Ceritasilat Novel Online

Garis Darah 5

Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon Bagian 5


kesempatan menikmati seks secara wajar; bagi mereka yang menyukai sedikit variasi bisa memilih cunnilingus dan analingus dan sodomi. Di Reeperbahn kita bisa membeli seorang anak lelaki atau perempuan umur dua belas tahun, atau tidur bersama seorang ibu dan anak perempuannya.
Mereka yang suka, bisa menyaksikan adegan seks antara seorang wanita dan seekor anjing penggembala, atau membiarkan diri dicambuk sampai mencapai puncak
kenikmatan. Kita bisa menyewa seorang nenek ompong untuk melakukan fellatio, di lorong yang ramai, atau membayar suatu pesta seks di sebuah kamar tidur
berdinding cermin dengan pemuda-pemudi sebanyak yang kita inginkan. Reeperbahn membanggakan diri, selalu punya sesuatu untuk setiap orang. Pelacur-pelacur muda hilir-mudik dalam rok pendek dan baju ketat, menawarkan diri kepada pria, wanita, dan pasangan tanpa pandang bulu.
Juru kamera itu menyusuri jalanan perlahan-lahan,
menjadi sasaran dari belasan gadis dan pemuda yang bersolek mencolok. Dia mengacuhkan mereka sampai
menemukan seorang gadis yang tampaknya tidak lebih dari delapan belas tahun. Gadis itu berambut pirang. Dia bersandar ke tembok, bercakap-cakap dengan seorang kawan wanita. Dia menoleh ketika lelaki itu menghampirinya, dan tersenyum. "Anda ingin bersuka-ria, liebchen" Kawan saya dan saya bersedia menyenangkan hati Anda."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Lelaki itu mengamati gadis tersebut dan berkata, "Hanya kau saja."
Gadis yang lain mengangkat bahu lalu menyingkir.
"Siapa namamu?"
"Hildy." "Kau mau main film, Hildy?" tanya si juru kamera.
Gadis itu menatapnya dengan pandangan dingin.
"Herr-gott! A nda tidak menawarkan tipuan Hollywood, kan?"
Lelaki itu tersenyum meyakinkan. "Tidak. Tidak. Ini tawaran sungguhan. Sebuah film porno. Aku membuatnya untuk seorang kawan."
"Tarif saya lima ratus mark. Bayar sebelumnya."
"Gut." Gadis itu segera menyesal tidak minta bayaran lebih tinggi. Yah, dia akan mencari akal untuk mendapat
tambahan dari orang itu."
"Apa yang harus saya lakukan?" tanya Hildy.
Hildy gelisah. Dia terbaring telanjang di ranjang di sebuah kamar kecil dalam apartemen sederhana, mengamati tiga orang yang berada di kamar dan berpikir. Ada yang tidak beres di sini.
Nalurinya sudah dipertajam di jalanan Berlin dan Munchen dan Hamburg. Dia belajar mengandalkan naluri itu. Ada sesuatu tentang orang-orang itu yang tidak dipercayainya.
Dia sebenarnya ingin kabur sebelum mulai, tetapi mereka sudah membayarnya lima ratus mark, dan berjanji
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
menambah lima ratus mark lagi kalau dia menjalankan tugasnya dengan baik. Dia akan menjalankan tugas sebaik-baiknya. Dia seorang profesional dan bangga akan
pekerjaannya. Dia berpaling kepada lelaki telanjang di sampingnya. Orang itu kekar dan kuat; tubuhnya tidak berbulu. Yang mengganggu pikiran Hildy adalah wajahnya.
Dia terlalu tua untuk film semacam ini. Tetapi penonton yang duduk membisu di belakang kamarlah yang
meresahkan Hildy. Dia mengenakan mantel panjang, topi besar, dan kacamata hitam. Hildy bahkan tidak bisa menebak apakah
dia seorang pria atau wanita. Getaran-getaran dalam diri Hildy bernada negatif. Dia meraba pita merah yang terikat di lehernya, bertanya-tanya mengapa mereka memintanya untuk memakainya. Juru
kamera mengatakan, "Baik. Kita siap sekarang. Mulai."
Kamera mulai dihidupkan. Hildy sudah diberitahu apa yang harus dilakukannya. Lelaki itu berbaring telentang.
Hildy mulai bekerja. Dia mulai dengan perjalanan keliling dunia, menggerayangi seluruh tubuh lelaki itu, dari telinga sampai ujung kaki. Kemudian dia membalikkan lelaki itu, dan bertindak serupa di
punggung dari bawah ke atas, perlahan-lahan dengan penuh keahlian, mencari segala lekuk-lekuk erotik dan daerah-daerah peka, dan menjelajahi daerah-daerah itu.
Lelaki itu terangsang penuh sekarang.
"Tindih dia, kata si juru kamera. Lelaki itu ganti membalikkan Hildy dan mulai menindihnya. Hildy lupa akan kecemasannya semula. Rasanya nikmat sekali.
Di bagian belakang kamar, si penonton membungkuk ke depan, mengamati setiap gerakan. Gadis di ranjang itu memejamkan matanya.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Dia merusak semuanya. "Matanya!" teriak penonton itu.
Sutradara berseru, "Offne die Augen! - Buka matamu!"
Keheranan, Hildy membuka matanya. Dia memandang
lelaki yang berada di atasnya. Dia hebat. Biasanya dia tidak mengalami puncak kenikmatan, kecuali bersama kawan wanitanya. Dengan para pelanggan dia selalu berpura-pura, dan mereka tak pernah tahu bedanya. Tetapi juru kamera sudah memperingatkannya. Kalau tidak mengalami puncak kenikmatan, dia tidak akan menerima bayaran tambahan.
Maka dia sekarang mulai melemaskan tubuhnya dan
membiarkan dirinya memikirkan tentang segala barang-barang indah yang akan dibelinya dengan uang itu, dan dia mulai merasa dirinya menjelang puncak
kenikmatan. "Schneller! - Lebih cepat!" dia berseru. "Schneller!"
Tubuhnya mulai bergetar. "Ah, jetzt!-sekarang!" dia berteriak. "Es kommt! Es kommt! - Aku merasa!"
Si penonton mengangguk, dan juru kamera berseru,
"Sekarang!" Tangan lelaki itu bergerak ke leher si gadis.
Jari-jemarinya yang besar dan kekar menekan saluran pernapasan dan mencekik. Hildy menatap mata lelaki itu dan melihat apa yang terpancar di sana, dan dia pun dipenuhi ketakutan. Dia berusaha berterlak, tetapi dia tak mampu bernapas. Dia berjuang mati-matian untuk membebaskan diri, tubuhnya menyentak-nyentak dalam
kekejangan hebat, tetapi lelaki itu menindihnya kuat-kuat.
Dia tidak bisa lolos. Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Penonton itu duduk di sana, melahap adegan tersebut, menikmatinya, memandang ke mata gadis yang berada di ambang maut, mengamatinya menerima hukuman.
Tubuh gadis itu berguncang-guncang sekali lagi,
kemudian diam tak bergerak.
BAB 23 Zurich Senin, 4 Oktober Pukul sepuluh pagi KETIKA Elizabeth tiba di kantornya, sebuah amplop
tersegel bertanda "RAHASIA" terletak di atas mejanya. Dia membuka amplop itu. Di dalamnya berisi sebuah laporan dari laboratorium kimia. Laporan itu ditandatangani "Emil Joeppli". Isinya penuh istilah-istilah teknis, dan Elizabeth membaca tanpa memahaminya. Kemudian dia membaca
lagi. Dan sekali lagi. Setiap kali lebih lambat. Ketika akhirnya menangkap artinya, dia berkata kepada Kate,
"Saya akan kembali dalam waktu satu jam." Dan dia pergi mencari Emil Joeppli.
Dia seorang lelaki jangkung sekitar tiga puluh lima tahunan, dengan wajah kurus berbintik-bintik, dan kepala botak yang hanya bagian pinggirnya ditumbuhi rambut merah manyala. Lelaki itu menerima kedatangannya
dengan canggung. Sepertinya dia tidak biasa menerima tamu di laboratoriumnya yang kecil.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Saya membaca laporan Anda," kata Elizabeth kepadanya. "Sebagian besar isinya tidak bisa saya mengerti.
Barangkali Anda mau menjelaskannya."
Kecanggungan Joeppli lenyap seketika. Dia membungkuk ke depan di kursinya, penuh keyakinan dan mantap, dan mulai bicara tanpa terputus-putus. "Saya telah melakukan percobaan dengan suatu metode penghambatan perubahan kolagen
yang pesat, dengan menggunakan
teknik membendung mukopolisakharida dan enzim. Anda tentu tahu, kolagen ialah protein dasar paling utama dari semua jaringan penghubung."
"Tentu saya tahu," kata Elizabeth.
Dia tidak sedikit pun berusaha memahami bagian-bagian teknis dari penjelasan Joeppli. Yang dia mengerti ialah proyek yang sedang ditekuni itu bisa memperlambat
proses menua. Suatu konsep yang mendebarkan.
Dia duduk di sana tidak bergerak, mendengarkan,
memikirkan tentang makna percobaan itu dalam revolusi kehidupan pria dan wanita di seluruh dunia. Menurut Joeppli, tidak ada alasan kenapa setiap orang tidak akan hidup sampai seratus tahun, atau seratus lima puluh, atau bahkan dua ratus tahun.
"Untuk itu tidak perlu suntikan," tutur Joeppli kepada Elizabeth. "Dengan rumus ini, ramuannya bisa ditelan dalam bentuk tablet atau kapsul-"
Kemungkinan itu sangat mengguncangkan. Itu berarti tak lain dari revolusi sosial. Dan milyaran dolar bagi Roffe and Sons. Mereka akan membuat sendiri, bisa juga menjual lisensinya kepada perusahaan-perusahaan lain. Tidak ada seorang manula di atas lima puluh tahun, yang tidak bisa
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
minum pil itu untuk membuatnya awet muda. Sulit bagi Elizabeth untuk membendung ketakjubannya.
"Sudah berapa lama Anda menggarap proyek ini?"
"Sebagaimana tertulis dalam laporan itu, saya telah melakukan percobaan kepada hewan-hewan selama empat tahun. Semua hasil akhir adalah positff. Kini menjelang siap dicobakan kepada manusia." Elizabeth menyukai semangat lelaki itu.
"Siapa yang tahu tentang hal ini?"
"Ayah Anda tahu. Ini proyek Dokumen Merah. Sangat
rahasia. Artinya, saya hanya melapor kepada presiden direktur perusahaan dan satu orang anggota dewan
direksi." Elizabeth mendadak merasa kecut. "Siapa dia?"
"Mr. Walther Gassner."
Elizabeth terdiam sejenak. "Mulai saat ini," dia berkata,
"saya minta Anda langsung melapor kepada saya. Hanya kepada saya saja."
Joeppli memandang keheranan kepadanya. "Baik, Miss Roffe."
"Masih berapa lama lagi sebelum kita bisa melempar produk ini ke pasaran?"
"Kalau semua berjalan lancar, delapan belas sampai dua puluh empat bulan dari sekarang."
"Bagus. Kalau Anda memerlukan sesuatu uang,
tambahan tenaga, peralatan - beritahu saya. Saya ingin Anda selesai secepat mungkin."
"Baik, ma"am."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Elizabeth bangkit, dan seketika itu pula Emil Joeppli berdiri.
"Saya senang sekali bertemu Anda." Dia tersenyum, dan menambahkan dengan tersipu-sipu, "Saya juga senang kepada ayah Anda."
"Terima kasih," sahut Elizabeth. Sam tahu tentang
proyek ini. Inikah alasan lain mengapa dia menolak menjual perusahaan"
Di pintu, Emil Joeppli berpaling kepada Elizabeth.
"Proyek ini akan berkhasiat untuk manusia!"
"Ya," kata Elizabeth. "Pasti."
Harus. "Bagaimana penanganan proyek Dokumen Merah?"
Kate Erling bertanya, "Dari awal?"
"Dari awal." "Hm. Sebagaimana Anda tahu, kita mempunyai beberapa ratus produk baru dalam berbagai tahap percobaan.
Produk-produk itu ?"
"Siapa yang memiliki wewenang terhadap produk-produk itu?" "Sampai jumlah uang tertentu, para kepala departemen bersangkutan," kata Kate Erling.
"Sampai berapa besar?"
"Lima puluh ribu dolar."
"Di atas itu?" Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Harus ada persetujuan dari dewan direksi. Tentu saja, sebuah proyek tidak akan masuk kategori Dokumen Merah sebelum lolos dari pengujian awal."
"Maksudmu sampai proyek itu menunjukkan kemungkinan akan berhasil?" tanya Elizabeth.
"Betul." "Bagaimana pengamanannya?"
"Kalau itu suatu proyek penting, semua pekerjaan akan dipindahkan ke laboratorium yang paling aman. Semua berkas-berkasnya akan dipindah dari arsip umum, dan masuk arsip Dokumen Merah. Hanya tiga orang yang bisa menjangkau dokumen itu. Ilmuwan yang terlibat dengan proyek tersebut, presiden direktur perusahaan, dan seorang anggota dewan direksi."
"Siapa yang menunjuk anggota dewan direksi itu?" tanya Elizabeth.
"Ayah Anda memilih Walther Gassner."
Saat kata-kata itu terluncur dari mulutnya, Kate
menyadari kesalahannya. Kedua wanita itu saling berpandangan, dan Elizabeth berkata, "Terima kasih, Kate. Cukup."
Elizabeth tidak menyebut-nyebut tentang proyek
Joeppli. Namun, Kate tahu apa yang dimaksud Elizabeth.
Ada dua kemungkinan. Sam telah mempercayainya tentang proyek Joeppli, atau Kate mencari tahu sendiri. Untuk orang lain.
Ini terlalu penting untuk dibiarkan meleset. Dia sendiri akan meneliti pengamanannya. Dan dia harus bicara
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
kepada Walther Gassner. Dia meraih telepon, tetapi kemudian mengurungkannya. Ada jalan yang lebih baik.
Senja itu, Elizabeth ikut penerbangan biasa ke Berlin.
Walther Gassner gelisah. Mereka duduk di sudut ruang makan di lantai atas
Papillon, yang terletak di Kurfurstendamm. Di masa lalu, setiap kali Elizabeth berkunjung ke Berlin, Walther selalu berkeras agar Elizabeth makan malam di rumahnya,
bersama Anna dan dia. Kali ini, dia sama sekali tidak menyebut-nyebut tentang hal itu. Sebagai gantinya, dia menyarankan agar mereka bertemu di restoran ini. Dan dia datang tanpa Anna.
Walther Gassner masih tetap tampan seperti bintang film, tetapi kecerahannya mulai memudar. Ada garis-garis ketegangan di wajahnya, dan tangannya terus-menerus gemetaran. Dia tampak diliputi ketegangan yang amat sangat. Ketika Elizabeth menanyakan tentang Anna,
Walther hanya menjawab samar-samar. "Anna merasa
kurang sehat. Dia tidak bisa ikut."
"Parahkah?" "Tidak, tidak. Dia akan segera baik kembali. Dia di rumah, beristirahat."
"Aku akan meneleponnya, dan ?"
"Lebih baik jangan ganggu dia."
Percakapan itu sangat membingungkan, sama sekali
tidak seperti Walther yang menurut anggapan Elizabeth selalu terbuka dan terus terang.
Elizabeth mengemukakan soal Emil Joepph.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Kita sangat membutuhkan apa yang sekarang sedang
dikerjakannya," katanya.
Walther mengangguk. "Akan menjadi sesuatu yang
menggemparkan." "Aku telah minta kepadanya untuk tidak melapor
kepadamu lagi." Gemetaran tangan Walther mendadak berhenti. Rasanya seperti teriakan. Dia menatap Elizabeth, dan bertanya,
"Kenapa kau berbuat begitu?"
"Ini tidak ada sangkut paut dengan dirimu pribadi, Walther. Aku akan mengambil tindakan serupa terhadap setiap anggota dewan direksi yang terlibat dengan Joeppli.
Aku hanya ingin menanganinya menurut caraku sendiri."
Lelaki itu mengangguk. "Aku mengerti." Tetapi
tangannya tetap terpaku di meja. "Tentu saja kau
mempunyai hak." Dia memaksa diri untuk tersenyum, dan Elizabeth melihat betapa berat hal itu baginya. "Elizabeth,"
dia berkata, "Anna mempunyai banyak saham di
perusahaan. Dia tidak bisa menjualnya kalau kau tidak setuju. Ini - ini penting sekali. Aku-"
"Maaf, Walther. Aku tak bisa membiarkan saham-saham itu dijual sekarang."
Tangan Walther mendadak gemetaran lagi.
BAB 24 HERR Julius Badrutt seorang lelaki, ceking, dan rapuh, yang mengingatkan orang pada seekor berjalang sembah berpakaian hitam. Dia seperti orang-orang lukisan garis
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
seorang bocah, dengan kaki dan tangan kurus, dan wajah yang belum jadi. Dia duduk kaku di meja rapat ruang direksi Roffe and Sons, berhadapan dengan Elizabeth. Ada lima pimpinan bank lagi bersamanya. Mereka berpakaian setelan hitam dengan rompi, kemeja putih, dan dasi warna gelap. Seperti berseragam, pikir Elizabeth. Mengamati mata-mata yang menatap dingin itu, Elizabeth dicekam perasaan waswas. Sebelum pertemuan itu mulai, Kate membawa masuk kopi dan kue-kue lezat yang masih
hangat. Semua pria itu menolak. Mereka juga tetap menolak ketika Elizabeth menawarkan undangan untuk makan
siang. Dia menganggapnya sebagai pertanda buruk. Mereka datang untuk menuntut uang mereka.
Elizabeth berkata, "Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih atas kesediaan Anda sekalian datang ke sini, pada hari ini."
Terdengar gumam basa-basi sebagai jawaban.
Dia menarik napas dalam-dalam. "Saya minta Anda
sekalian kemari, untuk membicarakan suatu perpanjangan atas utang-utang Roffe and Sons kepada Anda."
Julius Badrutt menggelengkan kepalanya dalam gerakan tersentak-sentak.
"Maaf, Miss Roffe. Kami sudah memberitahu ?" "Saya belum selesai," kata Elizabeth. Dia melempar pandangan ke sekeliling ruangan. "Kalau saya jadi Anda, Bapak-bapak, saya akan menolak."
Mereka menatap kepadanya, kemudian saling berpandangan dalam kebingungan.
Elizabeth melanjutkan. "Kalau Anda merasa waswas
tentang utang-utang ketika ayah saya memimpin perusahaan ini - dan dia seorang pengusaha yang
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
cemerlang - kenapa Anda harus memperpanjang utang-utang itu

Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk seorang wanita yang tak berpengalaman di bidang usaha?"
Julius Badrutt berkata dengan nada kering,
"Saya kira Anda telah menjawab pertanyaan Anda
sendiri, Miss Roffe. Kami sama sekali tidak berniat ?"
Elizabeth berkata, "Saya belum selesai."
Mereka sekarang memandang lebih tajam kepadanya.
Sebaliknya, Elizabeth menatap mereka satu demi satu, berusaha menarik perhatian mereka sepenuhnya. Mereka bankir kakap Swiss yang dikagumi, dihargai, dan
dicemburui kalangan bank lain yang lebih kecil. Mereka sekarang membungkuk ke depan, mendengarkan dengan
penuh perhatian. Sikap tak sabar dan acuh tak acuh yang semula mereka tampilkan, berubah menjadi keingintahuan.
"Anda sekalian telah cukup lama mengenal Roffe and Sons," Elizabeth melanjutkan. "Saya yakin sebagian besar dari Anda mengenal ayah saya, dan kalau memang
demikian, Anda pasti menyegani ayah saya."
Ada anggukan setuju dari sebagian besar di antara
mereka. "Saya membayangkan," Elizabeth meneruskan, "bahwa
Anda sekalian pasti tersedak ketika minum kopi waktu sarapan, ketika mengetahui siapa yang menggantikan kedudukan ayah saya di sini."
Salah seorang bankir tersenyum, lalu tertawa terbahak-bahak, dan berkata, "Anda benar sekali, Miss Roffe. Saya tidak bermaksud kurang ajar, tetapi rasanya saya bisa mewakili rekan-rekan saya yang lain, kalau
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
berterus terang bahwa bagaimana kata-kata Anda tadi" kami tersedak waktu sarapan."
Elizabeth tersenyum cerdik. "Saya tidak heran. Saya yakin, saya pun akan bereaksi demikian."
Seorang bankir lain angkat bicara. "Saya ingin tahu, Miss Roffe. Kalau kita memang sepakat tentang hasil pertemuan pagi ini,"
- dia merentangkan tangannya secara mengesankan - "kenapa kita berada di sini?"
"Anda berada di sini," kata Elizabeth, "karena di dalam ruangan ini berkumpul sebagian bankir-bankir terbesar di dunia. Saya tidak percaya bahwa Anda bisa begitu berhasil, hanya dengan mempertimbangkan segalanya dalam dolar dan sen. Kalau hanya begitu, maka setiap tenaga
pembukuan pun bisa menjalankan usaha Anda. Saya yakin, usaha perbankan lebih daripada sekadar itu."
"Tentu saja," gumam seorang bankir lain, "tetapi kami pengusaha, Miss Roffe, dan ?"
"Dan Roffe and Sons adalah sebuah perusahaan.
Perusahaan besar. Saya baru menyadari kebesarannya ketika duduk di kursi ayah saya. Saya tidak tahu berapa banyak nyawa di negara-negara di dunia, yang telah diselamatkan perusahaan ini. Atau sumbangan besar yang kami berikan kepada dunia obat-obatan. Atau berapa ribu orang yang menggantungkan hidupnya pada perusahaan ini. Kalau ?"
Julius Badrutt menyela. "Semua itu memang patut
diacungi jempol, tetapi rasanya kita agak keluar jalur. Saya yakin Anda sudah mendapat saran, jika Anda melepaskan saham-saham perusahaan, akan ada cukup uang untuk
melunasi piutang kami."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Kesalahannya yang pertama, pikir Elizabeth. Saya yakin Anda telah mendapat saran.
Saran itu telah dikemukakan dalam rapat dewan direksi yang tertutup, di mana semua pembicaraan bersifat
rahasia. Ada seseorang yang mengikuti pertemuan itu, yang membocorkannya. Seseorang yang berusaha menekannya.
Dia bertekad untuk mengetahui siapa orangnya, tetapi itu akan diselesaikannya kelak.
"Saya ingin mengajukan pertanyaan," kata Elizabeth.
"Asalkan piutang Anda terlunasi, pentingkah bagi Anda untuk tahu dari mana datangnya uang itu?"
Julius Badrutt mengamatinya, menimbang-nimbang
pertanyaan itu, mencari jebakan yang tersembunyi di baliknya, Akhirnya dia berkata, "Tidak. Asalkan kami memperoleh uang kami kembali."
Elizabeth membungkuk ke depan, dan berkata dengan
sungguh-sungguh, "Kalau begitu, tidak jadi soal sebenarnya, apakah Anda saya lunasi dari penjualan saham perusahaan kepada pihak luar, atau dari sumber keuangan kami
sendiri. Anda sekalian tahu, bahwa kegiatan usaha Roffe and Sons tidak akan berhenti. Tidak pada harl ini. Tidak besok. Kapan pun tidak. Saya hanya minta pengertian Anda untuk memberi sedikit kelonggaran waktu."
Julius Badrutt mengecap-ngecapkan bibirnya yang
kering, dan berkata, "Percayalah, Miss Roffe, kami sangat penuh pengertian. Kami tahu betapa berat beban perasaan yang Anda hadapi, tetapi kami tidak bisa ?"
"Tiga bulan," kata Elizabeth. "Sembilan puluh hari. Tentu saja dengan bunga denda."
Sekeliling meja diliputi keheningan. Tetapi keheningan yang mengandung keberatan. Elizabeth menangkap
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
wajah-wajah yang dingin dan memusuhi. Dia memutuskan untuk melempar satu taruhan terakhir.
"Saya - saya tidak tahu, apakah saya pantas
mengungkapkan soal ini," dia berkata dengan keraguan yang disengaja, "dan saya harus minta kepada Anda untuk tetap merahasiakannya." Dia memandang sekelifing, dan melihat dia telah menggenggam perhatian mereka lagi.
"Roffe and Sons sedang menghadapi suatu terobosan yang akan menggemparkan seantero industri farmasi." Dia berhenti sebentar untuk meningkatkan ketegangan.
"Perusahaan ini akan melontarkan sebuah produk yang, menurut perbitungan kami, akan jauh mengungguli penjualan setiap produk obat yang ada di pasaran saat ini."
Dia dapat merasakan perubahan
suasana yang berlangsung. Julius Badrutt yang pertama-tama menyambut umpan
itu. "Produk apa " jenis " eh ?"
Elizabeth menggelengkan kepalanya. "Maaf, Herr
Badrutt. Mungkin saya sudah bicara terlalu jauh. Saya hanya bisa mengatakan kepada Anda, bahwa produk itu akan merupakan pembaruan terbesar dalam bidang usaha ini. Hal itu akan menuntut pengembangan sarana kami secara besar-besaran. Kami harus melipatgandakan sarana itu, mungkin sampai tiga kali lipat. Tentu saja, kami perlu mencari dana dalam skala besar."
Para bankir itu saling melempar pandangan, melontarkan isyarat-isyarat rahasia. Keheningan itu dipecahkan oleh Herr Badrutt. "Kalau kami bersedia memberi kelonggaran waktu sembilan puluh hari, kami tentu mengharapkan akan menjadi bank utama bagi Roffe and Sons dalam semua transaksi di masa depan."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Tentu saja." Lagi-lagi lemparan pandangan penuh arti. Mirip isyarat genderang pada suku-suku terasing, pikir Elizabeth.
"Sementara itu," kata Herr Badrutt, "kami bisa mendapat kesanggupan Anda, bahwa pada akhir sembilan puluh hari itu, semua utang akan Anda lunasi sepenuhnya?"
"Ya." Herr Badrutt duduk di sana, menerawang ke depan. Dia memandang
Elizabeth, lalu berpaling kepada rekan-rekannya yang lain, dan menerima isyarat mereka.
"Bagi saya, saya bersedia menyetujui. Saya kira, suatu penundaan dengan bunga denda tidak akan merugikan."
Salah seorang bankir mengangguk. "Kalau kau minta
persetujuan kami, Julius. ."
Dan kesepakatan pun tercapai. Elizabeth bersandar ke kursinya, berusaha menutupi perasaan lega yang menyiram dirinya. Dia berhasil merebut sembilan puluh hari.
Dia memerlukan setiap menit dari jangka waktu itu.
BAB 25 RASANYA seperti berada dalam inti pusaran angin
topan. Segalanya melayang ke meja Elizabeth. Dari ratusan departemen di kantor pusat, dari pabrik-pabrik di Zaire, semua laboratorium di Greenland, kantor-kantor di
Australia dan Muangthai, dari keempat penjuru dunia. Ada laporan-laporan tentang berbagai produk baru, penjualan,
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
perkiraan statistik, kampanye periklanan, program-program percobaan.
Mereka menunggu keputusan tentang pembangunan
pabrik-pabrik baru, penjualan pabrik-pabrik lama, pembelian perusahaan, pengangkatan dan pemecatan
tenaga-tenaga eksekutif. Elizabeth mempunyai penasihat-penasihat ahli untuk setiap segi perusahaan, tetapi dia harus memberikan segala keputusan akhir.
Sebagaimana dulu dilakukan oleh Sam. Dia sekarang
mensyukuri masa tiga tahun kerja sama dengan ayahnya.
Dia tahu lebih banyak tentang perusahaan daripada yang disadarinya, tetapi juga sangat sedikit. Cakrawala perusahaan
terlalu menakjubkan. Elizabeth pernah
membandingkan perusahaan itu dengan sebuah kerajaan, tetapi sebenamya lebih tepat dikatakan serentetan kerajaan, diperintah oleh para raja muda, dengan kantor pusat
sebagai balairung. Masing-masing saudara sepupunya memiliki wilayah kekuasaan mereka, dan
sebagai tambahan mereka mengawasi daerah mancanegara yang lain, sehingga mereka selalu bepergian.
Elizabeth segera menyadari bahwa dia menghadapi
masalah khusus. Dia seorang wanita di dunia lelaki, dan melihat bahwa hal itu membawa perbedaan. Dia tidak pernah percaya bahwa laki-laki masih menganut mitos tentang ketidakmampuan kaum wanita, tetapi dia segera tahu dari pengalaman. Tak seorang pun menyatakan hal itu dengan perkataan maupun tindakan, tetapi Elizabeth menghadapinya setiap hari. Itu adalah sikap yang lahir dari praduga kuno dan tak bisa dihindari. Para lelaki itu tidak senang menerima perintah dari seorang wanita. Mereka merasa segan membayangkan ada seorang wanita yang
mempertanyakan penilaian mereka, berusaha mengembangkan gagasan-gagasan mereka. Fakta bahwa
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Elizabeth masih muda dan cantik, membuat keadaan lebih buruk lagi. Mereka berusaha membuatnya merasa dirinya lebih baik tinggal di rumah, di ranjang atau dapur, dan sebaiknya menyerahkan segala urusan perusahaan kepada kaum lelaki.
Elizabeth menjadwalkan pertemuan dengan berbagai
kepala departemen setiap hari. Tidak semua bersikap memusuhi. Beberapa malah ingin memangsanya. Seorang gadis cantik di kursi presiden direktur merupakan suatu tantangan terhadap ego kelaki-lakian mereka. Benak mereka mudah dibaca: Kalau aku bisa mencumbunya, aku bisa menguasainya.
Versi dewasa dari para pemuda di Sardinia.
Orang-orang itu mendekati sisi yang keliru dari diri Elizabeth. Mereka seharusnya mendekati pola berpikimya, karena pada akhirnya dari situlah dia mengendalikan mereka. Mereka meremehkan kecerdasannya, dan itulah kesalahan mereka.
Mereka salah duga tentang kemampuannya untuk
memegang kekuasaan, dan itu suatu kesalahan lain.
Mereka juga salah merulai kekuatannya, dan itulah
kesalahan terbesar mereka. Dia seorang Roffe, dengan garis darah Samuel tua dan ayahnya dalam dirinya, dan memiliki tekad serta semangat mereka.
Sementara para lelaki di sekitarnya berusaha rnemanfaatkan dirinya, dia justru memanfaafkan mereka.
Dia menimba pengetahuan dan pengalaman dan wawasan yang mereka himpun, dan semua itu dijadikannya miliknya.
Dia membiarkan mereka berbicara, dan dia mendengarkan.
Dia melontarkan pertanyaan, dan dia mengingat-ingat jawabannya.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Dia belaiar. Setiap malam Elizabeth membawa pulang dua tas kerja berat, penuh berisi laporan-laporan untuk dipelajari.
Terkadang dia bekerja sampai pukul empat pagi. Pada suatu malam, seorang wartawan foto sebuah harian
menjepret Elizabeth yang sedang melangkah keluar kantor, diiringi seorang sekretaris membawakan dua tas kerja.
Foto itu muncul di surat kabar keesokan harinya.
Keterangan di bawahnya menyebutkan: "Ahli Waris Yang Giat Bekerja".
Elizabeth menjadi tokoh internasional dalam waktu
semalam. Kisah seorang gadis cantik yang mewarisi
perusahaan senilai multi milyar dolar, dan kemudian mengambil alih kekuasaan memang sangat menggiurkan.
Kalangan pers jadi penasaran. Elizabeth cantik, cerdas, dan tetap sederhana. Suatu perpaduan sikap yang jarang mereka temukan di kalangan orang-orang terkenal. Dia melayani mereka kapan saja dia sempat, berusaha
membangun citra perusahaan yang hancur, dan mereka menghargainya. Kalau tidak bisa menjawab pertanyaan seorang wartawan, dia tidak sungkan-sungkan untuk
mengangkat telepon, dan menanyakan kepada seseorang.
Saudara-saudara sepupunya terbang ke Zurich sekali seminggu untuk menghadiri pertemuan, dan Elizabeth melewatkan waktu sebanyak mungkin bersama mereka.
Dia menemui mereka bersama-sama, maupun seorang
demi seorang. Dia berbicara dengan mereka dan meneliti mereka, mencari suatu kunci tentang siapa di antara mereka yang membiarkan orang-orang tak bersalah tewas dalam sebuah ledakan, menjual rahasia-rahasia kepada Perusahaan Pesaing, dan siapa di antata mereka yang
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
berusaha menghancurkan Roffe and Sons. Salah seorang dari saudara-saudara sepupunya.
Ivo Palazzi dengan kehangatan dan da pikatnya yang sulit dielakkan.
Alec Nichols, lelaki yang santun dan lembut yang selalu siap membantu jika Elizabeth memerlukannya.
Charles Martel, yang tak bisa berkutik dan ketakutan.
Dan seorang lelaki yang ketakutan bisa berbahaya kalau terpojok.
Walther Gassner. Pemuda Jerman sejati. Tampan dan
ramah dari luar. Seperti apa dia dari dalam" Dia telah mengawini Anna, seorang ahli waris kaya, yang tiga belas tahun lebih tua dari dirinya. Apakah dia menikah demi cinta, atau demi uang"
Jika bersama mereka, Elizabeth mengamati, dan
mendengarkan, dan mengorek. Dia menyinggung ledakan di Chili dan
menyimak tanggapan mereka, dan membicarakan soal hak-hak paten yang terpaksa dilepaskan Roffe and Sons kepada perusahaan lain, dan mengemukakan
tuntutan-tuntutan pemerintah yang mereka hadapi. Dia tidak menemukan apa-apa. Siapa pun orang itu, dia terlalu pintar sehingga sulit disingkap. Dia harus dijebak.
Elizabeth teringat pada catatan pinggir Sam pada laporan itu. Bajingan itu harus dijebak. Dia harus menemukan suatu jalan.
Elizabeth semakin lama semakin terkesima dengan
liku-liku perusahaan farmasi.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Kabar buruk cepat tersebar luas. Kalau ada laporan bahwa seorang penderita meninggal gara-gara obat
perusahaan pesaing, dalam setengah jam selusin orang sudah
angkat telepon ke seluruh dunia. "Ngomong-ngomong, kau sudah dengar tentang. .?"
Namun di luar, perusahaan-perusahaan itu tampak
sangat akrab. Para pimpinan sejumlah perusahaan besar mengadakan pertemuan tak resmi secara teratur, dan Elizabeth pernah diundang. Dia satu-satunya wanita yang hadir. Mereka membicarakan berbagai kesamaan masalah.
Direktur salah satu perusahaan besar, seorang lelaki gendut setengah baya yang angkuh, menguntit Elizabeth sepanjang
pertemuan itu. Ia berkata, "Peraturan pemerintah makin lama makin tidak masuk akal. Kalau besok ada seorang genius yang menemukan aspirin,
pemerintah tak akan memberi lampu hijau." Dia
melontarkan senyum sok tahu kepada Elizabeth. "Dan tahukah Anda, Miss manis, sudah berapa lama kita
mempunyai aspirin?" Miss manis menjawab, "Sejak tahun empat ratus
sebelum Masehi, ketika Hipokrates menemukan salisin pada kulit pohon willow."
Lelaki itu menatapnya sejenak, dan senyum di bibimya pun lenyap. "Benar sekali." Dia pun melangkah pergi.
Para pemimpin perusahaan itu sepakat bahwa salah satu masalah
terbesar yang mereka hadapi ialah Perusahaan-perusahaan "aku-juga", para tukang tiru yang mencuri rumus produk-produk yang berhasil, mengganti namanya, dan cepat-cepat melempar ke pasaran. Tindakan itu merugikan perusahaan-perusahaan terpercaya sampai ratusan juta dolar setiap tahun.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Di Italia orang bahkan tak perlu mencuri rumus-rumus itu.
"Italia adalah salah satu dari negara-negara yang tidak memiliki
undang-undang paten untuk melindungi obat-obat baru," tutur salah seorang eksekutff kepada Elizabeth. "Dengan suap beberapa ratus ribu lira, setiap orang bisa membeli rumus-rumus dan mengedarkannya
dengan nama baru. Kami mengeluarkan jutaan dolar untuk Penelitian - mereka enak saja mengantongi keun-tungannya."
"Hanya di Italia saja?" tanya Elizabeth.
"Italia dan Spanyol yang paling parah. Prancis dan Jerman Barat masih lumayan. Inggris dan Amerika Serikat bersih."
Elizabeth mengamati semua lelaki bermoral tinggi yang marah itu, dan bertanya-tanya, mungkinkah salah seorang dari mereka terlibat pencurian hak-hak paten Roffe and Sons"
Elizabeth merasa bahwa dia melewatkan sebagian besar waktunya di pesawat terbang. Dia menyimpan Pasportnya di laci paling atas meja kerjanya. Setidaknya, sekali seminggu selalu ada panggilan mendadak dari Kairo atau Guatemala atau Tokyo, dan dalam beberapa jam Elizabeth sudah berada di pesawat bersama setengah lusin stafnya, untuk menghadapi suatu keadaan darurat.
Dia menemui para manajer pabrik dan keluarga mereka di kota-kota besar seperti Bombay, dan tempat-tempat terpencil seperti Puerto Vallarta. Lambat laun Roffe and Sons mulai menyajikan wujud baru, tidak lagi merupakan tumpukan laporan dan statistik. Laporan berkepala "GuateTiraikasih website : http://kangzusi.com/
mala" sekarang berarti Emil Nunoz dan istrinya yang gemuk, ramah, bersama dua belas anak mereka;
"Kopenhagen" adalah Nils Bjorn dan ibunya yang lumpuh, yang tinggal bersamanya; "Rio de Janeiro" berarti suatu malam bersama Alessandro Duval dan gundiknya yang
cantik menawan. Elizabeth menjalin hubungan teratur dengan Emil
Joeppli. Dia selalu meneleponnya lewat

Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pesawat pribadinya, menghubunginya di flat mungilnya di
Aussersihl pada malam hari:
Dia tetap berhati-hati, meskipun lewat telepon.
"Bagaimanaperkembangannya?"
"Agak lebih lamban daripada yang saya harapkan, Miss Roffe."
"Anda memerlukan sesuatu?"
"Tidak. Hanya waktu. Memang ada persoalan kecil, tetapi saya kira sudah bisa diatasi sekarang."
"Bagus. Hubungi saya kalau Anda memerlukan Sesuatu apa pun." "Baik. Terima kasih, Miss Rolfe."
Elizabeth meletakkan gagang telepon. Sebenarnya ada keinginan untuk mendorong lelaki itu, untuk mengatakan kepadanya supaya bergegas, karena dia tahu bahwa waktu dari bank cepat berlalu. Dia benar-benar membutuhkan apa yang sedang digeluti Emil Joeppli, tetapi menekan orang itu bukan jawaban yang dia butuhkan. Maka dia menyimpan ketidaksabaran itu bagi dirinya sendiri. Elizabeth tahu bahwa percobaanpercobaan itu tak mungkin selesai pada waktu utang-utang jatuh tempo. Tetapi dia mempunyai rencana. Dia bermaksud melibatkan Julius Badrutt dalam
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
rahasia itu, membawanya ke laboratorium, dan membiarkan orang itu menyaksikan sendiri apa yang
sedang berlangsung. Kalangan bank akan memberikan
segala waktu yang mereka butuhkan.
Elizabeth semakin erat bekerja sama dengan Rhys
Williams, terkadang sarnpai larut malam. Mereka sering bekerja berdua saja, makan malam bersama di ruang
makan pribadi di kantor, atau di aparternen anggun yang dihuninya. Sebuah kondominium, modern, besar, dan
leluasa, dan terang benderang di Zurichberg, dengan pemandangan ke Danau Zurich. Elizabeth makin menyadari daya pikat Rhys, tetapi andaikata lelaki
itu merasa tertarik kepadanya, dia rupanya cukup
berhati-hati untuk tidak menunjukkannya. Dia selalu sopan dan ramah. Kebapaan, itulah kata yang terlintas dalam pikiran Elizabeth, dan ternyata kedengarannya agak merendahkan.
Dia ingin bersandar kepadanya, mencurahkan isi hatinya. Namun dia tahu, harus hati-hati.
Lebih dari sekali dia nyaris tak mampu menahan diri untuk menceritakan kepada Rhys tentang usaha-usaha sabotase terhadap perusahaan, tetapi ada sesuatu yang menahannya.
Dia belum siap untuk membicarakan hal itu dengan siapa pun. Sampai dia tahu lebih banyak lagi.
Elizabeth semakin percaya pada dirinya sendiri. Dalam suatu rapat penjualan, mereka membicarakan satu
conditioner rambut baru yang tidak laku-laku juga.
Elizabeth sudah mencobanya, dan dia tahu produk itu lebih unggul daripada produk sejenis di pasaran.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Kita sudah menerima pengembalian besar-besaran dari toko-toko," keluh seorang manajer penjualan. "Agaknya belum menemukan terobosan. Kita perlu pengiklanan lebih banyak lagi."
"Kita sudah melampaui anggaran iklan kita," sergah Rhys keberatan. "Kita harus menemukan suatu pendekatan lain."
Elizabeth berkata, "Tariklah dari toko-toko."
Mereka memandangnya. "Apa?"
"Barang itu terlalu mudah diperoleh." Dia berpaling kepada Rhys. "Kita harus tetap meneruskan iklan, tetapi hanya menjual di salon-salon kecantikan. Kita bikin eksklusif, sulit dijangkau. Itulah citra yang diperlukan."
Rhys berpikir sejenak kemudian mengangguk dan
berkata, "Aku menyukai gagasan itu. Mari kita coba."
Dalam sekejap produk itu menjadi rebutan.
Setelah itu, Rhys memujinya. "Kau tidak hanya berwajah cantik," katanya sambil menyeringai.
Jadi dia mulai menaruh perhatian.
BAB 26 London Jumat, 2 November Pukul lima sore ALEC NICHOLS sendirian di ruang sauna klub ketika
pintu terbuka dan seorang lelaki melangkah masuk ke
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
ruangan yang beruap itu, dengan sehelai handuk melilit pinggangnya. Orang itu duduk di bangku kayu di samping Alec. "Di sini panas sekali, ya, Sir Alec?"
Alec menoleh. Ternyata Jon Swinton. "Bagaimana kau bisa masuk ke sini?"
Swinton mengedipkan mata. "Saya bilang bahwa Anda
menunggu saya." Dia memandang mata Alec dan bertanya,
"Anda mengharapkan saya, bukan, Sir Alec?"
"Tidak," jawab Alec. "Sudah kukatakan kepadamu, aku butuh waktu."
"Anda juga mengatakan kepada kami, bahwa sepupu
Anda yang mungil itu akan menjual saham-saham, dan Anda akan melunasi kami."
"Dia - dia berubah pikiran."
"Ah, kalau begitu Anda sebaiknya mengubah lagi
untuknya. Bukan begitu?"
"Aku sedang berusaha. Ini masalah -"
"Ini masalah tentang berapa banyak kotoran kuda yang mau kami terima dari Anda." Jon Swinton bergeser makin mendekat, memaksa Alec untuk beringsut sepanjang
bangku. "Kami tidak bermaksud bertindak kasar terhadap Anda, karena enak sekali mempunyai seorang kawan baik seperti Anda di Parlemen. Anda tahu maksud saya" Tetapi ada batasnya." Dia sekarang bersandar kepada Alec, dan Alec semakin menjauh darinya. "Kami telah bermurah hati kepada Anda. Sekarang waktunya Anda membalas kami.
Anda harus mengusahakan pengapalan obat bius untuk kami."
"Tidak. Itu tidak mungkin," ujar Alec. "Aku tidak bisa.
Tidak ada jalan -" Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Alec tiba-tiba menyadari dirinya telah terpojok di ujung bangku, di samping tangki baja besar berisi batu-batu karang panas. "Awas," seru Alec. "Aku-"
Swinton mencengkeram lengan Alec, dan memilin
tangan itu, mendesaknya ke hamparan batu-batu karang.
Alec bisa merasakan bulu-bulu di tangannya mulai hangus.
"Jangan. Dalam sekejap lengannya sudah ditekan ke batu-batu karang, dan dia berteriak-teriak kesakitan serta jatuh terkulai di lantai, sangat kesakitan. Swinton berdiri di atasnya.
"Anda harus mencari jalan. Kami akan menghubungi
Anda." BAB 27 Berlin Sabtu, 3 November Pukul enam sore ANNA ROFFE GASSNER tidak tahu sampai berapa lama
lagi dia mampu bertahan. Dia telah menjadi tawanan di rumahnya sendiri. Kecuali pembantu wanita yang membenahi rumah dan datang
untuk beberapa jam sekali seminggu, Anna dan anak-anak dibiarkan sendirian, sepenuhnya tergantung pada belas kasihan
Walther. Suaminya tak menutup-nutupi kebenciannya lagi. Anna sedang berada di kamar anak-anak
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
mendengarkan salah satu piringan hitam kesayangan
mereka bersama-sama. "Welch ein Singen, Musizieren,
Pfeifen, Zwitschken, Tiriliern. . "
Walther menyerbu masuk. "Aku sudah muak dengan semua ini!" dia berteriak.
Dari dia membanting piringan hitam itu, sementara
anak-anak gemetar ketakutan.
Anna berusaha menenangkannya. "Aku - aku minta maaf, Walther. Aku tidak tahu kau ada di rumah. Ada yang bisa kulakukan untukmu?"
Walther menghampirinya dengan mata berbinar-binar, dan berkata, "Kita harus menyingkirkan anak-anak, Anna."
Itu dikatakannya di depan mereka!
Walther meletakkan tangannya di bahunya. "Apa yang terjadi di rumah ini harus menjadi rahasia kita." Rahasia kita. Rahasia kita. Rahasia kita.
Anna bisa merasakan kata-kata itu bergetar di
kepalanya, dan tangan suaminya mulai mencengkeramnya, sampai dia merasa sesak napas. Dia pun pingsan.
Ketika terbangun, Anna terbaring di tempat tidumya.
Tirai-tirai jendela diturunkan. Dia menengok ke jam di samping tempat tidur. Pukul enam sore. Rumah sunyi senyap. Pikiran pertamanya melintas kepada anak-anak, dan rasa takut merayapi dirinya. Dia bangkit dari tempat tidur dengan kaki gemetaran, dan melangkah terhuyung-huyung ke pintu. Ternyata terkunci dari luar. Dia
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
mendengarkan dengan menekankan telinganya rapat-rapat ke daun pintu. Mestinya ada suara anak-anak. Mereka mestinya naik ke atas untuk mencarinya.
Kalau mereka bisa. Kalau mereka masih hidup.
Kakinya begitu gemetar sehingga dia nyaris tak mampu melangkah ke pesawat telepon. Dia berdoa dalam hati, kemudian mengangkat pesawat. Dia mendengar nada
sambung yang sudah amat dikenalnya. Dia ragu-ragu, takut membayangkan apa yang akan dilakukan Walther
terhadapnya, kalau memergoki dirinya lagi. Tanpa
memberi kesempatan pada dirinya untuk berpikir, Anna mulai memutar nomor 110. Tangannya. begitu gemetar sehingga salah putar. Dan salah lagi. Dia mulai menangis.
Dia tak punya banyak waktu. Sambil melawan kepanikan yang melanda dirinya, dia mencoba lagi, memaksa
jari-jarinya untuk bergerak perlahan-lahan. Dia mendengar deringan, kemudian secara ajaib, suara seorang lelaki berkata, "Hier ist der Notruf der Polizei."
Anna tak mampu mengeluarkan suaranya.
"Hier ist der Notruf der Polizei. Kann ich Ihnen helfen?"
"Ja!" Sebuah isakan melengking. "Ja, bitte! Ich bin in grosser Gefahr. Bitte schicken Sie jemanden ?"
Walther muncul di hadapannya, merebut pesawat
telepon dari tangannya dan mendorongnya ke tempat tidur.
Dia membanting pesawat telepon dengan napas terengah-engah, merenggut kabelnya dari dinding, dan berpaling kepada Anna.
"Anak-anak," bisik Anna. "Apa yang kaulakukan terhadap anak-anak?"
Walther tidak menjawab. Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Divisi Pusat Polisi Kriminal Berlin terletak di
Keithstrasse 2832, di kawasan rumah-rumah apartemen yang tidak mencolok dan gedung-gedung perkantoran.
Nomor gawat darurat departemen Delikt am Mensch dilengkapi dengan sistem penahan otomatis, sehingga seorang penelepon tidak bisa memutuskan hubungan
sebelum sambungannya diputus secara elektronik oleh papan penghubung. Dengan demikian, setiap nomor yang masuk bisa dilacak, betapapun singkat pembicaraannya.
Sepucuk perangkat canggih yang dibanggakan departernen itu.
Dalam lima menit setelah hubungan telepon dari Anna Cassner, Detektif Paul Lange melangkah ke ruang kerja atasannya, Mayor Wageman, membawa sebuah pita
rekaman. "Saya minta kesediaan Anda mendengarkan ini." Detektif Lange menekan tombol. Suara lelaki mengatakan, "Hier ist der Notruf der Polizei. Kann ich Ihnen helfen"'
Kemudian suara wanita, penuh ketakutan. "Ja! ja, bitte!
kh bin in grosser Gefahr. Bitte schicken Sie jemanden-"
Terdengar suara berdebuk, suatu ceklikan, dan
hubungan pun terputus. Mayor Wageman mendongak
kepada Detektif Lange. "Anda sudah melacak hubungan itu?"
"Kami tahu dari rumah siapa hubungan itu berasal,"
jawab Detektif Lange dengan hati-hati.
"Jadi apa masalahnya?" desak Mayor Wageman tak
sabar. "Mintalah kepada Pusat agar mengirim mobil untuk menyelidiki."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Saya menunggu perintah dari Anda." Detektif Lange meletakkan secarik kertas di depan atasannya.
"Scheiss ! - Bangsat!" M ayor Wageman memandang terbelalak kepadanya. "Anda yakin?"
"Ya, Mayor." Mayor Wageman mengamati carikan kertas itu lagi.
Telepon itu terdaftar atas nama Gassner, Walther. Kepala divisi Jerman Roffe and Sons, salah satu raksasa industri di jerman.
Tak perlu membicarakan akibatnya. Hanya orang dungu yang tidak akan maklum. Satu langkah salah saja, dan mereka berdua akan terlunta-lunta di pinggir jalan, mencari pekerjaan. Mayor Wageman berpikir sejenak, lalu berkata, "Baiklah. Selidiki saja. Saya minta Anda sendiri ke sana. Dan berhati-hatilah. Ibaratkan telur di ujung tanduk.
Mengerti?" "Saya mengerti, Mayor."
Rumah keluarga Gassner terletak di Wannsee, daerah pinggir kota yang eksklusif di barat daya Berlin. Detektif Lange memilih Hohenszollerndamm yang lebih panjang, dan bukannya jalan raya bebas hambatan yang lebih cepat, karena lalu lintas di jalan yang pertama lebih jarang. Dia melintasi Clayalle, melewati gedung CIA yang tersembunyi di balik kawat berduri sepanjang setengah mil. Dia melalui Markas Besar Angkatan Darat Amerika dan membelok ke kanan, ke jalan yang dulu dikenal sebagai Jalan Satu, jalan terpanjang di Jerman yang membentang dari Prusia Timur sampai perbatasan Belgia. Di sebelah kanannya terletak Brucke der Einheit, jembatan Persatuan, di mana mata-mata Abel telah dipertukarkan dengan pilot U-2 Amerika Gary
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Powers. Detektif Lange membelokkan mobil keluar dan jalan raya, masuk ke perbukitan Wannsee yang rimbun.
Rumah-rumah di situ sangat indah, mengesan kan. Pada hari-hari Minggu, Detektif Lange kadang membawa istrinya kemari, sekadar melihat rumah-rumah itu dan tanah
pekarangannya dari luar. Dia menemukan alamat yang dicarinya, dan membelok
ke jalan panjang menuju rumah keluarga Gassner. Rumah itu bukan hanya mencerminkan kekayaan, tetapi juga kekuasaan. Dinasti Roffe cukup besar untuk menjatuhkan pemerintahan. Mayor Wageman memang benar: dia akan berhati-hati sekali.
Detektif Lange mengemudikan mobilnya ke depan pintu rumah batu bertingkat tiga itu, keluar dari mobilnya, membuka topinya, dan menekan bel pintu. Dia menunggu.
Terasa ada kesunyian yang meliputi sebuah rumah yang terlantar. Dia tahu hal itu mustahil. Dia mengebel lagi.
Tetap saja sunyi. Kesunyian yang mencekam. Dia sedang berpikir-pikir, apakah perlu menuju ke belakang rumah, ketika pintu terbuka tanpa terduga. Seorang wanita berdiri di
ambang pintu. Dia berumur setengah baya, berpenampilan sederhana, memakai baju rumah yang
kusut. Detektif Lange mengiranya sebagai pembantu rumah tangga. Dia mengeluarkan kartu pengenalnya. "Saya ingin bertemu Mrs. Walther Gassner. Tolong katakan, saya Detektif Lange."
"Saya Mrs. Gassner," ka
ta wanita itu. Detektif Lange berusaha menyembunyikan ke- heranannya. Wanita itu berbeda sama sekali dengan
gambarannya tentang sang nyonya rumah.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Saya - kami baru saja menerima telepon di markas
besar polisi," dia mulai.
Wanita itu menatapnya. Wajahnya tak bergeming, acuh tak acuh. Detektif Lange merasa bahwa pendekatannya kurang kena, tetapi dia tidak tahu sebabnya. Dia merasa kehilangan sesuatu yang penting.
"Andakah yang menelepon, Mrs. Gassner?" dia bertanya.
"Ya," jawab wanita itu. "Tetapi itu suatu kesalahan."
Ada nada kebungkaman dalam suaranya. Perwira polisi itu teringat akan suara melengking penuh ketakutan di pita rekaman, setengah jam yang lalu.
"Sekadar untuk catatan kami, boleh saya tahu kesalahan apa?"
Keragu-raguan wanita itu nyaris tidak kentara.
"Tadi - saya mengira ada perhiasan saya yang hilang.
Ternyata, saya menemukannya."
Nomor gawat darurat itu khusus untuk pembunuhan,
perkosaan, penganiayaan. Awas, hati-hati.
"Oh, begitu." Detektif Lange bimbang. Dia ingin masuk ke dalam
rumah itu, ingin menyingkap apa yang disembunyikan wanita itu. Tetapi tak ada yang bisa dikatakan atau dilakukannya. "Terima kasih, Mrs. Cassner.
Maaf, saya telah merepotkan Anda."
Dia berdiri di sana dalam kebingungan, mengawasi pintu tertutup di depan wajahnya. Periahan-lahan dia melangkah ke mobilnya dan beranjak pergi.
Di balik pintu, Anna membalik.
Walther mengangguk dan berkata lirih. "Bagus sekali, Anna. Sekarang kita kembali ke atas."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Dia membalik ke arah tangga, dan Anna mengeluarkan gunting besar yang selama itu disembunyikannya di balik lipitan gaunnya, dan menancapkan benda tajam itu ke punggung suaminya.
BAB 28 Roma Minggu, 4 November Tengah hari HARI Minggu yang indah untuk mengunjungi Villa d"Este bersama Simonetta dan ketiga anak kami yang cantik, pikir Ivo Palazzi. Sementara berjalan menyusuri Taman Tivoli.
yang indah bagaikan negeri dongeng, bergandengan tangan dengan istrinya, mengamati anak-anak berlarian dari air mancur yang satu ke air mancur yang lain di depan mereka, Ivo bertanya dalam hati, apakah Pirro Ligorio, yang membangun taman ini untuk junjungannya, keluarga
d"Este, pernah memimpikan betapa besar kegembiraan yang diberikannya kepada jutaan pengunjung, pada suatu hari kelak. Villa d"Este hanya selangkah di timur laut Roma, tersembunyi di puncak Perbukitan Sabine. Ivo sudah sering ke sana, tetapi dia selalu diliputi perasaan senang luar biasa manakala berdiri di tingkat paling atas, dan memandangi puluhan air mancur di bawah, masing-masing dirancang begitu muskil, yang satu berbeda dengan yang lain.
Di masa lalu, Ivo pernah membawa Donatella dan ketiga anak lelaki mereka kemari. Betapa senang mereka! Pikiran tentang mereka membuat Ivo sedih. Dia tidak bertemu
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
maupun berbicara kepada Donatella sejak sore yang
mengerikan di apartemen itu. Dia masih ingat benar luka-luka cakaran oleh perempuan itu pada dirinya. Dia ta-hu betapa menyesal perempuan itu mestinya, dan betapa dia merindukan dirinya. Biar. Ada baiknya dia menderita sebentar, sebagaimana dirinya menderita. Dalam benaknya, dia bisa mendengar suara Donatella berkata, "Ayo, lewat sini, anak-anak."
Kedengarannya begitu jelas, sehingga rasanya seperti nyata. Dia bisa mendengar perempuan itu berkata, "Ayo cepat, Francesco!" Ivo membalik, dan Donatella ternyata ada di belakangnya, bersama ketiga anak lelaki mereka, bergerak mantap ke arahnya dan Simonetta dan ketiga anak gadisnya. Pikiran pertama Ivo ialah Donatella hanya kebetulan ada di Taman Tivoli. Tetapi begitu melihat roman perempuan itu, dia maklum. Putana itu berusaha
mempertemukan kedua keluarganya, berusaha menghancurkan dirinya! Ivo menghadapi kejadian itu bagaikan orang kesurupan.
Dia berteriak kepada Simonetta, "Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan kepadamu. Ayo cepat.
Dan dia menggiring keluarganya menuruni tangga batu melingkar ke tingkat lebih rendah, mendesak para
pengunjung taman, sambil melontarkan lirikan ketakutan lewat bahunya. Di atas, Donatella dan ketiga anak lelakinya melangkah ke arah tangga. Ivo tahu, kalau anak-anak lelaki itu melihatnya, semua akan berantakan. Salah satu dari mereka hanya perlu berteriak "Papa!" maka sudah ada cukup alasan baginya untuk menceburkan diri ke kolam air mancur. Dia memburu Simonetta dan ketiga anak gadis untuk mengikutinya, tanpa memberi mereka kesempatan
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
untuk beristirahat, tak berani membiarkan mereka
berhenti sejenak. "Mau ke mana kita?" tanya Simonetta terengah-engah.
"Kenapa begini terburu-buru?"
"Suatu kejutan," sahut Ivo riang. "Kalian akan lihat nanti."
Dia memberanikan diri menengok ke belakang lagi.
Untuk sesaat, Donatella dan ketiga anak lelaki hilang dari pandangan. Di depan mereka terbentang jalan berliku-liku, dengan tangga naik turun. Ivo memilih tangga yang
menanjak. "Ayo ikut," dia berseru kepada ketiga anak gadis. "Siapa yang paling dulu sampai di puncak dapat hadiah pertama!"
"Ivo! Aku capek!" keluh Sirnonetta. "Apa kita tidak bisa istirahat semenit saja?"
Dia mehhat kepadanya dengan terperanjat.
"Istirahat" Itu akan merusak kejutannya. Cepat!"
Dia menggamit lengan Simonetta, dan menyeretnya
menaiki tangga. Ketiga anak gadisnya berlomba di depan mereka. Ivo sendiri juga nyaris kehabisan napas. Biar mereka rasakan, pikirnya kecut, kalau aku mendapat serangan jantung dan mati di sini juga. Dasar perempuan!


Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tak seorang pun bisa dipercaya. Bagaimana mungkin dia melakukan hal ini kepadaku" Dia memujaku. Akan kubunuh setan betina itu atas kelakuannya ini.
Dia membayangkan dirinya mencekik Donatel a di
ranjang. Perempuan itu tak mengenakan selembar pakaian pun, kecuali gaun tidur tipis. Dia merenggut gaun itu dan mulai
menindihnya, sementara perempuan itu Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
berteriak-teriak minta dikasihani. Ivo merasa dirinya mulai terangsang.
"Apa kita tidak bisa berhenti sekarang?" pinta Simonetta mengiba-iba.
"Tidak! Kita hampir sampai!"
Mereka mencapai tingkat atas lagi. Ivo melempar
pandangan sekejap. Donatella dan anak-anak lelakinya tidak tampak.
"Kau mau bawa kita ke mana?" desak Simoneta.
"Lihat saja nanti," sahut Ivo kehilangan akal. "Ikuti aku!"
Dia mendorong mereka ke pintu keluar.
Isabella, gadis tertua, berkata. "Kita keluar, Papa" Kita kan baru saja masuk?"
"Kita pergi ke tempat yang lebih baik," sahut Ivo
tersengal-sengal. Dia menengok ke belakang. Donatella dan ketiga anak lelaki muncul dalam pandangan, sedang
menaiki tangga. "Ayo cepat, Non."
Sesaat kemudian, Ivo dan satu dari keluarganya sudah berada di luar gerbang Villa d'Este, berlari ke mobil mereka di lapangan parkir yang luas.
"Aku belum pernah melihatmu seperti ini," ujar
Simonetta terbata-bata. "Aku memang belum pernah seperti ini," jawab Ivo jujur.
Dia sudah menghidupkan mesin sebelum pintu-pintu mobil tertutup, dan memacu mobil keluar lapangan parkir seperti dikejar setan.
"Ivo!" Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Dia menepuk tangan Simonetta. "Aku minta semua
santai sekarang. Sebagai hadiah istimewa, aku-aku akan membawa kalian makan siang di Hassler."
Mereka duduk di depan jendela besar yang menghadap Tangga Spanyol, dengan Gereja Santo Petrus membayang megah di kejauhan.
Simonetta dan anak-anak merasa senang. Hidangan
sangat nikmat. Tapi Ivo bagaikan makan kardus. Tangannya begitu gemetar sehingga nyaris tak mampu memegang
pisau dan garpunya. Aku tak tahan lagi, dia berpikir. Aku tak akan membiarkan dia menghancurkan hidupku.
Dia tak ragu-ragu lagi sekarang, bahwa itulah yang akan dilakukan Donatella. Il giuoco e stato fatto. Petualangan sudah berakhir. Kecuali kalau dia bisa menemukan suatu jalan untuk memberi uang yang dituntut Donatella.
Dia harus mendapatkannya. Bagaimanapun caranya.
BAB 29 Paris Senin, 5 November Pukul enam sore BEGITU Charles Martel tiba di rumah, dia tahu dirinya berada dalam kesulitan. Helena sedang menunggu
kedatangannya, dan bersamanya adalah Pierre Richaud, ahli permata yang membuat tiruan perhiasan-perhiasannya
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
yang hilang. Charles berdiri di ambang pintu, terkejut setengah mati.
"Masuklah, Charles," kata Helena. Suaranya mengandung suatu nada yang membuat dirinya dijalari perasaan ngeri.
"Aku yakin kau dan M. Richaud sudah saling mengenal."
Charles memandang hampa, karena tahu bahwa apa pun yang dikatakannya berarti maut baginya. Ahli permata itu menatap lantai menahan perasaan jengah. Tampak jelas dia merasa risi.
"Duduklah, Charles." Itu suatu perintah. Charles pun duduk.
Helena berucap, "Yang sedang kauhadapi, mon cher mari, adalah tuduhan kejahatan berupa pencurian besar-besaran.
Kau telah mencuri perhiasan-perhiasanku, dan menggantinya dengan rongsokan murahan, dibuat oleh M.
Richaud. " Karena takutnya, Charles merasakan celananya menjadi basah, hal yang tak pernah dialaminya sejak kanak-kanak.
Dia tersipu-sipu. Dia sangat berharap bisa meninggalkan ruangan sebentar untuk membersihkan diri. Tidak. Dia ingin kabur, dan tidak pernah kembali lagi.
Helena mengetahui semuanya. Tak menjadi soal
bagaimana dia memergokinya. Tak akan ada kemungkinan menyelamatkan diri, dan tak ada ampun. Bahwa Helena telah menemukan dirinya mencuri miliknya, sudah cukup mengerikan. Belum lagi kalau dia tahu alasannya! Tunggu saja kalau perempuan itu menemukan bahwa dia bermaksud menggunakan uang itu untuk melarikan diri!
Neraka akan lain artinya. Tak seorang pun mengenal Helene seperti Charles. Dia adalah une sauvage, bisa melakukan apa pun. Dia akan menghancurkannya, dan
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
tanpa belas kasihan sedikit pun akan mengubahnya
menjadi dochard, gelandangan melarat yang tidur dengan pakaian compang-camping di jalanan Paris. Hidupnya mendadak berubah menjadi emmerdement, setumpuk kotoran.
"Apa kau benar-benar mengira bisa lolos dari tindakan yang begitu tolol?" tanya Helene.
Charles tetap membisu. Dia merasakan celananya makin basah, tetapi tak berani menengok ke bawah.
"Aku telah membujuk M. Richaud untuk membeberkan
semua fakta." Membujuk. Charles ngeri membayangkan bagaimana
caranya. "Aku memiliki fotokopi tanda terima atas uang yang kaucuri dariku. Aku bisa menjebloskan dirimu ke penjara untuk dua puluh tahun mendatang." Dia berhenti sebentar, kemudian menambahkan, "Kalau aku mau."
Kata-katanya hanya menambah kecemasan Charles.
Pengalaman mengajarkannya, bahwa Helene yang bermurah hati adalah Helene yang membahayakan. Charles tidak berani membalas pandangannya. Dia bertanya-tanya, apa yang akan dituntut perempuan itu darinya. Pasti sesuatu yang mengerikan.
Helene berpaling kepada Pierre Richaud. "Anda tidak boleh menceritakan kejadian ini kepada siapa pun, sampai saya memutuskan tindakan yang akan saya ambil."
"Tentu, Mme. Roffe-Martel. Tentu, tentu." Lelaki itu mengoceh. Dia memandang ke pintu dengan penuh
harapan. "Bolehkah saya ?"
Helene mengangguk, dan Pierre Richaud berlari ke luar.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Helene mengawasi lelaki itu pergi, kemudian berbalik untuk mengamati suaminya. Dia bisa mencium ketakutan lelaki itu. Dan sesuatu yang lain. Air kencing. Dia tersenyum. Charles telah terkencing-kencing saking ketakutan. Dia telah mendidiknya dengan baik. Helene senang dengan Charles. Perkawinan mereka sangat
memuaskan. Dia telah menghancurkan Charles, dan
membuatnya jadi makhluk miliknya. Pembaruan-pembaruan yang dimasukkannya ke Roffe and Sons sangat cemerlang, karena semua berasal dari Helene.
Dia menguasai sebagian kecil dari Roffe and Sons lewat suaminya. Tetapi sekarang tidak cukup. Dia seorang Roffe.
Dia pribadi kaya raya; perkawinan-perkawinannya yang terdahulu bahkan menambah kekayaannya. Namun, dia
tidak berminat pada uang itu. Dia mengincar kekuasaan untuk
mengendalikan perusahaan. Dia berniat menggunakan sahamnya untuk menimbun lebih banyak
saham lagi, untuk membeh saham milik yang lain-lain. Dia sudah membicarakan dengan mereka. Mereka bersedia
menuruti keinginannya, untuk membentuk kelompok
minoritas. Mula-mula, Sam merupakan penghalang
terhadap rencananya, dan sekarang, Elizabeth. Tetapi Helene tidak berniat membiarkan Elizabeth, atau siapa pun, menghalangi
dirinya untuk mencapai apa yang diinginkannya. Charles harus mengusahakan untuknya.
Kalau sampai gagal, dia akan menjadi kambing hitamnya.
Sekarang, sudah tentu, dia harus dihukum untuk petite revolte-nya. Dia memandang wajah suaminya, dan berkata,
"Tak seorang pun boleh mencuri dariku, Charles. Tak seorang pun. Riwayatmu sudah tamat. Kecuali kalau aku memutuskan untuk menyelamatkan dirimu."
Charles duduk membisu di sana, menyumpahi perempuan itu setengah mati, penuh ketakutan Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
terhadapnya. Helene melangkah ke tempat suaminya
duduk. Pinggulnya menggesek wajah lelaki itu.
Dia berkata, "Kau ingin aku menyelamatkan dirimu,
Charies?" "Ya," jawab Charles serak. Helene membuka roknya,
matanya garang, dan Charles berpikir, Ya, Tuhan! Jangan sekarang!
"Kalau begitu dengarkan aku. Roffe and Sons adalah perusahaanku. Aku ingin memiliki saham terbesar."
Charles mendongak kepadanya dengan pandangan tak
keruan, dan berkata, "Kau tahu, Elizabeth tak mau
menjual." Helene melepaskan blus dan celananya. Dia berdiri
telanjang bulat di sana, tubuhnya langsing dan sempurna.
"Kalau begitu kau harus mengambil tindakan terhadapnya.
Atau melewatkan dua puluh tahun mendatang dari
hidupmu di penjara. Jangan khawatir. Akan kuberitahu apa yang harus kaulakukan. Tetapi sebelum itu, ke sini, Charles."
BAB 30 ESOKNYA pukul sepuluh, pesawat telepon pribadi
Elizabeth berdering. Ternyata. Emil Joeppli. Dia telah memberikan nomornya kepada lelaki itu, sehingga tidak ada orang yang akan mengetahui pembicaraan mereka.
"Saya ingin menanyakan, apakah bisa menemui Anda," dia berkata. Dia terdengar sangat bersemangat.
"Saya akan tiba di sana lima belas menit lagi."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Kate Erling mendongak keheranan ketika Elizabeth
keluar dari ruang kerjanya memakai mantel.
"Anda ada acara pada -"
"Batalkan semua acara selama satu jam mendatang,"
kata Elizabeth, dan melangkah pergi.
Di Gedung Pengembangan, seorang petugas keamanan
memeriksa kartu tanda masuk Elizabeth. "Pintu terakhir di sebelah kiri, Miss Roffe."
Elizabeth menjumpai Joeppli sendirian di laboratoriumnya. Lelaki itu menyambutnya dengan
bersemangat. "Saya menyelesaikan percobaan terakhir tadi malam.
Ternyata bisa bekerja. Enzim itu mutlak menahan proses menua. Lihatlah."
Dia mengantarnya ke sebuah kandang berisi empat ekor kelinci muda, lincah dan sangat gesit. Di sebelahnya ada kandang lain berisi empat ekor kelinci lagi, lebih tenang, lebih dewasa.
"Ini generasi kelima ratus yang menerima enzim,"
Joepph menjelaskan. Elizabeth berdiri di depan kandang. "Mereka tampak sangat sehat."
Joeppli tersenyum. "Itu bagian dari kelompok pengendali." Dia menunjuk ke kandang lain di sebelah kiri.
"Itu para sesepuh."
Elizabeth mengamati hewan-hewan yang berloncatan
lincah di kandang seperti bayi-bayi kelinci yang baru dilahirkan kembali, dan dia tak dapat mempercayainya.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Mereka akan mengungguli kelinci-kelinci lain, setidaknya dalam perbandingan tiga lawan satu," Joeppli menjelaskan kepadanya.
Kalau kita melipatgandakan perbandingan itu pada
manusia, implikasinya akan mengejutkan. Dia nyaris tak mampu membendung kegembiraannya.
"Kapan-kapan Anda akan siap untuk mencobanya pada
manusia?" "Saya sedang menyiapkan catatan-catatan terakhir.
Setelah itu, paling lama tiga atau empat minggu lagi."
"Emil, jangan membicarakan hal ini kepada siapa pun,"
Elizabeth memperingatkan.
Emil Joeppli mengangguk. "Tidak, Miss Roffe. Saya
bekerja seorang diri. Saya sangat berhati-hati."
Sepanjang sore hari, seluruh waktu terisi dengan
pertemuan dewan direksi, dan semua berjalan lancar.
Walther tidak muncul. Charles kembali mengetengahkan soal penjualan saham, tetapi Elizabeth menentang keras.
Kemudian Ivo lagi-lagi bersikap sangat ramah, begitu pula Alec. Charles tampak tegang, tidak sebagaimana biasa.
Elizabeth ingin sekali tahu sebabnya.
Dia mengundang mereka untuk menginap di Zurich dan makan malam bersamanya. Dengan sikap sebiasa mungkin, Elizabeth mengemukakan masalah-masalah yang telah
disebutkan dalam laporan. Dia menunggu suatu reaksi, tetapi tidak menemukan tanda-tanda kegelisahan, atau rasa salah. Padahal semua orang yang mungkin terlibat, kecuah Walther, duduk mengitari meja.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Rhys tidak menghadiri rapat maupun acara makan
malam. "Ada urusan yang sangat mendesak dan harus
kuselesaikan," dia berkata, dan Elizabeth bertanya-tanya dalam hati, apakah urusan itu menyangkut seorang wanita.
Elizabeth sadar, bahwa setiap kali Rhys menyertainya bekerja pada malam hari, lelaki itu terpaksa membatalkan kencan. Pernah terjadi suatu kali, ketika dia tidak berhasil memberitahu orang bersangkutan, wanita itu muncul di kantor. Seorang berambut pirang yang sangat menawan, dengan perawakan tubuh yang begitu aduhai - sehingga Elizabeth jadi merasa seperti seorang anak lelaki. Wanita itu berang karena janjinya dibatalkan, dan tidak merasa perlu
untuk menutup-nutupi kemarahannya. Rhys mengantarkannya ke lift, lalu kembali lagi.
"Maaf atas gangguan tadi," dia berkata.
Elizabeth tak mampu menahan diri. "Dia sangat
menawan," ujarnya dengan suara manis. "Apa kerjanya?"
"Ahli bedah otak," jawab Rhys bersungguh-sungguh, dan Elizabeth tertawa. Keesokan harinya, Elizabeth mendapat keterangan bahwa wanita itu ternyata memang ahli bedah otak.
Dan masih banyak yang lain, dan Elizabeth membenci mereka semua. Betapa dia berharap bisa lebih mengenal Rhys. Dia kenal Rhys yang populer dan banyak kawan; dia ingin tahu tentang Rhys Williams pribadi, yang tak pernah ditampilkannya di depan umum. Lebih dari sekali, terpikir oleh Elizabeth bahwa Rhys seharusnya memimpin
perusahaan ini, dan bukannya menjalankan perintah-perintahnya. Aku ingin tahu bagaimana perasaannya tentang gagasan semacam itu.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Malam itu sesudah makan, ketika para anggota dewan direksi bubar untuk mengejar kereta api dan pesawat terbang, pulang ke rumah masing-masing, Rhys melangkah ke ruang kerja Elizabeth yang tengah bekerja bersama Kate.
"Rasanya aku harus membantu," ujarnya ringan.
Tidak ada keterangan tentang ke mana dia pergi.
Memang kenapa, pikir Elizabeth. Lelaki itu tidak perlu mempertanggungjawabkan tindak-tanduknya kepadaku.
Mereka tekun bekerja, dan waktu berlalu cepat.
Elizabeth mengawasi Rhys menekuni setumpukan
berkas, menyimak dengan cermat. Matanya jeli dan
waspada. Dia menemukan beberapa kelemahan dalam
beberapa kontrak penting yang tidak terlihat oleh para pengacara. Kini Rhys mendongak, merentang dan melirik jam tangannya.
"Wah! Sudah lewat tengah malam. Aku sebenarnya ada janji. Aku akan masuk pagi-pagi besok, dan menyelesaikan meneliti persetujuan ini."
Elizabeth menduga-duga apakah dia punya janji dengan si ahli bedah otak, atau dengan salah seorang kawan wanitanya yang lain. Elizabeth menegur dirinya sendiri.
Apa yang dilakukan Rhys Williams dengan kehidupan
pribadinya adalah urusan lelaki itu sendiri.
"Maaf," kata Elizabeth. "Aku tidak menyadari sudah begini larut. Pergilah lebih dulu. Kate dan aku akan menyelesaikan membaca berkas-berkas ini."
Rhys mengangguk. "Sampai ketemu besok pagi. Selamat malam, Kate."
"Selamat malam, Mr. Williams."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Elizabeth mengamati Rhys pergi, kemudian memusatkan pikirannya kembali pada kontrak-kontrak di depannya.
Tetapi tak lama kemudian, pikirannya kembali kepada Rhys lagi. Dia ingin sekali menceritakan kepadanya tentang kemajuan yang dialami Emil joeppli dengan obat barunya, memikirkan bersamanya. Namun, dia mengurungkannya.
Sebentar lagi, dia berkata pada diri sendiri.
Pada pukul satu dinihari, mereka selesai.
Kate Erling berkata, "Masih ada yang lain, Miss Roffe?"
"Tidak, saya kira hanya ini. Terima kasih, Kate. Masuklah agak siang besok."
Elizabeth berdiri, dan menyadari betapa kaku tubuhnya akibat duduk sekian lama.
"Terima kasih. Saya akan mengetik rapi untuk Anda
besok sore." "Bagus sekali."
Elizabeth mengambil mantel dan tasnya serta menunggu Kate, dan mereka pun melangkah ke pintu. Mereka keluar menyusuri lorong bersama-sama, dan menuju lift ekspres khusus yang terletak di sana, menunggu dengan pintu terbuka.
Keduanya melangkah ke dalam lift. Ketika Elizabeth menjulurkan tangan untuk menekan tombol lobi, mereka mendadak mendengar dering telepon dari ruang kerja.


Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saya akan menjawabnya, Miss Roffe," kata Kate Erling.
"Silakan turun lebih dulu." Dia pun melangkah keluar dari lift.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Di lantai dasar, penjaga malam yang bertugas di lobi mendongak ke papan penunjuk lift, ketika lampu merah paling atas di papan itu mulai menyala lalu menurun.
Lampu sinyal dari lift khusus. Itu berarti Miss Roffe dalam perjalanan turun. Sopirnya duduk terkantuk-kantuk di kursi di sudut, menghadapi sehelai surat kabar.
"Boss datang," kata penjaga malam itu.
Sopir itu merentangkan tubuhnya, dan mulai bangkit dengan enggan.
Dering lonceng tanda bahaya tiba-tiba memecah
kesunyian di lobi. Mata penjaga malam itu segera menuju papan penunjuk lift. Cahaya merah itu bergerak dalam pola luncur yang sangat cepat, makin lama makin cepat,
menunjukkan gerak menurun pesawat lift.
Lift itu bergerak di luar kendali.
"Ya, Tuhan!" gumam si penjaga malam.
Dia bergegas menghampiri papan penunjuk, merenggut panil dan menarik tombol darurat untuk menggerakkan rem penyelamat. Cahaya merah itu masih terus meluncur turun. Sopir itu pun bergegas ke panil kendali. Dia melihat raut wajah si penjaga malam.
"Ada apa?" "Minggir!" teriak si penjaga malam. "Lift ini akan hancur!"
Mereka menjauhi lorong di depan lift, menuju dinding tembok paling jauh. Lobi itu mulai
bergetar oleh gerak pesawat lift pada jalumya, dan penjaga malam itu berharap, Semoga bukan dia yang di
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
dalam. Ketika lift yang meluncur itu melejit lewat lobi, dia mendengar jeritan-jeritan ketakutan dari dalam.
Sekejap kemudian, terdengar benturan keras, dan
gedung itu berguncang bagaikan dihantam gempa.
BAB 31 INSPEKTUR Kepala Otto Schmied dari Polisi Kriminal Zurich duduk di mejanya dengan mata tertutup, melakukan pernapasan yoga dalam-dalam sebagai usaha menenangkan diri, dan mencoba mengendalikan kemarahan yang
menguasai dirinya. Dalam prosedur kepolisian ada peraturan-peraturan
sangat mendasar yang begitu gamblang, sehingga tidak seorang pun merasa perlu memasukkannya dalam buku
pegangan polisi. Aturan-aturan itu dianggap sudah
semestinya, seperti makan, atau tidur, atau bernapas.
Misalnya, kalau terjadi kematian yang berhubungan dengan kecelakaan, tindakan pertama yang dilakukan detektif penyelidik - tindakan paling pertama, tindakan
sederhana, nyata, yang tak perlu ditegaskan di papan tulis ruangkerja, seperti yang dilakukannya - ialah mendatangi tempat kejadian. Tidak ada yang lebih
mendasar daripada tindakan itu.
Namun, di meja di hadapan Inspektur Kepala Otto
Schmied tergeletak laporan Detektif Max Hornung yang melanggar setiap unsur prosedur kepolisian. Aku
seharusnya menduga hal itu, kata inspektur itu dengan kecut pada dirinya sendiri. Kenapa aku mesti heran"
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Detektif Hornung adalah burung albatros bagi Inspektur Schmied, kambing hitamnya, Moby Dick-nya - karena
Inspektur Schmied pengagum berat Melville. Inspektur itu menarik napas panjang sekali lagi dan mengeluarkannya perlahan-lahan. Kemudian, kekesalannya hanya berkurang sedikit, dia meraih laporan Detektif Hornung dan
membacanya lagi dari awal.
LAPORAN BRANDTOUR OF OFFIZIER
Rabu, 7 November WAKTU: 01.15 HAL: Laporan dari operator pusat tentang kecelakaan di kantor Roffe and Sons di pabrik Eichenbahn
JENIS KECELAKAAN: Tidak diketahui
SEBAB KECELAKAAN: Tidak diketahui
JUMLAH KORBAN LUKA ATAU MATI: Tidak diketahui
WAKTU: 01.27 HAL: Laporan ekdua dari operator pusat tentang
kecelakaan di Roffe and Sons
JENIS KECELAKAAN: Pesawat lift anjlok
SEBAB KECELAKAAN: Tidak diketahui
JUMLAH KORBAN LUKA ATAU MATI: Satu orang, wanita,
mati Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Saya segera melakukan penyelidikan. Pada pukul 01.35
saya mendapatkan nama manajer kantor Roffe and Sons dan dari orang tersebut mendapat nama kepala arsitek pembuat gedung.
Pukul 02.30 saya berhasil melacak arsitek bersangkutan.
Dia sedang merayakan ulang tahunnya di La Puce. Dia memberikan
nama perusahaan yang memasang pesawat-pesawat lift di kantor tersebut, Rudolf Schatz, A.G.
Pukul 03.15 saya menelepon Tuan Rudolf Schatz di
rumahnya, dan minta kepadanya untuk segera mencari rancangan pemasangan lift. Saya juga minta berkas
anggaran induk bersama dengan perkiraan pendahuluan, perkiraan akhir, dan biaya akhir. Saya juga minta daftar lengkap dari semua bahan mekanik dan listrik yang
dipakai. Sampai di sini Inspektur Schmied mulai merasakan
denyut kekejangan yang sudah begitu dikenalnya di pipi kanannya. Dia menarik napas dalam-dalam beberapa kali dan meneruskan membaca.
Pukul 06.15. Berkas-berkas yang saya minta dikirim kepada saya di markas besar polisi, oleh istri Tuan Schatz.
Setelah memeriksa anggaran Pendahuluan dan biaya akhir, saya mendapat kepastian bahwa:
a) tidak ada bahan-bahan suku cadang yang diganti pada pemasangan pesawat lift;
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
b) dari reputasi perusahaan pemasang, kecelakaan
pesawat lift tidak mungkin disebabkan oleh kesalahan pemasangannya;
c) sarana pengaman pada pesawat lift sangat memadai; d) karena itu kesimpulan saya ialah bahwa penyebab kecelakaan itu bukan suatu kebetulan.
(Tertanda) Max Hornung, CID
N.B. Karena hubungan telepon yang saya lakukan
berlangsung pada malam dan dinihari, ada kemungkinan Anda akan menerima keluhan dari beberapa orang yang mungkin terpaksa saya bangunkan dari tidur.
Inspektur Schmied mencampakkan laporan itu dengan
geram ke mejanya. "Ada kemungkinan!" "Mungkin terpaksa saya bangunkan!" Sepanjang pagi, inspektur kepala itu menerima teguran bertubi-tubi dari separuh pejabat pemerintah Swiss. Memang dia kira memimpin kantor apa suatu gestapo" Berani-beraninya dia membangunkan
direktur perusahaan bangunan yang bergengsi, dan
menyuruhnya menyerahkan berkas-berkas pada tengah
malam. Betapa berani dia mencurigai integritas perusahaan yang begitu terpandang seperti Rudoff Schatz" Dan
sebagainya, dan sebagainya.
Tetapi yang mengherankan - yang begitu tak masuk akal
- Detektif Max Hornung baru muncul di tempat kecelakaan empat belas jam setelah kejadian itu dilaporkan! Pada waktu dia tiba di ternpat itu, korban sudah dibawa pergi, disidik dan diautopsi. Sekitar setengah lusin detektif lain telah memeriksa tempat terjadinya kecelakaan, menanyai saksi-saksi, dan menyusun laporan mereka.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Ketika Inspektur Kepala Schmied selesai membaca ulang laporan Detektif Max Hornung, dia memanggilnya ke ruang kerjanya.
Wajah Detektif Max Hornung merupakan maksiat bagi
inspektur kepala itu. Max Hornung seorang lelaki pendek gemuk, berwajah sayu, botak, dengan wajah mirip hasil kerja seorang konyol yang sedang melamun. Kepalanya terlalu besar, telinganya terlalu kecil, dan mulutnya seperti kismis yang melekat di tengah wajah yang mirip kue talam.
Detektif Max Hornung terlalu pendek lima belas senti untuk memenuhi syarat minimal dari Polisi Kriminal Zurich, bobotnya kurang tujuh setengah kilo, dan sangat bermata dekat. Di atas segala kekurangan itu, dia juga congkak.
Semua anggota kesatuan menganut perasaan yang sama terhadap Detektif Hornung. Mereka membencinya.
"Kenapa tidak kaupecat saja dia?" tanya istri inspektur kepala itu, dan dia hampir saja menamparnya.
Alasan kenapa Max Hornung berada di kesatuan detektif Zurich ialah, bahwa seorang diri dia telah menyumbang lebih banyak bagi pendapatan nasional Swiss dibanding semua pabrik coklat dan arloji bersama-sama. Max
Hornung seorang akuntan, genius matematika dengan
pengetahuan bagaikan ensiklopedi dalam soal keuangan.
Dia memiliki naluri terhadap ketidakjujuran manusia, dan kesabaran yang bisa membuat Ayub menangis karena iri.
Max dulunya karyawan Betrug Abteilung, departemen yang dibentuk
untuk menyelidiki kecurangan-kecurangan keuangan, berbagai kejanggalan pada penjualan saham dan traksaksi perbankan, dan pasang-surutnya arus uang keluar-masuk Swiss. Max Hornung-lah yang menghentikan penyelundupan uang gelap ke Swiss, membongkar
rancangan bagan-bagan keuangan gelap senilai milyaran
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
dolar, dan menyeret setengah lusin pimpinan perusahaan paling tersohor di dunia ke penjara. Betapapun cerdiknya suatu modal diselubungi, dicampur, dicampur kembali, dikirim ke Seychelles untuk dicuci, dikirim dan dikirim kembali melalui serentetan perusahaan palsu yang ruwet, pada akhirnya Max Hornung akan membongkar kebe-narannya. Pendek kata, dia membuat dirinya menjadi teror bagi masyarakat keuangan Swiss.
Padahal orang Swiss selalu menjunjung tinggi rahasia pribadi, melebihi segala-galanya. Selama Max Hornung berkeliaran, tidak mungkin ada rahasia pribadi.
Gaji Max sebagai penyelidik keuangan cukup kecil. Dia coba disuap jutaan frank lewat berbagai rekening bank, rumah pesanggrahan di Cortina d'Ampezzo, kapal pesiar, dan dalam berbagai kesempatan, juga wanita-wanita cantik.
Dalam setiap kasus, usaha penyuapan itu ditolak dan langsung dilaporkan kepada pihak berwenang. Max
Hornung tidak peduli uang. Dia bisa menjadi jutawan, hanya dengan menerapkan kecakapannya di pasar modal, tetapi gagasan seperti itu tak pernah terlintas dalam benaknya. Max Hornung hanya berminat akan satu hal: menangkap orang-orang yang menyimpang dari kejujuran keuangan. Tapi memang, ada satu kerinduan yang
memenuhi hati Max Hornung, dan akhirnya hal itu
merupakan hikmah bagi para pengusaha. Entah karena apa, Max Hornung ternyata ingin menjadi detektif polisi. Dia membayangkan dirinya sebagai semacam Sherlock Holmes atau Maigret, yang dengan tekun mengikuti suatu jaringan petunjuk, yang tanpa ampun membuntuti si penjahat ke sarangnya. Ketika salah seorang pakar keuangan Swiss kebetulan mengetahui tentang ambisi Max Hornung untuk menjadi Detektif, dia segera berunding dengan sejumlah kawan yang memiliki kekuasaan, dan dalam waktu
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
empat-puluh-delapan jam Max Hornung ditawari pekerjaan sebagai detektif pada angkatan kepolisian Zurich. Max tak bisa mempercayai keberuntungannya. Dia langsung
menerima, dan seluruh pengusaha menarik napas lega dan kembali melanjutkan kegiatan gelap mereka.
Inspektur Kepala Schmied bahkan tidak diajak
berembuk tentang kasus itu. Dia menerima pemberitahuan lewat telepon dari pimpinan politik paling berpengaruh di Swiss, mendapat pengarahan seperlunya, dan di situlah masalah tersebut berakhir. Atau, lebih tepatnya, di situlah semua berawal. Bagi si inspektur kepala, awal Getsemani yang tak kunjung berakhir. Dia telah sungguh-sungguh berusaha mengatasi kekesalannya, karena disodori seorang Detektif yang tak berpengalaman dan tidak memiliki kecakapan. Dia menganggap pasti ada motivasi politik yang kuat di balik langkah yang belum pernah terjadi ini. Baik kalau begitu, dia bersedia bekerja sama, yakin bisa menguasai situasi dengan mudah. Keyakinannya segera buyar pada saat Max Hornung melapor ke hadapannya.
Penampilan detektif itu cukup menggelikan. Tetapi yang mengherankan Inspektur Schmied ketika memandang
makhluk tambun itu ialah sikap congkaknya. Dia memancarkan lagak yang menyatakan: Max Hornung ada di sini sekarang kalian bisa santai dan tidak perlu cemas lagi.
Gagasan Inspektur Schmied tentang kerja sama yang
mudah pun lenyap. Sebaliknya dia mengambil pendekatan lain. Dia berusaha tidak memberi kesempatan pada Max Hornung untuk tampil ke depan, dengan memindahkannya dari departemen yang satu ke departemen yang lain, memberinya tugas-tugas sepele. Max ditempatkan di
Kriminal-Tech Abteilung, divisi sidik jari dan penyidikan, dan di Fahndungsabteilung, divisi yang menangani
pencurian dan pencarian orang-orang yang dilaporkan
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
hilang. Tetapi selalu saja Max Hornung kembali seperti uang receh yang tak laku.
Ada peraturan bahwa setiap detektif harus bertugas sebagai Brandtour Offizier, pada meja gawat darurat di malam hari, sekali dalam dua belas minggu. Setiap kali Max mendapat tugas jaga, selalu terjadi peristiwa penting, dan sementara para detekfif anak buah Inspektur Schmied yang lain berpencar untuk melacak berbagai petunjuk, Max tanpa lintang-pukang berhasil memecahkan kasus tersebut.
Hal itu sangat menjengkelkan.
Dia sama sekali tidak tahu-menahu tentang prosedur kepolisian, kriminologi, forensik, balistik, atau psikologi kejahatan - dalam hal mana para detektif yang lain cukup berpengalaman - namun demikian, dia tetap saja
memecahkan kasus-kasus yang membingungkan orang lain.
Inspektur Kepala Schmied akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa Max Hornung adalah orang paling
beruntung di dunia. Sebenarnya, hal itu tidak ada sangkut pautnya dengan keberuntungan. Detektif Max Hornung memecahkan
perkara-perkara kejahatan dengan cara yang sama
sebagaimana akuntan Max Hornung menyingkap ratusan bagan permainan kalaingan bank dan pemerintahan.
Pikiran Max Hornung bagaikan jalan satu jurusan, dan jalan itu berupa jalur sempit. Dia hanya membutuhkan satu benang lepas, suatu kepingan kecil yang tidak cocok dengan seluruh rangkaian pola, dan sekali berhasil menemukan kepingan atau benang itu, dia akan mulai menelusurinya, sampai bagan gemilang dan aman itu hancur berantakan.
Kenyataan bahwa Max memiliki daya ingat fotografis membuat rekan-rekannya makin penasaran. Max bisa
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
langsung mengingat segala yang pernah didengar, dibaca, atau dilihatnya.
Satu faktor lain pada dirinya yang juga menjengkelkan, kalau memang patut dikemukakan, ialah bahwa anggaran pengeluarannya sangat menyinggung seluruh kesatuan detektif. Pertama kali dia menyerahkan anggaran
pengeluaran, Oberleutnant memanggilnya
ke ruang kerjanya dan berkata dengan ramah, "Kau rupanya membuat kesalahan dalam angka-angka ini, Max."
Ucapan itu sama dengan memberitahu Capablanca
bahwa dia telah membuat ratunya menjadi korban
ketololannya. Max mengedip-ngedipkan matanya. "Kesalahan dalam
angka-angka saya?" "Ya. Malah beberapa kesalahan, sebenarnya." Oberleutnant itu menunjuk pada kertas di hadapannya.
"Angkutan dalam kota, delapan puluh sentim. Kembali, delapan puluh sentim." Dia mendongak dan berkata,
"Ongkos taksi paling tinggi mestinya sekitar tiga puluh empat frank sekali jalan."
"Ya, Pak. Itulah sebabnya saya naik bus."
Sang Oberleutnant memandang tak percaya kepadanya.
"Naik bus?" Tidak seorang detektif pun dituntut untuk naik bus pada waktu bertugas. Hal seperti itu tak pernah terjadi.
Satu-saiunya jawaban yang bisa dipikirkannya ialah, "Hm, itu - itu tidak perlu. Maksudku - kita tentu saja tidak menganjurkan pemborosan di departemen ini, Hornung, tetapi kita memiliki anggaran yang cukup wajar. Satu hal lagi. Kau bertugas selama tiga hari. Kau lupa memasukkan ongkos makan."
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Tidak, Herr Oberleutnant. Saya hanya mmum kopi pada pagi hari, dan saya menyiapkan makan siang saya sendiri dan membawanya sebagai bekal. Untuk makan malam
sudah saya masukkan di situ."
Memang demikian. Tiga kali makan malam, jumlah
seluruhnya: enam belas frank. Dia pasti makan di dapur Bala Keselamatan.
Sang Oberleutnant berkata dingin, "Detektif Hornung, departemen ini sudah berdiri seratus tahun sebelum Anda masuk, dan masih akan berdiri seratus tahun lagi setelah Anda keluar. Ada sejumlah kebiasaan yang kita anut di sini." Dia menyodorkan daftar pengeluaran itu kembali kepada Max. "Anda juga harus memikirkan rekan-rekan Anda. Ambil ini, perbaiki, dan kembalikan lagi."
"Baik, Herr Oberleutnant. Maaf, kalau-kalau saya keliru membuatnya."
Sang perwira melambaikan tangan dengan murah hati.
"Tidak apa-apa. Anda memang baru di sini."
Tiga puluh menit kemudian Detektif Max Hornung
menyerahkan kembali daftar pengeluaran yang telah
diperbaikinya. Dia mengurangi ongkos-ongkos pengeluarannya sebanyak 3%.
Kini, pada hari dalam bulan November ini, Inspektur Kepala Schmied memegang laporan Detektif Max Hornung, sementara si penyusun berdiri di hadapannya. Detektif Hornung mengenakan setelan biru cerah, sepatu coklat, dan kaus kaki putih. Kendati telah berniat untuk tidak marah dan menenangkan diri dengan pernapasan yoga, Inspektur Sdunied ternyata berteriak-teriak juga. "Kau sedang mendapat giliran jaga ketika laporan itu masuk. Mestinya menjadi tugasmu untuk menyelidiki kecelakaan itu, dan
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
kau baru tiba di tempat kejadian empat belas jam kemudian! Dalam waktu itu seluruh angkatan kepolisian Selandia Baru sudah bisa datang kemari dan kembali lagi ke tempat asal mereka."
"Oh, tidak, Pak. Waktu penerbangan dari Selandia Baru ke Zurich dengan pesawat jet ialah ?"
"Ah, sudahlah."
Inspektur Kepala Schmied menyibakkan tangannya ke
rambut yang mulai cepat beruban, mencoba mencari
kata-kata yang bisa dilontarkannya kepada lelaki itu. Sulit sekali mencari rumusan yang tepat untuk mencercanya, untuk bicara nalar kepadanya. Dia seorang sinting, tapi punya modal keberuntungan.
Inspektur Kepala Schmied menggertak, "Saya tidak
menghendaki ada ketololan di departemen saya, Hornung.
Waktu detektif lain bertugas dan mendapat laporan, mereka segera mendatangi tempat kejadian untuk
memeriksa kecelakaan itu. Mereka memanggil ambulans, memerintahkan jenazah dibawa ke kamar mayat, menyidik mayat itu ?" Dia menyadari telah bicara terlalu cepat lagi, dan memaksa dirinya untuk lebih tenang. "Pendek kata, Hornung, mereka melakukan segalanya yang diharapkan dari seorang detektif yang baik. Sedang kau tetap duduk di tempat kerjamu membangunkan separuh dari orang-orang penting di Swiss, pada tengah malam."
"Saya mengira-"
"Jangan teruskan! Sepanjang pagi ini saya terpaksa menelepon kiri-kanan untuk minta maaf, gara-gara
ulahmu." "Saya harus mencari tahu-"
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Oh, sudahlah. Keluarlah dari sini, Hornung."
"Baik, Pak. Bolehkah
saya menghadiri upacara pemakaman" Akan dilangsungkan pagi ini."
"Ya. Pergilah!"
"Terima kasih, Pak. Saya-"
"Pergilah, pergilah!"
Inspektur Kepala Schmied baru bisa bemapas normal
kembali setelah tiga puluh menit.
BAB 32 BALAI kematian di Sihlfeld penuh sesak. Gedung batu dan batu pualam itu bergaya kuno dengan banyak hiasan, dengan ruang-ruang persiapan dan sebuah ruang
perabuan. Di dalam kapel yang besar, dua lusin pimpinan dan karyawan Roffe and Sons menempati deretan tempat duduk di depan. Di bagian belakang adalah kawan-kawan, wakil-wakil masyarakat dan para wartawan. Detektif Hornung duduk di deretan paling belakang, memikirkan bahwa kematian itu tidak nalar. Manusia mencapai
kejayaannya, dan selagi bisa memberi sebanyak-banyaknya, mencurahkan segala usaha untuk hidup, dia mati. Sama sekali tidak efisien.
Peti mati itu terbuat dari kayu mahoni dan tertutup dengan bunga-bunga. Pemborosan lebih banyak lagi, pikir Detektif Hornung. Ada perintah agar peti mati itu dipatri.
Max maklum kenapa harus demikian. Pendeta berbicara dengan suara masygul. ?"kematian di tengah kehidupan, lahir dalam dosa, dari abu kembali menjadi abu." Max
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Hornung tidak terlalu memperhatikan. Dia'mengamati orang-orang yang hadir di kapel.
"Tuhan memberi, dan Tuhan mengambil," dan orang-orang pun mulai berdiri serta melangkah ke pintu keluar. Kebaktian telah selesai.
Max berdiri dekat pintu, dan ketika seorang pria serta wanita berjalan ke arahnya, dia melangkah ke depan wanita itu dan berkata, "Miss Elizabeth Roffe" Bolehkah saya bicara dengan Anda?"
Detektif Max Hornung duduk bersama Elizabeth Roffe dan Rhys Williams di sebuah bilik
suatu Konditorei - tempat pemakaman, di seberang balai kematian. Dari jendela mereka bisa melihat jenazah dimasukkan ke dalam kereta jenazah warna kelabu.
Elizabeth memalingkan mukanya. Matanya memancarkan perasaan ngeri.
"Apa-apaan ini?" desak Rhys. "Miss Roffe sudah memberi pernyataan kepada polisi."
Detektif Max Hornung berkata, "Mr. Williams, bukan"
Masih ada beberapa dettl yang perlu saya cocokkan."
"Tidak bisakah menunggu sebentar" Miss Roffe sedang mengalami ?"
Elizabeth meletakkan tangannya di atas tangan Rhys.
"Tidak apa-apa. Kalau mungkin aku bisa membantu-" Dia berpaling kepada Max. "Apa yang ingin Anda ketahui, Detektif Hornung?"
Max memandang terkesima kepada Elizabeth, dan untuk pertama kali dalam hidupnya dia kehilangan kata-kata. Bagi
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Max, wanita sama asingnya dengan makhluk-makhluk
angkasa luar. Mereka tidak nalar dan tidak bisa diduga, terlalu mengandalkan reaksi emosional daripada rasional.
Mereka kurang perhitungan. Max tidak banyak mengalami gejolak seksual, karena dia selalu berorientasi pada pikiran, namun dia bisa menghargai kenalaran seks yang tepat.
Konstruksi mekanis dari bagian-bagian bergerak yang satu sama lain tepat menyatu dalam keutuhan fungsi yang terkoordinasi. Itulah yang menarik baginya. Bagi Max, itulah puisi tentang cinta. Gelombang dinamika dari semua itu. Max merasa bahwa para penyair tidak menangkap unsur itu. Perasaan adalah tidak tepat dan cermat, pemborosan tenaga yang tidak bisa menggeser butir pasir yang
terkecil sekalipun, sedangkan nalar bisa menggerakkan dunia. Yang mengherankan Max sekarang ialah dia merasa nyaman dengan Elizabeth. Hal itu
membuatnya canggung. Belum pernah ada wanita yang


Garis Darah Blood Line Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menumbuhkan perasaan seperti itu pada dirinya. Berbeda dengan wanita lain, Elizabeth agaknya tidak memandang dirinya sebagai seorang lelaki kecil, buruk, dan sinting. Dia memaksa diri untuk menghindari mata Elizabeth, sehingga bisa memusatkan pikirannya.
"Apakah Anda mempunyai kebiasaan untuk bekerja
sampai larut malam, Miss Roffe?"
"Sangat sering," kata Elizabeth. "Ya."
"Sampai seberapa larut?"
"Tidak tentu. Terkadang sampai pukul sepuluh.
Terkadang sampai tengah malam, atau lewat."
"Jadi hal itu merupakan pola" Artinya, orang-orang di sekitar Anda tahu tentang kebiasaan itu?"
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Dia memandang tajam kepadanya, agak kebingungan.
"Saya kira begitu."
"Pada malam kecelakaan pesawat lift itu, Anda dan Mr.
Williams dan Kate Erling bekerja sampai malam?"
"Ya." "Tetapi Anda tidak keluar bersamaan?"
Rhys berkata, "Saya pergi lebih awal. Saya ada janji-"
Max memperhatikannya sejenak, kemudian berpaling
lagi kepada Elizabeth. "Berapa lama setelah Mr. Williams pergi Anda meninggalkan kantor?"
"Saya kira sekitar satu jam."
"Apa Anda dan Kate Erling keluar bersama-sama?"
"Ya. Kami mengambil mantel kami dan keluar ke lorong."
Suara Elizabeth gemetar. "Pesawat-pesawat lift itu ada di sana, menunggu kami."'
Lift ekspres khusus. "Lalu apa yang kemudian terjadi?"
"Kami berdua masuk. Telepon di ruang kerja berbunyi.
Kate-Miss Erling berkata, 'Biar saya yang menerimanya'
dan dia beranjak untuk melangkah keluar. Tetapi saya sebenarnya menunggu hubungan interlokal yang telah saya minta beberapa waktu sebelumnya, maka saya katakan bahwa saya akan menjawabnya." Elizabeth berhenti,
matanya tiba-tiba bergelimang air mata. "Saya keluar dari lift. Kate menanyakan apakah harus menunggu, dan saya berkata, 'Tidak usah.' Dia menekan tombol lobi. Saya kembali ke ruang kerja, dan ketika membuka pintu, saya mendengar - saya mendengar jeritan, lalu-"Dia tak mampu melanjutkan.
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
Rhys berpaling kepada Max Hornung, dengan wajah
geram. "Cukup. Bisakah Anda menjelaskan, soal apa
sebenamya semua ini?"
Soal pembunuhan, pikir Max. Seseorang telah mencoba untuk membunuh Elizabeth Roffe. Max duduk di sana
memusatkan pikiran, mengingat segala yang diketahuinya tentang Roffe and Sons selama empat puluh delapan jam terakhir. Sebuah perusahaan yang dilanda kekalutan besar, menghadapi tuntutan-tuntutan hukum yang berat, dibelit pubhkasi buruk, kehilangan pelanggan, berutang besar pada sejumlah bank yang mulai hilang sabar. Sebuah perusahaan yang butuh penyegaran. Presiden direkturnya, Sam Roffe, yang memegang saham terbesar, telah
meninggal. Seorang pendaki gunung ulung yang tewas dalam kecelakaan pendakian. Saham terbesar itu kemudian jatuh pada anak gadisnya, Elizabeth, yang nyaris meninggal dalam kecelakaan Jeep di Sardinia, dan nyaris tewas dalam pesawat lift yang lolos laik dalam pemeriksaan mutakhir.
Seseorang telah menjalankan permainan maut.
Detektif Max Hornung seharusnya merasa bahagia. Dia menemukan sebuah benang lepas. Tetapi sekarang dia telah berjumpa dengan Elizabeth Roffe, dan wanita itu tidak lagi sekadar nama, atau persamaan dalam teka-teki
matematika. Ada suatu keistimewaan padanya. Max merasakan suatu dorongan untuk membentenginya, untuk
melindunginya. Rhys berkata, "Saya bertanya, apa-"
Max memandang kepadanya dan berkata samar-samar,
"Eh - prosedur kepolisian, Mr. Williams. Hanya rutin." Dia bangkit. "Izinkan saya."
Ada beberapa tugas mendesak yang harus diselesaikannya. Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
BAB 33 PAGI itu Inspektur Kepala Schmied sibuk sekali. Di depan Perusahaan Penerbangan Iberia ada demonstrasi politik, tiga orang ditahan untuk ditanyai. Kebakaran yang agak mencurigakan terjadi di sebuah pabrik kertas di Brunau. Saat ini sedang diselidiki. Seorang gadis diperkosa di Taman Platzspitz. Penodongan di Cuebelin dan satu lagi di Crima, di sebelah Baur-au-Lac. Dan seperti semua itu belum cukup, Detektif Max Hornung kembali, membawa sejumlah teori kosong. Inspektur Kepala Schmied
merasakan dirinya sesak napas lagi.
"Tromol kabel pesawat lift ternyata pecah," kata Max.
"Ketika pesawat itu jatuh membentur, semua kontrol pengaman padam. Seseorang-"
"Aku sudah membaca laporannya, Hornung. Gejala aus biasa."
"Tidak, Pak Inspektur Kepala. Saya
memeriksa spesifikasi tromol kabel. Seharusnya masih tahan lima atau enam tahun lagi."
Inspektur Kepala Schmied merasakan kekejangan di
pipinya. "Apa yang ingin kaukatakan?"
"Seseorang telah mengutak-atik pesawat lift itu."
Bukannya, saya menduga seseorang telah mengutak-atik pesawat lift itu, atau, menurut pendapat saya seseorang telah mengutak-afik pesawat lift itu. Oh, tidak! Seseorang telah mengutak-atik pesawat lift itu.
"Untuk apa mereka berbuat begitu?"
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
"Itulah yang ingin saya selidiki."
"Kau ingin kembali ke Roffe and Sons?"
Detektif Max Hornung memandang Inspektur Schmied
dengan heran. "Tidak, Pak. Saya mau pergi ke Chamonix."
Kota kecil Chamonix terletak empat puluh mil sebelah tenggara Jenewa, di bagian Prancis dari Haute-Savoie 3.400 kaki di atas permukaan laut, antara pegunungan Mont Blanc dan barisan Aiguille Rouge, dengan salah satu pemandangan alam yang paling menakjubkan di dunia.
Detektif Max Hornung sama sekali tidak menyadari
pemandangan alam sekitarnya ketika turun dari kereta api di stasiun Chamonix, menenteng koper kardus yang sudah lusuh. Dia menolak taksi dan berjalan kaki menuju stasiun polisi setempat, sebuah bangunan kecil di lapangan utama di pusat kota. Max melangkah masuk, langsung merasa seperti di rumah
sendiri, menghayati kehangatan
persahabatan yang dimilikinya dalam persaudaraan
anggota-anggota polisi di seluruh dunia. Dia salah seorang dari mereka.
Sersan Prancis di belakang meja mendongak dan
bertanya, "On vous pourrait aider?"
"Oui." Max berseri-seri. Dan dia mulai berbicara. Max mendekati segala bahasa asing dengan satu cara: dia membantai segala kata kerja tak beraturan dan bentuk waktu dan kata depan, dengan menggunakan lidahnya
sebagai belati. Selama dia berbicara, raut muka sersan di belakang meja itu berubah dari ketidakmengertian menjadi ketidakpercayaan. Bangsa Prancis membutuhkan ratusan tahun untuk membina lidah dan langit-langit lunak dan tenggorokan mereka, untuk membentuk bahasa yang
Tiraikasih website : http://kangzusi.com/
begitu indah dan berirama. Dan sekarang, lelaki yang berdiri di depannya ini menjungkirbalikkan semuanya menjadi serangkaian suara-suara yang tak keruan dan tak bisa dimengerti.
Sersan jaga itu tak bisa tahan lagi. Dia menyela, "Apa apa yang ingin Anda katakan?"
Max menyahut, "Apa maksud Anda" Saya kan bicara
bahasa Prancis." Sersan jaga itu membungkuk ke depan dan menanyakan dengan terus terang. "Apakah Anda bicara dalam bahasa itu sekarang?"
Budi Kesatria 1 Pendekar Pedang Dari Bu-tong Karya Liang Yu Sheng Ular Kobra Dari Utara 2

Cari Blog Ini