Ceritasilat Novel Online

Wanita Lain Ayah 2

Wanita Lain Ayah Karya Frida Rahmita Gultom Bagian 2


warna-warni, yang orang-orangnya merengkuh Indonesia sebagai nostalgia yang akrab. Om Danu,
Tante Win, dan Valerie akan menjagamu, kata Ayah dan Ibu selalu.
Perjalanan yang terlampau mahal untuk melenyapkan kenangan sebuah petaka.
Aku menurut saja, ta (http://cerita-silat.mywapblog.com)
2706. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
npa bertanya. Meskipun aku tidak tahu, mengapa aku harus diasingkan, dan
dijaga ketat. Tiba-tiba saja aku jadi membenci laki-laki. Semua laki-laki. Entah mengapa.
"Bruce itu baik, Rey. Baik... banget!" celetuk Val di sebelahku. Suaranya diiringi derap lirih kereta
api. Di luar jendela, rumah-rumah pertanian dan kebun-kebun gandum seperti berpacu.
Holandspuur di Den Haag dapat ditempuh hanya dengan empat puluh lima menit dari
Amsterdam. Karenanya, aku tak ingin kehilangan pemandangan ini.
www.rajaebookgratis.com "Memang kenapa kalau dia baik?" mataku tak beranjak dari jendela.
"Dia mengagumi wanita Timur, wanita Indonesia. Katanya, mereka itu eksotis. Dia cuma mau
berteman. Masa kamu keberatan?"
"Siapa bilang" Aku hanya tiba-tiba merasa sakit perut. Itu saja."
Valerie menghela napas, embusannya terdengar berat di telingaku. Valerie, Valerie. Mungkin
sosoknya tak lagi eksotis bagi Bruce. Dia sudah lebih Barat dari orang Barat sendiri. Aku tahu, dia
tak perawan lagi. Dia sering berdalih lembur menyiapkan resital, padahal dia tidur dengan Martin.
Om dan Tante Danu juga tak tahu bahwa pacarnya berganti-ganti. Valerie tahu, bagaimana
memanfaatkan tubuhnya untuk sejumput kenikmatan, sensasi petualangan.
"Rey, kamu tahu, apa yang paling kamu inginkan sebagai perempuan?" tuturnya lemah.
Aku menatapnya. Sungguh, dari samping, siluet wajahnya bagaikan tarikan garis lukisan surealis.
Begitu lugas, begitu artifisial. Begitu sulit untuk ditebak.
"Pengakuan, kesetaraan, atau penghargaan?" tuturnya lagi.
"Entahlah, Val. Mungkin perasaan utuh sebagai perempuan."
Karena aku merasa kosong, dan kesepian.
www.rajaebookgratis.com "Kau tahu, kau butuh teman."
Ya, tetapi bukan Bruce. "Perasaan keperempuanan kita membutuhkan laki-laki, Rey...."
Udara beku, dibekap dinding beton lorong bawah tanah di luar jendela. Ternyata, aku masih
menyimpan rasa jengah ini. Aku tidak genap sebagai perempuan, aku tahu itu. Namun, aku tidak
membutuhkan laki-laki, kurasa. Sebagian dari diriku memang sudah hilang, sejak pertama kali
aku menyadarinya. From: Restati Widodo To: reynanda@mailworld.com
Subject: Mama kangen, Rey!
Reyna sayang, apa kabar" Mama tidak sabar ingin bertemu denganmu. Meskipun kamu jarang
membalas posting Mama, Mama yakin kamu selalu membaca e-mail Mama. Mendengar berita
perkembanganmu dari Om Danu, Mama sangat bahagia. Hanya itu yang Mama harapkan.
Bagaimana kuliah" Tahun pertama di konservatorium pasti sibuk sekali. Tentunya menyenangkan
apabila kamu menikmatinya. Kapan resital pertamamu" Jangan ragu untuk memberi tahu Mama.
Siapa tahu Mama bisa datang untuk memberi semangat. Salam peluk dan cium dari Papa.
Doakan kami bisa menjengukmu musim panas ini. Jaga dirimu, selalu.
Tentu saja aku baik-baik saja Mama, selain mimpi-mimpi aneh dan pusing berdenyut di kepala
yang kerap datang begitu saja. Aku tak tahu mengapa. Namun, rasa sakit itu terasa akrab, seperti
www.rajaebookgratis.com 1 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyeruak dari masa lalu.
Aku hanya sedikit terhibur oleh dunia cyber ini, meskipun sunyi bagiku. Tidak setiap hari aku
menerima surat elektronik. Paling dari Miss. Kay, mengumumkan tugas sejarah musik, atau Angela,
cewek Spanyol itu. Andrian Bagaspati. Siapa ini" Rasanya aku pernah mendengar nama itu"
From: Adrian Bagaspati To: reynanda@mailworld.com
Subject: Hai, Rey! Hai, Rey! Aku mendapatkan alamat ini dari seorang teman (dia minta namanya dirahasiakan).
Senang sekali mendengar kau telah pulih, dan telah keluar dari Bogor. Aku dengar kau tinggal di Den Haag
sekarang, dan sekolah lagi di konservatorium musik Amsterdam. Apa pun yang kau lakukan Rey,
apabila membuatmu bahagia, aku pun bahagia. Aku setia memantau keadaanmu Rey, dan selalu
mendoakanmu. Mungkin kita tidak bisa kembali seperti dulu lagi. Namun, yang terpenting bagiku,
kau bahagia. Salam rindu, Adrian Adrian Bagaspati. Siapakah dia" Mungkinkah seseorang diam-diam menyimpan rindu padaku"
Serindu apa" Dan Bogor. Apa yang aku lakukan di sana" Sebentar. Rasanya aku ingat sesuatu. Hamparan
taman hijau, dengan bunga-bunga nusa indah merah pucat dan putih. Orang-orang berbaju biru
pucat. www.rajaebookgratis.com Siapa" Di mana" Lalu jeruji-jeruji. Aku melihat orang-orang aneh dalam jeruji. Pasti mereka berasal
dari penggalan mimpi burukku.
Dan laki-laki bernama Adri ini, bagaimana dia bisa memasuki penggalan mimpiku" Apakah dia
pangeranku dalam dunia mimpi" Apakah dunia cyber ini nyata atau mimpi" Bagaimana aku bisa
kehilangan kendali atas mimpi-mimpiku" Mengapa kubiarkan mereka menyeruak dan mengaburkan
batas-batas antara realitas dan mimpi"
Pasti aku sedang bermimpi. Internet cafe ini, mungkin tidak nyata. Tetapi, bunyi dengung itu sangat
nyata, nyaring memenuhi telinga. Dan kegelapan itu, turun perlahan-lahan, seperti senja yang aneh.
Rasa dingin yang nyata, menggerayangi wajah, telapak tangan, dan kaki. Lihatlah, sebuah lorong
panjang menganga tanpa ujung. Gelap, dingin, dan aman.
Seseorang menjerit memanggil-manggil namaku. Namun, aku tak bisa berpaling.
Apakah aku bahagia" Aku bahkan tidak tahu untuk apa aku ada. Mengapa hanya aku yang merasa
hampa, sedangkan seorang Valerie bisa begitu bergairah, dan merasa sempurna" Mungkin benar
kata Valerie. Dia tahu bagaimana cara menikmati hidup, sedangkan aku tidak. Aku terus
terombangambing dalam batas realitas dan mimpi. Realitas yang ingin kutolak, mimpi yang ingin
kurengkuh. Mimpi yang tak berdimensi waktu. Realitas yang kabur. Untuk apa kujalani semua ini"
"Do you need a rest, Rey?" suara hangat Greg mengambang dari ujung piano. Aku mulai mengenali
jemariku yang bergetar, dan tanganku yang dingin. Selembar partitur tergeletak di depanku. Piano
sonata in A Major. Aku harus memainkannya.
www.rajaebookgratis.com 2 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"No, no, no. It's allright. Kamu tidak bisa berlatih kalau tubuhmu kurang sehat. Come on.
Beristirahatlah. Biar kupanggilkan Valerie untukmu."
Kata Valerie, kemarin aku pingsan di kafe internet. Sungguh aku tak merasa apa-apa, hanya pusing
yang berdenyut di kepala. Namun, semua orang mengkhawatirkanku. Tante Win menyuruh Valerie
mengawalku ke mana pun aku pergi.
Valerie datang dengan tergopoh-gopoh. Greg berjalan di belakangnya. Mereka membantu aku
berdiri. "Just relax, I'm allright..." Tetapi, badanku limbung, dan aku terjengkang ke belakang. Dalam
hitungan detik, aku mencoba berdiri lagi.
Dalam dekapan Valerie, mataku berkunang-kunang.
"Sudahlah, Val. Jangan berlebihan begitu. Aku tidak apa-apa."
"Tidak apa-apa katamu" Kamu pingsan di kafe internet kemarin dan barusan kamu jatuh. Kamu
bilang tidak apa-apa?" Valerie semakin mengeratkan cengkeramannya di pinggangku. Dia membawaku ke
front hall, dan ternyata, Bruce sudah menunggu di pintu hall. Pintu mobilnya terbuka di sampingnya.
"Are you allright?" serunya. Wajahnya agak pucat, tampak khawatir. Alisnya yang lebat bertaut di
pangkal hidung. Apa yang dikatakan Valerie kepadanya" Mungkin Val bilang, aku mengidap
penyakit menahun yang sulit disembuhkan, dan karenanya, aku diasingkan di negeri ini. Tatapannya
sungguh menawarkan empati. Jangan ge-er Rey, dia tak berbeda dengan orang-orang lain. Mereka hanya
iba kepadamu. www.rajaebookgratis.com "Val," bisikku, "kurasa kita naik kereta api saja."
"Ya, ampun, Rey... Kenapa, sih, kamu ini" Sudahlah, kamu menurut saja. Toh, kami bukan
orang-orang jahat yang pantas kamu cur...."
Curigai. Pasti itu yang akan dikatakannya. Benar, 'kan" Mungkin orang berpikir, aku mengidap
sejenis penyakit yang aneh, akumulasi penyakit fisik dan psikologis karena trauma pada suatu kejadian.
Mereka pikir mungkin aku sakit jiwa. Sebentar, sebentar. Trauma" Sakit jiwa" Kejadian apa"
Rasanya aku teringat sesuatu. Lorong putih beraroma racikan obat-obatan. Tubuh-tubuh kekar. Aku melihat
gambar yang berganti-ganti cepat. Bau ban terbakar. Asap hitam melukis langit. Ketukan
tergesa-gesa di pagar. Bel dipencet tak sabar. Lolongan. Teriakan. Umpatan. Tapi, tak ada yang nyata.
Karena yang nyata, lagi-lagi hanyalah lorong gelap dingin yang panjang, yang melumatku dalam
kontraksi liangnya. Dan entah mengapa aku merasa nyaman.
From: Restati Widodo To: reynanda@mailworld.com
Subject: Bagaimana kabarmu, Rey"
Bagaimana kabarmu, Nak" Mama cemas sekali mendengar berita tentangmu. Lebih cemas lagi,
karena Mama tidak bisa melihat dan merawatmu. Separah apakah pusing-pusing yang sering kau alami"
Om 3 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Danu bilang, kau sempat pingsan dua kali, di kafe internet dan di kampus" Terlalu sibuk,
membuatmu cepat lelah. Istirahat, yang penting kamu harus istirahat. Saran Mama, jangan keluar rumah dulu.
(Bukankah kamu bisa mengirim e-mail dari rumah"). Dokter Iskandar akan memeriksa dan
www.rajaebookgratis.com merawatmu. Dia sangat baik. Dia sahabat Om Danu, dan dia orang Indonesia. Turuti
saran-sarannya, dan jawablah e-mail Mama ini, Rey. Supaya Mama tenang mendapat kabar langsung darimu. Doa
Mama selalu. From: reynanda To: Restati Widodo Subject: Re:Bagaimana kabarmu, Rey"
Mama, Rey baik-baik saja. Mama tidak usah terlalu mengkhawatirkan Rey. Dokter Iskandar sudah
memeriksa Rey, dan dia bilang tekanan darah Rey rendah. Menurutnya, Rey memang harus lebih
banyak istirahat. Rey baik-baik saja, Ma. Sungguh! Mulai saat ini, Mama tidak perlu mencemaskan
Rey. Oh, ya, apakah Mama ingat teman Rey yang bernama Adrian Bagaspati" Rey mulai ingat sesuatu
tentang dia. Rey lupa, apakah dia teman kuliah, atau teman SMA, ya"
Salam kangen juga, Rey From: Restati Widodo To: reynanda@mailworld.com
Subject: Re: Bagaimana kabarmu, Rey"
Syukurlah, Dokter Iskandar sudah memeriksamu. Adrian Bagaspati" Mama tidak ingat nama itu.
Rasanya, tidak ada nama itu di antara teman-temanmu. Dari mana kamu mengetahuinya" Jangan
paksakan pikiranmu, Rey! Jangan berpikir yang bukan-bukan. Sekali-kali JANGAN. Kamu harus
mengistirahatkan semuanya, tubuh, tenaga, dan pikiran. Kesehatanmu lebih penting.
www.rajaebookgratis.com Peluk dan cium, Mama From: Adrian Bagaspati To: reynanda@mailworld.com
Subject: Selalu untukmu, Rey...
Seperti kau menghilang di sebuah waktu,
ketika berahi menikam matahari dengan sebilah belati
Langit merona merah tua Maka kugambar wajahmu pada lempeng bulan penuh, serpihan ranting kering, bening embun yang
melukis jendela Laraku adalah serpihan siang yang terkoyak
Jadi kuhirup aromamu pada mimpi-mimpi samar
Biarkan aku mengais kelindan napasmu pada trotoar
Sebab mungkin aku tak lagi bermimpi, esok hari
Adrian, Adrian. Siapakah kamu" Mungkin kamu terlontar dari masa lalu, sebab puisimu tak asing.
Dan aku kembali mengenali debar yang akrab itu, pada gelisah kata-kata....
Namun, mengapa aku gagal mengingatmu"
4 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
From: reynanda To: Restati Widodo www.rajaebookgratis.com Subject: Re: Bagaimana kabarmu, Rey"
Mama, Adrian Bagaspati itu ada. Hingga kini Rey gagal mengingatnya, tetapi dia nyata. Tentunya,
dia pernah sangat dekat dengan Rey. Mungkin sahabat, atau... (Apakah Rey pernah punya kekasih,
Ma"). Dia mengguyurkan sejuk ke tubuh Rey yang dahaga. Dia memompakan darah ke tubuh Rey yang
lara. Dia membuat Rey merasa utuh. Mama tidak perlu khawatir. Rey baik-baik saja, semakin membaik
dari hari ke hari. Rey Pria itu begitu misterius. Sekejap ia menghampiriku, sekejap kemudian berpaling dariku.
From : Restati Widodo To : reynanda@mailworld.com
Subject: Re: Bagaimana kabarmu, Rey"
Rey sayang, maukah kamu berjanji, apa pun yang berhasil kamu ingat, maukah kau membaginya
pada Mama" Kamu tahu, betapa inginnya Mama berada di sampingmu saat ini. Tetapi, Mama tahu,
situasi saat inilah yang terbaik bagi kita saat ini. Tante Win adalah pengganti Mama saat ini.
Maukah kamu berjanji bahwa kamu akan selalu terbuka, dan terbuka" Mama yakin, kamu akan merasa lebih
baik kalau kamu membagi perasaanmu pada orang lain. Doakan saja, Mama dan Papa akan dapat
menengokmu sebentar lagi.
Peluk dan cium, Mama www.rajaebookgratis.com Dan sejak saat itu, Mama tidak pernah menyebut-nyebut nama Adrian Bagaspati lagi.
From: reynanda To: Adrian Bagaspati Subject: Re: Selalu untukmu, Rey...
Adrian (Bagaimana aku pernah memanggilmu" Adri, atau Rian"), seperti kau tak hanya berasal dari
masa lalu. Jejak-jejakmu tersebar dalam setiap jalan yang kulalui. Tinggalkan sedikit aroma agar
aku dapat menghirup bau, dan rasa. Aku tahu, kenangan itu tak asing, cinta itu tak jauh. Mungkin aku
sakit, tapi aku tak buta. Ada pendar-pendar yang samar, sebilik ruang jauh di sudut sini yang
seketika mengenalimu. Seperti itukah kau mengenaliku"
Rey. Hmmm. Cukup romantis. Ah, bukan. Norak. Murahan. Memangnya siapa dia" Siapa aku"
Beraninya aku. Send message into outbox. Delete. Klik. Deleted Message. Delete. Klik. Are you sure you want to
permanently delete this message" Yes.
5 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aku terbangun pada suatu hari ketika gelap mengepung jendela. Tidak jelas, apakah ini malam,
pagi buta, atau siang yang gerhana. Dingin merayap dari lubang angin, kisi-kisi jendela, dan setiap celah
yang terbuka. Dingin menjelma sebentuk lukisan, bayangan, mirip gergasi (raksasa pemakan
orang).

Wanita Lain Ayah Karya Frida Rahmita Gultom di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

www.rajaebookgratis.com Satu, dua, tiga gergasi, meronta dan membelah. Mencakar dan mencengkeram. Betapa asingnya
ketakutan ini. Begitu mencekam. Gergasi-gergasi menerkam, mencakar, dan menarik tubuhku.
Ketakutan dalam tubuhku disapa amarah. Ketakutan yang menjelma diam. Ketakutan yang
menjelajah setiap ruang. Ketakutan yang memadamkan benih perlawanan.
Aku terbangun pada suatu hari ketika seberkas cahaya tempias, menggerayangi jendela. Setiap
sendi, darah, dan tulang terkapar. Satu, dua, tiga gergasi rebah, menggumuli amarah.
Aku terbangun pada suatu hari dengan bertanya-tanya, apa yang telah kulakukan"
Piano Concerto no. 23. Adagio. Kelembutan denting berganti entakan-entakan yang menggugah.
Jemariku menari, seperti membelai awan. Aku melihat cahaya. Lembut tak menyilaukan. Warnanya
bersinar dalam padanan lembayung dan biru. Dan sepasang sayap, membentang, mengajak, dan
mengayomi. Meskipun tanpa wajah, aku mampu melihat senyum. Menggugah dan meresap.
Menawarkan cinta. Sesuatu mengajakku menari. Mungkin sayap itu. Atau sesuatu yang lain,
entahlah. Digenggamnya tubuhku, dan diayunkannya. Irama mengalun. Cepat, lambat. Meninggi, menderap.
Mengentak, membelai. Membuai pori-pori, menegangkan bulu roma. Aku menggelinjang, hingga
turut mendaki. Seseorang menyambutku di puncak. Diraihnya aku. Lalu suara tepuk tangan.
"How wonderful!"
Aku membuka mata, tercenung. Ada sesuatu yang hilang.
"Kau memang hebat, Rey!" Greg meraih tanganku. Senyumnya seketika menghilang ketika aku
menepiskannya. www.rajaebookgratis.com "I'm sorry. Saya begitu bahagia, sampai tidak bisa menahan diri. Dalam beberapa tahun ini kami
jarang menerima siswa seperti kau. Betul-betul luar biasa. Dengan kemampuan seperti itu, kami
bisa merekomendasikan kamu untuk belajar lebih singkat dibandingkan yang lain. Teruslah berusaha.
Good luck!" Kebingunganku terbawa sosok Greg yang menghilang di balik pintu. Aku membeku. Bukankah aku
hanya menari" Tarianku memainkan irama, bukan sebaliknya.
"Come on, Rey!" seru Valerie dari sudut ruangan. "Aku tak mau lagi membiarkan kau lama
mematung seperti itu!" Di luar jendela, udara hangat oleh daun-daun yang ranum. Sudah lama aku tidak mengisi
paru-paruku dengan aroma daun. "Please, Val, jangan terlalu berlebihan. Membuntuti aku seperti itu membuat dirimu sendiri tak
nyaman." "Membuntuti kamu" Tahu nggak Rey, merasa dibuntuti juga membuat dirimu tak nyaman!"
6 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Bukan membuntuti tentu saja, hanya menemani. Itu adalah bahasa lain dari menjaga, mengawasi,
dan mengebiri. Bukankah aku domba" Membiarkanku sendiri akan memikat serigala lapar. Bukankah
aku boneka" Membiarkanku teronggok dapat membuatku teraniaya.
Mungkin aku memang tak layak menghirup harum musim semi, bercanda dengan matahari. Namun,
www.rajaebookgratis.com batu api dalam diriku meletup, bergolak, dan menggelegak. Dia akan meluap kini, dan apa yang
akan kulakukan" Lihat, gergasi-gergasi itu menindih tumpukan buku partitur di hadapanku.
Braaak...! "Rey!" Valerie menghambur memelukku. Berlembar-lembar partitur memenuhi lantai, menyapu kakiku, dan
ujung meja. Seperti banjir lava yang meruap dalam bulir-bulir hangat yang mengalir di pipiku.
Sebagian cairan itu masih bergolak, mengendapkan pedih di dada. Aku meronta dari pelukan Val.
Bau tubuhnya seperti aroma mimpi-mimpi burukku di malam hari. Aku menjelma gadis kecil di depannya,
dan dia menjelma seorang ibu. Seorang ibu muda yang menatap gadis kecilnya dengan tatap
khawatir, mungkin takut kehilangan atau merasa bersalah.
"Maafkan aku, Rey! Aku hanya khawatir dan tak ingin sesuatu pun menimpamu," suara Val
terbatabata, seperti sorot mengiba di matanya.
"Bohong. Kamu hanya kasihan kepadaku."
Khawatir dan kasihan, hanya berbatas benang tipis. Rasa kasihan di pagi hari dapat begitu mudah
menjelma khawatir di siang hari. Dan itulah yang mereka miliki, sorot mata iba ketika membuka
pintu kamar dan mendapatiku meringkuk di sudut ranjang pada pagi hari. Pagiku adalah sebuah petaka,
awal yang melelahkan. Karena aku takut gergasi-gergasi itu datang dan menjemputku setiap saat.
Hidupku adalah malam yang riuh oleh mimpi buruk.
www.rajaebookgratis.com "Rey, Rey. Mengertilah. Aku melindungi dirimu seperti kulindungi diriku sendiri. Salahkah aku
apabila begitu menyayangimu?" Valerie duduk di depanku, seperti meringkuk. "Aku hanya sedang
berbahagia memiliki keluarga. Apakah tidak boleh?"
Cahaya. Aku hanya merindukan cahaya, lebih dari apa pun. Tubuhku lunglai oleh isak tangis.
Valerie membeku di kursi itu, mungkin mencoba meratapi keheningan yang aneh.
"Oke, mungkin kau hanya ingin sendiri. Aku menunggu di hall. Aku selalu ada kalau kau
membutuhkanku, Rey...."
Tubuh ramping itu berjalan menjauh, dengan irama serupa getaran kelopak oleh angin. Ada
sesuatu yang mengimpit dadaku. Begitu perih.
Di sini tidak ada daun gugur, karena matahari setia menyemai bunga. Musim semi adalah padanan
musim dingin yang angkuh dan getar matahari yang hangat pada setiap benda. Tetapi, tidak ada
bayangan, karena matahari hanya menjelma lukisan langit yang terlalu biru. Warna biru
7 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengingatkanku pada sebuah trauma yang jauh. Sebuah trauma dari secabik peristiwa yang
tercecer, namun perihnya mengendap hingga ke relung hati.
Di Prinsesstraat ini, mungkin sejarah tak pernah berulang. Kecuali rimbun bogenvil yang selalu
ranum di penggalan April, dan raung trem yang setia menggerus jalanan. Namun, lintasan orang-orang
pada relung-relung bagaikan serpihan yang terserak. Mereka muncul dari sebuah horizon, dan
menghilang ke horizon yang lain, seperti terisap oleh mesin waktu. Tatapan mereka sesaat hinggap, lalu
berpindah. Tiada sedikit pun singgah. Padahal, pipi mereka sama-sama merah, dan hati mereka
samasama mendambakan musim semi.
www.rajaebookgratis.com Maka beruntunglah mereka yang mampu menepi dari pusaran itu, dan duduk di bangku besi yang
setia ini. Bangku besi ini dicat warna metalik, seperti membuat kontras pada hijau musim semi. Dari
sini, parfum dan keringat terhirup bagai aroma yang berkelindan. Langkah-langkah kaki terdengar
bagai denting musik tak beraturan. Kadang-kadang menguat, kadang-kadang melemah. Nyata
sekali, sebuah kerumunan adalah sebuah himpunan. Dan setiap orang bukanlah individu yang asing,
melainkan keping puzzle yang tercecer. Karena setiap sesuatu memiliki peran. Setiap sesuatu tentu
memiliki kesadaran tentang dirinya. Kecuali mungkin, aku. Begitu banyak yang dilakukan
orang-orang ketika aku tidak hadir. Karena pada saat itu, aku melihat seorang pria, muncul begitu saja dari sebuah relung, seperti
sebuah masa lalu yang akrab. Kulitnya gelap dan mata lebarnya khas mata Indonesia. Rambut ikalnya yang
seperti ombak bergelung kecil-kecil, berbelah tengah. Kerah kemejanya menyembul dari balik
sweater birunya yang bermotif garis. Tetapi wajah itu, sebentar... aku mengenalinya. Ketika dia berlalu aku
dapat melihat sebaris kumis tipis, melintang di atas bibirnya yang agak tebal. Alisnya begitu pekat
dan hitam, nyaris bertaut, mengingatkanku pada seseorang yang.... Tunggu. Raut wajah itu pernah
begitu dekat. Aroma tubuhnya lebih menggairahkan ketimbang hangat musim semi. Degup jantungnya
pernah lekat di tubuhku. Getar-getarnya, ketika itu menumbuhkan debar. Rambut-rambut kecil dan
tajam di pipinya serasa baru kusentuh. Dan tangan yang ramping namun kekar itu, pernah
menjalarkan kehangatan yang begitu pekat.
Ah, ya. Pria itu pernah menjadi bagian dari hidupku. Tak salah lagi. Dia adalah Adrian Bagaspati.
Dia melangkah, seperti derap pelan yang mengambang. Begitu pelan, begitu percaya diri.
Dihampirinya aku yang termangu. Tatapannya hangat menghunjam, senyumnya lebar
mengembang. www.rajaebookgratis.com "Rey...!" Langkahnya memburu, nyaris berlari. Waktu berhenti berputar.
"Rey! Akhirnya kutemukan juga kamu. Aku datang mencarimu. Kemarilah...!" Tangannya
merentang. Begitu inginnya aku membenamkan wajahku di sana. Pelukan hangat, yang pasti menjelmakanku
8 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjadi manusia. Tetapi, aku begitu malu. Dan dia masih berhenti di sana. Sosoknya tegak, menanti.
Dunia diam terpaku. Tak ada lagi yang kutunggu. Hanya ada aku dan dia. Tubuhku gemetar, berkeringat. Lututku lemas.
Betapa memukaunya senyum itu. Aku melangkah pelan. Begitu ingin aku menyelami debar dalam
setiap detik yang berlalu.
Kucubit lenganku, tapi tubuh itu tak lagi tegak di sana. Dia tak ada di mana-mana. Oh, itu dia.
Sosoknya menyembul di balik pohon ek. Dia berjalan terus, seperti tak pernah berpaling. Adrian,
Adrian. Betapa misteriusnya kamu. Sekejap kamu menghampiriku, sekejap kau berpaling dariku.
Aku harus menemuinya, berbicara dengannya, meskipun jantungku berdegup kencang.
Dia lalu berbelok di sebuah kios kentang goreng, menyusup di belakang antrean yang panjang.
Kukejar dia, karena ingin selalu kutatap lekat punggungnya yang kokoh. Namun, dua orang laki-laki
www.rajaebookgratis.com jangkung memasuki antrean ini, berdiri di depanku. Aku hanya dapat melihat wajahnya yang
berpaling ke samping. Siluet yang begitu tegas. Cuping hidungnya mengingatkanku pada embusan
napas hangat yang pernah menerpa pipiku.
Antrean maju satu per satu. Begitu lama. Mungkin, untuk pertama kalinya aku mengutuk putaran
waktu. Dia membayar kentangnya, lalu berlalu. Aku tidak sabar ingin segera sampai ke gerai
pemesanan. Untunglah dia duduk di sebuah bangku.
Kubawa kentangku dengan hati-hati, dan kudekati bangku itu. Dia duduk di ujung bangku, tampak
menikmati kentang di tangannya. Patat Pindasaus. Seleranya sama denganku.
Matanya menerawang ke kejauhan ketika kulangkahkan kakiku dengan berjingkat-jingkat. Adrian,
tidakkah kau tergerak untuk sejenak berpaling"
"Hai!" sapaku, dengan suara tercekat di tenggorokan.
Dia berpaling, mengangguk, lalu tersenyum. Begitu datar! Teganya kamu!
"From Indonesia?" jawabnya ramah.
Aku terpana. Mata itu, bibir itu. Mengapa kamu berkata begitu"
Dia lalu mengulurkan tangannya. Aku menyambutnya ragu-ragu.
"Teddy." www.rajaebookgratis.com Apa" Tentu saja itu bukan namamu. Kau adalah Adrian. Adrian Bagaspati. Lupakah kamu"
"Dan kamu?" tanyanya lagi, sambil tetap menggenggam tanganku.
"Aku Rey!" teriakku lirih, terombang-ambing antara tak percaya dan kecewa.
"Dan bukankah kamu Adrian?"
Wajahnya mendadak pucat kebingungan, tetapi dia memaksa tersenyum.
"Aku mirip temanmu, ya" Atau kekasih" Ha...ha...ha... wajahku memang pasaran. Kamu sendiri,
apa yang kamu lakukan di sini" Bekerja" Studi?"
Ludahku mengalir ke kerongkongan. Sangat pahit. Mungkin bercampur dengan getir dan keringat
dingin yang membasahi tubuhku saat ini.
Kenapa kau, Adrian" Apa yang kamu bicarakan" Peran apa yang kamu mainkan" Apakah kamu
menggodaku" "Kentangmu sudah terlalu dingin," gumamnya tiba-tiba. "Patat Pindasaus. Selera favorit lidah
Indonesia. Aromanya pasti mengingatkanmu pada sate."
Namun, bukan daging liat yang menyembul di baliknya, melainkan kentang goreng yang garing dan
9 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
renyah. Serenyah suaramu, mungkin tawamu. Gemanya masih terngiang di telingaku. Bukankah
kita www.rajaebookgratis.com pernah begitu dekat" Bukankah kau pernah mengatakan kau masih merindukanku" Kau pernah
menganugerahkan mahkota kehormatan yang begitu berharga, menjadi seorang kekasih.
"Kau ingin tahu, kenapa aku tidak membalas e-mail-mu?" tanyaku, berusaha lolos dari kebekuan.
"Maaf?" Duhai, matamu yang berpura-pura lugu. Di balik semua itu, kamu pasti mengetahui segala sesuatu.
"Puisi dalam postingmu sangat indah. Aku bagaikan terlahir dan menemukan diriku kembali."
"I'm sorry. Mungkin kamu salah mengenali orang."
Dia mengemasi ranselnya. "Adrian! Teganya kamu!" pekikku dalam tangis. Betapa inginnya aku memukuli dadanya yang
bidang. "Saya harus segera pergi," tukasnya, nyaris berbisik. Wajahnya kembali memucat. Kepalanya
celingukan, memandang setiap orang dengan rikuh.
Malukah kamu pada orang-orang yang lalu-lalang" Mengapa kepada orang lain kau begitu peduli,
dan bukan kepada perasaanku"
"Dengar! Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan. Mungkin aku mirip dengan seseorang yang
kamu kenal. Maaf, selamat tinggal!"
www.rajaebookgratis.com Kentang goreng berserakan di kakiku. Seandainya bumi berguncang, mungkin itu lebih baik bagiku
saat ini. Mungkin gelap merayap di luar, mungkin badai datang bergelombang, aku tak peduli.
Karena mataku masih terpejam, berat oleh air mata yang tumpah. Badanku berguncang, bukan oleh isak
tangis. Aku terisap dalam pusaran hitam. Kubiarkan tubuhku terpilin oleh dahsyatnya pusaran. Aku
tak berdaya. Sebuah suara memanggil-manggil namaku, seperti Valerie. Kubiarkan
tangan-tangannya yang lembut membopongku. Namun, sebuah kekuatan besar mengajakku untuk menari. Aku
meronta dan berputar-putar. Tangan-tangan lembut itu menarik-narikku. Aku semakin beringas. Ingin
kulepaskan diriku dari pusaran ini.
"Rey, Rey.... Sadarlah!"
Aku hanya menari, mengikuti irama tubuhku. Mengikuti irama kebencian, ketakberdayaan, entah ke
mana aku akan dihempaskan. Gelap mulai menjemputku. Dan aku pun terbang.
"Siapakah aku ini, Val?"
Suaraku tenggelam dalam sedu sedan. Aku benci hanya bisa menangis. Embusan napas Valerie
yang berat seperti .... "Mungkin lebih baik aku mati."
"Hush, Rey! Jangan berkata begitu!"
Aku tidak mengenali siapa pun, bahkan diriku. Aku tidak tahu untuk apa aku hidup. Aku bahkan
tidak memiliki kenangan. Satu-satunya kenangan yang mulai terbentuk secara samar, berubah menjadi
10 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
www.rajaebookgratis.com labirin yang mengerikan. Yang setia menemaniku hanyalah mimpi buruk.
"Sudahlah, kau harus banyak istirahat. Kau harus menuruti nasihat Dokter Iskandar."
Dokter Iskandar" Ya, dia sedang bercakap-cakap di balik pintu.
"Apakah dia perlu beristirahat, Dok?" suara Tante Win terdengar sangat cemas.
"Tidak perlu. Banyak berinteraksi dengan orang lain akan memulihkan kondisi kejiwaannya. Dia
hanya harus didampingi." "Ya, memang Valerie lalai tadi. Seharusnya dia tak boleh meninggalkan Rey barang sedetik pun."
Akulah penderita sakit jiwa itu. Sedikit suntikan di lenganku akan membuatku tenang. Semua orang
menatapku dengan iba. Semua orang berusaha keras mengawalku. Mereka tidak tahu, aku hanya
ingin terbebas dari mimpi buruk!
Langit biru memucat, dibingkai oleh jendela. Beberapa ekor merpati melintas, lalu hinggap di
bubungan. Suara Tante Win dan Dokter Iskandar terdengar semakin menjauh.
"Kamu lihat merpati-merpati itu, Val?"


Wanita Lain Ayah Karya Frida Rahmita Gultom di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hmmm..." "Apakah mereka tahu siapa dirinya?"
www.rajaebookgratis.com Mata Valerie tak beranjak dari bentangan atap di seberang jendela.
Mungkin merpati-merpati itu juga tak memiliki kenangan, mereka tak membutuhkannya. Mereka
tidak mengenali diri mereka dari masa lalu. Namun, mereka pasti tak diganggu mimpi buruk.
"Begitu ringan mereka terbang, begitu tanpa beban."
"Apa yang kau inginkan, Rey?"
"Hanya ingin mengenali diriku kembali. Aku begitu kehilangan masa lalu."
"Mengapa kau begitu membutuhkan masa lalu?"
"Supaya aku bisa mengendus kembali kebahagiaan, keceriaan, yang telah hilang dari diriku."
"Tetapi, tak hanya kebahagiaan yang menghuni masa lalu, Rey. Trauma dan kenangan buruk juga
tersimpan di sana. Aku tak mau terbebani oleh masa lalu. Aku hanya ingin terus melangkah." Mata
Valerie mencari-cari sesuatu di antara desau angin yang mengelus pepohonan.
"Karena kau tak pernah dihampiri mimpi buruk, Val! Karena kau tak menyadari sisa-sisa
kebahagiaan yang turut membangun serpihan dirimu. Kau tak pernah mengalami bagaimana rasanya dihantui
trauma-trauma yang tak mampu kau kenali. Kau tak mengalami semua itu, sehingga kau tak pernah
berjalan dengan gamang!"
www.rajaebookgratis.com Valerie menempelkan telunjuknya di bibir, "Ssst... Mom akan marah padaku kalau membiarkanmu
seperti itu." Dirapatkannya selimut yang menutupi tubuhku. Diraihnya tombol saklar di dekat pintu.
"Jangan! Biarkan lampu tetap menyala...," pintaku lirih.
"Ups, sorry! Aku lupa."
Kegelapan selalu membuatku merasa kesepian. Kesepian yang gamang. Dan aku merasakannya
kini. Karena sosok Valerie telah menghilang di balik pintu, berganti cahaya-cahaya jingga yang menutupi
mataku, membekap telingaku, menghempaskanku ke dasar lembah tanpa batas, tanpa warna.
11 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Seberkas sinar menerpa mataku, lalu terdengar suara tirai disibakkan. Kubuka mata. Valerie
tersenyum di tepi ranjang.
"Pagi, Rey! Mudah-mudahan ini hari indahmu. Kamu tidur sambil tersenyum tadi."
Udara pagi dari jendela memasuki paru-paru. Begitu nyaman.
"Beri aku selamat, Val. Aku mimpi indah malam tadi."
"Wow!" Valerie memiringkan kepalanya. Bau mint pasta gigi tercium dari celah bibirnya. "Bertemu
sang pangeran?" "Lebih dari itu...."
www.rajaebookgratis.com Duhai, betapa meluapnya perasaan ini. Valerie menunggu, tetap tersenyum.
"Kau tahu, semalam aku bertemu seseorang. Begitu nyata.... Seperti baru kemarin dia ada di sini."
"Siapa?" Senyum di wajah Valerie sedikit menghilang. Keningnya berkerut.
"Adrian Bagaspati." Udara pagi yang sejuk terasa membeku.
"Jangan katakan, 'dia lagi, dia lagi'!" Aku tersenyum.
Valerie membetulkan ujung seprai yang terlipat. Wajahnya sedikit pucat, mengingatkanku pada
rangkaian krisan di tepi jendela.
"Adrian sang orator" Bagaimana aku bisa lupa, Rey. Kamu selalu membicarakan dia dalam setiap
postingmu dulu." "Oh, ya?" Aku mencoba mengingat-ingat. Namun, tiada yang melintas dalam benakku.
"Namun, mengapa sikapnya begitu padaku kemarin, ketika kami bertemu di Prinsesstraat" Kau tahu
Val, aku sangat...."
"Rey," Valerie meletakkan telunjuknya di bibirku. "Sudahlah... jangan mengingat-ingat peristiwa
yang melukaimu." "Kamu juga mengenalnya, 'kan" Kamu pasti tahu mengapa dia begitu!"
www.rajaebookgratis.com "Rey, dia bukan...."
"Dia bukan Adrian, melainkan Teddy, mahasiswa teknik di Delft. Begitu kan, katamu" Selalu begitu.
Apa sebenarnya yang kalian sembunyikan dariku?"
"Tidak ada yang kami sembunyikan darimu, Rey. Tidak ada. Aku yakin Adrian masih menyimpan
cintanya kepadamu." Laraku adalah serpihan siang yang terkoyak, jadi kuhirup aromamu pada mimpi-mimpi samar....
"Maukah kau menceritakan sesuatu padaku, Val?"
"Apa?" Val menyelidik dengan sorot matanya.
"Mengapa kami berpisah?"
Val membuang mukanya. Matanya menatap helai krisan yang rontok di ambang jendela.
"Tolong jawab, Val. Menurut sedikit yang kuingat, kami baik-baik saja. Kami saling mencintai. Pasti
ada satu kejadian hebat yang memisahkan kami. Apa itu?".
Pria itu begitu misterius. Sekejap ia menghampiriku, sekejap kemudian berpaling dariku.
Val menunduk. Selaput kaca tipis beriak di bola matanya.
www.rajaebookgratis.com "Siapa yang memutuskan hubungan itu" Aku atau dia?"
Val menggeleng, "Tiada seorang pun di antara kalian."
12 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Jadi...?" Val berdiri gelisah. Dengan canggung, dia berjalan ke jendela, lalu berbalik lagi ke arah ranjang.
Bagiku, dia seperti bandul yang bergoyang, menyentuh masa kini dan masa lalu.
"Aku nggak bisa, Rey?"
"Mengapa" Kamu bilang, kamu mau membantu memulihkan ingatanku, 'kan?"
"Maaf, aku nggak bisa. Maaf, Rey."
Kembali, sosoknya buru-buru menghilang di balik pintu. Aku tahu, ada sesuatu yang ditutup
rapatrapat oleh setiap orang. Dan aku tahu, sesuatu itu adalah mimpi burukku.
From: reynanda To: Adrian Bagaspati
Subject : Apa kabar"
Adrian, kenangan tentangmu mulai tersingkap. Kau pasti mengetahui keadaanku kini. Tetaplah
menghubungiku. Aku perlu mengenali kembali segala sesuatu tentang kita, agar aku menemukan
diriku lagi. Seperti apakah kau kini" Samakah dengan sosokmu yang dulu kukenal" Aku mulai
dapat mengingat tempat-tempat yang kita kunjungi: bakso Yanto, sekretariat himpunan, perpustakaan,
dan www.rajaebookgratis.com jalan-jalan yang kita lalui ketika demonstrasi. Peristiwa-peristiwa lain berpendar-pendar,
kadangkadang samar kadang-kadang menghilang. Namun, ada satu yang tak pernah hilang,
sebuah debar di sini apabila mengingatmu. Di mana kamu berada kini, Adri" Beri aku jawaban.
Rey. Send. Send message into outbox" Yes. Send. Klik.
To: reynanda@mailworld.com From: Adrian Bagaspati
Subject : Re : Apa kabar"
Aku senang kau mulai mengingatku, Rey. Kenangan kita memang terlampau berharga untuk
dilupakan. Semangatmu mengingatkanku pada Reyku yang dulu. Tetaplah begitu, Rey!
Kau ingin mengetahui di mana aku" Apakah ruang dan waktu masih memiliki makna bagimu, Rey"
Aku lebih senang mengetahui bahwa aku selalu ada dalam hatimu. Aku selalu berdoa untukmu.
Adri. Aku selalu ingat, ada sesuatu dalam diriku yang selalu menari. Aku suka menari sejak kecil.
Bahkan, kata ibuku, sejak masih berupa janin. Aku yakin, seorang penari hidup dalam diriku. Penari dan
pemusik. Karena aku begitu mencintai tari dan musik. Tarian tidak akan ada tanpa musik, dan
keindahan musik ditampilkan secara nyata oleh tarian. Tari dan musik adalah hasrat purba, bagian
dari kerinduan manusia untuk selaras dengan alam. Tetapi, tarian dan musik bukanlah profesi yang
dapat dibaktikan kepada orang lain, tutur ibuku suatu kali. Tidak seperti dokter, insinyur, ahli hukum,
atau pendidik. Tentu saja aku membantah. Tari dan musik, memberi jiwa dalam hidupku. Tentu saja
www.rajaebookgratis.com kau boleh melakukannya, Ibu terus berkeras, tetapi profesimu sesungguhnya adalah insinyur,
dokter, ahli hukum, politik, atau apa saja. Lagi pula, otakmu cerdas, tambahnya, sesuai untuk jurusan
ilmulimu pasti, katanya ketika itu.
Aku mencintai tari, musik, dan ibuku. Jadi, kuturuti usulnya untuk memilih jurusan teknik. Tentu
saja, dengan mata sembap karena tangis semalam. Aku diajari untuk selalu mengambil jalan
tengah. 13 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Maka, aku kuliah di jurusan teknik, sambil memberikan kursus piano dan menciptakan eksperimen
tari untuk anak-anak. Semuanya bergulir begitu saja, hingga aku bertemu dengan Adrian. Dia
memberi makna pada kegiatan kuliahku yang hampa. Dia mengajarkanku seni mencinta apa pun.
Kurasa aku mencintainya dengan ruang yang lapang dalam hatiku, bukan dengan gairah yang
membara. Kami saling mencintai secara dewasa. Kami saling mengerti, memberi dan menjaga.
Mungkin tubuh wanita terlalu keramat baginya, sehingga dia jarang menyentuh dan membelaiku.
Dia mencintai tubuh yang perawan, dan menghargainya. Mungkin juga dia terlalu sibuk, dengan
serentetan urusan kuliah, rapat, advokasi, dan demonstrasi.
Sampai di situ, dan aku tak ingat apa-apa. Semuanya terhapus oleh sebuah trauma. Trauma yang
memisahkan aku dan dia, trauma yang tak kukenali.
From: Reynanda To: Restati Widodo
Subject: Tentang Adrian Hai, Ma! Rey baik-baik saja. Rey malah sedang takjub saat ini. Mama percaya nggak, Rey dapat
mengenali Adrian kembali! Ingatan itu datang begitu saja. Rey jadi ingat saat jalan-jalan, pergi ke
beberapa tempat, dan beberapa tempat di kampus (Rey baru mampu mengingat beberapa bagian,
www.rajaebookgratis.com belum semuanya). Betapa bahagianya menyadari bahwa Rey pernah menjadi seorang kekasih,.
Rey jadi merasa sangat berharga!
Karena kami pernah begitu dekat, Mama pasti mengenalnya (masa Mama jadi ikutan lupa"). Apa
saja yang Mama ingat tentang Rey" Bagi cerita, ya, Ma.... Agar debar di dada ini bertahan lebih lama.
Sayang, Adrian membuat Rey bingung. Dia masih menghubungi Rey hingga kini, memberi
semangat dan dukungan. Tetapi, ketika bertemu di Amsterdam kemarin, dia seperti tidak mengenali Rey. Rey
nggak mengerti. Mama pasti tahu, mengapa Rey berpisah dengannya. Rey tunggu jawaban Mama.
Rey From: Restati Widodo To : Reynanda
Subject : Re : Tentang Adrian
Syukurlah, ingatanmu berangsur-angsur pulih. Tentang Adrian, bagaimana Mama bisa mengingat
satu nama di antara begitu banyak teman laki-lakimu, Rey" Yah... Adrian, Mama memang
beberapa kali bertemu dengannya (bukankah dia jarang 'jalan' bersamamu"). Tetapi, kalau bertemu
dengannya di sana, hmm... Mama rasa tidak mungkin, Rey. Tidak mungkin. Mama yakin itu. Mungkin kau salah
ingat" Mama Salah ingat" Yah, memang mudah sekali menuduhku salah ingat. Mengapa bahkan Mama
www.rajaebookgratis.com menyembunyikan dia dariku"
"Kurasa mamamu benar, Rey," suara Valerie tiba-tiba terdengar di belakangku. Aku berpaling.
Valerie, masih berpakaian jubah mandi, dengan wangi bunga dan buah tropis meruap dari rambutnya yang
14 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
basah. Hairdryer di tangannya siap dinyalakan. Entah berapa lama dia berdiri di sana.
"Apanya yang benar?"
"Bahwa kau tidak mungkin bertemu Adrian di sini."
"Mengapa Mama bisa begitu yakin?"
Valerie mengangkat bahunya, "Kau tahu, perasaan seorang ibu sangat peka."
From : Reynanda To : Adrian Bagaspati
Subject : Re: Apa kabar"
Adrian, tiba-tiba aku teringat sebuah rumah bercat hijau muda. Pekarangannya asri dengan aneka
bunga bogenvil merah, kuning, dan jingga. Sebuah bangku taman kayu dengan hiasan ukiran besi
hitam terletak di sudut, di samping kolam kecil dengan air terjun yang gemercik pelan. Kita pernah
duduk-duduk di bangku itu suatu sore. Bukan hanya kita berdua. Ada beberapa orang lagi... tapi
aku tak ingat wajah-wajah mereka. Lalu pohon palem berbatang merah. Ya, palem merah, berdiri di
sudut yang lain. Ingatkah kau, Adri" Entah mengapa, aku merasa rumah itu begitu istimewa.
Rey www.rajaebookgratis.com From : Adrian Bagaspati To: Reynanda
Subject : Re: apa kabar"
Rey, rumahmu yang bercat hijau di daerah pluit itu. Aku juga mengingatnya. Di rumah itu pertama
kali aku kau perkenalkan dengan Mama, seorang wanita cerdas yang hangat dan ramah. Kenangan
indah di sore itu, pasti ketika aku memberimu selarik puisi, untuk pertama kali. Kau ingat" Kau
menyediakan rumahmu sore itu untuk rapat evaluasi badan eksekutif, sebuah rumah yang tenang,
lapang, dan ramah. Aku datang mendahului yang lain, agar bisa memberimu puisi itu. Kau hanya
menunduk, dan begitu tersipu-sipu. Namun, aku tahu, kau sangat bahagia. Masihkah kau simpan
puisi itu di hatimu" Adri Aku hanya menyimpan sedikit debar di antara kolam ikan dan palem merah itu, tetapi aku tak ingat
lagi puisi itu. Maafkan aku, Adri.
"Val, tolong ceritakan padaku tentang rumah kami di Pluit itu."
Val berpaling, tersentak kaget, hingga buku di tangannya terjatuh. "Mengapa?"
"Hanya ingin tahu saja."
"Kamu mulai mengingatnya?"
www.rajaebookgratis.com "Ya. Aku teringat kertas dinding di kamarku yang bermotif kerang dan ombak bergulung-gulung.
Kau tahu, aku sangat menyukai pantai. Pada malam hari, gulungan ombak itu serasa hidup dan menari.
Indah sekali, disinari lampu kamar yang hijau redup. Kau tahu, pohon mangga di dekat beranda
belakang" Aku sering duduk di antara dahan-dahannya, lalu membaca buku hingga tertidur."
"Hei, ingatanmu semakin jeli saja."
"Ya. Aku berusaha setiap hari, mengingat-ingat apa saja. Bantulah aku mendapatkan semua
kenangan itu, Val, please...!"
Val termangu, matanya berkelana menjelajah setiap ruang kosong. Tatapannya tampak bingung.
"Ehm, entahlah Rey. Rasanya aku tak ingat sesuatu pun. Kami jarang pulang ke Jakarta, 'kan?"
15 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Jangan bohong! Rumah baru kami di Bintaro memang belum pernah kau kunjungi, tetapi rumah
kami di Pluit selalu kau kunjungi setiap kali ke Jakarta, 'kan" Aku yakin kau ingat sesuatu."
"Ehm... aku hanya ingat halamannya yang rindang, dan taman-tamannya yang terawat. Kami selalu
mengidamkan punya rumah berhalaman luas, bukan apartemen seperti di sini. Lalu... apa lagi, ya?"
"Cuma itu" Apakah kamu tidak ingat ayunan kayu di taman belakang, sofa bambu yang empuk di
beranda belakang tempat tidur-tiduran di siang hari" Sebenarnya aku lebih suka kamarku di rumah
Pluit. Rumah baru di Bintaro itu... hmm, aku tidak tahu, mengapa Papa menjual rumah itu dan
pindah ke Bintaro." www.rajaebookgratis.com Aku hanya seperti melakukan perjalanan jauh ke sebuah tempat yang asing. Dan ketika aku pulang,
Papa dan Mama mengantarku ke rumah baru di Bintaro itu.
"Sudahlah, jangan terlalu sentimental. Bukankah kata Greg, kamu harus terus berlatih?"
Suara Val terdengar semakin sayup, karena telah berganti suara angin. Angin membelai mataku
yang terpejam, dan melimpahiku dengan cahaya. Hmmm... aku melihat rumah asri bercat hijau itu,
beranda belakangnya berlantai keramik bermotif kayu. Di sekelilingnya bertabur batu-batu apung putih dan
abu-abu. Beringin putih berdiri angkuh di dekat ayunan, berkat sentuhan tangan dingin Mama.
Biasanya, denting jernih piano terdengar hingga ke taman ini. Piano itu, berdiri di samping tangga.
Ada sedikit ruangan di bawah tangga itu dulu, yang sempurna untuk bersembunyi. Tentu saja
sebelum Papa membuat lemari untuk buku-bukunya.
Sebentar... aku mulai merasa nyaman. Karena aku melihat sebuah sofa di sudut, berlapis kain
halus dan bermotif kotak-kotak, lapang, lembut, dan hangat bagai sebuah buaian yang tak pernah letih.
Karpet tebal merah muda yang terhampat di bawahnya adalah tempatku bercanda dengan Papa.
Aku pernah begitu memuja ruangan tengah ini. Aku bisa bergelung di dalamnya sambil menitipkan


Wanita Lain Ayah Karya Frida Rahmita Gultom di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepenatan. Tetapi tunggu, ada sebuah sudut yang tak ingin kuingat. Sudut yang memunculkan rasa
perih yang tak asing. Namun, aku tak bisa menghindar darinya.
Lihatlah sudut itu Rey, lihatlah! Kenali rasa perih itu, selami amarah itu. berdamailah dengan trauma
itu, lalu bangkitlah! Aku tumbuh oleh trauma demi trauma, dan selimutku adalah mimpi buruk. Aku tak bisa berpaling.
Tetapi, sudut itu... baiklah, akan kucoba. Aku mengingat sebuah balai-balai dari kayu jati, sandaran
www.rajaebookgratis.com dan pegangannya sarat ukiran. Tetapi, tidak! Aku ingat kain pelapisnya yang kusut suatu saat, dan
bantal-bantal kecil yang... oh! Mimpi-mimpi buruk itu kembali mencekikku. Leherku tercekik, dadaku
sesak. Mataku penat oleh gemuruh yang datang bergelombang. Pusaran dingin menjebakku,
menghempaskanku dalam sebuah labirin yang tak asing. Aku terjatuh dalam jurang tanpa dasar.
Begitu gelap. Begitu cepat tubuhku menghunjam.
"Rey! Rey!" suara Valerie terdengar sangat cemas. Tangannya mengguncang-guncang tubuhku.
Keringat dingin mengguyur setiap celah pori-pori. Tubuhku luruh dalam derai tangis. Tangan Val
yang lembut menarikku ke dalam rengkuhannya.
"Apa yang kau lihat, Rey" Apa yang kau ingat?" tangan Val mengusap rambut, meraba kening.
16 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Tubuhmu begitu dingin."
Aku tersentak. Sentuhan Val itu serupa rabaan yang membuatku muak, seperti bagian dari
mimpimimpi burukku. Kucampakkan tubuh Val dengan kasar. Aku terjengkang ke sudut. Val
terpekik kaget, lalu tergopoh-gopoh menghampiriku. Bukan Val! Sosok itu kini berwujud tubuh-tubuh kekar, tinggi
kehitaman, menghampiriku. Langkahnya berat oleh kemenangan, dengan sorot mata lapat yang
begitu berselera. Senyumnya penuh, menyerupai seringai.
Badanku menggigil oleh badai. Tulangku diluluhkan kengerian. Satu dua tubuh kekar
mengendapendap, hampir menyerupai gergasi. Kali ini, mereka tak bisa menyentuhku. Aku harus
berlari! "Rey!Rey!" Mereka mengejarku. Langkahnya menderap bagai kuda yang bernafsu. Meja ini tempatku
www.rajaebookgratis.com bersembunyi. Mereka tak boleh melihatku.
"Rey! Rey! Kemarilah, jangan berjongkok di situ. Kepalamu terbentur nanti," kata mereka.
Pergi, pergilah! Karena kutahu, kalian selalu membuntutiku. Tidakkah kalian puas" Suatu saat,
kalian harus dapat merasakan muntahan amarah yang selama ini membongkah di dada. Cara apa yang
akan kalian pilih" Wajah tersayat-sayat" Tubuh membiru oleh dentaman kayu" Tunggu saja saat
pembalasanku. Aku tak lagi dapat dibungkam dalam ketakutan. Terimalah tendangan ini, pukulan
ini. Cengkeraman dan cakaran ini, bukankah nyeri" Mimpi-mimpi burukku jauh lebih nyeri.
Oh, kau cuma menyeringai. Seharusnya kau berteriak ketakutan, karena aku menjelma api, yang
siap melahap keangkuhan dan kebejatanmu.
Tidak, jangan kau cekal tanganku. Persetan! Kalau berani, satu lawan satu! Bukannya mengeroyok
seperti ini. Hei, ke mana aku akan kau bawa" Kamu pikir kamu bisa saja, seenaknya
menyeretnyeretku seperti ini" Kamu pikir aku kerbau, yang bisa dituntun-tuntun seenak perutmu"
Hei, lepaskan aku! Bukan, kamar ini bukan tempatku. Aku bukan anak kecil, yang bisa disuruh mencuci kaki lalu
digiring ke tempat tidur. Jangan! Jangan tutup pintu itu! Buka! Buka! Buka! Persetan dengan semuanya.
Aku tidak suka dicampakkan begitu saja. Mengapa aku mengalaminya lagi, lagi, dan lagi" Siapa
yang akan menolongku" Adrian! Adriaan...!
Laraku mengendap dalam serpihan awan yang mengambang di langit. Aku benci langit yang terlalu
www.rajaebookgratis.com biru, karena biru dengan cepat berubah kelabu. Dan biru adalah kain tenun pelapis balai-balai jati
Mama yang kusut dan terkoyak... tidak, aku tidak mau mengingatnya. Aku tahu, selalu ada
beberapa laki-laki yang menguntitku. Mungkin mereka mau membunuhku. Mungkin mereka hanya ingin
memamerkan dada yang telanjang, urat-urat yang bertonjolan, dari betis, lengan, dan paha.
Otot-otot 17 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
liat yang menunjukkan keperkasaan, untuk menindas, lalu mencampakkan. Tidak! Mereka tidak
boleh melakukannya lagi. Aku hanya merindukan seseorang. Adrian, di manakah dia pada saat-saat seperti ini"
Jendela! Kanal kebebasanku adalah jendela. Aku harus pergi, dan tak boleh meringkuk terlalu lama
di sini. Salah satu dari orang-orang itu akan dapat menemukanku, membunuhku, atau bahkan
mencincangku. Sebentar... aku membutuhkan sesuatu yang tajam, mungkin semacam gunting
atau... nah, ini dia. Untung aku selalu menyimpan pisau lipat ini di dalam tasku.
Untunglah jendela ini tak terlalu tinggi. Dari ambangnya, aku suka menghirup aroma mawar setiap
pagi. Tidak, wangi mawar tidak terlalu kuat. Namun, di situlah letak kekuatannya. Dengan mata
terpejam, aku bisa meracik wanginya dengan lemon segar, harum kayu manis, atau wangi melati
yang eksotis. Dengar! Riuh orang-orang! Mereka berbicara dalam ramai kerumunan. Derai-derai itu lagi,
gelombang kemarahan yang datang dan datang lagi. Tak lama lagi, pasti langit berubah kelabu. Kelabu oleh
asap panas yang padat dan tebal, membubung dari onggokan ban-ban bekas yang ditumpuk dengan
sengaja. Amarah itu pasti menjelang. Dan mereka tak lagi memiliki bahasa. Karena yang berbicara
adalah tongkat, clurit, dan pisau. Maka kemarilah, karena aku siap menyongsongmu. Pisau akan
bertemu dengan pisau. www.rajaebookgratis.com Kalian adalah orang-orang jalang. Begitu pula aku. Kita adalah kumpulan binatang jalang, dan
rumah kita adalah dunia kekerasan dan kematian.
Oh, ternyata kau berdiri di situ. Lelahkan kau menungguku" Lihatlah badan kekarmu, telanjang
dadamu, dan geliat otot-ototmu. Permainan apa lagi yang akan engkau pamerkan kepadaku" Dan
janganlah tertawa" Karena gigimu kuning oleh dendam yang busuk. Hai, sambutlah aku. Bukankah
aku boneka yang kenyal dan ringan, menarik untuk dibolak-balik" Telungkup atau telentang, mana
yang kamu suka" Nah, takutkah kamu pada pisau ini" Lihatlah, kilatnya menentang cahaya matahari. Namun,
wajahmu pucat pasi sekarang. Mengapa" Aku kira, kau tak pernah mengenal takut. Mungkin, ternyata kau
lebih pengecut dibandingkan semut. Karena semut tidak pernah mengendap-endap ketika menghampiri
makanan. Sedangkan kau lari.
Akan ke manakah kau" Urusan kita belum selesai. Tunggulah aku. Karena aku akan melukis siluet
yang cantik di wajahmu. Ya. Diamlah di situ. Meringkuklah di pojok, duduk yang manis, dan
janganlah lari. Sini, biar kutorehkan pisau ini. Diam! Jangan menepis. Lihat, gerakanmu membuat satu garis
panjang tertoreh tak sengaja di tanganmu. Nah, kau lari lagi. Tunggu!
"Rey! Rey!" Nah, mereka datang. Aku harus berlari. Derap langkah itu, orang-orang berlarian. Begitu banyak
jumlah mereka. Sebagian mereka berseragam. Ya, aku ingat. Mereka juga berdiri di dekat ban-ban
yang terbakar. Tetapi, mereka mengubah diri mereka menjadi patung.
18 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
www.rajaebookgratis.com Namun, cepat sekali mereka berlari. Mereka telah menyusul langkahku, menubrukku, lalu
membekapkan sesuatu ke hidungku, seperti segenggam kain lembut yang dingin. Liang labirin itu
kembali menganga di depanku, dan aku terisap dalam gelap.
Rumah yang asri bercat hijau. Kamarku ada di lantai atas. Namun, aku belum ingin naik. Seperti
biasa, aku akan rebah sesaat di sofa empuk di depan teve. Biasanya aku juga akan memainkan piano,
barang sebentar. Hanya kali ini aku terlalu lelah.
"Lalu, apa yang kau lihat?" sebuah suara yang berat dan tenang menggema dari sebuah sudut. Lalu
gelap sesaat. "Balai-balai jati kesukaan Mama. Papa membelinya langsung dari Jepara, sebagai hadiah ulang
tahun Mama. Mama sangat mencintai balai-balai itu. Mama letakkan di sampingnya sebuah meja kecil,
yang berhias satu vas penuh kembang sedap malam. Mama sering duduk diam-diam di balai-balai itu,
menghirup aroma kembang itu dalam-dalam, seperti bermeditasi. Mama membuat bantal-bantal
kecil berlapiskan kain tenun, bantal-bantal kain yang...."
Tidak bisa. Aku tidak mampu mengingatnya. Aku tidak mau mengatakannya. Tidak mungkin!
Senyap sesaat. Suaraku tenggelam dalam isak tangis. Setitik perih menggigit tanganku, seperti suntikan
jarum yang dingin. Aku memekik pelan. Lalu senyap. Sesaat kemudian, gambar-gambar itu melintas lagi
di benakku. "Kita bisa mulai lagi, Rey?" suara itu terdengar lagi. Aku menarik napas.
"Vonna. Meilana. Aku, Vonna, dan Meilana. Kami sedang bersantai di beranda belakang. Kami
bertiga www.rajaebookgratis.com bersahabat, begitu dekat. Mereka sering memanggilku 'Item,' dan terkadang, kalau iseng, kupanggil
mereka 'Cina.' Bercanda tentunya, dan mereka tak pernah marah. Kami bersahabat sejak SMA.
Vonna periang dan lincah. Sedangkan Mei agak tenang dan tertutup, tetapi suka bercanda. Sofa bambu di
beranda belakang itu tempat favorit kami. Udara sejuk di beranda belakang, dengan embusan angin
dari pohon mangga dan beringin putih milik Mama. Sebenarnya aku dan Vonna sedang
merencanakan pesta ulang tahun kecil-kecilan, kejutan buat Mei. Meilana, nama aslinya Mei Lie. Suatu kebetulan
juga, dia lahir di bulan Mei. Dan pada hari ulang tahun itu...."
Suaraku tersendat di tenggorokan. Rasanya aku ingin menarikan tarian dendam. Namun, tangan
dan kakiku terikat. Mataku terasa berat.
"Baiklah, jangan teruskan," suara itu terdengar lagi. "Bagaimana Adrian" Adakah dia di antara
kalian?" "Adrian" Dia tidak suka pesta, tidak suka kumpul-kumpul hanya untuk mengobrol. Dia begitu sibuk.
19 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dia mencintai masyarakat lebih dari segala-galanya. Tetapi, aku bangga. Tampaknya, dia
mencintaiku secara dewasa." "Seringkah Adrian berkunjung ke rumah?"
Aku terdiam. Pusaran putih serupa asap membentuk sketsa-sketsa. Lalu gambar-gambar itu
kembali nyata. "Tidak juga. Tapi, kusuruh dia datang pada hari ulang tahun Mei. Aku dan Vonna menyiapkan pesta
kecil-kecilan di rumahku. Sayang, ketika itu...," suaraku kembali berubah menjadi derai tangis.
www.rajaebookgratis.com "Apa yang kau lihat?" tanya suara itu.
Aku melihat kepulan asap hitam, begitu pekat seperti membelah langit, begitu mengerikan serupa
onggokan hitam ban-ban di penjuru ruang. Api unggun ban-ban yang mengiringi tarian amuk dan
amarah. Lalu suara jerit, pekik tangis, teriakan, sorak-sorai menggema dari sudut-sudut jalan. Ada
aroma darah yang meruap dari tubuh-tubuh kekar, mata-mata yang mengkilat karena dendam,
semacam gejolak perasaan yang tertimbun dan ingin tumpah. Bau keringat dari tubuh-tubuh legam
seketika mengingatkanku pada embusan panas yang tersengal-sengal, rabaan kasar yang
membuatku mual. Itukah kau" Berdiri terpaku dan diam, apakah kau menginginkannya lagi" Namun, pisau
lipatku, entah kutinggalkan di mana.... Oh, kamu tahu memanfaatkan kelemahan seorang wanita. Tidak,
aku tidak mau menyerah begitu saja.
Sudut. Aku menghambur ke sebuah sudut. Selalu ada sebuah pojok yang merindukanku, seperti
pelukan Mama. Aku akan bergelung di sebuah relung. Dan kau tak akan bisa menyentuhnya.
"Rey, kembalilah kemari...," suara itu menegurku lembut.
Lihatlah, dua orang laki-laki. Apakah mereka temanmu"
"Tidaaak!" sahutku. Apakah kau mendengarnya" Bahkan aku bisa meneriakkannya dengan lantang.
Kau ingin mendengarnya lagi" "Tidaaak...!" Jangan renggut aku dari buaian ini. Aku enggan melihat
terang! "Rey...." www.rajaebookgratis.com Sebuah suara lalu berkata kepada yang lain, "Panggil ibunya."
Lalu pintu terkuak. Sebuah derap berlari menghampiriku. Sedu sedan mengepungku. Dipeluknya
aku. Aku mendengar sebuah suara yang akrab. Namun, aku enggan memalingkan wajahku dari gelap.
Gelap yang membekap paha dan dekapan lenganku.
"Rey...," kata suara itu. Begitu lembut. "Rey, kemarilah, Nak. Ini Mama!"
Semua gelap ketika tiga laki-laki bertubuh tegap membantingku ke balai-balai jati.
Benar. Itu Mama. Karena getar suaranya serupa denyut rahim yang pernah membesarkanku.
Kuangkat wajahku perlahan. "Ma...!" "Rey...!" lalu aku dipeluknya dalam tangis. Aku tak lagi bisa menangis, Ma.
"Kemarilah, Rey, berdirilah. Mama ada di sampingmu...."
"Aku mulai ingat, Ma, aku mulai ingat...."
20 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mama hanya menjawabnya - lagi-lagi - dengan tangis. Belum pernah aku merasa sepedih ini.
Dua laki-laki itu - aku ingat - dr. Iskandar dan Mr. Martin. Mereka tersenyum ketika aku berdiri
perlahan, dan berjalan pelan di belakang Mama.
www.rajaebookgratis.com "Ibumu telah datang dari jauh, Rey. Pasti kau akan cepat pulih."
Aku diam, tak tahu apakah merasa sedih atau senang. Keperihan di dalam dada yang tak ingin
kukenali, kini melonjak-lonjak, menarik perhatian.
Mama memapahku dan mendudukkanku di sebuah kursi. Dokter Iskandar dan Mr. Martin berbicara
sebentar dengan Mama, lalu berjalan ke luar ruangan.
Di luar jendela sore telah menua, dan sorot matahari menerobos ruangan ini. Ruangan ini telah
menelanjangi masa laluku begitu rupa. Sofa biru di depanku, tempat kuberbaring tadi, seperti titian
yang membawaku menjelajahi kembali setiap ruang dalam mimpi burukku.
Mama duduk di sebelahku, dan memelukku. Rengkuhannya masih seperti yang dulu, saat dia
menggendongku dengan kain, dan aku tersedu-sedu seperti anak kecil.
"Aku ingat semuanya, Ma.... Aku ingat semuanya... Vonna... Mei.... Di mana mereka?"
Mama hanya diam memelukku, dan matanya menerawang.
"Mengapa semua orang diam, dan menyembunyikan semuanya dariku. Mengapa, Ma?"
Namun, Mama hanya diam. Hari ulang tahun Mei. Sebuah pesta kecil di kebun belakang telah kusiapkan hari ini. Aku sendiri
yang www.rajaebookgratis.com menyiapkan jamuan ini. Rumah selalu sepi di siang hari, dan hanya Narti yang membantuku.
Meilana, tidak selalu beruntung merayakan ulang tahunnya setiap tahun. Papinya pemilik toko kelontong
yang tidak terlalu ramai. Rumahnya yang tidak terlalu besar terletak di sebelah toko itu,
berdesak-desakan di sebuah gang kecil, di samping selokan yang selalu bau. Mei bersama empat orang adiknya
bergantian menjaga toko itu. Aku sangat mengenal keluarga itu. Mereka tekun dan pekerja keras.
Aku sedang menghangatkan sup ketika telepon berdering. Suara Papa terdengar panik di ujung
sana. "Kamu jadi mengundang teman-temanmu siang ini, Rey?"
"Iya. Memangnya kenapa?"
"Situasi di jalan sedang kacau sekarang ini. Di rumah ada siapa?"
"Rey dan Narti."
"Ke mana Ujang?"
"Ke kantor Mama. Mama minta dijemput siang ini."


Wanita Lain Ayah Karya Frida Rahmita Gultom di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Banyak orang menghalangi jalan, ban-ban dibakar. Kerusuhan di mana-mana. Tutup pagar
rapatrapat, dan jangan ke mana-mana. Papa yakin, rumah kita aman."
Dadaku berdegup kencang. Vonna dan Mei! Mereka dalam bahaya!
www.rajaebookgratis.com "Teman-temanmu itu...."
"Vonna dan Mei?"
"Ya. Lindungi mereka. Papa yakin mereka aman di dalam rumah kita. Kita bukan sasaran mereka."
21 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aku meletakkan gagang telepon dengan cemas. Kupencet sebuah nomor. Ponsel Vonna.
Terdengar suara gemerisik di ujung sana, bunyi keributan yang tak jelas. Lalu mati. Kucoba menghubungi lagi.
Mailbox. Suara Narti memanggil-manggilku dari lantai atas. Setengah berlari, aku menaiki tangga. Di balkon,
Narti berdiri takjub dengan latar lukisan kepulan asap hitam di langit. Aku bagai terhempas. Adrian!
Mungkin dia terseret di tengah arus kerumunan. Apakah yang dilakukannya kini" Ingatkah dia untuk
datang hari ini" Beberapa hari kami tidak bertegur sapa. Dia begitu sibuk sejak beberapa hari yang
lalu. Mengatur strategi di jalanan, demonstrasi, dan bernegosiasi dengan polisi.
Kepulan asap hitam membubung di kejauhan. Aroma busuk menyeruak dari mana-mana, seperti
amarah yang membekap udara saat ini. Aku sadar, sebuah gelombang dendam tengah membanjir
saat ini, mungkin siap membinasakan, menghempaskan apa saja.
Derap kerumunan datang mendekat. Sorak-sorai, tawa, dan teriakan yang aneh, bagai
melampiaskan amarah. Kucengkeram lengan Narti.
"Pagar sudah digembok, Nar?"
www.rajaebookgratis.com Narti mengangguk. Wajahnya pias, didera ketakutan.
"Jangan bukakan pintu pada siapa-siapa!" bisikku, lalu kuseret dia masuk ke dalam. Namun, suara
bel yang dipencet tak sabar itu... suara gedoran pada pagar... lalu sebuah suara yang mirip tangis
memanggilku, "Rey... Rey... buka pintu!"
Itu Vonna. "Vonna dan Mei! Bukakan pintu, Nar! Lalu cepat tutup lagi!"
Narti berlalu sambil berlari. Aku begitu tegang, sehingga langkahku bagai tak lagi menginjak tanah.
Vonna dan Mei. Mereka menghambur masuk dari celah pintu yang terbuka. Wajah mereka
memerah karena tangis, dan tubuh mereka gemetar. Cepat kutarik tangan mereka.
"Mereka mengejarku, Rey," isak Vonna.
"Sudah, tenanglah. Di sini kalian aman."
Kamar Narti di sebelah gudang. Ke sanalah mereka akan kubawa.
"Mereka sangat beringas, Rey. Mereka menggedor-gedor kaca mobil, menyuruh kami turun. Untung
kami sempat berlari. Tapi, mobilku...."
"Sudah, lupakan saja mobilmu. Yang paling penting kalian berdua selamat...."
www.rajaebookgratis.com "Tapi, mereka mengejar kami. Mungkin mereka tahu kami masuk ke sini...."
"Karena itu kalian harus bersembunyi. Sudahlah, kalian aman di sini."
"Kalau mereka memaksa masuk ke sini?"
"Mereka tidak akan berani berbuat macam-macam di sini. Percayalah padaku."
Vonna diam. Mukanya yang putih tampak semakin pucat. Rambut kemerahannya berantakan dan
basah oleh keringat. Celananya jins ketat, dengan blus katun putih berenda. Seperti biasa, Vonna
tahu bagaimana mempercantik diri. Maskaranya rapi, perona mata dan bibirnya selalu serasi. Namun kali
ini, polesan itu lebur dengan air mata.
Dan Meilana yang malang. Tubuh kurusnya meringkuk di ujung tempat tidur Narti. Mata sipitnya
22 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berkaca-kaca dan tatapannya nyaris memohon, serupa sorot mata seorang bocah yang ingin
berlindung dari gangguan seorang teman yang jail. Betapa ingin kupeluk tubuh itu. Aku tahu tubuh
itu telah terlalu lelah. Tubuh itu lelah kepada prasangka. Setiap orang menyangka dia anak pengusaha
kaya raya. Padahal, papinya hanyalah pemilik toko kelontong kecil, motor butut pengantar galon air
minum, dan rumah bertingkat dua yang bocor ketika hujan.
"Neng...!" Narti menghampiriku, berlari. Rambut ekor kudanya dihempaskan angin.
"Orang-orang itu memaksa masuk! Mereka menggedor-gedor pintu gerbang"
"Aku bilang, jangan bukakan pintu!" Narti tersentak, lalu katanya, "Saya nggak bukain, kok. Mereka
www.rajaebookgratis.com masih di luar, tapi terus menggedor-gedor...."
Kututup pintu kamar Narti, "Kunci pintunya," bisikku pada Vonna dan Meilana yang meringkuk
ketakutan di sudut. Siapa yang berani memaksa memasuki rumah ini" Bapak adalah seorang tokoh masyarakat yang
disegani. Orang-orang itu, mungkin tak bernama. Mungkin mereka berasal dari sebuah dunia yang
asing. Karenanya, mereka tak lagi punya identitas. Mereka tak punya batas-batas, apalagi rasa
hormat. Di luar, pintu gerbang setinggi hampir tiga meter berderak-derak. Bunyi dentamnya nyaring
membelah siang. Narti berdiri tegang di sebelahku, bersembunyi dalam gelap kaca jendela. Jendela kaca ini
memisahkanku dengan beranda, memberiku rasa aman sementara. Tetapi, tampaknya tidak lama.
Lihatlah! Satu, dua, tiga, laki-laki bertubuh tegap memanjat tembok pembatas rumah,
menginjak-injak sirih belanda milik Mama yang menjuntai anggun. Tidak! Orang-orang itu berlompatan seperti
percikan api, merah oleh luapan amarah.
"Neng...," desis Narti ketakutan.
Kurang ajar! Siapa mereka" Wajah-wajah mereka gelap, berminyak, dan tak kukenal. Benar saja.
Mereka pasti terlontar dari suatu ceruk di perut bumi. Kaki-kaki mereka telanjang dan berdebu.
Telapak-telapak yang tebal oleh panas dan rasa sakit. Mereka mungkin tak mengenal bahasa.
"Sialan! Apa yang mereka cari?"
"Mereka nggak tahu ini rumah siapa...," bisik Narti.
www.rajaebookgratis.com Orang-orang itu mengayun-ayunkan kelewang, memukul-mukulkan kayu dan besi ke dinding. Lantai
serasa bergoyang. Aku mundur, mencari sandaran. Dan pintu terbuka dengan sekali dobrak. Tiga
lakilaki menerobos masuk, mata mereka nyalang, seperti serigala lapar.
"Mana perempuan-perempuan itu?" seorang laki-laki bersuara, nyaris menggeram. Aroma alkohol
meruap dari celah giginya yang menguning. Aku mundur, dan terus mundur, hingga tanganku
menyentuh dinding. Kerumunan laki-laki bertambah banyak di ambang pintu. Mereka lalu bergerak
bagai kesetanan. Menendang guci keramik Mama, melempar vas kristal, menginjak-injak karpet
dengan sepatu mereka yang kelabu oleh debu.
"Mencari siapa kalian?" aku memberanikan diri bertanya, meskipun suaraku bergetar.
"Kamu sembunyikan di mana perempuan-perempuan tadi" Mereka masuk ke sini, 'kan?" salah
seorang laki-laki itu mencoba meraih daguku. Sekilas telapak tangannya tampak kasar dan tebal kehitaman.
Raut mukanya menyeringai. Dan aku dapat melihat, air liur menetes dari sudut bibirnya yang tebal.
Cepat kupalingkan muka dengan jijik.
23 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sudah, garap aja, Man.... Meskipun nggak putih, dia montok juga. Lumayan...." seorang laki-laki
gemuk berseru sambil mondar-mandir di depan teve. Ada yang bergolak di dalam perutku. Rasanya
aku ingin muntah. Dua orang laki-laki lainnya berjalan ke arah beranda belakang, mendobrak setiap
pintu, memecahkan setiap jendela. Dadaku berdebar. Vonna dan Mei!
"Jadi kamu mau membela teman-temanmu itu, ya?" laki-laki yang berdiri di dekatku itu mendesis,
dengan bau busuk mulutnya yang membuatku mual. Tiba-tiba dia meraih selendang tenun yang
www.rajaebookgratis.com melilit sofa, dikibaskannya, dan didorongnya aku ke belakang. Aku terjengkang sejenak, dan
meronta. Memang sulit untuk mencoba bangkit dalam kengerian, tapi aku takkan menyerah. Dia
mendorongku lebih keras, dan aku terbanting. Betapa ingin kutampar mukanya yang mengilat dan berjerawat,
namun aku hanya bisa meludahinya. Dia tersentak. Mukanya memerah karena amarah yang
bangkit. Dia meraih tanganku, dan menyeretku ke sebuah kursi. Diikatnya tanganku di kaki kursi itu, lalu
kakiku. "Duduk manis di situ, lalu lihat apa yang bisa kami lakukan kepada teman-temanmu. Kamu pikir
kamu bisa menolong mereka" Rasakan akibatnya kalau berteman dengan mereka. Kamu akan
menyesal seumur hidup!"
Aku meludah lagi. "Cuh...! Kamu yang menyes...." Laki-laki itu, amarahnya seketika memuncak.
Tangannya bergetar ketika membekap mulutku. Kakiku yang terikat menendang-nendang ruang
kosong. Tanganku yang meronta menggoyang-goyangkan kursi, hingga riuh entakannya seirama
gemelutuk tulang di lutut dan sikuku. Kulihat Narti. Kaki dan tangannya terikat di sebuah kursi yang
lain. Mulutnya pun dibekap, hingga aku hanya dapat melihat matanya yang sembap.
Gemerincing kaca dipecah. Badanku lemas oleh beban yang seketika tertumpah. Aku tahu, mereka
telah menemukan Vonna dan Mei. Suara pukulan dan tendangan terdengar dari sebuah sudut.
Rupanya Vonna melawan. Dan Mei, aku hanya mendengar isak tangisnya.
Namun, siapakah yang mampu melawan kekuatan laki-laki yang begitu perkasa" Dua, tiga laki-laki
menyeret Vonna dan Mei. Mereka membawa Vonna dan Mei ke kamar. Ketika melewatiku, Mei
memandang ke arahku. "Rey... Rey," rintihnya. Mataku terpejam. Seandainya aku tak punya
penglihatan dan pendengaran hari ini.... Karena berikutnya, yang kudengar hanyalah rintih dan isak
www.rajaebookgratis.com tangis. Vonna, suaranya tak kudengar sedari tadi. Mungkin dia pingsan. Dan Mei, erangan
kesakitannya masih menjadi bagian dari mimpi-mimpi burukku hingga kini. Kerumunan laki-laki
masuk ke kamar bergantian. Mungkin enam, atau tujuh, aku tak peduli. Yang kulakukan hanyalah
berpura-pura bisu, tuli, dan tak punya nurani.
Tetapi, sebuah derap langkah perlahan menghampiri pintu. Kutegakkan tubuh. Mungkinkah itu
malaikat" Namun ternyata... Adrian! Dia bersembunyi, menempelkan badan di sisi lemari. Nekat
sekali! Kugerakkan kepala, menyuruhnya pergi, namun dia meletakkan telunjuknya di bibir. Gila!
Apa yang akan dilakukannya"
Semua laki-laki itu tengah berpesta-pora dalam puncak limpahan adrenalin. Mereka bisa melakukan
apa saja seandainya terganggu. Mereka begitu buas, begitu beringas. Tetapi tunggu, ini adalah
kesempatanku untuk melarikan diri. Namun... dengan Vonna dan Mei tergeletak di sini" Aku tak
bisa meninggalkan mereka begitu saja. Kugerakkan kepalaku sekali lagi. Namun, Adrian tetap di sana.
24 06. Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa -Liang Ie Shen m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dengan isyarat tangannya, dia berkeras mengajakku pergi. Kulirik Narti yang termangu
memandangku, menunggu. Baiklah, ikatan selendang ini harus kulepaskan diam-diam. Sedikit demi sedikit, ikatan itu terurai.
Sedikit lagi, dan tanganku akan bebas. Namun, aku terlalu bersemangat, dan... braak! Kursi itu
terjatuh. Seorang laki-laki yang tengah mengancingkan celananya memandang marah kepadaku.
Dihampirinya aku dengan wajah tertekuk, dan setelah dilihatnya lilitan selendang di tanganku yang
terburai, sumpah serapahnya meluap. Ditendangnya kepalaku, dan aku tersungkur. Begitu ingin
kuludahi mukanya, tetapi aku begitu tanpa daya. Darah mengucur dari hidungku ketika laki-laki itu
bersiap akan mendaratkan tendangannya di tubuhku. Aku menatapnya dengan benci. Namun, pada
detik berikutnya, sekelebat bayangan menerpanya. Adrian! Dia menyerang laki-laki itu dari
belakang. www.rajaebookgratis.com Laki-laki itu berteriak. Beberapa orang laki-laki berwajah buas berhamburan dari dalam kamar.
Kupejamkan mata. Adrian, jangan konyol! Suara dentam dan pukulan mengepungku. Mungkin
sebuah pertempuran terjadi di luar sana, dan aku lebih suka melihat gelap. Tubuhku serasa dihantam
sebongkah balok es. Aku menggigil.
Ketika senyap, mereka melepas ikatan di kakiku, tangan, dan mulutku. Dengan sudut mata, kulihat
Adrian terikat, terkulai dengan darah mengalir dari celah bibir dan kepalanya. Matanya terpejam,
namun aku yakin dia menyaksikanku.
Mereka melucuti bajuku satu per satu, menarikku, lalu membantingku di balai-balai jati itu.
Balai-balai Mama, balai-balai yang dipersembahkan dengan segenap cinta. Aku berontak, mencoba bangkit.
Namun, tiga pasang tangan kekar memegangiku sangat kuat. Mereka tak berbusana.
"Adrian... Adrian," rintihku penuh harap. Dia tetap diam, terkulai. Setetes air mengalir di sudut
matanya. "Kalian biadab!" semburku, tepat di wajah seorang laki-laki dengan bekas luka bakar di
pelipisnya. Detik berikutnya, sebuah bantal tenun membekap mulutku. Aku meronta-ronta, dan
salah satu tangan kekar itu membenturkan kepalaku. Gelap, dingin. Aku terisap dalam labirin.
TAMAT (http://cerita-silat.mywapblog.com)
25 Misteri Tengkorak Berdarah 2 Linggang Si Bunian Karya Wendi Andriko Pendekar Kidal 2

Cari Blog Ini