Ceritasilat Novel Online

Wajah Sang Pembunuh 3

Wajah Sang Pembunuh Naked Face Karya Sidney Sheldon Bagian 3


Suatu hari kelak?kalau dia selamat?dia akan mencapai kedamaiannya sendiri, membebaskan dirinya dari masa lampau yang sudah mati dan melangkah ke masa datang. Dia tahu bersama Anne dia bisa". Judd dengan tegas menghentikan
lamunannya. Mengapa dia harus mengkhayalkan wanita yang sudah menikah, yang akan segera pergi dengan suaminya yang tercinta"
Taksi berhenti di muka gedung perkantoran. Judd turun dan dengan gelisah melihat ke sekelilingnya. Tapi apa yang dicari-carinya" Dia tidak tahu apa senjata yang akan digunakan si pembunuh, dan siapa orang yang akan menggunakannya.
Setelah sampai di kantornya, Judd mengunci pintu luar. Dia berjalan ke rak tempat menyimpan pita rekaman, dan membukanya. Rak disusun secara kronologis, dan diberi nama setiap pasien. Dia memilih rekaman yang paling baru, dan membawanya ke tape recorder.
Hari itu semua pertemuan dengan pasien dibatalkan. Maka dia bisa memusatkan perhatian untuk mencoba mencari petunjuk. Mungkinkah ada teman atau keluarga pasiennya yang terlibat" Dia merasa bahwa saran Moody terlalu berlebih-lebihan. Tapi dia sangat menghargai Moody, sehingga tidak bisa mengabaikan sarannya begitu saja.
Waktu memasang pita rekaman pertama, Judd teringat terakhir kalinya dia menggunakan tape recorder int. Benarkah baru semalam" Ingatan ini datang kembali dengan rasa ngeri yang tajam menikam. Seseorang berusaha membunuhnya di ruangan ini, tempat mereka membunuh Carol.
?Tiba-tiba Judd sadar bahwa dia belum memikirkan pasiennya yang di rumah sakit, tempat dia
bekerja sekali seminggu. Mungkin karena pembunuhan terjadi di lingkungan tempatnya berpraktek, bukan di rumah sakit. Walaupun demikian".
Dia berjalan ke bagian rak yang diberi tanda KLINIK. Beberapa pita rekaman diperiksanya, kemudian dia memilih setengah lusin. Pita yang pertama dipasangnya pada tape recorder.
Rose Graham. ?" hanya kecelakaan, Dokter. Nancy sering menangis. Dia memang anak yang cengeng. Jadi kalau saya memukulnya, itu demi kebaikannya sendiri, bukan f"
"Apakah Anda pernah berusaha menyelidiki mengapa Nancy sering menangis?" Suara Judd bertanya.
"Karena dia manja. Ayahnya sangat memanjakannya, kemudian pergi meninggalkan kami. Nancy selalu berpikir bahwa dia anak Papa. Tapi seberapa besar kasih sayang Harry sebenarnya kalau dia kabur begitu saja f"
"Anda dengan Harry tidak pernah menikah, bukan?"
"Yah" Ini sudah biasa, saya rasa Anda juga sudah tahu. Rencananya kami akan menikah" "Berapa lama Anda hidup bersama?" "Empat tahun."
"Setelah Harry meninggalkan Andai selang berapa lama Anda mematahkan lengan Nancy?"
"Kira-kira seminggu, saya rasa. Saya tidak bermaksud mematahkannya* ini hanya karena dia tidak mau berhenti menangis, maka sayaakhim"vd mengambil rel tirai dan mulai memukuli\dmi^
"Apakah Anda berpendapat bahwa Harry lebih mencintai Nancy daripada mencintai Andar
"Tidak. Harry tergila-gila kepada saya." "Kalau begitu menurut Anda mengapa dia meninggalkan Anda f*9
"Karena dia laki-laki Anda tahu laki-laki itu apa" Binatang! Kalian semua! Seharusnya semua laki-laki dibantai seperti babi!" Dia tersedu-sedu.
Judd mematikan tape recorder dan merenungkan Rose Graham. Wanita ini seorang penderita psikosomatik, dan dua kali dia memukuli anaknya yang berumur enam tahun sampai hampir mati. Tapi pola pembunuhan yang terjadi tidak cocok dengan kegilaan Rose Graham.
Dia memasang rekaman pasiennya di klinik berikutnya.
Alexander Fallon. "Polisi mengatakan Anda menyerang Tuan Champion dengan pisau, Tuan Fallon."
"Saya hanya melakukan yang diperintahkan kepada saya"
"Seseorang menyuruh Anda membunuh Tuan Champion"*
"Dia menyuruh saya membunuhnya?"
"Dkr "Tuhan." "Mengapa Tuhan menyuruh Anda membunuhnya"**
"Karena Champion orang yang jahat. Dia seorang aktor. Saya melihat dia di panggung. Dia
mencium wanita ini. Aktris ini. Di muka banyak penonton. Dia menciumnya dan?" Sunyi.
"Teruskan." "Dia menyentuh?buah dadanya" "Itu membuat Anda marah?" "Tentu saja. Itu membuat saya sangat marah. Anda tidak mengerti apa artinya" Dia tahu di mana titik nafsu aktris ini. Waktu keluar dari teater, saya merasa baru keluar dari Sodom dan Gomora. Mereka harus dihukum." "Jadi Anda memutuskan membunuh dia?" "Saya tidak memutuskan. Tuhan yang memutuskan. Saya hanya melakukan perintah" "Apakah Tuhan sering bicara kepada Anda?" "Hanya kalau ada tugas yang harus saya lakukan. Dia memilih saya sebagai alat-Nya, sebab saya suci. Anda tahu apa yang menyebabkan saya suci" Anda tahu apa yang paling menyucikan di dunia ini" Membunuh yang jahat!"
Alexander Fallon, umur tiga puluh lima, pembantu pemanggang roti sebagai kerja sambilan. Dia dikirim ke rumah sakit jiwa selama enam bulan, kemudian dilepaskan. Mungkinkah Tuhan menyuruh dia membinasakan Hanson, seorang homoseks, dan Carol, bekas pelacur, dan Judd, pelindung mereka" .
Judd menarik kesimpulan bahwa itu tidak mungkin. Proses pemikiran Fallon terjadi secara singkat, dalam kejutan sesaat yang terasa menyakitkan. Sedangkan pembunuhan yang sudahi
terjadi rupanya direncanakan oleh suatu organtsa-i si yang rapi.
Dia memutar beberapa buah rekaman lagi dari 1 klinik. Tapi semua tidak ada yang memiliki pola \ yang dicarinya. Tidak. Tidak mungkin si pembu- \ nuh salah seorang pasien klinik.
Dia memeriksa arsip rekaman pasiennya di tempatnya berpraktek lagi, dan sebuah nama i menarik perhatiannya.
Dia memasang rekamannya pada tape recorder.
Skeet Gibson. "Pagi, Dockie. Anda senang denganhari indah yang sengaja saya ciptakan untuk Anda?" "Hari ini rupanya Anda sedang merasa gembi"Kalau saya lebih gembira lagi, mereka mungkin akan mengurung saya. Apakah Anda melihat pertunjukan saya semalam?"
"Tidak. Menyesal sekali, saya tidak sempat." "Saya benar-benar hebat. Jack Gould menyebut saya "pelawak yang paling dicintai di dunia". Pantaskah saya membantah pendapat seorang jenius seperti Jack Gould" Seharusnya Anda mendengar sambutan penonton! Mereka bertepuk sampai seperti orang lupa daratan. Anda tahu hal itu membuktikan apa?"
"Bahwa mereka bisa membaca kartu "tepuk tangan"i" t*j>
"Anda cerdik, benar-benar setan, Anda. Itulah
yang saya sukai?pengerut kepala yang pu selera humor. Yang terakhir saya temui orang membosankan. Berjenggot lebat, dan benar-benar membuat saya sebal.**
"Mengapa?" "Karena dia wanitai**
Tertawa keras. "Kali ini saya bisa mengalahkan Anda, bukan" Sekarang serius, salah satu alasan mengapa saya begitu gembira ialah karena saya baru saja menaruh uang sejuta dollar?hitunglah: sejuta dollar?untuk menolong anak-anak di Biafra." "Tidak heran kalau Anda begitu gembira." "Tentu saja. Ceritanya dimuat pada halaman depan semua surat kabar di seluruh dunia." "Apakah itu penting?" "Apa maksud Anda, "Apakah itu penting?" Berapa orang yang bisa menaruh uang sebanyak itu" Tiuplah puputmu, Peter Pan. Saya gembira mampu menaruh uang sebanyak itu."
"Anda selalu mengatakan "menaruh". Apakah maksud Anda "memberikan?""
"Menaruh uang?memberikan?apa bedanya" Orang menaruh uang sejuta dollar?memberikan sejuta dollar?dan mereka menjilat pantatnya". Saya sudah mengatakan bahwa hari ini ulang tahun perkawinan saya?" "Belum. Selamat ulang tahun." "Terima kasih. Lima belas tahun yang hebat. Anda belum pernah bertemu dengan Sally. Lante ing cantik yang pernah berjalan di bumi Tuhan
ini. Saya benar-benar mujur dengan perkawinan kami. Anda tahu seperti apa kesulitan dengan ipar biasanya" Nab, Sally punya dua saudara laki-laki, Ben dan Charley. Saya sudah menceritakan kepada Anda tentang mereka.
"Ben penulis untuk pertunjukan TV saya, dan Charley jnenjadi produser. Mereka berdua orang jenius. Sampai saat ini saya sudah tujuh tahun di udara. Dan kami selalu termasuk sepuluh terbesar menurut Nielsen. Saya cukup cerdik untuk mengawini anggota keluarga seperti itu, huh"
"Wanita pada umumnya menjadi gemuk dan ceroboh setelah berbasil menjerat suami. Tapi Sally?semoga Tuhan memberkatinya?sekarang bahkan lebih langsing daripada waktu kami menikah. Gadis yang hebat!". Punya rokok?"
"Ini. Saya kira Anda sudah berhenti merokok"9
"Saya hanya ingin menunjukkan kepada diri saya sendiri bahwa saya memiliki kemauan keras, maka saya berhenti merokok. Sekarang saya merokok karena saya ingin". Kemarin saya membuat kontrak baru. Saya benar-benar sangat menguntungkan mereka. Apakah waktu saya sudah habis?" "Belum. Apakah Anda merasa gelisah, Skeet?" "Terus terang, Manis, saya merasa dalam kondisi yang sangat sempurna sehingga tidak tahu untuk apa saya datang ke sini lagi." "Tidak ada kesulitan lagi?" "Saya" Dunia ini kulit kerang saya, dan saya
Diamond Jim Brady. Saya harus meneruskan resepnya kepada Anda. Anda benar-benar menolong saya. Anda sahabat saya. Dengan uang seperti yang Anda dapatkan, mungkin saya him membuat usaha sendiri, huh?". Saya jadi teringat kepada cerita orang yang pergi ke seorang psikoanalis, tapi dia begitu kalut sehingga hanya berbaring di sofa dan tidak mengatakan apa-apa. Setelah satu jam si pengerut kepala berkata, "Ongkosnya lima puluh dollar." Nah, demikian berlangsung terus selama dua tahun dan orang ini tetap tidak mengatakan apa-apa. Akhirnya suatu hari orang ini membuka mulutnya dan berkata, Dokter?boleh saya bertanya?" "Tentu saja," jawab si Dokter. Dan orang ini bertanya, "Anda butuh patner?" " Tertawa keras.
"Anda mau memberikan suntikan aspirin atau apa?"
"Tentu saja. Anda merasa sakit kepala lagi?"
"Tidak ada yang tidak bisa diatasi, Kawan". Terima kasih. Tapi itu akan membantu."
"Menurut pendapat Anda apa yang menyebabkan sakit kepala ini?"
"Hanya ketegangan bisnis pertunjukan yang biasa saja". Tadi siang kami melakukan pembacaan naskah."
"Itu yang membuat Anda tegang?"
"Saya" Persetan, tidak f Kenapa saya harus tegang" Kalau leluconnya jelek, saya mengernyitkan dahi dan mengedipkan mata kepada penon173 ton, dan mereka pun mau menelannya. Tidak peduli sejelek apa pun pertunjukannya, si Skeet selalu berbau harum seperti bunga mawar."
"Mengapa Anda mengira bahwa A nda sakit kepala setiap mingguf**
"Sialan, mana saya tabu" Yang jadi dokter kan Anda. Anda yang mengatakan kepada saya. Saya tidak membayarmu supaya duduk saja selama satu jam mengajukan pertanyaan yang tolol. Ya, Tuhan, kalau menyembuhkan sakit kepala biasa saja tidak bisa, mengapa mereka membiarkan orang tolol seperti kau berkeliaran mengacaukan hidup orang" Di mana kau mendapat ijazah doktermu" Di sekolah dokter hewan" Saya tidak akan mempercayakan kucing saya kepadamu. Kau dukun palsu!
"Satu-satunya alasan mengapa mula-mula saya \ datang ke sini hanya karena saya diberaki Sally, i Hanya dengan cara itu saya bisa menghindari dia. Kau tahu bagaimana definisi neraka" Kawin dengan sundal kurus kering jelek selama lima belas tahun. Kalau kau mencari orang lebih j banyak untuk ditipu, ambillah kedua iparku yang tolol: Ben dan Charley. Ben, penulis saya, tidak bisa membedakan pangkal dan ujung pada pen-j si!?dan saudaranya bahkan lebih tolol".
"Mudah-mudahan keduanya segera mampus. Mereka ingin mencelakakan saya. Kaukir a saya suka padamu" Kau orang yang busuk! Kau orang sombong sialan, duduk di situ dan melihat ke bawah kepada setiap orang. Kau. sendiri tidak
punya kesulitan, bukan f Kau tahu apa sebabnya"
Sebab kau tidak ada di dunia yang nyata. Kau ada di luarnya. Yang kaulakukan hanya duduk sepanjang hari mencuri uang dari orang sakit. Nah, saya yang akan menghancurkanmu, Bangsat. Kau akan saya laporkan kepada AM A?" Tersedu-sedu.
"Ingin sekali saya tidak membaca naskah sialan ini." Sunyi.
"Nah?tenang saja. Sampai minggu depan, Sayang."
Judd mematikan tape recorder. Skeet Gibson, pelawak Amerika yang paling disukai, sebenarnya harus sudah dimasukkan ke rumah sakit jiwa sepuluh tahun yang lalu. Kegemarannya memukuli gadis panggung muda yang berambut pirang dan berkelahi di rumah minum.
Skeet bertubuh kecil, tapi dia bekas petinju bayaran dan tahu benar cara menyakiti orang. Salah satu olahraga yang paling disukainya ialah masuk ke bar yang ramai, memancing seorang homoseks masuk ke kamar kecil dan memukulinya sampai pingsan.
Beberapa kali Skeet ditangkap polisi, tapi perkaranya selalu dipetieskan. Bagaimanapun juga, dia pelawak yang paling dicintai di Amerika. Penyakit gila Skeet cukup parah sehingga bisa membunuh, dan kalau marah dia sanggup membunuh orang.
?n demikian Judd berpendapat bahwa n L Sak cukup berdarah dingin sehingga mau SSun Was dendam. Dan Judd vak" EL di situlah letak kuna perbannya Siap,
.* ?,?? berusaha membunuhnya, bukan
mm tuea yang wluJ n_, , . .
"rdoroog oleh panasnya nafsu Pembunuh uu melakukan usahanya secara metodis dan dengan darah dingin. Benar-benar seorang gila. Tapt bukan orang gua yang terdorong oleh
11 Telepon berdering. Ternyata agen teleponnya. Mereka bisa menghubungi semua pasien, kecuali Anne B lake. Judd mengucapkan terima kasih kepada operator dan meletakkan telepon.
Jadi hari ini Anne akan tetap datang. Pikiran Judd merasa terganggu karena kebahagiaan tak beralasan yang disebabkan oleh ingatan akan bertemu dengan Anne. Dia harus ingat bahwa Anne hanya datang karena dia memintanya, selaku dokter. Judd duduk sambil memikirkan Anne". Betapa sedikitnya yang dia ketahui tentang diri Anne".
Dia memasang pita rekaman Anne pada tape recorder dan mendengarkannya. Itu rekaman kunjungan Anne yang pertama.
"Sudah merasa enak. Nyonya Blake. Ya, terima kasih"
"Cukup rileksi"
"Ya." "Tapi tangan Anda mengepali^ "Mungkin saya sedikit tegang. Karena apa t" Lama sekali sunyi.
"Ceritakan tentang kehidupan rumah tangga Anda. Anda menikah selama enam bulan." "Ya."
"Teruskan." "Saya menikah dengan laki-laki )"ar7S hebat. Kami tinggal di sebuah rumah yang indah."
"Seperti apa rumahnya?"
"Seperti rumah di pedalaman Prancis" tempat yang sangat indah. Ada jalan taman yang panjang memutar menuju ke rumah. Tinggi di puncak atap ada ayam jago perunggu yang lucu, ekornya sudah hilang. Saya rasa ada pemburu yang menembaknya sudah lama berselang. Tanah kami kira-kira seluas lima are, sebagian besar ditanami pohon. Saya senang berjalan-jalan di sekitar tanah kami. Rasanya seperti hidup di pedesaan."
"Anda senang alam pedesaan?"
"Senang sekali."
"Suami Anda juga"*"
"Saya rasa dia juga suka."
"Biasanya orang tidak akan membeli tanah seluas lima are di pedalaman kalau tidak mencintai alam pedesaan."
"Dia mencintai saya. Dia membelinya untuk saya. Dia sangat dermawan"
"Mari kita bicara tentang dia."
Sunyi. "Apakah dia tampan?" "Anthony tampan sekali" Judd merasakan tikaman kecemburuan yang tak beralasan, dan menyimpang dari profesinya.
"Anda berdua serasi secara fisik?" Pertanyaan ini seperti ujung lidah menyentuh gigi yang sakit. "Ya."
Judd bisa membayangkan seperti apa Anne di tempat tidur: menyenangkan, penuh sifat kewanitaan dan penyerahan. Ya, Tuhan, pikirnya, jangan teruskan bahan percakapan ini.
"Anda ingin punya anak?"
"Oh, ya." "Suami Anda juga?" "Ya, tentu saja."
Lama sekali sunyi, hanya terdengar suara pita yang berputar. Kemudian, "Nyonya Blake, Anda datang menemui saya karena Anda punya problem yang gawat. Ini menyangkut suami Anda,
bukan?" au Sunyi. "Nah, saya menduga pasti demikian. Dari apa yang sudah Anda katakan kepada saya tadi, Anda saling mencintai. Anda berdua saling setia, sama-sama ingin mempunyai anak. Anda tinggal di rumah yang indah. Suami Anda sukses, tampan, dan sangat memanjakan Anda. Anda baru menikah selama enam bulan. Saya kuatir ini seperti lelucon usang: "Apa problem saya, Dokter?""
Sunyi lagi, kecuali bunyi pita yang berputar. Akhirnya Anne bicara.
"Ini" ini bagi saya sangat sulit dibicarakan. Saya mengira akan bisa membicarakannya dengan orang lain, tapi?" Judd masih ingat benar, waktu itu Anne
memutar tubuhnya di sofa agar bisa melihat] kepadanya dengan matanya yang lebar.
?" ternyata lebih sulit. Ketahuilah?"sekarang Anne berbicara lebih cepat, berusaha mendo-f b rak tembok pemisah yang menyebabkan dia terdiam?"saya ikut mendengar sesuatu dan saya ] ?soya dengan mudah bisa salah menarik kesim-j pulan."
"Sesuatu yang ada hubungannya dengan kehi-j dupan suami Anda" Tentang seorang wanita?" \ "Bukan." "Bisnisnya"** "Ya"."
"Anda merasa dia berdusta tentang sesuatu" Berusaha mengalahkan seseorang dalam urusan bisnis?"
"Sesuatu seperti itu."
Sekarang Judd merasa mendapat landasan yang lebih kuat. "Dan itu menyebabkan kepercayaan Anda kepadanya mulai goyah. Anda melihat sisi lain dari pribadinya, yang sebelumnya tidak pernah Anda lihat."
"Saya?saya tidak bisa membicarakannya. Bahkan berada di sini saja menyebabkan saya merasa tidak setia terhadapnya. Tolong jangan tanyakan apa-apa lagi kepada saya hari ini, Dokter Stevens."
Dengan kalimat ini pembicaraan mereka berakhir. Judd mematikan tape recorder.
Jadi rupanya suami Anne main kayu dalam urusan bisnis. Bisa jadi dia menipu dalam urusan
pembayaran pajak. Atau menekan perusahaan lain sehingga bangkrut. Maka cukup wajar kalau Anne merasa kalut karenanya. Anne wanita yang perasa. Kepercayaan kepada suaminya pasti goyah.
Judd memikirkan suami Anne sebagai orang yang mungkin bisa menjadi tertuduh. Dia punya usaha konstruksi. Judd tidak pernah bertemu dengan dia. Tapi apa pun juga problem bisnis yang melibatkan diri suami Anne, Judd tidak yakin bahwa itu ada hubungannya dengan John Hanson, Carol Roberts, atau Judd sendiri.
Bagaimana dengan Anne sendiri" Mungkinkah wanita ini seorang psikopat" Seorang yang gila membunuh" Judd bersandar ke kursinya dan berusaha memikirkan Anne secara objektif.
Dia tidak mengetahui apa pun tentang Anne, kecuali yang dikatakannya sendiri. Latar belakangnya mungkin tidak nyata, hanya karangannya sendiri. Tapi apa untungnya kalau dia berbuat demikian" Kalau ini hanya permainan sandiwara untuk menutup-nutupi pembunuhan, pasti harus ada motifnya.
Kenangan akan wajah dan suara Anne memenuhi pikiran Judd. Dia tahu bahwa Anne tidak mungkin ada sangkut-pautnya dengan semua ini. Dia berani mempertaruhkan nyawanya untuk membela kesimpulan ini. Ironi dari kalimatnya membuat Judd tersenyum.
Dia bangkit dan mengambil pita rekaman Teri Washburn. Mungkin di situ masih ada sesuatu yang lolos dari perhatiannya.
Akhir-akhir ini Teri mendapat waktu terapi tambahan atas permintaannya sendiri. Apakah Teri mendapat tekanan baru yang belum dikatakan kepadanya" Karena terlalu sibuk memikirkan soal seks, maka kemajuan Teri sulit diketahui dengan cepat. Walaupun demikian?mengapa tiba-tiba saja Teri mendesak minta sering bertemu dengannya"
Judd mengambil salah satu pita rekaman secara untung-untungan, dan menyetelnya.
"Mari kita bicara tentang perkawinanmu, Teri. Kau sudah menikah sebanyak lima kali."
"Enam, tapi siapa yang peduli f"
"Kau setia kepada suami-suamimu ?"
Tertawa. "Kau membangkitkan nafsu saya saja. Tidak satu pun laki-laki di dunia yang bisa memuaskan saya. Ini secara fisik."
"Apa yang kaumaksudkan dengan "secara fisik?""
"Maksud saya mengenai pembawaan fisik saya, keadaan jasmani saya. Saya punya lubang yang gatal dan harus selalu disumbat setiap saat."
"Kau percaya itu?"
"Bahwa lubang saya harus selalu disumbat?"
"Bahwa secara fisik kau berbeda dengan wanita yang lain."
"Tentu saja. Dokter di studio mengatakan begitu kepada saya. Ini ada hubungannya dengan suatu kelenjar atau apa." Dia berhenti sebentar. "Dt tempat tidur dia payah."
"Saya sudah memeriksa semua catatanmu. Secara fisiologis tubuhmu normal dalam segala-galanya."
"Persetan dengan catatan, Charley. Mengapa kau tidak membuktikan sendiri?" "Kau pernah merasa mencintai seseorang, Teri"* "Saya rasa saya bisa jatuh cinta kepadamu*** Sunyi.
"Jangan memandangi saya begitu rupa. Ini bukan salah saya. Saya sudah bilang, ini karena pembawaan jasmani saya. Saya selalu kelaparan."
"Saya percaya. Tapi bukan jasmanimu yang kelaparan, melainkan emosimu."
"Saya tidak pernah bersetubuh karena emosi. Kau mau merangsang emosi saya?"
"Tidak." "Lalu kau mau apa?" "Menolongmu."
"Mengapa kau tidak datang ke sini saja dan duduk di sisi saya?" "Waktu sudah habis untuk hari ini."
Judd mematikan tape recorder. Dia teringat dengan dialog mereka ketika Teri menceritakan mengenai kariernya sebagai bintang besar, dan pada waktu itu dia bertanya mengapa Teri meninggalkan Hollywood.
"Saya menampar seorang konyol dalam pesta mabuk-mabukan," kata Teri waktu itu. "Dan ternyata dia seorang Tuan Besar. Akibatnya dia mendepak saya keluar dari Hollywood."
Judd tidak mendesak lebih jauh pada waktu itu, i sebab dia lebih tertarik kepada latar belakang \ kehidupan rumah tangganya. Dan bahan perca-1 kapan itu pun tidak pernah disinggung-singgung \ lagi.
Kini Judd merasakan keragu-raguan kecil me-j narik-nariknya. Seharusnya dulu dia menyelidiki J lebih lanjut. Dia memang tidak pernah merasa i tertarik kepada Hollywood, kecuali dengan rasa tertarik seperti yang dirasakan oleh Dokter Louis j Leaker atau Margaret Mead kepada penduduk ask i Patagonia, misalnya. Siapa yang tahu mengenai Teri Washburn, bintang film yang menggiurkan"
Norah Hadley seorang penggemar bioskop, j Judd pernah melihat koleksi majalah film di rumahnya, dan menggoda Peter mengenai koleksi ini. Waktu itu sepanjang sore Norah mati-matian mempertahankan Hollywood. Judd mengangkat telepon dan memutar sesuatu
"Halo," kata judd.
"Juddl" Suara Norah sangat ramah dan hangat. "Kau menelepon untuk mengatakan kau akan datang makan malam di sini." "Itu akan segera saya lakukan/" "Sebaiknya begitu," kata Norah. "Saya sudah berjanji kepada Ingrid. Dia cantik sekali."
Judd yakin bahwa Ingrid memang cantik. Tapi tidak seperti kecantikan Anne.
"Sekali lagi kau membatalkan kencan dengan dia, kita akan perang dengan Swedia."
"Itu takkan terjadi lagi.**
"Kau sudah tidak teringat kecelakaan itu lagi?"
"Oh, ya." "Itu sungguh peristiwa yang mengerikan.** Ada nada ragu-ragu dalam suara Norah. "Judd" tentang Hari Natal. Aku dan Peter ingin sekali kau merayakannya bersama kami. Ayolah!"
Judd merasakan dadanya sesak seperti dulu lagi. Tiap tahun mereka selalu membujuk Judd. Peter dan Norah adalah sahabat Judd yang paling dekat. Mereka amat khawatir mengenai Judd yang selalu melewatkan malam Natal sendirian, berjalan di tengah orang yang tidak dikenal, membaurkan diri di tengah orang banyak, memaksa dirinya terus bergerak supaya lelah dan tidak bisa berpikir lagi.
Ya, setiap tahun Judd seperti mengulangi hari berkabung, membiarkan dirinya dicekam kesedihan, sampai kesedihan mencabik-cabik tubuhnya. Kau terlalu mendramatisir kesedihanmu, kata Judd kepada dirinya sendiri.
"Judd"." Judd mendehem. "Maaf, Norah." Judd tahu bahwa Norah sangat memikirkan keadaannya. "Mungkin Natal yang akan datang."
Norah berusaha menyembunyikan rasa kecewanya.
"Baiklah. Akan aku katakan kepada Peter." "Terima kasih."
Tiba-tiba Judd teringat maksudnya menelepon Norah.
"Norah?kau tahu siapa Teri Washburn?"
"Teri Washburn" Bintang film" Mengapa kau-tanyakan dia?"
"Saya ?saya melihat dia di Madison Avenue pagi tadi."
"Dia sendiri" Sungguh?"
Norah kedengaran seperti anak-anak yang sangat gembira.
"Bagaimana rupanya" Tua" Muda" Kurus" Gemuk?"
"Kelihatannya dia masih cantik. Dulu dia bintang film yang cukup besar, bukan?"
"Cukup besar" Teri Washburn bintang film yang terbesar dan dalam segala-galanya, kalau kau tahu maksudku."
"Apa yang menyebabkan gadis seperti dia meninggalkan Hollywood?"
"Sebenarnya dia tidak meninggalkan Hollywood. Dia didepak ke luar."
Jadi Teri tidak bohong. Judd merasa lebih senang.
"Kalian para dokter selalu membenamkan kepala dalam pasir, bukan" Teri Washburn terlibat dalam salah satu skandal paling panas di Hollywood."
"Benar?" kata Judd. "Apa yang terjadi?" "Dia membunuh pacarnya."
12 Hujan salju mulai turun lagi. Dari jalan sejauh lima belas lantai di bawahnya, suara lalu lintas mengambang ke atas dan diperlunak oleh salju yang beterbangan seperti kapas dalam angin dingin. Di kantor yang lampunya menyala di seberang jalan dia melihat seorang sekretaris sedang menurunkan tirai jendela, mukanya tampak samar-samar.
"Norah ?yang kaukatakan benar?"
"Kalau sudah sampai kepada soal Hollywood, kau sedang berbicara dengan ensiklopedi berjalan, Sayang. Teri hidup bersama dengan pimpinan Studio Continental, tapi di samping itu Teri juga mempunyai simpanan seorang asisten sutradara. Suatu malam Teri memergoki pacar gelapnya ini berbuat serong, maka pacarnya ini d i tikamnya sampai mati. Pimpinan studio berusaha mati-matian merahasiakan insiden ini, membayar banyak orang agar peristiwa ini bisa dianggap sebagai kecelakaan. Sebagian dari persetujuan yang harus dipenuhi ialah Teri harus meninggalkan Hollywood dan tidak kembali lagi untuk selama-lamanya. Dan Teri memang tidak pernah kembali ke sana lagi."
Judd memandang hampa ke arah telepon.
"Judd, kau masih mendengarkan ?"
"Ya, saya masih mendengarkanmu.**
"Kau kedengaran aneh."
"Di mana kau mendengar semua-ini?"
"Mendengar" Ceritanya dimuat di semua surat kabar dan majalah film. Semua orang tahu tentang peristiwa itu."
Kecuali dia! "Terima kasih, Norah," kata Judd. "Sampaikan salamku kepada Peter.** Dia meletakkan telepon.
Jadi itulah "insiden kecil" yang menyebabkan Teri harus meninggalkan Hollywood. Teri Washburn membunuh orang, dan tidak pernah menceritakan kepadanya. Dan kalau dia sudah pernah membunuh".
Judd mengambil catatan dan menuliskan "Teri Washburn".
Telepon berdering. Judd mengangkatnya. "Dokter Stevens"." "Hanya mengecek apakah Anda baik-baik saja."
Yang meneleponnya Detektif Angeli. Suaranya masih parau karena pilek.
Judd merasa berterima kasih. Ada orang yang selalu mendampinginya,
"Ada sesuatu yang baru?"
Judd ragu-ragu. Rasanya dia tidak perlu merahasiakan tentang bom yang dipasang di mobilnya.
"Mereka mencoba lagi." Judd menceritakan kepada Angeli tentang Moody dan bom yang
dipasang pada mesin mobilnya. "Ini akan kinkan McGreavy," kata Judd menutup ceritam
"Di mana bomnya sekarang?" tanya Angeli penuh rasa ingin tahu.
Judd ragu-ragu. "Sudah dibongkar."
"Sudah diapakanV tanya ngeli tidak percaya. "Siapa yang melakukan?"
"Moody. Katanya itu tidak penting."
"Tidak pentingl Dia kira Dinas Kepolisian ini untuk apa" Mungkin kami bisa mengetahui siapa yang memasang bom ini dengan melihatnya. Kami punya arsip tentang M.O."
"M.O.?" "Modus operandi. Orang punya kebiasaan mengikuti pola tertentu dalam pekerjaannya. Kalau mereka melakukan sesuatu dengan suatu cara pada kesempatan pertama, kemungkinan mereka akan terus memakai cara itu?saya tidak perlu menerangkannya kepada Anda."
"Tidak usah," kata Judd, tenggelam dalam pikirannya. Tentunya Moody juga tahu tentang, hal itu. Adakah suatu alasan mengapa dia tidak ingin menunjukkan bom kepada McGreavy.
"Dokter Stevens?bagaimana Anda sampai memakai Moody?"
"Saya menemukan namanya dalam halaman kuning." Bahkan untuk mengatakannya saja kedengarannya sudah menggelikan.
Judd bisa mendengar Angeli menelan ludah. "Oh. Kalau begitu Anda sama sekali tidak mengenal dia sedikit pun."
"Saya tahu dia bisa dipercaya. Mengapa?"
"Saat sekarang ini," kata Angeli, "saya tidak berpendapat Anda boleh mempercayai siapa pun."
"Tapi Moody tidak mungkin mempunyai sangkut-paut dengan semua ini. Ya, Tuhan! Saya mengambil dia dari buku petunjuk telepon, dan secara untung-untungan."
"Saya tidak peduli bagaimana cara Anda mengambilnya. Ada sesuatu yang berbau busuk di sini. Moody mengatakan bahwa dia memasang perangkap untuk menjebak siapa saja yang mengejar-ngejar Anda. Tapi dia tidak menutup perangkap walaupun umpan sudah dimakan, jadi kita tidak bisa menangkap siapa pun. Kemudian dia menunjukkan kepada Anda sebuah bom dalam mobil Anda, yang mungkin dipasang oleh dia sendiri. Dengan demikian dia berhasil merebut kepercayaan Anda. Betul?"
"Saya rasa Anda bisa melihatnya dari segi itu," kata Judd. "Tapi"."
"Mungkin saja sahabat Anda itu, Moody, benar-benar jujur. Tapi mungkin juga dia itu memperdayakan Anda, Saya ingin Anda tetap bersikap wajar tapi hati-hati, sampai kita mengetahui segalanya."
Moody memperdayakannya" Ini sulit dipercaya. Walaupun demikian Judd masih teringat akan keragu-raguannya dulu ketika dia berpendapat bahwa Moody memasukkannya ke dalam perangkap.
"Apa yang harus saya lakukan?" tanya Judd. "Bagaimana kalau Anda pergi ke luar kota saja. Maksud saya benar-benar pergi ke luar kota." "Saya tidak bisa meninggalkan pasien." "Dokter Stevens"."
"Lagi pula," Judd menambahkan, "itu takkan memecahkan masalah, bukan" Saya bahkan tidak tahu, saya melarikan diri dari apa. Setelah kembali, saya harus memulainya lagi dari awal."
Sunyi sesaat. "Anda benar," kata Angeli kemudian. Lalu dia menghela napas dan bersin. Penyakit pileknya cukup parah juga. "Kapan Anda akan mendengar kabar dari Moody lagi?"
"Saya tidak tahu. Dia merasa mempunyai gagasan siapa yang mendalangi semua ini."
"Pernahkah Anda berpikir bahwa siapa pun yang mendalangi semua ini bisa membayar Moody jauh lebih banyak daripada yang Anda bayarkan kepadanya?" Suara Angeli terasa mengandung tekanan. "Kalau dia meminta Anda menemuinya, telepon saya. Satu atau dua hari ini saya masih harus istirahat di rumah. Apa pun juga yang Anda lakukan, Dokter, jangan temui dia sendirian!"
"Anda membuat kesimpulan tanpa landasan," Judd menangkis, "fclanya karena Moody mengambil bom dari mobil saya"."
"Masih ada yang lebih dari itu," kata Angeli. "Saya mempunyai dugaan Anda salah mengambil orang."
"Saya akan menelepon Anda kalau mendengar kabar dari dia," Judd berjanji. Telepon pun diletakkan.
Pikiran Judd benar-benar terguncang. Apakah Angeli terlalu besar rasa curiganya" Tapi masuk akal juga apa yang dikatakan Angeli, bahwa Moody berbohong kepadanya dalam hal bom semata-mata hanya karena untuk merebut kepercayaan Judd. Dengan demikian langkah selanjutnya akan lebih mudah. Yang perlu dilakukan Moody tinggal menelepon Judd dan mengajaknya bertemu di tempat sunyi dengan dalih dia mempunyai suatu bukti untuknya. Kemudian". Judd menggigil.
Mungkinkah dia membuat kesalahan dalam menarik kesimpulan tentang watak Moody" Dia teringat akan reaksinya waktu pertama kali bertemu dengan Moody. Menurut pendapatnya waktu ku Moody seorang yang tidak pintar dan tidak terlalu cerdik. Kemudian dia sadar bahwa rupa lahiriahnya yang seperti orang tolol hanya topeng untuk menyembunyikan otaknya yang sangat cerdas.
Tapi itu tidak berarti bahwa Moody bisa dipercaya. Walaupun demikian," Judd mendengar suara seseorang di balik pintu ruangan penerima tamu dan dia melihat ke jam tangannya. Annel Cepat-cepat dia menyimpan semua pita rekaman dan menguncinya. Lalu dia berjalan ke pintu dan membukanya.
Anne berdiri di gang. Dia mengenakan setelan
rok berwarna biru laut yang potongannya sangat bagus, dan topi kecil yang kelihatan seperti bingkai di sekeliling wajahnya. Rupanya Anne sedang melamun, tidak sadar dipandangi oleh Judd.
Cukup lama juga Judd mengamati Anne, meresapi kecantikannya. Dicobanya menemukan ketidaksempurnaan, suatu alasan untuk meyakinkan dirinya bahwa Anne tidak cocok untuknya ?bahwa suatu hari kelak dia akan menemukan wanita yang lebih serasi untuknya. Seperti rubah yang berpendapat bahwa anggur rasanya masam, hanya karena tidak bisa meraihnya. Bapak psikiatri bukan Freud?tapi Aesopus, yang mengarang fabel ini.
"Halo," kata Judd.
Anne mengangkat wajahnya, terkejut sesaat. Kemudian dia tersenyum. "Halo."
"Silakan masuk, Nyonya Blake."
Anne masuk ke ruang praktek, tubuhnya bersentuhan dengan Judd. Dia menoleh dan memandang Judd dengan matanya yang berwarna ungu indah.
"Mereka sudah menemukan sopir yang menabrak lari?"
Wajah Anne memancarkan rasa prihatin, cemas, dan benar-benar memperhatikan keadaan
Judd. , , , ? ? Sekali lagi Judd merasa terdorong oleh keinginan gila untuk menceritakan segala-galanya kepada Anne. Tapi dia masih sadar bahwa dia tiduk bisa


Wajah Sang Pembunuh Naked Face Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbuat begitu. Paling-paling itu hanya merupakan tipu muslihat murahan untuk merebut simpatinya. Dan kemungkinan yang lebih buruk, hal ini hanya akan ikut melibatkan Anne ke dalam bahaya yang tidak diketahui.
"Belum." Judd mengisyaratkan agar Anne duduk di sebuah kursi.
Anne memperhatikan wajah Judd. "Anda kelihatan sangat lelah. Apakah Anda harus kembali bekerja begitu cepat?"
Ya, Tuhan. Rasanya dia tidak tahan menerima simpatinya. Pada saat ini belum. Dan bukan dari Anne.
Judd berkata, "Saya baik-baik saja. Hari ini semua janji dengan pasien saya batalkan. Tapi agen saya tidak bisa menghubungi Anda."
Sejenak air muka Anne menunjukkan rasa sesal. Dia kuati r kedatangannya akan mengganggu. Anne?mengganggu. "Saya menyesal sekali. Kalau Anda lebih suka saya pergi"."
"Ah, jangan," kata Judd cepat-cepat. "Saya bahkan gembira Anda tidak bisa dihubungi." Ini terakhir kalinya dia melihat Anne. "Bagaimana perasaan Anda?" tanyanya.
Anne ragu-ragu. Dia kelihatan akan mengucapkan sesuatu, tapi kemudian mengurungkan niatnya. "Perasaan saya agak kacau," katanya.
Anne melihat kepada Judd dengan pandangan aneh. Pada air mukanya terdapat sesuatu yang bisa menyentuh perasaan yang sudah lama dilupakan, tapi hampir bisa diingatnya kembali. Judd
merasakan kehangatan mengalir dari diri Anne, dan juga merasakan kerinduan fisik yang sangat kuat".
Tiba-tiba Judd menyadari apa yang sedang dilakukannya. Dia tenggelam dalam emosinya sendiri karena perasaan terhadap Anne. Saat itu dia merasa menjadi orang tolol, seperti mahasiswa kedokteran yang baru duduk di tingkat satu.
"Kapan Anda berangkat ke Eropa?" Judd bertanya.
"Pada pagi Hari Natal."
"Hanya Anda dengan suami?" Judd benar-benar merasa dirinya tolol, sampai bicaranya pun sekenanya saja.
"Anda akan pergi ke mana saja?"
"Stockholm, Paris, London, dan Roma."
Ingin sekali aku menunjukkan kota Roma kepadamu, pikir Judd. Dia pernah tinggal di sana selama setahun, berpraktek di sebuah rumah sakit Amerika. Ada sebuah restoran tua yang fantastis bernama Cybele dekat Taman Tivoli, tinggi di puncak gunung. Di situ juga ada sebuah kuil kuno, tempat orang bisa duduk-duduk di bawah sinar matahari sambil melihat ratusan merpati liar beterbangan di atas tebing curam.
Dan Anne akan pergi ke Roma dengan suaminya.
"Ini akan merupakan bulan madu kedua," kata Anne. Ada ketegangan dalam suaranya, begitu samar sehingga Judd hampir mengira bahwa itu hanya khayalannya belaka. Telinga yang tidak terlatih takkan bisa menangkapnya.
Judd memperhatikan Anne lebih cermat. Di luarnya dia kelihatan tenang dan normal, tapi di
balik itu Judd bisa merasakan adanya ketegangan. Kalau keadaan seperti ini diibaratkan sebagai lukisan seorang wanita yang sedang dipenuhi rasa cinta dan akan pergi ke Eropa untuk berbulan madu kedua, maka satu bagian dari lukisan itu pasti ada yang hilang.
Tiba-tiba Judd tahu bagian mana yang hilang itu.
Tidak ada kegembiraan dalam diri Anne. Seandainya ada pun, maka kegembiraan ini tertutup di balik bayangan perasaan yang lebih kuat. Kesedihan" Penyesalan"
Judd sadar bahwa dia sedang memandangi Anne. "Berapa?berapa lama Anda akan pergi?"
Senyum simpul tersungging pada bibir Anne, seakan-akan dia tahu apa yang dipikirkan Judd.
"Saya tidak tahu pasti," jawab Anne murung. "Rencana Anthony tidak bisa dipastikan."
"Begitu." Judd melihat ke bawah memandangi permadani, sedih. Dia harus mengakhiri semua ini. Harus dicegah jangan sampai Anne pergi dengan pendapat bahwa dia seorang yang sangat tolol. Yang paling baik menyuruh Anne pergi sekarang juga.
"Nyonya Blake"." Judd memulai.
"Ya?" Judd berusaha supaya suaranya kedengaran tetap gembira. "Sebenarnya saya menyuruh Anda kembali ke sini dengan dalih palsu. Sebenarnya
Anda sudah tidak perlu menemui saya lagi. Saya hanya ingin?ingin mengucapkan selamat berpisah," kata Judd terbata-bata.
Sungguh aneh dan sangat mengherankan sekali, uba-tiba ketegangan kelihatan lenyap dari diri Anne.
"Saya tahu," kata Anne perlahan. "Saya juga ingin mengucapkan selamat berpisah." Ada sesuatu dalam suara Anne yang menyentuh perasaan Judd lagi.
Anne bangkit berdiri. "Judd"."
Anne menengadah, menatap mata Judd. Dan Judd bisa melihat pada mata Anne bahwa ia pasti mengetahui perasaan hati Judd terhadap dirinya. Perasaan sama yang mungkin juga dimiliki Anne. Keduanya tidak mungkin lagi menutup-nutupi kenyataan yang ada di antara mereka. Judd melangkah mendekati Anne, kemudian berhenti. Dia tidak boleh melibatkan Anne ke dalam bahaya yang sedang mengelilinginya.
Waktu akhirnya bisa mengeluarkan kata-kata, suara Judd kedengaran hampir terkontrol sebaik-baiknya. "Kirimi saya kartu pos dari Roma."
Anne memandangi Judd lama sekali. "Jagalah dirimu baik-baik, Judd."
Judd mengangguk, tidak berani mengucapkan
apa pun. Dan Anne pun pergi.
Telepon berdering tiga kali, dan barulah Judd mendengarnya. Telepon diangkatnya. "1 " Anda Dok?" Yang meneleponnya cernya"
ta Moody. Suaranya seakan melompat dari tele-j pon, nyaring, dan penuh kegelisahan. "Anda sendirian?" "Ya."
Ada nada aneh dalam kegelisahan Moody, yang tidak bisa dikenali oleh Judd. Waspada" Takut"
"Dok?masih ingat saya pernah mengatakan kepada Anda bahwa saya mempunyai dugaan siapa yang mungkin mendalangi ini?"
"Ya"." "Saya ternyata benar."
Judd tiba-tiba merasakan sekujur badannya menggigil. "Anda tahu siapa yang membunuh Hanson dan Carol?"
"Yah. Saya tahu siapa. Dan saya tahu mengapa. Anda sasaran berikutnya, Dokter."
"Coba katakan"."
"Tidak melalui telepon," kata Moody. "Sebaiknya kita bertemu di suatu tempat dan membicarakannya. Datanglah sendirian." DATANG SENDIRIAN! "Anda masih mendengarkan?" tanya Moody. "Ya," jawab Judd cepat-cepat. Apa yang dikatakan Angeli" Apa pun juga yang Anda lakukan, Dokter, jangan temui dia sendirian. "Mengapa kita tidak bisa bertemu di sini saja?" tanya Judd, mengulur waktu.
"Saya selalu dibuntuti orang. Saya sudah berhasil melepaskan diri dari orang yang membuntuti saya. Sekarang saya menelepon dari Perusahaan Pengepakan Daging Five Star. Letaknya di 23rd
Street, sebelah barat Tenth Avenue. Tidak terlalu jauh, Dok."
Judd masih belum percaya Moody memasang perangkap untuknya. Dia memutuskan ingin menguji Moody. "Saya akan mengajak Angeli."
Suara Moody terdengar sangat tajam. "Jangan mengajak siapa pun. Datanglah sendirian."
Itulah dia. Judd membayangkan si Buddha kecil yang gemuk di ujung telepon sebelah sana. Sahabatnya yang minta bayaran lima puluh doEar sehari ditambah pengeluaran-pengeluaran ekstra, akan menyerahkannya kepada pembunuh.
Judd tetap menahan diri supaya suaranya tetap terkontrol. "Baiklah," katanya. "Saya akan datang." Dia mencoba mengajukan pertanyaan terakhir. "Anda yakin benar bahwa Anda tahu siapa yang mendalangi semua ini, Moody?"
"Sangat yakin, Dok. Anda sudah pernah mendengar tentang Don Vinton?" Dan Moody meletakkan telepon.
Judd berdiri saja, mencoba menguasai perasaannya yang tiba-tiba bergejolak. Dia mencari nomor telepon rumah Angeli, kemudian memutar teleponnya. Telepon berdering lima kali, dan Judd merasa panik jangan-jangan Angeli tidak di rumah. Beranikah dia menemui Moody sendirian"
Kemudian dia mendengar suara Angeli yang sengau. "Halo."
"Judd Stevens. Moody baru saja menelepon."
Suara Angeli kedengaran gugup. "Apa katanya?"
Judd ragu-ragu. Dia merasa harus setia karena alasan yang tidak dipahaminya, dan?ya, dia juga merasa menyukai?orang gemuk yang merencanakan untuk membunuhnya dengan darah dingin.
"Dia minta saya menemuinya di Perusahaan Pengepakan Daging Five Star. Letaknya di 23 rd Street, dekat Tenth Avenue. Dia mengatakan agar saya datang sendirian."
Angeli tertawa masam. "Saya berani bertaruh memang itu yang akan dilakukannya. Jangan keluar dari kantor, Dokter. Saya akan menelepon Letnan McGreavy. Kami berdua akan menjemput Anda."
"Baik," kata Judd. Dia meletakkan telepon perlahan-lahan.
Norman Z. Moody. Buddha yang periang dari halaman kuning. Tiba-tiba Judd merasakan kesedihan yang sulit diterangkan. Dia menyukai Moody. Dan percaya kepadanya.
Dan Moody menunggu untuk membunuhnya.
13 Dua puluh menit kemudian Judd membuka kunci pintunya untuk mempersilakan Angeli dan Letnan McGreavy masuk. Mata Angeli masih merah dan berair.. Suaranya serak. Sesaat Judd merasa menyesal karena menyeretnya dari tempat tidur dalam keadaan sakit. McGreavy hanya mengangguk sedikit, tidak kelihatan marah.
"Saya sudah menceritakan kepada Letnan McGreavy tentang telepon dari Norman Moody," kata Angeli.
"Yah. Mari kita selidiki segala omong kosong ini," kata McGreavy masam.
Lima menit kemudian mereka sudah naik mobil milik polisi, dan menuju West Side dengan kecepatan penuh. Angeli yang menyetir. Hujan salju yang tidak begitu lebat sudah berhenti. Cahaya matahari senja yang terakhir terhalang oleh awan tebal yang melintas di langit Manhattan.
Terdengar suara halilintar di kejauhan, dan kilat yang sangat terang menyusul ledakannya. Titik-titik air hujan mulai mendera kaca mobil. Mobil terus melaju. Gedung-gedung pencakar langit
seakan melayang dengan cepat ke belakang dan lenyap di balik hawa dingin yang menggigit.
Mobil membelok ke 23rd Street, terus ke barat menuju Sungai Hudson. Mereka melewati tempat pengumpulan barang rongsokan, bengkel-bengkel, dan rumah minum remang-remang. Kemudian mulai kelihatan bengkel reparasi yang besar-besar, pangkalan truk, dan perusahaan pengangkutan. Ketika mereka mendekati sudut Tenth Avenue, McGreavy menyuruh Angeli menghenti-! kan mobil di pinggir jalan.
"Kita turun di sini," McGreavy menoleh kepada Judd. "Apakah Moody mengatakan dia akan ditemani oleh seseorang?"
"Tidak." McGreavy melepaskan kancing mantel luarnya. Pistol dinasnya dipindahkan dari tempatnya ke saku mantel. Angeli mengikuti tindakannya.
"Tetap di belakang kami," perintah McGreavy kepada Judd.
Mereka bertiga mulai berjalan, menundukkan kepala karena terpaan hujan yang ditiup angin kencang. Setelah berjalan setengah blok, mereka sampai ke sebuah bangunan yang kelihatan sudah tua. Di atas pintu tertulis sebuah nama perusahaan yang catnya sudah luntur:
PERUSAHAAN PENGEPAKAN DAGING FIVE STAR
Tidak ada mobil, tidak ada truk, dan tidak ada cahaya. Sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Kedua detektif itu berjalan ke pintu, masing-masing dari sisi yang berlainan. McGreavy mencoba membuka pintu. Pintu dikunci. Dia melihat berkeliling tapi tidak menemukan bel. Mereka memasang telinga. Sunyi, yang terdengar hanya suara hujan.
"Kelihatannya tempat ini sudah ditutup," kata Angeli.
"Rupanya begitu," kata McGreavy. "Hari Jumat sebelum Natal hampir semua perusahaan tutup pada tengah hari."
"Pasti ada pintu untuk membongkar muatan."
Judd mengikuti kedua detektif itu, berjalan dengan hati-hati menuju ujung bangunan. Mereka berusaha menghindari bercak-bercak lumpur di tanah yang dilewati. Sesampai di lorong, mereka berhenti di mukanya. Di situ tidak ada kegiatan apa pun. Mereka berjalan terus sampai ke beranda.
"Oke," kata McGreavy kepada Judd. "Berteriaklah!"
Judd ragu-ragu. Entah mengapa, dia merasa sedih karena mengkhianati Moody. Kemudian dia mulai berteriak.
"Moody!" Jawaban yang terdengar hanya ngeongan kucing yang sedang marah karena kehujanan, dan mencari tempat kering untuk berteduh.
"Tuan Moody!" 203 Ada pintu dorong terbuat dari kayu yang besar I di ujung beranda. Pintu ini rupanya biasa dipakai untuk mengeluarkan barang dari dalam untuk dimuat ke truk. Tidak ada tangga ke beranda yang tinggi.
McGreavy mengangkat badannya ke atas, sangat tangkas untuk orang sebesar dia. Angeli menyusul, kemudian Judd. Angeli berjalan ke pintu dan mendorongnya. Pintu ternyata tidak dikunci. Pintu membuka dengan suara berderit yang agak keras.
Kucing yang tadi mengeong lagi, menjawab deritan pintu. Dia sudah melupakan tempat berteduh yang dicarinya. Di dalam gedung gelap-gulita.
"Kau membawa senter?" tanya McGreavy kepada Angeli. "Tidak." "Sialan!"
Mereka terus beringsut dengan hati-hati ke dalam kegelapan. Judd memanggil lagi. "Tuan Moody! Ini Judd Stevens."
Tidak ada suara, kecuali deritan papan lantai yang diinjak ketiga orang itu ketika mereka melintasi ruangan. McGreavy mencari-cari dalam sakunya dan mengeluarkan korek api. Dia menyalakan sebatang dan mengangkatnya. Cahaya dari batang korek api tidak terlalu kuat, kuning berkedip-kedip dalam tempat yang kelihatan seperti sebuah gua besar dan kosong. Api korek segera mati.
"Cari tombol lampu," kata McGreavy. "Itu batang korek api yang terakhir."
Judd bisa mendengar Angeli meraba-raba tembok mencari tombol lampu. Judd terus berjalan ke depan. Dia tidak bisa melihat kedua detektif itu.
"Moody!" Dia memanggil.
Dia mendengar suara Angeli dari seberang ruangan. "Ini dia tombolnya." Terdengar suara tombol diputar. Tapi tidak terjadi suatu apa pun.
"Sekering pusatnya pasti dimatikan," kata McGreavy.
Judd membentur tembok. Ketika tangannya diulurkan, jarinya menyentuh tombol pintu. Tombol berputar dan pintu ditarik. Pintu yang besar terbuka, dan angin dingin menerpanya.
"Saya menemukan pintu," dia berseru.
Pintu dilewatinya, dan tetap dengan hati-hati Judd berjalan ke depan. Dia mendengar pintu menutup di belakangnya, dan jantungnya mulai berdebar-debar sangat kencang. Di situ lebih gelap lagi. Seakan-akan dia melangkah masuk ke dalam kegelapan yang hitam.
"Moody! Moody"."
Sunyi, kesunyian yang sangat mencekam. Moody harus di sini, di suatu tempat. Kalau Moody tidak di sini, Judd tahu apa pendapat McGreavy nanti. Dia pasti akan dianggap seperti anak-anak yang berteriak serigala lagi.
Judd maju selangkah lagi, dan tiba-tiba merasakan ada daging dingin menyentuh mukanya. Dia menarik mukanya dengan panik, merasa bulu
kuduknya berdiri. Saat itu barulah dia menyadari adanya bau darah dan kematian yang sangat menyengat di sekelilingnya. Kegelapan yang mengerikan mengepungnya menunggu untuk mengurungnya.
Sekujur rubuh Judd merinding karena takut. Jantungnya berdebar sangat kencang, sehingga dia sulit bernapas. Dengan jari gemetar dia mencari-cari korek api dalam saku mantel. Korek api ditemukan, lalu dinyalakannya sebatang.
Dalam cahaya korek dia melihat mata mati yang besar tepat di mukanya. Sesaat dia terperanjat, tapi kemudian sadar bahwa yang dilihatnya sapi yang sudah disembelih dan digantung dengan pengait.
Sekilas dilihatnya bangkai binatang lainnya samar-samar bergantungan pada pengait. Juga dilihatnya ada pintu di sudut, sebelum nyala korek api mati. Mungkin pintu ini menuju ke kantor. Moody mungkin di sana, menunggunya.
Judd maju makin jauh masuk ke dalam gua hitam menuju ke pintu. Dia bersentuhan lagi dengan daging binatang yang sudah disembelih. Cepat-cepat dia mundur menghindar dan terus berjalan dengan hati-hati menuju ke pintu kantor. "Moody!"
Dalam hati Judd bertanya-tanya apa gerangan yang menahan Angeli dan McGreavy. Dia terus Sn v m"mSSaik*n bangkai binatang sembe-ttd^r" Untung. Raknya seakan-akan dia ng dlPer^mkan oleh orang yang selera
humornya gila dan mengerikan. Tapi siapa atau mengapa dia tidak tahu, di luar jangkauan imajinasinya. Waktu mendekati pintu, dia bertabrakan Jagi dengan bangkai yang digantung.
Judd berhenti untuk mendapatkan keseimbangannya kembali. Batang korek api yang terakhir dinyalakannya. Di mukanya, menyeringai sangat mengerikan, dilihatnya tubuh Norman Z. Moody tergantung pada besi pengait. Nyala korek api pun padam.
14 Para pemeriksa mayat sudah menyelesaikan tugasnya dan pergi. Mayat Moody sudah dibawa dan semua orang sudah pergi kecuali Judd, McGreavy, dan Angeli. Mereka duduk di kantor manajer yang tidak begitu besar. Dalam ruangan kantor ada beberapa kalender dengan foto wanitai telanjang, meja tulis tua, sebuah kursi putar, dan dua buah lemari arsip. Lampu menyala dan pemanas listrik dihidupkan.
Manajer perusahaan, seorang bernama Paul Moretti, dicari dan diambil dari pesta menjelang j Natal untuk menjawab beberapa pertanyaan. Dia menerangkan - karena ini akhir pekan, maka dia . mengizinkan pegawainya pulang pada tengahi hari. Kantor ditutup pada pukul dua belas tiga puluh dan sepanjang pengetahuannya waktu itu tidak ada seorang pun di situ.
Tuan Moretti jelas sekali sedang mabuk. Maka setelah McGreavy tahu bahwa dia tidak bisa banyak menolong, dia segera diantar pulang.
Judd hampir-hampir tidak menyadari apa yang terjadi dalam ruangan kantor. Pikirannya selalu tertuju kepada Moody, betapa periang dan betapa
penuhnya dia dengan gairah hidup, dan betapa kejamnya dia dibunuh. Judd juga menyalahkan dirinya sendiri. Kalau dia tidak melibatkan Moody, detektif swasta kecil yang gemuk ini pasti masih hidup sekarang.
Waktu itu hampir tengah malam. Untuk kesepuluh kalinya Judd menceritakan panggilan telepon Moody, dengan rasa kesal dan kelelahan. McGreavy tetap memakai mantel luarnya, duduk sambil mengunyah cerutu dan memperhatikannya. Akhirnya dia bicara. "Anda sering membaca cerita detektif?"
Judd memandangnya dengan heran. "Tidak. Mengapa?"
"Akan saya katakan apa sebabnya. Saya rasa Anda terlalu hebat sehingga rasanya seperti hal yang tidak nyata, Dokter Stevens. Sejak semula saya sudah berpendapat Anda terlibat dalam semua ini. Dan saya juga sudah mengatakan kepada Anda. Lalu apa yang terjadi" Tiba-tiba Anda berubah dari pembunuh menjadi sasaran yang akan dibunuh. Mula-mula Anda menyatakan bahwa ada mobil menabrak Anda dan"."
"Memang ada mobil menabraknya," Angeli mengingatkan.
"Polisi kroco saja bisa memecahkan soal itu." McGreavy memotong. "Itu bisa saja diatur oleh orang yang bersekongkol dengan Dokter." Dia kembali menghadapi Judd. "Selanjutnya Anda menelepon Detektif Angeli dengan dongengan
bahwa ada dua orang masuk ke kantor untuk membunuh Anda.*"
"Mereka memang masuk ke kantor," kata Judd.
"Tidak, mereka tidak masuk," potong McGreavy. "Mereka menggunakan kunci khusus." Nada suaranya makin keras. "Anda mengatakan bahwa kunci untuk masuk ke kantor hanya ada dua?milik Anda dan Carol Roberts."
"Itu benar. Saya juga sudah bilang?mereka membuat duplikat kunci Carol."
"Saya tahu apa yang Anda katakan. Saya sudah menyuruh orang melakukan tes parafin. Tidak ada orang yang membuat duplikat kunci Carol, Dokter." Dia berhenti bicara untuk memberi kesempatan Judd meresapkan kata-katanya. "Dan karena kunci Carol kami yang pegang?maka yang masih ada kunci Anda, bukan?" Judd melihat kepada McGreavy, terdiam. "Setelah saya menolak teori adanya orang gila yang berkeliaran, Anda menyewa detektif dari halaman kuning. Dan dia dengan mudahnya menemukan bom yang dipasang pada mobil Anda. Hanya saya tidak melihatnya, sebab barangnya sudah tidak di tempatnya lagi. Kemudian Anda memutuskan sudah tiba waktunya untuk melemparkan mayat lagi "kepada kami. Maka Anda main sandiwara dengan Angeli tentang panggilan telepon untuk menemui Moody, yang mengetahui tentang orang gila misterius yang ingin membunuh Anda. Tapi apa kemudian yang
terjadi" Kita sampai ke sini dan menemukan dia tergantung pada pengait daging." Muka Judd merah karena marah. "Saya tidak tahu-menahu apa yang terjadi."*
McGreavy melihat kepadanya lama sekali, dengan pandangan keras. "Anda tahu satu-satunya alasan mengapa Anda belum ditahan" Karena saya belum menemukan motif teka-teki ini. Tapi saya akan menemukannya, Dokter. Saya berjanji untuk menemukannya." Dia bangkit berdiri.
Tiba-tiba Judd teringat. "Tunggu dulu!" katanya. "Bagaimana tentang Don Vinton?"
"Ada apa tentang dia?"
"Moody mengatakan bahwa dialah orang yang mendalangi semua ini."
"Anda kenal dengan orang yang bernama Don Vinton?"
"Tidak," jawab Judd. "Saya-saya kira dia dikenal oleh polisi."
"Saya belum pernah mendengar," McGreavy menoleh kepada Angeli. Angeli menggelengkan kepala.
"Oke. Kirim edaran untuk menemukan Don Vinton. Sebar ke FBI, Interpol, dan kepala polisi di semua kota besar Amerika." Dia memandang Judd. "Puas?"
Judd mengangguk. Siapa pun yang mendalangi semua ini, pasti sebelumnya sudah pernah tercatat dalam tindak kriminal entah di kantor polisi yang mana. Pasti tidak sulit mengenalinya.
Lalu dia kembali memikirkan Moody, pepatah
yang biasa diucapkannya dan otaknya yang* cerdas. Moody pasti dibuntuti orang sampai ke situ. Tidak mungkin dia memberi tahu orang lain tentang tempat pertemuan mereka, sebab Moody sudah menekankan ini harus dirahasiakan. Tapi sekurang-kurangnya, walaupun Moody telah dada, sekarang mereka tahu nama orang yang dicari. PraemonitHSy praemunitas. Diperingatkan lebih dulu sama dengan dipersenjatai lebih dulu.
Pembunuhan Norman Z. Moody dimuat di halaman depan semua surat kabar keesokan harinya. Judd membeli surat kabar dalam perjalanan ke kantornya. Secara singkat namanya disebut-sebut sebagai seorang saksi yang menemukan mayat bersama polisi. Tapi McGreavy bisa menahan cerita keseluruhannya dari pers. McGreavy memainkan kartunya dengan cermat sekali. Dalam hati Judd bertanya-tanya apa gerangan pendapat Anne.
Waktu itu hari Sabtu, hari di mana Judd mendapat giliran tugas di klinik. Dia sudah mengatur agar orang lain yang menggantikan tugasnya di situ. Sementara dia sendiri pergi ke kantornya, naik lift sendiri, dan memeriksa terlebih dahulu apakah tidak ada orang yang bersembunyi menunggunya di gang. Walaupun demikian dia tidak tahu berapa lama lagi dia bisa hidup demikian, sadar bahwa setiap saat pembunuh bisa beraksi untuk menghabisinya.
Pagi itu enam kali dia bermaksud mengangkat
telepon untuk menanyakan tentang Datf Vmton kepada Detektif Angeli, tapi setiap kaK dia berhasil mengekang kesabarannya. Angeli pasti akan meneleponnya kalau sudah mengetahui sesuatu.
Apa gerangan motif Don Vinton untuk membunuhnya" pikir Judd tidak mengerti. Bisa jadi dia pasien yang pernah dirawat oleh Judd berta-huntahun yang lalu, waktu dia baru mulai berpraktek. Seseorang yang merasa direndahkan atau disakiti oleh Judd dengan suatu cara. Tapi Judd tidak bisa mengingat-ingat bahwa dia mempunyai pasien yang bernama Vinton.
Pada siang hari dia mendengar ada orang mencoba membuka pintu gang menuju kantor resepsionis. Ternyata yang datang Angeli. Judd tidak bisa membaca apa pun dari air mukanya, kecuali bahwa Angeli kelihatan semakin pucat dan payah. Hidungnya merah, dan dia bersin terus. Dia berjalan masuk ke dalam ruang praktek Judd dan terperenyak ke atas kursi.
"Sudah mendapat jawaban mengenai Don Vinton?" tanya Judd penuh harap.
Angeli mengangguk. "Kami menerima jawaban dengan teletype dari FBI, kepala polisi di semua kota besar Amerika Serikat, dan interpol."
Judd menunggu, menahan napas.
"Tidak satu pun dari mereka pernah mendengar tentang Don Vinton," Angeli meneruskan.
Judd melihat kepada Angeli tidak percaya, dan tiba-tiba semangatnya menjadi merosot. "Tapi itu
mustahil! Maksud saya?pasti ada seseorang yang mengenalnya. Orang yang bisa melakukan semua ini tidak mungkin kalau tidak pernah mempunyai catatan hitam di kepolisian."
"Begitu juga kau McGreavy," jawab Angeli kelelahan. "Dokter, saya dengan anak buah semalaman mengecek semua orang yang bernama Don Vinton di Manhattan dan distrik lainnya* Kami bahkan sampai menyelidiki New Jersey dan Connecticut."
Angeli mengulurkan sehelai kertas bergaris dari sakunya, dan menunjukkan kepada Judd.
"Kami menemukan sebelas orang yang bernama Don Vinton di buku telepon yang mengeja namanya dengan "ton". Empat yang mengeja namanya dengan "ten", dan dua yang mengejanya dengan "tin". Kami bahkan mencobanya sebagai satu nama. Kami mempersempitnya menjadi lima kemungkinan dan mengecek mereka satu per satu. Satu orangnya lumpuh. Seorang dari mereka menjadi pastor. Satu seorang wakil presiden direktur sebuah bank. Satu lagi seorang petugas pemadam kebakaran yang sedang bertugas waktu kedua pembunuhan terjadi. Tinggal satu yang terakhir. Dia punya toko binatang piaraan, dan umurnya sudah hampir delapan puluh tahun."
Judd merasakan kerongkongannya kering. Tiba-tiba dia menyadari betapa tergantungnya dia kepada informasi ini. Tentunya Moody tidak akan memberikan nama itu kalau dia tidak yakin benar. Dan Moody tidak mengatakan bahwa Don Vinton seorang pembantu pembunuhan. Moody mengatakan Don Vinton ini yang mendalangi semuanya.
Sulit dimengerti bahwa polisi tidak mempunyai catatan tentang orang seperti itu. Moody dibunuh karena dia berhasil menemukan kebenaran. Dan sekarang karena Moody sudah disingkirkan, Judd sama sekali sendirian. Jaring labah-labah makin erat melibatnya.
"Saya menyesal sekali," kata Angeli.
Judd memandangi detektif ini. Tiba-tiba dia teringat bahwa Angeli semalaman tidak pulang. "Saya sangat menghargai usaha Anda," katanya penuh rasa terima kasih.
Angeli mencondongkan badannya ke depan. "Anda yakin benar tidak keliru mendengar kata-kata Moody?"
"Ya." Judd memejamkan matanya memusatkan pikiran. Dia juga bertanya kepada Moody apakah dia yakin benar tentang siapa yang mendalangi ini semua. Suara Moody terngiang kembali di telinganya. Yakin sekali. Anda sudah pernah mendengar tentang Don Vinton f Don Vinton f
Judd membuka matanya. "Ya," katanya mengulangi.
Angeli menghela napas. "Kalau begitu kita menemui jalan buntu." Dia tertawa pahit. "Bukan bermaksud menyindir." Dia bersin.
"Sebaiknya Anda kembali ke tempat tidur."
Angeli berdiri. "Yah, saya rasa memang sebaiknya demikian."
Judd ragu-ragu. "Berapa lama-Anda menjadi pamer McGreavy?"
"Ini perkara kami yang pertama. Mengapa?"
"Apakah Anda berpendapat dia bisa memfitnah saya sebagai orang yang melakukan pembunuhan?"
Angeli bersin lagi. "Saya rasa Anda mungkin benar,- Dokter. Sebaiknya saya kembali ke tempat tidur." Dia berjalan ke pintu.
"Mungkin saya punya petunjuk," kata Judd.
Angeli berhenti dan menoleh. "Petunjuk apa?"
Judd menceritakan kepadanya tentang Teri. Dia menambahkan bahwa dia juga akan mengecek beberapa laki-laki yang dulu pernah menjadi pacar John Hanson.
"Kedengarannya takkan banyak hasilnya," kata Angeli terus terang. "Tapi saya rasa itu masih lebih baik daripada tidak sama sekali."
"Saya sudah kesal dan lelah dijadikan sasaran. Saya akan mulai melawan. Saya akan memburu mereka."
Angeli memandangnya. "Dengan" apa" Kita sama saja dengan memerangi bayangan."
"Kalau saksi memberikan deskripsi seseorang sebagai tertuduh, polisi bisa menyuruh seorang pelukis menggambar gabungan dari semua deskripsi. Betul?" Angeli mengangguk. "Itu namanya identi-Ut." "l mulai berjalan mondar-mandir gelisah.
"Saya akan menjelaskan kepada Anda identi-kit pribadi orang yang mendalangi semua ini."
"Bagaimana bisa" Anda belum pernah melihatnya. Siapa pun bisa saja dituduh sebagai pelakunya.
"Tidak, tidak bisa," Judd memberi koreksi. "Kita mencari seseorang yang sangat, sangat istimewa."
"Seorang yang gila?"
"Gila hanyalah istilah umum. Tidak memiliki arti medis. Yang disebut kewarasan hanyalah kemampuan otak menyesuaikan diri dengan realitas. Kalau otak tidak bisa menyesuaikan diri, mungkin kita bersembunyi dari realitas, atau kita meletakkan diri di atas kehidupan. Di situ kita menjadi manusia super yang tidak perlu mengikuti aturan."
"Orang yang kita cari ini merasa dirinya manusia super?"
"Tepat. Dalam situasi yang berbahaya kita mempunyai tiga pilihan, Angeli. Melarikan diri, mengambil jalan tengah, atau menyerang. Orang mi ternyata memilih menyerang."
"Jadi dia orang yang sakit ingatan?"
"Tidak. Penderita sakit ingatan jarang sampai melakukan pembunuhan. Ruang lingkup konsentrasinya sangat terbatas. Kita sedang menghadapi seseorang yang lebih penuh komplikasi. Mungkin dia seorang somatik, hipofrenik, skizoid, siklddf atau kombinasi dari itu semua. Mungkin juga kita berurusan dengan seorang fngut-penderita amnesia sementara yang didahului dengan tindakan irrasional. Tapi yang penting, rupanya lahiriah dan sikapnya kelihatan seratus persen normal bagi orang lain."
"Jadi kita tidak punya modal apa pun untuk bisa meneruskan penyelidikan?"
"Anda keliru. Kita mempunyai modal banyak sekali untuk meneruskan penyelidikan. Saya bisa memberi Anda deskripsi fisik orang ini," katai Judd. Dia menyempitkan matanya, memusatkan pikiran. "Don Vinton mempunyai tinggi badan yang melebihi ukuran orang biasa, dengan proporsi tubuh yang bagus dan potongan seorang atlet. Dia selalu rapi dan cermat dalam segala hal j yang dilakukannya. Dia juga punya bakat artistik. Tapi dia bukan pelukis, penulis, ataupun pemain musik."
Angeli terbelalak, mulutnya ternganga. Judd meneruskan. Kini dia bicara lebih cepat, mulai bersemangat. "Dia tidak menjadi anggota klub sosial atau organisasi apa pun juga. Kecuali kalau dia yang menjadi pemimpinnya. Dia orang yang biasa memerintah. Dia tidak kenal belas kasihan, dan dia pun bukan penyabar. Dia selalu memikirkan yang hebat-hebat. Misalnya dia tidak pernah mau terlibat dalam pencurian kecil-kecil" an. Kalau dia pernah terlibat tindak kriminal, pasti kejahatan yang dilakukannya menyangkut perampokan bank, penculikan, atau pembunuhan."
Makin lama judd makin bersemangat. Gambaran dalam otaknya makin jelas. "Setelah dia
berhasil ditangkap, akan ketahuan bahwa dulu dia mungkin ditolak oleh salah satu orangtuanya ketika masih anak-anak."
Angeli menyela. "Dokter, saya tidak ingin menebak-nebak apa yang Anda deskripsikan. Menurut pendapat saya orang ini mungkin seorang pecandu obat bius yang sinting, yang"."
"Tidak. Orang yang kita cari tidak menggunakan obat bius." Suara Judd sangat yakin. "Akan saya katakan yang lain lagi tentang dia. Dia senang olahraga yang memerlukan ketangkasan dan kerja sama, sepak bola atau hockey. Dia tidak tertarik pada catur, permainan kata-kata, atau teka-teki."
Angeli memandanginya tidak percaya. "Yang kita cari lebih dari satu orang," katanya menyanggah. "Anda sendiri yang mengatakan begitu."
"Saya memberikan deskripsi Don Vinton," kata Judd. "Orang yang menjadi otak semuanya uii. Akan saya katakan lagi sesuatu tentang dirinya. Dia punya tipe Latin." "Mengapa Anda berpendapat begitu?" "Karena melihat metode yang dipakainya dalam membunuh. Pisau?air keras?bom. Dia orang Amerika Selatan, Italia, atau Spanyol," Judd menghela napas. "Itulah dia identi-kit Anda. Itulah deskripsi orang yang melakukan tiga pembunuhan dan sedang berusaha membunuh saya."
Angeli menelan ludah. "Bagaimana Anda bisa mengetahui semua ini?"
Judd duduk dan mencondongkan badan ke arah Angeli. "Ini profesi saya."
"Dari segi mental, memang benar. Tapi bagaimana Anda bisa memberikan deskripsi fisik orang yang belum pernah Anda lihat?"
"Saya menarik kesimpulan berdasarkan perbandingan. Seorang dokter bernama Kretschmer berhasil menemukan bahwa delapan puluh lima persen penderita paranoid mempunyai potongan tubuh yang prima, atletis. Orang yang kita cari ini jelas penderita paranoid. Dia orang yang selalu berangan-angan tinggi. Seorang megalomaniak yang merasa dirinya di atas hukum."
"Kalau begitu mengapa dia tidak dikurung lama berselang?"
"Karena dia memakai topeng?"
"Apa maksud Anda, Dokter?"
"Kita semua memakai topeng, Angeli. Sejak kita meninggalkan masa kanak-kanak, kita sudah diajar untuk menyembunyikan perasaan kita yang sebenarnya. Kita sudah diajar untuk menutup-nutupi kebencian dan ketakutan kita." Suara Judd penuh wibawa. "Tapi di bawah tekanan, Don Vinton akan menjatuhkan topeng dan memperlihatkan wajahnya yang telanjang."
"Begitu." "Egonya merupakan titik kelemahannya. Kalau egonya terancam?benar-benar terancam?dia akan menunjukkan aslinya sebagai penderita paranoid. Sekarang dia sudah terdesak ke tepi tebing. Tidak sulit untuk menjerumuskannya sama sekali ke jurang." Judd ragu-ragu sebentar. Kemudian
dia meneruskan, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri. "Dia orang yang punya "Punya apa?"
"Mana. Itu istilah yang dipakai oleh orang primitif yang senang memaksakan pengaruhnya kepada orang lain, karena dorongan iblis dalam dirinya. Dia orang yang mempunyai kepribadian sangat kuat."
"Anda tadi mengatakan bahwa dia bukan pelukis, penulis, ataupun pemain musik. Bagaimana Anda bisa mengetahui itu?"
"Dunia penuh dengan seniman yang sekaligus menderita penyakit jiwa. Mereka hampir semua bisa mengatasi kehidupan tanpa kekerasan, karena pekerjaannya memungkinkan mereka melepaskan semua yang terkandung dalam dirinya. Orang yang kita cari ini tidak mempunyai media untuk menyalurkan keinginan-keinginan atau melepaskan tekanan-tekanan dalam jiwanya. Maka dia seperti gunung berapi. Satu-satunya cara untuk melepaskan tekanan dalam jiwanya itu hanyalah dengan meletus: Hanson ?Carol?Moody."
"Maksud Anda semua ini hanya merupakan kejahatan tanpa tujuan atau motif, yang dilakukan hanya untuk"."
"Bagi dia bukan tanpa tujuan atau motif. Bahkan sebaliknya"." Otak Judd berputar cepat sekali. Beberapa bagian dari teka-teki mulai terpasang pada tempatnya. Dia menyumpahi dirinya sendiri karena sebelumnya terlalu buta atau takut, sehingga tidak melihatnya.
"Sayalah satu-satunya orang yang diburu Don Vinton?sasaran utama," Judd meneruskan. "John Hanson dibunuh karena dikira diri saya. Setelah mengetahui kekeliruannya, si pembunuh datang ke kantor saya untuk mencoba lagi. Saya kebetulan tidak ada di tempat, tapi dia menemukan Carol di situ." Suara Judd penuh kemarahan.
"Carol dibunuh supaya tidak bisa mengenalinya"*"
"Tidak. Orang yang kita cari bukan seorang vang sadis. Carol disiksa karena dia menginginkan sesuatu. Katakanlah misalnya suatu bukti kejahatan. Dan Carol tidak mau?atau tidak bisa?memberikan yang diinginkannya itu."
"Bukti macam apa?" Angeli mendesak.
"Saya tidak tahu," kata Judd. "Tapi itu kunci dari segala-galanya. Moody menemukan jawabannya, dan itulah sebabnya mereka membunuhnya."
"Ada satu hal yang rasanya masih tidak masuk akal. Kalau mereka membunuh Anda di jalan, mereka pun takkan mendapatkan bukti yang diinginkan. Ini tidak cocok dengan teori Anda yang lain," kata Angeli,
"Bisa. Marilah kita misalkan bukti ini terdapat pada salah satu rekaman saya. Bukti ini sendiri tidak ada artinya apa-apa, tapi kalau saya gabungkan dengan fakta yang lain, barulah bukti ini merupakan ancaman bagi mereka. Maka mereka mempunyai dua pilihan. Merebutnya dari saya, atau melenyapkan diri saya supaya tidak bisa menceritakannya kepada orang lain.
"Mula-mula mereka mencoba melenyapkan diri saya. Tapi mereka keliru membunuh Hanson. Kemudian mereka akan melakukan pilihan yang kedua. Mereka berusaha merebutnya dari Carol. Setelah ini gagal, mereka memutuskan untuk memusatkan perhatian pada usaha membunuh saya. Di sinilah peranan kecelakaan mobil. Mungkin saya dibuntuti ketika menyewa Moody, dan selanjutnya dia pun ganti diikuti. Ketika.Moody menemukan fakta yang sebenarnya, mereka pun membunuhnya."
Angeli memandang Judd, wajahnya berkerut-kerut karena berpikir keras-keras.
"Itulah sebabnya maka si pembunuh takkan berhenti berusaha sebelum saya mati," Judd menarik kesimpulan dengan tenang. "Akibatnya ini menjadi permainan maut, dan orang yang saya sebutkan deskripsinya tadi tidak mau menerima kekalahan."
Angeli memperhatikannya, menimbang semua kata-kata Judd.
"Kalau Anda benar," kata Angeli akhirnya, "Anda membutuhkan perlindungan." Dia mengeluarkan pistol dinasnya, membuka tempat pelurunya untuk melihat apakah pistolnya berisi.
"Terima kasih, Angeli. Tapi saya tidak memerlukan pistol. Saya akan melawan mereka dengan senjata saya sendiri."
Terdengar suara pintu luar dibuka seseorang.
"Anda menunggu kedatangan seseorang?"
Judd menggeleng. "Tidak. Siang ini saya tidak menerima pasien."
Dengan pistol masih di tangan, Angeli berjalan tanpa suara ke pintu yang menuju ke kantor resepsionis. Dia melangkah ke samping dan membuka pintu lebar-lebar. Peter Hadley berdiri di muka pintu, air mukanya menunjukkan rasa. terkejut dan takut.
"Kau siapa?" bentak Angeli.
Judd berjalan ke pintu. "Tidak apa-apa," kata j Judd cepat-cepat. "Dia teman saya."
"Hei! Ada apa di sini?" tanya Peter.
"Sony," Angeli minta maaf. Dia menyimpan pistolnya-j?S^I
"Ini Dokter Peter Hadley?ini Detektif Ange"Klinik psikoanaiis sinting apa-apaan pula ini?" tanya Peter.
"Ada sedikit kesulitan di sini," Angeli mene-j rangkan. "Kantor Dokter Stevens habis" kebo-bolan dan kami berpikir siapa pun yang melaku-I kannya mungkin akan kembali lagi."
Judd meneruskan percakapan yang dimulai j oleh Angeli. "Ya. Mereka belum menemukan j yang dicari."
"Apakah ini ada hubungannya dengan pembunuhan Carol?" tanya Peter.
Angeli berbicara sebelum Judd bisa menjawab. "Kami tidak yakin, Dokter Hadley. Untuk sementara ini Dinas Kepolisian meminta agar Dokter Stevens tidak membicarakan perkara itu." j
"Saya mengerti," kata Peter. Dia melihat kepada Judd. "Janji makan siang bersama kami masih berlaku?"
Judd sadar bahwa dia telah melupakannya. "Tentu saja," katanya cepat-cepat. Dia menoleh kepada Angeli. "Saya rasa kita sudah membicarakan segala-galanya."
"Saya rasa juga begitu," Angeli sependapat. "Sungguh Anda tidak memerlukan?"" Dia menunjukkan revolver-nya. Judd menggeleng. "Terima kasih." "Baiklah kalau begitu. Hati-hatilah," kau Angeli.
"Baik," kata Judd. "Saya akan berhati-hati."
Judd banyak termenung-menung selama makan siang, dan Peter tidak mendesaknya. Mereka hanya membicarakan perihal sahabat mereka sendiri, pasien yang - sama-sama mereka rawat. Peter mengatakan kepada Judd bahwa dia sudah berbicara dengan atasan Harrison Burke. Secara diam-diam mereka sudah mengatur agar dilakukan pemeriksaan mental terhadap Burke. Dia akan dikirim ke tempat perawatan pribadi. Waktu mereka minum kopi, Peter berkata,


Wajah Sang Pembunuh Naked Face Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak taliu kesulitan apa yang sedang kaualami, Judd. Tapi kalau aku bisa menolong"." Judd menggelengkan kepala. "Terima k&siht
Peter. Ini kesulitan yang harus kuatasi sendiri.
Akan kuceritakan semua kepadamu kalau sudah
beres." J eter ragu. "Aku harap semoga segera beres " t dengan nada gembira. Kemudian dia ra"
"Judd-apakah kau terancam suatu baha* >> "Tentu saja tidak," jawab Judd. "
Kecuali kalau memperhitungkan seorane Va giJa membunuh, yang sudah melakukan ? pembunuhan dan bertekad menjadikan Judd k bannya yang keempat. 0r~
l 15 Setelah makan siang, Judd kembali ke kantornya. Dia meningkatkan kewaspadaan, yang belakangan ini menjadi begitu akrab dengan dirinya, yakni mengecek segala-galanya demi keselamatan dirinya.
Dia harus melindungi semua yang masih berarti. Kemudian dia mulai mendengarkan rekaman lagi. Didengarkannya baik-baik apa saja yang mungkin bisa memberikan petunjuk. Rasanya seperti mendengarkan kembali badai kata-kata. Suara yang terdengar penuh dengan kebencian" kejahatan" ketakutan" kasihan kepada diri sendiri" rasa superioritas" kesepian" kekosongan" rasa sakit".
Setelah waktu tiga jam berlalu dia hanya menemukan satu nama yang bisa ditambahkan ke dalam daftarnya: Bruce Boyd, laki-laki yang terakhir kalinya hidup bersama dengan John Hanson. Judd memasang rekaman John Hanson lagi pada tape recorder.
".. saya rasa saya jatuh tinta P*da pandangan pertama. Dm P"1?"*
cantik yang pernah saya lihat.
"Dia patner yang pasif atau dominan, Jobnfi "Dominan. Itulah salah satu di antara banyak hal yang membina saya tertarik kepadanya. Dia sangat kuat. Bahkan kemudian setelah pacaran, kami biasa bertengkar karena kekuatannya." ) "Mengapa?"
"Bruce tidak menyadari bahwa dia sangat knot. Dia biasa berjalan mendekati saya dari belakang dan memukul punggung saya. Maksudnya sebagai tanda kasih sayang, tapi suatu hari dia hampir mematahkan tulang punggung saya. Saya sampai ingin membunuh dia. Kalau berjabat tangan, remasannya seakan-akan bisa meremukkan jari tangan orang yang dijabatnya. Dia selalu pura-pura menyesal, tapi sebenarnya Bruce suka menyakiti orang. Dia tidak memerlukan cambuk. Dia sangat kuat?"
Judd mematikan tape recorder dan duduk sambil berpikir. Pola homoseks tidak cocok dengan konsep tentang si pembunuh. Tapi ada segi lain, yaitu Boyd ada hubungan dengan Hanson. Dia juga seorang yang sadis dan mementingkan diri sendiri.
Diperhatikannya dua nama dalam daftarnya: Teri Washburn, yang membunuh pacarnya ketika dia di Hollywood tapi tidak pernah menyebut-nyebutnya; dan Bruce Boyd, pacar John Hanson yang terakhir. Kalau memang salah seorang di antara mereka?yang mana"
Teri Washburn tinggal di aoartemen sewaan di
Sutton Place. Seluruh apartemen didekorasi de* ngan warna merah jambu: dinding, perabotan, tirai. Banyak hiasan yang sangat mahal tersebar di mana-mana dalam kamar, dan di dinding bergantungan lukisan impresionis Prancis.
Judd mengenali dua lukisan Manet, dua lukisan Degas, satu lukisan Monet, dan satu lukisan Renoir. Ketika Judd sedang asyik memandangi lukisan-lukisan itu, Teri masuk ke dalam ruangan. Sebelumnya Judd sudah menelepon, memberitahukan bahwa dia akan datang. Teri sudah siap menyambutnya. Dia mengenakan gaun kamar berwarna merah jambu tanpa apa-apa lagi di baliknya.
"Kau benar-benar datang," kau Teri dengan gembira.
"Saya ingin bicara denganmu."
"Tentu saja. Mau minum?"
"Tidak, terima kasih." Kalau begitu saya saja yang minum untuk merayakan kedatanganmu," kata Teri. Dia berjalan ke bar di sudut ruang duduk yang luas.
Judd memperhatikannya, dengan pikiran penuh.
Teri kembali membawa minuman dan duduk di sisi Judd di sofa merah jambu.
"Jadi akhirnya kau datang juga ke sini, Manis," katanya. "Saya tahu kau takkan bisa bertahan terhadap si Teri kecil. Saya tergila-gila kepadamu, Judd. Saya akan melakukan apa saja untukmu. Katakan saja. Kau membuat semua laki-laki yang
pernah saya kenal kelihatan seperti kotoran busuk." Dia meletakkan minumannya, lalu meletakkan tangannya pada celana Judd.
Judd menyingkirkan tangan Teri.
"Teri," katanya. "Saya memerlukan bantuanmu."
Teri menafsirkan kata-kata Judd dari segi pemikirannya sendiri. "Saya tahu, Sayang," katanya dengan suara seperti erangan. ."Saya akan membuatmu sangat puas seperti yang belum pernah kaualami dalam hidupmu."
"Teri?dengar dulu I Ada orang mencoba membunuh saya!"
Mata Teri memancarkan rasa heran. Hanya sandiwara?ataukah benar-benar" Judd masih ingat bagaimana permainan Teri pada salah satu pertunjukannya. Dia memang pandai bersandiwara, tapi bukan aktris yang cukup berprestasi. Kali ini reaksi yang ditunjukkannya ketika mendengar kata-kata Judd benar-benar tulus.
"Ya, Tuhan! Siapa?siapa yang ingin membunuhmu?"
"Mungkin seseorang yang ada hubungannya dengan salah seorang pasien saya." "Tapi?ya, Tuhan?mengapa?" "Itulah yang sedang saya selidiki, Teri. Apakah salah seorang temanmu ada yang pernah bicara tentang kematian" atau pembunuhan" Mungkin sebagai permainan di pesta, sebagai gurauan?" Teri menggelengkan kepalanya. "Tidak ada." "Kau kenal dengan orang yang bernama Don
Vinton?" Judd memperhatikan Teri dengan cemas.
"Don Vinton" Hmm. Mana aku kenal?" "Teri?bagaimana pendapatmu tentang pembunuhan?"
Teri kelihatan agak gemetar. Judd memegangi pergelangan tangannya, dan dia bisa merasakan urat nadi Teri berdenyut lebih cepat. "Apakah pembunuhan membuat pikiranmu gelisah?"
"Saya tidak tahu."
"Coba pikirkan," Judd mendesak. "Apakah pikiran tentang pembunuhan membuat kau gelisah?"
Denyut nadinya mulai tidak teratur. "Tidak! Tentu saja tidak."
"Mengapa kau tidak menceritakan kepada saya mengenai laki-laki yang kaubunuh di Hollywood?"
Sekonyong-konyong Teri mengangkat tangannya, akan mencakar muka Judd dengan kukunya yang tajam. Judd menangkap pergelangan tangannya.
"Kau anjing busuk! Itu sudah dua puluh tahun
yang lalu____ Jadi itulah sebabnya kau datang.
Keluar dari sini! Keluar!" Teri jatuh terduduk dan menangis histeris.
Sesaat Judd memperhatikannya. Teri bisa terdorong untuk membunuh. Wataknya yang labil, tiadanya penghargaan kepada diri sendiri bisa membuat dia menjadi sasaran empuk bagi siapa saja yang ingin memperalat dirinya.
Ya, Teri seperti segumpal tanah liat basah yang i tergeletak di comberan. Orang yang mengambilnya bisa membentuk tuah liat itu menjadi patung! yang indah?atau menjadi senjata pembawa maut. Yang menjadi pertanyaan, siapa yang mengambilnya paling akhir" Don Vinton" Judd berdiri. "Maaf," katanya. Dia keluar dari apartemen merah jambu itu. Bruce Boyd tinggal di daerah perumahan yang i sudah diperbaharui dekat taman di Greenwich] Village. Pintu rumahnya dibuka oleh seorang pelayan Filipina yang memakai jas berwarna: putih. Judd memberitahukan namanya dan diper-1 silakan menunggu di ruang tengah. Lalu si pelayan menghilang.
Waktu sepuluh menit berlalu, kemudian lima belas menit. Judd menahan kekesalannya. Mungkin dia seharusnya memberi tahu Detektif Angeli bahwa dia akan datang ke rumah Boyd. Kalau teori Judd benar, usaha untuk membunuh dirinya akan segera dilakukan lagi. Dan pembunuhnya akan berusaha keras agar sasarannya berhasil.
Si pelayan muncul lagi. "Tuan Boyd segera akan menemui Anda," katanya. Dia mengantarkan judd naik ke ruang belajar yang mewah, kemudian mengundurkan diri dengan diam-diam.
Boyd duduk menghadapi meja, sedang menulis. Dia laki-laki yang tampan dengan muka tajam, hidung runcing, dan bibir penuh. Rambutnya berwarna pirang dan keriting. Dia berdiri waktu Judd masuk. Tinggi badannya kira-kira satu meter
delapan puluh, dengan dada dan bahu yang
bidang. . ^ Judd teringat akan identi-kit fisik si pembunuh yang pernah dia deskripsikan di depan Angeli. Deskripsinya cocok dengan perawakan dan penampilan Boyd. Judd semakin merasa menyesal karena dia tidak meninggalkan pesan untuk Angeli.
Suara Boyd lemah-lembut, suara orang yang terpelajar. "Maaf karena membiarkan Anda menunggu, Dokter Stevens," katanya dengan nada ramah. "Saya Bruce Boyd." Dia mengulurkan tangannya.
Judd segera mengulurkan tangannya untuk menyambut tangan Boyd, dan secara tiba-tiba Boyd memukul mulut Judd dengan sekeras-kerasnya. Pukulan ini sama sekali tidak diduga-duga oleh Judd, dan akibatnya dia jatuh terjajar menabrak lampu. Lampu dan tubuhnya secara bersamaan roboh ke lantai.
"Maaf, Dokter," kata Boyd, melihat ke bawah kepada Judd. "Kau tahu itu akan kaualami. Kau anak nakal, bukan" Bangunlah, nanti saya ambilkan minuman."
judd menggeleng-gelengkan kepalanya yang terasa "pusing. Dia mencoba mengangkat tubuhnya bangkit dari lantai. Ketika dia baru setengah bangkit, Boyd menyepak perutnya dengan ujung sepatu. Judd roboh kembali ke lantai, menggeliat-geliat kesakitan.
"Saya sudah menunggu-nunggu kedatanganmu," kata Boyd.
Judd mencoba memandang ke atas, ke aral tubuh rang menjulang tinggi, walaupun gelombang kesakitan melandanya. Dia mencoba bicara tapi tidak bisa mengeluarkan kata-kata.
"Tidak usah mencoba bicara," kata Boyd dengan nada kasihan. "Kau pasti merasa sakit. Saya tahu mengapa kau datang ke sini. Kau ingin menanyakan perihal Johnny."
Judd bermaksud mengangguk, tapi Boyd menendang kepalanya. Antara sadar dan tidak dia mendengar suara Boyd seperti datang dari jauh, berom bak-om bak.
"Dulu kami saling mencintai sebelum dia datang menemui kau. Kau membuat dia merasa seperti orang yang tidak normal. Kau membuat dia merasa bahwa cinta kami kotor. Kau tahu siapa yang membuatnya menjadi kotor, Dokter Stevens" Kau."
Judd merasakan sesuatu yang keras menghantam tulang rusuknya, membuat seluruh tubuhnya dijalari rasa nyeri yang luar biasa. Sekarang Judd melihat segala-galanya dalam warna yang indah, seakan kepalanya penuh berisi warna-warna bianglala.
"Siapa yang memberimu hak untuk mengatakan kepada orang lain bagaimana caranya bercinta, Dokter" Kau duduk di kantormu seperti dewa, dan menghukum semua orang yang tidak sependapat dengan dirimu/"
Itu tidak benar, Judd menjawab jauh dalam pikirannya. Sebelumnya Hanson tidak pernah
ounya pilihan. Aku memberikan pilihan kepadanya. Dan dia tidak memilihmu.
"Sekarang Johnny sudah mati," kata si raksasa pirang yang menjulang tinggi di atasnya. "Kau yang membunuh Johnny. Sekarang saya akan membunuhmu."
Judd merasakan tendangan lagi di belakang telinganya, dan dia mulai tidak sadarkan diri. Bagian pikirannya yang sangat jauh seakan-akan bisa melihat dirinya yang mati secara perlahan-lahan.
Bagian otak kecilnya yang terisolir terus berfungsi, memancarkan pola berpikir yang lemah. Dia menyesali dirinya sendiri karena tidak lebih dekat lagi menemukan kebenaran. Dikiranya si pembunuh berambut hitam dengan tipe Latin, topi ternyata dia berambut pirang. Tadinya dia yakin si pembunuh bukan seorang homoseks, dan kini ternyata dia keliru. Orang yang gila membunuh sudah berhasil ditemukannya, dan sekarang dia akan mati karenanya. Judd jatuh pingsan.
16 Bagian yang jauh dari pikirannya mencoba mengirimkan berita, mencoba mengirimkan sesuatu yang sangat penting. Tapi jauh di dalam kepalanya ada yang terasa memukul-mukul sangat sakit, sehingga dia tidak bisa menujukan konsentrasi kepada masalah kulinya.
Di suatu tempat yang lebih dekat, dia bisa mendengar suara lengkingan meninggi seperti suara binatang liar yang luka. Perlahan-lahan, dengan susah-payah Judd membuka matanya. Dia berbaring di tempat tidur dalam sebuah kamar yang asing. Di sudut kamar, Bruce Boyd sedang < menangis tersedu-sedu.
Judd mencoba duduk. Rasa nyeri dalam tubuhnya membanjiri ingatannya dengan kenangan tentang apa yang baru saja menimpanya. Tiba-tiba dia merasakan kemarahan yang amat sangat.
Boyd menoleh ketika mendengar Judd bergerak. Dia berjalan menghampiri tempat tidur.
"Itu salah Anda sendiri," Boyd mengerang. "Kalau tidak karena Anda, Johnny masih hidup dan selamat bersama saya."
bukan karena kehendaknya sendiri, I
i terdorong oleh instink membalas dendam yang sudah lama dilupakan dan terpendam, Judd mengulurkan tangan ke arah leher Boyd. Jari-jari Judd mencengkeram tenggorokan Boyd, mencekiknya dengan sekuat tenaga.
Boyd tidak bergerak untuk melindungi dirinya. Dia hanya berdiri saja, air mata mengalir ke pipinya. Judd melihat ke mata Boyd, dan rasanya seperti melihat ke dalam telaga di neraka. Perlahan-lahan dia melepaskan cekikannya.
Ya, Tuhan, pikirnya, aku seorang dokter. Aku diserang oleh orang yang sakit, dan aku ingin membunuhnya.
Dia melihat kepada Boyd. Boyd kelihatan seperti anak-anak yang rusak dan liar.
Tiba-tiba Judd mulai menyadari apa yang akan diberitahukan oleh bawah sadarnya: Bruce Boyd bukan Don Vinton. Seandainya dia Don Vinton, pasti sekarang dia sudah mati. Boyd tidak mampu melakukan pembunuhan. Rupanya pendapatnya benar bahwa Boyd tidak cocok dengan identi-kit si pembunuh. Dalam kesadaran ini ada rasa senang yang ironis.
"Kalau tidak karena Anda, Johnny sekarang pasti masih hidup," kata Boyd sambil terisak-isak. "Dia pasti di sini bersama saya dan saya bisa melindunginya."
"Saya tidak menyuruh John Hanson meninggalkanmu," kata Judd dengan susah-payah. "Itu kehendaknya sendiri." "Kau bohongi"
"Sudah ada yang tidak beres dalam hubungan J mu dengan John, bahkan sebelum dia datangi menemui saya."
Lama sekali sunyi. Kemudian Boyd meneane-I
guk. "Ya. Kami?kami selalu saja bertengkar."
"Dia berusaha menemukan dirinya sendiri. Instingnya selalu mengatakan kepadanya bahwa dia ingin kembali kepada istri dan anak-anaknya, jauh di dalam hati sanubarinya, John ingin sekali menjadi orang yang normal, yang heteroseksual."
"Ya," bisik Boyd. "Dulu dia terus-menerus mengatakan itu, tapi saya kira itu hanya untuk menghukum saya." Dia memandang Judd. "Tapi suatu hari dia pergi meninggalkan diri saya. Dia?pergi begitu saja. Dia tidak lagi mencintai saya." Nada suaranya mengandung rasa putus asa.
"Dia bukan tidak mencintai Anda lagi," kata Judd. "Dia masih mencintai Anda sebagai sahabat."
Kini Boyd melihat kepadanya, menatap wajah Judd.
"Anda mau menolong saya?" Matanya memancarkan rasa kalut, ketakutan. "Tolonglah saya. Anda harus menolong saya."
Suara Boyd lebih mirip suara jerit kesakitan. Judd memandangi Boyd beberapa saat lamanya. "Ya," kata judd. "Saya akan menolong Anda." "Apakah saya akan bisa menjadi normal kembali?"
"Yang namanya normal sebenarnya tidak ada. Setiap orang mempunyai kenormalannya sendiri"
sendiri, dan tidak ada dua orang yang mempunyai kenormalan yang sama."
"Anda bisa membuat saya menjadi heteroseksual?"
"Itu tergantung pada kekerasan kemauan Anda sendiri. Anda bisa menjalani terapi untuk itu."
"Dan kalau itu gagal?"
"Kalau kelak kita ketahui bahwa Anda memang harus menjadi homoseksual, sekurang-kurangnya Anda harus menyesuaikan diri dengan kodrat Anda."
"Kapan kita mulai?" tanya Boyd.
Dan tiba-tiba Judd tersentak menyadari kenyataan yang sebenarnya sedang dia hadapi. Dia duduk di situ dan membicarakan tentang merawat pasien, padahal mungkin dalam tempo dua puluh empat jam dia akan dibunuh. Dan dia tetap belum menemukan siapa Don Vinton.
Kini dia sudah menyisihkan Teri dan Boyd, dua tersangka terakhir dalam daftarnya. Dia masih tetap dalam kegelapan, seperti ketika dia baru memulai penyelidikan. Kalau analisanya tentang si pembunuh benar, saat sekarang kemarahan si pembunuh pasti sudah memuncak. Serangan berikutnya akan segera datang. "Datanglah hari Senin," kata Judd. Waktu taksi membawanya pulang, Judd mencoba menimbang-nimbang kemungkinannya untuk selamat. Masa depannya"benar-benar gelap. Apa yang dimilikinya, y"ang sangat diinginkan oleh Don Vinton" Dan siapakah Don Vinton"
Mengapa dalam arsip kepolisian tidak ada catatan kriminal tentang dirinya" Mungkinkah dia memakai nama lain" Tidak. Moody jelas sekali mengatakan "Don Vinton**.
Sulit sekali untuk memusatkan pikiran. Setiap gerakan taksi membuat tubuhnya yang babak-belur terasa sakit luar biasa. Judd memikirkan pembunuhan dan usaha pembunuhan yang sudah dilakukan selama ini, mencari suatu pola yang bisa masuk akal.
Tikaman dengan pisau, membunuh dengan siksaan, "kecelakaan*" tabrak lari, bom dalam mobilnya, cekikan. Tidak ada pola tertentu yang bisa diambil sebagai kesimpulan. Hanya kekejaman, kekerasan orang gila.
Judd tidak bisa memikirkan dengan cara apa usaha pembunuhan berikutnya akan dilakukan. Atau oleh siapa. Titik kelemahannya yang paling besar adalah kantor dan apartemennya. Dia teringat kembali kepada nasihat Angeli. Semua pintu pada apartemennya harus diberi kunci yang lebih kuat. Dia akan mengatakan kepada Mike, penjaga pintu, dan Eddie, operator lift, agar selalu waspada. Keduanya bisa dipercaya.
Taksi berhenti di muka gedung apartemen. Penjaga pintu membuka pintu taksi.
Dia orang yang sama sekali masih asing bagi Judd.
17 Dia seorang laki-laki yang bertubuh besar, bermuka bopeng, dan bermata hitam yang cekung. Ada bekas luka yang memanjang di lehernya. Dia mengenakan mantel seragam Mike yang terlalu sempit baginya.
Taksi berjalan pergi, dan Judd sendirian dengan orang ini. Tiba-tiba rasa sakit yang diakibatkan karena tubuhnya yang babak-belur menyerangnya. Ya, Tuhan, jangan sekarang! Dia mengatupkan giginya.
"Mana Mike?" Dia bertanya.
"Sedang berlibur, Dokter."
Dokter. Jadi orang ini tahu dia siapa. Dan Mike sedang berlibur" Dalam bulan Desember"
Tampak senyuman kecil yang memperlihatkan rasa puas pada wajah orang ini. Judd melihat ke kedua ujung jalan, tapi jalan benar-benar kosong. Dia bisa mencoba lari, tapi kondisinya tidak memungkinkan. Tubuhnya yang babak-belur sakit semua. Bahkan untuk menarik napas pun sudah terasa sakit.
"Rupanya Anda habis mendapat kecelakaan." Suara orang ini sedikit lebih ramah.
Judd membalikkan tubuh tanpa menjawab dan berjalan ke lobi gedung apartemen. Dia yakin akan bisa minta tolong kepada Eddie.
Penjaga pintu mengikuti Judd ke lobi. Judd melihat Eddie di dalam lift, membelakanginya. Judd mulai berjalan menuju lift, setiap langkah menambah rasa sakit. Tapi dia sadar tidak boleh berhenti sekarang. Yang penting jangan sampai orang ini bisa menangkapnya di waktu dia sendirian. Orang ini pasti mengurungkan niatnya apabila ada orang yang bisa menjadi saksi di sekitar mereka.
"Eddie!" Judd memanggil.
Orang yang berada di dalam lift menoleh.
Judd belum pernah melihat orang ini. Tubuhnya lebih kecil daripada tubuh penjaga pintu, tapi wajah mereka hampir sama?kecuali orang ini tidak punya bekas luka di lehernya. Jelas sekali kedua orang ini kakak-beradik.
Judd berhenti, terperangkap di antara mereka berdua. Tidak ada siapa pun lagi di lobi.
"Naik," kata orang yang di dalam lift. Dia pun menyunggingkan senyum yang memperlihatkan rasa puas seperti saudaranya.
Jadi inilah akhirnya, wajah-wajah maut. Judd yakin benar bahwa di antara mereka berdua tidak ada yang merupakan otak dari semua peristiwa yang sudah terjadi. Mereka hanya pembunuh bayaran. Apakah mereka akan membunuhnya di lobi, atau lebih suka membunuhnya di apartemen" Di apartemen, pikir Judd. Itu akan memberi
mereka waktu untuk melarikan diri sebelum may amy a ditemukan.
Judd melangkah menuju kantor manajer. "Saya harus menemui Tuan Katz untuk"."
Orang yang lebih besar menghalangi jalannya. "Tuan Katz sedang sibuk, Dok, katanya perlahan.
Orang yang di dalam lift berkata, "Mari saya antar Anda ke atas."
"Tidak," kata Judd. "Saya"."
"Lakukan apa katanya." Tidak ada emosi dalam suaranya.
Tiba-tiba terasa ada udara dingin masuk ketika pintu lobi terbuka. Dua orang laki-laki dan dua orang wanita masuk bergegas-gegas. Mereka semua mengenakan mantel tebal, berjalan sambil mengobrol dan tertawa-tawa.
"Ini lebih buruk daripada Siberia," kata salah seorang wanita.
Laki-laki yang memegangi lengannya berwajah gemuk, dengan aksen Barat Tengah. "Bukan malam yang baik untuk orang atau binatang."
Kelompok ini berjalan menuju lift. Penjaga pintu dan operator lift saling berpandangan tanpa mengucapkan apa pun.
Wanita yang seorang lagi bicara. Dia bertubuh mungil dan berambut pirang dengan aksen Selatan
engan Laki-laki yang kedua protes. "Kalian tidak akan melepas kami pergi sebelum memberi kami minuman penghangat, bukan?"
"Ini sudah malam, George," kata wanita yang pertama.
"Tapi di luar udaranya dingin sekali. Kalian harus memberi kami minuman lebih dulu supaya kami tidak mati beku." ^}
Laki-laki yang kedua memperkuat permintaan laki-laki yang pertama. "Hanya minuman seteguk dan kemudian kami pergi."
"Yah"." Judd menahan napas. Oh, tolonglah, Tuhan!
Si pirang menyerang. "Baiklah. Tapi hanya segelas minuman, kau dengar?"
Sambil tertawa-tawa, kelompok ini masuk ke lift. Judd cepat-cepat ikut masuk bersama mereka. Si penjaga pintu berdiri kebingungan, melihat kepada saudaranya. Yang di dalam lift mengangkat bahu, menutup pintu dan menjalankan lift naik ke atas.
Apartemen Judd ada di lantai lima. Kalau kelompok ini turun sebelum dia, Judd akan mendapat kesulitan. Kalau mereka turun sesudah dia, judd akan punya kesempatan masuk ke apartemennya, membentengi dirinya, dan menelepon minta pertolongan.
"Lantai berapa?"
Si pirang yang mungil tertawa. "Saya tidak tahu apa yang akan dikatakan suami saya nanti apabila melihat saya membawa dua laki-laki asing ke
apartemen." Dia menoleh kepada operator lift "Lantai sepuluh."
Judd mengembuskan napas, dan baru sadar bahwa dari tadi dia menahan napasnya. Dia cepat-cepat berkata, "Lima."
Operator lift melihat kepadanya dengan pandangan ramah dan mengerti. Sampai ke lantai lima dia membuka pintu. Judd keluar. Pintu lift menutup.
Judd berjalan ke apartemennya, tersaruk-saruk kesakitan. Kunci dikeluarkannya, pintu dibuka dan dia masuk. Jantungnya berdebar-debar. Maksimal dia mempunyai waktu lima menit sebelum mereka datang untuk membunuhnya. Dia menutup pintu dan bermaksud memasang kancing rantai. Kancing rantai putus di tangannya. Dia melihat ke kancing rantai, dan ternyata rantainya sudah putus karena gergaji. Kancing rantai itu dilemparkannya, dan dia berjalan ke telepon.
Rasa pusing tiba-tiba datang menyerangnya. Judd bertahan berdiri memerangi rasa sakit dengan memejamkan mata, sementara waktu yang sangat berharga berlalu. Dengan susah-payah dia meneruskan berjalan ke telepon, jalannya terseok-seok.
Satu-satunya orang yang bisa diingatnya untuk ditelepon hanyalah Angeli, tapi Angeli sedang sakit di rumahnya. Lagi pula apa yang akan dikatakannya" Di sini ada penjaga pintu dan operator lift haru, dan saya rasa mereka akan membunuh saya f
Dia mulai sadar bahwa dia sedang memegangi telepon, berdiri terpaku dengan kepala pusing sehingga tidak bisa melakukan apa pun. Gegar otak, pikiraya. Mungkin akhirnya aku mati juga karena dibunuh Boyd, pikirnya pula. Mereka akan masuk dan menemukan dia seperti itu?tidak berdaya. Dia ingat akan pancaran mata si penjaga pintu. Dia harus bisa mengalahkan mereka, mengacaukan keseimbangan mereka. Tapi, ya, Tuhan?bagaimana caranya".
Judd menyetel televisi kecil, sebuah monitor yang memperlihatkan keadaan di lobi. Lobi kosong sama sekali. Rasa sakitnya kembali lagi, melandanya seperti gelombang dan menyebabkan dia hampir jatuh pingsan. Dia memaksa pikirannya yang sudah lelah terpusat kepada problem yang dihadapinya.
Dia dalam keadaan bahaya". Ya" keadaan bahaya. Dia harus mengambil tindakan segera. Ya". Pandangannya menjadi kabur lagi. Dia memusatkan pandangannya ke telepon. Keadaan bahaya".
Dia mendekatkan telepon ke matanya, supaya bisa membaca angka-angkanya. Perlahan-lahan, dengan susah-payah karena menahan sakit, dia memutar sebuah nomor. Pada deringan kelima sebuah suara menjawab. Judd bicara, suaranya tidak jelas. Matanya menangkap gerakan pada monitor televisi. Kedua laki-laki itu menyeberangi lobi dan berjalan menuju lift. Waktunya sudah habis.
Kedua laki-laki ini berjalan tanpa suara menuju apartemen Judd. Mereka mengambil posisi di sebelah kiri-kanan pintu. Laki-laki yang lebih besar, Rocky, mencoba membuka pintu pelan-pelan. Pintu terkunci. Dia mengulurkan sehelai kartu plastik, dan dengan hati-hati memasukkannya ke lubang kunci. Kepada sauda
ranya dia mengangguk, dan keduanya mengeluarkan revolver yang memakai peredam suara.
Rocky membuka kunci dengan kartu plastik, kemudian perlahan-lahan membuka pintu. Mereka masuk ke ruang duduk sambil mengacungkan pistol. Di depan mereka ada tiga pintu tertutup. Judd entah berada di ruang yang mana!
Laki-laki yang lebih kecil, Nick, mencoba membuka pintu yang pertama. Pintu ini terkunci. Dia tersenyum kepada saudaranya, menempelkan moncong pistol ke lubang kunci dan menarik pelatuknya. Pintu terbuka, ternyata itu ruang tidur Judd. Keduanya masuk ke dalam, memeriksa setiap sudut dengan teliti sambil mengacungkan pistolnya ke segala penjuru kamar.
Tak ada seorang pun di dalam. Nick memeriksa kamar kecil sementara Rocky kembali ke ruang duduk. Mereka tidak kelihatan tergesa-gesa. Mereka tahu bahwa Judd ada di dalam apartemen, bersembunyi dan tidak berdaya. Gerakan mereka yang lambat seakan disengaja, seolah-olah mereka sedang menikmati saat-saat terakhir sebelum
Freelance 1 Rahasia Peti Wasiat Karya Gan K L Pedang Keadilan 22

Cari Blog Ini