Gadis Misterius Karya Sherls Astrella Bagian 3
menjaganya?" "Saya. Tetapi saya tidak bisa terus menerus menjaganya, saya juga harus
menyelesaikan pekerjaan yang telah menanti di Sidewinder House."
"Ijinkanlah saya menjaga Maria selama Anda tidak berada di sini," kata Al.
"Jangan merepotkan diri Anda sendiri dengan menjaga Maria. Anda masih
memiliki banyak tugas. Saya dapat merawatnya sendirian."
"Jangan khawatir, Mrs. Vye. Papa pasti mengerti bila saya mengatakan hal ini.
Saya akan merasa sangat senang bila Anda mengijinkan. Lagipula karena
sayalah Maria menjadi seperti ini."
"Baiklah, Anda boleh membantu saya menjaga Maria. Saya memang tidak dapat
membiarkan Maria sendirian selama ia sakit," kata Mrs. Vye setelah terdiam
beberapa lama. Setiap pagi, Al tidak lagi menemui Maria di tepi Sungai Alleghei. Ia
menggantikan tugas Mrs. Vye menjaga Maria.
Seperti halnya Mrs. Vye, ia merasa khawatir pada Maria yang masih belum sadar
walaupun hari-hari telah berlalu.
Dokter Roe mengatakan Maria baik-baik saja, tetapi hal itu tidak mengurangi
kecemasan Al dan Mrs. Vye.
Hingga pada hari ketiga mereka masih belum dapat bernapas lega melihat Maria
yang masih tertidur. Al memandangi Maria yang masih belum sadar. Rambut panjangnya berserakan
di atas bantal putih. Dengan tangannya yang terlipat di dadanya, gadis itu nampak seperti putri tidur
dalam dongeng anak-anak. Duduk di tepi pembaringan sambil mengawasi Maria telah menjadi pekerjaan
sehari-harinya dalam dua hari terakhir ini. Hari ini merupakan hari ketiganya,
ia menjaga Maria. Selama itu, Lady Debora tidak pernah mengunjungi Maria walaupun hanya
sekali. Al telah menduga hal itu dan ia merasa sangat beruntung tidak berjumpa
dengan wanita itu selama ia menjaga Maria.
Dengan demikian ia dapat menjaga Maria dengan tenang, mengawasi wajah
cantik yang tertidur itu.
Bulu mata Maria yang terpejam tiba-tiba bergetar. Detik berikutnya mata yang
indah itu membuka perlahan-lahan.
Al sangat senang melihat Maria telah sadar dari tidur panjangnya.
"Al" Mengapa Anda di sini?" tanya Maria lirih.
"Aku senang engkau sudah sadar," kata Al, "Rasanya seperti berabad-abad
engkau menjadi putri tidur, padahal sejak kemarin lusa engkau tidak sadarkan
diri." "Maafkan saya telah merepotkan Anda," kata Maria.
"Maria, engkau tidak pernah membuatku repot. Engkau tertidur sangat nyenyak
sehingga tidak menyulitkan apa-apa."
"Di mana Mrs. Vye?" tanya Maria.
"Ia di Sidewinder House," jawab Al.
Teringat tugasnya di Sidewinder House, Maria segera bangkit, namun pria itu
mencegahnya. "Tidurlah, Maria. Engkau membutuhkan banyak istirahat," kata Al sambil
meletakkan tubuh Maria. "Jangan mengkhawatirkan tugasmu. Kata Mrs. Vye,
Lady Debora mengerti akan keadaanmu."
"Mrs. Vye sangat baik. Andaikan tubuh saya tidak lemah, saya akan
membantunya," kata Maria lirih.
"Karena itu, Maria, engkau harus banyak istirahat agar tubuhmu kembali pulih."
"Saya mengerti, saya harus banyak beristirahat agar segera pulih," kata Maria.
Mrs. Vye sangat senang ketika melihat Maria telah sadar. Ia sangat senang
hingga hampir lupa memberi obat kepada Maria.
Walaupun Maria telah sadar, tetapi Mrs. Vye dan Al masih bergantian menjaga
Maria. Mereka berdua terus menjaganya hingga gadis itu sembuh benar.
Setiap hari, Al membawakan bunga untuk Maria. Maria merasa senang
mendapat berbagai macam bunga musim panas yang indah.
BAB 7 Entah karena bunga-bunga itu atau karena orang yang membawakannya, Maria
lebih cepat pulih dari yang diperkirakan. Dua hari kemudian, Maria telah cukup
sehat untuk mengerjakan tugasnya di Sidewinder House.
Seperti biasa, Maria dan Mrs. Vye pergi berjalan-jalan di sepanjang Sungai
Alleghei pagi itu. Penduduk Obbeyville tampak senang melihat Maria muncul dari pondok mungil
itu setelah selama beberapa hari gadis itu tidak muncul. Beberapa dari mereka
mengajak Maria bercakap-cakap.
Maria merasa sangat senang pagi itu. Ia sengaja berjalan lambat agar dapat
menikmati pemandangan tepi Sungai Alleghei yang hilang darinya selama
beberapa hari. Tak lama setelah Mrs. Vye kembali ke Sidewinder House, Maria meninggalkan
tempat itu. Ia ingin segera berjumpa Mr. Liesting, Mrs. Fat, dan Mrs. Dahrien. Ia menduga
mereka pasti senang melihatnya seperti penduduk Obbeyville lainnya yang
senang melihatnya muncul dari pondok mungil Mrs. Vye.
Seperti yang telah diperkirakan Maria sebelumnya, Mrs. Fat, Mr. Liesting serta
Mrs. Dahrien gembira melihat kedatangannya. Mereka mengajak Maria
bercakap-cakap di dapur. "Engkau membuat kami khawatir, Maria," kata Mrs. Dahrien.
"Maafkan saya. Saya tidak bermaksud membuat Anda khawatir."
"Mengapa engkau telah berada di sini pagi-pagi, Maria" Biasanya engkau masih
berada di Sungai Alleghei," tanya Mrs. Vye.
"Saya merindukan kalian," kata Maria.
"Anak-anak Obbeyville juga merindukanmu. Mereka mencarimu, mereka sangat
sedih karena tidak dapat menemukanmu," kata Mrs. Fat.
"Saya juga merindukan mereka."
"Sayang Mrs. Vye tidak mengijinkan mereka menemuimu."
"Aku harus melakukannya, Mr. Liesting. Aku tidak dapat membiarkan mereka
mengganggu istirahat Maria. Ia membutuhkan banyak istirahat," kata Mrs. Vye.
"Aku mengerti, Mrs. Vye. Aku juga setuju pada tindakanmu. Mereka akan
mengganggu istirahat Maria selama ia sakit."
"Mengapa engkau tidak menemui mereka?" tanya Mrs. Fat.
"Saya ingin menemui mereka setelah saya menyelesaikan tugas saya."
"Lupakanlah tugasmu, Maria. Engkau baru saja sembuh. Jangan melakukan
pekerjaan yang berat. Kami bisa melakukannya," kata Mrs. Dahrien.
"Lebih bijaksana bila saat ini engkau pergi menemui anak-anak itu," kata Mrs.
Fat. "Itu bukan bijaksana, Mrs. Fat, tetapi tindakan yang lebih baik. Biarlah saya
membantu Anda sebentar kemudian saya akan menemui mereka. Saya merasa
seluruh tubuh saya kaku selama beristirahat di atas tempat tidur."
"Renggangkanlah badanmu dengan bermain dengan anak-anak. Jangan dengan
melakukan pekerjaan yang berat. Engkau baru sembuh," kata Mrs. Dahrien.
"Sejak kemarin mereka berkeliaran di sekitar rumah ini. Yang Mulia dan Tuan
Puteri dibuat marah karenanya," kata Mr. Liesting.
"Apakah mereka melakukan sesuatu yang tidak baik?" tanya Maria cemas.
"Tidak, mereka tidak melakukan apa-apa. Mereka hanya berkeliaran di sekitar
rumah ini," kata Mr. Liesting.
"Baroness Lora dan Lady Debora pasti merasa risau melihat banyak anak
berkeliaran di sekitar rumah mereka," kata Maria dengan tersenyum, "Saya
akan menemui mereka sekarang. Saya tidak ingin mereka dimarahi kedua
wanita itu." "Ya, itu yang paling baik. Temuilah mereka dan bersenang-senanglah hingga
tengah hari nanti," kata Mrs. Fat.
Maria meninggalkan Sidewinder House melalui pintu belakang yang berada di
dapur tempat mereka bercakap-cakap itu.
Ia tidak melihat seorang anak pun di sekitar rumah itu. Suasana di sekitar
rumah itu masih tampak lenggang seperti ketika ia datang.
Hanya beberapa orang yang melintasi jalan di depan Sidewinder House. Mereka
menuju Blueberry. Maria menduga mereka adalah petani yang bekerja di kebun Blueberry Duke of
Blueberry. Dari Mrs. Vye, Maria mengetahui tidak sedikit penduduk Obbeyville yang bekerja
pada Duke. Tetapi juga tidak sedikit penduduk Obbeyville yang bekerja di tanah
pertanian mereka sendiri.
Petani-petani menggembalakan ternak mereka. Beberapa di antara mereka ada
yang menanam bibit di tanah pertanian mereka yang tandus. Semua bekerja
dengan giat dan penuh semangat.
Di kejauhan tampak Sungai Alleghei yang berkilauan seperti menyambut
kedatangannya. Daun-daun bergemirisik tertiup angin pagi. Daun-daun yang
menguning menghiasi tanah.
Matahari masih bersembunyi di balik pepohonan. Awan-awan putih telah
berkejar-kejaran ke sana ke mari di langit yang biru.
Ketika Maria memandang jalan yang menuju Sidewinder House, ia melihat anakanak
berjalan mendekat. Wajah anak-anak itu tampak ceria.
"Mengapa Anda tidak menemui kami?" tanya mereka.
"Saya harus beristirahat. Maafkan saya, sekarang saya akan menebus kesalahan
saya," kata Maria. "Anda belum menyelesaikan dongeng yang Anda ceritakan," kata seorang anak.
"Ya, saya masih ingat. Mari kita pergi ke Sungai Alleghei. Saya akan
melanjutkan cerita saya di sana. Kalian tidak ingin dimarahi Baroness Lora lagi,
bukan?" kata Maria. "Ya, Baroness Lora sangat jahat. Ia memarahi kami padahal kami tidak
melakukan apa-apa. Kami hanya mencari Anda di sini," kata anak-anak itu.
"Hari ini kalian tidak perlu mencari saya karena saya akan menemani kalian
hingga tengah hari nanti. Tetapi tidak di sini, saya akan menemani kalian
bermain di tempat yang lain."
Anak-anak itu berseru senang.
Mereka senang dapat bermain dengan Maria sepanjang hari. Itulah yang mereka
harapkan sejak kemarin, tetapi Maria tidak muncul sehingga mereka harus
menahan rasa kecewa mereka.
"Jangan ribut, nanti Baroness Lora marah kepada kalian lagi," kata Maria
menenangkan anak-anak itu.
Setelah anak-anak itu diam, Maria mengajak mereka meninggalkan Sidewinder
House. Mereka berebut menggandeng Maria. Dengan tersenyum, Maria melerai mereka
dan membiarkan anak-anak itu menggandeng tangannya beramai-ramai.
Belum jauh, Maria dan anak-anak itu meninggalkan Sidewinder House ketika
Maria melihat Al datang mendekat dengan kudanya.
Al tersenyum ketika melihat Maria berjalan beramai-ramai dengan anak-anak
menuju Sungai Alleghei. Tetapi hal itu tidak mengurangi kekecewaan yang
tampak di wajahnya. Maria mencoba menerka kekecewaan apa yang ditahan Al. Dan ketika ia
menemukan jawabannya, ia merasa bersalah.
"Kelihatannya engkau dan anak-anak itu hendak menuju Sungai Alleghei.
Apakah ini sebabnya engkau tidak menemuiku di sana seperti biasanya?" tanya
Al. "Maafkan saya telah membuat Anda kecewa. Pagi ini saya merasa ingin segera
berjumpa dengan Mr. Liesting, Mrs. Fat dan Mrs. Dahrien serta anak-anak ini
karena itu saya segera meninggalkan Sungai Alleghei setelah kepergian Mrs.
Vye. Saya tidak bermaksud menghindari Anda," kata Maria.
"Aku mengerti, Maria. Sekarang apakah engkau mengijinkan aku ikut dalam
rombonganmu?" "Bila Anda mau turun dari kuda Anda."
Al melompat dari punggung kudanya kemudian mendekati Maria.
"Anda tidak keberatan mendapat perlakuan yang tidak Anda harapkan" Saya
tidak akan memperhatikan Anda, saya akan lebih memusatkan perhatian saya
pada anak-anak ini. Saya tidak ingin terjadi sesuatu pada mereka selama
mereka bersama saya," kata Maria.
"Jangan khawatir, aku tidak akan kecewa. Aku akan membantumu mengawasi
anak-anak itu. Aku khawatir mereka terlalu nakal sehingga membuat engkau
kerepotan," kata Al sambil memandangi anak-anak yang berada di sekeliling
Maria. Anak-anak marah mendengar kata-kata Al. Mereka menatap Al dengan wajah
cemberut, tetapi pria itu yang pura-pura tidak tahu.
"Kami tidak nakal. Benarkan?" kata mereka sambil memandang Maria.
Maria tersenyum melihat kemarahan anak-anak itu.
"Saya tahu kalian anak yang baik," kata Maria, "Sekarang, mari kita pergi.
Matahari semakin tinggi di langit."
Bersama beberapa anak, Maria melangkah meninggalkan mereka yang masih
marah pada Al. Al mengikuti di samping Maria. Tangan pria itu memegang kendali kuda yang
berjalan di sampingnya. Setelah agak jauh berjalan, Maria berhenti dan membalikkan badan kepada
anak-anak yang belum beranjak dari tempat mereka.
"Bila kalian tetap tinggal di sini, saya tidak akan mengulang cerita yang akan
saya ceritakan pada teman-teman kalian," kata Maria pada mereka.
Mereka menanti anak-anak yang berlari mendekat itu. Setelah semua anak telah
berkumpul kembali, mereka melanjutkan perjalanannya kembali.
"Mereka marah kepada Anda," kata Maria pada Al yang berjalan di sisinya.
"Aku tahu. Mereka sangat lucu ketika marah," kata Al.
"Anda akan menyesal bila dibenci anak-anak."
"Mengapa demikian?" tanya Al heran.
"Pikiran anak-anak masih polos. Apa yang mereka pikirkan, mereka rasakan
tidak pernah mereka sembunyikan. Mereka selalu mengatakan apa yang mereka
pikirkan, rasakan. Jangan sampai mereka membenci Anda, karena anak-anaklah
yang membuat kita lebih merasakan kebahagiaan dunia."
"Sejujurnya, Maria, aku kurang mengerti yang kaukatakan."
"Anak-anaklah kebahagiaan dunia. Canda tawa mereka yang menghiasi dunia
membuat dunia semakin ceria."
"Kau benar. Tanpa canda tawa mereka, dunia ini terasa sepi."
Seperti biasa, penduduk Obbeyville berbisik-bisik melihat Maria berjalan
beramai-ramai dengan anak-anak menuju Sungai Alleghei dengan didampingi
seorang pria. Namun tak seorang pun dari mereka yang mempedulikan hal itu.
Mereka terus berjalan menuju Sungai Alleghei. Anak-anak tampak sangat
bersemangat, mereka menanti kelanjutan dongeng yang diceritakan Maria.
Telah berhari-hari mereka menanti saat itu. Mereka terus menanti dengan tekun
hingga gadis itu muncul dari pondok Mrs. Vye.
Maria duduk di bawah pohon besar di tepi Sungai Alleghei. Anak-anak duduk di
sekitarnya sedangkan Al berdiri di belakang mengawasi mereka dan kudanya
yang sedang merumput. "Hingga di mana cerita saya?" tanya Maria.
"Ketika para dewa merencanakan untuk menyerang setan-setan," kata anakanak itu
serempak. Maria tersenyum melihat anak-anak Obbeyville yang kompak. Mereka seperti
telah diajarkan sejak kecil untuk selalu rukun.
Sejak kedatangan Maria di desa kecil ini, ia tidak pernah mendengar anak yang
bertengkar. Mereka selalu bermain bersama-sama tanpa mempedulikan
perbedaan usia. Kakak menjaga adik, adik menjaga kakak, seperti itulah kerukunan mereka.
Maria mengaggumi cara penduduk Obbeyville dalam mendidik anak-anak
mereka agar rukun satu sama lain.
Antara anak-anak itu telah terjalin hubungan yang akrab sehingga mereka mau
saling membantu bila ada yang kesulitan.
Melihat kerukunan mereka, seperti tiada kecurigaan dan iri hati di antara
mereka. Mereka bermain dalam satu keluarga besar, anak-anak Obbeyville.
Satu hal yang membuat Maria adalah bila Baroness Lora benar-benar berasal
dari Obbeyville. Mengapa wanita itu enggan bergaul dengan penduduk lainnya"
Bila sejak kecil Baroness Lora diajarkan untuk hidup rukun seperti anak-anak
itu, mengapa kebencian masih dapat berada di hati wanita itu"
Walaupun penduduk Obbeyville sering membicarakan segala sesuatu mengenai
Maria di belakang gadis itu. Tetapi mereka tidak menyimpan kebencian kepada
Maria di hati mereka seperti Baroness Lora.
Tiada dimengerti oleh Maria mengapa Baroness Lora membenci dirinya. Seolaholah
Maria telah melakukan suatu kesalahan besar terhadap wanita itu.
Sering kali pula Maria mencoba menemukan kesalahan yang telah diperbuatnya
terhadap wanita itu. Tetapi ia tidak dapat menemukan jawaban atas pertanyaan
Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu. Baik di masa kini maupun di masa lalunya yang tertutup kabut tebal.
Walaupun Maria tidak dapat mengingat masa lalunya, tetapi ia masih dapat
merasakan bahwa ia tidak pernah bertemu dengan Baroness Lora serta putrinya
sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya Maria berada di Obbeyville.
Benar Maria tidak dapat mengingatnya, tetapi perasaan Maria mengatakan ia
belum pernah berada di Obbeyville sebelumnya dan Maria percaya hal itu.
"Para dewa yang mengetahui rencana setan-setan itu, mulai menyusun rencana
untuk menghentikan setan-setan itu sebelum mereka melaksanakan rencana
jahat mereka," kata Maria memulai ceritanya.
Sesungguhnya yang diceritakan Maria pada anak-anak itu, bukanlah dongeng
tetapi mitos peperangan antara para dewa dengan setan di Blueberry.
Karena Maria tidak ingin anak-anak itu terlalu terpengaruh mitos yang
diceritakannya, maka ia tidak mengatakan kepada anak-anak itu bahwa apa
yang diceritakannya kepada mereka sesungguhnya adalah mitos bukan
dongeng. Mitos yang benar-benar ada di masyarakat khususnya penduduk Blueberry.
Mitos yang pernah terkenal di Kerajaan Zirva dan masih diketahui sedikit orang.
Walaupun semakin sedikit orang yang mengetahui mitos nama asli Blueberry,
tetapi mitos itu masih tetap hidup seperti mitos yang dimiliki penduduk
Obbeyville. Dan Maria mempercayai hal itu. Ia tidak ingin mitos itu hilang tertelan kemajuan
peradaban. Melalui 'dongeng' yang diceritakannya kepada anak-anak itu, ia
berharap mitos itu masih akan tetap dan terus hidup.
Sesungguhnya, Kerajaan Zirva memiliki tiga mitos yang paling terkenal di antara
mitos-mitos lainnya. Tetapi hanya dua mitos yang diketahui penduduk, hanya orang-orang tertentu
yang mengetahui mitos ketiga itu termasuk Maria.
Di antara kedua mitos yang diketahui penduduk itu hanya mitos Sungai Alleghei
yang paling terkenal. Sedangkan mitos Blackblood hampir punah.
Walaupun Maria tidak dapat mengingat segala masa lalunya, namun Maria masih
dapat mengingat bahwa mitos ketiga itu sengaja disembunyikan dari
masyarakat luas selain suku tempat mitos itu berasal.
"Kurasa kalian harus menghentikan dongeng kalian di sini. Hari telah siang dan
Maria harus segera kembali ke Sidewinder House," kata Al menghentikan
dongeng Maria. Anak-anak mengeluh kecewa karena tidak dapat mendengar kelanjutan dongeng
yang mereka sukai itu. "Jangan kecewa seperti itu. Besok Maria pasti akan melanjutkan dongengnya
yang belum selesai," kata Al.
"Sekarang saya harus segera kembali ke Sidewinder House. Besok saya akan
melanjutkan dongeng saya, bila mungkin nanti sore saya akan melanjutkan
dongeng tersebut," kata Maria membenarkan kata-kata Al.
"Aku khawatir sore ini engkau tidak dapat melanjutkan dongengmu, Maria."
"Saya tidak mempunyai rencana apa-apa untuk sore ini. Lady Debora akan pergi
sore ini seperti sore-sore lainnya dan baru tiba tengah malam," kata Maria.
"Bagus," kata pria itu senang, "Sekarang lebih baik kita mengantar anak-anak
ini dan aku akan memberi tahumu sesuatu."
"Kami bisa pulang sendiri bila Anda berdua ingin bercakap-cakap," kata anak
yang paling tua di antara anak-anak lainnya itu.
"Tidak perlu. Saya akan mengantar kalian, saya bertanggung jawab terhadap
kalian selama kalian bersama dengan saya."
"Serahkanlah tanggung jawab itu kepada saya. Saya sudah cukup besar untuk
mengawasi anak-anak lainnya," kata anak itu lagi.
"Ya, Anda tidak perlu mengantar kami. Kami masih ingin bermain," kata anakanak
yang lain menyakinkan Maria.
"Biarkanlah mereka kembali sendiri, Maria. Aku yakin anak itu cukup mampu
menjaga teman-temannya," kata Al ikut membujuk Maria.
"Saya harap kalian berhati-hati. Jangan sampai terjatuh! Perhatikanlah langkah
kalian," kata Maria.
Anak-anak segera berlari meninggalkan Maria dan Al setelah Maria menyatakan
keputusannya. Mereka tidak menuju Obbeyville, tetapi ke tanah pertanian milik
penduduk Obbeyville yang terletak tak jauh dari Obbeyville.
"Engkau sangat pandai, Maria. Engkau menceritakan mitos itu kepada anakanak
dalam bentuk dongeng," kata Al setelah anak-anak itu menghilang di balik
pepohonan. "Saya hanya menggunakan cara yang tepat untuk membuat mereka menyukai
mitos itu tanpa membuat mereka terpengaruh mitos itu," kata Maria.
"Ya, mereka mungkin takut bila mengetahui darah para setan itu telah
menjelma menjadi bunga Blackblood."
"Bunga Blackblood sangat indah namun ia bisa terlihat menakutkan di malam
hari. Bunga itu pada siang hari tampak indah seperti bunga-bunga lainnya,
tetapi di malam hari ia tampak menakutkan dengan warnanya yang menyerupai
darah." "Sayang bunga itu telah semakin langka seperti mitos itu sendiri."
Maria mengangguk tanpa mengatakan apa-apa. Ia merasa sedih bunga
Blackblood yang indah namun menakutkan itu mulai langka.
Di hutan-hutan Blueberry sekalipun jarang dijumpai bunga itu. Bunga itu
menghilang bersamaan dengan menghilangnya mitos mengenai bunga itu
sendiri. "Dapatkah Anda mengatakan apa yang ingin Anda beri tahukan kepada saya?"
"Aku ingin mengajakmu pergi sore ini," kata Al.
Al tidak memberi kesempatan pada Maria untuk menolak ajakannya, "Mrs. Vye
telah mengijinkan aku mengajakmu sore ini. Aku yang mengatakan hal itu
kepadanya dan ia memberiku ijin untuk membawamu pergi sore ini. Bila engkau
tidak percaya, engkau dapat bertanya pada Mrs. Vye sendiri."
"Saya percaya Anda mengatakan yang sebenarnya. Ke manakah Anda akan
mengajak saya?" "Aku ingin mengajakmu ke pesta dansa yang diadakan oleh keluargaku sore ini."
"Saya khawatir, saya tidak dapat ikut beserta Anda," kata Maria, "Saya tidak
mempunyai gaun yang cocok untuk pergi ke pesta dansa itu."
"Jangan khawatir, Maria. Aku telah mempersiapkan segalanya," kata Al, "Bila
tidak ada hal yang menghalangi, engkau akan mendapat kiriman siang ini."
"Kiriman dari siapa" Untuk apa?" tanya Maria tak mengerti.
"Engkau akan mengerti nanti siang bila kiriman itu telah sampai padamu.
Apakah engkau menerima undanganku?" kata Al.
"Apakah ada kemungkinan bagi saya untuk menolaknya?" tanya Maria.
"Tidak," jawab Al tegas.
"Artinya saya tidak memiliki pilihan yang lain selain menerimanya," kata Maria
sambil tersenyum manis, "Saya berharap saya tidak membuat Anda merasa
malu di pesta dansa itu."
"Tidak akan, Maria. Engkau tidak akan pernah membuat malu siapapun
termasuk aku. Aku akan merasa bangga sekali nanti sore, pergi ke pesta dengan
ditemani gadis yang sangat cantik sepertimu."
"Saya berharap demikian," kata Maria tersipu-sipu. "Tetapi Anda dan saya
sendiri tidak mengetahui apakah saya bisa berdansa dengan baik."
"Engkau tidak pernah mengecewakan aku, Maria, dan aku yakin engkau dapat
berdansa dengan baik bila melihat gerakanmu yang anggun dan lemah gemulai
itu. Sekarang biarkanlah aku mengantarmu," kata Al, "Hari telah siang dan
engkau tidak ingin terlambat, bukan?"
Seperti hari-hari sebelumnya, Maria menurut saja ketika Al mengangkat
tubuhnya ke punggung kuda dan mengantarnya ke Sidewinder House.
Lady Debora masih belum bangun ketika Maria tiba di tempat itu.
Sambil menanti Lady Debora bangun, Maria membantu Mrs. Fat membersihkan
ruangan-ruangan di Sidewinder House.
Seperti hari-hari sebelumnya, Mrs. Fat menolak bantuan Maria. Tetapi ia tidak
dapat berbuat apa-apa ketika gadis itu telah mulai membantunya.
Betapa pun kerasnya Mrs. Fat menolak bantuan Maria, akhirnya wanita itu
terpaksa mengalah pada keinginan Maria.
Tanpa dapat berbuat apa-apa untuk melarang gadis itu, akhirnya Mrs. Fat
kembali melanjutkan pekerjaannya.
Maria sangat senang dapat melakukan apa yang telah dinanti-nantikannya
selama ia terbaring di tempat tidur.
Dengan hati yang riang, ia membersihkan Ruang Perpustakaan sementara Mrs.
Fat membersihkan ruang yang lain.
Ruang Perpustakaan tampak semakin lenggang dari terakhir kalinya Maria
memasuki ruangan itu, sebelum ia jatuh sakit. Rak buku yang berjajar di dinding
sudah tidak sebanyak dari saat terakhir kalinya Maria memasuki ruangan itu.
Dengan sedih, ia memandang buku-buku yang semakin langka di Ruang
Perpustakaan. Rasanya aneh Ruang Perpustakaan besar tapi tanpa buku yang
banyak. Tanpa diberi tahu, Maria dapat menduga perginya buku-buku itu.
Entah digunakan untuk apa buku-buku itu oleh Baroness Lora tapi Maria percaya
wanita itu tidak mengambil buku-buku itu dari Ruang Perpustakaan untuk
dibaca. Tidak mungkin wanita itu meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk
membuka buku-buku kuno yang kebanyakan berupa sejarah keluarga
Sidewinder serta mitos-mitos yang ada di Kerajaan Zirva.
Bagi Baroness Lora serta putrinya, Lady Debora buku itu tidak berharga, tetapi
bagi Maria yang senang membaca buku, buku-buku itu sangat berarti.
Satu per satu dibukanya buku-buku yang tersisa dan dibersihkannya dari debu
yang melekat dengan hati-hati.
Pada saat membersihkan rak yang terakhir, Maria melihat sebuah buku kuno.
Dengan hati-hati dibersihkannya sampul buku itu dari debu.
Judul buku itu tertulis dalam bahasa yang aneh, namun Maria dapat
membacanya. 'Mitos-mitos terkenal Kerajaan Zirva' demikian judul buku itu.
Maria merasa ia pernah membaca buku itu. Walaupun Maria masih dapat
mengingat isi buku itu, tetapi ia tetap mengambil buku itu dari Ruang
Perpustakaan. Ia tidak ingin buku itu menghilang dari Ruang Perpustakaan,
seperti buku-buku lainnya.
Dibukanya buku kuno itu. Lembaran-lembaran buku yang telah menguning itu
terasa lembab. Semua tulisan yang berada di lembaran itu tertulis dalam tulisan
yang aneh menyerupai tulisan Mesir Kuno.
Maria mencoba mengingat di mana ia pernah membaca buku itu dan mengapa ia
dapat memahami bahasa yang digunakan di buku yang telah berusia puluhan
tahun itu. Sekali lagi gadis itu berusaha menyingkapkan kegelapan yang menutupi masa
lalunya. Suara pintu yang berderit membuat Maria menyadari tempat ia berada saat ini.
Ia memandang ke arah pintu dan melihat Mrs. Vye muncul dari balik pintu kayu
yang berukir seekor ular sedang meremukkan mangsanya dengan lilitan
tubuhnya. "Temuilah Tuan Puteri, Maria. Ia sudah bangun," kata Mrs. Vye.
"Baik, Mrs. Vye," kata Maria.
Mrs. Vye mendekati Maria dan melihat buku yang berada di tangan gadis itu.
Wanita itu mengambil buku itu dari tangan Maria.
"Buku apa ini?" tanyanya sambil mengamati buku itu.
"Buku itu merupakan kumpulan naskah kuno yang bercerita mengenai mitosmitos yang
terkenal di Kerajaan Zirva termasuk mitos yang ada di Obbeyville,"
jawab Maria. "Tulisan buku ini aneh sekali. Seperti bukan tulisan saja, tetapi berupa
gambar," kata Mrs. Vye, "Mengapa engkau membawa buku ini?"
"Saya bermaksud membacanya sebelum buku itu menghilang seperti buku-buku
lainnya." "Engkau mengerti bahasa yang digunakan buku ini?" tanya Mrs. Vye terkejut.
Maria menganggukkan kepalanya.
"Dari mana engkau mempelajarinya?"
"Saya tidak dapat mengingatnya, Mrs. Vye," kata Maria, "Di manakah saya
dapat menjemur buku ini?"
"Engkau dapat meletakkannya di jendela itu. Untuk apa engkau menjemurnya,
Maria?" "Kertas buku ini telah menguning dan lembab. Saya harus menjemurnya dulu
agar buku ini tidak rusak bila saya membukanya."
"Aku akan menjemurnya. Pergilah menemui Tuan Puteri," kata Mrs. Vye,
"Sarapan Tuan Puteri telah kuantarkan, engkau tidak perlu pergi ke dapur."
"Terima kasih, Mrs. Vye. Saya akan menemui Lady Debora sekarang."
Maria bergegas menuju kamar Lady Debora. Ia tidak tahu apa yang telah
menantinya di sana, tetapi ia dapat menduga Lady Debora akan marah padanya
karena telah melalaikan tugas selama beberapa hari.
Ketika sampai di ujung tangga, Maria bertemu Baroness Lora. Ia berhenti untuk
memberi hormat pada wanita itu.
"Apa yang kaulakukan sehingga tidak datang selama beberapa hari?" tanya
Baroness Lora marah. "Maafkan saya, Yang Mulia. Saya harus beristirahat selama beberapa hari,"
jawab Maria tenang menghadapi kemarahan Baroness Lora yang memuncak.
"Segera temui putriku. Ia pasti telah menantimu," kata Baroness Lora tanpa
mempedulikan jawaban Maria seolah-olah jawaban itu tidak ada artinya baginya.
Dan memang demikian, Baroness Lora tidak mau menghiraukan keadaan Maria.
Yang ia ingin ketahui adalah Maria melaksanakan tugasnya dengan baik.
Sekali lagi Maria membungkuk hormat pada Baroness Lora sebelum ia
meninggalkan wanita yang masih memedam kemarahannya itu.
Baroness Lora tidak pernah mau berbicara terlalu lama dengannya. Entah apa
yang menyebabkan wanita itu sangat menjauhi Maria. Setiap kali mereka
bertemu, Baroness Lora selalu terlihat seperti berusaha menghindar dari gadis
itu. Bila Baroness Lora mengajak Maria bercakap-cakap, kata-kata wanita itu selalu
terdengar kasar dan menyakitkan hati, tetapi Maria tidak pernah menghiraukan
kata-kata yang menyakitkan hati itu.
Sikap permusuhan Baroness Lora terhadap dirinya membuat Maria merasa ia
telah melakukan kesalahan besar terhadap wanita itu tanpa mengetahui
kesalahan apa yang telah diperbuatnya.
Maria mengetuk perlahan pintu kamar Lady Debora.
Setelah mendapat jawaban dari Lady Debora, Maria memasuki kamar itu.
Lady Debora memandang enggan bercampur kesal kepada Maria dari tempat
tidurnya. Mengetahui apa yang dirasakan wanita itu, Maria segera berkata, "Maafkan
saya. Beberapa hari yang lalu saya jatuh sakit sehingga saya tidak dapat
melayani Anda." "Tidak ada gunanya engkau meminta maaf sekarang," kata Lady Debora marah,
"Sekarang cepat ambil nampan ini dan kerjakan tugasmu."
Maria yang telah terbiasa dengan perintah-perintah Lady Debora segera
melakukan apa yang diinginkan wanita itu darinya.
Setelah mengambil nampan dari pangkuan wanita itu, ia segera membuka tirai
yang berada di samping tempat wanita itu berbaring.
Dengan cekatan, Maria merapikan kamar Lady Debora. Gaun-gaun yang
berserakan di meja yang terletak di tengah ruangan itu dirapikannya pula.
Tiap gaun dilipatnya dengan rapi dan ditumpuk menjadi satu. Dan seperti gaungaun
Lady Debora yang lain, gaun-gaun itu juga tampak mewah dengan hiasan
mutiara atau permata atau sulamannya yang berwarna terang.
Di antara gaun-gaun itu, Maria melihat sebuah gaun yang berwarna hijau yang
menarik perhatiannya. Gaun hijau itu sangat berbeda dengan gaun-gaun Lady Debora yang lainnya.
Gaun yang berwarna hijau daun itu, tidak bertaburan muntiara atau yang lain.
Gaun itu bentuknya sederhana.
"Buanglah gaun hijau itu dan yang lainnya berikan pada Mrs. Vye. Katakan
kepada Mrs. Vye agar segera mencuci gaun-gaun yang lainnya. Aku ingin segera
mengenakannya kembali," kata Lady Debora ketika Maria mulai merapikan gaun
itu. "Baik, Tuan Puteri," kata Maria.
Maria segera meninggalkan kamar itu dengan nampan di tangan kanannya dan
gaun-gaun di tangannya yang lain.
Ketika sedang menuruni tangga kayu dengan hati-hati, Mrs. Dahrien muncul dari
balik pintu kamar Baroness Lora.
Maria menghentikan langkah kakinya dan menyapa Mrs. Dahrien.
"Selamat siang, Mrs. Dahrien."
"Selamat siang, Maria. Mari kubantu membawakan barang-barang itu," kata
Mrs. Dahrien sambil mengambil nampan dari tangan Maria.
"Terima kasih, Mrs. Dahrien."
"Gaun-gaun itu hendak kau bawa ke mana?" tanya Mrs. Dahrien ketika melihat
tumpukan gaun di tangan Maria.
"Tuan Puteri mengatakan gaun-gaun ini harus diserahkan pada Mrs. Vye."
Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dan Tuan Puteri mengatakan Mrs. Vye harus segera mencuci gaun-gaunnya
itu?" Maria tersenyum pada Mrs. Dahrien yang tampak marah. "Seperti yang Anda
ketahui," kata Maria menanggapi kata-kata Mrs. Dahrien.
Mrs. Dahrien mengeluh dan berkata dengan kesal,
"Yang Mulia dan Tuan Puteri sama saja. Setiap pagi mereka selalu memberi
tumpukan gaun yang harus segera dicuci. Entah apa yang mereka pikirkan.
Apakah mereka tidak menyadari bahwa kami sudah terlalu tua untuk melakukan
pekerjaan dengan cepat."
"Walaupun Mrs. Vye seorang yang lincah, tetapi ia sudah tidak muda lagi. Mrs.
Vye tidak akan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan Tuan Puteri itu."
"Saya mengerti akan hal itu, Mrs. Dahrien. Saya telah memutuskan untuk
membantu Mrs. Vye, seperti saya membantu kalian," kata Maria.
"Memang itu merupakan keputusan yang bijaksana, Maria. Tetapi engkau tidak
patut melakukan itu. Seharusnya engkau mendapatkan segala sesuatu yang
lebih baik daripada apa yang kauterima saat ini."
"Apa yang saya dapatkan saat ini lebih baik dari yang saya berani saya
harapkan." "Tidak, Maria. Engkau seharusnya tidak perlu menjadi pelayan, engkau
seharusnya mendapat perlakuan yang lebih baik dari mereka agar dapat
memulihkan ingatanmu."
"Saya merasa lebih baik saya bertemu dengan orang yang baik seperti Anda
daripada bertemu orang kaya. Untuk apa saya menyukai orang kaya bila saya
tidak merasa bahagia," kata Maria.
"Apa yang kaukatakan itu memang benar, Maria. Tetapi apa yang dikatakan Mrs.
Vye mungkin benar. Engkau mungkin seorang putri bangsawan," kata Mrs.
Dahrien bersikeras. "Mrs. Dahrien, saat ini saya tidak mengetahui diri saya di masa lalu. Yang saya
ketahui adalah saat ini saya berada di Obbeyville."
"Memang saat ini engkau berada di Obbeyville sebagai pelayan. Tetapi
pekerjaan itu tidak cocok untukmu, Maria. Menurut pendapatku, engkau
seharusnya mendapatkan yang lebih baik dari ini."
"Sudahlah, Mrs. Dahrien. Jangan Anda pikirkan hal itu. Siapa pun saya di masa
lalu, saya tetap merasa senang dengan apa yang saya terima saat ini.
Biarkanlah waktu membuktikan apakah yang dikatakan Mrs. Vye benar atau
tidak. Sekarang saya hanya dapat berusaha memulihkan ingatan saya sambil
menjalani apa yang telah ditetapkan para dewa bagi saya."
"Engkau terlalu baik dan bijaksana, Maria. Engkau selalu memandang semua hal
dengan kedua matamu."
Maria tersenyum mendengar pujian itu, "Saya tidak sebijaksana yang Anda
katakan, Mrs. Dahrien. Saya hanya mengatakan apa yang ada di pikiran saya.
Saya selalu berusaha tidak hanya menuruti kata hati saya tetapi juga pikiran
saya." "Orang seperti itulah yang disebut bijaksana. Orang bijaksana tidak hanya
memandang suatu masalah dari satu sisi tetapi dari banyak sisi."
"Saya berharap saya bisa sebijaksana yang Anda katakan, Mrs. Dahrien. Saya
harus belajar banyak agar menjadi bijaksana."
Mrs. Dahrien ingin mengatakan sesuatu ketika Mrs. Fat tiba-tiba muncul di
dapur. Mrs. Fat terlihat sangat kagum seperti baru melihat sesuatu yang sangat luar
biasa. "Luar biasa, Maria. Sangat luar biasa," kata Mrs. Fat.
"Apakah yang terjadi, Mrs. Fat?" tanya Mrs. Dahrien tidak mengerti.
"Segera temui Mrs. Vye di pondoknya, Maria. Ada kejutan untukmu," kata Mrs.
Fat. "Apa yang kaukatakan, Mrs. Fat" Engkau seperti bergurau."
"Tidak, Mrs. Dahrien. Saya tidak bergurau, ini memang benar-benar luar biasa.
Baru saja ada kereta yang mengirimkan sesuatu untukmu, Maria. Kereta itu
sangat indah, jauh lebih indah dari kereta keluarga ini"
"Cepat temuilah Mrs. Vye di pondoknya, Maria. Jangan khawatir mengenai Tuan
Puteri, saya akan melayaninya," kata Mrs. Dahrien tidak kalah kagumnya
dengan Mrs. Fat. Maria teringat pada kata-kata Al. Tadi pagi pria itu mengatakan tentang kiriman.
Ia menduga kiriman inilah yang dimaksudkan pria itu.
Mrs. Fat mengambil tumpukan gaun di lengan Maria.
Setelah berpamitan pada kedua wanita yang masih kagum pada kiriman yang
diperuntukkan baginya, Maria segera menuju pondok Mrs. Vye.
Dalam perjalanan menuju pondok mungil Mrs. Vye, Maria terus memikirkan
mengenai kiriman itu. Ia tidak dapat menebak apa yang dikirimkan oleh Al.
Mrs. Vye duduk di dapur sambil memandangi sebuah kotak yang besar di atas
meja. Kotak besar itu hampir menutupi seluruh permukaan meja dapur Mrs. Vye
yang kecil. Wanita itu menoleh ketika Maria mendekat.
"Lihatlah kotak ini, Maria! Aku tidak tahu siapa yang megnirimkannya tetapi aku
merasa isi kotak ini sangat luar biasa," kata Mrs. Vye bersemangat, "Bukalah
kotak itu, Maria." Maria segera membuka kotak itu. Ia dan Mrs. Vye sama-sama terkejut ketika
melihat isi kotak itu. "Indah sekali gaun ini, Maria. Gaun ini sehalus gaun yang kaukenakan sewaktu
aku menemukanmu. Tuan Puteri pasti akan iri bila melihat gaun ini," kata Mrs.
Vye sambil menyentuh gaun itu.
Secarik surat terjatuh ketika Maria mengeluarkan gaun merah muda itu dari
kotak. Mrs. Vye memungut surat itu dan memberikannya pada Maria.
Maria meletakkan kembali gaun itu ke kotaknya sebelum ia menerima surat
yang beramplop putih itu dari tangan Mrs. Vye. Kemudian dengan ketenangan
yang membuat Mrs. Vye merasa bingung, ia membuka surat itu.
Seperti yang diduga Maria sebelumnya, isi surat itu pendek tetapi cukup jelas
menyatakan maksudnya mengirimkan gaun yang cantik itu. Dan tepat seperti
yang diduganya sebelumnya, surat itu dan gaun itu dari Al.
Kini mengertilah Maria pada kata 'kiriman' yang dikatakan pria itu tadi pagi.
"Apa isi surat itu, Maria?" tanya Mrs. Vye ingin tahu.
Maria membaca surat itu untuk Mrs. Vye.
Bidadariku yang cantik, Kuharap engkau menyukai gaun ini dan sudi mengenakannya dalam pesta nanti
sore. Aku akan menjemputmu tepat pukul lima petang.
Al "Rupanya Tuan Muda benar-benar menyukaimu, Maria. Ia bahkan mengirim
sebuah gaun yang sangat indah untuk kaukenakan di pesta dansa sore hari ini,"
kata Mrs. Vye. "Ia terlalu baik. Saya merasa tidak pantas mendapatkan ini semua," kata Maria.
"Tidak, Maria. Engkau pantas mendapatkannya," kemudian dengan nada
bersalah, Mrs. Vye meneruskan, "Yang tidak pantas adalah engkau harus
menjadi pelayan Tuan Puteri,"
"Jangan sedih, Mrs. Vye. Saya merasa sangat senang dapat berjumpa dengan
Anda. Jangan risaukan lagi masalah itu."
Sebelum Mrs. Vye berkata, Maria telah mendahuluinya,
"Dan jangan risaukan masa lalu saya. Saya tidak tahu siapa diri saya di masa
lalu. Yang saya ketahui adalah saya berada di sini sambil berusaha memulihkan
ingatan saya." "Kau benar, Maria. Tuhan menentukan dan manusia menjalaninya sambil terus
berusaha," kata Mrs. Vye membenarkan kata-kata Maria.
"Itulah yang hendak saya katakan, Mrs. Vye."
"Sekarang mari kita coba gaun yang dibelikan Tuan Muda untukmu," kata Mrs.
Vye dengan bersemangat melihat gaun yang berada di kotak.
Wanita itu mengeluarkan gaun itu dari kotak dan semakin mengagumi gaun itu
ketika ia membentangkan gaun itu di hadapannya.
Kain gaun yang berwarna merah muda itu berkilau-kilau tertimpa sinar matahari
yang masuk melalui jendela.
Gaun itu mirip gaun biru yang dikenakan Maria sewaktu ia pergi melihat
matahari terbit bersama Al dan Mrs. Vye.
"Gaun ini mirip sekali dengan gaun biru yang kaukenakan waktu itu," kata Mrs.
Vye. "Ya, Mrs. Vye. Gaun ini sangat mirip hanya kainnya yang berbeda. Kain ini lebih
halus dari gaun biru itu dan gaun ini dilengkapi dengan sarung tangannya yang
panjang yang berwarna merah muda juga."
Mrs. Vye terkejut seolah tidak percaya pada kata-kata Maria. Ia melihat ke dasar
kotak dan melihat masih ada sepasang sarung tangan berwarna merah muda
yang terletak dengan rapi di dasarnya dan secarik syal warna putih yang
transparan. Ia meletakkan gaun itu di meja dan mengambil sarung tangan serta syal itu.
Dari cara Mrs. Vye memandang kedua benda itu, Maria tahu Mrs. Vye kagum
pada gaun pemberian Al. "Gaun ini benar-benar luar biasa. Engkau pasti tampak semakin cantik dengan
gaun ini," kata Mrs. Vye sambil membentangkan syal putih yang lebar dan
panjang itu. "Rupanya Tuan Muda sangat memperhatikan engkau, Maria. Ia tidak lupa
mengirimkan syal beserta gaun ini agar engkau tidak kedinginan," kata Mrs.
Vye, "Walau syal ini tidak setebal yang kuharapkan, tetapi syal ini akan cukup
menghangatkanmu dan membuatmu semakin cantik."
"Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan pada Al mengenai gaun ini. Gaun
ini lebih indah dari yang saya bayangkan."
"Jangan berkata seperti itu, Maria. Gaun ini memang cocok untukmu."
"Saya berharap demikian," kata Maria lirih sambil terus memandangi gaun yang
diletakkan Mrs. Vye di meja.
"Aku akan merapikan gaun ini agar siap engkau kenakan nanti sore."
"Bagaimana nanti saya dapat menghindari Lady Debora dan Baroness Lora?"
tanya Maria tiba-tiba. "Apa maksudmu?" tanya Mrs. Vye tak mengerti.
"Baroness Lora dan Lady Debora pasti juga hadir di pesta tersebut dan
bagaimana saya bisa menghindari mereka?"
"Jangan khawatir, Maria. Aku akan membuatmu semakin cantik sehingga
mereka tidak akan dapat mengenalimu."
"Saya khawatir hal itu tidak dapat mengelabuhi mata Baroness Lora yang jeli.
Satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah menghindari mereka selama di
pesta itu." "Mungkin itu yang terbaik yang engkau dapat lakukan. Aku sendiri sangsi
apakah kita dapat mengelabuhi mata Yang Mulia."
"Hanya itu yang dapat saya lakukan. Saya harap Al mengerti."
"Jangan khawatir, Maria. Ia akan mengerti. Tuan Muda orang yang penuh
pengertian," kata Mrs. Vye, "Sekarang engkau hendak melakukan apa?"
"Saya harus kembali ke Sidewinder House. Saya khawatir Lady Debora sedang
marah-marah saat ini."
Mrs. Vye tertawa. "Ya, ia pasti marah-marah bila tahu engkau meninggalkan
rumah itu. sekarang pergi dan temuilah dia."
Maria meninggalkan Mrs. Vye tepat ketika Ityu datang mendekat.
"Ada apa, Ityu?" tanya Maria pada anak itu.
"Saya ingin bertanya apakah Anda dapat memintakan ijin untuk saya kepada
orang tua saya. Mereka mengatakan saya telah boleh mengganggu Anda, itu
tidak benar bukan?" "Tidak, Ityu. Engkau tidak menggangguku. Saya merasa senang sekali dapat
meluangkan waktu untuk menceritakan mitos-mitos itu kepadamu," kata Maria.
"Benarkah" Dapatkah Anda mengatakan hal itu kepada orang tua saya" Mereka
tidak akan percaya bila saya yang mengatakannya."
"Maafkan saya, Ityu. Saya tidak dapat menemui orang tuamu hari ini karena
hari ini saya sibuk sekali. Saya berjanji akan menemui mereka besok pagi."
"Saya akan senang sekali bila Anda tidak ingkar janji."
"Saya tidak pernah mengingkari janji saya," kata Maria meyakinkan.
"Sungguh" Apakah Anda mengetahui rumah saya?"
"Tentu. Rumahmu terletak di dekat sungai itu, bukan" Kata Mrs. Vye,
ayahmulah yang membantunya ketika Mrs. Vye menemukan saya. Saya juga
harus berterima kasih padanya."
"Saya menunggu kedatangan Anda besok pagi."
"Berjanjilah kepadaku, Ityu. Engkau tidak akan mengatakan kepada orang
tuamu bahwa besok pagi aku akan datang berkunjung."
"Baiklah tetapi mengapa?"
"Saya ingin memberi kejutan kepada mereka."
Ityu menganggukkan kepalanya kemudian berlari senang meninggalkan Maria.
Setelah anak itu menghilang, Maria melanjutkan perjalanannya ke Sidewinder
House. Sepanjang jalan ia tidak dapat berhenti memikirkan bagaimana bila ia bertemu
dengan Baroness Lora maupun putrinya di pesta dansa itu.
Ia tahu Baroness Lora dan Lady Debora selalu diundang dalam pesta-pesta
terutama bila pesta itu diadakan di Blueberry. Hampir tidak ada suatu pesta pun
tanpa mereka berdua. Karena itu ia sangsi mereka berdua tidak hadir dalam
pesta dansa nanti sore. Walaupun belum pernah ke pesta dansa itu, Maria tahu pesta dansa itu pasti
bukan pesta dansa sembarangan. Ia merasa yakin banyak orang terkenal yang
akan diundang dalam pesta itu.
Tidak ada seorang pun yang menceritakan kepadanya bagaimana rupa pesta itu,
tetapi Maria dapat membayangkan pesta itu akan berlangsung meriah menilik
gaun yang dikirim Al. Menurutnya, gaun itu terlalu mewah bila dikenakan untuk
pesta dansa biasa. Ia menduga Lady Debora akan sangat sibuk mempersiapkan dirinya sendiri
untuk pergi ke pesta dansa itu seperti hari-hari lainnya.
Dapat dibayangkannya Mrs. Dahrien sedang kerepotan melayani Lady Debora
dan Baroness Lora. Dan ia merasa bersalah telah meninggalkan Sidewinder
House terlalu lama. Dan benarlah dugaannya itu, Mrs. Dahrien dan Mrs. Fat dibuat kerepotan oleh
dua wanita itu. Ketika ia datang, didengarnya Baroness Lora sedang marah-marah karena tidak
ada gaun yang mewah yang dapat memenuhi keinginannya untuk tampil mewah
di pesta dansa keluarga Al.
Lady Debora lebih merepotkan lagi. Wanita itu sibuk membongkar almari
pakaiannya untuk mencari gaun yang mewah sambil mencari perhiasan yang
akan dikenakannya dalam pesta itu. Didengarnya juga Lady Debora
kebingungan akan tatanan rambutnya.
Melihat kebingungan Maria dan Lady Debora yang bagai menghadapi bencana
yang datang tiba-tiba, Maria dapat menduga keluarga Al adalah keluarga yang
cukup berpengaruh di Blueberry.
Lady Debora tidak mempedulikan kedatangan Maria di kamarnya, ia terus
membongkar kamarnya dan terus mencari gaun yang akan dikenakannya di
pesta itu. "Tuan Puteri, serahkan urusan gaun itu pada saya. Saya akan membuatkan
gaun yang berbeda dari gaun-gaun Anda yang lain," kata Maria.
Lady Debora membelalakkan matanya pada Maria, "Jangan bercanda! Sekarang
bantu aku mencari gaun yang cocok untuk kukenakan dalam pesta dansa nanti
sore." "Saya tidak bercanda. Saya dapat menyediakannya dengan cepat lagipula saya
tidak akan merubah gaun itu, saya hanya akan menambahkan beberapa hiasan
yang akan membuat gaun itu menjadi semakin cantik," kata Maria meyakinkan
Lady Debora. Lady Debora yang telah putus asa akhirnya berkata, "Kerjakan sekarang juga!
Dan aku ingin gaun itu telah siap sebelum pukul empat sore hari ini juga."
Maria mengundurkan diri dari kamar Lady Debora yang berantakan dan mulai
mencari barang yang dibutuhkannya di Sidewinder House yang besar.
Seperti yang telah diduganya, barang-barang itu disimpan Mrs. Vye di ruangan
yang sama dengan gaun-gaun Baroness Lora dan Lady Debora yang mereka
buang. Setelah menemukan apa yang dicarinya, Maria duduk di dapur dan mulai
mengerjakan gaun hijau yang hendak dibuang Lady Debora hari ini.
Ia duduk seorang diri di sana. Tidak ada yang tahu apa yang dikerjakannya
dengan gaun hijau daun itu.
Mrs. Vye sedang sibuk menyiapkan gaun untuk Maria sedangkan Mrs. Fat dan
Mrs. Dahrien sibuk melayani Baroness Lora dan Lady Debora yang seperti
menghadapi bencana yang datangnya tiba-tiba. Dan seperti biasanya, Mr.
Liesting sibuk dengan halamannya.
Kedua wanita itu masih terdengar marah-marah ketika Maria mulai mengerjakan
gaun itu. Ketika keributan kedua wanita itu telah mereda. Maria masih sibuk
Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyelesaikan gaun itu. ia mengerjakan gaun itu dengan tenang tanpa terburuburu
tetapi dengan kecepatan yang sangat menakjubkan.
Diam-diam, Maria membayangkan reaksi Mrs. Vye serta dua wanita lainnya yang
kini sedang sibuk menghadapi 'perang' Baroness Lora dan Lady Debora, bila
melihat apa yang dilakukannya dengan gaun itu.
Seperti yang telah dikatakan Maria sebelumnya, ia tidak mengubah gaun hijau
daun itu. Ia hanya menambahkan beberapa sulaman yang halus di ujung gaun
itu dan itu membutuhkan waktu yang tidak lama.
Tepat ketika Maria menyelesaikan sulaman terakhir, Mrs. Fat dan Mrs. Dahrien
muncul di dapur dan berseru terkejut melihat apa yang dilakukan Maria pada
gaun hijau daun yang polos itu.
"Engkaukah yang menyulam ini?" tanya Mrs. Fat sambil meraih ujung gaun itu.
"Siapa lagi bila bukan dia, Mrs. Fat?" kata Mrs. Dahrien, "Lihatlah jarum dan
benang-benang itu." Mrs. Fat tidak melihat arah yang ditunjuk Mrs. Dahrien, wanita itu terus
mengagumi pekerjaan Maria. "Bagaimana engkau melakukannya, Maria"
Sulaman ini halus sekali. Bila engkau mau, ajarilah aku caranya," katanya.
"Mengapa engkau memberikan gambar ular, Maria?" tanya Mrs. Dahrien.
"Karena ular itu lambang keluarga ini dan saya merasa hanya itulah satusatunya
gambar yang tepat untuk diletakkan di gaun hijau daun itu."
"Ya, engkau memang pandai. Ular itu tampak semakin hidup dengan gaun hijau
itu. Aku yakin Tuan Puteri merasa sangat senang bila ia menerima gaun ini.
Gaun ini bukan untuk dia, bukan?"
"Sayang sekali, Mrs. Dahrien. Gaun itu saya buat untuk Tuan Puteri," kata Maria.
"Sayang sekali. Aku merasa gaun ini akan lebih cocok untuk kulitmu yag putih
itu," kata Mrs. Dahrien, "Aku merasa Mrs. Vye memang benar. Engkau memiliki
kecantikan dan keanggunan seorang putri bangsawan."
"Saya tidak tahu harus mengatakan apa mengenai hal itu, Mrs. Dahrien. Karena
saat ini saya tidak dapat mengingat masa lalu saya. Saya hanya berharap saya
akan segera dapat mengingat kembali masa lalu saya dan menilai pendapat
Anda berdua. Apakah saya seorang bidadari atau seorang putri bangsawan atau
yang lain?" kata Maria sambil memberikan senyumannya yang paling manis
yang pernah dilihat kedua wanita itu.
"Engkau seorang putri bangsawan yang berjiwa bagai bidadari," kata Mrs.
Dahrien membalas senyuman Maria.
"Saya khawatir tidak ada orang yang seperti itu, Mrs. Dahrien," kata Maria,
"Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini."
"Memang tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Tidak ada seorang pun
yang tidak berdosa. Tetapi aku yakin engkau tidak banyak melakukan perbuatan
yang salah." "Saya khawatir Anda salah dalam hal ini, Mrs. Dahrien. Mungkin saja di masa
lalu saya telah membuat banyak dosa," kata Maria.
Mrs. Dahrien tertawa seolah-olah menertawakan dirinya sendiri. "Tiap kali aku
memujimu, selalu aku tidak dapat memujimu seperti yang ingin kulakukan.
Engkau selalu merendahkan diri dan membuat aku merasa sukar mencari katakata
yang tepat untuk mengungkapkan kekagumanku padamu, Maria."
"Saya berharap Anda tidak terlalu mengagumi saya seperti penduduk Obbeyville
yang menganggap saya sebagai orang yang suci."
"Mereka akan selalu begitu, Maria. Engkau sangat tepat untuk disebut sebagai
orang yang suci," kata Mrs. Dahrien.
Mrs. Dahrien tidak dapat menghentikan senyum gelinya pada dirinya sendiri
karena ia tahu Maria akan merendahkan diri lagi dengan kata-kata yang sopan
yang membuatnya kesulitan mengungkapkan kekagumannya.
Dan seperti yang telah diduga Mrs. Dahrien, Maria berkata, "Saya lebih khawatir
disebut sebagai orang yang suci. Saya khawatir kelak saya akan mengecewakan
sebagai orang yang suci."
Mrs. Dahrien tidak mengatakan apa-apa, ia hanya tertawa geli.
Maria tahu Mrs. Dahrien sedang menertawakan dirinya sendiri dan ia tidak dapat
berbuat apa-apa. Ia hanya dapat menatap sinar kegelian di mata wanita tua itu.
"Coba kenakanlah gaun ini, Maria," kata Mrs. Fat yang dari tadi mengagumi
gaun hijau itu. "Maafkan saya. Saya tidak dapat melakukannya, saya harus segera
menyerahkan gaun ini kepada Tuan Puteri."
"Sayang sekali," keluh Mrs. Fat sambil menyerahkan gaun itu kepada Maria.
Setelah merapikan gaun itu, Maria berpamitan kepada kedua wanita itu dan
menemui Lady Debora. Seperti yang telah dikatakan Mrs. Dahrien, Lady Debora sangat senang ketika
menerima gaun itu dari Maria.
Ia tidak mengatakan apa-apa, tetapi senyum kegembiraan yang penuh
kemenangan di wajahnya membuat Maria mengetahui bahwa wanita itu sangat
senang namun tidak berniat menampakkan kegembiraannya itu padanya.
BAB 8 Baroness Lora dan Lady Debora sangat sibuk sejak makan siang. Mereka
kembali marah-marah sambil mempersiapkan dirinya untuk hadir dengan cantik
dan anggun di pesta dansa sore itu.
Suara mereka yang bergema di sepanjang koridor depan kamar mereka
menunjukkan betapa mereka sangat menantikan saat ini terutama Lady Debora.
Wanita itu terlihat sangat antusias menanti datangnya saat ini.
Sewaktu makan siang tadi, wanita itu tampak tidak sabar untuk segera
menghabiskan hidangan yang dibuat Mrs. Vye bersama Maria.
Baroness Lora yang melihat putrinya tampak terburu-buru berkata, "Jangan
terlalu bersemangat seperti itu."
"Bagaimana aku tidak bersemangat, Mama" Aku sangat menantikan pesta ini
sejak undangannya kita terima. Aku ingin tampil cantik malam ini dan aku akan
membuat semua pria yang hadir terutama Alexander terpesona padaku," kata
Lady Debora bersemangat. Mrs. Vye yang mendengar pembicaraan mereka tersenyum.
"Tuan Puteri akan kalah cantik dari Maria," bisiknya pada Mrs. Dahrien yang
berdiri di sampingnya. "Apakah Maria juga akan hadir di pesta itu?" tanya Mrs. Dahrien terkejut namun
tetap berbicara dengan suara perlahan.
"Oh, ternyata aku telah menjadi pelupa akhir-akhir ini. Aku lupa mengatakan
padamu bahwa Maria diajak ke pesta itu dan kotak yang tadi siang itu berisi
gaun yang sangat indah untuk dikenakan Maria dalam pesta itu."
"Aku yakin Tuan Puteri akan sangat kecewa bila mengetahui ia tidak dapat
menjadi pusat perhatian," bisik Mrs. Dahrien.
"Aku percaya engkau akan menjadi pusat perhatian di pesta itu, anakku," kata
Baroness Lora dengan senyum penuh keyakinan, "Tidak ada seorang pun yang
dapat menandingi kecantikkanmu."
"Tentu saja, Mama. Tidak akan ada orang yang dapat menandingi kecantikkan
yang kuwarisi dari Mama ini. Aku sangat bangga mempunyai Mama yang
cantik," kata Lady Debora.
"Tentu saja, engkau harus bangga memiliki wajah yang cantik. Sedikit sekali
orang yang bisa mendapatkan perhatian dari banyak orang dengan
kecantikkannya." Mrs. Dahrien berbisik, "Maria lebih banyak mendapatkan perhatian daripada
Tuan Puteri bukan saja karena ia lebih cantik tetapi juga karena kebaikan
hatinya." Mrs. Vye menganggukkan kepalanya, "Ya, Maria sering berkata kecantikan
seseorang dinilai bukan saja dari wajahnya tetapi lebih pada kecantikan
hatinya." "Maria mengatakan itu?" tanya Mrs. Dahrien terkejut.
Mrs. Vye mengangguk lagi.
"Seharusnya aku telah menduganya, gadis itu memang berbeda dari semua
gadis yang pernah kukenal bahkan semua gadis keturunan keluarga ini tidak ada
yang pernah berkata seperti itu."
"Bagiku ia tidak hanya memiliki kecantikan wajah saja tetapi juga kecantikkan
hati. Aku ingin tahu siapakah dia."
"Tidak hanya engkau saja, Mrs. Vye. Semua orang juga berkata seperti itu dan
semua orang ingin mengetahui siapakah gadis itu. Apakah benar gadis itu
berasal dari Obbeyville?"
Kedua wanita tua itu kembali memperhatikan majikannya yang masih sibuk
menyelesaikan makan siangnya sambil bercakap-cakap.
"Aku tahu, Mama. Aku sangat beruntung," kata Lady Debora.
"Ingat, putriku. Apapun yang terjadi engkau harus berusaha sedekat mungkin
dengan Alexander dan menarik perhatiannya. Engkau harus berusaha
mendapatkannya," kata Baroness Lora mengingatkan putrinya.
"Tentu saja, Mama. Sejak dulu aku memang ingin mendapatkannya. Aku akan
membuktikan kepada semua orang bahwa akulah satu-satunya orang yang
dapat menguasai hati Alexander yang terkenal dingin itu."
"Engkau juga harus dapat menarik perhatian orang tua Alexander. Aku yakin
bila orang tua Alexander menyukaimu, mereka juga akan membantumu
mendapatkan Alexander," kata Baroness Lora.
"Tentu saja, Mama. Aku akan berusaha dengan cara apapun untuk mendapatkan
pria itu," kata Lady Debora, "Dan sekarang, Mama. Ijinkanlah aku untuk
mempersiapkan diriku secantik mungkin."
"Berdandanlah secantik mungkin," kata Baroness Lora sambil tersenyum.
Lady Debora segera meninggalkan Baroness Lora yang masih belum
menyelesaikan makan siangnya menuju kamarnya.
Di sana telah menanti Maria. Gadis itu masih sibuk merapikan kamar yang
dibuat berantakan oleh Lady Debora.
Ketika Lady Debora membuka pintu, ia menoleh dan tersenyum padanya.
"Siapkan air mandiku sekarang juga. Aku ingin bersiap-siap sekarang,"
perintahnya pada Maria. Maria segera melakukan apa yang diperintahkan Lady Debora.
Lady Debora sebenarnya kagum pada kesigapan Maria dalam mengerjakan
perintah-perintahnya namun ia enggan mengakuinya.
Ia mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa itu adalah keharusan Maria sebagai
pelayannya untuk selalu siap menerima perintah-perintahnya dan
mengerjakannya dengan baik.
Walaupun pada kenyataannya ia tidak hanya mengagumi kesigapan Maria,
namun ia enggan memuji Maria.
Ia masih tetap terpesona pada sulaman yang dibuat Maria pada gaun hijaunya.
Gaun itu yang semula tampak biasa di matanya kini tampak menarik.
Gaun hijau itu sebenarnya pemberian seorang pria. Walaupun enggan menerima
gaun yang menurutnya ketinggalan jaman itu, tetapi ia tetap menerimanya
dengan tujuan menarik perhatian pria kaya itu.
Menurutnya, pria itu kaya tetapi tidak mengetahui selera wanita dan ia berniat
untuk membuka mata pria itu akan hal itu.
Lady Debora membuang pikirannya mengenai Maria dan mulai memikirkan cara
untuk mendapatkan perhatian Alexander.
Ia berniat mendapatkan hati pria yang terkenal sangat dingin kepada wanita itu
sejak ia bertemu dengannya beberapa bulan yang lalu dalam pesta yang sama.
Saat itu Alexander tidak memandangnya bahkan tidak memuji kecantikkannya
seperti pria-pria lainnya yang juga hadir di pesta itu.
Pria itu tidak sedikitpun meliriknya apalagi mengajaknya berdansa. Pria itu
hanya duduk di samping jendela yang terbuka sambil mengawasi setiap orang
yang sibuk di hadapannya.
Sejak ia tiba di pesta itu, ia tidak pernah melepaskan pandangannya dari
Alexander yang terlihat sangat angkuh itu.
Hal itu membuatnya geram dan sejak saat itu ia berkata kepada dirinya sendiri
bahwa ia akan mendapatkan hati pria itu bagaimanapun caranya.
Pada awalnya keinginan untuk mendapatkan hati pria itu sangat kuat. Tetapi
ketika ia menyadari betapa kayanya pria itu, ia lebih tertarik untuk
mendapatkan kekayaannya daripada hati pria itu sendiri.
Dan mulailah Lady Debora mendekati orang tua Alexander. Ia sangat senang
ketika orang tua Alexander memberinya sambutan yang hangat dalam tiap
pertemuan mereka. Ia menduga mereka menyukainya.
Lady Debora tidak mengetahui bahwa ia salah besar dalam hal itu.
Duke dan Duchess of Blueberry selalu menerima Lady Debora dengan tangan
terbuka karena mengingat hubungan kedua keluarga itu bukan karena mereka
menyukainya. Setelah mengetahui skandal mereka berdua terutama Baroness Lora setelah
kematian Baron Marx Sidewinder, Duke dan Duchess of Blueberry merasa
enggan untuk bertemu mereka.
Tetapi hubungan kedua keluarga yang telah lama terjalin membuat mereka
selalu menerima kedua wanita itu dengan tangan terbuka.
Sebenarnya dalam pesta dansa kali ini, mereka juga enggan mengundang
keluarga Sidewinder. Namun karena mereka selalu mengundang mereka dalam
tiap pesta yang mereka selenggarakan, mereka terpaksa mengundang Baroness
Lora dan Lady Debora juga.
Duke dan Duchess of Blueberry sedikit banyak telah mengetahui keinginan Lady
Debora untuk merebut hati putra mereka. Mereka tidak pernah mengatakan
apa-apa kepada Alexander, tetapi mereka yakin Alexander akan dapat
menjauhkan dirinya dari wanita itu.
Lady Debora duduk di depan kaca sambil terus membayangkan pesta itu
sementara Maria menata rambutnya.
Maria yang telah mengetahui Lady Debora suka menata rambutnya tinggi-tinggi,
segera menata rambut merah wanita itu. Setelah ia menyelesaikannya, ia
segera memberi hiasan berupa lambang keluarga Sidewinder yang berbentuk
dua ekor ular Sidewinder yang saling melilitkan badannya.
Lady Debora menatap puas bayangannya di cermin.
"Saya menyarankan Anda mengenakan kalung Anda yang bermata jamrud hijau
agar terlihat serasi dengan gaun Anda," kata Maria.
"Akan lucu sekali kelihatannya. Serba hijau seperti rumput liar," kata Lady
Debora mengejek namun di dalam hatinya ia merasa apa yang dikatakan Maria
benar. "Tentu tidak, Tuan Puteri. Anda akan terlihat bagai bunga musim panas yang
indah bila Anda juga mengenakan kalung itu. Saya yakin semua pria akan
semakin tertarik melihat Anda datang dengan kesan serba hijau yang cerah,"
kata Maria. "Percuma, Maria. Engkau tidak akan dapat membujukku untuk mengenakan
kalung itu. Aku tidak ingin tampil dengan satu warna malam ini. Aku ingin
terihat cantik, mengerti?" katanya dengan kasar.
"Anda akan terlihat sangat segar dan bersemi seperti musim semi bila Anda
megenakan kalung itu juga dan Anda akan terlihat semakin cantik. Bila Anda
tidak mempercayainya, Anda dapat mencobanya sekarang," kata Maria.
Maria meraih kalung emas yang mengelilingi untaian jamrud-jamrud hijau kecil
yang membentuk nuansa dedaunan yang indah dan segar seperti daun
pepohonan di musim semi. "Bagaimana pendapat Anda, Tuan Puteri?" tanya Maria setelah memasangkan
kalung itu. Lady Debora pura-pura enggan melihat bayangannya di cermin. Sebenarnya ia
merasa kata-kata Maria benar. Ia melihat dirinya seperti bunga musim semi
yang segar dalam nuansa serba hijau itu.
Lady Debora berkata dengan malas, "Baiklah kali ini aku menurut karena aku
sudah tidak sabar segera tiba di pesta itu."
"Jangan khawatir, Tuan Puteri. Mr. Liesting telah memanggil kereta untuk Anda
berdua," kata Maria, "Anda dapat menunggu dengan tenang di sini. Tak lama
lagi Mr. Liesting akan datang."
" Aku juga berharap seperti itu. Aku tidak ingin terlambat," kata Lady Debora.
"Bila Anda mengijinkan, Tuan Puteri, saya ingin menemui Mrs. Vye di dapur
untuk menanyakan apakah Mr. Liesting telah tiba," kata Maria.
"Pergilah." Maria membungkuk hormat sebelum meninggalkan kamar Lady Debora dan
segera menemui Mrs. Vye di dapur.
"Mengapa engkau lama sekali, Maria?" tanya Mrs. Vye cemas.
"Maafkan saya, Mrs. Vye. Saya harus membujuk Tuan Puteri."
"Lupakan Tuan Puteri. Sekarang engkau harus segera bersiap-siap. Satu jam
lagi Tuan Muda akan menjemputmu," kata Mrs. Vye.
"Apakah Mr. Liesting telah tiba?" tanya Maria.
"Belum, tetapi aku yakin tak lama lagi ia telah tiba. Sangat mudah mencari
kereta kuda sewaan di Obbeyville. Walaupun desa ini kecil, tetapi banyak kereta
kuda yang dapat ditemui di sini."
"Saya harap Mr. Liesting tidak terlalu lama. Lady Debora terlihat sangat tidak
sabar, ia ingin segera tiba di pesta itu."
Mrs. Vye tertawa. "Ia lebih tidak sabar segera mendapatkan gelar sebagai
Duchess of Blueberry daripada hadir di pesta itu. Tetapi ia tidak akan
berhasil." "Mengapa Anda yakin sekali" Saya dengar keluarga itu telah lama bersahabat
Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan keluarga Sidewinder."
"Sudahlah, Maria. Sekarang mari kita mendandanimu dengan cantik agar dapat
menyaingi Lady Debora," kata Mrs. Vye.
"Tanpa didandani, ia sudah lebih cantik daripada Tuan Puteri apalagi bila ia
didandani. Ia akan terlihat seperti bidadari yang baru turun dari Holly
Mountain," kata Mrs. Dahrien yang muncul dari balik pintu dapur.
"Selamat sore, Mrs. Dahrien. Anda sudah selesai melayani Baroness Lora?" kata
Maria. "Mereka baru saja berangkat," kata Mrs. Dahrien.
"Oh, saya tidak mendengar kedatangan kereta kuda," kata Maria.
"Mungkin karena tawa Mrs. Vye yang memenuhi ruangan kecil ini," kata Mrs.
Dahrien. "Ya, mungkin saja. Sekarang kita harus segera mendandanimu, Maria," kata
Mrs. Vye. "Aku akan membantumu, Mrs. Vye," kata Mrs. Dahrien.
"Tidak perlu, saya bisa melakukannya sendiri," kata Maria.
"Tidak apa-apa, Maria. Kami ingin mendandanimu secantik mungkin," kata Mrs.
Dahrien. "Mari kita pergi ke pondokku."
"Aku jangan kalian lupakan," kata Mrs. Fat yang tiba-tiba muncul di ambang
pintu. Mrs. Fat mendekat. "Aku juga ingin membantu."
"Tentu saja. Kita akan mendandani Maria secantik mungkin," kata Mrs. Vye.
Maria tersenyum, "Saya merasa seperti seorang putri raja yang memiliki banyak
pelayan." "Memang seharusnya engkau memiliki banyak pelayan yang siap melayanimu.
Bukan menjadi pelayan," kata Mrs. Vye sambil membuka pintu dapur yang
menuju halaman Sidewinder House.
Maria merasa ketiga wanita itu lebih antusias daripada dirinya ketika mereka
mendandaninya. Ketiga wanita itu sangat sibuk tanpa mempedulikan kata-kata Maria yang
melarang mereka untuk membantunya.
Karena tidak dapat berbuat apa-apa untuk mencegah ketiga wanita tua itu,
akhirnya Maria menurut saja. Ia membiarkan ketiga wanita itu
memperlakukannya seperti putri raja yang harus didandani secantik mungkin.
Ketika mereka melepaskan sanggul Maria, Mrs. Fat berseru kagum.
"Rambutmu panjang sekali. Jauh lebih panjang dari yang aku bayangkan," kata
Mrs. Fat. "Engkau pasti seorang putri bangsawan, Maria. Walaupun rambutmu sangat
panjang, tetapi rambutmu terlihat sangat indah dan lembut," kata Mrs. Dahrien
turut menimpali. "Sudahlah. Sekarang apa yang akan kita lakukan dengan rambut Maria?" kata
Mrs. Vye menghentikan kata-kata kedua wanita itu.
Maria diam saja. Ia tahu apapun yang dikatakannya tidak akan didengar oleh
mereka. ia duduk dengan patuh menanti ketiga wanita itu.
"Bagaimana bila kita mengikatnya tinggi-tinggi kemudian membentuknya
menjadi gelungan-gelungan kecil," kata Mrs. Fat.
"Itu terlalu sederhana, Mrs. Fat. Kita harus membuat Maria tampak cantik."
"Bagaimana bila kita menyanggul sebagian rambut atasnya dan menggelung
sisa rambutnya." "Apa maksudmu, Mrs. Dahrien?" tanya Mrs. Vye dan Mrs. Fat bersamaan.
"Turutilah apa yang saya katakan," kata Mrs. Dahrien sambil menyisir rambut
Maria. Walaupun keheranan dan bingung, namun kedua wanita itu menurut pada
perintah-perintah Mrs. Dahrien.
Dan mereka sangat mengagumi hasil kerja mereka ketika mereka akhirnya
selesai menata rambut Maria.
"Berdirilah, Maria," kata mereka serempak.
Maria menurut. Ia berdiri di depan kaca dan memandangi bayangannya sendiri.
Gaun merah muda itu tampak serasi dengan kulitnya yang putih. Kulitnya
terlihat lebih berseri dalam gaun itu.
Bahunya yang telanjang ditutupi sehelai syal putih yang tipis. Kedua ujung syal
yang panjang dan lebar itu terulur ke bawah.
Rambutnya yang selalu bersinar seperti sinar matahari pagi membuatnya
tampak semakin berseri. Mrs. Vye menyampirkan ujung syal putih itu ke tangan Maria dan berkata,
"Engkau terlihat seperti bidadari yang baru turun dari Holly Mountain."
"Aku benar, bukan" Ia benar-benar sangat cantik jauh lebih cantik dari
biasanya." "Ia akan menjadi pusat perhatian di pesta itu," kata Mrs. Fat.
Tiba-tiba Mrs. Vye tertawa, "Aku yakin bila penduduk Obbeyville melihat Maria.
Mereka akan segera berlutut kepadanya karena menduga ia adalah bidadari
yang baru turun dari Holly Mountain."
"Engkau membuatku teringat pada Mr. Liesting, Mrs. Vye. Aku akan memanggil
Mr. Liesting. Aku yakin ia akan merasa senang melihat Maria," kata Mrs. Fat.
"Benar. Cepatlah, Mrs. Fat. Karena tak lama lagi Tuan Muda akan tiba," kata
Mrs. Vye. Sebelum Maria mencegah, Mrs. Fat telah berlari menuju Sidewinder House. Ia
hanya dapat memandangi punggung Mrs. Fat yang menghilang di balik pintu.
"Sayang kita tidak memiliki perhiasan untuk menghiasi lehermu yang cantik itu,
Maria," kata Mrs. Dahrien.
Mrs. Vye melihat kepada Maria dan terkejut menyadari Maria tidak mengenakan
kalung. "Ke mana kalungmu, Maria?" tanyanya.
"Saya menyimpannya, Mrs. Vye. Saya tidak ingin ada yang mengetahuinya.
Kalung itu sangat berharga bagi saya," kata Maria.
"Apakah engkau mempunyai kalung, Maria?" tanya Mrs. Dahrien tak percaya
pada apa yang didengarnya.
"Sewaktu aku menemukannya, Mrs. Dahrien, ia tidak hanya mengenakan gaun
yang diambil Tuan Puteri tetapi juga seuntai kalung yang sangat indah. Kalung
paling indah yang pernah kulihat," kata Mrs. Vye.
"Engkau menyembunyikan kalung itu, Mrs. Vye?" tanya Mrs. Dahrien.
"Ya. Saya tidak memberi tahu mereka. Dan saya merasa beruntung kalung itu
tidak diambil oleh Tuan Puteri atau pun Yang Mulia. Sekarang hanya kalung
itulah satu-satunya barang Maria yang berhubungan dengan masa lalunya."
"Bolehkan aku melihat kalung itu, Maria?" tanya Mrs. Dahrien.
Maria belum menjawab ketika terdengar suara langkah kaki kuda diiringi bunyi
roda yang mendekat. "Itu pasti Tuan Muda," kata Mrs. Vye sambil menuju pintu.
Mrs. Dahrien mengikuti Mrs. Vye menyambut tamu yang baru datang itu.
Maria yang kini tinggal sendirian di kamarnya merasa sedikit cemas pada pesta
dansa itu. Ia khawatir akan bertemu dengan Lady Debora dan Baroness Lora di pesta itu.
Tetapi ia lebih khawatir Al akan kecewa bila melihatnya. Ia takut pria itu tidak
senang pada dandanannya. Terdengar suara ketiga orang itu bercakap-cakap dengan perlahan seolah-olah
tidak ingin terdengar oleh Maria.
Maria terus duduk diam menanti sambil membuka buku yang ditemukannya di
Ruang Perpustakaan tadi pagi.
Maria merasa ia kembali ke masa lalunya ketika ia membuka buku itu. Ia
merasa ia pernah membaca buku itu, membaca sambil menanti seperti saat ini.
Ia berusaha mengingat apakah yang sedang dinantikannya. Seseorang ataukah
yang lain. Tetapi ia tidak dapat mengiingatnya.
Sambil terus membuka halaman demi halaman buku itu, ia berusaha mengingat
masa lalunya yang berada di kegelapan.
"Mari, Maria." Kata-kata Mrs. Vye mengejutkan Maria. Ia menutup buku itu dan memandangi
Mrs. Vye. "Tuan Muda menantikanmu," kata Mrs. Vye sambil menggandeng tangan Maria.
Maria menurut saja ketika ia dituntun Mrs. Vye. Saat itu pikirannya masih
berada di kegelapan masa lalunya dan mitos itu.
Ia masih belum kembali ke alam nyata ketika Mrs. Vye menyerahkannya kepada
Al. "Jagalah Maria baik-baik, Tuan Muda," kata Mrs. Vye.
"Tentu, Mrs. Vye. Saya akan menjaganya dengan baik. Percayakanlah ia kepada
saya." Suara Al yang ramah dan tegas membuatnya menyadari bahwa sekarang ia
berada di dekat pria itu.
Pria itu mengenakan pakaian malam yang berwarna hitam kebiru-biruan yang
membuatnya nampak semakin gagah dan tampan.
Al meraih tangan Maria yang terbalut sarung tangan yang panjangnya hingga ke
siku tangannya. Pria itu mendekatkan tangan Maria ke bibirnya dan menciumnya
dengan lembut. Maria terkejut. Ia teringat kembali saat Al menciumnya untuk pertama kalinya.
Walaupun ia tidak dapat mengingat masa lalunya, tetapi ia tahu ciuman Al
waktu itu adalah ciuman pertama baginya.
"Anda telah mendandaninya sangat cantik sehingga ia terlihat seperti bidadari,"
kata Al. "Bidadari yang baru turun dari Holly Mountain," kata Mrs. Dahrien mengkoreksi.
"Kami ingin ia terlihat sangat cantik dalam pesta itu," kata Mrs. Vye.
"Ia akan menjadi gadis yang paling cantik dalam pesta itu," kata Al.
"Itulah yang kami harapkan, Tuan Muda," kata Mrs. Dahrien.
"Saya khawatir Anda salah. Masih banyak wanita yang lebih cantik dari saya,"
kata Maria yang dari tadi diam saja.
"Secantik apa pun mereka. Engkaulah yang paling cantik, Maria," kata Al.
"Lebih baik kalian lekas berangkat daripada kalian terlambat," kata Mrs. Vye.
Al menuntun Maria menuju kereta kuda yang telah menantinya. Kereta kuda itu
adalah kereta kuda yang sama dengan kereta ketika merka pergi melihat
matahari terbit. Kereta kuda yang mengkilat di bawah matahari petang itu telah menarik
perhatian penduduk Obbeyville yang lalu lalang di depan pondok Mrs. Vye.
Namun mereka lebih tertarik melihat Maria yang muncul dengan anggun dan
cantik. Seperti biasanya, mereka berbisik-bisik melihat Maria.
Dan seperti biasanya pula, Maria tidak menghiraukan hal itu. Ia tersenyum
sambil menganggukkan kepala kepada mereka yang kebingungan membalas
anggukan itu. Ketika Al membantu Maria naik ke kereta. Mrs. Fat muncul dengan terengahengah.
"Lihatlah, Mr. Liesting. Engkau hampir saja terlambat."
"Maafkan aku, Mrs. Fat. Aku harus menyelesaikan tugasku dulu," kata Mr.
Liesting dengan terengah-engah pula.
Maria yang telah berada di dalam kereta, tersenyum mendengar pembicaraan
kedua orang itu. Ia memandang keluar melalui jendela kereta dan berkata, "Selamat sore, Mr.
Liesting. Saya minta maaf karena Mrs. Fat telah menyusahkan Anda dengan
terburu-buru membawa Anda ke mari."
"Selamat sore, Maria. Jangan merasa bersalah, ia memang selalu menyusahkan
saya. Lagipula saya juga ingin melihatmu dan mengantar kepergianmu," kata
Mr. Liesting sambil menatap kagum pada wajah Maria.
"Anda berkata seolah-olah saya akan pergi untuk selamanya," kata Maria sambil
terus tersenyum. "Bila engkau pergi meninggalkan Obbeyville, Maria. Aku akan merasa sangat
kesepian sekali dan anak-anak akan merasa kehilanganmu."
"Saya tidak akan lama, Mr. Liesting. Saya akan segera kembali."
"Oh, jangan, Maria. Bersenang-senanglah. Jangan terburu-buru kembali. Tuan
Muda pasti juga tidak ingin engkau lekas pulang," kata Mr. Liesting sambil
menatap Al. "Selamat sore, Mr. Liesting," kata Al.
"Selamat sore, Tuan Muda. Maaf saya tidak segera menyapa Anda."
"Tidak apa-apa, Mr. Liesting. Saya harus terbiasa bila saya bersama Maria
karena saya yakin semua orang akan memperhatikan dirinya dulu daripada
saya," kata Al sambil tersenyum.
"Saya tidak mengharapkan itu. Saya tidak suka menjadi perhatian orang seperti
saat itu, saat...," Maria merasa kembali masuk ke masa lalunya yang gelap.
Al menyadari hal itu dan segera berkata, "Kami permisi dulu. Kami tidak ingin
terlambat." "Ya, pergilah. Kalian tidak boleh terlambat," kata Mrs. Vye.
Maria melambaikan tangannya pada mereka sebelum kereta semakin menjauhi
pondok Mrs. Vye. "Apakah engkau baik-baik saja, Maria?"
"Ya. Saya baik-baik saja," kata Maria menyembunyikan kegugupannya karena
berdua dengan Al. "Engkau yakin" Engkau terlihat sangat pucat," kata Al.
"Ya. Saya hanya merasa kembali ke alam kabut gelap itu tadi, tetapi sekarang
saya merasa lebih baik," kata Maria dengan tenang.
"Engkau cantik sekali, Maria. Walaupun engkau tidak mengenakan perhiasan
apa pun. Aku yakin engkau akan menjadi pusat perhatian nanti di pesta itu."
"Tentang pesta itu..."
"Ada apa, Maria?" tanya Al lembut.
"Saya berharap Anda mengerti bila saya enggan bertemu dengan Lady Debora
dan Baroness Lora," kata Maria.
"Jangan khawatir tentang itu. Aku telah mengatur segalanya sehingga engkau
tidak perlu cemas akan bertemu dengan Lady Debora ataupun Baroness Lora."
"Mereka pasti tidak senang bila tahu saya juga hadir di pesta itu."
"Mereka pasti akan sangat marah bila tahu engkaulah yang menjadi pusat
perhatian di pesta itu," kata Al dengan tersenyum.
"Saya tidak akan menjadi pusat perhatian, karena Lady Debora juga ada di
sana. Lady Debora sangat cantik."
"Percayalah kepadaku, Maria."
"Saya berterima kasih kepada Anda atas gaun yang Anda kirim ini."
"Aku senang engkau menyukainya. Aku tadi sempat khawatir engkau akan
menolak mengenakan gaun itu."
"Saya sangat menyukainya. Dan saya merasa gaun ini terlalu mewah," kata
Maria. Al tersenyum lembut pada Maria. "Engkau memang berbeda dengan wanitawanita yang
lain. Andai wanita lain yang menerima gaun ini, mereka akan
menolak menerimanya."
"Mengapa demikian" Gaun ini sangat indah."
"Karena menurut mereka gaun ini kurang mewah."
"Lucu sekali mereka. Gaun seindah ini masih dikatakan kurang mewah.
Tentunya mereka lebih menyukai gaun yang bertaburan permata dan berlian,"
kata Maria, "Bila saya diberi gaun seperti itu, saya akan menolaknya."
"Mengapa engkau menolaknya?" tanya Al.
"Karena saya merasa lucu dengan gaun seperti itu. Seperti burung merak," kata
Maria sambil tersenyum geli.
"Burung merak?" kata Al tak mengerti.
"Burung merak memiliki bulu yang sangat indah sehingga dia menjadi sombong
tetapi ia tidak berani terbang karena takut kehilangan bulunya yang indah.
Sama seperti wanita-wanita yang senang mengenakan gaun bertaburan
permata. Mereka tidak berani bergerak banyak karena mereka takut permatapermata
itu jatuh." Al tertawa mendengar perbandingan yang diberikan Maria pada wanita-wanita
yang senang pada gaun yang bertaburan permata dengan burung merak.
"Mereka akan sangat tersanjung bila mendengarnya," kata Al.
"Tentu, saya tidak menyangsikannya."
"Aku beruntung tidak memberimu gaun seperti itu. Mulanya aku sempat
khawatir engkau menolak gaun ini karena tidak bertaburan permata."
"Saya justru akan menolak menerima gaun itu," kata Maria sambil tersenyum,
"Saya lebih menyukai gaun yang membuat saya merasa seperti seekor burung
yang siap terbang." "Bila demikian, aku akan selalu memberikan gaun yang seperti ini untukmu,"
kata Al. "Saya juga akan menolaknya."
"Mengapa?" tanya Al keheranan.
"Karena saya tidak ada alasan bagi saya untuk menerimanya," jawab Maria.
"Bagaimana bila aku memaksamu menerimanya?"
"Saya ragu Anda akan melakukannya. Walaupun Anda tidak pernah ditolak,
tetapi saya yakin Anda tidak akan memaksa saya. Lagipula saya tidak suka bila
harus menerima sesuatu karena terpaksa."
"Aku memang tidak akan pernah memaksamu. Katakan kepadaku Maria,
Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagaimana perasaanmu saat ini?"
"Saya merasa sangat senang sekali. Juga sedikit cemas," kata Maria mengakui
perasaannya. "Jangan cemas, Maria. Engkau tidak akan membuatku merasa kecewa dan
engkau juga tidak akan bertemu dengan Baroness Lora maupun Lady Debora di
pesta itu," kata Al berjanji.
Kereta bergerak semakin mendekati rumah Al.
Kedua orang itu bercakap-cakap tanpa menyadari kereta telah memasuki
halaman rumah Al. BAB 9 Maria tidak terkejut melihat rumah Al yang megah.
Rumah itu lebih besar dari Sidewinder House. Dan tampak lebih indah dari
Sidewinder House. Dindingnya yang putih tampak berseri dengan halamannya yang semarak oleh
tumbuh-tumbuhan. Dedaunan yang rontok tidak tampak di antara rerumputan
yang menghampar. Beberapa tukang kebun terlihat masih sibuk membersihkan dedaunan yang
berjatuhan dari ranting pohon.
Di antara pepohonan dan semak-semak, Maria melihat beberapa bunga musim
panas bermekaran dengan indah.
Mereka telah tiba di pintu rumah itu yang atasnya berbentuk setengah
lingkaran. Seorang pelayan membukakan pintu bagi mereka. Pelayan itu menerima mantel
Al dan menanti Maria menyerahkan syalnya.
Menyadari hal itu, Maria menggeleng perlahan dengan tersenyum kepadanya.
Pelayan itu mengangguk mengetahui arti isyarat itu dan membungkuk hormat
ketika mereka berjalan menuju Ruang Besar yang telah dipenuhi banyak orang,
sambil terus mengawasi kepergian mereka dengan ekor matanya.
Seorang pelayan yang berdiri di depan pintu menuju Ruang Besar menyerahkan
sebuah topeng kepada mereka masing-masing.
Al menyadari kebingungan Maria ketika menerima topeng itu, berbisik
kepadanya, "Aku sengaja menyediakan topeng ini. Semua orang yang hadir
dalam pesta ini harus mengenakan topeng, dengan demikian engkau tidak akan
dikenali." "Anda telah memikirkan segala sesuatunya dengan baik," kata Maria sambil
tersenyum. "Tentu saja. Aku ingin membuatmu menikmati pesta ini."
Maria mengangguk sambil tersenyum kepada pelayan yang membukakan pintu
itu bagi mereka sebelum melangkah memasuki Ruang Besar tempat pesta itu
diselenggarakan. "Pesta dansa ini akan menjadi pesta dansa bertopeng yang pertama sepanjang
sejarah keluarga ini," kata Maria.
"Jangan jauh-jauh dariku, Maria. Walaupun aku akan selalu dapat mengenalimu
dalam kerumunan orang-orang ini, tetapi aku tidak ingin engkau pergi dari
sisiku," kata Al. "Saya juga tidak ingin berpisah dari sisi Anda."
"Lihatlah, Maria. Apa yang kukatakan memang benar, bukan" Semua orang itu
telah melihatmu sejak engkau memasuki ruangan ini. Aku percaya mereka tidak
akan dapat melepaskan pandangan mata mereka darimu," kata Al sambil
menyelipkan tangan Maria di lengannya.
Maria memandangi orang-orang yang telah berada di ruangan itu.
Mereka semua memandanginya. Di balik topeng mereka, Maria tahu mata itu
bersinar penuh kekaguman tetapi ia tidak mempedulikannya.
Ia berjalan di samping Al yang membawanya mendekati sepasang orang yang
tidak pernah melepaskan pandangan matanya dari mereka berdua.
Maria menduga kedua orang itu adalah orang tua Al.
Ibu Al terlihat masih cantik walau telah tua. Gaun hitam yang dikenakannya
membuat ia tampak lebih anggun. Ayah Al juga terlihat masih muda walaupun
rambut putih telah muncul di antara rambutnya yang hitam.
Wajah kedua orang itu tampak berseri ketika melihat mereka berjalan
mendekat. Al mencium kedua pipi ibunya dan mengangguk hormat kepada ayahnya
sebelum berkata, "Papa, Mama, aku ingin mengenalkan seseorang pada kalian.
Ini Maria. Maria mereka orang tuaku."
"Senang berkenalan dengan Anda," kata Maria sambil mengangkat gaunnya dan
membungkuk hormat pada mereka.
Al serta kedua orang itu terkejut dengan tindakan Maria.
"Jangan bersikap seperti di dalam Istana seperti itu," kata ayah Al.
"Bersikaplah yang santai. Saat ini kita tidak berada di dalam Istana yang
senantiasa harus bersikap sopan," kata wanita yang berdiri di sampingnya.
"Percuma, Mama. Ia selalu bersikap sopan. Aku juga tidak dapat menghentikan
ia bersikap seperti itu kepadaku," kata Al.
"Apakah engkau selalu diharuskan bersikap sopan kepada siapapun di
keluargamu?" tanya wanita itu kepada Maria.
"Saya tidak dapat mengingat apakah saya selalu diharuskan bersikap seperti itu
di keluarga saya. Tetapi saya tidak dapat tidak bersikap sopan kepada Anda
yang lebih tua dari saya," kata Maria dengan tersenyum.
"Ia adalah gadis yang sekarang menjadi bahan pembicaraan di Obbeyville,
Mama," kata Al memberi penjelasan.
"Aku senang sekali dapat bertemu denganmu. Apa yang mereka katakan
mengenai dirimu berbeda jauh dengan apa yang kulihat. Engkau lebih cantik
dari yang mereka katakan," kata wanita itu.
"Anda terlalu berlebihan. Saya tidak seperti yang mereka katakan," kata Maria
merendahkan diri. "Engkau memang tidak seperti yang mereka katakan, Maria. Engkau lebih baik
dari yang penduduk Obbeyville katakan," kata Al.
"Inikah gaun yang kaubeli tadi siang?" kata wanita itu sebelum Maria
mengucapkan apa pun untuk menanggapi kata-kata Al.
"Ya, Mama. Bagaimana pendapat Mama?"
"Aku hanya dapat mengatakan seleramu terhadap pakaian baik sekali. Gaun ini
cocok sekali dengannya. Dan aku bangga padamu, Al."
"Apakah benar kata penduduk Obbeyville bahwa engkau mengetahui mitos
Blueberry ?" tanya ayah Al.
"Saya hanya mengetahui sedikit mengenai itu. Bila Anda ingin mengetahuinya
lebih banyak lagi, Anda dapat mencarinya di buku yang berisikan kumpulan
naskah kuno mitos-mitos yang terkenal di Kerajaan Zirva."
"Aku mempunyai buku yang tidak dapat kumengerti tulisannya. Tulisan itu
menyerupai tulisan Mesir Kuno," kata pria itu lagi.
"Bila Anda tidak keberatan, saya ingin melihat buku itu."
"Ya, tentu saja. Aku akan mengambilkannya untukmu."
"Jangan, Papa. Saat ini bukan saatnya kita membicarakan hal itu, sekarang
adalah saat kita untuk berpesta," kata Al menghentikan ayahnya yang hendak
meninggalkan mereka. "Benar. Aku terlalu senang hingga lupa."
"Pergilah menemui tamu-tamu yang lain dan perkenalkanlah Maria kepada
mereka." "Tentu, Mama. Aku yakin mereka akan semakin kagum padanya setelah
mengenalnya seperti aku. Aku benar-benar dibuat terpesona olehnya," kata Al
sambil tersenyum pada Maria.
Orang tua Al yang melihat hal itu saling berpandangan penuh arti. Mereka
tersenyum bahagia. Entah apa yang dirasakan kedua orang itu, Maria tidak tahu. Tetapi ia menduga
keduanya merasa senang karena putranya dapat bertemu dengannya.
Dan memang demikian. Kedua orang itu sangat senang ketika melihat putra
mereka datang bersama seorang gadis yang menarik.
Semua orang memandang Maria sejak gadis itu tiba. Senyum yang selalu
menghias wajahnya, membuat gadis itu semakin menarik hati.
Cara bicara dan tingkah laku Maria yang sopan membuat kedua orang itu
semakin menyukai Maria. Ketika Maria dan Al menjauh, wanita itu berkata, "Ia gadis yang luar biasa. Aku
yakin ia bukan orang sembarangan, seperti yang penduduk Obbeyville katakan,
ia memang seorang bidadari."
"Aku juga percaya akan hal itu. Lihatlah, semua orang terus memandangi gadis
itu sejak kedatanganya. Lady Debora tampak kecewa sekali karena tidak
menjadi pusat perhatian lagi."
"Dibandingkan dengan Lady Debora, Maria jauh lebih cantik. Lady Debora tidak
dapat menyaingi kecantikkan dan keanggunan Maria. Aku ingin tahu siapakah
Maria yang sebenarnya?"
"Aku juga tidak tahu, tetapi aku yakin ia bukan sembarang orang," kata
suaminya sambil mengajak mendekati tamu-tamu mereka yang telah menanti.
Al memperkenalkan Maria kepada teman-temannya. Maria tahu Al sengaja tidak
memperkenalkannya kepada semua tamu karena tidak ingin Maria bertemu Lady
Debora ataupun Baroness Lora.
Al menepati janjinya. Ia tidak menyebutkan nama Maria kepada mereka selain
orang tuanya. Dan Al selalu berusaha menjaga jarak dari Lady Debora yang
selalu mendekat. Setiap kali wanita itu terlihat mendekat, Al mengajak Maria ke tempat lain.
Hal ini membuat Maria tersenyum geli. Ia merasa seperti sedang bermain
kejarkejaran dengan Lady Debora.
Lady Debora tampak kesal sekali atas sikap Al yang selalu menjauh. Tetapi
wanita itu tidak berhenti mengejar hingga seorang pria mengajaknya berbicara.
Dari jauh, Maria dapat melihat Lady Debora tersenyum senang kepada pria itu.
Lady Debora tampak senang sekali berbicara dengan pria itu hingga melupakan
tujuannya yang semula. Al mengajak Maria menuju ke sudut Ruang Besar yang dekat sepi. Al mengambil
sebuah kursi yang berukiran sangat indah yang berada di dekatnya.
"Duduklah, Maria. Engkau pasti lelah sekali berjalan terus di Ruang Besar ini,"
kata Al sambil mendudukkan Maria di kursi itu.
"Terima kasih. Anda tidak duduk?" kata Maria.
"Aku tidak lelah. Aku telah terbiasa berkeliling sepanjang hari tanpa duduk
walaupun sebentar." "Lebih baik Anda duduk juga. Saya merasa seperti seorang putri raja dengan
pengawalnya bila Anda berdiri di samping saya sementara saya duduk," kata
Maria sambil berharap. "Tentu, Yang Mulia Tuan Puteri. Hamba akan melakukan titah Paduka," kata Al
sambil tersenyum. Pria itu mengambil kursi yang sama seperti kursi yang diambilkannya untuk
Maria, kemudian duduk di samping Maria yang mengawasi kerumunan orang di
depannya. "Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, Maria. Mereka sejak tadi terus
memandangimu sejak engkau tiba."
"Saya merasa bersalah pada Lady Debora karenanya."
"Mengapa?" tanya Al tak mengerti.
"Lady Debora sangat berharap ia menjadi pusat perhatian di pesta ini. Tadi siang
ia sangat ribut karena tidak dapat menemukan gaun yang cocok," kata Maria.
"Kata Mrs. Dahrien, engkau yang membuat gambar ular di gaun yang dikenakan
Lady Debora itu," kata Al, "Engkau telah membuatku merasa terkejut dengan
kemampuanmu yang baru muncul ini. Tidak akan ada seorangpun yang
menduga engkau pandai menyulam juga."
"Anda jangan berkata seperti itu."
"Seperti apa?" "Seperti orang yang baru saja menemui hal ini. Sudah seharusnya setiap wanita
pandai melakukan itu," kata Maria, "Saya berharap saya tidak terlalu memberi
kesan kejam pada Lady Debora dengan gambar itu."
Al tersenyum, "Tidak, Maria. Engkau memberikan gambar yang tepat pada Lady
Debora. Ular adalah lambang keluarga Sidewinder."
"Dan sifat Lady Debora juga seperti ular," tambah Maria.
"Seperti ular?"
"Ya. Mereka seperti ular yang selalu tampil dengan segala kemewahannya dan
senang berganti-ganti pasangan seperti ular yang sering menanggalkan kulitnya
yang telah tua. Mata mereka selalu menatap lekat-lekat mangsanya seperti
seekor ular." Al tertawa mendengar kata-kata Maria. "Kelebihanmu yang lain adalah engkau
pandai membandingkan orang dengan tingkah laku hewan."
"Saya tidak membandingkan mereka. Saya hanya mengatakan yang
sebenarnya. Kadang kala tingkah laku manusia memang seperti hewan."
"Ya, kadang kala manusia memang bisa bersikap lebih buruk dari hewan," kata
Al setelah meredakan tawanya.
"Memang seperti itulah manusia. Manusia adalah makhluk yang serakah
sehingga mereka terlihat lebih buruk dari hewan yang keji sekali pun. Tetapi
tidak semua orang seperti itu. Masih banyak orang yang dapat mengendalikan
keserakahan mereka."
"Dan hanya sedikit orang yang mampu melakukannya," kata Al.
Maria tersenyum membenarkan kata-kata Al dan berkata, "Memang mereka
yang mampu mengendalikan keserakahan juga banyak tetapi tidak sebanyak
orang yang serakah."
"Engkau termasuk di antara yang sedikit."
"Saya berharap demikian," kata Maria , "Sulit untuk melakukannya karena pada
dasarnya manusia itu memang serakah dan tidak pernah puas dengan apa yang
diperolehnya." Seorang pria yang mendekat membuat mereka berhenti bercakap-cakap.
Maria tidak senang melihat cara pria itu memandang dirinya. Pria itu
memandang dirinya seakan-akan Maria adalah miliknya. Mata di balik topengnya
selalu menatap lekat-lekat wajah Maria.
Demikian pula Al. Al tampak tidak senang atas gangguan pria itu. Walaupun
begitu ia tidak menampakkannya.
"Selamat malam, Alexander," kata pria itu.
Sesaat Al memandang wajah Maria. Ia khawatir Maria terkejut mendengar nama
lengkapnya. Dan ternyata ia sendirilah yang terkejut.
Al terkejut melihat wajah Maria yang tetap tenang, seolah-olah telah
mengetahuinya dari awal perjumpaan mereka.
"Rupanya Andalah bidadari yang selalu bersinar sejak kedatangan Anda. Saya
mengagumi sinar yang Anda nampakkan dalam setiap gerakan Anda. Baik
melalui gaun Anda yang sangat serasi untuk kulit Anda yang putih itu maupun
rambut Anda yang mempesona," kata pria itu.
Kemudian pria itu mengulurkan tangannya hendak mencium tangan Maria.
Al terkejut ketika Maria menyambut uluran tangan pria itu dan membiarkan pria
itu mencium punggung tangannya. Al menduga Maria melakukannya untuk
kesopanan bila mengingat sikap Maria yang selalu menjaga kesopanan.
Maria merasa pria itu mencium tangannya terlalu lama karena itu ia menarik
tangannya dengan sopan. "Mengapa engkau menyembunyikan bidadari secantik ini di pojok ruangan yang
gelap ini, Alexander?" kata pria itu.
"Aku tidak menyembunyikannya. Aku hanya mencarikan tempat yang sepi
untuknya agar bisa duduk dengan tenang," kata Al.
"Kukira engkau pandai menghadapi wanita, Alexander. Tetapi ternyata
dugaanku salah. Engkau dapat kukatakan tidak mengerti apa-apa tentang
wanita. Bidadari yang selalu bersinar seperti dia kau letakkan di sudut ruangan
yang gelap," kata pria itu mengejek.
Maria tersenyum pada pria itu, "Bidadari yang selalu bersinar akan selalu
bersinar sekali pun berada di tempat yang gelap."
Sesaat pria itu terkejut mendengar kata-kata Maria, tetapi ia segera
menyembunyikannya dengan berkata,
"Tepat seperti yang kuduga. Engkau memiliki suara yang merdu. Sangat sesuai
dengan gerakan Anda yang anggun dan kecantikkan Anda yang selalu bersinar."
"Terima kasih. Saya berharap saya tidak terlalu bersinar sehingga menyilaukan
mata semua orang." Kata-kata Maria yang seperti memancing pujian selanjutnya membuat Al
terkejut. Ia telah mengetahui sifat Maria yang selalu merendahkan diri setiap
kali dipuji. Tidak pernah diduganya Maria akan berkata seperti itu.
Apa yang dikatakan Al terbukti.
"Engkaulah bidadari yang akan selalu menyilaukan mata semua orang sehingga
tidak ada orang yang akan mengalihkan pandangan mereka dari sinar Anda
yang menyilaukan," kata pria itu.
"Bila demikian, Anda tidak perlu khawatir bila saya duduk di pojok Ruang Besar
yang luas ini," kata Maria dengan tenang namun membuat pria itu terkejut dan
tidak dapat berkata apa-apa.
Al tersenyum mendengar perkataan Maria yang tepat itu. Sekarang ia mengerti
mengapa Maria sengaja memancing pujian selanjutnya dari pria itu.
"Saya rasa kita belum berkenalan. Siapakah nama Anda?" kata pria itu
Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyembunyikan ketidakmampuannya membalas kata-kata Maria yang tenang
dan sopan namun mengenai sasaran yang tepat.
"Siapakah nama saya menurut Anda?" kata Maria balas bertanya.
Priai tu tersenyum, "Saya tidak tahu nama apa yang tepat untuk bidadari
secantik Anda. Menurut saya nama yang tepat untuk Anda adalah bidadari yang
selalu bersinar." "Itulah namanya, Marcel. Bidadari yang selalu bersinar di hatiku," kata Al
seperti yang selalu dikatakannya kepada teman-temannya yang diperkenalkan kepada
Maria. Kemudian ia berkata dengan tegas, "Dan sekarang bila engkau tidak keberatan,
maukah engkau menjauh. Aku tidak ingin diganggu."
"Apakah ia calon istrimu, Alexander" Iakah yang akan kaujadikan Duchess of
Blueberry berikutnya."
"Sayang sekali. Ia terlalu mulia untuk kedudukan itu."
"Engkau salah, Alexander. Ia sangat pantas menerima kedudukan yang setinggi
mungkin," kata Marcel.
"Kedudukan yang paling tinggi bagi saya adalah di hati pria yang mencintai
saya," kata Maria. "Anda seorang bidadari yang romantis rupanya," kata Marcel memuji Maria lagi,
"Ia memang pantas untuk menerima gelar kebangsawanan setinggi mungkin."
"Apakah Anda tidak merasa bahwa Anda telah menyimpang terlalu jauh dari
tujuan Anda semula?"
Marcel dan Al memandang heran pada Maria yang menatap lurus ke depan.
Al mengikuti arah mata Maria dan mengerti apa yang dimaksudkan gadis itu.
Maria mengamati Lady Debora yang berdiri dengan kesal di kejauhan sambil
terus menatap mereka. Sikap berdirinya menampakkan kejengkelannya.
"Lady Debora telah menanti hasil penyelidikan Anda," kata Maria memberi tahu
dengan tenang. Merasa telah ketahuan tujuannya, Marcel segera pergi menjauh tanpa
mengatakan apa-apa. Setelah kepergian pria itu, Al tersenyum geli pada Maria.
"Hari ini aku telah menemukan kelebihanmu yang lain," kata Al, "Engkau sangat
pandai menghadapi pria seperti dia."
"Marcel sangat senang mempermainkan wanita. Ia sangat sesuai untuk Lady
Debora," kata Maria.
"Bagaimana engkau mengetahuinya?"
"Ia terlalu pandai memuji. Mungkin pujian-pujiannya itu akan berhasil pada
wanita yang lain tetapi tidak pada saya."
Al mengakui kebenaran ucapan Maria. Ia merasa gadis itu benar-benar berbeda
dengan gadis lainnya. Maria dapat mengendalikan sikapnya agar tetap sopan walaupun ia tidak
menyukai orang itu. Dan ia sangat pandai dalam menghadapi pria seperti Marcel
yang memiliki banyak skandal seperti Baroness Lora.
"Apakah yang membuatmu menduga Lady Debora menyuruh Marcel menyelidiki
dirimu?" "Tadi saya melihat mereka berdua berbicara. Lady Debora tampak sangat
bersemangat ketika berbicara dengan pria itu. Apalagi yang dapat membuatnya
sangat bersemangat seperti ketika ia akan menghadiri pesta ini selain mendekati
Anda." "Sudah kuduga Lady Debora akan sangat senang bila diundang ke pesta ini.
Seperti katamu, ia memang selalu berusaha mendekatiku," kata Al.
"Ia akan selalu berusaha menyingkirkan saingannya untuk mendapatkan Anda."
Al mengangguk dan berkata, "Aku mengagumi ketenanganmu, Maria. Engkau
tidak nampak terkejut sama sekali ketika mengetahui aku adalah putra Duke of
Blueberry." "Saya telah mengetahuinya sebelumnya," kata Maria.
Al keheranan dengan kata-kata Maria. "Kapan?" tanyanya.
"Tadi sewaktu kita memasuki rumah ini. Di pintu rumah ini tergambar lambang
keluarga Blueberry, sepasang daun Blueberry dengan buah Blueberry di antara
mereka. Dan sebelumnya saya telah menduga Anda tidak memberikan nama
lengkap Anda." "Aku menebak engkau mengetahui lambang keluargaku dari masa lalumu."
"Ya, Anda benar," kata Maria, "Apakah Al nama panggilan Anda?"
"Ya, keluargaku selalu memanggilku Al. Kata mereka lebih mudah memanggilku
Al daripada Alexander. Aku ingin engkau terus memanggilku Al bukan
Alexander," kata Al menegaskan.
Suara bel yang menggema di ruangan itu membuat Maria memandang semua
orang yang mulai meninggalkan Ruang Besar.
Alexander tidak mengajak Maria berdiri dan mengikuti orang-orang itu. Ia terus
memandangi mereka, seperti Maria.
Dan ketika tamu-tamu yang lain telah menghilang dari Ruang Besar, Duchess of
Blueberry menghampiri mereka.
Alexander membantu Maria berdiri. Kemudian mereka berjalan mendekati
Duchess. "Mari kita pergi ke Ruang Makan, Maria," kata Duchess sambil mengulurkan
tangannya. Maria menyambut uluran tangan itu dan membiarkan wanita itu menuntunnya
dengan akrab seakan-akan Maria adalah putri kandungnya.
Alexander tersenyum melihat keakraban kedua wanita itu. Ia mengikuti di
belakang mereka sambil mendengarkan percakapan mereka.
"Semua tamu-tamu selalu memperhatikanmu sejak kedatanganmu, Maria," kata
Duchess. "Saya berharap saya tidak selalu menjadi pusat perhatian. Saya khawatir saya
salah tingkah karenanya," kata Maria merendahkan diri.
"Jangan berkata seperti, Maria. Engkau sangat tenang walaupun engkau menjadi
pusat perhatian tamu-tamuku khususnya para lelaki. Sikapmu seperti orang
yang telah terbiasa menjadi pusat perhatian," kata Duchess.
"Sejujurnya, saya memang merasa saya sering menjadi pusat perhatian.
Sepanjang hidup saya, saya selalu diperhatikan dengan sungguh-sungguh
bahkan berlebihan, menurut saya tetapi mereka mengatakan hal itu memang
layak untuk saya," kata Maria.
"Siapakah mereka itu, Maria" Apakah penduduk Obbeyville" Penduduk
Obbeyville memang selalu memperhatikan tiap gerakanmu. Mereka
menganggapmu sebagai bidadari yang dikirim para dewa dan mereka selalu
membicarakanmu." "Bukan penduduk Obbeyville yang saya maksudkan. Tetapi mereka yang berada
di masa lalu saya dan saya tidak dapat mengingat siapakah mereka itu," kata
Maria. "Oh, Maria. Jangan terlalu kaupikirkan hal itu. Ingatanmu akan pulih kembali.
Percayalah kepadaku."
"Saya selalu percaya ingatan saya akan pulih suatu hari nanti."
Alexander tersenyum menyadari kebenaran ucapan Marcel.
Rambut Maria yang panjang selalu bersinar mengiringi setiap gerakannya yang
gemulai seperti gaunnya yang juga selalu bersinar dalam setiap gerakan Maria.
Syal putih yang panjang dan lebar yang selalu melambai setiap gerakan Maria,
membuat gadis itu tampak semakin menarik perhatian.
Alexander tidak mempercayai bahwa ada seorang gadis yang sangat sempurna
seperti Maria. Ia masih takut mempercayainya. Takut bahwa itu semua hanya
karena perasaannya yang untuk pertama kali membuatnya bingung.
Pelayan membukakan pintu Ruang Makan untuk mereka.
Tamu-tamu yang seluruhnya berjumlah sekitar dua puluh lima orang telah
duduk mengelilingi meja makan yang besar itu menoleh ketika mereka
memasuki ruangan itu. Mereka terpesona pada sikap Duchess yang sangat akrab terhadap Maria, gadis
yang baru pertama kali mereka lihat.
Duchess menyerahkan tangan Maria yang sejak tadi dipegangnya kepada
putranya sebelum ia duduk di tempat yang telah ditentukan untuknya, di dekat
suaminya. Alexander menarikkan kursi untuk Maria di tempat yang sangat jauh dari Lady
Debora maupun Baroness Lora. Kemudian ia duduk di samping Maria.
Maria dapat melihat kejengkelan Lady Debora karena Alexander tidak duduk di
dekatnya Wanita itu memandang cemberut kepadanya seperti anak kecil kepada Maria
tetapi kemudian Lady Debora segera mengalihkan perhatiannya ketika pria yang
duduk di sampingnya mengajaknya bicara.
Maria menduga telah menjadi kebiasaan bagi pesta dansa keluarga Blueberry
untuk menyajikan hidangan malam sebelum pesta tersebut dimulai.
Hidangan yang disajikan sangat bervariasi. Mulai dari makanan pembuka hingga
makanan penutup semuanya terlihat sangat lezat.
Sepanjang acara makan malam itu, Maria terlihat sangat diam.
Ia terkejut ketika menyadari ia pernah duduk di meja makan yang besar seperti
ini bersama-sama tamu yang banyak pula. Hidangan yang disajikan juga sangat
bervariasi. Tamu-tamu pria juga sibuk membicarakan masalah kerajaan seperti Al dan pria
yang duduk di seberangnya, juga seperti pria yang duduk di samping kanannya.
Sedangkan tamu-tamu wanita sibuk membicarakan pakaian, tatanan rambut,
pesta-pesta dan segala hal yang menarik perhatian mereka.
Di mana ia melakukan hal yang sama, Maria tidak dapat mengingatnya. Tetapi
Maria yakin situasi saat itu sama seperti situasi sekarang. Yang berbeda adalah
jumlah tamu. Pada pesta yang diingat Maria, jumlah tamunya lebih banyak dari pesta dansa
keluarga Blueberry. Alexander tidak memperhatikan Maria yang diam sejak hidangan pertama
disajikan karena ia sibuk membicarakan masalah kerajaan dengan tamu yang
duduk di dekatnya. Semua tamu wanita saling berbisik membicarakan Maria sedangkan tamu-tamu
pria sibuk dengan pembicaraan mereka.
Tidak ada yang memperhatikan Maria.
"Mengapa Anda diam saja sejak tadi?" tanya pria setengah baya yang duduk di
samping kanan Maria. Maria menatap wajah pria itu dan berkata, "Saya sedang mendengarkan
pembicaraan mereka."
"Apakah Anda menyukai masalah politik?" tanya pria itu.
"Cukup menyukainya," jawab Maria.
"Bagaimanakah pendapat Anda mengenai penjara bawah tanah kota Xoechbee?"
tanya pria itu. "Penjara itu sangat gelap, sinar matahari hampir tidak dapat menembus dinding
batunya yang kokoh," kata Maria.
"Saya rasa Kerajaan Zirva sangat keterlaluan dalam hal hukum. Mereka terlalu
keras," kata pria itu dengan jengkel.
"Memang pada awalnya mereka sangat keras. Namun sekarang pemerintah
telah memperlunak sanksi hukuman," kata Maria sambil tersenyum.
"Mereka masih terlalu keras," kata pria itu dengan jengkel, "Keponakan saya
yang hanya bersalah karena telah melangggar Undang-Undang Perburuan saja
dihukum selama tiga puluh tahun di penjara itu. Dan saya sebagai pamannya
tidak diijinkan berkunjung."
"Siapakah nama keponakan Anda itu?" tanya Maria.
"Golbert Mantrix," jawab pria itu.
"Dan Anda tentunya adalah Eisench Mantrix yang sejak Golbert Mantrix dihukum
selalu berusaha meminta ijin dari Raja untuk mengunjungi keponakan Anda itu,"
kata Maria. "Bagaimana Anda mengetahuinya?" tanya Eisench Mantrix terkejut.
"Saya tidak tahu. Tetapi saya tahu keponakan Anda dihukum selama itu
bersalah karena masih terus membunuh serigala hutan yang dilindungi dan
mengambil bulunya untuk dijadikan mantel walaupun Undang-Undang mengenai
itu telah dikeluarkan."
"Ya, saya juga menyadari kesalahan keponakan saya. Tetapi keterlaluan sekali.
Hanya karena melanggar Undang-Undang perburuan dihukum tiga puluh tahun
di penjara yang paling menakutkan pula."
"Anda harus memaklumi sikap Raja. Hukuman itu diberikan berdasarkan kitab
Undang-Undang yang telah diperbarui oleh Raja Croi I, sekitar delapan puluh
tahun lalu," kata Maria.
"Kitab itu masih harus diperbaharui lagi. Hukumannya masih terlalu berat," kata
Eisench Mantrix. "Anda jangan khawatir karena kini Raja sedang berusaha memperbarui kitab
tersebut yang sejak jaman Raja Croi I belum diperbaharui sejak sekarang.
Kemungkinan hukuman keponakan Anda diperpendek sangat luas."
"Aku tidak percaya kitab itu akan menjadi lebih lunak daripada sekarang."
"Percayalah kepada saya," kata Maria sambil tersenyum, "Raja telah
merencanakan untuk memperlunak hukuman itu sejak beberapa tahun yang
lalu. Tetapi hal itu masih belum terwujud karena masih banyak menteri yang
menolak usul itu." "Ya, menteri-menteri yang kuno itu. Mereka tidak mengerti betapa hukuman itu
sangat keras," kata Eisench Mantrix dengan jengkel.
"Hukuman yang keras dan tegas memang diperlukan untuk mengatur penjahat
yang kejam," kata Maria, "Dan Anda harus menanti sebentar lagi agar dapat
mengunjungi keponakan Anda karena permohonan Anda telah sampai di tangan
Menteri Pertahanan, mungkin saat ini sudah berada di tangan Menteri
Kehakiman. Dan setelah itu akan diserahkan kepada Paduka Raja."
"Bagaimana engkau mengetahuinya?" tanya Al keheranan mengetahui
pengetahuan Maria yang sangat dalam mengenai hukum Kerajaan Zirva.
Maria tidak menyadari semua tamu membelalak terkejut pada perkataannya
yang sangat politis. Bahkan Duke of Blueberry serta Duchess yang duduk di
ujung meja yang lain membelalak terkejut.
Rupanya semua orang menghentikan pembicaraan mereka ketika Maria mulai
berbicara mengenai masalah hukum. Sehingga pembicaraan mereka terdengar
hingga ke ujung meja yang lain.
Tidak ada seorang pun di antara tamu itu yang menduga gadis itu mengetahui
cukup dalam mengenai urusan hukum Kerajaan Zirva. Bahkan Al!
Baru kali ini pria itu menjumpai seorang wanita yang masih muda pula yang
mengetahui banyak mengenai urusan hukum. Demikian pula tamu-tamu yang
lain yang tertarik mendengar pembicaraan Maria dengan Eisench Mantrix.
"Saya tidak tahu. Kata-kata itu seperti meluncur begitu saja dari ingatan saya,"
kata Maria dengan tenang.
"Apakah Anda tahu banyak mengenai politik?" tanya pria yang tadi berbicara
dengan Alexander. "Tidak sebanyak yang Anda ketahui," kata Maria sambil tersenyum, "Karena
politik sangat sukar dipelajari, tetapi bila kita mau berusaha kita dapat
melakukannya. Manusia harus berusaha bila ingin berhasil."
"Siapakah Anda?" tanya pria itu.
"Saya bukan siapa-siapa. Saya hanyalah makhluk tak bernama yang kebetulan
saja hadir di sini," kata Maria dengan tersenyum.
Pria itu tertawa mendengar jawaban Maria yang sengaja menyembunyikan
namanya. "Anda sangat pandai menyembunyikan nama Anda, tetapi tidak apa-apa. Siapa
tahu Anda sedang menyamar. Saya Trown Townie."
"Saya senang dapat berjumpa dengan Anda. Nama Anda sangat terkenal di
Kerajaan Zirva," kata Maria.
"Anda mengetahui saya rupanya," kata Trown Townie.
"Siapa yang tak kenal Anda yang terkenal sebagai tokoh politik yang pertama
kalinya mengecam politik perdagangan Blueberry Kerajaan Zirva," kata Maria
sambil tersenyum. "Pengetahuan Anda membuat saya khawatir suatu hari nanti Anda lebih terkenal
daripada saya," goda Trown Townie.
Maria tersenyum pada pria yang mirip Mr. Liesting dengan janggut putihnya
yang lebat, "Bila suatu saat nanti hal itu menjadi kenyataan, saya berharap kita
akan bertemu kembali agar saya dapat mengetahui apakah saya telah lebih
unggul dari Anda." "Anda pasti akan lebih pandai dari saya. Dalam usia semuda ini Anda telah
mengetahui banyak hal apalagi bila Anda telah semakin dewasa," kata Trown
Townie. "Saya tidak akan menjadi sepandai Anda karena saya selalu jauh dari Istana
sehingga saya tidak mengetahui banyak mengenai politik."
"Anda dapat mengetahui banyak walaupun Anda jauh dari Istana apalagi bila
Anda tinggal di Istana Plesaides," kata Trown Townie.
"Saya kira saya tidak akan pernah diijinkan tinggal terlalu lama di Istana
Plesaides," kata Maria.
"Ya, Istana itu memiliki banyak ruangan tetapi kebanyakan kosong. Saya pernah
tinggal di sana ketika membantu Raja menyelesaikan masalah perdagangan
Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Blueberry. Saya sendiri tidak mengerti mengapa Raja memanggil saya saat itu
walaupun hal itu bukan bidang saya."
"Tentu karena kecaman Anda atas politik perdagangan Blueberry kerajaan ini,"
kata Al. "Ya, mungkin karena itu," kata Trown Townie, "Ada suatu hal yang sangat aneh
di Istana Plesaides."
"Apakah itu?" tanya Eisench Mantrix.
"Di lantai teratas Istana Plesaides, lantai empat ada sebuah ruangan yang tidak
boleh dimasuki tanpa ijin."
"Apa yang aneh dari ruangan itu" Aku rasa tidak aneh bila ada ruangan yang
tidak dapat dimasuki secara bebas di Istana," tanya Eisench Mantrix, "Mungkin
saja ruangan itu kamar Raja atau keluarga Raja yang lain."
"Memang tidak aneh, tetapi yang membuatku heran adalah mengapa ruangan
Pendekar Elang Salju 7 Si Tolol 2 Serigala-serigala Berbulu Domba Pendekar Cacad 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama