Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini Bagian 6
tengah dan punggung bilahnya mereka dinginkan sehingga punggung falchion ini lebih
lembut daripada sisi tajamnya, cukup lembut untuk dibengkokkan dan dilenturkan
sehingga bisa lebih fleksibel dalam pertarungan tanpa retak seperti pedang yang
diasah." "Apakah kaum kurcaci membuat semua senjata seperti ini?" Fredric
menggeleng. "Hanya pedang bermata tunggal saja dan pedang bermata ganda mereka
yang paling bagus buatannya." Ia bimbang, dan keraguan tampak di matanya. "Kau
mengerti mengapa aku memilih senjata ini untukmu, Shadeslayer?" Eragon mengerti.
Dengan posisi bilah falchion dalam sudut yang tepat terhadap tanah, kecuali ia dengan
sengaja memiringkan pergelangan tangannya, setiap hantaman yang ditangkis dengan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pedang. itu akan diterima pada bagian pipihnya, sehingga sisi tajamnya bisa digunakan
hanya untuk menyerang. Menggunakan falchion hanya mengharuskannya mengubah
sedikit saja gaya bertarungnya. Melangkah keluar dari paviliun, Eragon mengambil sikap
kuda-kuda sambil memegang falchion itu. Mengayunkannya di atas kepala, ia
menghantam ke bawah kepada kepala musuh imajiner, kemudian berputar dan
merunduk, menangkis tombak tak kasatmata, melompat enam meter ke sebelah kiri,
dan, dengan gerakan brilian tapi rumit, mengayunkan pedang itu ke belakang
punggungnya, melemparkannya dari satu tangan ke tangan lain sambil bergerak.
Tarikan napas dan detak jantungnya tetap stabil seperti biasa, ia kembali ke tempat
Fredric dan Blodhgarm menunggu. Kecepatan dan keseimbangan falchion itu membuat
Eragon terkesan. Memang tidak bisa disamakan dengan Zartetap saja ini pedang yang
hebat. "Pilihanmu bagus sekali," katanya. Tapi Fredric merasakan keterpaksaan
sikapnya, karena ia berkata, "Tapi kau tidak sepenuhnya puas, Shadeslayer." Eragon
memutar-mutar falchion di tangannya, kemudian menyeringai. "Aku hanya berharap
benda ini tidak terlalu mirip dengan pisau untuk menguliti binatang. Aku merasa agak
konyol memegangnya." "Ah, jangan hiraukan jika musuh-musuhmu menertawaimu.
Mereka tidak akan tertawa begitu kau memenggal kepala mereka." Merasa senang,
Eragon tersenyum. "Aku akan menggunakan ini." "Kalau begitu, tunggu sebentar," kata
Fredric, dan ia menghilang ke dalam paviliun, kembali membawa sarung pedang dari
kulit hitam didekorasi ukiran berwarna perak. Ia menyerahkan sarung itu kepada
Eragon dan bertanya, "Apakah kau pernah belajar untuk mengasah
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pedang, Shadeslayer" Kau tidak perlu mengasah Zar"Tidak," Eragon mengakui, "tapi
aku mahir menggunakan batu. asah. Aku bisa mengasah pisau sampai tajam sekali,
sampai bisa mengiris benang. Lagi pula, aku selalu bisa menajamkannya dengan sihir
jika harus." Fredric mengerang dan menepuk pahanya, membuat beberapa helai bulu
kerbau lepas dari celana panjangnya. "Tidak, tidak, kau tidak ingin membuat sebilah
pedang jadi setajam silet. Sikunya harus tebal, tebal dan kuat. Seorang pejuang harus
bisa merawat senjatanya dengan benar, dan itu termasuk tahu cara mengasah
pedangnya!" Maka Fredric berkeras memberikan batu asah yang baru kepada Eragon
dan menunjukkan kepadanya bagaimana cara membuat falchion itu siap pakai dalam
peperangan sementara mereka duduk di tanah di sebelah paviliun. Begitu ia merasa
puas Eragon sudah bisa mengasah pedang dengan benar, ia berkata, "Kau bisa
bertarung menggunakan baju besi berkarat. Kau bisa bertarung dengan helm penyok.
Tapi jika kau ingin melihat matahari terbit esok hari, jangan pernah bertarung dengan
pedang tumpul. Jika kau baru selamat dari peperangan dan kau merasa seletih pria
yang baru saja mendaki Pegunungan Beor dan pedangmu tidak setajam sekarang, tidak
peduli apa pun yang kaurasakan, kau harus duduk pada kesempatan pertama dan
mengeluarkan batu dan kulit untuk mengasah. Persis seperti kau merawat kudamu, atau
Saphira, sebelum kau merawat diri sendiri, kau juga harus merawat pedangmu sebelum
melakukan kebutuhanmu sendiri. Karena tanpanya, kau tidak lebih dari sasaran empuk
musuh-musuhmu." Mereka sudah duduk di bawah cahaya matahari petang selama satu
jam lebih sebelum akhirnya si master senjata selesai memberi instruksi. Begitu ia
selesai, bayangan teduh melesat lewat dan Saphira mendarat di dekat-dekat mereka.
Kau menunggu, kata Eragon. Kau sengaja menunggu! Kau bisa saja menyelamatkanku
berjam-jam yang lalu, tapi kau malah membiarkanku di sini mendengarkan ocehan
Fredric tentang batu air, batu minyak, dan apakah minyak biji rami lebih baik daripada
lemak untuk melindungi logam dari air. Dan apakah benar" Tidak juga. Hanya saja
minyak biji rami tidak terlalu bau. Tapi itu bukan intinya! Kenapa kau membiarkanku
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengalami malapetaka seperti ini" Sebelah kelopak mata Saphira yang tebal mengedip
perlahan. Jangan berlebihan. Malapetaka" Kau dan aku akan bertemu malapetaka yang
jauh lebih buruk jika kita tidak mempersiapkan diri dengan benar. Apa yang dikatakan
pria berpakaian bau tadi kedengarannya penting untuk kauketahui. Yah, mungkin
memang penting, Eragon mengakui. Saphira menjulurkan leher dan menjilat cakar di
kaki depan kanannya. Setelah berterima kasih kepada Fredric dan berpamitan, dan
mengatur tempat pertemuan dengan Blodhgarm, Eragon menyematkan falchion-nya
pada sabuk Beloth si Bijaksana lalu memanjat punggung Saphira. Ia berseru gembira.
dan Saphira meraung saat mengembangkan kedua sayapnya lalu melesat ke udara.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Merasa limbung, Eragon mencengkeram tanduk di depannya dan menyaksikan
orang-orang serta tenda-tenda di bawah mengecil menjadi versi mini yang rata. Dari
atas, perkemahan tampak bagaikan jala berwarna kelabu, puncak-puncak segitiga,
bagian timurnya gelap terselaput bayangan, memberi kesan sepetak lahan kotak-kotak.
Benteng yang mengelilingi perkemahan tampak mencuat seperti duri landak,
puncak-puncak tonggak yang berwarna putih di kejauhan tampak cemerlang tertimpa
cahaya matahari miring. Pasukan kavaleri Raja Orrin berupa barisan titik di kuadran
barat laut perkemahan. Di bagian timur terdapat perkemahan para Urgal, rendah dan
gelap di lahan yang berbukit-bukit. Mereka terbang semakin tinggi. Udara yang dingin
dan murni menggigit pipi Eragon dan membakar paru-parunya. Ia hanya bisa bernapas
pendek-pendek. Di sebelah mereka gumpalan tebal awan melayang-layang, tampak
sepadat krim kocok. Saphira melingkari awan tersebut, bayangannya yang tidak rata
melesat melintasi puncak awan. Udara lembap menampar wajah Eragon, membuatnya
buta beberapa detik serta memenuhi mulut dan hidungnya dengan titik-titik air dingin. Ia
mengentakkan napas dan mengusap wajah. Mereka melesat ke atas awan. Seekor
elang merah memekik ke arah mereka ketika melin- tas. Kepakan Saphira menjadi lebih
berat, dan kepala Eragon mulai merasa ringan. Menghentikan gerakan sayapnya,
Saphira meluncur dari satu arus udara ke arus udara lain, menjaga ketinggian tapi tidak
terbang semakin tinggi. Eragon menatap ke bawah. Mereka tinggi sekali, sampai
ketinggian tidak berarti lagi dan benda-benda di darat tidak lagi tampak nyata.
Perkemahan kaum Varden tampak seperti papan permainan yang bentuknya tidak rata
dengan permukaan kotakkotak cokelat dan hitam. Sungai Jiet bagaikan tali tambang
perak bertepi jumbai-jumbai hijau. Di sebelah selatan, awan sulfur membubung dari
Dataran Membara membentuk serangkaian pegunungan jingga, rumah bagi
monster-monster dari bayang-bayang yang timbal tenggelam. Cepat-cepat Eragon
mengalihkan tatapannya. Selama kurang lebih setengah jam, ia dan Saphira
melayang-layang bersama angin, merasa nyaman dalam keheningan yang mereka bagi
bersama. Mantra yang tidak diucapkan keras-keras mengusir dingin dari Eragon.
Akhirnya mereka bisa bersama-sama lagi, berdua seperti yang pernah mereka rasakan
di Lembah Palancar sebelum Kekaisaran mengacaukan kehidupan mereka. Saphira-lah
yang pertama kali bicara. Kita adalah penguasa langit. Di sini di atap dunia. Eragon
meraih ke atas, seakan-akan dari tempatnya bertengger ia bisa menyentuh
bintang-bintang. Menukik ke kiri, Saphira menangkap arus udara hangat dari bawah,
kemudian stabil. kembali. Kau akan menikahkan Roran dan Katrina besok. Gagasan
yang ganjil sekali. Aneh sekali Roran akan menikah, dan aneh
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sekali aku yang harus memimpin upacaranya... Roran menikah. Memikirkannya
membuatku merasa lebih tua. Bahkan kami, yang belum lama berselang masih
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
anak-anak, tidak bisa menghindari berjalannya waktu. Maka sebuah generasi sudah
berlalu, dan tidak lama lagi giliran kami yang akan mengirimkan anak-anak kami ke
ladang untuk melakukan tugas yang perlu dilakukan. Tapi tidak akan terjadi kecuali kita
bisa selamat sampai beberapa bulan ke depan. Aye, benar sekali. Saphira limbung
ketika gelombang udara menghantam mereka. Kemudian ia menoleh ke belakang dan
bertanya: Siap" Mulai! Mencondongkan kepala ke depan, Saphira melipat kedua sayap
ke sisi tubuhnya dan terjun ke darat, lebih cepat daripada anak panah yang melesat.
Eragon tertawa ketika sensasi ketiadaan beban menyelubunginya. la mengencangkan
jepitan kakinya pada Saphira agar tidak terlontar dari tempatnya duduk, kemudian,
terbawa suasana yang membuatnya merasa berani, melepaskan pegangannya dan
merentangkan kedua tangan di atas kepalanya. Lingkaran daratan di bawah berputar
seperti roda ketika Saphira melintir menembus udara. Memelan kemudian
menghentikan putarannya, ia berguling ke kanan sampai jungkir balik. "Saphira!" seru
Eragon, dan menggebuk bahu naganya. Asap mengalir dari kedua cuping hidung
Saphira seperti pita melambailambai, kemudian ia meluruskan tubuh kembali
menghadapi daratan yang dengan cepat mendatangi mereka. Telinga Eragon meletup,
lalu ia membuka dan mengatupkan rahang beberapa kali ketika tekanannya semakin
tinggi. Kurang dari seribu kaki di atas perkemahan kaum Varden, dan hanya beberapa
detik sebelum menghantam tenda-tenda sehingga membuat kawah besar penuh
darah, Saphira membiarkan angin menangkap, kedua sayapnya. Entakan mendadak itu
membuat Eragon tersungkur ke depan, dan tanduk yang sedang dipegangnya nyaris
mencolok matanya. Dengan tiga kepakan kuat, Saphira berhenti. Tetap
membentangkan sayap-sayapnya, ia berputar-putar perlahan ke bawah. Itu tadi
mengasyikkan sekali! seru Eragon. Tidak ada permainan nan yang lebih mengasyikkan
daripada terbang, karena jika kau kalah, kau mati. Ah, tapi aku sudah percaya penuh
akan kemampuanmu; kau tidak akan membuat kita menghantam tanah. Rasa gembira
Saphira atas pujian itu memancar dari tubuhnya. Menukik ke arah tenda Eragon,
Saphira menggelengkan kepala, membuat Eragon terguncang-guncang, dan berkata,
Seharusnya aku sudah terbiasa sekarang, tapi setiap kali aku menghentikan terjun
seperti tadi, dada dan sayap-sayapku jadi pegal sampai besoknya aku hampir tidak bisa
bergerak. Eragon menepuk-nepuknya. Yah, besok kau tidak harus terbang. Tugas kita
hanya untuk pernikahan, dan kau bisa berjalan kaki. Saphira menggeram dan mendarat
di antara kepulan debu, membuat sebuah tenda kosong terjungkir karena kibasan
ekornya. Turun dari punggung Saphira, Eragon membiarkannya membersihkan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
diri dengan enam Elf berdiri di dekatnya, dan dengan enam Elf yang lain, Eragon
melintasi perkemahan sampai tiba di tenda si penyembuh Gertrude. Dari wanita itu ia
mempelajari ritual pernikahan yang akan dibutuhkannya untuk esok hari, dan ia berlatih
bersama Gertrude sehingga bisa menghindari kesalahan memalukan ketika saatnya
tiba. Kemudian Eragon kembali ke tendanya dan mencuci muka serta mengganti
pakaian sebelum pergi dengan Saphira untuk makan malam bersama Raja Orrin dan
para penasihatnya, seperti yang sudah dijanjikannya. Larut malam itu, ketika jamuan
sudah berakhir, Eragon dan Saphira berjalan kembali ke tenda mereka, menatap
bintang-bintang dan bicara tentang apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Dan
mereka sangat bahagia. Ketika tiba di tujuan, Eragon berhenti dan menatap Saphira,
dan hatinya begitu dipenuhi cinta, sampai ia merasa jantungnya akan berhenti berdetak.
Selamat malam, Saphira. Selamat malam, makhluk kecil. TAMU-TAMU TAK
TERDUGA Pagi berikutnya, Eragon melangkah ke belakang tenda, membuka pakaian
luarnya yang berat, dan mulai meluncur dalam posisi-posisi Rimgar level dua, rangkaian
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
olahraga yang diciptakan kaum Elf. Tak lama kemudian rasa dingin di dalam tubuhnya
lenyap. Ia mulai tersengal, lengan dan kakinya berkeringat, yang membuatnya kesulitan
melakukan posisi yang rasanya bakal membuat otot-ototnya robek dari
tulang-tulangnya. Satu jam kemudian, ia selesai melakukan Rimgar. Mengeringkan
telapak tangan di sudut tenda, ia mengeluarkan falchion-nya dan berlatih menggunakan
pedang itu selama tiga puluh menit. Ia akan lebih memilih berlatih menggunakannya
sepanjang hari-karena ia tahu hidupnya mungkin bergantung pada keahliannya
menggunakan falchion ini-tapi pernikahan Roran akan segera dilangsungkan, dan
para penduduk desa akan membutuhkan bantuan apa saja demi menyelesaikan
persiapan tepat pada waktunya. Merasa lebih segar, Eragon mandi dengan air dingin
dan berpakaian, kemudian ia dan Saphira berjalan ke tempat Elain memandori
orang-orang yang memasak untuk jamuan pernikahan Roran dan Katrina. Blodhgarm
dan rekan-rekannya mengikutinya sekitar dua belas meter di belakang, menyelinap dari
tenda ke tenda dengan gerakan gemulai. "Ah, bagus, Eragon," kata Elain. "Aku sudah
berharap kau akan datang." Wanita itu berdiri dengan menopangkan kedua tangan di
pangkal pinggangnya untuk menahan perutnya yang semakin membuncit.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Menunjuk dengan dagunya ke seberang barisan batang panggangan dan kuali yang
tergantung di atas bara, melalui beberapa pria yang sedang memotong babi, melewati
tiga tungku sementara yang dibuat dari lumpur dan batu, dan melintasi setumpukan
tong-tong kecil menuju sebaris papan yang diletakkan di atas bonggol-bonggol pohon
yang digunakan para wanita sebagai meja, ia berkata, "Masih ada dua puluh adonan roti
yang harus diolah. Maukah kau mengerjakannya?" Kemudian ia mengerutkan kening
melihat kulit keras di tangan Eragon. "Dan coba jangan sampai itu masuk ke adonan."
Enam wanita yang berdiri dekat meja papan, termasuk Felda dan Birgit, terdiam ketika
Eragon mengambil tempat di antara mereka. Beberapa kali Eragon berusaha memulai
percakapan dan gagal, tapi setelah beberapa saat, ketika ia menyerah membuat para
wanita itu lebih santai dan sedang berkonsentrasi mengadon, mereka mulai bicara lagi.
Mereka membicarakan Roran dan Katrina dan betapa beruntungnya kedua sejoli itu, lalu
membicarakan kehidupan para penduduk desa di perkemahan dan perjalanan mereka
ke sana, dan kemudian tanpa aba-aba, Felda melirik Eragon dan berkata, "Adonanmu
tampaknya terlalu lengket. Tidakkah sebaiknya kautambahkan terigu?" Eragon
menatap adonannya. "Kau benar. Terima kasih." Felda tersenyum, dan setelah itu, para
wanita mengajak Eragon bicara. Sementara Eragon mengerjakan adonan hangat,
Saphira mandi cahaya matahari di lapangan berumput di dekat-dekat sana. Anak-anak
dari Carvahall bermain bersamanya atau di sekelilingnya; suara tawa melengking
mengatasi dengungan suara orang dewasa yang lebih rendah. Ketika sepasang anjing
dekil mulai menggonggongi Saphira, ia mengangkat kepala dari tanah dan menggeram
kepada mereka. Kedua anjing itu lari terkaing-kaing. Semua orang yang berada di
lapangan adalah orang-orang yang dikenal Eragon selama ia dibesarkan. Horst dan Fisk
berada di sisi lain batang panggangan, membuat meja untuk makanan. Kiselt
membersihkan darah babi dari lengannya. Albriech, Baldor, Mandel, dan beberapa
pemuda lain menggotong tiangtiang yang diberi pita menuju bukit tempat Roran dan
Katrina ingin melakukan upacara pernikahan. Morn si pemilik kedai sedang mencampur
minuman untuk pernikahan, dengan istrinya, Tara, memegangi tiga botol besar dan
gentong minuman. Beberapa meter jauhnya, Roran sedang meneriakkan sesuatu
kepada seorang kusir gerobak yang berusaha menyuruh keledai-keledainya melintasi
lapangan. Loring, Delwin, dan si bocah Nolfavrell berdiri di dekat-dekat sana,
menyaksikan. Dengan makian keras, Roran menyambar tali kekang keledai terdepan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dan menarik hewan-hewan itu untuk berputar balik. Pemandangan itu membuat Eragon
heran; ia tidak pernah melihat Roran begitu kesal, atau mudah meledak. "Sang pejuang
hebat merasa gelisah sebelum pertandingan," komentar Isold, salah satu dari enam
wanita yang ada di sebelah Eragon. Kelompok itu tertawa. "Mungkin," kata Birgit,
mengaduk air ke terigu, "ia khawatir pedangnya
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
akan bengkok selagi bertarung." Para wanita tertawa riang. Pipi Eragon memerah. Ia
hanya menatap adonan di hadapannya dan mempercepat remasannya. Lelucon-lelucon
jorok memang biasa terdengar di acara pernikahan, dan ia juga pernah mendengarnya,
tapi lelucon yang diarahkan kepada sepupunya membuatnya canggung. Seperti ia
memikirkan mereka yang bisa Hadir sekarang, Eragon juga memikirkan orang-orang
yang tidak bisa menghadiri pernikahan ini. Ia memikirkan Byrd, Quimby, Parr, Hida, si
pemuda Elmund, Kelby, dan lain-lain yang telah tewas di tangan Kekaisaran. Tapi di
atas segalanya, ia memikirkan Garrow dan berharap pamannya masih hidup sehingga
bisa melihat putranya dianggap pahlawan baik oleh penduduk desa maupun kaum
Varden, dan untuk melihatnya menikahi Katrina dan akhirnya menjadi pria dewasa
seutuhnya. Memejamkan mata, Eragon mengarahkan wajah ke matahari siang dan
tersenyum ke langit, merasa puas. Udara terasa nyaman. Aroma ragi, terigu, daging
panggang, anggur yang baru dituang, sup mendidih, pastry manis; dan permen lumer
memenuhi udara di lapangan. Teman-teman dan keluarganya berkumpul di
sekelilingnya untuk perayaan, bukan berkabung. Dan untuk saat ini, ia aman dan
Saphira aman. Beginilah hidup seharusnya. Suara trompet membahana di seluruh
perkemahan, keras luar biasa. Kemudian sekali lagi. Dan lagi. Semua orang membeku,
tidak yakin tiga suara trompet itu menandakan apa. Sejenak seluruh perkemahan
hening, kecuali suara-suara binatang, kemudian terdengar dentuman suara gendang
perang Varden. Kekacauan segera terjadi. Para ibu berlarian mencari anak-anak
mereka dan yang sedang memasak mematikan api sementara para pria dan wanita
yang lain segera menyambar senjata-senjata mereka. Eragon berlari kencang ke arah
Saphira bahkan saat naga itu bangkit dengan keempat kakinya. Meraih dengan
benaknya, ia menemukan Blodhgarm dan, begitu Elf tersebut merendahkan perisai
benaknya, Eragon berkata, Temui kami di jalan masuk utara. Kami dengar dan segera
mematuhi, Shadeslayer. Eragon melompat ke atas Saphira. Begitu kaki Eragon
menjejak lehernya, Saphira melompati empat baris tenda, mendarat, kemudian
melompat kedua kalinya, sayap-sayapnya setengah terkembang, tidak terbang tapi
melompat-lompat melintasi perkemahan seperti kucing hutan melintasi sungai berair
deras. Getaran yang terjadi tiap kali Saphira mendarat membuat gigi dan tulang
punggung Eragon bergemeletuk dan nyaris membuatnya terlempar dari tempatnya
bertengger. Saat mereka naik dan turun, para prajurit yang ketakutan merunduk
menghindari jalan mereka, Eragon mengontak Trianna dan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
anggota lain Du Vrangr Gata, menemukan lokasi setiap, perapal mantra dan mengatur
mereka agar siap bertempur. Seseorang yang bukan dari Du Vrangr Gata menyentuh
benaknya. Eragon berusaha mundur, membentuk dinding untuk melindungi benaknya,
sebelum ia sadar bahwa yang mengontaknya adalah Angela si ahli tanaman obat dan
akhirnya membiarkan wanita itu menembus benaknya. Angela berkata, Aku bersama
Nasuada dan Elva. Nasuada ingin kau dan Saphira bertemu dengannya di jalan masuk
utara- Segera setelah memungkinkan. Ya, ya, kami sudah bergerak. Bagaimana dengan
Elva" Apakah ia merasakan sesuatu" Rasa sakit. Sakit sekali. Darimu. Dari Varden.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Dari yang lain-lain. Maafkan aku, Elva sulit dimengerti sekarang. Terlalu banyak yang
harus ditanggungnya. Aku akan menidurkannya sampai kekerasan selesai. Angela
memutuskan hubungan. Seperti tukang kayu yang menebarkan dan memeriksa
peralatannya sebelum melakukan pekerjaan baru, Eragon memeriksa perisai yang
dipasangnya di sekeliling dirinya sendiri, Saphira, Nasuada, Arya, dan Roran. Semua
tampaknya bekerja dengan baik. Saphira meluncur dan berhenti di depan tenda Eragon,
membelah tanah dengan cakar-cakarnya. Eragon melompat dari punggung Saphira,
koprol ke depan ketika menyentuh tanah. Melompat berdiri, ia melesat masuk tenda
sambil melepaskan sabuk pedangnya. Ia menjatuhkan sabuk dan falchion yang
menempel di sana ke tanah dan, meraih ke kolong ranjangnya, mengambil baju
pelindung. Rompi cincinnya yang dingin dan berat meluncur melalui atas kepalanya dan
mendarat di bahunya dengan suara seperti koin berserakan. Ia mengikat topi kulitnya,
mengenakan pelindung kepala dari rantai di atasnya, kemudian melesakkan helmnya
ke kepala. Menyambar sabuk, ia memasangnya kembali di pinggang. Dengan pelindung
tangan dan pelindung kaki dipegang di tangan kiri, ia mengaitkan kelingking ke
pegangan perisainya, menyambar pelana Saphira yang berat dengan tangan kanannya,
dan keluar dari tenda. Melepaskan perlengkapan zirahnya dengan suara berkelontang,
ia melemparkan pelana ke bahu Saphira lalu memanjat. Dalam ketergesaan dan
kegugupan, dan kekhawatiran, ia kesulitan memasang gesper-gespernya. Saphira
beringsut. Cepatlah. Kau lama sekali. Ya! Aku bergerak secepat mungkin! Kau kan
besar sekali! Saphira menggeram. perkemahan dipenuhi manusia berkeliaran, pria dan
kurcaci bergerak bagaikan aliran sungai menuju utara, bergegas, menjawab panggilan
genderang perang. Eragon mengambil perlengkapan zirah dari tanah, mendaki Saphira,
dan duduk di pelana. Dengan sekali kibasan sayap ke bawah, tarikan ke atas, terpaan
angin kencang, dan suara nyaring pelindung tangan yang berbenturan dengan perisai,
Saphira mengudara. Sementara mereka melesat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
ke sisi utara perkemahan, Eragon memasang pelindung kaki menutupi tulang
keringnya, berpegangan pada Saphira hanya dengan mengandalkan kekuatan kakinya.
pelindung tangan dijepitnya di antara perutnya dan pelana. perisai digantungnya di
tanduk leher Saphira. Ketika pelindung kaki telah terpasang, ia menyelipkan kaki pada
kaftan kulit di kedua sisi pelana, kemudian mengencangkan ikatannya. Tangan Eragon
menyentuh sabuk Beloth si Bijaksana. Ia mengerang, teringat bahwa ia telah
mengosongkan sabuk itu ketika menyembuhkan Saphira di Helgrind. Argh! Seharusnya
aku menyimpan energi di sini. Kita akan baik-baik saja, kata Saphira. Eragon baru saja
mengencangkan pelindung tangannya ketika Saphira menekuk sayap, meraup udara
dengan membran-membrannya yang transparan, dan mengangkat tubuh pada dua kaki
belakang, berhenti saat ia bertengger di salah satu tanggul yang mengelilingi
perkemahan. Nasuada sudah ada di sana, duduk di atas tunggangannya yang besar,
Battle-storm. Jormundur ada di sebelahnya, juga menunggang kuda; Arya berdiri di
tanah; dan juga pasukan Nighthawk yang bertugas berjaga, dipimpin oleh Khagra, salah
satu Urgal yang ditemui Eragon di Pertempuran Dataran Membara. Blodhgarm dan
Elf-Elf yang lain muncul dari hutan tenda di belakang mereka dan memosisikan diri
mengelilingi Eragon dan Saphira. Raja Orrin berderap bersama para pengikutnya dari
bagian lain perkemahan, menarik tali kekang ketika mereka tiba di dekat Nasuada.
Narheim, pemimpin kaum kurcaci, berada dekat di belakang mereka, bersama tiga
prajuritnya menunggangi kuda pony yang dikenakan jubah kulit dan pelindung besi. Nar
Garzhvog berlari dari lapangan di sebelah timur, dentuman kaki Kull itu terdengar
beberapa detik sebelum kedatangannya. Nasuada meneriakkan perintah, dan para
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pengawal di pintu masuk utara menarik gerbang kayu kasar untuk membiarkan
Garzhvog masuk, meski jika ingin Kull itu bisa saja mendobrak gerbang untuk masuk
sendiri. "Siapa yang datang?" gerung Garzhvog, mendaki tanggul hanya dengan empat
langkah kaki. Kuda-kuda minggir menjauh dari Urgal raksasa itu. "Lihat." Nasuada
menunjuk. Eragon sudah mengamati musuh mereka. Sekitar dua mil jauhnya, lima kapal
ramping, segelap malam, telah berlabuh di sisi terdekat Sungai Jiet. Dari kapal-kapal
tersebut keluar gerombolan pria mengenakan seragam tentara Galbatorix. pasukan itu
tampak gemerlap seperti riak air tersapu angin di bawah matahari musim panas saat
pedang, tombak, perisai, helm, dan baju besi menangkap dan memantulkan cahaya
matahari. Arya menudungkan mata dengan tangannya dan menyipitkan mata ke arah
pasukan itu. "Menurutku jumlah mereka antara dua ratus sampai tiga ratus." "Kenapa
sedikit sekali?" Jormundur berkata heran. Raja Orrin mengerutkan kening. "Galbatorix
pasti tidak segila itu Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
untuk percaya ia bisa menghancurkan kita dengan kekuatan sesedikit itu!" Orrin
membuka helmnya, yang berbentuk seperti mahkota, dan mengusap alis dengan ujung
tuniknya. "Kita bisa memusnahkan pasukan itu tanpa ada korban jiwa di pihak kita.
"Mungkin," kata Nasuada. "Mungkin juga tidak." Dengan logat tidak jelas, Garzhvog
menambahkan, "Sang Raja Naga adalah seorang pengkhianat berlidah dua, kambing
liar, tapi benaknya tajam. Ia selicik musang haws darah." Para prajurit berbaris teratur
dan kemudian mulai melangkah menuju Varden. Seorang bocah pembawa pesan berlari
menghampiri Nasuada. Gadis itu membungkuk dari pelananya untuk mendengarkan,
kemudian menyuruh bocah itu pergi. "Nar Garzhvog, orang-orangmu sudah aman
berada di dalam perkemahan kami. Mereka berkumpul dekat gerbang timur, siap
menunggu perintahmu." Garzhvog menggeram tapi tidak bergerak dari tempatnya.
Kembali menatap pasukan yang semakin dekat, Nasuada berkata, "Aku tidak
menemukan alasan untuk beradu fisik dengan mereka. Kita bisa menghujani mereka
dengan panah begitu mereka berada dalam sasaran tembak. Dan saat mereka
mencapai benteng, mereka akan terperosok ke dalam parit. Tidak ada satu pun dari
mereka yang akan selamat," ia menyimpulkan dengan. puas. "Saat mereka menyerang,"
kata Orrin, "aku dan pasukan berkudaku bisa menyerang mereka dari belakang. Mereka
akan sangat terkejut sehingga tidak punya waktu untuk mempertahankan diri." "Arab
pertempuran mungkin akan-" Nasuada sedang menjawab ketika suara trompet
membahana yang menandai kedatangan para prajurit kembali terdengar, begitu nyaring
sehingga Eragon, Arya, dan Elf-Elf yang lain harus menutup telinga mereka. Eragon
mengernyit kesakitan. Dari mana suara itu berasal" ia bertanya kepada Saphira.
Pertanyaan yang lebih penting, menurutku, adalah mengapa para prajurit itu ingin
memperingatkan kita bahwa mereka akan menyerang, jika memang mereka yang
menyebabkan suara ribut tadi. Mungkin untuk mengalihkan perhatian atau- Eragon lupa
hendak mengucapkan apa karena ia melihat gerakan di sisi jauh Sungai Jiet, di balik
barisan pepohonan dedalu yang menyedihkan. Merah bagaikan batu delima dicelup
dalam darah, merah bagaikan besi panas siap ditempa, merah bagaikan bara
menyala-nyala dalam kebencian dan kemarahan, Thorn muncul di atas pohon-pohon
yang layu. Dan di punggung naga yang berkilauan tersebut, duduk Murtagh dalam
baju besinya yang mengilat,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengusung ZarMereka datang untuk kita, kata Saphira. Perut Eragon melilit, dan ia
merasakan ketakutan Saphira seperti arus air deras menghantam benaknya. API DI
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
UDARA Saat Eragon menyaksikan Thorn dan Murtagh terbang tinggi di langit utara,
ia mendengar Narheim berbisik, "Barzul," kemudian menyumpahi Murtagh karena telah
membunuh Hrothgar, raja kaum kurcaci. Arya memutar tubuhnya memunggungi
pemandangan itu. "Nasuada, Yang Mulia," katanya, matanya mengarah kepada Orrin,
"kalian harus menghentikan para prajurit itu sebelum mereka mencapai perkemahan.
Jangan biarkan mereka menyerang pertahanan kita. Jika dibiarkan, mereka akan
membanjiri benteng ini seperti ombak badai dan membuat kerusakan berat di
tengahtengah kita, di antara tenda-tenda, sehingga kita tidak bisa bergerak dengan
efektif." "Kerusakan berat?" Orrin mendengus. "Begitu kecilnya kepercayaanmu akan
kekuatan kami, Ambasador" Manusia dan kurcaci mungkin tidak sekuat kaum Elf, tapi
kami tidak akan kesulitan mengusir prajurit-prajurit menyedihkan ini, aku yakin." Wajah
Arya mengeras. "Tidak ada yang menandingi kekuatan kalian, Yang Mulia. Aku tidak
meragukannya. Tapi dengar: ini jebakan untuk Eragon dan Saphira. Mereka"-ia
mengayunkan lengan ke arah sosok Thorn dan Murtagh di langit-"datang untuk
menangkap Eragon dan Saphira lalu membawa mereka ke Urukecuali ia yakin mereka
bisa membuat Varden sibuk cukup, lama bagi Murtagh untuk membuat Eragon
kewalahan. Galbatorix pasti memasang mantra pada pasukan itu, mantra untuk
membantu mereka melaksanakan misi. Aku tidak tahu mantra apa yang digunakannya,
tapi aku yakin akan hal ini: ada sesuatu yang tidak kita ketahui dari para prajurit itu, dan
kita harus mencegah mereka masuk ke perkemahan." Tersadar dari shock-nya, Eragon
berkata, "Kalian tidak mau membiarkan Thorn terbang di atas perkemahan; ia bisa
membakar setengah perkemahan hanya dengan sekali lewat." Nasuada mencengkeram
kepala pelana kudanya, seolah-olah tidak menyadari kehadiran Murtagh dan Thorn, juga
para prajurit, yang sekarang berjarak kurang dari satu mil. "Tapi kenapa tidak
menyerang kita selagi lengah?" ia bertanya. "Kenapa memberitahu kita tentang
kedatangan mereka?" Narheim-lah yang menjawab. "Karena mereka tidak ingin Eragon
dan Saphira terlibat pertempuran di darat. Tidak, kecuali jika aku salah,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
rencana mereka adalah untuk membuat Eragon dan Saphira bertemu dengan Thorn dan
Murtagh di udara sementara para prajurit menyerang posisi kita di sini." "Maka apakah
bijaksana untuk menuruti keinginan mereka dengan cara mengirim Eragon dan Saphira
ke dalam jebakan ini dengan sukarela?" Nasuada mengangkat sebelah alisnya."Ya,"
desak Arya, "karena kita memiliki keunggulan yang tidak mereka duga." Ia menunjuk
Blodhgarm. "Kali ini Eragon tidak akan menghadapi Murtagh sendirian. Ia akan didukung
kombinasi kekuatan tiga belas Elf. Murtagh tidak akan menduga itu. Hentikan para
prajurit itu sebelum mereka mencapai kita, dan kalian akan membuat sebagian rencana
Galbatorix gagal. Kirim Saphira dan Eragon yang didukung usaha keras perapal-perapal
mantra terbaik dari rasku, dan kalian akan merusak sisa rencana Galbatorix." "Aku
percaya padamu," kata Nasuada. "Tapi pasukan prajurit itu sudah terlalu dekat untuk
dihadang jika prajurit kita berjalan kaki. Orrin-" Sebelum ia selesai bicara, sang raja telah
memutar kudanya dan mengarah ke gerbang utara perkemahan. Salah satu
pengikutnya meniup trompet, tanda bagi seluruh anggota pasukan kavaleri Orrin untuk
membentuk barisan dan siap menyerang. Kepada Garzhvog, Nasuada berkata, "Raja
Orrin akan butuh bantuan. Kerahkan pasukanmu untuk bergabung dengannya." "Lady
Nightstalker." Mendongakkan kepala bertanduknya yang besar, Garzhvog
mengeluarkan lolongan lantang. Bulu-bulu halus di lengan dan leher Eragon berdiri saat
mendengarkan lolongan liar Urgal tersebut. Sambil mengatupkan rahang, Garzhvog
menghentikan seruannya kemudian menggeram, "Mereka akan datang." Bumi
bergetar ketika Kull itu melompat dan berlari menuju gerbang tempat Raja Orrin dan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pasukannya berkumpul. Empat anggota Varden menarik gerbang agar terbuka. Raja
Orrin mengangkat pedangnya, berteriak, dan berderap keluar perkemahan, memimpin
anak buahnya menghadapi para prajurit Galbatorix dalam tunik berbordir emas mereka.
Gulungan asap cokelat membubung dari bawah kaki-kaki kuda, menghalangi
pandangan mata pada formasi mereka yang berbentuk kepala anak panah. "Jormundur
," kata Nasuada. "Ya, my Lady?" "Perintahkan dua ratus prajurit berpedang dan seratus
prajurit bertombak untuk bergabung dengan mereka. Dan posisikan pasukan pemanah
sekitar enam puluh sampai tujuh puluh meter dari medan pertempuran. Aku ingin para
prajurit ini dilumatkan, Jormundur , dihancurkan, dilenyapkan dari keberadaan. Beritahu
pasukan kita bahwa kita tidak tertarik menjadikan satu pun dari mereka sebagai
tawanan." Jormundur membungkuk. "Dan katakan pada mereka bahwa meski aku tidak
bisa ikut bertarung dalam pertempuran ini, karena luka di kedua lenganku, semangatku
tetap bersama mereka." "My Lady."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Ketika Jormundur bergegas pergi, Narheim mendekatkan kuda ponynya ke Nasuada.
"Bagaimana dengan kaumku, Nasuada" Peran apa yang akan kami mainkan?"
Nasuada mengerutkan kening ke arah debu tebal menyesakkan yang melayang-layang
di sepanjang daratan berumput bergelombang di depannya. "Kalian bisa membantu
menjaga perbatasan kita. Jika para. prajurit Galbatorix berhasil-" Ia terpaksa berhenti
sejenak saat empat ratus Urgal-lebih banyak yang sudah datang sejak Pertempuran
Dataran Membara-berlari ke tengah-tengah perkemahan, melintasi gerbang, dan
menuju lapangan di seberang, sepanjang waktu menyerukan teriakanteriakan perang
yang tidak dimengerti. Ketika mereka menghilang ke dalam kepulan debu, Nasuada
melanjutkan: "Jika para prajurit Galbatorix berhasil menghindari pasukan kita,
kapak-kapak perang kalian akan sangat diperlukan." Angin menyapu ke arah mereka,
membawa jeritan-jeritan kematian manusia dan kuda, suara logam beradu logam,
dentingan pedang menghantam helm, dan dentuman tombak melawan perisai, dan, di
antara semua itu, suara tawa tanpa humor yang menakutkan, berkumandang tanpa
henti dari kerongkongan-kerongkongan berbeda selama kekacauan itu berlangsung.
Suara tawa dari mereka yang kehilangan kewarasan, pikir Eragon. Narheim
memukulkan kepalan tangan pada panggulnya. "Demi Morgothal, kami tidak akan
tinggal diam jika ada pertempuran yang harus dilakukan! Lepaskan kami, Nasuada, dan
biarkan kami menggorok beberapa leher untukmu!" "Tidak!" seru Nasuada. "Tidak, tidak,
dan tidak! Aku telah memberi perintah, dan aku ingin kau mematuhinya. Ini pertempuran
bagi kuda, manusia, dan Urgal, Sertamungkin naga. Bukan tempat yang tepat bagi
kurcaci. Kalian akan terinjak-injak seperti anak kecil." Begitu Narheim berseru marah,
Nasuada mengangkat tangan. "Aku tahu kalian adalah pejuang tanpa rasa takut. Tidak
ada yang lebih tahu daripada aku, yang bertarung di sebelah kalian di Farthen Dur.
Meski demikian, bukan aku menghina, kalian terlalu pendek untuk ukuran kami, dan aku
lebih baik tidak menempatkan pejuang-pejuangmu dalam risiko besar di pertempuran
ini, ketika ukuran tubuh kalian bisa merugikan. Lebih baik menunggu di sini, di daratan
yang lebih tinggi, tempat kalian akan berdiri lebih tinggi daripada siapa saja yang
berusaha memanjat tanggul ini, dan biarkan prajurit Galbatorix mendatangi kalian. Jika
ada yang bisa mencapai kita, mereka adalah prajurit dengan keahlian luar biasa, aku
ingin kau dan pasukanmu berada di sana untuk menghalangi mereka, karena orang
lebih mungkin mencabut gunung daripada mengalahkan kurcaci." Masih merasa tidak
senang, Narheim menggumamkan jawaban, tapi kata-katanya tenggelam saat pasukan
Varden yang telah ditugaskan Nasuada mulai membanjiri celah di tanggul yang tadinya
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
terdapat gerbang. Suara derap langkah kaki dan benturan perlengkapan perang
semakin lirih ketika para pria tersebut menjauh dari perkemahan. Kemudian angin
berembus sepoi-sepoi, dan dari arah medan pertempuran terdengar lagi suara gelak
menakutkan. Sejenak kemudian, teriakan benak yang luar biasa nyaring membuat
pertahanan Eragon runtuh dan suara itu langsung menembus otaknya, memenuhinya
dengan rasa sakit saat ia mendengar seorang pria berkata, Ah, tidak, tolong aku!
Mereka tidak mau mati! Demi Angvard, mereka tidak bisa mati! Hubungan benak
mereka terputus, dan Eragon menelan ludah ketika sadar bahwa pria tadi telah tewas.
Nasuada beringsut di pelananya. Wajahnya tegang. "Siapa itu barusan?" "Kau juga
dengar?" "Rasanya kita semua mendengarnya," kata Arya. "Kurasa itu Benden, salah
satu perapal mantra yang berkuda bersama-sama Raja Orrin, tapi-" "Eragon!" Thorn
telah terbang berputar-putar semakin tinggi sementara Raja Orrin dan anak buahnya
menghalangi pasukan di bawah, tapi sekarang naga itu melayang tidak bergerak di
langit, setengah jalan di antara para prajurit dan perkemahan, dan suara Murtagh,
dikeraskan oleh sihir, bergema di seluruh daratan: "Eragon! Aku melihatmu di sana,
bersembunyi di balik rok Nasuada. Ayo hadapi aku, Eragon! Ini takdirmu. Atau apakah
kau seorang pengecut, Shadeslayer?" Saphira menjawab untuk Eragon dengan
mengangkat kepala dan meraung bahkan lebih keras daripada kata-kata Murtagh yang
bergemuruh, kemudian melontarkan semburan api biru yang berkeretak sepanjang dua
puluh kaki ke udara. Kuda-kuda yang terdekat dengan Saphira, termasuk kuda
Nasuada, melompat menjauh, meninggalkan Saphira dan Eragon sendiri di atas tanggul
bersama para Elf. Melangkah menghampiri Saphira, Arya menyentuh kaki kiri Eragon
dengan tangannya dan menengadah menatapnya dengan mata hijau yang sipit.
"Terima ini dariku, Shurenergi dalam tubuhnya. "Eka elrun ono," Eragon bergumam
kepada Arya. Juga menggunakan bahasa kuno, Arya berkata, "Hati-hati, Eragon. Aku
tidak ingin melihatmu dikalahkan Murtagh. Aku..." Tampaknya masih ada yang ingin
diucapkannya, tapi ia bimbang, kemudian melepaskan sentuhan tangannya dari kaki
Eragon dan kembali berdiri di sebelah Blodhgarm. "Terbanglah menuju kemenangan,
Bjartskular!" para Elf berseru bersamaan ketika Saphira mengudara dari tanggul. Saat
Saphira mengepakkan sayap menghampiri Thorn, Eragon menggabungkan benaknya
dengan benak Saphira, kemudian dengan Arya, dan melalui Arya benaknya bergabung
dengan Blodhgarm dan sebelas Elf yang lain. Dengan adanya Arya sebagai titik poros
bagi para Elf, Eragon bisa berkonsentrasi pada pikiran Arya dan Saphira saja; ia sangat
mengenal Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mereka sehingga reaksi mereka tidak akan mengalihkan perhatiannya di tengah-tengah
pertempuran. Eragon mencengkeram perisai dengan tangan kiri dan mengeluarkan
falchion dari sarungnya, memegangnya dengan bilah menghadap atas agar tidak
tanpa sengaja menusuk sayap Saphira ketika mengepak, atau mengiris bahu dan leher
naga itu, yang teruss bergerak. Aku lega tadi malam telah meluangkan waktu untuk
mengisi falchion ini dengan sihir, katanya kepada Saphira dan Arya. Semoga saja
mantramu bisa bertahan, sahut Saphira. Ingot, kata Arya, tetap berada sedekat mungkin
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan kami. Lebih jauh jarak di antara kita, semakin sulit bagi kami mempertahankan
hubungan benak ini denganmu. Thorn tidak menukik menyambar Saphira atau
menyerang saat Saphira mendekat, tapi justru meluncur menjauh dengan sayapsayap
kaku, membiarkan Saphira naik ke ketinggiannya tanpa halangan. Kedua naga
menyeimbangkan diri menggunakan arus udara, saling berhadapan dalam jarak empat
puluh meter, ujung-ujung ekor mereka yang berduri berkedut, moncong-moncong
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mereka berkerut dengan seringaian galak. Ia lebih besar, Saphira mengamati. Belum
lagi dua minggu sejak terakhir kita bertemu dengannya dan ia sudah tumbuh sekitar
empat kaki, atau bahkan lebih. Saphira benar. Thorn tampak lebih panjang dari kepala
ke ekor, dan dadanya lebih tebal, sejak terakhir kali mereka bertarung di atas Dataran
Membara. Naga itu baru menetas, tapi tubuhnya sudah hampir sebesar Saphira.
Dengan enggan Eragon mengalihkan tatapannya dari naga ke penunggangnya. Murtagh
tidak mengenakan helm, dan rambut hitamnya yang panjang berkibar ke belakang
seperti surai tipis. Wajahnya keras, lebih keras daripada yang pernah dilihat Eragon, dan
Eragon tahu kali ini Murtagh tidak akan, tidak bisa, berlaku lunak padanya. Volume
suaranya sudah tidak sekeras tadi, tapi masih kedengaran lebih keras daripada normal,
Murtagh berkata, "Kau dan Saphira telah membuat kami sangat kesakitan, Eragon.
Galbatorix murka karena kami membiarkan kalian bebas. Dan setelah kalian berdua
membunuh para Ra kemudian mengalihkan kemarahannya kepadaku dan Thorn. Kami
berdua telah menderita sekali akibat perbuatan kalian. Itu tidak akan terulang lagi." Ia
menarik tangannya ke belakang, seolah Thorn akan menghunjam ke depan dan
Murtagh bersiap menebas Eragon dan Saphira. "Tunggu!" seru Eragon. "Aku tahu
bagaimana kalian bisa melepaskan diri dari sumpah kalian kepada Galbatorix." Ekspresi
kepengin yang amat sangat membuat paras Murtagh berubah, dan ia menurunkan
Zarmeludah ke darat lalu berteriak, "Aku tidak percaya! Itu tidak mungkin!" "Itu mungkin!
Biar aku menjelaskan."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Murtagh tampak berjuang melawan diri sendiri, dan untuk sekejap Eragon merasa
pemuda itu bakal menolak. Memutar kepalanya, Thorn menoleh ke belakang untuk
melihat Murtagh, dan sesuatu melintas di antara benak mereka. "Sial kau, Eragon," kata
Murtagh, dan meletakkan Zarmelintang di atas pelananya. "Terkutuk kau. karena
membujuk kami. Kami sudah berdamai dengan kaum kami, dan kau menggoda kami
dengan harapan kosong yang telah tidak lagi kami impikan. Jika ini terbukti sebagai
harapan palsu, saudaraku, aku bersumpah akan memotong tangan kananmu sebelum
kami mempersembahkanmu kepada Galbatorix... Kau takkan memerlukannya untuk
apa yang akan kaulakukan di UruEragon sendiri ingin sekali mengeluarkan ancaman,
tapi ia menahan diri. Menurunkan falchion-nya, ia berkata, "Galbatorix tidak akan
memberitahumu, tapi ketika aku berada di lingkungan kaum Elf -" Eragon, jangan
mengungkapkan lebih banyak tentang kami! seru Arya. " -aku mengetahui bahwa jika
sifatmu berubah, maka nama sejatimu dalam bahasa kuno juga berubah. Jati dirimu
tidak terbuat dari besi tempa, Murtagh! Jika kau dan Thorn mengubah sesuatu dalam
diri kalian, maka kalian tidak lagi terikat sumpah, dan Galbatorix akan kehilangan
cengkeramannya pada diri kalian." Thorn meluncur beberapa meter mendekati Saphira.
"Kenapa kau tidak mengatakan ini sebelumnya?" tanya Murtagh. "Waktu itu aku terlalu
bingung." Thorn dan Saphira hanya terpisah sejarak lima puluh kaki sekarang. Geraman
si naga merah telah melunak menjadi seringaian kecil di bibir atasnya, matanya yang
merah dan berkilauan tampak menunjukkan kepedihan dan kebingungan, seakan-akan
ia berharap Saphira dan Eragon tahu bahwa ia telah ditetaskan ke dunia ini hanya demi
bisa diperbudak Galbatorix, disiksa olehnya, dan dipaksa untuk membunuh makhluk
hidup lain. Ujung hidung Thorn berkedut saat mengendus Saphira. Saphira balas
mengendusnya, dan lidahnya melesat keluar dari mulutnya saat ia merasakan bau
Thorn. Rasa kasihan terhadap Thorn membuncah dalam hati Eragon dan Saphira, dan
mereka berharap bisa bicara dengan naga merah itu secara langsung, tapi mereka tidak
berani membuka benak kepadanya. Karena jarak mereka cukup dekat, Eragon bisa
melihat nadi menonjol di leher Murtagh dan urat bercabang yang berkedut di
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tengah-tengah dahinya. "Aku tidak jahat!" kata Murtagh. "Aku sudah melakukan yang
terbaik di bawah tekanan. Aku ragu kau mampu bertahan sepertiku jika ibu kita memilih
meninggalkanmu di UruCarvahall." "Mungkin memang tidak." Murtagh memukul
pelindung dada dengan tinjunya. "Aha! Jadi bagaimana aku bisa mengikuti saranmu"
Jika aku sudah jadi orang baik, jika aku sudah melakukan apa yang bisa dilakukan
dengan sebaik-baiknya, bagaimana aku bisa berubah" Jadi lebih buruk" Haruskah aku
merengkuh kegelapan Galbatorix demi membebaskan diri darinya" Kedengarannya
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
itu bukan solusi yang masuk akal. Jika aku berhasil mengubah identitasku, kau tidak
akan menyukainya, dan kau akan mengutukku sama kerasnya seperti kau mengutuk
Galbatorix sekarang." Dengan frustrasi Eragon berkata, "Ya, tapi kau tidak perlu menjadi
lebih baik atau lebih buruk daripada sekarang, hanya berbeda. Banyak jenis orang di
dunia dan banyak cara untuk bertindak terhormat. Berpanutanlah pada orang yang
kaukagumi tapi telah menempuh jalan berbeda denganmu dalam hidupnya, dan ikutilah
tindakannya. Mungkin butuh waktu agak lama, tapi jika kau bisa sedikit mengubah
sifatmu, kau bisa meninggalkan Galbatorix, dan kau bisa meninggalkan Kekaisaran, dan
kau serta Thorn bisa bergabung bersama kami di Varden, tempat kau akan bebas
melakukan apa saja keinginanmu." Bagaimana dengan sumpahmu sendiri untuk
membalas dendam kematian Hrothgar" tanya Saphira. Eragon mengabaikannya.
Murtagh menyeringai mengejek. "Jadi kau ingin aku berubah menjadi orang yang bukan
diriku. Jika Thorn dan aku ingin menyelamatkan diri, kami harus menghancurkan
identitas kami yang sekarang. Obat yang kautawarkan itu lebih buruk daripada
penderitaan kami." "Aku memintamu untuk membiarkan dirimu berubah menjadi orang
lain. Aku tahu itu sulit sekali, tapi orang berubah setiap saat. Lupakan kemarahanmu,
untuk sekali ini saja, dan kau bisa meninggalkan Galbatorix selamanya." "Lupakan
kemarahanku?" Murtagh tertawa. "Aku akan melakukan itu jika kau juga melupakan
kemarahanmu pada Kekaisaran karena telah membunuh pamanmu dan membakar
pertanianmu. Kemarahanlah yang membentuk kita, Eragon, dan tanpanya, kau dan aku
akan jadi makanan ulat. Tapi..." Matanya setengah terpejam, Murtagh menepuk gagang
melintang Zartampak menonjol. "Konsepnya memang menggiurkan, kuakui itu. Mungkin
kita bisa membicarakannya lagi di Uru mengizinkan kita berdua saja. Tentu saja, ia
mungkin akan memisahkan kita selamanya. Aku akan melakukan itu jika jadi dirinya."
Eragon mempererat cengkeramannya pada gagang falchion di tangannya. "Tampaknya
kau mengira kami akan ikut bersamamu ke ibu kota." "Oh, kau akan ikut kami,
saudaraku." Senyum miring terbentuk di bibir Murtagh. "Meski kami mau, aku dan Thorn
tidak bisa mengubah diri sekarang juga. Sampai kesempatan mengubah diri itu tiba,
kami akan tetap berada dalam genggaman Galbatorix, dan ia telah memerintahkan kami
untuk membawa kalian berdua, apa pun sekaliasinya. Kami berdua tidak berani
menantang kemarahan raja lagi. Kami sudah pernah mengalahkanmu. Bukan hal sulit
untuk melakukannya lagi." Percikan api muncul dari antara gigi-gigi Saphira, dan Eragon
harus Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menahan diri agar tidak melontarkan ancaman yang sama dengan kata-kata. Jika ia
kehilangan kesabaran sekarang, pertumpahan darah akan tidak terhindarkan.
"Kumohon, Murtagh, Thorn, maukah kalian setidaknya mencoba apa yang telah
kuusulkan" Apakah kalian tidak memiliki keinginan untuk melawan Galbatorix" Kalian
tidak akan bisa lepas dari rantai perbudakan jika tidak mau melawannya." "Kau
menyepelekan Galbatorix, Eragon," geram Murtagh. "Ia sudah menciptakan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
nama-budak selama lebih dari seratus tahun, sejak ia merekrut ayah kita. Kaupikir ia
tidak tahu nama seseorang bisa berubah-ubah selama masih hidup" Ia pasti sudah
memikirkan tindakan apa yang perlu dilakukan jika, terjadi kebetulan semacam itu. Jika
namaku berubah saat ini juga, atau nama Thorn, mungkin saja akan memicu semacam
mantra yang akan memperingatkan Galbatorix tentang perubahan itu dan memaksa
kami kembali kepadanya di Urulagi." "Tapi hanya jika ia bisa menebak nama sejati
kalian yang baru." "Ia mahir sekali melakukannya." Murtagh mengangkat Zar pelana.
"Kami mungkin bisa menggunakan usulmu di masa depan, tapi setelah penelitian dan
persiapan yang matang, sehingga Thorn dan aku tidak mendapatkan kebebasan hanya
untuk segera diambil lagi oleh Galbatorix." Ia mengayunkan Zartampak berkilauan.
"Maka, kami tidak punya pilihan selain membawa kalian kembali ke UruTidak lagi bisa
menahan diri, Eragon berkata, Lebih baik aku mencabut jantungku sendiri!" Lebih baik
mencabut jantungku," jawab Murtagh, kemudian menghunjamkan ZarMeraung
bersamaan dengan Penunggangnya, Thorn mengepakkan sayap dua kali, cepat-cepat,
untuk melayang di atas Saphira. Ia berputar setengah lingkaran ketika melesat ke atas,
sehingga kepalanya berada di atas leher Saphira, tempat ia bisa melumpuhkan Saphira
dengan sekali gigitan di dasar tengkorak kepalanya. Saphira tidak menunggu. Ia
merunduk ke depan, memutar sayap-sayapnya pada persendian di bahunya, sehingga
selama sedetik ia mengarah lurus ke bawah, kedua sayap masih sejajar dengan daratan
yang ditutupi debu, menahan seluruh berat tubuhnya. Kemudian ia menarik sayap
kanannya dan mengayunkan kepala ke kiri dan ekornya ke kanan, berputar searah
jarum jam. Ekornya yang berotot menghantam sisi kiri Thorn ketika Thorn melayang
melewatinya, membuat sayap Thorn sobek di lima tempat. Sisi-sisi tajam tulang sayap
Thorn menembus kulit dan mencuat di antara sisik-sisiknya yang mengilat. Percikan
darah naga yang panas menghujani Eragon dan Saphira. Setetes darah jatuh di bagian
belakang pelindung kepala Eragon dan menembus jalinan rantai besi menuju kulitnya.
Rasanya seperti terbakar minyak panas. Eragon menepuk lehernya, berusaha
menyingkirkan darah itu. Raungan Thorn berubah menjadi lolongan kesakitan, naga itu
terjun melewati Saphira, tidak mampu tetap melayang.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Hebat!" Eragon berteriak kepada Saphira saat naga itu meluruskan kembali
tubuhnya. Eragon menatap dari atas ketika. Murtagh mengeluarkan benda bulat kecil
dari sabuknya dan menekankannya ke bahu Thorn. Eragon tidak merasakan arus sihir
dari Murtagh, tapi benda di tangannya itu memancarkan cahaya dan sayap Thorn yang
patah menyentak ketika tulang-tulangnya kembali terpasang pada tempatnya, otot dan
urat bergelombang, dan sobekan-sobekan di sana lenyap. Akhirnya, luka pada kulit
Thorn menutup. Bagaimana cara ia melakukan itu" Eragon berseru. Arya menjawab, Ia
pasti memasukkan mantra penyembuh ke dalam benda itu. Seharusnya kita memikirkan
itu juga. Setelah luka-lukanya disembuhkan, Thorn menghentikan terjunnya dan mulai
mendaki menuju Saphira dengan kecepatan luar biasa, membelah udara di depannya
dengan semburan api merah membara. Saphira terjun ke arahnya, berputar-putar
mengitari menara api Thorn. Ia menyambar leher Thorn-membuatnya terbang
menghindar-dan cakar depan Saphira merobek bahu dan dada Thorn lalu sayapnya
membuat Thorn terpelanting. Sisi sayap kanan Saphira menghantam Murtagh sampai
terpental ke samping dari pelananya. Murtagh dengan cepat menyeimbangkan tubuh
dan menyabetkan pedang kepada Saphira, membuat luka sepanjang tiga kaki di
membran sayapnya. Mendesis, Saphira menendang Thorn dengan kaki belakangnya
dan menyemburkan api, yang kemudian terbelah dan lewat di kedua sisi Thorn tanpa
membuatnya terluka. Melalui Saphira, Eragon merasakan denyut lukanya. Ia melihat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
luka menganga itu mengeluarkan darah, dan benaknya berpacu. Jika ada penyihir lain
yang harus mereka hadapi selain Murtagh, ia tidak akan berani merapalkan mantra
sepanjang masih terlibat dalam pertarungan, karena penyihir itu mungkin menyangka
Eragon atau Saphira sedang sekarat, dan akan menyerang mereka dengan sihir
pamungkas yang paling berat. Berbeda halnya dengan Murtagh. Eragon tahu Galbatorix
telah memerintahkan Murtagh untuk menangkapnya dan Saphira, bukan membunuh
mereka. Tidak peduli apa yang kulakukan, pikir Eragon, ia tidak akan mencoba
membunuhku. Maka Eragon memutuskan bahwa akan aman-aman saja jika ia
menyembuhkan Saphira. Dan, dengan terlambat ia menyadari, ia bisa menyerang
Murtagh dengan mantra apa saja dan Murtagh tidak akan bisa membalas dengan
kekuatan yang mematikan. Tapi ia heran mengapa Murtagh menggunakan benda sihir
untuk menyembuhkan luka Thorn alih-alih merapalkannya sendiri.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Saphira berkata, Mungkin ia ingin menyimpan tenaganya. Atau mungkin ia tidak ingin
membuatmu takut. Galbatorix tidak akan senang jika, dengan menggunakan sihir,
Murtagh akan menyebabkanmu panik dan kau membuat dirimu sendiri, Murtagh, atau
Thorn terbunuh karenanya. Ingat, sang raja punya ambisi besar untuk menjadikan kita
berempat budaknya, bukan menginginkan kita tewas sehingga tidak ada gunanya lagi
baginya. Pasti itu alasannya, Eragon menyetujui. Saat ia bersiap-siap memperbaiki
sayap Saphira, Arya berkata, Tunggu. Jangan. Apa" Kenapa" Tidakkah kau bisa
merasakan sakitnya Saphira" Biarkan aku dan kawan-kawanku mengurus luka Saphira.
Itu akan membuat Murtagh bingung, dan dengan cara ini kau tidak akan menguras
tenagamu sendiri. Bukankah kalian terlalu jauh untuk melakukannya" Tidak jika kami
semua menggabungkan kekuatan. Dan, Eragon" Kami beranggapan sebaiknya kau
tidak menyerang Murtagh dengan sihir sampai ia sendiri menyerangmu dengan benak
atau sihir Ia mungkin saja lebih kuat darimu, meski kami bertiga belas meminjamkan
kekuatan kepadamu. Kami tidak tahu. Sebaiknya jangan mencoba beradu sihir
dengannya sampai benar-benar tidak ada jalan lain. Dan jika aku tidak bertahan"
Seluruh Alagaesia akan jatuh ke tangan Galbatorix. Eragon merasakan Arya
berkonsentrasi, kemudian darah berhenti mengalir dari luka di sayap Saphira dan tepi
robekan lukanya tersambung lagi tanpa ada bekas. Kelegaan Saphira terasa sekali.
Dengan suara agak letih, Arya berkata, Jaga dirimu lebih baik jika bisa. Pekerjaan ini
tidak mudah. Setelah Saphira menendang Thorn, naga itu menggapai-gapai dan
kehilangan ketinggian. Pasti ia mengira Saphira akan memburunya ke bawah, tempat ia
akan tambah sulit menangkis serangan-serangan Saphira, karena Thorn terbang sekitar
seperempat mil ke arah timur. Ketika akhirnya ia sadar Saphira tidak mengejar, ia
terbang ke atas berputar-putar sampai berada seribu kaki di atas Saphira. Melipat
sayap-sayapnya, Thorn terjun ke arah Saphira, api berkelip di tenggorokannya,
cakar-cakarnya yang kekuningan diulurkan ke depan, dan di punggungnya Murtagh
mengayunkan ZarFalchion nyaris terlepas dari genggaman Eragon ketika Saphira
melipat satu sayap dan berguling jungkir balik dengan kecepatan yang membuat
peneing, kemudian mengembangkan sayapnya lagi untuk memelankan laju terjunnya.
Jika Eragon menoleh ke belakang, ia bisa melihat tanah di bawahnya. Atau apakah
tanah ada di atas mereka" Ia mengertakkan gigi dan berkonsentrasi untuk tetap
mencengkeram pelana. Thorn dan Saphira bertabrakan, dan bagi Eragon, rasanya
seperti Saphira menabrak gunung. Kekuatan benturannya membuat Eragon terpelanting
ke depan, dan helmnya terantuk tanduk le-her Saphira di
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
depannya, membuat besi helmnya yang tebal penyok. Agak pusing, Eragon
bergelantungan pada pelana dan menatap saat lingkaran darat dan langit melintas
bergantian, berputar-putar tanpa pola. Ia merasakan tubuh Saphira bergetar ketika
Thorn menghantam, perutnya yang tidak berpelindung. Eragon berharap ia sempat
memakaikan Saphira baju besi yang diberikan kaum kurcaci untuknya. Kaki berwarna
merah gemerlapan tiba-tiba mendekati bahu Saphira, mencakarnya dengan kuku-kuku
mematikan. Tanpa berpikir, Eragon menghantamkan pedangnya, menghancurkan
sebaris sisik dan melukai beberapa otot. Tiga jari di kaki itu jadi lunglai. Eragon
menghantam lagi. Sambil meraung, Thorn melepaskan Saphira. Ia mendongakkan
leher, dan Eragon mendengar suara deru udara saat naga kekar itu mengisi
paru-parunya. Eragon merunduk, menyembunyikan wajah di lekukan sikunya. Kobaran
api besar menyelubungi Saphira. Panas api tersebut tidak melukai mereka-akibat
mantra pelindung Eragon-tapi pijarannya yang terang tetap membutakan. Saphira
menukik ke kiri, menghindari semburan api. Pada saat itu, Murtagh sudah memperbaiki
luka di kaki Thorn, dan Thorn sekali lagi menyerang Saphira, bergulat dengannya ketika
mereka berdua terjun bebas menuju hutan tenda kelabu perkemahan Varden. Saphira
berhasil menancapkan gigi pada tanduk yang menonjol di bagian belakang kepala
Thorn, meski tulang-tulang menusuk lidahnya. Thorn melolong dan
menggelepar-gelepar seperti ikan terkena kail, berusaha melepaskan diri, tapi ia bukan
tandingan otot-otot rahang Saphira yang seperti baja. Kedua naga tersebut meluncur ke
bawah bersebelahan, seperti sepasang dawn yang bertautan. Eragon mencondongkan
tubuh dan menebas bahu. kanan Murtagh, tidak bermaksud membunuhnya tapi
melukainya cukup parah sehingga bisa menghentikan pertarungan. Tidak seperti
perkelahian mereka di atas Dataran Membara, kali ini Eragon cukup istirahat; dengan
kecepatan lengan seperti kaum Elf, ia yakin Murtagh tidak akan bisa mengalahkannya.
Murtagh mengangkat perisainya dan menangkis serangan falchion Eragon. Reaksi
Murtagh sangat tidak terduga, Eragon terhuyung, kemudian hampir tidak sempat
menghindar ketika Murtagh balas menyerang, mengayunkan Zarmenebas udara dengan
kecepatan luar biasa. Hantamannya membuat bahu Eragon bergetar. Teruss
menyerang, Murtagh menghantam pergelangan tangan Eragon dan ketika Eragon
menangkis ZarMurtagh menghunuskannya ke antara rantai di baju pelindung Eragon,
merobek tunik Eragon, menyayat pinggang celana dan menusuk pinggul pemuda itu.
Ujung ZarRasa sakit mengejutkan Eragon seperti siraman air es, tapi juga menjadikan
benaknya sangat jernih dan mengalirkan kekuatan luar biasa di sepanjang kaki dan
tangannya. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Saat Murtagh mencabut ZarMurtagh, yang menjepit falchion-nya di bawah Zarputaran
pergelangan tangan. Murtagh menampakkan gigi dengan seringaian bengis. tanpa jeda,
Eragon menarik falchion-nya sampai terbebas, purapura akan menebas lutut kanan
Murtagh, kemudian mengibaskan falchionnya ke arah kebalikan dan mengiris pipi
Murtagh. "Seharusnya kau mengenakan helm," kata Eragon. Saat itu mereka sudah
dekat sekali dengan tanah-hanya beberapa ratus kaki lagi-sehingga Saphira harus
melepaskan Thorn dan kedua naga berpisah sebelum Eragon dan Murtagh bisa saling
menyerang lagi. Saat Saphira dan Thorn berputar-putar ke atas, saling mengejar
menembus awan-awan putih keperakan di atas perkemahan Varden, Eragon
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengangkat baju rantai dan tuniknya untuk memeriksa pinggulnya. Memar sebesar
kepalan tangan tampak pada kulitnya di tempat Zartelah menekan baju besi pada
dagingnya. Di tengah-tengah memar tersebut terdapat garis me-rah tipis, sepanjang dua
inci, di tempat Zartelah menembusnya. Darah mengalir dari luka itu, membasahi bagian
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
atas celana Eragon. Terluka akibat Zarketika berhadapan dengan bahaya dan masih
dianggap miliknya sendiri- membuat Eragon galau. Senjatanya sendiri telah melukainya,
dan itu rasanya salah. Itu terasa menyimpang, dan semua nalurinya menolak kenyataan
itu. Saphira terbang goyah ketika melintasi pusaran udara, dan Eragon mengernyit,
pinggulnya kembali terasa disayat. Untung saja mereka tidak bertarung di darat, Eragon
berpikir, karena ia tidak yakin pinggulnya bisa menahan berat tubuhnya. Arya, katanya,
kau mau menyembuhkan lukaku, atau biarkan aku menyembuhkan diri sendiri dan
biarkan Murtagh mencoba mencegahku" Kami yang akan menangani lukamu, kata
Arya. Kau mungkin bisa mengejutkan Murtagh yang mengira dirimu masih terluka. Oh,
tunggu. Kenapa" Aku harus memberimu izin. Kalau tidak, perisai sihirku akan
mematahkan mantramu. Eragon tidak segera bisa mengingat kalimat sihirnya, tapi
akhirnya ia ingat bagaimana ia membuat mantra perisainya dan, dalam bahasa kuno,
berbisik, "Aku membiarkan Arya, putri Islanzadi, untuk memantraiku." Kita harus bicara
tentang kalimat sihirmu saat pikiranmu tidak terlalu bercabang seperti sekarang.
Bagaimana jika kau pingsan" Bagaimana kami bisa membantumu kalau begitu"
Rasanya memasang perisai sihir adalah ide bagus setelah Pertempuran Dataran
Membara. Saat itu Murtagh membuat kami berdua lumpuh dengan sihirnya. Aku tidak
menginginkannya, atau orang lain, untuk bisa memantrai kami
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tanpa persetujuan kami. Memang benar, tapi ada jalan yang lebih bagus daripada
pilihanmu. Eragon menggeliat di pelananya ketika sihir para Elf menimbulkan efek dan
pinggulnya mulai terasa kesemutan dan gatal seakan-akan banyak kutu yang menggigit.
Ketika rasa gatal itu lenyap, ia menyelipkan tangan ke bawah tuniknya dan dengan
senang ia meraba kulit yang mulus. Baik, kata Eragon, memutar-mutar bahunya. Ayo
kita buat mereka takut, mendengar nama kita! Awan putih keperakan menjulang besar di
hadapan mereka, Saphira menukik ke kiri dan, sementara Thorn berusaha berbelok,
langsung terbang menembus tengah-tengah awan. Segalanya jadi dingin, lembap, dan
putih, kemudian Saphira melesat keluar di sisi lain, hanya beberapa kaki di atas dan di
belakang Thorn. Meraung penuh kemenangan, Saphira menghunjam ke arah Thorn dan
mencengkeram pinggul naga itu, menancapkan kuku dalam-dalam ke paha Thorn dan di
sepanjang tulang punggungnya. Saphira menjulurkan leher ke depan, menangkap
sayap kiri Thorn dengan mulutnya, dan menggigit keras-keras menembus daging
dengan giginya yang setajam silet. Thorn menggeliat dan menjerit, suara mengerikan
yang tidak Eragon duga bisa dikeluarkan naga. Ia sudah kukuasai, kata Saphira. Aku
bisa menggigit lepas sayapnya, tapi aku memilih tidak melakukannya. Apa pun yang
akan kaulakukan, lakukan segera sebelum kita terjun terlalu jauh. Dengan wajah pucat
bercoreng darah, Murtagh menunjuk Eragon dengan Zarkekuatan benak menghantam
kesadaran Eragon. Kehadiran yang asing itu meraba-raba pikirannya, berusaha
menyambar dan memengaruhinya agar menuruti keinginan Murtagh. Seperti ketika
berada di Dataran Membara, Eragon menyadari bahwa benak Murtagh terasa terdiri
atas beberapa benak sekaligus, seakan-akan ada paduan suara tak beraturan yang
bergumam di bawah pikiran Murtagh sendiri. Eragon bertanya-tanya apakah Murtagh
memiliki sekelompok penyihir yang membantu, sama seperti para Elf yang
membantunya. Meski sulit, Eragon mengosongkan benaknya akan apa pun kecuali
sosok Zarmenenangkan alam sadarnya menjadi semacam meditasi sehingga Murtagh
tidak bisa mendapatkan sesuatu yang bisa dijadikannya pegangan dalam benak Eragon.
Dan ketika. Thorn menggapai-gapai di bawah mereka serta perhatian Murtagh
teralihkan sementara, Eragon melancarkan serangan balik dengan keras,
mencengkeram alam sadar Murtagh. Keduanya Saling menyerang sambil mengertakkan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
gigi sementara mereka terus terjun ke bawah, bergelut dengan benak mereka.
Kadang-kadang Eragon menguasai keadaan, kadang-kadang Murtagh, tapi tidak ada di
antara keduanya bisa mengalahkan yang lain. Eragon melirik ke tanah yang semakin
dekat dengan cepat dan sadar bahwa kontes benak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mereka harus diselesaikan dengan cara lain. Menurunkan falchion-nya sehingga sejajar
dengan Murtagh, Eragon berteriak terakhir kali mereka bertarung. Itu adalah sihir yang
sederhana-hanya akan membuat lengan dan bagian atas tubuh Murtagh tidak bisa
bergerak-tapi akan bisa menguji kekuatan serangan mereka pada masingmasing dan
menentukan siapa yang memiliki paling banyak energi untuk dikerahkan. Murtagh
menggumamkan mantra penangkal, kata-katanya tenggelam di bawah raungan Thorn
dan lolongan angin. Denyut nadi Eragon semakin cepat saat kekuatan mulai terkuras
melalui lengan dan kakinya. Ketika hampir menghabiskan seluruh cadangan energi dan
sudah sangat keletihan, Saphira dan para Elf mengalirkan energi dari tubuh mereka ke
tubuh Eragon, mempertahankan mantra untuknya. Di seberangnya, Murtagh tadinya
sudah merasa di atas angin dan percaya diri, tapi saat Eragon terus menekannya,
kerutan di dahi Murtagh semakin dalam, dan ia menyeringai, menunjukkan gigi-giginya.
Dan sementara itu, mereka menyerang benak masing-masing. Eragon merasakan
energi Arya yang dialirkan kepadanya berkurang, kemudian berkurang lagi, dan Eragon
menduga dua Elf perapal mantra yang berada di bawah komando Blodhgarm telah
pingsan. Murtagh tidak mungkin bisa bertahan lebih lama lagi, pikirnya, kemudian harus
berjuang mengambil kendali lagi atas benaknya, karena konsentrasinya yang terpecah
telah memberi jalan bagi Murtagh. Kekuatan dari Arya dan Elf-Elf lain telah berkurang
setengahnya, bahkan Saphira pun mulai gemetar karena letih. Persis ketika Eragon
menjadi yakin Murtagh akan menang, Murtagh mengeluarkan teriakan penuh derita, dan
beban berat terasa diangkat dari Eragon saat pertahanan Murtagh runtuh. Murtagh
tampak terkejut akan kesuksesan Eragon. Bagaimana sekarang" Eragon bertanya
kepada Arya dan Saphira. Apakah kita akan jadikan mereka tawanan" Bisakah"
Sekarang, kata Saphira, aku harus terbang. Ia melepaskan Thorn dan mendorong
tubuhnya menjauh, mengangkat sayap-sayapnya dan mengepakkannya kuat-kuat saat
ia berusaha keras untuk terbang. Eragon melongok melalui bahu Saphira dan sejenak
melihat kuda-kuda serta rumput yang tertimpa cahaya matahari bagaikan dilontarkan
ke arah mereka; kemudian seolah-olah ada sesosok raksasa yang menghantamnya dari
bawah, dan dunianya jadi gelap. Hal berikutnya yang dilihat Eragon adalah sepetak sisik
leherSaphira satu atau dua inci di depan hidungnya. Sisik-sisik itu bercahaya seperti es
biru terang. Samar-samar Eragon sadar ada seseorang yang meraih ke dalam
benaknya dari jarak jauh, alam sadar mereka memancarkan kepanikan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tingkat tinggi. Ketika kesadaran Eragon kembali, ia mengenali seseorang itu adalah
Arya. Elf itu berkata: Hentikan mantramu, Eragon! Kita semua akan terbunuh jika kau
meneruskannya. Hentikan; Murtagh terlalu jauh! Bangun, Eragon, atau kau akan lenyap
selamanya. Tersentak, Eragon duduk tegak di atas pelana, hampir tidak menyadari
bahwa Saphira sedang meringkuk dikelilingi pasukan berkuda Raja Orrin. Arya tidak
tampak di mana-mana. Sekarang setelah ia kembali sadar, Eragon bisa merasakan
mantra yang diarahkannya kepada Murtagh masih menguras tenaganya, dan dengan
jumlah semakin besar. jika tidak dibantu Saphira, Arya, dan Elf-Elf yang lain, ia sudah
mati sekarang. Eragon melepaskan aliran sihirnya, kemudian mencari-cari Thorn dan
Murtagh di tanah. Di sana, kata Saphira, menunjuk dengan moncongnya. Rendah di
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
langit barat laut, Eragon melihat sosok Thorn yang gemerlapan, mengepakkan
sayapnya menyusuri Sungai Jiet, terbang ke arah pasukan Galbatorix yang berada
beberapa mil jauhnya. Bagaimana" Murtagh menyembuhkan Thorn lagi, dan Thorn
cukup beruntung karena mendarat di lereng bukit. Ia berlari menuruni lereng itu,
kemudian mengudara lagi sebelum kau sadar. Dari seberang daratan yang
bergelombang, suara Murtagh yang diberi mantra pengeras terdengar membahana:
"Jangan pikir kalian sudah menang, Eragon, Saphira. Kita akan bertemu lagi, aku
bersumpah, lalu Thorn dan aku akan mengalahkan kalian, karena kami akan jadi
semakin kuat daripada sekarang!" Eragon mencengkeram perisai dan falchion-nya
begitu erat sehingga darah muncul dari bawah kukunya. Apakah kau bisa mengejarnya"
Bisa saja, tapi para Elf tidak akan mampu membantumu dari jarak sejauh itu, dan aku
ragu kita bisa berhasil mengalahkan mereka jika tanpa bantuan para Elf. Kita mungkin
bisa-Eragon berhenti dan memukul kakinya sendiri dengan frustrasi. Sial, aku idiot
sekali! Aku melupakan Aren. Seharusnya kita bisa menggunakan energi di cincin Brom
untuk mengalahkan mereka. Banyak yang kaupikirkan. Siapa saja bisa melakukan
kesalahan yang sama. Mungkin, tapi aku tetap berharap tadi telah mengingat Aren. Kita
masih bisa menggunakannya untuk menangkap Thorn dan Murtagh. Lalu apa" tanya
Saphira. Bagaimana kita bisa menjadikan mereka tawanan" Apakah kau akan membius
mereka seperti Durza membiusmu di Gilkau hanya ingin membunuh mereka" Aku tidak
tahu! Kita bisa membantu mereka mengubah nama sejati mereka, mematahkan sumpah
mereka kepada Galbatorix. Tapi membiarkan mereka berkeliaran seperti itu akan
berbahaya. Arya berkata, Dalam teori kau benar, Eragon, tapi kau lehla, Saphira juga,
dan aku lebih memilih Thorn dan Murtagh melarikan diri daripada kehilangan kalian
berdua karena kalian tidak dalam kondisi prima. Tapi - Tapi kita tidak mampu menawan
seorang Penunggang dan naganya dalam jangka waktu panjang, dan jangan kira
membunuh Thorn dan Murtagh akan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
semudah yang kaukira, Eragon. Bersyukurlah kita telah mengusirnya, dan puaslah
dengan mengetahui kita bisa mengusir mereka lagi saat lain kali mereka berani
mengonfrontasi kita. Selesai bicara, Arya menarik diri dari benak Eragon. Eragon
menatap sampai Thorn dan Murtagh lenyap dari pandangan, kemudian ia mendesah
dan mengelus leher Saphira. Aku bisa tidur sampai dua minggu. Aku juga. Kau harus
bangga pada dirimu sendiri; kau lebih cepat daripada Thorn hampir setiap kali. Ya,
benar, Saphira berkata bangga. Kompetisinya hampir tidak adil. Thorn tidak memiliki
pengalamanku. Atau kemahiranmu, menurutku. Memutar leher, Saphira menjilat lengan
atas Eragon, membuat baju rantainya bergemerincing, kemudian menatap pemuda itu
dengan matanya yang bercahaya. Eragon menyunggingkan senyum kecil. Kurasa
seharusnya aku sudah menduga, tapi aku tetap terkejut melihat Murtagh bisa bergerak
secepat diriku. Tidak diragukan lagi ia ditanami lebih banyak sihir dari Galbatorix. Tapi
kenapa perisai sihirmu tidak mampu menahan Zarsihir itu menyelamatkanmu dari
serangan yang jauh lebih hebat saat kita bertarung dengan Para RaAku tidak yakin
kenapa. Murtagh atau Galbatorix mungkin telah menciptakan mantra yang tidak
terpikirkan olehku untuk ditangkal. Atau bisa saja karena Zar-pedang yang ditempa
Rhunan memiliki kelebihan- -bisa menembus segala jenis mantra, dan- -jarang sekali
pedang-pedang itu- -bisa terpengaruh sihir. Tepat sekali. Dengan letih Eragon menatap
bekas percikan darah naga di bilah falchion-nya. Kapan kita bisa mengalahkan
musuh-musuh kita sendirian" Aku tidak akan bisa membunuh Durza jika Arya tidak
memecahkan bintang safir. Dan kita hanya bisa mengalahkan Murtagh dan Thorn
dengan bantuan Arya dan dua belas Elf lainnya. Kita harus menjadi lebih kuat. Ya, tapi
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bagaimana" Bagaimana Galbatorix menghimpun kekuatannya" Apakah ia menciptakan
cara untuk menyerap tenaga para budaknya meski ia berada ratusan mil jauhnya"
Garr! Aku tidak tahu. Keringat mengalir dari dahi Eragon ke sudut mata kanannya. Ia
menyeka keringat itu dengan punggung tangannya, kemudian mengerjap dan sekali lagi
menyadari adanya pria-pria di atas kuda yang mengelilingi dirinya dan Saphira. Apa
yang mereka lakukan di sini" Melihat lebih jauh, ia sadar Saphira dan dirinya telah
mendarat di tempat pasukan Raja Orrin telah memotong jalan para prajurit dari kapal.
Tidak jauh di sebelah kiri Saphira,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
ratusan pria, Urgal, dan kuda berdesakan dalam kepanikan dan kebingungan.
Sekali-sekali, suara dentingan pedang atau jeritan orang yang terluka mengatasi suara
ribut, disertai suara tawa gila. Kurasa mereka di sini untuk melindungi kita, kata Saphira.
Melindungi kita! Dari apa" Kenapa mereka belum membunuh para prajurit itu" Di
mana-Eragon tidak menyelesaikan pertanyaannya ketika Arya, Blodhgarm, dan empat
Elf lain yang tampak berantakan berlari kencang menghampiri Saphira dari arah
perkemahan. Mengangkat tangan untuk menyapa, Eragon berseru, "Arya! Apa yang
terjadi" Tampaknya tidak ada yang mengendalikan sekaliasi." Dengan terkejut Eragon
melihat napas Arya tersengal-sengal, Elf itu tidak mampu bicara selama beberapa
menit. Kemudian: "Para prajurit itu ternyata lebih berbahaya daripada yang kita kira.
Kami tidak tahu apa sebabnya. Du Vrangr Gata tidak mendengar apa-apa selain ocehan
tidak keruan Para perapal mantra Orrin." Setelah napasnya kembali normal, Arya mulai
memeriksa luka-luka Saphira. Sebelum Eragon sempat bertanya lagi, serangkaian
teriakan penuh semangat dari tengah-tengah keributan pertempuran kedengaran
mengatasi suara-suara lain, dan ia mendengar Raja Orrin berteriak, "Mundur, mundur,
semuanya! Pasukan pemanah, tahan! Keparat, mundur semuanya!" Saphira memiliki
pikiran yang sama seperti Eragon. Menggerakkan keempat kakinya, ia melompati
lingkaran penunggang kuda-mengejutkan kuda-kuda sehingga mereka menghindar dan
berlarian-lalu bergerak melintasi medan perang yang penuh mayat bergelimpangan
menuju arah suara Raja Orrin, membuat pria maupun Urgal terpelanting seolah-olah
mereka hanya batang-batang rumput. Para Elf bergegas mengejar, pedang dan busur di
tangan. Saphira mendapati Orrin duduk di atas kudanya, memimpin pasukan pejuang
yang merapat, menatap seorang pria yang berjarak empat puluh kaki darinya. Wajah
sang raja merah dan matanya liar, baju besinya berlumuran kotoran dari pertempuran.
Lengan kirinya terluka, dan batang tombak mencuat dari paha kanannya. Ketika
menyadari Saphira mendekat, wajah Orrin tampak lega. "Bagus, bagus, kau di sini," ia
bergumam saat Saphira merangkak ke sebelah kudanya. "Kami membutuhkanmu,
Saphira, dan kau, Shadeslayer." Salah satu pemanah maju beberapa inci. Orrin
mengayunkan pedangnya kepada pria itu dan berteriak, "Mundur! Aku akan memenggal
kepala mereka yang tidak mematuhiku, aku bersumpah demi mahkota Angvard!"
Kemudian Orrin kembali memelototi pria di depannya. Eragon mengikuti tatapan
matanya. Pria itu prajurit dengan tinggi tubuh sedang, tanda lahir ungu di lehernya, dan
rambut cokelat melekat di kepala karena helm yang tadinya ia kenakan. Perisainya
hancur berantakan. Pedangnya melengkung, bengkok, dan patah enam inci dari
ujungnya. Lumpur dari sungai mengotori baju besinya. Darah merembes dari luka sayat
di rusuknya. Sebatang anak panah dengan bulu angsa putih menancap di kaki kirinya
dan menjepitnya ke tanah, tiga perempat bagian batang anak panah itu terkubur di
tanah yang keras. Dari kerongkongan pria itu terdengar suara tawa
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
berdeguk menakutkan. Suara itu meninggi dan merendah seperti gelak orang mabuk,
semakin lama semakin melengking seakan-akan ia bakal memekik ketakutan. "Apakah
kau ini?" teriak Raja Orrin. Ketika prajurit itu tidak segera menjawab, sang raja
menyumpah dan berkata, "Jawab aku, atau aku akan menyuruh para perapal mantraku
menyiksamu. Apakah kau manusia, hewan, atau sejenis setan" Dari kegelapan busuk
mana Galbatorix menemukanmu dan saudara-saudaramu" Apakah kalian sejenis
RaPertanyaan sang raja yang terakhir membuat Eragon serasa ditusuk jarum: ia duduk
tegak, seluruh indranya tegang. Suara tawa itu berhenti sejenak. "Manusia. Aku
manusia." "Kau tidak seperti manusia mana pun yang kutahu." "Aku ingin memastikan
masa depan keluargaku. Apakah itu asing bagimu, orang Surda?" "Jangan berteka-teki,
manusia sial berlidah dua! Katakan padaku bagaimana kau bisa menjadi seperti ini, dan
bicara jujur, kecuali kau mau aku menuangkan timah mendidih ke kerongkonganmu dan
kita lihat apakah itu bakal membuatmu kesakitan." Suara tawa gilanya semakin keras,
kemudian prajurit itu berkata, "Kau tidak bisa melukaiku, orang Surda. Tidak ada yang
bisa. Raja sendiri yang membuat kami kebal akan rasa sakit. kalian bisa bersembunyi
dari kami, tapi kami tidak akan berhenti mengejar kalian, bahkan setelah manusia biasa
mati kecuali. Kalian bisa memerangi kami, tapi kami akan terus membunuhi kalian
selama kami punya lengan untuk digerakkan. kalian bahkan tidak bisa menyerah,
karena kami tidak mencari tawanan. kalian tidak bisa melakukan apa-apa selain mati
dan mengembalikan negeri ini dalam kedamaian." Dengan seringai mengerikan, prajurit
itu mencengkeram anak panah di kakinya dengan tangan terbalut pelindung yang sudah
koyak dan, dengan suara daging robek, menarik batang anak panah dari kakinya.
Gumpalan daging merah menempel pada mata panah saat tercabut. Prajurit itu
mengguncang-guncangkan anak panah kepada mereka, kemudian melemparkannya ke
arah salah satu pemanah, melukai tangan pemanah tersebut. Si prajurit tertawa
semakin keras, ia melompat maju, menyeret kakinya yang terluka di belakang. Ia
mengangkat sebilah pedang, seakan-akan berusaha menyerang. "Tembak dia!"
perintah Orrin. Tali busur berdenting seperti dawai yang sumbang, kemudian
berbatangbatang anak panah melesat sambil melintir ke arah si prajurit dan, sedetik
kemudian, menancap di tubuhnya. Dua batang anak panah memantul pada baju
pelindungnya; sisanya menancap pada tulang rusuk. Suara tawanya menjadi gelak
tersengal saat darah membanjiri paru-parunya, si prajurit terus maju, mewarnai rumput
di bawahnya dengan darah merah terang. Para
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pemanah menembak lagi, dan anak-anak panah menancap pada bahu dan lengannya,
tapi ia tidak berhenti. Sekali lagi serangkaian tembakan anak panah menyusul. Prajurit
itu terjerembap dan jatuh ketika sebatang anak panah menghantam lututnya dan yang
lain-lain merobek pahanya dan sebatang lagi terbang menembus lehernya-membuat
lubang pada tanda lahirnya-dan terus melesat melintasi padang rumput, mencecerkan
darah. Dan tetap saja prajurit itu menolak untuk mati. Ia mulai merangkak, menyeret
tubuh dengan kedua lengannya, menyeringai dan tertawa seakan-akan dunia adalah
lelucon ganjil yang hanya dimengerti dirinya. Tulang punggung Eragon terasa dingin
ketika ia memerhatikan si prajurit. Raja Orrin mengeluarkan sumpah serapah, dan
Eragon mendengar nada histeris dalam suaranya. Melompat turun dari kudanya, Orrin
melemparkan pedang dan perisainya ke tanah lalu menunjuk ke Urgal terdekat. "Beri
aku kapakmu." Terkejut, Urgal berkuht kelabu itu bimbang, kemudian menyerahkan
senjatanya. Raja Orrin menghampiri si prajurit sambil terpincang-pincang, mengangkat
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kapak berat itu dengan dua tangan, dan, dengan sekali tebas, memenggal kepala si
prajurit. Suara cekikikannya berhenti. Mata si prajurit berputar-putar dan mulutnya
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bergerak-gerak beberapa detik sebelum terdiam sama sekali. Orrin menyambar
kepala itu pada rambutnya dan mengangkatnya sehingga semua bisa melihat. "Mereka
bisa dibunuh," ia mengumumkan. "Sebarkan berita bahwa satu-satunya cara pasti untuk
membunuh makhluk-makhluk mengerikan ini adalah dengan memenggal kepala
mereka. Dengan cara itu atau remukkan tengkorak mereka dengan gada atau tembak
mata mereka dari jarak aman... Graytooth, di mana kau?" Seorang penunggang kuda
paro baya bertubuh kekar memajukan tunggangannya. Orrin melemparkan kepala itu
kepadanya, yang ditangkapnya. "Tancapkan kepala itu di tonggak kayu dekat gerbang
utara perkemahan kepala mereka. Biarkan menjadi peringatan untuk Galbatorix bahwa
kita tidak takut pada taktik busuknya dan kita akan tetap menang." Melangkah kembali
ke kudanya, Orrin mengembalikan kapak kepada si Urgal, kemudian mengambil
senjatanya sendiri. Beberapa meter jauhnya, Eragon melihat Nar Garzhvog berdiri di
antara sekelompok Kull. Eragon bicara kepada Saphira, dan naga itu beringsut ke arah
para Urgal. Setelah Saling menganggukkan kepala, Eragon bertanya kepada Garzhvog,
"Apakah semua prajurit seperti itu?" Ia menunjuk ke arah mayat yang penuh tusukan
panah. "Mereka semua manusia tanpa rasa sakit. Kauhantam mereka dan kaukira
mereka sudah mati, kau membalikkan tubuh dan mereka melumpuhkanmu." Garzhvog
mengumpat. "Aku kehilangan banyak anak buah hari ini. Kami memerangi banyak
manusia, Firesword, tapi tidak pernah bertemu dengan setan-setan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tertawa ini. Ini tidak wajar. Membuat kami berpikir mereka kerasukan roh jahat, bahwa
mungkin dewa-dewa telah berubah memusuhi kami." "Omong kosong," cela Eragon. "Ini
hanya mantra Galbatorix, dan kita akan segera memiliki cara untuk melindungi diri
darinya." Meski ia menunjukkan rasa percaya diri, gagasan tentang memerangi musuh
yang tidak merasa sakit membuatnya gelisah, sama seperti para Urgal. Terlebih lagi,
dari apa yang diucapkan Garzhvog, ia menduga bahwa tugas Nasuada untuk menjaga
semangat kaum Varden akan menjadi semakin sulit begitu semua orang tahu tentang
para prajurit ini. Saat kelompok Varden dan Urgal mengumpulkan teman-teman mereka
yang tewas, mengambili perlengkapan perang berguna dari para jenazah,
Sertamemenggal kepala para prajurit Galbatorix dan menyeret tubuh tanpa kepala
mereka ke dalam tumpukan untuk dibakar, Eragon, Saphira, dan Raja Orrin kembali ke
perkemahan, ditemani Arya dan Elf-Elf yang lain. Dalam perjalanan Eragon
menawarkan diri untuk menyembuhkan kaki Orrin, tapi sang raja menolak dengan
berkata, "Aku punya penyembuh sendiri, Shadeslayer." Nasuada dan Jormundur sudah
menunggu mereka di gerbang utara. Nasuada bertanya kepada Orrin, "Apa yang
terjadi?" Eragon memejamkan mata saat Orrin menjelaskan bagaimana pada awalnya
serangan mereka terhadap para prajurit itu berjalan dengan baik. Pasukan berkuda
telah membuat para prajurit kocar-kacir, mengayunkan senjata ke kanan dan ke kiri
dengan anggapan mereka akan membunuh, dan hanya jatuh satu korban saat
penyerangan itu. Tapi ketika pasukan berkuda menangani prajurit-prajurit berikutnya,
mereka yang telah tumbang kembali bangkit dan bergabung dengan teman-teman
mereka. Orrin bergidik. "Saat itulah kami mulai ketakutan. Semua orang pasti akan
ketakutan. Kami tidak tahu prajurit-prajurit itu tidak bisa dibunuh, atau apakah mereka
manusia sungguhan. Ketika kau melihat seorang musuh bergerak ke arahmu dengan
tulang mencuat dari betis, lembing menembus perut, dan setengah wajahnya hancur,
dan ia tertawa kepadamu, hanya sedikit orang yang masih bisa bertahan di tempatnya.
Prajuritku panik. Formasi mereka. bubar. Segalanya kacau. Pembantaian. Ketika para,
Urgal dan pasukanmu, Nasuada, mencapai kami, mereka terlibat dalam pertempuran
gila itu." Orrin menggelengkan kepala. "Aku belum pernah melihat yang seperti itu,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bahkan di Dataran Membara." Wajah Nasuada menjadi pucat, terlihat jelas meski
kulitnya gelap. Ia menatap Eragon kemudian Arya. "Bagaimana Galbatorix bisa
melakukan ini?" Arya-lah yang menjawab. "Dengan cara memblokir sebagian, tapi tidak
semua, kemampuan manusia untuk merasakan sakit. Tinggalkan sedikit saja sensasi
perasaan sehingga mereka bisa mengetahui di mana mereka berada
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dan apa yang mereka lakukan, tapi tidak cukup banyak agar rasa sakit tidak membuat
mereka lumpuh. Mantra itu hanya butuh sedikit energi." Nasuada menjilat bibir. Sekali
lagi bicara kepada Orrin, ia berkata, "Apakah kau tahu berapa korban di pihak kita?"
Tiba-tiba Orrin gemetaran. Ia membungkuk, menekan kakinya dengan tangan,
mengertakkan gigi, dan menggeram, "Tiga ratus prajurit Galbatorix melawan... Berapa
banyak prajuritmu yang kaukirim?" "Dui ratus prajurit berpedang. Seratus penombak.
Lima puluh pemanah." "Mereka itu, ditambah para Urgal, ditambah pasukan
kavaleriku... Sekitar seribu orang. Melawan tiga ratus prajurit infantri di lapangan
terbuka. Kita membantai semua prajurit itu. Tapi harga yang harus kita bayar..." Sang
raja menggelengkan kepalanya. "Kita tidak tahu sampai kita menghitung berapa jumlah
yang tewas, tapi tampaknya tiga perempat prajurit berpedangmu sudah tewas.
Penombak lebih banyak lagi. Beberapa pemanah. Dari kavaleriku, hanya sedikit yang
tersisa: lima puluh, tujuh puluh. Banyak di antara mereka adalah temanku. Mungkin
seratus, seratus lima puluh Urgal yang tewas. Seluruhnya" Lima atau enam ratus yang
harus kita kuburkan, dan sebagian besar yang selamat terluka. Aku tidak tahu... aku
tidak tahu. Aku tidak-" Rahangnya jadi lemas, Orrin melorot ke satu sisi dan sudah akan
terjatuh dari kudanya jika saja Arya tidak melompat ke depan dan menangkapnya.
Nasuada menjentikkan jemari, memanggil dua anggota Varden dari antara tenda-tenda,
dan memerintahkan mereka. membawa Orrin ke paviliunnya kemudian memanggil para
penyembuh raja. "Kita telah menderita kekalahan besar, meski kita telah membunuh
semua prajurit Galbatorix," Nasuada bergumam. Ia melipat bibir, kepedihan dan
keputusasaan bercampur-baur dalam ekspresinya. Matanya berkaca-kaca. Menegakkan
tubuh, ia memandang Eragon dan Saphira dengan tatapan sekeras baja. "Bagaimana
dengan kalian berdua?" Ia mendengarkan tanpa bergerak saat Eragon menceritakan
pertarungan mereka dengan Murtagh dan Thorn. Setelahnya, Nasuada mengangguk.
"Kami hanya bisa berharap kalian bisa selamat dari cengkeraman mereka. Ternyata
kalian berhasil melakukan lebih dari itu. Kilian membuktikan bahwa Galbatorix tidak
membuat Murtagh begitu kuat sehingga masih ada harapan untuk mengalahkannya.
Dengan lebih banyak perapal mantra yang membantumu, kau akan bisa melakukan apa
saja sekehendakmu terhadap Murtagh. Karena alasan itu, ia tidak akan berani
menyerang pasukan Ratu Islanzadi sendirian, kurasa. Jika kita bisa mengumpulkan
cukup banyak perapal mantra di sekelilingmu, Eragon, aku percaya kita akhirnya bisa
membunuh Murtagh dan Thorn kali berikutnya mereka datang untuk menculik kalian
berdua." "Tidakkah kau ingin menangkap mereka saja?" tanya Eragon. "Aku
menginginkan banyak hal, tapi aku ragu apakah aku akan mendapatkan sebagian
besarnya. Murtagh dan Thorn mungkin tidak berusaha membunuh kalian, tapi jika ada
kesempatan, kita harus Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
membunuh mereka tanpa ragu. Atau apakah kau punya pendapat lain?" "...Tidak."
Mengalihkan perhatiannya kepada Arya, Nasuada bertanya, "Apakah ada perapal
mantramu yang tewas selama pertarungan berlangsung?" "Beberapa pingsan, tapi
mereka semua sudah pulih, terima kasih." Nasuada menarik napas dalam-dalam dan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menatap ke utara, matanya menerawang jauh. "Eragon, tolong beritahukan Trianna
bahwa aku ingin Du Vrangr Gata mencari tahu bagaimana cara membuat mantra seperti
Galbatorix. Meski menjijikkan, kita harus mengikuti langkah Galbatorix dalam hal ini.
Sangat tidak praktis jika kita semua tidak bisa merasakan sakit-kita akan melukai diri
sendiri dengan mudah-tapi kita harus memiliki beberapa ratus prajurit berpedang,
sukarelawan, yang imun terhadap siksaan fisik." "My Lady." "Begitu banyak korban
jiwa," kata Nasuada. Ia memuntir tali kekang di tangannya. "Kita telah menetap di satu
tempat terlalu. lama. Sudah waktunya kita memaksa Kekaisaran menjadi pihak yang
bertahan lagi." Ia mengentakkan tumit pada Battle-storm, menjauh dari pemandangan
bekas pembantaian yang terbentang di depan perkemahan, kuda jantan itu mengangkat
kepalanya dan menggigit tali kekangnya. "Sepupumu, Eragon, memohon kepadaku
untuk mengizinkannya ambil peranan dalam pertempuran hari ini. Aku menolak, karena
ia akan segera menikah, yang membuatnya kesal-meski aku menduga tunangannya
setuju denganku. Maukah kau memberitahuku jika mereka masih ingin melangsungkan
upacara pernikahan hari ini juga" Setelah sekian banyak pertumpahan darah, sebuah
pernikahan akan membesarkan hati kaum Varden." "Aku akan memberitahumu segera
setelah aku mendapatkan berita." "Terima kasih. Kau boleh pergi sekarang, Eragon."
Hal pertama yang dilakukan Eragon dan Saphira setelah meninggalkan Nasuada
adalah mengunjungi para Elf yang pingsan saat pertarungan mereka melawan Murtagh
dan Thorn, untuk berterima kasih kepada mereka dan Elf-Elf lain atas bantuan mereka.
Kemudian Eragon, Arya, dan Blodhgarm menangani luka yang disebabkan Thorn pada
Saphira, menyembuhkan sayatan, goresan, dan beberapa memarnya. Ketika selesai,
Eragon mencari Trianna dengan benaknya dan meneruskan perintah Nasuada. Baru
setelah itu ia dan Saphira mencari Roran. Blodhgarm dan rekan-rekannya mengikuti
mereka; Arya ditinggalkan untuk menangani urusannya sendiri. Roran dan Katrina
sedang berdebat dengan suara pelan tapi sengit ketika Eragon menemukan mereka
berdiri di sudut tenda Horst. Mereka segera terdiam ketika Eragon dan Saphira
mendekat. Katrina bersedekap dan memalingkan wajah dari Roran, sementara Roran
mencengkeram bagian Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
atas kapak yang terselip di sabuknya dan menggesekkan tumit sepatu botnya di
sebongkah batu. Berhenti di hadapan mereka, Eragon menunggu beberapa saat,
berharap mereka akan menjelaskan apa penyebab pertengkaran mereka, tapi Katrina
malah berkata, "Apakah kalian berdua terluka?" Matanya beralih bolak-balik kepada
Eragon dan Saphira. "Tadinya, tapi sudah tidak lagi." "Itu tadi sungguh... aneh. Kami
mendengar kisah-kisah tentang sihir di Carvahall, tapi aku tidak pernah benar-benar.
Rasanya mustahil. Tapi di sini, penyihir ada di mana-mana... Apakah kalian membuat
Murtagh dan Thorn terluka parah" Karena itukah mereka melarikan diri?" "Kami
mengalahkan mereka, tapi tidak menimbulkan kerusakan permanen." Eragon berhenti
sejenak, dan ketika Roran maupun Katrina tidak bicara, ia bertanya apakah mereka
berdua masih ingin menikah hari itu. "Nasuada mengusulkan kalian melanjutkan saja,
tapi mungkin lebih baik menunggu. prajurit yang tewas masih harus dimakamkan, dan
masih banyak sekali yang perlu ditangani. Besok mungkin akan lebih nyaman... dan
lebih pantas." "Tidak," kata Roran, dan menekan ujung sepatu botnya pada batu.
"Kekaisaran bisa menyerang lagi kapan saja. Besok mungkin akan terlambat. Jika... jika
aku mati sebelum kami menikah, apa yang akan terjadi dengan Katrina atau kepada..."
Suaranya lenyap dan pipinya. memerah. Dengan ekspresi melembut, Katrina menoleh
ke arah Roran dan menggenggam tangan pemuda itu. Ia berkata, "Lagi pula, makanan
sudah dimasak, dekorasi sudah dipasang, dan teman-teman kita sudah berkumpul
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
untuk pernikahan kami. Sayang sekali jika semua persiapan itu jadi sia-sia." Meraih ke
atas, ia mengelus janggut Roran, dan pemuda itu tersenyum kepadanya lalu
merangkulnya. Aku tidak mengerti sama sekali apa yang ada dalam pikiran mereka,
keluh Eragon kepada Saphira. "Kalau begitu, kapan upacara akan dilangsungkan?"
"Satu jam lagi," jawab Roran. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Bidadari Pendekar Naga Sakti SUAMI DAN ISTRI
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Empat jam kemudian, Eragon berdiri di puncak bukit rendah yang dipenuhi bunga liar
berwarna kuning. Bukit itu dikelilingi padang rumput subur yang memagari Sungai Jiet,
yang mengalir deras seratus kaki di sebelah kanan Eragon. Langit cerah dan jernih;
cahaya matahari menyiram daratan dengan pancaran lembut. Udara sejuk dan tenang
serta berbau segar, seolah-olah baru saja berhenti hujan. Penduduk Carvahall
berkumpul di depan bukit, tidak ada di antara mereka yang terluka selama pertempuran,
dan ada juga orang-orang yang tampaknya mencapai setengah kaum Varden. Sebagian
besar pejuang membawa tombak dengan umbul-umbul berbordir dalam berbagai warna.
Berbagai jenis kuda, termasuk Snowfire, merumput di ujung terjauh padang rumput.
Meski Nasuada mengerahkan usaha terbaiknya, mengatur kumpulan orang ini
memakan waktu lebih lama daripada yang diperkirakan. Angin membuat rambut Eragon
berkibar, yang masih basah sehabis dicuci, saat Saphira meluncur di atas kerumunan
dan mendarat di sebelahnya, mengibaskan sayap-sayapnya. Eragon tersenyum dan
menyentuh bahu Saphira. Makhluk kecil. Dalam keadaan normal Eragon akan gugup
jika bicara di depan orang sebanyak ini serta memimpin upacara yang begitu khidmat
dan penting, tapi setelah pertempuran sebelumnya, segalanya terasa tidak nyata,
seakan-akan ini tidak lebih daripada sekadar mimpi yang jelas. Nasuada, Arya,
Narheim, Jormundur , Angela, Elva, dan orang-orang penting lainnya berdiri di kaki
bukit. Raja Orrin tidak hadir, karena luka-lukanya ternyata lebih serius daripada yang
semula mereka kira dan para penyembuh Orrin masih bekerja merawatnya di
paviliunnya. Tapi Perdana Menteri sang raja, Irwin, hadir mewakilinya. Urgal yang hadir
hanya dua pengawal pribadi Nasuada. Eragon ada di sana saat Nasuada mengundang
Nar Garzhvog untuk menghadiri upacara, dan Eragon merasa lega ketika Garzhvog
memiliki akal sehat untuk menolak. Orang-orang desa tidak akan memaklumi
sekelompok Urgal pada upacara pernikahan. tanpa itu saja Nasuada sudah kesulitan
meyakinkan mereka untuk mengizinkan dua pengawalnya tetap di sana. Disertai suara
gesekan pakaian, kelompok penduduk desa dan kaum Varden terbelah, membentuk
jalan setapak panjang dari bukit menuju tepi kerumunan. Kemudian, bersama-sama,
para penduduk desa mulai menyanyikan lagu pernikahan kuno Lembah Palancar.
Bait-bait yang mereka kenal baik mengisahkan bergulirnya musim-musim, tentang bumi
yang hangat yang melahirkan panen baru setiap tahun, kelahiran-kelahiran hewan
terusak di musim semi, burung-burung robin membuat sarang dan ikan-ikan bertelur,
dan takdir bahwa yang muda harus menggantikan yang tua. Salah seorang perapal
mantra Blodhgarm, Elf wanita berambut perak, mengeluarkan harpa emas kecil dari
kotak beludru dan mengiringi para penduduk desa dengan nada-nada yang
dimainkannya, menghiasi kesederhanaan melodi mereka, menuntun musik familier itu
ke dalam suasana sendu. Dengan langkah perlahan dan mantap, Roran dan Katrina
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
muncul dari kedua sisi kerumunan di ujung terjauh jalan setapak, memutar tubuh
menuju bukit, dan, tanpa Saling menyentuh, mulai maju ke arah Eragon. Roran
mengenakan tunik baru yang dipinjamnya dari salah satu anggota Varden. Rambutnya
disisir, janggutnya rapi, dan sepatu botnya bersih. Wajahnya memancarkan sinar
kebahagiaan yang sulit diekspresikan. Secara keseluruhan, ia tampak sangat tampan
dan berwibawa di mata Eragon. Tapi Katrina-lah yang menyita hampir seluruh perhatian
Eragon. Gaunnya biru pucat, pantas bagi pengantin pada pernikahan pertamanya,
potongannya sederhana tapi dengan renda berjumbai yang panjangnya mencapai dua
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
puluh kaki dan dipegangi oleh dua gadis kecil. Kontras dengan gaunnya yang pucat,
rambutnya yang digerai bercahaya bagaikan tembaga mengilat. Tangannya
menggenggam buket bunga-bunga liar. Ia tampak anggun, damai, dan cantik. Eragon
mendengar entakan napas dari beberapa wanita saat mereka melihat jumbai renda
Katrina. Eragon berniat untuk berterima kasih kepada Nasuada karena telah meminta
Du Vrangr Gata membuatkan gaun untuk Katrina, karena ia beranggapan Nasuada-lah
yang memberikannya. Horst berjalan tiga langkah di belakang Roran. Dan pada jarak
yang sama Birgit melangkah di belakang Katrina, berhati-hati agar tidak menginjak
jumbai rendanya. Ketika Roran dan Katrina sudah setengah jalan mendaki bukit,
sepasang merpati putih terbang dari pohon-pohon dedalu yang membatasi Sungai Jiet.
Kedua merpati itu membawa rangkaian bundar bunga daffodil kuning yang dicengkeram
cakar-cakar mereka. Katrina memelankan langkah dan berhenti ketika kedua merpati
menghampirinya. Burung-burung itu mengitarinya tiga kali, utara ke selatan, kemudian
menurunkan lingkaran rangkaian bunga pada dahinya sebelum kembali terbang ke
sungai. Arya hanya tersenyum. Di puncak bukit, Roran dan Katrina berdiri bergeming di
hadapan Eragon sementara menunggu para penduduk desa selesai melantunkan lagu.
Ketika refrain terakhir semakin samar lalu selesai, Eragon mengangkat tangan dan
berkata, merayakan penyatuan antara keluarga Roran Garrowsson dan Katrina
Ismirasdaughter. Keduanya berasal dari keluarga terhormat, dan sepengetahuanku,
tidak ada orang lain yang telah mengikat mereka. Tapi jika mereka terikat dengan orang
lain, jika ada alasan lain mengapa mereka berdua tidak bisa disatukan menjadi
suami-istri, ungkapkanlah keberatan di depan para saksi ini, sehingga kami bisa
mendengar dan menilainya.memberi jeda yang pantas, kemudian melanjutkan.
menyerahkan Roran Garrowsson"Horst melangkah maju. maka aku, Horst Ostrecsson,
akan mengantarnya sebagai kerabatku sendiri.Birgit melangkah maju.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
aku, Birgit Mardrasdaughter, akan mengantarnya sebagai kerabatku sendiri.Meski Birgit
masih menyimpan dendam terhadap Roran, menurut tradisi Birgit memiliki hak dan
tanggung jawab untuk menyerahkan Katrina, karma dulu ia adalah sahabat baik ibu
Katrina. Garrowsson dalam pernikahan ini, apakah yang akan diberikannya sehingga ia
dan istrinya bisa mencapai kemakmuran"membawa kekuatan tangannya. Dan ia
membawa janji akan sebuah pertanian di Carvahall, tempat mereka berdua bisa hidup
damai.Gelombang keterkejutan terjadi di kerumunan saat orang-orang menyadari apa
yang dilakukan Roran: di depan publik dan dengan cara yang paling mengikat, ia telah
menyatakan bahwa Kekaisaran tidak akan mampu menghentikannya kembali pulang
bersama Katrina dan memberikan gadis itu sebuah kehidupan yang seharusnya
dijalaninya jika saja Galbatorix tidak merusaknya dengan pembunuhan. Roran sedang
mempertaruhkan kehormatannya, sebagai seorang pria dan seorang swami, demi
kejatuhan Kekaisaran. Birgit mengangguk. sehingga ia dan suaminya bisa mencapai
kemakmuran"dalam membaktikan dirinya kepada Roran Garrowsson. Ia membawa
keahliannya mengurus rumah tangga. Dan ia membawa mahar.Eragon menatap ketika
Birgit memberi tanda dan dua orang pria yang berdiri di sebelah Nasuada melangkah
maju, mengusung peti besi di antara mereka. Birgit membuka gesper peti, membuka
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tutupnya, dan menunjukkan isinya kepada Eragon. Napas Eragon tersentak ketika
melihat tumpukan perhiasan di dalamnya. batu karang merah dari Laut Selatan dan
faring mutiara untuk rambutnya. Ia membawa lima cincin emas serta campuran emas
dan perak. Cincin pertama- peti sehingga semua orang bisa melihat bahwa ia berucap
jujur. Kebingungan, Eragon melirik Nasuada dan melihat senyum senang di wajah gadis
itu. Setelah Birgit menyelesaikan penjelasannya dan menutup peti serta menyematkan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
gespernya lagi, Eragon bertanya, Horst Ostrecsson"negeri.Roran dan Katrina:
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pernikahan. Roran, apakah kau puas akan perundingan yang dilakukan Horst
Ostrecsson untuk dirimu"Mardrasdaughter untuk dirimu"namamu dan nenek
moyangmu, bahwa kau akan melindungi dan memberi nafkah kepada Katrina
Ismirasdaughter sepanjang hidup kalian"dan nenek moyangku, bahwa aku akan
melindungi dan memberi nafkah kepada Katrina Ismirasdaughter sepanjang hidup
kami.kepadanya dalam tahun-tahun mendatang, dan memperlakukannya dengan
hormat, bermartabat, serta lemah lembut" kepadanya dalam tahun-tahun mendatang,
dan memperlakukannya dengan hormat, bermartabat, Sertalemah lembut.seperti yang
Tusuk Kondai Pusaka 16 Wiro Sableng 148 Dadu Setan Anak Harimau 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama