Lima Sekawan 7 Memburu Kereta Api Hantu Bagian 3
relung dangkal di dinding terowongan. Ia memutuskan untuk bersembunyi di situ.
Relung itu memang sengaja dibuat untuk tempat para pekerja berlindung apabila
ada kereta lewat. Julian berjongkok di dalam relung tua yang kotor itu. Ia
menunggu. Ia melirik jarum jam yang melilit pergelangan tangannya. Ia memerlukan
waktu dua puluh menit untuk sampai ke tempat itu. Mungkin beberapa menit lagi
kereta akan lewat. Dan tempatnya bersembunyi dekat sekali ke rel. Jadi artinya
kereta hantu akan lewat di depan hidungnya!
Seram rasanya menunggu dalam gelap menunggu kereta misterius tak bertuan dan
yang tahu-tahu muncul lalu menghilang kembali.
Julian terus menunggu. Sekali ia merasa seakan-akan mendengar bunyi gemuruh jauh
di dalam terowongan. Ia menahan napas. Ia yakin sebentar lagi kereta itu pasti
lewat. Tapi ternyata tidak! Julian menunggu selama setengah jam, tapi yang
ditunggunya tetap tidak muncul. Apakah yang terjadi dengan kereta itu" Kutunggu
saja sepuluh menit lagi, pikir Julian. Sudah itu aku pergi. Bosan rasanya
menunggu dalam terowongan gelap dan kotor, menunggu kereta yang tak munculmuncul! Mungkin kereta itu berniat tinggal malam ini di Pelataran Olly.
Setelah menunggu selama sepuluh menit lagi dengan - sia-sia, Julian keluar dari
terowongan. Ia kembali ke Pelataran Kilty, lalu menuju ke jalan yang merintis
padang. Ia ingin cepat-cepat mendatangi Dick yang ada di ujung terowongan
sebelah sana. Mestinya Dick menunggu di situ sampai ia kembali!
Ternyata Dick memang masih ada. Ia capek dan tidak sabar lagi menunggu. Begitu
melihat sorot cahaya terang sekilas dari senter Julian, dengan segera ia
membalasnya. "Lama sekali kau pergi," kata Dick menyesali abangnya. "Apa yang terjadi" Kereta
hantu tadi sudah lama masuk lagi ke terowongan. Cuma dua puluh menit saja mampir
di pelataran. "Masuk lagi ke terowongan!" seru Julian kaget. "Betul" Wah, tapi tidak keluar
dari ujungnya yang lain! Lama sekali aku menunggu di sana! Aku bahkan tak
mendengarnya - walau sekali kukira mendengar bunyi gemuruh samar-samar."
Kedua remaja itu terdiam karena heran dan bingung. Kereta macam apa itu - muncul
dari terowongan di tengah malam lalu masuk lagi, tapi tidak muncul di
seberangnya" "Kurasa jalan masuk ke terowongan yang lain seperti diceritakan pak tua
pengangkat barang pada kita benar-benar sudah ditembok," kata Julian kemudian
"sebab kalau tidak tentu saja kereta tadi bisa menyimpang ke sana!"
"Betul! Itulah penjelasan satu-satunya - jika kereta itu kereta sungguhan, dan
bukan kereta hantu," kata Dick. "Yah - saat ini kita tidak bisa menyelidik ke
dalam torowongan! Lebih baik siang hari saja melakukannya. Aku sudah capek!"
Julian juga sudah capek. Sambil membisu kedua remaja itu berjalan kembali ke
perkemahan. Mereka tersandung pada benang yang terentang di depan kemah mereka.
Keduanya lupa bahwa George memasang jebakan di situ. Lega rasanya ketika mereka
bisa menjulurkan tubuh dalam kantong tidur.
Benang yang terikat pada jempol kaki George tersentak dengan keras. George
terkejut lalu bangun. Timmy sudah lebih dulu bangun karena mendengar Dick dan
Julian pulang. George tak sempat berpakaian lengkap. Ia cepat-cepat keluar dari kantong tidur
lalu merangkak ke luar. Sekarang ia akan mengintip kedua saudara laki-lakinya
yang menyelinap pergi. Ia akan membuntuti!
Tapi George tak melihat atau mendengar kedua anak itu di luar. Karena itu ia
merangkak mendekati kemah mereka. Dick dan Julian tidur nyenyak. Tentu saja
karena capek setelah berkeliaran di tengah malam! Julian mendengkur sedang napas
Dick terdengar berat. George bingung. Tadi ada yang menyentakkan benang yang
terikat pada jempol kakinya. Jadi mestinya ada seseorang tersandung.
Setelah mendengarkan dengan diam-diam selama beberapa menit, akhirnya George
menyerah. Ia kembali ke kemahnya.
Keesokan paginya George marah-marah!
Julian dan Dick menceritakan pengalaman mereka malam sebelumnya. George benarbenar tidak bisa menerima bahwa kedua saudaranya itu pergi lagi tanpa
mengajaknya. Apalagi tanpa menyentuh benang yang direntangkan!
Dick tertawa ketika melihat wajah George.
"Maaf - tapi kami menemukan jebakanmu. Kami menghindarinya ketika pergi. Tapi
sewaktu kembali, kami lupa! Tentunya terasa sekali sentakannya! Pasti kau
mengikatkan benang itu ke jempol kakimu ya?"
Tampang George muram seperti awan mendung. Tampaknya ia ingin sekali melemparkan
hidangan sarapan yang ada di depannya ke muka Dick dan Julian. Untung saat itu
Jock datang. Ia tidak tersenyum cerah seperti biasanya. Tampangnya lesu.
"Hai, Jock!" sapa Julian. "Kau datang tepat pada waktunya. Yuk, sarapan bersama
kami!" "Wah, tak sempat," kata Jock. "Dengarkan - benar-benar sial! Aku disuruh
menginap selama dua minggu di rumah saudara perempuan ayah tiriku. Bayangkan,
dua minggu! Jika aku kembali nanti, kalian pasti sudah pergi dari sini."
"Betul! Tapi - kenapa kau mesti pergi, Jock?" tanya Dick heran. "Apakah ada
keributan di rumah?"
"Aku tak tahu," jawab Jock. "Ibu tak mau mengatakan Tapi wajahnya murung. Ayah
tiriku marah-marah. Aku merasa, karena salah satu alasan aku hendak disingkirkan
dari rumah. Aku tak begitu kenal saudara perempuan ayah tiriku, karena baru
sekali bertemu. Tapi orangnya jahat!"
"Yah - jika mereka menghendaki agar kau pergi dari rumah, kau bisa saja tinggal
di sini bersama kami," kata Dick. Ia merasa kasihan pada Jock. seketika itu juga
tampang Jock menjadi cerah kembali.
"Wah! Itu ide yang baik seka1i!" serunya bersemangat.
"Memang," kata Dick menyetujui. "Dan aku tak melihat alasan yang menyebabkan kau
tak bisa kemari. Mereka ingin menyingkirkanmu dari rumah - kalau begitu mereka
tak peduli ke mana kau pergi selama empat belas hari. Kami akan gembira sekali,
jika kau bisa kemari."
"Baiklah, aku kemari," kata Jock. "Tapi takkan kuceritakan pada ayah tiriku
tentang rencana ini. Pada ibuku tentu saja harus kuceritakan. Sebetulnya aku
akan diantarnya pergi hari ini. Kukatakan saja padanya, aku memilih kemari saja
dan bergabung dengan kalian. Kurasa aku takkan diadukan olehnya, sedang
persoalan dengan bibi tiriku mudah-mudahan akan bisa dibereskan oleh Ibu."
Jock sudah berseri-seri lagi. Keempat teman-temannya ikut gembira termasuk
George. Semua senang menyambut Jock sebagai tamu. Banyak sekali yang perlu
diceritakan padanya! Bahkan Timmy pun mengibas-ngibaskan ekor.
Sementara keempat remaja itu berbenah sehabis sarapan, Jock bergegas-gegas
pulang untuk menyampaikan kabar baik itu pada ibunya. Tapi George - ia mulai
merajuk lagi ketika Jock sudah pergi. Anak itu masih tetap belum bisa atau belum
mau menerima kenyataan bahwa Julian tak mau mengajaknya ikut!
Ketika mereka membicarakan kejadian-kejadian malam sebelumnya, George tak mau
ikut mendengarkan. "Aku tak mau peduli lagi dengan soal kereta api hantu konyol itu," katanya.
"Ketika aku berminat kalian tak mengizinkan aku ikut! Sekarang aku tak mau tahu
lagi!" George mengajak Timmy pergi. Ia tidak mengatakan mau ke mana.
"Ah - biar saja dia pergi," kata Julian jengkel. "Apa sebetulnya yang
diharapkannya" Aku disuruh mengalah dan mengizinkannya ikut kalau kita pergi
lagi?" "Kita kan bilang akan pergi siang hari," kata Dick. "Kan dia bisa saja ikutkarena jika Anne tidak mau ikut, tak ada salahnya dia sendirian di sini. Pada
siang hari takkan terjadi apa-apa terhadap dirinya."
"Betul juga katamu," kata Julian. "Kita panggil saja George dan mengatakan hal
itu padanya." Tapi sementara itu George sudah terlalu jauh, sehingga tak mungkin
masih bisa mendengar panggilan mereka.
"Dia membawa bekal roti" kata Anne. "Rupanya berniat pergi seharian. Memang aneh
anak itu!" Beberapa saat kemudian Jock kembali. Ia membawa dua lembar selimut, satu baju
kaus, serta bahan makanan.
"Sukar juga tadi membujuk Ibu," katanya. "Tapi akhirnya ia mengizinkan juga!
Kalau tadi dilarang, aku tetap saja kemari! Aku tak mau disuruh seenaknya ke
sana kemari oleh ayah tiriku, hanya karena sirik. Wah, asyik! Tak kusangka aku
akan bisa berkemah dengan kalian. Kalau tak ada tempat untukku di dalam tenda,
aku bisa saja tidur di rumput."
"Cukup tempat di dalam kemah," kata Julian. "Eh, Pak Luffy! Sudah bangun, Pak?"
Pak Luffy datang ke perkemahan mereka. Ia melihat Jock duduk di situ.
"Oh, ini rupanya teman kalian dari tempat pertanian ya! Apa kabar" Mau berkemah
di sini bersama kami" Kulihat kau membawa selimut."
"Ya, Pak. Jock akan ikut berkemah dengan kami!" kata Julian. "Lihatlah makanan
yang dibawanya sebagai bekal. Banyak sekali. Kalau saat ini kita dikepung musuh,
takkan mungkin mati kelaparan."
"Betul," kata Pak Luffy sambil tertawa. "Nah, pagi ini aku akan mengurus contohcontoh serangga yang berhasil kutangkap selama ini. Apa rencana kalian?"
"Ah, paling-paling cuma main-main sampai saat makan siang," kata Julian.
"Setelah itu kami ingin jalan-jalan sebentar."
Pak Luffy kembali ke perkemahan. Anak-anak mendengarnya bersiul-siul pelan
sambil berjalan. Tiba-tiba Jock kaget. Tampangnya seperti ketakutan.
"Ada apa?" tanya Dick. Kemudian ia mendengar sesuatu, yang rupanya sudah
terdengar lebih dulu oleh Jock. Terdengar siulan nyaring di kejauhan.
"Ayah tiriku meniup peluitnya," kata Jock. "Dia memanggilku Rupanya Ibu
bercerita juga padanya. Atau kalau tidak, dia berhasil mengetahui sendiri bahwa
aku kemari." "Cepat - kita sembunyi," kata Anne. "Jika kau tak ada di sini, tidak mungkin
bisa disuruhnya pulang! Ayo cepat. Kalau dia sudah bosan mencarimu, pasti akan
pergi dengan sendirinya."
Tak ada yang punya ide yang lebih baik. Dan juga tak ada yang ingin berhadapan
dengan Pak Andrews yang sedang marah. Karena itu semuanya bergegas menuruni
lereng, menuju tempat yang tinggi rumputnya. Mereka bersembunyi di balik semaksemak pakis. Tak lama kemudian terdengar suara Pak Andrews berteriak-teriak
memanggil Jock. Tapi tentu saja Jock tidak datang! Sambil mencari
Pak Andrews lewat di dekat kemah Pak Luffy.
Pak Luffy heran mendengar ribut-ribut di luar. Ia menjenguk ke luar tendanya. Ia
tak senang melihat tampang Pak Andrews.
"Mana Jock?" tanya Pak Andrews dengan muka masam.
"Aku benar-benar tak tahu," jawab Pak Luffy.
"Dia harus pulang," kata Pak Andrews dengan kasar. "Aku tak senang jika dia di
sini terus bersama anak-anak itu."
"Apa salah mereka?" tanya Pak Luffy. "Bagiku, mereka anak-anak yang tahu sopan
santun." Pak Andrews menatap laki-laki yang berdiri di depan tenda itu. Ia menyimpulkan
bahwa Pak Luffy cuma seorang tua yang tak tahu apa-apa. Tidak berbahaya. Mungkin
ia mau membantu menyuruh Jock pulang jika berhasil membujuknya dengan baik-baik.
"Begini sajalah," kata Pak Andrews kemudian. "Aku tak tahu siapa Anda - tapi
pasti teman anak-anak itu. Jika dugaanku benar, perlu kukatakan pada Anda bahwa
anak-anak itu terancam bahaya."
"0 ya" Bahaya apa?" tanya Pak Luffy ragu.
"Begini! Di daerah padang belantara ini ada yang berbahaya" kata Pak Andrews.
"Bahkan sangat berbahaya. Aku mengenal tempat-tempat itu. Dan anak-anak itu
bermain-main di situ. Begitulah duduk perkaranya! Jika Jock datang kemari, dia
pasti ikut-ikutan ke sana. Aku tak mau melihatnya terjerumus ke dalam bencana.
Ibunya pasti sedih jika hal itu sampai terjadi."
"Tentu," kata Pak Luffy.
"Yah - jadi maukah Anda bicara dengan Jock dan menyuruhnya pulang?" tanya Pak
Andrews lagi. "Pelataran kereta api itu sangat berbahaya. Kata orang di sana ada
kereta api hantu. Aku tak ingin Jock ikut-ikut terlibat dalam hal-hal seperti
itu." "Tentu" kata Pak Luffy lagi. Ia memperhatikan Pak Andrews dengan saksama. " Anda
kelihatannya sangat prihatin tentang - eh - pelataran itu."
"Aku" Prihatin" Ah tidak!" kata Pak Andrews. "Aku belum pernah datang ke tempat
angker itu. Aku tak ingin melihat kereta hantu. Pasti aku lari pontang-panting
jika melihatnya! Aku cuma tak mau Jock sampai menghadapi bahaya. Aku akan sangat
berterima kasih jika Anda mau membujuk anak itu agar pulang, kalau mereka nanti
kembali." "Tentu," kata Pak Luffy sekali lagi. Tentu, tentu, tentu! Benar-benar
menjengkelkan. Pak Andrews menatap wajah Pak Luffy yang polos. Ingin rasanya
menampar muka konyol itu. Hhh! Tentu, tentu, tentu! Hhh!
Pak Andrews berpaling lalu pergi dari situ. Ketika ia sudah jauh sekali, Pak
Luffy berseru keras-keras,
"Dia sudah pergi! Suruh Jock kemari supaya aku bisa -eh - bisa menasihatinya."
Keempat remaja itu muncul dari tempat persembunyian mereka di balik semak. Jock
datang mendekat dengan sikap melawan.
"Aku cuma mau mengatakan bahwa aku bisa mengerti alasanmu menjauhkan diri dari
ayah tirimu," ujar Pak Luffy. "Dan kurasa bukan urusanku ke mana kau pergi untuk
menghindarkan diri darinya!" Jock meringis gembira.
"Terima kasih, Pak!" katanya. "Tadi kukira akan disuruh pulang!" Ia bergegas
mendatangi teman-temannya. "Beres - aku bisa tetap di sini," katanya. "He!
Bagaimana jika nanti sesudah makan siang kita memeriksa terowongan itu" Mungkin
saja bisa menemukan kereta hantu di dalamnya!"
"Setuju!" kata Julian. "Kita ke sana nanti! Kasihan George - dalam pengalaman
kecil ini pun dia tidak ikut!"
15. Pengalaman George GEORGE pergi dengan tekad bulat. Ia hendak mengadakan penyelidikan sendiri
tentang terowongan misterius itu! Ia bermaksud hendak pergi lewat padang
belantara ke Pelataran Kilty, lalu memeriksa di situ. Mungkin pula dalam
perjalanan pulang ia akan lewat dalam terowongan.
Tak lama kemudian ia tiba di Pelataran Olly. Tempat itu terbentang di bawahnya.
Pak Sam Kaki Kayu tampak sedang sibuk. George turun ke bawah. Maksudnya hendak
bicara sebentar dengan orang tua itu. Pak Sam tak mendengar George datang.
Karenanya ia sangat kaget ketika tiba-tiba disapa.
Pak Sam berpaling dengan cepat. Matanya menyipit menatap George. "Ayo pergi!"
teriaknya. "Aku disuruh mengusir jika kalian datang lagi! Kau ingin aku
kehilangan pekerjaan?"
"Siapa yang menyuruh Anda mengusir kami?" tanya George. Ia heran, siapa yang
tahu bahwa mereka pergi ke pelataran itu"
"Dia yang bilang," kata pak tua itu. Ia menggosok-gosok mata, lalu menatap
George lagi dengan mata terpicing. "Kacamataku pecah," katanya.
"Siapa yang Anda maksud dengan dia - orang yang menyuruh agar kami harus
diusir?" tanya George lagi.
Tapi penjaga tua itu tampaknya tiba-tiba berubah pikiran. Ia membungkuk memungut
sebongkah batubara. Ketika hendak melemparkannya ke arah George, tiba-tiba Timmy
menggeram dengan keras. Pak Sam tidak jadi melempar.
"Ayo pergi," katanya. "Kau ingin melihat orang tua seperti aku ini mengalami
kesulitan ya! Kelihatannya kau pemuda yang baik hati. Kau kan tak mau membuat
Pak Sam Kaki Kayu mengalami kesulitan?"
George berpaling, lalu pergi. Ia memutuskan untuk pergi saja ke terowongan lalu
mengintip ke dalam. Tapi ketika ia melakukannya, tak ada yang tampak. George
enggan berjalan seorang diri dalam lubang gelap itu. Karenanya ia mengambil
jalan yang dilalui Julian malam sebelumnya, yaitu lewat sebelah atas terowongan.
Tapi di tengah jalan George menyimpang. Ia mendatangi sebuah busut aneh yang
menonjol ke luar di tengah rumput dan semak.
Ia mengorek-ngorek rumput yang menutupi. Ternyata di bawahnya ada sesuatu yang
terasa keras. George menarik-nariknya. Tapi tidak bisa. Timmy menyangka George
sedang menggali-gali karena hendak mencari kelinci. Segera saja anjing itu
datang menolong. Dengan gesit ia mengorek tanah di situ. Tapi tiba-tiba Timmy
mendengking ketakutan, dan - lenyap!
"Timmy!" jerit George. "Apa yang terjadi" Di mana kau?" Ia merasa agak lega
ketika mendengar gonggongan anjing kesayangannya itu. Tapi jauh di bawah! Di
manakah Timmy berada" George memanggil sekali lagi, lalu sekali lagi. Timmy
menjawab dengan gonggongan.
George mencabut-cabut rumput di sekitar tempat itu. Tiba-tiba ia sadar apa
sebenarnya busut yang tampak aneh itu. Lubang hawa terowongan! Dari situlah asap
lokomatif mengepul ke luar, ketika kereta-kereta sering lewat dalam terowongan
yang di bawah. Lubang itu dulunya diberi perintang terali besi. Tapi teralinya
sudah berkarat dan runtuh ke bawah, lalu lubangnya tertutup oleh rumput yang
tumbuh subur di atasnya. "Wah, Tim! Kau rupanya jatuh ke dalam lubang hawa," kata George cemas. "Tapi tak
begitu dalam rupanya! Tunggu saja di situ, aku akan mencari akal untuk
menolongmu. Sayang saudara-saudaraku tak ada di sini!"
George terpaksa bekerja sendiri. Ia mencoba menyusup ke bawah untuk mencapai
terali yang sudah rusak dan patah-patah. Setelah bersusah payah mencoba,
akhirnya ia berhasil juga membuka lubang itu. Dilihatnya tempat Timmy jatuh.
Lima Sekawan 7 Memburu Kereta Api Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Anjing itu menggonggong-gonggong. Pendek-pendek bunyinya, seolah-olah hendak
mengatakan, "Aku bisa menunggu! Tenang saja, aku tidak cedera!"
George harus duduk sebentar untuk beristirahat setelah bekerja keras. Ia juga
merasa lapar. Tapi ia bertekad tidak akan makan sebelum bisa turun ke bawah
untuk mencapai Timmy dan melihat di mana sebenarnya anjingnya itu jatuh. Setelah
istirahat sebentar, George bekerja lagi.
Ia turun lewat lubang hawa yang sudah rusak. Hal itu tidak begitu mudah
dilakukan olehnya. Ia sudah ngeri saja jangan-jangan batang-batang terali besi
yang sudah berkarat itu patah karena tak kuat menahan berat badannya. Tapi
untung saja tidak! Begitu sudah masuk ke dalam lubang itu ia melihat di situ ada injak-injakan yang
berupa pasak-pasak besi besar yang menonjol ke luar. Rupanya itu bekas tangga,
yang dulunya sampai ke bagian atas lubang. Kebanyakan anak tangganya sudah tidak
ada lagi. Tapi pasak-pasaknya masih terbenam dalam tembok lubang hawa yang
berbentuk silinder itu. George mendengar Timmy menggonggong. Kedengarannya sudah dekat sekali. Dengan
hati-hati George menuruni lubang. Kemudian kakinya menyentuh Timmy. Rupanya
Timmy terjatuh ke atas sebuah terali besi yang patah. Terali itu tersangkut pada
anak tangga yang terbuat dari besi. Ke atas landasan kasar itulah Timmy
terjatuh. "Aduh, Timmy," keluh George. "Bagaimana caraku menolongmu keluar dari sini"
Lubang ini menembus ke bawah, sampai ke terowongan."
Tak mungkin ia bisa menarik Timmy ke atas keluar dari lubang itu. Dan ia juga
tak dapat turun lewat tangga besi, apalagi karena begitu banyak anak tangga yang
sudah tidak ada lagi. George bingung
"Aduh, Timmy! Apa sebabnya aku tadi naik darah lalu meninggalkan teman-teman dan
pergi mengadakan penyelidikan seorang diri" Awas, jangan sampai jatuh, Tim.
Patah kakimu nanti."
Timmy sama sekali tak mau jatuh. Anjing itu ketakutan. Tapi landasan tempatnya
berbaring saat itu rasanya cukup teguh. Timmy diam berbaring di situ.
"Dengar, Tim," kata George akhirnya. "Satu-satunya kemungkinan yang kulihat
hanyalah mencoba turun ke bawah, lalu melihat berapa tepatnya dalam terowongan
itu sendiri. Mungkin saja ada orang yang bisa menolong. Ah, mana mungkin! Tapi
bisa saja di situ aku menemukan seutas tali - atau apa saja, yang bisa kupakai
untuk menolongmu turun. Aduh, seram sekali pengalaman ini!"
George menepuk-nepuk kepala Timmy untuk menenangkannya. Setelah itu ia merabaraba dengan kakinya ke arah anak tangga yang di bawah. Ternyata di sini masih
lengkap, sehingga mudah bagi George untuk turun semakin ke bawah. Tak lama
kemudian ia sudah berada dalam terowongan. Dinyalakannya senter yang kebetulan
dibawanya. Detik berikutnya nyaris saja ia berteriak - karena ngeri!
Di dekatnya ada kereta api! Kalau ia mengulurkan lengan, pasti akan tersentuh
olehnya. Apakah itu - mungkinkah itu kereta hantu"
George memandangnya, sementara napasnya kedengaran memburu. Kereta api itu
kelihatan sudah tua sekali. Sudah usang! Ukurannya lebih kecil daripada kereta
api yang lazim saat itu. Lokomotifnya lebih kecil - begitu pula gerbonggerbongnya. Cerobong asapnya lebih tinggi, dan rodanya juga berlainan dengan
yang biasa tampak pada kereta-kereta api zaman sekarang. Pikiran George kacau.
Ia cuma bisa menatap kereta api yang sedang berhenti itu, sambil mengarahkan
sinar senternya ke situ. Ia benar-benar bingung!
Pasti itulah kereta api hantu! Datangnya semalam dari terowongan ini, lalu masuk
lagi ke dalamnya. Tapi tidak muncul di ujung terowongan yang terdapat di bagian
Pelataran Kilty. Julian menjaga di sana, dan katanya kereta api itu tidak
muncul-muncul. Tidak! Kereta api itu berjalan sampai kemari, ke tengah-tengah
terowongan yang gelap! Dan itulah keretanya. Menunggu malam, saat ia akan
berjalan lagi. George merinding. Kereta api itu berasal dari zaman dulu. Siapakah yang
menjalankannya pada malam hari" Adakah yang menjalankannya" Atau meluncur
sendiri, tanpa masinis - sambil mengenang masa lampau" Ah tak mungkin! Kereta
api tidak bisa berpikir atau mengingat-ingat. George memaksa dirinya untuk sadar
kembali. Kemudian ia teringat pada Timmy.
Tapi tepat pada saat itu Timmy terpeleset dari terali besi, lalu jatuh ke bawah
Tadi ia agak menjulurkan kepala karena ingin tahu di mana George berada. Kakinya
terpelesetdan kini ia terperosok ke dalam lubang!
Timmy melolong. Ia terbentur ke anak tangga besi. Jatuhnya tertahan sesaat. Tapi setelah itu
meluncur lagi ke bawah. Kakinya meronta-ronta, berusaha mencari pegangan untuk
menyelamatkan diri. George mendengar Timny melolong seketika itu juga ia tahu, anjingnya terjatuh.
Ia begitu kaget dan ketakutan, sehingga hanya bisa terpaku di tempatnya. Ia
tegak seperti patung di sebelah bawah lubang hawa, tanpa menarik napas.
Timmy jatuh berdebam di sisinya. Napasnya terdorong ke luar, terdengar suara
mengerang. Dalam sekejap mata George sudah berlutut di sampingnya.
"Tim! Kau tidak apa-apa, Tim" Kau masih hidup" Aduh, Tim - bersuaralah sedikit!"
Tim menggonggong pelan, lalu berdiri dengan kaki goyah. Ternyata ia jatuh di
atas setumpuk jelaga yang empuk. Jelaga yang berasal dari asap kereta selama
bertahun-tahun menempel ke dinding lubang hawa, lalu terdorong angin jatuh ke
bawah. Begitu terus bertahun-tahun, sehingga tumpukan yang ada di situ menjadi
tinggi. Dan Timmy jatuh tepat ke atasnya, nyaris terbenam di situ. Timmy
mengguncang-guncangkan tubuh dengan keras, sehingga jelaga berhamburan mengotori
George. Tapi George tak menyadarinya. Kalau tahu pun ia takkan peduli. Pokoknya Timmy
selamat. Itulah yang terpenting baginya. Anjing Itu dipeluknya sehingga muka dan
bajunya menjadi hitam seperti arang! George meraba-raba di sekitar situ, sampai
tersentuh olehnya tumpukan empuk yang menahan tubuh Timmy ketika jatuh dan
menyelamatkan nyawanya. "Jelaga! Aku tadi turun di sisi lubang, jadi tak tahu di sini ada tumpukan
jelaga! Aduh, mujur nasibmu, Tim! Kukira kau mati-atau setidak-tidaknya luka
parah," kata George. Kemudian ia bangkit. Ia tak mau memanjat naik lewat lubang
yang menyeramkan tadi. Lagi pula Timmy juga tidak bisa memanjat! Satu-satunya
kemungkinan lain adalah keluar lewat terowongan. Tadinya ia tak mau berjalan
lewat situ, karena takut berpapasan dengan kereta hantu. Tapi kereta yang
ditakutinya itu sekarang ada di dekatnya. Ia begitu cemas memikirkan Timmy,
sehingga tak teringat lagi pada kereta itu
Timmy menuju ke lokomotif lalu mendumdum rodanya. Setelah itu ia meloncat naik
ke kabin masinis. Melihat perbuatan Tim, rasa takut George lenyap seketika. Jika
Timmy bisa naik ke atas kereta hantu, maka tak mungkin ia perlu merasa takut!
George memutuskan untuk memeriksa gerbong-gerbong. Gerbong-gerbong itu ada empat
buah. Sebetulnya bukan gerbong tapi gerobak yang bertutup. Sambil menyorotkan.
senternya, George naik ke salah satu gerobak itu. Timmy ditariknya ke atas. Ia
sudah menyangka bahwa gerobak itu pasti kosong. Isinya sudah dibongkar bertahuntahun yang silam, oleh para pekerja yang sudah lama . tidak ada lagi.
Karena itu ia sangat tercengang ketika melihat gerobak yang dinaikinya itu penuh
dengan peti-peti! Untuk apa kereta api mondar-mandir sambil membawa peti-peti"
Disorotkannya senter ke salah satu peti itu- lalu cepat-cepat dipadamkannya
lagi. Didengarnya bunyi datang dari arah terowongan. Dengan cepat George merunduk
sambil memegang kalung leher Timmy. George menajamkan telinga. Timmy ikut
mendengarkan, sementara bulu tengkuknya berdiri.
Yang terdengar tadi bunyi berdentang-dentang. Disusul bunyi keras. Sekonyongkonyong tempat itu terang benderang! Ada lampu besar yang dinyalakan dengan
tiba-tiba! Cahaya terang itu berasal dari sebuah lampu besar yang terdapat di sebelah
pinggir terowongan. Dengan hati-hati George mengintip lewat sebuah celah pada
dinding gerobak barang. Ketika itu dilihatnya bahwa ia sedang berada di tempat
terowongan bercabang. Cabang terowongan yang satu menuju ke Pelataran Kilty.
Tapi bukankah cabang satu lagi ditembok sehingga tak bisa dilalui lagi" George
mengikuti jalur rel di situ dengan matanya.
Rel yang sepasang masuk ke terowongan yang menuju ke Pelataran Kilty, sedang
yang sepasang lagi mengarah lurus ke sebuah tembok tinggi. Tembok itu menutupi
lubang terowongan kedua, yang dulu menuju ke Pelataran Roker.
"Betul, sudah ditembok rapat - seperti yang dikatakan oleh pengangkat barang
yang tua di stasiun itu pada Julian," kata George pada dirinya sendiri. Tapi
saat berikutnya ia melongo. Ia tercengang sedang tangannya memegang sisi gerobak
erat-erat. Di depan matanya, sebagian dari tembok yang menutup lubang terowongan pelanpelan terbuka. Makin lama makin lebar, sehingga akhirnya di tengah tembok tebal
itu menganga sebuah lubang besar yang aneh bentuknya.
Lebarnya kira-kira pas untuk dilewati kereta api. George tersentak. Apakah yang
akan terjadi sekarang"
Seorang laki-laki muncul dari lubang itu. George merasa yakin pernah melihatnya.
Tapi di mana" Orang itu naik ke kabin lokomotif. Dari arah depan terdengar
bermacam-macam suara. Apa yang sedang dikerjakan orang yang di depan itu.
Mungkinkah sedang menyalakan api di bawah ketel uap, untuk menjalankan kereta
api" George tak berani melongokkan kepala ke- luar. Tubuhnya gemetar. Timmy
merapatkan diri untuk membesarkan hati tuannya.
Kemudian terdengar bunyi lain. Bunyi uap mendesis. Rupanya orang tadi mulai
menggerakkan kereta api. Asap mulai mengepul dari cerobong lokomotif. Terdengar
bermacam-macam bunyi lagi, kini bercampur suara-suara berdentang dan
gemerincing. Tiba-tiba terlintas dalam benak George - jangan-jangan orang itu hendak
memasukkan kereta api ke dalam terowongan di balik tembok, lewat lubang yang
menganga di tengah-tengahnya! Lalu, jika lubang itu ditutup kembali, George akan
terkurung di dalamnya! Kalau sudah berada dalam terowongan di balik tembok itu,
ia takkan bisa melarikan diri lagi!
Aku harus pergi, sebelum terlambat! pikir George. Ia panik. Mudah-mudahan saja
laki-laki itu tak melihatku!
Baru saja George hendak meloncat turun, ketika terdengar bunyi "jes-jes", dan
kereta itu mulai mundur. Bergerak ke luar sebentar, lalu maju lagi. Kini rodarodanya mengikuti sepasang rel yang menuju terowongan yang satu lagi. Lubang di
tengah tembok yang menganga di depan, kini tampak jelas.
George tak berani meloncat turun dari kereta yang sedang berjalan itu. Karena
itu ia hanya merunduk saja, sementara kereta meluncur dengan cepat ke arah
tembok yang menghadang di hadapannya. Lubang di tengahnya kelihatan pas sekali
untuk dilewati kereta! Rupanya memang sengaja dibuat untuk keperluan itu, pikir
George sementara kereta masuk lewat lubang.
Kereta itu masuk ke terowongan yang satu lagi. Tempat di situ pun terang
benderang. George mengintip ke luar lewat celah. Rupanya yang ada di situ bukan
terowongan saja. Di sisi kiri-kanannya ada rongga besar rupanya seperti gua yang
luas. Beberapa laki-laki tampak berkeliaran di situ. Siapakah mereka, dan apakah
keperluan mereka dengan kereta api yang sudah usang itu"
Di belakang kereta terdengar bunyi-bunyi aneh. Rupanya lubang di tengah tembok
tebal ditutup lagi! Sekarang tak ada lagi jalan keluar. seperti gua ajaib dalam
kisah Ali Baba, pikir George. Dan seperti Ali Baba dalam dongeng itu, aku pun
kini terkurung dalam gua! Aku tak tahu jalan pergi ke luar! Untung Timmy ada di
sampingku! Sementara itu kereta api berhenti. Di belakangnya ada tembok batu bata. Kemudian
George melihat bahwa di depan juga ada tembok. terbuat dari batu bata! Rupanya
terowongan ini disumbat pada dua tempat - dan di tengah-tengahnya terdapat
rongga gua yang luas. George sampai pusing memikirkan makna tempat yang aneh
itu. Tapi ia tak menemukan jawabannya.
"Nah! Apa kata anak-anak jika mengetahui bahwa saat ini kita berada dalam kereta
hantu yang tersembunyi di suatu tempat yang tak mungkin bisa ditemukan orang?"
bisik George pada Timmy. "Apa yang harus kita lakukan sekarang, Tim?"
Timmy mengibaskan ekor dengan hati-hati. Ia tak tahu apa yang sedang terjadi.
sebaiknya menunggu dulu perkembangan selanjutnya.
"Kita menunggu dulu sampai orang-orang itu pergi, Tim!" bisik George lagi. "Itu
pun kalau mereka pergi! Kemudian kita ke luar dan berusaha mencari pintu rahasia
tadi lalu keluar. Kurasa semua ini perlu kita ceritakan pada Pak Luffy. Ada
sesuatu yang aneh dan misterius tentang persoalan ini dan kita masuk tepat ke
tengah-tengahnya!" 16. Di Dalam Terowongan Lagi
JOCK merasa senang di perkemahan. Ia ikut piknik dengan teman-temannya, dan juga
makan selahap mereka. Pak Luffy menggabungkan diri. Jock memandang ke arahnya
dengan wajah berseri-seri. Menurut perasaannya, Pak Luffy benar-benar sahabat
sejati. "Mana George?" tanya Pak Luffy.
"Pergi seorang diri," jawab Julian.
"Mungkinkah kalian tadi bertengkar?" tanya Pak Luffy lagi.
"Ya, sedikit," kata Julian. "Kita harus membiarkan George sendirian, sampai rasa
kesalnya lenyap. Dia memang begitu adatnya, Pak."
"Ke manakah dia pergi?" tanya Pak Luffy sambil mengambil sebuah tomat. "Apa
sebabnya sampai saat makan siang ini belum pulang juga ?"
"Dia tadi pergi membawa bekal," kata Anne. "Walaupun begitu, aku agak cemas
juga. Mudah-mudahan George tak apa-apa."
Pak Luffy juga agak cemas. "Aku pun agak khawatir," katanya. "Tapi kan ada
Timmy." "Kami akan pergi melihat-lihat daerah sekitar sini sebentar, Pak," kata Julian
setelah semua selesai makan. "Anda sendiri, apa yang akan dikerjakan siang ini?"
Jawaban Pak Luffy sama sekali tak diduga-duga.
"Aku kepingin ikut dengan kalian," katanya.
Anak-anak merasa kecewa. Jika Pak Luffy ikut, tak enak rasanya pergi menyelidiki
kereta api hantu dalam terowongan. Ini kan petualangan mereka sendiri, tanpa
orang dewasa! "Ah - kurasa takkan begitu menarik bagi Anda, Pak," kata Julian. Alasannya itu
sebenarnya lemah, tapi Pak Luffy langsung mengerti bahwa kehadirannya bersama
mereka tak diingini sore itu.
"Baiklah," katanya. "Kalau begitu aku akan di sini saja."
Anak-anak mengembuskan napas lega. Anne membenahi bekas-bekas makan siang,
dibantu oleh Jock. Kemudian mereka berangkat berempat sambil membawa bekal
sebagai teman minum teh nanti.
Jock sangat bergairah. Ia gembira sekali karena bisa bersama teman-temannya.
Tidak henti-hentinya ia membayangkan tidur di kemah malam itu. Pasti akan
mengasyikkan! Pak Luffy benar-benar baik hati. Mau memihak kepadanya, ketika ia
menghadapi ayah tirinya! Jock berjalan melonjak-lonjak, seiring dengan teman-temannya yang menuju
pelataran kereta api yang tak terpakai lagi. Seperti biasa, Pak Sam Kaki Kayu
sedang bekerja di situ. Keempat remaja itu melambai-lambaikan tangan, tapi tak
dibalas olehnya. Ia bahkan mengacungkan kepalan tinju sambil berusaha berteriak
dengan suaranya yang parau.
" Ayo pergi dari sini! Dilarang masuk ke tempat ini! Jangan berani turun kemari.
Kukejar kalian nanti!"
"Yah - kalau begitu lebih baik kita jangan turun saja," kata Dick sambil
nyengir. "Kasihan pak tua itu - mengira akan bisa mengejar kita dengan kaki
kayunya! Tak mungkin bisa terkejar! Kita berjalan saja di sebelah sini lalu
nanti turun ke rel di sana lalu menyusurinya sampai ke terowongan."
Dan hal itu mereka lakukan. Pak Sam jengkel sekali melihatnya. Ia menjerit-jerit
sampai suaranya habis. Tapi anak-anak tak memedulikannya. Dengan cepat mereka
melangkah sepanjang rel. Lubang terowongan tampak bundar dan gelap ketika mereka
sudah dekat ke situ. "Sekarang kita memasuki terowongan ini," kata Julian. "Kita cari kereta hantu
yang muncul dari sini malam itu. Kalau tidak keluar dari ujung sebelah sana,
mestinya ada di tengah terowongan"
"Tapi kalau yang kalian lihat itu betul-betul kereta hantu, bisa saja tiba-tiba
lenyap," kata Anne. Ia ngeri melihat lubang terowongan yang gelap itu. Ketiga
anak laki-laki yang bersamanya tertawa semua.
"Tak mungkin lenyap begitu saja," kata Dick. "Kita nanti pasti akan berjumpa
dengannya, lalu kita periksa dengan saksama. Kita akan mengetahui dengan pasti
kereta apa itu sebenarnya, dan apa sebabnya muncul dan kemudian pergi lagi
secara misterius." Setelah masuk ke dalam terowongan mereka menyalakan senter. Mereka berjalan di
tengah-tengah rel. Julian paling depan. Ia menyipitkan mata menatap ke depan,
mencari-cari bentuk yang seperti kereta api.
Rel yang mereka ikuti memanjang terus semakin dalam. Suara mereka ketika
berbicara terdengar aneh dan menggema dalam terowongan yang panjang itu. Anne
merapatkan diri pada Dick. Ia agak menyesal, kenapa tadi ikut. Tapi kemudian
teringat olehnya bahwa George mengatakan ia penakut. Anne segera membulatkan
tekad untuk tidak menampakkan rasa takutnya pada orang lain.
Jock tak henti-hentinya bicara. "Seumur hidupku, aku belum pernah punya
pengalaman seperti ini. Ini baru petualangan namanya - berburu kereta hantu
dalam terowongan gelap. Hih, seram rasanya! Mudah-mudahan kita menemukan kereta
Lima Sekawan 7 Memburu Kereta Api Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
api itu. Harusnya ada di tempat ini, tak bisa tidak!"
Mereka berjalan terus, tapi kereta itu masih belum kelihatan juga. Akhirnya
mereka sampai ke persimpangan rel. Rel yang menyimpang di situ menuju terowongan
lain yang dulu menembus bukit sampai ke Lembah Roker.
Julian menyorotkan senternya ke tembok besar yang menyumbat lubang terowongan
itu. "Ya, ternyata memang disumbat dengan tembok bata," katanya. "Jadi tinggal
terowongan ini saja yang masih bisa kita periksa. Yuk, kita meneruskan
penyelidikan!" Mereka berjalan lagi. Keempatnya tak menduga bahwa saat itu George dan Timmy ada
di batik tembok itu, bersembunyi dalam salah satu gerobak kereta hantu itu
sendiri! Mereka berjalan terus menyusuri rel. Tapi tak ada hal-hal menarik yang
bisa mereka temukan. Akhirnya mereka melihat cahaya terang agak jauh di depan.
"Kalian lihat cahaya terang itu?" tanya Julian. "Itu pasti ujung terowongan dekat Pelataran Kilty. Nah! Jika kereta yang kita cari tak ada antara tempat ini
dan Pelataran Kilty, berarti kereta itu ternyata memang sungguh-sungguh lenyap
begitu saja!" Mereka menyusuri sisa terowongan sambil membisu. Kemudian muncul di tempat
terbuka lagi. Mereka sampai di Pelataran Kilty. Di mana-mana tampak bengkel.
Lubang masuk ke terowongan tak terurus lagi, penuh dengan semak belukar. Di
sela-sela rel pun tampak rumput dan semak.
"Sejak bertahun-tahun yang lalu tak ada lagi kereta keluar dari lubang
terowongan ini," kata Julian sambil memperlihatkan tanaman liar yang tumbuh di
situ. "Semak-semak ini pasti hancur dilindas roda-roda kereta. Tapi ternyata
tidak!" "Luar biasa," kata Dick bingung. "Kita sudah menyusuri terowongan dari ujung ke
ujung, dan tak menemukan sebuah kereta pun. Tapi kita tahu pasti, ada kereta
keluar lalu masuk lagi ke terowongan ini. Apa yang terjadi dengan kereta itu?"
"Hih! Aku ngeri membayangkannya," kata Anne sambil bergidik.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Julian. "Kelihatannya kita
menghadapi jalan buntu. Tak ada kereta - tak ada apa-apa yang bisa dilihat - dan
terowongan kosong melompong! Petualangan yang akhirnya mengecewakan."
"Kita kembali saja lagi menyusuri terowongan," kata Jock. Ia ingin menikmati
petualangan itu selama mungkin "Aku tahu kita akan tetap tidak menemukan kereta
aneh itu, tapi mana tahu saja!"
"Aku tak mau kembali lewat terowongan lagi," kata Anne. "Aku ingin berjalan di
bawah sinar matahari. Aku melintas saja di atas, lewat jalan yang diambil Julian
malam itu! Kalian bertiga bisa berjalan lewat sini. Kita bertemu lagi nanti di
ujung sebelah sana."
"Baiklah" kata Julian. Ketiga anak laki-laki itu menghilang dalam terowongan
yang gelap. Sedang Anne berlari-lari lewat jalan kecil yang melintas di atas
bukit yang menaungi terowongan. Enak rasanya berada di tengah udara segar. Kalau
dalam terowongan, seram! Anne berlari dengan riang. Ia merasa lega bisa
merasakan kehangatan cahaya matahari.
Dengan cepat ia sudah sampai di ujung terowongan yang lain. Ia duduk di tepi
jalan yang menghadap ke pelataran. Maksudnya hendak menunggu yang lain-lain di
situ. Ia mencari-cari Pak Sam Kaki Kayu dengan matanya. Tapi orang tua itu tak
tampak di mana-mana. Mungkin sedang berada di dalam pondoknya!
Belum sampai dua menit Anne duduk di situ, ketika tiba-tiba terjadi sesuatu yang
tak disangka-sangka. Sebuah mobil datang melewati jalan yang tidak rata menuju
pelataran! Anne memperhatikan mobil itu dengan saksama. Seorang laki-laki keluar dari mobil
dan seketika itu juga mata Anne terbelalak keheranan. Lho, itu kan - betul,
orang yang baru datang itu Pak Andrews, ayah tiri Jock!
Ia berjalan ke pondok Pak Sam, lalu langsung membuka pintu. Sejenak terdengar
suara orang berbicara. Kemudian terdengar bunyi lain - bunyi truk yang berat.
Anne melihat kendaraan itu merayap dengan hati-hati - menuruni jalan yang terjal
dan tidak rata. Terus ke arah sebuah gudang yang sudah bobrok, lalu berhenti di
depannya. Tiga orang laki-laki keluar dari dalam mobil itu. Anne menatap mereka.
Di manakah ia pernah melihat mereka "
Ah ya, tentu saja! Bukankah mereka itu para pekerja di pertanian Bu Andrews"
pikirnya. Tapi apa yang mereka lakukan di sini" Benar-benar aneh!
Pak Andrews menghampiri ketiga orang itu. Anne kaget dan takut sekali ketika
melihat orang-orang itu berjalan menuju terowongan. Jantung Anne nyaris berhenti
karena kaget. Astaga! Julian, Dick, dan Jock masih berada di dalam terowongan.
Mereka bahkan berjalan kemari! Pasti nanti akan berjumpa dengan Pak Andrews
beserta anak buahnya. Lalu apakah yang akan terjadi kemudian" Pak Andrews sudah
memperingatkan mereka supaya jangan ke situ. Sedang Jock juga dilarangnya!
Anne sibuk berpikir sambil memandang keempat laki-laki yang sedang berjalan
memasuki terowongan. Apa yang harus dilakukannya sekarang" Bagaimana ia bisa
memberitahu ketiga anak laki-laki yang sedang ada di dalam"
Tidak - tak ada jalan baginya! Ia hanya bisa duduk di situ, menunggu mereka
keluar. Mungkin mereka akan dikejar oleh Pak Andrews dan ketiga laki-laki itu.
Pasti mereka akan marah-marah! Aduh - jika sampai tertangkap, pasti akan
dipukul! Apa yang bisa ia lakukan"
Aku hanya bisa menunggu, pikir Anne yang malang. "Tak ada yang bisa kulakukan
selain menunggu." Anne menunggu terus. Sementara itu saat minum teh sudah lama lewat. Julian yang
membawa bekal, hingga tak ada yang bisa dimakan oleh Anne. Dan tak ada orang
yang muncul dari lubang terowongan. Juga tak terdengar bunyi apa-apa dari dalam.
Akhirnya Anne memutuskan untuk turun saja ke pelataran dan bertanya pada Pak
Sam. Dengan takut-takut anak itu pergi ke pelataran.
Pak Sam sedang duduk di dalam pondoknya sambil minum susu cokelat. Tampangnya
masam sekali. Rupanya ada sesuatu yang tidak beres. Ketika melihat bayangan Anne
berdiri di ambang pintu, orang tua itu langsung berdiri sambil mengacungacungkan tinju. "Apa" Kalian datang lagi" Bukankah kalian masuk ke terowongan tadi siang hingga
aku terpaksa menelepon Pak Andrews untuk datang menangkap kalian semua"
Bagaimana caramu bisa keluar dari terowongan" Apakah yang lain-lain ada
bersamamu" Rupanya Pak Andrews tidak berhasil menangkapmu ya?"
Anne mendengarkan ocehan Pak Sam dengan ketakutan. Rupanya orang tua itu
menelepon Pak Andrews dan menceritakan macam-macam tentang mereka hingga kini
ayah tiri Jock datang bersama anak buahnya untuk menyergap mereka. Wah,
persoalan jadi semakin gawat sekarang!
"Ayo, masuk kemari!" kata Pak Sam tiba-tiba. Tangannya terjulur hendak menangkap
Anne. "Ayo kemari! Aku tak tahu di mana teman-temanmu sekarang - tapi satu di
antara kalian pasti akan berhasil kutangkap!"
Anne menjerit ketakutan. Ia lari secepat-cepatnya. Pak Sam berusaha mengejarnya.
Tapi hanya mampu beberapa langkah saja. Setelah itu ia berhenti. Pak tua itu
membungkuk mengambil segenggam arang batubara lalu melemparnya ke arah Anne.
Anak itu semakin mempercepat larinya.
Anne naik ke lereng bukit. Tak lama kemudian ia sudah berada di padang belantara
lagi, lari terengah-engah sambil menangis ketakutan.
"Julian! Dick! Apakah yang terjadi dengan kalian" Aduh, di mana George sekarang"
Kenapa dia tidak pulang-pulang" Kalau dia pasti cukup berani mencari kedua
abangku - tapi aku takut. Aku harus lapor pada Pak Luffy. Dia pasti tahu apa
yang harus dilakukan!"
Anne terus berlari, kakinya tersandung-sandung karena terhalang rumput tebal.
Berulang kali ia terjatuh, lalu bangun dan lari lagi. Tujuannya saat itu cuma
satu - mencari Pak Luffy dan menceritakan segala-galanya.
Ya - Anne akan menceritakan tentang kereta hantu. Pokoknya tentang segalagalanya! Ada sesuatu yang aneh dan gawat, tentang semua persoalan itu sekarang dan ia memerlukan pertolongan orang dewasa
"Pak Luffy! Pak Luffy!" serunya berulang kali, tanpa berhenti berlari barang
sejenak. "PAK LUFFY!" Tapi tak terdengar suara Pak Luffy menjawab panggilannya. Anne mengitari rumpun
semak besar, yang menurut perkiraannya memagari perkemahan mereka. Tapi ternyata
kemah mereka tak ada di situ. Anne tersesat!
"Aku tersesat," kata Anne sambil menangis. "Tapi aku tak boleh takut. Aku harus
menemukannya. Aduh, aku benar-benar tersesat sekarang. PAK LUFFY!"
Kasihan Anne! Ia lari terhuyung-huyung, sambil berharap akan berhasil menemukan
perkemahan. Sementara itu tak henti-hentinya ia berteriak, "Pak Luffy" Di
manakah Anda" PAK LUFFYYY!"
17. Penemuan Menakjubkan SEMENTARA itu apakah yang terjadi dengan tiga anak laki-laki yang kembali lewat
terowongan" Mereka berjalan lambat-lambat sambil meneliti rel. Mereka ingin tahu
adakah kereta api yang belum lama berselang lewat di situ Dalam terowongan gelap
dan pengap itu hampir tak ada tumbuh-tumbuhan. Jadi, apakah ada kereta api yang
berjalan di situ akhir-akhir ini, tak bisa mereka ketahui dengan jalan melihat
keadaan tumbuh-tumbuhan. Tapi ketika kira-kira sudah berada di tengah-tengah terowongan, Julian melihat
sesuatu yang menarik. "He, lihat!" katanya sambil menyorotkan senter ke rel di depan dan di belakang
mereka. "Di belakang kita rel kelihatan hitam dan berkarat. Tapi mulai dari sini
tampak berkilat! Seperti sering dilalui."
Penglihatan Julian memang benar. Di belakang mereka rel tampak hitam dan
berkarat. Tapi di depan mereka rel yang memanjang ke arah mulut terowongan dekat
Pelataran Olly licin berkilat, seolah-olah sering dilalui roda-roda kereta api.
"Aneh," kata Dick. "Kelihatannya kereta hantu hanya berjalan mulai dari sini
menuju Pelataran Olly, lalu kembali lagi kemari. Tapi kenapa begitu" Dan di
manakah kereta itu sekarang" Mungkin lenyap - seperti asap!"
Julian juga heran. Kalau tidak ada dalam terowongan - lalu di manakah kereta itu
sekarang" Kelihatannya berjalan sampai ke tengah-tengah terowongan, lalu
berhenti di situ. Tapi sekarang ke mana lainnya"
"Yuk, kita pergi ke mulut terowongan. Kita periksa, apakah relnya tetap berkilat
sampai ke sana," kata Julian kemudian. "Di sini tak banyak yang bisa kita
temukan kecuali jika kereta itu tiba-tiba saja menjelma lagi di depan kita!"
Ketiga remaja itu berjalan lagi menyusuri terowongan, sambil menyorotkan senter
ke depan. Mereka berjalan sambil berbicara dengan serius. Karena itu mereka
tidak melihat empat laki-laki yang mengintai. Keempat orang itu bersembunyi
dalam sebuah relung di dinding terowongan. Mereka menunggu ketiga remaja itu
lewat. "Yah," kata Julian. "Kurasa-"
Ia tak bisa melanjutkan kata-katanya, karena sekonyong-konyong muncul empat
sosok gelap di depan mereka, lalu langsung menyergap mereka. Julian berteriak
dan memberontak, tapi orang yang memegangnya terlalu kuat.
Julian tak sanggup membebaskan diri dari cengkeramannya. Senter mereka
terbanting ke tanah. Senter Julian langsung rusak. Tapi yang dua lagi tetap
utuh. Cahayanya menyinari kaki mereka yang sedang bergumul. Tak sampai dua puluh
detik ketiga-tiganya sudah berhasil diringkus. Lengan mereka ditarik ke belakang
punggung. Julian mencoba menendang orang yang meringkusnya. Tapi orang itu
memilin lengannya kuat-kuat, sehingga Julian mengerang kesakitan. Ia berhenti
melawan. "He! Apa-apaan ini?" tanya Dick marah.
"Siapa kalian, dan mau apa" Kami cuma ingin melihat-lihat terowongan tua ini.
Kan tak ada salahnya ?"
"Bawa mereka pergi," seseorang berkata. Ketiga remaja itu segera mengenali suara
orang itu. "Pak Andrews! Andakah itu?" seru Julian. "Lepaskan kami, Pak! Ini kami - anakanak dari perkemahan. Dan Jock juga ada di sini. Kenapa kami diringkus?"
Pak Andrews tidak menjawab. Tapi ia menempeleng Jock sampai terpelanting dan
nyaris terbanting ke tanah.
Orang-orang yang meringkus mereka kemudian mendorong ketiga remaja itu ke
tengah-tengah tengah terowongan. Senter tak dibawa, hingga mereka harus berjalan dalam gelap.
Ketiga remaja itu tersandung-sandung. Tapi orang-orang yang menangkap mereka
tampaknya mengenal tempat itu. Mereka melangkah dengan pasti.
Setelah beberapa saat berjalan, rombongan itu berhenti. Pak Andrews meninggalkan
mereka. Julian mendengar langkahnya, menuju ke arah kiri. Tiba-tiba terdengar
bunyi aneh. Suara berdentang dua kali disusul dengan bunyi seakan-akan ada benda
berat sedang digeser. Apakah yang akan terjadi kini" Julian menyipitkan mata,
berusaha menembus kegelapan. Tapi ia tak bisa melihat apa-apa. Julian tak tahu
bahwa pada saat itu Pak Andrews sedang membuka lubang di tengah-tengah tembok
penyumbat terowongan yang satu lagi. Ia tak tahu bahwa mereka bertiga akan
dimasukkan ke dalam terowongan itu, lewat lubang aneh di tembok. Mereka
didorong-dorong dalam gelap, tanpa berani membantah lagi.
Sekarang mereka sampai di tempat yang terdapat di antara dua tembok penyumbat.
Di tempat itulah disembunyikan kereta hantu. Dan di situ pula George masih
bersembunyi di dalam salah satu gerobak bersama Timmy!
Tapi tentu saja keempat laki-laki dewasa itu tak mengetahuinya. Bahkan Pak
Andrews pun sama sekali tak menduga di dekat situ ada seorang anak perempuan
bersama anjingnya, mengintip dari dalam gerobak kereta api!
Pak Andrews menyalakan senter lalu menyorotkannya ke muka ketiga remaja itu.
Julian, Dick, dan Jock sama sekali tak menampakkan rasa takut - padahal saat itu
jantung mereka berdebar-debar keras! Semua itu amat menyeramkan dan tiba-tiba
saja terjadinya. Mereka tak tahu ada di mana mereka saat itu!
"Bukankah kalian sudah diperingatkan agar jangan berani-berani pergi ke
pelataran?" terdengar salah seorang penawan mereka berbicara. "Sudah dibilang
tempat itu angker dan berbahaya. Sekarang kalian mengalaminya sendiri. Kalian
perlu diberi pelajaran karena tak mau mengindahkan peringatan orang! Kalian akan
kami ikat dan kami tinggalkan di ini sampai pekerjaan kami selesai. Mungkin akan
memakan waktu tiga hari - tapi bisa juga tiga minggu!"
"He - kami kan tak boleh kalian tahan di sini selama itu!" kata Julian ngeri.
"Pasti kami akan dicari-cari nanti! Dan pasti para pencari akan menemukan kami!"
"Ah, tak mungkin," kata orang yang pertama-tama bicara. "Tak mungkin ada yang
bisa menemukan kalian di sini. Nah Peters, ikat saja mereka sekarang!"
Orang yang disebut Peters langsung mengikat mereka. Kaki dan tangan mereka
diikat kuat-kuat, lalu mereka didudukkan dengan kasar ke dinding. Ketiga remaja
itu disandarkan di situ. Julian memprotes lagi,
"Untuk apa kalian mengikat kami" Kami kan tak bersalah. Kami tidak tahu-menahu
tentang urusan kalian - apa pun juga urusan itu."
"Tapi kami tak bisa mengambil risiko," kata orang itu lagi. Ia bukan Pak
Andrews. Suaranya jauh lebih tegas. Kedengaran kesal dan sangat jengkel!
"Bagaimana dengan ibuku?" tanya Jock pada ayah tirinya. "Pasti akan cemas.
Sebelum Pak Andrews sempat menjawab, suara yang pertama sudah berkata lagi,
"Biar saja dia cemas! Ini kan salahmu sendiri. Kan sudah diperingatkan."
Kemudian keempat orang itu pergi lagi.
Terdengar kembali suara-suara aneh seperti tadi. Suara-suara itu berasal dari
lubang yang ditutup kembali tapi ketiga remaja itu tidak mengetahuinya. Mereka
tak bisa membayangkan suara apa itu. Kemudian suara aneh itu lenyap. Tempat
mereka terkurung menjadi sunyi. Dan gelap gulita. Ketiganya menajamkan telinga.
Tapi tak ada lagi suara-suara terdengar. Mereka yakin orang-orang yang meringkus
mereka benar-benar sudah pergi.
"Mereka itu penjahat! Apa sebetulnya niat mereka?" bisik Julian sambil berusaha
melepaskan tangannya dari ikatan.
"Pasti ada sesuatu yang hendak disembunyikan," kata Dick. "Aduh, erat sekali mereka
mengikat pergelangan kakiku. Talinya menyayat kulit."
"Apa yang akan terjadi sekarang?" tanya Jock ketakutan. Tiba-tiba ia tak ingin
lagi mengalami petualangan.
"Ssttt!" kata Julian tiba-tiba. "Aku mendengar sesuatu!"
Seketika itu juga mereka terdiam sambil mendengarkan baik-baik. Bunyi apakah itu
tadi" "Suara anjing yang melolong pelan," kata Dick kemudian. Dan memang benar! Ia
mendengar suara Timmy yang ada dalam gerobak bersama George. Anjing itu
mendengar suara anak-anak yang dikenalnya. Ia ingin keluar karena hendak
mendatangi suara-suara itu.
Tapi George belum benar-benar yakin keempat laki-laki itu sudah pergi lagi.
Karenanya ia tak melepaskan kalung leher Timmy. George gembira sekali karena ia
tak sendirian lagi di situ. Ketiga anak laki-laki itu sekarang sudah berada di
tempat aneh itu bersamanya. Dan mungkin Anne juga ada bersama mereka. Julian,
Dick, dan Jock masih mendengarkan terus. Nah - terdengar lagi suara anjing
mendengking pelan. George melepaskan pegangannya dan seketika itu juga Timmy meloncat turun dari
gerobak. Ia lari menuju tempat ketiga anak laki-laki itu duduk dalam gelap. Ia
menggonggong untuk memberitahukan siapa dirinya.
"Timmy! Dick - Timmy ada di sini!" seru Julian gembira. "Dari mana kau tiba-tiba
muncui" Benarkah kau yang datang Tim?"
Timmy menggonggong-gonggong. Tentu saja ia yang datang - siapa lagi"
"Kalau begitu, mana George?" tanya Dick heran.
Lima Sekawan 7 Memburu Kereta Api Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Di sini," terdengar suara menjawab dari arah gerobak. George keluar dari tempat
persembunyiannya. Ia menyalakan senter dan mendatangi ketiga anak laki-laki yang
duduk bersandar ke dinding dalam keadaan terikat. "Apa yang terjadi dengan
kalian" Bagaimana sampai bisa ada di sini" Kalian tadi tertangkap?"
"Ya," jawab Julian. "Tapi - di manakah kita sekarang ini" Dan apa yang
kaulakukan di sini" Aku rasanya seperti bermimpi!"
"Kubuka saja dulu ikatan kalian, setelah itu baru kujelaskan," kata George.
Diambilnya pisaunya yang tajam dari kantong. Dengan cepat ia memutuskan tali
pengikat ketiga anak laki-laki itu. Mereka meluruskan letak duduk sambil
menggosok-gosok pergelangan tangan dan kaki yang perih. Mereka mengerang-erang.
"Terima kasih, George! Sekarang enak rasanya," kata Julian. Ia berdiri. "Di mana
kita sekarang" Astaga, itu kan kereta api"! Kenapa ada di sini?"
"Itulah kereta hantu kita, Julian!" kata George sambil tertawa. "Sungguh, itulah
dia!" "Tapi kami sudah berjalan dalam terowongan dari ujung ke ujung, tanpa
menemukannya," kata Julian bingung. "Benar-benar misterius "
"Dengar baik-baik, Ju," kata George. "Kau kan tahu letak terowongan yang satu
lagi, yang lubangnya disumbat dengan tembok" Nah dalam tembok. itu ternyata ada
lubang rahasia! Sebagian dan tembok itu bisa digeser secara ajaib! Lalu kereta
hantu ini masuk kemari lewat lubang itu. Begitu sudah masuk, lubang tersembunyi
itu ditutup kembali."
George menyorotkan senter ke tembok yang dimaksudkan. "Kalian lihat tembok itu?"
ia bertanya. "Dalam terowongan ini ada dua buah tembok, dengan ruangan luas di
antaranya. Dan di dalam ruangan itulah kereta hantu disembunyikan. Cerdik juga
ya?" "Memang - tapi aku masih belum tahu untuk apa semua ini," kata Julian. "Untuk
apa repot-repot menjalankan kereta hantu yang berkeliaran pada malam hari?"
"Itulah yang harus kita selidiki sekarang," kata George. Dan sekarang kita punya
kesempatan untuk melakukannya. Lihat, Ju! Di kiri-kanan terowongan ini terdapat
rongga besar - mirip gua. Bagus sekali untuk dijadikan tempat persembunyian!"
"Tapi untuk apa?" tanya Dick. "Aku masih tetap belum mengerti."
George menyorotkan senternya ke arah ketiga anak laki-laki itu.
"He-mana Anne?" tanyanya tiba-tiba.
"Anne" Dia tidak mau ikut kami menyusuri lubang terowongan. Dia lari melintasi
padang di atas tempat ini, dan akan bergabung lagi dengan kami di ujung sebelah
sana. Di dekat Pelataran OIly," kata Julian. "Pasti saat ini dia sudah sangat
cemas karena kami tidak muncul-muncul juga. Mudah-mudahan saja dia tidak masuk
ke terowongan untuk menyongsong kami. Kalau ia melakukannya, pasti akan kepergok
orang-orang tadi" Semua merasa cemas. Anne merasa ngeri berada di dalam terowongan. Ia pasti akan
setengah mati ketakutan, jika tiba-tiba disergap dalam gelap.
"Coba kauarahkan sentermu ke rongga-rongga gua itu," kata Julian pada George.
"Kurasa tak ada orang lagi di sini. Jadi kita bisa mengadakan penyelidikan
dengan leluasa." George menuruti permintaannya. Julian melihat rongga gua yang luas sekali di
kedua sisi terowongan. Kelihatannya dalam sekali rongga itu. Sementara itu Jock
melihat sesuatu yang lain. Ketika George menyorotkan senter, ia melihat semacam
tombol di dinding terowongan. Mungkin tombol itu untuk membuka lubang yang
tersembunyi dalam tembok penyumbat.
Jock menghampiri tombol itu lalu menekannya. Seketika itu juga ruangan di situ
menjadi terang benderang. Ternyata ia menemukan sakelar lampu. Mereka bekerjapkerjap, silau kena sinar lampu yang tiba-tiba memancar!
"Nah, begini kan lebih enak," kata Julian girang. "Hebat, Jock! Sekarang kita
bisa melihat lebih jelas."
Ia memperhatikan kereta api hantu yang berdiri di rel di dekat mereka. Kereta
itu sudah tua sekali - seakan-akan berasal dari abad lampau!
"Barang antik," kata Julian penuh minat. "Jadi, inilah yang kita dengar keluar masuk terowongan malam-malam. Inilah si Hantu!"
"Aku tadi bersembunyi dalam gerobak yang itu," kata George sambil menunjuk. Ia
menceritakan pengalamannya selama itu. Anak-anak tercengang membayangkan George
naik kereta hantu dan masuk ke tempat rahasia itu.
"Yuk, sekarang kita memeriksa gua," kata Dick. Mereka pergi ke rongga gua
terdekat. Tempat itu penuh dengan aneka peti dan kotak-kotak. Julian membuka
salah satu. Terdengar ia bersiul kagum.
"Kurasa isinya semua barang pasar gelap. Lihatlah-peti-peti berisi teh, wiski,
dan brendi-lalu bermacam-macam kotak yang isinya entah apa saja! Rupanya di sini
tempat menimbun barang untuk dijual di pasar gelap!"
Mereka melanjutkan penelitian. Rongga gua itu penuh dengan barang. Nilainya
pasti tinggi sekali! "Kurasa semuanya barang hasil curian," kata Dick. "Tapi apa yang mereka perbuat
dengannya" Maksudku - bagaimana cara mereka menyalurkan barang-barang itu" Tentu
saja barang-barang itu dibawa ke sini dengan kereta api, lalu disembunyikan di
sini - tapi mestinya ada cara lain lagi untuk mengangkutnya ke luar."
"Mungkinkah dimuat lagi ke atas kereta api" Lalu diangkut ke pelataran - apabila
sudah cukup banyak truk yang diperlukan untuk membawa pergi lagi?" tanya Julian.
"Ah tidak mungkin," kata Dick. "Nanti dulu - bagaimana jika begini; mereka
mencurinya - lalu memuatnya malam-malam ke atas truk dan disembunyikan di suatu
tempat untuk sementara..."
"Betul! Di pertanian ibuku!" kata Jock suaranya terdengar ngeri. "Jadi untuk itu
rupanya ada begitu banyak truk di dalam gudang! Truk-truk itu semua dibawa ke
Pelataran Olly pada malam hari. Barang-barang curian ini dimuat secara sembunyisembunyi ke atas kereta yang keluar dari terowongan untuk menyongsong mereka.
Setelah itu barang-barang itu diangkut kemari dan disembunyikan di sini!"
Julian bersiul kagum. "Betul, Jock! Kurasa itulah yang terjadi dengan barang-barang. ini! siasat yang
betul-betul hebat - memakai tempat pertanian kecil sebagai tempat penyembunyian
tanpa diketahui pemiliknya yang jujur. Pekerja-pekerja di situ ternyata orangorang pasar gelap. Pantas pekerjaan mereka berantakan! Dan malam-malam mereka
mengangkut barang ke pelataran, lalu memuatnya ke kereta api."
"Ayah tirimu pasti besar penghasilannya dengan cara begini," kata Dick pada
Jock. "Ya. Pantas dia mampu memberikan uang sebanyak itu untuk keperluan usaha
pertanian" kata Jock sedih. "Kasihan ibuku! Pasti dia akan sedih sekali. Tapi
kurasa bukan ayah tiriku kepala para penjahat itu. Ada orang lain di
belakangnya!" "Ya," kata Julian, sambil membayangkan Pak Andrews yang kelihatan berwatak lemah
itu. "Kurasa juga begitu. 0 ya - ada lagi yang terpikir olehku sekarang. Jika barangbarang ini tidak dikeluarkan lewat terowongan lagi, tentunya di sekitar sini ada
jalan keluar yang lain."
"Kurasa betul pendapatmu itu," kata George. "Dan jika jalan itu memang ada kita akan menemukannya. Bukan itu saja, kita juga akan lari lewat jalan itu!"
"Ayolah," kata Julian, lalu memadamkan lampu yang terang benderang. "Dengan
sentermu kita sudah bisa melihat Kita coba memeriksa gua ini dulu. semua
memeriksa dengan cermat!"
18. Jalan Keluar KEEMPAT remaja itu masuk ke dalam rongga gua diikuti oleh Timmy. Mereka berjalan
di sela peti-peti dan kotak-kotak yang berukuran kecil sampai besar. Mereka
tercengang melihat banyaknya barang curian yang ditumpukkan di situ.
"Rongga ini bukan buatan orang," kata Julian. "Tapi gua alami. Kurasa langitlangit gua ini memang pernah runtuh di tempat pertemuan kedua terowongan,
sehingga lubang masuk di situ tertimbun."
"Tapi apakah waktu itu tembok penyumbat sudah ada?" tanya Dick.
"Tentu saja belum! Kita hanya bisa menduga-duga bagaimana tempat ini sampai
dijadikan tempat menyembunyikan barang-barang curian," kata Julian. "Mungkin
sudah diketahui bahwa di sini ada gua. Lalu pada suatu kali ada orang memeriksa
terowongan ini dan kemudian menemukan sebuah kereta api tua tertimbun di bawah
reruntuhan langit-langit. Begitulah kira-kira."
"Lalu terowongan diperbaiki dan diam-diam dibangun pula tembok yang lain
sehingga ini menjadi tempat persembunyian. Dan kereta yang mereka temukan
dipergunakan untuk keperluan pribadi!" sambung Dick. "Dan mereka juga membuat
jalan masuk tersembunyi itu! Benar-benar pintar mereka!"
"Atau mungkin pula pada waktu perang tempat ini sengaja dibangun untuk keperluan
percobaan-percobaan rahasia," kata Julian.
"Tapi lalu tak dipakai lagi. Dan setelah itu ditemukan oleh orang-orang pasar
gelap, lalu dipakai untuk tujuan yang sekarang. Entahlah, kita tidak bisa tahu
pasti!" Sementara itu sudah jauh juga mereka masuk ke dalam gua. Tapi kecuali peti dan
kotak yang bertumpuk-tumpuk di situ, tak ada barang menarik lain yang mereka
temukan. Kemudian mereka sampai di suatu tempat. Barang-barang di situ tersusun rapi dan
semua diberi nomor. Julian berhenti berjalan.
"Peti-peti ini kelihatannya seperti siap dikirim," katanya. "Semua sudah disusun
rapi dan diberi nomor. Mestinya di sekitar sinilah jalan ke luar!"
Ia mengambil senter dari tangan George, lalu menyorotkannya ke sekeliling tempat
itu. Akhirnya ketemu juga yang dicari-cari selama itu. Sorotan senter
menampakkan sebuah pintu. Pintu itu terbuat dari papan yang tampaknya kokoh dan
kasar. Anak-anak menghampiri pintu dengan bersemangat.
"Ini dia yang kita cari dari tadi!" kata Julian. "Pasti inilah jalan keluar,
menuju daerah yang sunyi di tengah padang belantara. Tapi tak jauh dari jalan,
supaya truk-truk bisa datang untuk mengangkut barang-barang ini dari sini! Di
padang belantara memang ada beberapa jalan yang sepi."
"Hebat benar organisasi mereka!" kata Dick kagum. "Truk-truk disembunyikan di
sebuah tempat pertanian bias a penuh dengan barang-barang yang akan
disembunyikan untuk sementara di dalam rongga terowongan ini. Malam-malam kereta
datang untuk mengambil barang, lalu mengangkutnya kemari. Menunggu sampai orang
tidak ribut-ribut lagi mempersoalkan pencurian yang terjadi. Setelah itu barangbarang curian dibawa ke luar lewat pintu ini dan dipindahkan ke truk-truk yang
sudah menunggu. Kendaraan-kendaraan itu kemudian mengangkutnya ke pasar gelap!"
"Aku kan pernah bercerita bahwa aku pernah kepergok oleh Peters waktu pulang
tengah malam yang lalu," kata Jock bersemangat.
"Waktu itu dia sedang mengunci gudang. Rupanya saat itu truk sedang penuh berisi
barang curian. Dan keesokan malamnya barang-barang itu ia pindahkan ke kereta
hantu untuk diangkut kemari!"
"Memang begitu rupanya" kata Julian. Sementara itu ia sibuk berusaha membuka
pintu. "Pintu ini benar-benar menjengkelkan, sedikit pun tak bisa kugerakkan. Tapi juga
tak ada lubang kunci."
Bersama-sama mereka mendorong pintu sekuat tenaga. Tapi pintu itu tetap tak
bergerak sedikit pun. Bentuknya memang sangat kokoh. Akhirnya keempat remaja itu
merasa putus asa. Napas mereka terengah-engah karena capek mendorong.
"He! Mungkin pintu sialan ini sebelah luarnya diganjal sesuatu," kata Dick.
"Kalau kupikir-pikir, benar juga dugaanmu itu," kata Julian. "Dan tempatnya juga
pasti tersembunyi - tertutup rumput liar dan tanaman pakis, dan sebagainya.
Tempat ini takkan mungkin bisa ditemukan orang. Kurasa para pengemudi truk harus
berjalan dulu kemari dan membuka pintu dari luar apabila hendak mengambil
barang-barang. Dan pada saat pergi lagi pintu ditutup dan diganjal kembali."
"Kalau begitu kita tidak bisa keluar," kata George kecewa.
"Ya, rasanya memang begitu," kata Julian. George mengeluh. "Kau capek?" tanya
Julian ramah. "Atau lapar?"
"Kedua-duanya," jawab George.
"Tapi kita kan membawa bekal tadi?" kata Julian. "Kuingat satu dari orang-orang
itu melemparkan tasku ke dalam. Bagaimana jika kita makan saja sekarang. Kita
toh tidak bisa lari!"
"Di sini saja kita makan," kata George. "Aku tak mampu bergerak setapak pun
lagi." Mereka duduk sambil menyandarkan diri pada sebuah peti besar. Dick membuka
ransel yang berisi bekal makanan. Keempat remaja itu makan dengan lega. Sayang
tak ada minuman untuk melicinkan tenggorokkan. Sementara itu Julian tak hentihentinya berpikir tentang Anne.
"Apa kiranya yang dilakukan oleh Anne?" tanyanya. "Pasti dia menunggu-nunggu
terus. Dan kemudian mungkin kembali ke perkemahan. Tapi jalan ke situ tak begitu
dikenalnya. Jadi mungkin pula dia tersesat. Aduh! Aku tak tahu mana yang lebih
gawat bagi Anne - tersesat di padang belantara atau dikurung di sini bersama
kita!" "Tapi mungkin pula dia tidak apa-apa," kata Jock. "Aku senang rasanya, karena
Timmy ada bersama kita. Aku tadi girang bukan kepalang ketika tiba-tiba
mendengar Timmy mendengking pelan. Apalagi setelah mendengar suaramu, George.
Kukira aku sedang mimpi."
Setelah duduk-duduk di situ selama beberapa saat, mereka memutuskan untuk
kembali saja ke terowongan tempat kereta api "hantu".
"Mungkin saja kita nanti berhasil menemukan tombol pembuka pintu ajaib," kata
Julian. "sebetulnya kita sudah harus mencarinya tadi tapi tak terpikir olehku ke
situ." Mereka kembali ke tempat kereta api berada. Kereta itu sekarang kelihatan biasa
saja, cuma sudah tua. Anak-anak tidak mengerti apa sebabnya mereka semula
memandang benda itu aneh dan menyeramkan!
Mereka menyalakan lampu besar kembali. Setelah itu mereka mencari-cari tombol
atau tuas yang mungkin bisa membuka pintu rahasia dalam tembok. Tapi di tempat
itu tampaknya tak ada apa-apa. Memang di situ ada beberapa sakelar - tapi ketika
dicoba sama sekali tak ada hasilnya.
Kemudian George menemukan sebatang tuas besar. Tuas itu tersembunyi dalam tembok
penyumbat. Letaknya rendah, dekat ke tanah. Dicobanya menggerakkan tuas itu.
Tapi ia tak kuat. Karena itu dipanggilnya Julian.
"Kemarilah sebentar, Ju! Barangkali tuas inilah alat pembuka pintu rahasia."
Julian datang ke tempat George. Dick dan Jock Juga tidak mau ketinggalan. Julian
beruaha menarik tuas itu ke bawah. Tapi sia-sia!
Dicobanya sekali lagi, tapi tuas itu tetap tak bergerak. Dick datang membantu.
Dengan sekuat tenaga mereka berdua menariknya - tapi kali ini ke atas.
Terdengar bunyi keras di suatu tempat entah di mana. Disusul oleh suara suatu
benda berat yang tergeser serta dentangan seperti ada mesin bekerja. sesudah itu
terdengar pula bunyi barang terdorong. Dan - tiba-tiba tembok berat itu bergerak
sebagian ke belakang sedikit, lalu terbuka ke samping. Jalan keluar sudah ditemukan! "Simsalabim!" seru Dick dengan gaya tukang sulap, ketika di depan mereka tampak
sebuah lubang menganga. "Lebih baik lampu kita padamkan lagi" kata Julian. "sebab jika di terowongan ada
orang, akan tampak sinar ini terpantul pada dinding terowongan sebelah sana."
Julian menekan sakelar lampu. seketika itu juga ruangan menjadi gelap kembali.
George menyalakan senternya. Cahayanya yang redup menerangi jalan keluar.
"Yuk, kita pergi," kata Dick tak sabar lagi.
Mereka berdesak-desakan keluar. "Kita pergi ke Pelataran Olly." Dan mereka pun
dengan hati-hati menyusuri terowongan gelap. "Ssst," kata Julian dengan suara
pelan. "Kita harus berjalan sepelan mungkin, dan lebih baik jangan bicara sama
sekali. Kita tidak tahu siapa yang keluar-masuk terowongan malam ini. Jangan
sampai kita kepergok lagi."
Mereka pun melanjutkan berjalan, kini dengan membisu. Mereka berjalan beriringiringan di pinggir rel. Belum sampai setengah kilometer mereka berjalan, Julian
tiba-tiba berhenti. Tindakannya itu begitu tiba-tiba, hingga anak-anak yang di
belakangnya saling membentur. Timmy mendengking pelan karena ada yang menginjak
kakinya. seketika itu juga George memegang kalung lehernya.
Keempat remaja itu menajamkan telinga, begitu pula Timmy. Semua mendengarkan
dengan hati-hati, nyaris tak berani menarik napas. Ada orang berjalan memasuki
terowongan, menuju arah mereka. Mereka melihat cahaya senter di depan,
kelihatannya seperti bintik terang. Terdengar langkah kaki di kejauhan.
"Cepat, kita bebalik!" bisik Julian. Keempat-empatnya bergegas ke arah
berlawanan. Sekarang Jock berjalan paling depan. Mereka bergegas kembali ke
tempat kedua terowongan bertemu. Tapi bedanya sekarang mereka berjalan terus,
menuju Pelataran Kilty. Maksud mereka hendak keluar lewat situ.
Tapi sial! Di depan mereka tampak cahaya lentera. Jadi mereka tak berani
melanjutkan langkah. Mungkin saja tak ada orang di dekat lentera itu. Tapi
bagaimana jika ternyata ada" Apakah yang harus mereka lakukan kini"
"Mereka akan melihat bahwa pintu rahasia terbuka!" kata Dick tiba-tiba. "Kita
tadi membiarkannya terbuka. Mereka pasti akan tahu bahwa kita berhasil melarikan
diri. Dan kita akan tertangkap lagi. Mereka pasti akan mencari kita. Kita
terjebak!" Keempat remaja itu berdiri terpaku. Timmy mulai menggeranl-geram. Tapi tiba-tiba
George teringat sesuatu! "He! Kita kan bisa naik ke atas lewat lubang hawa," bisiknya. "Maksudku lubang
tempat Timmy terjatuh. Masih ada waktu atau tidak?"
Lima Sekawan 7 Memburu Kereta Api Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Di mana letak lubang itu?" bisik Julian. "Cepat kita harus ke sana."
George berusaha mengingat-ingat. Ah ya - letaknya di ujung terowongan. Di dekat
tempat pertemuan kedua terowongan. Ia harus mencari tempat yang ada tumpukan
jelaganya. Ia berharap semoga saja cahaya senternya tak terlihat orang. Orang
yang masuk dari arah Pelataran Oily mestinya sudah dekat! .
George menemukan kembali tumpukan jelaga yang menahan tubuh Timmy ketika
terjatuh tadi. "Ini tempatnya," bisiknya. Tapi bagaimana cara kita membawa Timmy ke atas,
Julian. . "Tidak bisa" kata Julian. "Kita hanya bisa berharap Timmy mampu menyembunyikan
diri lalu menyelinap ke luar. Dia kan pintar. Julian mendorong George agar naik
lebih dulu ke dalam lubang hawa. Ketika George sudah menemukan anak tangga
terbawah, dengan segera Jock menyusul. Setelah itu Dick dan yang paling belakang
Julian. Tapi sebelum kakinya sempat menginjak anak tangga terbawah, sesuatu
terjadi dalam terowongan.
Tiba-tiba ruangan itu menjadi terang benderang. Rupanya lampu besar yang ada di
situ dinyalakan orang. Timmy cepat-cepat menyelinap ke tempat gelap sambil
menggeram pelan. Kemudian terdengar suara orang berteriak,
"siapa yang membuka lubang dalam tembok" Tembok terbuka! siapa yang ada di
situ," Orang yang berteriak itu Pak Andrews. Kemudian terdengar suara orang lain
berteriak dengan marah, "siapa di situ" siapa yang membuka lubang?"
"Tak mungkin anak-anak yang di dalam," kata Pak Andrews. "Kita tadi mengikatnya
erat-erat" Ternyata yang datang tiga orang. Mereka bergegas-gegas memasuki lubang di tengah
tembok. sementara itu Julian cepat-cepat naik ke atas, lewat lubang hawa. Ia
bersyukur karena tidak ketahuan. Tapi kasihan Timmy, tertinggal di dalam
terowongan! Ketiga orang tadi keluar lagi sambil berlari.
"Anak-anak itu tak ada lagi di dalam! Tali pengikat dipotong dengan pisau!
Bagaimana mereka bisa melarikan diri" Bukankah kita menjaga di ujung terowongan
sebelah sana sedang kita sendiri masuk dari sebelah sini" Pasti anak-anak itu
masih ada di sini!" "Atau bersembunyi di dalam gua," kata seorang lagi. "Peters! Coba periksa ke
sana, sementara kami mencari di sini."
Ketiga orang itu mencari ke mana-mana. Mereka sama sekali tak menyangka di dekat
situ ada lubang hawa yang menuju ke atas. Dan anjing yang menyelinap di tempat
gelap melewati mereka juga tak tampak oleh mereka. setiap kali cahaya senter
bergerak ke arahnya, dengan segera Timmy merebahkan diri ke tanah.
George terus memanjat ke atas. Ketika sampai ke bagian yang anak tangganya sudah
patah, kakinya mencari-cari pasak penahan yang terbuat dari besi. Tiba-tiba ia
tidak bisa terus memanjat. Kepalanya terbentur pada sesuatu benda. Apakah itu"
Ia meraba-raba. Ternyata batang-batang terali patah, ke mana Timmy terbanting
jatuh tadi pagi. Batang-batang besi itu tergeser tertimpa tubuh Timmy, sehingga
lubang hawa kini tertutup. Batang-batang itu saling terjalin dengan kuat. George
tidak bisa terus memanjat. Ia mencoba menggeser beberapa batang itu ke samping.
Tapi batang-batang itu terlalu berat. Kecuali itu, George juga khawatir jika
batang-batang itu jatuh dan menimpa yang lain-lainnya. Kalau terkena bisa luka
parah! "Ada apa, George" Kenapa tidak terus?" tanya Jock yang ada di belakang George.
"Ada batang-batang besi melintang yang rupanya ikut terjatuh dengan Timmy tadi,"
kata George. "Aku tak bisa naik lebih tinggi! Tapi juga tak berani terlalu keras
menarik batang-batang ini."
Jock meneruskannya pada Dick, yang langsung menyampaikan kabar itu pada Julian.
Mereka terhenti di tengah jalan!
"sialan!" kata Julian. "Kenapa bukan aku tadi yang paling dulu naik" Apa yang
kita lakukan sekarang?"
Ya-apa" Mereka tertahan dalam lubang hawa yang gelap. Tercium bau pengap. Tak
enak rasanya harus berdiri di tangga yang sudah patah-patah.
"Nah, kau masih senang dengan petualangan sekarang, Jock?" tanya Dick. "Pasti
saat ini kau ingin berada di tempat tidurmu sendiri di rumah!" .
"Tidak.'' jawab Jock." Aku ingin terus merasakan pengalaman ini. Dan aku juga
tidak mengomel!" 19. Akhir Pengalaman Seru
APAKAH yang terjadi dengan Anne sementara itu" Lama juga ia berkeliaran sambil
berteriak-teriak memanggil Pak Luffy, sedang Pak Luffy sendiri duduk tenang di
depan kemahnya sambil membaca. Tapi ketika hari sudah gelap ia mulai merasa
sangat cemas karena anak-anak yang dititipkan padanya belum kembali juga.
Ia bingung, tak tahu apa yang harus dilakukan. Akan sia-sia saja jika ia seorang
diri mencari. Padang belantara begitu luas! Ia memerlukan pertolongan paling
sedikit lima atau enam orang. Ia memutuskan untuk pergi dengan mobil ke Olly's
Farm, untuk meminta bantuan. Tapi sesampai di sana ternyata yang ada cuma Bu
Andrews serta gadis pembantunya. Bu Andrews tampak bingung dan cemas.
"Ada apa, Bu?" tanya Pak Luffy ramah, ketika ibu Jock berlari-lari menghampiri
mobilnya. "Ah, Anda rupanya Pak Luffy," katanya ketika Pak Luffy memperkenalkan diri. "Ada
kejadian aneh di sini, Pak. semua laki-laki di sini pergi. Begitu pula truktruk. suamiku pergi dengan mobil - tapi tak ada yang mau mengatakan ada apa. Aku
merasa cemas." Pak Luffy merasa tak perlu menambah kecemasan ibu Jock dengan menceritakan bahwa
anak-anak belum kembali. Karena itu ia pura-pura datang hendak membeli susu.
"Anda tak perlu khawatir," katanya menenangkan. "Kurasa besok semuanya akan
beres lagi. Besok saja aku datang lagi, sekarang aku harus cepat-cepat pergi,
karena ada urusan penting."
Pak Luffy pergi lagi dengan mobilnya. sementara itu ia berpikir dengan bingung.
Ia sudah merasa ada sesuatu yang aneh di Olly's Farm. Ia pun sering bertanyatanya dalam hati tentang Pelataran Olly serta kereta hantu. Ia hanya bisa
berharap semoga keempat remaja itu tak terlibat dalam petualangan yang
berbahaya. Sebaiknya kulaporkan saja pada polisi bahwa anak-anak belum kembali, pikirnya.
Mungkin saja mereka tersesat! Bagaimanapun juga, aku bertanggung jawab atas
keselamatan mereka. Ia pergi ke kantor polisi, lalu melaporkan kejadian itu.
Sersan yang sedang dinas ternyata berotak cerdas. Dengan segera ia mengerahkan
enam orang polisi yang disuruhnya berangkat dengan mobil dinas.
"Anak-anak itu harus kita temukan, Pak," kata sersan polisi pada Pak Luffy.
"sekaligus kita juga akan memeriksa perkara Olly's Farm serta kereta hantu itu.
Kami juga sudah mendengar kabar ada sesuatu yang aneh di sana, tapi sampai saat
ini kami belum tahu persoalannya dengan jelas. Tapi sebelumnya kita cari dulu
anak-anak yang hilang itu."
Mereka bergegas berangkat ke padang belantara. sesampai di sana keenam polisi
itu segera beraksi mencari anak-anak dipimpin oleh Pak Luffy. Yang pertama
mereka temukan adalah Anne!
Anak itu masih tetap berkeliaran sambil memanggil-manggil Pak Luffy. Tapi
suaranya sudah lemah sekali. Anne menangis karena gembira, ketika mendengar
suara Pak Luffy ber. seru-seru memanggilnya dalam gelap. Anne segera memburu ke
arah suara itu. "Aduh, Pak - selamatkan Julian, Dick, dan Jock," katanya. "Mereka berada dalam
terowongan. Pasti kini sudah tertangkap oleh Pak Andrews beserta anak buahnya.
Aku menunggu-nunggu, tapi mereka tetap tidak keluar. Cepatlah, Pak, kita ke
sana!" "Aku membawa teman yang pasti mau membantu," kata Pak Luffy lembut. Ia memanggil
para polisi, lalu secara singkat menjelaskan laporan Anne tadi.
"Dalam terowongan?" tanya seorang polisi. "Di mana kereta hantu mondar-mandir"
Ayo, kita ke sana!" "Kau jangan ikut masuk, Anne," larang Pak Luffy. Tapi Anne tak mau ditinggal di
luar. Karena itu Pak Luffy menggendong Anne, lalu ikut turun dengan polisi
menuju Pelataran Olly. Pak Sam Kaki Kayu tak mereka acuhkan, melainkan segera
masuk ke dalam terowongan.
Polisi berjalan mengendap-endap. Pak Luffy menyusul agak jauh di belakang
bersama Anne. sebetulnya Pak Luffy hendak tinggal di pelataran menemani Anne.
Tapi Anne tidak mau! "Tidak!" katanya. "Aku bukan anak penakut! Aku ingin ikut
menyelamatkan kedua abangku, serta Jock. sayang George tidak ada. Ke manakah
anak itu?" Tentu saja Pak Luffy juga tidak tahu. Anne menggenggam tangan orang tua itu
erat-erat. Anne takut, tapi ia ingin membuktikan bahwa anak yang takut bukan
berarti pengecut! Menurut perasaan Pak Luffy, Anne bahkan sungguh-sungguh tabah.
Sementara itu sudah agak lama juga Julian dan yang lain-lainnya tertahan dalam
lubang hawa. Mereka merasa pegal dan capek. Pak Andrews beserta kawan-kawannya
mencari ke sana kemari, tapi sia-sia, Sekarang mereka mulai meneliti setiap
relung yang ada di sisi terowongan. Mereka memeriksa dengan sangat cermat.
Dan karenanya tentu saja tak lama kemudian lubang hawa mereka temukan Salah satu
orang-orang itu menyorotkan senternya ke atas, ke dalam lubang, tepat menerangi
kaki Julian! Orang itu berseru keras hingga nyaris saja Julian terjatuh karena
kaget. "Mereka di sini! Di dalam lubang hawa. siapa mengira mereka akan bersembunyi di
sini. Ayo turun! Kalau tidak keadaan kalian akan semakin parah!"
Tapi Julian tak mau turun. George berusaha sekuat tenaga mendorong batang-batang
besi yang merintangi jalan ke atas. Tapi batang-batang itu tetap tak bisa
digerakkan. Seorang laki-laki memanjat ke dalam lubang lalu menangkap kaki
Julian. Ia menarik keras-keras hingga kaki Julian terlepas dari pijakannya. Lalu orang
itu menangkap kaki Julian yang satu lagi hingga anak itu tergantung pada anak
tangga yang masih dipegangnya erat-erat. Orang itu terus menarik. Akhirnya
Julian tak kuat lagi, lalu melepaskan pegangan. Ia pun terjatuh ke bawah
setengah menimpa orang yang menariknya dan setengah jatuh ke atas tumpukan
jelaga. Lalu segera datang seorang laki-laki lagi yang langsung meringkus
Julian, sementara temannya yang tadi, naik lagi ke lubang untuk menangkap Dick.
Dick merasa kakinya ditarik-tarik dari bawah.
"Ya deh! Aku turun," serunya, lalu turun.
Jock ikut turun juga. Laki-laki yang ada di bawah semua memandang mereka dengan
marah. "Menyusahkan kami saja, mengejar-ngejar! siapa yang melepaskan tali yang
mengikat kalian?" tanya Pak Andrews dengan kasar.
Salah seorang kawannya menyentuh lengan Pak Andrews sambil menganggukkan kepala
ke arah lubang hawa. "Masih ada lagi yang turun," kata orang itu. "Tadi yang
kita ikat kan cuma tiga anak laki-laki" Kalau begitu, siapa yang datang ini?"
Yang datang tentu saja George. Ia tak mau meninggalkan ketiga temannya Karena
itu ia ikut turun. Mukanya hitam legam kena jelaga.
"Masih ada satu anak laki-laki lagi!" kata orang-orang yang di bawah. "Dari mana
dia muncul?" "Masih ada lagi yang di atas?" tanya Pak Andrews galak.
"Periksa saja sendiri," jawab Julian. Ia langsung kena tempeleng.
"Kita tak perlu lagi memperlakukan mereka dengan lunak," kata Peters. "Biar
mereka jera. Bawa mereka pergi!"
Anak-anak merasa lesu. Mereka dipegang dengan kasar. Sekarang mereka tertawan
lagi! Tiba-tiba terdengar seruan dari arah ujung terowongan, "Polisi! Cepat lari!"
Orang-orang yang memegang anak-anak segera melepaskan mereka. Semua tertegun
rupa-rupanya bingung. Seorang laki-laki berlari-lari dalam terowongan,
menghampiri mereka. "Polisi datang!" katanya terengah-engah.
"Tulikah kalian" Mereka datang bergerombol! Kita harus lari! Pasti ada yang
mengadu pada polisi."
Kawanan penjahat itu lari ke arah Pelataran Kilty. Anak-anak cemas takut kalaukalau orang-orang itu berhasil melarikan diri. Terdengar langkah mereka berlarilari menyusuri rel. Tiba-tiba George mendapat akal.
"Tim! Timmy! Ayo, kejar mereka, Tim! Tahan mereka!"
Suatu bayangan hitam melesat keluar dari sebuah relung di dinding. Rupanya
anjing cerdik itu bersembunyi di situ, menunggu kesempatan menggabungkan diri
dengan George. Begitu ia mendengar suara tuannya memerintahkan mengejar, Timmy
langsung beraksi. Diburunya para penjahat yang berusaha melarikan diri. Mereka
telah memperlakukan George serta kawan-kawannya dengan kasar! Nah, kini saatnya
bagi Timmy untuk membalas!
Sementara itu para polisi datang sambil berlari, disusul oleh Pak Luffy bersama
Anne. "Mereka lari ke arah sana!" seru George. "Dikejar Timmy!" Orang-orang yang baru
datang menatap anak itu dengan kaget. Muka George hitam legam, tampaknya seperti
anak Negro. Julian, Dick, dan Jock juga kelihatan hitam sedang pakaian mereka
kotor sekali! "George!" seru Anne gembira. "Julian! Kalian selamat semuanya" Aku tadinya mau
kembali ke perkemahan hendak melapor pada Pak Luffy. Tapi ternyata tersesat di
tengah jalan. Aku malu!"
"Kau tak perlu malu, Anne!" kata Pak Luffy. "Kau anak yang tabah. Setabah
singa!" Dalam terowongan itu terdengar suara-suara berteriak dan menjerit, ditingkahi
gonggongan galak. Timmy beraksi! Ia berhasil mengejar orang-orang yang lari,
lalu menubruk mereka satu per satu. Orang-orang itu terbanting ke tanah! Mereka
ketakutan, ketika sekonyong-konyong muncul seekor binatang besar yang langsung
menggigit sambil menggeram-geram. Timmy mencegat mereka. Setiap orang yang
berani maju langsung digigit.
Polisi datang mengejar. Timmy sengaja menggeram lebih galak lagi, untuk
menunjukkan pada para penjahat bahwa mereka takkan mungkin lari lagi. Dalam
sekejap mata saja orang-orang itu sudah berhasil diringkus polisi.
Mereka disuruh ikut dengan tenang. Tapi orang-orang itu sama sekali tidak
tenang. Pak Andrews patah semangatnya, lalu menangis melolong-lolong. Jock malu
karena ayah tirinya ternyata pengecut! Sudah jahat, pengecut lagi!
"Tutup mulut!" kata seorang polisi bertubuh tegap pada Pak Andrews. "Kami tahu
kau cuma ikan teri aja dalam gerombolan ini. Menerima bayaran dari majikanmu,
agar mau menjalankan perintah serta menutup mulut."
Timmy menggonggong, seolah-olah hendak mengatakan, "Betul! Dia cuma teri. Enak
dimakan!" "Selama hidup belum pernah kulihat anak-anak sekotor kalian," kata Pak Luffy
"Sebaiknya kita cepat-cepat saja naik mobil ke Olly's Farm. Di sana kalian bisa
mandi dan sudah itu makan!"
Mereka berangkat. Walau rasanya capek dan badan mereka kotor tapi anak-anak itu
merasa bahagia. Malam yang menegangkan! Mereka menceritakan segala pengalaman mereka pada Anne.
Kemudian giliran Anne menceritakan hal-hal yang dialami olehnya tadi. Anne
begitu capek hingga nyaris tertidur ketika sedang bercerita.
Bu Andrews kaget sekali ketika mendengar bahwa suaminya ditahan polisi. Tapi ibu
Jock itu baik hati dan tahu apa yang perlu dikerjakan dengan segera. Ia
mengambilkan air panas untuk mandi anak-anak. Setelah itu ia menyediakan
makanan. "Anda tak perlu terlalu cemas, Bu Andrews," kata Pak Luffy yang baik hati.
"Suami Anda perlu mendapat pelajaran sedikit! Pertanian ini milik Anda. Sekarang
Anda bisa mempekerjakan bawahan yang mau menuruti perintah Dan kurasa Jock akan
lebih berbahagia saat ini, jika ayah tirinya tidak ada!"
"Kurasa kata Anda benar, Pak Luffy," jawab Bu Andrews sambil mengusap air
matanya. "Betul! Jock akan kumintai tolong mengurus pertanian, supaya semua
berjalan lancar. Bayangkan, suamiku ternyata terlibat dalam kegiatan pasar
gelap! Pasti temannya itu yang mendorongnya untuk ikut dalam kejahatan. Pak
Andrews berwatak lemah. Dia tahu Jock berkeliaran dalam terowongan itu-dan
karenanya bertekad hendak menyuruhnya pergi. Aku sudah menyangka ada sesuatu
yang tidak beres!" "Pantas dia gelisah ketika Jock ikut berkemah dengan kami," kata Pak Luffy.
"Bayangkan, diam-diam pelataran dan terowongan tua itu ternyata dipakai orang
lagi," kata Bu Andrews. "Lalu cerita-cerita tentang kereta api hantu - serta
cara mereka menyembunyikan kereta dan segala barang pasar gelap. Kedengarannya
seperti dongeng saja!"
Bu Adrews pergi memeriksa ke dapur untuk melihat apakah air untuk mandi sudah
mendidih. ternyata sudah! Bu Andrews pergi ke kamar tidur besar yang terletak di
sebelahnya. Maksudnya hendak memanggil anak-anak yang menunggu di situ. Bu
Andrews membuka pintu lalu menjenguk ke dalam. Kemudian dipanggilnya Pak Luffy.
Pak Luffy ikut menengok. Kelima remaja itu terkapar di lantai bersama Timmy.
Mereka tak duduk di kursi atau di tepi tempat tidur, karena tubuh mereka kotor
sekali Mereka begitu capek hingga langsung tertidur. Mereka terkapar di lantai
dengan muka hitam! Anak-anak terbangun ketika mendengar Pak Lufty dan Bu Andrews tertawa geli.
Mereka segera mandi. Setelah itu mereka makan kenyang-kenyang.
Ketika sudah berada kembali di perkemahan, mereka langsung menyusup ke dalam
Lima Sekawan 7 Memburu Kereta Api Hantu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kantong tidur masing-masing. George masih sempat berseru ke arah kemah anak
laki-laki "Awas jika kalian pergi lagi malam ini tanpa mengajak aku!"
"Petualangan kita sudah berakhir," kata Dick. "Nah, bagaimana pendapatmu
mengenainya, Jock?" "Bagaimana?" tanya Jock. Ia mendesah karena gembira. "Hebat! Seru! Seram!
Asyiiik!" TAMAT http://tagtag.com/tamanbacaan
Anak Naga 12 Goosebumps - 29 Darah Monster Iii Renjana Pendekar 14
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama