Ceritasilat Novel Online

Kincir Angin Para Dewa 2

Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon Bagian 2


Lantz menyeringai lega. "Itu gagasan yang bagus, Sayang."
"Yuk, ke kamar tidur,"
Wanita itu terhuyung-huyung ketika Lantz mengikutinya ke kamar tidurnya
yang kecil. Di dalamnya terdapat sebuah lemari dengan pintu yang terbuka
sedikit, sebuah tempat tidur besar yang kusut-masai, dua kursi, dan sebuah meja tulis dengan kaca yang retak di atasnya. Lemari itulah yang menarik
perhatian Harry Lantz. Sekelebatan ia melihat di dalamnya terdapat sederet pakaian pria yang digantung.
Neusa berdiri di tepi tempat tidur, meraba-raba kancing blusnya. Dalam
keadaan biasa, Harry Lantz akan berada di sisi wanita itu, melepaskan
busananya, mengelus-elus tubuhnya dan menggumamkan kata-kata yang
merangsang di telinganya. Tapi pandangan terhadap Munez membuatnya
mual. Ia berdiri saja melihat rok bawahnya jatuh ke lantai. Ia tak mengenakan apa-apa di baliknya. Tanpa busana, ia tampak lebih jelek lagi daripada ketika berbusana. Payudaranya yang besar menggelantung, dan perutnya yang
buncit bergoyang seperti agar-agar ketika ia bergerak. Pahanya yang gemuk adalah gumpalan daging yang menjijikkan. Betina ini merupakan makhluk
terburuk yang pernah kulihat, pikir Lantz. Berpikirlah positif, Lantz berkata kepada dirinya sendiri. Ini cuma berlangsung beberapa menit saja. Sejuta
dollar itu akan cukup untuk seumur hidup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perlahan-lahan, ia memaksa diri untuk melepaskan pakaiannya. Neusa
bersandar di tempat tidur, bagaikan binatang laut yang sangat besar,
menunggunya. Lantz merangkak ke sisinya.
"Apa yang kausukai?" tanya Lantz.
"Huh" Coklat. Aku suka coklat."
Ia lebih mabuk daripada yang dikira Lantz.
Bagus. Ini Akan mempermudah tugasnya. Ia mulai mengelus-elus tubuh
yang gembur, putih, dan dingin seperti ikan itu. "Kau wanita yang amat cantik, Sayang. Kau tahu?"
"Yah?" "Aku amat suka padamu, Neusa." Tangan Lantz bergerak turun menuju celah kakinya yang gemuk, dan ia mulai membuat gerakan melingkar kecil
yang menyenangkan. "Aku berani bertaruh, kau menjalani kehidupan yang menyenangkan'
"Huh?" "Maksudku"dengan menjadi kekasih Angel. Pasti sangat menarik. Ceritakan padaku, Sayang, seperti apa Angel itu?"
Hening, dan Lantz bertanya-tanya dalam hati apakah Neusa telah jatuh
tertidur. Ia menyelipkan jari-jarinya ke dalam celah lembap yang lembut di antara kaki wanita itu dan merasakan tubuh wanita itu menggelinjang.
"Jangan tidur dulu, Sayang. Jangan dulu. Pria macam apa Angel itu" Apakah ia tampan?"
"Kaya. Angel, ia kaya."
Tangan Lantz terus bekerja. "Apakah ia baik padamu?"
"Yah. Angel baik padaku."
"Aku akan baik juga padamu, Sayang." Suaranya lembut.
Kesukarannya adalah, semuanya jadi lembek. Yang diperlukannya hanyalah
rangsangan bernilai sejuta dollar. Ia mulai membayangkan Dolly Sisters dan hal-hal yang pernah mereka lakukan terhadap dirinya. Ia membayangkan
mereka asyik dengan lidah, jari-jemari, dan puting payudara mereka di atas tubuhnya yang tanpa busana, dan kejantanannya mulai bangkit. Dengan cepat ia berguling ke atas Neusa dan menyelipkan dirinya ke dalamnya. Astaga,
rasanya seperti terperosok ke dalam puding yang lembek pikir Harry Lantz.
"Apakah rasanya menyenangkan?"
"Lumayan, kukira." Rasanya Lantz ingin mencekiknya. Ada lusinan wanita cantik di seluruh dunia yang merasa berdebar dan puas bercinta dengannya, tapi betina ini cuma berkata, Lumayan, kukira.
Ia mulai menggerakkan pinggulnya ke belakang dan ke depan. "Ceritakan padaku tentang Angel. Siapa teman-temannya?"
Sura wanita itu serak. "Angel tak punya teman. Aku temannya."
"Tentu saja kau, Sayang. Apakah Angel tinggal di sini bersamamu, atau ia punya tempat sendiri?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Neusa menutup matanya. "Hai, aku mengantuk. Kapan kau puas?"
Tak pernah, pikirnya. Tidak dengan sapi betina ini. "Aku sudah puas," kata Lantz berbohong,
"Kalau begitu, yuk tidur."
Ia berguling keluar darinya dan berbaring di sisinya, mengembuskan napas.
Mengapa Angel tak memelihara wanita piaraan yang normal seorang gadis
yang muda, cantik dan penuh gairah" Jadi ia tak perlu mengalami kesulitan untuk mendapatkan informasi yang diperlukannya. Dan betina bodoh ini"!
Tapi... tetap masih ada jalan lain.
Lantz berbaring diam lama sekali, sampai ia merasa yakin Neusa telah tidur.
Lalu dengan hati-hati ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan mengendapendap menuju lemari. Ia menyalakan lampu lemari dan menutup pintunya
agar cahaya itu tak membangunkan behemoth yang sedang mendengkur itu.
Ada selusin setelan dan pakaian sport yang tergantung di rak, dan enam
pasang sepatu pria di lantai. Lantz membuka jas-jas dan meneliti labelnya.
Setelan-setelan itu semuanya dipesan dan dibuat oleh Herera, Avenue La
Plata. Sepatu-sepatunya dibuat oleh Vill. Kuhantam sasarannya! Lantz
menyombongkan diri. Mereka pasti punya catatan alamat Angel. Aku akan
pergi ke toko itu dulu pagi-pagi dan menanyakan beberapa pertanyaan. Suatu peringatan bergema di kalbunya. Tidak. Tak usah bertanya. Ia haruslah lebih pintar daripada ini. Ia, bagaimanapun juga, berurusan dengan pembunuh
bayaran kelas dunia. Lebih aman untuk membiarkan Neusa membawanya
kepada Angel. Lalu yang perlu kuperbuat hanyalah memberi keterangan
rahasia kepada teman-temanku di Mossad dan mengumpulkan hadiahnya.
Akan kutunjukkan kepada Ned Tillingast dan gerombolan CIA keparat lainnya bahwa Harry Lantz yang kawakan belum kehilangan keahliannya. Semua orang
yang mengaku jagoan itu telah jungkar-balik memburu Angel, dan akulah
satu-satunya yang cukup cerdik untuk menariknya keluar.
Ia mengira mendengar suara dari tempat tidur. Dengan hati-hati ia
mengintip keluar dari pintu lemari, tapi Neusa masih tidur.
Lantz mematikan lampu lemari dan berjalan menuju tempat tidur. Mata
Munez tertutup. Lantz berjingkat ke arah meja tulis dan ia mulai mencari di dalam laci-laci, mengharap dapat menemukan sebuah foto Angel. Mungkin itu dapat membantu. Tapi ia tak beruntung. Ia merayap kembali ke tempat tidur.
Neusa mendengkur dengan keras.
Ketika Harry Lantz akhirnya hanyut dalam tidur, ia bermimpi tentang sebuah kapal pesiar putih yang penuh gadis-gadis cantik tanpa busana, dengan
payudara mungil dan kencang.
Di pagi hari, ketika Harry Lantz terbangun, Neusa sudah tak ada. Sesaat,
Lantz merasa panik. Apakah ia telah pergi menemui Angel" Ia mendengar
suara di dapur. Ia bergegas turun dari tempat tidur dan mengenakan
pakaiannya. Neusa ada di depan kompor.
"Buenos dias," kata Lantz.
"Mau kopi?" Neusa menggumam. "Aku tak dapat menyiapkan sarapan. Aku punya janji."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan Angel. Harry Lantz berusaha menutupi rasa gembiranya. "Tak apa-apa. Aku tidak lapar. Kenapa kau tidak pergi saja memenuhi janjimu dan kita bertemu lagi untuk makan malam nanti malam." Ia melingkarkan lengannya di sekeliling Neusa, dan membelai-belai buah dadanya yang menggelantung. "Di mana kau ingin makan malam" Restoran yang terbaik untuk pacarku." Aku seharusnya jadi seorang aktor, pilar Lantz.
"Aku tak peduli."
"Kau tahu Chiquin di Cangallo Avenue?"
"Tidak." "Kau akan menyukainya. Bagaimana kalau aku menjemputmu di sini pukul delapan malam" Aku punya banyak urusan hari ini." Padahal ia tak punya urusan lain.
"Oke." Dengan mengerahkan segenap kemauannya, ia membungkuk dan mencium
Neusa sebagai ucapan selamat berpisah. Bibir wanita itu lembek, basah, dan menjijikkan. "Pukul delapan malam."
Lantz berjalan ke luar apartemen itu dan melambai sebuah taksi. Ia
mengharap Neusa melihat dari jendela.
"Belok kanan di pojok depan itu," ia memerintah si sopir taksi.
Ketika mereka telah berbelok ke kanan, Harry Lantz berkata, "Saya turun di sini."
Sopir taksi itu menatapnya heran. "Anda cuma naik satu blok, tenor"
"Benar. Kaki saya lemah. Cedera akibat perang."
Harry Lantz membayarnya, lalu bergegas kembali ke toko tembakau di
seberang gedung apartemen Neusa. Ia menyalakan sebatang rokok dan
menanti. Dua puluh menit kemudian, Neusa keluar dari gedung apartemen itu. Harry
menatap tatkala ia menyusuri jalan, dan mengikutinya dengan jarak yang
tepat. Tak ada kesempatan untuk kehilangan wanita itu. Ia seakan sedang
membuntuti Lusitania, Tampaknya Neusa Munez tidak tergesa-gesa. Ia berjalan sepanjang Avenida
Belgrano, melewati Perpustakaan Spanyol, dan terus berjalan perlahan tanpa berhenti di Avenida Cordoba. Lantz melihat ia memasuki Berenes, sebuah toko kulit di San Martin. Ia berdiri di seberang jalan dan mengamatinya mengobrol dengan seorang pegawai pria. Lantz bertanya dalam hati kalau-kalau toko itu ada hubungannya dengan Angel. Ia mencatatnya dalam hati.
Neusa keluar beberapa menit kemudian sambil membawa sebuah
bungkusan kecil. Kemudian ia berhenti di sebuah heladeria di Corrientes, untuk membeli es krim. Ia berjalan sepanjang San Martin, bergerak dengan
perlahan-lahan. Tampaknya ia berjalan-jalan tanpa tujuan yang khusus dalam pikirannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Persetan, apa yang terjadi dengan kencannya" Lantz bertanya-tanya dalam
hati. Dimana Angel Ia tak mempercayai pernyataan Neusa bahwa Angel di luar kota. Instingnya mengatakan bahwa Angel ada di dekat situ, entah di mana.
Lantz mendadak menyadari bahwa Neusa Munez tak nampak lagi. Ia telah
membelok di belokan sana dan menghilang. Ketika Lantz memutari belokan
itu, Neusa tetap tak nampak. Ada beberapa toko kecil di kedua sisi jalan itu, dan Lantz bergerak dengan waspada, matanya mencari-cari kian-kemari,
khawatir kalau-kalau Neusa mungkin melihatnya sebelum Lantz melihat
perempuan itu. Akhirnya ia melihat wanita itu dalam sebuah ftambreria, sebuah toko bahan makanan, sedang membeli bahan-bahan makanan. Apakah itu untuknya, atau
ia sedang menunggu seseorang di apartemennya untuk makan siang"
Seseorang bernama Angel. Dari kejauhan, Lantz melihat Neusa memasuki sebuah verduleria, membeli
buah-buahan dan sayur-sayuran. Ia mengikuti jejaknya kembali ke gedung
apartemennya. Sejauh pengamatannya, tak ada hubungan yang
mencurigakan. Harry Lantz mengamati bangunan tempat tinggal Neusa dari seberang jalan
selama empat jam berikutnya, sambil bergerak di sekitarnya untuk membuat
dirinya sedapat mungkin tidak mencurigakan Akhirnya ia memutuskan bahwa
Angel tidak akan muncul. Mungkin aku dapat mengorek beberapa keterangan
lagi darinya malam ini, pikir Lantz, tanpa bercinta dengannya. Bayangan
keharusan bercinta lagi dengan Neusa membuatnya muak.
Di Oval Office di Gedung Putih, saat itu malam hari. Hari itu merupakan hari kerja yang panjang bagi Paul Ellison. Dunia sekelilingnya tampaknya terdiri atas berbagai komite, dewan, dan kawat berita-berita sangat penting, rapat-rapat serta sidang tertutup, hingga ia tak punya waktu sejenak pun untuk
dirinya sendiri. Tapi ia tidak sendirian. Stanton Rogers duduk di seberangnya, dan Presiden merasakan kesantaian untuk pertama kalinya hari itu.
"Aku menyita waktumu untuk keluargamu, Stan."
"Tak apa-apa, Paul."
"Aku ingin bicara denganmu tentang penyelidikan atas Mary Ashley.
Bagaimana hasilnya?"
"Hampir lengkap. Kita harus mengadakan pemeriksaan final terhadapnya besok atau lusa. Sejauh ini tampaknya sangat baik. Aku mulai harap-harap
cemas tentang gagasan ini. Kupikir ini akan berjalan."
"Kita akan membuatnya berjalan. Mau minum lagi?"
"Tidak, terima kasih. Kecuali bila kau memerlukanku untuk hal lain, aku pamit untuk pergi bersama Barbara menghadiri suatu acara pembukaan di
Kennedy Centre." "Pergi sajalah," kata Paul Ellison. "Alice dan aku harus menjamu beberapa kerabatnya."
"Sampaikan salamku untuk Alice," kata Stanton Rogers. Ia berdiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan sampaikan juga salamku untuk Barbara." Ia menatap Stanton Rogers meninggalkan ruangan. Pikiran Presiden kembali kepada Mary Ashley.
*** Ketika Harry Lantz tiba di apartemen Neusa malam itu untuk mengajaknya
makan malam di luar, tak ada jawaban atas ketukannya. Ia merasa bimbang
sejenak. Apakah Neusa telah meninggalkannya"
Lantz mencoba membuka pintu, ternyata tidak dikunci. Apakah Angel ada di
sini untuk menemuinya" Mungkin ia memutuskan untuk mendiskusikan
kontrak itu empat mata. Harry bergaya lincah seperti orang bisnis, dan
berjalan masuk. Ruangan itu kosong. "Halo." Hanya gema yang terdengar. Ia memasuki kamar tidur. Neusa berbaring melintang di atas tempat tidur, ia mabuk.
"Kau goblok?" Lantz menahan diri. Ia tak boleh lupa bahwa wanita bodoh yang pemabuk ini adalah tambang emasnya. Ia meletakkan tangannya di atas
pundak wanita itu dan berusaha menegakkannya.
Neusa membuka matanya. "Apa yang terjadi?"
"Aku merasa khawatir atas dirimu," kata Lantz. Suaranya penuh ketulusan.
"Aku tak suka melihatmu menderita, dan kupikir kau minum minuman keras karena seseorang membuatmu menderita. Aku temanmu. Kau dapat
menceritakan padaku segala-segalanya. Ini karena Angel, bukan"
"Angel," Neusa menggumam.
"Aku yakin ia pria yang baik," Harry Lantz berkata dengan sungguh-sungguh. "Kalian berdua mungkin sedikit salah paham, benar?"
Lantz berusaha untuk meluruskannya di atas tempat tidur. Seperti
mendorong ikan paus ke pantai, pikir Lantz,
Lantz duduk di sampingnya. "Ceritakan padaku tentang Angel," kata Lantz.
"Apa yang dilakukannya terhadapmu?"
Neusa menatapnya, dengan pandangan kabur, berusaha untuk memusatkan
perhatian padanya. "Yuk, kita bercinta."
Ya Tuhan! Malam ini pasti jadi panjang rasanya. "Tentu. Gagasan yang baik." Dengan segan, Lantz mulai menanggalkan pakaiannya.
Ketika Harry Lantz terjaga pagi harinya sendirian di tempat tidur, dan
teringat apa yang telah terjadi, ia merasa perutnya mual.
Neusa telah membangunkannya di tengah malam. "Kau tahu apa yang
kuinginkan darimu?" Ia menggumam. Wanita itu memberitahunya.
Lantz mendengarkan tak percaya, tapi ia telah melakukan hal-hal yang
diminta Neusa. Ia tak dapat menentangnya. Wanita itu bagaikan hewan yang
sakit dan liar, dan Lantz menduga-duga apakah Angel pernah melakukan hal
seperti itu terhadapnya. Ingatan akan apa yang telah terjadi membuat Lantz ingin muntah. Ia mendengar Neusa menyanyi dengan nada sumbang di kamar
mandi. Ia tak yakin dapat menghadapi wanita itu, Sudah cukup, pikir Lantz.
Kalau ia tak rnemberitahukan pagi ini di mana Angel, aku akan pergi ke
penjahit dan pembuat sepatunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dilemparkannya selimutnya dan ia turun dari tempat tidur"mencari Neusa.
Wanita itu sedang berdiri di depan cennin kamar mandi. Kepalanya ada
gulungan rambut, dan dia bahkan nampak masih jelek lagi.
"Kita harus membicarakan sesuatu," Lantz berkaca tegas,
"Tentu", Neusa menunjuk bak mandi yang penuh air. "Aku sudah siapkan bak mandi untukmu. Kalau kau selesai, aku siapkan sarapan".
Lantz tak sabar, tapi ia tahu, ia tak boleh terlalu mendesak.
"Kau suka omelet?"
Lantz tak berselera makan. "Yah. Kedengaran boleh juga."
"Aku pintar masak omelet. Angel mengajariku."
Lantz melihatnya mulai membuka rol rambut besar yang berbongkahbongkah itu dari rambutnya.
Neusa mengambil sebuah pengering rambut elektrik yang besar,
menancapkan kontak dan mulai mengeringkan rambutnya.
Lantz berendam dalam air bak yang hangat sambil berpikir: Mungkin
sebaiknya aku mengacungkan senjata dan membereskan Angel sendiri. Kalau
aku membiarkan orang Israel melakukannya, mungkin akan timbul pertanyaan
tentang siapa yang berhak mendapatkan hadiah. Dengan jalan ini tak akan
ada pertanyaan, Aku cuma perlu mengatakan pada mereka di mana harus
mengambil mayatnya. Neusa mengatakan sesuatu, tapi Harry Lantz hampir tak dapat
mendengarnya dalam derungan suara pengering rambut elektrik itu.
"Apa katamu?" ia berteriak.
Neusa pindah ke tepi bak mandi. "Aku ada hadiah untukmu dari Angel."
Ia menjatuhkan pengering rambut listrik itu ke dalam air dan berdiri di sana menyaksikan tubuh Lantz terkejang-kejang menarikan tarian kematian.
7 Presiden paul ellison meletakkan laporan penyelidikan terakhir atas diri Mary Ashley dan berkata, "Tak tercela, Stan."
"Aku tahu. Kupikir ia merupakan calon yang sempurna. Tentu saja,
Departemen Luar Negeri tak akan gembira."
"Kita akan kirimkan handuk pengusap air mata pada mereka. Kita tinggal berharap agar Senat bersedia mendukung kita."
Kantor Mary Ashley di Kedzie Hall adalah ruangan kecil yang
menyenangkan, yang dibatasi oleh lemari buku yang padat dengan buku-buku
referensi tentang negara-negara Eropa Timur. Perabotannya sedikit, hanya
terdiri dari meja tulis dengan sebuah kursi putar, sebuah meja kecil di dekat jendela, penuh tumpukan kertas ujian, sebuah kursi dengan sandaran
berlajur, dan sebuah lampu baca. Pada dinding di belakang meja tulis
terdapat sebuah peta Balkan. Sebuah foto kuno kakek Mary tergantung di
dinding. Foto itu dibuat sekitar pergantian abad ini, dan sosok dalam foto itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdiri dengan gaya amat kaku, serta mengenakan pakaian masa itu. Foto itu merupakan salah satu harta Mary yang berharga. Kakeknyalah yang telah
menumbuhkan rasa ingin tahunya yang dalam tentang Rumania. Kakeknya
telah menceritakan padanya kisah-kisah romantis tentang Ratu Marie, para
barones dan putri-putri ningrat lainnya, kisah-kisah tentang Albert, Prince Consort dari Inggris, dan Alexander II, Tsar Rusia, serta lusinan tokoh-tokoh yang mendebarkan.
Sebenarnya kita masih mempunyai darah bangsawan. Seandainya tidak ada
revolusi, kau sudah jadi seorang putri raja.
Ia dulu sering bermimpi tentang hal itu.
Mary tengah memeriksa kertas-kertas ujian kenaikan tingkat ketika pintu
dibuka dan Mr. Hunter, Dekan, masuk.
"Selamat pagi, Nyonya Ashley. Apakah Anda ada waktu sejenak?" Itulah pertama kalinya Dekan mengunjungi kantornya.
Mary merasakan suatu kegembiraan mendadak. Hanya ada satu alasan bagi
Dekan untuk secara pribadi mengunjungi kantornya. Ia akan memberitahunya
bahwa Universitas memberinya jabatan yang dinanti-nantikannya.
"Tentu saja," katanya. "Silakan duduk."
Mr. Hunter duduk di kursi bersandaran. "Bagaimana kuliah-kuliah Anda?"
"Sangat lancar, saya kira." Mary tak sabar menanti untuk menyampaikan berita itu kepada Edward. Suaminya pasti akan bangga. Jarang ada orang
seusianya yang menerima jabatan dari suatu universitas.
Mr. Hunter tampak tidak tenang. "Apakah Anda sedang dalam kesulitan, Nyonya Ashley?"
Pertanyaan itu sama sekali di luar dugaannya. "Kesulitan" Saya" Tidak.
Mengapa?" "Beberapa orang dari Washington telah menemui saya, dan menanyakan
berbagai pertanyaan tentang Anda."
Mary Ashley mendengar gema kata-kata Florence Schiffer. Seorang agen
rahasia federal dari Washington... Ia menanyai berbagai pertanyaan tentang Mary, sedemikian rupa, seakan-akan Mary terlibat dalam kegiatan mata-mata internasional.... Apakah ia seorang warga negara Amerika yang setia" Apakah ia seorang istri dan ibu yang baik...
Jadi, ternyata semua itu tak ada hubungannya dengan jabatannya. Tiba-tiba ia merasa sukar untuk berbicara. "Apa"apa yang ingin mereka ketahui, Mr.
Hunter?" "Mereka bertanya tentang reputasi Anda sebagai seorang profesor dan
mereka bertanya-tanya tentang kehidupan pribadi Anda."
"Saya tak mengerti. Saya benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Setahu saya, saya tidak mengalami kesulitan apa pun," ia menambahkan dengan lemas.
Dekan menatapnya dengan kesan tak percaya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidakkah mereka mengatakan pada Anda mengapa mereka menanyakan
pertanyaan begitu tentang saya?"


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak. Sebenarnya, saya diminta untuk merahasiakan dengan ketat
wawancara itu. Tapi saya mempunyai tenggang rasa terhadap staf saya, dan
saya merasa bahwa lebih baik saya memberi tahu Anda tentang hal ini. Bila ada sesuatu yang seharusnya saya ketahui, saya lebih suka mendengarnya
sendiri langsung dari Anda. Skandal apa pun yang melibatkan salah satu dari profesor kita akan berakibat buruk terhadap universitas ini."
Mary menggelengkan kepalanya, dengan putus asa. "Saya"saya benarbenar tak dapat mengatakan apa-apa."
Dekan menatapnya sejenak, seakan hendak mengatakan sesuatu, lalu
mengangguk. "Yaah, itu saja, Nyonya Ashley."
Mary menatapnya berjalan keluar dari kantornya dan bertanya-tanya dalam
hati. Demi Tuhan, apa kesalahan yang mungkin telah kuperbuat!
Mary diam saja selama makan malam. Ia ingin menunggu hingga Edward
menyelesaikan makannya, sebelum menyampaikan kabar tentang
perkembangan terakhir ini. Mereka berdua akan mencoba memecahkan
masalah itu bersama-sama. Anak-anak tak dapat dikendalikan lagi. Beth
menolak untuk menyentuh makan malamnya.
"Tak ada orang yang mau makan daging lagi. Itu kebiasaan kaum Barbar yang meniru manusia gua. Masyarakat beradab tak makan daging hewan
hidup." "Itu tidak hidup," Tim membantah. "Hewannya sudah mati, jadi kau boleh saja memakanya".
"Anak-anak!" Kesabaran Mary telah habis. "Jangan bertengkar lagi. Beth, buatlah sendiri slada untukmu."
"Ia dapat pergi merumput di lapangan," Tim menyarankan.
"Tim! Kauhabiskan makananmu!" Kepalanya mulai berdenyut-denyut.
"Edward?" Telepon berdering. "Telepon untukku," kata Beth. Ia melompat dari kursinya dan berlari menuju pesawat telepon. Ia mengangkatnya dan berkata menggoda, "Virgil?" Ia mendengarkan sesaat, dan ekspresi wajahnya berubah. "Oh, tentu saja," ia berkata dengan nada benci. Ia membanting gagang telepon dan kembali ke
meja. "Apa-apaan itu?" tanya Edward.
"Pengganggu yang bercanda. Katanya dari Gedung Putih, mencari Mama."
"Gedung Putih" tanya Edward.
Telepon berdering lagi. "Akan kuangkat" Mary berkata. Ia berdiri dan berjalan menuju telepon.
"Halo." Ketika ia mendengarkan, wajahnya berkerut. "Kami sedang makan malam, dan saya kira itu tidak lucu. Anda dapat saja"apa"," Siapa" Bapak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Presiden?" Mendadak ruangan itu jadi sunyi. "Tunggu seben"saya"Oh, selamat malam, Bapak Presiden." Ada suatu ekspresi kaget campur bingung di wajahnya. Keluarganya menatapnya, dengan mata terbuka lebar. "Ya, Pak.
Saya mengenali suara Anda. Saya"saya minta maaf bahwa telepon tadi
ditutup. Beth mengira tadi Virgil dan"ya, Pak. Terima kasih." Ia berdiri di sana mendengarkan. "Apakah saya tidak keberatan bertugas sebagai apa?"
Wajahnya mendadak memerah.
Edward berdiri, berjalan dan menuju ke telepon, sementara anak-anak
berdesakan di belakangnya.
"Pasti ada kekeliruan, Bapak Presiden. Nama saya Mary Ashley. Saya
profesor di Kansas State University, dan"Anda membacanya" Terima kasih,
Pak... Anda baik sekali... Ya, saya percaya itu..." Ia mendengarkan lama. "Ya, Pak, saya sependapat. Tapi itu tidak berarti bahwa saya... ya, Pak. Ya, Pak.
Saya mengerti. Yah, saya merasa mendapat anugerah. Saya yakin itu
merupakan kesempatan yang luar biasa, tapi saya.... Tentu saja, saya akan membicarakannya dengan suami saya dan kembali menghubungi Anda." Ia
mengambil sebuah bolpen dan menulis suatu nomor telepon. "Ya, Pak. Sudah saya tulis. Terima kasih Bapak Presiden. Selamat malam."
Dengan perlahan-lahan ia meletakkan gagang telepon dan berdiri terpaku.
"Demi Tuhan, pembicaraan apa itu tadi?" Edward bertanya.
"Apakah itu benar-benar Bapak Presiden?" Tim bertanya.
Mary terduduk di kursi. "Ya. Memang benar."
Edward menggenggam tangan Mary dalam tangannya. "Mary"apa yang
dikatakan beliau" Apa yang diinginkannya?"
Mary duduk diam, lemas tak bertenaga, termenung: Oh, jadi itu sebabnya
ada berbagai pertanyaan tentang diriku.
Ia menatap Edward dan anak-anaknya, lalu berkata dengan perlahan-lahan,
"Presiden membaca buku dan artikelku di Majalah Foreign Affairs, dan menurut pendapat beliau, tulisan tersebut sangat berbobot. Kata beliau, pemikiran seperti itulah yang diinginkan untuk gerakan dari rakyat ke rakyat. Beliau ingin mencalonkan aku sebagai Duta Besar untuk Rumania."
Terpancar pandangan tidak percaya sama sekali di wajah Edward. "Kau"
Mengapa kau" Memang itu pula yang ditanyakan Mary kepada dirinya sendiri,- tapi ia
merasa bahwa Edward seharusnya bersikap lebih bijaksana. Ia seharusnya
berkata, Betapa menyenangkan Kau akan jadi duta besar yang hebat. Tapi
Edward bersikap realistis. Mengapa justru aku.
"Kau tak punya. pengalaman politis apa pun."
"Aku sangat menyadari hal itu," Mary menjawab dengan tajam. "Aku tahu bahwa seluruh kejadian ini tidak masuk akal."
"Apakah Mama akan jadi duta besar?" tanya Tim. "Apakah kita akan pindah ke Roma?"
"Rumania." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di mana Rumania?"
Edward menoleh kepada anak-anak. "Kalian berdua, selesaikan makan
malam kalian. Mama dan Papa akan bicara sebentar."
"Apakah kita tidak melakukan pemungutan suara?" Tim bertanya.
"Dengan pemungutan suara rahasia bagi yang tidak hadir."
Edward menggamit lengan Mary dan menuntunnya ke ruang perpustakaan.
Ia menoleh kepadanya dan berkata, "Maaf jika aku berlagak seperti keledai sombong di sana tadi. Itu hanyalah ?"
"Tidak apa. Kau memang benar, Edward. Mengapa mereka harus memilih
aku?" Bila Mary memanggilnya Edward, suaminya tahu bahwa dirinya dalam
kesulitan. "Sayang, kau mungkin akan jadi duta besar yang hebat, tapi kau harus menyadari bahwa itu akan merupakan suatu kejutan."
Mary berkata lembut. "Bagai halilintar." Ia tampak seperti gadis kecil. "Aku tetap tak mempercayainya." Ia tertawa. "Tunggu sampai aku cerita pada Florence. Ia akan mati terkejut."
Edward menatapnya dari dekat. "Kau benar-benar gembira tentang hal ini, bukan?"
Mary menatapnya heran. "Tentu saja. Apakah kau tidak?"
Edward memilih kata-kata dengan hati-hati. "Ini memang merupakan
kehormatan besar, Sayang, dan aku yakin ini bukan suatu hal yang akan
mereka tawarkan dengan mudah. Mereka pasti punya alasan yang kuat untuk
memilihmu." Ia bimbang. "Kita harus memikirkan tentang hal ini dengan cermat. Tentang apa pengaruhnya terhadap kehidupan kita."
Mary tahu apa yang akan dikatakan suaminya, dan ia berpikir: Edward
benar. Tentu saja ia... "Aku tak dapat meninggalkan praktekku dan pasien-pasienku begitu saja.
Aku tak tahu berapa lama kau harus pergi, tapi bila itu sangat berarti buatmu, yah, mungkin kita dapat mengambil jalan keluar begini: kau pergi dulu
bersama anak-anak dan aku dapat menyusulmu kalau " "
Mary berkata lembut, "Kau gila. Kaupikir aku tahan hidup jauh darimu?"
"Yah"ini benar-benar merupakan suatu kehormatan besar, dan?"
"Begitu pula menjadi istrimu. Tak ada yang lebih berarti bagiku selain kau dan anak-anak. Aku tak akan pernah meninggalkanmu. Kota ini tak dapat
menemukan seorang dokter lain seperti kau, tapi kalau pemerintah mau
mencari seorang duta besar yang lebih baik dariku, akan semudah mencari di halaman kuning buku telepon."
Edward memeluknya. "Apakah. kau yakin?"
"Aku yakin. Sungguh menggembirakan diminta menjadi duta besar. Cukup untuk?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pintu terbuka lebar dan Beth serta Tim bergegas masuk. Beth berkata, "Aku baru saja menelepon Virgil dan menceritakan padanya bahwa Mama akan jadi
duta besar." "Nah, lebih baik kautelepon dia lagi, dan mengatakan bahwa Mama tak akan jadi duta besar."
"Mengapa tidak?" tanya Beth. "Mama telah memutuskan ia akan tetap tinggal di sini."
"Mengapa?" Beth meratap. "Aku belum pernah ke Rumania. Aku belum pernah ke mana-mana."
"Aku juga," kata Tim. Ia menoleh kepada Beth. "Aku kan sudah bilang padamu, kita tak pernah akan lolos dari tempat ini."
"Pembicaraan ditutup," Mary memberi tahu mereka.
Keesokan paginya Mary memutar nomor telepon yang telah diberikan
Presiden kepadanya. Ketika seorang operator menjawab, Mary berkata, "Ini Nyonya Edward Ashley. Saya ingin bicara dengan asisten Presiden"Tuan
Greene "yang sedang menunggu telepon saya."
"Tunggu sebentar, Nyonya."
Suara seorang pria di ujung sana berkata, "Halo, Nyonya Ashley?"
"Ya," Mary berkata. "Dapatkah Anda menyampaikan kepada Presiden, pesan dari saya?"
"Tentu saja." "Dapatkah Anda menyampaikan pada beliau, bahwa saya merasa mendapat
kehormatan besar atas tawaran beliau, tapi suami saya terikat pada
pekerjaannya di sini, jadi saya kira tak mungkin bagi saya untuk menerima tawaran itu. Saya harap beliau mengerti."
Saya akan menyampaikan pesan Anda," suara itu berkata tanpa komentar.
"Terima kasih, Nyonya Ashley." Hubungan diputus.
Perlahan-lahan Mary meletakkan gagang telepon. Selesailah sudah. Dalam
waktu yang singkat, suatu impian yang menggoda telah ditawarkan padanya.
Tapi itu telah berlalu. Sebuah impian. Ini duniaku yang nyata. Lebih baik aku menyiapkan kuliah sejarah periode yang keempat.
Manama, Bahrain Rumah batu putih itu tak bernama, tersembunyi di antara lusinan rumah
yang serupa, dekat souks, pasar terbuka yang besar dan berwarna-warni.
Rumah tersebut milik seorang pedagang yang bersimpati dan mendukung
organisasi triots for Freedom.
"Rita cuma akan memakainya sehari saja," sebuah suara di ujung telepon mengatakan padanya.
Semua telah diatur. Kini ketuanya sedang berbicara dengan orang-orang
yang berkumpul di ruang duduk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suatu masalah telah muncul," Ketua berkata. "Gerakan yang baru-baru ini kita laksanakan telah menimbulkan suatu masalah."
"Masalah apa?" Balder bertanya.
"Perantara yang kita pilih"Harry Lantz"telah mati."
"Mati" Mati, bagaimana?"
"Ia dibunuh. Mayatnya ditemukan terapung di pelabuhan di Buenos Aires."
"Apakah polisi tahu siapa yang melakukannya" Maksudku dapatkah mereka menghubungkan hal itu dengan kita?"
"Tidak. Kita sepenuhnya aman."
Thor bertanya, "Bagaimana dengan rencana kita" Dapatkah kita
meneruskannya?" "Tidak pada saat ini. Kita tak punya gagasan bagaimana caranya
menghubungi Angel. Meskipun demikian, Sang Pengawas memberi izin pada
Harry Lantz untuk memberitahukan namanya padanya. Bila Angel tertarik
pada tawaran kita, ia akan menemukan cara untuk menghubunginya. Yang
dapat kita lakukan hanyalah menunggu."
Berita utama koran Daily Union di Juction City berbunyi: MARY ASHLEY DARI JUNCTION CITY MENOLAK TAWARAN JABATAN DUTA BESAR.
Ada kisah sepanjang dua kolom tentang Mary, dan sebuah fotonya. Di KJCK,
siaran radio siang dan malam menyiarkan kisah-kisah yang menarik tentang
tokoh baru kota itu. Kenyataan bahwa Mary Ashley telah menolak tawaran
Presiden membuat kisah itu lebih menarik daripada bila ia menerimanya. Di mata warga kota itu, Junction City, Kansas, jadi lebih penting daripada
Bucharest, Rumania. Ketika Mary Ashley mengendarai mobilnya,
pergi berbelanja untuk makan malam, ia mendengar namanya disebut-sebut
di radio. "... Sebelumnya, Presiden Ellison telah mengumumkan bahwa jawaban Duta Besar untuk Rumania akan menjadi awal gerakan dari rakyat ke rakyat, dan
merupakan tonggak awal kebijaksanaan politik luar negerinya. Bagaimana
Mary Ashley menolak untuk menerima jabatan itu akan mempengaruhi?"
Mary mengganti dengan siaran stasiun radio yang lain.
"...menikah dengan Dokter Edward Ashley, dan dapat dipercaya, bahwa?"
Mary mematikan radio. Ia telah menerima paling tidak tiga lusin telepon
pagi itu dari teman-teman, tetangga, mahasiswa-mahasiswa, dan orang-orang asing yang ingin tahu. Para wartawan telah menelepon dari jarak jauh, seperti dari London dan Tokyo, Mereka telah membesar-besarkan berita ini di luar
proporsinya, pikir Mary. Bukan salahku kalau Presiden memutuskan untuk
melandaskan keberhasilan politik luar negerinya di Rumania. Aku ingin tahu sampai berapa lama kegemparan ini akan berlangsung" Hal ini mungkin akan
berlalu dalam sehari dua hari.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia mengemudikan mobilnya ke pompa bensin Derby dan memarkir mobilnya
di depan pompa swalayan. Ketika Mary keluar dari mobil, Tuan Blount, manajer pompa bensin itu
bergegas menghampirinya, "Selamat pagi, Nyonya Ashley. Seorang duta besar tak boleh memompa bensinnya sendiri. Biar saya bantu Anda."
Mary tersenyum, "Terima kasih. Saya biasa melakukanya sendiri."
"Jangan, jangan. Biar saya saja."
Ketika tangki mobilnya telah penuh, Mary mengendarainya lewat
Washington Street dan memarkir mobil di depan Shoe Box.
"Selamat pagi, Nyonya Ashley," pelayan toko menyambutnya. "Bagaimana kabar Duta Besar pagi ini?"
Ini sungguh membosankan, pikir Mary, Tapi ia berkata keras, "Saya bukan duta besar, tapi saya baik-baik saja, terima kasih," Ia memberikan sepasang sepatu kepadanya. "Saya ingin agar sepatu Tim ini diberi sol kembali."
Pelayan toko memeriksanya. "Bukankah ini yang kami perbaiki minggu
lalu?" Mary menghela napas. "Dan minggu sebelumnya."
Selanjutnya Mary berhenti di Long's Department Store. Nyonya Haeker,
manajer bagian pakaian wanita, berkata kepadanya. "Saya baru saja
mendengar nama Anda di radio. Anda membuat nama Junction City tercantum
dalam peta. Ya, benar. Saya kira, Anda, Eisenhower, dan Alf Landon adalah tokoh-tokoh politik besar Kansas, Nyonya Duta Besar."
"Saya bukan seorang duta besar," Mary berkata sabar. "Saya menolaknya."
"Itulah yang saya maksud."
Tak ada gunanya membantah. Mary berkata, "Saya memerlukan jeans untuk Beth. Lebih baik yang dapat diseterika."
"Berapa usia Beth sekarang" Sekitar sepuluh?"
"Ia dua belas tahun."
"Astaga, mereka tumbuh begitu cepat akhir-akhir ini, bukan" Ia akan jadi remaja sebelum Anda menyadarinya."
"Beth sudah jadi remaja, Nyonya Hacker,"
"Bagaimana dengan Tim?"
"Ia sangat mirip Beth."
Saat belanja kali ini menghabiskan waktu Mary dua kali biasanya. Setiap
orang memberi komentar tentang berita besar itu. Ia menuju Toko Dillon
untuk membeli bahan makanan, dan ketika sedang memperhatikan rak-rak,
Nyonya Dillon mendekati. "Selamat pagi, Nyonya Ashley."
"Selamat pagi, Nyonya Dillon. Apakah Anda punya bahan makanan untuk
sarapan"bahan yang murni tanpa campuran?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa?" Mary melihat daftar di tangannya. "Tanpa pemanis buatan, tanpa sodium, lemak, karbohidrat, kafein, pewarna karamel, asam folik, atau bahan pemberi rasa buatan."
Nyonya Dillon mempelajari daftar itu. "Apakah ini semacam eksperimen medis?"
"Kalau dipandang dengan cara khusus. Itu untuk Beth. Ia cuma mau makan makanan alamiah."
"Mengapa tidak Anda bawa ia ke padang rumput dan biarkan ia merumput?"
Mary tertawa. "Itulah yang disarankan oleh anak laki-laki saya." Mary mengambil sebuah kotak makanan dan meneliti labelnya. "Memang salah
saya. Seharusnya saya tidak mengajarinya membaca."
Mary mengendarai mobilnya dengan hati-hati-dalam perjalanan pulang,
menanjak bukit di hadapan Danau Milford yang berangin kencang. Saat itu
suhu udara beberapa derajat di bawah nol, tapi faktor angin dingin membuat temperatur turun jauh di bawah nol, karena tak ada yang dapat menahan
angin dari embusannya yang menggigit melalui dataran luas tak bertepi.
Padang-padang rumput tertutup salju, dan Mary teringat musim salju tahun
lalu, ketika badai es menyapu daerah itu dan menghancurkan jaringan listrik.
Tak ada aliran listrik selama hampir seminggu. Ia dan Edward bercinta setiap malam. Mungkin kami berdua akan beruntung lagi musim salju ini, ia
tersenyum lebar sendinan.
Ketika Mary tiba di rumah. Edward masih di rumah sakit. Tim ada di ruang
belajar sedang menonton siaran fiksi ilmiah. Mary meletakkan belanjanya di dapur dan menemui anak laki-lakinya.
"Bukankah seharusnya kau sedang mengerjakan pekerjaan rumahmu?"
"Tidak bisa." "Dan mengapa tidak?"
"Karena aku tidak mengerti."
"Kau tak akan mengerti lebih baik dengan menonton Star Trek. Coba Mama lihat pelajaranmu."
Tim menunjukkan buku matematika kelas lima kepada ibunya. "Soal-soal ini bodoh," kata Tim,
"Tak ada soal-soal yang bodoh, yang ada hanya murid-murid yang bodoh.
Sekarang coba lihat ini."
Mary membaca soal-soal itu keras-keras. "Sebuah kereta yang
meninggalkan Minneapolis ditumpangi oleh seratus empat puluh sembilan
orang. Di Atlanta banyak penumpang naik lagi, Jadi terdapat dua ratus dua puluh tiga orang di kereta. Berapa banyak penumpang yang naik di Atlanta" Ia menole
h. "Ini mudah saja, Tim. Kau harus mengurangkan seratus empat puluh sembilan dari. dua ratus dua puluh tiga."
"Tidak, bukan begitu caranya," Tim berkata muram. "Harus dibuat persamaan. Seratus empat puluh sembilan ditambah N sama dengan dua ratus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua puluh tiga. N sama dengan dua ratus dua puluh tiga dikurangi seratus
empat puluh sembilan. N sama dengan tujuh puluh empat."
"Itu bodoh" kata Mary,
Ketika Mary melewati kamar Beth, ia mendengar berbagai suara. Mary
masuk. Beth duduk di lantai, bersila, sedang menonton televisi, sambil
mendengarkan rekaman musik rock, dan mengerjakan pekerjaan rumahnya.
"Bagaimana kau bisa memusatkan perhatian dalam keributan ini?" Mary berteriak.
Ia berjalan ke pesawat televisi dan mematikannya, lalu ia mematikan
piringan hitam.... Beth mendongak terkejut. "Mengapa dimatikan, Ma" Itu George Michael."
Dinding kamar Beth penuh dengan poster para pemusik. Ada Kiss dan Van
Halen, Motley Crue dan Aldo Nova, serta David Lee Roth. Di atas tempat tidur berserakan majalah: Seventeen dan Teen Idol serta berbagai majalah remaja lainnya. Baju Beth berserakan di lantai.
Mary melihat sekeliling kamar yang berantakan itu dengan putus asa.
"Beth"bagaimana kau tahan hidup di kamar semacam ini?"
Beth mendongak menatap ibunya dengan keheranan. "Hidup seperti apa?"
Mary menggertakkan giginya. "Tak apa-apa."
Ia melihat sebuah amplop di atas meja anak perempuannya. "Kau menulis surat kepada Rick Springfield?"
"Aku jatuh cinta padanya."
"Kupikir kau jatuh cinta pada George Michael."
"Aku tergila-gila pada George Michael. Aku jatuh cinta pada Rick Springfield.
Mama, pada masa remaja Mama dulu, pernahkah Mama tergila-gila pada
seseorang?" "Pada masa remaja Mama dulu, kami terlalu sibuk berusaha menumpang


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mobil tertutup untuk berkeliling ke seluruh negeri."
Beth menghela napas. "Apakah Mama tahu bahwa Rick Springfield
mempunyai masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan?"
"Terus terang saja, Beth, Mama tidak tahu hal itu."
"Sungguh menyedihkan. Ayahnya masuk militer dan keluarganya berpindah-pindah terus. Ia juga vegetarian. Seperti aku. Ia sungguh mengagumkan."
Oh, jadi itu latar belakang diet gila Beth!
"Mama, bolehkah aku pergi nonton malam Minggu nanti, dengan Virgil?"
"Virgil" Ada apa dengan Arnold?"
Hening sejenak. "Arnold ingin mempermainkanku. Ia dorky."
Mary memaksa diri untuk tetap tenang. "Apa maksudmu dengan
'mempermainkan'" ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hanya karena aku mulai punya payudara, anak laki-laki lalu mengira aku ini gadis gampangan. Ma, apakah Mama pernah merasa tidak nyaman karena
tubuh Mama?" Mary mendekati Beth dan memeluknya erat, "Ya, Sayang. Ketika Mama
seusiamu dulu, Mama merasa sangat tidak nyaman."
"Aku benci datang bulan dan mempunyai payudara dan rambut di manamana. Mengapa?" "Hal itu terjadi pada setiap gadis, dan kau akan terbiasa, nantinya,"
"Tidak, aku tidak." Beth menarik diri menjauh dan berkata dengan marah.
"Aku tak keberatan jatuh cinta, tapi aku tak akan mau bercinta. Tak seorang pun boleh melakukannya terhadapku. Tidak Arnold, atau Virgil, tidak pula
Kevin Bacon." Mary berkata penuh pengertian, "Baiklah, kalau itu keputusanmu...."
"Tentu saja. Ma, apa yang dikatakan oleh Presiden Ellison ketika Mama mengatakan tak mau menjadi duta besar?"
"Ia menerimanya dengan lapang dada," Mary meyakinkannya. "Mama pikir sudah waktunya menyiapkan makan malam."
Memasak adalah rahasia bete noire Mary Ashley. Ia benci memasak, dan
tentu saja tak bisa memasak dengan baik. Karena ia selalu ingin melakukan segala sesuatunya dengan baik, ia jadi lebih membencinya. Hal itu menjadi cacatnya yang berkurang dengan adanya Lucinda, yang datang tiga kali
seminggu untuk memasak dan membersihkan rumah. Hari ini adalah salah
satu hari libur Lucinda. Ketika Edward pulang dari rumah sakit, Mary berada di dapur, sedang
menggosongkan kacang. Ia mematikan kompor, dan mencium Edward. "Halo, Sayang. Bagaimana hari ini" Dorky"
"Pasti kau habis berkomunikasi dengan anak perempuan kita," kata Edward.
"Terus terang, memang dorky. Aku merawat seorang berusia tiga belas tahun sore ini, yang terserang herpes kelamin."
"Oh, Sayang!" Ia membuang kacang yang gosong dan membuka sekaleng tomat.
"Kau tahu, itu membuatku khawatir akan Beth."
"Kau tak perlu khawatir," Mary menenangkannya. "Ia merencanakan untuk mati perawan"
Pada waktu makan malam Tim bertanya, "Pa bolehkah aku minta papan
selancar untuk hadiah uiang tahunku?"
"Tim"Papa tak ingin menghancurkan impianmu, tapi kau kebetulan tinggal di Kansas."
"Aku tahu. Tapi Johnny mengajakku ke Hawaii musim panas yang akan
datang. Keluarganya punya rumah pantai di Maui."
"Nah," Edward berkata penuh alasan, "kalau Johnny punya rumah pantai, kemungkinan besar ia juga punya papan selancar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tim menoleh kepada ibunya. "Bolehkah aku pergi, Ma?"
"Kita lihat saja nanti. Jangan makan tergesa-gesa, Tim. Beth, kau tidak makan apa pun.
"Di sini tak ada yang layak untuk konsumsi manusia." Ia menatap kedua orang tuanya. Aku punya pengumuman. "Aku akan mengganti namaku."
Edward bertanya dengan hati-hati, "Ada alasan khusus?"
"Aku telah memutuskan untuk masuk ke dunia bisnis pertunjukan."
Mary dan Edward saling berpandangan, dengan wajah terpukul.
Edward berkata, "Baiklah. Coba kita lihat berapa banyak penghasilanmu dari situ."
8 Dalam sebuah skandal yang telah mengguncangkan organisasi agen rahasia
internasional, Mehdi Ben Barka, penentang Raja Hassan II dari Maroko, telah diculik dari pengasingannya di Paris dan dibunuh dengan bantuan Dinas
Rahasia Prancis. Setelah kejadian itu Presiden Charles de Gaulle mengambil alih Dinas Rahasia Prancis dari pengawasan Kantor Perdana Menteri, dan
menempatkannya di bawah wewenang Departemen Pertahanan. Jadi itulah
sebabnya, Menteri Pertahanan dewasa ini, Roland Passy, bertanggung jawab
atas keselamatan Marin Groza, yang telah diberi suaka oleh pemerintah
Prancis. Polisi-polisi ditempatkan di depan vila di Neuilly secara bergiliran selama dua puluh empat jam penuh. Meskipun demikian, Passy baru merasa
percaya akan jaminan keselamatan Marin Groza ketika ia mengetahui bahwa
Lev Pasternak bertugas menjaga keamanan bagian dalam vila. Ia telah melihat sendiri sistem jaringan keamanan itu, dan merasa sangat yakin bahwa rumah itu tak bisa ditembus.
Dalam minggu-minggu terakhir ini, suatu kabar burung telah tersebar di
dunia diplomatik, bahwa suatu kudeta akan segera terjadi; bahwa Marin Groza sedang merencanakan untuk kembali ke Rumania; dan bahwa. Alexandros
Ionescu akan didepak oleh perwira-perwira militer seniornya.
Lev Pasternak mengetuk pintu dan memasuki perpustakaan penuh buku
yang digunakan sebagai kantor Marin Groza. Groza duduk di belakang meja
tulisnya, sedang bekerja. Ia mendongak ketika Lev Pasternak masuk.
"Semua orang ingin tahu kapan revolusi itu akan terjadi," kata Pasternak.
"Ini merupakan rahasia dunia yang tak dapat dirahasiakan,"
"Katakan pada mereka untuk bersabar. Maukah kau ikut ke Bucharest
bersamaku, Lev?" Lebih dari segalanya, Lev Pasternak sangat ingin kembali ke Israel. Saya
menjalankan tugas di sini untuk sementara waktu saja, ia pernah berkata pada Marin Groza. Sampai Anda siap untuk melakukan gerakan. Sementara ternyata berubah menjadi berminggu-minggu dan berbulan-bulan, hingga akhirnya kini telah menjadi tiga tahun. Dan kini saatnya untuk membuat keputusan lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam dunia yang penuh orang kerdil, pikir Lev Pasternak, aku telah
mendapat wewenang untuk melayani seorang raksasa. Marin Groza adalah
orang paling idealis, yang tak pernah mementingkan diri sendiri, yang pernah dikenal Lev Pasternak.
Ketika Pasternak datang untuk bekerja bagi Groza, ia telah bertanya-tanya tentang keluarga lelaki itu. Groza tak pernah mau membicarakan mereka, tapi perwira yang telah mengatur Pasternak untuk menemui Groza, menceritakan
padanya kisah itu. "Groza dulu dikhianati. Securitate menahannya dan menyiksanya selama lima hari. Mereka berjanji akan melepaskannya bila ia mau memberikan pada mereka nama-nama pengikutnya dalam gerakan bawah tanah. Ia tak mau
bicara. Mereka menahan istrinya dan anak perempuannya yang berusia empat
belas tahun dan membawa mereka ke ruang interogasi. Groza dihadapkan
pada pilihan: bicara atau melihat mereka mati. Itulah pilihan paling berat yang harus diambil oleh seorang lelaki. Pilihan akan hidup istri dan anaknya yang tercinta di satu pihak, dan hidup ratusan orang yang mendukungnya di pihak lain." Perwira itu berhenti bicara sejenak, lalu melanjutkan dengan lebih perlahan-lahan. "Kupikir yang akhirnya membuat Groza mengambil keputusan itu adalah bahwa ia yakin, bagaimanapun juga, ia dan keluarganya akan
dibunuh. Ia menolak untuk memberi tahu mereka. Para prajurit mengikatnya
di kursi dan memaksanya menyaksikan istri dan anaknya diperkosa beramairamai sampai mereka mati. Tapi mereka belum merasa cukup menyiksa
Groza. Mereka meletakkan mayat istri dan anaknya yang berlumuran darah di kakinya, lalu mereka mengebirinya."
"Oh, Tuhanku!" Perwira itu menatap Lev Pasternak dan berkata, "Hal paling penting yang harus kau mengerti adalah bahwa Marin Groza tak ingin kembali ke Rumania
untuk membalas dendam. Ia ingin membebaskan rakyatnya. Ia ingin
meyakinkan bahwa hal-hal semacam itu tak pernah terjadi lagi."
Lev Pasternak telah menjaga Groza sejak hari itu dan selanjutnya, dan
makin lama ia berada dekat pejuang itu, semakin ia menyukinya. Kini, ia harus memutuskan apakah akan menunda kepulangannya ke Israel dan pergi ke
Rumania mengikuti Groza. Pasternak sedang berjalan di lorong rumah malam itu, dan ketika melewati
pintu kamar tidur Marin Groza, ia mendengar jeritan kesakitan yang telah
dikenalnya. Jadi ini hari Jumat, pikir Pasternak. Hari wanita tuna susila datang ke sana. Mereka dipilih dari Inggris, Amerika Utara, Brazilia, Jepang, Thailand, dan setengah lusin negara lain, yang dipilih dengan acak. Mereka tak tahu ke mana tujuan mereka, atau siapa yang akan mereka temui. Mereka dijemput di Charles de Gaulle Airport, dibawa langsung ke vila, dan setelah beberapa jam, dibawa kembali ke bandar udara dan dinaikkan kembali ke pesawat terbang.
Setiap Jumat malam, lorong rumah menggemakan jeritan Marin Groza. Para
staf mengira bahwa di balik pintu terjadi hubungan seks yang tidak wajar.
Satu-satunya yang tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi di balik pintu kamar tidur itu hanya Lev Pastenak. Karena kunjungan para wanita tuna susila itu tak ada hubungannya dengan seks. Mereka hanyalah penebus dosa. Sekali seminggu Groza menelanjangi dirinya sendiri dan seorang wanita akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengikatnya ke kursi dan mencambuknya tanpa belas kasihan, sampai
darahnya mengalir. Dan setiap kali ia dicambuk, ia akan melihat bayangan istri dan anaknya sedang menjerit minta tolong ketika diperkosa hingga meninggal.
Dan Groza akan menjerit, "Maafkan aku! Aku akan bicara. Oh, Tuhan, biarkan aku bicara...."
Telepon itu berdering sepuluh hari setelah mayat Harry Lantz ditemukan.
Sang Pengawas sedang mengadakan rapat staf di ruang konperensi ketika
interkom berbunyi. "Saya tahu Anda memerintahkan untuk tidak diganggu, Pak, tapi ada
telepon dari luar negeri untuk Anda. Tampaknya sangat penting. Seseorang
bernama Miss Neusa Munez menelepon dari Buenos Aires. Saya telah
mengatakan padanya..."
"Baiklah' Ia menahan emosinya dengan ketat. "Akan kuterima telepon itu di kantor pribadiku." Ia minta maaf, menuju kantornya, dan mengunci pintu, Ia mengangkat telepon. "Halo. Apakah ini Miss Munez?"
"Yah." Soaranya beraksen Amerika Selatan kasar, dan tak terpelajar, "Saya ada pesan dan Angel untukmu. Ia tak suka kurir yang mencampuri urusan
orang lain seperti kurir yang kau kirim."
Sang Pengawas harus memilih kata-katanya dengan hati-hati. "Maaf. Tapi kami tetap ingin Angel melanjutkan perjanjian kita. Apakah itu mungkin?"
"Yah. Ia bilang ia mau melakukannya."
Pria itu menahan desahan rasa leganya. "Bagus sekali. Bagaimana aku akan mengatur tindak lanjutnya?"
Wanita itu tertawa. "Angel, ia tak perlu janji lanjutan. Tak seorang pun dapat mempermainkan Angel." Entah bagaimana, kata-kata itu membuat bulu roma berdiri. "Kalau tugas itu selesai, katanya kau harus kirim uangnya ke"
tunggu dulu"aku telah menulisnya"ini dia"State Bank of Zurich. Tempatnya
di Swiss." Kedengarannya ia seperti orang dungu.
"Saya memerlukan nomor rekening korannya."
"Oh, yah. Nomornya adalah astaga. Akulupa, Tunggu dulu. Kusimpan entah di mana." Ia mendengar gemerisik kertas, dan akhirnya wanita itu kembali ke telepon. "Ini dia. Tiga empat sembilan-kosong tujuh tujuh."
Sang Pengawas mengulang nomor itu. "Berapa lama ia dapat menangani
persoalan itu?" "Kalau ia sudah selesai, senor Angel bilang kau akan tahu kapan hal itu dilakukan. Kau akan membacanya di surat kabar."
"Bagus sekali. Aku akan memberimu nomor telepon pribadiku, kalau-kalau Angel perlu meng-hubungiku."
Ia menyebutkan nomor itu kepadanya perlahan-lahan.
*** Tbilisi, Rusia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertemuan itu diselenggarakan di sebuah rumah kuno terpencil yang
terletak di tepi Sungai Kura. Ketua berkata, "Dua hal penting telah terjadi.
Yang pertama adalah kabar baik. Sang Pengawas telah mendapat janji dari
Angel. Kontraknya berlanjut."
"Itu kabar yang sangat baik!" Freyr berseru. "Apa kabar yang buruk?"
"Saya kira itu mengenai Duta Besar untuk Rumania yang dicalonkan
Presiden, tapi situasinya masih dapat ditangani...."
Sukar bagi Mary Ashley untuk memusatkan perhatian dalam kuliahnya.
Suatu perubahan telah terjadi. Di mata para mahasiswanya, ia telah menjadi seorang yang terkenal. Rasanya justru memusingkan. Ia dapat merasakan
bahwa seisi kelas memusatkan perhatian pada kata-katanya.
"Seperti "kita ketahui, tahun 1956 merupakan tahun pemisah bagi banyak negara Eropa Timur. Dengan berkuasanya kembali Gomulka, komunisme
nasional meluas di Polandia. Di Cekoslovakia, Antonin Mavorony memimpin
Partai Komunis. Tak ada perubahan politik yang mencolok di Rumania tahun
itu..." Rumania... Bucharest... Dari foto-foto yang telah dilihat Mary, pastilah
merupakan salah satu dari kota-kota yang terindah di Eropa. Satu pun ia tak lupa kisah-kisah yang telah diceritakan padanya tentang Rumania. Ia ingat bagaimana takutnya ia ketika masih kecil mendengar kisah kakeknya tentang Pangeran Vlad dari Transylvania yang mengerikan. Ia vampir, Mary, yang
tinggal di puri besar sekali yang terletak di Pegunungan Brasov, dan suka mengisap darah korban-korbannya yang tak berdosa.
Mary mendadak menyadari suatu keheningan dalam ruangan itu. Seisi kelas
menatapnya. Berapa lama aku telah berdiri di sini sambil mimpi di siang
bolong. pikirnya. Dengan cepat dilanjutkannya kuliahnya. "Di Rumania, Gheorgiu-Dej menyatukan kekuasaannya dalam Partai Buruh..."
Kuliah terasa berlanjut seakan tanpa akhir, tapi syukurlah, kini hampir
selesai. "Tugas-rumah kalian adalah menulis suatu esai tentang rencana
perekonomian dan manajemen Uni Soviet, yang menggambarkan organisasi
dasar dari badan-badan pemerintah, dan pengawasan Komite Partai Komunis.
Saya ingin menganalisa dimensi kebijaksanaan internasional dan eksternal
Soviet, dengan penekanan pada posisinya terhadap Polandia, Cekoslovakia,
dan Rumania." Rumania... Selamat datang di Rumania, Madam Duta Besar. Limousine Anda
telah siap untuk mengantarkan Anda ke kedutaan besar Anda. Kedutaan
besarnya. Ia telah diundang untuk tinggal di salah satu ibukota yang paling mengesankan di dunia, melapor kepada Presiden, menjadi bagian dan pelaku
gerakan dari-rakyat-ke-rakyat-nya. Aku dapat menjadi bagian dari sejarah.
Ia terjaga dari lamunannya oleh suara bel Kuliah telah selesai. Tiba
waktunya untuk pulang dan berganti tugas. Edward akan pulang awal dari
rumah sakit. Edward mengajaknya ke country club untuk makan malam.
Sepatutnya, karena ia hampir menjadi duta besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kode Biro! Kode Biru!" suara yang berteriak lewat pengeras suara bergenia di seluruh lorong rumah sakit. Bahkan ketika para petugas gawat-darurat
mulai mempersiapkan pintu masuk ambulans, suara sirene yang meraungraung makin jelas terdengar. Geary Community Hospital adalah sebuah
bangunan berlantai tiga, berwarna coklat dan tampak sederhana, terletak di atas sebuah bukit di St. Mary's Road, di bagian barat daya Junction City.
Rumah sakit itu mempunyai sembilan puluh dua tempat tidur, dua ruang
operasi modern, dan serangkaian ruang periksa serta kantor administrasi.
Hari Jumat itu hari yang sibuk, dan bangsal di lantai paling atas penuh
dengan orang-orang terluka yang datang ke kota dari Fort Riley yang
merupakan markas First Infantry Division, yang dikenal dengan nama The Big Red One. Orang-orang itu datang ke Junction City untuk melewatkan akhir
pekan mereka yang disebut R & R"akhir pekan.
Dokter Edward Ashley sedang menjahit kulit kepala seorang prajurit yang
kalah dalam perkelahian di bar. Edward Ashley telah menjadi dokter di Geary Community Hospital selama tiga belas tahun, dan sebelum membuka praktek
swasta, ia pernah menjadi ahli bedah terbang Angkatan Udara dengan pangkat kapten. Beberapa rumah sakit terkemuka di kota-kota besar telah mencoba
untuk membujuknya pindah, tapi ia memilih untuk tetap tinggal di tempatnya semula.
Ia selesai dengan pasien yang sedang dirawatnya, lalu melihat sekeliling.
Paling tidak, ada selusin prajurit yang menunggu untuk dijahit. Ia mendengar suara sirene ambulans mendekat. "Mereka memainkan lagu kita."
Dokter Douglas Schiffer, yang sedang merawat seorang korban yang luka
akibat tembakan, mengangguk. "Tampaknya seperti BERSERAKAN di sini.
Seakan kita berada di medan pertempuran."
Edward Ashley berkata, "Inilah satu-satunya perang yang mereka hadapi, Doug. Itulah sebabnya mereka datang ke kota setiap akhir minggu dan
bertingkah laku gila. Mereka frustrasi." Ia menyelesaikan jahitan terakhir.
"Nah, selesailah sudah, Bung. Kau jadi baru kembali." Ia menoleh kepada Douglas Schiffer. "Lebih baik kita turun ke Bagian Gawat-Darurat."
Pasien itu mengenakan seragam sipil, dan tampaknya usianya tak lebih dari delapan belas tahun. Ia tak sadarkan diri. Keringatnya mengalir deras dan ia sukar bernapas. Dokter Ashley memeriksa denyut nadinya. Lemah dan lambat.
Segumpal darah menggumpal di bagian depan jaket seragamnya. Edward
Ashley menoleh kepada salah seorang perawat yang membawa pasien
tersebut. "Kenapa pasien ini?"
"Dadanya tertusuk pisau, Dokter."
"Coba lihat apakah parunya menguncup." Ia menoleh kepada seorang perawat wanita. "Saya minta foto rontgen dadanya. Waktunya hanya tiga menit."
Dokter Douglas Schiffer mengamati vena juglaris. Tampak adanya kenaikan
volume darah di dalamnya. Ia menatap Edward. "Terjadi distensi. Mungkin ada penetrasi pada perikardium-nya,"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berarti bahwa kantung yang melindungi jantung telah terisi darah, sehingga menekan jantung dan mengakibatkan jantung tak dapat berdenyut dengan
teratur. Perawat yang memeriksa tekanan darah pasien itu berkata, "Tekanan
darahnya menurun cepat." Alat pemantau yang merekam elektrokardiogram pasien itu mulai melambat. Pasien itu tampaknya mulai mendekati ajal.
Seorang perawat lain datang tergopoh-gopoh membawa hasil foto rontgen
dada pasien itu. Edward melihatnya dengan lampu penerang foto. "Pericardial tamponade."
Jantungnya berlubang. Paru-parunya menguncup.
"Masukkan pipa ke saluran napas dan tiup parunya." Suaranya tenang, tapi tak salah lagi ada kesan mendesak di dalamnya. "Panggil dokter anestesi. Kita akan mengoperasinva. Intubasi dia."
Seorang perawat memberikan sebuah pipa endotrakbeal kepada Dokter
Schiffer. Edward Ashley mengangguk kepadanya. "Sekarang."
Dengan hati-hati Douglas Schiffer mulai mendorong pipa itu masuk ke
batang tenggorokan prajurit yang tak sadarkan diri itu. Ada kantung di ujung pipa itu. dan Schiffer mulai memijitnya dengan irama yang teratur, untuk
memasukkan udara ke paru-paru. Alat pemantau mulai melambat, dan kurva
pada monitor itu sama sekali datar. Pasien itu di ambang kematian.
"Ia hampir mati."
Tak ada waktu untuk mendorong pasien itu ke ruang operasi. Dokter Ashley
harus membuat keputusan kilat. "Kita akan melakukan thorakotomi. Pisau."
Pada saat pisau bedah telah di tangannya, Edward memegang dan mengiris
dada pasien itu membujur. Hampir tak ada darah yang keluar, karena
jantungnya terjepit dalam perikardium. "Retraktor."
Ketika alat itu diletakkan di tangannya, ia menyelipkannya ke dalam dada
pasien itu untuk merentangkan tulang-tulang iganya.
"Gunting. Mundur!"
Ia maju lebih dekat sehingga dapat mencapai kantung perikardial. Ia
menusukkan gunting ke dalamnya, dan darah terbebas dari kungkungan
kantung jantung, menyembur ke luar dan mengenai para perawat dan Dokter
Ashley. Dokter Ashley memegang jantung dan mulai memijatnya. Alat
pemantau mulai berdenyut, dan nadinya mulai teraba. Terdapat sebuah luka
kecil di puncak jantung sebelah kiri.
"Bawa dia ke kamar operasi."
Tiga menit kemudian pasien itu telah berada di atas meja operasi.
"Tranfusi"seribu cc."
Tak ada waktu untuk menentukan golongan darahnya, jadi golongan O"
Negatif"yang merupakan golongan darah donor universal"digunakan.
Ketika transfusi darah dimulai, Dokter Ashley berkata, "Tabung dada nomor tiga puluh dua."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang petawat memberikannya kepadanya.
Dokter Schiffer berkata, "Aku akan menjahitnya, Ed. Mengapa kau tidak membersihkan diri saja"
Baju operasi Edward Ashley penuh percikan darah. Ia memperhatikan alat
pemantau jantung itu sudah kuat dan teratur. "Terima kasih."
Setelah mandi dan berganti pakaian, Dr. Edward Ashley duduk di kantornya
menulis laporan medis yang diperlukan. Kantor itu nyaman, penuh dengan rak buku yang berisi buku-buku kedokteran yang besar dan berat, serta piala-piala olahraga. Ada sebuah meja tulis, sebuah kursi yang ringan, serta sebuah meja kecil dengan dua kursi datar. Di dinding tergantung diploma-diplomanya yang dibingkai rapi.
Badan Edward terasa kaku dan lelah karena ketegangan yang baru saja
dilaluinya. Pada saat yang sama, ia merasa gairah seksualnya terangsang,
seperti yang selalu dirasakannya setelah operasi bedah yang menegangkan.
Berjuang menantang kematian itulah yang memperbesar nilai perjuangan
untuk hidup, seorang psikiater pernah menerangkan kepada Edward. Bercinta adalah suatu bentuk pemyataan kelangsungan kehidupan. Apa pun alasannya,
pikir Edward, aku ingin Mary ada di sini.
Ia memilih pipa dari rak pipa di atas meja tulisnya, menyalakannya, dan
duduk menyandarkan diri di kursinya yang ringan sambil meluruskan kakinya.
Memikirkan Mary membuatnya merasa bersalah. Ia bertanggung jawab atas
penolakannya terhadap tawaran Presiden, dan alasannya diterima. Tapi ada
lagi yang lebih dari itu.


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Edward mengakui pada dirinya sendiri. Aku iri hati. Aku bertingkah seperti anak nakal yang manja. Apa yang akan terjadi seandainya Presiden
menawarkan jabatan itu kepada diriku" Mungkin aku akan langsung
berangkat. Ya, Tuhan! Yang kupikirkan cuma keinginanku bahwa Mary tetap
tinggal di rumah dan mengurusku serta anak-anak. Semua itu hanyalah
keangkuhan harga diriku, bagaikan seekor babi jantan!
Ia duduk sambil mengisap pipanya, kecewa terhadap dirinya sendiri.
Terlambat, pikirnya. Tapi aku akan menghiburnya. Aku akan membuat kejutan untuknya. Kami akan berwisata ke Paris dan London musim panas ini. Mungkin aku akan membawanya ke Rumania. Kami akan benar-benar berbulan madu.
Junction City Country Club adalah bangunan dari batu kapur berlantai tiga yang terletak di tengah perbukitan yang hijau rimbun. Club itu mempunyai
delapan belas hole golf, dua lapangan tenis, sebuah kolam renang, dan sebuah bar serta ruang makan dengan sebuah perapian di salah satu ujungnya,
sebuah ruang bermain kartu di lantai atas dan ruang berganti pakaian di
bawah. Ayah Edward telah menjadi anggota club itu, seperti halnya ayah Mary dulu, dan baik Edward maupun Mary telah dibawa ke sana sejak mereka masih
kanak-kanak. Kota itu merupakan lingkungan masyarakat yang terikat erat,
dan Country-club menjadi simbolnya.
Ketika Edward dan Mary tiba di sana, hari sudah agak larut malam, dan
hanya tinggal beberapa tamu di dalam ruang makan. Mereka menyaksikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary duduk, lalu saling berbisik satu sama lain. Mary mulai terbiasa akan hal itu.
Edward menatap istrinya, "Kau menyesal?"
Tentu saja ada penyesalan. Tapi itu hanyalah penyesalan bagai pungguk
merindukan bulan, tentang berbagai macam kemewahan dan impian yang tak
mungkin dicapai setiap orang. Seandainya aku seorang putri raja; seandainya aku seorang jutawan; seandainya aku menerima hadiah Nobel atas
penyembuhan kanker; seandainya... seandainya... seandainya...
Mary tersenyum. "Tak apa-apa, Sayang. Suatu kebetulan saja kalau mereka menawarkan jabatan itu kepadaku. Bagaimanapun juga, tak mungkin aku
dapat meninggalkan engkau dan anak-anak." Ia menggenggam tangan
Edward. "Aku tak menyesal. Aku lega telah menolak tawaran itu."
Edward mencondongkan badan ke Mary dan berbisik, "Aku akan memberimu tawaran yang tak dapat kautolak."
"Ayolah," Mary tersenyum.
Pada mulanya, ketika mereka baru saja menikah, mereka bercinta dengan
menggebu-gebu dan berapi-api. Mereka mempunyai kebutuhan fisik yang tak
henti-hentinya satu sama lain, yang tak dapat dipuaskan hingga mereka
berdua benar-benar kehabisan tenaga. Desakan itu meleleh bersama
berlalunya waktu, tapi emosi yang terlibat tetap ada, terus-menerus, terasa manis dan saling melengkapi.
Ketika mereka pulang ke rumah saat itu, mereka melepaskan busana tanpa
tergesa dan menuju ke tempat tidur.
Edward mendekap Mary erat-erat, lalu mulai membelai tubuhnya dengan
lembut, merambah pegunungan indah dan menggapai puncaknya, lalu
menelusuri ke bawah ke kelembutan beledru.
Mary mendesah penuh kebahagiaan. "Rasanya menyenangkan."
Ia berpindah ke atas suaminya dan mulai mengelusnya dengan lidahnya,
dan merasakan kejantanannya mulai bangkit. Ketika mereka berdua telah
siap, mereka bercinta hingga kecapekan. Edward mendekap istrinya erat-erat.
"Aku sangat mencintaimu, Mary."
"Aku dua kali lebih mencintaimu. Selamat malam, Sayang."
Pada pukul tiga pagi, telepon berdering keras. Dengan mengantuk Edward
meraih pesawat telepon dan mendekatkan gagangnya ke telinganya. "Halo..."
Suara seorang wanita yang cemas berkata, "Dokter Ashley?"
"Ya..." "Pete Grimes mengalami serangan jantung. Ia merasa sangat kesakitan.
Saya pikir ia hampir meninggal. Saya tak tahu harus berbuat apa."
Edward duduk tegak di tempat tidur, berusaha mengusir rasa kantuknya.
"Jangan berbuat apa pun. Biarkan ia tenang. Saya akan tiba di sana dalam seperempat jam." Ia meletakkan gagang telepon, turun dari tempat tidur dan mulai berpakaian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Edward..." Ia menoleh kepada Mary. Mata istrinya separuh terbuka. "Ada apa?"
"Tak apa-apa. Tidurlah kembali."
"Bangunkan aku kalau kau kembali," Mary menggumam. "Kurasa aku ingin bercinta lagi."
Edward tersenyum lebar. "Aku akan bergegas'
Lima menit kemudian, ia telah berada dalam perjalanan menuju ke
peternakan Grimes. Ia mengendarai mobilnya menuruni bukit di Old Milford Road menuju J Hill
Road. Saat itu dini hari yang dingin dan suram, dengan embusan angin barat laut yang mengakibatkan suhu turun jauh di bawah nol. Edward memasang
pemanas suhu dalam mobil. Ketika sedang mengendarai mobil, ia mengirangira apakah tidak seharusnya ia menelepon ambulans sebelum tadi
meninggal-kan rumah. Dua kali "serangan jantung" Pete Grimes yang lalu ternyata hanyalah bisul berdarah. Tidak. Ia harus memeriksanya dulu.
Ia membelokkan mobil ke Route 18, jalan bebas hambatan dua jalur yang
melintasi Junction City. Kota itu masih tidur, rumah-rumah berkelompok
menahan angin dingin yang menggigil.
Ketika Edward tiba di ujung 6th Street, ia membelok ke Route 57, yang
menuju Grandview Plaza, Berapa kali sudah ia mengendarai mobilnya melalui jalan-jalan ini pada hari-hari musim panas dengan udara yang beraroma
keharuman jagung manis dan bau rumput kering di padang rumput, melewati
hutan-hutan kecil pohon kapas, cemara, dan pohon zaitun Rusia, serta
timbunan rumput kering bulan Agustus yang diikat bertumpuk-tumpuk di
sepanjang jalan. Ladang-ladang waktu itu penuh bau asap pohon cemara yang dibakar untuk dimusnahkan secara teratur, karena kalau tidak, pohon-pohon itu akan mengalahkan tanaman pertanian. Dan berapa kali musim dingin ia
telah mengendarai mobil di jalan ini melewati pemandangan yang membeku
dengan tiang-tiang listrik yang dihiasi es dengan indahnya, dan asap yang membubung kesepian dari cerobong-cero-bong di kejauhan" Ada suatu rasa
kesendirian yang menyenangkan, terkurung dalam kegelapan dini hari,
menyaksikan ladang-ladang dan pepo-honan di tepi jalan berlarian ke
belakang dengan hening. Edward mengemudi secepat mungkin, tapi tetap waspada akan jalan licin
yang berbahaya di bawah roda mobilnya. la teringat Mary yang berbaring di tempat tidur mereka yang hangat, menunggunya kembali. Bangunkan aku bila
kau pulang. Kurasa aku ingin bercinta lagi.
Ia merasa sangat beruntung. Aku akan melakankan segala-galanya
untuknya, Edward berjanji pada dirinya sendiri. Aku akan memberinya bulan madu paling indah yang pernah dialami oleh seorang wanita.
Di depan, di perempatan Highway 57 dan 77 ada sebuah lampu lalu lintas.
Edward membelok di Route 77, dan ketika ia mulai memasuki perempatan,
sebuah truk muncul entah dari mana. Ia mendengar suara derungan
mendadak, dan mobilnya dijepit oleh dua sorot lampu besar yang terang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berasal dari kendaraan yang melaju ke arahnya. Ia menangkap sekelebat
bayangan sebuah truk militer raksasa berbobot lima ton yang melindasnya,
dan suara yang terakhir didengarnya adalah suaranya sendiri yang menjerit.
Di Neuilly, hari itu hari Minggu dan suara lonceng-lonceng gereja berdentang menggema di udara tengah hari yang tenang. Para polisi yang menjaga vila
Marin Groza tak punya alasan untuk memperhatikan sebuah mobil Renault
berdebu yang melintas lewat. Angel mengendarai mobil perlahan-lahan, tapi tidak terlalu lambat untuk menimbulkan kecurigaan, sambil memperhatikan
segala sesuatu yang dilewatinya. Dua orang penjaga di depan, dinding pagar yang tinggi, mungkin beraliran listrik, dan di dalam, tentunya, dipasang
berbagai tanda bahaya, alat sensor dan sinar-sinar elektronik yang sangat canggih. Diperlukan sepasukan angkatan perang untuk menghancurkan vila
itu. Tapi aku tak perlu angkatan perang, pikir Angel. Hanya kejeniusanku.
Marin Groza orang yang sekarat. Seandainya saja ibuku masih hidup untuk
melihat hetapa kayanya aku kini. Betapa bhahagianya ia.
Di Argentina, keluarga-keluarga miskin hidupnya amat papa, dan ibu Angel
telah menjadi salah satu descamidos yang tak beruntung. Tak seorang pun
tahu atau peduli siapa ayahnya. Dari tahun ke tahun Angel telah menyaksikan teman-teman dan kerabatnya meninggal karena kelaparan atau wabah
penyakit. Kematian adalah suatu cara hidup, dan Angel merenungkannya
secara filosofis: Karena kematian pasti akan terjadi dengan jalan apa pun, mengapa tidak mengambil keuntungan darinya Pada mulanya ada beberapa
orang yang meragukan bakat Angel yang gemar menghabisi nyawa orang, tapi
siapa pun yang berusaha menghalanginya, biasanya lalu hilang tak berbekas.
Reputasi Angel sebagai pembunuh terus berkembang. Aku tak pernah gagal,
pikir Angel. Aku Angel, Malaikat. Malaikat Pencabut Nyawa.
9 Jalan bebas hambatan. Kansas yang tertutup salju menjadi terangbenderang karena adanya berbagai kendaraan dengan lampu-lampu merah
yang menyala dan mengubah udara beku menjadi semerah darah. Sebuah
truk pemadam kebakaran, ambulans, truk derek, empat mobil patroli jalan
bebas hambatan, sebuah mobil sheriff, dan di tengah-tengah, dikelilingi oleh lampu-lampu kendaraan itu, trailer-traktor militer M 871 berbobot lima ton, serta sebagian tertindih di bawahnya adalah mobil Edward Ashley yang remuk.
Belasan perwira polisi dan petugas pemadam kebakaran berkerumun di
sekelilingnya, mengayun-ayunkan lengan mereka dan mengentak-entakkan
kaki mereka, berusaha menghangatkan badan dalam hawa dingin dini hari
yang membekukan. Di tengah jalan bebas hambatan itu, tertutup oleh kain
terpal, ada sesosok mayat. Sebuah mobil sheriff mendekati, dan ketika mobil itu berderit untuk berhenti, Mary Ashley lari keluar. Ia gemetar begitu hebat hingga ia hampir tak dapat berdiri. Ia melihat kain terpal dan bergerak menuju ke sana. Sheriff Munster memegang tangannya. "Saya tak akan melihatnya seandainya jadi Anda, Nyonya Ashley."
"Biarkan saya melihatnya!" ia menjerit. Ia meronta melepaskan diri dari pegangan Sheriff dan menuju ke kain terpal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"'Tenanglah, Nyonya Ashley, Anda tak akan tega melihat bagaimana
keadaan suami Anda."
Sheriff itu menangkapnya ketika ia tak sadarkan diri.
Ia tersadar di kursi belakang mobil Sheriff. Sheriff Munster duduk di kursi depan, mengamatinya. Pemanas mobil dihidupkan, dan mesin mobil itu
berderung terus. "Apa yang terjadi?" Mary bertanya hampa.
"Anda pingsan."
Tiba-tiba ia ingat. Anda tak akan tega melihat bagaimana keadaan suami
Anda. Mary menatap ke luar jendela melihat semua kendaraan darurat serta
lampu-lampu merah yang menyala, dan berpikir: Ini pemandangan dari
neraka. Meskipun udara dalam mobil polisi itu panas, giginya gemeretuk.
"Bagaimana?" Ia merasa sukar untuk melanjutkan kata-katanya.
"Bagaimana ke"ke"jadiannya?"
"Suami Anda melanggar lampu merah. Sebuah truk militer datang dari arah Route 77 dan mencoba menghindarinya, tapi suami Anda melaju tepat di
mukanya." Mary menutup matanya dan menyaksikan kecelakaan itu terjadi dalam
benaknya. Ia melihat truk itu menggilas Edward dan merasakan kepa-nikan
suaminya pada saat terakhir.
Yang dapat diucapkannya hanyalah, "Edward seorang pengemudi yang hati-hati. Ia tak pernah melanggar lampu merah."
Sheriff berkata dengan simpatik, "Nyonya Ashley, kami punya saksi.
Seorang pastor dan dua orang biarawati melihat kejadian itu, juga Kolonel Jenkins dari Fort Riley. Mereka semua mengatakan hal yang sama. Suami
Anda melanggar lampu merah."
Segala sesuatu setelah itu seakan berjalan dengan perlahan-lahan. Ia
menyaksikan tubuh Edward diangkat ke dalam ambulans. Polisi sedang
menanyai seorang pastor dan dua orang biarawati, dan Mary berpikir: Mereka akan jadi sakit kalau berdiri di luar seperti itu.
Sheriff Munster berkata, "Mereka akan membawa jenazahnya ke kamar
jenazah." Jenazahnya. "Terima kasih," Mary berkata sopan.
Sheriff menatapnya dengan heran. "Lebih baik saya mengantar Anda
pulang," katanya. "Siapa nama dokter keluarga Anda?"
"Edward Ashley," kata Mary. "Edward Ashley adalah dokter keluarga saya."
Kemudian, ia ingat ketika ia memasuki rumah dan Sheriff Munster
mengantarnya ke dalam. Florence dan Douglas Schiffer sedang menungguinya di ruang duduk. Anakanak masih tidur. Florence merangkulnya. "Oh, Sayang. Saya merasa sangat berdukacita."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak apa-apa," Mary berkata tenang. "Edward mendapat kecelakaan." Ia terkikik.
Douglas menatapnya lekat-lekat. "Mari kuantar kau ke atas."
"Aku baik-baik saja, terima kasih. Maukah kalian minum teh?"
Douglas berkata, "Ayolah, aku antarkan kau ke tempat tidur.
"Aku tidak mengantuk. Apakah kalian benar-benar tak mau minum apa
pun?" Ketika Douglas mengantarnya ke atas menuju ke kamar tidur, Mary berkata
kepadanya, "Itu cuma kecelakaan. Edward mengalami kecelakaan."
Douglas Schiffer menatap matanya. Mata Mary membuka lebar dan
pandangannya kosong. Douglas merasa sangat khawatir.
Ia turun dan mengambil tasnya. Ketika ia kembali ke atas, Mary tak
bergerak. "Aku akan memberimu obat untuk membantumu tidur." la memberi Mary obat penenang, menolongnya naik ke tempat tidur, dan duduk di
sampingnya. Sejam kemudian, Mary masih juga terjaga. Douglas memberinya
sebutir lagi. Lalu butir yang ketiga. Akhirnya, Mary tertidur.
Di Junction City ada prosedur penyelidikan yang ketat dalam penulisan
laporan sebuah 1048"suatu kecelakaan dengan kerusakan. Sebuah ambulans
dikirimkan dari County Ambulance Service, dan seorang sheriff dikirimkan ke tempat kejadian. Bila seorang anggota militer terlibat dalam kecelakaan, maka orang-orang CID"Criminal Investigating Division"dari Angkatan Bersenjata"
memimpin suatu penyelidikan bersama-sama dengan kantor sheriff.
Shel Planchard, seorang perwira berpakaian sipil dari kantor pusat CID di Fort Riley, bersama sheriff dan seorang deputy memeriksa laporan kecelakaan di kantor sheriff di 9th Street.
"Ada satu hal yang mengganggu perasaan .saya," Sheriff Munster berkata.
"Apa masalahnya, Sheriff?" tanya Planchard.
"Coba lihat ini. Ada lima saksi mata kecelakaan itu, bukan" Seorang pastor dan dua orang biarawati, Kolonel Jenkins dan sopir truk, Sersan Wallis. Mereka masing-masing mengatakan, mobil Dokter Ashley membelok memasuki jalan
bebas hambatan, melanggar lampu merah dan dihantam oleh truk militer."
"Benar," orang CID itu berkata. "Apa yang terasa mengganggu perasaan Anda?"
Sheriff Munster menggaruk-garuk kepalanya. "Tuan, apakah Anda pernah melihat suatu laporan kecelakaan di mana ada dua saksi mata yang
mengatakan hal yang tepat sama?" Ia mengepalkan tinju ke atas kertas laporan. "Apa yang membuat saya heran adalah semua saksi ini mengatakan hal yang tepat sama."
Orang CID itu mengangkat bahu. "Itu bahkan menunjukkan bahwa apa yang terjadi cukup jelas."
"Sheriff itu berkata, "Ada lagi yang mengherankan saya."
"Yah?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang dilakukan oleh seorang pastor, dua biarawati, dan seorang
kolonel di Highway 77 pada pukul 04.00 dini hari?"
"Tak ada yang misterius. Pastor dan biarawati-biarawati itu sedang dalam perjalanan menuju Leonardville, dan kolonel itu akan kembali ke Fort Riley."
Sheriff berkata, "Saya menanyakan ke DMV. Kartu tilang terakhir yang didapat oleh Dokter Ashley sudah enam tahun yang lalu, karena salah parkir.
Ia tak pernah ditilang karena kecelakaan."
Orang CID itu memperhatikannya. "Sheriff, jadi apa yang Anda duga?"
Munster mengangkat bahu. "Saya tidak menduga sesuatu. Saya hanya
merasa kejadian itu aneh."
"Kita berbicara tentang sebuah kecelakaan yang dilihat oleh lima orang saksi. Bila Anda mengira ada suatu komplotan yang terlibat, ada sebuah
lubang besar dalam teori Anda. Bila?"
Sheriff mengangkat bahu. "Saya tahu. Bila itu bukan suatu kecelakaan, yang perlu dilakukan oleh truk milker itu hanya menabraknya dan meninggalkannya begitu saja. Tak perlu mendatangkan semua saksi dan mengarang cerita
omong kpsong ini." "Tepat." Orang CID itu berdiri dan merentangkan badannya. "Nah, saya harus kembali ke markas. Sejauh pengamatan saya, pengemudi truk itu,
Sersan Walks, tak bersalah." Ia menatap Sheriff. "Apakah kita sependapat?"
Sheriff Munster berkata dengan enggan, "Yah. Kejadian itu pastilah
kecelakaan biasa." Mary terbangun oleh suara anak-anaknya yang menangis. Ia tetap
berbaring, matanya tertutup rapat-rapat, dan ia berpikir: Ini sebagian mimpi burukku. Aku sedang tidur, dan kalau aku bangun, Edward akan tetap hidup.
Tapi tangis itu tak berhenti juga. Ketika ia tak tahan lagi mendengarnya, ia membuka matanya dan berbaring saja sambil menatap langit-langit kamar.
Akhirnya, dengan enggan, ia memaksa diri turun dari tempat tidur. Ia pergi ke kamar tidur Tim. Florence dan Beth ada di sana bersamanya. Mereka bertiga sedang menangis. Aku ingin aku bisa menangis, pikir Mary. Oh, aku ingin aku bisa menangis.
Beth menatap Mary. "Apakah"apakah Papa benar-benar meninggal?"
Mary mengangguk, tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Ia duduk di
tepi tempat tidur. "Aku terpaksa mengatakan kepada mereka," Florence menyatakan
penyesalannya. "Mereka tadi akan bermain dengan beberapa teman."
"Tak apa-apa." Mary membelah rambut Tim, "Jangan menangis, Sayang.
Semuanya akan baik kembali."
Tak ada yang akan baik kembali.
Tak pernah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kantor CID di Fort Riley berpusat di Building Number 169, dalam sebuah
gedung batu kapur yang kuno, dikelilingi pepohonan, dengan anak tangga
yang menuju ke atas sampai ke pintu bangunan. Dalam sebuah kantor di
lantai satu, Shel Planchard, perwira CID itu, sedang berbicara dengan Kolonel Jenkins.
"Saya kira saya membawa kabar buruk, Pak. Sersan Wallis, sopir truk yang telah membunuh dokter sipil itu?"
"Ya?" "Ia telah mendapat serangan jantung fatal tadi pagi."
"Kasihan." Orang CID itu berkata datar, "Ya, Pak. Jenazahnya akan dikremasi pagi ini.
Hal itu sangat mendadak."
"Malang sekali." Kolonel itu berdiri. "Saya akan dipindahkan ke luar negeri."
Ia tersenyum kecil sendiri. "Suatu kenaikan pangkat yang agak penting."
"Selamat, Pak. Sudah sepantasnya."
Mary Ashley kemudian berpendapat bahwa satu-satunya hal yang telah
menyelamatkan kesehatan jiwanya adalah keadaannya yang tetap shock
selama beberapa waktu. Segala sesuatu yang terjadi seakan terjadi pada
orang lain. Ia seakan tidak sadar, bergerak dengan perlahan-lahan,
mendengarkan suara seakan dari kejauhan, dengan telinga yang seakan
tertutup kapas. Upacara pemakaman berlangsung di Mass-Hinitt Alexander Funeral Home, di
Jefferson Street. Bangunan itu berwarna biru dengan serambi depan bertiang putih dan jam putih besar yang digantung di atas pintu masuk. Ruang tamu di gedung itu penuh dengan teman-teman dan kolega Edward. Tampak banyak
krans dan buket bunga yang dikirimkan. Salah satu krans yang terbesar
disertai kartu ucapan yang bertulisan sederhana: "Turut berdukacita sedalam-dalamnya. Paul Ellison."
Mary dan Beth serta Tim duduk menyendiri dalam ruang keluarga yang
kecil, yang terpisah, di salah satu sisi ruang tamu. Mata anak-anak itu merah dan mereka berdiam diri.
Peti jenazah Edward telah ditutup. Mary tak berani mengingat apakah sebab kejadian itu.
Pendeta yang memimpin upacara berkata, "Tuhan. Kau telah menjadi
tempat kediaman kami. Sejak zaman dahulu, sebelum gunung-gunung
diciptakan, bahkan sebelum Engkau membentuk bumi dan langit, dahulu,


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang, dan selama-lamanya, Engkauiah Tuhan kami. Karenanya, kami tak
akan merasa takut, meski bumi berubah dan meskipun gunung-gunung
ditenggelamkan ke dalam samudra..."
Ia dan Edward waktu itu naik perahu layar kecil di Milford Lake.
"Apakah kau suka berlayar?" Edward bertanya ketika mereka berkencan untuk pertama kalinya.
"Aku belum pernah berlayar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sabtu," kata Edward. "Kita berkencan."
Mereka menikah seminggu kemudian.
"Apakah kau tahu kenapa aku menikahimu, lady" Edward menggoda. "Kau lulus tes. Kau banyak tertawa dan tidak jatuh dari perahu."
Ketika upacara selesai, Mary dan anak-anak masuk ke Limousine hitam yang
panjang, yang mendahului iringan pemakaman ke tanah makam.
Highland Cemetery di Ash Street merupakan suatu taman makam yang luas,
dengan jalan berbatu kerikil melingkarinya. Itulah makam tertua di Junction City, dan banyak batu nisan yang telah terkikis oleh cuaca dari waktu ke
waktu. Karena udara dingin yang menggigilkan, upacara di tepi liang lahat berlangsung singkat.
"Akulah Kebangkitan dan Kehidupan, siapa yang percaya kepadaKu, meski ia mati, ia akan hidup; dan siapa pun yang pernah hidup dan percaya
kepadaKu ia tak akan pernah mati. Akulah yang hidup dan pernah mati; dan
perhatikanlah, Aku hidup selama-lamanya."
Akhirnya, syukurlah, upacara itu selesai. Mary dan anak-anaknya berdiri
dalam angin yang menderu-deru dan menyaksikan peti jenazah diturunkan ke
dalam bumi yang beku, tak mengenal kasihan.
Selamat jalan, Sayangku. Kematian dianggap sebagai suatu akhir, tapi bagi Mary Ashley hal itu adalah awal dari neraka yang tak tertahankan. Ia dan Edward pernah berbicara
tentang kematian, dan Mary pernah mengira ia telah mengerti definisi istilah kematian, tapi kini kematian Edward yang mendadak telah menjadi suatu
kenyataan yang tiba terlalu cepat dan mengerikan. Kematian tidak lagi suatu peris-tiwa samar-samar yang akan datang pada suatu hari yang masih jauh di masa depan. Tak ada jalan untuk mengatasinya. Segenap jiwa-raga Mary
menjerit menyangkal apa yang telah terjadi pada Edward.
Bersama kematian Edward, mati pulalah segala yang indah dalam hidup
Mary. Kenyataan pahit itu terus menghantam Mary dengan gelombang kejutan
yang baru. Ia ingin sendiri. Ia mendekam dalam dirinya sendiri, merasa seperti anak kecil yang ketakutan karena ditinggal oleh orang tuanya. Ia marah
kepada Tuhan. Mengapa tidak Kauambil diriku lebih dahulu ia bertanya. Ia
marah kepada Edward karena meninggalkannya, marah kepada anak-anak,
marah kepada dirinya sendiri.
Aku seorang wanita berusia tiga puluh lima tahun dengan dua anak, yang
tidak tahu siapa diriku. Ketika aku menjadi Nyonya Edward Ashley, aku
mempunyai suatu identitas, aku milik seseorang yang menjadi milikku.
Waktu berlalu lambat, mempermainkan kesepiannya. Hidupnya bagaikan
kereta yang berlari kencang tanpa dapat dikendaJikannya.
Florence dan Douglas serta teman-temannya yang lain menemaninya,
berusaha meringankan penderitaannya, tapi Mary justru ingin mereka pergi
dan meninggalkannya sendirian. Florence datang pada suatu sore dan
menemukan Mary sedang duduk di depan pesawat televisi menonton
pertandingan sepak bola Negara Bagian Kansas,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ia bahkan tidak tahu aku ada di sana," Florence menceritakannya pada suaminya malam itu. "Ia memusatkan perhatian begitu rupa pada
pertandingan itu." Florence bergidik. "Mengerikan."
"Kenapa?" "Mary membenci sepak bola. Edward-lah yang selalu menonton setiap
pertandingan." Mary memaksakan diri untuk menangani sisa-sisa urusan yang ada setelah
kematian Edward. Ada surat wasiat, asuransi, rekening bank, pajak dan surat tagihan, serta badan hukum medis Edward, pinjaman dan saham serta
devisitnya, sehingga Mary ingin menjerit kepada para pengacara, bankir, dan akuntan itu agar mereka meninggalkannya sendirian,
Aku tak ingin menanganinya, ia menangis. Edward telah pergi, dan semua
orang hanya ingin membicarakan uang.
Akhirnya, ia terpaksa mendiskusikannya.
Frank Dunphy, akuntan Edward, berkata, "Saya khawatir bahwa tagihan
utang dan pajak kematian akan menghabiskan uang dari asuransi jiwa,
Nyonya Ashley. Suami Anda agak lalai dan membiarkan pasien-pasiennya tak
membayar. Ia mempunyai banyak utang. Saya akan mengatur agar suatu
agen penagihan utang melakukan penagihan kepada orang-orang yang
berutang?" "Tidak," Mary berkata dengan marah. "Edward tak menginginkan hal itu."
Dunphy putus asa. "Baiklah kalau begitu, saya kira harta milik Anda
akhirnya tinggal tiga puluh ribu dollar uang tunai dan rumah ini, yang
mempunyai tanggungan surat pinjaman. Bila Anda menjual rumah ini?"
"Edward tak akan mengizinkan untuk menjual rumah kami."
Mary duduk diam, kaku dan terjerat dalam kesedihannya, hingga Dunphy
berpikir: Aku mohon pada Tuhan agar istriku juga mengenangku seperti itu.
Kini tibalah saat terburuk. Saat untuk membuang barang-barang pribadi
Edward. Florence menawarkan diri untuk membantunya, tapi Mary berkata,
"Tidak. Edward pasti menginginkan aku melakukannya sendiri."
Terdapat begitu banyak benda-benda kecil yang sangat pribadi. Selusin pipa cangklong, sekaleng tembakau baru, dua buah kacamata serta catatan kuliah kedokteran yang belum sempat diberikannya. Ia menuju lemari Edward dan
mengelus-elus setelan pakaian yang tak akan pernah dipakainya lagi. Dasi biru yang dipakainya pada malam terakhir mereka. Kaus tangan dan syalnya yang
menghangatkannya di hari-hari musim salju yang dingin berangin. Ia tak akan membutuhkannya lagi di dalam kuburnya yang dingin. Dengan hati-hati Mary
membuang pisau cukur dan sikat gigi Edward, dan ia bergerak bagaikan
sebuah robot. Ia menemukan catatan harian penuh cinta yang saling mereka tulis satu
sama lain, yang mengingatkan kembali hari-hari penuh kenangan ketika
Edward mulai membuka praktek sendiri, makan malam Hari Thanksgiving
tanpa hidangan kalkun, piknik-piknik musim panas dan naik kereta kuda di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
musim salju, saat ia hamil pertama dan mereka berdua membacakan cerita
dan memainkan musik klasik untuk Beth ketika ia masih dalam kandungan,
lalu surat cinta yang ditulis Edward ketika Tim lahir, ada juga apel berlapis emas yang diberikan Edward ketika ia mulai mengajar, serta seratus benda-benda indah lainnya yang membuat air matanya menetes. Kematian Edward
bagaikan suatu tipuan sulap yang kejam. Sesaat Edward ada di sana, hidup, berbicara, tersenyum, mencintainya, dan sesaat kemudian ia telah lenyap ke dalam bumi yang dingin.
Aku seorang pribadi yang dewasa. Aku harus menerima kenyataan. Aku
tidak dewasa. Aku tak dapat menerimanya. Aku tak ingin hidup.
Ia berbaring dengan mata terbuka lebar sepanjang malam, memikirkan
betapa sederhananya untuk menyusul Edward, untuk menghentikan
penderitaan yang tak tertahankan, untuk berada dalam kedamaian. Kita
dibesarkan untuk mengharapkan akhir yang penuh kebahagiaan, pikir Mary.
Tapi tak ada akhir yang penuh bahagia. Hanya ada kematian yang menunggu
kita. Kita menemukan cinta dan kebahagiaan, tapi direng-gutkan kembali dari kita tanpa irama dan tanpa alasan. Kita berada dalam suatu pesawat ruang
angkasa yang ditinggalkan, yang mengarungi angkasa luar tanpa tujuan, di
antara bintang-bintang. Dunia ini bagaikan Dachau, dan kita semua orang
Yahudi. Ia akhirnya tertidur sejenak, tapi di tengah malam buta, jeritannya yang
melengking membuat anak-anaknya terjaga, dan mereka berlarian ke sisi
tempat tidurnya lalu meringkuk di tempat tidur bersamanya, mendekapnya
erat-erat. "Mama tak akan meninggal, bukan?" Tim berbisik.
Mary berpikir: Aku tak boleh bunuh diri. Mereka memerlukan diriku. Edward tak akan memaafkanku bila aku meninggalkan mereka.
Ia harus tetap hidup. Untuk mereka. Ia harus memberi mereka cinta, yang
tak mampu lagi diberikan Edward kepada mereka. Kami semua sangat
kehilangan Edward. Kami benar-benar saling membutuhkan satu sama lain.
Sungguh ironis bahwa kematian Edward lebih menyedihkan karena kami
pernah mengalami suatu kehidupan yang sangat indah bersama-sama. Ada
lebih banyak alasan lain yang membuat kami merasa kehilangan dia, begitu
banyak kenangan yang tak pernah akan terjadi lagi. Di manakah Engkau, ya
Tuhan Apakah kau mendengarkan hamba. Tolonglah hamba. Oh, Tuhan
tolonglah hamba. Ring Lardner berkata, "Tiga dari tiga akan mati, maka jangan bicara dan
bekerjalah." Aku harus bekerja. Aku telah mementingkan diriku sendiri. Aku bertingkah laku buruk, seakan-akan akulah satu-satunya orang di dunia ini yang sedang menderita. Tuhan tidak mencoba meng-hukumku. Hidup ini
adalah suatu kesatuan semesta. Pada saat ini, di suatu tempat di dunia,
seseorang sedang kehilangan anaknya, ada orang yang sedang bermain ski di gunung, ada yang mencapai orgasme, ada yang sedang memotong rambut,
berbaring di tempat tidur karena sakit, menyanyi di panggung, basah-kuyup kehujanan, menikah, menderita kelaparan dalam sebuah selokan. Pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akhirnya, bukankah kita semua merupakan pribadi yang sama. Satu aeon
adalah seribu juta tahun, dan satu aeon yang lalu setiap atom dalam tubuh kita adalah bagian dari sebuah bintang. Berilah hamba perhatian, ya Tuhan.
Kami semua adalah bagian dari semestaMu, dan bila kami mati, sebagian dari semestamu mati bersama kami
Edward terasa ada di mana-mana.
Edward adalah nyanyian yang didengar Mary dari radio, di bukit-bukit yang pernah mereka jelajahi bersama. Edward ada di tempat tidur di sisinya, ketika ia terjaga waktu fajar menyingsing.
Harus bangun lebih pagi hari ini, Sayang. Aku ada operasi histerektomi dan operasi paha.
Suara Edward jelas didengarnya. Ia mulai bercakap-cakap dengannya, Aku
khawatir memikirkan anak-anak, Edward. Mereka tak mau bersekolah. Beth
mengatakan mereka takut kalau-kalau mereka pulang aku tak ada di rumah.
Mary pergi ke makam Edward setiap hari, dan berdiri dalam udara dingin,
meratapi apa yang bilang dari sisinya"hilang untuk selamanya. Tapi hal itu tak membuatnya tenang. Kau tak ada di sini, pikir Mary. Katakan padaku di mana kau berada, Sayang.
Ia teringat kisah karya Marguerite Yourcenar yang berjudul Bagaimana
Want-Fo Diselamatkan. Kisah itu menceritakan seorang seniman Cina yang
dihukum mati oleh kaisarnya karena menipu, karena menciptakan lukisan
dunia yang keindahannya berlawanan dengan kenyataan. Tapi pelukis itu
mempermainkan sang kaisar dengan cara melukis sebuah perahu dan berlayar
pergi dengan perahu itu. Aku ingin melarikan diri juga, pikir Mary. Aku tak sanggup menghadapi hidup ini tanpa kau, Sayang.
Florence dan Douglas berusaha untuk menyenangkan hatinya, "Ia telah
berada dalam kedamaian," mereka membujuk Mary.
Dan seratus kata-kata klise lainnya. Kata-kata pelipur lara yang mudah
diucapkan, tapi tidak menjadi kenyataan. Tidak sekarang. Tidak selamanya.
Mary kadang-kadang terbangun di tengah malam dan menghambur ke
kamar anak-anaknya untuk meyakinkan diri bahwa mereka aman. Anakanakku akan mati, pikir Mary. Kami semua akan mati. Orang-orang dengan
tenang berjalan di jalanan. Acuh tak acuh, tertawa, bahagia"dan mereka
semua akan mati. Waktu hidup mereka dihitung jam demi jam, tapi mereka
memboroskannya dengan bermain kartu, serta pertandingan sepak bola yang
tak bernilai. Bangunlah! ia ingin menjerit. Bumi adalah rumah jagal Tuhan, dan kita adalah sapinya. Apakah mereka tahu apa yang akan terjadi pada did
mereka dan setiap orang yang mereka cintai"
Jawabannya datang padanya, dengan perlahan-lahan, menyakitkan,
menembus kabut dukacita yang men dalam. Tentu saja mereka tahu.
Permainan mereka adalah suatu bentuk tantangan, tawa mereka adalah
tindakan keberanian"suatu keberanian yang lahir dari pengetahuan bahwa
hidup ini terbatas, bahwa setiap orang mengha-dapi nasib yang sama; dan
perlahan-lahan keta-kutan dan kemarahannya meleleh dan berubah menjadi
pernyataan kekaguman terhadap keberanian manusia-manusia lain " yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jauh lebih menderita darinya. Aku malu terhadap diriku sendiri. Aku harus menemukan jalan melalui garis-garis waktu. Pada akhirnya, kita masing-masing sendirian, tapi saat ini kita semua harus meringkuk bersama untuk
saling memberi kenyamanan dan kehangatan.
Injil berkata bahwa kematian bukanlah suatu akhir, tetapi hanya merupakan suatu peralihan. Edward tak akan meninggalkan dirinya dan anak-anak
mereka. Ia ada di sana, di suatu tempat.
Ia membuka percakapan dengan almarhum suaminya. "Aku bercakap-cakap
dengan guru Tim hari ini. Nilai-nilainya makin baik. Beth sedang sakit flu dan tiduran di tempat tidur. Ingat bagaimana biasanya ia sakit begitu musim
'seperti ini" Kami bertiga diundang makan malam di rumah Florence dan
Douglas malam ini. Mereka sangat menyenangkan, Sayang."
Dan, di tengah malam buta, ia berkata, "Dekan mampir ke rumah. Ia ingin tahu apakah aku merencanakan untuk kembali mengajar di Universitas. Aku
mengatakan padanya, tidak untuk saat ini. Aku tak ingin meninggalkan anakanak sendirian, meskipun hanya sejenak. Mereka sangat membutuhkanku.
Apakah menurutmu sebaiknya aku kembali mengajar suatu hari nanti?"
Beberapa hari kemudian, "Douglas mendapat kenaikan jabatan, Edward. Ia menjadi kepala staf di rumah sakit."
Dapatkah Edward mendengarnya" Ia tidak tahu. Apakah ada Tuhan dan
adakah akhirat" Ataukah itu hanya sebuah dongeng belaka" T.S. Eliot berkata,
"Tanpa adanya Tuhan, manusia tak begitu menarik."
Presiden Paul Ellison, Stanton Rogers, dan Floyd Baker sedang rapat di Oval Office. Menteri Luar Negeri berkata, "Bapak Presiden, kita berdua mendapat banyak tekanan. Saya pikir kita tak dapat menunda lebih lama lagi penunjukan duta besar untuk Rumania. Saya ingin agar Anda melihat daftar yang saya
berikan pada Anda dan memilih"
"Terima kasih, Floyd. Aku menghargai usahamu. Aku tetap berpendapat
bahwa Mary Ashley sangat tepat untuk jabatan itu. Situasi rumah tangganya telah berubah. Apa yang menjadi nasib buruknya mungkin dapat membawa
kebaikan bagi kita. Aku ingin menawarinya lagi."
Stanton Rogers berkata, "Bapak Presiden, biarlah saya yang terbang ke sana dan mencoba membujuknya."
"Mari kita coba."
Mary sedang mempersiapkan makan malam ketika telepon berdering, dan
ketika ia mengangkatnya, seorang operator berkata, "Ini dari Gedung Putih.
Presiden menelepon Nyonya Edward Ashley."
Tidak sekarang, pikirnya. Aku tak ingin berbi-cara dengannya atau siapa pun yang lain.
Ia ingat betapa gembiranya dulu ia menerima telepon itu. Kini hal itu tak berarti lagi. Ia berkata, "Ini Nyonya Ashley, tapi?"
"Jangan ditutup dulu, ya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, suara yang dikenalnya terdengar. "Nyonya Ashley, ini Paul Ellison. Saya ingin mengucapkan belasungkawa yang sebesar-besarnya atas meninggalnya suami Anda. Saya mengerti bahwa ia pria yang baik."
"Terima kasih, Bapak Presiden. Sungguh penuh perhatian bahwa Anda
mengirim bunga kepada kami."
"Saya tak ingin mengganggu ketenangan keluarga Anda, Nyonya Ashley,
dan saya tahu Anda baru saja mengalami penderitaan hebat, tapi kini, karena situasi rumah tangga Anda telah berubah, saya meminta Anda untuk
mempertimbangkan kembali tawaran saya tentang jabatan duta besar itu.
"Terima kasih, tapi saya tak mungkin?"
"Dengarkan dulu. Saya akan mengirim orang ke sana untuk
membicarakannya dengan Anda. Namanya Stanton Rogers. Saya akan sangat
menghargai, bila Anda paling tidak, bersedia menemuinya."
Mary tak tahu harus berkata apa. Bagaimana ia dapat menjelaskan bahwa
dunianya kini telah terbalik, dan hidupnya telah hancur" Seluruh perhatiannya kini hanyalah Beth dan Tim. Ia memutuskan bahwa demi sopan-santun, ia
akan menemui utusan itu, dan kemudian menolaknya dengan seanggun
mungkin. "Saya akan menemuinya, Bapak Presiden, tapi saya tak akan mengubah
pendapat saya." *** Ada sebuah bar yang terkenal di Boulevard Bineau yang sering dikunjungi
penjaga-penjaga Marin Groza bila mereka tidak bertugas di vila di Neuilly.
Bahkan Lev Pasternak pun kadang-kadang mengunjungi bar itu. Angel memilih sebuah meja dalam ruangan itu di mana percakapan yang berlangsung dapat
dicuri-dengar. Keluar dari kerutinan yang kaku di vila itu para penjaga suka minum-minum, dan kalau mereka mabuk, mereka akan bicara. Angel
mendengarkan, mencari titik-titik kelemahan vila itu. Pasti ada satu titik rawan. Orang hanya perlu cukup cerdik untuk menemukannya.
Pada hari ketiga barulah Angel dapat mencuri-dengar suatu percakapan
yang memberikan petunjuk untuk memecahkan masalahnya.
Seorang penjaga berkata, "Aku tidak tahu apa yang dilakukan Groza
terhadap pelacur-pelacur yang dibawanya ke sana, tapi mereka
mencambukinya habis-habisan. Coba kaudengarkan jeritannya yang
melengking. Minggu yang lalu aku mengintip cambuk-cambuk yang
disimpannya dalam lemari pakaiannya..."
Dan malam berikutnya. "...Para pelacur yang dipanggil ke vila oleh
pemimpin kita yang gagah berani itu sungguh cantik-cantik. Mereka dibawa
dari seluruh dunia. Lev mengaturnya sendiri. Ia cerdik, ia tak pernah
menggunakan gadis yang sama dua kali. Dengan cara itu, tak seorang pun
dapat menggunakan gadis itu untuk mencapai Marin Groza."
Itulah semua keterangan yang diperlukan Angel.
Pagi-pagi sekali keesokan harinya, Angel mengganti mobil sewaan dan
mengemudikan sebuah Fiat ke Paris. Sex shop terletak di Montmartre, di Place
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pigalle, di tengah suatu daerah yang didiami para wanita tuna susila dan
mucikari. Angel masuk ke dalam, berjalan dengan lambat sepanjang gang,
dengan cermat melihat barang-barang yang diperdagangkan. Ada borgol,
rantai, dan helm berpaku besi, celana kulit dengan celah di depannya, pemijat penis, boneka karet yang dapat ditiup dan kaset-kaset video porno. Ada pipa penyemprot kemaluan lelaki dan krim anus, serta cambuk-cambuk kulit yang
dikepang sepanjang hampir dua meter, dengan potongan kulit kecil yang keras dan tajam di ujungnya.
Angel membeli sebuah cambuk, membayar lunas dan pergi.
Keesokan harinya, Angel membawa cambuk itu kembali ke toko. Manajer
toko memandangnya dan menggerutu. "Tak dapat dikembalikan."
"Saya tak ingin mengembalikan," Angel menjelaskan. "Saya merasa canggung membawa-bawa benda ini ke mana-mana. Saya akan senang sekali
bila Anda mau mengirimkannya untuk saya. Akan saya bayar ekstra, tentu
saja." Sore itu juga, Angel telah berada di pesawat terbang menuju Buenos Aires.
Cambuk yang dibungkus rapi itu, tiba di vila di Neuilly keesokan harinya.
Kiriman itu dihadang oleh penjaga di gardu jaga. Ia membaca label toko
pengirim di atas paket itu, membukanya, dan meneliti cambuk itu dengan rasa ingin tahu. Kupikir lelaki kawakan itu telah cukup punya barang macam ini.
Ia memberikan ke dalam dan seorang penjaga lain membawanya ke lemari
di kamar tidur Marin Groza, di mana ia menempatkannya bersama cambukcambuk yang lain. 10 Fort riley, benteng militer tertua di Amerika Serikat, dibangun pada tahun 1853 ketika Kansas masih disebut sebagai "Indian Territory". Benteng itu dibangun untuk melindungi gerbong kereta dari kecamuk perang Indian.
Dewasa ini markas itu digunakan terutama untuk basis helikopter dan
landasan pesawat terbang militer ukuran kecil bersayap tancap.
Ketika Stanton Rogers mendarat dengan pesawat DC-7, ia disambut oleh
komandan stafnya. Sebuah Limousine telah menunggu, untuk mengantarkan
Stanton ke rumah keluarga Ashley. Ia telah menelepon Mary setelah Presiden menelepon.
"Saya berjanji untuk membuat kunjungan saya sesingkat mungkin, Nyonya Ashley. Saya merencanakan naik pesawat terbang hari Senin sore untuk
mengunjungi Anda, apakah Anda setuju?"
Ia begitu sopan. Padahal ia orang yang begitu penting. Mengapa Presiden
mengirimkannya kemari untuk berbicara denganku "Ya, saya kira begitu."


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan suatu spontanitas, Mary bertanya, "Maukah Anda makan malam
bersama kami?" Stanton bimbang. "Terima kasih." Wah malam itu pasti akan terasa lama dan menjemukan, pikir Stanton.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Florence Schiffer mendengar kabar itu, ia merasa gembira dan
berdebar-debar, "Penasihat Presiden untuk Masalah-masalah Luar Negeri akan datang untuk makan malam di sini Itu berarti kau menerima penunjukan
jabatan itu!" "Florence, bukan berarti demikian. Aku terlanjur berjanji pada Presiden untuk mau berbicara dengannya. Itu saja"
Florence melingkarkan lengannya ke Mary dan memeluknya. "Aku hanya
ingin kau melakukan apa yang membuatmu bahagia."
"Aku tahu." Stanton Rogers adalah pria yang menakutkan, menurut Mary. Mary telah
melihatnya dalam acara Meet the Press, dan telah melihat fotonya dalam
majalah Time, tapi pikirnya Ia tampak lebih besar dalam kenyataannya. Ia
sopan, tapi ada suatu jarak yang membuatnya terasa jauh.
"Perkenankan saya untuk sekali lagi menyampaikan ucapan belasungkawa Presiden atas tragedi mengerikan yang menimpa suami Anda, Nyonya Ashley."
"Terima kasih."
Ia memperkenalkannya kepada Beth dan Tim. Mary pergi ke dapur untuk
melihat bagaimana Lucinda mempersiapkan makan malam.
"Masakan bisa dihidangkan kapan saja Anda siap untuk makan," Lucinda berkata, "tapt ia tak akan menyukainya."
Ketika Mary memberi tahu Lucinda bahwa Stanton Rogers akan datang ke
rumah itu untuk makan, dan bahwa ia ingin Lucinda memasak pot roast,
Lucinda telah mengatakan, "Orang seperti Tuan Rogers tak makan pot roast."
"Oh, Apa yang mereka makan?"
"Chauteaubriand et crepes suzettes."
"Kita akan menghidangkan pot roast."
"Baiklah," Lucinda berkata menentang, "tapi itu menu makan malam yang keliru."
Bersama menu pot roast itu ia telah mempersiapkan pure kentang berkrim,
sayuran segar, dan selada. Ia telah membuat pumpkin pie untuk makanan
pencuci mulut. Stanton Rogers menghabiskan semua makanan di pitingnya.
Selama makan malam Mary dan Stanton Rogers membicarakan masalah para
petani. "Para petani di daerah pedalaman barat dilanda suatu tekanan berat antara harga jual-rendah dan produksi melimpah," kata Mary jujur. "Mereka terlalu miskin untuk meminta pinjaman, tapi terlalu bangga untuk mengobral hasil
panen mereka." Mereka berbicara tentang sejarah cemerlang Junction City, dan Stanton
Rogers akhirnya membawa pembicaraan ke Rumania.
"Apa pendapat Anda tentang pemerintahan Presiden Ionescu?" ia bertanya kepada Mary
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak ada pemerintahan di Rumania, dalam arti yang sebenarnya," jawab Mary. "Ionescu adalah pemerintah itu sendiri. Ia adalah pengendali
keseluruhan." "Apakah menurut Anda akan ada revolusi di sana?"
"Tidak, dalam keadaan seperti sekarang ini, Satu-satunya orang yang cukup kuat untuk menggulingkannya adalah Marin Groza yang mengasingkan diri di
Prancis." Pertanyaan berlanjut. Mary merupakan seorang ahli tentang negara-negara
Tirai Besi, dan Stanton Rogers jelas-jelas tampak terkesan. Mary mempunyai perasaan tidak nyaman bahwa Stanton Rogers seakan mengujinya dengan
mikroskop sepanjang malam. Dan tanpa disadarinya, dirinya sudah diarahkan ke sana.
Paul benar, pikir Stanton Rogers. Wanita ini benar-benar menguasai
masalah-masalah Rumania. Dan ada nilai tambahnya. Kita membutuhkan
orang yang bisa menampilkan citra yang baik, sebagai lawan citra the Ugly American. Dia juga cantik menarik. Dia dan anak-anaknya cocok sekali untuk paket politik yang hendak kita jual. Stanton Rogers makin lama makin tertarik pada prospek itu. Dia bisa jauh lebih berguna daripada yang dibayangkannya.
Di akhir pertemuan itu, Stanton Rogers berkata, "Nyonya Ashley, saya akan mengaku sejujur-jujurnya terhadap Anda. Mula-mula saya menentang rencana
Presiden Ellison untuk mengangkat Anda sebagai Duta Besar untuk Rumania.
Pos itu adalah pos yang sangat penting dan sangat sensitif, begitu argumentasi saya. Hal ini saya sampaikan pada Anda sekarang, karena pandangan saya
telah berubah. Kini saya yakin, Anda akan menjadi seorang duta besar yang luar biasa."
Mary menggelengkan kepalanya. "Maaf, Tuan Rogers. Saya bukan politikus, Saya seorang amatir."
"Seperti yang dikatakan sendiri oleh Presiden Ellison kepada saya, sebagian besar duta besar kita yang paling berhasil pada mulanya juga orang-orang
amatir. Dan, tadinya mereka juga tidak punya pengalaman di Departemen
Luar Negeri. Walter Annenberg, bekas Duta Besar untuk Inggris Raya, semula adalah pengusaha penerbitan."
"Saya bukan..."
"Arthur Burns, bekas Duta Besar untuk Republik Federasi Jerman, asisten profesor, dan John Kenneth Galbraith, Duta Besar untuk India, juga profesor.
Mike Mansfield mengawali kariernya sebagai reporter sebelum menjadi senator dan kemudian diangkat sebagai Duta Besar untuk Jepang. Saya dapat
memberikan selusin contoh lagi kepada Anda. Orang-orang itu adalah semua
yang Anda sebut sebagai 'amatir'. Yang mereka miliki, Nyonya Ashley, adalah kecerdasan, cinta tanah air, dan minat yang baik terhadap rakyat negara
tempat mereka akan bertugas."
"Anda menjelaskannya seakan hal itu begitu sederhana."
"Sebagaimana Anda mungkin menyadari, Anda telah diselidiki dengan
sangat cermat. Anda telah disetujui oleh badan pemeriksa keamanan, Anda
tak punya masalah dengan IRS, dan tak ada konflik minat perhatian. Menurut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mr. Hunter, Anda seorang dosen yang sempurna, dan tentu saja Anda ahli
tentang Rumania. Anda memiliki langkah awal yang bagus sekali. Yang
terakhir dan yang terpenting, Anda memiliki citra yang diinginkan oleh
Presiden Ellison atas utusan dalam proyek negara-negara Tirai Besi, di mana mereka menyebarkan propaganda yang berlawanan tentang kita."
Mary mendengarkan, wajahnya tampak penuh pemikiran. "Tuan Rogers,
saya ingin Anda dan Presiden mengetahui bahwa saya menghargai segaia yang Anda katakan. Tapi saya tak dapat menerimanya. Saya harus memikirkan Beth dan Tim. Saya tak dapat mencabut mereka dengan begitu saja dari sekolah
seperti?" "Ada sekolah yang baik untuk anak-anak diplomat di Bucharest." Rogers memberitahunya. "Tim dan Beth akan mengalami masa pendidikan yang
menyenangkan dengan pengalaman hidup di negara asing. Mereka akan
mempeiajari hai-hai yang tak akan dapat mereka pelajari di sekolah di sini."
Percakapan itu tidak berlangsung seperti yang telah direncanakan oleh Mary.
"Saya tidak"Saya akan memikirkannya. "saya akan menginap di kota", kata stanton Rogers. "Saya akan menunggu jawaban Anda di All Seasons Motel.
Percayalah, Nyonya Ashley, saya tahu betapa besar arti keputusan ini bagi Anda. Tapi program ini sangat penting, tidak hanya bagi Presiden, tapi bagi negara kita juga. Cobalah renungkan hal itu."
Ketika Stanton Rogers telah pergi, Mary naik ke lantai atas. Anak-anaknya sedang menunggunya, dengan mata terbuka lebar dan hati berdebar-debar.
"Apakah Mama akan menerima tugas itu?" tanya Beth.
"Kita harus membicarakannya. Bila Mama memutuskan untuk menerimanya, itu berarti bahwa kalian harus meninggalkan sekolah dan teman-teman kalian di sini. Kalian akan hidup di suatu negara asing di mana kita tak dapat
berbicara bahasanya, dan kalian akan bersekolah di sekolah yang baru."
"Tim dan aku telah membicarakan itu semua," kata Beth, "dan Mama tahu apa pendapat kami?"
"Apa?" "Bahwa negara mana pun akan benar-benar beruntung jika memiliki
seorang duta besar seperti Mama."
Ia berbicara kepada Edward malam itu. Kau seharusnya mendengarkannya,
Sayang. Ia membuat kesan seakan-akan Presiden benar-benar
membutuhkanku. Mungkin ada sejuta orang yang dapat melakukan tugas itu
lebih baik daripada yang dapat kulakukan, tapi ia menyanjungku. Apakah
kauingat ketika kita membicarakan betapa menggembirakannya hal itu" Nab,
kini aku mendapat kesempatan itu lagi, dan aku tak tahu harus berbuat apa.
Terus terang saja, aku merasa ngeri. Ini rumah kita. Bagaimana aku tega
untuk meninggalkannya Betapa banyaknya kenangan akan dirimu di sini. Ia
menangis. Hanya inilah yang kautinggalkan untukku. Tolonglah aku untuk
mengambil keputusan. Tolonglah aku, Sayang....
Dalam pakaian tidur, ia duduk di dekat jendela, sambil memandang ke luar, ke arah pepohonan yang menggigil ditiup angin yang menderu-deru tak henti-hentinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada dini hari ia mengambil keputusan..
Pukul sembilan pagi keesokan harinya, Mary menelepon All Seasons Motel
dan minta bicara dengan Stanton Rogers.
Ketika ia telah mengangkat telepon, Mary berkata, "Tuan Rogers, tolong sampaikan kepada Presiden bahwa saya merasa mendapat kehormatan untuk
menerima pencalonan sebagai duta besar"
11 Yang ini jauh lebih cantik daripada yang lain-lain sebelumnya, pikir penjaga itu. Penampilannya tidak seperti seorang pelacur. Ia mungkin dapat menjadi seorang bintang film atau foto model. Usianya dua puluhan, dengan rambut
pirang panjang dan kulit bersih seputih susu. Ia mengenakan gaun karya
Hijaunya Lembah Hijaunya 10 Pendekar Naga Putih 64 Gerombolan Setan Merah Pendekar Muka Buruk 7

Cari Blog Ini