Ceritasilat Novel Online

Kupu Kupu Pelangi 2

Kupu Kupu Pelangi Karya Gola Gong Bagian 2


Arum yakin "cahaya" adalah sebuah pertanda dari kebesaran-Nya. Dia merasa beruntung karena
sudah diberi kesempatan melihat "cahaya-Nya". Cahaya Illahi. Dia yakin, Allah sedang
memperingatkan dirinya yang lupa akan perintah dan larangan-Nya. Bahkan juga Allah sedang
mengingatkan yang lainnya; Bram, Cindy, Fredy, Franky, Pak Rahmat, suster Laru, dan dokter
Gala! Apa yang akan dibanya oleh kita kelak setelah mati" Harta, status, dan kehormatan yang
selama ini kita miliki" Tidak itu semua. Yang kelak akan kita bawa hanyalah iman dan taqwanya.
Amal ibadah dan perbuatan baiknya terhadap sesama manusia. Tangan, hati, kaki, mata, mulut,
telinga, hidung, dan semua organ tubuh kita akan memberikan kesaksian di hadapan-Nya kelak.
Mulut dengan apa yang sudah dibicarakannya. Kaki ke mana saja dia melangkah. Tangan pada apa
saja dia memegang. Hati untuk siapa saja dia bersuara. Telinga untuk jenis apa saja dia
mendengar. Hidung untuk aroma apa saja dia menghirup. Mata untuk hal apa saja dia melihat.
Semua akan berbicara. Tak akan bisa kita lari bersembunyi dari-Nya.
Mama," tiba-tiba Cindy bersuara.
Arum makin erat menggenggam tangan anaknya.
"Ada di mana Cindy?"
"Di kamarmu, Sayang..."
"Mana anak Cindy, Mama?"
21 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Cindy mau lihat?" Arum mengangkat kepala anaknya. Dia mengganjal lagi kepala anaknya dengan
bantal. "Mbok, bawa anaknya sini."
Mbok Siti yang sedari tadi menjagai si bayi, mendorong boks bayi lebih dekat ke tempat tidur.
"Cantik seperti ibunya," puji si Mbok.
Cindy mencoba untuk duduk. Tapi dia merasa perutnya sakit. Arum merasa ada sembilu yang
mengiris hatinya. Sakitnya tak tertahankan. Dia harus melakukan ini; tidak mendekatkan si bayi
pada ibunya, karena itu akan tambah mneyakitkan.
"Papa, mana?" nada Cindy penuh kebencian.
"Masih di Singapura."
"Kenapa bayi jadah ini nggak cepat dimusnahkan?"
"Cindy mau?" Cindy menangis. "Andai Leo tahu. Dia pasti bahagia, Mama," isaknya. Bantalnya basah oleh air
matanya. "Di mana Leo sekarang, Mama" Papa pasti sudah membunuhnya!"
"Serahkan semuanya pada Allah, Cindy..."
"Allah?" "Iya. Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berdoalah pada-Nya, agar Leo diberi
22 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keselamatan. Diberi perlindungan oleh-Nya."
"Mama nggak pernah ngebicarain ini sebelumnya..."
"Iya. Mama khilaf. Selama ini Mama menelantarkanmu. Maafkan Mama, yang sudah membiarkan
kamu dalam kegelapan."
"Apakah Allah akan melindungi bayi Cindy juga, Mama?"
Mamalah yang akan mengurus bayinya. Itu salah satu cara dari Allah, Cindy."
"Dia cucu Mama juga..."
"Iya. Dia cucu Mama. Darah daging Mama."
"Mama nggak malu?"
"Tidak...." "Mbok?" "Ndak, Den Ayu... Mbok malah bahagia."
"Cindy kepingin mengurus bayinya, Mama..."
"Insya Allah. Suatu saat nanti, kamu akan jadi ibu yang baik, Cindy..."
23 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Apa yang akan Mama lakukan?"
"Cindy harus percaya sama Mama, ya. Semuanya sudah Mama pikirkan matang-matang. Dengan
cara Mama. Pokoknya, Papa cuma tahu kalau bayimu sudah dimusnahkan. Tapi sesungguhnya,
Mama menyembunyikan bayimu di tempat yang aman."
"Menyembunyikan anak Cindy" Maksud Mama?"
"Mama sudah memilih teman kuliahmu untuk menintipkan bayimu di sebuah panti asuhan. Mama
sudah memilih tempatnya. Nanti kapan-kapan, setelah semuanya aman, kamu bisa mengambilnya
lagi." "Semudah itu, Mama?"
"Insya Allah." "Siapa yang Mama pilih?"
"Susi!" "Susi..." "Ya." "Berapa Mama akan membayar Susi" Setahu Cindy, Susi itu matre anget. Dan dia pasti nggak akan
mau sedirian. Dia akan ngajak Anton, pacarnya yang seorang demonstran itu!"
24 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Tidak jadi soal."
"Yang Cindy tahu, pacarnya lagi kesulitan uang!"
Uang nggak masalah!"
"Berapa Mama akan membayar mereka?"
"Seratus juta!"
"Seratus juta!"
"Harga yang pantas untuk keselamatan anakmu. Cucu Mama."
Cindy tak bisa mengeluarkan kata-kata lagi. Dia hanya menggapai-gapai boks bayi, dimana darah
dagingnya tergeletak di sana. "Maafkan Mama," katanya larut dalam tangis.
Arum bangkit. Dia berjalan mendekati cucunya. Dipandanginya dengan perasaan sedih. Lalu dia
mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sesuatu yang sudah dipersiapkannya. Sebuah kalung dengan
bandul bertuliskan huruf "C". Kalung itu diikatkan dileher si bayi.
Bayi merah itu tiba-tiba mengeluarkan seberkas cahaya dari tubuhnya!
*** 25 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Anton, mahasiswa yang dijuluki "demonstran" itu dengan tubuh lunglai keluar dari kantor polisi. Dia
tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Diputuskan secara sepihak oleh mereka, bahwa
majalah kampus yang dikelolanya harus ditutup! Dengan kata lain: DIBREIDEL! Pasal yang
dialamatkan padanya menjurus ke tindak SUBVERSIV! Menghujat rezim orde baru. Dia salah satu
edisi majalahnya, dia menurunkan laporan utama tentang angket; azas tunggal Pancasila dan multi
partai! Dari lembar jawaban yang masuk ke redaksi, hampir 60% mahasiswa menjawab; TIDAK
SETUJU dengan azas tunggal Pancasila. 20% menginginkan multi partai dan membiarkan banyak
partai Islam berdiri. Tidak perlu dilebur hanya di satu partai saja. Begitu juga dengan partai
nasionalis. Biarkan juga bertumbuhan! Sisanya terbagi dengan yang memilih TIDAK TAHU dan
SETUJU dengan asas tunggal!
Pihak aparat masih memberikan toleransi, yaitu hanya menutup majalahnya saja. Jika Anton
membandel, penjara akan menjadi alamat kosnya terakhir. Pihak kampus juga menskorsing. Dia
merasa patah hati dengan idealisme. Ternyata semua takut dengan yang namanya kekuasaan orde
baru. Rekan-rekannya di kampus, ternyata hanya ikut-ikutan saja menggelorakan semangat
kebebasan dalam mengemukakan pendapat. Tapi, ketika mesti berhadap-hadapan dengan yang
namanya sepatu lars, mereka kocar-kacir! Ketika dirinya selaku pemimpin redaksi majalah kampus
diinterogasi aparat, tak ada satu pun yang berdiri berbaris untuk melindunginya! Memang sudah jadi
rahasia umum, banyak aktivis kampus yang radikal atau lawan-lawan politik orde baru, raib entah ke
mana! Tragedi Tanjung Priuk adalah satu contoh! Empat tahun berselang, tragedi berdrah di
Jakarta Utara itu masih belum jelas kejadian sesungguhnya. Tapi sebagai mahasiswa kritis, dia tahu
kalau itu adalah salah satu cara penggembosan rezim orde baru terhadap tokoh-tokoh Islam, yang
menurut mereka akan mengganggu kestabilan jalannya roda pemerintahan. Siapa yang berkuasa,
dialah yang berkehendak. Yang lain jika tak sepaham, harap minggir. Kalau tetap berdiri di tengah
jalan, siap-siap saja kelindes tank panser!
Uang nggak masalah!"
"Berapa Mama akan membayar mereka?"
"Seratus juta!"
"Seratus juta!"
"Harga yang pantas untuk keselamatan anakmu. Cucu Mama."
26 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Cindy tak bisa mengeluarkan kata-kata lagi. Dia hanya menggapai-gapai boks bayi, dimana darah
dagingnya tergeletak di sana. "Maafkan Mama," katanya larut dalam tangis.
Arum bangkit. Dia berjalan mendekati cucunya. Dipandanginya dengan perasaan sedih. Lalu dia
mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sesuatu yang sudah dipersiapkannya. Sebuah kalung dengan
bandul bertuliskan huruf "C". Kalung itu diikatkan dileher si bayi.
Bayi merah itu tiba-tiba mengeluarkan seberkas cahaya dari tubuhnya!
*** Anton, mahasiswa yang dijuluki "demonstran" itu dengan tubuh lunglai keluar dari kantor polisi. Dia
tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Diputuskan secara sepihak oleh mereka, bahwa
majalah kampus yang dikelolanya harus ditutup! Dengan kata lain: DIBREIDEL! Pasal yang
dialamatkan padanya menjurus ke tindak SUBVERSIV! Menghujat rezim orde baru. Dia salah satu
edisi majalahnya, dia menurunkan laporan utama tentang angket; azas tunggal Pancasila dan multi
partai! Dari lembar jawaban yang masuk ke redaksi, hampir 60% mahasiswa menjawab; TIDAK
SETUJU dengan azas tunggal Pancasila. 20% menginginkan multi partai dan membiarkan banyak
partai Islam berdiri. Tidak perlu dilebur hanya di satu partai saja. Begitu juga dengan partai
nasionalis. Biarkan juga bertumbuhan! Sisanya terbagi dengan yang memilih TIDAK TAHU dan
SETUJU dengan asas tunggal!
Pihak aparat masih memberikan toleransi, yaitu hanya menutup majalahnya saja. Jika Anton
membandel, penjara akan menjadi alamat kosnya terakhir. Pihak kampus juga menskorsing. Dia
merasa patah hati dengan idealisme. Ternyata semua takut dengan yang namanya kekuasaan orde
baru. Rekan-rekannya di kampus, ternyata hanya ikut-ikutan saja menggelorakan semangat
kebebasan dalam mengemukakan pendapat. Tapi, ketika mesti berhadap-hadapan dengan yang
namanya sepatu lars, mereka kocar-kacir! Ketika dirinya selaku pemimpin redaksi majalah kampus
diinterogasi aparat, tak ada satu pun yang berdiri berbaris untuk melindunginya! Memang sudah jadi
rahasia umum, banyak aktivis kampus yang radikal atau lawan-lawan politik orde baru, raib entah ke
mana! Tragedi Tanjung Priuk adalah satu contoh! Empat tahun berselang, tragedi berdrah di
Jakarta Utara itu masih belum jelas kejadian sesungguhnya. Tapi sebagai mahasiswa kritis, dia tahu
kalau itu adalah salah satu cara penggembosan rezim orde baru terhadap tokoh-tokoh Islam, yang
27 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menurut mereka akan mengganggu kestabilan jalannya roda pemerintahan. Siapa yang berkuasa,
dialah yang berkehendak. Yang lain jika tak sepaham, harap minggir. Kalau tetap berdiri di tengah
jalan, siap-siap saja kelindes tank panser!
Anton betul-betul merasa jadi prajurit yang baru kalah perang. Di kamar kosnya yang berantakan,
dia merasakan hal itu makin berat saja. Ibu kos yang tadinya sangat baik dan selalu
menyodor-nyodorkan anaknya untuk dijadikan istri, kini berbalik galak dan hendak mengusirnya! Dia
memang nunggak uang kos selama 3 bulan! Belum lagi hutang-hutangnya ke warung bang Adil.
Orangtuanya di pulau seberang, tak sanggup lagi menopang biaya hidup dan kuliahnya selama di
Jakarta. Saat ini Anton sangat mengharapkan sekali pertolongan entah dari siapa. Dia ibarat sedang
menunggu godot! Sajadah lapuk yang menyampir di kursi kayu, seolah tak bisa lagi dijadikan
harapan. Berdoa saja kini tak cukup. Mesti bekerja! Tapi, apa" Kawan-kawan sekampungnya suka
meledeknya, agar bisa bertahan hidup di Jakarta jangan jadi seorang demonstran, tapi jadilah
pedagang kaki lima di pinggiran jalan! Nanti digusur aparat, tapi pasti akan mendapat jatah kios di
pasar penampungan! Anton hanya nyengir kuda jika mengingat hal itu. Dia datang ke Jakarta memang melawan arus.
Kebanyakan para tetangganya di kampung lebih memilih berdagang ketimbang jadi mahasiswa. Itu
sudah fitrah kita! Begitu kata kawan-kawannya! Atau membuka restoran dan warung makan!
Dengan peristiwa ini, akankah dia menolak fitrah yang sudah sering diucapkan kawan-kawannya"
Mestikan dia berdagang" Tak sulit untuk mencari modal baginya. Tinggal datang ke Tanah Abang,
Pasar Kramat Jati, Jatinegara, atau Pasar Baru saja! Ratusan kawan-kawan sekampungnya akan
dengan sukarela mengumpulkan modal baginya! Cukuplah untuk menggelar dagangan di trotoar
jalanan! Tapi, mestikah begitu" Tinggal dua semester lagi, aku akan pulang dengan menegakkan
kepala dan membusungkan dada! Toga bertengger di kepala dan selembar ijazah di tangan!
Sarjana ekonomi! Nah, setelah jadi sarjanalah, aku boleh berencana berdagang! Tapi bukan di kaki
lima! Tempatku di perusahaan-perusahaan multinasional, yang memperjualbelikan kekayaan alam
negeri gemah ripah loh jinawi ini! Begitulah rencana manusia, tapi Allah selalu brkehendak lain
untuk menguji hamba-hamba-Nya!
"Anybody home! Spadaaaaa!" tiba-tiba terdengar teriakan manja pacarnya.
Oh Susiku sayang! Kau datang tepat pada waktunya! Anton bersemangat lagi. Dia bangkit sambil
mengenakan kaos kutungnya. Pasti Susi selalu punya jalan keluar bagiku, yang selalu dalam
kesulitan! "Oh Susiku, oh Susiku, I love the way you walk I love the way you talk, my Susiku!" Anton
menyanyikan bait lagi Mick Jagger dari group band The Rolling Stones.
28 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Cepetan buka pintunya, darling!" Susi sudah tidak sabar.
"Hallo, Sayang!" Anton membuka pintu kamar.
"Hallo lagi!" Susi mengecup pipi Anton. "Uh! Pengap banget!" dia langsung membuka jendela kamar
dan gordennya. Angin pagi menyerbu masuk; mengusir hawa panas dari dalam kamar. "Nah, terasa
segaran sekarang!" "Paling bisa deh kamu!"
"Nih, gua bawain oleh-oleh!" Susi membuka tasnya. Dia mengeluarkan beberapa bungkus rokok,
minuman kaleng, dan tentu roti made in luar negeri.
"Tau aja lo, kalau pacar lagi susah!"
Selagi Anton asik menyantap menu sarapan junk food, Susi dengan cekatan menggelar sprei kusut
yang belum disetrika. Beberapa barang yang berserakan di lantai; seperti majalah, jurnal, kaset,
dan buku biografi para pemberontak di daerah bergolak, langsung ditumpuk dan dibuntel dengan
sprei. Lalu sprei berisi "harta karun" itu diletakkan di sudut kamar. Kini suasana kamar agak rapihan.
Susi bisa duduk denan nyaman. Anton hanya tersenyum melihat kepedulian pacarnya dengan
kondisi kamarnya, yang memang selalu seperti kapal pecah.
"Jadi, majalah kampusnya dibreidel, ya!"
"Yap!" "Diskorsing juga?"
"Yap!" 29 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Terus?" "Sekalian aja gua cuti satu semester!" Anton membuka minuman kaleng. Di mulutnya penuh dengan
roti. "Mau cari kerja, buat bayar hutang! Lo tau kan, utang gua bertumpuk-tumpuk! Gali lobang tutup
lobang! Lo juga kadang suka ikut nutup lobang itu. Tapi, gua malah ngegali lobang yang lain!" Anton
tertawa getir. "Kerja apa lo?"
"Jadi pedagang kaki lima!"
"Hah! Gila lo! Dari seorang demonstran ke kaki lima! Malu-maluin Soe Hok Gie aja lo! Mendingan
mati di gunung, deh! Kerenan dikit! Ogah gua! Kalo lo beneran jadi pe ka el, kita bubaran!"
"Baru rencana, Sus!" Anton menjawil pipi pacarnya. "Atau, lo punya ide hebat buat gua" Biar gua
nggak stress, nih!" "Gua nggak yakin lo bakalan mau!"
"Apaan" Ngeruntuhin orde baru" Gak sanggup gua!"
"Ini pasti bertentangan sama nurani lo!"
"Iya! Tapi, apa?"
"Ngebuang bayi!"
Alamaaaak! Lo ini gila, apa!"
30 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Seratus juta ongkosnya!"
"Hah! Duit semua itu"!"
"Terserah lo! Bisa cash, atau sebagian dalam bentuk barang!"
"Mobil, bisa?" Anton tertawa penuh semangat.
"Bisa! Apalgai" Rumah di Perumnas?"
Anton tertawa lagi. Betapa pahit hidupnya jika dirasa-rasa. "Ngebuang bayi!" Anton masih tidak
percaya. "Bayinya Cindy!"
"Pantesan! Gua percaya sekarang! Seratus juta, tetep nggak sebanding dengan aib yang mesti
dikenakan ke wajah bapaknya!"
"Jadi, lo percaya sekarang?"
"Seratus juta!"
"Cuma kejaan semalam!"
"Kapan?" 31 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ntar malam! Kita mesti ngebuang bayi Cindy di panti asuhan, yang udah ditentuin sama Tante
Arum! Tepatnya -menurut gua, bukan ngebuang sih. Tapi, nyimpen si bayi di depan pintu pemilik
panti asuhan itu. Malah, Tante Cindy naro duit segala di balik selimut si bayi. Itung-itung buat modal
beli susu dan perlenkapan bayi!"
"Iya! Itu sih bukan ngenuang. Tapi, nitipin bayi diem-diem. Mereka nggak mau ketahuan, kalau bayi
itu cucu mereka. Bisa mampus itu Tuan Bram, kalau ketahuan anaknya hamil di luar nikah!"
"Poor Cindy!" Susi tertawa sinis.
Anton menyulut rokok untuk yang kedua kalinya. Dia duduk di kusen jendela. Menghisap rokoknya
dalam-dalam dan melontarkan asapnya dengan gelisah. Membuang bayi! Hal yang sebenarnya
bertentangan dengan nuraninya! Bagaimana nanti kata guru ngajinya di surau kampung, jika tahu


Kupu Kupu Pelangi Karya Gola Gong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku membuang bayi" Dia berpikir keras tentang hidupnya seagai mahasiswa di Jakarta. Selama ini
cap sebagai "seorang demonstran" melekat erat. Kadang dia suka dihubung-hubungkan denan Soe
Hok Gie. Selama ini dia selalu menggelorakan pergerakan moral; baik itu lewat tulisan di koran,
sajak-sajak, cerpen, atau bahkan orasi-orasinya. Dia sering diundang sebagai pembicara mewakili
kampusnya. Majalah kampus yang dikelolanya juga termasuk paling berani menentang rezim orde
baru. Kalau Soe Hok Gie tewas di gunung, hidupnya malah jadi sengsara!
Sebetulnya ada tawaran menarik, yang masih berdengung-dengung di telinganya. Dia hanya perlu
jadi mahasiwa yang baik dan penurut. Menulis hal-hal yang kondusif di majalah kampus sambil
menyelesaikan skripsi dan lulus jadi sarjana. Otaknya memang di atas rata-rata! Pihak kampus
akan siap menampungnya sebagai tenaga pengajar selululus jadi sarjana nanti. Bahkan beberapa
instansi pemerintah sudah siap mempekerjakannya. Itu hal biasa dan lumrah terjadi di kalangan
para demonstran. Hari ini berpanas-panas di jalanan; meneriakkan yel-yel ketidakadilan. Tapi besok
lusa sudah berjas dasi, bermobil mewah, dan berkantor di kawasan Sudirman! Pengecualian
dengan Soe Hok Gie, yang memilih menghadiahi rekan-rekan seperjuangan yang beralamat di
Senayan, dengan cermin dan bedak, serta pergi ke gunung dan tewas menghisap racun di sana!
Sedangkan dirinya sebelum cuti, mendatangi sekretariat BEM dan menghadiahi kawan-kawannya
seekor ayam betina! Jakarta tengah malam. Orang-orang menguap, karena lelah mengais rezeki.
32 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Orang-orang mengantuk, karena ingin memeluk mimpi dan harapan.
Orang-orang hendak pulang ke rumah, karena rindu gelak tawa anak dan istri. Karena di sana ada
cinta dan kehangatan Jakarta tengah malam; terbias oleh cahaya lampu merkuri.
Tak pernah gelap gulita. Selalu beraneka warni, walau menyembunyikan kegetiran dan kepahitan
hidup kaum urban yang menjejalinya.
Lorong-lorong kotanya tak pernah sepi.
Selalu ada yang memanfaatkan untuk menitipkan hidupnya. Tidur meringkuk beralaskan kardus dan
berselimutkan mimpi serta harapan indah untuk hidup lebih baik. Sangat kontras dengan kehidupan
di dalam tembok beton apartemen atau perumahan real estate yang kini menjamur.
Satu dua mobil mewah melintasi jalanan sentra bisnis yang lengang.
Beberapa bus kota berhenti di halte.
Beberapa penumpang turun dengan tertib. Tak berebut seperti layaknya pada jam sibuk di siang
hari. Di dalam bus masih tersisa beberapa penumpang lagi. Ada sekitar empat sampai enam orang
menggantikan yang turun. Mereka naik dengan tertib; tampak seperti tak bertenaga lagi. Mereka
memang kelelahan setelah seharian bekerja plus jam lembur.
"Rambutan, Rambutan!" suara kenek bus terdengar parau. Berbeda dengan suaranya seharian tadi,
yang lantang menyaingi pekaknya kebisingan kota Jakarta. "Rambutan, Rambutan! Terakhir,
terakhir!" dia berteriak lagi.
33 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tak ada lagi penumpang. "Tarik!" kenek bus melompat naik.
Si supir yang terkantuk-kantuk menginjak pedal gas, membawa para penumpang ke tujuan akhir.
TIIIIN! TIN, TIIIIIIIIIIIIIIIN......!
TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIN.....!
Tiba-tiba terdengar bunyi klakson memecah keheningan.
Supir bus kota dengan sigap memutar stir agak ke kiri. Tadi dia lupa menyalakan lampu sen
sebelah kanannya. Kelopak matanya yang tadi hampir menutup, kini melek lagi. Dia berpikir, tengah
malam begini volume kendaraan tak begitu padat. Dan dia langsung melongokkan kepalanya ke
luar jendela sambil memaki, "Setan lu ye!".
Sebuah sedan berwarna hitam, yang hampir saja kena serudukan bus kota, meluncur di samping.
Kaca jendelanya terbuka terbuka. "Lu yang setan!" pengendara sedan itu balas memaki dengan
kesal. "Ton...., udah, dong..." wanita belia, yang duduk di sebelahnya mengingatkan. Dia menguap.
"Hah! Beginilah nasibnya kalau mobil dibeli dari uang haram! Nggak akan jauh dari bahaya!" Anton
tersenyum getir. Hatinya merintih pedih. Hal yang berat harus dilakukannya sekarang. Maafkan aku
ya, Allah! Aku gelap mata! Aku tak sabar menanti rezeki-Mu terlalu lama! Kuambil jalan pintas ini,
karna aku kecewa dengan keadaan! Semuanya serba munafik! Sementara mereka enak-enakan
bergeliman harta dan nafsu, aku merintih kelaparan! Begitulah dia beralasan. Iblislah yang
meniupkan dalih itu kepadanya untuk diajukan pada Allah!
34 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Supir bus kota, lo ladenin! Nggak level, tau!"
Akhirnya Anton memilih mengalah. Ya, betul kata Susi! Percuma melayani supir bus kota di Jakarta!
Cuma bikin pening kepala. Lalu dia membiarkan bus kota melaju di depannya. Dia tidak
tergesa-gesa. Dia membiarkan keempat roda sedannya berputar berirama; berada sekitar 10
meteran di belakang bus kota.
"Bikin kaget aja!" Susi masih menguap.
"Lo tidur tadi?" Anton melirik.
"Kalo tidur, mana bisa gua ngomong," Susi menguap lagi. Lalu dia menoleh ke jok belakang. Di
sana teronggok sebuah keranjang dari plastik.
"Kok, nggak bangun ya?" Anton merasa cemas.
"Tidur pules dia!"
"Jangan-jangan..."
"Lo tenang deh...."
"Tenang gimana! Dia udah tidur lima jaman!"
"Kalo pun mati, apa peduli kita! Tante Arum aja nggak peduli!"
35 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Lo ini gimana, sih! Katanya, Tante Arum pingin nyelamatin cucunya dari suaminya yan brengsek! Lo
sekarang bilang, tante Arum nggak peduli lagi ama cucunya! Gimana, sih!"
"Alah, munafik dia! Kalao emang dia itu sayang ama cucunya, gimana pun dia nggak akan
ngebuang cucunya!" "Udah, udah! Gua males debat ama lo! Dasar anak kencur!"
"Makanya, dengerin dulu kalo gua ngomong! Tadi kan gua bilang, kalo pun bayi ini mati, apa peduli
kita! Iya 'kan! Bayi bayinya si Cindy ini! Gila juga tuh anak! Nggak pake pengaman! Nafsu si Leo
diturutin! Kena, deh!"
"Tapi, Sus! Kalo bayinya mati, larinya udah ke pembunuhan! Ada yang mergokin, mampus kita!"
"Heh, Ton! Lo nggak percaya ama gua, apa!"
"Bukannya nggak percaya, Sus! Jangan-jangan lo kebanyakan ngasih obat tidurnya tadi!" Anton
membetulkan letak kaca tengah di depannya; mencoba melihat keranjang plastik itu.
"Tadi gua campur sama susu...," Susi mengingat-ingat. "Paling setetes doang....."
"Tapi, masih hidup nggak bayinya?"
"Ntar. Gua lihat dulu," Susi langsung melompati kursi. Dia sudah duduk di jok belakang. Dibukanya
penutup keranjang plastik itu. Mulutnya langsung terbuka. Kedua matanya terbelalak. Lidahya kelu.
Tiba-tiba saja dia melihat seberkas cahaya menerangi wajah bayi tak berdosa itu. Dadanya
berdebar-debar. Bibirnya gemetar. Betapa bersihnya wajah bayi tak berdosa ini.
Beberapa saat tak ada suara. "Susi.....," Anton memanggil.
36 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tanpa disadarinya, Susi mengibas-ngibaskan lenannya di depan wajah mungil si bayi. Dia berusaha
mengusir seberkas cahaya yang mmeancar dari wajah si bayi! Pergi, pergi kau, cahaya! Dia sangat
ketakutan sekali. Tapi cahaya itu tak mau pergi!
"Sus!" teriak Anton memanggil.
"Oh, eh, iya, iya!" Susi tersadar dan langsung menutup keranjang itu dengan selimut. Seberkas
cahaya tadi kini tersembunyi di dalamnya.
"Gimana" Masih hidup, nggak?"
"Dia tidur nyenyak, Ton.....," suaranya bergetar.
"Kenapa sih lo?"
"Gua....," nadanya ketakutan.
Wah! Kok, lo jadi ragu-ragu gini!"
"Gimana, ya..."
"Gimana, apanya"
"Nggak tau gua, Ton..."
"Nggak tau, gimana!"
37 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kok, gua ngerasa..., apa yang kita lakuin ini salah...
"Hah!" Anton tertawa. "Lo ini ngomong apa, Sus"!"
"Gua emang bejat. Tapi, ngebuang bayi, Ton....."
"Udah, udah! Gue nggak mau ngomongin soal itu!" Anton kini mulai gelisah. Dia menginjak pedal
gas agak dalam. Mobil mulai meluncur melewati angka 40....
Susi terdiam. Kedua tangannya begerak. Hatinya terpanggil lagi untuk melihat si bayi. Tangan
kanannya bergetar menyingkap sedikit selimut yang menutupi keranjang. Dia kembali melihat
seberkas cahaya memancar dari wajah si bayi. Betapa damai. Betapa tak ada dosa. Putih bersih
tak bernoda. Putih suci seharum melati. Aku merindukan hal seperti ini. Oh, seberkas cahaya itu tak
mau pergi. Malah kini menyelubungi tubuh makhluk kecil tak berdosa. Oh, bayi dalam selubung
cahaya! "Susi!" Anton melihat ke kaca spion. Tiba-tiba dia juga melihat seberkas cahaya itu sekelebat. "Apa
itu, Sus?" Susi langsung menutupi lagi keranjangnya dengan cahaya.
"Tadi, kayaknya gua lihat ada cahaya?" Anton menengok dan melihat ke keranjang.
"Nggak, nggak ada. Lampu dari mobil yang lewat kali!"
"Oh!" Anton melihat lagi ke depan.
38 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Susi tergugu memandangi keranjang. Seluruh persendiannya bergetar. Terasa ngilu. Pertanda
apakah ini" Dia jadi ingat kisah nabi Musa dulu. Ibunya sering mendongengi dia sebelum tidur,
bahwa ada seorang raja yang mempertuhankan dirinya. Dia menyuruh bala tentaranya untuk
membunuhi semua bayi lelaki di seluruh pelosok negerinya, karena si bayi akan menjadi musuh
utama yang menghancurkannya kelak. Lalu sepasang suami-istri menghanyutkan bainya di sungai,
agar terhindar dari si raja yang dzolim. Mereka yakin, kelak si bayi akan menjadi orang yang mashur
lagi bijaksana memimpin negeri. Terbukti memang enar. Si bayi itu menjadi nabi Musa!
"Sus! Kenapa lo diem aja?"
"Iya...." "Kita udah terlanjur teken kontrak, Sus! Elo sendiri yang nyuruh gua nandatangan. Lo bilang,
duitnya gede." "Iya. Gua yang nyuruh elo, Ton," nadanya penuh penyesalan.
"Lumayan buat nutupin hutang-hutang gua. Buat beli mobil ini. Buat modal kita kawin juga."
Susi merasa dadanya berdebar kencang ketika mendengar kata "kawin". Belum terpikirkan oleh
dirinya mengikat janji di pelamina bersama Anton. Selulus SMA dan ketika dia serta Cindy diterima
sebagai mahasiswi di perguruan tinggi ternama ini, yang ada di benak mereka hanyalah bagaimana
caranya menggaet cowok-cowok terbaik di kampus sebagai pacar mereka. Dia mau menjadi pacar
Anton yang sebetulnya miskin, hanya karena melihat Cindy yang sudah berhasil menggaet Leo si
anak band. Dia tentu tidak mau kalah dengan Cindy. Perangkap dia pun mengena pada tokoh
demonstran di kampus, Anton!
"Gua nggak mau! Kita batalin aja!"
"Apa" Lo ngomong apa, Sus" Mana bisa kita batalin!:
39 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Susi diam saja. "Sus!" Susi tetap tidak bersuara.
"Lo nggak berubah pikiran 'kan?"
"Lo aja yang naro itu bayi!"
CIIIIIIITTT......! Rem mobil berderit. Susi terlonjak ke depan. Tubuhnya membentur punggung jok.
"Gimana sih, lo!" Anton sangat kesal.
Susi kini menangis. "Pokoknya, lo yang mesti naro di depan panti asuhan!" Anton memaki marah. Dia membuka
jenddela mobil. AC mobil dimatikan. Dia tiba-tiba saja merasa pengap di dalam mobil. Dia
membiarkan angin malam yang lembut mengelus-elus pipinya.
Tapi tangis Susi makin menjadi. Suaranya keluar terbawa angin. Beberapa orang yang sedang
bergerombol di depan pertokoan melirik ke mobil mereka.
40 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sus! Diem lo!" Anton makin marah. Tapi, dia buru-buru menutup jendela mobil dan menyalakan AC
lagi, karena beberapa orang lelaki sudah mendekati mobil.
"Heh! Ada apa, nih?" yang bertopi berusaha membuka pintu mobil.
"Nggak-nggak ada apa-apa!" Anton memasukkan perseneling.
"Heh! Buka, buka!" si Brewok menggebrak-gebrak bodi mobil.
"Elo, sih!" Anton menghardik Susi sambil tancap gas! Mobilnya hampir saja menabrak mereka!
"Anjing lu!" maki mereka.
"Lu yang anjing!" Anton balas memaki.
Mobilnya melesat bagai anak panah.
Susi kini terisak-isak. "Pindah ke depan lo!" suruhnya kesal sambil memelankan laju mobilnya.
Susi menurut. Dia merunduk dan pindah ke depan. Dia menarik tisu. Dia menyeka air matanya.
Anton menyodorkan sebotol minuman mineral. Susi meminumnya.
"Gimana" Udah tenangan lo?" Anton mencoba berbaikan.
41 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Susi tidak menjawab. Matanya menatap ke depan, tapi persisnya seperti menerawang entah ke
mana. "Sus! Udah deket, nih! Lo siap 'kan?"
Tiba-tiba saja, Susi mencoba membuka pintu mobil. Anton kaget. Dengan reflek Anton meraih tubuh
Susi, yang hendak melompat. Jalan mobil jadi oleng. Tak ada cara lain. Anton mengerem secara
mendadak. Tubuh mereka terlonjak ke depan. Menyadari mobil sudah berhenti, Susi mencakar
wajah Anton. Diserang begitu, Andon mendoyongkan kepalanya ke belakang. Kesempatan itu
dipergunakan Susi untuk membuka pintu mobil dan berlari keluar!
"Sus! Susi!" tangan Anton berusaha meraih tubuh Susi.
Tapi terlambat. Susi sudah berlari menuju trotoar dan hilang di kegelapan lorong-lorong pertokoan.
Anton ternganga. Susi hilang ditelan kegelapan malam!
Semuanya terjadi begitu cepat.
Dia membuka pintu mobil; bermaksud mengejar Susi. Kaki kanannya sudah menginjak aspal, yang
terasa di telapak kakinya panas. Aneh! Padahal jalanan basah. Tapi, dia menguurngkan niatnya
mengejar Susi ketika dilihatnya beberapa orang yang tidur di emperan toko bermaksud mendatangi
mobilnya. "Nyari siapa"!" seorang gelandangan terganggu tidurnya.
42 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ada, apa"!" tanya yang lain.
"Punya rokok, ndak?"
"Bagi duitnya, dong!"
"Iya! Saya juga! Belum maka dari kemarin!"
Anton langsung menyambar sebungkus rokok di dash board mobil. Dia lempar ke kerumunan tuna
wisma itu. Mereka berebut. Kesmpatan itu dia pergunakan untuk kembali masuk ke dalam mobil
dan mengunci semua pintu. Sejenak dia melihat ke keranjang plastik yang tergolek di jok belakang.
Ketika dirasakannya bayi itu masih tidur, dia memutuskan untuk menjalankan mobil.
Beberapa tuna wisma mengejar mobil Anton sambil mengacung-acungkan tangannya.
"Bang! Bagi duit, Bang!"
"Rokoknya lagi, Bang! Nggak kebagian saya!"
Anton tidak peduli. Dia tancap gas dari tempat itu. Susi pun terlupakan Dia kini merasakan keempat
ban mobilnya mulai tidak nyaman lagi menggelinding di aspal jalanan. Terasa seperti melintasi bara
api. Panas. Menggelisahkan. Tiba-tiba saja dia melihat seberkas cahaya memantul di kaca spion
tengah mobilnya. "Kenapa lo ninggalin gua, Sus! Dasar anak kencur lo!" gerutunya sambil melihat ke kaca spion.
"Hah" Cahaya itu lagi!" dia sangat kaget. Secara reflek dia menoleh. Ternyata selimutnya
tersingkap. Dari sana muncul seberkas cahaya! Keranjang plastik berisi bayi itu diselubungi cahaya.
"Gila! Kayak di film-film science fictions aja!" dia tertawa untuk menutupi ketakutannya.
43 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ketika ada belokan ke kiri, Anton langsung membelokan mobil. "Lu emang sialan, Sus!" Anton
gelisah sambil memandangi kiri-kanan jalan. "Lu bilang tadi cuma cahaya dari lampu mobil!"
geurutnya bercampur kecemasan. Dia mencoba mencari-cari di keremangan lampu jalanan; siapa
tahu Susi ada di sana! Tapi dia tidak bisa menemukan Susi! Dia langsung memukulkan lengannya
ke stir! Dia berada di kegamangan. Dia menjalankan mobilnya tanpa tentu arah. Dia sedang
menimbang-nimbang, akan dikemanakan bayi merah dalam selubung cahaya ini.
Tetap ke rencana semula, membuang bayi sialan ini ke panti asuhan! Tiba-tiba saja iblis jahanam
membisikinya! Anton langsung tancap gas! Ya, panti asuhan! Tak ada pikiran lain lagi kecuali ke sana! Apalagi
ketika dilihatnya seberkas cahaya itu tidak hanya menyelubungi keranjang plastik saja, tapi sudah
mulai membias ke seluruh jok belakang. Kesannya seperti menjadi lampu penerang. Kekhawatiran
mulai tergambar di wajahnya, ketika setiap mobilnya melewati daerah keramaian seperti pasar


Kupu Kupu Pelangi Karya Gola Gong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tradisional atau halte bus yang mulai ramai, orang-orang selalu menyempatkan melihat ke mobilnya.
Seolah-olah mobilnya adalah benda yang sangat langka!
"Masya Allah! Kunang-kunang, apa"!" teriak seorang pedagang sayur.
"Kunang-kunang kok ada bannya!" timpal pembeli sambil tertawa.
"Piring terbang kali!" pembeli yang lain memberi komentar.
"Piring terbang kok kayak mobil!"
"Terus apa, dong?"
"Ya, mana tahu!"
"Kok, mobil bisa ngeluarin cahaya kayak gitu!"
44 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Di Jakarta, apa aja bisa terjadi!"
"Udah-udah, berapa nih cabe sekilo, Bang!"
"Kok, sawinya banyak yang kuning!"
"Tomatnya sekilo breapa, Bang?"
"Yah, naik melulu! Kapan turunnya!"
"Kan semuanya ngikutin harga minyak dunia!"
Semua tertawa saja menyikapi harga-harga yang membumbung. Pedagang gerobak sayur kembali
sibuk melayani para pembeli. Rakyat kecil memang begitu caranya saat menyikapi kenaikan hraga;
dengan ketawa. Saking terbiasanya menderita, sampai-sampai mereka tak tahu lagi bagaimana
rasanya perut lapar. Dengan ketawa, semua penderitaan terbang sudah ke langit ke tujuh!
Mobil yang diselubungi cahaya itu mereka lupakan. Ada yang lebih penting dari sekedar
membicarakan hal yang tak jelas di Jakarta; dapur mereka sendiri. Suami yang harus berangkat
kerja dan anak-anak yang hendak pergi sekolah. Mereka semua butuh sarapan yang sehat, murah,
meriah, dan bikin kenyang.
Sedangkan pengendara mobil dalam selubung cahaya itu, makin merasa ketakutan. Dia merasa
tubuhnya pun akan dilumat oleh cahaya yang entah datang dari mana. Cahaya yang membuat
jantungnya berpacu cepat dengan mesin mobil!
Tiba-tiba sebuah jembatan terbentang di depannya! Jembatan yang di bawahnya mengalir kali
Ciliwung! Anton mengangkat kaki kanannya sedikit. Mobil melaju perlahan. Dia melihat ke sekeliling. Sepi.
Tanpa banyak bicara dia meminggirkan mobilnya dan berhenti di tepian sungai. Di bawah sana kali
45 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ciliwung menderas kehitaman. Dia langsung turun. Sontak dadanya berguncang. Dia melihat
mobilnya sudah diselubungi cahaya!
Buru-buru dia membuka pintu belakang. Keranjang bayi yang dianggapnya sebagai sumber
masalah, itu diangkatnya. Seberkas cahaya itu mulai menyelubungi tubuhnya pula. Dia berlari
dengan panik ke bantaran sungai. Dia hampir terpeleset. Untuk keranjang plastik tidak terpental.
Dia masih bisa memeganginya. Dia sudah sampai di tepian sungai. Ketika kerjanjang plastik itu
diletakkan di permukaan air kali Ciliwung, dalam hitungan detik seberkas cahaya yang sejak tadi
menyelubungi tubuhnya langsung membias ke seluruh permukaan air. Dalam sekejap air Ciliwung
yang kehitaman berubaha jadi bercahaya keperakan!
Anton ketakutan. Dia tidak mau ada orang yang memergokinya. Dia langsung berlari ke jalanan di
mana mobilnya diparkir. Dia melontarkan napas lega, karena cahaya yang menyelubungi mobilnya
sudah sirna! Dia langsung tancap gas. Dia tidak ingin lagi menengok; melihat ke kali Ciliwung!
Baginya, tugas membuang bayi itu sudah selesai!
Andai saja Anton tahu, seberkas sinar yang menyelubungi keranjang plastik itu seperti cahaya yang
menetes pada pemukaan air Ciliwung. Lalu tetesan itu menimbulkan riak, sehingga membias ke
seluruh permukaan air Ciliwung! Jadi bercahaya sungai Ciliwung di puncak malam itu! Seolah
melindungi keranjang plastik yang terapung-apung dari benturan batu-batu atau gunungan sampah.
Bahkan ribuan ikan membentuk lingkaran, seperti pasukan yang dikirim dari langit!
*** Sementara itu Susi terus berlari.
Berlari. Wajah-wajah iblis jahaman yang menjulurkan lidah api neraka terus menjilatinya!
46 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Terasa panas! Terasa panas! Bahkan suara tawa mereka menusuki gendang telinganya!
Sakit! Sakit! Dia terus berlari, melewati lorong-lorong pertokoan yang gelap!
Beberapa kali kakinya hampir saja menginjak tubuh-tubuh yang berselimutkan plastik! Bahkan kali
ini kakinya tersandung sebuah tubuh anak kecil. Dia tersungkur.
Anak kecil itu menangis. Ibunya terbangun. "Ngapain, lu!?" si Ibu merasa terganggu.
"Maaf-maaf, Bu," Susi membungkuk-bungkuk, memohon maaf. "Saya nggak sengaja..."
"Mau nyuri, ya?" mata si Ibu menyelidikinya.
Anak kecil berumur 4 tahunan itu menangis lagi.
Susi gelisah. 47 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Beberapa gelandangan lainnya terbangun.
Tanpa pikir panjang, Susi mengambil jurus langkah seribu. Bahkan berlari!
"Maling, maliiing!" beberapa orang meneriakinya.
Susi lari pontang-panting. Percuma memberi penjelasan pada mereka. Malah bisa-bisa kena hukum
rimba. Tapi beberapa orang yang berbaju compang-camping mencegatnya.
Susi membelokkan arah. Sebuah tempat sampah kena langgar tubuhnya. Dia terus berlari. Sesekali dia menoleh. Mereka
terus mengejarnya sambil meneriakinya: Maliiiiing! Ada yang membawa pentungan, bahkan clurit.
Susi bergidik. Di depannya ada dua orang satpam pertokoan, yang berusaha menahan laju larinya.
"Stop, stop, stop!" seorang satpam memegangi tangannya.
"Tolong, Pak, tolong!" Susi panik. "Biarkan saya lari!"
"Maling, maliing!" massa mulai mendekat.
"Kamu maling?" satpam yang kedua meneliti tidak percaya.
48 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Bapak percaya?" Susi mencoba melepaskan pegangan si satpam
Tapi....," satpam yang pertama melihat dengan cemas ke arah massa.
"Saya cuma kesasar aja, Pak!" Susi menjelaskan. "Tolong, lepaskan, Pak... sebelum semuanya
berantakan...." "Ayo, cepat lari!" satpam yang kedua mendorong tubuh Susi. "Bisa mati dia!" katanya pada
temannya. Satpam pertama tanpa banyak kata melepaskan pegangannya. Susi berlari dengan sekuat tenaga.
Kedua satpam pertokoan itu berusaha mencegah massa, agar tidak lagi mengejar buruannya.
"Stop, stop!" satpam pertama mengacungkan kedua lengannya.
"Awas, Pak! Minggir, minggir!" mereka berusaha menerobos.
"Iya, Pak! Ada maling! Tuh, lari ke sana!"
"Tadi, bukannya dipegangin Bapak!"
"Heh!Kalian ini jangan sesenaknya main tuduh, ya!"
"Coba tanya, siapa yang kemalingan!"
"Ayo! Ada yang ngerasa kemalingan nggak?"
49 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ayo, jawab!" Mereka saling pandang. Saling bisik. Saling menanyakan. Mereka tak ada yang mengaku
kemalingan. Mereka saling tuding, saling menyalahkan. Lalu mereka merasa, bahwa sebetulnya
tidak ada yang kecopetan.
"Ya, sudah!" satpam pertama kesal. "Bubar, bubar sana!" tangannya dikibas-kibaskan.
"Kalian ini dasar goblok! Asal bunyi aja! Untung nggak kejadian!" satpam kedua memaki-maki.
Massa pun bubar. Saat itu Susi sudah sampai di sebuah halte bus. Napasnya tersengal-sengal. Dia melirik arlojinya.
Sudah menjelang pukul tiga pagi. Ada beberapa orang yang hendak berangkat entah ke mana;
mungkin ke pasar atau ke pabrik-pabrik. Bisa jadi. Itu terlihat dari tampang mereka yang seperti
buruh pabrik. Mungkin mau menjemput harapan. Terselip juga dua orang wanita yang hendak
berangkat ke pasar. Itu terlukis dari sepatu boot plastik, keranjang belanjaan, dan kepalanya yang
dililit kerudung sampir. Mereka menatap Susi dengan tatapan penuh selidik. Susi mencoba untuk tenang, walaupun dia
gelisah. Di matanya, seberkas cahaya itu masih menempel, tak mau pergi. Berkali-kali dia
mengerdipkan matanya, agar cahaya yang menempel di kedua matanya itu hilang. Tapi tetap saja
tidak. Orang-orang di halte bus itu malah menatapnya dengan senyum dikulum.
Sebuah mikrolet berhenti. Mereka naik. Kenek mikrolet memperhatikannya; seolah minta ketegasan
sikapnya, apakah mau naik atau tidak. Susi akhirnya naik juga, karena tidak tahan dipelototi begitu.
Dia duduk di jok bagian dalam, mepet ke dinding kaca belakang mikrolet. Dia kini terselip di antara
mereka yang hendak pergi menjemput harapan. Tak ada niat darinya untuk menatap mereka satu
persatu. Tak ada. Yang ada hanya rasa penyesalan yang amat sangat, karena sudah terlibat dalam
perbuatan dosa yang maha sangat; membuang bayi tak berdosa. Dia merasa yakin, bahwa
seberkas cahaya yang menyelubungi bayi tak berdosa itu, adalah pertanda kebesaran Tuhan.
Tuhan Maha Pelindung! Susi pernah mendengar kalimat itu dari kawan-kawan di kampusnya, yang
aktif di mesjid kampus. 50 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Susi duduk seperti orang yang hilang ingatan. Matanya tak berkedip; menatap ke luar jendela.
Jalanan Jakarta yang basah berembun berlarian mneinggalkannya. Dia tiba-tiba seperti melihat
jalanan aspal itu berubah jadi pita seluloid, yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupannya....
Orang tua Susi, yang sudah bercerai tidak pernah membekali dirinya dengan pelajaran agama
Islam. Ayah-ibunya terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan. Ayahnya bekerja di perusahaan
securitas dan ibunya di sebuah bank swasta. Dia hidup sendirian. Orangtuanya termasuk kelompok
yang tidak ingin hidupnya direcokin oleh anak. Malah khabar terakhir yang dia dengar, kelahirannya
sebetulnya tidak diharapkan. Ibunya hamil di luar nikah, ketika masih di usia sekolah. Lelaki yang
menghamili ibunya sedang mempersiapkan ujian akhir; skripsi. Mereka menikah, karena tidak ingin
mencoreng nama baik keluarga mereka.
Setelah dia lahir, ibunya sibuk menyelesaikan sekolahnya. Sedangkan ayahnya menghadapi sidang
skripsi. Dia ditinggal sendiri di rumah bersama bik Warsih, pembantu keluarga. Kakek-nenek dari
kedua belah pihak, hanya sesekali saja menengok; memberinya oleh-oleh dan santunan bagi biaya
hidup mereka. Tak ada setetes pun kasih sayang dari mereka, kecuali dari bik Warsih yang
merawat, membesarkan, dan mendidiknya. Orangtuanya tidak peduli padanya. Bahkan dia lebih
menganggap bik Warsih sebagai ibunya.
Ketika bik Warsih meninggal - usianya saat itu 10 tahun, dia lebih dari sekedar kehilangan seorang
pembantu. Dia sakit selama seminggu. Ibunya sampai merasa heran. Enam bulan setelah bik
Warsih pergi, orangtuanya bercerai. Tanpa ada perang mulut atau gelas berterbang. Semuanya
berjalan dengan baik. "Sejak kamu lahir, kami sebetulnya tidak pernah saling mencintai," kata ibunya. "Tapi, kami
menunggu kamu sampai dewasa untuk bisa mengerti persoalan kami."
"Kami memang melakukan kesalahan waktu itu. Maklum, masih diusia muda. Penuh gejolak. Yang
dipikir selalu yang enaknya saja. Tapi, kami sudah berusaha memberi yang terbaik sama kamu;
sandang, pangan, dan pendidikan. Semoga kamu tidak membenci kami," ini ayahnya yang
berbicara. Susi memang tidak membenci mereka. Untuk apa" Setelah orangtuanya bercerai, dia secara
bergantian tinggal di rumah mereka. Semua tergantung mood saja. Sebulan tinggal bersama
ayahnya. Sebulan kemudian bersama ibunya. Ayahnya sudah mempunyai keluarga yang baru;
happy family! Sedangkan ibunya, lebih memilih sendiri. Hidupnya tampak lebih nelangsa ketimbang
ayahnya. Kadangkala dia suka kasihan jika sedang menginap di rumah ibunya. Pagi-pagi sudah
harus pergi kerja dan pulangnya kadang larut malam. Di akhir pekan, ibunya lebih sering
menghabiskan waktunya di cafe-cafe. Umur ibunya sekarang mendekati 40 tahun. Sesekali dia
suka mergokin ibunya menangis sendirian. Ibunya memang kesepian. Dia bisa merasakannya,
51 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
walau pun ibunya selalu tertawa di depannya.
Tapi, setelah kuliah, Susi memilih kost saja. Dia tidak ingin kehidupan pribadinya dikontrol oleh
ibunya, yang pasti ingin memperbaiki kesalahan masa lalunya lewat dirinya. Dia tidak ingin jadi
pelampiasan dari masa lalu ibunya. Dia ingin menghirup kebebasannya sendiri.
"Tanah Abang, Tanah Abang!" teriakan kenek mikrolet menyadarkan lamunannya.
Mikrolet melewati jembatan.
"Kiri, kiri, Bang!" tiba-tiba saja dia minta berhenti.
Mikrolet langsung meminggir.
Susi bergegas turun. Dia merogoh sakunya. Selembar ribuan berpindah tangan. Kenek mikrolet
menyodorkan kembalian. Susi menolak dan memilih berjalan ke pagar pembatas jembatan.
"Tarik!" kenek berteriak. Ekspresi wajahnya biasa-biasa saja. Baginya kembalian 500 perak
bukanlah sesuatu hal yang istimewa.
Kini Susi sudah berdiri di bibir jembatan. Kedua tangannya menggenggam besi pembatas. Kali
Ciliwung yang kehitaman menderas; seolah-olah memanggil-mangil tubuhnya untuk bersatu. Kedua
kakinya sudah menaiki bibir pembatas. Dadanya terasa kosong. Pikirannya melayang jauh. Di
kelopak matanya menggelayut seberkas cahaya!
Hatinya berguncang! Air kali Ciliwung yang menderas kehitaman, tiba-tiba saja dalam sekejap berubah warnanya jadi
putih bercahaya. Seperti pepatah "nila setitik rusak susu sebelanga". Yang ada sekarang, karena
seberkas cahaya, air sesungai bercahaya!
52 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ada apakah gerangan! Susi mencoba menajamkan matanya!
Tapi, Susi merasakan keanehan! Dia melihat orang-orang yang berjalan kaki seperti tidak
terpengaruh oleh perubahan permukaan sungai itu. Apakah hanya dirinya saja yang melihat"
Halusinasi akibat rasa bersalahnya yang membebani jiwanyakah"
Astaghfirullahaladzim....," tiba-tiba mulutnya begetar. Kalimat ini dia dapat dari bik Warsih. Kata bik
Warsih, jika kita sedang dalam kesulitan, lafalkanlah kalimat ini. Dia mengulang-ulang kalimat ini.
Sekali lagi dia menajamkan penglihatannya. Permukaan kali Ciliwung itu betul-betul bercahaya. Apa
itu" Dia melihat ada kerumunan di bantaran timur kali Ciliwung! Telinganya juga mendengar suara
ribut-ribut! Dia mencoba mendoyongkan tubuhnya lagi; lebih menjorok ke sungai! Telinganya
dipasang kuat-kuat. "Ada bayi, ada bayi!" terdengar teriakan di bawah sana.
"Gila! Tega banget ngebuang bayi!"
"Udah, udah! Jangan ribut! Biar saya aja yang urus!"
"Lo sinting apa! Udah punya anak satu juga! Apa nggak semaput lo ngurusinnya ntar!"
"Biar aja! Soal rezeki, itu urusan yang di atas!"
53 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kasihkan aja ama si Lela! Dia kan belon punya anak!"
"Lela! Bisa-bisa bayi ini jadi pelacur nanti!"
Susi bergidik mendengar percakapan di bawah sana. Saking bergidiknya, tumpuan kedua kakinya
goyah. Tanganya menggapai-gapai meraih pegangan yang terlepas! Tubuhnya oleng dan terlempar
ke udara. Tapi, sebuah lengan menjambret bahunya! Tubuhnya tertarik ke belakang! Dia terlempar
ke aspal! "Istighfar kamu!" terdengar suara yang berat dan berwibawa.
Susi melihat seorang lelaki berjenggot dan bersorban berdiri di dahapannya. Tubuhnya yang tinggi
besar tertutup oleh pakaian gamis.
"Bunuh diri bukan jalan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah. Itu cara yang dibenci oleh
Allah...." Susi bangkit dan merasa malu. "Terima kasih, Pak Haji," katanya menunduk. "Saya tadi terpeleset,"
tambahnya. Percuma dia menjelaskan semuanya. Bisa-bisa kedoknya, yang hendak membuang
bayi tadi terbongkar oleh Pak Haji.
"Terpeleset" Sedang apa kamu, di sini?" lelaki bersorban itu meneliti.
"Cari udara segar, Pak Haji," Susi menyembunyikan permasalahannya.
"Cari udara segar di sini" Sepagi ini?"
Susi terdiam. 54 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Astaghfirullahaladzim....," tiba-tiba mulutnya begetar. Kalimat ini dia dapat dari bik Warsih. Kata bik
Warsih, jika kita sedang dalam kesulitan, lafalkanlah kalimat ini. Dia mengulang-ulang kalimat ini.
Sekali lagi dia menajamkan penglihatannya. Permukaan kali Ciliwung itu betul-betul bercahaya. Apa
itu" Dia melihat ada kerumunan di bantaran timur kali Ciliwung! Telinganya juga mendengar suara
ribut-ribut! Dia mencoba mendoyongkan tubuhnya lagi; lebih menjorok ke sungai! Telinganya
dipasang kuat-kuat. "Ada bayi, ada bayi!" terdengar teriakan di bawah sana.
"Gila! Tega banget ngebuang bayi!"
"Udah, udah! Jangan ribut! Biar saya aja yang urus!"
"Lo sinting apa! Udah punya anak satu juga! Apa nggak semaput lo ngurusinnya ntar!"
"Biar aja! Soal rezeki, itu urusan yang di atas!"
"Kasihkan aja ama si Lela! Dia kan belon punya anak!"
"Lela! Bisa-bisa bayi ini jadi pelacur nanti!"
Susi bergidik mendengar percakapan di bawah sana. Saking bergidiknya, tumpuan kedua kakinya
goyah. Tanganya menggapai-gapai meraih pegangan yang terlepas! Tubuhnya oleng dan terlempar
ke udara. Tapi, sebuah lengan menjambret bahunya! Tubuhnya tertarik ke belakang! Dia terlempar
ke aspal! "Istighfar kamu!" terdengar suara yang berat dan berwibawa.
55

Kupu Kupu Pelangi Karya Gola Gong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Susi melihat seorang lelaki berjenggot dan bersorban berdiri di dahapannya. Tubuhnya yang tinggi
besar tertutup oleh pakaian gamis.
"Bunuh diri bukan jalan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah. Itu cara yang dibenci oleh
Allah...." Susi bangkit dan merasa malu. "Terima kasih, Pak Haji," katanya menunduk. "Saya tadi terpeleset,"
tambahnya. Percuma dia menjelaskan semuanya. Bisa-bisa kedoknya, yang hendak membuang
bayi tadi terbongkar oleh Pak Haji.
"Terpeleset" Sedang apa kamu, di sini?" lelaki bersorban itu meneliti.
"Cari udara segar, Pak Haji," Susi menyembunyikan permasalahannya.
"Cari udara segar di sini" Sepagi ini?"
Susi terdiam. Hati-hati. Daerah ini tidak aman untuk wanita seperti kamu," katanya mengingatkan.
"Assalamu'alaikum.....," dia berlalu.
Susi menatap kepergian lelaki bersorban itu. Kedua kakinya bergerak mengikutinya.
Di saat bersamaan, suara adzan Shubuh menggema, mengiringi suara tangis bayi di bawah
jembatan sana! *** 56 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
TING TONG! TING TONG, TING TONG! Arum sedang menata tanaman hias di halaman belakang urmahnya, ketika lonceng rumah
berbunyi. Tak lama Mbok Siti muncul tergopoh-gopoh. Wajah si Mbok gelisah dan gusar. Arum
mencopot kedua sarung tangannya dan celemeknya.
"Siapa, Mbok?" "Nak Anton!" "Anton?" Arum begegas ke dalam rumah.
"Sendirian, Den Ayu."
"Sendirian" Aneh!"
"Mbok tanyakan,'Susinya ke mana', eh..., dia marah-marah!"
"Yo, wis! Mbok siapkan minumannya saja. Biar Arum yang nemuin! Tolong Cindy dilihat, Mbok.
Sudah bangun belum. Jangan lupa obatnya buat Cindy, ya."
"Nggih, nggih!"
57 Bung Smas Pulung Misteri Boneka Gayung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Arum mencuci kedua tangannya di wastafel. Merapihkan penampilannya. Terutama wajahnya yang
berkeringat, karena tertimpa matahari pagi tadi. Dalam dua hari belakangan ini, wajahnya
berangsur-angsur menampakkan kehidupan. Tak pucat seperti kurang darah lagi. Tatapan matanya
pun tak hampa, tapi menggelorakan semangat untuk bertahan hidup.
"Assalamu'alaikum," Arum menyapa Anton, yang mondar-mandir tak karuan di ruang tamu.
"Waalaikumsalam!" jawabnya. "Singkat saja, Tante!" Anton betul-betul gusar. Wajahnya kusut.
Peristiwa bayi dalam selubung cahaya semalam, mmebuatnya tak bisa tidur. Membuatnya t
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
58Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
erus dikejar perasaan bersalah. Gelisah.
Duduk dulu," Arum tersenyum menyejukkan.
"Saya tak punya waktu banyak. Lagi pula, jangan sampai kedatangan saya ketahuan Tuan!"
"Tuan baru besok pulang."
"Saya hanya mengambil sisa uangnya, Tante!"
"Bagaimana saya bisa tahu, kalau cucu saya aman dan selamat di panti asuhan itu?"
"Tante harus percaya!"
"Bagaimana bisa" Sedangkan Susi, orang yang saya percayai tidak hadir di sini!"
"Susi! Nggak layak Tante mempercayai dia!"
"Maksudnya?" "Dia lari, Tante! Dia mengkhianati saya! Dia biarkan saya dengan bayi itu!"
"Susi mengkhianati kamu?"
"Bayi itu, Tante!" Anton ngeri membayangkan kejadian semalam.
1 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kenapa dengan cucu saya?"
Anton gelisah. "Ah! Sudahlah! Percuma saja! Tante pasti akan menganggap saya gila! Omong
kosong!" "Anton," tiba-tiba Arum memegangi pundaknya. "Duduklah dulu," ajaknya.
Anton menurut saja. "Tante ingin mendengar ceritanya."
Mbok Siti muncul membawa minuman. Dia meghidangkan minumannya di meja. Dia mendekap baki
dan duduk di lantai, seperti kebanyakan wanita Jawa pada umumnya, yang sangat setia pada
majikannya. "Ayo, minum dulu. Biar kamu tenang."
Anton meminum seteguk. Arum menengok ke Mbok Siti. Bahasa matanya mengisyaratkan, agar Mbok Siti membiarkan
mereka berdua saja. Si Mbok paham dan bankit. Dia kembali ke dapur.
"Percayalah, sisa uangnya akan kamu terima hari ini juga."
Anton mengangguk. Dia menarik napas dan mengeluarkan bungkusan rokok dari saku kemejanya.
"Ini gila, Tante. Saya tahu ini nggak masuk akal!" katanya sambil menyalakan rokok. "Tapi nyatanya
emang terjadi! Saya ngelihatnya dengan mata kepala saya sendiri! Demi Allah!"
2 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Arum serius mendengarkan sambil bibirnya bergerak-gerak menyuarakan asma Allah.
"Susi ketakutan, Tante! Susi lari ninggalin saya!"
"Kenapa dengan dia" Pasti ada alasannya 'kan?"
"Bayi itu, Tante! Bayi itu...., mengeluarkan cahaya!"
"Allahu Akbar!"
"Ya, mengeluarkan cahaya! Tadinya saya pikir..., itu cahaya dari lampu mobil di belakang saya!
Kenyataannya, memang betul! Bayi itu diselubungi cahaya! Di selubungi cahaya!
"Allah Maha Besar!"
"Ini pasti pertanda dari Allah. Saya takut, Tante! Tapi, saya sudah teken kontrak sama Tante. Saya
tetap membawa bayi itu. Saya sudah melakukan pekerjaan yang telah kita sepakati, Tante!"
"Apa saya harus percaya sama kamu" Bagaimana caranya?"
Anton tertawa. "Tante! Saya ini orang miskin. Saya sedang banyak kesulitan. Sisa uang itu sangat
berharga buat saya. Jangan paksa saya lagi untuk berbuat kejahatan."
"Kamu mengancam?"
"Tante! Saya tidak punya waktu banyak! Saya sangat membutuhkan sisa uang itu! Jika tidak segera
3 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dilunasi, saya akan membocorkannya pada media massa.. Reputasi suami Tante sebagai
pengusaha kaya, terhormat, dan terpandang pasti tidak mau rusak, karena bayi haram ini 'kan!"
Dada Arum berguncang. Ini ibarat sedang menghadapi buah simalakama. Dimakan beracun, tidak
makan sama saja. "Tapi, di panti asuhan mana cucuku kamu buang?" tanya Ny. Bram.
"Itu nggak penting. Yang paling penting, bayi itu sudah tidak ada di rumah ini!" jawab Anton.
"Mama!" tiba-tiba Cindy berjalan tertatih-tatih.
"Cindy!" Arum terpekik kaget dan menyerbu Cindy. "Kamu belum boleh jalan-jalan! Kamu mesi bed
rest!" Arum bermaksud membawanya lagi ke kamar.
Cindy mmeaksa untuk duduk. Dia menggeser kakinya; dipapah ibunya. Anton berdiri kikuk. Dia
mmbalikkan badan, tak tega melihat ibu dari bayi yang dibuangnya di sungai. Ada perang badai di
dadanya. Iblis dan malaikat sedang berdarah-darah di hatinya.
"Lo apain anak gua, Ton" Mana Susi?" Cindy duduk di sofa. Kedua kakinya diluruskan.
"Gua nggak apa-apain. Gua udah lakuin sepeti yang lo mau. Soal Susi, lupain dia!"
"Lo nggak bisa ngomong seenaknya, Ton. Susi temen gua. Kalo ada apa-apa sama Susi,
urusannya ama gua1" "Lo, Susi, mamamu lo, sama aja! Sok suci!"
"Jangan asal ngomong, Ton!"
"Heh! Kita semua ini, sama aja! Bejat! Bobrok! Mau ngomong apa lagi" Cepet, bayar sisanya! Atau,
gua bener-bener ngomong ke media massa!"
4 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Tapi, gua ama nyokap berhak tahu, di mana bayinya lo taro1"
Anton mengingatkan Cindy, "Heh! Jika bayianak lo ketahuan gua buang di mana, suatu saat kelak,
anak lo bakal datang ke sini, nemuin bokap lo! Nuntut segala hak-haknya. Harta warisannya!
Bukannya itu yang gak dimauin bokap lo"!"
Cindy merasakan perutnya sakit. Bekas jahitan di perutnya belum rapat benar. Dia merintih perih;
hatinya terluka. Tapi, dia tak sanggup lagi bicara apa0-apa. Air matanya kering. Dia hanya bisa
menatap Anton dengan tatapan penuh dendam dan prasangka. Dendam seorang ibu yang
kehilangan anaknya! *** Bab Empat TRANSISI Hari berganti hari. Sebuah transisi dalam kehidupan yang mesti dijalani.
Hujan dan kemarau. Kekeringan dan kebanjiran. Yang meratap yang tertawa. Yang kelaparan dan
kekenyangan. Yang mencuri dan korupsi. Semuanya menggelinding bersama detak sang waktu. Di
tengah-tengahnya selalu ada transisi yang menggembirakan atau kadang menyedihkan. Bisa panen
yang sukses atau panen yang musnah akibat wereng. Begitulah jika Tuhan berkehendak; kun
fayakun, jadilah maka terjadilah!
Begitu juga dengan Anton. Dia bergegasan mengejar sang waktu. Dia tak ingin kehilangan
sedetikpun kesempatan untuk bertahan hidup, karena selalu merasa dihantui peristiwa "bayi dalam
5 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
selubung cahaya" itu. Akibatnya hidupnya seperti dikejar-kesar setan. Dia seolah berlari. Padahal
sang waktu tidak ke mana-mana. Dia seperti di kejar-kejar suara tangis si bayi, padahal si bayi tak
pernah mengejarnya ke mana-mana!
Langkah yang ditempuh Anton setelah peristiwa "bayi dalam selubung cahaya", dia memilih keluar
dari kampusnya! Jiwanya tersiksa jika dia masih menyandang predika "mahasiswa". Dia kecewa
pada dirinya sendiri, yang mengaku sebagai mahasiswa aktivis dan menjunjung tinggi moral, tapi
mencemari moralnya yang putih dengan perbuatannya sendiri; mem-bu-ang ba-yi! Dia "patah hati"
dengan idealismenya. Dia merasa sudah menjadi orang yang munafik.
Keputusasaannya terasa makin pahit dan getir, jika dia mengingat akan Susi, pacarnya. Ke
manakah kamu, Susi" Kenapa kamu tega membiarkan aku terbebani oleh peristiwa "bayi dalam
selubung cahaya?" Kenapa kamu tak mau kujadikan sebagai tempat berbagi"Kenapa kamu seperti
lempar batu sembunyi tangan" Kamu biarkan aku kena getah dari pohon yang kau tebang!
Begitulah Anton meratap-ratap. Huh! Beginikah yang namanya kekecewaan; tersa pahit seperti
empedu! Anton merasa dirinya sudah kotor. Merasa jiwanya terbang melayang tak tentu arah. Dia tak mampu
menahan ujian-Nya ini. Dia merasa tak pantas lagi untuk bersimpuh di selembar sajadah. Dia tak
percaya lagi pada kesucian hatinya, jika hendak masuk ke sebuah mesjid. Dia merasa semua orang
mentertawakannya sambil menudingnya; Heh, orang munafik! Pergi kau dari sini! Ini bukan tempat
yang pantas untukmu! Tempatmu di kegelapan sana!
Akhirnya Anton meninggalkan dunia yang benderang. Saat dia berada di jalanan yang tak
dikenalnya, sang iblis mendekatinya; menawarkan pada dia suatu kehidupan yang selama ini dia
dambakan; kekayaan dan kehormatan! Dia menyambit tawaran sang iblis dengan hati gembira.
Padahal malaikat mencoba-coba mengingatkannya, agar jangan menerima tawaran si iblis. Bahkan
malaikat mengingatkan tentang lidah api neraka, yang alan membakar hangus tubuhnya.
Aku sudah kepalang terbakar! Sekalian hanguskan saja!" Anton terbahak-bahak tak sadarkan diri.
Sang iblis menyambutnya dengan kalungan bunga. Si laknat itu mengiming-imingi, bahwa neraka
itu belum tentu ada. Yagn ada hanyalah surga. Bukankah tuhanmu itu maha penyayang" Bukankah
tuhanmu itu maha pengampun" Jadi, jangan kau dengarkan malaikat. Dari sejak dulu, malaikat
sudah iri padaku yang terbuat dari api!
6 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Anton terbujuk rayu sanga iblis. Dia lebih memilih iblis ketimbang malaikat. Dia lebih nyaman berada
di kegelapan ketimbang benderang. Untuk melupakan kegelisahannya akan bayangan "bayi dalam
selubung cahaya", dia memutuskan untuk tenggelam dalam dunia hitam! Sudah kepalang basah!
Uang dari Ny. Bram dipakainya untuk modal usaha. Bisnis yang dilakoninya pun menghalalkan
segala cara. Machieveli jadi guru sejatinya! Sang iblis jadi penasehatnya. Wejangan-wejangan guru
ngajinya sewaktu kecil di surau kampung, dia simpan dalam peti! Biarkan saja jadi bulukan di sana!
Anton memulai bisnisnya dari bawah; dari barang-barang curian sampai ke narkoba! Suap sana
suap sini demi melancarkan dan melegalkan bisnis kotornya. Di dunia hitam, kemudian dia dikenal
dengan julukan "Belut Dermawan". Untuk menutupi kebobrokannya, dia rajin berderma; menyantuni
panti-panti asuhan, korban banjir, dan kegiatan sosial lainnya!
Omongan sang iblis terbukti ampuh. Dalam sekejap Anton hidup dalam limpahan harta,
kehormatan, dan kemashuran. Dia menikahi putri seorang pengusaha Cina, yang dikalahkannya
lewat cara berjudi. Saat itu lawannya sudah kehabisan modal.
"Harta lo sudah habis! Mau taruhan apa lagi?" Anton tertawa di meja judi. Kartu domino di
genggamannya. Permainan kiyu-kiyu baginya adalah kesenangan. Dia tak peduli mau menang atau
kalah, karena uangnya berlimpah.
"Owe masih punya! Itu si Ling Ling!"
"Hah! Lo mau maen lagi! Lo pasangin juga itu si Ling Ling! Lo udah gila, apa!" Anton tergelak-gelak.
"Owe emang udah gila! Lo juga! Kita semua yagn ada di sini juga!"
"Anak lo masih perawan, Koh?"
"Haiya..., lo jangan ngomong sembalangan ama owe!"
Anton meringis sambil mengocok kartu. "Gua mesti pasang apa, supaya seharga sama Ling Ling!"
7 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kapal pesiar lo!"
"Hah! Ling Ling seharga kapal pesiar gua!"
Para penonton berdecak tegang. Bagi mereka Ling Ling adalah gadis Cina yang antik dan masih
perawan ting ting. Umurnya saja masih usia 18 tahun. Ling Ling baru lulus sekolah lanjutan atas.
Anton meletakkan kartu domino di tengah meja. Lawan judinya membagi kartu itu jadi dua bagian.
Wajahnya tegang. Butiran keringat berjatuhan ke permukaan meja judi. Asap rokok menyembur dari
mulutnya. Anton mengipas-ngipaskan lengannya; mengusir kepulan asap yang mengarah ke
wajahnya. Enam kartu dibagi di antara mereka.
Jari-jari mempirit tiga kartu.
Empat pasang mata beradu.
Puluhan pasang mata mengawasi.
Di tempat lain Ling Ling meratapi nasibnya.
"Tambah ama bini lo sekalian?" tantang Anton tersenyum meledek.
"Kartu!" si Koh menghardik.
Anton membagikan lagi dua kartu; satu untuk dirinya dan satu untuk si Koh.
8 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Beberapa detik tanpa suara.
Sang iblis berbisik pada Anton, bahwa kemenangan berada di pihaknya.
Anton tertawa jumawa. "Kiyu...," Koh membuka kartunya, "delapan!"
Anton mendelik. "Haiya! Mulut lo emang gede!"
"Kiyu delapan....,"
"Cepet kartu lo!"
Anton mengangguk. Dia menggeletakkan keempat kartunya.di meja. Semua mata terbelalak;
seperti hendak melompat ke luar dari tempatnya! Desahan tertahan pun melepas!
"Kiyu-kiyuuuu!"
"Ling Ling!" Si Koh terjengkang dan jatuh pingsan.
Anton tertawa1 Wajahnya menyeringai seperti iblis!
9 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Anton tinggal di sebuah istana di kawasan pantai Jakarta Utara. Dia menjadi seorang suami yang
baik di rumah, bagi Ling Ling dan anaknya; Jasmine. Tapi, dia bukan suami yang setia.
Perempuan-perempuan cantik kadang hinggap semalam dan menjadi pemuas nafsu belaka! Di sisi
lain, cinta sejatinya tetap pada Susi. Di saat sendiri, dia masih suka memandangi potret Susi.
Istrinya sering memergoki dia sedang memandangi lama-lama foto Susi. Tapi "wanita taruhan" itu
tak bisa berbuat apa-apa.
Tanpa sepengetahuan Anton, Susi memilih pindah kota ke Surabaya. Dia tinggal bersama tantenya
di sana. Dia kuliah di perguruan tinggi swasta dan menjadi mahasiswi yang pendiam. Kehidupannya
berubah drastis. Dari mahasiswi yang doyan hura-hura menjadi wanita muslimah dan sangat
religius. Dia juga mulai berjilbab. Dia sangat aktif di pengajian-pengajian kampus.
Setelah lulus jadi sarjana hukum, dia mengabdikan dirinya ke LSM, yang membela hak-hak
perempuan. Tak ada hari tanpa kegiatan sosial baginya. Sesekali, jika dia sedang menyendiri,
peristiwa "bayi dalam selubung cahaya" itu muncul dan membuat hatinya sedih dan merasa
berdosa. Jika sudah begitu, dia hanya bisa bersimpuh di sajadah mengharap bisa mendapatkan
seberkas cahaya ampunan-Nya!
Susi juga tahu, kalau Anton sekarang menjadi pengusaha muda yang sukses. Dia sering melihat
Anton di televisi dan koran! Kadang bersanding dengan artis sinetron ternama atau sedang main
golf bersama putra sang presiden. Tapi, dia tidak mempunyai keberanian untuk menghubungi
Anton! Apalagi setelah tahu Anton menikah dan mempunyai seorang anak, Susi makin pendiam.
Dia tetap membujang. Sebetulnya banyak lelaki yang hendak meminangnya; tapi cintanya hanya
untuk Anton. Anton sering muncul di media massa sebagai "Si Muda Dermawan". Disebut begitu, karena


Kupu Kupu Pelangi Karya Gola Gong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diusianya yang ke 32 sudah berhasil merengkuh dunia. Perusahaannya berlayar ke 5 benua. Dari
mulai hulu ke hilir. Relasinya dari berbagai kalangan. Para selebritis selalu berlomba hadir di
acara-acara sosial yang diselenggarakannya. Namanya diabadikan di mana-mana; di nama
yayasan, di prasasti-prasati, bahkan di nama sebuah mushola.
"Semuanya saya persembahkan buat bayi-bayi yang disia-siakan oleh kedua orangtuanya!" begitu
Anton mengakhiri kata sambutannya, ketika meresmikan panti asuhan di sebuah kampung di
pinggiran kota. Begitulah cara dia menebus dosa pada peristiwa "bayi dalam selubung cahaya".
10 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kamera TV swasta, dan media cetak mengarah padanya. Peristiwa ini disiarkan ke seluruh pelosok
Nusantara dalam acara berita pagi. Anton tersenyum lebar kepada kamera.
"Itu Papa! Papa!" Jasmine melonjak gembira. Bahkan dia berlari mendekati TV berukuran besar itu
dan memegangi layarnya. Iya. Itu Papa," ibunya merangkul Jasmine dengan perasaan pedih. Tentu perasaan itu disimpannya
sendiri. Jangan sampai ada yang tahu.
"Kapan Papa pulang?"
"Papa sibuk, Sayang. Papa lagi kerja."
Jasmine menangis. Bocah berusia 3 tahun itu kangen pada ayahnya. Ibunya memangkunya dengan
perasaan sedih. Dia juga diam-diam menitikkan air mata.
Yang menangis bukan hanya Jasmine dan ibunya, tapi di sebuah rumah kecil di pinggiran Jakarta,
Arum juga menangis di depan TV. "Cindy, maafkan Mama," isak wanita setengah baya itu. Dia
menengadahkan kepalanya ke atas seraya menadahkan tangannya, "Ampuni hamba ya, Allah.
Hamba sudah mencari ke mana-mana, tapi hamba belum behasil menemukan cucu hamba. Atas
riidho-Mu, hamba akan terus mencari...."
*** Tak terasa sembilan tahun berlalu sejak Arum bercerai dari Tuan Bram. Wanita priyayi itu memilih
hidup sendiri bersama Mbok Siti. Setiap hari dia menjelajahi sudut ibukota; mencari cucunya sendiri.
Di panti asuhan, dia tak menemukannya. Di tempat-tempat penampungan, juga tak ada.
Beberpa kali dia sudah berusaha mencari Anton untuk meminta pertanggungjawabannya di
kantornya. Tapi, tapi tetap tak berhasil bertemu dengannya! Anton tak pernah berada di kantornya
11 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
atau mungkin sengaja menghindar darinya! Untuk mencapainya ternyata harus melewati ring 1 dan
ring 2. Terlalu banyak prosedur yang harus ditempuh. Alasan mereka, demi keamanan Anton!
Terlalu banyak orang yang ingin bertemu dengan Anton dengan beragam kepentingan!
Arum menyadari bahwa Allah sedang mengujinya. Dia tidak ingin meratap-ratap lagi. Dia sudah
berjanji akan terus mencari cucunya sampai ketemu, seperti janjinya pada almarhumah Cindy,
anaknya. Jika teringat Cindy, dia hanya bisa menyalahkaan dirinya yang sudah gagal menjadi
seorang ibu! Kegagalan yang paling tragis dialaminya adalah peristiwa 2 tahun yang lalu!
KRIIIIING! Bunyi telepon itu mengusik kekhusyuan sholat malamnya. Tasbehnya terjatuh ke atas sajadah.
Jari-jarinya gemetar. Ada angin yang mengabarkan sesuatu padanya. Kabar yang akan
mengguncang jiwanya. Firasat seorang ibu mengatakan begitu.
"Den Ayu...," Mbok Siti muncul di pintu kamar. Suaranya tercampur dengan isakan seperti seorang
nenek yang kehilangan cucunya.
"Saya sudah tahu, Mbok....," jawabnya dengan perasaan hancur. "Innalillahi wainnailaihi raji'un......"
Allah masih terus mengujinya. Cindy kedapatan tewas di apartemennya dalam keadaan over dosis!
Cindy yang malang. Setelah peristiwa pembuangan bayinya, Tuan Bram mengirimnya sekolah di
Amerika. Di sana Cindy hanya tahan 1 tahun saja. Dia lebih banyak hura-hura daripada belajar.
Lalu Cindy kembali ke Jakarta ketika tahu Leo ternyata masih hidup dan sukses berkarir di dunia
musik. Malang nasib Cindy! Leo tak mencintainya lagi seperti dulu. Cindy kecewa dan patah hati.
Cindy makin terpuruk dan akhirnya memilih tenggelam bersama tablet-tablet berwarna!
Allah memang sedang mengujinya.
Arum pasrah dan ikhlas. Siapa tahu dengan cara seperti itu, bisa megnhapus segala dosa-dosa
masa lalunya. Kini yagn tersisa baginya adlah semangat untuk tak pernah berhenti mencari
cucunya. Dia yakin suatu saat akan dipertemukan dengan darah dagingnya sendiri. Dia yakin
"seberkas cahaya" yang hinggap di kupu-kupu pelangi akan muncul lagi; membimbingnya menuju
ke sana.... 12 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Arum yakin itu, jika dirinya rajin meminta pertolongan pada Allah! Itu dibuktikan lewat perubahan
yang terjadi dalam dirinya. Ketika pertama kali dia melihat kupu-kupu pelangi yang memancarkan
seberkas cahaya, dia merasa sedang diperingatkan oleh-Nya. Seolah sedang ditunjukan jalan
menuju ke cahaya yang benderang. Sejak saat itulah, dia kembali ke jalan yang pernah dilaluinya;
Islam. Kini dia merasa sudah melewati proses metamorphosa; dari yang gelap ke yang terang. Dari yang
bathil ke yang benar. Cukup sudah segala dosa yang diperbuatnya. Cukup sudah segala
penderitaan yang dialaminya. Kini dia merasa menjadi manusia baru; mencoba kembali ke fitrah.
Tinggal bagaimana nanti dia mengisi lembaran-lembaran putihnya. Sekali sudah dia mengisinya
dengan berangkat naik haji bersama Mbok Siti setahun yang lalu. Di depan Ka'bah, dia tak
henti-hentinya memohon ampunan dan minta untuk bisa dipertemukan dengan cucunya!
Sekarang waktu dan pikirannya dicurahkan untuk menyusuri jejak-jejak cucunya. Seperti pagi ini.
Setelah berita pagi menyiarkan seremoni Anton "Si Muda Dermawan", yang menyumbang ke
sebuah panti asuhan, Arum bangkit dari tempat duduknya. Dia matikan TV dan merapihkan pakaian
muslimahnya. Terutama jilbab yang menutupi wajahnya.
"Mbok Siti," panggilnya.
Mbok Siti yang makin tua tapi makin bercahaya wajahnya, muncul dari kamarnya. Jalannya makin
membungkuk dan sesekali terdengar suara batuk.
"Saya pergi dulu, Mbok," katanya.
"Sabar, Den Ayu..."
"Insya Allah, Mbok."
"Jika Gusti Allah berkehendak, Insya Allah, Den Ayu pasti ketemu sama Den Ayu!"
13 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Harusnya bayi itu saya beri nama dulu, Mbok, sebelum menyerahkannya kepada Anton dan Susi
untuk dibuang." "Mbok sering manggil 'Den Ajeng Larasati'," si Mbok menerawang.
"Larasati," Arum tersenyum getir. "Nama yang indah, Mbok..."
"Pergilah. Mumpung masih pagi. Nanti makan siang di rumah, ya. Mbok masakin nasi gudek
kesukaan Den Ayu." "Iya, Mbok. Assalamu'alaikum!"
"Waalaikumsalam!"
Arum melangkahkan kaki ke luar rumah; mencoba menyibak misteri Jakarta di pagi hari. Pak
Rahmat, supir setianya, sudah menunggu di depan mobil. Sopirnya lebih memilih ikut dengannya
daripada dengan Tuan Bram.
"Asalamua'laikum, Nyonya!"
"Waalaikumsalam, Pak Rahmat! Pagi ini kita ke Tanjuk Priuk, ya! Kita cari di sana."
"Baik, Nyonya!" Pak Rahmat membukakan pintu mobil.
Arum masuk dan duduk di jok belakang. Tangan kanannya memegang tasbeh. Dia tak pernah
berhenti berdzikir seiring dengan putaran keempat roda mobilnya....
Dia tahu semuanya butuh waktu dan kesabaran.
14 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
*** Manusia berencana, tapi hanya Allah jualah yang menentukan serta berkehendak. Terbukti nasib
Arum masih belum menentu dalam mencari jejak-jejak cucunya. Belum juga selesai pencariannya,
terjadilah pergolakan dalam perpolitikan dan pemerintahan. Begitulah adanya transisi; akan
memangsa siapa saja..... Berawal dengan demo-demo mahasiswa, yang menginginkan Soeharto lengser sebagai presiden
RI. Lalu suatu hari, pada 12 Mei 1998, Jakarta rusuh. Mahasiswa dan aparat keamanan bentrok!
Beberapa mahasiswa Trisakti tewas! Soeharto akhirnya lengser.
Berlanjut ke amuk massa! Mal-mal dijarah. Mal-mal dibakar. Orang-orang miskin tewas terjebak di
mal-mal secara mengenaskan; terpanggang oleh api angkara murka, demi mendapatkan sandang
dan pangan! Juga wanita-wanita Cina dibunuh, dirampok, dan bahkan diperkosa. Rumah-rumah
mewah di pantai utara Jakarta dijarah, dirampok, dan penghuni perempuannya juga diperkosa dan
dibunuh! Termasuk istri dan anak Anton "Si Muda Dermawan"!
"Ling Ling! Jasmine!" Anton menggenggam tanah merah tempat anak dan istrinya dimakamkan. Dia
hanya bisa meradang ke langit! Dia memaki Tuhannya, yang sudah berlaku tidak adil padanya. Dia
merasa Tuhan pilih kasih. Walau pun dia sendiri sering mengkhianati Allah; melangar aturan-Nya!
Lalu dia tidak menganggap ini sebagai ujian dari-Nya, tapi terlebih karena Tuhan membencinya.
Sang iblis terus mengipasinya dengan api neraka, agar dia tersengat dan makin meradang pada
tuhannya. Penderitaan Anton belum berhenti sampai disitu! Tuhan yang dimakinya makin memperlihatkan
kekuasaan-Nya! Akibat peristiwa Mei kelabu, rupiah anjlok di mata dunia! Dampaknya bisnis Anton
di negeri ini pada anjlok ke titik nol! Dia terpaksa mem-PHK ratusan karyawannya. Akibatnya dia
diprotes karyawannya. Kredit macet perusahaannya di beberapa bank mencekik lehernya.
Perusahaanya masuk ke dalam daftar yang mesti direkap di BPPN!
Anton bangkrut! 15 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Anton stress! Anton dirawat di rumah sakit jiwa!
Hal itu pun terjadi pada Tuan Bram! Setali tiga uang dengan Anton, dia juga dirawat di rumah sakit.
Bram stress! Bahkan terancam menjadi gila! Jika kita pergi menjenguk Bram; tampak oleh kita
seorang lelaki setengah baya yang selalu menganggap dirinya sedang mengejar-ngejar kupu-kupu
pelangi, yang memantulkan seberkas cahaya.
Itu, itu kupu-kupu pelangi! Di sayapnya memantul seberkas cahaya!" begitu Bram berlari-lari
mengitari rumah sakit. Saat itu dia sedang mengejar kupu-kupu pelangi, yang katanya terbang
selangkah lebih maju di atas kepalanya!
Para perawat hanya bisa mengelus dadanya. Para pasien yang lain hanya tersenyum-senyum;
menganggap itu adalah hiburan rutin yang menyenangkan ketimbang menonton televisi, yang isinya
tentang carut-marut negeri khatulistiwa dengan perpecahan yang bermuatan SARA.
Arum pagi ini juga datang menengok bekas suaminya. Dia berdiri mematung di koridor. Di lapangan
kecil di depan kamar-kamar, Bram berlarian ke sana ke mari. Kedua tangannya terjulur ke depan,
seolah hendak meraih sesuatu. Hatinya terguncang. Dia melihat kupu-kupu kecil berwarna putih
dengan bercak hitam berlompatan di udara!
"Begitulah, Bu, yang dilakukan Pak Bram tiap hari. Dia mengangap semua kupu-kupu yang
berterbanan di sini memantulkan seberkas cahaya. Dia rupanya terobsesi pada sesuatu," dokter
Pras menjelaskan. "Mungkin dia pernah melakukan kesalahan besar semasa hidupnya."
Arum merasa kedua lututnya gemetar. Saya juga pernah melihat kupu-kupu itu, dokter! Tapi dia tak
sanggup mengatakan hal itu pada dokter. Percuma saja. Jangan-jangan nanti dia pun dianggap
sakit! "Bagimana, Bu" Masih mau bertemu dengan Pak Bram?"
16 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Arum mengangguk. Dia tahu nasib buruk Bram dari media cetak dan televisi. Dia terketuk dan
merasa iba dengan peristiwa yang menimpa Bram. Padahal kepahitan masa lalu bersama Bram
terbentang di pelupuknya. Dia tahu tak mudah melupakan masa-masa gelap bersama Bram. Ketika
menginjakkan kaki di rumah sakit tadi, serta merta para iblis mempertontonkan wajah murtadnya di
sana. Mereka mentertawakan dirinya, yang sudah bodoh memutuskan menjenguk Bram di rumah
sakit. Heh! Untuk apa menegok Bram! Dia patut menerima hukuman ini! Dialah yang menyebabkan
kamu hidup bergelimanng dosa! Dialah yang menyebabkan kamu kehilangan Cindy dan cucumu!
Begitulah para iblis menyayat-nyayat hati putihnya!
"Astaghfirullah!" Arum mengusir para iblis yang mengotori hatinya. Pergi kau, pergi! Tempatmu
bukan di hatiku! Pergi sana, pergi ke neraka! Buatku, menjenguk orang yang sakit adalah
kewajibaban sesama muslim.
Para iblis kocar-kacir. "Saya ada urusan yang lain, Bu. Hati-hati," si dokter memperingatkan dan ngeloyor pergi.
"Terima kasih, dokter," Arum mengangguk dan mendekati Bram, yang berdiri di bawah pohon
delima. "Hmm, sebentar, Bu!" dokter Pras behenti. "Ngomong-ngomong, Ibu ini apanya Pak Bram?"
Arum melontarkan napas dengan berat. "Saya dulu istrinya, dok," katanya berterus terang.
"Oh!" dokter Pras mengangguk-angguk dan meninggalkannya berdua dengan Bram.
Arum kini hanya berjarak beberapa langkah saja dari Bram. Betapa sang waktu berkuasa atas
segala yang ada di muka bumi ini. Wajah Bram kini pucat dan tubuhnya sangat kurus tak terurus.
Segala kemegahan yang melekat di tubuhnya tak nampak lagi. Arum kini makin merasa yakin,
bahwa sifat keduniawian tak pernah kekal. Semu semata.
17 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Wahai, kupu-kupu pelangi yang memantulkan seberkas cahaya!" teriak Bram. "Mendekatlah
padaku!" Arum merasa kelopak matanya hangat.
"Kemari, kemarilah! Mendekatlah!" Bram terus meratap.
Arum makin terguncang hatinya. Dia membuka lebar-lebar matanya. Di pohon delima itu seekor
kupu-kupu hinggap di bunga delima. Sayapnya berwarna biasa saja dan tidak memantulkan
seberkas cahaya! "Bawalah daku terbang ke langit! Bawalah daku terbang ke langit!" Bram menangkap kupu-kupu itu.
Tapi binatang bersayap itu terbang! Tangkapannya luput. Dia memandang ke langit dan
menggapai-gapaikan lengannya; mencoba meraih binatang itu. "Jangan pergi! Jangan pergi!"
teriaknya histeris. Kedua kelopak mata Arum tergenang air. Hatinya penuh oleh gelegak ombak rasa haru.
"Kembali ke sini! Aku butuh cahayamu!" Bram makin histeris. Bahkan mencoba mencabut pohon
delima dari akarnya. Dua orang perawat lelaki berlarian mendekatinya. Mereka memegangi Bram dan merayunya untuk
tidak mencabut pohon delima. Bram masih berusaha melakukannya.
"Pak Bram! Kalau pohon delimanya dirusak, ntar kupu-kupunya nggak akan dateng lagi ke sini!"
Iya! Lihat itu bunganya! Banyak 'kan! Kupu-kupu kan paling seneng sama bunga!
Bram menatap kedua perawat itu. "Bunga delima"' tanyanya tertarik.
18 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Iya! Di bunga itu kan ada madunya. Kupu-kupu kan seneng madu!"
Barm mengangguk-angguk; pertanda mengerti. Lalu dia mulai melepaskan pegangan tangannya
pada batang pohon. "Iya, iya! Kupu-kupu kan seneng sama madu. Iya, iya! Biar saja pohon
delimanya di sini!" Bram setuju dengan kedua perawat itu, yang membawanya masuk ke dalam
kamarnya. Arum masih berdiri di situ. Dia tak sanggup bicara apa-apa. Terlebih ketika dia menyadari, bahwa
Bram pun pernah melihat kupu-kupu pelangi yang memancarkan seberkas cahaya. Ya, Allah!
Berilah dia kesembuhan, agar bisa mengenal-Mu lebih dekat lagi! Agar bisa berada di jalan-Mu!
Berilah dia ampunan-Mu! Tiba-tiba saja langit membuka gerbang-Nya. Dari atas sana meluncur sebuah benda yang sangat
indah. Arum melihat kupu-kupu pelangi memantulkan seberkas cahaya terbang ke arahnya!
"Allahu Akbar!" pekiknya kegirangan.
Binatang itu berada selangkah di depannya.
"Kupu-kupu pelangui!" Arum langsung teringat Bram. Bekas suaminya itu harus melihatnya
sekarang! Arum berlari ke dalam kamar Bram. "Bram, Bram!" teriaknya antusias.
Dua perawat itu muncul dari dalam kamar dan menutup pintu. Mereka menatap aneh kepadanya.
"Bram! Bram!" teriaknya lagi.
19 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ada apa, Bu?" "Saya mau bertemu dengan Bram!"
"Dia tidak bisa diganggu. Mentalnya sedang tidak stabil."
"Apa ibu istrinya?"
"Hus! Tuan Bram sudah lama becerai!"
"Ibu barangkali istri keduanya?"
"Sok tau kamu!"
Arum hanya bisa beristighfar ketika mendengar omongan kedua perawat ini, yang tampaknya
sengaja memancing perasaannya.
Saya dulu istri Pak Bram."
"Oh, bekas istrinya!"
"Mantan!" "Bisa saya bertemu dengan Pak Bram?"
"Mau apa?" 20 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Mau bernostalgia kali!"
Kedua perawat itu tertawa.
Arum tetap bersabar. "Saya ingin mengajak Bram melihat kupu-kupu yang sedang dicari-carinya
itu." "Kupu-kupu?" dia melihat ke temannya sambil tertawa.
"Pasti kupu-kupu pelangi!"
"Yang memantulkan seberkas cahaya itu?"
"Iya, iya. Kupu-kupu pelangi yang memantulkan seberkas cahaya."
"Wah, Ibu rupanya sudah mulai gila!"
?"Iya! Ibu gila!"
Mereka terbawa terbahak-bahak meninggalkan Arum.
"Lihat, lihat! Itu kupu-kupunya!" Arum terlonjak kegirangan menunjuk ke udara.
Kedua perawat itu makin santer ketawanya.


Kupu Kupu Pelangi Karya Gola Gong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

21 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ibu memang gila!"
"Ya, ibu gila! Seratus persen!"
Arum akhirnya tidak mempedulikan kedua perawat itu. Dia mengikuti ke mana kupu-kupu itu
terbang. Dia terus bergegas mengejarnya; yang terbang selangkah lebih maju di depannya.
Kira-kira dua ratus meter jauhnya dari tempat Bram, kupu-kupu pelangi itu membelok. Arum terus
mengejar. Di sana ada taman yang indah. Penuh dengan bunga. Kupu-kupu pelangi yang
memantulkan seberkas cahaya itu hinggap di lengan seorang pasien, yang duduk di kursi taman.
Arum tertegun! Pasien itu tersenyum membelai-belai kedua sayap kupu-kupu pelangi. "Apa khabar, Kupu-kupu
pelangi?" tanyanya dengan wajah bahagia.
"Anton!" Arum berseru.
Pasien itu mencari-cari asal suara.
"Kamu 'Anton' kan?"
Pasien itu mengangguk dengan perasaan heran. Dia meneliti wanita setengah baya, yang sedang
berdiri mengenakan busana muslimah.
"Kamu...," Arum ragu. "Kamu melihat kupu-kupu pelangi?"
"Iya," Anton membelai-belai lagi kedua sayapnya.
22 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Memantulkan seberkas cahaya?"
"Iya. Ibu melihatnya juga"' tanya Anton tersenyum.
"Ya! Saya melihatnya!"
"Berarti Ibu tidak gila! Pak Bram juga!"
"Pak Bram?" "Iya." "Kamu bertemu dengan Pak Bram?"
"Iya. Dialah yang pertamakali menunjukkan kupu-kupu pelangi ini."
"Pak Bram melihatnya juga?"
"Iya." "Tapi, semua orang di sini tidak mempercayai kalian?"
"Tidak apa-apa."
23 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kamu tahu siapa Pak Bram?"
Anton mengangguk dengan sedih.
"Kamu tidak mengenal saya?"
Anton menatap wanita berjilbab di depannya. Dia berusaha mengingat-ingat, tapi tetap kesulitan
untuk mendapatkan gambaran wajahnya.
Lupa?" "Mungkin karena ibu memakai jilbab."
"Saya bekas istri Pak Bram."
Anton kaget. Dia menajamkannya matanya. "Cindy?" tanyanya.
"Ya! Saya mamanya Cindy!"
Anton ternganga. Tubuhnya gemetar. Kupu-kupu yang hinggap di tangannya terbang. "Tante
Arum!" pekiknya girang penuh keharuan. "Ya, Allah! Terima kasih ya, Allah!" dia melihat ke langit
dan menadahkan kedua tangannya. "Akhirnya doaku Kau kabulkan!"
Arum terpesona dengan peristiwa ini.
"Saya sudah lama mencari Tante!" tanpa diduga Anton memeluknya.
24 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Arum merasa kikuk. Anton makin erat memeluk Arum. "Maafkan saya, Tante! Saya tidak bermaksud membuang cucu
Tante ke sungai!" suaranya parau dan diselingi isakan.
"Ke sungai?" Arum sepreti disambar petir. "Kamu buang cucuku ke sungai?"
"Maafkan saya, Tante...," isaknya penuh penyesalan.
Tante sebetulnya tidak bisa menerima kenyataan ini. Cucunya dibuang ke sungai! Dulu dia
menyuruh Anton untuk meletakkan cucunya di depan pintu sebuah panti asuhan. Tapi Anton
membuangnya ke sungai! "Saya khilaf, Tante...."
Arum merasa iba. Manusia memang tak pernah lepas dari kesalahan. "Iya, nton, iya. Tante juga
khilaf waktu itu," katanya terisak.
"Ibu mengenalnya juga?" dokter Pras tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya.
"Iya, dokter," Arum mengusap air matanya.
"Dua hari lagi dia boleh pulang."
"Terima kasih," Arum memeluk Anton dengan bahagia. Dia mencoba menyalurkan kehangatannya
sebagai seorang ibu. Tangannya membelai rambut Anto. "Nanti kita sama-sama mencarinya, ya!"
25 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Anton menangis sesenggukan.
*** Bab Lima METAMORPHOSA Arum berjalan menuju mobilnya. Pak Rahmat sudah membukakan pintu belakang.
"Assalamu'alaikum, Pak Rahmat!"
"Waalaikumsalam, Bu!"
Arum masuk ke dalam mobil. Dia duduk di jok belakang. "Asalamu'alaikum, Anton!" sapanya pada
lelaki yang duduk di jok depan.
"Wa'alaikumsala, Tante," balasnya dengan suara gemetar.
Arum merasa heran. "Kamu baik-baik saja, Ton?" dia meneliti.
"Baik, baik, Tante," dia sangat gugup sekali.
"Kita berangkat sekarang?"
26 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Anton mengangguk. "Ayo, Pak. Kita berangkat."
Pak Rahmat masuk ke mobil. Dia duduk di belakang stir dan melirik ke Anton. Di dalam hatinya ada
smacam harapan, bahwa hari ini segala urusan tentang bayi yang dibuang di sungai terpecahkan.
Sepanjang hidupnya, dia terbebani oleh rasa bersalah. Dia pun terlibat di dalamnya.
"Kita ke kali Ciliwung," kata Anton. Kedua matanya terus menatap ke depan. Dia sudah seminggu
keluar dari rumah sakit. Pagi ini Pak Rahmat menjemput Anton di sebuah hotel kecil di selatan Jakarta. Setelah bangkrut
dan anak-istrinya menjadi korban kerusuhan Mei, Anton tak punya apa-apa da siapa-siapa lagi. Dia
hanya mengandalkan sedikit uang tabungan untuk menopang hidupnya. Pagi ini Anton berjanji akan
membawa Arum ke jembatan di atas kali Ciliwung, dimana dia pernah membuang bayi yang masih
merah itu! Keempat roda mobil menggelinding di Sabtu pagi yang cerah.
Lalu-lintas Jakarta di saat week end tak parah. Cenderung lengang. Begitulah orang-orang kaya di
Jakarta. Tak pernah diam di Senin - Jumat; mereka bersesakan mencari uang sehingga kemacetan
merajalela! Sedangkan di Sabtu-Minggu, mereka memindahkan kemacetan di kawasan Puncak, tol
Cikampek, atau Anyer di Banten.
Terasa hening di dalam mobil itu. Semua dengan pikirannya masing-masing; tentang keterlibatan
mereka pada bayi merah yang entah kini berada di mana. Pak Rahmat menyetir mobilnya dengan
perasaan was-was. Peristiwa saat dia bersama Tuan Bram membawa Cindy terbayang lagi.
Peristiwa yang terus mendatangi mimpi-mimpi buruknya di tengah malam. Dia ingat betul,
bagaimana wajah Cindy dengan sorot matanya yang hampa sebelum bayi di dalam perutnya
dikeluarkan dengan cara cesar. Sedangkan Anton merasa seperti disedot lagi ke dalam sebuah
peristiwa yang menakutkan: bayi dalam selubung cahaya!
"Masih jauh, Ton?" Arum memecah kebisuan.
27 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Jembatannya di belokan sana," katanya gugup.
Pak rahmat menginjak pedal gas lebih dalam lagi. Dia ingin segera sampai ke sana. Dia tak ingin
tersiksa lebih lama lagi.
"Saya, saya......," tiba-tiba Anton panik sekali.
"Kenapa kamu?" Arum merasa iba.
"Tolong, tolong, Tante!" Anton berusaha membuka pintu mobil.
"Itu jembatannya 'kan?"
"Saya, saya turun di sini saja, Tante!" Anton memaksa membuka pintu mobil.
"Stop dulu, Pak!"
Pak Rahmat meminggirkan mobil.
"Itu, itu jembatannya, Tante!" Anton ketakutan ketika menunjuk ke jembatan kecil.
Arum dan Pak Rahmat melihat ke depan. Kira-kira 200 meter di depan mereka, tampak jembatan
kecil yang melintasi kali Ciliwung.
"Maafkan saya, Tante. Saya belum bisa membantu itu lebih jauh lagi. Saya masih takut," Anton
menangis. 28 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Takut, kenapa?"
"Bayi yang saya buang itu..., cucu Tante...," wajah Anton ketakutan, "diselubungi cahaya...."
"Diselubungi cahaya?"
"Iya. Bayi dalam selubung cahaya, Tante...."
Pak Rahmat yang menyetir menguping percakapan mereka. Mulutnya ternganga. Bayi itu memang
membawa keajaiban, batinnya.
Itulah yang menyebabkan Susi lari meninggalkan saya, Tante. Dia ketakutan melihat bayinya yang
diselubungi cahaya...."
"Allahu Akbar," Arum setengah tidak percaya.
"Tolong, Pak. Buka pintunya," Anton memelas pada Pak Rahmat.
Pak Rahmat meminta persetujan Arum.
Arum mengangguk. "Terima kasih, Anton. Kalau Tante membutuhkan pertolongan kamu lagi, Pak
Rahmat akan menjemput kamu."
Pak Rahmat memencet tombol central lock.
Begitu melihat tungkai pintu terangkat, Anton langsung membuka pintu. Dia tak menjawab
permintaan Arum. Dia bergegas keluar dari mobil dan berlari mencari-cari taksi.
29 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Anton!" Arum memencet power window. "Tunggu!"
Sebuah taksi berhenti. Anton langsung masuk dan hilang dari pandangan.
"Ya, Allah...., kenapa jadi begini?" Arum tidak percaya.
"Bagaimana, Bu?"
"Kita ke jembatan itu, Pak."
"Iya, Bu!" Mobil meluncur lagi; mencoba menyibak misteri belantara beton kota Jakarta. Mencoba
mengaduk-aduk isinya. Ya, sudah selama sembilan tahun Arum mencari-cari cucunya sendiri, yang dulu dibuang oleh
Anton. Pertemuannya dengan Anton di rumah sakit, membawanya ke setitik terang, bahwa bayi itu
dulu dihanyutkan di sungai Ciliwung. Anton hanya mampu membawanya ke jembatan saja.
Berhari-hari Arum dan Pak Rahmat menyusuri sungai vital itu; singgah di setiap kampung di
bantaran kali, bertanya pada orang-orang tentang peristiwa suatu shubuh sembilan tahun yang lalu!
Masih saja nihil. Pernah Arum menyuruh Pak Rahmat menjemput Anton lagi, agar pencarian
cucunya bisa lebih cepat selesai. Arum berharap Anton bisa membantunya lagi. Tapi ternyata Anton
sudah check out dari hotel itu. Anton pun raib ditelan bumi!
Arum tidak patah semangat. Pak Rahmat juga masih dengan setia mendampinginya. Mereka tak
kenal menyerah. Kampung-kampung yang kumuh di bantaran kali mereka aduk-aduk. Bau pesing
dan sampahnya sudah jadi bagian mereka. Semuanya demi bayi dalam selubung cahaya!
Orang-orang mereka tanyai satu persatu.
30 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Bayi dibuang?" seorang ibu, yang sedang mencuci di bantaran sungai, merasa heran dengan
pertanyaan Arum. Tepatnya dihanyutkan, Bu," Arum agak was-was.
"Sama aja! Dihanyutin juga dibuang!" ketus suara si ibu. Matanya menatap tidak suka.
Arum memakluminya, "Iya, sama saja."
"Situ yang buang?"
"Apa yang dibuang?" ibu yang lain nimbrung.
"Bayi!" "Bayi?" "Bayi siapa!" "Mana orangnya?"
Kalau kondisinya sudah "panas" seperti itu, biasanya Pak Rahmat tergopoh-gopoh membawa Atum
meninggalkan bantaran sungai. Tapi akhirnya dalam waktu seminggu, mereka berhasil
mengumpulkan jejak tentang cucunya! Semuanya mengarah ke Cengkareng! Alamat persisnya, tak
ada yang tahu. Beberapa orang mengatakan, bahwa pernah ada sebuah keluarga menemukan bayi
yang hanyut di sungai Ciliwung. Bayi itu sekarang tentu sudah dewasa.
Arum pun memutuskan untuk mencari ke sana. Tak peduli itu ibarat mencari jarum di tumpukan
jerami. Asal ada niat, usaha, dan doa, dia yakin Allah akan memberi petunjuk!
31 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kini Arum duduk di dalam mobil. Dia mengamati semua anak kecil yang berkeliaran di jalanan. Di
telitinya satu persatu. Dia masih ingat, bahwa dulu pernah melingkarkan sebuah kalung di leher si
bayi dengan bandul huruf "C"! Dia berharap, semoga kalung itu masih dipakai sampai sekarang!
"Tolong pelan ya, Pak," Arum membuka matanya lebar-lebar.
Mobil menyusuri jalanan sepanjang Roxy. Di perempatan jalan anak-anak kecil mendekati
mobil-mobil yang menunggu lampu hijau menyala sambil menadahkan tangan.
"Kasihan saya melihat mereka. Jangan-jangan cucu saya seperti mereka juga," Arum merasa iba
melihat anak-anak jalanan itu. Dia merogoh dompetnya. Beberapa lembar ribuan di tangannya.
"Tapi mereka ada yang mengkoordinir, Bu. Tidak murni lagi."
"Terlepas dari benar atau tidaknya mereka mengemis, yang jelas mereka memang miskin. Memang
bebar kata Pak Rahmat tadi. Mereka ada yang mengkoordinir," Arum memencet tombol power
windownya. Beberapa anak berebut mengambil uang kertas ribuan dari jendela mobil.
Hati-hati, Bu! Nanti semua anak jalanan di sini menyerbu ke Ibu."
Arum memahami maksud Pak Rahmat. Dia menutup jendela mobilnya. Anak-anak terus
berdatangan sambil menadahkan tangannya. Arum berusaha meneliti setiap anak perempuan;
barangkali ada yang memakai kalung berbandul "C". Tapi, tak seorang pun.
Lampu menyala hijau. Pak Rahmat memindahkan perseneling; mobil meluncur menyeberangi perempatan Grogol, menuju
Cengkareng. Anak-anak jalanan dengan kecewa menatap kepergiaan mobil yang ditumpangi Arum.
Tadinya mereka berharap akan kecipratan rezeki untuk makan.
32 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
*** Sementara itu di sebuah kawasan padat dan kumuh di Cengkareng, seorang anak perempuan
mengendap-endap ke luar dari kamar petaknya. Dia tahu kalau Mbaknya sedang mandi, karena
terdengar bunyi air di kamar mandi. Kesempatan itu dipakainya untuk keluar dari rumah! Dia
merasa tertekan sekali berada di dalam rumah. Dia ingin menceritakan beban yang menghimpitnya
hari ini. Tapi, entah pada siapa. Mungkin pada Udin, temannya mengamen!
Ketika sampai di ruang depan, Watik melihat tumpukan hadiah dari para tetangga di meja plastik,
meja satu-satunya di ruangan ini. Hadiah-hadiah itu untuknya. Tiba-tiba saja dia merasa sedih. Lalu
dia memutar kunci depan; bergegas meninggalkan rumah kontrakannya.
Watik berjalan menuju reruntuhan gedung bekas kerusuhan Mei berdarah. Beberapa orang yang
menyapanya dengan senyum menggoda, tak digubrisnya. Dia yakin, beritanya pasti makin
menyebar. Huh! Bang Jupri memang brengsek! Dia biang keroknya! Semua orang sekampung,
bahkan seterminal jadi tahu tentang kondisinya!
Sepanjang perjalanan menyusuri gang-gang, dia merasakan ada yang aneh di tubuhnya. Sesuatu
yang mengganjal dan sangat tidak nyaman. Perutnya juga terasa sakit. Dia berlari! Terus berlari!
Dia ingin menyembunyikan dirinya dari mbaknya, tetangga-tetangganya, Pak Wahid, bahkan si
Udin. Ketika Watik melewati pohon sirsak, yang tumbuh sendiri di tempat sampah, dia sangat kaget
mendapati kepompong yang menggantung di rantingnya sudah kosong melompong. Dia dulu
menemukannya sejak masih ulat hijau, yang rakus melahap daun-daun sirsak. Dia menceritakan
penemuannya itu pada mbak Nunik. Kata mbaknya, suatu hari ulat itu akan jadi kepompong. Lalu
terbang jadi kupu-kupu dengan warna sayapnya yang indah.
"Waktu Mbak sekolah dulu, kata pak guru, namanya... hmm... metamorphosa," kata Nunik suatu
hari, dengan memberi penekanan pada suku kata "pho"nya.
Apa, Mbak?" 33 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Metamorphosa!"
"Meta..... metamorposa...?" Watik tidak mengerti.
"Pokoknya, dari ulat, makan daun yang banyak, lalu jadi kepompong. Nah, yang terakhir, jadi
kupu-kupu! Begitu itu... namanya metamorphosa... 'pe'nya pake 'peha'...." Nunik nyerocos sambil
mencuci wajahnya dengan cairan pembersih.
"Dari ulat... lalu jadi kupu-kupu" Masya Allah!" Watik takjub.
"Ya, kayak kamu juga nantinya!"
"Watik jadi kupu-kupu?"
"Ya, nggak!" Nunik tertawa. "Tapi, kamu yang tadinya bayi, jadi anak jalanan, lalu ngamen di
perempatan jalan... Itu juga metamorphosa.... Itu Mbak dikasih tahu sama temen Mbak yang
seniman... Itu lho..., yang suka nulis-nulis puisi di koran....."
"Oh...," mulut Watik membentuk bulatan.


Kupu Kupu Pelangi Karya Gola Gong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Terus masih ada lagi...."
"Apa, Mbak?" "Kamu itu masih bisa bermetamorphosa lagi... Itu lho... Nantinya setelah kamu.... Hmm.....,
kedapatan.....," Nunik tidak meneruskan kalimatnya. Dia tersenyum penuh arti sambil membetulkan
letak roll di rambutnya yang panjang.
34 Si Badung Si Badung Jadi Pahlawan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Setelah apa, 'Mbak?" Watik penasaran.
"Kayak mbakmu inilah!"
Watik menatap mbaknya dengan perasaan sedih.
"Aduh..., pokoknya nanti kamu tau sendiri, deh!" Nunik mengucek-ucek rambut Watik.
Kayak mbakmu inilah! Kalimat itu tidak membuat Watik gembira. Dia tahu, ketika mbaknya
kedapatan menstruasi pertama, hidup mbaknya langsung berubah. Dari penyanyi jalanan yang
dekil, berubah jadi perempuan cantik yang pintar berdandan. Jadi itu yang disebut metamorphosa"
Kalau betul, betapa menakutkan!
Beberapa hari sebelum peristiwa tadi pagi, bawaan Watik marah-marah melulu. Si Udin, kawannya
mengamen dengan minus one, sering kena sasaran kemarahannya. Bahkan kalau ada penumpang
bus kota yang menatapnya dengan tidak sopan, Watik balas melotot! Kalau perlu Watik
menghardiknya, "Apa lo liat-liat! Emangnya gue boneka, apa!"
Biasanya Si Udin mengingatkan, kalau penumpang itu raja. "Lo jangan gitu, Tik! 'Ntar nggak ada
yang ngasih recehan sama kita, gimana" Bisa nggak makan kita!"
"Bodo amat! Be te gue!"
Api Berkobar Di Bukit Setan 3 Pendekar Slebor 18 Warisan Ratu Mesir Tiga Maha Besar 14

Cari Blog Ini