Ceritasilat Novel Online

Eldest 8

Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini Bagian 8


dirinya sendiri. Kalau ia bertemu orang yang akan
terluka dan mantra Eragon menyerangnya saat ia tidak
siap, ia akan bertukar tempat dengan orang yang akan
mengalami bencana itu. Itu sebabnya ia lebih banyak
tinggal di dalam kamar." "Seberapa jauh ia bisa
memperkirakan kejadian yang akan berlangsung?"
"Dua atau tiga jam paling lama." Sambil menyandar
ke dinding, Nasuada mempertimbangkan kerumitan
terbaru dalam hidupnya ini. Elva bisa menjadi senjata
yang ampuh kalau ia menggunakannya dengan benar.
Melalui dirinya, aku bisa memahami masalah dan
kelemahan lawan-lawanku, juga apa yang akan
menyenangkan mereka dan membuat mereka mau
meinenuhi keinginanku. Dalam keadaan darurat, gadis
itu bisa juga bertindak sebagai pengawal yang tak
pernah gagal kalau salah satu anggota Varden,
seperti Eragon atau Saphira, harus dilindungi. Ia
tidak bisa dibiarkan tanpa pengawasan. Aku harus
menugaskan seseorang untuk mengawasinya.
Seseorang yang memahami sihir dan cukup nyaman
dengan identitas mereka sendiri sehingga bisa
melawan pengaruh Elva & dan yang bisa kupercayai,
jujur, dan dapat diandalkan. Ia langsung
mengesampingkan Trianna. Nasuada memandang
Angela. Sekalipun mewaspadai ahli tanaman obat ini,
ia tahu Angela telah membantu kaum Varden
mengatasi masalah-masalah paling rumit dan
penting--seperti menyembuhkan Eragon--dan tidak
meminta imbalan. Nasuada tidak bisa memikirkan
orang lain yang memiliki waktu, kemauan, dan
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keahlian untuk menjaga Elva. "Kusadari," kata
Nasuada, "sikapku ini berlebihan, karena kau tidak
berada di bawah perintahku dan hanya sedikit yang
kuketahui tentang kehidupan atau tanggungjawabmu,
tapi aku harus meminta bantuanmu." "Teruskan."
Angela melambaikan satu tangan. Nasuada ragu,
bingung, lalu memaksa diri. "Kau mau mengawasi Elva
untukku" Aku perlu- "Tentu saja! Dan aku akan
mengawasinya terus, kalau bisa. Aku senang mendapat
kesempatan mempelajari dirinya." "Kau harus melapor
padaku," Nasuada memperingatkan. "Anak panah
beracun yang tersembunyi dalam kue tar kismis. Ah,
well, kurasa bisa kuatasi." "Kau berjanji, kalau
begitu?" "Aku berjanji." Dengan lega Nasuada
mengerang dan duduk di kursi terdekat. "Oh,
benar-benar kacau. Benar-benar membingungkan.
Sebagai atasan Eragon, aku bertanggung jawab atas
perbuatannya, tapi aku tidak pernah membayangkan ia
akan melakukan tindakan semenakutkan ini. Ini
menodai kehormatanku, juga kehormatannya."
Serangkaian suara letupan keras memenuhi ruangan
saat Angela mengertakkan buku-buku jemarinya. "Ya.
Aku berniat membicarakan hal ini dengannya begitu ia
kembali dari Ellesmera." Ekspresinya begitu keras
hingga Nasuada terkejut karenanya, "Well, jangan
menyakitinya. Kita membutuhkan dia." "Tidak akan...
secara permanen." KEBANGKITAN KEMBALI Embusan
angin kencang menyentakkan Eragon dari tidur.
Selimut-selimut berkibar menutupi tubuhnya saat
badai mencakari kamarnya, menghamburkan
barang-barang miliknya dan mengempaskan
lentera-lentera ke dinding. Di luar, langit gelap
karena mendung. Saphira mengawasi sementara
Eragon terhuyung-huyung berdiri dan berjuang
menjaga keseimbangan sementara pohon
bergoyang-goyang seperti kapal di laut. Ia men
Bidadari Pendekar Naga Sakti
unduk menentang angin kencang dan berjalan
mengitari kamar, mencengkeram dinding hingga tiba di
pintu berbentuk air mata, tempat badai yang melolong
masuk. Eragon memandang ke balik lantai yang
bergejolak, ke tanah di bawah. Tanah tampak
bergoyang maju-mundur. Ia menelan ludah dan
mencoba tidak memedulikan perutnya yang
memberontak. Dengan meraba-raba ia menemukan
tepi kain pelapis yang dia ditarik dari kayu untuk
menutup lubangnya. Ia bersiap melompat dari satu sisi
lubang ke sisi lain. Kalau ia terpeleset, tidak ada
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang menghalanginya jatuh ke akar-akar pohon.
Tunggu, kata Saphira. Ia mundur di panggung rendah
tempat ia tidur dan menjulurkan ekor ke samping
Eragon agar Eragon bisa menggunakannya sebagai
pegangan. Dengan memegang kain hanya
menggunakan tangan kanan, segenap tenaganya,
Eragon menggunakan jajaran tonjolan di ekor Saphira
untuk menarik diri menyebrangi pintu. Begitu tiba di
sisi seberang, ia menyambar dengan dua tangan dan
menekankan tepinya ke ceruk yang mengunci kain itu
di tempatnya. Kamar jadi sunyi. Kainnya
menggembung ke dalam akibat kekuatan angin tapi
tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerah.
Eragon menusuknya dengan jari. Kainnya sekencang
drum. Mengagumkan, apa yang bisa dibuat elf,
katanya. Saphira memiringkan kepala, lalu
mengangkatnya hingga kepalanya menempel rapat
pada langit-langit sementara ia mendengarkan.
Sebaiknya kau tutup ruang kerja; ruang itu kacau
balau sekarang. Sementara Eragon menuju tangga,
pohon tersentak dan kakinya tertekuk, membuatnya
jatuh dengan bertumpu pada satu lutut. "Terkutuk,"
geramnya. Ruang kerja dipenuhi pusaran kertas dan
pena bulu, melesat ke sana-kemari seakan memiliki
pikiran sendiri. Ia terjun ke dalam pusaran itu dengan
kedua lengan menutupi kepala. Ia merasa seperti
dihujani batu sewaktu ujung pena-pena bulu
menghantamnya. Eragon bersusah payah menutup
pintu atas tanpa bantuan Saphira. Begitu ia berhasil
melakukannya, sakit-sakit yang luar biasa hingga
membekukan pikiran--mencabik punggungnya." Ia
berteriak dan suaranya jadi serak karena kerasnya
teriakannya. Pandangannya dipenuhi warna merah dan
kuning, memudar dan menggelap saat ia jatuh ke
samping. Di bawah ia mendengar Saphira melolong
frustrasi; tangga terlalu kecil dan, di luar, angin
terlalu kencang hingga menghalanginya mendekati
Eragon. Hubungan Eragon dengannya memudar.
Eragon pasrah ditelan kegelapan sebagai jalan keluar
penderitaannya. Sesuatu yang masam memenuhi mulut
Eragon sewaktu ia terjaga. Ia tidak tahu sudah berapa
lama dirinya terbaring di lantai, tapi otot-otot lengan
dan kakinya kaku akibat meringkuk rapat. Badai masih
menyerang pohon, diiringi hujan deras menyamai
dentuman dalam kepalanya. Saphira &" Aku di sini.
Kau bisa turun" Akan kucoba. Ia terlalu lemah untuk
berdiri di lantai yang bergoyang-goyang, jadi ia
merangkak ke tangga dan meluncur turun satu anak
tangga demi satu anak tangga, sambil mengernyit
setiap kali melakukannya. Di tengah jalan, ia bertemu
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Saphira, yang menjejalkan kepala dan leher sejauh
mungkin di tangga, melubangi pohon dalam
kepanikannya. Makhluk kecil. Saphira menjulurkan
lidahnya keluar dan menangkap tangan Eragon dengan
ujung lidahnya yang kasar. Eragon tersenyum. Lalu
Saphira menyentakkan lehernya dan berusaha menarik
kepalanya mundur, tapi sia-sia. Ada apa" Aku
terjepit. Kau... Eragon tidak mampu menahan diri; ia
tertawa walau menyakitkan. Situasinya terlalu konyol.
Saphira menggeram dan mengangkat seluruh tubuhnya,
mengguncang pohon dengan susah payah dan
menjatuhkan Eragon. Lalu ia terkulai, terengah-engah.
Well, jangan hanya duduk diam di sana, nyengir
seperti rubah idiot. Tolong aku! Sambil berusaha
menahan tawa, Eragon menumpukan kaki ke hidung
Saphira dan mendorongnya sekeras mungkin
sementara Saphira menggeliat dan meronta-ronta
dalam usahanya membebaskan diri. Setelah lebih dari
sepuluh menit barulah ia berhasil. Sesudah itu Eragon
melihat besarnya kerusakan pada tangga. Ia
mengerang. Sisik-sisik Saphira menggores kulit pohon
dan menghancurkan pola-pola rumit yang dibuat di
kayunya. Ups, kata Saphira. Setidaknya kau
Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang melakukannya, bukan aku. Para elf mungkin mau
memaafkan dirimu. Mereka bersedia menyanyikan
balada cinta kurcaci siang dan malam kalau kau yang
minta. Ia menemani Saphira di tempat tidurnya dan
meringkuk ke sisik-sisik rata di perut Saphira,
mendengarkan badai yang mengamuk di sekitar
mereka. Membran lebarnya menjadi tembus pandang
setiap kali kilat menyambar di langit. Menurutmu
pukul berapa sekarang" Beberapa jam sebelum kita
harus menemui Oromis. Tidurlah, dan pulihkan
tenagamu. Aku akan berjaga. Eragon pun tidur, walau
pohon bergoyang-goyang hebat. KENAPA KAU
BERTEMPUR" Penunjuk waktu pemberian Oromis
mendengung seperti lebah raksasa, meraung di telinga
Eragon hingga ia mengambil alat itu dan memutar
mekanismenya. Lututnya yang terbentur menjadi
ungu, badannya pegal semua akibat serangan rasa
sakit dan Tarian Ular dan Bangau elf, dan ketika ia
berbicara, suaranya serak karena tenggorokannya
sakit. Tapi luka terparahnya adalah firasat bahwa ini
bukan terakhir kalinya luka Durza mempersulit
dirinya. Prospek itu membuatnya muak, menguras
tenaga dan kemauannya. Sudah berminggu-minggu
sejak serangan sebelumnya, katanya, tadinya aku
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mulai berharap bahwa mungkin, hanya mungkin, aku
sudah sembuh... Kurasa keberuntungan sematalah
yang menyebabkan aku selamat selama ini. Dengan
menjulurkan leher, Saphira mengelus lengannya. Kau
tahu kau tidak sendirian, makhluk kecil. Aku bersedia
melakukan apa saja untuk membantu. Eragon bereaksi
dengan tersenyum lemah. Lalu Saphira menjilat
wajahnya dan menambahkan, Kau harus bersiap-siap
berangkat. Aku tahu. Eragon menatap lantai, enggan
bergerak, lalu menyeret diri ke kamar mandi, tempat
ia menggosok tubuhnya hingga bersih dan
menggunakan sihir untuk bercukur. Ia tengah
mengeringkan tubuh sewaktu merasa ada kehadiran
yang menyentuh benaknya. Tanpa berpikir, Eragon
mulai membentengi benaknya, memusatkan perhatian
pada ibu jari kakinya dan tidak memikirkan hal lain.
Lalu ia mendengar suara Oromis berkata,
Mengagumkan, tapi tidak perlu. Bawa Zar'roc
bersamamu hari ini. Kehadiran itu menghilang.
Eragon mengembuskan napas yang gemetar. Aku harus
lebih waspada, katanya pada Saphira. Aku pasti sudah
ditaklukkannya kalau ia musuh. Tidak kalau aku ada
di dekatmu. Sesudah persiapannya selesai, Eragon
membuka membran dari dinding dan naik ke punggung
Saphira, sambil mengepit Zar'roc. Saphira terbang
diiringi deru angin, miring ke Tebing Tel'naeir. Dari
ketinggian, mereka bisa melihat kerusakan Du
Weldenyarden akibat badai. Tidak ada pohon yang
tumbang di Ellesmera, tapi lebih jauh dari sana, di
tempat sihir elf lebih lemah, puluhan pohon pinus
tumbang. Angin yang tersisa menyebabkan
cabang-cabang yang saling melintang dan pepohonan
bergesekan, memperdengarkan serangkaian derakan
dan erangan. Awan serbuk sari keemasan, setebal
debu, mengalir keluar dari pepohonan dan
bunga-bunga. Sementara mereka terbang, Eragon dan
Saphira bertukar ingatan tentang pelajaran
masing-masing kemarin. Eragon menceritakan apa
yang dipelajarinya tentang semut dan bahasa kuno,
dan Saphira memberitahu tentang arus udara ke bawah
dan pola-pola cuaca berbahaya lainnya serta cara
menghindarinya. Dengan begitu, sewaktu mereka
mendarat dan Oromis menginterogasi Eragon tentang
pelajaran Saphira dan Glaedr menginterogasi Saphira
tentang pelajaran Eragon, mereka mampu menjawab
setiap pertanyaan. "Bagus sekali, Eragon-vodhr."
Aye. Dimainkan dengan baik, Bjartskular, tambah
Glaedr Pada Saphira. Seperti sebelumnya, Saphira
pergi bersama Glaedr sementara Eragon tetap di
tebing, sekalipun kali ini ia dan Saphira berhati-hati
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan mempertahankan hubungan mereka agar bisa
menyerap pelajaran satu sama lain. Saat kedua naga
itu berangkat, Oromis berkata, "Suaramu lebih serak
hari ini, Eragon. Kau sakit?" "Punggungku kumat tadi
pag." "Ah. Aku turut bersimpati." Ia memberi isyarat
dengan satu jari." "Tunggu di sini." Eragon
mengawasi sementara Oromis masuk ke gubuk lalu
muncul kembali, tampak buas dan siap tempur dengan
rambut keperakan berkibar ditiup angin dan pedang
tembaga di tangan. "Hari ini," katanya, "kita
Bidadari Pendekar Naga Sakti
akan melupakan Rimgar dan mengadu pedang,
Naegling dan Zar'roc. Cabut pedangmu dan lindungi
matanya seperti yang diajarkan guru pertamamu
padamu." Eragon sangat ingin menolak. Tapi ia tidak
berniat melanggar sumpah atau membiarkan kebulatan
tekadnya goyah di depan Oromis. Ia menelan
ketakutannya. Inilah arti menjadi Penunggang,


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pikirnya. Dengan mengerahkan cadangan tenaganya,
ia menemukan tempat jauh di dalam benaknya yang
menghubungkan dirinya dengan aliran liar sihir. Ia
masuk ke sana, dan energi menyelimuti dirinya.
"Geuloth du knifr," katanya, dan bintang biru vang
berkelap-kelip muncul di antara ibu jari dan
telunjuknya, melompat dari satu jari ke jari yang lain
saat ia menyusurkannya di mata Zar'roc. Begitu
pedang mereka beradu, Eragon tahu ia kalah dari
Oromis, seperti dari Durza dan Arya. Eragon pemain
pedang yang hebat bagi manusia, tapi ia tidak bisa
menyaingi pejuang yang darahnya dipenuhi sihir.
Lengannya terlalu lemah dan refleksnya terlalu
lamban. Sekalipun begitu, hal itu tidak
menghalanginya berusaha menang. Ia berjuang hingga
batas kemampuannya, sekalipun, pada akhirnya,
usahanya sia-sia. Oromis mengujinya dengan segala
cara yang ada, memaksa Eragon menggunakan seluruh
keahliannya dalam menyerang, menangkis, dan
menipu. Semuanya sia-sia. Ia tidak bisa menyentuh elf
itu. Sebagai usaha terakhir, ia berusaha mengubah
gaya bertempurnya, yang mampu mengguncang veteran
paling berpengalaman sekalipun. Ia hanya mendapat
pukulan di paha sebagai hasilnya. Gerakkan kakimu
lebih cepat!" seru Oromis. "Ia yang berdiri seperti
tiang tewas dalam pertempuran. Ia yang meliuk
seperti ilalang menang!" Gerakan elf itu
menakjubkan, perpaduan sempurna pengendalian dan
kebrutalan tak terjinakkan. Ia menerkam seperti
kucing, menyerang seperti burung heron, dan meliuk
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan keanggunan musang. Mereka telah berlatih
tanding selama hampir dua puluh menit sewaktu
Oromis goyah, wajahnya yang tirus meringis sejenak.
Eragon mengenali gejala penyakit misterius Oromis
dan menyerang dengan Zar'roc. Tindakan yang tidak
pantas, tapi Eragon begitu frustrasi, ia bersedia
memanfaatkan setiap celah, tak peduli setidak adil
apa pun, demi sekadar mendapat kepuasan mengenai
Oromis sekalipun hanya sekali. Zar'roc tidak pernah
mencapai sasarannya. Saat berputar, Eragon menarik
otot punggungnya melewati Batas. Sakit
menghantamnya tanpa peringatan. Hal terakhir yang
didengarnya adalah Saphira berteriak, Eragon!
Sekalipun serangan itu hebat, Eragon tetap sadar
sepanjang penyiksaannya. Ia tidak menyadari
sekitarnya, hanya api yang membakar di dalam
tubuhnya dan memperpanjang setiap detik menjadi
keabadian. Bagian yang paling buruk adalah ia tidak
bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi penderitaannya
kecuali menunggu.... ...dan menunggu.... Eragon
berbaring terengah-engah di Lumpur dingin. Ia
mengerjapkan mata saat pandangannya terfokus dan ia
melihat Oromis duduk di bangku bulat di sampingnya.
Setelah memaksa diri berlutut, Eragon mengamati
tunik barunya dengan menyesal dan jijik. Kain merah
yang indah itu berlapis Lumpur kering karena ia
tersentak-sentak di tanah. Lumpur kering juga
memenuhi rambutnya. Ia bisa merasakan Saphira
dalam benaknya, memancarkan keprihatinan sementara
naga itu menunggu ia menyadari kehadirannya.
Bagaimana kau bisa terus seperti ini" tegur naga itu.
Ini akan menghancurkan dirimu. Teguran Saphira
semakin mengecilkan kebulatan tekad Eragon yang
tersisa. Saphira belum pernah menyatakan keraguan
ia akan berhasil, tidak di Dras-Leona, Gil'ead, atau
Farther Dur, tidak juga biarpun ada berbagai bahaya
yang mereka temui. Keyakinan Saphira memberinya
semangat. Tanpa kepercayaan diri itu ia benar-benar
takut. Kau seharusnya memusatkan perhatian pada
pelajaranmu, kata Eragon. Aku seharusnya
memusatkan perhatian padamu. Jangan ganggu aku!
Ia membentak Saphira seperti hewan terluka yang
ingin merawat luka-lukanya dalam kesunyian dan
kegelapan. Saphira terdiam, menyisakan hubungan
mereka hanya secukupnya agar Eragon bisa
mendengar pelajaran Glaedr mengenai tanaman
fireweed, yang bisa dikunyah Saphira untuk membantu
pencerna Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
annya. Eragon menyingkirkan Lumpur dari rambutnya
dengan jari, lalu meludahkan gumpalan darah.
"Lidahku tergigit." Oromis mengangguk seakan hal itu
sudah bisa diduga. "Apakah kau membutuhkan
penyembuhan?" "Tidak." "Baiklah. Urus pedangmu,
lalu mandi dan pergilah ke tunggul di rawa, dengarkan
pikiran-pikiran hutan. Dengarkan, dan sesudah kau
tidak mendengar apa-apa lagi, temui aku dan
ceritakan apa yang kaupelajari." "Ya, Master." Saat
duduk di tunggul, Eragon mendapati pikiran dan
emosinya yang bergejolak menghalangi dirinya
berkonsentrasi untuk membuka pikiran dan merasakan
kehadiran makhluk-makhluk di lubang. Dan ia juga
tidak tertarik untuk berbuat begitu. Sekalipun
demikian, kedamaian di sekitarnya perlahan-lahan
meredakan kekesalan, kebingungan, dan
kemarahannya yang tidak mau hilang. Ia tidak lantas
jadi bahagia karenanya, tapi mulai bisa menerima
keadaan. Ini bagianku dalam hidup, dan sebaiknya aku
membiasakan diri karena keadaanku tidak akan pulih
dalam waktu dekat. Sesudah seperempat jam,
kemampuannya mendapatkan ketajaman yang biasa,
jadi ia kembali mempelajari koloni semut merah yang
ditemukannya kemarin. Ia juga berusaha menyadari
segala hal lain yang berlangsung di rawa,
sebagaimana yang diajarkan Oromis. Eragon tak
terlalu berhasil. Kalau ia santai dan membiarkan
tubuhnya menyerap masukan dari semua kesadaran di
dekatnya, ribuan bayangan dan perasaan menghambur
ke dalam benakya, bertumpuk-tumpuk dalam kilasan
suara dan cahaya, sentuhan dan bau, sakit dan
senang yang cepat. Banyaknya informasi yang
diterimanya menggetarkan. Karena kebiasaan
benaknya memilih salah satu subjek dari pusaran itu
menyingkirkan segala yang lain sebelum ia menyadari
kealpaannya dan memaksa diri kembali menjadi
penerima yang pasif, Siklus itu berulang sendiri
setiap beberapa detik. Meskipun begitu, ia mampu
meningkatkan pemahamannya mengenai dunia semut.
Ia mendapat petunjuk pertama mengenai jenis kelamin
mereka sewaktu ia menebak semut bertubuh besar di
jantung liang bawah tanah mereka tengah bertelur,
sekitar setiap semenit sekali, yang berarti semut itu
betina. Dan waktu ia mengikuti sekelompok semut
merah memanjat tangkai rumpun mawar, ia mendapat
gambaran yang jelas mengenai musuh yang mereka
hadapi: sesuatu melesat dari bawah daun dan
membunuh salah satu semut yang terhubung dengan
Eragon. Sulit baginya untuk menebak dengan tepat
makhluk apa itu, karena semut-semut hanya
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melihatnya sekilas dan mereka lebih menekankan pada
penciuman daripada pandangan. Kalau mereka
manusia, ia bisa mengatakan mereka diserang monster
menakutkan sebesar naga, yang memiliki rahang
sekuat gerbang jeruji di Teirm dan bisa bergerak
secepat kilat. Semut-semut mengelilingi monster itu
seperti orang-orang berusaha menangkap kuda yang
melarikan diri. Mereka menyerangnya tanpa takut
sedikit pun, menggigit kaki monster itu dan mundur
sesaat sebelum mereka tertangkap capit besi si
monster. Semakin lama semakin banyak semut yang
membantu. Mereka bekerja bersama mengalahkan si
penyusup, tanpa pernah goyah, bahkan waktu dua dari
mereka tertangkap dan dibunuh serta beberapa
saudara mereka jatuh dari tangkai mawar ke tanah di
bawah. Pertempuran berlangsung seru, tanpa satu
pihak pun bersedia mengalah. Hanya melarikan diri
atau menang yang akan menyelamatkan para pejuang
dari kematian mengerikan. Eragon mengikuti
pertarungan itu dengan napas tertahan, terpesona
melihat keberanian semut-semut dan bagaimana
mereka terus bertaru sekalipun mengalami luka parah
yang, kalau terjadi pada manusia, akan
melumpuhkannya. Pertarungan mereka cukup berani
untuk dinyanyikan oleh para seniman di seluruh
negeri. Eragon begitu tenggelam dalam pertarungan
itu hingga ketika semut-semut akhirnya menang, ia
berteriak gembira begitu keras hingga mengusir
burung-burung dari sarang mereka di pepohonan.
Karena penasaran, ia mengalihkan perhatian ke
tubuhnya sendiri, lalu berjalan ke rumpun mawar
untuk melihat sendiri monster yang telah mati itu.
Yang dilihatnya hanyalah seekor laba-laba cokelat
biasa dengan kaki-kaki menekuk membentuk tinju,
hewan itu kini diangkat para semu
Bidadari Pendekar Naga Sakti
t ke sarang mereka untuk dijadikan santapan.
Mengagumkan. Ia hendak pergi, tapi lalu sadar bahwa
sekali lagi ia tidak memerhatikan puluhan serangga
dan hewan lain di rawa. Ia memejamkan mata dan
berpindah-pindah ke benak beberapa puluh makhluk
hidup, berusaha sebaik-baiknya mengingat rincian
menarik sebanyak mungkin. Tindakan itu merupakan
pengganti buruk bagi pengamatan yang panjang, tapi
ia lapar dan telah menghabiskan satu jam masa
tugasnya. Sewaktu Eragon menemui Oromis di
gubuknya, elf itu bertanya, "Bagaimana?" "Master,
aku bisa mendengarkan siang-malam selama dua puluh
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tahun mendatang tapi tetap tidak akan mengetahui
segala sesuatu yang terjadi di dalam hutan itu."
Oromis mengangkat alis. "Kau sudah mendapat
kemajuan." Sesudah Eragon menjabarkan apa yang
disaksikannya, Oromis berkata, "Tapi masih belum
cukup, sayangnya. Kau harus bekerja lebih keras,
Eragon. Aku tahu kau bisa. Kau cerdas dan tekun, dan
kau berpotensi menjadi Penunggang yang hebat.
Sekalipun sulit, kau harus belajar mengesampingkan
masalah-masalahmu dan memusatkan perhatian
sepenuhnya pada tugas yang kauhadapi. Temukan
kedamaian dalam dirimu dan biarkan tindakanmu
mengalir dari sana." "Aku sudah berusaha
sebaik-baiknya." Tidak, ini bukan yang terbaik
darimu. Kita akan melihat yang terbaik darimu pada
saatnya nanti." Ia diam sejenak, berpikir. "Mungkin
ada gunanya kalau ada murid lain yang bisa menjadi
sainganmu. Dengan begitu kita akan melihat usaha
terbaikmu... Akan kupikirkan masalah ini." Dari
lemari lacinya, Oromis mengeluarkan sepotong roti
yang baru saja dipanggang, seguci mentega
hazelnut--yang digunakan elf sebagai ganti mentega
yang sebenarnya--dan dua mangkuk yang diisinya
dengan sayuran rebus dari dan menggelegak di atas
bara di sudut ruangan. Eragon memandang sayuran
itu tanpa berselera; ia muak dengan hidangan elf. Ia
merindukan daging atau ikan, makanan apa pun yang
membuat ia bisa membenamkan giginya, bukan
rangkaian tanaman tanpa henti ini. Master, tanyanya
untuk mengalihkan perhatiannya sendiri, "kenapa Anda
memaksaku bermeditasi" Apakah agar aku memahami
tingkah laku hewan dan serangga, atau ada tujuan
yang lebih daripada itu?" "Menurutmu ada motif
lain?" Oromis mendesah sewaktu Eragon menggeleng.
"Murid baruku selalu begitu, terutama yang manusia;
otak adalah otot terakhir yang mereka latih atau
gunakan, dan yang paling tidak mereka perhatikan.
Tanyakan permainan pedang pada mereka dan mereka
bisa menyebutkan setiap serangan dari duel yang
sudah sebulan berselang, tapi minta mereka
memecahkan masalah atau menyampaikan pernyataan
yang jelas dan... well, aku beruntung kalau mendapat
lebih dari sekadar tatapan kosong sebagai
jawabannya. Kau masih baru dalam dunia
gramarye--begitulah nama sihir yang sebenarnya--tapi
kau harus mulai mempertimbangkan implikasi
penuhnya." "Kenapa begitu?" "Bayangkan sebentar
bahwa kau Galbatorix, dengan segenap sumber
dayanya yang luas di tanganmu. Kaum Varden
menghancurkan pasukan Urgal-mu dengan bantuan
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seorang Penunggang Naga pesaing, yang kau tahu
dididik--setidaknya sebagian--salah seorang musuhmu
yang paling hebat dan berbahaya, Brom. Kau juga
sadar musuh-musuhmu berkumpul di Surda, mungkin
untuk menyerangmu. Mengingat hal itu, apa cara
termudah untuk mengatasi berbagai ancaman ini,
selain terbang sendiri ke dalam pertempuran?"
Eragon mengaduk-aduk sayuran untuk
mendinginkannya sambil memikirkan masalah itu.
"Menurutku," katanya perlahan-lahan, "tindakan
termudah adalah melatih sepasukan penyihir--mereka
bahkan tidak perlu kuat--memaksa mereka bersumpah
setia padaku dalam bahasa kuno, lalu memerintahkan
mereka menyusup ke Surda untuk menyabot usaha
kaum Varden, meracuni sumur-sumur, dan membunuh
Nasuada, Raja Orrin, dan tokoh-tokoh penting
perlawanan lainnya." "Dan kenapa Galbatorix belum
berbuat begitu?" "Karena hingga sekarang, Surda


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak menarik baginya, dan karena kaum Varden sudah
berpuluh-puluh tahun tinggal di Farther Dur, tempat
mereka mampu memeriksa benak setiap pendatang
baru untuk mencari penipuan, yang tidak bisa mereka
lakukan di Surda karena perbatasan dan populasiny
Bidadari Pendekar Naga Sakti
a begitu besar." Itu kesimpulanku juga," kata Oromis.
"Kecuali Galbatorix bersedia meninggalkan sarangnya
di Uru baen, bahaya terbesar yang mungkin kauhadapi
selama kampanye kaum Varden berasal dari sesama
penyihir. Kau sama tahunya seperti diriku betapa
sulitnya menjaga diri dari sihir, terutama kalau
musuhmu telah bersumpah dalam bahasa kuno untuk
membunuhmu, tidak peduli risikonya. Musuh seperti
itu tidak akan berusaha menaklukkan pikiranmu
terlebih dulu, ia akan mengucapkan mantra untuk
memusnahkan dirimu, sekalipun--sesaat sebelum kau
hancur--kau masih akan bebas untuk membalas. Tapi
kau tidak bisa menjatuhkan pembunuhmu kalau kau
tidak tahu siapa atau di mana ia berada." "Jadi
terkadang Anda tidak perlu bersusah payah menguasai
pikiran lawan Anda?" "Terkadang, tapi itu risiko yang
harus dihindari." Oromis diam sejenak untuk menelan
beberapa sendok sayuran. "Sekarang, mengenai inti
masalah ini, bagaimana caramu melindungi diri dari
musuh tak dikenal yang mampu menerobos
perlindungan fisik dan membunuh dengan hanya
bergumam?" "Aku tidak melihat caranya, kecuali...."
Eragon ragu-ragu, lalu tersenyum. "Kecuali aku
menyadari kesadaran semua orang di sekitarku.
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dengan begitu aku bisa merasa kalau mereka berniat
jahat." Oromis tampak senang mendengar jawaban
itu. "Betul begitu, Eragon-finiarel. Dan itu jawaban
untuk pertanyaanmu. Meditasimu mengkondisikan
benakmu untuk menemukan dan memafaatkan
kelemahan dalam perisai mental musuhmu, tidak
peduli sekecil apa pun." "Tapi apakah pengguna sihir
lain tidak akan tahu kalau menyentuh pikiran mereka?"
"Aye, mereka akan tahu, tapi sebagian besar orang
tidak. Sedangkan untuk penyihir, mereka akan tahu,
mereka akan takut, dan mereka akan melindungi benak
mereka dari dirimu karena ketakutan mereka, dan kau
akan mengenali mereka karenanya." "Apakah tidak
berbahaya, membiarkan kesadaran Anda tidak terjaga"
Kalau diserang secara mental, Anda bisa dikalahkan
dengan mudah. "Tidak seberbahaya buta terhadap
dunia." Eragon mengangguk. Ia mengetuk-ngetukkan
sendoknya ke mangkuk beberapa lama, tenggelam
dalam pikiran, lalu berkata, "Rasanya salah." "Oh"
Coba jelaskan." "Bagaimana dengan privasi orang
lain" Brom mengajariku untuk tidak pernah memasuki
pikiran orang lain kecuali hal itu mutlak diperlukan...
Kurasa aku tidak suka memikirkan akan mengusik
rahasia orang lain... rahasia yang berhak mereka
sembunyikan." Ia memiringkan kepala. "Kenapa Brom
tidak memberitahukan hal ini padaku kalau begitu
penting" Kenapa ia tidak melatihku sendiri?" "Brom
memberitahumu," kata Oromis, "apa yang layak untuk
diberitahukan mengingat situasinya. Memasuki kolam
pikiran terbukti bisa menimbulkan kecanduan bagi
mereka yang memiliki kepribadian jahat atau ingin
berkuasa. Keahlian tidak diajarkan pada calon
Penunggang--sekalipun kami meminta mereka
bermeditasi seperti yang kaulakukan sepanjang
latihan mereka--hingga kami yakin mereka sudah
cukup dewasa untuk menolak godaannya. "Tindakan
ini memang merupakan pelanggaran privasi, kau akan
mengetahui banyak hal yang tidak pernah kauinginkan.
Tapi, ini demi kebaikanmu sendiri dan demi kebaikan
kaum Varden. Aku bisa mengatakan berdasarkan
pengalaman, dan melihat para Penunggang lain yang
mendapat pengalaman yang sama, bahwa ini, di atas
segala hal lainnya, akan membantumu memahami apa
yang mendorong orang-orang. Dan pemahaman
menghasilkan empati dan belas kasihan, bahkan bagi
pengemis paling pelit di kota paling pelit di
Alagaesia." Mereka membisu sejenak, makan, lalu
Oromis bertanya, "Bisakah kaukatakan, alat mental
paling penting apa yang bisa dimiliki seseorang?"
Pertanyaan itu serius, dan Eragon
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mempertimbangkannya cukup lama sebelum
memberanikan diri berkata, "Kebulatan tekad."
Oromis mencabik roti menjadi dua dengan jemarinya
yang cukup panjang. "Aku bisa memahami kenapa kau
mendapat kesimpulan itu--kebulatan tekad terbukti
berguna bagimu dalam petualanganmu--tapi bukan.
Maksudku alat yang paling diperlukan untuk memilih
tindakan terbaik dalam situasi apa pun. Kebulatan
tekad umum ditemui di antara orang-orang yang bodoh
dan lamban, juga di a Bidadari Pendekar Naga Sakti
ntara mereka yang cerdas dan cemerlang. Jadi, bukan,
kebulatan tekad bukanlah yang kita cari." Kali ini
Eragon memperlakukan pertanyaan itu sebagai
tekateki, menghitung jumlah katanya, membisikkannya
keras-keras untuk mencari tahu apakah ada rimanya,
dan memeriksa apakah ada arti tersembunyi.
Masalahnya, ia tidak lebih daripada pemecah teka-teki
kelas menengah dan tak pernah mendapat tempat yang
tinggi dalam kontes teka-teki tahunan di Carvahall.
Pikirannya terlalu harafiah untuk memecahkan
teka-teki yang belum pernah didengarnya, warisan
dari cara Garrow yang praktis dalam membesarkan
dirinya. "Kebijaksanaan," katanya pada akhirnya.
"Kebijaksanaan adalah alat paling penting yang bisa
dimiliki seseorang." "Tebakan yang cukup bagus,
tapi, sekali lagi, bukan. Jawabannya adalah logika.
Atau, dengan kata lain, kemampuan berpendapat
secara analitis. Kalau diterapkan dengan benar,
logika bisa mengatasi kurangnya kebijakan, yang
hanya bisa diperoleh melalui usia dan pengalaman."
Eragon mengerutkan kening. "Ya, tapi bukankah
memiliki hati yang baik lebih penting daripada logika"
Logika murni bisa menyebabkan Anda mendapat
kesimpulan yang secara etika salah sedangkan kalau
bermoral dan jujur, Anda akan dipastikan tidak
mengambil tindakan yang memalukan." Senyum setipis
pisau cukur muncul di bibir Oromis. "Kau salah
memahami permasalahannya. Yang ingin kuketahui
adalah alat yang paling berguna yang bisa dimiliki
seseorang, terlepas dari apakah orang itu baik atau
jahat. Aku setuju memiliki sifat baik sangat penting,
tapi aku juga yakin jika kau harus memilih antara
memberi penawaran yang mulia pada seseorang atau
mengajarinya berpikir jernih, kau akan lebih memilih
mengajarinya berpikir jernih. Terlalu banyak masalah
di dunia ini yang disebabkan orang-orang yang
memiliki tawaran yang mulia tapi dengan benak yang
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tidak jernih. "Sejarah memberi kita puluhan contoh
orang-orang yang yakin mereka melakukan tindakan
yang benar dan melakukan kejahatan mengerikan
karenanya. Ingatlah, Eragon, bahwa tidak ada yang
menganggap dirinya penjahat, dan hanya sedikit yang
mengambil keputusan yang menurut mereka salah.
Seseorang mungkin tidak menyukai pilihannya, tapi ia
akan mempertahankannya karena, bahkan dalam
situasi terburuk, ia percaya itulah pilihan terbaik
yang tersedia baginya waktu itu. "Kalau dianalisis
secara terpisah, menjadi orang yang baik bukanlah
jaminan kau akan bertindak dengan baik, yang
mengembalikan kita pada perlindungan yang kita miliki
terhadap para penipu dan kesintingan orang banyak,
dan pembimbing kita yang paling pasti menjalani
badai kehidupan yang tidak pasti: pikiran yang jelas
dan beralasan. Logika tidak akan pernah
mengecewakan dirimu, kecuali kau tidak
menyadariatau sengaja mengabaikan-konsekuensi
tindakanmu. "Kalau elf selogis itu," kata Eragon,
"maka kalian semua pasti menyetujui tindakan yang
harus diambil." "Jarang," kata Oromis. "Seperti
setiap ras, kami mengikuti banyak sekali aturan yang
bermacam-macam dan, akibatnya kami sering kali
mencapai kesimpulan yang bertentangan bahkan dalam
situasi yang sama. Kesimpulan, kalau boleh
kutambahkan, yang masuk di akal dari sudut pandang
semua orang. Dan sekalipun aku menginginkan yang
sebaliknya, tidak semua elf melatih pikirannya dengan
benar." "Bagaimana Anda akan mengajarkan logika ini
padaku?" Senyum Oromis melebar. "Dengan metode
paling tua dan akan efektif: berdebat. Aku akan
bertanya padamu, lalu kau akan menjawab dan
mempertahankan jawabanmu." Ia menunggu sementara
Eragon mengisi kembali mangkuknya dengan sayuran.
"Misalnya, kenapa kau melawan Kekaisaran?" Eragon
tidak siap menghadapi perubahan topik yang tiba-tiba
ini. Tadinya ia mengira Oromis hanya akan
membicarakan hal-hal yang selama ini membangkitkan
semangatnya. "Seperti yang kukatakan tadi, untuk
membantu mereka yang menderita di bawah kekuasaan
Galbatorix dan, yang lebih rendah dari itu, untuk
pembalasan dendam pribadi." "Kalau begitu kau
bertempur demi alasan kemanusiaan?" "Maksud Anda?"
"Bahwa kau bertempur untuk membantu orang-orang
yang disakiti Galbatorix dan untuk mencegahnya meny
Bidadari Pendekar Naga Sakti
akiti orang lain." "Tepat sekali," kata Eragon. "Ah,
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tapi coba jawab ini, Penunggang mudaku: Tidakkah
perangmu dengan Galbatorix akan menimbulkan lebih
banyak penderitaan daripada yang akan dicegahnya"
Mayoritas orang di Kekaisaran hidup normal dan
produktif tanpa tersentuh kesintingan raja mereka.
Bagaimana kau bisa membenarkan menjajah tanah
mereka, menghancurkan rumah mereka, dan membunuh
putra-putri mereka?" Eragon ternganga, tertegun
karena Oromis bisa mengajukan pertanyaan seperti
itu--Galbatorix sudah jelas jahat--dan tertegun karena
tidak ada jawaban mudah yang ditemukannya. Ia tahu
dirinya benar, tapi bagaimana membuktikannya" "Apa
Anda berpendapat Galbatorix seharusnya tidak
diturunkan dari takhta?" "Bukan itu pertanyaannya."
Tapi Anda pasti berpendapat begitu," kata Eragon,
berkeras. Lihat apa yang dilakukannya pada para
Penunggang." Dengan janggut tercelup sayuran,
Oromis melanjutkan makan, membiarkan Eragon
mendidih dalam kebisuan. Sesudah selesai, Oromis
melipat tangan di pangkuan dan bertanya, "Apakah
aku membuatmu gusar?" "Ya benar." "Baiklah. Well,
kalau begitu, pertimbangkan terus masalah ini hingga
kau menemukan jawaban. Kuharap jawaban yang
meyakinkan." MORNING GLORY HITAM Mereka
membersihkan meja dan membawa piring-piring keluar,
di mana mereka membersihkan piring-piring itu dengan
pasir. Oromis menaburkan sisa-sisa roti yang
diremukkannya di sekitar rumah agar dirnakan
burung-burung, lalu mereka kembali ke dalam. Oromis
mengeluarkan pena dan tinta bagi Eragon, dan mereka
melanjutkan pendidikannya mengenai Liduen Kvaedhi,
bentuk tulis bahasa kuno, yang jauh lebih anggun
daripada huruf manusia atau kurcaci. Eragon
tenggelam dalam pelajaran, bahagia karena mendapat
tugas yang hanya membuatnya mengerahkan ingatan,
bukan tenaga. Sesudah berjam-jam membungkuk di
atas lembaran kertas, Oromis melambai dan berkata,
"Cukup. Kita lanjutkan besok." Eragon menyandar ke
belakang dan memutar bahu sementara Oromis memilih
lima gulungan dari ceruk di dinding. "Dua dari lima
dokumen ini ditulis dalam bahasa kuno, tiga sisanya
dalam bahasa ibumu. Ini akan membantumu menguasai
ke abjad, juga memberimu informasi berharga yang
terlalu melelahkan untuk kuutarakan." "Utarakan?"
Dengan ketepatan yang menggetarkan, tangan Oromis
menyambar dan mengambil gulungan keenam yang
tebal dari dinding, yang ditambahkan ke tumpukan
dalam pelukan Eragon. "Ini kamus. Aku ragu kau bisa,
tapi cobalah membaca seluruhnya." Sewaktu elf itu
membuka pintu agar ia bisa pergi, berkata, "Master?"
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ya, Eragon?" "Kapan kita mulai belajar sihir?"
Oromis menyandarkan sebelah lengannya ke ambang
pintu, seakan tidak lagi memiliki keinginan untuk
berdiri tegak. Lalu ia mendesah dan berkata, "Kau
harus memercayaiku untuk membimbing latihanmu,
Eragon. Sekalipun begitu, kurasa bodoh sekali kalau
aku menunda lebih lama. Ayo, tinggalkan
dokumen-dokumen itu di meja, dan kita jelajahi
misteri gramarye." Di petak berumput di depan gubuk,
Oromis berdiri memandang ke balik Tebing Tel'naeir,
memunggungi Eragon, kakinya mengangkang selebar
bahu, dan kedua tangan tertangkup di punggung
bawah. Tanpa berbalik, ia bertanya, "Apakah sihir?"
"Manipulasi energi dengan menggunakan bahasa
kuno?" Oromis diam sejenak sebelum menjawab.
"Secara teknis, kau benar, dan banyak perapal mantra
yang tidak pernah memahami lebih dari itu. Tapi
penjabaranmu tidak mampu menangkap intisari sihir.
Sihir adalah seni berpikir, bukan kekuatan atau


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahasa--kau sudah tahu bahwa kosa kata yang
terbatas bukanlah halangan untuk menggunakan sihir.
Seperti segala hal lain yang harus kaukuasai, sihir
mengandalkan intelektual yang berdisiplin. "Brom
melompati rangkaian latihan normal dan mengabaikan
nuansa gramarye untuk memastikan kau memiliki
keahlian yang kaubutuhkan untuk bertahan hidup. Aku
juga harus mengubah rangkaian dan memusatkan
perhatian pada keahlian-keahlian yang mungkin akan
kauperlukan dalam pertempuran-pertempuran
mendatang. Tapi, jika dulu Brom mengajarkan
mekanisme sihir yang sederhana padamu, aku akan
mengajarkan penerapannya yang lebih rumit, rahasia
yang dis Bidadari Pendekar Naga Sakti
impan bagi Para Penunggang paling bijaksana:
bagaimana kau bisa membunuh dengan energi yang
tidak lebih besar daripada yang kauperlukan untuk
menggerakkan jarimu, metode yang kaugunakan untuk
memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain
dalam sekejap, mantra yang memungkinkanmu
mengidentifikasi racun dalam makanan atau
minumanmu, variasi scrying yang memungkinkanmu
mendengar juga melihat, bagaimana kau menyerap
tenaga dari sekitarmu dan dengan begitu menghemat
tenagamu sendiri, dan bagaimana kau bisa
memaksimalkan tenagamu dengan segala cara
mungkin. "Teknik-teknik ini begitu ampuh dan
berbahaya hingga tida pernah diberitahukan pada
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Penunggang pemula seperti dirimu tapi situasi
menuntut diriku mengungkapkannya dan memercayai
kau tidak akan menyalahgunakannya." Sambil
mengangkat lengan kanan, tangannya membentuk
cakar yang melengkung, Oromis berseru, "Adurna!"
Eragon mengawasi saat bola air terbentuk dari sungai
di dekat gubuk dan melayang di udara hingga
mengambang di sela jemari Oromis yang terulur.
Sungai gelap dan kecokelatan di bawah
cabang-cabang pepohonan di hutan, tapi bola air itu,
setelah terlepas dari sungainya, sebening kaca.
Bintik-bintik lumut, tanah, dan yang lainnya
melayang-layang di dalam bola tersebut. Sambil tetap
menatap kaki langit, Oromis berkata, "Tangkap." Ia
melemparkan bola itu ke balik bahunya, ke arah
Eragon. Eragon mencoba menangkap bola itu, tapi
begitu bola itu menyentuh kulitnya, airnya kehilangan
kohesi dan menciprati dadanya. "Tangkap dengan
sihir," kata Oromis. Sekali lagi, ia berseru, "Adurna!"
dan bola air kembali muncul di permukaan sungai dan
melompat ke tangannya seperti elang terlatih
mematuhi majikannya. Kali ini Oromis melemparkan
bola itu tanpa peringatan. Tapi Eragon telah siap, dan
berkata, "Reisa du adurna," sambil mengulurkan
tangan ke bola. Bola itu melambat dan berhenti sangat
dekat dengan kulit telapak tangannya. "Pilihan kata
yang kikuk," kata Oromis, "tapi tetap berfungsi."
Eragon tersenyum dan berbisik, "Thrysta." Bola itu
berputar balik dan melesat ke bagian bawah kepaat
Oromis yang keperakan. Tapi bola itu tidak mendarat
di tempat yang diinginkan Eragon, melainkan melesat
melewati elf itu berputar, dan terbang kembali ke
Eragon dengan kecepatan yang semakin tinggi. Airnya
sekeras dan sepadat marmer mengilap sewaktu
mengantam Eragon, berdebuk sewaktu beradu dengan
tengkoraknya. Pukulan itu menyebabkan Eragon
terkapar di rumput, tempat ia tergeletak tertegun,
mengerjap-ngerjapkan mata sementara cahaya-cahaya
yang berdenyut bagai berenang melintasi langit.
"Ya," kata Oromis. "Mungkin lebih baik menggunakan
letta atau kodthr." Ia akhirnya berbalik memandang
Eragon dan mengangkat alis dengan terkejut. "Apa
yang kaulakukan" Bangun, Kita tidak boleh berbaring
sepanjang hari." "Ya, Master," kata Eragon sambil
mengerang. Sesudah Eragon berdiri kembali, Oromis
memintanya memanipulasi air dengan berbagai
cara--membentuknya menjadi simpul-simpul yang
rumit, mengubah warna cahaya yang diserap atau
dipantulkannya, dan membekukannya dalam urutan
yang diberitahukan--tidak satu pun yang sulit baginya.
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Latihan terus berlanjut begitu lama hingga minat awal
Eragon memudar dan digantikan ketidaksabaran dan
kebingungan. Ia berhati-hati agar tidak menyinggung
perasaan Oromis, tapi tidak melihat manfaat
perbuatan elf itu; rasanya seolah Oromis menghindari
mantra apa pun yang memaksanya menggunakan
tenaga lebih dari minimal. Aku sudah menunjukkan
sejauh mana keahlianku. Kenapa ia berkeras
mengulangi pelajaran-pelajaran dasar ini" Ia berkata,
"Master, aku sudah tahu semua ini. Bisakah kita
melanjutkan?" Otot-otot di leher Oromis mengeras,
dan bahunya seperti pahatan granit saking diamnya;
bahkan napas elf itu tertahan sebelum ia berkata,
"Apakah kau tidak pernah belajar menghormati,
Eragon-vodhr" Terserahlah!" Lalu ia menggumamkan
empat kata bahasa kuno dengan suara yang begitu
dalam hingga Eragon tidak bisa menangkap artinya.
Eragon berteriak saat ia merasa setiap kakinya
diselimuti tekanan hingga lutut, meremas dan menjepit
tungkainya begitu rupa hingga ia tidak bisa
Bidadari Pendekar Naga Sakti
berjalan. Paha dan tubuh bagian atasnya bisa bebas
bergerak, tapi lebih dari itu, rasanya ia seperti
disemen. "Bebaskan dirimu," kata Oromis. Inilah
tantangan yang belum pernah dihadapi Eragon:
bagaimana melawan mantra orang lain. Ia bisa
membebaskan diri dari ikatan tak kasatmata ini
dengan menggunakan salah satu dari dua metode yang
berbeda. Yang paling efektif adalah kalau ia tahu
bagaimana cara Oromis melumpuhkan dirinya; apakah
dengan memengaruhi tubuhnya secara langsung atau
menggunakan sumber dari luar--karena dengan begitu
ia bisa mengubah arah elemennya atau memaksa
membuyarkan kekuatan Oromis. Atau ia bisa
menggunakan mantra generik dan samar untuk
memblokir apa pun yang dilakukan Orornis. Sisi
buruknya adalah taktik ini bisa mengakibatkan adu
kekuatan secara langsung di antara mereka.
Bagaimanapun, toh itu pasti akan terjadi, pikir
Eragon. Ia tidak berharap bisa menang menghadapi si
elf. Dengan menyatukan frasa yang diperlukan, ia
berkata, "Losna kalfya iet." Bebaskan kakiku.
Gelombang energi yang meninggalkan Eragon lebih
besar daripada yang diduganya; dari agak kelelahan
akibat kesakitan dan pengerahan tenaga hari ini, ia
merasa seolah habis melewati tanjakan berat sejak
pagi. Lalu tekanan menghilang dari kakinya,
menyebabkan ia terhuyung saat berusaha memulihkan
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keseimbangan. Oromis menggeleng. "Bodoh,"
katanya, "sangat bodoh. Kalau aku bertekad
mempertahankan mantraku, kau akan terbunuh.
Jangan pernah menggunakan mantra yang mutlak."
"Mutlak?" "Jangan pernah menyusun mantramu
sehingga hanya bisa menghasilkan dua hal:
keberhasilan atau kematian. Kalau musuh yang
mengikat kakimu dan ia lebih kuat daripada dirimu,
kau pasti sudah menghabiskan seluruh energimu untuk
menghancurkan mantranya. Kau akan tewas tanpa
sempat memba, talkan usahamu begitu kau menyadari
usahamu sia-sia." "Bagaimana cara menghindarinya?"
tanya Eragon. "Lebih aman menyusun mantra sebagai
proses yang bisa kaubatalkan diam-diam. Bukannya
mengatakan bebaskan tungkaiku, yang merupakan
mantra mutlak, kau bisa mengatakan kurangi sihir
yang menahan kakiku. Agak lebih panjang, tapi
dengan begitu kau bisa memutuskan berapa banyak
pengurangan mantra musuhmu dan apakah aman untuk
memikirkannya sepenuhnya. Kita akan mencoba lagi."
Tekanan kembali ke kaki Eragon begitu Oromis
mengucapkan mantra tanpa suara. Eragon begitu
kelelahan, ia ragu apakah bisa melawan. Sekalipun
begitu, ia menjangkau kekuatan sihirnya. Sebelum
bahasa kuno meninggalkan bibirnya, ia menyadari
adanya sensasi aneh saat beban yang menekan
kakinya berkurang dengan mantap. Sensasi itu
menggelitik dan terasa seperti seolah ia ditarik dari
pusaran lumpur yang dingin dan licin. Ia melirik
Oromis dan melihat wajah elf itu mengerut penuh
semangat, seakan memegangi benda yang begitu
berharga hingga ia tidak sudi kehilangan. Pembuluh
darah di dahi Oromis berdenyut-denyut. Sewaktu
kekuatan yang mencengkeram Eragon menghilang,
Oromis melompat mundur seperti disengat kumbang
dan berdiri dengan pandangan terpaku ke kedua
tangannya, dadanya yang kurus naik-turun. Selama
mungkin semenit, ia tetap berdiri dalam keadaan
seperti itu, lalu menegakkan tubuh dan berjalan ke
tepi Tebing Tel'naeir, sosok tunggal dengan latar
belakang langit pucat. Penyesalan dan kesedihan
melanda Eragon--emosi-emosi yang sama seperti yang
mencengkeramnya sewaktu ia pertama kali melihat
kaki Glaedr yang terputus. Ia memaki diri sendiri
karena bersikap begitu sombong terhadap Oromis,
buta sama sekali terhadap cacat elf itu, dan kurang
memercayai penilaian gurunya. Bukan cuma aku yang
harus menghadapi luka-luka masa lalu. Eragon tidak
benar-benar paham sewaktu Oromis mengatakan hanya
sedikit sihir yang tidak dikuasainya. Sekarang ia
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengerti gawatnya situasi Oromis dan penderitaan
yang pasti ditimbulkannya terhadap elf itu, terutama
bagi seseorang dari rasanya, yang dilahirkan dan
berkembang dengan sihir. Eragon mendekati Oromis,
berlutut, dan membungkuk dengan gaya para kurcaci,
menempelkan keningnya yang memar ke tanah.
"Ebrithil, aku minta maaf." Elf itu tidak menunjukkan
tanda-tanda mendengar. Mereka ber
Bidadari Pendekar Naga Sakti
dua tetap berada di posisi masing-masing selaentara
matahari turun di depan mereka, burung-burung
melantunkan lagu sore, dan udara berubah jadi sejuk
dan lembap. Dari utara terdengar debuman pelan saat
sayap-sayap Saphira dan Glaedr mengepak dalam
perjalanan pulang hari ini. Dengan suara pelan, jauh,
Oromis berkata, "Kita akan mulai lagi besok, dengan
subjek ini dan yang lain." Melihat profilnya, Eragon
bisa melihat Oromis kembali menunjukkan eks
tenangnya yang biasa. "Apakah kau setuju?" "Ya,
Master," kata Eragon, bersyukur atas pertanyaan itu.
"Kupikir paling baik kalau, mulai sekarang, kau
berusaha berbicara hanya dalam bahasa kuno. Kita
hanya memiliki sedikit waktu, dan ini cara belajar
yang paling cepat bagimu." "Bahkan sewaktu aku
berbicara dengan Saphira?" "Bahkan pada waktu itu."
Dengan menggunakan bahasa elf, Eragon bersumpah,
"Kalau begitu aku akan berusaha tanpa henti hingga
bukan saja berpikir, tapi juga bermimpi, dalam bahasa
Anda." "Kalau kau mencapai tingkatan itu," kata
Oromis, menjawab dengan bahasa yang sama, "usaha
kita mungkin bisa berhasil." Ia diam sejenak. "Kau
tidak usah langsung terbang kemari besok pagi, tapi
temani elf yang akan kukirim untuk membimbingmu. Ia
akan membawamu ke tempat latihan pedang Ellesmera.
Berlatihlah di sana selama satu jam, lalu lanjutkan
kegiatanmu seperti biasa." "Anda tidak akan
mengajariku sendiri?" tanya Eragon, agak kecewa.
"Tidak ada yang bisa kuajarkan. Kau seandal pemain
pedang mana pun yang pernah kutemui. Aku tidak
lebih tahu daripada dirimu soal pertarungan, dan apa
yang kukuasai dan tidak kaukuasai, aku tidak bisa
memberikannya padamu. Yang tersisa bagimu hanyalah
kau harus mempertahankan tingkat keahlianmu yang
sekarang." "Kenapa aku tidak bisa melakukan hal itu
bersama Anda & Master?" "Karena aku tidak senang
memulai hari dengan keributan dan konflik." Ia
memandang Eragon, lalu mengalah dan mal
nambahkan, "Dan karena ada baiknya bagimu untuk
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengenal elf-elf lain yang tinggal di sini. Aku bukan
perwakilan rasku. Tapi cukup sudah mengenai hal itu.
Lihat, mereka mendekat ." Kedua naga itu melayang
menyeberangi piringan pipih matahari. Mula-mula
Glaedr mendekat diiringi deru angin, menutupi langit
dengan sosoknya yang besar sebelum ia mendarat di
rerumputan dan melipat sayap keemasannya, lalu
Saphira, secepat dan selincah burung gereja di
samping elang. Seperti yang mereka lakukan tadi
pagi, Oromis dan Glaedr mengajukan sejumlah
pertanyaan untuk memastikan Eragon dan Saphira
memerhatikan pelajaran satu sama lain. Mereka ndak
selalu berhasil, tapi dengan bekerja sama dan berbagi
informasi di antara mereka sendiri, mereka mampu
menjawab semua pertanyaan. Satu-satunya penghalang
hanyalah bahasa asing yang harus mereka gunakan
untuk berkomunikasi. Lebih baik, kata Glaedr dengan
menggemuruh sesudahnya. Jauh lebih baik. Ia
mengalihkan tatapannya kepada Eragon. Kau dan aku
akan berlatih bersama tidak lama lagi. "Tentu saja,


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Skulblaka." Naga tua itu mendengus dan merangkak
ke samping Oromis, setengah melompat dengan kaki
depannya karena kakinya yang hilang. Saphira
melesat ke depan, menggigit ujung ekor Glaedr,
melemparkannya ke udara dengan menyentakkan
kepala, seperti yang dilakukannya untuk mematahkan
leher rusa. Ia melompat mundur sewaktu Glaedr
berbalik dan menyambar lehemya, menampakkan
taringnya yang sangat besar. Eragon mengernyit dan,
dengan terlambat, menutup telinga dari raungan
Glaedr. Kecepatan dan kehebatan reaksi Glaedr
memberitahu Eragon bahwa ini bukan pertama kalinya
Saphira menjengkelkan naga tua itu hari ini. Bukannya
penyesalan, Eragon merasakan sikap main-main yang
penuh semangat dalam diri Saphira--seperti anak
dengan mainan baru--dan Pemujaan yang nyaris
membabi buta terhadap naga lain. "Tahan dirimu,
Saphira!" kata Oromis. Saphira mundur dengan lincah
dan duduk merunduk, walau tidak terlihat sedikitpun
penyesalan pada sikapnya. Eragon menggumamkan
permintaan maaf yang lemah, dan Oromis melambai
serta berkata, "Pergilah, kalian berdua." Tanpa
mendebat, Eragon naik ke punggung Saphira. Ia harus
memaksa Saphira terbang, dan begi
Bidadari Pendekar Naga Sakti
tu naga itu bersedia, Saphira berkeras mengitari
lapangan tiga kali sebelum Eragon bisa
mengarahkannya ke Ellesmera. Kenapa kau
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menggigitnya" tanya Eragon. Ia merasa tahu
jawabannya, tapi ingin mendengar Saphira
mengkonfirmasinya. Aku hanya main-main. Itu
kebenarannya, karena mereka berbicara dalam bahasa
kuno, tapi Eragon curiga jawaban itu hanyalah
sebagian dan kebenaran yang lebih besar. Ya, dan
permainan apa" Saphira menegang di bawahnya. Kau
melupakan tugasmu. Dengan & Eragon mencari-cari
kata yang tepat. Karena tidak mampu menemukannya,
ia kembali menggunakan bahasa ibunya. Dengan
memprovokasi Glaedr, kau mengalihkan perhatiannya,
perhatian Oromis, dan perhatianku--dan menghalangi
apa yang harus kami selesaikan. Kau belum pernah
seceroboh ini. Jangan sok menjadi nuraniku. Eragon
tertawa mendengarnya, sejenak tidak menyadari bahwa
ia duduk di antara awan-awan, berguling ke samping
hingga nyaris jatuh dari bahu Saphira. Oh, ironi yang
hebat sekali, biasanya kau yang memberitahuku apa
yang harus kulakukan dari waktu ke waktu. Aku
memang nuranimu, Saphira, sama seperti kau
nuraniku. Kau memiliki alasan yang bagus untuk
menegur dan memperingatkan diriku di masa lalu, dan
sekarang aku harus melakukan tindakan yang sama
terhadapmu: berhentilah mengganggu Glaedr dengan
perhatianmu. Saphira membisu. Saphira" Aku
dengar. Kuharap begitu. Sesudah terbang dengan
tenang selama sekitar semenit, Saphira berkata, Dua
serangan dalam sehari. Bagaimana keadaanrnu
sekarang" Pegal dan kesakitan. Eragon meringis.
Sebagian akibat Rirngar dan latih--tanding, tapi
sebagian besar merupakan pengaruh serangannnya.
Serangan itu seperti racun, melemahkan otot-ototku
dan mengaburkan pikiranku. Aku hanya berharap bisa
waras cukup lama untuk menyelesaikan latihan ini.
Tapi sesudahnya... aku tidak tahu harus berbuat apa.
Aku jelas tidak bisa bertempur bagi kaum Varden
dalam keadaan seperti ini. Jangan dipikirkan,
Saphira memberi saran. Kau tidak bisa berbuat
apa-apa untuk mengatasi kondisimu, dan kau hanya
menyebabkan perasaanmu semakin buruk. Hiduplah di
masa kini, ingat-ingatlah masa lalu, dan jangan takut
terhadap masa depan, karena masa depat tidak ada
dan tidak akan pernah ada. Yang ada hanyalah
sekarang. Eragon menepuk-nepuk bahu Saphira dan
tersenyum berterima kasih. Di sebelah kanan mereka,
seekor goshawk menaiki arus udara hangat sambil
berpatroli di hutan yang bolong-bolong, mencari
tanda-tanda kehadiran mangsa berbulu maupun
berambut. Eragon mengawasinya, memikirkan
pertanyaan yang diajukan Oromis padanya: Bagaimana
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ia bisa membenarkan pertempuran melawan Kekaisaran
padahal tindakan itu menimbulkan begitu banyak duka
dan derita" Aku punya jawaban, kata Saphira. Apa
itu" Kalau Galbatorix sudah.... Saphira ragu-ragu,
lalu berkata, Tidak, tidak akan kuberitahu. Kau harus
memikirkannya sendiri. Saphira! Jangan konyol.
Tidak. Kalau tak tahu kenapa tindakan kita adalah
tindakan yang benar, kau sebaiknya menyerah saja
pada Galbatorix, biarpun kau akan melakukan banyak
kebaikan kalau berbuat sebaliknya. Biarpun Eragon
memohon dengan segala cara, ia tidak bisa mendapat
penjelasan lebih jauh dari Saphira, karena Saphira
menghalangi Eragon dari bagian pikirannya yang itu.
Sekembalinya di tempat tinggal mereka, Eragon
menyantap sedikit makan malam dan hendak membuka
salah satu gulungan Oromis sewaktu ketukan di pintu
kasa mengganggu ketenangannya. "Masuk," katanya,
berharap Arya kembali untuk menemuinya. Memang.
Arya menyapa Eragon dan Saphira, lalu berkata,
"Kalian mungkin senang kalau mendapat kesempatan
mengunjungi Tialdari Hall dan kebun-kebun di
sekitarnya, karena kau bilang berminat ke sana
kemarin. Itu kalau kalian tidak terlalu lelah." Arya
mengenakan gaun merah ringan dengan tepi dan
hiasan bordiran hitam yang rumit. Nuansa warnanya
sama dengan jubah Ratu dan menegaskan kemiripan di
antara ibu dan anak itu. Eragon menyingkirkan
gulungannya. "Aku senang kalau bisa melihatnya."
Maksudnya, kami senang, tambah Saphira. Arya
tampak terkejut melihat keduanya berbicara dalam
bahasa kuno, jadi Eragon bercerita tentang perintah
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Oromis "Gagasan yang sangat bagus," kata Arya,
sambil menggunakan bahasa itu. "Dan lebih layak
untuk digunakan selama kalian tinggal di sini."
Sesudah mereka bertiga turun dari pohon, Arya
mengajak mereka ke barat ke bagian Ellesmera yang
tidak mereka kenali. Mereka menemui banyak elf di
perjalanan, semuanya berhenti untuk membungkuk
pada Saphira. Sekali lagi Eragon menyadari ia tidak
melihat anak-anak elf. Ia menyinggung hal ini pada
Arya, dan elf itu berkata, "Aye, kami memiliki sedikit
anak. Hanya ada dua di Ellesmera saat ini, Dusan dan
Alanna. Kami menghargai anak-anak lebih daripada
yang lain karena mereka begitu jarang ada. Memiliki
anak merupakan kehormatan dan tanggung jawab
terbesar yang bisa didapat makhluk hidup mana pun."
Akhirnya mereka tiba di pintu melengkung yang
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berusuk--tumbuh di antara dua pohon--yang berfungsi
sebagai pintu masuk kompleks yang luas. Masih
menggunakan bahasa kuno, Arya bernyanyi, "Akar
pohon, buah sulur, izinkan aku lewat karena darahku."
Kedua pintu melengkung itu bergetar, lalu terayun
keluar, melepaskan lima kupu-kupu raja yang terbang
ke langit senja. Di balik pintu itu terdapat kebun
bunga luas yang diatur hingga tampak seperti padang
liar. Elemen yang menunjukkan padang ini buatan
adalah variasi tanaman yang ada; banyak di antaranya
mekar di luar musimnya, atau berasal dari iklim yang
lebih panas atau lebih dingin dan seharusnya tidak
pernah tumbuh tanpa sihir elf. Pemandangan itu
diterang lentera tanpa api yang bagai batu permata,
diperkuat konstelas kunang-kunang yang terbang
berputar-putar. Kepada Saphira, Arya berkata,
"Hati-hati dengan ekormu, agar tidak menyapu rumpun
bunga." Mereka menyeberangi kebun dan iriasuk
semakin aaari di jajaran pepohonan yang jarang.
Sebelum Eragon menyadirinya berada, pepohonan
semakin banyak lalu merapat membentuk dinding. Ia
mendapati dirinya berdiri di ambang pintu aula kayu
mengilap tanpa menyadari kapan ia masuk. Aula itu
hangat dan menyenangkan--tempat yang penuh
kedamaian, perenungan, dan penghiburan. Bentuknya
ditentukan batang-batang pohon, bagian dalamnya
yang berada di aula dikupas sehingga tak berkulit
lagi, dipoles, dan digosok dengan minyak hingga
kayunya mengilap seperti amber. Celah-celah yang
teratur di sela batang-batang pohon berfungsi sebagai
jendela. Bau daun jarum pinus lumat menyebar di
udara. sejumlah elf ada di aula itu, membaca,
menulis, dan, di salah satu sudut yang gelap,
memainkan serangkaian suling buluh. Mereka semua
berhenti sejenak dan menunduk menyambut kehadiran
Saphira. "Kalian akan tinggal di sini," kata Arya,
"kalau kalian bukan Penunggang dan Naga." "Luar
biasa," jawab Eragon. Arya mengajaknya bersama
Saphira ke berbagai tempat di dalam kompleks yang
bisa dimasuki naga. Setiap ruangan baru merupakan
kejutan; tidak ada ruangan yang serupa, dan Setiap
ruangan memasukkan hutan dalam konstruksinya
dengan cara yang berbeda. Di satu ruangan, sungai
keperakan menetes turun dari dinding penuh tonjolan
kayu dan mengalir menyeberangi lantai di jalur kerikil
bulat lalu keluar kembali ke bawah langit. Di ruangan
lain, tanaman merambat menyelimuti seluruh ruangan,
kecuali lantainya, bagai tirai hijau berdaun yang
dihiasi bunga terompet berwarna merah muda pucat
dan putih. Arya menyebut tanaman itu Sulur Liani.
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mereka melihat banyak karya seni yang bagus, dari
fairth dan lukisan hingga pahatan dan mosaik kaca
berwarna--semua brdasarkan bentuk-bentuk
melengkung tanaman dan hewan. lslanzadi menjumpai
mereka sejenak di paviliun terbuka yang disatukan
dengan dua bangunan lain oleh jalan setapak beratap.
Ia menanyakan kemajuan latihan Eragon dan kondisi
punggungnya, yang dijawab Eragon dengan kalimat
singkat dan sopan. Jawaban ini tampak memuaskan
Ratu, yang bercakap sejenak dengan Saphira,
kemudian berlalu. Akhirnya mereka kembali ke kebun.
Eragon berjalan di samping Arya--Saphira mengikuti di
belakang--terpesona suara Arya saat elf itu
menceritakan berbagi varietas bunga di sana, dari
mana asalnya, bagaimana pemeliharaannya dan pada
banyak bunga, bagaimana mereka diubah dengan sihir.
Ia juga menunjukkan bungaBidadari Pendekar Naga Sakti
bunga yang hanya mekar di malam hari, seperti datura
putih. "Mana yang paling kausukai?" tanya Eragon.
Arya tersenyum dan mengajaknya ke sebatang pohon
di tepi kebun, dekat kolam bertepi sesemakan. Di
cabang terbawah pohon melilit tanaman morning glory
dengan tiga kuntum sehitam beludru yang tertutup
rapat. Sambil meniupnya, Arya berbisik, "Buka."
Kelopak-kelopak bergetar ketika merekah, membuka
jubah-jubah sehitam tinta untuk menampilkan
tumpukan nektar di tengahnya. Bintik-bintik berwarna
biru tua memenuhi tenggorokan bunga-bunga itu,
menyebar menjadi kelompak hitam seperti perubahan
siang menjadi malam. "Bunga yang paling sempurna
dan indah, bukan?" tanya Arya. Eragon menatap Arya,
sangat menyadari kedekatan mereka, dan berkata,
"Ya... memang." Sebelum semangatnya menghilang, ia
menambahkan, "Seperti dirimu." Eragon! seru
Saphira. Arya menatapnya tajam, mengamatinya
hingga Eragon terpaksa membuang muka. Sewaktu
berani memandang Arya lagi, ia tertegun melihat Arya
tersenyum tipis, seakan geli melihat reaksinya. "Kau
terlalu baik," gumam elf itu. Lalu Arya mengangkat
tangan dan menyentuh tepi kelopak bunga kemudian
melirik Eragon sekilas. "Faolin menciptakan bunga ini
khusus untukku pada musim panas solstice--saat
matahari berada di titik terjauh--dulu sekali." Eragon
berdiri bergerak-gerak dan menjawab dengan beberapa
patah kata yang tidak jelas, terluka dan tersinggung
karena Arya tidak lebih serius menerima pujiannya. Ia
berharap bisa menghilang, bahkan mempertimbangkan
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
untuk mengucapkan mantra yang memungkinkan
dirinya berbuat begitu. Akhirnya ia menegakkan diri
dan berkata, "Maafkan kami, Arya Svit-kona, tapi
sekarang sudah larut, dan kami harus bali ke pohon
kami." Senyum Arya semakin dalam. "Tentu saja,
Eragon. Aku mengerti." Ia menemani mereka ke pintu
masuk utama, membuka pintu bagi mereka, dan
berkata, "Selamat malam, Saphira. Selamat malam,
Eragon." Selamat malam, jawab Saphira. Sekalipun
malu, Eragon tidak mampu menahan diri untuk tidak
bertanya, "Apakah kami akan bertemu lagi denganmu
besok. Arya memiringkan kepala. "Kurasa aku akan
sibuk besok." Lalu pintunya menutup, menghalangi
pandangan Eragon terhadap Arya sementara elf itu
kembali ke kompleks utama. Sambil berjongkok
rendah di jalan setapak, Saphira menyodok sisi tubuh
Eragon. Berhentilah melamun dan naik ke punggungku.
Dengan memanjat kaki depan kiri Saphira, Eragon naik
ke tempat biasanya, lalu mencengkeram duri leher di
depannya sementara Saphira menegakkan diri.
Sesudah beberapa langkah: Bagaimana kau bisa


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengkritik tingkah lakuku terhadap Glaedr lalu
melakukan perbuatan yang sama" Bagaimana kau ini"
Kau tahu bagaimana perasaanku padanya, gerutu
Eragon. Pah! Kalau kau nuraniku dan aku nuranimu,
sudah menjadi kewajibanku untuk memberitahumu
sewaktu kau bertingkah seperti burung popinjay
mabuk. Kau tidak menggunakan logika, seperti yang
terus dikatakan Oromis pada kita. Apa yang
kauharapkan terjadi antara dirimu dan Arya" Ia putri
bangsawan! Dan aku Penunggang. Ia elf; kau
manusia! Aku semakin lama semakin mirip elf.
Eragon, usianya lebih dari seratus tahun! Aku akan
hidup selama dirinya atau elf mana pun. Ah, tapi
sekarang belum, dan itu masalahnya. Kau tidak bisa
mangatasi perbedaan sebesar itu. Ia wanita dewasa
dengan pengalaman seabad, sementara kau Apa" Aku
ini apa" geram Eragon. Anak kecil" Itu yang kau
maksud" Tidak, bukan anak kecil. Tidak sesudah apa
yang kaulihat dan lakukan sejak kita bersama. Tapi
kau masih muda, bahkan untuk ukuran rasmu yang
berumur pendek apalagi dibandingkan kurcaci, naga
dan elf. Kau juga. Teguran balasan Eragon menutup
mulut Saphira sebentar. Lalu: Aku hanya berusaha
melindungimu, Eragon. Hanya itu. Aku ingin kau
bahagia, dan aku takut kau tidak akan bahagia kalau
terus mengejar Arya. Mereka berdua hendak tidur
sewaktu mendengar pintu lantai di ruang tamu
didobrak dan gemerincing jala baja saat seseorang
memanjat masuk. Dengan Zar'roc di tangan, Eragon
Pendekar Gagak Rimang Rahasia Golok Cindar buana m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membuka pintu kasa, siap menghadapi si penyusup.
Tangannya turun sewaktu melihat Orik di lantai.
Kurcaci itu menenggak isi botol yang d
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
ibawanya dengan tangan kiri, lalu menyipitkan mata
memandang Eragon. "Bata dan tulang, di mana kau"
Ah, kau berdiri di sana. Aku penasaran kau ada di
mana. Tidak bisa menemukanmu, jadi kupikir
mengingat malam ini indah, sebaiknya aku
mencarimu... dan kau ada di sini! Apa yang sebaiknya
kita bicarakan, kau dan aku, sesudah kita sekarang
bersama-sama di sarang burung yang menyenangkan
ini?" Sambil meraih lengan si kurcaci yang bebas,
Eragon menariknya berdiri, terkejut, seperti biasa,
dengan betapa beratnya tubuh Orik, seperti sebongkah
batu mini. Sewaktu Eragon melepaskan dukungannya,
Orik bergoyang-goyang, miring begitu rupa hingga
tampak akan jatuh kalau digoyang sedikit saja.
"Masuklah," kata Eragon dalam bahasanya sendiri. Ia
menutup pintu di lantai. "Kau bisa kena flu di luar."
Orik mengerjapkan matanya yang bulat dan dalam
Pada Eragon. "Aku sudah lama tidak bertemu kau di
tempat pembuanganku yang berdaun ini, sudah sama
sekali. Jangan meninggalkanku di tengah para elf...
dan mereka teman yang payah, membosankan,
sssungguh." Perasaan bersalah menyebabkan Eragon
tersenyum kikuk untuk menutupi perasaannya. Ia
memang melupakan si kurcaci karena apa yang terjadi
beberapa hari terakhir. "Maaf aku tidak
mengunjungimu, Orik, tapi pelajaranku menyibukkan
aku. Sini, berikan jubahmu." Sementara ia membantu
si kurcaci menanggalkan mantel cokelatnya, Eragon
bertanya, "Apa yang minum itu?" "Faelnirv," kata
Orik. "Minuman paling lezat, paling mantap. Penemuan
terbaik dan terhebat para elf; memberimu berkah
kelancaran bicara. Kata-kata mengalir dari lidahmu
seperti gerombolan ikan minnow yang
berenang-renang, seperti kawanan burung
hummingbird yang tak bernapas, seperti sssungai ular
yang menggeliat-geliat." Ia diam sejenak, tampaknya
tertegun pada kehebatan pengandaiannya. Sementara
Eragon membimbingnya ke kamar tidur, Orik memberi
hormat pada Saphira dengan botolnya dan berkata,
"Salam, O Gigi Besi. Semoga sisik-sisikmu berkilau
seterang bara di tungku Morgothal." Salam, Orik,
kata Saphira, sambil meletakkan kepala di tepi
ranjangnya. Bagaimana kau bisa seperti ini" Tidak
biasanya kau begini. Eragon mengulangi
pertanyaannya. "Apa yang menyebabkan aku begini?"
ulang Orik. Ia mengempaskan diri ke kursi yang
disediakan Eragon--kakinya menjuntai beberapa inci
di atas lantai--dan mulai menggelenggeleng. "Topi
merah, topi hijau, elf di sini, dan elf di sana. Aku
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tenggelam dalam elf dan keramahan mereka yang
melimpah. Mereka tidak berperasaan. Sopan. Ya, Sir,
tidak, Sir, tiga kantong penuh, Sir, tapi tidak lebih
sedikit pun." Ia memandang Eragon dengan sedih.
"Apa yang harus kulakukan selama kau menjalani
latihanmu" Apakah aku harus duduk diam
mempermainkan ibu jariku, dan berubah menjadi batu
lalu bergabung dengan roh-roh leluhurku" Katakan
padaku, O Penunggang yang pemberani." Apakah kau
tidak memiliki keahlian atau hobi agar kau bisa
menyibukkan diri" tanya Saphira. "Aye," kata Orik.
"Aku cukup pandai bertukang besi, kata siapa pun
yang mau menilai. Tapi untuk apa aku membuat
senjata dan baju besi bagi mereka yang tidak
menghargainya" Aku tidak berguna di sini. Sama
tidak bergunanya seperti Feldunost berkaki tiga"
Eragon mengulurkan tangan ke botolnya. "Boleh?" Orik
mengalihkan pandangan dari dirinya ke botol, lalu
meringis mengangkatnya. Faelnirv itu sedingin es saat
mengalir menuruni tenggorokan Eragon, menyengat. Ia
mengerjap ketika matanya berair. Sesudah
menenggaknya dua kali, ia mengembalikan botol ke
Orik, yang tampak kecewa melihat betapa sedikitnya
minuman yang tersisa. "Dan kenakalan apa," tanya
Orik, "yang berhasil kalian berdua korek dari Oromis
dan hutan pinggirannya di sana?" Si kurcaci
bergantian tergelak dan mengerang waktu Eragoh
menggambarkan latihannya, berkatnya yang salah di
Farthen Dur, pohon Menoa, punggungnya, dan segala
sesuatu yang terjadi selama beberapa hari terakhir.
Eragon mengakhirinya dengan topik yang paling
disukainya saat ini: Arya. Dengan keberanian yang
timbul akibat minuman keras, ia mengakui
perasaannya terhadap elf itu dan menceritakan
bagaimana Arya menolak pendekatannya. Sambil
Bidadari Pendekar Naga Sakti
menggoyang-goyang satu jari, Orik berkata, "Batu di
bawahmu retak, Eragon. Jangan menantang nasib.
Arya...," Ia terdiam, lalu menggeram dan menenggak
faelnirv lagi. "Ah, sudah terlambat. Siapa aku ini
sehingga berani mengatakan mana yang bijaksana dan
mana yang tidak?" Saphira memejamkan mata
beberapa saat yang lalu. Tanpa membukanya, ia
bertanya, Kau sudah menikah, Orik" Pertanyaan itu
mengejutkan Eragon; ia tidak pemah berhenti
bertanyatanya tentang kehidupan pribadi Orik. "Eta,"
kata Orik. "Sekalipun aku sudah berjanji untuk
menikahi Hvedra, putri Thorgerd si Mata Satu dan
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Himinglada. Kami seharusnya menikah musim semi ini,
sampai para Urgal menyerang dan Hrothgar
mengirimku menempuh perjalanan terkutuk ini."
"Apakah ia anggota Durgrimst Ingeitum?" tanya
Eragon. "Tentu saja!" raung Orik, sambil
menghantamkan tinju ke sisi kursi. "Kaupikir aku mau
menikah dengan kurcaci di luar klanku" Ia cucu
nenekku Vardrun, sepupu jauh Hrothgar, dengan
tungkai putih dan bulat yang sehalus satin, pipi
semerah apel, dan gadis kurcaci tercantik yang
pernah ada." Tidak diragukan lagi, kata Saphira.
"Aku yakin kau akan bertemu dengannya tidak lama
lagi," kata Eragon. "Hmph." Orik menyipitkan mata
memandang Eragon. "Kau percaya raksasa ada"
Raksasa jangkung, raksasa kuat, raksasa besar dan
berjanggut dengan jemari seperti sekop?" "Aku tidak
pernah melihat atau mendengar tentang mereka," kata
Eragon, "kecuali dalam dongeng. Kalau mereka
memang asti bukan di Alagaesia." "Tapi mereka
memang ada di sana! Sungguh!" seru Orik, sambil
melambai-lambaikan botol di atas kepalanya. "Katakan
padaku, O Penunggang, kalau ada raksasa menakutkan
yang bertemu denganmu di kebun, ia menyebutmu apa,
kalau bukan makan malam?" "Eragon, kurasa."
"Tidak, tidak. Ia akan menyebutmu kurcaci, karena
kau kurcaci baginya." Orik tertawa terbahak-bahak
dan menyikut rusuk Eragon dengan sikunya yang
keras. "Kau mengerti sekarang" Manusia dan elf
adalah raksasa. Tanah ini penuh mereka, di sini, di
sana, dan di mana-mana, berjalan seenaknya dengan
kaki-kaki mereka yang besar dan menutupi kami
dengan bayang-bayang tak berujung." Ia terus
tertawa, bergoyang-goyang di kursi hingga terbalik
dan ia jatuh ke lantai dengan suara berdebum yang
mantap. Setelah membantunya bangkit, Eragon
berkata, "Kupikir sebaiknya kau menginap di sini
malam ini. Kondisimu tidak memungkinkanmu menuruni
tangga dalam kegelapan." Orik setuju dengan sikap
tak peduli yang riang. Ia membiarkan Eragon
menanggalkan jala bajanya dan membaringkannya di
satu sisi ranjang. Sesudahnya, Eragon mendesah,
menutupi lampu-lampu, dan membaringkan diri di
sisinya di kasur. Ia tertidur sambil mendengar si
kurcaci bergumam, " & Hvedra & Hvedra... Hvedra...."
SIFAT JAHAT Pagi yang cerah tiba terlalu cepat.
Tersentak karena dengung alat penunjuk waktu yang
bergetar, Eragon menyambar pisau berburunya dan
melompat turun dari ranjang, mengira diserang. Ia
tersentak saat tubuhnya memprotes akibat siksaan
selama dua hari terakhir. Sambil mengerjap untuk
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengusir air mata, Eragon memutar kembali alat
penunjuk waktunya. Orik telah pergi; kurcaci itu pasti
menyelinap saat subuh. Sambil mengerang, Eragon
terhuyung-huyung ke kamar mandi untuk membersihkan
diri, seperti pria tua yang terserang rematik. Ia dan
Saphira menunggu di dekat pohon selama sepuluh
menit sebelum mereka ditemui elf berambut hitam
yang tampak serius. Elf itu membungkuk,
menyentuhkan dua jari ke bibiryang ditirukan
Eragon--lalu mendahului Eragon dengan mengatakan,
"Kiranya keberuntungan menguasaimu." "Dan kiranya
bintang-bintang mengawasimu," jawab Eragon.
"Apakah Oromis yang menyuruhmu?" Elf itu
mengabaikannya dan berkata pada Saphira, "Selamat
bertemu, Naga. Aku Vanir dari Rumah Haldthin."
Eragon merengut jengkel. Selamat bertemu, Vanir.
Baru sesudah itu si elf berbicara pada Eragon. "Akan
kutunjukkan di mana kau bisa berlatih pedang." Ia
berjalan pergi, tanpa menunggu Eragon menyusulnya.
Halaman latih-tanding dipenuhi sejumlah elf dari
kedua jenis kelamin, bertarung berpasangan atau
dalam kelompok. Kemampuan fisik mereka yang luar
biasa m Bidadari Pendekar Naga Sakti
enyebabkan serangan mereka begitu cepat hingga
tidak terlihat jelas, mereka kedengaran seperti hujan
es deras yang menghantam genta besi. Di bawah
pepohonan yang mengelilingi lapangan, beberapa elf
melakukan Rimgar dengan keluwesan dan keanggunan
yang menurut Eragon tidak akan pernah bisa
diraihnya. Sesudah semua orang di lapangan berhenti
dan membungkuk pada Saphira, Vanir mencabut
pedang tipisnya. "Setelah kau melindungi pedangmu,
Tangan Perak, kita bisa mulai." Eragon mengamati
keahlian pedang tak manusiawi yang ditunjukkan
elf-elf lain dengan ketakutan. Kenapa aku harus
berbuat begini" tanyanya. Aku hanya akan
dipermalukan. Kau akan baik-baik saja, kata Saphira,
tapi Eragon bisa merasakan keprihatinannya. Yang
benar saja. Saat Eragon menyiapkan Zar'roc,
tangannya gemetar ketakutan. Bukannya langsung
menyerang, ia melawan Vanir dari jarak jauh,
merunduk, menyamping, dan melakukan segala yang
mungkin dilakukannya untuk menghindari serangan
pada punggungnya. Sekalipun Eragon berusaha keras,
Vanir menyentuhnya empat kali berturut-turut dengan
cepat--masing-masing di rusuk, tulang kering, dan
kedua bahunya. Ekspresi Vanir yang semula datar
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dalam waktu singkat berubah menjadi kebencian
terang-terangan. Sambil menari-nari maju, ia
menyelipkan pedangnya di sepanjang Zar'roc
sementara pada saat yang sama memuntir pedang
Eragon itu, memaksa Eragon melepaskannya. Eragon
membiarkan Zar'roc melayang lepas dari tangannya
daripada melawan tenaga elf yang guar biasa itu.
Vanir menempelkan pedang ke leher Eragon dan
berkata, "Mati," Setelah menyingkirkan pedang itu,
Eragon berjalan untuk mengambil Zar'roc. "Mati," kata
Vanir. "Bagaimana kau bisa berharap mengalahkan
Galbatorix dengan keadaan seperti ini" Aku mengira
kau lebih bagus, biarpun kau manusia yang lemah."
"Kalau begitu, bagaimana kalau kau sendiri yang


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melawan Galbatorix, bukannya bersembunyi di Du
Weldenvarden?" Vanir menegang karena murka.
"Karena," katanya, tenang dan menantang, "aku bukan
Penunggang. Dan kalau aku Penunggang, aku tidak
akan sepengecut kau." Tidak ada yang bergerak atau
berbicara di lapangan. Sambil memunggungi Vanir,
Eragon membungkuk meraih Zar'roc, dan lehernya
mendongak ke langit, menggeram sendiri. Ia tidak
tahu apa-apa. Ini hanya satu ujian lagi yang harus
kuatasi. "Pengecut, kataku. Darahmu sama encernya
seperti darah rasmu yang lain. Menurutku Saphira
kacau akibat tipuan Galbatorix dan memilih
Penunggang yang salah." Para elf yang menonton
tersentak mendengar kata-kata Vanir dan bergumam
sendiri menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap
pelanggaran etika yang dilakukan Vanir. Eragon
mengertakkan gigi. Ia bisa menerima penghinaan
terhadap dirinya sendiri, tapi tidak terhadap Saphira.
Saphira sudah bergerak sewaktu frustrasi, ketakutan,
dan penderitaan meledak dalam diri Eragon dan ia
berbalik, ujung Zar'roc mendesing di udara. Serangan
itu pasti menewaskan Vanir kalau ia tidak
menangkisnya pada detik terakhir. Ia tampak terkejut
dengan kekuatan serangan itu. Mengerahkan
kemampuannya semaksimal mungkin, Eragon memaksa
Vanir mundur ke tengah lapangan, menusuk dan
mengayunkan pedang seperti orang
sinting--membulatkan tekad untuk melukai si elf
dengan cara apa pun. Ia berhasil menghantam pinggul
Vanir cukup keras sehingga melukainya, sekalipun
dengan mata Zar'roc yang ditumpulkan. Pada detik
itu, punggung Eragon bagai meledak dalam kesakitan
yang begitu hebat hingga ia merasakannya dengan
kelima indranya: deru air terjun yang memekakkan
telinga; rasa logam yang melapisi lidah; bau menusuk
di hidunSk sehingga ia berkaca-kaca, seperti bau cuka
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang paling busuk; aneka warna yang
berdenyut-denyut; dan, di atas semua itu perasaan
bahwa Durza baru saja membelah punggungnya. Ia
bisa melihat Vanir berdiri di atasnya sambil mencibir
merendahkan. Terlintas dalam benak Eragon bahwa
Vanir masih sangat muda. Sesudah serangan rasa
sakit itu, Eragon mengusap darah dari mulutnya
dengan tangan dan menunjukkannya pada Vanir,
Sambil bertanya, "Cukup encer?" Vanir tidak
menjawab, tapi menyarungkan pedangnya dan berlalu.
Kau mau ke mana?" tanya Eragon.
Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Urusan kita belum selesai, kau dan aku." Kondisimu
tidak cukup fit untuk berlatih tanding," ejek si elf.
"Coba saja." Eragon mungkin kalah dibandingkan elf
itu, tapi ia menolak membiarkan mereka puas atau
membuktikan kebenaran dugaan mereka yang rendah
akan dirinya. Ia akan pantang menyerah untuk
mendapatkan penghormatan mereka. Ia berkeras
bertarung selama satu jam yang ditugaskan Oromis.
Sesudah itu Saphira mendekati Vanir dan menyentuh
dadanya dengan ujung salah satu cakar gadingnya.
Mati, katanya. Vanir memucat. Elf-elf lain bergeser
menjauhinya. Begitu mereka terbang, Saphira
berkata, Oromis benar. Tentang apa" Kau lebih baik
kalau memiliki lawan. Di gubuk Oromis, hari
berlangsung dalam pola yang biasa: Saphira menemani
Glaedr untuk menerima instruksinya sementara Eragon
tetap bersama Oromis. Eragon ngeri sewaktu
mendapati Oromis mengharapkan ia melakukan Rimgar
setelah tambahan latihan tadi pagi. Ia terpaksa
mengerahkan segenap kemauan untuk mematuhinya.
"Tapi ketakutannya terbukti tak berdasar, karena
Tarian Ular dan Burung Bangau terlalu lembut untuk
melukainya. Itu, ditambah meditasinya di rawa
terpencil, memberi Eragon kesempatan pertama sejak
kemarin untuk menata pikirannya dan merenungkan
pertanyaan yang diajukan Oromis padanya. Sementara
berbuat begitu, ia mengamati semut-semut merah
menginvasi bukit semut pesaing, mengalahkan para
penghuninya dan mencuri sumber daya mereka. Pada
akhir pembantaian, hanya sekelompok kecil semut
pesaing yang dibiarkan hidup sendirian dan tanpa
tujuan di padang daun jarum pinus yang luas dan
buas. Seperti naga-naga di Alagaesia, pikir Eragon.
Hubungannya dengan semut-semut menghilang saat ia
memikirkan nasib para naga yang tidak
menggembirakan. Sepotong demi sepotong, jawaban
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
atas masalahnya terungkap dengan sendirinya,
jawaban yang bisa diterima dan diyakininya. Ia
menyelesaikan meditasinya dan kembali ke gubuk. Kali
ini Oromis tampak cukup puas dengan keberhasilan
Eragon. Sewaktu Oromis menyajikan makan siang,
Eragon berkata, "Aku tahu kenapa melawan Galbatorix
pantas dilakukan, sekalipun ribuan orang mungkin
tewas karenanya." "Oh?" Oromis duduk. "Tolong
katakan." "Karena Galbatorix menimbulkan
penderitaan yang lebih besar selama seratus tahun
terakhir daripada yang bisa kita lakukan selama satu
generasi. Dan tidak seperti tiran biasa, kita tidak bisa
menunggunya mati. Ia bisa berkuasa selama
berabad-abad atau beribu-ribu tahun-menganiaya dan
menyiksa orang-orang sepanjang waktu-kecuali kita
menghentikannya. Kalau menjadi cukup kuat, ia akan
menyerang para kurcaci dan kalian di Du
Weldenvarden ini lalu membunuh atau memperbudak
kedua ras. Dan..." Eragon menggosok-gosokkan bagian
bawah telapak tangannya ke tepi meja, "...karena
menyelamatkan kedua telur naga dari Galbatorix
merupakan satu-satunya cara untuk menyelamatkan
para naga." Lengkingan peluit ketel teh Oromis
menyela, semakin lama semakin keras hingga telinga
Eragon berdenging. Oromis berdiri, menurunkan ketel
dari perapian dan menuang airnya untuk menyeduh teh
blueberry. Kerut-kerut di sekeliling matanya melunak.
"Sekarang," katanya, "kau mengerti." "Aku mengerti,
tapi tidak merasa senang karenanya. "Dan sebaiknya
memang tidak. Tapi sekarang kita bisa yakin kau tidak
akan mundur dari jalanmu saat kau berhadap dengan
ketidakadilan dan kejahatan yang pasti akan dilakukan
kaum Varden pada akhirnya. Kami tidak bisa
membiarkan dirimu ragu-ragu di saat kekuatan dan
fokusmu sangat dibutuhkan." Oromis menyatukan
jemarinya dan menatap tehnya yang seperti cermin
gelap, merenungkan apa pun yang dilihatnya di
pantulannya yang muram. "Kau percaya Galbatorix
jahat?" "Tentu saja!" "Kau percaya ia menganggap
dirinya sendiri jahat?" "Tidak, kuragukan itu."
Oromis mengetuk-ngetukkan kedua telunjuknya pada
satu sama lain. "Kalau begitu, kau juga percaya Durza
jahat?" Kepingan-kepingan kenangan yang didapat"
Eragon dari Durza sewaktu mereka bertempur di
Tronjheim kembali melintas dalam benaknya sekarang,
mengingatkannya pada bagaimana Shade--yang waktu
itu masih bernama Carsaib--diperbudak roh-roh jahat
yang dipa Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
nggilnya untuk membalas kemapan gurunya, Haeg. "Ia
sendiri tidak jahat, tapi roh-roh yang mengendalikan
dirinya jahat." "Dan bagaimana dengan kaum Urgal?"
tanya Oromis, sambil menghirup teh. "Apakah mereka
jahat?" Buku-buku jari Eragon memutih saat ia
mencengkeram sendok. "Sewaktu memikirkan
kematian, aku melihat wajah Urgal. Mereka lebih
buruk daripada hewan buas. Segala sesuatu yang
mereka lakukan...." Ia menggeleng, tidak mampu
melanjutkan. "Eragon, apa pendapatmu mengenai
manusia kalau semua yang kauketahui tentang
manusia hanyalah tindakan para peluangmu di medan
perang?" "Itu bukan...." Ia menarik napas dalam. "Itu
berbeda. Urgal layak disapu bersih, hingga tidak
bersisa." "Bahkan wanita dan anak-anak mereka"
Yang belum menyakitimu dan kemungkinan tidak akan
pernah menyakitimu" Yang tidak bersalah" Apakah
kau akau membunuh mereka dan memusnahkan seluruh
ras?" "Mereka tidak akan mengampuni kita, kalau
mendapat kesempatan." "Eragon!" seru Oromis pedas.
"Aku tidak pernah ingin mehdengarmu menggunakan
alasan itu lagi, hanya karena orang lain
melakukan--atau akan melakukan--sesuatu, tidak
berarti kau juga harus melakukannya. Itu malas,
menjijikkan, dan menandakan rendahnya kemampuan
berpikir. Apakah omonganku jelas?" "Ya, Master."
Elf itu mengangkat gelas ke bibir dan minum, matanya
yang cemerlang terpaku pada Eragon terus. "Apa yang
sebenarnya kau ketahui tentang para Urgal?" "Aku
tahu kekuatan mereka, kelemahan mereka, dan cara
membunuh mereka. Hanya itu yang perlu kuketahui."
"Tapi kenapa mereka membenci dan melawan manusia"
Bagaimana dengan sejarah dan legenda mereka, atau
cara hidup mereka?" "Apakah itu penting?" Oromis
mendesah. "Ingatlah," katanya lembut, "bahwa pada
tahap tertentu, musuh-musuhmu mungkin harus
menjadi sekutumu. Begitulah sifat kehidupan." Eragon
menahan dorongan hati untuk mendebat. Ia
memutar-mutar teh dalam gelasnya sendiri, mengubah
cairan itu menjadi pusaran air hitam dengan busa
putih di dasar pusaran. "Itu sebabnya Galbatorix
merekrut Urgal?" "Itu bukan contoh yang akan
kupilih, tapi ya." "Rasanya aneh bahwa ia berteman
dengan mereka. Bagaimanapun juga, merekalah yang
membunuh naganya. Lihat apa yang dilakukannya pada
kita, Para Penunggang, padahal kita bahkan tidak
bertanggung jawab atas kehilangannya." "Ah," kata
Oromis, "Galbatorix mungkin sinting, tapi ia tetap
selicik rubah. Kurasa ia berniat menggunakan kaum
Urgal untuk memusnahkan kaum Varden dan
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kurcaci-kurcaci yang lainnya, kalau ia menang di
Farthen Dur--dengan begitu, menyingkirkan dua
musuhnya sementara secara bersamaan melemahkan
kaum Urgal agar ia bisa memusnahkan mereka kapan
saja ia mau." Pelajaran bahasa kuno berlangsung
sepanjang sore hari dan sesudahnya mereka berlatih
sihir. Sebagian besar pelajaran dari Oromis berkaitan
dengan cara yang benar untuk mengendalikan berbagai
bentuk energi, seperti cahaya, panas, listrik, bahkan
gravitasi. Ia menjelaskan bahwa karena
kekuatan-kekuatan ini menghabiskan tenaga lebih
cepat daripada mantra jenis lain, lebih aman untuk
menemukan apa yang sudah ada di alam lalu
membentuknya dengan gramarye, daripada berusaha
menciptakannya dari nol. Oromis menyudahi topik itu
dan bertanya, "Bagaimana caramu membunuh dengan
sihir?" "Aku melakukannya dengan banyak cara," kata
Eragon. "Aku pernah berburu dengan
kerikil--menggerakkan dan membidiknya dengan
sihir--juga menggunakan kata jierda untuk
mematahkan kaki dan leher Urgal. Sekali, dengan
thrysta, aku menghentikan jantung seseorang." "Ada
metode-metode yang lebih efisien," kata Oromis. "Apa
yang diperlukan untuk membunuh seseorang, Eragon"
Pedang yang menembus dada" Leher yang patah"
Kehilangan darah" Yang diperlukan hanyalah
terjepitnya satu pembuluh darah arteri ke otak, atau
penekanan terhadap saraf-saraf tertentu hingga
melewati batas. Dengan mantra yang benar, kau bisa
menghancurkan satu pasukan." "Seharusnya aku
terpikir hal itu di Farthen Dur," kata Eragon, kesal
sendiri. Juga bukan hanya Farthen Dur, tapi sewaktu
Kull mengejar kami dari Padang Pasir Hadarac..
"Sekali lagi, kenapa Brom tidak mengajarkannya
padaku?" Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Karena ia menduga kau baru akan menghadapi
pasukan berbulan-bulan atau bertahun-tahun
mendatang; itu bukan alat untuk diberikan pada
Penunggang yang belum teruji." "Tapi kalau semudah
itu membunuh orang-orang, apa gunanya kita atau
Galbatorix mengumpulkan pasukan?" "Jawaban
singkatnya, taktik. Para penyihir rentan terhadap
serangan fisik sewaktu mereka sibuk dalam
pertempuran mental. Oleh karena itu, mereka
memerlukan Para pejuang untuk melindungi. Dan Para
pejuang harus dilindungi, setidaknya sebagian, dari
serangan sihir, kalau tidak mereka akan terbantai
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dalam beberapa menit. Keterbatasan-keterbatasan ini
berarti sewaktu pasukan-pasukan berhadapan, Para
penyihir mereka bertebaran di seluruh pasukan, dekat
dengan tepi, tapi tidak sedekat itu untuk terancam
bahaya. Para penyihir dari kedua belah Pihak
membuka pikiran dan berusaha merasakan kalau ada
yang menggunakan atau akan menggunakan sihir.
Karena masuh mereka mungkin berada di luar
jangkauan mental mereka, para penyihir juga
mendirikan ward--mantra pelindung--di sekeliling
mereka dan pejuang mereka untuk menghentikan atau
mengurangi serangan jarak jauh, seperti kerikil yang
dilontarkan ke kepala mereka dari jarak sejauh satu
mil." "Tentunya tidak ada yang bisa melindungi


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepasukan orang," kata Eragon. "Sendirian memang
tidak, tapi dengan penyihir yang cukup banyak, kau
bisa menyediakan perlindungan yang cukup baik.
Bahaya terbesar dari konflik semacam ini adalah
bahwa penyihir yang pandai mungkin bisa melancarkan
serangan unik yang mampu melewati ward--mu tanpa
mengaktifkannya. Itu saja cukup untuk menentukan
hasil pertempuran. "Selain itu," kata Oromis, "kau
harus ingat bahwa kemampuan menggunakan sihir
sangat jarang ada di berbagai ras. Kami para elf pun
bukan perkecualian, sekalipun kami memiliki lebih
banyak perapal mantra dibandingkan ras lain, sebagai
hasil sumpah kami sendiri berabad-abad yang lalu.
Mayoritas di antara mereka yang diberkati dengan
sihir hanya memiliki sedikit bakat atau bahkan tidak
berbakat sama sekali; mereka harus bersusah payah
sekadar untuk menyembuhkan memar sekalipun."
Eragon mengangguk. Ia pernah melihat penyihir
seperti itu di kalangan Varden. "Tapi tetap diperlukan
energi yang sama besarnya untuk menyelesaikan suatu
tugas." "Energi, ya, tapi penyihir yang lebih rendah
lebih sulit daripada dirimu atau aku untuk merasakan
aliran sihir dan membenamkan diri ke dalamnya.
Hanya sedikit penyihir yang cukup kuat untuk menjadi
ancaman bagi pasukan. Dan mereka biasanya
menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam
pertempuran untuk menghindari, melacak, atau
menghadapi lawan, yang menguntungkan dari sudut
pandang pejuang biasa, karena kalau tidak, mereka
akan terbunuh dalam waktu dekat." Dengan gelisah,
Eragon berkata, "Kaum Varden tidak memiliki banyak
penyihir." "Itu salah satu alasan kenapa kau begitu
penting." Sesaat berlalu sementara Eragon memikirkan
apa yang saja diberitahukan Oromis padanya. "Ward
ini, apakah hanya menguras energi kalau diaktifkan?"
"Aye." "Kalau begitu, jika memiliki waktu yang cukup,
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Anda bisa membuat ward hingga berlapis-lapis dan tak
terhitung. Anda bisa menjadikan diri Anda...." Ia
bersusah payah mencari bahasa kuno untuk
mengekspresikan diri. "...tidak tersentuh" ...tidak
tertembus" & tidak tertembus serangan apa pun, baik
sihir atau fisik." "Ward," kata Oromis, "tergantung
kekuatan tubuhmu. Kalau melebihi kekuatan tubuhmu,
kau tewas. Sebanyak apa pun ward yang kaudirikan,
kau hanya mampu menangkis serangan selama
tubuhmu mampu menanggung keluarnya tenaga itu."
"Dan kekuatan Galbatorix meningkat setiap tahun...
Bagaimana mungkin?" Pertanyaan itu sebenarnya
retoris, tapi sewaktu Oromis tetap membisu, mata
almond-nya terpaku pada tiga burung layang-layang
yang berputar-putar di atas kepala, Eragon menyadari
elf itu memikirkan cara terbaik untuk menjawabnya.
Burung-burung tersebut berkejaran selama beberapa
menit. Sewaktu mereka menghilang dari pandangan,
Oromis berkata, "Diskusi ini tidak layak dilakukan
sekarang." "Kalau begitu, Anda tahu jawabannya?"
seru Eragon, tertegun. "Memang. Tapi inform
Bidadari Pendekar Naga Sakti
asi itu harus menunggu hingga kau sudah berlatih
lebih jauh. Kau tidak siap mendengarnya sekarang."
Oromis memandang Eragon, seakan menduga Eragon
akan memprotes. Eragon membungkuk memberi
hormat. "Sesuai keinginan Anda, Master." Ia tidak
pernah bisa mengorek informasi dari Oromis hingga
elf itu bersedia memberitahukannya, jadi kenapa
bersusah payah" Sekalipun begitu, ia penasaran apa
yang bisa begitu berbahaya hingga Oromis tidak
berani memberitahukanya, dan kenapa elf tersebut
merahasiakannya dari kaum Varden. Pikiran lain
melintas dalam benaknya, dan ia bertanya, Kalau
Pertempuran dengan para penyihir berlangsung seperti
yang Anda katakan, kenapa Ajihad membiarkan aku
bertempur tanpa ward di Farthen Dur" Aku bahkan
tidak tahu harus membuka pikiran untuk bersiap
menghadapi musuh. Dan kenapa Arya tidak membunuh
sebagian besar atau seluruh Urgal" Tidak ada
penyihir di sana yang bisa melawannya kecuali Durza,
dan Durza tidak mungkin bisa melindungi pasukannya
sewaktu ia masih di bawah tanah." "Apakah Ajihad
tidak menugaskan Arya atau salah seorang Du Vrangr
Gata untuk mendirikan pelindung di sekitarmu?" tanya
Oromis. "Ya, Master." "Dan kau bertempur dalam
keadaan seperti itu" "Ya, Master." Pandangan Oromis
menerawang, ia membisu saat berdiri tanpa bergerak
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di lapangan rumput. Tiba-tiba ia berbicara, "Aku
sudah berkonsultasi dengan Arya, dan katanya si
Kembar dari kaum Varden diperintahkan menilai
kemampuanmu. Mereka memberitahu Ajihad bahwa kau
menguasai semua sihir, termasuk ward. Baik Ajihad
maupun Arya tidak meragukan penilaian mereka
mengenai masalah itu." "Anjing-anjing pengkhianat
yang berlidah bercabang dan berkepala botak itu,"
maki Eragon "Mereka mencoba membunuhku!" Dengan
kembali menggunakan bahasa ibunya, ia memaki-maki.
"Jangan mengotori udara," kata Oromis ringan. "Itu
akan memengaruhi dirimu... Pokoknya, aku curiga si
Kembar membiarkan dirimu terjun ke dalam
pertempuran tanpa perlindungan bukannya agar kau
terbunuh, tapi agar Durza bisa menangkap dirimu."
"Apa?" "Berdasarkan ceritamu sendiri, Ajihad curiga
kaum Varden dikhianati sewaktu Galbatorix mulai
menganiaya sekutu-sekutu mereka di Kekaisaran
dengan ketepatan yang nyaris sempurna. Si Kembar
tahu identitas para pendukung kaum Varden. Selain
itu, si Kembar menipumu hingga ke jantung Tronjheim,
dengan begitu memisahkan dirimu dari Saphira dan
menempatkannya dalam jangkauan Durza. Bahwa
merekalah pengkhianatnya merupakan penjelasan yang
logis." "Kalau mereka memang pengkhianatnya," kata
Eragon, "sekarang tidak penting lagi; mereka sudah
lama tewas." Oromis memiringkan kepala. "Sekalipun
begitu, Arya mengatakan para Urgal memang
didampingi penyihir di Farthen Dur dan ia melawan
banyak di antara mereka. Tidak satu pun dari mereka
menyerangmu?" "Ya Master." "Bukti lain bahwa kau
dan Saphira diserahkan pada Durza untuk ditangkap
dan dibawa kepada Galbatorix. Perangkapnya
dipasang dengan rapi." Selama satu jam berikutnya,
Oromis mengajarkan dua belas metode membunuh pada
Eragon, tidak satu pun menggunakan tenaga yang
lebih besar daripada untuk mengangkat pena berisi
tinta. Saat ia selesai mengingat-ingat metode
terakhir, pikiran lain melintas dalam benaknya hingga
Eragon tersenyum. "Ra'zac tidak akan memiliki
kesempatan kalau bertemu lagi denganku." "Kau tetap
harus mewaspadai mereka," Oromis memperingatkan.
"Kenapa" Tiga kata sudah cukup untuk membunuh
mereka." "Apa yang dimakan osprey?" Eragon
mengerjapkan mata. "Ikan, tentu saja." "Dan kalau
ada ikan yang sedikit lebih cepat dan lebih cerdas
daripada saudara-saudaranya, apakah ia mampu
meloloskan diri dari sergapan osprey?" "Kuragukan,"
kata Eragon. "Setidaknya, tidak lama." "Sama seperti
osprey diciptakan sebagai pemburu terbaik ikan,
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
serigala pemburu terbaik rusa dan mangsa besar lain,
serta setiap hewan dikaruniai menjadi yang terbaik
sesuai tujuannya. Begitu pula Ra'zac dirancang untuk
memangsa manusia, Mereka adalah monster dalam
kegelapan, mimpi buruk yang menghantui rasmu."
Bulu-bulu tengkuk Eragon meremang karena ngeri.
"Mereka itu makhluk apa?" "Bukan elf; manusia;
kurcaci; Bidadari Pendekar Naga Sakti
naga; hewan buas berbulu, bersirip atau berambut;
reptil; serangga; atau hewan kategori apa pun
lainnya." Eragon tertawa terpaksa. "Kalau begitu,
mereka tanaman?" Juga bukan. Mereka berkembang
biak dengan bertelur, seperti naga. Sewaktu telurnya
menetas, anaknya--atau pupae--mengembangkan
tempurung berwarna hitam yang keras dan mirip
manusia. Tiruan yang menjijikkan, tapi cukup
meyakinkan hingga memungkinkan Ra'zac mendekati
korbannya tanpa menimbulkan kewaspadaan yang tidak
perlu semua bidang yang manusia lemah, Ra'zac kuat.
Mereka bisa melihat di malam yang berawan, melacak
bau seperti anjing pelacak, melompat lebih tinggi, dan
bergerak lebih cepat. Tapi cahaya terang menyakiti
mereka dan mereka ketakutan setengah mati pada air
yang dalam, karena mereka tidak bisa berenang,
Senjata terhebat mereka adalah napasnya yang bau,
yang ngaburkan pikiran manusia--melumpuhkan banyak
di antaranya--sekalipun tidak seampuh itu terhadap
kurcaci, dan elf kebal sama sekali." Eragon menggigil
saat teringat waktu melihat Ra'zac pertama kali di
Carvahall dan bagaimana ia tidak mampu meloloskan
diri begitu mereka menemukan dirinya. "Rasanya
seperti bermimpi di mana aku ingin lari tapi tidak bisa
bergerak, sekeras apa pun aku berusaha."
"Penjabaran yang bagus," kata Oromis. "Walau Ra'zac
tidak mampu menggunakan sihir, mereka tidak boleh
diremehkan. Kalau tahu kau memburu mereka, mereka
tidak akan menampakkan diri, melainkan bersembunyi
dalam keremangan, di mana mereka kuat, dan
menyusun rencana untuk menyergapmu seperti yang
mereka lakukan di Dras-Leona. Bahkan pengalaman
Brom tidak mampu melindunginya dari mereka. Jangan
pernah terlalu percaya diri, Eragon. Jangan pernah
sombong, karena dengan begitu kau akan ceroboh dan
musuh-musuhmu akan memanfaatkan kelemahanmu."
"Ya, Master." Oromis menatap Eragon lurus-lurus.
"Ra'zac menjadi pupae selama dua puluh tahun ketika
tumbuh dewasa. Pada bulan purnama pertama tahun
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kedua puluh, mereka menanggalkan tempurungnya
yang keras, membentangkan sayap, dan muncul
sebagai makhluk dewasa yang siap memburu semua
makhluk, bukan hanya manusia." "Kalau begitu,
tunggangan Ra'zac, yang mereka gunakan untuk
terbang, sesungguhnya adalah..." "Aye, orangtua
mereka." CITRA KESEMPURNAAN Akhirnya aku
mengerti sifat musuh-musuhku, pikir Eragon. Ia takut
terhadap Ra'zac sejak kemunculan pertama mereka di
Carvahall, bukan hanya karena tindakan mereka yang
kejam tapi juga karena sedikit sekali yang
diketahuinya tentang makhluk-makhluk itu. Dalam
ketidaktahuannya, ia menganggap Ra'zac lebih kuat
daripada yang sebenarnya dan memandang mereka
dengan ketakutan yang nyaris bersifat takhayul.
Memang benar-benar mimpi buruk. Tapi sekarang,
sesudah penjelasan Oromis menyingkirkan aura
misteri dari Ra'zac, mereka tidak lagi tampak begitu
tak terkalahkan. Fakta bahwa mereka rentan terhadap
cahaya dan air menguatkan keyakinan Eragon bahwa
kalau mereka bertemu lagi, ia akan menghancurkan
makhluk-makhluk yang membunuh Garrow dan Brom
tersebut. "Apakah orangtua mereka juga disebut
Ra'zac?" tanyanya. Oromis menggeleng. "Lethrblaka,
kami menamai mereka begitu. Dan kalau anak-anak
mereka berpikiran sempit, sekalipun licik, Lethrblaka
memiliki kecerdasan seperti naga. Naga yang kejam,
buas, dan sinting." "Dari mana asal mereka?" "Dari
tanah mana pun yang ditinggalkan leluhurmu. Mungkin
pengrusakan yang mereka lakukanlah yang memaksa
Raja Palancar pindah. Sewaktu kami, para
Penunggang, menyadari kehadiran busuk Ra'zac di
Alagaesia, kami berusaha sebaik-baiknya
memusnahkan mereka. Sialnya, kami hanya separo
hasil. Dua Lethrblaka berhasil meloloskan diri, dan
membawa pupae yang menyebabkan kau begitu
berduka. Sesudah membunuh Vrael, Galbatorix
mencari mereka dan melakukan tawar-menawar untuk
layanan mereka dengan balasan perlindungan dan
jaminan makanan kesukaan mereka. Itu sebabnya
Galbatorix mengizinkan mereka tinggal dekat
Dras-Leona, salah satu kota terbesar Kekaisaran."
Rahang Eragon mengejang. "Banyak yang harus
mereka pertanggungjawabkan." Dan pasti akan mereka
pertanggungjawabkan kalau aku bisa. "Itu jelas,"
Oromis Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyetujui. Sewaktu kembali ke gubuk, ia memasuki
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ambang pintu yang gelap, lalu muncul kembali
membawa setengah lusin batu pipih sekitar setengah
kaki lebarnya dan satu kaki tingginya. Ia memberikan
satu pada Eragon. "Kita lupakan dulu topik yang tidak
menyenangkan seperti itu untuk saat ini. Kupikir kau
mungkin senang belajar membuat fairth. Ini alat yang
bagus sekali untuk memusatkan pikiran. Batu ini
mengandung cukup banyak tinta untuk mewarnainya
dengan kombinasi warna apa pun. Kau hanya perlu
memusatkan perhatian pada gambar yang ingin kau
tangkap dan mengatakan, 'Biarkan apa yang kulihat
dengan mata batinku tercetak di permukaan batu ini.
Sementara Eragon mengamati batu sehalus tanah liat
itu, Oromis menunjuk ke lapangan. "Lihat sekitarmu,
Eragon, dan cari apa yang layak diabadikan."


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Benda-benda pertama yang dilihat Eragon terasa
terlalu mencolok, terlalu biasa baginya: setangkai lili
kuning di dekat kakinya, gubuk Oromis yang tumbuh
terlalu besar, putih, dan pemandangan itu sendiri.
Tidak satu pun yang unik. Tidak satu pun memberitahu
pengamatnya mengenai benda-benda subjek fairth atau
orang yang menciptakannya, pikirnya. Pandangannya
jatuh pada pucuk tanaman musim semi yang hijau
pucat di ujung cabang pohon, lalu luka dalam dan
sempit yang membelah batangnya di tempat kilat
menghantamnya, mencabik selarik kulit kayunya.
Bola-bola getah yang bening membeku di celah itu,
menangkap dan memantulkan cahaya. Eragon
menempatkan diri di sepanjang batang pohon agar
bola-bola darah pohon yang membeku menonjol
sebagai siluet dan dibingkai sekelompok daun jarum
baru yang mengilap. Lalu ia memakukan pemandangan
itu dalam benaknya sebaik mungkin dan mengucapkan
mantra. Permukaan batu pipih kelabu itu berubah
cerah saat cipratan warna merekah di sana, berpadu
dan berbaur menghasilkan rangkaian warna yang
tepat. Sewaktu pigmen-pigmennya akhirnya berhenti
bergerak, Eragon mendapati diri menatap duplikat
aneh dari apa yang ingin direproduksinya. Getah dan
daun-daun jarumnya sangat terinci dan hidup,
sementara segala yang lainnya tampak buram dan
tidak jelas, seakan dipandang dengan mata separo
terbuka. Hasilnya jauh dari kejelasan universal fairth
Ilirea buatan Oromis. Dengan isyarat dari Oromis,
Eragon menyerahkan batunya. Elf itu memelajarinya
selama semenit, lalu berkata, "Kau memiliki cara
berpikir yang tidak biasa, Eragon-finiarel. Sebagian
besar manusia sulit memusatkan perhatian dengan
benar ketika menciptakan gambar yang bisa dikenali.
Kau, di sisi lain, tampaknya nyaris mengamati
Pendekar Gagak Rimang Lambang Penyebar Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
segalanya dari sesuatu yang menarik minatmu. Tapi
fokusnya sempit. Kau menemui masalah yang sama di
sini seperti meditasimu. Kau harus santai,
memperluas bidang pandangmu, dan membiarkan
dirimu menyerap segala sesuatu di sekitarmu tanpa
menilai mana yang penting dan mana yang tidak."
Setelah mengesampingkan gambar itu, Oromis
mengambil batu kosong kedua dari rumput dan
memberikannya pada Eragon. "Coba lagi dengan apa
yang ku--" "Hail, Penunggang!" Dengan terkejut,
Eragon berpaling dan melihat Orik serta Arya muncul
berdampingan dari hutan. Kurcaci itu mengangkat
tangan untuk menyapa. janggutnya baru saja dipotong
dan dikepang, rambutnya diikat ekor kuda dengan
rapi, dan ia mengenakan tunik baru--dari para
elf--berwarna merah dan cokelat dengan bordiran
benang emas. Penampilannya tidak menunjukkan
Iblis Cadas Siluman 3 Pendekar Pulau Neraka 32 Raja Kera Iblis Perawan Titisan Peri 2

Cari Blog Ini