Ceritasilat Novel Online

Pembunuhan Di Sungai Nil 4

Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie Bagian 4


bisa mengambil kesempatan. Kejahatan ini dengan jelas tidak
direncanakan terlebih dahulu, kecuali dengan cara umum. Adegan
penembakan tadi malam merupakan kesempatan yang sangat baik.
Sangkalan terhadap teori Pennington: Mengapa dia melemparkan
pistol, karena pistol tersebut bisa menjadi petunjuk yang
memberatkan JB" Fleetwood. Motif, balas dendam. Fleetwood menganggap dirinya
disakiti oleh Linnet Doyle. Kemungkinan dia melihat adegan tadi
malam dan mengetahui tempat pistol terlempar. Kemungkinan
besar dia mengambil pistol itu dengan alasan bahwa senjata
tersebut ringan, dan bukannya dengan maksud menimpakan
kesalahan pada Jacqueline. Ini cocok dengan perbuatan melempar
senjata itu ke luar kapal. Tetapi bila ini benar, mengapa dia menulis
huruf J di dinding" Catatan: sapu tangan murahan yang ditemukan bersama-sama
pistol tersebut kemungkinan besar adalah milik laki-laki semacam
Fleetwood. Rosalie Otterboume. Apakah kita menerima pembuktian Nona Van
Schuyler atau penyangkalan Rosalie" Ada sesuatu yang
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
dilemparkan ke air, kapan pun itu dan sesuatu itu. Diduga adalah
pistol yang terbungkus stola beludru.
Hal-hal yang perlu diperhatikan: Apakah Rosalie" Tetapi apa
motifnya" Dia mungkin benci pada Linnet Doyle, bahkan iri - tapi
sebagai motif pembunuhan, itu tidak cukup kuat. Bukti yang
memberatkan dia hanya bisa diterima bila ada motif yang kuat.
Setahu kita, tak ada hubungan sebelumnya antara Rosalie
Otterboume dan Linnet Doyle.
Nona Van Schuyler. Stola beludru pembungkus pistol adalah milik
Nona Van Schuyler. Sesuai dengan pernyataannya, dia melihat stola
itu terakhir kali di ruang kaca. Dia menyebarluaskan kehilangan
stola tersebut pada malam hari, dan mencarinya di ruangan kaca
itu, tetapi tanpa hasil. Bagaimana stola itu bisa berada di tangan X"
Apakah X mencurinya pada sore hari" Bila demikian, mengapa" Tak
seorang pun bisa mengatakan sebelumnya, bahwa akan terjadi
pertengkaran antara Jacqueline dan Simon. Apakah X menemukan
stola itu di saloon ketika dia mengambil pistol dari bawah sofa"
Tapi bila begitu, mengapa benda itu tidak ditemukan ketika dicari"
Apakah stola itu sebenarnya di tangan Nona Van Schuyler" Ini
berarti: Apakah Nona Van Schuyler membunuh Linnet Doyle"
Apakah tuduhannya terhadap Rosalie Otterbourne suatu
kebohongan yang disengaja"
Bila dia yang membunuh, apa motifnya" Kemungkinankemungkinan lain: Perampokan sebagai motif. Mungkin, karena
mutiara itu lenyap, dan Linnet Doyle memang memakainya tadi
malam. Seseorang yang mendendam keluarga Ridgeway.
Mungkin - sekali lagi, tak ada bukti.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Kita tahu bahwa ada seorang laki-laki berbahaya di atas kapal seorang pembunuh. Di situ kita menghadapi pembunuh dan
kematian. Mungkinkah keduanya berhubungan" Tetapi kita harus
yakin bahwa Linnet Doyle mengetahui sesuatu yang membahayakan laki-laki tersebut.
Kesimpulan: Kita dapat mengelompokkan orang, orang di atas
kapal ini dalam dua kelompok - mereka yang punya motif atau
bukti nyata yang memberatkan, dan mereka, yang setahu kita,
lepas dari kecurigaan. Kelompok l " Andrew Pennington " Fleetwood " Rosalie Otterboume
" Nona Van Schuyler " Louise Bourget (pencurian")
" Ferguson (politik")
Kelompok II " Ny. Allerton " Tim Allerton " Cornelia Robson " Nona Bowers " Dr. Bessner " Tn. Richetti " Ny. Otterboume " James Fanthorp Poirot mengembalikan kertas itu. "Sangat tepat dan benar yang
Anda tulis." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Anda setuju?" "Ya." "Dan sekarang apa yang dapat Anda tambahkan?"
"Saya, saya punya satu pertanyaan, "Mengapa pistol itu dilempar?"
"Itu saja?" "Sampai saat ini, ya. Sebelum saya mendapat jawaban yang
memuaskan, tak ada artinya semua. Maksud saya - hal itu
merupakan titik permulaan. Anda akan melihat, bahwa dalam
catatan itu, pada posisi kita. Anda belum berusaha menjawab hal
tersebut." Race mengangkat bahunya. "Panik."
Poirot menggelengkan kepala dengan kacau. Dia mengambil
pembungkus beludru yang basah itu dan meluruskannya di atas
meja. Stola itu basah dan lembek. Jari-jarinya meraba lubanglubang yang terbakar dan noda-noda.
Tiba-tiba dia berkata. "Anda lebih mengenal senjata api daripada
saya. Apakah benda semacam ini. Stola yang membungkus sebuah
pistol, bisa meredamkan suara tembakan?"
"Tidak, tidak akan. Tidak seperti peredam bunyi pistol,
umpamanya." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot mengangguk. Dia melanjutkan. "Seorang laki-laki - pasti
seorang laki-laki yang biasa menggunakan senjata api - akan tahu.
Tapi seorang wanita - seorang wanita tidak akan tahu."
Race melihat Poirot dengan rasa ingin tahu. "Mungkin benar."
"Ya Tentunya dia membaca cerita-cerita detektif, di mana ceritacerita tersebut tidak terlalu tepat detail-detailnya."
Race menarik pelatuk pistol kecil itu dengan jarinya.
"Bagaimanapun, pistol kecil ini tidak terlalu berisik," katanya.
"Hanya letusan kecil. Dengan suara-suara keras di sekitarnya, satu
di antara sepuluh yang akan mendengar."
"Ya. Saya juga sudah membayangkan hal itu." Poirot mengambil
sapu tangan itu dan memeriksanya, "Sapu tangan laki-laki - tapi
bukan sapu tangan seorang terpelajar. Cecher Woolworth, saya
rasa. Paling mahal tiga pence."
"Macam sapu tangan yang pantas dimiliki seorang seperti
Fleetwood." "Ya. Saya lihat sapu tangan Andrew Pennington sutera mahal."
"Ferguson?" usul Race.
"Bisa jadi. Sebagai tanda. Tapi seharusnya untuk bandana."
"Memakai sapu tangan itu sebagai pengganti sarung tangan, saya
kira, untuk membawa pistol dan menghilangkan sidik jari."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Race menambahkan dengan jenaka. "Petunjuk dan Sapu tangan
Merah...." "Ah, ya. Suatu warna yang jeune file, bukan?" Dia meletakkan sapu
tangan itu dan kembali memperhatikan stola. Sekali lagi memeriksa
bekas-bekas tembakan. "Sama saja," gumamnya, "aneh sekali....."
"Apa itu?" Poirot berkata dengan halus. "Kondisi Nyonya Doyle. Terbaring di
tempat tidur dengan tenang... dengan lubang kecil di kepalanya.
Anda ingat rupanya?"
Race memandangnya dengan ingin tahu. "Saya rasa." katanya,
"Anda sedang berusaha untuk mengatakan sesuatu pada saya tapi saya tidak punya bayangan sedikit pun akan hal tersebut."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 19 ADA ketukan di pintu. "Silakan masuk," kata Race. Seorang pelayan muncul.
"Maaf, Tuan," dia berkata pada Poirot, "Tuan Doyle ingin bicara
dengan Tuan." "Saya akan datang."
Poirot berdiri. Dia keluar ruangan dan berjalan sepanjang dek
menuju kabin Dr.Bessner. Simon terbaring di antara bantal-bantal
dengan wajah merah karena demam. Dia kelihatan malu.
"Anda begitu baik mau datang. Tuan Poirot. Ada sesuatu yang ingin
saya tanyakan pada Anda."
"Apa itu?" Muka Simon bertambah merah. "Ini - ini tentang Jackie. Saya ingin
bertemu dengan dia. Apa Anda pikir - apa Anda keberatan" Apa
dia keberatan, menurut pendapat Anda, kalau Anda menyuruhnya
ke mari" Saya berbaring di sini sambil berpikir-pikir. Anak malang
itu - dia hanyalah seorang anak kecil - dan saya telah
memperlakukannya dengan tidak baik - dan - ," dia tergagap dan
diam. Poirot memandangnya penuh perhatian. "Anda ingin bertemu
dengan Nona Jacqueline. Saya akan menjemputnya."
"Terima kasih. Anda baik sekali."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot keluar. Dia menjumpai Jacqueline yang sedang duduk
membungkuk di sudut ruang kaca. Sebuah buku yang terbuka
terletak di pangkuannya tetapi dia tidak membacanya.
Poirot berkata dengan lembut, "Maukah Anda ikut dengan saya,
Nona" Tuan Doyle ingin bertemu dengan Anda."
Dia memandang Poirot. Wajahnya merah - kemudian pucat. Dia
kelihatan ketakutan. "Simon" Dia ingin bertemu dengan saya - dengan saya?"
Dia tidak percaya. "Apakah Anda mau dating, Nona?"
Dia mengikuti Poirot, menurut seperti seorang anak, tapi anak yang
kebingungan. "Saya - ya, tentu saja mau."
Poirot masuk dalam kabin. "Ini Nona Jacqueline."
Dia ikut melangkah masuk, gemetar, berdiri diam... berdiri di situ
diam dan bisu, matanya menatap wajah Simon.
"Halo, Jackie." Dia kelihatan malu. Lalu melanjutkan. "Kau baik
sekali mau datang. Aku ingin mengatakan - maksudku - apa yang
kumaksud ialah - " Jacqueline menyela. Kata-katanya keluar dengan cepat - dengan
suara putus asa dan tanpa napas. "Simon - aku tidak membunuh
Linnet. Kau tahu aku tidak melakukannya... aku - aku memang gila
tadi malam. Oh, bisakah kau memaafkan aku?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Simon dapat bicara lebih lancar sekarang.
"Tentu saja. Tak apa-apa! Benar tak apa-apa! Itu yang ingin
kukatakan. Aku pikir kau tentunya sedikit kuatir...."
"Kuatir" Sedikit" Oh! Simon!"
"Itulah sebabnya aku ingin bertemu denganmu. Tidak apa-apa,
Jackie. Pikiranmu memang agak kacau semalam - sedikit mabuk.
Tapi itu wajar." "Oh Simon! Aku bisa saja membunuhmu."
"Bukan kau. Tidak dengan senjata kecil macam itu."
"Perban kakimu! Barangkali kau tak bisa jalan."
"Dengar, Jackie. Jangan sentimentil. Setibanya di Aswan mereka
akan memeriksa kakiku dengan sinar X, dan mencabut peluru itu,
dan semuanya akan beres kembali."
Jacqueline menggelagap dua kali, kemudian dia lari ke tempat tidur
Simon dan jongkok. Dia menutupi mukanya dan menangis. Simon
mengelus kepalanya dengan kaku. Matanya memandang pada
Poirot yang kemudian meninggalkan kabin dengan enggan dan
tarikan napas panjang. Dia mendengar bisikan-bisikan terputus ketika melangkah pergi.
"Alangkah jahatnya aku! Oh, Simon! Aku benar-benar minta maaf."
Di luar Cornelia Robson membungkukkan badan pada pagar kapal.
Dia menoleh. "Oh, Tuan Poirot. Kelihatannya kurang Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
menyenangkan ada peristiwa demikian padahal cuaca begitu
cerah." Poirot mendongak ke atas. "Kalau matahari bersinar kita tidak bias
melihat bulan," katanya. "Tetapi ketika matahari tenggelam - ah,
ketika matahari tenggelam."
Mulut Cornelia ternganga. "Maaf, apa yang Anda katakan?"
"Saya mengatakan bahwa kalau matahari tenggelam, kita bisa
melihat bulan. Bukankah begitu?"
"Mengapa - ya - tentu saja." Dia memandang Poirot ragu-ragu.
Poirot tertawa ramah. "Saya mengatakan sesuatu yang bodoh,"
katanya. "Jangan diperhatikan."
Dia berjalan pelan-pelan menuju buritan. Ketika dia melewati kabin
berikutnya, dia berhenti sebentar. Dia mendengar suatu
percakapan dari dalamnya.
"Dasar. Sama sekali tak tahu terima kasih - dengan apa yang telah
kulakukan untukmu - tak ada perhatian terhadap ibumu yang
malang - tidak mau tahu dengan apa yang kuderita...."
Bibir Poirot kaku ketika dia menekannya kuat-kuat. Dia menaikkan
tangannya dan mengetuk pintu.
Suara di dalam tiba-tiba terhenti, dan Nyonya Otterboume berseru,
"Siapa?" "Apa ada Nona Rosalie di dalam?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Rosalie muncul di pintu. Poirot terkejut melihat wajahnya. Ada
lingkaran lingkaran hitam di bawah matanya dan garis-garis tertarik
di sekitar mulutnya. "Ada apa?" Dia bertanya dengan kasar. "Apa yang Anda inginkan?"
"Kesempatan bicara beberapa menit dengan Anda, Nona.
Bersediakah?" Mulutnya memberengut seketika. Dia memandang Poirot dengan
curiga. "Kenapa harus saya?"
"Saya memohon, Nona."
"Oh, saya kira - " Dia melangkah ke dek sambil menutup pintu
kabin. "Bagaimana?"
Poirot menggandeng lengannya pelan-pelan dan membawanya ke


Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

buritan kapal. Mereka melewati kamar mandi dan memutari sudut.
Kemudian berhenti di bagian buritan kapal. Sungai Nil mengaur di
belakang mereka. Poirot berdiri dengan siku menyandar pada
palang kapal. Rosalie tegak kaku di hadapannya.
"Bagaimana?" Dia bertanya lagi, dengan nada suaranya yang tidak
senang. "Aku ingin memberimu beberapa pertanyaan, Nona, tapi saya rasa
ini membutuhkan persetujuan Anda untuk menjawabnya."
"Nampaknya Anda membuang waktu dengan membawa saya ke
sini." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Pelan-pelan, Poirot menggoreskan jarinya di palang kayu.
"Anda adalah orang yang sudah terbiasa membawa beban hidup
sendirian, Nona. Tapi Anda tak bisa membawanya terlalu lama.
Tekanan itu terlalu besar. Dan tekanan itu menjadi bertambah
terlalu besar untuk Anda, Nona."
"Saya tidak mengerti apa yang Anda bicarakan," kata Rosalie.
"Saya bicara tentang fakta, Nona - fakta biasa yang tak
menyenangkan. Marilah kita bicara terus terang, dan
mengatakannya dalam sebuah kalimat pendek. Ibu Anda seorang
peminum, Nona." Rosalie tidak menjawab. Mulutnya membuka; kemudian dia
menutupnya kembali. Sesaat dia seperti tak dapat berkata apa-apa.
"Anda tak perlu bicara, Nona. Saya yang akan bicara. Di Aswan,
saya tertarik dengan hubungan Anda dan ibu Anda. Saya melihat
bahwa hubungan Anda tidaklah seperti hubungan antara anak dan
orang tua. Tetapi di balik itu Anda sebenarnya melindungi dia dari
sesuatu. Saya dapat segera tahu apakah sesuatu itu. Saya telah
tahu lama sebelum saya menemui ibu Anda pada suatu pagi dalam
keadaan teller. Bagaimana pun, dalam kasusnya, saya dapat
melihat bahwa dia adalah peminum yang merahasiakan
penderitaannya. Hal yang tentunya paling sulit adalah, walaupun
Anda menghadapinya dengan giat, tetapi dia adalah seorang
peminum yang cerdik. Dia dapat memperoleh persediaan minuman
secara rahasia dan menyembunyikannya dari Anda. Saya tidak
heran kalau kemarin Anda menemukan tempat persembunyian
botol-botol itu kemarin. Begitu ibu Anda tertidur dengan pulas,
Anda mencuri persediaan tersebut, dan membawanya berputar ke
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
sisi kapal yang lain (karena kabin Anda terletak di tepi sungai) dan
membuangnya ke dalam Sungai Nil."
Dia berhenti. "Saya berkata benar, bukan?"
"Ya - ya. Anda memang benar." Rosalie berkata dengan penuh
kegeraman. "Saya memang bodoh tidak mengatakan hal itu. Tapi
saya tidak ingin setiap orang mengetahuinya. Hal itu akan tersebar
luas di atas kapal. Dan kelihatannya begitu - begitu tolol - maksud
saya - bahwa saya - "
Poirot menyelesaikan kalimatnya.
"Begitu tolol bahwa Anda dicurigai melakukan pembunuhan?"
Rosalie mengangguk. Kemudian dia berkata lagi, "Saya telah
berusaha keras untuk - mencegah setiap orang mengetahui hal ini.
Sebenarnya ini bukan kesalahan Ibu. Dia putus asa. Buku-bukunya
tidak laku lagi. Orang-orang menjadi bosan dengan cerita-cerita
seks picisan itu. Ini membuatnya sakit hati - benar-benar sakit hati.
Dan lalu dia mulai - mulai minum. Beberapa waktu lamanya saya
tidak tahu mengapa dia begitu aneh. Kemudian, ketika saya tahu,
saya mencoba untuk - menyetopnya. Dia berhenti sebentar, dan
kemudian, tiba-tiba dia mulai lagi, dan terjadilah pertengkaranpertengkaran yang memalukan dengan orang lain. Benar-benar
mengerikan," gadis itu menggigil. "Saya harus memperhatikan untuk mencegahnya." Dia melanjutkan, "Dan kemudian - dia mulai membenci saya
karena hal itu. Dia - dia berbalik membenci saya. Saya pikir dia
kadang-kadang benar-benar benci dengan saya."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
" Pauvre petite," kata Poirot.
Dia berbalik pada Poirot dengan marah. "Jangan mengasihani saya.
Jangan berbuat baik. Akan lebih menyenangkan bagi saya bila Anda
tidak bersikap demikian."
Dia menarik napas - tarikan napas yang dalam dan kuat. "Saya
begitu lelah.....saya benar-benar sangat lelah."
"Saya mengerti," kata Poirot.
"Orang menganggap bahwa saya mengerikan. Judes, pemarah dan
jahat. Biarlah. Saya telah lupa bagaimana bersikap - bersikap
manis." "Itulah yang saya katakan pada Anda; Anda telah membawa beban
terlalu lama." Rosalie berkata pelan-pelan, "Saya merasa lega - membicarakan
hal itu. Anda - Anda selalu baik pada saya, Tuan Poirot. Saya rasa
saya sering berlaku kasar pada Anda."
" La politesse, tidak perlu antara kawan."
Wajahnya tiba-tiba menjadi curiga.
"Apakah Anda - apakah Anda akan menceritakan hal ini pada
setiap orang" Saya kira harus, sebab botol-botol terkutuk yang saya
buang malam . "Tidak, tidak perlu. Tapi katakanlah apa yang tidak saya ketahui.
Pukul berapa Anda melakukannya. Pukul satu lebih sepuluh?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya tidak ingat pasti pukul berapa."
"Sekarang ceritakan, Nona. Nona Van Schuyler melihat Anda.
Apakah Anda melihat dia?"
"Rosalie menggelengkan kepalanya, 'tidak, saya tidak melihatnya."
"Dia mengatakan bahwa dia melihat keluar dari - "
"Saya rasa saya tidak melihatnya. Saya hanya memperhatikan dek
dan sungai." Poirot mengangguk. "Dan apakah Anda melihat seseorang siapun, ketika Anda memperhatikan dek?"
Rosalie diam - lama sekali. Dia mengerutkan dahi. Kelihatannya dia
berpikir keras. Akhirnya dia menggelengkan kepala dengan pasti.
"Tidak," dia berkata. "Saya tidak melihat siapa pun."
Hercule Poirot menganggukkan kepalanya pelan-pelan. Tapi
matanya sedih. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 20 ORANG-ORANG berjalan satu-satu atau berdua menuju ruang
makan dengan sikap tertekan. Kelihatannya ada suatu anggapan
umum, bahwa duduk tergesa-gesa di depan makanan yang
dihidangkan menunjukkan bahwa orang tersebut tak berperasaan.
Wajah setiap penumpang menunjukkan perasaan sedih ketika
masing-masing duduk di kursinya. Tim Allerton tiba beberapa menit
setelah ibunya duduk. Dia melihat sekelilingnya dengan berang.
"Seandainya saja kita tidak ikut tamasya terkutuk ini," katanya
dengan marah. Nyonya Allerton menggelengkan kepala dengan sedih. "Oh, aku
pun berharap demikian. Gadis cantik itu! Kelihatannya semuanya
sia-sia. Bayangkan, seseorang sampai hati membunuhnya dengan
kejam. Mengerikan rasanya ada orang yang bisa melakukan hal itu.
Dan gadis malang satunya itu?"
"Jacqueline?" "Ya; aku sangat kasihan padanya. Dia kelihatan begitu sedih."
"Pelajaran baginya untuk tidak berkeliaran dan kehilangan pistol
mainannya," kata Tim tanpa perasaan sambil mengambil mentega.
"Aku rasa dia kurang mendapat Pendidikan"
"Oh, demi Tuhan, Ibu. Jangan bersikap begitu keibuan dengan hal
ini." "Kau benar-benar marah, Tim."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ya, memang. Siapa yang tidak?"
"Aku tak mengerti kenapa kau harus marah marah. Peristiwa ini
hanya membuat kita sedih."
Tim berkata dengan tersinggung, "Sebab Ibu melihatnya dari sudut
pandangan yang romantis! Yang tidak Ibu ketahui adalah, bahwa
terlibat dalam perkara pembunuhan bukanlah sesuatu yang lucu."
Nvonya Allerton kelihatan sedikit terkejut. "Tetapi tentunya - "
"Itu saja. Tak ada 'tetapi tentunya' dalam perkara ini. Setiap orang
dalam kapal terkutuk ini dicurigai - Ibu dan aku dan semua
penumpang." Nyonya Allerton memprotes, "Secara teknis memang demikian, aku
rasa - tapi sebenarnya itu menggelikan!"
"Tak ada sesuatu yang menggelikan dalam soal pembunuhan! Ibu
bisa duduk di situ dan mengatakan segalanya dengan jujur, tetapi
akan banyak polisi-polisi di Shellal atau Aswan yang tak akan
memperhatikan atau menghargai Ibu."
"Barangkali perkara ini bisa diselesaikan sebelum kita sampai."
"Bagaimana bisa?"
"Tuan Poirot mungkin bisa menyelesaikannya."
"Pembual tua itu" Dia tak akan menemukan apa-apa. Dia cuma
bicara dan berlagak saja."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ah, Tim," kata Nyonya Allerton, "aku rasa apa yang kaukatakan
benar, tapi bagaimanapun kita harus melalui pemeriksaan. Jadi
lebih baik kita menyiapkan diri kita dan melaluinya dengan hati
ringan." Tetapi anaknya kelihatannya tidak bisa mengurangi rasa marahnya.
"Ada perkara yang menyebalkan dengan mutiara yang hilang pula."
"Mutiara Linnet?"
"Ya. Rupanya ada orang yang mencurinya."
"Aku kira itulah motif pembunuhannya," kata nyonya Allerton.
''Kenapa begitu" Ibu mencampuradukkan dua hal yang sama sekali
berbeda." "Siapa yang memberitahu kau bahwa kalung itu hilang?"
"Ferguson. Dia tahu dari seorang temannya di ruang mesin yang
mendengar hal itu dari pelayannya."
"Mutiara itu indah," kata Nyonya Allerton.
Poirot duduk di meja mereka, dan mengangguk pada Nyonya
Allerton. "Saya sedikit terlambat," katanya.
"Saya rasa Anda sibuk sekali," Nyonya Allerton menjawab.
"Ya, saya memang sibuk."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia memesan sebotol anggur segar pada pelayan.
"Kita sangat liberal dalam soal selera," kata Nyonya Allerton. "Anda
selalu minum anggur; Tim minum wiski dan soda, dan saya
mencoba semua minuman dingin yang berbeda-beda."
" Tiens!" kata Poirot. Dia memandangnya sejenak. Dia bergumam
sendiri, "Suatu ide......"
Kemudian, dengan mengangkat bahunya, dia mengalihkan hal yang
memenuhi kepalanya, dan mulai membicarakan soal-soal lain.
"Apakah Tuan Doyle sangat parah?" tanya Nyonya Allerton.
"Ya. Lukanya cukup parah. Dr. Bessner ingin cepat-cepat sampai di
Aswan sehingga kakinya dapat disinar X dan pelurunya diambil.
Tapi di harapkan tidak akan menyebabkan kelumpuhan."
"Kasihan Simon," kata Nyonya Allerton. "Kemarin dia begitu
gembira seperti seorang anak kecil yang mempunyai segala sesuatu
yang diinginkannya. Dan sekarang isterinya yang cantik terbunuh
dan dia terbaring tak berdaya. Saya benar-benar berharap - "
"Apa yang Anda harapkan. Nyonya?" tanya Poirot ketika Nyonya
Allerton menghentikan kalimatnya."
"Saya harap dia tidak terlalu marah pada anak yang malang itu."
"Pada Nona Jacqueline" Sebaliknya. Dia sangat kuatir akan
Jacqueline." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot menoleh pada Tim. "Ini adalah suatu persoalan kecil yang
menyangkut psikologi. Ketika Nona Jacqueline mengikuti mereka ke
mana saja, dia sangat marah; tapi sekarang, ketika dia benar-benar
menembak Tuan Doyle, dan menyebabkan luka yang berbahaya yang mungkin membuatnya pincang seumur hidup - semua
kemarahannya hilang. Dapatkah Anda mengerti hal itu?"
"Ya," kata Tim sambil berpikir-pikir, "saya kira saya mengerti. Hal
yang pertama membuatnya merasa seperti orang tolol - "
Poirot mengangguk, "Anda benar. Hal itu menurunkan harga
dirinya sebagai seorang laki-laki."
"Tetapi sekarang - bila Anda melihat dengan pandangan
demikian - si gadislah yang bertindak tolol. Setiap orang
menertawakan dia, dan sebab itu - "
"Dia dapat memaafkannya dengan berlebihan, sambung Nyonya
Allerton. "Laki-laki memang seperti anak-anak."
"Suatu pernyataan yang tidak benar yang selalu dikatakan wanita,"
gumam Tim. Poirot tersenyum. Kemudian dia berkata pada Tim, "Apakah
saudara sepupu Nyonya Doyle, Nona Joanna Southwood, mirip
dengan Nyonya Doyle?"
"Anda keliru, Tuan Poirot. Dia saudara sepupu kami. dan teman
Linnet." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ah, maaf - saya bingung. Dia adalah seorang gadis yang sering
menjadi berita. Saya sangat tertarik dengan berita-berita mengenai
dia." "Mengapa?" tanya Tim tajam.
Poirot setengah berdiri untuk membungkuk pada Jacqueline de
Bellefort yang baru saja masuk dan melewati meja mereka menuju
mejanya sendiri, pipinya merah dan matanya menyala. Napasnya
tidak teratur. Ketika duduk kembali, Poirot kelihatannya telah lupa
dengan pertanyaan Tim. Dia bergumam samar-samar, "Saya heran,
apakah semua gadis seceroboh Nyonya Doyle dengan perhiasanperhiasan mereka yang berharga?"
"Kalau begitu benar, bahwa mutiara itu dicuri?" tanya Nyonya
Allerton. "Siapa yang memberitahu Anda, Nyonya?"
"Ferguson mengatakannya," kata Tim cepat-cepat.
Poirot mengangguk dengan sedih. "Memang benar."
"Saya kira," kata Nyonya Allerton gugup, "ini akan menimbulkan
banyak hal yang tak menyenangkan buat kita semua. Tim
mengatakan demikian."
Pemuda itu marah, tetapi Poirot terus menoleh kepadanya. "Ah!
Anda punya pengalaman, barangkali" Anda pernah berada di
sebuah rumah di mana terjadi pencurian?"
"Tidak," kata Tim.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Oh, ya, Tim. Kau berada di rumah Pourlington saat itu - ketika
berlian wanita yang mengerikan itu hilang."
"Ibu selalu saja salah. Aku ada di sana ketika dia tahu bahwa berlian
yang melilit lehernya yang gemuk itu tiruan! Penggantian itu
mungkin dilaksanakan berbulan-bulan sebelumnya. Nyatanya
banyak orang mengatakan bahwa dia sendiri yang melakukannya!"
"Joanna yang mengatakannya begitu, kurasa - "
"Joanna tidak ada di sana."
"Tapi dia benar-benar tahu. Dan memang pantas kalau Joanna yang
memberikan ide seperti itu "
"Ibu selalu merendahkan Joanna."


Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Poirot cepat-cepat mengalihkan pembicaraan Dia bermaksud untuk
membeli suatu benda yang mahal dari salah satu toko-toko di
Aswan. Suatu bahan yang berwarna emas dan ungu yang sangat
menarik di sebuah toko India, tentu saja dia harus membayar pajak,
tetapi - "Mereka mengatakan bahwa mereka dapat - bagaimana
mengatakannya - mengirimnya dengan cepat. Dan bahwa
ongkosnya tidak terlalu tinggi. Apakah bisa kita terima dalam
keadaan baik?" Nyonya Allerton mengatakan bahwa, seperti yang didengarnya,
banyak yang mengirim barang-barang langsung ke Inggris dari toko
penjualnya, dan mereka menerima kiriman itu dalam keadaan baik.
" Bien. Kalau begitu saya akan melakukannya juga. Tetapi kalau kita
ada di luar negeri, sulit untuk mengirim barang-barang dari Inggris!
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Apakah Anda pernah mengalaminya" Apakah Anda pernah
menerima kiriman sejak Anda melakukan perjalanan?"
"Saya rasa tidak. Benar, kan Tim" Kau menerima buku, kadangkadang. Tetapi tentu saja tidak ada kesulitan dengan buku."
"Ah, tidak. Buku sih lain."
Makanan pencuci mulut telah dihidangkan sekarang. Tanpa
pemberitahuan lebih dahulu, Kolonel Race berdiri dan berpidato.
Dia menyinggung situasi kriminal yang terjadi dan mengumumkan
tentang pencurian mutiara itu. Suatu pemeriksaan akan dilakukan,
dan dia meminta agar semua penumpang tetap berada di ruangan
itu sampai selesai. Kemudian, setelah itu, kalau para penumpang
setuju, dan dia percaya mereka akan setuju, mereka pun akan
diperiksa. Poirot dengan cepat menelusup ke luar. Penumpangpenumpang ramai membicarakan soal itu. Suara-suara gelisah,
marah, bingung.... Poirot tepat berada di dekat Race dan dia membisikkan sesuatu
ketika Race akan meninggalkan ruang makan. Dia mendengarkan,
mengangguk setuju, dan memberi isyarat pada pramugara. Dia
mengatakan beberapa patah kata pendek-pendek, kemudian,
bersama-sama dengan Poirot dia keluar ke dek, sambil menutup
pintu. Mereka berdiri di dekat pagar selama satu atau dua menit.
Race menyalakan sigaret. "Ide Anda tidak jelek," katanya. "Kita akan segera melihat apakah
ada suatu reaksi. Saya akan memberi waktu tiga menit."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Pintu ruang makan itu terbuka dan pramugara tadi keluar. Dia
memberi hormat pada Race dan berkata, "Benar, Tuan. Ada
seorang wanita yang mengatakan bahwa dia harus bertemu Anda
dengan segera." "Ah!" Wajah Race menunjukkan rasa puas. "Siapa dia?"
"Nona Bowers, Tuan. Perawat rumah sakit."
Race kelihatan agak heran. Dia berkata, Bawa dia ke ruang
merokok. Jangan biarkan orang lain keluar ruangan."
"Ya, Tuan. Pramugara lain akan menjaga."
Dia kembali ke ruang makan. Poirot dan Race menuju ruang
merokok. "Bowers, eh?" gumam Race.
Mereka belum sampai masuk ruangan merokok ketika pramugara
itu muncul kembali bersama sama Nona Bowers. Dia
mempersilakan Nona Bowers masuk dan keluar lagi sambil
menutup pintu. "Bagaimana, Nona Bowers?" Kolonel Race memandangnya dengan
bertanya-tanya. "Ada persoalan apa?"
Nona Bowers kelihatan sama seperti biasa. Tenang dan tidak
tergesa-gesa. Dia tidak menunjukkan emosi tertentu.
"Maafkan saya. Kolonel Race," katanya, "tapi dengan situasi seperti
ini saya merasa bahwa sebaiknya saya bicara dengan segera pada
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Anda," dia membuka tas hitamnya yang rapi - "dan
mengembalikan ini kepada Anda."
Dia mengeluarkan seuntai mutiara dan meletakkannya di atas
meja. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 21 JIKA Nona Bowers memang seorang wanita yang suka membuat
sensasi, dia akan menikmati hasil perbuatannya. Wajah Kolonel
Race benar-benar heran ketika dia mengambil mutiara itu dari atas
meja. "Ini sangat luar biasa," katanya. "Maukah Anda menerangkannya,
Nona Bowers?" "Tentu saja. Saya memang bermaksud menerangkan." Nona
Bowers duduk pada sebuah kursi. "Yang jelas, sulit sekali bagi saya
untuk memutuskan apa yang paling baik saya lakukan. Keluarganya
dengan sendirinya akan merasa enggan tersangkut dalam skandal
apa pun, dan mereka menyerahkan segalanya pada saya. Tetapi
situasi yang saya hadapi benar-benar luar biasa sehingga tak ada
pilihan lagi bagi saya. Tentu saja bila Anda tidak menemukan kalung
itu dalam kabin, pencarian pasti Anda lakukan pada para
penumpang, dan, jika mutiara itu kemudian Anda temukan pada
saya, situasinya pasti tidak menyenangkan. Demikian pula dengan
kebenarannya." "Dan bagaimanakah yang sebenarnya" Apakah Anda mengambil
mutiara ini dari kabin Nyonya Doyle?"
"Oh, tidak, Kolonel Race. Tentu saja tidak. Nona van Schuyler yang
melakukannya." "Nona Van Schuyler?"
"Ya. Dia tidak tahan untuk tidak mengambil barang-barang.
Terutama permata. Itulah sebab sebenarnya mengapa saya selalu
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
bersama-samanya. Bukan karena kesehatannya sama sekali; tetapi
karena kebiasaan anehnya. Saya selalu mengawasinya, dan
untunglah tidak ada kesulitan-kesuitan selama ini. Tetapi saya
harus selalu waspada. Dan dia selalu menyembunyikan barangbarang yan diambilnya di tempat yang sama - digulung dalam
sepasang kaus kakinya - sehingga tidak kelihatan. Saya
memeriksanya setiap pagi. Tentu saja saya tidak biasa tidur lelap,
dan saya selalu tidur di sebelah kamarnya, dengan pintu
penghubung jika kami bermalam di hotel, supaya saya selalu dapat
mendengar dan membujuknya untuk tidur kembali. Tetapi di atas
kapal hal ini sulit dilakukan. Tetapi dia biasanya tidak melakukan
hal itu pada malam hari. Kebiasaannya ialah mengambil barang
yang dilihatnya tergeletak. Tentu saja mutiara sangat menarik
baginya." Nona Bowers berhenti bicara.
Race bertanya, "Bagaimana Anda tahu bahwa mutiara itu telah
diambilnya?" "Kalung itu ada dalam kaus kakinya tadi pagi. Tentu saja saya tahu
kalung siapa. Saya sudah berkali-kali melihatnya. Saya pergi ke
kabin Nyonya Doyle untuk mengembalikannya sambil berharap
mudah-mudahan dia belum bangun sehingga tidak tahu tentang
kehilangannya itu. Tetapi ada seorang pramugara di pintu kabin,
dan dia memberi-tahu saya bahwa ada pembunuhan dan bahwa
tak seorang pun boleh masuk. Saya jadi kebingungan. Tetapi saya
tetap berharap untuk bisa mengembalikannya dalam kabin
sebelum kehilangannya diketahui orang lain. Percayalah, pagi ini
benar-benar tidak menyenangkan bagi saya. Saya tak berhenti
berpikir apa yang akan saya lakukan. Anda tahu keluarga Van
Schuyler benar-benar istimewa dan eksklusif. Mereka tak akan
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
senang bila hal itu sampai masuk koran. Tetapi hal ini tidak perlu,
bukan?" Nona Bowers benar-benar kelihatan cemas.
"Itu tergantung pada situasi," kata Kolonel Race dengan hati-hati.
"Tapi kami akan melakukan hal yang terbaik untuk Anda, tentu saja.
Apa yang dikatakan Nona Van Schuyler dengan kejadian ini?"
"Oh, dia akan mungkir, tentu saja. Selalu begitu. Dia mengatakan
bahwa ada orang jahat yang telah meletakkan barang itu di sana.
Dia tidak pernah mengaku mengambil sesuatu. Itulah sebabnya bila
kita bisa menangkap basah pada waktunya, dia akan kembali ke
tempat tidurnya seperti domba. Dia mengatakan hanya ingin
keluar melihat bulan dan semacamnya."
"Apakah Nona Robson tahu tentang - er - kekurangannya itu?"
"Tidak. Ibunya tahu, tetapi Cornelia adalah seorang gadis yang
sederhana, dan ibunya berpendapat bahwa lebih baik dia tidak
perlu tahu tentang hal itu. Tetapi saya bisa menghadapi Nona Van
Schuyler," tambah Nona Bowers yang kompeten itu.
"Kami sangat berterima kasih, Nona, karena Anda datang pada
kami begitu cepat," kata Poirot.
Nona Bowers berdiri. "Saya yakin saya melakukan hal yang benar."
"Anda telah melakukannya."
"Anda tahu, dengan adanya soal pembunuhan - "
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Kolonel Race menyela. Suaranya sedih dan berat. "Nona Bowers,
saya ingin menanyakan satu hal Pada Anda, dan saya ingin agar
Anda menjawabnya dengan jujur. Nona Van Schuyler punya
tendensi untuk mencuri atau mengalami ganggu mental
kleptomaniak. Apakah dia juga punya tendensi untuk membunuh?"
Nona Bowers menjawab dengan cepat, "Ya Allah - tidak! Sama
sekali tidak. Percayalah pada saya. Wanita tua itu tak akan
menyakiti seekor lalat pun."
Jawaban itu begitu positif sehingga tak ada lari yang perlu
dibicarakan. Tetapi Poirot menyisipkan sebuah pertanyaan lunak.
"Apakah Nona Van Schuyler agak terganggu pendengarannya?"
"Memang demikian sebenarnya, Tuan Poirot. Tidak terlalu
kelihatan sekali. Maksud saya, bila Anda mengajaknya bicara. Tapi
sering kali dia tak mendengar kalau saya masuk ke kamar. Hal-hal
semacam itu." "Menurut Anda, mungkinkah dia mendengar seseorang yang
berkeliaran di kabin Nyonya Doyle, yang berada di sebelah
kabinnya?" "Oh, saya rasa tidak - sama sekali tidak. Anda tahu bahwa tempat
tidurnya ada di sisi lain kabin itu, tidak tepat berada di dinding
antara kedua kabin. Tidak, saya rasa dia tidak akan mendengar
sesuatu." "Terima kasih, Nona Bowers."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Race berkata, "Barangkali sebaiknya Anda kembali ke ruang makan
dan menunggu di sana dengan penumpang-penumpang lainnya."
Dia membuka pintu untuk Nona Bowers dan melihatnya menuruni
anak tangga dan memasuki ruang makan. Kemudian dia menutup
pintu dan menuju meja. Poirot telah mengambil mutiara itu.
Race berkata dengan keras, "Hm. Reaksi itu begitu cepat. Seorang
wanita muda yang berkepala dingin dan cerdas - benar-benar
mampu menguasai kita dan akan bisa terus berbuat demikian jika
dirasa cocok dengan teorinya. Bagaimana tentang Nona Marie Van
Schuyler sekarang" Saya rasa kita tak bisa melepaskannya dari
kecurigaan. Dia mungkin melakukan pembunuhan agar dapat
mengambil perhiasan itu. Kita tak bisa mempercayai kata-kata
perawat itu dalam hal ini. Dia bertanggung jawab untuk melakukan
apa yang terbaik untuk keluarga itu."
Poirot mengangguk setuju. Dia sibuk dengan mutiara itu,
menggosok-gosoknya dengan jari-jarinya, dan memperhatikannya
benar-benar. Dia berkata, "Saya rasa, kita bisa mempercayai
sebagian cerita wanita tua itu. Dia memang keluar dari kabinnya
dan benar-benar melihat Rosalie Otterboume. Tapi saya kira dia
tidak mendengar sesuatu atau seseorang dalam kabin Linnet Doyle.
Saya rasa dia hanya mengintip dari kabinnya sendiri sebelum
menyelinap dan mencuri mutiara itu."
"Gadis Otterboume itu ada di sana, kalau begitu?"
"Ya. Melemparkan simpanan minuman rahasia ibunya ke dalam
air." Kolonel Race menggelengkan kepalanya sebagai tanda simpati.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Jadi itu! Berat buat gadis muda itu."
"Ya, dia seorang yang tidak bahagia, cettepouvre petite Rosalie."
"Bagaimanapun, saya ikut gembira hal itu telah tersingkap. Dia
tidak melihat atau mendengar sesuatu?"
"Saya menanyakan hal itu. Dia menjawab - setelah dua puluh
detik - bahwa dia tidak melihat siapa pun."
"Oh?" Race kelihatan terkejut. "Ya. Itu memang sugestif," dia
berkata pelan pelan, "Kalau Linnet Doyle di tembak sekitar pukul
satu sepuluh menit, atau pukul berapa saja setelah kapal menjadi
sepi, sangat mengherankan bila tak seorang pun mendengar
tembakan itu. Saya telah mengatakan bahwa pistol kecil semacam
itu tidak akan bersuara keras. Tetapi kapal ini sunyi sekali, dan
suara apa pun meskipun sebuah ledakan halus, akan terdengar.
Tetapi saya mulai mengerti sekarang. Kabin di depan kabin Linnet
kosong - karena suaminya ada di kabin Dr. Bessner. Kabin yang di
buritan ditempati oleh Nona Van Schuyler, yang tuli. Jadi tinggal - "
Dia berhenti dan melihat penuh harap pada Poirot, yang kemudian
menganggukkan kepala. "Kabin yang dekat dengan kabinnya di sisi
lain kapal. Dengan kata lain - Pennington. Kelihatannya kita selalu
kembali pada Pennington."
"Kita akan kembali kepadanya sekarang tanpa perlakuan seperti
kepada anak kecil! Ah ya - saya akan menyukai hal itu."
"Sementara ini sebaiknya kita melanjutkan pencarian di seluruh
kapal. Mutiara itu masih bisa dijadikan alasan, meskipun telah
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
dikembalikan - tapi Nona Bowers pasti tidak akan menyebarluaskan hal itu." '
"Ah, mutiara ini!" Poirot mengangkatnya dan memperhatikannya
lagi dalam sinar matahari. Dia meleletkan lidah dan menjilatnya; dia
bahkan menggigit sebuah mutiara. Kemudian, dengan menarik
napas panjang, dia melemparkan mutiara itu di atas meja. "Ada
komplikasi tambahan, Kawan," katanya. "Saya bukan ahli dalam
batu-batuan berharga, tapi saya sedikit mengerti tentang batubatuan itu. Saya pasti dengan apa yang saya katakan. Mutiara ini
hanya imitasi." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 22 KOLONEL Race menyumpah dengan cepat. "Perkara terkutuk ini
semakin menyangkut banyak hal." Dia mengambil kalung itu. "Saya
rasa Anda tidak membuat suatu kekeliruan" Kelihatannya asli."
"Memang imitasi yang bagus."
"Sekarang - ke mana arahnya" Saya rasa Linnet Doyle tidak dengan
sengaja membuat imitasinya dan membawanya ke mana-mana.
Banyak wanita yang berbuat demikian."
"Saya kira, bila kita melakukan hal itu, suaminya pasti tahu."
"Barangkali dia tidak memberitahu suaminya."
Poirot menggelengkan kepala dengan sikap kurang puas. "Saya rasa


Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak demikian. Saya mengagumi mutiara Nyonya Doyle pada
malam pertama di atas kapal ini - sinar dan kilaunya luar biasa.
Saya yakin dia memakai mutiara yang asli waktu itu."
"Ini membawa dua kemungkinan. Pertama, bahwa Nona Van
Schuyler hanya mencuri mutiara tiruan setelah yang asli dicuri oleh
seseorang. Kedua, bahwa cerita kleptomaniak itu hanya suatu
rekaan. Nona Bowers mungkin seorang pencuri dan dengan cepat
mengarang suatu cerita dan menenangkan kecurigaan dengan
memberikan mutiara palsu. Atau semua orang bekerja sama.
Dengan kata lain, mereka adalah suatu kelompok pencuri perhiasan
yang cerdik, bertopeng sebagai suatu keluarga Amerika yang
eksklusif." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ya." gumam Poirot. "Sulit untuk mengatakannya. Tapi saya akan
menunjukkan satu hal pada Anda - untuk membuat sebuah tiruan
sempurna dari kalung mutiara itu, dengan kaitan dan sebagainya,
untuk mengelabui Nyonya Doyle, memerlukan kemampuan teknis
yang sangat tinggi. Hal itu tidak dapat dilakukan dengan tergesagesa. Siapa pun yang membuat imitasi kalung itu, pasti dia telah
mendapat kesempatan untuk mempelajari mutiara aslinya."
Race berdiri. "Tak ada gunanya berspekulasi tentang hal itu
sekarang. Mari kita teruskan pekerjaan kita. Kita harus menemukan
mutiara asli. Dan pada waktu yang sama membuka mata kita
selebar-lebarnya." Mereka pertama-tama memeriksa kabin yang berada di dek bawah.
Kabin Tuan Richetti berisi bermacam-macam artikel arkeologi
dalam berbagai bahasa, berjenis-jenis koleksi pakaian, minyak
rambut yang berbau keras, dan dua buah surat pribadi - sebuah
dari ekspedisi arkeologi di Siria, dan sebuah lagi, kelihatannya, dari
seorang saudara perempuan di Roma. Sapu tangannya semua
terbuat dari sutera berwarna.
Mereka meneruskan memeriksa kabin Ferguson. Ada beberapa
literatur komunis, dan foto-foto, sebuah buku Samuel Butler
berjudul Erewhon, dan sebuah buku Pepy dengan judul Diary dalam
edisi murah. Barang-barang pribadinya tidak banyak. Semua baju
luarnya kebanyakan robek dan kotor; sebaliknya pakaian-pakaian
dalamnya terbuat dan bahan-bahan yang mahal. Sapu tangannya
dari bahan linen yang mahal. "Perbedaan yang menarik," gumam
Poirot. Race mengangguk. Sedikit aneh. "Tidak ada surat-surat atau
dokumen pribadi dan sebagainya"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ya; itu membuat kita bertanya-tanya. Seorang laki-laki muda yang
aneh, Tuan Ferguson." Dia memperhatikan sebuah cincin stempel
yang sedang dipegangnya. Kemudian dikembalikannya ke dalam
laci. Mereka meneruskan memeriksa kabin Louise Bourget. Pelayan ini
biasa makan setelah penumpang-penumpang lainnya selesai
makan, tetapi Race telah menyuruh seseorang mengatakan supaya
dia ikut makan dengan penumpang-penumpang lainnya. Seorang
pramugara kabin menghampiri mereka.
"Maaf, Tuan," katanya, "tapi saya tidak menemui gadis itu di manamana. Saya tak tahu lagi harus mencari dia ke mana."
Race melongok ke dalam kabin. Kosong.
Mereka naik ke dek atas dan mulai dengan sisi kanan kapal. Kabin
pertama ditempati oleh James Fanthorp. Semuanya rapi di sini.
Tuan Fanthorp tidak banyak membawa barang. Tapi semua
miliknya adalah barang-barang mahal.
"Tak ada surat-surat," kata Poirot sambil berpikir-pikir. "Tuan
Fanthorp sangat hati-hati. Dia menghancurkan semua suratsuratnya." Mereka menuju kabin Tim Allerton, di sebelahnya. Di sini ada buktibukti penganut agama Anglo-Katolik - sebuah triptik kecil yang
sangat indah, sebuah buah rosario besar dari kayu berukir. Di
samping pakaian pakaian, ada sebuah naskah yang belum selesaii,
dengan catatan-catatan kecil, dan setumpuk buku-buku,
kebanyakan terbitan baru.
"Surat surat yang dilemparkan berita saja bukan?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot, yang tidak pernah suka membuka surat orang lain,
melihatnya sekilas. Dia memperhatikan bahwa tak ada sebuah
surat pun dari Joanna Southwood. Dia mengambil sebuah tube
sekotin, memperhatikannya satu-dua menit, laiu berkata, "Mari
kita teruskan." "Tak ada sapu tangan Woolworth," kau Race yang dengan cepat
mengembalikan isi laci. Kabin Nyonya Allerton terletak di sebelahnya. Kabin itu rapi sekali
dan di dalamnya tercium bau Lavender. Kedua laki-laki itu hanya
sebentar melihat-lihat kabin tersebut. Race berkata ketika
meninggalkan ruangan itu, "Wanita yang menyenangkan."
Kabin berikutnya adalah kabin pakaian Simon Doyle. Semua
keperluan-keperluannya - piyama, barang-barang toilet dan
sebagainya - telah dibawa ke kabin Bessner, tetapi sisa-sisa barang
lainnya masih tertinggal di situ - dua koper kulit besar dan tas.
Juga ada beberapa baju dalam almari.
"Kita akan memeriksa dengan lebih teliti di sini, Kawan," kata
Poirot, "sebab ada kemungkinan pencuri itu menyembunyikan
mutiara itu di sini."
"Kau menganggap demikian?"
"Ya, tentu saja. Pikirkanlah. Pencuri itu, siapa pun dia, pasti tahu
bahwa akan dilakukan penggeledahan, dan karena itu
menyembunyikan benda tersebut di dalam kabinnya sendiri
bukanlah hal yang bijaksana. Ruangan-ruangan umum akan sangat
menyulitkan. Tapi ini adalah kabin seorang laki-laki yang tak dapat
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
berjalan, sehingga bila mutiara itu ditemukan di sini, tak akan ada
apa-apa sama sekali."
Tetapi pencarian itu sia-sia saja. Poirot berbisik, " Zut!" pada dirinya,
dan mereka muncul kembali di atas dek. Kabin Linnet Doyle telah
dikunci setelah mayatnya dipindahkan, tetapi Race memegang
kunci kabin itu. Dia membuka pintu, dan kedua laki-laki itu melangkah masuk.
Kabin itu tetap dalam keadaan seperti tadi pagi. Hanya mayat
Linnet Doyle yang tidak ada.
"Poirot," kata Race, "kalau ada sesuatu yang harus Anda cari di sini,
teruskan mencarinya. Anda bisa kalau orang lain juga bisa - saya
yakin." "Anda tidak memaksudkan mutiara itu kali ini, mon ami"
"Tidak. Pembunuhan itu adalah persoalan utama. Mungkin ada
sesuatu yang saya lewati pagi tadi."
Dengan tenang dan cekatan Poirot memeriksa ruangan itu. Dia
berjongkok di atas lantai dan memeriksa setiap inci. Dia memeriksa
tempat tidur. Kemudian dengan cepat berpindah pada almari
pakaian dan laci-laci meja. Setelah itu meneliti peti pakaian dan dua
kopor mahal. Akhirnya dia mengalihkan perhatian pada tempat cuci
tangan. Ada bermacam-macam krim, bedak, dan lotion muka. Tapi
satu-satunya benda yang kelihatannya menarik perhatian Poirot
adalah dua botol kecil bertuliskan Nailex. Dia membawanya ke
meja hias. Sebuah botol yang bertulisan Nailex Rose sudah kosong.
Hanya ada satu atau dua tetes cairan merah tua pada dasarnya.
Sebuah botol lainnya, dengan ukuran sama, tetapi bertulisan Nailex
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Cardinal, hampir penuh isinya. Poirot membuka botol yang kosong,
kemudian yang penuh, dan mencium keduanya dengan hati-hati.
Bau buah pir masak memenuhi ruangan itu. Dengan sedikit
menyeringai dia membuka kedua botol itu lagi.
"Dapat sesuatu?" tanya Race.
Poirot menjawab dengan pepatah Perancis, " On 'je preud pas les
monches avec le vinaigre."
Kemudian dia berkata sambil menarik napas, "Kawan, tidak
beruntung. Si pembunuh belum mau menolong. Dia belum
menjatuhkan manset bajunya, puntung rokoknya, abu rokoknya atau, kala seorang wanita, sapu tangannya, lipstick, atau
rambutnya." "Hanya botol cat kuku?"
Poirot mengangkat bahunya. "Saya harus bertanya pada si pelayan.
Ada sesuatu - ya - sedikit mencurigakan."
"Ke mana ya gadis itu?" kata Race.
Mereka meninggalkan kabin setelah menguncinya, dan menuju
kabin Nona Van Schuyler. Di sini kita jumpai lagi barang-barang
mewah. Barang-barang toilet yang mahal, kopor-kopor bagus,
beberapa surat pribadi dan kertas-kertas semua tersusun rapi.
Kabin berikutnya adalah kabin dobel yang ditempati Poirot dan di
belakangnya, Race. "Rasanya tak mungkin menyembunyikan
mutiara itu di salah satu kabin kita," kata kolonel itu.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot ragu-ragu. "Mungkin juga. Saya pernah menyelidiki suatu
pembunuhan di Orient Express. Ada satu hal kecil yang menyangkut
kimono merah. Kimono itu hilang, padahal seharusnya ada. Saya
menemukannya - di mana" Dalam kopor saya sendiri yang
terkunci! Ah, benar-benar kurang ajar!"
"Sekarang mari kita lihat apakah ada orang yang berbuat kurang
ajar terhadap Anda atau pun saya."
Tetapi pencuri mutiara itu tidak berlaku kurang ajar kepada Poirot
maupun Kolonel Race. Sambil memutari buritan, mereka
menyelidiki kabin Nona Bowers dengan teliti. Tetapi tak ada
sesuatu yang mencurigakan. Sapu tangannya terbuat dari bahan
linen biasa dengan singkatan namanya.
Di sebelahnya adalah kabin keluarga Otterbourne. Sekali lagi Poirot
menyelidiki dengan teliti di tempat tersebut, tetapi tanpa hasil.
Kabin berikutnya adalah kabin Bessner. Simon Doyle terbaring
dengan makanan yang tak tersentuh
"Tidak ada selera makan," katanya setengah minta maaf. Dia
kelihatan demam dan keadaannya bertambah buruk. Poirot dapat
mengerti keinginan Bessner untuk secepatnya membawa ke rumah
sakit dan menanganinya dengan perlengkapan-perlengkapan yang
lebih baik. Orang Belgia kecil itu menerangkan apa yang sedang
mereka lakukan, dan Simon mengangguk setuju. Simon sangat
heran ketika mendengar pengembalian kalung mutiara oleh Nona
Bowers, tetapi yang kemudian ternyata berupa mutiara imitasi.
"Apakah Anda yakin, Tuan Doyle, bahwa isteri Anda tidak punya
kalung imitasi yang dibawanya ke luar?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Simon menggelengkan kepalanya dengan pasti. "Oh ya. Saya sangat
yakin. Linnet sangat menyukai mutiara itu dan dia memakainya ke
mana-mana. Kalung itu diasuransikan untuk menghindari
bermacam-macam kesulitan yang mungkin terjadi. Saya rasa itulah
yang menyebabkan dia sedikit gegabah."
"Kalau begitu kita harus meneruskan pemeriksaan kita."
Dia mulai membuka laci meja. Race memeriksa sebuah kopor.
Simon memperhatikan. "Tentunya Anda tidak mencurigai si
Bessner tua itu, bukan?"
Poirot mengangkat bahunya. "Mungkin saja. Bagaimanapun, apa
yang kita tahu tentang Dr. Bessner" Hanya keterangan dari
mulutnya sendiri." "Tapi di sini dia tak mungkin menyembunyikannya di koper tanpa
saya lihat." "Dia tak dapat menyembunyikan sesuatu hari ini tanpa Anda lihat.
Tapi kita tidak tahu kapan kalung itu diganti. Dia mungkin telah
melakukannya beberapa hari yang lalu."
"Saya tidak berpikir sampai ke sana."
Tetapi pemeriksaan itu tidak ada hasilnya. Kabin berikutnya adalah
kabin Pennington. Kedua laki-laki itu lama berada di situ. Poirot dan
Race terutama memperhatikan sebuah tas yang penuh dengan
dokumen legal dan bisnis yang sebagian besar memerlukan tanda
tangan Linnet. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot menggelengkan kepala dengan sedih. "Kelihatannya
memang jujur. Anda setuju?"
"Setuju sekali. Bagaimanapun, Pennington bukanlah orang bodoh.
Seandainya ada dokumen yang menimbulkan kecurigaan di sini hak kuasa atau semacamnya - dia akan memusnahkannya terlebih
dahulu." "Ya, saya rasa begitu."
Poirot mengangkat sebuah revolver berat dari laci atas. Dia
memperhatikannya, lalu mengembalikannya pada tempatnya.
"Kelihatannya masih ada juga orang yang bepergian dengan
membawa-bawa senjata api," gumamnya.
"Ya, sedikit sugestif, mungkin. Bagaimanapun, Linnet tidak
ditembak dengan pistol sebesar itu."
Race diam, lalu melanjutkan, "Saya telah memikirkan kemungkinan
jawaban mengenai pistol yang dilemparkan ke air. Seandainya
pembunuh yang sebenarnya meletakkan pistol itu di kabin Linnet
Doyle dan seseorang lainnya - orang kedua - mengambilnya dan
melemparkannya ke sungai."
"Ya, itu memang mungkin. Saya juga telan memikirkan hal itu. Tapi
ini menyebabkan serentetan pertanyaan-pertanyaan. Siapa orang
kedua itu" Keuntungan apa yang dia peroleh dalam usaha
menutupi Jacqueline de Bellefort dengan mengambil pistol
tersebut" Apa yang dilakukan orang kedua itu" Satu-satunya orang
yang kita ketahui yang masuk dalam kabin adalah Nona Van
Schuyler. Mungkinkah Nona Van Schuyler yang mengambilnya"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Mengapa dia ingin menutupi Jacqueline de Bellefort" Dan - alasan
apa lagi yang mungkin ada untuk pengambilan pistol itu?"
Race mengutarakan pendapatnya, "Dia mungkin mengenali
stolanya, ketakutan, dan melempar semuanya ke dalam air."
"Stolanya memang mungkin, tapi apakah dia juga mau melempar
pistol itu" Bagaimanapun, saya setuju bahwa hal ini merupakan
suatu kemungkinan. Tetapi kelihatannya - mon Dieu! Kelihatannya
aneh. Dan Anda belum memperhatikan satu hal mengenai stola
itu - " Ketika mereka keluar dari kabin Pennington, Poirot menyarankan
agar Race memeriksa kabin-kabin lainnya, yang ditempati oleh
Jacqueline, Cornelia, dan dua kabin kosong di ujung, sedangkan dia
sendiri akan menanyakan beberapa hal pada Simon Doyle. Poirot
kemudian kembali ke kabin Dr. Bessner.
Simon berkata, "Saya telah berpikir-pikir. Saya yakin bahwa mutiara
itu benar benar asli kemarin."
"Mengapa demikian, Tuan Doyle?"
"Karena Linnet - " dia gemetar ketika menyebut nama isterinya,
"memegang benda itu sebelum makan malam, dan dia berbicara
tentang mutiara. Dia tahu tentang mutiara. Saya yakin bahwa dia
tahu kaIau mutiara itu palsu."
"Tetapi mutiara itu mutiara imitasi yang sangat bagus. Apakah
Nyonya Doyle biasa meminjamkan mutiara itu" Apakah dia pernah
meminjamkannya Pada seorang teman, umpamanya?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Simon merah dan sedikit malu. "Anda tahu, Tuan Poirot. Sulit bagi
saya untuk mengatakannya. Saya - saya - saya mengenal Linnet


Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belum begitu lama." "Ah, ya. Memang cinta kilat - "
Simon melanjutkan, "dan karena itu - benar-benar - saya tidak
tahu hal-hal semacam itu. Tapi Linnet seorang yang murah hati.
Saya rasa mungkin saja dia meminjamkan barang itu."
"Dia tak pernah, umpamanya, meminjamkan kalung itu pada Nona
de Bellefort?" "Apa maksud Anda?" Simon menjadi merah sekali. Dia berusaha
untuk duduk, tetapi jatuh kembali. "Apa yang ada dalam kepala
Anda" Bahwa Jackie mencuri mutiara itu" Tidak akan. Saya berani
bersumpah tidak akan. Jackie seorang yang jujur. Mengira dia
seorang pencuri saja sudah sangat menggelikan - benar-benar
lucu." Poirot memandangnya dengan mata yang lembut bersinar. "Oh, la
la!" Dia berkata tiba-tiba. "Pendapat saya, rupanya telah
menggempur sarang labah-labah."
Simon mengulang lagi, tanpa menghiraukan kata-kata Poirot,
"Jackie seorang jujur."
Poirot teringat suara seorang gadis di pinggir Sungai Nil di Aswan
yang mengatakan. "Saya mencintai Simon - dan dia mencintai
saya...." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia ragu-ragu yang mana dari pernyataan-pernyataan yang
didengarnya itu benar. Kelihatannya Jacqueline-lah yang berkata
benar. Pintu kabin terbuka dan Race masuk.
"Tak ada apa-apa," katanya cepat. "Sebenarnya kita tidak
mengharapkannya. Saya melihat pramugara-pramugara itu datang
dengan laporan pemeriksaan mereka terhadap para penumpang.
Seorang pramugara dan pramugari muncul di pintu. Pramugara itu
berkata, "Tidak ada apa-apa, Tuan."
"Ada yang cerewet" '
"Hanya penumpang Itali itu. Tuan. Dia mengomel. Mengatakan
bahwa hal itu memalukan - semacam itu. Dia juga punya senjata
api." "Senjata api macam apa?"
"Manser otomatis dua lima, Tuan."
"Orang Itali memang berdarah panas," kata Simon. "Richetti
menjadi marah terus menerus di Wadi Haifa hanya karena
kekeliruan sebuah telegram. Dia benar-benar kasar terhadap
Linnet." Race menoleh kepada pramugari - seorang wanita tinggi besar
dengan wajah manis. "Tidak ada apa-apa pada para penumpang wanita, Tuan. Mereka
agak cerewet - kecuali nyonya Allerton yang sangat baik dan
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
penuh pengertian. Tidak ada mutiara. Tetapi gadis muda itu, Nona
Rosalie Otterboume menyimpan sebuah pistol kecil dalam tasnya."
"Pistol macam apa?"
"Pistol kecil sekali, Tuan, dengan gagang mutiara. Seperti mainan."
Pandangan Race menerawang. "Roh jahat mengambil perkara ini,"
bisiknya. "Saya kira kita bisa membersihkan dia dari kecurigaan,
dan sekarang - apakah setiap gadis di kapal ini membawa pistol
mainan bergagang mutiara?"
Dia bertanya pada pramugari, "Bagaimana reaksinya ketika Anda
menemukan pistol tersebut?"
Wanita itu menggelengkan kepalanya. "Saya rasa saya tidak tahu.
Saya membelakangi dia ketika menggeledah tasnya."
"Bagaimanapun, dia tentu tahu bahwa Anda kan melihatnya. Oh,
tak tahulah, pusing rasanya. Bagaimana dengan pelayan itu?"
"Kami telah mencarinya di seluruh kapal, Tuan. Tapi kami tidak
dapat menemukannya."
"Ada apa?" tanya Simon.
"Pelayan Nyonya Doyle - Louise Bourget. Di menghilang."
"Menghilang" "
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Race berkata sambil berpikir, "Mungkin dialah yang mencuri
mutiara itu. Dia adalah satu-satunya orang yang punya banyak
kesempatan untuk membuat tiruannya."
"Dan kemudian, ketika dia tahu ada pemeriksaan, dia menceburkan
diri ke air?" tanya Simon.
"Tidak masuk akal," jawab Race dengan marah. "Seorang wanita
tidak dapat menceburkan diri ke air pada waktu siang, dari kapal
seperti ini, tanpa diketahui orang lain."
Dia bertanya kepada pramugari itu sekali lagi. "Kapan dia terlihat
terakhir kali?" "Kira-kira setengah jam sebelum lonceng makan siang berbunyi,
Tuan." "Kalau begitu, kita periksa kabinnya," kata Race. "Barangkali kita
menemukan sesuatu." Dia berjalan menuju dek bawah. Poirot mengikut di belakangnya.
Mereka membuka pintu kabin dan masuk ke dalam. Louise Bourget
yang pekerjaannya mengatur barang-barang orang lain, tidak
mengurusi barang miliknya sendiri. Barang-barang kecil mengotori
bagian atas laci mejanya; sebuah kopor setengah terbuka karena
baju yang menyumpal di dalamnya keluar; dan pakaian dalam
tergantung di kursi-kursi.
Sepatu-sepatu Louise berderet sepanjang tempat tidur. Salah satu
dari sepatu-sepatu itu, sebuah sepatu kulit berwarna hitam,
kelihatan menggeletak dengan posisi aneh. Hal itu menarik
perhatian Race. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia menutup kopor dan membungkuk di atas deretan sepatusepatu itu. Kemudian dia menjerit kaget, Poirot memutar
badannya. " Qu'est ce qu'il ya?"
Race berkata dengan sedih, "Dia tidak menghilang. Dia di sini - di
bawah tempat tidur...."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 23 TUBUH seorang wanita mati, yang ketika hidup bernama Louise
Bourget, tergeletak di lantai dalam kabinnya. Kedua laki-laki itu
memeriksanya Race berdiri lebih dahulu. "Telah satu jam
meninggal, saya rasa. Lebih baik kita panggil Bessner. Ditikam
sampai ke ulu hati. Mati seketika, saya kira. Dia tidak kelihatan
manis bukan?" "Tidak." Poirot menggelengkan kepala dengan sedikit gemetar. Wajah yang
gemetar, seperti kucing kejang. Seolah-olah terkejut dan marah.
Bibirnya tertarik ke belakang.
Poirot membungkuk lagi pelan-pelan dan mengangkat tangan
kanannya. Ada sesuatu dalam jari-jarinya. Dia melepaskan dan
memberikannya pada Race. Ternyata seserpih kertas tipis berwarna
merah muda dan biru kehijau-hijauan.
"Anda tahu?" "Uang," kata Race.
"Ujung selembar ribuan franc, saya rasa." Jelas apa yang telah
terjadi," kata Race. "Dia tahu sesuatu - dan dia memeras si
pembunuh dengan apa yang diketahuinya itu. Kita telah mengira
bahwa dia tidak berkata jujur pagi tadi."
Poirot berteriak, "Kita memang bodoh - tolol. Kita tahu, saat itu
apa yang dikatakannya. 'Apa yang bisa saya lihat atau dengar di dek
bawah" Tentu saja, kalau saya tak niat tidur, kalau saya naik
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
tangga, lalu mungkin saya melihat pembunuh itu, binatang itu,
masuk lalu keluar kabin Nyonya. Tetapi karena - '. Tentu itulah
yang terjadi! Dia memang naik ke atas. Dia memang melihat
seseorang menyelinap masuk kabin Linnet Doyle - atau keluar.
Dan, karena ketamakannya, ketamakannya yang bodoh, dia
terbaring di sini - "
"Dan kita tidak tahu siapa yang membunuhnya," kata Race dengan
jijik. Poirot menggelengkan kepala. "Tidak, tidak. Kita tahu lebih banyak
sekarang. Kita tahu - kita tahu hampir semuanya. Hanya saja hal ini
kelihatannya tak masuk akal. Tetapi memang demikian. Hanya saja
saya tidak melihatnya. Pah! Alangkah tololnya saya tadi pagi! Kita
merasa - kita berdua merasa - bahwa dia menyembunyikan
sesuatu, tetapi kita tidak tahu sebab logisnya - pemerasan."
"Dia pasti meminta uang penutup mulut seketika itu," kata Race.
"Meminta dengan ancaman. Si pembunuh dipaksa untuk
mengabulkan permintaan perempuan ini untuk membayarnya
dengan uang Perancis. Ada lagi yang lain?"
Poirot menggelengkan kepala sambil termenung. "Saya tidak
berpikir demikian. Banyak orang yang membawa uang persediaan
ketika bepergian. Kadang-kadang Iembaran Pound, kadang-kadang
Dollar, tapi sering kali juga lembaran uang Franc. Jadi, uang Franc
ini tidak aneh lagi. Mungkin si pembunuh membayarnya dengan
uang kertas. Mari kita lakukan rekonstruksi ini."
"Pembunuhnya datang ke daIam kabin perempuan ini, memberi
uang, dan kemudian - "
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Dan kemudian," kata Poirot, "perempuan ini menghitung uang
tersebut. Oh ya, saya tahu orang-orang macam itu. Dia pasti
menghitung uang itu, dan ketika dia menghitung, dia sama sekali
kehilangan kewaspadaan. Si pembunuh menikam. Setelah berhasil
dia mengambil uang tersebut dan lari - tanpa melihat bahwa ujung
salah satu lembar uang yang dibawanya robek."
"Kita bisa menemukan dia dengan jalan itu," kata Race ragu-ragu.
"Saya kurang yakin," kata Poirot. "Dia akan memeriksa semua uang,
dan mungkin akan mengetahui ada yang robek. Tentu saja kalau dia
seorang yang sangat kikir dia tidak akan tega menghancurkan
selembar mille - tapi yang saya kuatirkan ialah bahwa
temperamennya adalah sebaliknya."
"Bagaimana Anda bisa berpendapat demikian?"
"Baik kriminal ini maupun pembunuhan Nyonya Doyle
membutuhkan suatu kualitas tertentu - kenekatan, kekezaman,
pelaksanaan yang berani, gerakan kilat; kualitas ini tidak sesuai
dengan sifat hati-hati dan hemat."
Race menggelengkan kepala dengan sedih. "Lebih baik saya panggil
Bessner," katanya. Pemeriksaan dokter gendut itu tidak makan banyak waktu. Dengan
berkali-kali mengucapkan 'ah' dan 'hmm', dia meneruskan
pekerjaannya. "Dia telah mati tidak lebih dari sejam yang lalu," katanya.
"Kematiannya sangat cepat - seketika."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Dan senjata apa yang digunakan, menurut Anda?"
"Ah, sangat menarik. Senjata itu senjata yang sangat tajam, sangat
tipis, sangat halus. Saya dapat menunjukkannya macam apa."
Ketika kembali ke kabin, dia membuka sebuah kotak dan
mengeluarkan sebuah pisau operasi yang panjang dan halus.
"Saya rasa," kata Race lembut, "tidak ada pisau-pisau Anda yang er - hilang, Dokter?"
Bessner memandangnya; kemudian mukanya menjadi merah
karena marah. "Apa yang Anda katakan" Anda kira saya - saya.
Carl Bessne - yang begitu terkenal di Austria - saya yang memiliki
klinik-klinik, dan pasien-pasien tingkat tinggi - saya membunuh
seorang femme de chambre" Ah, sangat lucu - aneh, apa yang
Anda katakan! Tak satu pisau pun hilang - tak satu pun. Semua ada
di sini, pada tempatnya. Anda bisa melihatnya sendiri. Dan
penghinaan atas profesi saya ini tidak akan saya lupakan."
Dr. Bessner menutup kotaknya dengan keras, dan keluar kabin.
"Whew!" kata Simon. "Anda menyebabkan dia marah besar."
Poirot mengangkat bahunya. "Sayang sekali. Anda salah arah.
Bessner tua itu orang yang paling baik, meskipun seorang Jerman."
Dr. Bessner tiba-tiba muncul kembali. "Maukah Anda meninggalkan
kabin saya sekarang" Saya harus mengganti pembalut kaki pasien
saya." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Nona Bowers ikut masuk dan berdiri tegak dan sigap menunggu
orang-orang keluar. Race dan Poirot merambat ke luar. Race
menggumamkan sesuatu dan pergi. Poirot berbelok ke kiri, dia
mendengar percakapan gadis-gadis, dan ketawa kecil. Jacqueline
dan Rosalie bersama-sama dalam kabin Rosalie. Pintu kabin itu
terbuka dan gadis-gadis itu berdirii di dekatnya. Ketika
bayangannya jatuh ke depan kedua gadis itu mendongak. Dia
melihat poirot. Otterbourne tersenyum kepadanya untuk pertama
kali - senyum malu-malu - sedikit ragu, seperti seseorang yang
melakukan suatu hal yang baru dan kurang dikenal.
"Anda membicarakan skandal itu, Nona?" tanya Poirot menuduh.
"Tentu saja tidak," kata Rosalie. "Kami sedanng membandingbandingkan lipstick."
Poirot tersenyum. " Les chiffons d'aujourd hui," gumamnya. Tetapi
ada sesuatu yang sedikit mekanis pada senyumnya, dan Jacqueline
de Bellefort yang lebih cepat menangkap hal itu daripada Rosalie,
melihatnya. Dia menjatuhkan lipstick yang dipegangnya dan keluar
menuju dek. "Apakah ada sesuatu - apa yang terjadi?"
"Seperti yang Anda tebak, Nona; ada sesuatu yang terjadi."
"Apa?" Rosalie ikut keluar.
"Kematian yang lain," kata Poirot.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Rosalie menarik napas dalam-dalam. Poirot memperhatikannya.
Dia melihat tanda bahaya dan sesuatu yang lebih dari itu kegemparan - yang terlihat satu atau dua menit dalam matanya.
"Pelayan Nyonya Doyle terbunuh," dia berkata terus terang.
"Terbunuh?" teriak Jacqueline, "Anda bilang terbunuh?"
"Ya, itu yang saya katakan."
Meskipun jawabannya ditujukan pada Jackie, dia memperhatikan
Rosalie. Kemudian dia berkata kepada Rosalie, "Pelayan ini melihat
sesuatu tanpa sengaja. Dan karenanya - dia harus dibungkam
supaya dapat menjaga lidahnya."
"Apa yang dilihatnya?"
Sekali lagi, Jacqueline-lah yang bertanya. Dan sekali lagi, jawaban
Poirot ditujukan pada Rosalie. Adegan itu adalah adegan tiga sudut
yang sangat aneh. "Tak diragukan lagi apa yang dilihatnya," kata Poirot. "Dia melihat
seseorang yang masuk dan ke dalam kabin Linnet Doyle pada
malam naas itu." Telinganya sangat peka. Dia mendengar tarikan napas dan melihat
kejapan mata. Rosalie Otterbourne bereaksi seperti yang
diharapkannya. "Apakah dia mengatakan siapa yang dilihatnya?"
Rosalie bertanya. Dengan menyesal - dan pelan-pelan - Poirot menggelengkan
kepalanya. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Terdengar langkah-langkah berderap di dek. Cornelia Robson
datang. Matanya terbelalak lebar dan kaget.
"Oh, Jacqueline," serunya, ada sesuatu yang mengerikan telah
terjadi! Suatu hal lain yang dahsyat."


Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jacqueline menoleh kepadanya. Keduanya maju beberapa langkah.
Hampir tanpa disadari, Poirot dan Rosalie Otterboume melangkah
ke arah yang berlawanan. Rosalie berkata dengan tajam; "Mengapa
Anda memandangi saya" Apa yang Anda pikirkan?"
"Anda menanyakan dua pertanyaan. Saya akan balik bertanya pada
Anda - satu pertanyaan. Mengapa Anda tidak menceritakan hal
yang sebenarnya. Nona?"
"Saya tak mengerti apa yang Anda maksud. Saya menceritakan segalanya - tadi pagi."
"Tidak, ada hal-hal yang tidak Anda katakan pada saya. Anda tidak
mengatakan bahwa Anda menyimpan sebuah pistol kecil
bergagang mutiara dalam tas Anda. Anda tidak mengatakan semua
yang anda lihat tadi malam."
Wajah Rosalie merah. Kemudian dia berkata, "hal itu tidak benar.
Saya tidak punya sebuah revolver."
"Saya tidak mengatakan revolver. Saya mengatakan sebuah pistol
kecil yang Anda bawa dalam tas"
Gadis itu berputar, berlari masuk kabin dan ke luar lagi dan
menyorongkan tas kulitnya yang berwarna abu-abu ke tangan
Poirot. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Anda bicara yang bukan-bukan. Carilah sendiri bila Anda mau."
Poirot membuka tas itu. Tidak ada pistol di dalamnya. Dia
mengembalikan tas itu kepada Rosalie. Matanya menatap dengan
pandangan kemenangan yang mengejek.
"Tidak," dia berkata dengan riang. "Tidak ada di sini."
"Anda tidak selalu benar, Tuan Poirot. Dan Anda pun keliru dengan
hal lucu yang Anda katakan barusan."
"Tidak, saya kira tidak."
"Anda benar-benar menyebalkan!" Dia menghentakkan kaki
dengan marah. "Anda punya suatu ide, dan Anda terus, terus dan
terus memaksakan ide itu."
"Sebab saya ingin agar Anda mengatakan hal yang benar."
"Apakah yang benar. Kelihatannya Anda lebih tahu daripada saya."
Poirot berkata, "Anda ingin agar saya mengatakan apa yang anda
lihat" Kalau saya benar, apakah Anda mau mengakuinya" Saya akan
mengatakan ide kecil ini. Saya kira ketika Anda memutari buritan
kapal, Anda berhenti karena Anda melihat seorang laki-laki di kabin
Linnet Doyle, seperti yang Anda tahu keesokan harinya. Anda
melihatnya ke luar, menutup pintu kabin, dan berjalan menjauhi
tempat Anda, menuruni dek dan - barangkali - memasuki salah
satu kabin yang ada di ujung. Sekarang, Nona - benarkah apa yang
saya katakana?" Dia tidak menjawab. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Poirot berkata, "Barangkali Anda berpikir lebih haik tidak bicara.
Barangkali Anda takut bahwa apabila Anda bicara, Anda juga
terbunuh." Untuk sesaat dia mengira bahwa Rosalie akan termakan umpannya,
bahwa dengan menyentuh keberaniannya dia akan berhasil
mengorek keterangan bibirnya terbuka - gemetar - kemudian,
"Saya tidak melihat seorang pun," kata Rosalie Otterboume.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 24 Nona Bowers keluar dari kabin Dr. Bessner, meluruskan manset
lengan bajunya. Jacqueline cepat-cepat meninggalkan temannya
dan menghampiri perawat itu.
"Bagaimana keadaannya?" tanyanya. Poirot datang pada waktunya
untuk mendengar jawaban itu. Nona Bowers kelihatan agak kuatir.
"Tidak terlalu buruk," katanya. Jacqueline menjerit. "Maksud Anda
keadaannya lebih payah?"
"Ah, saya rasa saya akan lega kalau kita sudah mendarat dan bisa
memberi sinar X dan melakukan perawatan dengan bantuan obat
bius. Kapan kita sampai di Shellal, Tuan Poirot?"
"Besok pagi." Nona Bowers memonyongkan bibirnya dan menggelengkan kepala.
"Tidak menguntungkan. Kami melakukan apa yang terbaik, tetapi
selalu ada bahaya seperti septicaemia."
Jacqueline menangkap lengan Nona Bowers dan menggoncanggoncangnya. "Apakah dia akan mati" Apakah dia akan mati?"
"Tidak, Nona de Bellefort. Saya harap tidak. Saya tidak begitu yakin.
Luka itu sendiri tidak berbahaya, tetapi harus disinari dengan sinar
X secepatnya. Dan kemudian, tentu saja Tuan Doyle harus dalam
keadaan tenang hari ini. Dia terlalu cemas dan banyak pikiran. Tak
heran kalau suhu badannya naik. Dengan adanya kejutan karena
kematian isteri, dan hal-hal lainnya - "
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Jacqueline melepaskan cengkeramannya dan berbalik. Dia berdiri
miring, dan punggungnya menghadap ke kedua orang itu.
"Yang bisa saya katakan adalah, kita harus mengharap yang
terbaik," kata Nona Bowers. "Tentu saja Tuan Doyle seorang yang
berbadan kuat - itu jelas kelihatan - barangkali tidak pernah sakit
sehari pun dalam hidupnya. Ini sangat menguntungkan. Tapi tak
dapat disangkal lagi bahwa kenaikan suhu badannya merupakan
suatu tanda buruk dan - "
Dia menggelengkan kepala, membetulkan manset bajunya sekali
lagi dan keluar dengan cepat. Jacqueline berbalik dan berjalan
dengan lemas menuju kabinnya. Pandangannya kabur karena air
mata. Sebuah tangan di bawah sikunya menguatkan dan
menenangkan dia. Dia mendongak ke atas dan melihat Poirot di
sampingnya. Dia bersandar sedikit kepadanya dan Poirot
mengantarnya masuk kabin.
Dia duduk di atas tempat tidur dan air matanya keluar lebih bebas,
diselingi dengan sedu sedan. "Dia akan mati! Dia akan mati! Saya
tahu dia akan mati. Dan sayalah yang membunuhnya. Ya, sayalah
yang membunuhnya...."
Poirot mengangkat bahunya. Dia menggelengkan kepala sedikit,
dan berkata dengan sedih, "Nona, apa yang terjadi, terjadi. Kita
tidak bisa mencabut apa yang telah kita lakukan. Sudah terlambat
untuk menyesalinya."
Dia menangis lebih keras, "Sayalah yang membunuhnya! Dan saya
begitu mencintainya.... Saya benar-benar mencintainya."
Poirot menarik napas. "Terlalu mencintainya...."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia telah lama berpendapat demikian - ketika ada di dalam rumah
makan Tuan Blondin. Dan dia pun berpendapat demikian, sekarang.
Dia berkata, sedikit ragu-ragu, "Jangan terlalu banyak memikirkan
apa yang dikatakan Nona Bowers. Perawat-perawat rumah sakit
biasanya suka hal-hal yang menyedihkan! Perawat juga selalu
heran melihat pasiennya masih hidup pada pagi hari! Mereka tahu
terlalu banyak tentang kemungkinan-kemungkinan yang bisa
terjadi. Ketika seseorang mengemudikan sepeda motor, dia bisa
mengatakan dengan mudah pada dirinya sendiri, 'Kalau ada mobil
datang dari seberang jalan itu - atau kalau kereta itu mundur
dengan tiba-tiba - atau kalau ban mobil yang menuju ke mari tibatiba lepas - atau kalau ada seekor anjing melompati pagar dan
mencengkeram lenganku - eh bien, aku barangkali akan
terbunuh!'. Tapi orang menganggap dan ini biasanya benar, bahwa
tak satu pun dari hal di atas itu benar. Dan dia akan sampai pada
tujuan akhir. Tetapi tentu saja bila dia mengalami suatu kecelakaan,
atau melihat satu kecelakaan atau lebih, dia akan berpendapat
sebaliknya." Jacqueline bertanya, setengah tersenyum melalui air matanya.
"Apakah Anda sedang berusaha menghibur saya, Tuan Poirot?"
" Bon Dieu tahu apa yang sedang saya lakukan! Anda seharusnya
tidak ikut dalam tamasya ini."
"Ya - seandainya saja tidak. Semuanya - begitu mengerikan.
Tapi - akan berlalu dengan segera sekarang."
" Mais oui - mais oui."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Dan Simon akan masuk rumah sakit, dan mereka akan
merawatnya dengan baik - dan semuanya akan beres."
"Anda bicara seperti anak kecil! 'Dan mereka hidup bahagia
selama-lamanya'. Begitu, bukan?"
Tiba-tiba mukanya menjadi merah.
"Tuan Poirot. Saya tak bermaksud - tak pernah "Terlalu cepat untuk memikirkan hal itu! Hal munafik yang tepat
untuk dikatakan, bukan" Tapi Anda setengah Latin, Nona
Jacqueline. Anda harus dapat menerima fakta, meskipun fakta itu
tidak terlalu menyenangkan. Le roi est mort - vive le roi! Matahari
telah tenggelam dan bulan pun bersinar. Begitu, bukan?"
"Anda tidak mengerti. Dia hanya kasihan pada saya - sangat
kasihan pada saya, karena dia tahu saya sangat menyesal telah
menyakitinya begitu parah."
"Ah, baiklah," kata Poirot. "Rasa kasihan yang murni memang
perasaan yang patut dihargai."
Dia melihat Jacqueline dengan pandangan mengejek dan dengan
perasaan lain. Dia membisikkan kata-kata Perancis dengan lembut:
'La vie est vaine. Un peu d amour, Un peu de haine, Et puis bonjour. La vie est breve. Un peu d'espoir, Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Un peu de reve, Et puis bonsoir.' Dia keluar ke dek. Kolonel Race yang sedang jalan di situ
meneriakinya begitu dia melihat Poirot. "Poirot! Ya ampun! Saya
ingin bicara dengan Anda. Saya punya ide."
Dia menggandeng lengan Poirot dan keduanya berjalan di atas dek.
"Hanya sebuah pernyataan kecil dari Doyle. Saya tidak
memperhatikannya mula-mula. Sesuatu tentang telegram."
" Tiens - c'est vrai."
"Barangkali tidak ada apa-apa di dalamnya, tapi kita tidak bisa
membiarkannya begitu saja. Gila benar. Dua pembunuhan. Dan kita
masih dalam kegelapan."
Poirot menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak di dalam gelap.
Sudah terang." Race memandangnya dengan rasa ingin tahu.
"Anda tahu sesuatu?"
"Tidak hanya tahu. Saya yakin."
"Sejak - kapan?"
"Sejak kematian pelayan itu, Louise Bourget."
"Gila - saya tidak melihatnya."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Kawan - semuanya begitu jelas - begitu jelas. Hanya ada
kesulitan-kesulitan - malu - halangan! Anda tahu, di sekitar
seorang individu seperti Linnet Doyle ada begitu banyak - begitu
banyak rasa benci dan iri hati dan cemburu dan keji. Seperti
sekelompok lalat, berdengung, berdengung......."
"Tapi Anda tahu?" Race melihatnya penuh rasa ingin tahu. "Anda
tidak akan berkata demikian jika Anda tidak pasti. Saya tidak bisa
mengatakan bahwa saya mulai dapat melihat persoalan itu. Tentu
saja saya punya kecurigaan-kecurigaan......"
Poirot berhenti. Dia meletakkan tangannya pada lengan Race.
"Anda memang seorang yang besar, mon Colonel. Anda tidak
mengatakan, 'Ceritakan apa pendapat Anda"'. Anda tahu bahwa
kalau saya dapat bicara sekarang saya akan bicara. Tetapi begitu
banyak yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Tapi pikirkan,
pikirkan suatu saat di sepanjang garis-garis yang akan saya
tunjukkan. Ada titik-titik tertentu. Nona de Bellefort memberi
pernyataan bahwa ada seseorang yang mendengar percakapan
kami pada malam hari itu ketika kami berada di taman di Aswan.
Ada pernyataan dari Tuan Tim Allerton tentang apa yang didengar
dan dilihatnya pada malam naas itu. Ada jawaban-jawaban jelas
dari Louise Bourget mengenai pertanyaan-pertanyaan kita tadi
pagi. Ada fakta bahwa Nyonya Allerton minum air, bahwa anaknya
minum wiski dan soda, dan saya minum anggur. Dan ada fakta
tambahan lagi, yaitu dua botol cat kuku dan pepatah yang saya
ucapkan. Dan akhirnya kita tiba pada pokok dasar seluruh
persoalan, fakta bahwa pistol itu terbungkus dengan sapu tangan
murahan dan stola beludru dan dilempar ke air......."
Race berdiam satu dua menit, kemudian dia menggelengkan
kepalanya. "Tidak," katanya. "Saya tidak bisa melihatnya. Saya
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
dapat melihat samar-samar apa yang Anda tuju, tapi menurut saya
itu tidak mungkin." "Tapi ya - ya. Anda hanya melihat kebenaran yang hanya setengah
saja. Dan ingatlah ini - kita harus mulai dari permulaan, karena
konsep pertama kita salah."
Race sedikit menyeringai. "Saya sudah biasa. Saya sering melihat
bahwa pekerjaan detektif ialah menghapus permulaan yang salah
dan mulai lagi." "Ya, itu memang benar. Dan beberapa orang enggan melakukan hal
itu. Mereka menyusun suatu teori, dan segalanya harus cocok
dengan teori itu. Kalau satu fakta kecil tidak sesuai dengan teori
teranut, mereka akan melemparnya begitu saja. Tetapi fakta-fakta
yang tidak cocok itulah yang jelas. Selama ini saya tahu bahwa
pistol itu dilempar jauh-jauh dari adegan kriminal. Saya tahu bahwa
ini mempunyai arti. Tapi apa arti tersebut baru saya ketahui
setengah jam yang lalu."
"Dan saya tetap tak dapat melihat persoalan itu!"
"Anda akan melihatnya! Bayangkan saja garis-garis yang telah saya
tunjukkan. Sekarang marilah kita selesaikan urusan telegram itu. Itu
bila Tuan Dokter mengijinkan."
Dokter Bessner masih marah. Dia menjawab ketukan pintu mereka
dengan muka cemberut. "Ada apa lagi" Anda ingin menemui pasien
saya sekali lagi. Saya rasa itu kurang baik. Dia demam. Dia terlalu
banyak pikiran dan mengalami banyak kejutan hari ini."
"Hanya satu pertanyaan," kata Race.
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Tak ada lagi. Percayalah."
Dengan menggerutu dokter itu memberi jalan dan kedua laki-laki
itu masuk ke kabin. Dr. Bessner melewati mereka dan melangkah
ke luar. "Saya akan kembali dalam tiga menit," katanya, "dan kemudian
Anda harus pergi!" Mereka mendengar dentaman kakinya di dek luar.
Simon Doyle melihat kedua laki-laki itu berganti-ganti dengan mata
bertanyatanya. "Ya." katanya, "Ada apa?"
"Persoalan yang sangat kecil," jawab Race. "Tadi ketika pramugara
melapor pada saya, mereka mengatakan bahwa Tuan Richetti
sering membuat kesulitan. Anda bilang bahwa itu tidak
mengherankan karena Anda tahu bahwa dia mudah marah, dan
bahwa dia pernah berlaku kasar terhadap isteri Anda karena
sebuah telegram. Dapatkah Anda menceritakan hal itu?"
"Mudah. Ketika itu kita di Wadi Haifa. Kami baru saja kembali dari
Air Terjun Kedua. Linnet mengira dia mendapat telegram yang
terletak di papan. Dia lupa bahwa namanya bukan Ridgeway lagi.


Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan Richetti dan Ridgeway kelihatan hampir sama kalau ditulis
dengan tulisan tangan yang acak-acakan. Jadi dia membuka
telegram itu, tapi tidak mengerti isinya sama sekali. Ketika dia
sedang bingung, Richetti datang dan merampas telegram tersebut
begitu saja sambil marah-marah. Linnet mengikutinya untuk minta
maaf, tetapi dia tetap marah dan berlaku kasar sekali."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Race menarik napas panjang. "Dan apakah Anda tahu, Tuan Doyle,
apa isi telegram itu?" "Ya. Linnet membaca keras-keras sebagian
isinya, yang berbunyi - "
Dia berhenti. Di luar terdengar ribut-ribut. Suatu suara bernada
tinggi kedengaran mendekat.
"Di mana Tuan Poirot dan Kolonel Race" Saya harus menemui
mereka dengan segera! Sangat penting. Saya punya informasi yang
sangat penting. Saya - apa mereka dengan Tuan Doyle?"
Bessner tidak menutup pintu kabinnya. Hanya tirainya saja yang
tergantung di tengah-tengah pintu yang terbuka lebar. Nyonya
Otterboume menyingkapnya ke satu sisi, dan masuk ke dalam
dengan beringas. Mukanya merah menyala, langkahnya goyah, dan
kata-katanya tak terkendalikan.
"Tuan Doyle," dia berkata dengan dramatis. "Saya tahu siapa yang
membunuh isteri Anda!"
"Apa?" Simon memandangnya. Juga kedua orang laki-laki di situ.
Nyonya Otterboume menyapu ketiga orang itu der?gan pandangan
kemenangan. Dia bahagia - sangat bahagia.
"Ya," katanya. "Teori saya benar-benar terbukti. Dorongandorongan dasar perasaan lama yang mendalam - bisa kelihatan tak
masuk akal - fantastis - tapi ini merupakan suatu kebenaran!"
Race berkata dengan tajam, "Apakah Anda punya bukti yang
menunjukkan siapa pembunuh Nyonya Doyle?"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Nyonya Otterboume duduk di kursi dan memiringkan badannya ke
depan, menganggukkan kepala keras-keras.
"Tentu saja. Anda pasti sependapat, bukan - bahwa siapa pun
pembunuh Louise Bourget juga adalah pembunuh Linnet Doyle bahwa kedua kejahatan itu dilakukan oleh orang dan tangan yang
sama" "Ya. ya," kata Simon tidak sabar. "Tentu saja. Itu bisa dimengerti.
Teruskan." "Kalau begitu, pernyataan saya berlaku. Saya tahu siapa yang
membunuh Louise Bourget; karena itu saya tahu siapa yang
membunuh Linnet Doyle."
"Maksud Anda, Anda punya suatu teori tentang siapa yang
membunuh Louise Bourget?" kata Race penuh curiga.
Nyonya Otterboume menoleh kepadanya seperti harimau. "Tidak.
Saya tahu dengan tepat. Saya melihat orang itu dengan mata saya
sendiri." Simon yang gemetaran berteriak keras, "Demi Tuhan, ceritakan dari
permulaan. Anda bilang Anda tahu siapa yang membunuh Louise
Bourget." Nyonya Otterboume mengangguk.
"Saya akan menceritakan dengan persis apa yang terjadi."
Ya, dia sangat bahagia - tak diragukan lagi! Inilah saat
kemenangannya! Bagaimana kalau seandainya buku-bukunya yang
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
tidak laku, kalau publik yang bodoh dan pernah membelinya serta
membuangnya sia-sia berubah menjadi buku-buku favorit yang
baru" Salome Otterboume akan terkenal kembali. Namanya akan
disebut-sebut lagi dalam semua surat kabar. Dia akan menjadi saksi
utama dalam persidangan. Dia menarik napas dalam-dalam dan
membuka mulutnya, "Ketika itu saya akan makan siang. Saya
merasa tidak ingin makan sama sekali - mengingat tragedi yang
mengerikan itu - Ah, saya tak usah menceritakan hal itu. Di tengah
jalan saya ingat bahwa - er - ada sesuatu yang ketinggalan di
kabin saya. Rosalie saya suruh terus ke ruang makan saja. Dia
menurut." Nyonya Otterboume berhenti semenit. Tirai yang menutupi pintu
itu bergerak sedikit, seolah-olah terangkat oleh angin, tapi tak
seorang pun dari ketiga laki-laki di situ melihatnya.
"Saya - er - " Nyonya Otterboume berhenti. Harus hati-hati di sini,
tapi harus dilalui juga. "Saya - er - punya janji dengan salah
seorang dari - er - pegawai kapal. Dia akan - er - memberi
sesuatu yang saya perlukan, tapi saya tidak ingin anak saya
mengetahuinya. Dia bisa menjengkelkan dalam hal-hal tertentu - "
Tak terlalu baik keterangannya, tapi dia dapat berpikir lagi nanti
sebelum menceritakan hal itu di depan sidang. Alis mata Race
terangkat ketika matanya bertanya pada Poirot. Poirot
mengangguk kecil. Mulutnya membentuk kata 'Minum'.
Tirai di tengah pintu itu bergerak lagi. Di antara tirai itu sendiri dan
pintu, muncul sesuatu dengan cahaya biru baja yang samar-samar.
Nyonya Otterboume melanjutkan, "Saya harus melalui buritan di
dek bawah, dan di sana saya akan menemui orang yang telah
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
menunggu saya. Ketika saya berjalan di dek, sebuah pintu kabin
terbuka dan ada seseorang melongok ke luar. Dia adalah gadis
itu - Louise Bourget, atau siapa saja namanya Dia kelihatannya
sedang menunggu kedatangan seseorang. Ketika dia melihat bahwa
yang datang adalah saya, dia kelihatan kecewa dan masuk lagi
dengan cepat. Tentu saja saya tidak memikirkan hal itu. Saya pergi
seperti rencana saya, dan memperoleh - persediaan dari laki-laki
itu. Saya membayarnya dan - er - mengatakan sepatah kata
kepadanya. Kemudian saya kembali. Pada waktu saya ada di sudut,
saya melihat seseorang mengetuk pintu pelayan itu dan masuk ke
dalam kabin." Race berkata, "Dan orang itu adalah - ?"
Dor! Suara tembakan memenuhi kabin. Ada bau tajam dari asap yang
masuk ruangan itu. Nyonya Otterboume berbalik ke samping pelanpelan, seolah-olah dia berada di pemeriksaan tinggi, kemudian
tubuhnya sekonyong-konyong jatuh ke depan dan dia jatuh
berdentam. Dari belakang telinganya darah mengucur melalui
sebuah lubang bulat dan rapi.
Sesaat mereka semua terdiam bagaikan terbius. Kemudian kedua
laki-laki sehat itu meloncat. Tubuh wanita itu sedikit menghambat
gerakan mereka. Race membungkukkan badan dan menariknya,
sedang Poirot membuat suatu loncatan kucing ke pintu dan dek. Di
bawah, di depan pintu tergeletak sebuah revolver Colt yang besar.
Poirot menoleh ke kedua arah. Dek itu kosong. Kemudian dia
berjalan ke buritan. Ketika dia mengitari sudut dia berpapasan
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
dengan Tim Allerton berjalan dengan cepat dari arah yang
berlawanan. "Ada apa" serunya tanpa napas.
Poirot berkata dengan tajam, "Anda bertemu dengan seseorang?"
"Bertemu seseorang" Tidak."
"Kalau begitu ikut saja dengan saya."
Dia menggandeng lengan pemuda itu dan mereka berjalan kembali
bersama-sama. Suatu gerombolan kecil muncul di depan kabin.
Rosalie, Jacqueline dan Cornelia berlari keluar dari kabin masingmasing. Semakin lama semakin bertambah banyak orang datang
dari saloon - Ferguson, Jim Fanthorp dan Nyonya Allerton.
Race berdiri di dekat revolver, Poirot menoleh dan berkata dengan
tajam pada Tim Allerton, "Ada sarung tangan di saku Anda?"
Tim meraba-raba. "Ya, ada."
Poirot mengambil dan memakainya, lalu berjongkok memeriksa
revolver itu. Race juga melakukan hal yang sama. Orang-orang
melihat mereka dengan menahan napas.
Race berkata, "Dia tidak akan lari ke arah yang satunya. Fanthorp
dan Ferguson duduk di ruangan dek itu; mereka tentunya akan
melihatnya." Poirot menjawab, "Dan Tuan Allerton pasti akan melihatnya kalau
dia berlari ke buritan."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Race berkata sambil menunjuk pada revolver itu, Rasanya kita
pernah melihatnya belum lama berselang. Harus kita cek kalau
begitu." Dia mengetuk pintu kabin Pennington. Tidak ada orang. Kabin itu
kosong. Race menuju laci di sealah kanan dan membukanya.
Revolver itu tidak ada. "Jelas," katanya.
"Sekarang, di mana Pennington sendiri?"
Mereka keluar menuju dek lagi. Nyonya Allerton ikut berkumpul di
situ. Poirot mendekatinya.
"Nyonya, ajaklah Nona Otterboume pergi dan jagalah dia. Barusan,
ibunya - " dia bertanya pada Race dengan matanya dan Race
mengangguk - "terbunuh."
Dr. Bessner datang tergesa-gesa. " Gott in Himmel! Ada apa lagi?"
Mereka minggir meluangkan jalan. Race menunjuk kabin. Bessner
masuk ke dalam. "Cari Pennington," kata Race. "Ada sidik jari pada revolver itu?"
"Tidak," aku Poirot.
Mereka menemukan Pennington di dek bawah. Dia duduk di ruang
kecil menulis surat-surat. Mukanya yang cakap dan tercukur bersih
memandang mereka. Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ada berita baru?" tanyanya.
"Anda tidak mendengar tembakan?"
"Ah - Anda sekarang mengatakannya - rasanya saya mendengar
bunyi "dor'. Tapi saya tak pernah membayangkan - siapa yang
ditembak?" "Nyonya Otterboume."
"Nyonya Otterboume?" Pennington kedengaran sangat heran.
"Anda benar-benar mengejutkan saya. Nyonya Otterboume."
Dia menggelengkan kepalanya. "Saya tidak mengerti sama sekali."
Dia merendahkan suaranya. "Saya sangat terpukul. Ada seorang
pembunuh di atas kapal ini. Kita harus membuat sistem
perlindungan." "Tuan Pennington," kata Race, "berapa lama Anda di ruangan ini?"
Pennington menggosok-gosok dagunya pelan-pelan, saya rasa dua
puluh menit." "Dan Anda tidak keluar?"
Dia memandang dengan mata bertanya-tanya pada kedua laki-laki
itu. "Tuan Pennington," kata Race, "Nyonya Otterboume ditembak
dengan revolver Anda."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
BAB 25 TUAN Pennington terkejut. Dia tidak percaya sama sekali.
"Tuan," katanya,"persoalan ini sangat serius. Serius sekali."
"Serius luar biasa bagi Anda, Tuan Pennington."
"Bagi saya?" Alis mata Tuan Pennington berdiri karena terkejut.
"Tetapi saya duduk tenang-tenang di sini ketika ada tembakan."
"Barangkali Anda punya saksi untuk membuktikan hal itu?"
Pennington menggelengkan kepalanya.
"Ah, tidak - tidak ada. Tapi bukankah jelas tidak mungkin kalau
saya pergi ke dek atas, menembak wanita malang itu (dan kenapa
pula saya harus menembak dia") dan turun lagi tanpa dilihat oleh
seorang pun. Banyak orang yang ada di saloon pada jam jam
begini." "Apa pendapat Anda mengenai pistol yang dipakai itu?"
"Ah - saya memang bersalah. Segera setelah berada di kapal, ada
suatu percakapan di saloon pada suatu malam tentang senjata api.
Dan saya mengatakan pada waktu itu bahwa saya selalu membawa
revolver ke mana pun saya pergi."
"Siapa yang ada pada waktu itu?"
"Saya tidak ingat. Saya kira, hampir semuanya, segerombolan
orang." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Dia menggelengkan kepalanya pelan-pelan. "Ah, ya," katanya.
"Saya memang harus dipersalahkan dalam hal ini."
Dia meneruskan, "Pertama Linnet, kemudian pelayan Linnet, dan
sekarang Nyonya Otterboume. Kelihatannya tidak ada sebabnya
sama sekali!" "Ada," kata Race.
"Ada?" "Ya. Nyonya Otterboume sedang akan mengatakan pada kami
bahwa dia melihat seseorang memasuki kabin Louise. Sebelum dia
menyebutkan namanya, dia telah ditembak mati."
Andrew Pennington menghapus dahinya dengan sapu tangan
sutera yang bagus. "Semua ini mengerikan," bisiknya.
Poirot berkata, "Tuan Pennington, saya ingin membicarakan
beberapa aspek tertentu mengenai perkara ini dengan Anda.
Maukah Anda datang ke kabin saya dalam waktu setengah jam
lagi?" "Saya akan senang sekali."
Pennington tidak kedengaran senang. Dia juga tidak kelihatan
senang. Race dan Poirot saling berhadapan dan kemudian mereka
keluar. "Setan tua licik," kata Race, "tapi dia takut. Eh?"
Poirot mengangguk. "Ya, dia tidak senang, si Tuan Pennington itu."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Ketika mereka sampai di dek atas lagi. Nyonya Allerton keluar dari
kabinnya. Begitu dia melihat Poirot, dia memberi isyarat penting
kepadanya. "Nyonya?" "Anak malang itu! Apakah ada kabin dobel, Tuan Poirot" Supaya
saya bisa menemaninya. Dia tidak boleh kembali ke kabinnya
sendiri, dan kabin saya kecil sekali."
"Itu bisa diatur. Nyonya. Anda baik sekali."
"Ah, itu sopan santun saja. Dan lagi, saya senang dengan gadis itu.
Saya benar-benar menyukai dia."
"Apakah dia sangat bingung?"
"Ya Kelihatannya dia sangat setia pada wanita yang memuakkan
itu. Itulah yang sebenarnya menimbulkan kasihan. Tim bilang dia
peminum. Benarkah?" Poirot mengangguk. "Oh, wanita malang. Kita tidak seharusnya menilai dia. Tapi gadis
itu hidupnya pasti sengsara sekali."
"Benar, Nyonya. Dia punya harga diri dan sangat setia."
"Ya, saya suka hal itu - kesetiaan, maksud saya. Sekarang sudah
jarang kita temukan sifat itu. Dia punya karakter yang aneh angkuh, tertutup, keras kepala, dan sangat lembut hati."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Saya beruntung telah mempercayakan dia pada Nyonya."
"Ya, jangan kuatir. Saya akan menjaganya. Dia cenderung untuk
bersandar pada saya dengan cara yang memelas."
Nyonya Allerton masuk lagi ke kabin. Poirot kembali ke tempat
kejadian itu. Cornelia masih berdiri di dek, matanya membelalak
lebar. Dia berkata, "Saya tidak mengerti. Tuan Poirot. Bagaimana si


Pembunuhan Di Sungai Nil Death On The Nile Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pembunuh itu bisa lari tanpa kita ketahui?"
"Ya, bagaimana?" tanya Jacqueline.
"Ah," kau Poirot, "itu bukan suatu tipuan yang sangat aneh, Nona.
Ada tiga jalan yang bisa ditempuhnya."
Jacqueline kelihatn bingung. Dia berkata, "Tiga?"
"Dia bisa lari ke kanan, atau mungkin ke kiri, tapi jalan satunya?"
Cornelia kebingungan. Jacqueline juga mengerutkan dahi. Kemudian wajahnya cerah
kembali. Dia berkata, "Tentu saja. Dia bisa berlari ke kedua arah
pada satu tingkat. Tetapi dia juga dapat berlari tegak lurus pada
tingkat itu pula. Dia tidak mungkin naik, tapi dia bisa turun."
Poirot tersenyum. "Anda sangat cerdas. Nona."
Cornelia berkata, "Saya memang anjing bodoh. Tapi saya tetap
tidak mengerti." Jacqueline berkata, "Yang dimaksud Tuan Poirot ialah, bahwa dia
bisa berayun pada pagar dan meloncat ke dek bawah."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Oh," Cornelia tergagap. "Aku tidak bisa membayangkannya.
Tentunya dia harus bergerak dengan cepat. Dan dia bisa melakukan
hal itu, kurasa." "Dia bisa melakukannya dengan mudah," kata Tim Allerton. "Dalam
kejadian seperti itu, pasti ada waktu luang ketika orang-orang
terkejut. Bila orang mendengar suatu tembakan, dia akan seperti
terbius dan tidak akan bergerak selama satu atau dua detik."
"Itu pengalaman Anda, Tuan Allerton?"
"Ya, benar. Saya hanya berdiri seperti patung selama lima detik,
barangkali. Kemudian saya lari memutari dek."
Race keluar dari kabin Bessner dan berkata dengan nada
memerintah, "Bisakah Anda memberi jalan" Kami akan membawa
mayat itu ke luar." Setiap orang minggir dengan patuh. Poirot juga mengikuti mereka.
Cornelia dengan sangat sedih berkata kepadanya, "Saya tidak akan
melupakan tamasya ini selama hidup. Tiga kematian.... Seperti
hidup dalam mimpi saja."
Ferguson mendengarnya. Dia berkata dengan semangat, "Itu
karena Anda terlalu beradab. Sehatnya, Anda memandang
kematian seperti orang-orang Timur. Mereka menganggapnya
sebagai suatu kecelakaan saja - hampir tidak terasa."
"Itu baik," kau Cornelia. "Mereka kan tidak berpendidikan,
kasihan." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Benar, tapi itu ada baiknya. Pendidikan menyebabkan kekosongan
hidup. Lihat saja - berpesta-pora kebudayaan. Menyebalkan."
"Anda bicara yang tidak-tidak," kata Cornelia dengan muka merah.
"Setiap musim dingin saya mengikuti pelajaran kesenian Yunani
dan Renaissance, dan saya belajar sejarah wanita-wanita terkenal."
Tuan Ferguson mengeluh, "Kesenian Yunani; Renaissance! Sejarah
wanita-wanita terkenal! Membuat saya mual mendengarnya. Yang
penting adalah masa depan, bukan masa lampau. Tiga orang wanita
meninggal di kapal ini. Mau diapakan" Mereka tidak berarti apaapa! Linnet Doyle dengan uangnya! Pelayan Perancis - parasit
rumah tangga. Nyonya Otterboume - wanita tolol tak berguna.
Anda pikir ada orang yang benar-benar peduli pada mereka, baik
mati maupun hidup" Saya tidak. Saya rasa hal itu menguntungkan!"
"Kalau begitu Anda salah!" Cornelia menyerangnya.
"Dan saya merasa muak mendengar Anda berbicara dan bicara
terus seolah-olah tidak ada orang yang berarti kecuali Anda. Saya
tidak begitu suka dengan Nyonya Otterboume, tapi anaknya sangat
mencintainnya, dan dia sangat sedih dengan kematian ibunya. Saya
tidak begitu kenal dengan pelayan Perancis itu, tapi saya rasa ada
seseorang yang menyukainya di suatu tempat; dan Linnet Doyle tanpa mempertimbangkan hal-hal lain - dia adalah seorang yang
cantik! Dia begitu cantik sehingga bila masuk ruangan, tenggorokan
bisa tersumbat rasanya saat berdiri orang biasa, dan itu membuat
saya lebih menghargai keindahan. Dia seindah seorang wanita
dalam kesenian Yunani. Dan bila sesuatu yang indah itu mati, ini
merupakan suatu kehilangan bagi dunia. Begitulah!"
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Tuan Ferguson mundur selangkah. Dia memegang rambutnya
dengan tangan dan menariknya keras-keras.
"Saya menyerah," katanya. "Anda luar biasa. Tidak ada sedikit pun
kejahatan wanita yang biasa dijumpai, pada diri Anda."
Dia menoleh pada Poirot. "Anda tahu, ayah Cornelia hancur sama
sekali karena ayah Linnet Ridgeway. Tapi gadis ini mengertakkan
gigi pun tidak ketika dia melihat ahli warisnya berpesiar dengan
taburan mutiara dan baju-baju dari Paris. Dia hanya berbisik, 'Dia
cantik, bukan"' Seperti domba yang mengembikkan rasa syukur.
Saya rasa dia tidak sakit hati sama sekali."
Cornelia merah. "Saya sakit hati - hanya satu menit. Ayah rasanya
seperti mati karena ketakutan, sebab dia kurang berusaha sebaikbaiknya." "Sakit hati satu menit! Cobalah!"
Cornelia mendekati laki-laki itu dengan cepat.
"Bukankah Anda sendiri yang mengatakan bahwa yang penting
adalah masa depan, bukan masa lalu" Semua itu pada masa lalu,
bukan" Semuanya sudah berlalu."
"Saya sekarang yang kena," kata Ferguson. "Cornelia Robson, kau
adalah satu satunya wanita paling baik yang kutemui. Maukah kau
menikah denganku?" "Jangan gila-gilaan."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Ini benar-benar lamaran - meskipun dilakukan di depan Detektif
Tua. Bagaimanapun, Anda adalah saksi, Tuan Poirot. Saya dengan
senang melamar wanita ini - di luar prinsip hidup saya, sebab saya
tidak percaya akan kontrak legal antara pria dan wanita. Tapi saya
rasa hal-hal lain tak berarti baginya, jadi saya memilih perkawinan.
Baiklah, Cornelia. Katakan ya."
"Saya kira Anda benar-benar aneh," kata Cornelia
"Mengapa kau tidak mau kawin denganku?"
"Anda tidak sungguh-sungguh," kata Cornelia.
"Maksudmu tidak sungguh-sungguh dengan lamaranku atau
dengan sifatku?" "Dua-duanya. Anda menertawakan semua hal yang serius.
Pendidikan dan kebudayaan - dan - dan kematian. Anda bukan
orang yang bisa dipercaya."
Dia berhenti. Wajahnya merah lagi, dan cepat-cepat pergi masuk
kabinnya. Ferguson memandang gadis itu. "Gadis gila. Saya tahu dia pasti
sungguh-sungguh dengan hal itu. Dia menginginkan laki-laki yang
bisa dipercaya. Bisa dipercaya - Ya Tuhan!" Dia diam dan kemudian
berkata dengan curiga, "Kenapa Anda, Tuan Poirot" Anda kelihatan
sedang berpikir keras."
Poirot kembali sadar. "Saya membayangkan. Saya membayangkan."
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Meditasi pada kematian. Kematian, pembunuhan berulang, oleh
Hercule Poirot. Salah satu dari risalah-risalahnya yang terkenal."
"Tuan Ferguson," kata Poirot. "Anda adalah pemuda yang benarbenar tidak tahu diri."
"Maaf. Saya suka menyerang lembaga-lembaga resmi."
"Dan saya sebuah lembaga resmi?"
"Bagaimana pendapat Anda tentang Nona Robson?"
"Saya rasa dia punya karakter yang kuat."
"Anda benar. Dia punya semangat. Dia kelihatan penurut, tapi
sebenarnya tidak. Dia punya keberanian. Dia - oh, saya ingin
memiliki gadis itu. Saya kira tidak ada jeleknya kalau saya
mendekati wanita tua itu. Kalau dia tidak menyukai saya sama
sekali, mungkin ini bisa melemahkan hati Cornelia. Dia berputar
dan menuju ke ruang kaca. Nona Van Schuyler duduk di sudut
kesukaannya. Dia bahkan kelihatan lebih sombong dari biasanya.
Dia sedang merajut. Ferguson langsung mendatanginya. Hercule
Poirot yang masuk diam-diam, duduk di sebuah kursi yang agak
jauh dan pura-pura asyik dengan sebuah majalah.
"Selamat siang, Nona Van Schuyler."
Nona Van Schuyler mengangkat matanya tidakk lebih dari sedetik,
menunduk lagi dan bergumam dengan tak acuh, "Er, selamat
siang." Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
"Nona Van Schuyler, saya ingin bicara dengan Anda tentang suatu
hal yang sangat penting. Begini, saya ingin menikah dengan sepupu
Anda." Gulungan benang Nona Van Schuyler jatuh ke lantai dan
menggelinding ke tengah tengah ruangan.
Dia berkata dengan nada menyakitkan, "Anda Pasti sedang
kehilangan akal." "Sama sekali tidak. Saya benar-benar ingin menikah dengannya.
Saya telah berkata kepadanya!"
Nona Van Schuyler memandang laki-laki itu dengan dingin, dengan
suatu penelitian spekulatif, seperti melihat sebuah lebah yang lain
dari yang lain. "Benarkah" Dan dia menyuruh Anda untuk
mengabarkan hal itu dengan saya?"
"Dia menolak saya."
"Tentu saja." "Sama sekali tidak 'tentu saja.' Saya akan terus memintanya sampai
dia mau." "Saya harap Anda mengerti, bahwa saya akan bertindak agar
sepupu saya yang masih muda itu tidak menjadi bulan-bulanan,"
kata Nona Van Schuyler dengan nada yang menyakitkan.
"Kenapa Anda membenci saya"'
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
Nona Van Schuyler hanya mengangkat alis matanva dan merenggut
benangnya kuat kuat untuk menariknya dan memberi tanda bahwa
percakapan telah ditutup.
"Katakan." kata Tuan Ferguson mendesak, "mengapa Anda
membenci saya?" "Saya kira hal itu jelas kelihatan, Tuan - er - saya tak tahu nama
Anda." "Ferguson." "Tuan Ferguson." Nona Van Schuyler mengucapkan nama itu
dengan perasaan benci. "Pikiran semacam itu tidak masuk akal."
"Dalam hal apa saya tidak cukup baik?"
Sekali lagi, Nona Van Schuyler tidak menjawab.
"Saya punya dua kaki, dua tangan, sehat dan otak yang lumayan.
Apa salahnya dengan semua ini?"
"Ada hal-hal lain, seperti kedudukan sosial, Tuan Ferguson."
"Kedudukan sosial itu tidak berarti!"
Pintu ruangan terbuka dan Cornelia masuk. Dia berhenti tertegun
melihat Marie yang menakutkan itu bercakap-cakap dengan calon
peminangnya. Tuan Ferguson yang kasar itu memalingkan
kepalanya, menyeringai dan berseru, "Kemarilah, Cornelia Saya
Re-write By: Kyuuki - http://marisedot.blogspot.com/
sedang melamarmu dengan cara yang sesuai dengan adat
kebiasaan." "Cornelia," kata Nona Van Schuyler dengan suara sangat
mengerikan "apakah kau memberi harapan pada laki-laki muda
ini?" "Saya - tidak, tentu saja tidak - setidak-tidaknya - tidak
demikian - maksud saya - "
"Apa maksudmu?"
Jodoh Sang Pendekar 1 Elang Terbang Di Dataran Luas Karya Tjan Id Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 10

Cari Blog Ini