Ceritasilat Novel Online

The Revelation 1

Animorphs - 45 The Revelation Bagian 1


ANIMORPHS #45 THE REVELATION K.A. Applegate PENGUNGKAPAN "Terkadang tidak ada jalan keluar sama sekali.
Bahkan untuk para Animorphs. . ."
SUMMARY : Segalanya telah menjadi semakin aneh. Berjuang melawan alien.
Bertarung untuk menyelamatkan bumi. Dan tetap mencoba untuk menjadi
normal. Marco, salah satu anggota Animorphs, dan Ax adalah yang paling
sering melakukannya. Tapi, semuanya berubah. Invasi Yeerk di Bumi
semakin menjadi-jadi. Secara rahasia, tentunya. Tapi sekarang, semuanya
justru muncul ke permukaan. Bahkan Ayah Marco membeberkan
beberapa proyek top secret-nya. Sesuatu tentang pengembangan ZeroSpace...
Marco tidak tahu apakah Ayahnya sudah berubah menjadi
Pengendali. Tapi, dia tahu bahwa dirinya tidak akan membiarkan para
Yeerk kali ini. Mereka sudah mengambil Ibunya. Dan Marco akan
melakukan apapun resikonya untuk menyelamatkan Ayahnya. Apapun...
2 Translated by : Belinda Arimbi (1- 7) Anna Aulia (8 " finished)
https://www.facebook.com/arimbinandyashasekarlangit/
rubynamie.blogspot.com www.facebook.com/annami.cosplayer
Copyright ? 2000 by Katherine Applegate.
All rights reserved. Published by Scholastic Inc.
3 Untuk Michael dan Jake 4 BAB 1 NAMAKU Marco. Dan diriku pada kuliner diibaratkan Sammy Sosa1 pada
baseball. Saat tiba giliranku memasak makan malam, aku tidak menggunakan layanan
pesan antar. Aku tidak membuka sekaleng Chef Boyardee2 dan menyajikannya. Ya
ampun, aku lebih mahir lagi.
Aku pakai oven. Aku tahu. Kau bakal bilang, "Tapi, Marco, kau 'kan berjuang memerangi invasi
para alien. Kau, dan teman-temanmu berjuang 24 jam dalam seminggu. Bagaimana
kau bisa meluangkan waktu untuk memasak?"
Nggak mudah. Tapi, dengan sedikit bantuan dari freezer dan seseorang
bernama Red Baron3, segalanya jadi lebih sederhana.
Ditambah, malam ini aku ingin membuat ibu tiriku merasa.. yah.. senang karena
telah menikahi ayahku. Bahkan walaupun aku bukanlah 100% alasan di balik segalanya,
dia membuat ayahku bahagia. Itu tetap berarti sesuatu.
Sebuah mobil berhenti di jalan depan, pintu mobil tertutup, dan kemudian
terdengar derap sepatu berhak di jalan setapak. Nora, ibu tiriku.
Aku menyiapkan tiga piring kertas di meja, menata peralatan makan perak,
menyambar cangkir-cangkir dan setumpuk serbet. Nora tidak pernah menggunakan
piring kertas, tapi hei, bukan dia yang akan cuci piring malam ini.
Pintu terbuka. Aku mendengar desahan napas dan suara tas berat dijatuhkan di
lantai teras. "Hei," sapaku. 1 Samuel Peralta "Sammy" Sosa itu pemain baseball professional dari Dominika. Sosa main untuk lima
tim Major League Baseball selama karirnya dalam jangka waktu 1989"2007. Tapi, sekarang dia udah
nggak main lagi dan jadi bussinessman.
2 Nama makanan kalengan. Produknya makanan Italia, kebanyakan macam-macam pasta.
3 Aku belum nemuin Red Baron yang dimaksud yang mana, kemungkinan Red Baron yang dimaksud itu
sebuah kedai pizza, namanya Red Baron Pizza. CMIIW
5 "Hei," Nora balas menyapa. "Rapat staf pengajar berlangsung lebih lama
daripada yang.." Aroma masakan rumahan Red Baron menggelitik hidungnya, tanpa
ragu lagi. "Marco!" serunya sembari masuk ke dapur.
"Kau benar-benar memasak makan malam!" Dia melirik piring kertasnya dan
memutuskan untuk tidak berkomentar. "Kau memang anak tiri impianku!"
Wanita itu guru matematika. Aku tidak akan pernah memahaminya. Dan
sekarang, dia malah memujiku.
Aku memaksa tersenyum. "Gila, nggak?"
Ada suara sebuah mobil lain berhenti. Terdengar siulan mengiringi langkah
jalan yang cepat. Aku mengambil beberapa soda dari dalam lemari es. Pintu depan
terbuka. Ayah masuk dengan langkah kakinya yang besar, sambil tersenyum lebar.
Pipinya merona. Ia seolah baru saja diberi minyak pelumas.
"Halo, keluarga!"
Oke, ada terlalu banyak antusiasme daripada yang seharusnya kulihat. Dan kata
"keluarga" bakal terdengar aneh buat seseorang, kecuali jika itu menyangkut aku,
ayahku, dan ibuku yang sesungguhnya. Dan, tahu apa yang lebih memuakkan" Ayahku
membawa buket bunga di balik punggungnya.
Dan tentu saja, bukan untukku.
Kupikir ada beberapa ciuman. Mungkin juga bisik-bisik sentimentil. Entahlah.
Aku memalingkan wajah. Sudah cukup aku melihat kekuatan cinta antara Jake dan
Cassie, atau Rachel dengan Tobias.
"Ada apa ini?" Nora nyengir kayak anak sekolahan, lalu duduk.
"Oh, tidak ada." kata ayah berseri-seri, di kursi yang berhadapan. "Hanya.. kau
adalah wanita paling menakjubkan di dunia."
"Aku tahu lebih baik dari itu." Suara dewasanya kembali muncul, saat dia
menata bunga-bunga di meja. "Ada apa denganmu?"
"Mari katakan saja bahwa segalanya jadi semakin menarik di tempat kerjaku.
Sungguh, mengambil pilihan yang ada itu mungkin saja jadi hal terbaik yang pernah
kita alami." 6 Oven berdengung. Aku menarik keluar pizza yang kupanggang dan memotongnya di
tatakan. "Jadi ada apa nih, Dad" Kita bakal kaya?"
Aku menumpuk potongan pizza dengan keju leleh dihadapannya.
"Well.." katanya perlahan. "Apa yang tengah dikerjakan timku mungkin saja
merupakan salah satu peningkatan terhebat sepanjang sejarah manusia."
"Sebuah pengacau saluran HBO?"
"Marco, aku serius. Penemuan yang kami buat ini, mendorong keinginanku
untuk melihat keberhasilanmu dalam matematika." Dia memandang Nora penuh
pengertian. "Paling tidak, untuk lulus ujian."
"Dia benar. Matematika adalah bahasa alam. Bahasa universal. Segalanya dapat
digambarkan dan dipahami melalui angka-angka." Wajahnya dihiasi oleh kebahagiaan
yang aneh. Aku penasaran bagaimana sederet angka bisa membuat orang merasa
seperti itu. Sekilas terbayang mimpi burukku soal ujian aljabar yang terakhir kali kuikuti.
"Dad, cerita sajalah apa yang sedang Dad kerjakan."
"Aku benar-benar tidak seharusnya memberitahu kalian." katanya tiba-tiba. "Ini
rahasia. Top secret."
Nora memandangnya. Ayah mulai luluh.
"Oke.." katanya perlahan. "Jika kalian janji untuk tidak bilang-bilang.. dan
maksudku, ke siapapun.. mungkin aku bisa memberitahu dasar-dasarnya."
Ayah menelan segigit pizza dan mendorong piringnya ke samping agar dia bisa
mencondongan tubuh dengan siku bersandar di meja.
"Kami menemukan apa yang kami pikir sebagai suatu keseluruhan dimensi yang
baru, mungkin malah sama sekali bukan dimensi. Semacam.. Marco, kau belajar
tentang bangun ruang 'kan?"
Kapan aku mulai belajar untuk tidak meminta ayahku agar merinci segalanya"
Insinyur Teknik, seperti halnya guru matematika, punya cara yang mencengangkan
rumitnya soal situasi teoritis, yang bisa membuat otak lemahku tertidur hampir
seketika. Bahkan lebih cepat dari buku matematika.
7 "Lupakan kelas matematika." sahutnya saat aku mulai linglung. "Kau tahu
bagaimana bentuk kerucut 'kan" Well, kerucut adalah bangun dua dimensi jika
dianologikan dengan ruang lima dimensi yang kita tempati."
Aku mendesah dan bangun untuk mengambil seiris pizza. Ayah menahanku dan
memaksaku duduk. "Tapi, kerucut adalah bangun tiga dimensi." Nora mengoreksi.
"Memang benar. Saat permukaan kerucut adalah dua dimensi, maka
permukaannya ada di dimensi ketiga."
"Hmm.." Nora tampak bingung.
"Yeah." kataku lebih keras. "Hmmm."
"Kerucut itu memiliki sebuah keistimewaan." Ayah bersikeras.
"Sebuah.. apa?"
"Suatu tempat dimana semua garis bersilangan. Tempat dimana kau bisa
menghadap ke arah manapun atau ke semua arah sekaligus. Dimana kau bisa bergerak
ke arah manapun tanpa berpindah sama sekali."
"Apa hubungan kerucut ini dengan pekerjaanmu?" Tatapan bingung Nora
mengungkapkan bahwa Ayah baru saja melampuinya dalam bertingkah aneh. Yang
sialnya, justru membuat Ayah lebih bertekad untuk menjelaskan.
"Kita menempati kehidupan hanya pada satu garis di kerucut itu, hanya pada 4
dimensi belaka, termasuk dimensi waktu."
Aku merasa mataku berputar ke dalam kepalaku.
"Kita telah terjebak di permukaan kerucut sepanjang waktu. Saat kita ingin
pergi kemanapun, kita harus berkelana di suatu garis. Tapi sekarang, bayangkan
seseorang menyadari keistimewaannya. Suatu titik tanpa ukuran, tanpa luas, tanpa
perpanjangan. Representasi fisik dari ketiadaan. Ketiadaan yang bukanlah apa-apa.
Malah, merupakan tempat awal dan akhir dari segalanya! Ruang sebenarnya yang
berfungsi ganda!" "Keren." kataku. " Aduh, tapi aku ada PR. PR matematika yang banyak." Aku
membuang piring kertasku ke tempat sampah lalu berjalan ke ruang keluarga.
8 Terkapar di sofa dan mengambil remote. Aku adalah penganjur channel pra-PR yang
cepat. "Kau sebut apa penemuanmu?" Kudengar Nora bertanya.
"Aku tidak benar-benar tahu." kata Ayah untuk sementara. "Bisa kau namakan
apa, sesuatu yang bahkan bukan suatu apapun sama sekali?"
Tidak ada apapun di TV. Film Star Trek lama. Film Star Trek baru. Hidupku
penuh cerita fiksi ilmiah. Bagaimana dengan Dunia Yang Nyata"
"Bagaimana kau menamainya?" sambung Ayah. "Zero
"Ruang Nol." 9 Nol, kukira. Zero-Space BAB 2 AKU nyaris berhenti bernapas.
Aku terlonjak, memandang melewati sofa, langsung ke dapur. ZERO-SPACE"!
Nora melirikku waspada. "Marco, kau baik-baik saja?"
Aku menutup mulutku yang ternganga. Memaksakan diri untuk berkedip.
Normal. Jadilah normal. Bertingkah normal.
"Baik.. uh, yeah umm aku baik-baik saja."
Aku kembali duduk. Tanganku gemetaran. Kepalaku dibanjiri adrenalin.
Bagaimana bisa aku melewatkannya! Dia telah menggambarkan Zero-Space. 5 menit
yang lalu! Bagaimana"
Bagaimana! Aku menyambar telepon nirkabel dan menekan nomor Jake.
"Halo." jawabnya.
"Kita ada.." Aku bicara dalam bisikan, terbatuk di tengah kalimat untuk
mendapatkan suaraku. "..masalah."
Ada jeda. Aku mendengar suara di latar belakangnya, lalu Jake pura-pura
menertawakan lelucon Tom. Tom, kakaknya, seorang Pengendali.
Aku menunggu. Akhirnya, Jake mengomel. "20 menit?" "Baik." kataku dan menutup telepon.
Ayah masih bicara pada Nora. "Kami sedang bekerja untuk berkomunikasi lewat
keganjilan ini. Substansi normal memiliki dimensi dan dalam teorinya tidak punya,
melewati.." 10 Berita baru, Dad : Substansiku melewati keanehan itu beberapa kali seminggu.
Setiap kali aku morph, kelebihan massaku tersedot ke suatu ketiadaan.
Suatu gelembung pada waktu itu.
Ayah melanjutkan tanpa antusiasme yang kentara.
"Tapi, kami telah memutuskan bahwa partikel dasar tertentu dapat melewati.."
Aku tidak bisa menjaga agar mulutku diam.
Aku harus tahu. Jika Ayah adalah Yeerk.. well, itu mudah. Aku nggak akan kehilangan 2 orangtua
di tangan musuh. Nggak akan. "Jadi, Dad," sahutku sambil melangkah kembali ke dapur. "Dad bisa.. kayak,
ngobrol sama orang lewat benda itu?"
"Tepat sekali." katanya. "Bagaimana hal itu lebih baik dari radio?"
Aku mengamati wajahnya, matanya, lebih seksama daripada yang pernah
kulakukan. Jika dia adalah seorang Pengendali, aku akan melihatnya.
Sisa-sisa Yeerk. Kesombongan, kecongkakannya. Akan melihatnya. Kau tidak bisa melawan
musuh selama ini dan tidak tahu bagaimana merasakan keberadaannya, untuk
mengatakan adakah siput Yeerk yang menyelimuti otak ayahmu.
Bisakah kau" "Marco," katanya. "Komunikasi lewat keistimewaan ini, lewat Zero-Space ini,
akan jadi seketika itu juga. Tidak seperti cahaya, contohnya, komunikasi sebenarnya
tidak memiliki jarak tempuh."
Mata Ayah berkobar penuh gairah dan kekaguman. Tidak ada kejahatan. Tidak
ada misteri. "Pikirkanlah," katanya. "Kita bisa berbicara pada bintang terjauh secara instan,
mengirim informasi lebih cepat daripada kecepatan cahaya. Tidak ada jarak tempuh
sama sekali." Dia tersenyum, yakin dirinya telah membingungkanku dan Nora.
11 "Itu mengagumkan, sayang." Ketertarikannya, yang awalnya sungguh-sungguh,
kini hanyalah kesopanan belaka. Dia membawa buketnya ke wastafel dan mulai
meletakkan kuncup-kuncup berwarna ungu di dalam air. Aku lalu duduk di kursinya.
"Dad," kataku. "Saat Dad bilang Dad bisa berkomukasi dengan benda ZeroSpace ini, apa maksudnya" Maksudku, siapa yang bakal Dad hubungi" Aku tahu ada
beberapa bentuk kehidupan terfosil di Mars, tapi aku tidak berfikir kalau mereka bisa
menjawab telepon." Ayah bersandar di kursinya.
"Marco, kau adalah tahanan dari pendidikanmu. Mereka mengajarkanmu
tentang sistem tata surya. Mereka memberimu pandangan sekilas mengenai Galaksi
Bima Sakti. Tapi, apa mereka pernah mengisyaratkan sebanyak apakah yang ada di luar
sana" Berapa banyak kemungkinan nyata yang ada bahwa disuatu tempat yang
melampaui kemampuan kita, di sebuah tempat yang sangat jauh, yang bahkan tubuh
kita tidak bisa berharap cukup berumur panjang untuk mengarunginya, hidup sesuatu
yang menggetarkan hati?"
Dia terdengar sangat polos. Yeerk tidak akan membiarkan induk semangnya
bicara seperti itu. Tidak akan.
"Bahasa apa yang akan Dad pakai untuk berkomunikasi?" selidikku. "Jika ada
kehidupan di luar sana, jangan bilang mereka bisa bahasa Inggris."
"Kita bisa mencobanya dengan musik." kata Ayah dengan mudahnya. "Atau
matematika, bahasa universal." Matanya menatap Nora dengan penuh kasih sayang.
Sungguh murni. Sangat bukan-Yeerk.
Tapi aku perlu bukti. Bukti bahwa dia masih Ayahku saja dan tidak ada yang lainnya. Firasatku cukup
tidak enak. "Aku sebaiknya kembali ke kantor," katanya tiba-tiba, dan bangkit. Aku berdiri
di seberangnya. "Kalangan atas bilang bahwa jika pada akhir minggu ini, tim kami telah
menyempurnakan alat kecil ini, yang bisa, secara teori mengirim dan menerima
12 komunikasi lewat Zero-Space, kami akan menyajikan penemuan kami saat konferensi


Animorphs - 45 The Revelation di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bulan depan. Kalian berdua tahu 'kan apa artinya."
Ayah merangkul pinggangku dan Nora, dan mencoba mengangkat kami ke
udara. Mungkin dia memang Pengendali. Dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya
"Ini artinya berliburlah-dengan-keluargamu-ke
resort-di-gunung-biaya- ditanggung-perusahaan. HBO untuk si anak. Kolam renang untuk sang istri. Serbuan ke
mini-bar untuk semua orang. Kita bisa melakukannya saat akhir pekan. Pergi ke luar
kota untuk 5 hari penuh."
"5 hari?" tanyaku.
"Jika kau memilih untuk sekolah.."
"Enggak.." sahutku cepat. "Enggak, kok. Aku cuma memikirkan.." Aku menatap
mata Ayah. "Dad tahu 'kan, tanaman kita. 5 hari. Itu 'kan cukup lama. Mereka nggak
bakal bertahan tanpa Miracle-Gro4."
Ini test. Bodoh tapi perlu. Jika ada Yeerk di kepalanya, dia tidak akan
membiarkan Ayahku pergi lebih dari tiga hari. Siklus pemberian sinar Kandrona adalah
tiga hari. Yeerk tidak terlalu fleksibel dengan hal itu.
Ayah menatapku seolah aku idiot.
"Apa kau memahami apa yang aku katakan" Aku akan menarikmu dari sekolah.
Tidak ada bab bangun ruang. Tidak ada biologi. Anakku, tanamannya akan bertahan
dalam 5 hari." Ayah menjabat tangan Nora. "Aku harus pergi." Dia berhenti di pintu
depan dan berpaling pada kami.
"Kalian tahu?" katanya. "Penemuan Zero-Space ini" Ini penemuan besar.
Sangat besar. Kupikir hidup kita tidak akan jadi sama lagi."
4 Nama pupuk buat tanaman bunga dan sayuran.
13 BAB 3 Ax berseru untuk kedua kalinya. melakukan lompatan sejauh itu. Ini pasti ulah Yeerk.>
"Kenapa Yeerk mau memanfaatkan manusia untuk mengembangkan apa yang
sudah mereka punya" Itu aneh." Rachel mengintip dari balik buku matematikanya.
Kawan seperjuanganku yang kejam. Rachel tidak melulu memikirkan soal kecantikan.
Tidak, dia juga harus punya otak. Dia sebenarnya berencana untuk lulus ujian besok.
Kami ada di gudang jerami Cassie alias Klinik Rehabilitasi Satwa Liar. Tempatnya
sesak oleh binatang berbagai ukuran dan keterangan yang menempel di kandangnya,
ada yang menggaruk kandangnya, ada yang berkaok. Beberapa malah diam menonton
kami. Ax sedang tidak dalam wujud morph. Aku merasa kami riskan di sini, setelah
waktu makan malam. "Kau yakin kita aman, Cassie?" tanyaku. Cassie berpaling dari buku
matematikanya. Kuberitahu ya, itu konspirasi.
"Kau bercanda?" katanya. "Dokumentasi PBS tentang lemur" Sebuah pesawat
Dome bisa saja mendarat di halaman dan mereka bahkan tidak akan menyadarinya."
Orangtua Cassie itu dokter hewan, hanya mereka orang yang kutahu, suka
binatang " dan dokumentasinya " lebih dari Cassie.
"Ditambah.." sambungnya, sambil mengangguk ke arah elang ekor merah yang
bertengger di kasau. "..kita punya Tobias."
kata Tobias.
14 "Terlalu rumit." Aku membalas. "Apa kalian pikir Yeerk ingin dapat masalah
dengan menanamkan ide Zero-Space pada firma teknik yang remeh" Dan menunggu
ada orang menyambar idenya" Dan menunggu lebih lama lagi agar berita
pengembangannya bocor dan sampai ke KITA" Itu lambat dan nggak menyakinkan.
Bukan Yeerk." "Bisa saja hal ini lebih sederhana dari yang kita pikir." kata Jake tenang,
membaringkan diri di setumpuk jerami kering. Perang ini telah mendewasakan
sahabatku dengan cara yang tak bisa kau lihat. Tapi kau bisa tahu bahwa pikirannya tak
lagi seperti anak-anak. Sesungguhnya, itulah yang terjadi pada kami semua. "Mungkin
saja tidak ada alat Zero-Space sama sekali. Bisa saja Yeerk menyebarkan isu tentang
itu, tahu bahwa idenya akan menarik bandit Andalite seperti lebah pada madu."
"Isu?" kata Cassie ragu-ragu.
Ax memutuskan. dengan teknologi komunikasi Zero-Space.>
Tobias beralasan. Ayah Marco..> "Tidak," Aku berdiri dan mulai berjalan mondar-mandir. "Yeerk nggak
menguasai Ayahku. Nggak. Memang, kedengarannya buruk. Tapi, Ayahku bukan
Pengendali. Aku mengetesnya, sudah kukatakan."
"Mungkin dia membodohimu dengan perjalanan lima hari itu." kata Rachel.
"Jika dia tahu kau mengetesnya, dia bakal ikut bermain. Mengakalimu dalam
permainanmu sendiri."
"Dengar," kataku sungguh-sungguh dan berhenti mondar-mandir. "Mungkin dia
korban penipuan. Mungkin dia hanya orang polos di tengah-tengah anggota Yeerk di
kantornya. Tapi dia bukan salah satu dari mereka. Setidaknya belum."
Kenyataan itu menghantamku tiba-tiba. Dia pasti jadi yang selanjutnya di daftar
mereka. Dimana sebenarnya Ayahku saat ini" Di kantor seperti katanya pada kami"
Atau di kolam Yeerk" Dan kenapa.. kenapa mereka membiarkannya bebas selama ini"
Apa Yeerk benar-benar butuh pengalih perhatian, seorang manusia bodoh yang
kelihatannya tulus hanya agar samaran mereka tidak terbongkar"
15 Atau mereka hanya sedang menunggu saat yang tepat untuk menguasai dan
mengambil-alih Ayahku" Seperti malam ini.
kata Ax sungguh-sungguh. jebakan yang biasanya dipakai Yeerk, mereka malah membiarkan salah satu anggota
tim mereka tanpa Yeerk di dalam kepalanya. Ini akan menjadi pelanggaran keamanan
tingkat tinggi.> Aku merasa Jake memandangku, lalu menepuk bahuku.
"Bagaimana kita menanganinya, Marco" Ayahmu, keputusanmu."
Jake itu pemimpin yang diplomatis. Dia membuatnya sebagai kebijakan untuk meminta
masukan. Tapi, apa yang kuinginkan sekarang adalah kediktatorannya. Aku ingin dia
memerintahkan kami untuk menyelamatkan Ayahku.
"Entahlah." kataku malahan. "Bagaimana dengan pengawasan di kantor" Dia di
sana sekarang." Jake melirik Cassie. "Oke." katanya. "Pengintaian, mulai saja sekarang. Ax, Tobias tetap awasi Ayah
Marco sampai dia pulang ke rumah."
ITULAH saat aku menyadari kenapa Jake melirik Cassie. Dia bertanya padanya
apakah aku bisa dipercaya. Mereka melakukannya dalam sekejap mata.
Dan Cassie berkata 'tidak'.
Mereka pikir aku terlalu khawatir pada hal ini. Marco yang malang hampir
kehilangan orangtua di tangan musuh untuk yang kedua kalinya. Tentu saja, dia ingin
bertindak cepat. "Marco," sambung Jake. "Kau mengawasi di depan rumah. Aku akan mengecek
Erek dan melihat apa yang dia tahu. Kita akan membandingkan catatan besok pagi."
Ax morph jadi northen harrier dan mengepak terbang ke arah Tobias.
"Aku ingin pergi dengan mereka." kataku. "Sepertinya Yeerk akan menjadikan
Ayahku induk semang, jauh dari rumah."
"Ax dan Tobias akan mengurusnya." kata Jake. "Mereka tidak punya ibu tiri
yang menunggu di rumah. Tidak akan ada yang terjadi, walau tanpamu."
16 Apa dia sungguhan" Ada sesuatu dalam suaranya yang membuatku bertanyatanya.
"Kau tidak bisa yakin soal itu, Jake. Bagaimana jika sesuatu memang terjadi"
Aku ingin ada di sana."
"Kau akan ada di sana. Sekarang, kau pulanglah. Segalanya akan baik-baik saja."
Dia tersenyum, tapi matanya tidak.
Aku berjalan keluar dari gudang jerami dan mulai menyusuri jalan. Aku tidak
morph jadi burung. Aku ingin berjalan sebagai anak normal. Aku ingin berpura-pura,
walau sebentar, bahwa aku hanyalah anak biasa.
Tapi, pikiranku lebih tahu.
Jake, sahabat terlamaku tidak mempercayaiku untuk melakukan hal yang benar
saat keluargaku terlibat.
Aku akan menunjukkan bahwa dia salah.
17 BAB 4 BRRRIIIIING! Aku tersentak dari tidurku seperti pilot JI SAC yang waspada. Siap untuk
mengoperasikan pesawat.. nyalakan mesin, lepas landas!
Tunggu. Tidak, itu hanyalah dering telepon. Dan aku hanyalah Marco. Bocah
yang tertidur di atas buku matematikanya. Dengan iler dimana-mana. Mengerikan.
Brrrriing! Aku menyambar telepon di meja. Sudah kuangkat dan saat hampir kukatakan..
"Halo?" Dad berkata dengan suara grogi. Sepertinya kami telah mengangkat
telepon bersamaan. Dia belum sadar.
"Hei, ini Jack. Dari kantor."
"Jack. Ada yang bisa kubantu?"
Telepon ini untuk Ayahku, yang sudah pulang, selamat, dan sedang ada di
ranjangnya. Aku bisa angkat tangan. Seharusnya aku angkat tangan. Kulihat jam
tanganku. Pukul sebelas malam. Kenapa orang kantor menelepon selarut ini"
"Ini soal Russ." kata suara datar seorang pria. "Ada kecelakaan mobil. Russ
tewas." "Oh, Tuhan!" "Istri Russ.. dia histeris. Dia seperti.. kau tahu bagaimana. Kau pernah
kehilangan istri. Kami pikir kau pasti lebih baik dalam menenangkannya. Bisakah kau
mampir ke sana?" "Tentu." katanya.
Aku masih memegang telepon. Kudengar Ayah turun tangga, masih berbicara,
menanyakan alamat si janda.
18 Aku bertemu Russ di piknik perusahaan beberapa tahun lalu. Aku juga bertemu
istrinya. Terlintas di benakku malam saat Ibuku menghilang, meninggalkan luka di
hatiku ketika kusadari dia tidak akan pernah kembali.
"Hmm." kataku dengan keras. "Menyedihkan."
Perhatianku tertuju kembali pada PR matematikaku. Soal nomer 8. Aku
memicingkan mata. Sungguh sulit dipahami, tidak peduli berapa kali aku melihatnya.
Soal nomer 9.. Dan sesuatu menamparku. Sekilas, sekelebat kejadian. Kepingan puzzle yang
akhirnya bersatu. Bukan tentang soal nomer 9. Tapi panggilan telepon itu.
Seorang pria dari tempat kerja Ayahku tewas, pria yang bekerja dalam proyek
Z-Space. Telepon larut malam. Suara si penelepon yang mengatakan 'Kami pikir kau
pasti lebih baik dalam menenangkannya.'
Kami" Oh, astaga! Terlompat, segera aku membanting pintu kamar. Pintu elektris di garasi
berdebam pelan. Mobil Ayah baru saja keluar!
TIDAK! Ayahku mengemudi langsung ke arah jebakan dan aku tidak menguping cukup
lama untuk mendengar alamatnya.
Kujangkahi tiga anak tangga sekaligus. Mengecek catatan di dekat telepon.
Tidak ada apapun. Catatan di meja Ayah. Tak ada juga
Dimana rumah Russ" Dimana 'mereka' akan menunggunya"
Layar komputernya masih nyala "tidak ada screen saver. Di bagian bawah
layar ada window Yahoo! Maps yang diminimize. Aku menyambar mouse dan
mengkliknya. Bingo! 1366 Fairmount dan sebuah peta jalan jika aku berencana untuk
mengemudi ke sana. Tapi, tidak. Aku akan terbang. Dan aku butuh seseorang jika aku
19 ada apa-apa. Aku menelepon Jake. Jariku menekan tombol gila-gilaan sembari berjalan
ke pintu belakang. "Halo?" Itu bukan Jake. Suaranya serak dan kasar. Ini Tom.
Aku langsung terpaku. Telepon berdering di tanganku dan sebelum aku sempat
berpikir, ada suara di sana.
"Siapa ini" Kau yang telepon tapi kau diam saja. Siapa ini!" Tom akhirnya mulai
tidak sabar. Aku terguncang, agak malu. Aku membayangkan ada Yeerk di ujung telepon
sana. "Ini Marco." gerutuku. "Aku ingin bicara sama Jake. Maaf deh."
Tom mengomel dan akhirnya menutup telepon.
Kasihan Jake. Ada siapa lagi" Ax, Tobias. Mereka pasti sudah kembali ke hutan.
Cassie juga tidak mungkin, karena orangtuanya pasti di rumah. Rachel.
Aku menekan nomornya. Dia menjawab.
"Kau ingin nongkrong?" kataku. Selalu bicara dalam bahasa kode. Harus hatihati.
"Dimana?" "1366 Fairmount."
"Kapan?" "Lima menit lalu."
"Bilang apa soal lebih awal?"
"Uh-huh." Aku meletakkan telepon dan berjalan ke pintu.
Aku senang ada Rachel. Jika kau pikir situasinya bakal jadi buruk, kau pasti mau
Rachel di sisimu. "Marco?" Nora berdiri setengah tertidur di tangga. "Mana Ayahmu?"
"Dad" Dad cuma pergi ke toko. Mungkin dia ngidam Chunky Monkey. Dad pasti
cepat balik." Nora mempertimbangkan omonganku sebentar, sampai dia memutuskan
untuk percaya dan kembali tidur.
20 Aku keluar dan morph jadi osprey di halaman belakang. Berbahaya sih, tapi 'kan
gelap. Aku langsung mengepak keras-keras sebelum sayapku terbentuk sepenuhnya.
Terbang ke atas, ke atas, dan ke atas. Lampu jalan membuat gemerlap kota jadi
tampak seperti garis sederhana. Peta di Yahoo!. Aku menukik turun, merendah dan
lebih rendah lagi sampai aku menemukan mobil Ayah.
Hampir sampai! Aku menukik bagai pesawat akrobatik. Mendarat dan demorph di semaksemak.
Lampu menyala di lantai dasar. Gorden merah dan tebal melindungi jendela.
Bayangan bermain-main di baliknya. Siluet aneh dan pergerakan tiba-tiba. Perkelahian.
Dimana sih Rachel" Aku mengendap-endap menuju rumah itu, setengah merangkak agar kepalaku
tetap di bawah pagar. Aku berhenti di sebuah jendela dan menempelkan wajahku di
sisi jendela yang kira-kira gordennya tidak terlalu menempel ke birai.
"Ahhh!" Sebuah suara terganggu muncul dari suatu tempat di dalam ruangan
itu. Dua Hork-Bajir berdiri kaku, siaga. Di hadapan mereka, dua Pengendali-manusia
memaksa Ayahku duduk di kursi, mengikatnya, dan mengamankan dia di sebelah
kolam Yeerk portabel! Salah satu pria itu adalah Russ. Orang 'mati' yang ternyata masih hidup.
Aku langsung berdiri. Melupakan soal peringatan dan kehati-hatian dan
keamanan. Lupakan segalanya, kecuali Dad, kata instingku.
Tapi aku malah diam tak bergerak. Menyaksikan saat salah satu pria itu
mendorong kepala Ayahku ke pinggiran tangki. Ayahku memberontak, sebuah
serangan putus asa sebagai bentuk kengeriannya. Pria itu menampar wajah Ayahku.
Ayahku menendang kolamnya. Cairan di dalamnya tumpah, meluber ke pinggir
hingga ke atas karpet. Aku menonton semua itu, terkesima. Nyatakah ini" Inikah waktunya"
Lalu, kemarahan dan kebencian menjalar dari dalam tubuhku seperti bisikan iblis.
"Ini tidak boleh terjadi." kataku pelan. "Jangan Dad. Jangan lagi.."
21 Insting memerintahkanku untuk mengakhiri mimpi buruk ini, menerobos kaca
jendela, menghancurkan para Pengendali, membebaskan Ayahku.
Tapi, kau seorang Animorph, pikiran rasionalku mendebat. Seorang prajurit.
Kau harus membiarkan ini terjadi. Kau tidak bisa menyelamatkannya sekarang.
Bahkan, kebebasan sementara akan menjadi sebuah akhir. Para Yeerk tidak akan
berhenti hingga mereka menemukannya. Menemukanmu. Teman-temanmu. Kau harus
membiarkan ini terjadi. Ini adalah hal pintar untuk dilakukan. Satu-satunya hal yang
bisa dilakukan. Aku menyaksikan saat kepala Ayahku dipaksa masuk ke dalam cairan kental dan
keruh itu. Satu mata terbenam di bawah permukaan cairan. Dan yang lainnya terpaku
penuh kengerian pada siput tanpa rumah yang berenang mendekat. Semakin dekat.


Animorphs - 45 The Revelation di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semakin dekat... 22 BAB 5 "TIDAAAAAKK!" Aku mengangkat tinjuku yang besar dan hitam untuk memecahkan kaca. Aku
telah morph, tanpa sadar ataupun tanpa niat untuk itu. Gorila : ekspresi wajahnya
cukup menggambarkan perasaanku yang sesungguhnya " kemarahan yang terlalu
hebat untuk ditahan. Itu yang terjadi. Inilah akhir dari kepintaran dan awal dari
kebenaran. Crash! Aku memecahkan kaca dan menarik tubuhku lewat jendela yang hancur. Jutaan
keping berkilauan menghujani lantai. Udara malam yang dingin menghambur masuk di
belakangku. Gorden merahnya tersibak tak karuan.
Semuanya membeku. Semua mata tertuju ke arahku.
Aku menyambar benda yang paling dekat, sebuah kursi dari kayu ek, dan
mengayunkannya agar tidak menghalangi jalanku. Lengan gorila memang mirip mesin
alat berat. Kau hanya berpikir, aku akan menggerakkannya, dan itulah yang terjadi.
Tanpa dorongan. Tanpa usaha apapun.
Kursi itu membentur dan pecah ke arah cermin di dinding. Kaca pecah ini, akan
jadi kartu panggilanku. dengusku.
"Andalite," si pria 'mati' meludah.
Dua Hork-Bajir penjaga menyergap. Memburuku, mengitari sebuah sofa kulit
gelap, kaki siletnya mengoyak kulit pelapis sofa itu saat mereka melintasinya.
23 Aku menyambar senjata terdekat, bola kaca dari sebuah lampu lantai.
seringaiku, dan melemparkan bola kaca itu bagai bola
bebas. Salah satu Hork-Bajir gagal menangkapnya seperti kentang panas. Dia terjatuh
ke belakang dan membenturkan kepalanya sendiri ke meja. Idiot-idiot ini rupanya
bukan pemain bola pro. Aku berteriak pada Ayahku,
memalsukan suaraku agar terdengar lebih berat.
Aku melihat dia memiringkan lehernya, memaksakan diri melawan tangan
manusia yang marah. Tiang lampunya masih berada di genggamanku, sebuah tiang panjang dari besi
tempa. Whack! Whack! Whack! Dengan cepat, kupukul Hork-Bajir kedua tepat di lutut, di perut, dan di
kepalanya. Dia terjatuh ke tanah. Gedebuk, lalu berdebam dengan keras.
Aku mengangkat sofanya ke samping.
Ayahku berteriak lagi. Aku berbalik untuk melihat kepalanya meluncur kembali
ke kolam! Lumpur keruh dan kental meleleh di pipinya!
Dan siput Yeerk mulai merayap menuju telinganya!
Ini mungkin saat-saat paling aneh dalam hidupku. Dalam sekejap mata,
segalanya berubah. Live action menjadi slow-motion. Aku melihat masa depan Dad di
tanganku. Kedua tanganku sendiri. Aku menyerbu ke depan, lenganku memanjang, tanganku terulur. Lamban..
terlalu lamban! "Ahhhh!" Yes! Aku menangkap sebagian punggung licin siput Yeerk dengan jari-jari
raksasaku dan merenggutnya dari kepala Ayahku. Kubanting siput itu ke lantai.
Si Pengendali-manusia mundur. Aku meraih kursi dimana Ayahku terikat dan
meluncurkannya melewati lantai, langsung ke arah dinding. Ayahku mengutuk dan
24 menendang-nendang, tapi masih terikat di sana. Setidaknya dia bebas. Itulah yang
paling penting. Aku meraup kolam Yeerk-mini itu dengan tanganku dan mengangkatnya.
Ratusan galon cairan Kandrona tumpah ruah di lantai. Satu-satunya siput Yeerk
abu-abu terapung-apung dalam semburannya. Siput itu terantuk salah satu sisi meja
dan tersapu ke arah pintu belakang yang terbuat kaca. Saat hampir menabrak bagian
bawah pintu, aku membuka pintu itu. Cairan terkuras dengan cepat ke teras di luar.
Ada kecipak pelan saat Yeerk itu akhirnya terjatuh.
Kataku pada orang-orang yang masih berdiri
terpaku. Aku mengambil langkah menuju mereka dan apa yang masih tersisa dari
kepercayaandirinya. Mereka telah melihatku menghabisi dua Hork-Bajir. Mereka tahu
pasti, aku bisa merobek lengan mereka dari pangkalnya.
Aku mengambil langkah lain "dan ekspresi mereka berubah. Mereka
tersenyum dengan separo seringaian yang identik. Ini tidak masuk akal. Tidak, sampai
aku sadar mereka tidak menatap ke arahku.
SSSSEEEWW! SSSSEEEWW! Dua silet berjalan menjerit ke arahku! Dua Hork-Bajir baru!
Aku menghindar tapi pedang-pedang itu menyerempet kepalaku. Aku
menghantam lantai. Terbirit-birit di bawah meja makan. Kedua Hork-Bajir itu tepat di
belakangku. Aku menolakkan sebuah kursi ke arah mereka. Salah satu Hork-Bajir itu
menendangnya. Aku meraih sebuah kursi berlengan, menggenggam erat kaki-kakinya, dan
melemparkannya ke belakangku untuk menghalangi mereka. Mereka bertarung
dengan gumpalan kapas dan busa cukup lama untukku melakukan lompatan
melampaui sofa yang hancur dan melambungkannya ke udara. Mengubah mereka
menjadi seperti alat pelantak!
Aku menggeram. Merasa sedikit terangkat.
Kuharap Russ mengasuransikan rumahnya.
Ka-plash! Bam! 25 Aku kehilangan kedua Hork-Bajir, tapi berhasil menghancurkan peralatan
elektroniknya. Salah satu Hork-Bajir mulai tertawa. Paling tidak, itulah yang kupikir sedang dia
lakukan. Aku mundur dan menabrak dinding. Mereka menerjang ke arahku, pisau-silet
mengudara, mulut berbentuk paruhnya terbuka. Whoa. Benar-benar napas yang
berbahaya. Aku melihat ke atas. Ke bawah. Ke kiri. Ke Kanan. Pasti ada jalan untuk
menyelamatkan diri. Senjata yang belum aku gunakan!
Satu cakar Hork-Bajir mencekik leherku dan memaksaku mundur.
Aku megap-megap, mencari udara dan mencoba meninju perutnya. Tidak
sampai. Wajahku diliputi kesakitan, kepalaku mulai berputar-putar.
Aku terengah-engah. aku harus pulang.> Mereka punya tepat satu detik untuk berpikir bahwa aku sudah gila.
"Roooooaaaaarrrr!"
Sepasang telapak tangan berbulu seukuran raksasa dengan cakar yang bisa
mencincang salmon sebelum kau bisa bilang "Iox," menghantam kepala Hork-Bajir itu
bersamaan. Aku bahkan tidak ingin menggambarkan apa yang Rachel lakukan setelahnya.
Katakan saja, Yeerk-Yeerk itu tidak akan membuat masalah untuk sementara.
kataku kesal, tersungkur pada dinding, darah
menodai catnya. jawab Rachel, mengalihkan mata
beruangnya pada Ayahku. 26 BAB 6 DAD nggak pernah terlihat setakut sekarang ini. Dia sangat pucat. Seputih
kertas. Dia juga gemetaran.
Weeeeeeeooooo! Weeeeeeeeooooo!
Suara sirene terdengar dari jauh. Mereka datang kepada kami. Aku melakang
maju. Ayahku gemetar ketakutan seakan dia mengira aku akan membunuhnya.
Marco, dasar idiot, kau ini gorila yang menyeramkan! Bicara padanya, katakan
sesuatu. Buat dia percaya padamu.
kataku berusaha menyamarkan suara.
Mata Ayahku berpindah dari si kera ke si beruang, tampak
tidak terlalu yakin. kata Rachel hanya padaku. lakukan dengannya">
yang terlibat penelitian Z-Space itu jadi Pengendali. Sekarang setelah Ayahku
diselamatkan bandit Andalite, nggak ada jalan keluar untuknya.>
Aku berhenti sebentar, memandang ruang keluarga yang benar-benar
berantakan. Apa yang sudah kulakukan" Aku sudah sinting. Semua urusan ini sinting.

Aku menunggu Rachel untuk menjawab. Dia hanya diam. Aku menganggapnya
sebagai tanda bahwa dia setuju.
katanya tiba-tiba.
Aku maju, bergerak tiba-tiba, melepaskan ikatan Ayahku, dan menyambar
pinggangnya. Dia menegang dan melawan, berteriak-teriak putus asa.
geramku.
27 Dia menendang sekali lagi, lalu terdiam. Aku membawanya keluar lewat pintu
belakang, lewat lumpur Yeerk setinggi mata kaki. Rachel membuntuti. Kami menerjang
mobil Dad yang terparkir. Aku melepaskannya di depan pintu pengemudi.
Aku berlari ke sisi penumpang dan merenggut pintunya. Whoops! Terlalu keras.
Pintunya hampir terlepas dari engselnya.
dengus Rachel.
Aku mengangkat bahu, lalu melontarkan diri ke dalam mobil dan
menyandarkan kursi belakang sedemikan rupa, yang mana sangat tidak ada
pengaruhnya. Kepalaku berputar ke arah dashboard. Sebuah kaki dan sebuah lengan
menggantung di bekas pintu samping mobil itu.
Ban mobil polisi berdecitan di sudut perempatan, tertinggal di belakang sekitar
lima blok. Beberapa polisi mungkin bebas, tapi sebagian besar pasti Pengendali.
Kenapa harus menebak-nebak mana yang akan datang"
Ayahku gemetaran saat memegang kunci seperti orang tua. Napasnya cepat
dan tercekat. tanya Rachel.
kataku.
Mesinnya mulai terbatuk dan menyala. Rachel kembali menyelinap di antara
semak-semak. Polisi mulai memenuhi jalanan.
teriakku. Ayahku terlalu takut untuk tidak patuh.
Segera, kami meluncur saat sinar menyilaukan dan sedan putih berdecitan pada halte
di jalan 1366. Aku menengok ke belakang lewat lubang bekas pintu.
Aku memanggil ke arah kegelapan, tidak yakin jika dia bisa
mendengarkan.
Sebuah van meluncur melewati mobil patroli dan ngebut ke arah kami.

Kami melaju perlaham melewati seorang pria yang trauma di kendaraannya.
Ayah berpaling ke jalan yang akan membawa kami pulang.
28 teriakku. "Tapi... putraku," dia terengah-engah. "Istriku.
aku memerintahnya.
Aku tidak bisa membiarkannya. Terlalu berbahaya. Nora mungkin saja sudah
ada dalam kendali Yeerk...
Van itu menabrak kami dari belakang. Sentakannya membuat kepala kami
terlempar ke belakang. Aku menoleh lewat bahuku. Dua Hork-Bajir berada di dalam
kendaraan itu. Salah satunya bergantung di pintu gesernya. Di dalam, aku hanya bisa
menebak. Enam atau tujuh atau bahkan lebih.
Ayah hanya ternganga ngeri.
Tapi, dia malah membeku. Aku harus
mengambil alih. Kusambat setirnya. Meregangkan dan menekan kaki raksakaku di
gasnya, tepat di atas sepatu Ayah.
Skreeeeeee! Kami mengemudi seperti di Formula One.
"Ahhhh!" jerit Ayah. Entah karena aku menginjak kakinya atau karena cara
mengemudiku yang ternyata lebih buruk dari yang kukira. Aku menyalakan lampu
merah, membanting setir keluar jalur, menyalip di antara lalu lintas jalan raya.
Atau aku mencobanya.. Klakson-klakson menjerit protes. Aku merasa sedikit bersalah saat menyerempet sebuah Jeep Cherokee. Dan juga Hodge itu. Juga Hondanya.
Tapi, kami tidak kehilangan van-nya!
Aku pindah dari jalur satu. Jalur dua. Jalur tiga. Jalur empat.
Van itu masih saja menempel di bumper kami!
Tanda lalu lintas. Keluar 54...
Scrrrrrreeeeeeekkk! Aku mengerem, membuat ban meninggalkan bekas di
jalanan. Aku membelok melewati empat jalur lalu lintas itu, dari jalur paling kiri ke arah
jalur keluar. 29 Screeeeeeek! Para Yeerk itu masih saja mengikuti.
perintahku. Ayah mematuhinya.
Aku menoleh. Yeerk itu memutar terlalu tajam. Mereka meluncur.. ,
meluncur.., dan akhirnya tergelincir ke arah pembatas beton.
Kaaachoomp! Tabrakan mengerikan terjadi saat kami kabur dari pandangan.
Ada pengemudi yang buruk, dan ada pengemudi yang lebih buruk.
Lingkungan rumah sangat sepi, semuanya tidur. Ini sudah lewat tengah malam
dan langit bersih dari bintang-bintang. Akhirnya kami berbalik ke jalan dua jalur.
"Kau ini siapa?" kata Ayah sembari menginjak rem dan menengakkan bahu.
"Kau ini apa?" antara mereka yang mencari kami sekarang. Jika kau tidak terus mengemudi...>
Mobilnya berhenti. Ayah membuka pintu dan melontarkan dirinya keluar. Ia
mulai berlari. teriakku. Tertatih di parit saluran air, bangkit, dan menyebrangi ladang penuh alangalang.
Aku memaksa diriku keluar dari mobil dan mengejarnya. Hanya ada satu hal
yang harus dilakukan. Tapi, semua yang aku pikirkan hanyalah orang terakhir yang
kutahu, orang terakhir yang akan mengetahui rahasia Animorphs.
Ayah akan berakhir bagai tikus dalam perangkap. Selamanya. Kami yang
melakukannya. Kami harus melakukannya.
Aku memanggilnya lewat bahasa-pikiran. Dalam suaraku sendiri.
Dia terpaku. Berbalik. Dan menatapku.
Dalam remang cahaya lampu depan mobil, aku mulai demorph. Dengan
perlahan, untuk berubah dari monster menjadi anak laki-laki tepat di depan mata
Ayahku. Ayah masih terpaku bagai patung, matanya membesar. Tepat saat aku sudah
sepenuhnya berubah, aku melihat air mata menggenang di matanya.
"Ini aku," kataku segera saat mulut manusiaku terbentuk.
30 Ayahku tergagap parau. Ia berjalan ke arahku melewati alang-alang.
"Bagaimana" Aku tidak mengerti."
Dia menyentuh rambutku, wajahku, pundakku. Lalu ia merangkulku.
Memelukku. Air matanya di pipinya menetes di pipiku sendiri.
"Bagaimana?" tanyanya lagi.
"Ceritanya panjang, Dad. Ceritanya sangat amat panjang."
31 BAB 7 KAMI memesan burger dari restoran buka-sepanjang-malam di pinggiran kota.
Tempatnya terlalu mirip tempat pembuangan sampah dan tidak mungkin Yeerk akan
mengeceknya. Kuharap sih. Lagipula, kami makan di dalam mobil, di sudut gelap
tempat parkir.

Animorphs - 45 The Revelation di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kuberitahu Ayah segalanya. Hampir segalanya.
Ceritaku entah bagaimana telah membuat dia termangu. Ayah tampak
terpesona, sekaligus tidak percaya. Dia terus menggelengkan kepala keras-keras setiap
kali segalanya yang kuceritakan, yah.. memang terlalu banyak untuknya.
Saat aku berhenti bicara, untuk pertama kalinya Ayah berkata bahwa dia harus
menelepon Nora. Kubiarkan dia melewati tempat parkir menuju telepon umum.
Kubiarkan dia menekan nomor teleponnya.
"Sayang, ini aku," kata Ayah. "Yah, aku baik-baik saja."
Aku bisa mendengar Nora di ujung telepon. Berteriak, khawatir, takut.
"Aku sedang dengan Marco," katanya lagi. "Dimana" Kami ada di..."
Aku memutuskan sambungan dan menyambar gagang telepon dari telinga
Ayahku. Dengan marah, kuhempaskan benda itu.
Dia menatapku. "Apa itu?" tuntutnya.
Untuk pertama kalinya sejak kejadian mengerikan yang terjadi di rumah Russ,
ini terasa seperti Ayah yang kutahu. Ayahku yang sesungguhnya. Ayahku yang berpikir.
Figur Ayah yang berwenang. Untuk pertama kalinya sejak aku demorph, pandangan
matanya tampak berjarak. "Kenapa kau lakukan itu?"
Aku mulai berjalan kembali ke mobil. Dia mengikuti.
"Kubilang, apa maksudnya tadi?"
Aku duduk di kursi penumpang. Ayah duduk di sebelahku dan membanting
pintu. Setidaknya, ada pintu yang bisa dia banting
32 "Dad tahu apa sebenarnya maksudku tadi," kataku tenang. "Jika Dad
mendengarkanku, Dad bakal tahu kalau sekarang Yeerk sudah menyusup masuk rumah
kita, mungkin malah menyadap telepon kita. Aku bertaruh mereka sedang duduk di
sofa kita sekarang, menunggu Dad untuk masuk ke rumah, jadi mereka bisa?"
"Hentikan," kata Ayah marah. "Hentikan itu. Aku mendengarkanmu, Marco.
Aku mendengar setiap katanya. Tapi, kau harus mengerti... Aku tidak punya bukti,
tidak... bagaimana bisa aku bpercaya semuanya yang kau katakan" Kau berubah wujud
dari gorila menjadi anakku. Tapi, aku yang mengira aku melihatnya. Aku sedang
ketakutan. Aku sedang disiksa, kemudian diculik. Mungkin pikiranku menipuku.
Mungkin ini hanya mimpi."
Sebelum dia selesai bicara, aku sudah setengah jalan.
Kulitku mengeras, kemudian menghitam, lalu menipis bagai cangkang telur.
Kaki dan lenganku memendek sampai tidak ada yang tersisa untuk menopangku. Aku
jatuh ke arah kursi, mengecil, dan mengecil hingga remah dari roti burger tampak
bagai bongkahan batu, dan kebutaan melenyapkan pandanganku.
Shloooooop! Pinggangku menyusut hingga sekian milimeter, membelahku menjadi dua.
"Ya Tuhan!" Ayahku menjerit. "Oh, tidak!"
Aku sedang berubah menjadi semut. Tapi aku tidak akan menunggu sampai
naluri semutnya muncul. Tidak.
Aku mulai demorph. Kubiarkan Ayah menontonku dan segala hal mengerikan serta keanehan dalam
proses morph. Kubiarkan dia duduk di sana, sendirian, dan semakin dekat dengan
kenyataannya yang baru, saat aku demorph menjadi anak laki-laki lagi. Dan mulai
morph lagi. Bulu-bulu tercetak di kulit dalam 2 dimensi, lalu menjadi 3 dimensi. Bulu-bulu
mulai tumbuh dan keluar saat tubuhku menyusut dan kepalaku berubah. Hidungku
mengeras dan menjadi berujung tajam serta b _____. Jari-jariku, walaupun menjadi
lebih kecil, tumbuh semakin kuat, dan menjadi cakar pengoyak daging. Mataku
menajam, menjadi sejernih penglihatan manusia super.
33 Lagi, aku mulai proses kembali menjadi bocah manusia. Kembali ke bentuk yang
Ayahku kenali sebagai anaknya.
"Aku punya sekitar duapuluh binatang lain yang bisa ku-morph." kataku saat
bulu terakhirku menghilang. "Mau lihat lobster-ku?"
Aliran keringat dingin mengalir di sisi kepala Ayahku. Dia tidak perlu melihat
yang lainnya. Aku telah menakutinya, membuatnya ngeri. Membuatnya gugup, cemas, dan
khawatir. Dia sedang menanganinya. Untuk seorang pria yang kenyataannya baru saja
dijungkir-balikkan, dia menerimanya dengan cukup baik.
Dia memandang lewat kaca depan mobil dan sejenak menatap suatu titik di
kejauhan. Matahari sudah hampir terbit. Dan memberikan potongan dunia kami yang
suram, sebuah gambaran. Ayah menatapku kembali.
"Aku paham," katanya pelan. "Aku paham. Kau seperti ada di neraka."
"Ada di neraka dan kembali." Aku tersenyum. "Beberapa kali malah."
Ayahku balas tersenyum. "Aku akan membawa Dad ke beberapa temanku, Dad." kataku. "Dad bisa
bersama mereka sampai kami memutuskan . . ."
"Whoa," Ayahku menjawab dengan cepat. "Apa kau gila" Ayah akan ke polisi."
"Dad, para Yeerks itu polisinya. Aku tidak bisa membiarkan Dad
melakukannya." Dia kembali terkejut dan bingung. "Apa maksudmu kau tidak bisa
membiarkanku" Aku Ayahmu. Aku yang memberitahumu apa yang harus dilakukan."
Tidak dalam hal ini, Dad. Tidak dalam dunia ini.
"Dad, tentu saja Dad ayahku," kataku, melawan arus emosi. Dan akan sangat
bagus jika ada yang harus membuat keputusan untukku lagi, aku menambahkan dalam
diam. "Aku sayang Dad. Aku menghormati Dad. Tapi aku telah berjuang dalam perang
ini untuk waktu yang lama. Aku sudah melewati lebih banyak misi, lebih banyak
pertarungan, dan lebih banyak melihat hal-hal mengerikan yang hanya bisa Dad
bayangkan. Ini pertarunganku. Perangku. Aku dan teman-temanku, kami tahu apa yang
terjadi. Dad tidak."
34 Ayah mengerutkan dahi padaku, dan kembali memandang matahari yang
sedang terbit. "Kau ceritakan apa yang sedang terjadi." sahutnya pelan.
"Tidak semuanya. Aku melupakan sesuatu."
Dad tertawa sinis. "Biar kutebak. Visser Three adalah ayahmu, Ibumu Andalite,
dan aku sama sekali tidak ada hubungannya."
"Tidak." jawabku. Bahkan sama sekali tidak mendekati. Tanganku mencengkram kulit jok. "Mom bukan Andalite. Dan dia tidak tenggelam. Dia adalah
induk semang Visser One. Mom sudah jadi budak si Visser sejak sebelum ia
menghilang." Wajah Ayah memucat. "Maksudmu, Eva?"
"Maksudku Mom."
Dad bersandar ke depan. Kepalanya membentur kemudi. Kedua tangannya
menutupi wajahnya. "Ya, Tuhan," katanya.
"Dia masih hidup."
"Aku tidak tahu . . ."
Dia kembali menyandarkan punggung ke
kursi. Kepalanya membentur
penyandar kepala. "Jika saja aku menunggu . . ." Dad menutup mata, dan
membukanya. Lalu dia meraih laci mobil, merogohnya, dan menarik satu pak rokok
dan sebuah pematik. Dia mengambil satu dan menyalakannya.
"Dad, apa yang Dad lakukan?" kataku lembut. "Dad berhenti merokok lima
tahun yang lalu. Matikan."
Dad memandangku dan melemparkan rokoknya keluar.
"Aku mencintai Nora," katanya. "Aku mencintai dia seperti aku mencintai
Ibumu." Kata-katanya membuat tenggorokanku tercekat. Tidak. Tidak bisa. Nora
memang baik, tapi . . . dia adalah guru matematika.
Ibuku adalah segalanya. Tapi, Dad mencintai Nora. Entah mengapa, hal itu jadi hal baru bagiku.
35 Kepeningan dan sakit kepala menyerangku bagai batang besi. Kepalaku
berputar. Matahari yang tengah terbit menjadi terlihat kejam dan tidak pantas.
"Aku akan membawamu ke tempat teman-temanku." kataku pelan.
"Kemudikan mobilnya kembali ke kota."
Ibuku ada di tangan musuh. Aku merasa hanya aku satu-satunya yang peduli.
Dad mencintai wanita lain.
Aku berharap aku bisa menjaga omonganku.
Semestaku, impianku, runtuh.
36 BAB 8 KAMI keluar dari jalan raya pada sebuah pintu keluar tidak jauh dari rumah
kami. Tapi, kami tidak akan pulang ke rumah.
Ini jam enam pagi. Jam sibuk dimulai. Siapa sangka orang-orang meninggalkan
rumah mereka di pagi buta. Berguling dari tempat tidur untuk pergi ke sekolah tepat
waktu adalah penyiksaan bagiku. Potongan rambut Dad membuatnya tampak kasar,
namun ia tetap membiarkannya. Mengetahui bahwa Mom telah melakukan sesuatu
yang lucu pada wajahnya. Membuatnya terlihat kaku dan kasar, juga berbeda.
"Belok sini," Seruku. "Rumah ketiga dari kanan."
Semua rumah di perumahan ini terlihat baru, besar dan tampak sama, dengan
dua garasi mobil di setiap ujung jalannya.
"Rumah dengan Lab hitam yang halamannya bocor?"
"Hu uh." Kami memarkir mobil, berjalan di halamannya dan membunyikan bel. Aku
menunggu sambil menatap jalanan. Van Hork-Bajir teringat jelas. Aku mengamati
sebuah mobil yang melaju keluar dari garasi di ujung jalan.
Aku mendengar Erek menuju pintu.
"Dad, ini akan sangat aneh."
"Please," Dad berkata tenang. "Gak akan seaneh itu."
"Dad, hanya saran, saat kau bertemu Animorphs, jangan pernah katakan gak
akan seaneh itu. Karena kami selalu aneh."
Erek King " Erek si Chee- membuka pintu.
"Uh-oh." Melihat ke arah Dad lalu padaku.
"Yah, aku tahu." Kataku.
"Apakah ia?" Erek bertanya penuh kewaspadaan.
Aku mengangguk. Erek menggapai lengan kami dan menggeret kami ke dalam.
Pintu terbanting di belakang kami. Kami berdiri di dalam ruang tengah Mr.King,
37 ruangan normal yang tertutup taman bermain anjing Chee yang berantakan, beberapa
kaki dibawah kami. Mata ayahku menerawang sofa. Kemudian mulutnya ternganga. Ia
tersandung menabrak dinding.
Mr.King duduk di sofa sedang menonton kami. Cukup normal. Kecuali ia tidak
mengenakan pakaian. Tidak berkulit juga. Ia sedang duduk santai dengan alami,
dimana menurutnya adalah duduk-duduk dengan tubuh android. Bukan dengan
hologram manusia. Saat Mr. King menyadari Dad sedang terperangah, hologramnya segera
berpendar lagi pada tempatnya.
"Ingat para Chee?" Tanyaku. "Ras android kuno yang diciptakan oleh kaum
Pemalite dan diciptakan untuk kedamaian. Aku sudah cerita padamu."
"Benar." Kata Dad lemah. "Aku cuma berfikir kau sedang menarik kakiku."
"Erek." Panggilku. "Yeerk hendak menangkap ayahku. Dengan sedikit informasi
yang ayahku punya mengenai transponder Z-space. Lalu Dad membuat para Yeerk
marah karena telah menggagalkan rencananya untuk memasukan siput ke telinganya.
Apa kau bisa menyembunyikannya disini tanpa melanggar programmu" Dan bisa kau
melenyapkan mobilnya?"
"Tidak masalah." Jawab Erek. "Tentu saja ia boleh tinggal. Apa ia suka anjing?"
Dad melirikku. Kami sepertinya memiliki perasaan yang sama terhadap anjing
Nora, Euclid. Jengkel dan kasihan bercampur dengan rasa sayang yang hampir tidak
ada sama sekali. Tapi, anjing Nora adalah anjing yang bisa disebut anjing sebenarnya.
"Aku sangat menyukainya." Kata Dad memaksa tersenyum.
"Erek," Kataku. "Ada satu hal lagi. Ayahku telah dinyatakan hilang. Itu berarti
setiap sub-Visser di kota ini mencari petunjuk, akulah petunjuknya. Jika aku dinyatakan
hilang juga"jika mereka berfikir kami berdua hilang?"
"Mereka akan menanyakan teman-temanmu."
"Cukup gawat kan?"
"Yeah, tapi kami bisa mengatasinya." Ujarnya. "Jangan khawatir. Kami akan
menunjukkan pada Yeerk apa yang ingin mereka lihat: kau dan ayahmu. Masih hidup,
38 sehat, dan tidak tahu apa-apa." Sebelum kami sempat berkedip, Erek telah berubah
menjadi duplikat Dad yang sempurna.
"Apakah ia morf menjadi diriku?" Kata ayahku melongo.
"Bukan. Erek adalah android, ingat" Dan itu adalah hologram."
"Oh," Katanya segera paham. "Oh, wow." Jiwa insinyur dalam dirinya baru saja
tertendang. Keinginan tahuan teknisnya bangkit. Ia mengulurkan tangan untuk
menyentuh hologram Erek. Tangannya menembus "kulit" Erek.
"Whoa." Pekiknya. "Sulit dipercaya! Erek, kau haus memberitahuku tentang
proses kejanya. Aku ingin tahu semuanya." Ia menarik tangannya kembali, lalu
menyentuhnya lagi, kali ini di bagian pinggangnya.
Erek mengerutkan kening seolah Dad telah menyalahi martabatnya, tapi ia
tetap bersikap sopan. "Kita akan ngobrol lagi nanti." Katanya sambil dengan lembut
menarik tangan Dad dari dalam perutnya.
"Benar." Dad merasa malu. "Jadi, kau bisa meniru hologram aku dan Marco"
Bagaimana dengan Nora?"
Erek dan aku bertukar pandang. Kami tahu ini sudah terlambat.
"Kami akan melakukan apa pun yang kami bisa." Ujarnya. "Tapi kau harus tahu
Yeerk bergerak cepat. Kau harus siap untuk kemungkinan terburuk."
Aku menatap sedih wajah lelah Dad, dan perutku terasa terbenam. Aku
mempertaruhkan hidupku hampir setiap hari pada segala macam misi gila, namun aku
tidak memilih untuk mempertaruhkannya demi Nora. Sekarang, ia mungkin sudah
tidak tertolong lagi dan ini semua salahku.
Kurasa Dad tidak akan menerima kenyataannya.
"Mereka tidak akan menyentuhnya." Aku berbohong. "Ia ada di sekolah hampir
sepanjang hari. Semuanya akan baik-baik saja."
Dad terlihat agak lega. "Ikutlah denganku." Kata Erek mengganti hologram Dad dengan seorang anak
seukuran Jake. Kami menuju tangga. Aku berjalan di samping Erek.
"Kau tahu, Yeerk tidak membuang-buang waktu untuk merasuki Dad. Mereka
hampir mencoba membunuhnya. Bagaimana jika mereka mencoba membunuhmu?"
39 "Aku bisa tahan dengan serangan sinar Dracon tingkat rendah."
"Tapi gimana kalau kekuatan penuh?"
Erek mengangkat bahu. "Tergantung dari sudut tembakan, durasi, dan
keberuntungan. Marco, programku hanya melarang untuk melakukan kekerasan,
bahkan dalam keadaan darurat. Dan tidak melarangku mati."
"Yeah, aku mengerti."
Kami mengikuti Dad menuruni tangga ke basement. Kemudian, seperti yang ku
ingat, lantai mulai turun seperti elevator. lima lantai berhenti lalu dinding di belakang
kami menghilang menjadi lorong bercahaya keemasan.
Kami berada di ruagan luas bercahaya. Rerumputan di bawah kaki kami
terbentang luas. Aliran sungai kecil dan bunga-bunga liar menghiasi sekitar. Kupu-kupu
dan lebah bergerombol di sekitar bunga, serta tupai-tupai naik-turun dari berbagai
pohon. Sekeliling taman dipenuhi ratusan bahkan ribuan anjing yang bahagia dan
bermain, yang diawasi oleh Chee berbentuk android.
"Mereka adalah Chee." Erek menjelaskan pada Dad. "Mereka akan berbaik hati
padamu selama kau tinggal disini."
Dad mengenyakan diri di rumput di bawah pohon. Dua hingga tiga anjing
berlari untuk menyambutnya. Seekor anjing kampung remaja mulai menjilati wajahnya
dan terus menjilati sampai akhirnya Dad memutuskan untuk membelainya.
"Kau janji akan menjaganya?" Aku berkata pada Erek. Aku melirik Dad yang
matanya telah menutup sekarang. Ia telah terlelap dengan anjing masih menjilati
wajahnya. Dua Chee mendekat. Salah satunya meletakkan bantal dibawah kepala Dad.
Satunya lagi menutupinya dengan selimut.
Erek tersenyum. "Kurasa ia akan baik-baik saja."
40 BAB 9 Aku orang terakhir yang tiba di gundang jerami. Rachel segera membuang
pandangan saat mata kami bertemu. Jadi, ia telah menceritakan pada semuanya.


Animorphs - 45 The Revelation di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tobias memelototiku dengan tatapan serius elangnya. Yang lain juga tidak telihat lebih
ramah. "Silahkan." Suaraku gemetaran. "Kalian bisa bilang aku ini sudah gila, bodoh,
dan benar-benar gak waras!"
Hening. Apa yang kuharapkan" Aku sudah menunjukkan pada Jake bahwa ia
tidak bisa mempercayaiku. Aku sudah melakukan apa yang sangat ia takutkan.
Kali ini aku tidak melakukan hal yang benar.
Aku telah membiarkan perasaanku mengalahkan akal.
Dan aku tidak merasa lebih bahagia daripada teman-temanku.
"Tak ada alasan lagi." Akhirnya aku berkata. "Inilah yang terjadi. Sedetik
kemudian aku berjanji untuk membiarkan Yeerk merasuki ayahku, detik berikutnya aku
berjuang melawan selusin Hork-Bajir."
Kata Ax.
"Terserahlah." "Apa kau tahu artinya?" Jake berkata tenang.
"Tentu saja." Aku menatap semuanya kemudian kembali pada Jake. "Artinya
tidak akan ada lagi ujian matematika." Tak ada yang tersenyum. Aku terduduk di
tumpukan jerami dan menenggelamkan kepalaku di tangan, kepalaku gemetara karena
lelah. Aku hanya ingin berbaring sejenak.
"Aku tahu." Kataku. "Maafkan aku."
"Tidak apa-apa, Marco." Cassie berkata ramah. "Tak ada yang bilang ini akan
mudah bagimu. Aku tahu aku juga tidak bisa" tidak bisa melihat Yeerk mengambil
orang tuaku." "Dan kau gak seharusnya begitu." Rachel berkata kasar. "Cassie benar. Marco
bertindak seperti manusia." Ia diam sejenak. "Ini pertama kalinya."
41 "Itu tindakan ceroboh." Kata Ax dengan wajah cemas aliennya. "Kau bertindak
sendirian di depan umum."
Tobias
menggema.
"Aku sudah selangkah lebih maju di depanmu tahu, bocah-burung." Aku
berkata lelah. "Erek dan aku sudah punya rencana."
"Kita tidak bisa merubah apa yang sudah terjadi." Jake berfilosofis. "Intinya
sekarang adalah kita mengetahui perangkat Z-space benar-benar ada."
"Dan kita harus mendapatkannya!" Rachel.
Aku menggelengkan kepala. "Misi yang mustahil. Jika Yeerk telah
mengendalikan semua orang di lab dan tahu kita mau mengambil alatnya, ini bunuh
diri namanya. Dan untuk apa kita melakukannya?"
"Kalau kita bisa mendapatkan alat itu, kita akan mendapatkan komunikasi
langsung ke alam semesta." Jawab Rachel. "Seperti handphone antar planet."
Ujar Ax.
"Kalian tahu maksudku" Aku bicara tentang komunikasi yang sangat penting.
Komunikasi langsung dengan armada Andalite."
Tobias bergumam.
Rachel menghela nafas. Cassie meliriknya.
"Dari laporan terakhir yang kita punya," Sambung Cassie. "Bumi bukanlah
prioritas utama bagi Andalite. Apa gunanya jika kita bisa menghubungi armada yang
tidak bisa atau tidak mau membantu kita?"
"Kita masih gak yakin akan hal itu." Aku membalas. "Gak ada sumber informasi
yang kita dapat secara langsung."
Rachel berdiri. "Ada apa sih dengan kalian" Apa kalian gak sadar bahwa tranponder Z-space
berarti akses ke semua transmisi Z-space. Benarkan, Ax?"
"Jadi, itu bukan sekedar telepon rumah." Rachel mendebat. "Itu adalah
kesempatan untuk menghalangi transmisi Yeerk."
42 Aku merasa seperti orang idiot karena tidak menyadari sebelumnya.
Seberapa banya kesempatan untuk menjadi pengamat antar planet"
Kesempatan untuk mengacaukan telepon Yeerk"
Ax ragu-ragu, mulai berjalan mondar-mandir kemudian berbicara lagi.
Aku
bersumpah ia berusaha mengatasi dirinya dari kata-kata yang tersedak. <"lebih unggul
dari teknologi Yeerk.>
"Lihat," Seruku. "Apapun alat ini, dan seberapa rumit pun alat ini, alat ini dibuat
dengan menggunakan komponen manusia, kan?"
Ax tampak semakin kesal. roket sederhana. Sedangkan ras kami sudah lebih unggul jauh sebelum Z-space
ditemukan. Ras kami sudah siap untuk tantangan, dan sudah dipersiapkan untuk
perjalanan dan komunikasi dimensi zero.>
"Aku tahu, Ax." Kataku. "Manusia itu konyol dan belum dewasa. Tapi kau
melupakan satu hal. Jika alat itu dibuat dengan komponen buatan manusia, ayahku
seharusnya mampu membuatnya lagi."
Kali ini, suara tersedak sungguhan.
"Maksudku, seharusnya kau bisa membuatnya lagi dengan bantuan Dad."
Pernyataan itu nampaknya bisa diterima oleh Ax.
Jake mengangguk. "Ax?"
"Baiklah," Seru Jake. "Ayo lakukan. Ini terlalu penting untuk tidak dicoba."
43 BAB 10 Ax dan aku sempat terenyak oleh beberapa komplek rumah yang sangat mirip
satu sama lain sampai bamm! Kami tepat berada di depan rumah Erek.
Sesaat lalu kami mendarat pada rumput liar tebal yang berada di antara kolam
renang dan deretan semak belukar. Untuk pertama kalinya aku sadar jika Chee tidak
bisa berperang mungkin mereka juga dilarang menyakiti lingkungan. Dan pupuk
termasuk merusak lingkungan.
Ujar Ax, sambil demorf dibalik pohon kemudian mulai
membenamkan kuku-kukunya yang baru terbentuk ke dalam semak-semak. dan lezat.> Aku baru saja ingin melontarkan lelucon tapi mulutku sudah setengah jalan
berubah bentuk dari paruh Osprey ke bibir manusia, membuatku susah berbicara.
Ax morf lagi ke bentuk manusia lalu kami berjalan dengan susah payah
melewati semak ke pintu belakang.
"Ini disebut teras." Ax mengamati. "Paddy. Paddy-Ohhh."
"Uh-uh, dan ini namanya teras rumah. Ayolah."
Dapurnya sungguh bersih dan terang. Aku berjalan melewati ruang tengah.
Sangat terlihat normal dengan sofa, kursi, dan segala pernak-perniknya. Sebuah TV
menyala tanpa suara. Menampilkan gambar presiden yang sedang berpidato di depan
murid SMA. "TV nya sudah menyala selama setahun." Kataku.
Aku menoleh ke arah tangga, Ax tidak ada di belakangku.
"Ax?" Tidak ada jawaban, hanya terdengar suara berisik dari dapur.
Aku perlahan mundur dan melihat pintu kulkas menjeblak terbuka. Ku intip dari
atasnya. Para Chee sungguh ramah, ada susu dan kue yang menunggu kami dari dalam
lemari es dan sepertinya Ax memutuskan waktunya cemilan.
44 "Orr-ee-ooh!" Serunya, menatapku dengan mata melebar. Dagunya penuh
dengan remah-remah dan gumpalan cokelat.
"Ayolah!" Perintahku.
"ORR-EE-OOH?" Kadang-kadang mudah sekali melupakan bahwa bocah ini adalah prajurit.
Di bawah tangga, kami bertemu Erek yang menunggu kami di dekat pintu
masuk Dog Park World nya.
"Dimana Dad?" Tanyaku, melihat sekeliling dengan cemas. Dipikiranku, aku
takut ayahku memutuskan untuk pergi menyelamatkan Nora. Chee tidak akan punya
kekuatan untuk menghentikannya.
Tapi Erek menunjuk pada sebuah pohon di sudut taman yang bercahaya.
"Dia disana..."
Dad sedang berbaring nyenyak dengan beberapa anjing meringkuk di
sekelilingnya. Saat ia melihatku, ia berbisik "ssshh" kemudian menunjuk pada anakanak anjing yang sedang tidur.
Ia terlihat santai. Hampir terlalu santai. Mungkin ia mencoba menghadapi
kenyataan baru dan membiarkan kenyataan itu menghadangnya.
"Dengar, Dad." Aku berbisik di sekitar para anak anjing. "Aku dan temantemanku butuh bantuanmu. Hasil kerjamu pada transponder Z-space adalah hal
terpenting yang pernah terjadi pada kami. Itu mungkin saja bisa mengubah segalanya."
"Kurasa aku pernah dengar kata-kata itu kemarin." Jawabnya letih.
"Bisa kau buat lagi, Dad?"
Pertanyaan itu nampaknya telah membangunkannya dari mimpi indahnya. Ia
segera bangkit duduk dan anjing-anjing pun berhamburan pergi.
"Tapi aku harus kembali ke lab." Ia melanjutkan. "Segala perhitungan..perlengkapan dan belum lagi komponen-komponenya, mustahil sekali
kalau tidak kembali kesana."
"Kami tidak mengijinkan anda kembali kesana." Ax berkata datar. "Yeerk telah
mengendalikan semuanya. Mereka mungkin sedang menunggu anda disana. Aku
45 berpengalaman dalam teori medan Z-space. Mungkin aku bisa membantu"membantumu membuat alat itu lagi."
Dad memandangku bingung seolah-olah mengatakan, "Siapa bocah ini?" . Ax
terlihat seperti bocah SMP biasa yang kikuk. Walaupun mungkin lebih tampan dari
kebanyakan anak lainnya. Pasti karena ia punya DNA-ku.
"Tidak apa-apa, Dad. Ingat" Kau pernah bertemu Ax beberapa waktu lalu dan
kau juga pikir ia agak aneh. Itu karena dia adalah Andalite sungguhan. Adik laki-laki
Elfangor. Tunjukan padanya, Ax."
Dad mengibaskan tangannya. "Tidak, tidak perlu. Benar, sekarang aku ingat.
Aku sudah mendengar banyak tentangmu?"
Tapi Ax sudah terlanjur morf ke bentuk aslinya. Mata tangkainya mencuat dari
atas kepalanya. Mulutnya mengerut ke dalam hamparan kulit biru. Sebuah pisau ekor
berkilau tumbuh melewati kepalanya. Kaki tambahan muncul dari panggul.
Dad ternganga takjub. "Mau makan lalat?" Godaku.
Ia menutup mulutnya dan berkedip beberapa kali. "Aku sungguh gak percaya."
Kurasa, semua jenis ilmu pengetahuan diam-diam mempercayai alien. Pertama
Erek, kemudian Ax. Dad pastilah merasa senang.
Tanya Ax.
"Oh, well, kami telah berhasil mendeteksi radiasi substellar dengan
menggunakan prototype bulan lalu. Perubahan fase yang diukur sangat sesuai dengan
teori kami. Kami akan, maksudku telah mencoba transmisi getarannya."
Pembicaraan itu membuat Ax tertarik, tapi membuatku pusing.
transmisi manusia yang menggunakan kode morse.>
"Tepat."
"Pelajari cara merangkak dulu baru berjalan." Aku tidak mengomentari siapasiapa.
46 "Tapi ada kendala besar." Ujar Dad. "Kita tidak bisa mendapatkan peralatan
dan komponen yang diperlukan. Benda-benda itu tidak semudah benda-benda yang
bisa didapatkan di toko radio."

"Tentu." Timpal Dad. "Aku juga suka, tapi mereka tidak menjual kordinator
stellar. Mungkin para Chee bisa membantu kita?"
perang dan kehancuran.> Ax menjelaskan.
"Kalau gitu gak ada harapan." Seru Dad, kemudian berbaring kembali di bawah
pohon. "Dad, dad, dad, jangan remehkan anakmu ini. Pencurian- atas dasar keadilan
dan kebebasan " adalah salah satu bakat yang dimiliki Animorphs. Jika kau
mengingnkannya, akan kami dapatkan."
Dad nampak terganggu. "Marco, kau tidak bisa?"
"Jangan khawatir. Kami cuma mengambilnya dari perusahaan para pengendali,
dan kami akan mencari segala cara untuk membuat segalanya baik-baik saja saat
perang usai." "Tapi hal itu tidak benar."
"Dad, tidak ada lagi yang benar."
Ia terdiam sejenak. Kemudian ia bangkit dan menatap kami.
"Baiklah anak-anak, ayo kerjakan."
47 BAB 11 "Aku tidak sabar untuk segera menjauh dari orang-orang gila di kantor." Dad
memasukkan beberapa pakaian dalam dan celana pendek ke dalam koper terbuka di
atas ranjang. "Aku bahagia bisa menjauh dari hari-hari gila itu. Orang-orang jadi tergilagila pada beberapa alat elektronis yang mungkin tidak akan bisa menyala."
Aku berdiri di sampingnya, di dalam kamarnya di rumah, membantunya
mengepak barang. Dad mengambil kamera dari laci dan melemparkannya ke
tumpukan pakaian. "Jadi, Dad" Saat kita pergi ke Acapulco nanti, bisa kita menyewa Jet Ski?"
"Benda itu mencemari udara dan membuat kebisingan." Jawabnya sambil
melipat kaus yang bergambar orang Hawaii sedang berteriak. "Dan sangat berbahaya.
Apa kau mau bertanggung jawab atas pencemaran lingkungan?"
"Tidak, aku hanya ingin melayang di atas air dalam lima puluh mil per jam dan
melompati ombak setinggi sepuluh kaki."
"Coba lihat," Ujarnya.
"Kenapa kita tidak menunggu Nora mendapat cuti saja sih" Kenapa kita harus
pergi sekarang?" Desakku.
"Aku sudah memberitahumu, Marco." Jawabnya seraya melempar baju renang
belel ke dalam tas. "Karena aku harus menjauh dari pekerjaanku untuk sementara.
Sudah jelas, alat bodoh yang sedang ku kerjakan itu milik seseorang, dan aku berada
dalam bahaya karenanya. Diculik dan ditahan oleh orang-orang berpakaian konyol"
Aku tidak butuh keruwetan semacam itu. Biarkan orang lain yang menyelesaikannya."
Itulah hal terakhir yang kudengar dari Dad.
Kemudian ada ledakan dahsyat. Pintu kamar meledak dan serta merta empat
orang pengendali berpakaian polisi bergegas memasuki ruangan.
Dad membeku dan tercengang.
48 Kemudian, empat sinar Dracon menyala dan menyatu pada sesosok manusia.
Untuk sepersekian detik, aku melihat baju, rambut, kulit, semuanya menguap
meninggalkan kerangka hitam yang bermahkota cahaya dalam cahaya yang bersinar.
Tubuhnya menguap menjadi gumpalan asap. Lantai hangus tertera di lantai
menandakan tempat dimana Dad tadi berdiri.
Lalu, empat senapan mengarah pada seorang bocah. Mengarah padaku, Marco.
Aku bahkan tak sempat berteriak saat tubuhku hilang terbakar.
Karena itu bukanlah aku. Bukan pula ayahku. Orang yang Yeerk pikir adalah
kami telah mati. Kemudian Yeerk pergi dan aku mulai demorf. Aku ingin melihat peristiwanya


Animorphs - 45 The Revelation di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pedang Medali Naga 3 Pengemis Binal 13 Dendam Ratu Air Raja Pedang 7

Cari Blog Ini