Ceritasilat Novel Online

Kisah Para Nabiallah 7

Kisah Para Nabiallah Bagian 7


ia menari-nari serta berputar-putar di sekeliling berhala.
Al-Qurthubi dalam tafsirnya pada juz kesebelas menyebutkan fitnah yang timbulkan oleh Samiri.
Qurthubi berkata: "Imam Abu Bakar at-Thurthusi ditanya: "Apa yang dikatakan oleh pemimpin
kita al-Faqih tentang kelompok pria yang memperbanyak zikrullah dan menyebut Muhammad
saw. Sebagian mereka menari-nari sehingga pingsan. Mereka menghadirkan sesuatu dan
memakannya. Apakah hadir bersama mereka boleh atau tidak" Berilah kami fatwa,
mudahmudahan engkau diberi pahala." Qurthubi menjawab pertanyaan ini dengan menukil
penjelasan gurunya: "Mazhab sufi (yang beliau maksudkan adalah orang-orang yang menari-nari yang
dipraktekkan oleh sebagian aliran sufi untuk mengekspresikan zikir) berdasarkan kebodohan
dan kesesatan serta sesuatu yang sia-sia. Islam hanya berdasarkan Kitab Allah SWT dan
3 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sunah Rasul-Nya. Praktek tari-tarian seperti itu adalah sesuatu yang pertama kali diciptakan
oleh pengikut-pengikut Samiri ketika mereka menjadikan anak sapi sebagai tuhan mereka.
Mereka menari-nari di sekitarnya dan berkumpul di situ. Itu adalah agama kekufuran dan
penyembahan terhadap anak sapi."
Nabi saw duduk bersama sahabatnya dan seakan-akan di atas kepala mereka terdapat burung,
karena saking hormatnya mereka terhadap beliau. Hendaklah penguasa dan wakilnya
mencegah orang-orang itu untuk hadir di mesjid dan selainnya. Dan tidak diperkenankan bagi
seorang pun yang beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian untuk hadir bersama orangorang
itu atau membantu kebatilan mereka. Ini adalah pendapat mazhab Malik, Abu Hanifah,
Syafi'i, Ahmad bin Hambal, dan lain-lain dari para imam kaum Muslim.
Demikianlah pernyataan al-Qurthubi berkaitan dengan masalah tersebut. Anda dapat
membayangkan sejauhmana kecermelangan pikirannya dan sejauhmana ketakwaannya.
Selanjutnya, kita kembali kepada kisah Nabi Musa. Nabi Musa turun dari gunung untuk kembali
rnenemui kaumnya. Kemudian ia mendengar teriakan kaum saat mereka menari-nari di sekitar
anak sapi. Kaum itu berhenti ketika melihat Nabi Musa muncul di depan mereka. Dan tiba-tiba
keheningan menyelimuti mereka. Nabi Musa berteriak dan berkata:
"Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati, berkatalah
dia: 'Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianhu!'" (QS. al-A'raf:
150) Musa berjalan menuju ke Harun, lalu ia meletakkan papan Taurat dengan tangannya di atas
tanah. Tampaknya api kemarahan telah membakamya. Musa memegang Harun dari rambut
kepalanya sampai rambut jenggotnya sambil berkata:
"Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga)
kamu tidak mengikuti aku" Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?" (QS.
Thaha: 92-93) Musa bertanya, "Apakah Harun tidak menaati perintahnya, bagaimana ia mendiamkan fitnah ini;
bagaimana ia tetap bersama mereka dan tidak meninggalkan mereka serta berlepas diri dari
perbuatan mereka; bagaimana ia tetap diam dan tidak berusaha melawan mereka, bukankah
orang yang diam atau membiarkan suatu kesalahan itu bertanda bahwa ia merestuinya atau
bagian dari kesalahan itu?" Keheningan semakin meningkat ketika gelora api kemarahan Musa
semakin membara. Harun bericara kepada Musa dan meminta kepadanya untuk melepaskan
kepalanya dan jenggotnya karena mereka berdua berasal dari ibu yang satu. Harun
mengingatkan Musa akan kedekatan hubungannya melalui ibu, bukan melalui ayah agar hal itu
lebih dapat membuat Musa merasa kasihan kepadanya:
"Harun menjawab: 'Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang jenggotku danjangan (pula)
kepalaku.'" (QS. Thaha: 94)
Harun memberi pengertian kepada Musa bahwa ia sama sekali tidak bermaskud menentang
perintahnya, dan ia pun tidak menunjukkan sikap merestui penyembahan anak sapi, tetapi ia
khawatir jika ia meninggalkan mereka dan pergi lalu Musa bertanya kepadanya, mengapa ia
tidak tetap tinggal bersama mereka" Mengapa seorangyang bertanggungjawab kepada
merekajustru meninggalkan mereka" Di samping itu, ia juga khawatir jika ia memerangi mereka
dengan kekerasan maka terjadi peperangan di antara mereka. Lalu Musa akan bertanya
kepadanya, mengapa ia membikin perpecahan di antara mereka dan mengapa ia tidak
menunggu kembalinya Musa:
"Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku). 'Kamu telah memecah
antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku.'" (QS. Thaha: 94)
Harun berusaha memahamkan saudaranya, Musa, dengan penuh kelembutan bahwa kaumnya
merendahkannya dan mereka nyaris membunuhnya ketika ia melawan mereka. Ia memohon
kepada Musa agar melepaskan tangannya dari kepalanya dan jenggotnya. Harun memberitahu
4 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Musa bahwa ia bukan termasuk orang jahat sepeti mereka ketika ia bersikap diam terhadap
kelaliman mereka: "Harun berkata: 'Hai anak ibuku, sesungguhnya haum ini telah menganggapku lemah dan
hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadihan musuh-musuh
gembira melihatku, dan janganlah kamu masukan aku ke dalam golongan orang-orang yang
lalim.'" (QS. al-A'raf: 150)
Musa menyadari bahwa ia melalimi Harun dengan kemarahannya di mana kemarahan itu
berkobar karena kecemburuannya terhadap agama Allah SWT dan semata-mata karena
kecintaannya kepada kebenaran. pun mengetahui bahwa Harun telah menjalankan tugas
dengan sebaik-baiknya dalam keadaan seperti ini. Kemudian Musa menarik tangannya dari
kepala dan jenggot saudaranya dan ia meminta ampun kepada Allah SWT bagi dirinya dan bagi
saudaranya. Musa menoleh kepada kaumnya dan bertanya dengan suara yang penuh gelora
dan menunjukkan sikap marah:
"Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik" Maka
apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan
dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?" (QS. Thaha: 86)
Musa tampak marah dan mengejek mereka dan menunjukkan betapa bodohnya apa yang
mereka lakukan. Dengan kemarahan yang luar biasa, Musa kembali berkata:
"Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya) kelak akan
menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia.
Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan."
(QS. al-A'raf: 152) Hampir saja gunung berguncang mendengar suara kemarahan Musa, dan Bani Israil menyadari
kesalahan mereka. Kebohongan mereka dan penyimpangan mereka atas kebenaran yang
dibawa oleh Musa tampak jelas. Mereka justru menjauhkan segala karunia yang Allah SWT
berikan kepada mereka dan memilih untuk menyembah berhala ketika Musa meninggalkan
mereka selama empat puluh hari. Mereka kembali menyembah anak sapi yang terbuat dari
emas. Bukankah Allah SWT telah berjanji kepada mereka agar mereka memegang agama
tauhid di bumi" Musa menoleh kepada Samiri setelah ia berbicara secara singkat kepada Harun. Harun telah
membuktikan bahwa - sebagai penanggung jawab kaumnya saat Musa meninggalkan
mereka - ia telah menjalankan tugas dengan baik. Bani Israil tampak tertunduk lesu di depan
Musa. Maka orang yang paling bertanggung jawab adalah orang yang menyebarkan fitnah,
yaitu Samiri. Musa berkata kepada Samiri dalam keadaan api kemarahannya belum juga
padam: "Berkata Musa: 'Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?" (QS. Thaha: 95)
Musa bertanya kepadanya tentang kisahnya dan ia ingin mengetahui langsung darinya apa
yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut. Samiri menjawab:
"Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya." (QS. Thaha: 96)
Aku melihat Jibril saat ia menunggangi kudanya, dan setiap kali ia meletakkan kakinya di atas
sesuatu maka terjadilah kehidupan padanya:
"Maka aku mengambil segenggam dari jejak rasul." (QS. Thaha: 96)
Aku mengambil segenggam tanah yang dilewati oleh Jibril lalu aku meletakkannya di atas
emas: "Lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku." (QS. Thaha: 96)
Demikianlah apa yang aku lakukan. Musa tidak mempersoalkannya; Musa tidak
mempersoalkan pengakuan Samiri tetapi ia justru mempersoalkan mengapa Samiri menentang
kebenaran. Adalah hal yang tidak penting bagi Samiri untuk melihat Jibril lalu ia mengambil
bekas tanahnya; adalah hal yang tidak penting bahwa anak sapi itu tercipta dari tanah yang
5 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dilalui dari kuda Jibril. Yang penting adalah, bahwa Samiri telah melakukan kejahatan dan
menyebarkan fitnah di tengah-tengah kaum Nabi Musa. Dengan ciptaannya itu, ia mendorong
kaum Nabi Musa untuk merasa kagum dengan para tokoh-tokoh Mesir dan ia meniru para
tokoh itu dalam menyembah berhala. Ini adalah kejahatan yang dengannya Musa ingin
menghukum Samiri: "Berkata Musa: 'Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan dunia ini
(hanya dapat) mengatakan: 'Janganlah menyentuh (aku). Dan sesungguhnya bagimu hukuman
(di akhirat) yang kamu sekali-kali tidah dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang
kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami
sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).'"
(QS. Thaha: 97) Nabi Musa menjatuhkan hukuman kepada Samiri dalam bentuk mengasingkannya di dunia.
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa Musa berdoa agar Samiri tidak disentuh oleh seorang
pun. Melaiui fitnah yang ditimbulkannya, Samiri ingin menyesatkan Bani Israil dan mendorong
mereka untuk menyembah apa yang diciptakannya. Dan, sekarang ia menerima siksaan yang
sesuai dengan kejahatannya. Samiri merasakan kesendirian dan dibuang dari kaumnya.
Apakah Samiri sakit dengan suatu penyakit kulit yang mengerikan sehingga manusia
menjauhinya dan tidak mau menyentuhnya, bahkan untuk mendekatinya pun mereka tidak
mau" Kita tidak mengetahui apa yang terjadi padanya sehingga ia terasing dari kaumnya. Yang
kita ketahui adalah, bahwa Musa telah menjatuhkan hukuman yang berat baginya. Barangkali
pembunuhan lebih mudah baginya daripada menanggung beban berat siksaannya itu. Samiri
hidup dalam keadaan terasing dan terhina. Tidak ada satu makhluk pun yang mendekatinya. Ini
adalah siksaan di dunia dan siksaan di hari kiamat adalah siksaan yang kedua yang lebih
dahsyat. Setelah mengurus dan mengadili Samiri, Musa bangkit menuju anak sapi yang terbuat dari
emas. Beliau mengambilnya dan melemparkannya ke api. Musa tidak hanya
menghancurkannya di hadapan kaum yang membisu, bahkan beliau membuangnya ke laut.
Tuhan yang mereka sembah kini menjadi abu yang bertebaran. Kemudian Musa mengangkat
suaranya yang menggelegar:
"Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah, yang tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu." (QS.Thaha: 98)
Allah-lah Tuhan kalian, bukan patung itu yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan mudarat
bagi dirinya. Setelah Nabi Musa menghancurkan patung itu, beliau menoleh kepada kaumnya.
Nabi Musa telah memberitahu kaumnya bahwa mereka telah menganiaya diri mereka sendiri.
Nabi Musa menyarankan kepada para penyembah berhala untuk bertaubat. Nabi Musa
memberitahukan bahwa siapa pun yang mengikuti anak sapi tersebut maka ia harus dibunuh.
Allah SWT berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: 'Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah
menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka
bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih
baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.'" (QS. al-Baqarah:
54) Hukuman yang ditetapkan oleh Musa atas para penyembah anak sapi sangat mengerikan,
namun itu setimpal dengan kejahatan mereka. Menyembah berhala adalah usaha untuk
mematikan akal. Dengan akal, manusia memiliki keistimewaan yang tidak terdapat pada
makhluk-makhluk lainnya. Karena kejahatan itu sangat luar biasa, yaitu kejahatan yang berupa
usaha mematikan fungsi akal maka hukumannya pun harus berat. Kemudian datanglah rahmat
6 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Allah SWT dan Dia menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah SWT Maha menerima
taubat dan Maha Pengasih.
Akhirnya, kemarahan Musa mulai mereda. Coba Anda renungkan ungkapan Al-Qur'an al-Karim
yang menggambafkan kemarahan Musa dalam bentuk yang realistis: bagaimana Musa
meletakkan papan Taurat, dan bagaimana dia memegang jenggot saudaranya dan kepalanya
dan diakhiri dengan pembuangan atau penghancuran anak sapi di lautan serta keputusannya
untuk membunuh orang-orang yang menjadikannya sebagai tuhan. Alhasil, kemarahan Musa
mulai mereda; kemarahan Musa adalah kemarahan karena Allah SWT. Itu adalah kemarahan
yang paling tinggi dan layak untuk mendapatkan kehormatan. Ketika kemarahannya hilang,
Musa ingat tugas utamanya, yaitu bahwa ia meletakkan papan-papan Taurat. Musa kembali
mengambil papan-papan itu dan terus berdakwah di jalan Allah SWT:
Allah SWT berfirman: "Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam
tulisannya terdapat petunjuk dan rah-mat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. "
(QS. al-A'raf: 154) Sebagian mereka berdalil dengan firmannya: Dan dalam tulisannya, bahwa papan-papan itu
pecah (rusak). Kami tidak mengetahui, apakah papan-papan itu terbuat dari benda tertentu
yang dapat pecah atau tidak. Ibnu Katsir menepis dalil atau argumen tersebut dan ia
berpendapat bahwa papan-papan itu tetap seperti semula. Alhasil, Musa kembali merasakan
ketenangan dan ia berusaha memperbarui jihadnya di jalan Allah SWT. Beliau membacakan
papan-papan Taurat kepada kaumnya. Mula-mula beliau memerintahkan mereka agar
mengambil hukum-hukumnya dengan penuh kekuatan dan tekad.
Ironis sekali, bahwa kaum Nabi Musa mencoba menawar-nawar kebenaran. Mereka
mengatakan: "Sebarkanlah kepada kami isi papan-papan itu, jika perintahnya dan larangannya
mudah maka kami akan menerimanya." Musa berkata: "Kalian harus menerima apa saja yang
ada di dalamnya." Kemudian mereka terus melakukan tawar-menawar. Akhirnya, Allah SWT
memerintahkan para malaikatnya untuk mengangkat gunung di atas kepala mereka hingga
gunung itu seakan-akan menjadi awan yang menyelimuti mereka. Dikatakan kepada mereka:
jika kalian tidak menerima apa saja yang di dalamnya maka gunung itu akan ambruk menimpa
kalian. Mendengar ancaman itu, mereka pun menerimanya. Lalu mereka diperintahkan untuk
sujud dan mereka pun sujud. Mereka meletakkan pipi mereka di atas tanah. Mereka mulai
melihat gunung dengan penuh ketakutan.
Allah SWT berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan
awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka (dan Kami katakan
kepada mereka): 'Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta
ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang
yang bertakwa.'" (QS. al-A'raf: 171)
Demikianlah bahwa kaum Nabi Musa tidak serta merta berserah diri kecuali pada saat-saat
kritis di mana mukjizat luar biasa mampu menakutkan mereka dan menggetarkan hati mereka
sehingga mereka sujud secara terpaksa. Manusia pada saat itu terpaksa beriman karena
berhadapan dengan "tongkat Ilahi". Hal yang demikian ini biasanya berlaku kepada anak-akan
kecil dan pada saat manusia kehilangan kesadaran dan kematangan yang cukup sehingga
akalnya tidak berfungsi secara sehat.
Barangkali di sini kami ingin untuk kesekian kalinya mengemukakan keadaan kaum Nabi Musa.
Mereka tidak begitu saja puas dengan mukjizat yang luar biasa. Kaum Nabi Musa telah terdidik
di bawah kehinaan dan penindasan sehingga mereka kehilangan nilai-nilai kemanusiaan
mereka dan fitrah mereka telah tercemar. Kehinaaan yang telah tertanam dalam jiwa mereka
dan mereka telah terbiasa dengannya menyebabkan mereka tidak mudah untuk diajak menuju
7 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kebaikan, kecuali jika mereka telah mendapatkan tekanan atau kekerasan.
Dahulu mereka terbiasa untuk menaati para tokoh mereka setelah mereka ditekan maka
sekarang ketika mereka berhadapan dengan tokoh mereka yang baru, yaitu keimanan, mereka
pun harus digiring dengan menggunakan bahasa kekerasan. Kejahatan penyembahan anak
sapi bukan tidak membawa pengaruh apa-apa. Musa memerintahkan kepada ulama Bani Israil
dan orang-orang baik di antara mereka untuk meminta ampun kepada Allah SWT dan bertaubat
kepadanya. Musa memilih tujuh puluh laki-laki di antara mereka yang paling baik sambil
berkata: "Pergilah kalian menuju Allah SWT dan bertaubatlah kepada-Nya atas apa saja yang
kalian lakukan. Berpuasalah kalian, sucikanlah jiwa kalian, dan bersihkanlah pakaian kalian."
Musa keluar bersama tujuh puluh orang-orang yang terpilih itu untuk memenuhi perjumpaan
yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Musa mendekati gunung, dan tiba-tiba sekawanan awan
menyelimuti gunung. Musa masuk ke dalam awan dan berkata kepada kaum: "Mendekatlah,
mendekatlah." Allah SWT berbicara kepada Musa. Setiap kali Musa berbicara dengan Allah
SWT maka tampak di atas dahinya suatu cahaya yang bersinar. Tidak ada seorang pun dari
manusia yang dapat melihatnya. Diletakkan suatu tabir (penutup) di sekeliling Musa saat ia
berbicara kepada Tuhannya. Tujuh puluh orang yang dipilih oleh Musa itu mendengar
percakapan antara Musa dan Tuhannya. Barangkali mukjizat yang seperti ini seharusnya
menjadi mukjizat yang terakhir yang cukup dapat membangkitkan keimanan di dalam hati
sepanjang kehidupan, namun ketujuh puluh orang yang dipilih itu tidak cukup dengan apa yang
mereka dengar dari mukjizat itu. Mereka justru meminta agar dapat melihat Allah SWT. Mereka
mengatakan: "Kami telah mendengar dan kami ingin melihat." Dengan nada polos, mereka
berkata: "Wahai Musa, kami tidak ingin beriman kepadamu sehingga kami melihat Allah dengan
terangterangan. "(QS. aI-Baqarah: 55)
Ini adalah tragedi yang sangat mengherankan; suatu tragedi yang menunjukkan kekerasan hati
dan ketergantungannya terhadap materi atau fisik. Permintaan yang menunjukkan sikap keras
kepala ini cukup sebagai syarat untuk datangnya siksaan yang mengerikan. Kemudian mereka
disiksa dengan suara yang menggelegar yang menghancurkan roh dan jasad. Mereka pun mati.
Musa mengetahui apa yang terjadi dengan tujuh puluh orang yang terpilih tersebut sehingga
hatinya merasa sedih dan ia berdoa kepada Tuhannya agar mengampuni mereka dan
merahmati mereka serta tidak menyiksa mereka karena kesalahan orang-orang yang bodoh di
antara mereka. Permintaan mereka agar dapat melihat Allah SWT adalah menunjukkan
kebodohan mereka yang luar biasa; suatu kebodohan yang harus dibayar mahal, yaitu dengan


Kisah Para Nabiallah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kematian. Seorang nabi terkadang memohon untuk melihat Tuhan-Nya, seperti yang dilakukan oleh Nabi
Musa. Meskipun permintaan itu bertitik tolak dari sumber cinta yang dalam yang sulit untuk
digambarkan, yang dapat dibenarkan dengan logika yang khusus, namun permintaan untuk
melihat Tuhan tetap dianggap sebagai tindakan yang melampaui batas yang karenanya Musa
"dihukum" dengan pingsan. Anda dapat membayangkan bagaimana jika permintaan tersebut
berasal dari manusia-manusia yang salah; manusia-manusia yang ketika ingin melihat Tuhan,
mereka menentukan tempatnya dan waktunya, bahkan mereka mensyaratkan agar
pengelihatan ini terjadi dengan jelas atau terang-terangan. Mereka adalah manusia yang
menggantungkan keimanan mereka berdasarkan penglihatan ini, padahal mereka telah
menyaksikan berbagai macam mukjizat dan tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Bukankah ini
adalah kebodohan yang besar" Nabi Musa berdiri dan berdoa kepada Tuhannya dan meminta
belas kasih-Nya dan ridha-Nya.
Allah SWT berfirman: "Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada Kami)
pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketiha mereka digoncang gempa bumi, Musa
8 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berkata: 'Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan
ahu setelah ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena orang-orang yang kurang akal di
antara kami" Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang
Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah
yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi
ampun yang sebaik-baiknya. Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat;
sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau.'" (QS. al-A'raf: 155-156)
Demikianlah kalimat-kalimat Musa kepada Tuhannya saat ia berdoa kepada-Nya untuk
meminta belas kasih-Nya dan ridha-Nya. Allah SWT ridha kepada mereka dan mengampuni
kaum Nabi Musa di mana Allah SWT menghidupkan mereka setelah kematian mereka. Orangorang
yang terpilih itu mendengar di saat-saat yang mengagumkan ini dari sejarah kehidupan
sampai berita kedatangan Muhammad bin Abdilah saw.
"Allah berfirman: 'Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku
meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa,
yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. '(Yaitu) orangorang
yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati yang tertulis di
dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka untuk mengerjakan
makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan nwnghalalkan bagi mereka
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari
mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang
beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. al-A'raf:
156-157) Kita akan memperhatikan metode hubungan antara masa sekarang dan masa yang lalu dalam
ayat tersebut. Allah SWT melampaui waktu dialog bersama rasul dalam ayat-ayat tersebut pada
dua waktu yang dahulu, yaitu turunnya Taurat dan turunnya Injil untuk menetapkan bahwa Allah
SWT membawa berita gembira dengan kedatangan Nabi Muhammad saw dalam dua kitab
yang mulia itu. Kami kira bahwa berita gembira ini datang pada hari di mana Musa
mendatangkan tujuh puluh orang dari kaumnya, yaitu para ulama Bani Israil dan orang-orang
yang mulia di antara mereka untuk menemui Tuhannya. Pada hari yang penting ini - disertai
dengan mukjizat-mukjizatnya yang besar - ditetapkanlah suatu kabar gembira dengan
datangnya Nabi yang terakhir.
Ibnu Katsir dalam kitabnya Qishashul Anbiya' berkata (menukil riwayat dari Qatadah): "Musa
berkata kepada Tuhannya, 'ya Tuhanku, aku mendapati dalam papan-papan Taurat suatu umat
yang lebih baik dari umat yang lain; mereka menyeru kepada hal yang makruf dan mencegah
hal yang mungkar. Ya Allah, jadikanlah mereka umatku." Allah SWT berkata: "Itu adalah umat
Muhammad saw." Musa berkata: "Ya Tuhanku, aku mendapati dalam papan Taurat suatu umat yang aku adalah
generasi mereka di mana mereka mampu menghafal sedangkan umat-umat sebelum mereka
membaca dengan melihat buku sehingga ketika buku itu disingkirkan dari mereka, mereka tidak
lagi mampu menghafalnya dan tidak lagi mengetahuinya." Allah SWT memberi mereka suatu
kemampuan menghafal yang belum pernah diberikan-Nya kepada seseorang pun dari umatumat
sebelumnya. "Ya Allah, jadikanlah mereka umatku. " Allah SWT berkata: "Itu adalah umat
Muhammad saw." Musa berkata: "Tuhanku, aku mendapati di papan Taurat suatu umat yang beriman kepada
kitab yang pertama dan yang terakhir dan mereka memerangi pasukan kesesatan. Jadikanlah
mereka umatku." Allah SWT berkata: "Itu adalah umat Muhammad saw."
Musa berkata: "Tuhanku, aku mendapati dalam papan Taurat suatu umat di mana mereka
dapat memakan sedekah dalam perut-perut mereka dan mereka mendapatkan pahala darinya,
9 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sedangkan umat-umat sebelum mereka jika salah seorang mereka bersedekah dengan suatu
sedekah lalu diterimanya, maka Allah SWT akan mengirim api dan membakarnya dan jika
dikembalikan padanya maka ia akan dimakan oleh binatang buas dan burung. Dan Allah SWT
mengambil sedekah orang-orang yang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orangorang
yang fakir dari mereka. Wahai Tuhanku, jadikanlah mereka umatku." Allah SWT berkata:
"Itu adalah umat Muhammad saw."
Musa berkata: "Tuhanku, aku mendapati dalam papan Taurat suatu umat jika salah seorang
mereka berhasrat untuk melakukan suatu kebaikan kemudian ia melakukannya maka ditulis
baginya sepuluh kali lipat kebaikan dari kebaikannya itu sampai tujuh puluh ratus lipat.
Jadikanlah mereka umatku." Allah SWT berkata: "Itu adalah umat Muhammad saw."
Musa senantiasa mendoakan kaumnya kepada Allah SWT. Tampak bahwa jiwa mereka
dipenuhi dengan sikap pembangkangan dan keras kepala. Sifat itu semakin nyata ketika kita
mengetahui cerita tentang anak sapi atau kasus tentang sapi. Dalam peristiwa itu, kita
disodorkan dengan berbagai perundingan yang tidak perlu antara mereka dan Nabi Musa.
Semua itu berasal dari sikap keras kepala. Asal-muasal kisah sapi itu adalah, pada suatu hari
ditemukan seorang kaya terbunuh di tengah-tengah Bani Israil. Kemudian terjadilah
percekcokan di antara keluarganya karena mereka tidak mengetahui siapa pembunuhnya.
Kasus ini cukup memusingkan mereka sehingga mereka menemui Musa. Tampaknya lelaki
yang terbunuh ini memiliki tempat yang istimewa di kalangan Bani Israil. Misteri
pembunuhannya akan mendatangkan fitnah di tengah-tengah mereka. Oleh karena itu, Bani
Israil mendatangi Musa dan memohon kepada Musa untuk meminta petunjuk kepada
Tuhannya. Musa pun meminta petunjuk kepada Tuhannya, lalu Allah SWT memerintahkannya agar
menyuruh kaumnya untuk menyembelih sapi. Semula ditetapkan bahwa kaum Nabi Musa
diperintahkan untuk menyembelih sapi yang pertama kali mereka temui, tetapi karena sikap
keras kepala mereka, mereka mulai melakukan tawar-menawar dan berunding dengan Musa.
Mereka menuduh bahwa Musa mengejek mereka dan tidak serius dengan masalah yang
mereka hadapi. Musa berlindung kepada Allah SWT dan memohon kepada-Nya agar jangan
sampai digolongkan bersama orang-orang yang bodoh, apalagi bermaksud mengejek mereka.
Musa berusaha memberikan pengertian kepada mereka bahwa kunci dari masalah itu dapat
diselesaikan dengan penyembelihan sapi. Masalahnya di sini adalah masalah mukjizat yang
tidak berhubungan dengan sesuatu yang biasa terjadi dalam kehidupan atau sesuatu yang
biasa dilakukan oleh manusia. Tidak ada hubungan antara penyembelihan sapi dan usaha
mengetahui pembunuh. Tetapi, kapankah sebab-sebab rasional mampu menundukkan Bani
Israil" Mukjizat yang luar biasa merupakan kunci dan senjata yang biasa berlaku dalam
kehidupan Bani Israil. Oleh karena itu, penyelesaian kasus tersebut dengan cara menyembelih
sapi seharusnya tidak menimbulkan gejolak dan kegelisahan. Tapi, Bani Israil adalah Bani
Israil. Seringkali pergaulan dan hubungan dengan mereka berakhir dengan sikap
pembangkangan. baik berkenaan dengan masalah kehidupan biasa sehari-sehari maupun yang
terkait dengan masalah akidah yang penting.
Musa menghadapi berbagai bentuk ujian dan tuduhan dari Bani Israil. Musa berusaha memberi
pengertian kepada mereka bahwa beliau serius untuk menyelesaikan kasus mereka dan tidak
bermaksud mempermainkan mereka. Musa kembali menegaskan bahwa untuk menyelesaikan
hal itu mereka harus menyembelih sapi. Karakter khas Bani Israil muncul kepermukaan. Mereka
bertanya, apakah itu sapi yang biasa sebagaimana yang mereka temui ataukah ia ciptaan yang
lain yang memiliki keistimewaan. Mereka mengharap Musa agar meminta petunjuk kepada
Tuhannya sehing-ga hal tersebut menjadi jelas bagi mereka.
Musa berdoa kepada Tuhannya. Kemudian mereka mendapatkan kesulitan di mana sapi yang
10 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seharusnya mudah mereka dapati, kini mereka mendapatkan kriteria sapi yang sangat rumit,
yaitu sapi yang tidak tua dan tidak muda, yakni yang sedang-sedang saja. Demikianlah
ketetapan Ilahi itu. Tetapi lagi-lagi perundingan masih berlangsung. Lalu mereka
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang aneh: apa warna sapi ini, mengapa Musa tidak
berdoa kepada Tuhannya dan menjelaskan warna sapi ini. Beginilah, mereka tidak
menunjukkan sikap sopan dan hormat kepada Allah SWT dan kepada nabi-Nya yang mulia.
Seharusnya mereka patuh terhadap perintah itu dan tidak bertanya yang macam-macam,
namun mereka justru mempersoalkan masalah yang sederhana ini dengan sikap penentangan
dan keras kepala. Lagi-lagi Musa bertanya kepada Tuhannya dan memberitahu tentang warna sapi yang
dimaksud. Musa mengatakan bahwa sapi itu berwarna kuning yang warnanya mengundang
kekaguman orang yang melihatnya. Demikianlah sifat sapi itu ditentukan di mana ia berwarna
kuning yang warnanya agak kemerah-merahan. Meskipun masalah ini sudah sangat jelas,
mereka kembali menunjukkan sikap pembangkangan dan keras kepala. Maka Allah SWT pun
memperketat syarat sapi itu sebagaimana mereka berusaha untuk menyakiti hati Nabi Musa.
Mereka kembali bertanya kepada Nabi Musa dan meminta kepadanya agar berdoa kepada
Tuhannya dan meminta penjelasan tentang hakikat sapi itu, karena bagi mereka sapi itu masih
samar. Musa memberitahu mereka bahwa sapi itu tidak disiapkan untuk membajak sawah atau
untuk memberi minum; ia sapi yang sehat dan tidak cacat; dan sapi itu benar-benar berwarna
kuning. Berakhirlah sikap pembangkangan mereka. Mereka mulai mencari sapi yang dimaksud
yang memiliki sifat yang khusus ini. Akhirnya, mereka menemukan sapi itu yang dimiliki oleh
seorang anak yatim. Lalu mereka membelinya dan menyembelihnya.
Musa memegang ekor sapi itu lalu memukulkannya kepada orang yang terbunuh. Tiba-tiba,
orang itu bangkit dari kematiannya. Musa bertanya padanya tentang siapa yang membunuhnya.
Lalu ia pun menceritakan siapa yang membunuhnya dan ia mati lagi. Bani Israil menyaksikan
mukjizat penghidupan orang yang mati itu. Mereka mendengarkan dengan telinga mereka
sendiri nama si pembunuh. Akhirnya, misteri pembunuhan itu tersingkap.
Allah SWT berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata hepada kaumnya: 'Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyembelih seekor sapi betina.' Mereka berkata: 'Apakah hamu hendak menjadikan kami
buah ejekan"' Musa menjawab: Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang
dari orang-orang yangjahil.' Mereka menjawab: 'Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami,
agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu"' Musa menjawab: 'Sesungguhnya
Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda;
pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.' Mereka berkata:
'Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa
warnanya.' Alusa menjawab: 'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi
betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang
memandangnya.' Mereka berkata: 'Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia
menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu
(masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk
memperoleh sapi itu). Musa berkata: 'Sesungguhnya Allah berfirman bakwa sapi betina itu
adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk
mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.' Mereka berkata: 'Sekarang barulah
kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya.' Kemudian mereka menyembelihnya
dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. Dan (ingatlah) ketika kamu
membunuh seorang manu-sia lalu kamu saling tuduh-menuduh tentang itu. Dan Allah
menyingkirkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman: 'Pukullah mayat
itu dengan sebagian anggota sapi betina itu!' Demikianlah Allah menghidupkan kembali orangorang
11 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang telah mati, dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu
mengerti." (QS. al-Baqarah: 67-73)
Kami ingin menarik perhatian pembaca kepada sikap kurang ajarnya kaum itu kepada nabi
mereka dan Tuhan mereka. Dan barangkali konteks Al-Qur'an menyinggung hal itu dengan
cara menunjukkan pengulangan kata rabbuka (Tuhanmu) yang mereka gunakan saat berbicara
dengan Musa. Seharusnya ketika mereka berbicara dengan Musa - sebagai bentuk sopan
santun - mereka mengatakan: Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhan kami, atau mereka
berkata kepadanya: Berdoalah bagi kami kepada Tuhanmu. Dengan kata tersebut, seakanakan
keyakinan kepada ketuhanan hanya dipercaya oleh Musa sedangkan mereka keluar dari
kemu-liaan penghambaan kepada Allah SWT. Perhatikanlah ayat-ayat tersebut, bagaimana ia
mengisyaratkan hal ini. Kemudian renung-kanlah ejekan mereka ketika mereka mengatakan:
"Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya. "
Setelah mereka menyulitkan dan membuat Nabi mereka letih saat mondar-mandir antara
menemui mereka dan menemui Allah SWT, setelah mereka membuat Nabi mereka jengkel
dengan per-tanyaan seputar sifat sapi, warnanya, usianya, dan tanda-tanda khu-susnya;
setelah sikap keras kepala mereka dan pembangkangan mereka terhadap perintah Allah SWT,
mereka berkata kepada Nabi mereka - ketika beliau membawa kepada mereka sesuatu yang
jarang sekali ditemukan, "Sekarang barulah kamu meneranghan hakikat sapi betina yang
sebenarnya. " Seakan-akan Nabi Musa sebelumnya bermain-main dengan mereka dan tidak serius, dan
seolah-olah apa yang beliau katakan sebelumnya tidak menunjukkan kebenaran sedikit pun.
Kemudian lihatlah konteks ayat tersebut yang menunjukkan kelaliman mereka:
"Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu."
Tidakkah ayat tersebut menunjukkan kepada Anda akan sikap keras kepala mereka dan usaha
mereka memperlambat atau menunda perintah Allah SWL Demikianlah sikap Bani Israil di atas
meja perundingan; demikianlah cara mereka berunding dengan Nabi mereka yang mulia, yaitu
Musa. Musa mendapatkan perlakuan yang keras dan perlakuan tidak sopan dari kaumnya. Nabi
Musa menahan beban penderitaan yang berat saat beliau berdakwah di jalan Tuhannya.
Barangkali problem utama yang dialami Nabi Musa adalah, bahwa beliau diutus di tengahtengah
kaum yang cukup lama merasakan dan menikmati kehinaan; cukup lama mereka hidup
di bawah pengekangan dan belenggu kebodohan. Mereka belum pernah merasakan aroma
kebebasan. Mereka cukup lama menyembah berhala. Bani Israil telah menyiksa Musa dengan
siksaan yang berat, di mana siksaan itu tidak hanya berkisar pada penentangan dan sikap
kebodohan serta penyembahan berhala, bahkan mereka pun tidak segan-segan menyakiti
pribadi Musa. Allah SWT berfirman dalam surah al-Ahzab:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti
Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah
dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah."
(QS. al-Ahzab: 69) Kami tidak mengetahui hakikat atau bentuk usaha menyakiti Nabi Musa ini. Kami tidak setuju
dengan riwayat ulama yang mengatakan bahwa Musa adalah seorang lelaki yang sangat
pemalu dan ia sangat tertutup di mana ia tidak ingin seorang pun melihat tubuhnya. Kemudian
orang-orang Yahudi menuduh bahwa beliau mempunyai penyakit kulit atau belang lalu Allah
SWT ingin menyembuhkannya dan berusaha menepis apa yang mereka katakan. Diceritakan
bahwa pada suatu hari Nabi Musa pergi untuk mandi. Ia meletakkan bajunya di atas batu,
kemudian beliau keluar. Tiba-tiba, batu itu terbang dan membawa bajunya. Musa berlari di
belakang batu dalam keadaan telanjang sehingga Bani Israil menyaksikannya dalam keadaan
telanjang. Ternyata tidak ada tanda belang pada kulitnya. Kami sangat menentang kisah seperti
12 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
itu, karena di samping ia hanya khurafat, juga sangat bertentangan dengan kehormatan Musa
sebagai seorang Nabi dan kemaksumannya. Barangkali penderitaan terbesar yang dialami oleh
Musa adalah, saat Bani Israil enggan untuk berperang dalam rangka menyebarkan akidah
tauhid di bumi, atau paling tidak membiarkan akidah ini menetap di bumi. Bani Israil menentang
usaha Musa untuk berperang dengan mengatakan kepada Musa suatu kalimat yang terkenal,
yaitu: "Pergilah Kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami
hanya duduk menanti di sini saja." (QS. al-Maidah: 24)
Demikianlah keadaan Bani Israil sehingga Allah SWT menyiksa mereka dengan cara
menyesatkan mereka. Mereka mengalami kesesatan selama empat puluh tahun penuh.
Kemudian satu generasi musnah; generasi yang kalah dari dalam. Lalu lahirlah di
tengah-tengah kesesatan itu generasi yang baru; generasi yang belum pernah tunduk kepada
penyembahan berhala; generasi yang tidak pernah lumpuh rohnya karena kehilangan
kebebasan; generasi yang rohnya sehat; generasi yang belum memahami, mengapa orangorang
tuanya berkeliling tanpa tujuan di tengah-tengah kesesatan; generasi yang siap untuk
membela harga dirinya dan kemuliaannya; generasi yang tidak berkata kepada Musa, pergilah
engkau bersama Tuhanmu untuk berperang, sedangkan aku hanya duduk-duduk di sini;
generasi yang menegakkan nilai-nilai kebenaran sebagai wujud pembelaan terhadap agama
tauhid. Akhirnya, generasi ini lahir di tengah-tengah empat puluh tahun masa kesesatan, namun Musa
harus menjalani suatu takdir Nabi Musa meninggal secara damai dan mulia. Nabi Musa rindu
untuk melihat "wajah" Allah SWT. Di masa hidupnya, cinta telah mendorongnya untuk
diperkenankan melihat Allah SWT, dan dorongan itu semakin menguat saat kematiannya. Nabi
yang diajak bicara oleh Allah SWT itu kini bertemu dengan-Nya dengan jiwa yang diridhai dan
hati yang tenang.. KISAH NABI KHIDIR AS Salah satu kisah Al-Qur'an yang sangat mengagumkan dan dipenuhi dengan misteri adalah,
kisah seseorang hamba yang Allah SWT memberinya rahmat dari sisi-Nya dan mengajarinya
ilmu. Kisah tersebut terdapat dalam surah al-Kahfi di mana ayat-ayatnya dimulai dengan cerita


Kisah Para Nabiallah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nabi Musa, yaitu: "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: 'Aku tidak akan berhenti (berjalan)
sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan-jalan sampai
bertahuntahun." (QS. al-Kahfi: 60)
Kalimat yang samar menunjukkan bahwa Musa telah bertekad untuk meneruskan perjalanan
selama waktu yang cukup lama kecuali jika beliau mampu mencapai majma' al-Bahrain
(pertemuan dua buah lautan). Di sana terdapat suatu perjanjian penting yang dinanti-nanti oleh
Musa ketika beliau sampai di majma' al-Bahrain. Anda dapat merenungkan betapa tempat itu
sangat misterius dan samar. Para musafir telah merasakan keletihan dalam waktu yang lama
untuk mengetahui hakikat tempat ini. Ada yang mengatakan bahwa tempat itu adalah laut
Persia dan Romawi. Ada yang mengatakan lagi bahwa itu adalah laut Jordania atau Kulzum.
Ada yang mengatakan juga bahwa itu berada di Thanjah. Ada yang berpendapat, itu terletak di
Afrika. Ada lagi yang mengatakan bahwa itu adalah laut Andalus. Tetapi mereka tidak dapat
menunjukkan bukti yang kuat dari tempat-tempat itu.
Seandainya tempat itu harus disebutkan niscaya Allah SWT akan rnenyebutkannya. Namun
AlQur'an al-Karim sengaja menyembunyikan tempat itu, sebagaimana Al-Qur'an tidak
menyebutkan kapan itu terjadi. Begitu juga, Al-Qur'an tidak menyebutkan nama-nama orangorang
yang terdapat dalam kisah itu karena adanya hikmah yang tinggi yang kita tidak
mengetahuinya. Kisah tersebut berhubungan dengan suatu ilmu yang tidak kita miliki, karena
13 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
biasanya ilmu yang kita kuasai berkaitan dengan sebab-sebab tertentu. Dan tidak juga ia
berkaitan dengan ilmu para nabi karena biasanya ilmu para nabi berdasarkan wahyu. Kita
sekarang berhadapan dengan suatu ilmu dari suatu hakikat yang samar; ilmu yang berkaitan
dengan takdir yang sangat tinggi; ilmu yang dipenuhi dengan rangkaian tabir yang tebal.
Di samping itu, tempat pertemuan dan waktunya antara hamba yang mulia ini dan Musa juga
tidak kita ketahui. Demikianlah kisah itu terjadi tanpa memberitahumu kapan terjadi dan di
tempat mana. Al-Qur'an sengaja menyembunyikan hal itu, bahkan Al-Qur'an sengaja
menyembunyikan pahlawan dari kisah ini. Allah SWT mengisyaratkan hal tersebut dalam
firman-Nya: "Seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat
dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami."
(QS. al-Kahfi: 65) Al-Qur'an al-Karim tidak menyebutkan siapa nama hamba yang dimaksud, yaitu seorang
hamba yang dicari oleh Musa agar ia dapat belajar darinya. Nabi Musa adalah seseorang yang
diajak bebicara langsung oleh Allah SWT dan ia salah seorang ulul azmi dari para rasul. Beliau
adalah pemilik mukjizat tongkat dan tangan yang bercahaya dan seorang Nabi yang Taurat
diturunkan kepadanya tanpa melalui perantara. Namun dalam kisah ini, beliau menjadi seorang
pencari ilmu yang sederhana yang harus belajar kepada gurunya dan menahan penderitaan di
tengah-tengah belajarnya itu. Lalu, siapakah gurunya atau pengajarnya" Pengajarnya adalah
seorang hamba yang tidak disebutkan namanya dalam Al-Qur'an meskipun dalam hadis yang
suci disebutkan bahwa ia adalah Khidir as.
Musa berjalan bersama hamba yang menerima ilmunya dari Allah SWT tanpa sebab-sebab
penerimaan ilmu yang biasa kita ketahui. Mula-mula Khidir menolak ditemani oleh Musa. Khidir
memberitahu Musa bahwa ia tidak akan mampu bersabar bersamanya.
Akhirnya, Khidir mau ditemani oleh Musa tapi dengan syarat, hendaklah ia tidak bertanya
tentang apa yang dilakukan Khidir sehingga Khidir menceritakan kepadanya. Khidir merupakan
simbol ketenangan dan diam; ia tidak berbicara dan gerak-geriknya menimbulkan kegelisahan
dan kebingungan dalam diri Musa. Sebagian tindakan yang dilakukan oleh Khidir jelas-jelas
dianggap sebagai kejahatan di mata Musa; sebagian tindakan Khidir yang lain dianggap Musa
sebagai hal yang tidak memiliki arti apa pun; dan tindakan yang lain justru membuat Musa
bingung dan membuatnya menentang. Meskipun Musa memiliki ilmu yang tinggi dan
kedudukan yang luar biasa namun beliau mendapati dirinya dalam keadaan kebingungan
melihat perilaku hamba yang mendapatkan karunia ilmunya dari sisi Allah SWT.
Ilmu Musa yang berlandaskan syariat menjadi bingung ketika menghadapi ilmu hamba ini yang
berlandaskan hakikat. Syariat merupakan bagian dari hakikat. Terkadang hakikat menjadi hal
yang sangat samar sehingga para nabi pun sulit memahaminya. Awan tebal yang menyelimuti
kisah ini dalam Al-Qur'an telah menurunkan hujan lebat yang darinya mazhab-mazhab sufi di
dalam Islam menjadi segar dan tumbuh. Bahkan terdapat keyakinan yang menyatakan adanya
hamba-hamba Allah SWT yang bukan termasuk nabi dan syuhada namun para nabi dan para
syuhada "cemburu" dengan ilmu mereka. Keyakinan demikian ini timbul karena pengaruh kisah
ini. Para ulama berbeda pendapat berkenaan dengan Khidir. Sebagian mereka mengatakan bahwa
ia seorang wali dari wali-wali Allah SWT. Sebagian lagi mengatakan bahwa ia seorang nabi.
Terdapat banyak cerita bohong tentang kehidupan Khidir dan bagaimana keadaannya. Ada
yang mengatakan bahwa ia akan hidup sampai hari kiamat. Yang jelas, kisah Khidir tidak dapat
dijabarkan melalui nas-nas atau hadis-hadis yang dapat dipegang (otentik). Tetapi kami sendiri
berpendapat bahwa beliau meninggal sebagaimana meninggalnya hamba-hamba Allah SWT
yang lain. Sekarang, kita tinggal membahas kewaliannya dan kenabiannya. Tentu termasuk
problem yang sangat rumit atau membingungkan. Kami akan menyampaikan kisahnya dari
14 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
awal sebagaimana yang dikemukakan dalam Al-Qur'an.
Nabi Musa as berbicara di tengah-tengah Bani Israil. Ia mengajak mereka untuk menyembah
Allah SWT dan menceritakan kepada mereka tentang kebenaran. Pembicaraan Nabi Musa
sangat komprehensif dan tepat. Setelah beliau menyampaikan pembicaraannya, salah seorang
Bani Israil bertanya: "Apakah ada di muka bumi seseorang yang lebih alim darimu wahai Nabi
Allah?" Dengan nada emosi, Musa menjawab: "Tidak ada."
Allah SWT tidak setuju dengan jawaban Musa. Lalu Allah SWT mengutus Jibril untuk bertanya
kepadanya: "Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui di mana Allah SWT meletakkan ilmuNya?"
Musa mengetahui bahwa ia terburu-buru mengambil suatu keputusan. Jibril kembali
berkata kepadanya: "Sesungguhnya Allah SWT mempunyai seorang hamba yang berada di
majma' al-Bahrain yang ia lebih alim daripada kamu." Jiwa Nabi Musa yang mulia rindu untuk
menambah ilmu, lalu timbullah keinginan dalam dirinya untuk pergi dan menemui hamba yang
alim ini. Musa bertanya bagaimana ia dapat menemui orang alim itu. Kemudian ia mendapatkan
perintah untuk pergi dan membawa ikan di keranjang. Ketika ikan itu hidup dan melompat ke
lautan maka di tempat itulah Musa akan menemui hamba yang alim.
Akhirnya, Musa pergi guna mencari ilmu dan beliau ditemani oleh seorang pembantunya yang
masih muda. Pemuda itu membawa ikan di keranjang. Kemudian mereka berdua pergi untuk
mencari hamba yang alim dan saleh. Tempat yang mereka cari adalah tempat yang sangat
samar dan masalah ini berkaitan dengan hidupnya ikan di keranjang dan kemudian ikan itu
akan melompat ke laut. Namun Musa berkeinginan kuat untuk menemukan hamba yang alim ini
walaupun beliau harus berjalan sangat jauh dan menempuh waktu yang lama.
Musa berkata kepada pembantunya: "Aku tidak memberimu tugas apa pun kecuali engkau
memberitahuku di mana ikan itu akan berpisah denganmu." Pemuda atau pembantunya
berkata: "Sungguh engkau hanya memberi aku tugas yang tidak terlalu berat." Kedua orang itu
sampai di suatu batu di sisi laut. Musa tidak kuat lagi menahan rasa kantuk sedangkan
pembantunya masih bergadang. Angin bergerak ke tepi lautan sehingga ikan itu bergerak dan
hidup lalu melompat ke laut. Melompatnya ikan itu ke laut sebagai tanda yang diberitahukan
Allah SWT kepada Musa tentang tempat pertamuannya dengan seseorang yang bijaksana
yang mana Musa datang untuk belajar kepadanya. Musa bangkit dari tidurnya dan tidak
mengetahui bahwa ikan yang dibawanya telah melompat ke laut sedangkan pembantunya lupa
untuk menceritakan peristiwa yang terjadi. Lalu Musa bersama pemuda itu melanjutkan
perjalanan dan mereka lupa terhadap ikan yang dibawanya. Kemudian Musa ingat pada
makanannya dan ia telah merasakan keletihan. Ia berkata kepada pembantunya: "Coba
bawalah kepada kami makanan siang kami, sungguh kami telah merasakan keletihan akibat
dari perjalanan ini."
Pembantunya mulai ingat tentang apa yang terjadi. Ia pun mengingat bagaimana ikan itu
melompat ke lautan. Ia segera menceritakan hal itu kepada Nabi Musa. Ia meminta maaf
kepada Nabi Musa karena lupa menceritakan hal itu. Setan telah melupakannya. Keanehan apa
pun yang menyertai peristiwa itu, yang jelas ikan itu memang benar-benar berjalan dan
bergerak di lautan dengan suatu cara yang mengagumkan. Nabi Musa merasa gembira melihat
ikan itu hidup kembali di lautan dan ia berkata: "Demikianlah yang kita inginkan." Melompatnya
ikan itu ke lautan adalah sebagai tanda bahwa di tempat itulah mereka akan bertemu dengan
seseorang lelaki yang alim. Nabi Musa dan pembantunya kembali dan menelusuri tempat yang
dilaluinya sampai ke tempat yang di situ ikan yang dibawanya bergerak dan menuju ke lautan.
Perhatikanlah permulaan kisah: bagaimana Anda berhadapan dengan suatu kesamaran dan
tabir yang tebal di mana ketika Anda menjumpai suatu tabir di depan Anda terpampang maka
sebelum tabir itu tersingkap Anda harus berhadapan dengan tabir-tabir yang lain. Akhirnya,
Musa sampai di tempat di mana ikan itu melompat. Mereka berdua sampai di batu di mana
15 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keduanya tidur di dekat situ, lalu ikan yang mereka bawa keluar menuju laut. Di sanalah mereka
mendapatkan seorang lelaki. Kami tidak mengetahui namanya, dan bagaimana bentuknya, dan
bagaimana bajunya; kami pun tidak mengetahui usianya. Yang kita ketahui hanyalah gambaran
dalam yang dijelaskan oleh Al-Qur'an:
"Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami
berikan kepadanya rahrnat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi
Kami. " Inilah aspek yang penting dalam kisah itu. Kisah itu terfokus pada sesuatu yang ada di dalam
jiwa, bukan tertuju pada hal-hal yang bersifat fisik atau lahiriah. Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala mereka berjalan sampai ke pertemuan dua buah laut itu, maka mereka lalai akan
ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Tatkala mereka berjalan lebih
jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: 'Bawalah ke rnari makanan kita; sesungguhnya kita
merasa letih karena perjalanan hita ini.' Muridnya menjawab: 'Tahukah kamu tatkala kita
mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang)
ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu
mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.' Musa berkata: 'Itulah (tempat) yang
kita cari; lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan
seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari
sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. " (QS. al-Kahfi: 61-65)
Bukhari mengatakan bahwa Musa dan pembantunya menemukan Khidir di atas sajadah hijau di
tengah-tengah lautan. Ketika Musa melihatnya, ia menyampaikan salam kepadanya. Khidir
berkata: "Apakah di bumimu ada salam" Siapa kamu?" Musa menjawab: "Aku adalah Musa."
Khidir berkata: "Bukankah engkau Musa dari Bani Israil. Bagimu salam wahai Nabi dari Bani
Israil." Musa berkata: "Dari mana kamu mengenal saya?" Khidir menjawab: "Sesungguhnya
yang mengenalkan kamu kepadaku adalah juga yang memberitahu aku siapa kamu. Lalu, apa
yang engkau inginkan wahai Musa?" Musa berkata dengan penuh kelembutan dan kesopanan:
"Apakah aku dapat mengikutimu agar engkau dapat mengajariku sesuatu yang engkau telah
memperoleh karunia dari-Nya." Khidir berkata: "Tidakkah cukup di tanganmu Taurat dan
bukankah engkau telah mendapatkan wahyu. Sungguh wahai Musa, jika engkau ingin
mengikutiku engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku."
Kita ingin memperhatikan sejenak perbedaan antara pertanyaan Musa yang penuh dengan
kesopanan dan kelembutan dan jawaban Khidir yang tegas di mana ia memberitahu Musa
bahwa ilmunya tidak harus diketahui oleh Musa, sebagaimana ilmu Musa tidak diketahui oleh
Khidir. Para ahli tafsir mengemukakan bahwa Khidir berkata kepada Musa: "Ilmuku tidak akan
engkau ketahui dan engkau tidak akan mampu sabar untuk menanggung derita dalam
memperoleh ilmu itu. Aspek-aspek lahiriah yang engkau kuasai tidak dapat menjadi landasan
dan ukuran untuk menilai ilmuku. Barangklali engkau akan melihat dalam tindakan-tindakanku
yang tidak engkau pahami sebab-sebabnya. Oleh karena itu, wahai Musa, engkau tidak akan
mampu bersabar ketika ingin mendapatkan ilmuku." Musa mendapatkan suatu pernyataan yang
tegas dari Khidir namun beliau kembali mengharapnya untuk mengizinkannya menyertainya
untuk belajar darinya. Musa berkata kepadanya bahwa insya Allah ia akan mendapatinya
sebagai orang yang sabar dan tidak akan menentang sedikit pun.
Perhatikanlah bagaimana Musa, seorang Nabi yang berdialog dengan Allah SWT, merendah di
hadapan hamba ini dan ia menegaskan bahwa ia tidak akan menentang perintahnya. Hamba
Allah SWT yang namanya tidak disebutkan dalam Al-Qur'an menyatakan bahwa di sana
terdapat syarat yang harus dipenuhi Musa jika ia bersikeras ingin menyertainya dan belajar
darinya. Musa bertanya tentang syarat ini, lalu hamba yang saleh ini menentukan agar Musa
tidak bertanya sesuatu pun sehingga pada saatnya nanti ia akan mengetahuinya atau hamba
yang saleh itu akan memberitahunya. Musa sepakat atas syarat tersebut dan kemudian mereka
16 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pun pergi. Perhatikanlah firman Allah SWT dalam surah al-Kahfi:
"Musa berkata kepadanya: 'Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku
ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu "' Dia menjawab:
'Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu
dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal
itu"' Musa berkata: 'Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku
tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.' Dia berkata: 'Jika kamu mengikutiku,
maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun, sampai aku sendiri
menerangkannya kepadamu.'" (QS. al-Kahfi: 66-70)
Musa pergi bersama Khidir. Mereka berjalan di tepi laut. Kemudian terdapat perahu yang
berlayar lalu mereka berbicara dengan orang-orang yang ada di sana agar mau mengangkut
mereka. Para pemilik perahu mengenal Khidir. Lalu mereka pun membawanya beserta Musa,
tanpa meminta upah sedikit pun kepadanya. Ini sebagai bentuk penghormatan kepada Khidir.
Namun Musa dibuat terkejut ketika perahu itu berlabuh dan ditinggalkan oleh para pemiliknya,
Khidir melobangi perahu itu. Ia mencabut papan demi papan dari perahu itu, lalu ia
melemparkannya ke laut sehingga papan-papan itu dibawa ombak ke tempat yang jauh.
Musa menyertai Khidir dan melihat tindakannya dan kemudian ia berpikir. Musa berkata kepada
dirinya sendiri: "Apa yang aku lakukan di sini, mengapa aku berada di tempat ini dan menemani
laki-laki ini" Mengapa aku tidak tinggal bersama Bani Israil dan membacakan Kitab Allah SWT
sehingga mereka taat kepadaku" Sungguh Para pemilik perahu ini telah mengangkut kami
tanpa meminta upah. Mereka pun memuliakan kami tetapi guruku justru merusak perahu itu
dan melobanginya." Tindakan Khidir di mata Musa adalah tindakan yang tercela. Kemudian
bangkitlah emosi Musa sebagai bentuk kecemburuannya kepada kebenaran. Ia terdorong untuk
bertanya kepada gurunya dan ia lupa tentang syarat yang telah diajukannya, agar ia tidak
bertanya apa pun yang terjadi. Musa berkata: "Apakah engkau melobanginya agar para
penumpangnya tenggelam" Sungguh engkau telah melakukan sesuatu yang tercela."
Mendengar pertanyaan lugas Musa, hamba Allah SWT itu menoleh kepadanya dan
menunjukkan bahwa usaha Musa untuk belajar darinya menjadi sia-sia karena Musa tidak
mampu lagi bersabar. Musa meminta maaf kepada Khidir karena ia lupa dan mengharap
kepadanya agar tidak menghukumnya.
Kemudian mereka berdua berjalan melewati suatu kebun yang dijadikan tempat bermain oleh
anak-anak kecil. Ketika anak-anak kecil itu sudah letih bermain, salah seorang mereka tampak
bersandar di suatu pohon dan rasa kantuk telah menguasainya. Tiba-tiba, Musa dibuat terkejut
ketika melihat hamba Allah SWT ini membunuh anak kacil itu. Musa dengan lantang bertanya
kepadanya tentang kejahatan yang baru saja dilakukannya, yaitu membunuh anak laki-laki yang
tidak berdosa. Hamba Allah SWT itu kembali mengingatkan Musa bahwa ia tidak akan mampu
bersabar bersamanya. Musa meminta maaf kepadanya karena lagi-lagi ia lupa. Musa berjanji
tidak akan bertanya lagi. Musa berkata ini adalah kesempatan terakhirku untuk menemanimu.
Mereka pun pergi dan meneruskan perjalanan. Mereka memasuki suatu desa yang sangat
bakhil. Musa tidak mengetahui mengapa mereka berdua pergi ke desa itu dan mengapa tinggal
dan bermalam di sana. Makanan yang mereka bawa habis, lalu mereka meminta makanan
kepada penduduk desa itu, tetapi penduduk itu tidak mau memberi dan tidak mau menjamu
mereka. Kemudian datanglah waktu sore. Kedua orang itu ingin beristirahat di sebelah dinding yang
hampir roboh. Musa dibuat terkejut ketika melihat hamba itu berusaha membangun dinding
yang nyaris roboh itu. Bahkan ia menghabiskan waktu malam untuk memperbaiki dinding itu
dan membangunnya seperti baru. Musa sangat heran melihat tindakan gurunya. Bagi Musa,
desa yang bakhil itu seharusnya tidak layak untuk mendapatkan pekerjaan yang gratis ini. Musa
berkata: "Seandainya engkau mau, engkau bisa mendapat upah atas pembangunan tembok
17 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
itu." Mendengar perkataan Musa itu, hamba Allah SWT itu berkata kepadanya: "Ini adalah batas
perpisahan antara dirimu dan diriku." Hamba Allah SWT itu mengingatkan Musa tentang
pertanyaan yang seharusnya tidak dilontarkan dan ia mengingatkannya bahwa pertanyaan
yang ketiga adalah akhir dari pertemuan.
Kemudian hamba Allah SWT itu menceritakan kepada Musa dan membongkar kesamaran dan
kebingungan yang dihadapi Musa. Setiap tindakan hamba yang saleh itu - yang membuat Musa
bingung - bukanlah hasil dari rekayasanya atau dari inisiatifnya sendiri, ia hanya sekadar
menjadi jembatan yang digerakkan oleh kehendak Yang Maha Tingi di mana kehendak yang
tinggi ini menyiratkan suatu hikmah yang tersembunyi. Tindakan-tindakan yang secara lahiriah
tampak keras namun pada hakikatnya justru menyembunyikan rahmat dan kasih sayang.
Demikianlah bahwa aspek lahiriah bertentangan dengan aspek batiniah. Hal inilah yang tidak
diketahui oleh Musa. Meskipun Musa memiliki ilmu yang sangat luas tetapi ilmunya tidak
sebanding dengan hamba ini. Ilmu Musa laksana setetes air dibandingkan dengan ilmu hamba
itu, sedangkan hamba Allah SWT itu hanya memperoleh ilmu dari Allah SWT sedikit, sebesar
air yang terdapat pada paruh burung yang mengambil dari lautan. Allah SWT berfirman:
"Maka berjalanlah heduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir
melobanginya. Musa berkata: 'Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya hamu
menenggelamkan penumpangnya" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang
besar.' Dia (Khidir) berkata: 'Bukankah aku telah berkata: 'Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak
akan sabar bersama dengan aku.' Musa berkata: 'Janganlah kamu menghukum aku karena
kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.'
Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka
Khidir membunuhnya. Musa berkata: 'Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih itu, bukan
karena dia membunuh orang lain" Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar.'
Khidir berkata: 'Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan
sabar bersamaku"' Musa berkata: 'Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali)


Kisah Para Nabiallah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini, maka janganlah engkau memperbolehkan aku menyertairnu, sesungguhnya kamu sudah
cukup memberikan uzur kepadaku.' Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai
kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi
penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam
negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidir menegakkan dinding itu. Musa
berkata: 'Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.' Khidir berkata: 'Inilah
perpisahan antara aku dengan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan
perbuatanperbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu adalah
kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di
hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak itu
maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin dan kami khawatir bahwa dia ahan
mendorong orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki supaya
Tuhan mereha mengganti bagi mereka dengan anak yang lebih baik kesuciannya dari anaknya
itu dan lebih dalam dari hasih sayangnya (kepada ibu dan bapaknya). Adapun dinding rumah itu
adalah kepunyaan anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi
mereka berdua, sedang ayahnya seseorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki supaya
mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat
dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakuhannya itu menurut kemauanku sendvri. Demikian itu
adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.'" (QS. al-Kahfi:
71-82) Hamba saleh itu menyingkapkan dua hal pada Musa: ia memberitahunya bahwa ilmunya, yakni
ilmu Musa sangat terbatas, kemudian ia memberitahunya bahwa banyak dari musibah yang
18 19. Si Rase Hitam Chin Yung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terjadi di bumi justru di balik itu terdapat rahmat yang besar. Pemilik perahu itu akan
menganggap bahwa usaha melobangi perahu mereka merupakan suatu bencana bagi mereka
tetapi sebenarnya di balik itu terdapat kenikmatan, yaitu kenikmatan yang tidak dapat diketahui
kecuali setelah terjadinya peperangan di mana raja akan memerintahkan untuk merampas
perahu-perahu yang ada. Lalu raja itu akan membiarkan perahu-perahu yang rusak. Dengan
demikian, sumber rezeki keluarga-keluarga mereka akan tetap terjaga dan mereka tidak akan
mati kelaparan. Demikian juga orang tua anak kecil yang terbunuh itu akan menganggap bahwa
terbunuhnya anak kecil itu sebagai musibah, namun kematiannya justru membawa rahmat yang
besar bagi mereka karena Allah SWT akan memberi mereka - sebagai ganti darinya - anak
yang baik yang dapat menjaga mereka dan melindungi mereka pada saat mereka menginjak
masa tua dan mereka tidak akan menampakkan kelaliman dan kekufuran seperti anak yang
terbunuh. Demikianlah bahwa nikmat terkadang membawa sesuatu bencana dan sebaliknya,
suatu bencana terkadang membawa nikmat. Banyak hal yang lahirnya baik temyata justru di
balik itu terdapat keburukan.
Mula-mula Nabi Allah SWT Musa menentang dan mempersoalkan tindakan hamba Allah SWT
tersebut, kemudian ia menjadi mengerti ketika hamba Allah SWT itu menyingkapkan kepadanya
maksud dari tindakannya dan rahmat Allah SWT yang besar yang tersemb
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
1920. Taruna Pendekar Jari Menjentik, Guntur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
unyi dari peristiwaperistiwa yang terjadi.
Selanjutnya, Musa kembali menemui pembatunya dan menemaninya untuk kembali ke Bani
Israil. Sekarang, Musa mendapatkan keyakinan yang luar biasa. Musa telah belajar dari mereka
dua hal: yaitu ia tidak merasa bangga dengan ilmunya dalam syariat karena di sana terdapat
ilmu hakikat, dan ia tidak mempersoalkan musibah-musibah yang dialami oleh manusia karena
di balik itu terdapat rahmat Allah SWT yang tersembunyi yang berupa kelembutan-Nya dan
kasih sayang-Nya. Itulah pelajaran yang diperoleh Nabi Musa as dari hamba ini. Nabi Musa
mengetahui bahwa ia berhadapan dengan lautan ilmu yang baru di mana ia bukanlah lautan
syariat yang diminum oleh para nabi. Kita berhadapan dengan lautan hakikat, di hadapan ilmu
takdir yang tertinggi; ilmu yang tidak dapat kita jangkau dengan akal kita sebagai manusia biasa
atau dapat kita cerna dengan logika biasa. Ini bukanlah ilmu eksperimental yang kita ketahui
atau yang biasa terjadi di atas bumi, dan ia pun bukan ilmu para nabi yang Allah SWT
wahyukan kepada mereka. Kita sekarang sedang membahas ilmu yang baru. Lalu siapakah pemilik ilmu ini" Apakah ia
seorang wali atau seorang nabi" Mayoritas kaum sufi berpendapat bahwa hamba Allah SWT ini
dari wali-wali Allah SWT. Allah SWT telah memberinya sebagian ilmu laduni kepadanya tanpa
sebab-sebab tertentu. Sebagian ulama berpendapat bahwa hamba saleh ini adalah seorang
nabi. Untuk mendukung pernyataannya ulama-ulama tersebut menyampaikan beberapa
argumentasi melalui ayat Al-Qur'an yang menunjukkan kenabiannya.
Pertama, firman-Nya: "Lalu mereka bertemu dengan searang hamba di antara hamba-ham-ba Kami, yang telah Kami
berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi
Kami." Kedua, perkataan Musa kepadanya:
"Musa berkata kepadanya: 'Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku
ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu"' Dia menjawab:
'Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu
dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal
itu "' Musa berkata: 'lnsya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orangyang sabar, dan aku
tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.' Dia berkata: 'Jika kamu mengikutiku,
maka janganlah kamu rmnanyakan kepadaku tentang sesuatu pun, sampai aku sendiri
menerangkannya kepadamu,'" (QS. al-Kahfi: 66-70)
Seandainya ia seorang wali dan bukan seorang nabi maka Musa tidak akan berdiaog atau
berbicara dengannya dengan cara yang demikian dan ia tidak akan menjawab kepada Musa
dengan jawaban yang demikian. Bila ia bukan seorang nabi maka berarti ia tidak maksum
sehingga Musa tidak harus memperoleh ilmu dari seseorang wali yang tidak maksum.
Ketiga, Khidir menunjukkan keberaniannya untuk membunuh anak kecil itu melalui wahyu dari
Allah SWT dan perintah dari-Nya. Ini adalah dalil tersendiri yang menunjukkan kenabiannya dan
bukti kuat yang menunjukkan kemaksumannya. Sebab, seorang wali tidak boleh membunuh
jiwa yang tidak berdosa dengan hanya berdasarkan kepada keyakinannya dan hatinya. Boleh
jadi apa yang terlintas dalam hatinya tidak selalu maksum karena terkadang ia membuat
kesalahan. Jadi, keberanian Khidir untuk membunuh anak kacil itu sebagai bukti kenabiannya.
Keempat, perkataan Khidir kepada Musa:
"Sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku
sendiri. " (QS. al-Kahfi: 82)
Yakni, apa yang aku lakukan bukan dari doronganku sendiri namun ia merupakan perintah dari
Allah SWT dan wahyu dari-Nya. Demikianlah pendapat para ulama dan para ahli zuhud. Para
1 20. Taruna Pendekar Jari Menjentik, Guntur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ulama berpendapat bahwa Khidir adalah seorang Nabi sedangkan para ahli zuhud dan para
tokoh sufi berpendapat bahwa Khidir adalah seorang wali dari wali-wali Allah SWT.
Salah satu pernyataan Kliidir yang sering dikemukakan oleh tokoh sufi adalah perkataan Wahab
bin Munabeh, Khidir berkata: "Wahai Musa, manusia akan disiksa di dunia sesuai dengan kadar
kecintaan mereka atau kecenderungan mereka terhadapnya (dunia)." Sedangkan Bisyir bin
Harits al-Hafi berkata: "Musa berkata kepada Khidir: "Berilah aku nasihat." Khidir menjawab:
"Mudah-mudahan Allah SWT memudahkan kamu untuk taat kepada-Nya." Para ulama dan
para ahli zuhud berselisih pendapat tentang Khidir dan setiap mereka mengklaim kebenaran
pendapatnya. Perbedaan pendapat ini berujung pangkal kepada anggapan para ulama bahwa
mereka adalah sebagai pewaris para nabi, sedangkan kaum sufi menganggap diri mereka
sebagai ahli hakikat yang mana salah satu tokoh terkemuka dari ahli hakikat itu adalah Khidir.
Kami sendiri cenderung untuk menganggap Khidir sebagai seorang nabi karena beliau
menerima ilmu laduni. Yang jelas, kita tidak mendapati nas yang jelas dalam konteks Al-Qur'an
yang menunjukkan kenabiannya dan kita juga tidak menemukan nas yang gamblang yang
dapat kita jadikan sandaran untuk menganggapnya sebagai seorang wali yang diberi oleh Allah
SWT sebagian ilmu laduni.
Barangkali kesamaran seputar pribadi yang mulia ini memang disengaja agar orang yang
mengikuti kisah tersebut mendapatkan tujuan utama dari inti cerita. Hendaklah kita berada di
batas yang benar dan tidak terlalu jauh mempersoalkan kenabiannya atau kewaliannya. Yang
jelas, ketika kami memasukkannya dalam jajaran para nabi karena ia adalah seorang guru dari
Musa dan seorang ustadz baginya untuk beberapa waktu..
PARA NABI BANI ISRAIL SETELAH NABI MUSA
Tak seorang pun yang dapat keluar dari keadaan tersesat dari orang-orang yang bersama
Musa kecuali dua orang, yaitu kedua laki-laki yang memberitahu masyarakat Bani Israil untuk
memasuki desa yang dihuni oleh orang-orang yang jahat. Para mufasir berkata bahwa salah
seorang di antara mereka berdua adalah Yusya' bin Nun. Ia adalah seorang pemuda yang ikut
bersama Musa dalam kisah perjalanan Musa bersama Khidir. Dan sekarang ia menjadi Nabi
yang diutus untuk Bani Israil. Ia juga seorang pemimpin pasukan yang menuju ke bumi yang
Allah SWT memerintahkan mereka untuk memasukinya. Allah SWT telah memerintah Musa
untuk mempersiapkan Bani Israil dan menjadikan mereka para pemimpin, sebagaimana firmanNya:
"Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di
antara mereka dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku beserta
kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada
rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan
ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di
antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus." (QS. al-Maidah:
12) Demikianlah kita melihat perjanjian yang bersyarat di mana Allah SWT meletakkan janji atas
mereka, yaitu agar mereka berperang dan tidak lari dari medan peperangan, dan hendaklah
mereka mendirikan salat dan mengeluarkan zakat serta beriman kepada para rasul dimulai dari
Nabi Musa yang diturunkan kepadanya kitab Taurat dan diakhiri oleh Nabi Muhammad saw
yang Allah SWT telah menyampaikan berita gembira tentang kedatangannya di dalam Taurat
ketika Taurat masih otentik, yang belum disentuh oleh penyimpangan dan kebohongan.
Yusya' bin Nun keluar dan selamat dari keadaan tersesat yang dialami oleh Bani Israil. Lalu
beliau menuju ke tanah suci. Beliau berjalan bersama mereka sehingga melewati sungai Jordan
dan sampai ke Ariha, yaitu tempat atau kota yang paling kuat pagarnya dan istana yang paling
tinggi dan paling padat penduduknya. Beliau mengepungnya selama enam bulan. Kemudian
pada suatu hari mereka mengelilinginya dan menyembunyikan terompet. Tiba-tiba, pagar kota
2 20. Taruna Pendekar Jari Menjentik, Guntur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
itu menjadi rusak dan roboh. Kita lihat bahwa senjata yang pertama kali mereka gunakan dalam
peperangan mereka sangat mengagumkan. Para penyerang menggunakan kekuatan suara
untuk pertama kalinya sebagai senjata. Desakan yang keras dari terompet-terompet itu menjadi
penyebab hancurnya atau rusaknya pagar-pagar kota. Kami tidak mengetahui, apakah Allah
SWT mewahyukan kepada Yusya' bin Nun untuk melakukan tindakan ini, atau ini inisiatif
pribadinya sebagai pemimpin pasukan, atau hal itu terjadi secara kebetulan. Mereka tetap
menyembunyikan terompet-terompet tanduk selama enam bulan, yaitu masa pengepungan
sehingga mereka dikagetkan dengan jatuhnya pagar-pagar kota.
Terdapat cerita bohong yang berkaitan dengan hal itu yang menyebutkan bahwa matahari
sempat berhenti berputar sampai Yusya' bin Nun telah berhasil menaklukkan tanah suci. Cerita
dongeng itu direkayasa oleh orang-orang Yahudi. Matahari dan bulan merupakan tanda-tanda
kebesaran Allah SWT dan keduanya tidak akan berhenti karena kematian seseorang atau
karena kehidupannya. Meskipun terdapat kejadian luar biasa dan mukjizat yang mengagumkan
di tengah-tengah Bani Israil namun semua itu tidak bertentangan dengan hukum alam dan
sistemnya. Kemudian Allah SWT mengeluarkan perintah-Nya kepada Bani Israil untuk memasuki kota
dalam keadaan sujud. Yakni, hendaklah mereka rukuk dan menundukkan kepala mereka
sebagai wujud syukur kepada Allah SWT atas segala karunia yang diberikan-Nya kepada
mereka, yang berupa penaklukan kota itu. Ketika mereka memasuki kota itu, mereka
diperintahkan untuk mengatakan:
"Bebaskanlah kami dari dosa kami." (QS. al-A'raf: 161)
Yakni, hilangkanlah kesalahan kami yang dahulu dan jauhkanlah kami dari apa yang diperbuat
oleh para orang tua kami. Tetapi, Bani Israil menentang dan tidak melaksanakan apa yang
diperintahkan kepada mereka, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Mereka
memasuki pintu dalam keadaan congkak dan sombong dan mereka mengganti ucapan yang
tidak selayaknya mereka ucapkan. Oleh karena itu, mereka terkena siksa Allah SWT atas
kelaliman yang mereka perbuat. Kejahatan yang dilakukan orang tua adalah kehinaan,
sedangkan kejahatan anak-anak adalah sikap sombong dan mendustakan kebenaran. Allah
SWT berfirman: "Dan (ingatlah) ketika dikatakan kepada mereka (Bani Iasrail): 'Diamlah di negeri ini saja (Baitul
Maqdis) dan makanlah dari (hasil bumi)nya di mana saja kamu kehendaki.' Dan katakanlah:
'Bebaskanlah kami dari dosa kami dan masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk,
niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu.' Kelak akan Kami tambah (pahala) kepada
orang-orang yang berbuat baik. Maha orang-orangyang lalim di antara mereka itu mengganti
(perkataan itu) dengan perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka, sehingga Kami
timpakan kepada mereka azab dari langit disebabkan kelaliman mereka." (QS. al-A'raf: 161162)
Ini bukanlah kejahatan pertama kali yang dilakukan oleh Bani Israil dan juga bukan kejahatan
yang terakhir kali. Mereka telah menyiksa rasul-rasul mereka yang cukup banyak setelah Nabi
Musa. Taurat yang ada di tangan mereka berubah menjadi kertas-kertas yang mereka
tampakkan sebagiannya dan mereka sembunyikan sebagian yang lain, bahkan mereka pun
berani mempermainkan akidah. Al-Qur'an mencatat semua ini dalam surah al-An'am:
"Dan mereka tidak menghormati Allah dengan pmghormatan yang semestinya dikala mereka
berkata: 'Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.' Katakanlah: 'Siapakah yang
menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia,
kamu menjadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai berai, kamu perlihatkan
(sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu
apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)"' Katakanlah: 'Allah-lah (yang
menurunkannya),' kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Qur'an kepada mereka,
biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.'" (QS. al-An'am: 91)
3 20. Taruna Pendekar Jari Menjentik, Guntur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Jika pernyataan tersebut berlaku kepada cucu-cucu Bani Israil yang hidup di jazirah Arab maka
jelas sekali - melalui sejarah Bani Israil sendiri - bahwa Taurat tidak selamat dari usaha yang
menyimpang ini atau usaha yang sia-sia ini di mana Taurat pun disembunyikan sebagiannya
dan ditampakkan sebagian yang lain sesuai dengan tuntutan keadaan mereka dan kepentingan
mereka. Sikap penentangan inilah yang melatarbelakangi datangnya siksaan-siksaan kepada
Bani Israil. Bani Israil kembali melalimi diri mereka sendiri. Mereka mengira bahwa mereka
adalah bangsa pilihan Allah. Mereka menganggap - karena pengaruh dari keyakinan ini bahwa mereka berhak untuk jnelakukan apa saja sesuai dengan keinginan mereka, sehingga
banyak sekali kesalahan dan dosa di tengah-tengah. Bahkan kejahatan yang mereka lakukan
terhadap kitab-kitab suci kemudian menjalar kepada nabi mereka di mana mereka membunuh
para nabi. "Dan mereka membunuh para nabi tanpa alasan yang benar." (QS. an-Nisa': 155)
Akibatnya, Allah SWT menjadikan mereka - setelah diliputi dengan rahmat para nabi - dikuasai
oleh kekerasan para raja yang jahat. Para raja itu menyiksa mereka dan menumpahkan darah
mereka. Allah SWT menjadikan mereka dikuasai oleh musuh-musuh mereka, dan harta-harta
mereka dirampas. Namun bersama mereka masih ada peti perjanjian, yaitu peti yang masih
menyimpan sebagian yang ditinggalkan oleh Musa dan Harun. Dikatakan bahwa peti ini
menyimpan papan-papan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa dan tetap terpelihara
dengan berlalunya waktu. Peti ini memiliki berkah yang sangat berpengaruh dalam kehidupan
mereka dan peperangan mereka. Adanya peti di antara mereka pada saat peperangan,
menjadikan mereka merasakan ketenangan dan ketegaran sehingga mereka pun mendapatkan
kemenangan. Dan ketika mereka menganiaya diri mereka sendiri, Taurat dicabut dari hati
mereka sehingga tidak ada lembaran Taurat yang bersama mereka. Lalu peti perjanjian itu
hilang. Kemudian keadaan sulit menimpa Bani Israil karena kesalahan dan dosa mereka serta
keras kepalanya mereka. Lalu berlalulah tahun demi tahun dan kebutuhan akan kehadiran nabi
sangat mereka dambakan. Mereka ingin lepas dari berbagai penderitaan dosa dan kesalahan..
KISAH NABI DAUD Berlalulah tahun-tahun yang cukup panjang dari wafatnya Musa. Setelah Nabi Musa, datanglah
para nabi dan mereka telah mati dan anak-anak Israil setelah Musa telah kalah. Kitab suci
mereka telah hilang, yaitu Taurat. Ketika Taurat telah hilang dari dada mereka maka ia pun
tercabut dari tangan mereka. Musuh-musuh mereka menguasai peti perjanjian yang di
dalamnya terdapat peninggalan keluarga Musa dan Harun. Bani Israil terusir dari keluarga
mereka dan rumah mereka. Keadaan mereka sungguh sangat tragis. Kenabian telah terputus
dari cucu Lawi, dan tidak tersisa dari mereka kecuali seorang wanita yang hamil yang berdoa
kepada Allah SWT agar Dia memberinya anak laki-laki. Lalu ia melahirkan anak laki-laki dan
menamainya dengan nama Asymu'il yang dalam bahasa Ibrani berarti Ismail. Yakni Allah SWT
mendengar doaku. Ketika anak itu tumbuh dewasa, ibunya itu mengirimnya ke mesjid dan menyerahkannya
kepada lelaki saleh agar belajar kebaikan dan ibadah darinya. Anak itu berada di sisinya. Pada
suatu malam - ketika ia telah menginjak dewasa - ia tidur, lalu ia mendengar ada suara yang
datang dari sisi mesjid. Ia bangun dalam keadaan ketakutan dan mengira bahwa syaikh atau
gurunya memanggilnya. Ia segera menuju gurunya dan bertanya: "Apakah engkau memang
memanggilku?" Guru itu tidak ingin menakut-nakutinya maka ia berkata: "Ya, ya." Anak itu pun
tidur kembali. Kemudian suara itu lagi-lagi memanggilnya untuk kedua kalinya dan ketiga
hingga ia bangun dan melihat malaikat Jibril memanggilnya: "Tuhanmu telah mengutusmu
kepada kaummu." Pada suatu hari, Bani Israil menemui nabi yang mulia ini. Mereka bertanya
kepadanya: "Tidakkah kami orang-orang yang teraniaya?" Dia menjawab: "Benar." Mereka
berkata: "Tidakkah kami orang-orang yang terusir?" Dia menjawab: "Benar." Mereka
4 20. Taruna Pendekar Jari Menjentik, Guntur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengatakan: "Kirimkanlah untuk kami seorang raja yang dapat mengumpulkan kami di bawah
satu bendera agar kita dapat berperang di jalan Allah SWT dan agar kita dapat mengembalikan
tanah kita dan kemuliaan kita." Nabi mereka berkata kepada mereka dan tentu ia lebih tahu
daripada mereka: "Apakah kalian yakin akan menjalankan peperangan jika diwajibkan


Kisah Para Nabiallah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

peperangan atas kalian?"
Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak berperang di jalan Allah SWT sedangkan kami telah
terusir dari negeri kami, dan anak-anak kami pun terusir serta keadaan kami makin memburuk."
Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Thalut sebagai penguasa
bagi kalian." Mereka berkata: "Bagaimana ia menjadi penguasa atas kami sedangkan kami
lebih berhak mendapatkan kekuasaan itu daripadanya. Lagi pula, ia bukan seorang yang kaya,
sedangkan di antara kami ada orang yang lebih kaya daripadanya."
Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah SWT memilihnya atas kalian karena ia memiliki
keutamaan dari sisi ilmu dan fisik. Dan Allah SWT memberikan kekuasaan-Nya kepada siapa
pun yang Dia kehendaki." Mereka berkata: "Apa tanda kekuasaa-Nya?" Nabi menjawab: "Kitab
Taurat yang dirampas musuh kalian akan kembali kepada kalian. Kitab itu akan dibawa oleh
para malaikat dan diserahkan kepada kalian. Ini adalah tanda kekuasaan-Nya." Mukjizat
tersebut benar-benar terjadi di mana pada suatu hari Taurat kembali kepada mereka.
Pembentukan pasukan Thalut dimulai. Thalut telah menyiapkan tentaranya untuk memerangi
Jalut. Jalut adalah seseorang yang perkasa dan penantang yang hebat di mana tak seorang
pun mampu mengalahkannya. Pasukan Thalut telah siap. Pasukan berjalan dalam waktu yang
lama di tengah-tengah gurun dan gunung sehingga mereka merasakan kehausan. Raja Thalut
berkata kepada tentaranya: "Kita akan menemui sungai di jalan. Barangsiapa yang
meminumnya maka hendaklah ia akan keluar dari pasukan dan barangsiapa yang tidak
mencicipinya dan hanya sekadar membasahi kerongkongannya maka ia akan dapat bersamaku
dalam pasukan." Akhirnya, mereka mendapati sungai dan sebagian tentara minum darinya dan kemudian
mereka keluar dari barisan tentara. Thalut telah menyiapkan ujian ini untuk mengetahui siapa di
antara mereka yang menaatinya dan siapa yang membangkangnya; siapa di antara mereka
yang memiliki tekad yang kuat dan mampu menahan rasa haus dan siapa yang memiliki
keinginan yang lemah dan gampang menyerah.
Thalut berkata kepada dirinya sendiri: "Sekarang kami mengetahui orang-orang yang pengecut
sehingga tidak ada yang bersamaku kecuali orang-orang yang berani." Jumlah pasukan
memang berpengaruh tetapi yang paling penting dalam pasukan adalah, sifat keberanian dan
iman, bukan semata-mata jumlah dan senjata. Lalu datanglah saat-saat yang menentukan bagi
pasukan Thalut. Mereka berdiri di depan pasukan musuhnya, Jalut. Jumlah pasukan Thalut
sedikit sekali tetapi pasukan Musuh sangat banyak dan kuat.
Sebagian orang-orang yang lemah dari pasukan Thalut berkata: "Bagaimana mungkin kita
dapat mengalahkan pasukan yang perkasa itu?" Kemudian orang-orang mukmin dari pasukan
Thalut menjawab: "Yang penting dalam pasukan adalah keimanan dan keberanian. Berapa
banyak kelompok yang sedikit mampu mengalahkan kelompok yang banyak dengan izin Allah
SWT." Allah SWT berfirman:
"Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah nabi Musa, yaitu
ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka: 'Angkatlah untuk kami seorang raja agar
kami berperang (di bawah pimpinannya) dijalan Allah. Nabi mereka menjawab: 'Mung-kin sehali
jika kamu diwajibkan berperang, kamu tidah akan berperang.' Mereka menjawab: 'Mengapa
kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal kami sesungguhnya telah diusir dari kampung
halaman kami dan dari anak-anak kami.' Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka,
mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang yang saja di antara mereka. Dan Allah Maha
Mengetahui orang-orang yang lalim. Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya
5 20. Taruna Pendekar Jari Menjentik, Guntur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.' Mereka menjawab: 'Bagaimana Thalut
memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalihan pemerintahan daripadanya,
sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak"' (Nabi mereka) berkata: 'Sesungguhnya
Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahi ilmu yang luas dan tubuh yang
perkasa.' Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. Dan Nabi mereka mengatakan kepada
mereka: 'Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di
dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan
keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman. Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya,
ia berkata: 'Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di
antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada rneminumnya,
kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku. Kemudian mereka
meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang
yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum
berkata: 'Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentara-nya.'
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: 'Berapa banyak yang
terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan
Allah beserta orang-orangyang sabar.'" (QS. al-Baqarah: 246-249)
Jalut tampak membawa baju besinya bersama pedangnya. Tampaknya ia menantang
seseorang untuk berduel dengannya. Semua tentara Thalut merasa takut untuk
menghadapinya. Di saat-saat tegang ini, muncullah dari pasukan Thalut seorang pengembala
kambing yang kecil, yaitu Daud. Daud adalah seorang yang beriman kepada Allah SWT. Ia
mengetahui bahwa keimanan kepada Allah SWT adalah hakikat kekuatan di alam ini, dan
bahwa kemenangan bukan semata-mata ditentukan banyaknya senjata dan kuatnya tubuh.
Daud maju dan meminta kepada raja Thalut agar mengizinkannya berduel dengan Jalut.
Namun si raja pada hari pertama menolak permintaan itu. Daud bukanlah seorang tentara, ia
hanya sekadar pengembala kambing yang kecil. Ia tidak rnemiliki pengalaman dalam
peperangan. Ia tidak memiliki pedang, senjatanya adalah potongan batu bata yang digunakan
untuk mengusir kambingnya. Meskipun demikian, Daud mengetahui bahwa Allah SWT adalah
sumber kekuatan yang hakiki di dunia ini. Karena ia seorang yang beriman kepada Allah SWT,
maka ia merasa lebih kuat daripada Jalut.
Pada hari kedua, ia kembali meminta izin agar diberi kesempatan untuk memerangi Jalut. Lalu
raja memberikan izin kepadanya. Raja berkata kepadanya: "Seandainya engkau berani
memeranginya, maka engkau menjadi pemimpin pasukan dan akan menikahi anak
perempuanku." Daud tidak peduli dengan iming-iming tersebut. Ia hanya ingin berperang dan
memenangkan agama. Ia ingin membunuh Jalut, seorang lelaki yang sombong yang lalim dan
tidak beriman kepada Allah SWT, Raja mengizinkan kepada Daud untuk berduel dengan jalut.
Daud maju dengan membawa tongkatnya dan lima buah batu serta katapel. Jalut maju dengan
dilapisi senjata dan baju besi. Jalut berusaha mengejek Daud dan merendahkannya serta
menertawakan kefakirannya dan kelemahannya. Kemudian Daud meletakkan batu yang kuat di
atas katapelnya, lalu ia melepaskannya di udara sehingga batu itu pun meluncur dengan keras.
Angin menjadi sahabat Daud karena ia cinta kepada Allah SWT sehingga angin itu membawa
batu itu menuju ke dahi Jalut. Batu itu membunuhnya. Jalut yang dibekali senjata yang lengkap
itu tersungkur ke tanah dan mati.
Daud, seorang pengembala yang baik, mengambil pedangnya. Dan berkecamuklah
peperangan di antara kedua pasukan. Peperangan dimulai saat pemimpinnya terbunuh dan
rasa ketakutan menghinggapi seluruh pasukannya, sedangkan pasukan yang lain dipimpin oleh
seorang pengembala kambing yang sederhana.
6 20. Taruna Pendekar Jari Menjentik, Guntur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Allah SWT berfirman: "Tatkala mereka tampak oleh jalut dan tentaranya, mereka pun berdoa: 'Ya Tuhan kami,
tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami terhadap orang-orang
kafir.' Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentarajalut dengan izin Allah memberinya
kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan
mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak
(keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah
mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam." (QS. al-Baqarah: 250-251)
Setelah Daud membunuh jalut, ia mencapai puncak ketenaran di tengah-tengah kaumnya
sehingga ia menjadi seorang lelaki yang paling terkenal di kalangan Bani Israil. Beliau menjadi
pemimpin pasukan dan suami dari anak perempuan raja. Namun Daud tidak begitu gembira
dengan semua ini. Beliau tidak bertujuan untuk mencapai ketenaran atau kedudukan atau
kehormatan, tetapi beliau berusaha untuk menggapai cinta Allah SWT. Daud telah diberi suatu
suara yang sangat indah dan mengagumkan. Daud bertasbih kepada Allah SWT dan
mengagungkan-Nya dengan suaranya yang menarik dan mengundang decak kagum. Oleh
karena itu, setelah mengalahkan Jalut, Daud bersembunyi. Beliau pergi ke gurun dan gunung.
Beliau merasakan kedamaian di tengah-tengah makhluk-makhluk yang lain. Di saat
mengasingkan diri, beliau bertaubat kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman: "Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia Kami. (Kami berfirman): 'Hai
gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud', dan Kami
telah melu-nakkan besi padanya. (Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah
anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu
kerjakan." (QS. Saba': 10-11)
"Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama
Daud, dan Kamilah yang melakukannya. Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju
besi kepada kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu
bersyukur (kepada Allah)." (QS. al-Anbiya': 79-80)
Ketika Daud duduk, maka ia bertasbih kepada Allah SWT dan memuliakan-Nya. Allah SWT
memilih Daud sebagai Nabi dan memberinya Kitab Zabur. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami berikan Kitab Zabur kepada Daud." (QS. al-Isra': 55)
Zabur adalah kitab suci seperti Kitab Taurat. Daud membaca kitab tersebut dan bertasbih
kepada Allah SWT. Saat beliau bertasbih, gunung-gunung juga ikut bertasbih, dan burungburung
pun berkumpul bersama beliau.
Allah SWT berfirman: "Dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat
(kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama
dia (Daud) di waktu pagi dan petang, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan
terkumpul. Masing-masing amat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami
berikan hikmah dan kebijaksanaan dalam menyeksaikan perselisihan." (QS. Shad: 17-20)
Gurun terbentang sehingga mencapai ufuk. Ini adalah hari puasa Daud. Nabi Daud berpuasa
pada suatu hari dan berbuka pada hari yang lain. Inilah yang disebut dengan Shiam ad-Dahr.
Daud membaca Kitab Zabur dan merenungkan ayat-ayatnya. Gunung-gunung bertasbih
bersamanya. Gunung menyempurnakan pembacaan ayat tersebut, dan terkadang beliau diam
sementara gunung itu menyempurnakan tasbihnya. Bukan hanya gunung yang bertasbih
bersama beliau, burung-burung pun ikut bertasbih. Ketika Daud mulai membaca Kitab Zabur
yang suci maka burung-burung, binatang-binafang buas, dan pohon-pohon pun berkumpul di
sisinya, bahkan gunung-gunung ikut bertasbih. Bukan hanya karena ketulusan Daud yang
7 20. Taruna Pendekar Jari Menjentik, Guntur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjadi penyebab bertasbihnya gunung-gunung atau burung-burung bersama beliau; bukan
hanya keindahan suaranya yang menjadi penyebab bertasbihnya makhluk-makhluk yang lain
bersama beliau, namun ini adalah mukjizat dari Allah SWT kepadanya sebagai Nabi yang
memiliki keimanan yang agung, yang cintanya kepada Allah SWT sangat tulus. Bukan hanya ini
mukjizat yang diberikan kepada beliau, Allah SWT juga memberinya ilmu atau kemampuan
untuk memahami bahasa burung dan hewan-hewan yang lain.
Pada suatu hari, beliau merenung dan mendengarkan ocehan burung yang berdialog satu
sama lain. Lalu beliau mengerti apa yang dibicarakan burung-burung itu. Allah SWT meletakkan
cahaya dalam hatinya sehingga ia memahami bahasa burung dan bahasa hewan-hewan yang
lain. Daud sangat mencintai hewan dan burung. Beliau berlemah lembut kepada hewan-hewan
itu, bahkan beliau merawatnya ketika hewan-hewan itu sakit sehingga burung-burung dan
binatang yang lain pun mencintainya. Di samping kemampuan memahami bahasa burung, Allah
SWT juga memberinya hikmah (ilmu pengetahuan). Ketika Daud memperoleh ilmu dari Allah
SWT atau ketika ia mendapatkan mukjizat maka bertambahlah rasa cintanya kepada Allah
SWT dan bertambah juga rasa syukumya kepada-Nya, begitu juga ibadahnya semakin
meningkat. Oleh karena itu, beliau berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada hari yang lain.
Allah SWT sangat mencintai Daud dan memberinya kerajaan yang besar. Dan masalah yang
dihadapi oleh kaumnya adalah, banyaknya peperangan di zaman mereka. Karena itu,
pembuatan baju besi sangat penting. Baju besi yang dibuat oleh para ahli sangat berat
sehingga seorang yang berperang tidak mudah bergerak dengan bebas ketika memakai baju
besi itu. Pada suatu hari, Nabi Daud duduk sambil merenungkan masalah tersebut dan di depan beliau
ada potongan besi yang beliau main-mainkan. Tiba-tiba, beliau mengetahui bahwa tangannya
dapat membikin besi itu lunak. Allah SWT memang telah melunakkan besi bagi Daud. Lalu
Daud memotong-motongnya dan membentuknya dalam potongan-potongan kecil dan
melekatkan sebagian pada yang lain, sehingga beliau mampu membuat baju besi yang baru,
yaitu baju besi yang terbentuk dari lingkaran-lingkaran besi yang jika dipakai oleh seseorang
yang berperang maka ia akan leluasa untuk bergerak dan tubuhnya tetap terlindung dari
pedang dan kampak. Baju besi itu lebih baik dari semua baju besi yang ada pada saat itu.
Allah SWT melunakkan baju besi baginya. Yakni, Nabi Daud adalah orang yang pertama kali
menemukan bahwa besi dapat menjadi leleh dengan api dan ia dapat dibentuk menjadi ribuan
rupa. Kami merasa puas dengan tafsir seperti ini. Nabi Daud bersyukur kepada Allah SWT.
Kemudian banyak pabrik-pabrik berdiri untuk membuat baju besi yang baru. Ketika selesai
pembuatan baju besi itu dan diberikan kepada pasukannya maka musuh-musuh Daud
mengetahui bahwa pedang mereka tidak akan mampu menembus baju besi ini. Baju besi yang
dipakai oleh para musuh itu sangat berat dan dapat ditembus oleh pedang. Baju besi yang
mereka pakai tidak membuat mereka bergerak dengan bebas dan tidak dapat melindungi
mereka saat berperang, tidak demikian halnya dengan baju besi yang dibuat oleh Nabi Daud.
Setiap peperangan yang diikuti oleh tentara Daud maka beliau selalu mendapatkan
kemenangan; setiap kali beliau memasuki kancah peperangan maka beliau merasakan
kemenangan. Beliau mengetahui bahwa kemenangan ini semata-mata datangnya karena Allah
SWT sehingga rasa syukurnya kepada-Nya semakin bertambah dan tasbih yang beliau lakukan
pun semakin meningkat serta kecintaan kepada Allah SWT pun semakin bergelora.
Ketika Allah SWT mencintai seorang nabi atau seorang hamba dari hamba-hamba-Nya maka
Dia menjadikan manusia juga mencintainya. Manusia mencintai Nabi Daud sebagaimana
burung-burung, hewan-hewan, dan gunung-gunung pun mencintainya. Raja melihat hal yang
demikian itu lalu timbullah rasa cemburu dalam dirinya. Ia mulai berusaha untuk menyakiti Nabi
Daud dan membunuhnya. Ia menyiapkan pasukan untuk membunuh Daud. Daud mengetahui
bahwa raja cemburu kepadanya. Oleh karena itu, beliau tidak memerangi raja namun apa yang
8 20. Taruna Pendekar Jari Menjentik, Guntur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
beliau lakukan" Beliau mengambil pedang raja saat ia tidur lalu beliau memotong sebagian dari
pakaiannya dengan pedang itu. Kemudian beliau membangunkan raja dan berkata kepadanya:
"Wahai raja, engkau telah berencana untuk membunuhku, namun aku tidak membencimu dan
tidak ingin membunuhmu. Seandainya aku ingin membunuhmu maka aku lakukan saat engkau
tidur. Ini bajumu telah terpotong. Aku telah memotongnya saat engkau tidur. Aku bisa saja
memotong lehermu sebagai ganti dari memotong baju itu, tetapi aku tidak melakukannya. Aku
tidak suka untuk menyakiti seseorang pun. Ajaran yang aku bawa hanya berisi cinta dan kasih
sayang, bukan kebencian. Raja menyadari bahwa dirinya salah dan ia meminta maaf kepada
Daud." Kemudian berlalulah hari demi hari dan raja terbunuh dalam suatu peperangan yang tidak
diikuti oleh Nabi Daud, karena raja itu cemburu kepadanya dan menolak bantuannya. Setelah
itu, Nabi Daud menjadi raja. Masyarakat saat itu mengetahui bahwa Daud melakukan apa saja
demi kebaikan dan kebahagiaan mereka sehingga mereka rela untuk menjadikannya raja bagi
mereka. Jadi, Daud menjadi Nabi yang diutus oleh Allah SWT sekaligus menjadi raja.
Kekuasaan tersebut justru meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT dan meningkatkan
ibadahnya kepada-Nya serta mendorong beliau untuk lebih meningkatkan kebaikan dan
menyantuni orang-orang fakir serta menjaga kepentingan masyarakat umum.
Allah SWT memperkuat kerajaan Daud. Allah selalu menjadikannya menang ketika melawan
musuh-musuhnya. Allah menjadikan kerajaannya sangat besar sehingga ditakuti oleh
musuhmusuhnya meskipun tidak dalam peperangan. Allah menambah nikmat-Nya kepada Daud
dalam bentuk memberinya hikmah. Selain memberi kenabian kepada Daud, Allah SWT
memberi hikmah dan kemampuan untuk membedakan kebenaran dari kebatilan. Nabi Daud
mempunyai seorang anak yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah anak yang cerdas dan
kecerdasannya itu tampak sejak masa kecilnya. Usia Sulaiman mencapai sebelas tahun ketika
terjadi kisah ini. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberihan keputusan
mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya.
Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah
memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada
masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu. " (QS. al-Anbiya': 78-79)
Seperti biasanya, Daud duduk dan memberikan keputusan hukurn kepada manusia dan
menyelesaikan persoalan mereka. Seorang lelaki pemilik kebun datang kepadanya disertai
dengan lelaki yang lain. Pemilik kebun itu berkata kepadanya: "Tuanku wahai Nabi,
sesungguhnya kambing laki-laki ini masuk ke kebunku dan memakan semua anggur yang ada
di dalamnya. Aku datang kepadamu agar engkau menjadi hakim bagi kami. Dan aku menuntut
ganti rugi." Daud berkata kepada pemilik kambing: "Apakah benar bahwa kambingmu memakan kebun
lelaki ini?" Pemilik kambing itu berkata: "Benar wahai tuanku." Daud berkata: "Aku telah
memutuskan untuk memberikan kambingmu sebagai ganti dari apa yang telah dirusak oleh
kambingmu." Sulaiman berkata: "Allah telah memberinya hikmah di samping ilmu yang diwarisi
dari ayahnya - aku memiliki hukum yang lain, wahai ayahku." Daud berkata: "Katakanlah wahai
Sulaiman." Sulaiman berkata: "Aku memutuskan agar pemilik kambing mengambil kebun lakilaki ini
yang buahnya telah dimakan oleh kambingnya. Lalu hendaklah ia memperbaikinya dan
menanam di situ sehingga tumbuhlah pohon-pohon anggur yang baru. Dan aku memutuskan
agar pemilik kebun itu mengambil kambingnya sehingga ia dapat mengambil manfaat dari
bulunya dan susunya serta makan darinya. Jika pohon anggur telah besar dan kebun tidak
rusak atau kembali seperti semula, maka pemilik kebun itu dapat mengambil kembali kebunnya
dan begitu juga pemilik kambing pun dapat mengambil kambingnya." Daud berkata: "Ini adalah
keputusan yang hebat wahai Sulaiman. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberimu
9 20. Taruna Pendekar Jari Menjentik, Guntur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti


Kisah Para Nabiallah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hikmah ini. Engkau adalah Sulaiman yang benar-benar bijaksana." Nabi Daud - meskipun
kedekatannya kepada Allah SWT dan kecintaannya kepada-Nya - selalu belajar kepada Allah
SWT. Allah SWT telah mengajarinya agar ia tidak memutuskan suatu perkara kecuali setelah ia
mendengar perkataan kedua belah pihak yang bertikai.
Pada suatu hari Nabi Daud duduk di mihrabnya yang di situ ia salat dan beribadah. Ketika ia
memasuki kamarnya, ia memerintahkan para pengawalnya untuk tidak mengizinkan seseorang
pun masuk menemuinya atau mengganggunya saat ia salat. Tiba-tiba, beliau dikagetkan ketika
melihat dua orang lelaki berdiri di hadapannya. Daud takut kepada mereka berdua karena
mereka berani masuk, padahal ia telah memerintahkan agar tak seorang pun masuk
menemuinya. Daud bertanya kepada mereka: "Siapakah kalian berdua?" Salah seorang lelaki
itu berkata: "Janganlah takut wahai tuanku. Aku dan laki-laki ini berselisih pendapat. Kami
datang kepadamu agar kamu memutuskan dengan cara yang benar." Daud bertanya: "Apa
masalahnya?" Laki-laki yang pertama berkata: "Saudaraku ini mempunyai sembilan puluh
sembilan kambing betina, sedangkan aku hanya mempunyai satu. Ia telah mengambilnya
dariku." Ia berkata: "Berikanlah kepadaku, lalu ia mengambilnya dariku." Daud berkata tanpa
Terminal Cinta Terakhir 4 Pendekar Rajawali Sakti 30 Warisan Berdarah Pendekar Lengan Buntung 7

Cari Blog Ini