Lolita Karya Vladimir Nabokov Bagian 5
orang menganggapnya sangat menyenangkan, teman aneh yang menyenangkan!
Para tetangga memanjakannya. Ia tahu nama semua anak lelaki kecil di lingkungan
kami (ia tinggal beberapa blok dari tempatku), menyuruh mereka membersihkan
trotoarnya, membakar dedaunan di halaman belakangnya, membawa kayu dari
gudangnya, bahkan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang mudah. Lalu,
ia akan memberi mereka cokelat di dalam ketertutupan kamar belajar di ruang
bawah tanah rumahnya yang dilengkapi perabotan gaya timur jauh serta pisau-pisau
dan pistol-pistol bagus yang ditata pada dinding butut berhias permadani di
antara pipa-pipa air panas yang disamarkan.
Dia memiiki sebuah studio di lantai atas. Orang yang suka berpura-pura itu
terkadang melukis. Ia menghiasi dinding lotengnya dengan foto-foto besar
bergambar Andre Gide, Tchaikovsky, Norman Douglas, dua penulis Inggris lain yang
terkenal, Nijinsky, Harold D. Doublename (profesor berhaluan kiri di Universitas
Midwestern yang matanya berkabut), dan Marcel Proust. Semua orang malang ini
kelihatan seperti hendak jatuh menimpamu dari tempatnya yang miring.
Ia juga memiliki album berisi foto-foto semua Jack dan Dick di lingkungan
sekitar. Saat aku membuka-bukanya dan mengomentari dengan santai, Gaston akan
memajukan bibir gemiliknya dan komatkamit dengan penuh penyesalan, " Oui, ils sont gentils."31 Sepasang matanya yang
cokelat akan berkelnng mengembara pada beragam pernak-pernik yang muram dan
taplak mejanya yang sudah usang, tubuhnya bergerak tak jelas ke arah mangkuk
kayu yang dicat atau jambangan bunga yang berurat, lalu berkata, " Prenez donc
une de ces poires. La bonne dame d'en face m'en offre plus gue je n'en peux
savourer "32 Atau " Mississe Taille Lore vient de me donner ces dahlias, belles
fleur que j'execre ..."33 (dengan serius, sedih, dan penuh kebosanan.)
Aku lebih memilih rumahku daripada rumahnya untuk tempat bermain catur dengannya
dua atau tiga kali dalam seminggu. Ia kelihatan seperti patung tua yang babak
belur saat duduk dengan kedua tangannya yang tebal di atas pangkuannya dan
memandang papan catur seolah-olah itu mayat. Sambil bernapas terengah-engah, ia
akan berpikir selama sepuluh menit dan mengambil langkah yang membawanya pada
kekalahan. Kalau tidak, setelah berpikir lebih lama, lelaki itu akan berseru
"Skak!" dengan gonggongan pelan seekor anjing tua yang membuat gelambirnya
bergerak-gerak. Lalu, ia akan mengangkat alisnya sambil menghela napas dalamdalam saat kutunjukkan kepadanya bahwa justru dia sendiri yang kena skak.
Terkadang, dari tempat kami duduk di ruang kerjaku yang dingin, aku bisa
mendengar suara kaki telanjang Lo yang sedang berlatih teknik berdansa di ruang
tengah lantai bawah. Tetapi, telinga Gaston tidak bisa mendengar jelas dan ia
tetap tak menyadari irama dengan ketukan itu: satu, dua, satu, dua. Berat badan
pindah ke kaki kanan yang lurus, angkat kaki dan luruskan ke samping, satu,
dua ... Hanya saat Lo mulai melompat sambil merentangkan kakinya pada ketinggian
loncatan, menekuk satu kaki dan memanjangkan kaki lainnya, melayang dan mendarat
di atas jari-jari kakinya, barulah lawanku yang pucat, sok penting, dan tidak
banyak bicara itu mengusap kepala atau pipinya, seolah-olah suara-suara berdebam
di kejauhan itu tertukar dengan gerakan mengagetkan dari Ratuku yang berkuasa.
Sesekali Lola akan masuk selagi kami merenungi papan catur, dan setiap kali itu
terjadi betapa menyenangkan melihat Gaston yang mata gajahnya masih terpaku pada
pion-pionnya, bangkit secara formal untuk berjabat tangan dengan Lo dan segera
melepaskan jari-jarinya yang lunglai. Lalu, tanpa sedikit pun memandang Lo, dia
duduk lagi di kursinya untuk jatuh ke dalam jebakan yang telah kusiapkan
untuknya. Suatu hari di sekitar Natal, setelah aku tidak melihatnya selama dua mingguan,
dia bertanya kepadaku, " Et toutes vos fillettes, elles vont
31 Ya, mereka memang baik (catatan penerjemah).
32 Ambillah buah pir ini. Nyonya yang baik di depan sana membelikan padaku lebih
dari yang sanggup kunikmati (catatan penerjemah).
33 Nyonya Taille Lore baru saja memberiku dahlia ini, bunga indah yang kubenci
(catatan penerjemah). bien" "34 Dan situ jelas bagiku bahwa ia telah menggandakan Lolitaku yang unik
dengan sejumlah kategori pakaian yang dilihat sekilas oleh matanya yang anginanginan dan memandang ke bawah sepanjang kemunculan Lolita: jeans, rok, celana
pendek, mantel perca. Aku tidak ingin lama-lama memikirkan sobat yang malang itu (cukup menyedihkan
bahwa setahun kemudian dalam perjalanan ke Eropa, tanpa pernah kembali lagi, ia
secara mengejutkan terlibat dalam sebuah kejadian buruk di Napoli). Aku hampir
tidak akan bercerita tentangnya jika saja keberadaannya di Beardsley tidak
memiliki pengaruh apa pun dalam kasusku. Aku membutuhkannya untuk pertahananku.
Begitulah dia: kurang berbakat dalam hal apa pun, seorang guru yang pas-pasan,
sarjana yang tidak berkualitas, bujang lapuk yang gemuk, murung, menjijikkan,
sangat tidak menghargai gaya hidup Amerika, dan bahasa Inggrisnya sangat payah.
Di sanalah dia dulu berada, di New England yang beradab, dipuji-puji oleh yang
tua dan dicumbu oleh yang muda, bersenang-senang dan menipu semua orang.
Sementara, di sinilah aku berada.
34 Dan gadis-gadismu. apakah mereka baik-baik saja" (catatan penerjemah) 7
SEKARANG AKU dihadapkan pada tugas yang tidak menyenangkan, yaitu merekam
kejatuhan moral Lolita. Kalau jumlah uang hasil gairah yang dia bakar tidak
menjadi banyak, uang haram itu pun tidak akan jadi masalah.
Namun, aku lemah, aku tidak bijaksana, peri asmaraku mengendalikanku.
Dengan menurunnya sifat manusiawi, bertambahlah gairah, kelembutan dan siksaan,
dan dia memanfaatkannya. Uang jajan mingguannya yang diberikan dengan syarat dia memenuhi kewajibankewajibannya berjumlah dua puluh satu sen di awal masa bersekolah di Beardsley
dan naik hingga satu dolar lima sen sebelum masa itu berakhir. Ini lebih dari
cukup mengingat dia terus menerus-menerima segala jenis hadiah kecil-kecilan
dariku dan dengan mudah mendapatkan permen atau menonton film walaupun tentu
saja aku akan dengan penuh kasih sayang meminta sebuah ciuman tambahan, atau
bahkan berbagai jenis cumbuan, saat kutahu dia sangat menginginkan beberapa
kesenangan gadis remaja. Bagaimana pun, dia bukan orang yang mudah dihadapi. Dengan tidak bersemangat dia
melakukan kewajibannya untuk mendapatkan tiga sen per hari. Dan, terbukti dia
adalah tukang tawar yang kejam setiap kali dia memiliki kuasa untuk tidak
memberiku ramuan cinta surgawi yang membuatku tak tahan hidup bila tak kunikmati
lebih dari beberapa hari berturut-turut, dan juga karena sifat cinta yang lemahtidak bisa kudapatkan dengan kekerasan.
Karena tahu keajaiban dan kekuatan mulutnya, dia berhasil dalam satu tahun
pelajaran!-meningkatkan harga bonus sebuah pelukan menjadi tiga, bahkan kemudian
empat dolar! Oh, Pembaca! Jangan tertawa selagi membayangkan diriku dengan
berisik mengeluarkan uang logam sepuluh sen dan dua puluh sen serta kepingan
satu dolar besar yang terbuat dan perak bagaikan mesin uang yang sedang
memuntahkan harta. Dan di batas keriangannya itu, dia akan menggenggam erat-erat
kepingan uang logam di dalam kepalan tangannya yang mungil. Biasanya, kubuka
paksa genggamannya itu, kecuali dia keburu kabur untuk menyembunyikan barang
curiannya. Di hari lain, aku akan berjalan menyusuri sekeliling sekolahan, mengawasi tokotoko obat, melihat-lihat ke jalan-jalan sempit dan mendengarkan tawa anak
perempuan yang melirih di antara detak jantungku dan daun-daun yang berjatuhan
agar bisa sesekali menyusup masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa kertaskertas robek di dalam tong sampah kertas berlukiskan mawar, dan menggeledah di
bawah bantal tempat tidurnya yang baru saja kurapikan.
Sekali waktu aku menemukan delapan lembar uang kertas satu dolar di dalam salah
satu bukunya (judulnya Pulau Harta Karun). Dan pada waktu lain, sebuah lubang di
dalam dinding menghasilkan dua puluh empat dolar dan uang recehan, katakanlah
semuanya berjumlah dua puluh empat dolar enam puluh sen, yang kemudian kuambil
diam-diam. Keesokan harinya, di hadapanku dia menuduh Nyonya Holigan yang jujur sebagai
maling yang nista. Pada akhirnya, dia berhasil bertindak sesuai tingkat kecerdasannya dengan
menemukan sebuah tempat persembunyian yang lebih aman dan tak pernah kutemukan.
Namun, saat itu aku telah memangkas pemberianku secara drastis dengan membuatnya
bekerja keras untuk mendapatkan izin ikut serta dalam acara teater sekolah. Yang
paling kutakutkan bukanlah bahwa dia bisa menghancurkanku, tetapi dia bisa
menumpuk uang tunai dalam jumlah yang cukup untuk kabur.
Aku percaya, bocah malang bermata liar itu telah mengetahui bahwa hanya dengan
berbekal uang lima puluh dolar di dalam dompetnya dia bisa sampai di Broadway
atau Hollywood, atau di dapur pengap sebuah rumah makan kumuh di daerah
pertanian yang menyedihkan, dengan angin yang bertiup kencang, bintang-bintang
yang berkelap-kelip, serta mobil-mobil, bar-bar, dan para pelayan bar yang
semuanya kotor, bobrok, atau mati.
8 YANG MULIA, aku berbuat sebisaku untuk menangani masalah anak lelaki demi
kebaikan Lolita. Oh, aku bahkan biasa membaca Rubrik Remaja di koran Beardsley
Star untuk mencari tahu bagaimana harus berbuat!
Sepatah kata untuk para ayah. Jangan menakut nakuti teman lelaki anak perempuan
Anda. Mungkin sedikit sulit bagi Anda untuk menyadari bahwa sekarang para remaja
lelaki menganggapnya menarik. Bagi Anda, dia masih seorang gadis kecil. Bagi
para remaja lelaki, dia menawan dan menyenangkan, manis dan lembut.
Mereka menyukainya. Hari ini Anda berhasil mencapai kesepakatan bisnis besar di
kantor, tetapi dulu Anda hanyalah seorang anak SMA bernama Jim yang membawakan
buku-buku sekolah milik Jane.
Ingat" Tidakkah Anda ingin anak perempuan Anda sekarang gilirannya telah tiba
bahagia dalam kekaguman lelaki yang dia sukai" Tidakkah Anda ingin agar mereka
bersenang-senang bersama secara positif"
Bersenang-senang secara positif" Ya, Tuhan!
Mengapa Anda tidak memperlakukan orang-orang muda itu sebagai tamu di rumah
Anda" Mengapa Anda tidak mengajak mereka bercakap-cakap" Tak bisakah Anda
mendekati mereka, membuat mereka tertawa dan merasa santai"
Selamat datang di rumah bordil ini, Sobat.
Kalau dia melanggar peraturan, jangan membentaknya di hadapan teman
sekongkolnya. Biarkan dia menerima akibat dari kemarahan Anda secara pribadi.
Berhentilah membuat para teman lelakinya merasa bahwa dia adalah anak perempuan
sesosok raksasa tua. Pertama, raksasa tua ini membuat daftar hal-hal yang "benar-benar dilarang" dan
daftar lain berisi hal-hal yang "diizinkan dengan terpaksa".
Yang benar-benar dilarang adalah berkencan, baik itu berdua, berempat, maupun
berenam karena langkah selanjutnya tentu saja pesta seks gila-gilaan.
Dia boleh mengunjungi toko permen dengan teman teman perempuannya dan tertawa
cekikikan di sana sambil mengobrol dengan para lelaki muda yang sesekali ada,
sementara aku menunggu di mobil pada jarak yang aman. Dan aku berjanji
kepadanya, kalau kelompoknya diundang oleh sebuah kelompok yang secara sosial
bisa diterima di sekolah khusus lelaki untuk menghadiri pesta dansa tahunan
mereka (dengan pengawasan ketat, tentunya), aku mungkin akan mempertimbangkan apakah seorang gadis berusia empat belas tahun boleh mengenakan
"pakaian formal" pertamanya (sejenis gaun yang membuat para remaja berlengan
kecil terlihat seperti burung flamingo).
Selain itu, aku berjanji kepadanya untuk mengadakan pesta di rumah kami, dan dia
diizinkan mengundang teman-teman perempuannya yang lebih cantik dan anak-anak
lelaki yang baik. Namun, aku cukup yakin bahwa selama aku masih berkuasa, dia
tak akan pernah diizinkan pergi dengan seorang pemuda yang penuh nafsu ke
bioskop, atau berciuman di mobil, atau pergi ke pesta-pesta yang dihadiri anakanak perempuan dan laki-laki di rumah teman sekolah, atau di luar jangkauan
pendengaranku mengobrol di telepon dengan seorang lelaki walaupun "hanya
membahas hubungannya dengan temanku".
Lo amat marah karena semua ini. Ia menyebutku penjahat yang mengerikan dan halhal yang lebih buruk lagi. Kemarahanku mungkin sudah meledak kalau saja aku
tidak segera menyadari bahwa ini sungguh melegakan yang benar-benar membuatnya
marah bukanlah karena aku melarangnya merasakan kepuasan tertentu, melainkan
karena aku merenggut hak-haknya. Lihatlah, aku sedang menyadari pengaruh buruk
hal-hal yang dianggap lazim, "hal-hal yang biasa dilakukan", rutinitas masa
muda; karena tidak ada yang lebih kuno dari seorang anak, terutama seorang anak
perempuan, sesosok peri asmara paling ranum di taman buah-buahan bulan Oktober.
Jangan salah mengerti. Aku tak yakin sepenuhnya di sepanjang musim dingin dia
tidak menjalin hubungan tak senonoh dengan anak-anak muda yang tidak jelas.
Tentu saja, betapa pun aku mengendalikan kesenangannya dengan ketat, selalu ada
waktu-waktu longgar yang dimanfaatkannya. Tentu saja, kecemburuanku akan terusmenerus menancapkan cakarnya yang tajam pada selubung tipis kebohongan seorang
gadis kecil yang menggairahkan. Namun, aku merasa dari sekarang aku bisa
membenarkan perasaanku tak ada alasan untuk cemas berlebihan. Aku merasa begitu
bukan karena aku tak pernah menemukan bocah lelaki yang pantas kuhajar. Akan
tetapi, karena bagiku "amat sangat jelas" (ungkapan kesukaan Tante Sybilku)
segala jenis anak lelaki SMA-dari si bodoh berkeringat yang "jabat tangannya"
menggetarkan hati, sampai si pemerkosa berduit dengan bisul-bisulnya dan
mobilnya yang dimodifikasi sama-sama membuat bosan gundik mudaku yang
berpengalaman. "Semua keributan tentang anak lelaki ini membuatku ingin muntah,"
serapahnya dalam buku sekolahnya dan di bawah itu ada tulisan tangan Mona berisi
komentar rahasia, "Menurutmu Rigger bagaimana?"
Bocah-bocah lelaki yang kulihat menemaninya tampak biasa-biasa saja. Contohnya
si Baju Hangat Merah yang suatu hari saat salju pertama turun mengantarkannya
pulang. Dari jendela ruang tamu aku mengamati mereka berbicara di dekat teras
kami. Dia mengenakan mantel kerah bulu pertamanya, topi cokelat kecil di atas tatanan rambut kesukaanku poni di depan, rambut
berombak di samping, dan keriting alami di belakang serta sepatu indiannya yang
basah dan gelap, dan kaus kaki putihnya yang lebih basah daripada sebelumnya.
Seperti biasa dia mendekap buku-bukunya di dada selagi berbicara atau
mendengarkan, dan kakinya bergerak-gerak sepanjang waktu. Dia akan berdiri
sambil meletakkan jari-jari kaki kanannya di atas bagian tengah sepatu kirinya,
memindahkannya ke belakang, menyilangkan kakinya, bergoyang sedikit, mundur
beberapa langkah, kemudian memulai kembali rangkaian gerakan tersebut dari awal.
Ada pula si Jaket Tebal yang berbicara kepadanya di depan sebuah restoran pada
suatu Minggu siang selagi ibunya dan saudarinya berusaha menggiringku jauh-jauh
untuk mengobrol. Aku diseret dan memandang ke belakang kepada satu-satunya
kekasihku. Dia telah memahami beberapa perilaku umum, seperti cara remaja yang
sopan untuk menunjukkan bahwa seseorang telah "berpasangan", yaitu dengan
tertawa sambil menunduk. Jadi, karena dia merasakan panggilanku, dia mundur
beberapa langkah, mengubah sikapnya dan melangkah ke arahku dengan senyum yang
memudar. Aku sangat menyukai-mungkin karena mengingatkanku pada pengakuan pertamanya yang
tak terlupakan akal-akalannya menghela napas sambil mendesah "ah, sayang!"
dengan penuh kepasrahan kepada takdir, atau mengeluarkan desahan "oh, tidak ..."
yang panjang dengan suara lirih dan rendah yang hampir seperti menggeram, ketika
embusan takdir benar-benar datang.
Di atas segalanya-karena kita sedang membicarakan masa muda-aku senang
melihatnya hilir mudik di Thayer Street dengan sepedanya yang cantik: berdiri di
atas pedal untuk mengayuhnya kuat-kuat, kemudian duduk santai selagi
kecepatannya berkurang. Lalu, dia akan berhenti di kotak surat kami dan, sambil
masih duduk di atas sepeda, dia akan membuka-buka halaman majalah yang
ditemukannya di sana, mengembalikannya, lalu menempelkan lidahnya ke sisi bibir
atasnya, mendorong sepeda dengan kakinya, dan kembali berpacu menembusi tempattempat yang terang dan berbayang.
Bagiku, kelihatannya dia bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya
lebih baik dari yang kuharapkan saat memikirkan budak kecilku yang manja dan
perilaku polosnya pada musim dingin sebelumnya di California. Walaupun aku tidak
pernah bisa terbiasa dengan keadaan cemas tiada henti karena rasa bersalah, aku
merasa telah berbuat sebaik mungkin dalam hal meniru.
Saat aku berbaring di ranjang sempit ruang kerjaku setelah percumbuan yang
memutus-asakan di kamar tidur Lolita yang dingin, biasanya aku merenungi hari
yang telah berakhir dengan memeriksa sosokku sendiri saat ia hilir mudik di
dalam imajinasiku. Aku melihat Dr. Humbert yang misterius dan tampan melambaikan salam perpisahan
kepada anaknya yang akan pergi ke sekolah. Aku melihat Dr. Humbert, dengan
senyum kecilnya dan alis hitam tebalnya yang melengkung, menyapa Nyonya Holigan
yang baik. Kulihat tetangga di sebelah barat, siapalah namanya, kurasa orang
Prancis atau Swiss, sedang berpikir di depan sebuah mesin tik di dalam ruang
kerjanya, tubuhnya kurus kering. Pada akhir minggu, dengan mengenakan mantel
yang jahitannya rapi dan sarung tangan cokelat, Profesor H. bisa didapati sedang
berjalan santai bersama anak perempuannya ke Walton Inn yang terkenal dengan
Lolita Karya Vladimir Nabokov di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kelinci-kelinci keramik berpita ungu dan kotak-kotak cokelat. Di sana kau duduk
menunggu "meja untuk dua orang" yang masih bertaburan remah-remah bekas
pengunjung sebelumnya. Pada hari-hari biasa sekitar pukul satu siang, dia
terlihat memberi salam kepada tetangga di sebelah timur sambil mengeluarkan
mobil dari garasi, mengitari pohon-pohon sialan, dan menuruni jalanan yang
licin. Mengalihkan pandangan dengan dingin dari buku ke jam dinding di dalam
perpustakan Kampus Beardsley yang benar-benar panas, di tengah para perempuan
muda bertubuh tinggi besar yang membeku di dalam limpahan pengetahuan umat
manusia. Berjalan melintasi kampus bersama Pendeta Rigger yang mengajarkan
Alkitab di Sekolah Beardsley.
"Ada yang bilang kepadaku ibunya bintang film terkenal yang meninggal dalam
kecelakaan pesawat terbang. Oh, ya" Kurasa aku salah. Benarkah"
Aku mengerti. Betapa sedihnya." Perlahan-lahan mendorong kereta kecilku melewati
liku-liku rak di supermarket. Mengibaskan salju di lengan kemejaku, syal tebal
hitam putih menutupi sekehing leherku. Mengikuti anak perempuanku masuk rumah
tanpa terburu-buru (bahkan sempat menggosokkan kaki ke keset). Mengantar Dolly
ke dokter gigi, suster yang cantik memandanginya, majalah-majalah lama. Saat
makan malam dengan Dolly di pusat kota, Tuan Edgar H. Humbert terlihat sedang
menyantap steaknya menggunakan pisau dan garpu. Menikmati sebuah konser: dua
lelaki Prancis berwajah bagaikan pualam duduk bersebelahan dengan gadis kecil
Monsieur H. H. yang berbakat musik di samping kanan ayahnya, dan anak lelaki
Profesor W. yang berbakat musik di samping kiri Monsieur G.G. Membuka garasi,
cahaya menerangi mobil. Berpiyama warna terang, menurunkan tirai jendela di
kamar tidur Dolly. Sabtu pagi, dengan khidmat membopong si gadis kecil di kamar
mandi. Minggu pagi, bukan orang yang suka pergi ke gereja, mengatakan jangan
lama-lama kepada Dolly yang dengan penuh semangat berlari menuju lapangan
berselimut salju. Mempersilakan masuk seorang teman sekolah Dolly yang aneh,
"Pertama kalinya saya melihat orang mengenakan jaket longgar untuk merokok, Pak
tentu saja selain di film-film."
9 TEMAN-TEMAN PEREMPUANNYA, yang tadinya ingin kutemui, ternyata terbukti
mengecewakan. Ada Opal Anu, Linda Hall, Avis Chapman, Eva Rosen, dan Mona Dahi
(tentu saja semua nama ini adalah perkiraan belaka).
Opal adalah makhluk pemalu yang sosoknya tak beraturan, berkacamata, berjerawat,
dan mengasihi Dolly yang telah menindasnya.
Dengan Linda Hall yang juara tenis di sekolah, Dolly bermain tunggal paling
tidak seminggu dua kali. Aku menduga Linda ini peri asmara sejati, tapi karena
alasan yang tak diketahui mungkin tidak dapat izin dia tidak datang ke rumah
kami sehingga aku hanya mengingatnya sekilas.
Sisanya tidak ada yang mewakili sosok peri asmara, kecuali Eva Rosen.
Avis adalah seorang gadis gempal dengan kaki berbulu. Adapun Mona, walaupun bisa
dibilang cantik dan hanya setahun lebih tua daripada gundikku yang menua, jelas
telah pensiun sebagai peri asmara, kalaupun dulunya pernah.
Eva Rosen, gadis pindahan dan Prancis, adalah contoh bagus gadis kecil yang
tidak terlalu cantik, tapi menunjukkan unsur-unsur dasar pesona seorang peri
asmara, antara lain sosok remaja yang sempurna, mata yang menggoda, dan tulang
pipi yang tinggi. Rambut mengilatnya yang berwarna tembaga memiliki kelembutan
rambut Lolita, tapi bagian-bagian wajahnya yang putih susu dan halus dengan
bibir merah jambu dan bulu mata keperak-perakan tidak semenggairahkan yang
sejenis dengannya, yaitu keluarga besar gadis berambut merah berdarah campuran.
Dia juga tidak mengenakan seragam hijau mereka, tapi (seingatku) sesuatu yang
berwarna hitam atau merah tua-mungkin baju hangat lengan panjang hitam, sepatu
hitam berhak tinggi, dan cat kuku merah tua.
Aku berbicara dalam bahasa Prancis kepadanya (yang membuat Lo jijik). Nada suara
anak itu masih murni, tapi untuk kata-kata yang berkaitan dengan sekolah dan
bermain dia menggunakan istilah-istilah Amerika, dan kemudian sedikit aksen
Brooklyn akan muncul di dalam pembicaraannya. Menyenangkan rasanya mendapatkan
hal semacam ini dalam diri seorang gadis Paris yang masuk ke sebuah sekolah New
England terpilih dengan gaya Inggris yang palsu. Sayangnya, terlepas dari
perkataannya bahwa "paman anak Prancis itu seorang jutawan,"
karena alasan tertentu Lo berhenti berteman dengan Eva sebelum aku sempat
menikmati kehadirannya yang wangi di rumah Humbert yang terbuka.
Pembaca tahu apa kepentinganku mengumpulkan sekelompok gadis kecil menggairahkan
yang merupakan hadiah menentramkan di sekeliling Lolitaku. Untuk sesaat aku
berusaha keras membuat panca indraku tertarik kepada Mona Dahi, khususnya selama
musim semi saat dia dan Lo begitu bersemangat terhadap seni peran.
Aku sering penasaran: rahasia apa yang juga disampaikan oleh Dolores Haze, yang
luar biasa tak bisa dipercaya, kepada Mona saat dia mengatakan kepadaku berbagai
hal rahasia mengenai hubungan Mona dengan prajurit marinir di pinggir pantai.
Sudah sifat Lo memilih perempuan muda yang dingin, penuh nafsu, dan
berpengalaman itu sebagai teman akrabnya. Aku pernah mendengar gadis itu (Lo
bersumpah aku salah dengar) dengan ceria berkata kepada Lo di koridor
mengomentari bahwa baju hangatnya (milik Lo) terbuat dari benang wol murni,
"Itulah dirimu, masih murni ..."
Dia memiliki suara rendah yang penuh rasa ingin tahu, rambut gelap kusam yang
dikeriting, anting-anting, sepasang mata yang menonjol berwarna cokelat dan
bibir yang menggairahkan. Lo bilang para guru menegurnya karena mengenakan
terlalu banyak perhiasan.
Tangannya gemetar. Ia dibebani IQ setinggi 150. Dan, aku juga tahu ia punya tahi
lalat besar berwarna cokelat di punggungnya yang kulihat di malam saat dia dan
Lo mengenakan gaun-gaun berleher rendah berwarna pastel untuk sebuah acara
dansa. Saat aku mencoba mencari tahu laki-laki macam apa yang Lo kenal, Nona Dahi tidak
mau memberikan jawaban yang jelas. Lo, yang pergi bermain tenis di klub Linda,
meneleponku untuk memberi tahu bahwa dia mungkin terlambat setengah jam, jadi
dia memintaku menemani Mona yang datang untuk berlatih sebuah adegan dari lakon
karya Shakespeare, Menjinakkan Perempuan Pemarah.
Dengan menggunakan segala nada bicara dan semua sikap menarik yang dia mampu
serta menatapku dengan mungkinkah aku keliru"
ekspresi yang getir, Mona yang cantik menjawab, "Ya, Pak, kenyataannya Dolly
tidak menyukai sembarang lelaki. Kami adalah saingan. Aku dan dia sama-sama
naksir Pendeta Rigger." (Ini lelucon. Aku sudah pernah menyebut lelaki berwajah
sedih dan berahang kuda itu. Ia mengoceh terus tentang Swiss sehingga membuatku
muak pada suatu pesta minum teh untuk para orangtua yang tak kuingat lagi kapan
terjadinya.) Bagaimana acara pesta dansanya" Oh, ramai. Apa" Seru. Singkat kata,
hebat. Apakah Lo banyak berdansa" Oh, tidak terlalu banyak, sesanggupnya saja.
Bagaimana pendapat Mona tentang Lo" Apakah menurut dia Lo baik-baik saja di
sekolah" Oh, dia masih seperti anak kecil. Tapi, bagaimana kelakuannya secara
garis besar" Oh, dia anak yang sangat baik. Tapi, bagaimana" "Oh, dia sepertinya
baik sekali." Mona mengakhiri pembicaraan, mendadak dia menghela napas, memungut buku yang
tergeletak, dan dengan raut wajah berubah sambil pura-pura mengerutkan alisnya,
dia bertanya, "Ceritakan padaku tentang Bali Zack (maksudnya Balzac, penulis
Prancis), Pak. Apakah dia benar-benar sehebat itu?" Dia maju begitu dekat ke
kursiku sehingga aku bisa mencium aroma kulitnya yang tak menarik di balik
baluran krimnya. Tiba-tiba saja sebuah pikiran aneh menghunjamku: apakah Lo-ku
mencoba berperan sebagai mucikari" Kalau ya, dia telah memilih pengganti yang
salah. Untuk menghindari tatapan mata Mona yang dingin, aku berbicara tentang
sastra selama semenit. Lalu Dolly datang dan memicingkan mata pucatnya kepada
kami. Kutinggalkan mereka berduaan.
Salah satu terali berbentuk belah ketupat pada jendela mungil berhiaskan sarang
laba-laba di belokan tangga tepercik oleh cat berwarna merah delima. Cacat kasar
di antara segi empat tak bernoda dan posisinya yang tidak simetris itu anehnya
selalu menggangguku. 10 KADANG-KADANG ... Ayo. persisnya seberapa sering, Bert" Apakah kau bisa
mengingat kembali empat, lima, atau lebih, kesempatan seperti itu"
Akankah hati yang bukan hati manusia bisa bertahan dua atau tiga kali"
Kadang-kadang (tak ada yang ingin kukatakan sebagai jawaban pertanyaanmu),
selagi Lolita menyiapkan pekerjaan rumahnya dengan asal-asalan, mengemut pensil,
dan duduk santai menyamping di sofa dengan kedua kaki di atas sandaran
tangannya, aku akan membuang semua peraturanku tentang cara mengajar,
menghentikan semua perdebatan, melupakan semua harga diri lelakiku, dan
merangkak ke kursimu, Lolitaku!
Kau akan menatapku seolah berkata, "Oh, tidak, jangan lagi ..."
Kau tak pernah mau repot-repot percaya bahwa aku bisa saja memohon untuk
membenamkan wajahku ke dalam rok lipitmu, Sayangku!
Kerapuhan lenganmu yang terbuka-betapa kurindu memeluk tungkai-tungkai indahmu
yang lunglai, memegang kepalamu di antara tanganku yang hina ini, menarik kulit
di kedua sisi keningmu ke belakang, mencium matamu yang menyipit, dan- "Tolong,
jangan ganggu aku, ya," kau akan berkata, "demi Tuhan, jangan ganggu aku." Dan,
aku akan bangkit dari lantai saat kau menengadah, wajahmu sengaja bergerak-gerak
untuk meledekku. Tapi, tak apa, lupakan sajalah, aku hanyalah seorang lelaki
buas. Lupakan saja. Mari kita lanjutkan ceritaku yang menyedihkan ini.
11 PADA SUATU Senin pagi, kurasa di bulan Desember, Pratt memintaku datang untuk
membicarakan sesuatu. Aku tahu, rapor terakhir Dolly jelek. Namun, alih-alih
merasa puas dengan penjelasan yang masuk akal atas panggilan ini, aku
membayangkan segala hal mengerikan, dan harus menguatkan diri sebelum aku bisa
menghadapi wawancara itu. Perlahan-lahan, dengan menabahkan diri, aku menaiki
anak tangga. Dia perempuan besar berambut kelabu, dengan hidung pesek yang lebar dan sepasang
mata mungil di balik kacamata berbingkai hitam.
"Silakan duduk," katanya sambil menunjuk sebuah bantal duduk besar yang santai
dan memalukan, sembari dia bertengger dengan sikap gesit yang membosankan di
lengan sebuah kursi kayu. Sesaat, dia mengamatiku dengan senyum penuh rasa ingin
tahu. Aku ingat dia pernah melakukannya saat pertama kali bertemu, tapi saat itu
aku sanggup membalasnya dengan tatapan sengit. Pandangannya lepas dariku.
Mungkin dia tenggelam dalam pikirannya. Setelah memutuskan, dia menggosok-gosok
bagian lutut rok panjang kelabunya yang terbuat dari bahan flanel, berusaha
menghilangkan bekas kapur atau apalah.
Kemudian dia berkata sambil masih menggosok-gosok roknya, tanpa memandangku,
"Izinkan saya mengajukan sebuah pertanyaan yang jujur, Tuan Haze. Anda adalah
seorang ayah Eropa yang ketinggalan zaman, bukan?"
"Kenapa" Tidak," kataku, "mungkin saya konservatif, tapi bukan ketinggalan zaman
seperti yang Anda bilang."
Dia menghela napas, merengut, kemudian menepuk kedua tangannya yang gemuk
bersamaan dengan gaya ayo langsung masuk keinti persoalan, dan kembali
menjatuhkan tatapan matanya yang penuh kecurigaan padaku.
"Dolly Haze," katanya, "adalah anak yang menyenangkan. Namun, masa awal
pematangan seksualnya sepertinya menyulitkannya."
Aku menunduk sedikit. Apa lagi yang bisa kulakukan"
"Dia masih beralih-alih," kata Nona Pratt sambil memperagakannya dengan
tangannya yang berbintik-bintik, "di antara fase perkembangan anal dan genital.
Pada dasarnya dia-" "Maaf," kataku, "fase apa?"
"Itulah bukti bahwa Anda memang orang Eropa yang ketinggalan zaman!" teriak
Pratt sambil sedikit menepuk arlojiku dan memamerkan gigi palsunya. "Maksud
saya, dorongan biologis dan psikologis-apakah Anda merokok" tidak menyatu dalam
diri Dolly. Sebutlah, tidak masuk ke dalam sebuah pola yang bundar." Untuk
sesaat tangannya seakan sedang memegang buah melon yang tak terlihat.
"Dia menarik, cerdas, walaupun ceroboh ..." (sambil bernapas dengan sesak, tanpa
beralih posisi, perempuan itu meminta kesempatan untuk melihat rapor anak manis
itu yang ada di atas meja kerja di samping kanannya) "Nilainya terus menurun.
Sekarang saya jadi bertanya-tanya, Tuan Haze-" Pura-pura merenung lagi.
"Baiklah," dia melanjutkan dengan bersemangat, "contohnya saya.
Saya merokok, dan seperti yang pernah dikatakan oleh Dr. Pierce: Saya tidak
bangga akan hal itu, tapi saya menyukainya." Dia menyalakan rokok dan asap yang
dia embuskan dan hidungnya tampak seperti sepasang gading gajah.
"Izinkan saya menyampaikan beberapa perincian, tak akan lama.
Sekarang coba lihat (sambil mengobrak-abrik kertas-kertasnya) ... Dia tidak mau
menurut kepada Nona Redcock dan sukar dipercaya sikap kasarnya kepada Nona
Cormorant. Ini salah satu laporan penelitian khusus kami: Senang menyanyi
berkelompok di dalam kelas walaupun sepertinya pikirannya ke mana-mana.
Menyilangkan lututnya dan menggoyang-goyangkan kaki kirinya sesuai irama.
Penguasaan kata: dua ratus empat puluh dua kata bahasa slang remaja yang paling
umum diselingi sejumlah kata bergaya Eropa. Sering menghela napas di kelas.
Coba saya lihat. Ya. Sekarang minggu terakhir bulan November. Sering menghela
napas di kelas. Mengunyah permen karet dengan kuat. Tidak menggigiti kukunya.
Kalau ya, ini akan lebih cocok dengan pola umum-tentu saja secara ilmiah.
Menstruasi, menurut subjek, baik-baik saja.
Saat ini bukan anggota gereja mana pun. Ngomong-ngomong, Tuan Haze, ibunya" Oh,
saya mengerti. Dan Anda adalah" Saya rasa yang bukan urusan siapa-siapa adalah
urusan Tuhan. Ada hal lain yang kami ingin tahu. Saya mengerti, dia tidak punya
tugas rumahan yang teratur.
Anda memperlakukan Dolly bagaikan seorang putri, Tuan Haze" Baiklah, apa lagi
yang ada di sini" Memegang buku-buku dengan anggun. Suara menyenangkan. Agak
sering cekikikan. Sedikit pengkhayal. Punya lelucon pribadi sendiri, contohnya
menukar-nukar huruf-huruf awal nama beberapa orang gurunya. Rambut cokelat tua
dan cokelat muda, lembut dan bercahaya-yah (sambil tertawa), saya rasa Anda
pasti sadar akan hal itu. Coba saya lihat, di sini ada laporan yang lebih baru.
Aha, ini dia. Nona Gold bilang nilai permainan tenis Dolly sangat bagus, bahkan
lebih baik dari permainan Linda Hall, tapi untuk konsentrasi dan akumulasi nilai
hanya mendapat "buruk". Nona Cormorant tidak bisa memutuskan apakah Dolly
memiliki kontrol emosi yang tidak biasa atau malah tidak ada sama sekali. Nona
Horn melaporkan bahwa dia-maksud saya, Dolly tidak bisa mengungkapkan emosinya
dalam bentuk kata-kata, sedangkan menurut Nona Cole, efisiensi metabolisme Dolly
sangat baik. Nona Molar berpikir Dolly rabun dan sebaiknya mengunjungi dokter
mata yang bagus. Tapi, Nona Redcock bersikeras bahwa gadis itu hanya berpura-pura lelah matanya
untuk mencari perhatian. Sebagai penutup, Tuan Haze, para peneliti kami ingin
tahu tentang sesuatu yang benar-benar penting. Saya ingin menanyakan sesuatu
kepada Anda. Saya ingin tahu apakah istri Anda yang malang, atau Anda sendiri,
atau orang lain di dalam keluarga Anda-dia memiliki beberapa bibi dan seorang
kakek dari pihak ibu yang tinggal di California"-oh, sudah tidak, maaf-kami
semua ingin tahu apakah ada seseorang di keluarga Anda yang bisa memberi tahu
Dolly tentang proses reproduksi mamalia. Kesan kami, Dolly yang sudah berusia
lima belas tahun tetap tidak tertarik pada hal-hal seksual, atau tepatnya,
menekan keingintahuannya untuk menyelamatkan ketidaktahuannya dan harga dirinya. Baiklah, empat belas tahun. Anda tahu, Tuan
Haze, Sekolah Beardsley tidak memercayai lebah dan bunga, burung pelikan dan
pasangan yang dimabuk cinta, tapi sangat percaya dalam mempersiapkan siswisiswinya untuk perjodohan yang sama-sama memuaskan dan proses membesarkan anak
yang berhasil. Kami merasa Dolly bisa membuat kemajuan yang bagus kalau saja dia
mau berkonsentrasi pada pekerjaannya. Laporan Nona Cormorant sangat penting
dalam hal itu. Dolly cenderung, bahasa halusnya, tidak menghargai orang lain.
Tapi, semua merasa bahwa, pertama, Anda harus meminta dokter keluarga Anda
mengatakan kepadanya tentang fakta-fakta kehidupan. Dan, kedua, Anda harus
membiarkannya bergaul dengan saudara-saudara lelaki teman-teman sekolahnya di
Klub Yunior atau dalam organisasi Dr. Rigger, atau di rumah para orangtua siswi
kami." "Dia boleh bertemu dengan anak-anak lelaki di rumahnya sendiri,"
kataku. "Saya harap demikian," kata Pratt dengan yakin. "Saat kami menanyakan
masalahnya, Dolly menolak membahas keadaan di rumah.
Tapi, kami telah berbicara kepada beberapa orang temannya dan kami bersikeras
agar Anda mencabut larangan ikut serta dalam kelompok drama. Anda harus
mengizinkannya ambil bagian dalam pentas drama The Enchanted Hunters-Para
Pemburu yang Tersihir. Dia benar-benar peri kecil yang sempurna saat latihan.
Pada musim semi nanti, penulis naskah drama itu akan tinggal beberapa hari di
Kampus Beardsley dan mungkin akan menghadiri latihan di auditorium baru kami.
Maksud saya, semua ini sisi menyenangkan dan menjadi seorang gadis muda yang
sehat dan cantik. Anda harus mengerti-"
"Saya selalu menganggap diri saya," tukasku, "seorang ayah yang sangat
bijaksana." "Oh, tak perlu diragukan lagi, tapi menurut Nona Cormorant, dan saya cenderung
Lolita Karya Vladimir Nabokov di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
setuju dengannya, Dolly terobsesi dengan pikiran-pikiran seksual yang tak
tersalurkan. Dia sering mengejek gadis-gadis lain, bahkan para instruktur kami
yang masih muda, karena mereka berkencan sehat dengan anak-anak lelaki."
Aku mengangkat bahu. "Mari kita samakan pikiran kita, Tuan Haze. Apa yang salah dengan anak itu?"
"Bagi saya dia kelihatan cukup normal dan bahagia," kataku (Apakah aku ketahuan"
Apakah mereka menghipnotisnya untuk mengorek keterangan")
"Yang membuat saya cemas," kata Nona Pratt sambil memandang jam tangannya dan
mulai membahas seluruh persoalan lagi, "baik para guru maupun teman-teman
sekolahnya berpendapat bahwa Dolly tidak ramah dan agresif, tidak bahagia,
tertutup-dan semua orang heran mengapa Anda begitu menentang semua hiburan yang
wajar bagi seorang gadis normal?"
"Maksud Anda kegiatan seksual?" tanyaku dalam keputusasaan karena merasa
dipojokkan. "Yah, tentu saja saya terbuka terhadap istilah beradab ini," sahut Pratt dengan
menyeringai. "Tapi, bukan itu intinya. Dengan pengawasan Sekolah Beardsley,
kegiatan drama, dansa, dan kegiatan-kegiatan wajar lainnya secara teknis
bukanlah kegiatan seksual walaupun dalam kegiatan itu anak-anak perempuan
bertemu dengan anak-anak lelaki, kalau itu yang membuat Anda keberatan."
"Baiklah," kataku, bantal dudukku mengembuskan napas lelah.
"Anda menang. Dia boleh ikut dalam sandiwara itu, dengan syarat peran laki-laki
diganti oleh perempuan."
"Saya selalu tertarik," ujar Pratt, "dengan cara orang-orang asing atau paling
tidak yang sudah menjadi warga negara Amerika Serikat-menggunakan bahasa kami
yang kaya. Saya yakin Nona Gold, yang membimbing kelompok sandiwara itu, akan
senang sekali. Saya sadar, dia adalah salah satu dari sedikit guru yang
sepertinya menyukai Dolly-maksud saya, sepertinya dia menganggap Dolly bisa
diatur. Saya rasa, kita sudah membicarakan topic-topik umum. Sekarang ada hal
khusus. Kami ada masalah lagi."
Pratt berhenti sambil menahan diri, kemudian menggosokkan telunjuknya di bawah
lubang hidungnya dengan penuh semangat sehingga hidungnya seakan akan
menampilkan semacam tarian perang.
"Saya termasuk orang yang berterus terang," katanya, "tapi kesepakatan bersama
adalah kesepakatan bersama, dan susah bagi saya
... Izinkan saya mengungkapkannya seperti ini ... Keluarga Walker, yang tinggal
di dalam apa yang kami sebut Duke's Manor-Anda tahu rumah abu-abu besar di atas
bukit-mengirimkan dua orang anak perempuan mereka ke sekolah kami, dan di sini
ada kemenakan Presiden Moore, seorang gadis yang benar-benar rendah hati, belum
lagi sejumlah anak orang penting lainnya. Yah, dalam kondisi seperti itu, agak
mengagetkan saat Dolly, yang kelihatan seperti putri kelas atas, menggunakan
kata-kata yang Anda, sebagai orang asing, mungkin tidak tahu atau tidak paham.
Mungkin lebih baik-Apakah Anda ingin saya langsung memanggil Dolly ke sini untuk
membahas berbagai hal" Tidak" Anda tahu-oh, baiklah, mari kita bahas. Dolly
telah menulis sebuah kata yang sangat tak senonoh-Dr. Cutler memberi tahu saya:
itu istilah Meksiko yang rendah untuk buang air kecil-dengan lipstiknya pada
pamflet kesehatan yang disebarkan Nona Redcock yang akan menikah pada bulan
Juni-kepada anak-anak itu. Menurut kami, dia seharusnya dihukum dengan tetap
tinggal setelah jam sekolah-paling tidak setengah jam lagi. Tapi, kalau menurut
Anda-" "Tidak," kataku, "saya tidak ingin mengganggu peraturan. Saya akan berbicara
kepadanya nanti. Saya akan menegurnya."
"Lakukanlah," kata perempuan itu sambil bangkit dari lengan kursinya. "Dan
mungkin kita bisa segera bertemu lagi. Kalau tidak ada kemajuan, kami mungkin
akan meminta Dr. Cutler menganalisisnya."
Haruskah aku menikahi Pratt dan mencekiknya"
"Dan mungkin dokter keluarga Anda mau memeriksanya secara fisik, sekadar
pemeriksaan rutin. Dia ada di Jamur-kelas terakhir di koridor."
Mungkin bisa dijelaskan begini: Sekolah Beardsley meniru sebuah sekolah
perempuan terkenal di Inggris dengan memakai nama-nama panggilan "tradisional"
untuk beragam kelas: Jamur, Ruang 8, Ruang-B, Ruang BA, dan seterusnya. Jamur
adalah kelas yang bau, dengan cetakan lukisan "Age of Innocence" karya Reynolds
di atas papan tulis, dan beberapa baris meja belajar yang desainnya kurang
bagus. Di salah satu bangku itu, Lolitaku sedang membaca bab berjudul "Dialog"
dalam buku Teknik Bermain Drama karangan Baker. Semuanya sangat tenang. Ada
gadis lain dengan leher putih terbuka bagaikan porselen dan rambut indah
berwarna keperakan yang duduk di depan sambil membaca juga, benar-benar
tenggelam dalam bacaannya dan tak henti-hentinya melingkarkan rambut keritingnya
yang lembut di sekeliling salah satu jari tangannya.
Aku duduk di samping Dolly, tepat di belakang leher dan rambut temannya, membuka
mantelku, lalu dengan bayaran enam puluh lima sen dan izin untuk ikut sandiwara
sekolah menyuruh Dolly meletakkan tangannya yang belepotan tinta dan kapur di
bawah meja. Oh, tak perlu diragukan lagi, betapa bodoh dan cerobohnya aku.
Namun, setelah siksaan yang kualami, aku harus mendapat keuntungan dan gabungan
pesona kedua gadis muda ini-aku tahu kesempatan ini tak akan pernah terjadi
lagi. 12 SEKITAR NATAL, dia terserang dernam dan badannya menggigil hebat.
Dia diperiksa oleh teman Nona Lester, yaitu Dr. Ilse Tristramson (hai, Ilse, kau
baik dan tak banyak tanya, dan kau menyentuh merpatiku dengan sangat lembut).
Dia mendiagnosis Lo mengidap penyakit bronkitis, menepuk-nepuk punggung Lo
(semua pori-porinya menonjol karena demam itu), dan menyuruhnya beristirahat
total selama seminggu atau lebih lama lagi. Pada awalnya, dia kehilangan
kesabarannya dan aku juga tidak bisa menahan gairahku walaupun dia lemah,
merintih, terbatuk-batuk, dan menggigil di dalam pelukanku. Dan segera setelah
dia pulih, aku mengadakan pesta dengan mengundang anak-anak lelaki.
Mungkin aku sedikit minum terlalu banyak dalam persiapan pesta itu. Mungkin aku
telah mempermalukan diriku sendiri. Anak-anak perempuan telah menghias dan
menancapkan pohon fir mungil - tradisi Jerman, tapi dengan lilin-lilin yang
digantikan oleh lampu-lampu mungil berwarna-warni. Pinngan-pinngan hitam sudah
dipilih dan dimasukkan ke dalam fonograf miik yang punya rumah. Dolly tampak
cantik mengenakan gaun abu-abu dengan bagian atas ketat dan rok yang lebar.
Sambil menggumam aku pergi ke kamar kerjaku di lantai atas, lalu setiap sepuluh
atau dua puluh menit aku akan turun selama beberapa detik seperti orang idiot,
kelihatan seperti mau mengambi pipa dari saku mantel atau mencari koran. Dan
setiap kali ada tamu datang, tindakan sederhana ini jadi lebih sulit dilakukan,
dan aku diingatkan pada hari-hari yang jauh, saat aku biasa meregangkan ototototku untuk dengan santainya memasuki sebuah ruangan di dalam rumah Ramsdale
tempat Carmen Kecil berada.
Pestanya itu sukses. Dari tiga anak perempuan yang diundang, yang satu tidak
datang, dan salah satu anak lelaki mengajak sepupunya, Roy, sehingga ada
kelebihan dua anak lelaki. Si sepupu tahu semua langkah dalam dansa, sedangkan
yang lainnya tidak bisa dansa sama sekali. Jadi, sebagian besar malam itu
dihabiskan untuk mengacak-acak dapur, lalu tak habis-habisnya mengoceh tentang
permainan kartu apa yang akan dimainkan. Setelah itu, dua anak perempuan dan
empat anak laki-laki duduk di lantai ruang tengah, dengan semua jendela terbuka,
dan bermain permainan kata yang tak bisa dipahami Opal. Sedangkan, Mona dan Roy,
pemuda kurus yang tampan, meminum ginger ale di dapur sambil duduk di meja,
membiarkan kaki mereka tergantung, dan mengobrol dengan penuh semangat. Setelah
mereka semua pergi, Lo mengeluh, menutup matanya, dan menjatuhkan diri di kursi
dengan keempat tungkai direntangkan untuk menyatakan kelelahan dan rasa kesal,
lalu bersumpah bahwa mereka adalah sekumpulan anak lelaki paling menjijikkan
yang pernah dia lihat. Aku membelikannya raket tenis baru karena berkomentar
seperti itu. Bulan Januari lembap dan hangat, dan bulan Februari tumbuh-tumbuhan mulai
bersemi: tak satu pun penduduk kota itu yang pernah melihat cuaca seperti itu.
Hadiah-hadiah lain berjatuhan. Sebagai hadiah ulang tahunnya aku membelikannya
sebuah sepeda yang sudah pernah kusebut, dan sebagai tambahan kubelikan pula
buku Sejarah Seru Lukis Amerika Modern. Caranya bersepeda, maksudku gerakan
pinggulnya saat naik, keanggunannya, dan seterusnya, memberiku kesenangan yang
luar biasa. Namun, usahaku untuk memperbaiki selera lukisannya gagal. Ia
bertanya apakah laki-laki yang sedang tidur siang di atas lukisan jerami Doris
Lee adalah ayah dan perempuan di latar depan, dan tak bisa mengerti mengapa aku
menganggap lukisan Grant Wood atau Peter Hurd bagus, sedangkan karya Reginald
Marsh atau Frederick Waugh jelek.
13 SAAT MUSIM semi mempercantik Thayer Street dengan warna-warna kuning, hijau dan
merah jambu, Lolitaku yang cantik tak kunjung berubah. Pratt, yang pada suatu
hari Minggu kusadari sedang makan siang bersama beberapa orang di Walton Inn,
menarik perhatianku dari jauh melalui gerakan tepuk tangan yang sembunyi
sembunyi saat Lo sedang tidak melihatnya.
Aku amat membenci teater dalam bentuknya yang primitif, yaitu yang berisi
upacara-upacara zaman batu dan segala omong kosong seperti, katakanlah, puisipuisi Inggris kuno. Karena sedang disibukkan dengan kerja kesusasteraanku
sendiri, aku tidak mau repot-repot membaca seluruh teks The Enchanted Hunters,
drama pendek di mana Dolores Haze diberi peran sebagai anak petani yang
membayangkan dirinya menjadi penyihir hutan, atau Diana, atau makhluk yang
memiliki buku tentang hipnotis, membuat para pemburu yang tersesat menjadi
kesurupan sebelum dia sendiri pada gilirannya takluk dalam mantra seorang
penyair pengembara (Mona Dahi). Itulah yang bisa kuingat dengan susah payah dari
bagian-bagian kecil naskah kumal yang ketikannya jelek, yang ditebarkan Lo di
seantero rumah. Kesamaan yang kebetulan antara judul drama tersebut dan nama penginapan yang tak
terlupakan itu terasa menyenangkan dengan cara yang menyedihkan. Dengan lelah
aku berpikir bahwa aku lebih baik tidak mengingatkannya kepada Lolita, demi
kebaikan kami. Aku menduga drama pendek itu hanyalah versi lain dari legenda
yang sudah basi. Tentunya tak ada yang mencegah orang menduga bahwa saat mencari sebuah nama yang
menarik, pendiri hotel itu secara kebetulan dipengaruhi oleh khayalan tukang
pahat kelas dua yang dia sewa. Setelah itu, nama hotel tersebut mendatangkan
ilham untuk judul drama tadi.
Namun, di dalam pikiranku yang sederhana, aku mencoba membaliknya. Dan, tanpa
benar-benar memikirkan seluruh persoalan itu, kuanggap saja bahwa lukisan
timbul, nama dan judul drama tersebut diambil dari sebuah sumber umum, dan
tradisi lokal yang tidak aku - seorang asing dalam cerita rakyat New England ketahui. Hasilnya, aku memiliki kesan bahwa drama pendek terkutuk itu termasuk
sejenis cerita lucu untuk remaja yang disadur ulang berkali-kali, seperti Hansel
dan Gretel karangan Richard Roe, Putri Tidur karangan Dorothy Doe, atau Baju
Baru Kaisar karangan Maurice Vermont dan Marion Rumpelmeyer - semua ini bisa
ditemukan di dalam buku Panduan Bermain Drama untuk Anak Sekolah atau Mari
Bermain Sandiwara! yang mana pun. Dengan kalimat lain, aku tidak tahu - dan tidak
akan peduli kalaupun aku tahu - sesungguhnya The Enchanted Hunters adalah karangan
yang lumayan baru dan secara teknis asli, yang baru saja dipentaskan untuk
pertama kali tiga atau empat bulan lalu oleh sebuah kelompok teater terkemuka di
New York. Bagiku, drama itu adalah karya berkualitas rendah yang menyiratkan pengaruh
Lenormand dan Maeterlinck, serta beberapa dramawan pemimpi Inggris. Para pemburu
bertopi merah dan berseragam - salah satunya bekerja sebagai bankir, yang lain
tukang ledeng, yang ketiga polisi, yang keempat petugas pemakaman, yang kelima
agen asuransi, yang keenam narapidana buron (lihatlah kemungkinankemungkinannya!) kehilangan akal sepenuhnya dan mengingat kehidupan mereka yang
sesungguhnya hanyalah mimpi buruk, dan kemudian Diana kecil membangunkan mereka
dari mimpi itu. Namun, pemburu ketujuh (mengenakan topi hijau, si bodoh itu) adalah seorang
Penyair Muda, dan dia bersikeras sehingga membuat Diana kesal - bahwa Diana dan
hiburan yang ada (peri-peri kecil, kurcaci-kurcaci dan monster-monster yang
menari-nari) adalah temuannya.
Akhirnya aku memahami, dengan rasa jijik, Dolores yang bertelanjang kaki harus
memandu Mona yang bercelana kotak-kotak ke tanah pertanian di belakang Hutan
Angker untuk membuktikan kepada orang sombong itu bahwa dia bukanlah khayalan si
penyair, melainkan seorang gadis desa yang rendah hati. Dan, ciuman terakhir
adalah untuk memperkuat pesan utama drama itu, yakni bahwa keajaiban dan
kenyataan bersatu dalam cinta.
Kurasa lebih bijaksana untuk tidak mengkritik drama itu di hadapan Lo. Dia
begitu tertarik pada "masalah pengungkapan" dan dia akan meletakkan tangannya
yang sempit dengan penuh pesona, menggerak-gerakkan bulu matanya, dan merengekrengek agar aku tidak datang saat dia latihan seperti yang dilakukan oleh para
orangtua yang konyol karena dia ingin membuatku terkesan dengan sebuah malam
pertunjukan yang sempurna - dan karena aku selalu ikut campur dengan mengomentari
kesalahannya dan membatasi gayanya di tengah kehadiran orang-orang lain.
Ada satu latihan yang sangat khusus ... Ada satu hari di bulan Mei yang ditandai
begitu banyak kesibukan membahagiakan - semua itu bergulir melewatiku, di luar
pengertianku, kebal bagi ingatanku. Dan, ketika aku melihat Lo pada suatu sore
hari sedang mengatur keseimbangan di atas sepedanya dengan menekankan telapak
tangannya pada kulit pohon yang basah di ujung halaman kami, aku terkejut dengan
kelembutan yang hangat dalam senyumnya, dan untuk sesaat aku percaya bahwa semua
masalah kami telah lenyap.
"Apakah kauingat," katanya, "apa nama hotel itu, kautahu, ayolah - dengan tiangtiang putih dan angsa pualam di ruang tunggu" Oh, kau tahu - hotel tempat kau
memerkosaku. Baiklah, lupakan saja. Maksudku, apakah namanya (hampir berbisik)
The Enchanted Hunters" Oh, benar"
Benarkah?" - dan dengan gelak tawa dia menepuk batang pohon yang mengkilat itu,
lalu berpacu mendaki bukit, sampai di ujung jalan, kemudian kembali. Kakinya
menginjak pedal sepeda yang berhenti, tubuhnya tampak santai, dengan satu tangan
terbuka di pangkuannya yang bercorak bunga-bunga.
14 KARENA KEGIATAN itu sepertinya berhubungan dengan minatnya terhadap dansa dan
drama, aku mengizinkan Lo mengikuti les piano dengan Nona Emperor (begitulah
kami, para kaum terpelajar Prancis, memanggilnya). Lo akan berangkat ke rumahnya
yang putih mungil berjendela biru sejauh kurang lebih satu setengah kilometer
dari Beardsley, seminggu dua kali.
Pada suatu Jumat malam menjelang akhir bulan Mei (dan kurang lebih seminggu
setelah latihan istimewa ketika Lo tidak mengizinkanku menghadirinya), telepon
di kamar kerjaku - tempat aku sedang menghabisi sayap menteri Gustave, maksudku,
Gaston - berdering dan Nona Emperor menanyakan apakah Selasa depan Lo akan datang,
karena Selasa lalu dan hari ini dia tidak ikut les. Kubilang dia akan datang,
kemudian kami melanjutkan permainan.
Seperti yang mungkin dibayangkan dengan baik oleh pembaca, kini kemampuan
bermain caturku sudah menurun, dan satu atau dua langkah kemudian, saat tiba
giliran Gaston, aku menyadari bahwa dia bisa memangsa menteriku. Ia menyadarinya
juga, tapi berpikir bahwa bisa jadi itu hanyalah jebakan licik lawannya. Ia
tampak ragu selama hampir semenit, terengah-engah, mendengus, menggoyangkan
gelambirnya, bahkan melayangkan pandangan penuh rahasia kepadaku, dan kemudian
dengan penuh keraguan setengah mendorong bidaknya dengan jari-jarinya yang gemuk
- berusaha setengah mati untuk mengambil menteri yang menggiurkan itu, tapi tidak
berani. Tiba-tiba, secara tak terduga ia memangsanya, dan aku harus menghabiskan
satu jam yang membosankan untuk mencapai hasil remis. Ia menghabiskan brandynya
dan kemudian pergi tergopoh-gopoh, cukup puas dengan hasil ini.
Aku mendapati Dolores Haze di meja dapur, sedang makan sepotong kue dengan mata
terpaku pada naskahnya. Mata itu menatap ke atas dan bertemu dengan tatapan
mataku. Ia tetap sangat tenang saat dihadapkan pada temuanku dan berkata bahwa
dia tahu: dia adalah anak yang sangat nakal, tapi dia tidak sanggup menahan
godaan dan telah memakai jam les piano di taman umum dekat situ untuk melatih
adegan hutan sihir dengan Mona. Kubilang, "baiklah" - dan melangkah ke telepon.
Ibu Mona menjawab, "Oh, ya, dia ada ..." dan menjauh dengan tawa alamiah seorang
ibu yang riang dan sopan, lalu berteriak, "Roy, telepon!"
Saat berikutnya Mona mencari-cari dan dengan suara rendah yang monoton, tapi
bukan berarti tidak lembut, mulai mengomel Roy atas sesuatu yang telah ia
katakan atau lakukan. Aku memotong pembicaraannya. Sekarang Mona berkata, dengan
suara rendahnya yang paling rendah hati dan paling seksi, "Ya, Pak, sayalah yang
harus disalahkan dalam hal yang tak seharusnya terjadi ini. Jujur saja, saya
merasa sangat tidak enak" - dan seterusnya, seperti yang dikatakan oleh pelacurpelacur kecil itu. Jadi, di lantai bawah aku mendehem dan berusaha mengendalikan perasaanku.
Sekarang Lo ada di ruang tengah, di atas kursi kesayangannya. Selagi dia rebahan
di sana sambil menggigiti kulit dekat kukunya dan mengejekku dengan sepasang
mata bengisnya, dan terus-terusan menggoyangkan sebuah bangku tempat dia
meletakkan tumit kakinya yang terentang tanpa sepatu, aku menyadari dengan rasa
cemas yang menjengkelkan betapa dia telah banyak berubah sejak pertama kali aku
bertemu dengannya dua tahun yang lalu. Atau, apakah ini hanya terjadi selama dua
Lolita Karya Vladimir Nabokov di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
minggu terakhir" Tentu, itu hanyalah omong kosong belaka. Ia duduk tepat di
pusat kemarahanku yang membara. Kabut dari segala nafsu telah disingkirkan dan
tak menyisakan apa pun selain kejernihan yang mengerikan ini. Oh, dia telah
berubah! Sekarang warna dasar kulitnya seperti perempuan SMA mana pun yang
mengoleskan kosmetik dengan jari-jari yang kotor pada wajah yang belum
dibersihkan, dan tidak keberatan dengan kulit kotor apa pun yang bersentuhan
dengan kulitnya. Penampilan segarnya yang mulus dan lembut begitu manis di harihari sebelumnya, begitu terang dengan air mata, saat aku bermain guling-gulingan
dengan rambutnya yang berantakan di lututku. Warna kemerahan yang kasar sekarang
telah menggantikan terang yang tak berdosa. Pinggir-pinggir lubang hidungnya
berwarna merah jambu menyala. Dalam kengerian kuturunkan pandanganku ke
sepanjang sisi bawah pahanya yang terbuka dan terentang dengan tegang - betapa
kaki yang berotot telah tumbuh!
Dia masih mempertahankan tatapan matanya yang lebar, kelabu buram, dan kemerahan
ke arahku, dan aku melihat pikiran rahasia yang tampak melalui mata itu bahwa
mungkin Mona benar, dan dia, Lo yang piatu, bisa menelanjangiku tanpa dirinya
sendiri dihukum. Betapa salahnya aku. Betapa gilanya aku! Dia adalah makhluk
mengesalkan yang tak bisa ditembus - kekuatan kakinya yang molek, telapak kaus
kaki putihnya yang kotor, baju hangat tebal yang dia kenakan, aroma perempuan
muda yang meruap dari tubuhnya, dan terutama ujung wajahnya yang bersemu merah
dan bibirnya yang baru dipulas lipstik.
Ada noda merah di gigi depannya dan tiba-tiba saja terlintas ingatan mengerikan
di benakku bukan gambaran Monique, melainkan pelacur muda lain di sebuah rumah
bordil berabad-abad lalu yang disewa oleh orang lain sebelum aku sempat
memutuskan apakah kemudaannya merupakan alasan yang masuk akal bagiku untuk
mengambil risiko terkena penyakit kelamin yang parah - pelacur itu memiliki gigigigi depan yang besar dan pita merah di rambutnya yang kecokelatan.
"Bicaralah," kata Lo. "Apakah penyeidikanmu memuaskan?"
"Oh, ya," kataku. "Sempurna. Dan aku tidak ragu bahwa kalian berdua telah
mengarangnya. Aku juga yakin kau telah mengatakan segala hal tentang kita
kepadanya." "Oh, ya?" Aku mengatur napasku dan berkata, "Dolores, ini harus segera dihentikan. Aku
siap menarikmu keluar dari Beardsley dan mengurungmu - kautahu di mana - tapi ini
harus dihentikan. Aku siap membawamu pergi segera setelah kau mengemas kopormu.
Ini harus dihentikan. Kalau tidak, apa pun bisa terjadi."
"Apa pun bisa terjadi, hah?"
Aku menarik bangku yang dia goyang-goyangkan dengan tumitnya dan kakinya jatuh
berdebam di lantai. "Hei," teriaknya, "santai saja."
"Sekarang, naik ke kamarmu!" ganti aku yang berteriak, seraya aku mencekal dan
menariknya naik. Aku berhenti menahan suaraku dan kami terus saling berteriak dan dia meneriakkan hal-hal buruk yang tak bisa ditulis. Dia bilang dia
membenciku. Dia memasang muka seram, menggembungkan pipinya dan mengeluarkan
bunyi "plop" yang mengganggu. Dia bilang aku telah beberapa kali mencoba
memerkosanya saat aku masih kos di rumah ibunya. Dia bilang dia yakin: aku telah
membunuh ibunya. Dia bilang dia akan berhubungan intim dengan orang pertama yang
memintanya dan tak ada yang bisa kulakukan untuk mencegahnya. Dia bilang dia mau
naik ke atas dan menunjukkan semua tempat persembunyiannya kepadaku. Itu adalah
pertengkaran yang berisik dan penuh kebencian. Aku memegang pergelangan
tangannya yang menonjol dan dia terus memutarnya ke berbagai arah untuk
melepaskan diri, diam-diam berusaha menemukan titik lemah agar bisa meloloskan
diri pada saat yang tepat. Tapi, aku memegangnya cukup keras dan ternyata
menyakitinya. Untuk itu, aku berharap semoga jantungku membusuk. Sekali atau dua
kali dia menyentakkan lengannya begitu keras sehingga aku takut pergelangan
tangannya patah. Selagi dia menatapku dengan mata yang tak terlupakan itu, di
mana kemarahan yang dingin dan air mata yang panas beradu, suara kami
mengalahkan suara dering telepon. Saat aku sadar telepon itu berdering, dia
segera melarikan diri. Ternyata yang menelepon adalah tetangga yang mengamuk.
Jendela yang menghadap ke timur di ruang tengah ternyata terbuka dengan tirai
yang tersingkap, dan di balik itu malam kelam yang gelap di musim semi yang tak
bersahabat di New England sedang mendengarkan kami dengan menahan napas. Aku
selalu beranggapan bahwa perawan tua yang dipenuhi pikiran jorok adalah ramuan
penting dalam cerita fiksi masa kini. Tapi, sekarang aku yakin bahwa Nona
Sebelah Timur - atau untuk mengungkap identitas palsunya, Nona Fenton Lebone mungkin menyembul sejauh tiga perempat bagian tubuhnya dari jendela kamar
tidurnya seraya berjuang untuk menangkap garis besar isi percekcokan kami.
"Keributan ini ... kurangnya rasa ... di sini kita bukan tinggal di rumah susun.
Saya harus dengan tegas ..."
Aku minta maaf karena teman-teman anakku ribut sekali. Tahulah, anak muda - dan
dia menutup telepon. Di bawah terdengar suara pintu dibanting. Lo" Kabur"
Melalui jendela di tangga aku melihat sesosok bayangan kecil yang terburu-buru
menyelinap melewati semak-semak. Sebuah titik keperakan dalam kegelapan bagian
tengah roda sepeda bergerak, bergetar, dan lenyap.
Kebetulan mobil itu sedang menginap di bengkel di pusat kota. Aku tidak memiliki
alternatif lain selain mengejar buronan bersayap itu dengan kakiku sendiri.
Bahkan sekarang, setelah lebih dari tiga tahun berlalu, aku tidak bisa
membayangkan jalanan di malam musim semi itu, yang dipenuhi dedaunan, tanpa rasa
panik. Di depan teras mereka yang terang, Nona Lester sedang mendorong kursi
roda Nona Fabian. Tuan Hyde ini hampir menabraknya. Berjalan tiga langkah dan
berlari tiga langkah. Hujan yang hangat mulai turun di atas dedaunan. Di pojok
berikutnya, sambil mengimpit tubuh Lolita ke sebuah pagar besi, seorang lelaki
muda yang tak kelihatan jelas wajahnya sedang memeluk dan menciuminya - tidak,
bukan dia, salah. Cakar-cakarku masih terasa seperti ditusuk-tusuk dan aku terus
terbang. Sekitar delapan ratus meter ke arah timur dari tempat tinggal kami, Thayer
Street bersinggungan dengan sebuah jalan pribadi dan sebuah perempatan. Yang
terakhir mengarah ke pertokoan. Di depan toko obat pertama, aku melihat - dengan
rasa lega! - sepeda Lolita menunggunya.
Aku mendorong pintu - bukan menariknya tarik, dorong, tarik, dan masuk. Lihat!
Sekitar sepuluh langkah, Lolita, melalui kaca kotak telepon sedang menangkupkan
tangan di tabung, dan dengan penuh rahasia berdiri menaunginya, memicingkan
matanya kepadaku, menyembunyikan rahasianya, lalu cepat-cepat menutup telepon,
dan melangkah keluar dengan bahagia.
"Aku berusaha meneleponmu ke rumah," katanya riang. "Sebuah keputusan besar
telah dibuat. Tapi, belikan aku minum dulu, Pa."
Dia memerhatikan pelayan pucat yang tak bersemangat sedang memasukkan es,
menuangkan Coca Cola, menambahkan sirup ceri - dan hatiku sedang dipenuhi rasa
sakit karena cinta. Pergelangan tangan bocah itu. Anakku yang manis. Anakmu
manis, Tuan Humbert. Kami selalu mengaguminya saat dia lewat. Tuan Pim
memerhatikan Pippa menyedot minuman campuran itu.
J'ai toujours admire l'oeuvre ormonde du sublime dublinois.35
Sementara waktu, hujan rintik-rintik telah berubah menjadi siraman lebat.
"Dengar," katanya seraya mengayuh sepeda di sampingku satu kakinya menggesek
trotoar yang gelap dan berkilauan- "aku telah memutuskan sesuatu. Aku ingin
keluar dan sekolah. Aku benci sekolah itu. Aku benci sandiwara itu, sungguh! Tak
akan pernah kembali lagi. Cari yang lain. Kita langsung pergi. Jalan jauh lagi.
Tapi, kali ini kita pergi ke mana pun yang aku mau, ya?"
Aku mengangguk. Ah, Lolitaku.
"Aku yang pilih" C'est entendu" Setuju?" tanyanya sambil sedikit oleng di
sampingku. Dia hanya memakai bahasa Prancis kalau sedang baik sekali.
"Oke. Entendu. Sekarang cepatlah, Lenore, atau kau akan basah kuyup." (Badai
isak tangis memenuhi dadaku.)
35 Aku selalu mengagumi karya Ormonde, orang Dublin yang hebat itu (catatan
penerjemah). Dia memamerkan giginya, mencondongkan tubuh ke depan, lalu melaju pergi, burung
mungilku. Tangan Nona Lester yang terawat rapi menahan pintu teras agar terbuka bagi
seekor anjing tua yang berjalan ke kiri dan ke kanan.
Lo sedang menungguku dekat pohon kayu yang seperti hantu.
"Aku basah kuyup," katanya keras-keras. "Kau senang" Peduli setan dengan drama
itu! Mengerti maksudku?"
Cakar tak terlihat milik seorang perempuan tua yang menyebalkan membanting
jendela lantai atas. Di dalam ruang depan kami yang terang dengan cahaya selamat datang, Lolitaku
melepas baju hangatnya, menggoyang-goyangkan rambutnya yang bagus, lalu
merentangkan sepasang lengannya terbuka ke arahku dan mengangkat sebelah
lututnya, "Kumohon, gendonglah aku ke atas. Aku merasa romantis malam ini."
Di titik ini mungkin menarik untuk dipelajari oleh para ahli psikologi bahwa aku
masih memiliki kemampuan kuduga ini kasus yang sangat tidak biasa - mengeluarkan
luapan air mata di sepanjang badai lainnya.
15 REM SUDAH dikencangkan, pipa-pipa dibersihkan, katup-katup diperiksa, dan
sejumlah ongkos perbaikan sudah dilunasi oleh Papa Humbert yang tidak terlalu
paham mesin, tapi cukup teliti, sehingga mobil mendiang Nyonya Humbert berada
dalam kondisi yang baik saat siap memulai perjalanan baru.
Kami sudah berjanji kepada Sekolah Beardsley yang baik bahwa kami akan kembali
segera setelah pekerjaanku di Hollywood selesai (Humbert yang banyak akal adalah
kepala konsultan dalam pembuatan sebuah film tentang "eksistensialisme" yang
masih merupakan topik hangat pada saat itu). Sesungguhnya, aku sedang menimbangnimbang gagasan untuk menyeberangi perbatasan Meksiko secara diam-diam sekarang
aku lebih berani daripada setahun yang lalu dan memutuskan di sana apa yang akan
kulakukan dengan gundik kecilku yang sekarang tingginya seratus lima puluh
sentimeter dan beratnya empat puluh lima kilogram.
Kami telah mengumpulkan kembali buku-buku panduan perjalanan dan peta-peta kami.
Dia menelusuri rute perjalanan kami dengan penuh semangat. Apakah karena rasa
bosannya yang kekanak-kanakan sehingga dia begitu bersemangat untuk menjelajahi
kenyataan hidup yang kaya"
Aku mengalami rasa ringan yang aneh dan mimpi-mimpi di hari Minggu pagi yang
mendung tapi hangat saat kami meninggalkan rumah itu dan mengebut di sepanjang
jalan utama kota menuju jalan raya empat lajur. Gaun kekasihku yang bergarisgaris hitam putih dan berbahan katun, topi biru yang ceria, kaus kaki putih, dan
sepatu indian berwarna cokelat yang tidak terlalu serasi dengan kalung perak
bertatahkan batu zamrud berbentuk indah yang menghiasi lehernya: semuanya adalah
hadiah musim semi dariku .
Kami melewati sebuah hotel dan dia tertawa. "Apa yang kaupikirkan?" kataku, dan
dia langsung merentangkan telapak tangannya. Tapi, pada saat itu aku harus
mengerem agak mendadak di depan lampu merah. Ketika kami berhenti, mobil lain
meluncur dan berhenti di samping kami. Seorang perempuan muda yang keihatan
mencolok, tubuh langsingnya atletis (di mana aku pernah melihatnya"), dengan
kulit mulus dan rambut indah sepanjang bahu sewarna perunggu, menyapa Lo dengan
ucapan "Hai!" yang lantang - lalu berkata kepadaku dengan emosi berlebihan dan
menekankan kata-kata tertentu, "Sayang sekali menarik Dolly dari drama itu - kau
seharusnya mendengar penulisnya membicarakan dia setelah geladi bersih"
"Lampu hijau, bodoh," kata Lo pelan, dan bersamaan dengan itu lengan bergelang
perempuan itu melambaikan salam perpisahan Joan of Arc (dalam sebuah pertunjukan
yang kami lihat di teater setempat) seraya mengebut meninggalkan kami menuju
jalan ke Kampus Beardsley.
"Siapa" Vermont atau Rumpelmeyer?"
"Bukan - Edusa Gold - yang melatih kami main teater."
"Aku tidak sedang membicarakannya. Siapa yang menulis naskah drama itu?"
"Oh! Perempuan tua, Clare Anu, kurasa. Lumayan banyak orang di sana."
"Jadi, dia memujimu?"
"Memuji mataku - dia mencium alisku" - dan kekasihku mengeluarkan pekikan mungkin ini pengaruh dan latihan teaternya.
"Kau makhluk yang lucu, Lolita," kataku - atau kata-kata semacam itu. "Tentu saja
aku sangat senang kau meninggalkan sandiwara yang tak jelas itu. Tapi, yang
membuat penasaran adalah kau melepaskan semuanya hanya seminggu sebelum acara
puncak. Oh, Lolita, kau harus berhati-hati atas penyerahanmu. Aku ingat kau
melepaskan Ramsdale demi perkemahan, dan perkemahan demi kebut-kebutan, dan aku
bisa menyebutkan perubahan-perubahan mendadak lainnya dalam sifatmu.
Kau harus berhati-hati. Ada hal-hal yang seharusnya tak pernah kau lepaskan. Kau
harus maju terus pantang mundur. Kau harus berusaha untuk lebih manis kepadaku,
Lolita. Kau juga harus memerhatikan asupan makananmu. Kau tahu, lingkar pahamu
tidak boleh melebihi empat puluh senti. Lebih dari itu bisa berbahaya (tentu
saja aku bercanda). Kita sekarang sedang melakukan perjalanan panjang yang
menyenangkan. Aku ingat-" 16 AKU TERINGAT saat masih kecil di Eropa, aku merasa senang melihat peta Amerika
Utara dengan "Pegunungan Appalachia" yang tebal memanjang dari Alabama ke New
Brunswick sehingga seluruh daerah yang mereka lewati - Tennessee, Virginia,
Pennsylvania, New York, Vermont, New Hampshire, dan Maine - tampak dalam
imajinasiku seperti Swiss raksasa atau bahkan Tibet, semuanya gunung, berlian
berkilau di atas puncaknya, pepohonan raksasa, orang-orang dengan pakaian kulit
beruang kebanggaannya, dan orang-orang Indian Merah di bawah pepohonan catalpa.
Bahwa itu semua telah menjelma menjadi lapangan pinggiran kota yang tak terurus
dan sebuah tempat pembakaran sampah yang berasap, sangatlah mengagetkan. Selamat
tinggal, Appalachia! Meninggalkannya, kami menyeberangi Ohio, tiga negara bagian yang dimulai dengan
huruf "I", dan Nebraska - ah, aroma pertama wilayah Barat! Kami berkelana dengan
sangat santai, butuh waktu lebih dari seminggu untuk mencapai Wace, Continental
Divide, dimana dia dengan penuh gairah ingin melihat tarian upacara yang
menandai pembukaan musiman Magic Cave, dan paling tidak tiga minggu untuk
mencapai Elphinstone, permata dari sebuah negara bagian wilayah Barat, di mana
dia ingin sekali mendaki Red Rock. Seorang bintang film perempuan baru-baru ini
meninggal karena meloncat dari sana setelah bertengkar dalam keadaan mabuk
dengan gigolonya. Lagi-lagi kami disambut di motel-motel bertuliskan: "Semoga Anda merasa seperti
di rumah sendiri. Semua perlengkapan sudah diperiksa dengan teliti saat
kedatangan Anda. Nomor identitas Anda dicatat di sini.
Gunakan air panas dengan hemat. Kami berhak mengeluarkan siapa pun yang tidak
berkelakuan baik tanpa pemberitahuan sebelumnya. Jangan membuang sampah apa pun
ke dalam toilet. Terima kasih. Sampai jumpa lagi. Pihak Manajemen. N.B. Kami
menganggap tamu-tamu kami adalah Orang-Orang Paling Baik Sedunia."
Di tempat-tempat yang mengerikan ini, kami membayar sepuluh dolar untuk kamar
dengan dua tempat tidur, lalat-lalat mengantre di luar pintu tanpa kawat kasa
dan kemudian berhamburan masuk, abu rokok tamu sebelumnya masih ada di asbak,
rambut seorang perempuan menempel di bantal, orang bisa mendengar suara
tetangganya menggantungkan mantelnya di lemari, gantungan-gantungan baju dengan
cerdik diikat ke batang di lemari dengan gulungan kabel untuk menghindari
pencurian, dan puncak dan semua penghinaan itu adalah lukisan di atas kedua
tempat tidur itu menggambarkan sepasang kembar siam. Aku menyadari bahwa gaya
perdagangan sudah berubah. Ada kecenderungan kamar-kamar disatukan dan secara
bertahap membentuk semacam perkemahan, ada penambahan lantai atas, ruang tunggu
membesar, mobil-mobil dipindahkan ke garasi bersama, dan motel dikembalikan ke
bentuk hotel tua yang bagus.
Kuperingatkan pembaca agar tidak menertawakan diriku dan kegalauan mentalku.
Mudah bagi pembaca dan bagiku sekarang untuk menguraikan takdir masa lampau.
Tetapi, takdir dalam proses kejadiannya bukanlah sebuah kisah misteri di mana
yang harus kita lakukan hanyalah mengawasi petunjuk-petunjuknya. Di masa mudaku,
sekali waktu aku membaca sebuah kisah detektif Prancis di mana petunjukpetunjuknya ditulis dengan huruf miring. Namun, itu bukan cara Tuan Takdir
bekerja - bahkan bila seseorang benar-benar belajar mengenali tanda-tanda tertentu
yang susah dipahami sekalipun.
Contohnya: aku tak akan bersumpah bahwa tak ada satu kesempatan pun menjelang
atau di awal perjalanan kami di bagian utara ketika dia berhasil menyampaikan
informasi kepada, atau berhubungan dengan, seseorang. Kami berhenti di pompa
bensin, di bawah tanda Pegasus, dan dia menyelinap keluar dari tempat duduknya,
kabur ke bagian belakang bangunan, sementara tenda yang menaungi saat aku
membungkuk untuk melihat pekerjaan
Lolita Karya Vladimir Nabokov di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tukang bensin itu menyembunyikannya dari penglihatanku untuk sesaat. Karena tidak mau terlalu
kaku, aku hanya menggelengkan kepala, walaupun kalau mau bersikap, perbuatan
seperti itu termasuk tabu karena secara naluriah aku merasa bahwa toilet - dan
telepon - bisa menjadi pintu penyebab takdir nahasku. Kita semua punya hal
tertentu yang berkaitan dengan takdir seperti itu - bagi orang yang satu bisa jadi
sebuah pemandangan yang terus berulang, bagi orang lain bisa jadi itu berupa
sebuah angka - yang dipilih dengan hati-hati oleh para dewa untuk mendekatkan kita
pada kejadian-kejadian yang berarti bagi kita: di sini si Anu selalu tersandung,
di sana si Ani selalu patah hati.
Mobilku telah ditangani dan aku sudah menjauhkannya dari pompa bensin untuk
memberi tempat bagi sebuah truk bak terbuka - ketika ketiadaannya makin terasa
membebaniku dalam suasana kelabu ditingkahi tiupan sang bayu. Bukan untuk yang
pertama kali, dan bukan untuk yang terakhir kalinya, aku memandang dengan
pikiran melayang pada hal-hal tak penting yang diam itu; dan tergeragap saat
menemukan diri berada dalam ruang pandang seorang pengelana yang terlunta-lunta:
tempat sampah hijau, ban-ban hitam di dinding yang putih, kaleng-kaleng oli
mesin yang berwarna cerah, lemari pendingin berwarna merah dengan berbagai macam
minuman; empat, lima, tujuh botol kosong di antara kotak-kotak kosong mirip
teka-teki silang yang tak terselesaikan dalam tempat penyimpanannya, dan seekor
serangga dengan sabar merayapi bagian dalam jendela kantor. Musik yang diputar
di radio terdengar dan pintunya yang terbuka, dan karena iramanya tidak selaras
dengan gerakan naik turun, kibasan, dan gerakan lain dan tumbuh-tumbuhan yang
disebabkan oleh angin, orang-orang akan teringat pada sebuah film lama yang
hidup dalam kehidupannya sendiri ketika denting piano atau gesekan biola
mengikuti sebaris musik di luar adegan bunga yang bergoyang dan cabang-cabang
pohon yang melambai-lambai. Bunyi isak tangis terakhir Charlotte bergetar
menembus diriku saat, dengan gaunnya yang berkibar melalui irama itu, Lolita
melintas dari arah yang sangat tak terduga. Dia melihat toilet pom bensin penuh
dan menyeberang ke arah tanda Conche di blok berikutnya. Mereka bilang mereka
bangga akan kamar mandinya yang bersih. Kartu pos prabayar ini, kata mereka,
telah disediakan untuk menampung segala komentar.
Tak ada kartu pos. Tak ada sabun. Tak ada apa-apa. Tak ada komentar.
Hari itu atau esoknya, setelah perjalanan melelahkan melalui sebuah lahan
pertanian, kami sampai di sebuah kota kecil yang menyenangkan dan menginap di
Chestnut Castle - kamar-kamar yang bagus, tanah hijau dan basah, pepohonan apel,
serta ayunan tua - dan matahari yang terbenam diabaikan oleh bocah yang lelah itu.
Dia ingin melewati Kasbeam karena tempat itu hanya lima puluh kilometer arah
utara dari kampung halamannya.
Namun, pagi berikutnya aku menemukan dirinya agak kurang bersemangat, tanpa
hasrat untuk melihat lagi trotoar tempat dia bermain engklek sekitar lima tahun
sebelumnya. Karena alasan yang jelas aku lebih takut akan perjalanan sampingan
itu walaupun kami telah sepakat untuk tidak terlihat mencurigakan dengan tetap
berada di dalam mobil dan tidak mencari teman-teman lamanya.
Perasaan legaku karena dia mengabaikan rencana berbahaya itu dirusak oleh
pikiran jika dia merasa aku menentang kemungkinan bernostalgia di Pisky seperti
tahun lalu, dia tidak akan menyerah dengan begitu mudah. Saat aku mengatakan hal
ini sambil menghela napas, dia juga menghela napas dan protes karena merasa
kurang sehat. Dia ingin tetap berada di tempat tidur setidaknya sampai minum
teh. Dia ingin membaca banyak majalah dan kalau nanti dia merasa lebih sehat,
dia mengusulkan kami untuk terus melaju ke barat.
Aku harus mengatakan bahwa dia sangat manis dan gemulai, dan sangat menyukai
buah-buahan segar. Aku memutuskan untuk pergi membelikannya makan siang yang
enak. Penginapan kami terletak di bagian atas bukit yang penuh dengan pepohonan.
Dari jendela kita bisa melihat jalanan berliku menurun, lalu lurus bagaikan
rambut yang memisahkan dua jalur pepohonan chestnut menuju kota yang indah, yang
terlihat jelas seperti mainan di kejauhan pagi yang murni. Kita bisa melihat
seorang perempuan di kejauhan yang seperti liliput atau sepeda yang seperti
serangga, dan seekor anjing yang agak terlalu besar proporsi, semuanya terlihat
jelas seperti para peziarah dan keledai mereka di jalanan berlapis liin pucat
dalam lukisan-lukisan tua dengan latar perbukitan biru dan orang-orang kecil
berwarna merah. Aku punya dorongan Eropa untuk berjalan kaki saat perjalanan
dengan kendaraan tak dibutuhkan. Jadi, aku memutuskan berjalan santai dan
akhirnya bertemu dengan pengendara sepeda yang tadi kulihat di kejauhan - seorang
perempuan biasa yang gemuk dengan rambut keriting terkuncir, diikuti oleh seekor
anjing St. Bernard yang besar.
Di Kasbeam, seorang tukang cukur tua memotong rambutku. Ia mengoceh tentang
anaknya yang pemain bisbol dan ludahnya muncrat ke leherku saat berbicara,
sesekali dia mengusap kacamatanya ke celemekku, atau menghentikan pekerjaannya
dengan gemetar untuk mengeluarkan sebuah kliping koran yang sudah usang. Aku
tidak begitu menyimak omongannya sehingga sangat terkejut saat dia menunjuk ke
sebuah foto berbingkai di antara botol-botol kelabu yang sudah kuno bahwa pemain
bisbol muda yang berkumis itu telah meninggal tiga puluh tahun siam.
Aku minum secangkir kopi panas yang hambar, membeli sesisir pisang untuk
monyetku, dan menghabiskan sekitar sepuluh menitan di toko roti dan kue. Paling
tidak satu setengah jam telah berlalu ketika si pengelana yang sedang dalam
perjalanan pulangnya ini muncul di jalanan berliku menuju Chestnut Castle.
Perempuan yang kulihat dalam perjalananku menuju kota, sekarang dipenuhi kain
seprai dan sibuk membantu seorang lelaki berbentuk aneh, yang kepalanya besar
dan perawakannya yang kasar mengingatkanku pada tokoh "Bertoldo" dalam sebuah
lakon komedi Italia kacangan.
Mereka membersihkan pondok-pondok yang jumlahnya ada selusin lebih di Chestnut
Crest, semuanya berada di tengah-tengah tetumbuhan hijau yang rimbun.
Saat itu tengah hari, dan sebagian besar dari mereka, dengan bantingan pintu
kawat, telah mempersilakan para penghuninya pergi.
Sepasang kakek-nenek yang sudah sangat tua dan seperti mumi model baru sedang
merayap keluar dari salah satu garasi yang berdempetan.
Dan garasi lain seseorang bertudung merah menyembul dengan gaya yang dibuatbuat. Lebih dekat ke tempat penginapan kami, seorang lelaki muda yang kuat dan
tampan dengan rambut hitam tebal dan mata kebiruan sedang memasukkan kulkas ke
dalam mobil. Untuk alasan tertentu ia menyeringai mengejek saat aku melewatinya.
Di lapangan hijau di seberang, dalam naungan dahan-dahan pepohonan yang rimbun,
anjing St. Bernard yang sudah tak asing lagi itu sedang menjaga sepeda
majikannya, dan di dekat situ seorang perempuan muda mendudukkan bayinya di
ayunan dan mengayunkannya dengan lembut, sementara seorang anak lelaki berusia
dua atau tiga tahun yang cemburu mengganggunya dengan berusaha mendorong papan
ayunan. Akhirnya ia terbentur ayunan itu dan menangis menjerit-jerit dalam
posisi telentang di rerumputan, sementara ibunya terus tersenyum lembut, tetapi
bukan kepada anak-anaknya yang ada di hadapannya. Mungkin aku mengingat detail
kecil ini amat jelas karena aku memeriksa ingatanku dengan begitu teliti
beberapa menit kemudian. Lagi pula, sesuatu di dalam diriku menjadi lebih berhati-hati sejak malam yang
mengerikan di Beardsley itu. Sekarang aku tak mau dialihkan oleh perasaan
bahagia yang kudapat dari acara jalan-jalanku - oleh embusan angin awal musim
panas yang membalut tengkukku, oleh gemerisik batu kerikil yang basah, atau oleh
sisa-sisa makanan yang akhirnya berhasil kukeluarkan dari gigi yang berlubang.
Bahkan, pompaku yang menyedihkan sepertinya bekerja dengan baik dan aku merasa
penuh cinta saat sampai di pondok tempatku meninggalkan Doloresku.
Merupakan kejutan bagiku bahwa dia sudah berpakaian rapi. Dia duduk di ujung
tempat tidur, mengenakan celana dan kaus, dan memandangku seolah-olah dia tidak
benar-benar bisa melihatku. Bentuk lembut sepasang payudaranya yang mungil
tampak lebih ditonjolkan, alih-alih disamarkan, oleh kaus tipisnya yang berbahan
lemas, dan ini menggangguku. Dia belum mandi, tapi mulutnya baru saja dipulas
lipstik walau tampak berantakan, dan gigi-giginya yang besar berkilauan seperti
gading yang ditetesi anggur. Dan, disanalah dia duduk dengan kedua tangan
disatukan di pangkuannya.
Aku meletakkan kantong kertasku yang berat dan berdiri memandangi pergelangan
kakinya yang telanjang dan kakinya yang bersandal, lalu pada wajah konyolnya,
kemudian kembali menatap kakinya yang penuh dosa.
"Kau tadi keluar," kataku (sandalnya dipenuhi tanah lempung).
"Aku baru saja bangun," sahutnya dan menambahkan untuk memotong arah pandanganku
ke bawah: "Aku keluar sebentar. Ingin melihat kalau-kalau kau sudah kembali."
Dia sadar akan adanya pisang itu, meluruskan tubuhnya, dan berjalan menuju meja.
Kecurigaan macam apa yang bisa kumiliki" Sama sekali tidak - tapi matanya yang
sayu dan kehangatan yang meruap keluar dari dirinya itu!
Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku memandang ke jalan yang tampak jelas berliku
dan bingkai jendela ... Siapa pun yang ingin mengkhianati kepercayaanku akan
menganggapnya sebagai tempat pengintaian yang indah. Dengan lahap, Lo memakan
pisang itu. Tiba-tiba aku teringat seringai mengejek lelaki muda tadi. Aku
cepat-cepat keluar. Semua mobil sudah lenyap kecuali mobil lelaki itu. Istrinya
yang muda dan sedang hamil sekarang masuk ke dalamnya bersama bayinya dan
anaknya yang tadi menangis.
"Ada apa, kau mau ke mana?" teriak Lo dan serambi. Aku tak mengatakan apa-apa.
Kudorong tubuh lembutnya kembali ke dalam kamar dan menyusul masuk setelahnya.
Kucabik bajunya. Lalu kubukai sisa pakaiannya. Kulempar jauh-jauh sandalnya.
Dengan liar, aku mencoba mencari sisa bayangan perselingkuhannya, tetapi aroma
yang kujelajahi begitu samar sehingga hampir tak bisa dibedakan dari khayalan
seorang lelaki gila. 17 GASTON, DENGAN gayanya yang terlalu berhati-hati, senang memberi hadiah. Saat
suatu malam ia menyadari kotak caturku rusak, besok paginya ia mengirim bocah
lelaki kecilnya untuk membawakan kotak tembaga dengan desain gaya timur yang
rumit pada tutupnya yang bisa dikunci. Sekilas pandang sudah cukup untuk
meyakinkanku bahwa itu adalah kotak uang murahan, yang karena suatu alasan
disebut "luizetta", yang bisa kaubeli di Aljazair atau tempat-tempat lainnya dan
bingung harus diapakan setelahnya. Kotak itu ternyata tidak muat untuk menyimpan
biji-biji caturku yang besar, tapi aku tetap menyimpannya - dan menggunakannya
untuk tujuan yang sangat berbeda.
Demi memutus pola takdir di mana secara sulit dimengerti aku merasa terperangkap
di dalamnya, aku memutuskan untuk menginap semalam lagi di Chestnut Castle. Saat
terbangun pada pukul empat subuh, aku menemukan bahwa Lo masih tertidur nyenyak
(mulutnya ternganga seperti terkejut akan kehidupan tak bermakna yang kita
ciptakan baginya) dan merasa puas bahwa benda berharga di dalam
"luizetta" itu aman.
Di sana, terbungkus selendang wol putih, terbaring sepucuk pistol otomatis:
kaliber .32, tempat pelurunya bisa memuat delapan butir peluru, panjangnya tak
sampai sepersembilan tinggi Lolita, gagangnya sewarna kenari, ujungnya biru. Aku
mewarisinya dari mendiang Harold Haze. Di sana dia terbaring, siap melayani
dengan cepat, terisi penuh dan dikunci dalam posisi aman untuk menghindari
tembakan yang tak disengaja. Kita harus ingat bahwa pistol adalah simbol
penganut aliran Freud atas selangkangan moyang kita.
Sekarang aku merasa senang karena pistol itu ada padaku - dan bahkan lebih senang
lagi karena aku telah belajar bagaimana cara menggunakannya dua tahun sebelumnya
di hutan cemara di sekeliling danau milikku dan Charlotte yang berkilauan.
Farlow, kawanku menyisir hutan terpencil itu, adalah seorang penembak jitu yang
andal dan dengan pistol kaliber .38nya berhasil menembak jatuh seekor burung
pipit walaupun harus kukatakan bahwa tak banyak yang bisa diambil sebagai bukti hanya seonggok gumpalan kecil warna-warni. Seorang mantan polisi bertubuh besar
bernama Krestouski, yang pada usia dua puluhan pernah menembak mati dua
narapidana yang kabur, bergabung dengan kami dan berhasil menembak seekor burung
pelatuk kecil. Dibandingkan kedua penembak jitu itu, aku tentu saja seorang
pemula, dan bidikanku terus meleset walaupun aku pernah berhasil melukai seekor
tupai ketika aku berlatih sendiri.
"Berbaringlah di sini," bisikku kepada kawan kecilku yang ringan itu, kemudian
bersulang untuknya dengan sesloki gin
18 SEKARANG PEMBACA harus melupakan pohon chestnut dan pistol, dan menemani kami
lebih jauh ke arah barat. Hari-hari berikutnya ditandai sejumlah badai besar atau mungkin hanya satu badai yang terus melintasi seluruh negeri dalam hitungan
loncatan katak yang lamban, dan tak bisa kita hindari seperti kita tidak bisa
menghindari Detektif Trapp: karena dalam hari-hari itu masalah mobil Aztec Red
Convertible muncul di hadapanku sehingga menenggelamkan persoalan kekasihkekasih Lo. Aneh! Aku yang selalu cemburu kepada setiap lelaki yang kami temui - aneh, betapa
aku salah mengartikan pertanda musibah. Mungkin aku ditenangkan oleh kelakuan Lo
yang tenang di musim dingin, lagi pula terlalu bodoh, bahkan bagi seorang gila
sekalipun, menduga Humbert lain sedang membuntuti Humbert dan gadis kecilnya
dengan begitu bersemangat sambil membawa kembang api merk Joviian, melintasi
dataran yang luas dan buruk. Aku menduga, mobil merah yang terus berada di
belakang kami dalam jarak. yang tersembunyi, kilometer demi kilometer,
dikemudikan oleh seorang detektif yang disewa oleh orang-orang yang ingin tahu
urusan orang lain, untuk melihat apa yang sesungguhnya Humbert Humbert lakukan
dengan anak tirinya. Seperti yang terjadi denganku pada periode gangguan listrik dan petir yang
meletup-letup, aku mengalami halusinasi. Mungkin lebih dari sekadar halusinasi.
Aku tak tahu apa yang perempuan atau laki-laki itu, atau keduanya, masukkan ke
dalam minumanku. Namun, pada suatu malam aku merasa yakin seseorang mengetuk
ngetuk pintu pondok kami, aku membukanya dan menyadari dua hal - aku sedang
telanjang bulat dan, putih bersinar dalam kegelapan yang dihiasi tetesan air
hujan, berdirilah seorang lelaki memakai topeng Jutting Chin, yaitu seorang
detektif aneh dalam komik bersambung di surat kabar. Ia tertawa tercekat lalu
kabur, dan aku terhuyung-huyung kembali masuk ke dalam kamar, tertidur lagi, dan
bahkan sampai hari ini aku tidak yakin apakah kunjungan itu mimpi yang dipicu
oleh obat-obatan atau bukan. Aku sudah mempelajari selera humor Trapp (sebutanku
untuk si penguntit itu) dan peristiwa ini bisa jadi contoh yang masuk akal. Oh,
betapa kasar dan kejam! Aku membayangkan seseorang menghasilkan uang dari
topeng-topeng monster dan orang-orang tolol yang terkenal. Apakah aku melihat di
pagi berikutnya dua gelandangan kecil mengacak-acak tong sampah dan mencoba
topeng Jutting Chin" Aku heran. Mungkin semuanya hanya kebetulan - karena
perubahan cuaca, kurasa. Sebagai seorang pembunuh dengan ingatan yang peka tapi tak lengkap, aku tak bisa
mengatakannya kepada Anda sekalian, tuan-tuan dan nyonya-nyonya, hari yang tepat
saat pertama kali aku mengetahui dengan pasti bahwa mobil kap terbuka itu
membuntuti kami. Namun, aku ingat saat pertama kali aku melihat pengemudinya
dengan cukup jelas. Aku sedang mengemudi dengan lambat menembus guyuran hujan pada suatu siang dan
terus melihat hantu merah itu berenang dan bergetar dengan penuh nafsu di kacaku
saat hujan reda menjadi gerimis.
Dengan suara berdesing, sinar matahari menyapu jalan raya dan karena membutuhkan
kacamata hitam baru, aku berhenti di sebuah pompa bensin. Yang sedang terjadi
adalah suatu penyakit, semacam kanker yang tak bisa disembuhkan. Jadi, aku hanya
mengabaikan fakta bahwa pengejar kami yang sembunyi-sembunyi berhenti sedikit di
belakang kami di sebuah kafe.
Aku masuk ke dalam kantor pom bensin untuk membeli kacamata dan membayar bensin.
Saat aku sedang menandatangani cek dan bertanya-tanya pastinya aku ada di mana,
tak sengaja aku menoleh sekilas ke jendela samping dan melihat hal yang
mengerikan. Seorang lelaki berpunggung lebar, agak botak, mengenakan mantel
cokelat pucat dan celana panjang cokelat tua, sedang mendengarkan ocehan Lo yang
bersandar di luar mobil dan berbicara kepadanya dengan sangat cepat, tangannya
dengan jari-jarinya yang melebar naik turun seakan-akan ia sedang serius dan
penuh perhatian. Yang memukulku dengan kekuatan mengejutkan adalah bagaimana aku
harus menjelaskannya" - caranya berbicara seolah-olah mereka sudah saling kenal
selama berminggu-minggu. Aku melihat lelaki itu menggaruk pipinya dan mengangguk, berputar, lalu berjalan kembali
ke mobilnya. Seorang lelaki bertubuh lebar seumurku, agak mirip Gustave Trapp,
sepupu ayahku yang tinggal di Swiss - wajahnya sama-sama mulus kecokelatan, lebih
berisi dari wajahku, dengan kumis kecil berwarna gelap dan mulut yang bentuknya
seperti kuncup bunga. Lolita sedang melihat sebuah peta saat aku kembali ke
dalam mobil. "Apa yang lelaki itu tanyakan kepadamu, Lo?"
"Lelaki" Oh, laki-laki itu. Oh, aku tak tahu. Ia mau tahu apakah aku punya peta.
Mungkin tersesat." Kami melanjutkan perjalanan dan aku berkata, "Dengar, Lo. Aku tak tahu apakah
kau berbohong atau tidak, aku tidak tahu apakah kau gila atau tidak, dan saat
ini aku tak peduli. Tapi, orang itu membuntuti kita sepanjang hari. Kemarin
mobilnya ada di motel dan kurasa ia polisi.
Kau tahu benar apa yang akan terjadi dan kau akan ke mana kalau polisi tahu
macam-macam. Sekarang aku mau tahu apa yang sesungguhnya dia katakan kepadamu
dan apa yang kau katakan kepadanya."
Lolita Karya Vladimir Nabokov di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia tertawa. "Kalau dia benar-benar polisi," katanya dengan lantang, "hal terburuk yang bisa
kita lakukan adalah menunjukkan bahwa kita ketakutan. Jangan pedulikan dia, Pa."
"Apakah dia bertanya kita mau ke mana?"
"Oh, dia sudah tahu ..." (mengejekku).
"Lagi pula," kataku, menyerah, "aku sudah meihat wajahnya sekarang. Dia tidak
ganteng. Dia mirip saudaraku yang bernama Trapp."
"Mungkin dia memang Trapp. Kalau aku jadi kamu - Oh, lihat, semua angka sembilan
itu berubah menjadi ribuan (menunjuk ke alat penunjuk jarak tempuh mobil). Waktu
aku masih kecil," terusnya secara tak disangka-sangka, "kupikir mereka akan
berhenti dan kembali jadi sembilan kalau ibuku mau memundurkan mobilnya."
Kupikir, itu adalah pertama kalinya dia berbicara secara spontan tentang masa
kecilnya sebelum kehadiran Humbert. Mungkin teater itu telah mengajarinya siasat
mengalihkan pembicaraan seperti tadi dan kami pun melanjutkan perjalanan tanpa
suara, tanpa merasa dikejar.
Namun, hari berikutnya, seperti rasa sakit pada penyakit akut yang datang lagi
ketika pengaruh obat dan harapan mulai menipis, di situlah dia, di belakang kami
lagi, binatang merah berkilat itu.
Hari itu lalu lintas di jalan raya sepi. Tak ada mobil yang saling menyalip, dan
tak ada yang berusaha masuk di antara mobil biru kami yang sederhana dan
bayangan merah mobil itu yang sok berkuasa - seolah-olah ada semacam mantra yang
diucapkan di ruang kosong itu: sebuah daerah tempat kesenangan jahat dan sihir
berkecamuk dengan ketepatan yang sebening kaca. Pengemudi di belakangku, dengan
bahunya yang lebar dan kumis seperti Trapp, terlihat seperti boneka pajangan,
dan mobilnya seolah-olah bergerak hanya karena tali sutra halus tak terlihat
yang menghubungkannya dengan kendaraan kami yang usang ini. Kami sering kali
lebih lemah daripada mesinnya yang bagus, jadi aku tidak mencoba untuk
menandingi kecepatannya. O lente currite noctis equi! Oh, mimpi buruk yang
berlari lembut! Kami mendaki tanjakan-tanjakan panjang dan kemudian bergulir
menuruni bukit, mengawasi batas kecepatan. Bagaimanapun dan ke mana pun kami
mengemudi, ruang antara yang tersihir itu terus menyelinap tanpa terganggu:
sebuah pengganti karpet terbang, seperti fatamorgana.
Sepanjang waktu aku menyadari kobaran api di sisi kananku: matanya yang bersinar
gembira, pipinya yang membara.
Seorang polisi lalu lintas, di perempatan jalan mimpi buruk pukul setengah lima
sore di suatu kota pabrik, adalah tangan kesempatan yang memotong mantra itu. Ia
memberi tanda kepadaku dan dengan tangan yang sama memotong bayanganku. Dua
puluhan mobil melintas di antara kami, aku melaju terus lalu berbelok dengan
lincahnya ke sebuah jalan sempit. Seekor burung gagak yang senang karena
mendapat remah-remah roti berukuran besar dijegal oleh burung lain dan
kehilangan remah-remah itu.
Setelah beberapa perhentian yang tak menyenangkan dan sedikit ganti haluan
dengan maksud tertentu, aku kembali ke jalan raya.
Bayangan kami sudah lenyap.
Lola mendengus dan berkata, "Kalau dia seperti yang kaupikirkan, betapa bodohnya
membiarkannya pergi." "Sekarang aku punya pikiran lain," kataku. "Kau harus ah
memeriksa mereka dengan cara tetap berhubungan dengannya, Papa tercinta," kata
Lo, meledekku dengan gaya bicara manja. "Ah, kau jahat," tambahnya dengan
suaranya yang biasa. Kami menghabiskan malam yang tak menyenangkan dalam sebuah penginapan yang bau
dan kotor, di bawah deru hujan dan halilintar dan zaman purba yang tak hentihentinya menggelegar di atas kami.
"Aku bukan perempuan dewasa dan tidak suka geledek," keluh Lo - rasa takutnya
terhadap badai memberiku rasa nyaman yang menyedihkan.
Kami sarapan di Soda. "Kurasa," komentarku, "si Wajah Gendut pasti sudah siap mencegat kita."
"Gurauanmu tidak lucu, Papa tercinta," ledek Lo.
Saat itu kami berada di daerah pedesaan yang dipenuhi tanaman sagebrush, dan ada
satu atau dua hari pelepasan yang menyenangkan (aku bodoh, padahal semuanya
baik-baik saja, rasa tak nyaman itu hanyalah karena angin yang tak dikeluarkan).
Kini perbukitan datar digantikan pegunungan yang sesungguhnya dan kami memasuki
Wace dengan tepat waktu. Oh, celaka. Ternyata dia salah membaca tanggal di Buku Panduan Wisata, dan
upacara Magic Cave itu sudah selesai! Aku harus mengakui bahwa dia menanggapinya
dengan tegar dan waktu kami menemukan ada pertunjukan teater musim panas yang
sedang ramai-ramainya di Wace, kami langsung datang ke sana pada suatu malam di
pertengahan bulan Juni yang cerah.
Aku benar-benar tak bisa menceritakan kepadamu tentang alur drama yang kami
lihat. Sebuah kisah perselingkuhan yang tak penting dengan efek cahaya yang
dibuat-buat dan penampilan pemeran utama perempuan yang pas-pasan. Satu-satunya
detail yang membuatku senang adalah penampilan kelompok tujuh anak kecil yang
anggun dan bertelanjang kaki. Tujuh anak perempuan dalam usia puber yang
kebingungan dalam pakaian dari bahan kasa warna-warni dengan maksud
menggambarkan pelangi yang hidup. Anak-anak itu tampaknya berasal dari tempat
ini karena banyak pendukung yang menyambut mereka.
Mereka tetap tampil sampai adegan terakhir dan secara agak menggoda lenyap di
balik serangkaian cadar yang berlapis-lapis. Aku ingat gagasan anak-anak
berwarna-warni ini diangkat oleh pengarang Clare Quilty dan Vivian Darkbloom
dari sebuah novel karya James Joyce. Dua dari warna-warna itu indah sekali Jingga, yang terus bergerak sepanjang waktu, dan Nila, yang saat matanya
terbiasa dengan tempat gelap di mana kami semua berusaha duduk tiba-tiba
tersenyum kepada seorang perempuan yang kurasa ibunya.
Segera setelah pertunjukan selesai dan tepukan tangan membahana di sekeliingku,
aku menarik dan mendorong Lo menuju pintu keluar, dalam ketidaksabaranku yang
penuh gairah untuk segera membawanya kembali ke pondok kami yang berwarna biru
terang di malam berbintang yang mengesankan itu. Dolly Lo tergopoh-gopoh di
belakangku, kebingungan, matanya yang tampak puas menyipit, indra penglihatannya
mengalahkan segenap indra lainnya sampai-sampai tangannya yang lunglai hampir
tidak bersentuhan dalam acara tepuk tangan yang masih berlangsung. Sebelumnya,
aku telah melihat hal semacam itu dalam diri anak-anak, tapi ini adalah anak
yang istimewa. Dia memandang kejauhan ke atas panggung yang telah menjauh di mana aku melihat
bayangan kedua pengarang naskah drama itu: setelan jas lelaki dan bahu telanjang
seorang perempuan jangkung berambut hitam.
"Kau menyakiti pergelangan tanganku lagi, dasar jahat," kata Lolita dengan suara
lirih saat dia duduk di atas jok mobil.
"Aku minta maaf, sayangku," kataku, tak berhasil menangkap sikunya, dan
kutambahkan untuk mengganti percakapan - untuk mengganti arah takdir, "Vivian
lumayan cantik. Aku yakin kita melihatnya kemarin di restoran itu, di Soda."
Lo menukas, "Terkadang kau sangat bodoh. Pertama, Vivian adalah pengarang lakilaki dan pengarang perempuannya bernama Clare. Kedua, usia Clare empat puluh
tahun, sudah menikah, dan keturunan negro."
"Tadinya kupikir," ujarku mencoba bergurau, "Quilty adalah kobaran api tuamu,
pada hari-hari ketika kau masih mencintaiku, di Ramsdale yang indah."
"Apa?" sergah Lo, tubuhnya tersentak. "Dokter gigi gendut itu" Kau pasti
mengiraku gadis kecil yang lain."
Dan, aku berkata dalam hati betapa gadis kecil itu sungguh membuat lupa daratan
ketika kami, para pecinta tua ini, menikmati setiap senti tubuh muda mereka yang
penuh gairah. 19 DENGAN SEPENGETAHUAN dan persetujuan Lo, dua alamat kantor pos yang diberikan
kepada kepala kantor pos Beardsley sebagai alamat pengalihan adalah kantor pos
Wace dan kantor pos Elphinstone. Pagi berikutnya kami mengunjungi yang pertama
dan harus menunggu dalam antnan yang pendek tapi lamban.
Lo mengamati foto-foto penjahat. Bryan Bryanski alias Anthony Bryan alias Tony
Brown, mata kecokelatan, warna kulit cerah, dicari karena kasus penculikan.
Tindakan tak pantas yang dilakukan oleh lelaki tua bermata sedih itu adalah
penipuan melalui surat dan ia dikutuk dengan pergelangan kaki yang cacat.
Sullivan yang pendiam muncul dengan peringatan: diyakini bersenjata dan harus
dianggap sangat berbahaya. Jika kau ingin membuat film dan buk-uku, buatlah
salah satu wajah ini melebur dengan wajahku. Ada pula foto buram seorang Gadis
Hilang: usia empat belas tahun, terakhir terlihat mengenakan sepatu cokelat.
Mohon memberi tahu Sheriff Buller.
Aku tak ingat lagi surat-surat untukku. Dalam surat-surat untuk Dolly ada rapor
dan amplop yang terlihat sangat istimewa. Dengan penuh minat aku membuka dan
membaca isinya dengan teliti. Aku melanjutkan apa yang kulakukan karena dia
tidak terlihat keberatan dan melangkah menuju kios koran dekat pintu keluar.
"DollyLo: Drama itu sukses besar. Ketiga ekor anjing terbaring diam setelah
diberi sedikit obat oleh Cutler (dugaanku), dan Linda hafal semua percakapanmu.
Dia bagus, punya kewaspadaan dan kontrol, tapi kurang tanggap dan tak memiliki
vitalitas yang merupakan daya tarik Dianaku.
Namun, tak ada sang pengarang yang menepuki kami seperti saat terakhir kali, dan
badai yang luar biasa di luar mencampuri badai di panggung kami yang sederhana.
Oh, sayang, hidup memang terbang.
Sekarang setelah semuanya selesai: sekolah, drama, asrama Roy, persalinan ibuku
(sayangnya bayi kami meninggal!), rasanya semua seperti sudah lama, walaupun
kenyataannya aku masih membawa sisa-sisa cat itu.
"Lusa kami akan pergi ke New York dan kupikir aku tidak bisa mencari-cari alasan
agar bisa menemani orangtuaku ke Eropa. Aku bahkan punya kabar yang lebih buruk
untukmu, DollyLo! Aku mungkin sudah tak ada lagi di Beardsley kalau kau kembali.
Karena satu dan lain hal, Ayah ingin aku sekolah di Paris selama setahun saat ia
dan Fullbnght ada di sana.
"Seperti yang kusangka, Penyair yang malang tersandung pada Adegan III waktu
sampai di bagian bahasa Prancis yang tak masuk akal.
Ingat" Ne man que pas de dire a ton amant, Chimene, comme le lac est beau car il
faut qu'il t'y mene.36 Betapa beruntung! Qu'il t'y - Benar-benar membuat lidah
keseleo! Baik-baik di sana, Lo. Ucapan sayang dari 36 Jangan lupa bilang kepada
kekasihmu, Chimene, betapa cantik danau itu, sebab ia harus membawamu ke sana
(catatan penerjemah) Penyairmu, dan sampaikan salamku untuk Gubernur. Mona. N.B. Karena satu dan lain
hal, surat-suratku diawasi dengan ketat. Jadi, kalau mau membalas suratku lebih
baik menunggu sampai aku menulis surat untukmu dari Eropa." (Sepanjang yang aku
tahu, dia tidak pernah melakukannya. Surat itu mengandung hal buruk yang
misterius dan hari ini aku terlalu lelah untuk menganalisisnya. Belakangan aku
menemukan surat itu terselip di dalam salah satu Buku Panduan Wisata. Aku
membacanya dua kali.) Aku melepaskan pandangan dari surat itu, menengadah, dan akan Lo lenyap! Saat perhatianku tersita oleh Mona, Lo mengangkat bahu dan
menghilang. "Apakah Anda melihat-" tanyaku kepada orang bungkuk yang menyapu lantai dekat
pintu masuk. Ia melihatnya, orang tua yang haus seks itu. Dia kira Lo melihat
temannya dan bergegas keluar. Aku bergegas keluar juga. Aku berhenti - ia tidak.
Aku terus bergegas. Aku berhenti lagi. Akhirnya terjadi juga. Dia pergi untuk
selamanya. Dalam tahun-tahun berikutnya, aku sering bertanya-tanya mengapa hari itu dia
tidak pergi untuk selamanya. Apakah karena pakaian-pakaian musim panas barunya
yang menyimpan banyak kenangan yang terkunci di dalam mobilku" Apakah karena
rencana minggatnya belum matang"
Apakah hanya karena (setelah mempertimbangkan semua hal) aku bisa digunakan
untuk membawanya ke Elphinstone, pemberhentian terakhir itu" Yang kutahu, dia
telah meninggalkanku untuk selamanya.
Pegunungan berwarna ungu pucat yang tak memihak siapa-siapa, yang setengah
melingkari kota, terlihat bagiku seperti bergerombol berputar-putar dengan
sekawanan Lolita yang terengah-engah, kacau, tertawa dan terengah-engah, berbaur
dalam ketidakjelasan. Huruf M
besar terbuat dari batu-batu putih di tebing karang yang curam, di sisi jauh
persimpangan jalan, terlihat seperti inisial dari Masalah.
Kantor pos baru yang indah, tempat aku baru saja keluar, berdiri di antara
sebuah bioskop yang sedang tak beroperasi dan sekumpulan pohon poplar. Waktu
menunjukkan pukul sembilan pagi di wilayah pegunungan. Jalan raya membentang.
Aku berjalan di sisi birunya seraya menatap ke seberang: pagi indah di awal
musim panas dengan kilatan kaca di sana-sini dan udara seakan-akan bergoyang
seperti nyaris pingsan menjelang siang yang terik dan gersang.
Aku menyeberang jalan, berjalan dengan enggan, melalui satu blok yang panjang:
Apotek, Perumahan, Toko Busana, Perkakas Kendaraan, Kafe, Perlengkapan Olahraga,
Perumahan, Toko Perabotan, Toko Kelontong, Western Union, Binatu, Toko Makanan.
Pak Polisi, Pak Polisi, anak perempuanku melarikan diri. Bersekongkol dengan
seorang detektif, jatuh cinta dengan pemeras. Mengambil keuntungan dari ketakberdayaanku. Aku mengintip ke dalam semua toko. Aku berjalan perlahan saat
harus bertanya kepada pejalan kaki yang jarang lewat. Aku tak melakukannya. Aku
duduk sebentar di dalam mobil yang diparkir. Aku mengamati taman di sebelah
timur. Aku kembali ke Toko Busana dan Perkakas Kendaraan. Aku berkata kepada
diriku dengan penuh kemarahan bahwa aku pasti sudah gila kalau mengira dia akan
muncul sebentar lagi. Dia muncul. Aku menoleh dengan cepat dan menghentakkan tangannya yang diletakkan di lengan
bajuku dengan senyum takut-takut yang bodoh.
"Masuk ke mobil," kataku.
Dia menurut. Aku berjalan hilir mudik, bergulat dengan pikiran-pikiran tak
bernama, mencoba merencanakan cara untuk membongkar kebohongannya.
Dia keluar dari mobil dan berada di sampingku lagi. Secara bertahap indra
pendengaranku bisa mendengar suara Lo lagi dan aku tersadar bahwa dia sedang
berkata kepadaku tadi, dia bertemu dengan seorang teman lama.
"Ya" Siapa?"
"Seorang anak perempuan dari Beardsley."
"Bagus. Aku tahu setiap nama dalam kelompokmu. Alice Adams?"
"Dia bukan dari kelompokku."
"Bagus. Aku punya daftar nama siswa yang lengkap. Siapa namanya?"
"Dia tidak di sekolahku. Dia cuma tinggal di Beardsley."
"Bagus. Aku juga punya buku petunjuk alamat Beardsley. Kita cari semua yang
bernama belakang Browns."
"Aku cuma tahu nama depannya."
"Mary atau Jane?"
"Bukan. Dolly, seperti namaku."
"Baiklah. Mari kita coba sudut pandang lain. Kau tidak ada selama dua puluh
delapan menit. Apa yang dilakukan oleh dua orang Dolly?"
"Kami pergi ke toko obat."
"Dan di sana kalian membeli apa?"
"Oh, cuma minuman ringan."
"Hati-hati, Dolly. Kautahu, kita bisa mengeceknya."
"Setidaknya, dia memang minum. Aku minum air putih."
"Baik. Apakah tempatnya di situ?"
"Ya." "Bagus. Ayo, kita akan menanyakannya."
"Tunggu. Kurasa mungkin tempatnya lebih ke sana lagi, di pojokan."
"Ayolah, semuanya sama. Masuklah. Mari kita lihat." (Aku membuka buku telepon.)
"Dignified Funeral Service - Jasa Pemakaman.
Bukan, belum perlu. Ini dia: DruggistsRetail. Hill Drug Store. Larkin's
Pharmacy. Dan masih ada dua lagi. Sepertinya itu saja yang ada di kota ini.
Baiklah, kita akan memeriksa semuanya."
"Peduli setan!" umpatnya.
"Lo, sikap kasar tidak akan menghasilkan apa-apa."
"Baiklah," katanya. "Jangan menjebakku. Kami tidak minum soda.
Kami hanya mengobrol dan memandangi baju-baju di etalase."
"Yang mana" Yang di sana?"
"Ya, yang di sana."
"Oh, Lo! Ayo kita lihat lebih dekat."
Benar-benar pemandangan yang indah. Seorang lelaki muda bertubuh kecil dan
berpakaian rapi sedang membersihkan semacam karpet dengan alat pengisap debu, di
atasnya berdiri dua manekin yang terlihat rusak. Yang satu telanjang bulat, tak
berambut dan tak berlengan. Tubuhnya yang tak terlalu tinggi dan posenya yang
tersenyum puas menunjukkan bahwa saat memperagakan pakaian, dia akan menampilkan
sosok seorang gadis kecil seukuran Lolita. Namun, keadaannya yang sekarang tidak
menampilkan jenis kelamin apa pun. Di sampingnya berdirilah patung pengantin
Lolita Karya Vladimir Nabokov di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perempuan bercadar yang jauh lebih tinggi, cukup sempurna, kecuali kekurangan
satu lengan. Di lantai tempat lelaki tadi merayap dengan penuh usaha bersama
alat pengisap debunya, terbaringlah tiga lengan yang langsing dan rambut palsu
berwarna pirang. Dua dan lengan tersebut sepertinya terpelintir dan
menggambarkan gerakan memeluk karena ketakutan dan berdoa dengan khusyuk.
"Lihat, Lo," kataku dengan pelan. "Lihat baik-baik. Apakah itu melambangkan
sesuatu yang baik" Bagaimanapun" - aku meneruskan saat kami kembali ke mobil-"aku
sudah mengambil langkah pencegahan.
Di sini (dengan perlahan membuka tempat sarung tangan), di buku catatan ini, aku
menulis nomor mobil kawan lelaki kita itu."
Bodohnya aku yang tak menghafal nomor itu. Yang tersisa dalam pikiranku hanyalah
huruf inisial dan angka terakhir - huruf P besar dan angka 6. Aku harus
menguraikan perincian itu (yang cuma bisa menarik perhatian psikolog
profesional) karena kalau tidak, maka para pembaca mungkin tak akan bisa
memahami keterkejutanku saat menyadari bahwa P telah menjadi B, dan angka 6
telah terhapus. Selebihnya, dengan hapusan yang menampakkan pulasan penghapus di
ujung pensil yang terburu-buru dan dengan bagian angka yang dihilangkan atau
ditambah-tambahi oleh tangan anak kecil hanya tersisa benang kusut bagi
penafsiran logis apa pun. Yang kutahu itu adalah nomor polisi negara bagian di
Pedang Kiri Pedang Kanan 12 Dewa Arak 76 Penjara Langit Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Persilatan 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama