut orang. Diikuti terdengar Tok Chiu Yok Ong menghela napas panjang dan berkata sedih ; "Wan-jie, sambil membopong dirimu ayahmu telah mengarungi hampir seluruh penjuru dunia, dengan susah payah akhirnya aku berhasil menemukan seseorang yang dapat menyembuhkan penyakit anehmu, apakah kau tidak mau menghargai jerih payah ayahmu selama ini?" Si Raja Obat bertangan keji tersohor karena kejam dan telengasnya, setiap kali turun tangan tentu membunuh orang, tetapi terhadap putri kandungnya ia bersikap halus dan penuh kasih sayang. Suara yang lemah lembut tadi berkumandang kembali, "Ayah sayang padaku tentu saja putrimu mengerti, kau membopong aku dan mengarungi empat penjuru dunia kejadian ini semakin membuat hatiku menyesal. Aaai.... ayah, budi kebaikanmu dalam bagaikan lautan, entah sampai kapan putrimu baru dapat membalasnya...." "Asal kau suka mengabulkan permintaan ayah dan darah yang rusak dalam tubuhmu mau diganti dengan darah segar, itu berarti kau telah membalas budi ayahmu!" "Sehari aku hidup lebih lama didunia berarti sehari pula aku telah menyiksa ayah, lebih baik aku mati saja". "Asal darahmu yang rusak telah diganti dengan darah dari Siauw Ling, kesehatan badanmu akan pulih kembali seperti orang lain, kau tidak akan terbelenggu oleh iblis penyakit". "Dan bagaimana dengan Siauw Ling" untuk menyelamatkan selembar jiwaku bukankah dia bakal mati karena kehabisan darah?" Tok Chiu Yok Ong tidak langsung menjawab ia termenung lebih dahulu kemudian baru sahutnya ; "Tidak sulit seandainya kau ingin menyelamatkan jiwa Siauw Ling, sembari memberi obat darah kepadanya ayah akan menhisap pula darah segarnya, namun perbuatan ini membutuhkan waktu yang amat lama sekali, sedangkan badanmu begitu lemah, mana kau sanggup untuk menahan siksaan serta penderitaan selama ini?" "Aaai! ayah, kau bisa memaksa orang lain untuk menyerahkan darah segarnya, namun kau tidak akan berhasil memaksa putrimu untuk menerima pemberian darahnya." "Lalu bagaimanakah menurut pendapatmu?" "Harap ayah siapkan dahulu obat penambah darah baginya, setelah itu aku baru mau menerima pemberian darahnya." Siauw Ling yang selama ini mengikuti pembicaraan kedua orang itu dalam hati merasa tercengang, pikirnya ; "Watak dari ayah dan anak dua orang ini sungguh jauh berbeda, sang ayah berwatak keji dan kejam. dalam melakukan setiap perbuatan yang dipikirkan hanyalah keberanian belaka tanpa banyak memikirkan bagaimanakah atas segala perbuatannya. sedangkan sang anak berhati welas dan penuh cinta kasih, setiap perbuatannya se-akan2 tidak ingin melukai orang lain." Terdengar Tok Chiu Yok Ong melanjutkan kata2nya ; "Obat mujarab yang kugembol sekarang sudah cukup untuk menambah darahnya. jadi kita tak usah mempersiapkan bahan obat2an lagi." "Ooouw.... ayah, masih ingatkah kau dengan kejadian yang menimpa ibuku?" "Senyuman serta ucapan ibumu masih terukir dalam2 di dalam benakku. selama hayat masih dikandung badan aku tidak akan melupakannya!" sahut Si raja Obat sedih. "Selama hidupnya ibu selalu mencintai dan menghormati dirimu, tetapi perkataan yang telah beliau ucapkan sesaat hendak menghembuskan napas yang terakhir apakah masih ayah ingat dengan baik?" "Sampai mati2an tidak akan kulupakan!" "OOuw....! apa yang dikatakan ibuku?" "Dia bilang.... dia bilang...." Si Raja Obat bertangan keji yang hari biasa selalu tenang dan dingin, rupanya dibikin bergolak hatinya oleh keadaan tersebut untuk beebrapa saat lamanya ia tak sanggup melanjutkan kata2nya. "Ayah, mungkin kau sudah melupakan pesan ibuku, tetapi putrimu masih mengingatnya baik2 sesaat ibu hendak menghembuskan napasnya yang terakhir ia cuma mengucapkan tujuh patah kata; Aku benci karena kau telah menipu diriku, bukankah begitu".... Air mata jatuh berlinang membasahi wajah Tok Chiu Yok Ong dan menetes diatas tangan Siauw Ling. "Tidak salah, ibumu berkata demikian!" sahutnya lirih. "Oouw ayah! apabila kau membohongi pula putrimu, kendati penyakit aneh yang kuderita bisa sembuh namun sepanjang masa aku tak akan gembira dan bahagia" "Apakah kau tak bisa menghargai cinta kasihku dan jerih payahku selama ini" apakah kau inginkan setelah aku kehilangan ibumu lantas harus kehilangan anakku pula?" Sang gadis berpenyakitan yang berbaring disudut goa mendadak meronta bangun dan berseru. "Ilmu pertabiban yang ayah miliki tiada tandingannya dikolong langit, apakah kau tidak mempunyai cara lain untuk menyembuhkan penyakit putrimu" apakah kau harus mengambil darah orang lain baru bisa menyelamatkan jiwaku...." Per-lahan-lahan ia menjulurkan tangan kanannya yang pucat pias dan kurus kerontang itu dan melepaskan pipa penghisap darah dari tangan Siauw Ling, terusnya. "Ayah, bila putrimu telah mati maka hatimu tidak akan sedih lagi. kau mencintai diriku apakah orang tua dari Siauw Ling tidak menyayangi pula putranya?" Tok Chiu Yok Ong yang terkenal karena egois dan banyak akal, saat ini dibikin membungkam dalam seribu bahasa oleh ucapan putrinya yang berpenyakitan, akhirnya ia menghela napas panjang. "Bocah, berbaringlah lebih dahulu, kalau ada perkataan kita bicarakan per-lahan-lahan saja". Sinar mata Siauw Ling berputar, ia jumpai seorang gadis berambut panjang duduk disudut gua. matanya cekung dan badannya tinggal kulit pembungkus tulang. walaupun kurus sekali namun tak dapat menutupi kecantikan wajahnya. Tampak ia angkat tangannya membereskan rambutnya yang menutupi wajah, lalu ujarnya dengan lembut. "Ooouw ayah! bebaskanlah jalan darahnya aku hendak berbicara beberapa patah kata dengan dirinya." Tok Chiu Yok Ong dibikin apa boleh buat, terpaksa ia membebaskan jalan darah bisu dari sianak muda. "Siauw Ling?" katanya, "Sejak dilahirkan siauw-li telah mengidap penyakit aneh, setiap hari ia terbelenggu dalam cengkeraman elmaut, namun hatinya tulus dan penuh kasih sayang dalam menjawab pertanyaannya aku minta kau berhati2 sehingga tidak sampai melukai dirinya. Siauw Ling tertawa hambar, ia tidak menggubris perkataan dari si Raja Obat itu. Gadis berambut panjang itu menggerakkan tubuhnya, seraya menatap wajah Siauw Ling dengan sepasang matanya yang bulat besar ia menegur, "Kaukah yang bernama Siauw Ling?" "Sedikitpun tidak salah". "Surat yang kutulis untukmu apakah sudah kau terima?" Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Sudah, dan terima kasih buat bantuan nona. Harap maafkan diri cayhe tak dapat menjura kepadamu karena beberapa jalan darahku masih tertotok, semoga saja nona suka memaafkan." "Aaai.... sejak kecil badanku lemah dan berpenyakitan, kecuali ayah dan ibuku jarang sekali aku berkenalan dengan orang lain. Kau boleh anggap sebagai salah satu orang yang paling kukenal...." Kita sudah pernah bertemu dua tiga kali banyaknya" pikir Siauw Ling di dalam hati. "Setiap kali aku harus berada dalam keadaan yang penuh dengan bahaya. ayahmu menotok jalan darahku, melepaskan darahku untuk menolong jiwamu, tidak aneh kalau kau masih selalu teringat akan diriku...." Di dalam hati ia berpikir demikian, namun diluaran ia tetap membungkam dalam seribu bahasa. Terdengar gadis itu berkata lebih jauh dengan nada sedih ; "Kau tentu merasa heran bukan mengapa aku ucapkan kata2 semacam ini" padahal seandainya kau adalah aku, kaupun akan berbuat yang sama. Seseorang yang sepanjang tahun menderita sakit, selama belasan tahun jarang sekali hidup dalam keadaan sadar, bisa berkenalan dengan seseorang hal ini benar2 merupakan suatu peristiwa yang sangat berharga!" Napasnya tersengkal, setelah merandek sejenak terusnya, "Dikala aku berada dalam keadaan sadar, ayahku seringkali menyebut namamu. Dia bilang asalkan darah dalam tubuhku bisa diganti dengan darah segarnya, maka aku bisa mendapatkan kembali kesehatan badanku, aku bisa bergembira dan bermain seperti orang lain, maka dari itu namamu sudah terukir dalam sekali dalam benak maupun hatiku "Ooouw.... kiranya begitu!" "Bukan demikian saja, aku masih ingat bukankah kita pernah saling berjumpa?" "Tidak salah, kita memang pernah saling berjumpa, tetapi setiap kali berada ditengah kegelapan, dari mana Nona masih ingat selalu?" "Walaupun cuma sekilas pandang namun potongan badanmu serta raut wajahmu telah meninggalkan kesan yang samar2 dalam hatiku setelah kupikirkan dan kubayangkan siang maupun malam akhirnya bayangan yang masih samar2 itu telah berubah makin jelas separuh dari bayangan tersebut adalah hasil ingatanku sedang separuhnya lagi adalah ciptaanku sendiri." "Selama ini kau selalu berada dalam keadaan tidak sadar. bisa sadarpun jarang sekali, sungguh tak nyana kau masih punya minat untuk memikirkan persoalan itu...." batin Siauw Ling. "Wan-jie...." terdengar Tok Chiu Yok Ong berseru. "Kau sangat lelah, beristirahatlah sebentar." JILID 28 Cinta kasih seorang ayah terhadap putrinya nampak jelas diatas wajah si raja obat yang tersohor akan kekejamannya itu. Gadis berambut panjang itu mendadak tersenyum sehingga nampak sebaris giginya yang putih bersih. "Ooouw ayah! di dalam ingatanku, kali ini boleh dikata aku sadar dalam keadaan yang paling bagus. bukankah perkataan yang kuutarakan sangat banyak sekali?" Benar anakku, belum pernah kau mengucapkan kata2 yang demikian banyaknya seperti ini hari." "Tetapi sedikitpun aku tidak merasa kecapaian." Bibir si raja obat itu bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu, namun akhirnya ia batalkan maksudnya itu. Jarang sekali ia menjumpai putrinya tersenyum, saat ini tatkala ia jumpai putrinya tampak gembira, si orang tua ini merasa tidak tega untuk menghalanginya. "Siauw Ling" gadis itu berkata kembali. "Ayahku bilang seandainya darah dalam tubuhku telah diganti dengan darahmu maka aku bisa sembuh dari penyakit ini, dan kesehatanku bisa pulih kembali seperti orang lain, benarkah ucapannya ini?" Tok Chiu Yok Ong melototkan sepasang matanya bulat2 dan mengawasi wajah Siauw Ling dengan sinar mata memohon. Siauw Ling menghela napas panjang. "Aaai.... ayahmu pandai sekali dalam ilmu pertabiban, mungkin apa yang ia ucapkan memang tidak salah". "Apakah kaupun percaya dengan perkataan ayahku?" Sementara Siauw Ling hendak menjawab, Si raja obat bertangan keji telah berbicara lebih dahulu. "Bagaimana" ayahmu tidak membohongi dirimu bukan!" Gadis berambut panjang itu meraba jidat Siauw Ling, dan berkata, "Siauw Ling, tahukah kau setelah darah dalam tubuhmu diberikan kepadaku, setelah jiwaku tertolong bagaimanakah keadaanmu?" "Sukar diduga mati hidupku!" "Tidak bakal mati!" sela si raja obat. Gadis itu menarik kembali tangannya dari jidat sianak muda itu, terusnya. "Setelah kau menolong jiwaku yang tak berguna ini, maka kau akan mati dan selamanya terkubur di dalam tanah...." Siauw Ling menghela napas panjang, pikirnya "Selama belasan tahun ia berbaring dalam keadaan sakit, semestinya dalam hati gadis ini mempunyai cita2 untuk hidup yang sangat kuat, mengapa ia malahan tidak memilikirkan keselamatan sendiri barang sedikitpun...." Terdengar gadis itu berkata lagi. "Apabila kau sudah tahu bahwa kau bakal mati setelah darah dalam tubuhmu dialirkan ke dalam tubuhku, kenapa kau tidak menampik permintaan dari ayahku?" "Ilmu pertabiban yang dimiliki ayahmu tiada tandingannya dikolong langit, dia telah beritahu kepadaku, seandainya pergantian darah ini dilakukan dengan hati2 maka jiwaku tidak akan sampai mati binasa" "Aaai.... antara kau dan aku tiada hubungan sanak maupun keluarga, bahkan kitapun tidak saling mengenal, kenapa kau rela memberikan darahmu untuk menolong jiwaku?" "Ayahmu paksa aku berbuat demikian, siapa yang kesudian menolong dirimu?" pikir Siauw Ling di dalam hati. Sementara ia hendak menjawab, Tok Chiu Yok Ong telah berkata lebih dahulu. "Siauw kongcu ini adalah seorang pendekar sejati yang berjiwa besar dan berhati bijak, karena ia melihat kau cerdik lagipula menawan hati namun sepanjang tahun selalu menderita sakit, maka ia merasa sayang dan rela untuk memberikan darahnya untuk menolong jiwamu". "Ooouw.... ayah, cintamu padaku benar2 dalam bagaikan lautan. tetapi perbuatan serta tingkah lakumu justru merupakan hal2 yang tidak kusukai...." "Bocah. dimanakah letak kesalahanku?" "Bukankah orang lain berbuat demikian karena terpaksa dan didesak olehmu terus2an" kenapa ayah bilang dialah yang rela menyerahkan darahnya untuk menolong jiwaku?" "Tentang soal ini.... tentang soal ini...." Sinar matanya mendadak dialihkan ke atas wajah Siauw Ling tegurnya dingin. "Siapa suruh kau ngaco belo?" Suatu perasaan kesal dan mangkel muncul dari dasar hati Siauw Ling, sementara ia hendak mengumbar hawa amarahnya mendadak sinar matanya terbentur dengan tubuh sang gadis yang sudah belasan tahun menderita sakit itu, ia merasa iba sekali. Maka per-lahan-lahan ia berkata. "Nona apa yang diucapkan ayahmu sedikitpun tidak salah, aku memang rela memberikan darahku untuk menolong jiwamu." "Bocah, maksud baik dari Siauw-thayhiap tidak sepantasnya kalau kau sia2kan" Gadis berambut panjang itu menghela napas panjang. "Aaai.... kalau demikian keadaannya aku semakin tidak bisa menerima kebaikan hatinya ini" "Kenapa?" Sekilas rasa sedih berkelebat diatas wajahnya yang pucat, sahut gadis itu ; "Kau pernah melepaskan darah dalam tubuhnya dan aku telah mengunci lima naga untuk membalas budinya, kini diantara kita berdua sudah tidak hutang apa2 lagi seandainya sekarang kau hendak menggunakan darahnya lagi untuk menolong jiwaku, ayah! kau suruh aku membalas budi kebaikannya dengan apa?" "Bocah! kau sudah tiba pada saat yang tak bisa di-tunda2 lagi, sekalipun aku bermaksud memperpanjang hidupmu namun sekarang aku sudah tak sanggup lagi, apakah kau benar2 tega membiarkan ayahmu merasakan pukulan batin yang lebih hebat?" Per-lahan-lahan gadis itu mencekal tangan kanan Tok Chiu Yok Ong dengan tangan kanannya yang kurus kering, lalu berkata dengan lembut ; "Ooouw.... ayah! kalau begitu biarkanlah putrimu mati dalam keadaan suci bersih dan tak bernoda!" "Wan-jie, seandainya kau mati bagaimana dengan diriku" usiaku sudah lanjut, apakah kau suruh aku hidup seorang diri?" Dari kelopak mata sang gadis yang cekung mengucur keluar titik-titik air mata. "Ayah! jika kau menolong jiwaku dengan menggunakan darahnya, kau akan membuat aku menanggung sesal sepanjang masa, daripada demikian lebih baik biarkanlah putrimu mati dengan hati tenang!" "Wan-jie!" tiba-tiba Tok Chiu Yok Ong angkat telapak kanannya. "Apabila kau tidak mau mendengarkan perkataan ayahmu, akan kutotok jalan darahmu dan segalanya akan berjalan dengan kekerasan!" "Ayah, bilamana kau ingin berbuat demikian maka putrimu akan mati lebih dahulu!" Sementara Tok Chiu Yok Ong akan menjawab, mendadak dari luar gua berkumandang datang suara dari si sie-poa emas, "Yok Ong, bagaimanakah keadaan dari siauw toako kami" apakah cayhe boleh turun untuk menjenguknya?" "Aku sangat baik, tak usah kalian masuk kedalam" sahut Siauw Ling cepat. Tatkala Sang Pat mendengar suara jawaban ini berasal dari Siauw Ling, segera serunya kembali, "Toako, baik baiklah berjaga diri. Siauw-te sekalian akan menanti diluar gua...." Maksud dari ucapan itu jelas sekali menunjukkan bahwa mereka sudah siap menerjang ke dalam gua apabila Siauw Ling memberi tanda. Terdengar suara Tu Kioe yang dingin kaku berkumandang datang ; "Yok Ong, setiap satu jam kami berdua akan memeriksa keadaan dari toako kami atau mendengar suaranya, apabila keadaan tidak beres hati2 dengan selembar jiwa anjingmu" "Sebelum mendapat ijin loohu, kalian dilarang masuk kedalam. Apabila kalian membangkang loohu tidak mau tanggung seandainya jiwa Siauw Ling terancam bahaya" "Diluar gua kami sudah menyiapkan banyak sekali kayu2 kering, apabila toako kami menemui suatu kejadian yang ada diluar dugaan. Hmm! akan kupersilahkan Yok Ong serta putrimu menginap terus disini untuk selamanya...." "Sekalipun kalian melepaskan api, belum tentu kamu berdua bisa mengurung diri loohu" "Tetapi putrimu tidak akan tahan merasakan siksaan yang amat dahsyat itu.... Tok Chiu Yok Ong mendengus dingin, ia tidak menggubris Tiong Chiu Siang Ku lagi, sambil berpaling dan memandang sekejap ke arah putrinya ia berseru. "Wan-jie, sudah kau dengar?" "Sudah!" "Untuk menolong selembar jiwamu, aku telah bersusah payah dan putar otak peras keringat; apakah kau sama sekali tak dapat menghargai susah payah ayahmu ini?" "Aaaai....! menolong jiwaku tapi mencelakai orang lain, apa gunanya?" "Aku tanggung setelah melepaskan darah dalam tubuhnya, Siauw Ling masih berada dalam keadaan sehat wal-afiat tanpa kekurangan sesuatu apapun." "Ayah. Sudahlah.... lebih baik bawalah aku kedepan kuburan ibuku, bangunlah sebuah gubuk disana, mungkin karena pengaruh hawa gunung kesehatanku bisa pulih kembali seperti orang lain." Kendati Tok Chiu Yok Ong memiliki ilmu pertabiban yang lihay, ilmu silat yang luar biasa namun ia tak sanggup menghadapi putri kesayangannya sendiri. terdengar ia menghela napas panjang. "Wan-jie aku mempunyai satu akal, mungkin dengan cara ini hatimu akan merasa lebih tenteram." "Apakah caramu itu?" "Cara ini harus mendapat persetujuan lebih dulu dari Siauw-heng" kata si raja obat itu sambil berpaling ke arah sianak muda tersebut. "Katakanlah lebih dahulu dan akan cayhe dengar, setelah itu cayhe baru akan beri keputusan." "Soal ini loohu harus bertanya lebih dahulu kepada siauw-li, kemudian baru bisa minta pendapat dari Siauw-heng." "Persoalan apa sih?" tanya gadis itu. Tok Chiu Yok Ong tertawa. "Seandainya aku menjodohkan dirimu dengan Siauw Ling lebih dulu kemudian baru menolong jiwanya dengan darahnya, hatimu tentu akan tenteram bukan?" Mula2 gadis itu rada tertegun kemudian tertawa getir. "Putrimu jelek dan tinggal kulit pembungkus tulang, apakah ayah tidak tahu akan hal ini?" "Wan-jie, hal ini disebabkan kau sudah terlalu lama disiksa oleh penyakit maka kau jadi kurus dan tinggal kulit pembungkus tulang, suatu saat penyakitmu telah sembuh, kecantikan wajahmu akan pulih kembali. bukannya aku sengaja mengibul, gadis cantik yang ada dikolong langit ini mungkin sukar untuk menandingi kehebatan dirimu" "Aaaai.... sejak aku mengerti urusan, wajahku selalu begini, Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sekalipun ayah menyanjung diriku setinggi langit, belum tentu bisa menambah beberapa bagian kecantikan wajahku" "Wan-jie apa yang aku katakan adalah kata2 sejujurnya, kenapa kau begitu tak percaya dengan perkataanku?" Dengan tangannya yang kurus gadis itu meraba wajahnya sendiri, lalu katanya, "Ayah, engkau kepingin mau menjodohkan putrimu dengan orang lain bukankah hal ini disebabkan karena kau membunuh orang itu." Wan-jie, asal kau mau maka aku bisa merundingkan persoalan ini dengan diri Siauw Ling." "Aaai.... jadi kau hendak menjodohkan aku dengan dirinya yang kemudian akan menggunakan darahnya untuk menolong jiwanya." "Memang demikian adanya." "Aku bisa hidup dia mati, bukankah putrimu harus menjanda terus sampai akhir hayatku!" Ayah dan anak dua orang ini saling jawab menjawab seolah2 disisi mereka sama sekali tidak ada orang. Haruslah diketahui sejak kecil ia menderita sakit, selama belasan tahun sebagian besar waktunya dihabiskan dalam keadaan tidak sadar jarang pula ia berbicara dengan orang lain, dengan sendirinya rasa malu yang ada di dalam hatinya sangat tipis. apa yang ia pikirkan segera diutarakan secara gamblang. "Seandainya kau benar2 jadi bininya Siauw Ling, dus berarti aku adalah mertuanya, coba kau pikir masa ada mertua ingin mencelakai menantunya" tentu saja aku akan berusaha keras untuk mempertahankan jiwanya!" Rupanya gadis itu sudah terlalu banyak menggunakan tenaganya, ia tampak lelah dan tidak bicara lagi, sambil pejamkan matanya ia bersandar di dinding goa. Per-lahan-lahan sinar mata si Raja Obat Bertangan Keji itu dialihkan ke atas wajah Siauw Ling kemudian menegur. "Siauw Ling, apa yang barusan loohu bicarakan bersama siauw-li, tentu sudah kau dengar semua bukan?" "Aku lihat Yok Ong tak perlu buang tenaga dengan percuma". "Kenapa?" "Walaupun cayhe tidak ingin mencampuri urusan kalian berdua, tetapi berhubung persoalan ini ada hubungannya dengan diriku, maka terpaksa cayhe harus ikut mencampurinya". Aku hendak menjodohkan seorang gadis yang begini cantik sebagai istrimu, apakah perbuatanku ini salah?" Siauw Ling tertawa hambar. "Pada saat ini menyembuhkan penyakit putrimu jauh lebih penting daripada persoalan lain, labih baik kita tak usah membicarakan soal yang tak berguna". "Tidak bisa jadi, kita harus bicarakan dulu sampai jelas". "Tidak usah dibicarakan!" "Tidak, harus diterangkan lebih dahulu" Siauw Ling termenung kemudian berpikir. "Walaupun Tok Chiu Yok Ong menjengkelkan tetapi putrinya amat ramah dan penuh welas kasih, aku tak boleh melukai hatinya...." Segera ujarnya. "Cayhe telah dijodohkan dengan gadis lain maka maksud baik ini tak bisa kuterima". "Aku kira persoalan besar apa yang meragukan hatimu, kalau soal ini sih gampang sekali bereskan saja dirinya atau biarlah loohu yang turun tangan menbinasakan gadis itu". "Suatu akal yang keji...." batin sianak muda itu, namun ia tersenyum dan berkata ; "Sekalipun akal dari Yok Ong baik, sayang ilmu silat yang dimiliki orang itu sangat lihay, penjagaan yang ada disekitar rumahnya pun ketat, sulit untuk didekati." "Tidak mengapa, asal kau beritahukan kepada loohu siapakah orang itu, hal itu sudah cukup. sekalipun dia adalah putri dari sri baginda sekarangpun loohu akan cari akal untuk membinasakannya." Siauw Ling pejamkan matanya dan membungkam dalam seribu bahasa. Kiranya jawaban sianak muda itu hanya bermaksud untuk menghindarkan diri dari desakan lawan, maka tatkala ditanya namanya ia membungkam dan tak sanggup menjawab. "Kenapa tidak kau katakan" apakah kau sedang membohongi diri loohu?" kembali si raja obat bertangan keji itu menegur dengan nada yang dingin. "Seandainya urusan ini terbongkar, perasaan putrinya akan tersinggung." pikir Siauw Ling. Saking cemasnya buru-buru ia berseru, "Apa yang cayhe ucapkan adalah kata2 yang sejujurnya. "Kalau memang jujur, kenapa kau tidak dapat menyebutkan nama gadis itu!" "Apakah Yok Ong ingin mengetahuinya?" "Tentu saja aku ingin tahu!" "Sekalipun kuucapkan, belum tentu Yok Ong suka percaya maka aku kira lebih baik tak usah dikatakan saja." "Haa.... haa.... sudah setengah umur loohu berkelana di dalam dunia persilatan tidak pernah kubiarkan orang lain menyebrangi pasir ke dalam kelopak mataku," Karena didesak terus menerus Siauw Ling semakin bingung, dalam keadaan gelisah mendadak ia teringat akan putri dari Pak-Thian Coen Cu, segera pikirnya, "Urusan sudah jadi begini, terpaksa aku harus menggunakan namanya untuk menghindari rasa malu yang bakal kuterima ini hari." Karena berpikir demikian maka jawabnya, "Yok Ong, tahukah kau akan Pak Thian Coen Cu?" "Pernah kudengar namanya, aku rasa orang ini jarang sekali datang kedaratan Tionggoan.... "Tidak salah, selama ini ia berdiam di dalam istana Es yang terletak di samudra Pak-Hay, tidak pernah ia mencampuri pertikaian yang ada didaratan Tionggoan, tetapi belakangan ini sering kali ia muncul disini, bahkan selama lima tahun belakangan paling sedikit Pak Thian Coen Cu sudah dua kali memasuki daratan Tionggoan, entah Yok Ong tahu tidak akan jejaknya?" "Ehmm, sedikitpun tidak salah" Tok Chiu Yok Ong mengangguk. "Sejak memasuki daratan Tionggoan untuk kedua kalinya, hingga detik ini ia belum meninggalkan tempat ini, aku rasa Yok Ong pun mengetahui bukan akan berita ini?" "Tidak salah, pada saat ini ia sedang bersiar disekitar daerah Kanglam...." "Tahukah Yok Ong bahwa dalam perjalanannya kedaratan Tiongoan kali ini, ia telah membawa serta putrinya?" "Pembantunya sangat banyak, benarkah dia membawa serta putri kesayangannya loohu tidak berani memastikan". "Baik, sekarang cayhe hendak memberitahukan kepada diri Yok Ong, dia telah datang ke daratan Tionggoan ber-sama2 putrinya". "Kenapa" apakah kau mempunyai hubungan istimewa dengan putrinya Pak Thian Coen Cu?" "DItinjau dari nada ucapan Tok Chiu Yok Ong rupanya dia menaruh rasa jeri dan hormat terhadap diri Pak Thian CoenCu...." pikir Siauw Ling di dalam hati. "Sedikitpun tidak salah, cayhe kenal dengan putrinya!" "Kalau sudah kenal lalu bagaimana?" "Setelah saling mengenal, kami telah jatuh cinta...." "Jadi yang kau maksudkan sebagai tunanganmu adalah putri dari Pak Thian Coen Cu ini?" "Sedikitpun tidak salah!" "Loohu rada sangsi benarkah ucapanmu itu?" Siauw Ling menghembuskan napas panjang lalu tertawa hambar, sementara dalam hati ia berpikir. "Lebih baik sih kau jangan sungguh2 percaya...." Namun diluaran ia mengiakan. "Apabila Yok Ong tidak percaya, akupun tak bisa berbuat apa2!" Melihat tingkah lakunya yang ringan dan seenak sendiri, Si Raja Obat Bertangan Keji malah menaruh curiga. "Orang ini berwajah tampan, lagipula gagah. Seandainya ia benar2 telah berjumpa dengan putrinya Pak Thian Coen Cu, memang tidak mengherankan apabila gadis itu tertarik kepadanya." Karena berpikir demikian, ia lantas berkata. "Apakah kau anggap loohu benar2 tidak mampu untuk membinasakan putrinya Pak Thian Coen Cu?" Dalam pada itu Siauw Ling telah pejamkan sepasang matanya, mendengar suara itu ia segera membuka matanya kembali dan mengerling sekejap ke arah si Raja Obat. "Jadi Yok Ong punya keyakinan bahwa ilmu silatmu jauh berada diatas kepandaian silat Pak Thian Coen Cu?" serunya. "Sekalipun ilmu silat yang loohu miliki masih bukan tandingannya, apakah aku tak dapat melukai dirinya dengan obat?" Cayhe telah menyanggupi permintaan Yok Ong untuk menyumbangkan darahku guna menolong putrimu, mati hidupku sukar diramalkan, sekalipun jiwaku berhasil diselamatkan dalam waktu singkatpun sulit bagiku untuk menghalangi kemauan Yok Ong, maka aku rasa bicara lebih banyakpun tak berguna....!" Berbicara sampai disitu, ia pejamkan matanya dan tidak menggubris diri Tok Chiu Yok Ong lagi. Karena terdesak oleh keadaan ia telah mengucapkan kata2 yang kosong, kini hatinya terasa sangat tidak tenteram, teringat apabila berita ini sampai tersiar keluar sehingga merusak nama baik putrinya Pak Thian Coen Cu, entah betapa besarnya dosa yang telah dibuat. Terdengar gadis berambut panjang itu menghela napas panjang lalu berkata ; "Ooouw.... ayah, orang lain sudah mempunyai kekasih hati, aku rasa ayahpun harus melenyapkan maksud hati tersebut. "Bocah, sekalipun apa yang ia ucapkan adalah kata sejujurnya, hal inipun tidak terlalu penting" "Kenapa?" "Dia kenal dengan putrinya Pak Thian Coen Cu, namun hubungan cinta mereka berdua belum diketahui oleh Pak Thian Coen Cu sendiri. Sebaliknya perkawinanmu dengan dirinya ditunjang sendiri oleh ayahmu, asal kita cari mak comblang dan mendahuluinya, aku rasa putrinya Pak Thian Coen Cu pun tak bisa berbuat apa2" "Ayah, bukankah perbuatanmu ini sama halnya dengan suatu perkawinan yang dipaksakan." "Asal kau menyanggupi, aku bisa mengatur bagimu." Dalam hati gadis berambut panjang itu merasa cemas bercampur mendongkol, untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Menyaksikan putrinya membungkam, Si Raja Obat Bertangan Keji segera tertawa ter-bahak2. "Haa.... haa.... apabila kau tidak menampik, itu berarti kau sudah setuju untuk diatur olehku...." Ia merandek sejenak kemudian serunya lantang. "Kao-heng, Tu-heng silahkan masuk ke dalam gua. Loohu ada persoalan yang hendak dirundingkan dengan kalian berdua". Pada waktu itu Tiong Chiu Siang Ku yang menanti diluar goa sudah mulai merasa gelisah tetapi berhubung persoalan ini menyangkut mati hidupnya Siauw Ling maka mereka tak berani menerjang kedalam. Kini mendengar sapaan dari Tok Chiu Yok Ong, tanpa membuang waktu lagi mereka segera melayang turun ke dalam goa. Mula2 Sang Pat melirik dahulu sekejap ke arah Siauw Ling, kemudian baru bertanya. "Yok Ong mengundang kami sekalian masuk kemari, entah ada urusan apa?" "Apakah Yok Ong telah berobat niat?" sambung Tu Kioe dengan suara yang dingin. "Loohu ingin menanyakan satu persoalan dengan kalian berdua!" "Silahkan Yok Ong utarakan keluar, kami berdua akan mendengarkan dengan seksama." Tok Chiu Yok Ong berpaling dan melirik sekejap ke arah Siauw Ling, kemudian ujarnya. "Benarkah kalian menginginkan agar loohu bisa menyelamatkan selembar jiwa Siauw Ling?" Masalah ini merupakan syarat yang paling penting" jawab Tu Kioe. "Bukankah sudah berulang kali kami terangkan, apabila jiwa toako kami tak bisa dipertahankan maka putrimulah yang mula pertama harus menanggung penderitaan." Si Raja Obat Bertangan Keji tertawa hambar. "Seandainya kalian berdua ingin menolong Siauw Ling, maka kalian harus pula melakukan suatu pekerjaan bagi Loohu!" katanya. "Pekerjaan apa?" "Loohu ingin merepotkan kalian berdua untuk jadi mak comblang, sebab loohu ingin mengawinkan putriku." Sang Pat melirik sekejap ke arah gadis berambut panjang yang kurus kering dan duduk bersandar diatas dinding itu, lalu tanyanya. "Entah Yok Ong ingin menjodohkan putrimu dengan siapa?" "Siauw Ling!" "Dengan toako kami?" seru Sang Pat tertegun. "Sedikitpun tidak salah...." Tu Kioe mendehem ringan lalu berseru. "Aku rasa putrimu rada tidak...." Sebenarnya ia hendak mengatakan bahwa putrinya tidak sesuai untuk dijodohkan dengan toakonya, tapi sebelum kata2 tersebut sempat meluncur keluar lewat bibirnya mendadak ia teringat bahwa jiwa Siauw Ling masih berada di dalam genggaman Tok Chiu Yok Ong, maka buru-buru ia tutup mulut. "Seandainya siauw-li benar2 telah dikawinkan dengan Siauw Ling, dus berarti dia adalah menantu loohu." "Waduhhh.... kalau begitu tingkatan kami jadi makin rendah setingkat...." pikir Sang Pat dalam hati. Namun ia mengiakan juga ; "Sedikitpun tidak salah!" Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku tidak ingin putriku kehilangan suaminya sebelum menikah sehingga membiarkan dia menjanda sejak muda!" "Cengli sekali!" "Maka dari itu, loohu pasti akan berusaha keras untuk mempertahankan selembar jiwanya Siauw Ling.... "Lebih baik lagi kalau tidak sampai melepaskan darah segarnya!" sela Tu Kioe. "Asal kalian berdua suka bertindak jadi mak comblang sehingga perkawinan putriku dengan toako kalian berhasil, maka toako kalian pasti tak menderita siksaan akibat pelepasan darah ini". "Masalah ini menyangkut persoalan besar, kami tidak berani mengambil keputusan, hal ini harus dibicarakan dahulu dengan toako kami" kata Sang Pat. "Dan alangkah baiknya kalau Yok Ong bisa menyingkir sebentar, agar pembicaraan kami bersaudara bisa berjalan dengan leluasa" sambung Tu Kioe. Tok Chiu Yok Ong melirik sekejap ke arah putri kesayangannya, melihat ia pejamkan matanya se-olah2 sudah tertidur pulas si raja obat ini termenung sejenak, akhirnya ia membopong putri kesayangannya dan meninggalkan gua batu tersebut. Sepeninggalnya Yok Ong, Sang Pat segera berjongkok dan berbisik lirih. "Toako, apa yang diucapkan Si raja oabt bertangan keji apakah telah kau dengar semua?" "Sudah!" - - - - - - - 41 Apa yang dipikirkan si orang tua itu cuma mementingkan diri sendiri, ia tidak mau melihat dulu bagaimana sih tampang putrinya ngomel Tu Kioe. Sang Pat mendehem ringan, kemudian berkata, "Sejak jaman kuno hingga sekarang ada banyak orang yang cerdik tidak terlalu memikirkan soal tetek bengek, kenapa untuk sementara waktu tidak toako sanggupi permintaannya?" "Masalah ini menyangkut nama baik seorang gadis, mana boleh kusanggupi permintaannya hanya sebagai suatu permainan belaka?" "Demikian saja...." akhirnya Sang Pat berbisik "Toako tak usah bicara, semuanya biarlah siauw-te menanggapi, sehingga dikemudian hari Tok Chiu Yok Ong menegur, tanggung jawab ini bisa toako jatuhkan pada diri siauwte". "Aku lihat hal ini tak bisa dijalankan" sela Tu Kioe. "Si raja obat bertangan keji adalah seorang manusia pintar yang berotak panjang, mana dia sudi tertipu" ia tentu akan paksa toako untuk menyanggupi sendiri persoalan ini". "Aaai....! perhatian yang kalian berdua berikan kepada diriku membuat aku Siauw Ling merasa amat berterima kasih sekali, tetapi sebagai seorang lelaki sejati, berani menyanggupi harus berani pula bertanggung jawab, kita tak boleh sembarangan memberikan janji". Sang Pat menghela napas panjang. "Siauwte rasa toako terlalu keras kepala dalam menanggapi masalah ini" katanya. Pada saat itulah terdengar suara dari Tok Chiu Yok Ong berkumandang datang ; "Bagaimana dengan hasil pembicaraan kalian bertiga?" Sang Pat segera menatap wajah Siauw Ling dengan sinar mata memohon, ujarnya, "Toako, ijinkanlah siauw-te untuk menanggulangi masalah ini, biarlah aku yang menghadapi si raja obat tersebut". "Boleh, asal jangan sampai kau rusak nama baik orang lain, dan jangan memberikan janji yang tak menentu". "Loohu akan turun kebawah...." tiba-tiba terdengar Tok Chiu Yok Ong berseru. Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu2 ia sudah berada di dalam gua kembali. "Bagaimana dengan pembicaraan kalian bertiga?" tegurnya seraya meletakkan tubuh gadisnya ke atas tumpukan rumput kering. "Toako kami...." kata Sang Pat sambil menggeleng. "Apakah ia tidak menyanggupi pamitanku?" teriak Tok Chiu Yok Ong dengan gusarnya. "Apakah putri dari si raja obat bertangan keji tidak pantas jadi bininya?" "Aku rasa Yok Ong pasti sudah tahu bukan akan watak dari toako kami, ia tak suka seenaknya memberi janji, tapi sekali berjanji sampai matipun tak akan menyesal". "Tidak salah. Siauw Ling memang mempunyai kegagahan seorang lelaki sejati dan kejujuran seorang koen-cu." "Seandainya ia dapat merubah sedikit saja dari tabiatnya, maka ini hari jangan harap Yok Ong bisa mendapatkan darahnya" sela Tu Kioe dingin. "Loohu cuma ingin menanyakan masalah perkawinan putriku, apakah Siauw Ling sudah menyetujui?" "Cayhe telah menyampaikan perkataan dari Yok Ong kepada toako kami." "Apakah ia menolak!" "Seandainya ia menolak begitu saja, tentu saja persoalan ini tak usah dibicarakan lagi." "Lalu apa yang ia katakan!" "Ia pejamkan mata membungkam dalam seribu bahawa, se-olah2 sama sekali tidak mendengar akan perkataan kami." "Heee.... heee.... heee...., arak kehormatan ditampik ingin cari arak hukuman, kau anggap loohu tidak punya cara untuk memaksa dia menyanggupi permintaanku ini?" jengek Yok Ong tertawa dingin. "Cayhe cuma pernah mendengar kaum lelaki yang memaksakan suatu perkawinan, belum pernah kudengar kalau ada orang perempuan yang memaksakan perkawinan.... huuu.... sungguh aneh sekali." "Justru karena itulah sengaja hendak loohu lakukan agar mata kalian melek semua!" "Kalau kau hendak memaksakan suatu perkawinan, hal ini semestinya tiada sangkut pautnya dengan pelepasan darah toako kami untuk menolong putrimu, rasanya sekalipun kami turun tanganpun tidak sampai melanggar perintah dari toako" sambung Tu Kioe dingin. Serentetan cahaya yang menggidikkan hati terpancar keluar dari mata Tok Chiu Yok Ong, ia menyapu sekejap ke arah Tiong Chiu Siang Ku kemudian mengancam ; "Apakah kalian berdua ingin menjajal kelihayan dari loohu?" Tu Kioe mendengus dingin, dari sakunya ia ambil sebuah gelang perak lalu berkata. "Dalam suatu petempuran, kedua belah pihak bebas menggunakan cara apapun, dan seandainya kami sampai salah tangan melukai putrimu, hal inipun terjadi karena apa boleh buat". Ucapan ini membuat Tok Chiu Yok Ong tertegun, lama sekali ia baru berteriak, "Kalian berdua adalah jago-jago kenamaan, seandainya kalian sampai memaksa atau melukai seorang gadis yang lemah dan berpenyakitan, macam beginikah yang disebut seorang enghiong?" "Seandainya Yok Ong menggunakan racun, terpaksa cayhepun harus turun tangan melukai putrimu" "Jadi kalian berdua hendak menggunakan kelemahan ini untuk menggertak loohu?" "Ucapan Yok Ong terlalu berat, kami cuma berharap bisa membicarakan persoalan ini dengan diri Yok Ong secara tenang dan damai!" Tok Chiu Yok Ong melirik sekejap ke arah putrinya lalu berkata; "Silahkan kalian berdua berbicara!" "Suatu transaksi perdagangan selamanya dimulai dengan tawar menawar, dan aku orang she Sang boleh dibilang termasuk salah satu jago yang sudah terbiasa dengan pekerjaan seperti ini tetapi mengenai masalah jadi memanjang, belum pernah aku orang she Sang melakukannya, jadi apabila ada perkataan yang kurang sedap didengar moga2 Yok Ong bisa memaafkan". Si raja obat bertangan keji mendengus dingin. bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya maksud tersebut dibatalkan. Sang Pat tertawa ter-bahak2 dan berkata, "Perkawinan anatara lelaki dan perempuan, meskipun terjadi atas perintah orang tua, namun dalam soal jodoh haruslah didasari dahulu oleh rasa saling cinta mencintai dari kedua belah pihak yang bersangkutan...." "Nah itulah dia, sekarang bukankah loohu ada minat dan kalian berdua jadi mak comblang, apa yang dibutuhkan lagi...." "Orang lain mencari menantu dasarnya muncul karena suka terhadap sang pria dan ingin putrinya bahagia, tetapi maksud Yok Ong mencari menantu adalah didasarkan karena maksud2 lain, maka dari itu aku lihat lebih baik masalah perkawinan kita bicarakan lagi setelah penyakit yang diderita putrimu telah sembuh" Sinar mata Tok Chiu Yok Ong berkilat, ia tertawa dingin dan serunya, "Kalian berdua putar kayun sejauh itu kiranya mengandung maksud lain, sayang sekali aku si Raja Obat Bertangan Keji bukanlah seorang bocah yang baru berusia tiga tahun, tidak gampang aku kena ditipu orang, soal perkawinan boleh saja tak usah dibicarakan, Loohu akan menggunakan darah dalam tubuhnya untuk menolong jiwa putriku lebih dahulu...." Ia merandek sejenak kemudian tambahnya, "Jadi kalian berduapun tak usah jadi mak comblang lagi, sekarang silahkan berlalu!" "Bangsat! kau anggap kami berdua bisa dipanggil terus datang dihardik lantas pergi!" Tu Kioe mencak kegusaran. "Kau anggap kami adalah budak yang bisa diperintah?" "Yok Ong, aku harap dalam berbicara tahulah sedikit kesopanan" tegur Sang Pat pula. kami Tiong Chiu Siang Ku bukanlah lampu lentera yang kehabisan minyak." Tu Kioe pun menjengek dingin, "Kami cuma pernah mendengar kehebatan Tok Chiu Yok Ong dalam penggunaan racun, belum kudengar kalau ilmu silat Yok Ong sangat lihay, ini hari kami berdua memang ada maksud untuk mohon petunjuk dari dirimu...." Sejak semula Tiong Chiu Siang Ku memang sudah ada maksud untuk mencari kesempatan bisa bentrok dengan diri si raja obat ini. Dan kini kesempatan baik yang di-nanti2kan telah tiba. tentu saja mereka tidak ingin melepaskannya begitu saja. Air muka Tok Chiu Yok Ong berubah hebat, dengan gusar teriaknya, "Apabila kalian berdua ingin menjajal kelihayan loohu, jangan salahkan loohu akan bertindak kejam terhadap kalian berdua" "Bagus sekali!" Sang Pat tertawa hambar. "Apabila Yok Ong memang sudah menantang perang secara blak2an. kami dua bersaudarapun terpaksa harus menerima tantangan tersebut, namun sebelum kejadian cayhe ingin menerangkan terlebih dahulu, kami cuma minta petunjuk ilmu silat Yok Ong, seandainya Yok Ong sampai menggunaka racun maka jangan salahkan kalau kami dua bersaudara sampai melukai putrimu...." Dari dalam sakunya ia ambil keluar senjata sie-poa emasnya dan menambahkan ; "Silahkan Yok Ong pun mencabut keluar senjatamu kalau mau bergebrak mari kita bergebrak sampai salah satu pihak modar." Tok Chiu Yok Ong benar2 amat gusar sehingga sepasang matanya berapi2 teriaknya seraya tertawa dingin. "Ruangan dalam gua ini terlalu sempit kalau mau bertempur ayoh kira laksanakan diluar gua" Sang Pat menggoyangkan senjata Sie-poa emasnya hingga menimbulkan suara berisik yang keras, ia geleng kepala. "Selama maksud jahat orang masih terkandung badan, rasa was2 harus selalu ada di dalam hati, seandainya putrimu tak ada disisi kami dan Yok Ong menggunakan racun, bukankah kami dua bersaudara bakal jatuh kecundang ditanganmu?" "Loohu berjanji tidak akan menggunakan racun terhadap kalian berdua." "Tahu orangnya tahu wajahnya belum tentu hatinya, aku rasa huruf Tok Chiu bertangan keji yang berada didepan Yok Ong atau Si raja obat bukan diberikan orang secara kosong. Menurut pendapat cayhe sekalipun bertarung ditempat inipun tiada salahnya." "Benar" Sang Pat menyambung. "Sekalipun kami berdua, namun kami tak akan turun tangan berbareng, cayhe akan mohon petunjukmu terlebih dahulu!" Seluruh tubuh Tok Chiu Yok Ong gemetar keras, jelas hatinya merasa amat gusar hingga mencapai pada puncaknya, dengan nada gemetar teriaknya. "Ini hari apabila kalian sampai melukai putriku, bukan saja kalian Tiong Chiu Siang Ku bakal mati konyol, bahkan seluruh umat Bu-lim pun akan tertimpa bencana yang besar, aku akan membuat badai berdarah diseluruh kolong langit untuk mengiringi kematian putriku." "Siapa menang siapa kalah sukar diduga mulai sekarang, Yok Ong pun tak usah mengucapkan kata2 semacam itu lebih dulu." seru Tu Kioe. "Kami Tiong Chiu Siang Ku sudah berulang kali mengalami badai serta ombak yang bagaimana dahsyatpun, kami tak akan gentar dengan gertak sambalmu itu." Sang Pat segera menerjang kedepan dan berkata. "Yok Ong, untuk menjaga gengsi kau pasti tak sudi turun tangan lebih dahulu. Nah, biarlah siauw-te mulai lebih dulu." Senjata sie-poa emasnya segera digetarkan, serentetan cahaya tajam yang berkilauan dengan cepat menghajar kedepan. Tok Chiu Yok Ong menyingkir kesamping meloloskan diri dari ancaman, namun ia tidak melancarkan serangan balasan. Walaupun dalam hati si raja obat ini merasa mendongkol setengah mati, namun teringat putrinya berada disitu dan takut dalam pertarungan nanti putrinya terluka, maka dengan paksa ia menekan hawa gusar yang berkobar dalam dadanya. Sang Pat tertawa ter-bahak2. "Bagaimana?" jengeknya. "Apakah Yok Ong ada maksud mengalah tiga jurus kepadaku?" Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Senjata sie-poa emasnya diputar, dengan gerakan Burung bangau mementang sayap, ia hajar kembali tubuh musuhnya dari samping. Sekali lagi Tok Chiu Yok Ong berkelit kesamping tanpa melancarkan serangan balasan. Sementara Sang Pat hendak mendesak lebih jauh, tiba-tiba Siauw Ling membuka matanya dan menghardik ; "Tahan!" Sang Pat tidak berani membangkang, ia tarik senjata Siepoanya dan mundur tiga langkah ke belakang. "Toako, adakah petunjuk buat siauw-te?" tanyanya. "Disini sudah tak ada urusan kalian lagi, silahkan kamu berdua mengundurkan diri," "Tapi.... Tok Chiu Yok Ong telah memandang siauw-te sekalian untuk bergebrak, persoalan ini tiada sangkut pautnya dengan masalah toako...." bantah Tu Kioe. "Tak usah bicara lagi, silahkan kalian mengundurkan diri dari gua batu ini!" Tiong Chiu Siang Ku saling bertukar pandangan, akhirnya mereka menghela napas panjang dan mengundurkan diri. Dengan pandangan tajam si Raja Obat bertangan keji menyaksikan kedua orang mengundurkan diri dari gua setelah itu ia baru mengundurkan diri ketempat semula. Jalan darah Siauw Ling tertotok, sulit baginya untuk putar badan sehingga sulit baginya untuk melihat permainan setan apakah yang sedang dilakukan si raja obat tersebut, tapi teringat bahwa orang ini adalah jagoan yang pandai menggunakan racun, ia lantas menduga dia sudah membokong kedua orang saudaranya. tak tahan lagi segera tanyanya. "Yok Ong, apakah kau telah melepaskan racun untuk membokong kedua orang saudaraku?" "Kau orang she Siauw adalah seorang Koen-cu yang dapat dipercaya setiap perkataannya, kau boleh disebut seorang lelaki sejati, tetapi kedua orang saudaramu itu, loohu tidak berani menghadapinya." "Maka dari itu kau telah meracuni mereka secara diam2?" "Itu sih tidak, hanya saja loohu telah menyebarkan racun keji disekitar gua batu ini, seandainya mereka hendak masuk kembali ke dalam gua untuk bikin keonaran lagi, jangan salahkan loohu kalau mereka bakal keracunan." Mendengar ucapan itu Siauw Ling menghela napas panjang. "Aaai....! apabila Yok Ong ingin menolong jiwa putrimu, kitapun tak usah mengulur waktu lebih jauh, lebih baik totok saja jalan darah putrimu kemudian secepatnya mengganti darah rusak yang ada di dalam tubuhnya, setelah itu bawalah putrimu kesuatu tempat yang terpencil untuk merawat sakitnya, dengan demikian kesehatannya akan cepat pulih kembali." "Apabila terlalu cepat loohu melepaskan darahmu jiwamu bakal terancam mara bahaya" "Sekalipun darahku dilepaskan secara per-lahan-lahanpun, cayhe belum tentu bisa hidup, setiap janji yang kuucapkan tidak pernah kusesalkan kembali, soal mati hidup sudah tidak pikirkan lagi" Tok Chiu Yok Ong menghela napas panjang. "Sudah puluhan tahun lamanya loohu melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, banyak pula kujumpai enghiong hoohan yang dikagumi banyak orang, namun belum pernah kujumpai manusia yang gagah perkasa dan berjiwa besar macam dirimu" "Tak usah Yok Ong memuji diriku, aku berbuat demikianpun disebabkan keadaan yang terpaksa" Tok Chiu Yok Ong ambil keluar tabung kulitnya, sambil mengangkat jarum panjang ujarnya. "Selama beberapa tahun berselang loohu selalu berada ditengah gunung yang terpencil untuk mencari bahan obat2an yang mujarab dengan harapan berhasil menemukan obat yang bisa menyembuhkan penyakit siauwli, siapa sangka jerih payahku selama banyak tahun sia2 belaka, maka dari itu terpaksa aku harus siapkan jarum panjang serta tabung kulit dengan harapan bisa menemukan seseorang yang bisa digunakan darahnya untuk mengganti darah siauwli yang telah rusak, orang yang berhasil kujumpai hanya Siauw-heng seorang. Aaai.... keadaan ini sebenarnya merupakan suatu keadaan yang terpaksa!" Siauw Ling tidak menggubris perkataan orang per-lahanlahan ia pejamkan matanya dan berkata, "Yok Ong, silahkan mulai melepaskan darah!" "Perlukah loohu menotok jalan darahmu?" "Seandainya Yok Ong tidak percaya dengan daya tahan cayhe, lebih baik totok saja jalan darahku". "Seandainya pelepasan darah ini hendak dilakukan cepat, Loohu harus menggunakan tenaga dalam untuk menggerakkan darah dalam tubuhmu disamping itu akupun harus mengurut beberapa buah jalan darah ditubuh siauwli, tatkala jarum menembusi urat walaupun penderitaan tidak begitu besar, tetapi pelepasan darah yang terlalu cepat bisa menimbulkan perasaan ngeri terhadap kematian, menurut pendapat Loohu, lebih baik kutotok saja beberapa buah jalan darahmu." "Pada saat ini keadaan aku orang she Siauw bagaikan seekor kambing yang hendak disembelih apa yang hendak Yok Ong lakukan tak perlu dirundingkan lagi dengan diriku." Tok Chiu Yok Ong pun tidak bicara lagi, ia menggerakkan tangan kanannya dan secara beruntun menotok dua buah jalan darah dari Siauw Ling, setelah itu katanya. "Seandainya kutotok jalan darah pingsanmu, walaupun kau tak kenal penderitaan namun hal ini akan mempengaruhi kelancaran dari peredaran darahmu, terpaksa aku minta Siauw-heng suka bersabar sebentar." Jalan darah bisu Siauw Ling sudah tertotok, walaupun ia dapat mendengar ucapan tersebut namun sulit baginya untuk menjawab. Terasa lengan kirinya amat sakit, jarum panjang yang berlubang ditengahnya itu telah ditusukkan ke dalam urat nadinya. Diikuti sebuah telapak ditekankan ke atas dadanya, segulung tenaga dalam segera menyerang keisi tubuhnya. Dengan adanya tekanan ini, peredaran darah dalam tubuhnya mengalir semakin cepat, segera lapat2 ia dapat mendengar suara gemerisikan yang halus sekali. "Mungkin kali ini aku bakal habis sudah...." pikir Siauw Ling di dalam hati. Sementara ia masih berpikir, mendadak lengan kirinya terasa mengendor, jarum yang menembusi urat nadinya mendadak dicabut orang, sedangkan telapak yang menekan didepan dadanya pun ditarik kembali. Terdengar suara helaan napas panjang dari si Raja Obat Bertangan Keji bergema memecahkan kesunyian diikuti ia menegur. "Bocah, apa yang kau lakukan?" "Ooouw.... ayah, bukankah kau hendak menjodohkan aku dengan diri Siauw Ling?" tanya sang gadis dengan suara yang lemah. "Sedikitpun tidak salah! setelah Siauw Ling setuju untuk mengawini dirimu sebagai istrinya, kendati kau terima darahnya dan aku rasa bukan suatu hal yang patut disesalkan." "Aku tidak percaya dengan perkataan ayah, dia gagah lagi tampan, mana ia sudi kawin dengan aku yang jelek tak ketulungan ini." "Wan-jie, kau jangan lupa bahwa ayahmu adalah seorang tabib sakti yang tiada ada tandingannya dikolong langit, dan kau adalah putri kesayanganku, asal kau senang dengan seseorang, orang itu harus kawin dengan dirimu." "Apabila kau inginkan aku percaya, maka Siauw Ling mengakui sendiri dihadapanku!" Permintaan putrinya ini membuat Tok Chiu Yok Ong merasa serba salah sama sekali ia termenung kemudian baru berkata ; "Baiklah! tetapi kaupun harus menyetujui lebih dahulu sebuat syaratku....!" "Apakah syaratmu itu?" "Seandainya Siauw Ling telah mengakui dihadapanmu bahwa dia hendak mengawini dirimu, kau harus menurut perkataan dari ayahmu dan menerima darahnya. Aaai.... Wanjie, selamanya kau memikirkan nasib orang, kenapa tidak memikirkan pula rasa sayang ayahmu terhadap kau?" "Bebaskan dulu jalan darahnya, biarlah dia mengucapkan sendiri kata2 tersebut...." Tok Chiu Yok Ong dibikin apa boleh buat terpaksa ia bebaskan jalan darah Siauw Ling diikuti ujarnya dengan ilmu menyampaikan suara ; "Siauw-heng, pepatah kuno mengatakan: mau bunuh orang bunuhlah sampai mati, mau menolong orang menolonglah sampai hidup, mau menghantar Buddha hantarlah sampai See-Thian, setelah kau sanggupi untuk menolong putriku, aku harap kau suka membantu sampai selesai" Per-lahan-lahan Siauw Ling membuka matanya memandang sekejap ke arah si Raja Obat Bertangan Keji, menyaksikan wajahnya yang penuh dengan nada memohon ia tidak tega, setelah menghela napas, matanya dipejamkan kembali. Terdengar gadis itu berkata, "Siauw Ling, ayahku bilang kau hendak mengawini diriku, perkataannya bohong bukan?" Sekali lagi Siauw Ling membuka matanya, tampak Tok Chiu Yok Ong pada waktu itu sedang memandang ke arahnya dengan keringat dingin yang mengucur keluar tiada hentinya membasahi seluruh wajahnya, ia lantas menjawab, "Ayahmu sedikitpun tidak membohongi dirimu" "Kau suka mengawini diriku sebagai istrimu, tahukah kau siapa namaku....?" tanya gadis itu sambil tertawa. "Bukankah kau bernama Wan-jie?" ujar Siauw Ling setelah termenung sejenak. "Ayah membohongi aku karena dia hendak menolong jiwaku, agar aku suka menerima darahmu sekarang kenapa kaupun membohongi aku" Wan-jie, adalah nama kecil yang diberikan ayah kepadaku, namaku yang sebenarnya adalah Lam-kong Giok" "Lam-kong Giok. Aaai....! ayahmu pernah memberitahukan kepadaku, hanya untuk sesaat tak ingat lagi dalam benakku" "Ooouw.... ayah! bebaskanlah jalan darah diatas lengan serta tubuhnya, agar ia bisa bangun duduk dan berbicara dengan aku" "Bukankah ia sudah mengakui dihadapanmu" tak usah bicara lagi, kini kita harus melanjutkan pelepasan darah!" "Ayah, kau masih ingat dengan suatu kejadian yang pernah terjadi dimasa lampau?" "Kejadian apa?" "Aku sudah lupa kejadian itu berlangsung ketika aku berumur berapa, tetapi aku masih ingat ayah memuji diriku. katanya: Oooh Wan-jie! kau memang amat cerdik sejak dilahirkan. persoalan yang ada dalam hati ayah selamanya tak dapat mengelabuhi dirimu." "Aaah benar putri dari Tok Chiu Yok Ong tentu saja sukar ditandingi orang lain." "Apabila ayah sudah tahu bahwa kau tak dapat membohongi diriku, kenapa setiap kali kau masih membohongi diriku?" Tok Chiu Yok Ong melengak, untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup diucapkan sepatah katapun. "Ayah cuma tahu menolong diriku walau dengan pengorbanan bagaimana besarpun, seandainya aku mati bukankah susah payahmu selama ini pun bakal berakhir?" "Ah...." Tok Chiu Yok Ong menghela napas panjang. "Sekalipun ayah membohongi dirimu, hal inipun kulakukan karena aku sayang sekali kepadamu!" "Ayah, kalau kau benar2 menyayangi putrimu kau harus bebaskan jalan darah dari Siauw Ling nanti akan kuberitahukan satu cara untuk menolong diriku!" "Kau amat cerdik, ayah percaya dengan perkataanmu!" Tanpa banyak bicara lagi Si Raja Obat Bertangan Keji ini segera menggerakkan tangan kanannya dan membebaskan jalan darah Siauw Ling yang tertotok. Per-lahan-lahan Siauw Ling duduk, tampak Lam-kong Giok yang kurus sedang bersandar diatas dinding sambil memandang dirinya dengan senyum dikulum. "Ayah telah membebaskan jalan darahnya, Nah sekarang katakanlah apa caramu untuk menyembuhkan penyakit yang kau derita itu?" Lam kong Giok memutar biji matanya yang bulat gede untuk memandang sepasang kaki Siauw Ling lalu menegur. "Bukankah jalan darah pada sepasang kakinya belum dibebaskan?" Mendengar perkataan ini Tok Chiu Yok Ong segera tertawa ter-bahak2. "Haa.... haa.... Wan-jie, selama banyak tahun, jarang sekali kau berada dalam keadaan sadar seperti hari ini". Seraya berkata ia menepuk bebas jalan darah disepasang kaki sianak muda itu. "Ilmu pertabiban yang ayah miliki tiada tandingannya dikolong langit, benarkah itu?" "Tentu saja benar". "Aku mempunyai satu persoalan yang tidak kupahami, dapatkah ayah menerangkan kepadaku?" "Persoalan apa?" "Mengapa darah dari Siauw Ling dapat digunakan untuk menolong jiwaku?" "Gampang sekali, hal ini disebabkan ia pernah makan sejenis obat sehingga membuat darahnya berbeda dengan darah orang lain". "Nah, itulah dia, jadi darah yang ada ditubuhnya bukanlah darah mujarab yang dibawanya sejak lahir, kenapa ayah tidak menanyakan kepadanya benda apakah yang telah ia makan dan benda itu tumbuh dimana?" Tok Chiu Yok Ong berseru tertahan dan menepuk batok kepala sendiri. "Aaah, sedikitpun tidak salah, kenapa aku tak dapat berpikir sampai kesana"...." Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sinar matanya segera dialihkan ke arah Siauw Ling, katanya lebih jauh, "Apa yang diucapkan siauw-li, apakah sudah Siauw-heng dengar?" "Sudah kudengar semua!" "Seandainya Siauw-heng suka mengaku terus terang benda apakah yang telah kau makan dan benda tersebut tumbuh dimana, maka Siauw-heng pun tak usah memberikan darahmu untuk menolong putriku" Siauw Ling termenung sejenak, kemudian menjawab, "Benda itu adalah sejenis tumbuhan berwarna abu2 yang berbentuk seperti payung dan tumbuh didinding sebuah tebing...." "Aaah, benda itu adalah jamur batu berusia seribu tahun, benda inilah yang dibutuhkan untuk menyembuhkan penyakit putriku, entah benda itu tumbuh dimana?" "Diatas sungai Soh-Kang diantara selat Sam Nia, sulit bagi cayhe untuk menyebutkan nama tempat itu". "Masih ingatkah kau dengan tempat itu?" "Secara lapat2 masih ingat, mungkin tempat itu masih dapat kita temukan". "Kalau begitu bagaimana kalau Siauw-heng membawa loohu pergi kesitu?" Siauw Ling termenung sejenak lalu mengangguk. "Baiklah! tetapi cayhepun harus menerangkan lebih dahulu" serunya. "Loohu akan mendengarkan dengan seksama, nah katakanlah!" "Jamur batu itu tumbuh diatas dinding tebing yang letaknya disuatu tempat yang tidak nampak langit juga tidak nampak bumi, bahkan secara kebetulan telah cayhe makan hingga habis sebagian besar, sisanya tinggal sedikit sekali, lagipula daya ingat cayhe tentang tempat itu sudah samar sekali...." "Tidak mengapa, asal kau masih ingat bahwa jamur batu itu belum kau makan sampai habis, itu sudah cukup". "Tempat itu dikelilingi oleh puncak2 gunung yang amat banyak serta saling bersambungan, dimanakah letak tepat dari dinding tebing yang ditumbuhi jamur batu itu cayhe sendiri tak bisa menunjukkan dengan tepat...." "Apakah kau tak dapat ingat akan letak keistimewaan dari tempat itu?" tukas Yok Ong. "Diatas dinding tebing itu terdapat sebuah air terjun yang amat besar sekali." "Asal ada tanda ini, rasanya tidak terlalu sulit untuk menemukan." Siauw Ling menghela napas panjang, katanya. "Apa yang bisa cayhe ingat cuma begini minim, aku rasa bukan satu dua hari saja tebing curam yang terletak diantara be-ratus2 puncak itu dapat ditemukan. sedangkan kesehatan putrimu...." Berbicara sampai disini mendadak ia membungkam. "Dengan ilmu pertabiban yang loohu miliki, aku masih bisa menunda usianya selama sebulan lagi, seandainya dalam sebulan ini kau masih belum berhasil menemukan dinding tebing yang ditumbuhi jamur batu itu, terpaksa aku harus menggunakan darahmu untuk menolong jiwa putriku." "Tidak mengapa" mendadak Lam-kong Giok menyela. "Jangan dikata sebulan sekalipun dua bulan aku masih sanggup untuk mempertahankan diri." "Bocah, janganlah mengucapkan kata2 yang bersifat gurau," tegur Tok Chiu Yok Ong dengan nada tercengang. "Kena apa kau berbicara yang bukan2" ilmu pertabiban yang aku miliki tiada tandingannya dikolong langit, menurut pemeriksaan nasib yang kulakukan, keadaanmu sudah tiba pada saat yang dinamakan lampu lentera kehabisan minyak, seandainya aku tidak mempunyai obat mujarab serta ilmu jarum, barangkali untuk hidup selama sepuluh haripun sulit bagimu, batas waktu sebulanpun sudah menguras hampir seluruh tenaga serta kemampuanku...." Tidak memberi kesempatan bagi putrinya untuk berbicara, ia tarik napas panjang2 dan meneruskan. "Siauw thay-hiap adalah seorang koen-cu yang pegang janji, ia tidak akan berubah niat sebelum janjinya terpenuhi. kini kau memberikan batas waktu dua bulan baginya, padahal aku tidak punya keyakinan untuk mempertahankan usiamu lebih dari sebulan, bukankah hal ini berarti kau akan menyusahkan diriku?" "Ayah. Kau telah melupakan satu hal yang memberi tenaga bagiku untuk melanjutkan hidup." "Tenaga apa yang kau maksudkan?" "Tenaga yang timbul dalam hatiku untuk melanjutkan hidup...." "Wan-jie, kenapa secara tiba-tiba kau bisa timbul keinginan yang keras untuk melanjutkan hidup"!" tanya si raja obat bertangan keji setelah termenung sejenak. Sepasang mata Lam kong Giok yang sayu mendadak dialihkan ke atas wajah Siauw Ling kemudian menyahut. "Aku berbuat demikian agar ayah tidak melepaskan darahnya lagi untuk menolong jiwaku." Tok Chiu Yok Ong kembali termenung, kemudian ia tertawa terbahak2. "Heee.... heee.... aku paham sudah." Merah jengah selembar wajah Lam-kong Giok yang kurus, per-lahan-lahan ia menjatuhkan diri ke dalam pelukan ayahnya dan memejamkan sepasang matanya. Tok Chiu Yok Ong segera berpaling ke arah Siauw Ling seraya menegur. "Siauw thayhiap, sudah kau dengar apa yang dikatakan siauwli?" "Sudah" "Kalau begitu bagus sekali, putriku telah menetapkan batas waktu dua bulan bagimu, walaupun aku adalah ayahnya namun akupun tidak ingin mengubah batas waktu yang ia tetapkan, salama dua bulan mendatang loohu tidak akan mengambil darahmu, tetapi selewatnya dua bulan apabila jamur batu berusia seribu tahun ini belum berhasil juga kau temukan, terpaksa aku harus meminjam darahmu lagi" "Seandainya putrimu tak dapat hidup lebih dari dua bulan...." "Hal ini harus dianggap sebagai takdir yang menentukan batas hidupnya, aku yang jadi ayahnya tak dapat berbuat apa2 lagi" Tiba-tiba sekilas sinar mata yang amat tajam berkelebat diatas wajahnya, ia melanjutkan ; "Tahukah kamu apa sebabnya putriku memberikan batas waktu selama dua bulan kepadamu?" "Putrimu berhati welas, ia tidak tega mencelakai orang...." "Karena ia sendiri tahu bahwa dia tak dapat hidup lebih dari dua bulan!...." tukas Tok Chiu Yok Ong dengan suara keras. Siauw Ling jadi tertegun. "Hal ini membuat cayhe semakin tidak paham" "Siauw-li telah menaruh bibit cinta terhadap diri anda, ia rela mati dari pada mencelakai jiwamu." "Tentang soal ini.... tentang soal ini...." "Tak usah tentang ini itu lagi, walaupun putriku ada maksud untuk menolong selembar jiwamu, tetapi aku Tok Chiu Yok Ong tidak mempunyai kebesaran jiwa untuk berbuat demikian" "Lalu bagaimanakah menurut pendapat Yok Ong?" "Apabila dalam sebulan kau gagal untuk menemukan kembali tebing curam yang ditumbuhi jamur batu tersebut, berarti putriku bakal mati namun berhubung dia punya janji lebih dahulu maka sekalipun ia bakal mati jiwanya tak dapat ditolong kembali, akupun tak bisa mengambil darah dalam tubuhmu. Oleh sebab itu seandainya putriku mati, jamur batupun tak usah kau cari lagi. Loohu akan mengubur tubuhmu dalam satu liang dengan putriku, agar dalam perjalanannya menuju kealam baka putriku bicara dan teman bergurau." "Jadi maksud Yok Ong, kau hendak mengubur tubuh cayhe ber-sama2 jenasah putrimu?" seru Siauw Ling dengan hati terjelos. "Sedikitpun tidak salah, entah bagaimanakah menurut pendapatmu?" Siauw Ling tertawa hambar. "Apa yang Yok Ong pikirkan benar2 bagus, namun belum tentu bisa cayhe setujui, apabila kau ingin membawa aku pergi mencari jamur batu berusia seribu tahun itu maka pertama2 kau harus bebaskan dulu jalan darahku yang tertotok cayhe kan sudah menyetujui untuk memberikan darahku untuk menolong orang" kenapa kau hendak pula mengubur diriku bersama jenasahnya" Tetapi, apabila Yok Ong memang ada maksud berbuat demikian, cayhe pun akan memberikan satu cara kepadamu" "Apa caramu itu?" "Dengan mengandalkan kepandaian silat masing-masing. kita langsungkan susatu pertarungan yang akan menentukan mati hidup kita." "Ilmu silatmu sangat lihay, terdiri pula kepandaian2 sakti dari pelbagai perguruan Sekalipun loohu tidak akan sampai menderita kekalahan namun akupun tidak punya keyakinan untuk menang. Loohu tidak akan sudi melakukan pekerjaan yang begini menempuh bahaya...." "Kecuali andalkan ilmu silat untuk menentukan mati hidup kita, cayhe belum dapat menemukan suatu cara lain yang bisa Yok Ong gunakan untuk memaksa aku dikubur bersama dengan jenasah putrimu". "Yaah.... bagaimanapun juga pengalaman dan pengetahuan orang muda memang jauh lebih cetek dari jago kawakan, apakah loohu tidak dapat membokong dirimu?" "Membokong?" bagaimana kau hendak membokong?" "Beritahukan kepadamu pun tidak mengapa, ilmu melepaskan racun dengan meminjam benda lain yang loohu miliki sudah tersohor dikolong langit, apabila batas waktu sebulan untuk menemukan jamur batu tersebut hampir habis dan kau belum berhasil juga menemukan benda itu, secara diam2 loohu akan melepaskan racun terlebih dahulu ke dalam tubuhmu, setelah putriku mati maka aku paksa kau untuk dikubur bersama putriku. saat itulah racun dalam tubuhmu bekerja, tentu saja kau takkan sanggup melawan kehendak loohu." "Tidak sepantasnya kau ceritakan rencanamu ini kepadaku, setelah cayhe tahu akan soal ini persiapan dan penjagaan atas keselamatan tubuhku tentu akan kutingkatkan!" "Apabila kaupun bisa menghindari bokonganku bukankah gelar Si Raja Obat Bertangan Keji yang diberikan orang lain kepadaku hanya suatu nama kosong belaka." "Seandainya apa yang ia katakan adalah sejujurnya kemampuan orang ini benar2 mengerikan sekali" pikir Siauw Ling di dalam hati. Diluaran ia lantas berkata. Yok Ong, kaupun tak usah membual terlebih dahulu, rasanya belum terlambat apabila kita bicarakan persoalan ini dikemudian hari." "Loohu percaya kau takkan sanggup untuk menghindarkan diri...." Ia merandek sejenak lalu katanya. "Sekarang kita harus menetapkan lebih dahulu satu masalah penting." "Masalah apa?" Kau belum memberikan persetujuan apakah suka mengantar loohu serta putriku untuk mencari jamur batu berusia seribu tahun itu" "Dengan memandang diatas kebajikan hati putrimu sudah cukup membat cayhe untuk tidak menampik tawaran ini" "Jadi kau sudah menyanggupi?" "Mana.... mana.... apabila ucapanpun tak bisa dipercaya, dikolong langit tak ada orang yang bisa dipercaya lagi" Telapak kanannya bergerak berulang kali membebaskan jalan darah Siauw Ling yang masih tertotok. Setelah jalan darahnya bebas Siauw Ling pun meloncat bangun dan melepaskan otot2 kaki dan lengannya, kemudian bertanya, "Cuma kami bertiga saja?" "Tiong Chiu Siang Ku mempunyai pengalaman serta pengetahuan yang luas, apabila kau bisa membawa serta mereka berdua, hal ini jauh lebih baik lagi". "Bila kubawa serta kedua orang saudaraku, apakah kalian ayah dan anak tidak merasa terlalu dipencilkan?" Tok Chiu Yok Ong tertawa. "Apabila membicarakan dalam soal ilmu silat, hanya kau seorangpun sudah cukup untuk menghadapi diriku, jadi sekalipun ditambah Tiong Chiu Siang Ku berduapun tiada berbeda bagiku" "Maukah mereka ikut serta dalam perjalanan ini sulit bagi cayhe untuk menebaknya, aku harus ajak mereka untuk berunding lebih dahulu". "Menurut penglihatan loohu, sikap mereka berdua terhadap dirimu sangat menghormat, jangan dikata hendak kau ajak untuk ber-sama2 mencari jamur batu berusia seribu tahun, sekalipun hendak kau ajak mereka naik kegunung golok masuk kekuali minyak mendidihpun mereka berdua tidak akan menampik". JILID 29 Cahye cuma ingin memohon kepada mereka dengan kata2 baik, seandainya mereka tidak ingin ikut cayhe pun tidak akan memaksa." "Baikah, kalau begitu loohu akan bersihkan dahulu racun jahat yang telah kusebarkan disekeliling mulut gua." Bicara sampai disitu, Si Raja Obat Bertanan Kejipun segera melangkah kemulut gua dan membersihkan racun jahat yang telah disebarkan di situ, kemudian teriaknya lantang, "Tauke berdua, Liong-tauw toako kalian mengundang kamu berdua masuk ke dalam gua!" Dalam pada itu Tiong Chiu Siang Ku sedang menanti dengan hati cemas, mereka tidak tahu bagaimanakah perubahan yang telah terjadi di dalam gua. mendengar seruan si raja obat tersebut, buru-buru mereka meloncat masuk ke dalam gua. Terlihatlah Siauw Ling berdiri di dalam gua dengan wajah segar bugar, peristiwa ini benar2 diluar dugaan mereka, setelah tertegun kedua orang itu segera menjura dalam2. "Toako baik2kah kesehatanmu?" "Aku sangat baik!" "Apakah Yok Ong sudah berubah pikiran?" tanya Sang Pat Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo sambil alihkan sinar matanya ke arah si Raja Obat Keji. "Loohu telah berjanji dengan Siauw Ling untuk masuk keselat mencari sejenis obat mujarab guna mengobati putriku, entah apakah kalian berdua ada kegembiraan untuk ikut?" Sang Pat kembali alihkan sinar matanya ke arah Siauw Ling dan bertanya ; "Toako, benarkah yang dikatakan Tok Chiu Yok Ong barusan?" "Kapan sih Loohu pernah berbohong?" tegur Yok Ong kurang senang. "Hemmm, sekalianpun apa yang kau ucapkan adalah kata sejujurnya, kami Tiong Chiu Siang Ku belum tentu mau percaya" jengek Tu Kioe dingin. Teringat bahwasanya ia masih membutuhkan bantuan kedua orang itu, Tok Chiu Yok Ong mendehem ringan dan menahan sabar. "Apa yang ia ucapkan sedikitpun tidak salah" terdengar Siauw Ling membenarkan. "Aku sudah menyanggupi tawarannya untuk pergi mencari obat dengan batas waktu dua bulan, apabila tak dapat menemukan bahan obat2an tersebut." "Batas waktu dua bulan adalah janjimu dengan putriku...." dengan cepat Si Raja Obat Bertangan Keji menukas. "Apabila batas waktu dua bulan sudah lewat, dan obat yang dicari belum ketemu apakah kau masih ingin menggunakan darah toako kami untuk menolong jiwa putrimu!" sambung Tu Kioe dengan suara yang dingin. "Menurut pendapat loohu mungkin tiada harapan lagi bagi loohu untuk minta darah segar Siauw Ling!" "Kenapa?" "Sebab putriku tak bisa hidup lewat dari dua bulan" Tu Kioe tertawa dingin. "Sebetulnya keadaan putrimu memang patut dikasihani, sudah belasan tahun ia hidup dalam keadaan menderita. seandainya ia sudah mati, Yok Ong bisa melepaskan diri dari suatu ikatan beban yang sangat berat.... ejeknya. Air muka Tok Chiu Yok Ong ke atas berubah hebat. Kau mengharapkan putriku cepat mati.... Hmm, agaknya kau sudah bosan hidup?" teriaknya. Sang Pat takut Tu Kioe melanjutkan ejekannya dengan kata2 yang sinis sehingga mengakibatkan bentrokan berkerasan, buru-buru ia menukas. "Yok Ong, harap jangan marah, dalam dunia persilatan dewasa ini siapa yang tidak tahu kalau Tu Loo-jie paling sinis dalam setiap perkataannya" janganlah disebabkan satu persoalan kecil hingga merusak masalah besar, demi putrimu aku minta Yok Ong bisa sedikit sabarkan diri." Si Raja Obat Bertangan Keji mendengus dingin, ia tidak berbicara lagi lebih jauh. Terdengar Tu Kioe dengan suaranya yang datar dan dingin ketus berkata kembali ; "Setelah Liong-tauw toako menyanggupi kami yang jadi saudaranya tentu saja akan mengikuti toako untuk melakukan perjalanan." "Aku minta saudara berdua jangan memaksakan diri." "Ha ha ha ha asal kami bisa mengikuti toako walaupun pergi keujung langit, terjun kelautan apipun merupakan suatu hal yang patut digirangkan" tukas Sang Pat seraya tertawa terbahak2. "Aaaai....! lebih baik saudara berdua jangan pergi, tapi kalau kalian ingin ikut, siauw-hengpun tak bisa menghalangi" "Dari mulut orang lain loohu dengar kalian Tiong Chiu Siang Ku memelihara dua ekor anjing yang amat cerdik entah dapatkah binatang2 itu dibawa serta?" mohon Tok Chiu Yok Ong. "Kita bawa seekor saja" "Kapan kita hendak berangkat?" "Bagaimana menurut pendapat toako?" Sang Pat segera berpaling ke arah Siauw Ling. "Sebenarnya aku hendak mohon pamit lebih dahulu dari orang tuaku, tapi.... aaai....! mengingat perjalanan kita kali ini sukar diramalkan bagaimanakah nasib kita selanjutnya, aku rasa tak perlu kita ganggu mereka berdua lagi...." "Apakah tiada persoalan yang dikerjakan lagi, bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga?" Pada saat dan keadaan seperti ini, lebih baik Yok Ong mendengarkan semua perintah dari toako kami" sela Tu Kioe. "Dimanakah anjing raksasa kalian berdua?" terdengar Siauw Ling bertanya. "Harap toako tunggu sebentar disini, cayhe segera pergi mengambil anjing itu dan kemudian kita segera berangkat". Tanpa menunggu jawaban lagi Sang Pat putar badan dan loncat keluar dari dalam gua. Menanti Sang Pat sudah berlalu, Siauw Ling segera berpaling memandang sekejap ke arah Si Raja Obat Bertangan Keji dan ujarnya, "Yok Ong, tempat dimana terdapat jamur batu berusia seribu tahun itu merupakan suatu tebing curam yang dikelilingi bukit yang terjal, dari puncak bukit tergantunglah sebuah air terjun yang amat besar, dari atas puncak hingga ke dasar bukit tingginya ada ribuan tombak, bukan begitu saja bahkan dinding tebing itu tegak lurus dan penuh ditumbuhi lumut, jangan dikata sulit ditemukan letaknya, sekalipun beruntung bisa ditemukanpun sulit untuk menuruni dinding tebing tersebut guna mengambil jamur batu yang tumbuh disana". "Seandainya tempat itu letaknya sangat bahaya secara bagaimana tempo dulu Siauw-heng bisa mendatangi tempat itu yang kemudian berlalu pula dari sana?" Siauw Ling termenung sejenak, setelah melirik sekejap ke arah Tu Kioe ia menjawab ; "Secara kebetulan saja aku tiba ditempat itu!" Maka iapun lantas menceritakan secara bagaimana Tiong Chiu Siang Ku memaksa dia untuk menyerahkan anak kunci Istana Terlarang, kemudian secara bagaimana ia jatuh ke dalam sungai, ditolong orang, diantar ke dalam sebuah gua yang letaknya diatas dinding tebing yang curam, dalam gua itu terdapat kakek kurus yang menahan dia untuk tinggal disitu, kemudian secara bagaimana ia bentrok dengan pemuda berbaju hijau sehingga lari kegua bagian belakang, terjatuh ke dalam jurang, secara kebetulan makan jamur batu dan seterusnya.... "Letak tebing itu amat curam dan berbahaya kemudian secara bagaimana kau bisa berlalu dari sana?" tanya Yok Ong. "Kalau dibicarakan mungkin sulit dipercayai orang, kebetulan sekali ada seekor burung rajawali yang amat besar datang kesitu untuk makan jamur batu, aku lantas naik ke atas punggung burung itu dan meninggalkan dinding tebing yang curam tadi." "Sekalipun Loohu tidak mau percayapun, sekarang rasanya harus mempercayai juga kisahmu itu." Dalam pada itu Tu Kioe tunduk ter-sipu2 tatkala mendengar Siauw Ling mengisahkan kembali pengalamannya ketika dipaksa sampai tercebur ke dalam sungai, untuk beberapa saat lamanya ia tidak mengucapkan sepatah katapun. "Dewasa ini cuma ada satu jalan saja untuk mendapatkan jamur batu tersebut" terdengar Siauw Ling berkata kembali. "Yaitu dengan menggunakan tali kita turun dari belakang gua batu tersebut tetapi.... "Tetapi kenapa?" dengan cepat Yok Ong bertanya. "Kecuali cara ini, apakah tiada cara lain yang lebih bagus?" "Apabila Yok Ong mengharap bantuan dari cayhe untuk menemukan jamur batu berusia seribu tahun itu, lebih baik sungkanlah sedikit dalam pembicaraan" tegur Siauw Ling dingin. Tok Chiu Yok Ong mendehem ringan. "Seandainya kuambil darahmu, sama saja dengan aku bisa sembuhkan penyakit putriku, dengan selembar jiwamu loohu tukar dengan petunjukmu untukmu, untuk menemukan obat mujarab tadi, apakah loohu harus berterima kasih kepadamu?" ia berseru. Siauw Ling merasa apa yang ia ucapkan sedikitpun tidak salah, mulutnya langsung membungkam, lama sekali ia tertegun kemudian baru berkata, "Perkataan Yok Ong sedikitpun tidak salah, hanya saja pada waktu itu cayhe sama sekali tak mengerti ilmu silat dan selalu berbaring dalam ruang perahu, ketika dihantar masuk ke dalam gua itupun kebanyakan lewat jalan air, hingga kini sulit bagiku untuk mengingatnya kembali." "Ditengah sungai Soh-kang yang dikelilingi be-ribu2 puncak terjal, tempat itu tentu saja letaknya diantara selat Sam Nia, kita bisa menyewa sebuah perahu yang dijalankan disepanjang sungai, dengan berdiri diluar ruang perahu kita bisa teliti tebing2 yang ada disana, seandainya tempat itu rada mirip, kita segera mendakinya dan berusaha menemukan gua yang kau maksudkan." "Aku rasa memang cuma cara ini saja yang bisa kita gunakan." Tu Kioe yang selama ini membungkam dalam seribu bahasa, mendadak menyela, "Puluhan li sekeliling kota Koei-Chiu banyak tersebar mata2 dari perkampungan Pek Hoa San Cung, apabila kita melakukan perjalanan dengan bergerombol, jejak kita pasti akan diketahui oleh mereka." "Seandainya ada orang perkampungan Pek Hoa San Cung yang akan menyusahkan kalian, biar loohu yang hadapi, kalian Tiong Chiu siang Ku tak perlu ikut turun tangan." "Tentu saja kami bersaudara akan berpeluk tangan menonton harimau bertarung, seandainya pada waktu itu Yok Ong ingin mohon bantuan dari kami bersaudara, maka kita harus bicarakan dulu untung ruginya!" "Sepanjang hidup loohu tidak pernah mohon bantuan orang lain. kalian boleh berlega hati". "Yok Ong, janganlah mengunggulkan diri sendiri, lihat saja bagaimana akhirnya nanti" Sementara kedua orang itu masih bersilat lidah, Sang Pat telah balik kembali ke dalam gua. "Apakah anjing raksasa itu sudah kau bawa datang?" Tok Chiu Yok Ong segera menegur. Terhadap si raja obat itu, Sang Pat sama sekali tidak ambil gubris. Kepada Siauw Ling ia segera menjura dan berkata, "Anjing raksasa telah siap, kami menantikan perintah dari toako untuk berangkat!" Per-lahan-lahan Siauw Ling bangun berdiri dan mengajak, "Mari kita berangkat!" Berjalan keluar dari gua, mendadak ia berhenti dan ujarnya kembali ; Tidak bisa jadi membiarkan orang tuaku tetap berada ditengah bukit ini bukan suatu cara yang bagus, Suma-heng serta Kim Lan, Giok Lan belum tentu sanggup melindungi keselamatan kedua orang tua itu." "Tentang soal ini toako boleh berlega hati" Sang Pat tersenyum. "Dibawah perlindungan para jago yang dipimpin Siang Hwie, kedua orang tua itu sudah diantar ketempat yang lebih aman." "Mereka telah dihantar kemana?" Sang Pat melirik sekejap ke arah Tok Chiu Yok Ong kemudian tertawa ter-bahak2. "Maksud jahat untuk mencelakai orang boleh ada, pikiran waspada tak boleh tidak ada. Toako boleh berlega hati, tempat itu pokoknya aman sekali." Tok Chiu Yok Ong mendengus dingin, ia bopong tubuh putrinya dan berlalu lebih dahulu dari sana dengan langkah lebar. Sang Pat bersuit rendah, dari balik semak belukar meloncat keluar seekor anjing besar berwarna hitam yang segera mengikuti dibelakang tubuh Sie-poa emas itu. Demikianlah, dibawah pimpinan Si Raja Obat Bertangan Keji mereka telah tiba dimulut lembah, mendadak ia berhenti dan berkata, "Walaupun loohu tidak takut dengan orang2 dari perkampungan Pek Hoa San Cung, namun apabila jejakku diketahui oleh mereka tentu akan dilaporkan ke dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, seumpama Shen Bok Hong sampai melakukan pengejaran sendiri, keadaan jadi rada repot, lebih baik kita melakukan perjalanan setelah malam tiba nanti." "Apakah Yok Ong amat jeri terhadap Shen Bok Hong?" jengek Tu Kioe. "Loohu dengan dia telah mengikatkan diri jadi saudara angkat, kenapa aku harus jeri kepadanya. Tu Kioe masih ada maksud menyindir si raja obat tersebut, namun kena dibentak Siauw Ling sehingga ia segera membungkam. Dalam pada itu Sang Pat telah mengambil keluar rangsum kering dari sakunya lalu dibagikan kepada beberapa orang itu. Dari dalam sakunya Tok Chiu Yok Ong pun ambil keluar sebuah botol porselen, ia ambil dua butir pil tersebut dan dengan sangat hati2 sekali dimasukkan ke dalam mulut putrinya. Menyaksikan cintanya Yok Ong terhadap putrinya, diam2 Siauw Ling menghela napas panjang pikirnya, "Ia memiliki ilmu racun yang tiada tandingannya dikolong langit, seandainya ia tidak mempunyai seorang putri berpenyakitan yang mengurangi ambisinya untuk menjadi jagoan, mungkin banyak peristiwa besar yang telah ia lakukan, kejahatannya mungkin tidak berada dibawah shen Bok Hong...." Setelah duduk mengatur pernapasan beberapa saat lamanya, kentongan pertamapun telah tiba dan saat itulah mereka melakukan perjalanan kembali, dibawah penciuman sang anjing yang tajam, sepanjang perjalanan mereka berhasil melepaskan diri dari pengawasan orang2 perkampungan Pek Hoa San Cung dan tiba ditepi sungai pada kentongan keempat. Awan mendung menutupi seluruh angkasa cuaca gelap gulita hingga sulit untuk melihat lima jari sendiri. yang terdengar hanyalah gulungan ombak yang memecah tepian, tidak nampak cahaya lampu barang sedikitpun jua. "Malam gelap angin kencang, sebuah perahu nelayanpun tidak nampak, agaknya kita harus menunggu sampai fajar menyingsing" gumam Tu Kioe dengan nada dingin. "Sedetik lebih lama kita harus menunggu, berarti sedetik pula harapan toakomu untuk hidup berkurang!" kata Yok Ong. Sang Pat mendehem ringan, tiba-tiba ia bertanya ; "Yok Ong, bagaimana dengan ilmu merenangmu?" "Loohu tidak kenal ilmu dalam air!" "Kita beberapa ekor itik daratan, apabila sampai berjumpa dengan perahu penyamun, bukankah bakal runyam dan berabe?" "Apabila keadaan tidak beres, loohu akan turun tangan meracuni mereka lebih dahulu." Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Cayhe akan pergi adu untung" Sang Pat segera bangun berdiri. "Coba akan kucari sebuah perahu penumpang yang suka mengangkut kita beberapa orang...." Seraya berkata ia lantas berlalu dari situ. Kurang lebih setengah jam kemudian, Sang Pat muncul kembali dengan ter-gesa2. "Cayhe telah berhasil mendapatkan perahu penumpang yang suka mengangkut kita menuju keselat Sam-Nie, ayoh cepat naik ke dalam perahu!" Tok Chiu Yok Ong menggendong tubuh putrinya dengan mengikut dibelakang sang Pat berjalan disepanjang tepi sungai, kurang lebih tujuh delapan lie kemudian tidak akan salah lagi mereka menjumpai sebuah perahu dengan dua tiang layar berlabuh ditepi sungai. Suasana dalam perahu itu gelap gulita tidak nampak sedikit cahaya lampupun. Sang Pat segera melompat dulu ke dalam geladak perahu dan langsung masuk ke dalam ruangan. Siauw Ling, Tu Kioe, Yok Ong sekalian mengikuti dari belakang. Tu Kioe membuat obor, tatkala cahaya menerangi ruang perahu tersebut tampaklah diatas lantai bergelimpangan tujuh delapan sosok tubuh manusia. "Sebetulnya apa yang telah terjadi?" tegur Siauw Ling dengan sepasang alis berkerut. "Orang2 yang menggeletak dilantai perahu semuanya adalah anak buah dalam perahu itu" sahut Sang Pat sambil tertawa. "Tatkala aku tiba disini, mereka sedang berkumpul dalam ruangan sambil berjudi, aku tawarkan mereka untuk mengangkut kita menuju keselat Sam-Nia, namun ditolak oleh mereka. Mengingat keadaan yang mendesak terpaksa Saiuw-te totok jalan darah mereka kemudian datang mohon petunjuk toako". Siauw Ling menghela napas panjang, bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya ia batalkan maksud tersebut. Sebaliknya Si Raja Obat Bertangan Keji segera menunjukkan jempolnya sambil berseru ; "Kecerdikan Sang-heng, benar2 membuat siauw-te merasa sangat kagum....!" "Apabila bukan disebebkan toako kami, aku orang she Sang tak akan sudi melakukan perbuatan semacam ini." jengek si Sie-poa emas. Telapak kanannya diayun berulang kali jalan darah para pelaut yang ada dalam ruanganpun segera bebas semua. Tok Chiu Yok Ong yang kebentur pada batunya merasa mendongkol sekali, sambil membopong putrinya ia duduk disudut ruangan, mulutnya bungkam dalam seribu bahasa. Tu Kioe menyulut lilin yang ada diatas meja, lalu dari sakunya ambil keluar sekeping uang emas serta dua butir mutiara yang segera diletakkan diatas meja, katanya dingin ; "Kalian ada orang2 yang sering hilir mudik dipelabuhan, dalam kelopak mata kalian tentu tidak dimasuki pasir, uang emas serta mutiara ini boleh kalian terima asal saat ini juga jalankan perahu dan hantar kami kesungai Soh-Kang". Menyaksikan dua butir mutiara itu besarnya seperti mata kancing, para pelaut itu tertegun dan berdiri melongo, mereka tidak menyangka bakal ketiban rejeki.... Seorang lelaki berusia empat puluh tahunan segera bertanya setelah melirik sekejap ke arah mutiara tersebut ; "Apakah kalian hendak menuju keselat Sam-Nia?" "Apakah anda adalah pemilik perahu ini?" "Hamba adalah Sioe Soen, ada urusan apa silahkan toa-ya segera berlayar!" "Malam ini sangat gelap dan angin berhembus kencang, ombak menggulung sangat tinggi, sebenarnya sukar bagi kami untuk menjalankan perahu. Namun apabila toa-ya memang inginkan demikian hamba sekalian akan jual nyawa bagimu...." Setelah merandek sejenak, segera teriaknya ; "Bocah bocah sekalian, pasang layar tarik jangkar dan kita segera berlayar....!" Para pelaut mengiakan dan segera lari keluar dari ruangan untuk melakukan tugasnya masing-masing. Terdengar suara seruan saling sahut menyahut berkumandang memecahkan kesunyian, perahu itu per-lahan-lahan meninggalkan pantai dan berlayar mengikuti hembusan angin. Setalah perahu berlayar, Siauw Ling memandang sekejap ke arah Tok Chiu Yok Ong lalu berkata ; "Yok Ong harap kau suka meletakkan putrimu ke atas pembaringan, biarlah ia tidur dengan nyenyak." Tok Chiu Yok Ong memandang sekejap ke arah Siauw Ling lalu menghela napas panjang, ia menurut dan membaringkan tubuh putrinya ke atas pembaringan kayu yang tersedia di dalam ruang perahu. Perahu yang mereka tumpangi merupakan perahu besar dengan sepasang layar, lagipula route yang biasa mereka layari adalah selat Sam-Nia, dengan pengalaman yang dimiliki pelaut2 inilah walaupun berada ditengah malam buta yang berombak besar, perahu mereka bisa berlayar dengan tenangnya. Per-lahan-lahan Siauw Ling berjalan keluar dari ruang perahu, berdiri digeladak memandang ketempat kejauhan, tampaklah cahaya terang mulai muncul diufuk Timur menandakan fajar telah menyingsing. "Jie-ya! masuk dan beristirahatlah didalam." Cioe Soen buruburu datang menghampiri. "Hembusan angin masih kencang dan gulungan ombak masih menghebat, kau harus segera berdiri yang mantap kalau tidak.... waaah! bisa berabe lhooo...." "Tak usah kau kuatirkan" sahut Siauw Ling sambil tersenyum. "Cayhe ingin menyaksikan pemandangan fajar menyingsing dari atas sungai" Cioe Soen masih ingin mengucapkan sesuatu lagi, namun keburu ditukas Tu Kioe dengan nadanya yang dingin, "Tak usah kau cemaskan, lebih baik janganlah campuri urusan orang lain" Raut wajah Tu Kioe yang hijau membesi sangat menakutkan sekali bagi yang memandang, kena dibentak Cioe Soen pemilik perahu itu tak berani banyak bicara lagi, buru-buru ia berjalan ke belakang buritan dan mengawasi anak buahnya bekerja. Berdiri diatas geladak Siauw Ling alihkan sinar matanya mengawasi empat penjuru, ia berharap dari pemandangan yang terbentang didepan mata saat ini bisa mengenang kembali peristiwa yang pernah terjadi beberapa tahun berselang. Tampak ombak ditengah sungai saling gulung menggulung, disamping riak yang memecah tatkala membentur tubuh perahu sulit baginya untuk mengingat kembali perjalanan yang pernah ia lakukan pada masa silam. Tak kuasa lagi sianak muda itu menghela napas panjang dan kembali ke dalam ruang perahu. Ia mengatakan gua batu tersebut terletak di antara selat Sam Nia, hal itu hanyalah menurut dugaannya, bagaimana yang sebenarnya ia sendiri tak berani ambil keputusan. Perahu bergerak menentang ombak, walaupun rada lambat namun arah yang dituju adalah jalan air menuju keselat Sam Nia. Siauw Ling duduk ditepi jendela sambil memandang ombak yang saling berkejaran, hatinya bimbang dan kacau bagaikan naik turunnya ombak ditengah sungai, teringat bahwa perjalanannya ini masih sulit diramalkan untung ruginya, ia merasa sedih sekali. Tengah hari telah tiba, pemilik perahu masuk ke dalam ruang perahu menghidangkan makan siang yang terdiri dari daging serta arak, hidangannya rata2 amat lezat. Tok Chiu Yok Ong yang sangat menguatirkan keselamatan putrinya yang lemah, pada saat ini tak tahan untuk berseru kepada Cioe Soen, "Hey, sampai kapan kita baru akan memasuki selat Sam Nia?" "Sendainya Loo Thian-ya memberikan perjalanan yang lancar buat kita semua, sebelum matahari terbenam nanti kita sudah akan memasuki daerah selat itu, tapi seandainya hembusan angin tetap mengencang dan kita harus bergerak menentang arus, mungkin besok malam baru akan tiba." "Sepasang lengan loohu mempunyai tenaga sakti seberat ribuan kati, entah dapatkah kubantu kalian semua agar perahu ini bisa bergerak lebih cepat?" "Kami tidak berani merepotkan kau orang tua!" "Loohu bukan ada maksud untuk membantu kalian semua, tetapi berhubung tubuh putriku terlalu lemah ia tidak kuat untuk merasakan penderitaan yang terlalu panjang diatas perahu yang terombang ambing oleh ombak. "Ooouw.... kiranya begitu." "Jadi bisa dipakai tidak?" "Kendati tenaga kau orang tua lebih besarpun, percuma saja! sebab kau orang tua tidak akan berhasil melawan kekuatan alam." "Kalau begitu loohu tak bisa membantu kalian?" "Sedikitpun tidak salah, lebih baik kau orang tua beristirahat di dalam ruang perahu saja." Selesai berkata, pemilik perahu she Cioe itu buru-buru keluar dari ruang perahu. Kurang lebih satu jam kemudian, mendadak terlihat Cioe Soen muncul kembali di dalam ruang perahu dengan wajah penuh senyuman, kepada Tok Chiu Yok Ong katanya, "Kau orang tua boleh legakan hati, hembusan angin mendadak terjadi perubahan besar mungkin malam hari ini juga kita bisa sampai di mulut selat!" "Apakah kita tak dapat memasuki selat tersebut pada malam ini juga?" "Tidak bisa, perjalanan disekitar selat Sam Nia amat berbahaya, bukan saja di-mana2 terdapat dasar sungai yang cetek, batu cadaspun tersebar di mana2. Kendati hamba hapal sekali dengan perjalanan air disekitar sana, namun tidak berani untuk menempuh bahaya melakukan perjalanan pada malam hari." "Hmmm! apabila putriku yang lemah tak dapat menahan siksaan dalam perjalanan perahu yang panjang, awas.... jangan harap kalian bisa hidup lebih lama." Cioe Soen tertegun, diam-diam ia mengundurkan diri dari ruang perahu. Arah hembusan angin telah berubah perahu pun bergerak dengan dorongan angin, sebelum sang surya turun gunung mereka sudah tiba di mulut selat yang tersohor akan bahayanya itu. Pada saat itulah Cioe Soen berseru lantang, "Bocah2 sekalian, gulung layar dan turunkan jangkar.... Malam itu mereka menginap semalam diluar selat Sam Nia, keesokan harinya pagi2 sekali Si Raja Obat Bertangan Keji Gelombang Naga 2 Pendekar Bodoh 4 Ratu Perut Bumi Muslihat Para Iblis 3

Cari Blog Ini