Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie Bagian 2
percaya," tambahnya. "Aku yakin Miss Pebmarsh
adalah seorang wanita dengan watak yang terpuji. Jika aku tidak melihatnya
dengan mata kepalaku sendiri cara dia menangani
berbagai hal, itu bukan alasan untuk menuduhnya terlibat dalam perkara-perkara
kriminal. Aku hanya berpikir bahwa pandangannya
terhadap sesuatu adalah gila-gilaan dan berlebih-lebihan. Bagaimanapun juga, ada
hal-hal lain di samping pendidikan. Sekolahsekolah
lanjutan baru yang kelihatan aneh tersebut, yang secara praktis dibangun dari
kaca. Kau mungkin berpikir bahwa
sesungguhnya bangunan-bangunan itu dimaksudkan untuk menanam timun atau tomat di
dalamnya. Aku yakin, hal itu sangat
merugikan anakanak jika datang musim panas. Mrs. Head sendiri yang berkata
padaku bahwa Susan, putrinya, tidak menyukai
ruangan kelas barunya. Dia berkata tidak mungkin dapat memperhatikan pelajaran,
sebab semua jendela kaca membuat anakanak
ingin memandang ke luar terus."
"Savang, sayang," kata Mr. Waterhouse, melihat lamnva lagi. "Nah, nah, aku takut
aku akan sangat terlambat. Selamat tinggal,
Sayangku. Jagalah dirimu Lebih baik pintunya digerendel, bukan?"
Miss Waterhouse mendengus lagi. Setelah menutup pintu dia bermaksud beristirahat
di loteng, tapi dia berhenti sejenak sambil
berpikir, pergi menuju tas golfnya, memindahkan sebuali tongkat pemukul dan
meletakkannya dalam posisi yang strategis di dekat
pintu depan. "Nah," kaca Miss Waterhouse puas. Tentu saja James hanya omongkosong. Tetapi lebih baik berjaga-jaga dulu.
Masyarakat membiarkan orangorang sakit jiwa keluar dari panti-panti perawatan
sekarang ini, dan ini mendorong mereka untuk
hidup normal. Dalam pandangan Miss Waterhouse, hal itu angat berbahaya bagi
orangorang yang tak berdosa.
Miss Waterhouse ada di kamar tidurnya ketika Mrs. Head naik ke atas dengan
ribut. Mrs. Head adalah seorang wanita bertubuh
kecil dan bundar serta mirip sebuah bola karet"dia menikmati benar kejadiankejadian itu. "Sepasang tuan hendak menemui Anda," kala Mrs. Head bersemangat. "Setidaktidaknva," tambahnya, "mereka bukan tuan yang
sebenaL-nya"polisi."
Dia mengulurkan sebuah kartu. Miss Waterhouse menerimanya.
"Detektif Inspektur Hardcastle," dia membaca. "Apakah kau menyuruh mereka masuk
ke ruang tamu?" "Tidak. Saya memasukkan mereka ke ruang makan. Saya sudah membersihkan bekasbekas sarapan dan saya pikir itu tempat yang
lebih pantas. Maksud saya meieka toh hanva polisi."
Miss Waterhouse tidak begitu paham dengan alasan itu. Bagaimanapun juga dia
berkata, "Aku akan turun,"
"Saya kira mereka ingin bertanya pada Anda tentang Miss Pebmarsh," kata Mrs.
Head. "Ingin mengetahui apakah Anda
memperhatikan hal-hal yang lucu dalam tingkah lakunya. Mereka berkata, kegilaan
bisa muncul tba-tiba dan kadang-kadang hanya
sedikit yang dapat diketahui sebelumnya. Tetapi biasanya ada sesuatu, Anda tahu,
cara berbicara, semacam itulah. Mereka bilang,
Anda dapat melihatnya dari sorot mata mereka. Tetapi itu tidak berlaku untuk
seorang wanita buta, bukan" Ah?" dia
menggelengkan kepalanya. Miss Waterhouse berderap ke bawah dan memasuki ruang makan dengan suara perasaan
ingin tahu yang ditutupi oleh raut
mukanya yang biasa menantang.
"Detektif Inspektur Hardcastle?"
"Selamat pagi, Miss Waterhouse." Hardcastle bangkit dari duduknya. Dia datang
bersama seorang lakilaki muda bertubuh tinggi
dan berkulit gelap, yang menurut Miss Waterhouse tidak perlu disapa. Dia tidak
memperhatikan gumaman lirih vangmenyebutkan,
"Sersan Lamb." "Saya harap saya tidak terlalu pagi datang kemari," kata Hardcastle, "tetapi
saya kira Anda tahu maksud kedatangan saya. Anda
telah mendengar apa yang terjadi di rumah sebelah kemarin."
"Pembunuhan di rumah tetangga sebelah tidak biasa untuk tidak diperhatikan,"
kata Miss Waterhouse, "Sava bahkan harus
mengusir satu atau dua orang wartawan yang datang kemari untuk bertanya apakah
saya mengamati sesuatu."
"Anda mengusir mereka?"
"Tentu saja." "Anda benar," kata Hardcastle. "Tentu saja mereka suka mencari-cari cara untuk
memperoleh berita, tetapi saya yakin Anda
cukup mampu menangani hal-hal seperti itu."
Wajah Miss Waterhouse menampakkan seberkas kebanggaan atas pujian itu.
"Saya harap Anda tidak keberatan kalau kami menanyakan pertanyaanpertanyaan yang
sama," kata Hardcastle, "tetapi jika Anda
memang melihat sesuatu yang dapat menarik hati kami, saya dapat meyakinkan Anda
bahwa kami akan sangat berterimakasib. Anda
berada di rumah pada waktu itu, saya rasa?"
"Sava tidak tahu kapan pembunuhan itu dilakukan," kata Miss Waterhouse.
"Menurut perkiraan kami sekitar pukul setengah satu sampai setengah dua."
"Saya ada di sini, ya, pasti."
"Dan saudara lakilaki Anda?"
"Dia tidak pulang ke rumah untuk makan siang. Siapa sebenarnya yang dibunuh "
Kelihatanmu sedikit pun tidak disebut-sebut di
koran lokal pagi ini."
"Kami belum mengetahui siapa dta sebenai-nva," kata Hardcastle.
"Orang asing?" "Kelihatannya begitu."
"Anda tidak bermaksud mengatakan bahwa dia juga asing bagi Miss Pebmarsh?"
"Miss Pebmarsh meyakinkan kami bahwa dia tidak mengharapkan kedatangan tamu itu
dan dia tidak dapat mengira-ngira siapa
sebenarnya orang itu."
"Dia tidak mungkin yakin akan hal itu," kata Miss Waterhouse. "Dia tidak dapat
melihat." "Kami memberinya sebuah gambaran yang jelas."
"Bagaimana mpa orang itu?"
Hardcastle mengambil sebuah gambar cetakan kasar dari sebuah amplop dan
mengulurfeannva pada Miss Waterhouse.
"Ini adalah orang itu," katanya. "Dapatkah Anda mengenalinya?"
.Miss Waterhouse melihat gambar itu. "Tidak. Tidak.... Saya yakin saya belum
pernah melihatnya sebelum ini. Oh. Dia tampaknya
seperti orang yang terhoimat."
"Dia adalah orang yang kelihatannya paling terhormat," kata inspektur itu. "Dia
sepertinya seorang pengacara atau seorang
pengusaha." "Betul. Foto ini sama sekali tidak menakutkan. Dia kelihatan seperti sedang
tidur." Hardcastle tidak menceritakan padanya bahwa dan bermacam-macam foto mayat itu di
kepolisian, foto yang satu itu yang dipilih
karena paling tidak mengganggu mata.
"Kematian dapat merupakan sesuatu yang penuh kedamaian," katanya. "Saya pikir
orang ini sama sekait tidak mengira apa yang
bakal terjadi pada dirinya."
"Apa kata Miss Pebmarsh tentang hal ini?" tuntut Miss Waterhouse.
"Dia cukup terkejut."
"Luar biasa," komentar Miss Waterhouse.
"Nah, dapatkah Anda menolong kami, Miss Waterhouse" Jika Anda memutar kembali
ingatan Anda tentang kejadian-kejadian
kemarin, apakah Anda menengok ke luar jendela atau apakah Anda kebetulan sedang
berada di kebun antara jam setengah satu
sampai jam tiga?" Miss Waterhouse merenung.
"Ya, saya ada di kebun... Sebentar. Pasti sebelum jam satu. Saya masuk sekitar jam
satu kurang sepuluh menit dari kebun,
mencuci tangan dan langsung makan siang."
"Apakah Anda melihat Miss Pebmarsh masuk atau meninggalkan rumah?"
"Saya pikir dia masuk ke rumahnva " saya mendengar pintu gerbang mendecit"ya,
sekitar jam setengah satu lewat."
"Anda tidak bercakap-cakap dengannya?"
"Oh, tidak. Suara decitan pintu gerbanglah vang membuat saya mendongak. Dia
biasanya pulang pada waktu itu. Dia selesai
mengajar, saya kira. Dia mengajar anakanak cacat seperti yang mungkin telah Anda
ketahui." "Menurut pernyataannya sendiri, Miss Pebmarsh ke luar lagi sekitar jam setengah
satu. Apakah Anda setuju?"
"Yah, saya tidak dapat mengatakan waktunya dengan tepat"ya, saya betul-betul
ingat dia melewati pintu gerbang."
"Maaf, Miss Waterhouse, Anda berkata 'melewati pintu gerbang'."
"Betul. Saya berada di ruang duduk waktu itu. Ruang itu menghadap ke jalan,
sedangkan ruang makan, tempat kita ini sekarang,
menghadap"seperti yang Anda lihat"ke kebun belakang. Tetapi sava membawa kopi
saya ke ruang duduk setelah makan siang dan
saya duduk-duduk di kursi dekat jendela. Saya sedang membaca The Times, dan saya
kira pada waktu saya membalik halaman koran
itulah saya melihat Miss Pebmarsh melewati gerbang depan. Apakah ada yang luar
biasa dengan hal itu, Inspektur?"
"Bukan luar biasa, bukan," kata inspektur itu, tersenyum. "Hanya saya kira Miss
Pebmarsh keluar untuk berbelanja sedikit dan
pergi ke kantor pos, dan saya pikir bahwa jalan terdekat menuju toko-toko dan
kantot pos adalah jalan pada arah yang sebaliknya,
sepanjang Crescent ini."
"Tergantung*pada toko mana yang Anda tuju," kata Miss Waterhouse. "Tentu saja
toko-toko memang lebih dekat jika lewat sana,
dan ada sebuah kantor pos di Albany Road?"
"Tetapi mungkin Miss Pebmarsh biasa melebati pintu gerbang Anda sekitar waktu
itu?" "Yah, sesungguhnya, saya tidak tahu kapan Miss Pebmarsh biasanya keluar, atau ke
arah mana Saya memang tidak berbakat untuk
mengamat-amati kegiatan tetangga-tetangga saya, Inspektur. Saya orang yang sibuk
dan punya banyak pekerjaan. Saya sibuk
dengan urusan pribadi saya sendiri. Ada orangorang tertentu yang saya kenal
menghabiskan seluruh waktu mereka melihatlihat ke
luar jendela dan memperhatikan siapa-siapa yang lewat dan siapa mampir ke siapa.
Itu lebih merupakan kebiasaan orangorang cacat
atau orangorang yang tidak punya pekerjaan kecuali berspekulasi dan menggosipkan
urusan tetangga-tetangga mereka."
Miss Waterhouse berbicara dengan penuh kegetiran sehingga inspektur itu merasa
yakin bahwa Miss Waterhouse pasti sedang
membayangkan seseorang dalam pikirannya. Dia buru-buru berkata, "Tentu. Tentu."
Dia menambahkan, "Jadi bila Miss Pebmarsh
memang melewati pintu gerbang Anda, dia mungkin saja pergi untuk menelepon,
bukan" Di sanalah letak telepon umum, saya kira?"
"Ya. Letaknva di depan nomor 15." "Pertanyaan penting yang harus saya ajukan
pada Anda, Miss Waterhouse, adalah apakah Anda
melihat datangnya orang lakilaki ini"saya kira koran-koran pagi menyebutnya si
pria misterius," Miss Waterhouse menggelengkan
kepalanya. "Tidak, saya tidak melihatnya ataupun orangorang lain yang mampir ke
sebelah." "Apa yang Anda lakukan antara jam setengah dua sampai jam tiga?"
"Saya menghabiskan waktu sekitar setengah jam untuk mengisi teka-teki yang ada
di The Times, sebanyak yang saya bisa,
kemudian saya pergi ke dapur dan membereskan bekas-bekas makan siang. Sebentar.
Saya menulis dua pucuk surat, menulis
beberapa cek untuk melunasi tagihan-tagihan, terus saya naik ke loteng dan
menyeleksi beberapa barang yang akan saya bawa ke
tukang cuci. Saya kira dari kamar tidur saya dapat memperhatikan kegaduhan yang
terjadi di sebelah. Saya mendengar dengan jelas
suara jeritan seseorang, sehingga saya langsung pergi ke jendela. Ada seorang
lakilaki muda dan seorang gadis di pintu gerbang.
Kelihatannya dia sedang merayu gadis itu,"
Sersan Lamb memindahkan kakinya, tetapi Miss Waterhouse tidak sedang melihat ke
arahnya dan jelas-jelas tidak berpikir
bahwa dialah sebenarnya lakilaki muda yang sedang dibicarakan itu.
"Saya hanya dapat melihat bagian belakang kepala pria muda itu. Tampaknya dia
sedang berdebat dengan gadis itu. Akhirnya dia
mendudukkan dan menyandarkan gadis itu ke tiang pintu gerbang. Suatu hal yang
luar biasa untuk dilakukan. Kemudian dia pergi dan
masuk ke dalam rumah itu."
"Anda tidak melihat Miss Pebmarsh pulang ke rumahnya sesaat sebelum itu?"
Miss Waterhouse menggelengkan kepala. "Tidak. Saya kira saya tidak melihat
keluar jendela sampai saya mendengar jeritan yang
luar biasa itu. Bagaimanapun juga, saya tidak begitu memperhatikan semuanya.
Gadis-gadis dan lakilaki muda selalu berbuat hal-hal
yang luar biasa"menjerit-jerit, mendorong satu sama lain, cekikikan" atau
membuat gaduh"sehingga saya tidak berpikir bahwa ada
yang serius. Pada saat mobil-mobil yang membawa polisi-polisi muncul, barulah
saya sadar bahwa ada hal yang luar biasa yang telah
terjadi." "Apa yang Anda lakukan kemudian?"
"Yah, tentunya saya langsung pergi keluar, berdiri di anak tangga dan kemudian
berjalan memutar menuju kebun belakang, tetapi
tampaknya tidak banyak yang dapat dilihat dari sisi tersebut. Ketika saya
kembali, ada sekerumunan keci! orang. Seseorang berkata
pada saya bahwa ada pembunuhan di rumah itu. Bagi saya hal itu adalah sangat
luar biasa. Sangat luar biasa!" kata Miss Waterhouse
dengan penuh perasaan tidak setuju,
"Tidak ada hal lain yang dapat Anda ingat" Yang dapat Anda katakan pada kain j?"
"Tidak, saya kira tidak ada lagi."
"Adakah 'seseorang yang akhir-akhir ini menyurati Anda dan mengusulkan agar Anda
ikut asuransi, atau adakah seseorang yang
datang pada Anda atau bermaksud mendatangi Anda?"
"Tidak. Tidak ada hal seperti itu. Baik James maupun saya telah mengambil polis
asuransi pada Mutual Help Assurance Society.
Tentu saja kami kadang-kadang menerima surat-surat edaran ataupun iklan-iklan
tentang sesuatu, tetapi saya tidak ingat menerima
surat seperti itu akhir-akhir ini."
"Tidak ada surat yang ditandatangani seseorang bernama Curry?"
"Curry" Tidak, tentu tidak/'
"Dan nama Curty tidak berarti apa-apa bagi Anda dalam segala hal?"
"Tidak. Apakah harus ada apa-apanya?"
Hardcastle tersenyum. 'Tidak. Saya kira tidak," katanya. "Hanya kebetulan saja
itu nama orang yang terbunuh tersebut."
"Itu bukan nama aslinya?"
"Kami mempunyai alasan tertentu untuk mengira bahwa itu bukan nama aslinya."
"Seorang penipu" eh?" kata Miss Waterhouse.
"Kami tidak dapat mengatakan demikian sampai kami mempunyai keterangan untuk
membuktikannya." "Tentu saja tidak, tentu saja tidak. Anda harus hati-hati. Saya tahu," kata Miss
Waterhouse. "Tidak seperti beberapa orang di
sekitar sini. Mereka membicarakan segalanya. Saya heran kenapa belum ada yang
dituntut karena bergosip sepanjang waktu."
"Memfitnah," Sersan Lamb mengoreksinya, berbicara untuk pertama kalinya.
Miss Waterhouse memandangnya dengan sedikit terkejut, seperti tidak sadar
sebelumnya kalau Sersan Lamb merupakan suatu
wujud kepribadian yang mempunyai arti, dan bukan hanya pembantu yang berguna
bagi Inspektur Hardcascle.
"Saya menyesal tidak dapat membantu Anda, sungguh," kata Miss Waterhouse.
Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Saya juga menyesal," kata Hardcastle. "Seseorang dengan kepandaian serta
pertimbangan seperti Anda, yang cakap dalam
melakukan pengamatan, akan merupakan seorang saksi yang sangat berguna bagi
kami." "Saya berharap saya melihat sesuatu," kata Miss Waterhouse.
Selama beberapa saat nada suaranya semurung nada suara seorang gadis.
"Saudara lakilaki Anda, Mr. James Waterhouse?"
"James tidak tahu apa-apa," kata Miss Waterhouse menghina. "Dia tidak pernah
tahu apa-apa. Dari lagi, waktu itu dia berada di
Gainsford and Swettenhams di High Street. Oh tidak, James tidak akan dapat
menolong Anda. Seperti yang saya katakan, dia tidak
pulang untuk makan siang."
"Di mana biasanya dia makan siang?"
"Di* biasanya makan sandwich dan minum kopi ai Three Feathers. Sebuah rumah yang
sangat menyenangkan dan terhormat.
Mereka khusus melayani makan siang cepat untuk orangorang profesional."
"Terima kasih, Miss Waterhouse. Yah, kami tidak boleh menyita waktu Anda lebih
lama lagi." Dia bangkit dan berjalan menuju gang. Miss Waterhouse menemani mereka. Colin
Lamb memungut tongkat pemukul golf di
samping pintu. "Tongkat yang bagus," katanya. "Lumayan berat di bagian kepalanya." Dia
menimbangnya naik turun dengan tangannya. "Saya lihat
Anda sudah siap siaga, Miss Waterhouse, untuk menghadapi segala peristiwa."
Miss Waterhouse sedikit terkejut.
J'Sungguh," katanya, "saya tidak oapat membayangkan bagaimana tongkat itu bisa
berada di sini. Dia merampasnya dari Colin dan meletakkannya kembali dalam tas golf.
"Suatu tindakan pencegahan yang bijaksana," kata Hafdcastle.
Miss Waterhouse membuka pintu dan menyilakan mereka keluar.
"Nah," kata Colin, mengembuskan napas, "kita tidak mendapat banyak darinya,
kecuali bahwa kau meravunya dengan begitu hebat
sepanjang waktu. Apakah itu metode tetapmu?"
"Hasilnya kadang-kadang bagus jika ditetapkan terhadap orangorang dengan tipe
seperti dia. Jenis yang keras selalu luluh
berhadapan dengan rayuan."
"Dia mendengkur seperti kucing yang ditawari semangkuk krim sebagai hadiah,"
kata Colin. "Sayangnya, kucing itu tidak
mengungkapkan apa pun vang menarik."
"Tidak?" kata Hardcastle.
Colin menoleh padanya dengan cepat. "Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Suatu hal yang sangat samar dan mungkin tidak penting. Miss Pebmarsh pergi ke
kantor pos dan toko-toko, tetapi dia membelok
ke kiri, padahal seharusnya ke kanan, dan telepon Itu, menurut Miss Martindale,
berdering sekitar jam dua kurang sepuluh menit."
Colin memandangnya ingin tahu,
"Kau masih menyangka bahwa di balik sangkalannya dia mungkin saja menelepon" Dia
sangat yakin akan hal itu."
"Ya," kata Hardcastle. "Dia sangat yakin."
Nada suaranya terdengar tidak memihak.
"Tetapi kalau dia menelepon, mengapa?"
"Oh, semuanya adalah mengapa" kau Hatd-castle tak sabar. "Mengapa, mengapa"
Mengapa semuanya ini tidak berujung pangkal"
Jika Miss Pebmarsh menelepon, mengapa dia menginginkan gadis itu ada di sana"
Jika itu orang lain, mengapa mereka melibatkan
Miss Pebmarsh" Kita tidak tahu apa-apa sekarang. Jika Martindale mengenal Miss
Pebmarsh secara pribadi, dia akan mengetahui
apakah itu suaranya atau bukan, atau apakah itu seperti suara Miss Pebmarsh.
Sudah deh, kita tidak mendapat banyak dari nomor
18. Mari kita lihat apakah nomor 20 bisa lebih baik bagi kita."
BAB 8 SEBAGAI tambahan pada alamatnya, Wilbraham Crescent No. 20 mempunyai sebuah
nama, yaitu Diana Lodge. Pintu gerbangnya diberi
penghalang terhadap para penyerbu dengan cara dililiti kawat berduri di bagian
dalam. Tanaman laurel dengan bunganya yang
berbintik-bintik sendu dan dipangkas dengan tidak sempurna, juga menghalangi
usaha seseorang untuk masuk melalui pintu gerbang.
"jika saja ada rumah yang dapat dinamai The Laurels, maka rumah ini kelihatannya
cocok," komentar Colin Lamb. "Mengapa harus
dinamai Diana Lodge segala?"
Dia melihat ke sekelilingnya sambil menilai. Diana Lodge tidak memberi kesan
rapi serta tidak memiliki bedeng-bedeng bunga.
Semaksemak vang menjulur dan tumbuh liar merupakan pemandangan yang menonjol,
begitu pula dengan bau kencing kucing yang
tajam menusuk. Rumah tersebut kelihatannya dalam kondisi yang hampir roboh
dengan atap yang mestinya diperbaiki. Satu-satunya
tanda yang menyatakan adanya perhatian baru-baru ini pada rumah itu adalah cat
vang dikuaskan pada pinru depan, yang warna biru
langit terangnya membuat penampilan kumuh bagian rumah lainnya serta kebun yang
tak terawat itu menjadi lebih kentara. Tidak
ada bel listrik di sana tetapi ada sebuah tuas yang gunanya untuk ditarik.
Inspektur itu menariknya dan sebuah suara berdentang
lirih terdengar di dalam.
"Tampaknya," kata Colin, "seperti Moated Grange." (Rumah besar yang dikelilingi
parit.) Mereka menunggu selama beberapa menit, kemudian terdengar suara-suara dari
dalam. Suara-suara yang agak aneh. Suara
seperti senandung bernada tinggi, setengah menyanyi, setengah berbicara.
"Apakah?" kata Hardcastle. Penyanyi atau penyenandung itu mendekati pintu depan
dan kata-katanya mulai terdengar jelas.
'Tidak, Manisku. Di sana, Sayangku. Hati-hati buntutmu, Shah-Shah-Mimi.
Cleo"Cleopatra. Aku mau tutup pintu. Aku tutup."
Terdengar pintu-pintu ditutup. Akhirnya pintu depan terbuka. Di hadapan mereka
berdiri seorang nyonya yang mengenakan gaun
beludru berwarna hijau lumut pucat, yang agak kusam. Rambutnya yang pirang
keputihan disisir lurus-lurus, disanggul dengan rumit
menurut mode sekitar tiga puluh tahun yang lalu. Di sekeliling lehernya dia
memakai selendang bulu berwarna oranye. Inspektur
Hardcastle berkata raguragu, "Mrs. Hemming?"
"Saya Mrs. Hemming. Hati-hati, Sunbeam. Hati-hati, Chavank/*
Saat itulah Inspektur Hardcastle menyadari bahwa selendang bulu oranye tersebut
sesungguhnya adalah seekor kucing. Itu
bukan kucing satu-satunya. Tiga ekor kucing lainnya muncul di gang, dua di
antaranya mengeong. Mereka duduk, memandangi tamutamu
tersebut, menggeser-geserkan badan mereka dengan lembut pada gaun majikannya.
Pada saat itu juga bau kucing yang tajam
menusuk tercium oleh hidung kedua orang lakilaki itu.
"Saya Detektif Inspektur Hardcastle."
"Saya harap Anda datang sehubungan dengan orang mengerikan itu, yang datang
kemari dari Badan Pencegahan Kejahatan
Terhadap Hewan," kata Mrs. Hemming. "Memalukan! Saya sudah menulis dan
melaporkannya. Dia bilang kucing-kucing saya dipelihara
dalam kondisi yang buruk bagi kesehatan dan kebahagiaan mereka! Sungguh
memalukan! Saya hidup demi kucing-kucing saya,
Inspektur. Mereka satu-satunya hiburan dan kesenangan dalam hidup saya. Segala
sesuatu saya lakukan demi mereka. Shah-Shah-Mimi. Tidak di sana, Sayang,"
Shah-Shah-Mimi tidak mempedulikan tangan vang menahannya. Dia melompat ke meja
yang ada di gang, duduk dan menjilati
mukanya sambil menatap orangorang asing itu.
"Silakan masuk," kata Mrs. Hemming. "Oh, jangan, jangan ke ruang itu. Saya
lupa." Dia mendorong sebuah pintu di sebelah kiri.
Bau ruangan itu balikan lebih tajam. "Mari masuk, Cantikku, ayo." Di dalam ruang
itu berbagai macam sikat dan sisir yang dililiti
bulu-bulu kucing tergeletak di atas kursi-kursi dan meja-meja. Di sana juga
terdapat bantal-bantal kursi yang pudar dan kotor, dan
ada paling tidak enam ekor kucing lagi.
"Saya hidup demi kesayangan saya," kata Mrs. Hemming. "Mereka mengerti setiap
patah kata yang saya ucapkan."
Inspektur Hardcastle berjalan masuk dengan gagah. Sayangnya dia termasuk orang
yang alergi terhadap kucing. Seperti
biasanya, pada kesempatan-kesempatan seperti itu semua kucing segera
mengerumuninya. Satu melompat ke lututnya, yang lain
menggosok-gosokkan badannya dengan penuh rasa sayang pada celana panjangnya.
Detektif Inspektur Hardcastle yang gagah berani
hanya dapat mengatupkan bibirnya dan menahan diri.
"Saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan pada Anda, Mrs. Hemming, tentang?"
"Segala sesuatu yang Anda inginkan," kata Mrs. Hemming, menyela pembicaraannya.
"Saya tidak akan menyembunyikan apa-apa.
Saya dapat menunjukkan pada Anda makanan kucing, tempat tidur mereka, lima ekor
di kamar saya, tujuh iainnva di bawah sini.
Mereka diberi makan ikan yang terbaik yang saya masak sendiri."
"Ini tidak ada hubungannya dengan kucing," kata Hardcastle, mengeraskan
suaranya. "Saya datang untuk membicarakan kejadian
tidak enak yang terjadi di sebelah. Mungkin Anda sudah mendengarnya."
"Sebelah" Anda maksud anjing Mr. Joshua?"
"Bukan," kata Hardcastle, "bukan itu. Yang saya maksud adalah nomor 19 di mana
seorang lakilaki ditemukan terbunuh kemarin."
"Begitu, ya?" kata Mrs. Hemming, dengan minat yang sopan, tetapi tidak lebih.
Matanya masih tetap terarah pada hewan-hewan
kesayangannya.. "Kalau boleh saya bertanya, apakah Anda berada di rumah kemai in siang. Yaitu
sekitar jam setengah dua sampai setengah
empat?" "Oli ya, tentu saja. Saya biasanya belanja lebih awal di pagi hari dan terus
pulang supaya dapat menyiapkan makan siang untuk
kesayangan saya, kemudian menyisir dan merawat mereka."
"Dan Anda tidak memperhatikan segala kegiatan di sebelah" Mobil
polisi"ambulans"hal-hal seperti itu?"
"Yah, saya rasa saya tidak melihat ke luar jendela depan. Saya pergi ke kebun
belakang sebab Arabella hilang. Dia masih muda dan
dia telah memanjat salah satu pohon dan saya takut dia tidak bisa turun. Saya
mencoba membujuknya dengan sepiring ikan, tetapi
dia tetap takut. Si kecil yang malang. Saya harus menyerah akhirnya dan kembali
ke rumah. Dan Anda tidak akan percaya, baru saja
saya masuk melalui pintu, dia turun sendiri dan mengikuti saya masuk." Dia
memandang kedua tamunya ganti-berganti, sepertinya
hendak mengecek kepercayaan mereka.
"Sesungguhnya, saya percaya," kata Colin, tidak tahan lagi untuk tidak
berbicara. "Maaf?" Mrs. Hemming memandangnya dengan sedikit kaget.
"Saya sangat tertarik pada kucing," kata Colin, "dan saya telah mempelajari
sifat-sifat alamiah kucing. Apa yang baiu Anda
katakan tadi menggambarkan dengan sempurna pola dari tingkah laku kucing dan
peraturan-peraturan yang mereka buat untuk diri
mereka sendiri. Dengan cara yang sama kucing-kucing Anda semuanya sedang
berkumpul mengitari teman saya yang terusterang
tidak peduli pada kucing, mereka tidak akan memperhatikan saya meskipun saya
senang pada mereka."
Jika itu terpikirkan oleh Mrs. Hemming bahwa Colin berbicara di luar peranannya
sebagai seorang sersan polisi, maka tidak ada
tanda apa pun yang muncul di wajahnya. Mrs. Hemming hanya bergumam lirih.
"Mereka selalu tahu. Kucing-kucing ini manis-manis, bukan?"
Seekor kucing Persia kelabu yang tampan meletakkan kedua belah kakinya pada
lutut Inspektur Hardcastle, memandangnya
dengan penuh gairah dan mencengkeramkan cakar-cakar-nva kuat-kuat dengan gaya
mengais-ngais, Sepertinya inspektur itu adalah
sebuah bantalan jarum. Gangguan seperti itu tak dapat lagi ditahannya, Inspektur Hardcastle segera
bangkit berdiri. "Saya berharap, Nyonya," katanya. "Sava dapat melihat kebun belakang Anda."
Colin menyeringai kecil. "Oh, tentu, tentu. Segalanya yang Anda inginkan." Mrs. Hemming bangkit.
Si kucing oranye melepaskan gulungannya pada leher majikannya. Mrs. Hemming
menggantinya dengan seekor kucing Persia kelabu
yang bertampang linglung. Dia memimpin jalan ke luar ruangan itu. Hardcastle dan
Colin mengikutinya. "Kita pernah bertemu sebelumnya," kata Colin pada si kucing oranye dan
menambahkan, "dan kau betul-betul cantik, bukan," yang
ini ditujukan pada seekor kucing Persia lainnya yang sedang duduk di atas meja
di samping sebuah lampu porselen. Kucing itu
mengibaskan ekornya dengan lembut. Colin menggaruknya, mengusap-usap kupingnya
dan kucing kelabu itu mendengkur keenakan.
"Tolong tutup pintunya, kalau Anda keluar, Mr." er"er," kata Mrs. Hemming dari
gang. "Hari ini anginnya keras dan saya tidak
mau semua sayangku masuk angin. Lagi pula, ada ahak-anak nakal itu" betul-betul
tidak aman membiarkan makhluk-makhluk manis
itu berkeliaran di kebun sendirian."
Dia berjalan menuju ujung gang dan membuka sebuah pintu samping.
"Anakanak nakal?" tanva Hardcastle.
Dua anak lakilaki Mrs. Ramsay. Mereka tinggal di bagian selatan Crescent ini.
Kebun kami hampir saling membelakangi satu sama
lain. Mereka itu betul-betul pengacau. Mereka memiliki sebuah katapel, Anda
tahu, atau mereka pernah memilikinya. Saya mendesak
supaya barang itu disita saja, tetapi saya curiga. Mereka memasang perangkap dan
bersembunyi. Pada musim panas mereka
melempar buah-buah apel." "Memalukan," kata Colin. Kebun belakang kurang lebih
mirip dengan yang di depan. Ada rumput-rumput
liar, semaksemak yang menggerombol dan tidak dipangkas dan banyak sekali tanaman
laurel dari varietas yang berbintik-bintik, dan
beberapa macrocarpas vang agak suram. Menurut pendapat Colin, baik dia maupun
Hardcastle hanya membuang-buang waktu saja di
sini. Tanaman laurel, pepohonan, dan semaksemak tumbuh berjajar begitu rapat,
sehingga kebun belakang Miss Pebmarsh hampir
tidak terlihat. Diana Lodge dapat digambarkan sebagai sebuah rumah yang
terisolir. Dari sudut pandang penghuni-penghuninya,
mungkin rumah itu tidak mempunyai tetangga.
"Nomor 19, kata Anda?" kata Mrs. Hemming, berhenti dengan raguragu di tengahtengah kebun belakangnya. "Tetapi saya kira
hanya ada satu orang yang tinggal di rumah itu, seorang wanita buta."
"Orang y"ng terbunuh itu bukan penghuni rumah itu"'" kata Inspektur Hardcastle.
"Oh, begitu," kata Mrs. Hemming, masih
iagu-ragu, "d,a datang untuk dibunuh. Betapa anehnya." , r
"Nah itu," kata Colin sambil berpikir-pikir, adalah sebuah gambaran yang bagus,"
BAB 9 MEREKA mengendarai mobil sepanjang Wilbraham Crescent, membelok ke kanan, masuk
ke Albany Road dan terus ke kanan lagi
sepanjang bagian lain Wilbraham Crescent.
"Sederhana sebetulnya," kata Hardcastle. "Kalau kamu sudah tahu," kata Colin.
"Nomor 61 memang membelakangi rumah Mrs.
Hemming"tetapi salah satu sudutnya menyentuh nomor 19 dan itu cukup baik. Ini
akan memberi kesempatan untuk melihat Mr.
Bland. Omong-omong, dia tidak punya pembantu asing."
"Yah, gugurlah sebuah teori yang indah." Mobil berhenti dan kedua lakilaki itu
turun. "Nah, nah," kata Colin. "Sebuah kebun depan
vang indah!" Kebun itu betul-betul merupakan model luar kota yang sempurna dalam bentuk mini.
Ada bedeng-bedeng geranium dengan
pinggiran lobelia. Ada begonia yang besar dan mengkilap, dan ada berbagai hiasan
kebun yang dipajang di sana"katak, cendawan,
orang cebol, dan peri dalam dongeng.
Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku yakin Mr. Bland pastilah seorang yang sangat terhormat," kata Colin
gemetar. "Dia tidak mungkin memiliki ide-ide buruk
kalau dia bukan orangnya." Dia menambahkan lagi ketika Hardcastle menekan bel,
"Kau kira dia ada di rumah sepagi ini?"
"Aku sudah menelepon," Hardcastle menjelaskan. "Menanyakan kalau dia ada waktu."
Pada saat itu sebuah mobil pengangkut berhenti dan berbelok masuk garasi, yang
jelas-jelas merupakan tambahan baru pada
rumah itu. Mr. Josaiah Bland turun, membanting pintu dan berjala" menuju mereka.
Orangnya tingginya sedang dengan kepala botak
dan sepasang mata biru yang agak kecil. Penampilannya ramali dan hangat.
"Inspektur Hardcastle" Silakan masuk."
Dia membuka jalan menuju tuang duduk. Ruang itu menunjukkan beberapa bukti
kemakmuran. Ada lampu-lampu hias yang mahal,
sebuah meja tulis Empire, satu set hiasan perapian bercat emas yang berkilaukilauan, sebuah bufet berisi hiasan-hiasan, dan
sebuah jardiniere yang penuh bunga di jendela. Kursi-kursinya model mutakhir dan
mempunyai lapisan yang mewah.
"Silakan duduk," kata Mr. Bland hangat. "Rokok" Atau Anda tidak boleh merokok
kalau lagi bertugas?"
"Tidak, terima kasih," kata Hardcastle.
"Tidak minum juga, saya kira?" kata Mr. Bland. "Ah, lebih baik begitu untuk kita
berdua, saya kira. Sekarang ada apa" Urusan di
nomor 19 bukan" Sudut-sudut kebun kami bergandengan, tetapi kami tidak dapat
melihatnya dengan jelas, kecuali dari jendela di
tingkat atas. Urusan yang luar biasa kelihatannya"paling tidak dari apa yang
saya baca di koran lokal pagi ini-Saya senang
menerima pesan Anda tadi. Suatu kesempatan untuk mendapat beberapa keterangan.
Anda tidak akan mengira kabar burung macam
apa yang tersiar! Ini membuat istri saya agak cemas"merasa ada seorang pembunuh
yang bebas berkeliaran. Masalahnya adalah
mereka membiarkan semua orang gila itu keluar dari rumah sakit jiwa sekarang
ini. Mengirim mereka pulang ke rumah dengan
catatan tidak melarikan diri atau apa pun istilahnya. Kemudian mereka membunuh
orang lain dan mereka dijebloskan lagi ke rumah
sakit. Dan seperti yang saya katakan, kabar burung! Maksud sava, Anda akan kaget
bila mendengarnya dari wanitawanita pekerja
harian dan pengantar susu, atau tukang koran. Satu berkata dia dicekik dengan
kabel, yang lain berkata dia telah ditikam. Orang lain
lagi bilang dia dipukul dengan sebatang pipa timah. Bagaimanapun juga, dia
seorang lakilaki, bukan" Maksud saya, bukan si wanita
tua yang dibunuh bukan" Orang yang tak dikenal, begitu kata koran-koran."
Mr. Bland akhirnya berhenti sama sekali. Hardcastle tersenyum dan berkata dengan
suara mencela, "Yah, sebagai yang tak dikenal, dia memiliki sebuah kartu dan sebuah alamat di
sakunya." "Cukup menarik juga ceritanya," kata Bland. "Tetapi Anda tahu bagaimana halnya
dengan masyarakat. Saya tidak tahu siapa yang
merencanakan ini semua."
"Selagi kita membicarakan kotban tersebut,"kata Hardcastle, "mungkin Anda sudi
melihat. Sekali lagi dikeluarkannya foto kepolisian itu.
"Jadi ini dia orangnya?" kau Bland. "Dia kelihatan seperti orang biasa, bukan"
Biasa seperti Anda dan saya. Saya kira saya tidak
boleh menanyakan alasan mengapa dia mesti dibunuh?"
"Terlalu pagi untuk mengatakannya," kata Hardcastle. "Yang ingin saya ketahui,
Mr. Bland, adalah apakah Anda pernah melihat orang
ini sebelumnya." Bland menggelengkan kepalanya. "Saya yakin belum pernah. Saya
lumayan baik dalam mengingat wajah."
"Dia tidak mampir kemari dengan maksud-maksud tertentu"menjual polis asuransi
atau "vacuum cleaner, atau mesin cuci, atau
barangbarang lainnya?" "Tidak, tidak. Tentu saja tidak." "Kami mungkin harus
bertanya pada istri Anda," kata Hardcastle.
"Bagaimanapun juga, jika dia datang kemari, istri Andalah yang akan ditemuinya."
"Ya, itu betul sekali. Saya tidak tahu, meskipun... Valerie tidak begitu sehat.
Saya tidak ingin menyusahkannya. Maksud saya
adalah, yah, saya kira ini fotonya ketika mati, bukan?"
"Ya," kara Hardcasde, "itu betul. Tetapi itu sama sekali bukan foto yang
mengerikan." "Memang bukan. Dikerjakan dengan sangat baik. Orang ini kelihatannya sedang
tidur." "Kau membicarakan aku, Josaiah?" Sebuah
pintu penghubung dengan ruangan lain terbuka dan seorang wanita setengah baya
masuk ke ruang tersebut. Dia, menurut
Hardcastle, telah mendengarkan dengan penuh perhatian dari balik pintu.
"Ah, kaukah itu, Sayangku," kata Bland. "Kupikir kau sedang tiduran. Ini istri
saya, Detektif Inspektur Hardcastle."
"Pembunuhan yang mengerikan itu," gumam Mrs. Bland. "Sungguhsungguh membuat saya
bergidik memikirkannya."
Dia duduk di sofa sambil sedikit mengeluh.
"Naikkan kakimu, Sayang," kata Bland.
Mrs. Bland menurut. Dia adalah wanita berambut pirang, dengan suara sedih yang
lirih. Dia kelihatan seperti kurang darah, dan
mempunyai ciri-ciri seperti orang cacat yang menerima cacat nya dengan suatu
kesenangan tertentu. Selama beberapa saat, dia
mengingatkan Inspektur Hardcastle pada seseorang. Dia mencoba berpikir siapa,
tetapi gagal. Suara yang lirih, agak sedih itu terus
berkata. "Kesehatan saya tidak begitu baik, Inspektur Hardcastle, karenanya suami saya
berusaha menghindarkan saya dari segala shock
atau kecemasan. Saya sangat peka. Anda sedang membicarakan sebuah foto, saya
kira, dari"dari orang yang terbunuh itu. Oh,
betapa mengerikan kedengarannya. Saya tidak tahu apakah saya akan tahan
melihatnya!" Mati karena melihatnya, sebetulnya, pikir Hardcastle.
Dengan suara sedikit gusar, dia berkata,
"Mungkin kalau begitu saya tidak perlu meminta Anda untuk melihatnya, Mrs.
Bland. Tadinya saya berpikir mungkin Anda dapat
menolong kami, kalaukalau orang itu pernah mampir ke rumah Anda suatu ketika."
"Saya harus menunaikan kewajiban saya, bukan?" kata Mrs. Bland, dengan senyum
keberanian yang manis. Dia mengulurkan
tangannya. "Kaupikir kau mau menyusahkan dirimu sendiri, Val?"
"Jangan tolol, Josaiah. Tentu saja aku harus melihatnya."
Dia melihat foto itu dengan penuh minat dan, dalam pikiran inspektur itu, dengan
sedikit kecewa. "Dia kelihatannya"sungguh, dia tidak seperti mati sama sekali," katanya. "Tidak
sama sekali, kendati dia telah dibunuh. Apakah
dia"dia tidak mungkin dicekik?"
"Dia ditikam," kata inspektur itu.
Mrs. Bland menutup matanya dan bergidik.
"Oh, oh," katanya, "betapa mengerikan."
"Anda tidak merasa pernah melihatnya, Mrs. Bland?"
"Tidak," kata Mrs. Bland dengan penyangkalan yang jelas, "tidak, tidak, saya
kira tidak. Apakah dia jenis orang yang"yang mampir
ke rumah-rumah menjual barangbarang?"
"Dia tampaknya seperti seorang agen asuransi," kata inspektur itu hati-hati.
"Oh, begitu. Tidak, tidak ada orang seperti itu, saya yakin. Kau tidak pernah
ingat saya menyebutkan hal seperti itu, bukan,
Josaiah?" "Tidak ingat," kata Mr. Bland. "Apakah dia ada hubungannya dengan Miss
Pebmarsh?" tanva Mrs. Bland.
'Tidak," kata inspektur itu, "dia adalah orang asing bagi Miss Pebmarsh."
"Sangat aneh," kata Mrs. Bland. "Anda mengenal Miss Pebmarsh?" "Oh ya, maksud
saya, kami mengenalnya sebagai tetangga, tentu
saja. Dia kadang-kadang bertanya pada suami saya tentang kebun."
"Anda seorang tukang kebun yang hebat," kata inspektur itu.
"Ah, biasabiasa saja," kata Bland membantah. "Tidak punya waktu. Tentu saja,
saya tahu sedikit tentang berkebun. Tetapi saya
punya seorang pekerja yang hebat"datang dua kali seminggu. Dia merawat kebun dan
merapikannya. Saya berani taruhan, tidak ada
kebun yang dapat menandingi kebun kami di sekitar sini, tetapi sava bukannya
tukang kebun sungguhan seperti tetangga saya."
"Mrs. Ramsay?" kata Hardcastle terkejut. "Bukan, bukan, lebih jauh lagi. 63. Mr.
McNaughton. Dia hidup untuk kebunnya. Di situ
terus sepanjang hari, dan gila pada pupuk. Betul, dia sangat membosankan kalau
lagi ngomong soal pupuk"tapi saya rasa bukan itu
yang hendak Anda bicarakan."
"Pasti bukan," kata inspektur itu. "Saya cuma ingin tahu apakah seseorang"Anda
atau istri Anda, misalnya"ada di kebun kemarin.
Bagaimanapun juga, seperti kata Anda, salah satu sudutnya menyentuh batas nomor
19 dan ada kemungkinan Anda melihat sesuatu
yang menarik kemarin"atau mendengar sesuatu, mungkin?"
"Tengah hari, bukan" Ketika pembunuhan itu terjadi, maksud saya."
"Waktu yang relevan adalah antara jam satu sampai jam tiga."
Bland menggelengkan kepalanya. "Saya tidak melihat banyak. Saya ada di sini.
Begitu juga Valerie. Kami sedang makan siang, dan
ruang makan kami menghadap ke jalan. Kami tidak dapat melihat apa yang sedang
terjadi di kebun." "Jam berapa Anda makan?"
"Jam satu atau sekitar itu. Kadangkadang setengah dua."
"Dan Anda tidak pergi ke luar ke kebun sama sekali sesudahnya?"
Bland menggelengkan kepalanya.
"Sesungguhnya," katanya, "istri sava selalu naik ke loteng untuk beristirahat
sesudah makan siang dan, jika tidak terlalu sibuk,
saya berbaring-baring sebentar di kursi di sana. Saya mestinya meninggalkan
rumah sekitar"oh, saya rasa jam tiga kurang
seperempat, tetapi sayangnva saya tidak ke kebun sama sekali."
"Oh, sudahlah," kata Hardcastle mengeluh, "kami harus menanyai setiap orang."
"Tentu, tentu. Saya harap saya dapat lebih ban vak membantu."
"Anda memiliki tempat tinggal yang bagus," kata inspektur itu. "Tidak ada uang
yang dihamburkan, saya rasa." Bland tertawa riang.
"Ah, ya, kami menyukai barangbarang yang bagus. Istri saya punya selera tinggi.
Kami mendapat keberuntungan tahun lalu. Istri
saya memperoleh sejumlah uang dari pamannya. Dia tidak pernah melihat pamannya
selama dua puluh lima tahun. Cukup mengejutkan!
Itu membuat sedikit perbedaan bagi kami, Anda tahu. Kami mampu membiayai diri
kami dengan baik dan kami merencanakan untuk
bepergian dengan kapal-kapal pesiar di tahuntahun mendatang. Sangat terpelajar
katanva, saya dengai. Yunani dan semuanya.
Banyak profesor memberi kuliah di dalam kapal. YahT tentu saja, saya adalah
orang yang mandiri dan saya tidak punya banyak waktu
untuk hal-hal seperti itu, tetapi saya akan te> tarik. Orang yang pergi menggali
ke Troya, dulunya adalah seorang pemilik warung
makanan. Sangat romantis. Saya mengakui bahwa sava senang pergi ke negara-negara
asing"kendati tidak sering saya lakukan"
sua^u kesempatan berakhir pekan di Paris, hanya itu. Saya terbujuk dengan ide
untuk menjual semuanya di sini dan pergi untuk
hidup di Spanyol atau Portugis atau bahkan di Hindia Barat. Banyak orang
melakukannya. Menghemat pajak dan lain-lainnya. Tetapi
istri saya tidak menyetujui ide itu."
"Saya senang bepergian, tetapi saya tidak kepingin hidup di luar Inggris," kata
Mrs. Bland. "Temanteman kami tinggal di sini"
dan saudara perempuan saya juga tinggal di sini, dan setiap orang mengenal kami.
Jika kami ke luar negeri, kami jadi orang asing.
Dan"lagi pula kami mempunyai dokter yang sangat baik di sini. Dia sungguhsungguh
mengerti kesehatan saya. Saya tidak akan
peduli sama sekali dengan dokter asing. Saya tidak akan mempercayainya."
"Kita lihat saja," kata Mr. Bland riang. "Kita pergi pesiar dan kau akan jatuh
cinta pada Kepulauan Yunani."
Mrs. Bland memandangnva seperti mengatakan bahwa hal itu sangat tidak mungkin.
"Mungkin ada juga dokter Inggris yang bermutu di luar negeri," kata Mrs. Bland
raguragu. "Tentu saja," kata suaminya:
Dia menemani Hardcastle dan Colin sampai di pintu depan, mengulangi sekali lagi
betapa menyesalnya dia karena tidak dapat
membantu mereka. "Yah," kata Hardcasde. "Bagaimana pendapatmu tentang dia?"
"Aku tidak mau membiarkan dia membangun rumahku," kata Colin. 'Tetapi seorang
kontraktor yang sedikit licik bukanlah yang
kukejar. Aku mencari seseorang yang penuh pengabdian. Dan sebagai tanggapan pada
kasus pembunuhanmu, kau mendapat jenis
pembunuhan yang salah. Sekarang jika Bland memberi istrinya arsenik atau
menceburkannya ke Laut Aegea dengan maksud untuk
mewarisi uangnya, dan menikah dengan seorang gadis pirang yang cantik-?"
"Akan kita urus kalau itu benarbenar terjadi," kata Inspektur Hardcastle.
"Sementara ini kita harus terus dengan pembunuhan
ini" BAB 10 Di WILBRAHAM CRESCENT NO. 62, Mrs. Ramsay berkata pada dirinya sendiri untuk
menghibur hati, "Dua hari lagi. Tinggal dua hari."
Disibakkannya beberapa helai rambut basah yang menutupi dahinya. Sebuah bunyi
pecah yang hebat terdengar dari dapur. Mrs.
Ramsay merasa sangat segan untuk pergi dan melihat apa yang terjadi. Jika saja
dia dapat berpurapura bahwa tidak ada yang
pecah. Oh, oh "tinggal dua hari. Dia berjalan ke seberang gang, mendorong pintu
dapur dan berkata dengan suara yang jauh dari
marah dibandingkan suaranya tiga minggu yang lalu,
"Sekarang apa yang telah kalian lakukan?"
"Maaf, Bu," kata anak laki-lakinya, Bill. "Kami sedang main bowling dengan
kaleng-kaleng ini dan entah bagaimana kaleng-kaleng itu
menggelinding ke bawah lemari porselen."
"Kami tidak bermaksud demikian," kata adiknya, Ted, menguatkan.
"Yah, pungudah benda-benda itu dan letakkan kembali dalam lemari. Kemudian
sapulah pecahan-pecahan porselen dan buang ke
tong sampah." "Oh, Bu, jangan sekarang dong." "Ya, sekarang,"
"Ted dapat melakukannya," kata Bill.
"Enaknya," kata Ted. "Selalu menyuruh aku. Aku tidak mau melakukannya kalau kamu
tidak mau." "Taruhan, kamu pasti mau." "Taruhan, aku tidak akan mau." "Kupaksa kau." "Yahhf"
Anakanak itu bergulat dengan seru. Tcd dipaksa telungkup di bawah meja dapur dan
semangkuk telur bergoyang-goyang
mengkhawatirkan. "Oh, keluar dari dapur!" teriak Mrs. Ramsay. Dia mendorong kedua anaknya ke luar
melalui pintu dapur dan menutupnya. Sudah itu
dia mulai memunguti kaleng-kaleng serta menyapu pecahan-pecahan porselen
tersebut. Dua hari lagi, pikirnya, dan mereka akan kembali ke sekolah! Betapa
menyenangkan, betapa tenteramnya bagi seorang ibu!
Dia ingat samar-samar ucapan jahat dari seorang penulis wanita. Hanya ada enam
hari gembira dalam setahun bagi seorang wanita.
Hari pertama dan hari terakhir acara liburan. Memang betul, pikir Mrs. Ramsay
sambil menyapu kepingan-kepingan peralatan
makannya yang terbaik. Betapa senang dan gembiranya dia ketika mengharapkan
kedatangan anak-anaknya lima minggu yang lalu! Dan
sekarang" "Besok," dia mengulangi lagi bagi dirinya sendiri, "besok Bill dan Ted
akan kembali ke sekolah. Aku hampir tidak percaya.
Aku tidak sabar lagi!"
Betapa tenteramnya lima minggu vang lalu ketika dia menjemput mereka di stasiun.
Gejolak dan rasa sayang mereka waktu pulang.
Cara mereka menghambur ke seluruh pelosok rumah dan kebun. Sebuah kue khusus
dipanggang untuk teman minum teh. Dan
Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekarang"apa yang dia harapkan sekarang" Suatu hari yang betul-betul tenang.
Tidak perlu menyiapkan makanan yang banyak, tidak
perlu terus-terusan membersihkan. Dia mencintai anak-anaknya"mereka anakanak
yang baik, itu tidak perlu diragukan. Dia bangga
dengan mereka. Tetapi mereka juga meletihkan. Nafsu makan mereka, vitalitas
mereka, suara ribut yang mereka buat.
Pada saat itu, teriakan-teriakan mereka mengeras. Dia menoleh terkejut. Tidak
apa-apa. Mereka cuma pergi ke kebun. Itu lebih
baik, lebih banyak ruang gerak bagi mereka di kebun. Mereka mungkin mengganggu
para tetangga. Dia harap mereka tidak
mengganggu kucing-kucing Mrs. Hemming lagi. Tidak, itu harus diakui, bukan demi
kebaikan kucing-kucing itu, tetapi karena kawat
berduri yang mengelilingi kebun Mrs. Hemming dapat merobek celana pendek mereka.
Dia melirik ke arah kotak obat yang terletak
di atas meja. Bukannya dia terlalu cerewet menanggapi kenakalan-kenakalan alami
anakanak penuh vitalitas itu. Kenyataannya
peringatan pertamanya yang tidak dapat dielakkan adalah, "Nah, bukankah sudah kukatakan beratus-ratus
kali, kau tidak boleh meneteskan darah di ruang
tamu! Segeralah ke dapur dan teteskan di sana, karena aku dapat menghapusnya
dari lantai linoleum."
Sebuah teriakan hebat dari luar terhenti tiba-tiba, diikuti dengan kesunyian
yang begitu mencekam, sehingga Mrs. Ramsay malah
merasa waswas. Sungguh, kesunyian itu sangat tidak alami. Dia berdiri bingung
dengan papan pe-nyerok berisi pecahan-pecahan
porselen di tangannya. Pintu dapur terbuka dan Bill berdiri di sana. Sebuah
ekspresi kegairahan yang amat besar dan sangat tidak
wajar menghiasi wajah yang baru berumur sebelas tahun itu.
"Bu," katanya, "ada seorang detektif inspektur di sini dan ada seorang lakilaki
lain bersamanya." "Oh," kata Mrs. Ramsay lega. "Dia mau apa, Savang?"
"Dia mau ketemu Ibu," kata Bill, "tapi kupikir itu pasti ada hubungannya dengan
pembunuhan itu. Ibu tahu, di rumah Miss
Pebmarsh kemarin." "Aku tidak mengerti kenapa dia harus datang dan menemuiku," kata Mrs. Ramsay,
dengan suara sedikit bingung.
Hidup ini selalu berkesinambungan, pikirnya. Bagaimana dia bisa memperoleh
kentang yang bagus untuk memasak rebusan ala
Irlandia, jika detektif inspektur itu datang pada saat seperti ini"
"Oh, biailah," katanya mengeluh. "Kukira lebih baik dia kutemui."
Dia melemparkan pecahan-pecahan porselen itu ke dalam tong sampah di bawah bak
cuci, mencuci tangannya di bawah keran air,
merapikan rambutnya dan siap untuk mengikuti Bill, yang berkata tidak sabar,
"Oh, ayolah, Bu/"
Mrs. Ramsay dengan Bill rapat di sampingnya, masuk ke ruang duduk. Dua orang
lakilaki berdiri di sana. Anak bungsunya, Ted,
menemani mereka, menatap mereka dengan mata terbelalak kagum.
"Mrs. Ramsay?" "Selamat pagi."
"Saya kira anakanak muda ini telah mengatakan pada Anda bahwa saya adalah
Detektif Inspektur Hardcastle."
"Sungguh sangat tidak menyenangkan," kata Mrs. Ramsay. "Pagi ini sangat tidak
menyenangkan. Saya sibuk sekali. Apakah ini akan
memakan waktu lama?" *
"Sama sekali tidak," kata Detektif Inspektur Hardcastle meyakinkan. "Boleh kami
duduk?" "Oh, ya, silakan, silakan."
Mrs. Ramsay duduk di kursi bet sandaran tegak dan memandang mereka dengan tidak
sabar. Dia curiga bahwa ini akan memakan
waktu lama. "Kalian berdua tidak perlu tetap di sini," kata Hardcastle pada anakanak itu
dengan ramah. "Au, kami tidak akan pergi," kata Bill.
"Kami tidak akan pergi," ulang Ted.
"Kami mau mendengar semuanya," kata Bill.
"Tentu saja,"' kata Ted. "Apakah darahnya banyak?" tanya Bill. "Apakah itu
perampokan?" kata Ted. "Diam, Anakanak," kata Mrs.
Ramsay. "Tidakkah kalian dengar"Mr. Hardcastle berkata bahwa beliau tidak
menginginkan kalian di sini5" "Kami tidak akan pergi,"
kata Bill. "Kami mau mendengar."
Hardcastle berjalan menuju pintu dan membukanya Dia menatap anakanak itu.
"Keluar," katanya.
Hanya satu kata saja dan diucapkan dengan pelan, tetapi di baliknya terdapat
suatu kualitas kewibawaan. Tanpa berkata apa-apa
lagi anakanak itu bangkit, menggeserkan kaki-kaki mereka dan bergerak ke luar
ruangan. Mengagumkan, pikir Mrs. Ramsay penuh penghargaan. Ah, mengapa aku tidak bisa
sepeiti itu" Tetapi,tentu saja, dia mempertimbangkan, dia adalah ibu anakanak itu. Dia tahu
bahwa anakanak lakilaki, ketika mereka keluar,
mempunyai tingkah laku yang sama sekali berbeda daripada jika mereka di rumah.
Selalu saja para ibu yang mendapat tidak enaknya.
Tetapi mungkin, dia mempertimbangkan, orang lebih suka demikian. Memiliki
anakanak lakilaki yang manis, diam, sopan, penuh
perhatian di rumah, dan berubah menjadi berandal-berandal kecil di luar, yang
menciptakan alasan-alasan yang tidak masuk akal bagi
diri mereka sendiri, adalah lebih buruk"ya, itu lebih buruk. Dia teringat akan
apa yang diharapkan dari padanya, ketika Inspektur
Hardcastle datang kembali dan duduk lagi.
"Jika ini tentang kejadian di nomor 19 kemarin," katanya dengan cemas, "saya
sungguh tidak tahu apa yang dapat saya katakan
pada Anda, Inspektur. Saya tidak tahu apa-apa. Saya bahkan tidak tahu siapa yang
tinggal di sana." "Rumah itu didiami oleh Miss Pebmarsh. Dia buta dan bekerja di Institut
Aaronberg." "Oh, begitu," kata Mrs. Ramsay. "Saya khawatir saya hampir tidak mengenal siapa
pun di Crescent bernomor kecil."
"Apakah Anda berada di sini kemarin antara jam setengah dua dan jam tiga?"
"Oh, ya," kata Mrs. Ramsay. "Saya harus masak untuk makan malam dan lain-lain.
Bagaimanapun juga saya pergi keluar
sebelumnya. Saya mengajak anakanak ke bioskop."
Inspektur itu mengeluarkan sebuah foto dari sakunya dan mengulurkannya
kepadanya. "Saya ingin tahu apakah Anda pernah melihat orang ini sebelumnya."
Mrs. Ramsay memandang foto itu dengan minat sedikit saja.
"Tidak," katanya, "tidak, saya rasa tidak. Saya tidak yakin saya dapat
mengingatnya kalau saya pernah melihatnya."
"Dia tidak datang ke rumah ini pada suatu waktu"mencoba menjual polis asuransi
pada Anda atau barangbarang lain seperti
itu?" Mrs. Ramsay menggelengkan kepalanya dengan lebih yakin.
'Tidak. Tidak, saya yakin tidak."
"Namanya, kami mempunyai alasan tertentu untuk mempercayainya, adalah Curry. Mr.
R. Curry." Inspektur Hardcastle mengamat-amannya. Mrs. Ramsay menggelengkan kepalanya lagi.
"Saya khawatir," katanya minta maaf, "saya sungguhsungguh tidak mempunyai waktu
untuk melihat atau memperhatikan
apa pun selama anakanak libur."
"Itu selalu merupakan masa yang sibuk, bukan?" kata inspektur itu. "Anda
memiliki anakanak yang hebat. Penuh gairah
hidup dan semangat. Agak terlalu bersemangat kadang-kadang."
Mrs. Ramsay tersenyum. "Ya," katanya, "memang sedikit capek, tetapi mereka sebenarnya adalah anak anak
yang sangat baik." "Saya yakin itu," kata Inspektur Hardcastle. "Anakanak baik, kedua-duanya.
Sangat cerdas, saya kira. Saya akan
bercakap-cakap dengan mereka sebelum saya pergi, jika Anda tidak keberatan.
Anakanak lakilaki memperhatikan hal-hal
yang kadang-kadang tidak diperhatikan oleh anggota keluarga lainnya."
"Saya tidak begitu mengerti bagaimana mereka bisa memperhatikan sesuatu," kata
Mrs. Ramsay. "Kami bukan
tetangganya." "Tetapi kebun belakang Anda saling membelakangi."
"Ya, memang begitu," kata Mrs. Ramsav. "Tetapi letaknya cukup terpisah."
"Anda mengenal Mrs. Hemming di nomor 20?"
"Yah, dapat dikatakan begitu," kata Mrs. Ramsay, "oleh karena kucing-kucingnya
dan hal-hal lainnya."
"Anda suka kucing?"
"Oh, tidak," kata Mrs. Ramsav, "bukan begitu. Maksud saya keluhan-keluhan." "Oh,
begitu. Keluhan-keluhan. Tentang
apa?" Mrs. Ramsav merah mukanya. "Masalahnya adalah," katanya, "kalau orang
memelihara kucing dengan cara seperti
itu"dia punya empat belas"dia akan mutlak tergila-gila pada makhluk-makhluk itu.
Dan itu semua adalah omong kosong.
Saya suka kucing. Kami dulu memiliki seekor kucing betina. Sangat pandai
menangkap tikus. Tetapi segala keributan yang
ditimbulkan wanita itu, memasak makanan khusus"hampir-hampir tidak pernah
membiarkan makhluk-makhluk malang itu
menikmati kehidupan mereka sendiri. Tentu saja kucing-kucing itu selalu mencoba
minggat. Saya juga akan begitu kalau saya
jadi kucingnya. Dan anakanak itu sesungguhnya sangat baik, mereka tidak akan
menyiksa kucing dengan cara apa pun. Apa
yang saya katakan adalah kucing dapat memelihara dirinya sendiri dengan sangat
baik. Mereka adalah hewan yang memiliki
akal, kalau saja mereka diperlakukan dengan masuk akal."
"Saya yakin Anda benar?" kata Inspektur Hardcastle. "Anda mestinya sangat
sibuk," lanjutnya, "membuat anakanak Anda merasa
gembira dan memberi mereka makan selama liburan. Kapan mereka kembali ke
sekolah?" "Lusa," kata Mrs. Ramsav. "Mudah-mudahan
Anda dapat beristirahat setelah itu."
"Maksud saya, saya ingin bermalas-malasan," kata Mrs. Ramsay.
Orang lakilaki muda satunya, yang selama ini diam-diam mencatat, mengejutkannya
sedikit dengan berbicara.
"Anda mestinya memakai satu dari gadis-gadis asing itu," katanya. "Aupair,
begitu kan sebutannya, datang dan mengerjakan
pekerjaan rumah tangga di sini dengan imbalan dapat belajar Inggris."
"Saya rasa saya bisa mencobanya," kata Mrs. Ramsay, mempertimbangkan, "meskipun
saya selalu merasa bahwa orang asing itu
sulit. Suami saya menertawakan saya. Tetapi tentu saja dia lebih tahu tentang
itu daripada saya. Saya tidak sesering dia pergi ke
luar negeri." "Dia sedang bepergian sekarang, bukan?"
"Ya"dia harus ke Swedia pada awal Agustus. Dia seorang insinyur bangunan.
Sayangnya dia harus pergi waktu itu"pada awal
liburan lagi. Dia sangat pandai menangani anakanak. Dia lebih suka main kereta
api listrik daripada anakanak. Kadangkadang rel-rel
dan halaman-halaman stasiun dan semuanya disusun melintasi gang dan masuk ke
ruangan lain. Sulit untuk tidak tersandung." Dia
menggelengkan kepalanya. "Orang lakilaki seperti anakanak juga," katanya penuh
pengertian. "Kapan dia pulang, Mrs. Ramsay?" "Saya tidak pernah tahu." Dia mengeluh. "Itu
memang agak"sulit." Suaranya bergetar. Colin
memandangnya tajam. "Kami tidak boleh menyita waktu Anda lebih banyak lagi, Mrs. Ramsay." Hardcastle
bangkit berdiri. "Mungkin anakanak Anda dapat menunjukkan kebun pada kami?"
Bill dan Ted sedang menunggu di gang dan segera menyambut usul tersebut.
"Tentu saja," kata Bill merendah, "kebun kami ini tidak luas.'*
Ada sedikit usaha untuk merawat kebun di Wilbraham Crescent No. 62 agar kelihatan teratur. Pada satu sisi
ada bedeng-bedeng bunga dahlia dan bunga daisy Michaelmas. Kemudian ada sebuah lapangan rumput
kecil yang tidak rapi pangkasannya. Jalan-jalan
setapak yang ada sangat perlu dirapikan, model-model pesawat terbang, senapan
luar angkasa, dan bentuk-bentuk lain dari ilmu
pengetahuan modern tergeletak di sana, kelihatannya sedikit aus. Di ujung kebun
ada sebatang pohon apel merah yang bagus. Di
sebelahnya ada sebatang pohon pir. "Itu dia," kata Ted, menunjuk ke sela di
antara pohon apel dan pohon pir, dari mana bagian
belakang kebun Miss Pebmarsh terlihat jelas. "Itu nomor 19 yang ada
pembunuhannya." "Kalian dapat melihat rumahnya dengan jelas, bukan?" kata Inspektur Hardcastle.
"Tetapi masih lebih baik, saya rasa,
dari jendela loteng."
"Betul," kata Bill. "Jika kami ada di atas kemarin, dan melihat ke luar, kami
mungkin melihat sesuatu. Tapi kami tidak
melakukannya,'* "Kami pergi ke bioskop," kata Ted. "Apakah ada sidik jari?"
tanya Bill. 'Tidak begitu berguna. Apakah
kalian berada di kebun kemarin?"
"Oh, ya, bolak-balik saja," kata Bill. "Sepanjang pagi. Walau begitu kami tidak
mendengar apa-apa, atau melihat apaapa."
"Kalau kami ada di sini sore itu, kami mungkin mendengar jeritan-jeritan," kata
Ted sedih. "Jeritan-jeritan seram/*
"Kalian mengenal Miss Pebmarsh, wanita pemilik rumah itu?"
Anakanak itu saling memandang, kemudian
mengangguk. "Dia buta," kata Ted, "tetapi dia dapat berjalan-jalan mengitari kebunnya dengan
baik. Tidak perlu berjalan dengan
tongkat atau benda-benda seperti itu. Dia melemparkan bola kembali kepada kami
suatu kali. Dia cukup baik."
"Kalian tidak melihatnya sama sekali kemarin?"
Anakanak itu menggelengkan kepala.
"Kami tidak akan melihatnya di pagi hari. Dia selalu ke luar," Bill menjelaskan.
"Dia biasanya pergi ke kebun sesudah
minum teh." Colin sedang menjelajahi sejalur selang air yang terpasang pada sebuah keran air
di dalam rumah. Selang itu terjulur
sepanjang jalan setapak kebun dan berhenti di sebuah sudut dekat pohon pir itu.
"Saya tidak pernah tahu kalau pohon pir perlu disirami," katanya.
"Oh, itu," kata Bill. Dia kelihatan sedikit malu. "Sebaliknya," kata Colin,
"jika kalian memanjat pohon ini," Dia memandang
kedua anak itu dan tiba-tiba menyeringai. "Kalian bisa menyemprotkan air untuk
mempermainkan seekor kucing, bukan?"
Kedua anak itu menggeser-geserkan kaki mereka
di tanah dan memandang ke semua arah kecuali
ke arah Colin. > "Itu yang kalian lakukan, bukan?" kata Colin. "Au, yah...,*' kata Bill, "itu tidak
melukai mereka. Sungguh tidak," katanya
membela diri. "Tidak seperti katapel." "Saya kira kalian juga biasa main
katapel." "Bukan begitu," kata Ted. "Kami tidak
pernah menjepret apa pun."
"Bagaimanapun juga, kalian betul-betul senang bermain-main dengan selang air
itu, kadang-kadang," kata Colin, "dan
kemudian Mrs. Hemming datang kemari dan mengadu?" "Dia selalu mengadu," kata
Bill. "Kalian pernah menerobos pagarnya?"
"Tidak melalui kawat duri itu," kata Tcd tanpa sadar.
"Tapi kalian kadang-kadang masuk ke kebunnya, betul nggak" Bagaimana kalian
melakukannya?" "Yah, Anda dapat masuk melalui pagar"ke dalam kebun Miss Pebmarsh. Terus sedikit
ke kanan Anda dapat mendorong semaksemak
itu dan masuk ke kebun Mrs. Hemming. Ada sebuah lubang di antara kawat berduri
di sana."
Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kamu nggak bisa diam ya, Tolol?" kata Bill.
"Saya rasa kalian melakukan perburuan kecil-kecilan untuk mencari jejak sejak
ada pembunuhan itu?" kata Hardcastle.
Anakanak itu saling memandang.
"Ketika kalian kembali dari bioskop dan mendengar apa yang telah terjadi,
taruhan kalian pasti menerobos pagar dan masuk ke
kebun nomor 19 dan mencari-cari dengan sepuas hati."
"Yah?" Bill berhenti waspada.
"Bisa jadi," kata Hardcastle serius, "kalian justru menemukan sesuatu yang tidak
terlihat oleh kami. Jika memang begitu"er"
sava akan sangat berterima kasih kalau kalian mau menunjukkan koleksi kalian
pada saya." Bill membuat keputusan. "Ambilkan Ted," katanya.
Ted berlari mematuhi perintahnya.
"Saya kira temuan kami tidak begitu baik," Bill mengakui. "Kami hanya"sekadar
berpurapura." Dia memandang Hardcasde cemas.
"Saya cukup mengerti," kata inspektur itu. "Kebanyakan pekerjaan polisi seperti
itu. Banyak yang mengecewakan/*
Bill kelihatan lega. Ted kembali. Dia mengulurkan sebuah buntal-an sapu tangan dekil yang sudah
pudar-warnanya. Hardcastle membukanya, dengan
masing-masing anak berdiri di sampingnya, dan menyebarkan isinya.
Ada sebuah pegangan cangkir, sebuah pecahan porselen dengan pola pohon willow,
sebuah sekop yang patah, sebuah garpu yang
sudah berkarat, sekeping uang logam, sebuah gesper baju, sepotong kaca yang
berwarna-warni, dan sebuah gunting yang tinggal
separo. "Sebuah temuan yang menarik," kata inspektur itu serius.
Dia memaklumi wajah-wajah anakanak itu, yang penuh semangat dan memungut pecahan
kaca tersebut. "Saya ambil ini. Mungkin ada hubungannya dengan sesuatu."
Colin memungut uang logam tersebut dan memeriksanya.
"Bukan Inggris," kata Ted.
"Bukan," kata Colin. "Bukan Inggris." Dia memandang Hardcastle yang ada di
depannya. "Kami mungkin harus mengambil ini juga,"
usulnva. "Jangan bilang apa-apa tentang hal ini pada siapa pun," kata Hardcastle dengan
gaya mengajak mereka bersekutu.
Anakanak itu berjanji sepenuh hati kalau mereka tidak akan melakukannya.
BAB 1 1 "Ramsay" kata Colin sambil berpikir.
"Ada apa dengan dia?"
"Aku menyukai bunyinya, itu saja. Dia berkelana di luar negeri"secara mendadak.
Istrinya berkata dia seorang insinyur bangunan,
tetapi kelihatannya hanya itu saja yang diketahuinya tentang suaminya."
"Dia wanita yang baik," kata Hardcastle.
"Ya"dan tidak begitu bahagia."
"Capek, itu saja. Anakanak selalu melelahkan."
"Kupikir lebih dari itu."
"Tentunya orang yang kaucari tidak akan merepotkan diri dengan seorang istri dan
dua anak lakilaki," kata Hardcastle raguragu.
"Kau tak pernah tahu," kata Colin. "Kau akan kaget dengan penyamaran yang mereka
lakukan. Seorang janda miskin dengan dua
orang anak bisa saja diajak untuk membuat penyamaran itu."
"Aku tidak setuju kalau dia termasuk tipe yang begitu," kata Hardcastle.
"Maksudku bukan hidup dalam desa, Bung.
Maksudku dia setuju untuk menjadi Mrs. Ramsay dan melengkapi latar belakangnya.
Dia bisa membuat wanita itu bertekuk lutut. Dia
akan melakukan pekerjaan mata-mata, katakan pada pihak kita. Semuanya sangat
patriotis." Hardcasde menggelengkan kepalanya.
"Kau hidup dalam dunia yang aneh, Colin," katanya.
"Ya, memang. Kupikir, kau tahu, aku harus keluar darinya suatu hari... Orang mulai
lupa apa adalah apa dan siapa adalah siapa.
Setengah dari orangorang ini bekerja untuk kedua belah pihak dan akhirnya mereka
sendiri tidak tahu di pihak mana mereka
sebenarnya berada. Standar-standar menjadi kacau.... Oh, sudahlah"mari kita
teruskan urusan ini."
"Lebih baik kita ke McNaughton," kata Hardcastle, berhenti sebentar di pintu
gerbang nomor 63. "Kebunnva sedikit menyentuh
nomor 19"sama seperti Bland."
"Apa yang kauketahui tentang McNaughton?"
"Tidak banyak"mereka datang kemari sekitar setahun yang lalu. Sepasang suami
istri setengah baya"pensiunan dosen, kurasa.
Dia sekarang berkebun."
Di kebun depan ada semaksemak mawar dan sebuah bedeng bunga krokus musim gugur
di bawah jendela. Seorang wanita yang periang dengan baju bercorak bunga-bunga cerah membukakan
pintu dan berkata, "Anda ingin"-Ya?"
Hardcastle bergumam, "Pembantu asing akhirnya," dan mengulurkan kartunya.
"Polisi," kata wanita muda itu. Dia mundur selangkah-dua langkah, dan memandang
Hardcastle seolah-olah dia adalah Fiend yang
hidup kembali. "Mrs. McNaughton," kata Hardcastle.
"Mrs, McNaughton ada."
Dia memimpin mereka menuju ruang duduk yang menghadap ke kebun belakang. Ruang
itu kosong. "Dia ada di loteng," kata wanita muda itu, yang kini tidak riang lagi. Dia
keluar ke gang dan memanggil-manggil,
"Mrs.McNaughton"Mis. McNaughton."
Sebuah suara di kejauhan menjawabnya, "Ya. Ada apa, Gretel?"
"Ada polisi"dua polisi. Saya suiuh mereka menunggu di mang duduk."
Terdengar bunyi bergegas vang pelan dari loteng dan kata-kata, "Aduh. Aduh, ada
apa lagi." Kemudian terdengar bunyi derap
Itaki dan akhirnya Mi s. McNajughton memasuki ruangan tersebut dengan wajah yang
mengandung kecemasan. Menurut Hardcasde
kecemasan sudah biasa membayangi wajah Mrs. McNaughton. , "Aduh," katanya lagi,
"aduh. Inspektur"apa tadi"Hardcastle"oh,
ya." Dia melihat pada kartu. 'Tetapi mengapa Anda menemui kami} Kami tidak tahu
apa-apa tentang itu. Maksud saya, saya pikir ini
berhubungan dengan pembunuhan ku, bukan" Maksud saya, ini tidak ada hubungannya
dengan surat izin televisi?"
Hardcastle meyakinkannya tentang ha! itu.
"Semuanya kelihatan begitu luar biasa, bukan?" kata Mrs. McNaughton, menjadi
cerah. "Dan sekitar tengah hari lagi. Waktu yang
aneh untuk datang dan merampok sebuah rumah. Waktu yang tepat saya kira, ketika
orang-onng biasanya ada di rumah. Tetapi kita
sering membaca hal-hal seperti itu sekarang ini. Semua terjadi di siang bolong.
Yah, beberapa teman kami"mereka pergi makan
siang dan sebuah mobil pengangkut mebel datang dan orang-orangnya masuk ke dalam
rumah dan membawa pergi semua mebel yang
ada. Seluruh jalan, melihatnya tetapi tentu saja mereka tidak pemah mengira
kalau terjadi sesuatu di sana. Anda tahu, saya
sungguhsungguh yakin saya mendengar seseorang menjerit kemarin, tetapi Angus
berkata bahwa itu suara anakanak Mrs. Ramsav
yang menjengkelkan itu. Mereka berkeliaran di kebun, membuat suara-suara ribut
seperti kapal luar angkasa, atau roket-roket, atau
bom-bom atom. Betul-betul menakutkan, kadang-kadang."
Sekali lagi Hardcastle mengeluarkan fotonva. "Apakah Anda pernah melihat orang
ini, Mrs. McNaughton?"
Mrs. McNaughton menatap foto tersebut dengan penuh minat.
"Saya hampir yakin saya pernah melihatnya.
Ya. Ya, saya hampir pasti. Nah, kapankah itu" Apakah dia orang yang datang
kemari untuk menanyakan apakah saya mau membeli
sebuah ensiklopedi baru dalam empat belas jilid" Atau apakah dia orang yang
datang kemari dengan sebuah vacuum cleaner model
baru. Saya tidak mau menemui dia dan dia keluar dan meresahkan suami saya di
kebun depan. Angus sedang menanam beberapa umbi
bunga, dan dia tidak ingin diganggu dan orang itu terus berbicara tentang
kehebatan barang jualannya itu. Anda tahu, bagaimana
benda itu dengan cepat bisa membersihkan gorden-gorden, anakanak tangga, dan
bantal-bantal kursi, serta benda-benda yang
harus dibersihkan di musim semi. Semuanya, katanya, betul-betul semuanya.
Kemudian Angus memandangnya dan berkata,
'Dapatkah benda itu menanam umbi bunga"' dan saya mesti mengakui bahwa saya
tidak tahan untuk tidak tertawa sebab orang itu
sangat terkejut dan langsung pergi."
"Dan Anda benarbenar yakin bahwa dia adalah orang yang ada di foto ini?"
"Wah, tidak, saya tidak begitu yakin," kata Mrs. McNaughton, "sebab dia lebih
muda umurnya, saya baru sadar sekarang. Tetapi
sama saja, saya tetap yakin saya pernah melihat wajah ini sebelumnya. Ya.
Semakin saya melihatnya semakin yakin saya kalau dia
pernah datang kemari dan menawarkan sesuatu pada saya." "Polis asuransi
mungkin?" "Bukan, bukan, bukan polis asuransi. Suami
aya menangani semua urusan sepeiti itu. Kami betul-betul sudah terasuransi dalam
segala hal. Bukan. Tetapi sama saja"
ya, semakin saya melihat foto ini?"
Hardcastle tidak begitu bersemangat mendengar ucapannya, meskipun tampaknya dia
mestinya tertarik. Dia menggolongkan
Mrs. McNaughton, berdasarkan seluruh pengalamannya, sebagai seorang wanita yang
terlalu bergairah karena dia pernah
melihat seseoiang yang ada hubungannya dengan pembunuhan. Semakin lama dia
memandang foto tersebut, semakin yakin dia
kalau dia dapat mengingat seseorang seperti yang ada difoto itu.
Hardcastle mengeluh. "Dia mengendarai sebuah mobil boks, saya rasa," kata Mrs McNaughton. "Tetapi
kapan tepatnya saya melihatnya saya
tidak ingat. Mobil boks tukang roti, saya rasa."
"Anda tidak melihatnya kemarin, bukan, Mrs. McNaughton?"
Mrs. McNaughton sedikit kecewa. Dia menyibakkan'rambut keriting putihnya yang
kurang rapi ke belakang."
'Tidak. Tidak, tidak kemarin" karan\a. "Paling tidak " " dia berhenti. "Sava
kira tidak." Kemudian dia menjadi sedikit
cerah. "Mungkin suami saya dapat mengingatnya." "Anakah dia ada di rumah"v "Oh,
dia ada di kebun." Dia menunjuk melalui
jendela dan pada saat itu tampak seorang lakilaki setengah baya sedang mendorong
sebuah gerobak dorong sepanjang jalan
setapak. "Mungkin kami bisa keluar dan berbicara dengannya?"
"Tentu saja. Lewat sini."
Dia memimpin jalan melalui sebuah pintu samping dan masuk ke kebun. Mr.
McNaughton bersimbah keringat.
'Tuan-tuan ini dari kepolisian, Angus," kata istrinya dengan napas
terengahengah. "Mereka datang sehubungan dengan
pembunuhan di rumah Miss Pebmarsh. Mereka memiliki foto orang itu. Tahukah kau,
aku yakin aku pernah melihatnya di suatu
tempat. Bukan orang itu, kan, yang datang kemai i minggu lalu dan bertanya pada
kita kalau kita punya barang antik yang hendak
dibuang?" "Coba kulihat," kata Mr. McNaughton. 'Tolong pegangkan saja," katanya pada
Hardcastle. "Tangan sayra penuh tanah."
Dia memandang sebentar dan berkomentar, "Saya belum pernah melihat orang itu
seumur hidup saya." "Tetangga Anda berkata Anda sangat suka berkebun," kata Hardcastle.
"Siapa yang bilang pada Anda kalau"bukan Mrs. Ramsay?"
"Bukan. Mr. Bland." Angus McNaughton mendengus.
"Bland tidak tahu apa artinya berkebun," katanya. "Membuat bedeng-bedeng tanah,
itu saja yang dia lakukan. Menggaru di
sepanjang pinggiran bunga-bunga begonia dan geranium dan lobelia. Bukan itu yang
saya maksud dengan berkebun. Mungkin lebih
baik hidup di sebuah taman umum. Apakah Anda tertarik pada semaksemak,
Inspektur" Tentu saja, sekarang ini bukan musimnya,
tetapi saya memiliki satu atau dua jenis semak di sini, yang dapat membuat Anda
tercengang atas kemampuan saya menanam
mereka. Semak yang kata orang hanya dapat tumbuh dengan baik di Devon dan
Cornwall." "Saya kira saya tidak ditakdirkan untuk menjadi seorang pencinta kebun yang
sejati," kata Hardcastle.
McNaughton memandangnya seperti seorang seniman memandang seseorang yang berkata
mereka tidak tahu apa-apa tentang
seni tetapi mereka tahu apa yang mereka sukai.
"Saya kira sava telah membicarakan topik yang kurang menyenangkan," kata
Hardcastle, "Tentu saja. Urusan kemarin itu. Saya ada di kebun waktu hal itu terjadi,"
"Oh, ya?" **Yah, maksud sava, saya ada di sini ketika gadis itu menjerit."
"Apa yang Anda lakukan?"
"Yah," kata Mr. McNaughton agak kemalu-maluan, "saya tidak melakukan apa-apa.
Sebab saya pikir itu adalah perbuatan anakanak
Ramsay yang kurang ajar itu. Selalu berteriak dan menjerit dan membuat ribut."
"Tetapi tentunya jeritan ini tidak datang dari arah yang sama?"
"Tidak kalau anakanak jahanam itu selalu tinggal di kebun mereka sendiri. Tetapi
mereka tidak begitu. Mereka
menerobos pagar-pagar dan tanaman-tanaman orang lain. Mereka mengejar-ngejar
kucing-kucing malang milik Mrs. Hemming
di kebunnya. Tidak ada orang yang dapat menangani mereka, itu susahnya. Ibu
mereka lembek seperti agar-agar. Tentu
saja, kalau dalam satu rumah tidak ada orang laki-lakinya, maka anakanak
lakilaki jadi sulit diatur."
"Mr. Ramsav sering ke luar negeri saya kira." "Saya tahu dia seorang insinyur
bangunan," kata Mr. McNaughton lirih.
"Selalu bepergian ke mana-mana. Dam,* begitulah. Aku tidak menyumpah, Sayangku,"
dia meyakinkan istrinya. "Maksud saya
pekerjaan-pekerjaan sehubungan dengan pembangunan bendungan-bendungan atau pipa
pipa minyak, dan lain-lain. Saya
tidak begitu paham. Dia harus ke Swedia bulan lalu secara mendadak. Itu artinya
memberi banyak pekerjaan pada ibu anakanak
itu "memasak dan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan itu"dan, yah"tentu saja
mereka jadi liar. Mereka bukan
anakanak jahat, tetapi mereka tidak disiplin." "Anda sendiri tidak melihat apaapa"maksud saya selain mendengar jeritan itu"
Omong-omong, kapan itu?"
"Tidak tahu," kata Mr. McNaughton. "Saya selalu mencopot jam tangan saya sebelum
pergi ke kebun. Kemarin dulu jam saya terkena air dan
harus direparasi. Jam berapa waktu itu, Sayang" Kau mendengarnya juga, bukan?"
"Mungkin jam setengah tiga"paling tidak setengah jam setelah kami makan siang."
"Begitu. Jam berapa Anda makan siang?" "Setengah dua,"
kata Mr. McNaughton, "jika kami beruntung. Gadis Denmark kami itu tidak bisa
membaca jam." "Dan sesudahnya"apakah Anda tidur siang?" "Kadangkadang. Hari ini tidak. Saya
ingin melanjutkan pekeijaan saya. Saya membuang rantingranting
lapuk, menambah timbunan pupuk, dan lain-lain."
"Hal yang mengagumkan, timbunan pupuk," kata Hardcastle serius.
Mr. McNaughton segera menjadi cerah. "Tentu. Tidak ada yang lebih hebat dari
itu. Ah! Orangorang yang saya kenal. Mereka suka pakai pupuk
kimia! Bunuh diri! Mari saya
tunjukkan."
Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia menarik lengan Hardcastle dengan penuh semangat dan mendorong gerobaknya
sepanjang jalan setapak sampai ke batas pagar yang memisahkan
kebunnya dengan kebun nomor 19. Dipagari dengan semaksemak bunga lila, timbunan
pupuk itu mempertunjukkan kehebatannya. Mr.
McNaughton mendorong gerobaknya ke dalam sebuah gudang kecil di sampingnya. Di
dalam gudang itu berbagai peralatan teratur rapi.
"Anda menyimpan semuanya dengan sangat rapi," puji Hardcastle.
"Kita harus selalu memelihara peralatan kita," kata McNaughton.
Hardcastle memandang nomor 19 sambil berpikir. Di balik pagar terdapat sebuah
pergola bunga mawar yang dibangun sampai ke bagian
samping rumah. "Anda tidak melihat seseorang di kebun nomor 19 atau melihat ke arah jendela
rumah itu, atau hal-hal seperti itu ketika Anda berada dekat
timbunan pupuk Anda?"
McNaughton menggelengkan kepalanya.
"Tidak melihat apa-apa," katanya. "Maaf saya tidak dapat membantu Anda,
Inspektur." "Kau tahu, Angus," kata istrinya, "aku yakin aku sungguhsungguh melihat
seseorang menyelinap ke kebun nomor 19."
"Aku kira tidak, Sayang," kata suaminya tegas. "Aku juga tidak."
"Wanita itu pasti berkata bahwa dia telah melihat sesuatu," Hardcastle mengomel
ketika kami sudah masuk lagi ke dalam mobil.
"Kau tidak berpikir bahwa dia mengenali foto itu?"
Hardcastle menggelengkan kepalanya. "Aku meragukannya. Dia hanya ingin berpikir
bahwa dia telah melihatnya. Aku tahu persis jenis saksi
seperti itu. Ketika aku mendesaknya terus, dia tidak dapat menyebutkan apa-apa,
bukan?". "Tidak."
"Tentu saja dia mungkin duduk berhadap-hadapan dengan orang itu di bis atau di
kendaraan lainnya. Aku bisa memahami itu. Tetapi kalau kau
menanyakan pendapatku, itu adalah khayalannya belaka. Apa pendapatmu?" "Sama."
"Kita tidak mendapat banyak," keluh Hardcastle. "Tentu saja ada hal-hal yang
kelihatan janggal. Misalnya, kelihatannya hampir tidak mungkin
Mrs. Hemming tidak peduli bagaimanapun sa kucing-kucingnya"tidak tahu apa-apa
tentang tetangganya, Miss Pebmarsh. Dan juga dia begitu
ragu serta tidak tertarik pada pembunuhan itu."
"Dia adalah jenis wanita peragu."
"Linglung!" kata Hardcastle. "Kalau kau bertemu dengan seorang wanita yang
linglung"yah, kebakaran, perampokan, pembunuhan yang terjadi
di sekitarnya tidak akan dipedulikannya."
"Dia terkurung rapat oleh segala kawat duri itu, dan semak-belukar Victoria itu
menutupi daerah pandangannya."
Mereka kembali ke pos polisi. Hardcastle menyeringai pada temannya dan berkata,
"Nah, Sersan Lamb, saya bebaskan Anda dari tugas sekarang."
"Tidak ada kunjungan-kunjungan lagi?" "Sementara tidak. Aku harus mengadakan
satu kunjungan lagi, tetapi aku tidak akan mengajakmu." "Yah, trims untuk pagi ini.
Dapatkah kau menyuruh ketik catatan-catatanku ini?" Dia
mengulurkan catatan-catatannya. "Pemeriksaannya lusa katamu" Jam berapa?"
Sebelas." "Baiklah. Aku akan hadir." "Kau akan pergi?"
"Aku harus ke London besok"memberikan laporanku yang terakhir." "Aku dapat
menebak kepada siapa."
"Kau tidak boleh melakukannya."
Hardcastle menyeringai. "Sampaikan salamku pada Pak Tua itu."
"Juga, aku akan menemui seorang spesialis," kata Colin.
"Spesialis" Untuk apa" Ada apa dengan dirimu?"
"Tidak ada apa-apa"jangan purapura tolol. Maksudku bukan spesialis macam itu.
Spesialis dari golonganmu."
"Scotland Yard?"
"Bukan. Seorang detektif swasta"seorang teman ayahku"dan temanku juga. Bisnis
fantastis macam yang kautangani ini merupakan
kesenangannya. Dia suka benar pekerjaan beginian, bisa membuatnya gembira. Aku
punya perasaan dia perlu dibuat gembira sedikit."
"Siapa namanya?"
"Hercule Poirot."
Aku pernah mendengar namanya. Kupikir dia sudah mati."
"Dia belum mati. Tapi aku punya perasaan dia sedang bosan sekarang. Itu jauh
lebih buruk." Hardcastle memandang Colin penuh ingin tahu.
" "Kau adalah orang yang aneh, Colin. Kau punya temanteman yang tidak masuk
akal." "Termasuk kamu," kata Colin sambil menyeringai.
Setelah Colin pergi, Inspektur Hardcastle melihat pada alamat yang tertulis rapi
di buku notesnya dan menganggukkan kepala. Kemudian dia
menyelipkan buku itu kembali ke dalam sakunya dan mulai menangani persoalanpersoalan rutin yang telah menumpuk di mejanya.
Itu adalah hari yang sibuk baginya. Dia minta dikirimi kopi dan sandwich, dan
menerima laporan dari Sersan Cray"tidak ada hal-hal berguna
yang muncul. Tidak ada seorang pun di stasiun kereta api atau bis yang dapat
mengenali foto Mr. Curry. Laporan dari laboratorium tentang pakaian
yang dipakai adalah nihil. Pakaian itu dibuat oleh seorang penjahit yang bagus,
tetapi nama penjahit itu telah disingkirkan. Keinginan untuk
menyamarkan identitas Mr. Curry" Atau identitas pembunuhnya" Rincian bentuk gigi
telah disebarkan ke tujuan-tujuan yang tepat dan mungkin
merupakan jejak yang paling berguna"memang membutuhkan sedikit waktu"tetapi
akhirnya ada hasilnya juga. Kecuali tentu saja, kalau Mr.
Curry adalah orang asing" Hardcastle mempertimbangkan ide tersebut. Ada
kemungkinan dia orang Prancis, Tidak ada merek binatu yang dapat
membantu. Hardcastle bukannya tidak sabar. Menentukan identitas korban, sering merupakan
pekerjaan vang lambat. Tetapi pada akhirnya, seseorang
selalu muncul. Seoiang tukang binatu, seorang dokter gigi, seorang dokter,
seorang ibu kos. Foto korban akan disebarluaskan ke pos-pos polisi,
akan dicetak di surat-surat kabar. Cepat atau lambat, identitas Mr. Curry yang
sebenarnya akan dapat diketahui.
Sementara itu ada hal-hal yang harus dilakukan, dan bukan h"nva pada kasus
Curry. Hardcastle bekerja terus tanpa istirahat sampai jam
setengah lima. Dia melihat jam tangannya lagi dan memutuskan bahwa itu adalah
saat yang tepat untuk " mengadakan kunjungan yang
direncanakannya. Sersan Cray telah melaporkan bahwa Sheila Webb melanjutkan pekerjaannya di Biro
Cavendish, dan pada pukul lima dia akan sedang bekerja
dengan Profesor Purdy di Hotel Curlew dan dia tidak mungkin kembali sampai
sesudah pukul enam. Siapa nama bibinya" Lawton"Mrs. Lawton. _ Palmerston Road No. 14. Hardcastle
tidak mengendarai mobil polisinya tetapi memilih berjalan
kaki saja karena letaknya dekat.
Palmerston Road adalah jalan vang suram, yang telah mencicipi, seperti kata
orang, masa jayanya. Rumahrumah yang ada, pikir Hardcastle,
telah dirombak menjadi flat-flat atau maisonette. Ketika dia membelok di tikungan,
seorang gadis yang sedang berjalan ke arahnya di sepanjang
trotoar, raguragu sebentar. Dengan otak yang sibuk berpikir, inspektur itu
sekejap merasa bahwa gadis itu akan bertanya padanya jalan menuju
ke suatu tempat. Bagaimanapun juga, kalau memang demikian, gadis itu memikirkan
lagi niatnya itu dan melanjutkan perjalanannya dengan cepat,
melewati inspektur itu. Inspektur Hardcastle heran mengapa pikiran tentang
sepatu-sepatu melintas di otaknya dengan tiba-tiba. Sepatusepatu..
. tidak, satu sepatu. Wajah gadis itu samar-samar dikenalnya. Siapa dia"seseor"
r*g yang baru saja dia temui akhir-akhir ini...
Mungkinkah gadis itu mengenalnya dan hampir saja berbicara dengannya"
Dia berhenti sejenak, mencari gadis itu lagi. Gadis itu berjalan cukup cepat
sekarang. Masalahnya adalah, dia berpikir, gadis itu memiliki satu
dari wajah-wajah umum yang sangat sulit untuk dikenali, kecuali ada hal-hal
khusus yang dapat memouatnyat gampang dikenali. Mata biru, kulit
yang bagus, mulut yang sedikit terbuka. Mulut, itu juga mengingatkannya akan
sesuatu. Sesuatu yang dia lakukan dengan mulutnya" Bicara"
Mengoleskan lipstik" Bukan. Dia merasa sedikit jengkel dengan dirinya sendiri.
Hardcastle selalu membanggakan dirinya atas kemampuannya mengenali
wajah-wajah. Dia tidak pernah lupa, dia sering berkata, wajah yang telah
dilihatnya di pelabuhan atau di panggung saksi, tetapi tentu saja
ada tempat-tempat lain untuk bertemu. Dia tentunya tidak akan ingat, misalnya,
setiap pelayan wanita yang pernah melayaninya. Dia tidak akan
ingat setiap kondektur bis wanita. Dia membuang persoalan itu dari pikirannya.
Dia telah tiba di nomor 14 sekarang. Pintunya terbuka sedikit dan ada empat buah
bel dengan nama-nama di bawahnya. Mrs. Lawton, dia melihat,
mendiami sebuah flat di lantai dasar. Dia masuk dan menekan bel di pintu di
sebelah kiri gang. Selama beberapa saat tidak ada jawaban.
Akhirnya dia mendengar bunyi langkah-langkah kaki di dalam dan pintu dibuka oleh
seorang wanita kurus, tinggi, dengan rambut hitam terurai
yang memakai sebuah mantel dan kelihatan sedikit terengahengah. Bau bawang putih
menyusup ke luar dari arah dapur. '"Mrs. Lawton?"
"Ya?" Wanita itu memandangnya raguragu dan dengan sedikit jengkel.
Usianya kirakira, pikir inspektur itu, sekitar empat puluh lima. Suatu kesan
gipsi yang samar terlihat pada penampilannya.
"Ada apa?" "Saya akan senang jika Anda sudi meluangkan sedikit waktu."
"Yah, tentang apa" Saya agak sibuk sekarang." Dia menambahkan dengan tajam,
"Anda bukan wartawan, kan?"
"Tentu bukan," kata Hardcastle dengan nada simpatik. "Saya kira Anda banyak
dibuat cemas oleh wartawan-wartawan itu."
'Tentu saja. Mengetuk pintu dan membunyikan bel dan menanyakan berbagai macam
pertanyaan tolol." "Sangat menjengkelkan memang," kata inspektur icu. "Saya harap kami dapat
menghindarkan Anda dari itu semua, Mrs. Lawton. Saya adalah
Detektif Inspektur Hardcastle, yang menangani kasus vang menyebabkan Anda
diganggu oleh wartawan-wartawan itu. Kami akan seger" menghentikannya
kalau kami dapat, tetapi kami tidak mempunyai kekuasaan dalam hal itu. Pers
punva hak untuk itu."
"Mencampuri urusan pribadi orang seperti yang mereka lakukan itu benarbenar
memalukan," kata Mrs. Lawton. *Kaianva mereka harus
mendapatkan berita bagi masyarakat. Satu-satunya hal vang pernah saya perhatikan
tentang berita adalah mereka mencetaknya hingga merupakan
sebuah jaringan kebohongan dari awal sampai akhir. Mereka mengolah semuanya
sejauh yang dapat saya lihat. Silakan masuk."
Dia mundur, mempersilakan inspektur itu masuk, lalu menutup pintunya lagi. Ada
beberapa pucuk surat terjatuh di aras keset. Mrs. Lawton
membungkuk untuk memungutnya, tetapi inspektur itu dengan sopan mendahuluinya.
Matanya melihat surat-surat itu selama setengah detik,
sebelum diulurkannya pada Mrs. Lawton, dengan alamat di bagian atas. "Terima
kasih." Mrs. Lawton meletakkannya di atas meja di gang.
"Silakan menunggu di ruang duduk. Anda bisa masuk melalui pintu ini dan beri
saya waktu beberapa menit. Sava kira masakan saya sudali
mendidih." Dia pergi ke dapur. Inspektur Hardcastle dengan sengaja melihat surat-surat itu
sekali lagi, untuk terakhir kalinya, di atas meja. Satu dialamatkan
kepada Mrs. Lawton dan dua lainnya kepada Miss R.S. Webb. Dia masuk ke ruang
yang ditunjuk. Itu adalah sebuah ruangan kecil, sedikit
tidak rapi, dengan perabot-perabot yang sudah usang tetapi di sana-sini terdapat
beberapa tempat yang berwarna cerah dan beberapa benda
aneh. Sebuah gelas Venesia yang menarik, mungkin juga mahal, yang mempunyai
warna campur-baur dan sebuah benda berbentuk abstrak, dua
bantalan kursi beludru berwarna terang dan sebuah piring tanah liat berisi
kulit-kulit kerang asing. Kalau tidak bibinya ya keponakannya, pikirnya,
yang memiliki gaya asli dalam dandanannya.
Mrs, Lawton kembali, sedikit lebih terengahengah daripada sebelumnya,
"Saya kira sudah beres sekarang," katanya, sedikit kurang pasti.
Inspektur itu meminta maaf lagi.
"Maafkan saya jika datang pada waktu yang kurang tepat," katanya, "tetapi saya
kebetulan sedang berada di daerah ini dan saya ingin
memeriksa beberapa hal tentang masalah itu di mana keponakan Anda yang malang
terlibat. Saya harap dia tidak tertekan karena
pengalamannya itu. Pasti merupakan shock yang hebat bagi setiap gadis."
"Ya, memang," kata Mrs. Lawton. "Sheila pulang dalam keadaan buruk. Tetapi dia
sudah baik lagi keesokan harinya dan dia sudah bekerja lagi."
"Oh, ya, saya tahu itu," kata inspektur itu. "Saya diberi tahu bahwa dia akan
bekerja untuk seorang klien dan saya tidak ingin mengganggunya,
karenanya saya pikir lebih baik kalau saya datang kemari dan bercakap-cakap
dengannya di rumahnya sendiri. Tapi dia belum pulang, bukan?"
"Dia mungkin agak terlambat malam ini," kata Mrs. Lawton. "Dia bekerja untuk
Profesor Purdy dan Sheila berkata, orangnya tidak punya
perhatian pada waktu sama sekali. Selalu berkata, 'ini tidak akan lebih dari
sepuluh menit jadi saya pikir kita selesaikan saja sekalian,' dan tentu
saja akhirnya mulur sampai tiga perempat jam. Orangnya sangat baik dan suka
minta maaf. Sekali dua kali dia mendesak Sheila untuk tinggal dan
makan malam bersamanya, dan kelihatannya dia sangat menyesal karena telah
menyita waktu Sheila lebih dari yang dia sadari. Tapi memang
kadang-kadang agak menjengkelkan. Apakah ada sesuatu yang dapat saya katakan
pada Anda, Inspektur" Kalaukalau Sheila pulang terlambat
sekali." "Yah, tidak ada yang khusus," kata inspektur itu sambil tersenyum. "Tentu saja,
kami hanya mengambil data kasar hari itu dan
saya tidak yakin kalau saya benar dalam memahaminya." Dia membuat gerakan
melihat ke buku notesnya sekali lagi. "Sebentar. Miss
Sheila Webb"apakah itu nam a lengkapnya ataukah dia punya nam a kecil lainnya"
Kami harus mengetahui hal-hal seperti itu dengan
tepat, sebagai catatan pada waktu pemeriksaan."
"Pemeriksaannya lusa, bukan" Dia mendapat surat perintah untuk datang."
"Ya, tapi itu tidak perlu dicemaskan," kata Hardcastle. "Dia hanya perlu
menceritakan kisahnya, bagaimana dia menemukan mayat
itu." "Anda masih belum tahu siapa orang itu?" "Belum. Saya kira hal itu belum
bisa diumum-kan. Ada sebuah kartu di sakunya dan
mulanya kami pikir dia adalah seorang agen asuransi. Mungkin dia merencanakan
untuk mengambil polis asuransi sendiri."
"Oh, saya mengerti." Mrs. Lawton kelihatan sedikit tertarik.
"Sekarang saya akan membetulkan nama-nama ini," kata inspektur itu. "Saya pikir
saya mencatatnya sebagai Miss Sheila Webb
atau Miss Sheila R. Webb, S".ya tidak ingat nama lainnya itu. Apakah Rosalie?"
"Rosemary," kata Mrs. Lawton, "dia dibaptis dengan nama Rosemary Sheila, tetapi
Sheila selalu berpendapat bahwa nama
Rosemary agak romantis sehingga dia tidak pernah mau dipanggil dengan nama lain
kecuali Sheila." "Saya mengerti." Nada suara Hardcasde tidak mencerminkan apa pun yang
menunjukkan bahwa dia sebenarnya merasa puas
karena salah satu praduganya ternyata betul. Dia beralih ke hal Iain. Nama
Rosemary tidak menimbulkan dampak pada Mrs. Lawton.
Baginya Rosemary hanyalah sebuah nama baptis yang tidak lagi digunakan oleh
keponakannya. "Saya sudah membetulkannya," kata inspektur itu sambil tersenyum. "Saya kira
keponakan Anda datang dari London dan telah
bekerja di Biro Cavendish selama kurang lebih sepuluh bulan. Anda tidak tahu
tanggal yang tepat, saya kira?"
"Yah, sebenarnya tepatnya saya tidak tahu. Kirakira sekitar November. Saya kira
akhir November." "Begitu. Itu tidak begitu penting. Dulu sebelum bekerja di Biro Cavendish dia
tidak tinggal di sini bersama Anda?" 'Tidak. Dia
tinggal di London sebelumnya." "Apakah Anda mempunyai alamatnya di London?"
"Yah, saya kira begitu," Mrs. Lawton melihat ke sekelilingnya dengan kesan samar
terhadap ketidakrapian ruangan itu. "Daya ingat
Mayat Misterius The Clocks Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saya tidak begitu baik," katanya. "Sesuatu seperti Allington Grove, saya
kira"keluar dari Jalan Fulham. Dia tinggal dengan dua
orang gadis Iain di sebuah flat. Di London kamar-kamar untuk gadis-gadis sa-ngat
mahal sekali." "Apakah Anda ingat nama perusahaan tempat dia bekerja di sana?"
"Oh, ya. Hopgood dan Trent. Agen perumahan di Fulham Road."
"Terima kasih. Semuanya kelihatan sangat jelas. Miss Webb ini yatim piatu, ya?"
"Ya," kata Mrs. Lawton. Dia jadi gelisah. Matanya melayang ke arah pintu.
"Apakah Anda keberatan kalau saya pergi ke dapur lagi?"
"Silakan." Inspektur itu membukakan pintu baginya. Mrs. Lawton keluar. Inspektur itu
mempertimbangkan apakah dia benar atau salah kalau
berpikiran baliwa pertanyaan terakhirnya telah menyinggung Mrs. Lawton. Jawabanjawabannya boleh dikatakan spontan dan
mudah " sampai saat itu. Dia memikirkan hal itu sampaiMrs. Lawton kembali.
"Maafkan saya," katanya minta maaf, "tetapi Anda tahu bagaimana repotnya
memasak. Semuanya sudah beres sekarang. Apakah
ada hal lain yang hendak Anda tanyakan" Omong-omong, saya ingat, itu bukan
Allington Grove, melainkan Carrington Grove dan
nomornya adalah 17."
"Terima kasih," kata inspektur itu. "Saya kira tadi saya bertanya pada Anda
apakah Miss Webb adalah seorang yatim piatu."
"Ya, dia yatim piatu. Orang tuanya sudah
meninggal." "Sudah lama sekali?"
"Mereka meninggal ketika dia masih anakanak."
Ada semacam pertahanan yang jelas nampak pada nada suaranya.
"Apakah dia anak saudara perempuan atau saudara lakilaki Anda?" "Saudara
perempuan saya." "Ah, ya. Dan apakah profesi Mr.
Webb dulu?" Mrs. Lawton berhenti sejenak sebelum menjawab. Dia menggigit
bibirnya. Kemudian dia berkata, "Saya tidak tahu."
"Anda tidak tahu?"
"Maksud saya, saya tidak ingat, itu sudah lama sekali." i
Hardcastle menunggu, tahu kalau wanita itu akan berbicara lagi. Dan memang
begitu. "Bolehkah saya bertanya apa hubungan semua ini dengan pembunuhan itu" Maksud
saya, apa perlunya mengetahui siapa ayah dan
ibunya dulu dan apa yang dikerjakan ayahnya dan dari mana dia berasal dan halhal lain seperti itu?"
"Saya kira memang tidak begitu perlu, Mrs. Lawton, tidak dari sudut pandang
Anda. Tetapi Anda tahu, peristiwa ini memang agak
luar biasa." "Apa maksud Anda"dengan agak luar biasa?"
"Yah, kami punya alasan untuk percaya bahwa Miss Webb pergi ke rumah itu kemarin
karena dia diminta dengan khusus dari Biro
Cavendish. Jadi kelihatannya ada seseorang yang dengan sengaja mengatur agar dia
ada di sana. Seseorang yang mungkin?" dia
raguragu ?"punya dendam terhadap Sheila."
"Saya tidak dapat membayangkan seseorang dapat mempunyai dendam terhadap Sheila.
Sheila seorang gadis yang sangat manis.
Seorang gadis yang ramah."
"Ya," kata Hardcastle lembut. "Sava juga
berpikir begitu." "Dan saya tidak suka mendengar seseorang mengatakan sebaliknya," kata Mrs.
Lawton be-rang. "Tentu." Hardcastle tersenyum menenangkan-nya. "Tetapi Anda harus sadar, Mrs.
Lawton, kelihatannya keponakan Anda telah
dengan sengaja dijadikan korban. Dia telah, seperti kata orang dalam film-film,
dijebak agar ada di sana. Seseorang telah
mengatur agar dia masuk ke rumah itu di mana ada korban pembunuhan, dan korban
itu baru saja mati. Ini semua kelihatannya
adalah sebuah perbuatan jahat."
"Maksud Anda"maksud Anda seseorang mencoba membuat semuanya kelthatan seperti
Sheila yang membunuhnya" Oh, tidak,
saya tidak dapat mempercayainya." "Memang agak sulit untuk dipercaya," kata inspektur itu menyetujuinya, "tapi
kami harus membuat persoalan itu jelas dan terang.
Mungkinkah, misalnya, seorang pemuda, seseorang yang mungkin telah jatuh cinta
pada keponakan Anda, dan dia mungkin tidak
peduli dengan orang itu" Lakilaki muda kadang-kadang berbuat hal-hal yang sangat
buruk untuk membalas dendam, terutama jika
mereka agak terganggu jiwanya."
"Saya kira itu tidak mungkin," kata Mrs.
Lawton, menyipitkan matanya dan mengerutkan dahinva sambil berpikir. "Sheila
mempunyai satu atau dua orang teman dekat lakilaki,
tetapi tidak ada yang serius. Tidak ada seorang pacar tetap."
"Mungkin terjadinya ketika dia masih tinggal di London?" usul inspektur itu.
"Bagaimanapun juga, saya kira Anda tidak begitu
mengenal siapa-siapa temantemannya di sana."
"Tidak, tidak, mungkin tidak... Yah, Anda harus bertanya sendirl padanya,
Inspektur Hardcastle. Tetapi saya tidak pernali
mendengar ada masalah seperti itu."
"Atau mungkin juga karena seorang gadis lain," usul Hardcastle. "Mungkin salah
satu dari gadis-gadis teman sekamarnya yang
cemburu kepadanya?" "Saya kira," kata Mrs. Lawton raguragu, "mungkin saja ada seorang gadis yang
ingin membalas dendam. Tapi tentunya tidak akan
sampai melibatkan pembunuhan."
Itu adalah sebuah perkiraan yang cerdas dan Hardcastle mencatat bahwa Mrs.
Lawton bukanlah seorang wanita yang bodoh. Dia
cepat-cepat berkata, "Saya tahu semuanya kelihatan mustahil, tetapi kenyataannya seluruh urusan ini
adalah mustahil." "Ttu pasti pekerjaan orang gila," kata Mrs. Lawton.
"Bahkan kalau gila," kata Hardcastle, "harus ada sebuah alasan yang jelas di
batik kegilaan itu. Sesuatu yang menyebabkannya. Dan itu sebetulnya," dia melanjutkan, "mengapa saya
bertanya pada Anda tentang ayah dan ibu
Sheila Webb. Anda akan kaget bagaimana seringnya motif-motif pembunuhan muncul
dari akar-akarnya di masa lalu. Karena orang
tua Miss Webb meninggal ketika dia masih kecil, tentunya dia tidak dapat
menceritakan apa-apa tentang mereka pada saya. Itu
sebabnya saya beralih pada Anda." "Ya, saya mengerti, tapi"yah..." Hardcastle
melihat bahwa kesulitan dan kecemasan kembali
menguasai wanita itu. "Apakah mereka terbunuh pada waktu yang sama, karena kecelakaan, atau sesuatu
seperti itu?" "Tidak, tidak ada kecelakaan." "Mereka berdua meninggal karena sebab-sebab
alamiah?" "Saya"yah, ya, maksud saya"saya tidak begitu tahu."
"Saya yakin Anda pasti tahu lebih banyak daripada yang Anda ceritakan, Mrs.
Lawton." Dia meneoba menebak. "Mungkinkah
mereka, bercerai"sesuatu seperti itu?"
"Tidak, mereka tidak bercerai."
"Ayolali, Mrs. Lawton. Anda tahu"Anda tentu tahu mengapa saudara perempuan Anda
meninggal?" "Saya tidak mengerti apa"maksud saya, saya tidak dapat mengatakan " semuanva
adalah sangat sulit bagi saya. Lebih baik tidak
diungkit-ungkit lagi." Ada semacam kebingungan dan keputusasaan dalam sorot
matanya. Hardcastle memandangnya tajam-tajam. Kemudian berkata dengan lembut, "Mungkinkah
Sheila Webb"seorang anak haram?"
Dia segera melihat adanya campuran rasa khawatir dan lega di wajah Mrs. Lawton.
"Dia bukan anak saya" katanya.
"Dia adalah anak haram saudara perempuan Anda?"
"Ya. Tetapi Sheila sendiri tidak tahu. Saya tidak pernah menceritakannya. Saya
berkata padanya bahwa orang tuanya mati muda.
Itulah mengapa"yah, Anda tahu..."
"Oh, ya, saya tahu," kata inspektur itu, "dan saya yakinkan Anda bahwa saya
tidak akan menanyai Miss Webb tentang hal itu
kecuali kalau terpaksa harus menyinggung hal itu."
"Maksud Anda, Anda tidak perlu bercerita padanya?"
"Tidak, kecuali bila ada hubungannya dengan kasus itu, yang mana saya kira,
tidak mungkin terjadi. Tetapi saya memang
menginginkan semua fakta yang ada, Mrs. Lawton, dan saya yakinkan Anda bahwa
saya akan berusaha sebaik-baiknya untuk
menyimpan apa yang Anda ceritakan pada saya"seluruhnya"sebagai rahasia kita
berdua." "Itu adalah kejadian yang buruk," kata Mrs. Lawton, "dan saya sangat terpukul
karenanya. Saudara perempuan saya, adalah yang
terpandai di antara keluarga kami. Dia dulunya seorang guru sekolah dan
pekerjaannya baik sekali. Sangat dihormati dan lain-lain.
Dia adalah orang terakhir yang Anda sangka akan?"
"Yah," kata inspektur itu, bijaksana, "memang sering terjadi begitu. Dia
mengenal pria ini -Webb-"
"Saya bahkan tidak pernah tahu namanya," kata Mrs. Lawton. "Saya tidak pernah
berjumpa dengannya. Tetapi saudara perempuan
saya itu datang menemui saya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Dia bilang
dia sedang hamil dan lakilaki itu tidak bisa, atau
tidak mau"saya tidak tahu mana yang benar"memkahinya. Saudara saya itu orangnya
ambisius dan dia harus melepaskan
pekerjaannya kalau semuanya diketahui orang. Karena itu saya"saya berkata saya
mau menolongnya." "Di mana saudara Anda sekarang, Mrs. Law-ton?"
"Saya tidak tahu. Betul-betul tidak tahu sama sekali," katanya tegas.
"Tapi dia masih hidup, bukan?" "Saya kira begitu."
"Tapi Anda tidak lagi berhubungan dengannya?"
"Itu adalah karena permintaannya. Dia pikir itu adalah vang terbaik bagi anaknya
dan bagi dirinya, karena merupakan cara
penyelesaian yang halus. Begitulah perjanjiannya. Kami berdua mempunyai sedikit
penghasilan dari peninggalan ibu kami. Ann
memberikan setengah dari bagiannya kepada saya untuk dipakai memelihara dan
membesarkan anaknya. Dia akan melanjutkan
profesinya, katanya, tetapi dia akan pindah sekolah. Saya kira, dia mempunyai
gagasan untuk mengikuti program pertukaran guru ke
luar negeri selama setahun. Australia atau negara lain. Itu saja yang saya
ketahui, Inspektur Hardcastle, dan itu saja yang dapat
saya katakan pada Anda" Inspektur itu memandang wanita itu sambil berpikir.
Apakah betul hanya itu yang dia ketahui" Itu adalah
sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab secara pasti. Yang jelas hanya itu
yang dia ceritakan padanya. Mungkin saja hanya itu
yang dia ketahui Meskipun hanya sedikit keterangan tentang saudara perempuan
itu, yang diperoleh Hardcastle, tapi dia
mempunyai kesan bahwa wanita itu pasti memiliki kepribadian pemarah, pendesak,
sinis, dan dingin. Jenis wanita yang memutuskan
untuk tidak menghancurkan hidupnya gara-gara satu kesalahan saja. Dengan keras
kepala dan dingin dia telah menyediakan sarana
pemeliharaan dan kebahagiaan bagi anaknya. Semenjak itu dan seterusnya dia
menarik diri untuk memulai kehidupannya lagi
sendirian. Masuk akal, pikirnya, kalau Mrs. Lawton mempunyai perasaan begitu terhadap anak
itu. Tetapi bagaimana halnya dengan saudara
perempuannya" Dia berkata perlahan,
"Kelihatannya aneh jika dia tidak berhubungan sedikit pun dengan Anda melalui
surat, tidak ingin mengetahui bagaimana
pertumbuhan anaknya?"
Mrs. Lawton menggelengkan kepala.
"Tidak kalau Anda mengenal Ann," katanya. "Dia selalu tegas dengan keputusannya.
Dan lagi pula dia dan saya tidak begitu dekat. Saya jaub lebih
muda daripadanya"dua belas tahun. Seperti yang saya bilang, kami tidak pernah
dekat." "Dan bagaimana pendapat suami Anda tentang
adopsi ini?" "Saya sudah menjanda waktu itu," kata Mrs. Lawton. "Saya kawin muda dan suami
Jejak Di Balik Kabut 6 Candika Dewi Penyebar Maut V I Pangeran Perkasa 13
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama