Ceritasilat Novel Online

Kincir Angin Para Dewa 6

Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon Bagian 6


"Ah, jangan ganggu Mama," kata Tim. "Dia baru sembuh dari flu Rumania."
Kalimat yang lucu, pikir Mary. Keracunan arsenikum"flu Rumania.
"Kami mau nonton film malam ini. Boleh, kan?" tanya Tim.
"Mama, kami boleh nonton film malam ini?"
Mary mengoreksinya. "Apa itu berarti 'ya'?"
Mary tak punya rencana nonton film, tapi akhir-akhir ini dia jarang
berkumpul dengan anak-anaknya. Diputuskannya untuk menghibur mereka.
"Maksud Mama, ya'."
"Terima kasih, Madam Ambasador," teriak Tim. "Kuambil alatnya dulu, ya."
"Jangan, kau tak boleh. Yang terakhir dulu kan kau yang memilih. Boiehkah kami nonton American Graffiti lagi?"
American Graffiti. Dan tiba-tiba Mary tahu, bukti macam apa yang akan
ditunjukkannya pada Stanton Rogers.
Tengah malam, Mary menyuruh Carmen memanggil taksi. "Anda tidak ingin diantarkan Florian?" tanya Carmen. "Dia..."
"Tidak." Ini harus dilakukan diam-diam.
Beberapa menit kemudian ketika taksi datang, Mary pun langsung naik.
"Kedutaan Amerika."
Sopir taksi itu menjawab. "Malam-malam begini pasti sudah tutup. Tak seorang pun..." Dia berpaling dan mengenalinya. "Madam Ambasador! Ini suatu kehormatan besar." Dia menjalankan mobilnya. "Saya mengenali Anda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena gambar-gambar Anda terpampang di koran-koran dan di majalahmajalah. Anda hampir sama terkenalnya dengan pemimpin besar kami."
Orang-orang di kedutaan telah berkomentar tentang banyaknya publisitas
yang diterimanya dari pers Rumania.
Sopir itu melanjutkan obrolannya. "Saya suka Amerika. Orang-orangnya ramah. Saya berdoa semoga. gerakan dari-rakyat-ke-rakyat yang dicanangkan presiden Anda berhasil. Kami, bangsa Rumania, sangat mendukung gagasan
itu. Sudah waktunya dunia ini diurus dengan cara damai."
Mary sedang tak ingin mengobrol. Sampai di Kedutaan, Mary menunjuk
tempat yang bertanda: Parcare cu Locuri Rezervate. "Parkir di sana, ya. Dan tunggu saya satu jam lagi. Saya akan kembali ke rumah."
"Baik, Madam Ambasador." Seorang serdadu marinir mendekati taksi itu.
"Hei, Anda tak boleh parkir di situ, itu..."
Dia mengenali Mary, dan mengambil sikap hormat. "Maaf. Selamat malam, Madam Ambasador."
"Selamat malam," kata Mary.
Serdadu itu mengantarkan Mary sampai ke pintu utama dan membukanya.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Tidak. Saya akan ke kantor saya selama beberapa menit."
"Silakan, Madam." Diperhatikannya Mary yang berjalan menyusuri koridor.
Mary menyalakan lampu kantornya dan memandang dinding di mana
tadinya tercoret kata-kata ancaman"yang kini sudah dibersihkan. Dia
melangkah ke pintu penghubung yang menghubungkan kantornya dengan
kantor Mike Slade, lalu masuk ke sana. Ruangan itu gelap. Mary menyalakan lampu dan memandang berkeliling.
Tak ada kertas-kertas di mejanya. Mary memeriksa laci-laci. Kosong, kecuali berisi brosur, buletin, dan jadwal-jadwal. Kertas-kertas yang tak ada artinya di mata wanita petugas kebersihan yang suka memata-matai. Mary memandang
isi kantor itu. Barang itu harus ditemukan di sini. Tak ada tempat lain untuk menyembunyikannya, dan tak mungkin pula dibawanya ke mana-mana.
Diperiksanya kembali laci-laci itu. Lebih teliti sekarang. Pelan dan hati-hati.
Di laci paling bawah, di balik kertas-kertas yang dijejalkan sembarangan, tangannya menyentuh sesuatu yang keras. Mary menarik benda itu, dan
matanya terbelalak menatapnya.
Sekaleng cat merah. Beberapa menit sesudah pukul sembilan malam, Dr. Louis Desforges sudah
menunggu di Baneasa Woods, dekat air mancur. Pikirnya: Apa aku salah tidak melaporkan Mike Slade" Tidak. Aku harus mendengar penjelasannya dulu. Jika dia mengelak, aku bisa membunuhnya.
Tiba-tiba Mike Siade muncul dari kegelapan. "Terima kasih untuk
kedatangan Anda. Kita akan menjernihkan persoaian ini secepatnya. Anda
bilang di telepon, bahwa Anda duga seseorang berusaha meracuni Mary
Ashley." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya tahu. Seseorang sengaja meracuninya."
"Dan menurut Anda, sayalah yang bertanggung jawab?"
"Anda dapat memasukkannya ke kopinya, sedikit saja setiap kali."
"Apakah Anda sudah melaporkan ini pada seseorang?"
"Belum. Saya ingin bicara dulu dengan Anda."
"Saya senang mendengarnya," kata Mike. Dikeluarkannya tangannya dari sakunya. Kini tangan itu menggenggam pistol Magnum kaliber 475.
Louis terbelalak. "Apa"apa yang Anda lakukan" Dengarkan! Anda tidak..."
Mike Slade menarik pelatuknya, dan melihat bagaimana dada Louis
Desforges pecah, meledak, menyemburkan warna merah.
27 Di kedutaan Amerika, di Bubble Room, Mary sedang menelepon Stanton
Rogers lewat saluran khusus. Waktu itu pukul satu dini hari di Bucharest dan pukul delapan pagi di Washington D.C. Mary tahu, sekretaris Stanton Rogers selalu datang ke kantor pagi-pagi benar.
"Kantor Tuan Rogers."
"Ini Duta Besar Ashley. Saya tahu Tuan Rogers sedang mengikuti kunjungan Presiden Ellison ke Cina, tapi saya punya urusan mendesak yang harus segera saya sampaikan padanya. Bagaimana caranya saya bisa menghubunginya?"
"Maaf, Madam Ambasador. Jadwal acara beliau sering berubah-ubah. Saya tak punya nomor telepon beliau."
Mary merasa hatinya kacau. "Kapan Anda akan menerima kabar dari Tuan Rogers?"
"Sulit untuk mengetahui. Beliau dan Presiden jadwalnya amat penuh.
Mungkin seseorang di Departemen Luar Negeri bisa membantu Anda."
"Tidak," kata Mary seperti orang tolol. "Tak seorang pun bisa membantu saya. Terima kasih."
Mary duduk sendirian di ruangan itu, memandang kosong ke depan,
dikelilingi segala macam alat elektronik yang paling canggih di dunia, tapi tak satu pun dapat membantunya. Mike Slade telah berusaha membunuhnya. Dia
harus memberi tahu seseorang. Tapi siapa" Siapa yang dapat ia percaya"
Satu-satunya orang yang tahu perbuatan Mike Slade adaiah Louis Desforges.
Mary memutar nomor telepon apartemen dokter itu, tapi tetap tak ada
jawaban. Dia ingat benar apa yang di katakan Stanton Rogers: Jika kau ingin mengirim pesan yang amat rahasia padaku, dan tak ingin orang lain
membacanya, beri kode tiga X di sampulnya.
Mary bergegas kembali ke kantornya dan menulis pesan yang sangat
mendesak untuk Stanton Rogers. Dibubuhkannya tiga X di sampulnya.
Dikeluarkannya buku kode hitam dari lacinya yang terkunci, lalu dengan hati-hati disalinnya pesannya ke dalam bahasa sandi. Setidak-tidaknya, jika
sesuatu terjadi pada dirinya, Stanton Rogers akan tahu siapa yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertanggung jawab. Mary berjalan ke Ruang Komunikasi. Eddie Maltz, agen
CIA, kebetulan sedang ada di sana.
"Selamat malam, Madam Ambasador. Anda kerja sampai larut malam hari
ini." "Ya," kata Mary. "Ada pesan yang ingin saya kirimkan. Saya minta dikirim secepat mungkin."
"Saya sendiri yang akan mengirimkannya."
"Terima kasih." Diulurkanrrya pesan itu dan berjalan ke arah pintu depan.
Betapa rindunya dia pada anak-anaknya. Dia ingin berada dekat anakanaknya. Di Ruang Komunikasi, Eddie Maltz sedang memecahkan sandi dari pesan
yang diberikan Mary tadi. Setelah selesai, dibacanya sekali lagi. Dahinya berkerut. Dia melangkah ke arah mesin penghancur kertas, memasukkan
pesan itu, dan memperhatikan sampai tak ada lagi yang tersisa.
Kemudian dia menelepon Floyd Baker, Menteri Luar Negeri, di Washington.
Nama kodenya: Thor. *** Lev Pasternak membutuhkan waktu dua bulan untuk melacak jejak yang
berputar-putar itu sampai ke Buenos Aires. SIS dan selusin lembaga
keamanan lainnya telah membantunya menunjukkan identitas si pembunuh:
Angel. Mossad memberinya nama Neusa Munez, gundik Angel. Mereka semua
ingin membunuh Angel. Bagi Lev Pasternak, Angel telah menjadi obsesi.
Karena kesalahan Pasternak, Marin Groza terbunuh, dan Pasternak tak bisa
memaafkan kegagalannya sendiri. Dia sebetulnya bisa membuat pernyataan
tak bersalah, atau mengakui kegagalannya. Tapi dia ingin membalas
kegagalannya itu. Lev Pasternak tak menemui Neusa Munez secara langsung. Dia berhasil
menemukan apartemen tempat tinggal perempuan itu, dan mengawasinya
terus, menanti kalau-kalau Angel muncul. Lima hari kemudian, ketika tak ada tanda-tanda Angel akan muncul, Pasternak mulai beraksi. Dia menunggu
sampai perempuan itu meninggalkan apartemennya, dan lima belas menit
kemudian naik ke atas, mengutak-utik kunci apartemennya, dan masuk ke
dalam. Dengan teliti dan cekatan dia memeriksa isi apartemen itu. Tak ada foto, catatan, maupun alamat yang dapat membawanya pada Angel. Pasternak
menemukan setelan-setelan di dalam lemari. Diperiksanya label penjahitnya, Herrera, Diambilnya sebuah jas dari gantungannya. Semenit kemudian dia
sudah pergi, diam-diam, seperti waktu datangnya.
Esok harinya Lev Pasternak pergi ke penjahit Herrera. Rambutnya acakacakan, pakaiannya kumal, dan napasnya bau wiski.
Manajer bagian pakaian pria keluar menyambutnya dengan nada yang sinis,
"Ada perlu apa, senor?"
Lev Pasternak tersenyum polos. "Yeah" katanya. "Semalam aku mabuk.
Habis main kartu dengan banci-banci Amerika Selatan. Pokoknya kami main
sampai mabuk, Bung. Dan, salah satu banci pesolek itu"aku tak ingat
namanya"meninggalkan jasriya di kamarku," Lev mengacungkan tangannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang memegang jas, tangan itu gemetar. "Ada label penjahit Herrera di sini, jadi, kupikir Bung bisa kasih tahu, ke mana mesti kukembalikan jas ini."
Si Manajer memeriksa jas itu. "Ya, kami memang menjahit jas ini. Saya harus melihat daftar pesanan dulu. Di mana saya bisa menghubungi Anda?"
"Tak bisa," gumam Lev Pasternak. "Aku mau main poker lagi. Punya kartu nama" Aku yang akan menelepon ke sini."
"Ya." Manajer itu mengulurkan kartu namanya.
"Bung tidak boleh mencuri jas itu, ya?" kata Lev dengan gaya orang mabuk.
"Tentu saja tidak," si Manajer berkata dengan nada tersinggung.
Lev Pasternak menepuk-nepuk punggungnya dan berkata, "Bagus.
Kutelepon Bung sore nanti."
Sore itu ketika Lev menelepon dari kamar hotelnya, si Manajer menjawab,
"Jas itu milik Senor H.R. de Mendoza. Dia tinggal di Suite 417, Hotel Aurora."
Lev Pasternak memeriksa pintu kamarnya. Terkunci rapat. Diambilnya
sebuah kopor kecil dari dalam lemari, diletakkannya di atas tempat tidur, lalu dibukanya. Di dalamnya tersimpan pistol SIG-Saur kaliber 45 lengkap dengan peredam, pinjaman seorang kawannya yang bekerja di Dinas Rahasia
Argentina. Pasternak mengecek dan memastikan bahwa pistol itu berisi penuh dan peredamnya terpasang baik. Dikembalikannya kopor itu ke dalam lemari, lalu tidur.
Pukul lima pagi, Lev Pasternak berjalan tenang tapi hati-hati sepanjang
koridor lantai empat Hotel Aurora. Ketika sampai di depan kamar nomor 417, dia menoleh ke sekelilingnya, memastikan bahwa tak seorang pun
mengintipnya. Dia mengutak-atik pintu yang terkunci itu dengan sebatang
kawat tipis. Ketika dirasanya kunci membuka, dikeluarkannya pistolnya.
Punggungnya terembus angin ketika pintu di seberang kamar 417
membuka, dan sebeium Pasternak sempat menoleh, dirasanya sesuatu yang
keras dan dingin ditempelkan ke tengkuknya.
"Aku tak suka dikuntit," kata Angel.
Lev Pasternak mendengar bunyi "klik" ketika picu ditarik, sedetik sebeium kepalanya pecah dan otaknya berhamburan.
Angel tak tahu apakah Pasternak bekerja sendirian atau ada kawankawannya, tapi tak ada salahnya untuk ekstra hati-hati. Dia sudah ditelepon, dan sudah waktunya dia beraksi. Mula-mula dia harus berbelanja. Ada sebuah toko pakaian dalam yang bagus di Pueyerredon, mahal, tapi Neusa harus
diberi yang terbaik. Bagian dalam toko itu sejuk dan tenang.
"Saya ingin membeli baju tidur, yang tipis, mini, dan penuh renda," kata Angel.
Pramuniaga itu terbelalak.
"Dan beberapa celana dalam yang bagian depannya terbuka...."
Lima belas menit kemudian, Angel masuk ke Frenkel. Rak-rak di toko itu
penuh dengan dompet-dompet kulit, sarung tangan, dan tas-tas kantor.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya mau beli tas kantor. Hitam."
Restoran El Aljire yang terletak di Hotel Sheraton adaiah salah satu restoran terbaik di Buenos Aires. Angel memilih sebuah meja di sudut, dan meletakkan tas yang masih baru itu di atasnya. Pelayan datang menghampirinya.
"Selamat sore."
"Saya pesan Pargo, sudah itu Parrillado dan Porotos dan Verduras. Makanan pencuci mulut akan saya pesan nanti."
"Baik." "Mana kamar kecil?"
"Di belakang, lewat pintu di ujung sana, di sebelah kiri."
Angel bangkit dan melangkah ke bagian belakang restoran, tasnya
ditinggalkannya di atas meja. Ada dua pintu kecil di koridor itu, satu bertanda Hombres, dan satunya bertanda Senoras. Di ujung koridor ada dua pintu yang membuka ke arah dapur yang ribut dan penuh asap. Angel membuka salah
satu pintu itu dan masuk ke dalam. Suasana di situ sibuk sekali, para koki dan asisten koki bekerja giat, mencoba memenuhi pesanan-pesanan yang terus
mengalir masuk pada jam-jam makan siang itu. Pelayan-pelayan keluar-masuk sambil membawa nampan yang penuh aneka macam hidangan atau piring
kotor. Para koki meneriaki pelayan-pelayan, dan para pelayan meneriaki
perugas cuci piring. Angel bergerak tenang, menyeberangi ruangan tanpa menarik perhatian,
dan keluar lewat pintu belakang yang membuka ke sebuah lorong sempit.
Lima menit dia berdiri di situ, untuk memastikan bahwa tak seorang pun
membuntutinya. Ada satu taksi di ujung jalan. Angel memberi alamat Humberto 1 pada
sopirnya, turun satu blok sesudahnya, dan memanggil taksi lain.
"Donde, por favor"
"Aeropuerto." Tiket penerbangan ke London sudah menantinya di sana. Kelas Turis. Kelas
satu terlalu menyolok. Dua jam kemudian Angel memperhatikan kota Buenos Aires pelan-pelan
lenyap di balik awan, seperti disulap saja. Kemudian dia mengonsentrasikan pikirannya pada rencananya, dan memikirkan instruksi yang diterimanya.
Anak-anak harus ikut mati bersamanya. Cara matinya harus luar biasa.
Angel tak suka didikte bagaimana dia akan melaksanakan pembunuhan.
Hanya orang-orang amatir tolol saja yang berani menasihati para professional.
Angel tersenyum. Mereka semua akan mati, dan mati dengan cara yang luar
biasa, yang tak terbayangkan oleh siapa pun.
Angel tertidur pulas, tanpa mimpi.
Heathrow Airport di London penuh sesak dengan turis-turis musim panas,
dan dibutuhkan waktu lebih dari satu jam naik taksi dari bandara ke Mayfair.
Lobi Hotel Churchill penuh orang-orang yang sedang check in dan check out.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang bell boy mengurus tiga koper Angel.
"Bawa ke kamarku. Aku ada urusan sebentar."
Tip-nya biasa-biasa saja, sehingga tak mungkin akan diingat oleh si bell boy.
Angel melangkah ke arah deretan lift, menunggu sampai salah satu kosong,
dan masuk ke dalam. Ketika lift sudah bergerak, Angel memencet angka lima, tujuh, sembilan,
dan sepuluh, dan keluar di lantai lima. Jika ada yang memperhatikan lift-nya di lobi, orang itu pasti akan heran.
Tangga belakang itu menuju ke sebuah lorong sempit, dan lima menit
setelah check in di Hotel Churchill, Angel naik taksi kembali ke Heathrow.
Nama yang tercantum di paspor adaiah H.R. de Mendoza. Tujuan
penerbangannya adaiah Bucharest, dengan pesawat Tarom Airlines. Angel
mengirim telegram dari bandara.
TIBA HARI RABU H.R. de Mendoza
Telegram itu dialamatkan kepada Eddie Maltz
Esok paginya, pagi-pagi benar, Dorothy Stone berkata, "Dari kantor Stanton Rogers."
"Akan saya terima," kata Mary cepat. Direbutnya pesawat itu: "Stan?"
Didengarnya suara sekretaris Stanton Rogers, dan rasanya mau dia
menangis karena frustrasi. "Tuan Rogers menyuruh saya menghubungi Anda, Madam Ambasador. Beliau masih bersama Presiden dan tak sempat
menelepon, tapi beliau menyuruh saya menanyakan, apakah Madam
Ambasador baik-baik saja. Jika Anda bersedia mengatakan masalah...?"
"Tidak," potong Mary, sambil berusaha menyembunyikan kekecewaannya dari suaranya. "Saya... saya harus melaporkannya langsung padanya."
"Maaf, saya kira takkan dapat disambungkan sampai besok. Beliau berpesan akan segera menghubungi Anda bila sudah sempat."
'Terima kasih. Saya akan menunggu teleponnya." Diletakkannya pesawat itu. Tak ada lagi yang bisa dilakukannya kecuali menunggu.
Mary terus berusaha menelepon Louis di apartemennya. Tak ada jawaban.
Dicobanya menghubungi Kedutaan Prancis. Mereka tak tahu ada di mana dia.
"Tolong, minta dia segera menelepon saya jika Anda sudah mendapat kabar darinya."
Dorothy Stone berkata, "Ada telepon untuk Anda, tapi dia tak mau mengaku siapa namanya."
"Baiklah." Mary mengambil pesawat itu. "Halo, ini Duta Besar Ashley."
Sebuah suara wanita yang lembut dengan aksen Rumania berkata, "Saya
Corina Socoli." Nama itu dikenalnya. Seorang gadis jelita, dua puluhan, dan balerina
Rumania yang paling terkenal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya membutuhkan bantuan Anda," kata gadis itu. "Saya sudah memutuskan untuk minta suaka."
Aku tak bisa menanganinya hari ini, pikir Mary. Tidak sekarang. Katanya,
"Saya"saya tak berani berjanji apakah akan bisa membantu Anda." Pikirannya bekerja cepat. Diingatnya segala pelajaran yang diberikan padanya tentang mereka yang minta suaka.
Sebagian besar dari mereka adaiah agen Soviet. Kita menolong mereka dan
mereka memberi kita sedikit informasi yang tak ada artinya, atau malahan
informasi yang keliru. Beberapa dari mereka ternyata hanya sekaliber tikus mondok. Tangkapan yang sesungguhnya adaiah pejabat-pejabat teras dinas
rahasia atau para ilmuwan. Yang seperti itu selalu bisa kita manfaatkan. Tapi, bagai-manapun, kita tak akan memberikan suaka politik, jika tidak ada alasan yang benar-benar kuat.
Corina Socoli kini terisak-isak, "Oh, tak aman kalau saya katakan saya di mana. Anda harus mengirimkan seseorang untuk menjemput saya."
Pemerintah komunis sangat pandai memasang jebakan. Orang-orang- yang
pura-pura minta suaka politik. Anda masukkan mereka ke Kedutaan, dan
mereka akan berteriak bahwa mereka diculik. Itu memberi alasan pada
mereka untuk menyerang Amerika Serikat.
"Di mana Anda?" tanya Mary.
Hening sejenak. Kemudian, "Saya kira saya harus mempercayai Anda. Saya di Roscow Inn, di Moldavia. Bisakah Anda datang menjemput saya?"
"Tidak," jawab Mary. "Tapi akan saya kirim seseorang untuk menjemput Anda. Jangan menelepon lagi. Tunggu saja di situ. Saya..."
Pintu terbuka, dan Mike Slade melangkah masuk. Mary mendongak kaget.
Pria itu mendekatinya. Suara di ujung telepon berseru, "Halo" Halo?"
"Anda bicara dengan siapa?"
"Dengan"dengan Dr. Desforges." Nama pertama yang melintas di
benaknya. Diletakkannya pesawat telepon itu, hatinya takut bukan main.
Jangan tolol, katanya pada diri sendiri. Kau ada di gedung Kedutaan. Dia
takkan berani membunuhmu di sini.
"Dr. Desforges?" ulang Mike pelan.
"Ya. Dia"dia sedang kemari." Ah, seandainya memang begitu, alangkah tenang hatinya!
Mata Mike bersinar aneh. Lampu meja Mary menyala, membuat bayang

Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bayang Mike terpampang di dinding, dan pria itu jadi nampak seperti raksasa yang mengancam.
"Anda yakin Anda sudah cukup sehat untuk masuk kantor lagi?"
Orang ini benar-benar berdarah dingin. "Ya. Saya sudah sehat."
Ingin benar rasanya Mary mengusir pria itu, sehingga dia bisa melarikan
diri. Aku tak boleh menunjukkan padanya bahwa aku takut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mike melangkah makin dekat. "Anda kelihatan tgang. Sebaiknya Anda ajak anak-anak berlibur ke tepi danau. Beberapa hari."
Dan di sana aku akan lebih mudah dibunuh.
Hanya memandang pria itu, Mary sudah merasa takut setengah mati dan
napasnya sesak. Interkomnya berdering. Menyelamatkannya.
"Maaf..." "Silakan." Mike diam sejenak, menatapnya, kemudian memutar tubuhnya dan pergi ke
kantornya sendiri, membawa bayang-bayangnya. Mary hampir menangis
karena lega. Diangkatnya pesawat telepon. "Halo?"
Dari Jerry Davis, Konsul Masalah Umum. "Madam Ambasador, maaf terpaksa mengganggu Anda, tapi ada berita buruk yang harus saya sampaikan pada
Anda. Kami baru saja menerima laporan polisi bahwa Dr. Louis Desforges
ditemukan terbunuh."
Ruang kantornya serasa berputar. "Anda"Anda yakin?"
"Ya, Madam. Dompetnya ditemukan dalam sakunya."
Kenangan yang terkubur dalam kini muncul ke permukaan, dan sebuah
suara di telepon berkata: Ini Sheriff Munster. Suami Anda tewas dalam
kecelakaan mobil. Dan luka hatinya berdarah kembali, membuat jantungnya
nyeri. Mary merasa dirinya hancur.
"Bagaimana"bagaimana terjadinya?" suaranya tercekik.
"Ditembak." "Apa mereka"apa mereka tahu siapa pelakunya?"
"Belum, Madam. Securitate dan Kedutaan Prancis sedang mengadakan
penyelidikan." Dijatuhkannya telepon itu, tubuh dan pikirannya serasa lumpuh. Mary duduk bersandar di kursinya, menatap langit-langit dengan pandangan kosong.
Langit-langit itu retak, bocor. Aku harus membenahinya, pikir Mary. Tak boleh ada kebocoran di Kedutaan ini. Ada juga kebocoran yang lain. Kebocoran di mana-mana. Hidup ini gila dan kita lemah. Dan kalau kita lemah, yang jahat akan menindas kita. Edward sudah jadi korban. Louis pun mati. Mary tak
berani mengingat-ingat itu. Dia mencari-cari kebocoran yang lain. Aku takkan bisa menahan penderitaan seperti ini lagi, pikirnya. Siapa yang ingin
membunuh Louis" Jawabannya langsung muncul begitu pertanyaan itu terlintas dalam
benaknya. Mike Slade. Louis tahu bahwa Mike Slade sengaja meracuninya
dengan arsenikum. Slade barangkali mengira, dengan terbunuhnya Louis,
mungkin tak seorang pun punya bukti untuk menuduhnya.
Kesadaran itu membuatnya makin ngeri. Dengan siapa Anda Bicara" Dr.
Desforges. Padahal Mike pasti tahu bahwa Dr. Desforges sudah terbunuh.
Mary tetap di kantornya sepanjang hari itu, merencanakan langkah
selanjutnya. Aku takkan membiarkan dia mengusirku. Aku takkan membiarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia membunuhku. Aku harus menghentikannya. Belum pernah Mary merasa
semarah itu. Dia akan melindungi dirinya dan anak-anaknya. Dan dia akan
menghancurkan Mike Slade.
Mary menelepon Stanton Rogers lagi. Pesan mendesak.
"Saya akan sampaikan pesan Anda, Madam Ambasador. Beliau akan segera menghubungi Anda begitu sudah sempat."
Mary tak bisa menerima kematian Louis. Pria itu begitu lembut, hangat, dan kini tubuhnya terbaring dalam kamar mayat"tanpa nyawa. Kalau saja aku
mau kembali ke Kansas, pikir Mary tolol, Louis pasti masih hidup hari ini.
"Madam Ambasador..."
Mary mendongak. Dorothy Stone mengulurkan sebuah amplop.
"Penjaga di pintu gerbang meminta saya menyampaikan ini. Katanya surat ini diantarkan oleh seorang anak laki-laki."
Amplop itu bertuliskan Pribadi, hanya boleh dibuka oleh Duta Besar Ashley.
Mary menyobek amplop itu. Tulisan di dalamnya rapi, dengan huruf cetak.
Bunyinya: Yth. Madam Ambasador: Nikmatilah hari terakhir Anda.
Surat ancaman itu ditandatangani "Angel".
Pasti akal Mike Slade yang lain, pikir Mary. Biarlah, aku tak takut. Aku akan berusaha menghindari orang itu.
Kolonel McKinney mempelajari surat itu. Dia menggelengkan kepala.
"Banyak orang gila di luar sana." Dia memandang Mary. "Anda harus menghadiri upacara peletakan batu pertama pembangunan bangunan
tambahan Perpustakaan Amerika. Saya akan membatalkannya dan..."
"Jangan" "Madam Ambasador, terlalu berbahaya untuk Anda jika..."
"Saya takkan apa-apa." Mary tahu, di mana sesungguhnya bahaya itu, dan dia sudah punya rencana untuk menghindarinya. "Di mana Mike Slade?"
tanyanya. "Sedang menghadiri pertemuan di Kedutaan Australia."
"Tolong panggil dia dan katakan saya ingin bicara dengannya sekarang juga."
"Anda ingin bicara dengan saya?" Nada bicaranya biasa saja.
"Ya. Saya ingin Anda melakukan sesuatu."
"Saya siap menjalankan perintah."
Sikapnya yang sinis membuat Mary serasa ditampar.
"Saya menerima telepon dari seseorang yang ingin minta suaka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa?" Mary tak mau memberitahukan namanya. Mike Slade pasti akan
mencelakakan gadis itu. "Itu tidak penting. Saya ingin Anda membawanya kemari."
Dahi Mike berkerut. "Apakah pemerintah Rumania ingin
mempertahankannya?" "Ya." "Well, itu akan mengakibatkan timbulnya banyak..."
Mary memotong kata-katanya. "Saya perintahkan Anda berangkat ke
Roscow Inn di Moldavia dan menjemputnya."
Mike akan membantah lagi, tapi dilihatnya ekspresi wajah Mary. "Jika itu keinginan Anda, saya akan menyuruh..."
"Tidak." Suara Mary sedingin baja. "Saya ingin Anda sendiri yang pergi ke sana. Saya akan perintahkan dua serdadu menemani Anda."
Dengan dikawal Gunny dan seorang serdadu marinir lainnya, Mike takkan
mungkin bertingkah. Mary telah memberi pesan pada Gunny agar sedetik pun
tak melepaskan Mike dari pengawasannya.
Mike memandang Mary. Wajahnya bingung. "Jadwal acara saya padat sekali.
Besok barangkali..."
"Saya ingin Anda segera berangkat. Gunny telah menunggu di kantor Anda.
Anda harus membawa orang itu kemari." Mary tak mau dibantah lagi.
Pelan-pelan Mike mengangguk. "Baiklah."
Mary memperhatikan pria itu berlalu. Hatinya lega. Tadi dia begitu tegang, sampai pusing rasanya. Jika Mike tak ada di dekatnya, Mary akan aman.
Diputarnya nomor telepon Kolonel McKinney. "Saya akan menghadiri
pertemuan itu," katanya.
"Menurut saya, sungguh, sebaiknya Anda tidak pergi, Madam Ambasador.
Mengapa Anda ingin menjadikan diri Anda sasaran yang empuk sementara...?"
"Saya tak punya pilihan lain. Saya mewakili negara kita. Bagaimana jadinya jika saya selalu bersembunyi di lemari pakaian setiap kali menerima surat ancaman" Sekali saja saya melakukannya, seterusnya saya akan malu sekali
dan takkan berani lagi tampil di depan umum. Lebih baik saya pulang saja.
Dan, Kolonel"saya tak pernah berkeinginan meninggalkan tugas."
28 Upacara peletakan batu pertama pembangunan bangunan tambahan gedung
Perpustakaan Amerika dijadwalkan akan dimulai pukul empat sore di
Alexandra Sahia Square, di atas tanah kosong yang luas, di samping bangunan utama Perpustakaan Amerika. Pukul tiga siang khalayak ramai sudah mulai
berdatangan. Kolonel McKinney telah mengadakan pertemuan dengan Kapten
Aurel Istrase, kepala Securitate.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami pasti akan memberikan pengamanan maksimal pada duta besar
Anda," Istrase meyakinkannya.
Istrase menepati janjinya. Diperintahkannya supaya mobil-mobil
dipindahkan dari daerah di sekitar tanah lapang itu, sehingga kemungkinan meledaknya bom mobil di tempat kejadian dihindarkan. Polisi diperintahkan berjaga di sekeliling tempat upacara, dan penembak-penembak tepat siaga di atap gedung Perpustakaan.
Beberapa menit sebeium pukul empat, semua sudah siap. Ahli-ahli
elektronik telah memeriksa kawasan itu dan tak menemukan bom yang
tersembunyi. Ketika pengecekan telah selesai,
Kapten Aurel Istrase berkata pada Kolonel McKinney, "Kami siap."
"Bagus." Kolonel McKinney berpaling pada ajudannya. "Katakan pada Duta Besar untuk segera berangkat."
Maty dikawal empat serdadu marinir ketika naik ke mobilnya.
Florian tersenyum cerah. "Selamat sore, Madam Ambasador. Perpustakaan yang baru nanti pasti luas dan cantik, ya?"
"Ya." Sambil menyetir, Florian terus saja bicara, tapi Mary tak mendengarkan.
Mary asyik mengenangkan betapa hangatnya sinar mata Louis yang penuh
tawa, betapa lembutnya dia ketika mereka bercinta. Mary membenamkan
kukunya ke telapak tangannya, sengaja menyakiti diri untuk mengusir
kenangan yang membuat luka hatinya berdarah kembali. Aku tak boleh
menangis, katanya pada diri sendiri. Apa pun yang kulakukan, aku tak boleh menangis. Tak ada lagi cinta, pikirnya putus asa, yang tinggal hanyalah
kebencian. Apa jadinya dunia ini nanti"
Sampai di tempat tujuan, dua serdadu marinir maju menyambutnya,
menoleh berkeliling, baru membukakan pintu.
"Selamat sore, Madam Ambasador?"
Sementara Mary berjalan ke arah tempat upacara, dua anggota Securitate
yang bersenjata berjalan di depannya, dan dua lagi di belakangnya,
melindunginya dengan tubuh mereka. Di atas atap, para penembak tepat
dengan penuh waspada mengawasi keadaan di bawah.
Para pengunjung bersorak dan bertepuk tangan ketika Duta Besar Amerika
Serikat melangkah ke lingkaran kecil yang sudah disiapkan untuknya. Tamutamunya sangat beragam, ada orang Rumania, Amerika, dan atase-atase dari
berbagai kedutaan yang ada di Bucharest. Hanya sedikit wajah-wajah yang
dikenalnya, sebagian besar adaiah wajah-wajah asing.
Mary memandang mereka dan berpikir: Bagaimana mungkin aku bisa
mengucapkan pidatoku" Kolonel McKinney benar. Seharusnya aku tidak
datang. Aku merasa tak berdaya dan takut sekali.
Kolonel McKinney sedang bicara, "Ladies and gentlemen, izinkan saya
mempersilakan Duta Besar Amerika Serikat untuk mengucapkan pidato."
Orang-orang bertepuk tangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary mengambil napas dalam-dalam dan mulai. "Terima kasih____"
Akhir-akhir ini pikirannya begitu terpusat pada berbagai kejadian yang
mengancam keselamatannya, sehingga ia lupa menyiapkan pidato. Tapi
sesuatu dalam dirinya memberinya kekuatan untuk bicara. Mary berpidato,
"Apa yang kita lakukan hari ini nampaknya tak ada artinya, tapi sesungguhnya sangat penting artinya karena melambangkan dibangunnya sebuah jembatan
baru yang menyegarkan hubungan negeri kami dengan negeri-negeri Eropa
Timur. Gedung baru ini nanti akan diisi dengan berbagai informasi mengenai Amerika Serikat. Di sini, Anda semua nanti akan bisa mempelajari sejarah
negeri kami, yang baik maupun yang buruk. Anda semua akan bisa melihat
gambar-gambar kota-kota kami, pabrik-pabrik, dan tanah-tanah pertanian..."
Pelan tapi penuh waspada, Kolonel McKinney dan orang-orangnya bergerak
di antara kerumunan orang. Ancaman itu berbunyi, "Nikmatilah hari terakhir Anda." Kapankah batas akhir yang ditentukan si pembunuh" Pukui enam sore"
Pukui sembilan" Tengah malam"
"...Tapi ada yang lebih penting yang sebaiknya Anda ketahui, lebih dari sekadar seperti apa Amerika Serikat itu. Jika gedung baru ini selesai dibangun nanti, Anda akan bisa merasakan bagaimana perasaan kami, bangsa Amerika.
Akan kami tunjukkan bagaimana spirit bangsa kami."
Di pojok lapangan, tiba-tiba sebuah mobii menerjang barikade polisi, melaju ke tengah lapangan dan berhenti mendadak di atas trotoar. Ketika seorang
poiisi yang kaget berlari mendekatinya, pengemudinya meloncat turun dan
mulai melarikan diri. Sambil berlari, orang itu mengeluarkan sebuah alat dari sakunya dan memencet tombolnya. Mobil itu meledak, dan pecahan logamnya
beterbangan ke segala arah. Tak satu pun sampai ke tengah lapangan, tempat Mary berdiri, tapi para pengunjung segera bubar dengan panik, semua
berusaha menyelamatkan diri, menjauhi tempat bencana itu. Seorang
penembak tepat mengangkat senapannya dan menembak jantung orang itu
sebelum ia sempat melarikan diri. Ditembaknya dua kali lagi, untuk
meyakinkan diri bahwa orang itu benar-benar sudah mati.
Polisi Rumania membutuhkan waktu satu jam untuk mengusir khalayak dari
Alexandra Sahia Square dan mengangkut mayat calon pembunuh itu. Barisan
pemadam kebakaran berhasil memadamkan api yang membakar mobil itu.
Mary segera dilarikan ke Kedutaan Amerika, tubuhnya gemetar.
"Anda yakin Anda tak ingin pulang ke ramah dan beristirahat?" Kolonel McKinney bertanya padanya. "Anda baru saja mengalami kejadian yang
mengerikan, yang..."
"Tidak," kata Mary keras kepala. "Kedutaan."
Hanya di sana dia bisa aman berbicara dengan Stanton Rogers. Aku harus
segera bicara padanya, pikir Mary, kalau tidak, sarafku bisa berantakan.
Ketegangan dan ketakutan akibat kejadian-kejadian yang beruntun
menimpanya rasanya tak tertahankan lagi. Dia telah berhasil menyingkirkan Mike, menjauhkan pria itu darinya, tapi usaha pembunuhan itu tetap saja
terjadi. Pasti Mike Slade tidak bekerja seorang diri.
Mary ingin sekali Stanton Rogers meneleponnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pukui enam sore, Mike Slade masuk ke kantor Mary. Langsung marahmarah. "Saya sembunyikan Corina Socoli di sebuah kamar di atas," katanya jengkel.
"Harusnya Anda katakan pada saya, siapa yang harus saya jemput. Anda membuat kekeliruan besar. Kita harus mengembalikannya. Dia adalah permata kebanggaan bangsa Rumania. Tak mungkin pemerintah Rumania akan
memberinya izin meninggalkan negeri ini, dan kita pun tak mungkin
menyelundupkannya ke luar. Jika..."
Kolonel McKinney bergegas masuk. Langkahnya terhenti ketika dia melihat
Mike Slade. "Kami sudah berhasil mengetahui identitas mayat itu. Dia Angel. Nama aslinya H.R. de Mendoza."
Mike terbelalak menatapnya. "Apa yang kau katakan itu?"
"Oh, lupa aku," kata Kolonel McKinney. "Kau tak ada waktu peristiwa itu terjadi, Apakah Duta Besar belum cerita padamu bahwa seseorang berusaha
membunuh beliau?" Mike berpaling dan menatap Mary. "Belum."
"Beliau menerima surat ancaman dari Angel. Orang itu berusaha membunuh beliau pada waktu upacara peletakan batu pertama tadi sore. Anak buah
Istrase berhasil menembaknya."
Mike berdiri terdiam, matanya menatap Mary dalam-dalam.
Kolonel McKinney berkata, "Angel ini buronan utama dinas rahasia semua negara yang ada di dunia."
"Di mana mayatnya?"
"Di kamar mayat, di kantor polisi."
Mayat itu telanjang, dibaringkan di atas meja batu. Orangnya biasa-biasa
saja, tingginya sedang, garis-garis tulangnya tak menonjol, salah satu
tangannya ditato dengan gambar jangkar, hidungnya tipis dan mulutnya
terkatup rapat, kakinya kecil, dan rambutnya tipis. Baju dan barang-barang miliknya ditumpuk di sebuah meja.
"Boleh saya melihatnya?"
Sersan polisi itu mengangkat bahu. "Silakan. Saya yakin, dia takkan
keberatan." Sersan itu nyengir mendengar leluconnya sendiri.
Mike mengambil jas orang itu dan memeriksa labelnya. Dari sebuah toko di
Buenos Aires. Sepatu kulitnya juga berlabel Argentina. Setumpuk uang
diletakkan dekat pakaian-pakaian itu, sejumlah lei, beberapa helai franc, beberapa pound Inggris, dan sekurang-kurangnya sepuluh ribu dollar dalam
bentuk mata uang peso"beberapa dalam bentuk mata uang peso yang baru,
dan sisanya lembaran satu juta peso yang sudah tak ada nilainya.
Mike berpaling pada si Sersan. "Apa yang Anda ketahui tentang orang ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia datang dari London, naik Tarom Airlines, dua hari yang lalu; Dia check in di Intercontinental Hotel dengan nama de Mendoza. Menurut paspornya, dia tinggal di Buenos Aires. Paspor itu palsu."
Polisi itu mendekat, memperhatikan mayat itu lebih baik. "Dia tidak mirip pembunuh bayaran kaliber internasional, bukan?"
"Tidak," Mike menyetujui. "Sama sekali tidak."
Dua lusin blok dari situ, Angel berjalan melewati kediaman resmi Duta Besar Amerika Serikat. Cukup cepat, agar tidak menarik perhatian empat serdadu
marinir yang menjaga pintu gerbang, tapi tidak terlalu cepat, sehingga dia masih bisa melihat sekilas dengan teliti, detil-detil bagian depan bangunan itu.
Foto-foto yang dikirimkan padanya sangat bagus dan jelas, tapi Angel lebih suka mengeceknya sendiri. Dekat pintu masuk utama, seorang penjaga
berpakaian preman berdiri sambil memegang dua tali pengikat dua ekor anjing Doberman.
Angel menyeringai membayangkan keributan dan kepanikan yang terjadi di
Alexandru Sahia Square. Hanya soal kecil, menyewa seorang pecandu obat
bius dengan sejumlah uang untuk membeli cocaine. Buat mereka lengah.
Biarkan mereka panik dulu. Rencana yang sesungguhnya akan segera
dijalankan. Demi uang lima juta dollar aku akan membuat pertunjukan yang
takkan mungkin mereka lupakan. Apa istilahnya menurut televisi mereka"
Spektakular. Mereka akan melihat warna-warna yang spektakular, bertebaran.
Akan diadakan pesta Empat Juli di kediaman resmi Duta Besar, kata suara
itu. Dimeriahkan dengan balon-balon, band marinir, dan berbagai pertunjukan.
Angel tersenyum dan berkata dalam hati: Pertunjukan spektakular seharga
lima juta dollar. Dorothy Stone masuk ke kantor Mary. "Madam Ambasador, Anda ditunggu
telepon di Bubble Room. Tuan Stanton Rogers menelepon dari Washington."
"Mary, aku tak bisa mengerti kata-katamu. Pelan-pelan. Ambil napas dalam-dalam dan mulai lagi."
Ya, Tuhan, pikir Mary. Aku tergagap-gagap kayak nenek-nenek histeris.
Berbagai emosi campur-aduk dalam dirinya, sampai membuatnya tak mampu
berkata-kata. Mary cemas, lega, marah, campur-aduk jadi satu, dan suara
yan g keluar dari mulutnya seperti suara orang tercekik.
Mary mengambil napas dalam-dalam, suaranya bergetar. "Maaf, Stan"apa kau tidak terima kawatku?"
"Tidak. Aku baru saja kembali. Tak ada kawat darimu. Ada yang tak beres di situ?"
Mary berusaha meredam rasa paniknya. Darimana harus kumulai" Dia
mengambil napas dalam-dalam. "Mike Slade mencoba membunuhku."
Hening. Hening karena pria di ujung sana kaget sekali. "Mary"kau yakin itu..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sungguh. Aku tahu itu betul. Aku punya kenalan seorang dokter dari
Kedutaan Prancis "Louis Desforges. Aku jatuh sakit, dan dia bilang aku
keracunan arsenikum. Mike yang meracuniku."
Kali ini suara Stanton Rogers lebih tajam. "Apa yang membuat kau menarik kesimpulan begitu?"


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Louis"Dr. Desforges"yang menyimpulkannya. Mike Slade membuatkan
kopi untukku setiap pagi, dan meracuninya dengan arsenikum, sedikit-sediktt.
Aku punya bukti bahwa dia menyimpan arsemkum. Semalam Louis terbunuh,
dan sore ini seseorang yang bekerja sama dengan Mike berusaha
membunuhku." Hening. Hening yang lebih lama lagi. Ketika Stanton Rogers bicara kembali, suaranya terdengar mendesak, "Apa yang ingin kutanyakan ini sangat penting, Mary. Pikirlah baik-baik. Tidak mungkinkah pelakunya orang lain, bukan Mike Slade?"
"Tidak. Dia selalu berusaha mengusirku dari Rumania, sejak aku tiba di sini."
Stanton Rogers berkata dengan cepat dan singkat, "All right. Akan. saya laporkan pada Presiden. Kami yang akan menangani Slade. Sementara itu
akan kuatur pengamanan ekstra untukmu di situ."
"Stan"Minggu malam nanti aku akan mengadakan pesta Empat Juli di
kediaman resmiku. Undangan sudah dikirimkan. Apa sebaiknya kubatalkan
saja acara itu?" Hening lagi. "Tapi, sesungguhnya, pesta itu justru sebuah gagasan yang baik. Kau harus selalu berada di antara orang banyak. Mary"aku tak ingin
membuatmu lebih takut lagi, tapi sebaiknya anak-anak jangan kaubiarkan
lepas dari pengawasanmu. Semenit pun jangan. Slade mungkin akan
mencederai mereka." Mary merasa tubuhnya dingin. "Ada apa di balik semua ini" Mengapa
dilakukannya semua ini?"
"Aku pun ingin tahu. Tak masuk akal. Tapi aku pasti akan berhasil
membongkarnya. Sementara itu, jauh-jauhlah darinya."
Mary menjawab muram, "Jangan khawatir. Aku takkan berarii dekat-dekat dia."
"Akan kuhubungi lagi kau."
Ketika pesawat itu diletakkannya, Mary merasa beban berat telah terangkat dari pundaknya. Semua akan beres, hiburnya pada diri sendiri. Anak-anak dan aku tidak akan apa-apa.
Eddie Maltz mengangkat pesawat telepon begitu dering pertama terdengar.
Pembicaraan itu berlangsung sepuluh menit.
"Akan saya siapkan semuanya di sana," janji Eddie Maltz.
Angel meletakkan pesawat. Eddie Maltz mengumpat dalam hati: Heran aku,
untuk apa si Angel memesan itu semua. Diliriknya jam tangannya. Empat
puluh delapan jam lagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu memutuskan hubungan dengan Mary, Stanton Rogers segera
menelepon Kolonel. McKinney. Sambungan darurat. "Bill" Stanton Rogers."
"Yes, sir. Ada apa, Tuan?"
"Saya ingin Mike ditangkap. Jaga dia dengan ketat sampai kaudengar berita lagi dariku."
Kolonel McKinney bertanya tak percaya. "Mike Slade?"
"Aku ingin dia ditangkap dan diisolasikan. Mungkin dia bersenjata dan sangat berbahaya. Jangan biarkan dia bicara dengan siapa pun."
"Yes, sir." "Segera telepon aku di Gedung Putih begitu kau berhasil menangkapnya."
"Yes, sir." Dua jam kemudian telepon Stanton Rogers berdering. Disambarnya telepon
itu. "Halo?" "Kolonel McKinney, Tuan Rogers."
"Kau berhasil menangkap Slade?"
"No, sir. Ada masalah."
"Masalah apa?" "Mike Slade menghilang."
29 Sofia, Bulgaria Sabtu, 3 Juli
Dalam sebuah bangunan kecil yang tak mencolok di Prezviter Kozma 32,
sejumlah anggota Komite Cabang Timur sedang mengadakan pertemuan. Yang
duduk mengelilingi meja adalah orang-orang yang sangat berkuasa"dari
Rusia, Cina, Cekoslovakia, Pakistan, India, dan Malaysia.
Ketua sedang bicara, "Kita ucapkan selamat kepada saudara-saudara kita dari Komite Cabang Timur yang bergabung dengan kita hari ini. Saya ingin
menyampaikan kabar gembira dari Komite Pusat. Semua berjalan sesuai
rencana. Tahap terakhir rencana kita akan segera selesai, dan pasti sukses.
Rencana itu akan dilaksanakan besok malam di kediaman resmi Duta Besar
Amerika Serikat di Bucharest. Kita sudah mengatur agar peristiwa itu diliput oleh jaringan pers dan televisi internasional."
Kali (nama kode) bicara. "Duta Besar Amerika dan kedua anak itu...?"
"Akan dibunuh, bersama kira-kira seratus orang Amerika lainnya. Kita semua sudah menyadari risikonya, dan kekacauan yang mungkin timbul
sesudahnya. Sudah saatnya kita mengambil suara."
Dimulainya dengan pria yang duduk di ujung meja. "Brahma?"
"Setuju." "Wisnu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setuju." "Ganesha?" "Setuju." "Yama?" "Setuju." "Indra?" "Setuju." "Krishna?" "Setuju." "Rama?" "Setuju." "Kali?" "Setuju." "Jadi keputusan ini kita ambil dengan suara bulat," kata sang Ketua. "Kita semua berutang budi dan harus mengucapkan terima kasih pada saudara kita
yang telah banyak membantu demi terlaksananya rencana ini."
Dia berpaling pada si orang Amerika.
"Terima kasih kembali," kata Mike Slade.
Dekorasi untuk pesta Empat Juli itu diterbangkan ke Bucharest dengan
Hercules C-120, tiba di bandara Sabtu sore, dan langsung diangkut dengan
truk ke gudang perbekalan pemerintah Amerika Serikat. Isi peti-peti itu adalah seribu balon berwarna merah, putih, dan biru, yang dikemas dalam kotak-kotak pipih, tiga tabung helium yang terbuat dari baja"untuk mengisi balon-balon itu, dua ratus lima puluh rol kertas krep warna-warni, hiasan-hiasan pesta, terompet, selusin spanduk, dan enam lusin bendera Amerika yang kecil-kecil. Muatan truk itu dibongkar di gudang pukul delapah malam. Dua jam
kemudian, sebuah jip tentara mengantarkan dua tabung zat asam yang diberi tanda: Milik Angkatan Bersenjata Amerika Serikat. Pengemudinya meletakkan kedua tabung tersebut di dalam gudang.
Pukul. satu malam, ketika kompleks gudang tersebut sudah sepi, Angel
muncul. Pintu gudang telah dibiarkan tak terkunci. Angel memeriksa tabung-tabung tersebut dengan teliti, dan mulai bekerja. Yang harus dilakukannya adalah membuang helium dari tabung-tabung baja itu, hingga tinggal
sepertiganya. Langkah selanjutnya mudah sekali.
Pagi hari tanggal Empat Juli, keadaan di kediaman resmi Duta Besar
Amerika Serikat luar biasa sibuknya. Lantai-lantai disikat, tempat-tempat lilin dan kandelar dibersihkan, begitu pula berlembar-lembar permadani. Semua
ruangan penuh kesibukan. Suara palu bertalu-talu, karena di ujung ruang
dansa didirikan sebuah podium untuk para pemain band; suara alat pengisap debu yang membersihkan koridor-koridor mendengung-dengung, belum lagi
kesibukan di dapur. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pukul empat sore itu, truk militer Amerika Serikat berhenti di depan pintu gerbang dan penjaga yang sedang bertugas menanyai pengemudinya, "Apa yang kaubawa?"
"Dekorasi dan hiasan-hiasan untuk pesta."
"Saya periksa dulu."
Penjaga itu melongok ke dalam truk. "Apa isi peti-peti itu?"
"Helium, balon, bendera-bendera, dan lain-lain."
"Buka." Lima belas menit kemudian, truk itu diizinkan masuk. Di halaman kediaman
resmi, seorang kopral dan dua serdadu marinir menurunkan peti-peti itu dan menyimpannya di gudang yang luas, yang dihubungkan ke ruang dansa utama
dengan sebuah pintu samping.
Ketika mereka mulai membongkar peti-peti itu, salah seorang serdadu
marinir itu berseru, "Lihat balon-balon itu" Sialan! Siapa yang akan meniup semua ini?"
Tepat saat itu, Eddie Maltz masuk, ditemani seseorang dalam pakaian militer yang tak serasi.
"Tenang saja," kata Eddie Maltz. "Sekarang zaman teknologi." Dia mengangguk ke arah si orang asing. "Orang ini yang akan bertugas mengisi balon. Perintah dari Kolonel McKinney
Serdadu marinir itu menyeringai pada si orang asing. "Lebih cocok kamu daripada saya."
Dua serdadu marinir itu pun keluar.
"Kau punya waktu satu jam," Eddie Maltz memberi tahu si orang asing.
"Kerjakan segera. Banyak sekali balon yang harus kauisi."
Maltz mengangguk ke arah kopral itu dan keluar.
Si Kopral mendekati salah satu tabung. "Apa isi tabung-tabung ini?"
"Helium," jawab si orang asing, ketus.
Di bawah pengawasan kopral itu, si orang asing mengambil sebuah balon,
memasang lubangnya di ujung tabung, dan mengisinya, lalu diikatnya eraterat. Balon pun membubung ke atap. Satu balon hanya butuh waktu kurang
dari satu detik. "Hebat betul!" seru kopral itu sambil tersenyum.
Di kantornya di gedung Kedutaan, Mary Ashley sedang menyelesaikan
beberapa teleks yang harus segera dikirim. Sebenarnya Mary ingin sekali
membatalkan pesta itu. Tamu yang akan hadir lebih dari dua ratus orang.
Mary berharap, sebelum pesta dimulai, mudah-mudahan Mike Slade telah
tertangkap. Tim dan Beth selalu dalam pengawasan di rumah. Bagaimana mungkin Mike
Slade akan tega mencelakakan mereka" Mary teringat betapa pria itu nampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menikmati benar saat-saat ketika dia bermain-main bersama anak-anaknya.
Dia tidak waras. Mary bangkit untuk memasukkan setumpuk kertas ke dalam mesin
penghancur kertas"dan tertegun. Mike Slade masuk ke kantornya, lewat pintu penghubung. Mary membuka mulutnya, hendak menjerit.
"Jangan!" Mary ngeri sekali. Tak ada seorang pun yang cukup dekat yang bisa
menyelamatkannya. Pria itu bisa membunuhnya sebelum Mary sempat
berteriak minta tolong. Dan dia bisa menghilang dengan cara yang sama
ketika dia masuk ke sini. Bagaimana mungkin Mike Slade berhasil melewati
penjaga-penjaga itu. Aku tak boleh menunjukkan bahwa aku takut.
"Orang-orang Kolonel McKinney mencari-carimu. Kau boleh membunuhku
sekarang," kata Mary angkuh, "tapi kau takkan bisa lolos."
"Kau terlalu banyak membaca dongeng. Angel adalah satu-satunya orang yang ingin membunuhmu."
"Kau penipu. Angel sudah mati. Aku, lihat sendiri dia ditembak."
"Angel adalah pembunuh bayaran dari Argentina. Yang tak mungkin
dilakukannya adalah berjalan-jalan dengan pakaian buatan Argentina, dan
membawa-bawa uang peso dalam sakunya. Bajingan yang ditembak polisi itu
hanyalah seorang amatir yang disewa."
Usahakan agar dia terus bicara. "Tak satu pun kata-katamu kupercaya. Kau yang membunuh Dr. Louis Desforges. Kau pula yang meracuniku. Kau
menyangkal itu semua?"
Mike menatapnya beberapa lama. "Tidak, aku tidak menyangkalnya.
Sebaiknya kaudengar sendiri dari mulut kawanku."
Dia berbalik ke pintu penghubung ke kantornya. "Masuk, Bill."
Kolonel McKinney masuk. "Sudah waktunya kita berbincang-bincang, Madam Ambasador...."
Di gudang kediaman resmi Duta Besar Amerika Serikat, si orang asing
berpakaian militer masih terus mengisi balon-balon, di bawah pengawasan si Kopral.
Hih, jelek benar tampangnya, si Kopral berkata dalam hati.
Si Kopral tak mengerti, mengapa balon putih diisi dengan tabung yang ini, lalu yang merah dengan tabung yang lain, dan yang biru dengan tabung
ketiga. Mengapa tidak menghabiskan isi satu tabung sampai habis dului si
Kopral terheran-heran. Dia ingin sekali bertanya, tapi dia tak sudi mengajak orang itu bicara. Tidak, tidak orang ini.
Melalui pintu terbuka yang menghubungkan gudang dengan ruang dansa
utama, kopral itu bisa melihat baki-baki penuh hors dyoeuvres dibawa keluar dari dapur dan ditata di meja-meja di sepanjang dinding. Pesta yang hebat.
Pasti akan jadi pesta yang luar biasa, pikir kopral itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary duduk di kantornya, berhadapan dengan Kolonel McKinney dan Mike
Slade. "Kita mulai dari permulaan," kata Kolonel McKinney. "Pada upacara pelantikannya, ketika Presiden mengumumkan bahwa beliau ingin membuka
hubungan diplomatik dengan negara-negara Tirai Besi, beliau bagaikan
meledakkan sebuah bom. Ada sejumlah penguasa dalam pemerintah kita yang
percaya bahwa jika kita teriibat dengan Rumania, Rusia, Bulgaria, Albania, Cekoslovakia, dan sebagainya, maka komunis akan menghancurkan kita. Di
pihak sana, di balik Tirai Besi, tokoh-tokoh komunis tertentu berpendapat bahwa rencana Presiden Ellison hanyalah tipu-muslihat belaka"seperti Kuda Troya yang akan membawa kaum kapitalis kita menerjang masuk ke negeri
mereka. Sekelompok orang-orang yang sangat berkuasa dari kedua belah
pihak telah bersekutu dan mereka mendirikan organisasi yang disebut Patriots for Freedom. Menurut mereka, satu-satunya cara untuk menggagalkan usaha
Presiden Ellison adalah membiarkan rencananya berjalan mulus dulu,
kemudian menyabot rencana itu dengan cara sedramatis mungkin, sehingga
Presiden takkan berani melakukannya lagi. Di situlah peran Anda, Madam."
"Tapi"mengapa" Mengapa saya yang dipilih?"
"Sebab paket rencana itu harus dibungkus dengan menarik. Bungkus paket itulah yang penting," kata Mike. "Kau sempurna. Pantas dicintai, berasal dari keluarga Amerika kelas menengah dan berasal dari Amerika Tengah pula,
lengkap dengan dua anak yang manis-manis"yang kurang hanyalah seekor
anjing dan seekor kucing. Kau punya segala citra yang mereka butuhkan "
duta besar yang menawan" Nyonya Amerika dengan dua anak yang sehat dan
cerdas-cerdas. Mereka begitu ngotot ingin memperoleh kau. Ketika suaramu
menjadi penghalang, mereka membunuhnya, dan membuat pembunuhan itu
nampak seperti kecelakaan mobil biasa, jadi kau takkan curiga dan menolak jabatan itu."
"Oh, Tuhan!" Kenyataan dan kebenaran yang dikatakan Mike membuat Mary ngeri.
"Langkah mereka selanjutnya adalah mempu-blikasikanmu sehebat
mungkin. Melalui jalur-jalur khusus yang mereka kuasai, mereka mengatur
agar kau selalu muncul di berbagai media massa di seluruh dunia, dan menjadi idola setiap orang. Dan itu terbukti, semua orang mengagumimu. Kau adalah wanita cantik menawan yang akan memimpin seluruh dunia menuju
perdamaian." "Dan... dan sekarang?"
Mike menjawab dengan suara lembut. "Rencana mereka adalah membunuh
kau dan anak-anak, di depan umum dan dengan cara sedramatis mungkin"
sehingga seluruh dunia akan terkejut, ngeri, dan program seperti ini takkan pernah dijalankan lagi."
Mary duduk terpaku. "Ya, terus-terangnya begitu," kata Kolonel McKinney dengan tenang,
"memang begitu. Mike sebenarnya orang CIA. Setelah suami Anda dan Marin Groza terbunuh, Mike mulai melacak jejak Patriots for Freedom. Mereka
mengira dia ikut pihak mereka, dan mengajaknya bergabung. Kami sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membicarakan hal ini dengan Presiden Ellison, dan beliau setuju. Presiden selalu kami beri laporan perkembangan terakhir. Yang selalu beliau pesankan adalah, agar kami menjaga keselamatan Anda dan anak-anak. Beliau tak
berani memberi tahu Anda atau orang lain, sebab Ned Tillingast, Direktur CIA, telah memperingatkan beliau bahwa ada kebocoran di tingkat atas."
Kepala Mary berdenyut-denyut. Katanya pada Mike, "Tapi"kau mencoba
membunuhku." Mike mendesah. "Lady, aku berusaha melindungimu. Sudah kucoba segala cara untuk membawamu pulang, sehingga kau dan anak-anak akan aman."
"Tapi"kau meracuniku."
"Bukan dosis yang fatal Aku ingin kau sakit, cukup sakit tapi tidak parah, sehingga kau akan terpaksa meninggalkan Rumania. Dokter-dokter kita telah siap menantimu. Tentu saja aku tak mungkin berterus terang padamu, sebab
itu akan mengacaukan rencana dan kami takkan punya kesempatan untuk
menangkap mereka. Bahkan, sampai saat ini pun kami tak tahu siapa yang
menggerakkan organisasi ini. Orang itu tak pernah hadir dalam rapat-rapat mereka. Orang hanya tahu sebutannya, Sang Pengawas."
"Dan Louis?" "Dokter itu orang mereka juga, Dia adalah back-up Angel. Louis sebenarnya ahli peledak. Mereka sengaja menempatkannya di sini, sehingga dia bisa
memata-mataimu. Sebuah penculikan palsu dilaksanakan, dan kau
diselamatkan oleh sang Pangeran Tampan."
Dilihatnya betapa ekspresi wajah Mary. "Kau kesepian dan dengan demikian itulah kelemahanmu, dan mereka menggarap kelemahan ini. Kau bukan yang
pertama jatuh cinta pada dokter tampan itu."
Mary ingat sesuatu. Sopir yang tersenyum. Tak ada orang Rumania yang
hidup bahagia, hanya orang asing. Saya tak ingin istri saya menjadi janda.
Mary berkata pelan, "Florian pasti terlibat. Dia sengaja mengempiskan ban itu supaya aku tak jadi naik mobil."
"Kami akan menangkapnya."
Sesuatu mengganggu pikiran Mary. "Mike "mengapa kau membunuh
Louis?" "Aku tak punya pilihan lain. Rencana mereka adalah membunuhmu bersama anak-anak, di depan umum dan dengan cara sedramatis mungkin. Louis tahu,
aku anggota kelompok mereka. Ketika dia berhasil menyimpulkan bahwa
akulah yang meracunimu, dia jadi curiga. Itu bukan cara kematian yang sesuai dengan rencana mereka. Aku terpaksa membunuhnya sebelum dia membuka
kedokku." Mary duduk terpaku, mendengarkan, sementara berbagai potongan
peristiwa mulai membentuk sebuah gambaran yang jelas. Orang yang
dicurigainya sengaja meracuninya untuk menyelamatkan nyawanya, dan orang
yang dicintainya menyelamatkannya dari penculikan untuk disiapkan demi
kematian yang lebih dramatis. Dia dan anak-anaknya telah dipakai sebagai
alat. Aku ini seperti domba kurban, pikir Mary. Semua kehangatan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keramahan yang mereka berikan ternyata palsu. Satu-satunya yang tidak
palsu hanyalah Stanton Rogers. Tapi benarkah dia tidak...
"Stanton..." kata Mary tergagap. "Apakah dia...?"
"Sejak semula dia selalu memperhatikan keselamatan Anda," Kolonel McKinney meyakinkannya. "Ketika dia tahu Mike berusaha membunuh Anda, dia memerintahkan agar Mike ditangkap."
Mary berpaling pada Mike. Pria itu telah dikirim untuk melindunginya,
padahal selama ini dia menganggap pria itu musuhnya. Pikiran Mary kacau.
"Louis tak pernah punya anak dan istri?"
"Tidak." Mary ingat sesuatu. "Tapi... aku telah minta Eddie Maltz untuk mengecek hal itu, dan dia bilang Louis memang pernah menikah dan punya dua anak
perempuan." Mike dan Kolonel McKinney saling berpandangan.
"Dia akan kami tangani," kata McKinney. "Dia telah saya kirim ke Frankfurt.
Akan saya suruh orang menangkapnya."
"Siapa sebenarnya Angel ini?"
Mike menjawab. "Dia pembunuh bayaran dari Amerika Selatan. Mungkin
yang terbaik di seluruh dunia. Organisasi itu telah mengontrak dia untuk
membunuhmu dengan bayaran lima juta dollar."
Rasanya tak percaya Mary mendengar kata-kata itu.
Mike melanjutkan. "Kami tahu, dia sudah tiba di Bucharest. Seperti biasa, kami sudah mengawasi semua jalan keluar dan semua jalan masuk "bandar
udara, jalan-jalan, stasiun kereta api" tapi kami tak punya gambaran tentang orang itu. Mereka pun mengontraknya melalui gundiknya, Neusa Mufiez.
Organisasi itu dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terpisah-pisah dan dengan tugas-tugas yang nampaknya tidak saling berhubungan, hingga aku
tak berhasil mengorek keterangan siapa yang ditugaskan membantu Angel


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di sini, dan apa rencana Angel."
"Apa yang bisa membuatnya tak jadi membunuhku?"
"Kamilah yang bertugas untuk itu," kata Kolonel McKinney. "Dengan bantuan pemerintah Rumania, kami telah mengadakan persiapan dan langkah-langkah pengaman untuk pesta nanti malam. Kami telah siap menghadapi
segala kemungkinan."
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Mary.
Mike berkata hati-hati, "Terserah padamu. Angel diperintahkan untuk
melaksanakan pembunuhan itu malam ini, di pesta. Kami yakin akan dapat
menangkapnya, tapi jika kau dan anak-anak tidak hadir dalam pesta itu..."
Suaranya menghilang. "Maka dia takkan melaksanakan pembunuhan itu."
"Tidak hari ini. Cepat atau lambat, dia akan mencoba lagi."
"Kau memintaku untuk menyediakan diri sebagai umpan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kolonel McKinney berkata, "Anda tidak harus menyetujui rencana ini,
Madam Ambasador." Aku bisa mengakhiri semua ini saat ini juga. Aku bisa pulang ke Kansas
bersama anak-anak dan meninggalkan neraka ini. Aku bisa mulai dari awal
lagi, kembali mengajar, dan hidup seperti orang-orang normal. Tak ada orang yang ingin membunuh seorang guru. Angel akan melupakanku.
Mary memandang Mike, lalu Kolonel McKinney dan berkata, "Saya tak ingin anak-anak saya terancam bahaya."
Kolonel McKinney berkata, "Akan saya atur supaya Beth dan Tim
diselundupkan ke luar dan dibawa kemari di bawah pengawalan ketat."
Mary memandang Mike, lama sekali. Akhirnya dia berkata, "Seperti...
apakah gaun yang harus dikenakan seekor domba kurban?"
30 Di kedutaan Amerika, di kantor Kolonel McKinney, dua lusin serdadu marinir sedang mendapat perintah.
"Saya perintahkan menjaga kediaman resmi Duta Besar seperti menjaga
Fort Knox," Kolonel McKinney membentak. "Pihak Rumania telah bersedia bekerja sama. Orang-orang Ionescu akan menjaga jalan-jalan. Tak seorang
pun diizinkan lewat tanpa kartu pass khusus. Dan kita menyiapkan pos-pos
penjagaan di setiap jalan masuk ke rumah itu. Siapa pun yang melewati pos itu, baik keluar ataupun masuk, harus diperiksa dengan metal detector.
Seluruh kompleks bangunan, termasuk taman yang mengelilinginya harus
dijaga ketat. Para penembak tepat akan kita siagakan di atas atap. Ada
pertanyaan?" "No, sir." "Kerjakan." Udara penuh ketegangan. Lampu-lampu sorot yang besar menerangi
kediaman resmi Duta Besar Amerika Serikat, dan membuat langit di atasnya
terang-benderang. Orang-orang yang datang berkerumun diusir oleh polisi
militer Amerika dan polisi Rumania. Petugas-petugas berpakaian preman
berbaur dengan massa, mencari-cari orang yang mencurigakan. Beberapa di
antara mereka membawa anjing pelacak, yang mendengus-dengus mencari
bom. Liputan dari pers juga luar biasa. Ada juru foto dan wartawan dari selusin negara. Mereka semua telah diperiksa dengan teliti, alat-alat mereka diperiksa sebelum diizinkan masuk ke kompleks kediaman resmi itu.
"Seekor kecoa pun takkan mungkin bisa menyelinap masuk ke sini," perwira marinir yang memimpin penjagaan itu menyombong.
Di gudang, kopral marinir yang mengawasi pengisian balon-balon itu mulai
bosan. Dikeluarkannya sebatang rokok, dan mulai menyulutnya.
Angel membentak, "Matikan itu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si Kopral mendongak kaget. "Mengapa" Kau mengisi balon-balon itu dengan helium, bukan" Helium tak bisa terbakar."
"Matikan! Menurut Kolonel McKinney di sini dilarang merokok."
Serdadu marinir itu mengumpat, "Sialan!" Dibuangnya rokoknya dan diinjaknya dengan sepatunya.
Angel menanti sampai rokok itu benar-benar padam, kemudian melanjutkan
mengisi balon, dari tabung yang berbeda-beda.
Memang benar, helium takkan terbakar, tapi tabung-tabung itu tidak berisi helium. Tabung pertama berisi propane"sejenis gas metana; yang kedua
berisi gas fosfor putih dan yang ketiga berisi campuran oxygen-acetylene"gas karbid. Angel hanya menyisakan sedikit helium dalam tabung-tabung itu,
sekadar cukup untuk membuat balon-balon itu bisa melayang.
Angel mengisi balon putih dengan gas metana, balon merah dengan gas
karbid, dan balon biru dengan gas fosfor putih. Ketika balon-balon itu meletus, gas fosfor putih akan berfungsi sebagai pembakar gas-gas lain, dan menyerap semua oksigen yang ada, sehingga orang-orang yang berada dalam radius
lima puluh yard dari pusat ledakan akan mati. Fosfornya sendiri akan segera berubah menjadi cairan panas yang akan menghujani orang-orang yang
berada dalam ruangan itu. Efek panas yang ditimbulkannya akan merusak
paru-paru, tenggorokan, dan kekuatan ledakannya akan meratakan bangunan
itu. Pasti hebat sekali nanti.
Angel bangkit dan memandang balon-balon aneka warna yang memenuhi
langit-langit gudang. "Selesai."
"Oke," sahut si Kopral. "Sekarang tugasku tinggal mendorong balon-balon ini ke ruang dansa dan membiarkan para tamu bergembira." Kopral itu
memanggil empat temannya. "Bantu aku membawa balon-balon ini ke sana."
Salah satu serdadu membuka pintu penghubung ke ruang dansa, lebarlebar. Ruangan itu telah didekorasi dengan bendera-bendera Amerika, kecil-kecil, dan bendera-bendera kecil berwarna merah, biru, dan putih. Di ujung sana nampak panggung yang disediakan untuk pemain band. Ruang dansa itu
telah mulai penuh dengan tamu-tamu yang asyik mencicipi hidangan ringan
yang tersedia di atas meja-meja di sepanjang dinding.
"Indah sekali," kata Angel. Sejam lagi ruangan ini akan penuh dengan mayat-mayat yang hangus. "Bolehkah saya memotret?"
Kopral itu mengangkat bahu. "Mengapa tidak" Ayo, Kawan-kawan."
Serdadu-serdadu marinir itu melewati Angel dan sibuk mendorong balonbalon itu ke ruang dansa, dan memperhatikan sampai semuanya mengambang
di langit-langit. "Hati-hati," Angel mengingatkan. "Hati-hati."
"Tenang saja," kata salah satu serdadu itu. "Kami takkan membuat balon-balonmu ini meletus."
Angel berdiri di ambang pintu, memperhatikan balon-balon itu membubung
ke langit-langit, warna-warna cerah bagaikan warna pelangi. Angel tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seribu balon cantik berisi gas yang mematikan. Semua aman mengambang di
langit-langit. Angel mengeluarkan sebuah kamera dan memasuki ruangan itu.
"Hei! Kau tak boleh masuk kemari," seru si Kopral.
"Aku cuma mau memotret, untuk kiiperlihatkan pada anakku."
Anaknya pasti mirip dia, pikir kopral itu sengit.
"Baiklah. Tapi cepat!"
Angel melirik ke seberang ruangan, ke arah pintu masuk. Duta Besar Mary
Ashley dan kedua anaknya sedang memasuki ruangan. Angel menyeringai.
Tepat. Perhitungan waktu yang tepat.
Ketika kopral itu memunggunginya, cepat-cepat Angel meletakkan
kameranya di bawah salah satu meja, yang bertaplak panjang sampai ke
lantai. Tak seorang pun akan melihat benda itu di situ. Alat pengatur waktu otomatis itu telah disetel untuk sejam kemudian. Semua sudah siap.
Si Kopral marinir mendekat.
"Aku sudah selesai," kata Angel.
"Akan kusuruh seseorang mengawalmu keluar."
"Terima kasih."
Lima menit kemudian, Angel telah keluar dari kompleks kediaman resmi
Duta Besar Amerika Serikat, dan menyusuri Jalan Alexandru Sahia.
Walaupun udara malam itu panas dan lembab, kawasan di sekitar kediaman
resmi itu kacau-balau. Polisi-polisi berusaha mengusir ratusan orang Rumania yang berdatangan, ingin menon-ton. Semua lampu di gedung itu dinyalakan,
dan rumah itu bagaikan kristal, berkilau-kilau dengan latar belakang langit malam yang gelap.
Sebelum pesta mulai, Mary telah memanggil anak-anaknya ke kamarnya.
"Kita harus mengadakan rapat," katanya. Mary merasa harus berterusterang pada anak-anaknya.
Mereka duduk tenang, mendengarkan baik-baik, sementara Mary
menerangkan semua yang telah terjadi, dan mungkin akan segera terjadi.
"Mama sudah mengatur, agar kalian tak perlu terlibat daiam bahaya ini, kata Mary. "Kalian akan dibawa ke suatu tempat yang aman."
"Tapi bagaimana Mama sendiri?" tanya Beth. "Seseorang berusaha membunuh Mama. Tidak dapatkah Mama ikut kami?"
"Tidak, Sayang. Tidak. Karena kita ingin menangkap orang itu."
Tim berusaha keras agar tidak menangis. "Bagaimana Mama bisa yakin
mereka akan berhasil menangkapnya?"
Mary berpikir sejenak dan berkata, "Sebab Mike Slade bilang begitu. Oke?"
Beth dan Tim saling berpandangan. Wajah mereka pucat-pasi, takut
setengah mati. Hati Mary serasa hancur. Mereka terlalu muda untuk
mengalami semua ini, pikirnya. Siapa pun di sini masih terlalu muda untuk mengalami ini semua.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary berhias dengan teliti, membayangkan dirinya berhias untuk terakhir
kalinya. Dipilihnya sebuah gaun malam resmi sepanjang mata kaki, terbuat
dari sifon sutera berwarna merah, lengkap dengan sepatunya"terbuat dari
bahan yang sama"yang bertumit tinggi. Dipandanginya bayang-bayangnya di
cermin. Wajahnya pucat. Cermin, cermin di dinding"apakah aku akan mati atau tetap hidup malam
ini" Lima belas menit kemudian, Mary, Beth, dan Tim masuk ke ruang dansa.
Mereka berjalan menyeberangi ruangan, menyapa tamu-tamu, dan berusaha
keras menyembunyikan kegugupan mereka. Ketika mereka sampai di ujung
lain ruangan itu, Mary berpaling pada anak-anaknya. "Kalian harus
mengerjakan PR," katanya keras-keras. "Kembalilah ke kamar kalian."
Mary memandangi anak-anaknya berlalu, dadanya serasa tercekat. Pikirnya:
Semoga Mike Slade tahu benar, apa yang sedang dilakukannya kini.
Terdengar bunyi PRANG! keras sekali. Mary terlonjak kaget. Dia berputar
untuk melihat apa yang terjadi. Jantungnya berdegup kencang. Seorang
pelayan menjatuhkan nampan penuh berisi piring, dan kini sedang memunguti pecahannya. Mary mencoba menenangkan debar jantungnya. Bagaimana
persisnya rencana Angel untuk membunuhnya" Dia memandang ke sekeliling
ruangan dansa yang penuh hiasan meriah itu, tapi tak ada tanda-tanda di
sana. Begitu keluar dari ruang dansa, Beth dan Tim langsung dikawal oleh Kolonel McKinney sendiri, ke pintu keluar khusus.
Diperintahkannya pada dua serdadu marinir yang telah menunggu di situ,
"Bawa anak-anak ini ke kantor Duta Besar. Jangan lepaskan mereka dari pengawasan kalian."
Beth ragu-ragu. "Mama sungguh tidak akan apa-apa, kan?"
"Dia akan selamat," janji Kolonel McKinney. Dan betapa dia berharap kata-katanya menjadi kenyataan.
Mike Slade menanti sampai Tim dan beth dibawa pergi, kemudian mencari
Mary. "Anak-anak sudah pergi. Aku harus mengecek sana-sini. Aku akan kemari lagi nanti."
"Jangan tinggalkan aku." Kata-kata itu sudah meluncur dari mulutnya sebelum Mary dapat mencegahnya. "Aku ingin bersamamu."
"Mengapa?" Mary memandang pria itu dan berkata jujur, "Aku merasa lebih aman
bersamamu." Mike tersenyum. "Wah, sudah ada perubahan. Ayolah."
Mary mengikuti Mike ke mana-mana, rapat di belakangnya. Orkestra telah
main, dan orang-orang asyik berdansa. Mereka memainkan lagu-lagu Amerika, dengan gaya Broadway, Oklahoma dan South Pacific, Annie Get Your Gun, dan My Fair Lady. Para tamu benar-benar menikmati pesta itu. Mereka yang tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdansa mengambil sampanye yang disajikan dalam nampan-nampan perak,
atau mengambil sendiri dari meja-meja.
Ruangan itu nampak spektakular. Mary mendongak dan memandang balonbalon yang menghiasi langit-langit berwarna merah jambu. Seribu balon"
merah, putih, biru. Pesta yang benar-benar meriah. Kalau saja tidak ada
kematian dalam acara ini pikirnya.
Mary merasa gugup sekali. Sarafnya tegang dan ingin rasanya menjeritjerit. Seorang tamu menyenggol lengannya"tak sengaja"dan Mary merasa
tamu itu berusaha menusukkan jarum yang amat beracun. Atau... apakah
Angel akan menembaknya di depan semua orang ini" Atau menusuknya
dengan belati" Ketegangan itu tak tertahankan. Di tengah orang-orang yang asyik mengobrol dan tertawa-tawa, Mary merasa dirinya telanjang dan
menjadi sasaran empuk. Angel bisa ada di mana saja. Bahkan kini, orang itu mungkin sedang mengawasinya.
"Apa kaupikir Angel ada di sini sekarang?" tanya Mary.
"Aku tak tahu," jawab Mike.
Dan itulah yang paling mengerikan"tak tahu di mana pembunuh itu berada.
Dilihatnya ekspresi wajah Mary. "Hei, kalau kau ingin menyingkir".
"Tidak. Katamu, aku ini umpan. Tanpa mpan, dia takkan masuk ke
perangkap kita." Pria itu mengangguk dan meremas tangannya. "Ya."
Kolonel McKinney mendekat. "Kita sudah mengecek semuanya, Mike. Seteliti mungkin. Kita tak bisa menemukan apa-apa. Aku tak suka ini"
"Mari kita periksa sekali lagi." Mike memberi tanda pada empat serdadu marinir yang siap di samping pintu, dan mereka pun segera berjaga di
sekeliling Mary. "Aku segera kembali," bisiknya pada Mary.
Mary menelan ludah dengan gugup. "Jangan lama-lama."
Mike dan Kolonel McKinney, dikawal dua serdadu yang memegangi tali
pengikat dua anjing pelacak, memeriksa setiap kamar di Jantai atas.
"Tak ada," kata Mike.
Mereka bicara dengan serdadu marinir yang menjaga tangga belakang. "Apa ada orang asing masuk lewat sini?"
"No, sir. Seperti biasa, Minggu malam selalu sepi."
Keliru, pikir Mike pahit. Mereka menuju ruang tidur tamu di ujung koridor.
Seorang serdadu marinir bersenjata menjaga di depan pintu. Dia memberi
hormat pada Kolonel McKinney, melangkah ke samping dan membiarkan
mereka berdua masuk. Corina Socoli berbaring-baring sambil membaca buku
dalam bahasa Rumania. Masih muda, cantik jelita, dan amat berbakat.
Permata kebanggaan bangsa Rumania. Apakah dia agen musuh" Apakah dia
yang bertugas membantu Angel" Corina mendongak. "Maaf, saya tak ikut pesta. Kedengarannya meriah sekali. Ah, well. Saya lebih suka di sini dan menyelesaikan membaca buku ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Silakan," kata Mike. Ditutupnya pintu. "Kita ke lantai bawah lagi." Mereka kembali ke dapur.
"Bagaimana dengan racun?" tanya Kolonel McKinney. "Apa dia akan menggunakan racun?"
Mike menggelengkan kepalanya. "Kurang bagus kalau difoto. Rencana Angel pasti mengejutkan, pasti spektakular."
"Mike, tak ada cara untuk menyelundupkan bahan peledak ke sini. Ahli-ahli kita telah memeriksanya, anjing-anjing pelacak juga"tempat ini bersih. Dia tak mungkin masuk lewat atap, sebab kita telah menempatkan sejumlah
penembak tepat di sana. Tidak mungkin!"
"Pasti ada satu cara."
Kolonel McKinney memandang Mike. "Bagaimana caranya?"
"Aku tak tahu. Tapi Angel tahu."
Mereka memeriksa ruang perpustakaan dan ruang-ruang lainnya. Tak ada.
Mereka lewat di gudang, di mana si Kopral dibantu empat kawannya sedang
melepaskan balon-balon terakhir, sambil memperhatikan balon-balon itu
membubung naik ke langit-langit.
"Manis-manis, ya?" kata si Kopral.
"Yeah." Mereka beranjak pergi. Mike tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Kopral, dari mana balon balon ini?"
"Dari pangkalan militer Amerika di Frankfurt, sir."
Mike menunjuk ke tabung-tabung helium itu, "Dan ini?"
"Sama. Diangkut ke gudang kita atas perintah Anda, sir."
Mike berkata pada Kolonel McKinney. "Kita naik lagi."
Keduanya melangkah ke Juar. Kopral itu berkata, "Oh, Kolonel"orang yang Anda kirim lupa mengisi daftar. Apakah akan dimasukkan ke daftar militer atau orang sipil?"
Kolonel McKinney mengerutkan keningnya. "Orang macam apa?"
"Orang yang Anda perintahkan mengisi balon-balon ini."
Kolonel McKinney menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku tak pernah"siapa yang bilang itu perintahku?"
"Eddie Maltz. Katanya Anda..."
Mike berpaling pada si Kopral, suaranya mendesak. "Bagaimana tampang laki-laki itu?"
"Oh, bukan laki-laki, sir. Perempuam Perempuan bertampang aneh.
Mengerikan. Gembrot dan jelek sekali. Omongannya berlogat asing. Mukanya
penuh bekas cacar dan pipinya bergelambir."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mike berkata pada Kolonel McKinney dengan penuh semangat, "Seperti
deskripsi Harry Lantz tentang Neusa Munez"yang dilaporkannya pada
Komite." Kenyataan itu menyadarkan mereka, secara bersamaan.
Mike berkata pelan, "Astaga! Neusa Munez adalah Angel!" Dia menunjuk tabung-tabung itu. "Dia mengisi balon-balon itu dengan ini?"
"Yes, sir. Aneh memang. Saya ingin merokok, dan dia membentak
menyuruh saya mematikan rokok. Kata saya, 'Helium takkan terbakar,' dan
dia bilang..." Mike mendongak: "Balon-balon itu! Bahan peledak itu disembunyikan di dalamnya!"
Kedua orang itu terbelalak menatap langit-langit, penuh dengan balon
berwarna merah, putih, dan biru.
"Dia menggunakan alat pengatur waktu"semacam remote control,
pengendali jarak jauh "untuk meledakkannya." Mike berpaling pada kopral itu. "Kapan dia meninggalkan tempat ini?"
"Kurang-lebih sejam yang lalu."
Di bawah meja, tak terlihat, jarum penunjuk tinggal punya waktu enam
menit lagi. Dengan gugup Mike memeriksa ruang dansa yang luas itu. "Dia bisa
meletakkannya di mana saja. Bisa meledak setiap saat. Kita tak punya cukup waktu."
Mary mendekat. Mike berpaling padanya. "Kau harus mengosongkan
ruangan ini. Cepat! Umumkan dengan pengeras suara. Lebih baik kau sendiri yang mengumumkan. Suruh semua orang keluar."
Mary memandang pria itu dengan perasaan ngeri. "Tapi... mengapa" Apa yang terjadi?"
"Kita sudah tahu akalnya," kata Mike muram.
Jarinya menunjuk langit-langit. "Balon-balon itu. Berisi bahan peledak."
Mary ikut memandang ke atas. Wajahnya mencermihkan kengerian yang
luar biasa. "Tidak dapatkah kita menurunkannya?"
Mike membentak, "Jumlahnya seribu. Waktu kau mulai mencoba
menurunkannya satu per satu, maka..."
Tenggorokannya serasa kering sekali. Mary tak sanggup berkata-kata.
"Mike...," katanya tergagap. "Aku tahu satu cara."
Mike dan Kolonel McKinney terbelalak memandangnya.
"The Ambasador's folly. Langit-langit itu. Bisa dibuka."
Mike berusaha mengontrol diri. "Bagaimana cara kerjanya?"
"Ada tombol yang..."
"Tidak," kata Mike. "Jangan pakai alat listrik. Satu letikan api saja dapat meledakkan balon-balon itu. Bisakah dilakukan dengan tangan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Kincir Angin Para Dewa Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya." Kata-kata selanjutnya meluncur deras dari mulutnya. "Langit-langit itu terbelah dua. Ada tuas pengungkit di masing-masing sisi yang..." Mary bicara pada dirinya sendiri.
Kedua pria itu telah bergegas lari ke atas. Sampai di tingkat paling atas, mereka menemukan pintu yang membuka ke arah ruang di bawah atap, dan
menerjang masuk. Sebuah tangga kayu menghubungkan pinggiran itu dengan
sebuah catwalk, semacam titian, yang digunakan para petugas untuk
membersihkan langit-langit ruang dansa. Sebuah tuas terpasang di dinding.
"Pasti ada satu lagi idi sisi sebelah sana," kata Mike.
Mike mulai melangkah ke arah titian sempit itu, menerobos balon-balon
yang mematikan itu, mencoba menjaga keseimbangan. Mike tak berani
melihat ke bawah, ke kerumunan orang di bawah sana. Sebersit udara
mendorong balon-balon itu ke arahnya, dan Mike tergelincir. Satu kakinya
terlepas dari titian itu. Mike hampir jatuh. Untung dia sempat berpegangan pada papan titian, dan bertahan di situ. Pelan-pelan, akhirnya dia berhasil naik kembali ke atas titian dan selangkah demi selangkah mendekati tuas di ujung sana.
"Siap!" seru Mike pada Kolonel McKinney.
"Hati-hati. Jangan membuat gerakan yang tiba-tiba."
"Baik." Pelan-pelan Mike mulai menggerakkan tuas itu.
Di bawah meja, jarum penunjuk tinggal punya waktu dua menit.
Mike tak bisa melihat Kolonel McKinney karena balon-balon itu, tapi dia bisa mendengar tuas di sebelah sana diputar perlahan-lahan. Pelan... pelan sekali...
atap mulai membuka. Beberapa balon"karena helium di dalamnya"
membubung naik, ke luar, ke angkasa malam. Dan ketika atap membuka
makin lebar, makin banyak balon yang lolos. Beratus-ratus balon kini
berdesakan di mulut celah, berebut keluar, menghiasi langit malam yang
penuh bintang. Para tamu berseru-seru kagum, juga orang-orang yang
kebetulan melihat ke arah bangunan itu. Mereka tak curiga.
Di ruang dansa, waktu tinggal empat puluh lima detik, dan alat pengatur itu akan meledak. Beberapa balon tersangkut di pinggir langit-langit, Mike tak bisa meraihnya. Dijulurkannya tubuhnya sejauh mungkin, mencoba menggapainya.
Balon-balon itu bergoyang-goyang, tepat di ujung jari-jarinya. Hati-hati sekali dia melangkah kearah titian, tanpa berpegangan apa-apa, dan mendorong
balon-balon itu ke arah celah. Yeah! Mike berdiri di sana, memandang balon terakhir lolos ke angkasa. Mereka membubung makin lama makin tinggi,
menghiasi langit malam yang kelam dengan warna-warni cerah, dan tiba-tiba, langit pun meledak.
Ledakan yang luar biasa. Lidah api yang berwarna merah dan putih
menyembur tinggi ke angkasa. Perayaan Empat Juli yang sempurna, yang
belum pernah mereka saksikan sebelumnya. Di bawah, semua orang bertepuktangan. Mike terpana, merasa tenaganya terkuras habis, tubuhnya lemas"terlalu
lelah untuk digerakkan. Semuanya telah berakhir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Penangkapan dilaksanakan secara beruntun, di seluruh penjuru dunia.
Floyd Baker, Menteri Luar Negeri, sedang bercinta dengan gundiknya di
tempat tidur, ketika pintu kamarnya tiba-tiba dibuka. Empat orang pria
menerjang masuk. "Sialan! Kalian pasti..."
Salah satu dari mereka mengeluarkan kartu identitasnya. "FBI, Bapak
Menteri. Anda ditahan."
Floyd Baker terbelalak tak percaya. "Kalian pasti gila. Apa tuduhannya?"
"Pengkhianatan, Thor."
Sir Alex Hyde-White, anggota parlemen, Freyr, sedang berada dalam acara
jamuan makan malam yang diadakan club-nya untuk menghormatinya. Para
tamu sedang mengangkat gelas untuk melakukan toast, ketika pelayan datang mendekatinya. "Maaf, Sir Alex. Ada beberapa pria menanti Anda di luar, ingin bicara dengan Anda...."
Di Paris, di kantor Chambre des Deputes de la Republique Francaise,
seorang deputi, Balder, ditahan oleh DGSE.
Di gedung parlemen di Calcutta, jura bicara Lok Sabha, Vishnu, diseret ke luar, dimasukkan ke Limousine, dan dibawa ke penjara.
Di Roma, seorang deputi dari Camera dei Deputati, Tyr, sedang mandi sauna ketika ia ditangkap.
Pembersihan itu berjalan terus: Di Mexico, Albania, dan Jepang, pejabatpejabat tinggi negara ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Seorang anggota Bundestag Jerman Barat seorang deputi Nationalrat Austria Wakil Ketua
Presidium Partai Komunis Uni Soviet.
Penangkapan juga dilakukan terhadap presiden direktur sebuah perusahaan
perkapalan raksasa, seorang pemimpin buruh yang berkuasa, seorang
pengabar Injil yang sering muncul di televisi, dan direktur sebuah perusahaan minyak.
Eddie Maltz tewas ditembak ketika mencoba melarikan diri.
Pete Connors bunuh diri ketika FBI mencoba mendobrak pintu kantornya.
Mary dan Mike Slade duduk di Bubble Room, mendengarkan laporan yang
masuk dari segala penjuru dunia.
Mike sedang menerima telepon. "Vreeland," katanya. "Anggota parlemen pemerintah Afrika Selatan." Diletakkannya pesawat penerima dan berpaling pada Mary. "Sebagian besar telah berhasil ditangkap. Kecuali Sang Pengawas dan Neusa Munez"Angel."
"Tak seorang pun tahu bahwa Angel itu sesungguhnya wanita?" Mary bertanya penuh kagum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak. Dia telah memperdayakan kita semua. Lantz menggambarkannya
sebagai betina gembrot yang jelek. Hanya orang-orang tertentu dalam
organisasi Patriots for Freedom yang tahu itu.
"Bagaimana dengan Sang Pengawas?" tanya Mary.
"Tak seorang pun pernah melihatnya. Dia selalu memberi perintah lewat telepon. Seorang organisator yang brilyan. Organisasi itu dipecah-pecah
menjadi sel-sel kecil, sehingga tiap-tiap sel tak tahu apa yang dilakukan dan apa tugas sel lainnya."
Angel marah sekali, marah yang tak terkatakan. Dia bagaikan binatang yang sedang mengamuk. Kontrak itu telah gagal dilaksanakannya, tapi dia telah
punya rencana untuk menebus kegagalannya.
Dia menelepon nomor pribadi itu di Washington, lalu dengan suaranya yang
tolol dan lesu, dia berkata, "Angel bilang, kau tak perlu kuatir. Ada kekeliruan, tapi dia akan memberesinya, Meester. Lain kali, mereka semua pasti mampus, dan..."
"Tak ada lain kali," bentak suara itu. "Angel ternyata ceroboh. Dia lebih buruk dari seorang amatir."
"Angel bilang..."
"Persetan apa katanya. Dia sudah tamat. Sepeser pun kami takkan bayar dia. Katakan pada makhluk sialan itu, suruh dia pergi ke neraka. Aku akan cari orang lain yang bisa melakukannya dengan lebih baik."
Dan orang itu pun membanting telepon.
Gringo sialan. Tak seorang pun berani menghina Angel seperti itu, dan
dengan nyawa tetap melekat di tubuhnya. Harga dirinya telah diinjak-injak.
Orang itu harus membayar. Oh, dia harus membayar mahal! Mahal sekali!
Telepon pribadi di Bubble Room berdering. Mary mengangkatnya. Dari
Stanton Rogers. "Mary! Kau selamat! Bagaimana anak-anak?"
"Kami semua selamat, Stan."
"Untunglah semua telah berakhir. Katakan padaku, apa sebenarnya yang terjadi."
"Angel. Perempuan itu mencoba meledakkan rumahku dan..."
"Perempuan?" "Ya. Angel itu perempuan. Namanya Neusa Munez."
Hening. Hening yang panjang. Jelas sekali bahwa Stanton Rogers amat
kaget mendengar berita itu. "Neusa Munez. Perempuan busuk, bertampang jelek dan gembrot itu adalah Angel?"
Mary merasa tubuhnya merinding. Sebilah pedang tajam sedingin es serasa
ditusukkan ke punggungnya. Dia menjawab pelan, "Ya, Stan."
"Apa yang bisa kulakukan untukmu, Mary?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak ada. Aku akan menemui anak-anakku dulu. Nanti kutelepon kau."
Diletakkannya pesawat itu, dan Mary pun terduduk, kaku.
Mike memandangnya. "Ada apa?"
Mary berpaling pada pria itu. "Katamu, Harry Lantz memberi gambaran
bagaimana tampang Neusa Munez"hanya pada orang-orang tertentu saja?"
"Ya." "Stanton Rogers tahu."
Setelah pesawatnya mendarat di Dulles Airport, Angel pergi ke telepon
umum dan memutar nomor pribadi Sang Pengawas.
Suara yang sudah dikenalnya menjawab, "Stanton Rogers."
Dua hari kemudian, Mike, Kolonel McKinney, dan Mary duduk di Ruang
Konferensi di gedung Kedutaan Amerika. Seorang ahli elektronik baru saja
selesai membuang alat-alat penyadap.
"Sekarang kita mempunyai gambaran yang jelas," kata Mike. "Sang Pengawas temyata Stanton Rogers sendiri, tapi kita semua tak pernah
menduga ke arah itu."
"Tapi mengapa dia ingin membunuhku?" tanya Mary. "Mula-mula dia menentang penunjukanku menjadi duta besar. Dia sendiri bilang begitu."
Mike menerangkan. "Begitu dia menyadari bahwa kau dan anak-anak
merupakan simbol Amerika yang baik, semua jadi cocok dengan rencananya.
Setelah itu, dia berjuang keras agar kaulah yang terpilih. Itulah yang membuat kami salah melacak, dan tidak mencurigainya. Dia selalu siap mendukungmu, membuatmu tampil di berbagai media-massa, dan mengatur agar kau selalu
berada di tempat-tempat yang tepat bersama orang-orang yang tepat."
Mary bergidik. "Mengapa dia mau terlibat dalam..."
"Stanton Rogers tak pernah memaafkan Paul Ellison yang telah berhasil menjadi presiden. Dia merasa terhina. Mula-mula dia orang liberal kemudian dia menikah dengan wanita penganut paham ultra kanan. Menurut dugaanku,
istri-nyalah yang telah mengubah pandangan politiknya."
"Apakah mereka sudah menemukannya?"
"Belum. Dia menghilang. Tapi dia takkan bisa sembunyi lama-lama."
Kepala Stanton Rogers ditemukan di tempat pembuangan sampah dua hari
kemudian. Matanya hilang dicungkil.
31 Presiden paul ellison menelepon dari Gedung Putih. "Aku menolak
permohonan pengunduran dirimu."
"Maaf, Bapak Presiden, tapi saya..."
"Mary, aku tahu betapa berat dan berbahayanya apa yang telah kaualami, tapi kumohon kau tetap bersedia menempati posmu di Rumania."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku tahu betapa berat dan berbahayanya apa yang telah kaualami.
Benarkah" Ketika mulai bertugas waktu itu, Mary masih sangat polos,
pikirannya penuh cita-cita yang mulia. Dia akan menjadi simbol spirit
negaranya. Dia akan menunjukkan pada dunia, betapa beradab dan hebatnya
bangsa Amerika; padahal, kenyataannya, dia hanya dijadikan boneka. Dia
diperalat oleh presidennya, oleh pemerintahnya, dan oleh semua orang di
sekitarnya. Dia dan anak-anaknya telah diumpankan pada bahaya yang terusmenerus mengancam. Pikirannya melayang pada Edward, dan bagaimana
suaminya itu mati terbunuh. Dia juga terkenang akan Louis, kebohongankebohongannya dan bagaimana pria itu menemui ajalnya. Mary teringat,
betapa besar kehancuran yang mungkin akan berhasil dilakukan Angel.
Aku bukan lagi aku yang sama dengan aku yang tiba di sini waktu itu, pikir Mary. Dulu aku masih polos. Tapi aku cepat menjadi dewasa, dengan cara
yang keras dan pahit"dan kini aku benar-benar telah dewasa. Aku telah
mencatat beberapa keberhasilan di sini. Hannah Murphy kubebaskan dari
penjara, aku berhasil mendapat kontrak pembelian jagung dan kedelai. Aku
telah menyelamatkan nyawa putra lonescu, dan membantu pemerintah
Rumania mendapatkan pinjaman dari bank-bank kami. Aku juga telah
menolong orang-orang Yahudi.
"Halo. Kau masih di situ?"
"Yes, sir." Mary memandang Mike Slade yang duduk seenaknya di seberang meja. Pria itu sedang memandanginya.
"Kau telah melakukan tugasmu dengan luar biasa," kata Presiden. "Kami semua bangga padamu. Sudah membaca koran?"
Mary tidak peduli apa kata koran-koran.
"Kaulah orang yang kami butuhkan di situ. Kau akan sangat berjasa bagi negara kita, Mary."
Presiden menunggu jawabannya. Mary berpikir-pikir, mempertimbangkan
keputusannya. Aku memang telah menjadi duta besar yang berhasil, dan
masih banyak tugas yang harus kuselesaikan di sini.
Akhiraya dia berkata, "Bapak Presiden, jika saya setuju tetap mengerjakan tugas saya di sini, saya mohon negara kita memberi suaka kepada Corina
Socoli." "Maaf, Mary. Sudah kuterangkan. kita tak mungkin melakukannya. Itu akan membuat lonescu berang dan..."
"Dia akan menerima kenyataan itu, akhirnya. Saya kenal dan tahu persis siapa lonescu, Bapak Presiden. Dia sengaja menggunakan gadis itu untuk
senjata tawar-menawar."
Presiden diam sejenak, berpikir-pikir. "Bagaimana kau akan
menyelundupkannya ke luar Rumania?"
"Pesawat perbekalan militer akan mendarat di sini besok pagi. Akan saya terbangkan dia dengan pesawat itu."
Hening lagi. "Hmm, baiklah. Aku yang akan menghadapi Departemen Luar Negeri. Kalau tidak ada lagi..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mary memandang Mike Slade lagi. "Ada sir. Satu permintaan lagi. Saya ingin Mike Slade tetap ditugaskan di sini. Saya membutuhkan dia. Kami berdua bisa bekerja sama dengan baik."
Mike memandanginya terus. Kini bibirnya tersenyum hangat.
"Itu tidak bisa kukabulkan. Tidak mungkin," tegas Presiden. "Slade dibutuhkan di sini. Dia akan segera mendapat tugas baru."
Mary tetap memegangi pesawat itu, tapi tak menjawab sepatah kata pun.
Presiden melanjutkan. "Akan kami kirim orang lain. Kau boleh pilih. Siapa saja."
Tak ada jawaban. "Kami benar-benar membutuhkan Mike di sini, Mary memandang Mike lagi.
Presiden berkata, "Mary" Halo" Apa"apa ini pemerasan?"
Mary tetap diam. Menunggu.
Akhirnya Presiden berkata dengan jengkel, "Well, kalau kau memang benar-benar membutuhkannya di sana, kuberi dia izin untuk sementara".
Mary merasa lega. "Terima kasih, Bapak Presiden. Saya akan tetap
menjalankan tugas saya sebagai duta besar"dengan senang hati."
Presiden mengomel sekali lagi. "Anda seorang negosiator yang hebat,
Madam Ambasador. Aku sudah punya rencana menarik untukmu setelah kau
selesai bertugas di sana. Selamat bekerja. Dan jangan memancing-mancing
bahaya." Hubungan terputus. Pelan-pelan Mary meletakkan pesawat itu. Kini dia memandang Mike. "Kau akan tetap bertugas di sini. Katanya, aku tak boleh memancing-mancing
bahaya." Mike Slade menyeringai. "Punya rasa humor juga dia."
Pria itu bangkit dan melangkah mendekati Mary. "Kau ingat waktu pertama kali aku melihatmu dan menyebutmu 'si Sepuluh Sempurna?"
Mary takkan pernah melupakan hari itu. "Ya."
"Ternyata aku keliru. Sekarang barulah kau benar-benar sempurna."
Mary merasa hatinya berbunga-bunga. "Oh, Mike..."
"Karena saya tetap akan bertugas di sini, Madam Ambasador. Sebaiknya kita mendiskusikan masalah yang timbul antara kita dengan Menteri Keuangan
Rumania." Mike menatap matanya dalam-dalam dan berkata lembut, "Mau kopi?"
EPILOG Alice Springs, Australia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang ketua sedang memimpin rapat. "Kita telah gagal, tapi kita juga
mendapat pengalaman yang sangat berharga, yang akan memperkuat
organisasi kita. Sekarang, sudah waktunya kita mengambil suara. Aphrodite?"
"Ya." "Athena?" "Ya." "Cybele?" "Ya." "Selena?" "Dengan mempertimbangkan betapa mengerikannya kematian Sang
Pengawas, pemimpin kita, tidakkah sebaiknya jika kita menunggu sampai..."
"Ya atau tidak. Pilih."
"Tidak." "Nike?" "Ya." "Nemesis?" "Ya." "Rencana kita telah disetujui. Harap Anda sekalian, ladies, memperhatikan langkah-langkah pengaman seperti biasa...."
TENTANG PENGARANG Sidney Sheldon adalah penulis buku Malaikat Keadilan, Lewat Tengah
Malam, Bila Esok Tiba, A Stranger in the Mirror, Bloodline, dan Master of the Game. Semuanya menjadi bestseller. Bukunya yang pertama dan lain daripada yang lain, Wajah Sang Pembunuh, oleh New York Times dipilih sebagai "kisah misteri paling baik tahun ini". Semua novel Sheldon sukses difilmkan atau ditayangkan sebagai mini-seri di televisi. Bahkan sebelum menjadi novelis, Sidney Sheldon telah memenangkan Tony Award untuk Redhead yang
dipentaskan di Broadway, dan Academy Award untuk The Bachelor and the
Bobby Soxer. Ia telah menulis skenario untuk dua puluh tiga film, di antaranya Easter Parade (dengan pemain utama Judy Garland) dan Annie Get Your Gun.
Kecuali itu ia juga menulis enam karya lain yang sukses di Broadway dan
menciptakan empat film seri televisi yang masa putarnya bertahan lam antara lain Hart to Hart dan Dream of Jeanni.
Kedua film sen tersebut diproduksi dan disutradarainya sendiri.
Sidney Sheldon tinggal di Southern California dan mengaku sebagai penulis yang penuh pemikiran aneh. "Saya tak dapat menahan hasrat saya," katanya,
"saya sangat suka menulis."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Misteri Bencana Kiamat 1 Luka Semalam Karya Hasina Binti Harits Kupu Kupu Pelangi 4

Cari Blog Ini