Ceritasilat Novel Online

Dalam Mihrab Cinta 4

Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy Bagian 4


kewajiban-kewajibannya, tugas-tugas utamanya akan segera
terlupakan. Dan saat itu hanya tinggal menunggu datangnya
kebinasaan. "Sudah tidak terhitung lagi jumlahnya pelajar dan
mahasiswa yang gagal karena skandal cinta. Tidak terhitung
jumlahnya pemimpin besar dunia yang terpuruk karena
skandal cinta. Apakah kau mau menambah panjang daftar itu
dengan memasukkan namamu.
"Penuntut ilmu jika jatuh cinta pada lawan jenisnya,
maka ilmu itu tidak akan bisa melekat pada akal, pikiran dan
hatinya. Sebab akal, pikiran dan hatinya telah dikotori oleh
bayangan semu kekasih hatinya. Ada pujangga Arab yang
menulis sajak begini Zul,
Jika aku sedang sibuk dengan gadisku Yang parasnya
laksana cahaya pagi Maka aku enggan memikirkan yang lain
"Maka, aku ulangi lagi saranku yang pertama, jika kamu
ingin sukses dan berhasil lupakan wanita itu. Saat ini
berkonsentrasilah sepenuhnya untuk menuntut ilmu. Jika ia
jodohmu selesai S2 aku doakan semoga bertemu. Dan
bertemu dalam keadaan yang paling baik dan paling barakah.
Jika dia tidak jodohmu, semoga kau dianugerai jodoh yang
12 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lebih baik dalam segalanya dari wanita itu."
Zul diam saja di tempatnya. Ia tidak membantah, juga
tidak mengiyakan. Tapi ia mendengarkan dengan seksama.
Pak Muslim jarang sekali bicara serius seperti ini. Jika Pak
Muslim bicara seperti ini artinya masalah yang terjadi
memang sudah parah. Pak Muslim mengambil nafas sebentar
lalu me-lanjutkan, "Saranku yang kedua Zul, jika kau tidak bisa mengikuti
saranku yang pertama, aku sarankan kau untuk men-datangi
wanita itu secara jantan. Dan nikahi dia. Luapkan seluruh
cintamu padanya. Dan hiduplah dalam keluarga yang sakinah
mawaddah wa rahmah.Menikah itu jauh lebih baik daripada
kau hanya memikirkan dia siang malam sampai sayu seperti
mayat hidup. "Jika kau memilih saran yang kedua ini, aku akan
membantumu semampuku. Aku akan meminjami modal
untuk pernikahanmu semampuku. Aku bersedia mengantarmu menemui wanita itu, juga bersedia membantumu menemui keluarganya. Dan jika ini yang
kauambil, aku minta kau jangan berhenti kuliah. Tetaplah
lanjutkan kuliah. Hiduplah sehemat mungkin. Tetaplah
bertahan sampai lulus. Kau harus lebih giatbekerja dan
berusaha. Sebab kau tidak hanya menanggung beban hidup
dirimu sendiri, tapi juga menanggung orang lain.
"Jika saranku yang kedua juga tidak bisa kauikuti, maka
aku punya saran ketiga, yaitu ya terserah kamu. Hiduplah
sesukamu. Terus seperti sekarang juga boleh. Tapi dengan
memohon pengertiannya aku minta kau meninggalkan rumah
ini. Bukan kami tidak sayang dan tidak menghargai kamu.
Sama sekali tidak. Kami menghargai kamu, dan cara
hidupmu. Tapi perlu kamu ketahui juga, cara hidupmu yang
hanya malas-malasan, banyak melamun dan berangan-agan
itu dapat meracuni kesehatan lingkungan rumah ini. Cara
hidupmu yang mulai tidak memikirkan membayar flat adalah
cara hidup orang yang tidak bertanggung jawab. Itu dapat
merusak rasa saling percaya yang telah tercipta dengan indah
di rumah ini. Jika kau pilih saran yang ketiga ini, kami akan
membantumu mengangkatkan barang-barangmu, juga akan
membantumu menemukan tempat yang kauanggap cocok bagi
cara hidupmu. Kau masih boleh bermain ke sini, tapi tak bisa
13 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tinggal di rumah ini. "Itulah Zul, tiga saran yang bisa aku sampaikan
kepadamu. Kau bisa memilih salah satunya. Dan kami tidak
keberatan sama sekali yang mana yang kamu pilih. Tapi jika
boleh berharap saya pribadi berharap kaupilih yang pertama.
Maafkan aku jika harus berlaku tegas padamu. Untuk sebuah
kebaikan ketegasan tidak ada salahnya dilakukan. Dan ini
pun terpaksa aku lakukan setelah melihat perkembanganmu
yang tidak juga menunjukkan ada perbaikan."
Setelah menyampaikan tiga saran itu, bisa juga disebut
tiga opsi untuk Zul, Pak Muslim diam menunggu reaksi Zul.
Keheningan menyelimuti kamar itu sesaat lamanya. Zul
tampak sedang mengolah saran Pak Muslim yang diseganinya
itu. Pak Muslim yang selama ini sangat baik padanya.
Bahkan, ia masih punya hutang beberapa ratus ringgit
kepadanya untuk membeli sepeda motor butut, dan Pak
Muslim tidak pernah menyinggung-nyinggung hal itu sama
sekali. "Begini Pak," Suara Zul memecah keheningan. Pak
Muslim langsung mengangkat mukanya dan menatap Zul
penuh perhatian. Zul merubah sedikit posisi duduknya lalu menyambung
perkataannya, "Saya minta maaf dan saya menyesal sekali jika
kelakuan saya selama ini buruk. Dan itu membuat tidak
nyaman rumah ini. Saya akui Pak, saya sedang tidak stabil.
Saya berterima kasih sekali atas kesabaran Pak Muslim dan
teman-teman selama ini. Saya juga berterima kasih atas
saran-saran Pak Muslim. Saya telah menimbang ketiga saran
itu. Terus terang saran yang pertama saya rasakan akan berat
bagi saya. Saya kuatir saya akan semakin jatuh, semakin
tidak bisa menahan perasaan yang mendera hati ini. Adapun
saran yang ketiga, saya juga berat menerimanya, sebab saya
masih tetap ingin menjadi orang baik dan sukses Pak. Saya
bersyukur bertemu dengan orang seperti Bapak dan temanteman yang masih mau mengingatkan
dan menasihati. Jika saya pilih yang ketiga, saya rasa saya akan binasa. Dan jika
saya terus begini, Bapak benar, saya akan binasa.
"Maka saya memilih saran yang kedua Pak. Lebih baik
saya menikah saja dengan gadis itu. Dia masih gadis Pak. Dan
baik hatinya." Pak Muslim mengangguk-anggukkan kepala.
"Jadi kau benar-benar akan menikahi dia?"
"Iya Pak." "Kau mantap?" "Mantap Pak. Toh sudah saatnya saya menikah.
Sekarang atau besok sama saja, saya harus menikah."
"Kau siap dengan segala risikonya?"
"Siap Pak. Mas Yahya sudah memberikan gambaran yang
jelas. Bapak tadi juga menambahkan penjelasan. Saya harus
14 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bagaimana jika menikah?"
"Bagus! Itu baru lelaki! Kalau begitu kau harus
semangat, kau akan menikah Zul! Kau akan jadi suami! Kau
akan jadi kepala rumah tangga! Kau akan jadi ayah! Ayo
semangat!" "Iya Pak! Saya akan bangkit! Saya akan semangat!"
"Bagus! Kenapa tidak begird sejak dulu-dulu itu Zul,
hah!?" "Jadi Bapak benar-benar mendukung saya menikahi
dia?" "Menikah kan baik, kenapa tidak saya dukung.
Sudahlah, kapan kau akan menemui dia, aku akan menemani
kalau perlu. Dan kapan kau akan melamarnya?"
"Bagaimana kalau aku temui dia besok Pak?"
"Bagus semakin cepat semakin bagus! Sekarang kau
harus melihat kembali jadwal-jadwalmu. Harus kautata.
Jadwal kuliahmu. Jadwal kerjamu dan lain sebagainya."
"Iya Pak. Baik!"
"Besok ya berangkat menemui dia?"
"Iya Pak." "Jam berapa Zul."
"Pagi-pagi saja Pak sebelum jam delapan. Dia biasa
berangkat kerja jam delapan."
"Baik. O ya sebaiknya kau telpon dia dulu. Agar dia tidak
pergi." "Baik Pak." Pak Muslim gembira melihat Zul kembali ceria. Orang
jatuh cinta memang begitu. Jika harapan bertemu dengan
yang ia cintai datang ia akan hidup penuh semangat dan
harapan. Zul sendiri merasakan matahari kehidupannya yang
selama ini redup kini kembali bersinar terang.
Zul langsung turun ke bawah mencari wartel. Satu wartel
telah buka, ia langsung menghubungi nomor Mari. Berulang
kali nomor itu ia hubungi namun tidak bisa nyambung. Ia
agak kecewa. Ia kuatir Mari ganti nomor. Ia juga menyesal
kenapa selama ini ia ragu-ragu dan gamang setiap kali mau
menghubungi nomor Mari. Tiga bulan lebih, sejak kejadian
percobaan pemerkosaan di rumah Mari itu, ia tidak
berhubungan dengan Mari. Ia kuatir Mari telah pindah
rumah. Tapi ia yakin Mari akan mudah dicari. Jika pun
pindah rumah, teman-teman Mari pasti masih ada yang
tinggal di situ. Sorenya Zul kembali mencoba mengontak nomor Mari,
tapi tidak berhasil juga. Berkali-kali operator seluler
menjelaskan nomor itu sedang tidak aktif. Zul kembali ke flat
dengan hati kecewa. Namun Zul tetap bersemangat besok pagi
berangkat ke Subang Jaya untuk menemui Mari dan
mengungkapkan isi hatinya. Teman-teman satu rumahnya
15 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendukung langkah yang akan diambil Zul. Rizal bahkan siap
membantu mencarikan rumah yang harga sewanya murah
untuk pasangan keluarga. Yahya menyemangati Zul untuk
bangkit dan tidak kehilangan semangat.
Malam itu, untuk pertama kalinya Zul tidur dengan dada
terasa lapang. Dan malam terasa segar dan ringan. Tidak
seperti malam-malam sebelumnya yang ia rasakan terasa
sumpek dan berat. Terbitnya harapan yang terang dalam hati
membuat hidup terasa ringan dan menyenangkan.
*** Pagi itu ia telah bangun sebelum azan Subuh
berkumandang. Mengetahui hal itu Pak Muslim sangat
bahagia. Zul agaknya mulai mendapatkan kembali nyawanya.
Selesai shalat Subuh Zul dan Pak Muslim langsung meluncur
dengan KTM ke KL Sentral. Dari KL Sentral mereka naik bus
Rapid KL ke Subang Jaya. Jam tangan Pak Muslim menunjukkan pukul 07.25
ketika mereka turun dari bus dan memasuki kawasan
perumahan Taman Subang Permai. Hati Zul berdegup
kencang ketika ia merasa semakin dekat dengan rumah Mari.
Sepuluh menit kemudian mereka telah sampai di depan
rumah Mari. Zul agak terkejut. Rumah itu sepi. Dan di pintu
rumah serta di pagar gerbang rumah itu ada kain kuning yang
terbentang bertuliskan: For Sale/For Rent. Dan ada nomor
telpon di bawahnya. "Ini rumahnya Zul?"
"Iya Pak." "Kauyakin." "Tak mungkin salah Pak. Itu nomornya 8A."
"Berarti mereka telah pindah. Dan mungkin telah lama.
Kaubaca kan rumah itu ditawarkan untuk dijual atau disewa."
"Iya Pak, terus bagaimana ini Pak?" kata Zul murung.
"Kau masih bersemangat untuk mencarinya?"
"Tentu Pak. Sampai ke ujung dunia pun kalau perlu."
"Wah kau ini, jawabanmu itu kayak lakon di film saja."
"Tapi aku harus menemukan dia Pak?"
"Gampang. Coba kita tanya tetangga sebelah. Siapa tahu
mereka tahu ke mana pindahnya Siti Martini dan temantemannya."
"Iya Pak." Mereka berdua lalu bertanya pada tetangga sebelah
kanan rumah itu. Yang mereka tanya seorang wanita Melayu
setengah baya yang sedang menggendong anak kecil. Ketika
Pak Muslim menanyakan perihal Siti Martini dan temantemannya yang pernah tinggal di rumah
No.8A, wanita itu menatap penuh curiga. Pak Muslim menangkap kecurigaan
wanita itu. la menegaskan bahwa dirinya bermaksud baik,
tidak ada maksud jahat. Wanita itu malah masuk ke dalam
rumah tanpa berkata apapun. Pak Muslim merasa ada yang
16 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tidak beres. Dua menit kemudian wanita itu keluar sambil
membawa koran. la berikan koran itu pada Pak Muslim.
"Sila Encik bace berita itu baik-baik!" kata wanita itu. Pak
Muslim membaca berita di koran yang ditun-jukkan oleh
wanita itu. Pak Muslim membaca dengan seksama dengan
wajah dingin. Zul yang berdiri di sampingnya turut membaca.
Baru membaca tiga baris Zul langsut berkata setengah teriak,
"Tidak mungkin! Tidak mungkin ini terjadi!"
Wanita itu memperhatikan Zul dengan wajah heran
bercampur curiga. Pak Muslim menuntaskan bacaannya
sampai akhir. "Tenang Zul, ini baca dulu sampai akhir baru kita pikir
dengan jernih," kata Pak Muslim tenang.
Dan dengan mata berkaca-kaca Zul membaca berita yang
membuat hatinya remuk redam. Dengan jelas ia membaca
nama inisial Siti M yang turut ditangkap pihak polis. Selesai
membaca berita di koran itu airmatanya meleleh. Dengan
suara lirih tertahan ia berkata pada dirinya sendiri,
"Sia-sia aku menolongnya. Sia-sia aku mencintainya."
Pak Muslim menukas pelan, "Tenang Zul. Sabar!"
"Seminggu yang lalu polis menangkap mereke. Mereke
semua penghuni rumah itu. Mereke semua perempuan lacur.
Mereke menjadikan rumah itu markas pelacuran. Sekarang
mungkin sedang dibui. Kalau boleh tahu Encik berdua ini ada


Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hubungan apa dengan mereke berdua ya?"
Pertanyaan wanita muda itu membuat Pak Muslim agak
tergagap. Ia sempat bingung menjawabnya. Tapi spontan ia
menjawab, "Dia ini adiknya, salah satu kakaknya ada yang tinggal di
rumah itu. Dia ingin mengetahui keadaan kakaknya."
"Aduh kasihan. Kakak awak sekarang di dalam bui. Ya
tapi begitulah semestinya balasan untuk pelacur, perusak
moral masyarakat." Hati Zul semakin perih. Ia mengajak Pak Muslim segera
pergi meninggalkan tempat itu. Matahari harapan yang
sempat bersinar di dalam hatinya kini sama sekali padam. Pak
Muslim mengerti dengan kesedihan Zul. Beliau membesarkan
hati Zul dengan berkata, "Ini skenario Allah yang terbaik Zul. Kau jangan malah
lemah. Kau justru harus kuat. Sekarang fokuskan untuk
belajar. Percayalah Allah akan memberimu ganti yang lebih
baik. Percayalah!" "Iya Pak, insya Allah ini jadi pelajaran sangat berharga
bagi saya. Doakan saya ya Pak. Dan jangan bosan menasihati
dan membimbing saya." Jawab Zul sambil menyeka
airmatanya yang meleleh di pipinya.
*** Sepuluh 17 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sudah sepuluh jam Zul di Perpustakaan Akademi
Pengajian Islam Universiti Malaya. Sejak jam delapan pagi
sampai jam lima sore. Matanya terasa berat. Kepalanya seperti
berdenyut. Inilah hari kelima ia memenjarakan diri di
perpustakaan. Empat hari sebelumnya di Perpustakaan
Fakulti Pendidikan. Hari ini ia berada di Perpustakaan Akademi Pengajian
Islam untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan kecil penulisan
ayat dan hadis. Ia menulis tentang pendidikan pesantren dan
dampaknya terhadap kedewasaan berpikir masyarakat
Indonesia. la menyempitkan wilayah kajiannya pada
pesantren-pesantren di Pati. la sudah bertekad tesisnya harus
selesai ia perbaiki dalam satu minggu. Para guru besar yang
menilai tesisnya memberi catatan agar ia memperbaiki
tesisnya dalam waktu satu bulan.
Perpustakaan Akademi Pengajian Islam itu telah sepi. Di
lantai dua hanya tinggal dirinya saja. Petugas perpustakaan
telah mengumumkan dua puluh menit lagi perpustakaan
tutup. Zul berdiri sejenak. Ia menggerakkan tubuhnya dengan
memutar kedua tangan ke kiri dan ke kanan. Kepalanya ia
jatuhkan ke kiri dan ke kanan. Setelah itu ia merapikan
buku-buku yang baru saja ia baca. Kertas-kertas berisi
catatan-catatan penting untuk memperbaiki tesisnya ia
periksa sesaat. Lalu ia masukkan ke dalam map plastiknya.
Setelah merasa tidak ada yang ganjil ia turun ke bawah.
Di bawah, keadaan sudah sepi. Yang ada adalah petugas
perpustakaan empat orang dan dua orang gadis melayu yang
juga sedang berkemas dan siap pergi. Che Mazlan, petugas
perpustakaan paling ramah menya-panya dengan tersenyum,
"Sudah ketemu semua yang dicari Ustadz?"
Karena memakai kopiah putih Zul dipanggil Ustadz. Ia
hanya menjawab dengan senyum dan menganggukkan kepala
dengan ramah. Kepalanya mulai terasa pening. Ia berjalan ke
tempat meletakkan tas. Mengambil tasnya. Memasukkan map
plastiknya ke dalam tas. Dan melangkah keluar. Ia lihat jam
tangannya. "Ashar baru mau masuk." la merasa harus segera mengisi
perutnya yang sejak pagi hanya terisi sepotong roti canai dan
segelas air putih. Ia bergegas turun ke tempat parkir. Sepeda
motor tuanya begitu setia menunggunya. la ambil helm. Dan
beberapa jurus kemudian dengan pelan namun pasti Honda
butut itu membawanya meluncur ke kantin kolej 12.
Sore itu kantin kolej 12 padat pengunjung. Kantin yang
dikenal paling murah di seluruh kawasan Univesiti Malaya itu
begitu hidup. Padat bergairah, namun tetap rapi dan bersih.
Ada lima belas cafe dan kedai. Sore itu semua buka. Bisa
dipastikan sembilan puluh sembilan persen pengun-jungnya
adalah mahasiswa. Termasuk dirinya. la memilih SR Cafe,
atau Sila Rasa Cafe. la ambil nasi, sayur kangkung, ayam
18 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
goreng dan sambal. Seorang penjaga SR Cafe berkerudung
coklat muda bertanya, "Minum apa Dik?"
"Teh O15 panas Kak." Jawabnya sambil meletakkan
piringnya yang penuh nasi dan lauk. la memang mengambil
nasi dengan porsi banyak. Sebab ia merasa sangat lapar.
Sepuluh jam duduk serius di perpustakaan telah membuat
tenaganya terasa terkuras habis.
"Berapa Kak" Tambah minum Teh O panas,"
tanyanya pada kasir. "Empat ringgit dua puluh sen."
15 Teh O = Teh murni tanpa susu atau campuran lainnya. Jika pesan dengan menyebut teh
saja tanpa bilang O akan diberi teh tarik. Teh tarik adalah teh campur susu yang
dikocok. Ia keluarkan lima ringgit. Lalu kasir berwajah bulat
berkerudung putih itu memberinya uang kembali. Tiga keping
uang logam. Lima puluh sen, dua puluh sen, dan sepuluh sen.
Total delapan puluh sen. Zul melangkah mencari tempat yang kosong. Ia
lemparkan pandangan matanya ke segenap arah. Hampir
semuanya terisi. Di pojok sebelah kanan tampak sepasang
mahasiswa China meninggalkan tempatnya. Ia segera
bergegas ke sana. Ia melangkah cepat. Jika tidak ia kuatir
akan didahului orang lain. Piring bekas makan mahasiswa
China ia singkirkan dengan tangan kiri. Sementara tangan
kanannya masih memegang piringnya. Seorang petugas
kantin agaknya tahu ketidaknyamanannya. Petugas itu
dengan sigap langsung membersihkan meja itu. Ia letakkan
tasnya di atas meja, lalu piringnya. Meja berwarna putih itu
dikelilingi empat kursi alumunium. Ketika hendak menyantap
ia teringatbelum mengambil minumannya. Ia kembali ke SR
Cafe dan mengambil Teh O-nya. Mejanya masih utuh, belum
ada yang menempati. Zul mulai makan kenikmatan luar biasa. dengan lahap. Ia merasakan "Hmm benar kata pepatah China, rasa lapar adalah koki
paling hebat di dunia." Lirihnya pada diri sendiri. Sesekali ia
melongokkan kepala memandang ke kiri dan ke kanan.
19 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Melemparkan pandangan kalau-kalau ada mahasiswa
Indonesia yang ia kenal. Namun ia rasa agak aneh, sore itu
dari sekian pengunjung tidak ada satu pun mahasiswa
Indonesia yang ia kenal. Bahkan si Edy, si Gugun, si Rizal dan
si Emil yang biasanya ada di kantin Kolej 12 pada jam seperti
itu pun tidak ada. Ia terus makan. Seorang mahasiswi berwajah India
hendak minta ijin untuk duduk di depannya. Tampaknya
mahasiswi itu agak ragu. Mahasiswi itu tidak jadi duduk satu
meja dengannya. Mahasiswi itu memilih mencari tempat yang
lain. Sambil makan ia tenggelam dalam lamunannya. Ia
melamun tentang masa depannya. Selesai master ia harus
bagaimana" Langsung pulang ke Indonesia dan mencari
peluang kerja atau usaha, ataukah langsung saja melanjutkan
studi mengambil program doktor" Kalau pulang ke Indonesia,
di mana ia akan pulang" Ke tempat siapa" Ia merasa sudah
tidak memiliki siapa-siapa. Sejak kecil ia tidak melihat ayah
dan ibunya. Menurut cerita Pakdenya, ibunya yang bodoh adalah
korban penipuan. Ibunya kerja di sebuah pabrik di Semarang.
Di tempat kerjanya ia kenal dengan seorang lelaki. Lelaki itu
mengaku dari Lampung. Ibunya terpikat oleh penampilan dan
mulut manis lelaki itu. Ibunya ikut saja ketika lelaki itu
mengajaknya menikah secara siri. Asal sah menurut syariat
tapi belum dicatat secara resmi di KUA. Pakdenya sebagai wali
satu-satunya tidak menyetujui. Pakdenya menginginkan kalau
menikah ya menikah serius. Diumumkan terang-terangan dan
dicatat secara resmi di KUA. Namun lelaki itu beralasan,
keluarga besarnya harus datang ke Demak jika nikah besarbesaran. Dan ia masih harus
mengumpulkan biaya untuk itu.
Nikah siri adalah solusi agar hubungan dua insan itu halal.
Ibunya yang sudah cinta mati pada lelaki itu mendukung
nikah siri. Ibunya bahkan mengancam akan bunuh diri jika
Pakdenya tidak merestui. Akhirnya Pakdenya terpaksa
menikahkan ibunya dengan lelaki itu secara siri. Lelaki itu
hidup satu rumah dengan ibunya selama dua bulan. Setelah
itu ia pamit pergi ke Lampung untuk menjenguk keluarganya.
Dan ternyata tidak kembali. Padahal saat itu ibunya tengah
hamil. Pakdenya mencoba mencari lelaki itu di Lampung. Di
alamat yang ada di KTP yang ditinggalkan di Lampung.
Ternyata alamatnya fiktif. Ibunya stres. Kesehatannya
menurun. Dan meninggal saat melahirkan dirinya.
Sejak itu ia ikut Pakdenya. Pakdenyalah yang ia sebut
dengan panggilan ayah. Ia bahkan tidak tahu nama ayahnya.
Ketika ia tanya sama Pakdenya nama ayahnya, Pakdenya
memberikan KTP yang ditinggalkan ayahnya. Disitu tertulis
sebuah nama. Tapi Pakdenya yakin nama itu pun fiktif, alias
20 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
samaran. Ia merasa tidak punya ayah. Namun ia merasa
sedikit tenang bahwa ia terlahir dari hubungan yang halal.
Dengan menikah. Meskipun ayahnya menikahi ibunya dengan
menipu. Dengan tidak mengenal ayahnya sejak kecil ia merasa
bahagia karena tidak mendapatkan didikan untuk menipu.
Sejak kecil ia dididik oleh Pakdenya untuk jujur dan
bertanggung jawab. Selama ini yang ia anggap sebagai keluarga ya Pakdenya.
Tapi Pakde yang bertalian darah dengannya sudah meninggal.
Pakde yang telah ia anggap sebagai ayahnya sendiri itu telah
tiada. Sebenarnya ia telah menganggap Budenya adalah
ibunya sendiri. Namun setelah Budenya itu menikah lagi, ia
merasa menjadi asing dan tidak enak jika ke rumah Budenya.
Apalagi Budenya sudah tidak lagi menempati rumah yang
dulu, tapi kini telah pindah ke rumah suaminya yang baru.
Pindah bersama seluruh anak-anaknya. Rumah Budenya yang
lama, tempat di mana ia menghabiskan masa kecilnya ia
dengar telah dijual. Jika ia hendak pulang ke Indonesia ia
mau pulang ke mana" Ia merasa tidak punya siapa-siapa. Dan
jika ia terus lanjut program Ph.D, apakah ia akan hidup
dengan cara seperti ini terus. Hidup dengan cara sapi perah.
Hidup di Kuala Lumpur dengan tanpa mengenal istirahat.
Hidup untuk bekerja sambil belajar. Itu yang ia rasakan.
Jujur saja. Bisa saja ia mengatakan ia bekerja untuk hidup
dan bekerja untuk belajar. Tapi ia merasa sepertinya telah
diatur oleh waktu untuk bangun pagi, lari ke sana, lari ke
sini. Bekerja di sana. Bekerja di sini. Waktu seolah telah
memprogramnya begitu, agar ia bisa bertahan hidup. Seolah
jika ia menyalahi program waktu itu, hidupnya terancam. Ia
terancam tidak bisa membayar sewa rumah, terancam tidak
bisa makan, terancam tidak bisa membayar uang kuliah, dan
terancam tidak bisa menata hidup lebih layak di masa depan.
Ia selalu berusaha menyembuhkan kelelahannya dengan
menghibur diri: inilah proses merubah takdir.
Kata-kata yang selalu ia gumamkan saat didera keletihan
itulah yang menguatkannya. Ia merasa sejak kecil ditakdirkan
untuk menderita. Namun ia merasa Allah tetap menyayanginya. Ia yakin Allah telah menyiapkan banyak jalan
dan sebab untuk merubah takdir. Ia yakin dengan usaha yang
gigih Allah akan merubah takdirnya. Itulah yang menguatkan
dirinya. Namun seringkali ia berpikir, apakah dirinya telah
tepat mengambil jalan dan sebab dalam mengubah takdir.
21 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sejak lulus SMA di Sayung Demak, ia telah berusaha keras.
Merantau ke Semarang, membanting tulang di Semarang.
Sambil bekerja apa saja di Semarang ia berusaha tetap kuliah.
Akhirnya selesai juga S1-nya. Ia meraih gelar S.Pd. dari IKIP
PGRI. Namun meraih gelar S.Pd. ia rasakan belum juga
merubah nasibnya. Ia tetap harus bekerja sebagai penjaga
parkir di Pasar Johar jika ingin tetap bisa makan. Ia bekerja
bersama mereka yang bahkan hanya lulus SD. Ia bahkan
sering dijadikan bahan olok-olokan oleh teman-temannya,
"Kalau hanya jadi tukang parkir ngapain kuliah sampai
sarjana." Ya ia sarjana, tetapi bosnya hanyalah lulusan SD.
Ia lalu berpikir untuk hijrah. Pindah. Mencoba
peruntungan baru. Hijrah dari satu takdir ke takdir yang ia
anggap lebih baik. Ia nekat ke Jakarta.Di Jakarta ia merasa
tidak mendapatkan apa yang ia cari. Sama saja. Ia masih
tetap menjadi buruh kasar. Ia merasa tak ada gunanya ia
kuliah. Hanya empat bulan ia bertahan di Jakarta. Ia lalu
nekat merantau ke Batam. Banyak yang bercerita Batam
adalah cara cepat merubah nasib. Di Batam banyak pekerjaan
dan banyak uang. Di Batam ia merasa menemukan takdir
yang tak jauh berbeda. Namun ia merasa harus bersyukur, di
Batam ia bertemu dengan seorang sosok yang tulus. Namanya
Pak Hasan. Dialah orang yang mengarahkannya merantau ke
negeri Jiran ini dan menyemangatinya untuk menuntut ilmu
yang lebih tinggi. "Kamu masih muda, seberangilah lautan ini. Dan
tuntutlah ilmu ke jenjang yang lebih tinggi di sana. Hanya


Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan ilmulah seseorang akan lebih mudah memperbaiki
nasibnya. Jangan kuatir, Allah akan membukakan pintu
rahmat-Nya untukmu. Di sana, asal adik gigih dan terus ingat
Allah, kamu akan tetap survive. Percayalah kamu akan
sukses. Percayalah dengan ilmu derajatmu akan diangkat oleh
Allah! Dan dalam setiap langkahmu, berpegangteguhlah kamu
pada Al-Quran, niscaya kamu akan sukses!" Begit kata Pak
Hasan padanya waktu itu, seraya memberikan mushaf kecil
Al-Quran. Ia merasa tak boleh berhenti untuk merubah nasib. Ia
harus terus berusaha. Dan dengan modal seadanya, dengan
nekat yang disertai sebuah tekad ia merantau ke negeri Jiran
ini. Dengan berdarah-darah ia akhirnya bisa tetap hidup dan
bisa kuliah pascasarjana. Dan kini ia sudah diambang pintu
kelulusan. Tak lama lagi ia akan menyandang gelar M.Ed,
atauMaster of Education dalam bidang Sosiologi Pendidikan.
Gelar yang keren. Di desanya, ia mungkin satu-satunya orang
yang meraih gelar M.Ed, dari sebuah universitas terkemuka di
luar negeri. Menyadari kenyataan itu bukannya ia bangga,
justru dadanya kini sesak.
Ia memang bahagia lantaran ia akan segera lulus S2.
22 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Keseriusannya memfokuskan diri pada kuliah dan kerja - usai
membaca berita tentang penangkapan Siti Martini dan kawankawannya - telah menampakkan hasil.
Ia hanya perlu waktu empat semester saja untuk menyelesaikan S2-nya. Satu bulan
lagi, begitu tesisnya ia perbaiki bisa dikatakan ia telah
berhasil meraih gelar master.
Namun ia merasa ada yang menyesak di dadanya. Ia
merasa masih juga hidup dengan cara bertahan dengan
kekuatan otot. Ilmu Sosiologi Pendidikannya ia rasakan belum
juga bermanfaat baginya. Yang paling akrab dengannya masih
juga kerja-kerja yang mengandalkan otot. Belum kerja
profesional yang mengandalkan otak. Jika ia hitung, rata-rata
ia harus bekerja dua belas jam setiap hari. Dan ia harus
menempuh jarak tak kurang dari dua puluh kilo setiap hari.
Selesai kuliah setiap malam ia harus tiba di Jamaliah Cafe
tepat jam sembilan malam dan pulang jam dua malam. Di
antara sekian pelayan restoran hanya dia seorang yang calon
master. Rata-rata mereka hanya tamat SMA. Sedangkan sang
pemilik restoran hanya lulusan D2 dari sebuah institut tidak
terkenal di Shah Alam. Ia bertanya pada diri sendiri, apakah jika ia melanjutkan
Program Ph.D., ia juga akan tetap seperti ini. Bertahan dengan
cara seperti ini. Bahkan ketika telah meraih gelar Ph.D. juga
akan tetap bertahan hidup dengan cara seperti ini. Dan jika ia
pulang ke Indonesia dengan gelar doktor, akankah ia tetap
akan bekerja sebagai kuli panggul di pabrik atau kerja otot
lainnya" Atau, ia justru akan masuk dalam daftar panjang
para pengangguran yang hidup tak mau mati pun segan" Ia
teringat kata-kata Doktor Nyatman, salah satu putra terbaik
Indonesia yang kini bekerja di sebuah perusahaan farmasi di
Selangor, "Di Indonesia, doktor yang menganggur sudah mulai
banyak. Bahkan doktor yang memiliki kualifikasi keilmuan
yang hebat sekalipun. Banyak putera bangsa yang berprestasi,
bisa menyelesaikan doktor dan memiliki prestasi gemilang
bertaraf internasional tapi sama sekali tidak diapresiasi di
Tanah Air. Saya punya kenalan seorang doktor lulusan Jepang
yang cemerlang dan mendapat banyak penghargaan
internasional atas riset-risetnya yang brilian, namun sama
sekali tidak dihargai di Indonesia. la melamar ke pelbagai
universitas negeri di Indonesia dan tak ada satu pun yang
menerima. Di Indonesia penjilat dan penjahat lebih dihargai
daripada ilmuwan dan pahlawan."
Ada nada marah dan pesimis dalam kata-kata Doktor
Nyatman. la merasakan Doktor Nyatman seolah-olah menjaga
jarak dari Indonesia. Bahkan seolah-olah sudah merasa
bukan lagi orang Indonesia. la mengatakan orang Indonesia
dengan sebutan "mereka", dan menyebut pemerintah
23 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Indonesia dengan sebutan "pemerintah mereka", bukan
pemerintah kita. Karena ia hidup di Malaysia, apakah ia
merasa lebih nyaman menjadi orang Malaysia dan tidak lagi
merasa menjadi orang Indonesia" Ataukah ia sudah malu
menjadi orang Indonesia" Kenapa Doktor Nyatman menyampaikan itu semua kepadanya" Apakah supaya dirinya
takut hidup di Indonesia" Ataukah supaya dirinya benarbenar siap menghadapi beratnya tantangan
hidup di Indonesia" Atau bukan itu semua, tapi hanya sebuah
ungkapan kejengkelan seorang putra bangsa yang disiasiakan oleh bangsanya sendiri, sampai ia
harus mengais sesuap nasi di negeri orang. Padahal gelar doktor dari Jerman
telah ia sandang. Jawabnya: Allahu a'lam.
Yang jelas ia sedang berpikir keras, bagaimana takdir
hidupnya segera cepat berubah. Ia merasa sudah terlalu lama
ia bersabar mati-matian berproses untuk membuka lembaran
hidup yang lebih baik. Yang ia pikirkan apakah ia salah
mengambil sebab dan jalan yang disiapkan Tuhan" Kenapa
ada orang yang hanya cukup bekerja empat jam saja, di dalam
tempat yang nyaman pula, dan hajat hidupnya tercukupi
semua. Bahkan berlebih dan bisa membantu dan menolong
sesama. Bangun pagi tersenyum, siang tersenyum, malam
tersenyum dan tidur pun tersenyum.
Kenapa ada negara yang benar-benar mandiri, bisa
memakmurkan rakyatnya dan menjaga kehormatan bangsanya di mata dunia" Negara itu kecil, tidak memiliki
kekayaan alam apa-apa. Tapi ia bisa mengendalikan negara
sekitarnya bahkan memanfaatkannya. Sementara itu di sisi
lain, ia lihat sendiri - bahkan ia mengalami sendiri - ada orang
yang nyaris hidupnya ia gunakan untuk bekerja. Ia bekerja
nyaris dua puluh empat jam penuh, namun ia tetap juga
sengsara. Hidupnya nyaris tak pernah bahagia. Padahal ia
ulet luar biasa. Ah, ia jadi teringat para petani di desanya. Ia teringat
Kang Darsuki. Betapa luar biasa etos kerjanya. Ia selalu
bangun jam tiga pagi, jauh sebelum Subuh. Membantu
menyiapkan dagangan sang isteri untuk dijual ke pasar. Saat
Subuh tiba ia dan isterinya telah berada di pasar. Ia shalat
Subuh di pasar. Lalu bergegas pulang, sementara sang isteri
berjualan hasil ladang di pasar. Setelah mengurus anaknya
yang masih SD, ia langsung ke sawah. Ia biasanya bekerja di
24 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sawah sampai jam setengah lima sore. Malam harinya ia
gunakan untuk bekerja membuat kursi. Selain sebagai petani
ia juga dikenal sebagai seorang pembuat kursi. Namun sampai
ia meninggal dunia karena penyakit typus akut, rumahnya
masih berdinding bambu dan beratap seng bekas. Dan belum
memiliki kamar mandi dan WC yang layak.
Di mana letak salahnya"
Kenapa petani Indonesia seolah harus terus miskin,
sementara petani dari negeri Jiran saja bisa makmur dan
menyekolahkan anaknya ke London" la lalu teringat pada
dirinya sendiri. Kenapa ia yang sebentar lagi selesai master
masih saja menggantungkan hidup dari mencuci piring di cafe
dan restoran, sementara temannya dari Pahang yang juga
calon master sudah memiliki dua perusahaan, dan satu
kebun kelapa sawit seluas seribu hektar di Sumatera. Ya di
Sumatera, Indonesia. Bukan di Melaka Malaysia.
*** "Maaf Bang, boleh saya duduk kat sini?" Suara seorang
perempuan membuyarkan lamunannya. Ia memandang ke
arah suara. Seorang gadis Melayu berdiri di depannya. Tangan
kanannya memegang piring berisi makanan dan tangan
kirinya memegang gelas berisi minuman berwarna cokelat.
Bisa susu cokelat atau Milo. Bisa juga teh tarik.
"Em...silakan." Jawabnya sambil mengambil tasnya dari
atas meja dan meletakkannya di atas kursi yang ada di
samping kanannya. Gadis itu langsung meletakkan piring dan gelasnya di
atas meja. Gadis itu tidak membawa tas. Dengan gerakan
yang lembut gadis itu duduk lalu makan. Gadis itu makan
dengan menunduk. Ia tidak mempedulikan sama sekali gadis
di hadapannya itu. Ia melanjutkan melahap nasi dan lauk
yang masih tersisa di piringnya. Setelah nasinya habis, ia
meneguk teh O panasnya teguk demi teguk. Ia merasakan
kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya. Kehangatan itu
juga mengaliri syaraf-syaraf kepalanya. Dan perlahan rasa
peningnya memudar dan hilang.
Tanpa terelakkan ia sempat juga memperhatikan gadis di
depannya, yang sedang lahap makan. Gadis itu memiliki tahi
lalat di dagu sebelah kiri. Paras wajahnya memancarkan
pesona khas gadis Melayu. Baju kebaya panjang berwarna
biru muda membalut tubuhnya. Ia tidak memakai jilbab.
Rambutnya tergerai sebahu. Rambut itu hitam pekat dan
berkilau indah. Zul merasa ada yang janggal dengan cara makan gadis
itu. Gadis itu makan dengan tangan kirinya. Sementara
tangan kanannya ia gunakan untuk meme-gangi hand
phoneyang ia tempelkan ke telinga kanannya. Bahkan ketika
sudah selesai bicara pun gadis itu tetap makan dengan tangan
kiri dan tangan kanannya dibiarkannya tidak bekerja. Ia
25 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
merasa harus meluruskan kejanggalan itu.
"Maaf Dik, boleh saya cakap sesuatu," katanya tegas
pada gadis itu. Gadis itu menghentikan makan dan memandang ke
arahnya. Gadis itu menganggukkan kepala mengiyakan.
"Adik seorang Muslimah?"
Gadis itu kembali menganggukkan kepala.
"Maaf, ini hanya pelurusan kecil saja. Agar makan dan
minum adik benar-benar barakah, sebaiknya adik makan dan
minum memakai tangan kanan. Tidak memakai tangan kiri.
Itu cara minum yang tidak disukai Rasulullah Saw. Maaf saya
tidak bermaksud apa-apa kecuali kebaikan."
Muka gadis itu sedikit memerah.
"Terima kasih atas nasihatnya. Tapi kenapa Abang
pedulikan saya" Apa Abang tidak punya urusan yang lebih
penting?" Agaknya gadis itu tersinggung.
"Sekali lagi maafkan saya Dik, jika ini mengganggu
kenyamanan adik. Saya tidak bermaksud apa-apa. Hanya
entah kenapa saya merasa hati ini tidak bisa diam setiap kali
melihat ada sesuatu yang kurang pas. Sekali lagi maafkan
saya, saya hanya ingin cara makan adik sesuai dengan
sunnah Rasul. Itu saja. Tak ada maksud lain. Itu pun kalau
adik berkenan." Zul bangkit dari kursinya dan bergegas ke sepeda
motornya yang terparkir tak jauh dari tempat makan. la sama
sekali tidak mempedulikan reaksi gadis itu. Yang ada dalam
benaknya adalah segera sampai rumah. Istirahat sebentar.
Mandi. Menunggu Maghrib. Dan selepas shalat Maghrib
kembali memperbaiki tesisnya. Malam nanti ia akan kerja
lembur untuk tesisnya. la telah ijin tidak kerja di Cafe
Jamalia. Dengan tenang Zul menaiki motor bututnya, dan
melenggang meninggalkan kantin kolej 12. Ia sama sekali
tidak menyadari bahwa gadis Melayu itu terus memperhatikan dirinya sampai ia hilang dari
pandangan gadis itu. *** Sebelas Waktu terus berjalan, menghasilkan pergantian jam.
Menghasilkan siang dan malam. Menghasilkan sejarah
kehidupan dan kematian. Sejarah orang-orang yang gagal dan
sejarah orang-orang yang berhasil. Sejarah orang-orang yang
malang dan sejarah orang-orang yang beruntung.
Waktu terus berjalan. Setiap detik selalu ada perubahan.
Ya, waktu terus berjalan tanpa henti.
Zul termenung di kamarnya memikirkan waktu yang ia
lalui dan perubahan-perubahan yang ia alami. Alangkah cepat
waktu berjalan. Dan alangkah cepat umur berkurang. Ia
26 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
merasa seperti baru kemarin ia lulus SD, terus SMP, terus
SMA. Kenangan-kenangan saat di SMA terbayang di depan
mata. Ia seolah ada di dalamnya. Perubahan terasa sangat
cepat. Ia menyadari bahwa ia ternyata sudah dua tahun lebih
di Malaysia. Ia sudah selesai S2.
Sepertinya baru kemarin ia masuk flat itu diantar oleh
Pak Rusli. Lalu berkenalan dengan Sugeng, Yahya, Arif, Rizal
dan Pak Muslim. Sekarang mereka sudah tidak ada lagi di flat
itu bersamanya. Sugeng sudah selesai setengah tahun yang
lalu dan kini mengajar di STAIN Kendari. Yahya sedang
menempuh program Ph.D., ia kini tinggal di Sigambut
bersama isterinya. Arif sudah selesai masternya dan kini
bekerja di sebuah Bank Syariah di Semarang. Rizal juga
sudah selesai, ia mendirikan penerbitan di Bandung. Pak
Muslim sudah menye-lesaikan doktornya dan telah kembali
mengajar di UNY. Orang yang dulu satu rumah dengannya
telah meninggalkannya. Kini ia tinggal bersama adik-adik
yang lebih muda yang baru datang. Tak terasa. Ia sudah
mulai merasa semakin tua. Umurnya sudah mendekati kepala
tiga. Sugeng, Yahya, Arif dan Rizal semuanya sudah
berkeluarga. Hanya dirinya yang belum. Semua sudah
mengamalkan dan membagi ilmunya. Hanya ia seorang yang
ia rasa belum. Ia masih saja seperti dulu. Bekerja di cafe dan
restoran. Ia masih memikirkan tentang nasibnya yang ia rasa
belum mengalami perubahan. Ia gelisah. Akan ia bawa ke


Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mana gelar M.Ed.-nya" Apakah hanya untuk memperpanjang
namanya saja. Biar tampak ada gelar di belakangnya"
Hari itu jam tiga siang ia merasa harus silaturrahmi ke
rumah Yahya. Ia ingin mendiskusikan kegelisahannya. Ia
harus mengakui terkadang ia merasa sangat jauh dari
dewasa. Ia merasa belum bisa berpikir tenang dan jauh ke
depan seperti Yahya. Ia juga sering bertanya pada dirinya
sendiri apakah kegelisahannya seperti itu termasuk tandatanda tidak menyukuri nikmat Tuhan"
Bukankah Tuhan telah banyak merubah dirinya. Dari orang jalanan yang terbuang
dari kota ke kota menjadi orang yang hidup tenang. Dari
orang yang pernah nyaris binasa karena dibelenggu oleh
syahwat cinta menjadi orang yang merdeka.
Ketika ia sampai di rumah Yahya ia
menyampaikan kegelisahannya. Yahya menjawab,
langsung "Bersabar dan bersyukurlah Saudaraku. Jangan tergesagesa. Tetaplah sabar dan istiqamah dalam
berusaha. Syukurilah apa pun karunia yang dilimpahkan oleh Allah.
Jangan kau mendikte Allah. Jangan kau berprasangka buruk
pada Allah. Allah-lah yang Mahatahu yang terbaik untuk kita.
Apa yang menurut kita baik belum tentu baik menurut Allah.
27 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dan apa yang menurut kita tidak baik belum tentu tidak baik
menurut Allah. Apa yang kita sukai belum tentu itu baik bagi
kita. Dan apa yang kita benci belum tentu tidak baik bagi kita.
"Bisa jadi, sampai saat ini kau masih bekerja di cafe,
karena itu memang yang terbaik. Bisa jadi setelah itu akan
ada hikmah yang luar biasa bagimu. Yang paling penting
bersabar dan bersyukurlah. Optimislah. Dan berprasangka
baiklah kepada Allah."
Zul merenungkan perkataan sahabatnya itu.
Yahya mempersilakannya untuk mencicipi agar-agar
buatan isterinya. Zul mengambil satu dan memuji, "Agaragarnya enak."
Spontan Yahya menjawab, "Makanya segera menikah,
biar ada yang membuatkan agar-agar."
"Kalau kau ada calon untukku boleh Ya. Aku merasa
sudah tiba saatnya. Orang satu rumah kita dulu sudah
menikah semua. Hanya aku saja yang belum."
"Kau serius Zul."
"Serius." "Kalau orang Malaysia bagaimana?"
"Kalau salehah kenapa tidak?"
"Ini serius lho Zul."
"Ya pasti seriuslah Ya. Masak aku main-main."
"Baik. Ini ada calon. Orangnya baik. Aku berani jamin.
Dulu dia teman isteriku waktu kuliah di Birmingham. Dia
Muslimah yang taat. Tidak pernah menanggalkan jilbab.
Bagaimana?" "Boleh saja. Cuma aku kuatir kalau aku mau dan dianya
tidak mau." "Bagaimana kalau sebaliknya. Ternyata dianya mau
malah kau yang tidak mau."
"Kayaknya itu kemungkinan kecil Zul. Kalau kau sudah
berani menjamin baik, masak sih aku tidak mau. Siapa
namanya kalau boleh tahu?"
"Laila Abdurrahman."
"Kau mau ta'aruf serius dengannya Zul."
"Wualah tho Ya, Yahya. Berapa kali lagi kau akan tanya
tentang keseriusanku. Baiklah, aku serius Ya."
"Kalau begitu kau besok datanglah ke masjid kampus
UKM16 Bangi jam 3 sore. Kau akan aku temukan
dengannya insya Allah."
"Baik." *** Hari berikutnya Zul berangkat ke Bangi naik KTM dari
Pantai Dalam sampai UKM lalu naik bus mini kuning ke
masjid kampus UKM. Yahya ternyata sudah menunggu di
masjid. Begitu ia sampai ia langsung diajak ke Fakulti
Ekonomi. Ia dibawa ke auditorium. Di sana ada seminar
membahas dua judul proposal disertasi doktor. Dua orang
28 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mahasiswa program doktor dari Malaysia mempresentasikan
judul proposal disertasi mereka di hadapan dosen dan guru
besar. Zul dan Yahya duduk agak di belakang. Satu per satu
kandidat doktor itu mempresentasikan kajiannya. Ada empat
profesor yang menilai dan mengkritisi. Di antara empat
profesor itu ada profesor madya perempuan yang tampak
masih muda dan cantik. Dialah yang menjadi artis di ruangan
itu. Zul diam-diam tersihir oleh keanggunan dan kecerdasan
profesor itu. "Ya, perempuan Malaysia ada yang hebat juga ya. Itu
yang di depan itu. Masih muda sudah profesor madya.
Canggih betul." " Kau tahu itu siapa?"
"Siapa Ya?" "Itulah orang yang akan aku kenalkan denganmu." Zul
kaget bagai disambar petir.
"Weh, yang benar Zul. Kau jangan bercanda Zul. Masak
jauh-jauh datang kemari hanya untuk bercanda?"
16 Universiti Kebangsaan Malaysia.
"Aku tidak bercanda Zul. Aku serius. Dia itu namanya
Prof. Madya Datin Laila Abdul Majid, Ph.D. Dia menyelesaikan
S2 dan S3-nya di Birmingham. Satu kelas dengan isteriku
saat S2. Hanya saja isteriku pulang ke Indonesia setelah
selesai S2-nya, sedangkan dia langsung lanjut S3. Kata
isteriku, ketika di Birmingham dia termasuk mahasiswi yang
disanjung banyak dosen karena kecerdasannya. Itulah
kelebihan yang dia miliki. Bagaimana Zul, mau dilanjutkan
apa tidak" Terus terang aku tidak bilang apa-apa padanya.
Kalau mau nanti kita datangi dia dan kita ngobrol santai saja.
Bagaimana?" "Lanjut Ya." "Okay, kau juga harus tahu kekurangannya, kalau ini
dibilang kekurangan, dia itu sudah janda. Sudah pernah mau
punya anak tapi keguguran. Dia janda karena suaminya
meninggal dunia. Bagaimana Zul" Dilanjutkan apa tidak?"
Zul berpikir sejenak. Lalu menjawab,
"Dilanjutkan." "Baik." Jawab Yahya sambil tersenyum.
Setelah seminar selesai Yahya bangkit. Isteri Yahya
ternyata juga ada di ruangan itu. Isteri Yahya menyalami Prof.
Datin Laila. Keduanya berangkulan mesra. Lalu Yahya
menyapa seraya memperkenalkan Zul. Mereka berempat lalu
berbincang-bincang sambil berdiri beberapa saat. Prof. Darin
Laila sangat ramah dan murah senyum. Zul terpesona dengan
aura kemelayuannya. 29 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mereka berbincang tidak lama, sebab waktu shalat Ashar
tiba. Prof. Datin Laila minta diri ke ruangannya. Yahya dan
isterinya serta Zul bergegas ke masjid dengan mobil Yahya. Di
perjalanan isteri Yahya menjelaskan bahwa Laila adalah
teman akrabnya saat di Birmingham. Beberapa bulan lalu
Laila meminta padanya kalau punya calon yang sesuai
untuknya. Orang Indonesia tidak apa-apa. Hari itu Zul seperti
mimpi. la seperti tidak percaya kalau calon yang dikenalkan
dengannya adalah seorang Datin Laila yang ia rasakan lebih
dari seorang bidadari. "Tapi Datin Laila belum tahu apa-apa. Dia tidak tahu
kalau ada orang Indonesia yang melihatnya dan berniat ta'aruf
dengannya. Besok baru aku akan jelaskan padanya. Apa kirakira reaksi dan tanggapan dia.
Semoga seperti yang kita harapkan. Kalau melihat suami dia dahulu juga dari kalangan
orang biasa. Bukan dari kalanganbangsawan," kata isteri
Yahya. "Insya Allah, kalau ini jodohmu tidak akan lari ke manamana Zul." Sambung Yahya.
Zul mengamini dalam hari berharap semoga surga itu
telah ia rasakan di dunia.
Setelah shalat Ashar mereka pulang meninggalkan
kampus UKM. Yahya dan isterinya membawa mobil. Zul naik
bus kuning. Yahya menawarkan padanya untuk satu mobil,
tapi Zul ingin berkunjung ke rumah seorang kenalannya
bernama Ardan di Hentian Kajang.
Zul naik bus mini kuning ke Hentian Kajang. Ongkosnya
cuma tujuh puluh sen. Sepuluh menit kemudian bus itu
sudah sampai di Hentian Kajang. Zul berjalan ke kanan
menuju tempat duduk para penum-pang. Ketika ia melewati
tempat itu, sekonyong-konyong ada seorang wanita berjilbab
yang memanggilnya dengan keras.
"Zul! Mas Zul!"
Ia menghentikan langkah dan menoleh ke arah suara.
Seorang wanita berjilbab dengan wajah gembira melangkah ke
arahnya. Ia mengamati dengan seksama, mencoba mengingatingat.
"Lupa ya sama saya" Pasti lupa?" kata wanita itu sambil
tersenyum. "Siapa ya" Agak lupa-lupa, ingat," jawab Zul.
"Sudah terlalu sibuk dan sudah lama sekali tidak
bertemu jadi kau lupa. Sangat wajar. Apalagi penampilan saya
dulu dengan sekarang berbeda. Pasti kau susah menerka."
"Aduh langsung saja. Siapa ya?" katanya sambil melihat
jam. Ia memang tidak punya waktu terlalu longgar untuk hal
yang kurang penting. "Baik Mas. Saya Sumi Mas. Saya Sumiyati. Kita dulu
ketemu di Subang Jaya. Ingat" Saya dulu tidak jilbaban
seperti sekarang." Seketika Zul terkaget dan langsung tersenyum bahagia.
30 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"O Mbak Sumi. Ya Allah, saya benar-benar susah
mengingat-ingat tadi. Saya sepertinya pernah bertemu.
Tapi di mana saya tak ada bayangan. Iya Mbak benarbenar beda setelah pakai Jilbab. Tambah
anggun." Sumi tersenyum mendengar pujian.
"Alhamdulillah hidayah ini." Mas. Saya bahagia berjalan dalam "O ya Mbak cerita teman-teman yang lain bagai-mana ya"
Saya pernah ke sana ternyata kalian sudah tidak di sana?"
Zul pura-pura bertanya tidak tahu. la tidak bisa melupakan
berita koran tentang penangkapan penghuni rumah itu.
"Mas belum tahu beritanya ya?"
"Berita yang mana?"
"Ah baiklah. Aku ceritakan biar nanti kalau suatu saat
Mas dengar berita itu tidak salah faham. Begini Mas. Kami
pergi tepatnya terusir dari rumah itu ada sebabnya. Sebabnya
adalah ulah Linda dan Watik yang keterlaluan. Maksiatnya
sudah terang-terangan. Aku yakin kau tahu apa pekerjaan
Linda. Melacurkan diri. Biasanya ia dijemput dan berbuat
maksiat itu di hotel. Kami mengingatkan tidak mempan. Mbak
Mari sering bertengkar dengannya. Apalagi setelah kejadian
Mbak Mari mau diperkosa sama mantan suaminya. Mbak
Mari curiga Lindalah yang memberitahu keberadaan dirinya
pada mantan suaminya. Linda semakin nekat seolah
menantang penghuni rumah yang lain. Ia maksiat di
kamarnya. Beberapa teman lelaki Linda datang ke rumah. Hal
itu dicium oleh masyarakat. Akhirnya rumah itu digrebek.
Kami semua dianggap pelacur semua. Padahal pelacurnya
cuma Linda sama Watik. Kami diinterogasi habis-habisan.
Kami difoto dan masuk koran.
Yang paling sabar dan tabah menghadapi ujian ini adalah
Mbak Mari. Mbak Mari berusaha sekuat tenaga berdialog dan
menjelaskan bahwa tidak semua yang ditangkap adalah
pelacur. Akhirnya Mbak Mari bisa menelpon seorang
kenalannya. la anak seorang pejabat penting. Dengan jaminan
temannya Mbak Mari, kami, selain Linda dan Watik
dibebaskan. Sejak itu saya memakai jilbab. Saya ingin lebih
berarti menjalani hidup ini. Begitu ceritanya Mas."
31 26. Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe -G.K.H m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Zul mengucapkan syukur berkali-kali dalam hati
mendengar penjelasan itu. la merasa berdosa telah
berprasangka buruk pada semua penghuni rumah, termasuk
pada Mari dan Sumi. Sekarang ia tahu Mari bersih. Ia jadi
tidak sabar untuk menanyakan keberadaan Mari. Walau
bagaimanapun nama itu pernah tertanam dalam hatinya.
"Lha Mbak Mari sekarang di mana?"
"Dia sudah di Indonesia."
"Ada alamarnya?"
"Sayang tidak ada. Buku catatanku yang ada alamat dan
kontak Mbak Mari hilang di bus. Mungkin jatuh. Saya dengar
dia sekarang hidup di Semarang."
"Mmm di Semarang. Dia sudah menikah?"
"Saya juga tidak tahu. Tapi dia pernah ngobrol dengan
saya. Maaf lho Mas Zul ya kalau tidak berkenan. Ia pernah
cerita kalau dia diam-diam suka sama Mas Zul."
Seperti ada setetes embun membasahi hatinya. Wajah
Mari hadir dalam pikirannya. Kenangan lama per (http://cerita-silat.mywapblog.com)
3227. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
lahan muncul ke permukaan. Tapi cepat-cepat ia tepis
kuat-kuat. Ia tidak boleh menghadirkan kenangan itu. Ia telah
siap berta'aruf dengan Datin Laila.
"Maaf Mas bus saya sudah datang, saya harus pergi.
Saya sekarang tinggal di sekitar sini. Mari Mas. Sukses ya."


Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sumi minta diri. Zul terpaku di tempatnya beberapa saat lamanya.
Kemudian ia teringat hari sudah sore. Ia harus sudah ada di
Pantai Dalam sebelum Maghrib. Keinginannya untuk
menemui Ardan terpaksa ia urungkan. Ia langsung bergegas
mencari bus ke KL Sentral. Dari KL Sentral ia akan nyambung
dengan KTM. *** Hari berikutnya, pagi-pagi sekali Yahya datang ke Pantai
Dalam. Yahya menyampaikan hasil komunikasi antara
isterinya dan Datin Laila. Zul tidak sabar menunggu berita
gembira itu. "Bagaimana, sesuai harapan?" tanya Zul.
"Pada dasarnya Datin Laila
masalah...." jawab Yahya tenang.
menerima dan tidak "Alhamdulillah," potong Zul.
"E dengarkan dulu sampai aku selesai bicara!"
"O masih ada lanjutannya tho. Apa lanjutannya?"
"Ya pada dasarnya Datin Laila menerima dan tidak ada
masalah. Yang jadi masalah adalah kakak sulung-nya, yang
sekarang jadi walinya telah membawa seorang calon
untuknya. Datin Laila belum mengambil keputusan. Tapi
agaknya Datin Laila merasa berat jika harus berseberangan
dengan kakak sulungnya."
"Artinya ia cenderung mengiyakan calon dari kakaknya
kan?" "Begitulah.". Zul menunduk kecewa. "Kenapa dalam masalah seperti ini aku selalu menuai
kecewa ya. Dulu mau serius menikahi Mari tak jadi. Apa ya
dosaku ini?" "Lha mulai berprasangka tidak baik pada Yang
Mahakuasa! Sabarlah Zul. 1 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Selain membawa kabar menyedihkan itu aku juga membawa kabar meng-gembirakan
untukmu." 'Apa itu Ya?" "Aku kemarin dibel Pak Muslim. Di UNY ada lowongan
dosen. Yang dicari S2 jurusan Psikologi Pendidikan dan
jurusan Sosiologi Pendidikan. Ini mungkin rejekimu. Coba kau
masukkan lamaran ke sana."
"Wah boleh ini Ya." Zul semangat.
"Caranya bagaimana Ya?"
"Sebaiknya kau pulang ke Indonesia. Masukkan langsung
lamaranmu ke UNY. Sekalian bersilaturrahmi ke rumah Pak
Muslim. Siapa tahu Pak Muslim juga mencarikan jodoh
untukmu. Mahasiswinya yang jilbaber-jilbaber kan banyak."
"Wah saranmu brilian sekali Ya. Dunia ini sejatinya luas
ya Ya. Wanita di dunia ini pun miliaran jumlahnya. Tidak
cuma Mari atau Laila ya."
"Lha iya lah." "Kenapa aku baru menyadarinya sekarang ya."
"Karena kamu selalu menyempitkan ruang berpikirmu
selama ini Zul. Cobalah kau buka lebar-lebar. Hidup ini akan
terasa mudah, menyenangkan, dan menggairahkan."
"Ya sudah saatnya aku meluaskan ruang hati dan pikiran
Ya." "Di antara caranya adalah dengan selalu berprasangka
baik kepada Allah." "Terima kasih Ya. Bisa bantu aku lagi?"
"Apaitu?" "Pinjami uang untuk beli tiket pesawat," kata Zul
tersenyum. "Tentu bisa." "Kau memang sebaik-baik teman Ya."
"Kau juga Zul" "Alhamdulillah."
*** Dua Belas Tiga hari kemudian, Zul terbang ke Yogyakarta. Di
Bandara Adi Sucipto ia dijemput oleh Pak Muslim. Begitu
bertemu mereka berangkulan erat sekali. Pak Muslim tampak
bahagia sekali bertemu dengan Zul, begitu juga Zul.
Kesahajaan dan kesederhanaan Pak Muslim sama sekali tidak
berubah, meskipun ia telah menyandang gelar doktor. Ia
berpakaian biasa, layaknya orang biasa. Orang yang tidak
mengenal Pak Muslim bisa jadi menyangka beliau adalah
tukang ojek. Sebab saat itu beliau memakai batik warna tua
yang tersembunyi dalam jaket cokelat yang tampak tua.
2 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Warnanya telah berubah karena terkena panas dan hujan.
Pak Muslim menjemput dengan mobil Katana tuanya.
Beliau langsung membawa Zul ke rumahnya di sebuah
perumahan di daerah Maguwoharjo.
"Rumah ini masih menyewa Zul," kata Pak Muslim begitu
sampai di rumahnya. "Doakan tahun depan ada rejeki untuk
membeli rumah. Meskipun dengan mengangsur," lanjutnya.
"Semoga Pak." "Ayo masuk. Kita cuma berdua di rumah ini. Isteriku
sedang tugas ke Semarang. Dua anakku sedang di rumah
eyangnya di Solo." Begitu masuk Pak membuatkan minuman. Muslim langsung ke dapur "Adanya ini Zul." Kata Pak Muslim sambil membawa dua
gelas berisi air sirup berwarna hijau.
"Nyaman hidup di Jogja Pak ya?" tanya Zul.
"Nyaman dan tidaknya hidup itu yang meng-kondisikan
adalah hati dan pikiran kok Zul. Kalau aku di mana saja
merasa nyaman. Aku tak pernah kuatir atau takut sebab aku
yakin Allah mengasihiku."
"O ya Pak tentang lowongan itu. Ada berapa kursi" Kirakira yang daftar banyak tidak?"
"Cuma enam kursi saja. Secara keseluruhan, yang daftar
mungkin puluhan, ratusan, bahkan mungkin ribuan. Saya
tidak tahu persis. Tentang peluangmu, ya yakin saja ini
adalah rejekimu. Tapi untuk Sosiologi Pendidikan, saya lihat
yang daftar sampai kemarin belum terlalu banyak, kira-kira
baru belasan orang. Peluangmu mungkin bagus. Apalagi
hanya kau yang meraih M.Ed, dari luar negeri."
"Doanya Pak." "Semoga. Syarat-syarat sudah lengkap semua?"
"Yang belum foto Pak."
"Nanti foto kilat saja. Supaya besok berkas kamu bisa
dimasukkan." "Iya Pak." "O iya Zul. Kamu tidak ada rencana nikah" Atau masih
mengharap yang di Subang Jaya?"
"Aduh jadi malu. Jangan diingat-ingat Pak. Tapi
penggerebekan di Subang Jaya seperti yang tertulis di koran
itu ternyata tidak seperti itu lho Pak. Saya jadi merasa
berdosa karena berburuk sangka pada semua isi rumah itu."
3 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Terus sebenarnya bagaimana?"
Zul lalu menceritakan pertemuannya dengan Sumi di
Hentian Kajang. Dengan detil dan panjang lebar Zul
menjelaskan apa yang ia dapat dari Sumi. Pak Muslim
mengangguk-angguk. "Hmm saya juga berburuk sangka lho Zul. Jika tidak
kauberitahu mungkin selamanya dalam pikiran saya yang ada
ya persepsi itu. Persepsi satu rumah itu pelacur semua. Kan
kasihan mereka yang tidak berdosa. Ini jadi pelajaran penting
bagiku Zul. Kabar apa pun saat ini, di akhir zaman ini harus
dicek. Berita saat ini sepertinya kok lebih banyak bohongnya,
lebih banyak munafiknya daripada jujurnya."
"Ya alhamdulillah, Allah mempertemukan saya dengan
Sumi Pak." "Terus tentang nikah. Jadi setelah tahu kabar itu apa
masih mau mengejar si Siti Martini itu" Atau bagai-mana?"
"Aduh Pak itu masa lalu. Sudah biarlah berlalu Pak.
Dunia ini kan luas. Jumlah wanita di atas muka bumi ini
miliaran Pak. Gadis Muslimah yang belum menikah jumlahnya jutaan Pak, kenapa saya mesti
mempersusah diri." "Wah kamu sudah berubah Zul. Tapi ada satu sifatmu
yang aku sangat salut. Dan aku berharap sifat itu tidak
pernah berubah apalagi hilang dari dirimu."
"Apa itu Pak?" "Jujur dan tidak mengada-ada. Itu yang aku suka
padamu. Jujur itulah sifat yang mutlak harus dimiliki seorang
pendidik di negeri ini. Karena kejujuran sekarang ini jadi
barang yang sangat langka Zul."
"Doakan saya bisa terus istiqamah Pak."
"Semoga Zul. O ya kembali tentang nikah. Muslimah
seperti apa yang sekarang kauinginkan. Mungkin aku bisa
membantu. Tidak hanya membantumu tapi juga membantu
kaum Muslimah yang ingin menikah tapi belum menemukan
jodoh. Siapa tahu di antara mereka ada yang sesuai
untukmu." "Yang salehah dan jujur Pak. Ah Pak Muslim kan sudah
pernah tinggal bersama saya lebih dari satu tahun. Pasti Pak
Muslim tahu yang cocok buat saya."
"Ini Zul. Ada Muslimah baik sekali. Ini menurut isteri
saya. Sebab Muslimah ini kenal baik dengan isteri saya.
Pernah satu kampus di Bandung dulu. Dia sokarang kalau
tidak salah dosen di Universitas Semarang. Baru
menyelesaikan Master Ekonominya di UKM Malaysia."
"Umurnya berapa?"
"Ya seumuran isteri saya."
"Kalau dongPak." 4 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seumuran isteri Bapak, berarti sudah tua "Ei jangan salah. Kau tahu berapa umur isteri Baya?"
"Berapa Pak?" "Dua puluh delapan tahun. Kau umurmu berapa?"
"Tigapuluh." "Berarti kira-kira dia lebih muda dua tahun darimu.
Bagaimana?" "Boleh Pak." "Kalau boleh tahu. Dia berjilbab Pak?"
"Kamu ini Zul. Isteri saya ini aktivis dakwah, masak mau
mencarikan kamu yang suka tabarruj. Ya pasti berjilbab
rapat-lah Zul." "Kalau begitu boleh Pak. Boleh tahu namanya Pak?"
"Namanya agak panjang Zul. Tapi seingat saya depannya
Agustina. Isteri saya kalau memanggil dia Mbak Agustin
begitu. Tapi nama penanya kalau dia nulis di koran Asma
Maulida, M.Ec. Sebentar aku cari koran dulu. Ada beberapa
tulisan dia yang bagus kok."
Pak Muslim beranjak menuju rak tempat majalah dan
koran tertumpuk. la mengolak-alik beberapa koran sesaat
lamanya. "Lha ini dia." Seru Pak Muslim gembira.
"Ini Zul tulisan dia coba
menyodorkan koran itu pada Zul.
kaubaca." Pak Muslim Zul membaca dengan seksama.
argumentatif. Bahasanya enak dibaca.
Runtut, rapi dan 5 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Baguskan?" "lya Pak?" "Rapi dan runtut kan?"
"Iya." "Itulah cermin kepribadiannya. Saya pernah bertemu
dengannya. Saya salut. Sangat berkarakter orangnya. Kirakira bagaimana Zul?"
"Saya manut Pak Muslim saja."
"Baik. Mumpung isteri saya ada di Semarang. Biar dia
urus sekalian. Saya telpon isteri saya sekarang saja." Pak
Muslim mengeluarkan hand phone-nya dan memanggil isterinya. Langsung nyambung. Zul hanya mendengar suara
Pak Muslim: "O jadi malah sedang bincang-bincang sama dia?"
"Di mana Dik, di Warung Bentuman?"
"Dia belum ada calon kan?"
"Ini, temanku satu rumah yang pernah kuceritakan dulu
itu lho Dik." "Ya, sudah selesai M.Ed dari Universiti Malaya."
"Namanya Ahmad Zulhadi Jaelani. Tulis saja A. Zulhadi
Jaelani, M.Ed." Lalu Pak Muslim menarik hand phone-nya dari telinga
kanannya dan bertanya pada Zul.
"Zul, tanggal lahirmu berapa?"


Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"21 April 1977 Pak." Jawab Zul.
Pak Muslim lalu menyampaikan hal itu pada isterinya.
Tak lama kemudian beliau menyudahi pembicaraannya. Lalu
kembali berbicara pada Zul.
"Namanya juga ikhtiar. Ya semoga saja ini berhasil."
"Jadi Agustin itu masih belum punya calon Pak?"
"Ya kata isteri saya begitu. Dia berharap proses kali ini
adalah prosesnya yang terakhir. Proses yang mengantarkannya memiliki ruma h tangga yang mawaddah
wa rahmah." "Amin. O ya Pak, terus terang saja Pak ya. Bapak ada foto
dia?" "Wah sayang tidak punya Zul. Tapi jangan kuatir Zul.
Kata isteri saya, biar prosesnya cepat. Artinya kalau iya ya
biar segera diijab kalau tidak ya biar cepat ketahuan tidaknya,
Agustin akan ikut isteri saya ke Jogja."
"Mau datang ke sini?"
6 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Iya. Biar bertemu kamu. Kamu juga biar tidak
penasaran. Biar itu tadi cepat jelasnya kalau iya ya biar segera
diijab kalau tidak ya biar cepatketahuan tidaknya. Kalau
misalnya tidak jadi, karena kau tidak cocok kan sama-sama
cepat tahunya. Dan bisa mencari yang lain yang cocok. Kalian
kan sudah berumur. Tidak perlu ditunda-tunda atau proses
yang rumit dan berbelit-belit tho"'
"Iya Pak sepakat."
*** Rumah Pak Muslim memiliki tiga kamar. Kamar utama,
kamar tamu dan kamar anak. Zul ditempatkan di kamar tamu
yang sekaligus merangkap sebagai perpustakaan. Kamar itu
penuh buku. Kebanyakan buku-buku tentang pendidikan dan
ekonomi. Pak Muslim adalah pakar manajemen pendidikan.
Sementara isterinya adalah dosen mata kuliah ekonomi di
sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Yogyakarta.
Siang itu setelah selesai memasukkan berkasnya ke UNY
ia diantar Pak Muslim pulang. Ia memang harus istirahat.
Sebab sebelumnya ia begadang bersama Pak Muslim di
sebuah warung angkring sampai larut malam. Pak Muslim
sendiri juga istirahat di kamarnya. Ia telah diberi ijin oleh Pak
Muslim kalau mau membaca-baca koleksi perpustakaan
pribadinya. Siang itu ia tidak langsung tidur. Tapi ia melihat-lihat
buku yang ada di kamar itu. Banyak judul-judul baru terbitan
Indonesia. Ia senang dengan perkembangan penerbitan buku
di Indonesia yang semakin marak. Tiba-tiba kedua matanya
tertuju pada warna sampul sebuah buku yang sepertinya
pernah ia lihat. Ia ambil buku itu.Buku bersampul biru tua.
Terbitan Oxford University Press. Judulnya Game Theory with
Applications to Economics. Rasa-rasanya ia pernah memegang
buku itu. Ia mencoba mengetes ingatannya. Di mana ia
pernah memegang buku seperti itu. Ia mengingat-ingat
tempat-tempat ia bisa mengambil dan membaca buku.
Akhirnya ia ingat di kamar Mari di Subang Jaya, saat ia
pertama kali tiba di Malaysia. Ia tersenyum bahagia
ingatannya masih tajam. Ia buka buku itu. Halaman pertama. Dan ia bagai
tersengat listrik. Nama pemilik buku itu dan tanda tangannya
sama dengan yang ia baca di Subang Jaya: Laila Binti Abdul
Majid, TTDL Kuala Lumpur. Pikirannya langsung nyambung
ke Prof. Datin Laila Abdul Majid. Diakah pemilik buku ini"
Dan ia yakin buku yang ada di tangannya adalah buku yang
beberapa tahun lalu ia pegang di Subang Jaya. Lalu
bagaimana buku itu bisa sampai di rumah ini" Puluhan
kemungkinan dan pertanyaan berkelebat dalam pikirannya. Ia
tak mau pusing. Ia merasa lelah dan harus istirahat. Masalah
buku itu bisa ia tanyakan pad a Pak Muslim nanti.
Lima belas menit sebelum azan Ashar berkumandang ia
7 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
telah bangun. Pak Muslim telah duduk dengan pakaian rapi
siap ke masjid di ruang tamu.
"Bagaimana istirahatnya" Enak?"
" Alhamdulillah. Sudah segar kembali Pak."
"Berarti sudah siap bertemu Agustin ya?"
"Jadi malam ini Pak?"
"Lhaiyalah?" "Cepatsekali." "Kenapa berlambat-lambat jika bisa cepat."
"Di mana akan ketemu Pak."
"Di sini. Nanti habis Maghrib aku akan jempul mereka di
Pertigaan Janti. Mereka naik bus Ramayana. Setelah shalat
Isya kita ad akan majelis ta'aruf di sini."
Hati Zul bergetar hebat. Ia tidak pernah menyangka akan
sangat cepat proses untuk bertemu dengan calon isterinya.
Pak Muslim meneguk air putih yang ada di hadapannya. Zul
kembali ke kamarnya untuk bersiap dan merapikan
pakaiannya. la kembali keluar dari kamarnya sambil
membawa buku bersampul biru tua itu.
"Dari mana dapat buku bagus ini Pak?" tanya Zul.
Hatinya penasaran. Pak Muslim mengulurkan tangannya. Zul mem-berikan
buku itu pada Pak Muslim. Sesaat lamanya Pak Muslim
mengamati buku itu. "Isteri saya yang bawa."
"Dari mana dia dapat?"
"Saya tak tahu pasti Zul. Nanti malam saja kita
tanyakan." *** Usai shalat Maghrib Pak Muslim meluncur ke Pertigaan
Janti dengan Katana tuanya. Zul memilih iktikaf di masjid
sampai Isya. Sebelum azan Isya berkumandang Pak Muslim
sudah tiba di masjid dan memberitahu Zul bahwa Agustin
sudah ada di rumah. "Jadi nanti pertemuannya alami saja Zul. Kita pulang
dari shalat dan mereka sudah menunggu di ruang tamu. Kita
langsung ngobrol dan bincang-bincang santai saja?"
"Saya cuma pakai sarung saja begini Pak?"
"Lha memangnya kenapa" Kalau pakai sarung apa terus
hilang ketampananmu?"
"Nggak sih Pak. Nggak apa-apa."
"Agustin sekarang aku lihat agak berubah."
"Berubah bagaimana?"
"Jadi lebih muda dan segar. Dulu waktu pertama kali
bertemu bersama isteri di Semarang, ia kurus, agak sayu dan
tampak lebih tua dari umurnya."
"Kalau begitu bagus lah Pak."
"Ya, rejekimu Zul kalau kau punya isteri yang semakin
8 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tambah umur tapi wajahnya semakin tambah muda."
"Amin ya Rabb."
Azan Isya dikumandangkan. Jamaah berdatangan. Shalat
sunnah didirikan. Lalu iqamat disuarakan. Shaf-shaf
dirapikan. Dan sang Imam mengucapkan takbiratul ihram.
Zul mengikuti takbir Imam dengan hati bergetar. Shalat
jamaah didirikan dengan penuh kekhusyukan. Dalam sujud
Zul berdoa agar dilimpahi kebaikan dunia dan akhirat, serta
diberi pasangan hidup yang menjadi penyejuk hati, teman
sejati dalam mengarungi hidup beribadah kepada Allah Azza
wa Jalla. Selesai shalat Pak Muslim dan Zul melangkah pasti ke
rumah. Semakin dekat dengan rumah hati Zul semakin
bergetar hebat. Ia akan bertemu dengan Agustin. Yang dalam
bayangannya akan menyejukkan hatinya. Zul sampai di
halaman. Pak Muslim melangkah duluan. Dari halaman ia
bisa melihat dari terawang sela-sela gorden, ada dua
Muslimah berjilbab yang sedang berbincang di ruang tamu.
Namun tidak jelas. Jantungnya semakin keras berdegup. Ia
berusaha menguasai dirinya, dan menenangkan batinnya.
Pak Muslim sudah mengucapkan salam. Dua Muslimah
itu menjawab bersamaan. Zul mencopot sandalnya.
Pandangannya menunduk ke lantai. Pak Muslim masuk. la
mengikuti di belakang. la memandang ke depan. Dan...
Pandangannya bertatapan dengan pandangan seorang
perempuan berwajah bersih, wajah yang dibalut jilbab putih
bersih. Wajah yang pernah ia kenal. Mata yang pernah ia
kenal. Dan... "Z...zul!" Dari bibir perempuan itu tersebutnamanya Ia
berdiri mematung di tempatnya. Hatinya sesak oleh keharuan
luar biasa. Hawa dingin seolah menyebar ke seluruh
syarafnya. Tak terasa airmatanya meleleh.
Lidahnya kelu. Perempuan berwajah bersih itu adalah Mari.
"Ja..j.adi ternyata kau Zul!"
Zul tidak bisa bersuara. Ia hanya mengangguk dengan
airmata berderai. "Yang dimaksud temannya Pak Muslim ini kau Zul?"
Zul kembali mengangguk. "Ini tidak mimpi kan"!" seru Mari.
"Ti...tidak Mari. Tidak! Ini kenyataan!" Zul buka suara
dengan tangis yang pecah. Begitu mendengar kalimat yang
keluar dari mulut Zul, Pak Muslim langsung mengerti. Beliau
meneteskan airmata. Hanya isteri Pak Muslim yang masih
bingung. "Jadi kalian sudah saling kenal?" tanya isteri Pak Muslim
heran. Zul dan Mari menjawab serentak: "Iya!"
9 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pak Muslim menyuruh Zul duduk Mari tak kuasa
membendung tangisnya. Isteri Pak Muslim belum mengerti
apa yang terjadi. Pak Muslim lalu menceritakan apa yang
terjadi pada Zul saat jatuh cinta pada Mari
"Zul bilang namanya Siti Martini." kata Pak Muslim. Mari
menyela "Benar, nama saya memang Siti Martini. Itu nama
kecil saya." Pak Muslim lalu melanjutkan kisahnya Bagaimana Zul
nyaris gila dan binasa. Sampai akhirnya ia memanggil Zul dan
memberinya tiga saran atau tiga opsi. Lalu Zul memilih opsi
yang kedua, yaitu memilih menikahi Mari. Ia dan Zul pergi ke
Subang Jaya dan mendapati rumah telah kosong. Seorang
perempuan Melayu memberi tahu kalau Mari dan kawankawan digrebeg karena dianggap bertindak
asusila. "Saat itu aku lihat Zul sangat terpukul. Aku masih ingat
bagaimana ia seolah tidak bisa percaya atas apa yang
dibacanya. Ia berteriak histeris 'Tidak mungkin! Tidak
mungkin ini terjadi!' Aku melihat bagaimana ia membaca lagi
nama inisial Siti M di koran itu dengan hati hancur. Dengar
nada putus asa Zul saat itu mengatakan, 'Sia-sia aku
menolongnya. Sia-sia aku mencintainya.''
Mendengar cerita Pak Muslim, tangis Mari menjadi-jadi.
Perempuan berjilbab itu jadi tahu betapa Zul sebenarnya
sangat mencintainya. Bahkan sampai sakit karena mencintainya. Dan sampai datang bersama Pak Muslim untuk
mencintainya. Mari lalu berbicara dengan suara terbata-bata.
Menceritakan bagaimana dia sebenarnya sangat berharap Zul
datang. Ia lalu menceritakan kejadian pemerkosaan atas
dirinya dan bagaimana Zul menolongnya. Sejak itu ia merasa
bahwa orang paling berhak menerima pengabdiannya adalah
Zul. Mari juga mengakui ia berubah total cara hidupnya
karena pesan Zul untuk terus mendekatkan diri kepada Allah.
Pak Muslim dan isterinya, ikut terharu mendengar kisah
mereka berdua. "Subhanallah. Allah tidak mempertemukan di Subang
Jaya Malaysia, tapi Allah mempertemukan di Indonesia dalam
kondisi yang lebih baik, yang lebih barakah. Insya Allah." Kata
Pak Muslim dengan berlinang airmata.
"Jadi tak perlu ada ta'aruf ini?" tanya isteri Pak Muslim.
Pertanyaan itu malah dijawab dengan derai airmata oleh
Mari. Semuanya kemudian diam. Masing-masing menyelami
perasaan dan pikirannya sendiri-sendiri. Keheningan tercipta
10 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sesaat lamanya. Zul teringatbuku bersampul biru tua. Ia
beranjak ke kamar dan me-ngambilnya.
"Kalau boleh tahu bagaimana cerita buku ini. Buku ini
rasanya pernah aku baca di Subang Jaya. Kok sekarang ada
di sini?" kata Zul. Mari dan isteri Pak Muslim berpandangan. Mari merasa
lebih berhak menjawab, "Itu buku milik Prof. Datin Laila Abdul Majid. Dosen
sekaligus sahabatku. Saat kaubaca di kamarku di Subang
Jaya, saat itu aku masih kuliah semester tiga. Aku kuliah di
UKM mengambil part time. Sambil kerja."
Zul mengangguk. la langsung bertanya,
"Kenapa waktu kenalan dulu kau tidak menye-butkan
dirimu mahasiswi" Kenapa malah mengenalkan sebagai
pekerja?" Mari mendesah lalu menjawab,
"Untuk apa aku menonjol-nonjolkan kuliahku. Aku toh
sama sekali tidak bohong. Aku memang bekerja. Dan terus
terang karena aku beranggapan pada waktu itu sedang
kenalan dengan orang yang mencari kerja. Dengan calon
pekerja. Bukankah dulu yang kau-tanyakan padaku adalah
informasi tentang pekerjaan. Dan kau juga, kenapa kau tidak
pernah bercerita kalau kau adalah mahasiswa di UM?"
Zul diam sesaat, lalu ia berkata lirih, "Jawabannya kirakira sama denganmu."


Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pak Muslim dan isterinya tersenyum.
"Oh ya saya masih bingung. Namamu itu yang benar
siapa tho" Zul memperkenalkan dengan nama Siti Martini. Dia
biasa menyebut Mari. Tapi kau mengatakan pada isteriku
dengan nama Agustina. Isteriku kalau memanggilmu Agustin.
Di koran kau pakai nama Asma Maulida" Banyak nama
samaran ya?" Mari menata tempat duduknya dan menjawab,
"Baiklah saya jelaskan. Semuanya benar. Artinya semua
itu memang nama saya. Saya lahir dengan nama Siti Martini,
waktu kelas enam SD, ibu guru mem-bolehkan mengganti
nama yang dirasa kurang cantik untuk ditulis di ijazah. Ini
agak lucu, tapi memang nyata. Teman saya namanya
Sungatemi, biasa dipanggil Ngat, atau Ngatmi ia ganti jadi
Salsabila Ayu Ratnasari. la lalu minta dipanggil Ratna. Ada
yang namanya Sukodor, ia ganti jadi Anang Febrian, karena
lahir di bulan Februari. Saya bingung. Nama saya Siti Martini,
biasa dipanggil Mar. Saya ikut-ikutan teman-teman, saya
minta ibu guru membuatkan nama saya yang cantik dan
panjang. Ibu guru membuatkan nama Agustina Siti Mariana
Maulida. Karena saya lahir di bulan Agustus. Untuk nama
pena sekarang ini saya sering menggunakan nama Asma
Maulida. Asma kepanjangan dari Agustina Siti Mariana.
Kepada kolega saya sekarang lebih mantap mengenalkan
sebagai Asma. Anggap saja Asma juga nama hijrah saya. Tapi
11 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sebenarnya tetaplah nama asli saya. Kepada teman di
Bandung saya memperkenalkan diri Agustin. Dan kepada
para pekerja di Malaysia sama memperkenalkan diri sebagai
Mar, Mari atau Siti Martini."
"O begitu. Jadi Maulida, M.Ec?" lengkapnya Agustina Siti Mariana "Iya begitu." Malam itu adalah malam yang sangat bersejarah dan
membahagiakan bagi Zul dan Mari. Mereka sepakat untuk
menikah secepatnya. Dan dua minggu setelah itu mereka
mengikrarkan akad nikah di Sragen. Di desa kelahiran Mari.
Selanjutnya mereka hidup bersama dalam kesucian. Dan
beribadah bersama, saling mendukung dan menguatkan,
sujud bersama dalam bingkai mahkota cinta yang terbangun
indah di atas mahligai iman dan takwa.
*** Ketika Derita Mengabadikan Cinta
Kini tibalah saatnya kita semua mendengar nasihat
pernikahan untuk kedua mempelai yang akan disampaikan
oleh yang terhormat prof.Dr.Mamduh Hassan Al Gonzouri.
Beliau adalah ketua Ikatan Doktor Cairo dan direktor Rumah
Sakit Qashrul Aini, seorang pakar saraf terkemuka di Timur
Tengah, yang tidak lain adalah juga pensyarah bagi kedua
mempelai. Kepada Professor Mamduh dipersilakan".
Suara pengerusi majlis walimatul urs' itu bergema di
seluruh ruangan majlis pernikahan nan mewah di Hotel Hilton
Ramses yang terletak di tepi Sungai Nil, Cairo. Seluruh
hadirin menanti dengan penuh penasaran, apa kiranya yang
akan disampaikan pakar saraf kelulusan London itu. Hati
mereka menanti-nanti, mungkin akan ada kejutan baru
mengenai hubungan pernikahan dengan kesihatan saraf dari
professor yang murah dengan senyuman dan sering muncul di
televisyen itu. Sejurus kemudian, seorang lelaki separuh baya berambut
putih melangkah menuju pentas. Langkahnya tegap. Air muka
di wajahnya memancarkan kewibawaan. Kepalanya yang
sedikit botak meyakinkan bahawa ia memang ilmuwan
12 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berjaya. Sorot matanya tajam dan kuat, mengisyaratkan
peribadi yang tegas. Sebaik sampai di pentas, kamera video
dan lampu sorot terus menyunting ke arahnya. Sesaat
sebelum berbicara, seperti biasa, ia sentuh bingkai
kacamatanya,lalu... Bismillah. Alhamdulillah. Wash shalatu was salamu'ala
Rasulillah. Amma ba'du. Sebelumnya saya mohon maaf, saya
tidak boleh memberikan nasihat lazimnya para ulama, para
mubaligh, atau para ustadz. Namun pada kesempatan kali ini
perkenankan saya bercerita.
Cerita yang hendak saya sampaikan kali ini bukan
khayalan belaka dan bukan cerita biasa. Tetapi sebuah
pengalaman hidup yang tidak ternilai harganya, yang telah
saya kecap dengan segenap jasad dan jiwa saya. Harapan
saya, mempelai berdua dan seluruh hadirin yang dimuliakan
Allah boleh mengambil hikmah dan pelajaran yang
dikandungnya. Ambillah mutiaranya dan buanglah lumpurnya. Saya berharap kisah nyata saya ini dapat
melunakkan hati-hati yang keras, melukiskan nuansa-nuansa
cinta dan kedamaian, serta menghadirkan kesetiaan pada
segenap hati yang menangkapnya.
Hadirin yang terhormat, Tiga puluh lima tahun yang lalu. Saya adalah seorang
pemuda, hidup di tengah keluarga bangsawan menengah ke
atas. Ayah saya seorang perwira berpangkat tinggi, keturunan
"Pasha" yang sangat terhormat di negeri ini. Ibu saya tak
kalah terhormatnya, seorang ladydari keluarga bangsawan
terkemuka di Ma'adi, ia berpendidikan tinggi, pakar ekonomi
lulusan Sorbonne yang memegang jawatan penting dan sangat
dihormati kalangan elit politik negeri ini. Saya anak sulung,
adik saya dua, lelaki dan perempuan. Kami hidup dalam
suasana kebangsawanan dengan aturan hidup tersendiri.
Perjalanan hidup sepenuhnya diatur dengan undang-undang
dan norma kebangsawanan. Keluarga besar kami hanya
mengenal pergaulan dengan kalangan bangsawan atau
kalangan high class sepadan!
Entah mengapa, saya merasa tidak puas dengan cara
hidup seperti ini. Saya merasa terkongkong dan terbelenggu
oleh golongan sosial yang didewa-dewakan keluarga. Saya
tidak merasakan hidup sebenar yang saya cari. Saya lebih
merasa hidup justeru saat bergaul dengan teman-teman dan
kalangan bawahan yang menghadapi kehidupan dengan
penuh tentangan dan perjuangan. Hal ini ternyata membuat
keluarga saya gusar, mereka menganggap saya ceroboh dan
tidak boleh menjaga status sosial keluarga. Pergaulan saya
13 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan orang-orang yang selalu basah keringat dalam
mencari pengalas perut dianggap memalukan keluarga.
Namun saya tidak ambil peduli.
Kerana ayah memperoleh warisan yang sangat besar dari
datuk, dan ibu mampu mengembangkannya berlipat kali
ganda, maka kami hidup mewah dengan selera tinggi. Jika
musim panas tiba, kami biasa bercuti ke luar negeri, ke Paris,
Rom, Sydney atau kota besar dunia lainnya. Jika bercuti di
dalam negeri, ke Alexandria misalnya, maka pilihan keluarga
kami adalah hotel San Stefano atau hotel mewah di dalam
Montaza yang berdekatan dengan istana Raja Faruq.
Sebaik masuk fakulti kedoktoran, saya dibelikan kereta
mewah. Berkali-kali saya minta pada ayah untuk
menggantikannya dengan kereta biasa sahaja, agar lebih
senang bergaul dengan teman-teman dan para pensyarah.
Tapi beliau menolak mentah-mentah.
"Justeru dengan kereta mewah itu kamu akan dihormati
siapa sahaja".Tegas ayah. Terpaksa saya pakai kereta itu
meskipun dalam hati saya membantah pendapat materialistik
ayah. Dan agar lebih selesa di hati, saya meletakkan kereta itu
jauh dari tempat kuliah. Di kuliah saya jatuh cinta pada teman sekuliah. Seorang
gadis yang penuh pesona zahir batin. Saya tertarik dengan
kesederhanaan, kesahajaan, dan kemuliaan akhlaknya. Dari
keteduhan wajahnya saya menangkap dalam relung hatinya
tersimpan kesetiaan dan kelembutan tiada tara. Kecantikan
dan kecerdasannya sangat menakjubkan. Ia gadis yang
beradab dan berprestasi, sama seperti saya.
Gayung pun bersambut. Dia ternyata juga menyintai
saya. Saya merasa telah menemukan pasangan hidup yang
tepat. Kami berjanji untuk menempatkan cinta ini dalam
ikatan suci yang diredhai Allah, iaitu ikatan pernikahan.
Akhirnya kami berdua lulus dengan nilai tertinggi di fakulti.
Maka datanglah saatnya untuk mewujudkan impian kami
berdua menjadi kenyataan. Kami ingin memadu cinta penuh
bahagia di jalan yang lurus. Saya buka keinginan untuk
melamar dan menikahi gadis pujaan hati pada keluarga. Saya
ajak dia berkunjung ke rumah. Ayah, ibu dan saudara mara
saya semuanya takjub dengan kecantikan, kelembutan, dan
kecerdasannya. Ibu saya memuji cita rasanya dalam memilih
warna pakaian serta tutur bahasanya yang halus.
Selepas kunjungan itu, ayah bertanya tentang pekerjaan
ayahnya. Sebaik saja saya beritahu, serta merta meledaklah
badai kemarahan ayah dan terus membanting gelas yang ada
berdekatannya. Bahkan beliau mengancam: "Pernikahan ini
tidak boleh terjadi selamanya!" Beliau menegaskan bahawa
selama beliau masih hidup rancangan pernikahan dengan
gadis berakhlak mulia itu tidak boleh terjadi. Pembuluh otak
14 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
saya nyaris pecah pada saat itu menahan remuk redam
kepedihan batin yang tak terkira.
Hadirin semua, adakah Anda tahu apa sebabnya" Kenapa
ayah saya berlaku sedemikian kejam" Sebabnya, kerana ayah
calon isteri saya itu adalah tukang cukur.....tukang cukur, ya
sekali lagi...tukang cukur! Saya katakan dengan bangga.
Kerana meski hanya tukang cukur, dia seorang lelaki sejati.
Seorang pekerja keras yang telah menunaikan kewajipannya
pada keluarganya. Dia telah mengukir satu prestasi yang tak
banyak dilakukan para bangsawan "Pasha". Melalui
tangannya ia lahirkan tiga orang doktor, seorang jurutera dan
seorang leftenan, meskipun dia sama sekali tidak pernah
mengecap bangku pendidikan.
Ibu, saudara dan seluruh keluarga berpihak pada ayah.
Saya sendiri berdiri, tiada yang membela. Pada saat yang
sama adik lelaki saya membawa pasangannya yang telah
hamil dua bulan ke rumah. Minta direstui. Ayah, ibu terus
merestui dan menyiapkan biaya majlis pernikahannya
sebanyak lima ratus ribu pound. Saya protes kepada mereka,
kenapa ada perlakuan tidak adil seperti ini" Kenapa saya yang
ingin bercinta di jalan yang lurus tidak direstui sedangkan
adik saya yang jelas-jelas telah berzina , bertukar ganti
pasangan dan akhirnya menghamilkan pasangannya yang
entah keberapa di luar aqad nikah, malah direstui dan diberi
biaya maha besar" Dengan senang ayah menjawab: "Kerana
kamu memilih pasangan hidup dari golongan yang salah dan
akan menurunkan martabat keluarga, sedangkan teman
wanita adik kamu yang hamil itu anak menteri, dia akan
menaikkan martabat keluarga besar Al Gonzouri".
Hadirin semua, semakin perit luka dalam hati saya.
Kalau dia bukan ayah saya tentu sudah tentu saya maki
habis-habisan. Mungkin itulah tanda kiamat mahu datang,
yang ingin hidup bersih dengan menikah dihalangi, namun
yang jelas berzina justeru terus dibiayai. Dan dengan
menyebut asma Allah, saya putuskan untuk membela cinta
dan hidup saya. Saya ingin buktikan pada siapa saja, bahawa
cara dan pasangan bercinta pilihan saya adalah benar. Saya
tidak ingin apa-apa selain menikah dan hidup baik-baik
sesuai dengan tuntunan suci yang saya yakini kebenarannya.
Itu saja. Saya bawa kaki ini melangkah ke rumah kasih dan
saya temui ayahnya. Dengan penuh kejujuran saya jelaskan
apa yang sebenarnya terjadi, dengan harapan beliau berlaku
bijak merestui rancangan saya. Namun la haula wala
quwwata illa billah, saya dikejutkan oleh sikap beliau setelah
mengetahui penolakan keluarga saya. Beliau pun menolak
mentah-mentah untuk mengahwinkan puterinya dengan saya.
Bahkan juga bersumpah tidak akan merestui hal itu
selamanya, demi kehormatan keluarganya. Dia tidak rela
keluarganya menjadi bahan ejekan dan hinaan kalangan
15 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Pasha". Namun puterinya berkeras ingin menikah dengan
saya dan tidak akan menikah kecuali dengan saya. Ternyata
beliau menjawabnya dengan reaksi lebih keras, beliau tidak
menganggapnya sebagai anak jika tetap nekad bernikah
dengan saya. Kami berdua bingung, jiwa kami terseksa. Keluarga saya
menolak pernikahan ini terjadi kerana alasan status sosial,
sedangkan keluarga dia menolak kerana alasan membela
kehormatan. Berhari-hari saya dan dia hidup berlinang air
mata, beratap dan bertanya kenapa orang-orang itu tidak
memiliki kesejukan cinta"
Setelah berfikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk
mengakhiri penderitaan ini. Suatu hari saya ajak gadis yang
saya cintai itu ke pejabat ma'adzun syari (petugas pencatat
nikah) disertai tiga orang sahabat karibku. Kami berikan
identiti kami dan kami minta ma'adzun untuk melaksanakan
akad nikah kami secara syar'i mengikut madzhab Imam
Hanafi. Ketika ma'adzun menutun saya: "Mamduh, ucapkanlah kalimat ini: Saya terima nikah kamu sesuai
dengan sunnatullah wa rasulihi dan dengan mahar yang kita
sepakati bersama serta dengan memakai madzhab Imam Abu
Hanifah Radiyallahu 'anhu". Seketika itu bercucuranlah air
mata saya, airmata dia dan airmata ketiga sahabat saya yang
tahu secara detail perjalanan menuju aqad nikah itu. Kami
keluar dari pejabat itu dengan rasmi sebagai suami-isteri yang


Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sah di mata Allah Subhanahu wa Ta'ala dan manusia. Kami
punya bukti sah sebagai suami isteri yang diakui negara dan
diakui syariat. Kami telah bertekad siap mengahadapi
kemungkinan hidup ini murni dengan kekuatan kami, tanpa
sandaran dan dukungan siapa pun kecuali pertolongan Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Saya bisikkan dalam telinga isteri saya
agar menyiapkan kesabaran lebih, sebab rasanya penderitaan
ini belum berakhir. Seperti yang saya duga, penderitaan itu belum berakhir,
aqad nikah kami membuat murka keluarga. Prahara
kehidupan menanti di depan mata. Sebaik saja mencium
pernikahan kami, saya diusir oleh ayahku dari rumah. Kereta
dan segala kemudahan yang ada disita. Saya pergi dari rumah
tanpa membawa apa-apa. Kecuali beg lusuh berisi beberapa
pasang pakaian dan duit sebanyak tujuh pound saja, hanya
empat pound! Itulah sisa duit yang saya miliki selesai
membayar duit aqad nikah di pejabat ma'adzun. Begitu pula
dengan isteriku, ia turut diusir oleh keluarganya. Lebih tragis
ia hanya membawa beg kecil berisi pakaian dan wang
sebanyak dua pound, tidak lebih. Total, kami hanya pegang
enam pound atau dua dolar. Ah, apa yang boleh kami lakukan
16 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan enam pound. Kami berdua bertemu di jalanan
umpama gelandangan. Saat itu adalah bulan Februari, tepat
pada puncak musim dingin. Kami menggigil. Rasa cemas,
takut, sedih, dan sengsara bercampuraduk menjadi satu.
Hanya saja saat mata kami yang berkaca-kaca bertatapan
penuh cinta dan jiwa menyatu dalam dakapan kasih sayang,
rasa berdaya dan hidup menjalari sukma kami.
"Habibi, maafkan Kanda yang membawamu ke jurang
kesengsaraan seperti iniMaafkan kanda!. "
"Tidak Kanda tidak salah, langkah yang Kanda tempuh
benar. Kita telah berfikir benar dan bercinta dengan benar.
Merekalah yang tidak boleh menghargai kebenaran. Mereka
masih diselimuti cara berfikir anak kecil. Suatu ketika mereka
akan tahu bahawa kita benar dan tindakan mereka salah.
Saya tidak menyesal dengan langkah yang kita tempuh ini,
percayalah, insya Allah, saya akan sentiasa mendampingi
Kanda, selama Kanda setia membawa dinda di jalan yang
lurus. Kita akan buktikan pada mereka bahawa kita boleh
hidup dan berjaya dengan keyakinan cinta kita. Suatu ketika
saat kita gapai kejayaan itu, kita hulurkan tangan kita dan
kita berikan senyuman kita pada mereka dan mereka akan
menangis haru. Airmata mereka akan mengalir deras seperti
derasnya airmata derita kita saat ini." Jawab isteri saya
dengan terisak dalam pelukan. Kata-katanya memberikan
pengaruh yang luar biasa dalam diri saya. Lahirlah rasa
optimisme untuk hidup. Rasa takut dan cemas itu sirna
seketika. Apalagi teringat bahawa satu bulan lagi kami akan
dilantik menjadi doktor. Dan sebagai lulusan terbaik masingmasing dari kami akan menerima
penghargaan dan wang sebanyak 40 pound. Malam semakin larut dan hawa dingin semakin
menggigit. Kami duduk di kaki lima kedai berdua sebagai
orang melarat yang tidak punya apa-apa. Dalam kebekuan
otak kami terus berputar mencari jalan keluar. Tidak mungkin
kami tidur di kaki lima kedai itu. Jalan keluar itu pun datang
jua. Dengan sisa wang pound itu kami boleh meminjam
telefon di sebuah kedai dua puluh empat jam. Saya
Berjaya menghubungi seorang teman yang boleh memberi
pinjaman sebanyak 50 pound. Ia bahkan menghantarkan
kami dengan keretanya mencarikan lokandat (rumah
penginapan) ala kadarnya yang murah.
Saat kami berteduh dalam bilik sederhana, segeralah
kami disedarkan kembali bahawa kami berada di lembah
kehidupan yang susah, kami harus mengharunginya berdua
dan tidak ada yang menolong kecuali cinta, kasih sayang dan
perjuangan keras kami berdua serta rahmat Allah Subhanahu
wa Ta'ala. Kami hidup dalam lokandat itu beberapa hari,
sampai teman kami berjaya menemukan rumah sewa
17 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sederhana di daerah kumuh Syubra Kaimah.
Bagi kaum bangsawan, rumah sewa kami mungkin
dipandang sepantasnya adalah untuk kandang binatang
kesayangan mereka. Bahkan rumah kesayangan mereka
mungkin lebih bagus dari rumah sewa kami. Namun bagi
kami, ini adalah hadiah dari langit. Apapun bentuk rumah
itu,jika seorang gelandang tanpa rumah menemukan tempat
berteduh, ia bagaikan mendapat hadiah agung dari langit.
Kebetulan yang tuan punya rumah sedang memerlukan wang,
sehingga dia menerima aqad sewa tanpa wang jaminan dan
wang perkhidmatan lainnya. Jadi sewanya tak lebih dari 25
pound saja untuk tiga bulan. Betapa bahagianya kami saat
itu, segera kami pindah ke sana. Lalu kami membeli perkakas
rumah untuk pertama kalinya. Tidak lebih dari sebuah tilam
kasar dari kapas, dua bantal, satu meja kayu kecil, dua kerusi
dan satu dapur gas sederhana sekali, kipas, dan dua cangkir
dari tanah, itu saja tak lebih.
Dalam hidup yang bersahaja dan belum boleh dikatakan
layak itu, kami tetap merasa bahagia, kerana kami selalu
bersama. Adakah di dunia ini kebahagiaan melebihi
pertemuan dua orang yang diikat kuatnya cinta" Hidup
bahagia adalah hidup dengan ghairah cinta. Dan kenapakah
orang-orang di dunia merindukan syurga di akhirat. Kerana di
syurga Allah menjanjikan cinta. Ah, saya jadi teringat
perkataan Ibnul Qayyim, bahawa ni'matnya persetubuhan
cinta yang dirasa sepasang suami
isteri di dunia adalah untuk memberikan gambaran
setitis rasa ni'mat yang disediakan Allah di syurga. Jika
percintaan suami isteri itu ni'mat, maka syurga jauh lebih
ni'mat dari itu semua. Ni'mat cinta di syurga tidak boleh
dibayangkan. Yang paling ni'mat adalah cinta yang diberikan
Allah kepada penghuni syurga, saat Allah memperlihatkan
wajahNya. Dan tidak semua penghuni syurga berhak
meni'mati indahnya wajah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Untuk
mencapai ni'mat cinta itu, Allah menurunkan petunjuknya
iaitu Al-Quran dan Sunnah. Yang konsisten mengikuti
petunjuk Allahlah yang berhak memperoleh segala cinta di
syurga. Melalui penghayatan cinta ini, kami menemukan jalanjalan lurus mendekatkan diri kepadaNya. Isteri
saya jadi rajin membaca Al-Quran, lalu memakai tudung, dan tiada putus
solat malam. Di awal malam ia menjelma menjadi puteri raja
yang cantik mengghairahkan. Di akhir malam ia menjelma
menjadi Rabiah Adawiyah yang larut dalam samudera
munajat kepada Tuhan. Pada waktu siang dia adalah doktor
yang penuh pengabdian dan belas kasihan. Ia memang wanita
yang berkarakter dan berperibadian kuat, ia bertekad untuk
menempuh hidup berdua tanpa bantuan siapa pun, kecuali
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia juga seorang wanita yang
18 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pandai mengurus wang . Wang sebanyak 55 pound yang
tersisa setelah membayar rumah cukup untuk makan dan
pengangkutan selama satu bulan. Tetangga-tetangga kami yang sederhana sangat mencintai kami, dan kami juga
mencintai mereka. Mereka merasa kasihan melihat
kemelaratan dan derita hidup kami, padahal kami berdua
adalah doktor. Sampai-sampai ada yang kata tanpa disengaja:
"Ah, kami ingat para doktor itu pasti semuanya kaya, ternyata
ada juga ya yang melarat sengsara seperti Mamduh dan
isterinya." Akrabnya persahabatan kami dengan para tetangga
banyak mengurangi nestapa kami. Beberapa kali tetangga
kami menawarkan bantuan-bantuan kecil layaknya seperti
saudara sendiri. Ada yang menawari isteri agar menumpangkan saja cuciannya pada mesin cuci mereka.
Kerana kami memang doktor yang sibuk.
Ada yang membelikan keperluan dapur. Ada yang
membantu membersihkan rumah. Saya sangat terkesan
dengan pertolongan-pertolongan itu. Kehangatan tetangga itu
seolah pengganti kasarnya perlakuan yang kami terima dari
keluarga kami sendiri. Keluarga kami bahkan tidak terpanggil
sama sekali untuk mencari dan mengunjungi kami.
Yang lebih menyakitkan, mereka tidak membiarkan kami
hidup tenang. Suatu malam ketika kami sedang tidur
nyenyak,tiba-tiba rumah kami diketuk dengan kasar dan
ditendang oleh empat penjahat kiriman ayah saya. Mereka
merosakkan segala perkakas yang ada. Meja kayu satusatunya mereka patah-patahkan, begitu
juga kerusi. Katil tempat kami tidur satu-satunya mereka robek-robek. Mereka
mengancam dan memaki dengan kata-kata kasar. Lalu
mereka keluar dengan ancaman: "Kalian tidak akan hidup
tenang, kerana berani menentang Tuan Pasha!" Yang mereka
maksudkan dengan "tuan pasha" adalah ayah saya yang saat
itu pangkatnya naik menjadi jeneral.
Keempat-empat banjingan itu pergi. Kami berdua
berpelukan, menangis bersama-sama berbagi nestapa dan
membangun kekuatan. Lalu kami atur kembali rumah yang
hancur. Kami kumpulkan juga kapas-kapas yang berserakan,
kami masukkan dalam tilam dan kami jahit tilam yang koyakrabak tidak karuan itu. Kami susun
19 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
semula buku-buku yang bersepah. Meja dan kerusi yang pecah itu berusaha kami
perbaiki. Lalu kami tidur kepenatan dengan tangan erat
bergenggaman, seolah-olah eratnya genggaman inilah sumber
rasa aman dan kebahagiaan yang meringankan tekanan hidup
ini. Benar, firasat saya mengatakan ayah tak akan
membiarkan kami hidup tenang. Saya mendapat berita dari
seorang teman bahawa ayah telah merancang scenario keji
untuk memenjarakan isteri saya berdua dengan tuduhan
wanita pelacur. Semua orang juga tahu kuatnya pegawai
perisik ketenteraan di negeri ini. Mereka berhak melaksanakan apa saja dan undang-undang berada di bawah
telapak kaki mereka. Saya hanya boleh pasrah segalanya
kepada Allah mendengar hal itu.
Dan masya Allah! Ayah memang merancang rancangan
itu dan tidak mengurangkan niat jahatnya itu kecuali setelah
seoarang teman karibku berjaya memperdaya beliau dengan
bersumpah akan berjaya memujuk saya agar menceraikan
isteri saya. Dan meminta ayah untuk bersabar dan tidak
menjalankan skenario itu, sebab kalau itu terjadi pasti
pemberontakan saya akan menjadi lebih keras dan akan
berbuat lebih nekad. Tugas temanku itu adalah mengunjungi
ayahku setiap minggu sambil meminta beliau bersabar,
sampai berjaya meyakinkan saya untuk menceraikan isteriku.
Inilah rancangan temanku itu untuk terus menghulur waktu,
sampai ayah turun marahnya dan melupakan rencana
kejamnya. Sementara saya dapat mempersiapkan segala
sesuatu lebih matang. Beberapa bulan setelah itu data pekerjaan sebagai doktor
di Negara teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang
tak berperasaan. Tetapi isteri saya malah terfikir untuk
meraih Magister. Saya pujuk dia untuk menghentikan
niatnya. Tapi dia tetap berkeras untuk meraih Magister dan
menjawab dengan logik yang tak kuasa saya tolak:
"Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan dan
mendapat tawaran dari fakulti sehingga akan memperolehi
keringanan dalam pembiayaan, kita harus bersabar sebentar
menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam
kebahagiaan. Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa
tidak sekalian kita reguk sumsum penderitaan ini, kita
sempurnakan prestasi akademik kita, dan kita wujudkan
mimpi indah kita." 20 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan
keraguan atau ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan
tekad membaja isteriku,hatiku pun luruh. Kupenuhi
ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan
kekuatan jiwanya. Jadilah kami berdua masuk program
Magister. Dan mulailah kami memasuki hidup baru yang lebih
menderita. Kemasukan hanya cukup-cukup untuk hidup,
sementara keperluan kuliah luar biasa banyaknya, dana
untuk praktikal, buku dan lain-lain. Nyaris kami hidup seperti
kaum sufi. Makan hanya dengan roti isy dan air. Hari-hari
yang kami lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan
kami. Malam-malam kami lalui bersama dengan perut lapar,
teman setia kami adalah air paip. Ya, air paip. Masih terakam
dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama pada
suatu malam sampai didera rasa lapar tak terkira, kami ubati
dengan air. Yang terjadi, kami malah muntah-muntah.
Terpaksa wang untuk beli buku kami ambil untuk beli pengisi
perut. Siang hari, jangan tanya, kami terpaksa puasa. Dari
keterpaksaan itu terjelmalah kebiasaan dan keikhlasan.
Meski sedemikian melaratnya, kami merasa bahagia.
Kami tidak pernah menyesal atau mengeluh sedikit pun. Tidak
pernah saya melihat isteri saya mengeluh, menangis, sedih
atau pun marah kerana suatu sebab. Kalaupun dia menangis
itu bukan menyesali nasibnya, tetapi dia lebih merasa kasihan
pada saya. Dia kasihan melihat keadaan saya yang asalnya


Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terbiasa hidup mewah dengan selera high class,tiba-tiba harus
hidup sengsara seperti pengemis. Dan sebaliknya saya juga
merasa kasihan melihat keadaan dia, dia yang asalnya hidup
selesa dan makmur dengan keluarganya harus hidup
menderita di rumah sewa yang buruk dan makan ala
kadarnya. Timbal balik perasaan ini ternyata menciptakan
suasanamawaddah yang luar biasa kuatnya dalam diri kami.
Saya tidak mampu lagi melukiskan rasa sayang, penghormatan dan cinta yang mendalam padanya.
Setiap kali saya mengangkat kepala dari buku, yang
nampak di depan saya adalah wajah isteri yang lagi serius
belajar. Kutatap wajahnya dalam-dalam. Saya kagum pada
bidadari saya itu. Merasa diperhatikan, dia akan mengangkat
pandangannya dari buku, dan menatap saya penuh cinta dan
senyumannya yang khas. Jika sudah demikian, penderitaan
ini terlupakan semua. Rasanya kamilah orang paling
berbahagia di dunia. "Allah menyertai orang-orang yang sabar,
Sayang!" bisiknya mesra sambil tersenyum. Lalu kami
21 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
teruskan belajar dengan semangat membara.
Allah Maha Penyayang. Usaha kami tidak sia-sia. Kami
berdua meraih gelaran Master dengan waktu tercepat di Mesir.
Hanya dua tahun saja. Namun kami belum keluar dari derita.
Setelah meraih Master pun kami masih mengecap hidup
susah, tidur di atas tilam nipis dan tidak ada istilah makan
enak dalam hidup kami. Sampai akhirnya, rahmat Allah
datang jua. Setelah usaha keras, kami berjaya menandatangani kontrak kerja di sebuah rumah sakit di
Kuwait. Dan untuk pertama kalinya setelah lima tahun
berselimut derita dan duka, kami mengenal hidup layak dan
tenang. Kami hidup di rumah yang mewah. Kami rasakan
kembali tidur di atas tilam empuk. Kami kenal kembali
makanan lazat setelah kami tinggal sekian tahun. Dua tahun
setelah itu kami pun dapat membeli villa bertingkat dua di
Heliopolis, Cairo. Sebenarnya saya rindu untuk kembali ke
Mesir setelah memiliki rumah yang sesuai. Tetapi isteriku
memang "gila". Ia kembali mengeluarkan idea gila, iaitu idea
untuk melanjutkan program doktor spesialis di London, juga
dengan alasan logik yang susah saya tolak:
"Kita doktor yang berprestasi. Hari-hari penuh derita
telah kita lalui dan kita kini memiliki wang yang cukup untuk
mengambil doktor di London. Setelah bertahun-tahun kita
hidup di lorong buruk dan kotor, tak ada salahnya kita raih
sekalian tahap akademik tertinggi sambil merasakan hidup di
negara maju. Apalagi pihak rumah sakit telah menyediakan
dana tambahan." Ku cium kening isteriku, bismillah kita ke London.
Singkatnya, dengan rahmat Allah, kami berdua berjaya
meraih gelaran doktor dari London. Saya spesialis saraf dan
isteri saya spesialis jantung. Setelah memperoleh gelaran
doktor spesialis, kami menandatangani kontrak kerja baru di
Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya. Bahkan saya
diangkat sebagai doktor ahli sekaligus direktor rumah
sakitnya dan isteri saya sebagai wakilnya. Kami juga mengajar
di Universiti. Kami pun dikurniai seorang puteri yang cantik
dan cerdas. Saya namakan dia dengan nama isteri terkasih,
belahan jiwa yang menemaniku dalam suka dan duka, yang
tiada henti mengilhamkan kebajikan-kebajikan.
Lima tahun setelah itu kami kembali ke Cairo setelah
sebelumnya menunaikan ibadah haji di Tanah Haram. Kami
kembali laksana seorang raja dan permaisurinya yang pulang
dari lawatan keliling dunia. Kini kami hidup bahagia, penuh
22 27. Pedang Gadis Yueh Jin Yong m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
cinta dan kedamaian setelah lebih dari sembilan tahun hidup
menderita, melarat dan sengsara. Mengenang masa lalu, maka
bertambahlah rasa syukur kami pada Allah Subhanahu wa
Ta'ala dan bertambahlah rasa cinta kami. Ini cerita nyata yang
ingin saya sampaikan sebagai nasihat hidup.
Jika hadirin sekalian ingin tahu isteri solehah yang saya
cintai dan mencurahkan cintanya dengan tulus tanpa pernah
surut sejak pertemuan pertama sampai saat ini, di kala suka
dan duka, maka lihatlah wanita berjilbab biru muda yang
menunduk di barisan depan kaum ibu, tepat samping kiri
artis berjilbab Huda Sulthan, dialah isteri saya tercinta yang
mengajrkan bahawa penderitaan boleh mengekalkan cinta,
dialah Prof. Shiddiqa binti Abdul Aziz!"
Tepuk tangan bergemuruh mengiri gegak kamera video
menyuting sosok perempuan separuh baya yang nampak
anggun dengan jilbab biru tuanya. Perempuan itu sedang
mengusap cucuran airmatanya. Kamera itu juga merakam mata Huda Sulthan yang berkaca-kaca, lelehan air
mata haru kedua mempelai dan segenap hadirin yang
menghayati cerita itu dengan saksama.
*************** Sekedear Berbagi Ilmu & Buku Attention!!! Please respect the author's
copyright and purchase a legal copy of
this book AnesUlarNaga. BlogSpot. COM (http://cerita-silat.mywapblog.com)
23 Nemesis 5 Candika Dewi Penyebar Maut I I I Prabarini 4

Cari Blog Ini