Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo Bagian 8
menyampaikan ini pada mereka. Kau bisa menarik bayaran atas informasimu.
Mungkin mereka malah akan memberikan bonus padamu." Ia mengambil sebuah
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir kantong bundar dari kulit dan memberikannya pada Pollard. "Keping hitam
senilai lima ribu dolar," katanya. "Setiap kali mengundangmu kemari untuk
berbisnis, aku selalu khawatir kau akan kehilangan uang di kasino," katanya.
Mestinya ia tidak usah khawatir, sebab Andrew Pollard selalu menukarkan
keping-keping itu dengan uang tunai di kasir.
Leonard Sossa baru saja ditempatkan di sebuah suite di Xanadu. Tak lama
kemudian, kartu ID Pollard dibawa kepadanya. Dengan peralatannya sendiri, ia *
membuat empat tiruan kartu tersebut dengan hati-hati, lengkap berikut
dompet khususnya. Kalau melihatnya, Pollard pasti tahu kartu-kartu itu palsu.
Tapi itu tidak masalah. Pollard tidak akan pernah melihatnya. Beberapa jam
kemudian, Sossa telah menyelesaikan tugasnya. Dua laki-laki membawanya ke
pondok perburuan di Sierra Nevada, dan ia ditempatkan di sebuah bungalo, jauh
di tengah hutan. Sore itu, dari beranda bungalo, ia melihat seekor kijang'dan beruang lewat.
Malamnya Sossa membersihkan peralatannya dan menunggu. Ia tidak tahu di
mana ia berada dan apa yang akan dilakukannya. Ia memang tak ingin tahu. Ia
puas mendapatkan seratus ribu dolar setahun dan bisa hidup sebagai orang
bebas. Ia melewatkan waktu dengan membuat sketsa beruang dan kijang itu di
seratus lembar kertas, lalu menyibakkannya dengan cepat, sehingga tampak
seolah-olah kijang itu mengejar si beruang.
Kedatangan Lia Vazzi disambut dengan cara yang sama sekali berbeda. Cross
memeluknya dan menyajikan makananan di suite-nya. Selama bertahun-tahun
Vazzi di Amerika, Cross sudah berkali-kali menjadi pemimpin operasionalnya.
Meski berkarakter kuat, Vazzi tak pernah mencoba mengambil alih kekuasaan,
dan Cross membalasnya dengan perlakuan penuh hormat padanya, seperti yang
layak diberikan pada orang yang sederajat.
masalahmu bisa terpecahkan kalau kau mengetahui rahasia itu."
Cross menatapnya dengan pandangan dingin, dan sekonyong-konyong Pollard
mengerti mengapa Cross memperoleh reputasinya sekarang. Sorot matanya
begitu dingin dan penuh penilaian. Penilaian yang bisa membawa kematian.
Cross berkata, "Kau tahu kenapa aku menaruh minat. Bantz pasti sudah
menceritakan semuanya padamu. Dia menyewamu untuk menyelidiki latar
belakangku. Nah, mengenai rahasia ini, apakah kau atau pihak studio sudah
mengetahuinya?" "Tidak," sahut Pollard. "Tak ada yang tahu. Cross, aku selalu mengusahakan yang
terbaik untukmu. Kau tahu itu."
"Aku tahu," kata Cross, mendadak sikapnya kembali ramah. "Biar kupermudah
untukmu. Pihak studio penasaran ingin tahu bagaimana aku bisa membuat Athena
Aquitane kembali syuting. Akan kuberitahukan padamu. Aku akan memberikan
sebagian keuntungan film itu padanya. Tidak apa-apa kalau kau mau
menyampaikan ini pada mereka. Kau bisa menarik bayaran atas informasimu.
Mungkin mereka malah akan memberikan bonus padamu." Ia mengambil sebuah
kantong bundar dari kulit dan memberikannya pada Pollard. "Keping hitam
senilai lima ribu dolar," katanya. "Setiap kali mengundangmu kemari untuk
berbisnis, aku selalu khawatir kau akan kehilangan uang di kasino," katanya.
Mestinya ia tidak usah khawatir, sebab Andrew Pollard selalu menukarkan
keping-keping itu dengan uang tunai di kasir.
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Leonard Sossa baru saja ditempatkan di sebuah suite di Xanadu. Tak lama
kemudian, kartu ID Pollard dibawa kepadanya. Dengan peralatannya sendiri, ia *
membuat empat tiruan kartu tersebut dengan hati-hati, lengkap berikut
dompet khususnya. Kalau melihatnya, Pollard pasti tahu kartu-kartu itu palsu.
Tapi itu tidak masalah. Pollard tidak akan pernah melihatnya. Beberapa jam
kemudian, Sossa telah menyelesaikan tugasnya. Dua laki-laki membawanya ke
pondok perburuan di Sierra Nevada, dan ia ditempatkan di sebuah bungalo, jauh
di tengah hutan. Sore itu, dari beranda bungalo, ia melihat seekor kijang'dan beruang lewat.
Malamnya Sossa membersihkan peralatannya dan menunggu. Ia tidak tahu di
mana ia berada dan apa yang akan dilakukannya. Ia memang tak ingin tahu. Ia
puas mendapatkan seratus ribu dolar setahun dan bisa hidup sebagai orang
bebas. Ia melewatkan waktu dengan membuat sketsa beruang dan kijang itu di
seratus lembar kertas, lalu menyibakkannya dengan cepat, sehingga tampak
seolah-olah kijang itu mengejar si beruang.
Kedatangan Lia Vazzi disambut dengan cara yang sama sekali berbeda. Cross
memeluknya dan menyajikan makananan di suite-nya.. Selama bertahun-tahun
Vazzi di Amerika, Cross sudah berkali-kali menjadi pemimpin operasionalnya.
Meski berkarakter kuat, Vazzi tak pernah mencoba mengambil alih kekuasaan,
dan Cross membalasnya dengan perlakuan penuh hormat padanya, seperti yang
layak diberikan pada orang yang sederajat.
Selama bertahun-tahun Cross selalu menghabiskan akhir minggunya di pondok
perburuan itu dan mereka berdua sering berburu besama-sama. Vazzi suka bercerita tentang kesulitan-kesulitan yang dialaminya di Sisilia dan perbedaan yang
dirasakannya setelah tinggal di Amerika. Cross membalas dengan mengundang
Vazzi dan keluarganya ke Vegas, menyediakan fasilitas RFB untuknya di Xanadu,
plus batas kredit lima ribu dolar di kasino, yang tak perlu dibayarnya.
Selama makan malam, mereka berbincang-bincang santai. Vazzi masih saja
terheran-heran dengan kehidupannya di Amerika. Putra sulungnya sudah meraih
gelar di University of California dan sama sekali tidak tahu-menahu tentang
kehidupan rahasia ayahnya. Vazzi merasa waswas akan hal ini. "Kadang-kadang
kupikir dia sama sekali tidak mewarisi darahku," katanya. "Dia percaya semua
yang dikatakan profesor-profesornya. Dia menganggap wanita sederajat dengan
laki-laki. Dia percaya para petani mesti diberi lahan gratis. Dia menjadi
anggota tim renang di college. Sepanjang hidupku di Sisilia, belum pernah aku melihat
orang Sisilia berenang, padahal Sisilia adalah kepulauan."
"Yang berenang cuma nelayan yang tercebur dari perahunya," kata Cross sambil
tertawa. "Itu pun tidak," sahut Vazzi. "Mereka semua tenggelam."
Selesai makan, barulah mereka membicarakan bisnis. Vazzi tidak terlalu suka
makanan di Vegas, tapi ia senang minum brendi dan mengisap cerutu Havana.
Cross sering mengiriminya sepeti brendi yang enak dan sekotak cerutu Havana
setahun sekali, pada hari Natal.
"Aku punya tugas yang sangat sulit untukmu," kata Cross. "Mesti dilakukan
dengan sangat cerdik."
"Itu selalu sulit," kata Vazzi.
"Tempatnya di pondok perburuan," kata Cross. "Kita akan membawa seseorang
ke sana. Aku ingin dia menulis beberapa surat dan memberi sebuah informasi."
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Ia tersenyum saat Vazzi mengibaskan tangan. Vazzi sudah sering mengomentari
film-film Amerika yang pahlawan atau penjahatnya menolak memberikan
informasi. Ia akan berkata, "Aku bisa membuat mereka bicara bahasa apa pun."
"Kesulitannya," kata Cross, "tak boleh ada bekas apa pun di tubuhnya, juga tak
boleh ada obat apa pun. Selain itu, orang ini sangat tangguh."
"Cuma perempuan yang bisa membuat laki-laki bicara, dengan ciuman," kata
Vazzi dengan tenang sambil mengisap cerutunya. "Kedengarannya kau akan
terlibat secara pribadi dalam urusan ini."
"Tak ada jalan lain," kata Cross. "Kau boleh merekrut anak buahmu, tapi wanita
dan anak-anak mesti diungsikan dulu dari pondok perburuan itu."
Vazzi melambaikan cerutunya. "Mereka akan disuruh ke Disneyland, tempat
yang bagus itu. Kami selalu mengirim mereka ke sana."
"Disneyland?" komentar Cross sambil tertawa.
"Aku sendiri belum pernah ke sana," kata Vazzi. "Mudah-mudahan sebelum mati
aku sempat ke sana. Tugas ini berupa Komuni atau Konfirmasi?"
"Konfirmasi," kata Cross.
Maka mereka pun merundingkan detailnya. Cross menjelaskan tentang operasi
tersebut pada Vazzi. Kenapa dan bagaimana mesti dilaksanakan. "Bagaimana
menurutmu?" tanyanya kemudian.
"Kau jauh lebih Sisilia daripada putraku, padahal kau lahir di Amerika," kata
Vazzi. "Tapi bagaimana kalau orang ini tetap keras kepala dan menolak
memenuhi keinginanmu?"
"Kalau begitu, berarti kesalahan ada pada diriku," kata Cross, "dan di pihaknya
juga. Kita mesti membayarnya. Dalam satu hal itu, Amerika dan Sisilia sama
saja." "Benar," kata Vazzi. "Begitu pula di Cina, Rusia, dan Afrika. Seperti kata sang
Don, kita semua boleh berenang sampai ke dasar samudra."
Bab 9 ELI MARRION, Bobby Bantz, Skippy Deere, dan Melo Stuart mengadakan
rapat darurat di rumah Marrion. Andrew Pollard telah melaporkan pada Bantz
tentang rencana rahasia Cross De Lena untuk membuat Athena kembali
bekerja. Informasi ini telah dikonfirmasikan oleh Jim Losey, yang menolak
memberitahukan sumbernya.
"Ini penipuan," kata Bantz. "Melo, kau agen Athena. Kau bertanggung jawab atas
dia dan seluruh klienmu. Apa ini berarti di tengah-tengah pembuatan film itu
nanti bintangmu akan mogok sampai mereka mendapatkan setengah dari
keuntungan?" Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir "Ya, kalau kau cukup sinting untuk membayarnya," kata Stuart. "Biarkan De
Lena melakukannya. Dia tidak akan lama bertahan dalam bisnis ini."
Marrion berkata, "Melo, kau bicara tentang strategi. Kita bicara tentang hari
ini. Kalau Athena kembali bekerja, berarti kau dan dia memoroti kami. Kau
mengakui itu, tidak?"
Semuanya terperanjat. Marrion jarang sekali bicara blak-blakan seperti ini,
sejak umurnya semakin tua. Stuart merasa waswas.
"Athena tidak tahu apa-apa tentang ini," katanya. "Kalau tahu, dia pasti
bercerita padaku." "Maukah dia menerima tawaran itu, kalau dia tahu?" tanya Deere.
"Aku akan menasihati dia untuk menerimanya, lalu secara terpisah menyuruhnya
membagi bagiannya dengan pihak studio," kata Stuart.
Bantz berkata tajam, "Kalau begitu, semua alasan ketakutannya bohong belaka.
Singkatnya, omong kosong. Dan, Melo, kau juga penipu besar. Kaupikir pihak
studio mau menerima setengah dari bagian yang diperoleh Athena dari De Lena"
Semua uang itu sebenarnya merupakan hak kami. Dia mungkin bisa kaya karena
kesepakatannya dengan De Lena, tapi kariernya di layar lebar akan berakhir.
Takkan ada lagi studio yang mau memakainya."
"Studio di luar negeri mungkin ada yang mau mencobanya," kata Skippy.
Marrion mengambil telepon dan menyerahkannya pada Stuart. "Semua ini tak
ada gunanya. Hubungi Athena. Beritahukan padanya tentang tawaran Cross De
Lena, dan tanyakan apakah dia mau menerimanya."
"Dia menghilang pada akhir minggu," kata Deere.
"Dia sudah kembali," sahut Stuart. "Dia memang sering menghilang pada akhir
minggu." Percakapan di telepon sangat singkat. Stuart menutup pembicaraan dan
tersenyum. "Dia bilang dia tidak pernah mendapat tawaran semacam itu. Dan itu
pun tidak akan bisa membuatnya kembali bekerja.
Dia tidak peduli dengan kariernya." Ia diam sejenak, lalu berkata penuh
kekaguman, "Aku ingin bertemu dengan si Skannet ini. Orang yang bisa membuat
seorang aktris ketakutan, sampai tak peduli lagi dengan kariernya, pasti punya
keistimewaan." "Baiklah kalau begitu," kata Marrion. "Kita berhasil meraup lagi kerugian kita
dari situasi sulit ini. Tapi sayang sekali, sebab Athena seorang bintang besar."
Andrew Pollard sudah mendapatkan instruksi. Pertama: Memberitahu Bantz
tentang tawaran Cross De Lena terhadap Athena. Kedua: Menarik tim penyelidiknya atas diri Skannet. Ketiga: Menemui Boz Skannet untuk menawarkan
kesepakatan. Skannet hanya mengenakan kaus dalam ketika menyambut kedatangan Pollard di
suite Beverly Hills Hotel. Tubuhnya memancarkan aroma cologne. "Baru selesai
bercukur," katanya. "Hotel ini lebih banyak menyimpan parfum daripada rumah
bordil." "Kau mestinya tidak boleh berada di kota ini," Pollard menegurnya.
Skannet menepuk punggung Pollard. "Aku tahu, tapi besok aku sudah pergi. Aku
cuma ingin menyelesaikan beberapa urusan."
Senyum lebarnya yang berkesan jahat dan dadanya yang bidang dulu pernah
membuat Pollard gentar, tapi sekarang, setelah Cross terlibat, ia cuma merasa
kasihan pada orang ini. Namun ia tetap mesti hati-hati.
Ben99 ebooks collection Mar
Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir "Athena tidak terkejut kau belum pergi dari sini," kata Pollard. "Dia merasa
pihak studio tidak kenal dirimu sebaik dirinya. Karena itulah dia ingin bertemu
denganmu secara pribadi. Dia merasa jika hanya berdua, mungkin kalian bisa
membuat kesepakatan."
Saat melihat kilatan kegembiraan di wajah Skannet, tahulah Pollard bahwa
dugaan Cross benar. Laki-laki ini masih mencintai Athena dan percaya saja pada
cerita bohong itu. Tapi sekonyong-konyong Boz Skannet tampak waspada. "Kedengarannya tidak
seperti Athena. Dia tidak tahan melihatku. Aku juga tidak menyalahkannya. Dia
tidak mau wajahnya sampai rusak."
"Dia ingin membuat tawaran serius," kata Pollard. "Pembayaran tahunan untuk
seumur hidup. Sejumlah persentase dari pendapatannya, sepanjang hidupnya,
kalau kau mau. Tapi dia ingin bicara dulu denganmu secara pribadi dan rahasia.
Ada sesuatu yang diinginkannya."
"Aku tahu apa yang dia inginkan," kata Skannet. Ekspresi wajahnya tampak
aneh. Pollard sudah sering melihat ekspresi seperti itu di wajah para pemerkosa
yang menyesali perbuatannya.'"Jam tujuh," kata Pollard. "Dua anak buahku akan
menjemputmu dan membawamu ke tempat pertemuan. Mereka akan tetap di situ
untuk mendampingi Athena. Dua anak buahku yang terbaik dan bersenjata.
Supaya kau tidak macam-macam."
Skannet tersenyum. "Tidak usah khawatir," katanya.
"Baiklah," kata Pollard, lalu pergi.
Begitu pintu tertutup, Skannet mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi
sebagai tanda kemenangan. Ia akan bertemu lagi dengan Athena, hanya
didampingi oleh dua detektif swasta bodoh. Ia jadi punya bukti bahwa Athenalah yang menginginkan pertemuan itu; ia tidak akan dianggap melanggar perintah
pengadilan untuk menjauhi mantan istrinya itu.
Sepanjang sore itu ia membayangkan pertemuan mereka nanti. Ini benar-benar
kejutan. Ia yakin Athena akan menggunakan daya tarik tubuhnya untuk
membujuknya agar menerima kesepakatan yang ia tawarkan. Sambil berbaringbaring di tempat tidur, Boz membayangkan bagaimana rasanya bertemu lagi
dengan Athena. Terbayang jelas olehnya tubuh wanita itu, kulitnya yang putih,
lekuk perutnya yang lembut, payudaranya, matanya yang begitu hijau, mulutnya
yang lembut dan hangat, napasnya, rambutnya yang berkilau bagai matahari
yang menggelap di bawah langit malam. Sesaat ia kembali diliputi rasa cinta akan
kecerdasan Athena dan kekuatan pribadinya yang berhasil ia kalahkan menjadi
rasa takut. Untuk sesaat itu ia benar-benar bahagia dan kembali mencintai
Athena. Tapi sekonyong-konyong ia terempas kembali ke dunia nyata. Ia merasa agak
malu dan terhina, dan ia kembali membenci Athena. Sekonyong-konyong ia yakin
semua ini cuma perangkap. Apa yang ia ketahui tentang Pollard" Skannet lekaslekas berpakaian dan mengamati kartu nama yang diberikan Pollard. Kantor
Pollard hanya dua puluh menit bermobil dari hotelnya. Ia bergegas keluar dari
hotel. Seorang petugas parkir membawakan mobilnya.
Ketika memasuki Pacific Ocean Security Building, ia terheran-heran melihat
betapa besar dan mewah bangunan itu. Ia pergi ke meja resepsionis dan
menyatakan maksud kedatangannya. Seorang petugas keamanan bersenjata
mengantarnya ke kantor Pollard. Skannet melihat dinding-dinding ruangan
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir dihiasi dengan berbagai penghargaan dari Kepolisian L.A., Asosiasi untuk
Membantu Para Tunawisma, dan berbagai organisasi lainnya, termasuk Pramuka
Amerika. Bahkan ada juga semacam penghargaan dari perfilman.
Andrew Pollard menyambutnya dengan, agak heran dan sedikit cemas. Skannet
menenangkannya. "Aku cuma ingin bilang," katanya, "aku akan naik mobilku sendiri ke tempat
pertemuan itu. Anak buahmu bisa ikut denganku untuk memberi petunjuk."
Pollard angkat bahu. Ini bukan urusannya. Ia sudah melakukan apa yang
diperintahkan. "Boleh saja," katanya. "Tapi mestinya tadi kau meneleponku
dulu." Skannet tersenyum lebar. "Memang, tapi aku ingin mengecek kantormu. Selain
itu, aku ingin menelepon Athena untuk memastikan pertemuan ini benar. Kurasa
kau bisa menghubunginya di telepon. Kalau aku yang menelepon, mungkin dia
tidak mau menerima."
"Boleh," Pollard menyetujui. Ia mengangkat telepon. Ia tidak tahu apa yang
sedang berlangsung. Dalam hati ia berharap Boz akan membatalkan pertemuan
itu, sehingga ia tidak terlibat lagi dalam apa pun yang direncanakan Cross. Ia
juga tahu bahwa Athena tak mungkin akan bicara langsung padanya.
Ia memutar nomor telepon dan minta bicara dengan Athena. Ia menyalakan
loudspeaker agar Skannet bisa ikut mendengarkan. Sekretaris Athena mengatakan aktris itu sedang pergi dan baru kembali besok. Pollard menutup telepon
dan mengangkat sebelah alisnya pada Skannet. Skannet tampak senang.
Skannet merasa tebakannya benar. Athena akan menggunakan daya tarik
tubuhnya untuk mewujudkan kesepakatan itu. Athena akan menghabiskan satu
malam bersamanya. Membayangkan hal itu, wajah Boz yang merah jadi semakin
membara oleh debur darah yang berdesir ke otaknya. Ia teringat ketika Athena
masih muda dan mereka masih saling mencintai.
Pukul tujuh malam itu, Lia Vazzi datang ke hotel Skannet bersama seorang anak
buahnya. Skannet sudah menunggu dan siap berangkat. Penampilannya sangat
rapi dan bergaya anak muda. Ia mengenakan jeans, kemeja denim biru lusuh, dan
jaket sport putih. Ia sudah bercukur bersih, rambut pirangnya disisir rapi ke
belakang. Kulitnya yang merah tampak lebih pucat, sehingga wajahnya pun
tampak lebih lembut. Lia Vazzi dan anak buahnya menunjukkan kartu identitas
palsu mereka pada Skannet.
Skannet tidak terlalu terkesan pada mereka. Dua tukang pukul, yang satu
bicaranya agak beraksen; mungkin orang Meksiko. Ia tidak akan mengalami
kesulitan menghadapi mereka. Agen-agen pelindung swasta ini memang payah.
Perlindungan macam apa ini, yang mereka berikan untuk Athena"
Vazzi berkata pada Skannet, "Kudengar kau ingin mengendarai mobilmu sendiri.
Aku akan ikut denganmu dan temanku akan mengikuti dengan mobil kami. Kau
tidak keberatan?" "Oke," kata Skannet.
Ketika keluar dari elevator dan masuk ke lobi, mereka dihentikan oleh Jim
Losey. Detektif itu sudah menunggu di sofa dekat perapian dan melihat mereka
secara kebetulan. Ia memang sudah siap siaga di sana, untuk mengawasi
Skannet. Ia mengacungkan tanda pengenalnya pada ketiga orang itu.
Skannet melihat kartu ID Losey dan berkata, "Kau mau apa?"
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir "Siapa kedua orang ini?" tanya Jim Losey. "Bukan urusanmu," sahut Skannet.
Vazzi dan anak buahnya diam saja ketika dipandangi oleh Losey.
"Aku ingin bicara sebentar denganmu secara pribadi," kata Losey.
Skannet mendorongnya, tapi Losey menarik lengannya. Mereka berdua samasama bertubuh besar. Skannet sudah tak sabar ingin pergi. Ia berkata dengan
suara keras dan marah, "Semua tuntutan terhadapku sudah dibatalkan. Aku tak
perlu bicara padamu. Kalau kau tidak melepaskan tanganku, akan kuhajar kau
sampai babak belur."
Losey melepaskan cengkeramannya. Bukan karena takut; ia hanya sedang
berpikir keras. Kedua laki-laki yang bersama Skannet tampak asing baginya.
Pasti ada sesuatu. Ia menepi memberi jalan, tapi lalu mengikuti sampai ke
"tempat mobil-mobil diantarkan pada tamu hotel. Ia memperhatikan Skannet
masuk ke mobil bersama Lia Vazzi. Laki-laki satunya entah bagaimana sudah
menghilang. Losey mencatat hal ini dan menunggu kalau-kalau ada mobil lain
keluar dari tempat parkir. Ternyata tidak ada.
Tak ada gunanya mengikuti mereka. Lagi pula, untuk apa membayangi mobil
Skannet" Ia menimbang-nimbang, perlukah melaporkan hal ini pada Skippy
Deere. Ia memutuskan untuk tidak melaporkannya. Satu hal sudah pasti. Kalau
Skannet berani keluar jalur lagi, ia akan menyesali segala caci makinya tadi.
Perjalanan mereka makan waktu lama. Skannet terus mengeluh dan bertanya iniitu, bahkan mengancam akan kembali saja. Tapi Lia Vazzi menenangkannya.
Skannet diberitahu bahwa tempat pertemuan itu adalah di sebuah pondok
perburuan milik Athena di Sierra Nevada, dan menurut instruksi, mereka akan
bermalam di sana. Athena sudah berpesan dengan tegas agar pertemuan ini
tidak diketahui oleh siapa pun, dan ia akan memberikan penyelesaian yang
memuaskan bagi semua pihak. Skannet tidak mengerti maksudnya. Apa yang bisa
dilakukan wanita itu untuk mencairkan kebencian yang sudah bertumbuh selama
sepuluh tahun terakhir ini" Apakah ia begitu bodoh, hingga mengira semalaman
bercinta dan sejumlah uang bisa melunakkan hati Boz Skannet" Apa dia mengira
Boz setolol itu" Sejak dulu Boz mengagumi kecerdasan mantan istrinya, tapi
mungkin sekarang Athena sama saja dengan aktris-aktris Hollywood lainnya
yang angkuh, yang menganggap mereka bisa membeli apa pun dengan kemolekan
tubuh dan uang. Namun kecantikan wanita itu masih saja menghantuinya.
Setelah begitu lama, akhirnya Athena akan tersenyum padanya, mengerahkan
pesonanya, dan menyerahkan diri untuknya. Apa pun yang terjadi, ia akan
menikmati malam ini. Lia Vazzi tidak cemas denagn ancaman Skannet untuk pulang. Ia tahu di
belakang mereka ada tiga mobil yang mengiringi. Lagi pula ia sudah mendapatkan
instruksi. Kalau terpaksa, ia bisa saja membunuh Skannet. Tapi instruksi yang
diterimanya juga sangat jelas. Tak boleh ada bekas luka apa pun di tubuh
Skannet. Mereka memasuki gerbang yang terbuka, dan Skannet terkejut melihat
besarnya pondok perburuan itu. Bangunannya tampak seperti sebuah hotel kecil.
Ia keluar dari mobil dan meregangkan tangan dan kakinya. Ada lima atau enam
mobil diparkir di depan pondok itu. Sesaat ia agak heran melihatnya.
Vazzi membukakan pintu pondok. Saat itu Skannet mendengar beberapa mobil
lagi masuk ke gerbang. Ia menoleh, mengira Athena yang datang. Yang
dilihatnya adalah tiga buah mobil, dari dalamnya masing-masing keluar dua orang
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir laki-laki. Lia membawanya masuk ke pintu utama pondok, menuju ruang tamu
yang dilengkapi perapian raksasa. Di sofa sudah menunggu seorang laki-laki yang
belum pernah dilihatnya. Cross De Lena.
Peristiwa selanjutnya berlangsung sangat cepat. Skannet bertanya dengan
marah, "Di mana Athena?" Mendadak dua laki-laki mencengkeram lengannya, dua
orang lagi menodongkan pistol ke kepalanya, dan Lia Vazzi yang tadi tampak
tidak berbahaya sekarang menarik kakinya, hingga ia terjungkal ke lantai.
Vazzi berkata, "Kau akan mati kalau tidak menaati perintah. Jangan merontaronta. Berbaring diam!"
Seorang laki-laki memborgol kaki Skannet, lalu menariknya berdiri menghadap
Cross. Skannet terkejut merasa dirinya tak berdaya, meski kemudian orangorang itu melepaskan lengannya. Kakinya yang terborgol seakan-akan menyerap
habis seluruh kekuatannya. Ia mengulurkan tangan untuk meninju bajingan kecil
itu, tapi Vazzi mundur. Skannet melompat sedikit, tapi lengannya tak bisa
mencapai sasarannya. Vazzi memandanginya dengan muak. "Kami tahu kau orang yang kasar," katanya.
"Tapi sekarang saatnya menggunakan otak. Tak ada manfaatnya mengandalkan
kekuatan di sini." Skannet pura-pura mengikuti nasihatnya. Padahal ia sedang berpikir keras.
Kalau mereka ingin membunuhnya, tentu sudah dilaksanakan sejak tadi. Ia
menduga mereka sekadar menakut-nakutinya agar ia menyetujui sesuatu. Yah, ia
mau saja. Tapi lain kali ia akan lebih berhati-hati. Satu hal ia yakin. Athena
tak mungkin terlibat dalam hal semacam ini. Ia berpaling dari Vazzi dan menoleh
pada laki-laki yang duduk di sofa.
"Kau siapa?" tanyanya.
Cross berkata, "Aku ingin kau melakukan beberapa hal. Setelah itu kau boleh
pulang." "Kalau aku tidak mau, kau akan menyiksaku. Begitu?" Skannet tertawa. Ia mulai
menganggap semua ini sebagai adegan Hollywood yang konyol; skenario buruk
dari pihak studio. "Tidak," sahut Cross. "Tidak ada penyiksaan. Tidak akan ada yang menyentuhmu.
Kuminta kau duduk di meja itu dan menulis empat surat untukku. Satu ditujukan
pada LoddStone Studios, berjanji untuk tidak mendekat ke wilayah mereka.
Satu pada Athena Aquitane, meminta maaf atas segala perbuatanmu dulu dan
bersumpah tidak akan mengganggunya lagi. Satu pada kepolisian, mengakui
bahwa kau membeli air keras untuk digunakan menyerang mantan istrimu. Satu
lagi padaku, memaparkan rahasia yang kausimpan tentang mantan istrimu.
Sederhana, bukan?" Skannet melompat-lompat ke arah Cross, tapi didorong oleh salah satu laki-laki,
sehingga ia jatuh tergeletak di sofa seberang.
"Jangan sentuh dia!" kata Cross dengan tajam.
Dengan bertumpu pada kedua lengannya, Skannet mendorong tubuhnya hingga
berdiri. Cross menunjuk setumpuk kertas di meja.
Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Di mana Athena?" tanya Skannet.
"Dia tidak di sini," sahut Cross. "Yang lain keluar, kecuali Lia," katanya.
Semua orang itu keluar. "Duduk di depan meja," perintah Cross. Skannet mematuhinya.
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Cross berkata padanya, "Aku ingin bicara serius padamu. Jangan coba-coba
memamerkan ketangguh-anmu. Kuminta kau memasang telinga. Jangan bertindak
bodoh. Tanganmu sengaja dibebaskan; karena itulah kau mungkin merasa kuat.
Aku cuma ingin kau menulis keempat surat itu. Setelah itu kau bebas."
Skannet berkata dengan marah, "Tulis saja sendiri!"
Cross menoleh pada Vazzi dan berkata, "Tak ada gunanya buang-buang waktu.
Bunuh dia!" Suara Cross terdengar tenang, tapi ada kesan mengerikan dalam ketenangannya.
Untuk pertama kalinya Skannet merasa takut. Ia baru menyadari, siapa orangorang di pondok ini. Lia Vazzi masih belum bergerak. Skannet berkata, "Oke,
aku bersedia." Ia mengambil sehelai kertas dan mulai menulis.
Dengan cerdik ia menulis dengan tangan kirinya. Seperti beberapa atlet
profesional, ia bisa memakai kedua tangannya dengan sama baiknya. Cross mengawasi dari balik punggungnya. Skannet, yang malu dengan kepengecutannya,
mengambil ancang-ancang. Yakin dengan kemampuan koordinasi fisiknya, ia
mengalihkan pena ke tangan kanan dan bergerak untuk menikam wajah Cross,
berharap pena itu mengenai mata laki-laki di belakangnya. Ia mengayunkan
lengan, bagian atas tubuhnya berputar, tapi ia terkejut ketika Cross dengan
mudah mengelak. Skannet masih mencoba bergerak dengan kakinya yang
diborgol. Cross menatapnya dengan tenang dan berkata, "Semua orang berhak mencoba
satu kesempatan. Dan kau telah mencobanya. Sekarang letakkan pena itu dan
berikan kertas-kertas itu padaku."
Skannet memberikannya. Cross membaca tulisan di lembaran-lembaran
tersebut, lalu berkata, "Kau belum menuliskan rahasia itu untukku."
"Aku tidak akan menuliskannya di atas kertas. Suruh orang itu pergi, baru akan
kuceritakan padamu." Ia memberi isyarat ke arah Vazzi.
Cross menyerahkan kertas-kertas itu pada Lia dan berkata, "Urus ini."
Vazzi keluar. "Oke," kata Cross pada Skannet. "Coba ungkapkan rahasia besar itu."
Keluar dari pondok perburuan, Vazzi berlari ke bungalo tempat Leonard Sossa
berada. Sossa sudah menunggu. Ia melihat kedua lembar kertas itu dan berkata
kesal, "Ini ditulis dengan tangan kiri. Aku tidak bisa menulis pakai tangan
kiri. Cross tahu itu." "Coba lihat lagi," kata Vazzi. "Orang itu mencoba menikam Cross dengan tangan
kanannya." Sossa memeriksa tulisan itu sekali lagi. "Yeah," katanya, "orang ini tidak
benar- benar kidal. Dia membohongi kalian."
Vazzi mengambil kertas-kertas itu dan kembali ke pondok perburuan, masuk ke
perpustakaan. Saat melihat wajah Cross, tahulah ia bahwa ada yang tidak beres.
Cross tampak terpukul, sementara Skannet berbaring di sofa sambil
tersenyum-senyum ke langit-langit; kakinya yang terborgol diangkat ke lengan
sofa. "Surat-surat ini tidak bisa dipakai," kata Vazzi. "Dia menulisnya dengan tangan
kiri, padahal menurut si analis, dia tidak kidal."
Cross berkata pada Skannet, "Kurasa kau terlalu tangguh untukku. Aku tak bisa
membuatmu takut. Tak bisa menyuruhmu melakukan kehendakku. Aku
menyerah." Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Skannet bangkit dari sofa dan berkata marah pada Cross, "Tapi ceritaku tadi
bukan isapan jempol. Semua orang jatuh cinta pada Athena, tapi tak ada yang
mengenalnya sebaik diriku."
Cross berkata pelan, "Kau tidak mengenalnya. Dan kau tidak mengenalku." Ia
pergi ke pintu dan memberi isyarat. Empat laki-laki masuk ke ruangan itu. Cross
menoleh pada Lia. "Kau tahu apa yang kuinginkan. Kalau dia tidak
memberikannya, habisi saja dia." Lalu ia keluar.
Lia Vazzi mendesah lega. Ia mengagumi Cross dan selama bertahun-tahun ini
telah menjadi anak buahnya yang patuh, tapi Cross terlalu sabar. Memang
benar, semua don yang hebat di Sisilia terkenal akan kesabarannya, tapi mereka
juga tahu batas-batas. Vazzi menduga dalam diri Cross De Lena ada unsur
kelembutan Amerika yang bisa menghalangi kariernya ke puncak.
Vazzi beralih pada Skannet dan berkata dengan ramah, "Kau dan aku sekarang.
Kita akan mulai." Ia berpaling pada keempat anak buahnya. "Borgol tangannya,
tapi pelan-pelan. Jangan sakiti dia."
Keempat orang itu serentak menyerbu Skannet. Salah satunya mengeluarkan
borgol, dan dalam sekejap Skannet sudah benar-benar tak berdaya. Vazzi
mendorongnya ke lantai hingga berlutut, dan keempat orang lainnya memaksanya
tetap dalam posisi demikian.
"Komedi ini sudah berakhir," kata Vazzi pada Skannet. Tubuhnya yang berotot
tampak santai, suaranya pun biasa saja. "Kau akan menuliskan surat-surat itu
dengan tangan kananmu. Atau kau bisa menolak." Salah satu anak buahnya
mengeluarkan sepucuk revolver besar dan sekotak peluru, lalu menyerahkannya
pada, Lia. Lia mengisi revolver itu sambil memperlihatkan peluru-pelurunya pada
Skannet. Lalu ia pergi ke jendela dan menembak ke arah hutan, sampai revolver
itu kosong. Kemudian ia kembali menghampiri Skannet dan memasukkan satu
peluru ke dalam revolver. Setelah memutar
silindernya, ia menodongkan senjata itu ke bawah hidung Skannet.
"Aku tidak tahu di mana peluru itu berada," kata Lia. "Kau juga tidak tahu.
Kalau kau tetap menolak menulis surat-surat itu, aku akan menarik pelatuk. Nah, ya
atau tidak?" Skannet menatap mata Lia dan tidak menjawab. Lia menarik pelatuk. Hanya
terdengar bunyi klik tanda magasin yang kosong. Lia mengangguk. "Aku cuma
mengujimu," katanya.
Ia memeriksa silinder revolver dan memasukkan peluru ke magasin pertama.
Lalu ia pergi ke jendela dan menembakkannya. Suara letusannya seperti mengguncang seisi ruangan. Ia kembali ke meja, mengambil satu peluru lagi dari
kotak, mengisikannya, dan memutar silinder.
"Kita coba lagi," katanya. Ia menodongkan revolver itu ke bawah dagu Skannet.
Tapi kali ini Skannet tampak tercekat.
"Panggil bosmu," kata Skannet. "Masih ada beberapa hal yang bisa kuceritakan
padanya." "Tidak," kata Lia. "Kekonyolanmu sudah berakhir. Jawab saja, ya atau tidak?"
Skannet menatap mata Lia; yang dilihatnya di sana bukan ancaman, tapi rasa
penyesalan dan iba. "Oke," kata Skannet. "Aku akan menulis."
Dengan segera ia ditarik bangkit dan didudukkan di depan meja. Vazzi duduk di
sofa, sementara Skannet menulis. Lalu ia mengambil kertas-kertas itu dari
Skannet dan membawanya ke bungalo Sossa. "Sudah oke?" tanyanya.
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir "Oke," sahut Sossa.
Vazzi kembali ke pondok perburuan dan melapor pada Cross. Lalu ia pergi ke
perpustakaan dan berkata pada Skannet, "Sudah selesai. Aku akan
mengantarmu ke LA. kalau aku sudah siap." Kemudian ia mengantar Cross ke
mobilnya. Cross berkata, "Kau tahu apa yang mesti kaulakukan. Tunggu sampai pagi. Saat
itu aku sudah sampai di Vegas."
"Jangan khawatir," kata Vazzi. "Semula kukira dia tidak akan mau menulis.
Dasar binatang." Ia melihat Cross tampak termenung. "Apa yang dikatakannya
padamu setelah aku keluar tadi?" tanyanya. "Ada yang perlu kuketahui?"
Cross menjawab dengan kegetiran dan kemarahan yang belum pernah dilihat
Vazzi. "Mestinya dia langsung kuhabisi," katanya. "Mestinya aku tidak ragu-ragu
lagi. Aku benci akan keingintahuanku."
"Ah, itu sudah terjadi," komentar Vazzi.
Ia memandangi mobil Cross yang keluar dari gerbang. Sesaat ia merasa sangat
merindukan Sisilia. Di Sisilia, laki-laki tak pernah begitu penasaran tentang
rahasia wanita. Dan di Sisilia keruwetan semacam ini tidak akan pernah terjadi.
Skannet sudah akan dilemparkan ke dasar samudra sejak lama.
Saat fajar merekah, sebuah van tertutup berhenti di depan pondok perburuan
itu. Lia Vazzi mengambil surat-surat pernyataan bunuh diri palsu buatan Leonard
Sossa, lalu memasukkan Sossa ke mobil yang akan mengantarnya pulang ke
Topanga Canyon. Vazzi membersihkan bungalo
tempat Sossa tinggal, membakar surat-surat yang ditulis Skannet, dan
melenyapkan semua bekas-bekas yang ditinggalkan Sossa. Selama berada di
bungalo itu, Sossa tak pernah sekali pun melihat Skannet atau Cross.
Kemudian Lia Vazzi mempersiapkan operasi melenyapkan Boz Skannet.
Operasi ini melibatkan enam orang lain. Mereka menutup mata Skannet,
menyumbat mulutnya, lalu memasukkannya ke dalam van. Dua laki-laki ikut masuk
ke van. Skannet benar-benar tak berdaya; tangan dan kakinya diborgol. Satu
orang mengemudikan van, seorang lagi menjadi penunjuk jalan bagi pengemudi.
Laki-laki kelima mengendarai mobil Skannet. Lia Vazzi dan laki-laki keenam
mengendarai mobil lain yang melaju di depan.
Lia Vazzi mengawasi matahari yang naik perlahan-lahan dari balik bayangbayang pegunungan. Van itu melaju sekitar enam ratus mil, lalu berbelok ke
sebuah jalan yang berada jauh di dalam hutan.
Akhirnya van itu berhenti. Vazzi menunjukkan bagaimana persisnya mobil
Skannet harus diparkir. Lalu ia menyuruh Skannet dikeluarkan dari van. Skannet
tidak melawan. Tampaknya ia sudah menerima nasibnya. Akhirnya dia tahu juga,
pikir Vazzi. Vazzi mengambil tali dari dalam mobil. Ia mengukur panjangnya dnegan saksama,
lalu mengaitkan salah satu ujungnya ke sebuah cabang pohon terdekat. Dua lakilaki memegangi Skannet agar Vazzi bisa memasangkan lubang tali ke leher
Skannet. Vazzi mengambil dua surat bunuh diri yang dibuat Leonard Sossa dan
memasukkannya ke saku jaket Skannet.
Empat laki-laki mengangkat tubuh Skannet ke atap van, lalu Lia Vazzi
mengacungkan tangan ke arah yang mesti dituju pengemudi van. Mobil itu
meluncur cepat, dan Skannet terlontar dari atapnya, tergantung-gantung di
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir udara. Suara lehernya yang patah bergema di seluruh hutan. Vazzi memeriksa
mayatnya dan melepaskan borgolnya. Laki-laki lainnya membuka penutup mata
dan sumbat mulutnya. Luka-luka di mulutnya hanya sedikit, tidak akan kelihatan
lagi setelah beberapa hari tergantung-gantung di hutan. Vazzi memeriksa
lengan dan kaki mayat, kalau-kalau ada bekas-bekas tegangan. Hanya ada
sedikit, tidak mencolok. Ia merasa puas. Entah operasi ini bermanfaat atau
tidak, yang jelas semua perintah Cross telah dilaksanakan.
Dua hari kemudian, berdasarkan laporan dari sebuah sumber misterius, sheriff
di daerah tersebut menemukan mayat Skannet. Ia mesti mengusir seekor
beruang cokelat yang sedang mendorong tali itu untuk membuat tubuh mayat
berayun-ayun. Ketika petugas koroner dan asisten-asisten si sheriff tiba,
mereka mendapati kulit mayat yang sudah membusuk telah dimakan oleh
serangga. Bab 10 SEPULUH pinggul telanjang bergerak serentak menyambut kamera. Meski nasib
film itu masih terombang-ambing, Dita Tommey tetap mengaudisi wanita-wanita
yang pinggulnya akan digunakan untuk menggantikan Athena Aquitane dalam
Messalina. Athena menolak melakukan adegan telanjang; ia tidak mau sepenuhnya
memamerkan tubuhnya. Cukup mengejutkan untuk seorang bintang, tapi tidak
fatal. Dita bisa mencari aktris pengganti yang mau menampilkan pinggul dan
payudaranya. Tentu saja ia memberikan adegan lengkap berikut dialog pada aktris-aktris itu.
Ia tak mau memperlakukan mereka sebagai bintang porno. Tapi faktor yang
menentukan adalah dalam adegan seks puncak. Saat berada di tempat tidur,
mereka mesti menampilkan pinggul ke kamera. Koreografer untuk adegan seks
tersebut sedang merancang detail adegan yang akan ditampilkan bersama sang
aktor utama, Steve Stallings.
Bobby Bantz dan Skippy Deere ikut menyaksikan audisi itu bersama Dita
Tommey. Orang-orang lainnya yang berada di situ hanyalah anggota kru yang
memang diperlukan. Tommey tidak keberatan Deere ikut melihat, tapi apa
urusan Bobby Bantz di sini" Sesaat ia menimbang-nimbang untuk melarang
Bantz datang, tapi kalau Messalina dibubarkan, posisinya akan sangat lemah. Ia
membutuhkan kerja sama Bantz.
Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bantz bertanya dengan cerewet, "Sebenarnya apa yang kita cari?"
Koreografer adegan seks itu, seorang pemuda bernama Willis yang juga
pimpinan Los Angeles Ballet Company, berkata riang, "Kita mencari pinggul
paling indah di dunia. Yang berotot. Tidak boleh kendur."
"Benar," kata Bantz. "Tidak boleh kendur."
"Bagaimana dengan payudara?" tanya Deere.
"Juga mesti kencang," sahut si koreografer.
"Besok kita mengaudisi untuk payudara," kata Tommey. "Tak ada wanita yang
mempunyai pinggul dan payudara sempurna, kecuali mungkin Athena sendiri, tapi
dia tidak mau memamerkannya."
"Mestinya kau tahu seperti apa tubuhnya, Dita," kata Bantz dengan licik.
Tommey langsung lupa akan posisinya yang lemah. "Bobby, kau memang bangsat,"
katanya. "Dia menolak tidur denganmu, jadi kaupikir dia lesbi."
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir "Oke, oke," kata Bantz. "Aku mesti menelepon."
"Aku juga," kata Deere.
"Kalian benar-benar mengherankan," kata Tommey.
Deere berkata, "Dita, cobalah bersimpati sedikit. Bobby dan aku mana pernah
bersantai" Kami terlalu sibuk untuk main golf. Menonton film sudah merupakan
pekerjaan. Kami tidak punya waktu untuk
pergi ke teater- atau opera. Mungkin kami cuma bisa menyisihkan Waktu satu
jam sehari untuk bersenang-senang, setelah menghabiskan waktu dengan keluarga. Apa yang bisa dilakukan dalam waktu satu jam sehari" Main perempuan.
Itulah rekreasi yang paling ringan."
"Wow, Skippy, lihat itu," kata Bantz. "Itulah pinggul paling indah sedunia."
Deere menggelengkan kepala dengan heran. "Bobby benar, Dita. Itulah yang
paling bagus. Pakai dia."
Tommey menggeleng tak percaya. "Ya Tuhan, kalian memang sinting," katanya.
"Dia kan kulit hitam."
"Pokoknya pakai saja," kata Deere dengan gembira.
"Yeah," kata Bantz. "Berikan peran sebagai gadis budak dari Etiopia untuk
Messalina. Tapi untuk apa dia ikut audisi?"
Dita Torruney memandangi kedua laki-laki itu dengan penuh ingin tahu.
Keduanya adalah orang-orang paling tangguh dalam dunia perfilman, banyak
dicari orang, tapi saat ini mereka seperti anak remaja yang baru melihat wanita.
Ia berkata dengan sabar, "Saat membuat pengumuman, kami tidak diizinkan
mengatakan hanya mencari orang kulit putih."
"Aku ingin bertemu gadis itu," kata Bantz.
"Aku juga," kata Deere.
Mendadak percakapan ini disela oleh kedatangan Melo Stuart. Ia tersenyum
penuh kemenangan. "Kita semua bisa kembali bekerja," katanya. "Athena bersedia kembali syuting. Suaminya, Boz Skannet, gantung diri. Boz Skannet sudah
lenyap dari cerita."
Sambil berkata demikian, ia menepukkan tangan seperti kebiasaan para kru jika
seorang aktor telah menyelesaikan syuting untuk perannya. Skippy dan Bobby
ikut bertepuk tangan. Dita Tommey memandangi ketiganya dengan muak.
"Eli ingin bertemu dengan kalian berdua, sekarang juga," kata Melo. "Bukan kau,
Dita." Ia tersenyum minta maaf. "Cuma diskusi bisnis, bukan urusan kreatif."
Lalu mereka meninggalkan tempat itu.
Setelah mereka pergi, Dita Tommey memanggil gadis berpinggul indah itu ke
trailernya. Gadis itu sangat cantik, kulitnya hitam legam, bukan kecokelatan,
dan ia memiliki kelincahan alami, bukan akting yang dibuat-buat.
"Kau akan kuberi peran sebagai gadis budak dari Etiopia untuk Messalina," kata
Dita. "Kau akan mengucapkan sebaris dialog, tapi yang terutama akan disorot
adalah pinggulmu. Sayangnya yang kami butuhkan adalah pinggul gadis kulit
putih, untuk menggantikan Miss Aquitane. Kau terlalu hitam. Kalau tidak, kaulah
yang terpilih." Ia tersenyum ramah pada gadis itu. "Falene Fant. Namamu cocok
untuk di film." "Apa sajalah," kata gadis itu. "Terima kasih. Atas pujiannya dan peran itu."
"Satu lagi," kata Dita. "Produser kami, Skippy Deere, mengatakan kau
mempunyai pinggul paling indah sedunia. Begitu pula Mr. Bantz, presiden dan
kepala produksi LoddStone Studios. Mereka akan menghubungimu nanti."
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Falene Fant tersenyum nakal. "Menurutmu bagaimana?" tanyanya.
Dita Tommey angkat bahu. "Aku tidak terlalu tergila-gila pada pinggul, tidak
seperti laki-laki. Tapi menurutku kau sangat memikat dan aktris yang sangat
bagus. Cukup bagus, dan kurasa kau bisa mengucapkan lebih dari satu dialog
dalam film ini. Kalau kau mau datang ke rumahku nanti malam, kita bisa
membicarakan kariermu. Aku akan menyiapkan makan malam."
Malam itu, setelah menghabiskan dua jam di tempat tidur bersama Falene Fant,
Dita Tommey membuat makan malam dan mereka membicarakan karier Falene.
"Tadi sangat menyenangkan," kata Dita, "tapi kurasa mulai sekarang kita
bersahabat saja dan merahasiakan apa yang terjadi malam ini."
"Tentu," kata Falene. "Tapi semua orang sudah tahu kau lesbi. Apa kau terpikat
pinggulku yang hitam ini?" Ia tersenyum lebar.
Dita tidak mengacuhkan istilah lesbi itu. Gadis ini sengaja membalasnya. "Semua
pinggul bagus, entah hitam, putih, hijau, atau kuning," katanya. "Tapi kau
memiliki bakat. Kalau aku terus memasangmu dalam film-filmku, bakatmu tidak
akan dikenal. Lagi pula aku cuma dua tahun sekali membuat film, padahal kau
mesti lebih sering tampil. Kebanyakan sutradara adalah laki-laki, dan kalau
memasang orang seperti kau, mereka pasti berharap bisa mengajakmu ke
tempat tidur. Kalau mereka mengira kau lesbi, mungkin mereka tidak akan
mengganggu." "Siapa yang butuh sutradara kalau aku punya produser dan kepala studio yang
bisa diandalkan?" kata Falene dnegan riang.
"Kau pasti butuh sutradara," jawab Dita. "Orang-orang yang kausebutkan tadi
memang bisa membantumu memasuki dunia film, tapi seorang sutradara bisa
membuang seluruh adeganmu di bagian editing. Atau dia mensyutingmu
sedemikian rupa, sehingga penampilan dan dialogmu benar-benar buruk."
Falene menggeleng dengan sedih. "Aku mesti tidur dengan Bobby Bantz, Skippy
Deere, dan aku sudah tidur denganmu. Apa ini memang perlu?" Ia membuka
matanya lebar-lebar dengan gaya polos.
Pada saat itu Dita merasa benar-benar menyukainya. Gadis ini tidak mencoba
berlagak tersinggung. "Aku senang sekali malam ini," katanya. "Aksimu bagus
sekali." "Aku tidak mengerti, kenapa orang-orang banyak bicara ini-itu tentang seks,"
kata Falene. "Bagiku, seks bukan masalah besar. Aku tidak memakai obat bius
dan tidak banyak minum. Aku kan juga mesti senang-senang sedikit."
"Benar," kata Dita. "Sekarang, tentang Deere dan Bantz. Lebih baik bertaruh
pada Deere. Akan kuberitahukan sebabnya. Deere sangat memuja dirinya
sendiri, dan dia menyukai wanita. Dia akan mengusahakan sesuatu untukmu. Dia
akan mencarikanmu peran yang baik; dia cukup cerdik untuk melihat bakatmu.
Sedangkan Bantz tidak menyukai siapa pun kecuali Eli Marrion. Selain itu, dia
tidak punya selera, tidak bisa mengenali orang berbakat. Bantz akan
menyuruhmu menandatangani kontrak dengan studionya, lalu membiarkanmu
membusuk. Dia melakukan itu pada istrinya, supaya istrinya diam. Wanita itu
banyak mendapatkan peran dengan bayaran besar, tapi tidak pernah peran
bagus. Sedangkan Skippy Deere akan membantu kariermu, kalau dia
menyukaimu." "Kedengarannya agaK kejam," kata Falene.
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Dita menepuk lengan ?adis itu- "Jangan mem-bohongiku. Aku memang lesbi, tapi
aku juga wanita. Dan aku kenal betul Para "K?1 itu- Mereka akan melakukan apa
pun ufltuk mencapai puncak, baik yang laki-laki maupu^ Yang wanita- Kita semua
ingin berhasil. Kau iflg"1 bekerja rutin dari jam sembilan sampai jam lima sore
di Oklahoma, atau ingin menjadi bintang fllm dan tinggal di Malibu" Di lembar
datamu kubaca usiamu dua puluh tiga tahun. Sudah berapa orang yang tidur
denganmu?" "Termasuk kau?" tanya Falene. "Mungkin sekitar lima puluh. Tapi semuanya
untuk senang-senang saja," katanya, pura-pura menyesali.
"Jadi, tidur dengan beberapa orang lagi tidak akan berat bagimu," kata Dita"Dan siaPa tahu-bisa memberikan keseringan lagi padamu."
"Tahu tidak" kata falene, "aku tidak akan mau melakukannya' kalau aku tidak
begitu yakin akan menjadi bintang."
"Tentu saja," sahut Dita> "kita semua Juga tidak akan mau."
Falene tertawa. "Kau sendiri bagaimana?" tanyanya.
"Aku tidak punya raihan," kata Dita. "Aku memang sudah berbakat besar."
"Kasihan," kata FaleneDi LoddStone Studios, Bobby Bantz, Skippy Deere, dan Melo Stuart
mengadakan rapat bersama Eli Marrion di kantornya. Bantz sangat marah.
"Dasar bajingan tolol," katanya. "Dia membuat semua orang ketakutan setengah
mati, lalu dia bunuh diri."
Marrion berkata pada Stuart, "Melo, kuanggap klienmu akan kembali bekerja?"
"Tentu saja," sahut Melo.
"Dia tak punya permintaan lain, jadi dia juga tak perlu bujukan lain?" tanya
Marrion dengan suara pelan dan dingin. Baru saat itulah Melo Stuart menyadari
bahwa Marrion amat sangat marah.
"Tidak," kata Melo. "Dia akan mulai syuting besok."
"Bagus," kata Deere. "Kita masih bisa mematuhi anggaran."
"Kuminta kalian semua tutup mulut. Dengarkan aku," kata Marrion. Sikap
kasarnya ini sungguh tak terduga, hingga semuanya terdiam.
Marrion berbicara dengan suaranya yang biasa dan menyenangkan, tapi
sekarang sudah jelas bahwa ia marah.
"Skippy, apa pentingnya sekarang kalaupun film itu masih dalam batas anggaran"
Film itu bukan milik kita lagi. Kita panik, dan membuat kesalahan tolol. Kita
semua bersalah. Film ini bukan milik kita, tapi milik orang luar."
Skippy Deere mencoba menyela ucapannya. "LoddStone bisa meraup banyak
uang dari hasil distribusi. Dan kau masih mendapatkan bagian keuntungan.
Kesepakatan itu tetap menguntungkan."
"Tapi De Lena mendapatkan uang lebih banyak
daripada kita," kata Bantz. "Dan itu tak bisa dibenarkan."
"Masalahnya, De Lena tidak melakukan apa pun untuk menyelesaikan masalah,"
kata Marrion. "Tentunya studio kita masih mempunyai landasan hukum untuk
memperoleh kembali film itu."
"Benar," kata Bantz. "Persetan dengan dia. Kita ke pengadilan."
Marrion berkata, "Kita buat dia takut dengan ancaman akan ke pengadilan, lalu
kita buat kesepakatan. Kita kembalikan uangnya, plus sepuluh persen dari
perkiraan laba kotor."
Deere tertawa. "Eli, Molly Flanders tidak akan mau menerima kesepakatanmu."
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir "Kita akan bernegosiasi langsung dengan De Lena," kata Marrion. "Kurasa aku
bisa membujuknya." Ia diam sejenak. "Aku menghubunginya begitu mendengar
kabar ini. Tak lama lagi dia datang. Kalian tahu, dia punya latar belakang
tertentu. Peristiwa bunuh diri ini terlalu kebetulan. Kurasa dia tidak akan mau
kasus ini dibawa ke pengadilan."
Di suite penthouse-nya. di Xanadu Hotel, Cross De Lena membaca berita
kematian Skannet di surat kabar. Semuanya berlangsung sempurna. Peristiwa
itu jelas dianggap bunuh diri. Kedua surat perpisahan di mayat Skannet
mempertegas hal itu. Para ahli tulisan tangan tak mungkin bisa mendeteksi
adanya pemalsuan. Boz Skannet tidak banyak meninggalkan surat-menyurat dan
Leonard Sossa sangat menguasai bidangnya. Borgol di kaki dan tangan Skannet
memang sengaja dibuat longgar, sehingga tidak meninggalkan bekas. Lia Vazzi
memang ahli. Telepon pertama tiba, dan memang sudah ditunggu-tunggu Cross. Giorgio
Clericuzio memanggilnya datang ke mansion Keluarga di Quogue. Cross tak
pernah berharap Keluarga Clericuzio tidak akan mengetahui perbuatannya.
Telepon kedua berasal dari Eli Marrion, memintanya datang ke Los Angeles,
tanpa pengacaranya. Cross menyanggupi. Tapi sebelum meninggalkan Las Vegas,
ia menelepon Molly Flanders dan menceritakan tentang telepon dari Marrion.
Molly sangat marah. "Mereka memang bajingan licik," katanya. "Aku akan
menjemputmu di bandara dan kita pergi bersama-sama. Jangan pernah buka
mulut pada pimpinan studio, sampai kau didampingi pengacara."
Ketika memasuki LoddStone Studios, ke kantor Marrion, mereka langsung
merasa akan ada masalah besar. Keempat laki-laki yang duduk menunggu itu
berwajah keras, seperti orang yang bersiap-siap menerapkan tangan besi.
"Aku memutuskan untuk membawa pengacaraku," kata Cross pada Marrion."Kuharap kau tidak keberatan."
"Terserah kau," sahut Marrion. "Aku cuma ingin menghindarkanmu dari situasi
memalukan." Dengan wajah kaku dan marah Molly Flanders berkata, "Kita lihat apa jadinya.
Kau menginginkan film itu kembali, tapi kontrak yang kita buat mengikatmu."
Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar," kata Marrion. "Tapi kami akan minta Cross bertindak adil. Dia tidak
melakukan apa pun untuk menyelesaikan masalah itu, sementara LoddStone Studios sudah
menanamkan banyak uang, waktu, dan tenaga kreatif untuk mewujudkan film ini.
Cross akan mendapatkan uangnya kembali. Dia juga memperoleh sepuluh persen
dari perkiraan laba kotor, dan kami akan menentukan jumlah yang pantas
untuknya. Dia tidak akan merugi."
"Dia sudah berhasil lewat dari kerugian," kata Molly. "Tawaranmu benar-benar
penghinaan." "Kalau begitu, kita terpaksa maju ke pengadilan," kata Marrion. "Cross, aku
yakin kau tidak senang dengan hal ini; aku pun demikian." Ia tersenyum manis
pada Cross, hingga wajahnya yang seperti gorila jadi tampak ramah.
Molly sangat murka. "Eli, dalam setahun kau bisa dua puluh kali ke pengadilan
untuk memberikan deposisi, sebab kau selalu menggunakan taktik seperti ini."
Ia menoleh pada Cross dan berkata, "Kita pergi."
Tapi Cross tahu ia takkan bisa melayani pertarungan panjang di pengadilan.
Tindakannya membeli film itu, disusul dengan kematian Skannet yang sangat
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir kebetulan, akan diselidiki dengan saksama. Mereka akan menggali semua latar
belakangnya, melukiskannya sedemikian rupa hingga ia menjadi sangat terkenal.
Padahal sang Don tidak mengizinkan hal ini. Tak salah lagi, Marrion tahu tentang
hal ini. "Jangan dulu," kata Cross pada Molly. Lalu ia beralih pada Marrion, Bantz,
Skippy Deere, dan Melo Stuart. "Kalau seorang penjudi datang ke hotelku,
bermain lama, dan menang, aku membayar semuanya. Aku tidak mengatakan akan
membayar uang ganti rugi. Itulah yang kalian lakukan padaku. Bagaimana kalau
kalian mempertimbangkan lagi?"
Bantz berkata dengan sebal, "Ini bisnis, bukan judi."
Melo Stuart berkata membujuk, "Kau mendapatkan sepuluh juta dolar dari hasil
investasimu. Adil, bukan?"
"Padahal kau tidak melakukan apa-apa," tambah Bantz.
Tampaknya hanya Skippy Deere yang berpihak padanya. "Cross, kau pantas
mendapatkan lebih banyak. Tapi tawaran mereka lebih baik daripada bertarung
di pengadilan dan menanggung risiko kalah. Lepaskan saja yang satu ini. Kau dan
aku akan bekerja sama lagi nanti, tanpa studio ini. Aku janji kau tidak akan
kecewa." Cross tahu ia tidak boleh tampak mengancam. Ia tersenyum menyerah.
"Mungkin kalian benar," katanya. "Aku ingin tetap terlibat dalam bisnis
perfilman dan ingin menjalin hubungan baik dengan semua orang. Laba sepuluh
juta sudah lumayan. Molly, urus surat-suratnya. Sekarang aku mesti mengejar
pesawat. Permisi." Ia meninggalkan ruangan, diikuti Molly.
"Kita bisa menang di pengadilan," kata Molly.
"Aku tidak ingin ke pengadilan," kata Cross. "Urus saja kesepakatannya."
Molly menatapnya dengan serius, lalu berkata, "Oke, tapi aku akan mendapatkan
lebih dari sepuluh persen."
Ketika Cross tiba di mansion Quogue keesokan
harinya, Don Domenico Clericuzio, Giorgio, Vincent, Petie, dan Dante sudah
menunggunya. Mereka makan siang bersama di kebun, menikmati daging
panggang dingin khas Itali, keju, semangkuk besar salad, dan roti renyah
panjang. Juga ada keju parut untuk sang Don. Sambil makan, sang Don berkata
dengan nada biasa, "Croccifixio, kami dengar kau sekarang terlibat dalam bisnis
perfilman." Ia diam sejenak untuk menyesap anggur merahnya, kemudian
menyantap keju parutnya. "Ya," jawab Cross.
Giorgio berkata, "Benarkah kau mempertaruhkan sejumlah sahammu di Xanadu
untuk membiayai sebuah film?"
"Itu memang hakku," kata Cross. "Bukankah aku bruglione kalian di Barat?" Ia
tertawa. "Sang bruglione benar," kata Dante.
Sang Don menatap tak senang pada cucunya, lalu berkata pada Cross, "Kau
melibatkan diri dalam urusan yang sangat serius, tanpa berkonsultasi lebih dulu
dengan Keluarga. Kau tidak meminta nasihat kami. Dan terutama, kau melakukan
tindakan kekerasan yang bisa menimbulkan konsekuensi. Dalam hal itu,
peraturannya jelas. Kau mesti mendapat persetujuan dari kami atau mencari
jalan sendiri dan menanggung konsekuensinya."
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir "Kau juga memanfaatkan sarana-sarana milik Keluarga," kata Giorgio dengan
keras. "Pondok perburuan di pegunungan. Kau memakai Lia Vazzi, Leonard Sossa,
dan Pollard dengan Security Agency-nya. Memang mereka adalah anak buahmu
di Barat, tapi mereka juga milik Keluarga. Untung semuanya
berjalan lancar. Tapi bagaimana kalau ada apa-apa" Kita semua mesti
menanggung risikonya."
Don Clericuzio berkata tak sabar, "Dia tahu semua itu. Pertanyaannya adalah:
Kenapa" Keponakan, beberapa tahun yang lalu, kau minta untuk tidak
diikutsertakan dalam bagian pekerjaan yang satu itu. Aku mengabulkan
permintaanmu, meski sebenarnya kau sangat berharga. Sekarang kau
melakukannya untuk keuntungan sendiri. Sikap ini tidak seperti sikap
keponakanku tercinta yang kukenal."
Mendengar ini, tahulah Cross bahwa sang Don bersimpati padanya. Tapi ia tak
bisa menyatakan kebenarannya, bahwa ia terpikat oleh kecantikan Athena.
Penjelasan itu tidak akan diterima, bahkan akan terasa sebagai penghinaan. Dan
kemungkinan akan fatal akibatnya. Mungkinkah mengatakan bahwa daya tarik
seorang wanita yang tidak dikenal bisa mempengaruhi kesetiaannya pada
Keluarga Clericuzio" Ia menjawab dengan hati-hati, "Aku melihat kesempatan
untuk mendapatkan uang banyak, juga untuk memasuki suatu bisnis baru. Bagiku
dan Keluarga. Bisnis ini bisa digunakan untuk memutihkan uang. Tapi aku mesti
bergerak cepat. Tentu saja aku tak ingin merahasiakannya. Itu sebabnya aku
menggunakan sarana milik Keluarga, agar kelak kalian tahu juga. Aku baru akan
datang pada kalian setelah urusannya selesai."
Sambil tersenyum, sang Don bertanya dengan lembut, "Sekarang apakah
urusannya sudah selesai?"
Cross langsung merasa sang Don sudah mengetahui semuanya. "Ada masalah
lain," sahutnya, lalu ia menjelaskan tentang kesepakatan baru yang di
buatnya bersama Marrion. Ia terkejut ketika sang Don ternyata tertawa
terbahak-bahak. "Tindakanmu tepat," katanya. "Maju ke pengadilan bisa membawa masalah.
Biarkan mereka menikmati kemenangan. Tapi mereka memang bajingan. Untunglah kita selalu menghindari bisnis itu." Ia diam sejenak. "Setidaknya kau
mendapatkan sepuluh juta. Jumlah yang lumayan."
"Tidak," kata Cross. "Lima untukku dan lima untuk Keluarga. Itu sudah
semestinya. Kupikir kita tidak boleh mudah menyerah. Aku punya beberapa
rencana, tapi aku perlu bantuan Keluarga."
"Kalau begitu, kita mesti membicarakan pembagian yang lebih bagus," kata
Giorgio. Dia seperti Bantz, pikir Cross. Selalu ingin lebih banyak.
Sang Don menyela tak sabar, "Tangkap dulu kelincinya, baru kita bagikan. Kau
mendapat restu Keluarga, tapi ingat, semua faktor penting harus didiskusikan
secara mendalam. Mengerti?"
"Ya," kata Cross.
Ia meninggalkan Quogue dengan perasaan lega. Sang Don telah menunjukkan
rasa sayang padanya. Dalam usianya yang delapan puluhan, Don Domenico Clericuzio masih menjadi
pemimpin di kerajaannya. Di dunia yang diciptakannya melalui usaha keras dan
bayaran mahal; karenanya, ia merasa pantas mendapatkannya.
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Pada usia lanjut ini, ketika kebanyakan orang terobsesi dengan dosa-dosa yang
terpaksa dilakukan, penyesalan akan mimpi-mimpi yang tak tersampaikan,
bahkan keraguan akan kelayakan perbuatan mereka, sang Don masih tetap tak
tergoyahkan, seperti saat berusia empat belas tahun.
Don Clericuzio memegang teguh keyakinannya dan sangat keras dalam menilai.
Tuhan telah men-ciptakan dunia yang berbahaya dan manusia membuatnya lebih
berbahaya lagi. Dunia ini adalah penjara tempat manusia mencari makan,
sementara sesamanya adalah binatang-binatang, karnivora yang tidak mengenal
belas kasihan. Don Clericuzio merasa bangga telah membimbing orang-orang
yang dicintainya dengan selamat dalam mengarungi kehidupan.
Ia merasa puas karena dalam usia lanjut ini ia masih mempunyai ketetapan hati
untuk menjatuhkan hukuman mati pada musuh-musuhnya. Benar, ia mengampuni
mereka, seperti Tuhan yang mengampuni manusia, namun juga menghukum
mereka dengan kematian yang tak bisa dihindarkan.
Di dunia yang telah diciptakannya, Don Clericuzio dihormati oleh Keluarga-nya,
ribuan orang yang tinggal di Enklave Bronx, para bruglione yang mempunyai
wilayah masing-masing dan mempercayakan uang mereka padanya, serta
meminta bantuannya kalau mereka mendapat masalah dengan masyarakat
formal. Mereka tahu sang Don akan bertindak adil. Saat membutuhkan bantuan,
jatuh sakit, atau mendapat kesulitan, mereka bisa datang kepadanya dan ia akan
menyelesaikan masalah mereka. Itu sebabnya mereka mencintainya.
Tapi sang Don tahu bahwa cinta tak dapat diandalkan, betapapun dalamnya.
Cinta tidak menjamin orang akan tetap merasa berterima kasih atau patuh, dan
tidak membawa keselarasan dalam dunia yang sulit ini. Tak ada yang lebih
memahami ini daripada Don Clericuzio. Untuk menimbulkan cinta sejati,
seseorang juga mesti ditakuti. Cinta saja bisa membuat orang diremehkan,
tidak ada artinya jika tidak mencakup rasa percaya diri dan kepatuhan. Apa
artinya cinta jika kepemimpinannya tidak diakui"
Ia bertanggung jawab atas kehidupan mereka; ia adalah sumber kesejahteraan
mereka, maka ia tak boleh ragu menjalankan tugasnya. Ia mesti keras dalam
memberikan penilaian. Kalau seseorang mengkhianatinya, merusak integritas
dunianya, maka orang itu mesti dihukum dan dibatasi, bahkan dihukum mati. Tak
ada alasan, hal-hal yang meringankan, atau permohonan belas kasihan. Apa yang
sudah seharusnya dilakukan,, mesti dilakukan. Putranya, Giorgio, pernah
mengecamnya kuno. Sang Don menerima hal ini. Tak ada cara lain untuk menjalaninya. Sekarang banyak yang bisa direnungkannya. Ia telah membuat perencanaan
dengan baik selama dua puluh lima tahun ini, sejak peperangan dengan Keluarga
Santadio. Ia berpandangan jauh, cerdik, brutal jika diperlukan, dan pemaaf jika
memungkinkan. Sekarang Keluarga Clericuzio sedang berada pada puncak
kekuasaan, tampaknya aman dari segala serangan. Tak lama lagi mereka semua
akan membaur dalam masyarakat dan tak dapat lagi diserang.
Kemampuan Don Domenico bertahan sampai selama ini juga karena ia
berpandangan jauh. Ia bisa mendeteksi bibit yang mengganggu sebelum bibit itu
memunculkan kepala. Sekarang bahaya besar
itu berasal dari dalam, yakni bangkitnya Dante dalam cara yang sama sekali
tidak memuaskan di mata sang Don.
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Lalu ada Cross yang menjadi kaya karena warisan Gronevelt, dan sekarang
membuat gerakan besar tanpa konsultasi dengan Keluarga. Pemuda itu memulai
kariernya dengan sangat brilian, hampir-hampir menyamai prestasi ayahnya,
Pippi. Kemudian urusan dengan Virginio Ballazzo membuatnya mundur. Dan
setelah dibebaskan dari tugas-tugas operasional oleh Keluarga, karena hatinya
terlalu lembut, ia kembali melibatkan diri untuk keuntungannya sendiri dan
membunuh Skannet. Tanpa izin sang Don. Tapi Don Clericuzio memaafkan
tindakan ini karena alasan sentimental yang jarang dirasakannya. Cross hanya
mencoba melepaskan diri dari dunianya dan memasuki dunia yang berbeda. Don
Clericuzio bisa memahaminya, meski tindakan itu dapat menjadi benih-benih
pengkhianatan. Tapi gabungan kekuatan Pippi dan Cross tetap merupakan
ancaman bagi Keluarga. Selain itu, sang Don juga menyadari kebencian Dante
pada Pippi dan Cross De Lena. Pippi yang cerdik pasti tahu pula akan hal ini,
dan Pippi adalah orang yang berbahaya. Ia mesti diawasi, meski kesetiaannya telah
terbukti. Sang Don mau bersikap lunak karena ia menyukai Cross dan menyayangi Pippi,
anak buahnya yang setia, putra adik perempuannya. Bagaimanapun, mereka
memiliki darah Clericuzio. Ia lebih cemas akan bahaya yang ditimbulkan oleh
Dante. Sejak dulu Don Clericuzio sangat menyayangi Dante. Hubungan mereka amat
dekat, sampai anak itu berusia sepuluh tahun. Sejak saat itu, mereka jadi lebih renggang. Sang Don
melihat tanda-tanda tertentu yang mencemaskan dalam karakter anak itu.
Pada usia sepuluh tahun, Dante adalah anak yang humoris, meski agak licik. Ia
juga atlet yang hebat, dengan koordinasi fisik yang bagus. Ia senang bicara,
terutama dengan kakeknya, dan ia sering bercakap-cakap penuh rahasia dengan
ibunya, Rose Marie. Tapi setelah melewati usia sepuluh tahun, ia menjadi jahat
Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan kasar. Ia berkelahi tanpa kenal rasa takut dengan anak-anak seusianya. Ia
suka menggoda gadis-gadis tanpa ampun dengan sikap kurangajar yang berkesan
polos, hingga terasa mengejutkan, meskipun lucu. Ia juga suka menyiksa
binatang kecil - sang Don tahu anak-anak memang suka melakukan ini - tapi
pernah ia mencoba menenggelamkan seorang anak laki-laki yang lebih kecil di
kolam renang sekolah. Tapi bukan hanya hal-Jial tersebut yang membuat sang Don khawatir.
Bagaimanapun, anak-anak adalah binatang yang mesti diajar untuk lebih
beradab. Banyak anak-anak seperti Dante yang setelah dewasa menjadi orang
baik-baik. Yang membuatnya cemas adalah kecerewetan Dante, percakapanpercakapannya dengan ibunya, dan terutama ketidakpatuhan-ketidak-patuhan
kecilnya pada sang Don sendiri.
Selain itu, yang juga mengganggu sang Don adalah keadaan fisik Dante. Pada
usia lima belas tahun, anak itu berhenti bertumbuh. Tingginya hanya lima kaki
tiga inci. Dokter-dokter mengatakan paling banyak tingginya hanya akan
bertambah tiga inci lagi, tidak seperti rata-rata tinggi anggota Keluarga
Clericuzio yang enam kaki. Sang Don menganggap tubuh pendek Dante
merupakan tanda bahaya, seperti halnya anak kembar. Meski kelahiran adalah
suatu berkah, sang Don menganggap bayi kembar merupakan pertanda buruk.
Pernah ada seorang anggota Enklave Bronx yang memiliki bayi kembar tiga. Sang
Don yang ketakutan langsung membelikan mereka toko sayur-mayur di Portland,
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Oregon; mereka hidup senang, tapi terasing. Sang Don juga mempercayai
takhayul tentang orang yang kidal dan gagap. Semua itu pertanda buruk, apa pun
yang dikatakan orang. Padahal Dante kidal sejak dulu. Tapi jika penyebabnya
hanya faktor-faktor tersebut, sang Don tidak akan terlalu cemas terhadap
cucunya, dan kasih sayangnya pun tidak akan berkurang. Siapa pun yang
berdarah Clericuzio akan mendapat perkecualian. Tapi Dante semakin lama
semakin bertentangan dengan sosok yang diharapkan sang Don untuk masa
depannya- Dante berhenti bersekolah pada usia enam belas tahun dan tak lama kemudian
sudah ikut campur dalam urusan Keluarga. Ia bekerja di restoran Vincent,
menjadi waiter. Ia sangat populer dan sering mendapatkan tips besar karena
kecekatan dan kecerdikannya. Bosan menjadi waiter, ia bekerja selama dua
bulan di kantor Giorgio di Wall Street, tapi ia tidak menyukainya dan tidak
berbakat, meski Giorgio sudah susah payah mengajarinya tentang intrik-intrik
memutar uang. Akhirnya ia pindah ke perusahaan konstruksi Petie dan merasa
senang bekerja dengan para anak buah di sana. Ia bangga akan tubuhnya yang
kian lama kian berotot. Dalam dirinya terdapat
campuran sifat ketiga pamannya, dan ini membuat sang Don sangat bangga. Ia
memiliki keterusterangan Vincent, ketenangan Giorgio, dan kegarangan Petie. Di
tengah semua itu, ia membangun kepribadiannya sendiri, dirinya yang
sebenarnya: cerdik, licik, tapi dengan rasa humor yang membuat orang terpikat.
Dan mulai saat itu pula ia mulai mengenakan topi-topi Renaisans-nya.
Tak ada yang tahu dari mana ia memperoleh topi-topi itu. Bahannya terbuat dari
benang warna-warni, beberapa berbentuk bundar, beberapa persegi. Bendabenda itu tampak begitu menyatu dengan kepalanya, membuatnya kelihatan
lebih tinggi, lebih tampan, dan lebih menyenangkan. Sebagian karena bentuk
lucu topi-topi itu, dan sebagian lagi. karena benda-benda itu menyembunyikan
kedua profilnya. Topi-topi itu sesuai untuknya, menutupi rambutnya yang hitam
pekat dan kaku, khas rambut Keluarga Clericuzio.
Suatu hari, di ruang kecil, tempat potret Silvio dipasang di tempat kehormatan,
Dante bertanya pada kakeknya, "Kenapa dia meninggal?"
"Kecelakaan," sang Don menjawab singkat.
"Dia anak kesayangan Kakek, bukan?" tanya Dante.
Sang Don terkejut mendengarnya. Dante baru berusia lima belas tahun. "Kenapa
kau menganggap begitu?" tanyanya.
"Karena dia sudah mati," sahut Dante sambil tersenyum licik. Baru beberapa
saat kemudian sang Don menyadari bahwa anak ini berani membuat lelucon
semacam itu. Sang Don juga tahu bahwa Dante suka masuk dan mengorek-ngorek isi
kantornya saat ia sedang makan malam di bawah. Ia tidak terlalu cemas akan hal
ini, sebab anak-anak biasanya memang selalu ingin tahu urusan orang yang lebih
tua; apalagi sang Don tidak pernah menyimpan informasi penting secara tertulis.
Semua hal penting, termasuk segala dosa dan jasa orang-orang yang paling
dicintainya, sudah tercatat di benaknya.
Tapi, seiring dengan kewaspadaannya yang makin meningkat terhadap Dante,
sang Don justru sengaja menunjukkan kasih sayang yang lebih besar terhadapnya. Ia meyakinkan anak itu bahwa dialah yang akan mewarisi kerajaan
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Keluarga. Segala kecaman dan hukuman disampaikan oleh paman-pamannya,
terutama Giorgio. Akhirnya sang Don merasa tak mungkin lagi mengikutsertakan Dante dalam
rencana pengunduran diri ke masyarakat biasa. Maka ia pun memberikan izin
pada pemuda itu untuk berlatih sebagai algojo.
Sang Don mendengar putrinya, Rose Marie, memanggilnya untuk makan malam di
dapur. Jika hanya berdua, biasanya di situlah mereka makan. Ia pun beranjak,
duduk di depan sebuah mangkuk besar warna-warni berisi pasta angel hair
dengan tomat dan daun selasih segar dari kebun sendiri. Rose Marie meletakkan
mangkuk perak berisi keju parut di hadapan ayahnya. Keju itu sangat kuning,
menandakan rasanya yang asam manis. Lalu Rose Marie duduk di hadapannya. Ia
tampak cerah dan riang, dan sang Don merasa senang melihat sua5ana hatir>ya yang gembira. Malam ini
penyakit hfianya tidak akan kambuh rupanya. Ia tampak sefni dirmya yang dulu,
sebelum perang melawan Keluarga Santadio.
Sungguh hebat tragedi itu; salah satu dari sedikit kesalahan yang dibuatnya.
Kejadian itu membuktikan bahwa kemenangan tidak selalu berarti n,enang- TaPi
siapa yang mengira bahwa Rose Marie akan terus menjanda selamanya" Cinta
selalu dataPS begitulah keyakinan sang Don. Pada saat itu sang Don diliputi rasa
kasih sayang yang amat besar terhadap putrinya. Biarlah ia melupakan
kesalahan-kesalahan kecil Dante, demi Rose Marie. Rose Marie membungkuk dan
membelai rambut ayahnya dengan sayang.
Sang Don menyendok keju parut itu dan menyuapnya, menikmati rasanya yang
tajam di Susi" gusinya. Lalu ia menyerap anggurnya sambil mem-perhatikan Rose
Marie mengiris kaki dagin? domba-Ia menyajikan tiga butir kentang cokelat
yan? dan berlemak untuk ayahnya. Pikiran san? Don yang semula keruh kembali
cerah. Siapa yan? lebin baik daripada dirinya"
Hatinya begitu senang, hingga ia /Membiarkan Rose Marie membujuknya untuk
menonton televisi a> ruang duduk untuk kedua kalinya minum ituSetelah empat jam menonton, ia bfrkata Pada Kose Marie, Mungkinkah manusia
hiduP di dunia seperti itu, di mana semua orang bertin^ sesukanya. Tak ada yang
dihukum oleh Tuhan atau manu-la dan tak ada yang perlu bekerja. Adafah
wanita" wanita semacam itu, yang mengikuti segala keinginan mereka" Dan pria-prianya
begitu bodoh dan lemah, membiarkan diri tergoda oleh setiap keinginan kecil
mereka, setiap impian kebahagiaan. Mana suami-suami yang jujur, yang bekerja
untuk mencari nafkah, memikirkan cara terbaik untuk melindungi anak-anak
mereka dari nasib dan dunia yang kejam ini" Mana orang-orang yang memahami
bahwa sepotong keju, segelas anggur, dan rumah yang hangat untuk beristirahat
sudah cukup berharga" Siapa orang-orang itu, yang merindukan kebahagiaan
yang tidak jelas" Mereka mengacaubalaukan kehidupan dan menimbulkan
tragedi dari yang tidak ada. Ia menepuk-nepuk kepala putrinya dan mengibaskan
tangan ke layar televisi. "Biarlah mereka semua tenggelam ke dasar samudra,"
katanya. Lalu ia memberikan nasihat akhirnya, "Semua orang bertanggung jawab
atas segala perbuatannya."
Malam itu, seorang diri di kamar tidurnya, sang Don keluar ke balkon. Semua
rumah di lingkungan itu bercahaya terang. Ia bisa mendengar bunyi bola tenis
yang dipukul di lapangan tenis, dan para pemainnya tampak di bawah siraman
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir cahaya. Tak ada anak-anak bermain di luar pada malam selarut ini. Tampak pula
olehnya para penjaga di gerbang dan di sekitar rumah.
Ia merenung, langkah apa yang bisa diambilnya untuk mencegah tragedi di masa
depan. Hatinya diliputi oleh rasa cinta pada putrinya dan cucunya; itulah yang
membuat usia tua terasa layak dijalani.
468 Ia mesti melindungi mereka sedapat mungkin. Kemudian ia merasa marah pada
dirinya sendiri. Kenapa ia selalu membayangkan akan terjadi tragedi" Ia telah
menyelesaikan semua masalah dalam hidupnya, dan yang satu ini pun akan
dibereskannya. Namun pikirannya masih berkecamuk dengan berbagai rencana. Ia teringat akan
Senator Wavven. Selama bertahun-tahun ia telah memberikan jutaan dolar
pada pria itu untuk mengusahakan agar bisnis perjudian disahkan. Tapi senator
itu sangat licin. Sayang sekali Gronevelt sudah meninggal. Cross dan Giorgio
tidak mempunyai kecakapan yang diperlukan untuk mendesak sang senator.
Mungkin impiannya untuk mewujudkan kerajaan perjudian takkan pernah
kesampaian. Lalu ia teringat kawan lamanya, David Redfellow, yang sekarang hidup senang di
Roma. Mungkin sudah saatnya menarik orang itu kembali ke tengah Keluarga.
Cross bisa dengan mudah memaafkan partner-partner-nya di Hollywood. Sebab
ia masih muda. Ia tidak menyadari bahwa satu saja tanda kelemahan bisa fatal
akibatnya. Sang Don memutuskan untuk memanggil David Redfellow dari Roma
untuk turut berpartisipasi dalam bisnis perfilman itu.
Bab 11 SEMINGGU setelah kematian Boz Skannet, Cross menerima undangan makan
malam ke rumah Athena Aquitane di Malibu. Undangan itu disampaikan melalui
Claudia. Cross terbang dari Vegas ke L.A., menyewa mobil, dan tiba di rumah Athena
saat matahari mulai tenggelam ke balik samudra. Tak ada lagi penjagaan khusus,
namun masih ada sekretaris di guest house yang memeriksa identitasnya, lalu
mempersilakannya masuk. Ia berjalan melewati taman yang panjang, ke rumah di
tepi pantai itu. Pelayan kecil berke-bangsaan Amerika Selatan itu masih ada,
dan membawanya ke ruang duduk berwarna hijau laut yang tampaknya begitu
jauh dari gelombang Samudra Pasifik itu.
Athena sudah menunggunya, dan sosoknya jauh lebih cantik dari yang diingat
Cross. Ia mengenakan blus dan celana panjang hijau, hingga ia tampak seperti
bagian dari kabut di atas samudra di belakangnya. Cross tak sanggup
melepaskan pandang darinya. Athena menjabat tangannya, tidak mencium
pipinya, seperti kebiasaan Hollywood. Ia sudah me
249 nyiapkan minuman dan memberikan gelas pada Cross. Isinya air Evian dengan
limau. Mereka duduk di kursi besar berwarna hijau yang menghadap ke laut.
Matahari terbenam menebarkan cahaya keemasan di ruangan itu.
Cross benar-benar terpukau oleh kecantikan Athena, hingga ia harus
menundukkan kepala agar tidak terus menatapnya. Rambut pirang keemasan itu,
kulitnya yang putih, posturnya yang panjang di kursi. Segurat cahaya jatuh di
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir matanya yang hijau, membentuk bayang-bayang sesaat. Sekonyong-konyong
Cross merasa sangat ingin menyentuhnya, lebih dekat dengannya, memilikinya.
Athena tampaknya tidak menyadari gejolak emosi yang ditimbulkannya pada diri
Cross. Ia mencicipi minumannya dan berkata pelan, "Aku ingin mengucapkan
terima kasih atas bantuanmu, sehingga aku bisa tetap aktif di dunia film."
Suaranya membuat Cross semakin terpesona. Nadanya tidak seksi atau
mengundang, tapi begitu lembut, anggun dan penuh percaya diri, tapi juga
sangat hangat, hingga ia ingin wanita itu terus berbicara. Ya Tuhan, pikirnya,
kenapa jadi begini" Ia merasa malu telah bertekuk lutut pada wanita ini. Masih
sambil menunduk ia bergumam, "Semula kukira aku bisa membujukmu untuk
kembali bekerja dengan memanfaatkan rasa tamakmu."
"Ketamakan bukan salah satu dari kelemahanku yang banyak itu," kata Athena.
Sekarang ia memalingkan kepala dari samudra, menatap mata Cross. Claudia
mengatakan padaku pihak studio mengingkari kesepakatan mereka setelah
suamiku bunuh 471 diri. Kau diminta mengembalikan film itu dan menerima persentase sebagai ganti
rugi." Cross membuat wajahnya tetap tanpa ekspresi. Ia ingin mematikan semua
perasaannya terhadap Athena. "Mungkin aku tidak terlalu pintar sebagai pengusaha," katanya. Ia ingin memperoleh kesan bodoh di mata Athena.
"Molly Flanders yang membuat kontrakmu," kata Athena. "Dia yang terbaik.
Mestinya kau bisa bertahan."
Cross angkat bahu. "Ada pertimbangan lain. Aku ingin berkecimpung secara
Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
permanen dalam bisnis perfilman, dan tidak ingin mempunyai musuh sekuat
LoddStone Studios." "Aku bisa membantumu," kata Athena. "Aku bisa menolak kembali syuting."
Cross merasa tergetar karena Athena mau melakukan hal itu untuknya. Ia
menimbang-nimbang tawaran itu. Pihak studio bisa saja menuntutnya ke pengadilan. Selain itu, ia tidak berutang budi pada Athena. Lalu ia teringat, meski
cantik, belum tentu Athena bodoh.
"Kenapa kau mau melakukannya?" tanyanya.
Athena bangkit dari kursinya dan berdiri di samping jendela. Pantai hanya
tampak sebagai bayang-bayang kelabu, matahari sudah tenggelam, dan lautan di
sana seolah-olah memantulkan barisan pegunungan di belakang rumahnya serta
Pacific Coast Highway. Ia memandangi air yang biru kehitaman dan ombakombak kecil yang berdebur pelan. Tanpa menolehkan kepala ia berkata, "Kenapa
aku mau melakukannya" Sederhana saja. Karena aku kenal Boz Skannet
472 melebihi siapa pun. Aku tak peduli dia meninggalkan seratus surat bunuh diri
sekalipun. Aku tahu dia tidak akan pernah bunuh diri."
Cross angkat bahu. "Mati tetap mati," katanya.
"Benar," sahut Athena. Ia berbalik menghadap Cross, menatapnya langsung.
"Kau membeli film itu, dan sekonyong-konyong Boz bunuh diri. Pas sekali.
Menurutku, kaulah yang cocok dianggap pembunuhnya." Meski wajah Athena
tampak keras, ia tetap begitu cantik, hingga Cross agak gemetar saat
menjawab. Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir "Kenapa bukan pihak studio yang kaucurigai?" tanyanya. "Marrion adalah salah
satu tokoh paling berkuasa di negara ini. Bagaimana dengan Bantz dan Skippy
Deere?" Athena menggeleng. "Mereka mengerti apa yang kuinginkan. Seperti kau. Tapi
mereka tidak memenuhinya. Mereka menjual film itu padamu. Mereka tak peduli
kalaupun aku tewas setelah film itu selesai. Tapi kau peduli. Dan aku tahu kau
akan menolongku, meski saat itu kau mengatakan tak bisa. Ketika kudengar kau
membeli film itu, aku tahu persis apa yang akan kaulakukan, tapi mesti kuakui,
tak kusangka kau begitu cerdik."
Sekonyong-konyong ia berjalan menghampiri Cross dan Cross bangkit dari
duduknya. Athena menggenggam tangannya. Cross dapat mencium aroma
tubuhnya, napasnya. Athena berkata, "Itu satu-satunya perbuatan jahat yang pernah kulakukan
dalam hidupku. Membuat seseorang melakukan pembunuhan. Sangat mengerikan.
Jauh lebih baik kalau aku sendiri yang melakukannya. Tapi aku tak sanggup."
251 "Kenapa kau begitu yakin aku akan bertindak?" tanya Cross.
"Claudia banyak bercerita tentang dirimu," sahut Athena. "Aku langsung
mengerti siapa kau sebenarnya, tapi Claudia begitu naif, dia masih juga tidak
mengerti. Dia mengira kau hanya laki-laki tangguh yang memiliki pengaruh
besar." Cross menjadi sangat waspada. Wanita itu mencoba memancingnya untuk
mengakui kesalahannya. Ia tak akan pernah melakukannya, meski di hadapan
pastor atau Tuhan sekalipun.
Athena berkata, "Dan dari caramu memandangku. Banyak laki-laki memandangku
seperti itu. Aku bukan bermaksud angkuh, tapi aku tahu aku cantik. Banyak yang
mengatakannya padaku sejak aku masih kecil. Aku tahu aku punya kekuatan, tapi
aku tak pernah bisa memahaminya. Aku tidak terlalu bahagia memilikinya, tapi
aku menggunakannya. Mereka menyebut kekuatan ini dengan 'cinta'."
Cross melepaskan tangan Athena. "Kenapa kau begitu takut pada suamimu"
Karena dia bisa menghancurkan kariermu?"
Sesaat mata Athena menyiratkan kemarahan. "Bukan persoalan karierku,"
katanya. "Dan bukan juga karena rasa takut, meski aku tahu dia akan membunuhku. Ada alasan lain." Ia diam sejenak, lalu berkata lagi, "Aku bisa membuat
mereka mengembalikan film itu padamu. Aku bisa menolak kembali syuting."
"Tidak," kata Cross.
Athena tersenyum dan berkata dengan gembira, "Kalau begitu, kita bisa tidur
bersama. Kau sangat 251 menarik, dan aku yakin kita akan senang bersama-sama."
Semula Cross marah karena merasa Athena menganggap dirinya bisa dibeli
begitu saja. Wanita itu menggunakan keahliannya sebagai wanita, seperti lakilaki yang menggunakan kemampuan fisiknya untuk melakukan kekerasan. Tapi ia
merasa tergelitik mendengar nada mengejek samar dalam suara Athena. Seakan
Athena mencemooh ketulusannya dan menganggap cinta sejatinya sekadar nafsu
belaka. Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Dengan tenang ia berkata, "Aku bicara lama dengan Boz, mencoba membuat
kesepakatan. Dia berkata dulu dia biasa tidur lima kali sehari denganmu, ketika
kalian masih suami-istri."
Ia senang melihat Athena tampak terkejut. Athena berkata, "Aku tidak pernah
menghitung, tapi memang banyak sekali. Waktu itu aku baru delapan belas tahun
dan aku benar-benar mencintainya. Lucu bukan, kalau kemudian aku ingin dia
mati?" Ia mengerutkan kening sejenak, lalu berkata dengan nada biasa, "Apa
lagi yang kalian bicarakan?"
Cross menatapnya dengan sedih. "Boz mengungkapkan rahasia besar di antara
kalian. Dia mengatakan kau membuat pengakuan bahwa ketika melarikan diri
darinya, kau menguburkan bayimu di padang pasir."
Wajah Athena tampak kaku bagai topeng, mata hijaunya menjadi redup. Untuk
pertama kalinya malam itu, Cross merasa sikapnya itu tak mungkin akting
belaka. Warna kulitnya berubah, dan perubahan itu bukan karena akting. Ia
berkata perlahan, Kau percaya aku membunuh bayiku?"
475 "Kata Boz, begitulah yang kaukatakan padanya," sahut Cross.
"Memang itu yang kukatakan padanya," kata Athena. "Sekarang aku bertanya
padamu, kau percaya aku membunuh bayiku?"
Sungguh sulit memvonis seorang wanita cantik. Cross tahu kalau ia menjawab
dengan jujur, ia akan kehilangan Athena selamanya. Maka ia merangkul wanita
itu dengan sangat lembut. "Kau amat cantik. Wanita secantik dirimu tak mungkin
melakukan perbuatan itu," katanya. Laki-laki sejak dulu selalu memuja
kecantikan, apa pun bukti yang ada di depan mata. "Tidak," kata Cross. "Aku tak
percaya kau melakukannya."
Athena melepaskan diri darinya. "Meskipun aku bertanggung jawab atas
kematian Boz?" tanyanya.
"Bukan kau yang bertanggung jawab," kata Cross. "Dia bunuh diri."
Athena menatapnya tajam. Cross meraih tangannya. "Kau percaya aku
membunuh Boz?" tanyanya.
Akhirnya Athena tersenyum, kembali menjadi sosok seorang aktris yang tahu
bagaimana mesti membawakan perannya. "Tidak, sama halnya kau tak percaya
aku membunuh bayiku."
Mereka sama-sama tersenyum, setelah menyatakan ketidakbersalahan masingmasing. Athena meraih tangan Cross dan berkata, "Sekarang aku akan masak
untuk kita berdua, setelah itu kita tidur bersama." Ia mengajak Cross ke dapur.
Sudah berapa kali dia memainkan adegan ini, pikir Cross dengan cemburu. Sang
ratu yang cantik jelita melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
252 wanita biasa. Cross memperhatikannya memasak. Athena tidak mengenakan
celemek dan gerak-geriknya sangat profesional. Ia terus mengajak Cross
bercakap-cakap sambil memotong sayuran, membersihkan daging, dan
menyiapkan meja. Ia memberikan sebotol anggur pada Cross untuk dibuka,
memegang lengan Cross, dan sepintas menyentuhkan tubuh kepadanya.
Diperhatikannya tatapan kagum Cross ketika melihat semuanya sudah siap
hanya dalam waktu setengah jam.
Ia berkata, "Aku pernah menjadi koki dalam salah satu peran awalku, jadi aku
belajar memasak, supaya aktingku bagus. Lalu seorang kritikus menulis, 'Kalau
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Athena Aquitane bisa berakting semahir dia memasak, dia akan menjadi bintang
besar.'" Mereka makan di bagian dapur yang menghadap ke samudra yang bergemuruh.
Makanannya enak, daging sapi kecil-kecil dengan sayur-mayur dan salad
dedaunan pahit. Juga ada sepiring keju, roti hangat yang empuk, dan espresso
dengan tart jeruk. "Mestinya kau menjadi juru masak," kata Cross. "Sepupuku Vincent pasti
bersedia menerimamu di restorannya setiap saat."
"Oh, aku bisa menjadi apa saja," sahut Athena, pura-pura angkuh.
Selama makan malam, sesekali ia menyentuh Cross dengan gerakan sensual,
seakan-akan berusaha mencari api kehidupan di dalam diri pria itu. Setiap
sentuhannya membuat Cross makin merindukannya. Ketika acara makan itu
hampir selesai, ia tak bisa lagi merasakan apa yang dimakannya. Selesai makan,
Athena menggandengnya keluar dari dapur, dan
477 mengajaknya naik ke kamar tidurnya. Ia melakukannya dengan anggun, nyaris
malu-malu, tersipu-sipu, seolah-olah ia seorang pengantin wanita yang masih
suci. Cross terkagum-kagum dengan kemampuannya berakting.
Kamar tidurnya yang besar terletak di lantai paling atas, dengan sebuah balkon
kecil yang menghadap ke arah samudra. Dinding-dindingnya ditutupi sebuah
lukisan aneh yang seolah menerangi ruangan itu.
Mereka berdiri di balkon, memandangi cahaya di kamar menerangi pasir pantai
dengan sinar kuning temaram. Rumah-rumah lainnya di sepanjang tepi pantai
tampak memancarkan cahaya pula. Burung-burung kecil terbang cepat di antara
debur ombak, agar tidak terkena percikan air.
Athena meletakkan tangannya di bahu Cross, sementara tangan satunya meraih
kepala Cross. Mereka berciuman lama, di tengah udara laut yang hangat. Lalu
Athena mengajaknya masuk kembali ke kamar.
Ia melepaskan pakaian dengan cepat. Tubuhnya yang putih tampak berkilau
dalam kegelapan yang hanya diterangi sinar bulan. Ia secantik yang dibayangkan
Cross. Payudaranya, kakinya yang panjang, lekuk pinggulnya, posturnya yang
diam tak bergerak. Cross merengkuh tubuhnya. Kulitnya begitu halus, bibirnya memancarkan aroma
bunga. Kebahagiaan karena bisa menyentuhnya membuat Cross tak sanggup
melakukan apa-apa lagi. Athena membantunya melepaskan pakaian dengan
sangat lembut, sambil membelai tubuh Cross, seperti tadi Cross membelai
253 tubuhnya. Lalu ia mencium Cross dan menarik pria itu ke tempat tidur.
Cross merasakan gairah yang tak tertahankan, hingga Athena harus membelai
wajahnya untuk menenangkannya. Cross serasa tak sanggup melepaskan tubuh
Athena, bahkan setelah mereka selesai bercinta. Mereka berbaring berpelukan,
kemudian memulai kembali. Athena bahkan lebih bergairah daripada
sebelumnya, seolah-olah ini semacam kontes, persaingan. Akhirnya keduanya
terlelap. Cross terbangun tepat ketika matahari muncul di cakrawala. Kepalanya terasa
pening. Dengan tubuh telanjang ia keluar ke balkon, duduk di salah satu kursi
rotan, memandangi matahari yang mengintip perlahan-lahan dan mulai beranjak
naik ke langit. Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Perempuan itu berbahaya. Pembunuh anaknya sendiri, yang tulang-belulangnya
kini telah menyatu dengan pasir. Dan dia terlalu mahir di tempat tidur.
Perempuan itu bisa membawa bencana baginya. Pada saat itu juga Cross
memutuskan tidak akan pernah menemui Athena lagi.
Kemudian ia merasakan lengan wanita itu merangkul lehernya, dan ia
mendongakkan kepala untuk menciumnya. Athena mengenakan mantel mandi
putih halus, rambutnya diberi jepit berkilauan, seperti permata di sebuah
mahkota. "Mandilah. Nanti kubuatkan sarapan sebelum kau pergi," katanya.
Ia mengajak Cross ke kamar mandi yang mempunyai dua wastafel, dua counter
pualam, dua bathtub, dan dua shower. Di situ juga sudah tersedia berbagai
keperluan bercukur untuk pria, berikut sikat dan sisir rambut.
479 Selesai mandi, Cross keluar lagi ke balkon. Athena membawakan nampan berisi
croissant, kopi, dan sari jeruk, dan meletakkannya di meja. "Aku bisa
membuatkanmu daging panggang dan telur," katanya.
"Ini sudah cukup," sahut Cross.
"Kapan aku bisa bertemu lagi denganmu?" tanya Athena.
"Aku banyak pekerjaan di Las Vegas," sahut Cross. "Akan kutelepon kau minggu
depan." Athena memandanginya dengan tatapan menilai. "Itu berarti selamat tinggal,
bukan?" tanyanya. "Dan aku menikmati semalam."
Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cross angkat bahu. "Kau sudah membayar utangmu," katanya.
Athena tersenyum lebar dan berkata, "Dan pelayanannya memuaskan, bukan"
Sama sekali tidak setengah hati."
Cross tertawa. "Benar," katanya.
Athena seakan bisa membaca pikirannya. Semalam mereka sama-sama
berbohong, tapi pagi ini kebohongan itu tidak lagi berarti. Ia seakan-akan tahu
bahwa kecantikannya membuat Cross tak bisa mempercayainya. Cross merasa
terancam olehnya, dan oleh dosa-dosa yang ia akui. Athena tampak berpikir
keras dan makan dalam diam. Lalu ia berkata pada Cross, "Aku tahu kau sibuk,
tapi aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. Bisakah kau pulang dengan pesawat
siang hari" Ini penting. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."
Cross tak bisa menolak godaan untuk menghabiskan waktu untuk terakhir
kalinya bersama Athena, jadi ia menerima ajakan itu.
254 Mereka berangkat dengan mobil Mercedes SL 300 milik Athena, dan mengambil
arah ke selatan, ke San Diego. Tapi sebelum sampai ke kota itu, Athena
membelokkan mobilnya ke sebuah jalan kecil yang mengarah ke pegunungan.
Lima belas menit kemudian, mereka tiba di sebuah areal yang dikelilingi kawat
berduri. Di dalamnya tampak enam bangunan dari batu bata yang masing-masing
dipisahkan oleh lapangan rumput dan dihubungkan dengan jalan setapak bercat
biru. Di salah satu lapangan, sekitar dua puluh orang anak sedang bermain sepak
bola. Di lapangan lainnya ada anak-anak yang bermain layang-layang. Mereka
diawasi oleh tiga-empat orang dewasa. Tapi ada yang aneh dalam pemandangan
itu. Ketika bola melayang di udara, sebagian besar anak-anak itu justru berlari
menjauhinya, sementara di lapangan satunya, layang-layang yang diterbangkan
itu dibiarkan semakin jauh mengangkasa dan tidak pernah kembali.
"Tempat apa ini?" tanya Cross.
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Athena memandangnya dengan tatapan memohon. "Kuminta kau ikut saja
denganku. Kau bisa bertanya nanti sesudahnya."
Athena mengemudikan mobil ke gerbang masuk, lalu memperlihatkan sebuah
badge pengenal berwarna keemasan pada penjaga gerbang. Setelah itu ia menuju bangunan terbesar dan memarkir mobil.
Di meja resepsionis, Athena menanyakan sesuatu dengan suara pelan. Cross
berdiri agak jauh, tapi masih bisa mendengar jawaban si resepsionis. "Suasana
hatinya sedang jelek, jadi kami memberinya Pelukan di kamarnya."
481 "Apa maksudnya itu?" tanya Cross.
Tapi Athena tidak menjawab. Ia menggandeng Cross dan mengajaknya ke
sebuah lorong panjang dan bersih mengilat, yang mengarah ke bangunan yang
bersebelahan, lalu masuk ke semacam ruang asrama.
Seorang perawat di pintu masuk menanyakan nama mereka. Setelah ia
mengangguk, Athena mengajak Cross melewati deretan panjang pintu-pintu di
lorong lain. Lalu ia membuka salah satu pintu.
Tampak sebuah kamar tidur yang cantik, besar, dan terang. Banyak terdapat
lukisan aneh, seperti yang ada di rumah Athena, tapi di sini lukisan-lukisan itu
berserakan di lantai. Di tembok ada rak kecil berisi deretan boneka cantik
dalam kostum orang Amish yang dikanji kaku. Di bagian bawahnya juga tampak
beberapa potongan gambar dan lukisan.
Ada sebuah tempat tidur kecil beralaskan selimut halus merah muda, bantalbantalnya putih, dengan sulaman mawar merah. Tapi tidak ada anak kecil di
tempat tidur itu. Athena berjalan ke sebuah kotak besar yang bagian atasnya terbuka, sisisisinya dan dasarnya dilapisi bantalan tebal dan empuk berwarna biru muda.
Ketika melongok ke dalamnya, Cross melihat seorang anak perempuan berbaring
di sana. Ia tidak memedulikan mereka. Tangannya asyik memainkan sebuah
tombol di bagian atas kotak. Cross memperhatikan anak itu menyempitkan sisisisi empuk kotaknya, hingga nyaris menjepit tubuhnya.
Anak perempuan itu berumur sepuluh tahun; wajahnya persis seperti Athena,
namun sama sekali tanpa ekspresi. Mata hijaunya kosong seperti mata boneka.
Tapi wajahnya tampak begitu tenang setiap kali sisi-sisi kotak itu menjepitnya
erat. Ia sama sekali tidak mengacuhkan kehadiran mereka.
Athena menghampiri kotak itu dan memutar tombol-tombol pengaturnya,
sehingga ia dapat mengangkat keluar anak di dalamnya. Anak itu tampaknya
begitu ringan. Athena menggendongnya seperti bayi, dan membungkuk untuk mencium pipinya,
tapi anak itu mengelak dan memberontak.
"Ini ibumu," kata Athena. "Kau tidak mau memberikan ciuman?"
Nada suaranya membuat Cross ingin menangis. Begitu mengibakan, tapi anak itu
memberontak keras dalam pelukannya. Akhirnya Athena menurunkannya ke
lantai dengan lembut. Anak itu berdiri, langsung mengambil sekotak cat dan
selembar karton besar, lalu mulai melukis dengan asyik.
Cross berdiri mengawasi, sementara Athena mengerahkan seluruh
kemampuannya berakting untuk berkomunikasi dengan anak itu. Mula-mula ia
berlutut di samping gadis kecil itu, pura-pura menjadi teman bermain yang
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir membantunya melukis dengan penuh sayang. Tapi anak itu tidak
memperhatikannya. Kemudian Athena bangkit berdiri, mencoba menjadi orangtua yang sedang
menceritakan peristiwa-peristiwa di dunia pada anaknya, lalu pura-pura
mengambil hati si anak dengan memuji-muji lukisannya. Tapi anak itu malah
semakin menjauhkan diri. Athena mengambil sebuah kuas dan berusaha membantu, tapi ketika melihatnya, si anak merampas
256 483 kuas itu. Ia tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun.
Akhirnya Athena menyerah.
"Besok aku datang lagi, Sayang," katanya. "Nanti kita jalan-jalan, dan aku akan
membawakanmu sekotak cat baru. Kau sudah kehabisan warna merah, kan?"
katanya, air mata menggenang di matanya. Ia mencoba memberikan ciuman
selamat tinggal, tapi anak itu menahannya dengan sepasang tangan mungilnya
yang indah. Akhirnya Athena bangkit berdiri dan mengajak Cross keluar.
Athena memberikan kunci mobilnya pada Cross, agar Cross yang menyetir mobil
kembali ke Malibu. Sepanjang perjalanan ia menutupi wajahnya dengan tangan
dan menangis. Cross begitu terpaku, hingga tak sanggup mengatakan apa-apa.
Keluar dari mobil, Athena sudah kembali menguasai dirinya. Ia mengajak Cross
masuk ke rumah, lalu menatapnya lekat-lekat. "Itulah bayi yang kukatakan pada
Boz telah kubunuh di padang pasir," katanya. "Sekarang, percayakah kau
padaku?" Untuk pertama kalinya Cross benar-benar percaya bahwa Athena
mungkin mencintainya. Mereka pergi ke dapur dan Athena membuatkan kopi. Mereka duduk di balkon
kecil itu, untuk memandangi samudra. Sambil minum kopi, Athena mulai
bercerita. Suara dan wajahnya tampak biasa, tidak mengandung emosi apa pun.
"Ketika aku melarikan diri dari Boz, bayiku kutitipkan pada seorang sepupu jauh,
pasangan suami-istri di San Diego. Anak itu kelihatannya normal.
256 Waktu itu aku belum tahu bahwa dia menderita autistik. Mungkin juga ketika itu
memang belum. Aku meninggalkannya di sana karena aku bertekad akan menjadi
aktris yang sukses. Aku mesti mencari uang untuk kami berdua. Aku yakin
dengan bakatku, dan Tuhan pun tahu semua orang mengatakan betapa cantiknya
aku. Kupikir kalau aku sudah sukses, aku bisa mengambil kembali bayiku.
"Maka aku bekerja di Los Angeles dan mengunjunginya di San Diego setiap ada
kesempatan. Kemudian aku mulai jarang berkunjung, mungkin hanya sebulan
sekali. Akhirnya, ketika aku sudah siap membawanya pulang, aku datang ke
pesta ulang tahunnya yang ketiga dengan membawa berbagai hadiah, tapi
Bethany tampaknya sudah lepas ke dunia lain. Dia benar-benar tanpa ekspresi.
Aku sama sekali tak dapat meraihnya. Aku panik. Kupikir dia mengidap tumor
otak. Aku ingat Boz pernah sengaja menjatuhkannya ke lantai. Mungkin otaknya
menjadi rusak dan sekarang gejalanya mulai tampak. Selama berbulan-bulan
sesudahnya aku membawanya ke berbagai dokter, dan dia menjalani macammacam tes. Aku membawanya ke para spesialis dan mereka mengecek
keadaannya secara menyeluruh. Lalu seseorang, entah dokter di Boston atau
psikiater di Texas Children's Hospital, memberitahuku bahwa dia menderita
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir autistik. Aku tidak tahu maksud istilah itu, kecuali bahwa itu semacam
keterbelakangan mental. Tapi dokter itu mengatakan bukan. Anak penderita
autistik hidup di dunianya sendiri, tidak menyadari eksistensi orang lain, tidak
tertarik, dan tidak bisa merasakan apa-apa untuk apa pun dan
485 siapa pun. Lalu aku membawanya ke klinik ini agar dekat denganku, dan di sinilah
kami mendapati dia ternyata bisa memberikan respons pada mesin pemeluk yang
kaulihat tadi. Mesin itu tampaknya bisa menolong, jadi aku terpaksa
meninggalkannya di sini."
Cross tidak berkomentar. Athena melanjutkan ceritanya. "Sebagai penderita
autistik, berarti dia takkan pernah bisa mencintaiku. Tapi para dokter mengatakan beberapa orang autistik benar-benar berbakat, bahkan jenius. Dan kurasa
Bethany juga jenius. Bukan cuma dengan lukisan-lukisannya. Ada lagi yang lain.
Dokter-dokter itu mengatakan setelah bertahun-tahun diberi latihan keras, ada
orang-orang autistik yang bisa diajari peduli pada beberapa hal, lalu pada
orang- orang tertentu. Beberapa penderitanya bahkan bisa hidup hampir normal. Saat
ini Bethany tidak tahan mendengar musik atau suara apa pun. Tapi mulanya dia
juga tak mau kusentuh. Sekarang dia sudah belajar mentolerir kehadiranku, jadi
keadaannya sudah lebih baik daripada dulu.
"Dia masih tetap menolakku, tapi tidak sehebat dulu. Sudah ada kemajuan. Dulu
kupikir ini merupakan hukuman bagiku karena menelantarkannya. Tapi dokterdokter mengatakan meski autistik kadang-kadang bisa diturunkan, kelainan ini
bisa juga timbul kemudian, tapi mereka tidak tahu persis penyebab
sesungguhnya. Kata mereka, ini tidak ada hubungannya dengan tindakan Boz
menjatuhkannya dulu, atau aku menelantarkannya, tapi rasanya aku tak percaya.
Mereka terus berusaha meyakinkanku bahwa bukan kami yang bertanggung
jawab atas keadaan Bethany.
257 Semua ini termasuk dalam misteri kehidupan, mungkin sudah ditakdirkan.
Mereka yakin tak ada yang bisa mencegahnya terjadi dan tak ada yang bisa
mengubahnya. Tapi hati kecilku lagi-lagi menolak mempercayai semua itu.
"Saat pertama kali mengetahui kondisi putriku, aku terus memikirkannya. Aku
mesti membuat keputusan berat. Aku tahu aku tidak akan bisa menolongnya
sampai aku sudah mengumpulkan uang banyak. Maka aku menitipkannya di klinik
itu dan mengunjunginya paling tidak sebulan sekali pada akhir minggu, dan
kadang-kadang pada hari kerja. Akhirnya aku kaya dan terkenal. Tidak ada lagi
yang menghalangiku. Aku cuma ingin berada bersama Bethany. Meski semua ini tidak terjadi, aku tetap akan mengundurkan diri sesudah Messalina selesai."
"Kenapa?" tanya Cross. "Lalu, apa yang akan kaulakukan?"
"Ada sebuah klinik khusus di Prancis, dengan dokter yang hebat," Athena
menjelaskan. "Aku akan ke sana setelah pembuatan film selesai. Tapi tiba-tiba
Boz muncul. Aku tahu dia akan membunuhku, dan Bethany tidak akan punya
siapa-siapa lagi. Itu sebabnya aku meminta kematian Boz. Bethany hanya
memliki aku. Biarlah dosa itu kutanggung." Athena berhenti bicara dan
tersenyum pada Cross. "Lebih menyedihkan daripada cerita opera sabun,
bukan?" katanya dengan senyum kecil.
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Cross memandangi lautan yang berwarna biru cerah di bawah matahari. Ia
teringat gadis kecil itu, wajahnya yang kosong bagai topeng dan takkan Pernah
membuka diri pada dunia ini.
487 "Apa fungsi kotak tempat dia berbaring itu?" tanya Cross.
Athena tertawa. "Itulah yang membangkitkan harapanku," katanya.
"Menyedihkan, bukan" Kotak itu namanya kotak pemeluk. Banyak anak-anak
penderita autistik menggunakannya kalau sedang sedih. Kotak itu berfungsi
untuk memberikan pelukan, seperti dari manusia, hanya saja mereka tak perlu
berkomunikasi dengan manusia lain." Athena menarik napas panjang dan
berkata, "Cross, suatu hari nanti aku akan menggantikan tempat kotak itu.
Itulah seluruh tujuan hidupku sekarang. Hidupku tidak berarti apa-apa selain
untuk itu. Lucu sekali, bukan" Pihak studio mengatakan aku mendapat ribuan
surat dari orang-orang yang mencintaiku. Banyak orang ingin menyentuhku, dan
banyak pria mengatakan mereka mencintaiku. Semua orang memujaku, kecuali
Bethany, padahal hanya dialah yang kuinginkan."
"Aku akan berusaha menolongmu sedapat mungkin," kata Cross.
Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau begitu, telepon aku minggu depan," kata Athena. "Kita mesti bersamasama sesering mungkin, sampai pembuatan Messalina selesai."
"Aku akan meneleponmu," kata Cross. "Aku tak bisa membuktikan
ketidakterlibatanku, tapi aku mencintaimu, melebihi apa pun."
"Dan kau benar-benar tidak bersalah?" tanya Athena.
"Ya," sahut Cross. Sekarang, setelah Athena terbukti tidak bersalah, Cross tak
sampai hati mengatakan yang sebenarnya.
Cross berpikir tentang Bethany, wajahnya yang
488 kosong begitu artistik dan indah, dan sepasang matanya yang bening; anak
manusia yang benar-benar bebas dari dosa.
Selama itu, Athena terus melakukan penilaian atas diri Cross. Dari semua orang
yang dikenalnya, hanya Cross yang dibawanya melihat putrinya sejak anak itu
didiagnosis menderita autistik. Ini dilakukannya sebagai ujian.
Satu hal yang sangat mengejutkan Athena adalah, meski ia begitu cantik, begitu
berbakat (juga begitu baik, lembut, dan murah hati, pikirnya sinis tentang
dirinya), teman-teman karibnya, pria-pria yang mencintainya, para kerabat yang
mengaguminya, semua kadang-kadang seakan bersukacita dalam kemalangannya.
Ketika Boz memukulnya hingga memar, semua orang memaki Boz sebagai
bajingan tak berguna, tapi di mata mereka ia melihat sinar kepuasan. Mulanya ia
mengira itu hanya imajinasinya, karena ia terlalu sensitif. Tapi ketika Boz
memukulnya untuk kedua kali, ia kembali melihat sorot kepuasan itu. Dan ia
sangat terluka karenanya. Sebab kali ini ia mengerti sepenuhnya.
Mereka memang mencintainya, ia tidak meragukan itu. Tapi tampaknya orang
tidak tahan untuk sedikit menyimpan iri. Kebesaran, dalam bentuk apa pun, pasti
menimbulkan kecemburuan. Salah satu alasan Athena menyayangi Claudia adalah karena Claudia tak pernah
mengkhianatinya dengan sorot kepuasan itu.
258 Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Itu sebabnya ia begitu merahasiakan keberadaan Bethany dalam hidupnya. Ia
tak ingin orang-orang yang disayanginya menunjukkan rasa puas mereka melihat
ia telah dihukum karena kecantikannya sendiri.
Jadi, meski ia tahu pengaruh kecantikannya dan menggunakan pengaruh itu, ia
toh membencinya. Ia ingin suatu hari nanti wajahnya yang sempurna dihiasi
gurat-gurat dalam yang menunjukkan jalan hidup yang telah dilaluinya,
perjalanan yang berhasil ditempuhnya. Ia ingin tubuhnya menjadi gemuk, lebih
lunak, dan besar, agar bisa memberikan kenyamanan bagi mereka yang ingin
dipeluk dan dicintainya. Dan matanya akan semakin bening oleh belas kasihan
yang dipelajarinya dari segala penderitaan yang telah disaksikannya dan dari air
mata yang tak pernah ditumpahkannya. Di sekitar mulutnya akan tampak garisgaris senyum yang timbul karena menertawakan diri sendiri dan kehidupannya.
Betapa bebasnya ia kelak, kalau ia tak perlu lagi takut akan konsekuensi dari
kecantikan fisiknya. Ia akan menyambut gembira saat kecantikan itu lenyap dan
digantikan dengan kedamaian jiwa yang lebih abadi.
Maka ia mengamati reaksi Cross De Lena dengan saksama saat mengajaknya
menemui Bethany. Mulanya Cross tampak agak terperanjat, tapi kemudian tidak
lagi. Ia tahu Cross amat sangat mencintainya, dan laki-laki itu tidak
menunjukkan sorot kepuasan tatkala mengetahui kemalangannya dengan
Bethany. Bab 12 CLAUDIA bertekad akan memanfaatkan hubungan intimnya dulu dengan Eli
Marrion. Ia ingin membuat Marrion merasa malu, sehingga bersedia memberikan
bagian keuntungan yang diinginkan Ernest Vail atas novelnya. Sebenarnya
tindakan ini terlalu jauh, tapi Claudia bersedia mengendurkan prinsip-prinsip
pokoknya sedikit. Bobby Bantz benar-benar tak bisa dibujuk lagi untuk
memberikan bagian dari hasil bruto, tapi Eli Marrion suka bersikap tak terduga
dan ia menyukai Claudia. Selain itu, dalam bisnis perfilman sudah biasa untuk
meminta balasan atas hubungan intim yang pernah terjadi, seberapa pun
singkatnya. Yang memicu pertemuan ini adalah ancaman Vail untuk bunuh diri. Kalau ia
benar-benar melaksanakan ancaman itu, seluruh hak cipta atas novelnya akan
jatuh pada mantan istrinya dan anak-anaknya, dan Molly Flanders akan
menuntut pihak studio dalam jumlah besar. Sebenarnya tak ada yang percaya
Vail akan bunuh diri, termasuk Claudia, tapi Bobby Bantz dan Eli Marrion selalu
berhati-hati, mengingat pengalaman mereka selama ini.
259 Ketika Claudia, Ernest, dan Molly tiba di LoddStone, mereka hanya mendapati
Bobby Bantz di ruang eksekutif. Ia tampak kikuk, meski ia mencoba
menyembunyikannya dengan sapaan hangat, terutama pada Vail. Ia menyebut
Vail sebagai "harta berharga bangsa kita" dan memeluk Vail dengan segala
hormat. Molly langsung bersikap waspada. "Di mana Eli?" tanyanya. "Hanya dia yang bisa
mengambil keputusan akhir untuk masalah ini."
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Bantz menjawab dengan nada menenangkan, "Eli ada di rumah sakit, di Cedar
Sinai. Cuma untuk checkup. Tidak ada yang serius. Tapi ini rahasia, sebab naikturunnya harga saham LoddStone bergantung pada kondisi kesehatannya."
Claudia berkata dengan nada datar, "Dia sudah lebih dari delapan puluh tahun.
Pada usia begitu, apa pun mesti dianggap serius."
"Tidak, tidak," kata Bantz. "Setiap hari kami tetap berbisnis di rumah sakit.
Dia malah lebih jeli dari biasa. Nah, kalian bisa menyampaikan masalahnya padaku,
dan nanti aku akan menyampaikannya pada Eli, saat aku mengunjunginya di
rumah sakit." "Tidak," sahut Molly dengan tajam.
Tapi Ernest Vail berkata, "Ayo kita bicara saja pada Bobby."
Maka mereka pun memaparkan masalahnya. Bantz merasa geli, tapi tidak berani
tertawa terang-terangan. Ia berkata, "Aku sudah banyak mendengar yang anehaneh di kota ini, tapi yang satu ini benar-benar luar biasa. Aku sudah
Dendam Sepasang Gembel 1 Pedang Siluman Darah 14 Bidadari Selendang Ungu Darah Dan Cinta Di Kota Medang 15
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama