Pelarian Karya Alviorita Bagian 1
situs baca secara online ini dibuat oleh Saiful .... admin http://ceritasilat.mywapblog.com Pedang Sakti Cersil Istana Pendekar Dewa Naga Raja Iblis
Racun Ceritasilat.... thank.
Pdf by: www.ac-zzz.tk www.ac-zzz.tk PELARIAN Bintang-bintang di langit mulai memudar. Langit malam yang hitam
mulai digantikan oleh langit pagi yang biru cerah. Matahari yang bersembunyi
di balik gunung yang berkabut putih tebal mulai menampakkan wajahnya yang
cerah. Sekelompok awan putih mengintip malu-malu dari balik gunung yang
tinggi menjulang langit. Langit timur pun mulai memerah pertanda malam
mulai berganti pagi. Titik-titik air di permukaan daun tampak berkilauan
seperti permata. Pohon-pohon di halaman Istana Urza meneteskan embunnya
yang bersinar keemasan tertimpa sinar matahari. Di kejauhan terdengar
suara serangga bersahut-sahutan. Perlahan-lahan suara serangga itu
menghilang seiring dengan langit yang semakin terang.
Suasana di Istana masih sunyi senyap. Hanya suara kicau burung yang
terdengar. Penghuni Istana seakan-akan masih terlelap dalam dunia mimpi
mereka. Penjaga pintu gerbang berdiri sambil terkantuk-kantuk. Sesekali
kepala mereka mengangguk-angguk. Ketika sinar matahari mulai menerangi
bumi, mereka terbangun dan menantikan penjaga lainnya yang akan mengambil
alih tugas mereka. Matahari semakin menampakkan wajahnya dan dengan sinarnya yang
terang, ia menyinari seluruh dunia. Bersamaan dengan itu kegiatan manusia
pun dimulailah. Demikian pula kegiatan harian di Istana. Pelayan-pelayan mulai
berlalu lalang dan saling mengucapkan selamat pagi. Namun suasana di Istana
masih belum ramai. Semua orang seakan-akan menjaga kesunyian pagi itu.
Satu-satunya yang ramai di Istana Urza adalah burung-burung yang terbang
di sekitar Istana sambil menyanyikan lagu mereka dengan penuh suka cita.
Udara yang dingin terus merambati bumi.
Dalam keheningan yang menyelimuti Istana Urza itu, tiba-tiba
terdengar suara jeritan seseorang. Jeritan itu membuat semua orang
terkejut dan mereka lebih terkejut ketika melihat seorang wanita tua berlari
di sepanjang koridor menuju Ruang Duduk.
Wanita itu terus berlari sambil berteriak-teriak, "Paduka Raja! Gawat,
Paduka!" Wanita itu demikian tergesa hingga hampir semua orang
ditabraknya. Tetapi ia terus berlari sekencang-kencangnya.
Ketika ia tiba di Ruang Duduk, seorang prajurit bertanya, "Apa yang
terjadi, Maryam. Mengapa engkau berlari-lari seperti orang dikejar setan?"
www.ac-zzz.tk "Gawat, aku harus bertemu Paduka saat ini juga," kata Maryam
menghiraukan pertanyaan itu.
"Sebenarnya apa yang telah terjadi, Maryam. Mengapa engkau tergesagesa seperti
itu" Paduka baru saja tiba di sini dan engkau hendak
menganggunya," kata prajurit itu.
Sekali lagi wanita itu mengacuhkan pertanyaan pria itu. "Aku harus
bertemu Paduka Raja saat ini juga! Ini masalah yang sangat gawat."
"Apakah terjadi sesuatu pada Puteri?"
"Menepilah dan biarkan aku menemui Paduka saat ini juga," kata
Maryam bersikeras. Tiba-tiba pintu Ruang Duduk terbuka dan seorang pria yang telah tua
namun raut wajahnya menunjukkan wibawa, muncul. Pria itu berdiri di ambang
pintu sambil menatap kesal kepada kedua orang yang sedang berdebat itu.
"Mengapa kalian pagi-pagi seperti ini telah bertengkar sampai suara
ribut kalian mengangguku?"
"Maafkan kami, Paduka. Maryam mengatakan ia ingin bertemu Anda
karena suatu urusan yang sangat gawat," lapor prajurit itu.
"Masalah apa, Maryam?" tanya Raja Phyllips.
"Masalah yang sangat gawat, Paduka," kata Maryam berhati-hati, "Putri
Alviorita menghilang."
"APA!!!?" pekik Raja.
Mendengar seruan terkejut Raja itu, Maryam semakin berhati-hati
dalam mengucapkan kata-katanya. "Saya tidak menemukan Tuan Puteri di
kamarnya." "Apakah engkau telah mencarinya di halaman Istana?" sela Raja.
"Saya telah mencarinya ke seluruh penjuru Istana ini, Paduka. Tetapi
saya tetap tidak dapat menemukan Tuan Puteri. Saya hanya menemukan
secarik kertas ini tergeletak di meja belajar Tuan Puteri," kata Maryam
sambil menyerahkan surat yang sejak tadi dibawanya kepada Raja Phyllips.
Raja mengambil surat itu dan membuka lipatan kertasnya.
Kepada Ayahanda yang tercinta,
Maafkan Alviorita, Papa. Alviorita pergi diam-diam karena
Alviorita tidak setuju dengan rencana Papa. Alviorita tidak ingin
menikah dengan pria yang belum pernah Alviorita kenal bahkan
belum pernah Alviorita lihat.
Alviorita Raja Phyllips meremas kertas itu dan menatap tajam pada wanita tua
yang menanti cemas. "Apakah engkau telah mencarinya?"
www.ac-zzz.tk "Saya telah mencari Tuan Puteri di mana-mana, Paduka. Tetapi saya
tetap tidak dapat menemukan Tuan Puteri," kata Maryam.
"Bagus!" kata Raja murka, "Putriku meninggalkan Istana dan engkau
tidak mengetahui ke mana ia pergi."
Kemarahan di suara Raja membuat Maryam merasa cemas. "Maafkan
saya, Paduka. Memang saya seharusnya mengetahui ke mana Tuan Puteri
pergi. Tadi pagi ketika saya ke kamar Tuan Puteri, Tuan Puteri telah
menghilang." "Apakah ia tidak pernah mengatakan sesuatu tentang pernikahan
kepadamu?" "Tuan Puteri tidak pernah mengatakan apa-apa kepada saya mengenai
itu, Paduka. Tuan Puteri juga tidak pernah mengatakan ia berniat pergi
diamdiam." "Sekarang Alviorita telah pergi dan kita harus mencarinya. Aku tidak
peduli apakah ia mau pulang atau tidak. Kita harus mencarinya," kata Raja.
Maryam menatap surat di genggaman Raja Phyllips.
"Ia harus sudah berada di sini dalam dua hari."
"Maafkan sikap lancang saya, Paduka. Tetapi bila Anda tidak
keberatan, saya ingin mengetahui mengapa besok lusa Tuan Puteri harus
berada di sini juga apa hubungan pernikahan dengan perginya Tuan Puteri
Alviorita," kata Maryam hati-hati.
Raja Phyllips mengacuhkan pertanyaan itu. Saat ini satu-satunya yang
dipikirkannya hanyalah mencari putrinya dalam dua hari dan dalam dua hari
itu putrinya harus ditemukan.
Sekali lagi Raja menatap surat dalam genggamannya. "Segera panggil
Wolve," katanya pada prajurit yang sejak tadi hanya diam terpaku mendengar
kata-kata Raja Phyllips yang penuh kemarahan dan kecemasan.
Prajurit yang mendapat perintah itu bergegas pergi.
Maryam mengawasi wajah Raja yang menampakkan kemarahannya. Ia
tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Selama ini hubungan Raja Phyllips dengan putri satu-satunya, Alviorita
tidak begitu akrab. Setiap hari dilalui Alviorita seorang diri bersama Maryam.
Sementara itu Raja Phyllips selalu disibukkan urusan kerajaan yang terus
bertambah setiap menitnya. Kesibukkan Raja membuat Alviorita yang telah
kehilangan ibunya saat ia masih kecil, semakin kehilangan kasih sayang.
Satusatunya kasih sayang yang didapatkannya hanyalah dari pengasuhnya, Maryam.
Tetapi itu masih belum cukup. Alviorita memang telah menganggap Maryam
sebagai ibunya tetapi ia tetap tidak dapat menggantikan kedudukan ibu
www.ac-zzz.tk kandungnya dengan Maryam. Keadaan yang terus berlangsung seperti ini
membuat Alviorita menjadi seorang gadis yang sulit diatur.
Sebagai putri tidak ada yang dapat melawan kehendaknya. Satusatunya yang dapat
melawannya hanyalah Raja. Tetapi Raja sendiri jarang
memperhatikan segala kegiatan putrinya. Raja Phyllips dan Alviorita juga
jarang bertemu. Dan bila mereka bertemu suasana yang ada bukanlah suasana
yang akrab tetapi suasana yang kaku dan tegang. Hal ini dikarenakan
keduanya mempunyai keras kepala yang tidak mau segala kehendaknya
ditentang. Selain itu mereka terlalu jarang bertemu dan jarang sekali
berbicara. Kesibukan Raja membuat hubungannya dengan putrinya semakin
hari semain renggang. Maryam tidak tahu apa yang telah terjadi sehingga membuat Alviorita
meninggalkan Istana. Tetapi ia dapat menduga Alviorita pergi karena suatu
penyebab yang sangat serius.
Selama ini Alviorita tidak pernah terlihat bosan apalagi ingin
meninggalkan Istana. Walaupun ia kesepian tetapi ia tidak pernah
menunjukkan keinginannya untuk meninggalkan Istana dengan diam-diam.
Seperti keluarga raja umumnya, bila Alviorita pergi, ia selalu dikawal prajurit.
Tidak pernah Alviorita meninggalkan Istana seorang diri. Tetapi pagi ini
Alviorita telah meninggalkan Istana tanpa ada yang mengetahuinya. Ia pergi
sendiri. Dan tidak seorangpun yang tahu kapan ia pergi. Bahkan Maryam yang
selalu bersama Alviorita.
Maryam hanya tahu satu hal yaitu Alviorita telah menghilang ketika
beberapa saat yang lalu ia memasuki kamar Alviorita untuk membangunkan
gadis itu. Ia telah mencari gadis itu ke mana-mana, ia tetap tidak dapat
menemukan Alviorita. Seakan-akan Alviorita lenyap ditelan bumi.
Tidak ada yang dapat dilakukan Maryam selain menanti keputusan Raja
Phyllips yang lain. Maryam sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.
Biasanya pagi-pagi sekali ia membangunkan Alviorita untuk mempersiapkannya
menghadapi sederetan kegiatan padat yang seakan-akan tiada hentinya.
Tetapi sekarang sang Putri telah menghilang.
Raja menyadari Maryam menanti tugas yang akan diberikannya.
"Mengapa engkau masih diam saja di sini" Pergilah dan cari Alviorita. Aku
yakin ia belum jauh dari Istana."
Maryam terkejut mendengar kata-kata itu. Ia menyadari apa yang
dikatakan Raja benar. Tidak mungkin Alviorita telah berada jauh dari Istana.
Alviorita tidak mungkin pergi pagi-pagi sekali karena ia paling takut gelap.
www.ac-zzz.tk Entah mengapa Alviorita tidak berani berada dalam kegelapan.
Walaupun keadaan suatu ruangan remang-remang, ia tidak mau memasukinya
apalagi bila ruangan itu benar-benar gelap gulita.
Segera Maryam meninggalkan Raja Phyllips dan mulai mencari Alviorita
di sekeliling Istana. Tetapi ia tidak akan pernah dapat menemukan gadis itu.
Karena gadis itu sekarang tidak lagi berada di dekat Istana.
Alviorita terbaring dalam sebuah kamar yang luas.
Kepalanya terasa pening saat ia berusaha mengenali ruangan tempat ia
berada. Alviorita menyadari ia berada di sebuah kamar yang tak dikenalnya.
Jelas ruangan tempatnya berada kini bukan ruangan di Istana.
Perabotan-perabotan tua di ruangan itu berbeda dengan yang ada di Istana
Urza. Bentuk ruangannya juga berbeda.
Ruangan ini bernuansa lembut dengan ukiran-ukirannya yang
menggambarkan dedaunan yang rimbun. Sedangkan ruangan di Istana Urza
bernuansa tegas dengan ukiran-ukiran binatang pada perabotannya.
Alviorita tidak tahu bagaimana ia bisa berada di tempat ini. Ia tidak
tahu di mana ia kini berada. Alviorita hanya tahu mengapa ia bisa berada di
luar Istana sendirian. Kemarin sore, ayahnya memanggilnya ke Ruang Perpustakaan. Alviorita
tidak tahu mengapa ayahnya tiba-tiba memanggilnya. Selama ini ayahnya tidak
pernah mempedulikannya apalagi memperhatikannya. Yang diperhatikan Raja
Phyllips hanya urusan kerajaan saja.
Meskipun ia malas menemui ayahnya tetapi ia tetap menemui Raja di
Ruang Perpustakaan. Rasa ingin tahunya lebih besar dari rasa malasnya.
Melihat ayahnya tengah menghadapi setumpuk kertas ketika ia tiba di
Ruang Perpustakaan, Alviorita merasa jengkel.
"Papa memanggilku?" tanya Alviorita malas.
Raja memalingkan kepalanya dari tumpukan kertas di hadapannya.
"Duduklah," kata Raja sambil mengarahkan pena bulunya ke kursi di
hadapannya. Alviorita duduk di kursi yang ditunjuk ayahnya. Ia menanti kata-kata
ayahnya. "Sebelumnya aku ingin engkau mengerti. Masalah ini sangat serius,"
kata Raja memulai percakapan.
"Aku akan mendengarkan dengan baik," kata Alviorita meyakinkan
ayahnya. Raja tersenyum dan mengangguk. Namun ia tetap tidak mengatakan
apa-apa. Ia menggerak-gerakkan pena bulunya dengan gelisah.
www.ac-zzz.tk Melihat kegelisahan ayahnya, Alviorita hanya diam saja. Ia tetap diam
menanti kalimat selanjutnya.
"Aku ingin engkau mempersiapkan dirimu menghadapi pesta
pertunanganmu yang akan diadakan tiga hari lagi."
Mendengar kalimat itu, Alviorita terlonjak dari kursinya. Ia menatap
lekat-lekat wajah ayahnya yang tampak tenang menghadapi keterkejutannya.
"Apa yang Papa katakan?" tanyanya terkejut.
"Engkau harus mempersiapkan dirimu menghadapi pesta pertunanganmu
yang akan diadakan tiga hari lagi," ulang Raja Phyllips.
"Pertunangan?" ulang Alviorita.
Alviorita merasa kepalanya pening. Ia merasa semua ini bagaikan mimpi
buruk saja. Dan bila benar ini semua adalah mimpi buruk, ia ingin segera
terbangun dari tidurnya. Tetapi Raja menganggukkan kepalanya.
Alviorita tidak percaya dengan semua ini. Bagaimana ia tiba-tiba dapat
mempunyai seorang tunangan kalau ia sendiri tidak pernah jatuh cinta pada
lelaki. "Papa bohong. Tidak mungkin aku mempunyai tunangan," kata Alviorita
gemetar. Sekali lagi Raja menggeleng. "Aku tidak bohong. Engkau akan
bertunangan tiga hari lagi dan persiapan pesta pertunanganmu itu sudah
hampir selesai." Kata-kata yang diucapkan dengan penuh keyakinan itu membuat
Alviorita semakin terpana.
"Tidak mungkin," kata Alviorita tidak percaya.
"Ini benar. Engkau harus mempersiapkan dirimu."
Kata-kata Raja Phyllips yang terdengar meyakinkan itu membuat
Alviorita semakin merasa tak berdaya.
Alviorita masih sukar mempercayai apa yang didengarnya. Semula ia
menduga ayahnya memanggilnya ke Ruang Perpustakaan hanya untuk
membicarakan masalah kerajaan, seperti biasanya. Bukan hal yang aneh lagi
bagi Alviorita sebagai Putri Mahkota, bila ia harus banyak belajar dari
ayahnya agar dapat menjadi Ratu yang baik bagi rakyatnya. Tetapi apa yang
dikatakan ayahnya ini benar-benar di luar dugaannya.
Sedikitpun tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa ayahnya
telah mempersiapkan seorang tunangan untuknya.
Sekarang melihat keseriusan dalam wajah ayahnya maupun katakatanya yang
meyakinkan itu, Alviorita mau tidak mau harus mempercayai hal
yang menggemparkan hatinya ini.
www.ac-zzz.tk "Tidak mungkin," ulang Alviorita, "Aku tidak mungkin mempunyai
tunangan." "Itu benar. Sejak kecil engkau sudah mempunyai tunangan."
Alviorita menggelengkan kepalanya. Ia semakin sukar mempercayai apa
yang didengarnya. Bagaimana ia dapat mempunyai tunangan sejak kecil
sedangkan ia masih ingat ia tidak pernah akrab dengan orang lain di luar
Istana. "Ini pasti hanya mimpi. Mimpi terburuk yang pernah aku alami."
Raja menggelengkan kepalanya dengan mantap. "Bukan. Ini memang
nyata. Tiga hari lagi engkau akan menghadapi pesta pertunanganmu."
Alviorita merasa semua ini seperti pertunangan yang konyol. Bagaimana
mungkin ia dapat menikah dengan pria yang belum pernah dijumpainya. Semua
ini terasa menggelikan tetapi dalam keadaan seperti ini, pertunangan ini
terasa seperti mimpi buruk yang paling buruk yang pernah dialami Alviorita.
"Aku tidak mau. Dan aku tidak akan pernah setuju dengan ini semua.
Pelarian Karya Alviorita di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bagaimana aku dapat bertunangan tanpa aku mengetahui siapa tunanganku
itu," kata Alviorita keras kepala.
"Engkau pernah berjumpa dengannya," kata Raja tenang.
Alviorita terdiam. Ia berusaha mengingat setiap pria yang ia temui
dalam hidupnya. Selama hampir delapan belas tahun ia hidup, ia jarang sekali
bertemu dengan pria yang masih muda. Setiap pria yang ia jumpai adalah
orang yang jauh lebih tua darinya yang hanya mempunyai urusan kerajaan
yang membosankannya. Kalaupun ada pemuda yang dijumpainya, Alviorita sama
sekali tidak pernah tertarik pada mereka. Ia merasa pemuda-pemuda itu
membosankan. Mereka hanya menunjukkan kepadaian mereka dalam memuji
kepadanya. Semua pria yang ia jumpai hanyalah pria-pria yang membosankan
dengan urusannya yang membosankan pula.
"Tidak mungkin Papa memilih seorang dari pria-pria yang membosankan
itu untukku," kata Alviorita takut mendengar jawaban ayahnya.
Raja menggelengkan kepalanya. Tetapi itu tidak membuat Alviorita
merasa lega. "Papa tidak memilih pria-pria yang jauh lebih tua dariku dan
membosankan itu?" tanya Alviorita tidak percaya.
"Tunanganmu itu pemuda yang sangat menarik. Papa yakin engkau pasti
akan menyukainya." Raja Phyllips menambah kesan bangganya pada pria
pilihannya dengan senyuman bangga.
"TIDAK!" Raja Phyllips terkejut mendengar suara Alviorita yang lantang itu.
www.ac-zzz.tk "Aku tidak mau bertunangan dengan siapa pun!" kata Alviorita tegas.
Raja semakin terkejut mendengarnya. Tanpa sadar ia juga ikut berdiri.
"Engkau harus melakukannya."
Alviorita menggelengkan kepalanya. Ia menatap tajam mata ayahnya
yang mulai menampakkan kejengkelannya. Alviorita tahu ia telah membuat
ayahnya marah dengan penolakkannya tetapi ia tetap tidak peduli.
"Aku tidak akan pernah mau bertunangan apalagi menikah dengan pria
yang tidak pernah kulihat," kata Alviorita menyakinkan ayahnya dengan nada
suaranya yang penuh keyakinan dan ketegasan.
"Engkau harus melakukannya," kata Raja mulai marah.
"Dan aku tidak akan pernah mau melakukannya," kata Alviorita dingin.
"Dengar baik-baik. Engkau tidak akan menikah dengan pria yang belum
pernah engkau temui. Engkau pernah bertemu dengannya," kata Raja sambil
berusaha menahan amarahnya.
"Lalu mengapa aku tidak pernah ingat?" tanya Alviorita tanpa
mengurangi nada dingin dalam suaranya.
"Saat itu engkau masih kecil. Engkau masih sangat kecil."
Walaupun Alviorita tahu ayahnya semakin tidak dapat menguasai
kemarahannya tetapi ia tetap bersikap dingin dan menentang.
"Mengapa aku harus menikah dengan pria yang kujumpai saat aku masih
kecil bahkan mungkin saat aku baru saja lahir?"
Raja Phyllips benar-benar tidak dapat menguasai lagi kemarahan yang
memenuhi dadanya. Semula ia mengira akan mudah mengatakan hal ini kepada
putrinya tetapi ternyata untuk mengatakan hal ini sangat sulit sekali.
"Dengar baik-baik, Alviorita. Engkau harus menerima semua ini karena
ini semua adalah keinginan Mamamu," kata Raja Phyllips geram.
Mendengar nama ibunya disebut ayahnya dalam hal ini, Alviorita
semakin merasa jengkel. "Mama tidak akan pernah melakukan hal ini
kepadaku. Mama pasti juga tidak setuju Papa menyodorkan seorang tunangan
yang tidak pernah aku jumpai."
Suara Alviorita yang dingin tetapi penuh dengan rasa tidak percaya itu
membuat Raja Phyllips semakin jengkel.
"Entah berapa kali aku harus mengulanginya. Engkau pernah berjumpa
dengan tunanganmu itu dan ini adalah keinginan Mamamu. Mamamu sendiri
yang merencanakan pertunangan ini."
"Mama pasti tidak melakukan itu," kata Alviorita sambil menggelengkan
kepalanya. www.ac-zzz.tk Raja tersenyum jengkel. "Engkau salah. Mamamu yang merencanakannya dan ia pula membuat pertunangan ini."
"Mengapa Mama melakukannya?" Suara Alviorita bergetar karena
berusaha menahan perasaannya.
Raja mengangkat bahunya. "Kata Mamamu, engkau terlihat akrab sekali
dengan Nathan dan kalian berdua sangat serasi."
"Nathan?" tanya Alviorita tak percaya.
"Itu nama tunanganmu."
Suara Raja yang penuh keyakinan itu membuat Alviorita merasa seperti
mendapat petir yang lain. Rasanya Raja tidak akan pernah berhenti
memberinya kejutan yang membuat Alviorita merasa seperti boneka tak
berdaya yang hanya dapat menerima keputusan yang dibuat sang majikan.
Alviorita tahu pria itu. Nathan, putra tertua Duke of Kryntz,
bangsawan tertua di Kerajaan Lyvion di samping keluarga raja.
Sudah bukan rahasia lagi hubungan kedua keluarga bangsawan yang
paling berpengaruh di Kerajaan ini. Sejak dulu kedua keluarga bangsawan ini
menjalin hubungan persahabatan yang erat. Tetapi selama ini tidak pernah
terdengar kedua keluarga ini akan menjalin hubungan keluarga.Kini kedua
keluarga itu akan menjalin hubungan keluarga. Dan yang menjadi korbannya
adalah sang Putri Mahkota, Alviorita!
Alviorita sukar mempercayai kenyataan ini. Bagaimana mungkin ia akan
menikah dengan pria yang paling membosankan yang pernah didengarnya.
Alviorita memang belum pernah bertemu dengan Nathan sendiri tetapi
dari yang didengarnya, ia tahu Nathan adalah seorang pemuda yang tampan
dan menarik bagi semua wanita. Tetapi baginya pria itu adalah pria yang paling
membosankan yang diketahuinya. Pemuda itu hanya memperhatikan pekerjaan.
Semua orang memuji keseriusannya dalam bekerja serta kepandaiannya
menangani segala macam urusan yang sulit. Dan Alviorita membenci hal itu
sama seperti ia benci harus melakukan segala macam urusan kerajaan yang
semakin hari terasa semakin membosankan baginya.
Andaikata Alviorita boleh memilih, pasti ia akan memilih melepaskan
gelarnya sebagai Putri Mahkota dan menjadi seorang gadis yang hidup bebas
di luar Istana Urza. Tetapi semua orang juga sang Takdir membuat Alviorita
tidak dapat melakukan yang lain selain menerima semua itu.
Tuntutan semua orang kepada dirinya bukan hanya itu saja. Semua
orang masih mengharapkan ia tampil dengan penuh keanggunan dan senyum
yang manis. www.ac-zzz.tk Setiap kali Alviorita melakukan itu, ia merasa seperti boneka yang
bergerak sesuai keinginan tuannya yang dalam hal ini Raja Phyllips dan seluruh
penduduk Kerajaan Lyvion. Dan Alviorita semakin membenci itu semua.
Keseriusan ayahnya dalam melakukan tugasnya sebagai Raja membuat
Alviorita tidak pernah menyukai pria yang serius dalam pekerjaannya. Raja
setiap hari hanya sibuk menekuni pekerjaannya dan melupakan putrinya
sendiri. Hal itu telah cukup membuat Alviorita merasa sedih dan kini ia
diharuskan menikah dengan pria yang sama seperti ayahnya.
"Bagaimana mungkin Papa mengatakan aku pernah bertemu dengan pria
itu bahkan aku akrab dengannya sedangkan aku sendiri tidak pernah ingat
kalau aku pernah bertemu dengannya?" Rasa terkejut yang masih menguasai
hatinya membuat suara Alviorita terdengar bergetar.
"Engkau telah bertemu dengannya ketika engkau masih kecil," kata
Raja Phyllips lembut. "Aku tidak mau menikah dengannya," kata Alviorita keras kepala.
Kelembutan dalam raut wajah Raja menghilang mendengar kata-kata
itu. "Engkau harus melakukannya," kata Raja geram.
"Aku tidak akan pernah mau menikah dengan pria membosankan seperti
itu. Tidak akan," kata Alviorita selantang keinginan hatinya untuk menolak itu
semua. "Ia bukan pria yang seperti itu," kata Raja, "Engkau harus menerima ini
semua sebab segala persiapan pesta pertunanganmu ini hampir selesai."
Alviorita benar-benar kesal mendengar nada kemarahan bercampur
kemenangan itu. Ia ingin sekali melakukan sesuatu yang membuat ayahnya
merubah keputusannya itu. Tetapi melihat wajah ayahnya yang penuh
kemarahan itu, Alviorita merasa tak berdaya. Ia tahu ia tidak dapat berbuat
apa-apa selain menerimanya. Kenyataan yang harus dihadapinya ini membuat
Alviorita merasa sedih bercampur marah.
"Aku tidak mau!" seru Alviorita sambil berlari meninggalkan Ruang
Perpustakaan. Alviorita berlari ke kamarnya dan segera menjatuhkan diri di tempat
tidurnya. Rasa jengkel bercampur terkejut dan sedih membuat Alviorita
menangis terisak-isak. "Semua ini benar-benar mimpi buruk," kata Alviorita pada dirinya
sendiri, "Dan aku harus meninggalkan mimpi buruk ini."
Tengah Alviorita berpikir bagaimana cara ia menggagalkan pesta
pertunangan ini, ia teringat kata-kata ayahnya.
"Ini semua adalah keinginan Mamamu."
www.ac-zzz.tk Alviorita kebingungan. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia tidak
ingin menikah dengan Nathan yang tak pernah dijumpainya dan pria yang
paling membosankan. Tetapi bila apa yang dikatakan ayahnya itu benar maka
itu berarti Alviorita telah mengecewakan ibu yang paling disayanginya. Bila
ibunya masih hidup, tentu ia tidak senang pada sikap Alviorita yang jelas-jelas
menunjukkan penentangan ini.
Ingatan yang lain memasuki pikiran Alviorita dan membuat gadis yang
sedang kebingungan itu semakin bingung.
Entah mengapa tiba-tiba saja Alviorita teringat pada kejadian dua
belas tahun yang lalu yang membuat ia berubah.
Saat itu ia tengah memperhatikan seorang pelayan muda yang sibuk
membersihkan jendela. "Apakah engkau sungguh-sungguh tidak mau menemaniku bermain?"
tanya Alviorita lagi. Pelayan itu memalingkan kepalanya. "Maafkan saya, Tuan Puteri. Saya
harus melakukan tugas saya," kata pelayan itu.
"Tetapi mengapa engkau harus melakukannya" Masih ada orang lain
yang dapat melakukannya," kata Alviorita.
"Saya harus melakukannya, Tuan Puteri. Ini adalah tugas saya dan saya
harus melakukannya sebaik-baiknya," kata pelayan itu.
"Tidak ada yang salah bila engkau menemaniku bermain," bujuk
Alviorita. "Maafkan saya, Tuan Puteri. Saya benar-benar tidak dapat menemani
Anda." "Mengapa engkau serius sekali melakukan semua itu" Apakah engkau
tidak ingin bermain?"
Pelayan itu memandang sedih pada kain di tangannya. "Sebenarnya saya
juga ingin sekali bermain."
"Kalau begitu mari kita bermain," sela Alviorita.
Pelayan itu mengacuhkan ajakan Alviorita. Ia kembali menekuni
pekerjaannya. Melihat hal itu, Alviorita merasa jengkel. "Mengapa engkau seperti
semua orang" Semua orang hanya sibuk bekerja, bekerja, dan bekerja."
Pelayan itu pun jengkel mendengar kata-kata tajam Alviorita. "Apakah
Anda tahu semua ini bukan keinginan saya" Anda tidak akan pernah dapat
mengerti. Anda seorang Putri yang hidup serba mewah sedangkan kami,
rakyat kecil ini?" Alviorita terkejut mendengar kata-kata pelayan itu.
www.ac-zzz.tk "Anda tidak akan dapat merasakan bagaimana sulitnya kami mencari
uang hanya untuk menghidupi diri kami. Anda tidak akan pernah dapat
merasakan bagaimana senangnya kami bila kami dapat mencukupi kebutuhan
kami." Kata-kata tajam itu membuat Alviorita kembali berpikir.
Selama ini Alviorita selalu menolak bila ia harus melakukan segala
macam urusan kerajaan. Ia selalu menolak mengikuti pelajaran-pelajaran yang
diberikan guru privatnya. Ia tidak suka bila harus mengikuti ayahnya dan
mempelajari bagaimana menjadi Ratu yang baik. Setiap kali Alviorita
melarikan diri dari semua kegiatan yang membosankannya itu. Setiap saat ia
hanya bermain-main di halaman Istana yang luas. Bila ayahnya ada, Alviorita
mau tidak mau mengikuti semua kegiatan yang membosankan itu tetapi bila
sang Pengawas telah pergi, maka sang Putri bebas melakukan apa saja yang
diinginkannya. Kata-kata tajam pelayan itu membuat Alviorita sadar selama ini ia
telah berbuat salah. Seharusnya ia melakukan semua tugas-tugas yang
menjadi kewajibannya sebagai Putri Mahkota. Sebagai satu-satunya penerus
keluarga raja, ia harus belajar menjadi seorang Ratu yang baik. Ia harus
memikirkan rakyatnya bukan hanya bermain. Alviorita sadar apa yang
dikatakan pelayan yang lebih tua beberapa tahun darinya itu benar. Sebagai
seorang Putri ia memang tidak kekurangan apapun tetapi rakyat di luar Istana
tidak sepertinya. Tidak semua orang bisa hidup dalam kemewahan. Satusatunya yang
dapat dilakukan Alviorita bagi rakyatnya adalah belajar
memperlakukan rakyatnya dengan baik dan itu harus dimulai dengan
memikirkan hal-hal yang kecil.
Setelah peristiwa itu Alviorita mau melakukan semua kegiatan rutinnya
sebagai Putri Mahkota. Walaupun Alviorita masih merasa semua kegiatan itu
membosankan tetapi ia tetap berusaha melakukannya dengan baik.
Keinginan Alviorita untuk membebaskan diri dari pertunangan yang
tidak disukainya ini membuat Alviorita berada dalam kebimbangan. Alviorita
tidak ingin membuat ibunya kecewa tetapi ia juga tidak ingin menikah dengan
pria yang paling membosankan itu. Raja Phyllips tidak mungkin berbohong
kepadanya. Tetapi... Dalam masalah ini, hal itu mungkin saja. Raja mungkin membohongi
Alviorita dengan mengatakan pertunangan ini adalah keinginan ibunya.
Alviorita percaya ibunya tidak akan mungkin membiarkan ia menikah
dengan pria yang tidak dikenalnya.
www.ac-zzz.tk Teringat kembali pada kata-kata tajam pelayan itu, Alviorita
memutuskan untuk meninggalkan Istana dan melihat sendiri bagaimana
kehidupan rakyat Kerajaan Lyvion yang sebenarnya serta merasakan
bagaimana hidup di luar kemewahan yang selama ini mengelilinginya.
"Aku akan meninggalkan Istana," kata Alviorita tegas.
Keputusan itu telah diambil Alviorita itu membuat gadis itu membuat
keputusan-keputusan yang lain.
Gadis itu memutuskan untuk tidur lebih awal dan bangun pagi-pagi
kemudian meninggalkan Istana diam-diam.
Alviorita tahu ayahnya tidak akan curiga bila ia tidak muncul dalam
makan malam. Raja Phyllips memang tidak curiga sama sekali ketika pada malam
harinya putrinya tidak muncul untuk makan malam. Ia menduga putrinya masih
merasa jengkel kepadanya.
Sesuai dengan rencananya, Alviorita mempersiapkan barang yang akan
dibawanya sesaat setelah Maryam meninggalkan kamarnya. Alviorita
membawa dua buah gaun putih yang dianggapnya tidak terlalu mencolok dan
tidak terkesan seperti gaun yang mewah. Dalam bingkisan kecil yang akan
dibawanya itu, Alviorita juga membawa leontin perak milik ibunya. Kemudian
Alviorita menulis pada secarik kertas. Kertas itu dilipatnya dengan rapi dan
diletakkannya di meja belajarnya. Setelah merasa segalanya telah siap,
Alviorita segera pergi tidur agar dapat bangun pagi-pagi sebelum semua orang
memulai kesibukannya. Dengan membawa bingkisan kecil itu, diam-diam
Alviorita meninggalkan kamarnya. Tidak seorangpun yang melihat
kepergiannya. Bahkan penjaga pintu gerbang juga tidak mengetahui kepergian
Alviorita. Kedua penjaga gerbang itu tertidur ketika Alviorita mendekat.
Semula Alviorita khawatir kedua penjaga gerbang itu akan mengetahui
Pelarian Karya Alviorita di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepergiannya tetapi ketika ia melihat kedua penjaga itu tertidur nyenyak
sambil memegang erat-erat tombak mereka, ia merasa lega.Dengan perlahanlahan
Alviorita membuka pintu gerbang dan menutupnya kembali agar tak
seorangpun curiga. Alviorita berjalan setengah berlari di jalan setapak
menuju kota Vximour. Ia takut berjalan di kegelapan malam.
Bintang-bintang di langit bersinar cemerlang. Dan tidak ada tandatanda matahari
akan segera menampakkan dirinya. Udara terasa dingin
menusuk kulit. Angin yang bertiup menambah dinginnya pagi itu. Suasana
sangat sunyi. Tidak ada kehidupan yang tampak. Hanya sesekali terdengar
bunyi serangga di kejauhan. Burung-burung malam masih berkeliaran mencari
www.ac-zzz.tk makan dari satu pohon ke pohon yang lain. Suara burung hantu yang
menakutkan membuat Alviorita semakin merasa takut berada di kegelapan
pagi itu. Alviorita merasa beratus-ratus mata menatapnya. Mata-mata itu
menatap ingin tahu dan curiga pada dirinya. Suara burung hantu itu
menyalahkan tindakannya yang menentang keinginan ayahnya.
Alviorita menatap langit yang masih gelap. Ia melihat bintang-bintang
itu dan ia merasa takut. Ia merasa seperti ditarik ke dalam bintang-bintang
itu. Semakin lama Alviorita melihat bintang-bintang yang bercahaya di
langit hitam, ia semakin merasa seperti tersedot dalam suasananya yang sunyi
dan menakutkan. Ia merasa kecil dan hampa serta tak berdaya di alam yang
sepi dan luas ini. Alviorita merasa seperti debu kecil yang tak berarti di
antara bintang-bintang yang bersinar di langit. Merasa dirinya terbang
sendirian di angkasa yang luas, yang hampa dan sepi serta penuh misteri,
membuat Alviorita semakin ketakutan.
Hal ini membuat Alviorita memalingkan kepala pada Istana yang
terlihat terang di kejauhan.
Istana Urza berdiri dengan kokoh, melindungi penghuninya. Cahaya
terang yang muncul dari dalam Istana sempat membuat Alviorita merasa ingin
kembali ke Istana yang telah memberinya perlindungan selama hampir delapan
belas tahun. Alviorita tahu bila ia kembali ke Istana, maka ia harus menerima pesta
pertunangan yang akan diadakan besok lusa.
Membayangkan bertunangan dengan pria yang paling membosankan,
Alviorita meyakinkan hatinya untuk terus melangkah menjauhi Istana.
Kembali Alviorita menatap jalan panjang di hadapannya.
Jalan inilah yang saat ini ditempuh Alviorita. Alviorita telah
melepaskan jalan yang penuh dengan kemewahan dan kini ia akan berada di
jalan yang tidak dapat ditebak. Di jalan ini Alviorita tidak akan tahu apa yang
akan dialaminya keesokan hari. Sedangkan di jalan satunya Alviorita tahu ia
akan menghadapi apa. Alviorita kembali melanjutkan perjalanannya. Tetapi hati kecilnya yang
merasa enggan meninggalkan Istana Urza yang telah disayanginya membuat
Alviorita memalingkan kepalanya ke Istana itu berulang kali.
Setiap kali Alviorita menatap Istana yang semakin menjauh itu,
Alviorita semakin merasa enggan meninggalkan Istana. Alviorita menatap
sedih Istana Urza sebelum ia membulatkan hatinya untuk tidak memalingkan
www.ac-zzz.tk kepalanya ke Istana. Setelah menyakinkan dirinya sendiri untuk tidak melihat
Istana lagi, Alviorita melanjutkan perjalanannya.
Tetapi hal itu masih sulit juga dilakukannya. Alviorita berjalan sambil
menatap Istana yang semakin menjauh itu. Ia tahu bila ia mau ia masih dapat
kembali ke Istana itu. Ia masih belum terlambat untuk kembali ke Istana
yang penuh perlindungan itu.
Alviorita memalingkan kepalanya dan saat itulah ia melihat sebuah
kereta tiba-tiba muncul dengan sangat cepat di tikungan tempat ia berdiri.
Selanjutnya apa yang terjadi Alviorita tidak dapat mengingatnya.
Alviorita tidak tahu apa yang telah terjadi sehingga ia berada di ruangan yang
penuh sinar matahari ini.
Alviorita ingin menuju jendela untuk melihat apakah hari telah siang
tetapi rasa pening yang masih terasa di kepalanya membuatnya kembali
membaringkan kepalanya di atas bantal yang empuk.
Alviorita menatap langit-langit kamar yang terbuat dari batu itu
seperti dinding-dinding sekeliling kamar tempat ia berada.
Melihat dinding batu yang mengelilinginya serta perabotannya yang tua,
Alviorita menduga sekarang ia berada di sebuah Castil tua. Tetapi Castil
siapakah ia tidak tahu. Jelas ini bukan Castil milik keluarga raja karena semua
keluarga raja baik dekat maupun jauh menggunakan binatang sebagai lambang
mereka. Sedangkan keluarga pemilik Castil ini jelas-jelas menggunakan
tumbuhan sebagai lambang keluarga mereka.
Di Kerajaan Lyvion memang ada banyak Castil tetapi ia tidak dapat
mengetahui Castil yang manakah tempat ia berada saat ini.
Tengah Alviorita sibuk berpikir, seseorang membuka pintu.
"Anda sudah sadar, rupanya."
Mendengar suara seseorang yang lega bercampur senang itu, Alviorita
menghentikan pikirannya dan menatap ke pintu.
Seorang wanita berpakaian serba hitam dengan apronnya yang putih
bersih, tersenyum padanya.
Alviorita terus memandang lekat-lekat wajah wanita itu ketika ia
mendekat. Alviorita tidak mengenal wanita itu. Ini pertama kalinya ia
berjumpa dengan wanita itu tetapi ia merasa pernah melihat wajah wanita
yang setengah baya itu. Ia pernah melihat wanita itu tetapi di mana dan
kapan, ia tidak tahu. "Siapakah Anda?" tanya Alviorita.
"Anda jangan banyak berbicara dulu. Anda baru saja sadar," kata
wanita itu. www.ac-zzz.tk Alviorita memandang ruangan tempat ia berada. "Ini di mana" Mengapa
saya bisa berada di sini?"
"Anda baru saja tertabrak kereta kuda keluarga ini dan saat ini Anda
berada di Castil mereka."
"Apa nama Castil ini?"
"Castil ini milik keluarga Kryntz yang bernama Castil Q`arde."
Jawaban wanita itu membuat Alviorita merasa sangat terkejut. Entah
mengapa semua ini bisa terjadi. Seakan-akan telah diatur oleh seseorang.
Bagaimana mungkin ia dapat berada di Castil milik tunangannya sedangkan ia
sendiri tidak ingin menghadiri pesta pertunangan itu. Takdir telah membuat
Alviorita yang ingin melarikan diri dari pertunangannya, kini justru berada di
Castil tunangannya. 2 "APA!?" Hanya itu satu-satunya kata yang dapat diucapkan Alviorita.
"Anda berada di Castil Q`arde," ulang wanita itu.
Kalimat itu membuat Alviorita merasa pusing. Ia kembali merasa
berada di dalam mimpi buruk. Bahkan mimpi terburuk yang tak pernah
dibayangkannya. Alviorita tahu ia harus segera meninggalkan Castil ini bila ia tidak ingin
menghadiri pesta pertunangannya. Bila ia tidak ingin menghancurkan
impiannya, ia harus meninggalkan Castil ini sebelum semuanya terlambat.
Melihat wajah Alviorita yang memucat, wanita itu tampak cemas. "Anda
harus beristirahat dulu. Anda masih terlihat pucat," kata wanita itu.
Alviorita menggelengkan kepalanya. "Saya harus pergi."
"Anda harus tinggal dulu di sini. Anda tampak sangat pucat."
Kalimat itu membuat Alviorita tiba-tiba mempunyai ide yang dianggap
Alviorita paling hebat. "Saya rasa Anda benar. Saya tidak dapat pergi dengan
kepala pening seperti ini," kata Alviorita sambil tersenyum puas.
"Bila Anda tak keberatan, saya ingin mengetahui siapakah Anda?"
Dalam hati Alviorita tersenyum gembira mendengar pertanyaan yang
memang telah dinantikannya itu. Tetapi di luar, Alviorita berpura-pura sedih.
Ia memandang sayu pada wanita itu dan berkata lirih, "Saya tidak ingat
siapakah saya." www.ac-zzz.tk Wanita itu terkejut mendengarnya. "Anda sama sekali tidak dapat
mengingat nama maupun masa lalu Anda?"
Alviorita mengangguk lemah.
"Saya turut menyesal," katanya bersimpati.
Melihat ketulusan wanita itu, Alviorita merasa bersalah telah
membohonginya tetapi ia menguatkan hatinya untuk terus bersandiwara.
Bila ia benar-benar ingin membatalkan pertunangan terkonyol yang
harus dialaminya ini maka ia harus menahan perasaan bersalah seperti ini.
Alviorita tahu itu. "Beristirahatlah dulu. Saya akan mengatakan hal ini kepada majikan
saya. Saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat," kata wanita itu.
Wanita itu membenahi selimut Alviorita sebelum ia pergi meninggalkan
Alviorita yang merasa lega sekaligus senang.
Alviorita telah berhasil memainkan sebuah sandiwara dan kini agar
tetap dapat menyimpan rahasia itu, Alviorita harus dapat terus memainkan
peran yang ia mainkan. Alviorita tersenyum puas. Tetapi sebenarnya dalam hati Alviorita
merasa was-was apakah ia akan tetap dapat menjaga rahasianya ini. Apakah ia
akan dapat membohongi semua orang di Castil ini seperti ia membohongi
wanita itu. Karena keinginannya yang kuat untuk melepaskan diri dari pertunangan
konyol ini, Alviorita memaksa dirinya untuk terus bersandiwara dan
bersandiwara. Alviorita juga harus dapat menahan perasaan bersalahnya.
Menyadari ia kini berada di luar Istana Urza, membuat Alviorita
melupakan kegelisahannya.
Alviorita tersenyum senang. Ia senang dapat meninggalkan Istana
tanpa seorangpun yang mengetahui kepergiannya. Alviorita sedang dapat
terbebas dari kegiatan rutin yang membosankan. Tetapi tidak urung juga hal
itu membuat Alviorita merasa bersalah karena tidak melakukan tugasnya
sebagai Putri Mahkota. Alviorita melupakan segala perasaan bersalahnya dan mulai melamunkan
hari esok di luar Istana.
Membayangkan dirinya berjalan-jalan seorang diri di tengah keramaian
tanpa ada yang mengenalinya, membuat Alviorita merasa senang. Selama ini
ke manapun ia pergi, setiap orang selalu mengenalnya karena pengawalpengawal
yang selalu mengikuti setiap langkahnya. Ke mana pun ia pergi pasti
ada pengawal di sisinya yang selalu siap menjaganya dari segala macam
bahaya. Tetapi itu membuat Alviorita merasa tidak bebas. Ia merasa
www.ac-zzz.tk pengawal-pengawal itu mengawasi setiap gerak-geriknya. Mereka selalu
melarang Alviorita melakukan hal yang diinginkannya.
Sekarang di sisi Alviorita tidak ada seorangpun pengawal bahkan
Maryam yang selalu bersamanya juga tidak ada. Alviorita merasa bebas
seperti seekor burung yang bebas dari sangkar emasnya. Dan setelah burung
itu bebas, ia ingin mengepakkan sayapnya mengelilingi dunia yang selama ini
tidak pernah dilihatnya. Demikian pula Alviorita. Selama ini kepergian
Alviorita hanya ke tempat-tempat yang berhubungan dengan urusan kerajaan.
Banyak kota besar yang didatangi Alviorita tetapi Alviorita tidak pernah
bermain-main di hutan, di pedesaan yang tentram. Apa yang diinginkan
Alviorita saat ini adalah berjalan-jalan ke semua tempat yang tidak pernah
dikunjunginya seorang diri sambil menikmati kebebasan di luar Istana.
Alviorita ingin menikmati kebebasannya dari segala kegiatan rutin yang
membosankan dengan bermain-main.
Tengah Alviorita sedang melamunkan hari-hari yang akan dihadapinya,
Raja Phyllips kebingungan di Istana Urza.
Entah berapa kali Raja mondar-mandir di dalam Ruang Tahta. Sesekali
Raja menatap cemas kepada orang-orang yang berdiri mematung di dekatnya.
Kecemasan dan kemarahan yang nampak di wajah yang telah berkerut itu
membuat semua yang ada di ruangan itu diam seribu bahasa. Semua nampak
ketakutan menghadapi Raja Phyllips yang bagai meriam yang siap meledak itu.
Setelah terdiam beberapa lama akhirnya Raja berkata, "Jadi Alviorita
belum ditemukan?" Wolve maju ke depan membungkukkan badannya, "Maafkan saya,
Paduka. Saya telah mencari Tuan Puteri ke seluruh penjuru Istana tetapi saya
tidak dapat menemukannya."
"Aku menyuruhmu mencari Alviorita bukan hanya di dalam Istana saja
tetapi juga di sekitar Istana. Bila engkau melakukannya pasti Alviorita
sekarang sudah berada di sini tetapi nyatanya sekarang ia tidak berada di sini
dan kemungkinan besar ia telah berada jauh dari Istana," kata Raja geram.
"Maafkan atas kelancangan saya, Paduka. Saya juga telah mencari Tuan
Puteri di sekitar Istana bahkan hingga Vximour tetapi saya masih saja tidak
dapat menemukan Tuan Puteri. Tuan Puteri seperti hilang terlelan bumi," kata
Wolve tenang. Raja Phyllips menatap tajam pada Wolve.
"Engkau sebagai Kepala Pengawal Istana tidak mengetahui kepergian
Alviorita?" kata Raja tidak dapat mengurangi kemarahannya.
www.ac-zzz.tk Telah puluhan kali Wolve menghadapi situasi seperti ini dan ia semakin
tahu apa yang harus dilakukannya dalam menghadapi sikap Raja yang meledakledak.
Wolve menatap tenang wajah Raja Phyllips yang penuh dengan
kemarahan. Dan dengan tenang pula ia berkata, "Maafkan atas ketidakmampuan
saya, Paduka. Sebagai Kepala Pengawal Istana yang bertugas menjaga Istana
saya tidak mampu menjaga Istana dengan baik sehingga kepergian Tuan
Puteri tidak dapat saya ketahui."
"Sudahlah percuma saja engkau beribu-ribu kali mengatakan maaf.
Tidak akan ada gunanya. Alviorita tetap tidak dapat berada di sini saat ini,"
kata Raja kesal, "Aku benar-benar tidak mengerti mengapa tidak seorangpun
mengetahui kepergian Alviorita. Bahkan penjaga gerbang. Entah apa saja yang
dilakukan mereka sehingga tidak mengetahui kepergian Alviorita."
"Saya kurang mengerti, Paduka. Mereka mengatakan mereka sama
sekali tidak tahu kapan Tuan Puteri meninggalkan Istana bahkan pintu
gerbang Istana terus tertutup," kata Wolve melaporkan.
"Sebarkan pencarian Alviorita. Cari Alviorita di seluruh penjuru
Kerajaan Lyvion jangan ada suatu daerah pun yang terlewatkan!" perintah
Raja Phyllips, "Besok lusa Alviorita harus sudah ada di sini!"
Wolve bimbang mendengar perintah itu. Walaupun Kerajaan Lyvion
tidak dapat dikatakan sebagai negara yang luas tetapi untuk mencari
seseorang dalam waktu dua hari bukanlah hal yang mudah dilakukan mengingat
kondisi Kerajaan Lyvion yang berbukit-bukit. Penduduk Kerajaan Lyvion
tersebar di antara bukit-bukit itu dan untuk mencapai suatu daerah dari
daerah yang lain membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Apakah kita harus mencarinya dalam waktu dua hari?" tanya Wolve
ragu-ragu. "Kita harus menemukan Alviorita dalam dua hari. Alviorita harus
menghadiri pesta pertunangannya," kata Raja tegas.
"Apakah kita tidak dapat menunda pesta tersebut?"
"Tidak!" sahut Raja, "Kita tidak dapat menunda pesta yang telah selesai
dipersiapkan ini. Engkau harus menemukan Alviorita dalam waktu dua hari."
Wolve ragu-ragu. "Apakah saya harus mengumumkan kepada
masyarakat?" Raja menatap tajam wajah Wolve yang diliputi keraguan. "Tidak,"
katanya tegas, "Kita tidak boleh memberitahu siapa pun."
"Kita akan mengalami kesulitan bila kita tidak meminta bantuan
rakyat." www.ac-zzz.tk Walaupun telah diperingati oleh Wolve, tetapi Raja Phyllips tetap
bersikeras untuk tidak mengatakan apa-apa kepada orang di luar Istana
mengenai hilangnya Alviorita ini.
"Cari dan temukan Alviorita dalam dua hari ini. Dan tidak seorangpun di
luar Istana yang boleh mengetahui hal ini."
Suara Raja yang tegas bercampur kemarahan itu membuat Wolve
memutuskan untuk berdiam diri. Wolve tahu pada saat Raja sedang berada di
puncak kemarahannya, lebih baik tidak dilawan. Satu-satunya yang dapat
dilakukan hanya segera mengundurkan diri dan melaksanakan perintah Raja.
Walaupun Wolve menerima perintah itu tanpa banyak membantah, dalam
hatinya banyak sekali saran yang ingin diberikannya pada Raja Phyllips. Tetapi
Pelarian Karya Alviorita di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melihat kemarahan Raja Phyllips yang telah memuncak itu hal itu rasanya
tidak akan berhasil malah akan membuat Raja semakin marah. Tidak hanya
Wolve yang menganggap tugas yang diberikan Raja padanya kali ini sangat
berat. Semua orang yang berada di Ruang Tahta juga berpendapat seperti
itu. Tugas kali ini memang sangat berat. Wolve harus menemukan Alviorita
yang tak diketahui keberadaannya di Kerajaan Lyvion yang berbukit-bukit
tinggi ini. Dan tidak seorangpun yang boleh mengetahuinya. Sudah cukup sulit
mencari Alviorita dalam dua hari masih ditambah oleh keinginan Raja Phyllips
untuk tidak memberi tahu siapa pun di luar Istana tentang masalah ini.
Mereka harus mencari Alviorita dengan sembunyi-sembunyi.
Alviorita sendiri yang dikhawatirkan oleh seluruh penghuni Istana kini
sedang tersenyum puas di Castil Q`arde sambil membayangkan hari-hari yang
akan dilaluinya di luar Istana Urza.
Rasa senang yang memenuhi dadanya membuat Alviorita sama sekali
tidak tahu ketika pintu kamarnya dibuka.
Pelayan yang tadi datang bersama seorang wanita yang tampak tak
asing lagi di mata Alviorita.
Alviorita tidak mengerti mengapa ia mempunyai perasaan seperti itu.
Setahu Alviorita ini adalah kunjungannya yang pertama di Castil Q`arde. Ia
belum pernah menginjakkan kakinya di Castil Q`arde tetapi wajah wanita itu
serta pelayan di sampingnya tampak tak asing lagi di matanya. Tetapi kapan
dan di manakah mereka bertemu. Alviorita tahu ini adalah pertemuannya yang
pertama dengan kedua wanita itu.
Alviorita terus memandang lekat-lekat wajah kedua wanita itu.
Wanita yang berpakaian lebih mewah jelas adalah majikan pelayan itu.
www.ac-zzz.tk Kecantikan di wajah wanita yang telah tua itu tidak luntur. Wanita itu
tersenyum lembut pada Alviorita. Ketika wanita itu mendekatinya, Alviorita
melihat keanggunan yang terpancar dari gerak-geriknya.
Sebagai gadis yang telah bertemu banyak orang, Alviorita lekas
mengetahui wanita itu adalah istri pemilik Castil Q`arde dan juga calon
ibunya bila ia jadi menikah dengan Nathan. Tetapi Alviorita tidak menyukai
pertunangan konyol ayahnya dan ia bermaksud untuk menggagalkan
pertunangan konyol ini. "Bagaimana keadaanmu?" tanya wanita itu.
Alviorita tersenyum. "Saya baik-baik saja."
"Kata Innane engkau tidak dapat mengingat apa-apa."
Sekali lagi Alviorita pura-pura tersenyum sedih. Ia memandang sayu
wajah kedua wanita di hadapannya. "Saya tidak dapat mengingat apa-apa dari
masa lalu saya." Wanita itu tersenyum simpati kepadanya. "Saya turut menyesal
mendengarnya." Alviorita terus memandang wajah wanita itu tanpa berkata apa-apa. Ia
menanti cemas keputusan wanita itu mengenai masa depannya. Apakah wanita
itu akan membiarkan ia tetap berada di Castil Q`arde seperti keinginannya
atau mengirimnya ke tempat yang lain. Kali ini wajah cemas Alviorita bukan
topeng. Alviorita benar-benar cemas.
Wanita itu tersenyum melihat kecemasan di wajah Alviorita.
"Beristirahatlah dulu. Jangan kaupikirkan masa depanmu. Saat ini yang harus
kaulakukan adalah beristirahat sambil berusaha mengembalikan ingatanmu."
Walaupun wanita itu tidak mengatakan apa-apa mengenai masa
depannya tetapi Alviorita tahu wanita itu tidak akan membiarkan ia
meninggalkan Castil Q`arde sebelum ia mengingat kembali semua ingatannya.
Kata-kata yang penuh simpati dari wanita cantik itu membuat Alviorita
tersenyum puas dalam hati. Tetapi senyum lega bercampur terima kasih di
wajah Alviorita bukan bagian dari sandiwara yang sedang diperankan
Alviorita. Alviorita benar-benar lega sekaligus berterima kasih atas katakata
simpati wanita itu. Seolah-olah mengetahui apa yang dipikirkan Alviorita, wanita itu
menepuk lembut lengan Alviorita. "Jangan kau khawatirkan masa depanmu,"
katanya menenangkan Alviorita, "Sekarang engkau harus beristirahat."
Alviorita mengangguk. Wanita itu beserta pelayan yang dipanggilnya Innane meninggalkan
Alviorita seorang diri. www.ac-zzz.tk Ketika mereka semakin mendekati pintu, wanita itu berbisik kepada
Innane, "Aku merasa seperti pernah melihat gadis itu."
Innane mengangguk, "Saya juga merasa demikian, Yang Mulia. Tetapi
saya tidak kapan." Wanita itu melirik wajah Alviorita yang masih tampak
pucat. "Ia mengingatkanku pada seseorang."
Innane tersenyum. "Malang sekali nasib gadis itu. Ia tidak dapat
mengingat masa lalunya."
"Ya, ia juga tampak sangat sedih karena tidak dapat mengingat apa pun
dari masa lalunya," kata wanita itu menyetujui.
Sepeninggal kedua wanita itu, Alviorita tiba-tiba sadar barang yang
dibawanya dari Istana tidak ada bersamanya. Alviorita khawatir mereka
membuka isi barang itu dan menemukan leontin ibunya yang kemudian akan
membuat semua orang di Castil Q`arde mengetahui bahwa ia adalah Putri
Alviorita. Dengan menahan rasa pening di kepalanya, Alviorita meninggalkan
tempat tidur dan mulai mencari bingkisan yang tadi pagi masih bersamanya.
Usaha pencarian Alviorita tidak menghasilkan apa-apa selain rasa pening di
kepalanya yang bertambah parah. Dengan bersusah payah Alviorita kembali
ke tempat tidur dan berbaring. Kepalanya pening itu membuat Alviorita
tertidur dengan cepat. Ketika Alviorita membuka matanya kembali, hari telah terang. Sinar
matahari telah memenuhi ruangan itu. Alviorita melihat bingkisan putih yang
tadi dicarinya kini berada di meja yang letaknya tak jauh dari tempat tidur.
Alviorita baru saja hendak meninggalkan tempat tidurnya untuk mengambil
bingkisan itu ketika seseorang tiba-tiba berseru kepadanya.
"Jangan bangun dulu!"
Alviorita terkejut akan kehadiran Innane. Rupanya sejak tadi Innane
telah berada di ruangan itu hanya saja Alviorita tidak melihatnya. Rasa
terkejut yang masih menguasainya membuat Alviorita menurut ketika wanita
itu membaringkannya kembali ke tempat tidur.
"Sebaiknya Anda tidak bangun dulu sampai Anda benar-benar pulih,"
kata Innane, "Kepala Anda terbentur cukup keras sehingga Anda kehilangan
ingatan." Alviorita menatap wajah wanita itu tanpa berkata apa-apa kemudian ia
menatap bingkisan kecil di meja.
Innane mengerti apa yang dilihat Alviorita. Ia mengambil bingkisan itu
dan memberikannya kepada Alviorita.
www.ac-zzz.tk "Ini bingkisan yang ada bersama Anda. Kami tidak membuka bingkisan
ini tetapi kami rasa isi bingkisan ini akan membantu mengembalikan ingatan
Anda." Alviorita mengambil bingkisan itu dan memeluknya erat-erat. Ia tidak
tahu apa yang harus dilakukannya. Ia tidak dapat membuka bingkisan itu di
hadapan Innane yang ingin tahu apa isi bingkisan putih yang sekarang berada
di pelukannya. Melihat rasa ingin tahu yang tampak jelas di mata wanita itu, Alviorita
akhirnya memutuskan untuk membuka bingkisan itu sebagai penebusan atas
kebohongan yang dikatakannya kepada Innane yang telah merawatnya.
Perlahan-lahan Alviorita membuka bingkisan itu. Ketika tangan
Alviorita menyentuh leontin ibunya, ia segera menggenggam leontin itu
kemudian menunjukkan gaun putih yang dibawanya kepada Innane.
Innane diam saja melihat gaun di pangkuan Alviorita. Ia mengambil
gaun itu dan mengamatinya. Sementara Innane mengamati gaun-gaun itu,
Alviorita menyembunyikan leontin peraknya di bawah bantalnya.
"Mengapa Anda membawa gaun-gaun ini?" tanya Innane curiga,
"Saya tidak ingat," kata Alviorita tenang.
"Saya lupa kalau Anda tidak dapat mengingat masa lalu Anda," kata
Innane menyesal. Alviorita diam menanti pendapat wanita itu yang lain. Ia tahu Innane
akan mengatakan pendapatnya mengenai gaun yang dibawanya. Dengan tenang
dipandanginya wanita itu dan ia tersenyum ketika Innane berkata, "Saya tidak
tahu siapa Anda tetapi gaun ini menunjukkan Anda bukan berasal dari
kalangan rakyat biasa."
Alviorita tahu ayahnya tidak akan mengumumkan berita hilangnya ini
kepada masyarakat sebelum hari pesta itu tiba. Raja Phyllips pasti berusaha
menemukan dirinya dalam dua hari agar ia dapat menghadiri pesta
pertunangan itu. Alviorita yakin ayahnya tidak akan dapat menemukan dirinya dalam dua
hari walaupun saat ini ia berada tak jauh dari Istana. Raja Phyllips tidak
mungkin mengirimkan pasukan ke Castil Q`arde untuk menemukan dirinya di
sini. Ayahnya tentu tidak ingin keluarga Kryntz mengetahui hilangnya dirinya.
Karena itu Alviorita yakin setelah ia masih belum ditemukan dalam dua hari
itu, Raja Phyllips akan mengumumkan berita menghilangnya dirinya.
Sebelum berita itu muncul, Alviorita tidak ingin seorangpun di Castil
Q`arde yang menduga dirinya bukan berasal dari kalangan rakyat biasa.
Alviorita ingin semua orang di Castil Q`arde menduga dirinya dari kalangan
www.ac-zzz.tk rakyat biasa. Dan kelak bila berita menghilangnya Putri Mahkota beredar,
tidak seorangpun curiga dirinya adalah sang Putri Mahkota yang hilang.
Bila Alviorita tidak ingin pulang sebelum ia berhasil membuat ayahnya
membatalkan pertunangan konyol ini, maka Alviorita harus bermain sandiwara
yang baik mulai dari saat ini.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya bila berita
menghilangnya dirinya telah diumumkan ayahnya, maka Alviorita berkata,
"Bila saya berasal dari kaum bangsawan, mengapa saya pergi seorang
diri?" Innane terkejut mendengarnya. "Anda benar. Mengapa Anda pergi
sendirian?" Alviorita pura-pura berpikir. Dalam hati Alviorita tersenyum senang
karena ia berhasil membuat kepercayaan Innane menjadi goyah.
"Mungkin saya mendapat gaun itu dari teman atau mungkin majikan
saya," kata Alviorita tenang.
Innane menatap wajah Alviorita dengan tenang namun diliputi banyak
pertanyaan. Ia sama sekali tidak tahu bahwa sesungguhnya Alviorita sedang
tersenyum senang melihat keragu-raguan di wajah tuanya.
"Mungkin juga," kata Innane.
Kata-kata yang masih dipenuhi keragu-raguan itu membuat Alviorita
berpikir bagaimana caranya membuat Innane benar-benar yakin ia bukan
seorang gadis kaya. Alviorita tahu ia tidak dapat lagi menggunakan kata-kata
untuk membuat wanita itu percaya ia bukan dari keluarga bangsawan. Tetapi
Alviorita tidak mau menyerah. Ia akan berusaha terus dalam dua hari ini
untuk membuat semua orang di Castil Q`arde termasuk Innane yakin ia
berasal dari kalangan rakyat biasa.
"Gaun yang Anda kenakan ketika Anda tertabrak kereta...," kata Innane
ragu-ragu namun ia tetap meneruskan kalimatnya, "Gaun itu kotor dan robek.
Tetapi Anda jangan khawatir, saya akan berusaha untuk membetulkannya
kembali." "Terima kasih," kata Alviorita sambil tersenyum penuh terima kasih.
"Saya rasa sejak tadi saya belum sempat memperkenalkan diri saya,"
kata Innane tiba-tiba, "Anda dapat memanggil saya Innane."
Alviorita tersenyum. "Sepertinya masih ada yang belum saya lakukan," kata Innane sambil
berusaha mengingat sesuatu.
Dalam hati Alviorita tersenyum senang melihat sikap Innane.
www.ac-zzz.tk Sejak kecil Alviorita telah diajari oleh Raja Phyllips untuk dapat
mengenal sifat lawan bicaranya baik melalui tutur katanya maupun sikapnya.
Setiap kali Alviorita menghadapi seseorang, ia selalu berusaha untuk
memperhatikan setiap tingkah laku serta tutur kata orang itu. Setelah itu
barulah Alviorita tahu sifat orang itu dan biasanya dugaan Alviorita tidak
pernah meleset. Sikap Innane sambil berusaha mengingat sesuatu itu
menunjukkan kepada Alviorita sifatnya yang pelupa.
Sifat pelupa Innane benar-benar menguntungkan Alviorita. Bila suatu
saat nanti ia tidak sengaja mengatakan sesuatu di depan Innane yang dapat
membuat wanita itu menduga ia adalah Putri Mahkota, Alviorita tidak perlu
khawatir Innane akan mengingat hal itu dan mengatakannya kepada yang lain.
Tetapi Alviorita tidak mau mengambil resiko. Ia tetap akan bersikap hati-hati
di depan Innane yang pelupa.
Alviorita terus memperhatikan Innane.
Suara ketukan di pintu membuat Innane terkejut. Dengan terburuburu Innane
menghampiri pintu. Alviorita tersenyum geli melihat tingkah Innane yang lucu. Dengan
badannya yang gemuk, wanita itu cepat-cepat menghampiri pintu sehingga
sempat membuat Alviorita takut wanita itu terjatuh.
Alviorita masih tersenyum geli ketika Innane membuka pintu.
Entah apa yang dikatakan Innane pada seseorang di luar pintu. Tetapi
yang jelas tak lama kemudian Innane menutup kembali pintu itu.
"Saya ingat sekarang. Saya belum meminta seseorang untuk mengantar
makan siang untuk Anda," kata Innane senang, "Sejak tadi Anda belum makan
dan tentunya Anda lapar. Untung sekali pelayan itu muncul dan menanyakan
bila Anda sudah bangun."
Alviorita menahan diri untuk tidak tersenyum melihat wajah senang
Innane yang seperti anak-anak itu.
Innane berjalan gelisah di dalam kamar itu. "Mengapa mereka lama
sekali?" Alviorita diam saja mendengar pertanyaan yang ditujukan Innane
kepada dirinya sendiri itu. Alviorita menduga ruangan tempat ia berada ini
jauh dari dapur juga Ruang Makan.
Sekali lagi terdengar suara pintu diketuk.
"Akhirnya mereka datang juga," kata Innane senang sambil berjalan ke
pintu. Sikap Innane yang agak kekanak-kanakan walau usianya telah tua,
membuat Alviorita menyukai wanita tua yang gemuk itu.
www.ac-zzz.tk Ia tersenyum pada Innane yang mendekatinya sambil membawa nampan
yang penuh berisi makanan.
Innane duduk di tepi tempat tidur sambil mengawasi Alviorita yang
menghabiskan makan siangnya. Sikapnya itu membuat Alviorita merasa
seperti anak kecil yang tengah diawasi pengasuhnya agar mau menghabiskan
makan siangnya. Mata Innane yang tak pernah lepas dari dirinya membuat
Alviorita menduga wanita itu adalah Nanny di keluarga Kryntz.
Tak dapat dibayangkannya bagaimana cara wanita pelupa ini merawat
anak asuhnya sehingga anak asuhnya itu menjadi seseorang yang sangat serius
dalam menghadapi pekerjaannya. Sang kakak menjadi seorang yang selalu
serius bagaimana dengan adiknya dan keluarganya"
Pikiran ini membuat Alviorita sempat merasa ragu akan keputusannya
untuk tinggal di Castil Q`arde sambil berusaha membatalkan pertunangannya.
Jelas sekali sifat serius bukanlah hal yang sesuai dengan Alviorita yang selalu
ingin hidup bebas dan penuh dengan keceriaan. Sikap serius Nathan beserta
keluarganya pasti akan membuat Alviorita cepat merasa bosan tinggal di
Castil Q`arde. Walaupun bagi semua orang Alviorita adalah Putri yang baik, yang
selalu memperhatikan segala pekerjaan yang menjadi tugasnya, namun
sebenarnya Alviorita bukanlah gadis yang seperti itu. Alviorita sangat
membenci kegiatan rutinnya. Andaikata Alviorita bukan Putri Mahkota, ia
pasti tidak akan mau melakukan hal yang membosankannya itu. Hanya demi
ayahnya dan Kerajaan Lyvion saja Alviorita mau melakukannya.
Sekarang pikiran bahwa ia tinggal di tengah-tengah keluarga yang
selalu serius membuat Alviorita ragu-ragu apakah ia tidak akan bosan tinggal
di Castil Q`arde sampai ia berhasil membuat pertunangan konyolnya gagal.
Melihat wajah Innane yang tersenyum, membuat Alviorita yakin ia akan
dapat melakukan semuanya seperti yang telah direncanakannya.
Alviorita yakin ia tidak akan bosan bila ia masih dapat melihat wajah
Innane yang bundar dan kekanak-kanakan. Dan tentu saja selama Alviorita
berada di Castil Q`arde, ia akan terus dapat bertemu dengan Innane.
Pelarian Karya Alviorita di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hal itu membuat Alviorita lega.
Satu-satunya yang belum melegakan Alviorita adalah ia belum
mengetahui dengan jelas apakah yang akan dilakukan keluarga Kryntz
terhadapnya. Memang Alviorita telah mempunyai dugaan bahwa Duchess of
Kryntz tidak akan mengijinkannya meninggalkan Castil Q`arde sebelum
ingatannya pulih. Tetapi Alviorita ingin mendengar sendiri kepastian mengenai
itu dari keluarga Kryntz.
www.ac-zzz.tk Alviorita tidak perlu menanti lama untuk dapat mengetahui hal itu
karena siang itu juga setelah ia menghabiskan makan siangnya, Duchess ingin
bertemu dengannya. Setelah mendandani Alviorita, Innane membawa gadis itu ke Ruang
Duduk di mana Duchess akan menemuinya.
Ketika mereka semakin dekat dengan Ruang Duduk, Alviorita melihat
seseorang juga berjalan mendekati Ruang Duduk. Melihat tubuh pria itu yang
pendek dan gemuk, Alviorita tersenyum geli.
"Ada apa, Miss?" tanya Innane keheranan.
Alviorita menatap pria yang terus berjalan terburu-buru ke arahnya
itu. "Pria itu lucu sekali. Ia seperti bola yang menggelinding."
Innane melihat pria yang dimaksudkan Alviorita. "Jangan berkata
seperti itu, Miss. Ia putra Duke of Kryntz."
Jawaban itu membuat Alviorita terkejut. "Tidak mungkin," katanya
perlahan seperti berbisik.
Alviorita tidak dapat membayangkan ayahnya telah memilih pria itu
sebagai tunangannya. Tetapi Alviorita lebih tidak dapat membayangkan pria
yang bertubuh bulat seperti bola itu dikagumi banyak wanita. Bila pria itu
adalah seseorang yang selalu serius, itu mungkin saja. Tetapi bila dikatakan
pria yang bertubuh bulat seperti bola itu adalah pria yang tampan dan
menarik, hal itu sangat tidak mungkin. Sama tidak mungkinnya dengan katakata
Raja Phyllips yang mengatakan tunangan Alviorita adalah seseorang yang
menarik. Membayangkan dirinya berdiri di samping pria itu di pesta pertunangan
mereka membuat Alviorita hampir pingsan karena rasa terkejut dan tidak
percaya. Tetapi Alviorita menahan perasaan itu karena ia tahu bila ia
menunjukkan perasaan itu maka semua rencananya tidak akan berjalan
seperti yang diharapkannya. Dan setelah melihat sendiri tunangannya,
Alviorita semakin ingin membatalkan pertunangan konyolnya.
Alviorita sengaja berjalan lambat-lambat agar pria yang tengah
terburu-buru itu segera sampai di Ruang Duduk.
Ketika ia melihat keluarga Kryntz berkumpul di Ruang Duduk, Alviorita
diam saja sambil berusaha menahan rasa ingin tahunya ketika melihat jumlah
anggota keluarga Kryntz yang berkurang satu.
Alviorita melihat tunangannya itu mirip sekali dengan ayahnya, Duke of
Kryntz. Duchess menyambut kedatangan Alviorita.
www.ac-zzz.tk "Duduklah di sini, kami ingin berbicara denganmu," kata Duchess sambil
mendudukkan Alviorita di depan Duke.
"Kami turut menyesal atas kejadian yang menimpamu," kata Duke
memulai percakapan. Alviorita diam saja. "Kami ingin engkau tinggal di sini sampai ingatanmu kembali," kata Duke
meneruskan ceritanya. "Tinggallah di sini sampai ingatanmu pulih," kata Duchess ikut
membujuk Alviorita yang sejak tadi diam saja.
Melihat Alviorita yang masih diam saja, Duke berkata, "Kami mengakui
ini semua adalah kesalahan putra kami. Ia tidak hati-hati hingga ia
menabrakmu." "Maafkan saya. Saya tidak bermaksud menabrak Anda, saya tadi pagi
terburu-buru mengejar kakak saya," kata pria itu.
Alviorita terkejut mendengar kalimat itu. "Kakak?" tanyanya lirih.
Pria itu mengangguk. "Ya, tadi pagi-pagi sekali kakak saya pergi ke
Druqent untuk menjemput kemenakan kami yang ingin berlibur di sini dan ia
lupa membawa oleh-oleh yang hendak diberikan Mama kepada adiknya."
Alviorita memandang tak mengerti wajah Duchess.
Duke tersenyum melihatnya. "Kami mempunyai dua putra. Yang seorang
bernama Nathan dan yang ini adalah Trent," kata Duke menjelaskan.
"Seperti yang engkau lihat putra keduaku ini anak yang nakal. Demikian
pula kakaknya," kata Duchess menambahkan, "Karena itu bila engkau tidak
berkeberatan, kami ingin engkau tinggal di sini dan menjadi anak perempuan
kami sampai ingatanmu pulih. Selama ini kami ingin sekali mempunyai anak
perempuan yang juga meramaikan Castil Q`arde."
Alviorita menatap wajah Duke dan Duchess bergantian. Ia masih sukar
mempercayai apa yang didengarnya. Alviorita memang tidak mengetahui
banyak tentang keluarga tunangannya ini tapi ia tahu keluarga ini mempunyai
dua orang putra. Sungguh merupakan suatu kekeliruan yang konyol. Bagimana mungkin
Alviorita segera menduga pria yang ditemuinya adalah tunangannya tanpa
memikirkan kemungkinan pria itu adalah adik tunangannya. Memang
pertunangan konyol ini membuat Alviorita juga merasa dirinya seperti orang
konyol. Ia sendiri ingin melepaskan diri dari pertunangan konyolnya tapi ia
sendiri juga yang memutuskan untuk tinggal di Castil tunangannya.
Alviorita merasa sedikit lega mengetahui pria itu bukan tunangannya
dan saat ini tunangannya sedang berada di Druqent untuk menjemput
www.ac-zzz.tk kemenakannya. Tetapi Alviorita masih khawatir tunangannya akan mirip
dengan adiknya, Trent. Alviorita tahu tunangannya akan kembali sebelum pesta pertunangan
itu diadakan. Dan saat itulah Alviorita akan tahu seperti apakah tunangannya,
apakah ia mirip Duke yang gemuk tetapi tegap atau Duchess yang cantik.
Setelah menguasai perasaannya, Alviorita berkata senang, "Saya
senang sekali mendengarnya. Lagipula saya tidak tahu saya harus ke mana
dengan keadaan yang seperti ini."
"Keputusan yang bijaksana," puji Duke.
"Sekarang kita hanya perlu memberikan nama yang tepat untukmu,"
kata Duchess ikut senang.
Alviorita sudah tidak peduli pada nama apa yang diberikan keluarga
Kryntz kepadanya. Saat ini ia merasa lega karena ia berhasil memasuki sarang
musuh dan ia tinggal melanjutkan rencana selanjutnya.
Hingga besok lusa, ia harus dapat meyakinkan semua orang di Castil
Q`arde bahwa ia tidak berasal dari kalangan bangsawan. Kemudian besok ia
akan bertemu tunangannya.
Alviorita tidak dapat membayangkan seperti apa rupa tunangannya itu.
3 Alviorita melihat dua ekor kuda datang mendekati Castil Q`arde.
Tetapi ia tidak mempedulikan itu. Sejak tadi pagi saat ia menghindari Trent,
Alviorita terus duduk di dahan pohon yang tinggi itu sambil mengawasi setiap
orang yang berlalu lalang di depan Castil Q`arde.
Langit yang cerah dengan awan-awan putihnya menaungi Alviorita.
Awan-awan putih itu mengumpul di atas Alviorita seakan-akan ingin melindungi
Alviorita dari sinar matahari yang semakin panas.
Angin sejuk yang berhembus membuat Alviorita semakin merasa betah
duduk berjam-jam di dahan pohon itu.
Walaupun tempat duduknya berada jauh dari permukaan tanah,
Alviorita tidak merasa takut. Ia sudah sering duduk di dahan pohon yang
tinggi di Istana Urza. Setiap kali Alviorita melarikan diri dari kegiatan rutinnya, pohon-pohon
di halaman Istana Urzalah yang menjadi tempat persembunyiannya.
www.ac-zzz.tk Tidak seorangpun yang menduga ia memanjat pohon itu dan duduk di
dahannya sambil tertawa-tawa kecil melihat mereka yang mengejarnya tengah
kebingungan mencarinya. Tidak seorangpun yang mengetahui rahasia menghilangnya Alviorita itu.
Hal itu membuat Alviorita semakin merasa senang dan bebas. Ia tidak perlu
khawatir orang-orang akan menemukannya dan memaksa ia melakukan
kegiatan rutinnya yang membosankan.
Sering kali Alviorita ingin tahu apa yang dikatakan pengasuhnya,
Maryam bila wanita itu mengetahui apa yang dilakukannya bila ia menghilang.
Bila Maryam yang selalu disiplin itu mengetahuinya, mungkin yang akan
dilakukan wanita itu adalah pingsan. Wanita itu tentu tidak percaya Putri
Mahkota seperti Alviorita memanjat pohon.
Tata krama sebagai Putri Mahkota tidak pernah mengajari Alviorita
cara memanjat pohon bahkan tidak pernah mengijinkan Alviorita memanjat
pohon. Tetapi Alviorita memang seorang gadis yang sulit diatur. Ia tidak
pernah mempedulikan tata krama bila ayahnya tidak ada di Istana Urza.
Sikap Alviorita yang berubah menjadi seorang gadis yang patuh dan
manis benar-benar membuat Maryam merasa lega sekaligus senang. Maryam
tidak pernah tahu bahwa sesungguhnya bersikap sopan dan manis sebagai
Putri Mahkota yang baik membuat Alviorita merasa tersiksa. Alviorita sering
kali tergoda untuk melarikan diri dari semua kegiatan yang membosankan
tetapi ia selalu mengingat teguran pelayan itu dan ia berusaha keras untuk
menahan rasa bosannya. Setiap kali Alviorita duduk di dahan pohon, yang dilakukannya adalah
melihat Kerajaan Lyvion yang terlihat dari atas pohon itu. Mengawasi rumahrumah
penduduk yang kecil mengumpul di suatu tempat serta melihat kilaunya
sungai yang mengalir di kejauhan membuat Alviorita semakin merasa betah
terus berada di atas pohon. Dan biasanya bila Alviorita sudah duduk di atas
pohon, ia tidak segera turun kembali. Alviorita selalu menanti hingga hari
gelap. Alviorita senang ketika tadi ia telah membuktikan bahwa ia masih
mampu memanjat pohon dengan mudah walau ia sudah lama tidak memanjat
pohon. Tadi pagi ketika Alviorita tengah berjalan-jalan di taman Castil
Q`arde, ia merasa seseorang sedang mengikutinya tetapi ia pura-pura tidak
tahu. Ia terus berjalan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Sengaja ia berjalan
lambat-lambat untuk menanti apakah orang yang mengikutinya itu akan segera
mengejarnya. Tetapi rupanya orang itu tidak berusaha mengejarnya. Ketika ia
www.ac-zzz.tk membelok ke taman yang luas, Alviorita bersandar di tembok dan menanti
siapa yang sedang mengikutinya.
Alviorita tidak terkejut ketika melihat Trentlah yang mengikutinya.
Sejak pertama kali bertemu dengan Trent, Alviorita sudah tidak
menyukai pria itu. Entah mengapa ia segera tidak menyukai pria yang baru
dijumpainya itu. Alviorita hanya tahu ia tidak pernah menyukai pria yang
selalu menggodanya itu. Kemarin malam Alviorita cepat-cepat kembali ke kamarnya karena ia
bosan mendengarkan kata-kata yang sering didengarnya. Sekarang Trent
mengikutinya. Alviorita tidak tahu dari mana Trent tahu ia sedang berjalan-jalan di
taman. Alviorita yakin tidak ada orang yang melihatnya ketika ia meninggalkan
kamarnya. Trent tiba di sisi Alviorita tetapi ia tidak mengetahui Alviorita tengah
bersandar di dinding di sampingnya. Matanya mencari Alviorita di taman yang
luas. "Engkau mencariku?" tanya Alviorita sedingin es.
Trent terkejut. "Tak kuduga engkau ada di sini."
"Engkau mencariku?" ulang Alviorita.
"Jangan seperti itu. Engkau tahu aku menyukaimu," kata Trent.
Alviorita tidak mempedulikan kata-kata itu. Dalam hati Alviorita
menghitung berapa kali ia mendengar kalimat yang sama. Rasanya sudah
terlalu sering Alviorita mendengar pria mengucapkan kalimat itu kepadanya.
Dengan tenang Alviorita berkata, "Kalau engkau mencariku hanya untuk
mengatakan itu, aku akan pergi."
Alviorita hendak meninggalkan Trent tetapi pria itu menahan
tangannya. Tangan Trent yang meremas lengannya membuat Alviorita
kesakitan. "Lepaskan tanganku," katanya dingin sambil menyentakkan
tangannya dari pegangan pria itu.
"Mengapa engkau bersikap sedingin itu kepadaku?"
"Tidak tahu," kata Alviorita sambil mengangkat bahunya dengan santai.
Trent tersenyum. "Apakah engkau terbiasa melakukan itu kepada
semua pria yang kautemui?"
Ingin sekali Alviorita mengangguk tetapi ia bersikap tidak peduli. Ia
meneruskan perjalanannya yang terhenti karena pria itu. Alviorita tahu Trent
mengikutinya tetapi ia diam saja.
"Mengapa engkau selalu menghindar dariku" Apakah engkau tidak
menyukaiku?" www.ac-zzz.tk Alviorita terus melanjutkan langkah kakinya tanpa mengatakan apa-apa.
"Kaukira aku tidak tahu mengapa kemarin malam engkau cepat-cepat
kembali ke kamarmu. Engkau ingin menghindariku bukan?"
Kata-kata pria itu membuat Alviorita benar-benar ingin segera
menghilang dari hadapan pria itu. Sudah cukup sering pula Alviorita
mendengar kalimat itu di belakangnya. Sewaktu ia masih seorang Putri
Mahkota tidak seorang pria pun yang berani mengucapkan kalimat itu walau
sesesungguhnya mereka jengkel pada sikapnya yang angkuh.
Banyak yang mengatakan ia adalah gadis yang dingin. Tetapi itu adalah
dugaan yang salah. Alviorita selalu menghindar dari setiap pria yang
dijumpainya karena ia tidak menyukai mereka yang selalu memuji dirinya.
Alviorita yakin andaikata ia bukan Putri Mahkota, mereka pasti tidak akan
memujinya untuk mendapatkan perhatiannya. Siapa yang tidak tertarik untuk
menjadi Raja di Kerajaan Lyvion yang makmur" Tentu tidak seorangpun yang
tidak tertarik. Dan jalan termudah untuk mencapai kedudukan itu adalah
melalui sang Putri Mahkota yang cantik juga kekurangan kasih sayang
ayahnya. Alviorita percaya setiap pria memanfaatkannya untuk mencapai
kedudukan itu sehingga ia tidak menyadari bahwa ia memang cantik seperti
yang mereka katakan. "Engkau jangan menghindariku, Rosa," kata Trent memperingatkan,
"Akulah yang memilihkan nama itu untukmu."
Alviorita membalikkan badannya dan menatap tajam wajah bulat Trent.
"Aku tidak memintamu melakukannya."
Alviorita tidak peduli nama apa yang diberikan keluarga Kryntz
padanya. Saat ini yang ia pedulikan adalah rencananya untuk menggagalkan
pertunangannya. Trent terdiam mendengarnya. "Engkau tidak suka nama itu?"
Alviorita diam saja. Ia benar-benar ingin segera menjauh dari Trent.
"Mengapa engkau menghindari aku yang telah memilihkan nama itu
untukmu" Kalau engkau tidak menyukai nama itu katakan saja kepadaku. Nama
itu memang cocok untuk gadis secantik engkau. Setiap hari aku selalu melihat
engkau berseri seperti bunga mawar."
Alviorita sama sekali tidak sadar apa yang dikatakan Trent maupun
Duchess memang tepat. Nama barunya itu memang sesuai dengan tatapan
tajam yang dimilikinya. Matanya yang besar selalu menatap tajam apa yang
dilihatnya, seperti elang.
"Nama itu sesuai untukmu. Engkau memiliki tatapan tajam seperti
elang. Dan engkau sangat cantik dan selalu terlihat ceria seperti bunga yang
www.ac-zzz.tk sedang mekar. Dan hanya bunga mawar yang sesuai denganmu. Durinya seperti
tatapan tajammu dan keindahan bunganya seperti kecantikkanmu," kata
Duchess ketika Trent mengajukan usulnya.
"Kalau engkau tidak ingin aku menghindarimu maka sekarang kejarlah
aku," kata Alviorita sambil berlari menjauh.
Alviorita tahu Trent tidak akan dapat mengejarnya. Sekerasa apa pun
usaha Trent untuk mengejarnya, ia tidak akan dapat menangkap Alviorita
yang berlari cepat. Dulu ketika Alviorita sering melarikan diri dari kegiatan rutinnya, ia
selalu berlari menjauh dari Maryam serta pengawal yang mengejarnya.
Kebiasaan selalu berlari menjauh dari orang-orang itu membuat Alviorita
semakin hari semakin dapat berlari cepat.
Setiap kali Alviorita berlari menjauh, tidak seorangpun yang dapat
menangkapnya. Sehingga mereka akhirnya membiarkan Alviorita melarikan
Pelarian Karya Alviorita di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diri dari kegiatan rutinnya.
Alviorita tidak menyadari Duke dan Duchess tengah memperhatikan
dirinya. "Mereka kelihatannya akrab sekali," kata Duchess yang melihat
Alviorita sedang berkejar-kejaran dengan Trent.
Duke mengangguk membenarkan kata-kata istrinya.
Mereka terus memperhatikan Trent yang berusaha mengejar Alviorita.
Alviorita tertawa senang ketika ia melihat Trent tertinggal di
belakangnya. Ia menghilang di halaman luar Castil Q`arde.
Suara kuda yang meringkik membuat Alviorita mengalihkan
perhatiannya ke kuda-kuda yang mendekati Castil Q`arde.
Seorang anak kecil yang mengendarai salah satu kuda itu tiba-tiba
melarikan kudanya dengan cepat ketika ia melihat Castil Q`arde. Anak itu
tampak benar-benar senang melihat Castil Q`arde yang telah dekat.
Dari tempatnya yang cukup tinggi, Alviorita mendengar suara lantang
seorang pria yang mengawasi anak itu.
"Hati-hati!" Baru saja pria itu mengatakannya ketika tiba-tiba kuda yang
ditunggangi anak itu meringkik keras kemudian berlari kencang tanpa mau
menuruti perintah anak itu.
Alviorita melihat anak itu berteriak ketakutan karena kuda yang
ditungganginya tiba-tiba menjadi liar.
www.ac-zzz.tk Pria yang sejak tadi mengikuti anak itu dari kejauhan segera mendekat.
Tetapi ia terlambat, anak itu telah terjatuh dari kudanya ketika ia sampai di
bawah pohon tempat Alviorita duduk sambil mengawasi mereka.
Tingkah kuda yang benar-benar tidak dapat dikendalikan lagi itu
membuat Alviorita tidak berpikir panjang lagi. Ia melompat ke punggung kuda
yang berada tak jauh dari tempatnya duduk.
Ketika Alviorita melompat ke punggung kuda itu ia tidak sempat
berpikir kalau ia dapat terluka. Saat itu yang dipikirkan Alviorita hanya
segera menenangkan kuda yang sulit dikendalikan itu sehingga tidak semakin
mendekati anak kecil yang ketakutan itu.
Untunglah kali ini sang Takdir memihak Alviorita. Alviorita jatuh tepat
di punggung kuda itu dan dengan segera ia berusaha mengendalikan kuda itu.
Ia menarik kuat-kuat tali kendali kuda itu. Mula-mula kuda itu tidak mau
menurut tetapi Alviorita bukan seorang gadis yang mudah menyerah. Setelah
Alviorita berhasil mengendalikan kuda itu, ia segera melompat dari punggung
kuda yang telah diam itu dan mendekati anak kecil yang terpana dengan
pemandangan yang baru saja dilihatnya. Alviorita memeriksa lutut anak itu
yang terluka. Dengan saputangannya ia membersihkan luka itu dari debu
kemudian membalutnya. Alviorita tersenyum melihat wajah terkejut anak itu.
"Sebaiknya aku segera membawamu ke dalam."
Anak itu masih terkejut dengan kejadian yang baru dialaminya sehingga
ia diam saja ketika Alviorita menggendongnya.
"Terima kasih atas pertolongan Anda."
Suara lantang yang tadi didengarnya dari atas pohon membuat
Alviorita terkejut. Rupanya sejak tadi Alviorita hanya memusatkan
perhatiannya ke anak kecil di gendongannya serta kudanya sehingga ia
melupakan kehadiran pria itu.
Alviorita lebih terkejut lagi ketika ia melihat wajah pria itu. Pria itu
mirip Duchess namun matanya gelap seperti Duke of Kryntz.
Ketika mata Alviorita bertemu dengan mata pria itu, ia tidak dapat
berbuat apa-apa seakan-akan mata pria itu telah menghentikan seluruh
gerakannya. Tidak seorangpun dari mereka yang bergerak. Mereka hanya
diam terpaku dan terus saling memandang seolah-olah ingin saling mengenal.
Suara erangan anak di gendongan Alviorita mengejutkan mereka
berdua yang sibuk bertatap-tatapan.
Pria itu mendekati Alviorita.
www.ac-zzz.tk Alviorita yang sibuk dengan pikirannya sendiri terkejut ketika pria itu
berkata, "Terima kasih atas bantuan Anda. Sekarang ijinkanlah saya untuk
membawa kemenakan saya masuk Castil Q`arde."
Walaupun Alviorita telah menduga pria itu adalah kakak Trent tetapi
kalimat yang diucapkan pria itu tetap membuat Alviorita terkejut. Alviorita
sama sekali tidak dapat mempercayai apa yang dilihat dan didengarnya.
Walaupun secara tidak langsung pria itu telah mengatakan bahwa ia adalah
Nathan tetapi Alviorita tetap tidak percaya. Bagi Alviorita sungguh mustahil
Nathan berbeda dari adiknya. Trent lebih mirip dengan Duke sedangkan
Nathan mirip dengan Duchess.
Pria itu semakin mendekati Alviorita. "Saya akan membawa kemenakan
saya." Untuk kesekian kalinya suara lantang itu membuat Alviorita terkejut.
Untuk menutupi keterkejutannya Alviorita cepat-cepat berkata, "Saya
akan membawanya masuk. Anda membawa kuda-kuda itu saja." Tanpa menanti
jawaban pria itu, Alviorita segera membawa masuk anak itu. Walaupun
Alviorita tidak memalingkan kepalanya untuk melihat apakah pria itu
mengikutinya tetapi dari pendengarannya ia tahu pria itu mengikuti mereka.
"Engkau tidak apa-apa?" tanya Alviorita memecahkan kesunyian.
Anak itu menggeleng. Alviorita tersenyum. Ia tahu anak laki-laki itu masih terkejut dengan
kejadian yang baru dialaminya.
"Apakah lukamu tidak terasa sakit?"
Sekali lagi anak itu menggelengkan kepalanya.
Alviorita tahu anak itu sebenarnya merasa sakit tetapi ia tidak mau
berkata terus terang. Alviorita tidak berkata apa-apa lagi. Ia kembali
memusatkan perhatiannya ke pria yang berjalan di belakangnya sambil
menuntun dua ekor kuda melewati taman.
Seperti halnya Alviorita, pria itu juga tidak berkata apa-apa. Pria itu
memusatkan perhatiannya ke gadis yang berjalan di depannya sambil
menggendong kemenakannya. Ia masih tidak percaya pada apa yang dilihatnya
beberapa saat yang lalu. Sesaat yang lalu saat ia mendekati kemenakannya
yang jatuh dari kudanya, tiba-tiba ia melihat sesuatu yang berwarna putih
terjatuh dari atas pohon. Ia menengadahkan kepalanya dan terkejut melihat
seorang gadis terjatuh dari pohon yang yang tinggi. Tanpa disadarinya ia
menghentikan langkah kudanya. Semula ia mengira gadis itu akan jatuh tetapi
ternyata gadis itu dengan mudah mencapai punggung kuda yang semula
ditunggani kemenakannya. Dengan mudah pula gadis itu mengendalikan kuda
www.ac-zzz.tk yang tiba-tiba menjadi liar itu. Melihatnya, pria itu semakin terkejut.
Rupanya gadis itu tidak terjatuh dari pohon tetapi memang sengaja
menjatuhkan dirinya dari atas pohon untuk mengendalikan kuda yang liar itu.
Tanpa mempedulikan sekitarnya, gadis itu segera menghampiri kemenakannya
yang terluka. Ia melihat gadis itu mengatakan sesuatu kepada kemenakannya.
Keterkejutan pria itu masih belum berakhir.
Ia terkejut ketika ia melihat wajah gadis itu. Wajah cantik itu tampak
tenang namun matanya memandang tajam padanya. Matanya yang hijau tua
tampak kontras dengan rambut hitamnya. Pria itu terpana pada mata hijau
yang menatap tajam padanya. Mata itu seakan-akan tidak ingin melepaskan
dirinya. Sekarang ia hanya dapat terdiam memandangi gadis yang tampak
berbeda sekali dengan gadis yang beberapa saat lalu melompat dari pohon.
Gadis yang beberapa saat lalu terlihat seperti gadis liar sekarang berjalan
dengan anggun di depannya.
Pria itu semakin ingin mengetahui siapakah gadis itu ketika ia melihat
gadis itu dengan mudah mencapai bangunan utama Castil Q`arde yang
terletak di tengah-tengah taman yang luas.
Kemarin saat ia meninggalkan Castil Q`arde, ia tidak melihat gadis itu
di Castil Q`arde. Dan sekarang ketika ia kembali, ia melihat gadis itu.
Alviorita terus berjalan tanpa mempedulikan pria yang mengikutinya. Ia
ingin segera mencapai Ruang Kanak-Kanak dan segera merawat luka anak di
gendongannya. Darah yang terus membasahi saputangan putihnya itu benar-benar
membuat Alviorita semakin khawatir. Walau anak itu tidak mengatakan apaapa
ataupun mengeluh tetapi Alviorita tahu anak itu kesakitan.
Melihat anak itu terus menahan sakit, Alviorita berkata lembut,
"Bersabarlah aku akan segera membawamu ke Innane. Ia akan merawat
lukamu." Anak itu mengangguk tetapi ia tetap tidak berkata apa-apa.
Kerutan di keningnya cukup mengatakan kalau ia tengah kesakitan.
Melihat itu Alviorita membatalkan niatnya untuk membawa anak itu ke Ruang
Kanak-Kanak. Alviorita merasa kasihan pada anak itu bila ia terus
memaksanya menahan sakit hingga mereka tiba di Ruang Kanak-Kanak yang
letaknya di lantai tiga. Terlebih lagi ketika ia melihat darah yang terus
mengalir dari luka anak itu. Alviorita khawatir anak itu akan kehilangan
banyak darah sebelum mereka tiba di Ruang Kanak-Kanak.
www.ac-zzz.tk Ketika Alviorita melihat seorang pelayan berjalan ke arahnya, ia segera
berkata, "Ambilkan seember air dan obat untuk mengobati luka anak ini."
Alviorita sama sekali tidak menyadari kata-katanya yang terdengar
seperti perintah tegas itu. Kebiasaan memerintah selama ia masih berada di
Istana Urza membuat Alviorita lupa kalau ia sekarang berada di Castil
Q`arde sebagai gadis yang tak dikenal.
Pelayan itu terkejut mendengarnya tetapi ketika ia melihat luka di
lutut anak yang digendong Alviorita, ia mengerti mengapa Alviorita berkata
setegas itu. Tanpa menanti pelayan itu pergi, Alviorita segera membelok ke Ruang
Duduk yang berada tepat di sebelah kanan lorong yang sedang dilaluinya dan
mendudukan anak itu di kursi terdekat. Dengan hati-hati Alviorita membuka
lilitan saputangannya di lutut anak itu. Ia tidak terkejut ketika melihat lutut
anak itu memerah karena lukanya.
Sambil menanti pelayan, Alviorita membersihkan luka anak itu dengan
gaunnya untuk menggantikan saputangan yang sudah kotor itu. Alviorita sama
sekali tidak peduli ketika gaun putih yang dibawanya dari Istana Urza
menjadi merah karena darah anak itu.
Ketika melihat pelayan datang dengan seember air dan sehelai kain
yang bersih, Alviorita berkata, "Segera bawa ke sini."
Pelayan itu sudah tidak peduli lagi pada kata-kata Alviorita yang tegas.
Ia segera menyerahkan benda yang dibawanya kepada Alviorita.
"Tahan sebentar," kata Alviorita lembut sambil membersihkan luka
anak itu dengan air. Walaupun anak itu diam saja tetapi Alviorita tahu ia menahan rasa
sakit ketika lukanya tersentuh oleh air.
Melihat tangan anak itu menggenggam erat-erat pinggiran kursinya,
Alviorita tersenyum padanya dan membersihkan lukanya dengan lembut.
Alviorita masih tersenyum kepada anak itu ketika ia membalut lukanya. Anak
yang sejak tadi hanya menahan sakit, membalas senyum Alviorita.
"Hebat," kata seseorang sambil bertepuk tangan.
Alviorita mengenali suara itu tetapi ia tidak mau memalingkan
kepalanya. Ia merasa malas mendengar suara yang paling tidak ingin
didengarnya itu. "Tak kusangka engkau mampu membuat Jeffreye duduk diam
sementara engkau mengobatinya."
"Mari kita ke Ruang Kanak-Kanak," bisik Alviorita.
www.ac-zzz.tk Melihat Alviorita tidak memperhatikan pujiannya melainkan
mengulurkan tangan pada kemenakannya, Trent merasa jengkel. "Engkau tidak
pernah memperhatikan segala yang kukatakan."
"Bagaimana mungkin aku memperhatikan segala pujian kosongmu?" kata
Alviorita dalam hati sambil tersenyum sinis - mengejek Trent.
Alviorita tahu Trent merasa terhina ketika ia tetap tidak
memperhatikannya melainkan memperhatikan Jeffreye yang sekarang telah
berada dalam gendongannya. Walaupun demikian Alviorita tetap tidak
mengalihkan perhatiannya dari Jeffreye.
Dengan tenang, ia berjalan mendekati Trent yang berdiri di salah satu
pintu Ruang Duduk yang menuju ke dalam.
Trent memegang lengan Alviorita ketika gadis itu hendak melaluinya.
"Lepaskan aku."
Suara Alviorita yang dingin dan tegas itu tidak membuat Trent
melepaskan lengan gadis itu. Sebaliknya ia semakin memperat pegangannya.
"Mengapa engkau selalu menghindar dariku?"
"Tanyalah pada dirimu sendiri. Sekarang biarkan aku mengantar
kemenakanmu ini ke Ruang Kanak-Kanak."
Trent baru saja akan mengatakan sesuatu ketika tiba-tiba terdengar
seseorang berkata tegas, "Biarkan ia lewat, Trent."
Alviorita terkejut mendengar suara lantang dan tegas itu. Ia
memalingkan kepalanya ke pintu Ruang Duduk yang lain yang menuju ke
halaman Castil Q`arde. Pria itu menatap tajam wajah Alviorita yang masih dikuasai rasa
terkejutnya. "Ia benar. Jeffreye pasti lelah setelah perjalanan yang jauh."
"Baiklah, Nathan," kata Trent mengalah.
Alviorita segera berlalu dari tempat itu sebelum Trent melihat wajah
terkejutnya. Sekarang semuanya telah jelas bagi Alviorita. Ia telah bertemu
tunangannya. Dan tunangannya itu adalah pria yang tadi datang bersama anak
yang sekarang ada dalam gendongannya.
Alviorita heran mengapa ia takut mendengar kata-kata tunangannya itu
mengenai tingkahnya ketika ia melompat dari pohon untuk menghentikan kuda
yang sedang marah. Tetapi ia juga senang karena dengan demikian pria itu
tidak akan pernah menduga ia adalah sang Putri Mahkota.
Mengingat masih ada seorang anak dalam gendongannya Alviorita tidak
berani menunjukkan rasa senangnya karena hingga kini tidak seorangpun dari
Istana yang mencarinya ke Castil Q`arde.
www.ac-zzz.tk "Engkau tidak apa-apa?" tanya Alviorita.
"Tidak." "Siapa namamu?"
"Jeffreye." Mendengar Jeffreye terus memberi jawaban singkat, Alviorita
tersenyum. "Lukamu masih terasa sakit?"
Jeffreye menggeleng. "Engkau lelah?"
Jeffreye mengangguk. "Sandarkan kepalamu pada bahuku dan tidurlah."
Belum sempat Alviorita menyelesaikan kalimatnya ketika anak itu telah
menyandarkan kepalanya ke bahu Alviorita dan memejamkan matanya.
Alviorita tersenyum melihat anak itu segera tertidur. Ia mengerti anak
itu telah menempuh perjalanan yang panjang dan sekarang ia lelah terlebih
lagi setelah menahan rasa sakitnya.
Melihat anak itu tertidur dalam pelukannya, Alviorita melupakan rasa
senangnya karena tidak seorangpun dari Istana Urza yang mencarinya di
Castil Q`arde. Gadis itu merasa senang sekali melihat anak yang manis itu tertidur
nyenyak dalam gendongannya. Tidak pernah Alviorita merasa sesenang ini.
Ini adalah pengalaman pertama kalinya. Ini pertama kalinya ia
menyentuh anak kecil. Sebelumnya ia tidak pernah mendekati anak-anak.
Semua orang yang berada di sekitarnya lebih dewasa darinya. Hanya sedikit
orang yang lebih muda darinya. Tetapi mereka hanya lebih muda beberapa
tahun darinya. Dalam setiap kunjungannya ke kota-kota besar pun ia tidak pernah
berada di dekat anak-anak bahkan mengunjungi panti asuhan. Semua yang
dilakukannya selama hampir delapan belas tahun hanyalah mengurusi masalah
kerajaan. Mulai dari kehidupan rakyat hingga masalah politik. Di dalam semua
kegiatannya tidak pernah tercantum masalah anak-anak.
Ketika masih kecil Alviorita sering kali merasa iri pada anak-anak
lainnya. Anak-anak lainnya tidak dibebani oleh tugas kerajaan sedangkan ia
sejak lahir telah dibebani setumpuk tugas yang tidak pernah berkurang
bahkan semakin bertambah dari tahun ke tahun. Hingga saat ini Alviorita
masih sering merasa iri pada anak-anak. Ia merasa ia telah kehilangan masa
kecilnya bahkan tidak pernah mempunyainya. Hidupnya hanya dipenuhi
Pelarian Karya Alviorita di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kewajiban-kewajiban saja. Dan itu tidak pernah menyentuh masalah anakanak.
Alviorita tidak pernah melihat keceriaan anak-anak itu dengan mata
www.ac-zzz.tk kepalanya sendiri. Ia hanya dapat membayangkan hidup anak-anak sangat
bebas dan penuh keceriaan seperti berada di surga.
Bagi Alviorita sekarang semuanya telah berubah. Ia bukan lagi Putri
Mahkota dengan setumpuk tugasnya. Ia adalah gadis biasa yang sedang
menyamar di Castil tunangannya sendiri.
Sekarang ia dapat melakukan apa saja yang diinginkannya.
Duke dan Duchess of Kryntz sama sekali tidak keberatan ketika
kemarin mereka melihat dirinya berkelakuan yang dikatakan Maryam bukan
sebagai tingkah seorang Putri Mahkota. Memang kemarin Alviorita tidak
menunjukkan kemahiran memanjat pohonnya tetapi ia tahu Duke dan Duchess
tidak akan mempermasalahkan bila ia bertingkah tidak seharusnya, sopan dan
lemah lembut. Sepanjang hari kemarin ia mempergunakan waktunya untuk
menikmati kebebasannya dengan berkeliling Castil Q`arde seorang diri. Tidak
jarang ia berlari-lari sambil melompat kecil.
Saat itu Alviorita berpikir. Bagaimana reaksi pengasuhnya bila melihat
ia bertingkah seperti itu.
Maryam adalah seorang wanita yang penuh pengertian kecuali dalam hal
peraturan. Ia sangat ketat dalam hal satu ini. Ia selalu menginginkan Alviorita
bersikap seperti seorang Putri Mahkota yang sempurna. Setiap langkah
Alviorita selalu diperhatikannya dengan cermat. Ia tidak pernah mengijinkan
Alviorita bersikap kurang sopan dan anggun. Ia juga mengajari Alviorita untuk
bersikap angkuh tetapi tetap memperhatikan keramahan. Walaupun Alviorita
tidak pernah mengeluh tetapi sebenarnya ia tidak menyukai semua itu.
Seperti ia tidak menyukai kegiatan rutinnya.
Alviorita melihat Duke tengah berjalan menuju ke arahnya ketika ia
hampir sampai di Ruang Kanak-Kanak.
"Siapa anak itu?" tanya Duke ingin tahu.
"Jeffreye." Duke terkejut. "Nathan sudah datang?"
Alviorita mengangguk. "Engkau akan membawa Jeffreye ke mana?"
"Saya akan membawanya ke Ruang Kanak-Kanak. Sekarang ia sudah
tertidur. Sepertinya ia lelah sekali," kata Alviorita menjelaskan.
"Kalau begitu kami tidak akan menghalangimu lagi," kata Duchess yang
tiba-tiba muncul dari dalam kamarnya.
Duchess menarik suaminya menuju Ruang Duduk.
Alviorita tersenyum. Ia segera membawa Jeffreye ke Ruang KanakKanak.
www.ac-zzz.tk Ruang Kanak-Kanak kosong. Innane yang setahu Alviorita selalu berada
di sana, kali ini tidak ada di sana. Dengan hati-hati Alviorita meletakkan
Jeffreye di tempat tidur dan menyelimutinya.
Alviorita memandangi wajah mungil yang tertidur itu sebelum ia
memperhatikan ruangan itu.
Suasana di Ruang Kanak-Kanak tidak berbeda dari ruangan yang lain.
masih ada ukiran tumbuhan yang dapat dijumpai di sana.
Alviorita tertarik melihat mainan di sana. Ia senang sekali dapat
berada di Ruang Kanak-Kanak kembali walau bukan Ruang Kanak-Kanak yang
ada di Istana Urza. Sudah lama sekali Alviorita tidak pernah mengunjun g i Ruang KanakKanak. Sejak
kematian ibunya saat ia baru berusia tiga tahun, ia sudah harus
meninggalkan masa kecilnya dan mulai belajar segala urusan kerajaan.
Semasa ibunya masih hidup, Alviorita masih dapat menghabiskan
waktunya untuk bermain-main. Ibunya tidak mengijinkan ayahnya memberinya
segala macam pelajaran untuk dapat menjadi Ratu yang baik. Tetapi sejak
Ratu yang selalu memberi perlindungan kepada Alviorita dari setumpuk tugas
kerajaan itu meninggal, Raja mulai memberikan apa yang tidak dapat
diberikan olehnya semasa Ratu masih hidup. Alviorita yang masih kecil harus
memasuki dunia yang sama sekali baru baginya. Ia harus mulai belajar
bersikap sebagai Putri Mahkota. Walaupun setiap orang di sekelilingnya selalu
mengatakan ia adalah Putri Mahkota tetapi Alviorita tidak pernah
menyukainya. Ia masih ingin menghabiskan waktunya untuk bermain ketika ia
dipaksa belajar oleh Raja. Karena itu, setiap kali Raja tidak ada, Alviorita
selalu meninggalkan semua kegiatan rutinnya dan membuat semua orang
kebingungan. Tengah Alviorita asyik memperhatikan Ruang Kanak-Kanak, seseorang
membuka pintu. Tetapi Alviorita tidak mendengarnya. Gadis itu tenggelam
dalam dunianya sendiri. "Terima kasih atas bantuan Anda."
Sekali lagi suara berat itu membuat Alviorita terkejut. Alviorita
memalingkan kepalanya kepada pria itu.
Nathan menimbang apakah ia harus mengatakan segala yang
diketahuinya dari orang tuanya mengenai gadis itu.
Sesaat setelah kepergian gadis itu bersama Jeffreye, Trent berkata,
"Menurutmu bagaimana dia?"
Nathan mengerti siapa yang dimaksud adiknya tetapi rasa herannya
membuat ia bertanya tanpa sadar, "Gadis itu?"
www.ac-zzz.tk Trent mengangguk. "Ia cantik bukan?"
Tanpa menanti jawaban Nathan, Trent berkata, "Aku menyukainya. Ia
gadis yang paling cantik yang pernah kujumpai. Aku menyukai mata hijaunya
yang selalu menatap tajam."
"Siapakah gadis itu?"
Duke yang baru muncul tersenyum dan berkata, "Ia adalah hasil dari
keterburu-buruanmu."
"Maksud Papa?" tanya Nathan tidak mengerti.
"Karena engkau terburu-buru berangkat ke Druqent, engkau lupa
membawa barang yang akan diberikan Mamamu pada adiknya. Kemudian Trent
menyusulmu. Adikmu juga berangkat dengan terburu-buru dan akhirnya ia
menabrak gadis malang itu."
"Gadis malang itu kehilangan ingatannya dan Mama meminta ia tinggal
di sini sampai ingatannya pulih," kata Duchess.
"Aku memberinya nama Rosa. Bagus bukan" Nama itu sesuai untuk
kecantikannya dan matanya yang tajam," kata Trent bangga.
Nathan diam saja. "Engkau telah bertemu dengannya?" tanya Duke.
"Ya. kami bertemu di depan."
"Jadi engkau telah mengenalnya?" tanya Duchess.
"Belum. Kami tidak saling berkenalan."
Duke menggeleng tak mengerti. "Apa saja yang kaulakukan" Engkau
bertemu gadis secantik dia tetapi engkau tidak mengajaknya berkenalan."
"Bagaimana dengan tunangannya?" tanya Trent merajuk.
"Oh..., aku lupa dia sudah punya tunangan."
"Engkau sudah siap untuk pesta pertunanganmu besok?" tanya Duchess.
Nathan enggan mendengar masalah itu. "Aku akan melihat keadaan
Jeffreye," katanya dan sebelum orang tuanya memberinya ijin, ia telah
berlalu dari ruang itu. Melihat kebingungan di wajah gadis itu, Nathan berkata, "Saya telah
mengetahui tentang Anda. Kata orang tua saya, Anda kehilangan ingatan
Anda." "Lupakan saja. Saya tadi hanya bertindak tanpa rencana."
"Saya tidak melihatnya seperti itu," Nathan mengakui, "Saya melihat
Anda telah memperhitungkan segala sesuatunya sebelum Anda melompat dari
pohon." www.ac-zzz.tk Alviorita menggeleng. "Saya hanya melakukannya sesuai apa yang saat
itu terlintas dalam benak saya dan tanpa perhitungan. Kebetulan saja saya
dapat mencapai punggung kuda itu."
"Kebetulan yang menguntungkan."
"Sepertinya itulah," kata Alviorita, "Bagaimana keadaan kuda itu?"
"Ia sudah lebih tenang sekarang. Kuda itu menginjak sesuatu yang
tajam." Alviorita terkejut. "Dan ia tiba-tiba bertingkah seperti itu karena ia
terkejut." Nathan menatap wajah Jeffreye yang tertidur. "Untung Anda cepat
menolong." Mendengar nada suara pria itu, Alviorita tahu pria itu menyembunyikan
sesuatu dalam kata-katanya. "Maksud Anda melompat dari pohon?"
Nathan menjawabnya dengan tersenyum.
Alviorita jengkel melihat senyum itu. Senyum itu seperti mengejek.
"Saya memang tidak dapat berbuat yang lain selain itu. Dan saya tidak
menyalahkan Anda yang mempunyai pandangan seperti itu mengenai sikap
saya." "Saya tidak mengatakan apa-apa," Nathan membela dirinya tetapi
senyumnya masih tidak hilang.
"Anda memang tidak mengatakan apa-apa tetapi wajah Anda lebih
menerangkan apa yang Anda pikirkan," kata Alviorita dengan ketenangan yang
dingin. Nathan tersenyum pada Alviorita kemudian ia mengalihkan
perhatiannya pada kemenakannya yang tertidur nyenyak.
"Lebih baik Anda beristirahat. Anda pasti lelah karena..."
"Melompat dari pohon?" kata Alviorita tajam.
Nathan hanya mengangkat bahunya sambil tersenyum.
"Tidak, terima kasih. Saya ingin mengawasinya."
Suara Alviorita yang tidak mau mengalah itu membuat Nathan hanya
mengangkat bahunya tanpa mengatakan apa-apa.
Alviorita jengkel melihat sikap pria itu yang seperti tidak peduli atas
apa yang telah terjadi. Tetapi ia juga merasa senang karena sikapnya ini
dapat menjadi salah satu alasan mengapa ia tidak ingin bertunangan
dengannya. Sikap Nathan yang selalu menyembunyikan sesuatu itu dapat
dijadikan Alviorita sebagai perisainya bila ayahnya tetap memaksa dirinya
untuk menikah dengan pria itu.
www.ac-zzz.tk Tetapi apa yang dilakukan Alviorita ini memang curang. Tanpa
sepengetahuan siapa pun, ia berusaha menggagalkan pertunangannya sendiri
dari dalam keluarga Kryntz.
Meskipun demikian Alviorita tidak peduli. Ia tidak peduli apakah yang
dilakukannya ini curang atau tidak. Yang dipedulikan Alviorita hanya hasil dari
penyamarannya ini. Apakah ia berhasil atau sebaliknya"
Alviorita tahu semua ini tergantung dari dirinya sendiri. Bila ia dapat
menjaga sikap terutama kata-katanya. Ia akan membuat semua orang di Castil
Q`arde mempercayai bahwa ia bukan sang Putri Mahkota.
Dan besok adalah hari yang dinanti-nantikan oleh Alviorita. Esok adalah
bukti apakah Alviorita benar-benar dapat melarikan diri dari Istana Urza
atau tidak. Apakah Alviorita dapat melanjutkan rencananya atau sebaliknya,
ia harus membuat rencana baru.
Rencana yang sedang dijalaninya ini memang merupakan rencana
mendadak. Tetapi hingga saat ini rencana itu berjalan dengan lancar.
Buktinya adalah suasana tegang di Istana Urza.
Sejak kemarin, sepanjang hari Raja Phyllips marah. Wolve serta semua
prajurit yang bertugas menemukan Alviorita menjadi takut melihatnya.
Walaupun Wolve telah sering melihat kemarahan Raja. Namun kali ini ia tetap
merasa takut melihat kemurkaan yang luar biasa di wajah Raja. Wajah Raja
Phyllips benar-benar menakutkan. Awan kemarahan terus membayangi
wajahnya yang tetap terlihat muda.
"Ingat waktumu hanya tinggal hari ini," kata Raja Phyllips
mengingatkan, "Hari ini juga engkau harus menemukan Alviorita."
Mendengar nada mengancam dalam suara Raja, Wolve tidak berani
membantah. Ia hanya mengangguk.
"Apa lagi yang engkau tunggu?" kata Raja, "Cepat temukan Alviorita.
Hingga ke ujung dunia pun engkau harus menemukan Alviorita."
"Hari ini juga," tambah Raja dengan tegas.
Wolve membungkuk. "Baik, Paduka."
Ketika meninggalkan Ruang Tahta, Wolve berpikir bagaimana cara ia
menemukan Alviorita di kerajaan yang berbukit-bukit seperti ini dalam satu
hari. Kepergian Alviorita ini telah membuat setiap orang di Istana Urza
menjadi cemas sekaligus takut pada kemurkaan Raja Phyllips. Tetapi tidak
ada yang tahu siapa yang harus disalahkan. Alviorita yang kabur" Maryam
yang tidak dapat menjaga Alviorita dengan baik" Raja Phyllips yang membuat
Alviorita kabur" Atau penjaga gerbang yang tidak melihat kepergian
www.ac-zzz.tk Alviorita" Kalaupun ada yang tahu siapa yang harus disalahkan dalam hal ini.
Tidak mungkin orang itu akan mengatakan yang sebenarnya. Setiap orang
pasti merasa takut sebelum menunjukkan kepada siapa kesalahan itu terletak.
Tidak mungkin ada yang berani mengatakan Alviorita atau Raja Phyllips yang
bersalah. Yang menjadi persoalan saat ini bukan siapa yang bersalah melainkan
bagaimana menemukan Alviorita. Bagaimana menemukan gadis itu sebelum
pesta pertunangannya. Wolve merasa tidak ada yang dapat dilakukan selain menunda pesta
pertunangan itu. Waktu untuk mencari Alviorita sangat sempit. Dan daerah
pencariannya sulit ditempuh. Tidak mungkin Alviorita akan ditemukan. Wolve
sendiri mulai merasa ragu apakah Alviorita masih berada di Vximour atau ia
sudah berada di kota lain. Hingga saat ini tidak seorangpun di Vximour yang
melihat Alviorita. Seperti kata Maryam, Alviorita selalu menghilang seperti ditelan bumi.
4 Tepat seperti yang diramalkan Wolve, hingga hari pertunangannya,
Alviorita masih belum ditemukan. Tentu saja hal ini membuat Raja Phyllips
semakin marah. Tetapi Raja sendiri juga tahu tidak ada yang dapat
dilakukannya selain menunda pesta tersebut.
"Jadi hingga hari ini Alviorita belum ditemukan," kata Raja.
"Maafkan kami, Paduka. Kami telah mencari Tuan Puteri ke seluruh
tempat tetapi hingga kini kami belum menemukan Tuan Puteri," kata Wolve
sambil membungkuk dalam-dalam.
Raja Phyllips menatap Wolve. "Lupakan saja. Sekarang tidak ada yang
dapat kita lakukan selain menunda pesta pertunangan itu. Alviorita memang
suka membuat masalah."
Wolve diam menanti perintah selanjutnya dari Raja.
"Sebarkan perintah pencarian Alviorita," kata Raja Phyllips,
"Sebelumnya sampaikan suratku kepada Duke of Kryntz."
Wolve terkejut melihat Raja mengeluarkan secarik surat dari sakunya.
Rupanya Raja juga merasa ia tidak akan dapat menemukan putrinya tetapi ia
tetap menyuruh semua orang mencoba untuk menemukan Alviorita. Raja
menggunakan kesempatan yang sempit untuk menemukan Alviorita. Walaupun
www.ac-zzz.tk ia tidak berhasil, setidaknya ia telah mencoba. Wolve mengagumi sikap Raja.
Ia mengambil surat itu dari tangan Raja.
"Sampaikan juga permintaan maafku yang sedalam-dalamnya," kata
Raja pada Wolve. Kemudian Raja memalingkan kepalanya kepada Menteri Dalam Negeri,
James. "Sebarkan pengumuman penundaan pesta pertunangan ini kepada
seluruh undangan." "Baik, Paduka," jawab James sambil membungkuk.
"Dan jangan kau bongkar ruang yang telah dipersiapkan. Biarkan ruang
itu apa adanya karena begitu Alviorita ditemukan, aku akan segera
melangsungkan pesta pertunangannya sehingga ia tidak dapat kabur lagi."
Sekali lagi James membungkuk sambil berkata, "Baik, Paduka."
"Sebarkan prajuritmu ke seluruh pelosok Kerajaan Lyvion, Rupert.
Jangan sampai ada yang terlewatkan."
Menteri Pertahanan yang mendapat tugas itu membungkuk dan
berkata, "Baik, Paduka."
Melihat ketiga orang yang mengemban perintahnya masih belum juga
beranjak, Raja Phyllips berkata, "Sekarang lakukan perintahku."
"Baik, Paduka," kata mereka serempak.
Setelah kepergian ketiga pria itu, Raja masih terus mondar-mandir di
Ruang Tahta. Pikirannya masih dipenuhi oleh hilangnya putrinya. Ia tidak
Pelarian Karya Alviorita di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengerti mengapa tidak seorangpun yang tahu di mana Alviorita berada.
"Kurasa kali ini Raja Phyllips benar-benar marah," kata James.
"Aku merasa tak lama lagi ia akan mengerahkan seluruh penduduk
Kerajaan Lyvion untuk menemukan Tuan Puteri."
"Engkau salah, Wolve. Ia sudah melakukannya," kata Rupert sambil
tersenyum. "Apa yang dapat dilakukan" Seperti kata Maryam, Putri Alviorita selalu
menghilang seperti ditelan bumi," kata Wolve.
"Sejak dulu Putri Alviorita memang selalu begitu. Hingga kini aku selalu
ingin tahu ke manakah Putri bersembunyi sehingga tidak seorangpun dari kita
yang dapat menemukannya," kata Rupert.
"Putri Alviorita pandai menghilang," timpal James.
"Sekarang kita berpisah di sini," kata Wolve ketika mereka telah
sampai di halaman Istana Urza.
Mereka saling mengucapkan selamat tinggal kemudian menaiki kuda
yang telah dipersiapkan. Wolve segera menuju kediaman Duke of Kryntz.
www.ac-zzz.tk Ketika Wolve sampai di sana, ia tidak menyadari sepasang mata hijau
tengah mengawasinya dari atas pohon. Mata hijau itu bersinar penuh
kemenangan. Wolve terus memasuki halaman Castil Q`arde. Kedatangannya
disambut oleh pelayan yang segera mengantarkannya ke tempat Duke of
Kryntz. "Apa yang membuatmu kemari, Wolve?" sambut Duke.
Wolve tersenyum. "Apa lagi selain perintah Paduka?"
Duke terkejut. "Apakah terjadi sesuatu yang serius di Istana Urza?"
"Dapat dikatakan seperti itu."
"Apa yang terjadi?"
"Sebaiknya engkau membaca surat ini."
Duke menerima surat itu. Dari amplopnya yang bergambar simbol
kerajaan, ia tahu surat itu dari Raja Phyllips.
Setelah membaca surat itu, Duke tidak mengatakan apa-apa. Ia
berkata kepada istrinya, "Panggilkan Nathan. Kurasa ia pasti tertarik
mendengar hal ini." Duchess segera meninggalkan ruangan itu.
Sepeninggal Duchess, Duke masih tidak mau membicarakan isi surat itu
dengan Wolve. Duke tersenyum pada Wolve, "Engkau mau minum apa?"
"Tidak, terima kasih."
Wolve merasa heran melihat sikap Duke yang tenang itu. Semula ia
menduga Duke akan sangat terkejut tetapi apa yang dilihatnya sekarang
benar-benar bertentangan dengan apa yang dipikirkannya. Duke terlihat
sangat tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal masalah ini menyangkut
pertunangan putranya. Untuk menghilangkan kesunyian, Duke berkata,
"Bagaimana keadaan Raja Phyllips?"
"Raja Phyllips baik-baik saja."
"Apakah ia sudah tidak terguncang lagi karena kematian Ratu?"
Wolve menghela napasnya. "Kurasa sampai saat ini Raja masih saja
merasa terguncang tetapi Tuan Puteri sudah tidak lagi. Sepertinya Tuan
Puteri telah melupakan kematian ibunya."
"Saat itu Putri Alviorita masih kecil. Ia pasti dengan cepat melupakan
ibunya," kata Duke. "Siapa yang dapat menduga, Ratu yang selalu sehat tiba-tiba meninggal
karena sakit," kata Wolve, "Dan malang sekali Ratu meninggal di Castil ini."
Duke hendak mengatakan sesuatu ketika pintu Ruang Duduk terbuka.
www.ac-zzz.tk Duchess muncul beserta kedua putranya.
"Duduklah, Nathan," kata Duke, "Aku mempunyai berita untukmu."
Nathan mendekati ayahnya. Ketika ia sudah dekat, Duke menyodorkan
surat Raja Phyllips kepadanya. Nathan menerima surat itu dan membacanya.
"Tidak mungkin?" tanya Nathan tidak percaya.
"Apa yang telah terjadi?" tanya Duchess ingin tahu.
"Putri Alviorita kabur dari Istana Urza," kata Duke memberi tahu.
"Oh...," kata Duchess sambil menutupi mulutnya.
Mereka memandang wajah Wolve yang sudah siap dengan serentetan
pertanyaan. Sebelum setiap orang memberinya pertanyaan, Wolve berkata,
"Kemarin lusa Putri Alviorita menghilang. Tidak seorangpun yang dapat
menemukannya baik di dalam maupun di luar Istana Urza. Juga tidak
seorangpun yang melihat kepergian Tuan Puteri."
"Hebat!" seru Trent kagum, "Seperti ditelah bumi."
"Itulah yang selalu dikatakan Maryam. Putri Alviorita memang selalu
Rimba Dan Gunung Hijau 2 Pendekar Mabuk 051 Sabuk Gempur Jagat Pendekar Pedang Dari Bu Tong 19
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama