Kasus Terakhir Miss Marple 2
Kasus Terakhir Miss Marple Miss Marples Final Cases Karya Agatha Christie Bagian 2 "Oh ya" Apa?" "Murgatroyd sudah kuurus. Dia punya anak laki-laki di Amerika. Nah, kuatur supaya dia pergi ke sana menyertai anaknya itu. Aku yang akan membayar biaya perjalanannya." "Oh, Harry, bagus sekali. Kurasa dengan begitu aku akan bisa menyukai Kingsdean." "Jadi suka" Padahal ini adalah tempat terindah di seluruh dunia!" - Louise agak bergidik. Tak semudah itu ia menghilangkan rasa takutnya yang bagaikan takhayul itu. Kaum wanita St. Mary Mead sebenarnya akan senang sekali kalau bisa memberikan informasi tentang masa lalu Harry pada Louise, namun Harry Laxton sudah lebih dulu mengambil tindakan. Pada suatu hari Miss Harmon dan Clarice Vane 93 berada di toko Mr. Edge. Yang seorang membeli kapur barus, dan yang seorang lagi membeli sebungkus obat antihairia. Tiba-tiba Harry Laxton dan istrinya masuk. Setelah menyapa kedua wanita itu, Harry berbalik ke meja pelayanan dan baru akan menanyakan sikat gigi, tapi kata-katanya terhenti dan ia berseru dengan gembira, "Wah, wah, ini kejutan! Pasti Belia, ya?" Mrs. Edge, yang bergegas keluar dari belakang untuk membantu kesibukan di toko, membalas sapaannya dengan tersenyum ceria, memperlihatkan giginya yang besarbesar dan putih. Dulu ia seorang gadis berambut hitam yang cantik, dan sampai sekarang pun masih cantik, meskipun dia sudah ngak gemuk dan garis-garis wajahnya mulai kasar. Tapi mata cokelatnya yang besar tampak penuh kehangatan waktu ia menjawab, "Memang Belia, Mr. Harry, senang bertemu Anda setelah sekian lama." Harry menoleh pada istrinya. "Belia ini bekas pacarku, Louise," katanya. "Aku tergila-gila padanya waktu itu, bukan begitu, Belia?" "Ah, kau," kata Mrs. Edge. Louise tertawa. Katanya, "Suami saya senang sekali bertemu dengan teman-teman lamanya lagi." "Oh," kata Mrs. Edge, "kami tak lupa padamu, Harry. Rasanya seperti dongeng saja, kau menikah dan membangun kembali Kingsdean House yang sudah bobrok itu." "Kau kelihatan sehat dan makin cantik saja," 94 kata Harry. Mrs. Edge tertawa dan berkata bahwa ia tak kurang suatu apa, lalu menanyakan bagaimana dengan sikat gigi itu. Clarice melihat wajah Miss Harmon yang terkejut, dan berpikir, Hebat, Harry. Kau telah menggagalkan rencana mereka. Dokter Haydock tiba-tiba berkata pada keponakannya, "Aku mendengar omong kosong tentang si tua Mrs. Murgatroyd yang suka berkeliaran di Kingsdean, dan mengacung-acungkan tinjunya sambil mengutuk penghuni baru itu." "Itu bukan omong kosong. Itu memang benar. Itu sangat menyusahkan Louise." "Katakan padanya supaya dia jangan kuatir. Waktu suami-istri Murgatroyd itu masih menjadi penjaga rumah di sana, tak henti-hentinya mereka menggerutu tentang rumah itu. Mereka tetap tinggal di situ karena Murgatroyd itu peminum dan tak bisa mendapatkan pekerjaan lain." "Akan saya katakan," kata Clarice ragu, "tapi saya rasa dia tidak akan percaya. Soalnya perempuan tua itu berteriak-teriak dengan marah sekali." "Aku tak mengerti. Waktu Harry masih kecil, mereka sayang sekali padanya." "Yah...," kata Clarice, "sebentar lagi mereka tidak akari diganggu lagi. Harry telah membiayai perjalanannya ke Amerika." Tiga hari kemudian, Louise terlempar dari kuda dan tewas. Dua orang laki-laki yang sedang berada di mobil 95 tukang roti menyaksikan kecelakaan itu Mereka melihat Lousie berkuda keluar dari pintu pagar, kudanya melihat perempuan tua itu melompat dan berdiri di jalan sambil mengayun-ayunkan tangan dan berteriak. Mereka melihat kuda itu terkejut, mengelak, lalu melesat membabi buta, hingga Louise terlempar melewati kepalanya. Salah seorang di antaranya berdiri memandangi wanita yang pingsan itu, tanpa tahu apa yang harus dilakukannya, sedangkan yang seorang lagi berlari cepat ke rumah untuk meminta bantuan. Harry Laxton datang berlari-lari dengan wajah pucat. Mereka melepaskan pintu mobil tukang roti itu untuk mengangkat Louise ke rumah. Louise meninggal tanpa sempat siuman dan sebelum dokter tiba. (Demikianlah akhir naskah Dokter Haydock) Waktu Dokter Haydock tiba keesokan paginya, ia gembira melihat wajah Miss Marple sudah bersemu dadu dan sikapnya sudah jauh lebih-ceria. "Nah," katanya, "bagaimana keputusannya?" "Apa masalahnya, Dokter Haydock?" balas Miss Marple. "Ah, apakah masih harus saya katakan?" "Apakah mengenai kelakuan aneh istri penjaga rumah itu?" kata Miss Marple. "Mengapa dia berkelakuan begitu aneh" Orang memang keberatan kalau diusir dari rumahnya. Tapi itu bukan rumah mereka. Dan dia bahkan dulu suka mengeluh dan menggerutu, waktu masih tinggal di situ. Ya, kelihatannya memang ada yang tidak beres. Apa yang terjadi atas dirinya, ya?" "Dia sudah lari - ke Liverpool. Kecelakaan itu membuatnya ketakutan. Kurasa dia sekarang sedang menunggu kapal." "Semuanya itu sangat menguntungkan bagi seseorang," kata Miss Marple. "Ya, saya rasa masalah kelakuan penjaga rumah itu bisa diselesaikan dengan mudah. Penyuapan, kan?" "Itukah penyelesaian Anda?" "Yah, bila apa yang dilakukannya itu tidak wajar, berarti dia main sandiwara, dan itu berarti ada orang yang membayarnya untuk berbuat begitu." "Dan Anda tahu siapa orang itu?" "Ya, saya rasa begitulah. Lagi-lagi soal uang. Dan saya selalu melihat bahwa laki-laki cenderung mengagumi tipe yang sama." "Saya jadi tak mengerti." "Ah, semuanya berkaitan. Harry Laxton mengagumi Bella Edge, wanita berambut hitam yang bersemangat. Demikian pula keponakan Anda, Clarice. Sedangkan istrinya yang malang, lain sekali tipenya berambut pirang dan sangat bergantung?pada orang lain sama sekali bukan tipe yang disukainya. Jadi, Harry menikahinya ?pasti karena uangnya. Dan membunuhnya karena uangnya pula!" "Anda menggunakan kata 'membunuh'?" "Yah, kedengarannya Harry memang tipe seperti itu. Mudah menarik perhatian wanita dan suka sekali menuruti hasratnya yang jahat. Saya rasa 97 96 dia ingin tetap memiliki uang istrinya dan menikahi keponakan Anda. Dia memang kelihatan berbicara dengan Mrs. Edge, tapi saya rasa dia sudah tidak tertarik lagi padanya. Namun kelihatannya wanita malang itu menduga laki-laki itu masih tertarik padanya, dan dia segera bertekuk lutut." "Menurut Anda, bagaimana sebenarnya dia mem-. bunuh istrinya?" Miss Marple menatap ke depan dengan mata birunya yang menerawang selama beberapa menit. "Waktunya sudah direncanakan dengan baik, hingga mobil tukang roti itu ada di situ. Mereka memang melihat perempuan tua itu, dan mereka tentu mengaitkan ketakutan kuda itu dengannya. Tapi saya pikir itu disebabkan oleh sebuah senapan angin atau ketapel. Ya, tepat pada saat kuda itu melewati pintu gerbang. Tentu saja si kuda berlari melesat, dan Mrs. Laxton terlempar." Ia berhenti dan mengerutkan alisnya. "Wanita itu memang mungkin tewas karena jatuh. Tapi suaminya tidak yakin. Dia jenis orang yang selalu menyiapkan rencananya dengan cermat dan tak mau bergantung pada kesempatan. Apalagi Mrs. Edge bisa saja menjual sesuatu padanya tanpa diketahui suaminya. Kalau bukan begitu, untuk apa Harry bermanis-manis dengannya" Ya, saya rasa dia telah menyiapkan suatu obat keras, yang bisa diberikan pada wanita itu sebelum Anda tiba. Soalnya, bila seorang wanita terlempar dari kudanya dan menderita cedera berat, lalu meninggal tanpa pernah siuman, yah... biasanya dokter tidak 98 akan curiga, kan" Dia akan menduga bahwa itu disebabkan oleh shock atau yang lain." Dokter Haydock mengangguk. "Mengapa Anda curiga?" "Itu bukan karena saya pintar," kata Dokter Haydock. "Itu merupakan kenyataan biasa yang sudah kita kenal. Seorang pembunuh yang begitu senang dengan kecerdikannya jadi tidak berhati-hati. Saya baru saja mengucapkan kata-kata hiburan pada suami yang kehilangan itu, dan memang juga merasa kasihan padanya. Lalu dia mengempaskan dirinya ke sofa untuk bersandiwara, dan sebuah alat suntik jatuh dari sakunya. "Dia cepat-cepat memungutnya dan kelihatan ketakutan sekali, hingga saya jadi berpikir. Harry Laxton bukan pemakai obat-obat terlarang; kesehatannya prima. Jadi, untuk apa dia memiliki alat suntik" Waktu melakukan otopsi, secara khusus saya teliti kalau-kalau ada kandungan sebangsa racun pembunuh yang bernama strophanthin. Sisanya mudah saja. Laxton juga memiliki strophanthin, dan waktu Belia ditanyai oleh polisi, dia mengakui bahwa dialah yang menjualnya pada Harry. Dan akhirnya si tua Mrs. Murgantroyd mengakui pula bahwa Harry Laxton-lah yang mengatur supaya dia bersandiwara dengan ancaman kutukan itu." "Lalu bisakah keponakan Anda melupakan peristiwa itu?" "Bisa. Dia memang tertarik pada laki-laki itu, tapi belum sampai terlalu jauh." 99 Sang dokter mengambil naskahnya. "Nilai tertinggi untuk Anda, Miss Marple, dan nilai tertinggi pula untuk resep saya yang tepat. Anda boleh dikatakan sudah pulih kembali." 100 Kasus Pelayan yang Sempurna t$ "Maafkan saya, Madam, bolehkah saya berbicara dengan Anda sebentar?" Permintaan itu bisa dianggap tidak masuk akal, karena Edna, pelayan kecil Miss Marple-lah yang berbicara dengan majikannya pada saat itu. Tapi, karena tahu bahwa tentu ada sesuatu yang sangat penting, maka Miss Marple langsung berkata, "Tentu, Edna, masuklah dan tutup pintunya. Ada apa?" Setelah dengan patuh menutup pintu, Edna masuk ke kamar sambil melipit-lipit sudut celemeknya dan menelan beberapa kali. "Ya, Edna?" tanya Miss Marple membesarkan hati. "Maaf, Ma'am, ini mengenai sepupu saya, Gladdie." "Astaga," kata Miss Marple. Pikirannya langsung membayangkan yang terburuk bahwa Gladys mungkin hamil. "Dia mengalami... kesulitan?"?Edna cepat-cepat menenangkannya "Oh, tidak, Ma'am, bukan begitu. Gladdie bukan gadis yang 101 begitu. Tapi dia sedang susah. Soalnya dia kehilangan pekerjaannya." "Wah, kasihan sekali. Dia bekerja di Old Hall, kan, untuk Miss Skinner atau Miss Skinner Bersaudara?" "Benar, Ma'am. Dan Gladdie sedih sekali susah sekali." ?"Bukankah dia memang sudah sering berpindah-pindah tempat bekerja?" "Memang, ,dia memang suka berpindah-pindah tempat bekerja. Agaknya dia tak pernah merasa tenang di suatu tempat. Tapi selama ini selalu dia yang minta berhenti!" "Dan kali ini keadaannya terbalik?" tanya Miss Marple datar. "Benar, Ma'am, dan Gladdie susah sekali." Miss Marple melihat dengan agak terkejut. Ingatannya mengenai Gladys> yang sekali-sekali datang untuk minum teh di dapur pada hari liburnya, adalah bahwa gadis itu tinggi besar, suka cekikikan, dan bertemperamen tinggi. Edna berkata lagi, "Soalnya, Ma'am, cara kejadiannya itu cara pandangan Miss ?Skinner." "Bagaimana cara Miss Skinner memandang"' tanya Miss Marple dengan sabar. Kini Edna sudah bisa menyampaikan beritanya dengan lancar. "Wah, Gladdie terkejut sekali, soalnya Miss Emily kehilangan salah satu brosnya. Dia ribut sekali. Tentu saja tak ada seorang pun yang suka keadaan seperti itu. Itu tentu menyusahkan sekali, 102 bukan, Ma'am" Gladdie membantu mencarinya ke mana-mana. Lalu Miss Lavinia mengatakan dia akan melaporkannya pada polisi, tapi barang itu ditemukan, terselip di bagian belakang sebuah laci meja rias. Gladdie senang sekali. "Keesokan harinya sebuah piring pecah, dan Miss Lavinia marah sekali, lalu menyuruh Gladdie berhenti mulai bulan berikutnya. Gladdie merasa itu tak mungkin disebabkan oleh piring yang pecah itu. Itu hanya dijadikan alasan. Gara-garanya pasti bros itu. Mereka tentu mengira Gladdie yang telah mengambilnya dan mengembalikannya setelah mereka menyebut-nyebut polisi. Padahal Gladdie tak mungkin melakukan hal semacam itu, tidak akan pernah. Dia ingin membantah nal itu, karena itu merupakan hal penting bagi seorang gadis, bukan, Ma'am?" Miss Marple mengangguk. Meskipun kurang menyukai Gladys yang banyak ulah dan selalu merasa dirinya hebat, Miss Marple yakin bahwa gadis itu pada dasarnya jujur, dan ia mengerti benar mengapa gadis itu jadi begitu susah. Dengan murung Edna berkata, "Saya rasa tak ada yang bisa Anda lakukan, bukan" Tapi seperti biasa, Gladdie itu suka memaksa." "Katakan padanya supaya jangan bodoh," kata Miss Marple dengan tegas. "Kalau dia memang tidak mengambil bros itu aku percaya dia memang tidak mengambilnya maka? ?dia tak perlu susah." "Akan saya sampaikan," kata Edna murung. "Aku... eh...," kata Miss Marple, "kebetulan 103 akan pergi ke arah itu petang ini. Aku akan berbicara dengan Miss Skinner bersaudara itu." "Oh, terima kasih, Ma'am," kata Edna. Old Hall adalah sebuah rumah besar bergaya Victoria, yang dikelilingi oleh hutan dan areal taman. Karena rumah itu terbukti tak laku disewakan dan dijual, maka seorang spekulator bangunan membagi rumah itu menjadi empat buah flat dengan sistem air panas sentral; tanah di sekelilingnya boleh digunakan bersama oleh para penyewa. Eksperimen itu terbukti memuaskan. Seorang wanita tua yang kaya dan nyentrik menempati satu flat. ^Wanita tua itu suka sekali burung, dan setiap kali mengumpulkan hewan-hewan bersayap itu untuk diberi makan. Seorang pensiunan hakim India menyewa flat kedua. Sepasang suami-istri muda yang baru menikah, menempati flat ketiga, dan flat keempat baru disewa dua bulan yang lalu oleh dua orang wanita lajang bernama Skinner. Hubungan penyewa keempat flat itu tidak akrab, karena masing-masing tak punya persamaan. Kata orang, pemilik bangunan itu senang akan keadaan tersebut. Yang ditakutinya adalah kalau terjalin persahabatan yang disusul oleh perpecahan, dan kemifSian pengaduan terhadapnya. Miss Marple kenal pada semua penyewa itu, meskipun tidak kenal baik benar. Yang lebih tua dari Miss Skinner Bersaudara, Miss Lavinia, boleh dikatakan yang lebih rajin di antara mereka berdua. Miss Emily, yang lebih muda, menghabiskan se-104 bagian besar waktunya di tempat tidur, menderita keluhan-keluhan yang, menurut pendapat orang-orang St. Mary Mead, sebagian besar hanya bayangannya saja. Hanya Miss Lavinia yang sungguh-sungguh percaya akan penderitaan adiknya, dan ia sabar menanggungnya. Dengan rela ia mau disuruh-suruh pergi ke mana saja di desa, untuk membeli barang-barang yang "tiba-tiba diinginkan" oleh adiknya. Menurut penduduk St. Mary Mead, sekiranya Miss Emily memang menderita setengahnya saja dari apa yang dikatakannya, ia pasti sudah lama meminta Dokter Haydock datang. Tapi bila hal itu dianjurkan padanya, Miss Emily langsung memejamkan matanya dan bergumam bahwa sakitnya tidak sesederhana itu, dan para spesialis di London pun merasa bingung. Dikatakannya pula bahwa ada seorang dokter baru yang hebat, yang telah menanganinya dengan cara baru yang revolusioner, -dan ia berharap kesehatannya akan membaik dengan pengobatan itu. Tak seorang pun dokter umum biasa yang bisa mengerti penyakitnya. "Dan kupikir," kata Miss Hartnell yang banyak bicara, "dia cukup cerdik untuk tidak memeriksakan dirinya pada Dokter Haydock. Karena Dokter Haydock yang baik dan suka berterus terang itu pasti akan berkata bahwa dia tidak apa-apa, lalu dia akan disuruh bangun dan tidak meributkannya! Itu baru baik baginya!" Namun karena tak pernah mendapatkan penanganan semacam itu, Miss Emily tetap saja ber - 105 baring di sofa-sofa, dikelilingi oleh botol-botol pil yang aneh. Ia menolak hampir semua makanan yang dimasakkan untuknya dan meminta yang lain, yang biasanya sulit dan tak mudah didapatkan. Yang membukakan pintu untuk Miss Marple adalah "Gladdie" yang kelihatan sangat tertekan. Tak per-i nah Miss Marple mengira bahwa ia bisa kelihatan begitu. Di ruang duduk (suatu bagian dari bekas ruang tamu utama yang telah dibagi menjadi ruang makan, ruang tamu utama, kamar mandi, dan lemari pelayan), Miss Lavinia bangkit menyambut Miss Marple. Lavinia Skinner adalah seorang wanita bertubuh tinggi, kurus, dan bertulang. Ia berumur lima puluh tahun. Suaranya serak dan sikapnya tegas. "Senang bertemu dengan Anda," katanya. "Emily sedang berbaring. Hari ini dia merasa tidak sehat. Kasihan dia. Sebenarnya saya ingin dia bangun dan bertemu dengan Anda, supaya dia agak ceria. Tapi kadang-kadang dia tak ingin bertemu Kasus Terakhir Miss Marple Miss Marples Final Cases Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dengan siapa-siapa. Kasihan dia, dia sabar sekali." Miss Marple menanggapi dengan sopan. Pelayan merupakan bahan percakapan utama di St. Mary Mead, maka tidaklah sulit untuk mengarahkan percakapan ke topik itu. Kata Miss Marple, ia mendengar bahwa gadis manis bernama Gladys Holmes itu akan berhenti. Miss Lavinia mengangguk. "Hari Rabu minggu yang akan datang. Dia sering memecahkan barang-barang. Saya tak suka." ?Miss Marple mendesah dan berkata bahwa sekarang ini kita harus banyak menyesuaikan diri dengan keadaan. Sulit sekali untuk mendapatkan pelayan-pelayan yang mau bekerja di desa. Apakah Miss Skinner merasa sudah tepat memecat Gladys" "Saya tahu, memang sulit mendapatkan pelayan," kata Miss Lavinia. "Keluarga Devereux tak punya pelayan, tapi saya tidak heran mereka selalu bertengkar, ?lalu membunyikan musik jazz, sepanjang malam, setiap saat ingin makan. Wanita muda itu tak tahu apa-apa tentang rumah tangga. Saya merasa kasihan pada suaminya! Lalu suami-istri Larkin baru saja kehilangan pelayan mereka. Tentu saja, soalnya pensiunan hakim India itu pemarah sekali, dan selalu minta apa yang disebutnya chota hazri pada jam enam pagi, sedangkan Mrs. Larkin selalu ribut. Jadi, saya tidak heran. Pelayan Mrs. Carmichael yang bernama Janet itu sudah lama sekali, padahal menurut saya dia sama sekali tidak baik. Dia berani pada wanita tua itu." "Kalau begitu, apakah menurut Anda pemecatan atas Gladys tak bisa dipertimbangkan lagi" Dia gadis yang baik sekali. Saya kenal semua keluarganya; dia jujilr dan terpercaya sekali." Miss Lavinia menggeleng. "Saya punya alasan," katanya dengan sikap penting. "Saya dengar Anda kehilangan bros," gumam Miss Marple. "Wah, siapa yang berbicara" Saya rasa gadis itu. Terus terang saja, saya boleh dikatakan yakin 107 106 bahwa dialah yang mengambilnya. Lalu dia ketakutan, dan mengembalikannya tapi ?kita tentu tak bisa berkata terus terang kalau kita tak yakin." la lalu mengalihkan pokok pembicaraan. "Mari kita melihat Emily, Miss Marple. Saya yakin itu baik sekali untuknya." Miss Marple mengikuti dengan enggan ke sebuah kamar. Miss Lavinia mengetuk pintu, disuruh masuk, dan mengantar tamunya masuk ke kamar terbaik di flat itu. Hampir semua cahaya yang masuk ke kamar itu dihalangi dengan kerai yang tertutup separuh. Miss Emily sedang terbaring di tempat tidur. Agaknya ia suka akan keadaan setengah gelap itu, dan penderitaannya sendiri yang tak menentu itu. Cahaya samar yang masuk membuat ia tampak sebagai makhluk kurus yang tak berpendirian. Rambutnya yang lebat dan sudah beruban mengelilingi wajahnya dengan kusut dan mengeriting, hingga tampak seperti sarang burung yang pasti tidak disukai oleh burung yang punya harga diri. Dalam ruangan itu ada bau cologne, biskuit yang sudah basi, dan kapur barus. Dengan mata setengah tertutup serta suara halus dan lemah, Emily Skinner menjelaskan bahwa ini adalah "salah satu hari sakitnya". "Yang terburuk dari sakit adalah," kata Miss Emily dengan nada murung, "bahwa kita tahu kita merupakan beban bagi semua orang di sekeliling kita. "Lavinia baik sekali pada saya. Lavvie sayang, 108 aku sebenarnya tak suka menyusahkan, tapi kalau botol air panasku bisa diisi seperti yang kusukai... kalau terlalu penuh rasanya terlalu berat mem-bebaniku; sebaliknya kalau tidak diisi secukupnya, dia langsung dingin!" "Ah, kasihan kau. Sini, berikan padaku. Akan kukurangi isinya." "Kalau kau mau melakukannya, sebaiknya diganti saja airnya. Kurasa... tak ada biskuit baru di rumah, ya" Tidak, tidak, tak apa-apa. Tak perlu. Minum teh encer saja dengan seiris jeruk lemon. Tak ada lemon" Ya sudah, tapi aku tak bisa minum teh tanpa jeruk lemon. Kurasa susunya agak basi tadi pagi. Aku jadi tak ingin minum teh dengan susu. Biarlah aku tidak minum teh. Tapi aku jadi merasa lemah sekali. Kata orang, kerang adalah makanan bergizi. Bisakah aku minta beberapa" Tidak, tak usah, sudah terlalu sore untuk mencarinya. Aku bisa puasa sampai besok." Lavinia keluar dari kamar sambil bergumam kurang jelas, bahwa ia harus bersepeda ke desa lagi. Miss Emily tersenyum pada tamunya dan berkata dengan lemah bahwa ia tak suka menyusahkan siapa pun. Malam itu Miss Marple mengatakan pada Edna bahwa ia merasa misinya tidak berhasil Ia agak resah, karena gunjingan mengenai ketidakjujuran Gladys sudah mulai beredar di desa. Di kantor pos, Miss Wetherby berkata padanya, "Jane, mereka telah memberi gadis itu surat 109 pengantar yang mengatakan bahwa dia rajin dan bersahaja serta tahu sopan santun, tapi tidak disebutkan mengenai kejujurannya. Kurasa itu sudah jelas sekali! Kudengar ada kejadian mengenai sebuah bros. Kurasa ada juga benarnya di situ. Kita kan tahu bahwa zaman sekarang ini kita tidak memecat pelayan kalau tak ada kesalahan berat. Mereka akan sulit sekali mendapatkan yang lain. Gadis-gadis tak mau bekerja di Old Hall itu. Bila mereka libur, di rumah mereka jadi gugup. Lihat saja, kakak-beradik Skinner itu tidak akan menemukan pelayan lagi. Kalau sudah begitu, barangkali adik yang pura-pura sakit itu terpaks Pendekar Cengeng 5 Dewi Ular Misteri Santet Iblis Kitab Mudjidjad 8