belalaiku ke sekeliling tubuh serigala Cassie yang lemah.
Tubuhnya masih hangat. Jantungnya masih berdetak di balik
bulunya. Aku lemas karena lega.
sampai Marco menariknya ke pangkuannya.
Aku meraih Lourdes. Aku nyaris tak bisa melihat. Sebelah
mataku buta karena darah. Yang lain anehnya buram. Aku mengayun
android itu ke punggungku.
Kami keluar. Chapter 11
merambah lantai, membuat lubang menuju pintu depan.
Aku mengangkat belalaiku dan berteriak marah keras-keras.
Lalu aku menembus pintu depan, membuat lubang seukuran
gajah. BUMPF! KRRRAKK! "Whoa! Pergi! Menjauh!"
"Mundur, semua mundur! Aku harus melihat sasaran dengan
jelas! Mundur!" Keos. Orang-orang berlarian ke sana kemari.
Tobias, masih menukik-nukik dengan senjata dalam
cengkeramannya, berusaha menghalangi ibu Cassie supaya tidak bisa
melihat sasarannya dengan jelas.
Pop!
Aku melihat Ax, berdiri di tengah-tengah trotoar, dan
mengangkatnya dengan belalaiku saat aku berlari menembus
kerumunan itu.
senjata. "Sigung! Oh, tidak! Dia akan menyebarkan gasnya! Menjauh!"
Kerumunan itu pecah. Aku mendengar mereka berteriak,
melihat tubuh orang-orang yang panik menyingkir saat aku melesat
melewati mereka. KKKRRREEEAK!
melihat Jake jauh di depan dan mengikutinya.
"Kusarankan kalian berpencar," kata Lourdes. "Ada tempat
penampungan sampah di sebelah kiri dan tempat parkir yang sudah
tidak dipergunakan di sebelah kanan."
keras-keras untuk meraih ketinggian.
berusaha menjernihkan pandanganku.
kata Marco terengah-engah.
Suara sirene memenuhi udara. Ban-ban berdecitan saat para
polisi mengerem kendaraan mereka.
kata Tobias. "Belok kiri, Rachel," kata Lourdes. "Ikuti jalan buntu yang
menuju ke tempat pembuangan sampah itu. Aku bisa bersembunyi di
situ sampai sinyal di pesawat Pemalite sudah dimatikan."
aspal yang tidak rata.
jalan yang sepi itu menuju pagar besi tempat penampungan sampah
yang dikunci. Aku meletakkan Ax jauh-jauh supaya tidak terinjak, dan
menekankan kepalaku yang berdarah ke pagar itu, aku mendorong
sampai kuncinya lepas. Kepalaku tidak terasa sakit lagi. Tidak ada yang sakit.
Aku terhuyung-huyung sekarang. Aku kaget ketika kaki
depanku tiba-tiba berlutut. Aku jatuh dengan keras, tapi aku tidak
merasa apa-apa saat gadingku menusuk debu.
Chee itu, Cassie, dan Marco pasti jatuh dari punggungku. Tapi
aku terlalu pusing untuk peduli. Pusing. Kepalaku serasa berputar,
penglihatanku menggelap. Tidak ada yang berarti. Aku tenggelam. Tenggelam ke dalam
tempat yang sangat dalam dan lembut... dan ada yang terus berteriak,
Chapter 12 KAMI sangat lelah dan terguncang saat akhirnya berhasil
pulang. Situasi yang kami kira dapat kami selesaikan dengan mudah
ternyata sangat membahayakan.
Para Chee sangat berterima kasih pada kami. Aku, aku
bersyukur saat Tobias dan Ax muncul pada saat yang tepat.
Aku benar-benar sedang suntuk. Aku merasa rapuh, lelah, dan
marah pada dunia. Mungkin aku sudah terlalu sering bertempur. Atau
mungkin itu hanya karena aku memikirkan apa yang harus kami
lakukan selanjutnya. Menyelam empat setengah kilometer ke dalam samudra yang
dingin dan gelap. Lebih dalam daripada yang pernah kami lakukan.
Lebih dalam daripada yang dapat dilakukan lumba-lumba atau
hiu martil. Melawan musuh yang tak dapat dilawan: tekanan yang
meremukkan, mematikan. Hal itu membuatku khawatir karena aku tak dapat memikirkan
cara untuk mengalahkannya, dan kalau kami tak dapat
mengalahkannya, keadaan itu yang akan mengalahkan kami.
Meremukkan kami. Dan semua itu harus kami lakukan dengan terburu-buru.
Waktunya semakin sempit. Tik-tok. Kami tak bisa berkumpul di gudang jerami Cassie. Kami tak
bisa mengambil risiko orangtuanya menyuruhnya melakukan sesuatu.
Kami semua akan mengalami masalah besar dengan orangtua kami
masing-masing, tapi kami tak punya waktu. Lebih baik dihukum tak
boleh keluar rumah selama seminggu daripada kalah dalam
pertempuran ini. Kami berkumpul di hutan dekat sarang Tobias.
datangi.> "Memang begitu, Ax-man," kata Marco. "Kita akan remuk
seperti kaleng bir di jidat anak asrama."
"Lupakan," kata Marco. "Aku cuma bercanda."
"Tidak juga," kataku.
"Tidak juga," ulangku, sambil menatap Marco.
Aku menggoda Marco. Tapi sebenarnya tidak ada yang lucu
tentang mati remuk. Bayangan akan hal itu membuatku terganggu.
Perasaan diremas terasa di setiap senti tubuhku, terdorong ke dalam,
organ- organ dalam tertekan dan...
"Aku tak tahu bagaimana kita akan melakukan hal ini," tukasku.
"Tidak ada morf yang kita kuasai yang bisa menyelam sedalam itu dan
tanpa satu pun morf, rasanya kita sedang membicarakan misi
kamikaze nih." <"Kamikaze?"> tanya Ax.
"Artinya bunuh diri, Ax," kataku. "Kematian, bagi diriku dan
dirimu." "Menyelamatkan para Chee tidak akan menjadi misi bunuh
diri," kata Jake sambil memelototiku. "Kau berlebihan, Rachel."
Aku ternganga. Mengkhawatirkan sesuatu yang seberbahaya tekanan atmosfer
itu berlebihan" Ingin pulang dengan selamat dan bukannya sekarat
kehabisan napas di dasar samudra yang gelap itu berlebihan"
Sejak kapan" Kalau Cassie yang mengatakannya, Jake tidak akan bilang
kalau dia berlebihan. Jake pasti setuju. Dia pasti berpikir Cassie hanya
berpikir logis dan berhati-hati.
Tidak bolehkan aku bertindak hati-hati"
Tidak, tentu tidak pikirku pahit. Aku seharusnya menjadi mesin
perang yang nekat dan mesin perang tidak pernah berhati-hati atau
punya rasa takut. Dan bahkan kalau mereka pernah bertindak hati-hati
atau punya rasa takut, mereka tidak pernah menyatakannya.
"Well, maaf ya, kurasa aku cukup diam saja dan mengikuti
perintah," kataku. "Sori, Rachel," kata Jake dengan nada lelah. "Kau menyatakan
hal yang benar dengan cara yang salah, oke" Tapi tidak seorang pun
akan mati karena kita tidak akan menyelam kecuali berhasil
menemukan morf yang sesuai."
"Kurasa tidak," kata Cassie sambil mengerutkan dahi.
"Maksudku, satu-satunya makhluk laut dalam yang menyelam
sedalam itu hanya paus sperm, dan kurasa mereka hanya menyelam
sampai tiga atau tiga setengah kilometer."
"Yeah, kita bisa bilang ke semua orang kita akan menemukan
Titanic," kata Marco. "Kita bisa lihat apakah Leo DiCaprio masih
berenang di bawah sana. Tapi apa yang akan kita lakukan setelah ada
di bawah sana dalam kapal selam curian" Kita kan masih harus masuk
ke dalam pesawat Pemalite itu."
"Itu kan cuma ide," kataku membela Tobias.
Kami semua paling tidak punya satu pengalaman yang masih
membuat kami mimpi buruk. Aku punya lebih dari satu. Terkadang
semua pengalaman itu bercampur-baur dan terbagi-bagi, seperti gelas
pecah yang terus-menerus memantulkan bayangan yang terpisah-pisah
dan bergerigi. Dan kami semua memiliki morf yang kami benci.
Semua pengalaman terburuk Tobias berhubungan dengan air.
of the Sea! Hah! Kurasa kita mungkin punya jalan keluar!"
Chapter 13 "BUKANNYA Journey to the Bottom of the Sea?" tanya
Marco. "Tidak, itu Voyage," kata Jake menegaskan.
"Journey kedengarannya lebih enak," kata Marco.
Jake mengeluh. "Hei, waktu terus berjalan, kan" Kita sedang
terburu-buru nih. Apa yang ada dalam pikiranmu, Cassie?"
"Calamari," katanya sambil menyeringai.
"Siput?" kataku sambil mengerutkan dahi.
"Tunggu, itu bukan..." kata Cassie keras-keras.
"Kau makan siput melalui kakimu?" tanyaku. Bayangan itu
sementara menggantikan bayangan diriku remuk sampai seukuran
boneka Barbie di dasar samudra.
"Ooooke, kurasa sudah cukup membicarakan siputnya," kata
Jake. "Yeah, terutama karena calamari bukan berarti siput," kata
Cassie menerangkan. "Escargot artinya siput. Kita membicarakan..."
"Cumi!" teriak Cassie tiba-tiba. Burung-burung di pepohonan di
sekitar kami terdiam. Bagitu pula kami.
Sampai Tobias berkata,
morf menjadi cumi-cumi raksasa! Cumi-cumi raksasa bisa menyelam
sangat dalam. Dan mereka punya tangan-tangan, jadi kita bisa masuk
ke dalam kapal Pemalite."
Aku menangkap tatapan Marco. "Mengapa dia tidak
mengatakannya dari awal?"
"Bisa menghemat banyak waktu," Marco setuju, ikut dalam
permainanku.
tanya Ax. Cassie mengangkat kedua tangannya. "Itu buku. Journey to..."
"Ah HAH! Judulnya Journey!"
"Maksudku Voyage to the Bottom of the Sea," koreksi Cassie.
"Kapten Nemo diserang cumi-cumi raksasa."
"Siapa yang menang?" tanya Marco.
"Tunggu dulu," kataku. "Judulnya bukan Journey atau Voyage.
Judulnya 20.000 Leagues Under The Sea. Jules Verne."
Sepertinya Cassie ingin mencekikku. Lalu ia berkata, "Oh,
yeah. Voyage itu acara teve. Mereka memutarnya di channel Sci-fi."
"Kurasa itu di Nick at Night," kata Marco.
Saat itu semuanya mulai tertawa.
"Tolong ada yang menelepon para Chee dan bilang riwayat
mereka sudah tamat," kataku. "Harapan mereka satu-satunya hanyalah
sekelompok anak idiot, berkumpul di hutan memperdebatkan channel
TV kabel." "Kita tidak punya banyak waktu nih," kata Jake sambil
menepuk pergelangan tangannya tempat arlojinya seharusnya berada.
"Jadi" Bagaimana dengan cumi- cumi raksasa" Di mana kita harus
menemukan satu untuk disadap DNA-nya?"
Cassie menggelengkan kepalanya, tiba-tiba tampak lesu. "Aku
tak tahu. Aku benci untuk mengatakan ini, tapi aku cukup yakin tidak
ada yang hidup dan dipelihara."
"Well, itu tidak terlalu membantu, kan?" kata Marco.
Cassie mengangkat bahu. "Tidak. Dan sepertinya kita tak dapat
menjadi lumba-lumba dan mencarinya. Satu-satunya hewan yang
makan cumi-cumi raksasa adalah paus sperm."
Berpura-pura lebih bersemangat daripada yang kurasakan, aku
berkata, "Oke, kalau begitu kita menyadap DNA paus sperm,
menyelam, dan mencari cumi-cumi raksasa."
Cassie menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang memelihara
paus sperm. Tidak pernah ada."
Animorphs - 27 Menyelamatkan Pesawat Pemalite di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Harus ada jalan," kata Jake. Tapi suaranya terdengar raguragu. "Ada yang punya
usul?" Tak ada yang punya. "Kau bercanda," kataku. "Itu saja" Kita kalah?"
"Kita masih punya waktu sampai jam 22.00," kata Jake.
"Berapa lama itu" Delapan jam" Tidak cukup waktu untuk berburu
paus. Cassie?" Ia mengangkat tangannya, tak berdaya. "Itulah satu- satunya
ideku: cumi-cumi. Pesawat Pemalite itu terlalu jauh di bawah."
"Dan waktunya terlalu sempit," kataku.
"Alternatifnya adalah mencoba masuk ke dalam pabrik nuklir
dan mengeluarkan Chee itu. Tempat penyimpanannya terlalu kuat
bagi kita. Dan satu masalah besar lain: para penjaganya adalah
manusia normal sejauh yang kita tahu," kata Jake. "Kita tak bisa
menyerbu masuk dan mencederai semuanya."
"Lagi pula, itu hanya menyelesaikan masalah satu Chee," kata
Marco mengingatkan. "Bagaimana dengan yang lain" Kita tak bisa
membiarkan mereka duduk membeku seperti pajangan begitu, kan?"
Tapi akhirnya, itulah satu-satunya pilihan kami. Kami bubar
dan pulang tanpa harapan.
Situasi itu terasa menekan. Maksudku, kami pernah
mengacaukan misi kami sebelumnya, tapi situasinya tidak pernah
seburuk ini sampai kami gagal bahkan sebelum mulai.
Sekarang para Chee akan hilang dan Yeerk akan
mengembangkan teknologi yang bahkan bisa menginjak Ax.
Tekanan atmosfer, kekuatan Bumi kita sendiri, telah
mengalahkan kami. Cassie menuju pertaniannya. Jake dan Marco menuju rumah
Erek untuk mengatakan kabar buruk ini.
Tobias dan Ax kembali masuk hutan.
Aku pulang sendirian. Chapter 14 DAERAH rumahku tampak normal.
Anak-anak bermain hoki di jalan. Orang dewasa sedang
menyapu halaman. Bergosip tentang gorila yang muncul di mall.
"Dan saat mobil wartawan datang, gorila itu sudah hilang," kata
seorang wanita. "Seseorang bilang dia menculik seorang anak," kata wanita lain
dengan gugup. "Aku jadi takut membiarkan anak-anakku pergi jauhjauh dariku."
Aku menjaga agar wajahku tetap datar saat lewat, tapi
jantungku berdebar keras. Mobil wartawan datang" Apakah mereka
menemukan sesuatu" Apakah mereka berhasil mengikuti gerakan
kami" Apakah Jake dan Marco disergap di rumah Erek"
Aku mulai berlari-lari kecil, kemudian semakin kencang. Aku
melesat melintasi halaman depan rumahku dan masuk ke dalam.
"Aku pulang," teriakku, membanting pintu di belakangku.
"Aku sudah mulai berpikir kau telah diculik oleh gorila yang
katanya menghantui mall," kata ibuku. "Dan sekarang dalam siaran
berita katanya ada gajah di rumah pengedar narkoba."
"Yeah" Gajah yang kecanduan narkoba?" kataku, memasuki
dapur. Ibuku menutupi setengah luas meja makan dengan kertas-kertas
kerjanya. Yang setengah lagi telah disiapkan untuk makan malam.
Aku meraih telepon dan memutar nomor rumah Jake. Telepon
itu berdering tiga belas kali. Aku menutupnya.
Aku menelepon Marco. Yang menjawab mesin penjawab
teleponnya. Aku menutupnya.
Apa sekarang" "Kau dengar tentang gorila yang naik gajah masuk ke dalam
rumah kosong?" tanya adikku, Jordan, sambil memindah-mindah
saluran TV. "Matikan, Jordan," kata adik bungsuku, Sara. "Kau kan tahu
kita tidak nonton TV saat makan."
"Tapi mereka akan menunjukkan gorila itu dalam siaran berita,"
kata Jordan, menghalangi TV supaya Sara tak dapat menyentuhnya.
"Mom!" "Sara, menonton TV sekali ini tidak akan merugikan siapasiapa. Jadi, duduk dan
makan saja," kata ibuku tak sadar, sambil terus
membalik-balik kertas-kertas kerjanya. "Ini minggu terakhir yang
kumiliki untuk mempersiapkan kasus ini dan aku akan sangat
menghargai kerja sama kalian."
"Yeah," kata Jordan, menyeringai ke arah Sara.
"Kau jelek sekali kalau melakukan hal itu," kata Sara.
"Lihat, itu beritanya," selaku, menunjuk ke arah TV saat
gambar menunjukkan bagian depan mall yang tampak familier.
"Berita lokal kali ini diisi dengan gorila yang mencari publisitas
berhasil menarik perhatian di mall hari ini," kata pembaca berita.
"Beberapa mengatakan hewan itu hanyalah aktor yang mengiklankan
film yang sebentar lagi diputar. Yang lain, bagaimanapun juga,
berkeras bahwa makhluk itu gorila sungguhan."
Kamera mengambil gambar penjaga kasir di Spencer's Gift.
Napasku tertahan. "Tentu saja aku melihatnya," kata cowok itu sambil
mengangkat bahu. "Itu cuma orang yang mengenakan kostum gorila.
Tidak ada apa-apa. Tapi dia menjatuhkan lampu ke atas kepalaku."
"Bagaimana dengan desas-desus bahwa gorila itu telah
menculik seorang anak?" tanya reporter itu serius.
Cowok itu tertawa. "Lihat, semuanya ada di sini, seperti orangorang yang percaya
tentang penculikan oleh makhluk luar angkasa.
Ada banyak anak kuliahan juga."
"Jadi kau pikir ini semacam acara penggojlokan?" tanya
reporter itu. Cowok itu mengangkat bahu lagi. "Mungkin."
Kamera kembali mengambil gambar studio. "Misteri ini
bertambah aneh karena kamera keamanan tidak berfungsi saat gorila
itu ada di mall, jadi tidak ada rekaman video untuk dilihat polisi.
Bagaimanapun juga tidak ada laporan mengenai anak hilang. Dan
polisi tidak mengakui bahwa penyerangan ke rumah tempat penadah
Barang curian telah menemukan kebun binatang kecil penuh binatang
eksotis." "Man, aku kok tidak pernah ada saat hal-hal yang asyik terjadi,"
Jordan mengeluh, melihat ke arah meja. "Burritos. Nyam."
Perutku keroncongan dan aku mulai makan. Aku menarik dua
buku dari kumpulan ensiklopedia kami yang sudah berumur sepuluh
tahun dan mulai membaca sambil makan.
Buku yang kuambil tentang kata-kata berawalan "C" dan "P":
cumi-cumi dan paus. Jadi tidak ada rekaman video. Bagus. Tidak masalah.
Tapi tunggu. Kami kan naik bus. Bagaimana dengan pengemudi
busnya" Kalau Yeerk berhasil menangkapnya, mereka akan menyadap
ingatannya dan tahu siapa kami dan di mana kami turun dari bus.
Aku menutup ensiklopedia. Dan aku nyaris ketinggalan berita
selanjutnya. "Seluruh kota berusaha menyelamatkan ikan paus sepanjang
delapan belas meter yang terdampar di pantai lima belas menit yang
lalu," kata penyiar wanita itu. "Ini pertama kalinya mamalia laut
terdampar sepanjang sejarah kota ini. Mari melihat tempat
kejadiannya." Burrito itu tersangkut di tenggorokanku. Aku menelan dengan
susah payah. Reporter berdiri di pantai.
Dan di belakangnya ada dinding paus yang besar dan berkerutkerut.
Aku tidak terlalu mendengarkan apa yang dikatakan reporter
itu. Ia melaporkan sesuatu tentang sukarelawan dan penyelamatan
paus. "Apa jenis paus itu?" kataku serak.
Ibuku menengadah dari kertas-kertas kerjanya. "Hmmm" Oh,
mereka bilang itu paus sperm."
Lalu kamera mengambil gambar dari dekat, dan tiba-tiba paus
itu bertatapan langsung denganku.
Tatapannya yang gelap dan tenang memandang mataku.
Aku bangkit dari kursiku.
Ini bukan kebetulan. Seseorang atau sesuatu sangat menginginkan kami beraksi. Dan
bersedia mengorbankan seekor paus untuk mewujudkan hal itu.
"Kau tidak menghabiskan makan malammu?" tanya ibuku saat
aku meraih telepon. "Aku tidak lapar," kataku sambil menekan nomor telepon
Cassie. "Hai," kataku saat dia mengangkat teleponnya. "Apa yang
sedang kaulakukan?" "Aku baru saja masuk dari gudang jerami," katanya. "Kenapa?"
Aku memilih kata-kataku dengan hati-hati. Kami tidak pernah
mempercayai sambungan telepon. "Well, kita baru saja nonton berita
dan ada berita aneh tentang gorila yang masuk mall dan paus sperm
terdampar di pantai. Aneh, kan" Kenapa kita selalu melewatkan halhal yang
menarik?" "Paus sperm," kata Casie lambat-lambat. "He-eh. Well, betapa
menyedihkannya, tapi tidak ada yang bisa kita lakukan untuk
memperbaiki keadaan. Kita kan sudah punya rencana malam ini."
"Oh, yeah, aku tahu," kataku, lalu kalau-kalau ada yang
mendengarkan, aku menambahkan, "kau ingin belajar bersenam,
seolah aku bisa mengajarimu saja."
Cassie tertawa. "Benar. Sampai nanti."
Aku menutup telepon dan berteriak bahwa aku akan main ke
rumah Cassie. Ibuku nyaris tidak mengangkat kepala dari kertas-kertas
kerjanya. Kadang-kadang punya ibu yang sibuk ada untungnya juga.
Aku berjalan menembus malam dengan marah. Ada yang
mempermainkan kami. Ada yang memperlakukan kami seolah kami
ini boneka tangan. Aku marah. Tapi ini kemarahan yang dingin. Kemarahan yang
dingin dan tenang. Kita lihat siapa yang berani mempermainkan kami.
Chapter 15 AKU berjalan ke belakang rumah dan menyelinap ke dalam
bayang-bayang di antara sesemakan dan pagar kayu. Aku melepaskan
sepatu lariku, jaket, dan jins. Lalu berkonsentrasi pada morf elang
kepala botakku. Aku langsung merasakan perubahan mulai terjadi.
Aku jatuh seperti naik lift yang kabelnya putus.
Tulang-tulangku remuk, mengecil, dan membentuk ulang diri
mereka sendiri. SPPPRRROOOUT! Sayap tumbuh di punggungku.
Wajahku bergerak dan membengkak. Kulitku bergeser dan
hidungku memanjang, mengeras menjadi paruh yang tampak ganas
dan berbahaya. Bulu-bulu membentuk bayangan tato di kulitku, lalu tumbuh
dan membentuk lapisan-lapisan warna. Penglihatanku menajam.
Otak elang itu ingin berburu. Dia ingin makan.
Kuasai dirimu, Rachel. Pikirkan apa yang harus kaulakukan.
Dan tiba-tiba, pikiranku jernih.
Pertama-tama, aku harus pergi ke rumah Erek untuk
meyakinkan bahwa Marco dan jake tidak masuk perangkap. Hanya
karena berita tidak menyebut-nyebut supir bus kami bukan berarti
Yeerk belum menemukan dan menanyainya.
Aha! Di bawah sana, Marco dan Jake melangkah keluar dari
rumah Erek dan menutup pintunya.
sayapku saat mereka mendongak. < Dengar, seekor paus sperm yang
masih hidup terdampar di pantai. Kita harus menyadap DNA-nya.
Berkumpullah di rumah Cassie secepat mungkin.>
Aku tahu mereka tak dapat menjawabku dengan bahasa pikiran,
jadi aku terbang di atas mereka beberapa menit, menunggu tanda
jawaban. Dan aku mendapatkannya, begitu Jake berbelok memasuki
sebuah jalan dan Marco berbelok ke jalan yang lain.
Dia mengangguk dan berjalan lebih cepat. Mulai berlari. Marco
sedang morf di balik pagar rumah seseorang.
Aku terbang secepat yang aku bisa ke sarang Tobias. Ia melihat
kedatanganku dan mendengarkan saat aku bercerita tentang ikan paus
itu.
Rasanya tidak mungkin.>
Aku melayang pergi dan menuju gudang jerami Cassie. Anak
itu berdiri di bawah pohon ceri liar menungguku, sudah morf menjadi
osprey. Marco, juga dalam morf osprey, mendarat di dekat pohon itu,
Seekor elang ekor merah dan seekor northern harrier muncul.
bagaimana.> Jake muncul dua puluh menit kemudian.
sukarelawan untuk membantu menyelamatkan paus itu. Kalian tahu
kan bahwa ada banyak kamera TV di sana. Membuat mereka punya
kesempatan untuk pamer kesucian dan membantu menyelamatkan
lingkungan, seperti itulah.>
Jadi tempat itu akan penuh Pengendali.
mendamparkan dirinya sendiri. Yeerk bisa menembak seekor, tapi
membujuk seekor paus hidup untuk mendamparkan dirinya sendiri"
Bukan gaya mereka.>
memberikan cara-cara untuk masuk ke dalam sana kepada kita">
Tobias bertanya-tanya.
Mereka akan terkubur sampai mati. Paus itu perlahan-lahan akan
tercekik kehabisan napas. >
Animorphs - 27 Menyelamatkan Pesawat Pemalite di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku merasakan getar ketakutan. Tercekik. Paus itu tercekik.
Seekor paus, terdampar supaya kami bisa menyadap DNA-nya.
Pion dalam permainan seseorang. Dapat dibuang begitu saja.
Tidak kalau aku bisa menolongnya.
Chapter 16 PENERBANGAN itu tidak panjang dan melalui garis lurus.
Tapi kami tak dapat terbang dalam garis lurus. Kalau kami
melakukannya kami akan memenuhi langit dengan burung-burung
pemangsa. Agak mencurigakan.
Jadi kami menjaga agar kami terbang terpisah pada ketinggian
yang berbeda, seolah tidak terbang menuju tempat yang sama.
Kami butuh beberapa waktu untuk mencapai pantai. Pantai itu
sepi dari orang-orang yang mandi cahaya matahari. Sinar matahari
melemah dan agak berkabut, matahari sedang tenggelam. Lagi pula
orang-orang yang masih tinggal di pantai sedang berkumpul di sekitar
tontonan itu. Paus itu terbaring di bawah kami, tampak tidak pada tempatnya.
Besar. Dia membuat orang-orang tampak seperti semut-semut yang
sibuk di sekeliling bangkai binatang yang mati tertabrak di jalan.
Paus itu tampak sudah mati. Tapi aku tahu dia belum mati.
Siapa pun atau apa pun yang mengarahkan permainan kecil itu tidak
akan mengizinkannya mati.
Semuanya menertawakan kata-kata Marco itu. Waktu yang
dihabiskan Erek bersama kami antara lain perjalanan ke Planet
Iskoort, dan pertempuran yang sangat berbahaya melawan makhluk
yang sangat kuat dan jahat: monster bernama Crayak.
mengakomodasi berbagai bentuk kehidupan. Kalau kau menyentuh
salah satu panel dalam pesawat itu, bentuk tubuhmu akan dianalisis,
dan kapal itu akan menyediakan lingkungan yang tepat untukmu.>
< Bagaimana caranya kita masuk dan mematikan sinyal itu">
tanyaku, mulai menukik ke arah bukit pasir yang sepi jauh dari
kerumunan di sekeliling paus itu.
suaranya sengit.
Aku mengeluh.
sederhana.
Kami mendarat di sebuah bukit pasir yang tertutupi rerumputan
tinggi. Tobias tetap melayang, selalu berjaga-jaga.
Yang akan kami lakukan agak mengerikan. Kalau ada orang
yang datang ke bukit pasir itu dan melihat kami, mereka pasti akan
lari sambil berteriak-teriak sampai ke negara bagian sebelah.
Kami ini mutant. Sekelompok makhluk yang terdiri dari bulubulu dan daging, dan
juga jari-jari dan sayap-sayap yang
membengkak, memanjang, dan berdenyut-denyut. Makhluk-makhluk
mirip manusia kecil yang memiliki paruh dan cakar, kaki dan rambut.
Hal pertama yang menangkap perhatianku begitu aku menjadi
manusia lengkap lagi adalah aromanya. Aroma segar garam dan pasir.
Burung pemangsa memiliki pendengaran dan penglihatan yang jauh
lebih superior daripada manusia. Tapi penciuman dan indra perasa
mereka sangat buruk. "Semuanya sudah setuju bahwa ini perangkap, kan?" kataku.
"Apa?" Marco bercanda. "Kau mencurigai pengkhianat" Wah,
kenapa itu tidak terpikir olehku?"
Aku mengabaikannya. "Oke, karena itu, kita tidak perlu
menarik perhatian orang kepada kita."
Jake tersenyum padaku. "Kau mengajukan diri sebagai
sukarelawan?" Aku mengangkat bahu. "Rachel benar," kata Marco. "Kalau kita semua keluar ke sana,
kita akan menarik perhatian. Berapa sih yang perlu morf menjadi ikan
paus?" Jake mengangguk. "Dua, paling tidak. Aku tidak akan mengirim
seseorang pergi berburu cumi-cumi tanpa bantuan. Tapi kalian berdua
benar. Lebih sedikit yang keluar ke tempat paus itu, lebih baik. Jadi
kita akan memilih dua orang untuk menyadap DNA paus itu. Ax tidak
usah ikut, karena dia harus tetap menjadi Andalite untuk bisa
mengambil DNA itu." "Dan itu mungkin menimbulkan sedikit kehebohan di pantai,"
kataku. "Dua dari kita kan morf menjadi paus dan mencari cumi-cumi,"
Jake melanjutkan. "Yang lain akan menggunakan morf lumba-lumba,
dan tetap di permukaan siap untuk membantu..."
"Siapa yang akan menjadi paus?" aku memotong. "Aku mau."
Cassie memutar matanya. "Kau tahu, Rachel, kau ini mirip anak
cerdas dalam kelas yang duduk di depan dan selalu mengangkat
tangan. 'Aku tahu! Aku tahu!' Hanya saja kau bilang 'Aku mau! Aku
mau!"' Aku tertawa membayangkan hal itu.
"Kurasa kita tarik undian saja," kata Jake. Ia membungkuk dan
menarik beberapa lembar rumput lalu mulai mematah-matahkan
batang-batang rumput itu.
Seperti biasa kalau menyangkut Ax, sulit untuk menjelaskan
padanya bahwa apa yang sedang dilakukan hanyalah permainan.
Jake menyembunyikan tangannya di belakang punggung, lalu
mengulurkannya dalam keadaan tergenggam. "Pilih. Yang pendek jadi
paus." Sebagian dari diriku ingin mundur. Aku memiliki bayangan
buruk tentang dunia bawah air. Tapi sebagian dari diriku ingin pergi,
dan untuk alasan yang sama: karena dunia bawah air membuatku
takut. Tobias mendarat di atas pagar kayu yang rusak.
seperti ia menatapku.
didengar olehku. Aku menyipitkan mataku dan merapatkan bibirku. Aku tak bisa
berbicara dalam bahasa pikiran, tapi Tobias pasti bisa menangkap
maksudku.
Marco menarik sebatang rumput. Panjang.
Cassie menarik. Batang yang panjang.
Aku memelototi Tobias.
mengumumkan sambil mengangkat batang itu.
Jake mendekatinya dan mengulurkan tangannya. Tobias
menarik sebatang rumput dengan paruhnya.
"Rachel dan Tobias," kata Jake sambil menjatuhkan batang
rumput yang lain. Ia memandangi Tobias lalu aku, dengan penuh
kecurigaan. Aku melotot marah ke arah Tobias. Ia membenci air! Ia tak
pernah bisa sepenuhnya menekan insting elangnya, insting yang
mengatakan bahwa air jelas-jelas bukan lingkungannya. Air
membuatnya takut. Tapi ia bertindak curang dan menarik batang yang
pendek untuk dirinya sendiri.
Salahku. Aku memaksa pergi. Tobias takkan membiarkan aku
pergi menyelam sendirian tanpa dirinya menjagaku.
Kemudian, aku akan merasa tersentuh karena kesetiaannya.
Tapi saat itu aku hanya merasa marah: Tobias mengorbankan dirinya
sendiri karena aku cukup brengsek untuk membuatnya bertindak
curang demi diriku. Rasa bersalah. Aku benci rasa bersalah.
Jake mengembuskan napas panjang. "Baiklah. Rachel" Kau dan
Cassie pergi ke sana untuk ikut menyelamatkan paus itu. Keberadaan
Cassie di sana akan terasa normal. Semua orang tahu dia..."
"... tergila-gila pada binatang," potong Marco.
"Dan semua orang tahu Rachel sahabat Cassie. Masuk akal.
Tobias" Cepat datang dan pergi, man. Pilihlah waktumu sendiri,
mendarat, cengkeram, dan sadap. Yang lain akan terbang sebagai
perlindungan. Ax" Morf-lah menjadi burung camar dan lindungi kami
dari udara." Cassie dan aku mulai menuruni bukit pasir itu. Jake
mencengkeram tanganku dan menarikku supaya bisa mengajakku
bicara secara pribadi. "Jangan pernah lakukan itu lagi," katanya, lebih
marah daripada yang kukira. "Salahmulah Tobias ikut. Ingat-ingat itu
kalau lain kali kauingin mempermainkan kita semua."
Ia melepaskanku dan aku menjauh, perasaanku agak
terguncang. Jake jarang marah. Saat dia marah, kau akan
mengingatnya dalam waktu lama.
"Ikut, Rach?" panggil Cassie, ia sudah berada di bawah bukit
pasir. Oh, yeah. Pestanya tidak mungkin mulai tanpaku.
Chapter 17 AX menjelma menjadi burung camar, berteriak-teriak dan
melayang di atas.
"Well, mereka benar," kataku.
"Lihat," bisik Cassie, membeku.
Aku mendekat di belakang dan melihat ke arah pandangannya.
Aku merasa mulas. Paus itu menjulang ke langit. Sebesar truk beroda delapan belas,
sebesar rig pengebor minyak. Sepanjang mobil yang berderet-deret.
Kesalahan raksasa, tragis, yang masih bernapas dan tidak pada
tempatnya. Makhluk itu bukan bagian dari tanah. Tapi ia ada di sini, dan
tak berdaya. Perlahan-lahan diremukkan oleh berat tubuhnya sendiri.
"Oh, tidak," kataku lembut saat paus itu dengan lemah
menggerakkan siripnya. Ia memiliki kekuatan yang begitu besar tapi
tak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Aku mengepalkan tanganku. Kuku-kukuku menusuk telapak
tanganku. "Aku akan menyakiti siapa pun yang melakukan hal ini,"
bisikku. "Aku akan membantumu," kata Cassie.
Aku memaksa diriku untuk memandang paus itu.
Mempelajarinya. Kepalanya besar berbentuk kotak raksasa yang
panjangnya hampir setengah panjang tubuhnya. Ia memiliki moncong
persegi yang tumpul, rahang bawah yang terbenam dalam pasir basah,
serta mata yang kecil, gelap, dan berkilauan.
Aku maju ke dekat sekelompok orang yang membawa ember
dan seseorang memberikan sebuah ember kepadaku.
Aku mengosongkan isinya ke sisi tubuh paus yang berkerutkerut.
Sebuah ember lain, satu siraman air yang menyedihkan lagi.
Ekor paus itu masih berada dalam laut dan setiap beberapa
menit ekor itu berkecipak lemah dan menyemburkan ombak berpasir.
Seseorang, seorang biolog yang sepertinya ahli soal paus,
berteriak, "Berhenti!"
Aliran ember berhenti saat orang itu mendekat untuk
mengambil darah paus itu dengan alat suntik besar.
Aku melirik orang di belakangku cepat-cepat. Aku melihat
Cassie terpisah beberapa orang jauhnya dariku. Ia mengangguk samar.
Aku menekankan tanganku ke dinding daging abu-abu itu.
Basah. Hangat. Kasar oleh pasir yang terbawa air.
Aku merasakan paus itu menjadi tenang. Aku menyerap DNAnya ke dalam tubuhku,
merasa lancang, kecil, dan entah mengapa
bodoh. Lalu biolog itu menyelesaikan tugasnya dan kami kembali
bekerja. Ember demi ember. Beberapa lusin manusia bekerja keras
untuk menyelamatkan seekor paus. Harapan semakin menipis, tapi
kami terus berusaha. Sesekali aku sebenarnya bangga pada spesiesku.
membuatku terkejut. Aku melirik ke arah pantai dan melihat Jake dan Marco, berlarilari dan
menendang-nendang ombak. Berperan sebagai anak-anak
yang bebas. Mereka berbalik kembali ke bukit-bukit.
Bagaimana dengan Tobias" Sudahkan dia menyadap DNA paus
itu" Risiko yang harus ditempuhnya sangat besar karena dia harus
melakukannya saat tetap menjadi elang ekor merah. Elang jarang
tampak di pantai. Aku tak punya penyelesaian masalahnya, jadi aku mengikuti
jejak kaki Jake dan Marco ke dalam sebuah lubang tempat tiga burung
camar yang sama menungguku.
kepalanya. "Tidak," kataku, berkonsentrasi pada morf burung camarku.
"Kau kan kenal Cassie. Kau harus menyuruhnya berhenti
bekerja di sana." Bulu-bulu muncul. Hidungku menghilang dan paruhku mulai
tumbuh. Aku jatuh ke pasir, mengecil, saat bukit pasir setinggi
pinggang itu tiba-tiba menjulang di atasku. Aku mengembangkan
lengan/sayapku untuk menyeimbangkan tubuhku.
Halo! Ada kantong Lay's Barbecue Chips yang tadi tidak
kuperhatikan. Dan paling tidak masih ada dua potong keripik kentang
kentang! Apa yang harus kulakukan adalah melompat ke sana dan...
Oh, yeah. Ini bukan saatnya makan. Tentu saja, bagi otak
burung camar itu, selalu ada waktu untuk memulung sampah.
Animorphs - 27 Menyelamatkan Pesawat Pemalite di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kami mengikutinya, meninggalkan bukit pasir itu.
Tobias hinggap di punggung paus itu.
Chapman berdiri di bawahnya, menunjuk-nunjuk dan melotot.
Kami mengepakkan sayap kami kuat-kuat dan melayang, tidak
khawatir untuk terbang bersama. Kami semua burung camar. Kami
memang berada pada lingkungan kami. Lagi pula, kami bukan satusatunya burung
camar yang terbang di sekitar paus itu.
Aku terbang tinggi, sembilan atau dua belas meter, lalu
menukik. Aku merebut sepotong pretzel tepat sebelum digigit seorang
pria. Kami terbang berputar dan mencakar; kami mencuri makanan
dan mendorong orang-orang; dan kami menggunakan senjata utama
burung camar: misil-kotoran burung yang dijatuhkan sangat tepat.
Sploot! Chapman tidak sedang mendongak. Sayang.
Aku menjauh dari kelompok dan mendekati Tobias.
Aku menabraknya, dengan dada membusung, nyaris tanpa
mengerem. Aku menabraknya di tempat kaki kirinya tertekuk sampai
ke dada. Whumpf! Cakarnya terlepas. Tobias mengepak, meluncur di atas
punggung paus itu. Zing! Sebongkah batu melayang lewat, dilemparkan dengan jitu. Batu
itu nyaris mengenai Tobias. Aku melihat Tom membungkuk untuk
mengambil batu yang kedua dalam sapuan ombak. Aku melihat
kebencian tergambar di wajahnya.
Chapter 18
mengejarku. Kalian tahu kan, mengusirku jauh-jauh.>
Kami melakukannya. Apakah Chapman dan Tom mempercayai tingkah kami"
Mungkin tidak. Mereka berdua sudah terlalu sering melihat elang ekor
merah sebelum ini. Mereka tahu. Tapi apa yang bisa mereka lakukan"
Kami terbang menyisir pantai, menjauhi para penyelamat paus
yang beraneka ragam, lalu berbelok ke arah laut lepas. Tobias
menambah ketinggian, mengepak kuat-kuat karena udara mati tidak
dapat mengangkatnya. Saat ia sudah memperoleh ketinggian yang
cukup. Ia juga mulai morf menjadi burung camar. Ia melakukannya
sambil terbang. ?"?""L"W"S."?OG?"OT."?M
Kami mengikuti ombak-ombak kecil kelabu sampai kami yakin
kami takkan bisa terlihat dari pantai. Cahaya semakin menghilang.
Matahari mulai terbenam. Lautan selalu menantang. Tapi saat matahari terbenam dan
kegelapan meliputi ombak-ombaknya, tak bisa tidak kau pasti
terpesona, merasa kecil, dan sedikit takut.
Berjuta-juta kilometer kubik air. Di beberapa tempat
kedalamannya mencapai tiga puluh dua kilometer. Meliputi seluruh
planet, menyentuh setiap benua, hampir seluruh bangsa. Tempat
tinggal jutaan spesies, mulai dari yang berukuran submikroskopis
sampai yang berukuran raksasa.
Kau merasa kecil di sebelah ikan paus. Merasa tidak berarti.
Lalu kau akan sadar bahwa ikan paus pun tidak berarti di lautan.
Lalu kau terbang di atas lautan lepas itu, terbang di atas misteri
yang takkan pernah dapat dipahami sepenuhnya oleh Homo Sapiens
yang lemah. Lalu kau bisa merasakan betapa kecilnya dirimu, betapa
lemahnya dirimu, dan perasaan itu menjadi beban yang terasa
menekan dadamu. Lautan bukan musuh. Lautan hanya tidak peduli. Lautan
memberimu makan, membuat oksigen untukmu bernapas, melahirkan
spesiesmu, dan kalau kau lengah, lautan akan membunuhmu. Semua
dilakukanya tanpa memikirkan keuntungan bagi dirinya sendiri.
Tak ada yang dapat kaukatakan pada lautan. Kau tak bisa
mengemis belas kasihan. Kau tak bisa tawar-menawar dengannya.
Kalau kami lemah, lengah, atau bodoh, lautan akan melumat kami,
meremukkan kami, mengubur kami selamanya dalam berkilometerkilometer air yang
hitam.
Tobias. Lalu setelah sesaat terdiam, ia berkata,
Terlalu luas bagi keberanianku. Dan aku akan menyelam ke
dasarnya. Seperti orang gila, aku bertindak curang supaya bisa
mendapat giliran pertama. Dan menyeret Tobias yang malang
bersamaku. Bukannya aku seharusnya menyukainya, ya"
Setelah lebih dari sejam terbang, Jake mendarat di permukaan
laut yang mengalun. Kami mengikuti petunjuk kasar para Chee.
Aku juga mendarat. Cukup mudah bagi otak burung camar,
yang tak punya kekhawatiran apa pun.
Lautan itu sangat dingin, tapi rasa dingin dan basah itu ditahan
oleh bulu-buluku yang berminyak.
Tempat yang berbahaya bagi manusia. Apalagi bagi seekor
elang. Tobias mendarat di sebelahku, mengambang naik-turun seperti
gabus hitam-putih di atas gelombang.
Dalam beberapa menit, Cassie sudah morf dari burung camar
menjadi manusia, lalu menjadi lumba-lumba yang lincah dan senang
bermain-main. Ini membuatku merasa lebih baik. Memiliki lumbalumba yang senang
menolong di dekatku rasanya seperti punya
beberapa lusin penjaga pantai siap sedia.
lumba-lumba itu.
keluar dari air, lalu berputar dan masuk ke air tanpa mencipratkan air
sedikit pun. Satu demi satu kami melakukan hal yang sama. Bagian saat
kami menjadi manusia sama sekali tidak menyenangkan. Burung
camar dapat mengapung di atas ombak. Manusia terpaksa menelan
beberapa teguk air garam dan membayangkan ikan hiu muncul dari
kedalaman. Kurasa Ax sama tidak menikmatinya seperti kami. Ia bisa
berenang, tapi caranya berenang sangat aneh untuk dilihat.
Tobias mendarat di punggung Cassie, demorph menjadi elang,
lalu menunggu supaya aku bisa menyamainya, bertengger di
punggung Cassie, cakarnya yang tajam mencengkeram daging lumbalumba Cassie yang
licin dan berwarna abu-abu.
"Yeah," aku berteriak, menyepak-nyepak air dan meludahkan
air asin. "Ayo, lakukan."
Cassie dan Marco berenang di sisiku dan aku membayangkan paus itu.
Air garam tersembur ke mukaku. Lagi dan lagi, aku
menelannya. Aku tersedak.
Tulang-tulangku memanjang dan menjadi berat, tanganku yang
berbulu mengepak panik sampai jari-jari muncul dan aku bisa
menyepak air. Aku letih. Dengan mataku yang terasa terbakar aku melirik ke
arah Tobias! Wujud elang ekor merahnya sudah berubah. Ia meluncur dari
punggung Cassie ke dalam air.
Aku menutup mataku dan membayangkan paus sperm itu.
Dan merasakan perubahannya mulai terjadi.
Chapter 19 BESAR. Lebih besar. Raksasa.
Aku membesar, mengembang ke segala arah sekaligus.
Sangat besar! Tapi aku bukan paus. Pernahkah aku bilang morf bisa menjadi aneh" Prosesnya tidak
terjadi secara baik, rapi, bertahap" Well, morf ini benar-benar aneh.
Aku tumbuh, tumbuh, tumbuh! Kulitku sudah menjadi abu-abu
kasar. Ada lubang napas di belakang leherku. Kepalaku sangat besar
dan sama sekali tidak proporsional.
Tapi sisa tubuhku masih Rachel. Aku memiliki kepala sebesar
negara bagian Iowa. Dan kira-kira seekar rambut pirang yang
melambai-lambai.
proses morphing bisa dibilang normal. Kalau makhluk berbulu
meleleh menjadi daging bisa dibilang normal.
tenggelam. Dan kalau aku tidak menyelesaikan morf ini, aku benar-benar
akan tenggelam. Mungkin tenggelam ke dasar dan hanyut melalui
pesawat Pemalite. Gulliver wanita besar yang tenggelam.
Itu membuatku sadar kembali.
Kedua tungkaiku menyatu. Kakiku memipih.
Kepalaku membengkak menjadi persegi yang sangat besar.
Mataku memisah... menjauh sampai mereka berada di kedua sisi
kepalaku. Leherku menebal dan tulang belakangku menekuk
membentuk segitiga, sehingga punggungku bungkuk.
Kulitku mengisut. Tanganku menyatu dengan tubuhku. Sirip-sirip bermunculan.
Aku mengambang ke permukaan. Lubang napasku bisa bekerja.
Paru-paruku terisi. Aku merasa air bergemericik saat lumba-lumba naik ke
permukaan dan menari. Aku merasakan kegembiraan mereka dan merasakan
persahabatan ribuan generasi yang telah dijalin antara kaumku dan
mereka. Instingku penuh keyakinan. Tenang. Percaya diri.
Aku tak punya rasa takut. Tak punya pertanyaan.
Aku tidak punya pertanyaan. Aku tak harus menjelaskan apaapa.
Aku menarik napas panjang, memenuhi paru-paruku sampai
kapasitas maksimalnya, dan menyelam, menekuk punggung
bungkukku dan mengangkat ekor segitigaku ke udara.
Lautan tidak lagi terasa sebagai tempat yang dingin dan ganas.
Lautan adalah rumahku. Aku tahu temperatur dan kedalamannya, dasar dan setiap
retakannya. Aku menembakkan getaran-getaran dan menangkap
"gambaran" semua yang ada di sekelilingku. Seperti sketsa hitamputih yang
mengalir masuk ke pikiranku dan dengan mudah terhapus.
Aku melakukan pelokasian-gema. Aku memiliki sonar.
Aku "melihat" para lumba-lumba dan mereka "melihat"-ku.
Lalu ada makhluk besar lain yang bergerak ke arahku.
Oh. Benar. Otak paus tidak sulit dikontrol.
Masalahnya, aku sama sekali belum mencobanya.
Aku menyukai kepercayaan diri yang tenang. Tidak adanya rasa
takut.
raksasaku yang berotot ke atas, naik, naik ke arah cahaya samar
seperti yang tampak yang ujung terowongan kereta api.
Kereta api lain bergerak di sisiku. Kami berpacu ke batas antara
langit dan laut.
dan melompat ke udara. Kepala kami yang besar keluar ke udara yang
segar, air jatuh di sekeliling kami.
Aku mengembuskan napas, menyemprotkan air, dan menghirup
udara cukup untuk menyelam sedalam kemampuanku. Rongga-rongga
dalam kepala raksasaku terisi air dan, dengan otomatis simpanan
spermaceti mendinginkan air itu dan membuatku menyelam.
Tiga kilometer. Mungkin bahkan tiga setengah kilometer.
Ke dalam daerah cumi-cumi raksasa. Kuharap.
Ke tempat tekanan atmosfer akan memeras setiap molekul
oksigen keluar dari tubuh manusia.
mungkin tidak takut, tapi aku takut.
Chapter 20 KAMI membungkukkan punggung kami dan bersuara, lalu
menyelam dengan diam ke kedalaman laut yang hidup itu.
Kami bergerak turun dengan cepat, melakukan pelokasian
tempat melalui beting-beting karang dan lubang-lubang, indra sonar
kami memberi gambaran yang tidak jelas.
Bayangan suram, lalu kegelapan total.
Total. Seperti menjadi buta. Seperti kalau matamu ditutup rapatrapat dan kau
dikunci di lubang bawah tanah.
Tidak ada cahaya. Indra-indra paus itu menajam. Ikan paus tak dapat mendengar,
tapi ia bisa mengantisipasi. Kami akan memasuki ladang perburuan.
Di sana mangsaku kadang-kadang melawanku dan menang.
makan paus sperm"> kata Tobias sangat membantu.
kataku.
Animorphs - 27 Menyelamatkan Pesawat Pemalite di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyelidiki.>
Aku berusaha mengingat-ingat sedikit hal yang sudah kubaca
tentang cumi-cumi. Mereka memiliki paruh tajam yang bentuknya
seperti paruh burung kakaktua dan delapan tangan yang ditutupi alat
pengisap bergigi jarum. Dan dua tentakel panjang yang kuat yang
berfungsi untuk menangkap buruan mereka dari jarak tertentu dan
menariknya menuju tangan-tangan dan mulut mereka.
Lalu aku teringat bahwa aku tidak tahu bagaimana caranya ikan
paus membunuh cumi-cumi. Tapi aku bisa lebih membayangkan bagaimana cumi-cumi
membunuh ikan paus. Tapi kami tetap menyelam memasuki kegelapan. Jatuh, jatuh
selamanya merambah kegelapan.
Paus itu tidak takut pada apa yang akan terjadi.
Ia berburu untuk makan setiap hari. Ada yang harus
memenangkan pertempuran, dan ada yang harus kalah. Paus itu telah
menerima kenyataan tersebut sejak lahir.
Aku tidak. Kekalahan adalah sesuatu yang tak ingin kupikirkan.
Ini bukan situasi saat aku bisa demorph dengan mudah kalau paus itu
terluka. Demorph sama saja dengan mati.
mungkin, lebih gembira daripada diriku.
Aku langsung mengatakan satu-satunya hal baru yang bisa
kupikirkan.
terganggu karena reaksinya.
permainan ini.
Tobias. < Kita kan tidak bisa menyetel TV dan nonton.>
mempelajari "gambaran" yang kuterima.
Tapi aku tak ingin mengobrol tentang T.T. lagi dan aku benarbenar tidak ingin
mengatakan pada Tobias mengapa aku tidak
menerima tawaran kencan itu. Ini sama sekali bukan waktunya.
Aku malah berkata, < Bagai mana caranya kita menangkap
cumi-cumi itu" Kalau kita bisa menemukannya" Maksudku, cumicumi dapat bergerak
cepat dan paus tidak bisa benar-benar
menyerang. Apa yang kita lakukan, menunggu di sini dengan
membuka mulut kita lebar-lebar dan berharap ada cumi-cumi yang
berenang masuk">
untuk membuat buruannya pingsan. Kurasa itulah yang katakannya.
Bukankah begitu">
Aku menembakkan getaran, dalam volume yang paling keras,
menujukannya kepada gerombolan cumi-cumi yang hanya tampak
samar itu. tiba-tiba sebagian kelompok itu berhenti bergerak.
Aku juga sudah melihatnya.
bisa memanjangkan tubuhnya dan memegang kedua keranjang, di
kedua sisi lapangan basket. Ayo lihat seberapa kagetnya makhluk
besar itu. Kalau kita bisa menemukannya.>
muram.
manusianya ingin melakukan hal itu sedari tadi.
Kami mencari, melakukan pelokasian-gema selama waktu yang
rasanya lama sekali. Mondar-mandir, dan selalu, selalu menyelam
semakin dalam. Sekali aku menemukan sesuatu yang mungkin
merupakan cumi-cumi raksasa. Tapi aku kehilangan jejaknya.
Suling Naga 10 Rumah Judi Pancing Perak Pendekar 4 Alis Karya Khu Lung Bloon Cari Jodoh 16