Ceritasilat Novel Online

Kincir Angin Para Dewa 1

Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karya : Shidney Sheldon Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http:// http://dewikz.byethost22.com/
Sidney Sheldon KINCIR ANGIN PARA DEWA Novel penuh suspence dari penulis buku-buku best-seller "Malaikat
Keadilan, Bila Esok Tiba, Lewat Tengah Malam"
Sebagai bagian dari gerakan perdamaian yang dicanangkan Presiden
Amerika Serikat, Mary Ashley, profesor muda yang brilyan dan ibu dua anak, dipilih menjadi Duta Besar Amerika Serikat untuk Rumania. Tapi, bahkan
sebelum menempati posnya, Mary Ashley sudah ditargetkan untuk dibunuh "
oleh sekelompok orang yang sangat berkuasa, dari Barat dan dari balik Tirai Besi yang tak ingin ada kedamaian dibumi ini.
Untuk itu Angel, pembunuh bayaran kaliber Internasional yang tak pernah
gagal melaksanakan kontrak pembunuhan "telah disewa.
Sendiri, tanpa teman, hidup di negeri asing, Mary Ashley harus menghadapi teror, ancaman pembunuhan, dan musuh-musuh yang tak terlihat. Dua orang
pria menawarkan bantuan. Dua-duanya amat menarik, tapi sekaligus penuh
teka-teki. Dua-duanya mampu mengacaukan hatinya yang kesepian. Mike
Slade, pria tampan bertabiat kasar dan seenaknya, diplomat karier dan Deputy chief of Mission Kedutaan Amerika Serikat di Rumania dan Louis Desforges, dokter Prancis yang lembut dan hangat, yang telah menyelamatkannya dari
usaha penculikan. Kenyataannya, satu diantara mereka berdua ingin membunuhnya.....
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kita semua adalah korban, Anselmo. Nasib kita ditentukan oleh bergulirnya dadu jagat rava, pengaruh rasi bintang, dan arah angin keberuntungan, yang diembuskan dari kincir angin para dewa.
A Final Destiny, H.L. Dietrich.
PROLOG Perho Finlandia Pertemuan itu berlangsung dalam pondok tahan cuaca yang terpencil dalam
area berhutan, sekitar 200 mil dari Helsinki. Para anggota Komite Cabang Barat telah tiba secara rahasia dengan selang waktu yang teratur. Mereka
datang dari delapan negara yang berbeda, tapi kedatangan mereka telah
diatur dengan diam-diam oleh seorang menteri senior di Valtioneuvosto,
Dewan Negara Finlandia, dan tak ada catatan kedatangan pada paspor
mereka. Pada waktu kedatangan mereka, para penjaga bersenjata mengawal
mereka memasuki pondok, dan ketika pengunjung terakhir muncul, pintu
pondok segera dikunci dan para penjaga mengambil tempat, bersiaga dalam
angin Januari yang bertiup kencang, waspada terhadap adanya tanda-tanda
pengacau. Para anggota yang duduk mengelilingi meja persegi yang besar itu adalah
orang-orang yang mempunyai kekuasaan penuh dan jabatan tinggi dalam
dewan pemerintahan mereka masing-masing. Mereka telah bertemu
sebelumnva dalam lingkungan yang kurang tersembunyi, dan saling
mempercayai satu sama lain karena tak punya pilihan. Sebagai sistem
pengaman tambahan, masing-masing telah menggunakan nama samaran.
Pertemuan itu berlangsung hampir lima jam, dan pembicaraan mereka
berlangsung dengan hangat.
Akhirnya, ketua kelompok itu memutuskan bahwa waktunya telah tiba untuk
melakukan pemungutan suara. Ia berdiri, tampak tinggi, lalu ia menoleh
kepada orang yang duduk di sebelah kanannya.
"Sigurd?" "Ya." "Odin?" "Ya." "Balder?" "Kita bergerak terlalu tergesa-gesa. Seandainya hal ini tercium oleh pihak lain, jika kita mungkin...."
"Ya, atau tidak?"
"Tidak..." "Freyr" "Ya." "Sigmund?" "Nein. Bahayanya...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thor?" "Ya." "Tyr?" "Ya." "Saya memilih ya, Pemecahan masalah selesai. Dengan demikian saya akan melaporkan kepada Sang Pengawas. Pada pertemuan kita berikutnya, saya
akan memberikan rekomendasi beliau kepada orang terbaik yang pantas
melaksanakan gerakan ini. Kita akan mengambil tindakan seperti biasa dan
meninggalkan tempat ini dengan selang waktu dua puluh menit. Terima kasih, Tuan-tuan."
Dua jam empat puluh lima menit kemudian, pondok itu telah dikosongkan.
Sejumlah pekerja ahli yang membawa minyak tanah bergerak masuk dan
menyulut pondok itu. Api yang menjilat-jilat udara dipermainkan angin Januari yang dingin dan kelaparan.
Ketika Palokunta, barisan pemadam kebakaran dari Perho, akhirnya
mencapai tempat kejadian itu, tak ada yang tersisa kecuali bara api yang
menyala kecil pada rangka pondok, di atas salju yang meleleh mendesis-desis.
Asisten komandan barisan pemadam kebakaran mendekati puing-puing itu,
membungkuk, dan mengendus. "Minyak tanah," katanya. "Kebakaran yang disengaja."
Komandan barisan pemadam kebakaran menatap puing-puing itu, dengan
ekspresi penuh teka-teki di wajahnya. "Aneh," ia menggumam.
"Apa?" "Aku berburu di hutan ini minggu lalu. Waktu itu tak ada pondok di sini."
BUKU SATU 1 Washington, D.C. Stanton rogers dipersiapkan untuk menjadi presiden Amerika Serikat. Ia
merupakan politikus yang mempunyai kharisma, tampak terpandang bagi
publik yang menerimanya, dan didukung oleh teman-teman yang mempunyai
kekuasaan. Malang bagi Rogers, gejolak libidonya menghalangi kariernya.
Seperti kata orang-orang Washington, "Stanton terjerumus karena nafsunya dan terlempar ke luar dari kursi kepresidenan."
Sebenarnya Stanton Rogers bukanlah orang yang suka bermain cinta seperti
Casanova. Sebaliknya, sampai saat petualangan cinta yang fatal itu, ia adalah seorang suami yang baik. Ia tampan, kaya, dan dalam perjalanannya menuju
ke kursi jabatan paling penting di dunia itu, ia tak pernah memberi tempat bagi wanita lain dalam pikirannya, meski ia punya kesempatan yang luas
untuk memperdayakan istrinya.
Ada hal kedua, yang mungkin merupakan ironi lebih besar: istri Stanton
Rogers, Elizabeth, adalah wanita yang bersifat sosial, cantik, dan cerdas, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka berdua mempunyai minat yang sama hampii dalam segala hal.
Sedangkan Barbara, kepada siapa Rogers jatuh cinta dan akhirnya menikah
setelah suatu perceraian yang menjadi berita utama di koran-koran, adalah wanita yang lima tahun lebih tua daripada Stanton, dengan wajah
menyenangkan tapi tidak cantik, dan tampaknya tak punya minat yang sama
dengannya. Stanton menyukai olahraga, Barbara membenci segala bentuk
latihan olahraga. Stanton suka berkumpul dengan banyak orang, sementara
Barbara lebih suka berdua saja dengan suaminya atau menjamu kelompok
kecil. Hal yang paling mengerutkan bagi mereka yang mengenal Stanton
Rogers dari dekat adalah perbedaan pandangan politik mereka. Stanton
berpandangan liberal, sedangkan Barbara dibesarkan dalam sebuah keluarga
yang beraliran konservatif.
Paul Ellison, teman terdekat Stanton, pernah berkata "Kau pasti sedang tak sadar diri, Sobat! Kau dan Liz adalah pasangan yang pantas masuk dalam
Gumness Book of Records, sebagai pasangan suami-istri sempurna. Kau boleh menghancurkan perkawinanmu hanya karena rasa tertarik sesaat"
Rogers menjawab sengit, "Jangan ikut campur, Paul. Aku jatuh cinta pada Barbara. Setelah aku bercerai, kami akan menikah."
"Apakah kau tahu akibatnya terhadap kariermu?"
"Separuh perkawinan di negeri ini berakhir dengan perceraian. Tak ada
akibat apapun" Stanton Rogers menjawab.
Ramalannya terbukti salah. Kabar perceraian yang diperjuangkan dengan
pahit itu merupakan makanan empuk bagi pers, dan surat kabar gosip
membesar-besarkan berita itu seseram mungkin, dengan foto-foto wanita
yang dicintai Stanton Rogers itu, serta kisah-kisah kencan rahasia di tengah malam. Surat-surat kabar memuat berita itu selama mungkin, dan ketika
kehebohan itu telah mereda, teman-teman yang punya kekuasaan yang
mendukung Stanton Rogers sebagai calon presiden menghilang dengan diamdiam. Mereka menemukan kesatria baru yang tanpa cela untuk didukung dan
diperjuangkan: Paul Ellison.
Ellison merupakan calon yang sesuai. Meskipun ia tak memiliki ketampanan
atau kharisma seperti Stanton Rogers, tapi ia cerdas, disukai orang, dan
memiliki latar belakang yang tepat. Perawakannya pendek, dengan wajah
biasa dan mata biru yang tulus. Pernikahannya yang telah berlangsung selama sepuluh tahun dengan putri hartawan industri baja, berjalan dengan penuh
kebahagiaan. Ia dan Alice dikenal sebagai pasangan yang hangat dan penuh
cinta kasih. Seperti Stanton Rogers, Paul Ellison juga bersekolah di Yale dan lulus dari Harvard Law School. Kedua pria itu tumbuh bersama-sama. Keluarga mereka
mempunyai rumah musim panas yang berdampingan di Southampton, dan
kedua anak laki-laki itu berenang bersama, membentuk tim baseball serta
kemudian, berkencan bersama dengan pasangan masing-masing. Mereka
sekelas di Harvard. Paul Ellison murid yang pandai, tapi Stanton Rogers-lah yang menjadi bintang kelas. Sebagai editor Harvard Law Review, ia menunjuk sahabatnya, Paul untuk menjadi asisten editor. Ayah Stanton Rogers adalah pengacara senior yang bekeria pada suatu biro hukum yang terkemuka di Wall Street, dan ketika Stanton bekerja di sana selama liburan musim panas, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengatur agar Paul juga ikut bekerja di sana. Begitu lulus dari fakultas
hukum, karier politik Stanton Rogers meroket bagai meteor, dan bila ia
diandaikan sebuah komet, maka Paul Ellison adalah ekor kometnya.
Perceraian itu mengubah segala-galanya. Kini Stanton Rogers-lah yang
menjadi pendamping bagi Paul Ellison. Jenjang menuju ke puncak gunung itu memakan waktu hampir lima belas tahun. Ellison kalah dalam suatu pemilihan senat, namun ia memenangkannya pada tahun berikutnya, dan dalam
beberapa tahun kemudian ia tampak menonjol sebagai penyusun undangundang. Ia berjuang melawan pemborosan dalam pemerintahan dan birokrasi
Washington. Ia sangat mendukung dan sangat percaya pada usaha gencatan
internasional. Ia diminta untuk memberikan pidato pencalonan sebagai
kewajiban seorang calon presiden dalam pemilihan umum kembali. Pidatonya
berisi gagasan yang cemerlang dan mengesankan sehingga membuat setiap
orang duduk terdiam dan memperhatikan. Empat tahun kemudian, Paul Ellison terpilih sebagai presiden Amerika Serikat. Hal pertama yang dilakukannya
ialah menunjuk Stanton Rogers sebagai penasihat kepresidenan untuk
masalah-masalah luar negeri.
Teori Marshall McLuhan yang menyatakan bahwa televisi akan membuat
bumi menjadi suatu "kampung-dunia" telah menjadi kenyataan. Pelantikan presiden Amerika Serikat keempat puluh dua disiarkan oleh satelit ke lebih dari seratus sembilan puluh negara.
Di Black Rooster, sebuah tempat di mana para wartawan di Washington,
D.C. bisa berkumpul, Ben Cohn, reporter politik kawakan Washington Post,
duduk di depan sebuah meja bersama empat orang rekannya, menyaksikan
upacara pelantikan presiden melalui sebuah televisi besar di atas meja bar.
"Lelaki sialan itu membuatku kalah taruhan lima puluh dollar," salah seorang reporter mengeluh.
"Kuperingatkan kau agar tidak bertaruh melawan Ellison," Ben Cohn memarahinya. "Ia punya pesona gaib, Sobat. Sebaiknya kau percaya."
Kamera televisi yang meliput acara itu menunjukkan rakyat yang berkumpul
memadati Pennsylvania Avenue. Orang-orang itu membungkukkan badan
dalam jaket mereka, menahan angin bulan Januari yang dingin, sambil
mendengarkan jalannya upacara melalui pengeras suara ditempatkan di
sekuitar panggung. Jason Merli ketua Mahkamah Agung Amerika Serikat,
selesai mengambil sumpah presiden baru itu, yang kemudian menjabat tangannya dan melangkah ke depan pengeras suara.
"Lihatlah orang-orang tolol yang berdiri kedinginan di sana itu," Ben Cohn berkomentar. "Tahukah kau mengapa mereka tidak berada di rumah saja,
seperti manusia normal lainnya yang menyaksikannya dari televisi?"
"Mengapa?" "Karena seorang pria sedang membuat sejarah Rekan-rekan. Suatu hari
nanti orang-orang itu akan bercerita kepada anak-cucu mereka bahwa mereka ada di sana pada hari Paul Ellison disumpah. Dan mereka semua akan
menyombongkan diri dengan berkata, 'Aku begitu dekat dengannya hingga
dapat menyentuhnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau sinis, Cohn."
"Dan bangga akan hal itu. Setiap politikus di dunia ini berasal dari dapur yang sama. Mereka semua berkecimpung di dalamnya selama mereka dapat
menikmatinya. Tapi yang satu ini lain, rekan-rekan, presiden baru kita seorang yang liberal dan idealis. Cukup untuk membuat orang pandai mana pun
bermimpi buruk. Menurutku, liberal adalah orang yang duduk di atas awanawan kapas" Sebenarnya Ben Cohn tidak sesinis yang diucapkannya. Ia telah merekam
perjalanan karier Paul Ellison dari awal mula dan meskipun sebenarnya pada mulanya Cohn tidak terkesan, tapi ketika Ellison menaiki jenjang politik makin ke atas, Ben Cohn mulai mengubah pendapatnya. Politikus yang satu ini
bukanlah orang yang asal berkata "ya" kepada siapa pun. Ia bagaikan sebatang pohon ek di tengah hutan pohon willow.
Di luar, langit memecah dalam hujan keping-keping es. Ben Cohn berharap,
cuaca itu bukanlah sebuah pertanda buruk keadaan empat tahun mendatang.
Ia kembali memperhatikan televisi.
"Kepresidenan Amerika Serikat merupakan sebuah obor yang dinyalakan
oleh rakyat Amerika dan disampaikan dari satu tangan ke tangan lain setiap empat tahun. Obor yang telah dipercayakan kepada saya ini adalah senjata
yang paling berkuasa di dunia. Seperti kita ketahui bersama, kekuasaannya cukup untuk membakar hangus peradaban manusia atau menjadi suluh
penunjuk jalan yang menerangi masa depan kita dan bangsa-bangsa lain.
Semuanya tergantung pada pilihan yang kita ambil. Saya berbicara hari ini tidak hanya kepada negara-negara sekutu kita, tapi juga kepada negara-negara yang berada dalam lingkungan Soviet. Saya menyatakan hal ini kepada mereka sekarang, karena kita mempersiapkan diri untuk menghadapi abad
kedua puluh satu, hingga tak ada lagi tempat bagi pertentangan pendapat, dan bahwa kita harus berjuang untuk mewujudkan semboyan 'satu bumi' menjadi
suatu kenyataan. Apa pun pendapat lain yang bertentangan dengan hal itu
akan menimbulkan kemusnahan besar-besaran akibat api perang, yang tak
akan dapat disembuhkan oleh bangsa mana pun juga. Saya menyadari adanya
suatu jurang perbedaan pendapat yang luas terbentang di antara kita dan
negara-negara Tirai Besi, tapi prioritas pertama dalam pemerintahan saya adalah membangun suatu jembatan tak tergoyahkan yang bisa menjembatani
jurang itu." Kata-katanya keluar dari ketulusan hati yang dalam. Ia benar-benar
bermaksud menyatakannya pikir Ben Cohn. Kuharap tak seorangpun akan
membunuhnya. Di Junction City, Kansas, hari itu adalah hari yang kelabu bagai dipenuhi asap tungku, dingin dan muram, sementara salju turun terus-menerus hingga pemandangan di Highway 6 hampir tak dapat dilihat. Mary Ashley menyetir
mobil station-wagon tuanya dengan hati-hati, ke tengah jalan raya bebas
hambatan, yang telah dibersihkan alat-alat pembersih salju. Badai salju
membuatnya terlambat tiba di kelas tempatnya mengajar. Ia mengendarainya
dengan perlahan-lahan dan hati-hati, agar mobilnya tidak selip. Dari radio di mobilnya terdengar suara Presiden berpidato: "... banyak orang dalam badan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemerintahan juga pribadi-pribadi, yang berpendapat memmbangun parit di
sekeliling benteng penahan serangan lebih banyak daripada jembatan.
Jawaban saya terhadap hal itu adalah bahwa kita tak boleh lebih lama lagi menghukum diri kita atau anak-anak kita dengan menciptakan masa depan
yang terancam oleh konfrontasi dunia dan perang nuklir."
Mary Ashley berkata dalam hati: Syukurlah aku memilihnya, Paul Ellison
akan jadi presiden yang hebat.
Ia mencengkeram kemudi erat-erat, ketika salju yang ditiup angin menjadi
pusaran putih yang membutakan pandangan.
Di St. Croix, matahari musim panas bersinar di langit biru yang tak berawan, tapi Harry Lantz tak berniat menikmati udara luar. Ia tenggelam dalam
keasyikannya di kamar. Berbaring di atas tempat tidurnya tanpa busana, diapit erat oleh Dolly bersaudara. Lantz tahu benar bahwa kenyataannya mereka
berdua bukanlah bersaudara. Annette seorang wanita tinggi dengan rambut
berwarna coklat alami, sedangkan Sally yang juga tinggi, berambut asli pirang.
Tapi Harry Lantz tak peduli apakah mereka bersaudara atau tidak. Yang lebih penting adalah bahwa mereka berdua sangat ahli dalam bercinta dan apa yang mereka perbuat membuat Lantz mendesah keras penuh kenikmatan.
Jauh di ujung kamar motel itu, wajah Presiden tertayang di layar televisi.
"... Karena saya percaya bahwa tak ada masalah yang tak dapat dipecahkan dengan landasan niat baik dari kedua belah maka dinding beton yang
mengelilingi Berlin timur dan Tirai Besi yang mengelilingi negara-negara satelit Uni Sovyet lain harus dirubuhkan"
Sally menghentikan kesibukannya sejenak untuk bertanya, "Apakah kau
ingin televisi sialan itu kumatikan, honey"
"Biarkan saja, aku ingin dengar apa yang akan dikatakannya"
Annete mengangkat kepala, "Apakah kau memilih dia?"
Harry Lantz berseru, "Hei kalian berdua kembali bekerja..."
"Sebagaimana Anda semua mengetahui, tiga tahun yang lalu sejak
meninggalnya presiden Rumania Nicolae Ceaucescu, Rumania telah
memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Sekarang saya
ingin mengumumkan bahwa kita telah mengadakan pendekatan dengan
pemerintah Rumania dan Presiden Alexandros Ionescu telah setuju untuk
membuka kembali hubungan diplomatik dengan negara kita"
Terdengar sambutan meriah dari massa yang memadati Pennsylvania
Avenue. Tiba-tiba Harry Lantz duduk tegak sehingga gigi Annete tersuruk ke dalam
alat vitalnya. "Astaga" Lantz menjerit, "Aku telah disunat! Apa yang kau
lakukan?" "Untuk apa kau bergerak, honey?"
Lantz tak memperdulikannya. Matanya menatap tak berkedip ke arah
pesawat televisi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Salah satu langkah resmi kita yang pertama" kata Presiden, "adalah
mengirimkan seorang duta besar ke Rumania. Dan itu adalah satu langkah
awal...". Di Bucharest. saat itu malam hari. Cuaca musim dingin itu tak terduga
menjadi hangat dan jalan di pusat-pusat perbelanjaan dipadati oleh penduduk yang berbaris antri sampai ke pintu toko swalayan dalam hangatnya cuaca
yang tidak seperti biasanya itu.
Presiden Rumania, Alexandros Ionescu duduk di kantornya di Peles, istana
yang kuno itu. di Calea Victoriei, dikelilingi setengah lusin ajudan.
mendengarkan siaran radio gelombang pendek
"Saya tak berniat untuk berhenti sampai disitu saja", Presiden Amerika itu berkata. "Albania memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat pada tahun 1946. Saya berniat menyambung kembali hubungan itu.
Sebagai tambahan, saya juga berniat memperkokoh hubungan diplomatik kita
dengan Bulgaria, dengan Cekoslovakia, dan dengan Jerman Timur".
Melalui radio itu terdengar sambutan riuh dan tepuk tangan yang gemuruh.
''Pengiriman duta besar kita ke Rumania adalah awal gerakan dari rakyat ke rakyat di seluruh dunia. Jangan pernah kita lupakan bahwa semua manusia


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempunyai asal yang sama, masalah yang sama, dan suatu akhir nasib yang
sama. Mari kita ingat bahwa masalah-masalah yang sama-sama kita hadapi
sebenarnya lebih besar daripada masalah-masalah yang memisahkan kita,
dan bahwa apa yang memisahkan kita sebenarnva adalah buatan kita sendiri".
Dalam sebuah vila yang dijaga ketat di Neuilly, di pinggiran kota Paris,
pemimpin revolusioner Rumania, Marin Groza, sedang menyaksikan pidato
pengangkatan presiden Amerika Serikat melalui Saluran 2.
"...Saya berjanji kepada Anda sekalian, bahwa sava akan melakukan tugas saya sebaik mungkin, dan bahwa saya akan mencari hal-hal yang terbaik dari pihak-pihak lain..."
Tepuk tangan gemuruh berlangsung selama lima menit penuh.
Marin Groza berkata dengan penuh pemikiran, "Kupikir saat kita telah tiba, Lev. Ia benar-benar bermaksud demikian."
Lev Pasternak, komandan satuan pengawalnya, "Tidakkah rencana ini justru
akan membantu Ionescu?"
Marin Groza menggelengkan kepalanya. "Ionescu seorang tiran, dan
akhirnya, tak akan ada yang mau membantunya. Tapi aku harus sangat
cermat meilih saatnya. Aku gagal ketika mencoba menggulingkan Ionescu.
Aku tak boleh gagal lagi"
Pete Connors tidak mabuk "paling tidak tak semabuk yang diinginkannya.
Ia telah menghabiskan hampir lima botol Scotch ketika Nancy, sekretaris
pribadi yang tinggal bersamanya, berkata, "Apakah kaupikir belum cukup juga yang kauminum, Pete?" Pria itu tersenyum dan menamparnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Presiden kita sedang berbicara. Kau harus menunjukkan sikap
menghormati." Ia kembali menoleh ke arah gambar di pesawat televisi. "Kau komunis, Bajingan," ia berseru ke arah layar. "Ini negaraku, dan CIA tak akan membiarkanmu menyerahkannya begitu saja. Kami akan menghentikan
niatmu, Charlie. Kau tak akan dapat meneruskan rencanamu itu."
2 Paul ellison berkata, "Aku akan banyak memerlukan bantuanmu, Sobat".
''Kau pasti akan kubantu," Stanton Rogers menjawab dengan tenang.
Mereka duduk di Oval Office, kantor presiden di Gedung Putih. Presiden
duduk di belakang meja dengan bendera Amerika Serikat di belakangnya. Kala itu merupakan pertemuan mereka yang pertama dalam ruang kepresidenan
itu, dan Presiden Ellison merasa canggung. Andaikata Stanton tidak melakukan kesalahan itu, pikir Paul Ellison, ia yang akan duduk di belakang meja ini dan bukan aku. Seakan dapat membaca pikirannya, Stanton Rogers berkata, "Aku punya suatu pengakuan. Pada hari kau terpilih sebagai presiden, aku sangat iri hati, Paul. Itu impianku, tapi kau yang mengalaminya sebagai kenyataan. Tapi tahukah kau" Aku akhirnya menyadari bahwa jika aku tak dapat duduk di kursi itu, tak ada orang lain di dunia ini yang kurelakan untuk duduk di situ selain kau. Kursi itu pantas kaududuki".
Paul Ellison tersenyum kepada temannya itu dan berkata, "Terus terang saja, Stan, ruang ini membuatku ngeri. Aku merasa dihantui roh
Washington, Lincoln, dan Jefferson."
"Kita juga pernah punya presiden yang..."
"Aku tahu. Tapi presiden yang paling hebatlah yang ingin kita tiru."
Ia menekan tombol di mejanya, dan beberapa detik kemudian seorang
pelayan berjas putih memasuki ruangan.
"Ya, Bapak Presiden?"
Paul Ellison menoleh ke arah Rogers. "Kopi?"
"Kedengarannya sedap."
"Ingin makanan kecil?"
"Tak usah, terima kasih. Barbara menganjurkan agar aku menjaga lingkar pinggangku."
Presiden mengangguk kepada Henry, pelayan itu, yang kemudian dengan
tenang meninggalkan ruangan itu.
Barbara. Wanita itu telah mengejutkan semua orang. Gosip yang beredar di
Washington adalah bahwa perkawinan itu tak akan bertahan sampai akhir
tahun pertama. Tapi ternyata, mereka telah bertahan hampir lima belas tahun hingga saat ini, dan itu merupakan sukses. Stanton Rogers mendirikan suatu kantor pengacara yang disegani di Washington, dan Barbara berhasil
menampilkan diri sesuai dengan citra nyonya rumah yang anggun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paul Ellison berdiri dan berjalan mondar-mandir. "Pidatoku tentang gerakan dari rakyat ke rakyat tampaknya telah menimbulkan suatu kegemparan.
Kukira kau telah membaca semua surat kabar."
Stanton Rogers mengangkat bahu. "Kau tahu bagaimana sikap pers. Mereka amat suka melambungkan pahlawan supaya mereka dapat membantingnya
jatuh." "Sebenarnya, aku tak peduli apa yang dikatakan surat kabar, aku tertarik pada apa yang dikatakan rakyat"
"Terus-terang, kau membuat banyak orang merasa sangat khawatir, Paul.
Angkatan Bersenjata menentang rencanamu, dan beberapa pemimpin
pergerakan yang berpengaruh ingin melihat rencana itu gagal."
"Rencana itu tak akan gagal." Paul Ellison kembali menyandarkan diri ke kursinya. "Tahukah kau masalah terbesar di dunia dewasa ini" Tak ada lagi negarawan. Negara-negara dipimpin oleh para politikus. Ada masanya dulu
ketika bumi ini dipenuhi oleh raksasa. Ada yang baik, dan ada yang jahat"
tapi, demi Tuhan, mereka benar-benar raksasa. Roosevelt dan Churchill, Hitler dan Mussolini, Charles de Gaulle dan Joseph Stalin. Mengapa mereka semua
hidup pada satu masa itu" Mengapa tak ada lagi negarawan di masa kini?"
"Agak sukar untuk jadi raksasa dunia pada suatu layar yang berukuran dua puluh satu inci." Pintu terbuka dan pelayan muncul, membawa sebuah baki perak dengan sepoci kopi dan dua canggkir kosong, masing-masing bertanda
inisial Kepresidenan. Ia menuangkan kopi dengan terampil dan cermat. "Anda menginginkan apa lagi, Mr. Presiden"
"Tak ada. Sudah cukup, Henry. Terima kasih."
Presiden menunggu sampai pelayan itu pergi. "Aku ingin membicarakan
pemilihan duta besar kita yang tepat untuk Rumania."
"Baik." "Tentunya kau tahu bahwa hal ini sangat penting. Karenanya, aku ingin kau melaksanakannya secepat mungkin."
Stanton Rogers menghirup kopinya sedikit dan berdiri. "Aku akan segera menghubungi Departemen Luar Negeri mengenai hal ini."
* * * Di Neuilly, saat itu pukul 02.00 dini hari. Vila Marin Groza terlelap dalam kelamnya kegelapan, sementara bulan bersarang dalam lapisan tebal awan
yang mengandung badai. Jalan-jalan amat sunyi pada saat-saat seperti itu, hanya sekali-sekali kesunyian itu dipecahkan oleh bunyi langkah orang yang lewat. Sesosok tubuh berbaju hitam bergerak tanpa suara melalui pohon-pohon menuju dinding bata yang mengelilingi vila. Di atas salah satu bahunya ia membawa seutas tali dan sehelai selimut, dan di lengan kanan dan kirinya berayun-ayun sebuah Uzi dengan peredam suara dan sebuah senapan
penembak anak panah. Ketika mencapai dinding, ia berhenti dan
mendengarkan. Ia menunggu, tanpa gerak, selama lima menit. Akhirnya
setelah puas dan yakin, ia melepas untaian tali nilonnya dan melemparkan kait
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemanjat yang terdapat pada ujungnya hingga mengait tepi tembok yang
tinggi. Dengan cepat, orang itu mulai memanjat. Ketika mencapai bagian atas dinding itu ia melemparkan selimut ke atasnya untuk melindungi dirinya dari ujung-ujung logam beracun yang berjajar membatasi sisi atas dinding. Ia berhenti lagi untuk mendengarkan. Ia membalik kait di ujung tali, menarik tali ke sebelah dalam dinding dan merosot turun. Ia memeriksa balisong di
pinggangnya, semacam pisau lipat Filipina yang mematikan, yang dapat
dijentik dengan satu tangan untuk membuka atau menutupnya.
Selanjutnya adalah anjing-anjing penyerang. Orang yang menyelinap itu
membungkukkan badan di sana, menunggu agar mereka dapat mencium
baunya. Ada tiga ekor Doberman yang terlatih untuk membunuh. Tapi mereka
barulah rintangan pertama. Halaman dan vila itu penuh jaringan elektronik, dan secara terus-menerus dipantau dengan kamera televisi. Semua surat dan paket diterima di pintu gerbang dan dibuka di sana oleh para penjaga. Pintu-pintu vila itu anti bom. Vila itu mempunyai sumber air sendiri dan Marin Groza mempunyai seorang pencicip hidangan. Vila itu sungguh tak tertembus.
Mungkin demikian. Bayangan hitam itu berada di situ malam ini untuk
membuktikan bahwa hal itu tidak benar.
la mendengar suara anjing-anjing berlari ke arahnya sebelum ia dapat
melihat mereka. Mereka datang bagai terbang dalam kegelapan, dengan
tujuan menggigit lehernya. Muncul dua ekor. Ia membidikkan senapan
penembak anak panah, dan menembak yang paling dekat di sisi kirinya lebih dulu, kemudian yang lain di sisi kanannya, setelah itu ia menghindari tubuh anjing-anjing yang terluka itu. Ia berputar ke sekeliling, waspada terhadap anjing yang ketiga, dan ketika anjing itu muncul, ia menembak lagi, hingga yang tinggal hanyalah kesunyian belaka.
Penyelinap itu tahu di mana jebakan tanda bahaya sonik dipendam di tanah, dan ia menyusur menghindarinya. Dengan diam-diam ia menyelinap melalui
daerah yang tak terpantau oleh kamera televisi, dan kurang dari dua menit setelah ia berhasil meiewati dinding, ia telah berada di pintu belakang vila.
Ketika mencapai pegangan pintu, ia terjebak dalam pancaran mendadak
lampu-lampu yang menyilaukan. Suatu suara membentak, "Berhenti! Jatuhkan senjatamu dan angkat tangan!"
Orang berbaju hitam itu menjatuhkan senjatanya dan mendongak. Ada
setengah lusin lelaki berdiri tersebar di atas atap, dengan berbagai ragam senjata mengarah padanya.
Lelaki berbaju hitam itu menggeram, "Kenapa kalian begitu lambat" Aku tak pernah masuk sampai sejauh ini."
"Memang tidak," kepala penjaga itu menjelaskan. "Kami mulai mengamati Anda sejak Anda belum memasuki dinding."
Lev Pasternak tidak terbujuk. "Kalau begitu kau seharusnya
menghentikanku lebih awal. Bisa saja aku membawa misi bunuh diri
dengan sejumlah granat atau mortir keparat. Aku ingin mengadakan rapat
dengan seluruh staf besok pagi, jam delapan tepat. Anjing-anjing itu telah dibuat pingsan. Suruh seseorang menjaga mereka sampai mereka siuman".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lev Pasternak membanggakan dirinya sebagai penjaga keamanan terbaik di
dunia. Ia pernah menjadi pilot dalam perang enam hari Isiael dan setelah
perang selesai, ia menjadi agen top di Mossad, salah satu dari lima badan agen rahasia Israel.
Ia tak pernah akan dapat melupakan pagi itu, dua tahun sebelumnya, ketika kolonel atasannya memanggilnya ke kantornya.
"Lev, seseorang ingin menyewamu selama beberapa minggu."
"Kuharap ia berambut pirang," Lev menyindir.
"Ia Marin Groza."
Mossad mempunyai arsip yang lengkap tentang segala sesuatu yang terjadi
di Rumania. Groza merupakan pemimpin pergerakan Rumania yang populer,
yang berusaha menyingkirkan Alexandros Ionescu dan hampir berhasil
melakukan suatu kudeta ketika ia dikhianati oleh salah seorang anak buahnya.
Lebih dari dua lusin pejuang bawah tanah telah dihukum mati, dan Groza
berhasil menyelamatkan jiwanya, keluar dan negaranya tanpa membawa apa
pun. Prancis memberinya suaka. Ionescu mengumumkan bahwa Marin Groza
adalah pengkhianat, dan akan memberi hadiah kepada yang dapat memenggal
kepalanya. Sejauh itu sejumlah percobaan pembunuhan untuk menyingkirkan
Groza telah gagal, tapi ia telah terluka pada serangan yang terakhir.
"Apa yang diinginkannya dariku?" tanya Pasternak. "Ia sudah mendapatkan perlindungan pemerintah."
"Tidak cukup baik. Ia memerlukan seseorang untuk meiancang suatu sistem pengaman yang anti tembus. Ia datang minta tolong pada kita. Aku
mengajukan dirimu." "Aku harus pergi ke Prancis?"
"Hanya selama beberapa minggu."
"Aku tidak...."
"Lev, kita sedang bicara tentang mensch, seorang manusia. Ia orang yang dihormati. Kita punya informasi bahwa ia punya dukungan cukup di negaranya untuk menggulingkan Ionescu. Bila waktunya tiba, ia akan melancarkan
serangan. Sementara itu, kita harus menjaga agar orang itu tetap hidup."
Lev Pasternak memikirkan hal itu. "Beberapa minggu, katamu?"
"Begitulah." Kolonel itu ternyata salah memperhitungkan waktu, tapi gambarannya
tentang Marin Groza tepat sekali. Seorang lelaki yang kurus, tampak rapuh, dengan penampilan seperti pertapa dan wajah yang menyiratkan duka.
Hidungnya bengkok, dagunya kokoh, dan dahinya lebar, ditutupi rambut
berwarna putih. Matanya dalam, berwarna hitam, dan bila ia berbicara, mata itu tampak bersinar-sinar penuh semangat.
"Aku tak peduli apakah aku hidup atau mati " ia berkata pada Lev ketika mereka bertemu pertama kalinya. "Kita semua akan mati. Hanya kapan
waktunva, itulah yang kupikirkan. Aku harus tetap hidup selama satu atau dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahun lagi Itulah waktu yang kuperlukan untuk mengusir Ionescu keluar dari negaraku." Tanpa sadar tangannva mengusap-usap bekas goresan luka di pipinya. "Tak seorang pun berhak memperbudak suatu negara. Kita harus
membebaskan Rumania dan membiarkan rakyat menentukan nasibnya
sendiri." Lev Pasternak mulai bekerja menyusun sistem keamanan di vila di Neuilly
itu. Ia menggunakan beberapa anak buahnya sendiri, dan orang luar yang
disewanya diperiksa secara cermat dan menyeluruh. Setiap potong
perlengkapan keamanan merupakan hasil karya yang teruji.
Pasternak menemui pemimpin pemberontakan Rumania itu setiap hari, dan
makin sering ia bersamanya, makin kagum ia padanya. Ketika Marin Groza
memintanya untuk menetap terus sebagai komandan satuan pengaman,
Pasternak tidak bimbang lagi
"Saya akan melakukannya" katanya, "sampai Anda siap untuk melakukan gerakan. Lalu saya akan kembali ke Israel."
Mereka membuat perjanjian kerja.
Pada waktu-waktu yang tak teratur, Pasternak melakukan suatu serangan
kejutan terhadap vila itu, menguji penjagaan keamanannya. Kini, ia berpikir: Beberapa penjaga mulai lalai. Aku harus mengganti mereka.
Ia berjalan melalui lorong-lorong, dengan cermat memeriksa sensor panas,
sistem tanda bahaya elektronik, dan sinar-sinar infra merah pada ambang
setiap pintu. Ketika ia mencapai kamar tidur Marin Groza, ia mendengar suara lecutan cambuk yang keras, dan sesaat kemudian Groza mulai menjerit
kesakitan dengan penuh derita.
Lev Pasternak melewati kamar Groza dan terus berjalan.
3 Kantor pusat Central Intelligence Agency (ClA) terletak di Langlev, Virginia, tujuh mil sebelah barat daya Washington, D. C. Pada jalan menuju ke kantor CIA itu terdapat sebuah lampu merah yang menyalia terang di puncak pintu
gerbang. Gardu jaga di pintu gerbang dijaga dua puluh empat jam sehari, dan pengunjung yang berwenang masuk diberi tanda lencana berwarna, yang
hanya memungkinkan mereka masuk ke departemen tertentu, departemen
yang langsung berurusan dengan mereka. Di luar bangunan kantor pusat
berlantai tujuh berwarna abu-abu, yang anehnya disebut "Toy Factory" itu, ada patung besar Nathan Hale. Di dalam, pada lantai dasar, terdapat suatu lorong berdinding kaca yang menghadap ke arah halaman dalam yang
merupakan taman dengan pohon-pohon magnolia tersebar di sana-sini. Di atas meja penerima tamu, suatu sajak yang terukir pada marmer berbunyi sebagai berikut:
Apabila Anda mengetahui kebenaran maka kebenaran akan membebaskan
Anda. Masyarakat umum tak pernah diizinkan mrmasuki bagian dalam gedung,
dan tak ada fasilitas bagi pengunjung. Bagi siapa yang ingin memasuki bagian gedung yang berkode "hitam" " artinya "tak terlihat" "terdapat suatu lorong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berujung di ruang masuk yang berhadapan dengan suatu pintu lift
berlapis kayu mahoni, yang diawasi sepanjang hari oleh satu skuadron serdadu berseragam wol abu-abu.
Di dalam ruang konperensi di lantai tujuh, yang dijaga satuan pengaman
bersenjata revolver kaliber 38 yang nampak menonjol di balik seragam
mereka, sedang berlangsung rapat staf eksekutif. Hari itu hari Senin. Duduk di sekeliling meja besar dari kayu ek adalah: Ned Tillingast, Direktur CIA;
Jenderal Oliver Brooks, Kepala Staf Angkatan Bersenjata; Menteri Luar Negeri Floyd Baker; Pete Connors, Kepala Staf Kontra-intelijen; dan Stanton Rogers.
Ned Tillingast, Direktur CIA, berusia enam puluh tahunan, seorang pria yang dingin, pendiam, sarat dengan beban rahasia yang busuk. Di CIA ada cabang yang "terang" dan cabang yang "gelap". Cabang "gelap" menangani kegiatan-kegiatan rahasia, dan selama tujuh tahun ini, Tillingast telah melibatkan 4.500
pegawai yang bekerja di bagian tersebut.
Jenderal Oliver Brooks adalah militer lulusan West Point yang menjalani
kehidupan pribadi dan profesinya sesuai dengan buku pedoman. Ia orang yang patuh pada perusahaan, dan perusahaan temparnva bekerja adalah Angkatan
Bersenjata Amerika Serikat.
Floyd Baker, menteri luar negeri, bersifat anakronistik, yaitu orang yang ketinggalan zaman dan sepantasnya hidup di zaman sebelumnya. Ia berasal
dari daerah anggur di selatan, tinggi berambut keperakan, dan pandangan
matanya tegas, dengan pembawaan penuh sopan-santun yang bergaya kuno.
Ia lelaki yang punya mental baja. Ia memiliki serangkaian surat kabar yang berpengaruh di seluruh negara, dan dikenal sebagai orang yang luar biasa kayanya. Tak seorang pun di Washington yang punya pandangan politis yang
lebih tajam dirinya, dan antena Baker selalu mengudara dengan teratur unruk memantau perubahan angin politik di ruang-ruang sidang Kongres.
Pete Connors adalah seorang Irlandia-hitam, dengan sifat keras kepala,
galak seperti anjing buldog, suka minum, dan tak kenal takut. Tahun ini adalah tahun terakhirnya berdinas di CIA. Ia menghadapi masa pensiun wajib bulan Juni nanti. Connors adalah Kepala Staf Kontra-intelijen, cabang CIA yang
paling bersifat rahasia dan dianggap paling bergengsi. Ia meniti jenjang
kariernya melalui berbagai jabatan di berbagai bagian badan intelijen itu, dan telah lama bertugas pada masa kejayaan CIA, ketika agen-agen CIA terdiri
dari orang-orang cemerlang. Pete Connors diri pun pernah menjadi agen yang cemerlang, terlibat dalam kudeta yang mengembalikan Syah ke Tahta Merak di Iran, dan ia juga terlibat dalam Operasi Mongoose, yaitu usaha untuk
merobohkan pemerintahan Castro, di tahun 1961.
"Setelah peristiwa Teluk Babi, segalanya berubah," Pete menyesali.
Lamanya dia mencaci-maki tergantung pada seberapa mabuk dia. "Orang-orang culas itu menelanjangi kita di halaman depan setiap surat kabar di dunia. Mereka menyebut kita sekelompok badut pengecut, penipu yang tak
dapat mencari jalan keluar sendiri. Beberapa bajingan anti-CIA mempublikasikan nama-nama agen kita, dan Dick Welch, kepala perwakilan kita di
Athena, terbunuh." Perkawinan Pete Connors telah tiga kali gagal. Hal yang menyedihkan itu
terjadi karena tekanan dan kerahasiaan pekerjaannya, tapi sejauh yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diyakininya, tak ada pengorbanan yang terlalu besar untuk dipersembahkan
bagi negaranya. Kini, di tengah rapat, wajahnya merah padam karena amarah. "Bila kita membiarkan Presiden melaksanakan program gerakan dari rakyat ke rakyat
itu, berarti ia akan menggadaikan negara kita ini. Rencana itu harus
dihentikan. Kita tak dapat membiarkan...."
Floyd Baker menyela, "Presiden baru berada di kantor kepresidenan kurang dari seminggu. Kita semua berada di sini untuk mendukung kebijaksanaannya dan...."
"Saya tak berada di sini untuk menggadaikan negara saya kepada orang-orang dungu keparat. Mister Presiden bahkan tak pernah menyebut-nyebut
rencananya itu sebelum pidatonya. Ia melemparkannva begitu saja ke depan
kita. Kita tak punya kesempatan untuk bersama-sama menolaknya."
"Mungkin memang begitu pemikirannya" Baker menyarankan.
Pete Connors menatapnya tajam. "Demi Tuhan, Anda menyetujuinya"!"
"Ia presiden saya," Floyd Baker berkata dengan tegas. "Seperti halnya ia adalah presiden Anda."
Ted Tillingast menoleh kepada Stanton Rogers. "Connors punya alasan.
Presiden sebenarnya merencanakan untuk mengundang Rumania, Albania,
Bulgaria, dan negara-negara komunis lainnya untuk mengirimkan mata-mata
mereka ke sini dengan tugas sebagai atase kebudayaan, sopir, sekretaris, atau pelayan. Kita telah mengeluarkan biaya milyaran dollar untuk menjaga pintu belakang, kini malah Presiden sendiri yang akan membuka pintu depan lebar-lebar."
Jenderal Brooks mengangguk setuju. "Saya pun tak diajak berkonsultasi.
Menurut pendapat saya, rencana Presiden itu dapat menghancurkan negara
ini." Stanton Rogers berkata, "Tuan-tuan, sebagian dari kita boleh saja tidak setuju dengan rencana Presiden, tapi jangan lupa bahwa rakyat memilih Paul Ellison untuk memerintah negara ini." Matanya menatap orang-orang yang duduk di sekitarnya. "Kita semua adalah bagian dari tim presiden dan kita harus mengikuti pimpinannya dan mendukungnya dengan segala kemampuan
kita." Kata-katanya diikuti dengan keheningan yang panjang. "Baiklah kalau begitu. Presiden ingin mendapatkan gambaran situasi terbaru yang sedang
terjadi di Rumania. Apa saja yang Anda punya?"
"Termasuk bahan-bahan rahasia kita?" Pete Connors bertanya.
"Semuanya, berikan langsung pada saya. Bagaimana situasi di Rumania di bawah Alexandros Ionescu?".
"Ionescu sedang berada di puncak kejayaan kekuasaannya," jawab Ned Tillingast. "Ia telah menyingkirkan keluarga Ceausescu, seluruh pendukung Ceausescu dibunuh, dipenjarakan, atau diasingkan. Sejak ia merebut
kekuasaan, Ionescu telah membuat negaranya banjir darah. Rakyat membenci
kenekatannya." "Bagaimana kemungkinan terjadinya revolusi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tillingast berkata, "Ah. Itu yang menarik. Ingat beberapa tahun yang lalu ketika Marin Groza hampir menumbangkan pemerintahan Ionescu?"
"Ya. Groza meninggalkan negaranya dengan susah-payah karena
dikhianati." "Itu berkat bantuan kita. Informasi yang kita dapatkan yaitu: di sana timbul dukungan masyarakat yang kuat, yang menginginkan dia kembali. Groza akan
mempunyai pengaruh baik bagi Rumania dan bila ia berhasil masuk, itu
sangat baik artinya bagi kita. Klni kita sedang mengawasi situasi dengan
cermat. Stanton Rogers menoleh kepada menteri luar negeri. "Apakah Anda punya daftar calon duta besar untuk Rumania?"
Floyd Baker membuka tasnya, tas kantor dari kulit yang bagus, mengambil
beberapa helai kertas dari dalamnya, dan memberikan selembar kepada
Rogers. "Inilah daftar calon-calon kita yang top. Mereka semuanya diplomat dengan karier yang terpuji. Masing-masing telah diperiksa dan memang
bersih. Tak ada masalah keamanan, masalah keuangan, tak mempunyai
rahasia keluarga yang memalukan dan mengejutkan."
Ketika Stanton Rogers mengambil daftar itu, Menteri Luar Negeri
menambahkan, "Sebenarnya, Departemen Luar Negeri lebih suka memilih
seorang diplomat karier daripada duta besar yang dipilih karena pertimbangan politis. Seseorang yang telah terlatih untuk tugas ini. Dalam situasi ini, terutama. Rumania merupakan suatu pos yang sangat sensitif. Tempat itu
harus ditangani dengan sangat hati-hati."
"Saya setuju." Stanton Rogers berdiri. "Saya akan mendiskusikan nama-nama ini dengan Presiden dan kembali menemui Anda. Beliau ingin sekali
mengisi lowongan jabatan itu secepat mungkin".
Ketika peserta rapat yang lain akan keluar, Ned Tillingast berkata, "Jangan pergi dulu, Pete. Aku ingin bicara denganmu."
Setelah Tillingast dan Connors tinggal berdua, Tillingast berkata, "Kau bersikap terlalu keras, Pete."
"Tapi aku benar," Pete Connors berkata dengan keras kepala. "Presiden mencoba menggadaikan negara kita. Apa yang sebaiknya kita perbuat?"
"Tutup saja mulutmu."
"Ned, kita tidak terlatih untuk menemukan musuh dan membunuhnya. Apa jadinya kalau musuh itu ada di belakang garis kita"dan duduk di Oval Office?"


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jaga mulutmu. Hati-hati."
Tillingast sudah lebih lama bekerja di CIA dibanding Pete Connors. Ia telah menjadi anggota Wild Bill Donovan's OSS sebelum badan itu menjadi CIA. Ia juga membenci apa yang diperbuat oleh para anggota Kongres yang berhati
busuk terhadap organisasi yang dicintainya. Nyatanya, ada perbedaan
pendapat yang tajam di CIA, antara yang berpandangan keras dengan mereka
yang percaya bahwa beruang Rusia dapat dijinakkan menjadi seekor hewan
peliharaan yang jinak. Kami harus berjuang untuk mempertahankan setiap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dolor yang kami miliki, pikir Tillingast. Di MoskoW Komitet Gosudarstvennoi Bezopasnosti"KGB"melatih seribu agen sekaligus.
Ned Tillingast merekrut Pete Connors keluar dari akademi, dan Connors
terbukti menjadi salah satu agen yang terbaik. Tapi dalam beberapa tahun
terakhir ini, Connors telah menjadi seorang koboi"yang agak terlaiu bebas, dan agak terlalu cepat menarik pelatuk. Berbahaya.
"Pete"pernahkah kau mendengar sesuatu tentang sebuah organisasi bawah tanah yang menyebut dirinya Patriots for Freedom" Tillingast bertanya.
Connors mengerutkan muka. "Tidak. Belum pernah. Siapa mereka?"
"Sejauh ini mereka cuma kabar burung. Aku belum punya bukti. Coba cari informasi tentang mereka." "Baiklah."
Sejam kemudian, Pete Connors meneiepon dari sebuah teiepon umum di
Hain's Point. "Aku ada pesan untuk Odin."
"Ini odin," Jenderal Oliver Brooks berkata.
Dalam perjalanan kembali ke kantornya dengan mobil Limousinenya,
Stanton Rogers membuka amplop yang berisi nama-nama calon duta besar
dan menelitinya. Daftar itu sempurna. Menteri Luar Negeri telah melakukan tugasnya dengan baik, Semua calon itu pernah bertugas di negara-negara
Eropa Timur dan Eropa Barat, dan beberapa di antaranya mempunyai
pengalaman tambahan di Timur Jatih atau Afrika, Presiden akan merasa puas, pikir Stanton.
"Mereka semua dinosaurus" Paul Ellison berkata ketus. Ia melemparkan daftar itu ke atas mejanya. "Semuanya'
"Paul," Stanton memprotes, "orang-orang ini semuanya telah berpengalaman sebagai diplomat karier."
"Dan terikat erat pada tradisi Departemen Luar Negeri. Kau ingat bagaimana kita kehilangan Rumania tiga tahun yang lalu" Diplomat karier kita yang
berpengalaman di Bucharest bermuka masam dan kita keluar dari sana dalam
suasana dingin. Orang-orang yang terikat tradisi ketat justru membuatku
khawatir. Mereka semua keluar justru uhtuk menutupi kedunguan mereka.
Ketika aku berbicara tentang gerakan dari-rakyat-ke-rakyat, aku bermaksud memberi arti pada masing-masing kata itu. Kita perlu memberi kesan yang
positif pada sebuah negara yang saat ini sangat mencurigai kita."
"Tapi kalau kau menempatkan seorang amatir yang tak punya pengalaman di sana, berarti kau menanggung risiko yang sangat besar."
"Kita perlu orang yang mempunyai pengalaman yang berbeda. Rumania
akan menjadi suatu kasus uji coba, Stan. Bila kau mau, jadilah pilot yang mengemudikan seluruh programku." Ia bimbang. "Aku sendiri tidak main-main. Kredibilitasku kupertaruhkan. Aku tahu, banyak orang yang mempunyai pengaruh besar yang tidak ingin melihat rencana ini berjalan. Bila ini gagal, lututku akan serasa dipenggal. Aku terpaksa harus melupakan rencana itu
terhadap Bulgaria, Albania, Cekoslovakia, dan negara-negara Tirai Besi
lainnya, Dan aku tak mau itu terjadi."
"Aku dapat mencari beberapa calon yang secara polios?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Presiden Ellison menggelengkan kepalanya. "Sama saja masalahnya. Aku menginginkan orang yang mempunyai pandangan baru dan segar. Seseorang
yang dapat mencairkan kebekuan hubungan kita dengan Rumania. Berlawanan
dengan citra Amerika yang buruk."
Stanton Rogers mengamati Presiden, benaknya diliputi teka-teki. "Paul"aku mendapat kesan bahwa kau telah mempunyai seorang calon dalam pikiranmu.
Ya, bukan?" Paul Ellison mengambil sebatang rokok dari humidor di. atas meianya dan
menyalakannya. ''Sebenarnya," katanya perlahan-lahan, "aku memang sudah punya seorang calon."
"Siapa dia?" "la seorang wanita. Mungkin kau kebetulan pernah membaca suatu artikel
dalam Foreign Affairs terbaru, yang berjudul 'Detente Now'?"
"Ya." "Bagaimana pendapatmu?"
"Kupikir artikel itu menarik. Penulisnya berpendapat bahwa kita berada dalam posisi mencoba membujuk negara-negara komunis untuk datang ke
kamp kita dengan menawari mereka bantuan ekonomi?" Ia berhenti sejenak.
"Tampaknya sangat mirip dengan pidato pelantikanku"
"Hanya, artikel itu ditulis enam bulan lebih dulu. Ia telah menerbitkan artikel-artikel yang cemerlang dalam Commentary dan Public Affairs. Tahun lalu aku membaca sebuah bukunya tentang politik Eropa Timur, dan aku harus mengakui bahwa tulisannya membantu memperjelas beberapa gagasanku."
"Baiklah. Jadi ia setuju dengan teori-teorimu. Tapi itu bukan alasan untuk mempertimbangkan dia untuk ditempatkan di suatu pos sepenting?"
"Stan"ia menulis lebih jauh daripada teoriku. Ia membuat kerangka suatu rencana terperinci yang menakjubkan. Ia ingin menyatukan keempat pakta
ekonomi utama dunia dan menggabungkannya."
"Bagaimana kita dapat?""
"Memang itu perlu waktu, tapi bukan berarti tak dapat dilakukan. Coba, kau kan tahu, di tahun 1949 negara-negara Blok Timur membentuk COMECON,
dan di tahun 1958 negara-negara Eropa lainnya membentuk EEC (Masyarakat
Ekonomi Eropa)." "Benar." "Kita punya Organisasi-untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, yang meliputi Amerika Serikat, beberapa negara Blok Barat, dan Yugoslavia. Dan jangan lupa bahwa negara-negara dunia ketiga telah membentuk suatu
gerakan nonblok di luar kita." Suara Presiden penuh semangat. "Pikirkan tentang kemungkinan-kemungkinan itu. Bila kita dapat menggabungkan
semua gerakan itu dan membentuk satu pasaran bersama yang besarnya.
Tuhan, sungguh mengagumkan! Hal itu akan berarri benar-benar suatu
perdagangan dunia. Dan ini dapat membawa perdamaian."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Stanton Rogers berkata dengan hati-hati, "Gagasan itu menarik, tapi
memerlukan perjaianan panjang untuk mewujudkannya."
"Kau tahu pepatah Cina yang berbunyi, 'Suatu perjaianan panjang yang bermil-mil jauhnya diawali dengan hanya satu langkah...."
"Wanita itu seorang amatir, Paul."
"Beberapa duta besar kita yang terbaik sebe-lumnya juga orang amatir.
Anne Amstrong, Duta Besar untuk Inggris Raya sebelum ini adalah seorang
pendidik tanpa pengalaman politis. Perle Mesta ditugaskan ke Denmark, Clare Boothe Luce dulu Duta Besar untuk Italia. John Gavin, seorang bintang film, dulu Duta Besar untuk Meksiko. Sepertiga dari duta besar kita saat ini adalah orang-orang yang kausebut 'amatir'."
"Tapi kau tak tahu apa-apa tentang wanita ini."
"Kecuali bahwa ia benar-benar berotak cemerlang dan bahwa kami punya pendapat yang sama. Aku ingin kau sedapat mungkin mencari keterangan
tentang dia." Ia mengambil Foreign Affairs dan melirik ke daftar isi. "Namanya Mary Ashley."
Dua hari kemudian, Presiden Ellison dan Stanton Rogers sarapan bersama.
"Aku punya informasi yang kautanyakan,"
Stanton Rogers menarik sehelai kertas dari sakunya. "Mary Ellizabeth Ashley, Twenty-seventh Old Milford Road, Junction City, Kansas. Umur, hampir tiga puluh lima tahun, menikah dengan Dokter Edward Ashley"dua anak, Beth dua belas dan Tim sepuluh tahun. Ketua Liga Pemilih Wanita Cabang Junction City. Asisten Profesor, Ilmu Politik Eropa Timur, Kansas State University.
Kakeknya lahir di Rumania." Ia mendongak. "Makin lama kupikirkan, makin masuk akal tampaknya. Ia mungkin tahu lebih banyak tentang Rumania
daripada kebanyakan duta besar mengetahui tentang negara-negara
tempatnya akan bertugas."
"Aku senang kau berpendapat begitu, Stan. Aku ingin suatu pemeriksaan penuh dilakukan terhadapnya."
"Aku akan mengawasi agar hal itu dilaksanakan."
4 "Saya tidak setuju, Profesor Ashley."
Barry Dylan, mahasiswa yang termuda dan terpandai dalam seminar ilmu
politik yang dipimpin Mary Ashley, melihat ke sekeliling dengan sikap
menantang. "Alexandres Ionescu lebih buruk daripada Ceausescu."
"Dapatkah kau memberikan beberapa fakta untuk mendukung pernyataan
itu?" tanya Mary Ashley.
Ada dua belas mahasiswa tingkat sarjana dalam seminar yang
diselenggarakan di Dykstra Hall, Kansas State University. Para mahasiswa
duduk setengah lingkaran menghadap ke arah Mary. Daftar tunggu untuk
dapat mengikuti kuliahnya lebih panjang daripada daftar profesor lain di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
universitas itu. Ia seorang dosen yang istimewa, dengan rasa humor yang
menyenangkan dan suatu kehangatan yang membuat siapa pun yang ada di
dekatnya merasa senang. Wajahnya bulat teiur, dan sering berubah-ubah dari menarik sampai cantik, tergantung suasana hatinya. Tulang pipinya tinggi
seperti gadis model, dan matanya yang coklat ramah bentuknya seperti buah almond. Rambutnya hitam dan tebal. Bentuk tubuhnya membuat para
mahasiswinya merasa iri, dan para mahasiswanya berkhayal, sementara itu ia tak menyadari betapa cantiknya ia.
Barry bertanya-tanya dalam hati apakah wanita itu hidup bahagia bersama
suaminya. Dengan enggan ia memusatkan perhatiannya kembali pada masalah
yang dihadapinya. "Baiklah. Ketika Ionescu mengambil-alih Rumania, ia membasmi seluruh pendukung Groza dan mendirikan pemerintah pro-Soviet yang bergaris keras.
Ceausescu pun tidak seburuk itu."
Seorang mahasiswa lain berkata, "Lalu mengapa Presiden Ellison begitu ingin membuka hubungan diplomatik dengannya?"
"Karena kita ingin merayunya agar masuk ke orbit Barat."
"Ingat," kata Mary, "Nicolae Ceausescu juga berdiri di atas kedua belah pihak. Tahun berapa itu dimulai?"
Barry menjawab lagi, "Pada tahun 1960, ketika Rumania memihak kedua
kutub adikuasa, dalam pertentangan antara Rusia dan Cina, untuk
memperlihatkan kemandiriannya dalam peristiwa dan pertentangan
internasional." "Bagaimana hubungan Rumania dewasa ini dengan negara-negara Pakta
Warsawa lainnya, terutama dengan Rusia?" tanya Mary.
"Menurut saya makin kuat."
Suara lain, "Saya tidak sependapat. Rumania mengkritik invasi Rusia ke Afganistan, dan mereka mengkritik perjanjian Rusia dengan EEC. Juga,
Profesor Ashley?" Bel berbunyi. Waktu telah habis. Mary berkata, "Senin yang akan datang
akan kita bicarakan faktor-faktor dasar yang mempengaruhi sikap Soviet
terhadap Eropa Timur, dan kita akan mendiskusikan konsekuensi yang
mungkin terjadi akibat rencana Presiden Ellison untuk memasuki Blok Timor.
Selamat berakhir pekan."
Mary menatap para mahasiswanya, berdiri, dan menuju pintu. "Anda juga, Profesor."
Mary Ashley menyukai umpan-balik dalam seminar. Sejarah dan geografi
menjadi hidup dalam diskusi-diskusi yang hangar di antara para mahasiswa
tingkat sarjana yang masih muda dan cemerlang. Nama-nama dan tempattempat asing tampaknya menjadi nyata, dan peristiwa-peristiwa bersejarah
dibicarakan sampai mendarah da-ging. Ini tahun kelima ia mengajar di
fakultas di Kansas State University, dan mengajar tetap mernbuatnya
bergairah. Ia mengajar lima kelas ilmu politik setahun, di samping seminar-seminar tingkat sarjana, dan masing-masing kuliah dan seminarnya berkaitan dengan Uni Soviet dan negara-negara satelitnya. Kadang-kadang ia merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirinya seperti penipu. Aku belum pernah berada di salah satu negara yang kubicarakan dalam kuliah, pikirnya. Aku bahkan belum pernah pergi ke luar Amerika Serikat.
Mary Ashley dilahirkan di Junction City, seperti halnya orang tuanya. Satu-satunya anggota keluarganya yang pernah berada di Eropa hanyalah
kakeknya, yang berasal dari Voronet, suatu desa kecil di Rumania.
Mary telah merencanakan untuk berwisata ke luar negeri ketika ia meraih
gelar Master-nya, tapi pada musim panas itu ia berkenalan dengan Edward
Ashley, dan wisata ke Eropa itu berganti dengan suatu bulan madu selama tiga hari di Waterville, 55 mil dari Junction City, di mana Edward sedang merawat seorang pasien jantung yang kritis.
"Kita benar-benar harus berwisata ke luar negeri tahun depan," Mary berkata kepada Edward segera sesudah mereka menikah. "Sungguh mati aku ingin melihat Roma, Paris, dan Rumania.
"Begitu pula aku. Kita berjanji. Musim panas tahun depan."
Tapi musim panas berikutnya Beth lahir, dan Edward terjerat dalam
kesibukan kerjanya di Geary Community Hospital. Dua tahun kemudian, Tim
lahir. Mary mengambil program Ph.D. (Doktor) dan kembali mengajar di
Kansas State University, dan dengan demikian tahun demi tahun berlalu.
Kecuali wisata singkat ke Chicago, Atlanta, dan Denver, Mary belum pernah keluar dari Negara Bagian Kansas.
Suatu hari, ia berjanji pada dirinya sendiri. Suatu hari nanti...
*** Mary mengemasi catatannya dan melirik ke luar jendela. Bekuan es telah
melukisi jendela dengan pemandangan kelabu musim salju, dan saat itu salju mulai turun lagi. Mary mengenakan jaket bertepi kulit dan syal wol berwarna me rah, lalu berjalan menuju Vattier Street, di mana ia memarkir mobilnya.
Kampus itu sangat luas, 145 hektar, ditebari dengan 87 bangunan,
termasuk beberapa laboratorium, sejumlah teater, dan satu-dua kapel.
Letaknya di tengah-tengah pepohonan dan pa-dang rumput yang sunyi dan
tenang. Dari kejauhan, bangunan-bangunan universitas yang terbuat dari
bam kapur berwarna coklat nampak bagaikan puri-puri kuno, dengan menaramenara kecil di puncaknya"siap mengusir musuh-musuh yang berniat
menyerang. Ketika Mary melewati Denison Hall, seorang lelaki tak dikenal
yang membawa kamera Nikon berjalan ke arahnya. la membidikkan kamera
itu ke bangunan dan menekan tombol kamera, Mary berada di latar depan
gambar itu. Seharusnya aku tidak di hadapannya, pikirnya. Aku telah
menutupi sasaran fotonya.
Sejam kemudian, negatif film foto itu telah a dalam perjaianan ke
Washington, D.C. Setiap kota memiliki karakteristik masing-masing, yakni denyut nadi
kehidupan yang ditimbulkan oleh rakyat dan tanahnya. Junction City, di Geary County, merupakan daerah pertanian (dengan penduduk 20.381) yang terletak 130 mil di sebelah barat Kansas City, dan membanggakan diri sebagai pusat geografis benua dan negara Amerika Serikat. Kota itu mempunyai sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
surat kabar"Daily Union"sebuah stasiun pemancar radio, dan sebuah stasiun televisi. Daerah pusat perbelanjaan terdiri dari sederetan toko dan pompa bensin, di sepanjang 6th Street dan daerah Washington. Ada toko Penney's, First National Bank, Domino Pizza, Flower Jeweller's, dan cabang Woolworth's.
Ada pula serangkaian kedai fast-food, stasiun bis, toko pakaian pria, dan toko minuman keras"ciri kemajuan berkat pembangunan yang ditiru mentah-mentah oleh ratusan kota kecil di seluruh Amerika Serikat. Tapi para penduduk Junction City mencintai kota itu karena kedamaian dan ketenanganhya. Paling tidak, pada hari-hari biasa. Di akhir pekan, Junction City berubah menjadi Pusat Peristirahatan dan Rekreasi bagi serdadu-serdadu dari Fort Riley di dekatnya.
Mary Ashley mampir berbelanja untuk makan malam di Dillon's Market
dalam perjaianan pulang ke rumah, lalu mengemudikan mobilnya ke arah
utara, menuju Old Milford Road, suatu kawasan pemukiman yang indah
dengan pemandangan ke arah sebuah danau. Pohon-pohon ek dan elm
berderet di sisi kin jalan, sementara di sebelah kanan terdapat rumah-rumah indah yang terbuat dari beraneka bahan seperti batu, bata, atau kayu.
Rumah keluarga Ashley adalah sebuah rumah batu berlantai dua, terletak di tengah perbukitan yang landai. Rumah itu dibeli oleh Dokter Edward Ashley dan pengantin putrinya tiga belas tahun yang lalu. Rumah itu terdiri dari sebuah ruang keluarga yang besar, sebuah ruang makan, perpustakaan, ruang sarapan dan dapur di lantai bawah, serta sebuah kamar tidur utama dan dua kamar tidur tambahan di lantai atas.
"Rumah ini sungguh terlalu besar untuk dua orang" Mary Ashley waktu itu memprotes.
Edward lalu memeluknya dan mendekapnya erat-erat. "Siapa bilang rumah ini hanya untuk dua orang?"
Ketika Mary tiba di rumah dari Universitas, Tim dan Beth telah menunggu
untuk menyambutnya. "Coba terka, Ma!" kata Tim. "Foto kami akan dimuat di surat kabar!"
'Tolong Mama mengangkat belanjaan," kata Mary. "Surat kabar apa?"
"Orang itu tidak mengatakannya, tapi ia memotret kami dan katanya ia akan memberi kabar"
Mary tertegun dan menoleh kepada anak laki-lakinya. "Apakah orang itu bilang untuk apa?"
"Tidak," kata Tim, "tapi aku yakin ia membawa kamera Nikon otomatis."
Pada hari Minggu, Mary merayakan ulang tahunnya yang ketiga puluh lima.
Edward telah mengatur suatu pesta kejutan untuknya di country club.
Tetangga mereka, Florence dan Douglas Schiffer, dan empat pasangan lain
telah menanti-kannya. Edward merasa gembira bagaikan anak kecil melihat
ketakjuban di wajah Mary ketika ia berjalan memasuki club dan melihat meja yang ditata dalam suasana pesta dengan spanduk bertuliskan selamat ulang
tahun. Mary tidak sampai hati untuk mengatakan pada suaminya bahwa ia
telah mengetahui tentang pesta itu sejak dua minggu yang lalu. Ia mengagumi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Edward. Dan mengapa tidak". Siapa yang tidak akan bersikap demikian"
Edward menarik, cerdas, dan penuh perhatian. Kakek dan ayahnya adalah
dokter, dan bagi Edward tak pernah terpikirkan untuk menjadi yang lain.
Edward adalah ahli bedah terbaik di Junction City, seorang ayah yang baik, dan seorang suami yang hebat.
Ketika Mary meniup lilin-lilin di atas kue ulang tahunnya, ia memandang ke arah Edward di hadapannya dan berkata dalam hati, Betapa beruntungnya
wanita seperti aku ini. Senin pagi, Mary terbangun dengan kepala pening. Malam sebelumnya ia
harus melakukan toast sampanye berkali-kali dan ia tak terbiasa minum
minuman keras. Sungguh berat rasanya untuk turun dari tempat tidur.
Sampanye itu telah membuatku pusing. Takkan pernah kuminum lagi, ia
berjanji pada dirinya sendiri.
Dengan hati-hati ia menuruni tangga lalu mempersiapkan sarapan untuk
anak-anaknya, sambil mencoba mengabaikan denyutan di kepalanya.
"Sampanye" Mary berkata serak, "adalah balas dendam orang Prancis terhadap kita."
Bedi berjalan memasuki ruangan dengan membawa serumpuk buku.
"Dengan siapa Mama berbicara, Ma?"
"Mama sendiri."
"Aneh" "Kalau kau sehat, kau benar." Mary meletakkan sekotak cereal di atas meja.
"Mama membelikan cereal baru untuk sarapanmu. Kau akan menyukainya."
Beth duduk di depan meja dapur dan meneliti label kotak cereal itu. "Aku tak mau makan ini. Bahannya bisa membuatku mati."
"Jangan ngaco!" ibunya mengingatkan. "Kau mau memakannya, kan?"
Tim, anak lelakinya yang berumur sepuluh tahun, lari memasuki dapur, Ia
menghempaskan pantatnya ke kursi di depan meja dan berkata, "Aku mau makan bacon dan telur."
"Mana selamat paginya?" tanya Mary.
"Selamat pagi, Ma. Aku mau makan bacon dan telur."
"Silakan." "Ayolah, Ma. Aku akan terlambat ke sekolah."
"Mama senang kau mengatakan demikian. Nyonya Reynolds menelepon
Mama. Kau mendapat nilai jelek untuk matematika. Apa tanggapanmu?"
"Ah, cuma berhitung saja, kok."
"Tim, apa itu kauanggap lelucon?"
"Aku sendiri menganggap itu tidak lucu," Beth mendengus.
Tim memonyongkan wajahnya kepada kakaknya. "Bila kau ingin lucu, coba lihat tampangmu di kaca."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cukup, cukup," Mary berkata. Tahan diri kalian." Sakit kepalanya semakin parah.
Tim bertanya, "Bolehkah aku pergi main ski sepulang sekolah, Ma?"
"Keadaanmu sekarang sama saja dengan main ski di atas es tipis. Kau harus pulang langsung ke rumah dan belajar. Apakah pantas menurutmu, seorang
profesor mempunyai anak lelaki yang nilai matematikanya buruk?"
"Tampaknya tak apa-apa. Mama kan tidak mengajar matematika."
Mereka membicarakan tentang punya dua anak yang merepotkan, pikir Mary
muram. Bagaimana dengan yang sembilan sepuluh, sebelas, dan dua belas
Beth berkata, "Apakah Tim telah mengatakan pada Mama bahwa ia
mendapat nilai "D' untuk pelajaran ejaan?"
Tim melirik kakaknya. "Kau belum pernah dengar tentang Mark Twain?"
"Apa hubungannya Mark Twain dengan masalah ini?" tanya Mary.
"Mark Twain berkata, bahwa ia tidak menaruh hormat kepada orang yang hanya dapat mengeja kata-kata dari kiri ke kan an."
Orang tua tak mungkin menang, pikir Mary. Anak-anak itu jauh lebih pintar.
Mary telah mengepak makan siang untuk mereka masing-masing, tapi ia
prihatin akan Beth, yang tampaknya sedang mengikuti suatu diet baru yang
aneh. "Beth, Sayang, makanlah bekalmu siang ini sampai habis."
"Ya, kalau tak ada bahan pengawet di dalamnya. Aku tak akan membiarkan kerakusan industri makanan menghancurkan kesehatanku."
Apakah zaman kejayaan makanan kemasan telah berlalu Mary bertanyatanya dalam hati. Tim merenggut sehelai kertas lepas dari salah satu buku catatan Beth.
"Lihat ini!" ia berseru. "Beth, Sayang, mari kita duduk bersama selama jam pelajaran. Aku mengingatmu sepanjang hari kemarin dan?"
"Kembalikan padaku!" Beth menjerit. "Itu punyaku," la berusaha merebutnya dari Tim, tapi Tim meloncat menghindar.


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tim membaca tanda-tangan di bagian bawah catatan itu. "Hei! Ini
ditandatangani oleh Virgil. Kupikir kau sedang pacaran sama Arnold."
Beth merampas catatan itu dan menjauhkannya dari Tim. "Apa yang
kauketahui tentang cinta?" Putri Mary yang berusia dua belas tahun itu bertanya. "Kau masih anak-anak."
Denyutan di kepala Mary semakin tak tertahankan.
"Anak-anak"Mama ingin tenang."
Ia mendengar bunyi klakson bis sekolah di luar. Tim dan Beth berlari
menuju pintu. "Tunggu dulu! Kalian belum makan sarapan kalian," kata Mary.
Ia mengikuti mereka keluar, ke ruang tengah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak ada waktu, Mama. Harus berangkat."
"Selamat tinggal, Ma."
"Di luar dingin sekali. Pakai jaket dan syal kalian."
"Syalku hilang, Ma," kata Tim,
Dan mereka pun berangkat. Mary merasa tenggorokannya kering. Menjadi
ibu berarti hidup di tengah badai.
Ia melihat ke atas ketika Edward menuruni tangga, dan ia merasa berseri.
Setelah belasan tahun berlalu, pikir Mary, ia tetap merupakan pria paling menarik yang pernah kukenai. Pembawaannya yang lemah-lembut itulah yang
pertama kali menarik perhatian Mary dulu. Mata Edward abu-abu muda,
memancarkan kecerdasan dan kehangatan, tapi juga dapat berubah menyalanyala bila ia bersemangat.
"Selamat pagi, Sayang." Ia mencium Mary. Mereka berjalan ke dapur.
"Sayang, maukah kau menolongku?"
"Tentu saja, Cantik. Selalu."
"Aku ingin menjual anak-anak."
"Dua-duanya?" "Dua-duanya." "Kapan?" "Hari ini." "Siapa yang mau membeli mereka?".
"Orang asing. Mereka telah mencapai usia yang tak dapat kukendalikan.
Beth telah menjadi penganut makanan sehat yang aneh, sementara anak lakilakimu berkembang menjadi orang paling dungu di dunia."
Edward berkata penuh pemikiran, "Mungkin mereka bukan anak-anak kita."
"Kuharap begitu. Aku akan buatkan bubur havermout untukmu."
Edward melihat jam tangannya. "Maaf, Sayang. Tak ada waktu. Aku harus melakukan operasi bedah setengah jam lagi. Hank Gates terjepit mesin.
Mungkin ia bisa kehilangan beberapa jarinya."
"Apa ia tidak terlalu tua untuk tetap bertani?"
"Jangan sampai ia mendengar kau berkata begitu."
Mary tahu bahwa Hank Cates belum membayar rekening kepada suaminya
selama tiga tahun. Seperti keb any akan petani di daerah mereka, Hans Cates menderita akibat anjloknya harga hasil-hasil pertanian, dan Farm Credit
Administration tak mempedulikan nasib para petani itu. Banyak di antara
mereka yang kehilangan tanah pertanian yang mereka garap seumur hidup.
Edward tak pernah memaksa satu pun dari pasiennya untuk membayar, dan
banyak di antara mereka yang membayarnya dengan hasil panen. Keluarga
Ashley mempunyai sebuah gudang yang penuh dengan jagung, kentang, dan
gandum. Seorang petani pernah menawarkan seekor sapi sebagai
pembayaran, tapi ketika Edward memberi tahu Mary mengenai hal itu, Mary
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata, "Astaga, katakan padanya kita tak dapat memeliharanya di dalam rumah."
Kini Mary menatap suaminya dan berkata lagi dalam hati. Betapa
beruntungnya aku. "Baiklah," kata Mary. "Mungkin aku akan memutuskan untuk tetap memelihara anak-anak. Aku amat menyukai ayah mereka."
"Terus-terang saja, aku amat mencintai ibu mereka." Edward memeluknya dan mendekapnya erat-erat. "Selamat ulang tahun, tambah satu hari."
"Apakah kau tetap mencintaiku kini, setelah aku jadi wanita yang semakin tua?"
"Aku menyukai wanita yang beranjak tua."
"Terima kasih." Tiba-tiba Mary ingat sesuatu. "Aku harus pulang awal hari ini dan menyiapkan makan malam. Sekarang giliran kita untuk menjamu
pasangan Schiffer." Bermain bridge bersama tetangga mereka merupakan acara tetap hari
Senin. Karena Douglas Schiffer seorang dokter dan bekerja pada rumah sakit yang sama dengan Edward, maka hubungan mereka semakin dekat.
Mary dan Edward keluar dari rumah bersama-sama. Mereka harus
menundukkan kepala karena terpaan angin yang bertiup kencang. Edward
menaiki Ford Granada dan mengenakan sabuk pengaman, sambil
memperhatikan Mary ketika istfiaya itu mengambil tempat di belakang kemudi station wagon-nya.
"Jalan bebas hambatan mungkin licin karena cs," Edward mengingatkan.
"Hati-hatilah mengemudi."
"Kau juga, Sayang."
Mary mengecupkan ciuman dari jauh, dan kedua mobil itu meninggalkan
rumah bersama-sama. Edward menuju rumah sakit, dan Mary menuju kota
Manhattan, ke kampus, kira-kira 16 mil jauhnya.
Kedua pria dalam sebuah mobil yang diparkir setengah blok dari rumah
keluarga Ashley menyaksikan mobil-mobil itu berangkat, Mereka menunggu
sampai kendaraan-kendaraan itu tak lagi.
"Mari kita beraksi."
Mereka menuju rumah di sebelah rumah keluarga Ashley. Rex Olds,
pengemudinya, duduk di dalam mobil sementara temannya berjalan ke pintu
depan dan menekan bel. Pintu rumah dibuka oleh seorang wanita berusia
sekitar tiga puluh lima tahunan, berambut coklat, dan tampak menarik.
"Ya" Ada perlu apa?"
"Nyonya Douglas Schiffer?"
"Ya...?" Pria itu merogoh saku jaketnya dan mengeluar-kan kartu idenitas. "Nama saya Donald Zamlock. Saya dari Dinas Keamanan Departemen Luar Negeri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, Tuhan! Semoga Anda tidak kemari untuk mengabarkan bahwa Doug
telah merampok bank!"
Agen rahasia itu tersenyum sopan. "Tidak, Nyonya. Bukan itu yang kami urus. Saya ingin menanyakan pada Anda beberapa hal mengenai tetangga
Anda, Nyonya Ashley."
Florence Schiffer menatap petugas itu dengan rasa khawatir yang
mendadak. "Mary" Ada apa dengannya?"
"Bolehkah saya masuk?"
"Ya. Tentu saja." Florence Schiffer menyilakannya memasuki ruang duduk.
"Silakan duduk. Apakah Anda mau minum kopi?"
"Tidak, terima kasih. Saya hanya minta waktu Anda beberapa menit."
"Mengapa Anda ingin bertanya tentang Mary?"
Pria itu tersenyum menenangkan. "Ini hanya pemeriksaan rutin. Ia tidak diduga melakukan suatu tindak-kejahatan."
"Saya harap tidak," Florence Schiffer berkata dengan kesal. "Mary Ashley adalah orang yang paling menyenangkan, bila Anda mengenalnya." Ia
menambahkan, "Sudahkah Anda mengenalnya?"
"Belum, Nyonya. Kunjungan ini rahasia, dan saya akan berterima kasih pada Anda bila Anda tetap menyimpannya sebagai rahasia. Berapa lama Anda telah mengenal Nyonya Ashley?"
"Sekitar tiga belas tahun. Sejak saat mereka pindah ke rumah sebelah"
"Apakah Anda telah mengenalnya dengan baik?"
"Tentu saja. Mary adalah sahabat terdekat saya. Apakah
"Apakah ia dan suaminya hidup rukun?"
"Setelah Douglas dan saya, mereka adalah pasangan paling bahagia yang saya kenal." Ia berpikir sejenak. "Saya tarik kembali pernyataan saya itu.
Merekalah pasangan paling bahagia yang saya kenal. Setahu saya Nyonya
Ashley punya dua anak. Seorang gadis berusia dua belas tahun dan seorang
anak laki-laki sepuluh tahun?"
"Benar. Beth dan Tim."
"Apakah menurut Anda, ia ibu yang baik?"
"Ia ibu yang hebat. Apakah " ?"
"Nyonya Schiffer, menurut pendapat Anda, apakah Nyonya Ashley seorang wanita yang dapat mengendalikan emosinya?"
'Tentu saja." "Sejauh Anda kenal, ia tak mempunyai masalah emosional?"
"Tentu saja tidak."
"Apakah ia suka minum?"
"Tidak. Ia tak suka minuman keras."
"Bagaimana dengan obat bius?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anda salah datang ke kota kami, Tuan. Di Junction City tak ada masalah obat bius."
"Nyonya Ashley menikah dengan seorang dokter?"
"Ya." "Bila ia ingin mendapatkan obat bius?"
"Anda tidak sopan. Ia bukan pecandu obat bius. Ia tidak pernah 'teler' dan ia tak pernah ketagihan."
Pria itu mengamatmya sejenak. "Tampaknya Anda tahu semua istilah itu."
"Saya menonton Miami Vice, seperti orang-orang lain." Florence Schiffer mulai naik darah. "Apakah Anda masih punya pertanyaan lain?"
"Kakek Mary Ashley lahir di Rumania. Apakah Anda pernah mendengarnya mendiskusikan Rumania?"
"Oh, sesekali ia bercerita tentang kisah-kisah yang diceritakan kakeknya kepadanya tentang negara tua itu. Kakeknya lahir di Rumania tapi ia datang kemari ketika berusia belasan tahun."
"Pernahkah Anda mendengar Nyonya Ashley mengungkapkan pendapat
yang negatif tentang pemerintah Rumania dewasa ini?"
"Tidak. Sepanjang ingatan saya, tidak."
"Satu pertanyaan terakhir. Apakah Anda pernah mendengar Nyonya Ashley atau Dokter Ashley berkata sesuatu yang menentang pemerintah Amerika
Serikat?" "Sama sekali tidak!"
"Jadi menurut penilaian Anda, mereka berdua warganegara Amerika
yang setia?" "Begitulah kiranya. Maukah Anda memberi tahu saya?"
Orang itu berdiri. "Saya ingin mengucapkan terima kasih atas kesediaan Anda meluangkan waktu, Nyonya Schiffer. Dan saya ingin menekankan kepada
Anda sekali lagi, bahwa hal ini adalah sangat rahasia. Saya sangat menghargai Anda apabila Anda tidak membicarakannya dengan orang lain"tidak pula
dengan suami Anda." Sesaat kemudian pria itu telah keluar. Florence Schiffer berdiri terpaku
menatapnya. "Percakapan tadi rasanya cuma mimpi belaka," katanya keras-keras.
Kedua agen rahasia itu mengendarai mobil sepanjang Washington Street,
menuju ke utara. Mereka melewati suatu papan iklan yang bertulisan:
"Selamat berwisata di Tanah Ah's."
"Hmm... boleh juga," Rex Olds menggerutu.
Mereka melaju terus melalui kantor Kamar Dagang dan bangunan Royal
Order of the Elks, Irma's Pet Grooming dan sebuah bar yang bernama The Fat Chance. Deretan bangunan komersial itu berakhir mendadak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Donald Zamlock berkata, "Demi Tuhan, jalan utama ini cukup dua blok
panjangnya. Ini bukan kota. Cuma tempat perhentian bis saja."
Rex Olds berkata, "Bagimu dan bagiku ini cuma tempat perhentian bis, tapi bagi orang-orang itu, ini sebuah kota."
Zamlock menggelengkan kepalanya. "Mungkin ini tempat tinggal yang
menyenangkan, tapi sungguh mati aku tak ingin berwisata ke sini."
Sedan itu menepi di depan State Bank dan Rex Olds masuk ke dalam.
Ia kembali dua puluh menit kemudian. "Bersih," ia berkata sambil masuk ke dalam mobil. "Keluarga Ashley punya tujuh ribu dollar di bank, sebagai jaminan rumah mereka, dan mereka membayar rekening-rekening mereka
tepat pada waktunya. Kepala bank itu menganggap dokter itu terlalu lembut hati untuk menjadi orang bisnis yang berhasil, tapi sejauh pengamatannya, merupakan penanggung kredit yang paling baik."
Zamlock melihat ke papan penjepit di sisinya "Mari kita periksa beberapa nama lagi dan kembali ke daerah yang beradab sebelum aku mulai melenguh
seperti sapi." Douglas Schiffer pada dasarnya orang yang menyenangkan dan tak suka
menyusahkan orang lain, tapi saat itu wajahnya tampak cemberut. Pasangan
Schiffer dan pasangan Ashley tengah asyik bermain bridge, dan pasangan
Schiffer ketinggalan nilai 10.000. Untuk keempat kalinya.
Malam itu, Florence Schiffer telah gagal mengikuti permainan.
Douglas Schiffer membanting kartunya. "Florence!" kemarahannya meledak.
"Kau bermain di pihak mana" Apakah kau sadar berapa banyak kita kalah?"
"Maaf," Florence berkau dengan gugup. "Aku"aku tak dapat berkonsentrasi."
"Sudah jelas," suaminya mendengus.
"Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" Edward Ashley bertanya pada Florence.
"Aku tak boleh mengatakannya padamu."
Mereka semua menatapnya he ran. "Apa maksudmu?" tanya suaminya.
Florence Schiffer menghela napas dalam-dalam. "Mary"ini mengenai
dirimu." "Ada apa denganku?"
"Kau sedang dalam kesulitan, bukan?"
Mary menatapnya heran. "Kesulitan" Tidak. Aku"mengapa kau berpikir
demikian?" "Aku tidak boleh mengatakannya. Aku telah berjanji."
"Kepada siapa?" tanya Edward.
"Seorang agen rahasia federal dari Washington. Ia datang ke rumah pagi ini dan menanyaiku berbagai macam pertanyaan tentang Mary, sedemikian rupa,
hingga tampaknya Mary terlibat dalam kegiatan mata-mata internasionaL"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pertanyaan macam apa?" Edward bertanya.
"Oh, kau tahu. Pertanyaan macam: Apakah ia seorang warga Amerika yang setia" Apakah ia seorang istri dan ibu yang baik" Apakah ia pecandu obat
bius?" "Persetan, buat apa mereka menanyaimu pertanyaan-pertanyaan macam
itu?" "Tunggu dulu," Mary berkata riang. "Kupikir aku tahu. Itu berkenaan dengan jabatanku."
"Apa?" tanya Florence.
"Aku dicalonkan untuk menduduki jabatan di Universitas. Universitas selalu melakukan pemeriksaan yang teliti, jadi kukira mereka harus memeriksa
setiap orang dengan ketat."
"Ah, syukurlah kalau memang demikian halnya." Florence Schiffer mengembuskan napas lega. "Kupikir tadinya mereka akan menahanmu."
"Kuharap demikian." Mary tersenyum. "Di Kansas State."
"Nah, karena beban pikiran itu sudah hilang," Douglas Schiffer berkata,
"bagaimana kalau kita kembali bermain?" Ia menoleh kepada istrinya. "Bila kau gagal sekali lagi, aku akan menghukummu"
"Aku berjanji, janji!"
5 Abbeywoody Inggris "Pertemuan ini sesuai dengan prosedur biasa," Ketua mengumumkan. "Tak ada rekaman yang akan disimpan, rapat ini tak akan pernah didiskusikan, dan kita akan saiing menghubungi satu sama lain dengan nama sandi yang telah
ditetapkan". Ada delapan orang di ruang perpustakaan Kastil Claymore yang dibangun di
abad kelima belas. Dua orang bersenjata berpakaian sipil, yang mengenakan jaket amat tebal, menjaga di luar dengan waspada, sementara yang ketiga
menjaga pintu perpustakaan. Kedelapan orang di dalam ruangan itu datang ke tempat itu secara terpisah-pisah, tak lama sebelumnya.
Ketua melanjutkan. "Sang Pengawas telah menerima informasi yang
mengganggu. Marin Groza sedang menyiapkan kudeta terhadap Alexandres
Ionescu. Suatu kelompok perwira senior angkatan bersenjata telah setuju
untuk mendukung Groza. Kali ini, kemungkinan besar ia akan berhasil."
Odin berkata, "Bagaimana pengaruhnya terhadap rencana kita?"
"Hal itu dapat mengacaukan rencana kita, sebab akan membuka terlalu
banyak jembatan hubungan ke Barat."
Freyr berkata, "Jadi kita harus mencegah terjadinya hal itu."
Balder bertanya, "Bagaimana?"
"Kita bunuh Groza," Ketua menjawab.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak mungkin. Orang-orang Ionescu telah melakukan percobaan
pembunuhan berkali-kali, dan mereka semua gagal. Vilanya tampaknya tak
tertembus. Bagaimanapun juga, tak seorang pun dalam ruangan ini bersedia
mendukung keterlibatan kita dalam suatu usaha pembunuhan."
"Kita tak akan terlibat secara langsung," sang Ketua berkata.
"Lalu bagaimana?"
"Sang Pengawas menemukan suatu dokumen amat rahasia mengenai
seorang pembunuh bayaran kaliber internasional yang bisa disewa."
"Abul Abbas, orang yang mengorganisasi pembajakan Acbille Lauro?"
"Bukan. Ada yang lebih baru, Tuan-tuan. Yang lebih baik. Sebutannya
Angel." "Belum pernah dengar tentang dia," Sigmund berkata.
"Tepat sekali. Surat-surat rekomendasinya sangat mengagumkan. Menurut arsip Sang Pengawas, Angel telah terlibat dalam pembunuhan Sikh Khalistan di India. Ia membantu teroris Macheteros di Puerto Rico, dan Khmer Merah di
Kamboja. Ia mendalangi pembunuhan setengah lusin perwira angkatan
bersenjata di Israel dan orang-orang Israel telah menawarkan setengah juta dollar bagi yang dapat menyerahkannya, hidup atau mati"
"Tampaknya ia dapat dipercaya," Thor berkata. "Dapatkah kita
menghubunginya?" "Ia sangat mahal. Bila ia setuju menangani suatu kontrak, biayanya dua juta dollar."
Freyr bersiul, lalu mengangkat bahu. "Itu dapat ditangani. Kita akan mengambilnya dari dana umum yang telah kita kumpulkan."
"Bagaimana kita dapat menghubungi si Angel ini?" Sigmund bertanya.
"Semua kontak dengannya ditangani melalui wanita simpanannya yang
bernama Neusa Munez".
"Di mana kita dapat menemuinya?"
"Ia tinggal di Argentina. Angel telah menyewakan apartemen untuknya di Buenos Aires."
Thor berkata, "Bagaimana langkah selanjutnya" Siapa yang akan
menghubunginya untuk kita?"
Sang ketua menjawab, "Sang Pengawas mengusulkan seorang lelaki
bernama Harry Lantz."
"Nama itu sudah pernah kudengar."
Ketua berkata datar, "Ya. la pernah masuk koran. Harry Lantz adalah
seorang pembangkang. Ia dikeluarkan dari CIA karena melakukan
perdagangan obat bius sendiri di Vietnam. Waktu masih bekerja untuk CIA ia pernah ditugaskan ke Amerika Selatan, jadi ia tahu wilayah itu Ia akan jadi perantara yang sempurna." la berhenti sejenak. "Kusarankan kita mengambil suara. Siapa yang setuju untuk menyewa Angel, harap mengangkat tangan."
Delapan tangan yang terawat baik diangkat ke udara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi dilaksanakan." Ketua berdiri. "Pertemuan ini selesai. Mohon diperhatikan prosedur meninggalkan tempat"seperti biasanya."
Hari itu Minggu, dan Kopral Leslie Hanson polisi desa"sedang berpiknik
dalam rumah-kaca di halaman kastil, padahal seharusnya ia tidak berhak


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berada di sana. Ia tidak sendirian, hal itu harus dijelaskannya kepada
atasannya di kemudian hari. Saat itu hangat di dalam rumah kaca, dan
pasangannya, Annie, seorang gadis desa yang montok, telah berhasil
membujuk kopral yang baik itu untuk membawa keranjang bekal piknik.
"Kau membawa makanan," Annie terkikik, "dan aku akan membawa pencuci mulut."
Makanan "pencuci mulut" itu tingginya seratus enam puluh lima sentimeter, dengan buah dada dan pinggul yang berbentuk indah, yang membuat seorang
lelaki tergiur untuk menggigitnya.
Sayangnya, ketika tengah asyik menikmati pencuci mulut, konsentrasi
Kopral Hanson pecah oleh deru sebuah Limousine yang melaju ke luar gerbang kastil itu.
"Tempat sialan ini sebenarnya tutup pada hari Minggu," ia menggerutu.
"Jangan-jangan salah tempat," Annie merayu.
"Tampaknya tidak, Sayang."
Dua puluh menit kemudian, kopral itu mendengar mobil kedua
meninggalkan tempat itu. Kali ini ia cukup ingin tahu hingga bangkit dan
mengintip ke luar jendela. Tampaknya seperti sebuah Limousine kenegaraan, dengan kaca jendela gelap yang dapat menyembunyikan penumpangnya.
"Kau akan segera masuk, Leslie?"
"Ya. Aku cuma tak dapat menduga siapa yang ada di dalam kastil. Kecuali hari-hari biasa, kastil itu ditutup."
"Tepat seperti yang terjadi pada diriku, Sayang, bila kau tidak
melompatinya." Dua puluh menit kemudian, ketika Kopral Hanson mendengar mobil yang
ketiga pergi, nafsu berahinya hilang dan berganti dengan instingnya sebagai seorang polisi. Ada lima buah kendaraan lagi, semua Limousine, semua pergi dengan jeda dua puluh menit satu sama lain. Karena salah satu mobil itu
berhenti cukup lama untuk membiarkan seekor rusa lari menyeberang, Kopral Hanson berhasil mencatat nomor pelat polisinya".
"Hari ini mungkin hari libur sialmu," Annie menggerutu.
"Mungkin saja kejadian itu penting," Kopral Hanson berkata. Namun demikian ia ragu-ragu, apakah akan melaporkannya atau tidak.
"Apa yang kauperbuat di Kastil Claymore?" Sersan Twill bertanya.
"Melihat-lihat, Pak."
"Kastil itu tutup."
"Ya, Pak. Rumah kaca itu buka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi kau memutuskan untuk melihat-lihat di dalam rumah kaca?"
"Ya, Pak." "Sendirian, tentunya?"
"Wah, sebenarnya?"
"Tak perlu kauceritakan secara terperinci, Kopral. Apa yang membuatmu mencurigai mobil-mobil itu?"
"Kelakuan mereka, Pak."
"Mobil tak bisa bertingkah laku, Hanson. Pengemudinya bisa."
"Tentu saja, Pak. Pengemudinya tampaknya sangat berhati-hati. Mobil-mobil itu pergi dengan jeda waktu dua puluh menit."
"Kau menyadari, tentunya, bahwa mungkin terdapat seribu penjelasan yang dapat dipercaya. Kenyataannya, Hanson, satu-satunya yang tak dapat
dipercaya justru dirimu sendiri."
"Ya, Pak. Tapi saya pikir, sudah seharusnya saya melaporkan hal itu."
"Benar. Ini nomor pelat polisi yang kau catat?"
"Ya, Pak." "Bagus sekali. Kembali ke tempat." Sersan Twill teringat satu ucapan jenaka, dan segera ditambahkannya. "Ingat"sangat berbahaya melempari orang lain dengan batu kalau kau sedang berada dalam rumah kaca." Ia tertawa kecil karena mengingat gurauannya itu, sepanjang pagi.
Ketika laporan atas nomor pelat polisi itu dikembalikan, Sersan Twill
mengambil kesimpulan bahwa Hanson telah membuat suatu kesalahan. Ia
membawa laporan itu ke lantai atas untuk menghadap Inspektur Pakula dan
menjelaskan latar belakang laporan itu.
"Saya tak seharusnya mengganggu Anda dengan laporan itu, Inspektur, tapi nomor pelat polisinya?"
"Ya. Aku tahu. Aku akan mengurusnya."
"Terima kasih, Pak."
Di Kantor Pusat SIS, Inspektur Pakula melapor secara singkat kepada salah satu pimpinan senior British Secret Intelligence Service, yakni Sir Alex Hyde-White, yang berjenggot dan berwajah kemerah-merahan.
"Anda bertindak tepat dengan melaporkan masalah ini kepada saya," Sir Alex tersenyum, "tapi saya kira kejadian itu cuma suatu perjaianan liburan keluarga Kerajaan yang dirahasiakan dari pers."
"Maaf saya sudah mengganggu dan merepotkan Anda, Pak." Inspektur-Pakula berdiri.
"Sama sekali tidak, Inspektur. Ini menunjukkan bahwa Anda selalu
waspada. Siapa tadi, nama kopral muda itu?"
"Hanson, Pak. Leslie Hanson."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika pintu ditutup oleh Inspektur Pakula, Sir Alex Hyde-White mengangkat telepon merah di atas mejanya. "Saya ada pesan untuk Balder. Kita punya masalah kecil. Saya akan menjelaskannya pada rapat yang akan datang.
Sementara itu, saya ingin agar Anda mengatur tiga mutasi. Sersan Polisi Twill, Inspektur Pakula, dan Kopral Leslie Hanson. Pisahkan mereka dalam beberapa hari. Saya ingin agar mereka dikirim ke pos-pos terpisah, sejauh mungkin dari London. Saya akan melapor kepada Sang Pengawas dan menanyakan kalau-kalau ia ingin mengambil tindakan lebih lanjut."
Di kamar hotelnya di New York, Harry Lantz terbangun di tengah malam
karena dering telepon. Siapa keparat yang tahu aku ada di sini" ia bertanya-tanya dalam hati. Ia melihat dengan pandangan kabur ke jam di samping tempat tidurnya, lalu
menyambar telepon. "Sekarang jam empat dini hari! Sialan. Siapa keparat yang?""
Suatu suara empuk berwibawa berbicara, dan Lantz duduk tegak di tempat
tidur, jantungnya mulai berdebar-debar. "Baik, Pak," katanya. "Ya, Pak...
Tidak, Pak, tapi saya dapat mengatur sendiri agar meluangkan waktu." Ia mendengarkan lama sekali. Akhirnya ia berkata, "Ya, Pak. Saya mengerti.
Saya akan naik pesawat pertama ke Buenos Aires. Terima kasih, Pak."
Ia meletakkan gagang telepon, menggapai-gapai meja di samping tempat
tidurnya dan menyalakan sebatang rokok. Tangannya gemetar. Pria yang baru saja meneleponnya adalah salah seorang yang paling berkuasa di dunia dan ia telah meminta Harry untuk melakukan... Astaga, apa yang akan terjadi Harry Lantz bertanya pada dirinya sendiri. Pasti kejadian penting. Orang itu akan membayarnya 50.000 dollar untuk menyampaikan suatu pesan. Sangat
menyenangkan baginya untuk kembali ke Argentina. Harry Lantz amat
menyukai wanita-wanita Amerika Selatan. Aku kenal selusin wanita di sana
yang lebih suka bercinta daripada makan. Suatu langkah awal yang
menyenangkan. Pada pukul 09.00 Lantz mengangkat telepon dan memutar nomor Aerolineas
Argentinas. "Pukul berapa penerbangan pertama Anda ke Buenos Aires?"
*** Pesawat 747 itu tiba di Ezeiza Airport di Buenos Aires pada pukul 17.00
keesokan sorenya. Penerbangan itu panjang dan melelahkan, tapi Harry Lantz tak merasakannya. Lima puluh ribu dollar untuk menyampaikan sebuah pesan.
Ia merasakan suatu luapan kegembiraan ketika roda pesawat dengan mulus
menyentuh landasan. Sudan hampir lima tahun ia tidak ke Argentina. Akan
sangat menyenangkan untuk bertemu kembali dengan kenalan-kenalan lama.
Ketika Harry Lantz melangkahkan kaki keluar dari pesawat, embusan udara
panas mengejutkannya sesaat. Tentu saja. Di sini musim panas.
Dalam perjaianan dengan taksi menuju kota, Lantz merasa geli melihat
bahwa coretan tulisan yang terpampang di dinding bangunan dan trotoar
belum berubah. Plebiscito las pelotas (Persetan dengan pemungutan suara).
Militares, Asesinos (Angkatan Bersenjata, Pembunuh). Tenemos hambre (Kami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lapar). Marihuana na libre (Mariyuana bebas). Droga, sexo y mucho rock (Obat bius, sex, dan rock 'n' roll). Juicio y castigo a los adpables (Pengadilan dan hukuman bagi yang bersalah).
Ya, menyenangkan untuk kembali ke sini.
Siesta"waktu tidur siang"telah selesai dan jalan-jalan dipenuhi oleh orang yang dengan malas berjalan dari dan ke tujuan mereka. Ketika taksi tiba di Hotel El Conquistador di jantung kota, Barrio Norte, kawasan yang penuh
gaya, Lantz membayar sopir taksi dengan selembar satu juta peso.
"Ambil kembalinya," katanya. Mata uang mereka seperti gurauan saja, karena amat rendah nilai tukarnya.
Ia mendaftarkan diri di meja penerima tamu dalam lobi hotel yang sangat
luas dan modern, mengambil sehelai Buenos Aires Herald dan La Prensa, serta membiarkan asisten manajer mengantarnya ke suite-nya. Enam puluh dollar
sehari untuk sebuah kamar tidur, kamar mandi, kamar duduk, dan dapur,
lengkap dengan televisi dan ber-AC. Di Washington, kamar selengkap ini
makan biaya banyak, pikir Harry Lantz. Aku akan menyelesaikan urusanku
dengan si Neusa ini besok pagi, dan tinggal disini beberapa hari untuk
bersenang-senang. Ternyata Harry Lantz memerlukan waktu dua minggu lebih untuk
menemukan jejak Neusa Munez.
Pencariannya dimulai dengan buku petunjuk telepon kota. Lantz memulai
dengan tempat-tempat di jantung kota: Area Contitucion, Plaza San Martin, Barrio Norte, Catalinas Norte. Tak ada satu pun daftar yang memuat nama
Neusa Munez. Begitu pula dalam daftar daerah-daerah tepi kota, seperti Bahia Blanca atau Mar del Plaza.
Setan, di mana dia" Lantz bertanya-tanya dalam hati. Ia menyusuri jalanjalan, mencari-cari penghubung-penghubung lama.
Ia berjalan memasuki La Biela, dan bartender-nya berteriak, "Senior Lantz!
Por dios"saya dengar Anda sudah meninggal"
Lantz menyeringai. "Dulu, tapi aku sangat kehilangan kau, Antonio, maka aku kembali."
"Apa yang Anda kerjakan di Buenos Aires?"
Lantz membiarkan suaranya terdengar sendu. "Aku kembali ke sini untuk mencari seorang kekasih lama. Kami dulu merencanakan untuk menikah, tapi
keluarganya pindah dan aku kehilangan jejaknya. Namanya Neusa Munez"
Bartender itu menggaruk-garuk kepalanya. "Belum pernah dengan nama itu.
Lo siento." "Maukah kau bertanya-tanya untukku, Antonio?"
"Poir gue no?" Selanjutnya Lantz mampir untuk menemui seorang teman di kantor polisi
pusat. "Lantz! Harry Lantz! Dios! Que pasa"
"Halo, Jorge. Senang bertemu kembali, amigo."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kabar terakhir, kudengar CIA menendangmu ke luar."
Harry Lantz tertawa. "Apa boleh buat, Sobat. Mereka memintaku untuk terus bekerja di sana. Aku yang keluar untuk menjalankan bisnisku sendiri."
"Si" Bisnis apa kau sekarang?"
"Aku membuka kantor detektif sendiri. Sebenarnya, itu sebabnya aku ke Buenos Aires. Seorang klienku meninggal beberapa minggu yang lalu. Ia
meninggalkan sejumlah besar uang untuk anak perempuannya, dan aku
sedang mencarinya kini. Informasi satu-satunya yang kudapat adalah bahwa ia tinggal di suatu apartemen di Buenos Aires."
"Siapa namanya?"
"Neusa Munez." "Tunggu se ben tar."
Sebentar itu kemudian merentang menjadi setengah jam.
"Maaf, amigo. Aku tak dapat menolong. Ia tak ada dalam komputer atau salah satu arsip kami."
"Oh, baiklah. Bila kau kebetulan mendapat suatu informasi tentang dia, aku ada di El Conquistador."
"Bueno" Kemudian giliran bar-bar dimasukinya, tempat-tempat lama yang dulu
sering dikunjunginya. Pepe Gonzales, Almeida, dan Cafe Tabac.
"Buenos tardes, amigo. Soy de los Estados Unidos. Estoy buscando una mujer. El nombre es Neusa Munez. Es una emergeneia"
"Lo siento, seizor. No la conozco."
Jawabannya sama di mana-mana. Tak seorang pun pernah mendengar
nama keparat itu. Harry Lantz menjelajahi La Boca, daerah tepi sungai di mana orang dapat
melihat kapal-kapal tua berkarat yang tertambat di sungai. Tak seorang pun di sana yang tahu tentang Neusa Munez. Untuk pertama kalinya, Harry Lantz
mulai merasakan bahwa ia mungkin sedang berburu angsa liar.
Di Pilar, suatu bar kecil di Barrios Flores, mendadak nasibnya berubah.
Waktu itu Jumat malam, dan bar penuh oleh para buruh. Lantz harus bersabar selama sepuluh menit untuk dapat berbicara dengan si bartender. Sebelum
Lantz selesai mengucapkan separuh dari rangkaian kalimat yang telah
dipersiapkannya, bartender itu berkata, "Neusa Munez" Si. Aku kenal dia. Bila ia mau berbicara dengan Anda, ia akan datang ke sini manana, sekitar tengah malam."
Malam berikutnya, Harry Lantz kembali ke Pilar pukul sebelas malam, dan
melihat bahwa bar itu mulai penuh. Menjelang tengah malam, ia menyadari
bahwa ternyata makin lama ia makin gugup. Bagaimana bila wanita itu tak
muncul" Bagaimana bila yang muncul Neusa Munez yang lain"
Lantz menengok ketika sekelompok wanita muda memasuki bar sambil
tertawa terkikik-kikik. Mereka menggabungkan diri dengan sekelompok pria di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekeliling sebuah meja. Ia harus muncul, pikir Lantz. Bila tidak, aku hanya bisa mengucapkan salam perpisahan kepada lima puluh ribu dollar itu.
Ia bertanya dalam hati, bagaimana kira-kira penampilan wanita itu. Ia
pastilah wanita yang menarik. Lantz diberi wewenang untuk menawari kekasih wanita itu, Angel, si pembunuh berdarah dingin, uang sejumlah dua juta dollar untuk membunuh seseorang. Angel mungkin telah kaya. Ia pasti mampu
memelihara seorang wanita piaraan yang muda dan cantik. Setan, ia mungkin bahkan mampu memelihara selusin wanita cantik. Neusa ini pastilah seorang aktris atau gadis model. Siapa tahu, mungkin aku bisa sejenak bersenang-senang dengannya sebelum aku meninggalkan kota ini. Tak ada yang lebih
mengasyikkan ripada menggabungkan bisnis dan kesenangan, pikir Harry
Lantz puas. Pintu terbuka dan Lantz menengok dengan penuh harap. Seorang wanita
berjalan sendirian. Usianya setengah baya dan tampak tak menarik. Tubuhnya sangat gembrot dan payudaranya yang sangat besar bergoyang-goyang ketika
ia berjalan. Wajahnya penuh bekas cacar, dan rambutnya dicat pirang. Tapi raut mukanya menunjukkan darah mestizo yang diwarisinva dari nenek
moyang Indian yang telah bercampur dengan Spanyol. Ia memakai rok
bawahan dan sweater yang tak serasi dan seharusnya dipakai oleh seorang
wanita yang jauh lebih muda. Kalau ada yang mau menggaet, dia beruntung,
Lantz membatin.Tapi setan mana yang mau bercinta dengannya
Wanita itu melihat sekeliling bar dengan pandangan kosong, tanpa tujuan.
Ia mengangguk tak jelas kepada beberapa pengunjung bar, lalu menerjang
kerumunan orang dan berjalan menuju bar.
"Mau mentraktirku minum?" Ia berbicara dengan aksen Spanyol yang kental, dan dari dekat ia tampak semakin tak menarik.
la tampak seperti seekor sapi gemuk yang tak dapat diperah, pikir Lantz.
Dan ia mabuk. "Minggir, Non."
"Esteban bilang kau mencariku. Tidak?"
Lantz menatapnya. "Siapa?"
"Esteban. Bartender itu."
Harry Lantz masih belum dapat mempercayainya. "Ia pasti keliru. Aku
mencari Neusa Munez."
"Si. Yo soy Neusa Munez."
Tapi yang keliru, pikir Harry Lantz. Sialan! "Apa kau teman Angel?"
Wanita itu tersenyum mabuk. "Si."
Harry Lantz cepat tersadar. "Baik, baiklah." Ia memaksa tersenyum.
"Dapatkah kita pergi ke meja di sudut dan bicara?"
Wanita itu mengangguk acuh tak acuh. "Ess okay"
Mereka berkutat mencari jalan di tengah bar yang penuh asap dan padat
pengunjungnya. Ketika mereka telah duduk, Harry Lantz berkata, "Aku ingin bicara tentang?"
"Kau traktir aku rum, si?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lantz mengangguk. "Tentu saja."
Seorang pelayan, yang mengenakan celemek kotor, muncul, dan Lantz
berkata, "Satu rum dan satu scotch and soda"
Munez berkata, "Buatku double rum, ya!"
Ketika pelayan telah pergi, Lantz menoleh kepada wanita yang duduk di
sampingnya. "Aku ingin bertemu dengan Angel."
Wanita itu menatapnya dengan pandangan kosong dan mata berair. "Untuk apa?"
Lantz menurunkan suaranya, "Aku punya sedikit hadiah untuknya."
"Si" Hadiah macam apa?"
"Dua juta dollar." Minuman mereka datang.
Harry Lantz mengangkat gelasnya dan berkata, "Cheers"
Yah." Wanita itu meneguk minumannya dengan sekali teguk. "Untuk apa kau memberi Angel dua juta dollar?"
"Itu suatu hal yang harus kubicarakan dengannya secara pribadi."
'Tak mungkin. Angel, tak pernah mau bicara dengan siapapun."
"Nyonya, untuk dua juta dollar?"
"Bisa aku minta rum lagi" Double rum, ya?"
Tuhanku, tampaknya ia sudah hampir pingsan. "Tentu." Lantz memanggil pelayan dan memesan minuman. "Apakah kau sudah lama mengenal Angel?"
Lantz berusaha agar nada suaranya terdengar biasa.
Wanita itu mengangkat bahu. "Yah."
"Ia pastilah seorang lelaki yang menarik."
Matanya yang kosong terpusat pada suatu titik di meja di hadapannya.
Ya, Tuhanl pikir Harry Lantz. Aku seperti bicara dengan dinding bisu sialan.
Minuman datang, dan wanita itu menghabiskannya dengan satu hirupan
panjang. Ia mempunyai badan seperti sapi dan tingkah laku seperti babi. "Kapan saya dapat bicara dengan Angel?"
Neusa Munez tertatih berusaha berdiri. "Aku sudah bilang, ia tak mau bicara dengan siapa pun. Adios."
Harry Lantz mendadak jadi panik. "Hei! Tunggu dulu! Jangan pergi."
Wanita itu berhenti dan menatapnya dengan pandangan kabur. "Apa
maumu?" "Duduklah," Lantz berkata lambat-lambat, "dan aku akan beri tahu apa yang kuinginkan."
Ia duduk dengan berat. "Aku perlu rum lagi, huh?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Harry Lantz merasa bingung. Bedebah macam apa si Angel ini wanita
piaraannya bukan saja betina terjelek di seluruh Amerika Selatan, tapi juga sangat rakus.
Lantz tak suka berurusan dengan orang mabuk. Mereka tak dapat dipercaya.
Tapi sebaliknya, ia benci kalau ingat bahwa ia bisa kehilangan komisi 50.000
dollar. Ia menonton saja ketika Munez meneguk minumannya. Lantz mengirangira berapa banyak sudah minuman keras yang dimihum wanita itu sebelum
datang untuk menemuinya. Lantz tersenyum dan berkata dengan penuh alasan, "Neusa, kalau aku tak dapat bicara dengan Angel, bagaimana aku dapat melakukan bisnis
dengannya?" "Sederhana saja. Kaukatakan padaku apa yang kaumau. Aku bilang pada
Angel. Kalau ia bilang si, aku bilang padamu si. Kalau ia bilang no, aku bilang no."
Harry Lantz tak mempercayai wanita itu sebagai perantara, tapi ia tak punya pilihan lain. "Kau pernah dengar tentang Marin Groza."
"Belum." Tentu saja ia tidak tahu. Karena itu bukan merek rum. Betina goblok ini
akan keliru menyampaikan semua pesan dan menghambat segala urusan.
"Aku perlu minum lagi, huh?"
Lantz menepuk tangannya yang gemuk. "Tentu saja." Lantz memesan double rum lagi. "Angel akan tahu siapa Groza itu. Kau bilang saja Marin
Groza. Ia akan tahu."
"Ya" Lalu apa?"
Ia bahkan lebih goblok daripada tampangnya. Sialan, apa pikirnya yang
harus dilakukan Angel dengan bayaran dua juta dollar mencium orang itu.
Harry Lantz berkata hati-hati, "Orang yang mengirimku ke sini ingin dia disingkirkan."
Mata wanita itu berkedip-kedip. "Apa itu ,disingkirkan,?"
Astaga! "Dibunuh!"
"Oh." Ia mengangguk acuh tak acuh. "Aku akan tanya Angel" Suaranya lebih tidak jelas daripada sebelumnya. "Siapa katamu nama orang
Lantz ingin mengguncang-guncang badannya. "Groza. Marin Grola."
"Tapi kekasihku di luar kota. Aku akan mencarinya dan menemuimu di
sini besok malam. Bisa aku minta rum lagi?"
Neusa Munez telah berubah menjadi suatu mimpi buruk bagi Harry Lantz.
Malam berikutnya, Harry Lantz duduk di meja yang sama di bar itu mulai


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tengah malam sampai pukul empat pagi, ketika bar tutup. Munez tak muncul
"Tahukah kau di mana ia tinggal?" Lantz bertanya kepada si bartender.
Bartender itu menatapnya dengan pandangan tak bersalah. "Quien sabe"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Betina itu telah mengacaukan semuanya. Bagaimana mungkin seorang pria
secerdik Angel dapat tergaet oleh pemabuk rum yang dungu begitu".
Harry Lantz membanggakan diri sebagai seorang profesional. Ia terlalu
cerdik untuk memasuki urusan macam ini tanpa menyelidikinya terlebih dulu.
Ia telah menanyakannya kepada beberapa pihak dengan hati-hati, dan
informasi yang paling mengesankan baginya adalah bahwa orang Israel telah memasang ganjaran sebesar satu juta dollar untuk kepala Angel. Sejuta dollar berarti seumur hidup bermalas-malasan dan bersenang-senang dengan wanita
muda. Ah, ia terpaksa melupakan hal itu dan melupakan 50.000 dollarnya.
Satu-satunya hubungan dengan Angel sudah putus. Ia terpaksa menelepon
Sang Pengawas dan mengatakan padanya bahwa ia telah gagal.
Aku tak akan meneleponnya dulu Harry Lantz memutuskan. Mungkin wanita
itu akan kembali ke sini. Mungkin bar-bar lain akan kehabisan rum. Mungkin aku sebenarnya goblok mau menerima tugas sialan ini.
6 Malam berikutnya, pada pukul sebelas malam, Harry Lantz duduk di meja
yang sama di Pilar, sambil mengunyah kacang dan kuku jari tangannya
berselang-seling. Pada pukul 02.00 dini hari ia melihat Neusa Munez
terhuyung-huyung di pintu, dan hati Harry bersorak. Ia menatap wanita itu berjalan menuju mejanya.
"Hai," ia menggumam, dan menjatuhkan diri ke kursi.
"Apa yang terjadi denganmu?" Harry bertanya. Hanya dengan begitulah ia dapat menahan rasa marahnya.
Wanita itu mengedipkan matanya. "Huh?"
"Kau seharusnya menemuiku di sini tadi malam."
"Yah?" "Kita punya janji, Neusa."
"Oh. Aku pergi ke bioskop dengan seorang teman wanita. Ada film baru, tahu" Tentang seorang pria yang jatuh cinta pada seorang biarawati sialan dan..."
Lantz begitu putus asa, hingga rasanya ingin ia menangis. Daya tarik apa
yang dilihat Angel pada betina pemabuk yang dungu ini. Pasti betina ini jagoan main cinta, Lantz akhirnya menyimpulkan.
"Neusa"apakah kau ingat untuk bicara dengan Angel?"
Ia menatap Lantz dengan pandangan kosong, berusaha untuk mengerti
pertanyaan itu. "Angel" Si. Bisa aku minta minum, huh?"
Lantz memesan segelas double rum untuk wanita itu dan segelas double
scotch untuk dirinya sendiri. Rasanya ia sangat memerlukan minuman itu.
"Apa kata Angel, Neusa?"
"Angel" Oh, ia bilang yah, Ess okay."
Harry Lantz merasa lega luar biasa. "Bagus sekali!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
a tak lagi peduli dengan misinya sebagai kurir pembawa pesan. Ia punya
gagasan lebih baik. Betina pemabuk ini akan membawanya ke Angel. Satu juta dollar, uang hadiah yang lumayan.
Ia melihat wanita itu meneguk minumannya, dan menumpahkan sebagian di
atas blusnya yang telah kotor. "Apa lagi yang dikatakan Angel?"
Alisnya berkerut ketika memusatkan perhatian. "Angel bilang ia ingin tahu siapa majikanmu."
Lantz tersenyum penuh kemenangan. "Kau bilang padanya itu rahasia,
Neusa. Aku tak dapat memberitahukannya."
Wanita itu mengangguk, acuh tak acuh. "Kalau begitu Angel bilang untuk mengatakan persetan padamu. Bisa minta minum sebelum aku pergi?"
Pikiran Harry Lantz mulai bekerja dengan kecepatan penuh. Bila wanita ini pergi, Lantz yakin ia tak akan pernah menemuinya lagi. "Aku beritahu kau apa yang akan kuperbuat, Neusa. Aku akan menelepon majikanku, dan bila
mereka memberiku izin, aku akan memberitahukan namanya padamu. Oke?"
Neusa mengangkat bahu. "Aku tak peduli."
"Memang tidak," Lantz menerangkan dengan sabar, "tapi Angel peduli. Jadi beri tahu dia bahwa aku akan memberikan jawaban untuknya besok.. Apa ada
tempat untuk menghubungimu?"
"Kupikir begitu."
Lantz maju selangkah. "Di mana?"
"Di sini." Minumannya datang, dan Lantz melihatnya meneguknya bagaikan binatang
kelaparan. Lantz ingin membunuhnya.
Lantz melakukan telepon dengan cara call collect, supaya permintaan
sambungan itu tak dapat di lacak jejaknya, dari sebuah box telepon umum di Calvo Street. Satu jam kemudian barulah ia mendapat sambungan.
"Tidak," Sang Pengawas berkata, "Aku beri tahu kau bahwa tak ada nama yang boleh disebut."
"Ya, Pak. Tapi ada masalah. Neusa Munez, wanita piaraan Angel,
mengatakan bahwa Angel mau melakukannya, tapi ia tak akan bergerak tanpa
mengetahui dengan siapa ia berurusan. Tentu saja, saya memberitahunya
bahwa saya harus menanyakannya kepada Anda terlebih dulu".
"Bagaimana penampilan wanita itu?" Sang Pengawas bukanlah yang bisa diajak bermain-main. "Ia gemuk, jelek, dan bodoh, Pak."
"Terlalu berbahaya untuk menggunakan namaku."
Harry Lantz dapat merasakan bisnis itu meleset dari tangannya. "Ya, Pak,"
ia berkata dengan jujur. "Saya mengerti. Satu hal, Pak, reputasi Angel diperoleh berkat kemampuannya menutup mulut. Bila ia bicara, ia tak akan
bertahan lima menit pun dalam bisnis ini."
Hening lama. "Kau benar." Hening kembali, bahkan lebih lama. "Baiklah, kau boleh memberikan namaku pada Angel. Tapi ia tak boleh membocorkannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan tak boleh menghubungiku secara langsung. Ia akan bekerja hanya
melaluimu". Harry Lantz merasa ingin menari-nari. "Ya, Pak. Akan saya beri tahu dia.
Terima kasih, Pak." Ia meletakkan telepon, wajahnya menyeringai lebar. Ia berhasil memperoleh lima puluh ribu dollar. Itu kegembiraan, "Segala sesuatunya telah beres. Aku dapat izin."
Wanita itu menatapnya tak acuh. "Yah?"
Lantz memberitahukan nama majikannya. Nama itu sangat terkenal, dan ia
berharap wanita itu akan terkesan.
Tapi Neusa hanya mengangkat bahu. "Tak pernah dengar"
"Neusa, orang yang memberiku tugas ini ingin agar hal itu dllakukan secepat mungkin. Marin Groza bersembunyi di sebuah vila di Neuilly, dan?"
"Di mana?" Ya Tuhan! Ia mencoba untuk berkomunikasi dengan orang dungu yang
mabuk. Ia berkata sabar, "Itu kota kecil di luar Paris. Angel pasti tahu,"
"Aku perlu minum lagi."
Sejam kemudian, Neusa masih tetap minum. Dan kali ini Harry Lantz
mentraktirnya terus. Bukannya aku ingin mentraktirnya minum terus, pikir
Lantz, Kalau ia cukup mabuk, ia akan membawaku kepada kekasihnya.
Selanjutnya mudah saja. Ia melihat Neusa Munez yang menatap minumannya dengan mate berair.
Tak akan sukar untuk menangkap Angel, ia mungkin hebat, tapi ia tak akan
secerdik itu, "Kapan Angel kembali ke kota?"
Wanita itu memusatkan pandangan kepadanya dengan matanva yang
berair. "Minggu depan"
Harry Lantz memegang tangannya dan mengelus-elusnya. "Mengapa kita
tidak kembali saja ke tempatmu?" ia bertanya lembut.
"Oke." Dia berhasil.
Neusa Munez tinggal di sebuah apartemen berkamar dua yang kumuh di
distrik Belgrano di Buenos Aires. Apartemen itu kotor dan tak terurus, seperti penghuninya. Ketika mereka memasuki ruangan, Neusa berjalan langsung
menuju ke bar kecil di sudut. Ia tak dapat berdiri tegak lagi.
"Bagaimana kalau kita minum?"
"Aku tidak," kata Lantz. "Kau saja terus."
Lantz melihat wanita itu menuangkan minuman dan meneguknya. Ia betina
paling jelek dan menjijikkan yang pernah kulihat, pikirnya, tapi uang sejuta dollar itu pasti manis.
Lantz melihat ke sekeliling apartemen itu. Ada beberapa buku yang
bertumpuk di atas meja kopi. Ia mengambilnya, satu demi satu, sambil
mengharap dapat mengetahui pribadi Angel. Judul buku-buku itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengejutkannya: Gabrielas oleh Jorge Amado; Fire From The Mountain, oleh
Omar Cabezas; One Hundred Years of Solitude, oleh Garcia Marquez; At Night The Cats, oleh Antonio Cisneros. Jadi Angel seorang intelek. Buku-buku itu tak sesuai dengan apartemennya dan wanita simpanannya.
Lantz berjalan mendekati wanita itu dan melingkarkan lengannya di
sekeliling pinggangnya yang lebar dan kendur. "Kau sangat manis', tahukah kau?"
Ia meraih dan mengelus-elus buah dadanya. Ukurannya sebesar semangka.
Lantz membenci wanita-wanita berpayudara besar. "Kau punya tubuh yang hebat."
"Huh?" Mata Neusa berkilat-kilat.
Lengan Lantz bergerak turun dan mengelus-elus pahanya yang gemuk
ditutupi gaun katun tipis yang dikenakannya. "Bagaimana rasanya?" Lantz berbisik.
"Apa?" Lantz tak merasakan apa pun. Ia mencari siasat untuk dapat membawa
raksasa itu ke tempat tidur. Tapi ia tahu ia harus melakukan gerakannya
dengan hati-hati. Bila ia menyinggung perasaannya, wanita itu mungkin akan berbalik dan melaporkannya kepada Angel, dan itu berarti akhir urusan itu. Ia akan berusaha untuk berbicara dengan manis, tapi wanita itu terlalu mabuk untuk mengerti apa yang dikatakannya.
Ketika Lantz dengan putus asa berusaha memikirkan langkah pancingan
yang tepat, Neusa mengguman, "Mau bercinta?"
Pendekar Lembah Naga 1 Orang Ketiga Karya Sherls Astrella Api Di Bukit Menoreh 4

Cari Blog Ini