Dendam Sejagad 3
Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung Bagian 3 tanpa cidera, sesungguhnya kejadian ini sudah cukup menggetarkan perasaan musuh-musuhnya. 120 Dasar wataknya memang tinggi hati dan keras kepala, sesudah bergetar mundur oleh serangan musuh, ia menjadi naik darah. Sambil membentak gusar tubuhnya meluncur maju lagi ke muka, dengan suatu gerakan yang sangat aneh sepasang lengannya masih saja digerakkan memainkan jurus Hoo-han-seng-huan. Setelah berulang kali anak muda itu menunjukkan gerakan yang aneh, suatu perasaan aneh segera muncul dalam hati Leng-cuansam-pok, pikirannya tanpa terasa: "Aneh betul bocah keparat ini mengapa dia cuma bergerak macam tarian setan saja" Pada hakekatnya sedikitpun tidak mirip dengan suatu jurus serangan. Memalukan, tadi nyaliku hampir saja pecah dibuatnya karena ketakutan." Sekalipun di hati kecilnya mereka berpikir demikian, namun gerakannya tak berani berayal, tiga sosok bayangan manusia mendadak berkelebat lewat dengan gerakan yang aneh. Jin-sat-kui-pok mementangkan cakar setannya lebar-lebar, di ringi desingan angin serangan yang dahsyat segera mencengkeram ke atas batok kepala lawan. Waktu itu, betul Ku See-hong memainkan jurus Hoo-han-senghuan, akan tetapi ia tak pernah mampu mempergunakan jurus serangan ini secara sesungguhnya. Akibat dari hal itu, melukis harimau tidak jadi, yang muncul adalah anjing. Sementara pemuda itu masih belum tahu bagaimana caranya mempergunakan serangan tersebut secara tepat... sepasang cakar setan dari Jin-sat-kui-pok Jin-kai telah mencengkeram erat nadi pada pergelangan tangan kirinya serta jalan darah cian-cing-hiat di atas bahu. Ku See-hong terperanjat sekali, buru-buru dia mempergunakan ilmu gerakan tubuh Mi-khi-biau-tiong untuk berkelit ke samping. Tapi sayang keadaan sudah terlambat, Ku See-hong hanya merasakan bahu kanannya terasa sakit sekali seperti di ris-iris dengan pisau, tahu-tahu bahu itu sudah tersambar lima buah jalur 121 luka panjang oleh cakar setan lawan yang tajam. Darah segar segera muncrat keluar membasahi seluruh bajunya. Setelah berulang kali mengamati gerak-gerik musuhnya yang aneh, agaknya waktu itu Siang-khi-kui-pok Phu Im-sat telah memahami apa gerangan yang sedang dihadapi. Serentetan suara tertawa anehnya yang melengking memekikkan telinga bagaikan lolongan serigala itu segera menggema di angkasa. Dengan suatu gerakan cepat ia mendesak ke muka, kemudian jengeknya dengan suara dingin: "Bocah keparat, kepandaian silatmu tak becus ternyata kepandaian berbicaramu hebat, heeehh... heeehh... heeehh... jangan harap pada malam ini kau bisa lolos dari kepungan cakar setan yang telah disebarkan Leng-cuan-sam-pok di sekeliling tempat ini, heeehh... heeehh...." Sementara mulutnya memperdengarkan suara tertawa setan yang dingin menyeramkan dan tak sedap didengar itu, tubuhnya bagaikan sukma gentayangan pelan-pelan menghampiri Ku Seehong. Sepuluh jari tangannya yang tajam mirip cakar setan dipentangkan lebar-lebar dan siap menerkam mangsanya. Kobaran api amarah dan dendam mencorong keluar dari balik mata Ku See-hong yang jeli, dia membentak keras, sepasang lengannya diputar secara aneh lalu menubruk lagi ke depan. Siang-khi-kui-pok Phu Im-sat berpekik aneh, tubuhnya yang kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang itu melintas dengan gerakan aneh, lalu secepat kilat berputar ke sisi kiri Ku See-hong. Cakar setannya yang tajam dengan cepat menyambar ke bawah. Ku See-hong merasakan bahu kirinya sakit sekali bagaikan diiris dengan pisau, lima buah bekas luka yang memanjang sekali lagi muncul di atas bahunya akibat sambaran dari Siang-khi-kui-pok tersebut, saking sakitnya dia mundur sampai sejauh dua tiga langkah lebih. 122 Di pihak lain, Siong-cing-kui-pok (Siluman Iblis Bermata Bengis) Sin Jian-siau telah menggerakkan sepasang lengan iblisnya untuk menyerang ke depan. "Sreet! Sreet!" desingan angin tajam yang memekikkan telinga menggema di angkasa. Ku See-hong merasakan kakinya gemetar keras, lalu mendengus tertahan, baju bagian punggungnya tercabik-cabik hancur, kulitnya robek besar tersambar oleh sepasang cakar setan Siong-cing-kui-pok yang tajam, darah segar berceceran membasahi seluruh badannya. Jin-sat-kui-pok tidak menyia-nyiakan kesempatan baik itu, lengannya diputar kemudian, Wees dia melepaskan sebuah pukulan tinju ke depan. Setelah itu sepasang telapak tangannya kembali diayunkan ke depan dengan kecepatan bagaikan kilat. Segulung tenaga pukulan yang sangat kuat ibaratnya gulungan ombak dahsyat di tengah samudra, dengan membawa daya kekuatan yang mampu menghancurkan batu karang, segera menggulung Ku Seehong. Padahal Ku See-hong baru dapat berdiri tegak, melihat datangnya angin pukulan yang demikian dahsyatnya itu, ia menjadi amat terkejut. "Blaaamm...!" suatu ledakan keras kembali terjadi. Ku See-hong kembali terhajar oleh serangan itu sehingga terpental ke arah lain. Di pihak sana, Siang-khi-kui-pok Phu Im-sat sudah tahu kalau Ku See-hong memiliki semacam ilmu silat yang aneh sekali. Tanpa suatu kepandaian yang lihay, sulit untuk merenggut nyawa si anak muda tersebut. Maka secara diam-diam lantas ia menghimpun tenaga beracunnya yang telah dilatih selama puluhan tahun itu. Perawakan tubuhnya yang sebenarnya kurus kering itu, tahu-tahu menggelembung seperti membengkak secara tiba-tiba. 123 Bersamaan itu pula, tulang belulang yang berada di dalam tubuhnya juga gemerutukan keras. Setelah berkumandang serentetan bunyi ledakan yang nyaring itu, badannya yang kurus kering tahu-tahu menyusut pula sehingga lebih pendek separuh bagian. Jin-sat-kui-pok dan Siong-cing-kui-pok juga tidak tinggal diam, serentak mereka salurkan pula tenaga beracunnya untuk bersiap-siap melancarkan serangan mematikan. Kemudian, tiga orang iblis dari Leng-cuan sam-pok yang bengis dan berhati keji itu pelan-pelan berjalan mendekati Ku See-hong. Mereka segera menyebarkan diri membentuk posisi segitiga. Keadaan Ku See-hong pada waktu itu sudah mengenaskan sekali. Sekujur badannya penuh dengan luka, darah segar menodai badannya, rambut yang panjang terurai kalut, bajunya sobek dan compang-camping, keadaannya mengenskan sekali. Ketika itu dengan wajah yang mengejang serta sorot mata yang memancarkan kebengisan, ia melototi ketiga orang itu penuh kemarahan. Angin musim gugur berhembus lewat dan menggoyangkan pepohonan, bayangan pohon yang bergerak-gerak seakan-akan berubah menjadi cakar setan yang sedang dipentangkan, bunyi deruan yang kencang seolah-olah jeritan iblis yang mengerikan. Sedemikian seram dan menakutkannya suasana di sekeliling tempat itu, membuat bulu roma orang pada bangun berdiri. Bayangan tubuh Leng-cuan-sam-pok yang terbias sinar bintang, memanjang di atas permukaan tanah, sudut kepungan mereka kian lama bertambah kecil. Ku See-hong berusaha memutar otaknya mati-matian untuk memecahkan jurus Hoo-han-seng-huan tersebut. Akan tetapi bagaimana pun juga, dia selalu gagal untuk memahami gerakan tangan dari Bun-ji koan-su tersebut. Sekarang ia sudah menyaksikan, lengan-lengan kurus dari Lengcuan-sam-pok membengkak besar, kulitnya pelan-pelan berubah 124 pula menjadi merah membara seperti baranya api. Selain itu diapun menemukan, tiap kali mereka melangkah maju ke depan, sebuah bekas telapak kaki yang dalam segera muncul di atas permukaan tanah, padahal diapun tahu permukaan tanah di situ lebih keras daripada batu karang. Kalau dilihat dari tindakannya yang diambil Leng-cuan-sam-pok di mana mereka telah mengeluarkan pukulan beracunnya, dapat diketahui bahwa orang-orang itu sudah bertekad hendak membinasakan Ku See-hong di ujung pukulan beracun mereka yang mengerikan itu. Dari sini dapat diketahui pula sampai di manakah kekejaman serta kebusukan hati mereka. Diam-diam Ku See-hong berpekik di dalam hatinya: "Suhu, oooh suhu. Bantulah tecu, bantulah diri tecu agar cepat memahami rahasia jurus Hoo-han seng-huan tersebut, kalau tidak, tecu bakal mampus di ujung tangan ketiga orang setan iblis itu." Dalam pada itu, Leng-cuan-sam-pok sudah berada lebih kurang lima depa di hadapan Ku See-hong. Mendadak.... Tiga makhluk aneh tersebut sama-sama berpekik aneh, suaranya yang keras dan menyeramkan itu menggelegar membelah kesunyian malam. Enam buah telapak tangan yang merah membara dan berbau amis, secepat kilat mengayunkan ke depan dan melontarkan enam gulungan kobaran bara beracun yang berwarna hijau. Di ringi desingan tajam yang luar biasa bagaikan gulungan ombak di tengah samudera langsung menghajar ke depan. Serangan itu ganas, kejam, dan hebat, seperti air bah yang menjebolkan bendungan, langsung menghajar tubuh lawan. Ku See-hong terperanjat sekali, apalagi setelah menyaksikan kabut hijau berbau amis yang disertai tenaga pukulan yang maha dahsyat itu muncul dari pelbagai sudut yang aneh dan menggencet tubuhnya di tengah arena itu. 125 Blaaamm! Blaaamm! Blaaamm! Benturan keras menggelegar secara beruntun. Ku See-hong merasakan hawa darah di dalam tubuhnya bergolak sangat keras, benaknya bagaikan kosong melompong dan ... "Bluuum" tubuh Ku see-hong tergeletak jatuh di tanah. Melihat Ku See-hong sudah terhajar telak oleh serangan mereka yang beracun, Leng-cuan-sam-pok segera tertawa terbahak-bahak dengan seramnya. Suara mereka keras seperti jeritan setan iblis dan seram bagaikan lolongan serigala liar. Di balik gelak tertawanya yang panjang berat dan memekikkan telinga tadi, terselip pula rasa bangga dan gembira yang tak terkirakan. Dalam keadaan sadar tak sadar, mendadak Ku See-hong seperti terbayang kembali bayangan tubuh Bun-ji-koan-su yang sedang menggerakkan tangannya secara aneh di ringi gerakan tubuh yang luar biasa, kemudian dalam kilatan cahaya tajam, jalan darah di atas tubuhnya seakan-akan tertotok. Ku See-hong yang tergeletak kaku di tanah, mendadak memperdengarkan teriakan keras yang memekikkan telinga: "Haaah! Aku sudah memahami jurus Hoo-han-seng-huan! Aku sudah memahami jurus Hoo-han-seng-huan tersebut!" Menyusul teriakan tersebut, Ku See-hong dengan suatu gerakan yang sangat aneh segera melompat bangun dari atas tanah. Leng-cuan-sam-pok hanya tertawa tergelak terus dengan bangganya. Mereka baru tertegun setelah melihat tubuh Ku Seehong melompat bangun secara tiba-tiba. Dengan cepat lengan mereka diputar membentuk satu gerak lingkaran. Di tengah kegelapan, terlihatlah gulungan angin dingin yang mirip pusaran angin berpusing di atas bumi, menggulung ke muka dan menyapu Ku See-hong. Ku See-hong menggerakkan kakinya dan menerobos masuk ke balik gulungan angin berpusing yang maha dahsyat itu. Secara aneh, mendadak seluruh badannya melengkung dan melejit, 126 tubuhnya melompat tinggalkan permukaan tanah, lalu seperti udang bago dia meletik tiga depa ke udara. Bersamaan itu juga, sepasang lengan Ku See-hong berputar kayun secara aneh, suara letusan demi letusan yang nyaring menggema di angkasa. Selapis cahaya tajam yang berkilauan segera terhias di seluruh angkasa. Sepasang lengannya direntangkan ke kiri kanan, dua gulung angin pukulan yang putih bersih seperti kemala mendadak meluncur ke arah Jinsat-kui-pok serta Siong-gan-kui-pok dan menghajar jalan darah penting di atas dadanya. Inilah gerakan kedua dari ilmu Hoo-han-seng-huan yang disebut Jin-hay-hu-seng (Lautan Manusia Timbul Tenggelam). Terdengar dua kali jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang memecahkan keheningan. Dua sosok tubuh yang tinggi besar itu mencelat sejauh dua kaki lebih dan... "Bluuuk" terbanting di atas tanah. Sebuah mulut luka yang besar sekali muncul di atas dada Jin-sat-kui-pok serta Siong-gan-kui-pok. Darah segar seperti pancuran segera berhamburan di mana-mana. Begitulah, dua orang gembong iblis yang kejam dan tersohor dalam dunia persilatan, akhirnya tewas di ujung telapak tangan Ku See-hong setelah mempergunakan jurus J in-hay-hu-seng dari ilmu Hoo-han-seng-huan yang telah menggetarkan seluruh dunia persilatan itu. Mimpipun Ku See-hong tidak menyangka bahwa serangannya dengan jurus Hoo-han-seng-huan tersebut sanggup membinasakan Jin-san-kui-pok serta Siang-gan-kui-pok tanpa memberi kesempatan bagi lawannya banyak berkutik. Dia mengira dirinya masih berada di alam impian, untuk sesaat lamanya dia berdiri termangu-mangu di situ sambil mengawasi dua sosok mayat yang terkapar dalam keadaan mengerikan di hadapannya itu. 127 Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sejak meloncat bangun dari tanah sampai mengeluarkan jurus tangguh untuk membunuh dua orang gembong iblis itu, serentetan gerakan tersebut dilakukan Ku See-hong dalam waktu yang amat singkat. Waktu itu, Siang-khi-kui-pok Phu Im-sat sudah dibikin pecah nyalinya oleh kelihayan lawan, tiba-tiba jeritnya: "Hoo-han-seng-huan"!" Tiba-tiba secepat hembusan angin kencang dia membalikkan badan dan melompat sejauh empat kaki dari situ, kemudian tanpa membuang waktu lagi dia melarikan diri terbirit-birit dari situ. Ku See-hong yang mendengar Siang-khi-kui-pok menjeritkan kata Hoo-han-seng-huan juga amat terkejut, dengan cepat ia tersadar kembali dari lamunannya, tapi ketika itu Siang-khi-kui-pok sudah berada tujuh kaki dari tempat semula. Pada saat itulah.... Mendadak dari atas pohon Pek yang lebih kurang enam kaki di depan Ku See-hong berkumandang suara bentakan yang amat nyaring, Jcin..."Sreeet" segulung angin pukulan tajam mendesis. Dari atas puncak pohon yang delapan kaki tingginya itu, meluncur keluar sesosok bayangan tubuh yang ramping dan kecil. Lalu dengan gerakan yang cepat dia sudah meluncur ke bawah dan melayang turun persis di hadapan Siang-khi-kui-pok. Waktu itu, keadaan Siang-khi-kui-pok ibaratnya anjing yang baru kena digebuk, ketika melihat datangnya bayangan manusia dari tengah udara, ia segera meraung keras, dengan menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya, dua gulung angin pukulan segera dilontarkan ke muka. Bayangan manusia yang ramping itu kembali membentak nyaring, sepasang telapak tangannya melancarkan selapis bayangan telapak tangan yang rapat bagaikan jaring laba-laba. Lalu tubuhnya melejit kembali di udara, dua bayangan kaki menyusul tiba. Gerakan 128 tubuhnya yang lincah dan gerakan jurus serangannya yang indah, sungguh merupakan suatu perpaduan yang serasi. Mendadak.... Jeritan ngeri yang memilukan hati kembali berkumandang memecahkan keheningan. Selembar nyawa Siang-khi-kui-pok segera melompat keluar dari tubuh kasarnya dan menyusul nyawa Jin-sat-kui-pok serta Siong-jin-kui-pok yang sudah keluar dari raganya lebih dulu itu. Sedangkan tubuh kasarnya mencelat sejauh empat lima kaki sebelum tergeletak untuk selamanya di sana. Diam-diam Ku See-hong merasa terperanjat juga setelah menyaksikan kemampuan bayangan manusia itu sewaktu membunuh Siang-khi-kui-pok. Baru saja ingatan terbersit melintas lewat, mendadak pemuda itu mengendus bau harum semerbak berhembus lewat di depan tubuhnya. Bayangan tubuh yang ramping tadi, bagaikan selembar kapas yang terhembus angin, dengan entengnya melayang turun tepat di hadapan Ku See-hong. Demonstrasi ilmu meringankan tubuh yang sempurna serta gerak serangan bagaikan sambaran setan ini menggidikan hati Ku Seehong, dengan wajah berubah hebat dia mundur tiga empat langkah ke belakang dengan perasaan was-was. Agaknya si anak muda itu sudah dibikin keder oleh kehebatan orang itu. Tiba-tiba.... Suara cekikikan yang merdu merayu kembali berkumandang di angkasa. Suara tertawa itu begitu merdu dan begitu merayu sehingga cukup mempesonakan hati orang. Sedangkan pemuda itu masih melongo, suara tertawa itu mendadak berhenti lalu kedengaran seseorang mendamprat dengan suara yang dingin seperti es: 129 "Bocah tolol, kau anggap sudah ketemu setan di siang hari bolong..." Coba pentang dulu matamu lebar-lebar...." Di bawah sinar bintang terlihat seorang gadis cantik yang tinggi semampai bergaun biru dan berambut panjang telah berdiri di hadapannya. Gadis itu memang cantik sekali bak bidadari dari kahyangan, selain matanya jeli bagaikan bintang timur, hidungnya mancung, bibirnya kecil mungil, kulit badannya juga putih mulus bagaikan susu murni. Akan tetapi, waktu itu dia berdiri dengan wajah sedingin es, mata mendelik besar dan hawa nafsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya. Hal ini membuat gadis tersebut ibaratnya sekuntum bunga mawar yang berduri.... Sejak kecil Ku See-hong sudah mengalami musibah yang mengenaskan, sepanjang tahun di hidupnya mengembara dalam dunia persilatan dan dicemooh orang banyak, penderitaan serta kesengsaraan yang dideritanya itu membuat ia memiliki watak yang aneh serta pandangan yang sempit. Terutama sekali terhadap kaum wanita, entah mengapa, dalam hati kecilnya bisa timbul perasaan benci yang tebal. Sekalipun terhadap perempuan yang bagaimanapun cantiknya, dia juga tak pernah merasa terpikat apalagi tertarik. Apalagi setelah selama beberapa hari ini ia mendengar kisah cerita Bun-ji koan-su yang mengisahkan tragedi serta pengalaman pahit yang dialaminya selama hidup, kesemuanya itu membuat pandangannya terhadap perempuan bertambah ekstrim, dia memandang perempuan seakan-akan ular yang amat berbisa sekali. Begitulah Ku See-hong yang sombong dan tinggi hati, mana tahan setelah mendengar caci maki si nona cantik berbaju biru itu" Sambil mendengus gusar dari matanya segera terpancar keluar sinar mata yang menggidikkan hati. "Nona!" serunya ketus, "Begitu datang lantas mencaci maki orang apakah tidak merasa kalau perbuatanmu akan menurutkan martabatmu di depan orang?" 130 Berkedip-kedip sepasang mata si nona cantik berbaju biru yang jeli itu, serunya: "Kau maksudkan aku?" Sambil berkata begitu, dengan jari tangannya yang lentik dia tuding ke ujung hidung sendiri sehingga keadaannya tampak konyol. Ku See-hong mendengus dingin, dengan nada sinis serunya: "Hmm. Bila kau menganggap dirimu itu amat cantik sehingga merasa perlu untuk memasang aksi dan menarik perhatian di hadapanku, maka kukatakan kepadamu terus terang, kau telah salah mengincar manusia. Aku orang she Ku tidak bakal terpikat oleh tingkah lakumu yang konyol itu. Hmm.... Di sini hanya ada kau dan aku, kalau bukan kau yang kumaksudkan memangnya aku lagi berbicara dengan orang lain?" Kehormatan si nona benar-benar merasa tersinggung setelah mendengar caci maki dan cemoohan seorang pria yang diucapkan secara terang-terangan di depan matanya itu. Apalagi dia adalah seorang gadis cantik yang biasanya selalu disanjung serta dipuji-puji orang. Tapi anehnya nona cantik berbaju biru itu tidak menjadi marah setelah mendengar cemoohan tersebut, malah sebaliknya, sekulum senyuman manis segera menghiasi wajahnya yang cantik. Sambil memutar biji matanya yang jeli katanya lagi dengan suara merdu: "Mengapa sih kau musti galak-galak begitu" Aku cuma bergurau saja apalah salahnya?" Tapi setelah berhenti sejenak, mendadak dengan kening berkerut dia mendamprat lagi: "Lelaki busuk, coba kalau aku tidak bermaksud untuk mengajukan beberapa buah pertanyaan kepadamu, sedari tadi aku sudah membunuh dirimu, lebih baik sedikitlah tahu diri." 131 Paras mukanya ketika itu diliputi oleh hawa nafsu membunuh yang tebal, sepasang alis matanya berkenyit dan wajahnya dingin seperti es, keadaannya sungguh mengerikan sekali. Ku See-hong menjadi tercengang sekali oleh perubahan sikap orang, diam-diam pikirnya: "Perempuan ini benar-benar aneh sekali, marah senang, susah diduga. Perubahan wataknya juga tak menentu sudah pasti dia bukan seorang perempuan baik-baik." Berpikir sampai di situ, selapis hawa dingin yang kaku segera menyelimuti wajah Ku See-hong, bentaknya dengan gusar: "Hei, apa maksudmu memaki aku sebagai lelaki bau" Hmm. Kalau kau berani memaki lelaki bau, lelaki bau terus, jangan salahkan kalau aku orang she Ku tak akan berlaku sungkan lagi kepadamu...." "Apakah kau tidak ingin dimaki orang sebagai lelaki bau?" seru gadis cantik berbaju biru itu lagi sambil tertawa cekikikan, "... tapi suhuku selalu menyuruh aku menyebut kalian sebagai lelaki bau, malah katanya, makin ganteng tampang orang itu, semakin pantas kalau mereka dibunuh... masa ucapan guruku tidak benar?" Mendengar perkataan itu, Ku See-hong merasakan hatinya bergetar keras, pikirnya: "Masa di dunia ini terdapat manusia yang begitu aneh serta begitu sempit pikirannya sehingga murid sendiripun diajarkan untuk membunuh pria-pria tampan di dunia ini" Aaa... Mungkin gurunya juga seseorang yang pernah mengalami kegagalan di dalam soal cinta?" Pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benak Ku See-hong, kemudian setelah mendengus dingin katanya: "Nona, perkataan gurumu itu tentu saja salah besar. Kalau ingin membunuh orang harus dibedakan dulu mana yang baik dan mana yang jahat, mana boleh memandang rendah nyawa orang lain" Hmm. Bila kau berani sembarangan membunuh orang yang baik, 132 aku orang she Ku yang pertama-tama akan mencarimu untuk membuat perhitungan." Senyuman yang semula menghiasi wajah gadis cantik berbaju biru itu kembali lenyap tak berbekas, kemudian dengan wajah dingin bagaikan es ia berkata: "Hm... Kau lagi membicarakan soal teori apa" Memangnya ingin menasehati aku" Aku mau tanya, dari mana kau pelajari jurus Hoohan-seng-huan tersebut" Di dapat dari mencuri" Kalau tidak mengaku terus terang, jangan menyesal kalau kubunuh dirimu biar mati secara mengenaskan." Naik pitam Ku See-hong sesudah mendengar ucapan itu, dengan suara menggelegar segera bentaknya: "Perempuan sialan, dengan dasar apa kau ingin menyelidiki asal-usulku...?" Sekulum senyuman manis segera menghiasi kembali ujung bibir nona cantik berbaju biru itu, bentaknya: "Kau ingin tahu" Ilmu silat-lah dasarku." Tubuhnya direndahkan lalu telapak tangannya secepat sambaran kilat diayunkan ke depan, angin pukulan yang tajam bagaikan pisau menderu-deru di udara dan langsung menghantam ke tubuh anak muda tersebut. Baik soal ilmu pukulan maupun soal ilmu gerakan tubuh, semuanya dilakukan secara sempurna dan luar biasa hebatnya. Ketika itu, Ku See-hong telah berhasil memahami jurus Hoo-hanseng-huan yang diwariskan gurunya Bun-ji koan-su kepadanya. Begitu melihat datangnya serangan maut dan si nona berbaju biru itu, kontan saja timbul kesan yang jelek sekali terhadap lawannya itu. Maka di kala serangan maut itu sudah berada di depan mata, alis matanya segera berkenyit, sinar mata dingin yang menggidikkan hati mencorong keluar, sambil menengadah dia berpekik keras. 133 Berbareng dengan menggemanya suara pekikan tersebut, tibatiba sepasang telapak tangannya digetarkan kian kemari, di tengah desingan angin tajam tercipta sebuah lingkaran cahaya yang amat menyilaukan mata. Menyusul terpancarnya cahaya berkilauan yang berlapis-lapis tadi, tubuhnya mendadak miring ke samping, seluruh tubuhnya melintang lima depa di udara. Dalam posisi yang aneh kemudian sepasang kakinya dijejakkan ke udara dan melayang kembali ke tanah. Pada saat dasar kakinya telah menempel di tanah, tubuh bagian atas Ku See-hong yang miring itu menerobos masuk ke tengah gulungan angin pukulan dahsyat yang dilancarkan oleh gadis cantik berbaju biru itu.... "Sreeet..." desingan angin tajam serasa membelah di angkasa. Segulung cahaya putih yang amat menyilaukan mata, bagaikan sambaran kilat cepatnya langsung menerobos ke depan dan menyerang jalan darah Thian-khi-hiat di tubuh gadis berbaju biru itu. Gerakan yang barusan dipergunakan bukan lain adalah jurus ketiga dari Hoo-han-seng-huan yang bernama Tee-jin-hun-gak (Sukma Gentayangan Di Dasar Neraka). Gadis cantik berbaju biru itu sebenarnya adalah murid kesayangan seorang tokoh sakti dunia persilatan yang termasyhur namanya di dunia ketika itu. Kelihaian ilmu silatnya boleh dibilang luar biasa sekali, sehingga cuma beberapa gelintir manusia saja yang sanggup menghadapi ancaman serangannya. Tapi, ketika ia menyaksikan datangnya serangan dahsyat dari Ku See-hong itu, kontan saja paras mukanya berubah hebat. Sambil membentak keras, selendang sutera di atas bahunya itu meluncur ke depan dengan membawa desingan angin tajam... "Sreet! Sreeet!" gulungan itu langsung menyongsong datangnya cahaya putih tersebut. 134 Tubuhnya sementara itu juga tak berani bertindak gegabah, dengan mempergunakan suatu gerakan yang indah dia segera berputar lalu melayang ke samping. Perlu diketahui, tiga gerakan aneh yang sakti di dalam jurus Hoo-han-seng-huan tersebut sesungguhnya merupakan hasil ciptaan dari Bun-ji koan-su setelah mempelajari dan menyelidiki secara tekun isi kitab pusaka Cang-ciong-pit-kip tersebut. Jurus serangan itu boleh dibilang lihay sekali dan mencakup seluruh intisari ilmu silat yang berada di dunia ini... cuma sayangnya pada waktu itu Ku See-hong belum berhasil menguasai serta memahami makna yang sesungguhnya dari ketiga buah gerakan itu, sehingga boleh dibilang kehebatannya belum mencapai sebagaimana mestinya. Sekalipun demikian, akan tetapi ketika ia gunakan kepandaian maha dahsyat tersebut ternyata hasilnya betul-betul luar biasa dan sama sekali di luar dugaan. "Breeet...!" Kedua selendang sutera yang berada di sepasang bahu nona cantik berbaju biru itu terpapas kutung menjadi tiga-empat bagian, sementara ikat pinggangnya yang berwarna biru juga turut putus menjadi dua bagian.... Mimpipun nona cantik berbaju biru itu tak pernah menyangka kalau gerak menghindar yang sesungguhnya dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa itu, ternyata belum berhasil menghindari serangan lawan. Kontan saja sepasang alis matanya berkenyit, hawa nafsu Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo membunuh menyelimuti wajahnya, mencorong sinar tajam yang dingin dan menggidikkan dari balik matanya yang jeli itu. Ditatapnya wajah Ku See-hong tanpa berkedip. Sejak seribu tahun yang lalu, tiga gerakan dalam jurus Hoo-hanseng-huan tersebut sudah menggetarkan seluruh dunia persilatan. 135 Belum pernah ada seorang manusia pun yang berhasil meloloskan diri dari ancaman tersebut dalam keadaan selamat. Jadi sesungguhnya, keberhasilan si nona cantik berbaju biru itu meloloskan diri dari ancaman maut jurus itu tanpa menimbulkan luka, adalah merupakan suatu kejutan bagi umat persilatan. 00d=w00 Bab 7 TENTU saja, keberhasilan si nona itu pun separuhnya dikarenakan jurus serangan yang dipergunakan oleh Ku See-hong pada hari ini, belum mencapai pada kekuatan yang sebenarnya. Kalau memang demikian, lantas apa sebabnya selama hampir seribu tahun lamanya ini belum pernah ada seorang jago persilatanpun yang sanggup memecahkan jurus Hoo-han-seng-huan tersebut" Sesungguhnya, bila jurus serangan ini dipergunakan, maka akan muncullah beberapa ciri khas yang luar biasa dan aneh sekali, yaitu di kala menggerakkan tangannya di udara, selalu akan muncul kilatan cahaya yang berkilauan... seluruh tubuh si penyerang itu seakan-akan diselimuti oleh kilauan cahaya yang tajam sekali bagaikan sinar matahari, sehingga sukar bagi orang lain untuk menduga gerakan macam apakah yang sedang dilakukannya itu. Selain daripada itu, di dalam setiap gerakan jurus itu, meski terdapat beberapa macam perubahan yang berbeda, tapi kecepatannya sedemikian hebatnya sehingga serangkaian gerakan tersebut boleh dibilang dilakukan hampir pada saat yang bersamaan. Sejak dulu sampai sekarang, tak seorang jago silat pun di dunia ini yang tahu sebenarnya terdapat berapa macam perubahan di balik setiap gerakan dari jurus Hoo-han-seng-huan tersebut. Orang lebih-lebih tak tahu sampai di manakah keanehan maupun kesaktian dari gerakan jurus tersebut. 136 Ketika Ku See-hong melancarkan serangan dengan mempergunakan jurus Tee-jin-hun-gak tadi, sebetulnya dia hanya bermaksud untuk menakuti-nakuti gadis itu saja. Di luar dugaan, tenaga serangan yang dahsyat bagaikan gulungan ombak samudra itu ternyata benar-benar terpancar keluar, malahan pada mulanya dia masih tak berani percaya kalau serangannya itu sanggup menahan sergapan maut dari nona cantik itu. Maka ketika dilihatnya nona cantik berbaju biru itu benar-benar terdesak hebat sehingga menjadi mengenaskan sekali keadaannya... untuk sesaat ia menjadi tertegun dan berdiri kaku di tempat. Gadis cantik berbaju biru itu membentak keras, tubuhnya melayang ke muka dengan gerakan yang enteng seperti kapas, telapak tangannya yang putih bagaikan kemala, secara beruntun melancarkan tujuh delapan buah serangan berantai, kemudian kakinya menutul permukaan tanah dan melayang ke udara. Dari suatu sudut yang aneh secara tiba-tiba melepaskan empat buah tendangan berantai. Setelah dibikin marah oleh serangan musuhnya, serangan balasan dari gadis cantik berbaju biru itu menjadi sangat keji dan sama sekali tidak terkandung belas kasihan. Jurus-jurus serangan itu dilancarkan berangkai dan tiada hentinya, sekaligus semua ancaman itu dikeluarkan, bahkan kesempurnaan dari jurus serangannya itu boleh dibilang jarang ditemui di kolong langit. Secara beruntun Ku See-hong mendengus beberapa kali, tubuhnya sudah terkena dua buah pukulan dan lututnya kena ditendang satu kali, kesemuanya ini membuat pemuda itu kesakitan, dan jatuh terduduk di atas tanah. Melihat Ku See-hong sudah terjatuh ke tanah, nona cantik berbaju biru itu baru tertawa cekikikan. 137 "Haaahh... haaahh... haaahh... orang she Ku, rupanya kulit badanmu benar-benar tebal dan kuat seperti baja, dipukul keras pun tak sampai mampus tapi... nonamu bertekad hendak menghajarmu sampai babak belur malam ini sehingga merangkak di tanah." Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan: Jilid: 05 "KECUALI sekarang juga kau berlutut di depan nonamu dan menyembah tiga kali, mungkin saja nona masih bersedia mengampuni jiwamu." Ku See-hong yang berulang kali dipaksa mencium tanah, benarbenar merasa marah sekali, saking mendongkolnya dia sampai menggertak giginya keras-keras. "Lonte busuk!" akhirnya dia membentak gusar. "Aku orang she Ku memang tak sanggup menangkan dirimu, kau juga boleh bunuh boleh cincang tubuhku, tapi jika kau berani mempermainkan aku atau mencoba untuk mencemooh aku... Hmm! Aku akan memaki tiga keturunanmu!" Mendengar perkataan itu, si nona cantik berbaju biru itu mengernyitkan alis matanya, sinar merah mencorong keluar dari matanya yang jeli, tapi sejenak kemudian telah lenyap tak berbekas. Kembali ujarnya sambil tertawa cekikikan: "Orang she Ku, rupanya kau punya semangat. Cuma... bila malam ini kau tak mau menjawab pertanyaan nonamu, hmm! Akan kupermainkan dirimu seperti joged monyet!" "Lonte busuk! Aku akan beradu jiwa denganmu!" bentak Ku Seehong dengan kening berkerut. 138 Kembali tangannya bergerak aneh, rupanya ia sudah bersiap-siap untuk mempergunakan tiga gerakan dari jurus Hoo-han-seng-huan lagi. Setelah merasakan kerugian yang cukup besar di tangan pemuda itu, si nona cantik berbaju biru itu bertindak lebih cerdik, sebelum pemuda itu sempat melancarkan serangannya, secepat angin badannya menyelinap ke belakang Ku See-hong. Kemudian sambil membentak keras, telapak tangan kirinya tiba-tiba diayunkan ke depan. "Ploook!" terdengar suara benturan nyaring menggema memecahkan keheningan. Di atas pipi Ku See-hong segera muncul lima buah bekas jari tangan yang merah membara, menyusul kemudian lima jari tangan kanannya yang dipentangkan lebar-lebar langsung menyambar baju Ku See-hong dan membantingnya ke depan. Ku See-hong segera merasakan keseimbangan badannya hilang, tubuhnya lantas berguling tiga kali di atas tanah dan akhirnya jatuh terjerembab mencium tanah. Selain hidungnya bocor, mukanya bengkak ditambah lagi rambutnya terurai dan badannya belepotan darah, keadaannya benar-benar mengenaskan sekali. Melihat pemuda itu sudah mencium tanah, sambil menutup bibirnya dengan jari tangan yang lentik, nona cantik berbaju biru itu segera tertawa cekikikan. Pelan-pelan dia berjalan ke samping anak muda itu, kemudian sambil ulurkan tangan kirinya dia berkata: "Orang she Ku, tulangmu sudah pada rontok, belum" Mari, nona membangunkan dirimu." Cemoohan dan hinaan yang berulang kali dilimpahkan si nona kepadanya, membuat Ku See-hong yang tinggi hati itu menjadi naik darah, matanya merah membara kalau bisa dia ingin sekali membacok tubuhnya sehingga hancur berkeping-keping, Apalagi setelah meyaksikan tingkah laku serta ucapan si nona yang setengah mengejek, darah terasa sirap keluar. 139 "Lonte busuk!" bentak Ku See-hong dengan geramnya. "Jika malam ini aku orang she Ku dapat keluar dari sini dalam keadaan hidup, di kemudian hari pasti akan kusayat kulit badanmu, sekarang aku minta kau... kau... enyah dari sini...!" Saking gusarnya Ku See-hong sampai merasa tak sanggup melanjutkan kata-katanya, seluruh badannya tampak gemetar keras. Ketika mendengar perkataan itu, nona cantik berbaju biru itupun kelihatan agak tertegun, tapi setelah termangu beberapa saat lamanya, sikap itu pulih kembali seperti sediakala. Ia tertawa ringan, lalu katanya dengan merdu: "Aduh mak, bagaimana sih kamu ini" Dengan bersungguh hati orang sudah membantumu, kenapa kau malah menjadi marahmarah hebat" Baiklah, anggap saja aku yang bersalah, kalau ingin menghajar aku, nah, hajarlah aku sepuas hatimu." Sewaktu mengucapkan kata-kata tersebut, wajahnya kelihatan polos, manja dan membawa sifat kekanak-kanakan, kesemuanya ini membuat gadis itu tampak bertambah cantik dan menarik. Untuk sesaat lamanya Ku See-hong berdiri melongo sehingga tak tahu apa yang musti dilakukan, tapi rasa bencinya kepada gadis itu sudah merasuk ke tulang sumsum. Dia menganggap gadis itu adalah seorang gembong iblis perempuan yang berhati keji bagaikan ular berbisa dan membunuh orang tanpa berkedip. Maka dengan wajah hijau membesi, dia mendengus dingin: "Hmmm... Sikapmu yang suka berlagak itu hanya bisa dipakai untuk menggaet anjing-anjing geladak yang sudah buta matanya atau mengidap penyakit edan. Hmmm.... Jika kau berani banyak berbicara lagi, jangan salahakan kalau aku orang she Ku akan mulai memaki dirimu lagi." Nona cantik berbaju biru itu mengerutkan dahi dan menghela napas sedih, katanya dengan lembut: 140 "Kenapa sih kau begitu tidak percaya denganku" Sebenarnya aku merasa benci sekali terhadap orang lelaki macam kalian itu, tapi sekarang entah apa sebabnya, setelah bertemu denganmu, aku sepertinya tidak begitu benci lagi." Sepasang matanya yang jeli mongerling ke wajah Ku See-hong berulang kali. Di balik kejelian matanya itu terkandung rasa cintanya yang mendalam, apalagi wajahnya memang cantik, sesungguhnya cukup membuat hati orang terpikat. Ku See-hong merasakan jantungnya berdebar keras, suatu perasaan aneh yang hangat dan belum pernah dirasakan sebelumnya. Secara lamat-lamat muncul dari dasar hatinya perasaan aneh yang susah dilukiskan dengan kata-kata itu, boleh dibilang belum pernah dirasakannya semenjak dilahirkan. Ketika dilihatnya Ku See-hong hanya membungkam diri tanpa mengucapkan sepatah katapun, dengan manja si nona cantik berbaju biru itu kembali berkata: "Sebetulnya aku diutus oleh guruku untuk menyelidiki seorang musuh besarnya pada malam ini. Tapi belakangan ini suara nyanyian anehnya yang tiba-tiba terputus sampai beberapa hari mendadak berkumandang kembali. Hal ini menimbulkan rasa keheranan di hatiku.... "Barusan, aku melihat kau muncul dari dalam kuil itu. Bahkan aku lihat kau sama sekali tidak berpengaruh oleh daya pikat irama pembetot sukma itu, maka aku menjadi keheranan bercampur kaget. Menanti kau bertarung melawan Leng-cuan sam-pok dan mempergunakan jurus Hoo-han-seng-huan milik si orang aneh tersebut, aku baru berani memastikan bahwa kau pasti mempunyai hubungan yang luar biasa sekali dengan manusia aneh itu... Aaaih, apakah kau bersedia untuk memberitahukan kepadaku tentang beberapa masalah?" Ku See-hong yang mendengar perkataan itupun merasa terkejut sekali, ia tahu musuh besar gurunya terlalu banyak, bila dia terlalu sering mempergunakan ilmu sakti dari Bun-ji koan-su tersebut, 141 maka akhirnya orang persilatan pasti tahu kalau dia adalah muridnya. Aaai... Padahal ia belum begitu menguasai tentang jurus-jurus silat tersebut, bagaimana baiknya sekarang" Hmmm. Bukankah suhu seringkali menyuruh aku mempergunakan jurus Hoo-han-senghuan tersebut untuk membunuh musuh" Musuh besar gurunya begitu banyak, lebih baik dibunuh saja mereka yang berani datang mencarinya, apa lagi yang musti ditakuti" Ketika Ku See-hong berpikir sampai di situ, selapis hawa nafsu membunuh yang mengerikan segera melintas di atas wajahnya. Terdengar nona cantik berbaju biru itu kembali menghela napas panjang, katanya lagi: "Aku tahu kau tak akan menjawab pertanyaanku itu, tapi akupun tak tega mempergunakan cara yang keji untuk memaksamu. Aaai... Aku benar-benar merasa serba salah." Ku See-hong merasa sangat tidak puas dengan perkataan itu, ia segera mendengus dingin, katanya ketus: "Siapa menang siapa kalah masih sukar untuk ditentukan, sekalipun aku orang she Ku diancam dengan golok di tengkuk, tak nanti keningku akan berkerut, apalagi merengek minta diampuni. Jika kau ingin mempergunakan cara yang lebih keji lagi, mengapa tidak kau cobakan kepadaku?" Nona cantik berbaju biru itu lama sekali tidak menampilkan perubahan apa-apa setelah mendengar perkataan itu, dia cuma berdiri termenung di situ, keningnya berkerut, agaknya banyak persoalan yang sukar dipecahkan olehnya. Bintang bertaburan di angkasa, suasana terasa kelabu.... Tanpa terasa Ku See-hong berdiri termenung di tempat dan terkenang kembali kejadiannya di masa lampau. Gadis cantik berbaju biru itupun berdiri termangu di sana bagaikan sedang mengigau dalam impian, dia bergumam lirih: 142 "Dia pasti bukan anak muridnya Bun-ji koan-su, kalau dia adalah murid kesayangannya, ilmu silat yang dimilikinya pasti lihay sekali. Apalagi locianpwe yang berwatak aneh itu sudah bersumpah tak akan menerima murid lagi, mana mungkin dia akan menerima pemuda ini sebagai ahli warisnya" Tapi kalau dilihat orang she Ku ini, kelihatannya ia benar-benar sangat aneh dan rahasia sekali, siapa pula yang mengajarkan jurus Hoo-han-seng-huan tersebut kepadanya" Tampaknya dia seperti memilki pula sejenis kepandaian yang aneh sekali dalam tubuhnya. Kepandaian itu tampaknya mampu untuk menahan serangan dari siapapun. Kalau dilihat dari tenaga dalamnya saja, dia sudah cukup mampu menjadi jago kelas satu dalam dunia persilatan, tapi mengapa ia tidak mengerti soal jurus silat" Aaai... kejadian ini sungguh membingungkan hati orang, apakah mungkin manusia Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo aneh yang berdiam di kuil ini bukan Bun-ji koan-su?" Walaupun nona cantik berbaju biru itu tampaknya seperti orang yang binal dan tak berotak, sesungguhnya kecerdasan otaknya luar biasa sekali, jadi orang pun sangat teliti. Mendadak.... Ku See-hong merasakan nadi penting pada pergelangan tangan kanannya dicengkeram oleh sebuah tangan yang halus dan lembut, menyusul kemudian terdengar seseorang berkata dengan suara yang dingin bagaikan es: "Orang she Ku apakah kau adalah ahli waris dari Bun-ji koan-su" Cepat katakan berterus terang!" Ku See-hong segera merasakan sekujur badannya menjadi kesemutan, peredaran darahnya berjalan terbalik yang mengakibatkan seluruh tenaga serta kekuatannya seakan-akan lenyap tak berbekas. Dasar keras kepala dan berwatak angkuh, kendatipun mengalir terbaliknya darah di dalam tubuhnya menyebabkan Ku See-hong merasa amet menderita dan kesakitan, tapi dia hanya menggertak 143 gigi saja sambil menahan diri. Ku See-hong menjengek sinis, dengan wajah menghina dia tertawa dingin tiada hentinya: "Sejak tadi aku orang she Ku sudah tahu kalau kau adalah seorang perempuan rendah yang tak tahu malu, ternyata dugaanku tidak salah. Hmmm! Tidak gampang untuk memaksa aku berbicara, lebih baik matikan saja hatimu itu!" Si nona cantik berbaju biru itupun berdiri dengan wajah sedingin es, alis matanya berkenyit dan ia tertawa dingin tiada hentinya. "Heeehh... heeehh... heeehh... akan nonamu lihat kau bisa bertahan sampai kapan!" Tangan kanannya yang mencengkeram nadi Ku See-hong segera digoncangkan keras-keras, ini membuat Ku See-hong kesakitan setengah mati. Saking sakitnya, peluh dingin jatuh bercucuran membasahi seluruh badan Ku See-hong, mulut luka yang tadi tersambar cakar Leng-cuan sam-pok tersebut, terasa sakitnya bukan kepalang. Ilmu sakti membalikkan aliran darah manusia yang jauh bertolak belakang dengan keadaan manusia biasa ini betul-betul amat keji dan kejam. Jangan toh tubuh Ku See-hong terdiri dari darah dan daging, sekalipun terdiri dari baja kuat pun tak akan tahan. Tak sampai setengah perminum teh kemudian, ia sudah tak kuasa menahan diri lagi, isi perutnya terasa sakit bercampur gatal, seakan-akan ada beribu-ribu batang anak panah yang menembusi hatinya. Peluh dingin jatuh bercucuran membasahi sekujur badannya, sementara mulutnya mulai merintih. Sistem membalikkan peredaran darah manusia yang diterapkan di tubuh Ku See-hong ini sesungguhnya lihay sekali. Yang paling penting adalah ketepatannya mengarah sasaran jalan darah di tubuh orang. Entah musuh berilmu tinggi atau tidak, asal sudah terkena serangan maka segenap tenaga perlawanannya akan musnah tak berbekas, saat itulah dengan mengandalkan aliran hawa murni yang ada dalam tubuhnya mengendalikan peredaran darah di 144 tubuh lawan, agar aliran darah lawan mengalir terbalik dan menyerang isi perut. Kepandaian yang bisa memutar balikkan peredaran darah manusia ini terdiri dari beberapa macam, tapi kegunaannya sama, meski caranya berbeda. Salah satu di antaranya dinamakan Hud-hiat-ni-hiat (Mengayun Jalan Darah Membalikkan Peredaran Darah). Kepandaian ini mempergunakan ilmu totokan jalan darah yang khusus untuk menyumbat jalan darah penting di tubuh manusia. Barang siapa terkena totokan itu, maka darah yang beredar dalam tubuh dan delapan nadinya akan terbalik menyerang ke hati. Cuma cara ini reaksinya agak lamban. Macam yang lain adalah kepandaian yang dipergunakan nona berbaju biru itu, kepandaian tersebut dinamakan Cui-khi-jian-hiat (Menyumbat Hawa Menghancurkan Darah), ilmu yang dipergunakan adalah ilmu cengkeraman Kina-jiu-hoat, sedang yang diancam juga jalan darah penting di tubuh lawan. Setelah jalan darah penting lawan kena dicengkeram, biasanya dia akan mempergunakan tenaga dalam yang dimilikinya untuk menyumbat peredaran darah lawan agar aliran darah itu berbalik menyerang isi perut. Cuma cirinya, orang yang tidak memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, jangan harap bisa mempergunakan cara semacam ini. Ku See-hong merasakan kesakitan yang luar biasa sekali, kulit mukanya sampai mengejang keras karena harus menahan penderitaan, sementara sorot matanya memancarkan sinar kebencian dan dendam menatap wajah gadis berbaju biru itu tanpa berkedip. Mendadak.... Ku See-hong mendengus tertahan... mendadak tangan kanannya melepaskan diri dari cengkeraman gadis berbaju biru itu, kemudian tangan kirinya dengan suatu gerakan yang sangat aneh langsung melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke arah gadis berbaju biru itu. 145 Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini membuat gadis berbaju biru itu menjadi terperanjat sekali, mimpipun ia tak menyangka kalau Ku See-hong bisa meloloskan diri dari cengkeraman Kina-jiu-hoatnya, apalagi menghadapi serangan yang datangnya sangat aneh dan tangguh tersebut. Dalam kejutnya gadis berbaju biru itu segera memutar lengan kirinya sambil dikebutkan ke depan, serentetan titik cahaya bintang yang berkilauan bagaikan serentetan bunyi letusan yang berantai bergema memecahkan keheningan. Dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat itu dengan cepatnya saling bertemu antara yang satu dengan lainnya. "Blaaamm...!" suatu ledakan keras yang memekikkan telinga segera bergema memcahkan keheningan. Angin pukulan yang sangat kuat itu segera menimbulkan desingan angin tajam yag menyambar ke empat penjuru, keadaan mengerikan sekali. Akibat dari bentrokan kekerasan itu, tubuh Ku See-hong hanya tergetar sedikit dan mundur dua langkah, mencorong sinar gembira dari balik wajahnya, tidak seperti tadi bermuram durja. Ketika menyambut tenaga pukulan dari Ku See-hong tadi, gadis berbaju biru itupun diam-diam berseru: "Wouw... hebat betul tenaga pukulan orang ini! " Ku See-hong segera mendongakkan kepalanya dan berpekik amat nyaring, telapak tangan kanannya segera diayunkan ke depan... "Weess!" sebuah pukulan dahsyat langsung dibabat ke tubuh gadis berbaju biru itu. Gerak serangan yang dilancarkan inipun dilakukan dengan suatu gerakan yang sangat aneh dan luar biasa, di mana angin pukulannya dilepaskan, angin pukulan yang bagaikan gulungan ombak raksasa di tengah samudra langsung menggulung ke muka. Melihat datangnya ancaman tersebut gadis berbaju biru itu berkerut kening, lengan kirinya yang halus dengan cepat menciptakan gerakan satu lingkaran busur sementara telapak 146 tangan kanannya secepat sambaran petir meluncur ke muka dengan gerakan sakti. Segulung hawa pukulan yang lembut dan halus, tanpa menimbulkan sedikit suara pun menyongsong datangnya ancaman tersebut. "Blaaamm...!" suatu ledakan keras yang disertai dengan pancaran hawa murni ke empat penjuru segera menyelimuti seluruh angkasa di sekeliling tempat itu. Sepasang bahu Ku See-hong bergetar keras, tapi kakinya sama sekali tidak bergeser dan tetap tegak di tempat semula, mukanya tetap tenang seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu apapun. Gadis berbaju biru itu makin terkesiap setelah menyambut serangan dari Ku See-hong untuk kedua kalinya, dengan cepat dia berpikir: "Heran, kenapa serangan yang dilancarkan orang ini makin lama semakin hebat" Padahal di dalam melepaskan serangan tadi, kugunakan tenaga dalamku sebesar enam bagian. Nyatanya sama sekali tak dapat melukai dirinya. Bukankah ia sama sekali tak mengerti akan jurus silat ketika pertarungan dilangsugkan tadi" Kenapa dua kali serangan yang terjadi sekarang ini seluruhnya menggunakan jurus-jurus tangguh yang belum pernah kujumpai dalam dunia persilatan?" Dalam pada itu, sekulum senyuman dingin telah tersungging di ujung bibir Ku See-hong, ujarnya dengan angkuh: "Nona betul-betul seorang tokoh sakti yang berilmu tinggi, tenaga dalam yang kau milikipun amat sempurna, harap kau sambut kembali sebuah pukulanku ini!" Berbicara sampai di situ, pelan-pelan Ku See-hong mengangkat telapak tangan kirinya, jari tangan dilengkungkan dan... "Hiiaaat...!" di ringi bentakan keras, telapak tangan kanannya diayunkan ke muka dengan cepat, menyusul kemudian telapak tangan kirinya juga didorong sampai ke tengah jalan. Angin pukulan 147 yang maha dahsyat, ibaratnya gumpalan awan di angkasa dengan cepat menyelimuti seluuh tempat dan menggulung tiba dengan hebatnya. Gadis berbaju biru itu amat terperanjat, bagaikan angin puyuh tubuhnya berputar kencang, hawa pukulan yang lembut segera memancar keluar dari sekeliling tubuhnya. Di tengah gulungan angin pukulan yang berpusing, tiba-tiba berkumandang suara benturan nyaring... "Bluuuk! Bluuuk! Bluuuk! Tahu-tahu hawa pukulan kedua belah pihak sama-sama lenyap tak berbekas. Terkesiap sekali gadis bebaju biru itu menghadapi kemampuan Ku See-hong yang luar biasa itu, sebab: penambahan tenaga dalam, perubahan gerakan, serta kemunculan jurus serangan dari si anak muda itu hakekatnya melanggar kebiasaan dunia persilatan. Atau mungkin dia adalah seorang manusia licik yang berakal busuk, pandai merahasiakan diri serta berilmu silat tinggi" Berpikir demikian, mencorong sinar pembunuhan dari balik matanya yang jeli, ujarnya kemudian dengan suara dingin: "Orang she Ku, rupanya kau adalah manusia licik, berakal busuk dan pandai merahasiakan diri. Hmm, malam ini jangan harap kau bisa lolos dari cengkeraman nonamu!" Kemudian diiringi hentakan keras serunya kembali: "Orang she Ku, sambutlah sebuah serangan dari nonamu!" Di tengah seruannya, dengan menghimpun tenaganya sebesar sepuluh bagian, gadis berbaju biru itu mengayunkan sepasang tangannya ke depan. Serangan ini dilancarkan dengan menghimpun tenaga dalamnya sebesar sepuluh bagian, tentu saja hebatnya luar biasa. Begitu pukulan dilepaskan, tenaga pukulan yang dahsyat seperti angin puyuh segera menggetarkan pepohonan siong yang berada beberapa kaki jauhnya dari sana. 148 Hampir sekujur badan Ku See-hong diselimuti oleh tenaga pukulan yang dahsyat bagaikan ambruknya bukit Tay-san itu, boleh dibilang tak setitik celah kosongpun yang berhasil ditemukan. Di kala Ku See-hong melancarkan serangan untuk ketiga kalinya tadi, sesungguhnya isi perut pemuda itu sudah digetarkan oleh serangan lawan, tapi dasar keras kepala, dia segan menunjukkan kelemahan di hadapan orang. Buru-buru hawa murninya disalurkan untuk mengendalikan gejolak hawa murni di dalam hatinya kemudian setelah pusatkan pikirannya, dia bersiap-siap melancarkan kembali serangannya. Maka tergetarlah perasaannya setelah mendengar perkataan dari gadis itu. Tapi pihak musuh tidak memberi kesempatan lagi baginya untuk berpikir panjang, tenaga pukulan yang menggetarkan hati itu sudah menggulung tiba dengan kecepatan bagaikan sambaran petir. Kali ini sepasang telapak tangan Ku See-hong juga ditolak keluar dengan sejajar dada. Ku See-hong hanya merasakan tenaga tekanan yang menimpa tubuhnya kali ini ibaratnya bukit Tay-san yang menindih kepala. Sekujur badannya tergetar keras oleh tenaga tekanan hawa pukulan itu sehingga hawa darahnya bergolak keras. Seketika itu juga badannya terlempar ke udara dan melayang sejauh dua kaki lebih dari tempat semula, tapi ia masih sempat melayang turun di atas tanah dengan selamat tanpa menderita luka apapun. Tertegun gadis berbaju biru itu sehingga untuk beberapa saat lamanya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, dia benarbenar mengira sudah bertemu dengan setan. Dengan tenaga pukulannya yang mencapai sepuluh bagian itu, batu berada seratus langkah di hadapannya pun akan hancur menjadi bubuk, kenapa pemuda itu tidak menderita luka apa-apa" Kepandaian macam apakah itu" Pelbagai ingatan dengan cepat berkecamuk dalam benak gadis berbaju biru itu, sementara tubuhnya di ringi bentakan nyaring segera menerjang ke hadapan Ku See-hong, sepasang telapak 149 tangannya bagaikan kupu-kupu yang menari di antara aneka bunga, menimbulkan pusaran angin berpusing yang amat kencang. Dengan cepat gerakan tubuhnya juga ikut berkembang, perubahan yang aneh bermunculan berulang-ulang, angin pukulan tajam bagaikan pisau. Serangan yang dilancarkan juga semuanya mengancam bagian-bagian mematikan di tubuhnya, serangan itu begitu ganas, buas dan keji. Pada mulanya Ku See-hong benar-benar kena didesak sehingga harus berputar kian kemari dengan repotnya, dia harus mempergunakan ilmu gerakan tubuh Mi-khi-biau-tiong yang sangat lihay itu untuk berkelit dan menghindar kesana kemari, tapi kemudian jurus sakti mulai bermunculan, makin bertarung semakin mantap. Kenyataan ini segera menimbulkan pelbagai kecurigaan dan tidak habis mengerti buat orang lain. Sesungguhnya akibat dari pertarungan yang dikobarkan si nona berbaju biru itu serta ejekan dan cemoohan yang dilontarkan olehnya pada malam ini, hakekatnya telah menggali sumber ilmu silat maha sakti yang bakal dimiliki oleh Ku See-hong di kemudian hari. Ternyata, di kala Ku See-hong terkena ilmu Cui-khi-jian-hiat dari si nona berbaju biru sehingga mengakibatkan jalan nadinya tercengkeram dan merasakan siksaan akibat mengalir terbaliknya peredaran darah.... Pemuda yang keras hati ini segera memeras otaknya dan berusaha untuk menemukan cara untuk memecahkan keadaan tersebut. Diapun lantas mengasah otaknya dan berusaha untuk memecahkan jurus Hoo-han-seng-huan tersebut. Siapa tahu, begitu otaknya berputar, Ku See-hong segera menemukan bahwa jurus serangan itu hampir boleh dibilang mengandung pelbagai gerakan jurus silat yang sangat tangguh, setiap gerakannya mengandung arti yang dalam dan perubahan yan tak terhitung jumlahnya. Pada dasarnya Ku See-hong memang seorang lelaki yang tergila Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo gila oleh ilmu silat, setelah mengetahui rahasia tersebut ia menjadi 150 terkesima dan segera terlelap dalam pemikiran yang mendalam. Untuk sesaat lamanya diapun melupakan penderitaan akibat dari aliran darahnya yang membalik.... Setelah termenung beberapa saat, akhirnya Ku see-hong berhasil memahami pula beberapa jurus serangan aneh dari balik ketiga gerakan jurus Hoo-han-seng-huan tersebut. Mendadak si anak muda itupun merasakan munculnya segulung aliran hawa panas dan dingin dari dalam pusarnya. Seketika itu juga aliran darahnya yang membalik segera menjadi tenang kembali. Maka Ku See-hong lantas mengeluarkan ilmu gerakan aneh yang barusan dipecahkan itu untuk meronta lepas dari cengkeraman gadis berbaju biru itu. Perlu diketahui, Bun-ji koan-su Him C i Seng adalah seorang manusia yang berotak brilian dan lihay. Semenjak lima puluh tahun berselang ia sudah amat lihay, apalagi setelah memperoleh kitab pusaka Cang-ciong pit-kip serta memahami isi dari kitab tersebut. Dua puluh tahun berselang, dia mengalami suatu musibah yang merupakan tragedi paling besar dalam hidupnya. Dalam keadaan sedih dan putus asa, sepanjang hari dia hanya memperdalam ilmu yang diperolehnya dari kitab Cang-ciong pit-kip tersebut untuk menghabiskan waktu senggang. Setiap waktu dia selalu melatih ilmu tenaga dalam tingkat tingginya. Oleh sebab itu, kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya sekarang beberapa kali lipat lebih dahsyat dibandingkan dengan lima puluh tahun berselang ketika ia baru pertama kali terjun ke dunia persilatan dulu. Ketika Ku See-hong masuk ke dalam kuil kuno itu, dalam sekilas pandangan saja ia sudah tertarik kepada pemuda itu, dia bertekad untuk melatih si anak muda itu agar menjadi sekuntum bunga aneh dalam dunia persilatan pada seratus tahun belakangan ini. Maka Bun-ji koan-su lantas mempergunakan semburan api dari inti bumi, guyuran air sejuk dari sumber bawah tanah dan pukulan tongkat untuk menembusi semua nadi penting di seluruh tubuh Ku See-hong agar dia bisa memperoleh keadaan bagaikan berganti tulang saja. 151 Selain kemudian ia wariskan ilmu Kan-kun Mi-siu khikang yang luar biasa itu kepadanya, selanjutnya Bun-ji koan-su juga tak segan-segannya menggunakan cara Tiong-giok-tay-hoat untuk menyalurkan segenap tenaga dalam hasil latihannya selama puluhan tahun ke tubuh Ku See-hong yang berakibat dia harus mati kekeringan. Sebaliknya gadis berbaju biru itupun memiliki serangkaian ilmu silat yang lihay sekali. Sejak pertarungan pertama kali tadi, ia sudah dibuat terkejut oleh kemampuan Ku See-hong, ia merasa tenaga pukulan musuh makin lama semakin tangguh jurus serangan yang dipakai juga makin lama semakin aneh. Yang lebih terkesiap lagi adalah daya tahan Ku See-hong terhadap tenaga serangan, walaupun setiap pukulan mautnya selalu berhasil menghajar telak di tubuh lawan, namun si anak muda itu masih tetap sehat wal'afiat tanpa kekurangan sesuatu apapun. Kenyataan tersebut segera menimbulkan berbagai pikiran dalam benaknya. Mungkinkah Ku See-hong adalah jelamaan dari sukma gentayangan atau setan iblis" Ku See-hong sendiri, walaupun diam-diam, merasa terperanjat sekali oleh kepandaian sakti yang dimiliki gadis berbaju biru itu, tapi dia yakin memiliki beberapa macam kepandaian sakti yang dapat melindungi keselamatan jiwanya hingga tidak sampai mati dibunuh. Maka di samping ia layani serangan-serangan musuh yang gencar dan dahsyat, diam-diam dia pun berusaha mengupas jurusjurus ampuh yang lebih mendalam dari gerakan Hoo-han-seng-huan tersebut. Setiap kali ia berhasil memahami satu jurus serangan, segera dipraktekkan terhadap gadis berbaju biru itu, yang mana memaksa gadis tersebut harus mengerahkan tenaga yang amat besar untuk meloloskan diri. Sekarang, bukan saja Ku See-hong sama sekali tidak mendendam terhadap gads berbaju biru itu, sebaliknya ia merasa berterima kasih 152 sekali kepadanya, dia bersedia melangsungkan terus pertarungan sengit itu selama mungkin. Dalam pada itu waktu sudah menunjukkan kentongan keempat, suasana di depan kuil kuno itu tetap di puti oleh keseraman, kengerian dan keheningan. Di tengah bunyi pohon yang terhembus angin, tertiup juga pusaran angin kencang yang menderu-deru. Di tengah berkobarnya pertempuran sengit itu, dari arah timur mendadak muncul sesosok bayangan manusia yang meluncur datang dengan kecepatan bagaikan sambaran petir. Sungguh cepat sekali gerakan tubuh orang itu, Hanya dalam sekejap mata saja, seperti sukma gentayangan ia sudah tiba di bawah sebatang pohon. Sepasang matanya yang tajam mengawasi tak berkedip gadis baju biru dan Ku See-hong yang sedang bertanding sengit. Sinar aneh memancar keluar dari balik matanya. Mendadak orang di bawah pohon itu mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring, suaranya nyaring seperti pekikan naga yang menjulang hingga ke udara dan memecahkan keheningan malam. Sungguh teramat sempurna tenaga dalam yang dimiliki orang itu, hal mana bisa dibuktikan dari suara pekikannya yang nyaring itu. Baru saja pekikan itu berkumandang, pekikan lain bersahutsahutan dari empat penjuru dan bergema tiada hentinya. Kalau didengar dari suaranya jelas jumlah mereka tidak sedikit. Dalam waktu singkat suara pekikan yang bergema dari empat penjuru itu bergema makin lama semakin mendekati, menyusul kemudian empat sosok bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa bermunculan dari empat arah delapan penjuru dan menuju ke samping bayangan manusia tadi.... Sejak kedatangan bayangan manusia yang pertama tadi, gadis berbaju biru itu sudah merasa. Tiba-tiba sepasang telapak tangannya melancarkan sebuah serangan dengan jurus yang aneh sekali, yang mana memaksa Ku See-hong mundur tujuh delapan langkah dari posisi semula. Kemudian sambil memutar biji matanya dan tersenyum manis kepada Ku See-hong, katanya lembut: 153 "Orang she Ku, kau jangan melulu gunakan aku seorang untuk teman latihan, tuh lihat. Sudah ada banyak jago yang datang menggantikan aku, berilah kesempatan bagiku untuk beristirahat." Gadis berbaju biru itu adalah seorang gadis yang amat cerdik, tentu saja diapun tahu kalau Ku See-hong telah memanfaatkan kesempatan pertarungan itu untuk melatih ilmu silatnya. Justru karena itu, gadis berbaju biru itu tidak melancarkan serangan yang mematikan terhadap dirinya, kalau tidak... dengan kepandaian yang dimiliki Ku See-hong sekarang ini, masih bukan tandingan dari gadis tersebut. Ku See-hong merasakan hatinya bergetar keras setelah mendengar perkataan itu. Diam-diam pikirnya: "Tabiat dari gadis ini sungguh aneh dan sukar diraba, sebentar ia bersikap bermusuhan sebentar lagi ia bersikap bersahabat. Entah apa maksud hatinya yang sebenarnya" Kalau didengar dari perkataannya barusan, rupanya ia sudah tahu kalau kugunakan kesempatan dalam pertarungan tadi untuk mengupas kepandaian silatku." Setelah berpikir sampai di situ, dengan wajah tetap dingin bagaikan salju, Ku See-hong tertawa dingin, katanya: "Terima kasih banyak atas maksud baik nona, seandainya pendatang itupun bermaksud untuk mencari gara-gara dengan aku orang she Ku, tentu saja akan kugunakan diri mereka sebagai kelinci percobaan." Baru selesai dia berkata, dari balik kegelapan terdengar seseorang berseru sambil tertawa dingin: "Budak setan, kau betul-betul seorang perempuan liar yang tidak beres perangainya. Lagi-lagi kau menggaet lelaki gentong nasi pada malam ini, heeehh... heeehh.... Malam ini lohu pasti akan mengirim kau untuk berpulang ke akhirat." Ku See-hong segera mendengus gusar, katanya dengan nada menghina: 154 "Saudara, caramu berbicara sangat kasar dan tak tahu diri, tampaknya kau sudah bosan hidup." Gelak tertawa nyaring bagaikan gembrengan bobrok yang berdentang menggema di angkasa, kemudian terdengar seseorang berkata dengan suara menyeramkan: "Kalau begitu, kau tentunya seorang yang bertulang keras. Baik, lohu akan mencoba kemampuanmu." Berbareng dengan selesainya perkataan itu, dari balik kegelapan berjalan keluar seorang kakek tua berjubah panjang, berperawakan pendek kecil dan bermuka panjang. Ia bertangan kosong, jenggot putihnya sepanjang setengah jengkal dan menatap sekujur badan Ku See-hong dengan sinar mata tajam. Di belakang kakek kecil bermuka panjang itu mengikuti empat orang lelaki berbaju ringkas yang masing-masing menggondol sebilah pedang di punggungnya. Sesudah mengetahui jelas siapa gerangan yang datang, gadis berbaju biru itu segera tertawa terkikik-kikik. "Aku kira siapa yang telah datang" Rupanya lagi-lagi kalian anak monyet dari Lam-hay-huan-mo-kiong. Apakah lelaki busuk itu yang memerintahkan kalian untuk datang menangkapku?" Kakek ceking bermuka panjang itu mendehem beberapa kali, kemudian sahutnya sambil tertawa, "Aaah, terlalu sungkan, asal nona Im Yan cu bersedia balik kembali ke rangkulan sau-kiongcu kami, tentu saja kami tak akan menyusahkan dirimu, kalau tidak terpaksa akan kami taklukkan dirimu dengan mempergunakan kekerasan." Paras muka Im Yan cu atau gadis berbaju biru itu segera berubah menjadi dingin seperti es. Dengan kening berkerut dan hawa pembunuhan menyelimuti seluruh wajahnya, ia berkata dengan dingin: 155 "Kau boleh pulang dan beritahu kepada lelaki busuk itu, jangan dianggap karena bapaknya adalah saudara seperguruan dari guruku lantas dia mau main paksa. Huuuh, jika nonamu sampai naik pitam, tidak sungkan lagi akan kubasmi kalian semua dari muka bumi." Kakek ceking bermuka panjang itu tertawa dingin, katanya: "Baik soal wajah maupun dalam hal kedudukan, bagaimanakah dari siau-kongcu kami yang tidak pantas untuk mendampingimu" Hmmm! Apakah kau sudah jatuh hati kepada lelaki goblok itu?" Sembari berkata dengan sorot matanya yang tajam penuh kebencian, kakek ceking itu berpaling ke arah Ku See-hong. Sebagai seorang pemuda yang cerdik, setelah mendengar pembicaraan tersebut Ku See-hong segera mengetahui hubungan apakah yang terjalin antara Im Yan cu, si gadis cantik itu dengan orang-orang tersebut. Selain dari pada itu diapun merasakan hatinya amat terkesiap, sebab semenjak lima puluh tahun berselang, istana Huan-mo-kiong di Lam-hay sudah amat tersohor namanya di dalam dunia persilatan. Anggota Huan-mo-kiong tak pernah melakukan perjalanan di antara Tionggoan. Konon ilmu silat merekapun terhitung suatu kepandaian manunggal yang memiliki jurus-jurus serangan yang luar biasa anehnya. Sementara itu, Im Yan cu telah mengerling sekejap ke arah Ku See-hong dengan sinar mata yang lembut dan penuh perasaan cinta kasih, kemudian kepada kakek ceking tadi katanya sambil tertawa: "Kalau benar, mau apa kau" Nonamu memang benar-benar telah jatuh hati kepadanya, kau boleh segera pulang dan laporkan persoalan ini kepada sau-kiongcu kalian." Mendadak.... Serentetan suara dingin yang menyeramkan berkumandang memecahkan keheningan. Dengan suatu gerakan tubuh yang sangat cepat bagaikan sambaran kilat kakek ceking itu melayang ke samping Ku See-hong, kemudian kedua jari telunjuk dan jari tengah 156 tangan kanannya dengan kecepatan tinggi menotok jalan darah C i-ciat-hiat di tubuh pemuda itu, sementara kelima jari tangan kirinya mencengkeram ke arah urat nadi lawan. Serangan ini bukan saja dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, dan lagi arah serangan adalah dua buah jalan darah penting di tubuh lawan.... Dalam terperanjatnya, secepat kilat Ku See-hong membalikkan badannya, telapak tangan kanan dibalik kemudian langsung membabat pergelangan tangan kakek ceking tersebut. Ilmu silat yang dimiliki kakek ceking itu memang luar biasa sekali, dengan cepat pergelangan tangan kanannya ditarik ke belakang menghindarkan diri dari bacokan tangan Ku See-hong, kemudian secara tiba-tiba ia menerjang ke depan dengan sodokan jari dan sodokan sikut. Dua serangan dilancarkan berbareng, kemudian menyusul pula kaki kanannya melayang ke depan menghajar jalan darah toa-hek-hiat di bawah pusar Ku See-hong. Sejak pertarungan serunya melawan Im Yan cu tadi, sudah banyak jurus serangan aneh yang berhasil dipahami Ku See-hong. Dengan cekatan dia miringkan badannya ke samping menghindari sikutan kakek ceking itu, kemudian bukannya mundur dia malah maju lebih ke depan. Kedua jari tengah dan telunjuk tangan kanannya diayunkan ke muka menotok badan kakek ceking itu, sementara kaki kanannya diangkat dan menendang ke muka, dengan ujung kakinya dia menotok jalan darah Hu-lian-hiat di atas badan lawan. Dalam istana Huan-mo-kiong di Lam-hay, kakek ceking tersebut mempunyai kedudukan yang tinggi sekali, ilmu silat yang dimilikinya pun belum pernah menemui tandingan. Tapi tidak disangka olehnya kalau Ku See-hong memiliki ilmu silat sedemikian lihaynya. Saking kaget dan terkesiapnya dia sampai mundur dua langkah ke belakang. Im Yan cu yang menonton jalannya pertarungan tersebut, diamdiam menganggukkan kepalanya, selintas rasa girang yang sangat aneh menghiasi wajahnya. 157 Walaupun beberapa jurus serangan yang dilakukan oleh kedua orang itu dalam melangsungkan pertarungan jarak dekat tak tampak kehebatannya, tapi dalam pandangan mata seorang yang ahli, justru jauh lebih seru dan berbahaya daripada pertarungan apapun. Pertempuran itu pada hakekatnya merupakan suatu pertempuran yang mempengaruhi mati hidup mereka. Sedemikian cepatnya perubahan jurus tersebut, hingga pertarungan tersebut hanya berlangsung dalam beberapa detik saja.... Di kala si kakek ceking itu mundur ke belakang, lelaki berbaju hitam yang berdiri di empat penjuru itu ada dua di antaranya yang segera meloloskan pedang dan menyerang. Di antara kilatan cahaya tajam yang berkilauan, tampak dua bilah pedang itu menyerang jalan darah penting di seluruh badan Ku See-hong. Dengan cepat Ku See Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hong menggerakkan kakinya sambil berputar untuk meloloskan diri dari ancaman pedang itu, kemudian sambil membentak keras tangan kirinya diayun ke depan. "Weeess..." sebuah pukulan dahsyat dibacokkan ke tubuh lelaki baju hitam yang berada di sebelah kanan, segulung angin puyuh yang disertai dengan desingan angin tajam langsung meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa. "Blaaamm..." diiringi jeritan ngeri yang memilukan hati, lelaki kekar itu terbawa oleh angin serangan yang maha dahsyat tersebut sehingga mencelat sejauh dua kaki lebih dari tempat semula. Darah segar muncrat keluar dari mulutnya, setelah kaki tangannya gemetar keras, tewaslah orang itu dalam keadaan mengenaskan. Termangu-mangu Ku See-hong menyaksikan peristiwa itu, dia tak menyangka kalau ayunan telapak tangannya yang begitu sederhana ternyata berhasil membinasakan musuhnya. 00d~w00 158 Bab 8 SUARA bentakan gusar menggelegar memecahkan keheningan. Lelaki yang satunya itu segera menggerakkan pedangnya menciptakan bertitik-titik cahaya bintang yang berkilauan, secara ganas dia menusuk punggung Ku See-hong keras-keras. Begitu mendengar suara desingan tajam bergema dari belakang, dengan cepat Ku See-hong berpaling. Ternyata ujung pedang yang berkilauan itu sudah tinggal tiga inci dari atas badannya. Dalam gelisah dan cemasnya telapak tangan kirinya segera dilontarkan ke belakang kemudian badannya berputar kencang, tangan kanannya dengan gerakan yang cepat tapi aneh mencengkeram pergelangan tangan kanan lelaki tadi. Dalam suatu perputaran yang di kuti dengan getaran, pedang tersebut tahu-tahu sudah berpindah tangan. Gerakan tubuh Ku See-hong ketika menghindarkan diri tadi merupakan gerakan yang sakti dari Mi-khi-biau-tiong, sedangkan jurus serangan yang digunakan untuk merampas pedang lelaki tersebut merupakan suatu jurus serangan yang belum lama berhasil dipahami olehnya. Lelaki berbaju hitam itu hanya merasakan pergelangan tangan kanannya menjadi sakit, tahu-tahu pedangnya sudah berpindah ke tangan musuh. Tanpa terasa dengan perasaan terkesiap dia mundur ke belakang. Selisih waktu yang dibutuhkan Ku See-hng untuk membunuh seorang musuh dan merampas pedang seorang lawannya boleh dibilang singkat sekali, sebab itulah si kakek ceking yang berilmu silat sangat lihay pun tidak sempat memberikan pertolongannya. Mencorong sinar mata bengis dan buas dari balik mata kakek ceking itu, sambil tertawa seram dengan penuh kegusaran, katanya: "Tampaknya ilmu silatmu hebat juga. Hmmm! Cuma sayang kau telah membunuh seorang anggota Huan-mo-kiong dari Lam-hay, jangan harap kau bisa hidup lebih lama lagi di dunia ini." 159 Walaupun Im Yan cu merasa girang karena ilmu silat yang dimiliki Ku See-hong telah memperoleh kemajuan yang pesat, namun diapun merasa terperanjat sekali karena pemuda itu telah membunuh seorang anak murid dari Huan-mo-kiong. Dia cukup mengetahui akan kebuasan serta kekejaman orangorang Lam-hay, itu berarti dalam pengembaraannya dalam dunia persilatan di kemudian hari, Ku See-hong akan banyak menemui kesulitan di tangan anak murid istana Huan-mo-kiong. Ku See-hong yang baru pertama kali mencoba kehebatan ilmu silatnya, menjadi girang sekali setelah menyaksikan keberhasilannya. Mendengar perkataan itu, sambil tertawa seram, ujarnya: "Apa sih hebatnya dengan Huan-mo-kiong dari Lam-hay" Aku orang she Ku akan selalu menantikan pembalasan dendam dari kalian." Selama puluhan tahun belakangan, belum pernah pihak Huanmo-kiong mengalami penghinaan sebesar apa yang dialaminya sekarang ini, maka di kala menyaksikan sikap sinis Ku See-hong terhadap orangorang Huan-mo-kiong, kontan saja kedua orang lelaki berbaju hitam lainnya menjadi naik pitam. Sambil membentak keras, pedang mereka disertai dengan desingan angin tajam yang menyayat badan, bagaikan dua ekor ular sakti langsung membacok ke tubuh Ku See-hong. Mencorong sinar mata pembunuhan yang mengerikan dari balik mata Ku See-hong, di ringi pekikan nyaring yang memekikkan telinga, badannya menerjang maju secara aneh. Sepasang lengannya membentuk gerakan bayangan busur dari samping badan, lalu sambil membentak sepasang tangan kiri kanannya dibacok menyilang. Dua gulung angin pukulan yang berat dan dalam bagaikan samudera, secara terpisah menyerang kedua orang lelaki berbaju hitam itu. Gerak serangan yang dilancarkan pemuda itu semuanya aneh dan luar biasa cepatnya. Kekuatan daya serangan tersebut ibaratnya 160 ombak samudra yang menggulung di tengah topan, kehebatannya sungguh mengerikan. Walaupun kedua orang lelaki berbaju hitam itu memiliki dasar ilmu silat yang bagus, namun bagaimana mungkin bisa menahan serangan dahsyat yang sangat mengerikan itu. Di tengah dua kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati, dua orang lelaki yang tinggi besar itu terlempar sejauh dua kaki lebih oleh tenaga serangan yang maha dahsyat itu sehingga tubuhnya sama sekali tak berkutik lagi untuk selamanya. Jelas mereka telah tewas di ujung angin pukulan Ku See-hong yang sangat lihay itu. Hawa pembunuhan yang sangat mengerikan ini sudah jelas merupakan suatu ancaman yang cukup mengerikan perasaan siapa saja. Tak terlukiskan rasa gusar si kakek ceking ketika dilihanya sudah tiga orang anak buahnya yang tewas di tangan musuh dalam sekejap mata. Sambil membentak gusar tubuhnya bagaikan pusaran angin puyuh segera menerjang ke depan, tangan kiri memainkan jurus Tui-po-cu-lan (Mendorong Ombak Menahan Riak), sementara tangan kanan memainkan jurus Heng-toan-san-gak (Memutuskan Bukit Karang), satu jurus dengan dua gerakan serta tenaga yang berbeda bersamasama meluncur ke muka. Begitu angin serangan dilepaskan, angin puyuh yang tajam seperti sebuah jala yang tak berwujud, langsung menggulung tiba. Kedahsyatannya cukup menggetarkan perasaan siapa saja. Walaupun Ku See-hong telah mempelajari beberapa macam kepandaian sakti yang penuh rahasia dari Bun-ji koan-su, meski pertarungannya selama beberapa kali dalam semalaman menambah rasa kepercayaannya pada diri sendiri, tapi ia sendiri sama sekali tidak mengerti sebetulnya sudah berapa banyak kepandaian yang berhasil dia pahami dan berapa banyak pula yang bisa dia pergunakan. Hawa murninya segera dihimpun ke dalam pusar, menyaksikan serangan yang dilancarkan pihak lawan sangat kuat dan dahsyat, 161 dia sedikitpun tak berani bertindak gegabah. Tangan kirinya pun melepaskan segulung tenaga pukulan yang lembut untuk memancing serangan langsung pihak musuh, sementara tubuhnya melayang lima jengkal ke samping menghindarkan diri dari ancaman itu. Lalu badannya melambung, sepasang kakinya secara beruntun melancarkan tendangan kilat mengancam jalan darah W-too-hiat serta Ki-lian-hiat di bawah perut lawan. Begitu serangan menggulung tiba, tenaga pukulan serasa menekan di dada, lalu tulang kakipun terasa sakit sekali bagaikan disyat-sayat dengan pisau. Diam-diam Ku See-hong merasa terperanjat, segera pikirnya: "Tubuhku terlindung oleh aliran tenaga aneh yang amat hebat, sedangkan kakiku sama sekali tidak. Entah bagaimana jadinya bila kakiku sampai terkena serangan...?" Mendadak dia menarik kembali sepasang kakinya, lalu badan sedikit bergetar. Badannya sudah jumpalitan di tengah udara dan melayang mundur sejauh satu kaki lebih dari tempat semula. Kakek ceking itu mendengus dingin dengan nada yang menyeramkan, sambil berebut maju ke depan, sepasang telapak tangannya melancarkan bacokan berulang kali. Gulungan tenaga pukulannya seperti gulungan ombak di tengah samudera meluncur datang berlapis-lapis. Mencorong sinar buas dari balik mata Ku See-hong karena marah, sambil menggertak gigi tangan kiri kanannya secara aneh melancarkan pukulan-pukulan berantai. Ternyata kedahsyatannya pun mengerikan sekali, setiap serangan yang dilepaskan tentu membawa desingan angin tajam yang mampu untuk menghancurkan batu nisan. Sebagaimana diketahui, secara resmi Ku See-hong belum pernah mempelajari serangkaian ilmu pukulan. Jurus-jurus serangan yang dipergunakannya sekarang kebanyakan adalah merupakan kupasan-kupasan yang berhasil ditemukannya sendiri dari tiga gerakan jurus Hoo-han-seng-huan tersebut. 162 Akan tetapi, nyatanya serangan yang dipergunakan secara mengawur hanya berdasarkan perasaan saja itu, justru telah berubah menjadi serangkaian ilmu pukulan yang ganas, buas dan lihaynya bukan alang-kepalang.... Pada waktu itu, dia telah mendapatkan tenaga murni warisan Bun-ji koan-su yang telah dilatih selama puluhan tahun, kemudian mempelajari pula ilmu Khikang Kan-kun Mi-siu yang maha sakti tersebut, kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya sekarang boleh dibilang mengalir tiada hentinya seperti air dari gunung, kuat, lancar dan tiada berputusan.... Kenyataan ini bukan saja jauh di luar dugaan si kakek ceking tersebut, sekalipun Ku See-hong juga merasakan rasa kaget dan tercengang. Ia tak mengira kalau di dalam tubuhnya terdapat tenaga dalam yang begini sempurnanya. Akan tetapi, diapun tahu bahwa kesemuanya ini adalah warisan berharga yang disalurkan Bun-ji koan-su kepadanya. Kiranya sampai detik itu Ku See-hong masih belum tahu kalau tenaga murni yang dipunyai Bun-ji koan-su telah disalurkan semua ke dalam tubuhnya hingga mengakibatkan tokoh maha sakti itu tewas akibat kekeringan. Demikianlah serangan demi serangan yang dilancarkan Ku Seehong kian lama kian bertambah kuat, dibandingkan dengan serangan si kakek ceking yang makin lama semakin gencar menciptakan suatu keadaan yang seimbang. Dengan demikian pertempuran yang melibatkan kedua orang inipun makin lama semakin sengit. Beberapa gebrakan kemudian, tenaga pukulan mereka berdua sudah meliputi wilayah seluas dua kaki lebih. Daun kering dan ranting kecil yang berserakan di tanah sudah ikut melayang-layang di udara, deruan angin pukulan yang dahsyat semakin memekikkan telinga. Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu pertempuran seru yang jarang dijumpai dalam dunia persilatan. 163 Im Yan cu yang berilmu silat sangat tinggi pun, saat itu dibikin kaget bercampur tercengang setelah menyaksikan kejadian itu. Dari tadi sampai sekarang dia mengawasi terus kepandaian silat yang dimiliki Ku See-hong, yang membuatnya terperanjat adalah kungfu yang dimiliki Ku See-hong tersebut kian detik kian bertambah maju pesat. Kenyataan semacam ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang aneh sekali, hal mana membuat si nona yang cerdik pun dibikin kebingungan dan tidak habis mengerti. Ketika baru pertama kali berputar tadi, Ku See-hong masih kelihatan asing sekali dengan jurus-jurus serangannya. Sambil bertarung menghadapi musuh, diam-diam dia memutar otak untuk memikirkan perubahan-perubahan selanjutnya guna menghadapi ancaman lawan. Tapi lambat laun serangan-serangan yang dipergunakan olehnya makin lama semakin dahsyat, jurus-jurus serangannya pun semakin aneh dan sakti, maka seluruh perhatiannya pun segera dipusatkan ke tubuh lawan, otomatis tenaga serangannya juga semakin bertambah kuat dan hebat. Sebenarnya kakek ceking itu seorang jago kawakan yang sudah pernah mengalami beratus-ratus kali pertempuran seru. Akan tetapi belum pernah dia jumpai seorang musuh tangguh yang begitu anehnya seperti Ku See-hong. Tanpa terasa hawa murninya dihimpun kembali, lalu turun tangan dengan sepenuh tenaga. Mendadak saja tenaga serangan yang terpancar keluar dari balik telapak tangannya semakin kuat. Pukulan demi pukulan yang dilancarkan ibarat bacokan kampak yang membelah bukit, desingan angin tajam semakin menderuderu. Dalam hati kecilnya dia lantas berpikir: "Entah siapakah suhu bocah ini" Mungkinkah seperti suhu kiongcu kami dan Im Yan cu yang merupakan seorang tokoh sakti dari dunia persilatan" Tapi masih ada jagoan mana lagi dalam dunia persilatan dewasa ini yang memiliki kepandaian silat jauh melebihi kiongcu kami, Han-thian It-kiam (Pedang Sakti Dari Langit) C ia Cu-kim?" 164 Sambil melayani suatu pertempuran yang seru dan gencar, tiada hentinya kakek ceking itu memutar otak untuk menduga-duga asal-usul perguruan dari Ku See-hong. Tapi mana ia sangka kalau Ku See-hong sesungguhnya adalah murid terakhir dari Bun-ji koan-su, si manusia berbakat dari dunia persilatan yang selama seratus tahun belakangan ini tiada tandingannya di kolong langit" Sudah barang tentu hubungan seperti ini tak akan diduga oleh siapapun juga, kecuali bila Ku See-hong menggunakan jurus Hoohan-seng-huan tersebut. Ku See-hong sendiripun diam-diam merasa amat terperanjat ketika dilihatnya serangan yang dilancarkan pihak lawan makin lama semakin gagah dan tenaga pukulannya makin lama semakin dahsyat, pikirnya: "Heran, kakek ceking yang sedikitpun tidak menarik ini mengapa bisa memiliki tenaga pukulan yang sedemikian dahsyat dan hebatnya?" Berpikir sampai di situ, Ku See-hong lantas mengambil keputusan untuk menghadapi dengan jurus sakti Hoo-han-seng-huan yang terdiri dari tiga gerakan itu. Di pihak lain, sementara itu si kakek ceking juga bersiap-siap menggunakan jurus serangan yang mematikan untuk membinasakan lawannya. Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Terdengar suara bentakan nyaring menggelegar memecahkan keheningan, tiba-tiba tulang belulang di sekujur badan si kakek ceking itu memperdengarkan suara gemerutuk yang memekikkan telinga. Setelah melompat ke udara mendadak tubuhnya berhenti tak bergerak, tangan kanannya secara aneh melancarkan tiga buah pukulan dahsyat ke arah Ku See-hong. Tampak serentetan cahaya berkilauan seperti sinar bintang menggulung dengan hebatnya ke arah depan. Segulung hawa 165 pukulan yang kuat, bagaikan gulungan ombak dahsyat di tengah samudra langsung meluncur ke depan.... Satu ingatan dengan cepat melintas di dalam benak Ku Seehong, itulah gerakan pertama dari jurus Hoo-han-seng-huan yang disebut Thianciu-cian-im (Langit Mendung Awan Menggulung). Pekikan nyaring yang menggetarkan angkasa tiba-tiba berkumandang dari mulut Ku See-hong, kemudian lengannya berputar secara aneh. Di antara perputaran tadi, cahaya tajam yang berkilauan segera memancar keluar dari sekujur badannya. Bagaikan sukma gentayangan saja, secara aneh Ku See-hong menerjang ke muka dan meluncur masuk ke balik gulungan angin pukulan tersebut. "Sreeett," serentetan cahaya putih secepat kilat meluncur ke depan. Menyusul kemudian, kakek ceking itu memperdengarkan pekikan ngeri yang memilukan hati menjelang saat kematiannya. Sebuah batok kepala yang sudah hancur dan penuh berlepotan darah menggelinding di atas tanah, darah segar bercucuran membasahi seluruh permukaan tanah, sungguh mengerikan sekali kematiannya. Menyaksikan akibat dari serangannya itu, untuk sesaat lamanya Ku See-hong menjadi tertegun, mimpipun dia tak menyangka kalau jurus Thian-ciucian-im (Langit Mendung Awan Menggulung) yang dipergunakannya itu memiliki daya kekuatan yang begini dahsyatnya. Im Yan cu sendiripun dibikin sampai terbelalak matanya dengan mulut melongo sampai lama sekali dia baru bisa menghembuskan napas panjang. Kekejaman dan kebrutalan Ku See-hong di dalam melancarkan serangannya menimbulkan perasaan bergidik dalam hati kecilnya, apalagi dalam satu malaman saja, ia telah membinasakan beberapa orang jago lihay kelas satu di dalam dunia persilatan. 166 Pada saat itulah, mendadak.... Dari kejauhan sana berkumandang suara pekikan panjang yang amat memekakkan telinga. Suara pekikan itu rendah tapi berat, menggetarkan perasaan Im Yan cu maupun Ku See-hong yang berada di sana. Menyusul kemudian, tampaklah sesosok bayangan manusia entah dari mana datangnya, tahu-tahu sudah berdiri lebih kurang tiga kaki di hadapan Ku See-hong tanpa menimbulkan suara barang sedikitpun juga. Orang itu mengenakan pakaian serba hitam, mukanya corengmoreng dengan beraneka warna hingga kelihatan jelek sekali. Dia berdiri kaku di situ tanpa bergerak maupun mengucapkan sepatah kata. Bukan saja dandanan orang itu tampak sangat aneh lagipula arah kedatangannya juga sukar diduga, hingga mendatangkan suatu perasaan aneh yang menyeramkan bagi siapapun yang melihatnya. Bergidik hati Im Yan cu setelah menyaksikan sorot mata orang yang amat tajam, dia tahu kepandaian silat yang dimiliki manusia aneh ini amat lihay, bahkan dia sendiripun belum mampu untuk menandinginya.... Tapi siapakah dia" Benarkah dalam dunia persilatan masih terdapat manusia aneh yang begini lihaynya" Sekali lagi Im Yan Cu mengamati paras muka manusia aneh itu dengan seksama, akhirnya dia baru tahu kalau manusia aneh itu hanya mengenakan selembar topeng kulit manusia. Tak heran kalau mukanya begitu jelek dan mengerikan. Ku See-hong sendiripun segera mempertinggi kewaspadaannya ketika melihat akan kemunculan lawan yang begitu mendadak. Perasaan halusnya telah berkata bahwa orang itu datang karena hendak mencari dirinya. Benar juga, dengan sepasang matanya yang tajam bagaikan pisau belati, manusia aneh bertopeng itu mengawasi sekejap mayat-167 mayat yang terkapar di tanah akibat termakan oleh tiga gerakan jurus Hoo-hanseng-huan dari Ku See-hong tadi, yakni: Jian-sat-kui-pok, Tu-cing-kui-pok, serta si kakek ceking. Pada mulanya sinar mata itu masih memperlihatkan keraguraguannya, tapi sejenak kemudian telah berubah dengan sinar buas yang teramat mengerikan. Diawasinya wajah Ku See-hong itu tanpa berkedip. Im Yan cu yang lebih berpengalaman segera dapat merasakan sesuatu yang tak beres pada manusia aneh itu. Ia dapat melihat betapa besarnya hasrat manusia aneh itu hendak membunuh Ku See-hong. Tanpa terasa ia lantas berpikir: "Ilmu silat yang dimiliki manusia aneh bertopeng ini bukan kepalang lihaynya, aku jelas tak sanggup untuk menandinginya. Andaikata ia benar-benar akan menyerang dengan keji terhadap Ku See-hong, kendatipun dia memiliki khikang pelindung badan yang sangat aneh, kuatirnya dia tetap tak akan tahan juga." Berpikir sampai di situ, diam-diam Im Yan cu menghimpun tenaga dalamnya untuk mempersiapkan diri. Tak terlukiskan rasa tegang yang mencekam perasaannya sekarang, dia sendiripun tidak mengerti apa sebabnya dia bisa ikut-ikutan menjadi sedemikian tegangnya. Bagaimana dengan Ku See-hong sendiri" Tentu saja diapun tidak terkecuali, malah selain rasa tegang, diapun merasakan hatinya sangat tidak tenteram. Kemunculan manusia aneh bertopeng itu seketika merubah suasana di sekitar tempat itu menjadi lebih tegang dan mengerikan, mengikuti berlalunya sang waktu, suasana yang istimewa dan serba mencekam itu kian lama terasa kian bertambah tebal.... Mendadak manusia aneh bertopeng itu tertawa dingin dengan suaranya yang menggidikkan hati, kemudian kepada Ku See-hong tegurnya dengan nada ketus: 168 "Kaukah yang membinasakan ketiga orang yang terkapar di atas tanah itu?" Yang dimaksudkan adalah ketiga orang yang tewas oleh jurus Hoo-han-seng-huan dari Ku See-hong itu. Kendatipun Ku See-hong merasakan sesuatu rasa takut yang sangat aneh di dalam hati kecilnya semenjak berjumpa dengan manusia aneh bertopeng itu, tapi keangkuhan serta kekerasan kepalanya membuat ia pantang menyerah dengan begitu saja. Dengan wajah dingin bagaikan es dia mendengus ketus, lalu jawabnya dengan sinis: "Betul, akulah yang menghantar keberangkatan mereka, mau apa kau...?" Tercekat perasaan manusia aneh bertopeng itu sehabis mendengar perkataan tersebut, diam-diam pikirnya: "Aneh, kenapa dia bisa memiliki keberanian sebesar ini?" Berpikir demikian, manusia aneh itu bertopeng itu segera mendengus dingin, lalu katanya: "Siapakah kau" Apa hubunganmu dengan Bun-ji koan-su si makhluk tua itu" Sekarang dia berada di mana?" Secara beruntun dia mengajukan tiga buah pertanyaan, yang mana membuat Ku See-hong benar-benar merasakan hatinya amat terperanjat, tapi dia pun merasa gusar sekali, sebab dia menyebut gurunya sebagai seorang makhluk tua. Ku See-hong sama sekali tidak menjawab pertanyaannya itu, malahan dengan dingin dia balik bertanya: "Lantas siapa pula kau" Buat apa kau ajukan pertanyaan tersebut kepadaku?" Sekali lagi manusia aneh bertopeng itu merasa terkesiap tapi di luaran dia tetap berkata dengan dingin: 169 "Kau tak usah mengurusi siapa aku. Sebelum ajalmu tiba nanti kau bakal mengetahui dengan sendirinya." "Kalau begitu pertanyaan-pertanyaan yang kau ajukan pun jangan harap bisa memperoleh jawaban yang sebenarnya dari diriku." Manusia aneh bertopeng itu segera tertawa seram: "Heeehh... heeehh... heeehh... buat apa mesti menunggu jawabanmu lagi?" ejeknya, "Dari mimik wajahmu ketika berkata tadi, aku telah memperoleh jawaban yang sesungguhnya." Mendengar perkataan itu, diam-diam Ku See-hong berpikir lagi: "Orang ini betul-betul jahat dan busuk, tapi siapakah orang ini?" Sementara itu, manusia aneh bertopeng itu sudah berkata lagi dengan suara yang menyeramkan: "Heeehh... heeehh... heeehh... Kan-kun Mi-siu khikang, ilmu gerakan tubuh Mi-khi-biau-tiong-sin-hoat, tiga gerakan jurus Hoo-han-seng-huan, rupanya sudah kau pelajari semuanya?" Mendengar ucapan ini, Ku See-hong merasakan hatinya semakin terkesiap, "Mungkinkah aku telah bertemu dengan setan?" Demikian ia membatin, "Kalau tidak apa sebabnya ia bisa mengetahui seluruh kepandaian rahasia perguruanku?" Im Yan cu juga tampak tercengang bercampur kaget setelah mendengar perkataan itu. Dari penuturan suhunya ia pernah mendengar tentang ketiga macam kepandaian sakti andalan Bun-ji koan-su tersebut. Mungkinkah Ku See-hong adalah muridnya" Dan mungkinkah ketiga macam ilmu silat maha sakti tersebut telah berhasil dipelajarinya" Satu ingatan dengan cepat melintas pula di dalam benak Ku Seehong, ia jadi teringat kembali dengan pesan dari Bun-ji koan-su: "Ilmu Khi-kang Kan-kun-mi-siu-kang-khi adalah ilmu sakti yang paling top dalam kepandaian silat, jika kepandaian sakti ini sampai 170 diketahui oleh umat persilatan maka kehidupanmu di dunia ini akan berubah menjadi sangat berbahaya, ingat... ingat...!" Teringat akan hal itu, Ku See-hong segera berlagak pilon, bagaikan tidak memahami perkataan orang, dia lantas berseru: "Hei, apa yang kau katakan" A ku sama sekali tidak mengerti!" Manusia aneh bertopeng itu terkekeh-kekeh menyeramkan, katanya: "Heeehh... heeehh... heeehh... tidak kusangka kalau kau pun seorang manusia licik yang pandai berlagak pilon, kalau begitu akan kuhantar keberangkatanmu malam ini juga!" Baru selesai dia berkata, Im Yan cu telah menerjang maju dengan gerakan lincah, sambil tertawa dingin segera tegurnya: "Hei, kau ingin menjadi seorang nelayan beruntung yang tinggal memungut hasil" Hmm, tidak akan segampang itu, dia adalah musuh besarku, malam ini aku hendak mencincangnya sendiri menjadi berkeping-keping, aku tidak memperkenankan siapapun untuk mencampuri urusan ini." Setelah menyaksikan gerakan tubuh dari Im Yan cu tadi, manusia aneh bertopeng itu tertawa dingin, kemudian setelah mendengus tegurnya: "Siapakah kau" Berani benar berbicara besar di hadapanku, hmmm... nanti, kau boleh sekalian turut berangkat bersamanya!" Im Yan cu tertawa terkekeh-kekeh dengan merdunya. Suara tertawanya indah dan lembut bagaikan kicauan burung nuri, suaranya penuh mengandung daya pikat yang membetot sukma. Agak tertegun manusia aneh bertopeng tersebut oleh gelak tertawa orang, dengan cepat dia berpikir: "Heran, kenapa bocah perempuan ini bisa demikian miripnya dengan sumoayku" Di tengah kemerduan suara tertawanya, terdapat semacam daya pikat yang sanggup menggetarkan sukma orang?" 171 Sementara itu, perasaan Ku See-hong lambat laun telah menjadi tenang kembali. Dia hendak membiarkan kedua orang itu bertarung sendiri lebih dulu, kemudian secara diam-diam ia baru akan ngeloyor pergi meninggalkan tempat itu. -oo0dw0oo- Jilid: 6 Im Yan cu telah berhenti tertawa. Dengan muka yang dingin kaku tanpa emosi katanya ketus: "Nonamu bernama Im Yan cu, mau apa kau?" Ucapan si manusia aneh bertopeng pun berubah menjadi jauh lebih halus dan lembut, dia lantas bertanya: "Tolong tanya nona, siapa nama gurumu" Buat apa musti saling berbentrok dengan kekerasan?" "Hmmm. Kau masih belum berhak untuk menanyakan soal guruku, bila punya kepandaian silahkan saja turun tangan, selama hidup guruku cuma mempunyai seorang saudara seperguruan dan seorang musuh besar, dengan semua jago persilatan di dunia ini beliau tak ada sangkut pautnya, mengerti...?" Ku See-hong yang mendengar perkataan itu juga merasa keheranan, diam-diam ia lantas berpikir: "Heran, kenapa tabiat gurunya juga begitu aneh dan kukoay-nya" Dalam dunia seluas ini cuma dua orang saja yang dikenalnya, mungkin musuh besar yang dia maksudkan tadi adalah guruku Bun-ji koan-su...." Manusia aneh bertopeng sendiripun tak berhasil menebak asalusul perguruan Im Yan cu meski dia cerdik dan luas pengetahuannya, maka sambil tertawa dingin dengan suara menyeramkan katanya: 172 "Baik. Kalau begitu, jangan salahkan jika aku turun tangan keji kepadamu...." "Tak usah sok dulu," ejek Im Yan cu sambil tertawa merdu, "Siapa tahu kalau kekejian nonamu berpuluh-puluh kali lipat lebih hebat daripada dirimu?" Di tengah pembicaraan tersebut, telapak tangan kanannya segera diayunkan ke depan, "Weeess..." segulung angin pukulan tak berwujud yang lembut langsung meluncur ke depan dan menghantam jalan darah penting di dada manusia aneh tadi. Semenjak tadi Im Yan cu sudah tahu kalau manusia aneh bertopeng itu memiliki ilmu silat yang amat lihay, maka begitu turun tangan dia lantas mempergunakan jurus sakti yang ganas dan mematikan. Manusia aneh bertopeng itu memang seorang jagoan, yang pandai melihat serangan orang, mendadak dia membalikkan tubuhnya dan melayang mundur sejauh beberapa langkah dari tempat semula, tangan kirinya kemudian menyambar ke muka dan secepat kilat mencengkeram bahu Im yan cu. Dengan cekatan Im Yan cu mengigos ke samping, lalu sambil membalikkan tangannya melancarkan serangan dengan jurus Huitim cing-tam (Membersihkan Debu Berbicara Santai) dia balas Dendam Sejagad Legenda Kematian Shi Hun Yin Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo mencengkeram nadi penting di atas tangan kiri manusia aneh tersebut. Sungguh cepat gerak serangan dari manusia aneh bertopeng itu. Perubahan yang dilakukan juga amat aneh dan sakti, baru saja kebasan tangan Im yan cu menyambar ke depan, ia telah merubah serangan cengkeramannya menjadi babatan. Pergelangan tangannya sgera direndahkan ke bawah, setelah melepaskan diri dari sambaran tangan Im yan cu, jari tangannya setegang tombak langsung menjojoh jalan darah Ciang-keng-hiat di atas bahu Im yan cu. Jurus serangan ini lihay sekali, belum lagi ujung jarinya mengenai di sasaran, segulung desingan angin tajam telah meluncur datang dengan kecepatan luar biasa. 173 Sekalipun Im Yan cu berilmu silat sangat tinggi, diapun tak berani bertindak gegabah, cepat badannya miring ke belakang lalu dengan enteng melesat mundur sejauh beberapa kaki. Manusia aneh bertopeng itu tertawa seram, dengan sorot mata setajam sembilu dia tatap sekejap wajah Ku See-hong, kemudian dengan gerakan tubuh yang cepat seperti sambaran petir ia menerjang maju ke muka. Ku See-hong amat terkesiap, segenap tenaga dalam yang dimilikinya segera dihimpun menjadi satu, secepat kilat sebuah pukulan dilontarkan ke muka. Di tengah desingan angin pukulan yang memekikkan telinga, bagaikan gunung yang ambrol, gulungan tenaga pukulan yang maha dashyat dengan cepat meluncur ke depan. Sekali lagi manusia aneh berkerudung itu memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang menggetarkan sukma, sepasang ujung bajunya dikebaskan ke muka bersamaan dengan gerak maju tubuhnya. Seketika itu juga, segenap tenaga pukulan yang dilancarkan Ku See-hong dengan sepenuh tenaga itu seakan-akan terjerumus ke dalam bungkusan selapis hawa pukulan yang lembut dan empuk, kemudian dalam waktu singkat lenyap tak berbekas. Im Yan cu segera membentak keras ketika menyaksikan manusia aneh bertopeng itu menerjang ke arah Ku See-hong, sepasang telapak tangannya diayunkan ke depan, segulung tenaga pukulan yang amat berat dengan cepat mengancam jalan darah penting di belakang punggung manusia aneh itu.... Sambil tertawa seram, telapak tangan kiri manusia aneh bertopeng itu tiba-tiba ditarik ke belakang, kemudian tubuhnya berputar satu lingkaran dengan suatu gerakan aneh, setelah itu telapak tangan kanannya mendadak dimuntahkan keluar. Segulung desingan angin tajam secepat kilat menggulung ke tubuh Ku Seehong dengan hebatnya. 174 Tenaga pukulan yang dilontarkan itu bagaikan gulungan ombak dahsyat di tengah samudara yang berlapis-lapis, seolah-olah menggulung tiada habisnya dan tiada hentinya. Mencorong sinar buas dari balik mata Ku See-hong, sekali lagi dia melontarkan sepasang telapak tangannya ke depan, gulungan angin yang maha dashyat bagaikan gulungan ombak di tengah samudra dengan cepatnya meluncur ke muka. "Blaaamm..." satu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga menggelegar memecahkan kehengingan, ketika dua gulung angin pukulan itu saling bertumbukan antara yang satu dengan yang lainnya, terjadilah putaran angin berpusing yang kencang.... Dalam desingan angin yang tajam inilah dengan sempoyongan Ku See-hong mundur sejauh enam tujuh langkah ke belakang. Noda darah pelan-pelan meleleh keluar daru ujung bibirnya, rambut yang panjang menjadi kacau balau tak karuan, mukanya pucat mengenaskan, ditambah pula bajunya yang terkoayk-koayk dan bernoada darah, membuat keadaannya benar-benar mengerikan. Tiba-tiba.... "Blaaam!" suatu benturan keras yang memekikkan telinga kembali menggema di udara.... Ku See-hong mendengus tertahan, tubuhnya tahu-tahu mencelat sejauh tiga kaki ke udara dan "Plaaak!" roboh terkapar di atas tanah. Im Yan cu menjerit kaget, kemudian teriaknya dengan penuh kemarahan: "Makhluk aneh, kau berani bertindak keji dengan pergunakan ilmu To-im-ciat-yang (Memancing Hawa Im, Menyambut Hawa Yang) untuk mencelakai dirinya!" Di tengah teriakan tersebut, telapak tangan Im Yan cu segera direntahkan sambil mengembangkan serangakaian seranganserangan gencar yang dahsyat dan mengerikan. Manusia aneh bertopeng itu tertawa terkekeh-kekeh dengan licik dan seram. 175 "Heeehh... heeehh... heeehh... Nona Im," demikian ia berkata, "Bukankah barusan kau berkata hendak membunuhnya dengan tanganmu sendiri..." Sekarang aku telah pergunakan ilmu To-imciat-yang untuk meneruskan tenaga pukulanmu untuk membunuhnya, bukankah tindakanku ini amat indah dan menguntungkan dirimu" Kenapa kau malah menjadi marah-marah besar?" Ternyata di kala Im Yan cu melancarkan sebuah pukulan dahsyat untuk menyerang manusia aneh bertopeng tadi, tangan kirinya telah mengeluarkan ilmu sakti To-im ciat-yang uantuk menyalurkan tenaga serangan dari gadis itu untuk balik menyergap diri Ku See-hong. Padahal di kala Ku See-hong dan manusia aneh berkerudung itu beradu tenaga tadi, isi perutnya sudah mengalami goncangan keras sehingga darah segar muntah keluar dari mulutnya, apalagi setelah termakan oleh serangan dahsyat yang dilancarkan Im Yan cu, kontan saja pemuda tersebut tak kuat menahan diri. Pandangan matanya menjadi gelap, benaknya menjadi kosong melompong dan akhirnya robohlah dia tidak sadarkan diri. Im Yan cu amat menguatirkan keselamatan jiwa Ku See-hong, maka di dalam melancarkan serangan-serangannya sekarang, hampir semuanya digunakan jurus-jurus tangguh yang mengerikan. Tapi manusia aneh bertopeng itu memang lihay sekali, bagaimanapun dahsyatnya serangan yang dilancarkan pihak lawan, manusia aneh itu masih bisa menghindarkan diri dengan enteng dan santai. Im Yan cu mengerutkan dahinya rapat-rapat, paras mukanya berubah menjadi amat menyeramkan, sambil membentak nyaring dengan kesepuluh jari dipentangkan dia lepaskan sepuluh gulung desingan angin tajam yang menderu-deru. Sungguh dahsyat ancaman tersebut, dalam waktu singkat dua belas buah jalan darah penting di tubuh bagian atas manusia aneh 176 tersebut sudah terjebak di tengah gulungan angin serangan si nona yang teramat hebat itu.... Tiba-tiba mencorong sinar mata tajam yang menggidikkan hati dari balik mata manusia aneh bertopeng itu, ujung bajunya segera dikebaskan ke muka melancarkan serangkaian angin pukulan tajam untuk menolak datangnya ancaman kesepuluh jalur desingan angin serangan dari Im Yan cu. "Blaaamm! Blaaamm! Blaaamm...!" serentetan bunyi ledakan yang keras bergema memenuhi angkasa, dalam sekejap mata tenaga serangan kedua belah pihak sama-sama sudah lenyap tak berbekas. Im Yan cu membentak keras, telapak tangan kanannya segera dibabat ke depan, sedangkan telapak tangan kirinya dengan membawa desingan angin tajam langsung menghantam dada manusia aneh bertopeng itu. Si manusia aneh bertopeng itu merupakan seorang jago lihay yang jarang dijumpai dalam dunia persilatan, setelah didesak berulang kali oleh serangan Im Yan cu yang makin dahsyat, akhirnya sifat buas dan bengisnya segera timbul kembali. Sambil tertawa dingin sepasang lengannya diputar membentak satu lingkaran lalu dengan gerakan membacok dan menangkis sepasang kakinya berbareng melayang ke depan menendang tubuh bagian bawah dari Im Yan cu. Merah padam selembar wajah Im Yan cu karena jengah, dalam gusarnya mendesis muak kemudian tubuhnya berkelebat ke samping menghindarkan diri dari tendangan berantai tersebut. Kemudian telapak tangan kanannya tiba-tiba membalik ke atas, dari serangan pukulan segera dirubahnya menjadi serangan mencengkeram, dengan cepat ia cengkeram urat nadi penting di tubuh lawan, sementara kelima jari tangan kirinya menyentil ke muka dan menotok jalan darah Seng-hiat, Wi-ciat dan Hu-tu-hiat, tiga buah jalan darah penting di tubuh manusia aneh itu. 177 Sejak melancarkan serangan, berubah jurus sampai meneter lawannya, boleh dibilang Im Yan cu melakukan kesemuanya itu dengan cepat serta kelihayan yang mengerikan. Manusia aneh bertopeng itu segera tertawa dingin, sambil miringkan badan dan berputar kencang, sepasang telapak tangannya diputar melancarkan gulungan angin pukulan yang segera memunahkan ancaman lawan yang datang secara bertubitubi itu. Kedua gulung ujung bajunya yang lebar bagaikan dua ekor ular yang lincah sambil membalik dan menggulung dengan cepat dan tajam membelenggu sepasang nadi penting di atas pergelangan tangan Im Yan cu. Mendadak tubuh Im Yan-cu berputar kencang secara aneh, sakti dan dahsyat, ibaratnya gulungan ombak di tengah samudra. Di tengah putaran tubuh yang aneh dan kencang itulah, aliran hawa sakti yang bergulung-gulung aneh memancar ke tubuh manusia aneh bertopeng itu dengan tiada hentinya. Mendadak.... Im Yan cu membentak keras, tubuhnya tiba-tiba melayang dan menerjang maju ke muka, telapak tangan, jari tangan serta kakinya melancarkan jurus-jurus sakti secara berbarengan. Dengan begitu dahsyatnya semua ancaman tersebut ditujukan ke tubuh manusia aneh bertopeng itu. Demikianlah, jika dua orang tokoh sakti dari dunia persilatan terlibat dalam suatu pertempuran sengit, maka akibatnya terjadilah suatu pertempuran maha seru yang melibatkan segenap kepandaian sakti yang mereka miliki.... Tampak bayangan manusia beterbangan kian kemari, angin pukulan menderu-deru bagaikan angin puyuh, bukan saja membuat pasir dan batu kerikil beterbangan di angkasa, daun dan ranting pun ikut berguguran ke atas tanah.... 178 Tenaga dalam yang dimiliki manusia aneh bertopeng itu memang benar-benar sangat lihay, bukan cuma jurus serangannya yang aneh dan sakti, perubahannya begitu banyak sehingga membuat orang susah untuk menanggulanginya. Lapisan demi lapisan angin pukulan yang bersusun seperti bukit, bagaikan hujan badai yang disertai angin kencang menyapu arena sedemikian hebat dan mengerikannya suasana waktu itu, hingga cukup membetot sukma. Im Yan cu tidak gentar barang sedikitpun juga, dengan lincah dan gesit tubuhnya melompat kian kemari meloloskan diri dari ancaman, kemudian tak kalah hebatnya dia lepaskan pula serangan-serangan dahsyat yang semuanya mempergunakan jurus-jurus sakti yang jarang dijumpai dalam dunia persilatan. Dengan kekuatan yang hampir seimbang ini, maka meski pertempuran sudah berlangsung empat lima ratus jurus, keadaan tetap seri, sedang di hati masing-masing pun saling mengagumi Pendekar Penyebar Maut 31 Siluman Ular Putih 05 Istana Ular Emas Imbauan Pendekar 5