Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini Bagian 13
Kekaisaran dan negeri-negeri sekitarnya. Entah dengan alasan apa, setelah dua
setengah tahun pembantaian dan kepedihan, ia kembali mengurung diri di Uruberada di
sana, tidak lagi bertapa seperti dulu, tapi jelas sekali sedang berkonsentrasi pada
proyek yang hanya diketahuinya sendiri. Ia memiliki banyak sifat jahat, tapi tidak
membiarkan diri berfoya-foya; itulah yang diketahui matamata Varden. Tapi selain itu
kami belum bisa mendapatkan apaapa.Larut dalam pikiran, Eragon menatap ke
kejauhan. Untuk pertama kalinya, segala kisah yang didengarnya tentang kekuatan ajaib
Galbatorix menjadi masuk akal. Perasaan optimistic samar mulai menyeruak dalam diri
Eragon ketika ia berkata pada diri sendiri, Aku tidak yakin bagaimana, tapi jika kami bisa
merenggut Eldunari dari kendali Galbatorix, ia takkan menjadi lebih kuat daripada
Penunggang Naga biasa. Meski prospek itu tampak agak mustahil, Eragon merasa lebih
baik mengetahui sang raja memiliki kelemahan, betapa pun kecilnya.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Ketika Eragon merenungkan kemungkinan itu, pertanyaan lain muncul di kepalanya.
kisah-kisah zaman dahulu" Pastinya jika jantung naga begitu penting, para penyair dan
cendekiawan membicarakannya. Oromis meletakkan telapak tangan pada permukaan
meja dan berkata, bahkan di kaumku sendiri. Sepanjang sejarah, kaum naga berjuang
menyembunyikan jantung dari jantung mereka terhadap dunia. Mereka mengungkapkan
keberadaannya pada kami hanya setelah perjanjian sihir di antara ras kami diadakan,
dan itu pun hanya pada beberapa orang tertentu. Ah, kata Glaedr, sering kami benci
harus berahasia, tapi jika Eldunari menjadi pengetahuan umum, setiap penjahat
rendahan di seluruh negeri akan berusaha mencuri satu dan akhirnya beberapa orang
akan berhasil melakukannya. Itu yang kami perjuangkan agar tidak terjadi. melalui
Eldunari"Mata Glaedr tampak lebih berkilau daripada biasanya. Pertanyaan bagus.
Naga yang telah mengeluarkan Eldunari-nya tapi masih ingin menikmati keberadaan
tubuhnya tentu saja bisa melindungi jantungnya dengan cakar, taring, ekor, dan
kepakan sayap. Tapi naga yang tubuhnya telah mati tidak memiliki
keuntungan-keuntungan tersebut. Satu-satunya senjata adalah senjata benak dan,
mungkin, jika saatnya tepat, senjata berupa sihir, yang tidak bisa kami kendalikan
sesuka kami. Itulah sebabnya banyak naga yang memiliki tidak melanjutkan keberadaan
mereka setelah tubuh mereka membusuk. Keadaan ketika kau tidak bisa melepaskan
diri dari dunia fana, tidak bisa merasakan dunia di sekitarmu tanpa bantuan benak orang
lain, serta hanya bisa mengubah kejadian-kejadian dengan benakmu dan dorongan sihir
yang tidak bisa dikendalikan; itu keberadaan yang sulit diterima makhluk apa pun, tapi
terutama naga, karena kami makhluk paling bebas daripada semuanya.
Kadang-kadang itu terjadi karena kecelakaan. Ketika tubuhnya melemah, naga bisa
menjadi panik dan melarikan diri ke dalam Eldunari. Atau jika naga telah mengeluarkan
Eldunari-nya sebelum tubuhnya mati, ia tidak punya pilihan selain tetap hidup. Tapi
sebagian besar, naga yang memiliki hidup di dalam Eldunari mereka adalah yang sudah
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sangat tua, lebih tua daripada Oromis dan aku sekarang, cukup tua sehingga keinginan
tubuh mereka sudah tidak penting lagi bagi mereka dan mereka telah mengurung diri
serta berharap menghabiskan hidup selamanya dengan merenungkan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak akan dipahami makhluk-makhluk yang lebih muda.
Kami memuja dan menjaga jantung naga-naga seperti itu karena kebijaksanaan dan
kecerdasan mereka yang luar biasa. Sudah umum jika naga liar atau naga yang
berpasangan, juga para Penunggang mereka, mencari nasihat dari naga-naga
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tersebut dalam menangani masalah penting. Maka perbudakan yang dilakukan
Galbatorix adalah kekejaman yang tidak termaafkan. sekarang aku punya pertanyaan,
kata Saphira, dentuman berat benaknya mengalir di kepala Eragon. Begitu salah satu
dari kaum kita mengunci diri di dalam Eldunari, apakah ia harus tetap hidup di sana,
atau mungkinkah, jika ia tidak lagi menginginkan kondisi itu, melepaskan
cengkeramannya pada dunia dan melanjutkan ke dunia kematian" untuk menggunakan
sihir tiba-tiba mengalir dalam diri si naga dan membuatnya bisa membebaskan diri dari
Eldunari-nya dari dalam, yang aku tahu pernah terjadi tapi sangat jarang. Satu-satunya
pilihan lain adalah naga itu meyakinkan orang lain untuk menghancurkan Eldunari
untuknya. Tidak adanya kendali adalah satu alasan lagi mengapa kaum naga sangat
berhati-hati soal memindahkan diri ke jantung dari jantung mereka, takut mereka malah
menjebak diri sendiri dalam penjara yang tidak memiliki jalan keluar.Eragon bisa
merasakan kengerian Saphira terhadap gagasan terjebak seperti itu. Tapi Saphira tidak
mengutarakannya, dan malah bertanya, Berapa banyak Eldunari yang dimiliki
Galbatorix" memperkirakan jarahannya berjumlah beberapa ratus.Tubuh Saphira yang
berkilauan terasa bergetar. Kalau begitu, ras kami ternyata tidak dalam bahaya
kepunahan" Oromis ragu, dan Glaedr-lah yang menjawab. Makhluk kecil, katanya,
mengejutkan Eragon dengan penggunaan julukan tersebut, kalaupun tanah seluruh
negeri penuh Eldunari, ras kita tetap terancam punah. Naga yang benaknya diawetkan
di dalam Eldunari memang tetap naga, tapi tidak memiliki kebutuhan jasmani atau organ
yang diperlukan untuk memenuhinya. Mereka tidak bisa berkembang biak. Tengkuk
Eragon mulai berdenyut-denyut, dan ia semakin menyadari betapa ia letih sekali setelah
melakukan perjalanan empat hari terakhir. Keletihannya membuatnya sulit
berkonsentrasi selama lebih dari beberapa saat; pikirannya sangat mudah melantur.
Ujung ekor Saphira berkedut. Aku tidak sebodoh itu, menyangka Eldunari bisa
berkembang biak. Meski demikian, aku agak lega mengetahui aku tidak begitu sendirian
seperti yang kuduga sebelumnya... Ras kita mungkin terancam punah, tapi setidaknya
ada lebih dari empat naga yang hidup di dunia, terbalut daging atau tidak. Galbatorix
seperti Murtagh dan Thorn.Tapi membebaskan mereka memberiku tujuan perjuangan,
beserta menyelamatkan telur yang belum menetas, kata Saphira. harapan
mereka.berkata, Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
jantung-jantung tersebut memproduksi energi yang digunakan Galbatorix" Eragon
berhenti, mencari cara yang lebih baik untuk mengutarakan pertanyaannya. Ia menunjuk
burung layang-layang yang beterbangan di udara. memberinya tenaga, bahkan
tanaman. Makanan menyediakan energi yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi dengan
benar. Makanan juga menyediakan energi agar kita dapat melakukan sihir, entah
dengan tenaga kita sendiri atau mengambil tenaga dari makhluk lain. Tapi bagaimana
dengan Eldunari" Eldunari tidak memiliki tulang, otot, dan kulit, bukan" Eldunari tidak
makan, kan" Jika begitu, bagaimana Eldunari bisa bertahan" Dari mana energi Eldunari
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
berasal"Oromis tersenyum, gigi-giginya yang agak panjang mengilap bagai porselen
dipoles. memang benar, berarti ya, dari sihir. Dari mana persisnya Eldunari memperoleh
energi merupakan misteri baik bagi kami maupun kaum naga; tidak ada yang pernah
berhasil mencari sumbernya. Mungkin menyerap cahaya matahari, seperti tanaman,
atau menyerap tenaga makhluk-makhluk hidup yang berada di dekat Eldunari. Apa pun
jawabannya, telah terbukti bahwa jika naga mengalami kematian tubuh dan benaknya
menempati jantung dari jantungnya, ia membawa tenaga cadangan apa saja yang
tersisa dari tubuhnya sebelum tubuh tersebut berhenti berfungsi. Sejak saat itu,
cadangan energi Eldunari meningkat dengan stabil sepanjang lima sampai tujuh tahun
berikutnya, sampai Eldunari mencapai tingkat tertinggi kekuatannya, yang memang
sangat besar. Jumlah total energi yang berada di dalam satu Eldunari bergantung pada
ukuran jantung itu; semakin tua naganya, semakin besar Eldunari dan lebih banyak
energi yang bisa diserapnya sebelum menjadi jenuh.Memikirkan kembali ketika ia dan
Saphira memerangi Murtagh dan Thorn, Eragon berkata, Eldunari. Itu satu-satunya
penjelasan tentang meningkatnya kekuatan Murtagh secara tiba-tiba.Oromis
mengangguk. lebih banyak jantung, kalau tidak Murtagh bisa dengan mudah
mengalahkanmu, Arya, dan semua perapal mantra kaum Varden.Eragon teringat
bagaimana, pada kedua kesempatan ia dan Saphira berhadapan dengan Murtagh dan
Thorn, benak Murtagh seakan berisi beberapa kesadaran. sekaligus. Eragon
mengutarakan ini kepada Saphira dan berkata, Yang kurasakan waktu itu pasti
Eldunari... Aku ingin tahu di mana Murtagh menyembunyikannya. Thorn tidak membawa
kantong pelana, dan aku tidak melihat tonjolan apa-apa di pakaian Murtagh. Aku tidak
tahu, kata Saphira. Kau tentu sadar bahwa Murtagh pasti
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengisyaratkan tentang Eldunari saat ia berkata alih-alih merobek jantungmu sendiri,
lebih baik merobek jantung-jantungnya. Jantung-jantung, bukan hanya jantung. Kau
benar! Mungkin ia berusaha memperingatkanku. Eragon menarik napas, meregangkan
otot kaku di dekat tulang bahunya dan bersandar pada kursi. Eldunari yang belum
dimiliki Galbatorix"Kerutan Samar muncul pada sudut bibir Oromis yang menekuk ke
bawah. mencari Eldunari yang mungkin terlupakan Galbatorix, tapi tanpa hasil. Selama
bertahun-tahun menyisir Alagaesia dengan benakku, tidak ada Eldunari yang kudeteksi
lebih daripada bisikan. pikiran. Setiap Eldunari terdata dengan baik pada saat Galbatorix
dan Morzan mulai menggodok rencana untuk menyerang kami, dan tidak ada yang
lenyap tanpa penjelasan. Maka tidak bisa dibayangkan ada banyak Eldunari
tersembunyi entah di mana, siap membantu kita jika kita bisa menemukan mereka.
Meski tidak mengharapkan jawaban selain itu, Eragon tetap kecewa mendengarnya.
Penunggang mati, yang selamat dari pasangan itu biasanya ikut mati atau bunuh diri
tidak lama kemudian. Dan mereka yang tidak mati biasanya menjadi gila karena
kehilangan. Apakah aku benar" Benar, jawab Glaedr. jantungnya dan tubuh mereka
mati"Dari Sol sepatu botnya, Eragon merasa bumi agak bergetar ketika. Glaedr
beringsut dari posisinya. Naga emas itu berkata, Jika naga mengalami kematian tubuh
tapi Penunggang-nya masih hidup, bersama-sama mereka dikenal dengan sebutan
Indlvarn. Perubahan sekaliasi itu takkan menyenangkan bagi si naga, tapi banyak
Penunggang dan naga yang berhasil beradaptasi pada perubahan dan terus bertugas
bersama kaum Penunggang dengan perkecualian. Namun jika Penunggang naga yang
tewas, si naga biasanya menghancurkan Eldunari-nya, atau mengatur agar orang lain
menghancurkannya jika tubuhnya mati, dengan begitu membunuh dirinya sendiri dan
mengikuti Penunggangnya ke dunia kematian. Tapi tidak semua. Beberapa naga bisa
mengatasi kehilangan mereka-seperti juga beberapa Penunggang, misalnya Brom-dan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
teruss melayani orde kami selama bertahun-tahun kemudian, entah dengan tubuh
mereka atau jantung dari jantung mereka. Kau memberi kami banyak hal untuk
dipikirkan, Oromis-elda, kata Saphira. Eragon mengangguk tapi tetap membisu, karena
ia sibuk merenungkan semua yang telah diucapkan. TANGAN PEJUANG Eragon
menggerogoti sebutir stroberi hangat dan manis sambil menatap
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kedalaman langit yang tidak terbatas. Ketika selesai memakan buah itu, ia meletakkan
tangkainya pada nampan di hadapannya, mendorongnya ke posisi yang benar dengan
ujung jari telunjuk, kemudian membuka mulut untuk bicara. Tapi sebelum ia bersuara,
Oromis berkata, Eragon" ingin kau dan Saphira capai" Kalian tidak bisa berlama-lama
di Ellesmera, maka aku ingin tahu apa lagi yang ingin kalian dapatkan dalam kunjungan
ini, atau apakah kalian berniat pergi lagi besok pagi"melanjutkan pelajaran kami seperti
sebelumnya. Jelas sekali kami tidak punya waktu untuk itu sekarang, tapi ada hal lain
yang ingin kulakukan.menimpaku dan Brom ketika kami berada di Teirm.bercerita
tentang bagaimana keingintahuan membawanya masuk ke toko Angela dan bagaimana
wanita itu meramalnya, serta nasihat yang diberikan Solembum setelahnya. Oromis
mengusap bibir atasnya dengan jari, sikapnya tampak terpekur. belakangan, baik
darimu maupun dari laporan-laporan Arya dari Varden. Angela ini tampaknya mahir
sekali muncul kapan saja dan di mana saja peristiwa penting akan terjadi.mengiyakan.
Melanjutkan renungannya, Oromis berkata, pada manusia perapal mantra yang pernah
mengunjungi Ellesmera, meski ia tidak menggunakan nama Angela. Apakah Angela ini
bertubuh pendek, dengan rambut cokelat tebal dan keriting, mata cerah, dan sikap
berani tapi juga aneh"orang yang sama"Tangan kiri Oromis mengibas dengan gerakan
cepat. yang sama, ia manusia yang luar biasa... Sedangkan tentang ramalannya, aku
tidak akan terlalu memikirkannya. Entah akan menjadi kenyataan atau tidak, dan tanpa
tahu lebih banyak, tidak ada di antara kita yang bisa memengaruhi hasil akhirnya.
dipikirkan. Sayangnya, aku tidak bisa memahami kedua pernyataannya. Aku tidak
pernah mendengar tempat bernama Ruang Jiwa-Jiwa, dan sementara Karang Kuthian
terdengar familiar di dalam otakku, aku tidak ingat di mana aku mendengar nama itu.
Aku akan mencari dalam gulungan-gulungan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
perkamen, tapi firasatku berkata aku takkan menemukannya dalam tulisan kaum
Elf.sangat mengenal sejarah hutan ini. Di seluruh Du Weldenvarden, mungkin hanya
ada dua Elf yang pengetahuannya lebih luas daripada aku tentang hutan. Aku akan
bertanya pada mereka, tapi kurasa itu takkan membuahkan hasil apa-apa.bisa
membantumu dalam hal ini. Selain pedangku sendiri, Naegling, kami kaum Elf telah
melestarikan dua pedang Penunggang Naga lagi. Mereka adalah Arvindr dan Tamerlein.
Arvindr saat ini berada di kota Nadindel, dan kalian tidak punya waktu untuk berkunjung
ke sana. Tapi Tamerlein ada di sini, di Ellesmera. Pedang itu harta Klan Valtharos, dan
sementara kepala keluarga mereka, Lord Fiolr, tidak akan mau berpisah dengannya,
kurasa ia akan memberikannya jika kau meminta dengan sopan. Aku akan mengatur
agar kau bisa bertemu dengannya esok pagi.pada si pandai besi Rhunan agar
menunggumu agak siang besok.Oromis mendesak. Jika ada yang bisa
merekomendasikan senjata yang pantas untukmu, dialah orangnya. Lagi pula, bahkan
jika kau merasa cocok membawa Tamerlein, aku yakin Rhunan akan ingin memeriksa
pedang itu sebelum kau pergi membawanya. Sudah seratus tahun sejak Tamerlein
terakhir kali digunakan dalam pertempuran, dan pedang itu mungkin butuh ditempa
ulang.ZarGalbatorix. Rhunan adalah salah satu yang tertua di ras kami, dan hanya ia
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
satu-satunya yang membuat pedang bagi orde kita..tua.Eragon terdiam. esok hari,
Master"Oromis menatap Eragon dan Saphira, kemudian berkata, kunjungilah pohon
Menoa; aku tahu kau takkan puas sebelum ke sana lagi. Coba lihat apakah kau bisa
menemukan senjata yang diucapkan si kucing jadi-jadian itu sampai membuatmu
terobsesi. Kalau kau sudah memuaskan rasa keingintahuanmu, pergilah ke kamar
kalian di rumah pohon, yang tetap dirawat para pelayan Islanzadi agar selalu siap untuk
kau dan Saphira gunakan. Kita akan melakukan apa yang bisa dilakukan esok
hari.Percayalah, Eragon; lebih baik kalian beristirahat. Kurasa jam-jam sebelum
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
esok hari akan membantumu mencerna apa yang telah kita bicarakan. Bahkan bagi
ukuran para raja, ratu, dan naga, percakapan kita bukan bincang-bincang ringan.Meski
Oromis menenangkannya, Eragon merasa tidak nyaman menghabiskan sisa hari
dengan berleha-leha. Rasa mendesak dalam dirinya begitu besar, sehingga ia ingin
teruss bekerja bahkan saat ia tahu seharusnya ia memulihkan diri. Eragon beringsut di
kursi, dan gerakan itu pasti menunjukkan pertentangan dalam hatinya, karena Oromis
tersenyum dan berkata, akan membantumu rileks, Eragon, aku menjanjikan ini padamu:
sebelum kau dan Saphira kembali ke kaum Varden, kau boleh memilih sihir apa saja,
dan dalam waktu singkat yang kita miliki, aku akan mengajarimu segala hal
tentangnya.Dengan ibu jarinya, Eragon mendorong cincin di jari tengah kanannya dan
memikirkan tawaran Oromis, berusaha memutuskan, dari sekian banyak jenis sihir,
mana yang paling ingin ia pelajari. Akhirnya ia berkata, Wajah Oromis tersapu bayangan
gelap. Eragon, tapi ilmu teluh adalah seni hitam dan tidak pantas. Tidak seharusnya kau
mencari kendali etas makhluk lain demi keuntunganmu sendiri. Bahkan jika kau
mengabaikan imoralitas ilmu teluh, itu disiplin ilmu yang sangat berbahaya dan rumit
luar biasa. Penyihir butuh setidaknya tiga tahun belajar intensif sebelum bisa berharap
mampu memanggil spirit dan tidak membiarkan mereka merasukinya. memaksa
makhluk-makhluk yang sangat kuat dan buas untuk mematuhi perintahmu,
makhluk-makhluk yang mendedikasikan setiap detik pengurungan mereka dengan
mencari kelemahan dalam mantra pengikat mereka sehingga bisa melawanmu dan
berbalik memperbudakmu demi balas dendam. Sepanjang sejarah, tidak pernah ada
Shade yang juga Penunggang, dan dari semua kejadian mengerikan yang pernah
menimpa negeri ini, tindakan keji itu bisa saja yang paling buruk daripada segalanya,
bahkan lebih buruk daripada Galbatorix. Tolong pilih ilmu lain, Eragon: yang lebih tidak
berbahaya bagimu dan bagi tujuan kita. mungkin bisa menebak nama sejatimu jika aku
ingin.mengamati wajah Eragon lekat-lekat, matanya menusuk. Tapi aku tidak akan
melakukannya. nama sejati bisa sangat penting perannya dalam sihir, tapi nama itu
sendiri bukanlah mantranya, maka bukan termasuk dalam janjiku. Jika kau ingin lebih
mengerti dirimu, Eragon, carilah nama sejatimu sendiri. Jika aku memberitahumu, kau
mungkin bisa mengambil keuntungan darinya, tapi kau akan meraihnya tanpa
mendapatkan kebijaksanaan yang akan kauperoleh dalam perjalananmu mencari nama
sejatimu sendiri. Orang harus berjuang untuk mendapatkan pencerahan, Eragon. Tidak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
diserahkan begitu saja oleh orang lain, meski orang itu kaupuja.Eragon memainkan
cincinnya beberapa saat, kemudian menggeram dalam tenggorokannya dan
menggeleng. bisa memikirkan pertanyaan lagi.Eragon merasa sulit berkonsentrasi soal
pilihan yang dihadapinya sekarang; pikirannya selalu kembali ke Eldunari dan Brom.
Sekali lagi Eragon terheran-heran akan rangkaian kejadian yang menyebabkan Brom
tinggal di Carvahall Kalau saja Arya tidak... Eragon berhenti dan tersenyum ketika
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sebuah pikiran menyentaknya. dari satu tempat ke tempat lain tanpa jeda waktu, seperti
yang Arya lakukan dengan telur Saphira"Oromis mengangguk. memiliki banyak
kegunaan. Aku yakin bisa sangat berguna untuk membantu usahamu menaklukkan
Galbatorix dan Kekaisaran. Arya sudah membuktikan keefektifannya.Oromis
mengangkat gelas dari meja, mendekatkannya ke terpaan cahaya matahari, dan
pancaran sinar dari atas membuat cairan anggurnya transparan. Ia memperhatikan
cairan itu beberapa waktu, kemudian menurunkan gelas dan berkata, kaukirim untuk
tinggal bersama kami di sini telah tiba beberapa waktu yang lalu.Sedetik berlalu
sebelum Eragon sadar siapa yang dimaksud Oromis. Ia hampir mati ketika
tersaruk-saruk keluar dari hutan, tapi kami merawat luka-lukanya, dan ia sudah sehat
sekarang. Para Elf di kota membawakannya makanan dan pakaian serta memastikan ia
dirawat dengan baik. Mereka menemaninya ke mana pun ia ingin pergi, dan
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kadang-kadang mereka membaca untuknya, tapi sebagian besar waktu ia memilih
duduk sendiri, tidak mengucapkan apa pun kepada siapa saja yang mendekatinya. Ia
berusaha kabur dua kali, tapi mantramu mencegahnya.Aku terkejut ia bisa tiba di sini
secepat itu, kata Eragon pada Saphira. Tekanan yang kautanamkan di tubuhnya
pastilah lebih kuat daripada yang kauperkirakan. Aye. Dengan suara lirih, Eragon
bertanya, sudah layak disembuhkan dari kebutaannya"Pria yang bersedih itu hancur di
dalam, kata Glaedr. Matanya belum bisa berguna untuk membantunya melihat lebih
jelas. dengan apa yang diharapkan Oromis dan Glaedr. mungkin hanya membuatnya
gusar. Tapi kaulah yang bertanggung jawab atas hukuman yang diterimanya, Eragon.
Akan salah bagimu kalau Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
melupakannya.Disertai gerakan kepala yang cepat, Oromis meletakkan gelas di meja
dan menggeser kursinya mendekat ke Eragon. takkan menahan kalian lebih lama di sini,
karena aku akan mengganggu waktu tidur kalian, tapi ada satu hal lagi yang ingin
kulakukan sebelum kalian pergi: tanganmu, bisakah aku memeriksanya" Aku ingin
melihat apa yang dikatakan tanganmu tentang kau sekarang.arah Eragon. Eragon
merentangkan lengan, meletakkan kedua tangannya dalam posisi telungkup di atas
tangan Oromis, merinding ketika jemari sang Elf yang tipis menyentuh bagian dalam
pergelangan tangannya. Kulit tebal di buku-buku jari Eragon membuat bayang-bayang
panjang di punggung tangannya ketika Oromis membolak-baliknya dari sisi ke sisi.
Kemudian, dengan tekanan lembut tapi tegas, Oromis memutar tangan Eragon sampai
menghadap ke atas dan memeriksa telapak dan bagian dalam jemarinya. Oromis
memutar tangan Eragon lagi dan lagi, kemudian menunjuk ke arah kulit kerasnya. agar
kedua tanganmu tidak menjadi milik pria yang sangat menikmati pertumpahan darah
dalam peperangan. POHON KEHIDUPAN Dari Tebing Telsampai tiba di daerah lapang
tempat pohon Menoa. Lebih tebal daripada seratus pinus raksasa yang mengelilinginya,
pohon Menoa menjulang ke angkasa seperti pilar superbesar, kanopinya yang
melengkung selebar ratusan kaki. Jalinan akar-akarnya yang bengkok merambah keluar
dari batangnya yang besar berlapis lumut, menghabiskan tempat lebih dari sepuluh ekar
lahan hutan sebelum akar-akar itu melesak semakin dalam ke tanah gembur dan lenyap
di bawah pepohonan yang lebih kecil. Di dekat pohon Menoa, udara terasa lembap dan
sejuk, dan kabut tipis yang tidak pernah berhenti mengalir melayang turun dari
dawn-dawn jarum yang bergerombol di atas, membasahi tanaman pakis berdaun lebar
yang bergerombol dekat dasar batang pohon. Tupai-tupai merah berlarian di
dahan-dahan pohon kuno tersebut, dan pekikan serta kicau ceria ratusan burung
memancar keluar dari kedalaman dedaunannya yang serimbun semak-semak. Dan di
seluruh permukaan tanah lapang tersebut, kehadiran yang mengawasi terasa menusuk,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
karena di dalam pohon itu terdapat sisa-sisa Elf yang dulu dikenal sebagai Linnea, yang
benaknya sekarang menjaga pertumbuhan pohon tersebut Serta hutan di sekelilingnya.
Eragon mencari tanda-tanda terdapatnya senjata di sekitar akar-akar yang tidak rata,
tapi seperti sebelumnya, ia tidak menemukan benda apa pun yang bisa dibawanya ke
medan perang. Ia menarik kulit kayu lepas dari lumut dekat kakinya dan mengangkatnya
ke arah Saphira. Bagaimana menurutmu" ia bertanya. Jika diisi dengan cukup banyak
mantra, bisakah aku membunuh
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
prajurit menggunakan ini" Kau bisa membunuh prajurit dengan sebilah rumput jika mau,
tukas Saphira. Tapi, melawan Murtagh dan Thorn, atau sang raja dan naga hitamnya,
sama saja dengan kau menyerang dengan handuk basah jika menggunakan itu. Kau
benar, kata Eragon, kemudian melemparkan kulit kayu itu kembali. Menurutku, kata
Saphira, kau tidak perlu mempermalukan dirimu sendiri untuk membuktikan kebenaran
kata-kata Solembum. Ya, tapi barangkali aku harus melihat masalah dari sudut
pandang berbeda jika ingin menemukan senjata ini. Seperti yang kaukatakan
sebelumnya, senjata itu bisa saja berupa batu atau buku alih-alih sejenis pedang.
Kurasa tongkat yang diukir dari batang pohon Menoa bisa menjadi senjata ampuh. Tapi
tidak sama seperti pedang. Ya... Dan aku tidak akan berani memotong dahan tanpa
meminta izin dari pohon ini sendiri, dan aku tidak tahu bagaimana meyakinkannya untuk
mengabulkan permintaanku. Saphira mendongakkan lehernya yang lentur dan
menengadah ke atas pohon, kemudian menggelengkan kepala dan bahu untuk
menyingkirkan titik-titik air yang berkumpul di ujung tajam sisik-sisiknya yang bersegi
banyak. Saat air dingin menghujaninya, Eragon berteriak dan melompat mundur,
melindungi wajah dengan lengan. Jika ada makhluk yang ingin melukai pohon Menoa,
kata Saphira, aku ragu ia akan hidup cukup lama untuk menyesali kesalahannya.
Selama beberapa jam kemudian, keduanya mencari-cari di daerah terbuka itu. Eragon
terus berharap mereka akan tersandung pojok atau lubang tersembunyi di antara
akar-akar yang melintir, dan mereka akan menemukan sudut suatu peti yang menonjol,
yang berisi sebilah pedang. Karena Murtagh memiliki Zaradilnya, seharusnya aku
memiliki pedang yang dibuatkan Rhunon untuk Brom. Warnanya juga akan sesuai,
Saphira menyetujui. Naga Brom, yang senama denganku, juga berwarna biru. Akhirnya,
karena putus asa, Eragon meraih dengan benaknya ke arah pohon Menoa dan
berusaha menarik perhatian kesadaran pohon tersebut yang bergerak sangat lambat,
untuk menjelaskan pencariannya dan meminta bantuannya. Tapi rasanya seperti
berusaha mengajak bicara angin atau hujan, karena pohon itu tidak memedulikannya,
seperti juga Eragon tidak memedulikan semut yang melambai-lambaikan antena dekat
sepatu botnya. Dengan kecewa ia dan Saphira meninggalkan pohon Menoa persis
ketika tepi matahari menyentuh garis cakrawala. Dari daerah terbuka itu, Saphira
terbang ke pusat Ellesmera, lalu meluncur ke landasan di kamar rumah pohon yang
diberikan kaum Elf untuk mereka tempati. Rumah itu terdiri atas sekumpulan ruangan
bundar yang bertengger pada puncak pohon kokoh,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
beberapa ratus kaki di atas tanah. Hidangan berupa buah, sayuran, kacang-kacangan
matang, dan roti tersedia di ruang makan untuk Eragon. Setelah makan sedikit, Eragon
meringkuk di sebelah Saphira di lekukan berlapis selimut di lantai, mengabaikan tempat
tidur karena ia ingin berada dekat Saphira. Ia berbaring di sana, mata nyalang dan
waspada akan sekitarnya, sementara Saphira tertidur lelap. Dari tempatnya di samping
Saphira, Eragon mengamati bintang-bintang terbit dan tenggelam di atas hutan yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bermandikan cahaya bulan dan memikirkan Brom Serta misteri tentang ibunya. Larut
malam, ia terlena dalam kondisi seperti trance di mimpi terjaganya, dan di sana ia bicara
dengan kedua orangtuanya. Eragon tidak bisa mendengar apa yang mereka ucapkan,
karena suaranya dan suara mereka terdengar Samar dan sayup-sayup, tapi entah
bagaimana ia sadar akan perasaan cinta dan bangga yang dirasakan orangtuanya
terhadapnya, dan meski ia tahu mereka tidak lebih daripada sekadar hantu benaknya
yang gelisah, memori akan kasih sayang mereka akan diingatnya selamanya. Saat fajar
menyingsing, pelayan Elf yang langsing membawa Eragon dan Saphira melalui
jalan-jalan setapak Ellesmera menuju tempat tinggal keluarga Valtharos. Saat mereka
melintas di antara barisan gelap pohon-pohon pinus, Eragon tersadar betapa kosong
dan sepinya kota ini dibandingkan dengan kunjungan mereka terakhir kali; ia hanya
melihat tiga Elf di antara pepohonan: sosok-sosok tinggi dan anggun yang meluncur
menghilang dengan langkah-langkah tak terdengar. Ketika kaum Elf berbaris untuk
berperang, Saphira mengamati, hanya sedikit yang tinggal di belakang. Aye. Lord Fiolr
menunggu mereka di aula berlangit-langit lengkung yang diterangi beberapa lingkaran
cahaya melayang-layang. Wajahnya panjang dan keras serta lebih tajam dibandingkan
Elf-Elf lain, sehingga rautnya mengingatkan Eragon pada tombak bermata tipis. Ia
mengenakan jubah hijau dan emas, kerahnya melebar tinggi di belakang kepalanya,
seperti bulu leher burung eksotis. Di tangan kanannya ia memegang tongkat kayu putih
dengan glyph Liduan Kvaedhi. Di ujung tongkat itu terdapat mutiara berkilauan. Dengan
menekuk pinggangnya, Lord Fiolr membungkuk, dan Eragon membalas. Kemudian
mereka bertukar salam tradisional kaum Elf, dan Eragon berterima kasih pada sang lord
karena kebaikannya mengizinkan dirinya memeriksa pedang Tamerlein. Dan Lord Fiolr
berkata, keluargaku, dan sangat dekat di hatiku. Apakah kau tahu sejarah Tamerlein,
Shadeslayer"Arva, Penunggang Naga pada masa kejatuhan mereka. Naudra sedang
mengunjungi Ilirea bersamanya ketika Galbatorix dan kaum Terkutuk menyerang kota
tersebut seperti badai dari utara. Arva bertarung bersama Penunggang yang lain untuk
melindungi Ilirea, tapi Kialandi, salah satu kaum Terkutuk, mendaratkan pukulan
mematikan padanya. Saat berbaring sekarat di tembok benteng Ilirea, Arva memberikan
pedangnya, Tamerlein, kepada
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Naudra sehingga ia bisa melindungi diri. Dengan Tamerlein, Naudra berhasil melarikan
diri dari kaum Terkutuk dan kembali ke sini dengan seekor naga dan Penunggang,
meski ia meninggal tidak lama kemudian karena luka-lukanya.Dengan satu jari, Lord
Fiolr mengelus tongkatnya, membuat mutiara yang terpasang di sana memancarkan
cahaya lembut. bagiku seperti udara di paru-paruku; lebih baik aku berpisah dengan
kehidupan daripada berpisah dengannya. Sayangnya, baik aku maupun anggota
keluargaku tidak ada yang layak menggunakannya. Tamerlein ditempa untuk
Penunggang, dan kami bukanlah Penunggang. Aku bersedia meminjamkannya
kepadamu,. Shadeslayer, untuk membantumu berjuang melawan Galbatorix. Meski
demikian, Tamerlein akan tetap menjadi milik Klan Valtharos, dan kau harus berjanji
padaku untuk mengembalikan pedang itu jika aku atau keturunanku memintanya.Eragon
memberikan janjinya, kemudian Lord Fiolr membawanya. serta Saphira ke meja panjang
mengilap yang tumbuh dari kayu hidup di lantai. Di ujung meja terdapat dudukan berukir,
dan pedang Tamerlein beserta sarungnya terletak pada dudukan tersebut. Pedang
Tamerlein berwarna hijau tua, seperti juga sarungnya. Zamrud besar menghiasi bagian
depan gagangnya. Pedangnya ditempa dari besi biru. Sebaris glyph menghiasi batang
pelindungnya. Dalam bahasa Elvish, tulisan itu berkata, Aku Tamerlein, pembawa tidur
terakhir. Panjang pedang itu sama dengan Zarserta bentuk gagangnya lebih besar.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Senjata itu indah dan mematikan, tapi hanya melihatnya, Eragon bisa tahu Rhunon
menempa Tamerlein untuk orang yang gaya bertarungnya jauh berbeda dari dirinya,
gaya yang lebih berpusat pada memotong dan menyayat daripada teknik bertarung lebih
cepat dan elegan yang diajarkan Brom kepadanya. Begitu menggenggam gagang
Tamerlein, Eragon sadar gagang itu terlalu besar untuk tangannya, dan pada saat itu ia
tahu Tamerlein bukanlah pedang untuknya. Pedang itu tidak terasa seperti
perpanjangan tangannya, seperti Zarlagi ia bisa berharap menemukan pedang sebagus
ini" Arvindr, pedang satu lagi yang disebut Oromis, berada di kota yang ratusan mil
jauhnya. Kemudian Saphira berkata, Jangan diambil. Jika kau harus membawa
pedang ke medan perang, jika nyawamu bergantung padanya, pedang itu harus
sempurna. Pedang yang kurang sempurna tidak akan berguna. Lagi pula, aku tidak
suka melihat Lord Fiolr begitu terikat dengan pedang ini. Maka Eragon mengembalikan
Tamerlein ke dudukannya dan meminta maaf pada Lord Fiolr, menjelaskan mengapa ia
tidak bisa menerima pedang itu. Elf berwajah tirus itu tidak tampak terlalu kecewa;
bahkan sebaliknya, Eragon melihat kilatan puas pada mata Fiolr yang tajam. Dari aula
keluarga Valtharos, Eragon dan Saphira melintasi gua-gua temaram di dalam hutan
menuju terowongan pohon-pohon dogwood yang menuju atrium terbuka di tengah
tempat tinggal Rhunon. Ketika mereka
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
muncul dari dalam terowongan, Eragon mendengar suara palu, menghantam pahat, dan
ia melihat Rhunon duduk di bangku pada tempat menempa tanpa dinding di tengah
atrium. Wanita Elf itu sibuk mengukir sebongkah besi poles berbentuk balok di
hadapannya. Apa yang dipahatnya, Eragon tidak bisa menebak, karena bongkahan itu
masih tampak mentah dan polos. tatapan dari pekerjaannya. Suaranya kasar seperti
batu gerinda. berkata kau kehilangan ZarEragon mengernyit dan mengangguk, meski
wanita Elf itu tidak menatapnya. bagian belakang pahat dengan kecepatan yang bukan
seperti manusia, kemudian ia berhenti dan berkata, menemukan pemiliknya yang sah.
Aku tidak suka untuk apa si-siapa namanya" Ah ya-Murtagh menggunakan Zarberhak
memiliki pedang yang bagus, dan aku. tidak bisa memikirkan pedang yang lebih cocok
bagi putra Morzan kecuali pedang Morzan sendiri.Elf itu melirik Eragon dari bawah
dahinya yang berkerut. Zar khusus untuk dirimu sendiri. Kau mungkin merasa cocok
memegang Zartapi bentuknya tidak sesuai dengan tubuhmu. Dan tidak perlu bicara
tentang Tamerlein kepadaku. Kau bodoh jika mengira bisa mengayunkannya.Lord
Fiolr.Rhunon mengangguk dan meneruskan memahat. pedang Brom akan tepat
untukku"Kerutan di dahi membuat alis Rhunon bertaut. memikirkan pedang
Brom"mengucapkan itu. melangkah keluar dari bawah atap tempat menempanya
sampai berdiri di hadapan Eragon. Postur tubuhnya sedikit membungkuk karena ratusan
tahun yang dihabiskannya untuk merunduk di atas pekerjaannya, dan karenanya, ia
tampak satu atau dua inci lebih pendek daripada Eragon. ya, aku bisa melihat kemiripan
kalian. Brom orang yang ketus: ia hanya mengucapkan apa yang diinginkannya dan
tidak membuang waktu dengan kalimat-kalimat yang tidak perlu. Aku menyukai sikap itu.
Aku tidak suka melihat perubahan yang terjadi pada rasku. Mereka terlalu sopan, terlalu
halus, terlalu berharga. Ha! Aku ingat ketika kaum Elf biasa tertawa dan berkelahi
seperti makhluk-makhluk normal. Sekarang mereka menjadi sangat menarik diri,
beberapa bahkan tampak tidak punya emosi, mirip patung marmer!Saphira bertanya,
Apakah maksudmu bagaimana kaum Elf sebelum ras kita berdua bergabung" Rhunon
mengalihkan wajahnya yang dihiasi kening berkerut kepada
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Saphira. ikatan antara Elf dan naga belum terjadi. Kau akan menganggap perubahan
yang terjadi pada kaumku sejak itu mustahil terjadi, tapi ternyata begitu adanya, dan
inilah aku, salah satu yang masih hidup untuk mengingat seperti apa kaum kami
dulu.Kemudian Rhunon kembali menatap, Eragon. atas masalahmu. Brom kehilangan
pedangnya saat kejatuhan kaum Penunggang. Jika tidak berada dalam koleksi
Galbatorix, mungkin pedang itu sudah hancur atau terkubur di dalam tanah entah di
mana, di bawah tulangtulang remuk di medan pertempuran yang telah lama terlupakan.
Bahkan jika bisa ditemukan, kau takkan sempat mengambilnya sebelum
musuh-musuhmu menyerang lagi.Dan ia memberitahu Rhunon tentang falchion yang
dipilihnya waktu berada di antara kaum Varden dan tentang mantra yang
ditanamkannya di dalam falchion serta bagaimana falchion tersebut patah saat
pertarungan di terowongan di bawah Farthen Dur. Rhunon mendengus. melindunginya
dengan berbagai mantra, tapi besinya sendiri akan tetap, lemah. Penunggang butuh
lebih dari itu: pedang yang bisa bertahan dari pukulan paling keras dan tidak
terpengaruh sebagian besar sihir. Tidak, yang harus kaulakukan adalah menyanyikan
mantra pada besi panas saat kau menyaringnya dari biji besinya, juga saat kau
menempanya, sehingga bisa mengubah dan memperkuat struktur logamnya.Eragon.
Guratan-guratan setipis kawat pada wajah Rhunon semakin jelas. Ia meraih dan
mengusap-usap, siku kiri, otot-otot kekar pada lengan bawahnya yang telanjang tampak
bergelombang. tidak menciptakan senjata lagi selama aku hidup. seberapa besar
keinginanku.siku, Rhunon melangkah kembali ke bangku dan duduk di depan
pahatannya. Katakan padaku. Mengapa aku harus melahirkan benda pencabut nyawa
lagi ke dunia ini"Sambil memilih kata-katanya dengan hati-hati, Eragon berujar, Anda
bisa membantu menghentikan kekuasaan Galbatorix. Tidakkah layak aku
membunuhnya dengan pedang yang Anda tempa sementara pedang-pedang Anda-lah
yang digunakannya dan kaum Terkutuk untuk membantai begitu banyak naga serta
Penunggang" Anda benci bagaimana mereka menggunakan pedang-pedang Anda.
Maka bagaimana lagi cara terbaik untuk
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
membalasnya selain dengan menempa alat pengantar kematian. Galbatorix"Rhunon
melipat kedua lengannya dan menengadah menatap langit. lagi...berkata, menolongmu,
tapi percuma saja berspekulasi, karena aku tidak bisa mencobanya.Kenapa tidak" tanya
Saphira. menggeram. dari besi biasa, bukan" Tidak! Dulu sekali, ketika berjalan-jalan. di
Du Weldenvarden, secara kebetulan aku menemukan serpihan-serpihan bintang yang
jatuh ke bumi. Potongan-potongan itu berisi bijih besi tidak seperti yang pernah
kutangani, maka aku membawanya ke tempatku menempa, dan aku membentuknya,
dan aku mendapati bahwa campuran besi yang dihasilkannya jauh lebih kuat, lebih
keras, dan lebih fleksibel daripada bijih besi yang terdapat di bumi. Aku menamakan
logam tersebut brightsteel-besi terang- karena kecemerlangan warnanya yang luar
biasa, dan ketika Ratu Tarmunora memintaku menempa pedang pertama kaum
Penunggang, aku menggunakan brightsteel. Sejak saat itu, kapan saja punya
kesempatan, aku akan mencari-cari lebih banyak serpihan logam bintang di hutan. Aku
tidak selalu menemukannya, tapi ketika kutemukan, besi itu kusimpan untuk para
Penunggang. akhirnya aku mulai berpikir tidak ada lagi yang tersisa. Aku membutuhkan
waktu dua puluh empat tahun untuk menemukan persediaan terakhir. Lalu aku
menempa tujuh pedang, di antaranya Undbitr dan Zarkaum Penunggang, aku hanya
mencari brightsteel sekali lagi, dan itu tadi malam, setelah Oromis bicara padaku
tentang kau.kepala, dan matanya yang berair bagai menusuk Eragon. sampai jauh
sekali, dan aku merapalkan banyak mantra untuk menemukan dan mengikat, tapi tidak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
ada setitik brightsteel pun yang kutemukan. jika ada sedikit saja yang bisa ditemukan,
kita bisa mulai berencana membuat pedang untukmu, Shadeslayer. Selebihnya, diskusi
ini takkan lebih daripada omong kosong.Eragon menunduk kepada wanita Elf itu dan
berterima kasih kepadanya atas waktu yang disediakannya, kemudian ia dan Saphira
meninggalkan atrium melalui terowongan hijau daun-daun dogwood. Ketika mereka
berjalan berdampingan menuju tanah lapang tempat Saphira bisa mengudara, Eragon
berkata, Brightsteel; itu pasti senjata yang dimaksud Solembum. Pasti ada brightsteel di
bawah pohon Menoa. Bagaimana ia bisa tahu" Mungkin pohon itu memberitahunya
sendiri. Apakah itu penting" Brightsteel atau bukan, kata Saphira, bagaimana kita bisa
mengambil apa yang dilindungi akar-akar pohon Menoa" Kita tidak bisa
memotong-motongnya. Kita bahkan tidak tahu di mana harus memotong. Aku harus
memikirkannya. Dari daerah lapang dekat rumah Rhunon, Saphira dan Eragon terbang
di Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atas Ellesmera kembali ke Tebing Telmenunggu. Begitu Saphira mendarat dan Eragon
turun dari punggungnya, ia dan Glaedr melompat dari tepi tebing dan terbang
berputar-putar di atas, tidak pergi ke mana-mana, hanya menikmati kesenangan atas
kehadiran masing-masing. Sementara kedua naga menari-nari di antara awan, Oromis
mengajari Eragon cara penyihir memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain
tanpa benda tersebut harus melakukan perjalanan menembus jarak. besar bentuk sihir,
mengatasi jarak yang semakin jauh di antara dirimu dan target sihirmu. Meski demikian,
tidak begitu halnya dengan metode ini. Memindahkan batu di tanganku ini ke seberang
sungai itu akan butuh jumlah energi yang sama seperti jika aku memindahkannya ke
Kepulauan Selatan. Dengan alasan itu, mantra ini sangat berguna kalau kau perlu
memindahkan benda dengan sihir dalam jarak yang begitu besar, sehingga akan
membuatmu terbunuh jika memindahkannya melintasi ruang dengan cara biasa. Meski
demikian, mantra ini sulit, dan kau hanya menggunakannya sebagai jalan terakhir jika
cara lain gagal. Untuk memindahkan benda sebesar telur Saphira, misalnya, akan
membuatmu terlalu letih untuk bergerak.Kemudian Oromis mengajari Eragon kalimat
sihir untuk mantra tersebut dan beberapa variasinya. Begitu telah menghafal rapalan
mantra sampai Oromis puas, Elf itu menyuruhnya mencoba memindahkan sebutir batu
kecil yang dipegangnya. Segera setelah Eragon mengucapkan mantra dengan lengkap,
batu tersebut lenyap dari telapak tangan Oromis dan, sedetik kemudian, muncul kembali
di tengah tanah lapang dengan pancaran cahaya biru terang, suara ledakan keras, dan
aroma udara panas terbakar. Eragon mengernyit mendengar suara itu kemudian
mencengkeram ranting pohon terdekat untuk menyeimbangkan tubuh saat kedua
lututnya terasa lemas mendadak dan tubuhnya menjadi dingin. Kulit kepalanya
merinding ketika ia menatap batu itu, tergeletak di dalam lingkaran rumput yang hangus
terbakar, dan ia teringat saat pertama kali melihat telur Saphira. mengapa batu itu
mengeluarkan suara keras ketika muncul kembali di rumput"Eragon memperhatikan
semua ucapan Oromis dengan saksama, tapi sepanjang pelajaran hari itu, ia terus
memikirkan pohon Menoa, dan ia tahu Saphira juga memikirkannya sambil meluncur
tinggi di langit. Semakin lama ia merenungkannya, semakin ingin ia menemukan
jawabannya. Ketika Oromis selesai mengajarinya bagaimana memindahkan benda, Elf
itu bertanya, Tamerlein, apakah kau dan Saphira akan tinggal di Ellesmera lebih
lama"dengan pohon Menoa, tapi jika tidak berhasil, kurasa kami tidak punya pilihan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
selain kembali ke Varden dengan tangan kosong.Oromis mengangguk. Saphira sekali
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
lagi.Saat Saphira mengepakkan sayap menuju pohon Menoa dengan Eragon di
punggungnya, ia berkata, Kita tidak berhasil sebelum ini. Apa yang membuatmu
mengira kali ini bisa berhasil" Akan berhasil karena harus berhasil. Lagi pula, kau punya
ide yang lebih baik" Tidak, tapi aku tetap tidak menyukai ini. Kita tak tahu bagaimana ia
akan bereaksi. Ingot, sebelum Linnea menyanyikan dirinya sendiri ke dalam pohon itu,
ia membunuh pria muda yang mengkhianati cintanya. Ia mungkin bakal melakukan
kekerasan lagi. Ia tidak akan berani, selama kau ada di sini untuk melindungiku. Hmm.
Dengan bisikan angin lembut, Saphira mendarat di akar bergelombang beberapa ratus
kaki dari dasar pohon Menoa. Tupai-tupai di pohon pinus raksasa itu menjeritkan
peringatan kepada teman-teman mereka saat melihat kedatangan Saphira. Merosot
turun ke akar pohon, Eragon menggosokkan telapak tangan pada pahanya, kemudian
bergumam, Dengan langkah-langkah ringan, ia berlari di atas akar menuju batang
pohon, merentangkan kedua tangan untuk keseimbangan. Saphira mengikutinya
dengan langkah lebih lambat, cakar-cakarnya meretakkan dan mematahkan kulit kayu
ketika ia menjejakkan kaki. Eragon berjongkok di sepetak kayu yang licin dan
mengaitkan jarinya pada celah di batang pohon agar tidak terjungkir. Ia menunggu
sampai Saphira berdiri di atasnya, kemudian memejamkan mata, menarik napas
dalam-dalam menghirup udara yang sejuk dan lembap, lalu mengarahkan pikirannya ke
pohon itu. Pohon Menoa tidak berusaha melarang Eragon menyentuh benaknya, karena
kesadaran pohon itu begitu besar dan asing, serta terjalin dengan tanaman lain di hutan,
sehingga ia tidak butuh melindungi diri sendiri. Siapa saja yang berusaha
mengendalikan pohon itu juga akan harus mengerahkan dominasi mental mereka pada
hamparan luas Du Weldenvarden, usaha yang takkan berhasil dilakukan satu orang.
Dari pohon Menoa, Eragon merasakan sensasi hangat dan terang serta tanah menekan
akar-akarnya sepanjang beberapa ratus meter ke segala arah. Eragon merasakan
gerakan angin sepoi-sepoi menembus ranting-ranting yang Saling terjalin dan aliran
getah lengket yang keluar melalui luka kecil pada batangnya, lalu Eragon menerima
berbagai macam sensasi dari pohon-pohon lain yang diawasi pohon Menoa.
Dibandingkan kesadaran yang dipancarkannya saat Upacara Sumpah Darah, pohon itu
hampir seperti sedang tidur; satu-satunya gerakan benak yang bisa dideteksi Eragon
terasa begitu panjang dan lambat, sulit diartikan. Dengan mengerahkan seluruh
kemampuannya, Eragon melemparkan teriakan benak ke arah pohon Menoa. Kumohon
dengarkan aku, oh, pohon agung! Aku butuh bantuanmu! Seluruh negeri dalam keadaan
perang, kaum Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Elf telah meninggalkan lindungan Du Weldenvarden, dan aku tidak memiliki pedang
untuk berperang! Si kucing jadi-jadian Solembum menyuruhku melihat ke bawah pohon
Menoa jika aku butuh senjata. Nah, waktunya telah tiba! Kumohon dengarkan aku, oh,
ibu hutan belantara! Bantulah aku! Sementara bicara, Eragon menekan benak pohon
tersebut dengan citra Thorn dan Murtagh serta pasukan Kekaisaran. Dengan
menambahkan beberapa memori lagi ke sana, Saphira mendukung usaha Eragon
dengan tekanan benaknya sendiri. Eragon tidak hanya bergantung pada kata-kata dan
gambar benak. Dari dalam dirinya dan Saphira, ia menyalurkan arus energi yang stabil
ke pohon itu: persembahan niat baik yang di-harapkan Eragon bisa membangkitkan
keingintahuan pohon Menoa. Beberapa menit berlalu, dan masih saja pohon itu
mengabaikan mereka, tapi Eragon menolak menyerah berusaha. Ia beralasan pohon itu
bergerak lebih lambat daripada manusia atau Elf; memang sudah sepantasnya pohon
itu tidak segera menanggapi permintaan mereka. Kita tidak bisa memberi tenaga kita
lebih banyak lagi, kata Saphira, jika ingin kembali ke Varden dengan cepat. Eragon
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
setuju dan dengan enggan menghentikan aliran energi ke pohon tersebut. Sementara
mereka terus memohon kepada pohon Menoa, matahari tiba pada puncak jalurnya dan
mulai kembali turun. Awan-awan bergulung dan menipis, berpencar pada kubah langit.
Burung-burung melesat di atas pohon, tupai-tupai yang marah bercericip, kupu-kupu
hinggap ke sana kemari, dan barisan semut merah berderap melintasi sepatu bot
Eragon, membawa larva putih kecil pada antena mereka. 146 Kemudian Saphira
menggeram, dan semua burung yang mendengarnya terbang ketakutan. Sudah cukup
memohon! ia menyatakan. Aku naga, dan aku tidak mau diabaikan, bahkan oleh
sebatang pohon! mengabaikan peringatannya. Sambil melangkah mundur dari batang
pohon Menoa, Saphira merunduk, membenamkan cakarnya dalam-dalam ke akar di
bawah kakinya, dan, dengan cabikan kuat, merobek tiga potong besar kayu dari akar
tersebut. Keluarlah dan bicara dengan kami Elf-pohon! raungnya. Ia menengadahkan
kepala seperti ular yang ingin mematuk, dan pilar api menyembur dari antara
rahangnya, menenggelamkan batang pohon dalam api biru dan putih. Sambil
melindungi wajah, Eragon melompat mundur untuk menghindari udara panas. Aku akan
berhenti jika ia menjawab kita. Sekumpulan tetesan air jatuh ke tanah. Eragon
menengadah, melihat dahan-dahan pohon pinus itu bergetar dan bergoyang semakin
keras. Erangan kayu bergesekan dengan kayu memenuhi udara.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Pada saat yang sama, angin sedingin es mengempas pipi Eragon, dan ia merasakan
getaran rendah di bawah kakinya. Saat melihat sekeliling, ia menyadari pepohonan yang
melingkari daerah lapang itu tampak lebih tinggi dan lebih miring daripada sebelumnya,
dan mereka kelihatan condong ke dalam, dahan-dahan mereka yang bengkok meraih ke
arahnya seperti cakar. Dan Eragon merasa takut. Saphira... katanya, dan merunduk
setengah berjongkok, siap kabur atau melawan. Sambil menutup rahang sehingga
menghentikan aliran api yang menyembur, Saphira memalingkan wajah dari pohon
Menoa. Saat ia melihat lingkaran pohon-pohon yang mengancam, sisik-sisiknya
bergetar dan ujung-ujungnya berdiri dari kulitnya seperti bulu kucing marah. Ia
menggeram ke arah hutan, mengayunkan kepala dari sisi ke sisi, kemudian membuka
lipatan sayap dan bersiap mundur dari pohon Menoa. Cepat, naik ke punggungku.
Sebelum Eragon sempat bergerak selangkah, akar setebal lengannya mencuat dari
dalam tanah dan membelit pergelangan kaki kirinya, membuatnya tidak bisa bergerak.
Akar yang lebih tebal muncul di kedua sisi tubuh Saphira dan mencengkeram kaki
Serta ekornya, menahannya di tempat. Saphira meraung marah dan memutar leher
untuk menyemburkan kobaran api lagi. Api dari mulutnya berkelip dan mati ketika
terdengar suara dalam benaknya dan benak Eragon, suara lambat dan berbisik yang
mengingatkan Eragon pada desiran dedaunan, dan suara itu berkata, Siapa yang berani
mengganggu ketenanganku" Siapa yang berani menggigit dan membakarku" Katakan
nama kalian, sehingga aku tahu siapa yang akan kubunuh. Eragon mengernyit
kesakitan ketika akar membelit kuat pergelangan kakinya. Lebih kuat sedikit lagi saja
akan mematahkan tulangnya. Aku Eragon Shadeslayer, dan ini naga yang terikat
denganku, Saphira Brightscales. Matilah, Eragon Shadeslayer dan Saphira Brightscales.
Tunggu! Eragon berseru. Aku belum selesai memperkenalkan diri kami. Keheningan
panjang terjadi, kemudian suara itu berkata, Lanjutkan. Aku Penunggang Naga merdeka
terakhir di Alagaesia, dan Saphira naga betina terakhir yang ada. Mungkin hanya kami
yang bisa mengalahkan Galbatorix, pengkhianat yang menghancurkan kaum
Penunggang dan menaklukkan setengah Alagaesia. Mengapa kau menyakitiku, naga"
suara itu mendesah. Saphira menunjukkan gigi-giginya ketika menjawab: Karena kau
tidak mau bicara dengan kami, Elf-pohon, dan karena Eragon telah kehilangan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pedangnya serta seekor kucing jadi-jadian menyuruhnya mencari di bawah pohon
Menoa jika ia butuh senjata. Kami telah lama mencari, tapi tidak bisa menemukannya
sendiri. Maka kau akan mati sia-sia, naga, karena tidak ada senjata di bawah
akarakarku. Sambil mati-matian berusaha membuat pohon itu tetap bicara, Eragon
berkata, Kami percaya yang dimaksud si kucing jadi-jadian adalah brightsteel, logam
bintang yang digunakan Rhunon untuk menempa pedang para Penunggang. tanpa
logam itu, ia tidak bisa mengganti pedangku.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Permukaan tanah bergelombang ketika jalinan akar yang menutupi daerah lapang itu
beringsut. Gerakan itu menyebabkan ratusan kelinci, tikus, tikus tanah, tikus kesturi, dan
makhluk-makhluk kecil lain yang berada di dalam Jiang-Jiang mereka berhamburan
panik, mereka, bertemperasan melintasi lahan terbuka menuju lindungan hutan. Dari
sudut matanya Eragon melihat dua belas Elf berlarian menuju daerah terbuka itu,
rambut mereka berkibar di belakang seperti bendera sutra. Sehening penampakan
hantu, Elf-Elf itu berhenti di bawah dahan-dahan pohon yang mengelilingi tanah lapang
dan menatapnya serta Saphira tapi tidak tampak berniat mendekati atau membantu.
Eragon baru saja hendak memanggil Oromis dan Glaedr dengan benaknya ketika suara
itu terdengar kembali. Kucing jadi-jadian itu tahu apa yang dikatakannya; ada
sebongkah bijih brightsteel tertanam di ujung akar-akarku, tapi kalian tidak boleh
memilikinya. Kau menggigit dan membakarku, dan aku tidak mau memaafkanmu.
Ketakutan menenggelamkan kegirangan Eragon karena mendengar keberadaan bijih
besi tersebut. Tapi Saphira naga betina terakhir! ia berseru. Tentunya kau takkan
membunuhnya! Naga mengembuskan api, bisik si suara, dan pohon-pohon di tepi lahan
terbuka bergetar. Api harus dipadamkan. Saphira menggeram lagi dan berkata, Jika
kami tidak bisa menghentikan pria yang memusnahkan Penunggang Naga, ia akan
datang ke sini dan membakar hutan di sekelilingmu, kemudian ia juga akan
memusnahkanmu, Elf-pohon. Jika kau membantu kami, mungkin kami bisa
menghentikannya. Deritan terdengar dari arah pohon-pohon ketika dua di antaranya
Saling menggesek. Jika ia berusaha memusnahkan anak-anakku, ia akan mati, kata si
suara. Tidak ada yang sekuat seluruh hutan belantara ini. Tidak ada orang yang bisa
mengalahkan hutan, dan aku bicara atas nama hutan ini. Tidakkah energi yang kami
berikan kepadamu cukup untuk menyembuhkan lukamu" tanya Eragon. Tidakkah itu
cukup untuk memperbaiki perbuatan kami" Pohon Menoa tidak menjawab tapi
menyodok benak Eragon, menyapu pikirannya seperti embusan angin. Apakah kau,
Penunggang" kata si pohon. Aku tahu semua makhluk yang hidup di hutan ini, tapi aku
tidak pernah bertemu yang seperti kau. Aku bukan Elf dan bukan pula manusia, kata.
Eragon. Aku berada di antara keduanya. Para naga mengubahku saat
dilangsungkannya Upacara Sumpah Darah. Mengapa mereka mengubahmu,
Penunggang" Supaya aku bisa lebih kuat memerangi Galbatorix dan kekaisarannya.
Aku ingat terjadi pembengkokan pada dunia ketika berlangsungnya upacara, tapi aku
tidak menduga itu penting... Sedikit sekali yang terasa penting sekarang, selain matahari
dan hujan. Eragon berkata, Kami akan menyembuhkan akar dan batangmu jika itu
membuatmu senang, tapi kumohon, bisakah kami mendapatkan brightsteel itu"
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Pohon-pohon yang lain berderak dan mengerang seperti hantu-hantu terlupakan,
kemudian, lembut dan berdesir, suara itu terdengar lagi. Maukah kau memberikan apa
yang kuinginkan sebagai bayarannya" Elf-Elf yang berkumpul di sepanjang jalan
setapak yang dipilih Eragon menatap dirinya dan Saphira dengan tajam sehingga
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Eragon mempercepat langkah dan kulit di tengkuknya merinding. Elf-Elf itu sama sekali
tidak bicara, hanya menatap dengan mata mereka yang sipit, memandang seakan
mereka menyaksikan hewan berbahaya mengendap-endap melewati rumah mereka.
Segumpal asap mengepul dari cuping hidung Saphira. Jika Galbatorix tidak membunuh
kita lebih dulu, katanya, kurasa kita akan hidup untuk menyesali ini. Ya, Eragon berkata
tanpa keraguan. Apa pun harganya, ia akan dengan senang hati memberikannya demi
sebilah pedang Penunggang. Kanopi pohon Menoa itu berhenti bergerak, dan selama
beberapa menit, segalanya hening di daerah terbuka itu. Kemudian tanah mulai bergetar
dan akar-akar di depan Eragon mulai membelit dan mengempas, melontarkan
serpihan-serpihan kulit kayu saat mereka merenggang ke samping untuk menunjukkan
sepetak tanah telanjang, dari mana keluar sesuatu yang tampak seperti segumpal besi
berkarat sepanjang sekitar dua kaki dan selebar satu setengah kaki. Ketika bijih besi itu
muncul ke permukaan tanah gembur berwarna hitam, Eragon merasakan cubitan kecil
di bagian bawah perutnya. Ia mengernyit dan menggosok bagian yang sakit, tapi
serangan mendadak itu sudah lenyap. Kemudian akar yang membelit kakinya
melonggar lalu kembali melesak ke dalam tanah, juga akar-akar yang membelit Saphira.
Ini logammu, bisik pohon Menoa. Ambillah dan pergi... Tapi-Eragon mulai bertanya.
Pergi... kata pohon Menoa, suaranya memudar. Pergi... Dan kesadarannya ditarik dari
benak Eragon dan Saphira, menyurut mundur makin dalam dan terus makin dalam
sampai Eragon hanya samar-samar merasakan kehadirannya. Di sekeliling mereka,
pohon-pohon kembali ke posisi semula. tidak memberitahukan apa yang diinginkannya.
Masih kebingungan, ia melangkah menghampiri bijih besi itu, menyelipkan jemari di
bawah tepi batu berlapis logam tersebut, dan mengangkat gumpalan berat itu ke
lengannya, mendengus ketika mengerahkan tenaga. Sambil memeluknya di dada,
Eragon berpaling dari pohon Menoa dan mulai melangkah dalam perjalanan panjang
menuju rumah Rhunon. Saphira mengendus brightsteel itu ketika menyertai Eragon.
Kau benar, katanya. Seharusnya aku tak menyerangnya. Setidaknya kita mendapatkan
brightsteel ini, kata Eragon, dan pohon Menoa itu... yah, aku tidak tahu apa yang
didapatkannya, tapi kita sudah memperoleh apa yang kita cari, dan itulah yang
terpenting. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Bidadari Pendekar Naga Sakti MENEMPA BESI DENGAN BENAK
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
masuk ke atrium rumahnya dan menjatuhkan gumpalan bijih brightsteel di lantai dekat
kakinya. Dengan kalimat sesingkat mungkin, Eragon menjelaskan tentang Solembum
dan pohon Menoa. Sambil berjongkok di sebelah bijih besi itu, Rhunon mengelus-elus
permukaannya yang berbintik, jemarinya meraba bercak-bercak metalik yang
bersilangan di antara batu. sampai mengganggu pohon Menoa dengan cara seperti itu.
Ia bukan makhluk yang bisa kaupermainkan. Cukupkah bijih besi itu untuk dibuat
pedang" tanya Saphira. jawab Rhunon, berdiri tegak. Elf wanita itu melirik tempat
penempaannya di tengah atrium, kemudian menepukkan telapak tangan, matanya
berkilat karena campuran perasaan bersemangat dan tekad. lakukan! Kau butuh
pedang, Shadeslayer" Baiklah, aku akan memberimu pedang yang tidak ada
tandingannya di seluruh Alagaesia.Varden"Rhunon terdiam, ekspresinya
menimbang-nimbang. mengerjakannya lebih cepat daripada yang biasa kulakukan dan
menggunakan sihir untuk melakukan hal-hal yang biasanya membutuhkan waktu
berminggu-minggu dengan tangan. Kau dan Brightscales akan membantuku.Itu bukan
pertanyaan, tapi Eragon mengangguk setuju. malam ini, tapi aku berjanji padamu,
Shadeslayer, kau akan mendapatkan pedangmu besok pagi.dari lantai tanpa kelihatan
terlalu mengerahkan tenaga dan membawanya ke bangku tempat pahatan yang sedang
dikerjakannya. Eragon membuka tunik dan kemeja, sehingga tidak akan merusaknya
saat melakukan pekerjaan, dan sebagai gantinya Rhunon memberinya jaket kulit ketat
dan celemek kain yang dibuat sedemikian rupa sehingga tahan api. Rhunon
mengenakan celemek yang sama. Ketika Eragon bertanya tentang sarung tangan
kepadanya, Elf wanita itu tertawa dan menggeleng. pandai besi ceroboh yang butuh
sarung tangan.Kemudian Rhunon mengantarnya ke ruangan rendah seperti gua yang
terdapat di dalam batang salah satu pohon tempat rumah Rhunon tumbuh. Di dalam
ruangan itu terdapat kantong-kantong arang dan tumpukan bata dari lempung berwarna
keputih-putihan. Dengan menggunakan mantra, Eragon dan Rhunon mengangkat
beberapa bata dan membawa semua keluar, ke sebelah tempat penempaan tanpa
dinding, kemudian juga kantong-kantong berisi batu bara, yang masing-masing
seukuran pria dewasa. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Begitu perlengkapan sudah diatur menurut keinginan Rhunon, ia dan Eragon
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membangun tempat pencairan bijih besi. Wadah untuk mencairkan itu berupa struktur
yang kompleks, dan Rhunon menolak menggunakan sihir untuk membangunnya,
sehingga pekerjaan itu menghabiskan waktu seharian. Mula-mula mereka menggali
lubang persegi empat sedalam lima kaki, yang mereka isi dengan lapisan pasir, kerikil,
tanah lempung, batu bara, dan abu, dan di lapisan tersebut mereka membuat beberapa
ruang dan lorong untuk menyingkirkan kelembapan yang bakal meredupkan panas api
untuk pencairan. Ketika isi lubang itu sudah rata dengan lantai tanah, mereka mengatur
bata menjadi palung di atas lapisan tersebut, menggunakan air dan lempung mentah
sebagai semen. Rhunon merunduk ke dalam rumahnya, kembali sambil membawa
sepasang pengembus udara, yang mereka pasang pada lubang-lubang di dasar palung.
Kemudian mereka beristirahat sejenak untuk minum dan makan beberapa gigit roti serta
keju. Setelah rehat sebentar, Rhunon memasukkan segenggam penuh ranting kecil ke
palung, menyalakannya dengan api dari sihir yang digumamkannya, dan, sementara api
menyebar, meletakkan beberapa potong kayu ek kering berukuran sedang di dasar
palung. Hampir selama satu jam ia mengurus api, mengolahnya dengan kecermatan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tukang kebun merawat mawar, sampai kayunya terbakar semua menjadi lapisan arang
yang rata. Kemudian Rhunon mengangguk kepada Eragon dan berkata, Eragon
mengangkat bongkahan bijih besi dan meletakkannya perlahan-lahan ke dalam palung.
Ketika panas yang menerpa jemarinya sudah tidak tertahankan lagi, ia melepaskan bijih
besi itu dan melompat mundur menghindari percikan bunga api yang memancar ke atas
seperti segerombolan kunang-kunang. Di bagian atas bijih besi dan arang, ia
menyekopkan lapisan tebal batu bara untuk bahan bakar apinya. Eragon
menepuk-nepuk debu batu bara dari telapak tangannya, kemudian mencengkeram
gagang pengembus dan mulai memompa, sementara Rhunon melakukan hal yang
sama dengan pengembus di sisi lain tempat pencairan. Di antara mereka, api diberi
aliran udara segar sehingga bisa membakar lebih panas. Sisik-sisik di dada Saphira,
juga di bagian bawah kepala dan lehernya, berpijar karena pancaran cahaya terang saat
api di dalam tempat pencairan menari-nari. Ia berjongkok sejauh beberapa meter,
matanya memandang jantung api yang panas. Aku bisa membantumu dengan
pekerjaan ini, kau tahu, katanya. Aku hanya butuh semenit untuk melumerkan bijih besi.
tidak akan menyatu dengan batu bara dan menjadi keras serta tidak cukup fleksibel
untuk dijadikan pedang. Simpan apimu, naga. Kita akan membutuhkannya nanti.Udara
panas dari tempat pencairan dan tenaga yang dikeluarkan untuk memompa udara tak
lama kemudian membuat Eragon bermandi keringat; lengannya yang telanjang tampak
mengilap dalam pantulan cahaya api. Sekali-sekali Rhunon meninggalkan pengembus
dan menyekop lapisan batu bara baru ke dalam api. Pekerjaan itu sangat monoton, dan
akibatnya segera saja Eragon kehilangan jejak waktu. Deru api yang terus-menerus,
pengembus di tangannya, embusan udara kencang, dan kehadiran Saphira yang
waspada Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
adalah satu-satunya yang ia rasakan. Maka ia terkejut ketika Rhunon berkata,
pengembusnya.Eragon mengusap dahi, lalu membantu wanita Elf itu menyekop batu
bara yang berpijar, mengeluarkannya dari tempat pencairan ke dalam segentong air.
Batu bara itu mendesis dan menguarkan bau tajam ketika menyentuh cairan. Ketika
akhirnya kolam logam yang putih bercahaya tampak di dasar palung-ampas dan kotoran
lain telah tersingkir selama proses tadi-Rhunon menutupi logam tersebut dengan seinci
abu putih halus, kemudian menyandarkan sekop pada sisi tempat pencairan lalu duduk
di bangku dekat tempat penempaannya. sekarang"Rhunon menunjuk langit, tempat
cahaya matahari terbenam mewarnai awan-awan yang berpencaran menjadi merah,
ungu, dan emas. mengerjakan logam itu jika cuaca sudah gelap agar bisa melihat
warnanya lebih jelas. Juga, brightsteel butuh waktu untuk mendingin sehingga cukup
lunak dan mudah dibentuk.Sambil meraih ke balik telinganya, Rhunon membuka tali
pengikat rambut, merapikan rambutnya lagi, lalu kembali mengikatnya. itu,mari kita
bicara tentang pedangmu. Bagaimana gaya bertarungmu" Dengan satu atau dua
tangan"Eragon berpikir selama semenit, kemudian berkata, punya pilihan, aku ingin
mengayunkan pedang dengan satu tangan sementara tangan yang lain memegang
perisai. Meski demikian, sekaliasi kadang tidak memungkinkan, dan aku sering harus
bertarung tanpa perisai. Maka aku ingin bisa menggenggam gagang pedang dengan
kedua tanganku, sehingga bisa mengarahkan pukulan yang lebih kuat. Bagian depan
gagang Zarbesar untuk kugenggam dengan tangan kiriku jika aku harus melakukannya,
tapi gerigi di sekeliling batu mirah delimanya terasa tidak nyaman dan membuat
genggamanku tidak terlalu mantap. Akan menyenangkan sekali jika memiliki pedang
dengan gagang yang lebih panjang.dipegang dua tangan" Eragon menggeleng. dalam
ruangan.umum kau memang benar. Kau akan puas dengan pedang satu setengah
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tangan"Bayangan berkelebat dalam benak Eragon tentang pedang Murtagh yang dulu,
dan ia tersenyum. Kenapa tidak" pikir Eragon. setengah tangan akan sempurna.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Sambil bersedekap, Rhunon duduk dengan dagu menyentuh tulang dada, kelopak
matanya setengah terpejam. Ingat, setipis apa pun, pedang itu takkan patah.ZarTawa
kasar dan serak keluar dari tenggorokan. Rhunon. itu bisa meningkatkan fungsi
pedangnya"Dengan malu Eragon beringsut di bangku, tidak menemukan. jawaban.
memperindahnya,cantik, ia cantik karena berguna. Sebilah pedang yang tidak mampu
memenuhi fungsinya akan tampak jelek di mataku tidak peduli betapa cantik
penampilannya, bahkan jika dihias permata paling indah dan ukiran paling rumit. keras.
daerah lapang dan. juga bisa melindungi dirimu dalam kungkungan terowongan sempit
di Farthen Dur. Sebilah pedang untuk kesempatan apa saja, dengan panjang sedang,
tapi gagangnya akan lebih panjang daripada rata-rata pedang biasa.Rhunon
mengangguk. dengan baik dari sihir...semakin canggih dalam abad-abad terakhir ini,
maka ujung pedangnya harus lebih tipis daripada yang biasa kubuat, agar lebih bisa
menembus lempengan dan rantai besi serta bisa menyelip di antara celah berbagai lapis
pelindung. Hmm.seuntai benang tersimpul, dan dengan benda itu ia mengukur tangan
serta lengan Eragon. Setelah itu, ia mengambil penyodok api dari besi tempa dari
tempat penempaan dan melemparkannya kepada Eragon. Eragon menangkapnya
dengan satu tangan dan mengangkat alis kepada wanita Elf itu. Rhunon menunjuk ke
arahnya dan berkata, bagaimana kau bergerak menggunakan pedang.Setelah
melangkah keluar dari naungan atap tempat penempaan tanpa dinding, Eragon
menuruti perintahnya dengan mendemonstrasikan beberapa gerakan yang diajarkan
Brom. Setelah semenit, ia mendengar dentingan besi beradu batu, kemudian. Rhunon
terbatuk dan berkata, melangkah ke hadapan Eragon, juga memegang sebatang
penyodok api. Dahinya berkerut galak saat ia mengangkat penyodok itu di depannya
dalam gerakan memberi hormat dan berteriak, besi berat di tangan Rhunon mendesing
melalui udara saat ia mengayunkannya ke arah Eragon dengan kibasan kuat. Sambil
menghindar ke Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
samping, Eragon menangkis serangan itu. penyodok api bergetar di tangannya ketika
kedua batang besi itu saling menghantam. Selama beberapa saat, ia dan Rhunon
bertarung. Meski jelas sekali wanita Elf itu sudah lama tidak berlatih menggunakan
pedang, ia masih merupakan lawan tangguh bagi Eragon. Akhirnya mereka harus
berhenti karena besi lunak penyodok api menjadi bengkok sampai seperti ranting pohon
yew. Rhunon mengambil penyodok api Eragon, kemudian membawa kedua batang besi
yang bengkok tersebut ke tumpukan peralatan yang sudah tidak terpakai. Ketika ia
kembali, wanita Elf itu mengangkat dagu dan berkata, Ekspresi muncul di mata Rhunon.
yang akan membuat pedang itu, Shadeslayer.Eragon melongo sesaat, kemudian
tergagap dan berkata, aku tidak pernah belajar menempa besi atau membuat pedang.
Aku tidak punya keahlian bahkan untuk menempa pisau biasa.Kerlipan di mata Rhunon
semakin terang. akan membuat pedang ini. memberiku perintah saat aku memalu
besi"tindakanmu dari dalam benakmu sehingga tanganmu bisa melakukan apa yang
tidak bisa dilakukan tanganku. Ini bukan solusi yang sempurna, tapi aku tidak bisa
memikirkan cara lain untuk menghindari sumpahku tapi juga tidak menghalangiku
melakukan keahlianku.Eragon mengerutkan kening. apa bedanya dengan Anda
menempa pedang itu sendiri"Rhunon menjadi gelap dan, dengan suara kasar, ia
berkata, seperti itu. Membuat pedang melalui tanganmu berbeda karena aku
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menganggapnya berbeda. Jika aku memercayai kebalikannya, sumpahku takkan
mengizinkanku ikut serta dalam proses pembuatannya. Jadi, kecuali kau ingin kembali
ke Varden dengan tangan kosong, sebaiknya kau diam saja.Maka mereka menuju
tempat pencairan, dan Rhunon menyuruh Saphira mengorek bongkahan brightsteel
yang membeku tapi masih hangat dari dasar palung bata. perintah Rhunon, dan mundur
ke jarak aman. Saphira mengangkat kaki depan, menginjak lempengan brightsteel yang
bergelombang dengan sekuat tenaga. Bumi bergetar, dan brightsteel itu retak di
beberapa tempat. Tiga kali lagi Saphira mengentakkan kaki di logam tersebut sebelum
Rhunon puas akan hasilnya.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Wanita Elf itu mengumpulkan potongan-potongan tajam logam tersebut di celemek dan
membawanya ke meja rendah di sebelah tempat penempaan. Di sana ia
memisah-misahkan logam menurut kekerasannya, yang, seperti dikatakannya kepada
Eragon, bisa ditentukan dari warna dan tekstur pecahan logamnya. biarpun aku bisa
mengolahnya jika mau, logam-logam itu akan harus dipanaskan lagi. Jadi kita hanya
akan menggunakan potongan-potongan yang sesuai untuk dijadikan pedang. Besi yang
agak lebih keras digunakan untuk tepi bilah pedangcemerlang dan berkilauan-pedang
butuh besi yang lebih lunakberwarna lebih kelabu serta tidak terlalu
cemerlang-menyerap hantaman. Tapi sebelum besi ini bisa ditempa menjadi bentuk
yang diinginkan, harus diolah untuk melenyapkan kotoran yang tersisa.Bagaimana
caranya" tanya Saphira. Rhunon melangkah ke salah satu tonggak yang menopang
atap tempat penempaan, duduk bersandar di situ, bersila dan memejamkan mata,
wajahnya bergeming dan berkonsentrasi. Hal pertama yang dirasakan Eragon saat
benaknya dan benak Rhunon menyatu adalah nada-nada rendah yang bergema di
dalam area benak gelap dan kusut milik Rhunon. Musik itu lambat dan mantap serta
mengumandangkan nada aneh dan membingungkan yang membuat Eragon gelisah.
Eragon tidak yakin apa yang diindikasikan musik itu mengenai karakter Rhunon, tapi
melodi menakutkan tersebut membuatnya ragu telah membiarkan wanita Elf itu
mengendalikan tubuhnya. Tapi pikiran, tentang Saphira yang duduk di dekat tempat
penempaan, mengawasinya, membuat keraguannya lenyap, dan ia menurunkan perisai
terakhir yang membentengi kesadarannya. Eragon merasa kulitnya seperti diselimuti wol
mentah ketika benak Rhunon menyelubungi benaknya, menyentuh bagian-bagian paling
pribadi dirinya. Eragon merinding karena sentuhan itu dan nyaris menarik diri, tapi
kemudian suara kasar Rhunon terdengar dalam kepalanya: Tenanglah, Shadeslayer,
dan semua akan baik-baik saja. Ya, Rhunon-elda. Kemudian Rhunon mencoba
mengangkat tangan Eragon, menggerakkan kakinya, memutar kepalanya, dan
bereksperimen dengan kemampuan tubuh Eragon. Meski terasa aneh bagi Eragon
karena tubuhnya bergerak tanpa keinginannya sendiri, lebih aneh lagi ketika matanya
melirik dari satu tempat ke tempat lain, seolah memiliki nyawa sendiri. Sensasi tanpa
daya itu menimbulkan percikan rasa panik dalam diri Eragon. Ketika Rhunon
membuatnya melangkah maju dan kakinya terantuk tepi tempat penempaan dan ia
seolah bakal jatuh, Eragon segera mengambil alih kendali tubuhnya lagi dan
mencengkeram ujung runcing tempa baja untuk menyeimbangkan tubuh. Jangan ikut
campur, bentak Rhunon. jika kau mengambil alih lagi tubuhmu selagi dalam proses
menempa tertentu, kau akan jadi cacat tanpa bisa sembuh lagi.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Anda juga, jika tidak berhati-hati, Eragon menggerutu. Sabarlah, Shadeslayer. Aku akan
menguasai ini tepat ketika cuaca gelap. Sementara mereka menunggu cahaya matahari
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
terakhir lenyap dari langit temaram, Rhunon menyiapkan tempa dan melatih
menggunakan berbagai alat. Kecanggungannya menggerakkan tubuh Eragon
berangsur-angsur lenyap, meski satu kali ia meraih palu dan tak sengaja memukul ujung
jemari Eragon ke permukaan meja. Rasa sakitnya membuat mata Eragon berair.
Rhunon meminta maaf dan berkata, Lenganmu lebih panjang daripada lenganku.
Beberapa menit kemudian, ketika mereka sudah siap untuk memulai pekerjaan, ia
berkomentar, Untunglah kau memiliki kekuatan dan kecepatan kaum Elf, Shadeslayer,
jika tidak kita takkan bisa menyelesaikan pekerjaan malam ini juga. Setelah mengambil
potongan-potongan brightsteel keras dan lunak yang diputuskan untuk digunakannya,
Rhunon meletakkannya di tempat penempaan. Sesuai permintaan Elf itu, Saphira
memanaskan potongan-potongan besi, membuka rahangnya hanya sekian inci
sehingga api biru dan putih yang menyembur dari sana tetap terfokus pada aliran kecil
dan tidak tumpah ke bagian lain bengkel. Semburan api yang meraung-raung itu
menyinari seluruh atrium dengan cahaya biru menyilaukan dan membuat sisik-sisik
Saphira berkilau dan bercahaya dengan pancaran terang. Rhunon menyuruh Eragon
mengambil brightsteel dari semburan api panas menggunakan capitan begitu besi
tersebut mulai berwarna merah ceri. Ia meletakkannya pada tempa dan, dengan
serangkaian pukulan keras palu, meratakan gumpalan-gumpalan besi menjadi setebal
tidak lebih dari seperempat inci. Permukaan besi yang merah membara berkilauan
dengan titik-titik. berpijar. Setelah menyelesaikan tiap potong, Rhunon memasukkannya
ke bak berisi air asin. Sesudah memipihkan semua potongan. brightsteel, Rhunon
menarik keluar semua lempengan dari bak, air asinnya terasa hangat di tangan Eragon,
dan menggosok semua menggunakan sebutir batu apung untuk menyingkirkan
serpihan-serpihan hitam yang muncul di permukaan logam. Hasil gosokan menunjukkan
struktur kristal logam, yang diperiksa Rhunon dengan sangat saksama. Kemudian ia
memisah-misahkan logam menurut kekerasan dan kemurniannya sesuai kualitas
kristal yang ditampakkan. Eragon merasakan semua pikiran dan perasaan Rhunon,
karena kedekatan benak mereka. Kedalaman pengetahuan wanita Elf itu membuat
Eragon terkagum-kagum; Rhunon melihat hal-hal di dalam logam yang tidak pernah
Eragon duga sebelumnya, dan kalkulasi yang dilakukan Rhunon tentang
penanganannya sama sekali tidak dimengerti Eragon. Eragon juga merasakan
ketidakpuasan Rhunon tentang bagaimana ia menggunakan martil untuk meratakan
logam itu. Ketidakpuasan Rhunon terus meningkat sampai ia menukas, Bah! Lihat
lekukan-lekukan di logam ini! Aku tidak bisa menempa
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pedang seperti ini. Kendaliku atas lengan dan tanganmu tidak cukup baik untuk
menciptakan pedang yang layak. Sebelum Eragon berusaha menenangkannya, Saphira
berkata, Bukan alat yang membuat hasil karya seorang seniman, Rhunon-elda.
Tentunya kau punya cara lain untuk membereskan ketidaknyamanan ini.
Ketidaknyamanan" dengus Rhunon. Koordinasiku tidak lebih baik daripada bocah
ingusan. Aku orang asing di rumah orang asing. Masih menggerutu, ia memikirkan
berbagai pertimbangan yang sama sekali tidak dimengerti Eragon, kemudian berkata,
Yah, aku mungkin punya solusi, tapi kuperingatkan kalian, aku tidak akan
melanjutkannya jika tidak bisa mempertahankan mutu pekerjaanku. Ia tidak menjelaskan
solusi itu kepada Eragon dan Saphira tapi, satu demi satu, meletakkan
lempengan-lempengan logam di landasan tempa dan meretakkannya menjadi serpihan
yang tidak lebih besar daripada kelopak bunga mawar. Sambil mengumpulkan setengah
serpihan dari brightsteel yang lebih keras, Rhunon menumpuknya menjadi bentuk bata,
yang kemudian dilapisinya dengan lempung dan kulit kayu birch untuk menyatukannya.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Bata itu diletakkan pada dayung besi tebal dengan gagang sepanjang tujuh kaki, mirip
yang digunakan tukang roti untuk memasukkan dan mengeluarkan roti dari oven
panas. Rhunon meletakkan dayung itu di tengah tempat penempaan dan memundurkan
tubuh Eragon sejauh mungkin sambil tetap memegang gagang dayung. Kemudian ia
meminta Saphira menyemburkan api, dan sekali lagi atrium itu berpendar oleh cahaya
biru berkelap-kelip. Panasnya begitu menyengat, sehingga Eragon merasa kulitnya yang
telanjang menjadi gosong, dan ia melihat batu granet tempat penempaan menjadi
bercahaya kuning terang. Brightsteel itu butuh waktu setengah jam untuk bisa mencapai
temperatur yang sesuai jika menggunakan api dari batu bara, tapi hanya butuh
beberapa menit ditenggelamkan semburan api Saphira sebelum akhirnya logam menjadi
putih. Begitu sudah berwarna putih, Rhunon menyuruh Saphira berhenti mengeluarkan
api. Kegelapan kembali menyelimuti tempat penempaan saat Saphira mengatupkan
rahangnya. Sambil mendesak Eragon, Rhunon membuatnya memindahkan bata logam
berlapis lempung itu ke landasan tempa, tempat ia mengambil martil dan memalu
lempengan-lempengan logam yang terpisah menjadi satu. Ia terus memukul logam,
membuatnya memanjang seperti batangan, kemudian memotong bagian tengahnya,
melipatnya menjadi dua, dan menyatukan kedua potongan tersebut. Dentingan logam
yang bersuara seperti lonceng memantul pada pohon-pohon tua yang mengelilingi
atrium. Rhunon dan Eragon mengembalikan brightsteel ke tempat penempaan begitu
warnanya memudar dari putih menjadi kuning, dan sekali lagi Saphira menyemburkan
api dari perutnya ke logam tersebut. Rhunon memanaskan dan melipat brightsteel enam
kali, dan setiap kali logam itu menjadi semakin halus dan fleksibel, sampai bisa
dibengkokkan tanpa patah. Saat Eragon memalu logam, setiap gerakannya dikendalikan
Rhunon, Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
wanita Elf itu mulai bernyanyi, baik dengan lidah Eragon maupun dengan benak
Rhunon. Bersama-sama, suara mereka membentuk harmoni yang enak didengar,
naik-turun seirama dengan pukulan palu. Kulit di tulang punggung Eragon merinding
saat ia merasakan Rhunon mengalirkan arus energi yang stabil ke kata-kata yang
mereka ucapkan, dan Eragon tersadar lagu itu berisi mantra penciptaan, pembentukan,
dan pengikat. Dengan suara mereka berdua, Rhunon menyanyikan logam yang terletak
di landasan tempa, menjabarkan fungsi-fungsinya-mengubahnya dengan cara yang
tidak dipahami Eragon- dan mengisi brightsteel dengan jaringan sihir yang rumit untuk
memberinya kekuatan dan ketahanan di luar batas logam biasa. Rhunon juga
menyanyikan lengan Eragon yang memegang martil, dan di bawah pengaruh suaranya
yang lembut, setiap pukulan yang didaratkannya tepat menghantam tempat yang
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diinginkan. Rhunon merendam batangan brightsteel setelah lipatan keenam dan terakhir
selesai dilakukan. Ia mengulangi seluruh proses tadi dengan sisa potongan-potongan
brightsteel yang keras, menempa batangan yang sama persis seperti yang pertama.
Kemudian ia mengumpulkan serpihan-serpihan brightsteel yang lebih lunak, yang dilipat
dan disatukannya sepuluh kali sebelum membentuknya menjadi baji pendek dan berat.
Selanjutnya, Rhunon menyuruh Saphira memanaskan lagi kedua batangan besi yang
lebih keras. Rhunon meletakkan kedua batang besi bersisian di landasan tempa,
mencengkeram keduanya di satu ujung dengan capit, kemudian memuntir kedua batang
besi sehingga Saling melintir tujuh kali. Percikan api melesat ke udara ketika ia memalu
puntiran itu menjadi satu potong besi. Oleh Rhunon hasil puntiran kedua batang besi
kemudian dilipat, disatukan, ditempa kembali menjadi memanjang sebanyak enam kali.
Ketika sudah puas dengan kualitas logam tersebut, Rhunon memipihkan brightsteel
menjadi lempengan persegi panjang, memotongnya memanjang menjadi dua dengan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pahat tajam, dan membengkokkan setiap lempengan di bagian tengah, sehingga
membentuk V yang panjang dan tipis. Dan semua itu, Eragon memperkirakan, dilakukan
Rhunon dalam jangka waktu satu setengah jam. Ia mengagumi kecepatan Rhunon
bekerja, meski tubuhnyalah yang melakukan semuanya. Ia belum pernah melihat orang
membentuk logam semudah ini; pekerjaan yang akan menghabiskan waktu. Horst
berjam-jam hanya dilakukan Rhunon dalam beberapa menit. Tetapi tidak peduli
seberapa kerasnya pekerjaan menempa, Rhunon terus bernyanyi, menyulamkan sihir
ke dalam brightsteel dan menuntun tangan Eragon dengan akurasi tanpa cacat. Di
antara riuhnya suara, api, percikan menyala-nyala, dan tenaga yang dikerahkan,
Eragon mengira melihat sekilas, saat Rhunon menyapukan pandangan ke sekitar
tempat penempaan, tiga sosok ramping berdiri di tepi atrium. Saphira memastikan
kecurigaannya sesaat kemudian dengan berkata, Eragon, kita tidak sendirian. Siapa
mereka" ia bertanya. Saphira mengirimkannya gambar benak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Maud, si kucing jadi-jadian yang pendek dan tua, dalam wujud manusianya, berdiri di
antara dua Elf pucat yang tidak lebih tinggi darinya. Salah satunya pria, yang lain wanita,
dan mereka sangat cantik, bahkan menurut ukuran Elf. Wajah serius mereka yang
berbentuk hati tampak bijak dan polos dalam perbandingan yang sama, yang membuat
Eragon mustahil menebak usia mereka. Kulit mereka menunjukkan kilau keperakan,
seakan-akan kedua Elf begitu penuh energi sehingga memancar keluar dari daging
mereka. Eragon bertanya kepada Rhunon siapa kedua Elf itu ketika Rhunon berhenti
untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Rhunon melirik mereka, memberi Eragon
pandangan yang lebih jelas, kemudian, tanpa menghentikan lagu yang dinyanyikannya,
berkata dengan benaknya, Mereka Alanna dan Dusan, satu-satunya anak-anak Elf di
Ellesmera. Orang-orang gembira sekali ketika mereka lahir dua belas tahun yang lalu.
Mereka tidak seperti Elf-Elf lain yang pernah kutemui, kata Eragon. Anak-anak kami
sangat istimewa, Shadeslayer. Mereka diberkati bakat-bakat tertentu-keanggunan dan
kekuatan-yang tidak bisa disamai Elf dewasa. Saat usia kami bertambah, kemudaan
kami memudar, meski keajaiban tahun-tahun awal kami tidak pernah meninggalkan
kami seutuhnya. Rhunon tidak buang-buang waktu lagi dengan berbicara. Ia menyuruh
Eragon meletakkan baji brightsteel di antara dua batangan berbentuk V dan memalunya
sampai batangan hampir menyelimuti baji dan tempaan itu menyatukan ketiga potong
besi. Kemudian Rhunon menyatukan seluruhnya, dan sementara logam tersebut masih
panas, ia mulai memanjangkannya dan membentuk bilah kasar pedang. Baji yang
berasal dari logam lunak menjadi tulang punggung bilah, sementara kedua potongan
yang lebih keras menjadi sisi, tepi, dan ujung. Begitu batang besi tersebut hampir
sepanjang pedang yang sudah jadi, Rhunon memelankan tempaannya saat ia kembali
ke bagian yang keras dan memukul-mukul bagian atas bilah pedang, menghasilkan
sudut dan proporsi terakhir. Rhunon dan Saphira memanaskan bilah itu dalam
bagian-bagian yang tak lebih dari enam atau tujuh inci, yang diatur Rhunon dengan
memegang bilah di depan salah satu cuping hidung Saphira, dan dari sekali Saphira
mengeluarkan semburan api. Segerombolan bayang-bayang yang menggeliat melompat
ke tepi atrium setiap kali api memancar. Eragon menatap takjub ketika tangannya
mengubah bongkahan logam kasar menjadi instrumen perang yang elegan. Seiring
setiap pukulan, bentuk pedang itu semakin jelas, seolah brightsteel-nya ingin menjadi
sebilah pedang dan. tak sabar menjadi bentuk yang diinginkan Rhunon. Akhirnya
penempaan selesai, dan di landasan tempa terbaring bilah pedang berwarna hitam,
yang, meski masih kasar dan belum tuntas, sudah memancarkan kesan mematikan.
Rhunon membiarkan tangan Eragon yang letih beristirahat sementara bilah pedang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
didinginkan di udara malam, kemudian ia dan Eragon membawa pedang tersebut ke
ujung lain bengkel, tempat ia mengatur enam roda gerinda dan, di bangku kecil,
serangkaian kikir, ampelas, dan batu gosok. Ia menyelipkan bilah pedang di antara dua
balok kayu dan menghabiskan satu jam berikutnya untuk mencungkil sisi bilah pedang
dengan pisau, juga Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menghaluskan garis luar bilah dengan kikir. Seperti menggunakan palu, setiap sapuan
pisau dan setiap gesekan kikir tampak menimbulkan efek dua kali lebih baik daripada
normal; seolah peralatan itu tahu persis seberapa banyak besi yang harus disingkirkan
dan tidak akan mengikir lebih banyak daripada yang diperlukan. Ketika selesai mengikir,
Rhunon membuat api batu bara di tungku tempanya, dan sementara menunggu api
memanas, ia membuat campuran hitam yang terdiri atas lempung halus, abu, bubuk
batu apung, dan getah juniper yang mengkristal. Ia mencat pedang dengan campuran
itu, mengoleskannya dua kali lebih banyak di bagian tulang punggungnya daripada yang
dioleskannya pada tepi dan ujung. Semakin tebal lapisan lempung, semakin lambat
logam di bawahnya mendingin ketika direndam dan, sebagai hasilnya, area pedang itu
menjadi lebih halus. Lempungnya berkilat ketika Rhunon mengeringkannya dengan
mantra cepat. Sesuai petunjuk Elf wanita itu, Eragon melangkah ke tungku tempa. Ia
meletakkan pedang itu mendatar di atas tumpukan batu bara yang panas dan,
memompa pengembus dengan tangannya yang bebas, perlahan-lahan menarik pedang
itu ke arah panggulnya. Begitu ujung pedang sudah terbebas dari api, Rhunon
membalikkannya dan mengulangi proses tadi. Ia terus menyapukan pedang ke batu
bara sampai kedua sisinya berwarna jingga rata dan tulang punggung pedang itu merah
manyala. Kemudian, dengan gerakan gemulai, Rhunon mengangkat pedang dari batu
bara, menyapukan batang besi berpendar itu di udara, dan mencelupkannya ke dalam
bak air di sebelah tungku. Ledakan awan asap muncul dari permukaan air, yang
mendesis, menggemeretak, dan menggelegak di sekitar bilah pedang. Setelah semenit,
air yang bergolak kembali tenang, dan Rhunon mengangkat pedang yang sekarang
berwarna, kelabu keperakan. Setelah mengembalikannya ke api, ia memanaskan
pedang dengan api kecil, untuk melenyapkan kekasaran tepi tepinya, kemudian
mencelupkannya sekali lagi. Eragon menyangka Rhunon akan melepaskan kendali akan
tubuhnya setelah ia menempa, mengeraskan, dan membentuk pedang itu, tapi dengan
terkejut ia mendapati wanita Elf itu terus mengendalikan tubuhnya. Rhunon
membuatnya memadamkan tungku dengan air, kemudian ia membuat Eragon
melangkah kembali ke bangku dengan kikir dan ampelas serta batu-batu penggosok. di
sana ia menyuruh Eragon duduk, dan dengan menggunakan bebatuan yang lebih halus,
ia memoles pedang. Dari memori Rhunon, Eragon mengetahui bahwa biasanya ia
memoles pedang selama seminggu atau lebih, tapi karena lagu yang mereka nyanyikan,
ia, melalui Eragon, bisa menyelesaikan pekerjaan itu dalam waktu empat jam saja,
dengan tambahan mengukir lekukan sempit pada bagian tengah kedua sisi pedang.
Saat brightsteel-nya semakin halus, kecantikan sejati logam itu terpampang; di
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dalamnya, Eragon bisa melihat pola seperti kabel yang berkilauan, setiap garis
menandai transisi di antara dua lapisan logam yang seperti beludru. Dan di sepanjang
tepi pedang terdapat jalur bergelombang berwarna putih keperakan selebar ibu jari
Eragon, yang membuat tepi pedang tampak terbakar dalam lidah api membeku. Otot
tangan kanan Eragon lemas ketika Rhunon melapisi bagian yang keras dengan arsiran
bersilang, dan kikir yang dipegangnya tergelincir dan jatuh dari jemarinya. Eragon
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
terkejut mendapati betapa letih dirinya, karena selama ini ia lebih berkonsentrasi pada
pedang tanpa memikirkan hal lain. Cukup, kata Rhunon dan menarik diri dari Eragon
tanpa menunda lagi. Terkejut akan pemisahan mendadak itu, Eragon terhuyung dari
bangku dan hampir terjungkal, sebelum mengambil alih kembali kendali atas tubuhnya.
Eragon tanpa duat panjang mereka. Rhunon bangkit dari tempat ia duduk bersila
bersandar pada tonggak dan menggeleng. tidur sampai pagi.Tapi terus bekerja.
Sekarang setelah bilahnya selesai dikerjakan, aku bisa melakukan pekerjaan
selanjutnya tanpa melanggar sumpahku, maka pergilah. Kau akan menemukan tempat
tidur di lantai dua rumahku. Jika kau lapar, ada makanan di sepen.Eragon bimbang,
enggan beranjak, tapi kemudian mengangguk dan tersaruk-saruk pergi dari bangku,
kedua kakinya diseret di tanah. Saat melintas, Eragon mengelus sayap, Saphira dan
mengucapkan selamat malam, terlalu letih untuk mengucapkan lebih banyak. Sebagai
balasan, Saphira mengacak rambut Eragon dengan dengusan napasnya yang hangat
dan berkata, Aku akan mengamati dan mengingat-ingat untukmu, makhluk kecil. Eragon
berhenti di pintu masuk rumah Rhunon dan menatap ke seberang atrium yang penuh
bayang-bayang gelap, tempat Maud dan kedua anak Elf masih berdiri. Ia mengangkat
tangan memberi salam, dan Maud tersenyum padanya, menampakkan gigi-giginya yang
runcing dan tajam. Tengkuk Eragon merinding ketika kedua anak Elf menatapnya; mata
mereka yang besar dan memanjang agak bercahaya dalam kegelapan. Ketika mereka
tidak bergerak, Eragon merunduk untuk bergegas masuk ke rumah, ingin segera
berbaring di kasur yang empuk. PENUNGGANG SEPENUHNYA Bangun, makhluk
kecil, kata Saphira. Matahari telah terbit dan Rhunon sudah tidak sabar. Eragon duduk
tegak, melemparkan selimut semudah menyingkirkan mimpi terjaganya. Lengan dan
bahunya pegal karena bekerja keras kemarin. Ia mengenakan sepatu bot, berkutat
mati-matian dengan talinya karena gugup, menyambar celemek kotornya dari lantai, dan
melonjak-lonjak turun dari undakan yang penuh ukiran menuju pintu masuk rumah
Rhunon. Di luar, langit terang karena cahaya pertama fajar, meski bayang-bayang
masih menyelimuti atrium. Eragon melihat Rhunon dan Saphira dekat tempat
penempaan tanpa dinding dan melangkah menghampiri mereka, menyisir rambut
dengan tangan. Rhunon ber diri bersandar pada tepi bangku. Ada lingkaran hitam di
bawah matanya, dan kerutan di wajahnya tampak lebih jelas daripada sebelumnya.
Pedang itu terletak di hadapannya, ditutupi kain putih panjang. "Aku telah melakukan hal
yang mustahil," katanya, suaranya serak dan letih. "Aku membuat sebilah pedang
padahal sudah bersumpah tidak akan melakukannya. Terlebih lagi, aku membuatnya
kurang dari satu hari dan menggunakan tangan orang lain. Tapi hasilnya tidak kasar
atau jelek. Tidak! Ini pedang terbaik yang pernah kutempa. Sebenarnya aku lebih suka
tidak terlalu banyak menggunakan sihir selama prosesnya, tapi hanya itu yang kusesali,
dan sungguh tak berarti dibandingkan dengan kesempurnaan hasilnya. Lihatlah!"
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Rhunon menyambar ujung kain, menariknya, menunjukkan pedang itu. Napas Eragon
tersentak. Ia mengira selama beberapa jam ia meninggalkan Rhunon bekerja, elf wanita
itu hanya punya waktu untuk membuat gagang yang polos dan batang pelindung bagi
pedang tersebut, dan mungkin sarung kayu yang sederhana. Tapi alih-alih demikian,
pedang yang dilihat Eragon di bangku sama menakjubkannya seperti Zar'roc, Naegling,
dan Tamerlein dan, menurutnya, lebih cantik daripada ketiga pedang itu. Sarung
mengilap yang warnanya biru gelap seperti sisik di punggung Saphira menutup bilahnya.
Warnanya agak bercorak, seperti bintik-bintik cahaya di dasar kolam bening di hutan.
Sepotong brightsteel biru terang berbentuk daun dilekatkan pada pangkal sarung
sementara terdapat lingkaran hiasan di mulut sarung dengan ukiran sulur-suluran.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Batang pelindung yang melengkung juga dibuat dari brightsteel biru, begitu pula empat
batang dudukan yang menyematkan batu safir besar yang membentuk bagian ujung
gagangnya. Gagang satu setengah tangannya terbuat dari kayu hitam. Penuh rasa
takjub, Eragon meraih pedang tersebut, kemudian berhenti dan melirik Rhunon. "Boleh
kupegang?" ia bertanya. Elf wanita itu menundukkan kepala. "Boleh. Aku
memberikannya kepadamu, Shadeslayer." Eragon mengambil pedang tersebut dari
bangku. Sarung dan gagang kayunya terasa dingin di tangannya. Selama beberapa
menit, ia mengagumi detail pada sarung dan batang pelindung serta ujung gagangnya.
Kemudian ia mencengkeram gagang lebih erat lalu membuka sarungnya. Seperti
keseluruhan pedang itu, bilahnya biru, tapi warnanya lebih muda; seperti biru pada sisik
Saphira di bagian kerongkongannya, lebih muda daripada biru pada sisik di
punggungnya. Seperti pada Zar'roc, warnanya berubah-ubah; ketika Eragon
menggerak-gerakkan pedang itu, warnanya akan berpendar dan berubah, menunjukkan
banyak gradasi warna biru seperti pada sisik Saphira. Melalui aliran warna, pola seperti
kabel di dalam brightsteel dan garis pucat di sepanjang tepinya masih terlihat. Dengan
sebelah tangan, Eragon mengayunkan pedang di udara, dan ia tertawa mendapati
betapa rasanya ringan dan cepat. Pedang itu hampir terasa hidup. Lalu ia
mencengkeramnya dengan dua tangan dan senang sekali mendapati gagangnya yang
lebih panjang bisa digenggam dengan sempurna. Menerkam ke depan, ia menusuk
musuh imajiner dan merasa yakin musuh-musuhnya akan mati akibat serangannya.
"Nih," kata Rhunon, dan menunjuk tiga batang besi yang terpancang tegak di luar
tempat penempaan. "Cobalah potong itu." Eragon terdiam sejenak untuk memfokuskan
pikiran, kemudian mengambil selangkah maju ke arah ketiga batang besi. Sambil
berteriak, kasih kepada Anda atas hadiah sehebat ini." "Kau bisa berterima kasih
kepadaku dengan membunuh Galbatorix. Jika ada pedang yang ditakdirkan untuk
membunuh raja sinting itu, inilah pedangnya." "Aku akan berusaha keras, Rhunon-elda."
Elf wanita itu mengangguk, tampak puas. "Yah, akhirnya kau memiliki pedang sen diri,
yang memang sudah sepantasnya. Sekarang kau Penunggang Naga sejati!" "Ya," kata
Eragon, dan mengangkat pedangnya ke arah langit, mengaguminya. "Sekarang aku
Penunggang sungguhan." "Sebelum kau pergi, ada satu hal lagi yang harus
kaulakukan," kata Rhunon. "Oh?" Elf wanita itu menjentikkan jari ke arah pedang di
tangan Eragon. "Kau harus menamainya sehingga aku bisa menandai bilah dan
sarungnya dengan glyph yang sesuai." Eragon menghampiri Saphira dan berkata,
Bagaimana menurutmu" Aku bukan yang memegang pedang. Namailah sesuai
keinginanmu. Ya, tapi kau pasti punya usul! Saphira menurunkan kepala ke dekat
Eragon dan mengendus pedang, kemudian berkata, Gigi-permata-biru adalah nama
yang akan kuberikan kepadanya. Atau Cakar-merah-biru. Akan kedengaran konyol di
telinga manusia. Kalau begitu, bagaimana dengan Penyambar atau Pencabik" Atau
mungkin Cakar-perang, Duri-gemerlap, atau Pembantai" Kau bisa menamainya Teror,
Luka, Penggigit, Tajam-abadi, atau Sisik bergelombang: sesuai garis-garis pada
besinya. Juga bisa dinamai Lidah Kematian, Besi-elf, Logam-bintang, dan lain
sebagainya. Serangan kata-kata itu membuat Eragon terenyak. Kau berbakat sekali,
komentarnya. Menciptakan nama asal-asalan sih mudah. Menciptakan nama yang
sesuai barulah bisa menguji kesabaran elf sekalipun. Bagaimana dengan
Pembantai-raja" tanya Eragon. Dan bagaimana sesudah kita membunuh Galbatorix"
Setelah itu apa" Tidakkah kau mau melakukan hal berguna lain dengan pedangmu "
Hmm. Sambil mendekatkan pedang ke kaki depan Saphira, Eragon berkata, Warnanya
persis seperti warna sisikmu... aku bisa menamainya dengan namamu. Geraman
rendah terdengar dari dada Saphira. Tidak. Eragon menahan senyum. Kau yakin"
Bayangkan saat kita berada di medan perang dan Satu kali, mungkin, tapi setelah itu
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tidak. Merasa habis akal, Eragon mengerutkan wajah dan menggosok dagu,
memperhatikan permainan cahaya yang memantul pada bilah pedang yang gemerlap.
Saat ia menatap ke besinya, matanya tertumbuk pada pola seperti api yang menandai
batas antara besi yang lebih lunak di punggung bilahnya dengan bagian tepinya, dan ia
teringat kata yang diucapkan Brom untuk menyalakan pipanya saat merekam memori
yang ditunjukkan Saphira kepadanya. Kemudian Eragon memikirkan Yazuac, tempat ia
pertama kali menggunakan sihir, dan juga tentang duelnya melawan Durza di Farthen
Dur, dan pada detik itu ia tahu tanpa ragu lagi bahwa ia telah menemukan nama yang
sesuai bagi pedangnya. Eragon berunding dengan Saphira, dan ketika naga itu setuju
dengan pilihannya, ia mengangkat pedang itu sebatas bahu dan berkata, "Aku telah
memutuskan. Pedang, kunamai kau Brisingr!" Dan dengan suara seperti embusan angin
kencang, pedang itu mengeluarkan api, balutan api biru safir menjilat-jilat tepinya yang
tajam. Sambil berteriak terkejut, Eragon menjatuhkan pedang itu dan melompat mundur,
takut terbakar. Pedang itu terus terbakar di tanah, apinya yang transparan
menghanguskan rumput di dekatnya. Saat itulah Eragon tersadar ia mengalirkan energi
untuk menghasilkan api buatan tersebut. Cepat-cepat ia menghentikan sihirnya, dan api
itu lenyap dari pedang. Bingung bagaimana ia bisa merapalkan mantra tanpa
bermaksud melakukannya, ia memungut pedang tersebut kembali dan mengetuk
bilahnya dengan ujung jari. Rasanya tidak lebih panas daripada sebelumnya. Sambil
mengerutkan kening, Rhunon menghampiri, menyambar pedang dari tangan Eragon,
dan memeriksanya dari kepala gagang sampai ujung bilah. "Kau beruntung aku sudah
melindunginya dengan perisai sihir anti api dan kerusakan, jika tidak, kau bakal
membengkokkan batang pelindungnya dan merusak bentuk bilahnya. Jangan
kaujatuhkan lagi, Shadeslayer-bahkan jika pedang ini berubah menjadi ular-atau aku
akan mengambilnya lagi dan memberimu martil usang sebagai gantinya." Eragon
meminta maaf, dan dengan paras lebih tenang, Rhunon menyerahkan kembali pedang
itu kepadanya. "Apakah kau sengaja menyalakannya?" ia bertanya. "Tidak," jawab
Eragon, tidak mampu menjelaskan apa yang terjadi. "Ucapkan lagi," perintah Rhunon.
"Apa?" "Namanya, namanya, ucapkan lagi." Eragon memegang pedang sejauh mungkin
dari tubuhnya lalu berseru, "Brisingr!" Api gemerlap menelan bilah pedang, panasnya
menghangatkan wajah Eragon. Kali ini Eragon merasakan tenaganya sedikit terkuras
akibat sihir. Setelah beberapa saat, ia mematikan api tanpa asap itu. Sekali lagi Eragon
berseru, "Brisingr!" dan sekali lagi bilah pedang menyala-nyala dengan lidah api biru
seperti hantu. Nah, ini baru pedang yang cocok bagi Penunggang dan naganya! Saphira
berkata senang. Ia menyemburkan api seperti aku. "Tapi aku tidak berusaha merapal
mantra!" Eragon memprotes. "Aku hanya mengucapkan Brisingr dan-" Ia berteriak dan
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memaki ketika pedang itu mengeluarkan api sekali lagi, yang ia matikan untuk keempat
kalinya. "Boleh kuperiksa?" pinta Rhunon, mengulurkan tangan kepada Eragon. Eragon
menyerahkan pedangnya, dan Rhunon juga berkata, "Brisingr!" Pedang itu tampak
bergetar, tapi selain itu, tidak ada yang terjadi. Dengan ekspresi menimbang-nimbang,
Rhunon mengembalikan pedang kepada Eragon dan berkata, "Aku bisa memikirkan dua
penyebab terjadinya fenomena ini. Satu adalah karena terlibat dalam penempaannya,
kau memasukkan sebagian karaktermu ke bilahnya, maka pedang ini jadi terikat dengan
keinginanmu. Penjelasanku yang kedua adalah kau telah menemukan nama sejati
pedangmu. Mungkin keduanya benar. Bagaimanapun, kau telah memilih nama dengan
baik, Shadeslayer. Brisingr! Ya, aku suka. Itu nama yang bagus untuk pedang." Nama
yang sangat bagus, Saphira menyetujui. Kemudian Rhunon meletakkan tangan di atas
tengah bilahBrisingr dan menggumamkan mantra yang tidak terdengar. Huruf glyph
bahasa Elvish untuk kata api muncul di kedua sisi pedang. Ia melakukan hal yang sama
pada bagian depan sarungnya. Sekali lagi Eragon membungkuk hormat pada wanita elf
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
itu, dan ia serta Saphira mengungkapkan terima kasih. Senyum timbul di wajah tua
Rhunon, dan ia menyentuh dahi mereka berdua dengan ibu jarinya yang kasar. "Aku
senang bisa membantu kaum Penunggang sekali lagi. Pergilah, Shadeslayer. Pergilah,
Brightscales. Kembalilah ke Varden, dan semoga musuh-musuh kalian lari ketakutan
melihat pedang yang kalian bawa sekarang." Maka Eragon dan Saphira meminta diri,
dan bersama-sama mereka meninggalkan rumah Rhunon, Eragon memeluk Brisingr di
lengannya seperti menimang bayi yang baru lahir. PELINDUNG TANGAN DAN
PELINDUNG KAKI Pelindung tangan dan pelindung kak i SEBATANG lilin menerangi
bagian dalam tenda kelabu dari wol, redup jika dibandingkan dengan cahaya matahari
Dendam Iblis Seribu Wajah 3 Dewi Sri Tanjung 6 Tersiksa Seperti Di Neraka Kemelut Di Majapahit 18
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama