peri kecil kami. Kami mengikuti pita cahaya itu, berharap pita cahaya
itu tidak membawa kami ke dalam jebakan yang lebih menakutkan.
Chapter 10 KAMI menemukan dermaga penyimpanannya. Ax membawa
kami ke sana seakan-akan dia lahir dan dibesarkan dalam pesawat
Blade.
bersamaku.> Dia mulai berubah kembali. Dan sejauh yang bisa kupahami,
dia benar: jangan sampai mati sebagai serangga. Kalau para Yeerk
akan menangkap kami, pastikan mereka tidak bisa melakukannya
dengan semprotan Raid. Kami sudah terjebak. Visser Three tahu kami berada dalam
pesawatnya. Menangkap kami hanyalah masalah waktu. Dan dalam
pertempuran ini, Yeerk-lah yang menguasai waktu.
Dalam tubuh normal kami, sekali lagi kami bisa merasakan
betapa ketakutannya kami. Aku bisa melihat cara Jake mengertakkan
giginya; seringai kejam Rachel; kekhawatiran Cassie, yang dihiasi
kesedihan. Rasanya jauh lebih baik tetap dalam bentuk lain. Dalam
morf kau bisa mendengar ketakutannya, tapi kau tidak perlu
melihatnya langsung di mata.
Aku tengah mengawasi Rachel, berusaha memutuskan untuk
yang kesejuta kalinya apakah dia benar-benar berani atau sekadar
sinting, saat pandanganku kebetulan terpusat ke belakangnya.
Di belakangnya terdapat pilar kaca yang menjulang, berbentuk
tabung setinggi sekitar tiga atau tiga setengah meter, dengan diameter
hampir setengahnya. Di dalam tabung itu terdapat sosok samar,
dengan cahaya semerah darah dan sebiru malam bertumpuk-tumpuk
menerangi tubuh keperakan yang mengilap.
Ya, tubuh. Karena meskipun kaca itu buram dan ada kabut yang
memenuhinya, tabung tersebut berisi sesuatu yang hidup. Sederet
tabung yang sama berjajar pada jarak tertentu di sepanjang dermaga
penyimpanan. Mungkin sepuluh jumlahnya.
"Mereka tampak seperti semacam makhluk," kata Cassie.
Aku bisa merasakan hawa dingin yang memancar dari dalam
tabung itu. Kuulurkan tangan untuk menyentuh salah satunya, tapi
jemariku telah membeku bahkan sebelum mencapai dua sentimeter
dari permukaan tabung. "Oke, ini keanehan baru yang sama sekali tidak diperlukan,"
kataku.
"Seperti apa?" aku mendesak.
"Apa itu Venber?" tanya Rachel.
bukti awal yang kami peroleh tentang adanya kehidupan di luar planet
kami sendiri. Tapi Venber sudah punah beribu-ribu tahun yang lalu.>
"Yeah, well, omong-omong tentang punah," kataku, "sebaiknya
kita cepat-cepat berubah atau kita akan mengalami nasib yang sama."
Cassie tengah berusaha memandang ke balik kabut, berjuang
agar bisa melihat makhluk-makhluk besar keperakan itu. "Apa yang
diinginkan Visser Three dengan alien yang sudah punah" Apa yang
kauketahui tentang mereka, Ax?"
evolusi lebih lanjut. Itu pun seandainya mereka berhasil bertahan
hidup. Mereka tinggal dalam kondisi yang sangat dingin - dua ratus
derajat di bawah titik nol.>
"Yang kaumaksud derajat kami, kan" Bukan derajat alien,"
gumamku. "Hei, ada yang harus kita pikirkan: Para penjahat itu bisa
tiba di sini kapan saja. Setiap saat, saat kita - bukan saat alien. Apa
kita ingin menghabiskan beberapa menit terakhir kehidupan kita
dengan membicarakan 'es lilin' angkasa luar yang sudah punah?"
Aku pasti terdengar agak histeris. Jake tersenyum lebar. "Marco
benar. Bersiap-siaplah."
Tiba-tiba Ax tampak waspada, seakan-akan tengah
mendengarkan musik dari kejauhan.
"Baik, terserahlah, ayo berubah," kata Jake.
Menurun" pikirku. Bersiap-siap mendarat" Kenapa Visser
Three membiarkan pesawatnya mendarat" Kalau mendarat, kami bisa
melarikan diri. Ada kesalahan" Kukesampingkan kekhawatiranku. Aku sudah terlalu banyak
khawatir. Beberapa menit kemudian, kami telah siap. Jake dalam bentuk
harimaunya; Rachel seekor beruang grizzly; Cassie seekor serigala;
dan Tobias serta Ax dalam bentuk mereka sendiri yang tampan. Aku,
aku berubah menjadi gorila.
Bersama-sama kami merupakan pasukan tempur yang tangguh,
mematikan. Lalu... Wuuus! Di sebelah kiri kami sebuah pintu terbuka.
Wuuus! Di sebelah kanan kami sebuah pintu terbuka.
Wuuus! Tepat di depan kami sebuah pintu terbuka.
Setiap pintu cukup besar untuk membingkai selusin Hork-Bajir.
Dan di belakang mereka masih ada Hork-Bajir yang lain.
Dan tepat pada saat itu aku menyadari kenapa Visser Three
membiarkan pesawatnya mendarat: dia sudah menemukan kami. Dia
tahu telah berhasil menangkap kami. Dan kami jelas akan mati.
Chapter 11 AKU berhenti bernapas. Hork-Bajir ada di mana-mana. Di
mana-mana! Tidak akan terjadi pertempuran. Pembantaianlah yang akan
terjadi. Lalu, di pintu tengah, dia muncul.
Minum" Makan" Atau langsung mati saja">
Visser tertawa. Dia punya alasan untuk tertawa. Tiga pintu
terbuka, menampakkan barisan Hork-Bajir bersenjatakan sinar
Dracon.
Tiga pintu" Bukankah seharusnya ada pintu keempat" Dan
kenapa pintu keempat tidak, terbuka"
Ax memutar salah satu mata pengintainya.
secara manual dalam keadaan darurat. Jelas diberi sandi. Aku perlu
waktu berjam-jam untuk menemukan sandi keamanannya.>
Tentu saja. Dan Visser Three tahu hal itu. Tapi mungkin
sekarang bukan waktu untuk bertindak diam-diam. Kuregangkan
kepalanku yang bagaikan daging kalengan.
mendobraknya. >
Jake mengambil keputusan dengan cepat. < Rachel. Begitu
Visser Three membuka mulutnya lagi, kauterjang tabung terdekat.
Marco" Urus panel kontrolnya. Ax, dukung Marco. Tobias, Cassie,
dan aku, langsung menuju Visser Three. Pura-pura saja.>
Aku sudah hendak melontarkan lelucon konyol ketika Visser
berbicara.
Sebelum ia sempat mengucapkan kata keempat, Rachel
menyerang! Seekor grizzly tinggi besar bagai gunung menghantam
sekeras-kerasnya tabung terdekat. BLAM!
Tidak terjadi apa-apa! Terlambat, aku sudah berbalik dan berderap ke arah panel
kontrol.
"Tseeeeeer!" jerit Tobias.
"Hraawwwrrr!" lolong Rachel. Kali ini ia mengempaskan
seluruh berat tubuhnya, seluruh kekuatannya.
Krak! Sebuah retakan, kecil dan tidak berarti, muncul di dinding
tabung. Kabut mulai merayap ke luar.
Jake, Cassie, dan Tobias menyerang. Sekarang tidak ada pilihan
lain. Aku melihat kilasan warna oranye dan hitam melompat
langsung ke arah Visser Three. Tidak kurang dari setengah lusin
Hork-Bajir melindunginya, pisau mereka berkelebat-kelebat.
Aku memandang panel kontrol. Kutarik lenganku dan
kuhunjamkan kepalanku ke panel itu dengan sekuat tenaga. Panel
kontrol itu hancur berantakan.
pengintainya untuk membidikkan lecutan ekornya ke arah Hork-Bajir
yang menyerbu. Rachel mundur selusin langkah, dan melesat lari sekuat tenaga,
dengan keempat kakinya, ke arah tabung itu. Sejumlah kecil HorkBajir berlompatan
menerkamnya. Saat itu aku melihat Cassie melayang di udara. Bukan
melompat. Dia dilempar, tubuhnya berlumuran darah dan patah-patah.
Tobias melayang di udara, mengganggu Visser Three,
mengincar mata pengintainya yang lemah.
BLAM! Rachel menghantam tabung. Segerombol Hork-Bajir
menyerangnya. Lalu tabung itu pun pecah.
BRAK! Hancur berantakan. Wuuus! Kabut di dalamnya berhamburan keluar. Hork-Bajir
menjerit dan berusaha mundur menjauh. Tapi terlambat! Awan kabut
menyergap mereka, membekukan bagian tubuh mana pun yang
menyentuhnya. Bukan membeku dalam arti menyebabkan mereka kedinginan.
Membeku dalam arti mengeras. Mereka jadi seperti makhluk-makhluk
batu. Aku melihat salah satu Hork-Bajir yang kebingungan ternganga
ketakutan saat kaki kirinya patah begitu saja dan tergeletak di geladak
bagai potongan patung. Kabut itu juga menghantam Rachel. Tapi dia punya bulu-bulu
tebal. Bulu-bulunya membeku dan hancur berantakan bagaikan ribuan
jarum yang rapuh. Kucabik logam panel kontrol yang telah kendur itu.
Kutarik. Terlambat, Visser Three menyadari kesalahannya.
jeritnya.
Pintu lambung luar mulai bergeser. Pintu itu membuka dan
menampilkan bentangan putih yang kosong.
Kabut membekukan berputar-putar di lantai sekarang, memaksa
Visser mundur. Tapi tidak berarti dia tidak akan mengirimkan
pasukannya ke dalam.
Hork-Bajir berhamburan menerobos kabut dan mendapati diri
mereka berdiri di atas kaki-kaki yang membeku. Kaki-kaki dengan
jemari yang berpatahan, dengan pergelangan yang hancur berantakan.
Jake menarik otot-otot harimaunya dan melompat melewati
kabut. Tobias yang pertama kali keluar melalui pintu. Cassie
tergeletak pingsan, sementara kabut terus mendekatinya.
Tanpa ragu-ragu, Rachel melangkah ke dalam kabut dan
mengangkat tubuh serigala Cassie dengan mulutnya. Kaki kiri grizzlynya membeku
dan patah tertinggal di tempat. Rachel terhuyunghuyung ke pintu.
Satu demi satu, kami berhamburan keluar melalui pintu dan
terjun ke dalam kehampaan.
Chapter 12 KAMI mendarat sekitar enam meter di bawah dalam tumpukan
bulu, cakar, sayap, dan kuku. Aku jatuh dengan keras, menelungkup.
Aku tertimbun ratusan kilogram manusia yang telah berubah dan satu
makhluk luar angkasa. Terdengar embusan keras. Pesawat Blade, mematuhi perintah
Visser Three, membubung ke atas. Waktu yang buruk. Aku boleh
dikatakan bisa mendengar Visser Three berteriak-teriak,
tumpukan yang menggeliat-geliat itu. Tapi tanahnya licin sekali.
Es. Aku bisa merasakan kulit hitam di dadaku bagai terbakar
menempel ke sana. Hanya beberapa sentimeter di depan wajahku, aku bisa melihat
cakar-cakar Jake menggores es.
Kucoba untuk mendorong diriku, untuk bangkit berdiri dari
bawah beruang grizzly yang tergeletak di atasku. Tapi bahkan
kekuatanku pun tidak mampu menyingkirkan Rachel hingga dia
berguling menjauh. Kucoba untuk bangkit berdiri.
Kurasakan kulitku robek saat aku bangkit dari es.
Tapi lalu aku melihat kaki Rachel. Atau paling tidak tunggul
tempat tadi kakinya berada. Dia tengah berubah kembali secepat
mungkin. Grizzly mampu menahan sakit sehebat apa pun. Tapi tidak
ada yang bisa mengalahkan kesakitan karena kehilangan satu kakinya.
Cassie mulai tersadar, menggerak-gerakkan moncong
serigalanya seperti seseorang yang bermimpi buruk. Lalu,
melihat pesawat Blade. Pesawat itu telah membubung ke udara,
menanjak menembus awan, dan masih terus menjauh. Tapi pesawat
itu akan kembali.
benar-benar luar biasa. Darah yang masih hangat di dadaku
mengepulkan uap tipis ke udara beku.
Aku makhluk hutan. Besar dan berbulu, tapi tidak benar-benar
beradaptasi dengan apa pun yang tidak panas dan lengket. Dan kami
sangat jauh dari panas dan lengket.
Cassie telah menjadi manusia kembali, berdiri dengan
bertelanjang kaki di es. "R-ra-rasanya a-aku lebih ba-ba-ik ber-berubah la-lagi," katanya. Rachel mengikutinya.
Animorphs - 25 Pertempuran Di Kutub Utara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tempat apa ini, Alaska?" tanyanya, uap mengepul dari selasela bibirnya.
Sekalipun kami semua tampak tidak pada tempatnya di
sini, tapi Rachel dalam bentuk manusianya tampak paling mencolok.
bahkan kota. Banyak bangunan logam kelabu. Salah satunya lebih
besar daripada yang lain. Berpintu-pintu besar seperti hangar. Ada
semacam mangkuk raksasa di atapnya. Dan itu laporan elang, boys
and girls. Aku mau berubah sebelum berakhir dalam freezer kulkas di
samping ayam beku.>
Aku tidak bisa melihat pangkalan itu secara terperinci. Hanya
bentuk-bentuk samar di kejauhan. Tapi di sebelah kananku terdapat air
yang separo membeku, berliku-liku di atas bentangan es. Di sebelah
kiri kami, seratus meter dari pantai, terdapat sebongkah batu besar
yang menonjol, kaki sebuah pegunungan besar yang membentang
hingga kejauhan. Tidak ada pepohonan, tidak ada rerumputan. Hanya
tebing-tebing karang hitam dan salju putih.
mengacuhkan fakta bahwa kaki gorila besarku membeku di
tempatnya.
Tobias tiba-tiba jatuh. Dia tergeletak di es, mengepakngepakkan sayapnya dengan
lemah.
Rachel meraupnya dan memeluknya erat-erat di dada dengan
tangan yang separo manusia dan separo beruang. Rachel terus
berubah, bertambah tinggi, sambil terus mendekap Tobias ke bulubulunya.
Kutampar lenganku sendiri dan menggosok-gosoknya, mencoba
untuk mengembalikan perasaan ke jemariku. Aku menengadah dan
melihat pesawat Blade, sebuah bentuk hitam besar di awan.
Tapi tak ada seorang pun yang sempat berpikir bahwa Visser
melepaskan kami begitu saja.
Tidak, dia hanya merasa tidak ada gunanya tergesa-gesa. Tidak
seperti kami, dia tahu di mana kami berada. Dan dia tahu kami takkan
bisa pergi jauh. Chapter 13
Kurasa bentuk harimaunya bisa mengatasi keadaan dengan
cukup baik. Atau dia hanya sekadar menolak untuk mengeluh. Bukan
masalah. Aku yang akan mengeluh untuk kami berdua.
beberapa menit lagi.>
Aku bergerak secepat mungkin, yang sebenarnya lambat,
mengingat aku tidak lagi bisa merasakan kakiku. Setiap embusan
angin terasa seperti tinju yang menghajar wajahku. Air mata mengalir
turun di pipiku dan membeku sebelum mencapai daguku. Darah di
dadaku telah menjadi lapisan es merah muda.
Kami tidak bergerak jauh.
Ax jatuh.
Berubahlah menjadi kutu dan bersembunyilah di bulu-bulu Rachel!>
Rachel berdiri di dekat Ax saat Ax mulai berubah. Tobias,
masih dalam pelukan Rachel, mulai menyusut. Lalu Rachel meraup
Ax yang masih berubah dan memeluknya juga di dadanya.
mengejar kita. Ayo!> kata Jake.
Kami melanjutkan perjalanan, sekelompok kesalahan biologis
yang terhuyung-huyung menyedihkan. Seekor harimau, seekor
beruang, seekor serigala, dan seekor gorila.
Aku mulai tertawa. Gorila! Di salju di sini. Lucu.
Hanya kelelahan. Itu saja masalahnya. Kelelahan.
Aku menengadah untuk mencari pesawat Blade. Tidak ada apaapa di langit. Tapi
awan di atas sana tampak cantik. Tampak seperti
seekor kuda. Tidak, seekor unicorn. Yeah. Cantik.
Kami berlari dan terus berlari. Menyusuri garis air yang
membeku. Di bawah bayang-bayang bebatuan yang suram.
Setiap langkah bagai siksaan. Kaki-kakiku mati rasa, tapi
sakitnya masih membakar di kakiku. Aku berlari dengan keempat
kakiku, gaya gorila, dan buku-buku jariku tidak lama kemudian telah
memar dan berlumuran darah.
Angin berembus kuat, melecuti wajahku, mengiris menembus
bulu-buluku. Aku membenci angin. Aku menjadi kelelahan
karenanya. Tidak bisa melihat dengan benar.
Ikuti saja kucing oranye itu, kataku sendiri. Ikuti saja kucing
besar oranye-hitam itu. Ambillah seribu balok es, isikan ke dalam bak mandi, dan
masuklah ke dalamnya. Kau mungkin akan mendapat sedikit
pengertian tentang apa yang kurasakan saat ini.
Sekarang bayangkan tusukan sebatang jarum yang sangat tajam.
Bayangkan selapis tirai jarum yang sangat kokoh menampar wajahmu.
Terus-menerus. Begitulah anginnya.
Kami berlari dengan kaki-kaki membeku yang berlumuran
darah dan sekarang aku melihat bebatuan di sampingku menjulang
semakin lama semakin tinggi. Sembunyi. Sembunyi di bebatuan.
Yeah, begitulah cara... mereka... mereka yang mengejar kami, tidak
akan... Kusadari bahwa aku kebingungan. Berbagai pemikiran yang
berjejalan masuk ke dalam kepalaku dalam waktu yang sama terasa
tidak masuk akal. Benar"
Di dalam mana" Di sekitar kami hanya ada bebatuan.
Tumpukan-tumpukan bebatuan yang tinggi. Seperti... seperti karang.
Yeah.
terengah-engah, napasnya membentuk kepulan uap yang tidak ada
henti-hentinya.
Rachel.
Aku menunduk memandang kakiku yang telanjang.
Membengkak. Besar. Hampir dua kali ukuran normalnya.
Kupejamkan mataku. Lelah. Dingin.
bertahan">
untuk waktu lama.> Bukan untuk waktu lama. Suara-suara. Suara-suara dari kejauhan.
Aku menjatuhkan diri ke tanah. Dan lalu kusadari bahwa aku
sudah berada di atas tanah. Aku merasakan desakan yang tiba-tiba
untuk tetap berada di sana. Duduk di tanah yang membeku.
Segalanya berubah menjadi agak kelabu.
beruangnya yang besar dan mengguncang-guncang diriku.
Rachel mengguncangku lebih keras.
Tapi aku tidak mendengarkan. Aku tidak peduli. Aku bagai
tengah melayang-layang di udara.
Tidak, bukan melayang. Terbang. Seperti elang laut. Melewati
ruang hampa. Tunggu! Ada cahaya di depan. Memanggil-manggil diriku.
Menyeretku ke sana. Sangat terang. Seperti... seperti lampu-lampu di
sekitar cermin di kamar mandi.
Kucoba untuk mengepakkan sayapku, tapi aku tidak punya
sayap. Aku tidak memerlukan sayap. Tidak !agi.
Chapter 14 < MARCO! >
Hampir tiba. Lalu segalanya akan sempurna.
BLAM! Sesuatu menghajar wajahku. Sakit yang membutakan. Aku
merasakan beberapa buah gigiku tanggal ke lidahku.
Di cakar Rachel yang besar dan berbulu terdapat darah. Darahku. Dari
hidung gorilaku yang pesek. Sekarang agak lebih pesek lagi. Cakar
Rachel terangkat, siap untuk menghantamku sekali lagi.
yang remuk menggunakan tangan yang telah membeku.
sangat mirip dengan gigi yang berlumuran darah.
menurutmu itu yang terbaik. Biar Ax dan Tobias pindah ke diriku
sementara kau berubah.>
tertawa.
Aku mulai berubah kembali. Mula-mula perlahan-lahan.
Segalanya berjalan lambat. Otakku tidak bisa berpikir dengan baik.
Aku mulai berubah, menyusut kembali ke ukuran normalku.
Jemariku yang membeku dan bengkak menipis. Bulu-bulu hitamku
terisap kembali ke dalam tubuhku, membuat dingin yang menyerang
terasa lebih hebat. Beberapa detik kemudian aku telah kembali ke bentuk
manusiaku, dengan tidak mengenakan apa-apa kecuali bicycle pants
hitam dan T-shirt putih. Bukan tubuh yang bagus untuk cuaca ini. Aku
segera berubah menjadi serigala.
Lega! Tidak sepenuhnya. Angin masih mengirisku dengan dingin
yang bagaikan baja. Tapi aku sekarang memiliki bulu yang paling
tidak dirancang untuk cuaca yang cukup dingin. Dan kaki-kaki yang
telah berevolusi untuk menapak di atas dataran yang terlapis benda
lain selain tumbuh-tumbuhan yang membusuk karena hawa panas.
Cassie berubah kembali dan berubah lagi menjadi serigala.
Rachel bersamanya. Jake juga berubah. Aku tahu dia menderita dalam
bentuk harimaunya. Tapi Jake, seperti biasa, tidak akan mengeluh
hingga semua orang lainnya telah aman.
keduanya lebih merupakan hewan perairan hangat. Sekalipun begitu,
tubuh serigala ini tidak dirancang untuk menghadapi cuaca Kutub
Utara atau Selatan atau di mana pun kita sekarang berada. Kita
mungkin masih bisa bertahan selama beberapa jam setiap kalinya,
cukup lama untuk berubah kembali dan meregenerasi, tapi kita masih
tetap rapuh. Terlalu rapuh untuk bertempur.>
Kujulurkan kepalaku keluar dari ceruk untuk melihat apa yang
terjadi di lereng. Dengan kemiringan seperti ini aku bisa melihat
pangkalannya dengan jelas, kalau bukan secara terperinci.
Tapi bukan pangkalan itu yang menarik perhatianku. Hanya ada
sedikit kehidupan di dekat kami, dan oleh karenanya tidak ada bau apa
pun yang tercium. Jadi sewaktu ada bau baru yang menebar ke arah
kami, seluruh kepala serigala kami tersentak.
Kau mungkin tahu seberapa baik penciuman dan pendengaran
seekor anjing. Well, seekor serigala dibandingkan dengan anjing sama
seperti Ferrari dibandingkan dengan Hyundai.
Bau! Suara! Pemandangan! Semuanya terkunci seperti sebuah
sistem pembidik terkomputerisasi.
Ada dua buah. Sekitar dua setengah meter tingginya. Berbentuk
manusia. Dada, kepala, dan organ-organ di tempat yang biasa. Hanya
saja kepala mereka berbentuk agak mirip hiu palu, dengan lubanglubang besar dan
hitam di kedua sisinya yang pasti adalah mata.
Masing-masing makhluk memiliki sepasang lengan atas kekar yang
tumbuh di bahu yang lebar. Kedua lengan atas tersebut terbelah pada
bagian siku dan membentuk dua buah lengan bawah.
Makhluk buas yang besar, kekar, dan tampak kejam.
Keperakan, dengan garis-garis merah darah dan kebiruan di sisinya,
sepanjang bahu mereka, dan bertemu di wajah.
Aku pernah melihat warna seperti itu sebelumnya.
Mereka meluncur ke arah kami dengan kaki-kaki panjang yang
mirip alat ski. Mereka menggunakan kedua lengan bawah mereka,
satu kanan dan satu kiri, untuk mendorong diri sendiri.
Dan tubuh mereka berkilauan tertimpa cahaya bagai berlian
atau kristal. Dengan lengan depan ketiga dan keempat, mereka masingmasing menyandang sebuah
tabung hitam besar.
Jake menggambarkan mereka.
Animorphs - 25 Pertempuran Di Kutub Utara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Venber-Venber itu terus mendekat, memperdengarkan suara
derakan-derakan aneh. Suara teratur berulang-ulang yang tampaknya
seperti memantul dari bebatuan di belakang kami bagai gema yang
aneh dan terganggu. Cring! Cring! Proing! Proing! Mereka tampaknya seperti mengetahui dengan tepat ke arah
mana tujuan mereka. Atau paling tidak mereka mengetahui dengan
tepat ke arah mana kami pergi.
sangat canggih untuk memilah-milah. Sangat mengesankan.>
kauceritakan kepada kami">
Rachel. Venber-Venber itu sekitar lima puluh meter jauhnya dari kami
saat mereka berhenti. Lalu mereka mengangkat tabung-tabung besar
dan mengarahkannya ke tempat kami.
Tabung-tabung itu tidak mirip kamera.
Chapter 15 KAMI berjongkok rendah, sekelompok serigala yang
meringkuk. PSSSSSSST! Kaki langit dibanjiri cahaya kehijauan yang
terang benderang. Sekitar empat ton batu di atas lereng dari tempat kami berubah
menjadi empat ton kerikil.
BOOOOOOM! Hujan kerikil! Hujan batu.
Aku sudah pernah ditembak dengan sinar Dracon sebelumnya.
Senjata itu cukup menakutkan. Tapi senjata kali ini sepuluh kali lipat
lebih menakutkan.
mereka ingin kejar-kejaran, kita beri mereka kejar-kejaran.>
Kami melarikan diri di antara bebatuan dan batas air.
Kedua Venber itu mengikuti. Mereka meluncur dengan kakikaki ski, mendorong diri
maju dengan lengan yang kekar, mengikuti
kami. Setiap beberapa menit salah satu dari mereka akan berhenti dan
menembakkan kanonnya, menghancurkan padang es yang seolah
sudah mati itu.
Kami berlari menyusuri batas air. Satu keuntungan menjadi
serigala adalah kemampuan untuk berlari selama berjam-jam tanpa
harus berhenti. Seekor serigala bisa berlari siang-malam.
Venber-Venber itu terus mengikuti kami. Mereka lebih besar,
lebih kuat. Kami lebih cepat. Dan mereka tidak bisa menyaingi daya
tahan kami. Tapi tidak seperti kami berenam, kedua monster es angkasa luar
itu tidak harus berubah kembali setiap dua jam sekali.
mencobanya. Mereka pasti di kendalikan dengan cara lain. Kecuali,
tentu saja Yeerk berhasil menemukan metode untuk mencegah diri
mereka membeku dalam tubuh Venber.>
menyerah. > Aku berpaling untuk memandang ke balik bahu kelabuku. Aku
tidak bisa melihat kedua Venber itu Juga tidak bisa mencium bau
mereka, sekalipun angin berembus dari belakang kami.
Kurasa dia shock aku berani melontarkan komentar yang
mengisyaratkan bahwa dia dan Tobias lebih dari sekadar teman dan
sesama Animorphs. Seolah hal itu rahasia besar saja.
Kami agak mengurangi kecepatan. Telapak kakiku mati rasa
dan bengkak. Radang es. Lagi. Aku tidak bisa merasakan ujung-ujung
telingaku.
Aku berani bersumpah Ax sudah menekankan "menitmu".
Kami kembali ke balik bebatuan yang terus menjajari batas air entah
sampai di mana. Kami berlari terus hingga menemukan sebuah ceruk dalam
berdinding batu. Cuaca masih sedingin sisi gelap bulan. Tapi paling
tidak angin tidak lagi berembus kemari.
Kami meringkuk di sekitar Cassie, berusaha agar dia tetap
hangat sementara demorph paling dulu. Lalu kami bergiliran demorph
dan berubah lagi, meringkuk rapat bagaikan sekelompok bayi anjing
yang baru lahir. Aneh. Segerombol serigala saling merapat. Pengalaman aneh
yang boleh dikatakan luar biasa. Pengalaman yang memicu kenangan
yang tidak kusadari ada. Dari masa saat aku masih sangat kecil.
Duduk di sofa bersama ibuku, meringkuk rapat ke tubuhnya,
menyaksikan TV sambil mengisap ibu jariku.
Sinting. Mungkin udara dingin sudah mempengaruhiku. Atau
mungkin sekadar berada di udara dingin, di lingkungan yang siap
untuk membunuhmu tanpa berpikir atau belas kasihan, kehangatan
hewan yang sederhana, tubuh dengan tubuh, napas dengan napas,
tampaknya menyentuh sesuatu yang ada jauh di dalam dirimu.
Berjuta-juta tahun Homo Sapiens, meringkuk bersama-sama, tubuh
dengan tubuh menghadapi angin yang mampu membunuh.
Hingga akhirnya manusia belajar untuk membuat api. Tentu
saja, itu berarti korek api. Atau paling tidak sebatang kayu.
berubah lagi. Ax dan Tobias telah berubah lagi menjadi kutu dan
bersembunyi di bulu-bulu Jake. Kurasa komentar tidak diplomatisku
tentang Tobias dan Rachel telah membuat mereka merasa tidak enak.
bersembunyi untuk malam ini. Tidak mungkin kita bisa selamat dalam
cuaca dingin ini tanpa tempat berlindung.>
mana-mana.>
Sesudah kami agak pulih, sengatan dingin yang kami derita
telah digantikan daging yang sehat dalam perubahan terbaru, kami
melanjutkan perjalanan. Cuaca mulai berubah gelap. Menurut Ax
sekarang baru pukul 14.00 - kau tahu, jam kita. Tapi matahari sudah
menghilang. Itu hanya bisa berarti cuaca akan semakin dingin.
Chapter 16 KAMI berderap sepanjang tepi pantai dalam keremangan yang
semakin gelap. Terkadang kami berlari. Sesekali aku berpaling
memandang ke arah pangkalan Yeerk. Aku tidak bisa melihat apa pun.
Tapi sesekali aku mencium bau yang cukup kukenali.
Venber. Masih terus memburu kami.
Es di sepanjang tepi pantai lebih kokoh di sini. Membentuk
bongkahan-bongkahan dari setengah meter hingga beberapa meter
dari pantai. Bongkahan-bongkahan es mengapung memenuhi air.
Ax mengatakan air mungkin berbahaya bagi Venber, jadi kami
mempertimbangkan untuk keluar dari balik bebatuan dan berjalan
lebih dekat dengan batas air. Tapi kalau kami berada di udara terbuka,
Venber itu mungkin bisa melacak kami dengan lebih baik
menggunakan echolocating.
Dan di tempat terbuka tidak ada perlindungan sedikit pun dari
angin. Kami memutuskan untuk menyusur lebih dekat dengan lereng
tebing di samping kami. Di sana kami juga bisa berlindung di
bebatuan bila terpaksa bertempur.
Matahari mulai menghilang di kaki langit, memantulkan cahaya
oranye di es. Saat matahari terbenam, angin berubah arah.
Bau yang tiba-tiba! Seperti kilasan lampu neon iklan bagi
hidung serigalaku. Semuanya mencium bau itu pada saat yang sama.
Kami semua berhenti. Aku kembali mengendus udara, memusatkan perhatian,
membiarkan otak serigala yang ada selain otakku sendiri
menerjemahkannya secara kasar: bau yang mirip dengan bentuk
beruang grizzly Rachel, tapi tidak sama.
Aku mengalihkan telingaku ke arah angin, ke arah asal bau itu.
Ya, hanya samar-samar, aku mendengar sesuatu. Langkah yang stabil,
santai, percaya diri. Es dan salju berderak terinjak beban yang luar
biasa berat. Empat kaki.
makhluk yang tidak terlihat itu. Cassie yang melihatnya lebih dulu
saat makhluk itu muncul dari balik bayang-bayang sebuah tonjolan es.
Pandangan serigalaku terpaku ke sebuah sosok hitam.
Hidungnya. Lalu dua bintik hitam di atasnya.
Matanya. Hidung dan mata tersebut bergerak. Dan dalam keremangan
pekat, bagian lain dari tubuhnya mulai berbentuk. Seonggok besar
bulu-bulu putih.
kita di Kutub Utara dan bukannya Kutub Selatan. >
Aneh. Makhluk ini hanya kaulihat di TV atau di kebun
binatang: seekor beruang kutub. Duduk di atas es, menggaruk-garuk
dirinya sendiri. Kami berdiri di sana dan menatapnya. Dia berhenti menggaruk
dan tampaknya seperti balas menatap. Dia mengendus-endus udara,
lalu mengangkat bokong beruangnya yang besar dan terhuyunghuyung ke arah kami
dengan keempat kakinya yang besar.
Rachel.
kataku menyetujui.
menghinanya.
lebih kokoh tubuhnya.>
tanyaku.
tidak terdengar sangat yakin.
berlari.
Beruang itu terus mengikuti kami, terhuyung-huyung di atas es
dengan santai.
Sekarang kami berlari sekuat tenaga. Aku berpaling dan melihat
beruang itu telah mengurangi kecepatannya. Tampaknya, kami bukan
perhatian utamanya.
memancing di sungai. Kurasa ikan di belahan bumi yang ini tidak
mendekati permukaan.>
baik.> Situasinya tampak cukup menakutkan: beruang kutub di sebelah
kanan kami, Venber di belakang kami, dan udara dingin di manamana. Dan sekarang
cuaca hampir gelap gulita. Suhu udara mulai
merosot dari dingin yang mengejutkan menjadi dingin yang
menakutkan. Dan angin melolong dari arah air.
Animorphs - 25 Pertempuran Di Kutub Utara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cassie. Biasanya Cassie tahu harus mengatakan apa. Kali ini tidak. Hal
terakhir yang ingin kupikirkan adalah rumahku, rumahku yang hangat
dengan ranjangku yang hangat dan TV-ku yang hangat.
Aku pernah terlontar enam puluh juta tahun ke masa lalu, dan
terjebak di planet-planet asing, tapi aku belum pernah merasa begini
rindu pada rumah. Chapter 17 KAMI menggali liang di tumpukan salju di puncak bebatuan
yang terbentang ke es. "Liang" itu berupa lubang yang besar. Sebuah
lubang yang besar dan basah di salju.
Tidak ada yang tertawa. Untuk apa yang terasa seperti yang kesepuluh kalinya hari itu,
kami demorph, satu demi satu. Kami menggigil dengan tubuh manusia
kami cukup lama untuk berubah menjadi biru (semua kecuali Ax,
yang memang telah biru), lalu morf lagi.
Suhu udara terus merosot. Kami mendengar esnya berderakderak dan mengerang
seperti badai tanpa henti yang menggema dalam
kegelapan. Suara yang mengagumkan.
Kau tahu bagaimana kata orang semua benua dulunya
merupakan satu daratan, dan kalau selama berjuta-juta tahun daratan
itu pecah dan saling terpisah" Kedengarannya seperti itu. Benuabenua yang saling
menjauhi satu sama lain. Kami melewati malam dengan meringkuk rapat dalam gua
darurat kami, berusaha agar yang lain tidak mati membeku
kedinginan. Kami masing-masing bergantian berjaga, yang pada
dasarnya hanyalah menjulurkan hidung keluar ke udara beku setiap
dua menit sekali untuk mencium bau siapa pun atau apa pun yang
berbahaya. Sesekali, aku mencium bau makhluk angkasa luar yang samar.
Venber-Venber itu masih terus melacak kami. Tapi selama
kami bersembunyi di bawah tanah, echolocating mereka tidak akan
mampu menemukan kami.
dan Tobias telah pindah saat Jake mulai mengeluh gatal-gatal.
Jadi apa yang kauketahui tentang Venber">
malah unik. Mereka tampaknya tidak memerlukan pancaran energi
apa pun. Jelas sekali tubuh mereka tidak berdasarkan karbon.>
kataku.
cairan itu punya banyak manfaat. Terutama dalam penciptaan
konduktor super untuk komputer primitif pada zaman itu.>
Cassie.
berakal budi untuk mempercepat komputer mereka. Venber pun
menghilang.>
mereka untuk pertama kalinya, mereka... well, tidak ada yang tahu
pasti apa yang terjadi pada The Five. Tapi Andalite pada zaman itu
bukanlah Andalite pada saat ini.>
Kesunyian yang panjang timbul setelah itu. Kau tidak bisa
mengatakan bahwa udara sangat dingin karena rasanya sudah
membekukan. Tapi semangat kami yang telah menipis semakin
terkuras.
musnah, kenapa mereka mencoba untuk membunuh kita">
yang masih utuh dari mayat-mayat Venber. >
lain.>
Ax ragu-ragu.
mudah untuk menempelkan DNA baru.>
Kami meringkuk rapat satu sama lain, empat ekor serigala dan
sepasang kutu, jauh di dalam lubang di salju, tersesat dalam alam
bebas beku, memikirkan tragedi di bulan-bulan yang gelap dan beku
di tempat yang sangat jauh.
Aku bersedia menukarkan paru-paruku untuk mendapatkan api.
Chapter 18 SEPANJANG malam yang panjang itu kami demorph dan morf
lagi satu per satu, berulang-ulang. Tenaga kami benar-benar terkuras
habis. Ax dan Tobias mulai bertingkah aneh setelah beberapa saat.
Mengagumkan juga kemampuan mereka untuk bertahan sebagai kutu
sekian lama. Mereka demorph dan sejenak tetap menggunakan bentuk
mereka sendiri, meringkuk di sela-sela kami berempat, berusaha
mendapatkan kembali kenyataan yang hampir-hampir hilang dari diri
mereka sebagai kutu yang buta dan pengisap darah.
Malam itu tidak bagus. Tidak berlalu dengan mudah. Aku
kedinginan, ketakutan, kelaparan, kedinginan, kelaparan, dan juga
kedinginan. Kami tidak punya rencana. Tidak punya petunjuk. Tidak
mungkin bisa tersesat lebih parah lagi. Dan lebih lelah dari yang
kukira mungkin kurasakan.
Mungkin morf merupakan satu-satunya alasan kami bisa
melewati malam dengan selamat. Setelah sekitar satu jam, udara
dingin menjadi begitu hebatnya sehingga kami mengira akan mati.
Proses morf memulihkan kesehatan kami sepenuhnya sehingga kami
mulai membeku hingga mati dari awal lagi.
Berjam-jam dan berkali-kali morf kemudian, matahari mulai
merayap memasuki mulut sarang kami. Aku tidak suka memulai
kegiatan di pagi hari, tapi akulah yang pertama kali merangkak keluar
untuk memeriksa keadaan. Suhunya telah meningkat. Mungkin sedikit
kurang dari tiga puluh derajat.
Aku mengendus udara dan menangkap bau Venber.
Aku juga mencium bau sesuatu yang lain. Sangat dekat. Di es
sekitar tujuh ratus meter dari tempat kami.
Beruang kutub itu. Aku perlu beberapa saat untuk
menemukannya. Aku tidak bisa melihat hidung atau matanya yang
hitam. Saat akhirnya melihat dia, aku menyadari kenapa mata dan
hidungnya tidak terlihat,
Jake, Rachel, dan Cassie merangkak keluar dari dalam lubang
dan berdiri di sampingku. Jake kembali membawa Ax dan Tobias.
Mereka sudah berjanji untuk tidak menggigit.
begitu akan membantu. Kaki langit bagai sehelai kertas putih yang
sangat luas, dengan tepi hitam yang menandakan garis pantai.
dalam es, seperti burung unta. Dia bagaikan raksasa dengan empat
kaki bagai pilar namun tanpa kepala.
Kami duduk dan mengawasinya. Bagian pemangsa dari otakku
bergejolak. Kami belum makan apa pun selama hampir dua puluh empat
jam. Dingin yang luar biasa menguras tenaga kami habis-habisan.
Kalau kami tidak segera makan, kami akan mati. Dan Taco Bell
terdekat mungkin seribu kilometer jauhnya.
Beruang kutub itu menarik kepalanya dari air,
mengguncangnya, dan terhuyung-huyung melangkah semakin jauh.
Akhirnya, saat dia berada sekitar enam meter dari batas air, dia
menelungkup dan meluncur sejauh beberapa meter setiap kalinya.
Beruang kutub itu berhenti. Dia sudah menemukan sesuatu.
Tiba-tiba dia mengangkat salah satu cakar raksasanya dan
menghunjamkannya hingga menembus es. Kudengar cicitan matimatian dan melihat
sepasang sosok kelabu bergegas keluar dari lubang
akibat empasan cakar beruang itu. Sosok-sosok itu bergegas menjauh
dan melompat kembali ke dalam air beberapa meter jauhnya dari sana.
Beruang itu tetap mencelupkan cakarnya, mencari-cari anjing laut
yang berhasil dijebaknya.
Lalu dia menjejalkan kepalanya ke dalam lubang. Dia bangkit
berdiri pada kaki belakangnya. Dia mengangkat kepalanya. Anjing
laut itu terjepit di rahangnya. Tapi anjing laut itu terlalu gemuk untuk
bisa melewati lubang es. Beruang itu tetap saja menariknya. Seketika anjing laut itu
tercabik.
Kami menyaksikan beruang itu makan. Dia duduk tegak pada
bokongnya yang putih gemuk, mencengkeram anjing laut besar itu
dengan kedua cakarnya. Dia menggigit sepotong besar daging anjing
laut dan menelannya. Setelah meletakkan bangkai anjing laut itu, ia
meraup salju, dan menggunakannya untuk membersihkan darah dari
wajah dan cakarnya. Menjijikkan. Bahkan lebih buruk dari beberapa kejadian di
kantin sekolah. Tapi aku mengawasinya dengan kelaparan. Kuharap
dia menyisakan paling tidak cukup untuk sekadar makanan kecil.
Tenang. Lidah serigalanya menjilati bibir serigalanya.
tambahku. Aku memandang Cassie. Dia pasti marah karena saran yang
dengan berani telah kami ajukan. Maksudku, aku marah oleh apa yang
akan kami lakukan. Tapi tidak seperti Cassie, aku tidak bersedia untuk
membiarkan nilai moralku tetap hidup sementara bagian diriku yang
lainnya tewas karena kelaparan.
suaranya.
Kataku,
akan terlalu lemah untuk menyusun rencana selanjutnya, apalagi
menyelesaikan tujuan kedatangan kita kemari. Menghancurkan
pangkalan satelit itu.>
Aku tahu ini kedengarannya aneh, tapi aku agak lupa kalau
kami memiliki tujuan. Selama ini yang kupikirkan hanyalah berusaha
tetap hangat dan makan. Dan tetap hidup.
katanya.
situasi seperti ini, tidak menjadi masalah bagiku. Aku sudah terbiasa.
Aku biasanya yang pertama kali menyatakan apa yang sudah jelas,
tidak peduli betapapun buruknya. Sebut saja aku Tuan Kasar.
juga anjing laut hidup mana pun yang kita temukan. Yang tidak
kumengerti adalah kenapa kalian, meminta izin padaku. Apakah
menurut kalian, aku lebih menghargai nyawa hewan daripada nyawa
kalian" Atau nyawaku">
kepala tidak mau makan">
dan merasa seakan-akan telah menghina Cassie.
langka, dan kalau kau mau memelihara hewan sebagai makanan,
perlakukan mereka sebaik mungkin. Tapi kalau kau seekor serigala,
serigala kelaparan yang berkeliaran di Kutub Utara yang beku, dan
kau melihat makanan, santaplah.>
Cassie jelas bukan orang yang terbiasa bangun pagi.
Kemarahannya kali ini lebih parah dari yang pernah kulihat. Mungkin,
sekalipun kata-katanya keras, dia tidak berharap untuk menyantap
anjing laut yang lucu sebagai sarapan.
Kalau dipikir lagi, aku juga tidak.
Kedua ekor anjing laut yang berhasil melarikan diri dari
beruang itu terlihat agak jauh dari tempat kami. Kami memandang
mereka dengan intensitas serigala kelaparan.
meyakinkan kami.
Animorphs - 25 Pertempuran Di Kutub Utara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Chapter 19 BERUANG itu akhirnya membuang bangkai anjing lautnya,
berdiri pada keempat kakinya, dan terhuyung-huyung pergi. Saat dia
tak terlihat lagi, kami mendekati tempat yang berlumuran darah itu.
Empat ekor serigala dan dua ekor kutu.
Bangkainya kurang-lebih satu setengah meter panjangnya.
Beruang tadi menyisakan cukup banyak untuk kami. Tampaknya dia
malah hanya mencabik kulit dan mengunyah lemaknya, meninggalkan
sebagian besar daging untuk kami. Bangkai itu masih berasap.
Kami berdiri di sekitar bangkai itu, bertukar pandang sejenak
lalu kembali memandang bangkai itu. Tidak satu pun dari kami yang
ingin menggigit pertama kali.
mana.
Dia menjejalkan moncongnya ke bangkai itu dan mencabik
sepotong daging anjing laut. Kami segera menggabungkan diri,
membenamkan gigi-gigi serigala kami yang tajam ke bangkai yang
telah separo membeku, mencabik potongan-potongan daging dan
menelannya.
menawarkan.
Sepasang rubah kutub tengah duduk di es sejauh seratus meter.
Mereka kurang-lebih setengah meter panjangnya, dengan bulu-bulu
putih panjang yang tebal.
mengeluh. Makanan apa pun lebih baik daripada tidak ada.>
Mendengarnya berkata begitu sungguh tidak terduga sehingga
kami semua tertawa.