The Name Of The Rose Karya Umberto Eco Bagian 6
anggota gilda atau suatu kelompok kerja; mereka orang kecil, mangsa dari siapa
saja. Pernahkah kau melihat kelompok orang lepra di pinggiran kota?"
"Ya, aku pernah melihat sampai seratusan. Tubuh tidak berbentuk lagi, daging
mereka rusak dan semua keputih-putihan, tertatih-tatih pada kruk mereka, dengan
kelopak mata membengkak, mata berdarah. Mereka tidak bicara atau berteriak;
mereka mencicit, seperti tikus."
"Bagi orang Kristen mereka orang lain, mereka yang tetap berada di tepi
kelompok. Kelompok itu membenci mereka, mereka membenci kelompok yang berharap
semua orang lepra seperti mereka mati saja."
"Ya, aku ingat cerita tentang Raja Markus, yang mengutuk Isolda yang cantik dan
hampir membawanya naik ke tiang pembakaran ketika datang sekelompok lepra dan
mengatakan kepada Raja bahwa hukum bakar itu ringan dan bahwa ada yang lebih
buruk. Dan mereka berteriak kepada Raja: Serahkan Isolda agar bisa menjadi milik
kami semua, sakit kami membuat nafsu kami membara, berikan dia kepada orangorang
lepramu. Lihat baju kami yang sobek-sobek, menempel pada luka-luka kami yang
mengerang. Perempuan, yang ada di sisimu, mengenakan baju lena halus dengan bulu
tupai dan permata-permata, kalau dia menyaksikan halaman kami, kalau dia sudah
masuk ke pondok kami dan tidur bersama kami, maka ia akan benarbenar mengenali
dosanya dan menyesali onggokan kayu api yang lembut ini."
"Wah, meski seorang novis dari Benediktin, kau
telah membaca hal-hal aneh," komentar William. Aku tersipu karena tahu bahwa
seharusnya aku tidak membaca buku roman, tetapi bukubuku itu beredar di kalangan
kami yang masih muda di Biara Melk dan kami membacanya pada malam hari dengan
cahaya lilin. "Tetapi itu tidak apa-apa," lanjut William, "kau telah paham
maksudku. Orangorang lepra terbuang itu dengan senang hati mau menyeret segala
sesuatu ke dalam kehancuran mereka. Dan makin dibuang, mereka jadi jauh lebih
jahat; dan makin digambarkan sebagai sekumpulan lemur yang menginginkan
kehancuranmu, mereka akan merasa makin terbuang.
Santo Fransiskus menyadari hal ini, dan keputusannya yang pertama adalah pergi
dan hidup di kalangan orang lepra. Umat Tuhan tidak bisa diubah sebelum orang
terbuang itu dikembalikan ke kelompoknya yang semula."
"Tetapi Anda bicara tentang orang terbuang lainnya; bukan orang lepra yang
membentuk gerakan orang bidah."
"Jemaah itu seperti serangkai lingkaran konsen-trik, dari kisarannya yang
terkecil sampai yang paling luas. Orang lepra adalah tanda pengucilan umum.
Santo Fransiskus memahami itu. Ia tidak hanya ingin membantu orang lepra;
andaikan ya, tindakannya sudah tentu akan merosot karena memberi derma yang
buruk dan tak berguna. Ia ingin menandai sesuatu yang lain. Apakah kau sudah
mendengar khotbahnya tentang burung?"
"Oh, ya, aku telah mendengar cerita indah itu,
dan aku mengagumi santo yang senang ditemani makhlukmakhluk Tuhan yang lembut
itu," kataku dengan penuh semangat.
"Yah, apa yang diceritakan kepadamu itu salah, atau, tepatnya, itu suatu cerita
yang sekarang sudah diperbaiki oleh ordo.
Setelah Fransiskus bicara kepada penduduk kota dan dewan kota, dan melihat bahwa
mereka tidak memahaminya, ia pergi ke makam dan mulai memberi khotbah kepada
burung gagak dan magpie yang suka mencuri, kepada burung elang, kepada burung
pemakan bangkai." "Mengerikan sekali!" kataku. "Kalau begitu, mereka bukan burung yang baik!"
"Mereka adalah burung pemangsa, burung terbuang, seperti orang lepra. Fransiskus
jelas sedang memikirkan ayat dalam Kitab Wahyu yang mengatakan: 'Aku melihat
seorang malaikat berdiri di tengah matahari dan dengan suara nyaring berseru
kepada semua burung yang terbang di tengah langit, katanya, Marilah ke sini dan
berkumpullah untuk turut dalam perjamuan Allah, perjamuan yang besar, supaya
kamu makan daging semua raja dan daging semua panglima dan daging semua pahlawan
dan daging semua kuda dan daging semua penunggangnya dan daging semua orang,
baik hamba maupun yang merdeka, baik yang kecil maupun besar!'"
"Jadi, Fransiskus ingin mendorong orangorang buangan itu untuk memberontak?"
"Tidak, itu yang diinginkan oleh Fra Dolcino dan
para pengikutnya, andaikan memang begitu. Fransiskus ingin memanggil orang
buangan, siap memberontak, untuk menjadi bagian dari umat Tuhan.
Jika jemaah mau dikumpulkan lagi, orangorang buangan itu harus ditemukan
kembali. Fransiskus gagal, dan menurutku dengan amat pahit. Untuk mengembalikan
orang buangan tersebut ia harus bertindak di dalam gereja, untuk bertindak di
dalam gereja maka Regulanya harus mendapat pengakuan, yang dari situ akan muncul
suatu ordo, dan ordo ini, ketika muncul, akan membentuk lagi gambaran lingkaran
tersebut, dengan orangorang buangan tetap berada di pinggiran. Jadi, apa
sekarang kau paham mengapa ada kelompok Fraticelli dan Joachimit yang
mengumpulkan kembali orangorang buangan di sekitar mereka sendiri?"
"Tetapi kita tidak sedang membicarakan tentang Fransiskus; kita sedang
membicarakan bagaimana orang biasa dan orang buangan menghasilkan kebidahan."
"Ya. Kita sedang membicarakan tentang mereka yang dikucilkan dari kawanan domba.
Selama berabadabad, sementara paus dan kaisar saling berebut kekuasaan, mereka
yang dikucilkan, seperti orang lepra, tetap hidup di pinggiran. Tentang mereka,
sebenarnya orang lepra hanyalah ilustrasi yang dititahkan oleh Allah untuk
membuat kita memahami perumpamaan yang mengagumkan ini, sehingga ketika menyebut
'orang lepra' mungkin saja artinya orang 'buangan, miskin, biasa, terkucil,
diusir dari pedesaan, dihina dalam kota'. Tetapi kita tidak mengerti: misteri
penyakit lepra terus menghantui kita karena kita belum mengenali sifat dari
pertanda itu. Karena dikucilkan dari kawanan seperti itu, mereka semua mau
mendengarkan, atau mengulang kembali, setiap khotbah yang, sementara
memperingatkan lagi akan sabda Kristus, tentunya mau mengutuk perilaku para
anjing dan gembala dan berjanji suatu hari akan menghukum mereka. Penguasa
selalu menyadari ini. Mengembalikan orang buangan berarti hak-hak istimewa orang yang berkuasa harus
dikurangi, maka kalau mereka jadi menyadari bahwa dikucilkan, mereka harus
dibakar sebagai orang bidah, apa pun doktrin mereka. Dan akan halnya diri mereka
sendiri, karena dibutakan oleh pengucilan mereka, mereka tidak sungguhsungguh
tertarik kepada doktrin apa saja. Ini ilusi dari kebidahan. Setiap orang bidah,
setiap orang ortodoks. Yang diperhitungkan bukan iman yang dinyatakan oleh suatu
gerakan, tetapi harapan yang ditawarkan gerakan tersebut. Semua kebidahan adalah
panji-panji dari suatu realitas, suatu keistimewaan. Kalau kebidahan itu
kaukelupas, maka kau akan menemukan orang lepra. Setiap perang melawan kebidahan
hanya punya satu tujuan: membiarkan orang lepra seperti apa adanya. Akan halnya
orang lepra, apa yang dapat kauminta dari mereka" Bahwa mereka berbeda dalam
dogma Triniti atau definisi Ekaristi, seberapa benar dan seberapa salah"
Ayolah, Adso, ini permainan untuk kita orang
terpelajar. Orang biasa punya masalah sendiri. Dan ingat, mereka menyelesaikan
semua masalah itu dalam cara yang salah. Itulah sebabnya mereka menjadi orang
bidah." "Tetapi mengapa ada orang yang mendukung mereka?"
"Karena ini membantu tujuan mereka, yang jarang berkaitan dengan iman, dan lebih
sering berupa perebutan kekuasaan."
"Apa itu sebabnya Gereja Roma menuduh semua cabangnya bidah?"
"Itulah sebabnya, dan itu juga sebabnya setiap kebidahan yang bisa dikembalikan
ke bawah kekuasaan mereka diakui oleh Gereja Roma sebagai kolot, atau harus
menerima karena kebidahan sudah menjadi terlalu kuat. Tetapi tidak ada aturan
yang tepat: tergantung pada perorangan, atau lingkungan. Ini juga terjadi bagi
bangsawan sekuler. Kadangkadang dewan kota membesarkan hati orang bidah untuk
menerjemahkan Injil ke dalam bahasa setempat: sekarang ini bahasa setempat
adalah bahasa kota, Latin adalah bahasa Roma dan biara. Dan kadangkadang dewan
kota mendukung kaum Waldensian, karena mereka menyatakan bahwa semua, lelaki dan
perempuan, golongan rendah dan berpangkat, dapat mengajar dan berkhotbah, dan
buruh yang menjadi seorang murid selama sepuluh hari, berburu untuk mendapat
murid lain sehingga ia bisa jadi gurunya
"Dan dengan begitu, mereka melenyapkan perbedaan yang membuat golongan gereja
tak tergantikan! Tetapi, kalau begitu, mengapa bisa terjadi bahwa dewan kota yang
sama itu memberontak melawan orang bidah dan membantu gereja untuk membakar
mereka?" "Karena mereka menyadari bahwa pertumbuhan orang bidah juga bisa mengganggu hak
istimewa orang awam yang menggunakan bahasa daerah itu. Dalam Sidang Lateran
tahun 1179 (nah, jadi masalah ini sudah ada sejak seratus lima puluh tahun yang
lalu), Walter Map mengingatkan akan apa yang bakal terjadi jika orangorang
Waldensian yang tolol dan tidak berpendidikan itu diberi kepercayaan. Katanya,
jika aku tidak salah ingat, karena tidak punya tempat tinggal tetap, mereka
pergi ke manamana dengan kaki telanjang dan tidak punya apa-apa, sambil
menganggap segala sesuatu sebagai milik umum, sementara mengikuti ketelanjangan
Kristus yang telanjang: mereka mulai dalam cara hidup amat bersahaja ini karena
mereka orang buangan, tetapi jika diberi terlalu banyak keleluasaan, mereka akan
mengusir setiap orang lainnya. Inilah sebabnya mengapa kotakota lebih menyukai
ordo pengemis, dan khususnya kita orang Fransiskan: kita mendorong keseimbangan
yang serasi antara gereja dan para pengemis, memedulikan perdagangan mereka ...."
"Apa waktu itu tercapai keserasian antara cinta kepada Tuhan dan cinta kepada
perdagangan?" "Tidak, gerakan pembaruan spiritual dihalangi; mereka disalurkan di dalam batasbatas suatu ordo yang diakui oleh Paus. Tetapi apa yang beredar di
bawahnya tidak disalurkan. Di satu pihak ini mengalir ke dalam gerakan flagelan
yang tidak membahayakan siapa pun, atau ke dalam kelompok bersenjata seperti
kelompok Fra Dolcino, atau ke dalam ritual sihir dari rahibrahib Montefalco yang
diceritakan oleh Ubertino
"Tetapi siapa yang dulu benar, siapa yang sekarang benar, siapa yang dulu
salah?" tanyaku kebingungan.
"Cara mereka semua benar, dan semua keliru."
"Dan Anda sendiri," teriakku, dalam nada hampir memberontak, "mengapa Anda tidak
mengambil sikap, mengapa Anda tidak mau memberitahukan di mana letak kebenaran
itu kepadaku?" William berdiam diri selama beberapa saat, sambil mengangkat lensa yang sedang
ia kerjakan ke arah cahaya. Kemudian ia menurunkannya ke meja dan menunjukkan
sebuah alat kepadaku, melalui lensa itu, "Lihat," katanya kepadaku. "Apa yang
kaulihat?" "Alat itu, sedikit lebih besar."
"Nah: paling banter kita akan bisa melihat lebih dekat."
"Tetapi alat itu ukurannya tetap sama."
"Naskah Venantius pun, akan tetap sama kalau, berkat lensa ini, aku sudah bisa
membacanya. Tetapi mungkin kalau sudah membaca naskah itu, aku akan tahu
sebagian dari kebenaran dengan lebih baik. Dan mungkin kita akan mampu membuat
kehidupan biara ini menjadi lebih baik."
"Tetapi itu tidak cukup."
"Yang ingin kukatakan sebenarnya lebih banyak daripada yang tampak dari luar,
Adso. Ini bukan pertama kalinya aku telah bicara tentang Roger Bacon kepadamu.
Mungkin ia bukan orang paling bijaksana sepanjang waktu, tetapi selama ini aku
selalu terpesona oleh harapan yang mengilhami cintanya kepada pengetahuan. Bacon
memercayai kekuatan, kebutuhan, penemuan spiritual orang biasa. Ia tidak mungkin
jadi seorang Fransiskan yang baik, jika tidak berpendapat bahwa orang miskin,
terbuang, idiot dan tuna aksara itu, sering bicara dengan mulut dari Allah kita.
Orang biasa punya sesuatu yang lebih daripada para doktor terpelajar, yang
sering lalu tersesat dalam pencarian hukum umum yang luas. Orang biasa punya
suatu rasa individual, tetapi rasa ini, dengan sendirinya, tidak cukup. Orang
biasa hanya menangkap kebenaran mereka sendiri, mungkin lebih benar daripada
kebenaran para doktor dari gereja, tetapi kebenaran itu lalu mereka hancurkan
sendiri karena bertindak tanpa pikir panjang. Apa yang harus dilakukan"
Mengajari orang biasa" Terlalu mudah, atau terlalu sukar. Para guru Fransiskan
mempertimbangkan masalah ini.
Bonaventura yang agung mengatakan bahwa orang bijak harus mempertinggi kejelasan
konseptual dengan kebenaran yang secara tidak langsung tampak dalam tindakan
orang biasa ...." "Seperti rapat umum Perugia dan memori tajam Ubertino, yang mengubah imbauan
kepada orang biasa untuk hidup miskin, menjadi keputusan teologis," kataku.
"Ya, tetapi seperti sudah kauketahui, keputusan sudah terlalu terlambat, dan
ketika dikeluarkan, kebenaran orang biasa sudah berubah menjadi kebenaran orang
berwenang, lebih berguna bagi Kaisar Louis daripada bagi seorang Imam Saudara
Dina. Bagaimana caranya agar kita tetap dekat dengan pengalaman orang biasa,
maksudnya, mempertahankan kebajikan operatif mereka, kapasitas untuk berusaha
mengubah dan memperbaiki dunia mereka" Ini masalah bagi Bacon. 'Quod enim
laicali ruditate turgescit non habet effectum nisi fortuito,' katanya:
'Pengalaman orang biasa punya akibat yang liar dan tak terkendali. 'Sed opera
sapientiae certa lege vallantur et in fine debitum efficaciter diriguntur.' Yang
maksudnya, bahkan dalam menangani hal-hal praktis, entah itu pertanian, mekanik,
atau memerintah sebuah kota, diperlukan semacam teologi. Ia berpendapat bahwa
ilmu pengetahuan alam baru seharusnya jadi upaya hebat baru dari orang
terpelajar: untuk mengoordinasi, melalui pengetahuan lain tentang proses alam,
kebutuhan elementer yang juga mewakili tumpukan harapan, kacau tetapi betul dan
tepat caranya, dari orang biasa itu. Ilmu baru itu, keajaiban alam baru. Menurut
Bacon, upaya ini harus diarahkan oleh gereja, tetapi aku yakin ia mengatakan ini
karena pada zamannya, komunitas pejabat gereja disamakan dengan komunitas orang
terpelajar. Sekarang tidak lagi begitu: orang terpelajar di luar biara dan
katedral semakin banyak, bahkan di luar universitas. Jadi kupikir, karena aku dan teman-temanku
sekarang percaya bahwa bukan gereja yang seharusnya mengatur manajemen masalah
manusia, tetapi sekumpulan orang, maka di masa depan, komunitas orang terpelajar
akan harus mengusulkan teologi baru dan manusiawi yang berupa filsafat alam dan
gaya tarik positif ini."
"Suatu upaya yang hebat sekali," kataku, "tetapi apa itu mungkin?"
"Bacon mengira begitu." "Dan Anda sendiri?"
"Aku juga berpikir begitu. Tetapi untuk memercayainya kita harus merasa yakin
bahwa orang biasa memang memiliki rasa individual, yang merupakan satusatunya
hal yang baik. Bagaimanapun juga, jika rasa individual itu hanya satu satunya yang baik,
bagaimana sains akan berhasil menyusun kembali hukum universal yang melalui itu,
dan yang dipakai menafsirkan, maka gaya tarik yang baik itu akan bermanfaat?"
"Ya," kataku, "apa bisa?"
"Aku tidak tahu lagi. Aku sudah berdebat di Oxford dengan temanku William dari
Ockham, yang sekarang tinggal di Avignon. Ia sudah membuat pikiranku ragu-ragu.
Karena, jika yang baik hanya rasa individual itu, maka dalil bahwa penyebab yang
serupa akan punya efek yang serupa akan sukar dibuktikan. Di satu tempat, tubuh
manusia bisa panas atau dingin, nyaman atau resah, basah atau kering dan tidak
di lain tempat. Bagaimana
hubungan universal yang mengatur semua hal itu bisa ditemukan jika aku tidak
bisa mengangkat satu jari tanpa menciptakan entitas baru yang jumlahnya tak
terbatas" Karena dengan suatu gerakan semacam itu, semua hubungan posisi antara
jariku dan semua benda lainnya akan berubah. Hubungan itu adalah cara yang
dipakai pikiranku untuk menerima hubungan antarentitas tunggal, tetapi apa
jaminannya bahwa ini universal dan stabil?"
"Tetapi Anda tahu bahwa suatu ketebalan kaca tertentu cocok untuk suatu kekuatan
penglihatan tertentu, dan karena mengetahuinya maka Anda sekarang bisa membuat
lensa-lensa seperti yang hilang itu; kalau tidak, bagaimana bisa?"
"Suatu pertanyaan yang pintar, Adso. Terus terang, aku sudah memecahkan dalil
ini: ketebalan yang sama harus cocok dengan kekuatan penglihatan yang sama. Aku
sudah memastikannya karena pada kesempatan lain, aku sudah punya wawasan
individual yang jenisnya sama. Untuk pastinya, setiap orang yang menguji
kandungan kuratif dari tumbuhan obat tahu bahwa masingmasing tumbuhan obat dari
spesies yang sama punya sifat sama dengan efek yang serupa terhadap pasien, dan
oleh karenanya penguji itu memformulasikan dalil bahwa setiap tumbuhan obat dari
suatu jenis tertentu menyembuhkan demam, atau setiap lensa dari suatu jenis
semacam itu pada derajat yang sama akan memperbesar pandangan. Ilmu yang
dibicarakan Bacon tak pelak lagi berkutat pada dalil ini. Kau paham, Adso, aku
harus percaya bahwa dalilku bisa dipakai, karena aku mempelajarinya lewat pengalaman; tetapi
untuk memercayainya, aku harus mengandaikan bahwa hukum universal itu ada.
Namun, aku belum bisa membicarakan tentang itu, karena konsep itu, yang
mengatakan bahwa hukum universal dan suatu urutan mapan itu ada, secara tidak
langsung akan menunjukkan bahwa Tuhan dibatasi oleh keduanya, sedangkan Tuhan
merupakan sesuatu yang sepenuhnya bebas, sehingga jika Ia menginginkan, dengan
satu tindakan saja dari kehendak-Nya Ia bisa membuat dunia ini berbeda."
"Dan dengan begitu, kalau aku tidak salah memahami, Anda berbuat sesuatu, dan
Anda tahu mengapa Anda melakukannya, tetapi tidak tahu mengapa Anda tahu bahwa
Anda tahu apa yang Anda lakukan."
The Name Of The Rose Karya Umberto Eco di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku harus mengatakan dengan bangga bahwa William memandangku dengan kagum.
"Mungkin begitu. Bagaimanapun juga, ini akan membuatmu paham mengapa aku merasa
begitu tidak yakin akan kebenaranku, meskipun jika aku memercayainya."
"Anda lebih mistik daripada Ubertino!" kataku jengkel.
"Bisa jadi. Tetapi seperti kau lihat, aku mengerjakan hal hal dari alam. Dan
dalam penelitian yang sedang kita kerjakan, aku tidak ingin tahu siapa yang baik
atau siapa yang jahat, tetapi siapa yang berada dalam skriptorium itu tadi
malam, yang mengambil kacamata itu, siapa yang meninggalkan jejak kaki seseorang
yang menyeret orang lain dalam salju, dan di mana Berengar sekarang berada. Ini semua fakta. Setelah itu
aku akan berusaha menghubungkan fakta-fakta itu jika mungkin, karena sulit untuk
mengatakan efek apa yang dihasilkan oleh penyebab apa. Campur tangan seorang
malaikat akan cukup untuk mengubah segala sesuatu, jadi tidaklah mengherankan
bahwa satu hal tidak dapat dibuktikan sebagai penyebab hal lain. Bahkan jika
orang harus selalu berusaha, seperti yang sedang kulakukan."
"Wah, hidup Anda rumit sekali," kataku.
"Tetapi aku menemukan Brunellus," seru William sambil mengenang episode kuda itu
dua hari sebelumnya. "Kalau begitu ada suatu aturan dalam dunia," seruku penuh kemenangan.
"Kalau begitu, isi kepalaku yang malang ini sedikit teratur," jawab William.
Pada saat itu Nicholas kembali dengan gagang yang hampir selesai, sambil
mengacungkannya penuh kemenangan.
"Dan kalau gagang ini ditaruh di atas hidungku yang malang," kata William,
"mungkin isi kepalaku yang malang justru akan lebih teratur."
Seorang novis datang untuk memberi tahu bahwa Abbas ingin bertemu William, dan
sedang menunggu di kebun. Waktu kami mau berangkat, William menepuk keningnya,
seakan saat itu baru ingat sesuatu yang ia lupakan.
"Oh, ya," katanya. "Aku sudah memecahkan tandatanda kabalistik Venantius."
"Semuanya" Kapan?"
"Waktu kau tidur. Dan itu tergantung pada apa yang kaumaksudkan dengan 'semua1.
Aku telah memecahkan tandatanda yang dimunculkan oleh cahaya lampu itu, yang
kausalin. Catatan dalam bahasa Latin harus menunggu sampai aku punya kacamata
baru." "Oh, ya" Apa itu rahasia dari finis Africae?"
"Ya, dan kuncinya cukup gampang. Dalam penyelesaiannya, Venantius pakai dua
belas tanda zodiak dan delapan tanda lainnya: untuk kelima planet, dua bintang
dan bumi. Seluruhnya dua puluh tanda. Cukup untuk mengasosiasinya dengan huruf
alfabet Latin, karena kau bisa menggunakan huruf yang sama untuk mengungkapkan
dua huruf awal dari 'unum' dan 'velut'. Kita sudah tahu urutan huruf itu. Lalu
bagaimana dengan urutan tanda itu" Aku berpikir tentang urutan langit, dengan
meletakkan kuadran yang bersifat zodiak di tepi yang jauh. Jadi, kalau begitu:
Bumi, Bulan, Merkurius, Venus, Matahari, dan seterusnya, dan sesudah itu tanda
tanda zodiak dalam urutan tradisionalnya, seperti yang diklasifikasikan oleh
Isidore dari Seville, mulai dari Aries dan waktu siang malam berkaitan dengan
musim semi, dan berakhir dengan Pisces. Nah, jika kau mencoba kunci ini, pesan
Venantius jadi punya arti."
Ia menunjukkan perkamen itu kepadaku, di atasnya ia telah mentranskrip pesan itu
dalam huruf-huruf Latin yang besar: "Secretum finis Africae manus supra idolum
age primum et septimum de quatuor." "Jelas?" tanyanya.
"Penyerahan karya-karya berhala pada yang pertama dan ketujuh dari empat Aku
mengulangnya sambil geleng-geleng kepala.
"Sama sekali tidak jelas!"
"Aku tahu. Pertama-tama kita harus tahu apa yang dimaksudkan oleh Venantius
dengan 'idolum'. Suatu penampakan, hantu, sosok"
Dan apa maksudnya 'empat' yang punya suatu 'yang pertama' dan suatu 'yang
ketujuh'" Dan apa yang harus dilakukan dengan itu semua" Digerakkan, didorong,
ditarik?" "Jadi, kita tidak tahu apa-apa dan kita masih berada di tempat kita mulai,"
kataku dengan amat kecewa.
William berhenti dan memandangku dengan ekspresi yang tidak sepenuhnya kebapaan.
"Anakku," katanya, "di hadapanmu ada seorang Fransiskan malang yang, dengan
pengetahuan secukupnya dan sedikit keterampilan berkat kekuatan abadi Allah,
selama beberapa jam telah berhasil menguraikan suatu kode rahasia yang
pengarangnya yakin bakal tertutup bagi semua orang kecuali dirinya sendiri ... dan
kau, anak nakal bodoh yang berengsek, berani mengatakan bahwa kita masih berada
di tempat kita mulai?"
Aku minta maaf dengan amat kikuk. Aku telah melukai rasa bangga guruku, dan toh
aku tahu dia amat bangga karena bisa menyimpulkan dengan cepat dan akurat.
William sungguhsungguh telah
melakukan suatu pekerjaan yang layak dipuji, dan bukan salahnya jika Venantius
yang licik itu tidak hanya telah menyembunyikan penemuannya di balik suatu
alfabet berkaitan dengan zodiak yang tidak jelas, tetapi telah merencanakan
lebih jauh suatu tekateki yang tidak dapat diuraikan.
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa, tidak usah minta maaf," William memutus
katakataku. "Bagaimanapun juga, kau betul. Masih terlalu sedikit yang kita
ketahui. Ayo ikut." []
Vespers Dalam cerita ini Abbas bercakapcakap lagi dengan kedua tamunya, dan William
punya beberapa ide mengagumkan untuk memecahkan tekateki labirin dan bisa
berhasil dalam cara yang paling rasional. Kemudian William dan Adso makan keju
kocok. bbas itu sudah menunggu kami dengan wajah murung dan cemas. Ia membawa sehelai
kertas. "Aku baru saja menerima surat dari Abbas dari Conques," katanya.
"Ia memberitahukan nama dari orang yang diberi kepercayaan oleh Paus Yohanes
untuk memimpin serdadu Prancis dan bertanggung jawab atas keselamatan
delegasinya. Ia bukan tentara, ia bukan orang pengadilan, dan ia akan sekaligus
menjadi anggota duta Takhta Suci."
"Suatu kombinasi langka dari kemampuan yang berbeda beda," kata William, juga
waswas. "Siapa dia?"
"Bernard Gui, atau Bernardo Guidoni, terserah mau kaupanggil apa."
William mengatakan sesuatu dalam bahasanya sendiri yang aku tidak mengerti,
begitu pula Abbas itu, dan mungkin itu yang terbaik bagi kami berdua,
karena kata yang diucapkan William mengandung desis yang jorok.
"Aku tidak suka ini," ia langsung menambahkan. "Selama bertahuntahun Bernard
menjadi momok orang bidah di kawasan Toulouse, dan ia telah menulis buku
Practica officii inquisitionis heretice pravitatis, sebagai pedoman bagi mereka
yang harus menjatuhkan hukuman dan menghancurkan orang Waldesian, Beghard,
Fraticelli, dan Dolcinian."
"Aku tahu. Aku sudah membaca buku itu, amat pintar."
"Amat pintar," ulang William. "Ia setia kepada Yohanes, yang selama tahuntahun
belakangan ini telah memberinya banyak tugas di Flanders dan di Italia Utara
sini. Dan bahkan ketika ditahbiskan menjadi Uskup Galicia, ia tidak pernah
melihat diosesenya, tetapi tetap bertugas sebagai inkuisitor. Kupikir ia
sekarang sudah mengundurkan diri ke Keuskupan Lodeve, tetapi sudah jelas Yohanes
memanggilnya kembali untuk bertugas, tepat di Italia Utara sini. Tetapi mengapa
Bernard, dan mengapa dengan sepasukan tentara ...."
"Ada suatu jawaban," kata Abbas itu, "dan ini menegaskan semua ketakutan yang
kuungkapkan kepadamu kemarin. Kau tahu benar bahkan jika kau tidak mau mengaku
kepadaku bahwa keputusan tentang kemiskinan Kristus dan gereja yang dikeluarkan
oleh rapat umum Perugia, meskipun didukung oleh banyak sekali argumentasi
teologis, adalah sama dengan yang dianut oleh banyak gerakan bidah, dengan amat
kurang bijaksana dan dalam gaya yang amat kurang ortodoks.
Tidak terlalu sulit untuk menunjukkan bahwa keputusan Michael dari Cesena,
didukung oleh Kaisar, adalah sama seperti keputusan Ubertino dan Angelus
Clarenus. Dan sampai titik ini, kedua duta akan sepakat. Tetapi Gui bisa
melakukan lebih banyak, dan dia punya keterampilan: dia akan berusaha mendesak
bahwa tesis Perugia sama dengan tesis Fraticelli, atau tesis Rasul-Palsu."
"Itu sudah bisa diduga. Maksudku, kita tahu bahwa segalanya bisa sampai kepada
hal ini, bahkan tanpa kehadiran Bernard.
Paling banter Bernard akan bertindak lebih efektif dibandingkan orangorang kuria
yang tidak terampil itu, dan perdebatan dengan dia perlu dibuat lebih halus."
"Ya," kata Abbas itu, "tetapi pada titik ini kita menarik kesimpulan yang
berlawanan dengan pertanyaan yang muncul kemarin.
Jika sampai besok kita belum menemukan orang yang bersalah atas dua, mungkin
tiga, kejahatan itu, aku harus mengizinkan Bernard mengontrol masalah-masalah
biara ini. Aku tidak bisa menutupnutupi dari seorang yang punya kekuasaan
seperti yang dimiliki Bernard (dan karena kita tidak boleh melupakan kesepakatan
kita bersama) bahwa di dalam biara ini, telah terjadi, dan masih akan terjadi,
peristiwa-peristiwa yang tidak dapat dijelaskan. Kalau tidak, pada saat ia
mengetahuinya, akan terjadi (demi Tuhan, jangan) peristiwa misterius lagi, tentu
saja ia berhak berteriak akan
adanya pengkhianatan ...."
"Betul," gumam William cemas. "Tetapi tidak ada yang bisa dilakukan.
Mungkin ini justru baik: kalau sibuk dengan pembunuhan itu Bernard bakal punya
waktu lebih sedikit untuk berpartisipasi dalam perdebatan itu."
"Bernard yang sibuk mencari pembunuh itu akan menjadi duri bagi wewenangku;
ingat itu. Bisnis gelap ini akan mengharuskan aku untuk pertama kalinya
menyerahkan sebagian kekuasaanku di dalam dindingdinding ini, dan merupakan satu
belokan baru dalam sejarah, bukan hanya sejarah biara ini, tetapi sejarah ordo
Cluny sendiri. Rasanya aku mau melakukan apa saja untuk menghindari ini. Di mana
sih, Berengar" Apa yang telah terjadi kepadanya" Apa saja yang kaukerjakan?"
"Aku cuma seorang rahib yang, bertahuntahun yang lalu, melakukan beberapa
penelitian bersifat inkuisisi yang efektif. Kau tahu bahwa kebenarannya tidak
akan ditemukan dalam dua hari. Dan bagaimanapun juga, kekuasaan apa yang
kauberikan kepadaku" Apa aku boleh memasuki perpustakaan" Bolehkah aku
mengajukan semua pertanyaan yang kuinginkan, selalu didukung oleh otoritasmu?"
"Aku tidak melihat hubungan antara kejahatan itu dan perpustakaan," kata Abbas
itu marah. "Adelmo adalah seorang pelukis, Venantius seorang penerjemah, Berengar asisten
pustakawan ...." William menjelaskan dengan sabar.
"Dalam artian ini keenam puluh rahib semuanya
mengerjakan sesuatu yang berkait dengan perpustakaan, seperti halnya kewajiban
mereka di gereja. Jadi, mengapa kau tidak menyelidiki gereja"
Bruder William, kau melakukan suatu penyidikan atas mauku, dan di dalam batas
yang sudah kutetapkan. Yang selebihnya, di dalam lingkup dindingdinding ini, aku
satusatunya penguasa setelah Tuhan, dan demi kemuliaanNya. Dan ini juga akan
berlaku bagi Bernard. Kapan saja," tambahnya dalam nada lebih lembut, "Bernard
mungkin tidak khusus datang ke sini untuk menghadiri pertemuan. Abbas dari
Conques menulis kepadaku bahwa Paus sudah minta Kardinal Bertrand del Poggetto
untuk datang dari Bologna dan menjadi ketua duta Takhta Suci. Bisa saja Bernard
akan datang ke sini untuk menemui kardinal itu."
"Yang, dalam perspektif lebih luas, akan lebih buruk. Bertrand adalah momok bagi
orang bidah di Italia Tengah. Pertemuan antara kedua pemenang perang melawan
orang bidah ini akan mencanangkan suatu serangan yang lebih luas di negeri
ini, akhirnya melawan seluruh gerakan Fransiskan ii
"Dan ini akan segera kita laporkan kepada Kaisar," kata Abbas itu, "tetapi dalam
hal ini bahayanya tidak akan langsung muncul.
Kita akan harus waspada. Sampai ketemu lagi." William berdiam diri sejenak
ketika Abbas itu pergi. Kemudian ia bilang kepadaku, "Yang pertama-tama, Adso,
kita harus berusaha agar jangan sampai diri kita sendiri dikuasai oleh keinginan
untuk buruburu. Ini semua tidak dapat diselesaikan dengan cepat kalau harus
mengumpulkan begitu banyak pengalaman kecil-kecil, individual, menjadi satu. Aku
akan kembali ke laboratorium, karena di samping mencegahku untuk membaca naskah
itu, tidak ada gunanya bagiku untuk kembali ke perpustakaan malam ini tanpa
lensa." Saat itu Nicholas dari Morimondo datang berlari-lari ke arah kami, wajahnya amat
murung. Sementara tengah berusaha menggerinda lensa terbaik agar lebih halus,
satu lensa yang sudah sedemikian rupa diharapkan oleh William, lensa itu pecah.
Dan yang lainnya, yang seharusnya mungkin bisa menggantikan, retak ketika ia
berusaha memasangnya ke dalam gagang itu. Nicholas, dengan amat sedih, menuding
ke langit. Sekarang sudah menjelang jam ibadah vespers, dan hari sebentar lagi
gelap. Untuk hari itu ia sudah tidak bisa bekerja lagi. Satu hari lagi hilang.
William mengakui dengan pahit, sambil menahan (seperti yang diakuinya kelak)
godaan untuk mencekik pandaikaca itu, meskipun Nicholas sudah cukup merasa
rendah diri. Kami membiarkan Nicholas mengatasi kekecewaannya sendiri dan pergi untuk mencari
tahu tentang Berengar. Tentu saja, belum ada yang menemukannya.
Kami merasa telah sampai ke jalan buntu. Kami jalanjalan sebentar di dalam
kloster, merasa tidak yakin mau melakukan apaapa lagi. Tetapi tidak lama
kemudian aku melihat William asyik berpikir, sambil
menatap ke depan, seakan tidak melihat apa-apa.
Beberapa saat sebelumnya ia telah mengeluarkan dari dalam jubahnya sebatang
ranting dari tumbuhan obat yang kulihat dia kumpulkan beberapa minggu
sebelumnya, dan mengunyahnya seakan itu memberi semacam rangsangan yang
menenangkan baginya. Dalam kenyataan, ia terlihat kosong, tetapi sebentarsebentar matanya bercahaya seolah telah muncul suatu ide baru dalam kekosongan
pikirannya; kemudian sekali lagi ia akan tercebur ke dalam kekosongan pikirannya
yang aktif dan aneh itu. Tibatiba saja ia bilang, "Tentu saja, kita bisa
"Apa?" tanyaku.
"Aku tengah memikirkan suatu cara untuk menentukan tempat kita di dalam labirin
itu. Ini tidak sederhana, tetapi mungkin efektif .... Bagaimanapun juga, pintu
keluar masuknya ada di menara timur; ini kita tahu. Sekarang, seandainya kita
punya sebuah alat yang menunjukkan kepada kita di mana utara itu. Apa yang akan
terjadi?" "Tentu saja, tinggal belok ke sebelah kanan kita, maka kita akan menuju ke
utara. Kalau tidak, cukup belok ke arah sebaliknya dan kita akan tahu bahwa kita
akan menuju menara selatan. Tetapi, bahkan seandainya alat ajaib semacam itu
ada, labirin itu nyatanya sebuah labirin, dan begitu kita berjalan menuju timur,
kita akan sampai pada sebuah dinding yang mencegah kita untuk terus lurus, dan
kita akan tersesat lagi aku mengajukan pendapat.
"Ya, tetapi alat yang kusebutkan tadi akan selalu menunjuk arah utara, bahkan
jika kita mengubah rute kita, dan pada setiap titik, alat itu akan memberi tahu
kita harus belok ke mana."
"Tentunya bakal luar biasa. Tetapi mestinya kita harus punya alat ini, dan baru
bisa mengenali utara pada malam hari dan di dalam ruangan, yang di dalamnya kita
tidak bisa melihat bintang atau matahari .... Dan aku tidak percaya apa Bacon
teman Anda pun punya alat semacam itu," aku tertawa.
"Tetapi kau salah," kata William, "karena alat semacam itu sudah dibuat, dan
sudah dipakai beberapa navigator. Tidak diperlukan bintang atau matahari, karena
mesin itu memanfaatkan kekuatan dari suatu batu luar biasa, seperti yang kita
lihat dalam klinik Severinus, batu yang menarik besi itu. Dan itu dipelajari
oleh Bacon, dan oleh seorang tukang sihir di Picard, Pierre dari Maricourt, yang
menjelaskan kegunaannya yang banyak."
"Tetapi apa Anda bisa membuatnya?"
"Dengan sendirinya, itu tidak akan sulit. Batu itu bisa dipakai untuk
menghasilkan banyak keajaiban, termasuk sebuah alat yang bergerak secara abadi,
tanpa kekuatan apa pun dari luar, tetapi penemuan paling sederhana itu juga
dijelaskan oleh seorang Arab, Baylek al-Qabayaki. Isi sebuah mangkuk dengan air
dan masukkan ke dalamnya sepotong gabus yang ditusuk dengan sebatang jarum,
biarkan mengambang. Lalu pegangi batu magnetis itu di atas permukaan air, sampai
jarum tersebut mendapat kandungan magnet yang sama seperti batu tadi. Pada titik
ini, jarum itu meskipun mungkin batu itu pula yang mengerjakannya jika punya
kapasitas untuk bergerak di seputar sebuah sumbu akan bergerak dan menunjuk arah
utara, dan jika kaugerakkan itu di dalam mangkuk, jarum itu akan selalu bergerak
ke arah utara. Jelaslah, jika kau selalu ingat akan utara dan juga dengan
menandai tepi mangkuk itu dengan posisi timur, selatan, dan barat, maka kau akan
selalu tahu ke mana harus belok di dalam perpustakaan untuk mencapai menara
timur." "Luar biasa!" seruku. "Tetapi mengapa jarum itu selalu menunjuk arah utara" Aku
tahu batu itu menarik besi, dan aku membayangkan bahwa besi yang banyak sekali
menarik batu itu. Tetapi kemudian ... ke arah bintang kutub, di batas paling jauh bulatan bumi ini,
ada tambang besi besar sekali."
"Terus terang saja, sudah ada yang mengusulkan seperti itu.
Kecuali bahwa jarum tersebut tidak menunjuk persis ke arah bintang siang
tersebut, tetapi ke arah titik potong garis meridian bumi. Suatu tanda bahwa,
The Name Of The Rose Karya Umberto Eco di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti sudah dikatakan, 'hic lapis gerit in se similitudinem coeli1, kutubkutub magnet itu menerima kecenderungan mereka dari kutub-kutub langit, bukan
dari kutub-kutub bumi. Ini satu contoh bagus tentang gerakan yang didorong dari
jauh, bukan oleh sebab-akibat material langsung: suatu masalah yang tengah
dipelajari oleh temanku Vohanes dari Yandun, ketika Kaisar tidak memintanya
membuat Avignon terbenam ke dalam perut bumi
"Mari kita pergi, dan mengambil batu Severinus, dan sebuah mangkuk, dan sedikit
air, dan sepotong gabus kataku penuh semangat.
"Nanti dulu," kata William. "Aku tidak tahu kenapa, tetapi aku belum pernah
melihat sebuah alat yang, betapapun dijelaskan dengan sempurna oleh para filsuf,
fungsi mekanisnya sempurna.
Sementara sebuah arit milik petani, yang belum pernah dijelaskan oleh seorang
filsuf mana saja, selalu berfungsi sebagaimana mestinya .... Aku khawatir kalau
berjalan mengelilingi labirin itu dengan sebuah lampu di tangan kanan dan
semangkuk penuh air di tangan kiri .... Tetapi tunggu! Aku punya ide lain. Alat
itu akan menunjuk arah utara meskipun jika kita berada di luar labirin, ya kan?"
"Ya, tetapi saat itu tidak akan ada gunanya buat kita, karena kita tidak bakal
punya matahari dan bintang kataku.
"Aku tahu, aku tahu. Tetapi jika alat itu berfungsi di dalam maupun di luar
ruangan, mengapa itu tidak sama dengan kepala kita?"
"Kepala kita" Tentu saja, kepala kita juga berfungsi di luar ruangan, dan
nyatanya, di luar kita tahu betul rancangan Aedificium itu! Tetapi masalahnya,
kalau kita berada di dalam, maka kita jadi bingung."
"Tepat. Tetapi lupakan alat itu dulu. Memikirkan tentang alat itu mengajakku
berpikir tentang hukum alam dan hukum pikiran. Masalahnya: kita harus menemukan, dari luar, cara untuk menggambarkan bagiandalam Aedificium itu "Tetapi bagaimana?"
"Kita pakai ilmu matematika. Hanya dalam ilmu matematika, seperti dikatakan oleh
Averroes, ada bendabenda yang kita tahu, yang dikenali dengan bendabenda yang
benarbenar diketahui."
"Nah, kalau begitu Guru mengakui pendapat universal."
"Pendapat matematis berupa dalil-dalil yang disusun oleh intelek kita dengan
cara sedemikian rupa sehingga selalu berfungsi sebagai kebenaran, entah karena
memang sudah ada atau karena matematika ditemukan sebelum ilmu-ilmu yang lain.
Dan perpustakaan itu dibangun oleh suatu otak manusia yang berpikir secara
matematika, karena tanpa matematika kau tidak bisa membangun labirin. Dan oleh
karena itu, kita harus membandingkan dalil matematika kita dengan dalil dari
mereka yang membangun itu, dan dari perbandingan ini dapat dihasilkan ilmu,
karena ini suatu ilmu tentang istilah terhadap istilah. Dan, bagaimanapun juga,
berhentilah menyeretku ke dalam diskusi tentang metafisika.
Setan apa yang merasuki otakmu hari ini" Sebagai gantinya, kau yang punya mata
baik, ambil sehelai perkamen, batu tulis, sesuatu yang bisa kautulisi di
atasnya, dan sepucuk pena .... Bagus, kau sudah punya" Kau pintar, Adso. Mari kita
pergi dan mengitari Aedificium itu sekali, sebelum hari terlalu gelap."
Maka kami mulai mengitari Aedificium itu. Artinya, dari kejauhan kami memeriksa
menara timur, selatan, dan barat, dengan dindingdinding yang menghubungkan
menara-menara itu. Yang selebihnya muncul di atas jurang, meskipun untuk
alasanalasan simetri tentu tidak akan terlalu berbeda dari apa yang sedang kami
saksikan. Dan kami bisa melihat, William mengamati sambil menyuruhku membuat catatan yang
tepat di atas batu tulisku, bahwa setiap dinding punya dua jendela, dan setiap
menara punya lima jendela.
"Sekarang pikirkan," kata guruku kepadaku. "Setiap ruang yang sudah kita masuki
punya sebuah jendela ...."
"Kecuali ruang-ruang segitujuh itu," kataku. "Dan tentu saja, itu ruang-ruang
yang berada di tengah setiap menara."
"Dan kecuali beberapa lainnya yang kita temukan tanpa jendela tetapi tidak
berbentuk segitujuh."
"Lupakan itu. Pertama-tama, kita cari dulu aturannya, kemudian kita akan mencoba
menjelaskan perkecualian tersebut. Jadi: di bagian tepi, ada lima ruang di
setiap menara, dan dua ruang pada masingmasing dinding lurus, masingmasing punya
satu jendela. Tetapi jika dari satu ruangan yang berjendela satu itu kita terus menuju ke
bagian-dalam Aedificium itu, kita menemukan satu ruang lain dengan satu jendela.
Suatu tanda bahwa ada jendela yang menghadap bagian-dalam. Nah, bagaimana bentuk bagian-dalam sumur
itu, kalau dilihat dari dapur dan dari skriptorium?" "Oktagonal," kataku.
"Bagus sekali. Dan mudah ditebak bahwa kedua jendela itu berada pada setiap sisi
dari oktagon itu. Artinya, pada setiap sisi oktagon itu ada dua ruang bagiandalam" Betul tidak?"
"Ya, tetapi bagaimana dengan ruang-ruang yang tak berjendela?"
"Semuanya ada delapan ruang. Nyatanya, ruang bagian dalam dari setiap menara,
dengan tujuh sisi, punya lima dinding yang masingmasing membuka ke dalam salah
satu dari lima ruangan menara itu.
Apa yang berbatasan dengan kedua dinding lainnya itu" Tidak dengan ruang-ruang
yang dibangun berjajar sepanjang dinding sebelah-luar, atau ada jendelanya, dan
tidak dengan ruang-ruang sepanjang oktagon itu, untuk alasan yang sama karena
ruang-ruang itu bakal jadi terlalu panjang. Cobalah menggambar suatu sketsa
tentang bagaimana kemungkinan perpustakaan itu tampak dari atas.
Kau lihat bahwa dalam setiap menara pasti ada dua ruang yang berbatasan dengan
ruang heptagonal itu dan membuka ke dalam dua ruang yang berbatasan dengan sumur
oktagonal bagian-dalam."
Aku mencoba menggambarkan sketsa yang disarankan guruku, dan berseru kemenangan.
"Tetapi sekarang kita tahu segala sesuatu! Coba kuhitung .... Perpustakaan itu
punya lima puluh enam ruangan, empat di antaranya heptagonal, dan lima puluh dua lainnya hampir
persegi, dan di antaranya, ada delapan ruang yang tanpa jendela, sementara dua
puluh delapan jendela menghadap keluar dan enam belas ke bagian dalam."
"Dan keempat menara itu masingmasing punya lima ruang dengan empat dinding dan
satu dengan tujuh .... Perpustakaan itu dibangun menurut suatu keselarasan surgawi
yang bisa dikaitkan dengan makna yang beraneka ragam dan menakjubkan ...."
"Suatu penemuan yang luar biasa," kataku, "tetapi mengapa jadi begitu sukar
menentukan di mana kita berada?"
"Karena penataan pintu pada dindingdinding itu tidak cocok dengan hukum
matematika apa pun. Dari beberapa ruang kau bisa masuk ke dalam beberapa ruang
lain, dari beberapa lainnya hanya ke dalam satu ruang, dan kita harus bertanya
dalam hati apakah tidak ada ruang yang membuat kau tidak bisa pergi ke manamana.
Jika kau mempertimbangkan aspek ini, plus kurangnya cahaya atau petunjuk apa
saja yang mungkin dibantu oleh posisi matahari (dan jika kau menambahkan
bayangan-bayangan dan cermin itu), kau memahami bagaimana labirin itu
membingungkan siapa saja yang memasukinya, terutama kalau orang itu sudah
gelisah karena merasa bersalah. Ingat saja tadi malam, bagaimana kita merasa
putus asa ketika tidak bisa lagi menemukan jalan keluar. Kebingungan yang
maksimum bisa dicapai dengan urutan yang maksimum: tampaknya suatu kalkulasi
yang sublim. Mereka yang membangun perpustakaan ini adalah pakar-pakar luar biasa."
"Lalu bagaimana kita akan mengorientasi diri kita sendiri?"
"Ini tidak sukar. Dengan peta yang sudah kaugambar, yang sedikit banyak akan
cocok dengan rancangbangun perpustakaan itu, begitu kita berada di ruang
heptagonal pertama, kita akan langsung jalan untuk mencapai salah satu ruang
buntu itu. Kemudian, dengan selalu belok kanan, setelah dua atau tiga ruang, kita akan
berada lagi dalam sebuah menara, yang pasti menara utara, sampai kita tiba di
ruang buntu lainnya, pada sisi kiri, yang akan berbatasan dengan ruang
heptagonal, dan dengan belok kanan kita akan bisa menemukan lagi rute yang
serupa dengan apa yang baru saja kugambarkan, sampai kita mencapai menara
barat." "Ya, jika semua ruang itu membuka ke dalam semua ruang lainnya ...."
"Itu betul. Dan untuk alasan ini kita akan membutuhkan petamu, dengan menandai
dindingdinding buntu itu, sehingga kita akan tahu kita sedang berjalan memutar
ke mana. Tetapi itu tidak akan sulit."
"Tetapi apa kita yakin ini akan berhasil?" tanyaku, bingung; semuanya terlihat
terlalu sederhana bagiku.
"Tentu berhasil," jawab William. "Tetapi sayangnya kita belum tahu segala
sesuatunya. Kita sudah tahu caranya menghindari tersesat. Sekarang kita
harus tahu apakah ada suatu aturan yang dipakai untuk membagi bukubuku itu di
antara ruang-ruang. Dan bait-bait dari Kitab Wahyu itu hanya sedikit sekali
memberi kita informasi, paling sedikit karena banyak yang serupa diulang dalam
berbagai ruangan "Dan toh dalam buku para rasul seharusnya ditemukan lebih dari lima puluh enam
bait!" "Tidak diragukan lagi. Oleh karena itu, hanya bait-bait tertentu yang bagus.
Aneh. Seakan hanya ada kurang dari lima puluh: tiga puluh atau dua puluh .... Oh,
demi janggutnya Merlin!"
"Janggutnya siapa?"
"Lupakan saja. Seorang tukang sihir di negeriku .... Mereka menggunakan sebanyak
mungkin bait seperti jumlah huruf dalam alfabet! Tentu saja, itu dia! Teks dari
bait itu tidak berarti, yang berarti adalah huruf pertamanya. Setiap ruang
ditandai oleh satu huruf dari alfabet, dan keseluruhannya membentuk suatu teks
yang harus kita temukan!"
"Seperti suatu puisi angka, dalam bentuk sebuah salib atau seekor ikan!"
"Kira-kira begitu, dan mungkin dalam periode ketika perpustakaan itu dibangun,
puisi macam itu sedang mode."
"Tetapi dari mana teks itu dimulai?"
"Dengan gulungan perkamen yang lebih besar daripada lainnya, dalam ruang
heptagonal dari menara tempat masuk ... atau kalau tidak .... Hai, tentu saja,
dengan kalimat-kalimat yang berwarna merah!"
"Tetapi ada banyak yang berwarna merah!"
"Dan karenanya pasti ada banyak teks, atau banyak kata. Sekarang salin petamu
dengan lebih baik dan lebih besar; sementara kita mengunjungi perpustakaan itu,
kau akan menandai ruang-ruang yang kita lalui dengan penamu, posisi semua pintu
dan dinding (juga jendela), dan juga huruf-huruf pertama dari bait-bait yang
muncul di sana. Dan seperti pelukis yang baik, kau akan memperbesar huruf yang
berwarna merah." "Tetapi bagaimana mungkin," kataku dengan kagum, "Anda mampu memecahkan misteri
perpustakaan itu hanya dengan melihatnya dari sebelah luar, dan Anda tidak mampu
memecahkannya waktu berada di sebelah dalam?"
"Begitulah Tuhan mengenal dunia, karena Ia menyusunnya dalam benakNya,
seakanakan dari luar, sebelum dunia diciptakan, dan kita tidak tahu aturannya,
karena kita hidup di dalam dunia, pada waktu dunia sudah jadi."
"Jadi, orang bisa tahu apa-apa dengan memandangnya dari sebelah luar!"
"Penciptaan seni, karena kita melacak kembali cara kerja orang pintar itu di
dalam pikiran kita. Bukan ciptaan alam, karena itu bukan cara kerja pikiran
kita." "Tetapi sudah mencukupi untuk perpustakaan ini, kan?"
"Ya," kata William. "Tetapi hanya untuk perpustakaan ini. Sekarang mari kita
pergi dan beristirahat. Aku tidak bisa berbuat apa-apa
sebelum besok pagi, kalau aku sudah punya, mudah-mudahan, kacamataku. Kita juga
bisa pergi tidur, dan bangun pagi-pagi. Aku akan berusaha merefleksi."
"Dan makan malam?"
"Ah, tentu saja. Sekarang sudah lewat. Para rahib sudah mulai dengan komplina. Tetapi mungkin dapur masih buka. Pergilah ke sana untuk
mencari sesuatu." "Dan mencurinya?"
"Minta. Minta Salvatore yang sekarang sudah jadi temanmu."
"Tetapi ia akan mencuri!"
"Apa mungkin kau penjaga adikmu?" tanya William, menirukan katakata Kain. Tetapi
aku melihat dia bergurau dan bermaksud mengatakan bahwa Tuhan itu kuasa dan
penuh belas kasihan. Karenanya aku lalu mencari Salvatore dan menemukannya di
dekat kandang kuda. "Hewan yang bagus," kataku sambil mengangguk kepada Brunellus, sebagai cara
memulai percakapan. "Aku ingin menungganginya."
"No se puede. Abbonis est. Tetapi kau tidak butuh seekor kuda cantik untuk lari
cepat ...." Ia menuding seekor kuda yang kuat tetapi dianggap jelek. "Yang itu
juga sufficit ... Vide illuc, tertius equi ...."z
Ia mau menunjukkan kepadaku kuda ketiga. Aku menertawakan bahasa Latinnya yang
lucu. 2 "Tidak boleh, milik Abbas. Tetapi kau tidak butuh seekor kuda cantik untuk
lari cepat Ia menuding seekor kuda yang kuat tetapi dianggap jelek. "Vang itu
juga cukup ... lihatlah ke situ, kuda yang ketiga pene/j.
"Dan mau kauapakan yang itu?" tanyaku.
Dan Salvatore menceritakan suatu kisah yang aneh. Ia katakan bahwa kuda apa
saja, bahkan yang tertua dan paling lemah, dapat dibuat lari secepat Brunellus.
Cukup dengan mencampur gandumnya dengan tanaman obat yang bernama satirion,
dicacah lembut, dan kemudian melumasi pahanya dengan lemak rusa. Kemudian kau
naiki kuda itu dan sebelum memacunya, kau buat mukanya menoleh ke arah timur dan
bisikkan ke dalam telinganya, tiga kali, katakata, "Nicander, Melchior, dan
Merchizard." Dan kuda itu akan lari cepat sekali dan dalam satu jam bisa
menempuh jarak yang akan ditempuh Brunellus dalam delapan jam. Dan jika di
seputar lehernya kaugantungkan gigi seekor serigala yang diinjak dan dibunuh
oleh kuda itu sendiri, maka serigala bahkan tidak ingin mencoba menyerangnya.
Aku bertanya apa ia pernah mencoba ini. Ia katakan kepadaku, sambil mendekat
dengan hatihati dan membisikkan di telingaku dengan bau mulutnya yang benarbenar
busuk itu, bahwa itu sulit sekali, karena satirion sekarang hanya ditanam oleh
para uskup dan teman-temannya yang bangsawan, yang menggunakannya untuk
meningkatkan keperkasaan mereka. Kemudian aku mengakhiri percakapannya dan
mengatakan bahwa malam ini guruku ingin membaca bukubuku tertentu dalam biliknya
dan ingin makan di sana. "Akan kusediakan," katanya, "aku akan membuat keju kocok."
"Bagaimana membuatnya?"
"Facilis. Kau ambil keju yang belum terlalu antiquum, tanpa terlalu banyak
salis, dan potong persegipersegi atau sesukamu.
Dan postea kau ambil sedikit butierro atau lar-do dan melunakkannya di atas api.
Dan di dalamnya kaumasukkan dua potong keju, dan kalau sudah tenero, zucharum et
cinnamon supra positurum du bis. Dan langsung ditaruh di atas meja, karena harus
dimakan caldo caldo.":
"Keju kocok, boleh kalau begitu," kataku kepadanya. Dan ia melenyap ke dalam
dapur sambil menyuruhku menunggu. Setengah jam kemudian ia datang dengan sebuah
pinggan ditutup secarik kain. Aromanya sedap.
"Nih," katanya kepadaku, dan ia juga menyerahkan sebuah lampu besar penuh
minyak. "Untuk apa?" tanyaku.
"Sais pas, moi," katanya lirih. "Peut-etre gurumu ingin masuk ke dalam tempat
gelap esta noche.% Jelaslah bahwa Salvatore tahu lebih banyak hal daripada yang sudah kuduga. Aku
tidak bertanya lebih jauh, tetapi membawa makanan itu kepada William. Kami
makan, dan aku masuk ke bilikku sendiri. Atau setidak-tidaknya itu maksudku. Aku
ingin menemui Ubertino lagi, dan dengan sembunyi-sembunyi aku kembali ke gereja.
[] 3 "Gampang. Kau ambil keju yang belum terlalu tua, tanpa terlalu banyak garam,
dan potong persegipersegi atau sesukamu. Dan kemudian kau ambil sedikit mentega
atau lemak babi dan melunakkannya di atas api. Dan di dalamnya kaumasukkan dua
potong keju, dan kalau sudah lunak, tambahkan gula dan kayu manis. Dan langsung
ditaruh di atas meja, karena harus dimakan panas-panas" penerj.?Setelah Komplina
Dalam cerita ini Ubertino bercerita kepada Adso tentang kisah Fra Dolcino,
sesudah itu Adso ingat kisah-kisah lainnya atau membacanya sendiri di
perpustakaan, dan kemudian ia mengalami pertemuan dengan seorang gadis, cantik
dan mengerikan bagaikan pasukan yang teratur dari orangorang murni.
ku menemukan Ubertino di depan patung Perawan Maria. Tanpa mengatakan sesuatu,
aku bergabung dengannya dan pura-pura (memang) berdoa sejenak. Kemudian aku
memberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.
"Bapa yang suci," kataku kepadanya, "bolehkah saya minta pencerahan dan nasihat
dari Bapa?" Ubertino memandangku dan, sambil memegang tanganku, bangkit lalu mengajakku ke
bangku, dan kami berdua duduk di situ. Ia memelukku erat-erat dan aku bisa
merasakan napasnya pada wajahku.
"Anakku terkasih," kataku, "apa saja yang bisa dilakukan pendosa malang ini
untuk jiwamu akan dilakukan dengan senang hati. Apa yang membuatmu sedih"
The Name Of The Rose Karya Umberto Eco di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hasrat?" tanyanya, hampir berhasrat sendiri. "Hasrat jasmani?"
"Tidak," jawabku, tersipu, "andaikan ada, hasrat pikiran, yang ingin tahu
terlalu banyak hal ...." "Dan itu tidak baik. Allah tahu segala sesuatu,
dan kita harus hanya memuja pengetahuanNya."
"Tetapi kita juga harus membedakan kebaikan dari kejahatan dan memahami gairah
manusia. Saya seorang novis, tetapi kelak akan jadi rahib dan imam, dan saya
harus mempelajari di mana letaknya kejahatan, dan seperti apa rupanya, agar
suatu hari bisa mengenalinya dan mengajarkan orang lain untuk mengenalinya."
"Itu betul, Anakku. Kalau begitu, apa yang ingin kauketahui?"
"Intisari kebidahan, Bapa," kataku dengan keyakinan. Dan kemudian, dengan satu
tarikan napas, "Saya sudah mendengar kisah seorang jahat yang telah mengajak
orang lain menyeleweng: Fra Dolcino."
Ubertino diam saja, kemudian ia berkata, "Itu betul, kau mendengar Bruder
William dan aku menyebutnya malam itu. Tetapi itu kisah yang menjijikkan, dan
aku jadi sedih kalau membicarakannya, karena itu memberi pelajaran (ya, dalam
hal ini seharusnya kau mengetahuinya, untuk menarik suatu pelajaran yang berguna
dari itu) maksudku, kisah ini mengajarkan bagaimana cinta kepada pertobatan dan
hasrat untuk memurnikan dunia dapat menimbulkan pertumpahan darah dan
pembantaian." Ia mengubah posisi duduknya di atas bangku itu sambil mengendorkan
cekalannya pada bahuku, tetapi masih menaruh satu tangannya pada leherku,
seakanakan untuk menyalurkan kepadaku pengetahuannya atau (aku tidak bisa
menjelaskan) kehebatannya.
"Cerita itu dimulai sebelum Fra Dolcino," katanya, "lebih dari enam puluh tahun
yang lalu, ketika aku masih kecil. Kejadiannya di Parma. Seseorang yang bernama
Gherardo Segarelli mulai berkhotbah, mengajak semua orang untuk hidup bertobat,
dan ia berkeliling sepanjang jalan sambil meneriakkan, 'Penitenziagite!1 yang
merupakan cara orang tidak terpelajar mengatakan, 'Penitentiam agite, appropinquabit enim regnum coelorum.'s Ia mengajak pengikutnya meniru para rasul, dan
lebih suka menyebut sektenya ordo Para Rasul, dan anak buahnya pergi ke seluruh
dunia bak pengemis miskin, hidup hanya dari sedekah ...."
"Seperti orang Fraticelli," kataku. "Bukankah ini perintah dari Allah kita dan
Fransiskus Anda sendiri?"
"Ya," Ubertino mengiyakan dengan suara agak ragu-ragu, sambil mendesah. "Tetapi
mungkin Gherardo itu keterlaluan. Ia dan para pengikutnya dituduh mengingkari
otoritas imam dan perayaan misa dan pengakuan dosa, dan menjadi pengelana
pengangguran." "Tetapi Fransiskan Spiritual dituduh melakukan hal yang sama.
Dan bukankah Minorit sekarang mengatakan bahwa otoritas Paus tidak perlu
diakui?" "Ya, tetapi tidak otoritas imam. Kami orang Minorit sendiri adalah imam. Sulit,
Nak, untuk membuat perbedaan dalam hal-hal ini. Garis yang membagi antara
kebaikan dan kejahatan itu terlalu tipis .... Setidak-tidaknya, Gherardo khilaf
dan 5 'Bertobatlah, karena kerajaan Allah sudah dekat1 penerj.?berbuat salah karena bidah .... Ia mohon untuk masuk ordo Minorit, tetapi
saudarasaudara kita tidak mau menerimanya. Ia melewatkan hariharinya dalam
gereja saudarasaudara kita, dan di sana ia melihat lukisan para rasul mengenakan
sandal dan kedua bahunya dibungkus jubah, dan karenanya ia membiarkan rambut dan
janggutnya tumbuh, memakai sandal pada kakinya, dan mengenakan jubah imam Minor,
karena siapa saja yang ingin mendirikan jemaat baru selalu mengambil sesuatu
dari ordo Fransiskus yang Terberkati."
"Kalau begitu, ia berada dijalan yang betul ...." "Tetapi dalam satu hal ia memang
salah .... Dengan mengenakan jubah putih di atas tunik putih, dengan rambut
panjang, ia mendapatkan reputasi sebagai orang saleh di kalangan orang biasa. Ia
menjual rumahnya yang kecil, dan setelah menerima uang itu, ia berdiri di atas
sebuah batu yang pada zaman dulu biasa dipakai anggota dewan untuk berpidato,
dan ia membawa kantong kecil berisi uang emas, dan ia tidak menyebar uang itu
atau memberikannya kepada orang miskin, tetapi, setelah memanggil beberapa
bandit yang sedang berjudi di dekat situ, ia melemparkan uang itu ke tengahtengah mereka dan berkata, "Biarlah dia yang berkeinginan mengambilnya," dan
para bandit itu mengambil uang tersebut dan membawanya pergi untuk berjudi, dan
mereka menghujat Tuhan yang hidup, dan ia yang telah memberi uang kepada mereka
itu mendengarnya dan tidak merasa malu."
"Tetapi Fransiskus juga telah melepaskan semua
bajunya, dan hari ini aku mendengar dari William bahwa ia memberi khotbah kepada
burung elang dan burung bangkai, maupun kepada orang lepra yakni, kepada sampah
masyarakat yang sudah disingkirkan oleh mereka yang menyebut diri orang baik ...."
"Ya, tetapi entah bagaimana Gherardo khilaf: Fransiskus tidak pernah menempatkan
dirinya dalam konflik dengan gereja suci, dan Injil menyuruh kita memberi orang
miskin, bukan bandit. Gherardo memberi dan tidak mendapat pahala apa-apa karena
telah memberi orang jahat, dan ia sudah punya awal yang buruk, suatu kelanjutan
yang buruk, dan suatu akhir yang buruk, karena jemaatnya tidak disetujui oleh
Paus Gregorius X." "Mungkin," kataku, "ia seorang paus yang pikirannya kurang luas dibandingkan
paus yang menyetujui Regula Fransiskus
"Memang, tetapi sedikit banyak Gherardo khilaf, dan Fransiskus, sebaliknya, tahu
betul apa yang akan ia lakukan. Dan akhirnya, Nak, para penjaga babi dan sapi
yang tibatiba menjadi Rasul Palsu itu ingin hidup teberkati dan tanpa
mengucurkan keringat menerima sedekah dari mereka yang dengan susah payah telah
dididik dan diberi contoh-contoh sedemikian rupa tentang kemiskinan oleh Imamimam Minor! Tetapi bukan itu masalahnya," cepatcepat ia menambahkan. "Masalahnya
adalah, untuk menyerupai para rasul, yang bangsa Yahudi itu, Gherardo Segarelli
menyunat dirinya sendiri, dan ini bertentangan dengan katakata Paulus kepada
orang Galatia dan kau tahu bahwa banyak orang suci menyatakan bahwa Antikristus
di masa depan akan datang dari ras yang disunat .... Tetapi Gherardo berbuat lebih
buruk lagi; ia pergi ke manamana sambil mengumpulkan orang biasa dan mengatakan,
"Mari ikut aku ke kebun anggur," dan mereka yang tidak mengenalnya itu
mengikutinya ke dalam kebun anggur milik orang lain, percaya bahwa itu miliknya,
dan mereka makan anggur milik orang lain ...."
"Tentu saja orang Minorit tidak membela tanah milik pribadi," kataku dengan
tidak sopan. Ubertino menatapku dengan galak. "Orang Minorit ingin jadi miskin, tetapi mereka
tidak pernah menyuruh orang lain ikut miskin. Kau tidak bisa menyerang tanah
milik orang Kristen yang baik tanpa mendapat hukuman; orang Kristen yang baik
akan mengecapmu sebagai bandit. Dan begitulah yang terjadi dengan Gherardo.
Akhirnya, terdengar kasak-kusuk tentang dia bahwa untuk menguji betapa kuat
kemauan dan janji selibatnya, ia tidur dengan para perempuan tanpa menyetubuhi
mereka; tetapi ketika para pengikutnya berusaha menirunya, akibatnya amat
berbeda .... Oh, ini bukan hal-hal yang seharusnya diketahui anak kecil: perempuan
adalah sebuah bejana Iblis .... Dan kemudian mereka mulai bertengkar di antara
mereka sendiri tentang komando sekte itu, dan terjadilah hal-hal buruk. Dan toh
banyak yang datang kepada Gherardo, bukan hanya petani tetapi juga orang kota,
anggota gilda, dan Gherardo
menyuruh mereka mencopot baju mereka sendiri sehingga, dengan telanjang, mereka
dapat mengikuti Kristus yang telanjang, dan ia mengirim mereka ke seluruh
penjuru dunia untuk berkhotbah, tetapi dia sendiri minta dibikinkan sehelai
tunik tanpa lengan untuk dirinya sendiri, putih, dari kain yang kuat, dan dalam
busana ini ia tampak lebih seperti seorang badut daripada orang yang religius!
Mereka tinggal di alam terbuka, tetapi kadang naik ke atas mimbar gereja-gereja,
mengganggu kumpulan orang taat dan mengusir pengkhotbah mereka, dan mereka
pernah meletakkan seorang anak kecil di atas takhta uskup di Gereja Sant'Orso di
Ravenna. Dan mereka menyatakan diri mereka sendiri pewaris dari doktrin Joachim
dari Floris "Tetapi begitu pula orang Fransiskan," kataku, "dan juga Gerard dari Borgo San
Donnino, dan Anda, juga!" aku menjerit.
"Tenang, Anakku. Joachim dari Floris adalah seorang nabi besar dan ia yang
pertama memahami bahwa Fransiskus bakal memulai pembaruan gereja. Tetapi para
Rasul Palsu menggunakan doktrinnya untuk membenarkan ketololan mereka. Segarelli
mengajak seorang rasul perempuan, Tripia entah Ripia, yang dinyatakan sebagai
punya bakat meramal. Seorang perempuan, kau paham?"
"Tetapi Bapa," aku berusaha untuk menentang, "malam itu Anda sendiri bicara
tentang kesalehan Clare dari Montefalco dan Angela dari Foligno ...."
"Mereka orang saleh! Mereka hidup dengan kerendahan diri, mengakui kekuatan
gereja; mereka tidak pernah menyatakan punya bakat meramal! Tetapi para Rasul Palsu itu
mengatakan bahwa perempuan boleh berkhotbah dari satu kota ke lain kota, seperti
juga dikatakan oleh banyak orang bidah lainnya. Dan mereka tidak mengakui
perbedaan antara orang yang menikah dan yang tidak menikah, juga tidak ada kaul
yang dianggap berlaku seumur hidup.
Pendek kata, untuk tidak terlalu menggelisahkan kau dengan cerita menyedihkan
yang seluk-beluknya tidak bisa kaupahami dengan baik, Uskup Obizzo dari Parma
akhirnya memutuskan untuk memasukkan Gherardo ke balik jeruji. Tetapi terjadi
hal-hal aneh yang membuat kau tahu betapa lemahnya sifat manusia, dan betapa
busuk benih kebidahan itu. Karena ujung-ujungnya, Uskup itu membebaskan Gherardo
dan mengajaknya bersantap, tertawa mendengar ocehannya, dan mengangkatnya
sebagai badutnya." "Tetapi mengapa?"
"Aku tidak tahu atau, tepatnya, kukira aku tidak tahu. Uskup itu seorang
bangsawan dan tidak menyukai saudagar dan tukangtukang di kota. Mungkin ia tidak
keberatan kalau Gherardo melawan mereka dengan khotbahnya tentang kemiskinan,
atau tidak peduli bahwa dari mengemis sedekah Gherardo melanjutkan dengan
merampok. Tetapi akhirnya Paus campur tangan, dan tindakan Uskup itu jadi keras sekali,
dan Gherardo berakhir dengan dibakar sebagai seorang bidah yang tak bisa
diampuni. Itu terjadi pada awal abad
ini." "Dan apa hubungannya semua ini dengan Fra Dolcino?"
"Mereka berkaitan, dan ini menunjukkan kepadamu bagaimana kebidahan terus hidup
bahkan setelah seorang bidah dimusnahkan.
Dolcino ini adalah seorang imam bajingan, tinggal di diosese Novara, bagian dari
Italia ini, agak jauh ke utara. Ia seorang pemuda yang cerdas dan dididik dalam
kesusastraan, tetapi ia mencuri dari imam yang memberinya rumah dan lari ke arah
timur, ke kota Trent. Dan di sana ia mengulangi khotbah Gherardo, tetapi
dalam nada yang lebih bidah, dengan menyatakan bahwa ia adalah satusatunya rasul
Tuhan dan bahwa segala sesuatu harus sama dalam cinta, dan bahwa sah untuk tidur
dengan semua perempuan tanpa membeda-bedakan, karenanya tak ada yang dapat
dituduh berzina, bahkan jika ia meniduri seorang istri sekaligus putrinya ...."
"Apa ia memang berkhotbah tentang hal-hal seperti itu, atau ia hanya dituduh
berkhotbah seperti itu" Saya sudah mendengar bahwa kaum Spiritual, seperti para
rahib dari Montefalco, dituduh melakukan kejahatan yang serupa ...."
"De hoc Satis,M6 tukas Ubertino sambil membentak. "Mereka bukan rahib lagi.
Mereka bidah. Dan dikotori oleh Fra Dolcino sendiri. Dan, lebih jauh lagi,
dengarkan: kalau tahu apa yang dilakukan Fra
6 "Tentang hal ini, cukup" penerj?Dolcino sesudah itu, sudah cukup untuk mengatakan bahwa ia orang jahat.
Bagaimana ia jadi kenal baik dengan ajaran Rasul Palsu, aku justru tidak tahu.
Mungkin waktu muda ia mampir ke Parma dan mendengar tentang Gherardo. Orang
sudah tahu bahwa di kawasan Bologna ia tetap berhubungan dengan orangorang bidah
itu setelah Segarelli meninggal. Dan jelas diketahui bahwa ia memulai khotbahnya
di Trent. Di sana ia merayu seorang gadis amat cantik dari keluarga terhormat,
Margaret, atau justru gadis itu yang merayunya, seperti HeloTse merayu Abelard,
karena jangan lupa Iblis merasuki hati lelaki lewat perempuan! Pada waktu itu,
Uskup Trent mengusirnya dari dioses itu, tetapi waktu itu Dolcino telah
mengumpulkan seribu pengikut. Dan ia mulai melakukan suatu perjalanan panjang,
yang membawanya kembali ke wilayah tempat kelahiranku. Dan sepanjang jalan
banyak orang tertipu yang bergabung dengannya, teperdaya oleh katakatanya, dan
mungkin banyak orang bidah Waldensian yang tinggal di pegunungan yang ia lewati
juga bergabung dengannya, atau dia sendiri ingin bergabung dengan kaum
Waldensian dari bagian utara negeri ini. Sesampainya di kawasan Novara, Dolcino
menemukan suatu situasi yang menguntungkan bagi pemberontakannya, karena budakbudak yang menguasai kota Gattinara atas nama Uskup Vercelli telah diusir oleh
penduduk, yang kemudian menyambut baik kelompok Dolcino yang liar itu sebagai
sekutu mereka yang pantas."
"Apa yang telah dilakukan budak-budak Uskup
itu?" "Aku tidak tahu, dan aku tidak berhak mengadili. Tetapi seperti kau lihat, dalam
banyak kasus kebidahan berpadu dengan pemberontakan melawan bangsawan, dan
inilah sebabnya orang bidah mulai dengan berkhotbah tentang Madonna Papa, dan
kemudian jatuh menjadi mangsa semua godaan kekuasaan, perang, kekerasan. Ada
suatu pertikaian di antara keluarga-keluarga tertentu di kota Vercelli, dan
Rasul Palsu mengambil keuntungan dari situ, dan keluarga-keluarga ini
memanfaatkan kekacauan yang ditimbulkan oleh Rasul Palsu. Para bangsawan feodal
menyewa tentara bayaran untuk merampok penduduk, dan penduduk minta perlindungan
kepada Uskup Novara."
"Suatu cerita yang rumit. Tetapi Dolcino ada di pihak yang mana?"
"Aku tidak tahu; ia merupakan fraksi tersendiri: ia masuk ke dalam semua
pertikaian dan memanfaatkan semua itu sebagai kesempatan untuk berkhotbah
tentang perjuangan atas nama kemiskinan melawan kepemilikan pribadi. Dolcino dan
para pengikutnya, yang sekarang berkekuatan tiga ribu, berkemah di suatu bukit
dekat Novara yang dikenal sebagai Gunung Bald, dan mereka membangun gubuk-gubuk
dan benteng, dan Dolcino memerintah semua lelaki dan perempuan yang jumlahnya
banyak itu, yang hidup dalam perzinaan paling memalukan. Dari sana mereka
mengirim surat kepada para pengikutnya setianya, yang di
dalamnya ia menguraikan doktrin kebidahannya.
Ia mengatakan dan menulis bahwa citacita mereka adalah kemiskinan dan mereka
tidak terikat pada sumpah ketaatan eksternal apa saja, dan bahwa dia, Dolcino,
telah dikirim oleh Tuhan untuk merusak meterai ramalan dan memahami tulisan dari
Perjanjian Lama dan Baru. Dan ia menyebut pejabat gereja sekular pengkhotbah dan
kaum Minorit menteri-menteri Iblis, dan setiap orang ia bebaskan dari tugas
menaati mereka. Dan ia memperkenalkan empat zaman dalam kehidupan umat Tuhan:
Pertama adalah zaman dari Perjanjian Lama, zaman para bapa bangsa dan nabi,
sebelum kedatangan Kristus, ketika perkawinan adalah baik karena umat Tuhan
harus bertambah banyak. Yang kedua adalah zaman Kristus dan para rasul, dan ini
adalah zaman kesucian dan kemurnian. Lalu datang zaman ketiga, ketika paus untuk
pertama kali mau menerima kekayaan duniawi dalam rangka memerintah umat, tetapi
kemudian umat manusia mulai menyimpang dari cinta kepada Tuhan, Benediktus
datang, dan bicara menentang semua harta milik duniawi. Lalu, ketika rahib
Benediktin juga mengumpulkan kekayaan lagi, datang rahib Santo Fransiskus dan
Santo Dominikus, justru lebih keras daripada rahib Benediktin dalam berkhotbah
menentang kekuasaan dan kekayaan duniawi. Tetapi akhirnya sekarang, ketika
kehidupan begitu banyak wali gereja mulai menentang lagi semua ajaran yang baik,
kita telah mencapai zaman ketiga, dan adalah penting untuk mengikuti ajaran para
Rasul itu." "Kalau begitu, Dolcino mengkhotbahkan hal-hal yang sudah dikhotbahkan kaum
Fransiskan, dan di kalangan Fransiskan, khususnya kaum Spiritual, dan Anda
sendiri, Bapa!" "Oh, ya, tetapi ia mengambil suatu silogisme durhaka dari mereka!
Ia katakan bahwa untuk mengakhiri zaman korupsi ketiga ini, semua pejabat
gereja, rahib, dan imam harus mengalami kematian yang amat sadis; ia katakan
bahwa semua wali gereja, semua pejabat gereja, biarawati, lelaki dan perempuan
religius, semua yang termasuk ordo-ordo pengkhotbah dan kaum Minorit, petapa,
dan bahkan Paus Bonifasius, harus dibinasakan oleh Kaisar yang sudah dia,
Dolcino, pilih, dan itu adalah Frederik dari Sisilia."
"Tetapi bukankah Frederik yang sama itu menerima dengan baik kaum Spiritual yang
diusir dari Umbria di Sisilia, dan bukankah kaum Minorit yang memohon agar
Kaisar, meskipun sekarang, Kaisar Louis, menghancurkan kekuasaan duniawi Paus
dan para kardinal?" "Itu ciri kebidahan, atau kegilaan, bahwa ini mengubah pikiran paling betul dan
mengarahkannya kepada konsekuensi yang berlawanan dengan hukum Tuhan dan
Manusia. Orang Minorit tidak pernah minta Kaisar untuk membunuh biarawan
lainnya." Sekarang aku tahu bahwa Ubertino keliru. Karena, beberapa bulan kemudian, ketika
orang Bavaria itu, Marsilius, dan orang Minorit lainnya
mendirikan ordonya sendiri di Roma, mereka melakukan persis apa yang diminta
untuk dilakukan oleh Dolcino terhadap orang orang religius yang setia kepada
Paus. Dengan ini aku tidak bermaksud mengatakan bahwa Dolcino betul; jika ada
apaapa yang terjadi, Marsilius sama bersalahnya. Tetapi aku jadi mulai ingin
tahu, terutama setelah percakapan petang itu dengan William, apa mungkin orang
biasa yang mengikuti Dolcino bisa membedakan antara janjijanji kaum Spiritual
dan pemenuhan janjijanji itu oleh Dolcino. Apa tidak mungkin ia bersalah karena
telah mempraktikkan apa yang kemungkinan telah dikhotbahkan oleh orang ortodoks,
The Name Of The Rose Karya Umberto Eco di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam suatu gaya mistik murni" Atau bisa jadi di situ letak perbedaannya" Apakah
kesucian meliputi penantian sampai Tuhan memberi kepada kita apa yang telah
dijanjikan oleh santo-santo-Nya, tanpa kita berusaha mendapatkannya lewat
caracara duniawi Sekarang aku tahu ini masalahnya dan aku tahu mengapa Dolcino
keliru: urutan hal-hal tidak boleh diubah, bahkan jika kita harus dengan penuh
gairah berharap akan perubahannya.
Tetapi malam itu aku berada dalam cengkeraman pikiran-pikiran yang bertentangan.
"Akhirnya," kata Ubertino kepadaku, "kau selalu menemukan tanda kebidahan dalam
kesombongan. Dalam suratnya yang kedua, tahun 1303, Dolcino mengangkat dirinya
sendiri sebagai pemimpin tertinggi kongregasi Apostolik, dan mengangkat Margaret
yang durhaka itu seorang perempuan dan
Longinus dari Bergamo, Frederick dari Novara, Albert Carentinus, dan Walderick
dari Brescia sebagai letnan-letnannya. Dan dengan penuh semangat ia mulai memuji
sederet paus yang berikutnya, dua baik yang pertama dan terakhir dan dua jahat,
yang kedua dan ketiga. Yang pertama adalah Celestine, yang kedua adalah
Bonifacius VIII, yang tentang dia para nabi mengatakan, 'Keangkuhan dalam hatimu
telah merendahkan dirimu, Oh, kau yang hidup dalam celah-celah batu karang.1
Paus yang ketiga tidak punya nama, tetapi tentang dia Jeremiah sudah tentu
mengatakan, 'Itu, seperti seekor singa'. Dan mengerikan! Dolcino mengenali singa
di dalam Frederick dari Sisilia. Bagi Dolcino, paus keempat itu masih belum
diketahui, dan ia akan menjadi Paus Santo, Paus Malaikat yang sudah disebutkan
oleh Abbas Joachim. Ia akan dipilih oleh Tuhan, dan kemudian Dolcino dan semua
orangnya (yang saat itu sudah empat ribu) akan bersama-sama menerima kemuliaan
dari Roh Kudus, dan ini akan memperbarui gereja sampai akhir dunia. Tetapi dalam
tiga tahun setelah kedatangannya, semua kejahatan seharusnya sudah dilenyapkan.
Dan Dolcino ini berusaha melakukannya, dengan mengadakan peperangan di manamana.
Dan Paus keempat, dan di sini kau akan menyaksikan bagaimana Iblis mengejek
keakrabannya, ternyata Clemens V, yang menyatakan perang terhadap Dolcino. Dan
itu betul, karena dalam suratnya waktu itu Dolcino mempertahankan teori-teori
yang tidak dapat direkonsiliasi dengan kekolotan. Dolcino
menyebut gereja seorang pelacur, mengatakan bahwa ketaatan bukan tugas imam,
bahwa semua Rasul spiritual sekarang telah diserahkan kepada sekte Para Rasul,
bahwa hanya Para Rasul yang mewakili gereja baru, Para Rasul bisa membatalkan
ikatan perkawinan, tak seorang pun akan diselamatkan kecuali menjadi anggota
sekte itu, tak ada paus yang bisa mengabsolusi dosa, zakat tidak perlu dibayar,
suatu kehidupan tanpa sumpah lebih sempurna daripada hidup dengan sumpah, dan
suatu gereja yang sudah ditahbiskan tidak berguna untuk berdoa, tidak lebih
daripada sebuah kandang kuda, dan Kristus dapat dipuja di hutan sekaligus di
dalam gereja." "Apa dia sungguhsungguh bilang begitu?"
"Tentu saja, ini pasti. Ia menuliskannya. Tetapi sayangnya ia berbuat lebih
buruk lagi. Setelah menetap di Gunung Bald, ia mulai merampok desa-desa di
lembah, menyerang mereka untuk mendapatkan persediaan makanan mengobarkan
peperangan, pendek kata, memerangi kotakota terdekat."
"Apa semua melawannya?"
"Kita tidak tahu. Mungkin ia menerima dukungan dari beberapa; sudah kukatakan
kepadamu bahwa ia telah melibatkan dirinya sendiri dalam simpul kusut pertikaian
setempat. Sementara itu musim dingin tiba, tahun 1305, salah satu musim paling
keras dalam dekade belakangan ini, dan di manamana terjadi kelaparan.
Dolcino mengirim surat ketiga kepada pengikutnya, dan banyak lagi yang bergabung
dengannya, tetapi kehidupan di atas bukit itu tidak tertahankan lagi, dan mereka
menjadi begitu lapar sampai makan daging kuda dan binatang lainnya, dan merebus
rumput. Dan banyak yang mati."
"Tetapi mereka sekarang perang lawan siapa?"
"Uskup Vercelli sudah memohon kepada Clemens V, dan telah diadakan upaya
pemberantasan orang bidah. Indulgensi penuh diberikan kepada siapa saja yang
ikut ambil bagian dalam upaya itu, dan Louis dari Savoy, para inkuisitor dari
Lombardy, Uskup Agung Milan, terdorong untuk bertindak. Banyak yang mengangkat
salib untuk membantu penduduk Vercelli dan Novara, bahkan dari Savoy, Provence,
Prancis; dan Uskup Vercelli menjadi komandan tertinggi.
Terjadi pertempuran terusmenerus antara barisan depan kedua pasukan itu, tetapi
benteng Dolcino tidak bisa ditembus, dan entah bagaimana orang jahat itu
menerima bantuan." "Dari siapa?" "Aku yakin dari orangorang jahat lainnya, yang senang menimbulkan kekacauan ini.
Menjelang akhir 1305, bagaimanapun juga, si bidah ini terpaksa meninggalkan
Gunung Bald, sambil meninggalkan yang sakit dan luka, dan pindah ke dalam
kawasan Trivero, di mana ia mengurung dirinya sendiri di atas sebuah gunung yang
waktu itu bernama Zubello dan kelak dikenal sebagai Gunung Rubello atau Rebello,
karena pernah menjadi benteng pertahanan para pemberontak gereja. Bagaimanapun
juga, aku tidak bisa menceritakan segala sesuatu yang terjadi. Terjadilah pembantaian
mengerikan, tetapi akhirnya para pemberontak itu terpaksa menyerah, Dolcino dan
orang-orangnya ditangkap, dan secara adil mereka berakhir di api pembakaran."
"Juga Margaret yang cantik?"
Ubertino memandangku. "Jadi, kau ingat bahwa dia cantik" Kata orang, dia memang
cantik, dan banyak tuan tanah setempat berusaha mengambilnya menjadi istri untuk
menyelamatkannya dari hukum bakar. Tetapi Margaret menolak; dia mati secara
tidak sopan bersama kekasihnya yang tidak sopan itu. Dan biarlah ini jadi
pelajaran bagimu: hatihati kepada pelacur Babylon, bahkan jika ia mengambil
bentuk makhluk yang paling indah."
"Tetapi sekarang katakan kepadaku, Bapa, saya dengar kepala gudang biara ini,
dan mungkin juga Salvatore, bertemu dengan Dolcino dan entah bagaimana bersama
dia ...." "Jangan bicara keraskeras! Jangan membuat pernyataan tergesagesa.
Aku menemukan penjaga gudang itu di biara
Minorit. Aku tidak tahu di mana Remigio sebelum itu.
Aku tahu ia selalu seorang rahib yang baik, paling
sedikit dari sudut pandangan kekolotan. Akan
halnya yang selebihnya, astaga, daging itu lemah ii
"Apa maksud Bapa?"
"Itu bukan hal-hal yang seharusnya kauketahui." Ia menarikku lebih dekat lagi,
sambil memelukku dan menuding ke arah patung Sang
Perawan. "Kau harus diperkenalkan kepada cinta tak bernoda.
Itulah dia, yang di dalam dirinya femininitas sudah dibuat sublim. Inilah
sebabnya kau menyebutnya cantik, seperti kekasih dalam Kidung Agung. Dalam dia,"
katanya, wajahnya terbawa oleh suatu degup jantungnya, seperti Abbas itu ketika
membicarakan tentang permata dan emas dari gudangnya kemarin. "Dalam dia,
keanggunan tubuh itu justru merupakan simbol dari orangorang cantik di surga,
dan inilah sebabnya pemahat telah menggambarkannya dengan semua keanggunan yang
seharusnya menghiasi seorang perempuan." Ia menuding ke arah dada Perawan itu
yang ramping, diangkat tinggi dan diperketat oleh korset yang diikat kencang,
yang dipakai main-main oleh tangan kecil Anak itu. "Kau lihat" Seperti dikatakan
para doktor: Indahnya payudara, yang mungil, dan mekar sedang-sedang saja,
ditekan tetapi tidak melesak .... Bagaimana perasaanmu di depan penampakan paling
cantik ini?" Aku amat tersipu, sementara merasa diriku sendiri seolah diaduk oleh api di
dalam diriku. Ubertino pasti menyadari hal ini, atau mungkin ia melihat sekilas
pipiku yang merona, karena ia cepatcepat menambahkan, "Tetapi kau harus belajar
membedakan api cinta supraalami dari pesona indrawi. Ini sukar, bahkan bagi para
santo." "Tetapi bagaimana cinta yang baik bisa dikenali?" tanyaku sambil gemetaran.
"Apa cinta itu" Tidak ada sesuatu pun di dunia,
baik manusia maupun Iblis atau apa saja, yang kuanggap mencurigakan sebagai
halnya cinta, karena cinta menembus jiwa lebih dari apa saja yang lainnya. Tidak
ada keberadaan yang begitu memenuhi dan mengikat hati seperti halnya cinta. Oleh
karena itu, kalau kau tidak punya senjata untuk menundukkannya, jiwamu tercebur
melalui cinta ke dalam suatu jurang yang amat luas. Dan aku yakin tanpa rayuan
Margaret, Dolcino sendiri tidak mungkin terkutuk, dan tanpa kehidupan di atas
Gunung Bald yang tidak tenteram dan diisi dengan hubungan seks bebas, hasrat
memberontak yang dirasakannya akan lebih kecil. Jangan lupa, aku tidak hanya
mengatakan hal-hal ini tentang cinta yang jahat, yang tentu saja semua harus
mengutuk sebagai suatu pekerjaan Iblis; aku mengatakan ini pula, dengan rasa
amat takut, tentang hubungan cinta yang baik antara Tuhan dan manusia, antara
manusia dan tetangganya, saling mengasihi dengan tulus dan sungguh timbal-balik,
cinta yang khusus, dan hasrat untuk selalu hidup berdekatan, dan apa yang
diinginkan satu pihak, diinginkan pula oleh pihak lain. Dan aku mengakui bahwa
aku merasakan sesuatu dari cinta semacam itu terhadap para perempuan paling
suci, seperti Angela dan Clare.
Yah, itu, juga, bisa dianggap salah, meskipun cinta itu spiritual dan terjadi
dalam nama Tuhan .... Karena, meskipun cinta dirasakan oleh jiwa, jika tidak
dipersenjatai sebelumnya, jika dirasakan dengan mesra, maka akan jatuh, atau
berlanjut ke dalam kekacauan. Oh, cinta punya berbagai sifat: pertama jiwa menjadi makin
lembut, kemudian pedih ... tetapi kemudian terasa kehangatan yang sebenarnya dari
cinta suci dan menjerit dan mengerang dan menjadi seperti batu dilemparkan ke
dalam perapian sampai remuk menjadi kapur, dan retak, dijilat oleh nyala ...."
"Dan ini cinta yang baik?"
Ubertino mengusap kepalaku, dan ketika aku memandangnya, aku melihat matanya
berkaca-kaca. "Ya, ini, akhirnya, adalah cinta yang baik." Ia melepaskan
tangannya dari bahuku. "Tetapi betapa sukarnya ini," tambahnya, "betapa sukarnya
dibedakan dari cinta lainnya. Dan kadangkadang, kalau Iblis menggoda jiwamu, kau
merasa seperti seseorang yang digantung dengan tali di leher dengan kedua tangan
diikat di belakang dan mata ditutup, pada tiang penggantungan dan toh tetap
hidup, tanpa ada yang membantu, mendukung, menghibur, terus berayun-ayun di
udara kosong Wajahnya tidak hanya basah oleh air mata, tetapi juga ditambah sedikit peluh.
"Sekarang, pergilah," katanya cepatcepat. "Aku sudah menceritakan apa yang ingin
kauketahui. Di sebelah sini adalah tempat koor para malaikat; di sebelah sana,
lubang neraka menganga, pergilah, dan terpujilah Allah." Ia kembali berlutut di
hadapan Sang Perawan, dan aku mendengarnya menangis pelan. Ia mulai berdoa.
AKU tidak meninggalkan gereja. Percakapan dengan Ubertino telah menyalakan dalam
semangatku, dan dalam rongga perutku, suatu api aneh dan suatu kegelisahan yang
tidak bisa dijelaskan. Mungkin untuk alasan ini, aku jadi ingin memberontak dan
memutuskan untuk kembali ke perpustakaan sendirian. Aku sendiri tidak tahu apa
yang mau kucari. Aku ingin menggali sendiri suatu tempat tak dikenal; aku
terpesona oleh gagasan untuk mampu mengorientasi diriku sendiri di sana tanpa
bantuan guruku. Aku mendaki anak tangga bagaikan Dolcino mendaki Gunung Rubello.
Aku membawa sebuah lampu (mengapa aku telah membawanya apakah aku sudah sampai
pada rencana rahasia ini") dan aku memasuki osarium dengan mata hampir terpejam.
Tidak lama kemudian aku sudah berada dalam skriptorium.
Aku yakin itu malam yang fatal, karena waktu aku berkeliling di antara mejameja, sekilas aku melihat satu meja yang di atasnya terbuka sebuah naskah yang
selama ini tengah disalin oleh seorang rahib: Historia fratris Dulcini
Heresiarche. Aku yakin ini meja Peter dari Sant1 Albano, yang kata orang sedang
menulis suatu sejarah besar kebidahan (setelah apa yang telah terjadi dalam
biara itu, tentu saja ia berhenti menuliskannya tetapi kita tidak boleh
mendahului cerita ini). Oleh karenanya, lazim kalau teks itu berada di sana, dan
bersamanya ada teks-teks lain tentang berbagai masalah, tentang kaum Patarin dan
kaum pengemis. Tetapi aku menganggap keadaan ini sebagai suatu tanda supraalami, entah surgawi
atau jahat, aku masih tidak tahu, dan dengan penuh rasa ingin
tahu aku membungkuk untuk membaca tulisan itu. Belum terlalu panjang, dan di
sana aku juga menemukan apa yang belum diceritakan Ubertino kepadaku, jelas
diceritakan oleh seseorang yang telah menyaksikan semua dan yang imajinasinya
masih kuat. Aku jadi tahu bahwa, pada bulan Maret 1307, pada hari Sabtu Suci, Dolcino,
Margaret, dan Longinus, akhirnya ditangkap, dibawa ke kota Biella dan diserahkan
kepada Uskup, yang sedang menunggu keputusan Paus. Ketika mendengar berita itu,
Paus tersebut menyampaikannya kepada Raja Philip dari Prancis, dengan menulis:
"Kami telah menerima berita yang paling dinantikan, penuh kegembiraan dan
sukaria, karena iblis yang mengganggu itu, anak Belial, orang bidah paling
mengerikan, Dolcino, setelah begitu banyak bahaya, upaya panjang, pembantaian,
dan pertempuran, akhirnya dimasukkan penjara kita bersama pengikut-pengikutnya
berkat saudara kita yang mulia, Ranier, Uskup Vercelli, ditangkap pada hari
perjamuan terakhir Tuhan kita; dan banyak sekali orang yang bersamanya, yang
terinfeksi oleh penyakit menular itu, dibunuh pada hari yang sama itu." Tanpa
belas kasihan terhadap para tawanan itu, Paus tersebut memerintahkan Uskup untuk
menghukum mati mereka. Kemudian, pada bulan Juli tahun yang sama, hari pertama
bulan itu, para bidah tersebut diserahkan ke tangan sekular. Pada saat lonceng
kota berbunyi dengan gembira, orangorang bidah itu dinaikkan ke atas gerobak,
dikelilingi oleh para algojo, diikuti pasukan tentara, dan dibawa berkeliling
kota, dan di setiap sudut, orangorang dengan sepit merah membara menusuki kulit
orangorang bersalah itu. Margaret terbakar lebih dulu, baru kemudian Dolcino,
yang tidak menggerakkan satu pun otot wajahnya, persis seperti ia tidak
mengerang sedikit pun waktu sepit-sepit itu menusuk tangan dan kakinya. Kemudian
gerobak itu berjalan terus, sementara para algojo memasukkan batang besi mereka
ke dalam wadah-wadah berisi arang menyala. Dolcino mengalami siksaan lagi dan
tetap diam, meskipun ketika mereka memotong hidungnya ia agak mendongak, dan
waktu mereka menusuk anggota kelaki-lakiannya ia mengaduh panjang, seperti
erangan. Hal terakhir yang ia katakan kedengaran tajam, karena ia memperingatkan bahwa ia
akan bangkit pada hari ketiga. Kemudian ia dibakar dan abunya disebarkan bersama
angin. Aku melipat naskah itu dengan tangan gemetaran. Aku sudah dengar bahwa Dolcino
telah melakukan banyak kejahatan, tetapi ia sudah dibakar secara mengerikan
sampai mati. Dan di tiang pembakaran ia telah bersikap ... bagaimana" Dengan
ketabahan para martir atau dengan keangkuhan orang terkutuk" Sementara aku
terhuyung-huyung mendaki anak tangga ke perpustakaan, aku menyadari mengapa aku
begitu sedih. Tibatiba aku ingat adegan yang baru beberapa bulan sebelumnya
telah kusaksikan, tidak lama
setelah aku tiba di Tuskania. Aku sungguh ingin tahu, mengapa waktu itu sudah
aku hampir melupakannya, seakanakan jiwaku yang sakit selama ini ingin menghapus
suatu kenangan yang membebaniku bagaikan mimpi buruk. Atau, lebih tepatnya, aku
belum melupakannya, karena setiap kali aku mendengar pembicaraan tentang
Fraticelli, aku melihat lagi adegan-adegan kejadian itu, tetapi aku mendorongnya
lagi turun ke dalam ceruk jiwaku, seolaholah menyaksikan kengerian itu adalah
dosa. Aku pertama kali mendengar pembicaraan tentang Fraticelli pada harihari ketika,
di Florence, aku menyaksikan seseorang dihukum bakar. Itu tidak lama sebelum aku
bertemu Bruder William di Pisa.
Ia telah menunda kedatangannya di kota itu, dan ayahku mengizinkan aku
mengunjungi Florence, yang konon gereja-gerejanya dipuji sebagai paling indah.
Aku berjalanjalan di seputar Tuskania, untuk belajar bahasa Italia kampungan
secara lebih baik, dan akhirnya aku tinggal seminggu di Florence, karena sudah
mendengar banyak orang membicarakan tentang kota itu dan aku ingin
mengetahuinya. Demikianlah, maka ketika baru saja tiba, aku mendengar akan dilaksanakannya
suatu pengadilan besar yang membuat seluruh kota gelisah. Seorang bidah
Fraticello, dituduh melakukan kejahatan menentang agama dan diseret di depan
uskup dan pejabat gereja lainnya, akan diajukan ke depan
inkuisisi yang keras. Dan, dengan mengikuti mereka yang menceritakan kepadaku
tentang itu, aku pergi ke tempat di mana pengadilan itu akan dilaksanakan,
karena banyak yang bilang bahwa imam ini, namanya Michael, sungguhsungguh
seorang suci yang telah berkhotbah tentang pengampunan dan kemiskinan, dengan
mengulangi katakata Santo Fransiskus.
Michael telah diajukan ke depan para hakim akibat dendam beberapa perempuan
tertentu yang, dengan pura-pura mengaku dosa kepadanya, lalu menghubungkan
sikap-sikap kebidahan dengannya; dan dia memang diseret oleh orangorang uskup
itu dari dalam rumah para perempuan yang sama. Kenyataan ini membuatku heran,
karena orang gereja seharusnya tidak boleh memberikan sakramen di tempat yang
tidak memadai seperti itu; tetapi ini kelihatannya merupakan kelemahan dari
Fraticelli, kegagalan untuk mempertimbangkan tempat yang memadai secara tepat,
dan mungkin ada suatu kebenaran dalam kepercayaan umum yang menganggap mereka
tidak hanya bidah tetapi juga berperilaku membingungkan (seperti kaum Kataris
yang dituduh sodomit dan perampok).
Aku tiba di Gereja San Salvatore, tempat inkuisisi itu tengah berlangsung,
tetapi tidak bisa masuk karena banyak sekali orang di luar gereja. Bagaimanapun
juga, beberapa orang telah melompat untuk meraih jeruji jendelajendela dan
sambil bergantung di sana, bisa melihat dan mendengar apa yang tengah terjadi,
The Name Of The Rose Karya Umberto Eco di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan mereka melaporkannya kepada mereka yang di bawah. Para inkuisitor mulai membacakan
catatan tentang pengakuan yang telah dibuat Bruder Michael sehari sebelumnya.
Menurut catatan itu, Michael mengatakan bahwa Kristus dan rasul-rasulnya "secara
individual maupun secara bersama-sama tidak menganggap apa saja sebagai harta
mereka", tetapi Michael memprotes bahwa notulis sekarang telah menambahkan
"banyak konsekuensi palsu" dan Michael menjerit (ini kudengar sendiri dari
luar), "Kalian harus membela diri sendiri pada hari kiamat!" Tetapi para
inkuisitor itu membacakan pengakuan tersebut menurut apa yang sudah mereka
susun, dan akhirnya menanyakan kepada Michael apakah dengan rendah hati ia mau
mengikuti opini Gereja dan semua orang kota. Dan aku mendengar Michael berteriak
dalam suara keras bahwa ia ingin mengikuti apa yang ia percayai, yakni bahwa ia
"ingin Kristus tetap miskin dan disalib, dan Paus Yohanes XXII adalah seorang
bidah karena mengatakan yang sebaliknya." Terjadi perdebatan seru, yang di
dalamnya para inkuisitor, banyak dari mereka rahib Fransiskan, berusaha keras
membuat Michael paham bahwa Kitab Suci tidak mengatakan seperti apa yang
dikatakan Michael, dan Michael menuduh mereka mengingkari Regula ordo mereka
sendiri. Dan mereka menyerang dengan bertanya apakah Michael mengira ia lebih
memahami Kitab Suci daripada mereka yang memang pakar. Dan Fra Michael, memang
bandel, menantang mereka, sehingga mereka mulai memancingnya dengan
kalimat seperti "Kalau begitu, kami ingin kau menganggap Kristus seorang pemilik
harta kekayaan dan Paus Vohannes adalah seorang Katolik dan orang suci." Dan
Michael, tak tergoyahkan, berkata, "Bukan, seorang bidah." Dan mereka mengatakan
bahwa mereka belum pernah melihat siapa saja yang kukuh dalam kekejiannya
sendiri. Tetapi di antara orang banyak di luar gedung itu aku mendengar banyak
yang membandingkannya dengan Kristus di hadapan kaum Farisi, dan aku menyadari
bahwa banyak di antara orang yang berkumpul itu percaya akan kesucian imam
Michael. Akhirnya, orangorang uskup mengembalikannya ke balik jeruji besi penjara. Dan
malam itu aku mendengar bahwa banyak rahib, teman-teman uskup itu, telah datang
untuk mengejek Michael dan membujuknya untuk mencabut kembali pengakuannya,
tetapi ia menjawab seperti seseorang yang yakin akan kebenarannya sendiri. Dan
kepada masingmasing dari mereka, ia mengulangi bahwa Kristus itu miskin, dan
bahwa Santo Fransiskus dan Santo Dominikus juga telah mengatakan begitu, dan
bahwa jika untuk mengakui opini yang betul itu ia harus dikutuk ke pancang
pembakaran, justru lebih baik, karena dalam waktu singkat ia akan bisa
membuktikan apa yang dijelaskan oleh Kitab Suci, kedua puluh empat tua-tua dari
Kitab Wahyu dan Yesus Kristus dan Santo Fransiskus dan para martir yang jaya.
Dan konon ia berkata, "Jika kita membaca doktrin dari Abbas-abbas suci tertentu
yang sedemikian rupa bersemangat, betapa kita
seharusnya lebih bersemangat dan bergembira untuk menginginkan tinggal di tengah
mereka?" Dan setelah mengadakan percakapan semacam itu, para inkuisitor
meninggalkan penjara dengan wajah murung, sambil berteriak dengan jengkel (dan
aku mendengar ini), "Iblis telah merasukinya!"
Keesokan harinya kami mendapat berita bahwa keputusan sudah diumumkan; aku pergi
ke istana uskup, di mana aku dapat melihat perkamen itu, dan aku menyalinnya
dalam buku catatanku. Keputusan ini dimulai dengan: "In nomine Domini amen. Hec est quedam condemnatio
corporaiis e t sententia condemnationis corporaiis iata, data e t in hiis scrip
tis sententiaiiter pronum-ptiata et promuigata ...,"7 dan seterusnya, dan
dilanjutkan dengan suatu deskripsi keras tentang dosa dan kejahatan dari Michael
tersebut; di antaranya ada satu yang menurutku amat keji, meskipun aku tidak
tahu (mengingat cara pengadilan itu) apakah ia benarbenar menegaskan ini, tetapi
dikatakan, secara ringkas, bahwa Minorit tersebut di atas, telah menyatakan
bahwa Santo Thomas Aquinas bukan seorang santo dan tidak menikmati penyelamatan
kekal, tetapi sebaliknya, terkutuk dan berada dalam kutukan abadi! Dan keputusan
itu diakhiri, dengan menetapkan hukuman, karena terdakwa tidak mau memperbaiki
cara-caranya: 7 "Dalam nama Tuhan, amin. Ini adalah keputusan yang dijatuhkan, diberikan dan
dinyatakan dengan dalam dokumen ini dan disebarluaskan" penerj?hukuman badan rumusan hukum
Idcirco, dictum Johannem vocatum fra trem Micchaeiem hereticum et scismaticum
quod due atur ad locum iustitle consuetum, et ibidem igne et flammis igneis
accensis concremetur et comburatur, ita quod penitus moriatur e t anima a
corpore separe tur, s Dan setelah keputusan itu diumumkan, lebih banyak orang
yang datang ke penjara dan memperingatkan Michael akan apa yang bakal terjadi,
dan waktu itu aku mendengar mereka mengatakan, "Bruder Michael, tudung dan
mantel sudah dibuat, dan sudah ditulisi Fraticelli ditemani iblis." Untuk
menakut-nakutinya, mereka memaksa agar akhirnya ia mencabut kembali
pengakuannya. Tetapi Bruder Michael berlutut dan berkata, "Aku percaya bahwa di
samping pembakaran itu akan berdiri bapa kita Fransiskus, dan lebih jauh aku
percaya bahwa akan ada Yesus dan para rasul, martir Bartolomeus dan Antonius
yang jaya." Itu adalah caranya menolak tawaran para inkuisitor untuk terakhir
kalinya. Keesokan harinya aku, juga, berada di atas jembatan di depan istana uskup, di
mana para inkuisitor telah berkumpul: Bruder Michael masih dalam kurungan besi,
dibawa untuk menghadap mereka.
Salah seorang pengikut setianya berlutut di hadapannya untuk menerima berkatnya,
dan 8 Maka dari itu diputuskan Vohanes yang dipanggil Frater Michael adalah bidah
dan skismatik, kala ia harus dibawa ke tempat pengadilan yang biasa dan di sana
hendaklah dibakar dan dihanguskan dengan api dan nyala api sedemikian rupa
sehingga yang dihukum itu betulbetul mati dan jiwanya terpisah dari badannya
?penerj. pengikut ini diseret oleh orangorang bersenjata dan langsung dimasukkan penjara.
Setelah itu, sekali lagi para inkuisitor membacakan lagi keputusan tersebut
kepada orang terkutuk itu dan sekali lagi menanyakan apa Michael ingin menyesal.
Setiap kali keputusan itu menyebutkan bahwa ia seorang bidah, Michael menjawab,
"Aku bukan bidah; pendosa, ya, tetapi Katolik," dan ketika teks itu menyebutkan
"Paus Yohanes XXII yang suci dan paling mulia," Michael menjawab, "Bukan,
seorang bidah." Kemudian Uskup memerintahkan Michael maju dan berlutut di hadapannya, dan
Michael mengatakan bahwa tidak seorang pun harus berlutut di hadapan orang
bidah. Mereka memaksanya berlutut dan ia menggumam, "Tuhan akan mengampuniku."
Dan setelah ia disuruh mengenakan semua busana keimamannya, upacara dimulai, dan
satu per satu busana itu dilucuti sampai ia hanya mengenakan kain penutup kecil
yang oleh orang Florence disebut "cioppa". Dan menurut kebiasaan kalau seorang
imam dipecat, mereka menghanguskan bantalan jarijarinya dengan besi panas dan
mencukur rambutnya. Kemudian ia diserahkan kepada kapten dan anak buahnya, yang
memperlakukannya dengan amat kasar dan memasukkannya ke dalam kurungan besi,
untuk dibawa kembali ke penjara, dan Michael berkata kepada orang banyak, "Per
Dominum moriemur."9 Ternyata ia baru akan dibakar keesokan hari 9 "Mati demi Tuhan" penerj?nya. Dan pada hari itu mereka juga pergi untuk menanyakan kepadanya apakah ia
ingin mengaku dosa dan menerima komuni. Dan ia menolak, dengan mengatakan bahwa
menerima sakramen dari seseorang yang berada dalam keadaan berdosa adalah dosa.
Di sini, aku yakin, ia salah, dan ia menunjukkan bahwa ia telah dirusak oleh
kebidahan kaum Patarin. Akhirnya, hari pelaksanaan hukuman tiba, dan seorang pembawa panji gereja
menghampirinya, tampaknya ramah, karena ia bertanya orang macam apa Michael itu
dan mengapa ia begitu bandel padahal hanya harus mengiyakan apa yang disetujui
seluruh penduduk dan menerima opini dari Ibu Gereja yang Suci. Tetapi Michael,
dengan amat kasar, mengatakan, "Aku percaya kepada Kristus yang miskin dan
tersalib." Dan pembawa panji itu pergi, sambil membuat gerakan putus asa.
Kemudian kapten dan orang-orangnya datang dan membawa Michael ke lapangan, di
mana wakil uskup membacakan lagi pengakuan dan keputusan pengadilan di
hadapannya; ini sungguhsungguh suatu masalah yang pelik sehingga aku tidak bisa
mengingat-ingatnya, dan waktu itu tidak memahaminya dengan jelas.
Tetapi itu jelas kalimat-kalimat yang memutuskan kematian Michael dan dihukumnya
Fraticelli tersebut. Aku tidak mengerti mengapa orangorang gereja dan tentara sekuler begitu kejam
terhadap orang yang ingin hidup dalam kemiskinan dan yakin bahwa
Kristus tidak memiliki barang duniawi.
Karena, aku berkata kepada diriku sendiri, andaikan ada, mereka seharusnya takut
kepada orangorang yang hidup dalam kekayaan dan mengambil uang dari orang lain,
dan mendorong gereja ke dalam dosa dan memperkenalkan praktik-praktik simoniak
ke dalamnya. Dan aku mengatakan ini meski ada seseorang yang berdiri di dekatku,
karena aku tidak bisa tinggal diam lagi. Lelaki itu tersenyum mencemooh dan
mengatakan kepadaku bahwa seorang rahib yang mempraktikkan kemiskinan membuat
contoh buruk bagi penduduk, karena kemudian penduduk tidak dapat menerima
rahibrahib yang tidak mempraktikkannya. Dan, tambahnya, khotbah tentang
kemiskinan menanamkan gagasan yang salah ke dalam kepala orang banyak, yang akan
menganggap kemiskinan mereka sebagai sumber kebanggaan, dan kebanggaan dapat
menimbulkan banyak tindakan sombong. Dan akhirnya, ia berkata bahwa aku juga
harus tahu, berkat suatu silogisme yang tidak jelas baginya, bahwa
mengkhotbahkan kemiskinan bagi para rahib membuat kau berada di pihak Kaisar,
dan ini tidak berkenan bagi Paus. Bagiku semua alasan itu tampaknya bagus
sekali, meskipun diutarakan oleh seseorang yang tidak terpelajar, kecuali bahwa
saat itu aku tidak paham mengapa Bruder Michael ingin meninggal secara begitu
mengerikan untuk menyenangkan hati Kaisar, atau untuk menyelesaikan suatu
kontroversi di kalangan ordo-ordo religius. Dan nyatanya, beberapa dari yang
hadir itu mengatakan, "Ia bukan santo, ia dikirim oleh Louis untuk menimbulkan
perpecahan di kalangan penduduk, dan Fraticelli adalah orang Tuskania, tetapi di
balik mereka ada agen Kaisar." Yang lain berkata, "Dia orang gila, dirasuki
Iblis, besar kepala karena sombong, dan ia menikmati kesyahidan untuk
kesombongannya yang jahat: daripada menyuruh para rahib terlalu banyak membaca
buku tentang kehidupan para santo, lebih baik mereka mengambil istri!" Dan masih
ada lagi yang menambahkan, "Tidak, semua orang Kristen seharusnya seperti dia,
siap memberikan kesaksian imannya, seperti pada zaman pemujaan berhala."
Sementara mendengarkan suarasuara itu, tanpa tahu apa yang kupikirkan sendiri,
entah kenapa aku memandang langsung ke arah wajah orang yang dikutuk itu, yang
berkali-kali tertutup oleh orang banyak di depanku. Dan aku melihat wajah
seseorang yang tengah memandang sesuatu yang bukan dari dunia ini, seperti yang
kadangkadang kulihat pada patung santo-santo dalam ekstase. Dan aku mengerti
bahwa, entah orang suci atau orang gila, ia memang ingin meninggal karena
percaya bahwa dalam kematian ia akan mengalahkan musuhnya, siapa pun musuh itu.
Dan aku paham bahwa contohnya akan menggiring lainnya kepada kematian. Dan aku
tetap mengagumi orangorang yang memiliki keteguhan hati itu, hanya karena aku
tidak tahu, bahkan sekarang ini, apakah yang ada dalam diri mereka itu suatu
keyakinan akan cinta kepada kebenaran yang membanggakan, atau suatu
keinginan sombong untuk mati, entah apa itu. Dan aku dikuasai oleh kekaguman dan
ketakutan. Tetapi mari kita kembali kepada pelaksanaan hukuman itu, karena sekarang semua
orang menuju tempat Michael akan dijatuhi hukuman mati.
Kapten dan anak buahnya membawa Michael yang mengenakan gaun pendek dan beberapa
kancingnya dilepas, keluar dari gerbang. Dan sementara ia berjalan dengan
langkah lebar dan kepala menunduk, sambil mengucapkan doa, ia terlihat seperti
salah seorang martir. Kerumunan orang itu mengherankan besarnya dan banyak yang berteriak, "Jangan
mati!" dan Michael akan menjawab, "Aku ingin mati demi Kristus." "Tetapi kau
tidak akan mati demi Kristus," kata mereka kepadanya, dan ia bilang, "Tidak,
demi kebenaran." Ketika mereka sampai ke tempat yang disebut Sudut Prokonsul,
salah seorang berteriak kepadanya untuk berdoa kepada Tuhan bagi mereka semua,
dan Michael memberkati orang banyak itu. Di Gereja Baptis, mereka berteriak
kepadanya, "Selamatkan hidupmu!" dan Michael menjawab, "Hindari dosa
selamanya!"; di Pasar Lama mereka berteriak kepadanya, "Hidup, hidup!" dan
Michael menjawab, "Selamatkan dirimu sendiri dari neraka"; di Pasar Baru mereka
berteriak, "Bertobatlah, bertobatlah," dan ia menjawab, "Bertobatlah dari
keserakahanmu." Dan ketika hampir sampai ke Santa Croce, ia melihat rahibrahib
dari ordonya di anak tangga, dan ia mengutuk mereka karena mereka tidak taat
kepada Regula Santo Fransiskus.
Dan beberapa dari mereka mengangkat bahu, tetapi lainnya menarik tudung kepala
untuk menutup wajah karena malu.
Dan di jalan menuju Gerbang Keadilan, banyak yang mengatakan kepadanya, "Akui
kesalahanmu, akui kesalahanmu! Jangan bersikeras untuk mati," dan Michael
berkata, "Kristus mati bagi kita!" Dan mereka berkata, "Tetapi kau bukan
Kristus, kau tidak boleh mati bagi kami!" Dan Michael berkata, "Tetapi aku mau
mati untuk Dia." Di Padang Keadilan, seseorang mengatakan kepadanya bahwa ia seharusnya berbuat
seperti yang dilakukan seorang rahib tertentu, atasannya, yaitu menyerah; tetapi
Michael menjawab bahwa ia tidak mau menyerah, dan kulihat banyak dari mereka
yang sepakat dan mendorong Michael agar kuat; maka aku dan banyak orang lainnya
menyadari bahwa mereka itu pengikutnya dan kami menjauhi mereka.
Akhirnya, kami sampai di luar kota dan tampaklah pembakaran itu di depan kami,
orang di situ menyebutnya "pondok", karena kayu pembakaran itu ditata menyerupai
sebuah pondok, dan serdadu berkuda mulai membentuk lingkaran untuk mencegah
orang maju terlalu dekat. Dan mereka mengikat Bruder Michael pada pancang.
Dan aku mendengar lagi seseorang berteriak kepadanya, "Tetapi untuk apa kau
mati?" Dan Michael menjawab, "Untuk kebenaran yang berdiam dalam diriku, yang
hanya bisa kunyatakan dengan kematian."
Mereka mulai membakar kayu itu. Dan Bruder Michael, yang telah menyanyikan
"Credo" lalu melanjutkan dengan lagu "Te Deum".io Mungkin ia sudah menyanyikan
delapan bait, lalu membungkuk seakan mau bersin, dan jatuh ke tanah, karena tali
pengikatnya sudah terbakar. Ia sudah mati: sebelum terbakar habis, tubuh itu
sudah mati karena panas yang hebat, yang menyebabkan jantungnya meledak, dan
karena asap yang memenuhi paru parunya.
Lalu gubuk terbakar seluruhnya, bagaikan sebuah obor, dan menyala-nyala dengan
hebat, dan kalau tubuh hangus Michael tidak tampak di antara arang yang menyalanyala itu, aku tentu mengira sedang berdiri di depan semak menyala itu. Dan aku
hampir saja mendapat suatu penampakan (aku ingat ketika mendaki anak tangga
perpustakaan itu) yang membuat katakata spontan meluncur dari bibirku, bergetar
penuh sukacita; katakata itu sudah kubaca dalam bukubuku karya Santo Hildegard:
"Nyala api itu meliputi kejernihan luar biasa, suatu kekuatan istimewa, dan
suatu semangat berapi-api, tetapi karena memiliki kejernihan luar biasa itu maka
nyala api itu akan menerangi dan menjadi semangat berapi-api yang bisa
dibakarnya." Aku ingat beberapa kata Ubertino tentang cinta. Bayangan Michael di atas kayu
pembakaran jadi rancu dengan bayangan Dolcino, dan bayangan Dolcino rancu dengan
bayangan Margaret yang 10 "Allah Mahaagung" penerj?jelita.
Sekali lagi aku merasakan kegelisahan yang telah mencekamku di dalam gereja.
AKU berusaha untuk tidak memikirkan hal itu dan langsung berjalan menuju
labirin. Ini untuk pertama kalinya aku masuk sendirian; bayang bayang panjang yang
diciptakan oleh lampu di atas lantai membuatku ketakutan, sama seperti ketika
aku melihatnya malam kemarin. Setiap kali aku ketakutan kalaukalau ternyata aku
berada di depan cermin lagi, karena pesona cermin itu sedemikian rupa sehingga
bahkan jika sudah tahu itu cermin, kau tetap akan merasa ngeri.
Di lain pihak, aku tidak berusaha mengenali tempatku berada, atau menghindari
ruangan dengan wangi-wangian yang menimbulkan bayangan itu. Aku berjalan terus
seakanakan tercekam oleh demam, juga aku tidak tahu mau ke mana. Nyatanya aku
tidak bergerak jauh dari titik awalku, karena tidak lama kemudian aku menemukan
diriku lagi dalam ruang heptagonal tempat aku masuk tadi. Di sini, di atas meja,
ada beberapa buku yang malam kemarin rasanya tidak kulihat. Kukira itu bukubuku
yang telah dikembalikan oleh Maleakhi dari skriptorium dan belum ditaruh kembali
dalam rak yang seharusnya. Aku tidak dapat mengira-ngira seberapa jauh aku dari
kamar dengan wangi-wangian itu, karena aku merasa pusing, yang bisa jadi efek
dari effluvium yang bahkan mencapai tempat ini, atau karena hal-hal yang sampai
sekarang kupikirkan. Aku membuka suatu buku penuh gambar yang, melihat gayanya,
menurutku berasal dari biara-biara Ultima Thule.
Pada halaman di mana Injil Markus dimulai, aku tersentak melihat gambar seekor
singa. Aku yakin itu singa, meskipun belum pernah melihat singa hidup, dan
pelukisnya telah mereproduksi bentuknya dengan cermat, boleh jadi terilhami oleh
pemandangan singa-singa di Hibernia, tanah makhluk mengerikan, dan aku yakin
bahwa binatang ini, dalam hal ini seperti dikatakan oleh buku Physiologus,
dengan sendirinya menunjukkan ciri dari semua makhluk yang paling mengerikan
sekaligus paling hebat. Jadi, gambar itu memberiku kesan gambar Musuh sekaligus
gambar Kristus Tuhan kita, aku pun tidak tahu harus membacanya dengan kunci
simbolik apa, dan aku merasa amat sangat gemetaran, karena ketakutan dan juga
karena angin dingin yang bertiup lewat celah-celah dinding.
The Name Of The Rose Karya Umberto Eco di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Singa yang kulihat itu mulutnya penuh gigi, dengan kepala berduri halus seperti
kepala ular; badannya yang besar disangga empat kaki dengan cakar tajam, dan
bulunya menyerupai permadani yang kelak kulihat dibeli dari Timur, dengan sisik
merah dan zamrud yang di atasnya digambari garis-garis tulang yang kuat dan
mengerikan, kuning bagai pes. Ekornya juga kuning, yang melekuk dari pantat
sampai kepala dan berakhir dalam gulungan bergaris hitam dan putih.
Aku sudah terpesona oleh singa itu (dan lebih dari sekali aku memandang
sekeliling seakan berharap melihat seekor binatang seperti gambar itu tibatiba muncul) ketika aku
memutuskan untuk melihat halamanhalaman lain dan mataku melihat, pada pembukaan
Injil Mateus, gambar seorang laki-laki. Aku tidak tahu mengapa, tetapi gambar
itu membuatku lebih takut daripada gambar singa tadi: wajahnya seorang manusia,
tetapi orang ini mengenakan semacam kasula kaku yang menutupinya sampai ke
kakinya, dan kasula ini, atau cuiras, bertatahkan batu semimulia berwarna kuning
dan merah. Kepalanya, yang secara membingungkan muncul dari serentetan mirah dan
topas, terlihat (Sungguh kurang ajar! Gambar itu membuatku ketakutan!) seperti
kepala seorang pembunuh misterius yang jejaknya sedang kami ikuti. Dan kemudian
aku menyadari mengapa aku secara erat menghubungkan binatang dan orang berbaju
zirah itu dengan labirin; kedua ilustrasi itu, seperti semua dalam buku
tersebut, muncul dari pola labirin yang membingungkan, yang semua rangkaian onyx
Pedang Keadilan 39 Satria Gendeng 09 Bangkitnya Dewa Petaka Api Berkobar Di Bukit Setan 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama