Ceritasilat Novel Online

Pertarungan Di Planet Iskoort 1

Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort Bagian 1


PROLOG Situs baca scr online ini dibuat oleh saiful , admin http://ceritasilat.mywapblog.com ....thank
MIMPI itu datang lagi. Sejelas biasanya.
Yeerk itu ada dalam kepalaku sekali lagi. Dia lapar akan sinar
Kandrona, semakin lemah, sakit. Aku menunggu kematiannya.
Yeerk itu berteriak kesakitan lagi dan lagi. Dan bayanganbayangan ingatan
bermunculan sangat jelas seolah baru saja terjadi.
Bayangan-bayangan itu adalah ingatan dari kehidupan si Yeerk.
Dan ingatan-ingatan yang tertinggal dari apa yang telah dicurinya dari
tubuh-tubuh yang pernah menjadi tempatnya menumpang. Salah satu
tubuh itu adalah tubuh saudaraku sendiri, Tom.
Aku bisa merasakan ingatan itu satu per satu di dalam pikiranku
saat Yeerk itu meregang nyawa. Sekarang aku yang memiliki semua
ingatan menyedihkan itu. Pada akhirnya Yeerk itu tidak sekadar merasa sakit. Dia sangat
kesakitan. Aku membuka mataku dan melihat Cassie. Kejadiannya sangat
alami. Aku membuka mataku menurut keinginanku sendiri untuk
pertama kalinya sejak aku menjadi pengendali.
Dan lalu, untuk pertama kalinya dalam waktu lebih dari satu
jam, Yeerk itu berbicara,
Yeerk itu gemetar. Aku bisa merasakannya sebagai getaran
fisik. Penglihatanku berubah. Dan aku merasakan sesuatu yang tak
mungkin dijelaskan. Aku merasa seolah aku melihat berbagai hal. Ke
dalam berbagai hal. Aku bisa melihat bagian depan, belakang, atas,
bawah, dan dalam semuanya sekaligus dalam satu waktu.
Rasanya seperti aku sudah keluar dari dunia normal. Keluar dari
galaksi yang sebenarnya. Aku berada dalam kenyataan yang lain. Aku
sedang melihat melalui sebutir air mata di layar film. Di
permukaannya, film tiga dimensi - duniaku - sedang diputar. Di luar
itu... sesuatu yang tak dapat dimengerti dengan pikiranku.
Di mimpiku, mimpiku tentang ingatan, aku merasa ketakutanku
meningkat. Aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku
menggeliat kesakitan dalam tidurku, memelintir sepraiku. Bangun!
Bangun! Tapi aku tak bisa bangun. Aku tak pernah bisa, tidak sampai
mimpi itu selesai. Dan jadi aku melihatnya lagi.
Sesosok makhluk. Atau suatu mesin. Atau kombinasi keduanya.
Dia tidak memiliki tangan. Duduk diam, seolah diikat erat, di atas
takhta yang tingginya satu kilometer. Dia tak bisa bergerak, tapi
meskipun demikian kekuatan yang dikeluarkannya seperti badai
energi. Kepalanya memiliki satu mata. Mata yang bergerak dengan
pelan... kiri... kanan....
Aku gemetar. Aku berharap semoga dia tidak melihatku.
Lalu dia melihatku. Mata itu, mata yang merah darah itu, menatap langsung
kepadaku. Menembusku. Dia melihatku. Dia MELIHATku. Tidak! TIDAK! Aku menjerit dalam ketakutan bisu. Aku
mencoba memalingkan wajahku, tapi kelopak mataku transparan,
kepalaku tak mau berpaling untuk menghindari tatapannya.
Dia mengucapkan dua kata yang hanya diucapkannya dalam
mimpi-mimpiku. Dan sekarang, akhirnya, aku bisa bangun, gemetar di atas
tempat tidur yang dibasahi keringatku sendiri.
Mengapa" Mengapa mimpi ini tak mau pergi" Aku lebih suka
mendapat mimpi buruk yang lain, ingatan akan ketakutan dan
kekejaman yang lain yang mengganggu tidurku.
Tapi ingatan-ingatan itu memudar. Sementara mimpi yang ini
datang lagi dan lagi. Aku bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Aku menyalakan
lampu fluorescent yang terang benderang. Lalu aku melangkah ke
depan wastafel dan melihat wajahku, kepalaku.
Ya, Yeerk itu sudah mati di sana, di dalam kepala itu, kepalaku.
Tepat saat itulah, saat Yeerk itu melepaskan diri dan mulai merangkak
keluar dari tubuhku, tepat saat kematian menjemput Yeerk itulah mata
itu menemukanku. Mata itu telah menatapku.
Dan aku telah melihatnya. Saat itu dan berulang kali dalam
mimpi-mimpi burukku. Lagi dan lagi. Dan setiap kali dia mengatakan
dua kata tak bersuara itu. "Sebentar lagi."
Chapter 1 NAMAKU Jake. Siapakah aku" Kadang-kadang aku sendiri bertanya-tanya.
Aku seorang anak, anak SMP yang harus bersekolah dan
mengerjakan PR. Aku punya banyak teman untuk nongkrong bareng
juga orangtua. Aku cuma anak biasa, atau paling tidak di permukaan
begitu. Normal. Mungkin bahkan membosankan.
Aku bukan anak yang terlalu cemerlang. Nilai-nilaiku di
sekolah biasa-biasa saja. Aku juga bukan atlet yang hebat. Aku bukan
anak jenius. Aku cuma seorang anak. Kalau kau melihatku jalan-jalan
di mall kau tak akan berpikir ada sesuatu yang istimewa pada diriku.
Tapi ada sesuatu yang istimewa pada diriku.
Ada lusinan DNA berbagai binatang berenang-renang dalam
darahku. Burung-burung, serangga-serangga, berbagai mamalia. DNA
itu mengambang di sana, tersimpan, menunggu pikiranku
memanggilnya. Dan kalau aku memanggil mereka - saat aku meminta DNADNA itu bekerja - mereka
melakukannya, dengan cara yang paling
menakjubkan dan tidak mungkin. DNA-DNA itu mengubahku
menjadi binatang. Menjadi burung atau serangga.
Aku mengecil atau membesar. Kekuatanku berkurang atau
bertambah. Organ-organ tubuhku, wajahku, mataku, semua berubah.
Aku menjadi hewan yang kuinginkan.
Pikiranku tetap berfungsi. Aku tetap diriku, tapi otak hewan itu
juga ada di dalam tubuhku. Dan pikiran hewan itu juga berfungsi.
Jadi, sekarang pasti kau berpikir, Oh, dia gila. Dia mengalami
delusi. Dia seharusnya ada di rumah sakit jiwa dan diberi obat
penenang. Aku tidak gila. Ini nyata. Ini benar-benar terjadi. Bukan hanya
pada diriku saja, tapi juga pada teman-temanku: Marco, teman yang
paling kupercayai, Rachel, sepupuku, sang dewi perang; Cassie, gadis
yang lebih kusayangi daripada diriku sendiri; Tobias, sahabat yang tak
dapat kuselamatkan dari nasibnya yang aneh; dan Ax, Andalite,
makhluk luar angkasa. Andalite-lah yang menciptakan teknologi morf. Hanya mereka
yang memilikinya. Hanya mereka yang bisa memberikan kekuatan
untuk menjadi makhluk apa pun pada makhluk lainnya.
Yeah, sekarang aku membicarakn makhluk luar angkasa. Gila
dan semakin gila, kan"
Tapi bagian itu juga benar. Bumi telah diserang. Tidak secara
terbuka dengan senjata sinar Dracon dan ledakan quantum. Itu akan
sama sekali tidak produktif. Itu cara yang mungkin akan dilakukan
manusia: cepat, keras, dan terbuka.
Tapi Yeerk tidak seperti kita. Mereka tidak menginginkan tanah
kita atau sumber daya alam kita. Mereka tidak menginginkan
teknologi kita yang menyedihkan dan ketinggalan zaman.
Mereka menginginkan kita. Atau paling tidak tubuh kita.
Mereka menginginkan kaki dan tangan kita. Mereka
menginginkan telinga dan mulut kita. Mereka menginginkan mata
kita. Dalam keadaan aslinya, Yeerk berbentuk siput yang hidup
dalam kolam cairan dan menyerap sinar Kandrona sebagai
makanannya. Tapi evolusi para Yeerk ini berjalan dengan aneh. Pelanpelan,
setelah beberapa milenium, mereka berkembang menjadi
spesies parasit. Mereka menemukan Gedd, spesies lain di planet asal Yeerk.
Dan setelah beberapa lama mereka belajar untuk masuk ke dalam otak
para Geed itu. Menjijikkan" Aneh" Ada spesies tawon yang bertelur di tubuh
ulat yang masih hidup. Saat anak-anak lawon itu lahir, mereka makan
ulat itu. Mereka memakan ulat hidup itu dari dalam tubuhnya sendiri.
Dan itu di bumi kita yang indah. Jadi apa yang aneh"
Yah, kaum Yeerk meluaskan jangkauannya. Dari Geed ke
Hork-Bajir ke Taxxon ke... kita.
Sekarang mereka di sini. Dan sekarang mereka mengambil alih
manusia sebagai tuan rumah mereka, memasuki otak mereka,
mengendalikan mereka, membuat mereka benar-benar tak berdaya.
Aku tahu. Aku pernah menjadi Pengendali. Aku pasti masih
tetap menjadi Pengendali kalau teman-temanku tidak
menyelamatkanku dan membuat Yeerk itu mati kelaparan.
Dia bukan Yeerk pertama yang mati di tanganku. Dan bukan
yang terakhir. Kami berjuang dalam perang ini hampir sendirian, aku dan
teman-temanku. Kami telah mengenal satu ras android bernama Chee,
yang membantu kami sekali-sekali. Kami telah mengetahui bahwa
tidak semua Yeerk menyetujui politik ekspansi ke seluruh galaksi.
Dan kami tahu bahwa di angkasa luar sana, para Andalite, meskipun
kalah dalam jumlah dan senjata, berjuang melawan gelombang
serangan para Yeerk. Tapi kami lebih sering sendirian. Bahkan dengan banyak orang
lain di sekitar kami, kami sendirian.
Gedung pertemuan. Bukan pertemuan untuk membangkitkan
semangat. Bukan kuliah tentang narkoba, bukan upacara untuk
menghormati seseorang. Ini berbeda dan sebenarnya asyik sekali.
The Lion King, pertunjukan keliling, sedang main di sini.
Beberapa aktornya sedang ada di atas panggung gedung pertemuan
kami yang kecil memberi pertunjukan mini.
Banyak anak yang mengeluh saat pengumuman dibacakan. Kau
tahu: saatnya untuk "jangan bersuara dan duduklah yang tenang". Tak
usah ditambahkan fakta bahwa pertunjukan ini agak terlalu "kekanakkanakan" bagi
kami. Aku, aku suka ketenangan. Dulu memang tidak. Tapi sekarang
kurasa setiap saat yang kudapat untuk duduk tenang, tidak usah
berlari, tidak usah morf, tidak ada teror, tidak ada jeritan-jeritan, tidak
ada keputusan yang mengerikan, dan hasil yang mengerikan.... Aku
bisa bertahan duduk tenang, mendengarkan musik, dan melihat
jerapah-jerapah besar berlari-lari di atas panggung.
Aku duduk di deretan kelima belas. Marco duduk di deretan di
depanku, agak di sebelah kiri. Aku bisa melihat sisik kepalanya, dan
dia tahu itu, jadi dia sedang menyenangkan dirinya sendiri dengan
menggerak-gerakkan telinganya sesuai irama musik.
Aku tidak mau tersenyum, tapi tingkahnya sangat bodoh dan
lucu. Marco, tentu saja, berharap aku akan mendengus atau tertawa,
jadi dia bisa berpaling dan menyuruhku diam, dengan pura-pura
marah karena terganggu. Cassie dan Rachel duduk empat deret di sebelah kanan
belakangku. Aku cukup yakin Cassie sedang tidur. Cassie hidup
dalam kehidupan yang menakjubkan: sekolah, Klinik Rehabilitasi
Satwa Liar tempat dia bekerja membantu hewan-hewan yang terluka,
dan tentu saja, menjadi anggota Animorph, yang merupakan pekerjaan
penuh waktu. Tampang Rachel sedang melamun. Kau pasti berpikir dia
sedang menikmati pertunjukannya. Hanya aku yang tahu bahwa
cowok yang duduk di sebelahnya sedang berusaha memegang
tangannya. Dan tampang melamunnya itu berarti Rachel sedang
berpikir jari mana dari tangan cowok itu yang harus dia patahkan.
Aku kembali melihat pertunjukannya. Pertunjukan itu cukup
bagus. Aku mendengar jeritan kesakitan yang tertahan dari empat
deretan di kanan belakangku.
Lagu Circle of Life yang familier itu mulai dimainkan dan
binatang-binatang Disney itu mulai melompat-lompat dan menyanyi,
musiknya semakin keras, telinga Marco bergerak-gerak seperti gila,
dan suara seorang cowok yang terluka mengatakan, "Jeez, kau nyaris
mematahkan jariku!" dan lalu semuanya berhenti.
Semuanya. Semua suara. Hening. Musiknya. Hening. Aktor-aktornya dalam kostum mereka yang menakjubkan.
Membeku. Gedung pertunjukan penuh dengan anak-anak. Sangat diam.
Satu-satunya hal yang bergerak hanyalah telinga Marco.
Satu-satunya suara adalah Rachel yang berkata, "Hampir"
Bergeraklah ke sini lagi dan aku akan..."
Membeku. Diam. Tak bergerak. Segala hal dan semua orang.
Kecuali kami berempat. Chapter 2 PELAN-PELAN, hati-hati, aku bangkit.
Aku memandang Rachel. "Bangunkan Cassie," bisikku.
Rachel bangkit dan mengguncang bahu Cassie.
"Aku bangun, aku bangun," kata Cassie, matanya membuka.
Dia menguap, lalu berhenti di tengah-tengah kuapannya, dan lupa
menutup mulutnya. "Well, ini tidak biasa," kata Marco. "Apakah seseorang
memencet tombol pause"''
Aku memperhatikan pemandangan aneh aktor-aktor di atas
panggung, membeku, beberapa di tengah lompatan, tergantung di
udara, saat kibasan bulu-bulu muncul.
Elang ekor merah itu mengembangkan sayapnya, menjerit,
, berbelok ke kanan, melihatku, melihat kami semua, dan
mendarat di tepi panggung.
tanya Tobias,
mencengkeramkan kukunya di bibir panggung.
Aku menggeleng, bingung. Siapa" Siapa yang sudah ada di
sini" Seorang "binatang" yang ada di panggung bergerak. Tapi itu
bukan binatang Disney. Dia memiliki tubuh rusa berwarna biru,
bagian dadanya seperti milik anak laki-laki, wajahnya yang tidak
bermulut memiliki dua mata ekstra di atas semacam belalai yang bisa
bergerak-gerak, dan ekornya bisa menamparmu jauh-jauh.
Ax membeku. Lalu dia melangkah maju, menjauh dari
binatang-binatang tiruan itu. Matanya berputar-putar, ekornya tegak,
siap menyerang. "Sepertinya tidak berbahaya, Ax," kataku. "Kupikir begitu."
kata Tobias.
Marco mengangguk. "Aku tak tahu makhluk lain yang bisa
menghentikan waktu kapan pun dia mau. Kecuali itu guru matematika
yang baru." "Jadi di mana dia?" tanya Rachel.
"Di mana pun yang diinginkannya," gumam Marco sok
misterius. Kami pernah bertemu dengan makhluk - atau makhlukmakhluk, siapa yang tahu" - bernama
"Ellimist" beberapa kali. Dia
(mereka) bagi manusia, Andalite, dan Yeerk, seperti manusia bagi


Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semut. Aku merasa seperti semut saat itu. Kecil dan tak berdaya,
dengan beberapa ratus anak membeku di sekelilingku. Sepertinya
sebelum ini mereka semua gambar video yang hidup, lalu menjadi
foto yang mati saat berikutnya. Rasanya tidak nyaman melihat
mereka. Aku merasa seperti tukang ngintip.
Aku melihat tatapan Cassie. Matanya yang berwarna gelap
menatap hati-hati, tapi tidak takut. Ellimist belum pernah menyakiti
kami. Dia membantu kami, selalu saat berpura-pura tidak melakukan
apa-apa. Atau paling tidak dengan hidup dalam batasan-batasan
peraturannya sendiri yang tak bisa dimengerti.
Seorang anak berdiri. Aku melompat nyaris setengah meter
tingginya. Anak itu bernama Beth. Tak ada orang lain yang bergerak.
Hanya Beth. Dia tersenyum padaku, pada kami, dan aku langsung
tahu. "Ya, ini aku," kata Beth.
"Ellimist?" tanya Cassie.
Beth mengangguk. "Di mana suara keras dan tubuh yang bisa berubah-ubah dan
yang lain?" tanya Rachel.
"Aku memilih bentuk ini karena satu alasan," kata Ellimist
dengan suara gadis itu. "Aku datang hari ini dalam misi sederhana.
Aku menginginkan bentuk yang sederhana. Bentuk yang tidak
membuat kalian merasa harus takut atau takjub atau menghormati."
Dia mengembangkan tangan Beth lebar-lebar, telapak
tangannya terbuka. Dia bergerak, dan aku melihat Beth yang
sebenarnya tetap membeku di kursinya. Ellimist tidak mengambil
tubuhnya, hanya bayangannya.
Dia memang bukan Yeerk. Ellimist berjalan dengan tenang melewati beberapa baris kursi
dan tubuh-tubuh yang duduk di atasnya. Dengan mudah menembus
mereka seolah mereka udara. Dia berdiri di antara tempat duduk baris
pertama dan panggung. Di bawah Tobias. Ax berdiri di belakangnya,
bergerak dengan gaya tidak alami dan mengalir yang dilakukan
Andalite kalau mereka bersiap untuk bertempur.
Andalite tidak menyukai Ellimist. Ellimist merupakan figur dari
cerita horor yang mereka ceritakan kalau mereka pergi berkemah atau di mana saja. Aku menatap Ax, memintanya untuk "santai saja". Dia memang
jadi lebih santai, sedikit.
"Oke, jadi kau hanya gadis biasa," kata Rachel sarkastis. "Tidak
ada sok pamer, kecuali membekukan waktu dan yang lain."
"Ini sesederhana yang bisa kulakukan," kata Ellimist. "Aku
datang untuk...." dia ragu-ragu, "aku datang untuk menceritakan
sesuatu pada kalian, dan melihat bagaimana reaksi kalian."
"Oh, bagus, cerita," kata Marco. "Apakah ada musiknya juga"
Apakah akan ada nyanyian hakuna matata nanti?"
Kau harus mengerti: bukannya kami tidak takut. Kami memang
ketakutan. Tapi kami pernah benar-benar takut saat ada orang yang
mau membunuh kami. Kalau ini sih cuma ketakutan yang "biasa-biasa
saja". Ketakutan model begini sudah jadi sarapan sehari-hari kami.
Wajah Beth tersenyum. Dia memakai kawat gigi.
"Aku akan menceritakan awalnya. Kalian akan menceritakan
akhirnya padaku." Chapter 3 ELLIMIST menunduk melihat tangan gadis itu. "Dulu kami
punya tangan. Tak jauh berbeda dengan yang ini." Ia tersenyum. "Tapi
itu sudah lama sekali. Nyaris sebiliun tahun kalian.
"Kami berevolusi seperti semua makhluk hidup, beberapa lebih
cepat, beberapa lebih lambat. Kami merupakan spesies pertama yang
memiliki akal budi, tapi kami berevolusi dengan pelan. Meskipun
begitu, karena cukup waktu, bahkan perubahan yang pelan bisa
menjadi sangat berarti. Saat Bumi baru bisa menyombongkan
beberapa hewan bersel satu, kami sudah mulai memperhatikan langit
malam dan mengerti pergerakan planet kami. Kami belajar dan
menjadi kuat. Saat cacing pertama kali merangkak di lumpur Bumi,
kami sudah bepergian dengan pesawat berkecepatan cahaya. Dan saat
dinosaurus yang pertama mulai berjalan kami... kami sudah menjadi
seperti diriku saat ini."
"Kau menjadi gadis yang mengenakan kawat gigi?" kata Marco.
Ellimist tampak terkejut. Ia menunjukkan kawat giginya dengan
menyeringai. "Andalite bisa terbiasa dengan humor manusia," kata Ellimist.
Ax menggoreskan kuku depannya ke lantai panggung, ia
merasa terganggu. "Dan kalau Yeerk bisa bergurau mereka tidak akan menjadi
momok bagi kita seperti sekarang," tambah Ellimist.
Marco lebih tampak terhina daripada bangga. Komentar yang
cerdas itu sangat memukulnya. Kurasa dia tidak sengaja melecehkan
makhluk yang tidak hanya bisa menghancurkan Marco, tapi semua
ingatan akan dirinya, keluarganya, dan nenek moyangnya, sampai
ribuan generasi. Ellimist meneruskan. "Kami menyaksikan kebangkitan spesiesspesies lain di
galaksi ini. Kadang-kadang juga membantu, kalau kami
bisa. Kami ingin punya teman. Kami ingin belajar. Kami
membayangkan galaksi yang penuh spesies yang memiliki akal budi,
masing-masing dengan ilmu pengetahuan dan seni kebudayaannya
sendiri, keindahannya sendiri.
"Tapi ternyata tidak sesederhana itu. Kira-kira seratus miliar
tahun Bumi yang lalu, kami mengetahui adanya kekuatan baru di
galaksi ini. Bukan spesies, tapi individu. Dia pelarian dari galaksi lain,
diusir dari galaksi itu dari kekuatan yang bahkan lebih besar
daripadanya. Lebih besar daripadaku."
"Kupikir kau sudah maha kuasa," kata Rachel.
Ellimist tersenyum. "Tidak. Aku kelihatan begitu hanya karena
perspektif kalian sangat terbatas."
Aku melihat ke sekeliling ruangan itu. Waktu sedang berhenti.
Penari-penari yang sedang meloncat tergantung di udara. Partikelpartikel debu di
udara membeku. Seorang anak bernama Joey sedang
makan Ho-Ho. Seseorang pasti telah membuatnya tertawa karena
mulutnya terbuka, tersenyum, dan sepotong Ho-Ho tergantung pada
bibir bawahnya. Tergantung dan tak pernah jatuh.
Cukup maha kuasa, pikirku. Aku tak ingin bertemu makhluk
yang bisa mengalahkan Ellimist.
"Kekuatan baru ini, individu ini, mulai membuat keberadaannya
diketahui di galaksi kita. Dan dia memiliki pemikiran yang berbeda
dengan kami. Dia melihat jagad raya yang penuh konflik, kesakitan,
dan teror. Dia menginginkan rasa takut. Tentu saja bukan
ketakutannya sendiri, tapi ketakutan orang lain. Dia, anehnya
perfeksionis, dalam cara tertentu."
Ellimist tampak berpikir. Hampir kebingungan. Sulit untuk
membayangkannya kalau kau memandang poni Beth yang dipotong
rata dan jerawat di dagunya. Tapi aku menyadari siapa dan apa
makhluk itu, dan kurasa aku tidak boleh menilai seseorang dari
tampilan luarnya lagi. Di dunia tempat semua orang bisa menjadi
Pengendali, kau mulai menyadari betapa tidak berartinya tampilan
luar itu. "Dia menginginkan galaksi yang bersih dari segala ciptaan.
Tujuannya, aku dengan cepat menyadari, adalah menghancurkan
kehidupan. Metodenya adalah menggunakan satu spesies untuk
menghancurkan spesies lainnya, yang kuat menghancurkan yang
lemah, lalu yang kuat itu dihancurkan oleh yang lebih kuat lagi. Dia
percaya bahwa hanya boleh ada satu spesies. Satu ras yang memiliki
akal budi, yang akan dikendalikan olehnya."
"Apa sih makhluk ini, Nazi?" kata Cassie.
Rambut keriting Beth bergerak saat Ellimist mengangguk.
"Secara moral, ya. Tapi dia memiliki visi yang berbeda mengenai
kekuasaan total. Dia ingin bisa mengontrol ruang-waktu itu sendiri.
Tidak hanya melihat dan mengertinya, tapi memegangnya dalam
genggaman dan mendiktekan semua hukum fisika dan alam, membuat
ulang galaksi ini sesuai dengan bayangannya, dan suatu hari nanti
melebarkan kekuatannya ke semua galaksi lain dan menghancurkan
kekuatan yang lebih besar dari dirinya sendiri."
"Bagus," kata Marco muram. "Bisakah kita kembali menonton
The Lion King sekarang?"
"Namanya Crayak," kata Ellimist. Lalu dia menatap langsung
kepadaku, dan aku tahu sebelum dia mengatakannya. "Kau telah
melihatnya. Dan dia telah melihatmu."
Mata itu. Makhluk tanpa tangan, setengah mesin itu.
Seorang demi seorang teman-temanku memandangku,
menantang, bertanya-tanya, netral, skeptis, penuh perasaan.
"Saat Yeerk itu mati di dalam otakmu, kau berada di antara
kehidupan dan kematian; kau memecahkan batas dimensi yang
membutakan manusia kepada hal-hal di luar diri mereka sendiri," kata
Ellimist. "Dan saat itulah, Crayak melihatmu. Dia melihat bahwa aku
telah memperkenalkan diriku kepadamu. Bahwa aku telah
menyentuhmu. Dan dia tahu bahwa kau harus, karena itu, memainkan
sebagian peranan dalam rencanaku."
Crayak. Mimpi buruk itu telah punya nama. Crayak. Mata
merah darah yang memandangiku dalam mimpi-mimpiku.
"Sebentar lagi," katanya. "Sebentar lagi."
Aku merasa buku kudukku meremang. Ketakutan. Ellimist
berkata bahwa Crayak menyukai rasa takut. Apakah dia merasakan
ketakutanku sekarang"
"Seratus miliar tahun yang lalu, kami berperang, Crayak dan
aku," kata Ellimis. Dan tiba-tiba ruang pertunjukkan itu hilang. Kami berdiri dalam
ruangan yang gelap dan kosong, dan Ellimist bukan lagi seorang
gadis, tapi cahaya yang terang.
Chapter 4 BINTANG, bintang di mana-mana! Titik-titik putih terang yang
terbakar dalam cahaya, dan lebih dekat, lebih dekat lagi, ada kawahkawah besar
yang menyemburkan gas-gas panas.
Suaranya ada dalam pikiran kami sekarang, bergetar dalam
tubuh kami, besar dan sedih.
Dia ingin melenyapkanku.>
Saat aku berdiri di atas kekosongan, melayang dalam
kekosongan, bintang-bintang mulai meredup dan mati. Rasanya
seperti melihat api batubara mulai dari bara batubaranya yang panas
sampai menjadi debu abu-abu.
Peperangan kami telah menghancurkan sepersepuluh galaksi ini,
miliaran matahari, miliaran planet, selusin ras yang memiliki akal
budi.> Di depan mata kami - atau apakah mungkin langsung di dalam
otak kami" - ada gambar-gambar, makhluk-makhluk dalam bentukbentuk yang
menakjubkan, dalam ukuran dan warna yang membuatku
ingin tertawa dalam kekagumanku. Aku melihat mamalia raksasa dan
serangga-serangga kecil, spesies yang hidup di lautan dan yang
terbang di udara. Dan satu demi satu, mereka meredup seperti matahari-matahari
mereka. yang bisa berevolusi sampai memiliki akal budi, semuanya hancur,
hancur untuk sesuatu yang tak ada artinya! Tapi Crayak juga terluka.
Bahan ruang-waktu, piranti lunaknya, seperti kalian manusia
menyebutnya, piranti lunaknya yang menjalankan galaksi rusak,
dibengkokkan ledakan kekuatan kami yang tiba-tiba.>
Sekali lagi aku melayang dalam ruang dimensi-n yang
mengerikan, angkasa di luar angkasa tempat bagian dalam dan bagian
luar tidak memiliki arti, tempat aku bisa melihat bagian belakang
sama mudahnya dengan melihat bagian depan, melihat inti dari segala
sesuatu sama mudahnya dengan melihat permukaannya, melihat pusat
dari planet-planet sama mudahnya dengan melihat keraknya.
Aku melihat apa yang tampak seperti benang-benang, benangbenang yang bisa
melengkung ke dalam diri mereka sendiri,
menghilang dan muncul kembali, memelintir, kusut, dan mengepang
dalam kompleksitas yang gila.
hancur. Beberapa benang yang telah dikumpulkannya telah direnggut
dari genggamannya. Usaha miliaran tahun sia-sia. Kami menjauh,
menjauh dari uji keberanian kami, perang kami.>
Aku berada dalam ruang yang normal lagi. Keberanian, inti, dan
benang-benang pun kembali ke tempat mereka seharusnya berada,
terpelintir dan tersembunyi di bawah permukaan berbagai benda.
berperang lagi. Bukan perang terbuka, setidaknya. Konflik itu harus
diteruskan dalam bentuk yang lain. Tak boleh ada perang buas lagi.
Sekarang kami harus berperang di atas papan catur. Harus ada
peraturan-peraturan. Batasan-batasan. >
Melayang-layang dalam penglihatan kami, seperti gambar TV
yang rusak, adalah bayang-bayang interaksi kami dengan Ellimist.
Saat-saat dia memegang peran, meskipun tak pernah mengontrol. Saat
dia telah menunjukkan pada kami bahwa kami bisa pergi dari Bumi
dan memainkan suatu permainan untuk menyelamatkan manusia yang
terancam. Dan saat dia menggunakan Tobias untuk menolong
beberapa Hork-Bajir yang selamat untuk menemukan koloni bebas.
Dan saat dia telah memelintir waktu untuk mengembalikan
Elfangor dari kehidupannya yang bahagia, bersembunyi sebagai
manusia, ke dalam dunia yang penuh perjuangan, kesakitan, dan
kematian sebagai prajurit Andalite.
Elfangor adalah ayah kandung Tobias dan makhluk yang
memberi kami kekuatan kami.
Setiap kali kami melihat Ellimist membatasi keterlibatannya,
menolak melakukan sejuta hal yang bisa dilakukannya.
aku. Dia akan membiarkan Yeerk mengisap manusia dan nanti akan
diisap oleh spesies lain yang lebih jahat. Tapi Bumi bukanlah alasanku
mendatangi kalian sekarang. >
Pertunjukan itu selesai. Kami kembali ke dalam ruang
pertunjukan, bukannya kami tadi benar-benar pergi, kurasa. Dan
Ellimist menjadi gadis berkawat gigi itu lagi.
"Kami telah memainkan permainan kami selama miliaran
tahun," kata Ellimist. "Dan kami telah mematuhi peraturannya,
kurang-lebih. Tapi sekarang ada ancaman perang lagi. Ada jalan
buntu. Ada spesies yang tidak akan kuizinkan diambil Crayak. Spesies
yang tak akan dibiarkannya kuselamatkan. Spesies ini menempati
lokasi yang unik dalam ruang-waktu. Ini titik balik, dan kalau Crayak
bisa menghancurkan mereka, kekuatannya akan meningkat, tujuannya
menjadi semakin dekat, kekuatannya menjadi sangat mematikan."
"Termasuk Yeerk?" tanyaku.
"Ya, termasuk Yeerk, yang akan mendapat keuntungan dari
perubahan yang tak bisa kuterangkan pada manusia - atau bahkan
Andalite yang sangat kuat," tambahnya sambil melemparkan
senyuman kawat gigi yang lembut pada Ax.
objek yang tak bisa dipindahkan"> tanya Tobias. menyerah" Kau atau dia">


Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ellimist berkata, "Aku akan menyelesaikan ceritanya. Dan
kalian yang akan memutuskan."
"Kami?" tanya Cassie.
"Crayak dan aku telah mencapai persetujuan dalam hal cara
menyelesaikan masalah. Untuk memutuskan nasib ras Iskoort. Kalau
Crayak menang, mereka akan diserang, dihancurkan, dan disapu
bersih oleh spesies lain."
tanya Ax.
"Howler," kata Ellimist. "Kalian pernah mendengar tentang
mereka sebelumnya." Aku mengangguk pelan. Yeah, kami pernah mendengar tentang
Howler. "Crayak dan aku sudah setuju untuk mengambil keputusan
dalam masalah ini dengan cara pertandingan para jagoan. Jagoannya
melawan jagoanku. Dia telah menunjuk Howler sendiri, kelompok
berjumlah tujuh Howler. Aku harus menunjuk jagoanku untuk
melawannya." "Apaan ini, pertandingan sepak bola?" tanya Cassie.
"Tidak, itu berarti ada sebelas orang di lapangan, bukan tujuh,"
kata Marco. "Tujuh Howler melawan tujuh jagoanku," kata Ellimist.
"Pemenang - yang selamat - akan menentukan hasilnya."
"Dan ini ada hubungannya dengan kami?" tanya Rachel tak
sabar. "Oh, ayolah, Rachel," kata Marco. "Satu...," dia menunjuk ke
arahku. "Dua...," dia menunjuk Rachel. "Tiga, empat, lima, enam," dia
menunjuk Ax, Cassie, Tobias, dan dirinya sendiri.
"Baru enam," kata Cassie. "Dia butuh tujuh. Kita cuma enam.
Ini bukan yang dia maksudkan, kan?"
Ellimist tidak mengatakan apa-apa.
Cassie menggunakan kata yang sebelumnya tak pernah
digunakannya. Lalu, "Kau ingin kami, kami, jadi jagoanmu" Untuk
menyelamatkan ras Iskrats ini?"
"Iskoort," Ellimist membetulkan dengan lembut.
"Aku entah merasa tersanjung atau merasa ditunjuk, aku tak
tahu yang mana," kata Marco panas. Lalu, "Oh, tunggu, aku tahu yang
mana dan itu bukan 'tersanjung'."
"Ini harus pilihan kalian sendiri," kata Ellimist. "Kalian
sendiri." Dia menghilang. Ax menghilang. Tobias menghilang. Kami
berempat yang tinggal sudah kembali ke kursi kami masing-masing.
Dan waktu berjalan lagi, para penari mendarat setelah lompatan
terlama dalam karier mereka.
Chapter 5 KAMI duduk diam sepanjang sisa pertunjukan The Lion King.
Pertunjukan itu terasa membosankan setelah pertunjukan special
effects yang diberikan Ellimist.
Begitu pertunjukan itu selesai, kami keluar. Seharusnya ada
bagian akhir, tapi sebagian penonton tidak peduli, jadi kami ikut pergi.
Kami bertemu di gudang jerami Cassie, yang juga terkenal
sebagai Klinik Perawatan Satwa Liar. Minggu itu klinik sepi, kukira.
Banyak kandang yang kosong, sesuatu yang di luar kebiasaan.
Keadaan ini membuat tempat tersebut terasa menyedihkan.
Tobias sudah ada di sana menunggu kami. Ax juga, dalam
bentuk morf manusianya yang aneh. Dia demorph kembali ke
tubuhnya sendiri. Tidak butuh lama untuk memulai percakapan.
"Ini gila!" kata Marco begitu Tobias meyakinkan kami bahwa
tak ada orang di sekitar kami. "Makhluk paling kuat di galaksi,
makhluk yang bisa membuat Bumi hilang hanya dengan
memikirkannya, membutuhkan kita untuk berperang baginya?"
"Seperti kita tidak punya cukup masalah saja!" Rachel setuju.
adalah kalau hal ini bisa membantu kita entah bagaimana,> kata Ax.

kata Tobias. < Ellimist pernah
menolong kita sebelumnya.>
Rachel memandangnya dengan marah. "Dia juga pernah
menipu kita sebelum ini. Mengatakan satu hal pada kita lalu
melakukan hal yang lain. Kita tak tahu apa-apa tentang dia. Kita tak
tahu apakah Ellimist itu satu makhluk, atau lebih dari satu. Sering kali
dia mengatakan 'kami', lalu dia mengatakan 'aku'. Jadi mengapa dialah
Ellimist" Dia mempergunakan kita kapan pun dia membutuhkannya,
dan dia merendahkan kita."
Aku tahu apa yang dimaksudkan Rachel. Tobias berpikir
Ellimist telah mengembalikannya ke ujud normalnya. Tapi ternyata
dia hanya mengembalikan kemampuan morf Tobias.
Tapi bukan kebohongan atau penipuan. Tidak benar-benar
begitu. Dia telah berjanji akan memberi Tobias apa yang
diinginkanya. Memang begitu. Rachellah yang tak bisa menerima
bahwa Tobias telah memilih, dan masih memilih, untuk tetap menjadi
elang. "Mengapa 'Howler' terdengar sangat familier?" tanya Cassie.
"Aku tahu aku pernah mendengar kata itu sebelumnya."
"Howler-lah yang menghancurkan Pemalite, pencipta Chee,"
kataku. "Merekalah yang akan kita lawan. Tujuh dari mereka melawan
kita bertujuh." "Tujuh" Menurut hitunganku hanya enam," kata Marco.
"Kurasa aku tahu siapa yang akan menjadi nomor tujuh,"
kataku. Marco membelalakkan matanya. "Erek?"
"Saatnya balas dendam," kataku menjelaskan. "Siapa lagi yang
begitu ingin menyakiti Howler?"
Marco terbahak. "Dia tak bisa bertempur! Dia android yang
diprogram untuk tak pernah menyakiti siapa pun. Dia akan menjadi
beban. Dan mengapa kita membicarakan hal ini seolah ini saat untuk
memilih siapa yang akan jadi anggota tim?"

kata Tobias.
"Tunggu dulu, Tobias," kata Rachel. "Kau tahu aku tak pernah
melarikan diri dari pertarungan..."
"Untuk bertarung, mungkin," potong Marco.
"...tapi apakah kita harus percaya bahwa kita satu-satunya
pilihan Ellimist" Tidakkah ada makhluk lain di galaksi ini yang bisa
melawan Howler" Mengapa kita?"
Ax setuju. prajurit Andalite yang terlatih">
Kata-kata itu, tentu saja, membuat Marco berang. "Maaf"
Memangnya Andalite lebih hebat daripada kita" Memangnya kita apa,
banci" Aku dalam morf gorilaku, kau sebagai dirimu, ayo. Akan kita
lihat siapa yang menang."
"Yeah, itu memang hal paling logis yang bisa dilakukan. Kalian
berdua berkelahi saja," kata Cassie dengan nada kering.
"Oke kalau begitu," kata Marco sambil mengerling, "lupakanlah
soal aku dan Ax. Kau dan Rachel, kalian berdua mengenakan bikini."
Rachel dengan tenang mengulurkan tangannya dan menjambak
rambut Marco. "Apa yang kaukatakan tadi" Aku pasti belum
mendengarnya dengan benar."
"Aku menolak menjawab karena kau mungkin akan membuatku
botak." Rachel melepaskannya. kata Tobias.

"Bisakah kita menang?" tanya Cassie.
Kata-kata itu membuat semua terdiam.
Cassie melangkah ke tengah lingkaran. "Bisakah kita menang"
Bisakah kita menyelamatkan seluruh spesies itu" Dan mungkin
membantu diri kita sendiri" Mungkin melemahkan Yeerk dengan cara
tertentu yang hanya dipahami Ellimist" Bagiku, sepertinya itu
pertanyaan besarnya. Maksudku, kalian tahu, aku bukan Rachel. Aku
tak suka bertempur. Tapi Ellimist mempertaruhkan seluruh spesies
pada pertarungan ini. Seluruh ras. Yang mungkin miliaran, mungkin
biliunan jumlahnya. Dan kita bahkan bertanya pada diri kita sendiri
apakah kita harus melakukannya" Bagaimana bila kita setidaknya
mencoba?" "Iskoort?" Marco mencemooh. "Sekarang tugas kita
menyelamatkan Iskoort" Apa... apaan sih Iskoort itu?" Dia
memandang Ax, tangannya membuka, bertanya.
Ax menggeleng. Itu kebiasaan yang diambilnya dari kami.
Tentu saja, dia melakukannya sambil tetap menjaga agar mata
belalainya tetap tinggal, jadi tampaknya agak lain.

Normalnya, kalau menyangkut masalah sebesar ini aku tak
memaksakan pendapatku. Seharusnya aku menjadi pemimpin, tapi
bagiku ada saat-saat tertentu waktu hal terbaik yang bisa dilakukan
seorang pemimpin hanyalah membiarkan yang lain menyelesaikan
masalah itu sendiri. Tapi aku harus mengatakan sesuatu.
"Kupikir... kupikir mungkin ada hal lain yang terjadi di sini,
karena itu Ellimist memilih kita."
Semua memandangiku. Marco menyipitkan matanya. "Ellimist
mengatakan sesuatu tentang kau melihat Crayak."
"Aku melihatnya. Saat Yeerk itu mati dalam kepalaku, aku
melihatnya. Dan dia melihatku. Dan sejak itu... sejak itu aku
bermimpi." Keheningan total. Aku menyesal telah bercerita. "Dengar, aku... kalian tahu,
mimpi kan aneh. Siapa yang tahu apakah mimpi bisa jadi kenyataan"
Tapi mimpi ini terasa nyata. Dan dalam mimpi-mimpi itu aku
melihatnya. Crayak." Aku menggelengkan kepalaku. "Aku tahu
kedengarannya gila."
"Eh, Jake?" kata Marco. "Kita sudah melakukan hal-hal yang
lebih dari sekadar gila sejak Elfangor mengatakan, 'Hei, anak-anak,
mau jadi binatang"'"
Aku tersenyum. Kata-kata Elfangor tidak tepat begitu. "Aku
hanya merasa seperti mimpi-mimpi ini bukan benar-benar mimpi. Aku
melihatnya. Dan dia melihatku. Dan dia mengatakan hal yang sama
setiap kalinya." "Apa?" Cassie menyentuh lenganku dengan tangannya yang
lembut. "Apa yang dikatakannya?"
'"Sebentar lagi'. Dia hanya bilang 'sebentar lagi'."
Chapter 6 "OOOOKE," kata Marco. "Aku merasa bulu kudukku mulai
meremang karena itu."
"Jadi apa artinya ini semua?" tanya Rachel. "Karena Crayak
sudah membenci kita, kita akan pergi dan melawan tim pilihannya"
Mungkin menang" Lalu setelah itu dia akan menyukai kita" Rasanya
tidak." kata Tobias.
Aku mengangguk. Hanya aku yang mengerti maksud Tobias.
dibiarkan hidup atau mati" Tapi mungkin ada aksi sampingannya.
Kita. Mungkin itulah sebabnya dia memilih kita. Mungkin ada tujuan
lain.> "Tujuan lain apa?" tanya Rachel frustrasi.
aku Tobias. Crayak melawan Ellimist. Crayak sudah menakut-nakuti Jake, paling
tidak. Belum lagi dia juga mendukung Yeerk. Dan kita tahu Howler
sama parahnya dengan Yeerk. Ellimist tidak akan memilih kita kalau
dia tidak berpikir bahwa kita punya kesempatan menang. >
Cassie mengangguk. Dia siap pergi. Itu artinya dua.
Aku memandang Ax. Ia tersenyum, senyuman Andalite yang
aneh karena makhluk itu tidak memiliki bibir. merugikan Yeerk...> Itu artinya tiga. Aku memandang Rachel.
"Oh, ayolah, masa kau harus bertanya" Tidak ada monster
angkasa luar bernama Crayak yang akan menyakiti sepupuku,"
katanya, sambil memamerkan senyuman Gadis Sampulnya.
Tinggal Marco. Dia tampak ragu-ragu. Aku sudah belajar untuk
mempercayai keragu-raguan Marco.
"Ada apa?" tanyaku padanya.
"Pertama-tama, aku ikut," kata Marco. "Tapi aku hanya ingin
menekankan satu hal: Ellimist tidak memaksa kita, dia meminta kita.
Kita yang harus memilih. Dan mungkin dia benar, kita bisa melakukan
hal ini. Tapi sebagian alasan kita menyanggupi ini adalah Crayak ini
telah menakut-nakuti Jake. Dan Crayak telah memainkan permainan
panjang dan sabar yang sama dengan Ellimist."
"Jadi apa maksudmu?" tanya Cassie.
"Maksudku mungkin Crayak juga menginginkan kita di sana.
Mungkin dia ingin kita mengatakan ya. Dan tahu tidak" Itu bukan
karena dia berpikir kita akan menang."
"Ayo ambil suara," kata Rachel. "Pergi."
"Pergi," Cassie setuju.
Itu berarti enam lawan kosong setuju untuk pergi.
"Suara bulat," kata Marco.
Aku menggeleng. "Tidak. Kita belum bertujuh. Keputusan ini
belum bulat sampai Erek memberi suara."
"Pergi," kata suatu suara baru.
Ia muncul, berdiri di tengah kami. Anak laki-laki yang normal.
Atau paling tidak begitulah pikiranmu. "Anak" itu merupakan
proyeksi hologram. Di dalam ilusi itu ada android. Android yang
membantu membangun piramid, yang telah mengambil ratusan bentuk
manusia yang berbeda, membiarkan tiap-tiap bentuk itu seolah menua,
membiarkan tiap-tiap bentuk itu seolah mati, lalu muncul lagi dalam
proyeksi hologram yang baru.
"Kau tahu apa masalahnya?" aku bertanya pada Erek. Di suatu
tempat dalam pikiranku, aku sadar bahwa aku sudah terbiasa pada
keanehan orang yang muncul begitu saja entah dari mana. Saat
Ellimist terlibat, hal-hal seperti itu rasanya normal.
"Aku tahu apa masalahnya," kata Erek sambil mengangguk.
Wajahnya kaku, bibirnya menipis. Tidak mungkin - aku tahu
tidak mungkin - tapi tetap saja, aku merasa kemarahan yang ditekan
memancar dari android itu. Hampir-hampir tanpa kekerasan.
"Ellimist telah memberitahuku," kata Erek. "Kalau kalian
mengizinkan aku ikut, aku pergi. Aku ingin pergi. Aku... aku harus
pergi." "Kau tak bisa bertempur," kata Rachel terus terang. "Bukannya
menghina, tapi aku lebih suka mengajak Jara Hamee atau satu dari
Hork-Bajir yang bebas. Atau seperti yang dikatakan Ax, prajurit
Andalite. Kita butuh kekuatan."
"Ya, tapi itu saja tak cukup." Erek menggelengkan kepalanya.
"Kalian tak bisa mengalahkan Howler dalam pertempuran satu lawan
satu. Mereka terlalu mematikan. Kalian membutuhkan sesuatu lebih
dari sekadar morf kalian. Kalian harus lebih cerdas daripada mereka.
Dan aku mengenal mereka. Aku mengenal Howler."
Rachel mengerti argumen itu. "Cukup adil."
SUDAHKAH KALIAN MEMILIH" Suatu suara keras
bertanya. Aku mendesah. "Yeah, tapi bisakah kau memberi kami
beberapa hari untuk..."
orang asing! Juallah kepadaku, aku memohon kepadamu. >


Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku sedang memandang seraut wajah yang bahkan tak akan
dicintai ibunya sendiri. "Howler?" tanyaku gemetar.
BUKAN, ISKOORT, kata Ellimist. KELUARGA KALIAN
TAK AKAN TAHU KALIAN PERGI. TAPI KALAU KALIAN
MATI.... Dia membiarkan kata-katanya menggantung. Dia tak usah
menjelaskan lebih lanjut.
"Kapan pertarungan ini mulai?" jeritku, mundur dari wajah
Iskoort yang mendekatiku.
PERTARUNGAN SUDAH DIMULAI.
Chapter 7 "SIAPA yang menciptakan tempat ini" Dr. Seus - si penulis
buku anak-anak penuh fantasi itu?" tanya Marco.
Kami berada berkilometer-kilometer di udara. Berkilometerkilometer di atas
tanah, yang bisa kami lihat dari pinggir lempengan
buatan. Lempengan itu tidak punya pembatas, tidak ada tanda-tanda
peringatan. Lempengan itu habis begitu saja.
Di bawah kami ada struktur tiang penyangga raksasa yang
sangat tinggi, tempat lempengan-lempengan lain menempel. Lantailantai, kukira,
semua menempel di sini dan di sana, menempel
berjauhan dan berdekatan.
Di atas kami keadaannya kurang-lebih sama, sampai kau bisa
bersumpah konstruksi raksasa itu bisa mencapai bulan, dengan asumsi
Iskoort punya bulan. Semua dibangun dengan balok-balok atau batu bata atau
potongan-potongan yang berwarna cerah.
Bayangkan seseorang mulai membangun dengan semua Lego
yang ada di dunia. Lalu tambahkan semua potongan Duplo dan
biarkan berbagai macam anak membangun menara setinggi 160 meter.
Asumsikan tidak ada orang dewasa yang terlibat, kecuali untuk
menengok sesekali dan mengkritik apa yang tampak seperti tongkat
penopang berukuran pencakar langit.
Lantai-lantainya pasti terpisah satu setengah meter, seratus lima
puluh meter, atau delapan kilometer. Tak seorang pun bisa
menebaknya sampai anak-anak itu selesai membangunnya.
Aku melompat mundur dari tepi, perutku merasa mulas dan
jantungku seolah berhenti berdetak. Aku harus mendorong Iskoort itu
menjauh dariku supaya selamat, tanpa merasa perlu mengkhawatirkan
sopan santunku. Aku melakukannya agar terhindar dari terjun bebas
yang pasti baru berakhir setelah beberapa jam.
"Mundur!" aku berteriak.
Tapi sekarang segerombolan Iskoort mendorong kami,
mengeluarkan suara-suara dari rongga perut mereka, berebutan
berbicara lewat pikiran, mendorong kami semakin ke tepi dengan
kegembiraan gila mereka. "Rachel!" teriak Cassie.
Aku berbalik tepat pada saat Rachel berputar, tumitnya
menginjak tepi lempengan.
"Tidak!" teriakku saat ia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke
belakang. Aku menangkap gerakan kabur. Saat gerakan itu menjadi jelas,
tampak Erek sedang memegang tangan Rachel seolah ia tidak lebih
berat dari sebungkus permen.
Erek menariknya kembali ke atas lempengan.
"Apakah aku sudah bilang aku selalu ingin kau ikut dalam misi
ini, Erek?" kata Rachel gemetar. "Mundur, makhluk-makhluk bodoh!"
Teriakan itu ditujukan pada gerombolan Iskoort, semuanya
mundur serentak.


akan membagi keuntungannya dengan anak-cucumu!>

Dan kepada Ax: bulumu sebagai racun gachak!>
"Apaan ini, Planet Penjual?" tanya Marco. "Mundur! Kalian
semua, mundur!" "Ya ampun, kupikir sudah cukup banyak penjual di
Nordstrom's, tapi ini gila. Akan kuurus ini. Aku tahu bagaimana harus
menyingkirkan penjual yang memaksa." Rachel maju ke depan,
berkacak pinggang. "Kami di sini hanya untuk numpang ke kamar
kecil. Bisakah kalian menunjukan di mana kamar kecilnya?"
Para Iskoort memandang, melotot. Beberapa mulai pergi. Yang
lain tetap memandangi kami, menunggu siapa tahu kami akan lebih
santai dan mau berbisnis.
Aku memandang Cassie dan kami berdua mengeluh bersamaan.
"Sekarang apa?" tanyanya. "Apa yang kita lakukan" Berdiri di
sini sampai ada yang mencoba membunuh kita?"
Aku memandang ke sekeliling, mencoba memahami tempat
yang aneh ini. Strukturnya sendiri tidak masuk akal. Lantai tempat
kami berada cukup luas. Paling tidak terpisah tiga puluh meter dengan
lantai di atasnya. Agak jauh dari tepiannya ada bangunan-bangunan
kecil. Bangunan-bangunan itu tampak seperti igloo; berwarna biru,
emas, putih, hijau, dan merah. Beberapa saling bertumpuk. Beberapa
berdiri sendiri. Para Iskoort datang dan pergi, keluar dan masuk ke dalam
igloo-igloo berwarna-warni itu, naik dan turun tangga melingkar yang
menyambungkan lantai-lantai itu. Mereka semua tampak sibuk.
Semuanya terburu- buru. Mereka bukan makhluk paling menakutkan yang pernah kami
temui, tapi jelas mereka bukan manusia.
Leher mereka seperti burung pemakan bangkai, maju ke depan
dan panjang. Leher itu keluar dari bahu yang merupakan lempengan
oval. Dari bahu itu lengan mereka muncul, satu di setiap sisinya,
setiap lengan bersiku tiga, berakhir dengan tangan yang terdiri dari
satu jari tentakel yang sangat panjang, dan dua jari yang lebih pendek
berbentuk cakar. Mereka berjalan dengan cara yang membuat mereka tampak
seperti merangkak. Mundur. Bukannya berarti mereka berjalan
mundur. Mereka berjalan maju. Kedua kaki mereka gemuk, mungkin
panjangnya sekitar tujuh puluh lima sentimeter. Ada bagian yang
mirip lutut, di bawahnya ada betis yang bengkok ke depan, dan
menyentuh tanah. Semua itu berakhir di telapak kaki, yang memiliki
satu jari panjang yang bisa memegang dan dua cakar kecil yang
tumbuh pada telapaknya yang tebal.
Perut mereka tidak tertutup pakaian dan tampak aneh seperti
akordion - akordion yang terbuat dari daging merah muda. Bagian itu
bergerak, berbunyi mendecit-decit seolah berkomentar pada
pembicaraan pikiran mereka.
Suaranya seperti rengekan. Rengekan menyeret, mengganggu,
suaranya mengeras dan melemah tergantung pada seberapa senang,
marah, atau kesalnya mereka.
"The Nanny," kata Cassie.
"Apa?" "Suara itu. Suaranya seperti Fran Drescher, aktris pemeran
utama The Nanny. Bukan maksudku menghinanya."
mendengar ejekanmu,> kata Tobias.
Wajah-wajah Iskoort, seperti yang kukatakan, tidak menarik.
Wajah mereka berbentuk segitiga kasar dengan salah satu sudutnya
menunjuk ke atas, sehingga tidak ada tempat bagi sepasang mata. Jadi
mata mereka, merah muda seperti mata kelinci, terletak di ujung
belalai pendek. Mereka memiliki mulut, tapi tidak menggunakannya
untuk berkomunikasi. Mulut mereka lebih sering tertutup, terbuka
hanya beberapa menit untuk menghirup udara dan menunjukan lidah
biru yang gemuk serta gigi-gigi kecil yang juga berwarna biru.
Rachel berkata, "Pernahkah kalian bertemu beberapa orang dan
langsung - bahkan sebelum mereka mengatakan apa-apa, sebelum
kalian tahu bagaimana tampang mereka - kalian sudah tidak
menyukai mereka" Maksudku, kalian tak tahan melihat mereka" Dan
itu bukan karena mereka buruk rupa atau apa, cuma ada sesuatu
tentang mereka yang membuatmu sebal?"
"Tidak," kata Cassie. "Paling tidak, aku dulu tidak pernah
merasa begitu. Tapi sekarang aku tahu."
Segerombolan baru Iskoort mendekati kami dengan cepat,
kepala mereka maju ke depan, mata mereka melotot.
pemimpin gerombolan ini
berkata. ini. Selamat datang di Kota Keindahan! Apakah kalian membutuhkan
guide - penunjuk jalan" Apakah kalian ingin menjual ingatan kalian,
atau mungkin bagian tubuh yang tidak diperlukan ">
Rongga perutnya mendecit saat dia berbicara lewat pikiran,
suaranya rendah dan mengganggu serta naik-turun seperti bunyi
bagpipe - alat musik tradisional Skotlandia - yang ditiup orang
bernapas pendek. Aku mengeluh. Aku sudah hampir menyuruh Rachel morf
menjadi beruang grizzly dan mengusir mereka, tapi Cassie berkata,
"Eh, kalau mereka serius tentang guide..."
"Yeah, kau benar," kataku, tapi aku tidak antusias. "Emm, well,
guide akan bisa membantu kami. Setidaknya, untuk menunjukkan
jalan di sini. Menunjukkan kami bisa tinggal di mana."
tanya Iskoort itu,
diiringi suara mendecit yang bersemangat.
''Well... sebenarnya kami tidak punya uang," kataku.
Dengan bayaran rambutnya.>
Dia menunjukan salah satu tentakelnya yang mirip cacing ke
arah Rachel. Atau lebih tepatnya, ke arah rambut Rachel.
Chapter 8 NEGOSIASI tidak berjalan lancar.
Iskoort itu ingin menggunduli Rachel. Rachel menjelaskan
dengan sangat tenang bahwa ia lebih suka melepas kepalanya dan
menggunakannya sebagai bola sepak sebelum hal itu terjadi.
Akhirnya, Rachel kehilangan dua belas sentimeter rambut
pirangnya. Rambutnya terpotong pendek sampai di bawah kupingnya.
"Tahu tidak, tampaknya bagus juga," kata Cassie.
"Pujian ini datang dari cewek yang membeli semua pakaiannya
di L.L. Bean yang membosankan itu," gerutu Rachel.
Tapi memang benar potongan itu tampak bagus. Mungkin
karena Erek yang mengguntingnya. "Aku dulu menggunting rambut
Ratu Catherine Agung," ia menjelaskan dengan nada minta maaf,
seolah malu mengakui bahwa ia telah hidup sejak Nabi Musa
berkeliling di gurun. Sebagai gantinya kami mendapatkan Guide. Memang itu
namanya: Guide. Nama lengkapnya Guide, Anak Penjual Kulit,
Saudara Penjual Ingatan Menyeluruh.
Dia Iskoort yang masih muda. Tapi itu bukan berarti dia tidak
terlalu menyebalkan. Hal pertama yang dilakukannya adalah mencoba
meningkatkan pembayaran kami dengan meminta Ax memberikan
kaki terakhir dan setengah ekornya.
Ax bilang tidak. Marco berkata, "Tahu tidak" Kalau kau mempermainkan kami,
Guide, Ax akan memberimu kaki terakhir dan setengah ekornya
padamu." Guide mengerti ancaman itu. Lebih mudah berurusan
dengannya setelah itu. Ia hanya meminta ingatan, pakaian, rambut,
dan beberapa bagian tubuh kira-kira sejam sekali, dan tidak terusmenerus.
"Satu pertanyaan, penting: Apakah kau sudah melihat makhluk
asing lain?" tanyaku.
tempat tinggal sementara bagi banyak makhluk asing. >
"Mungkin mereka tertarik datang ke sini karena penduduknya
yang menarik," kata Cassie datar.
Komentarnya membuatku tersenyum. Kupikir Cassie bisa
menyukai siapa saja. Tapi jelas dia punya batasan.
kata
Tobias. Rongga perut Guide mendecit dalam nada rendah. Mulutnya
ternganga.
Aku mengangguk dan memandang lantai merah cerah di bawah
kakiku. "Jangan bohong pada kami, Guide. Pernahkah kau melihat
Andalite sebelumnya?"
Guide memandang Ax dengan gugup.
"Well, Andalite punya kemampuan untuk membaca pikiran
orang. Mereka bisa melihat ke dalam pikiran orang-orang dan tahu
kalau mereka berbohong, dan kalau kau berbohong, mereka bisa
membuat kepalamu meledak."
Tak seorang pun tersenyum. Meskipun Marco harus berjuang
menahan tawa. tanya Tobias dengan
pembicaraan pikiran. Rongga perut Guide naik-turun. Mungkin itu berarti sesuatu,
tapi aku tak tahu apa. Lalu, Mungkin ada satu atau dua Howler di sini.>
"Bagaimana dengan tujuh," kataku. "Di mana mereka" Dan
apakah kau tahu mengapa mereka ada di
mengunjungi dunia kami. Mereka menukar ingatan untuk garam boda.
Ingatan Howler sangat berharga. >
"Apa sih persoalan ingatan ini?" tanya Cassie. "Kalian terus
berbicara tentang membeli ingatan. Apa sih maksudnya?"
Guide tampak terkejut. Kurasa. < Kalian belum pernah melihat
pertunjukan ingatan" Kalau begitu di sanalah perhentian pertama kita!
Itu hiburan yang paling menarik! >
"Pasti begitu, di sini tidak ada Super Bowl," kata Marco.
"Kami selalu menduga bahwa Howler memiliki ingatan
kolektif," kata Erek. Ia mengejutkanku. Ia begitu pendiam, aku sampai
lupa akan keberadaannya. "Howler mewariskan ingatannya, dari
generasi ke generasi."
kata Guide setuju. < Inilah mengapa ingatan mereka
sangat berharga. Ingatan mereka sangat panjang dan jelas. >
Aku merasa frustrasi. Kami tidak berhasil memperoleh
informasi apa-apa. Kami sudah sampai ke planet ini tapi belum juga
tahu apa-apa. Para Howler mungkin sedang mengintai kami, siap
untuk menyerang kapan pun juga.
"Guide, apakah kau pernah melihat ingatan Howler?" tanya
Cassie. Guide tertawa. anggota Serikat Pedagang. Aku tidak tertarik pada kekerasan,
pembunuhan, dan pembantaian. Tidak, anggota Serikat Kriminal dan
Serikat Pembuat Perang yang membeli ingatan Howler.>
Aku mulai gugup, seperti yang selalu kurasakan saat ada yang
menundaku sewaktu aku harus melakukan sesuatu yang penting. Aku
merasa kami menghabiskan waktu kami dengan percuma dengan
berbicara pada Iskoort itu.
"Kita tidak ke sini untuk membuat tulisan tentang Iskoort,"
kataku, lebih kasar daripada yang kumaksudkan. "Kita ke sini untuk
mengalahkan tujuh Howler supaya bisa pulang."


Animorphs - 26 Pertarungan Di Planet Iskoort di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cassie tampak agak tersinggung. Tapi dengan suara yang sangat
tenang ia berkata, "Aku menganggap kalau memang kita harus
bertempur, kita sebaiknya tahu di mana posisi kita dan apa yang
sedang terjadi." Dia benar, tentu saja. Tapi kekesalanku tidak membiarkanku
mengakui hal itu. "Kita butuh tempat. Sebagai pusat operasi. Kita tak
bisa berdiri terus di tempat terbuka seperti ini."
kata Guide. tepat. > Dia mulai melangkah, bergerak dengan gayanya yang seolah
merangkak mundur. Dia menuruni serangkaian tangga, sesuatu yang
dilakukan para Iskoort dengan mundur, tapi dengan kecepatan dan
kelincahan yang mengejutkan.
Kami sampai di lantai yang baru, bernuansa biru tua, dan benarbenar berbeda
dengan lantai sebelumnya. Di sini sama sekali tidak ada
igloo, tapi ruangannya dipenuhi dengan silinder-silinder kecil,
mungkin tingginya hanya enam puluh sentimeter.
Guide menjelaskan, dan
mendahului kami menuruni tangga yang lain, kali ini lebih panjang.
Kami berhenti di tengah-tengah tangga - jarak dari atas ke lantai
berwarna kuning mustard di bawah mungkin sekitar delapan ratus
meter. Hanya Tobias yang bergerak dengan nyaman, terbang di
sekeliling dan di bawah lantai.
Kurasa Erek juga merasa cukup aman. Sulit membayangkan
android itu bisa terpeleset. Lantai ini, lantai kuning mustard ini, penuh
Iskoort, bergerak pelan di jalan-jalan sempit di antara gedung-gedung
yang terbuka bagian depannya.
Mudah untuk mengenali kegunaan lantai ini.
"Ini mall-nya," kata Rachel. "Bazaar-nya."
Guide
mengkonfirmasi.
"Apa" Tidak berbelanja dulu?" Rachel, tentu saja.
Kami mencapai lantai itu. dan langsung dikelilingi para Iskoort
yang mengoceh, menyodok, mendorong, mendecit, semuanya sangat
ingin membeli apa pun yang kami miliki dan menjual apa pun yang
tidak kami miliki. "Aku mengerti apa maksudmu dengan harus bergerak cepat,
Guide," kataku. pasar ini merupakan tempat berkumpul
favorit anggota-anggota Serikat Pembuat Perang. >
Aku punya waktu sekitar tiga detik untuk berpikir apa"
Sebelum sesuatu mejatuhkanku ke lantai dengan kasar.
Chapter 9 AKU terkapar, telentang, ada yang memberati dadaku. Kepala
yang sangat kurus, di atasnya ada tanduk yang pendek gemuk, ada di
atas kepalaku. "Howler!" teriakku.
Aku bergerak dan berusaha berguling melepaskan diri. Tapi
makhluk berkepala tanduk itu tak mau melepaskanku. la
menghantamkan kepalanya ke arahku. Aku berpaling sekuat tenaga.
Tanduk makhluk itu menancap di lantai.
Aku melakukan sesuatu yang jarang harus kulakukan, meskipun
aku sudah terlibat dalam lebih banyak pertempuran daripada yang bisa
kuingat: aku mengayunkan tinjuku dan memukul.
Aku memukul Howler itu tepat pada mulutnya. Ia tersentak
mundur. Aku menarik kakiku ke atas, sampai pahaku menempel di
dadaku, dan aku menendang.
Buk! Tendanganku mengenai rongga perutnya dengan telak. Ia
mundur, tetap berdiri tapi tidak seimbang. Aku bangkit secepat
mungkin. Teman-temanku semuanya diserang. Tak seorang pun sempat
morf. Tobias sedang menyobek mata belalai salah satu Howler. Aku
melihat Ax melecutkan ekornya dan memotong tangan yang tadinya
Dewa Tangan Api 2 Pendekar Naga Geni 8 Keruntuhan Netra Dahana Pendekar Tanpa Tanding 2

Cari Blog Ini