Ceritasilat Novel Online

Bulan Jatuh Dilereng Gunung 3

Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno Bagian 3 Sondong Landeyan menggelengkan kepalanya. Lalu menyahut : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Anak muda dalam kelenteng itulah yang menyebutkan namanya. - - Kalau begitu, adik berada dalam kelenteng itu " - Ya. Bukankah kakang Suratenung menemukan kudaku di belakang ... - - Ah - Suratenung tercengang. - Kalau begitu aku tidak mempunyai mata. Hm, benar-benar lamur Benar-benar goblok Anak kemarin sore saja sudah bisa mengelabui aku.- Hm, taruh kata kau tahu itu kuda adik Sondong Landeyan, kau bisa apa" - tegor Surapringga. Suratenung tergugu. A hhirnya hanya meringis seperti orang sedang menahan rasa ingin membuang hajat besar. - Baiklah. - ujar Sondong Landeyan yang tidak pandai bergurau pula. - Kakang Surasekti berkata bahwa sekarang ini sudah kasep. Kalau begitu, apakah Haria Girl berada di dekat tempat kita berada" - Benar. Tidak jauh dari sini. - sahut Surasekti sambil menunjuk ke arah timur. - Kalau begitu, sampai di sini saja kita berpisah. Aku mohon maaf, karena terpaksa membunuh kuda kakang Suratenung. - Tak apa. Kita masih mempunyai dua ekor. Cukup untuk kita bertiga.- buru-buru Surasekti bertiga menungkas. Hari sudah pagi, karena itu dengan mudah Sondong Landeyan dapat mengikuti jejak Sarayuda suami-isteri yang meninggalkan bekasnya di atas tanah basah. Menjelang matahari sepenggalah tingginya, ia tiba di sebuah desa persinggahan. Karena semalam ia tidak sempat makan atau minum, maka ia merasa perlu untuk singgah di sebuah rumah makan pedusunan yang sederhana namun cukup luas. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Apakah ada yang dapat mengurus kudaku" - ia bertanya kepada seorang pelayan. - Ada. - sahut orang itu. - Siapa" - Aku sendiri. - Sondong Landeyan merogoh sakunya. Tiba-tiba tersentuh uang ringgit Suratenung. - lh - ia terkejut. - Mengapa aku lupa mengembalikannya" Memikirkan hal itu ia terlongong sejenak. Lalu mengangsurkan uangnya sendiri kepada orang itu. Kebetulan dalam rumah makan tidak begitu banyak jumlah tetamunya. Maka ia dapat memilih tempat duduk yang mempunyai penglihatan leluasa. - Mudah-mudahan aku masih mempunyai kesempatan untuk bertemu lagi. - ia setengah berdoa di dalam hati Tetapi mengapa aku bisa lupa" Jangan-jangan ada pengamatanku yang kurang puIa. Semenjak berumah tangga, Sondong Landeyan sebenarnya tergolong seorang pendekar besar yang sudah mengundurkan diri dari percaturan masyarakat, Kalau raja ia masih bertempur mengadu kepandaian, lantaran terpaksa melayani kehendak tetamunya. Beda dengan yang harus dilakukan sekarang ini. Dulu mengadu tenaga semata, sekarang ketajaman pikiran harus ikut serta. (yang dimaksudkan ki dalang, selama dua atau tiga tahun terbiasa hidup pasif - sekarang harus aktif karena dia yang mengambil inisiatif ). Sambil menunggu makanan yang disediakan, ia menyelusuri perjalanannya mulai dari saat meninggalkan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rumah sampai memasuki kelenteng. Tiba-tiba suatu ingatan membuat darahnya tersirap. - Hai ! Mengapa Wigagu bersikap tidak senang terhadap Haria Giri" Dia bersedia menolong Sarayuda. Padahal Sarayuda bekeua untuk Haria Girl. Sikapnya yang aneh perlu dipertanyakan.Kalau dipikir-pikir aneh juga tindakan Haria Giri - pikirnya lagi. - Mestinya dia harus selalu berada di tengah Ratu Sumarsa dan kedua puteranya. Mengapa ia seperti memisah" - Memikir sampai disini, Sondong Landeyan merasa seperti menghadapi teka-teki yang tidak mudah dijawabnya. Nampaknya sederhana, tetapi terasa ruwet. Demikianlah setelah mengisi perut, segera ia hendak melanjutkan perjalanannya. Sekonyong-konyong ia melihat berkelebatnya suami-isteri Sarayuda. Rupanya merekapun memerlukan mengisi perut setelah melalui malam yang tegang. Hanya saja mereka singgah di sebuah kedai lain. Buru-buru Sondong Landeyan membayar harga makanan dan minuman. Lalu menitipkan kudanya. Setelah itu ia mengejar Sarayuda dan isterinya. Agaknya Sarayuda dan isterinya lain sekali keadaannya bila dibandingkan dengan semalam. Mereka dapat bergerak cepat dan leluasa. Dan setelah berada di luar dusun, mereka melanjutkan perjalanannya dengan berlari-larian kencang. Dengan gesit dan tangkas mereka menyeberangi pengempangan sawah yang berlika-liku dan menerobos semak belukar. Tak usah diterangkan lagi, bahwa mereka semalam hanya berpura-pura menderita luka berat . Beberapa orang muncul dari balik ilalang yang tumbuh lebat di sekitar rumah terpencil itu. Mereka mengenakan pakaian seragam berwarna kemerah-merahan. Sondong Landeyan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang berada di belakang Sarayuda tercengang. Inilah seragam pakaian kepatihan. Mengapa anak buah Patih Danureja berada di wilayah Jawa Timur" - Sarayuda Kau berhasil" - tegor seorang tinggi besar. - Ya, ini di sini.- sahut Sarayuda sambil mengacungkan bungkusan yang di bawanya. - Bagus Nah, kau boleh membawa majikanmu. Tetapi kalau palsu, kalian bertiga jangan harap bisa melihat matahari lagi.Perlahan-lahan Sarayuda berdiri. Dengan membimbing tangan isterinya ia melangkah ke depan. Lalu berteriak nyaring : - Tuan Haria Giri Aku Sarayuda. Tak lama kemudian terdengar jawaban seorang dengan suara lemah : - Aku lebih senang bila mereka pergi. - Baik. - Dengan serta merta Sarayuda mencabut kelewangnya (semacam pedang berbentuk agak lengkung) lalu menerjang orang besar itu. isterinya tidak mau ketinggalan pula. - Kurangajar ! - orang itu mengelak. Lalu berseru : Tangkap pengkhianat ini Bacok mulut Haria Girl ! Rupanya orang tinggi besar itu pemimpin mereka. Mendengar aba-abanya, mereka memencar menjadi tiga bagian. Dua orang masuk ke dalam rumah dengan menghunus senjata. Lainnya bergerak mengepung Sarayuda dan isterinya. Sondong Landeyan sempat mendengar orang yang berkata dari dalam rumah. Itulah suara orang yang sangat dikenalnya. Siapa lagi kalau bukan Haria Giri. Seketika itu juga, ia sudah dapat menarik kesimpulan. Agaknya Haria Giri tertawan oleh http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pasukan kepatihan. Apa penyebabnya, tentu saja belum diketahui. Yang jelas, Haria Giri adalah salah seorang pengawal andalan raja. Kalau sampai bermusuhan dengan orang-orang kepatihan, bukan suatu hal yang mengherankan. Barangkali masalah berebut pengaruh. orang-orang kepatihan tentunya mendongkol apa sebab bukan mereka yang bertugas menyongsong Ratu Sumarsa pulang ke ibukota kerajaan. Mereka lupa, bahwa selain menjadi pengawal andalah Sri Baginda, Haria Giri adalah salah seorang yang ikut serta merebut hati Ayu Sumarsa. Sudah sepantasnya, dia pulalah yang tepat sekali dipilih menjadi utusan raja yang bertugas menjemput Ratu Ayu Sumarsa dari Blitar. Haria Giri sendiri adalah sahabat Sondong Landeyan semenjak jaman mudanya. Mereka berdua sama-sama menjadi pengawal andalan raja. Selalu bekerja sama dan saling membantu. Kalau saja kini berpisah adalah masalah lain. Itulah sebabnya begitu melihat bahaya mengancam Haria Girl, tanpa berpikir panjang lagi Sondong Landeyan melompat ke arah pintu masuk sambil melepaskan pukulan geledeknya. - Tahan - Melihat berkelebatnya bayangan Sondong Landeyan, lima orang yang berjaga-jaga di depan pintu membalikkan tubuhnya untuk menyambut Tangan mereka beradu dengan tenaga gempuran Sondong Landeyan. Seketika itu juga, mereka terbang menghantam dinding. Bres ! Dinding rumah ambrol menindih dua orang temannya yang masuk. Dan di ruang tengah terlihat Haria Girl duduk terikat erat di atas kursi. Serbuan Sondong Landeyan sempat membuat semua yang siaga bertempur berhenti gerakannya. Namun hanya beberapa http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ saat saja. Sebab Sondong Landeyan lantas saja menerjang siapa saja bagaikan kerbau gila. Yang menjadi korban kedua adalah dua orang yang diperintahkan pemimpinnya membacok mulut Haria Giri . Dengan sekali sambar, mereka berdua sudah kehilangan senjatanya. Sewaktu hendak melarikan diri, masing-masing sudah kebagian tendangan telak. Sementara itu suami-isteri Sarayuda sedang bertempur sera melawan lima orang. Dalam sekejap saja, Sarayuda dan isterinya sudah terdesak mundur. Merasa tidak mempunyai harapan lagi, Sarayuda mengambil keputusan cepat. Bungkusan yang dibawanya diacung-acungkan. Lalu dilemparkan masuk ke dalam rumah sambil berseru : - Tuanku Haria Giri Aku Sarayuda benar-benar tidak berguna lagi. Hanya dengan ini kupersembahkan apa yang dapat kulakukan. - Pemimpin laskar kepatihan naik pitam. Dengan suara meledak ia memberi perintah : -Bakar! Dari beberapa penjuru panah api melayang membidik rumah. Karena rumah itu beratap ijuk dan berdinding bambu tua, sebentar saja sudah termakan api. Kesempatan itu dipergunakan Sarayuda suami-isteri untuk melarikan diri. Mereka mengarah ke utara. Tetapi sial. Surasekti bertiga muncul dari arah utara. - Tinggalkan - bentak Suratenung. Yang dimaksudkan adalah bungkusan yang berisi racun berbahaya. Sarayuda tidak menggubris. Ia bahkan menyerang dengan kalap. Tentu saja, Surasekti bertiga tidak tinggal diam. Hanya dengan melepaskan senjata roda bergiginya sekali saja, Sarayuda yang sudah parah terhantam telak. Dengan menjerit http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tinggi ia roboh di atas tanah. Isterinya menuntut balas, namun termakan oleh senjata Suratenung yang istimewa. Dan berakhirlah sejarah hidup Sarayuda suami-isteri. Dalam pada itu, bungkusan racun yang dilemparkan Sarayuda sebentar tadi menghantam tiang rumah dan jatuh berceceran. Debu mengepul dari celah bungkusan yang terobek. Sekarang ditambah dengan sengat api yang mulai membakar rumah. Sebentar saja asapnya merata memenuhi ruangan. Sondong Landeyan tadinya masih berusaha menggebah batang-batang panah berapi. Sewaktu melihat bungkusan racun berceceran teringatlah dia kepada tutur kata Surasekti bertiga. Terus saja ia berbalik menolong Haria Giri . - Bukankah kakang Sondong Landeyan" - tegur sapa Haria Giri dengan nada gembira. - Jangan berbicara ! - Sondong Landeyan memperingatkan sambil melepaskan ikatan. Tetapi Haria Giri sudah sempat berbatuk-batuk. Itu suatu tanda, bahwa asap racun mulai merasuk melalui hidung dan tenggorokannya. - Celaka - Sondong Landeyan mengeluh di dalam Kati. Dengan cepat ia membobol dinding rumah dan melesat ke luar melintasi api. Gesit luar biasa ia membuang diri diatas rimbun ilalang. Setelah meletakkan Haria Giri di atas rerumputan ilalang, segera ia balik kembali. Memang watak Sondong Landeyan tidak mau sudah, kalau belum dapat mentaklukkan musuh... Setidak-tidaknya harus ada kejelasan. Pemimpin laskar kepatihan terperanjat melihat datangnya Sondong Landeyan. Semua anak buah nya seperti tersapu kalangkabut. Sekarang ia melihat datangnya Surasekti bertiga. Terus saja ia berseru : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Munduuuur - Dengan serentak anak buahnya lari berserabutan. Tetapi dua orang yang sebentar tadi tertendang Sondohg Landeyan nyaris tidak sanggup berkisar dan tempatnya. Maka dengan mudah Sondong Landeyan mencekuknya dan dibawa mundur Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ke tempat Haria Girl berada. Di depan Haria Giri, mereka bertiarap mencium tanah memohon betas kasihan. Katanya : - Kami hanya taat pada perintah.- Perintah apa" - bentak Sondong Landeyan. - Untuk merampas barang bawaan Sarayuda. - Siapa yang memberimu perintah" Diwaktu mereka akan memberi keterangan, Haria Giri mendahului : - Kakang Sondong Landeyan. Mereka hanya patuh pada perintah. Bebaskan ! - Mereka berdua semenjak dahulu mengutamakan sifat satria. Karena Haria Girl merninta agar membebaskan mereka yang justru hendak mencelakakannya, Sondong Landeyan tidak banyak berbicara lagi. Segera ia membebaskannya. Akan tetapi racun yang sudah terlanjur terhisap Haria Giri mempunyai akibatnya sendiri. Tiba-tiba saja ia tidak pandai berbicara selancar biasanya. Tatkala hendak berdiri, pada saat itu pula jatuh terduduk. - Hai, mengapa" - ia heran bercampur cemas. - Itulah kehebatan racun buatan kami. - sahut seseorang. Dialah Surasekti yang datang dengan diikuti kedua saudaraseperguruannya. - Sarayuda terlalu jahat Dia mencelakakan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ majikannya sendiri. Untung, kita sudah sempat membereskan.- - Membereskan bagaimana" - Haria Giri minta keterangan dengan suara patah-patah. - Mereka berdua sudah kami bunuh mati.- Suratenung menjawab. Haria Giri tertegun sejenak, lalu berpaling kepada Sondong Landeyan. Minta keterangan : - Siapa mereka" - - Sahabatku Surasekti, Surapringga dan Suratenung.- Oh. - Haria Giri terkejut. Kemudian tidak berbicara lagi. Surasekti bertiga maju memeriksa urat nadi Haria Giri. Setelah saling pandang, mereka mengeluarkan obat pemunahnya. Kata Surasekti : - Kami sengaja memisahkan obat pemunahnya. Masingmasing satu jenis. Harus diramu jadi satu. Bila kurang, tidakkan berhasil jadi, andaikata seseorang dapat memaksa dua orang di antara kita menyerahkan obat pemunah, tetap tiada gunanya.- - Terima kasih. - Sondong Landeyan mengangguk lalu mengangsurkan limabelas ringgit milk Suratenung. - Hai, apa artinya ini" - Suratenung tercengang. - Aku lupa mengembalikan. Terimalah Suratenung berpaling kepada kedua saudara-perguruannya. Surasekti memberi isyarat mata. Dan oleh isyarat mata itu, Suratenung menerima uangnya kembali. Mereka bertiga kemudian mengundurkan diri, dan balik kembali dengan menuntun seekor kuda. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Adik tentunya membutuhkan seekor kuda untuk tuan Haria Giri. - ujar Surasekti. - Adik tidak akan menolak, kan" Sondong Landeyan memang membutuhkan seekor kuda untuk sampai ke kedai makan. Syukur, selamanya ia dapat menerima suatu kenyataan. Maka pemberian itu, diterimanya dengan anggukkan. - Terima kasih. - katanya. - Entah kapan kita bisa bertemu lagi.- Sondong Landeyan kemudian mengangkat Haria Giri ke atas pelana kuda dan ia sendiri duduk di belakangnya. Sekali lagi ia mengucapkan terima kasih kepada Surasekti bertiga, lalu menjalankan kudanya perlahan-lahan menyeberang hutan ilalang. Tatkala tiba di kedai tempat ia menitipkari kudanya, pelayan yang mengurusi dihadiahi satu ringgit. Dan dengan menuntun kudanya berjalan di belakang kuda tunggangannya, ia melanjutkan perjalanannya pulang ke kampung. Karena perjalanan itu tidak dapat dilakukan dengan cepat, ia baru tiba di rumahnya pada keesokan harinya. Haria Giri nampak makin payah. la perlu ditolong secepat-cepatnya. Sekar Mulatsih heran melihat suaminya membawa pulang seorang asing tetapi berparas cakap. Dengan tergopoh-gopoh ia menyongsongnya. Lalu menyapa ; - Siapa dia " - - Dialah sahabatku. Tolong siapkan tempat tidurnya. Dia harus kita rawat sampai sembuh kembali. Hati-hati ia turun ke tanah lalu menggendong Haria Giri masuk ke dalam rumah. Haria Giri belum kehilangan kesadarannya, akan tetapi ia sudah tidak dapat bergerak sama http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sekali. Setelah ditidurkan, segera Sondong Landeyan mengeluarkan tiga botol ramuan pemunah racun. Selagi hendak meminumkannya, Pitrang datang menghampiri dengan tertatih-tatih . - Ayah...! - Kedua mata si bocah bersinar terang Sondong Landeyan memutar badan dan memondong anaknya erat-erat. - Pitrang ! Kau tentunya mencari ayah. - katanya penuh haru. - Ayah....ayamnya mati satu. - Pitrang mengadu. Sondong Landeyan tertawa gelak. Lalu berkata kepada Sekar Mulatsih : - Tolong campurkan ramuan tiga botol ini menjadi satu. Setelah kau aduk menjadi satu kesatuan, minumkan sedikit demi sedikit. Bagilah tiga kali sehari dalam waktu empatbelas hari. Aku akan membawa Pitrang bermain sebentar Dengan mendekap Pitrang, Sondong Landeyan menghampiri kuda pemberian Surasekti bertiga. Melihat kuda asing, Pitrang memekik-mekik senang. Serunya : - Ayah...! Da..da..da... - Ya, kuda. Kuda baru. - ayahnya menciumi pipinya. - Turun dulu, ya Ayah akan melepaskan pelananya. Pitrang mengangguk. Dan setelah diturunkan di atas tanah, Sondong Landeyan kemudian melepaskan pelananya. Begitu diangkat, ia terkejut. Di balik pelana tergantung tiga kantong uang. Buru-buru ia meletakkan pelana di atas palang kandang, kemudian memeriksa kantong. Ternyata masing-masing berisikan lemabelas ringgit. Sondong Landeyan tercenung sebentar. Akhirnya tersenyum lebar. Siapa lagi yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menaruhkan tiga kantong uang itu, kalau bukan Surasekti bertiga. Tentunya dimaksudkan untuk membantu beaya perawatan Haria Giri, karena betapapun juga mereka merasa ikut bertanggung jawab. Kedua kuda itu kemudian dimasukkan dalam satu kandang. Bukankah kedua binatang itu sudah saling mengenal" Setelah itu, kembali lagi ia menggendong Pitrang sambil menyimpan tiga kantong uang pemberian Surasekti bertiga ke dalam almari yang terbuat dari bambu (grobog). Sekar Mulatsih sendiri saat itu sedang disibukkan oleh tugasnya. Hati-hati ia menyenduk adukan ramuan obat pemunah, kemudian menolong Haria Giri meneguknya. Pada saat itu, ia mempunyai kesempatan menatap wajah orang yang dirawatnya. Entah apa sebabnya, hatinya bergetar lembut. Dengan kata hatinya, ia menyelimutinya mengingat hawa pegunungan mungkin terlalu sejuk dan dingin bagi orang kota. la menunggu sampai Haria Giri tertidur, lalu mengundurkan diri dengan bedingkit-jingkit . Tiba di ruang tengah, ia menjadi gelisah. Tak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Akhirnya menyusul suaminya yang sedang bermain dengan Pitrang di halamari depan. - Kakang ! Sebenarnya siapa dia" Seperti biasanya, Sondong Landeyan tidak pandai berbicara. Tanggapannya dingin dan selalu menjawab seperlunya saja. sahutnya : - Namanya Haria Giri. Dulu temanku sepekeijaan. Samasama pengawal Sri Baginda Amangkurat IV. - Kenapa dia" - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Menghisap racun. Rawatlah baik-baik. Dua minggu lagi akan sembuh. Mudah-mudahan dia sudah bisa berbicara satu minggu lagi. - Sekar Mulatsih tercenung. Lalu balik kembali ke dalam rumah. Hati-hati ia menjenguk Haria Giri yang tertidur dengan tenteram. Setelah itu ia ke dapur menyiapkan makan siang. Tetapi sianghari itu, Haria giri tidak boleh terganggu. Dia harus beristirahat benar-benar. Karena itu, ia hanya melayani suami dan anaknya makan. Ia sendiri tidak bernafsu makan. Rasanya seperti harus menunggu sampai Haria Giri menyenakkan mata. Ia percaya, menjelang malam hari dia akan bangun. Kalau tidak, harus dibangunkan. Bukankah dia harus minum obat penawar lagi" Malam hari yang ditunggu akhirnya datang juga. Namun Haria Giri masih belum bergerak. Ia menghampiri lalu mencoba membangunkan. Ternyata tidak mudah. Sebab selain oleh pengaruh racun, ia terlalu capai. Syukur, Sekar Mulatsih selalu telaten bila merawat orang sakit Dulu, diapun telaten sewaktu merawat Sondong Landeyan. Penyebabnya juga racun buatan Surasekti bertiga. Mengapa harus sama" Akhirnya, ia berhasil membangunkan Haria Giri. Kemudian dengan penuh pengamatan, ia menegukkan sebagian obat pemunah racun. Setelah itu ia menyuapinya dengan bubur yang diaduk dengan telur. Hanya beberapa kali saja,namun lumayan daripada sama sekali tidak. Setelah di tidurkan kembali, ia menunggu di tepi pembaringan. Larut malam telah lewat, tatkala Haria Giri tiba-tiba menggigil dan menggigau. Sekar Mulatsih yang duduk menunggu di tepi pembaringan terkejut sampai terlompat. Ia http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lari ke kamar suaminya. Tetapi suaminya sudah tertidur lelap di samping Pitrang karena sudah dua hari dua malam tidak sempat memejamkan matanya. Maka terpaksa ia menolong Haria Giri seorang diri dengan menyeka wajahnya dengan air hangat. Tak lupa pula ia mengucuri ubun-ubun dan tengkuk Haria Giri dengan air dingin. Lalu mengusap keringat nya yang meruap dengan derasnya dari pori-pori. Hampir dua jam ia berkutat dan ber juang. Akhirnya, Haria Giri tenang kembali dan terlena tidur 0, alangkah bahagianya. Semenjak saat itu, ia merasa dirinya menjadi bagian hidupnya Haria Giri. Hatinya ikhlas dan penuh pengabdian dalam merawat dan menyuapi makan minumnya. Di sianghari ia selalu menilik dan di malam hari ia kurang tidur. Sekalipun demikian, sepercik rasa yang syandu menyelimuti sekujur badannya. Sondong Landeyan sendiri sudah mempercayakan perawatan Haria Giri kepada isterinya. Diapun kembali disibukkan oleh tugasnya sehari-hari. Yalah menggarap sawah dan ladang sambil membawa Pitrang bermain. Ladangnya penuh dengan tanaman-tanaman yang berguna bagi keperluan dapur. Bawang merah dan putih, kubis, bayem, lombok dan sejenisnya. Tanah pegunungan selain subur, cocok dengan macam sayuran yang ditanam. Biasanya hasilnya sudah dapat dipetik dalam jangka waktu sebulan sampai tiga bulan. Bila pulang dari sawah dan ladangnya, Sondong Landeyan selalu menjenguk keadaan sahabatnya. Melihat isterinya begitu telaten merawatnya, hatinya terhibur dan bersyukur. Beberapa hari lagi, tentunya sahabatnya itu akan dapat diajaknya berbincang-bincang. Benar saja. Setelah satu minggu, Haria Giri mulai pulih kembali. Ia mulai dapat berbicara dengan lancar. Seperti biasanya kata-kata dan lagu http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ suaranya mempunyai daya tarik. Kalau tidak, mustahil dulu ia berhasil menggaet ayah Ratu Sumarsa sampai rela menyerahkan puterinya. Yang dibicarakan selain warta berita di ibukota, sebagian besar berkisar soal berbagai ragam ilmu kepandaian. Aneh adalah sikap Sekar Mulatsih. Biasanya ia paling sebal bila mendengar suaminya berbincang-bincang dengan tetamunya mengenai ilmu tempur macam apapun. Tetapi kali ini, tidak. Bahkan sama sekali tidak. Apalagi bila Haria Giri membicarakan masalah kesenian, agama, tata-negara, filsafat dan peri kehidupan penduduk ibu kota: Sekar Mulatsih seperti wajib mempersolek diri, suatu hal yang tidak pernah dilakukan semenjak menjadi isteri Sondong Landeyan. Dasar ia sudah dilahirkan sebagai wanita cantik, kini mau bersolek ditambah hatinya tegar gembira. Maka kecantikannya ibarat bunga merekah di pagi hari, sedap dilihat segar dipandang. Pada suatu hari ia menemukan kantong uang Surasekti bertiga. Tatkala suaminya datang dari sawah segera ia minta keterangan dari mana ia memperoleh uang sebanyak itu. Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Seperti biasanya Sondong Landeyan menjawab singkat dan sederhana saja. Dari orang untuk membantu kesehatan Haria Giri, katanya. Ah, pikir Sekar Mulatsih. Bukankah bisa dibuat membeli ayam atau kambing atau sapi" itu terjadi pada hari ke tujuhbelas, setelah Haria Giri pulih seperti sediakala. Berkatalah ia kepada suaminya : - Belilah sepuluh ekor ayam dan anak sapi untuk disembelih. Aku akan merayakan hari kesehatan sahabatmu Haria Giri. Biarlah aku yang menjaga Pitrang. - katanya dengan suara manis dan bersemangat. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sondong Landeyan mengangguk. Dengan menunggang kuda ia berangkat meninggalkan rumah untuk memenuhi permintaan isterinya. Ia membawa uang lima ringgit. Uang Surasekti yang tak pernah disentuhnya, Tetapi kini diterimanya melalui pemberian isterinya. Dengan membawa uang sebanyak itu, ia tidak hanya mampu membeli 10 ekor ayam saja, tetapi seekor kambing dan anak sapi. Dan ia balik pulang sewaktu matahari sudah condong ke barat. Tetapi suasana rumahnya nampak sepi. Hatinya tersirap, sewaktu mendengar tangis Pitrang yang bersedu-sedan. Kenapa" Mengapa" Bergegas ia melompat turun dari kudanya. Begitu masuk ke dalam rumah,Pitrang lari menyambutnya dengan berisak-isak : - Ayah .... Ibu nakaaalll.... Ia menggendong Pitrang dan memeriksa seluruh rumah dengan tanya tanya. kamar sunyi sepi. Isterinya tiada. Haria Giri tiada. Ia lari ke luar. Kuda pemberian Surasekti bertiga tiada di tempatnya. Sejenak ia tertegun. lalu kembali ke dalam rumah. Dengan tegas ia melihat almari Sekar Mulatsih terjeblak lebar. Tiada lagi terdapat sehelai pakaiannya. Dan yang membuat jantungnya berdegupan adalah almari tempat ia menyimpan uang Surasekti. isinya lenyap. Juga pedang Sangga Buwana. o-dw-o ENTAH SUDAH berapa kali Sondong Landeyan bertempur melawan musuh-musuh tangguh. Dalam sekian banyaknya pertempuran itu, beberapa kali ia pernah berada dalam bahaya. Akan tetapi berkat kepercayaan diri sendiri selalu ia dapat mengatasi dan akhirnya menang. Tetapi kali ini, ia benar-benar merasa terpukul. Dia merasa gugup, bingung, cemas dan takut.Hebatnya, ia tidak tabu apa yang harus dilakukan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pitrang yang berada dalam gendongannya, tiba-tiba memberontak-berontak. Menangis sambil menggeliat-geliatkan tubuhnya seakan-akan ingin meloncat untuk mencari, mengejar atau menubruk ibunya. - Ibuuuu ibuuu ibu nakal.... - si anak menangis mengadu. Sondong Landeyan tertegun beberapa saat lamanya. Ia merasakan sesuatu yang hilang dari dirinya. sesuatu yang merupakan kekuatan utama untuk melintasi badai kehidupan apapun. Itulah isterinya alias ibu dari Pitrang yang berontak dalam pelukannya. Bahkan melebihi hal itu. Andai kata Sekar Mulatsih mati tertembus pedang oleh sekawanan musuh yang tangguh, ia masih mudah untuk memutuskan tindakannya. Hanya dengan berbekal dendam kesumat ia akan mencari musuh-musuh itu. Tetapi sekarang keadaannya lain. Orang yang berperan sebagai musuhnya justru adalah sahabatnya yang dirindukan. Selain itu, ia tidak dapat terlalu menyalahkan, karena mungkin sekali....mungkin sekali....nah, inilah yang membuatnya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mungkin sekali, isterinya yang mengajak Haria Giri meninggalkan rumah. Kalau benar demikian, apakah ia hendak membunuh isterinya" bagaimana. dengan Pitrang" Di kemudian hari, Pitrang pasti akan membencinya setinggi langit. Bukan mustahil sampai turuntemurun. - Ibuuuuu .....ibuuu.......nakaaaaall ...... - tangis Pitrang menyayatkan hati. - Ya, diam sayang Ibu tidak nakal. Nanti kuusulkan.- bujuk Sondong Landeyan. Mengucapkan kata-kata ibu, hatinya terasa teriris-iris. Akhirnya dengan menggendong Pitrang ia melompat ke atas http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pelana kudanya. Lalu pelahan-lahan turun gunung dengan pikiran kacau-balau. Sore hari telah tiba dengan diam-diam. Sorehari yang cerah, namun tidak merasuk dalam perhatian Sondong Landeyan. Sepanjang jalan, Sondong Landeyan mencoba membujuk Pitrang. Dengan suatu kesabaran dan ketelatenan, lambatlaun Pitrang dapat dikuasainya. Si kecil tertidur dalam pelukannya. Mungkin oleh rasa kesal dan lelah. Sondong Landeyan jadi perasa. - Sayang, ayah pasti dapat menyusul ibu. tidurlah yang nyenyak. Begitu bangun, kau akan berada dalam gendongan ibu. - Sondong Landeyan membujuk Pitrang dengan berkomatkamit. Akan tetapi bujukan itu sendiri, sesungguhnya pantas disebut menghibur hatinya sendiri. Terus-terang sap sampai saat itu, hatinya masih sangsi luar biasa. Sebagai seorang pendekar, ia akan dapat dengan mudah menjejak bekas tapak kuda. Tetapi entah apa sebabnya, ia justru merasa takut bila dapat menyusulnya. Apa yang harus dilakukan manakala isterinya yang mengambil prakarsa" Tentunya Sekar Mulatsih tidak sudi dibawa pulang. Kalau sampai begitu, maka bukan hanya dirinya seorang yang kalah, tetapi si kecil Pitrang pula. Benar-benar menakutkan . Selagi hatinya terombang-ambing oleh gelombang kesangsian yang tiada menentu, tiba-tiba ia melihat seorang gadis sedang memeluk seorang pemuda yang luka bermandikan darah. Melihat gadis itu, hati Sondong Landeyan tercekat Bukankah dia Sukesi " siapakah pemuda yang dipeluknya itu" Bergegas ia menghampiri. Ternyata pemuda itu si Wigagu. Kenapa" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Paman Sondong Landeyan, bukan" - tegur Sukesi dengan suara pelahan. Sondong Landeyan mengangguk dari atas kudanya. Pikimya, bagaimana gadis itu mengenal dirinya" - Setelah kami bertempur mengadu pedang, kami bersembunyi di depan kuil. Semua yang terjadi kemudian, kami ketahui dengan jelas. Sebenamya, Wigagu bukan sepekerjaan dengan paman Sarayuda. Wigagu ingin mengabdikan diri kepada raja. Sedang paman Sarayuda dan Haria Giri kaki-tangan Patih Danureja.- Bukan begitu.- bantah Wigagu dengan suara parau. Paman Sarayuda dan aku sarna-sama mengabdi raja. Sayang, paman Sarayuda tidak tahu kalau akhir-akhir ini Haria Giri mata-mata Patih Danureja. Mendengar keterangan Wigagu, hati Sondong Landeyan tertarik. Pelahan-lahan ia turun ke tanah sambil menggendong Pitrang dengan memelukkan tangan kirinya. Melihat luka Wigagu tahulah dia, bahwa pemuda itu kena tikaman pedang. Untung, tidak berbahaya. Segera ia menolong menghentikan darahnya yang mengalir. Lalu berpaling kepada Sukesi. Menegas : - Haria Giri mata-mata Patih Danureja" Sukesi menyenak nafas. Menjawab : - Wigagu, biar aku yang berbicara. Kalau salah, kau betulkan !- Wigagu mengangguk. - Sebenamya Wigagu baru mengetahui permainan sandiwara mereka dirumah terpencil itu. - Sukesi berhenti http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sebentar mencari pembenaran Wigagu. Karena Wigagu tidak membantah keteranggannya, ia melanjutkan : - Paman Sarayuda suami-isteri sudah mempertaruhkan jiwa raganya demi mengabdi Sri Baginda , Ia masih mengira, bahwa Haria Giri masih pengawal Sri Baginda seperti pada jaman mudanya. Sama sekali tidak diketahui, ia terperangkap permainan Haria Giri. Sewaktu hendak menyerahkan bungkusan yang dicurinya, ia dikepung oleh laskar Kepatihan. Diluar perhitunggan, begitu merasa dirinya terjepit paman Sarayuda melemparkan bungkusan racun ke dalam rumah. Akibatnya, paman sendiri tahu. Itulah yang dinamakan senjata makan majikan sendiri. Hm....- sayang sampai pada saat-saat terakhir, paman Sarayuda belum juga menyadari dirinya diperalat atasannya. Padahal, Wigagu sudah berusaha memperingatkan dengan berlagak menyamakan dirinya sebagai paman. Maksudnya, ingin mengingatkan semuanya bahwa - ia merasakan sesuatu yang tidak beres. Dengan membawa-bawa nama paman, ia bermaksud mencanangkan kesetiaan paman yang tulus sewaktu menjadi pengawal Sri Baginda. - - Aku sendiri kurang jelas. Sebab aku orang asal Blitar. sahut Sukesi - Tetapi aku sempat mendengarkan tutur-kata Wigagu. Menurut dia, Patih Danureja berfihak kepada Kompeni (V.O.C.) Pemberontakan Pangeran Blitar adalah gara-gara akal adudomba Kompeni. Sekarang raja ingin menjemput permaisuri pulang. Tentu saja, pihak Kepatihan berusaha manghalang-halangi.- Sondong Landeyan tercenung-cenung beberapa saat lamanya. Setelah menarik nafas, ia berkata : - Kalian sungguh pandai bermain sandiwara. Akupun kena kalian kelabui. Bagus ! Lalu siapakah yang melukai Wigagu" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Wigagu pengagum paman. - sahut Sukesi. - Apalagi dia sudah menaruh curiga kepada Haria Giri. Celakanya, justru paman melindungi dan mau menolong akibat dari ulahnya sendiri. Maka dengan diam-diam ia mengajak aku mengintai gerak-gerik Haria Giri dan apa yang terjadi di padepokan paman. Ternyata....ternyata....Sukesi tidak sanggup menyelesaikan kata-katanya. Wajahnya berubah menjadi merah muda. Dengan tajam, Sondong Landeyan menatap wajah Sukesi menunggu lanjutan ucapannya. Tetapi Sukesi justru menundukkan kepalanya. Sesaat kemudian, Sukesi merasa memperoleh jalan keluar. Katanya : - Tetapi andaikata tidak ada bibi, Wigagu pasti sudah mati tertembus pedang. Untung sewaktu Haria Giri hendak menikamkan pedangnya karena marah, buru-buru bibi berkata. Kakang, mengapa kau ributkan omongan kanakkanak" Kalau sampai terluka parah, Sondong Landeyan mempunyai alasan untuk membunuh kita. Lebih baik kita kabur sejauh mungkin, sebelum dia sempat menyusul. Sondong Landeyan mengenal tabiat dan watak isterinya. Sekar Mulatsih memang halus perasaannya. Dia benci terhadap tindak kekerasan macam apapun. Tetapi mendengar kesan percakapan tiruan Sukesi, hati Sondong Landeyan seperti tersayat. Kedengarannya sudah mesra dan seperti sudah scaling berkenalan. Apakah....apakah....mereka sudah bergaul terlalu jauh, manakala dia sedang berada di tengah sawah atau ladang bersama Pitrang" - Hm, inilah yang dinamakan mata melek dibutakan orang. ia setengah mengutuk di dalam hati. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sondong Landeyan tidak pandai berbicara. Akan tetapi bukan berarti dungu, bodoh, tolol atau tidak pandai berpikir. Sekiranya demikian, mustahil dia memiliki ilmu sakti yang sangat tinggi. Keterangan Sukesi kurang lengkap. Meskipun demikian, ia sudah memperoleh pegangan delapan atau sembilan bagian. Setelah berpikir sejenak, berkatalah ia : - Temanmu boleh kau rawat di rumahku. Bawalah kudaku !Sukesi tercengang. Sebaliknya wajah Wigagu yang tadinya nampak keruh jadi girang. Sebelum mereka sempat membuka mulut, Sondong Landeyan sudah melanjutkan perjalanannya dengan menggendong anaknya. Bukan main cepat ia melangkahkan kakinya. Sebentar saja sudah hilang di batik tikungan jalan Tetapi setelah memasuki tikungan ketiga, ia memperlambat langkahnya. Lalu ia mulai berpikir lagi. - Ah, Sondong Landeyan ! Ternyata kepandaian yang kau miliki, belum cukup untuk mengetahui segala permasalah hidup. - suara hatinya mengiang-iang pedih. Samar-samar terbayanglah ia kembali pada saat pertemuannya dengan Sekar Mulatsih. Gadis itu telaten merawat dirinya yang terluka. Tatkala bertempur melawan Surasekti bertiga, ia tetap berada dalam ruang dalam. Namun sewaktu rumah terbakar, ia melarikan diri. Alangkah beda Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dengan cerita pewayangan, dimana sang isteri bersedia mati terbakar demi menjunjung tinggi kesetiaan hati. Tetapi itu bukankah cerita pewayangan" Di dalam kenyataan hidup , berbeda jauh. Sekar Mulatsih seorang gadis yang tidak memiliki kepandaian ragawi. Sudah tentu, harus menyelamatkan diri demi menjaga keselamatan jiwanya. Lagipula, dia belum http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terikat suatu apapun dengan dirinya. Meskipun demikian, dia berkenan merawat dirinya begitu tekun, sabar dan telaten. - A h, Sondong Landeyan Engkau terlalu banyak menuntut ! - lagi-lagi ia menyesali diri. - Manusia bukan benda mati. Manusia mempunyai akal pikiran dan hidup. Dengan akal dan pikirannya dia pandai memilih, membandingkan dan menyerap semua pengalaman hidup. Dan kodrat hidup sendiri bergetar dan bergerak maju. Kau sendiri pemah memberikan apa terhadapnya" Agakknya, cinta saja bagi manusia ini, belum cukup.- Dengan pikiran serta pertimbangan hati yang saling mengendapkan, ia berjlan terus, Sementara itu, waktu berjalan terus tanpa memperdulikan permasalahan hidup. Melihat tirai malam yang hampir jatuh, hatinya tercekat. Kalau tidak ingin kehilangan jejak, ia harus dapat mencapai ujung pedalanan sejauh mungkin. Maka segera ia berlari-larian kencang sambil melindungi anaknya dari tiupan angin Magrib. Sebentar kemudian tibalah ia di sebuah desa persinggahan. Tentunya mereka tidak akan menginap di sini. - pikir Sondong Landeyan. - Mereka pasti mencari tempat yang menyendiri. - la berputar-putar untuk mencari kepastian arah pelacakan. Untung, desa persinggahan itu hanya memiliki sebuah jalan yang layak dilalui kuda. Setelah menyusuri jalan beberapa waktu lamanya, teringatlah dia kepada si Pitrang. Dia harus makan dan minum dulu. Maka pelahan-lahan ia membangunkan si kecil.- Pitrang tersentak bangun. Melihat tirai malam yang gelap, dia menggeliat ketakutan. Tetapi merasa dalam dekapan ayahnya, hatinya terhibur. Syukur, ia lebih sering bergaul dengan ayahnya daripada ibunya. Sebab ayahnya selalu http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ membawanya serta bekerja di tengah sawah dan ladang. Baru pada malam hari, ia tidur bersama ibunya. Bahkan, kadangkadang ia minta tidur di samping ayahnya . - Mana ibu" - la merengek. - Ibu lagi pergi. Kita makan dulu, ya" - Sama ayah.- - Tentu saja. Yo, kita cari ayam goreng. Tempe dan tahu. Pitrang mau makan apa" - bujuk Sondong Landeyan . Pitrang tertarik perhatiannya. Ia mencoba menegakkan badannya. Sementara itu, ayahnya berjalan dengan langkah panjang mencari kedai nasi. Tidak terlalu lama, kedai nasi itu telah diperolehnya. Sondong Landeyan memesan nasi dengan lauk-pauknya. Si Pitrang sendiri di berdirikan di atas kursi. Lalu minta pipis. (kencing). - Ibunya mana, nak" - sapa pemilik kedai. Dia seorang ibu berumur kira-kira limapuluh tahunan. Sondong Landeyan tidak menjawab. Ia hanya tersenyum. Dan setelah menolong anaknya kencing di halaman segera ia hendak balik ke kursinya. Tiba-tiba penciumannya yang tajam mencium bau kuda. - Rupanya banyak orang berkuda singgah kemari , bu. ujarnya sambil berjalan masuk. - Kadangkala. - sahut pemilik waning ramah. - Seperti sore tadi,tiba-tiba ibu kejatuhan rejeki. Sepasang Kamajaya Ratih singgah ke ...... - - Kamajaya Ratih" - Sondong Landeyan terperanjat. - Yang laki-laki cakap. Yang perempuan cantik. Apa namanya, kalau bukan Kamajaya dan Ratih" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kamajaya dan Ratih adalah nama dewa-dewi lambang kecantikan wanita dan kecakapan pria. Kamajaya adalah putera Hyang Ismaya. Kecakapannya sempat membuat para dewa iri. Namun. mereka tidak dapat berbuat apa-apa, karena takut terhadap Hyang Ismaya. Di kemudian hari, Dewa Kamajaya mengasuh Arjuna sebagai anak-angkatnya. Keduaduanya merupakan lambang kecakapan pria yang membuat puteri di seluruh dunia tergila-gila kepadanya. - Apakah mereka menginap di desa ini" - Sondong Landeyan menegas dengan nafas memburu. - Ah, mana mungkin. Desa ini tentunya terlalu amat sederhana bagi mereka berdua. Mereka melanjutkan perjalanannya ke barat - ujar pemilik kedai. Tiba-tiba ia seperti teringat sesuatu. - Ah ya....- mungkin sekali mereka menginap di pesanggrahan Sang Adipati. Sondong Landeyan tidak bertanya lagi. la menyibukkan diri dengan menyuapi anaknya. Setelah selesai makan dan minum, berkatalah ia : - Bu, apakah aku boleh beristirahat barang satu jam disini"- Tentu Tentu saja Mengapa tidak" - sahut pemilik warung dengan cepat - Kebetulan, malah. Ibu lantas mempunyai teman. Apakah dia anakmu sendiri" - Ya.- - Kalau perlu bolehkau tidurkan di situ ! Pada waktu itu, pemilik kedai tidur di dalam kedainya yang terdiri dari satu ruangan. Ruang itu dibagi menjadi dua. Yang satu untuk tempat usahanya. Yang lain diisi sebuah balai-balai panjang cukup untuk tidur lima orang. Karena cukup luas, biasanya disediakan bagi sanak-keluarganya bila datang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menjenguknya. Atau kepada siapapun yang perlu beristirahat barang sebentar, sebelum meneruskan perjalanannya. Sondong Landeyan tidak bermaksud menidurkan Pitrang, tetapi mengharapkan si kecil mengantuk. Karena Pitrang baru saja terbangun dari tidurnya, lalu kesempatan buang air, makan dan minum, maka Sondong Landeyan harus menunggu sampai dua jam lamanya. Begitu anaknya mengantuk dan merengek minta pulang, segera ia meninggalkan kedai dan meneruskan pelacakannya. Kira-kira menjelang larut malam, Pitrang sudah terlena tidur dalam gendongannya. Pada saat itu, ia melihat api menyala di dalam ruang pesanggrahan. Beberapa bayangan orang bergerak-gerak pada dinding oleh pantulan nyala api. Sondong Landeyan mendekati dengan hati-hati. Dari jauh ia mengamatamati ruang dalam. Enam buah lentera menyala buram namun cukup memberi penerangan. Tiba-tiba bulu kuduknya meremang tatkala mendengar kikik tertawa seorang wanita. Itulah, suara tertawa Sekar Mulatsih bila sedang gembira melihat tingkah-laku Pitrang yang lucu menggemaskan. la melongokkan kepalanya. Benar-benar Sekar Mulatsih. Dengan manja dan mesra ia menyesapkan kepalanya dalam pelukan Haria Giri yang sedang bercerita di atas tempat tidur. Pandang matanya begitu hebat. Itulah pandang mata seorang wanita yang jatuh hati, penuh cinta, penuh kasih, dan bersedia melakukan apa saja dan diperlakukan apapun. Selama menjadi isterinya, Son dong Landeyan belum pemah melihat pandang mata yang begitu mendebarkan hatinya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Inilah bayangan yang ditakutkannya semenjak berangkat dari rumah. Sekarang, bayangan itu menjadi kenyataan. Tak bisa dipungkiri lagi. Sekar Mulatsih yang membuka pintu. Sekar Mulatsih yang mengambil prakarsa. Dan laki-laki mana yang tidak rontok imannya bila diberi kesempatan begitu leluasa oleh seorang wanita secantik isterinya. Sebaliknya, laki-laki betapa beranipun akan kuncup hatinya, bila seorang wanita bersikap tegas dan menutup pintu. Maka ia tidak dapat terlalu menyalahkan Haria Giri. Oleh rasa kaget, kecewa, pahit dan getir, ia membalikkan badannya dengan sedikit menggentakkan diri. Akibatnya, gerakan itu membangunkan himpunan tenaga saktinya dan menyakiti si kecil yang berada dalam gendongannya. - Ibuuuuu... - Pitrang menjerit oleh rasa sakit dan terkejut. Sondong Landeyan cepat-cepat membungkam mulut anaknya sambil melarikan diri secepat-cepatnya menembus tirai malam. Namun jerit Pitrang sempat membangunkan perhatian penghuni pesanggrahan yang terdiri dari beberapa orang pelayan, penjaga dan pengurusnya. Sekar Mulatsih tersentak dari pelukan Haria Giri. Betapapun juga, hubungan naluriah antara ibu dan anak adalah kodrat Illahi sendiri. - Pitrang" - wajahnya pucat lesi. Bergegas ia melompat dari tempat tidurnya dan memburu keluar kamar. Haria Giri ikut pula turun dari tempat tidur dengan gerakan hati-hati dan cemas. Ia melirik kepada pedang Sangga Buwana yang disandarkan pada kursi yang berada di samping tempat tidur. Wajahnya gelisah. Di depan pintu Sekar Mulatsih terlongong-longong. Ia memasang pendengarannya. Jantungnya berdegupan. Hatinya tergetar. Tetapi hanya sejenak. Berbareng dengan lenyapnya http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ suara jeritan, ia menarik nafas panjang. Dan semua kesannya sirna dari lubuk hatinya. Kemudian dengan tersenyum, ia membalikkan badannya. Katanya lembut kepada Haria Giri : - Kakang, lanjutkan ceritamu Dengan langkah anggun ia menghampiri kekasihnya. Lalu melompat ke atas tempat tidur. Syukur, semuanya itu tidak sempat disaksikan Sondong Landeyan. Sebab setelah itu semua lentera padam. Tinggal letikan api yang menyala redup buram. 0odwo0 SAMPAI disini, ki dalang Gunacarita menutup mulutnya. Pelahan-lahan ia menghirup minumarmya yang sudah menjadi dingin Ceritanya sudah selesai. Tetapi mereka yang ikut mendengarkan masih terbenam dalam pikirannya masingmasing. Itulah sebabnya suasana dalam ruang tengah sunyi mengharukan. Di luar penginapan, fajar hari telah tiba Suara kokok ayam sudah terdengar sambung-menyambung semenjak tadi. - Hebat - ujar Bogel memecahkan kesunyian. - Hai nek, bagaimana kesanmu" Perempuan itu terlalu hebat, bukan" Nenek Saminten tidak segera menjawab. Wajahnya kelihatan prihatin. Setelah selesai memilin-milin tembakau mulutnya, baru ia berkata : - Apa yang harus kukatakan" Semua itu takdir. Bogel tertawa terbahak-bahak. Serunya : - Semua itu takdir Takdir yang mana" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Mencari laki-laki seperti Sondong Landeyan sudah susah. Pendek kata seribu orang cuma satu. Atau satu di antara seribu orang. Berkepandaian tinggi, cinta pada anak, setia pada isteri, berhati sederhana dan lapang dada. Sebaliknya, Sekar Mulatsih keturunan priyayi. (priyayi : orang menak). Lambat laun merasa tidak pantas hidup berdampingan dengan orang dusun. Yaah.... ibarat bunga anggrek hidup di pinggir dusun.- - Bagus Tak kukira, penilaianmu adil. Tetapi bukankah dia sudah melahirkan anaknya"- Eh, kau mau menyalahkan Sekar Mulatsih, ya" - bentak si nenek. - Huuuu.... laki-laki memang mau menang sendiri.- Sebaliknya, apa salahnya Sondong Landeyan" - debat Bogel dengan bersemangat. - Aku kan tidak menyalahkan Sondong Landeyan" Aku hanya berkata, semua itu takdir.Yang mendengarkan memanggut-manggutkan kepalanya. Mereka seperti mau mengerti alasan nenek Saminten, namun merasa kurang puas. Sebaliknya untuk mengutarakan apa penyebabnya, mereka tak tahu. Tiba-tiba terdengar suara Diah Windu Rini: - Hm, apa sih enaknya menjadi isten seorang pendekar dusun" Dia boleh memiliki kepandaian setinggi langit Dia boleh cinta setengah mati. Tetapi itu belum cukup. Bogel mau membuka mulutnya, tetapi batal sendiri karena teringat kegalakan Windu Rini. Namun ia tak kehilangan akal. Ia mengalihkan pandangnya kepada Kartamita dan Lembu Tenar. Serunya minta pertimbangan : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Bagaimana menurut pendapat kalian" - A ku bisa menerima pertimbangan nona Windu Rini.- sahut Kartamita dengan hati-hati. - Kau orang kasar, karena itu belum pandai menyelami hati seorang wanita. Orang hidup bersuami isteri ibarat jantung yang berbentuk dua belah. Masing-masing harus bisa seiasekata, sefaham, sependirian, secita-cita, senafas, sehati.... pendek kata masing-masing merasa menjadi bagian hidupnya. Untuk mencapai hal itu, harus dibangun sedikit demi sedikit. Sayang, Sondong Landeyan terlalu kaku. Bisanya cuma berkelahi. Diajak berbi cara perkara kesenian, tatapemerintahan, kesusasteraan, tidak menyambung. Tentunya mempunyai akibatnya sendiri,- Betul potong nenek Saminten dengan semangat tempur. Seperti suamiku yang ke lima. Kebisaannya cuma main perem Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo puan. Yang dibicarakan cuma soal perempuan. Perempuan, perempuan melulu. Diajak berbicara cara mencari rejeki, tidak sambung. Diajak berbicara mengenai bibit padi, bibit ketela, bibit jagung, tidak sambung. Ah, kutendang saja ke luar rumah. Sana, sana, sana cariluh perempuan sampai mampus !- Mendengar ujar nenek Saminten mereka semua tertawa bergegaran. Kini suasananya menjadi enak kembali. Tetapi Bogel jadi penasaran. Ia menganggap ucapan nenek Saminten memotong pembicaraan orang yang belum selesai. Maka buru-buru ia berkata kepada Kartamita : - Kakang Kartamita teruskan kata-katamu ! Kartamita mendeham. Setelah mengerling kepada Diah Windu Rini, ia berkata melanjutkan : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Riwayat pertemuannya memang tidak semestinya. Sekar Mulatsih seperti dipaksa harus menerima nasibnya dengan rasa terima kasih. Jangan lagi seorang gadis, laki-lakipun akan terpaksa menerima paksaan itu. Coba pikir ! Dia anak seorang pemberontak. Kemudian jiwanya ditolong orang yang sama sekali tidak mempermasalahkan asal-usulnya. Apakah pertimbangan demikian harus diabaikan" Sebaliknya, apakah anak seorang pemberontak memang harus kehilangan hak asasinya" Nah, disinilah kodrat Tuhan mulai berbicara. Orang boleh mencapnya sebagai anak seorang pemberontak yang harus dibenci, dimusuhi dan disingkirkan. Tetapi sebagai mahluk Tuhan, dia tidak bisa kehilangan hak hidupnya jiwanya berontak, karena tidak memperoleh keserasian, keselarasan dan keseimbangan. Cara berpikir dan selera hatinya tidak serasi dengan Sondong Landeyan, ibarat minyak dan air. Bekal pengetahuannya tidak selaras dengan Sondong Landeyan, ibarat kecapi yang kendor dawainya. Asal-usul dan kecantikan peribadinya tidak seimbang dengan Sondong Landeyan yang kasar dan kaku. Akibatnya, tatkala bertemu dengan Haria Giri tiba-tiba saja dirinya ibarat arus air yang menemukan saluran pembuangannya. Tanggul air jebol ! Mengapa tidak" Cara berpikir dan selera hatinya serasi dengan cara berpikir dan selera hati Haria Giri. Dia mengenal kesusasteraan, kesenian, tata-pemerintahan dan sejenisnya. Dan Haria Giri kebetulan memiliki kepandaian demikian berkat pengalamannya hidup dalam pemerintahan dan bergaul dengan orang cerdik pandai di Ibukota. Dia cantik jelita dan Haria Giri cakap. Kecuali itu, Haria Giri orang pemerintahan. Sekaligus akan dapat mengangkat nasibnya yang buruk dari lumpur kehinaan. Demi ini, siapapun berani mempertaruhkan segalanya. Termasuk jiwa dan anaknya sendiri. Sebab anak itu sebenarnva lahir di luar kemauannya sendiri.http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Bagus Kedengarannya masuk akal. - ujar Bogel. Bagaimana pendapatmu, Lembu Tenar" - A ku" - sahut Lembu Tenar. - Aku sih orang dusun. Otakku butek. Tetapi aku setuju dengan pendapat ki dalang, bahwa betapapun juga Sondong Landeyan memiliki jiwa besar. Dia berani menerima kenyataan dengan lapang dada. Maka pantaslah dia disebut seorang pendekar yang berjiwa besar dan sakti. Disebut sakti, karena dia justru bisa menguasai diri pada saat ia dihadapkan pada suatu tindak yang serba salah.- Hee....Kau bisa berpikir bagus - Bogel berseru kagum. - Ya,memang membunuh Haria Giri atau Sekar Mulatsih atau....kedua-duanya, bukan merupakan penyelesaian yang tepat. Juga bukan perilaku yang pantas dipuji, bila melakukan bunuh diri.Ah, hebat ! Penilaianmu hebat - Loo bukan aku Ki dalang yang mendahului. Aku hanya menirukan, mempertimbangkan, lalu menyetujui. - ujar Lembu Tenar. - Benar. Manusia lumrah memang tidak akan tahan menghadapi kenyataan demikian.- Kartamita mendukung. Semua yang berada dalam ruang itu memanggutkan kepalanya. Bogel diam-diam mencuri pandang kepada Diah Windu Rini. Ia ingin melihat bagaimana reaksi gadis galak itu. Tetapi gadis itu ternyata bersikap acuh. Pandang matanya mengarah ke luar penginapan. Lalu berkata kepada Gemak Ideran : - Kau sudah puas" Berangkat Gemak Ideran rupanya kalah perbawa. Dengan hati berat ia berdiri. Setelah mengepriki dan rnembetulkan letak pakaiannya ia meruntuhkan pandang kepada Niken Anggana http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang belum bergeser tempat. Gadis muda remaja itu masih terbenam dalam kesan hatinya. Pandang matanya tidak beralih pula dari ki dalang Gunacarita yang pandai bercerita. - Hai - bentak Diah Windu Rini. - Kau mau menginap di sini"- Niken Anggana mengangguk. - Apa" - Diah Windu Rini tercengang yang sama sekali tidak mengharapkan memperoleh anggukan demikian. - Ceritanya belum selesai.- ujar Niken Anggana. Lalu minta benaran Gunacarita : - Belum selesai, bukan" Ki dalang Gunacarita mendongakkan kepalanya memandang Diah Windu Rini, Gemak Ideran dan kemudian kepada Niken Anggana. Sahutnya bijaksana : - Babak ini sudah selesai. Lihat sebentar lagi pagihari tiba. Di luar sudah terang benderang.- Tetapi cerita itu sendiri belum selesai, bukan" - Niken Anggana menegas. - Ah, kalau diceritakan seluruhnya belum tentu satu bulan selesai. Sebab setelah Wigagu sembuh, Sondong Landeyan berangkat dengan membawa Pitrang mencari Sekar Mulatsih . Kali ini , Wigagu dan Sukesi ikut serta. Pengalamannya bukan main banyaknya. Mereka tersesat di goa hantu, di sarang penyamun, di kerajaan jin. Pendek kata....ah hebat Itulah sebabnya aku berkata, bahwa Sondong Landeyan adalah seorang pendekar tersakti pada jaman ini.O0-OdwO-0O http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid III - Waoo hebat ! - Niken Anggana kagum. - Anggana, berangkat ! - bentak Diah Windu Rini. Di mana saja. seorang dalang pandai hercerita Tiada bedanya dengan tukang jual jamu Kau mau jadi anteknya" - Tetapi .... - - Berangkat ! - potong Diah Windu Rini. - Kau mau berangkat atau tidak"Gemak Ideran menengahi. Dengan lembut ia menarik lengan gadis . Berkata membujuk : - Kalau engkau ingin mendengar centa lanjutannya, biarlah kita undang saja ki dalang Gunacarita ke rumah. - Ah ya ..... - pandang mata Niken Anggana berseri-seri. Lalu minta pembenaran kepada ki dalang: -Paman mau kami panggil kerumah " - - Ah tentu saja dengan senang hati. - Sahut ki dalang Gunacarita dengan cepat. - Hanya saja upah tanggapannya agak mahal sedikit. - - Tak apa. Berapa" - Untuk satu cerita dua-ringgit.- Satu bulan tammat " - Mungkin kurang satu bulan. Mungkin lebih. - sahut Gunacarita dengan suara kering. - Baik. Hitung saja tiga puluh kali. Artinya dua ringgit kali tiga puluh. Hanya enampuluh ringgit, bukan" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Ya. - Gunacarita ternganga. Ia hampir tidak mempercayai pendengarannya sendiri. Apakah benar dara itu akan menanggapnya satu bulan penuh" - Bagus, aku mempunyai uang sendiri. Uangku sendiri. Tidak perlu minta siapapun..Sekarang benar-benar Gunacarita ternganga-nganga. Ia tidak saiah tangkap lagi. Dengan terbata-bata ia berkata : - Nona eh ndoro jeng....tetapi dimana kediaman ...... - Anggana ! - potong Diah Windu Rini sambil menyambar lengan Niken Anggana. Dan dengan satu hentakan, ia menyeret Niken Anggana setengah berlari. Tetapi Niken Anggana tidak mau mengalah. - Akulah nanti yang menjemput paman. - serunya. Sebentar saja mereka bertiga sudah menghilang di balik dinding penyekat. Kemudian terdengar suara gerakan kaki kuda. Pengurus rumah penginapan memburu meminta uang sewa. Diah Windu Rini terdengar ribut sejenak. - Apakah kau masih merasa kurang" Kami sudah memborong tujuhpuluh minuman dan makanan. Kau biarkan kami bergadang satu malam suntuk rumah penginapan inilah yang justru harus membayar kami. - bentaknya garang . - Nona......ini lain lain .- ujar pengurus. Rumah Penginapan. - ini lain lain bagaimana " - Urusan makan minum jangan disamakan urusan penginapan. Lain-lain urusannya.Agaknya Diah Windu Rini akan menbentak lantang tetapi terdengar suara Gagak Ideran menengahi Kata pernuda itu : - Cukup" - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Oh, Cukup,...,.cukup. Lebih dari cukup Sebentar kemudian terdengar derap kuda meninggalkan halaman Rumah Penginapan. Suasana ruang tengah yang ikut menjadi tegang dapat bernafas kembali. Penghuni ruang itu seolah-olah terlepas dari suatu malapetaka. Ujar Bogel : - Guna ! Kau tahu siapa. mereka bertiga " - -Bagaimana aku tahu" Rumahnya saja belum jelas. sahut Gunacarita. - Hai ! Jangan-jangan mereka anak-keturunan Haria Giri. - Bogel. tertawa menggoda . Godaan Bogel sempat membuat wajah Gunacarita pias. Lembu Tenar dan lain-lainnya tak kecuali. Ujar Bogel lagi : - Gadis yang satu itu bersikap garang dan acuh.. Bukankah begitu " - - Tetapi yang laki-laki dan yang muda tidak. - Lembu Tenar menyumbangkan pendapatnya. - Bagatmana menurut pendapatmu, nek" Nenek Saminten mendeham, Lalu menjawab : - Menurut pendapatku, mereka bukan satu ayah satu ibu. Kecuali watak, tingkah-laku dan perangainya berbeda, wajah dan perawakan tubuh mereka tidak sama pula. Mungkin sekali mereka teman seperjalanan, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pendapat nenek Saminten memperoleh dukungan yang berada dalam ruang tengah itu. Kesan mereka terhadap Diah Windu Rini memang tidak berbeda jauh. Semenjak tiba di Rumah Penginapan, Diah Windu Rini bersikap angkuh, garang dan sengit. sewaktu Gunacarita menyinggung-nyinggung kisah Haria Giri dan Sekar Mulatsih . Sebaliknya, Gemak Ideran seorang pernuda berpembawaan tenang berwibawa dan pandai menyesuaikan diri. Sikapnya terlepas dari jalur cerita ki dalang yang mengajak pendengarnya terlibat di dalam nya. Dan Niken Anggana" Ah, gadis remaja itu bukan main cantiknya. la anggun, agung dan merakyat. Dialah satu-satunya di antara mereka bertiga yang ingin mendengarkan kisah Sondong Landeyan dan Haria Giri lebih banyak Lagi. - Hm. - Kartamita menggumam seorang din. - Kalau Diah Windu Rini benar-benar anak-keturunan Haria Giro, bakal hebat Menilik watak dan perangainya, dia tidak akan mau sudah Kita semua bakal tersangkut urusan polisi. Wajah, mereka semua berubah. Selagi demikian, masuklah pengurus Rumah Penginapan sambil berseru-seru : - Hai dengarkan Aku disuruh mengabarkan dan kalian disuruh menyebar luaskan Barang siapa yang ingin memiliki pedang Sangga Buwana harap berurusan dengan dia. - Dia siapa" - hampir berbareng mereka menegas. - Puteri cantik itu. - - Diah Windu Rini" Pengurus Rumah Penginapan tidak menyahut. Seperti kanak-kanak takut kena gebuk, ia memasuki kamar kerjanya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dan suasana dalam ruang itu makin tegang. Mereka saling melemparkan pandang dengan kepala berteka-teki. 0odwo0 http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo 4. MALAM BERBINTANG SATU MUSIM HUJAN masih merata. Dan bila malamhari tiba, suasana alarn gelap-gulita. Di angkasa yang luas hanya nampak satu dua bintang bergetar malas. Angin membawa rasa sejuk dingin menyakitkan tubuh. Suara gemeresak dan desah mahkota belukar mengusik kesenyapan. Malam-malam demikian, jarang sekali penduduk ke luar jalan. Tetapi Gunacarita sudah terlanjur sanggup mencari rumah Niken Anggana yang belum jelas letaknya. Ini terjadi beberapa hari setelah peristiwa di rumah penginapan. Ia disertai Bogel, Kartamita dan Lembu Tenar, yang mempunyai kepentingan sendiri. Kepentingan ingin tahu, siapakah sebenarnya Diah Windu Rini, Gemak Ideran dan Niken Anggana. Dari arah barat berjalan satu rombongan orang Pula yang membawa obor berwarna biru. Melihat warna obor itu, Kartamita yang berpengalaman segera membawa Gunacarita, Bogel dan Lembu Tenar bersembunyi. bisiknya dengan wajah berubah hebat - Jangan bergerak, jangan berisik ! Bahaya ...... - Bahaya apa " - Lembu Tenar minta keterangan. - Jangan bertanya. Kau nanti tahu sendiri. Dengan mendekam, mereka bertiga berada di balik belukar yang tumbuh lebat di depan sebuah rumah gedung berhalaman luas. Sedang mereka memperhatikan rombongan yang datang dari arah barat, masuk pulalah tiga orang berpedang panjang dari timur. Tiga orang itu mengenakan pakaian hitam dengan sulaman bunga merekah warna kuning emas. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Setelah memasuki halaman depan, mereka duduk di atas lantai seperti cara seseorang menghadap raja atau bupati. Rombongan sebelah kiri yang terdiri dari sebelas orang dipimpin oleh seorang laki-laki berperawakan ramping berpakaian hijau. Dan yang duduk di sebelah kanan adalah tiga laki-laki berpakaian hitam dengan sulaman bunga merekah warna kuning emas. Mereka saling menatap dengan wajah tegang. Sebentar kemudian pintu besar yang menutup rumah gedung itu terbuka lebar. Keluarlah enam orang gadis berpakaian putih bersih. Di antara mereka adalah. Diah Windu Rini. - Siapa yang datang " - tegur Diah Windu Rini dengan suara kering. - A ku Srenggana, pemimpin rombongan anak-murid Mahesa Rekta.- jawab pemimpin rombongan sebelas orang. - Dan kamu bertiga" - Diah Windu Rini beralih pandang kepada tiga orang yang mengenakan pakaian hitam bersulam bunga mekar warna kuning emas. - Aku Lingsir, Puthut dan Wisada.- Kalian mau apa" - - Mau bertemu Niken Anggana. - sahut mereka hampir berbareng. - Hm. - Diah Windu Rini mendengus. - Apakah semudah mencari kakekmu" - Mendengar serentetan pembicaraan mereka, darah ki dalang Gunacarita mendesir. Hatinya berdebaran. Jantungnya berdegup. Ah, kalau begitu ia terlalu semberono. Memang, Niken Anggana tidak menghendaki dirinya datang ke http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rumahnya. Niken Anggana sendirilah nanti yang akan menjemputnya. tetapi uang enampuluh ringgit itu bukan jumlah yang sedikit. Upah untuk Kartamita dan Bogel yang sudi mengiringkan, masing-masing lima ringgit. Lembu Tenar tidak mengharapkan upah. Jadi masih sisa limapuluh ringgit. Artinya bisa dibuat menghidupi sampai ke anak cucunya. Selagi ia hendak minta pertimbangan ketiga temannya, tiba-tiba di tengah udara melesat dua sosok bayangan dan turun bagai dua dewa di depan Diah Windu Rini. - Siapa kalian" - bentak Diah Windu Rini. Kedua orang itu tertawa lantang. Mereka mengenakan pakaian singsat berwama hitam. Biasanya orang yang mengenakan seragam hitam datang dari Jawa Timur. Sahut yang berdiri di sebelah kiri : - Kau berhadapan dengan Guntur dan Geludug.- Hm , kaupun berangan-angan ingin bertemu dengan Niken Anggana" - - Buat apa" Perempuan yang melebihi kecantikannya, tidak kurang. - sahut Guntur dengan ketus. - Lalu " - - Mana pedang Sangga Buwana" Pedang itu berasal dari Jawa Timur. Jadi harus kembali ke kandang nya.- Eh, enak saja engkau menggoyangkan lidahmu. - sahut Diah Windu Rini dengan sengit. - Dari mana asal-usul pedang itu, tiada seorangpun yang tahu. Yang jelas pedang itu sudah ada semenjak jaman Sri Wijaya.- Baik, nah serahkan padaku ! http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Selagi demikian, Lingsir dan Puthut melompat ke depan dengan pedang terhunus. Tanpa berkata apapun, mereka berdua maju menerjang. Yang berada di samping Diah Windu Rini menangkis dengan gesit. Dan pada detik itu pula Diah Windu Rini menabaskan pedangnya. Terdengar suara tak ! Dan kedua pedang Lingsir dan Puthut terkutung menjadi dua bagian. - Ah ! - hadirin berseru kaget. Dengan berjumpalitan Lingsir dan Puthut mundur ke tempatnya semula. Guntur yang menyaksikan serangan kilat dan akibatnya, berseru mengandung suara penasaran : - Kau pakai pedang Sangga Buwana" - Masakan sampai perlu menggunakan pedang pusaka itu hanya untuk menghadapi dua cecurut pasaran" - bentak Diah Windu Rini seraya melemparkan kutungan pedang yang dirampasnya. Gunacarita, Kartamita dan Lembu Tenar yang menyaksikan perangai dan tingkah laku Diah Windu Rini jadi tambah tidak mengerti. Mereka tahu, Diah Windu Rini semenjak di Rumah Penginapan bersikap garang, angkuh dan sengit Malam inipun ia bahkan membuktikan kebisaannya yang tinggi. Apakah latar belakangnya " Benar-benarkah dia anakketurunan Haria Giri " Menilik pembicaraannya menyinggungnyinggung nama pedang Sangga Buwana, setidak-tidaknya ia ikut terlibat di dalamnya. Hanya saja kedudukannya kurang jelas. Apalagi bila dihubungkan dengan kedudukan Niken Anggana yang lemah lembut, ramah tamah dan menyenangkan. Dan gadis itu rupanya menjadi incaran para tetamu seolah-olah dialah yang justru menentukan masalahnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Gunacarita. - bisik Kartamita, - Inilah kediaman Niken Anggana bertiga, Gedung besar berhalaman luas, tetapi mirip sebuah pesanggrahan. A pakah Haria Giri berdiarn di sini " - Tentang itu .... tentang itu .... - Gunacarita berbimbangbimbang. - Menurut cerita, tempat tinggalnya susah dicari. Gurunya banyak. Sondong Landeyan sampai menjelajah hampir seluruh Jawa.- - Oh, begitu" - dan Kartamita tidak berbicara lagi. Sementara itu, Lingsir dan Puthut yang sudah kehilangan pedang tidak sudi menyerah kalah. dengan berbareng mereka berkata: - Kalian mau minggir atau tidak" Kalau tidak, kami bisa masuk tanpa permisi lagi. - Apakah kalian bisa" - ejek Diah Windu Rini . Dengan suatu kecepatan yang susah dikatakan, Lingsir dan Puthut melesat terbang bagaikan bayangan memasuki ambang pintu yang terbuka lebar. - Hai - seru Guntur dan Geludug terkejut. -Tangkas amat Mereka semua kemudian ikut memasuki ambang pintu. Mula-mula Diah Windu Rini dengan pembantu - pembantunya. Kemudian Wisada, Guntur, Geludug dan Srenggana. Setelah itu, anak buah mereka yang membawa obor berlari-larian ikut menyusul. Suasana di batik pintu jadi terang benderang. Lingsir dan Puthut sudah mendarat di tanah dengan membawa senjata andalannya. Kali ini bukan sebilah pedang panjang. Akan tetapi masing-masing dua batang pedang pendek yang terbuat dari baja mengkilat. Di depannya berdiri seorang laki-laki setengah umur berpakaian singsat, berkumis pendek dan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berjenggot. Pandang matanya berkilat-kilat seolah-olah bisa menembus hati. - Kamu mau bertemu siapa" - bentaknya dengan suara menggeledeg. - Siapa yang menyimpan pedang Sangga Buwana" - gertak Lingsir. - Hm, lalui dulu bangkai Pulunggana Rupanya, Lingsir dan Puthut adalah dua pendekar yang tidak senang berbicara berkepanjangan. Begitu ditantang Pulunggana, terus saja mereka menyerbu dengan berbareng. Mereka lantas bertempur dengan serunya. Sementara itu, Bogel yang mencari tempat persembunyiannya sendiri jadi penasaran. Memang ia orang kasar yang tidak dapat memendam keadaan hatinya. Ia mendengar suara pertempuran seru. Segera ia uncul dari persembunyiannya dan menghampiri ambang pintu dengan berjingkit-jingkit Semua orang yang berada di halaman tengah sibuk dengan perhatiannya masingmasing. Maka kedatangan Bogel sama sekali tidak dihiraukannya. Tetapi aneh adalah tingkah Bogel. Begitu menjengukkan kepalanya, cepat-cepat ia balik kembali seperti diuber hantu. Dengari suara tak jelas ia berkata kepada ketiga temannya : - Celaka Mereka sudah mampus.- Siapa yang mati" - Lembu Tenar minta keterangan. - Dua orang tadi yang terbang memasuki ambang pintu. - Eh, masakan begitu mudah " Lembu Tenar tercengang. Mereka berkepandaian tinggi. Ketangkasannya melebihi setan. Siapa yang bisa membunuhnya dengan mudah"http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Orang itu Orang gagah perkasa yang berada di tengah halaman. - Bogel memberi keterangan. Memang pada saat itu, tidak lagi terdengar suara pertempuran! Lingsir dan Puthut mati terjengkang tertembus dua panah bor yang mungkin sekali mengandung bisa berbahaya. Dengan tenang Pulunggana menyapu sekalian yang memasuki halaman dengan pandang matanya. Mula-mula kepada Srenggana, Guntur, Geludug dan Wisada. Setelah itu kepada Diah Windu Rini dengan teman-temannya. Menilik kesannya, ia bersikap tidak bersahabat dengan Diah Windu Rini. Diah Windu Rini Sendiri sedang memperhatikan mayat Lingsir dan Puthut yang tergolek di atas tanah. Dia tadi sempat terkejut menyaksikan ketangkasannya. Tetapi nyatanya mereka mati dengan mudah sekali. Hanya saja ia belum jelas, siapakah yang membunuhnya. Pulunggana memang gagah perkasa. Akan tetapi dia bertempur dengan tangan kosong. Apakah diam-diam ia melepaskan panah bor dari balik tengan bajunya " Atau ada seseorang yang membantunya dengan diam-diam" Guntur bergeser tempat menghampiri Geludug untuk minta pertimbangan. Katanya dengan berbisik : - Bagaimana menurut pendapatmu" Kelihatannya dia terlalu hebat - - Hm. - Geludug mendengus. - Apakah engkau hendak membiarkan pedang Sangga Buwana menjadi miliknya" Guntur berpikir sejenak. Menyahut : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Guru kita, paman Surasekti menghendaki pedang itu kembali ketangannya. Guru tidak rela pedang itu jatuh ke tangan Haria Gi ri. Apalagi dengan seenaknya saja diwariskan kepada keturunannya. - - Apakah Niken Anggana anak Haria Giri" - ltupun belum jelas. Akan tetapi menurut kabar di luaran, pedang Sangga Buwana berada di tangan nya. Kalau bukan anak-keturunannya betapa mungkin bisa berpindah tangan.- Hm. - Geludug memanggut. - Alasanmu masuk akal. Kalau begitu, mari kita mencoba mengadu untung, A pakah kau takut mati" - - Mati" - Guntur tertawa terbahak-bahak. - Kalau aku takut mati, apa perlu sampai keluyuran di sini. Soalnya sekarang, kita mampu atau tidak menghadapi Pulunggana Selagi berkata demikian, Diah Windu Rini menimbrung : - Hai, coba kemari Aku ingin berbicara kepada kalian berdua.- Guntur dan Geludug saling pandang. Kemudian dengan ragu-ragu mereka mendekat. Dalam jarak tiga langkah mereka menghentikan langkahnya untuk menjaga segala kemungkinan. Diah Windu Rini kemudian menggapai Geludug Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Berkata : - Aku mernpunyai rahasia. Kau mau dengar atau tidak " - Rahasia apa " - sahut Geludug tak senang. - Kalian ingin membawa pedang Sangga Buwana pulang, bukan" Memang, menurut sejarah pedang Sangga Buwana tadinya berada di Belambangan. Tetapi bukan berarti milik orang Belambangan. Meskipun demikian, kalau engkau mau mendengarkan atau tidak saranku" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Geludug berbimbang-bimbang sejenak. Akhimya melangkah mau mengharnpiri. Diah Windu Rini kemudian membisikkan sesuatu ditelinganya. - Nah, kau sampaikan kepada kawanmu Begitulah caranya agar kalian bisa pulang dengan membawa pedang Sangga Buwana. Hanya saja, kawanmu itu harus hati-hati dan berwaspada. - Geludug tercengang beberapa detik. Lalu berputar menghadap Guntur. Setelah itu ia memberi isyarat agar mengikuti dirinya yang melangkah ke luar pintu. Tiba di halaman depan, Geludug menarik lengan Guntur dan dibawanya berlindung di bawah pohon. Rupanya apa yang akan dibisikkan begitu rahasia, sehingga sedapat mungkin jangan terlihat siapapun. Tetapi ia tidak tahu, bahwa di balik belukar bersembunyi empat orang. Gunacarita" Bogel, Kartamita dan Lembu Tenar yang mengawaskan gerak-geriknya dengan kepala berteka-teki. - Kau mau berkata apa" - Guntur menegas. Geludug menempelkan mulutnya kepada telinga Guntur. tiba-tiba ia menjerit tinggi. Darah mengucur deras dari ulu hatinya. Dengan tangan menuding dan wajah penuh tanda tanya ia berteriak tertahan . - Kau ... kau ..... mengapa kau ..... Guntur mengulum senyum sambil memperlihatkan sebilah belati pendek di tangannya. Kemudian menyahut : - Kau baru tahu sekarang, bukan" Kau lihat sendiri. ini badik Belambangan yang berlumuran bisa jahat. Jadi kau tahu sendiri. - - Tapi ..... tapi ..... mengapa kau berbuat begini " http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Guntur tidak menjawab. Pada waktu itu Diah Windu Rini keluar pula dari pintu. Dengan langkah pelahan ia menghampiri Geludug. Berkata dengan suara sayang : - Biarlah aku yang menjelaskan agar engkau tidak mati penasaran. Kawanmu ini sengaja memancing di air keruh. Dia abdi yang setia yang ditugaskan apakah orang Belambangan masih bernafsu mencari pedang Sangga Buwana. Ternyata kau terpancing. Nah, selamat jalan.- Oh. - terdengar Geludug melepaskan ucapannya yang penghabisan. Lalu roboh terkapar di alas tanah seperti ayam terpotong. Pandang matanya tentunya melotot menatap udara karena hatinya benar-benar penasaran dan penuh dendam. Guntur membungkuki. Badiknya yang berlumuran darah dibersihkan dengan ujung baju Geludug yang sudah tidak bernyawa lagi. Sewaktu ia menegakkan badannya hendak memasukkan badiknya ke dalam sarungnya, tiba-tiba dadanya terasa sakit. Ia hanya melihat sebatang pedang berkelebat di depan matanya. Itulah pedang Diah Windu Rini yang menikam tepat di ulu hatinya pula. - Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik. Maka kaupun boleh pergi. - ujar Diah Windu Rini. Guntur menggerung oleh rasa sakit, penasaran, kaget, heran dan mendongkol. Dengan menguatkan diri ia melompat mundur untuk membebaskan diri dari ujung pedang yang menancap di dadanya. Tetapi tentu saja Diah Windu Rini tidak sudi memberinya peluang. Diapun maju sambil menyodokkan pedangnya. Karena pedangnya tajam luar biasa, ujungnya menembus dada Guntur sampai di punggungnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Guntur roboh bermandikan darah. Dan pada saat itu, Diah Windu Rini mencabut pedangnya dan dimasukkan ke dalam sarungnya. Tenang saja sikapnya, seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu. Tiga orang pembantunya yang terdiri dari puteri pula berdiri di belakangnya mengambil sikap siap tempur. Dengan matinya Lingsir, Puthut, Geludug dan Guntur, kini tinggal Wisada dan Srenggana dengan orang-orangnya. Kedua orang itu jelas dari aliran lain, tetapi mempunyai tujuan yang sama. Mereka kini muncul lagi di halaman depan. Sebentar mereka terlongong menyaksikan mayat Guntur dan Geludug. Lalu berpaling kepada Diah Windu Rini dengan mulut membungkam. - Bagaimana" - hardik Diah Windu Rini. - Hm.- Srenggana tertawa melalui dadanya. - Rupanya, kaupun menaksir pedang pusaka itu. Kau bisa menjebak mereka, akan tetapi jangan bermimpi bisa berbuat semudah itu terhadapku.- - O , begitu" - Diah Windu Rini tertawa geli. Lalu menatap Wisada.- Bagaimana dengan engkau " Wisada tidak segera menjawab. Beberapa waktu lamanya ia menatap wajah Diah Windu Rini. Baik wajah dan perawakan gadis itu memang agung berwibawa. Akan tetapi berkesan mengerikan juga. Dia tidak hanya pandai menggertak orang. Tangannya gapah pula. - Nona,- akhirnya Wisada membuka mulutnya. - Sebenamya engkau bisa dengan cara lain untuk menolong membebaskan kedua saudaramu dari cengkeraman Pulunggana, Tidak usah menyebar-luaskan perkara pedang Sangga Buwana sehingga menarik perhatian orang. Akibatnya rumah ini didatangi para http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pendekar dari semua jurusan. Aku percaya, lambat-laun nona akan terlibat dalam suatu kesulitan lain. - Hm , masakan aku tidak tahu" - potong Diah Windu Rini dengan sengit.- Apakah kalian datang kemari bukan karena ingin memperoleh pedang pusaka itu"- Memang. Aku tadi sudah mengatakan. Tetapi ..... - Kalau aku hanya membunyikan kentungan tanda bahaya, masakan kalian mau datang" Wisada berpikir sejenak. Menyahut : - Baiklah, anggap saja alasanmu benar. Tetapi mengapa nona justru merintangi untuk bisa maju bersama mengkerubut Pulunggana " - - Apakah engkau tidak mengerti maksud baikku " - Maksud baik yang mana " - Wisada penasaran. - Kalian begitu ceroboh. Kalian anggap Pulunggana secerpih tembakau yang bisa kalian pilin-pilin Dia sakti luar biasa. Maka sebelum mencoba-coba, kalian kuuji dulu. Kalau lulus, nah barulah mempunyai arti melawan dia. Lihatlah nasib Lingsir dan Puthut yang semberono itu !, Hanya dengan mengandalkan suatu kegesitan mereka berani menerjang masuk. Padahal hanya dengan sekali tabas, pedang mereka dapat kami kutungkan. Akibatnya mereka seperti mencari matinya sendiri. Apakah kegesitan Pulunggana hanya bisa dilawan kegesitan semata " Otak, akal dan perhitungan harus menjadi pegangan utama sebelum bertindak. Kalau kalian berani mengadu untung, silahkan ! Srenggana tertawa terbabak-bahak. Serunya : - Nona, engkau benar-benar pandai bemain sandiwara Setelah kini tinggal dua orang, kau persilahkan kami memasuki http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ruang dalam untuk bertempur melawan Pulunggana. Bukankah sama halnya engkau mengadu domba Guntur dan Geludug " - - Ah benar. - Wisada tersadar. - Sebenarnya apa sebab mereka bisa saling membunuh" - Saling membunuh " - Diah Windu Rini tertawa lebar Akulah yang membunuh Guntur. Sebenarnya aku bermaksud baik pula. Geludug kusuruh membisiki agar salah seorang mau mengalah. Rupanya Guntur terlalu serakah. Khawatir akan tidak kebagian rejeki ia membunuh Geludug selagi sedang rnembisikinya. Orang semacam dia harus kubunuh pula. -Eh, enak saja engkau mengarang cerita. - Srenggana membentak dengan wajah penasaran. - Kami belum buta. nona. Guntur adalah kaki-tanganmu. Dia sengaja kau kirim ke Belambangan untuk membuat desas-desus perkara pedang Sangga Buwana, bukan " Dan ia engkau bunuh untuk menghilangkan jejak. - Sreng ! Diah Windu Rini menghunus pedangnya. Lalu melompat maju seraya menghardik : - Kau terlalu banyak mengetahui. Maka kedua-duanva harus kusingkirkan.- - Hm, apakah mudah" - ejek Srenggana. Lalu memberi abaaba kepada anak-buahnya : - Maju Sebelas orang anak buahnya berlari-larian dengan membawa obornya. Setelah mengepung rapat, obor mereka ditancapkannya di atas tanah. Dengan berbareng mereka menghunus senjatanya masing-masing yang terdiri dari kelewang, penggada, tongkat besi, tombak dan pedang. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketiga pembantu Diah Windu Rini tidak tinggal diam saja. Mereka beradu punggung, lalu maju dua langkah. Setelah maju dua langkah, seorang demi seorang mundur selangkah. Bila yang pertama mundur, yang kedua maju. Lalu disusul yang ketiga dan pada saat itu pula yang kedua mundur dalam jurusan lain. Maka siapapun tahu, itulah jurus-jurus kerjasama yang rapih. Kelihatannya seperti maju-mundurnya sekawanan penari, akan tetapi sesungguhnya menggenggam ancaman yang berbahaya. sebab dengan tiba-tiba saja, kelembutan itu bisa berubah dengan suatu kegesitan yang garang seperti gerakan majikannya. Wisada untuk sementara tidak sudi melibatkan diri. Rupanya dia seorang pemuda yang berhati-hati. Ia membiarkan Srenggana dan anak-buahnya mengadu untung dan memutuskan untuk menjadi seorang penonton yang baik. - Tujuh maju empat lari - perintah Srengana yang merupakan aba-aba sandi. Tujuh orang lantas saja menerjang sambil berteriak nyaring. Yang empat lari berputaran makin lama makin cepat. Karena itu, Diah Windu Rini di paksa pula untuk berputar mengikuti gerakan mereka. Celakanya yang tujuh orang menyerang maju mundur sehingga merepotkan kedudukannya. Menyaksikan Diah Windu Rini dan ketiga pembantunya keripuhan, Srenggana kelihatan puas. Ia tertawa gelak. Lalu berseru - Nona ! Kau masih berani mengangkat kepala" Mendongkol hati Diah Windu Rini diejek demikian. Sekonyong-konyong ia melesat tinggi dan menyerang empat orang yang lari berputaran. Itulah serangan kilat diluar dugaan. Namun agaknya mereka sudah bersiaga menghadapi http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kemungkinan demikian, tiga orang ikut membantu. Sedang ketiga pembantu Diah Windu Rini cukup direpotkan empat orang dan Srenggana. - Bagus!- seru Diah Windu - Kalian sebenarnya rombongan tetamu yang harus kusuguh minuman dan makanan dulu.- Siapa kesudian minum suguhan nenek-moyangmu. bentak Srenggana. - Ah ! Aku sudah berusaha seramah mungkin tetapi nampaknya, kalian tidak sudi menghargai keramahan orang. Baik. - Berkata demikian ia menikam salah seorang yang maju menerjang. Tangan kirinya bergerak pula menghantam igaiga. Inilah serangan diluar dugaan orang itu lantas saja roboh terjengkang. Menyaksikan hal itu, Srenggana mendongkol. Namun diam-diam ia terkejut melihat kepandaian Diah Windu Rini yang dapat merobohkan seorang anak-buahnya yang sudah terlatih bertahun-tahun lama nya. Dengan cara yang sederhana. Dengan mengangkat tangannya ia memberi aba-aba untuk membalas menyerang. Sembilan orang anak-buahnya menerjang dari empat penjuru. - Mustahil engkau bisa melawan sepuluh orang - seru Srenggana.Dan iapun segera menggabungkan diri . Diah Windu Rini dan ketiga pembantunya menangkis dengan berbareng.. Suatu benturan senjata memekakkan telinga. Akibatnya para penyerbunya tergentak mundur. Srenggana kernbali terperanjat lagi. Pikirnya, benarkah tenaga perempuan bisa mempunyai kekuatan begini hebat" Ia penasaran dan ingin mengadu tenaga melawan Diah Windu Rini. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Mengalahkan mereka harus menangkap kepalanya dulu. pikirnya. Retapi lagi-lagi ia tertumbuk batu. Diah Windu Rini tidak sudi mengadu tenaga. Dengan sedikit menggeserkan letak kakinya, ia mengelak. Akibatnya diluar dugaan. Sebab Diah Windu Rini tidak membalas menyerang. Sebaliknya menikam seorang anak-buahnya yang sama sekali tidak berjaga-jaga. Cres ! Ujung pedang Diah Windu Rini menikam bawah pundak. Yang kena tikam menjerit kaget. Tongkatnya terpental dari genggaman. Dan tepat pada saat itu salah seorang pernbantu Diah Windu Rini menendang tongkat dan balik memukul majikannya dengan telak. Tak ! Dan orang itu roboh terkapar tanpa ampun lagi. Dua orang telah roboh. Srenggana tidak patah semangat. Ia terus merangsak layak orang hendak bunuh diri. Justru demikian, Dua orang roboh lagi. Dengan demikian anakbuahnya kini tinggal lima orang. Kini dia jadi kalap. tetapi Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dalam keadaan terjepit, biasanya seseorang menemukan jalan keluar. Mengapa tidak menyerang pembantu-pembantunya Diah Windu Rini yang kepandaiannya tentunya tidak setinggi majikannya" Memperoleh pikiran demikian, segera ia merobah cara berkelahinya. Sekarang, ia menghadapi Diah Windu Rini seorang diri, sedang lima anak buahnya menerjang tiga orang pembantunya. Ternyata berhasil. Salah seorang pembantu Diah Windu Rini tertikam roboh dan mati terbanting di atas tanah. - Kau berani membunuh pembantuku " - bentak Diah Windu Rini. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Apakah hanya engkau saja yang berhak membunuh orang" - balas Srenggana tidak kalah sengitnya. Tiga orang berlawanan enam orang. Meskipun demikian keadaannya tidak seimbang. Diah Windu Rini yang dibantu dua orang dayangnya berkelahi bagaikan bayangan. Lambatlaun Srenggana merasa kuwalahan. Selagi demikian, tiba-tiba Pulunggana muncul di ambang pintu. la mengamati mereka yang sedang berkelahi dengan menyungging senyum. Lalu duduk di atas lantai seperti seorang penonton wayang golek. Bogel, Kartamita, Gunacarita dan Lembu Tenar memperhatikan orang itu dengan jantung berdebar-debar. Entah apa sebabnya, bulu kuduk mereka meremang. Terutama Bogel yang menyaksikan betapa mudah Pulunggana membunuh Lingsir dan Puthut dengan sekejap mata saja. Kalau orang itu sampai ikut masuk ke dalam gelanggang pertempuran, Srenggana dan sekalian anakbuahnya akan kehilangan nyawanya. Wisada yang semenjak tadi menonton di luar gelanggang, tahu diri. Pelahan-lahan ia mengundurkan diri. Lalu lari terbirit-birit mengarah ke barat. Srenggana yang terlibat dalam suatu pertempuran antara mati dan hidup, mendongkol bukan main. Justru demikian cara bertempurnya jadi kacau. Dua orang pembantunya terluka. Syukur tidak membahayakan jiwanya. tetapi di pihak lawan, seorang dayang Diah Windu Rini terluka Pula. Bahkan kelihatan parah. - Hm. - Pulunggana menggerutu. - Mengapa memanjakan lawan" - Tangannya bergerak dan belasan panah bor beracun menyabar secepat kilat. Pada saat itu pula terdengar suara teriakan menyayatkan hati. Srenggana dan sekalian anak buahnya mati terjengkang. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anehnya, juga kedua dayang Diah Windu Rini tidak luput dari kematian. - Hai ! - bentak Diah Windu Rini dengan suara sengit. kenapa kau bunuh sekalian dayangku " Dengan pelahan-lahan Pulunggana berdiri. Ia tertawa melalui hidungnya. Lalu menjawab dengan suara di antara bunyi tertawanya : - Kaupun sudah cukup melakukan perananmu. Tiga buah panah bor melesat bagaikan kejapan kilat Diah Windu Rini melompat tinggi sambil menabaskan pedangnya. Ia berhasil meruntuhkan dua buah, akan tetapi yang sebuah tepat menancap di tumitnya. Dengan memekik kesakitan ia turun ke tanah dengan beriumpalitan. Hebat puteri cantik jelita itu. Meskipun sudah terluka pedangnya masih saja dapat mengancam dada lawan . Pulunggana memiringkan badannya sambil tertawa pelahan. Dan sebelum Diah Windu Rini sempat menarik pedangnya, ia roboh menubruk ke depan. - Kau.... ! Kau ..... ! - ia menudingkan pedangnya. - Ah, mulutmu memang kelewat cerewet Nih, sekali lagi. potong Pulunggana. Sebuah panah bornya melesat dan menghantam tenggorokan Diah Windu Rini dengan tepat . Kali ini, gadis itu tidak dapat lagi membuka mulutnya. Pelahanlahan ia roboh tergo lek di atas tanah dengan pandang mata penasaran. Pulunggana menunggu sampai jiwa gadis itu melayang Kemudian dengan santai ia memasuki ambang pintu dan menutup daun pintunya dengan rapat. Suasana di halaman jadi sunyi mengerikan. Belasan mayat bertebaran http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bermandikan darah di bawah cahaya belasan obor yang sudah mulai buram. Bogel yang beradat panas dan sedikit urakan, kali ini kehilangan keberaniannya. Wajahnya pucat lesi. Mulutnya terbungkam. Bahkan kedua kakinya menggigil diluar kehendaknya sendiri. Apalagi Lembu Tenar. Ia merasa diri seperti terlolosi seluruh sendi tulangnya. Kartamita yang biasanya pandai berpikir kehilangan peribadinya. Ia merasa kehilangan akal. Tidak tahu apa yang harus diperbuatnya. Dan yang paling mengharukan adalah ki dalang gunacarita. Orang ini hanya pandai mendalang. Dia seorang seniman tulen. selama hidupnya belum pernah menyaksikan orang saling membunuh. tetapi di malam gelap gulita itu, ia menyaksikan tidak hanya seorang yang terbunuh. Melainkan belasan orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Keruan saja ia sampai terkencing-kencing. Akhirnya jatuh pingsan tak sadarkan diri . Sementara itu, waktu berjalan terus. Sekalian obor telah padam suasana malam tambah gelap pekat. Di udara hanya nampak sebuah bintang bergetar payah di antara barisan awan hitam yang berarak-arak. Angin sama sekali tidak meniup. Suasana sunyi menjadi hening. Hening yang menggeridikkan bulu roma. Sebab di depan rumah gedung itu berserakan mayat-mayat yang belum dikebumikan. Akhirnya Kartamita dan Bogel dapat merebut kesadarannya kembali. Segera mereka meraba Lembu Tenar agar beralih tempat. Kemudian kepada Gunacarita. Tetapi ki dalang masih saja jatuh pingsan. - Celaka - bisik Kartamita cemas.- Ayo kita bawa beramairamai. Kalau ketahuan, kita bakal kehilangan jiwa. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Peringatan Kartamita tidak perlu diulangi lagi. Semua temannya sadar akan bahaya yang mengancam. Maka dengan memaksa diri, mereka menggotong gunacarita. Lembu Tenar dan Kartamita masing-masing mengangkat kakinya, sedang Bogel bagian punggung sampai kepala. Bau kencing yang teruar dari celananya yang basah kuyup tidak dihiraukan lagi. Setelah kira-kira duaratus meter meninggalkan tempat, Bogel menegas : - Mau dibawa ke mana " - Jalan terus - ajak Kartamita. - Yang jelas, kita tidak bisa balik pulang ke penginapan. Kita mencari sebuah gubuk untuk istirahat.- - Hm - nafas Bogel memburu. - Babi ini kenapa terkencingkencing" Hai, bangun ! Gunacarta tidak terusik. Bahkan ia seperti orang mampus. Punggungnya yang terkatung-katung nyaris mengesek tanah, namun tetap saja ia kehilangan kesadarannya. - Kita berhenti dulu ! - usul Bogel. Dengan hati-hati mereka meletakkan Gunacarita di alas rerumputan. Kemudian beristirahat melepaskan lelah. bukan main pengalaman sebentar tadi. Berbagai kesan bercampur aduk menjadi butiran-butiran perasaan yang tidak menentu. Karena itu, lama mereka berdiam diri. Kira-kira limapuluh meter di seberang jalan terdengar suara air bergemericik. Itulah suara arus anak sungai yang menumbuk-numbuk batu-batu penghalangnya. - Kartamita, sekarang kita ke mana" - Bogel minta pendapatnya. Itu berarti ia mengakui Kartamita yang pandai berpikir di antara mereka berempat. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Kita tunggu dulu sampai Guna sadar kembali. - sahut Kartamita dengan suara kering. - Lalu kita kembali ke penginapan. Seterusnya kularang kalian membicarakan penglihatan malam ini, kalau masih sayang pada jiwa sendiri.Lembu Tenar menghela nafas. la mendongak ke udara merenungi bintang yang satu itu. Bintang yang bergelar sendirian. beberapa waktu kemudian ia meruntuhkan pandang. Mencoba minta pendapat teman-temannya . - Andaikata aku terpaksa atau dipaksa untuk berbicara perkara ini, apa yang harus kukatakan selain hanya menyaksikan peristiwa saling membunuh" Apa lagi" - Bagaimana kalau engkau dipaksa mengisahkan mula-mula kita mengenal Diah Windu Rini sampai sampai.... - ujar Bagel dengan suara bergemetar. - Ya....aku cuma bisa berkata, dia mati terbunuh. Yang membunuh orang bernama Pulunggana. - jawab Lembu Tenar sulit. Bagel tidak puas dengan jawaban Lembu Tenar. akan tetapi apa yang membuatnya merasa tidak puas, ia tidak tahu sendiri. Kartamita rupanya dapat membaca keadaan hatinya Katanya hati-hati : - Aku tahu, kau ingin Lembu Tenar mengutarakan kesan hatinya perkara Diah Windu Rini, bukan " - Benar, benar Aku mernang manusia yang tidak bisa menyimpan hati. - sahut Bagel cepat. - Sebenarnya bagaimana dia" - - Kau maksudkan siapakah dia sebenarnya " - Ya, ya, ya..... - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Dengan sesungguhnya, akupun tidak tahu.- Kartamita menghela nafas setengah mengeluh. - Kita melihat suatu pertempuran. Jelas sekali, kita semua menyaksikan. Akan tetapi anehnya, justru jadi tidak jelas. - Tidak jelas bagaimana" - Kau bisa menjawab, siapa yang datang meluruk rumah Diah Wtndu Rini" - Kartamita menguji. Bagel dan Lembu Tenar saling pandang. Lalu terlongong-longong. Akhirnya mereka mengaku tidak mengerti. - Tidak jelas, bukan" - Kartamita,rnenegas. - Ya.- mereka menjawab berbareng. - Apakah kalian yakin Pula, bahwa rumah itu adalah kediaman Diah Windu Rini " Bagel dan Lembu Tenar menggelengkan kepalanya: Sejenak kernudian Lembu Tenar menjawab : - Yang bisa menjelaskan kukira hanya Guna. Sebab Guna yang membawa kita kemari. Kartamita menimbang-nimbang sejenak. Lalu membenarkan. Katanya lagi : - Pihak yang datang sudah jelas. Mereka mempunyai maksud tertentu. Yang satu ingin merebut pusaka pedang Sangga Buwana.Yang lain datang untuk bertemu dengan Niken Anggana. Ada lagi yang mengesankan, bahwa Niken Anggana Tertawan. Tertawan oleh siapa " - Benar. Tertawan oleh Siapa " - Lembu Tenar mengulang permasalahan itu. - Padahal, bukankah Niken Anggana setidak-tidaknya termasuk keluarga Diah Windu Rini " Ingat di penginapan dulu Dia di bawa lari Diah Windu Rini. Dara yang http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cantik luar biasa itu tidak membantah. Jadi menurut akal sehat, Diah Windu Rini yang menawan Niken Anggana dengan maksud tertentu. - - Tetapi mengapa dia membiarkan orang yang bernama Pulunggana berada di dalam" - bantah Bogel. - Akulah yang menyaksikan, bahwa orang itu berdiri tegak bagaikan patung di depan pintu masuk ruang dalam. Lalu dengan sekali menggerakkan tangan membunuh dua orang pendekar yang menerobos masuk ke dalam. - Lebih hebat lagi, Pulunggana kemudian membunuh Diah Windu Rini dengan sisa dayang-dayang nya. Siapakah yang bisa memecahkan teka-teki yang rumit ini " - sambung Kartamita. Bogel berpikir sebentar. Latu menjawab seperti diingatkan sesuatu : - Eh, bukankah Diah Windu Rini berkata bahwa sebelum mereka bertanding melawan Pulunggana harus diujinya dulu" Maksudnya agar mereka tidak mati Kalau ditilik ucapannya, ia sendiri perlu teman untuk diajak mengkerubut Pulunggana. Jadi ia bermaksud baik. Tetapi mengapa dia tiba-tiba mengadu domba antara Guntur dan Geludug agar saling membunuh " Setelah Guntur membunuh Geludug, dia sendiri yang membunuh Guntur. Ah, entahlah entahlah....aku memang orang kasar yang tidak pandai rnelihat yang jauh-jauh.- Bogel ! - tungkas Kartamita. - Kau tak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Aku sendiri tidak dapat menebak teka-teki yang rumit ini. Kita tunggu dulu penjelasan Gunacarita. Yang pertama, siapakah yang menyuruh dia datang ke rumah itu. Kedua, perihal pedang Sangga Buwana. Ketiga, bagaimana Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo nasib pendekar Sondong Landeyan. Keempat , bagaimana http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Haria Giri dan Sekar Mulatsih. kelima, Pitrang anak Sondong landeyan dan Sekar Mulatsih masih hidup atau sudah mati" Setelah menjadi jelas, barulah kita kembali ke Rumah Penginapan di Ngawi. Kita perlu minta penjelasan, benarbenarkah Diah Windu Rini yang menyuruh dia menyebar luaskan perkara beradanya pedang Sangga Buwana" - Kartamita ! - Lembu Tenar menyela. - Pikiranmu benarbenar cemerlang. Aku takluk. Kau seperti bisa menyingkap tabirnya selembar demi selembar. Ya, kukira kita akan jadi jelas untuk dapat membaca peristiwa malam ini setelah memperoleh penjelasan Gunacarita. Cuma, babi ini masih saja kehilangan kesadarannya. Bagaimana kalau dia kita rendam di anak sungai itu " Kalau tidak, sampai kapan kita menunggu dia siuman kembali. - - Itu perkara mudah. - kartamita tidak setuju. - Yang penting, aku mengulangi peringatanku. Kita jangan membicarakan peristiwa malam ini kepada siapapun. Kalau tidak, kita bakal kehilangan jiwa. Alasanku begini. Kita ini sebenarnya sedang tercekam oleh suatu peristiwa yang layak berlaku dalam mimpi buruk atau khayal yang indah. Sebab kita melihat bermacam-macam kepandaian orang. Memang, di dunia ini banyak orang yang berkepandaian Tetapi kita cuma mendengar ceritanya dan bukan kenyataannya. Dan malam ini kita melihat berbagai macam pendekar yang memperlihatkan kepandaiannya Selain tangkas menggunakan senjata, kaki dan tangannya, mereka bisa melesat bagaikan sosok baya ngan Menyaksikan penglihatan demikian, hati kita tergugu. Kita kagum luar biasa. Dan yang kedua kita ketakutan sewaktu melihat mereka saling membunuh. Harga jiwa manusia tidak melebihi jiwa ayam potong. Apa lagi sikap orang yang bernama Pulunggana. Kalau dia bisa memperlakukan para pendekar demikian kejam, apalagi terhadap kita yang tidak http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mempunyai bobot hidup. Sebab kesaksian kita bisa dianggap membahayakan dirinya. Kecuali dia, masih ada satu orang lagi yang lolos. Dialah pendekar Wisada. Kita tidak tahu, dia manusia baik atau tidak. Yang jelas, dia mempunyai otak. Melihat musuhnya terlalu perkasa dengan diam-diam ia melarikan diri. Artinya, ia berharap siapapun jangan mengetahui ke mana atau di mana dia bersembunyi. Bahkan dia berharap, semoga Pulunggana menganggap dirinya sudah mati di tangan Diah Windu Rini. Karena itu, bila kita membongkar rahasianya .... - Membongkar rahasianya" - seru Lembu Tenar menyangkal. - Maksudku dengan tidak sengaja kita membicarakan dia yang lari meninggalkan gelanggang, kita bakal diancam bahaya maut dari dua jurusan. Yang pertama dari dia sendiri. Yang kedua dari orang yang menghendaki dia harus mati dan yang ingin menyimpan atau merahasiakan peristiwa pembunu han sebentar tadi., Kahan mengerti " - Mengerti.- Bogel dan Lembu Tenar mengangguk dengan berbareng. - Karena itu, kita jangan membicarakan coal itu lagi. Kembali lagi dua orang itu mengangguk dengan sungguh-sungguh. Tiba-tiba Gunacarita memperoleh Kesadarannya kembali. Seperti terhentak ia menegakkan badan dan hendak berseru nyaring. Cepat-cepat Kartamita membekap mulutnya. - Ssst ! Jangan keras-keras Kau dengarkan saja keteranganku. Kita sudah berada di luar halaman rumah maut itu. - Setelah berkata demikian pelahan-lahan Kartamita melepaskan bekapannya. Gunacarita lantas saja minta keterangan : http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Di mana kita sekarang " - Di tengah hutan. Lihat sendiri - Aku mau berak. - ujar Gunacarita. Bogel dan Lembu Tenar yang setengah rnendongkol menyahut hampir berbareng : - Kau babi yang membuat kita susah saja. Kau sudah satu jam setengah mampus. Sudah begitu, bau kencingmu luar biasa. Sekarang mau berak Pula. Sana ! Tuuu .... ada anak sungai - Dengan membungkuk-bungkuk Gunacarita turun ke sungai. Lalu berjongkok membuang hajatnya. Crot, crot, crot ! Tepak tepung. Suasana malam yang sunyi hening jadi agak ricuh. Trot, dut, tutuuuut .... brot ! - Buseeettt....! Sudah berak kentutmu nerocos. - Maki Bogel gemas. - Biarkan dulu Biar lega dulu perutnya- Lembu Tenar mau mengerti - Siapa tahu pikirannya jadi jernih- Dia makan apa saja sih tadi " - Bogel masih saja menggerutu. Sebab dialah yang merasa tersiksa karena harus mengangkat bagian kepala sampai punggungnya seorang diri. - Daripada dia berak sepanjang jalan, bukanlah lebih baik nongkrong di situ " - Ya betul. - akhirnya Bogel mengamini. Lalu berseru : - H ai Guna Celanamu cuci dulu Kau tadi makan jengkol, ya" Bau kencingmu kaya kentut kuda, Lembu Tenar dan Kartamita terpaksa menyabarkan diri menunggu Gunacarita melaksanakan permintaan Bogel. Mulamula dengan setengah telanjang Gunacarita memeriksa http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ celananya. Karena gelap malam, ia terpaksa merabanya Benar, pipa celananya basah. Ia jadi heran. Minta penjelasan : - Kapan aku kencing" Lernbu Tenar dan Kartamita bisa memaidurni keadaan Gunacarita, Dia terkencing-kencing oleh rasa takut yang menyengat segenap perasaannya. Barangkali dilakukan diluar kesadarannya. Sebaliknya Bogel yang berperangai kasar menggerutu panjang-pendek. Sahutnya setengah memaki : - Kau sunati saja anumu, biar tidak kencing di sembarang tempat. - Lambat-laun Gunacarita bisa mengingat apa yang sudah terjadi. Maka dengan berdiam diri, ia mencuci celananya bersih-bersih lalu diperasnya. sekuat tenaga. Karena tidak membawa pakaian lain, terpaksalah ia mengenakannya. Lalu dengan terbata-bata ia menghampiri ketiga temannya. - Sungguh mati Maaf....sekali lagi maaf Selama hidupku belum pernah menyaksikan peristiwa demikian. Aku....aku.... - ia berkata tergagap-gagap - Sudahlah - tungkas Kartamita. - Semua orang termasuk kita ini pasti ketakutan setengah mati menyaksikan peristiwa yang mengerikan itu. Sebenarnya, siapakah yang menyuruh engkau datang ke rumah itu " - Terus terang, tidak ada. - sahut Gunacarita dengan suara merasa salah. - Tidak ada" - Kartamita dan Lembu Tenar menegas. - Tidak ada. - - Sumpah" - gertak si Bogel yang kasar. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Sumpah. - - Berani bersumpah" - Bogel masih perlu yakin. - Berani bersumpah.- sahut Gunacarita dengan suara tegas. Mendengar lagu suara Gunacarita, Kartamita, Lembu Tenar dan Bogel mau percaya. Kartamita kemudian membawa Gunacarita berjalan. Lalu berkata seperti sedang membujuk anak kemarin sore : - Lalu apa yang membuatmu datang ke rumah itu " Gunacarita tidak segera menjawab. Setelah berdiam menimbang-nimbang akhirnya mengaku. Katanya - Terus terang aku kemaruk uang.- Karena jumlah uang, maksudmu " - Ya. Bukankah enampuluh ringgit jumlah yang tidak sedikit. Kalau hemat bisa kubuat penopang selama hidupku. Aku bisa beli sawah, ladang dan rumah. Kukira tidak sampai sepuluh ringgit. lainnya bisa kubelikan ternak, kebon kelapa ..... pendek kata .... - - Jadi hanya disebabkan jumlah uang itu" - potong Kartamita. - He-e. Demi Tuhan ! Demi Malaikat ! Demi semuanya.Gunacarita bersumpah. - Karena sudah tiga hari tidak ada kabar beritanya, aku mencoba-coba mencari keterangan di mana rumah Raden Ajeng Diah Windu Rini atau kediaman Raden Ajeng Niken Anggana, Pada suatu kali seseorang membawaku ke sini. Itulah sebuah gedung besar yang sebentar tadi kita kunjungi. Lalu aku membawa kalian. Apakah ada yang aneh " - http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Siapa yang membawamu kemari " - Kartamita minta penjelasan. - Dia berkereta dan dengan ramah aku diperkenankan duduk di samping sais.- - Apakah dia berdiam di rumah itu pula " - Dia melanjutkan perjalanan ke Sukawati. (baca : Sragen).Kartamita tidak berbicara lagi. Bogel dan Lembu Tenar kemudian berpesan peristiwa sebentar tadi jangan di bicarakan lagi. Pendek kata jangan sekali-kali disinggungsinggung. Sebab jiwa bisa jadi taruhan. Dan Gunacarita mau mengerti. - Kau masih mengharapkan enampuluh ringgit itu lagi atau tidak" - Bogel menegas. - Biar disambar geledek, tidak lagi. - jawab Gunacarita dengan sungguh-sungguh. - Esok pagi aku mau melanjutkan perjalanan ke Kediri.- - Bagus - Bogel setuju Lalu minta pendapat Kartamita : Bagaimana pendapatmu" Sambil berjalan pelahan-lahan, Kartamita berkata kepada Gunacarita : - Sebenarnya, bagaimana riwayat pendekar besar Sondong Landeyan setelah berpisah dari Sekar Mulatsih" Apakah pedang Sangga Buwana masih berada di tangan Haria Giri" Bagaimana pula nasib Wigagu yang terluka dan Sukesi " - Tentang mereka semua hanyalah kuketahui menurut tutur kata pakem pedalangan. Jadi aku tidak menyaksikan sendiri. ujar Gunacarita. - Tutur pedalangan bagaimana" - Bogel menegas. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ - Artinya dari pakem pedalangan yang kuwarisi dari guruku.- - Apa kata gurumu" - desak Bogel. - Bukan aku pernah berkata satu bulan belum tentu selesai " - - Baiklah, ! - Kartamita menengahi. - Sebenarnya kami semua ini ingin memperoleh kejelasan latar belakang terjadinya peristiwa tadi. Mereka saling berbunuhan karena ingin memperebutkan pedang Sangga Buwana. Benarkah itu "- - Bagaimana aku tahu" Mendengar bunyi jawaban Gunacarita, Bogel hampir tidak sabar lagi. Syukur, Kartamita buru-buru mendahului. Ia memaklumi jalan pikiran Gunacarita. Dia hanya seorang dalang. Bukan saksi mata atau polisi yang bertugas melacak suatu peristiwa sampai tuntas. Maka dengan suara sabar dan mau mengalah, ia berkata : - Baiklah, biarkan kita sendiri yang menggerayangi terjadinya peristiwa itu. Sekarang maukah engkau bercerita tentang sepak terjang pendekar Sondong Landeyan sebagai upah kita mengiringkan engkau sampai di sini " Cerita apa sajalah, asalkan mengenai pendekar Sondong Landeyan dan Pitrang. - Gunacarita berhenti melangkahkan kakinya. Beberapa waktu lamanya ia berdiri tegak bagaikan patung yang tidak pandai berbicara. Kartamita yang pandai berpikir tahu, bahwa Gunacarita sedang mengumpulkan daya ingatannya untuk meringkas rangkaian cerita yang tentunya panjang sekali. Kalau tidak mungkin barangkali dia sedang rnemilih bagian http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cerita yang mungkin jadi penerangan terjadinya peristiwa sebentar tadi. Sebaliknya Bogel yang berperangai kasar tidak bisa memahami. Dengan setengah mendongkol ia mengancam: - Kau jangan membuat kita jengkel. Lihat kau berada di tengah hutan. Kalau kita lari cerai-berai, kau bakal berjalan seorang diri.- - Hei ! hei! Bukan begitu! bukan begitu ! - Gunacarita gugup. - Cerita itu mungkin sekali tidak cukup sate bulan. Sekarang kalian menghendaki aku memilih sekian rangkaian cerita jadi sebuah cerita saja. Hayo katakan padaku dari mana aku harus mulai - - Mana aku tahu" - Bogel tidak mau mengalah. Gunacarita meruntuhkan pandang. Ia tahu, dirinya harus meluluskan permintaan Kartamita. Kalau tidak, dia bakal ditinggal seorang diri. Akhirnya ia berkata acak-acakan : - Baiklah ! Aku akan mulai sewaktu Pitrang sudah berurnur lima tahun saja. Singkatnya, pendekar Sondong Landeyan sudah hidup setengah pendekar. Ia menjauhi pergaulan. Dan Pitrang diasuh oleh Wigagu dan Sukesi yang sudah menjadi muridnya. - - Ah Jadi mereka kemudian menjadi murid pendekar Sondong Landeyan" - Lembu Tenar berseru setengah bersyukur. - Ya. Bukankah Wigagu pemuja Sondong Landeyan" Tentu saja ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang bagus. Bulan Jatuh Di Lereng Gunung Karya Herman Pratikno di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Setelah sembuh ia bersujud kepada Sondong Landeyan agar pendekar besar itu berkenan menerimanya sebagai murid. Sukesi demikian Pula. Karena Sondong Landeyan memerlukan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tenaga mereka berdua untuk ikut serta menjaga Pitrang, ia menerima permintaan mereka dengan senang hati. Hanya dalam waktu kurang dari empat tahun, mereka memiliki kepandaian yang tinggi. Kemudian Sondong Landeyan menerima seorang murid baru lagi, Namanya Puruhita. Ketigatiganya menjadi ahli pedang dengan keahliannya masingmasing. Pada suatu hari, mereka bertiga disuruh menjemput Pitrang pulang dari pertapaan Jalatunda. Di pertapaan itu bermukim paman guru Sondong Landeyan yang sakti luar biasa. Pertapa itu bernama Ki Ageng Telaga Warih. Seorang pertapa yang aneh tabiatnya. Pada jaman mudanya ia banyak membunuh musuh-musuhnya. setelah berusia tujuhpuluh tahun ia bersembunyi di sebuali goa yang hanya diketahui oleh Sondong Landeyan dan ketiga muridnya. Tempat tinggalnya harus dirahasiakan. Dan Pitrang tinggal dalam pertapaan itu selama dua tahun untuk meneri ma ajaran-ajaran dasar. Nah, dari sini raja aku mulai. - Bagus Kartamita bertiga berseru berbareng. - Jadi usia Pitrang sudah Jadi tujuh tahun, bukan" - Ya,- - Hayolah mulai ! - Bogel tidak sabar lagi. - Tetapi sampai di mana aku harus berhenti " - Sampai kita kembali ke Rumah Penginapan di Ngawi.- Setelah itu kita tidak boleh berbicara lagi. Kukira waktu belum lewat tengah malam. Usahakan begitu matahari terbit, cerita itu sudah selesai. Maksudku bagian yang akan kau ceritakan ini. - Ki dalang Gunacarita mengangguk. Kemudian ia memperbaiki diri seperti gayanya tatkala bercerita di Rurnah http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Penginapan dulu. Ia mendeham tiga kali. Mendongak udara yang gelap gulita Lalu mulai membuka mulutnya. 0odwo0 http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ 5. TAMU YANG MENGEJUTKAN SUNGGUH Semenjak Amangkurat IV naik tahta, di dalam negeri terasa terjadi perpecahan kekuasaan. Blok Raja, Blok Patih Danurejo dan Kompeni Belanda. Lalu disusul pecahnya para penguasa daerah yang jadi saling curiga dan saling mengamati. Pangeran Cakraningrat dari Madura, Adipati Jayaningrat di Pekalongan, Adipati Citrasoma Jepara, Arya Jayasentika Kudus dan Tumenggung Puspanagara Adipati Batang. Masih ditambah lagi dengan permaisuri Ratu Pakubuwana dan selir-selirnya. Dan karena merasa bermusuhan, masingmasing membuat kekuasaan dan menyusun kekuatan secara diam-diam. Orang-orang pandai, para pendekar dan dukun-dukun sakti dihimpun dan ikut memegang peranan. Bahkan begal-begal, perompak, maling dan bangsat tak terkecuali. Dan yang jadi korban tentunya rakyat jelata yang tidak tahu menahu . Mereka saling memfitnah. Saling membunuh. Saling membegal. Saling menipu. Dan yang menjadi korban pertama adalah Pangeran Blitar, Pangeran Purbaya dan Arya Mangkunagara Putera sulung Ratu Mas Ayu Sumarsa. Arya Mangkunegara diasingkan dan akhirnya meninggal di pengasingan pula. Dan kekuasaan Patih Danureja makin menjadi-jadi. Siapa yang tidak tunduk dan patuh padanya, disingkirkan atau hilang begitu saja dari peredaran hidup. Dalam hal ini pendekar Sondong Landeyan adalah salah seorang yang terkena getahnya pula. Isterinya dilarikan orang. Pedang Sangga Buwana lenyap dari pinggangnya. Padahal dia seorang ahli pedang satu-satunya yang pantas menyoren pedang pusaka tersebut. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Syukur, ia seorang pendekar yang berwatak sederhana dan tidak berambisi. Dilupakan semua kepedihan hatinya yang memukul dirinya dengan mendaki gunung lebih tinggi lagi agar dapat mengasuh Pitrang, anak satu-satunya, dengan aman damai. Sebaliknya, pamannya yang bemama Ki Ageng TelagaWarih tidak demikian. Tanpa permisinya, ia turun gunung dan melakukan pencarian terhadap pedang Sangga Buwana Sekar Mulatsih boleh dirampok orang, akan tetapi di dunia ini hanya ada sebatang pedang pusaka yang pantas diperebutkan dengan darah dan jiwa. Telaga Warih adalah seorang sakti yang mempunyai watak aneh Kecuali ilmu kepandaiannya sangat tinggi, orangnya rada-rada sinting. Apalagi dia sedang turun untuk mewakil balas dendam kemenakan-muridnya. Tangan dan kakinya jadi gapah. Siapa yang dicurigai dipaksa mengaku. Setelah Titisan Pamungkas 1 Dewi Ular 62 Gadis Penyelamat Bumi Pendekar Pemetik Harpa 28

Cari Blog Ini