Ceritasilat Novel Online

Eldest 14

Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini Bagian 14


Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kapal! Ada kapal di Sungai Jiet!" "Terkutuk!"
raungnya. Kita tidak bisa membiarkan kapal itu
mendarat kalau kapal itu berisi tambahan pasukan
Kekaisaran. Setelah menghubungi Trianna, ia berkata,
Beritahu Nasuada bahwa Saphira dan aku akan
membereskan ini. Kami akan menenggelamkan kapal
itu kalau kapal itu dari Galbatorix. Sesuai keingina
Bidadari Pendekar Naga Sakti
n Anda, Argetlam, jawab wanita penyihir itu. Tanpa
ragu, Saphira terbang, berputar-putar tinggi di atas
dataran yang terinjak-injak dan berasap itu.
Sementara keributan pertempuran memudar dari
telinganya, Eragon menghela napas dalam, merasakan
pikirannya menjernih. Di bawah, ia terkejut melihat
betapa tersebarnya kedua pasukan. Kekaisaran dan
kaum Varden melebur menjadi serangkaian kelompok
kecil yang saling bertempur di sepanjang panjang dan
lebar Burning Plains. Dalam kekacauan inilah para
kurcaci masuk, menyerang Kekaisaran dari
samping--seperti yang dilakukan Orrin sebelumnya
dengan kavalerinya. Eragon tidak melihat
pertempuran lagi sewaktu Saphira berbelok ke kiri dan
membubung menembus awan ke Sungai Jiet. Embusan
angin menyingkirkan asap dan menampilkan kapal
besar bertiang tiga yang meluncur di permukaan air
oranye, melaju menentang arus dengan dua baris
dayung. Kapal itu terbakar dan rusak di sana sini, dan
tidak mengibarkan panji-panji apa pun yang
menunjukkan keberpihakannya. Tapi Eragon bersiap
menghancurkannya. Saat Saphira menukik ke sana, ia
mengangkat Zar'roc ke atas kepala dan berteriak
buas. PERTEMUAN Roran berdiri di haluan Dragon
Wing dan mendengarkan dayung-dayung mendesis di
air. Ia baru selesai mendayung dan sakit yang dingin
menusuk menyebar di bahu kanannya. Apakah aku
akan selalu berurusan dengan pengingat Ra'zac ini"
Ia mengusap keringat dari wajahnya dan tidak
memedulikan kesakitannya, memusatkan perhatian ke
sungai di depan, yang tertutup awan sehitam jelaga.
Elain menggabungkan diri dengannya di pagar. Ia
meletakkan salah satu tangan di perutnya yang
membesar. "Airnya tampak jahat," katanya. "Mungkin
kita sebaiknya tetap di Dauth, bukannya mencari
masalah lagi." Roran khawatir apa yang dikatakan
Elain benar. Sesudah Boar's Eye, mereka berlayar ke
timur dari Kepulauan Selatan kembali ke pantai dan
memasuki mulut Sungai Jiet ke kota pelabuhan Surda
bernama Dauth. Pada saat mereka mendarat,
Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
persediaan mereka telah habis dan para penduduk
desa sakit-sakitan. Tadinya Roran berniat berhenti di
Dauth, terutama sesudah mereka mendapat sambutan
antusias dari gubernurnya, Lady Alarice. Tapi itu
sebelum ia diberitahu tentang pasukan Galbatorix.
Kalau kaum Varden kalah, ia tidak akan pernah
bertemu Katrina lagi. Jadi, dengan bantuan Jeod, ia
meyakinkan Horst dan banyak penduduk desa lain
bahwa kalau mereka ingin tinggal di Surda, selamat
dari Kekaisaran, mereka harus mendayung menyusuri
Sungai Jiet dan membantu kaum Varden. Tugas yang
sulit, tapi akhirnya Roran berhasil. Dan begitu mereka
memberitahukan niatnya pada Lady Alarice, ia
memberi mereka semua persediaan yang mereka
inginkan. Sejak itu Roran sering bertanya-tanya
apakah ia membuat keputusan yang benar. Sekarang
semua orang benci hidup di Dragon Wing. Orang-orang
tegang dan mudah marah, situasi yang diperburuk
pengetahuan bahwa mereka berlayar menuju
pertempuran. Apakah semua ini merupakan
keegoisanku" pikir Roran penasaran. Apakah aku
benar-benar melakukan ini demi kebaikan para
penduduk desa, atau hanya karena ini akan
membawaku satu langkah lebih dekat menemukan
Katrina" "Mungkin seharusnya begitu," katanya pada
Elain. Bersama-sama mereka mengawasi lapisan tebal
asap mengumpul di atas kepala, menggelapkan langit,
menutupi matahari, dan menyaring cahaya yang
tersisa hingga segala sesuatu di bawahnya berwarna
oranye memuakkan. Cahaya itu menghasilkan suasana
senja menakutkan yang belum pernah dibayangkan
Roran. Para kelasi di geladak tampak sama takutnya
dan menggumamkan mantra-mantra perlindungan,
mengeluarkan kalung-kalung batu untuk mengusir mata
setan. "Dengar," kata Elain. Ia memiringkan kepala.
"Apa itu?" Roran berusaha keras mendengarkan dan
menangkap suara denting samar logam beradu dengan
logam. "Itu," katanya, "suara takdir kita." Sambil
berbalik, ia berteriak ke balik bahunya, "Kapten, ada
pertempuran di depan!" "Siapkan busur!" raung Uthar.
"Tingkatkan kecepatan mendayung, Bonden. Dan
setiap orang yang mampu sebaiknya bersiap-siap,
kalau tidak kalian akan menggunakan usus kalian
sebagai bantal!" Roran tetap berada di
Bidadari Pendekar Naga Sakti
tempatnya sementara Dragon Wing tiba-tiba dipenuhi
kegiatan. Sekalipun keributan meningkat, ia masih
bisa mendengar suara pedang dan perisai beradu di
Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kejauhan. Jeritan orang-orang sekarang terdengar,
juga raungan makhluk buas raksasa. Ia melirik saat
Jeod menggabungkan diri dengan mereka di haluan.
Wajah pedagang itu pucat. "Kau pernah bertempur?"
tanya Roran. Jakun Jeod naik-turun saat menelan
ludah dan menggeleng. "Aku banyak bertempur
bersama Brom, tapi tidak pernah dalam pertempuran
sebesar ini." "Kalau begitu, ini pertama kali bagi kita
berdua." Asap menipis di sebelah kanan,
memungkinkan mereka melihat daratan gelap yang
menyemburkan api dan uap oranye busuk dan tertutup
ratusan orang yang bertempur. Mustahil menentukan
siapa pihak Kekaisaran dan siapa kaum Varden, tapi
jelas bagi Roran bahwa pertempuran itu bisa miring ke
salah satu pihak kalau mendapat dorongan yang tepat.
Kami bisa memberikan dorongan itu. Lalu terdengar
suara yang menggema di perairan saat seseorang
berteriak, "Ada kapal! Ada kapal di Sungai Jiet!"
"Sebaiknya kau ke bawah," kata Roran pada Elain.
"Kau tidak aman di sini." Elain mengangguk dan
bergegas ke lubang palka depan, di mana ia menuruni
tangga, menutup pintu di belakangnya. Sesaat
kemudian, Horst berlari ke haluan dan memberi Roran
salah satu perisai buatan Fisk. "Kupikir kau mungkin
membutuhkannya," kata Horst. "Terima kasih. Aku--"
Roran berhenti saat udara di sekitar mereka bergetar,
seakan ada pukulan hebat. Buk. Gigi-giginya beradu.
Buk. Telinganya terasa sakit akibat tekanannya.
Menjelang memudarnya pukulan kedua terdengar buk
ketiga dan, seiring dengan itu, teriakan yang dikenali
Roran, karena ia berulang kali mendengarnya di masa
kanak-kanak. Ia menengadah dan memandang naga
biru raksasa yang menukik keluar dari awan. Dan di
punggung naga itu, di pertemuan antara leher dan
bahunya, duduk sepupunya, Eragon. Ia bukan Eragon
yang diingatnya, seakan ada seniman yang mengambil
ciri-ciri dasar sepupunya dan meningkatkannya,
merapikannya, menjadikannya lebih anggun sekaligus
halus. Eragon yang ini berpakaian seperti pangeran,
dengan pakaian dan baju besi yang indah-sekalipun
dinodai kotoran perang dan di tangan kanannya
terdapat pedang kemerahan. Eragon ini, Roran tahu,
mampu membunuh tanpa ragu. Eragon ini kuat dan
tidak terkalahkan... Eragon ini mampu membantai
Ra'zac dan tunggangan mereka serta membantunya
menyelamatkan Katrina. Setelah mengembangkan
sayap-sayapnya yang tembus pandang, si naga
berhenti dan melayang-layang di depan kapal. Lalu
pandangan Eragon beradu dengan pandangan Roran.
Hingga saat itu, Roran tidak benar-benar memercayai
Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
cerita Jeod tentang Eragon dan Brom. Sekarang, saat
ia menatap sepupunya, gelombang emosi yang
membingungkan menyapu dirinya. Eragon Penunggang!
Rasanya mustahil bocah kurus, muram, dan terlalu
bersemangat yang tumbuh dewasa bersamanya telah
berubah menjadi pejuang yang menakutkan ini.
Melihatnya masih hidup menyebabkan Roran dipenuhi
suka cita yang tak diduganya. Tapi, pada saat yang
sama, kemarahan menakutkan yang dikenalinya
berkembang dalam dirinya karena peranan Eragon
dalam kematian Garrow dan pengepungan atas
Carvahall. Selama beberapa detik itu, Roran tidak
tahu apakah ia menyayangi atau membenci Eragon. Ia
menegang terkejut saat makhluk yang luas dan asing
menyentuh benaknya. Dari kesadaran itu terdengar
suara Eragon: Roran" "Aye." Pikirkan jawabanmu
dan aku akan mendengarnya. Apakah semua orang dari
Carvahall bersamamu" Kurang-lebih. Bagaimana
kau... Tidak, kita bisa membicarakan hal itu nanti;
sekarang tidak ada waktu. Tetap di tempatmu hingga
pertempuran berakhir. Lebih baik lagi, teruskan
berlayar, agar Kekaisaran tidak bisa menyerang
kalian. Kita harus bicara, Eragon. Banyak yang harus
kau pertanggungjawabkan. Eragon ragu dengan
ekspresi galau, lalu berkata, Aku tahu. Tapi tidak
sekarang, nanti. Tanpa perintah yang terlihat, naga
itu berbelok menjauhi kapal dan terbang ke timur,
menghilang dalam kabut yang menutupi Burning
Plains. Dengan nada terpesona, Horst berkata,
"Penunggang! Penunggang yang sebenarnya! Ti
Bidadari Pendekar Naga Sakti
dak pernah kuduga aku akan melihatnya, apalagi ia
ternyata Eragon." Ia menggeleng. "Kurasa kau sudah
mengatakan yang sebenarnya, eh, Longshanks?" Jeod
hanya tersenyum sebagai jawaban, tampak seperti
anak yang gembira. Roran nyaris tidak mendengar
kata-kata mereka saat menatap geladak, merasa akan
meledak karena tegang. Puluhan pertanyaan tak
terjawab menyerangnya. Ia memaksa diri tidak
memedulikannya. Aku tidak boleh memikirkan Eragon
sekarang Kita harus bertempur. Kaum Varden harus
mengalahkan Kekaisaran. Kemurkaan yang semakin
besar melahap dirinya. Ia pernah mengalaminya,
kesintingan yang memungkinkan dirinya mengalahkan
hampir setiap hambatan, menyingkirkan benda-benda
yang biasanya tidak mampu digesernya, menghadapi
musuh dalam pertempuran dan tidak merasa takut.
Perasaan itu mencengkeram dirinya sekarang, bagai
Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
demam dalam pembuluh darahnya, mempercepat
napasnya dan menyebabkan jantungnya
berdebar-debar. Ia mendorong diri menjauhi pagar,
lari di sepanjang kapal ke geladak depan, tempat
Uthar berdiri dekat kemudi, dan berkata, "Labuhkan
kapalnya." "Apa?" "Labuhkan kapalnya, kataku!
Tunggu di sini bersama para prajurit lain dan gunakan
busur untuk mengacau sedapat mungkin, jangan
sampai musuh naik ke Dragon Wing, dan jaga
keluargamu dengan nyawamu. Mengerti?" Uthar
menatapnya datar, dan Roran takut ia tidak menerima
perintah itu. Lalu kelasi berpengalaman tersebut
mendengus dan berkata, "Aye, aye, Stronghammer."
Suara langkah Horst yang berat mendahului
kemunculannya di geladak depan. "Apa yang ingin
kaulakukan, Roran?" "Lakukan?" Roran tertawa dan
berbalik menghadapi tukang besi itu. "Lakukan" Aku
berniat mengubah nasib Alagaesia!" YANG PERTAMA
Eragon nyaris tidak menyadari saat Saphira
membawanya kembali ke pertempuran. Ia tahu Roran
ada di laut, tapi tidak pernah terlintas dalam
benaknya bahwa Roran mungkin menuju ke Surda, atau
bahwa mereka akan bertemu kembali dengan cara
seperti ini. Dan mata Roran! Pandangan Roran seperti
menusuk Eragon, menanyainya, lega, murka...
menuduh. Dalam pandangan itu, Eragon melihat
sepupunya tahu peranan Eragon dalam kematian
Garrow dan belum memaafkan dirinya. Baru sesudah
ada pedang yang mental dari baju besinya Eragon
kembali memerhatikan sekitarnya. Ia berteriak serak
dan mengayunkan pedang ke bawah, membelah prajurit
yang menyerangnya. Setelah memaki diri sendiri
karena seceroboh itu, Eragon menjangkau Trianna dan
berkata, Tidak seorang pun di kapal itu yang
merupakan musuh. Sebarkan berita bahwa mereka
tidak boleh diserang. Tanyakan pada Nasuada apakah
ia bisa mengirim orang untuk menjelaskan situasinya
pada mereka yang di kapal dan memastikan mereka
jauh dari pertempuran. Sesuai keinginan Anda,
Argetlam. Dari sisi barat pertempuran, di mana ia
melayang-layang, Saphira menyusuri Burning Plains
dalam beberapa lompatan raksasa, berhenti di depan
Hrothgar dan para kurcaci. Setelah turun, Eragon
mendekati raja itu, yang berkata, "Hail, Argetlam!
Hail, Saphira! Para elf tampaknya sudah berbuat lebih
dari Yang mereka janjikan padamu." Orik berdiri di
sampingnya. "Tidak, Sir, para naga." "Sungguh" Aku
harus mendengar petualanganmu begitu pekerjaan
sialan ini selesai. Aku senang kau menerima
tawaranku menjadi Durgrimst Ingeitum. Aku merasa


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tersanjung menjadi kerabatmu." "Dan aku menjadi
kerabat Anda." Hrothgar tertawa, lalu berpaling pada
Saphira dan berkata, "Aku masih belum melupakan
sumpahmu untuk memperbaiki Isidar Mithrim, Naga.
Bahkan sekarang ini, para seniman kami sedang
menyusun kembali safir bintang di tengah Tronjheim.
Aku berharap bisa melihatnya utuh lagi." Saphira
membungkukkan kepala. Sesuai janjiku, begitulah
yang akan terjadi. Sesudah Eragon mengulangi
kata-katanya, Hrothgar mengulurkan jarinya yang
keriput dan mengetuk salah satu pelat logam di sisi
tubuh Saphira. "Kulihat kau mengenakan baju besi
buatan kami. Kuharap berguna bagimu." Sangat
berguna, Raja Hrothgar, kata Saphira melalui Eragon.
Baju besi ini menyelamatkanku dari banyak luka.
Hrothgar menegakkan tubuh dan mengangkat Volund,
matanya yang dalam berkilau. "Well, kalau begitu,
apakah s Bidadari Pendekar Naga Sakti
ebaiknya kita maju dan mengujinya lagi dalam
peleburan perang?" Ia memandang para pejuangnya
dan berteriak, "Akh sartos oen durgrimst!" "Vor
Hrothgarz korda! Vor Hrothgarz korda!" Eragon
memandang Orik, yang menerjemahkan sambil
berteriak keras, "Demi martil Hrothgar!" Setelah turut
meneriakkannya, Eragon berlari bersama raja kurcaci
itu ke jajaran prajurit berbaju merah, Saphira di
sampingnya. Akhirnya sekarang, dengan bantuan para
kurcaci, pertempuran berpihak ke kaum Varden.
Bersama-sama mereka mendesak Kekaisaran, memecah
belah mereka, menghancurkannya, memaksa pasukan
Galbatorix meninggalkan posisi yang mereka
pertahankan sejak pagi. Usaha mereka dibantu fakta
semakin luasnya pengaruh racun yang disebar Angela.
Banyak perwira Kekaisaran bertingkah tidak rasional,
memberi perintah Yang mempermudah kaum Varden
menerobos semakin jauh ke dalam pasukan,
menimbulkan kekacauan ke mana pun mereka pergi.
Para prajurit tampak menyadari keberuntungan tidak
lagi tersenyum pada mereka, karena ratusan di
antaranya menyerah, atau membelot saat itu juga dan
berbalik menyerang mantan rekannya, atau membuang
senjata dan melarikan diri. Dan hari semakin sore.
Eragon tengah sibuk bertempur melawan dua prajurit
sewaktu sebatang harpun yang berkobar-kobar
meraung di atas kepala dan membenamkan diri di
salah satu tenda komando Kekaisaran dua puluh yard
jauhnya, menyulut kainnya. Setelah mengalahkan
Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
musuh, Eragon melirik ke belakang dan melihat
lusinan peluru berkobar-kobar berhamburan dari kapal
di Sungai Jiet. Apa yang kaulakukan, Roran" pikir
Eragon penasaran sebelum kembali menyerbu
sekelompok prajurit. Tidak lama kemudian,
lengkingan terompet terdengar dari belakang pasukan
Kekaisaran, diikuti lengkingan terompet yang lain,
lalu yang lainnya lagi. Ada yang mulai memukul
genderang, yang dentumannya membekukan medan
tempur saat setiap orang mencari-cari sumber suara.
Bahkan sementara Eragon mengawasi, ada sosok
besar yang memisahkan diri dari kaki langit di utara
dan membubung di langit di atas Burning Plains.
Gagak-gagak berhamburan di depan bayangan hitam
berduri itu, yang melayang tanpa bergerak
memanfaatkan arus udara panas. Mulanya Eragon
menduga makhluk itu Lethrblaka, salah satu
tunggangan Ra'zac. Lalu seberkas cahaya berhasil
menembus awan dan menerangi sosok itu dari barat.
Seekor naga merah melayang-layang di atas mereka,
berpendar dan berkilauan ditimpa cahaya matahari
seperti bara semerah darah. Membran sayapnya
seperti warna anggur yang diacungkan di depan
lentera. Cakar, gigi, dan duri-duri di sepanjang tulang
punggungnya seputih salju. Dalam pandangannya
terpancar kesenangan yang menakutkan. Di
punggungnya terdapat pelana, dan di pelana itu duduk
seseorang berpakaian baju baja mengilap dan
bersenjatakan pedang satu setengah hasta. Ketakutan
mencengkeram Eragon. Galbatorix berhasil
menetaskan naga lain! Lalu pria berbaju baja itu
mengangkat tangan kiri dan seberkas energi
kemerahan yang berderak-derak melesat dari telapak
tangannya dan menghantam dada Hrothgar. Para
kurcaci perapal mantra menjerit kesakitan saat energi
tubuh mereka terlalap habis dalam usaha menghalangi
serangan. Mereka berjatuhan, tewas, lalu Hrothgar
mencengkeram dadanya dan jatuh ke tanah. Para
kurcaci mengerang putus asa saat melihat raja mereka
jatuh. "Tidak!" jerit Eragon, dan Saphira meraung
marah. Eragon melotot benci ke Penunggang lawan.
Akan kubunuh kau karena perbuatanmu ini. Eragon
tahu bahwa, mengingat kondisi mereka, ia dan Saphira
terlalu lelah untuk menghadapi lawan setangguh itu.
Setelah memandang sekitarnya, Eragon melihat seekor
kuda yang terkapar di lumpur, sebatang tombak
menancap di sisi tubuhnya. Kuda itu masih hidup.
Eragon memegang lehernya dan bergumam, Tidurlah,
saudara. Lalu ia memindahkan energi kuda yang
tersisa ke dalam dirinya dan Saphira. Energi itu tidak
Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
cukup untuk memulihkan seluruh kekuatan mereka,
tapi meredakan sakit di otot-otot dan menghentikan
getaran pada kaki dan tangan mereka. Dengan
tambahan tenaga, Eragon melompat ke punggung
Saphira, sambil berteriak, "Orik, pimpin
saudara-saudaramu!" Di seberang
Bidadari Pendekar Naga Sakti
medan tempur, ia melihat Arya menatapnya prihatin.
Eragon mengesampingkan elf itu dari pikirannya
sambil mengeratkan tali-tali pelana di kaki. Lalu
Saphira melesat ke naga merah itu, mengepakkan
sayap sekuat tenaga untuk mendapat kecepatan yang
diperlukan. Kuharap kau ingat pelajaranmu dengan
Glaedr, kata Eragon. Ia mengeratkan cengkeraman
pada perisai. Saphira tidak menjawab melainkan
meraung dengan pikirannya ke naga yang lain,
Pengkhianat! Pemecah telur, pelanggar sumpah,
pembunuh! Lalu sebagai satu kesatuan, ia dan Eragon
menyerang benak pasangan itu, berusaha menerobos
pertahanan mereka. Kesadaran Penunggang itu terasa
aneh bagi Eragon, seakan terdiri atas beberapa lapis;
puluhan suara keras berbisikbisik dalam ceruk-ceruk
pikirannya, seperti roh-roh tertawan yang memohon
dilepaskan. Begitu ada kontak di antara mereka, si
Penunggang membalas dengan semburan kekuatan
murni yang lebih besar bahkan daripada yang mampu
dikerahkan Oromis. Eragon mundur jauh ke balik
perlindungannya sendiri, mati-matian merapalkan
mantra ajaran Oromis untuk menghadapi keadaan
seperti ini: Di bawah langit musim dingin yang dingin
dan kosong Berdiri pria kecil berpedang perak. Ia
melompat dan menusuk membabi buta, Melawan
bayang-bayang yang berkumpul di depannya.
Kepungan terhadap benak Eragon mereda saat Saphira
dan naga merah beradu, dua meteor tembus pandang
yang bertabrakan keras. Mereka saling menyerang,
menendang perut satu sama lain dengan kaki
belakang. Cakar-cakar mereka memperdengarkan
jeritan mengerikan saat menggurat baju besi Saphira
dan sisik-sisik pipih naga merah itu. Naga merah
tersebut lebih kecil daripada Saphira, tapi kaki dan
bahunya lebih tebal. Ia berhasil menendang
menjauhkan Saphira sejenak, lalu mereka kembali
merapat, masing-masing berusaha menghunjamkan
rahang ke leher lawan. Eragon harus berjuang keras
agar Zar'roc tidak terlepas sementara kedua naga
terjatuh ke tanah, saling menghantam dengan kaki dan
ekor mereka. Tidak lebih dari lima puluh yard di atas
Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Burning Plains, Saphira dan naga merah itu menjauh,
berusaha naik. Begitu Saphira berhenti naik, ia
mengangkat kepala, seperti ular yang akan
menyerang, dan menyemburkan api. Semburannya
tidak pernah mencapai sasaran; dua belas kaki dari
naga merah itu, semburannya pecah dan lewat di
kedua sisi lawan tanpa melukai. Terkutuk, pikir
Eragon. Bahkan saat naga merah itu membuka rahang
untuk membalas, Eragon berseru, "Skolir nosu fra
brisingr!" Tindakannya tepat pada saatnya. Semburan
api itu berputar-putar di sekitar mereka tapi tidak
membakar sisik-sisik Saphira. Sekarang Saphira dan
naga merah itu melesat menerobos asap ke langit
yang bersih dan dingin di atasnya, melesat kian
kemari dalam usaha mereka membubung lebih tinggi
daripada lawan. Naga merah itu menggigit ekor
Saphira, dan Saphira serta Eragon menjerit kesakitan
bersama-sama. Terengah-engah akibat usahanya,
Saphira berputar dengan rapat, berakhir di belakang
naga itu, yang lalu berputar ke kiri dan berusaha
terbang memutar ke atas Saphira. Sementara
naga-naga berduel dengan gerakan-gerakan akrobatik
yang semakin rumit, Eragon menyadari adanya
gangguan di Burning Plains: para perapal mantra Du
Vrangr Gata dikalahkan dua penyihir baru dari
Kekaisaran. Para penyihir itu jauh lebih kuat daripada
para pendahulunya. Mereka telah membunuh salah
seorang anggota Du Vrangr Gata dan tengah
menyerang pertahanan penyihir kedua. Eragon
mendengar Trianna menjerit dengan pikirannya,
Shadeslayer! Kau harus membantu kami! Kami tidak
bisa mencegah mereka. Mereka akan membunuh
seluruh kaum Varden. Tolong kami, mereka- Suara
Trianna menghilang saat Penunggang lawan menusuk
kesadaran Eragon. "Ini harus diakhiri," kata Eragon
dengan gigi terkatup sambil berjuang melawan
serangan itu. Dari balik leher Saphira, ia melihat
naga merah itu menukik ke arah mereka, menuju ke
bawah Saphira. Eragon tidak berani membuka pikiran
untuk berbicara dengan Saphira, jadi ia berkata,
"Tangkap aku!" Dengan dua ayunan Zar'roc, ia
memutus tali yang melilit di kakinya dan melompat
dari punggung Saphira. Ini sinting, pikir Eragon. Ia te
Bidadari Pendekar Naga Sakti
rtawa penuh semangat saat perasaan tanpa bobot
menguasai dirinya. Deru angin mencabut helmnya dan
menyebabkan matanya berair dan pedas. Setelah
melepas perisai, Eragon membentangkan lengan dan
Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kakinya, sebagaimana yang diajarkan Oromis, untuk
menstabilkan terbangnya. Di bawah, Penunggang
berpakaian baja itu menyadari tindakan Eragon. Naga
merahnya berusaha berbelok ke kiri Eragon tapi tidak
bisa menghindar. Eragon menyerang dengan Zar'roc
saat sisi tubuh naga itu melintas, dan ia merasakan
pedangnya membenam ke otot-otot makhluk tersebut
sebelum momentum membawanya melewatinya. Naga
itu meraung kesakitan. Benturannya menyebabkan
Eragon berjungkir balik. Pada saat berhasil
menghentikan putaran, ia jatuh melewati awan dan
akan terempas di Burning Plains. Ia bisa
menghentikan jatuhnya dengan sihir kalau terpaksa,
tapi dengan begitu akan menguras sisa cadangan
energinya. Ia melirik ke balik bahunya. Ayo, Saphira,
di mana kau" Seakan menjawab, Saphira muncul dari
asap busuk, sayapsayapnya menempel rapat ke
tubuhnya. Ia menyapu ke bawah Eragon dan membuka
sayap untuk memperlambat kejatuhannya. Dengan
berhati-hati agar tidak tertusuk salah satu duri
Saphira, Eragon mengarahkan diri ke pelana,
menyambut kembalinya gravitasi sementara Saphira
berhenti menukik. Jangan pernah berbuat begitu lagi
padaku, sergah naga itu. Eragon mengamati darah
yang membasahi mata Zar'roc. Tapi berhasil, bukan"
Kepuasannya lenyap saat menyadari tindakannya
menempatkan posisi Saphira di bawah kekuasaan naga
merah itu. Naga merah itu menyerang dari atas, dari
sana-sini, dan memaksa Saphira ke tanah. Saphira
berusaha melepaskan diri, tapi setiap kali, naga
merah itu menukik ke arahnya, menggigit dan
memukulnya dengan sayap agar Saphira berbelok.
Kedua naga berputar-putar dan saling menerjang
hingga lidah mereka menjulur keluar, ekor mereka
terkulai, dan mereka tidak lagi mengepakkan sayap,
hanya melayang. Setelah menutup benaknya dari
kontak apa pun, sahabat atau bukan, Eragon berkata,
"Mendaratlah, Saphira; tidak ada gunanya. Akan
kuhadapi ia di darat." Sambil mendengus pasrah,
Saphira turun ke dataran rata terdekat, dataran batu
yang berada di tepi barat Sungai Jiet. Air telah
berubah merah akibat darah yang mengalir ke sana
dari pertempuran. Eragon melompat turun dari Saphira
begitu ia mendarat dan menjajaki pijakannya. Dataran
itu halus dan keras, tanpa ada apa-apa yang bisa
menyandung kakinya. Ia mengangguk, senang.
Beberapa detik kemudian, naga merah itu melintas di
atas kepala dan mendarat di sisi seberang dataran. Ia
mengangkat kaki kiri belakang agar lukanya tidak
bertambah parah: luka panjang yang nyaris memutus
Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ototnya. Naga itu gemetaran, seperti anjing yang luka.
Ia mencoba melompat maju, lalu berhenti dan
menggeram pada Eragon. Penunggang lawan
melepaskan kakinya dan meluncur turun di sisi naga
yang tidak terluka. Lalu ia berputar mengitari naga
dan memeriksa kakinya. Eragon membiarkannya; ia
tahu betapa sakit bagi orang itu untuk melihat
kerusakan pada rekannya yang terikat dengan dirinya.
Tapi ia menunggu terlalu lama, karena Penunggang itu
menggumamkan beberapa kata yang tidak
dipahaminya, dan dalam waktu tiga detik luka naga itu
sembuh. Eragon menggigil ketakutan. Bagaimana ia
bisa melakukannya secepat itu, dengan mantra
sesingkat itu" Sekalipun begitu, siapa pun orangnya,
Penunggang baru tersebut jelas bukan Galbatorix,
yang naganya berwarna hitam. Eragon mengingat
informasi itu saat melangkah maju menghadapi si
Penunggang. Ketika mereka bertemu di tengah
dataran, Saphira dan naga merah mengitari di
belakang. Si Penunggang mencengkeram pedang
dengan dua tangan dan mengayunkannya dari atas
kepala ke Eragon, yang mengangkat Zar'roc untuk
mempertahankan diri. Pedang mereka beradu,
menghamburkan bunga api kemerahan. Lalu Eragon
mendorong lawannya dan menghujaninya dengan
serangkaian serangan yang rumit. Ia menusuk dan
menangkis, menari-nari dengan kaki yang ringan,
memaksa Penunggang berbaju baja itu mundur ke tepi
dataran. Sewaktu mereka tiba di tepi, Penunggang
tersebut bertahan, menangkis serangan-serangan
Eragon, sepand Bidadari Pendekar Naga Sakti
ai apa pun. Seakan ia bisa menduga setiap langkahku,
pikir Eragon, frustrasi. Kalau ia sudah beristirahat,
mudah baginya mengalahkan Penunggang itu, tapi
sebagaimana kenyataannya, ia tidak mampu
mengatasinya. Penunggang tersebut tidak memiliki
kecepatan dan kekuatan elf, tapi keahlian teknisnya
lebih baik daripada Vanir dan sebaik Eragon. Eragon
merasa panik sewaktu energi awalnya mulai menyurut
dan ia hanya berhasil menggurat pelat dada si
Penunggang yang berkilau. Cadangan tenaga terakhir
yang tersimpan di batu mirah Zar'roc dan sabuk Beloth
si Bijaksana hanya cukup untuk mempertahankan
pengerahan tenaga semenit lagi. Lalu Penunggang itu
maju selangkah. Lalu selangkah lagi. Dan sebelum
Eragon sadar, mereka kembali ke tengah dataran, di
mana mereka berdiri berhadapan, saling menyerang.
Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Zar'roc terasa begitu berat di tangannya, Eragon
nyaris tidak mampu mengangkatnya. Bahunya terasa
terbakar, ia terengah-engah, dan keringat membanjiri
wajahnya. Bahkan keinginan untuk membalas kematian
Hrothgar tidak membantunya mengatasi kelelahan.
Akhirnya Eragon terpeleset dan jatuh. Bertekad bulat
tidak akan terbunuh dalam keadaan tergeletak, ia
berguling bangkit kembali dan menusuk si
Penunggang, yang menangkis Zar'roc dengan sentakan
pergelangan tangan yang malas. Cara si Penunggang
memainkan pedangnya sesudah itumemutar-mutarnya
dengan cepat di sisinya--tiba-tiba terasa dikenali
Eragon, juga permainan pedangnya sebelum ini. Ia
menatap dengan kengerian yang semakin besar ke
pedang satu setengah hasta milik lawannya, lalu
memandang ke celah mata helm lawan yang
memantulkan bayangan, dan berteriak, "Aku
mengenalmu!" Ia menerjang Penunggang itu, menahan
kedua pedang di antara tubuh mereka, mengaitkan
jemarinya ke bawah helm lawan, dan menyentakkannya
hingga lepas. Dan di sana, di tengah dataran, di tepi
Burning Plains Alagaesia, berdirilah Murtagh.
WARISAN Murtagh tersenyum. Lalu ia berkata,
"Thrysta vindr," dan bola air yang keras terbentuk di
antara mereka dan menghantam dada Eragon,
melemparnya dua puluh kaki ke seberang dataran.
Eragon mendengar Saphira menggeram saat ia
mendarat pada punggungnya. Pandangannya berubah
jadi merah dan putih, lalu ia bergelung dan menunggu
sakitnya mereda. Kegembiraan apa pun yang
dirasakannya atas kemunculan Murtagh dikalahkan
keanehan situasi pertemuan mereka. Campuran
perasaan kaget, bingung, dan marah menggelegak
dalam dirinya. Setelah menurunkan pedang, Murtagh
menunjuk Eragon dengan tangannya yang terbungkus
baja, melengkungkan setiap jari kecuali telunjuknya.
"Kau tidak akan pernah menyerah." Hawa dingin
merayapi tulang punggung Eragon, karena ia
mengenali adegan dari firasatnya sewaktu menyusuri
Az Ragni ke Hedarth: Seseorang terkapar di Lumpur
dengan helm melesak dan jala baja
berlumuran--wajahnya tersembunyi di balik lengan
yang teracung. Tangan berbaju baja memasuki
pandangan Eragon dan dengan wibawa takdir,
menunjuk orang yang terkapar itu. Masa lalu dan masa
depan bersatu. Sekarang kehancuran Eragon akan
diputuskan. Setelah mendorong diri bangkit, ia
terbatuk dan berkata, "Murtagh... bagaimana kau bisa
masih hidup" Kulihat Urgal menyeretmu ke bawah
tanah. Kucoba men-scry dirimu tapi hanya melihat
Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kegelapan." Murtagh tertawa pelan. "Kau tidak
melihat apa-apa, sama seperti aku tidak melihat
apa-apa sewaktu pertama kali mencoba men-scry
dirimu selama hari-hariku di Uru baen." "Tapi kau
sudah mati!" teriak Eragon, hampir tak terdengar.
"Kau mati di bawah Farthen Dur. Arya menemukan
pakaianmu yang berlumuran darah di terowongan."
Wajah Murtagh berubah gelap. "Tidak, aku belum mati.
Itu ulah si Kembar, Eragon. Mereka mengambil alrh
sekelompok Urgal dan mengatur penyergapan untuk
membunuh Ajihad dan menangkapku. Lalu mereka
menyihirku agar aku tak bisa melarikan diri dan
membawaku pergi ke Uru'baen." Eragon menggeleng,
tidak mampu memahami apa yang terjadi. "Tapi
kenapa kau setuju melayani Galbatorix" Katamu kau
membencinya. Katamu--" "Setuju!" Murtagh kembali
tertawa, dan kali ini kedengaran agak sinting. "Aku
tidak setuju. Mula-mula Galbatorix menghukumku
karena tidak memeduli Bidadari Pendekar Naga Sakti
kan perlindungannya selama bertahun-tahun saat aku
dibesarkan di Uru baen, karena menentang
kehendaknya dan melarikan diri. Lalu ia merampas
segala sesuatu yang kuketahui tentang dirimu,
Saphira, dan kaum Varden." "Kau mengkhianati kami!
Aku berduka atas dirimu, tapi kau mengkhianati kami!"
"Aku tidak memiliki pilihan." "Ajihad benar karena
mengurung dirimu. Ia seharusnya membiarkan kau
membusuk di sel, dengan begitu tidak satu pun dari
semua ini--" "Aku tidak memiliki pilihan!" sergah
Murtagh. "Dan sesudah Thorn menetas bagiku,
Galbatorix memaksa kami berdua bersumpah setia
padanya dalam bahasa kuno. Kami tidak bisa
menentang perintahnya sekarang." Iba dan kebencian
menggumpal dalam diri Eragon. "Kau menjadi
ayahmu." Kilau aneh muncul di mata Murtagh. "Tidak,
bukan ayahku. Aku lebih kuat daripada Morzan.
Galbatorix mengajarkan sihir yang belum pernah
kauimpikan... Mantra-mantra yang begitu kuat hingga
para elf tidak berani merapalkannya, mereka memang
pengecut. Kata-kata dalam bahasa kuno yang telah
lama hilang hingga Galbatorix menemukannya.
Cara-cara memanipulasi energi... Rahasia-rahasia,
rahasia-rahasia menakutkan yang bisa menghancurkan
musuh dan memenuhi semua keinginanmu." Eragon
teringat kembali sebagian pelajaran Oromis dan
menukas, "Hal-hal yang seharusnya tetap
dirahasiakan." "Kalau kau tahu, kau tidak akan
Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengatakan begitu. Brom hanya amatiran, tidak lebih.
Dan para elf, bah! Mereka hanya bisa bersembunyi di
hutan mereka dan menunggu ditaklukkan." Murtagh
mengawasi Eragon. "Kau sekarang mirip elf. Apakah
Islanzadi yang melakukannya?" Sewaktu Eragon tetap
membisu, Murtagh tersenyum dan mengangkat bahu.
"Tidak penting. Aku akan tahu yang sebenarnya tidak
lama lagi." Ia diam, mengerutkan kening, lalu
memandang ke timur. Mengikuti tatapannya, Eragon
melihat si Kembar berdiri di depan Kekaisaran,
menghamburkan bola-bola energi ke tengah kaum
Varden dan para kurcaci. Tirai asap menyulitkan untuk
memastikan, tapi Eragon yakin para penyihir tak
berambut itu tersenyum dan tertawa saat membantai
orang-orang tempat mereka dulu bersumpah setia.
Yang tidak disadari si Kembar--dan yang terlihat jelas
oleh Eragon dan Murtagh dari tempat mereka--adalah
Roran tengah merayap mendekati mereka dari
samping. Jantung Eragon bagai berhenti berdetak
sesaat sewaktu mengenali sepupunya. Bodoh!
Menyingkirlah dari mereka! Kau akan terbunuh. Tepat
pada saat ia membuka mulut untuk merapalkan mantra
yang akan mengalihkan Roran dari bahaya--tidak
peduli risikonya, Murtagh berkata, "Tunggu. Aku ingin
melihat apa yang akan dilakukannya." "Kenapa?"
Senyum muram merekah di wajah Murtagh. "Si Kembar
senang menyiksaku sewaktu menahan aku." Eragon
meliriknya, curiga. "Kau tidak akan menyakiti Roran"
Kau tidak akan memperingatkan si Kembar?" "Vel
einradhin iet ai Shur'tugal." Demi janjiku sebagai
Penunggang. Bersama-sama mereka melihat Roran
bersembunyi di balik tumpukan mayat. Eragon tegang
saat si Kembar memandang tumpukan. Sejenak,
tampaknya mereka telah menemukan Roran, lalu
mereka berpaling dan Roran melompat keluar. Ia
mengayunkan martil dan menghantam kepala salah
satu si Kembar, membelah tengkoraknya. Si Kembar
yang seorang lagi jatuh ke tanah, tersentak-sentak,
dan menjerit tanpa suara hingga nyawanya juga
tercabut di bawah martil Roran. Lalu Roran menginjak
mayat-mayat musuhnya, mengangkat martil ke atas
kepala, dan meraung penuh kemenangan. "Sekarang
apa?" tanya Eragon, sambil berpaling dari medan
tempur. "Apakah kau kemari untuk membunuhku?"
"Tentu saja tidak. Galbatorix menginginkanmu
hidup-hidup." "Untuk apa?" Bibir Murtagh tersentak.
"Kau tidak tahu" Ha! Benar-benar lucu. Bukan karena
dirimu; tapi karena dia." Ia menunjuk Saphira. Naga
dalam telur terakhir Galbatorix, telur naga terakhir di
dunia, adalah jantan. Saphira satu-satunya naga
Pendekar Gila . Duel Di Puncak Lawu m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
betina yang ada. Kalau ia melahirkan, ia akan menjadi
induk seluruh rasnya. Kau mengerti sekarang"
Galbatorix tidak ingin memusnahkan naga. Ia ingin
menggunakan Saphira untuk membangun kembali para
Penunggang. Ia tidak bisa membunuhmu, kalian
berdua, kalau ingin visinya jadi ken
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
yataan... Dan visi yang luar biasa, Eragon. Kau
seharusnya mendengar ia menjabarkannya, lalu
mungkin pendapatmu tentang dirinya tidak seburuk
itu. Apakah jahat kalau ia ingin menyatukan Alagaesia
di bawah satu bendera, menghilangkan perlunya
berperang, dan memulihkan para Penunggang?" "Ia
yang menghancurkan para Penunggang!" "Dan untuk
alasan yang bagus," kata Murtagh. "Mereka sudah tua,
gendut, dan korup. Para elf mengendalikan dan
memanfaatkan mereka untuk menaklukkan manusia.
Mereka harus disingkirkan agar kita bisa memulai
awal baru." Rengutan murka mengubah wajah Eragon.
Ia mondar-mandir di dataran, napasnya berat, lalu
memberi isyarat ke pertempuran dan berkata,
"Bagaimana kau bisa membenarkan penderitaan
sebanyak ini berdasarkan celoteh orang sinting"
Galbatorix hanya membakar, membantai, dan
mengumpulkan kekuasaan bagi dirinya sendiri. Ia
berbohong. Ia membunuh. Ia memanipulasi. Kau tahu
ini! Itu sebabnya kau menolak bekerja padanya dulu."
Eragon diam sejenak, lalu nadanya berubah lebih
lembut. "Aku bisa memahami kau terpaksa bertindak di
luar kehendakmu dan kau tidak bertanggung jawab
atas pembunuhan Hrothgar. Tapi kau bisa mencoba
melarikan diri. Aku yakin Arya dan aku dapat
merancang cara untuk menetralisir ikatan yang
ditetapkan Galbatorix pada dirimu... Bergabunglah
denganku, Murtagh. Kau bisa berbuat banyak bagi
kaum Varden. Bersama kami, kau akan dipuji dan
dikagumi, bukannya dikutuk, ditakuti, dan dibenci."
Sejenak, waktu Murtagh menunduk memandang
pedangnya, Eragon berharap ia akan menerimanya.
Lalu Murtagh berkata dengan suara pelan, "Kau tidak
bisa membantuku, Eragon. Tidak seorang pun kecuali
Galbatorix bisa melepaskan kami dari sumpah kami,
dan ia tidak akan pernah berbuat begitu... Ia tahu
nama sejati kami, Eragon... Kami budaknya untuk
selama-lamanya." Sekalipun ingin, Eragon tidak bisa
mengingkari simpati yang dirasakannya atas
penderitaan Murtagh. Dengan sangat berat, ia


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkata, "Kalau begitu biarkan kami membunuh kalian
berdua." "Membunuh kami! Untuk apa kami
membiarkannya?" Eragon memilih kata-katanya
dengan hati-hati, "Dengan begitu kau akan bebas dari
kendali Galbatorix. Dan dengan begitu akan
menyelamatkan ratusan, kalau bukan ribuan, orang.
Bukankah itu alasan yang cukup mulia untuk
mengorbankan diri?" Murtagh menggeleng. "Mungkin
bagimu, tapi hidup masih terlalu manis bagiku untuk
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ditinggalkan semudah itu. Tidak ada hidup orang asing
yang lebih penting daripada hidup Thorn atau hidupku
sendiri." Sekalipun ia membencinya--sebenarnya,
membenci seluruh situasi--saat itu Eragon tahu apa
yang harus dilakukannya Setelah memperbarui
serangan terhadap benak Murtagh, ia melompat maju,
kedua kaki meninggalkan tanah saat ia menerjang
Murtagh, berniat menusuk jantungnya hingga tembus.
"Letta!" teriak Murtagh. Eragon jatuh kembali ke
tanah saat pita tak kasatmata melilit lengan dan
kakinya, melumpuhkan dirinya. Di sebelah kanannya,
Saphira menyemburkan api dan menerjang Murtagh
seperti kucing menerkam tikus. "Risa!" kata Murtagh,
sambil mengulurkan tangan seperti cakar seakan
hendak menangkap Saphira. Saphira berteriak
terkejut saat mantra Murtagh menghentikannya di
tengah udara dan menahannya di sana, mengambang
beberapa kaki di atas dataran. Sekeras apa pun ia
menggeliat, ia tidak mampu menyentuh tanah, atau
terbang lebih tinggi. Bagaimana ia bisa tetap
manusia tapi memiliki kekuatan untuk berbuat begitu"
pikir Eragon penasaran. Bahkan dengan kemampuan
baruku, tugas seperti itu akan menyebabkan aku
terengah-engah dan tidak mampu berjalan.
Mengandalkan pengalamannya mematahkan mantra
Oromis, Eragon berkata, "Brakka du vanyali sem
huildar Saphira un eka!" Murtagh tidak berusaha
menghentikannya, hanya menatapnya datar, seakan
mendapati perlawanan Eragon kerepotan yang sia-sia.
Sambil menyeringai, Eragon melipatgandakan
usahanya. Tangannya berubah dingin,
tulang-belulangnya sakit, dan denyut nadinya
melambat saat sihir menyerap energinya. Tanpa
diminta, Saphira menggabungkan kekuatan dengannya,
memberinya akses ke sumber daya tubuhnya yang
besar. Lima detik berlalu.... Dua puluh detik.
Bidadari Pendekar Naga Sakti
.. Nadi yang tebal berdenyut-denyut di leher Murtagh.
Semenit.... Satu setengah menit... Getaran tak
tertahan mengguncang Eragon. Otot kuadrisep dan
urat-uratnya bergetar, dan kakinya pasti lemas kalau
ia bisa bergerak. Dua menit berlalu.... Akhirnya
Eragon terpaksa melepaskan sihirnya, kalau tidak ia
mengambil risiko pingsan dan tewas. Ia merosot,
terkuras habis. Tadinya ia takut, tapi hanya karena
menduga dirinya akan gagal. Sekarang ia takut karena
tidak tahu kemampuan Murtagh. "Kau tidak akan bisa
menang dariku," kata Murtagh. "Tidak ada yang bisa,
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kecuali Galbatorix." Sambil berjalan mendekati
Eragon, ia mengarahkan pedang ke leher Eragon,
melukai kulitnya. Eragon melawan dorongan untuk
mengernyit. "Mudah sekali membawamu kembali ke Uru
baen." Eragon menatap tajam mata Murtagh. "Jangan.
Lepaskan aku." "Kau baru saja mencoba
membunuhku." "Dan kau akan berbuat begitu kalau
berada di posisiku." Sewaktu Murtagh tetap membisu
dan tanpa ekspresi, Eragon berkata, "Kita dulu teman.
Kita bertempur bersama. Galbatorix tidak mungkin
mengubahmu sebegitu rupa hingga kau lupa... Kalau
kaulakukan ini, Murtagh, kau akan hilang untuk
selamanya." Semenit yang terasa lama berlalu,
satu-satunya suara hanyalah pertempuran kedua
pasukan. Darah mengalir di leher Eragon, di tempat
ujung pedang melukainya. Saphira melecutkan ekor
dengan kemurkaan tanpa daya. Akhirnya, Murtagh
berkata, "Aku diperintahkan berusaha menangkapmu
dan Saphira." Ia diam sejenak. "Aku sudah mencoba...
Pastikan kita tidak bersimpang jalan lagi. Galbatorix
pasti memaksaku bersumpah lagi dalam bahasa kuno,
sumpah yang akan menghalangiku berbelas kasihan
padamu saat kita bertemu lagi." Ia menurunkan
pedang. "Kau bertindak benar," kata Eragon. Ia
berusaha mundur tapi terpaku di tempat. "Mungkin.
Tapi sebelum kubiarkan kau pergi..." Murtagh
mengulurkan tangan, mengambil Zar'roc dari
cengkeraman Eragon dan mengambil sarung merah
Zar'roc dari sabuk Beloth si Bijaksana. "Kalau aku
telah menjadi ayahku, aku akan menyandang pedang
ayahku. Thorn nagaku, dan ia akan menjadi duri bagi
semua musuh kami. Maka sudah selayaknya kalau aku
juga menyandang pedang Kesengsaraan. Kesengsaraan
dan Thorn- duri-sangat cocok. Lagi pula, Zar'roc
seharusnYa diwariskan pada putra pertama Morzan,
bukan putra bungsunya. Pedang ini hakku berdasarkan
kelahiran." Perut Eragon terasa melilit. Tidak
mungkin. Senyum kejam merekah di wajah Murtagh.
"Aku tidak pernah memberitahukan nama ibuku,
bukan" Dan kau tidak Pernah memberitahukan nama
ibumu. Sekarang kuberitahukan: Selena. Selena
adalah ibuku dan ibumu. Morzan ayah kita. Si Kembar
mengetahui kaitannya sewaktu mereka memeriksa isi
kepalamu. Galbatorix cukup tertarik pada informasi
itu." "Kau bohong!" seru Eragon. Ia tidak mampu
memikirkan dirinya putra Morzan. Apakah Brom tahu"
Apakah Oromis tahu"... Kenapa mereka tidak
memberitahuku" Ia teringat, saat itu Angela
meramalkan salah seorang anggota keluarganya akan
mengkhianatinya. Angela benar. Murtagh hanya
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menggeleng dan mengulangi kata-katanya dalam
bahasa kuno, lalu mendekatkan bibir ke telinga
Eragon dan berbisik, "Kau dan aku, kita sama,
Eragon. Bayangan satu sama lain. Kau tidak bisa
mengingkarinya." "Kau keliru," raung Eragon,
berusaha keras melawan mantra Murtagh. "Kita tidak
mirip sama sekali. Aku tidak lagi memiliki bekas luka
di punggungku." Murtagh melompat mundur seakan
tersengat, wajahnya berubah keras dan dingin. Ia
mengangkat Zar'roc dan mengacungkannya di depan
dada. "Terserahlah. Kuambil warisanku darimu,
adikku. Selamat tinggal." Lalu ia mengambil helmnya
dari tanah dan naik ke punggung Thorn. Tidak sekali
pun ia memandang Eragon saat naga itu berjongkok,
mengangkat sayap, dan terbang pergi dari dataran ke
utara. Baru sesudah Thorn menghilang di balik kaki
langit, jaring-jaring sihir terlepas dari Eragon dan
Saphira. Cakar Saphira beradu dengan batu saat ia
mendarat. Ia merangkak mendekati Eragon dan
menyentuh lengan Eragon dengan moncongnya. Kau
baik-baik saja, makhluk kecil" Aku baik-baik saja.
Tapi sebenarnya tidak, dan Saphira tahu itu. Sambil
berjalan ke t Bidadari Pendekar Naga Sakti
epi dataran, Eragon mengamati Burning Plains dan
sisa-sisa pertempuran, karena pertempuran telah
berakhir. Dengan kematian si Kembar, kaum Varden
dan para kurcaci berhasil merebut kemenangan
kembali dan menyerbu Para prajurit yang
kebingungan, mendesak mereka ke sungai atau
mengejar mereka kembali ke asal. Sekalipun sebagian
besar pasukan mereka masih utuh, Kekaisaran
memerintahkan mundur, tidak ragu lagi untuk
berkumpul kembali dan menyiapkan usaha kedua
menyerang Surda. Mereka meninggalkan
bertumpuk-tumpuk mayat dari kedua belah pihak yang
bertempur, cukup banyak manusia dan kurcaci untuk
menghuni satu kota besar. Asap hitam tebal
bergulung-gulung dari mayat-mayat yang jatuh ke api
tanah. Sekarang sesudah pertempuran mereda,
rajawali dan elang, gagak, turun menutupi medan
tempur bagai tirai. Eragon memejamkan mata, air
mata mengalir dari bawah kelopaknya. Mereka
menang, tapi ia kalah. REUNI Eragon dan Saphira
berjalan di antara mayat-mayat yang memenuhi
Burning Plains, berjalan lambat karena luka-luka dan
kelelahan mereka. Mereka menemui orang-orang lain
yang selamat, terhuyung-huyung melintasi medan
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
perang yang berkobar, orang-orang bermata kosong
yang memandang tanpa benar-benar melihat, tatapan
mereka menerawang. Sekarang sesudah perasaan
haus darahnya mereda, Eragon tidak merasakan
apa-apa kecuali kesengsaraan. Pertempuran ini terasa
begitu tanpa tujuan baginya. Benar-benar tragedi
bahwa begitu banyak yang harus mati untuk
mengalahkan satu orang sinting. Ia berhenti sejenak
untuk melewati setumpuk anak panah yang terbenam di
lumpur dan menyadari luka di ekor Saphira akibat
gigitan Thorn, juga luka-luka Saphira lainnya. Beri
aku kekuatanmu; biar kusembuhkan dirimu. Rawat
dulu mereka yang terluka parah. Kau yakin" Cukup
yakin, makhluk kecil. Dengan susah payah, Eragon
membungkuk dan menyembuhkan leher prajurit yang
tercabik sebelum pindah ke para anggota Varden lain.
Ia tidak membedakan teman dan lawan, merawat
keduanya hingga batas kemampuannya. Eragon begitu
sibuk dengan pikirannya hingga tidak memerhatikan
pekerjaannya. Ia berharap bisa menolak klaim
Murtagh, tapi segala sesuatu yang dikatakan Murtagh
tentang ibunya--ibu mereka--sama seperti beberapa
hal yang diketahuinya tentang ibunya: Selena
meninggalkan Carvahall sekitar dua puluh tahun yang
lalu, kembali hanya sekali untuk melahirkan Eragon,
dan tidak pernah terlihat lagi. Benaknya melayang
kembali ke saat ia dan Murtagh pertama kali tiba di
Farthen Dur. Murtagh mendiskusikan bagaimana
ibunya menghilang dari puri Morzan sewaktu Morzan
memburu Brom Jeod, dan telur Saphira. Sesudah
Morzan melempar Zar'roc ke Murtagh dan nyaris
membunuhnya, Ibu pasti menyembunyikan
kehamilannya lalu kembali ke Carvahall untuk
melindungiku dari Morzan dan Galbatorix. Ia senang
karena tahu Selena begitu menyayanginya. Sejak ia
cukup dewasa untuk memahami bahwa dirinya hanya
anak angkat, Eragon bertanya-tanya siapa ayahnya
dan kenapa ibunya membiarkan dirinya dibesarkan
kakak ibunya, Garrow, dan istrinya, Marian.
Jawaban-jawaban atas pertanyaan ini dijejalkan
padanya dari sumber yang begitu tak terduga, dan
dalam situasi yang sangat mengguncang, hingga ia
tidak mampu menerimanya saat itu. Membutuhkan
waktu berbulan-bulan, kalau bukan bertahun-tahun,
untuk menerima kenyataan ini. Sejak dulu Eragon
selalu beranggapan dirinya akan senang kalau tahu
identitas ayahnya. Sekarang sesudah ia tahu,
informasi itu justru memuakkan baginya. Sewaktu
lebih muda, ia sering menghibur diri dengan
membayangkan ayahnya seseorang yang agung dan
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
penting, sekalipun Eragon tahu kemungkinan
sebaliknya lebih besar. Walau begitu, tidak pernah
terlintas dalam benaknya, bahkan dalam lamunannya
yang paling megah, bahwa ia putra Penunggang,
apalagi salah satu dari kaum Terkutuk. Hal itu
mengubah lamunannya menjadi mimpi buruk. Aku
dilahirkan monster... Ayahku yang mengkhianati para
Penunggang demi Galbatorix. Eragon merasa sangat
tertekan. Tapi tidak... Sementara ia menyembuhkan
tulang punggung seseorang yang patah, cara pandang
baru terhadap situasi ini melintas dalam benaknya,
cara pandang ya Bidadari Pendekar Naga Sakti
ng memulihkan sebagian kepercayaan dirinya: Morzan
mungkin orangtuaku, tapi ia bukan ayahku. Garrow
ayahku. Ia yang membesarkan diriku. Ia yang
mengajariku bagaimana hidup dengan baik dan
terhormat, dengan integritas. Aku menjadi aku karena
Garrow. Bahkan Brom dan Oromis lebih layak kusebut
ayahku daripada Morzan. Dan Roran saudaraku, bukan
Murtagh. Eragon mengangguk, membulatkan tekad
untuk mempertahankan cara pandang itu. Hingga saat
ini, ia menolak menerima Garrow sebagai ayahnya
sepenuhnya. Dan sekalipun Garrow telah tewas,
tindakan itu melegakan Eragon, memberinya perasaan
mengakhiri, dan membantunya mengurangi perasaan
tertekannya karena Morzan. Kau lebih bijaksana, kata
Saphira. Bijaksana" Eragon menggeleng. Tidak, aku
baru saja belajar cara berpikir. Setidaknya, itulah
yang diajarkan Oromis padaku. Eragon mengusap
selapis tanah dari wajah bocah pembawa panji-panji,
memastikan bocah itu telah benar-benar tewas, lalu
menegakkan tubuh, mengernyit saat otot-ototnya
tersentak memprotes. Kau sadar, bukan, bahwa Brom
pasti sudah tahu hal ini. Kenapa lagi ia memilih
bersembunyi di Carvahall sementara menunggu dirimu
menetas"... Ia ingin mengawasi putra musuhnya. Ia
merasa terganggu memikirkan Brom mungkin pernah
mempertimbangkan dirinya sebagai ancaman. Dan ia
benar. Lihat apa yang akhirnya terjadi padaku!


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Saphira mengacak-acak rambutnya dengan embusan
napasnya yang panas. Ingat saja, apa pun alasan
Brom, ia selalu berusaha melindungi kita dari bahaya.
Ia tewas demi menyelamatkan dirimu dari Ra'zac. Aku
tahu... Menurutmu ia tidak memberitahukan hal ini
padaku karena khawatir aku akan meniru Morzan,
seperti Murtagh" Tentu saja tidak. Eragon
memandang Saphira, penasaran. Bagaimana kau bisa
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seyakin itu" Saphira mengangkat kepalanya tinggi di
atasnya dan menolak membalas tatapannya atau
menjawab. Terserahlah, kalau begitu. Sambil berlutut
di samping salah satu anak buah Raja Orrin yang
perutnya tertembus anak panah, Eragon mencengkeram
lengannya agar orang itu berhenti menggeliat-geliat.
"Tenang." "Air," gumam orang itu. "Demi belas
kasihan, air. Tenggorokanku sekering pasir. Kumohon,
Shadeslayer." Keringat menitik di wajahnya. Eragon
tersenyum, berusaha menghiburnya. "Aku bisa
memberimu minum sekarang, tapi lebih baik kau
menunggu sesudah kusembuhkan dirimu. Kau bisa
menunggu" Kalau kau mau menunggu, aku berjanji kau
akan mendapatkan semua air yang kauinginkan." "Kau
berjanji, Shadeslayer?" "Aku berjanji." Pria itu
terlihat berusaha keras melawan gelombang kesakitan
lagi sebelum berkata, "Kalau terpaksa." Dengan
bantuan sihir, Eragon mencabut anak panah itu, lalu
ia dan Saphira memulihkan isi perut orang tersebut,
menggunakan sebagian energi pejuang itu untuk
menguatkan mantranya. Sesudahnya, orang itu
memeriksa perutnya, menekankan kedua tangan ke
kulitnya yang tak bercacat, lalu menatap Eragon, air
mata menggenangi matanya. "Aku... Shadeslayer,
kau...." Eragon memberikan kantong airnya. "Ini,
simpanlah. Kau lebih membutuhkannya daripada
diriku." Seratus yard dari sana, Eragon dan Saphira
menerobos dinding asap yang busuk. Mereka menemui
Orik dan sepuluh kurcaci lain-beberapa
wanita-mengerumuni mayat Hrothgar, yang dibaringkan
di atas empat perisai, terbungkus jala baja emasnya.
Para kurcaci menarik-narik rambut mereka, memukuli
dada, dan melolong-lolong sedih ke langit. Eragon
membungkuk dan bergumam, "Stydja unin mor'ranr,
Hrothgar Konungr." Sesudah beberapa waktu, Orik
menyadari kehadiran mereka dan bangkit, wajahnya
merah karena menangis dan janggutnya tidak lagi
terkepang seperti biasa. Ia terhuyung-huyung
mendekati Eragon dan, tanpa basa-basi, bertanya,
"Apakah kau berhasil membunuh pengecut yang
bertanggung jawab atas kejadian ini?" "Ia berhasil
lolos." Eragon tidak mampu memaksa diri menjelaskan
bahwa Penunggang itu Murtagh. Orik menghantamkan
tinju ke tangannya. "Barzuln!" "Tapi aku bersumpah
padamu demi setiap batu di Alagaesia bahwa, sebagai
anggota Durgrimst Ingeitum, aku akan berusaha
sekuat tenaga membalas kematian Hrothgar." "Aye,
kau satu-satunya selain para elf yang cukup kuat
untuk men Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
gadili pembunuh busuk ini. Dan kalau kautemukan
dirinya... giling tulang-belulangnya hingga jadi debu,
Eragon. Cabut gigi-giginya dan isi pembuluh
darahnya dengan timah cair; buat ia menderita demi
setiap menit hidup Hrothgar yang dicurinya."
"Bukankah kematiannya bagus" Bukankah Hrothgar
ingin tewas dalam pertempuran, dengan Volund di
tangan?" "Dalam pertempuran, ya, menghadapi musuh
jujur yang berani menantangnya dan bertempur."
Sambil menggeleng, Orik berpaling memandang
Hrothgar, lalu melipat lengan dan menunduk. Ia
menarik napas gemetar beberapa kali. "Sewaktu
orangtuaku meninggal karena cacar, Hrothgar
memberiku hidup lagi. Ia menerimaku di aulanya. Ia
menjadikanku ahli warisnya. Kehilangan dirinya..:."
Orik menjepit batang hidung dengan ibu jari dan
telunjuk, menutupi wajahnya. "Kehilangan dirinya
seperti kehilangan ayahku untuk kedua kalinya."
Kedukaan dalam suaranya begitu jelas hingga Eragon
merasa turut berbagi kesengsaraan si kurcaci. "Aku
mengerti," katanya. "Aku tahu kau mengerti,
Eragon... Aku tahu kau mengerti." Sesaat kemudian,
Orik mengusap mata dan memberi isyarat pada
sepuluh kurcaci. "Sebelum kami melakukan apa pun,
kami harus mengembalikan Hrothgar ke Farthen Dur
agar ia bisa dimakamkan bersama para pendahulunya.
Durgrimst Ingeitum harus memilih grimstborith baru,
lalu ketiga belas ketua klan--termasuk mereka yang
kautemui di sini--akan memilih raja kami yang
berikutnya dari antara mereka sendiri. Apa yang akan
terjadi nanti, aku tidak tahu. Tragedi ini akan
menguatkan beberapa klan dan mengubah pendapat
beberapa klan lainnya tentang tujuan kita...." Ia
kembali menggeleng. Eragon memegang bahu Orik.
"Jangan mengkhawatirkan hal itu sekarang. Kau hanya
perlu memintanya, dan lengan serta kemauanku siap
melayanimu... Kalau kau mau, datanglah ke tendaku
dan kita bisa berbagi bir putih dan bersulang untuk
kenangan pada Hrothgar." "Aku suka itu. Tapi tidak
sekarang. Tidak sebelum kami selesai memohon pada
dewa-dewa untuk memberi Hrothgar jalan yang aman
ke kehidupan sesudah kematian." Setelah
meninggalkan Eragon, Orik kembali ke lingkaran para
kurcaci dan menambahkan suaranya sendiri ke dalam
permohonan mereka. Sambil terus berjalan melintasi
Burning Plains, Saphira berkata, Hrothgar raja yang
hebat. Aye, dan orang yang baik. Eragon mendesah.
Kita harus mencari Arya dan Nasuada. Aku bahkan
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tidak bisa menyembuhkan luka tergurat sekarang, dan
mereka harus tahu tentang Murtagh. Setuju. Mereka
berbelok ke selatan menuju perkemahan kaum Varden,
tapi sebelum mereka berjalan lebih dari beberapa
yard, Eragon melihat Roran mendekat dari Sungai
Jiet. Ketakutan menguasai Eragon. Roran berhenti
tepat di depan mereka, mengangkang, dan menatap
Eragon, rahangnya naik-turun seakan ia ingin bicara
tapi tak mampu mengeluarkan kata-kata. Lalu ia
memukul dagu Eragon. Mudah sekali bagi Eragon
untuk menghindari pukulan itu, tapi ia membiarkan
pukulan tersebut mengenainya, agak menghindarinya
agar Roran tidak mematahkan buku-buku jarinya.
Rasanya tetap menyakitkan. Sambil mengernyit,
Eragon menghadapi sepupunya. "Kurasa aku layak
mendapatkannya." "Memang benar. Kita harus
bicara." "Sekarang?" "Ini tidak bisa menunggu.
Ra'zac menangkap Katrina, dan aku membutuhkan
bantuanmu untuk menyelamatkan dirinya. Mereka
sudah menahannya waktu kami meninggalkan
Carvahall." Jadi itu rupanya. Saat itu Eragon sadar
kenapa Roran tampak begitu muram dan ketakutan,
dan kenapa ia membawa seluruh desa ke Surda. Brom
benar, Galbatorix mengirim Ra'zac kembali ke Lembah
Palancar. Eragon mengerutkan kening, terbelah antara
tanggung jawabnya pada Roran dan kewajibannya
melapor pada Nasuada. "Ada yang harus kulakukan
terlebih dulu, dan sesudah itu kita bisa bicara.
Bagaimana" Kau boleh menemaniku kalau mau...."
"Aku ikut." Sementara mereka melintasi lahan yang
berlubang-lubang, Eragon terus melirik Roran dari
sudut matanya. Akhirnya ia berkata dengan suara
pelan, "Aku merindukanmu." Roran goyah, lalu
menjawab dengan anggukan singkat. Beberapa langkah
kemudian, ia bertanya, "Ini Saphira, bukan" Kata Jeod
itulah namanya." "Aye. " Sap
Bidadari Pendekar Naga Sakti
hira memandang Roran dengan satu matanya yang
kemilau. Roran menahan tatapannya tanpa berpaling,
yang lebih daripada yang bisa dilakukan sebagian
besar orang. Sejak dulu aku ingin bertemu teman
sesarang Eragon. "Ia bicara!" seru Roran sewaktu
Eragon mengulangi kata-katanya. Kali ini Saphira
berbicara langsung padanya: Apa" Kau pikir aku
sebisu kadal karang" Roran mengerjapkan mata.
"Maafkan aku. Aku tidak tahu naga secerdas itu."
Senyum muram menggerakkan bibirnya. "Mula-mula
Ra'zac dan para penyihir, sekarang kurcaci,
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Penunggang, dan naga yang bisa bicara. Rasanya
seluruh dunia sudah sinting." "Rasanya memang
begitu." "Kulihat kau bertempur melawan Penunggang
lain. Apakah kau berhasil melukainya" Itukah
sebabnya ia melarikan diri?" "Tunggu. Nanti kau akan
mendengarnya." Sewaktu mereka tiba di paviliun yang
dicari Eragon, ia membuka tutupnya dan merunduk
masuk, diikuti Roran dan Saphira, yang menjejalkan
kepala dan leher di belakang mereka. Di tengah
tenda, Nasuada duduk di tepi meja, membiarkan
pelayan menanggalkan baju besinya yang ringsek
sementara ia melanjutkan diskusi yang sengit dengan
Arya. Luka di pahanya telah disembuhkan. Nasuada
berhenti bicara saat melihat para pendatang baru. Ia
berlari mendekat, memeluk Eragon dan berseru, "Di
mana saja kau" Kami mengira kau tewas, atau lebih
buruk lagi." "Tidak juga." "Lilinnya masih menyala,"
gumam Arya. Setelah melangkah mundur, Nasuada
berkata, "Kami tidak bisa melihat apa yang terjadi
padamu dan Saphira sesudah kalian mendarat di
dataran. Sewaktu naga merah itu pergi dan kau tidak
muncul, Arya berusaha menghubungimu tapi tidak
merasakan apa-apa, jadi kami menganggap...." Ia
tidak melanjutkan. "Kami baru saja memperdebatkan
cara terbaik memindahkan Du Vrangr Gata dan seluruh
kompi pejuang ke seberang sungai." "Maafkan aku.
Aku tidak bermaksud membuatmu khawatir. Aku hanya
begitu lelah sesudah bertempur, hingga lupa
menurunkan perlindunganku." Lalu Eragon
memperkenalkan Roran. "Nasuada, aku ingin
memperkenalkan sepupuku, Roran. Ajihad mungkin
pernah menyinggung soal dirinya padamu. Roran, Lady
Nasuada, pemimpin kaum Varden dan majikanku. Dan
ini Arya Svitkona, duta besar elf." Roran membungkuk
memberi hormat pada mereka bergantian. "Aku
tersanjung bisa bertemu dengan sepupu Eragon," kata
Nasuada. "Aku juga," tambah Arya. Sesudah mereka
selesai berbasa-basi, Eragon menjelaskan bahwa
seluruh penduduk desa Carvahall telah tiba dengan
menggunakan Dragon Wing, dan Roran telah
membunuh si Kembar. Nasuada mengangkat alisnya
yang gelap. "Kaum Varden berutang budi padamu,
Roran, karena telah menghentikan amukan mereka.
Siapa yang tahu seberapa besar kerusakan yang
diakibatkan si Kembar sebelum Eragon atau Arya
sempat menghadapi mereka" Kau membantu kami
memenangkan pertempuran ini. Aku tidak akan
melupakannya. Persediaan kami terbatas, tapi akan
kupastikan setiap orang di kapalmu mendapat pakaian
dan makanan, dan yang sakit mendapat pengobatan."
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Roran membungkuk lebih rendah lagi. "Terima kasih,
Lady Nasuada." "Kalau aku tidak begitu terdesak
waktu, aku pasti berkeras agar kau menceritakan
bagaimana dan kenapa kau dan penduduk desamu
menghindari orang-orang Galbatorix, pergi ke Surda,
lalu menemukan kami. Bahkan fakta-fakta singkat
perjalananmu saja sudah merupakan kisah yang luar
biasa. Aku masih berniat mengetahui
rinciannya--terutama karena kuduga berkaitan dengan
Eragon--tapi aku harus menangani masalah-masalah
lain yang lebih penting saat ini." "Tentu saja, Lady
Nasuada." "Kau boleh pergi, kalau begitu."
"Kumohon," kata Eragon, "biarkan ia di sini. Ia juga
harus mendengar ini." Nasuada memandangnya
dengan tatapan bertanya. "Baiklah. Kalau kau mau.
Tapi cukup basa-basinya. Langsung saja ceritakan
intinya dan katakan mengenai Penunggang itu!"
Eragon memulai dengan sejarah singkat tiga telur
naga yang tersisa--dua di antaranya sekarang telah
menetas--juga tentang Morzan dan Murtagh, agar
Roran memahami pentingnya berita ini. Lalu ia
menceritakan pertempuran dirinya dan Saphira
melawan Thorn dan Penunggang misterius itu,
menekankan terutama pada kekuatann
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ya yang luar biasa. "Begitu ia memutar pedang, aku
sadar kami pernah berduel, jadi kuterjang dirinya dan
melepas helmnya." Eragon diam sejenak. "Ia Murtagh,
bukan?" tanya Nasuada dengan suara pelan.
"Bagaimana...?" Nasuada mendesah. "Kalau si
Kembar selamat, masuk akal jika Murtagh juga
selamat. Apakah ia memberitahukan kejadian yang
sebenarnya hari itu di Farthen Dur?" Jadi Eragon
menceritakan bagaimana si Kembar mengkhianati kaum
Varden, merekrut para Urgal, dan menculik Murtagh.
Air mata bergulir di pipi Nasuada. "Sayang sekali
kejadian ini menimpa Murtagh pada saat ia telah
mengalami kesulitan sebesar itu. Aku senang ditemani
dirinya di Tronjheim dan percaya ia sekutu kita,
terlepas dari bagaimana ia dibesarkan. Sulit bagiku
memandangnya sebagai musuh kita." Setelah berpaling


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada Roran, ia berkata, "Rasanya aku juga berutang
budi secara pribadi padamu karena telah membantai
para pengkhianat yang membunuh ayahku." Ayah, ibu,
saudara, sepupu, pikir Eragon. Semua berujung pada
keluarga. Dengan mengumpulkan keberanian, ia
menyelesaikan laporannya dengan cerita soal
pencurian Murtagh atas Zar'roc lalu rahasia
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terakhirnya yang menakutkan. "Tidak mungkin," bisik
Nasuada. Eragon melihat Roran kaget dan muak
sebelum sepupunya itu berhasil menutupi reaksinya.
Itu, lebih daripada apa pun, menyakiti Eragon.
"Mungkinkah Murtagh berbohong?" tanya Arya. "Aku
tidak tahu bagaimana caranya. Sewaktu kutanyai, ia
memberitahukan hal yang sama dalam bahasa kuno."
Kesunyian yang panjang dan tidak enak memenuhi
paviliun. Lalu Arya berkata, "Tidak ada orang yang
boleh tahu hal ini. Moral kaum Varden sudah cukup
merosot dengan kehadiran Penunggang baru. Dan
mereka akan lebih gusar lagi kalau tahu ia Murtagh,
yang pernah bertempur bersama mereka dan mereka
percayai di Farthen Dur. Kalau berita menyebar bahwa
Eragon Shadeslayer putra Morzan, orang-orang akan
mendapat pikiran yang salah dan hanya sedikit yang
mau bergabung dengan kita. Bahkan Raja Orrin tidak
boleh diberitahu." Nasuada menggosok-gosok
dahinya. "Aku khawatir kau benar. Penunggang
baru...." Ia menggeleng. "Aku tahu peristiwa ini bisa
saja terjadi, tapi aku tidak benar-benar percaya akan
terjadi, karena telur-telur yang tersisa di Galbatorix
sudah begitu lama tidak menetas." "Kejadian ini
memiliki kesimetrisan yang jelas," kata Eragon.
"Tugas kita sekarang berlipat ganda sulitnya. Kita
mungkin bisa bertahan hari ini, tapi Kekaisaran tetap
jauh lebih banyak daripada kita, dan sekarang kita
menghadapi bukan hanya satu tapi dua Penunggang,
keduanya lebih kuat daripada dirimu, Eragon.
Menurutmu kau bisa mengalahkan Murtagh dengan
bantuan para elf perapal mantra?" "Mungkin. Tapi aku
ragu ia cukup bodoh untuk melawan mereka dan diriku
bersama-sama." Selama beberapa menit mereka
mendiskusikan pengaruh kehadiran Murtagh bagi
mereka dan strategi-strategi untuk meminimalisir atau
menghapus pengaruh itu. Akhirnya Nasuada berkata,
"Cukup. Kita tidak bisa memutuskan ini di saat kita
berlumuran darah dan lelah, dan benak kita masih
buram akibat bertempur. Pergi, beristirahatlah, dan
kita akan membicarakan masalah ini besok." Sewaktu
Eragon berbalik hendak pergi, Arya mendekat dan
menatap lurus matanya. "Jangan biarkan ini terlalu
mengganggumu, Eragon-elda. Kau bukan ayahmu,
bukan kakakmu. Aib mereka bukanlah aibmu." "Aye,"
Nasuada menyetujui. "Juga jangan bayangkan ini
menurunkan pendapat kami tentang dirimu." Ia
mengulurkan tangan dan memegang wajah Eragon
dengan dua tangan. "Aku mengenalmu, Eragon. Kau
memiliki hati yang baik. Nama ayahmu tidak bisa
mengubahnya." Kehangatan berkembang dalam diri
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eragon. Ia memandang kedua wanita itu bergantian,
lalu memutar tangan di depan dada, terharu karena
persahabatan mereka. "Terima kasih." Begitu mereka
kembali di tempat terbuka, Eragon berkacak pinggang
dan menghirup udara berasap dalam-dalam. Hari
sudah sangat sore, dan cahaya jingga telah meredup
menjadi cahaya keemasan senja yang menyelimuti
perkemahan dan medan perang, memberinya keindahan
yang aneh. "Jadi sekarang kau tahu," katanya. Roran
mengangkat bahu. "Darah selalu mengun
Bidadari Pendekar Naga Sakti
gkapkan." "Jangan berkata begitu," gerutu Eragon.
"Jangan pernah mengatakan itu." Roran
mengamatinya selama beberapa detik. "Kau benar; itu
pikiran yang sangat jahat. Aku tidak bermaksud
begitu." Ia menggaruk janggut dan menyipitkan mata
memandang matahari yang beristirahat di kaki langit.
"Nasuada tidak seperti dugaanku." Kata-kata itu
menyebabkan Eragon tergelak lelah. "Yang
kauharapkan adalah ayahnya, Ajihad. Tapi ia
pemimpin yang sama baiknya seperti ayahnya, kalau
bukan malah lebih baik." "Kulitnya, apakah
diwarnai?" "Tidak, memang begitulah kulitnya."
Tepat pada saat itu Eragon merasakan Jeod, Horst,
dan puluhan orang lain dari Carvahall bergegas
mendekati mereka. Para penduduk desa melambat saat
mereka mengerumuni tenda dan melihat Saphira.
"Horst!" seru Eragon. Ia melangkah maju dan memeluk
tukang besi itu erat-erat. "Senang bertemu denganmu
lagi!" Horst ternganga memandang Eragon, lalu
senyum gembira tampak di wajahnya. "Terkutuklah
kalau aku juga tidak senang bertemu lagi denganmu,
Eragon. Kau banyak berubah sejak pergi." "Maksudmu
sejak aku melarikan diri." Bertemu para penduduk
desa merupakan pengalaman yang aneh bagi Eragon.
Kekerasan begitu mengubah beberapa dari mereka
hingga ia nyaris tidak mengenali mereka. Dan mereka
memperlakukan dirinya dengan sikap yang berbeda
daripada sebelumnya, dengan campuran sikap
terpesona dan memuja. Ini mengingatkannya pada
sebuah mimpi, di mana segala sesuatu yang
dikenalinya terasa asing. Ia agak gugup karena
merasa begitu berbeda di antara mereka. Sewaktu
Eragon mendekati Jeod, ia berhenti sejenak. "Kau
tahu tentang Brom?" "Ajihad mengirim pesan padaku,
tapi aku ingin mendengar apa yang terjadi dari
dirimu." Eragon mengangguk, muram. "Begitu ada
kesempatan, kita akan berbicara panjang-lebar." Lalu
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Jeod beralih ke Saphira dan membungkuk di
hadapannya. "Aku menunggu seumur hidup untuk
melihat naga, dan sekarang aku melihat dua naga
pada satu hari yang sama. Aku benar-benar
beruntung. Tapi, kaulah naga yang ingin kutemui."
Dengan melekukkan leher, Saphira menyentuh alis
Jeod. Jeod menggigil karena kontak itu. Sampaikan
terima kasihku padanya karena membantu
menyelamatkanku dari Galbatorix. Kalau tidak, aku
pasti masih terkurung dalam istana Raja. Ia teman
Brom, dan jadi ia teman kita juga. Sesudah Eragon
mengulangi kata-katanya, Jeod berkata, "Atra esterni
ono thelduin, Saphira Bjartskular," mengejutkan
mereka dengan pengetahuannya akan bahasa kuno.
"Kau pergi ke mana?" tanya Horst pada Roran. "Kami
mencarimu ke sana-kemari sesudah kau pergi memburu
kedua penyihir itu." "Itu tidak penting sekarang.
Kembalilah ke kapal dan perintahkan semua orang
untuk turun; kaum Varden mengirimkan makanan dan
tenda untuk kita. Kita bisa tidur di tanah padat malam
ini!" Orang-orang bersorak. Eragon mengawasi
dengan penuh minat saat Roran memberi perintah.
Sewaktu Jeod dan penduduk desa akhirnya berlalu,
Eragon berkata, "Mereka memercayai dirimu. Bahkan
Horst mematuhi perintahmu tanpa bertanya. Kau
berbicara atas nama seluruh Carvahall sekarang?"
"Benar." Kegelapan yang pekat menyelimuti Burning
Plains saat mereka menemukan tenda kecil untuk dua
orang yang disediakan kaum Varden bagi Eragon.
Karena Saphira tidak bisa memasukkan kepala melalui
pintunya, ia meringkuk di tanah di samping tenda dan
bersiap menjaga. Begitu kekuatanku pulih, akan
kurawat luka-lukamu, Eragon berjanji. Aku tahu.
Jangan tidur terlalu malam karena bercakap-cakap.
Di dalam tenda, Eragon menemukan lentera minyak
yang disulutnya dengan baja dan batu api. Ia bisa
melihat dengan baik tanpa lentera, tapi Roran
membutuhkannya. Mereka duduk berhadapan: Eragon
di ranjang yang dibentangkan di sepanjang satu sisi
tenda, Roran di kursi bulat lipat yang ditemukannya
menyandar di sudut. Eragon tidak yakin bagaimana
memulainya, jadi ia tetap membisu dan menatap api
lentera yang menari-nari. Tidak satu pun dari mereka
bergerak. Sesudah entah berapa menit, Roran
berkata, "Ceritakan bagaimana ayahku meninggal."
"Ayah kita." Eragon tetap tenang saat ekspresi Roran
mengeras. Dengan suara lembut, ia berkata, "Aku
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sama berhaknya dengan dirimu memanggilnya begitu.
Lihatlah ke dalam dirimu sendiri; kau tahu itu benar."
"Baik. Ayah kita, bagaimana ia meninggal?" Eragon
telah sering mengulangi cerita itu dalam beberapa
kesempatan. Tapi kali ini tidak ada yang
disembunyikannya. Tidak sekadar menyebutkan
kejadian demi kejadian, ia menjabarkan apa yang
dipikirkan dan dirasakannya sejak menemukan telur
Saphira, berusaha agar Roran memahami kenapa ia
melakukan apa yang dilakukannya. Ia belum pernah
segelisah ini. "Aku keliru menyembunyikan Saphira
dari anggota keluarga lainnya," Eragon mengakhiri,
"tapi aku takut kalian mungkin berkeras
membunuhnya, dan aku tidak menyadari seberapa
besar bahaya yang mengancam kita karena
kehadirannya. Kalau aku tahu... Sesudah Garrow
meninggal, kuputuskan untuk pergi dan melacak
Ra'zac, juga agar Carvahall tidak terancam bahaya
lagi." Tawa hambar terdengar dari mulutnya.
"Ternyata tidak berhasil, tapi kalau aku tetap tinggal,
para prajurit akan datang jauh lebih cepat. Lalu siapa
yang tahu" Mungkin bahkan Galbatorix sendiri yang
datang ke Lembah Palancar. Aku mungkin penyebab
Garrow--Ayah--meninggal, tapi aku tidak pernah
berniat begitu, aku juga tidak meniatkan kau dan
semua orang lain di Carvahall menderita akibat
pilihanku." Ia memberi isyarat pasrah. "Aku sudah
berusaha sebaik-baiknya, Roran." "Dan yang
lainnya--Brom adalah Penunggang, menyelamatkan
Arya di Gil'ead, dan membunuh Shade di ibukota
kurcaci--semua itu terjadi?" "Aye." Secepat mungkin,
Eragon menceritakan apa yang terjadi sejak ia dan
Saphira pergi bersama Brom, termasuk perjalanan
mereka ke Ellesmera dan perubahannya sendiri selama
Agaeti Blodhren. Sambil mencondongkan tubuh ke
depan, Roran menumpukan siku pada lututnya,
menangkupkan tangan, dan menatap tanah di antara
mereka. Mustahil bagi Eragon untuk membaca
emosinya tanpa menjangkau ke dalam kesadaran
Roran, yang tidak ingin dilakukannya, tahu tindakan
itu melanggar privasi Roran. Roran membisu begitu
lama hingga Eragon mulai bertanya-tanya apakah ia
akan pernah menjawab. Lalu, "Kau melakukan
kesalahan, tapi kesalahanmu tidak lebih besar
daripada kesalahanku sendiri. Garrow meninggal
karena kau merahasiakan Saphira. Banyak yang lain
meninggal karena aku menolak menyerahkan diri pada
Kekaisaran... Kita sama-sama bersalah." Ia
menengadah, lalu mengulurkan tangan kanan
perlahan-lahan. "Saudara?" "Saudara," kata Eragon.
Pendekar Gila . ar Iblis Merah m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ia mencengkeram lengan bawah Roran, dan mereka
berpelukan, bergulat seperti yang dulu biasa mereka
lakukan di rumah. Sewaktu mereka memisahkan diri,
Eragon terpaksa mengusap mata dengan dasar telapak
tangannya. Galbatorix seharusnya menyerah sekarang,
karena kita bersatu lagi," katanya bergurau. "Siapa
yang tahan menghadapi kita berdua?" Ia kembali
duduk di ranjang. "Sekarang katakan, bagaimana
Ra'zac bisa menangkap Katrina?" Kebahagiaan
menghilang dari wajah Roran. Ia berbicara dengan
nada monoton pelan, dan Eragon mendengarkan
dengan ketertegunan yang membesar sementara Roran
menceritakan jalinan serangan, pengepungan, dan
pengkhianatan, meninggalkan Carvahall, menyeberangi
Spine, dan menyerang dermaga Teirm, berlayar
melintasi pusaran air raksasa. Sewaktu akhirnya ia
selesai, Eragon berkata, "Kau lebih hebat daripada
diriku. Aku tidak bisa melakukan separo pun dari
tindakanmu. Bertempur, ya, tapi meyakinkan semua
orang untuk mengikutiku, tidak." "Aku tidak memiliki
pilihan. Sewaktu mereka mengambil Katrina--" Suara
Roran pecah. "Aku bisa menyerah dan mati, atau aku
bisa berusah Cewek Junkies 3 Roro Centil 06 Lima Wajah Seribu Dendam The Bridesmaids Story 4

Cari Blog Ini