Love Latte Karya Phoebe Bagian 1
Love Latte Phoebe Now Everythings has forgotten,
finnally come again Satu... Kent uring-uringan Karena hal yang difikiranya bertambah
banyak. Deadline kerja harus di selesaikanya sesegera mungkin
karena ia harus mengawasi Nina secara langsung. Peruntungan
yang baik, jika bertemu dengan gadis bernama Nina Schrade itu
maka ikatan pekerjaannya dengan mendiang nyonya Jouliette akan
segera berakhir. Sekarang ada sebuah beban yang sangat besar
menyangkut gadis yang mungkin masih berusia 23 tahun jika ia
masih hidup. Kent harus segera menyerahkan semua warisan
ibunya kepada gadis muda yang tidak di ketahui dimana rimbanya
itu sekaligus membantunya sampai gadis itu benar-benar siap
secara batiniah. Usia dua puluh tiga tahun bukanlah usia yang
matang untuk mengurusi seluruh kekayaan Jouliette Schrade yang
berkisar di seantero Eropa dan Britania Raya. Parahnya, Kent sama
sekali tidak tau harus memulai dari mana untuk mencari Nina
Schrade, tapi berbekal kenyataan bahwa Ayah dari gadis itu berada
di Jepang, Kent memutuskan untuk memulai semuanya dari
Jepang. "Kent, ayo keluarlah! Sebentar lagi makan siang!"
Suara Vanessa Gershon terdengar lantang, tapi penuh kasih.
Kent memandangi jam di dinding kamar yang di tumpanginya.
Sekarang memang sudah tengah hari dan sesegera mungkin ia
beranjak untuk membuka pintu, berharap wanita itu masih disana.
Tidak ada, Vanessa mungkin sudah kembali ke ruang makan. Kent
memutuskan untuk menyusul. meskipun seharian ini ia berusaha
untuk memanjakan kepalanya yang pusing, Kent masih tetap harus
mengisi perut agar punya tenaga untuk hidup. Dengan langkah
yang sangat lemah, Kent berhasil turun dari lantai dua dan duduk
di meja makan dengan khidmad. Vanessa memasak banyak
makanan dan kelihatannya sangat kerepotan karena putranya,
Yusuke yang berusia tiga tahun masih berada dalam
gendongannya. "Perlu ku bantu?" Kent menawarkan.
Vanessa mengangguk senang. "Tolong bantu aku
menggendong Yu-Chan! Dia agak merepotkanku dengan
rengekannya seharian ini."
Kent bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Vanessa.
Dengan tangkas ia mengambil alih Yusuke Tokeino sehingga
sudah berada dalam pelukannya. Kent membawa Yusuke ke meja
makan dan memangkunya dengan penuh kasih lalu
memandanginya lekat-ekat. Keponakan pertama dari Natsuki dan
Vanessa, Yusuke benar-benar bentuk mini dari ayahnya, tapi
memiliki mata besar seperti ibunya. Setiap kali melihat Yusuke,
Kent merasa sedang melihat kembali kenangan-kenangan masa
lalu dimana dirinya harus merelakan Vanessa untuk Natsuki.
Tidak tepat jika di katakan merelakan, Kent pada saat itu juga tidak
berfikir untuk menjadikan Vanessa miliknya karena perasaannya
selalu di lingkupi rasa ragu dan belum berakhir hingga sekarang.
"Paman, Aku tampan ya?"
Kata-kata Yusuke itu membuat tawa Kent meledak. Anak itu
sudah bisa berbicara dengan baik di usianya yang balita. "Yu-Chan,
Kau merasa tampan?" "Tentu saja aku memang tampan. Aku juga cerdas!"
Kent kembali tertawa. Ia memandangi Vanessa yang sedang
menuangkan jus jeruk kedalam gelas-gelas di atas meja makan.
"Siapa yang mengajarinya berkata seperti ini?"
"Kau fikir siapa" Tentu saja ayahnya! Aku tidak pernah
mengajarkannya mengatakan hal-hal konyol seperti itu!" jawab
Vanessa ketus. Kali ini Kent tidak punya pilihan lain selain percaya. Selama ia
mengenal Vanessa Gershon, wanita yang kini sudah menjadi kakak
iparnya itu bukanlah orang yang suka memuji diri sendiri, Natsuki
yang seperti itu. Sekali lagi Kent memandangi Vanessa. Siapa
sangka gadis yang dulunya sangat gila kerja harus menikah di usia
muda saat karirnya tengah menanjak dan meninggalkan citacitanya. Sekarang wanita
itu bahkan sudah menjadi seorang ibu
rumah tangga dengan sebuah blouse viscose berlengan ? dan rok
katun bermotif bunga-bunga lalu bekerja di dapur seharian.
Meninggalkan map-mapnya, rok mini, blazer dan kata-kata penuh
hujatan yang selalu mengalir dari mulutnya selama di pengadilan.
"Natsuki sepertinya benar-benar sudah mengubah seorang
Vanessa Gershon. Sekarang kau benar-benar jadi ibu dan istri yang
baik, kelihatannya!"
Vanessa duduk di salah satu kursi meja makan bundar itu.
"Aku suka dengan ini. Setidaknya sampai Yu-Chan siap di tinggal!"
Yusuke Tokeino menggeliat tiba-tiba. Ia memanggil-manggil
ayahnya saat mendengar sebuah mobil berhenti di depan rumah
yang tidak terlalu luas itu. Kent menurunkan Yusuke dari
pangkuannya saat bocah itu merengek minta di turunkan dan pada
akhirnya, Yusuke sudah berlarian menuju ruang tamu. Kent
kembali menoleh kepada Vanessa. "Dia sudah pulang" Cepat
sekali, ini hari senin, kan" Bukannya jam kerja masih lama
berakhir?" "Dia selalu pulang saat makan siang, Bung!"
"Wah, sepertinya bukan hanya Natsuki yang mengubah
hidupmu, Nyonya Tokeino! Dia juga sudah berhasil kau ikat kuatkuat, sampai harus
pulang saat makan siang segala! Kalau saat itu
aku yang menikah denganmu, aku rasa sekarang kita masih berada
di London dan menjalankan rutinitas hidup yang membosankan
karena harus bertemu bukan hanya di rumah, tapi juga kantor.
Hidupku akan terikat dan menjadi tidak bebas karena itu!"
"Itu karena Kau belum mencoba untuk mencintai seseorang
lagi hingga saat ini!" Natsuki datang sambil menggendong YuChan. Tangannya masih sempat memukul kepala Kent dari
belakang. Natsuki kemudian memindahkan Yu-Chan kepangkuan
ibunya lalu duduk di kursi yang kosong.
Kent menggosok-gosok kepalanya yang agak nyeri, Natsuki
tidak main-main. Pukulannya sangat kuat dan cukup untuk
membuat Kent limbung, ia kesulitan memulihkan pandangan
matanya yang mengabur karena itu. "Aku akan menikah dengan
wanita seperti Vanessa Gershon!"
"Kurasa sebentar lagi fikiranmu akan berubah kalau
mengetahui seperti apa Nina Schrade itu."
Kent mengerutkan dahinya. Ia memang meminta Natsuki
mencari gadis bernama Nina Schrade itu. Natsuki memiliki
koneksi lebih luas untuk kawasan Jepang dan ia pasti bisa
membantu Kent dengan cepat. Terbukti, dalam waktu kurang dari
tiga kali 24 jam, Natsuki sudah menunjukkan tanda-tanda kalau ia
mengetahui sesuatu tentang Nina Schrade. "Kau sudah
menemukan anak itu" Dia dimana" Kapan aku bisa bertemu
dengannya?" "Kau ingin tau?"
"Tentu saja, ini bagian dari pekerjaanku!"
"Jangan menyesal kalau begitu..." Natsuki menggantung
ucapannya sambil menyuap makanannya, ia mengunyah dengan
sangat perlahan karena semangat untuk menggoda Kent yang
sangat tinggi. Kent sudah tidak sabar lagi, ia sudah sangat penasaran dan
tidak bisa menunggu. "Ayolah, beri tahu aku! Ini menyangkut
pekerjaanku!" "Bila ku beritahu, ini bukan hanya menyangkut pekerjaanmu
anakku!" Natsuki menyunggingkan senyum nakalnya. "Tapi kalau
kau memaksa apa boleh buat. Nina Schrade, berada di Hokaido
dua hari yang lalu, ia tinggal bersama ayahnya yang merupakan
pejabat daerah, tapi ada satu hal yang perlu kau tau. Nina Schrade
hanya pulang ke Hokaido pada hari libur karena di Hokaido, yang
ada hanyalah keluarga angkat. Ia tinggal bersama ayah
kandungnya di Inggris."
"Inggris" Berarti anak itu sangat dekat selama ini?"
"Tentu saja dekat. Dia selalu bersama dengan ibunya, seorang
barista di sebuah coffee Shop di Soho di kenal sebagai Nina Asada.
Kau pernah bilang kalau nyonya Jouliette memiliki anak angkat
yang di panggilnya dengan nama Nina, sama dengan nama
putrinya. Dan gadis itu ternyata adalah anak kandungnya. Satu
lagi, pernah dengar nama Asada" Nina Asada adalah Haruka
Asada! Bukan orang lain, Kent. Kau memang berjodoh dengan
anak itu." Kent terbelalak. Haruka Asada"
"Haruka" Iya aku kenal dengannya." Vanessa tiba-tiba
bersuara. "Coffe Shop tempatnya bekerja dekat dengan kedai milik
Dhany kakak keduaku. Karyawannya juga selalu memesan makan
siang dari kedai mie Dhany. Jadi dia anak seorang milyuner"
Wah..." Vanessa berhenti mengucapkan kata-kata selanjutnya. Ia
memandangi Kent yang termenung lalu menoleh kepada suaminya.
Natsuki pura-pura tidak tau dengan keadaan Kent yang masih
memandangi piring di hadapannya yang kosong. Haruka Asada
sepertinya membangkitkan sesuatu yang besar di ingatan Kent
sehingga menyita kesadarannya beberapa waktu.
Dua... Vanessa Gershon memakai sebuah gaun sutra berwarna putih.
Pakaiannya cukup transparan untuk memperlihatkan bagaimana
tubuhnya yang berada di balik kain itu tanpa apapun sama sekali.
Sebenarnya Natsuki lebih suka jika istrinya melepaskan gaunnya
dan polos saja tanpa sehelai benangpun berbaring di atas tubuhnya,
tapi malam ini sepertinya Vanessa sedang tidak ingin melakukan
hal yang lebih dari sekedar flirting seperti yang sedang mereka
lakukan sekarang. Natsuki merasa bibirnya sudah kebas, tapi ia
suka saat mendengar desahan Vanessa hanya karena sebuah
ciuman sehingga Natsuki terus berusaha melanjutkan usahanya
untuk terus menciumi bagian tubuh lainnya. Tapi beberapa saat
kemudian Vanessa menjerit merasakan nyeri karena Natsuki
mengigit puting payudaranya keras-keras. Ia segera menjauhkan
wajah Natsuki dari dadanya dan memandangnya dengan kesal.
"Kau fikir dirimu Yu-Chan" Yu-Chan saja sudah tidak pernah
melakukan itu lagi semenjak dia berhenti menyusu dan sekarang
ayahnya yang melanjutkan!"
Natsuki tertawa. "Apa yang harus ku katakan untuk membela
diri" Aku hanya merasa lebih bersemangat karena semenjak
melahirkan Yu-Chan kita jarang melakukan ini. Kau selalu
mengeluh karena takut Yu-Chan terbangun!"
"Tapi kau belum pernah menggigitnya sekeras ini, Ayah!"
"Baiklah ibu! Kita sudah menikah selama tiga tahun dan
sekarang adalah saat-saatnya Ayah sedang bersemangat untuk itu!"
"Kau sering melakukannya dengan perempuan-perempuan
sebelumku?" Natsuki memandangi Vanessa sejenak lalu merangkulnya
sehingga wanita itu kini berbaring di sisinya, bukan lagi di atas
tubuhnya seperti semula. "Beberapa, Ya! Hanya kepada wanitawanita yang membuatku
berselera saja. Dan tidak bisa ku pungkiri,
selama tiga tahun ini, hanya kau yang membuatku selalu bergairah.
Karena itu aku tidak bisa berselingkuh padahal banyak pegawai
yang muda dan cantik di kantor!"
"Haruskah aku percaya itu?"
"Apa harus aku membuktikannya sekarang" Aku sudah
merindukan bagaimana rasanya menyentuhmu selama dua
minggu belakangan ini. Minggu lalu, kau datang bulan dan
minggu ini kita kedatangan Kent."
"Tahanlah sedikit lagi, Bagaimana bila Kent mendengarnya?"
"Memangnya kenapa" Biasanya kau melakukannya tanpa
bersuara, kan" Satu-satunya suara yang timbul adalah suara yang
berasal dari deritan ranjang dan Dia tidak akan mendengar kalau
tidak berdiri di depan pintu ini. Lagi pula sekarang mungkin Kent
sedang melamun sambil memandangi foto di dompetnya dan
memikirkan Haruka Asada."
Vanessa mengangkat sebelah alisnya. "Apa hubungan foto di
dompetnya dengan Haruka Asada" Aku penasaran dengan itu saat
makan siang tadi. Kelihatannya Kent sangat terkejut mendengar
nama Haruka Asada." "Ini sebenarnya rahasia. Kent dan Haruka Asada punya
hubungan khusus, sudah lama sekali. waktu itu dia berada di
tahun terakhir magister di universitas Manhattan. Mereka adalah
pasangan paling romantis di dunia."
"Haruka Asada dan Kent" Mana mungkin. Saat aku bertemu
dengan gadis itu saja, usianya masih 20 tahun. Kalau begitu dia
dan Kent punya hubungan saat gadis itu berusia lima atau enam
belas..." "Benar sekali sayang. Saat itu kami bertemu dengan Asada di
rumah teman Kent. Asada adalah sahabat dari adik perempuan
teman Kent itu. Beberapa kali bertemu, anak itu selalu
menanyakan pekerjaan rumahnya kepada Kent. Dan saat itu, kent
masih bajingan dan memanfaatkannya. Tapi Kent pada akhirnya
benar-benar jatuh cinta saat merasakan kalau anak itu berbeda
dengan wanita lain yang dekat dengannya. Haruka Asada selalu
menceritakan semuanya kepada Kent, Bahkan pada saat dirinya di
kamar mandi, anak itu mengirim pesan kepada Kent kalau dia
sedang menyikat gigi dengan pasta dan sikat gigi yang berwarna
sama." "Benarkah" Artinya rentang usia mereka jauh"!"
"Asada korban Kent Tokeino, semula Kent hanya tertarik
untuk bermain-main karena dia tau kalau anak itu sangat
mengaguminya. Tapi pada akhirnya Kent benar-benar jatuh hati
setelah beberapa kali bercinta. Puncaknya saat Asada ternyata
mengandung dan Kent sempat frustasi karena itu. Dia merasa
sangat bersalah telah bermain-main dengan anak kecil.. Setelah
melalui pertimbangan yang panjang, Kent bersedia untuk menikah
muda dan bertanggung jawab pada kandungan anak itu, dia
bahkan sempat berfikir untuk cuti kuliah dan bekerja mencari
biaya pernikahan karena ayahnya pasti tidak akan terima jika anak
semata wayangnya menikah dengan cara begitu. Di usia dua puluh
lima tahun menghamili seorang anak berusia lima belas tahun, Kau
fikir apa kata masyarakat saat itu" Semua orang hanya akan
mengatakan kalau Kent sakit jiwa!"
"Pantas dia selalu mengatakan kalau dia dan dirimu tidak ada
bedanya. Padahal selama kami berteman Kent tidak pernah
bermain-main dengan wanita manapun kecuali gadis-gadis yang
kelihatannya memiliki hubungan serius. Ternyata kata-katanya
merujuk ke waktu dulu, Tadi kau bilang Asada mengandung" lalu
bagaimana dengan kandunganya?"
"Asada beruntung karena ibunya saat itu yang belakangan ini
baru ku ketahui adalah ibu tirinya tidak mengatakan mengenai hal
itu kepada ayahnya dan memaksa Asada menggugurkan
kandungannya. Tapi dengan sedikit akal bulus, Asada masih bisa
mempertahankan kandungannya dan masih berhubungan dengan
Love Latte Karya Phoebe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kent secara rahasia."
"Jadi" Kenapa sekarang bisa berpisah" Asada sudah
melahirkan?" Natsuki menggeleng. "Asada keguguran saat bersama Kent.
Hal yang sangat mengguncang Kent pada waktu itu. Dia terpuruk
dan minum-minuman keras. Selanjutnya setelah bulan pertama
tanpa calon bayi mereka, Asada pergi meninggalkan Kent dan
Kent jadi orang yang kita kenal sekarang. Hidupnya sempat kacau
balau dalam waktu yang lama, Kau bayangkan saja, dia Hampir
seusiaku dan baru selesai kuliah setelah satu tahun sebelum dirimu.
Karena Haruka Kent menyia-nyiakan banyak waktunya, Drop Out
dari kampus yang lama, lalu pindah ke London dan mengulangi
Magisternya lagi dari awal!"
Vanessa termenung. Ia jadi mengerti mengapa saat Kent tau
kalau Vanessa mengandung anak Natsuki, Kent kelihatan sangat
marah. Begitu juga saat tau kalau Vanessa ingin merahasiakannya.
Saat itu Kent tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
Mungkin semua itu terjadi karena Kent selalu mengingat Haruka
Asada, dia sangat menyayangi Haruka Asada, semua cerita
Natsuki mengesankan itu. "Lalu mengapa Asada pergi?"
"Kalau soal itu, tanyakan saja pada orangnya. Aku tidak begitu
tau karena bukan urusahku. Sekarang bagaimana" Kita lanjutkan
saja..." "Aku sedang tidak bersemangat!"
Natsuki menghela Nafas. Vanessa tidak bersemangat karena
mendengar dongeng sedih itu dan dia mengerti. "Kalau begitu
bulan depan kau harus siap ku habisi nyonya. Aku tidak akan
membiarkanmu turun dari ranjang selama seminggu!"
"Kau bercanda, Tuan" Lalu siapa yang akan mengurusi anak
kita?" "Kita titipkan saja pada ibumu!"
Vanessa memandang suaminya heran. "Maksudmu?"
"Kita bulan madu kedua, di Inggris. Oke" Ibumu pasti sangat
merindukan cucu pertamanya. Yu-Chan juga bertanya tentang
paman Rick. Dia ingin bertemu dengan semua keluarga ibunya di
Inggris" "Benarkah?" Mata Vanessa penuh dengan binar kebahagiaan,
ia tidak pernah bertemu dengan ibunya semenjak pindah ke Tokyo.
Yusuke juga hanya pernah melihat keluarga ibunya lewat foto
ataupun telpon. "Aku sudah mengajukkan cuti selama sebulan penuh,
sebenarnya juga di campur dengan perjalanan kerja. Tapi tidak
masalah bukan, kalau kita sekeluarga jalan-jalan bersama sebulan
penuh" Selagi Yu-Chan belum sekolah. Jadi malam ini berterima
kasihlah. Jangan buat aku kecewa, sayang!"
Tiga... Sudah seminggu yang lalu Kent mengirim seorang detektif
swasta yang mahir ke London untuk memata-matai Nina Schrade
atau Nina Asada alias Haruka Asada berbekal sedikit informasi
dari Natsuki saat ia masih di Jepang. Dan kabar yang di dapatnya
sangat mengejutkan. Nina ternyata masih seorang mahasiswa NYU
jurusan perkembangan anak dan ia membiayai kuliahnya dengan
gaji sebagai barista padahal seharusnya di usianya yang sekarang
Nina semestinya sudah lebih dari setahun menikmati waktu
sebagai sarjana. Selain itu, Nina selalu berada di sisi ibunya sebagai
Nina Asada dan Jouliette sama sekali tidak mengenali anaknya
setiap kali bersamanya di Coffee Shop dimana Nina bekerja
sekarang" Dalam sebuah foto yang difax hari ini, Kent dapat
membayangkan kalau wanita itu, Nina Asada adalah seorang
perempuan yang tomboy. Di dalam foto itu, gambar Nina di ambil
setengah badan dan terlihat menggunakan Apron putih melapisi
kostum baristanya. Rambut bergelombangnya yang di ikat asalasalan ke belakang
seolah-olah menggambarkan bahwa wanita itu
adalah pribadi yang gemar bertindak sesukanya.
Kent memijat keningnya sekali lagi. Bagaimana bisa dirinya
kembali berurusan dengan Haruka Asada padahal sudah begitu
lama gadis itu menghilang dari hidupnya. Haruka meninggalkannya di saat Kent sangat mencintainya, dan sekarang
gadis itu adalah tanggung jawabnya hingga semua warisan dari
mendiang Jouliette jatuh ke tangannya secara mutlak.
Begitu tiba di London, Kent sama sekali tidak ingin buang
waktu lebih banyak. Waktu istirahanya hari ini benar-benar ingin
di gunakanya untuk menemui seseorang. Nina Asada. Malam
sudah hampir tiba dan berdasarkan informasi yang didapatnya,
Nina akan memulai jam kerjanya beberapa menit lagi. Kent
memilih duduk di pojok ruangan dan memesan secangkir
Ekspresso pekat untuk menemaninya menanti.
Ia berusaha menghadirkan kembali wajah gadis itu, Nina dengan rambut
bergelombangnya yang berwarna hitam pekat seperti yang di
lihatnya di foto mungkin akan segera datang dan memasuki pintu
itu. Itukah dia" Bisik Kent. Seorang wanita dengan ciri seperti yang
di lihatnya di foto masuk ke dalam coffee shop dengan attitude
yang anggun. Matanya, hidungnya, bibir, juga rambutnya sama
persis. Tapi wanita itu tidak seperti yang Sudah Kent duga
sebelumnya. Nina datang dengan seragam barista-nya yang
berbentuk kemeja putih dengan beberapa ornamen coklat yang
sangat pas dengan tubuhnya. Ia menggunakan rok mini dan sepatu
ber- hak tinggi yang membuat dia tidak terkesan tomboy sama
sekali. Kent tersenyum kecut. Penampilan Nina sama sekali tidak
seperti dugaannya, gadis itu menunjukkan kalau dirinya adalah
wanita sejati yang juga menyukai fashion dan high heels.
"Sista, cepatlah! beberapa pelangganmu sudah menunggu."
Teriak seorang pria muda kepadanya. Dengan tangkas Nina masuk
kedapur dan keluar dengan menggunakan Apron bermerek sama
dengan papan nama Coffee Shop di depan. Wanita itu mendekati
beberapa orang pelangganya dengan ramah. Beberapa di antaranya
adalah orang-orang yang sudah datang lebih dulu sebelum Kent
tapi mereka belum memesan apa-apa hingga Nina mendekatinya.
"Sediakan aku sesuatu yang terbaik dari racikanmu malam ini,
Nina!" Wanita setengah baya dengan penampilan super elit itu
juga sudah datang sejak tadi. Dia menunggu Nina hanya untuk
mencicipi kopi buatanya. "Semua racikanku adalah yang terbaik."
"Kalau begitu bawakan aku satu di antaranya!"
"Tidak adakah pesanan yang lebih spesifik, Maam" Capuchino"
Ekspresso" Original..."
"Aku serahkan kepada ahlinya!" Potong wanita itu. "Kau
harusnya tau apa yang terbaik disajikan untuk wanita tua
sepertiku pada malam hari seperti ini!"
"Baiklah, mohon kesediaanya untuk menunggu!"
Nina lalu memberikan senyum terbaiknya sebelum akhirnya ia
kembali kedapur dan melewati Kent begitu saja. Kent
mengerjapkan matanya beberapa kali seakan tak percaya. Nina
mengingatkanya pada seseorang yang sudah di carinya sekian
lama. Tapi benarkah" Ia masih belum yakin dan masih harus
melihatnya sekali lagi. Butuh beberapa menit bagi Kent untuk menunggu Nina keluar
dari dapurnya. Gadis itu membawa nampan berisi sebuah teko
kaca berukuran sedang yang di penuhi teh hijau dengan sebuah
cangkir dan beberapa bungkus gula non kolesterol. Kelihatanya
Nina cukup membuat wanita tua itu terperangah karena Nina
membawa sesuatu yang jauh dari dugaanya.
"Bukankah aku memesan kopi?" Tanya wanita tua itu.
"Maam, kau memesan salah satu dari racikan terbaikku. Dan
ini juga racikan terbaikku yang kubuat dengan sepenuh hati. Teh
lebih baik untukmu malam-malam begini." Dia tersenyum lalu
mendekatkan punggung tangan kemulutnya sambil berbisik.
"Kopi bisa membuatmu terserang insomnia!"
Wanita tua itu kemudian tertawa, Kent juga tersenyum. Cara
yang menarik untuk mendapatkan hati pelanggan, sekarang Kent
mengerti mengapa sangat banyak orang yang menunggu Nina
Asada untuk melayaninya. Gadis itu pasti sudah memperhitungkan segala resiko yang bisa di dapat seorang
perempuan tua bila harus minum kopi pada malam hari seperti
sekarang. Teh hijau sama sekali tidak masuk kedalam menu dan
dia menyajikanya hanya untuk wanita itu saja.
"Sis, laki-laki itu memanggilmu." Seorang pelayan muda lain
berbisik kepada Nina. Nina memandang sekilas kearah seorang pemuda misterius
yang duduk di dekat pintu masuk. Binar matanya perlahan
meredup, tapi ia masih berusaha menyembunyikanya dengan
memberikan senyum kepada pelanggan wanita yang sekarang
berada di hadapanya sebelum akhirnya Nina mengatakan kata
'selamat menikmati' dan pergi.
Tidak banyak yang bisa Kent tangkap. Suara Nina tidak dapat
di dengarnya dengan jelas dalam jarak yang jauh. Yang pasti ia
bisa melihat kalau wanita itu berusaha menyapa laki-laki yang
memanggilnya melalui pelayan tadi dengan ramah. Tapi laki-laki
itu sama sekali tidak terlihat menggerakkan bibirnya, ia hanya
mengeluarkan beberapa lembar uang dan meletakkanya di atas
meja. Dalam beberapa detik laki-laki itu sudah berdiri dan
meninggalkan Nina tanpa memandangnya sama sekali. Kent
memperhatikan laki-laki itu dengan seksama. Rambutnya yang
panjang berwarna coklat tua yang setengahnya ditutupi oleh topi
yang menyembunyikan wajahnya. Laki-laki yang sangat misterius.
Pada musim panas seperti ini dia menggunakan pakaian serba
gelap seolah-olah ia sedang berada di tangah musim dingin.
Pandangan Kent kembali kepada Nina. Wanita itu masih
belum beranjak dari sana. Kedua matanya memandangi uang di
atas meja dengan pandangan kosong. Nina kelihatanya sedang
berusaha mempertahankan posisinya untuk terus berdiri. Kedua
tanganya menopang tubunya dengan berpegangan kepada meja. Ia
terlihat tertekan dan terpukul. Laki-laki tadi pasti punya hubungan
dengan perubahan perilaku yang mendadak dari Nina ini.
Sepertinya sekarang bukan saatnya untuk meminta Nina untuk
membahas soal ibunya. Meskipun Nina kelihatan kembali ceria
beberapa saat kemudian, tapi Kent tau kalau gadis itu sedang tidak
dalam keadaan baik-baik saja.
Empat... Sebenarnya bukan hal yang menyenangkan saat Kent harus
melakukan tindakan yang membuatnya membayar seseorang
untuk menguntit Nina. Kent sangat benci dengan keadaan dimana
dirinya harus membiarkan Nina atau lebih tepatnya Haruka
(meskipun dirinya belum benar-benar yakin) di perhatikan oleh
laki-laki lain sepanjang hari, setiap detik. Tapi walau
bagaimanapun, Kent harus tetap melakukan hal itu demi Nina,
agar ia tau apa yang dilakukannya dan kemana gadis itu pergi.
Tapi sekarang, Kent bersyukur atas keputusanya tersebut.
Setidaknya sekarang dirinya tau kalau Nina sedang dalam bahaya
dan laporan itu datang tanpa kenal waktu. Tidak sia-sia rasanya
menyewa seseorang yang professional di bidangnya dengan biaya
yang tinggi karena saat ini Kent sudah lega melihat Nina yang
terselamatkan dari tindak kejahatan.
"Perempuan itu sempat dipukuli sebelum kami bergerak untuk
membelanya. Sekarang pelaku penodongan itu sudah di tangani polisi dan
anak buahku sudah mengurusnya"
Laporan yang baru saja datang kurang dari semenit yang lalu
itu adalah sebuah Pesan dalam bahasa Jepang yang masuk ke
ponselnya saat Kent turun dari mobilnya. Wanita yang dimaksud
itu adalah Nina" Kent menggelengkan kepalanya tidak percaya
setelah melihat gadis itu duduk seorang diri di salah satu sudut
taman. "Perempuan itu masih disana" Dia tidak bertanya tentangmu?"
Kent berujar pelan sambil sesekali memandangnya dan sekali lagi.
"Tidak, saya sudah berkenalan dengannya selama seminggu
belakangan ini di coffee Shop. Jadi dia tidak bertanya yang macammacam." Jawab
laki-laki yang sejak tadi menanti Kent sambil
memantau gadis itu dari kejauhan. Laki-laki Eropa yang berbadan
Tegap dan berpakaian rapi itu adalah pria yang Kent sewa untuk
Mengikuti Nina sementara waktu. Bukan hanya itu, Pekerjaanya
juga merangkap sebagai Bodyguard yang harus bertindak di saatsaat Nina berada
dalam bahaya. Bekerja dalam waktu yang cukup
lama untuk urusan membela kebenaran, membuat Kent banyak
mengenal orang-orang seperti laki-laki yang berdiri di hadapannya
sekarang. Joan. "Terima kasih atas jasamu hari ini!"
Joan menganggukkan kepalanya saat Kent menepuk lenganya
beberapa kali. Kent memandang Nina yang ternyata juga sedang
menatapnya dari kejauhan. Ia ingin mendekat, harus mendekat
untuk memastikan gadis itu memang sudah dalam keadaa aman.
Langkah demi langkahnya untuk mendekati Nina membuat
Jantung Kent berpacu. Nina Schrade atau Nina Asada itu kembali
menunduk sambil memperhatikan kaki-kakinya yang melukis
aspal. Ia mengangkat wajahnya yang dihiasi beberapa luka memar
begitu Kent berdiri dihadapanya tanpa suara dan terlihat agak
terkejut. Matanya sempat membesar saat melihat wajah Kent dan
Kent berusaha menerka apa yang menjadi penyebabnya. Sekali lagi
ia memandang Nina dengan tatapan penuh Tanya. Apa maksud
pandangan kaget Nina tadi" Apakah mereka saling mengenal"
Apakah benar kata-kata Natsuki kalau Nina adalah...
"Sedang apa kau disini?" Nina bertanya dengan suara serak
dalam bahasa yang Kent kenal. Bahasa Jepang.
Jadi kau benar-benar Haruka" Gumamnya dalam hati. Kent
tertawa senang tanpa disadarinya, kelakuanya itu membuat Nina
memandangnya dengan tatapan heran.
"Kau sudah gila" Ada yang lucu untuk di tertawakan?"
"Kau sudah benar-benar tumbuh dewasa. Aku sama sekali
tidak mengenalmu jika kau tidak berkata seperti itu! Kau tidak
melupakanku?" Nina berdecak, ia berdiri dan melangkah pergi. Secepat
mungkin Kent mencoba mengejarnya dan menarik lenganya
kemudian menggenggam erat. Nina berontak dan genggaman Kent
terlepas. Ia tidak begerak lagi dan memandang Kent dengan
tatapan yang sangat datar. Tapi Kent merasakan sesuatu
yang ,menusuk perutnya pada pandangan Nina, pandangan yang
Love Latte Karya Phoebe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hadir sebelum pandangan tanpa ekspresi yang di tampilkannya
kali ini. "Aku punya urusan denganmu!" Kata-kata itu mengalir begitu
saja. "Urusan kita sudah selesai"
"Ini tidak menyangkut urusan kita. Urusan yang ingin ku
bahas adalah urusan professional dengan ibu kandungmu.
Jouliette." "Ibuku bukan Jouliette!" Nina terdengar agak membentak.
Jawaban yang mengesankan kalau ia memberikan sinyal negatif
dengan semua ini. "Dia tidak membutuhkan Nina Schrade sebagai
anak, hanya sebagai pewaris saja!"
"Itu adalah masalahmu. Kau hanya perlu ikut aku untuk
menyelesaikan semua urusan dan menangani beberapa prosedur
penting lalu kembali kekeluarga ibumu. Selama ini kau sudah puas
bersama dengan ayahmu, Kan" Sudah saatnya kau menggantikan
ibumu untuk mengurusi semua harta peninggalannya."
"Kau mengatakan apa" Aku sudah pernah kehilangan banyak
dan itu karenamu, sekarang kau ingin melakukanya lagi" Kau
ingin menjauhkan aku dari keluarga yang paling dekat denganku
saat ini" Kau ini siapa" Apa terlahir hanya untuk merusak
hidupku?" Mata Kent membesar setelah mendengar barisan kata-kata dari
mulut Haruka. Entah mengapa Kent merasa kalau gadis itu sedang
menikam Jantungnya dengan kejam. Haruka yang di kenalnya
tidak pernah berkata sekasar ini terhadapnya, anak itu selalu
tersenyum dan berkata dengan lembut seperti halnya ibu kandung
Kent sendiri. Tapi gadis yang berada di hadapannya sekarang
melakukan hal yang sebaliknya. "Kau sudah menyakitiku dengan
megatakan kata-kata kejam itu! Kau benar-benar Haruka" Haruka
yang ku kenal selalu memanggilku Nichan dengan wajah yang
manis. Dia tidak pernah berkata sejahat itu sekalipun!"
"Kalau begitu aku bukan Haruka yang kau kenal. Jadi
menjauhlah!" Gadis itu memberikan serentetan ucapan dingin
sebelum akhirnya dia pergi dengan langkah yang terburu-buru di
iringi bunyi detakkan high heels-nya di aspal.
Lima... Kent menekan Tuts ponselnya beberapa kali dan mendekatkan
ponsel itu ketelinganya dia tidak berhasil menghubungi siapasiapa dan sudah
mulai bosan dengan ini. Nina atau lebih tepatnya
Haruka yang berubah dengan sangat signifikan membuatnya
khawatir dan kebingungan. Pertama kalinya Kent melihat gadis itu
setelah delapan tahun lebih di Coffee Shop waktu itu, benar-benar
mengingatkanya kepada gadis kecil yang sangat manja kepadanya.
Gadis yang tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar dan dan baru di
temuinya sekarang. Namun setelah berbicara denganya, Nina
bukan Haruka meskipun mereka adalah orang yang sama. Dan
sekarang, Nina Asada menghilang lagi secara tiba-tiba dari
pantauan Joan. "Anak itu bersembunyi dimana?" Gumam Kent keras-keras
sambil melagkah cepat menyusuri Koridor kampus tempat Haruka
menghabiskan sebagian besar waktunya. Joan sudah memberi
tahunya kalau Gadis itu berkuliah di kampus ini dengan nama
Haruka Asada, selain itu Kent juga sudah tau dari data-data yang
di berikan oleh detektif swasta lain yang pernah di sewanya untuk
menyelidiki Nina. Di tanganya, terdapat secarik kertas berisi sebuah alamat di
Ilchester Place yang di berikan oleh piha kampus. Di alamat ini
keluarga Haruka tinggal dan dalam waktu kurang dari setengah
Jam Kent akan segera tiba disana. Ternyata pengetahuanya tentang
Haruka sangat sedikit, Joan juga tidak memberi tau banyak hal
selain dimana Haruka tinggal selama ini dan tempat itu sudah di
tinggalkannya juga. Mobil kantor menunggunya di parkiran, dalam beberapa saat
kemudian Kent sudah mengendarainya dengan kecepatan penuh
yang masih berada dalam batas-batas toleransi. Tapi walau
bagaimanapun tekadnya yang bulat untuk menemukan Haruka
hari ini juga membuat Kent melupakan segalanya. London
memang bukan tempat yang asing bagi Kent. Meskipun begitu
Ilchester place juga bukanlah tempat yang biasa untuk di
masukinya, Kent bahkan tidak tau wilayah Ilchester secara detail
karena ia jarang sekali melewati daerah itu. Yang pasti, Ilchester
Place menandakan kalau Ayah kandung Haruka mempunyai uang
yang banyak untuk tinggal di permukiman elit yang cukup di
kenal di London meskipun bukan yang nomor satu.
Sebuah rumah megah dengan dinding berwarna coklat yang
sebagianya di tutupi oleh tanaman rambat adalah satu-satunya
rumah yang cocok dengan alamat yang di berikan pihak
universitas. Rumah yang membuat Kent terperangah, sangat luas
untuk di tinggali empat orang, dan sekarang hanya tiga orang bila
Haruka sudah tidak tinggal bersama orang Tuanya lagi. Kent
berusaha untuk mengumpulkan keberanian dan mendekat ke
pintu rumah setelah menyusuri beberapa anak tangga yang
menghiasi halaman sempit tapi sejuk dengan beberapa tumbuhan
yang tidak Kent kenal. Ia menekan bel yang berada di samping
pintu bercat coklat tua itu beberapa kali. Hening, tidak ada satupun
yang menjawab apa lagi membukakan pintu. Bahkan suara
gerasak-gerusuk yang menandakan kalau ada orang dirumah sama
sekali tidak didengarnya. Kelihatanya rumah itu kosong dan tidak
berpenghuni, Kent putus asa.
"What can I do for you, Sir?" Sebuah suara menyapa.
Kent memutar tubuhnya dan memandang seorang pemuda
berusia awal dua puluhan turun dari sepedanya. "Is this Mr. Asada
House" Kelihatanya rumah ini kosong!"
Pemuda itu mendekati Kent dengan pandangan wajah serius.
"Ya, Aku anaknya yang bungsu. Namaku Hiro. Ada perlu apa?"
"Aku mencari Nina, emh..., Maksudku Haruka!"
Kedua alis Hiro yang lebat bertaut, kedua pipinya memerah
mengesankan kalau pemuda itu sedang kelelahan. "Kau temanya"
Kalau ingin bertanya tentangnya kepada orang tuaku, sepertinya
kau harus menundanya untuk sementara waktu. mereka sedang
menghadiri acara keluarga di luar kota dan baru pulang besok."
"Bisa aku bertanya padamu saja?"
Hiro membuka topinya yang berwarna merah darah. "Kalau
begitu kita mengobrol di dalam saja!" Pemuda itu kemudian
membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan Kent untuk
masuk. Ruang tamu bergaya modern itu di dominasi oleh warna krim,
di sofa yang membelakangi jendela-lah Kent duduk sambil
menanti Hiro selesai berganti pakaian. Di dinding sebrang ruangan,
Kent menemukan sebuah foto keluarga berukuran besar dan cukup
menarik. Disana, Haruka bersama Ibu tirinya yang mengenakan
pakaian berwarna putih duduk berdampingan di sebuah kursi
kayu dengan senyum yang anggun. Lalu ada dua orang laki-laki
berdiri di belakang mereka, keduanya mengenakan kemeja putih
dengan tuxedo hitam pekat dan dasi kupu-kupu sutra, Hiro dan
Ayahnya. Foto itu tampaknya di ambil saat Haruka masih berusia
belasan tahun, karena Haruka yang sekarang terlihat lebih tirus
dan dewasa meskipun model rambutnya yang bergelombang itu
sama sekali tidak berubah. Kent menyesal tidak pernah
mengetahui semua ini, meyesal karena tidak pernah tau kemana
keluarga Asada pidah dan menyesal karena tidak berusaha
mencarinya dengan serius, ternyata selama ini Haruka sangat
dekat. "Maaf, lama menunggu!" Hiro menyapanya. Pemuda itu
sudah berubah menggunakan rumahan berwarna lembut yang
menunjukkan kenyamananya. Hiro meletakkan kaleng jus dingin
di hadapan Kent dengan tangan kirinya dan tangan kananya yang
memegang Portabel playstasion segera menyelipkan benda itu
kesaku celananya. Ia lalu duduk berhadapan dengan Kent yang
kelihatanya agak terkejut mendengarkan sapaanya tadi. "Foto itu"
Di ambil sesebelum Haruka berangkat ke Jepang dulu, butuh
waktu lama untuk membujuk Haruka membuat foto keluarga. Dia
selalu bertindak seolah-olah dirinya bukan bagian dari keluarga!"
Kent hanya tersenyum, ia kemudian menyilangkan kakinya
rapi sambil memandangi Hiro. Kent sangat tau penyebabnya,
Haruka sudah pernah mengatakan kalau ia tidak akan merasa
nyaman bila harus tinggal dengan ayahnya delapan tahun yang
lalu setelah ayahnya menikah lagi. Wajah Hiro menarik perhatian
Kent, walau bagaimanapun Hiro dan Haruka memiliki kemiripan
yang tidak akan terlihat kalau tidak di perhatikan secara detail.
"Kau ingin bertanya tentang apa?"
"Haruka sudah beberapa hari ini menghilang. Kami tidak bisa
menemukanya dimana-mana,bahkan di tempat kerjanya juga."
"Haruka sudah keluar dari rumah ini tiga tahun yang lalu, dia
tinggal bersama temanyanya, tapi ada juga beberapa orang yang
bilang kalau dia tinggal di rumah pacarnya. Jadi kelihatanya kau
tidak akan menemukan apa-apa disini karena Haruka hanya akan
ada di rumah selama musim dingin sebelum tahun baru. Dia cuma
akan pulang seminggu sebelum tahun baru datang!"
"Benarkah" " Kedua alis Kent bertaut. Haruka sudah hidup
dengan gaya barat, keluar dari rumah dan tinggal bersama
pacarnya bukan hal yang lazim untuk di temukan di Asia. Haruka
bahkan pernah menolak saat Kent mengajaknya tinggal bersama
dulu. Sepertinya gadis itu benar-benar berubah. "Kau tau alamat
pacarnya?" Hiro menggeleng. "Haruka sudah tidak bersama laki-laki itu
lagi. Dua tahun belakangan ini dia menyewa flat bersama beberapa
orang teman!" Kent mengangguk. Laki-laki itu, Haruka sempat berpacaran
dengan laki-laki lain selain dirinya" Seharusnya Kent tidak perlu
merasa heran Karena dirinya juga begitu. "Apakah belakangan ini
dia tidak menghubungi keluarga disini" Aku sudah mencarinya di
Flat, tapi dia sudah tidak tinggal disana lagi!"
"Benarkah?" Hiro kelihatanya terkejut. Wajah khasnya
terperangah dengan sukses. "Dia sering menelpon dan selama ini
tidak pernah ada masalah yang di laporkanya. Kenapa bisa pindah"
Apa dia kehabisan uang untuk bayar sewa" Kau sudah mencarinya
di Soho" Dia bekerja sebagai barista disana."
"Tidak ada juga!"
"Lalu dimana dia?" Pemuda itu menggerutu pelan. Ia
kelihatanya memikirkan sesuatu sambil mengerutkan dahinya.
Masalah yang kelihatanya serius. Haruka sudah keluar dari rumah
selama tiga tahun dan tidak pernah ada keluhan dari mulutnya.
Keluarganya selalu menganggapnya baik-baik saja dan kejadian
seperti ini tentu saja bisa menimbulkan kekhawatiran bagi seluruh
anggota keluarga. "Tunggu dulu, dia punya teman bernama
Charlene. Wanita itu tinggal di dorm kampusnya. Charlene sempat
tinggal disini di awal-awal dia masuk kuliah dan pindah beberapa
hari sebelum Haruka beberapa tahun yang lalu. Mungkin dia tau
dimana Haruka sekarang. Mau ku berikan alamatnya?"
"Tentu saja!" Jawab Kent tanpa fikir panjang. Charlene.
Meskipun tidak terlalu banyak ingatan yang tersisa tentang
Charlene , Kent masih bisa mengingat bayangan kebersamaan
keduanya setiap kali nama Charlene di sebut. Charlene adalah
teman dekat gadis itu, dan Charlene pasti tau dimana Haruka
berada sekarang. Enam... Sebuah taman kecil di ujung jalan adalah tujuan berikutnya.
Kent sudah menelpon Charlene beberapa waktu lalu dan mereka
berjanji bertemu di taman itu setelah Charlene pulang kuliah.
Cukup banyak orang yang berjalan santai di jalan setapak taman
yang mengelilingi sebuah kolam. Seandainya tidak sedang dalam
keadaan buru-buru Kent mungkin akan lebih menikmati
pemandangan tempat ini. Tapi sekarang bukan saatnya untuk
bermain-main. Seorang gadis berpakaian sederhana melambaikan tanganya
kepada Kent. Dia adalah Charlene, dan Charlene kelihatanya
masih mengenal Kent dengan baik. Mungkin Kent adalah satusatunya orang yang
tidak berubah dewasa ini, bahkan
Charlenepun juga sudah berubah banyak dan Kent hampir tidak
mengenalinya jika bukan Charlene yang melambaikan tangan
padanya. Dengan setengah berlari Kent mendekati Charlene yang
duduk di sebuah bangku panjang sambil memangku sebuah buku
Arkeologi yang sangat tebal.
"Nichan, apa kabarmu?" Tanya Charlene dalam bahasa ibunya.
Ia masih memanggil Kent dengan sebutan Nichan seperti yang
bertahun-tahun silam dilakukanya.
Meskipun Kent sudah lama menjauh dari keluarga Dimitry,
tapi semua kenangan tentang Charlene adalah juga kenangan
tentang Haruka. Ia mengenal Haruka karena Charlene. Tentu saja
pembicaraan kali ini mungkin akan menjadi pembicaraan yang
ayik karena semuanya akan kembali membawa Kent mengarungi
masa lalu. "Baik. Bagaimana denganmu" Kau kelihatan lebih
cantik!" Charlene tertawa. "Terimakasih, kau membuatku melayang!"
"Bagaimana dengan Roth sekarang" Apakah dia masih marah
padaku karena kejadian waktu itu?"
"Kurasa dia bahkan sudah melupakannya. Roth bahkan lupa
untuk pulang kerumah semenjak dirinya menikah dan semakin
sibuk mencari uang demi keluarga barunya."
Kent mengangguk-angguk. Roth adalah sahabatnya, Kakak
sulung Charlene. Laki-laki itu dan dirinya sudah tidak pernah
saling sapa sejak waktu yang cukup lama, sejak Haruka pergi
meninggalkannya. Seyum Kecut Kent hadir meskipun samar, ia
kembali memandangi Charlene. "Ku dengar kau tinggal di asrama
kampus?" "Sudah beberapa bulan ini tidak lagi. Aku menyewa flat
bersama beberapa teman sekelas. Arkeologi bukan pelajaran yang
mudah dan tinggal bersama teman-teman sejurusan membuatku
lebih bersemangat untuk belajar!"
"Ku kira kau akan berada di Manhatan selamanya, ternyata
setelah berpisah kalian masih berteman juga, maksudku kau dan
Haruka." Ujar Kent sambil memandang ke cahaya matahari yang
menelisip dari balik dedaunan.
"Dia yang memberi informasi beasiswa. Haruka banyak
membantu. Aku juga tidak menyangka kalau Nichan sekarang ada
disini. Aku kira kita tidak akan bertemu lagi. Jantungku hampir
lepas saat mendengar suaramu di telpon tadi!"
"Benarkah" Jadi Haruka tidak memberi tahumu kalau aku ada
disini?" Senyum Charlene pelan-pelan memudar. Ia menggeleng pelan.
"Aku dan Haruka sudah lama tidak berbincang dari hati kehati.
Saat kami bertemu, dia yang selalu mendengar ceritaku, tapi aku
tidak lagi pernah mendengar cerita apa-apa darinya."
"Dia sepertinya sangat berubah ya" Kelihatanya dia bukan
anak yang dulu lagi. Aku sudah kerumahnya dan bertemu dengan
adiknya, Hiro. Kami banyak bercerita dan Hiro bilang kalau
Haruka juga sempat tinggal dengan pacarnya."
"Toby?" Charlene menggeleng sambil tersenyum. "Saat
Love Latte Karya Phoebe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bersama Toby dia kelihatanya sangat bahagia. Jangan katakan
kalau kau ingin mencari Toby untuk menanyakan apakah Haruka
sedang bersamanya!" Kent angkat bahu. "Kalau memang harus begitu, apa boleh
buat!" "Nichan, kurasa Toby pun tidak akan tau apa-apa! Tidak ada
seorangpun yang tau banyak tentang dirinya."
Kent tersenyum kecut. Dia mencari Haruka karena ibunya,
tapi mungkin akan berlanjut ke hal lain setelah menemukanya.
Kent akan menepati janjinya kepada ibu kandung Haruka untuk
menjaga anaknya dengan baik sampai gadis itu benar-benar siap
berdiri sendiri. Karena itulah Kent bersedia menjalankan pekerjaan
ini lebih dari sekedar kewajiban, terlebih setelah mengetahui kalau
gadis yang harus di jaganya adalah Haruka Asada.
"Nichan, Bagaimana perasaanmu pada Haruka" Kau
sepertinya masih terus berusaha mendekatinya! Ku fikir kau tidak
akan mencarinya, tapi ternyata sekarang kau mencarinya juga."
Charlene mengembalikan kesadaran Kent.
Kent hanya tersenyum dan tidak menjawab apa-apa.
"Aku fikir saat itu kalian akan tetap bersama meskipun sudah
kehilangan calon bayi kalian."
"Dia meninggalkanku!"
Apa kau benar-benar tidak mengingat apa-apa Nichan" Charlene
membatin. Ia berusaha meningkatkan cahaya wajahnya tapi terlalu
sulit. Kent benar-benar merasa kalau Harukalah yang
meninggalkannya. "Kami hanya bicara di kampus, pada saat ulang
tahunku dia juga selalu datang ke Flat. Kadang-kadang dia juga
mengantarku ke Manhattan. Tapi, kalau kau ingin mencarinya.
Coba cari di St. James Park dia mungkin sedang melihat bungabunga disana!"
Kent terdiam sejenak. St. James Park adalah taman yang juga
sering di kunjunginya semasa kuliah dulu, ia juga pernah kesana
menemani Vanessa yang sepertinya saat itu sedang mengidam
untuk makan fish 'n chips disana. Meskipun bukan taman yang
besar, tapi taman itu cukup menarik dan lokasinya yang dekat
dengan Buckingham Palace membuat taman itu laris manis di
kunjungi wisatawan. Tempat yang ramai. "Ku kira Haruka tidak
suka dengan tempat yang ramai!"
"Ya, memang. Tapi tidak dengan St. James Park. Dia sengaja
kesana dengan harapan bisa bertemu dengan pangeran seperti citacita konyolnya
sewaktu sekolah!" Charlene kemudian tertawa
dengan ceria. "Tidak, tidak! Aku cuma bercanda. Saat kita merasa
terlalu gaduh dan berisik, kita akan memilih mengasingkan diri
dari keramaian. Begitu pula sebaliknya, kalau kita merasa
sendirian dan kesepian, kita akan mencari keramaian itu kan"
Semenjak pindah kemari dia seringkali kesana karena di London,
Haruka selalu merasa sendirian. Dia berhenti datang ke St. James
sewaktu dirinya menjalin hubungan dengan Toby. Setelah laki-laki
itu pergi, praktis kehidupanya kembali seperti semula."
Tujuh... Haruka berjalan sambil mendongakkan wajahnya ke langit.
Pepohonan yang melindunginya dari cahaya matahari membuat
nafasnya merasa sangat bebas. Sebuah gelas kertas berisi kopi
Kental yang di belinya masih berada di genggaman kedua
tanganya dan memberikan kehangatan kesekujur tubuhnya. Angin
sore kali ini benar-benar membuatnya merasa sangat lega. Ini
adalah salah satu hal yang disukainya dari London. Meskipun
sedang musim panas, panas yang di rasakanya tidak menusuk
kulit. Setidaknya selama di London ia tidak perlu mengejar-ngejar
krim pemutih seperti yang selalu di lakukanya waktu SMA dulu.
Tanpa usaha yang signifikan, udara London sudah membuat
kulitnya semakin cerah dari tahun ketahun terlebih saat
menghadapi musim dingin. Casio gold yang menghiasi pergelangan tanganya di pandangi
berkali-kali. Haruka sedang menunggu Cassey menjemput. Wanita
itu mungkin terlalu tua untuk berteman denganya, mereka
bertemu di Soho dan Cassey adalah salah satu pelanggan setianya.
Setidaknya di saat Haruka membutuhkan tempat tinggal untuk
sementara waktu ini, Cassey menyediakan rumahnya untuk
berbagi. Melarikan diri seperti ini membuat Haruka merasa bodoh
karena tidak bisa di pungkiri kalau dirinya masih sangat
membutuhkan Kent. Tapi laki-laki itu memberikan alasan yang
cukup kuat untuk menjauh selamanya. Haruka hanya tidak ingin
menambah beban Kent bila laki-laki itu tau ada hal yang lebih
menyakitkan sudah menimpanya. Satu masalah pernah membuat
Kent tampak begitu menderita dan Haruka tidak mungkin
melakukannya lagi. Meninggalkan Kent dalam rasa sakit yang aan
memudar seiring dengan waktu lebih baik daripada bersamanya
dan membuat Kent menanggung rasa sakit yang lebih dari itu
untuk selamanya. Kopi yang mengepulkan asap beraroma hangat itu menggoda
Haruka untuk meneguknya sekali lagi. Sesaat kemudian
kehangatan tadi menyebar ke sekujur tubuhnya dan membuat
Haruka menghembuskan nafas dengan sangat nikmat. Ia sangat
suka kopi karena kopi bisa membuatnya merasa rileks dan lebih
tenang, Itulah yang menyebabkan Haruka menjadi Barista dan
meninggalkan rumah tiga tahun silam untuk menjalani training
khusus dengan salah seorang seniornya di kampus yang juga
adalah teman laki-laki yang paling dekat denganya, Toby Liguira
atau biasa di panggilnya dengan T-Man. Laki-laki itu adalah
seorang Barista di sebuah hotel terkenal yang berada di dekat
rumah ayahnya di Ilchester, T-Man yang memperkenalkanya
dengan Kopi yang pada akhirnya menjadi bagian dalam hidup
Haruka hingga sekarang. Beberapa orang yang sedang berlari-lari kecil menarik
perhatian Haruka. Salah satu dari mereka adalah temanya di
kampus dan sedang melambaikan tangan padanya. Haruka hanya
membalas dengan senyum dan memilih melompati pagar besi
rendah yang berada di pinggir jalan setapak untuk beristirahat. Ia
membuka sepatu sportnya sehingga kaki-kakinya menyentuh
sejuknya rerumputan. Beberapa orang sedang berbaring disana
dan Haruka juga akan melakukan hal yang sama. Selama beberapa
hari ini dirinya selalu datang kemari pada pagi hari dan baru
pulang setelah sore dengan alasan berolah raga meskipun
sebenarnya Haruka hanya berkeliling saja dan menelusuri jalan
yang sama setiap harinya. Besok semua kesenangan ini akan
berakhir dan memang harus begitu. Ia hanya boleh lari dari
kenyataan selama tiga hari dan harus kembali menjalani rutinitas
seperti sedia kala. Tidak ada satu kesedihanpun yang boleh
menetap lama di benaknya termasuk kesedihan karena
pertemuannya kembali dengan laki-laki bernama Kent itu.
Cangkir kertas berisi kopi yang tinggal setengah itu di letakkan
Haruka di atas rumput di sebelanya berbaring. Langit tidak
tampak jelas karena ditutupi dedaunan dengan kerlip cahaya
matahari menghiasinya. Haruka memejamkan mata, semoga
Cassey bisa menemukanya di tempat ini.
Delapan... "Itu dia!" Bisik Kent. Haruka berbaring di atas rumput dengan
nyamanya. Kelihatanya benar-benar sedang tertidur. Gadis itu
kelihatanya sangat lelah dan kesepian.
Seandainya pada saat itu Haruka jadi ikut Kent untuk tinggal
di Tokyo, apa yang akan di lakukanya" Apa yang harus
dikatakanya kepada keluarganya tentang Haruka" Tidak ada
seorangpun yang tau kalau dirinya sudah menikah dengan seorang
wanita yang berusia lima belas tahun. Bisa di bayangkan
bagaimana kesulitanya Kent bila hal-hal seperti itu terjadi. Bila
Haruka ikut denganya ke Tokyo, mungkin Haruka harus
menyembunyikan diri dalam kurun waktu yang cukup lama. Kent
melompati pagar besi dan berjalan mendekati Haruka lalu duduk
disebelahnya. Wajah gadis itu membuat Kent merasa damai dan
tentram, memandang Haruka memang selalu membuatnya merasa
damai dan masih belum berubah meskipun gadis itu sudah
semakin dewasa. Dengan pakaian olah raga seperti sekarangpun
tidak bisa di pungkiri kalau Haruka terlihat sama menariknya
seperti saat dirinya mengenakan seragam kerja dan berada di
antara aroma kopi. Kent mendekatkan tanganya kekepala Haruka
dan membelainya beberapa kali, tapi tiba-tiba Haruka membuka
matanya. Kent segera menarik tanganya dan memasukkanya ke
saku celana. Sedetik mata mereka saling bertatapan sebelum
Haruka membuang pandanganya kearah lain dan segera duduk.
"Sedang apa kau disini?" Tanyanya dengan suara sengit.
"Kau bodoh" Tidur di tempat seperti ini, bagaimana kalau ada
orang yang mencuri barang-barangmu dan membawanya pergi?"
Haruka mengucek matanya. "Bukan urusanmu kan" Kau
seharusnya tidak menggangguku."
"Aku tidak akan mencarimu jika bukan karena urusan yang
medesak. Besok Nona Viva Medelsohn datang dari Italia, dia
adalah sekertaris ibumu yang membantu mengurusi semua
hartamu. Dia membutuhkan tanda tanganmu sebagai pewaris satusatunya untuk
mengurusi beberapa hal, tapi kau malah melarikan
diri, tidak ada di coffee shop, pindah dari flat, tidak ke
kampus...Kau sedang menghindariku?"
"Aku melakukan semuanya karena aku suka. Tidak ada
sangkut pautnya dengan semua itu. Aku sedang mengurusi
praktik yang akan ku hadapi bulan depan dan itu pasti akan sangat
menyita waktu karena aku harus tinggal bersama satu keluarga
untuk mengurusi anak mereka selama tiga bulan. Setelah itu aku
akan pulang ke rumah Ayahku, jadi untuk apa membuang-buang
uang untuk membayar sewa flat lagi?" Jawab Haruka. Dia tidak
sedang berbohong. Sewa flat lamanya sudah habis, tapi Kent juga
menjadi alasan penguat mengapa Haruka tidak melanjutkan
sewanya seperti yang sudah-sudah.
"Benarkah" Aku senang mendengarnya. Istriku akan segera
jadi sarjana!" Haruka melengos. "Istri" Kau masih beranggapan seperti itu"
Aku bukan anak-anak lagi dan kita tidak punya hubungan apa-apa.
Karena kita sudah terlalu lama berpisah, jadi berhentilah bersikap
seperti seorang suami!"
"Untuk yang satu itu aku belum bisa" Tapi setidaknya temui
Nona Viva Medelsohn di bandara, dia akan segera kembali lagi ke
Italia dan aku pastikan dirimu terbebas dari semua ini. Ini
menyangkut donasi ke panti asuhan yang merupakan kegiatan
tahunan ibumu." "Bagaimana jika aku tidak mau"!" Haruka memandang wajah
Kent dengan sangat menantang. Tapi sesegera mungkin ia kembali
menundukkan wajahnya dan menggerutu dengan ekspresi
murungnya. "Aish...kenapa aku harus bertemu denganmu disaat
seperti ini?" "Tolonglah aku sekali lagi. Datanglah ke flatku besok pagi.
Temui Nona Viva Medelsohn di bandara! Demi kebaikan
lakukanlah hal ini,"
Haruka diam, dia tampak sedang berfikir dan membutuhkan
waktu yang lama untuk menyetujui atau menolak permintaan Kent
sekali lagi. Suara seorang wanita terdengar dari kejauhan
memanggil namanya, Perhatian Haruka segera teralih dan beridiri
menyongsong wanita itu. Cassandara" Dia seorang Artist manager
dan sekarang sedang dekat dengan Haruka" Kent bisa melihat
wajah Haruka yang cerah saat melihat wanita itu tersenyum
padanya. "Hei! Bagaimana dengan besok" Kau akan datang kan?" Kent
berteriak kepada Haruka yang semakin menjauh darinya.
Haruka berbalik dan menatapnya sejenak sebelum
mengangguk sekali. Hanya sekali.
"Baiklah jangan lupa besok! Papa akan menunggu di rumah,
mengerti?" Ujar Kent dengan nada suara yang lebih tinggi
daripada sebelumnya. Tapi Haruka tidak memperdulikanya lagi.
Gadis itu menekap telinganya dengan kedua tangan. Secepat
mungkin Haruka berusaha untuk berlari menyongsong Cassey dan
keduanya saling berpelukan setelah mereka berada dalam jarak
yang dekat. Sembilan... Haruka memegangi kepalanya sambil memandangi wajahnya
di cermin. Belaian Kent masih terasa hingga sekarang dan entah
mengapa tidak mau hilang padahal Haruka sudah mencuci
rambutnya berkali-kali sejak kemarin. Haruka tidak suka dengan
perasaan ini tapi ia sendiri tidak tau harus berbuat apa. Pagi ini
haruskah ia menepati janji untuk menemui Viva Medelsohn
bandara" Dia bahkan tidak tau dimana alamat apartement Kent di
London untuk mengunjunginya.
Perlahan-lahan Haruka keluar dari kamar mandi sambil
mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia mengambil
ponselnya di dalam laci meja tulis dan duduk di atas tempat tidur.
Benda itu sudah sangat dingin karena tidak menyala semenjak tiga
hari yang lalu, tapi kali ini Haruka harus mengaktifkanya kembali.
Beberapa pesan masuk dari Adik laki-lakinya Hiro.
Kau pindah rumah" Temanmu mencarimu
Kerumah. Kenapa tidak memberi tau"
Ayah bisa jantungan dan aku hampir tidak
Bisa menahan diri untuk mengatakanya.
(Sender : Little Bro Hiro xxx)
Lebih dari sepuluh pesan berisikan kata-kata yang sama persis.
Haruka menghela nafas. Teman yang kerumah" Pasti Kent yang
datang menemui keluarganya karena hanya laki-laki itu yang
mencarinya kemana-mana. Ia tidak suka keluarganya repot hanya
karena masalahnya dan Kent sudah berhasil membuatnya terlihat
bermasalah, Haruka memutuskan untuk menelpon Hiro. Beberapa
kali telpon tidak di angkat, tapi Haruka tidak menyerah dan
mencobanya terus hingga Hiro mengangkat telponya.
"Kau kemana saja?" Teriak Hiro dari ujung sana. "Kau
membuatku khawatir!"
"Kau dimana" Bukankah sedang di kampus" Bisa-bisanya kau
berteriak seperti itu di dalam kampusmu sendiri. Seharusnya
sekarang jam kuliahmu kan?"
"Ini salahmu. Kau menelpon di saat yang salah!"
"Maaf kalau begitu." Gumam Haruka lemah. "Hiro, kau sudah
memberi tau Ayah tentang hal ini?"
Hiro terdiam lama lalu menjawab dengan suara yang lebih
pelan. "Aku akan memberi taunya sore ini kalau kau tidak
menelpon juga! Kau benar-benar pindah rumah" Ada masalah"
Atau kau kehabisan uang" Ku dengar kau bahkan sampai tidak
masuk kerja!" "Masalah" Kau pasti bercanda. Seorang Haruka tidak mungkin
punya masalah. Aku cuma ingin tenang karena kemarin pagi aku
ujian. Aku meninggalkan flat karena sudah bosan dan sekarang
pindah ke lokasi baru. Kau boleh bangga karena aku segera resmi
jadi sarjana setelah srtifikat praktik ku dapatkan!" Kata Haruka
penuh kebanggaan. "Kau jangan katakan dulu pada Ayah, Aku
ingin memberitahu sendiri. Mengerti!"
"Baiklah! Kalau begitu telponya ku tutup. Aku harus segera
kembali kekelas!" Hiro benar-benar mengakhiri telpon untuknya. Haruka boleh
Love Latte Karya Phoebe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merasa lega karena Hiro belum memberitahu Ayahnya mengenai
masalah-masalah yang di dengarnya dari Kent. Keluarganya
terlalu baik, Haruka merasa sangat bersalah karena dulu sudah
mengecewakan keluarga Ayahnya yang baru. Ibu tirinya dan juga
Hiro tidak pernah menganggapnya seperti orang lain karena itulah
Haruka tidak ingin menyusahkan mereka sama sekali. Bisa hidup
bersama mereka membuatnya berhutang untuk memberikan
sesuatu yang bernilai, setidaknya kebanggaan kepada keluarganya.
Dia sangat berharap bisa membuat keluarga barunya bangga. Satu
pesan lagi masuk ke ponsel Haruka. Pesan dari nomor asing yang
membuat keningnya berkerut.
Kau ada dimana" Sudah siap" Aku sudah berada
Di depan rumah Cassandra Kau tinggal bersamanya, kan"
Cepatlah keluar (Sender : No Number Shown)
Haruka melihat keluar melalui jendela kamarnya. Tidak
terlihat siapa-siapa disana kecuali sebuah mobil yang selama ini
tidak pernah dilihatnya. Sebuah pesan masuk lagi.
Nona Medelsohn sedang menunggu kita di bandara.
Kau mau tunggu berapa lama lagi"
Dia bisa ketinggalan pesawat kembali ke Italia dan
Dia akan sangat kecewa dengan itu!
(Sender: No Number Shown)
Haruka menghela nafas kesal. Ternyata orang itu yang
menghubunginya. Bagaimana ia tau Haruka tinggal dimana dan
bersama siapa" Dengan agak kesal Ia berjalan ke lemari dan
berganti pakaian secepat yang dia bisa. Tidak lama kemudian
Haruka segera keluar dari rumah itu dan menemui Kent di mobil
yang di parkir di pinggir jalan.Ia mengetuk jendela kaca beberapa
kali dan secara otomatis, kaca mobil berwarna gelap itu turun
perlahan memperlihatkan Kent yang berada didalamnya. Pria itu
sempat terdiam beberapa waktu karena memandangnya tapi
kemudian segera memberi perintah.
"Masuklah!" Haruka membuka pintu mobilnya dan duduk di sebelah Kent
yang menyetir. Kent sukses dibuatnya menelan ludah beberapa
kali. Gadis ini, bukan lagi anak kemarin sore yang menanyakan
pekerjaan rumah delapan tahun yang lalu. Haruka adalah gadis
dewasa yang cantik dan Anggun.
"Kau kenapa" Ada yang salah dengan penampilanku?" Tanya
Haruka. Kent terkejut dan berusaha menyembunyikan kegugupanya.
Tidak ada yang salah sama sekali. Pakaian yang di kenakan
Haruka sangat normal. Sebuah jeans pensil berwarna abu-abu tua
dipadu dengan sweater dari yarn lembut berwarna hitam agak
longgar sehingga memperlihatkan bahunya. Kakinya menggunakan high heels dengan warna senada membuat
punggung kakinya terlihat lebih putih. Tidak ada yang tidak
normal sama sekali. "Aku cuma tidak suka melihatmu berdandan
setebal ini!" gerutu Kent.
Haruka segera mengambil sebuah cermin dari dalam Tas
tanganya. Gadis itu memperhatikan semua sudut di wajahnya dan
kemudian menatap Kent kesal. "Tidak ada yang berlebihan seperti
katamu. Apa kau tidak pernah melihat perempuan memakai Make
Up" Dandananku sangat minimalis!"
"Oh, Baiklah! Wanita jaman sekarang memang sangat suka
melawan kalau di marahi oleh suaminya!" Kent berkilah dan
kembali memposisikan dirinya sebagai seorang suami.
Haruka tidak suka dengan itu dan Kent sangat menyadarinya.
Entah mengapa mengganggu Haruka memberikan kesenangan
tersendiri untuknya, tapi kesenangan yang dirasakan Kent tidak
berlangsung lama karena sepanjang perjalanan menuju Heathrow,
Haruka tidak mengeluarkan sepatah katapun meski Kent selalu
mengajaknya bicara. Gadis itu lebih memilih untuk memandangi
pemandangan sepanjang jalan dan wajahnya selalu terarah keluar
jendela mobil. Kent telah dibuatnya merasa kesepian dan pada
akhirnya memilih untuk ikut-ikutan membisu.
Sepuluh... Haruka masih banyak diam saat bertemu dengan Nona Viva
Medelsohn, ia menjalani semua prosedur yang di butuhkan dengan
tenang meskipun sangat banyak kata-kata dari Nona Medelsohn
yang tidak di respon olehnya. Tapi wanita terus berbicara tanpa
henti seolah-olah dia sudah sangat terbiasa di perlakukan Haruka
dengan cara seperti itu. Sudah tiba waktunya Nona Medelsohn
untuk Check in dan sebelum itu tentunya ada salam perpisahan.
Kent berusaha memandangi wajah Haruka beberapa kali lalu
bertanya pada dirinya sendiri, apa yang dia cari" Mungkin dia
berharap Haruka bersedih tapi gadis itu malah tersenyum sekali
lagi. Haruka dan Nona Viva Medelsohn kelihatannya saling kenal,
bahkan wanita itu sama sekali tidak terkejut saat Kent
memperkenalkan Haruka sebagai Nina Schrade dan dia hanya
mengatakan sudah menduganya.
"Kau akan baik-baik saja, Kan?" Ujar wanita pada Haruka.
"Tentu saja, Aku sudah cukup banyak merepotkanmu dan
sekarang sudah waktunya berhenti untuk bergantung padamu!"
"Kalau terjadi apa-apa, hubungi Kent saja!" Nona Medelsohn
lalu memandang wajah Kent sekilas lalu kembali kepada Haruka.
"Dia sudah berjanji padaku untuk menjagamu!"
Haruka mengibaskan tanganya. "Tidak perlu sampai begitu.
Aku tidak ingin merepotkan siapa-siapa. Sekarang kau tidak usah
khawatir. Pergilah, Kau bisa ketinggalan pesawat."
Nona Medelsohn memandang wajah Haruka lama. Beberapa
saat kemudian ia mengulurkan kedua tanganya dan memeluk
Haruka erat-erat. "Sudahlah, cepat pergi!"
Haruka kemudian berusaha melepaskan pelukanya tapi Nona Medelsohn menolak.
Kent memandang wanita itu dengan kening berkerut. Apa
yang terjadi padanya" Mengapa dia bisa sedekat ini dengan
Haruka" "Dia ada disini."Ujar Nona Medelsohn. "Laki-laki itu!"
Keduanya diam dan mematung. Kent berusaha mencari apa
yang sedang Nona Medelsohn perhatikan dan siapa yang
dimaksud dengan laki-laki itu. Mata Kent memandang berkeliling
dan menemukan sesuatu. Laki-laki itu, laki-laki yang mengubah
wajah ceria Haruka menjadi sedih di Coffee Shop tempo hari. Dia
sedang duduk di kursi tunggu bersama seorang laki-laki yang
penampilanya sangat rapi dan prima. Meskipun terlihat akrab, di
antara keduanya terasa seperti ada tembok yang membuat mereka
berjarak, Yang satu pura-pura tersenyum, dan yang satu berusaha
meramaikan cerita dengan omong kosong.
"Tidak apa-apa!" Haruka kembali berusaha melepaskan
dekapan Nona Medelsohn dan kali ini Wanita itu tidak bisa
menolak. "Aku akan baik-baik saja bersama Kent disini. Kau
pergilah!" Nona Medelsohn akhirnya beranjak dengan ekspresi tidak rela,
Ia memandang Kent dengan harapan Kent bisa menjaga Haruka
menggantikanya dan harapan itu bisa Kent tangkap dari
pandangan matanya. Haruka terlihat gusar ia menundukkan
wajahnya terus menerus setelah bayangan wanita itu tidak terlihat
lagi. "Kau pulang duluan saja!" Kata Haruka pelan.
Kent kembali mengerutkan keningnya heran sambil
memandang wajah Haruka dengan lebih serius. Laki-laki yang
sama membuat Haruka memperlihatkan ekspresi yang berbeda,
bukan wajah sedih seperti yang pernah Kent lihat dulu, tapi
sesuatu yang lain. Takut. Haruka takut" "Memangnya kau mau
kemana?" "Aku..., Aku mau..."
"Kau mau bersembunyi sampai orang itu pergi?" Potong Kent
begitu mendengar jawaban yang ragu-ragu dari mulut Haruka.
"Aku pernah melihat laki-laki itu di caf? dan kau bisa
menghampirinya dengan senyum meskipun saat itu kau sedang
tidak baik-baik saja! Lalu sekarang kenapa malah ingin
menghindar" Dia siapa dan punya masalah apa denganmu"
Mantan pacarmu?" Haruka tidak menjawab apa-apa. Gadis itu kelihatanya
bingung ingin memberi jawaban seperti apa kepada Kent.
Mungkin Kent terlalu banyak bertanya, mungkin ia takut
memberikan jawaban yang tidak tepat. Tapi Kent merasa harus
bertindak sangat tepat karena ini adalah langkah pertamanya
untuk melindungi Haruka seperti janjinya.
"Diam berarti iya!" Kata Kent lagi. "Kalau kau pernah di
kecewakanya, ayo kita buat dia kecewa pada dirinya karena sudah
meninggalkanmu." Dengan tegas ia meraih tangan Haruka dan
menggenggamnya erat. Haruka berusaha menarik tanganya tapi Kent tidak akan
melepaskanya, tidak untuk saat ini. "Aku tidak bisa!" Gumamnya.
"Kenapa" Aku ada disini bersamamu!" Dan Kent merasa
tangan Haruka melemah. Haruka memang sudah seharusnya
begitu, membiarkan Kent menggandeng tanganya dan melewati
kedua orang yang menjadi sumber rasa takutnya. Kent bisa
merasakan kalau pandangan kedua orang itu tertuju padanya
dalam jangka waktu yang sangat lama. Dia tidak akan melepaskan
genggaman tanganya hingga mereka masuk ke mobil dan menjauh
dari Heatrhow. Kenapa Haruka harus takut" Dia harus belajar
menghindari perasaan takut dengan menghadapinya. Bila dia
takut pada salah satu di antara kedua orang itu, maka seharusnya
Haruka terus menemuinya hingga rasa takutnya menghilang.
Sebelas... Anak itu itu baru datang dengan seragam lengkapnya. Kali ini
rambutnya di kuncir ke belakang dengan sederhana membuat
Haruka tampak semakin dewasa. Dia datang tanpa
memperhatikan Kent sama sekali dan kembali kekesibukanya
seperti biasa. Setelah berkeliling menanyakan pesanan, Haruka
hampir tidak keluar sama sekali dari dapur kecuali untuk
mengantarkan pesanan beberapa orang penting yang ingin di
layani langsung olehnya. Kalau sedang bekerja Haruka menjadi orang yang berbeda lagi.
Semua orang mengenalnya dengan nama Nina, mengingatkan
Kent pada cerita Jouliette karena ia memiliki anak angkat yang di
panggilnya Nina karena gadis itu yang mengingatkan Jouliette
kepada Nina putri kandungnya, Jouliette tidak salah karena gadis
yang selalu di perlakukannya secar istimewa memang putrinya.
Haruka tampak sangat professional dan penuh dengan
keceriaan, ucapanya yang cerdas seringkali di sukai pelanggan dan
dia sepertinya sangat menguasai apapun tentang kopi. Ini adalah
kedua kalinya Kent datang ke Coffee Shop hanya untuk
memperhatikan Haruka saat dia bekerja dan kedua kalinya juga ia
melihat laki-laki itu di tempat duduk yang sama seperti
sebelumnya, menggunakan pakaian dan topi yang sama dan juga
melakukan hal yang sama dengan yang Kent lakukan,
memperhatikan Haruka dari awal datang hingga sekarang.
Kent tau kalau Haruka sudah menyadari kedatangan laki-laki
itu, dan ia juga bisa melihat kalau di balik wajah cerianya, Haruka
sedang menyembunyikan sesuatu. Tapi walau bagaimanapun ia
sangat prima karena bukan hanya satu atau dua orang yang
memperhatikanya. Kepercayaan diri yang tidak Haruka miliki di
luar Coffee shop ini. Haruka membawa nampan berisi secangkir
kopi kepada seorang laki-laki yang duduk di meja yang berada di
samping Kent, meletakkan pesanan dan mempersilahkan dengan
sopan di iringi bincang-bincang singkat tentang coffee art yang di
lakukanya di atas kopi pesanan laki-laki itu.
"Kau sedang bahagia?" Tanya laki-laki itu sopan. "Kau
menggambar bunga apa?"
Haruka angkat bahu, "Itu bunga spesies baru." Katanya sambil
tertawa kecil. "Kalau kau bertanya apakah aku sedang bahagia"
Tentu saja. Karena malam ini kau datang lagi untuk menikmati
kopi buatanku. Aku sangat bahagia dengan itu!"
"Anak ini,"laki-laki itu kemudian terkekeh untuk beberapa
waktu. "Apakah kau sedang menggoda orang tua?"
Haruka mengembangkan senyumnya lebih lebar lagi. Laki-laki
itu mungkin juga pelanggan tetapnya yang datang pada hari-hari
tertentu. "Aku akan kembali ke Paris besok lusa. Kau mau datang
kerumah besok sore" Istriku mengundangmu kerumah untuk
terakhir kalinya." "Benarkah" Kalau begitu aku akan sangat merindukanmu dan
keluargamu!" Gumam Haruka dengan akting sedihnya, "Aku akan
datang bila tidak sedang berhalangan. Kalau begitu selamat
menikmati kopiku, aku harap bukan untuk terakhir kalinya. Aku
akan membuatkan kopi untukmu kalau aku ke Paris suatu saat
nanti." Laki-laki itu mengangguk-angguk. Perlahan-lahan Haruka
meninggalkanya dengan sopan menuju Kent. Ia mengembangkan
senyumnya lagi, tapi terlihat sedikit mengerikan. "Anda tidak
memesan apa-apa dari tadi, Apa perlu bantuan?" Tanyanya sopan.
"Tidak, tadi aku cuma sedang berfikir akan minum apa!"
"Jadi, Anda mau minum apa" Sudah tau mau pesan apa?"
"Aku pesan yang seperti itu!" Kata Kent sambil menunjuk
kemeja laki-laki Paris tadi.
Spontan Haruka memandang kearah laki-laki yang
mengundangnya makan malam dan tersenyum kepadanya sekali
lagi. Laki-laki itu memandang Kent dan tersenyum ramah
untuknya juga. Tampaknya ia mendengarkan ucapan Kent barusan
dan segera maklum. "Buatkanlah untuknya juga dan aku yang traktir." Kata lakilaki itu, "Gambarkan
sebuah hati di atas cangkirnya."
Spontan Haruka dan Kent saling pandang, tapi kemudian
Haruka melarikan pandanganya kearah lain. "Baiklah, tunggu
sebentar!" "Haruka." Kent memanggil namanya keras, beberapa orang
memandang kearah Haruka dan mulai berfikir yang bukan-bukan.
Selama ini semua orang mengenalnya dengan nama Nina Asada
dan tidak ada yang berani memanggilnya Haruka selain
keluarganya dan Charlene. Kent melihat wajah Haruka yang
menahan geram berpaling kearahnya. "Mama , Antarkan kopi
Papa ke meja Tuan itu!"
Dua Belas... Haruka memandangi Kent berkali-kali, laki-laki itu dalam
waktu yang singkat sudah terlibat dalam sebuah obrolan asyik
dengan Tuan Vincent yang merupakan seorang duta besar Paris di
London. Keduanya kelihatan saling mengerti dan saling menyukai,
Bahan pembicaraan mereka pasti tidak akan pernah habis karena
Love Latte Karya Phoebe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tuan Vincent dan Kent bekerja di bidang yang sejalan. Belakangan
ini Kent semakin sering terlihat di sekitarnya membuat Haruka
merasa kurang nyaman. Laki-laki itu entah mengapa menjadi
sangat menyebalkan dan selalu mengajarkan Haruka memanggilnya Papa seperti yang selalu di lakukannya dulu.
"Sis, Tidak biasanya laki-laki itu tidak memanggilmu!" Riddy
yang merupakan junior yang paling dekat dengan Haruka berbisik
sambil memandang kearah laki-laki berpakaian gelap yang selalu
datang setiap hari sabtu.
Toby, setiap kali melihat wajahnya Haruka merasa sedih. Tapi
ia tidak ingin terus begitu karena tidak ada satupun kesedihan
yang boleh menyerangnya lebih dari tiga hari. Asalkan dia dan
Toby bertemu di antara aroma kopi, Haruka akan merasa lebih siap
untuk menghadapinya dan tidak akan menyimpan luka sehingga
ia bisa melupakan kedatangan Toby keesokan paginya. Tapi
pertemuanya di bandara beberapawaktu yang lalu mungkin akan
terus membekas karena tidak ada aroma kopi yang bisa membuat
hatinya lebih tenang. "Mungkin dia sedang tidak mood." Jawab Haruka sekenanya.
"Kau bisa mengerjakan sisanya" Aku harus menghadiri acara.
Besok akan ku usahakan datang pagi-pagi karena lusa aku hanya
akan datang malam karena harus paktek."
"Jadi kau memutuskan untuk bekerja penuh besok" Kalau
begitu Caf? akan ramai pada pagi hari. Apa kau sudah
mengatakanya pada Bos?"
Haruka mengangguk. "Aku sudah mengatakanya sebelum
meminta libur beberapa hari yang lalu dan dia setuju." Haruka
kemudian melepas Apronya dan masuk kedapur. Selang beberapa
saat kemudian dia keluar dalam keadaan rapi dengan membawa
tas yang biasa menemaninya kemana-mana. "Aku pergi dulu!"
Dia memaksakan senyum sekali lagi dan entah berapa kali lagi
ia harus melakukanya hari ini. Haruka berusaha untuk tidak
melirik Toby sama sekali dan melangkah lemah ke luar caf?. Hari
ini Cassey akan menjemputnya lebih cepat karena mereka akan
mengunjungi sebuah acara. Haruka sebenarnya lebih memilih
untuk tidur seandainya dia bisa memilih, Tapi kali ini sebaiknya
Haruka mengalah karena ia sudah berkali-kali menolak ajakan
Cassey untuk menemaninya kepesta.
"Mama mau kemana" Kenapa pulang tidak bilang-bilang pada
Papa"!" Suara Kent berbisik di belakang telinganya secara tiba-tiba.
Haruka terkesiap dan berusaha menjauh, ia kemudian
memandang Kent dengan perasaan kesal. Beraninya dia
melakukan itu di depan banyak orang! Haruka kembali melirik
orang-orang yang berada dalam caf? melalui dinding kaca tembus
pandang, dan beberapa diantaranya memperhatikan mereka juga.
"Berhentilah menyebut dirimu sendiri dengan sebutan Papa. Aku
tidak suka mendengarnya!" Haruka menggerutu.
Kent mengangkat sebelah alisnya. "Aku suka kalau kau tidak
suka. Apapun yang kau tidak suka aku suka! Lagipula aku hanya
membantumu untuk membuat laki-laki itu cemburu. Dia mantan
pacarmu kan?" "Ha ha." Haruka mengeluarkan tawa yang dibuat-buat lalu
memandang Kent dengan ekspresi ganas. "Aku sangat menghargai
itu. Aku sudah melakukan semua yang kau inginkan, Jadi
mengapa kau tidak menjauh juga?"
"Masih ada satu hal yang belum kau lakukan. Izinkan aku
menjagamu sesuai dengan wasiat mendiang ibu kandungmu dan
setelah itu aku benar-benar akan pergi dari hidupmu!"
"Aku bukan anak kecil lagi dan bisa menjaga diri. Jadi jangan
meminta hal-hal yang aneh!Wasiat itu tidak akan cukup untuk jadi
alasan." Haruka kemudian berpaling dan segera masuk ke Porche
hitam milik Cassey yang sudah menunggunya di pinggir jalan.
Tiga Belas... Anak Itu!. Kent menggeram. Ia sudah mengikuti mobil Cassey
sejak tadi dan sekarang sudah lewat tengah malam, keduanya
sama sekali belum keluar dari pesta. Kent sudah menguap
beberapa kali menanti Haruka dan Cassey keluar dari gedung itu
dan memastikan kalau keduanya sampai di rumah dengan aman.
Ia memandangi ponselnya dan berusaha menelpon ke nomor
Haruka yang di dapatnya dari Joan. Tapi Haruka sama sekali tidak
mengangkat telponya. Hal itu membuat kegeraman Kent
bertambah namun ia cukup bijak untuk tidak menyusul kedalam.
Kalau hal seperti itu di lakukanya, Kent yakin akan ada keributan
besar yang pada akhirnya juga mempengaruhi masa depanya
karena di dalam sana adalah tempat berkumpulnya orang-orang
terkenal senegara ini. Mata Kent yang mulai sayu segera terbuka lebar ketika melihat
bayangan dua orang melewati mobilnya dan masuk ke sebuah
Porche hitam milik Cassey yang berhadapan dengan mobilnya.
Keduanya sudah akan pulang, Cassey membuka mantelnya setelah
memasuki mobil sedangkan Haruka segera bersandar dan tertidur.
Keduanya mungkin mabuk, Tapi setidaknya Cassey terlihat lebih
segar untuk menyetir mobil. Meskipun begitu Kent masih merasa
khawatir dan terus mengikuti keduanya melarung jalanan
Metropolitan kota London untuk beberapa saat.
Ada yang aneh, laju mobil Cassey sudah melampaui batas dan
Kent sama sekali tidak bisa mengejarnya. Tentu saja bukan karena
Kent tidak terbiasa membawa mobil dengan kecepatan tinggi,
melainkan karena di London hal itu terlarang dan dia tidak
mungkin melakukanya bila keisengan seperti itu bisa membuatnya
masuk penjara dan kehilangan reputasi yang dapat mempengaruhi
karirnya yang gemilang. Tapi Kent belum menyerah. Keduanya
dalam beberapa saat lagi pasti sudah berada di kantor polisi karena
mustahil Cassey tidak tertangkap dengan kecepatan mobilnya
yang menggila. Bunyi sirine mobil polisi yang merebak seolah-olah
ikut bersorak untuk Kent yang tersenyum karena dugaanya sama
sekali tidak meleset. "Haruka, Kena Kau!" Bisik Kent penuh kebanggan.
Empat Belas... Haruka memegangi kepalanya yang pusing, tidak ada satu
pertanyaan polisipun yang berhasil di jawabnya karena ia memang
sedang tidak berkonsentrasi. Berkali-kali Polisi menudingnya
karena membawa mobil dalam kecepatan tinggi tapi Haruka tidak
bereaksi apa-apa kecuali saat di tanya apakah dirinya sedang
mabuk, maka ia akan menjawab dengan kata tidak bernada sengit.
Kent sudah mendunganya. Tidak ada satupun yang meleset
dan hal itu cukup untuk membantunya mengikat Haruka. Sudah
hampir satu jam Kent berdiskusi dengan kepala polisi distrik
setempat untuk menyelamatkan keduanya dan ia cukup berhasil
meskipun tidak sempurna. Haruka tidak sedang mabuk sehingga
kemungkinan bebasnya lebih besar sedangkan Cassey selain
sedang dalam keadaan mabuk juga merupakan pemilik mobil dan
satu-satunya orang yang bisa menyetir antara keduanya, Maka
Cassey harus bertanggung jawab atas itu suka ataupun tidak.
Sekarang yang di lakukanya hanyalah duduk santai di ruagan itu
sambil menanti Haruka di bawa masuk untuk mendapatkan
nasehat dari kepala polisi yang bernama George.
Kent berusaha menahan senyum saat melihat wajah Haruka
yang terkejut melihat keberadaanya di kantor polisi. Walau
bagaimanapun, Haruka cepat atau lambat harus mengakui kalau
kali ini Kent sangat berjasa dalam kehidupanya.
"Untung Dia ada disini untuk menjamin!" Kata George kepada
Haruka yang duduk di hadapanya. "Tapi kau belum bebas, selama
satu minggu ini kau masih akan berada dalam pengawasan dan
bila mengulanginya lagi kau akan mendapatkan hukuman dua kali
lipat!" Haruka diam seribu bahasa, sesekali ia melirik Kent yang
berada di sampingnya sambil menyembunyikan perasaan tidak
sukanya. "Tuan, Gadis ini adalah bimbinganmu dan aku kembalikan
kepadamu, Pastikan dia selalu berada di tempat yang benar dan
bersama orang yang benar. Jangan sampai dia tidak berada di
rumahmu saat petugas memeriksa, dan Kau!" George beralih
memandang Haruka. "Jangan bersikap buruk seperti ini lagi.
Pastikan dirimu selalu berada di dalam kegiatan terlapor dan
meminta izin bila ada kegiatan di luar wilayah terlapor!"
Setelah melalui percakapan yang panjang, Akhirnya George
mengizinkan Kent untuk membawa Haruka pulang. Sudah hampir
pagi, mungkin dua atau tiga jam lagi langit berubah menjadi terang
benderang. Haruka mengikuti Kent keluar dari kantor polisi
dengan kawalan dua orang prajurit hingga pintu utama terlewati.
"Wilayah terlapor, kegiatan terlapor apa?" Tanya Haruka
sengit. Ia menolak untuk pulang bersama Kent meskipun Kent sudah
membujuknya untuk ikut berkali-kali. Haruka bahkan tidak mau
mendekati mobilnya di parkiran dan lebih memilih untuk berdebat
tidak jauh dari pintu kantor polisi. Gaun pestanya yang berkerlip,
bergoyang-goyang di tiup angin. Matanya juga memerah dan
wajahnya tampak sangat pucat.
"Aku cuma melaporkan kegiatanmu sehari-hari karena kau
masih berada dalam pengawasan sekarang. Jadi kau hanya boleh
berada di wilayah yang ku sebutkan setidaknya selama seminggu
sebelum mereka memberikan kelonggaran. Itu juga bila kau patuh,
Kegiatanmu yang boleh di laksanakan hanya di Coffee shop hingga
sore atau malam kalau kau lembur, lalu sisanya Apartemenku!"
"Apa?" Haruka terdengar shock. Ia harus berada di
Apartemen Kent dalam waktu yang cukup lama, seminggu bukan
waktu yang sebentar jika harus hidup bersama orang yang tidak di
harapkanya. "Kalau begitu biarkan aku di penjara saja."
"Kau tidak punya pilihan lain selain mengikuti saranku. Kalau
kau memilih untuk di hukum bersama Cassey, maka silahkan
bersiap-siap menerima kekecewaan Ayahmu. Kau tidak suka
membuat orang tuamu Khawatir, Kan" Cassey adalah kalangan
sosialita juga, berita ini pasti akan segera menyebar bahkan
sebelum malam ini habis. Kau mau kalau namamu terbawa-bawa
dalam kasus ini dan orang tuamu akan melihat namamu
terpampang di surat kabar" Anak bodoh! Seharusnya kau
berterima kasih kepadaku!" Kent kemudian tersenyum penuh
dengan percaya diri. Haruka memegang kepalanya. "Kenapa aku harus tinggal
denganmu?" "Karena kau menjadi Nany di rumahku." Kent mengeluarkan
secarik kertas tugas dari NYU yang menunjukkan kalau Haruka
akan menjadi pengasuh anak yang berada di rumahnya. Hanya
alasan karena Kent tidak punya anak dan ia tinggal sendiri. Tapi
untungnya dengan mudah ia bisa mendapatkan izin melalui
bantuan Natsuki Tokeino dan menjadikan Yusuke sebagai
tanggung jawabnya sementara. "Sebaiknya Kau ikut aku,
mengerti?" Haruka meletakkan kedua tanganya di pinggang sambil
menghela nafas tak percaya. Bagaimana mungkin ia bisa terjebak
dalam situasi seperti ini sekarang" "Bagaimana bila aku mau ke
kampus?" "Aku juga sudah melaporkan Kampus sebagai tempat yang
boleh kau kunjungi, Sekarang pulanglah bersamaku atau kau akan
kehilangan kesempatan menjadi sarjana setelah kuliah sekian lama.
Penjara bisa membuat reputasi kampus terdengar buruk dan kau
bisa di keluarkan hanya karena sebuah masalah kecil seperti ini!
Makanya jangan menyetir sambil mabuk!"
"Aku tidak menyetir dan tidak sedang mabuk!" Suara Haruka
terdengar sengit. "Kalau tidak mabuk, lalu kenapa kau tertidur di dalam mobil
dengan mata merah seperti itu?"
"Aku hanya merasa lelah dan harus istirahat. Seharusnya aku
pulang dan menolak untuk di ajak kepesta!" Haruka kemudian
menggosok hidungnya beberapa kali, kelihatanya dia akan segera
terkena flu. Kent melepas Jasnya dan menyelimuti tubuh Haruka secara
tiba-tiba, tapi Haruka menolak. "Sudahlah, Jangan sok perhatian!"
"Aku sudah berjanji pada Ibumu untuk menjagamu!"
"Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa menjaga diri dan tidak
mungkin melakukan kesalahan!"
Kent mendengus. "Lalu tertangkap oleh polisi dalam keadaan
mabuk, Apa namanya kalau bukan kesalahan! Aku akan
melepaskanmu kalau selama seminggu ini kau berperilaku baik!
Jadi jagalah dirimu dari kesalahan-kesalahan berikutnya.
Mengerti?" Kata Kent kesal.
Lima Belas... Haruka membuka matanya dan heran saat menyedari dia
sedang berada di sebuah tempat asing. Warna hitam sangat
menonjol memenuhi ruangan itu kecuali dinding yang berwarna
kuning gading. Meja, pintu, Jam dinding, kursi bahkan sofa dan
ranjang beserta selimut yang membungkus tubuhnya juga
berwarna hitam. Lampu tidur masih menyala di sudut ruangan
meskipun cahaya matahari menyelisip di sela-sela tirai yang
menutupi jendela. Haruka menggeliat, Ia masih mengenakan
pakaian semalam dan perlahan bisa mengingat sebabnya. Sekarang
ia sedang berada di rumah Kent, sebuah apartement dengan dua
kamar, dapur dan ruang tengah. Semalam ia di bawa kemari
karena Kent membebaskanya dari tangkapan polisi meskipun
Haruka masih dalam masa percobaan.
"Kau masih ingin tidur" Sekarang sudah hampir siang!"
Kent berteriak dari luar kamarnya. Sudah siang dan dia masih
ada di rumah" Apakah Kent tidak pergi bekerja" Haruka
memperhatikan Jam di dinding lekat-lekat. Astaga, aku harus bekerja!
Desisnya. Secepat kilat Haruka berkeliling kamar menacari
seragam kerjanya dan heran saat dirinya tidak menemukan apaapa. Haruka ingat
kalau dirinya tidak membawa sehelai
pakaianpun semalam kecuali pakaian yang di kenakanya. Wajah
heranya kemudian berubah menjadi sangat cemas. Haruka
membuka pintu kamarnya dan menemui Kent yang duduk di atas
sofa sambil menonton berita pagi.
"Bagaimana ini" Aku tidak punya pakaian!" Katanya.
Kent mengalihkan pandangan kearahnya. "Besok kita ambil!"
"Besok" Sekarang aku harus pakai apa" Pagi ini antar aku
kerumah Cassey untuk mengambil barang-barangku! Aku mau
kerja dan seragamku tertinggal di mobil." Haruka kemudian
memegangi kepalanya karena baru teringat sesuatu, ia mengganti
seragam kerja dengan baju pesta di mobil milik Casey semalam.
"Ya, Tuhan! Bagaimana ini" Seragamku tertinggal di mobil Casey!"
Bel berbunyi begitu Haruka selesai mengeluh. Kent bangkit
dari duduknya dan membuka pintu dalam waktu kurang dari
semenit. Ia tampak berbicara dengan seorang laki-laki beberapa
waktu, lalu kembali menutup pintu dan membawa sesetel pakaian
bersih yang baru selesai di Laundry.
Love Latte Karya Phoebe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Seragamku!" Seru Haruka gembira. "Ini seragamku atau
seragam baru?" "Tentu saja seragammu. Aku mengambilnya di kantor polisi
semalam!" Kata Kent sambil menyerahkan pakaian bersih itu
kepada Haruka. Ia lalu menggeser sebuah kantong kertas berwarna
coklat yang ada di samping pintu kamar Haruka kehadapan gadis
itu dengan kakinya. "Hari ini sabtu. Kau tidak kerja pada hari ini,
jadi sampai besok pagi pakai pakaian ini saja dulu. Hari ini
mustahil pakaianmu bisa di jemput karena halaman rumah Cassey
penuh dengan wartawan." Kent kemudian menunjuk televisi
sambil kembali duduk di sofa.
Haruka melirik televisi. Berita tertangkapnya Cassey sudah
tersebar pagi ini, sampai masuk BBC segala" Haruka bisa bernafas
lega karena namanya sama sekali tidak di bawa-bawa. Seandainya
Kent tidak ada, mungkin Ayahnya akan sibuk datang ke kantor
polisi untuk menjemputnya pulang, belum lagi keributan di
Kampus dan Coffee Shop yang bisa saja memutuskan untuk
mengeluarkan dirinya karena reputasi yang buruk. Haruka
menggelengkan kepalanya, ia tidak bisa membayangkan apa yang
akan terjadi dengan hidupnya bila Kent tidak ada.
Haruka melakukan hal yang sama seperti yang Kent lakukan,
menggeser kantong kertas berisi pakaian yang di berikan Kent
dengan kaki menuju kamar lalu menutup pintu. Ia berjalan ke
lemari dan meletakkan seragamnya yang sudah rapi disana.
Setelah itu Haruka meraih kantong kertas di lantai dan
meletakkanya di atas ranjang lalu mengeluarkan isinya. Haruka
bernafas lega, sebuah pakaian rumahan di dapatnya dengan gratis
dan kelihatanya masih baru. Sweater tebal berwarna ungu yang di
belikan Kent untuknya sangat di sukainya. Ukuranya sangat pas
dengan lengan ketatnya dan kerah bergaya turtle neck yang cukup
lebar, selain itu sweater ini juga di temani sebuah celana katun
yang sangat pendek sehingga tetap tidak akan terlihat bila di
kenakan bersama sweaternya. Ia merogoh kantong kertas itu lagi,
masih ada sesuatu di dalamnya yang membuat Haruka terkesiap.
Kent membelikanya sepasang pakaian dalam dengan ukuran yang
sangat pas denganya. Laki-laki itu, tau darimana" Fikir Haruka.
Enam Belas... Aroma Nasi merebak membangkitkan selera. Makan nasi di
London adalah kegiatan langka dan hari ini Haruka sedang
melakukanya. Kent baru saja selesai membuat sarapan pagi yang
mereka lakukan pada jam-jam mendekati waktu makan siang.
Haruka tidak menyangka kalau Kent menantinya untuk makan
bersama meskipun dia tetap selalu menyertakan embel-embel
keluarga di penghujung ucapannya, keluarga yang baik harus
menyempatkan makan bersama dalam satu meja setidaknya sekali
dalam sehari. Kelihatanya Haruka akan lebih memilih untuk
menyerah daripada harus berdebat dengan Kent selama dirinya
tinggal disini. Suapan pertama, Haruka mendapati rasa yang mengingatkanya kembali kepada keluarganya. Sudah sangat lama
ia tidak merasakan makanan yang seperti sekarang dan masakan
Kent cukup membuatnya merasa terpuaskan.
"Bagaimana?" Tanya Kent.
Haruka mendehem, lalu pura-pura berfikir. "Lumayan!"
Mendengar itu Kent tersenyum senang. Dia memang sengaja
memasak nasi dengan beberapa lauk pauk sederhana karena saat
ini dirinya sendiri juga sedang ingin menikmatinya. Nasi juga
diharapkanya mampu mengembalikan semangat Haruka seperti
Haruka yang tujuh tahun lalu Kent kenal. "Pakaianya cukup
nyaman, kan?" "Lumayan!" Haruka mematung sesaat begitu menyadari
pandangan aneh Kent kepadanya, mungkin Kent mengharapkan
jawaban yang lebih panjang dari sekedar kata lumayan. "Kau
membelinya sendiri?"
"Iya, tentu saja. Aku membelinya saat mengantar seragammu
ke Laundry tadi pagi. Pilihanku tepat, Kan" Sangat pas denganmu!"
"Ya...kau silahkan berbangga, pakaian seperti ini bukankah
punya ukuran baku" Kau berkata seolah-olah pakaian ini di buat
khusus untukku!" Kent Mengunyah makananya dan menelanya sebelum
berbicara. "Bust 78, weist 62, hip 80 kau fikir mudah mencari
pakaian dengan ukuran seperti itu, coba kau bayangkan, aku harus
berkeliling di temani seorang SPG di supermarket dan harus
mendapat pandangan heran wanita-wanita yang mungkin berfikir
aku maniak karena mencari pakaian yang ukuranya nyaris
mustahil!" Kent kemudian memasukkan makanannya lagi kedalam
mulutnya. "tubuhmu benar-benar sudah menentang hukum alam.
Pinggangmu sangat kecil untu ukuran wanita Eropa!"
Haruka terdiam sesaat, kemudian meneguk segelas air putih
yang ada di sebelahnya dalam jumlah banyak. Tiba-tiba saja ia
merasa gugup, Kent tidak sedang membicarakan sweater yang di
berikanya tapi pakaian lain yang juga berada dalam kantong kertas
itu. Bukan pembicaraan yang aneh, seharusnya. Tapi Haruka selalu
merasa sensitif bila membicarakan masalah-masalah yang seperti
itu, setidaknya selama dua tahun ini dia tidak pernah
mendengarkan seorang laki-lakipun menilai ukuran tubuhnya."Terima kasih," Gumamnya lirih.
"Ya, tentu saja kau harus begitu!"
Kent kelihatan senang karena sekali lagi ia menang, Haruka
kembali makan dengan lebih pelan. "Kau tau darimana?"
"Maksudmu ukuran-ukuran ajaib itu" Kau tidak usah takut
karena aku tidak pernah menyentuhmu kecuali memegang tangan
sewaktu di bandara itu. Meskipun kita dulu sudah sangat sering
bercinta, tapi tubuhmu usia lima belas tahun dengan sekarang
sama sekali berbeda. Aku hanya melihat!"
"Melihat" Aku tidak pernah menggunakan pakaian yang
menunjukkan lekuk tubuh!"
"Apa kau tidak menyadarinya" Seragam kerjamu! Siapa saja
bisa menilai," Kent menelan ludahnya begitu menyadari kalau
Haruka agak gemetaran. "Saat kau tidak memakai Apron tentunya.
Jadi kalau kau menggunakan seragam kerja tanpa Apron, pakailah
atau apa saja yang bisa menutupi tubuhmu!"
Haruka makan semakin perlahan, ia tidak membalas ucapan
Kent kali ini dan hal itu membuat Kent merasa kalau hari ini
menjadi beku. "Kau sakit?" Tanya Kent. "Tadi malam, Kau tertidur
di mobil Cassey karena apa?"
Haruka mengangkat wajahnya yang agak pucat. "Semalam"
Aku punya Migrain, dan sekarang kelihatanya bertambah dengan
flu. Kau punya obat flu?"
"Tentu saja! Tapi sebaiknya kita kedokter setelah ini. Cepat
habiskan makananmu!"
"Baiklah," Gumam Haruka diiringi anggukan lemahnya. Ia
makan beberapa suapan kecil lagi, lalu kembali bicara pada Kent.
"Aku tidak suka bertemu denganmu. Demi Tuhan!"
Sebuah senyum menyungging di sudut bibir Kent, sangat tipis.
"Kau marah padaku karena apa" Karena kau keguguran saat
bersamaku" Kau fikir aku sengaja membiarkanmu jatuh waktu itu?"
Gumamnya, ia berharap Haruka menjawab tapi ternyata tidak,
Haruka masih sibuk memakan nasinya dalam tempo lambat dan
teratur. Beberapa menit kemudian Haruka mengakhiri sarapanya. Ia
memandang kosong ke gelas air putih yang sekarang di
genggamnya. Dia mengingat semuanya dengan jelas, saat-saat
bersama Kent tidak mungkin bisa di lupakan. Kent baginya adalah
pangeran yang datang secara tiba-tiba dan memberikan impian
kepadanya. Kent terlalu sering bertindak nakal menjahilinya saat
Haruka menanyakan tentang pekerjaan rumah. Beberapa minggu
setelah pertemuan yang pertama Kent memintanya untuk datang
ke rumah Charlene seperti biasa dan saat itu Kent melakukannya
di perpustakaan rumah charlene, Haruka merasakan bagaimana
rasanya bercinta pada usianya yang ke lima belas bersama
pangeran yang jauh lebih tua di bandingkan dengannya. Saat itu
dirinya merasa sangat di cintai karena pada saat yang sama
Haruka merasa kehilangan cinta ayahnya. Haruka memandang
Kent dengan memaksakan diri
untuk terlihat lebih bersemangat. "Ayo cepatlah, Antar aku kedokter! Aku mau cepatcepat istirahat
supaya besok bisa kerja!"
Tujuh Belas... Tuan Vincent tersenyum saat melihat Haruka datang bersama
Kent kerumahnya untuk memenuhi undangan perpisahan karena
ia akan segera kembali ke Paris. Kent sebenarnya lebih suka bila
Haruka menelpon dan mengatakan kepada Tuan Vincent kalau ia
terserang flu berat dan tidak bisa datang memenuhi undangan, tapi
sepertinya Haruka tidak ingin membuat laki-laki tua itu kecewa.
Gadis itu lebih memilih untuk berpura-pura sehat dan tetap
berkeras untuk datang. Tidak ada hal lain yang bisa Kent lakukan
selain menemaninya dan memastikan kalau Haruka dalam
keadaan baik-baik saja. "Kalian datang lebih cepat! Masuklah!"
Haruka dan Kent kemudian mengikuti Tuan Vincent masuk
kedalam rumahnya dan duduk di ruang tamu. Rumah besar ini
dijaga dengan sangat ketat sejak mereka memasuki gerbang,
beberapa pria berseragam dengan senjata dan Walkie talkie itu
menyebar di seluruh penjuru. Bukan pemandangan yang aneh bagi
Kent dan kelihatanya juga begitu bagi Haruka. Pria yang menjaga
pintu gerbang segera membukakan pintu begitu melihat Haruka,
hal itu menandakan kalau Haruka sering kesini sehingga
membuatnya cukup di kenal dengan baik.
"Kau terlihat pucat!" Tuan Vincent menatap Haruka dengan
iba. Laki-laki itu bangkit dari sandaranya dan mencondongkan
tubuhnya kepada Haruka yang duduk di hadapanya. "kau sedang
sakit" Kau tidak perlu memaksakan diri untuk datang kalau
begitu!" "Tidak!" Jawab Haruka. "Tidak apa-apa. Hanya flu ringan dan
aku sudah terbiasa dengan ini!"
"Benarkah" Kau sudah minum obat?"
"Aku sudah kedokter,bersama dengan..." Ia memandang Kent
sejenak lalu kembali berbicara. "Temanku!"
Tuan Vincet juga memandang Kent sambil berdehem seakanakan ia sedang tidak
percaya dengan ucapan Haruka. "Terima
kasih kau sudah menemaninya berobat!"
Rambut Setan 2 Fear Street - Sagas X Kebangkitan Roh Jahat The Awakening Evil Naga Jawa Negeri Di Atap Langit 15
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama