Ceritasilat Novel Online

Girls Riyadh 5

Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea Bagian 5


untuk menemani Shedim. Bibi Badriyah berusaha menjaga dan menemani keponakannya
dengan baik. Selama itu, bibi Badriyah belum berhasil membujuk Shedim untuk mau
tinggal bersama keluarganya. Sebabnya hanya satu: bibi Badriyah tinggal di kota
yang sama dengan tempat tinggal Faraz.
Ketika bibinya menyadari bahwa Shedim benar-benar tidak mau dan menolak tinggal
bersamanya, dia memutuskan untuk menawarkan sebuah solusi yang telah lama
dipikirkannya. Bibi Badriyah bermaksud menikahkan Shedim dengan anaknya, Thariq.
Itu mungkin akan membuat Shedim tenang dan melupakan sakit hatinya. Tetapi tidak
dengan Shedim. Gadis itu meresponnya dengan cara yang berlawanan. Dia justru
bertambah marah dan merasa hidupnya semakin getir.
Apakah bibi ingin menikahkan dirinya dengan 'anak kecil' itu, seorang mahasiswa
Kedokteran Gigi yang hanya lebih tua satu tahun darinya" Apa yang akan dilakukan
Shedim terhadapnya" Kalau tahu siapa Faraz, maka dia tak akan pernah berani
menyodorkan 'anak kecil' itu!
Yang dilakukan Shedim saat ini adalah menikmati kesendiriannya di rumah besar
itu. Mengurus dan mempersiapkan semuanya sendiri. Yang diharapkannya saat ini
adalah kemerdekaannya dari berbagai kritikan dan gunjingan orang. Dia benarbenar ingin sendiri. Shedim ingin bebas, termasuk bebas dari perhatian dan
kendali bibi Badriyah. Siapa tahu sang bibi atau Thariq telah merancang skenario
untuk menguasai harta peninggalan ayahnya dengan strategi pernikahan itu"
Mustahil! Shedim tidak akan menikah dengan siapapun! Dia ingin menjadi 'rahib'
di rumah ayahnya. Menyepi, menyendiri, bertapa, dan melepaskan diri dari
berbagai kesenangan, termasuk perkawinan.
Kalaupun sang bibi tak akan membiarkan dirinya tinggal di Riyad, maka Shedim
akan menuruti kehendaknya dengan mengajukan beberapa persyaratan. Selain itu,
dia tidak akan mengizinkan siapapun memerlakukan dirinya tidak sesuai dengan
kehendak hatinya. Shedim hanya ingin menentukan semuanya sendiri.
40 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 10/10/2004 Subject: Hamdan Tidak ada keadaan yang lebih sulit dari kehidupan gamang seorang perempuan di
antara laki-laki yang mencintainya dan laki-laki lain yang dicintainya (Kahlil
Gibran). Aku selalu gagal membayangkan dan membuat prediksi masa depanku setelah kisah
ini selesai kupaparkan. Apa yang akan kukerjakan untuk mengisi kekosonganku
begitu aku selesai mengemukakan semua kisah ini" Siapakah yang masih akan
memberiku masukan, bantahan, cacian dan dukungan" Bisakah aku kembali hidup
tenang seperti sediakala setelah selama berbulan-bulan menjadi sumber perdebatan
dan perselisihan di berbagai forum"
Aku hanya menduga-duga apa yang akan terjadi. Ya , aku memang telah berusaha
mengungkapkan beberapa hal yang selama ini tersembunyi dan disembunyikan. Tetapi
aku sebenarnya hanya mengungkap kisah-kisah yang benar-benar terjadi,
sebagaimana masyarakat kita saling bertukar cerita satu sama lain. Setiap
selesai berkisah, aku hanyalah seorang gadis yang setia menunggu respon balik
dari para pembaca. Aku kecewa bila tidak banyak yang merespon. Aku senang bila
mendapatkan komentar tentang aku di berbagai media; majalah, tabloid, atau di
layar internet. Bila kisah ini benar-benar selesai, aku akan kehilangan semua
kebahagiaan itu. Mungkin aku akan tergerak untuk menulis lagi. Bila benar
keinginanku itu, tema apa yang Anda inginkan" Aku selalu bersedia untuk menulis
sesuai permintaan para pembaca yang terhormat.
Michelle tidak percaya jikalau Shedim telah menganggap bahwa Saudi adalah satusatunya negara Islam di dunia. Menurut Michelle, Emirat adalah negara Islam.
Tetapi Emirat memberikan kebebasan dalam kehidupan beragama dan sosial
kemasyarakatan. Menurutnya,inilah konsep yang paling benar. Shedim berusaha
menjelaskan kepada Michelle bahwa negara dengan mayoritas penduduk beragama
Islam tidak serta merta dikatagorikan dalam kelompok negara Islam. Saudi adalah
satu-satunya negara yang menerapkan hukum syariat ke dalam semua sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Negara-negara lain yang menjalankan syariat membatasi
pelaksanaannya pada pokok-pokok kehidupan. Sedangkan pada cabang-cabang
kehidupan yang sangat banyak dan bervariasi, negara itu membuka tempat seluasluasnya untuk inovasi dan kreasi manusia. Michelle melihat perbedaan antara
dirinya dan Shedim semakin meluas. Pada beberapa kesempatan, dia merasa tidak
cocok dengan pemikiran, kecenderungan, dan ambisinya.
Ambisi Michelle adalah terus berkanr di bidang informatika dan pers. Di bidang
itu, Michelle merasa akan meraih sukses dan ketenaran.
Dia sering bermimpi pada suatu hari nanti foto dirinya akan terpampang di sampul
sebuah majalah bersama Brad Pitt atau Jhonny Deep. Peta persaingan antara pelaku
dunia penerbitan, infotainment, penyiaran akan membuatnya mendapatkan apa yang
diinginkan. Dunia itu sangat dekat dengan tokoh kenamaan dan sering mendapat
peluang untuk menghadiri perhelatan akbar semacam Anugerah Oscar, Grammy, atau
AMI. Sekali lagi, Michelle benar-benar tidak mau dibatasi. Dia tak ingin
terpenjara di rumah seperti Qamrah, atau terbelenggu oleh laki-laki seperti
Shedim, atau terkungkung pada spesialisasi kedokteran seperti Lumeis.
Setelah kegagalannya bersama Faishal, Michelle memutuskan untuk tak lagi terikat
dengan laki-laki. Apalagi dia juga termasuk gagal ketika menjalin hubungan
bersama Mathew. Bahkan bilapun ada yang seperti Hamdan, Michelle tetap tidak
akan bergeming. Hamdan sendiri adalah kiblat cerita sukses seorang muda yang
cerdas dan memiliki banyak kelebihan. Dia adalah lulusan terbaik salah satu
universitas terkenal di Boston.
Michelle mengakui bahwa dirinya tertarik oleh sosok Hamdan sejak mereka berdua
terlibat dalam pengerjaan beberapa perhelatan. Hamdan adalah profesional muda
yang cerdas dan menguasai semua rincian pekerjaannya.
Selain itu penampilan fisiknya memang tampan. Dia juga mempunyai keterampilan
bergaul dan mampu bersosialisasi dengan baik di berbagai kalangan.
Jimnah mengetahui gelagat ketertarikan Michelle kepada Hamdan.
Pada hari pertama masuk kerja dulu, mereka berdua memerhatikan Hamdan yang
sedang larut dalam hisapan rokoknya. Jimnah sendiri sebenarnya juga tertarik
pada sosok Hamdan. Tetapi dia telah mencintai salah seorang kerabatnya dan
berniat akan menikah dengannya.
Karenanya, Jimnah mempersilakan Michelle untuk melakukan pendekatan itu.Tetapi
Hamdan mengambil langkah lebih agresif.
Michelle menangkap sinyal ketertarikan Hamdan kepada dirinya.Tetapi dia bertahan. Semua orang di tempat mereka berdua bekerja
mengatakan kecocokan antara mereka berdua. Hamdan berusia duapuluh depalan
tahun. Hidungnya mancung indah seperti pedang.
Kumisnya tipis dan rapi. Tertawanya memancing orang lain untuk ikut tertawa
bersamanya. Hamdan juga seorang karyawan baru sepertinya. Seringkali Hamdan mengenakan
setelan celana jeans dan T-Shirt dan merek kenamaan. Sesekali dia memakai topi
atau penutup kepala lainnya.
Tetapi meskipun dia kelihatan sangat tampan dengan penutup kepala itu, tapi tak
lebih dari setengah jam dia betah untuk mengenakannya. Setelah merasa gerah,
Hamdan melepasnya untuk diperlihatkan rambut panjangnya yang terlihat sudah
dipendekkan beberapa hari lalu.
Michelle dan Hamdan sering terlihat bercakap-cakap bersama tentang pekerjaan dan
perhelatan berbagai pertunjukan.Untuk beberapa kepentingan pekerjaan luar
kantor, mereka sering bepergian bersama.
Mereka juga sering makan dan minum bersama-sama di beberapa restoran, kafe, mal,
atau di beberapa kesempatan menonton pertunjukan.
Dalam berbagai kesempatan, Michelle diajak untuk mengikuti sebuah petualangan
laut atau darat. Tetapi Michelle selalu berhasil menolaknya dan cukup memberikan
respon pada foto-foto perjalanan Hamdan yang ditunjukkan kepadanya.
41 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 17/12/2004 Subject: Surat untuk F Sangat mudah bagi semua orang untuk marah. Tetapi sulit untuk marah dengan
tepat, di waktu yang tepat, dan dengan alasan yang tepat terhadap seseorang yang
dicintai (Aristoteles). Banyak yang mengirim email kepadaku dan memberikan penafisran atas
'lembaran-lembaran dari langit" yang ditulis Shedim. Sebagian mempermasalahkan
bait perbait dan, kata perkata, dan sebagian lainnya menanyakan lebih jauh
tentang kelanjutan lembaran-lembaran itu.
Bermodal sebagian kecil dari harta peninggalan ayahnya, Shedim ingin berbisnis.
Bermula dari hobi mendatangi acara pesta, Shedim ingin menjalankan usaha di
bidang penyelenggaraan pesta. Hal ini terbetik di hatinya setelah beberapa kali
gagal mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya. Segmentasinya adalah gadis dan
remaja yang memang gemar berpesta. Sudah seminggu ini dia tidak mendapat
undangan untuk menghadiri pesta pernikahan, makan malam, atau perayaan tertentu
lainnya. Padahal biasanya, dia bisa mendapatkan tiga undangan sekaligus. Adalah
kebiasaan para gadis di sana untuk mengadakan atau menghadiri pesta sebagai
alternatif hiburan dan pelarian dari berbagai permasalahan yang dihadapi. Dalam
pesta itu, mereka berjoget bersama dengan iringan musik yang menghanyutkan.
Shedim berpikir untuk memulai bisnis dan menjadi penyelenggara berbagai event
kecil yang dihadiri oleh beberapa kerabat dan temannya.
Diharapkan dia bisa mengembangkan usaha menjadi penyelenggara pesta-pesta besar
dengan undangan yang banyak. Kebiasaan para wanita Arab itulah yang mengilhami
Shedim untuk mengkomersilkannya. Shedim memerhatikan kebiasaan itu bertahuntahun. Shedim akan menjadi penyelenggara dengan rincian bisnis dari awal hingga
akhir sesuai dengan kemampuan konsumen. Shedim juga akan menjamin
terselenggaranya pesta sesuai dengan tema dan style yang dikehendaki. Tentu
Shedim akan menjalin interaksi bisnis dengan berbagai rumah makan, percetakan,
konveksi dan bidang usaha lain yang terkait.
Shedim meminta Ummi Nuwair untuk menjadi perwakilan wilayah Riyad, dan Qamrah
untuk wilayah Saudi bagian Timur. Sementara itu, Lumeis mungkin juga akan
dilibatkan untuk wilayah Jeddah karena dia merencanakan tinggal di kota itu
setelah pernikahannya dengan Nizar.
Michelle pun bisa jadi akan terlibat untuk menangani berbagai perhelatan di
Dubai. Ummi Nuwair menyambut permintaan itu dengan senang hati. Dia memang sedang
memerlukan beberapa aktifitas tambahan untuk mengisi beberapa waktu luang
sepulang kerja. Ummi Nuwair juga membutuhkan media untuk tetap berkomunikasi
dengan Shedim setelah kepindahannya ke rumah bibi Badriyah. Qamrah juga
menyambut baik, bahkan mereka berdua segera memulai kegiatan dengan
menyelenggarakan beberapa perkumpulan kecil yang melibatkan kenalan-kenalan
mereka. Thariq juga turut membantu menyelesaikan beberapa bagian pekerjaan. Ia
diperlukan terutama untuk melakukan beberapa kerjaan yang tidak boleh dilakukan
oleh perempuan. Undang-undang di sana memang melarang beberapa hal untuk
dijalankan oleh perempuan.
Kemarin malam, Shedim pergi ke Saudi bagian Timur. Qamrah berhasil menyebar
banyak undangan untuk mendatangi pesta pernikahan salah satu kerabat teman
adiknya, Hafshah. Qamrah, Hafshah, Shedim, dan Lumeis pergi ke pesta itu.
Hafshah mengambil tempat di sebuah meja. Yang lainnya memposisikan diri pada
tempat dekat lantai dansa.
Kebersamaan mereka memancing perhatian ibu-ibu yang hadir.
Shedim berjoget di tempat sambil memejamkan mata. Jari tengah dan jempolnya
bergerak-gerak sesuai nada. Seiring dengan itu, pundaknya menari sesuai irama
lagu. Lumeis seperti sedang menggerakkan badannya sesuai dengan lenggok tarian
Mesir. Sedang Qamrah yang memang tidak hafal lagu dan tidak banyak memahami
musik hanya melibatkan diri sekadarnya saja. Tetapi dia tetap terlihat enjoy dan
larut dalam suasana yang ada.
Sambil menunggu tarian berikutnya, Lumeis mojok bersama seorang teman lama yang
bertemu tanpa sengaja. Lumeis menanyakan banyak hal tentang pengalamannya
bersama suami. Tentang prosesi pernikahan, malam pertama, alat kontrasepsi, dan
berbagai hal lainnya. Shedim dan Qamrah kembali berjoget setelah iringan musik kembali bergema.
Menyimak lirik lagu itu, Shedim teringat Faraz: Aku mencintamu meski engkau
telah pergi Meski kepergianmu membakar hatiku
Kurelakan engkau bahagia bersama yang lain
Aku tetap mencintaimu meski cintamu telah terbagi Kebahagiaku adalah melihatmu
bahagia... Di atas meja makan, setelah mereka mengambil makanan favorit masing-masing,
mereka larut dalam percakapan terutama tentang kepindahan Shedim besok pagi.
Shedim sendiri merasakan kesedihan yang dalam dan tekanan yang sangat
menghimpit. Dia tak tahu cara untuk menyembuhkan kesedihan di dadanya. Di
tengah-tengah acara makan itu, sebuah dering tanda SMS masuk terdengar. Masingmasing berusaha memeriksa ponsel. Ternyata Lumeis yang mendapatkan pesan dari
kekasihnya, Nizar. Shedim pulang ke rumahnya dan mendapati koper dan tas yang telah rapi tersusun
di kamarnya. Kesedihan Shedim semakin menggumpal. Diamatinya sekeliling kamar,
dan kenangan pun kembali hadir. Shedim kecil yang berlari dan menangis di kamar
itu. Shedim remaja juga menjalani pubertas di kamar itu. Shedim dewasa juga
menumpahkan segalanya di kamar itu. Dinding, foto, meja, dan semua perabot
seakan melarangnya pergi. Seribu tangan seperti menghalanginya untuk melangkah. Shedim meraih 'lembaran-lembaran dari langit'
miliknya dan mulai menulis:
Surat untuk F: Sesuai waktu Saudi, sekarang pukul tiga lebih empat puluh menit dini hari.
Hatiku selalu terjaga. Mataku tidak terpejam. Malam, sapalah
kekasihku.Tidur.pergilah dari mata kekasihku. Agar malam ini kami sama-sama
terjaga. Setelah beberapa menit, waktu Azan Subuh tiba untuk daerah Riyad.
Apakah kamu masih rajin menjalankan salat jamaah" Atau tidurmu yang lelap di
sisi kekasihmu telah melalaikanmu dari kewajiban salat" Aku terbunuh oleh
kerinduan mendengar suaramu. Andai aku bisa membangunkanmu dan tidurmu saat
ini... Duniaku berduka tanpamu. Malam lebih gelap dan sunyi lebih mencekam. Seperti
syairku yang lain, kali ini aku hanya berbicara tentang perasaanku dan
perasaanmu. Tanpa pertimbangan yang lain.Aku mungkin sedang tidak mau tahu siapa
yang di sampingmu sekarang. Aku hanya ingin mengungkapkan rasaku: aku tidak
mengharap cinta dalam hidupku selain darimu.
Aku hanya mencintaimu, tatapi mengapa cinta itu menyiksaku"
Bagiku, semua lak-laki adalah syetan. Aku hanya menginginkanmu.
Tuhan, betapa aku mencintainya!
Aku ingat saat kamu meneleponku dengan nomor baru. Aku sama sekali tidak menduga
itu adalah kamu. Tapi setelah kutahu, betapa bahagia aku. Saat itu kamu di
Mesir. Aku tahu kamu pergi tanpa hati, karena hatimu tertinggal di sini. Di sisi
hatiku. Faraz, cintaku, kekasihku, andai kamu ada di sini...
Faraz, aku mencintaimu" Tidak! Aku membencimu!
Kekasih yang kubenci: F Besok aku akan pergi ke katamu. Akhirnya aku akan selalu berdekatan dengan
berita tentang dirimu. Kita akan bersama dalam satu kota. Aku dan kamu!
Bagaimana aku akan menempuh perjalanan darat, sedangkan kenangan perjalanan kita
ke kota itu masih terbayang-bayang"
Aku ingin pergi menggunakan pesawat, tetapi Thariq datang menjemputku dengan
mobil. Yang pasti, aku tidak akan pernah membayangkan hidup di kotamu tanpa
bayangmu dalam khayalku. Bahkan aku tidak pernah membayangkan bisa hidup di suatu tempat tanpa bersanding
dengan lamunan bersamamu. Ya, aku tak pernah membayangkan akan sanggup menjalani
hidup berjauhan denganmu...
Ah, Allah yang akan membalaskan dendam ini!
42 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 24/12/2004

Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Subject: Lumeis menikahi cinta pertamanya
Kebahagiaan manusia bermula dari hati wanita (Kahlil Gibran).
Salah seorang pembaca wanita yang tak mau menyebutkan namanya mengatakan bahwa
dia tidak bisa mengerti mengapa aku memaknai cinta dengan cara yang salah dan
begitu bangga dengan sahabat-sahabat bodoh itu. Menurutnya, mereka adalah orangorang tidak tahu dengan apa yang sesungguhnya sedang mereka cari. Mereka
membuang-buang waktu dengan melakukan kesia-siaan. Menurutnya, tidak ada yang
lebih mulia dan lebih benar dari kedatangan seorang laki-laki mengajukan lamaran
kepada seorang perempuan untuk mempersatukan dua keluarga dalam sebuah ikatan
pernikahan. Cara ini akan menjamin keselamatan kedua belah pihak dan terbebasnya
mereka dari kondisi tertipu.
Bagaimana mungkin ada perempuan-perempuan yang menolak kemuliaan ini dan memilih
mencari kebahagiaan di balik fatamorgana sebagaimana dilakukan oleh sahabatsahabatku" Pembaca budiman, aku menghargai dan menghormati pendapat Anda.Tetapi kalau kita
kehilangan kepercayaan kepada cinta, maka kita akan kehilangan segalanya di
dunia ini. Dunia akan kehilangan keindahan, lagu akan kehilangan nada, bungan
kehilangan aroma dan daya tarik, kehidupan akan kehilangan kemeriahan. Dengan
adanya cinta, hidup akan mempunyai kelezatan. Bilapun ada kelezatan tanpa cinta,
itulah keindahan yang menipu. Lagu, bunga, dan keseluruhan elemen kehidupan akan
kembali menemukan gairah dan dinamikanya bila bersanding dengan cinta.
Ringkasnya, hidup akan berwarna indah bila mendapat sentuhan-sentuhan jemari
cinta. Ya Allah, kami telah kehilangan banyak hal, maka jangan Engkau tambahkan derita
kami dengan kehilangan cinta.
Sesuai dengan kebiasaan dan tradisi penduduk Hijaz, tak lama setelah proses
lamaran selesai, pernikahan Lumeis pun akan segera diselenggarakan. Inilah pesta
pernikahan perdana yang diselenggarakan oleh Qamrah, Shedim, dan Ummi Nuwair
bekerja sama dengan Lumeis dan Michelle. Michelle sendiri secara khusus datang
dari Dubai untuk menghadirinya. Hari itu adalah hari kelima bulan Syawal.
Persiapannya dilakukan selama bulan Ramadhan. Beban paling berat dipikul oleh
Ummi Nuwair dan Qamrah. Mereka berdualah yang masih tetap tinggal di Riyad
tempat diselenggarakannya pesta itu.
Qamrah bertanggungjawab menyediakan konsumsi, terutama kue-kue yang dipesan
secara khusus dari tempat-tempat yang khusus pula.
Adapun Michelle berperan dalam menyediakan berbagai keperluan panggung, terutama
rekaman lagu-lagu yang bisa dijadikan cinderamata bagi para tamu undangan.
Qamrah mengerjakan semua persiapan itu setelah salat tarawih berjamaah di Masjid
Malik Khalid. Shaleh ada bersamanya untuk mulai sejak dini ditanamkan ketaatan
beragama. Anak itu berdiri di samping ibunya dalam setiap salat dan selalu
berusaha menirukan semua gerakannya. Mulai dari takbir, ruku', sujud, duduk,
bahkan dia berusaha mengikuti bacaannya. Ketika lelah menirukan gerakan salat,
Shaleh berusaha menengok ke kanan dan ke kiri ke arah para jamaah. Sesekali dia
melihat mata ibunya sekadar ingin mendapatkan perhatian. Ketika merasa usahanya
sia-sia, Shaleh berusaha menempuh jalan lain. Ketika para jamaah ruku', dia
menyentuh beberapa jamaah di sampingnya dengan harapan mereka akan menghiraukan
senyumannya. Tetapi tetap sia-sia.
Beberapa jamaah menegur Qamrah atas tingkah anaknya. Sang ibu pun berusaha
melarang anaknya meski dia tahu Shaleh tidak akan mengerti.
Salat Tarawih selesai sekitar jam sembilan malam. Setelah salat Tarawih selesai,
aktifitas perdagangan dimulai. Toko-toko kembali menggelar dagangannya. Qamrah
memanfaatkannya untuk mengunjungi beberapa konveksi yang menyediakan baju
pengantin. Dia melihat-lihat berbagai mode terbaru yang berganti setiap hari.
Dia juga mencari tempat percetakaan yang melayani pembuatan kartu undangan.
Bersama Lumeis, Qamrah juga pergi ke mal dan pusat perbelanjaan untuk melengkapi
berbagai keperluan yang belum tersedia.
Qamrah baru pulang ke rumah tidak kurang dari jam dua atau tiga dini hari. Pada
sepertiga Ramadhan yang terakhir, dia menyempatkan diri untuk menjalankan salat
malam menjelang waktu Subuh. Dia membiasakan salat malam di masjid tempatnya
menjalankan Tarawih bersama ibu dan saudara-saudaranya.
Pada mulanya, Ummi Nuwair melarang Qamrah untuk pergi keluar rumah mengerjakan
ini semua. Tetapi pengalaman menyenangkan dan menguntungkan dalam beberapa event
yang mereka selenggarakan sebelumnya melahirkan semangat baru. Ayah Qamrah
akhirnya juga turut mendukung dan menyetujui pekerjaan anaknya yang dianggap
aneh ini. Ibu Qamrah sebenarnya menyuruh beberapa anak laki-lakinya untuk menemani Qamrah
menjalankan pekerjaaannya.Tetapi mereka semua menolak dengan alasan malas.
Akhirnya Qamrah pergi bersama adik perempuannya atau sendirian. Lebih seringnya
dia pergi bersama si kecil Shaleh.
Pada hari pernikahan, Lumeis tampil jauh lebih menawan dibanding hari-hari
sebelumnya. Pakaian dan keserasian mode yang dipilihnya telah menyulap
penampilan Lumeis. Gaun yang anggun ditambah dengan pilihan warna yang
mengagumkan dari semua sisi, membuatnya terlihat seperti seorang ratu. Di
tangannya, seikat bunga menambah lengkap penampilannya. Satu tangan Lumeis
berada di lengan tangan Nizar, dan mereka berdua beriringan di antara para
undangan. Sahabat-sahabat yang lain menyaksikan kebahagiaan yang sempurna terpancar dan
wajah Lumeis. Kedua mempelai berdansa dan berjoget bersama setelah prosesi
pernikahan selesai dilaksanakan.
Mereka berdua terlihat menari serasi satu sama lainnya dengan gerakan yang
terlatih di antara kerumunan kerabat mereka berdua. Di antara mereka berempat,
Lumeislah yang kali pertama menikah dengan landasan cinta kasih.
Ketiga sahabat Lumeis saling berbisik mengomentari perhelatan dari berbagai
sudut pandang. Ada yang melihat dari sisi konsumsi, pakaian, tanan, musik,
kecantikan dan ketampanan serta berbagai komentar lainnya. Tetapi secara umum
mereka mengharapkan dan mendoakan kebahagiaan terlimpah untuk mereka berdua.
Sebagian mereka mengenang kembali mantan suami atau mantan kekasih mereka, dan
mulai melakukan perbandingan.
Michelle berkata, "Ya Allah, inilah pernikahan yang sejati. Inilah kehidupan
sejati Lumeis dalam kemerdekaan sebagaimana Nizar juga merdeka dalam hidupnya.
Tidak ada paksaan, tidak ada tekanan.
Kesalahan kita adalah terlalu banyak memberi kepada laki-laki, sehingga mereka
merasa tidak perlu memberi.
Di antara mereka ada yang melontarkan pemikiran untuk menaruh rasa belas kasihan
kepada Tamara yang harus didahului Lumeis. Tetapi yang lainnya berusaha
menimpali bahwa perjodohan bukan ilmu pasti yang bisa dijabarkan dengan rumusrumus yang mati. Perjodohan tetap misterius. Dan Tamara pasti akan mendapatkan
pujaan hatinya suatu hari nanti. Sahabat-sahabat Lumeis masih bercengkerama dan
saling mengungkapkan keinginannya di masa depan.
Tiba saat pelemparan sekuntum bunga. Para gadis berkumpul di belakang pengantin
untuk mengetahui siapa yang beruntung mendapat lemparan bunga dan kemudian akan
menyusul menjadi pengantin.
Mereka yang berdesakan adalah sahabat-sahabat kedua mempelai, teman-teman kampus
dan teman lama mereka berdua selama di bangku sekolah menengah. Tamara ikut
bergabung bersama mereka untuk memperebutkan giliran menikah. Shedim, Michelle,
dan Qamrah juga ikut bergabung setelah dipaksa oleh Ummi Nuwair.
Lumeis bersiap melempar bunga setelah sebelumnya membuat kesepakatan secara
diam-diam dengan ketiga sahabatnya untuk mengarahkan lemparan ke tempat mereka
bertiga berdiri. Lumeis melempar bunga ke udara dan mereka yang berkerumun
berlompatan memperebutkan. Riuh rengah dan meriah. Setelah berdesakan dan dengan
usaha yang cukup melelahkan, Qamrah berhasil mendapatkan kuntum bunga itu.
Dengan senyum tertahan bersama sedikit rasa malu, Qamrah mengangkat bunga ke
udara dan melemparkan pandangan kepada para undangan.
43 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 31/12/2004 Subject: Hari ini kembali kosong
Hari ini kembali kosong Seperti tidak ada yang pernah terjadi
Seperti gambaran polos anak-anak kecil
Dia mengatakan bahwa dirinya adalah teman seperjalanan Dia juga menegaskan diri
sebagai satu-satunya cinta Dia membawakan bunga, maka bagaimana aku bisa
menolaknya" Masa kecilku tergambar di kedua belah bibirnya
Tak lagi kuingat kegetiran Kusembunyikan kepala
Aku seperti anak kecil yang berlari ke arah ayahnya Aku senang dan menari
Aku menangis di atas pundaknya
Tanpa kutahu, kuserahkan kedua tanganku
Untuk kutemukan lelap tidurku di telapak tangannya Dalam sekejap kuhapus semua
dendam Siapa yang mengatakan bahwa aku menaruh dendam
kepadanya" Alangkah indah rujuk kembali bersamanya... (Nizar Qubany) Aku kehilangan rasa
untuk menuliskan pendahuluan kisahku minggu ini.
Terserah Anda menilai dan mengikuti semua peristiwa yang kupersembahkan:
Faraz kembali pulang! Shedim benar-benar terhenyak dengan kenyataan yang tak pernah diduga selama ini.
Walau itulah yang selama ini diinginkannya, namun untuk membayangkan hal itu
terjadi, dia tak mampu. Dia meraih
"lembaran-lembaran langit" miliknya dengan antusiasme tinggi.
Faraz kembali hanya dua hari berselang semenjak Shedim menulis surat yang bahkan
belum sampai ke tangan lelaki itu. Dia kembali hanya setelah sebulan
kepergiannya dan hanya beberapa hari setelah peresmian hubungan mereka. Bahkan
hanya beberapa minggu setelah pesta pernikahannya!
Kala itu Shedim sedang menghadiri pesta pernikahan kawannya.
Setelah pesta semalaman, dia pulang ke rumah bibinya. Malam itu dia belum bisa
tidur. Tempat tinggal itu berdekatan dengan rumah Faraz.
Cuaca dan udara kota-kota di wilayah Timur Saudi memang berbeda dengan kota
Riyad.Tapi faktor Faraz-lah yang menjadikan malam itu sedemikian bermakna.
Lampu-lampu di jalanan kota mengisyaratkan cahaya bahagia. Papan-papan di
sepanjang jalan raya seperti memajang foto-foto Faraz. Tulisan di kanan kiri
jalan juga seperti mengeja nama lelaki itu. Kota tersebut seperti menjadi milik
Faraz malam itu. Jam menunjuk angka empat dini hari ketika sebuah SMS terbaca:
Aku masih mencintaimu meski di atas kertas cinta itu terlarang.
Kusadari bahwa aku mencintaimu sejak dulu. Semua foto dan surat telah terlanjur
kubakar agar kita berdua menjadi tenang. Hatiku hancur saat api menghanguskan
hartaku yang paling berharga itu.
Tetapi gambar, suara, dan bayang jelas dirimu di hatiku mustahil bisa
kusirnakan. SMS ini bukan simbol bahwa aku mengajakmu rujuk dan menerimaku
kembali, meski penolakanmu atas kedatanganku sama sekali bukan yang diharapkan
oleh hatiku. Aku hanya ingin menyampaikan berita tentang aku. Tentang aku yang
lelah, sangat lelah hidup tanpa dirimu...
Shedim tidak bisa membaca pesan itu dengan jelas. Air matanya mengalir deras
menghalangi kejernihan pandangan. Air mata itu mengalir deras sesaat setelah ia
mengetahui siapa yang telah mengirimkan pesan itu. Dia memang tidak sampai hati
menghapus nama itu dari phonebook ponselnya meski telah tega meludah di atas
foto kekasihnya itu. Shedim masih belum sepenuhnya menyadari apa yang sedang terjadi ketika dia
memberanikan diri untuk menghubungi nomor pengirim SMS itu. Faraz yang menjawab
panggilannya. Faraz sang kekasih, saudara, ayah, dan teman. Dia tidak berkata
apa-apa. Shedim tak kuasa menahan air matanya kembali mengalir hanya untuk
sekadar mendengar dengus nafas Faraz. Kali ini disertai tangisan. Faraz terdiam,
ia tidak tahu apa yang dikatakan. Sedikit kebisingan di sekitarnya cukup untuk
menyembunyikan suara nafasnya.
Mimpi yang menjadi kenyataan. Malam itu tak kan terlupa. Esok hari, burungburung berkicau riang. Terdengar dendang lagu untuk Shedim:
Matamu membuatku rindu Bayangmu di dalam anganku dan tak sekejap pun tak terlupa Aku merasakan
kehadiranmu dan waktu ke waktu
Tak bisa kujalani hidup tanpamu
Kepergianmu membuatku menderita
Kemarilah dan hatiku merindumu
Kupetik mawar untukmu, wahai harta termahalku...
Faraz tidak percaya ketika Shedim memberitahunya bahwa kini dia tinggal di kota
yang sama. Bahkan hanya beberapa kilometer dari rumah Faraz. Lelaki itu tetap
bercakap-cakap melalui telepon dengan gadis itu hingga sampai di tempat yang
ditunjukkan Shedim. Dia tidak tahu alamat rumah dan tidak mau bertanya. Faraz
hanya memberitahu bahwa dirinya sudah sangat dekat dengan kediaman bibinya.
Dalam lirik itu, kedua kekasih saling menanti. Setelah saling merasa kehilangan,
mereka menemukan takdir telah berubah tanpa direkayasa.
Shedim berjalan menuju jendela kamarnya yang menghadap jalan raya.
Shedim menunggu Faraz yang tidak tahu rincian alamat rumah bibinya.
Dia hanya memberi tanda-tanda dan deskripsi kondisi fisik rumah itu.
Shedim sendiri memang tidak tahu alamat lengkap rumah itu, kecuali warna pintu
depan dan beberapa ciri khas bagian depannya.
Cahaya lampu mobil Faraz tertangkap mata dari kejauhan. Semua seperti gulungan
ombak kebahagiaan. Mobil Faraz berhenti di depan rumah sang bibi tidak jauh dari
jendela kamar Shedim di lantai dua. Dari balik jendela kamarnya, Shedim
memandangi kekasihnya. Rambut dan semuanya masih seperti dulu.
Kesabaranku kembali memberi bukti
Cinta dan citaku masih di sini
Masih seperti dulu Saling merindu Ini sebuah akhir yang indah
Matamu masih jernih untukku
Bait-bait itu mengantarkan datangnya pagi hari menuju dalam kamarnya. Apa yang
ingin kukatakan adalah pagi hari kota ini terasa begitu indah!
44 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 7/1/2005 Subject: Kehidupan Lumeis pasca perkawinan
Pernahkah engkau mencintai"
Bukankah cinta itu kejam"
Membuatmu sangat lemah Cinta membuka hatimu dan mempersilakan seseorang masuk Engkau membangun benteng
pertahanan untuk berlindung dari serangan
Tiba-tiba datang seorang buta untuk berpetualang di duniamu yang gelap
Engkau memberi sebagian dirimu, padahal dia tak pernah meminta Ketika dia
melakukan kebodohannya, dia memancing senyummu Cinta menyanderamu.
Dia menggerogotimu dari dalam dan meninggalkanku menangis dalam kelam.
Dia mulai berjalan ke jantung hatimu
Berapa banyak luka yang ditorehkannya"
Bukan imajinasi, bukan pula logika
Dialah luka jiwa dan luka jasad
Dialah luka yang menyakiti dan menghancurkanmu
berkeping-keping Aku benci kepada cinta (Neil Geeman). Seperti biasa para pembaca terpecah menjadi dua. Sebagian mendukung dan sebagian
lainnya menentang bersatunya kembali pasangan Shedim-Faraz. Tetapi tidak seperti
biasanya, mereka sepakat untuk menyayangkan bila akhirnya kehidupan mereka tidak
seindah cinta mereka. Faraz dan Shedim harus merupakan kisah dengan happy
ending. Beberapa bayangan dan prediksi tentang Hamdan datang dalam berbagai bentuk.
Suatu hari Hamdan menyatakan ingin menikah dengan seseorang yang sebelumnya
merupakan sahabat terbaiknya. Dia juga berangan-angan mendapatkan seorang
pendamping yang sesuai dengan kriterianya.Di beberapa kesempatan, Michelle
menyampaikan terimakasih yang dalam atas pujian yang dialamatkan kepada dirinya.
Hamdan memang selalu memuji kecantikannya dan memerhatikan setiap rincian
perubahan Michelle dari hari ke hari.
Michelle berusaha berterus terang kepada dirinya sendiri tentang Hamdan. Apa
yang terjadi di dalam hatinya tentang Hamdan adalah salah satu dari dua
kemungkinan. Antara Michelle mengaguminya dengan tingkat kekaguman tertinggi,
atau dia mencintainya dengan tingkat cinta terendah. Keberadaan Hamdan di
sisinya melahirkan kedamaian dan ketenangan yang jauh lebih bermakna dibanding
kedekatannya dengan Mathew, tetapi jauh lebih rendah dari ketenangannya ketika
bersama Faishal. Michelle yakin bahwa perasaan cinta yang tumbuh di hati Hamdan
kepada dirinya jauh lebih subur dibanding cinta yang tumbuh dalam hati gadis itu


Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

teruntuk Hamdan. Karenanya,Michelle memutuskan untuk sering mengabaikan
perasaan-perasaan dan tidak banyak memedulikan
perasaan Hamdan. Michelle memutuskan untuk menggantung status. Dia tidak ingin mematahkan begitu saja harapan dirinya dan
harapan Hamdan. Hamdan sendiri juga memahami bahwa saat itu masih terlalu pagi
untuk membicarakan hubungan mereka berdua dengan lebih serius. Michelle juga
merasa senang karena ternyata Hamdan tidak berbalik membencinya meski secara
lembut dia telah melakukan penolakan.
Hamdan tahu dengan pasti bahwa perkataan adalah cara terbaik untuk mengungkapkan
apa yang tersirat di dalam akal. Tetapi sesuai dengan pelajarannya di kampus
dahulu, ia meyakini bahwa untuk mengungkapkan apa yang tersembunyi di dalam
hati, perkataan tidak akan pernah mampu. Hanya bahasa perasaan yang bisa
mengungkapkan isi hati dengan tepat. Hamdan adalah orang yang dengan fasih bisa
mengungkapkan dan memahami bahasa perasaan.
Diam-diam Michelle kagum dengan kestabilan emosi Hamdan. Lakilaki seringkali
tidak menguasai dirinya bila merasa mendapatkan penolakan atau hal lain yang
tidak dia sukai. Hamdan adalah sosok yang mempunyai emosi yang terkendali
sekaligus memiliki kemampuan intektual uang tinggi. Semua keluasan wawasan,
prestasi, dan hasil kerja yang dia persembahkan adalah bukti kematangan
Intelectual Quotient. Sedangkan kepribadiannya yang mengagumkan adalah bukti kedewasaan Emotionai
Quotient-nya. Tetapi dengan semua kelebihan ini, Michelle belum bisa menaruh
hati untuknya. Atau setidaknya, ia memang belum tergerak untuk berusaha
mencintainya. Bila sebuah keluarga Saudi melarang anak laki-lakinya menikah
dengan dirinya hanya karena darah Amerika yang mengalirinya, apakah pemuda
Emirat ini juga akan melakukan hal yang sama" Dia lari dari Saudi menuju Amerika
karena kegagalan cinta. Ia pun lari dari Amerika dan lari menuju Dubai dengan
alasan yang sama. Hendak lari ke manakah ia pada kesempatan ketiga kalau
ternyata menemukan kegagalan cinta di Dubai"
Michelle meraih semua prestasi dalam hidupnya dengan gemilang, kecuali pada hal
perkawinan. Michelle sendiri tidak yakin suatu hari nanti bisa menemukan lakilaki yang sesuai untuknya. Dia merasa ada jarak antara dirinya dengan takdir
bahagia bersama seorang lawan jenis. Bila dia mulai menyukai laki-laki, takdir
menjauhkannya. Bila dia membenci laki-laki, takdir memerintahkan untuk melawan
perasaannya. Lumeis memutuskan untuk mengenakan hijab sepulang dari perjalanan bulan madu. Di
antara sahabat-sahabatnya ada yang mendukung dan ada yang menentang keputusan
itu. Tetapi Lumeis sudah terlanjur berteguh hati. Ia merasa telah cukup
berpetualang dalam kebebasan selama ini dan selama bulan madunya. Kini ia merasa
sudah saatnya untuk kembali menapaki jalan yang diridhai Allah. Ini juga
menunjukkan kesyukuran yang mendalam atas karunia seorang suami yang sesuai
dengan kriterianya. Juga, atas sahabat-sahabat yang selalu hadir untuknya.
Pada praktiknya, kehidupan rumah tangga Lumeis dan Nizar layak menjadi teladan
keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah*. Mereka berdua saling memahami dan
mempunyai tingkat toleransi satu sama lain yang tinggi, lebih tinggi dibanding
rumah tangga lain di sekitarnya.
Sebagai contoh, pembawaan Nizar yang lembut dan mudah menerima kondisi apa
adanya serta pembawaan Lumeis yang keras dan sering tidak mau kalah bisa mereka
satukan dalam bingkai suami istri yang saling melengkapi. Bahkan Lumeis tampil
lebih sabar dalam berbagai urusan rumah tangga. Karenanya, Nizar benar-benar
memercayakan sepenuhnya urusan rumah tangga kepada Lumeis. Namun begitu, setiap
hari Nizar turun tangan membantu semua kesibukan di rumah. Menyapu, mencuci,
memasak dan semua pekerjaan rumah mereka selesaikan bersama.
Kebersamaan ini sekaligus menambah romantisme rumah tangga dan membuat mereka
tidak ingin mengambil jasa pembantu hingga dikaruniai seorang anak.
Lumeis juga selalu berusaha menyenangkan semua anggota keluarga suaminya,
terutama ibunda Nizar yang dipanggilnya dengan sebutan mama. Hubungan yang
harmonis antara menantu dan mertua ini membuat Lumeis banyak kembali kepada mama
dalam setiap permasalahan.
Tanpa sebab, suatu hari Nizar menghadiahi Lumeis setangkai mawar. Sebuah ucapan
cinta ditempelkan Nizar di pintu kulkas sebelum keberangkatannya untuk lembur di
rumah sakit. Sepulang kerja, Nizar sering menjemput istrinya untuk makan di
sebuah restoran. Selain itu semua, Nizar melakukan banyak hal yang jarang
dilakukan oleh para suami. Nizar memerlakukan Lumeis seperti kebanyakan pemuda
kepada pacarnya, bukan layaknya seorang suami kepada istrinya. Bila keduanya
terlihat sebagai pasangan suami istri, mereka adalah suami istri yang masih
dalam masa bulan madu. Sebuah pertanyaan bersarang dalam diri Shedim dan sekian lama dia tidak
menemukan jawaban. Dia selalu mencari jawaban dan berdiskusi terutama dengan
Qamrah dan Ummi Nuwair perihal pertanyaan itu: Apakah keterampilan hidup,
keluasan wawasan, dan kedalaman ilmu bagi seorang wanita merupakan nikmat atau
bencana" Beberapa kali Shedim menemukan fenomena bahwa dalam rangka pemilihan seorang
pendamping hidup, pemuda tidak banyak mempertimbangkan faktor kecerdasan,
kepandaian mengatur hidup, keluasaan wawasan, dan kedalaman ilmu pengetahuan.
Bahkan banyak yang menghindari karena merasa sedang menghadapi bahaya bila
disodorkan seorang calon istri yang cerdas, pandai, dan menguasai banyak hal.
Mereka masih mempunyai trend untuk merasa cukup dengan
* Sakinah adalah hasil yang terwujud dalam rumah tangga setelah sebelumnya
berhasil keluar dan goncangan badai. Mawaddah memiliki arti yang erat kaitannya
dengan romansa dan birahi. Sementara rahmah adalah gambaran kasih sayang antara
suami dan istri termasuk anak - Peny.
istri yang berpendidikan menengah, rendah hati, tidak banyak menyimpan ambisi,
dan tidak banyak pengalaman. Dengan demikian, mereka mempunyai otoritas peran
untuk menjadi guru bagi istrinya sekaligus pengendali yang mengarahkan sesuai
dengan keinginannya. Banyak laki-laki yang menaruh hormat dan kekaguman atas perempuan yang 'kuat",
tetapi mereka menolak untuk memperistrinya. Demikianlah, para perempuan dituntut
untuk berwawasan luas tetapi pada saat yang sama masyarakat masih berpandangan
bahwa wanita seperti ini tidak mampu menjadi istri yang baik. Pemuda yang tidak
tahu apa yang diinginkannya memang tidak pantas bersanding dengan perempuan yang
tahu dengan pasti masa depannya...
45 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 14/1/2005 Subject: Dendam cinta Shedim
Apakah kamu berpendapat kebersamaan kita akan berujung pada perpisahan"
Apakah kamu berpendapat bahwa lilin menerangi kita dan di dalam cahaya itu kita
terbakar" Aku khawatir asa kecil kita akan layu dan mati
Hari ini kita merajut mimpi
Di landasan, besok kita akan ditinggal zaman
Aku akan mengikuti langkahmu, mungkin di sana
kutemukan bahagia Di antara sinar pagi kucari mimpi sore hari
Kukenang saat pertemuan Jalan-jalan kenangan seperti menari bagai cahaya mentari fajar hari Dalam dirimu
ada yang memenjarakanku. Aku tidak tahu di mana bertahta
Suatu hari kutemukan diriku mati.
Pada hari yang lain hidup kembali
Ah, ada luka bekas tikamanmu di dadaku
Ah, ada harapan yang membuatku bertahan
Besok akan terbukti Bunga-bunga layu di mata Usia termakan masa Besok di jalan yang sama kita akan berpisah
Hanya air mata yang ada Tetapi ada lilin kecil yang menerangi jalan kita Esok kita terbakar rindu...
(Faruq Juwaidah) Seorang pembaca merasa aneh dengan kritikanku atas perilaku laki-laki
pencemburu. Dia menguatkan pendapatnya dengan menyatakan bahwa mereka yang tidak
cemburu bukanlah laki-laki. Bahwa katanya wajar dan sudah seharusnya bila lakilaki memilih istri yang berada di bawahnya.
Aku tahu, baginya derajat semua wanita berada di bawah laki-laki agar
kelelakiannya tetap menonjol. Kalau tidak demikian, mengapa laki-laki tidak
menikahi sesama jenisnya saja" No Comment!
Shedim yang kali ini kembali ke Riyad bukan ia yang dahulu meninggalkan kota
itu. Qamrah tidak ragu bahwa Faraz berperan dalam keceriaan gadis itu kali ini.
Kedua mata Shedim bercahaya penuh gembira, senyumannya juga mengisyaratkan
bahagia. Tawanya yang selama ini tersembunyi, kini diumbar. Itulah tanda-tanda
cinta. Faraz telah kembali. Semuanya menjadi jelas seperti jelasnya matahari.
Kembalinya kedua pasangan itu, atau kesediaan Shedim menerima kembali kehadiran
Faraz, sebelumnya tak pernah didahului dengan tanda-tanda dan firasat. Itu pun
berlangsung begitu saja tanpa syarat, tanpa beberapa kesepakatan yang rumit.
Semua bukan hasil strategi Shedim yang jitu, melainkan akibat kuatnya cinta yang mengakar di dalam hatinya. Keindahan dan kelezatan
rasa cinta antara mereka berdua mengalahkan semua rasa berdosa dalam diri Faraz
dan derita luka yang pernah dirasakan Shedim.
Shedim telah merelakan semuanya. Merelakan luka yang menganga di hatinya, dan
bahkan, merelakan kemuliaan dirinya untuk tetap menganggap Faraz sebagai lakilaki terbaik yang pernah dikenalnya.
Shedim tidak pernah berpikir untuk suatu saat nanti kembali memiliki Faraz. Ia
hanya mengakui dengan sepenuh kesadaran bahwa ketergantungannya kepada lelaki
itulah yang sangat kuat, sehingga Allah menggariskan kenyataan yang kini
terjadi. Dulu, cinta Faraz yang belum sempat padam, mendorong kehendaknya untuk
memberitahu Shedim perihal lamarannya kepada seorang wanita. Cinta Shedim yang
juga belum padam, mendorong dirinya untuk tetap menjaga hati untuk menerima
Faraz sebagai sahabat sejati, sebagai ganti dari posisi sebagai calon suami.
Saat itu, Faraz selalu berusaha menghindari pembicaraan tentang calon istrinya
di depan Shedim. Bahkan Faraz menolak untuk memberitahukan nama atau kepribadian
calon istrinya. Ia juga tak memberi tahu Shedim mengenai hari pernikahannya.
Setelah peresmian hubungan dan sebelum dilaksanakannya prosesi pernikahan, ia
berkunjung ke rumah calon istrinya sekali dalam beberapa hari. Tetapi lama
kelamaan Shedim pun mengetahui, meski Faraz berusaha menyembunyikannya.
Saat ini ketika mereka berdua telah merajut kembali semua yang berserak di masa
lalu mereka. Namun pada suatu malam, Shedim sangat kecewa dengan cerita Faraz.
Lelaki itu menyampaikan bahwa pada dasarnya dia sangat menyukai istri yang
dipilihkan keluarga untuknya.
Dia juga menemukan sang istri memiliki segala yang dia impikan dari seorang
wanita. Tidak ada kekurangan dalam dirinya, kecuali bahwa dia tidak beruntung
mendapatkan cinta Faraz sebagaimana cinta yang telah diberikannya kepada Shedim.
Sebenarnya, Faraz juga telah mulai merasakan tumbuhnya pohon cinta kepada
istrinya seperti yang selama ini didengar dari anggota keluarga bahwa cinta itu
akan tumbuh setelah pernikahan berlangsung. Semua anggota keluarganya
menasehatinya untuk mengikuti pertimbangan logika dan mengesampingkan perasaan
cintanya. Faraz mengatakan bahwa dirinya memaklumi bila Shedim dalam kapasitasnya sebagai
seorang perempuan tidak bisa memahami jalan pikirannya. Semua perempuan tidak
bisa melakukan beberapa pertimbangan
menggunakan akalnya, melainkan menggunakan perasaannya. Shedim pun menjadi gundah. Faraz menceritakan semua komentar
anggota keluarga yang tidak pernah memahami fitrah manusia untuk mencinta dan
dicinta. Bisakah kita berharap dari orang yang tidak meyakini cinta untuk bisa
percaya kepada berbagai kecenderungan manusiawi lainnya" Bisakah mereka memahami
unsur-unsur kemuliaan, tanggung jawab, keikhlasan, dan sifat mulia lainnya dalam
sebuah tali rumahtangga"
Semua orang yang memberikan masukan kepada Faraz menganjurkan agar dia tidak
menentang keputusan nalarnya. Bagi mereka, laki-laki tidak pantas untuk
mempermasalahkan perasaan.
Mereka memberikan dorongan dan menghembuskan keberanian kepada Faraz untuk
meninggalkan perasaannya kepada 'anak kecil' yang bernama Shedim itu!
"Apa, mereka memintamu untuk membuang diriku" Mereka menyebutku anak kecil"
Tidakkah kamu mempunyai pendirian yang bisa membedakan mana yang benar dan mana
yang salah?" Kali ini Shedim memutus pembicaraan. Inilah kali pertama sejak dia menjalin
hubungan dengan Faraz. Itu adalah hari kelima sejak mereka bersatu kembali.
Itulah kali pertama dia mengangkat suara di depan muka Faraz. Dan saat itu
pulalah kali pertamanya dan terakhir kali Shedim mengumpat di depan Faraz.
Tidak ada air mata saat itu. Juga tidak ada lirik-lirik lagu cengeng.
Shedim akhirnya menyimpulkan bahwa cinta dan ketergantungannya kepada Faraz
lebih tinggi dibanding cinta Faraz kepada dirinya. Shedim akhirnya memahami
realita bahwa kisah cinta mereka berdua bukan yang terbaik di dunia sebagaimana
yang dia banggakan selama ini.
Kejadian malam itu tercantum dalam "lembaran-lembaran dari langit" sebagai
berikut: Mungkinkah perempuan mencintai seseorang yang tidak lagi dihormatinya" Berapa
banyakkah kisah cinta selain kisahku yang berakhir hanya dalam semalam, padahal
telah dirajut selama bertahun-tahun" Laki-laki tidak selalu mencintai orang yang
menghormatinya, tetapi perempuan tidak menghormati laki-laki kecuali yang
dicintainya. Selanjutnya Shedim menulis:
Apa yang kukatakan tentang laki-laki terkuat"
Bila dia mampu menjadi laki-laki di depan kedua orangtuanya Bila dia mampu
menepuk dada di depanku: aku lakilaki!
Di depan laki-laki yang kuat, akalku tunduk untuk berkata: aku perempuan!
Hatiku akan patuh, dan jiwaku akan taat!
Di hari itu, Shedim merasakan untuk kali pertama dalam empat tahun bahwa dia
tidak membutuhkan Faraz untuk menapaki masa depan kehidupannya. Faraz bukan
satu-satunya air dan udara kehidupan. Faraz bukan satu-satunya mimpi dan harapan
yang menggairahkan hidupnya.
Malam itu adalah malam pertama di mana Shedim terbangun di malam hari demi
memanjatkan doa kepada kekasihnya itu. Malam itu tidak ada kesedihan
yang diakibatkan oleh perpisahan. Satu-satunya penyesalannya adalah empat tahun yang telah berlalu itu ternyata hanyalah tak
berguna, sia-sia. Sebuah perjalanan panjang bersama fatamorgana bernama cinta!
Di penghujung lembaran langit, Shedim menulis:
Aku tidak peduli kisah ini akan berlanjut seperti apa. Ini semua masa lalu. Yang
kutakutkan adalah ketergantunganku kepada dirinya. Yang kutakutkan adalah
apabila aku harus hidup bersamanya.
Shedim tahu bahwa tidak benar bila mengabaikan pesan singkat yang dikirimkan
Faraz. Shedim telah terlanjur menolak untuk memahami sebab sebenarnya yang
membuat Faraz menutup kisah empat tahun bersamanya dengan keputusan yang tidak
dewasa. Shedim enggan untuk mengizinkan hatinya memahami cinta Faraz yang
ternyata lemah kepada dirinya. Shedim menolak penalaran untuk tunduk dan taat
kepada keluarga dengan mengacuhkan perasaan seorang wanita yang dengan tulus
mencinta. Hati kecil Shedim tidak menghendaki keputusannya untuk tidak
memedulikan pesan-pesan yang dikirim kekasihnya.
Pada akhirnya Shedim sembuh dari dendam cintanya. Tetapi ini semua adalah
pengalaman yang paling menyakitkan. Akibat dari semua itu, dia kehilangan rasa
hormat kepada semua laki-laki. Mulai dari Walid, Faraz, dan semua laki-laki...
46 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 21/1/2005 Subject: Inilah saat bagi Thariq
Aku masih bersama Anda semua. Dengan datangnya hari raya Idul Adha ini, aku
mengucapkan Selamat Hari Raya Kurban. Kullu am wa antum bikhayr, Semoga


Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepanjang tahun kita menemukan kebaikan.
Pada hari raya Idul Fitri yang lalu, aku tidak hadir bersama Anda.
Kali ini aku datang menyapa kembali. Semoga kesehatan, keselamatan, kesuksesan
selalu bersanding bersama kita semua. Amin.
Thariq lah yang paling bergembira ketika melihat Shedim pindah dari Riyad dan
tinggal bersama bibinya. Sejak awal dia mengangkat dirinya sebagai
penanggungjawab yang memenuhi semua kebutuhan Shedim dan menjamin kenyamanan
hidupnya. Meski Shedim tidak pernah meminta sesuatu, Thariq selalu berusaha
menyediakan apa saja yang dianggapnya merupakan kebutuhan Shedim. Dia juga
berusaha mengenalkan Shedim kepada beberapa temannya untuk menjamin bahwa dia
tidak sendiri. Thariq sering mencari kesempatan untuk bisa berdua bersama sepupunya itu dengan
berbagai cara. Salah satu yang paling sering dilakukan adalah ajakan makan malam
bersama di luar rumah. Semua itu tentu dilakukan Thariq tanpa sepengetahuan
saudara-saudaranya. Shedim tahu bahwa Thariq berusaha mendapatkan perhatiannya.
Tetapi dia berusaha bersikap wajar dan pura-pura tidak mengetahui selama dia
belum menemukan rancangan yang tepat untuk membicarakan hal itu secara serius.
Malahan Shedim ingin menyampaikan bahwa justru keberadaan sepupunya itu yang
membuat kepindahannya terasa tak nyaman. Ia merasa risih tinggal serumah dengan
pemuda yang terlihat menaruh hati kepadanya.
Thariq lebih tua setahun dari Shedim. Dia menyelesaikan pendidikan dasar dan
menengah pertama di Riyad ketika ayahnya masih bekerja di salah satu kantor
kementrian di sana. Selanjutnya dia melanjutkan sekolah menengah atas di kota
ini. Thariq menyelesaikan pendidikan Fakultas Kedokteran di Universitas Malik
Saud di Riyad. Kali pertama Shedim menangkap kekaguman Thariq yang berlebih kepadanya adalah
sewaktu dia mengunjungi keluarga Shedim. Ketika itu Shedim masih duduk di kelas
tiga sekolah menengah atas. Thariq adalah pemuda yang lembut dan santun, tetapi
kelembutan itu tidak mampu menggerakkan hati Shedim untuk menaruh rasa cinta.
Semasa mereka masih bermain bersama di rumah kakek, Shedim tetap memegang teguh
tali persaudaraan dan tidak ingin mengubahnya menjadi hubungan sesama kekasih.
Cinta Thariq yang tulus sebenarnya berhasil menyentuh perasaan Shedim, tetapi
Shedim tetap belum bergeming dari ikatan persaudaraan.
Ikatan persaudaraan itu semakin tetap dipegang kuat-kuat oleh Shedim sejak
perjalanan asmaranya dengan Walid dan Faraz.
Berulangkali Thariq mengunjungi Shedim, tetapi hanya disambut oleh ayahnya.
Setelah beberapa kali Thariq tahu bahwa dirinya tidak dihiraukan, ia tidak lagi
berusaha mengunjunginya di rumah. Tetapi untuk beberapa kepentingan perjalanan
Shedim ke wilayah Timur, Thariq selalu berusaha menemuinya dan Shedim tidak
pernah mempunyai alasan untuk menghindar.
Kekurangan Thariq yang sampai kini masih mengganggu Shedim adalah sikap kekanakkanakannya. Shedim tak suka dengan keluguannya. Shedim juga merasa tak nyaman
dengan cara laki-laki itu mengungkapkan cinta kepadanya dengan keterus-terangan
yang kering. Dia bayi besar yang semua tingkah lakunya menyebalkan. Sebenarnya itu semua
bukan merupakan aib atau cacat dalam kepribadian Thariq. Tetapi sikap itu cukup
menjadi alasan bagi Shedim untuk menolak kedekatan dengannya. Shedim merasa
sikap itu mengurangi daya tarik Thariq sebagai seorang laki-laki yang akan
bertanggungjawab penuh atas diri istrinya.
Pada suatu malam ketika semua anggota keluarga telah tertidur, Thariq menyatakan
cintanya kepada Shedim. Saat itu mereka memang hanya berdua di ruang keluarga
sambil menyaksikan film di televisi.
Thariq sama sekali tidak paham alur cerita dalam film itu karena sibuk mengatur
kata dan rencana pernyataan cinta. Setelah film selesai, dengan bisikan lakilaki itu menyapa nama panggilan khusus untuk sepupunya itu,
"Dima!" "Ya ." "Aku ingin mengatakan sesuatu tapi ragu ...."
"Ragu?" "Terserah nanti apa respon darimu."
"Katakan saja. Insya Allah semua baik-baik saja."
Thariq mengungkapkan semua yang telah dipersiapkannya: "Oke, aku akan langsung
pada permasalahan. Dima, aku mengenalmu sejak kita berdua masih kecil. Aku
memerhatikanmu setiap kali keluargamu berkunjung ke sini pada setiap hari raya.
Rambut, cara berjalan, dan pakaianmu, jauh lebih indah dibandingkan gadis-gadis
lain. Semuanya mengagumkan bagiku. Dan sungguh, meski kita masih kanak-kanak,
sejak saat itu aku mencintaimu! Setelah kita sama-sama dewasa, aku selalu
mengikuti setiap percakapan malam ketika kita begadang bersama keluarga. Meski
aku saat itu adalah satu-satunya laki-laki, aku tetap merasakan kedekatan yang
hangat saat-saat bersama itu.Aku mungkin memang tidak mempunyai apa-apa selain
cinta. Hari ketika aku dinyatakan lulus menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, aku
melompat gembira. Mau tahu mengapa" Pertama, aku akan mempunyai sedikit
kepercayaan diri karena aku akan menjadi dokter. Kedua, aku akan tinggal
berdekatan dengan rumahmu dan dengan mudah bisa datang mengunjungimu.
Ketika Walid datang melamarmu, segalanya terasa begitu cepat berlalu bagiku.
Sebenarnya sejak lama, aku ingin menyatakan keinginan untuk melamarmu. Tetapi
ayah melarang, karena kuliahku belum selesai.
Hari-hari setelah kudengar berita lamaranmu itu, aku merasa sedang menempuh
waktu yang terburuk dan terberat dalam hidupku. Aku merasa kehilangan semua
mimpiku. Setelah berita putusnya hubungan kalian, matahari seperti kembali
bersinar untukku.Bukan karena aku senang atas deritamu, tetapi karena aku merasa
kembali mempunyai mimpi dan harapan. Kami segera berniat akan melamar, tetapi
tiba-tiba kamu telah berada di London untuk waktu yang sangat lama."
Shedim terkejut mendengar semuanya.
Thariq melanjutkan: "Setelah kepulanganmu dari London, aku merasa kamu selalu
menghindar ketika aku berkunjung ke rumahmu.
Kamu juga tidak pernah mau mengangkat telepon dariku. Ketika kulihat sikapmu,
aku berkata kepada diriku sendiri, dia tidak mencintaimu!
Tinggalkan dan biarkan dia menentukan hidupnya!
Dan aku benar-benar menjauhi dan meninggalkanmu. Tetapi demi Allah, aku tidak
pernah melupakanmu seharipun. Aku bersabar menunggu nasib yang akan
mempertemukan dan mempersatukan kita suatu hari nanti.
Setelah kepergian ayahmu, aku ingin berada di sampingmu untuk meringankan duka.
Tetapi aku merasa belum pantas. Ada yang lebih pantas di hatimu. Aku tahu ibuku
telah mencoba membantuku, tetapi kamu tetap menolak. Sejak saat itu, aku
menyimpulkan bahwa penyebab utama penolakanmu adalah diriku sendiri.
Pada hari ketika kamu datang dan akan tinggal di sini, aku berjanji tidak akan
membuatmu tidak nyaman. Aku berniat akan melayanimu di rumahku ini dari jauh.
Semoga dengan itu kamu tidak terganggu dan sedikit demi sedikit akan tertarik
kepadaku. Aku bahkan melarang ibuku untuk kembali menjajaki kemungkinan
perkawinan kita. Ibuku adalah orang yang paling tahu betapa besar cintaku
kepadamu. Aku tidak mau melangkah mengajukan lamaran sebelum kupastikan kamu
mencintaiku. Aku tidak ingin ada ketidaknyamanan dalam proses pernikahan. Aku ingin semua
pihak menjadi rela dan ikhlas.
Sekarang seperti yang kamu tahu, aku telah lulus dan tinggal menunggu penempatan
tugas. Sebenarnya, kampus memberiku peluang ke luar negeri, tetapi aku tak ingin
pergi ke sana sebelum memastikan hubungan ini. Bila nasib mempersatukan kita,
tentu aku harus bermusyawarah denganmu tentang tempat kerjaku.
Bila kepergian ke luar negeri tidak kamu setujui, aku akan membatalkannya dan
bekerja di beberapa rumah sakit yang terdapat di sini. Tetapi bila takdir memang
tidak mempersatukan kita, aku akan berangkat dan kuserahkan semuanya kepada
Allah. Bila ternyata kamu menolakku, aku akan menjadikan kepergianku itu sebagai
penyembuh kesedihan. Aku baru akan kembali mungkin setelah empat atau lima
tahun. Aku berharap perkataanku ini tidak mengganggu kenyamananmu di rumah ini. Semua
keputusan ada di tanganmu. Kamu sepenuhnya bebas menentukan pilihan..."
Shedim akhirnya angkat bicara: "Memang benar kita berdekatan karena kita
bersaudara. Tetapi kamu pasti tidak tahu banyak tentang diriku. Demikian juga
aku yang tidak banyak mengetahui segala tentang kamu. Lagi pula, umur kita
sangat berdekatan. "Dima, aku mencintaimu sejak kecil dan tidak mungkin ada yang bisa mengubahnya.
Tetapi tentu saja adalah hakmu untuk mendapatkan informasi yang kamu butuhkan
sebelum mengambil keputusan. Tanyakan semua yang ingin kamu ketahui dariku, aku
akan menjawab dengan jujur dan sepenuh hati."
Shedim memberi pancingan: "Apa kamu tidak ingin tahu, misalnya tentang apa yang
menyebabkan terhentinya hubunganku dengan Walid"
Atau tentang keputusanku menjauhimu selama bertahun-tahun" Atau tentang apa yang
tidak aku sukai darimu?"
Thariq tidak terpancing. Ia berkata, "Penyebab terhentinya hubungan itu adalah
seseorang yang telah dengan kejam mengorbankan dirimu demi kepentingan dan
kesenangannya. Dima, aku tahu tentang dirimu sejak kecil. Aku tahu bagaimana
orangtuamu mendidik. Aku juga tahu lingkungan tempat tinggalmu.ini semua cukup
bagiku untuk percaya kepadamu. Aku telah memutuskan untuk tidak mempermasalahkan
masa lalumu, apapun yang terjadi. Pasti telah banyak pengalaman yang kamu lalui
dalam rentang bertahun-tahun perjalanan hidupmu. Pahit manis, suka duka, baik
buruk, semuanya tidak terlalu penting bagiku. Yang kupikirkan saat ini, bila
Tuhan berkehendak mempersatukan kita, apa yang akan kita lakukan untuk masa
depan. Aku sendiri dengan senang hati akan menjawab semua pertanyaanmu. Bila
kamu perlukan, aku bisa memberimu nomor teman-temanku sehingga kamu bisa
menyelidiki beberapa informasi tentang diriku."
Shedim menolak tawaran terakhir. Hatinya yang membeku mulai cair. Dia meminta
waktu untuk berpikir. Besok Thariq akan pergi ke Riyad untuk sebuah urusan
dengan temannya. Thariq mempersilakan Shedim berpikir lebih jauh.
47 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 28/1/2005 Subject: Sebuah tarian di pesta pernikahan
Kisah ini hampir tuntas.Sahabat-sahabatku masih mencari cinta sejati dan makna
hakiki dalam hidup ini. Kuraih tangan Anda, para pembaca yang budiman, dan
kuucapkan banyak terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas keikhlasan
menemaniku pada setiap minggu. Aku mempersilakan Anda semua untuk menemukan
butir-butir hikmah yang mungkin terserak di antara pasir-pasir yang setiap
minggu aku sebarkan untuk Anda. Ini hanya secercah cahayanya yang mungkin
menerangi jalan, atau setidaknya, mengurangi kepekatan malam...
Ini adalah malam pertama Michelle kembali memejamkan mata di Riyad setelah dua
tahun menghabiskan masa di Dubai. Dia datang untuk berkumpul dengan sahabatsahabat setianya. Dia datang di waktu yang sangat tepat untuk menyaksikan
kejadian yang sangat penting.
Hari itu dia mengawali pertemuannya dengan Lumeis. Dia pergi sebentar ke kamar
mandi sekadar untuk membasahi muka agar bisa menangkap semua informasi dengan
jelas. Lumeis memulai pembicaraan, "Michelle, hari ini Faishal menikah!"
Michelle terdiam setelah sebelumnya terlihat terkejut. "Kamu baik-baik saja?"
Lumeis khawatir. "Ya , I"m fine. Yang kamu maksud adalah Faishal ku kan?"
"Ya . Nizar kebetulan mengenal mempelai wanitanya."
"Apa" Nizar suamimu mengenalnya" Mengapa kamu tidak mengatakannya sejak awal?"
"Aku sendiri baru tahu hari ini. Aku datang ke Riyad untuk memenuhi undangan
pernikahan saudara perempuan teman Nizar. Aku membaca undangan seratus kali
untuk memastikan bahwa yang akan menikah adalah Faishal."
"Kapan lamarannya?"
"Aku tak tahu. Sayangnya aku juga tak yakin Nizar mengetahui pastinya acara ini"
"Lumeis, aku harus ikut ke undangan pernikahan itu."
"Kamu bercanda" Bagaimana mungkin kamu kuat untuk menghadiri perkawinan
Faishal?" "Sudahlah, aku kuat. Pasti aku akan kuat."
Lumeis bisa memberikan pemahaman kepada suaminya bahwa dia berhalangan
mendatangi undangan itu. Sebagai ganti, Michelle yang akan menghadiri. Michelle
sendiri sangat senang dengan kesempatan ini. Dia memegang undangan di tangannya,
dan terlihat seperti merenungkan sesuatu.
Michelle mengenakan gaun terbaik berwarna-warni karya perancang kenamaan. Gaun
itu benar-benar menonjolkan keindahan tubuh Michelle dan menggambarkan
keanggunan sisi kewanitaannya. Michelle berhenti di gerbang aula resepsi. Dia
memerhatikan foto kedua mempelai yang terpampang di dekat gerbang. Dia melihat
dan mengamati foto pengatin perempuannya secara mendalam. Michelle melihat
dengan hati lega. Tidak ada yang istimewa. Tubuhnya gemuk, rambutnya juga tidak terlalu hitam
melainkan berwarna warni seperti lampu disko. Kedua bibirnya tebal. Tidak ada
apa-apanya dibanding bibir Michelle.
Michelle mengucapkan salam kepada ibunda Faishal. Sang ibu bertenmakasih atas
kedatangan Michelle dalam acara pernikahan itu.
Sang ibu mencium aroma Faishal yang terdapat di dalam diri Michelle.
Gadis itu dipersilakan duduk di dekat pintu masuk kedua mempelai. Sejak awal
Michelle memang merancang strategi untuk bisa duduk di tempat yang strategis.
Michelle melemparkan pandangan ke sekeliling.Di deret saudara-saudara perempuan
Faishal, dia menemukan beberapa orang yang dulu sempat dikenalnya dengan baik.
Melihat raut muka dan postur tubuh mereka, Michelle berusaha mengenali satu
persatu. Mereka itu adalah Norah, Sarah, dan Najwa.
Kali ini Michelle mengamati wajah sang ibu tadi. Ia teringat bahwa orang inilah
yang berperan penting dalam upaya merusak hubungannya.
Dia ingin menyapanya dan menyatakan kebencian, tetapi Michelle cukup mampu
menahan emosi. Ia juga mendapati bahwa sang ibu itu tengah mengamati dirinya
dari jauh. Dalam diri Michelle, suka dan duka bersatu padu. Benci dan doa
bahagia, bergumul menjadi satu.
Michelle memutuskan untuk mengumumkan kemenangan atas kaum laki-laki hari itu.
Dia akan menumpahkan sisa amarah, kecewa, dan kebenciannya kepada Faishal.
Michelle mengambil tempat untuk berjoget.
Setelah sekian lama, Michelle memberanikan diri kembali berjoget ala Riyad.
Tidak terlalu sulit seperti yang dibayangkan sebelumnya. Saat itu, Michelle
merasa berhasil meraih khayalan yang selalu diinginkannya. Dia berjoget dan
bernyanyi malam itu, seakan-akan hanyalah dirinya yang tengah berada di dalam
ruangan itu. Mereka yang malam itu berkumpul adalah para saksi atas
keberhasilannya memerdekakan diri dari perasaan kalah...
Michelle berkhayal pada malam pertamanya nanti, Faishal akan membayangkan
dirinya. Lelaki itu akan pergi meninggalkan istrinya untuk menemui mantan
kekasih yang ternyata lebih anggun dan menawan.
Semua lampu di ruang resepsi tiba-tiba dimatikan. Sebuah lampu sorot dinyalakan
ke arah pintu masuk pengantin. Mempelai wanita masuk dan membagikan senyumannya
kepada semua tamu undangan. Michelle menatap mempelai wanita yang berbadan gemuk
dan bergaun sempit sehingga menampakkan bayang jelek tubuhnya.
Ketika diumumkan bahwa pengantin laki-laki akan masuk ruangan, terpikir dalam
otak Michelle untuk melakukan sesuatu. Dia segera mengambil ponsel dan dalam
tasnya dan mengirimkan SMS ke ponsel Faishal: mabruk ya 'arusy (selamat kepada
pengantin yang berbahagia).
Setelah Michelle mengirim SMS, pengantin pria terlambat masuk ruangan sekitar
satu jam. Aula dipenuhi dengan bisik-bisik para tamu undangan. Sementara itu
pengantin wanita bingung harus berbuat apa.
Apakah dia akan pergi meninggalkan pelaminan atau tetap menunggu pengantin pria
yang mungkin enggan masuk ruangan. Setelah beberapa lama, akhirnya pengantin
pria masuk dengan diapit oleh ayah dan saudaranya. Rombongan pengantin berjalan
cepat seperti tidak memberi kesempatan kepada para tamu untuk menyaksikannya.
Dari kejauhan, Michelle tersenyum atas kemenangannya. Strateginya berhasil
sempurna. Setelah beberapa menit, ketika juru foto mulai mengabadikan gambar pengantin
dengan saudara dan teman-temannya, Michelle berdiri bermaksud ingin beranjak
pergi. Tetapi dia ingin Faishal melihat dirinya yang telah berdandan sesempurna
mungkin. Michelle memerhatikan kumis Faishal telah diubah dari model yang selama
ini dikenalnya. Dengan mata membelalak, Faishal melihat ke arah Michelle. Dalam hatinya, Faishal
ingin menyuruh Michelle menjauh dari mereka berdua.
Tetapi seakan-akan mengetahui apa yang terbetik di dalam hati lelaki itu,
Michelle justru berdiri tepat di depan pintu masuk dan mempermainkan rambutnya
yang pendek. Michelle tahu dengan cara itu, Faishal akan semakin salah tingkah.
Setelah duduk di belakang sopir, Michelle tidak mampu menahan tawa dan geli. Dia
tidak sanggup membayangkan malam pertama Faishal setelah melihat kehadirannya di
pesta yang meriah itu. Michelle tahu bahwa sebagian besar suami menyembunyikan sesuatu di balik


Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

senyumannya. Mereka menyembunyikan hati yang gelisah dalam memilih pasangan
hidupnya. Kegelisahan itu lahir dari kenyataan bahwa di sepanjang hidup, mereka
akan menemukan wanita yang lebih cantik dari perempuan yang dinikahinya. Kalau
malam itu Michelle akan menangis, tangisan itu dipersembahkan untuk mengasihani
pengantin perempuan yang malang. Istri Faishal akan menjalani hidup bersama
laki-laki yang tidak sepenuh hati memperistrinya, sebab lamunan Faishal akan
terbang menuju penari yang berjoget ala Saudi di pesta pernikahannya. Faishal
tentu tidak akan pernah selesai melakukan berbagai perbandingan antara Michelle
dan istrinya... 48 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 4/2/2005 Subject: Masyarakat yang sakit
Perempuan seperti kantung teh yang tidak bisa diketahui kekuatannya kecuali
setelah dicelupkan ke dalam air panas (E.
Roosevelt). Bosankah Anda setelah setahun perjalanan email-emailku" Aku sendiri menemukan
kejenuhan. Suatu hari Shedim membaca berita di sebuah surat kabar bahwa keluarga Faraz alSyarqawi tengah bergembira atas karunia anak laki-laki pertamanya, Rayan. Surat
kabar itu memuat ucapan selamat atas kabar gembira itu. Hari itu memasuki bulan
kelimabelas sejak terakhir mereka bertemu. Shedim berusaha menemukan titik-titik
koordinat antara dirinya, Faraz, Rayan, dan perjalanan kisah cinta mereka yang
kandas setelah dirajut selama empat tahun. Shedim juga berusaha memahami adanya
proses lamaran, pertunangan, dan pernikahan kedua dalam rentang waktu limabelas
bulan itu. Ini semua membuatnya berusaha menyimpulkan bahwa Faraz tidak setinggi
yang selama ini dia bayangkan.
Bahkan dia memang tidak lebih dari seorang 'anak kecil' biasa sebagaimana Walid,
Faishal, Rasyid, dan 'anak kecil-anak kecil' lain yang ada di mana-mana. Semua
kelebihan yang pernah diperlihatkan Faraz, sebenarnya semu dan kamuflase semata.
Suatu saat Michelle berkunjung ke rumah ayah Shedim. Mereka pun saling bertukar
cerita: Shedim, kamu telah melakukan semua yang dituntut oleh cinta, yaitu ketulusan,
pengorbanan, kepercayaan, kesetiaan, dan segalanya.
Tetapi kesalahanmu adalah saat cinta mulai menapaki puncaknya, kamu kehilangan
kejernihan. Matamu tidak lagi menatap segala sesuatu sebagai wujud aslinya.
Cinta telah mengaburkan segalanya. Cintamu buta, sehingga tak melihat kecuali
keindahan dan keistimewaan. Inilah kenyataan yang menyedihkan. Kamu menjalin
kisah bersama Faraz empat tahun, tetapi kamu tidak pernah tahu bahwa dia
sesungguhnya tidak pernah mempunyai keinginan untuk menjalani hidup bersamamu
sebagai suami istri. Semua orang menyalahkan dan memojokkannya untuk sesuatu yang dia sendiri tidak
mengerti.Tetapi setelah beberapa lama, Shedim akhirnya memaklumi mengapa itu
menimpa kepadanya. Dia menyadari bahwa bangunan cinta yang dia dirikan
sedemikian rapuh dan terbukti telah roboh sebelum benar-benar berdiri. Dulu,
tidak ada sahabatnya yang meragukan hubungannya dengan Faraz. Tetapi kini,
setelah semuanya benar-benar hancur, satu persatu menyatakan bahwa sejak awal
mereka telah meragukan. Tetapi di depan itu semua, tidak ada pilihan lain
baginya, kecuali diam. Mereka melakukan itu semua lantaran sayang kepadanya.
Shedim tidak banyak memberi sanggahan, terutama di depan Michelle yang juga
memiliki pengalaman serupa bersama Faishal. Michelle sendiri terbentur keputusan
keluarga Faishal yang tidak mengizinkan anak laki-lakinya itu menikahi dirinya.
Shedim hanya bisa berusaha melakukan sedikit perbandingan antara Faraz dan
Faishal. Dia hanya ingin menghibur diri bahwa kesalahannya itu tidak lebih fatal
dibanding kesalahan yang dilakukan oleh sahabatnya, Michelle. ini semua berasal
dari keteguhannya memegang tekad untuk menikah berdasarkan cinta, bukan pilihan
orang tua. Cinta mempunyai kekuatan yang bisa membentur dan menghancurkan semua
halangan di depannya, termasuk keputusan keluarga besar. Tapi...
Kini Shedim telah menjadi korban pengkhianatan kekasihnya.
Sebelumnya, Michelle juga merasakan hal yang sama. Inilah resiko mencintai orang
yang terkenal. Sekuat tenaga kita berusaha melupakannya untuk mengobati sakit
hati yang ada, tetapi dunia mengingatkan kita dengan cara yang jauh lebih kuat.
Lembaran surat kabar, majalah, berita televisi, dan radio, termasuk pembicaraan
orang, tak ada hentinya membangkitkan semua memori indah yang kini menjadi kawah
luka. Berbagai komentar sahabatnya hanyalah semakin menambah kebenciannya kepada
Faraz. Baik sangka yang sebelumnya sempat ada dalam hati, kini berubah menjadi
buruk sangka. Apalagi Michelle tiba-tiba menegaskan bahwa dirinya tidak banyak
terluka oleh ulah Faishal. Itu dikarenakan selama ini, dia memang tidak terlalu
yakin dengan cinta Faishal. Lelaki itu memang terlihat tidak bersungguh-sungguh
mencintai. Jika harus dibandingkan dengan Shedim dan Faraz, maka dirinya bersama Faishal
jauh lebih datar dan biasa-biasa saja.
Michelle berusaha membesarkan hati mereka berdua. Pandangan sinis masyarakat
yang mereka terima atas kegagalan cinta memang tak adil. Perempuan selalu
menjadi kambing hitam, dan laki-laki selalu menjadi pahlawannya. Masyarakat ini
memang sedang sakit, sehingga tidak sadar dengan apa yang mereka katakan. Lakilaki selalu mewakili kebenaran dan toleransi, sementara perempuan selalu menjadi
hujatan. Ketika Faishal berusaha meyakinkan Michelle bahwa dirinya masih mencintainya dan
bermaksud membangun kembali cinta yang telah kandas, Michelle segera menyadari
bahwa yang berbicara bukan hati Faishal melainkan kepicikannya. Dia menolak
untuk kembali tunduk kepada laki-laki picik dan lemah. Dia pun memotivasi Shedim
untuk segera keluar dari kelemahan dan membangun kemandiriannya sebagai seorang
perempuan. Perempuan harus mempunyai kekuatan dan daya tawar yang sama tingginya
dengan laki-laki. "Yakinlah Shedim, meski Faraz dan Faishal berbeda generasi, tetapi mereka berdua
lahir dan induk kultur yang sama. Mereka sama-sama lemah dan tunduk kepada
taqlid sehingga kehilangan daya pertimbangan nalar dan mengesampingkan analisa
akalnya sendiri. Inilah kultur yang membesarkan semua laki-laki. Kultur yang
membenarkan perceraian hanya dengan kesalahan kecil dari seorang istri. Namun
standar kekeliruan itu, telah disepakati secara sepihak oleh para suami..."
"Siapa yang memberitahumu tentang ini semua" Qamrah?"
"Bukan siapa-siapa. Ini kuungkapkan semata karena aku dididik dan dibesarkan
dalam kultur yang sama sekali berbeda dengan yang terjadi dalam masyarakat sakit
ini." Shedim mencerna semua yang disampaikan Michelle. Secara mendalam, Shedim
memahami segala hal yang selama ini dianggap sebagai ruang yang terbatas dan
tertutup. Shedim menemukan cakrawala baru di luar kebiasaan yang selama ini dia
ketahui dalam masyarakatnya.
Percakapan mereka panjang dan lebar. Sebelum akhirnya menikmati hidangan secara
berasama, Shedim berucap, "Dulu aku memang ingin mendapatkan The number one! Aku
tidak ingin mendapatkan pendamping yang di bawah Faraz. Tetapi my number one
justru memilih orang yang lebih rendah dari aku. Mungkin akhirnya aku juga akan
puas dengan mendapatkan yang lebih rendah dari Faraz."
"Aku agak sedikit berbeda denganmu. Aku pernah mendapatkan my number one. Tetapi
sekarang aku sedang berusaha mendapatkan yang lebih baik darinya!"
49 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 4/2/2005 Subject: 'Wisuda" Kelulusan
Kalau kutahu cinta itu berbahaya sekali, aku tidak akan mencinta Kalau kutahu
laut itu dalam sekali, aku tidak akan melaut Kalau kutahu akhir semua kisah, tak
kan mungkin kumulai merajutnya (Nizar Qubany)
Kenyataan yang benar-benar pahit: kisah yang bermula sekitar enam tahun lalu dan
kini hampir sampai di penghujung. Email-emailku juga akhirnya akan sampai pada
akhir perjalanan. Qamrah dan Shedim menghadiri acara wisuda Lumeis, Tamara, dan Michelle yang
diselenggarakan di sebuah hotel mewah di Riyad. Sebuah jamuan makan malam yang
megah pun digelar. Turut hadir juga Ummi Nuwair dan kedua saudara perempuan
Qamrah; Hafshah dan Syahla.
Tidak disangkal bahwa primadona lulusan pada malam hari itu adalah Lumeis dengan
janin dua puluh delapan minggu di perutnya.
Lumeis sendiri menapaki bulan ke enam belas dari usia pernikahannya.
Senyum dan penampilannya menunjukkan kepada sahabat-sahabatnya sebuah harapan
dan angan yang tersembunyi di tengah kehidupan yang sulit ini. Terdapat
pelajaran berharga pada malam hari itu, bahwa tidak ada halangan bagi seorang
wanita hamil untuk meraih gelar kesarjanaannya.
Lumeis adalah satu-satunya orang di antara mereka yang mampu mendapatkan semua
harapan yang diimpikan oleh semua perempuan.
Perkawinan yang berhasil, ijazah kesarjanaan, perasaan bahagia, dan jaminan
pekerjaan masa depan yang cerah. Hanya Lumeis yang tidak perlu lagi mencari apa
yang hingga kini masih dicari oleh para sahabatnya.
Sebelum mereka meninggalkan hotel, Qamrah dan Shedim bertemu dengan Sultan. Dia
adalah seorang karyawan bank yang mereka kenal melalui Thariq. Mereka bertemu
beberapa kali di bank. Sultan masuk ke dalam kerumunan orang-orang dan
melemparkan senyum dan isyarat sapaan kepada mereka berdua. Tak mungkin bagi
lelaki itu untuk menyalami mereka berdua, karena dia sedang bersama teman-teman
lelakinya. Demikian juga dengan Qamrah dan Shedim, mereka tidak mungkin
melakukan hal yang sama karena sedang berada di tengah sahabat wanita mereka.
Di antara kerumunan para profesional itu, Faraz bertanya kepada Sultan tentang
perempuan-perempuan yang baru saja bertemu dengannya. Sultan menjelaskan bahwa
di antara mereka terdapat dua karyawati tetap sebuah bank dan seorang
profesional perempuan yang sukses meski masih berusia sangat muda. Saat Sultan
menyebut nama Shedim, Faraz merasakan ada sesuatu yang mengganggu hatinya.
Faraz memerhatikan wajah mereka satu persatu, dan mendadak tersentak oleh wajah
yang sangat dikenalnya. Shedim! Apakah Shedim yang dilihatnya masih Shedimnya
yang dulu" Di antara perempuan yang berjalan semakin menjauh, Faraz membayangkan
satu wajah yang dirindukannya. Satu wajah yang sangat akrab di hatinya.
Tidak seorang pun tahu apa yang sedang dipikirkan Faraz malam itu setelah
pertemuannya secara sekilas dengan Shedim. Tetapi yang jelas, dua hari setelah
pertemuan itu, Faraz masih belum selesai menggerakkan otak dan hatinya. Mungkin
ia sedang mencium kembali wewangian parfum yang dikenakan Shedim, yang selama
empat tahun sebelumnya, sangat melekat di hidungnya. Dia masih berkeyakinan
kalau Shedim masih mencintainya, sehingga dia tergerak untuk menghadiahkan
mantan kekasihnya itu dengan sebuah parfum yang masih disimpannya selama dua
tahun ini. Faraz tidak pernah memiliki petualangan seindah dia menjalani kisah bersama
Shedim. Sebelum dan sesudahnya, dia tidak pernah menemukan seorang perempuan
yang mampu menggerakkan hatinya untuk mencintai sedasyat yang telah dilakukan
Shedim. Perempuan yang kini menjadi istrinya pun tidak bisa membahagiakannya.
Di atas ranjang ketika sedang bersama istri yang telah memberikannya seorang
bayi laki-laki, Faraz mengambil keputusan mendadak...
50 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et" Date: 11/2/2005
Subject: Terimalah orang yang mencintaimu, jangan mengejar orang yang engkau
cintai! Aku teringat sebait lirik lagu berjudul "Apa kabarku?"
Adakah yang menyibukkanmu selain aku setelah engkau terbiasa jauh dariku"
Setelah engkau pergi dan melupakanku, kini kau kembali Bertanya: Apa kabarku..."
Aku mengakui bahwa keterlibatanku dalam kisah para sahabat terbaik yang kutulis
selama setahun ini, membuatku menjadi bagian penting mereka. Aku adalah bagian
yang mengetahui dengan pasti apa yang sebenarnya mereka inginkan. Aku
mendambakan cinta yang memenuhi ruang hati ini selamanya sebagaimana cinta
Faishal dan Michelle. Aku mendambakan laki-laki yang menjagaku setiap saat
seperti Faraz menjaga Shedim. Aku mendambakan hubungan yang kuat dan penuh
variasi seperti Nizar dan Lumeis. Aku mendambakan anak-anak yang sehat
sebagaimana apa yang telah dikaruniakan Tuhan kepada Qamrah.
Aku mencintai mereka sepenuh hati. Bukan hanya karena mereka adalah anakku,
tetapi lebih karena mereka adalah bagian dan hidupku.
Bagitulah aku mendambakan hidupku...
Dua hari setelah 'wisuda' kelulusan itu, Shedim pulang dan mencari kesempatan
untuk minum kopi berdua dengan Thariq. Shedim menemukan kesempatan. Malam itu
Shedim beralasan sakit untuk tidak pergi bersama paman, bibi, dan semua sepupu
perempuannya demi menghadiri undangan makan malam di rumah salah seorang
kerabat. Untuk kali pertama, pada malam itu, Shedim bingung memilih baju yang akan
dikenakannya. Dia menyisir rambutnya lebih dari lima belas kali.
Shedim masih berpikir apa yang akan dikatakannya kepada Thariq. Lelaki itu
sendiri sudah dua minggu ini menunggu jawaban perihal hubungan khusus antara
mereka berdua. Shedim mulai merasa malu untuk mengatakan bahwa dirinya belum
menemukan jawaban yang tepat hingga kini.
Shedim selalu teringat nasehat Qamrah: "Terimalah orang yang mencintaimu, jangan
mengejar orang yang engkau cintai!" Shedim bertambah bingung setiap kali
terbayang wajah sahabatnya satu persatu.
Semua perkataan mereka yang terngiang menambah kebingungan hatinya. Satu-satunya
yang agak membuat Shedim tenang adalah bayang wajah Ummi Nuwair.
Ketika mereka berdua bersalaman, tidak seperti biasa Thariq menahan tangan
Shedim lebih lama. Lelaki itu berusaha menemukan jawaban dari tatap mata Shedim.
Shedim mengajaknya menuju ruang tamu. Ia berusaha tertawa menenangkan diri
ketika melihat sikap 'aneh'
lelaki itu yang berjalan di belakangnya.
Kali ini posisi duduk mereka tidak seperti biasanya. Mereka tak lagi bertengkar
berebut remote control. Yang mereka kenakan pun adalah pakaian untuk acara-acara
resmi. Beberapa perhiasaan yang tidak pernah dikenakan Shedim, kini menghiasi
penampilannya. Mereka berdua makan malam bersama di ruang tamu tanpa kata, tanpa suara.
Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Shedim berkata kepada dirinya
sendiri, "Inilah yang kubenci selama ini. Aku tak pernah memimpikan keadaan ini
akan terjadi dalam hidupku. Lelaki ini bukanlah orang yang akan membuatku
menangis bahagia bila dia menikahiku nanti. Dia orang yang sangat lembut. Orang
biasa. Pernikahanku dengannya hanyalah gemerlap gaun pengantin yang mewah dan pesta
perkawinan yang megah. Tak akan ada bahagia atau duka. Semua biasa-biasa saja
sebagaimana cintaku kepadanya juga biasa-biasa saja. Kasihan nasibmu Thariq, aku
tak akan mensyukurimu sebagai nikmat yang diberikan Tuhan kepadaku bila
menemukan dirimu berada di sisiku kala kubuka mata menyambut fajar pagi. Aku tak
akan menemukan kemeriahan di meja makanku setiap kali aku mendapatimu di
sana ..." Setelah selesai menyantap menu makan malam, mereka menata diri, hati dan suasana
agar selaras dengan ungkapan rasa. Shedim mulai membangun suasana, "Kamu mau
minum apa" Teh, susu, atau kopi?"
Tiba-tiba ponsel Shedim berdering. Dia terkejut bukan kepalang saat mendapati
bahwa yang memanggilnya Kali itu adalah Faraz. Padahal nomor itu telah dihapus
dari daftar phonebook sejak dia pergi meninggalkan dirinya.
Seperti ada yang mengganjal kuat di kerongkongannya. Terutama, dia merasakan
debaran jantung yang sangat kencang. Dia seperti melihat darahnya mengalir lebih
cepat, dan jantungnya berdetak lebih kencang, seperti genderang menjelang perang
dimulai. Shedim meninggalkan ruang tamu untuk menjawab panggilan mendadak pada waktu yang
sangat menentukan masa depannya. Apakah Faraz mengetahui perihal Thariq, dan dia
mencoba menghubungi hanya untuk mempengaruhi keputusannya" Ada apa dan mengapa
dengan lelaki itu yang selalu datang pada saat-saat yang sangat menentukan
seperti ini" "Shedim, apa kabarmu?"
"Apa kabarku?" Shedim mendengar nada suara yang tidak pernah dia dengar selama ini.Sebenarnya
Faraz ingin menanyakan perihal Thariq, tetapi urung. Dia hanya membentahu bahwa
dirinya melihat Shedim bersama sahabat-sahabatnya di sebuah hotel dua hari yang
lalu. Sepanjang pembicaraan itu, Shedim melihat kegelisahan tampak di wajah
Thariq. "Kamu meneleponku hanya untuk menyampaikan bahwa kamu melihatku dua hari yang
lalu?" "Tidak. Sungguh aku ingin menyimpulkan bahwa..., aku...,"
"Cepat katakan!"
"Shedim sejak awal aku menikah, aku menyimpulkan bahwa tak ada yang lebih
membahagiakanku selain dirimu."


Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah diam sejenak, "Kamu yang mengatakan bahwa kamu akan adalah laki-laki
yang kuat menghadapi hidup ini sendirian."
"Shedim kekasihku, aku rindu kepadamu. Rindu kepada cintamu.
Aku butuh kamu, butuh cintamu."
"Butuh aku" Maksud kamu" Apa menurutmu aku bisa dengan mudah menerimamu?"
Untuk ketiga kalinya, Shedim menutup telepon dari Faraz. Faraz menelepon Shedim
dan mengungkapkan semuanya dengan percaya diri penuh bahwa Shedim akan percaya
kepada semua omongannya dan menyetujui semua rencananya...
Shedim menoleh ke arah Thariq. Dia telah melepas baju resmi yang tadi
dikenakannya. Dia menyisir rambut dengan jemarinya. Shedim tersenyum dan pergi
ke dapur ingin mempersembahkan kejutan kepada sepupunya itu.
Shedim kembali dari dapur membawa dua gelas minuman spesial.
Thariq mengangkat mukanya dan menatap wajah Shedim. Shedim mengangguk dan
tersenyum. Thariq meletakkan gelas di meja dan tertawa. Dia bahagia meraih
tangan Shedim dan berkata gembira, "Andai sejak dulu kamu seperti ini..."
Sebenarnya Lumeis, nama asli Lumeis ada padaku. Sebenarnya sama saja dengan
sahabat-sahabatku yang lain dalam kisah ini. Setelah email keempat, Lumeis
menghubungiku. Saat itu dia dan Nizar sedang menyelesaikan pendidikan tinggi
mereka. Lumeis memberikan pujian dan penghargaan atas ide penulisan email.
Lumeis tertawa lebar untuk nama
"Tamara" yang kupilih mewakili nama asli adiknya. Kami tahu bahwa adik Lumeis
sangat benci dengan nama itu. Lumeis sering memanggilnya dengan nama itu setiap
kali ingin membuatnya marah.
Lumeis memberiku kabar kebahagiaannya dengan Nizar. Mereka berdua telah
dikaruniai anak perempuan yang cantik. Nama anak itu diambil dari namaku. Dia
berkata, "Insya Allah anakku tidak akan gila sepertimu..."
Michelle kagum dengan kisah yang kuturunkan dalam email. Dia banyak memberi
pujian atas gaya bertuturku, dan juga banyak mengingatkanku atas beberapa
peristiwa yang terlewatkan. Beberapa masukan juga dia berikan untuk memperbaiki
beberapa titik kelemahan kisah ini. Dia menyampaikan kebingungan dalam memahami
beberapa bahasa baku dan memintaku untuk membubuhi dengan bahasa Inggris.
Pada mulanya, Shedim tidak merincikan responnya atas emailku.Aku menduga bahwa
aku telah membuatnya kecewa atas dimuatnya kisah ini di internet. Tetapi setelah
email yang ke tigapuluh sembilan, dia memberiku hadiah istimewa yang sangat
berharga sekali, yaitu tulisan-tulisannya dalam lembaran-lembaran langit'. Dia
memintaku menjaga catatan itu sebelum peresmian hubungan dengan sepupunya.Dia
memintaku untuk mencurahkan perasaannya yang tertumpah itu untuk email
mingguanku. Allah berkenan memberikan ganti yang lebih baik dari Faraz yang
telah melukai hatinya. Qamrah mendapatkan informasi tentang emailku ini dari saudara perempuannya yang
sejak awal telah menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Qamrah dalam kisah ini
adalah saudara kandungnya sendiri. Qamrah marah dan mengancam akan memutuskan
tali persahabatan kami bila aku tidak berhenti menyebarkan cerita dirinya.
Bersama Michelle, aku berusaha memberikan pemahaman kepadanya, tetapi dia takut
masyarakat salah paham dan tidak sesuai dengan keinginan diri dan keluarganya.
Pada sebuah pembicaraan melalui telepon, dia menegaskan bahwa aku telah
memutuskan hubungan dengannya, meski berulangkali aku tetap berusaha membangun
silaturahmi. Rumah Ummi Nuwair masih menjadi tempat berkumpul. Pertemuan terakhir mereka di
rumah itu adalah ketika tiba liburan awal tahun. Saat itu Lumeis datang dari
Kinda, dan Michelle datang dari Dubai untuk memenuhi undangan pernikahan Shedim
dan Thariq. Pesta pernikahan itu sendiri diselenggarakan oleh Ummi Nuwair yang
dibantu Qamrah. Setelah menikah, Shedim meminta kepada Thariq untuk tinggal di
Riyad merawat rumah peninggalan ayahnya.
Akhirnya aku memutuskan untuk mengungkapkan sesuatu yang selama ini
kusembunyikan dari Anda. Rahasia itu dengan sendirinya telah aku terungkap
dengan dibukukannya email-email itu sebagaimana yang berada di tangan Anda kini.
Aku sebenarnya ragu untuk menerbitkan cerita ini sebagai sebuah riwayat. Ini
semua hanyalah kisah dan peristiwa yang dirasakan oleh para sahabatku dan
terjadi dengan sebenar-benarnya. Ini hanyalah cerita tentang petualangan gadis
di awal usia duapuluhan. Aku tak ingin membumbui kisah ini. Aku ingin
menyebarkan kisah ini apa adanya.
Anda memiliki usul yang lebih tepat untuk judul buku ini" Apakah aku harus
memberi judul Surat Dari Sahabat" Surat Tentang Sahabat"
Empat Gadis" Mereka Pergi Bersama Angin" Email-email Dari Tanah Saudi" Hendak ke
mana" Di atas Mendung" Kembalikan Sahabatku" Kisah Sahabatku" Ataukah memang
lebih tepat untuk diberi judul Saudi Undercover"
Doa Kaffarat a!-Majlis : Subhanakallahumma wa bihamdika,
Asyhadu alla ilaha illa anta, Astaghfiruka wa atubu ilaika.
Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puja-puji untuk-Mu.
Aku bersaksi tiada Tuhan selain Engkau.
Aku mohon ampunan-Mu dan aku bertobat kepada-Mu.
Versi asli buku ini diluncurkan dalam bahasa Arab pada 2005, dan secepatnya
dilarang beredar di Saudi Arabia karena isinya yang menghebohkan. Keberanian
buku ini berlanjut bak nyala api di Seantero pasar gelap Saudi dan menggemparkan
hingga ke belahan Timur-Tengah lainnya. Hingga kini, hak terjemahan atas buku
ini telah terjual ke lebih dari dua puluh lima negara.
Setiap minggu-setelah salat Jumat-seseorang tak dikenal mengirimkan email
bersambung kepada para wanita yang melakukan chatting di sebuah grup online di
Saudi Arabia. Terdapat lima puluh email dalam setahun. Isinya menghebohkan,
kisah nyata kehidupan empat gadis Riyadh: Qamrah, Michelle, Shedim, dan Lumais.
Terlalu banyak hal yang mengejutkan hingga Anda harus membaca isi buku ini untuk
mengetahuinya... "Boleh jadi inilah buku pertama yang menampilkan secara utuh dunia sebenarnya
gadis-gadis Saudi Arabia masa kini."
-Kirkus Review "Menggemparkan..."
-Publishers Weekly Rajna Al Sanea lahir dan besar di Riyadh. Saudi Arabia. Kini usianya 25
tahun. Dia lulus dari King Saud University dan menyandang gelar Dokter Gigi.
Ketertarikannya pada dunia membaca dan menulis mendorongnya untuk membukukan
pengalaman nyala teman-teman perempuannya di Riyadh.
The Glrls of Riyadh adalah karya perdananya dan langsung membuat namanya menjadi
buah bibir di berbagai forum Internet di dunia.
Kedatangan Arrival 1 Dewa Arak 30 Dalam Cengkeraman Biang Iblis Undangan Maut 1

Cari Blog Ini