Ceritasilat Novel Online

Menyingkap Karen 3

Menyingkap Karen Karya Richard Baer Bagian 3


dengan kaki bersilang, dan menyeretnya ke tengah ruangan. Karen dibawa ke meja,
dan dua orang pria mengangkat lengannya dan mendudukkannya di atas meja. Dia
duduk di sana, telanjang, dengan mata terpejam. Melalui matanya yang terpejam,
dia dapat melihat cahaya yang terang dan mendengar desiran kamera flm 8 mm.
"Semuanya dilakukan atas nama Tuhan," kata kakeknya, nada suaranya terdengar
monoton. "Kita bisa melakukan apa pun yang kita inginkan karena Tuhan memerintah
kita." Karen dibaringkan di atas meja. Tubuhnya bermandikan cahaya dari lampu
kamera. Ayahnya dan beberapa orang lainnya bergerak menghampirinya. Karen
bergeming, tetap memejamkan matanya. "Kejahatan tidak ada di dunia ini, hanya
kekhilafan seperti ini ..." kakeknya melanjutkan. Karen merasa lumpuh dari leher
hingga perutnya, seolaholah tubuhnya hampa. Dadanya menegang; satu sosok ...
berukuran besar menyeruak mendekatinya. Lalu, dia merasakan kesadarannya
melayang. "Selamat pagi, Karen," ibunya menyapa saat Karen memasuki dapur, telah siap
pergi ke sekolah. Karen meraba kepalanya sambil duduk di meja makan. "Apa kau
tak bisa bilang selamat pagi?" ibunya bertanya, menajamkan nada bicaranya. Karen
duduk, meraba pelipisnya. "Ada apa?" tanya ibunya.
"Aku pusing," kata Karen, tampak murung dan kesakitan.
"Lagi?" tanya ibunya. "Apa kau mendapatkan mimpi buruk lagi" Kau selalu bermimpi
mengerikan. Jangan pernah bercerita pada siapa pun soal pikiran-pikiran burukmu
itu!" Ibunya berpaling dan menghadap ke kompor. Karen memakan serealnya. Ibunya
melihat luka di tangannya.
"Apa lagi yang kauperbuat pada dirimu sendiri sekarang?" ibunya bertanya dengan
galak. Tanpa berkata-kata, Karen bangkit dari kursinya. Dia menyambar bukubukunya dan berangkat ke sekolah. Tangannya sakit, kepalanya sakit, dan bagian
dalam tubuhnya terasa perih saat dia berjalan sejauh enam blok menuju sekolah.
Dia tidak membicarakan hal ini dengan siapa pun.
Bagian rekaman ini membuatku semakin menyadari kedalaman kerusakan yang terjadi
pada diri Karen. Karen mendeskripsikan berbagai peristiwa tersebut dalam
potongan-potongan kecil, seolaholah dia mengingat kenangannya dari
serpihanserpihan acak, dan dia menceritakannya dengan keletihan yang jelas
terdengar. Aku mengasumsikan bahwa perasaan yang terbentuk dari peristiwaperistiwa tersebut telah runtuh akibat dia menceritakan kenangannya, namun
situasi yang diungkapkannya begitu ekstrem, parah, dan merusak sehingga aku
tidak mengetahui apa yang kupercayai.
Dia menceritakan sekelompok kecil orang, termasuk beberapa wanita, yang
konsisten dan sepertinya terencana dengan baik, yang secara teratur memberikan
penganiayaan sadis dan penyiksaan psikis kepada anakanak untuk kesenangan
pribadi mereka. Dan, apakah tujuan dari seluruh omong kosong berkedok agama itu"
Aku tak henti-hentinya memikirkannya.
Pertanyaan mengenai seberapa banyak "kebenaran" yang terkandung dalam cerita itu
selalu muncul saat aku mendengarkan kisah mengerikan Karen. Tetapi, dia selalu
bercerita dengan cara meyakinkan: dengan kepedihan, keputusasaan, dan
kesengsaraan. Alihalih merasa lega setelah bercerita, dia justru selalu merasa
menanggung risiko, bahwa setiap cerita akan terlalu berat bagiku dan dapat
mengakibatkanku mengakhiri perawatan untuknya.
Aku tahu bahwa anakanak mengalami penganiayaan sepanjang waktu, tetapi aku
selalu dibuat heran saat menyaksikan seseorang dapat bertahan menjalani masa
kecil seperti itu. Mungkinkah dia berusaha membohongi atau memanipulasi diriku
untuk mendapatkan sesuatu dariku" Aku tak henti-hentinya memikirkannya. Setelah
bekerja bersamanya selama empat tahun, ini terasa tidak masuk akal; setidaknya
aku tak bisa membayangkan tujuan apa yang mungkin dicapainya dengan melakukan
penipuan seperti ini. Kurasa ini mungkin semacam ujian, untuk melihat apakah aku akan tetap mau
menemaninya setelah mendengar apa yang dianggapnya sebagai informasi
menjatuhkan kerusakan yang diduganya akan kuanggap sebagai sesuatu yang terlalu?parah untuk disembuhkan. Tetapi, sekalipun begitu, mengapa sekarang, setelah
empat tahun menjalani terapi, dia membutuhkan demonstrasi kepercayaan yang
drastis, terutama menggunakan cara penipuan, sebuah sifat yang sungguh
bertentangan dengan karakternya dan sebuah taktik yang dapat menghancurkan
kepercayaan yang telah kami bentuk"
Sekitar waktu itu, pada November 1993, Karen memberikan kepadaku gambar
karikatur yang menunjukkan seorang psikiater sedang menarik tuas yang
meluncurkan pasiennya dari sofa hingga melewati pintu. Tulisan di gambar itu
berbunyi, Pasien selanjutnya silakan masuk; kamu terlalu gila!
"Tentang apakah ini?" tanyaku, memegang gambar itu. Karen bergerak-gerak kikuk,
dan aku melihat penyesalan di wajahnya. Dia cukup berani untuk memberikan gambar
itu kepadaku, namun siapa pun akan
mengira, pada saat ini, bahwa aku akan menanyakan kepadanya tentang hal ini.
"Saya takut bahwa pada suatu titik, Anda akan merasa muak dan mengatakan
'Lupakan saja'," kata Karen. "Sebagian dari diri saya berpikir bahwa Anda tidak
akan melakukannya, tapi sebagian yang lain betul-betul mengkhawatirkannya.
Ingataningatan ini membuat saya ketakutan, dan menceritakannya semakin membuat
saya ketakutan. Keluarga saya mengatakan bahwa temanteman terdekat saya
sekalipun akan mengkhianati dan mempermalukan saya."
Karen terisak-isak dan berusaha menenangkan diri. "Andalah satusatunya orang
yang bisa saya percayai. Saya sangat kebingungan; saya tidak tahu apa yang bisa
saya lakukan. Jika ada sesuatu yang akan terjadi, dan Anda ... tidak bisa merawat
saya lagi, saya mengerti. Saya akan sangat mengerti. Tapi, saya tidak tahu apa
yang akan saya lakukan jika Anda tidak ada. Saya takut kehilangan Anda." Sungguh
sebuah ujian, dan juga sebuah kesempatan bagi Karen, kupikir, untuk merasa dapat
memercayai seseorang untuk pertama kalinya. Tidak heran jika dia merasa
ketakutan. Setelah kejadian itu, terdapat kemungkinan hubungan kami menjadi rapuh. Aku
telah menjalani wawancara untuk menduduki suatu jabatan di jurusan psikiatri di
tiga rumah sakit pendidikan di kota dan sekitarnya. Dengan mengambil salah satu
jabatan tersebut, aku masih bisa menjumpai Karen, tapi aku tidak tahu di bagian
kota manakah aku akan ditempatkan, dan aku mengkhawatirkan perubahan besar yang
akan mengguncangnya. Aku belum mengetahui hasil wawancaraku, dan aku akan
menunggu hingga aku memiliki rencana yang pasti sebelum mengatakan sesuatu kepadanya.
Dengan seluruh riwayat waktu yang hilang dan penganiayaan pada masa kecilnya,
aku bekerja berdasarkan hipotesis bahwa Karen menderita sindrom kepribadian
majemuk (meskipun bagian yang menemuiku tidak mengetahuinya). Aku memikirkan
apakah anakanak yang terkadang disebutkannya juga menjalani siksaan sesungguhnya
adalah bagian lain dari dirinya yang diingatnya sebagai anak lain, masingmasing
dengan pengalaman pribadi mereka sendiri. Atau, mungkinkah kenangankenangan ini
merupakan sejenis khayalan sadistis/masokhistis kanak-kanak yang dianggapnya
sebagai kejadian nyata khayalan yang memiliki kekuatan halusinasi"?Meskipun aku mengerti kemungkinan dia mengarang ceritacerita ini, (walaupun
alasannya berbohong berada di luar jangkauan pemahamanku), aku merasa ragu
dengan caranya yang meyakinkan dalam menceritakan kejadian-kejadian tersebut.
Dia berusaha menggambarkan sebisa-bisanya, meskipun merasa sangat tidak nyaman,
semua kejadian tersebut berdasarkan ingatannya.
Aku memberi tahu Karen bahwa aku telah mendengarkan kaset rekamannya dan
memahami keseriusan kejadian yang menimpanya. Aku tidak memintanya menjelaskan
aspek-aspek tertentu, karena aku tidak ingin dia menganggapku hanya tertarik
pada bentuk penganiayaan tertentu dan mengabaikan bentuk yang lain, sehingga dia
akan enggan menceritakan detaildetail mengenai beberapa hal tertentu kepadaku.
Hal terakhir yang ingin kulakukan dengan materi semacam ini adalah
mengarahkannya ke tujuan tertentu. Aku selalu berharap
dialah yang akan mengarahkanku.
Sayangnya, setelah memberikan rekaman itu kepadaku, Karen terus-menerus dilanda
keinginan untuk melakukan bunuh diri. Kami menghabiskan seluruh waktu kami dalam
pembicaraan telepon harian serta sesi terapi mingguan untuk menekan dan menahan
kecenderungan bunuh dirinya.
Pada suatu titik, sebuah pikiran terlintas di benakku: Jika apa yang diceritakan
oleh Karen dalam rekaman itu sungguhsungguh terjadi, maka dia tidak hanya ingin
membunuh dirinya sendiri, tetapi juga diriku, sebagai penerima informasi yang
seharusnya selamanya disimpannya sendiri.
"Apakah kamu pernah berpikir bahwa kamu harus membunuh saya?" aku bertanya
kepada Karen dalam salah satu sesi kami. Dia tampak kaget, seolaholah baru saja
tertangkap basah. "Saya diperingatkan untuk membunuh siapa pun yang saya beri tahu tentang hal
ini. Saya ingat mereka berusaha mengajarkan itu kepada saya," katanya, gemetar
ketakutan. "Karena itulah, saya takut bahkan hanya untuk berusaha
membicarakannya." Dia terdiam, kemudian melanjutkan, "Saya tidak pernah benarbenar bermaksud begitu. Maksud saya, saya tidak pernah benar-benar bermaksud
membunuh siapa pun. Saya selalu berpikir bahwa jika saya tiba di titik itu, saya
akan langsung membunuh diri saya sendiri, karena pada akhirnya saya akan mati."
"Sekarang kamu sudah dewasa," aku mengingatkannya, "dan meskipun perasaan ini
tampak segar di benakmu, semuanya muncul dari berbagai peristiwa yang telah
terjadi bertahuntahun yang lalu. Mereka
mengatakan kepadamu bahwa kamu harus membunuh saya dan dirimu sendiri hanya
karena mereka tidak ingin ditemukan, sehingga mereka dapat terus menyimpan
rahasia kelam mereka. Tetapi, aman bagimu untuk menceritakan tentang mereka
kepada saya, dan kita akan menyimpan rahasia itu bersamasama."
Karen mencondongkan tubuh ke arahku, menunduk dan membenamkan wajah ke kedua
telapak tangannya, lalu menangis terisak-isak, merasa lega karena telah
mengungkapkan rahasia yang tak bisa disebutkannya.[]
BA G IAN II KCPRIBADIAN-EPRIBADIAN LAIN
9 Surat dari Claire KETIKA ITU awal Oktober 1993, awan mendung tebal menggelayuti kota, menyamarkan
pemandangan lalu lintas Lake Shore Drive dan beberapa kapal yang masih berlayar
di Monroe Harbor. Karen tampak lesu ketika memasuki kantorku. Dia menggeser
kursi dan tidak memandang secara langsung ke arahku. Aku tahu bahwa sesuatu
telah terjadi padanya, namun dia membutuhkan waktu selama beberapa menit sebelum
bisa berbicara. Pada saat seperti ini, aku harus menunggu lama untuk
mendengarkan ceritanya. Menolongnya pada titik ini hanya akan mengalihkannya
dari apa yang sedang diperjuangkannya. Sepertinya dia hendak mengatakan sesuatu
kepadaku. Dia mulai berbicara, lalu terdiam dan menatap ke luar jendela.
Akhirnya, dia bersuara: "Saya terus-menerus mendapatkan ... pergantian ini ... saya menyebutnya peralihan."
Dia tenggelam dalam pikirannya, masih memandang ke luar jendela. Sejenak
kemudian, dia melanjutkan. "Terdapat saatsaat, jangka waktunya berbeda-beda,
dari hitungan menit hingga bulan, yang tidak saya ingat." Dia kembali terdiam.
"Misalnya ... saya sama sekali tidak ingat pernah melakukan hubungan seks dengan
suami saya." Dia terdiam, wajahnya merah padam dan keruh. "Saya tahu bahwa saya pasti pernah
melakukannya, karena kami punya dua anak, tapi saya tidak tahu bagaimana hal itu
terjadi." Akhirnya, Karen menatapku. "Sesungguhnya, saya sama sekali tidak punya
perasaan seksual." "Apakah yang terjadi saat kamu beralih waktu?" Aku senang karena dia mengangkat
topik ini, tapi aku tidak boleh mencecarnya dan harus membiarkannya
mengungkapkan hal ini dengan caranya sendiri.
"Yah, saya kehilangan waktu. Saya ingat merasa lemah selama sesaat, lalu saya
tidak ingat lagi apa yang terjadi sesudahnya. Saat ingatan saya kembali, saya
merasa letih dan penat, lalu perasaan itu lenyap, dan saya pun kembali baik-baik
saja. Kira-kira begitu."
Karen "melantur" atau "berada dalam kondisi pikiran menyimpang", kupikir. Ini
adalah istilah lain untuk memasuki kondisi trance, yang sama dengan trance
akibat hipnotis, saat dia tidak dapat mengingat apa yang terjadi padanya.
Pertanyaannya adalah apakah yang dilakukannya saat dia tidak bisa mengingat" Aku
heran karena dia tidak pernah membicarakan pengalaman ini sebelumnya, karena hal
ini tentunya menyusahkan dan membuatnya kebingungan. Tetapi, kupikir dia harus
terlebih dahulu mencapai tingkat tertentu dalam memercayaiku. Karen sendiri
sepertinya tidak tahu banyak tentang peralihan itu, sama seperti dia tidak tahu
bahwa kepribadiannya terbelah. Meskipun begitu, dia mampu menceritakan kepadaku
lebih banyak daripada yang diketahuinya dengan cara yang unik.
Pada November, Karen secara tidak langsung mulai mengungkapkan rahasia kehidupan
di dalam tubuhnya. Dalam sebuah surat yang bertanggal 7 November 1993,
dia melaporkan salah satu mimpinya
Saya sedang berbicara kepada Anda di telepon, dan kita memutuskan untuk
mendatangkan ibu saya dalam salah satu sesi kita. Saat kami memasuki lift, saya
mulai mendengar orangorang lain berbicara. Orangorang ini datang ke kantor Anda
bersama saya. Anda membuka pintu dan mempersilakan saya dan ibu saya masuk. Saya
tidak mengerti mengapa Anda membiarkan semua orang lain itu masuk dan tidak
berbicara kepada mereka. Lalu, Anda mulai berbicara dengan ibu saya. Saya tidak
ingat sepatah kata pun yang Anda ucapkan karena saya terlalu sibuk memerhatikan
orangorang lain yang ada di kantor Anda. Seorang anak lakilaki berdiri di dekat
Anda dan menjulurkan lidah ke arah ibu saya. Seorang anak perem puan duduk dan
tertidur di pangkuan Anda. Dua orang rema ja bertengkar tentang siapa yang akan
Anda ajak berbicara terlebih dahulu. Seorang bayi merangkak di sekeliling meja
Anda. Seorang perempuan mengumpat-umpat ibu saya. Seorang perempuan lain duduk
di meja Anda, menertawakan semua perkataan ibu saya, dan seorang perempuan lain
membersih kan dan menata kantor Anda. Sesi itu tampak kacau balau. Saat
mendengarkan semua orang itu berbicara, saya merasa telah mengena/ mereka. Saya
heran karena Anda begitu tenang dan tidak merasa terganggu oleh keributan di
sekeliling Anda. Saya tidak ingat akhir mimpi ini, tapi saat terbangun, saya
merasa damai dan nyaman. "Apa yang terjadi padamu saat kamu memikirkan mimpi itu?" tanyaku.
Karen mengangkat bahu dan mengatakan bahwa dia tidak tahu, tapi dia menganggap
orangorang itu lucu, dan mereka terasa akrab baginya.
"Menurut saya, orangorang di dalam ruangan itu
merupakan perwujudan sisi-sisi berbeda dari dirimu, dan berbagai perasaanmu
terhadap saya dan ibumu." Aku menduga bahwa ketika Karen kehilangan waktu, atau
beralih, kepribadiannya yang lain mengambil alih tubuhnya. Aku merasa ragu untuk
memberi tahu Karen apa yang ada dalam pikiranku, yaitu bahwa orangorang di dalam
mimpinya merupakan perwujudan dari kepribadian-kepribadiannya yang lain, dan
bahwa aku meyakini diagnosis dirinya menderita gangguan kepribadian majemuk.
Tetapi, aku merasa kami telah semakin mendekat, karena Karen telah mengungkapkan
berbagai bayangan dan asosiasi ke dalam sesi kami. Dia mendorong kami maju.
Keesokan harinya, aku menerima sepucuk surat. Surat itu bercap pos 5 November
1993, dua hari sebelum Karen mendapatkan mimpinya. Aku menerimanya pada tanggal
7 November. Alamat Karen tertulis pada amplopnya, dan surat itu ditulis
menggunakan pensil di atas selembar kertas yang dirobek dari buku catatan.
Dokter Bear [soloh tulis] yang boik.
Namaku Claire. Aku 7 tahun. Aku hidup di dalam Karen. Aku dengar kamu terus. Aku
ingin bicara denganmu, tapi tidak tahu caranya. Aku suka bermain dengan James
dan Sara. Aku juga bisa menyanyi. Aku tidak mau mati. Maukah kamu mengikatkan
tali sepatuku" Claire Aku tidak langsung menyebutkan dan membahas kejadian ini dengan Karen. Aku
menunggu selama beberapa hari sambil memikirkan bagaimana tepatnya aku akan melakukan pendekatan
kepada Karen mengenai hal ini. Aku khawatir: Akankah ini dianggap terlalu
berlebihan olehnya" Setiap hari, keinginannya untuk melakukan bunuh diri semakin
memuncak. Akankah ini membuatnya semakin berada di ujung tanduk menjadi beban ?yang tak kuasa ditanggungnya" Berapa kepribadiankah yang ada di dalam diri Karen
selain Claire" Aku punya banyak pertanyaan, namun aku harus menunggu. Aku harus
berkonsentrasi kepada Karen: reaksinya, pertanyaannya, tindakannya, dan
keamanannya. Aku telah selama beberapa waktu mengumpulkan berbagai bahan yang berkaitan
dengan sindrom kepribadian majemuk: artikel, monograf, diktat, dan abstrak
pertemuan. Aku menampung semuanya di salah satu rak bukuku. Salah satu buku yang
paling banyak dikutip adalah Diagnosis and Treatment of Multiple Personality
Disorder, karya Frank W. Putnam, M. D. (Guilfrod Press: New York, 1989). Di
dalam buku itu, dia menjelaskan tentang pelecehan seksual pada masa kanak-kanak
sebagai penyebab umum MPD, terutama pelecehan yang disertai oleh sadisme
ekstrem, penyalahgunaan bendabenda, pengikatan, pembakaran, penorehan, dan
partisipasi dalam "pemujaan kepada setan". Semua itu sesuai dengan Karen.
Risiko bunuh diri dan melukai diri sendiri juga dijelaskan sebagai hal yang
wajar bagi penderita MPD, begitu pula sakit kepala, pingsan, dan gejala-gejala
histerikal seperti kelumpuhan, tuli, dan, dalam kasus Karen, rasa sakit di
tempat kakinya diikat dan dicambuki. Terdapat konsensus umum di kalangan penulis
kasus-kasus dan gejala-gejala MPD. Putnam juga melaporkan bahwa para
pasien MPD tidak akan siap mengungkapkan gejala-gejala mereka karena mereka
takut dianggap "gila", tapi kemudian salah satu kepribadian akan mengaku, atas
kemauannya sendiri, melalui surat untuk ahli terapinya. Dia juga menyebutkan
bahwa penting bagi seorang ahli terapi untuk tidak menempatkan diri sebagai


Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemegang rahasia dari salah satu kepribadian atas permintaan kepribadian
lainnya. Surat Claire adalah rahasia semacam itu.
Saat sesi berikutnya tiba, aku siap menunjukkan surat itu kepada Karen. Aku
memutuskan untuk memperlihatkan surat itu pada awal sesi, supaya kami memiliki
banyak waktu untuk membahasnya.
"Saya telah memikirkan ceritamu kemarin, tentang suarasuara yang kamu dengar di
dalam kepalamu," aku memulai, "terutama pada malam hari sebelum kamu tidur. Saya
juga sudah memikirkan mimpi yang kamu ceritakan kepada saya, tentang orangorang
lain yang menemanimu ke kantor saya. Saya memikirkan apakah ada lagi yang
terjadi dalam dirimu yang tidak kita sadari." Aku berusaha melakukan pendekatan
dengan hati-hati, tapi Karen mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang terjadi. Dia
tampak gelisah dan cemas, namun aku terus melanjutkan.
"Saya menerima sebuah surat yang akan saya tunjukkan kepadamu." Karen tampak
tegang dan waspada. "Menurut saya, kita harus membicarakan hal ini," ujarku,
dengan lembut menyerahkan amplop berisi surat dari Claire kepadanya. Karen
membaca surat itu, lalu melihat alamat pengirimnya. Wajahnya seketika pucat
pasi, dan ekspresi mual segera terlihat. Dia tampak seolaholah akan pingsan.
"Surat ini mungkin merupakan petunjuk bagi kita untuk mengetahui apa yang
menjadi masalah bagimu selama ini." Aku berusaha menyampaikan gagasan bahwa aku
akan membantunya memahami surat ini. "Sudah cukup lama saya berpikir bahwa kamu
mengidap penyakit yang disebut gangguan kepribadian majemuk," ujarku. Sekarang,
setelah aku mengatakannya, dia harus mendengarkan penjelasan yang gamblang dan
tegas. "Mengingat kamu sering kehilangan waktu, dan melihat ekspresi wajahmu yang
menunjukkan bahwa kamu tidak ingat pernah menulis surat itu, saya rasa ini
adalah satusatunya penjelasan." Oke, sekarang waktunya bagiku untuk diam dan
membiarkan Karen bereaksi.
Karen gemetar; dia menatap pintu dan sepertinya siap menghambur ke luar.
Wajahnya pucat pasi. Aku melihatnya melewati berbagai keadaan emosi, dari
kebingungan hingga ketakutan hingga pasrah. Perlahan-lahan, dia menenangkan
diri, lalu perasaan panik dan jijiknya digantikan oleh kesedihan dan penerimaan.
"Saya tidak siap mendengar hal ini," akhirnya dia berkata dengan lirih.
"Saya tidak tahu cara yang tepat untuk mem-persiapkanmu," ujarku. "Saya rasa,
surat itu adalah pertanda yang nyata bahwa sebagian dari dirimu menginginkan
supaya hal ini terbongkar."
"Saya mengerti," kata Karen. Aku kembali diam dan menunggu.
"Saya sering menganggap suarasuara itu sebagai teman khayalan." Karen terdiam
dan berkata lebih pelan, "Kadangkadang, saya merasa tidak terlalu penting bagi
diri saya sendiri." Aku tidak yakin apa maksudnya. "Apakah kamu pernah mendengar tentang penyakit
ini" Kamu pernah menonton flm Sybil?" .
"Tidak. Saya pernah mendengar tentang flm itu, tapi saya selalu menghindari flmflm semacam itu; saya tidak tahu mengapa begitu."
Karen tampak seolaholah terkoyak dan tertelanjangi. Dia memalingkan muka
sehingga aku tak bisa melihat wajahnya. Dia berlamalama memandang ke luar
jendela, lalu kembali menatapku, tampak tertekan dan putus asa.
"Bisakah Anda menolong saya," akhirnya Karen bertanya, "ataukah saya sudah tidak
tertolong lagi?" "Saya sangat tertarik untuk berusaha menolongmu," aku mengatakannya sejelas dan
setegas mungkin. Karen memejamkan mata dan menghela napas panjang. "Kita semua
memiliki sisi-sisi berbeda dalam kepribadian kita. Tapi, bagimu, sosoksosok yang
berbeda dari dirimu berdiri secara terpisah, dan mereka tidak sepenuhnya
samasama menyadari keberadaan sosok yang lain." Karen mencerna penjelasanku
selama beberapa saat, lalu kembali menatapku.
"Saya selalu memikirkan mengapa saya tidak bisa terlalu merasakan."
"Kita mungkin akan berhadapan dengan sesuatu yang bisa menjelaskan hal semacam
itu; ini adalah sesuatu yang dapat kita gali bersama," ujarku. Aku ingin
menggunakan sebanyak banyaknya kata "kita" dan "bersama" untuk menekankan kepada
Karen bahwa dia memilikiku sebagai mitra dan sumber pertolongan yang dapat
diandalkan. "Saya lega karena kita membicarakan hal ini sekarang," kata Karen, lirih. Waktu
kami telah habis, namun aku masih mencemaskan dampak percakapan kami pada
dirinya. "Apakah kamu bisa pulang sendiri?" "Saya rasa bisa."
Aku menyuruhnya meneleponku ma-lam itu. Aku khawatir lebih daripada ?biasanya dia akan menyakiti dirinya sendiri. Dia meninggalkanku dalam keadaan
?terguncang dan kebingungan. Aku telah melakukan tugasku dengan sebaik yang
kumampu, kupikir. SETELAH RAHASIA yang terungkap dalam surat Claire, Karen sepertinya lebih
menyadari keberadaan sosoksosok lain di dalam dirinya, terutama saat menjelang
malam dan malam hari. Katanya, dia kadangkadang merasakan sosoksosok yang
berbeda dari dirinya berfungsi dengan cara yang berbeda. Dia dapat merasakan
pikirannya beralih, dan kadangkadang dia bahkan dapat diam dan melihat dirinya
melakukan sesuatu. Katanya, dia tidak ketakutan, kecuali pada bagian dari
dirinya yang menginginkannya menyakiti diri sendiri. Malam sebelumnya, dia
mendengar, atau merasakan, suara seorang pria menyuruhnya untuk tidak berbicara
denganku, atau dia akan sakit. Saat pikirannya galau, yang jarang terjadi, dia
mendengar suara yang sama memberitahunya cara menyalurkan kemarahan. Pada malam
hari, dia mendengar suarasuara berbeda membicarakan kejadian-kejadian hari itu,
kejadian-kejadian yang bahkan tidak bisa diingatnya; sepertinya itu adalah cara
bagi mereka semua untuk saling memberikan informasi.
"Saya merasa, saat saya hendak tidur," dia berusaha menjelaskan, "sosoksosok
lain dalam diri saya mulai berfungsi. Bahkan hal-hal rutin yang saya lakukan
hari itu, seperti memasak makan malam, membersihkan rumah,
atau mengantar anakanak, kedengaran janggal, karena semua itu dilakukan oleh
sosok lain dari diri saya. Saya tahu bahwa saya telah mengerjakannya ribuan
kali, tapi saya merasa tidak pernah melakukannya sama sekali."
Karen berbicara dengan cepat, mencondongkan tubuh ke depan di kursinya,
bersemangat; sepertinya dia lega karena dapat membagi hal ini denganku.
"Apa lagi yang terjadi padamu?"
"Saya bisa membaca, menonton TV, dan mendengar musik pada saat yang sama, dengan
sosoksosok yang berbeda dari diri saya melakukan pekerjaan yang berbeda-beda."
Dia terdiam, dan wajahnya tampak murung. "Kadangkadang, saya merasa penganiayaan
yang saya ceritakan kepada Anda tidak betul-betul menimpa saya. Saya bisa
menceritakannya kepada Anda, tapi perasaan yang berkaitan dengannya bukan milik
saya." Karen memandang ke luar jendela dan tenggelam dalam pikirannya.
"Bagaimanakah perasaanmu akhirakhir ini?"
Dia berpaling ke arahku dan mengatakan, "Kaki saya sakit sekali akhirakhir ini,
tapi saya rasa sebenarnya tidak ada yang salah dengan kaki saya." Dia terdiam
dan menelengkan kepala seolaholah sedang mendengarkan. "Tangisan bayi di dalam
kepala saya sudah mereda."
"Suara bayi" Ada berapa suarakah yang kamu dengar?"
"Sepertinya enam."
"Mengapa kamu tidak memberitahukan hal ini kepada saya sebelumnya?" tanyaku,
berusaha menyembunyikan kegusaranku.
"Saya takut Anda akan menyerah karena menganggap saya terlalu gila." Dia
tersenyum malu dan mengangkat bahu untuk meminta maaf.
Enam suara. Siapa saja" Aku bertanya-tanya. Aku belajar tentang pasien MPD sejak
tahap awal kuliahku. Mereka jarang ditemukan, dan Karen adalah pasien MPD
pertama yang kudapatkan. Kebanyakan psikiater tidak pernah mendapatkan seorang
pun pasien MPD. Aku menyadari betapa aku bersemangat karena mendapatkan pasien
seperti ini, tapi aku harus mengendalikan perasaanku dan berfokus dalam
melanjutkan perawatannya dengan cara yang tepat, atau aku akan mengacaukan
keseluruhan proses ini. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang berbeda pada tahap
ini. Hanya karena dia memiliki kepribadian majemuk bukan berarti aku harus
meninggalkan teknik psikoterapi standar. Apakah yang dikatakan oleh suarasuara
itu" Keenam-enamnya! Hanya enam"
PADA SUATU hari, Karen menanyakan kepadaku apa yang akan terjadi jika dia
kehilangan waktu selama sesi kami, supaya aku dapat melihat dan berbicara dengan
sisi-sisi dirinya yang lain. Dia ragu-ragu tentang hal ini, namun prospek
tersebut menggodaku, meskipun aku tidak tahu bagaimana aku akan melakukannya.
Sejujurnya, aku sedikit ketakutan terhadap kemungkinan itu, karena aku tidak
tahu pasti apa yang akan kutemui. Aku telah membaca tentang MPD dan mengambil
kursus hipnosis, tapi aku belum pernah menerapkan teknik hipnotis untuk
menangani kasus seperti ini. Karen lemah lembut, sopan, cermat, dan pemalu.
Kurasa bagian lain dari dirinya tidak pendiam dan penurut seperti dia.
Sejauh ini, selama melakukan perawatan terhadap dirinya, aku mengikuti teknik
standar yang disebut psikoterapi berdasarkan psikoanalisis. Ini adalah teknik yang menempatkanku di
posisi penerima apa pun yang diucapkan Karen, namun tidak secara langsung
mengarahkan asosiasinya ke tujuan tertentu. Dengan cara itu, semua yang
dikatakannya berasal dari dalam dirinya, dan aku semakin dekat dengan proses
pikiran bawah sadar yang menjadi inti penyakitnya. Jika dibiarkan, secara tidak
disadari, pasien selalu mencari sendiri jalan terbaik untuk proses penyembuhan
mereka. Aku merasa karena itulah kami berhasil sejauh ini. Berbicara dengan
"sosok" lain yang ada di dalam diri Karen, di bawah hipnosis, akan membawaku ke
sebuah wilayah yang sepenuhnya baru.
Pada sesi selanjutnya, Karen memberiku daftar sosoksosok yang dikenalinya dalam
dirinya. Dia tidak yakin bagaimana dia mengetahui hal ini, tapi inilah yang
ditulisnya. Deskripsi ini ditulis dengan rapi di atas selembar kertas kuning
bergaris sangat teratur:?Claire 7 Tahun Perempuan
? ?Suka bermain. Kesulitan mengikat tali sepatu. Suka susu cokelat. Butuh
bimbingan. Takut pada kegelapan. Kadangka dang bisa ditenangkan oleh Holdon.
Holdon 34 Tahun Lakilaki ? ?Sang pelindung. Sang penenang. Membantu menekan keberadaan si Pemarah. Pengambil
keputusan. Kuat. Jangkung. Maskulin. Kidal. Bertugas mengemudi. Kadangkadang
berma in bowling. Katherine 34 Tahun Perempuan
? ?Berpenampilan pebisnis, menangani seluruh urusan transaksi. Suka membaca.
Menggemari musik klasik. Opera. Memainkan klarinet. Membuat dan memastikan janji
temu untuk Karen 3. Karen Boo 21 Bulan Perempuan
? ?Cengeng. Tidak bisa berbahasa Inggris, hanya bisa sangat sedikit berbahasa
Hongaria. Sangat kesakitan. Lesu, murung, tidak bisa berjalan.
Julie 13 Tahun Perempuan ? ?Selalu kesakitan, terutama di bagian kaki. Takut pada lakilaki dan darah. Tidak
bisa bernapas di dekat orang yang merokok. Tidak bisa berjalan.
Si Pemarah Usia Tidak Diketahui Lakilaki"
? ?Membenci semua orang. Menoreh, menghantam, menikam. Benci karena berada di dalam
tubuh wanita. Menyakiti Karen 3 saat dia memakai rias wajah atau mengenakan
pakai an yang bagus. Si Penghukum. Menghukum Karen 3 jika dia mengatakan tentang
ritual penganiayaan. Sidney 5 Tahun Lakilaki ? ?Suka bersenang-senang. Suka mencuri. Suka menipu orang lain. Berbohong. Cengeng.
Suka menjerumuskan Karen 2 atau Karen 3 ke dalam masalah dengan suami.
Teraniaya. Sandy 18 Tahun Perempuan ? ?Pemakan kompu/sif. Penggemar makanan cepat saji. Berpandangan kabur. Suka
menerawang ke luar jendela. Sepertinya selalu syok. Kecenderungan melakukan
bunuh diri. Menghabiskan uang yang bukan miliknya. Menjerumuskan Karen 3 ke
dalam masa/ah. Pendiam. Pemurung.
Karen 1 10 Tahun Perempuan
? ?Sangat sensitif. Pemalu. Belajar di Sekolah Katolik St. Christopher. Teraniaya.
Ingin tetap kecil. Menderita sakit ke pala parah. Membenci ayah. Membenci ibu.
Kesepian. Takut pada keributan. Membenci badut, motif po/ka dot, dan ke/apa.
Selalu menyembunyikan dadanya.
Karen 2 21 Tahun Perempuan? ?Kuliah. Bekerja sebagai sekretaris. Menikah dengan Josh. Memiliki dua anak:
James dan Sara. Tidak merasa sakit, tidak merasa pusing. Bahagia. Suka bergaul.
Istri, ibu. Karen 3 30 tahun Perempuan
? ?Menjalani terapi bersama Dr. Baer. Depresi. Kecenderungan melakukan bunuh diri.
Sakit kepala. Pasif sebelum ke lahiran Sara.
Jadi, yang selama ini menemuiku adalah Karen 3! Begitu banyak yang bisa
dijelaskan dengan dokumen kecil ini. Sekarang aku tahu bahwa terdapat setidaknya
sebelas kepribadian yang berbeda, atau yang sering disebut sebagai "sosok lain",
di dalam diri Karen! Mereka memiliki nama, umur, sifat yang unik dan berlainan,
serta sejarah pribadi yang berbeda.
Selain itu, sejak mengetahui surat Claire, Karen menjadi lebih menyadari dan
mengakrabi sistem internalnya yang terbelah-belah, dan aku dapat membicarakan
hal ini dengannya. Selama empat tahun terakhir, bahkan sepanjang kehidupan
Karen, semua ini terjadi di luar kesadarannya, dan oleh karena itu, juga di luar
kesadaranku. Aku tahu bahwa dia kehilangan waktu, dan aku tahu bahwa fenomena
itu mungkin disebabkan oleh MPD, namun kami kekurangan akses menuju detaildetail
yang sekarang kami miliki. Dia telah menyadari keberadaan sosoksosok yang
berbeda di dalam dirinya. Meskipun ini sangat menarik, penting bagiku untuk
tidak menunjukkan sikap yang berbeda, supaya dia tidak cemas atau berpikir harus
berbuat lebih banyak untuk menyenangkanku. Aku harus tetap siaga, sigap, dan
menerima apa pun yang diceritakannya kepadaku. Tetapi,
ini sungguhsungguh sebuah petualangan psikiatri.
Ketika itu Desember 1993, dan Karen mengatakan bahwa dia mulai lebih banyak
memerhatikan kepribadian-kepribadiannya yang lain. Dia mulai menceritakan apa
yang sedang terjadi di dalam dirinya.
"Maksudmu, kamu bisa melihat mereka?" tanyaku.
"Semacam itu." Karen menunjuk ke depan. "Saya tidak bisa melihat mereka, tapi
saya bisa melihat apa yang sedang mereka lakukan dan mendengar apa yang sedang
mereka katakan." "Apakah hasil pengamatanmu?"
"Yah, 'Claire' sudah menangis selama beberapa hari," kata Karen. "Sosok yang
lain, 'Holdon', menenangkan dia. Saat sibuk mengurus Claire, dia tak bisa
mengemudi, dan sosok yang kurang mampu mengambil alih, lalu kami pun tak bisa
pergi ke mana-mana." Dia berpikir sejenak, melirik ke kiri. "Kami beralih terusmenerus sepanjang Senin kemarin, dan kami tidak bisa berfungsi sama sekali. Saya
bertemu dengan seorang wanita yang tidak saya kenal, tapi dia berbicara dengan
santai kepada saya, dan rupanya dia telah mengenal saya selama bertahuntahun.
Saya hanya bisa menduga bahwa dia berteman dengan kepribadian saya yang lain.
Kami memasuki sebuah toko, dan 'Sidney' mencuri hiasan Natal; 'Katherine' yang
kemudian membayarnya. Ini melelahkan." Aku memerhatikan bahwa Karen sering
menggunakan kata ganti 'kami', seolaholah dia sekarang melihat dirinya sebagai
sosok yang jamak. "Semua anakanak di dalam diri saya mendambakan kasih sayang
dan perhatian mereka menginginkan sentuhan dan pelukan yang tulus."
?Aku mendengar pernyataan terakhirnya ini sebagai permintaan kepadaku untuk
"menyentuh dan memeluk"
dia, namun aku tidak bisa membiarkan dia memancingku melakukannya.
"Bagaimana jika kamu menyalurkan keinginan mereka ini dengan menyentuh dan
memeluk anak-anakmu?" tanyaku.
"Claire tidak merasakan apa-apa saat saya memeluk anakanak saya," kata Karen.
Dia tidak akan membiarkanku menghindar begitu saja, sepertinya.
"Apakah yang kamu rasakan saat kamu berdekatan secara fsik dengan suamimu?"
"Saya merasa suami saya menikah dengan kepribadian saya yang lain. Kami tidak
pernah berdekatan secara fsik selama bertahuntahun."
Kupikir kami harus meninggalkan topik pelukan ini sekarang juga, tapi aku ingin
menyemangatinya untuk terus memerhatikan kegiatan sosoksosoknya yang lain.
"Saya rasa akan sangat membantu jika kamu lebih mengenal kepribadiankepribadianmu yang lain dan memerhatikan mereka saat mereka muncul," ujarku.
"Saya tidak tahu banyak tentang mereka," katanya, "tapi saya merasa beberapa
sosok cukup akrab dengan semua sosok yang lain. Mungkin saya bukan sosok yang
semestinya Anda ajak bicara. Kadangkadang, saya merasa seperti penumpang dalam
kehidupan saya sendiri."
Meskipun dia merasa bahwa ada sosok lain dalam dirinya yang lebih layak
berbicara denganku, aku menganggap Karen 3 sebagai orang yang kuajak berbicara
dan kurawat. Tetapi, aku sama sekali tidak memiliki dasar untuk menganggapnya
sebagai sosok yang lebih dominan atau primer dibandingkan sosoksosok lain dalam
tubuhnya. Karen 3 hanyalah sosok yang kukenal.
SELAMA SESI terakhir kami pada 1993, sebelum aku pergi berlibur, Karen memberiku
surat dari Holdon. Tulisan tangannya bulat-bulat, tegak, dan naik-turun. Karena
ingat bahwa Holdon kidal, aku menduga Karen menulis surat ini dengan tangan
kirinya. Yang terhormat Dr. Baer, Tolonglah bantu saya mengurus anakanak. Meskipun Anda mungkin tidak
menyadarinya, sejak Anda menembus sistem kami, anakanak sepertinya membutuhkan


Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Anda jauh daripada mereka membutuhkan saya. Bisakah Anda menjelaskan kepada
mereka tentang apa yang Anda lakukan selama liburan" Keadaan di dalam kacau
balau. Claire menangis terus. Sid semakin sering mengutil, Karen 2 menulis cek
meskipun tidak ada uang di rekening, Julie dan Karen ingin melakukan bunuh diri.
Si Pemarah berusaha meyakinkan Karen 3 untuk membunuh kami semua. Si bayi sedang
tidur. Katherine dan Karen 2 berusaha muncul dan memegang kendali. Karen 2
memasang seluruh hiasan Natal dan membungkus hadiah-hadiah yang dibeli oleh
Karen 1 dan Karen 3. Saya muncul untuk mengambil beberapa keputusan, mengemudi,
dan berusaha menjauhkan kami semua dari masalah. Bisakah Anda menolong"
Holdon Aku tidak yakin bagaimana harus menanggapinya. Apakah yang bisa kulakukan"
Bagaimanakah aku akan menyampaikan jawabanku" Bagaimanakah aku bisa
membantu" Aku masih tidak memiliki akses secara langsung untuk menjangkau berbagai
kepribadian di dalam diri Karen, dan sepertinya aku membutuhkannya untuk
memberikan pertolongan yang diminta oleh Holdon. Aku membaca ulang beberapa buku
dan artikel mengenai sindrom kepribadian majemuk, semuanya menegaskan perlunya
menghubungi dan melakukan penanganan langsung terhadap sosoksosok lain dalam
diri Karen. Aku tidak yakin bagaimana akan melakukannya. Secara teori, aku tahu
cara melakukannya, tapi teori berbeda dengan praktik.
Aku terkesan dengan apa yang telah kami ungkap, dan satusatunya tugasku
sepertinya adalah mencari cara untuk mengungkap lebih banyak dan berbicara
dengan Holdon. PADA AWAL Januari 1994, Karen menghadiri sesi dengan penampilan lesu dan acakacakan. Dia gemetar akibat udara yang dingin dan cepatcepat berjalan ke
kursinya. Mantelnya tipis, dan dia tidak dapat mengancingkan bagian depannya.
Aku menatapnya, dan dia mengerti bahwa aku mengisyaratkan kepadanya untuk segera
mulai bercerita. "Saya kehilangan banyak waktu," katanya. "Saya bisa muncul bersama beberapa
sosok lain, terutama Katherine, Sandy, dan Holdon. Ketika saudara-saudara saya
datang saat Natal, saya menyaksikan Katherine mengurus segalanya. Malamnya, saya
memimpikan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada siang hari saat saya kehilangan waktu."
Ini mungkin adalah sebuah kemajuan, pikirku, tapi aku
menunjuk luka di lengannya.
"Saya tidak ingat bagaimana saya mendapatkannya," Karen memberitahuku. "Si
Pemarah ingin semua orang telah mati saat Malam Tahun Baru tiba. Saya rasa luka
ini ada hubungannya dengan hal itu."
Pada suatu hari, Karen menunjukkan catatan kesehatan ayahnya kepadaku. Meskipun
ayahnya telah diputuskan bersalah akibat melecehkan keponakan Karen, aku ingat
bahwa hukumannya ditunda karena penyakitnya. Catatan itu menjelaskan tentang
perawatan untuk penyakit kanker hati yang dideritanya, bukan kanker usus, dan
tidak menunjukkan prognosis yang bagus. Kesimpulan dari catatan tersebut adalah
dia akan meninggal akibat penyakit tumornya, dan tidak akan lama lagi. Karen
masih berharap ayahnya akan meminta maaf atas segala hal yang diperbuatnya.
Sementara itu, sejak Martin sakit, ibu Karen mencari temanteman lamanya, yang
beberapa di antaranya turut berpartisipasi dalam penganiayaan terhadap Karen,
dan Karen berkali-kali mendapatkan telepon aneh. Dia takut mereka akan
memburunya karena dia bercerita kepadaku.
"Seseorang menelepon saya tadi malam dan menanyakan nama gadis saya, tertawa,
lalu menutup telepon. Saya juga mendapatkan telepon lain. Itu membuat saya
ketakutan. Seseorang mengancam akan menyakiti saya jika saya tetap menemui Anda.
Saya ketakutan. Saya khawatir mereka akan menganiaya anakanak saya." Karen
bergerak-gerak canggung di kursinya. Aku memikirkan apakah orangorang yang
pernah menganiaya Karen masih berkeliaran. Kukira sebagian besar dari mereka
telah meninggal. "Kamu sebaiknya membicarakan telepon yang
mengganggu ini dengan Detektif Flaherty," aku menyarankan. "Baiklah."
Aku menggeleng saat dia meninggalkan kantorku. Itulah yang kami butuhkan alasan?baru baginya untuk takut menemuiku.
PADA 20 April 1994, aku menjalani hari pertamaku sebagai staf direktur medis
untuk Program Medicare. Ini adalah sebuah langkah besar bagiku. Aku telah selama
beberapa tahun berpikir untuk beralih ke bidang kedokteran administratif. Aku
bercita-cita menjadi kepala bagian psikiatri di sebuah rumah sakit, namun berkat
jabatanku sebagai ketua Illinois Psychiatric Society, aku bertemu dengan
direktur medis Medicare, seorang dokter berusia sekitar sepuluh tahun lebih tua
dariku dan telah bekerja di bidang administrasi sepanjang kariernya, dan dia
memintaku untuk melamar sebagai stafnya. Bagiku, ini seperti kembali ke sekolah
kedokteran; pekerjaan ini tidak di bidang psikiatri, tapi mencakup semua ilmu
kedokteran. Ketika direktur medis itu pertama kali menyarankan kepadaku untuk melamar, aku
menolaknya. Aku membenci Medicare; yang kutahu tentang perusahaan ini hanyalah
bahwa mereka membayar para dokter dengan angka yang rendah. Tetapi, kami
mengobrol dengan baik. Setelah memikirkannya semalaman, aku menyadari bahwa ini
adalah jabatan yang lebih baik daripada kepala bagian, sehingga aku pun melamar.
Dalam jabatanku di Medicare, alih-alih merawat pasien secara individual, aku
mengurus sistem tunjangan kesehatan. Jumlah pasien yang berada di bawah
perawatanku melonjak dari sekitar seratus menjadi 2,3 juta. Aku tidak pernah
melihat seorang pun dari 2,3 juta pasien tersebut, tapi semua yang kulakukan
memengaruhi mereka. Alihalih memberikan perawatan, aku mengembangkan tata tertib
untuk penyelenggaraan perawatan kesehatan. Ini akan menjadi fase berikutnya
dalam perjalanan karierku.
Sembari bekerja di Medicare, aku dapat terus menemui pasien-pasienku selama
setengah hari dalam seminggu, dan Karen tentunya menjadi salah seorang pasien
yang tetap kupertahankan. Meskipun berat, aku harus merujuk pasien-pasienku yang
lain ke psikiater lain. Beberapa di antara mereka telah kutemui selama
bertahuntahun, dan rasanya sungguh tidak adil untuk menghancurkan hubungan kami,
meskipun aku telah lama memperingatkan mereka untuk bersiap-siap. Kami semua
merasa sedih. Aku akan merindukan para pasienku. Satu atau dua kali sehari di ruang praktikku
akan terasa adanya hubungan yang kuat dan menggerakkan dengan seorang pasien
yang menyentuh kami secara mendalam. Biasanya, hal ini melibatkan pemahaman pada
perjuangan sensitif, perasaan atau tindakan maladaptif, yang ternyata telah
diajarkan kepada mereka sejak lama, diketahui karena keharusan, dan akhirnya
dipahami dan dimaklumi. Sebaliknya, kompensasiku karena mengikuti program
Medicare adalah pembelajaran yang tak ada habisnya. Aku harus mengetahui semua
teknologi pengobatan terbaru untuk memutuskan apakah yang akan ditanggung oleh
Medicare, dan aku harus mempelajari kasus-kasus dari semua tipe praktik
kedokteran. Aku berharap posisi baruku ini akan terus membuatku bersemangat.
KAREN TERUS-MENERUS kehilangan waktu pada saat yang tidak dapat diperkirakan,
meskipun sepertinya kejadian ini tidak berdampak buruk baginya. Karena dia
merasa tertekan akibat hilangnya waktu dalam kehidupannya, aku ingin mencari
cara untuk berkomunikasi dengan sosoksosok lain dari dirinya yang masih
tersembunyi. Teknik standar untuk melakukan hal ini adalah menggunakan hipnosis
dan berkomunikasi dengan kepribadian-kepribadian lainnya, sementara si pasien
berada dalam kondisi terhipnosis.
Sulit untuk merumuskan secara pasti apa yang terjadi dalam proses hipnosis.
Meskipun hilangnya kesadaran akibat hipnotis telah dijelaskan selama berabadabad dan dipelajari di bidang kedokteran selama lebih dari seratus tahun, tidak
ada cara untuk mengukurnya, tidak ada tes diagnosis yang dapat dengan tepat
mengatakan, ya, dia telah berada dalam keadaan trance.
Pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Positron-Emission Tomography
(PET) hanya menunjukkan sedikit perbedaan antara hipnosis dan berimajinasi
dengan mata terpejam. Tetapi, riset menunjukkan bahwa orangorang yang berada di
bawah hipnosis memang bertindak dengan cara berbeda. Meskipun kata "hypnosis",
yang pertama kali digunakan pada 1820 oleh seorang dokter dari Prancis, berasal
dari bahasa Yunani yang berarti "tidur", hipnosis berbeda dan sama sekali tidak
terkait dengan tidur. Kajian eiectroencephaiogram menunjukkan bahwa setiap
individu yang berada dalam kondisi trance sesungguhnya masih sadar, dan mereka
mengalami kesadaran yang relaks. Perhatian mereka mungkin terfokus pada katakata
si penghipnosis sehingga mereka mengabaikan
segala sesuatu yang lain, atau perhatian mereka mungkin terfokus secara
internal, jauh ke dalam diri mereka sendiri, menuju alam bawah sadar yang secara
wajar tidak dapat mereka tembus.
Kemampuan seseorang untuk dihipnosis dapat digolongkan dalam sejumlah tolok ukur
psikologi, dan pasien penderita MPD secara umum dapat dan mudah dihipnosis.
Tetapi, aku masih tidak yakin akan melakukannya dengan Karen karena ketakutanku
akan apa yang tidak kuketahui. Dan, mungkin aku juga takut diriku tidak cukup
ahli dalam melakukan hal ini. Bagi pasien, hipnosis adalah bakat; bagi ahli
terapi, ini adalah seni. Hipnosis juga memutar balik posisi yang selama ini kuusahakan untuk kuterapkan
bersama Karen. Aku selalu berusaha membiarkan Karen mengendalikan sesi kami
dengan tidak turut mencampuri apa yang muncul secara spontan dari dalam dirinya.
Tetapi, dalam proses hipnosis, aku akan memimpin dan membimbingnya melewati
pengalaman trance, mengendalikan perhatiannya pada apa yang kukatakan atau
kusuruh. Aku bisa berusaha menekan suruhanku seminimal-minimalnya, namun tetap
saja ini adalah sebuah perubahan signifkan dari tindakan kami selama ini.
Setelah memikirkan hal ini, kurasa telah tiba saat bagiku untuk mencobanya. Aku
tahu bahwa Karen sudah siap; aku lebih mengkhawatirkan diriku. Apakah aku siap"
Aku menyarankan kepada Karen untuk memulai latihan relaksasi supaya dia terbiasa
dengan proses mengendurkan ketegangan dan mengundurkan diri, yaitu secara lebih
dalam memasuki dirinya dan lebih banyak bersentuhan dengan alam bawah sadarnya.
Sebuah teknik untuk mencapai trance hipnotis yang
kadangkadang digunakan adalah menyuruh pasien membayangkan sebuah tempat yang
memiliki asosiasi aman dan nyaman, lalu menempatkan dirinya di sana. Karen
memilih sebuah tempat yang diingatnya dari masa kecilnya: sebuah ruangan sempit
di balik dinding di belakang lemari ruang tamu yang bisa dimasuki dengan cara
merangkak. Kakeknya membuka area di bawah tangga saat memperbaiki pipa. Tidak
seorang pun pernah menemukannya saat dia bersembunyi di sana. Dia memenuhi
tempat itu dengan boneka dan mainan yang disukainya. Ini adalah tempat yang
kuminta dibayangkannya saat aku akan menghipnosis dirinya.
"Kamu akan baik-baik saja," ujarku pada 21 April 1994, saat kami memulai proses
itu. "Jangan khawatir; kita mungkin akan mencoba beberapa kali sebelum ini
berhasil." Karena mengetahui bahwa pasien MPD diyakini dapat dihipnosis, aku
tidak meragukan bahwa aku akan dapat menghipnosis Karen. Aku hanya tidak yakin
mengenai apa yang akan terjadi jika aku berhasil melakukannya.
"Carilah tempat yang nyaman di kursimu," aku memulai, "dan pejamkan matamu."
Karen mencari posisi yang nyaman dan mulai tampak rileks. Aku tidak yakin
siapakah di antara kami yang lebih gugup; kurasa aku.
"Tarik napas dalam-dalam dan perlahan-lahan ... rasakanlah ketegangan keluar dari
tangan dan kakimu ... sekarang tungkai dan lenganmu ... seluruh keteganganmu
mengalir keluar melalui jemari tangan dan kakimu ... bahu dan lehermu terasa
lemas, dan tubuhmu terasa ringan." Aku memerhatikan bahasa tubuh Karen untuk
memastikan dia mendengarkanku, dan aku berusaha tidak memaksakan kemampuannya
untuk merilekskan diri berdasarkan pengarahanku. Saat mengulangi instruksi tersebut kepadanya dengan
lembut dan perlahan, aku melihat tubuhnya seakan-akan melumer di kursi.
"Rasakanlah dirimu terjatuh begitu dalam memasuki tubuhmu ... lebih dalam, lebih
dalam ... lebih rileks, jauh lebih rileks ... dan kamu berada di ruangan mungilmu
yang aman ... semua benda di dalam ruangan itu tampak nyata ... kamu bisa melihat
warna dan teksturnya, dan mereka mendatangkan kenyamanan bagimu. Tidak ada yang
bisa menyakitimu di tempatmu yang aman." Aku diam selama beberapa saat. "Apakah
kamu ada di sana?" Karen mengangguk perlahan. "Saya ada di sini," ujarnya, menyeret katakatanya,
bergumam, seolaholah berbicara dalam tidur.
"Apakah yang kamu lihat?" tanyaku.
"Saya melihat dua buah boneka saya, Raggedy Ann dan Raggedy Andy
"Apa lagi?" tanyaku.
"Selimut dan buku-buku saya." Aku membiarkannya beristirahat sejenak di sana.
"Kamu mungkin tidak memerhatikannya sebelumnya," ujarku, membangun sebuah
struktur yang akan menunjang keberhasilan wawancara hipnosis kami, "tapi ada
sebuah pintu lain menuju tempat amanmu itu. Melalui pintu ini, kita bisa menemui
beberapa sosok yang ada di dalam dirimu. Apakah kamu melihat pintu itu?"
"Ya," Karen berujar perlahan.
"Bisakah kamu menggambarkannya untuk saya?" tanyaku.
"Pintu itu kecil, dan punya banyak lubang kunci," katanya. Lubang kunci ini ?menarik.
"Apakah menurutmu kamu bisa membuka kunci itu
jika kamu mau?" Karen terdiam; wajahnya menampakkan ekspresi ragu-ragu. "Sepertinya bisa,"
katanya, akhirnya. "Jika kamu merasa cukup nyaman, maju dan bukalah kunci itu, lalu longokkanlah
kepalamu ke dalam. Ceritakanlah kepada saya apa yang kamu lihat." Aku menentukan
apa yang akan kulakukan seiring perjalanan kami, namun aku ingin Karen memiliki
mekanisme untuk menemui kepribadian-kepribadiannya yang lain. Aku bersandar di
kursiku dan menanti Karen melakukan apa pun yang harus dilakukannya untuk
mengerjakan tugas ini, jika dia mau melakukannya. Jantungku berdegup lebih
kencang saat aku menunggunya membuka pintu, namun aku harus menjaga supaya
suaraku tetap terdengar tenang dan berkesan positif. Rasanya aku menunggu sangat
lama. "Saya sedang melongok," kata Karen, lalu dia terdiam.
"Apa yang kamu lihat?" "Saya melihat sosoksosok orang." "Bisakah kamu
menggambarkan penampilan mereka?" "Berbeda ... ukurannya berbeda ... ada yang
jangkung, ada yang pendek ... anakanak?" "Berapa jumlah mereka?"
Karen terdiam. Apakah dia sedang menghitung" "Sebelas," katanya. "Apa lagi?"
"Beberapa orang menyebutkan namanya kepada saya. Ada seorang pria, yang
jangkung, katanya namanya Holdon. Ada juga si kecil Claire dan Katherine.
Katherine kurus dan lebih besar. Ada seorang remaja lakilaki bernama si Pemarah,
dan seorang anak perempuan yang
memakai baju lakilaki. Holdon membungkam mulut si Pemarah."
Aku terpana mendengar apa yang diungkapkan oleh Karen, tapi aku melihatnya
sedikit bergerak-gerak di kursinya, seolaholah dia mulai merasa tidak nyaman dan
kelelahan. "Apakah kamu ingin kembali ke ruangan mungilmu sekarang?" tanyaku.
Karen mengangguk. "Bagaimana kalau kamu melambai kepada mereka, dan memberi tahu mereka bahwa kamu
akan segera menjumpai mereka lagi?"
Aku dapat melihat di wajah Karen saat dia mengerjakan instruksi ini dalam
keadaan trance. "Bagaimana kalau kamu maju dan menutup pintu, lalu menguncinya, dan kembali
bersantai di ruangan kecilmu." Karen tampak lemas di kursinya. Aku memberinya
waktu sejenak. "Kamu akan kembali ke kantor ini bersama saya saat saya
menghitung mundur dari lima ke satu. Lima ... empat ... tiga ... dua ... satu." Karen
perlahan-lahan membuka matanya, seolaholah dia baru saja tidur selama berjamjam.
Dia tampak bingung dan memicingkan mata untuk membiasakan diri dengan cahaya di
kantorku. Dia juga tampak malu. Aku tersenyum kepadanya.
"Apa yang terjadi?" tanyanya malu-malu.
"Apa ada yang kamu ingat?" tanyaku.
"Saya tidak yakin. Saya ingat melihat sesuatu, tapi saya tidak ingat apa itu."
"Saya rasa ini berjalan dengan sangat baik," ujarku. "Kamu bisa melihat beberapa
sosok di dalam dirimu, dan kamu memberi tahu saya tentang mereka. Lagi pula,
mereka sepertinya cukup ramah."
Aku sangat senang, betul-betul lega, mendapati semua ini berjalan dengan baik,
dan bahwa Holdon bisa mengendalikan si Pemarah. Karen tersenyum lemah.
Keseluruhan proses hipnosis ini hanya berlangsung selama lima belas menit, namun
sepertinya jauh lebih lama.
"Saya rasa kita membuat awal yang bagus," kataku.
Beberapa menit kemudian, Karen keluar dari kantorku, masih merasa sedikit
bingung. Aku menenangkan diri di kursiku, juga merasa bingung.[]
10 Perkenalan-pcrkenalan PADA SESI berikutnya, kami mencoba hipnosis lagi, namun tidak berhasil. Karen
bergerak-gerak tidak nyaman di kursinya. Keningnya dipenuhi kerutan cemas. Saat
mengalami trance, dia tidak dapat tenggelam terlalu dalam; mungkin garagara aku
memburu-burunya. Dia bilang Claire ingin berbicara, tapi tidak mau keluar.
Kupikir mungkin akulah yang gugup, dan dia merasakannya. Aku meyakinkannya bahwa
Claire bisa keluar kapan pun dia suka, dan jika hari ini dia takut, masih akan
ada banyak kesempatan baginya untuk berbicara kepadaku. Kami mengakhiri sesi
hipnosis itu setelah hanya beberapa menit. Aku perlu memastikan bahwa diriku
telah memberinya lingkungan yang aman, tenang, dan dapat diandalkan sebagai
tempatnya mengalami trance hipnotik. Aku berjanji akan melakukannya secara lebih
baik pada waktu yang akan datang.


Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada sesi selanjutnya, Karen terlambat sepuluh menit dan muncul dengan mata
basah. Dia terburu-buru duduk di kursinya, tampak seolaholah meragukan keadaan
di sekelilingnya, dan mengatakan bahwa dia tidak dapat menemukan kantorku. Dia
sangat cemas namun tidak dapat mengatakan alasannya. Aku mengatakan bahwa kami mungkin akan menemukan apa
yang membuatnya gelisah jika kami bisa berbicara dengan sosoksosok lain di dalam
dirinya. Dia setuju, lega karena akan dialihkan dari keadaan yang membuatnya
tertekan saat ini. Aku menggunakan prosedur relaksasi yang sama dengan
sebelumnya, memintanya sedalam mungkin memasuki dirinya. Setelah dia sepenuhnya
berada dalam kondisi trance hipnotik, ekspresi wajahnya berubah-ubah dengan
cepat, dan sepertinya beberapa suara bergiliran berbicara.
"Sakit!" "Kita harus mati jika dia mati." "Yang lain muncul dan lahir."
"Rasa sakit ini hanya akan hilang jika kau mati." "Katanya, Tuhan
memerintahnya." "Seumur hidupnya, dia berharap ayahnya mati; karena itu/ah dia harus bunuh diri
terlebih dahulu." Karen sedang berbicara dengan dirinya sendiri, atau ada kepribadiankepribadiannya yang berbicara secara serentak kepadaku. Dia berkali-kali
memekik, menggerutu, memperingatkan, dan meramalkan.
Semua ini membuatku ngeri. Aku mengatakan kepada Karen, yang masih berada di
bawah hipnosis, dan kepada siapa pun sosok lain yang mendengarkan, bahwa dia
tidak harus mati. Aku menekankan bahwa dia bisa saja membiarkan ayahnya
meninggal dan melanjutkan kehidupan tanpanya. Karen tidak menanggapi, tapi aku
dapat melihatnya semakin rileks, dan ketika aku membangunkannya, seluruh
kecemasannya telah menghilang. Aku tidak yakin sosok mana yang menghadiri sesi
itu. Aku ingin melanjutkan menggunakan terapi
hipnosis, namun peristiwa lain menghentikan kami. Ayah Karen meninggal seminggu
berikutnya. Setelah kematian ayahnya, Karen mulai menulis surat untukku. Aku mengatakan
Karen, namun aku curiga surat itu ditulis sebagai usaha bersama. Surat pertama
yang diberikannya kepadaku dibuat dengan tulisan tangan orang dewasa yang
berbentuk bulat bersambung, tertanggal 14 Mei 1994.
Yang terhormat Dr. Baer, Pada hari pemakaman ayah saya, saya bangun kesiangan dan merasa bingung. Saya
kehilangan waktu saat tidur dan sesudah terjaga; sebagian dari kami tidak tidur.
Di gereja, saya merasa lemas dan tidak bisa berkonsentrasi pada upaca ra.
Setelah itu, saya mengemudi sendiri ke kuburan, dan saya kehilangan waktu saat
mengikuti upacara pemakaman. Selama waktu ini, kami semua muncul bergantian,
berkomentar dan memerhatikan keadaan. Saya menjauhkan diri dan menyaksi kan
semua ini terjadi. Upacara itu berlangsung selama sekitar lima belas menit, dan
ini/ah yang saya dengar dikatakan oleh yang lain.
Karen Boo, "Szeretlek!" [Aku sayang kamu!]
Claire (kepada Holdon), "Apa kamu yakin dia ada di sana" Apa ini permainannya
lagi" Di dalam situ pasti gelap. Apa kamu yakin kita tidak akan disakiti" Aku
masih takut." Holdon, "Dia tidak bisa menyakiti kita lagi. Dia sudah meninggal, pergi
selamanya. Ingat apa yang dikatakan Dr. Baer, 'tidak ada yang namanya hantu'."
Si Pemarah, "Kuharap dia membusuk di neraka. Ayo buka petinya untuk memastikan
dia ada di sana." Sidney, "Bolehkah aku mengambil salib itu" Apakah air suci itu melindunginya?"
Karen 1, "Aku tahu bahwa dia masih bisa menyakitiku. Dia tidak pernah minta
maaf. Bagaimana bisa dia tidak minta maaf" Mungkin Tuhan tidak
memerintahkan padanya agar melakukan semua itu. Mungkin aku salah.
"Sandy, "Ini sangat menyedihkan. Sedih, sedih, sedih: aku merasa depresi. Dia
selalu menyayangiku. Aku tidak bisa hidup tanpa dirinya."
Julie, "Aku masih kesakitan. Aku tidak bisa merasakan kakiku. Aku tidak bisa
bernapas. Aku ingin mati."
Karen 2, "Meninggal ada/ah bagian dari kehidupan. Kita harus melanjutkan
kehidupan. Kita bisa memiliki masa depan hebat jika mau berusaha."
Katherine, "Menyedihkan seka/i melihatnya meninggal seperti ini. Tidak mau
mengakui kesalahannya kepada dirinya sendiri ataupun orang lain. Dia selalu
menyangkal. Kurasa ti dak ada seorang pun yang sungguhsungguh mencintainya. Aku
tidak akan merindukannya. Aku harus menangani detai/detai/nya. Tidak punya
banyak waktu. Harus pergi. Harus memerhatikan."
Karen 3, "Kenapa aku tidak merasakan apa pun" Kenapa mereka menangis" Tidakkah
mereka lega" Ada kurang dari dua puluh orang di sini. Tidak ada yang benar-benar
peduli." Surat ini sepertinya merupakan rangkuman dari reaksi Karen, tepatnya reaksi
seluruh dirinya, atas kematian ayahnya. Aku sangat tertarik untuk memerhatikan
bahwa sosoksosok yang berbeda dari diri Karen sepertinya beroperasi sendirisendiri, namun kekhawatiran mereka mencerminkan perkataan Karen kepadaku pada
berbagai kesempatan yang berbeda.
Karen mengirimkan kartu ucapan kepadaku dua hari kemudian untuk berterima kasih
atas dukunganku saat dia menghadapi kematian ayahnya. Dia menutup kartu itu
dengan ucapan, "Saya merasa seolaholah beban yang berat telah terangkat dari
bahu saya, tapi pada saat yang sama, saya juga ketakutan. Saya benar-benar tidak
tahu bagaimana cara menjalani kehidupan. Saya mohon, jangan pernah tinggalkan
saya." KAREN YANG datang menemuiku adalah kepribadian yang mencari pertolongan. Sebuah
surat lain dikirim dengan cap pos bertanggal dua hari setelah surat sebelumnya.
Dokter Baer yang baik. Kata Miles, aku tidak boleh bicara denganmu karena kamu akan menyakiti kami,
katanya kamu akan menawakanku. Aku mau bilang soal diriku padamu. Aku lahir pada
29 Oktober 1967 saat hari komuni Karen. Karen disakiti. Karen mati hari itu dan
aku lahir. Sara akan disakiti hari itu juga karena kata Tuhan ini harus dilakukan kalau
kamu mau masuk surga. Bisakah kamu menghentikan orang itu.
Claire Miles" Siapakah Miles" Claire masih terpaku pada masa lalu saat pria-pria yang
akan menyakitinya bisa datang kapan saja.
SEBAGAI KONSEKUENSI atas kematian ayahnya, beberapa sosok dalam diri Karen mulai
terungkap. Karen mulai mengalami gejala-gejala yang tidak dapat dijelaskan. Dia
mendapatkan ruam-ruam yang berkali-kali hilang dan timbul di tubuhnya, lesu,
pembengkakan dan rasa nyeri di kakinya yang ternyata diderita oleh Julie datang
dan pergi dalam hitungan menit. Dia menderita sakit kepala yang tak kunjung
reda, dan dokternya memerintahkannya menjalani scan untuk melihat penyebabnya. Kata Sandy,
dia menderita "pembengkakan otak".
Terdapat sosoksosok dalam diri Karen, terutama Julie dan Sandy, yang memiliki
hubungan sangat dekat dengan orangtuanya, dan merasa sangat sedih akibat ayah
mereka meninggal dan ibu mereka berlibur ke Hongaria. Reaksi mereka adalah
dorongan untuk menciptakan kembali rasa sakit dan rasa malu yang selama ini
mengikatkan mereka dengan orangtua mereka. Akibat hal ini, Karen melaporkan
bahwa dia telah secara sengaja mengusik suaminya supaya dia dibentak dan
dipukuli. Orangtuanya selalu mengatakan kepadanya bahwa dia harus menderita,
katanya. Itulah caranya untuk mendekatkan diri kepada ayah dan ibunya: melalui
penderitaannya. Sekarang, setelah kedua orangtuanya pergi, ayahnya meninggal dan
ibunya berlibur ke Hongaria, sebagian dari dirinya berusaha lebih menderita
sebagai simbolisasi untuk menyatukan mereka kembali.
Aku menerima sebuah surat lain pada 14 Juni, kali ini dari Katherine. Tulisan
tangannya lagi-lagi berbeda. Ini adalah tulisan tangan wanita, dengan
lengkungan-lengkungan mungil di awal sebagian besar huruf kapital, yang bergaya
kuno dan berbeda dengan tulisan Karen.
11 Juni if 94 Yang terhonnat Dr. Baer, Nama soya Katherine. Saya adalah bagian doti sistem. Saya bertanggung jawab atas
semaa anakanak dalam sistem ini. Hal-hal menyakitkan telah menimpa saya, dan
saya menanganinya sebaik kemampuan saya. Begitu banyak rintangan menghalangi
langkah saya, dan saya tidak mengetahui penyebabnya. Masalahmasalah ini bukanlah
sekadar ketidakadilan nasib. Saya terpilih untuk menanggungnya. Saya lahir
ketika Karen berusia salu tahun. Sayalah yang menyuruhnya kabur dari rumah
orangtuanya saat dia berusia tujuh belas tahun. Sayalah yang bekerja sebagai
sekretaris Kejadiannya pada 1997. Sistem kami memiliki beberapa orang anakanak
(Claire, 7 tahun; Miles, 8 tahun; Sidney, S tahun; Karen Poo, 2 tahun; Julie, 13
tahun; dan Karen 1). Saya dan Holdon menjaga supaya anakanak ini bersikap baik.
Masingmasing dari mereka telah mengalami trauma yang parah. Saya ingin
menjelaskan dengan sebaik-baiknya tentang pengetahuan saya mengenai alasan
keberadaan mereka Claire 7 tahun Meskipun baru berusia tujuh tahun, Claire tidak pernah ? ?bertambah tua Claire lahir pada Hari Komuni Karen, saat ayah Karen memasukkan
sebuah salib ke dalam vaginanya sambil berdoa kepada Tuhan dan memercikkan air
suci ke seluruh tubuhnya untuk mengusir iblb yang berada di dalam dirinya. Karen
tidak mampu menahan rasa sakitnya, sehingga Claire pun tercipta. Claire
membutuhkan kasih sayang dan kehangatan
Miles 8 tahun Miles tidak bisa memercayai siapa pun, namun telah mengembangkan
? ?perasaan terhadap Anda, Or. Baer Miles tercipta untuk menahan amarah Dia tidak
ingin seorang pun mengetahui tentang sistem kami. Dia selalu kesakitan. Miles
sangat ingin membunuh kami semua. Miles lahir pada 1967; dia berusia enam tahun
saat lahir, bertambah besar hingga 1969, dan pertumbuhannya berhenti pada usia
delapan tahun ketika ritual penganiayaan dimulai. Miles terlahir dengan jenis
kelamin lakilaki dan tidak suka berada di dalam tubuh perempuan Jika mendapat
kesempatan, dia akan menyakiti Anda, terutama jika Anda menyakitinya terlebih
dahulu. Sidney S tahan-' Sidney kaos perhatian. Dia mencari untuk membahagiakan orang
?lain. Dia berbohong untuk melindungi Korea. Sidney pintar mengelabui orang lain.
Dia suka bersenang-senang saat tidak seorang pun melihatnya. Sidney lahir peda
1962 ketika Karen berumur tiga tahun. Ayah Karen menakut-nakutinya, dan dia
berak di celana. Ayahnya mengambil beraknya dan menyuruhnya memakannya. Sidney
lahir untuk mewakili Karen dan berpurapura ayahnya tidak melakukan apa pun
kepadanya. Karen Boo 2 tahun lahir pada 19d0; dia berusia dua tahun saat lahir. Karen Boo
? ?tidak memahami bahasa Inggris, hanya bahasa Hongaria. Karen Boo menderita rasa
sakit yang parah di kepala dan kakinya. Dia mengambil alih rasa sakit itu dori
Karen selama operasi tumor, saat dia mendengar orangtua Karen akan menyerahkan
Karen untuk diadopsi oleh orang lain. Karen berpurapura tidak memahami bahasa
Inggris, dan Karen Boo pun lahir. Karen Boo mengambil alih rasa sakit ketika
ayah Karen mencekik dan mengikat kaki, tangan, dan mulut Karen dengan lakbon
untuk membunuhnya. Karen Boo jugalah yang diempaskan ke dinding setelah
menjalani operasi. Karen Boo buruk rupa, menderita tumor, tidak seorang pun
menyayanginya, dan semua orang mengolok-oloknya. Tidak seorang pun mau memeluk
dia Julie 13 tahun Julie lahir pada usia tiga belas tahun pada 1970, ketika ayah
? ?Karen meminjamkan Karen kepada temannya untuk seks. Keren berumur sebelas tahun
ketika itu. Julie tidak bisa menggerakkan kakinya karena beban semua pria yang
menindihnya. Julie takut pada pria, takut pada kegelapan, dan muat saat melihat
darah Julie menderita asma dan tidak bisa bernapas dengan lancar. Julie tidak
bisa berjalan. Alasan keberadaan Julie adalah untuk menghapuskan ingataningatan
ini dori diri Karen. Kasa sakit yang diderita
Julie terlampau parah, sehingga dia kini sekaret.
Karen 1 10 tahun Karen 1 lahir pada 19d0, saat Karen berumur sepuluh tahun. ? ?Keren diperkosa dan secara sadis disiksa oleh seudara lakilaki neneknye,
Constentine. Keren 1 mengambil alih be bon ini. Keren 1 sengat sensitif den
pemalu; dia ingin tetap menjadi enak-enak dan tidak mau tumbuh. Dia menderite
sakit kepela yang parah Dia sangat kesepian, dan dia merasa tidak seorang pun
menyukeinyo, termasuk Anda. Dia mengikat eraterat dado Karen dengen perban,
menyebabkan payudaranya yang ban/ tumbuh teraso nyeri. Dia sangat takut pada
kebisingen den cukup sering terkejut. Dia membenci ayah dan kakeknya. Kakeknya
menggunekon topeng badut untuk menokut-nokutinyo dan menganiaya Karen. Keren 1
membenci badut dan motif polkadot.
Soya harap informasi ini berguna bagi Anda dalam merawat Karen. Meskipun saya
sepenuhnya memehomi den memercayai Anda dalam menggunekon informasi ini, saya
resa Keren belum siap mendengernye. Entah dengen cere ope, suetu hari nanti,
saya berherop kita dapat berbicara. Meskipun saya mendenger apa pun yang
dikatakan kepeda Karen, dia tidak mengetehui sedikit pun tenteng pikiran ataupun
tindoken soye. Dengen hormat, Katherine Aku menuruti nasihat Katherine dengan tidak menunjukkan suratnya kepada Karen
kali ini. Surat itu berisi informasi yang selama ini tidak ingin diketahui oleh
Karen, dan aku tidak yakin apakah dia akan mampu mendengarnya. Informasi
mengenai Miles membuatku resah. Dia sepertinya berbahaya dan tindakannya tidak
dapat diperkirakan. Dan, terdapat pula beberapa sosok, terutama Julie dan Karen
Boo, yang sepertinya bertindak sebagai penanggung rasa sakit. Apakah yang akan
terjadi jika aku mengenal mereka" Informasi tentang Karen yang baru saja
kudengar sungguh menarik sekaligus mengerikan.
KETIKA ITU Juli 1994, dan Karen beralih berkali-kali sepanjang hari. Mungkin dia
selalu begitu, namun dia lebih menyadarinya sekarang. Dia kesulitan
mengendalikan diri, nyaris seolaholah dirinya terkoyak-koyak akibat peralihan
dan kebingungan yang terjadi di dalam dirinya. Pada akhir Juli, dia mengakhiri
sebuah sesi dengan tangisan yang tak bisa ditahan lagi; dia kesakitan, menderita
sakit kepala parah, frustrasi serta kelelahan akibat semua yang dilaluinya.
Sebuah surat dengan tulisan tangan Katherine tiba dua hari kemudian.
yang terhormat Dr. Baer, Seye sangat menyesel karena tidak menaik sarat ini lebih eepet, topi saya cakap
sibuk. Anda tahu, ada banyak masalah di dalam sistem, den saya berherap Anda
dapat meneleng memeeehkennye. Keren teramat sangat membutuhken pertolongen, den
saya bersyukur kepedo Tuhan karena Anda meneleng kami dori luar. Pekcrjoen di
teko obat tidak cocok untuknya. Saya memutusken untuk tidok membontunye,
sehingge Miles den Sidney beker/e di sono. Mereke tidok mampu menengeni
pekerjean semecam ini; Mies tidok bisa menata barang-barang, dan Sidney suka
mencuri. Ini harus dihentiken.
Itulah yeng terjedi seleme ini. AAiles cukup ektif ekhir-ekhir ini; die muncul
lebih sering deripede biesenye. Die berusehe senget keras untuk membetesi terapi
Ande berseme Keren. Mles menyodori behwe dia tidak mampu berseing, den untuk
perteme kulinya dia diam se/o. Saya yakin dia mulai menyukei Ande. Teruskenleh
prestesi bogus Ande ini. Seye den Holdon beruseho menjeleni semua kegieten den memenuhi janji temu, nemun
kemi menghedepi kesulitan yang sangat beser.
Dengen hormet, Ketherine Rasanya menyenangkan memiliki Katherine sebagai sekutuku di dalam. Jadi, Miles
menyukaiku. Itu bagus. Dia cukup menakutkan selama ini. Penting bagiku untuk
berteman dengannya agar upaya Karen untuk menyakiti dirinya sendiri berkurang.
Aku mulai menerima surat dari beberapa kepribadian Karen yang lain.
Korespondensi ini menjadi pertolongan besar bagiku. Surat-surat itu lebih sering
diposkan, namun Karen kadangkadang menyerahkannya sendiri kepadaku tanpa
membukanya terlebih dahulu. Dia biasanya menemukan surat-surat itu diletakkan di
dekat kunci mobilnya, dan dia tahu bahwa dia harus menyerahkannya kepadaku.
Sebuah surat yang meresahkan datang dari Claire, menjelaskan tentang Karen yang
terburu-buru pergi seusai sesi sebelumnya.
Dokter Baer yang baik. Maaf karena aku menangis dan lari keluar dari kantormu. Aku tidak tahu bahwa aku
harus membayar untuk bicara denganmu. Aku sedih. Kupikir kamu tidak mau bicara
denganku. Kurasa aku ingin mati sekarang. Orangorang lain itu membayar untuk
menyakitiku. Apa kamu juga mau menyakitiku"
Claire Dua hari kemudian, sebuah surat lain tiba. Alamat Karen terdapat pada amplopnya,
ditulis dengan huruf kecil, rapi, dan rata menggunakan pensil. Aku harus
mengakui, aku menunggu datangnya setiap surat dengan khawatir sekaligus
penasaran. Surat ini berbunyi sebagai berikut:
Dr. Baer yangbaik. Namaku Miles, aku berumur 8 tahun. Rambutku hitam dan mataku biru. Aku galak.
Aku bisa mengatakan hal yang bisa kamu bayangkan. Aku keras, dingin, dan gelap.
Satusatunya saat kamu bisa mendengarku adalah saat kita membicarakan soal sekte.
Seringnya, suarasuara lain berbicara untukku, terutama Holdon dan Sidney. Kata
Holdon, secara sosial aku tidak layak bicara. Aku harus diam supaya orang lain
menyukai kami. Aku kesakitan terus. Kata mereka aku nakal dan seharusnya tinggal
bersama orangorang jahat. Kata mereka jika aku mengatakan kepada orang lain,
mereka akan kembali serta membunuhku dan orangorang yang kusayangi. Aku
menjalani ritual agar Karen tidak merasa sakit. Aku terbuat dari tiga sosok yang
berbeda. Aku dan Elise, dia memisahkan hafoal yang berkaitan atau tidak
berkaitan dengan sekte dariku. Kari menangani tugas seharihari. Sekarang aku
lelah.

Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Miles Aku membaca kembali surat Karen yang menjelaskan kesebelas kepribadiannya. Miles
menjadikannya dua belas, sekarang Kari dan Elise menjadikannya empat belas. Aku
memikirkan apakah ada lebih banyak kepribadian lagi, dan berapakah jumlah
keseluruhannya. Sepertinya untuk saat ini, kepribadian-kepribadian lainnya
berangsur menampakkan diri, dan cara terbaik mereka untuk berkomunikasi adalah
melalui surat-surat ini. Mereka semua sepertinya
berusaha menolongku bahkan Miles. Keuntungan utama dalam berpegang teguh pada ?teknik psikoterapeutik standar yang artinya tidak mengarahkan, menekan, atau
?menyentuh Karen adalah aku mengembangkan sebuah hubungan yang bisa dipercaya
?dengan semua sosok di dalam dirinya secara individual, selama mereka
memerhatikan perawatanku terhadap Karen.
Beberapa hari kemudian, aku menerima sebuah amplop dengan dua buah surat di
dalamnya: yang pertama dari Katherine, dan yang kedua dari Holdon. Dua-duanya
berusaha memberitahuku tentang arsitektur di dalam diri Karen, tempat mereka
menjadi bagian darinya. Aku mulai bisa mengenali perbedaan tulisan tangan
mereka. Surat Katherine berbunyi sebagai berikut:
yang terhormat Dr. Beer, Seye berherep Ande toleh menerime informasi yang toleh seye kirim untuk Anda.
Saya berherap informesi tersebut berguna. Seperti yeng teteh saya jenjiken, seye
eken menjelaskan kepede Anda tenteng beberapa sosek lain yang ada di dalam
Jufionn berumur IS tahun, dia anggota terbe/v dalem keluerga kami. Dia memiliki
energi yeng beser dan diperluken untuk membentu anakanak di dalam. Satusatunya
meseleh edeleh Julien tidek terlelu rapi....
... Miles lembet leun terbiasa dengen Anda. Kari berumur Iff tehun dan berbieere
kepede Keren fl di delem. Elise berumur 8 tehun den sengot pemelu. Dia sangat
gugup saat mengetehui bahwa Miles meneeriteken tenteng dirinye kepede Ande. Dia
ingin ditinggalkan sendirien.
Surat Holdon berbunyi sebagai berikut
Yang terhormat Dr. Baer, Saya hanya ingin memberi tahu Anda bahwa semua sosok hadir pada sesi terakhir,
termasuk Ann, yang tidak pernah muncul selama 19 tahun.
Pertemuan itu memberi kami harapan. Saya khawatir Anda tidak akan memahami
sistem kami. Saya akan memberitahukan kabar terbaru kepada Anda.
Claire paling membutuhkan perhatian karena dialah yang mengingat tentang
penganiayaan. Dia merasa bersalah karena harus menyerahkan rasa sakitnya kepada
Miles. Miles menyukai rasa sakit
... Sosoksosok berikut masih ada (nama dan umur): Claire T, Karen 2 21, ? ?Miles B, Karl 10, Elise B, Sidney 5, Juliann 15, Karen Boo 2, Karen 1 10,
? ? ? ? ? ? ?Katherine 34, Karen 3 30, Holdon (saya sendi r i) 34, Ann 16.
? ? ? ?Saya masih memastikan Karen tetap pergi ke kantor Anda. Menolongnya supaya
membaik tidak mudah, dan kami semua senang karena Anda berada di sini untuk
kami. Holdon Apakah Holdon menyebutkan semuanya" Setelah membaca surat itu, aku
menghitung ada tiga belas kepribadian yang berbeda, atau sosok, sejauh ini. Aku
?mencermati kembali catatan yang diberikan oleh Karen beberapa bulan sebelumnya,
dan terdapat sebelas sosok, termasuk yang bernama Si Pemarah, Julie, dan Sandy,
yang tidak disebutkan oleh Holdon. Ini berarti Karen memiliki enam belas
kepribadian. Apakah lebih banyak sosok lagi terbentuk, bergabung kembali, atau
baru terungkap" Pada tahap ini, aku memiliki dua tugas utama: merawat Karen yang
datang menemuiku, sosok yang mana pun itu, dan mempelajari tentang dunia di
dalam dirinya dari para penghuninya. Surat itu sangat berguna;
sosoksosok di dalam diri Karen sepertinya bersemangat untuk membiarkanku
mengetahui tentang mereka.
Ketika itu 17 Agustus 1994, dan kami sekali lagi menerapkan hipnosis dalam sesi
terapi kami. Setelah Karen hanyut dalam trance, aku menanyakan apakah ada sosok
yang ingin keluar dan berbicara denganku.
Bahu Karen terangkat, dan dia menekuk kakinya dan memandangku dari sudut
matanya; dia menunjukkan postur gadis kecil. Katanya, namanya Claire. Dia mulai
bercerita kepadaku tentang apa yang terjadi padanya di rumah duka. Dia dibawa ke
sana dan diikat di salah satu meja baja. Dia ketakutan. Ada tiga orang pria di
sana, dan mereka memegang tongkat logam. Lalu, Claire kehilangan waktu .... Dia
memintaku untuk mengusir para pria jahat itu darinya.
Dua hari kemudian, aku menerima surat berikut dari Miles, yang melanjutkan
cerita Claire. Or. Beer yeng b oik. Ini eku legi, den koma mungkin tidek meu mendenger duriku. Aku ingin
memberitehumu seel cerita yeng tidek dkeleseiken etek Cleire. Setelah Claire
diiket di meja, 3 pria dkeleseiken oleh Cleire. Seteleh Cleire diiket di meja, 3
pria memesukken tongkol Iktrik mereke ke delam vaginanya. Dia menyuruh mereke
berhenti den mereka menyetrumnya. Aku merah den muncul lantas menjeritjerit lalu
mereke membungkem mulutku dengen lekben ebu ebu. Mereke terus mengeteken eku
menyukeinye. Keleu eku menggeleng untuk bileng tidak, mereke melek menyetrumku,
den keleu eku mengengguk untuk bileng ye rasanya memeng enek, mereke cume
mendiemkenku seleme semenit. Seteleh mereke menyetrum kemi. Keri muncul. Para
pria itu memesukken Keri ke delem peti meti den mengurungnya di sono. Aku tidak
tahu berapa lama kami ada di sono, tapi setelak beberepe rvektu ada erang bicara dan
oka mancel entak mendengerkennye. Orengoreng menceri kami Aku rickard
Saermemukul - 17_mukul tutup peti. Si ibu membuke peti den eku membierken Keren muncul. Si
ibu, yeng terkejut, bileng, "Kamu masih hidup, kamu tcrlehir legi. Aku seneng
melihetmu, kenepe kemu sembunyi di delem peti meti. Kemu seherusnye membentu
Kekek mengecat rueng temu."
Apakah kemu membenci kemi karena ini"
Miles Pada akhir salah satu sesi, Karen menyerahkan tiga buah surat kepadaku. Salah
satunya dari Miles. Setelah Karen pergi, aku membukanya. Dia menceritakan sebuah
upacara yang dinamakan Komuni Tengah Malam.
Or. Beer yeng beik, . Semefem kemi seherusnye pergi ke Kemuni Tengeh Melem, seat seorang gadis
dipotong secuil putingnya atau telingenye atau vaginanya. Holdon tidek mau
membetre kami ke sono; kotanya, orangorang itu tidak ada lagi. Aku tidak percaya
pada Holdon, karena mereke masih ada di pabrik Mereke memenggil kami. Aku
mendenger suara mereke. yeng loin tidek bisa mendenger mereke. Begoimena aku
bisa menghentiken mereke, mereke ekon memburuku dan membunuk kemi. Aku bisa
mefewen, tepi bagaimana dengen yeng iein" Apa menurutmu mereke akan datang dan
menengkopku" Aku takut, tapi jangan bitangbitang pada yang lain karena mereke
mengira aku tidak takut pada apa pun. Kalau aku takut, tidak akan ada yang
menyukeiku legi. Miles Apakah yang bisa kulakukan dengan informasi ini" Dia menyebutkan sesuatu yang
mengerikan, tapi apakah yang bisa kulakukan" Apakah ini nyata" Apakah ini
khayalan" Miles meyakininya, maka ini harus ditangani. Aku memutuskan untuk
tidak menanyakan hal ini, lalu menunggu dan melihat apakah topik ini akan muncul
selama sesi terapi. Ketika bertemu dengan Karen, aku menyebutkan surat itu dan menyarankan hipnosis
untuk melihat jika ada informasi lain yang ingin disampaikan oleh sosoksosoknya
yang lain. Sosok pertama yang berbicara adalah Sidney. Karen memejamkan mata dan
ekspresi wajahnya menghilang sejenak. Kemudian, dia membuka mata dan duduk di
kursinya, menelengkan kepala ke satu sudut dan memandangku penuh keraguan. Lalu,
dia cepatcepat memandang ke sekeliling ruangan, seolaholah baru melihatnya untuk
pertama kalinya. "Aku suka pekerjaan kami di toko obat," katanya. Karen, sebagai Sidney,
berbicara dengan cepat, dan tatapannya tertuju ke seluruh ruangan. "Aku mencuri
bendabenda yang belum pernah kupunyai mainan dan pernak-pernik, meskipun ?
Katherine biasanya mengembalikannya lagi. Aku mencuri Superballs. Aku
memasukkannya ke tas Karen. James dan Sara sangat menyukainya. Aku tahu aku
tidak boleh mencuri, tapi si ayah menyuruh kami melakukannya. Setelah aku
mencuri, aku harus dihukum, jadi kadangkadang aku juga mengambil sesuatu yang
bisa dipakai melukai diriku, misalnya kikir kuku. Toko obat memang hebat."
Saat mendengarkan Sidney, aku mendapatkan kesan seorang bocah lakilaki yang
bertindak sesuka hati dan tidak punya pengendalian diri. Karena tidak ingin
berkomentar terlalu banyak, aku hanya mengatakan, "Setelah mencuri, kamu harus
dihukum dengan cara dilukai?" Dia mengiyakannya, namun aku telah menanamkan
benih keraguan di benaknya, karena pertanyaanku, meskipun tidak mencelanya,
menunjukkan kepadanya bahwa aku tidak menganggap tindakannya perlu dan masuk
akal. Ini akan membuatnya berpikir. Aku berterima kasih kepada Sidney karena
telah muncul untuk berbicara dan memintanya mundur supaya kami dapat melihat
apakah ada sosok lain yang ingin berbicara. Karen memejamkan mata, dan Sidney
lenyap dari ekspresinya. Menakjubkan sekali menyaksikan Karen dengan jelas
bertransformasi saat sosok yang berbeda muncul. Dia sepenuhnya menjadi sosok
itu. Tidak ada kesamaan watak dari setiap sosoknya. Yang muncul selanjutnya
adalah Miles. Karen duduk sedikit lebih tegak; matanya tetap terpejam, alisnya
bertaut, dan suaranya parau.
"Aku juga suka bekerja," kata Miles. "Di tempat kerja, aku menjadi bos."
"Kamu yang memegang kendali," aku memastikan.
"Yeah, aku suka bicara dengan orang lain, dan kalau mereka keluar batas, aku
memperingatkan." Jelas terlihat bahwa Miles senang mendapatkan kesempatan untuk merasa penting.
Ini adalah sesuatu yang perlu kuingat. Aku ingin membangun pertemanan dengan
setiap sosok Karen, dan Miles sosok yang sangat penting, karena dia, bersama
Sidney yang tidak terlalu dominan, sepertinya sosok yang bertanggung jawab
karena membahayakan Karen. Jika mereka bisa memandangku sebagai seseorang yang
kuat dan dapat dipercaya, aku mungkin akan dapat memengaruhi tindakan mereka
dalam merusak diri sendiri.
Setelah kami berbicara selama beberapa menit, aku berterima kasih kepada Miles
dan memintanya mundur. Kemudian, aku menanyakan jika ada sosok lain yang ingin
berbicara kepadaku. Karen sedikit lebih rileks, memejamkan mata, dan ekspresinya
kosong lagi selama sejenak. Kemudian, sekonyong-konyong, dia terkulai, badannya
mengerut bagaikan anakanak. Claire tersenyum kepadaku dan matanya berbinarbinar. Katanya, dia suka melihat kartu ucapan, parfum, dan perhiasan. Claire
memiliki sisi feminin! Ini adalah kabar baik. Karen nyaris tidak pernah
membiarkan dirinya menunjukkan minat feminin. Pakaiannya polos; dia jarang
menata rambut atau memakai rias wajah. Aku khawatir perkembangan Karen secara
keseluruhan dibatasi oleh ketidakmampuannya mengekspresikan sisi femininnya,
namun Claire ternyata memiliki kualitas ini. Itu berarti, pada satu titik,
mereka akan berguna bagi Karen.
Yang terakhir berbicara kepadaku adalah Juliann. Karen memejamkan mata,
ekspresinya hampa, lalu duduk lebih tegak, kedua lengannya tegang di samping
tubuhnya, seolaholah mencengkeram sesuatu. Sambil membelalakkan mata lebarlebar,
dia mengatakan bahwa dia ingin menyampaikan kabar buruk kepadaku. Dia tahu bahwa
dia tidak semestinya membicarakan hal ini, tapi karena ayahnya telah meninggal,
mungkin dia tidak akan disakiti jika mengatakannya. Aku meyakinkannya bahwa dia
tidak akan disakiti, dan bahwa aku akan menjaga keamanannya. Dia sepertinya
teryakinkan. Dia menceritakan kepadaku upacara Komuni Tengah Malam. Dia
mengikutinya sekitar sepuluh kali. Keadaannya mirip ritual sihir. Mereka akan
mengikatnya dan menoreh secuil dagingnya. Banyak orang terlibat di sana. Pertama
kalinya Karen ambil bagian, umurnya masih empat tahun. Mereka menoreh lengan, wajah,
atau telinganya, lalu mengelupas sedikit kulitnya untuk mendapatkan beberapa
tetes darah. Awalnya, mereka mengambil rambut, bulu mata, atau alis, namun saat
Karen lebih besar, mereka melukai payudaranya, mengelupas kulit puting atau
vaginanya. Ketika hal ini terjadi, sosoksosok anak lelaki akan muncul, dan
mereka tidak akan bisa merasakan saat bagian kewanitaan Karen disakiti.
Kemudian, orangtua Karen akan menyalahkannya karena ini, dan mengatakan
kepadanya bahwa dia melakukan hal ini sendiri di dalam tidurnya.
Aku mengatakan kepada Karen pada akhir sesi hipnosis, sebelum aku menyadarkannya
dari keadaan trance, bahwa dia tidak akan mengingat isi pembicaraan kami. Ini
adalah topik yang dijauhkan dari sosoksosok lainnya selama bertahuntahun ini.
Aku tidak yakin apakah dia dapat menangani kenangan seburuk ini tanpa menyakiti
dirinya sendiri. Maka, dalam ketidakpastian, aku memutuskan untuk menunggu.
Seminggu kemudian, saat aku menimbangnimbang apa yang akan kukatakan kepada
Karen tentang Komuni Tengah Malam, dia memasuki kantorku, tampak sungkan dan
malu. "Saya menyakiti diri saya lagi," katanya, memalingkan wajah, malu. Jelas bahwa
dia menyakiti dirinya sendiri, tapi karena apa"
"Tepatnya, bagaimana kamu menyakiti dirimu sendiri?" tanyaku. "Saya perlu
mengetahui bagaimana caranya." Aku menunggu. Alis Karen terangkat, dan dia mulai
menangis. "Saya tidak terlalu ingat saya tidak sedang memegang kendali tapi ? ?saya rasa, saya
mengambil gantungan baju dan memasukkan ujungnya yang lancip ke tubuh saya." Dia
tampak seolaholah akan muntah.
"Apakah kamu berdarah?"
"Ya." "Apakah sekarang lukamu masih mengeluarkan darah?"
"Tidak." "Apakah kamu kesakitan?" aku melanjutkan. "Ya."
"Apakah kamu masih kesakitan?" "Sedikit. Tidak seperti sebelumnya." "Kalau kamu
menekan perutmu, apakah rasanya sakit?" tanyaku.
"Tidak, tidak juga."
Dengan pertanyaan-pertanyaan itu, aku berusaha mencari tahu apakah jaringan
vaginanya rusak, dan jika memang begitu, apakah terdapat lubang di peritoneum
atau dinding vaginanya, yang dapat menyebabkan infeksi perut. Aku tidak yakin,
tapi kejadian ini kedengarannya tidak terlalu buruk, setidaknya secara fsik.
Sekarang, aku perlu mencari tahu apa yang menimpanya secara mental. Hipnosis
adalah satusatunya cara yang memadai karena Karen tidak bisa memberikan cukup
informasi. Di bawah pengaruh hipnosis, Karen duduk tegak dengan mata terpejam di kursinya.
"Aku mau memotong alat perempuan itu," katanya, wajahnya tegang ketakutan. Itu
adalah Miles; dialah yang bertanggung jawab, pikirku. "Si ibu terus-menerus
bicara soal si ayah, dan aku takut dia bakal pulang untuk menyakiti kami. Aku
mau memotong alat perempuan Karen agar dia tidak bisa disakiti lagi. Dan, kalau
Holdon tidak menghentikanku, aku pasti sudah berhasil." Miles duduk bersandar di kursi,
matanya masih terpejam dan rahangnya terkatup. "Sekarang, aku cuma ingin kami
semua mati." Pada saat itu, Miles telah mengenalku; kami telah berbicara beberapa kali. Dia
juga tahu tentang kepercayaan yang diberikan oleh sosoksosok lainnya kepadaku,
dan itu memberiku wewenang yang kuharap bisa kumanfaatkan.
"Miles," ujarku dengan lembut namun tegas, "si ayah sudah meninggal. Dia tidak
bisa menyakitimu lagi. Kamu tidak perlu takut lagi kepadanya. Kamu tidak perlu
berusaha melarikan diri darinya lagi."
Miles terdiam dan memikirkan hal ini. Dia sedang mencernanya. Dia memejamkan
matanya eraterat. "Apa kamu yakin?" tanyanya.
"Aku sepenuhnya yakin, Miles."
"Oke, oke," katanya. Dia masih berusaha mencerna semua ini. Aku dapat melihat
perjuangannya di ekspresi wajahnya. Lalu, dia mulai tampak santai. Aku bisa
melihat kelegaan menerpanya.
"Dia tak bisa menyakiti kami lagi?"
"Tidak." Aku diam sejenak untuk melihat apakah Miles dapat sepenuhnya menerima
hal ini. Dia memandangku. "Jadi, tidak ada perlunya melukai Karen lagi. Oke,
Miles?" "Oke."[]
II Hadiah Natal KAREN TIBA dengan lengan dibalut dan digendong. Alisnya terangkat dan matanya
menunjukkan ekspresi ketakutan. Dia menatapku sekilas, lalu menunduk.
"Ada apa?" tanyaku, waspada. "Apakah suamimu menyakitimu?"
"Tidak," katanya, air matanya mengalir dan tubuhnya gemetar, "toko obat tempat
saya bekerja dirampok. Sayalah satusatunya orang yang ada di sana."
"Tapi, bagaimana kamu bisa luka?"
Karen memandang lantai dan menggeleng. "Saya tidak ingat."
"Apakah sosok lain yang muncul?" tanyaku "Sepertinya begitu. Saya mengatakan
kepada polisi bahwa si perampok yang melukai saya, tapi sesungguhnya saya tidak
tahu. Saya memergoki seorang wanita sedang mencuri obat. Dia membawa pisau. Saya
tidak tahu apa yang terjadi setelah itu."
"Mungkin kita bisa mencari tahu dengan hipnosis." Sekarang Karen telah terbiasa
dengan rutinitas hipnosis, sehingga dia langsung mengambil posisi nyaman di
kursinya dan memejamkan mata. Aku mulai mengucapkan katakata yang sekarang telah
diakrabinya untuk membuatnya rileks dan memasuki dirinya, semakin dalam dan dalam, hingga dia
mendapati dirinya berada di dalam ruangan mungilnya yang aman. Saat dia telah


Menyingkap Karen Karya Richard Baer di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siap, aku memintanya keluar dari ruangan mungil itu untuk melihat jika ada sosok
lain yang dapat menceritakan bagaimana dia bisa terluka.
Sejenak kemudian, Karen menegakkan punggung, matanya terpejam rapat, alisnya
bertaut, dan suaranya menjadi lebih rendah dan garang.
"Aku yang melakukannya," katanya.
"Miles?" "Ya." "Apa yang kamu lakukan?"
"Aku memukul dia."
"Kamu memukul si perampok?"
"Ya, dia mengacungkan pisau dan mencoba menikam kami. Karen ketakutan dan
mundur, jadi aku keluar. Aku tidak takut. Aku tidak takut terluka."
"Jadi, apakah yang kamu lakukan?"
"Aku menonjok mukanya. Dia terhuyung-huyung mundur, lalu menerjangku dengan
pisau. Aku mengangkat tanganku; karena itulah aku terluka. Lalu, aku menonjoknya
lagi dan mengumpat-umpat dia. Dia lari keluar dari toko. Biar tahu rasa dia."
Miles menyunggingkan senyum puas. Semua ini membuatku terpana.
"Itu cerita yang seru," ujarku. "Kamu berani sekali." "Ah, aku cuma tidak suka
orang itu mencuri dari toko, ti-dak selama aku yang jaga." "Aku lega kamu tidak
terluka lebih parah."
"Ini tidak ada apa-apanya."
"Tetap saja, jika dia membunuhmu, bagaimana
dengan kalian?" "Kami akan mati, tepat seperti yang kuinginkan." "Oh, begitu."
Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Miles, aku mengakhiri sesi hipnosis
dengan mengembalikan Karen ke ruangan mungilnya, lalu ke kantorku. Dia memandang
ke sekelilingnya dan memicingkan mata untuk menahan silau.
"Sepertinya salah satu sosokmu melawan si perampok," ujarku.
"Saya pikir juga begitu," kata Karen.
"Saya tidak yakin apakah aman bagimu untuk meneruskan pekerjaanmu di toko obat,"
kataku. "Yang terjadi tadi malam bisa saja terjadi lagi, dan keadaannya mungkin
lebih buruk, dan kamu tidak bisa mencegahnya."
Karen memikirkan hal ini dan perlahan-lahan mengangguk. Sebelum pergi,
seolaholah baru teringat, dia menyerahkan tiga buah surat kepadaku. Surat-surat
itu dari Miles, Katherine, dan Claire. Aku membukanya segera setelah Karen
menutup pintu. Claire menulis: Dokter Baer yang baik. Bolehkah aku tinggal denganmu" Aku tidak akan nakal. Semua orang sedih. Aku
ingin tidur terus dan Sydney juga. Kami kiah sekali. Katherine mencoba
mengajarkan tentang keimanan kepadaku. Apa kamu beriman" Bisakah kamu memberiku
sedikit iman" Karen Boo menangis terus. Dia takut Miles akan menyakiti kami.
Bisakah kamu menasihati M i les agar bersikap manis"
Miles menulis: Dr. Baer yang baik. Tolonglah bicara dengan si ibu. Suruh dia pergi. Dia membuatku sangat marah,
sampai aku ingin membunuh kami semua. Dia tidak tahu sebesar apa rasa sakit yang
disebabkannya. Kadang 'kadang, aku sangat marah sampai aku ingin memberitahunya
soal kami, tapi Katherine dan Holdon menghentikanku. Aku tidak tahan lagi. Dia
berpurapura bahwa kami punya masa kecil yang sempurna dan bahwa Karen selaki
bahagia. Ini bohong. Kami sedih dan takut kamu akan pergi. Kalau aku keluar dari
kantormu, apa kamu akan marah" Aku punya banyak hal untuk diceritakan tapi tidak
bisa. Karen mulai mendapatkan pikiranku, tapi dia tak bisa bertindak sepertiku.
Miles Katherine menulis: yang terhormat Dr. Baer, Kami menderita. Kami membutuhkan bantuan Anda. Apakah Anda tahu apa yang terjadi
pada kami" Kami semakin lemah; sebagian besar dari kami merasa ingin bunuh diri.
Terdapat kerusakan dalam cara berkomunikasi kami: terlalu banyak gangguan. Kami
berusaha keras menanganinya namun kami tidak bisa berfungsi dengan baik jika
Karen telah kehilangan kemauan untuk hidup. Dia punya sangat banyak kekhawatiran
dan perlu membicarakannya hanya saja dia merasa tidak berdaya dan tidak ingin
bicara. Saya rasa dia harus berhenti bertahan dan membiarkan kami terbuka kepada
Anda. Karen juga tidak memakan obat yang Anda resepkan kepadanya. Kami semua
khawatir dan berharap kelemahan ini hanya sementara.
Dengan hormat, Katherine Dari ketiga surat tersebut jelas bagiku bahwa semua sosok di dalam diri Karen
memiliki masalah sendiri-sendiri, dan keadaan di sana kacau balau, namun
sepertinya beberapa sosok mencariku untuk meminta pertolongan
dan ingin bercerita lebih banyak.
Ketika itu akhir November 1994, dan musim dingin mulai terasa mengancam. Ketika
memasuki kantorku, Karen tampak ragu-ragu layaknya seorang bocah yang hendak
mengakui sesuatu. Dia mengatakan kepadaku di telepon dua hari sebelumnya bahwa
perutnya berkali-kali terasa mulas dan kembung, dan dia tidak tahu penyebabnya.
Dia tampak seolaholah masih merasa sakit. Dia duduk di kursinya, tampak
kesakitan, lalu memalingkan wajah dariku dengan malu.
"Saya bisa melihat bahwa kamu tertekan," ujarku. "Bisakah kamu menceritakan
masalahmu kepada saya?" Aku bersandar untuk mengisyaratkan kepada Karen bahwa
aku akan menunggu. Karen tenggelam dalam pikirannya selama beberapa waktu.
Kemudian, tanpa memandangku, dia perlahan-lahan mengangkat blusnya. Saat dia
mengangkatnya semakin tinggi, tampaklah belasan goresan horizontal di permukaan
kulitnya. Dia menggigit bibirnya dan mulai menangis.
"Baiklah," ujarku dengan lembut. "Apa yang bisa kamu ceritakan tentang hal ini?"
Karen hanya mengangkat bahu. Jelas terlihat bahwa dia tidak tahu bagaimana lukaluka itu bisa ada di perutnya. Dia menurunkan blusnya kembali.
"Inikah penyebab kram perutmu?"
Karen sekali lagi mengangkat bahu, namun kali ini dilanjutkan dengan menggeleng,
masih tidak mau menatapku. Sepertinya jawaban yang kucari tidak akan diberikan
oleh Karen yang sedang berbicara denganku.
"Ada sejumlah hal penting yang terjadi," ujarku, "dan saya rasa sebagian sosok
di dalam dirimu mungkin punya informasi yang bisa membantu. Apakah sebaiknya
kita melihat apa yang bisa kita ketahui?"
Karen mengangguk dan memejamkan mata, dan kami pun memulai sesi hipnosis
"Hai." "Hai, siapa di sana?" tanyaku.
"Ini aku." "Miles?" "Ya." "Apakah yang bisa kamu ceritakan tentang masalah Karen?"
"Bukan aku yang melakukannya." "Bukan kamu yang melakukannya?" "Aku tidak
melukai dia." "Oh!" aku terkejut.
Miles terdiam. "Kamu kira aku yang melakukannya?"
"Apakah yang bisa kamu ceritakan kepada saya?" tanyaku, mengabaikan
pertanyaannya. Aku tidak ingin bertanya secara langsung kepadanya tentang siapa pelaku yang sesungguhnya, namun aku penasaran ingin mendengar apa
yang akan diceritakannya kepadaku. Miles memandangku lekatlekat.
"Jensen yang melakukannya. Tujuh belas goresan satu untuk setiap diri kami. ?Dia memang brengsek. Dia selalu menjerumuskan kami ke dalam masalah. Akulah yang
disalahkan untuk semuanya." Wajah Miles tampak gusar.
Aku bisa melihat bahwa Miles tidak berhubungan baik dengan Jensen, yang tidak
kuingat pernah disebut-sebut sebelumnya, dan yang menyebutkan tentang adanya
tujuh belas sosok. Hitunganku yang terakhir adalah enam belas, termasuk Si
Pemarah. Aku penasaran terhadap sosok itu, karena hanya dialah yang tidak
memiliki nama. Jensen adalah sosok yang ketujuh belas.
"Sepertinya saya harus mengetahui lebih banyak soal Jensen. Saya tidak mau
mengira kamu melakukan sesuatu yang tidak kamu lakukan." Aku berusaha berbaikan
dengan Miles karena dia kesal melihat keterkejutanku, dan dia tampak sedikit
santai. "Yeah, dia lumayan lucu, baik juga."
"Bagaimana dengan perut Karen yang mulas dan kembung?" tanyaku.
"Oh, itu Sandy. Dia mengira dirinya hamit," ujar Miles sambil menyeringai.
"Mungkinkah dia memang hamil?"
"Tidak, aku tahu cara kerjanya. Aku memastikan tidak seorang pun menyentuh kami
di bawah sana." "Jadi, dia cuma berpurapura?" "Kurasa begitu."
"Yah, Miles, seperti biasanya, kamu sangat menolong saya. Saya akan terkejut
kalau kamu sampai menyakiti Karen, karena kamu bilang kamu tidak akan
melakukannya. Saya memikirkan apakah ada sosok lain yang ingin menceritakan
sesuatu" Mungkin kamu bisa mundur, dan kita bisa melihat apakah yang lain ingin
berbicara kepada saya. Sampai bertemu lagi di lain waktu."
"Oke, dan." "Dan." Aku menunggu sejenak saat wajah Karen kembali normal, setidaknya yang kuanggap
normal, lalu melembut menjadi lebih feminin dan pemalu. Aku menunggu lagi.
"Halo?" sapaku.
"Di sini gelap sekali," sebuah suara kecil terdengar. "Di manakah kamu?"
tanyaku. "Di dalam lemari. Aku dan Thea."
"Kamukah itu, Claire?" "Ya."
"Apa yang sedang kamu lakukan di dalam lemari?"
"Sembunyi." "Sembunyi dari apa?"
"Dari pria-pria itu. Kalau mereka menemukanku, mereka akan menyakitiku."
"Dan Thea?" Aku baru mendengar tentang Thea yang kedelapan belas" Menurut
?Jensen ada tujuh belas sosok.
"Dia menemaniku," lanjut Claire, "saat aku ketakutan."
Aku menyadari bahwa Claire masih mengira para pria dari masa lalunya masih
berkeliaran untuk menyakitinya. Mungkin aku dapat menolongnya dalam hal ini.
Jika ingatanku benar, Claire berumur sekitar tujuh tahun; dia mungkin akan bisa
memahami perubahan waktu.
"Tahun berapakah sekarang, Claire?"
"Tahun berapa sekarang?"
"Ya, apa kamu bisa memberitahuku?"
"Sekarang 1967."
"Saat itukah terakhir kalinya kamu disakiti, 1967?" "Ya, kenapa?"
"Saya ingin kamu mendengarkan saya baik-baik, Claire. Yang akan saya katakan ini
mungkin mengejutkanmu, tapi ini juga mungkin akan menolongmu."
"Oke." "Sekarang sudah bukan 1967. Sekarang 1994, akhir November. Dua puluh tujuh tahun
telah berlalu. Si ayah yang menyakitimu telah meninggal, dan semua pria lain itu
sudah tidak ada. Tidak ada yang akan menyakitimu lagi." Aku menunggu selama dia
mencerna informasi ini. "Aku tidak percaya padamu.
"Tanyakanlah kepada Katherine dan Holdon tahun berapa sekarang."
"Oke, tunggu sebentar."
Claire menghilang sejenak. Karen duduk bergeming, wajahnya tidak menunjukkan
ekspresi apa pun, hingga Claire kembali.
"Kamu benar!" Wajahnya berseri-seri. "Maksudmu, si
ayah dan para pria itu tidak akan menyakitiku lagi, selamanya?"
"Tidak, tidak akan pernah lagi. Kamu tidak perlu bersembunyi di dalam lemari
kalau kamu memang tidak mau. Bahkan, kamu bisa melihat saat sosok yang lain
muncul, kalau kamu mau. Aku mengizinkanmu melakukannya."
"Terima kasih, Dr. Baer."
"Samasama, Claire. Kuharap kamu akan lebih bahagia sekarang dan tidak ingin mati
lagi. Mungkin kamu bisa mundur, dan kita akan melihat jika yang lain ingin
berbicara kepadaku."
"Dan." Karen bersandar kembali di kursinya dan kecemasan tampak di wajahnya. Dia
mengangkat tangan kanannya dan mengelus-elus perutnya, seperti seorang wanita
hamil yang merasakan rahimnya membesar. Dia berbicara dengan susah payah.
"Dr. Baer." "Ya." "Ini Sandy." "Bagaimanakah perasaanmu?" "Saya mengalami kontraksi." "Ah-hah." '
"Sepertinya saya akan melahirkan. Kata Dr. Loeschen, ini adalah ... apa namanya"
Hernia katanya, kami harus dioperasi. Saya tidak apa-apa."?"Tidak apa-apa jika harus dioperasi?" Sandy sepertinya gila, sehingga aku
berusaha membuatnya terus berbicara untuk mengetahui seberapa gila dirinya.
"Saya suka operasi."
"Apakah yang kamu sukai dari operasi?"
"Rasa sakitnya."
"Apakah yang kamu sukai dari rasa sakit?"
"Itu membuat saya merasa nyata."
"Nyata ... membuatmu merasa hidup."
"Ya, hidup. Itulah satusatunya cara supaya saya bisa merasakan. Saya menyukai
rasa sakit akibat operasi. Saya bisa membodohi dokternya."
"Membodohi dokter?"
"Ya. Saya bisa sakit hanya dengan memikirkannya." "Sandy, sepertinya akan sangat
bagus kalau kamu membagi waktumu dengan yang lain. Apakah kamu tahu sosoksosok lain dalam diri Karen?"
"Tentu saja; jangan konyol. Kami semua berjumlah tujuh belas sekarang. Bisa saja
lebih, tapi ada tujuh belas yang berfungsi sekarang ini."
Naga Pembunuh 20 Goosebumps - Mobil Hantu Duel Di Butong 1

Cari Blog Ini