Josep Sang Mualaf Karya Fajar Agustanto Bagian 1
Josep Sang Mualaf Fajar Agustanto download dan baca secara online di http://cerita-silat.mywapblog.com Pedang Sakti Cersil Istana Pendekar Dewa Naga Raja Iblis Racun Ceritasilat.... thank. NOVEL ISLAMI
JOSEPH Sang Mualaf Fajar Agustanto (Blackrock1/Jaisy01)
http://suara01.blogspot.com
Pengantar Penulis Pemurtadan, sedang gencar-gencarnya di lakukan oleh kalangan
Misionaris. Umat Islam, yang sedang berpecah belah menjadi sasaran empuk
bagi mereka untuk mengeluarkan dari ajaran yang haq ini, Islam. Dengan
adanya Novel "JOSEPH, Sang Mualaf" ini, diharapkan akan tercipta sebuah
sinopsis baru, untuk sedikit menangkal pemurtadan yang sedang gencargencarnya dilakukan oleh kalangan orientalis atau bahkan misionaris.
Bagi pembaca, saya rasa novel ini tidak mengandung unsur SARA.
Tapi novel ini mengandung sebuah kebanaran dari suatu ajaran, yang selalu
ingin memurtadkan orang-orang Islam. Untuk diajak kepada agama mereka.
Sebuah ajaran, seharusnya tidak dipaksakan untuk dianuti. Tetapi, sebuah
ajaran adalah kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Sehingga, para penganut dan pemeluk suatu agama tidak menjadi buta
dengan percaya tetapi tidak mengetahui kebenaran dari agamanya. Tetapi
harus percaya dan mengetahui kebenaran dari ajaran agamnya. Karena itulah
sifat dari dasar kepercayaan manusia.
Novel yang saya tulis ini, berdasarkan pengalaman pribadi. Ada juga,
yang berdasarkan penelitian, pengamatan yang penulis lakukan, juga
termasuk fiksi. Novel "JOSEPH, Sang Mualaf" lebih banyak didasarkan
pada unsur pengetahuan bagi kalangan umat Islam, agar selalu waspada pada
gerakan-gerakan misionaris dalam memurtadkan umat Islam. Dari beberapa
tokoh yang saya sebutkan, merupakan orang-orang yang sangat giat dalam
memurtadkan orang-orang Islam. Nama-nama mereka memang benar-benar
nama aslinya, ada juga yang hanya fiksi belaka. Sehingga, di Novel ini anda
akan mengetahui beberapa cara mereka (misionaris) untuk memurtadkan
orang-orang Islam. Dengan begitu, saya menginginkan kewaspadaan bagi
http://suara01.blogspot.com
anda, para pembaca. Untuk selalu berhati-hati dalam menyingkapi sebuah
persoalan yang memang mereka (misionaris) mulai duluan. Sudah saatnya,
umat Islam bergerak. Untuk menangkal bahaya kristenisasi dengan bentuk
apapun. "Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena
dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka
kebenaran. Maka Ma"afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah
mendatangkan Perintah-Nya. Sesungguhnya Allah kuasa atas segala
sesuatu" (QS. Al Baqarah 109)
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti agama (milah) mereka. Katakanlah : "Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)". Dan sesungguhnya jika
kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu,
maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu" (QS. Al
Baqarah 120). Fajar Agustanto (Blackrock1)
http://suara01.blogspot.com
Daftar Isi Kata Pengantar Daftar isi 1. Bertemu dengan kebenaran 1 2. Menyisiri jerataran syetan
11 3. Tugas sesat yang memuliakan
18 4. Dampak mengikuti kebenaran
28 5. Kenikmatan Islam 39 http://suara01.blogspot.com
Bertemu Dengan Kebenaran "Joseph" namaku, perjalananku selama ini akhirnya berakhir dalam sebuah
kebenaran yang hakiki, dan kebenaran yang mutlak untuk bisa disampaikan kedunia.
Berat rasanya untuk menceritakan sebuah kisah kelam yang pernah aku alami karena
tidak mengenal kebenaran yang hakiki ini, masa lalu yang hambar dalam kehidupan
seorang penyebar misi sebuah ideologi yang bertransisi pada sebuah kebenaran yang
hanya berdasarkan keyakinan kebutaan. Entah berapa besar dosa-dosa yang pernah aku
perbuat, karena kegiatanku saat itu. Sejak SMU aku sudah di didik menjadi seorang
misionaris, sehingga berbagai bentuk pelajaran dalam agamaku saat itu selalu aku ikuti.
Tak lupa juga mempelajari 1001 cara untuk bisa memurtadkan orang Islam dari agamnya.
Orang Islam merupakan sebuah komunitas besar dinegaraku, tetapi sebenarnya
mereka sendiri tak tahu atau bahkan awam dengan agamanya sendiri. Sehingga dengan
mudah aku masuk tataran kehidupan orang-orang Islam. Dengan berbagai cara, aku
mencoba untuk masuk dalam hati orang-orang Islam. Jika aku berada pada kalangan
orang Islam yang berumur lebih tua. Maka caraku untuk meraih hati mereka, yaitu
dengan cara mengutip ayat-ayat Al Qur"an yang memang pada saat itu sudah aku pelajari.
Karena mereka awam dengan keIslamannya, maka dengan mudah ayat Al Qur"an itu aku
alihkan dengan bentuk penafsiran yang lain, setelah itu aku coba untuk mengalihkan
ayat-ayat Al Qur"an dengan ayat dari Injil yang memang sudah aku persiapkan dulu,
sehingga orang-orang Islam bingung tentang keIslamannya, dan tidak yakin dengan
agamanya. Kemudian dengan mudahnya aku membimbing mereka untuk masuk kedalam
agamaku waktu itu. Bangga, jika aku sudah memurtadkan orang-orang Islam. Tetapi caraku lain lagi,
jika aku bertemu dengan orang-orang Islam yang miskin. Caraku semakin mudah, jika
memang orang-orang Islam ini secara financial tidak mempunyai materi. Dengan
berbekal uang dan bahan makanan, aku menghampiri mereka sambil menawarkan
bantuan yang menyesatkan. Awal-awalnya pasti aku mengaku bahwa bantuan ini adalah
bantuan kemanusian, tetapi sebenarnya bantuan yang aku berikan itu adalah bantuan yang
menginginkan sebuah kemurtadan bagi mereka. Lain ladang lain ilalang, itulah cara-cara
untuk menggaet para muslim. Dan yang paling mengesankan, kalau sewaktu
memurtadkan pemuda-pemudi Islam, cara yang paling efektif adalah mengadakan sebuah
acara yang membuat para pemuda dan pemudi Islam ini menjadi lupa tentang agama
mereka, mereka akan terhanyut dengan godaan party-party yang kami adakan. Berbagai
party kami adakan dengan berbekal dana yang tak sedikit. Para pemuda-pemudi ini pun
akan larut dalam party yang kami selenggarakan. Apalagi jika hari valentine datang,
itulah hari yang paling kami nanti-nantikan. Dengan mengadakan party yang besar, para
pemuda-pemudi ini kami undang untuk melakukan pesta dansa. Games yang
menyesatkan, dengan berbau kepornografian. Ciuman-ciuman para pemuda-pemudi
Islam, itu semua kami anggap sebagai santapan pertama kami untuk menyesatkan dan
pengkaburkan ajaran-ajaran Islam.
Saat itu, berawal dari kampusku yang terkenal dengan teologinya. Seperti
biasanya, aku mengawali hari-hari kuliah dengan bersuka cita. Tawa-tawa renyah
http://suara01.blogspot.com
mahasiswa dan mahasiswi selalu menyertai jalanku, bersama teman yang seagama pada
waktu itu. Dinding-dinding kelasku, merupakan sebuah saksi bisu tentang perjalanan
yang menyesatkan. Bimbingan-bimbingan rohani yang diadakan, oleh para pastur dan
juga biarawati sering aku peroleh. Bahkan mereka sendiri, yang mengajarkan tentang
tehnik-tehnik untuk memurtadkan orang-orang Islam. Slogan-slogan kejayaan, tidak lupa
kami senandungkan untuk semangat kami di masa depan. Kami benar-benar yakin,
bahwa agamakulah yang besok menggantikan agama Islam. Karena agamaku, merupakan
agama yang bercinta kasih dengan sesama. Doktrin-doktrin, yang diajarkan oleh pastur
dan juga pendeta aku peroleh dengan sangat senang. Para pendeta ini, mengajarkanku
berbagai hal ilmu keIslaman yang berujung untuk memurtadkan. Kami mempelajari
agama Islam, bukan untuk membandingkan suatu kebenaran. Tapi, kami mempelajari
agama Islam untuk menjatuhkan agama itu.
*** "Mereka itu sering melakukan perbuatan yang aniaya pada diri mereka sendiri,
mereka itu sering melakukan kejahatan. Lihat saja disini, sering terjadi perampokan,
penodongan dan kejahatan-kejahatan lainnya yang dilakukan oleh umat Islam. Jadi
agama Islam itu, sebenarnya tidak terlepas dengan kejahatan-kejahatan. Karena agama
Islam, didirikan dan diajarkan dengan pedang ditangan, perang sebagai tujuan. Maka kita
harus menyadarkan orang-orang Islam untuk masuk pada agama suka cinta ini. Agama
cinta kasih. Oh puji tuhan."
Itulah yang diucapkan oleh Pendeta, saat sedang mengajarkan pelajaran Islam
kepada kami. "Para misionaris muda"
Dengan bersamangatnya, kami mendengarkan bimbingan yang di berikan oleh
Pendeta. Untuk mendapatkan ilmu, yang nantinya akan berguna dalam mengekspansi
agama kami nanti. Sebenarnya, aku mengikuti itu semua untuk mencari sebuah
kebenaran. Dan sebuah keyakinan, yang tanpa batas doktrinan untuk menguatkan dengan
dasar-dasar keIlahian. Aku tinggal di sebuah asrama, yang memang dikhususkan untuk para misionarismisionaris muda. Kamarku tak seberapa besar, tapi sangat layak untuk ditinggali.
Terdapat beberapa perabotan seperti televisi, komputer, radio, kasur, AC, kulkas. Cuma,
kalau mau mencuci harus keluar kamar dulu. Karena, mesin cucinya terletak di depan
kamarku. Sehingga dengan mudah, untuk menjemur pakaian yang sudah aku cuci. Jam
berdetak menunjukkan pukul dua belas malam, aku masih duduk dengan membaca
berbagai buku-buku agama. Termasuk juga, agama Islam. Bahkan Al Qur"an terjemahan
pun, sudah ada di hadapan. Entah, ada perasaan yang membuatku merasa ingin membaca
terjemahan Al Qur"an itu. Dengan santai, aku meletakkan buku karangan Robert Morrey
dan menggantikannya dengan terjemahan Al Qur"an. Dengan perlahan-perlahan aku
membuka Al Qur"an, terlihatlah sebuah huruf-huruf yang aku sendiri tidak tahu cara
untuk membacanya. Tapi aku tahu, bahwa itu huruf-huruf Arab. Karena aku, memang
pernah melihat huruf seperti itu di rumah Pak Amir. Pak Amir, dulu seorang Mudin
(penghulu) di desanya. Akhirnya, dengan mudah aku ajak untuk memeluk agama
kesesatanku. Dengan hanya berbekal rayuan, untuk memberikan sebuah pekerjaan yang
http://suara01.blogspot.com
berpenghasilan besar juga seorang calon istri yang cantik diperuntukkan untuk dia. Jika
nanti, dia mau memeluk agama kesesatan. Dengan mudah Pak Amir keluar dari agama
Islam, dan melepaskan semua atribut keIslamannya. Saat aku membantu melepas atributatribut keIslaman dirumahnya, aku melihat huruf Arab yang terpampang dengan bentuk
kaligrafi yang indah. Kupandangi sesaat huruf-huruf Arab berkaligrafi itu, dan memang
terlihat begitu serasi dengan paduan-paduan tekstur yang memukau.
"Pak Amir, itu huruf apa" Dan arti kalimatnya apa?" sepintas aku, menanyakan
pada Pak Amir yang sedang membenahi buku-buku Islamnya.
Pak Amir menjawab, dengan rokoknya yang masih dipangkal bibirnya "itu huruf
Arab, artinya tiada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah".
Saat mendengar Pak Amir mengucapkan arti dari kalimat itu, terasa ada sebuah
getaran aneh dalam batinku. Terasa jiwaku bergolak hebat, memahami arti dari "tiada
tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah"
Sewaktu Pak Amir, akan membawa buku-buku Islamnya. Aku bertanya "Pak,
buku-buku itu mau dikemanakan?"
Dengan Rokok masih tersungging dimulutnya, pak Amir menjawab "mau Bapak
bakar, kan bapak sudah ikut agama suka cinta dan penuh kasih. Makanya, Bapak tidak
ingin melihat buku-buku ini. Kalau Pastur mau meminta buku-buku ini, ya silakan pastur
bawa saja!". Dengan buku-buku pemberian Pak Amir itulah, sekarang koleksi buku Islamku
menjadi bertambah banyak. Bahkan, terjemahan Al Qur"an yang aku pegang ini dulu
kepunyaan Pak Amir. Meskipun aku tidak bisa membacanya, tetapi aku masih bisa
melihat arti dari terjemahan Al Qur"an ini. Sewaktu aku membuka Al Qur"an, yang aku
buka adalah surat An Naas.
Setelah aku membaca arti dari surat itu, tubuhku menjadi merinding dengan
kalimat-kalimat itu. Badanku terasa sangat ngilu, bahkan bibirku terasa sangat berat
untuk digerakkan karena melihat kebesaran bahasa dari arti kata Al Qur"an surat An
Naas. Bahasa yang dipakai, sungguh sangat agung. Dan begitu sangat menyentuh jiwa
manusia. Sebuah bahasa kepasrahan manusia kepada tuhannya, yang membuat seseorang
itu benar-benar tegar dalam menghadapi semua masalah. Seakan-akan, membuat manusia
untuk tidak pernah merasakan takut selain hanya kepada Tuhan-Nya. Aku tertegun, saat
membaca kalimat terjemahan dari surat An Naas itu. Begitu agungnya, Raja dari raja di
alam semesta ini. Dalam agamaku, tidak ada sebuah kalimat yang sangat menyentuh jiwa
dan kalbu ini. Bahkan sebuah bentuk kepasrahan diri, pada sang pencipta bumi.
Saat aku membuka lembaran berikutnya, tertera disitu surat Al Falaq. Aku
membacanya dengan sangat teliti, disetiap kata dan makna ayat itu. "benar-benar sangat
mengagumkan sekali!" gumamku dalam hati.
http://suara01.blogspot.com
Dengan bahasa yang santun, mengutarakan sebuah kepatuhan dalam keyakinan.
Untuk merendahkan diri, pada sang pencipta bumi. Surat Al Falaq, merupakan bentuk
sebuah penghambaan tentang kepasrahan dalam setiap jiwa umat Islam
"Dan dari kejahatan orang dengki apabila dengki" akhiran surat Al Falaq ini,
menandakan bahwa orang Islam tidak menginginkan perlindungan bagi mahluk lain.
Selain dari Tuhannya. Sangat terlihat dan jelas sekali, bahwa ayat tersebut menandakan
sebuah jiwa penolong manusia adalah hanya kepada Tuhannya. Jika orang-orang Islam,
memahami arti dari surat Al Falaq. Pastilah, mereka tidak akan keluar dari agamanya
hanya karena sejumlah materi yang sering kami beri. Surat Al Falaq, merupakan sebuah
simbol kelemahan manusia dalam menjalani hidup didunia.
Sehingga, makna dari surat tersebut yang dapat aku simpulkan adalah
"memberitahukan bahwa manusia itu sangat kecil, dan sangat kecil sekali dengan Maha
dari segala Maha pencipta alam semesta".
Jam menujukkan pukul 1 (satu) pagi, tapi terasa ada sebuah kekuatan untuk terus
melihat isi-isi dibalik Al Qur"an ini.
Aku membalikan lembaran ayat berikutnya, pada saat aku membuka lembaran
berikutnya, tubuhku merasakan ada sebuah getaran. Saat melihat surat Al Ikhlash
"Katakanlah, dialah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepadaNya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada
seorang pun yang setara dengan dia."
Suasana dalam kamarku begitu dingin, tetapi tubuhku menjadi sangat panas
dalam jiwa yang meronta untuk pencarian sebuah kata "kebenaran". Sangat terlihat nyata.
Peluhku membasahi seluruh tubuhku, dan bahkan jiwaku. Bulukudukku merinding
menggerakkan pori-pori kulit, untuk menyaksikan sebuah kedahsyatan kebenaran tentang
ajaran yang aku anggap sebagai "kesesatan". Sungguh aku tak menyangka, buku yang di
sebut Al Qur"an ini. Saat itu batinku meronta, dalam kesengsaran ideologi kebenaran
yang buta saat akan meraih dan menggapai surga yang aku sangka.
"Kenapa para Bapa, Pastur, Pendeta mengatakan bahwa ajaran Islam ini adalah
ajaran yang sesat atau bahkan ajaran yang berdasarkan kekerasan" Padahal, sudah
dijelaskan secara gamblang dalam kitab Al Qur"an mereka. Tentang unsur ke Tuhanan
yang hakiki, dalam penentuan penyebutan Tuhan yang pasti".
Dalam agamaku, dijelaskan tentang tiga unsur dalam satu kesatuan. Dengan
berpatokan, pada satu jiwa yang terbagi menjadi tritunggal. Saat itu juga, aku langsung
berfikir tentang konsep Tuhan yang diajarkan padaku. Bahwa dari tiga ini, Tuhanku
menjadi satu. Aku merasakan sebuah kejanggalan dalam konsep itu, karena menurut
pemikiranku jika nanti di masa yang akan datang tidak menutup kemungkinan Tuhan bisa
http://suara01.blogspot.com
menjadi empat dalam satu kesatuan. Sungguh ini pengetahuan yang membuat aku
merasakan sebuah kejanggalan, dalam agama yang aku anuti waktu itu. Saat aku akan
memikirkan masalah tentang itu semua, terjadi serangan kantuk yang bertubi-tubi. Mata
ini tak kuasa menahan tirai-tirai kulit mata, yang tidak dapat diajak kompromi lagi. Tak
sadar, semua menjadi hitam berhiaskan cahaya kemilau kerlip bintang disekitar kabut
yang menghitam. Terdengar bunyi jam wekkerku berdering keras, menandakan pukul tujuh pagi.
Aku terbangun dalam khayalan mimpi, tentang sebuah ayat yang membuat menjadi ragu
dengan agamaku. Saat aku akan membersihkan meja kamar, terlihat terjemahan Al
Qur"an itu masih dalam keadaan yang terpampang jelas dalam pandangan mata. Secara
spontan aku mengatakan "ini bukan mimpi!".
Setelah beres-beres buku yang ada di meja, aku menuju kamar mandi. Saat mandi,
aku berfikir tentang apa yang kuketahui pada sebuah kebenaran yang baru.
*** Aku mengikuti kelas yang akan di ajarkan oleh Pendeta Markus, yaitu tentang
pendalaman teologi agama kesesatan. Saat pelajaran sedang berlangsung, Pendeta
Markus dengan semangatnya mengajarkan pada kami tentang doktrin Trinitas. Saat itu
pula, aku langsung menanyakan tentang keampuhan Trinitas.
"Pendeta, jika memang Trinitas itu berawal dari tiga unsur. Dan ketiga unsur itu,
merupakan satu unsur. Dari ketiga-tiganya, saya berfikir bahwa seorang manusia tidak
dapat menjadi Tuhan. Atau Ruhul kuduspun, tidak dapat menjadi manusia. Karena
Josep Sang Mualaf Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tuhan, tidak menciptakan diri-Nya sendiri. Atau dalam kata lain, Tuhan itu berbeda
dengan mahluk yang diciptakan-Nya. Sehingga sangat jelas, bahwa manusia tidak dapat
diangkat menjadi Tuhan dengan kesepakatan manusia sendiri. Dengan contoh, bahwa
seorang tukang kayu yang membuat meja kayu. Maka meja kayu, tidak dapat disebut
tukang kayu walaupun atas kesepakatan manusia."
Pendeta Markus hanya memandangiku, dengan sedikit alisnya dikerutkan keatas.
Sambil menjawab "Joseph, ini adalah doktrin. Jadi kamu tidak dapat mengubah doktrin
ini ataupun menyangkalnya, kamu cuma diwajibkan untuk meyakininya."
Aku langsung mengatakan, dengan memberikan analogi tentang kesimpang siuran
ajaranku saat itu "Pendeta, agama merupakan suatu kewajiban bagi manusia untuk
meyakini adanya sang pencipta. Tetapi Pendeta, sang pencipta pun tidak akan
membodohi orang yang menyembah-Nya. Sang pencipta, akan memberikan kekuasaan
tentang keberadaan-Nya. Dengan kebenaran, yang bisa dipertanggungjawabkan. Jika kita
tidak dapat membuktikan kebenaran dari sang pencipta kita, maka tidak ada kebenaran
untuk menyembah sang pencipta yang kita yakini!"
Wajah Pendeta menjadi merah padam, tatapan elang ditujukan padaku. Dengan
agak emosi, Pendeta mengatakan "Joseph, sudah Bapa katakan. Bahwa doktrin ini,
http://suara01.blogspot.com
adalah sebuah keyakinan. Maka kewajiban kita hanya meyakininya, dan tidak usah
diperdebatkan tentang kebenarannya. Sudah kamu sekarang dengarkan saja, bukti-bukti
dari keyakinan kita!"
Saat itu hatiku benar-benar dongkol, Pendeta tidak dapat menjawab pertanyaanku
selain hanya selalu mengatakan doktrin dan keyakinan. Padahal keyakinan itu seharusnya
dilanjutkan dengan bukti-bukti kebenaran, sehingga manusia dapat mengetahui
keberadaan Tuhannya. Melalui kebenaran yang dapat dibuktikan. Kelas sudah selesai
pukul dua belas siang, sehingga aku harus kembali untuk beristirahat dikamar asramaku.
Aku buka pintu kamar, dengan perasaan dongkol karena jawaban-jawaban yang
tidak memuaskan dari Pendeta Markus tadi. Kuletakkan buku ditempat rak buku, setelah
itu kurebahkan badan untuk melepaskan penat yang mendera diseluruh tubuh dan otakku.
Mata ini menerawang berhiaskan kekosongan dalam pikiran, tak seberapa lama aku mulai
berfikir tentang kebenaran agamaku. Keraguanku timbul, karena membaca sebagian ayatayat dari Al Qur"an.
"Sebenarnya aku hidup itu untuk apa, dan apa yang sebenarnya yang aku cari
dalam kehidupan?" sebuah pertanyaan besar merasuki dalam jiwa ini. Aku tak
menyangka, semua ini terjadi pada saat aku mengawali karier untuk menjadi pastur. Aku
tak tak menyangka, bahwa kebenaran itu sebuah kata yang sangat berharga untuk
meyakini sesuatu yang maya. Sesuatu yang abstrak, sesuatu yang tidak dapat dikatakan
dengan kata-kata. Aku bangkit dari angan-anganku, dan langsung menuju meja kerjaku. Al Qur"an
yang sejak tadi malam, tetap berada pada posisi surat Al Iklhash. Dengan kegusaran,
tentang sebuah ajaran maka aku mencoba untuk membalikkan surat yang selanjutnya
"Al Lahab", aku begitu terperanga saat membaca arti dari surat itu. Sebuah surat
yang memperlihatkan kedahsyatan tentang Tuhan yang menghukum makhluknya
dikarenakan tidak mempercayai, bahkan memusuhi Rosul-Nya "Muhammad!". Sang
pembawa kabargembira, kebenaran keEsa"an Tuhan. Sesaat aku berfikir tentang
ketakutanku menjadi Abu Lahab kedua, yang nantinya benar-benar di Azab oleh Tuhan
karena ketidak percayaanku terhadap agama Islam. Aku mengakhiri membaca arti dari
ayat-ayat Al Qur"an.
"Sudah saatnya aku mengetahui kebenaran dan mengikuti jalan kebenaran" kata
batinku. Dengan segera aku mengganti baju pasturku, setelah itu aku raih sebuah kunci
sepeda motor. Dan bergegas meninggalkan asrama.
Saat akan menutup kamar asrama, Bob menyapaku dengan nada agak heran
melihatku terburu-buru "Joseph kamu mau kemana" Ada apa, kamu terlihat sangat
terburu-buru" Apa ada kabar keluarga yang tidak mengenakkan?"
http://suara01.blogspot.com
Dengan tersenyum sambil mengenakan sepatu pantovel hitam, aku menjawab "oh
nggak ada apa kok Bob! Aku terburu-buru karena ada sesuatu yang sangat penting, untuk
kuketahui!" Bob bertambah penasaran "apa itu" Boleh aku tahu?"
Jawabku sekenanya "aku ingin mencari kebenaran!"
Tak disangka Bob ingin ikut karena penasarannya tentang jawaban "kebenaran"
itu "Joseph bolehkah saya ikut dengan kamu?" ucapnya dengan terlihat dengan wajah
yang sangat penasaran Aku sebanarnya curiga dengan Bob, karena nanti jangan-jangan Bob nanti akan
memberitahukan kepada Pendeta tentang niatku mencari keberadaan kebenaran. Tetapi
tak enak juga malarang Bob untuk ikut denganku, karena Bob termasuk sahabatku yang
sangat setia. Akhirnya aku menyetujui, Bob untuk ikut. "boleh-boleh saja kok!" kami berdua
langsung berangkat naik motor, motor yang sehari-harinya telah banyak memurtadkan
orang-orang Islam. Pikiranku saat itu masih takut kalau nanti Bob akan memberitahukan
ke pada Pendeta tentang tujuanku ini, tapi apa boleh buat itu semua resikoku untuk
mencari sebuah kebenaran.
Terlihat sebuah masjid yang sangat besar berhiaskan kuba diatasnya dan tamantaman yang indah disekitarnya, dipelataran masjid. Motorku sudah memasuki pelataran
parkir masjid yang besar ini, entah tak tahu kenapa jantungku terus berdegup kencang
seiring keinginanku untuk mencari sebuah kebenaran
"Joseph apakah disini sebuah kebenaran itu berada?" tanya Bob saat jantungku
masih berdegup kencang, Aku agak terkejut saat Bob bertanya seperti itu, langsung aku menjawabnya
"entah! Mungkin disinilah kebenaran itu berada!"
Aku langsung menuju masjid, sesampai di lantai masjid aku melepaskan sepatu
untuk memasuki masjid, Bob pun begitupula. Mungkin aku tidak akan melepaskan
sepatuku jika tidak ada tanda "mohon sepatu untuk diletakkan disini" karena memang
kalau di gereja tidak ada kebiasaan untuk melepas sepatu. Aku benar-benar kagum saat
menginjakkan kaki dilantai masjid, aku rasakan sebuah kesejukan kedamaian dan bahkan
kebenaran "Betapa sangat suci sekali sebuah masjid, karena kesucian itu makanya orangorang tidak boleh menginjak-nginjak kesucian dengan kekotoran duniawi yang barada
pada alas-alas kaki manusia" gumamku dalam hati.
http://suara01.blogspot.com
Aku melihat orang tua yang membersihkan masjid dengan kain pel yang terus
menerus di lap-lapkan pada lantai keramik masjid, aku menghampiri dia dan menyapa
"permisi pak, bisa saya bertemu dengan Ulama atau Kyai di masjid ini?" Tanyaku dengan
tatapan yang memang agak merendahkan.
Bapak tua itu tersenyum sambil mengatakan "ada keperluan apa, adek mencari
Pak kyai?" tanya Bapak tua itu
"Saya mau berdialog atau berdiskusi, tentang kebenaran!" jawabku
Lalu Bapak tua itu tersenyum sambil mengatakan "oh, kalau begitu silakan adek
tunggu sebentar didalam masjid, saya panggilkan Pak kyai!"
Pak tua itu berlalu dari hadapanku untuk memanggil Pak kyai pengurus masjid
ini, aku sendiri menuju kedalam masjid untuk menunggu Pak kyai datang.
Disela-sela menunggu Pak kyai aku dan Bob berbincang-bincang tentang
tujuanku kemari "Joseph apakah kamu kemari karena rasa penasaranmu terhadap Islam" Juga
karena pertanyaanmu, yang tidak dijawab oleh Bapa?"
Aku tersenyum sambil mengatakan "benar, aku sangat penasaran dengan Islam.
Dan juga selama aku mempelajari agama kita ini. Sampai sekarang, aku masih ragu
dengan kebenaran agama kita. Kita selalu ingin mencari umat yang banyak, tetapi kalau
aku pikir bahwa suatu agama tidak perlu mencari umat yang banyak. Karena umat yang
banyak, akan datang dengan sendirinya jika agama itu berlambangkan kebenaran tentang
keEsaan Tuhan" jawabku serius kepada Bob.
Tak lama datang seorang yang bersorban dan berbaju putih bersih disertai dengan
wajah yang berseri-seri. Tapi aku masih mengenal orang itu, dia adalah Pak tua yang
mengepel masjid tadi. Aku benar-benar terperanga melihat orang itu.
Dengan santainya orang itu menyapa "selamat siang!",
Aku dan Bob pun kontan menjawab "selamat siang!".
Aku masih penasaran dengan Pak tua itu, memang terlihat tatapanku penuh
selidik. Tetapi sebelum aku menanyakan sesuatu pada Pak tua itu, Pak tua lebih dulu
memperkenalkan dirinya, sambil mengulurkan tangannya "nama saya Kyai Burhanudin!
Kalau nama kalian berdua?"
Kami juga langsung memperkenalkan diri "nama saya Joseph, dan teman saya
bernama Bob" Aku masih penasaran dengan tindakan kyai Burhan yang mengepel lantai
masjid tadi "Pak kyai, saya lihat tadi mengepel lantai masjid ini. Kenapa Pak kyai harus
http://suara01.blogspot.com
repot-repot mengepel masjid, sedangkan saya lihat banyak orang-orang suruhan Pak
kyai?" tanyaku dengan sangat penasaran.
Pak kyai tersenyum sambil menjawab "dalam agama Islam, kita disuruh untuk
terus giat bekerja meskipun kita sudah tua. Dan mempunyai banyak pesuruh, bukan
berarti kita harus berdiam diri. Orang Islam tidak diperbolehkan untuk diam, dan tidak
melakukan apa-apa! !palagi kedudukan seseorang itukan di mata Allah sama saja! Saya
tidak lebih baik dari pesuruh saya. Dan lagi pula, besar pahalanya kalau kita mau
membersihkan Baitullah atau rumah Allah!" jawab pak kyai Burhan dengan senyum
simpatiknya. Penjelasan Pak kyai itu membuatku semakin yakin bahwa "agama inilah agama
kebenaran". Saat itu aku langsung mengutarakan tujuan datang kemasjid ini. Pak kyai,
dengan tersenyum menyambut tujuan murniku ini. Akhirnya Pak kyai menjelaskan
tentang berbagai aspek dalam ajaran Islam. Begitu memukau ajaran-ajaran yang
terkandung dalam Islam, apalagi sikap Pak kyai yang begitu sangat rendah hati pada
waktu kami sedang berdiskusi. Membuat aku semakin merasakan ketentraman diri.
Tercermin bahwa Islam sangat berkasih sayang terhadap sesama manusia. Setelah
mendengar penjelasan Pak kyai panjang lebar, dan berbagai perihal pertanyaan yang aku
sampaikan, aku menjadi tahu tentang kebenaran agama Islam.
Saat itu jiwa ini bergejolak, ingin mengutarakan niatku untuk memasuki agama
Islam. Tetapi niatku jadi ciut, saat merasakan kehadiran Bop disampingku.
Pak kyai, melihat aku seakan merasakan apa yang aku pikirkan. Dengan santai
Pak kyai mengatakan "sesungguhnya Allah itu maha pengampun lagi maha penyayang,
jika adek berkeyakinan tentang kebenaran Allah. Maka tidak ada yang perlu ditakutkan
kecuali, takutlah tidak mau menerima kebenaran tentang Islam."
Jantungku langsung berdetak antara menyatakan "tidak, dan ya!", aku takut Bob
akan mengatakan niatku untuk masuk Islam kepada Pendeta. Tetapi aku juga takut,
kalau-kalau aku akan di azab seperti Abu Lahab dan Isterinya.
Aku menatap Bob, dan Bob terlihat diam samar menatapku. Kami saling
berpandangan dan akhirnya aku mengatakan "Pak kyai, selama ini saya sudah berada
pada sebuah agama yang meyakini tentang keberadaan Tuhan dengan kebutaan
keyakinan, dan sekarang saya mengucapkan Asshadu"allah IlahaIlallah Wa"ashadu"anna
Muhammadarosulullah"
Bob tersentak, saat aku mengucapkan kalimat itu. Pak kyai hanya tersenyum
indah, ramah dan sangat menyejukkan hati. Pak kyai bertanya padaku "apakah adik
Joseph mengucapkan kalimat syahadat karena ada paksaan dari pihak-pihak tertentu"
Atau ada sebuah rencana lain yang akan adik Joseph kerjakan" Karena Islam
mengharamkan untuk memaksa seseorang masuk Islam"
http://suara01.blogspot.com
Aku semakin menjadi sangat yakin bahwa inilah kebenaran "saya mengucapkan
itu tidak ada paksaan sama sekali Pak kyai, ataupun ada sebuah rencana lain yang akan
saya lakukan. Saya mengucapkan ini karena ingin mencari kebenaran spiritual yang nanti
bisa dipertanggungjawabkan, dan yang bisa diyakini tentang kebenarannya!" Jawabku
dengan kemantapan dan kepastian diri.
Pak kyai hanya tersenyum sambil mengatakan "kalau begitu adik Joseph sekarang
sudah resmi menjadi orang Islam"
Aku tersenyum sangat gembira sekali, ternyata untuk memasuki Islam tidak harus
memakai cara-cara yang sulit. Saat itu juga, aku mengatakan pada Bob "Bob ini jalanku,
aku meyakini bahwa ini adalah kebenaran!"
Bob hanya tersenyum sambil mengatakan "Joseph dan Pak kyai, sebenarnya saya
juga mempelajari agama Islam sejak lama, dan saya tahu akan kebenarannya. Tetapi saya
malu untuk mengatakan bahwa Islam agama yang benar. Karena teman saya Joseph tidak
malu-malu mengatakan dan menyatakan Islam adalah kebenaran, maka saya pun
menyatakan Asshadu"allah IlahaIlallah Wa"ashadu"anna Muhammadarosulullah"
Aku sangat terkejut saat Bob mengatakan itu, ternyata Bob juga mempelajari Al
Qur"an, dan yakin tentang kebenaran Al Qur"an. Tetapi karena kegengsiannya untuk
memasuki agama Islam, sehingga kebenarannya terhambat oleh egoismenya sendiri.
Tetapi aku sangat senang dengan pernyataan Bob, sehingga kita berdua sudah menjadi
orang Islam. Dan aku tak perlu takut, kalau-kalau Bob akan mengatakan pada Pendeta
tentang agamaku sekarang ini. Pak kyai sambil tersenyum dan mengucapkan "Allahu
Akbar". Lalu membaca "Idza ja"anasrullahiwal fatq wara"aitannassayadequluna
fiddinillahi afwaj fasabbiqbiqamdi robbikkawastauqkfir innahu kannatauba"
http://suara01.blogspot.com
Menyisiri jeratan syetan Hari-hariku lalui dengan tanpa kepastian, aku masih didalam sebuah sangkar
syetan yang akan menggerogoti umat Islam. Syetan-syetan ini tidak tahu, bahwa aku
sudah lepas dari lingkaran mereka. Kubuka cendela kamar, dan menikmati suasana yang
begitu segar seiring dengan cuaca begitu sejuk di area asrama ini. Burung-burung kecil
berlari keangkasa sambil sesekali hinggap di ranting-ranting yang berembun, angin
semilir membawa hawa dingin yang membuatku menjadi semakin terasa dalam buaian
kefanaan dunia. Sholat shubuh sudah aku lakukan, meskipun aku masih belum bisa untuk
membaca bacaan sholat. Hanya gerakan tubuhku yang ruku", sujud dan takhiyat akhir.
Meskipun hanya melakukan gerakan-gerakan sholat tanpa disertai dengan pembacaan
do"a-do"a sholat, tetapi batin ini merasa sangat tentram. Bahkan sangat damai, seiring
dengan kedamaian burung-burung yang berlarian diawan langit yang menjulang bagaikan
menandakan bahwa keberadaan manusia hanyalah sebatas semut kecil yang berkeliaran
dibumi. "Tok..tok"tok.. Joseph apa kamu sudah bangun" Ini aku Bob!" Suara ketukan
pintu, membuatku tersentak dari lamunan yang memahami sebuah keagungan Tuhan
Aku beranjak dari tempat tidur untuk membuka pintu kamar "ada apa Bob?"
jawabku "Joseph, apa kamu sudah melakukan sholat shubuh?" tanya Bob dengan terlihat
sangat penasaran. "Iya, aku sudah melakukan sholat shubuh tadi!" jawabku dengan merapikan
tempat tidurku "Lalu, apa kamu sudah bisa baca-bacaan sholat?" tanya Bob penuh selidik
Aku tersenyum mendengar pertanyan Bob "Bob, kamu tahu kan kita baru masuk
Islam! Jadi, aku masih belum bisa untuk membaca do"a sholat. Tapi, aku sudah
melakukan cara-cara yang seperti diajarkan dibuku tuntunan sholat, lihat nich!" jawabku
sambil menyodorkan buku tuntunan sholat lengkap.
Bob menerima bukunya dan berkata "Joseph, sebenarnya aku juga sudah punya!
Cuma, kita kan nanti mau mengadakan missa bersama. Nah, lalu apakah kita nanti ikut
missa itu" Kan kita sudah jadi orang Islam!" Bob terlihat sangat gusar sekali, dengan
missa yang akan diadakan jam tujuh pagi nanti
Dengan santai, aku menepuk pundak Bob sambil menatapnya serius. Dan
mengatakan "Bob, santai sajalah meskipun kita sudah lepas dari ajaran mereka toh
mereka nggak tahu kalau kita sudah menjadi orang Islam! Dan kita disini karena memang
masih dalam keterikatan pada sebuah kontrak. Nanti, kalau kita melanggar kontrak bisabisa sanksi pidana terjerat pada kita. Mendingan kita diam saja, sambil mengikuti apa
http://suara01.blogspot.com
yang mereka lakukan! Tetapi, juga kita terus memohon kepada Allah swt, untuk
memberikan jalan keluar bagi kita dari masalah ini!"
"Kalau gitu aku setuju usulmu, untuk saat ini kita memang tidak bisa berbuat apaapa! Kalau begitu, aku mempersiapkan keperluan missa nanti!" ucap Bob dengan
menupuk pundakku pula, Bob akhirnya berdiri meninggalkanku.
*** Segerombolan calon-calon pendeta sudah mulai memakai baju-baju kebesaran
mereka, terlihat bergerombol sambil membicarakan tentang keberhasilan mereka
memurtadkan orang-orang Islam. Juga membicarakan, tentang apa yang menjadi topik
pada missa atau khutbah apa yang akan nanti disampaikan oleh pendeta Filemon. Temanteman seprofesiku sangat kagum dengan pendeta Filemon ini, karena dari ceritanya
dahulu pendeta Filemon ini adalah seorang penganut Islam yang sangat radikal. Dan
merupakan anak dari seorang Kyai kondang dari Jawa Timur, serta mempunyai pesantren
yang sudah dihuni oleh 8000 santri. Pendeta Filemon mengaku, bahwa namanya dulu
adalah Muhammad Haris Fadila. Dia mengatakan pintar dalam membaca Al Qur"an, dan
bahkan bahasa Arab baginya adalah bahasa sehari-hari. Juga dia pernah naik haji 8 kali.
Itu menurut pengakuan darinya sendiri, tetapi karena Roh Kudus maka dia mendapat
sinar kasih dari Tuhan untuk mengikuti jalan-Nya. Padahal aku pernah mengetahui
dengan mata kepala sendiri pada saat dia berada diruangannya, pada waktu itu diminta
oleh wartawan untuk membacakan ayat-ayat Al Qur"an, tetapi malah Pendeta Filemon
mengatakan tidak punya waktu. Dengan alasan, karena nanti akan diadakan acara
kebaktian di asrama. Padahal aku tahu sendiri, pada saat itu tidak ada acara apapun di
asramaku. Bahkan wartawan, sempat memaksanya untuk membaca surat-surat pendek.
Pendeta Filemon masih tetap tidak mau membacanya dengan berbagai alasan.
Inilah yang membuktikan sebuah keraguanku pada pendeta Filemon, dengan
ucapan-ucapannya. Aku sangat malu pada saat itu, seorang yang aku hormati ternyata
tidak lain adalah seorang pembohong besar, sehingga disitulah aku menjadi semakin
merasakan tentang sebuah jalan kebenaran. Yaitu jalan-jalan orang-orang yang selalu
berkata benar, dan tidak berbohong seperti apa yang diucapkan Pendeta Filemon.
Hingga akhirnya aku benar-benar ragu tentang kebenaran kasih yang dibawa oleh
pendeta pendusta. Para misionaris-misionaris muda sudah berbondong-bondong masuk
kedalam gereja untuk mengikuti missa, aku sendiri juga langsung mengikuti mereka dari
belakang. Khotbah dilakukan oleh pendeta Filemon, para misionaris menjadi riuh dengan
Josep Sang Mualaf Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tepuk tangan kebanggaan tentang keyakinan kebutaan. Dengan energik pendeta Filemon
ini memaparkan-memaparkan hasil-hasil pemurtadan yang diperolehnya.
"Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, puji Tuhan karena saya telah
membaptis tokoh-tokoh terkenal Islam di Indonesia semoga ini menjadi motivasi bagi
saudara-saudara untuk terus menyebarkan ajaran kasih kita, ajaran Tuhan sang juru
selamat." http://suara01.blogspot.com
Selanjutnya pendeta Filemon mengatakan tokoh-tokoh terkenal yang telah dia
baptis "saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, sungguh sangat besar kasih Tuhan sehingga
dengan ijinnya saya bisa membaptis ibu dari Rhoma Irama, juga kyai kondang yaitu Kh.
Zainuddin Mz, kyai seribu umat. Dengan ijin Tuhan kita dapat memberitahukan kabar
juru selamat kita di dunia, oh Haleluyya"
Serempak jamaat pun mengucapkan "HALELUYYA".
Pada saat itu timbul dalam benakku sebuah pertanyaan "bahwa tidak mungkin
tokoh seperti mereka mengikuti agama ini, padahal secara nyata-nyata jalan
kebenarannya terdistorsi dengan keyakinan kebutaan umatnya. Sehingga, mereka tidak
tahu kebenaran dari apa yang telah dipaparkan oleh pendeta Filemon"
Serentak aku kaget dengan nyanyian pujian yang dikumandangkan keras oleh
jamaat yang hadir di ruangan ini, gemuruh nyanyian riuh dengan kesukacitaan mereka
menjadi seorang yang merasa sudah dikasihi Tuhan. Dan berpendapat berada pada jalan
yang benar, yaitu jalan yang dikasihi oleh Tuhan.
"Sodara-sodara, atas nama Tuhan. Kita berkumpul disini, kita berbondongbondong mengikuti missa yang dikasihi oleh Tuhan. Maka selayaknya, kita juga harus
bersemangat untuk terus dapat membawa dan menjadikan agama kita menjadi agama
yang dianuti oleh seluruh orang-orang di Indonesia ini. Kita harus menyambut sodarasodara yang masih bergelimang dengan pedang dan kekerasan, bergelimang dengan
kesesatan dan kebodohan, bergelimang dengan pertikaian dan kejahatan. Jadikan mereka
menganuti agama suka cita kita, oh puji tuhan Haleluyya"
Serentak, para jamaat pun mengucapkan "HALELUYYA."
Setelah itu pedeta Filemon melanjutkan khotbahnya dengan semangat yang
membara dan bertubi-tubi untuk selalu dapat memurtadkan orang Islam dan masuk
agama yang mereka anggap "benar."
Selesai missa, aku dan para misionaris muda harus mengikuti kelas yang
mempelajari tentang agama Islam. Pengajarnya adalah pendeta Muhammad. Pendeta
yang satu ini tak kalah hebatnya dalam membual tentang cerita-cerita pada masa
mudanya dahulu, kata pendeta Muhammad bahwa dia sebenarnya anak seorang kyai yang
terkenal di Jawa Tengah. Dan Dia, mempunyai pesantren yang dihuni oleh banyak santri.
Sungguh itu bualan yang sangat nyata, aku mengetahui bualan-bualan mereka
karena aku sendiri yang didik oleh mereka. Pada saat disuruh untuk memurtadkan orangorang Islam. Saat itu, aku disuruh untuk mengaku menjadi orang Islam dan bekerja
sebagai ustadz di sebuah masjid yang letaknya di Jombang. Lalu aku disuruh berbohong,
bahwa aku mengikuti agama kristen dikarenakan aku telah mendapat sinar kasih dari
Tuhan, dan juga tak lupa untuk memutar balikkan arti dan penafsiran dalam Al Qur"an.
http://suara01.blogspot.com
Padahal sebanarnya, pendeta Muhammad ini sama sekali tidak dapat membaca Al
Qur"an. Dia hanya bisa membaca arti dari Al Qur"an dan diputarbalikkan menurut
pemikiran dia sendiri setelah itu diajarkan kepada muridnya "para misionaris."
"Katakanlah, hai ahli kitab, kamu tidak dipandang beragama yang sebenarnya,
kecuali kamu turuti Taurat dan Injil, dan apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Al Qur"an, Al Maidah 68. Ini sudah terbukti bahwa didalam agama Islam sendiri,
menyuruh kita untuk terus meyakini Injil. Dan sangat terbukti, bahwa Tuhan Allah telah
memberikan kita jalan kebenaran kepada kita. Untuk meyakinkan orang Islam, bahwa
ajaran mereka itu salah. Dan yang benar, itu adalah ajaran-ajaran kita. Karena telah
terdapat suatu bukti dari Al Qur"an mereka, bahwa kita memang disuruh untuk meyakini
dengan adanya Injil" pendeta Muhammad, berbicara seakan tidak pernah ada habisnya.
Dia merasa yakin bahwa hanya pendapat dialah yang benar.
Tak seberapa lama, aku langsung menanyakan pertanyaan kepada pendeta
Muhammad "Pendeta, sewaktu saya melihat dan membaca Al Maidah ayat 68. Disitu
anda menyatakan bahwa kita disuruh untuk meyakini Injil karena teks awalan dan teks
pertengahan. Lalu apakah yang dimaksud dari akhirannya yang berbunyi "dan apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Terima kasih"
Dengan tertawa, pendeta Muhammad mengatakan "sebanarnya, dari teks kalimat
terakhir itu merupakan sebuah pelengkap teks Al Qur"an. Biar kita disuruh meyakinkan
kepada orang-orang Islam, bahwa mereka juga harus meyakini Injil kita sekarang. Dan
ikut dengan agama kasih kita"
Dengan mimik muka yang serius aku langsung mengatakan "Pendeta, saya rasa
pendeta salah dalam menafsirkan ayat-ayat Al Qur"an itu" sontak wajah pendeta
Muhammad berubah menjadi merah. Dan aku langsung melanjutkan argumenku "karena
yang saya lihat, disini tentang teks akhiran. Dan apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. itu adalah sebuah peringatan bagi orang-orang dahulu sebelum memasuki
Islam untuk bersiap-siap memasuki agama Islam. Karena dari teks akhiran tersebut
menyatakan, bahwa orang itu harus yakin Tuhan akan menurunkan lagi kitab sucinya.
Dan sekarang, kitab suci itu adalah Al Qur"an yang sekarang. Sebab terlihat jelas, bahwa
teks akhirannya menyatakan bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Jika
kita meyakini Al Maidah 68 kalau begitu kita pun harus meyakini Al Qur"an. Karena Al
Qur"an itu juga diturunkan oleh Tuhan kepada kita!".
Terlihat pendeta Muhammad sangat malu dengan apa yang aku katakan tadi,
hanya muka memerah serta senyum dongkolnya yang terlihat saat itu. Setelah itu,
pendeta Muhamamd dengan sedikit senyum yang dipaksakan mengatakan "ya kita tidak
usah terlalu jauh seperti itu Joseph, tugas kita kan untuk meyakinkan orang-orang Islam
dan kalau untuk jawaban yang kamu berikan tadi jangan sampai diberitahukan orangorang Islam. Nanti malah mereka nggak mau ikut agama kita!".
Lalu pendeta Muhammad menyatakan "sebenarnya, umat Islam itu umat yang
paling buruk. Lihat saja perilakunya disini. Mereka itu sukanya merampok, membunuh,
http://suara01.blogspot.com
memperkosa, mencuri apalagi orang-orangnya kebanyakan kaum miskin. Maka dari itu,
kita harus memberikan mereka jalan yang terang. Yaitu jalan yang dikasihi oleh Tuhan"
Entah kenapa aku sangat tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh pendeta
Muhammad, dengan serta merta saat dia sudah selesai menyatakan pernyataan itu aku
langsung mengangkat tangan.
"Iya ada pertanyaan Joseph?" jawab pendeta
"Kalau dipikir memang benar apa yang dikatakan oleh pendeta, tetapi kalau
dipikir lagi seharusnya kita pun harus adil dalam penentuan sikap tentang apa yang
pendeta katakan. Kalau misalkan, orang-orang di negara ini yang mayoritasnya muslim
dan banyak melakukan perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan lebih
banyak kemiskinannya. Tetapi kita pun harus melihat dari luar negara Indonesia,
contohnya Amerika negara yang mayoritasnya bukan orang Islam, tingkat kejahatannya
paling tinggi dari pada Indonesia, atau contoh saja Philipina disana tingkat perekonomian
tinggi malah di pegang oleh orang-orang Islam, orang-orang kristen menjadi buruh di
negara sana. Atau juga di Roma, yang mayoritasnya agamis dengan kekatolikannya
ternyata tingkat prostitusi disana lebih tinggi dari pada disini. Dan kalau kita melihat di
negera Arab yang mayoritasnya Islam, disana tingkat kejahatannya malah semakin kecil
dari pada negara yang mayoritasnya beragama seperti kita. Makanya itu pendeta, kita
seharusnya sebagai umat yang beragama tidak boleh memandang hanya dari satu sisi
saja. Tetapi juga, harus memandang dari beberbagai sudut pandang sisi tersebut atau
dalam kata lain Objektif. Agar nanti, mereka tahu agama mana yang benar! Bukan begitu
pendeta!" Pendeta Muhammad hanya terdiam, dalam batas tak menentu diujung rasa yang
sangat malu. Saat aku mengatakan sesuatu hal yang benar. Tak pelak pendeta
Muhammad mengatakan "ya, sudah itu terserah anggapan kamu, Joseph. Pokoknya kita
jangan lupa dengan tugas kita untuk selalu memurtadkan orang-orang Islam" Pendeta
Muhammad dengan cepat mengatakan kelasnya sudah selesai, sewaktu aku mau
mengangkat tangan lagi karena tanda ketidakpuasan jawaban. Di samping kananku Bob,
terlihat sangat bangga dengan keriangan hati yang tak terhingga saat pertanyaanpertanyaanku tidak dapat dijawab oleh pendeta Muhammad. Sangat terasa, Bob menjadi
percaya bahwa dia tidak salah memilih ikut agama yang baru dia anuti sekarang ini.
Aku dan Bob keluar dari kelas untuk menuju asrama, disudut pojok kelas terlihat
pendeta Muhammad bermimik serius berbicara dengan Daniel, Herman, Yacobus serta
Bernard. Mereka adalah teman-temanku, yang tidak diragukan kebenciannya terhadap
agama Islam. Sesekali pendeta Muhammd melirikku, seperti tanda menunjukkan tangan.
Seketika itu pula, teman-temanku pun melirik aku bersamaan. Dengan tampang wajah
yang sangar dan terlihat geram. Sudah aku rasakan tatapan geram itu, saat pertanyaan
yang pernah kuberikan pada Pendeta Markus waktu lalu.
Bob merasakan tatapan-tatapan geram itu ditujukan padaku, disebabkan
pertanyaan-pertanyaanku yang begitu memojokkan. Sambil menepuk pundakku, Bob
http://suara01.blogspot.com
mengatakan "Joseph, mereka terlihat tidak senang pada kita. Sebaiknya kita harus
berhati-hati, Joseph!"
Aku tersenyum sambil mengatakan "iya memang benar Bob, kita memang harus
berhati-hati!" Kami berdua berlalu, meninggalkan tempat itu menuju asrama. Disetiap
perbincangan menuju kamar asrama kami berdua saling membicarakan tentang rasa
ketidaksenangan para pendeta dan missionaris terhadap agama Islam.
Bob sambil memperbaiki pegangan tasnya mengatakan "Joseph, aku tidak habis
pikir. Kenapa kita dulu, selalu membenci Islam tanpa mau mempelajari ajaran Islam lebih
dalam dulu?" Dengan sedikit mengerutkan dahi akupun mengatakan "iya yach, kenapa kita dulu
sangat membenci ajaran Islam yach! Padahal kita kan selalu diajarkan tentang rasa cinta
kasih pada sesama. Tapi saat kita melihat orang-orang Islam, pandangan kita menjadi
sangat tidak senang pada mereka. Namun kita sering tersenyum diwajah ini, dengan
senyuman kebohongan dengan rasa kegeraman dan sebuah kejijikan yang tertanam pada
jiwa kita dahulu. Saat kita bertemu dengan mereka. Benar-benar jiwa kebencian yang
mendalam terhadap umat Islam"
Bob terlihat sangat menyesal, dengan apa yang pernah dia lakukan waktu
memeluk agamanya dulu. Tak seberapa lama, Bob menarik nafas panjang serta
mengatakan "iya benar Joseph, kita dulu sangat bengal dengan keyakinan yang tanpa ada
bukti kebenaran yang hakiki! Tapi, kita sekarang sudah beruntung karena mengetahui
sebuah kebenaran itu, Joseph. Dan saat ini, kita harus lebih dalam lagi untuk mempelajari
agama kita sekarang dan setelah itu kita keluar dari tempat tertanamnya syetan-syetan
yang menakutkan. Karena mereka bicara tentang cinta kasih yang hanya bersumber pada
perasangkaan" sambil tersenyum Bob pun melanjutkan pekataannya "dan sebaiknya kita
harus tetap berhati-hati kepada mereka yang melihat kita dengan kesinisan, ketakutan dan
kekegeraman pada jiwa yang telah mati dalam kebusukan cinta kasih tersembunyi. Tanpa
dasar keIlahian. Joseph, sudah sampai kamar kamu tuh, kalau gitu udah dulu yach aku
juga mau istirahat setelah mengeluarkan banyak penat yang hinggap karena khotbah para
pendusta ee pendeta" Bob berkata sambil menunjukkan kamarku dengan senyuman yang
terpuaskan. Aku pun tersenyum, dan mengambil sebuah kunci di sakuku serta mengatakan
pada Bob "oke deh Bob, sudah dulu aku juga mau istirahat menenangkan pikiran ini"
Bob menepuk pundakku dan berlalu menuju kamarnya.
*** Didalam kamar, aku nyalakan tv untuk mencoba menikmati hiburan-hiburan
yang nantinya kuharapkan dapat membuat otakku menjadi fresh atau segar kembali dan
http://suara01.blogspot.com
nanti dapat melakukan kegiatanku yang selanjutnya. Muncul seorang yang bersorban di
layar televisi "oh Da"I itu tak asing bagiku, dia adalah A"a Gymnastiar yang lebih sering
dipanggil A"a Gym. Seorang Da"I yang bisa memberikan petuahnya atas dasar-dasar
keIlahian, sehingga seorang bisa menjadi lebih tenang karena petuahnya" ucapku dalam
hati. Terbesit dalam pikiran "kenapa di agamaku yang dahulu tidak ada pendeta layaknya
A"a Gym" Kalau ada pendeta seperti A"a Gym pastilah tidak akan tercipta misionaris
Pemurtad agama Kebenaran, Islam"
Tak seberapa lama setelah aku termenung sendiri di kamar, terdengar dari arah
pintu kamar "tok"tok" Joseph kamu ada didalam?"
"Siapa?" aku balik bertanya, pada orang yang mengetuk pintu kamar
"Ini aku Daniel!" Jawab dari balik pintu
Dengan cepat aku mematikan tv, dan langsung membukakan pintu.
"Kenapa lama sekali buka pintunya, Joseph?" tanya Daniel penuh selidik
Akupun dengan asal menjawab "iya, tadi aku tidur dan tidak memakai baju
makanya aku pake baju dulu baru membuka pintu!"
"Oh" Daniel, mengangguk tanda mengerti. Setelah itu, meneruskan perkataannya
"Joseph, ada tugas dari pendeta Muhammad. Untuk memberi kabar suka cinta didesa Jati
Rogo, gimana siap?" "kabar suka cita apa" Bilang aja kalau mau memurtadkan orang-orang Islam!"
kata batinku saat itu "Joseph, kamu kenapa" Mau tidak?" Daniel agak mengeraskan suaranya sehingga
aku agak sedikit tersentak
Setelah itu aku mengatakan "iya, aku mau! Kapan Dan?"
Daniel menjawab dengan agak ketus "ya sekarang! Emang mau tahun depan
apa?" Aku hanya tersenyum, setelah menyampaikan tugas itu Daniel dengan acuhnya
berlalu dihadapanku. "hem, ternyata kamu memang benar-benar sudah tidak suka denganku, Dan!" kata
batinku saat itu. http://suara01.blogspot.com
Tugas Sesat yang memuliakan
Siang ini udara terasa membahana dalam ruang kamarku, secercah butir-butiran
peluh keluar menari dalam badan yang marasakan kepengapan. Terlihat dibalik jendela,
mentari bersinar mengeluarkan hawa kemanjaan bagaikan memberi sebuah peringatan
tentang keberadaan sang surya. Rasa malas, menghampiriku untuk mengurungkan
pemberangkatan tugas yang ke lima puluh tiga ini, tapi aku takut jika nanti tidak
berangkat menunaikan tugas sesat ini, maka mereka akan semakin curiga denganku.
Yang aku takutkan, nanti mereka mengeluarkan aku dari sekolah ini. Dan yang paling
menakutkan, adalah saat mereka memberitahukan keluargaku di Surabaya. Aku takut,
jika kabar mengenai diriku membuat penyakit jantung Papa kambuh. Dan kemungkinan
terburuknya, Papa meninggalkan dunia fana ini. Juga Mama, akan terkena strok jika tahu
tentang keyakinan terhadap agama baruku, belum lagi nanti adik-adikku yang aku
sayangi akan memusuhiku dan akan sangat membenciku. Aku masih belum siap untuk
menerima semua cobaan ini.
Mantap sudah kepergianku, dalam tugas yang diberikan oleh pendeta
Muhammad. Sudah waktunya untuk berangkat. Kuambil bebarapa buku, juga tak lupa Al
Qur"an terjemahan, serta baju-baju yang akan menemani dan melindungi dalam setiap
jeratan hawa dingin yang menusuk kulit. Dengan membawa tas ransel, aku layaknya
seorang pemuda yang sedang merantau. Bedanya, aku selalu membawa perlengkapan
baju muslim sebagai simbol kamuflase untuk orang Islam. Tapi sebenarnya, kini aku
memang orang Islam. Kulangkahkan kaki, menuju tempat yang akan kusinggahi untuk
suatu misi. Saat aku akan menutup pintu kamar, Bob menegurkan sambil menghampiriku
"Joseph kamu mau kemana?"
Tanpa banyak bicara aku pun langsung bilang "ada tugas dari pendeta".
Bob langsung mengerti apa yang aku maksud, Bob berbisik lirih padaku "Allah
berserta orang-orang mukmin"
Aku benar-benar terperana, saat Bob mengatakan itu. Betapa itu adalah sebuah
do"a, dan sebuah semangat bagiku untuk terus dapat bertahan dari jeratan tali-tali syetan.
Aku tersenyum, dan mengatakan
"Terima kasih Bob do"anya! Aku berangkat dulu"
Dengan lirih akupun mengatakan "Assalamualaikum" itulah salam pertama, saat
aku sudah memasuki agama kebenaran ini.
Bob tersenyum dan mengatakan "Walaikumsalam".
http://suara01.blogspot.com
Kupakai sepatu botku, yang akan membawa menuju tempat baru dalam suatu misi
kesesatan. Setelah itu, aku beranjak untuk mengendarai motorku, iya benar "motor yang
telah banyak menyesatkan umat muslim!" kata batinku.
Bob hanya bisa melambaikan tangannya sambil berteriak "selamat jalan, hatihati!".
Perjalanan ini begitu menyesakkan, dalam jiwa yang berontak tak menentu untuk
menginginkan sebuah kebenaran yang tak akan terpolarisasi dengan pengakuan
kebenarannya. Namun semua itu, bisa terobati dengan indahnya pemandangan alam desadesa yang kulewati. Angin begitu semilir, seiring laju motor tuaku menuju tempat tujuan
yang berliku, dalam misi kesesatan. Pohon-pohon jati, berdiri tegak bertebaran disetiap
jalan. Daun-daunan melayang-layang, menandakan sebuah kesejukan alam. Tak jarang
terlihat jelas, sebuah gunung yang memperlihatkan kegagahan dan keindahannya.
Burung-burung, berlari-lari diawan merasakan sebuah ketenangan, bagaikan menemaniku
disetiap perjalanan. Disetiap mata ini memandang, tak jarang terdapat orang-orang yang
memanggul sebuah ubi-ubian untuk dijual dipasar, atau mungkin buat makanan
keseharian. Tiga jam sudah, perjalananku menuju desa Jati Rogo. Sebuah desa, yang
sangat terpencil dan sulit sekali dijangkau dengan kendaraan beroda empat, desa Jati
Rogo adalah salah satu desa yang telah menjadi target untuk sasaran para misionaris.
Desa Jati Rogo, merupakan desa yang sangat jarang diketahui oleh banyak kalangan
masyarakat yang lain. Sehingga desa itu merupakan sebuah desa yang menjadi sebuah
sasaran empuk bagi kaum misionaris, untuk menyebarkan agama kesesatan.
Penduduk desa Jati Rogo, dulunya merupakan orang-orang Islam tulen dan sangat
taat beribadah. Tetapi saat para misionaris datang, akhirnya desa itu 60% sudah murtad
meninggalkan agamanya, Islam. Aku ditugaskan untuk mengurus sisa-sisa orang Islam
yang sulit untuk dimurtadkan.
Terlihat sawah menghijau, serta penduduk yang sedang bercocok tanam. Tak
jarang terlihat anak-anak kecil menunggang kerbau, ada pula yang berlarian mengejar
layang-layang. Suasana begitu asri, dengan hawa panas yang tak begitu menyengat
sangat beda dengan perjalananku sewaktu dikota tadi. Nikmat benar suasana desa.
Josep Sang Mualaf Karya Fajar Agustanto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Motorku terus melaju, dijalan yang beraspal dengan kerikil-kerikil tajam dan tak jarang
tanah berlempung melekat diban motor, air-air yang menggenang dijalan bagaikan hiasan
sebuah keasrian desa Jati Rogo ini. Sebuah bangunan besar, terlihat di sudut jalan pusat
perekonomian desa Jati Rogo. Bangunan yang terbangun, oleh kekuatan materi yang
menunjang dan terbangun diatas keangkuhan dalam pernyataan kebenaran sebuah
ideologi kesesatan. Bangunan yang terdiri dari salib diatas singgahsananya, merupakan
perlambang kekuatan bagi setiap misioanaris yang akan bertugas didalamnya. Pada
awalnya, sebenarnya bangunan itu merupakan sebuah mesjid yang berdiri kokoh dalam
peribadatan penduduk Islam. Sebuah bangunan, yang dulunya merupakan dihuni oleh
santri-santri bersarung kotak-kotak berpeci hitam, tak lupa juga para santriwati yang
berkerudung menutupi sebagian kepalanya serta membawa kitab Al Qur"an yang
direngkuh dalam pelukan kepasrahan kecintaan pada pencipta maha Kebenaran. Masjid
beralih fungsi, menjadi gereja megah setelah kesepakatan para warga yang murtad.
http://suara01.blogspot.com
Memang ironis, karena dalam kemiskinan, kefakiran, dan ke awaman para warga desa
membuat mereka menjual ajaran Islam dengan hanya sebatas penukaran gabah untuk
bercocok tanam serta sembako yang setiap hari dibagikan.
Sampai sudah, perjalanan yang melelahkan tetapi mengasyikkan. Digereja itulah
tempat tinggalku sementara ini. Dari balik gereja, seseorang telah menyambutku
"Selamat siang, dan selamat datang di gereja Annur Rochim!" dengan senyum dia
melanjutkan perkataannya "apakah anda pendeta Joseph?" orang itu bertanya sambil
menyalamiku Dengan senyum aku pun menjawab "iya saya pendeta Joseph!" sebenarnya kata
batin ini terasa pedih untuk menyubut istilah "pendeta". Selanjutnya, akupun bertanya
kepada orang itu "Bapak siapa?"
Orang itu menjawab dengan mempersilahkan aku masuk "saya pak Karmin,
penjaga gereja Annur Rochim ini, dan saya juga yang akan melayani pendeta Joseph".
Aku hanya tersenyum, dan ikut masuk kedalam gereja. Setelah itu, aku diantarkan
kekamar yang akan kutempati nanti. Saat menuju kamar, pak Karmin ini banyak bercerita
tentang kesuksesan pendeta sebelumku dalam memurtadkan orang-orang Islam
dikampung ini, pak Karmin juga menceritakan betapa menderitanya dia sewaktu menjadi
orang Islam. Akan tetapi saat berpindah agama kesesatan pak Karmin mendapatkan
limpahan kasih materi yang sangat berlebih, sehingga akhirnya dia tidak kekurangan lagi
dalam kehidupannya. Ruangan kamar yang kutinggali begitu tertata rapi, kasurnya putih bersih juga
terdapat meja dan kursi untuk menulis ataupun membaca buku. Meskipun tidak seperti di
asramaku, yang serba komplit. Namun, kamar ini bisa dibilang bagus untuk ukuran
orang-orang didesa Jati Rogo ini.
Pak Karmin, segera meninggalkanku setelah menunjukkan kamar yang akan aku
tinggali. Sebelum pergi, pak Karmin sempat berpesan
"Pendeta Joseph, kalau butuh apa-apa bilang pak Karmin saja!"
Setelah aku mengangguk, tanda menyetujuinya pak Karmin berlalu
meninggalkanku. Kuletakkan tas ranselku, pada meja kayu berukiran kelapukannya.
Setelah itu, kurebahkan badan ini pada kasur putih bersih. Badanku terasa sangat berat
untuk terus menerus terjaga, dalam buaian dunia. Sehingga, matakupun merasakan
sebuah rasa kantuk yang mendalam, kupejamkan mata ini kurasakan cahaya kemilau
hitam dalam buaian keindahan untuk melepaskan penat pikiran serta rasa capek yang
kurasakan. Berharap, semua itu hilang.
*** http://suara01.blogspot.com
Tok"tok"tok suara ketukan itu kudengar dari pintu kamar, segara aku bangun
dan membuka pintu kamar "Selamat malam, pendeta Joseph!" sapa pak Karmin,
Saat itu, aku masih benar-benar merasa mengantuk sehingga akupun menjawab
dengan sedikit menguap "iya selamat malam pak Karmin, ada apa Pak?" tanyaku
kepadanya Pak Karmin dengan senyum mengatakan "makan malam sudah siap, silakan
pendeta menikmati makan malamnya!".
"Oh iya, nanti saya akan keruang makan. Tapi, sebelum itu saya mau mandi dulu
Pak!" jawabku dengan santai.
Badanku terasa segar, setelah terbuai dengan air desa yang dingin bagaikan
bongkahan es yang mencair. Setelah itu, aku keluar dari kamar menuju ruang makan, pak
Karmin sudah di ruang makan sambil menungguku.
"Loh Pak, kok nggak makan duluan?" tanyaku pada pak Karmin
"ah nggak enak, saya nunggu pendeta saja. Kita, makan bareng biar kesannya
rame!" jawab pak Karmin dengan mempersilahkan aku duduk.
Saat akan aku makan makanan tersebut, ternyata makanan yang disuguhkan
semuanya adalah dari binatang yang diharamkan "Babi!" kataku dalam hati. Tak pelak,
akupun agak kikuk untuk tidak memakannya, aku takut kalau-kalau tidak memakannya
nanti dikira tidak menghargai masakan yang disajikan dimeja makan. Saat itu, pak
Karmin melihat gerak-gerikku yang menjadi kikuk saat melihat makanan-makanan di
meja "Pendata, kenapa hanya dilihat" Silakan dimakan! Apa masakannya tidak
memenuhi selera pendeta?" pak Karmin saat itu langsung memberondong pertanyaan
Aku hanya tersenyum, sambil memikirkan alasan apa yang akan aku sampaikan
kepada pak Karmin agar aku tidak jadi memakan-makanan haram itu "oh tidak pak!
Hanya saja, saya tidak diperbolehkan makan-makanan yang mengandung daging Babi.
Karena saya punya penyakit yang nantinya bisa kambuh jika makan-makanan yang
mengandung daging babi" saat itupula timbul alasan yang masih agak rasional dimata
orang desa ini. "Oh kalau gitu, biar saya gantikan dulu dengan makanan yang lainnya, Pendeta!"
pak Karmin langsung pergi ke dapur dan membuatkan aku telur ceplok dan indomie
http://suara01.blogspot.com
Serasa lega sekali, saat bisa menolak makanan yang haram itu. Sajian baru, sudah
dihidangkan kepadaku. Dengan santainya, kita makan sambil berbincang-bincang tentang
permasalahan desa Jati Rogo
"Disini dulu, itu kampung pesantren. Tetapi, semenjak kedatangan pendeta
Markus dan pendeta yang lainnya akhirnya kampung sini mendapat sinar kasih dari
Tuhan, sehingga banyak yang masuk agama cinta kasih kita!" dengan mengunyah daging
menjijikkan itu pak Karmin mulai menceritakan program misionaris yang dilancarkan
didesa Jati Rogo. Sungguh benar-benar aku merasakan sebuah penyesalan yang mendalam, entah
sudah berapa ratusan atau bahkan ribuan orang Islam yang aku murtadkan. Saat-saat yang
buta, dengan kebenaran. Pak Karmin, masih menceritakan keberhasilan desa ini karena
menganggap mendapat sinar kasih dari Tuhan
"Pendeta, kenapa melamun?"
Aku tersentak saat pak karmin menegurku, "Oh tidak Pak, saya hanya bisa
membayangkan keberhasilan yang banyak diraih didesa sini Pak!" jawabku sekenanya
Padahal, dalam lubuk hatiku berbisik "bahwa semua itu hanya dusta, kasihan pak
Karmin yang terkena dampak pendusta"
Aku merasa, perutku sudah cukup terisi dengan makanan. Apalagi, aku sudah
kenyang dengan cerita keberhasilan pendusta yang di idolakan oleh pak Karmin.
Jam dinding, menunjukkan pukul 19.00 Wib malam. Aku keluar, untuk melihat
suasana desa Jati Rogo diwaktu malam. Saat berada dipintu gereja, aku mengamati setiap
orang yang lalu-lalang melintasi jalan di depan gereja.
Kadang, ada orang yang sopan dengan menyapaku "selamat malam pendeta".
Tapi ada juga yang hanya tersenyum, menandakan sapaannya.
Saat aku akan keluar dari gereja, ada seorang pemuda yang sebaya denganku
melirik dengan rasa yang dingin dan terkesan sangat tidak senang denganku. Saat itu,
akupun hanya diam saja, sambil melihat arah dari jalannya pemuda itu. Terbesit, sebuah
hasrat untuk membuntuti pemuda itu. Dengan berjalan mempercepat langkah, aku
membuntuti pemuda itu sampai pada sebuah bangunan. Ternyata, bangunan itu adalah
mushola. Pemuda itu, "assalamu"alaikum"
masuk kedalam mushola dan samar Serentak dari dalam mushola menjawab "walaikumsalam".
http://suara01.blogspot.com
kudenger salam Saat itu, aku hanya bisa mengintip disela-sela bangunan mushola. Sungguh,
sangat mengesankan. Dibalik mushola itu, terdapat beberapa anak-anak muda yang
sedang membentuk lingkaran, sambil mengaji dan membaca ayat-ayat Al Qur"an.
Air mata ini tidak dapat menahan lantunan ayat kebenaran, hingga beberapa kali
menetes membasahi mata yang melihat kesejukan. Perasaanku saat itu, sangat ingin
seperti mereka yang bisa mengaji Al Qur"an dengan tenang dan santai serta tetap
mempertahankan agamanya. Meskipun, dera misionaris didesanya melanda dengan
ditunjang kekuatan materi yang sangat besar. Sebenarnya, ingin sekali aku memasuki
mushola itu, tetapi aku masih takut mereka tidak mau menerimaku. Kuurungkan niat itu,
dan bergegas pergi meninggalkan mushola, menuju gereja.
*** Malam telah larut, dalam kehingan desa yang kelam. Tetapi mata ini, sangat sulit
untuk dipejamkan. Bayangan-bayangan, pemuda yang duduk melingkar dan membaca Al
Qur"an terngiang di ingatan. Aku begitu sangat ingin, masuk kedalam pintu lingkaran
kemuliaan itu. Hanya suara jangkrik, cicak dan binatang malam lainnya yang
menemaniku dalam kegusaran ingin mendekat pada sang Maha kebenaran. Serpihan
angin malam, berhembus menandakan kedinginan alam pedesaan. Membuatku, terus
tetap mendekap selimut putih tebal yang berhiaskan rajutan keindahan alam.
Mata ini terus merasakan sebuah getaran indah, tentang nilai kebenaran iman Al
Qur"an. Tak kurasakan, hawa dingin yang menusuk sumsum tulang yang berbalut kulit
ini. Menandakan, waktu berubahnya malam menjadi pagi berhiaskan mentari yang akan
bersinar. Aku tersentak saat itu, karena lupa akan sholat shubuh. Bergegas aku kekamar
mandi, dan berwudhu. Setelah itu, aku langsung memperagakan gerakan-gerakan sholat.
Terdengar bunyi ketukan dipintu kamar, tetapi aku masih tetap tidak
membukakan pintu kamar karena masih dalam keadaan sedang sholat. Setelah selesai
sholat, aku bergegas merapikan lagi ruangan kamar seperti semula dan langsung menuju
pintu kamar. Saat kubuka pintu kamar, pak Karmin terlihat masih tetap berdiri didepan
pintu. "Wah, tidurnya nyenyak sekali ya pendeta?" pak Karmin bertanya sambil
tersenyum Aku hanya tersenyum dan menjawab "oh tidak, tadi saya barusan selesai mandi
jadi maaf kalau agak lama membuka pintunya!"
Pak Karmin, hanya menjawab "ooo" dengan tersenyum dan mengangguk-angguk.
Setelah itu, pak Karmin langsung mengatakan "pendeta makan paginya sudah siap! Dan
nanti, akan diadakan missa pagi dan pendeta Joseph yang akan memimpin missanya!"
Aku hanya mengangguk tanda setuju
http://suara01.blogspot.com
*** Senanandung lagu-lagu rohani dinyanyikan, puji-pujian dikumandangkan aku
hanya berdiri diatas mimbar dengan senyuman-senyuman yang kupaksakan. Telihat
jamaat bernyanyi dengan suka cita. Setelah semua selesai, kini giliranku untuk
berkhotbah. Sebenarnya, hati ini ingin tertawa karena mereka tidak mengetahui kalau aku
sebenarnya sudah tidak seagama dengan jamaat di gereja itu. Bahkan, aku sudah
beragama pada agama mereka dahulu, Islam. Sungguh ironis, hanya karena kemiskinan
seorang mau mengorbankan agama yang tidak diragukan kebenarannya. Setelah semua
selesai, sudah waktunya untuk menyirami mereka dengan air yang mereka anggap suci
dari Roma, Italy. Hari menjelang siang, gereja sudah kembali sepi dari jamaat yang
bermissa. Kini aku, mempunyai waktu untuk berputar keliling kampung untuk melihat
kehidupan warga desa. Suasana desa sangat sejuk, meskipun hari menjelang siang.
Terlihat warga desa bekerja seperti biasanya, ada yang menumbuk, memotong, mengairi
sawah atau pekerjaan yang lainnya. Angin berhembus menyejukkan, padi-padi yang akan
dipanen bergoyang-goyang riang. Burung kecil berterbangan, bagai berlari dalam
kelincahan sayapnya diawan-awan dan beberapa kali hinggap dipadi yang telah
menguning menunduk malu, sungguh sangat indah. Tak jauh, aku melihat seorang
pemuda menumbuk padinya. Dia tak lain adalah pemuda yang kulihat tadi malam. Entah
kenapa, aku ingin sekali berkenalan dengan dia.
"Sedang menumbuk padi ya mas?" sapaanku pada pemuda itu
Pemuda itu melihatku, sambil mengangguk dan tersenyum tanpa memberi
jawaban yang pasti. Akupun langsung memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan
"nama saya Joseph, kalau nama mas siapa ?"
Pemuda itu tersenyum dan mengatakan "nama saya Umar, maaf tangan saya
kotor!" sambil menujukkan tangannya.
Aku terus ngobrol dengan Umar, saat dia masih menumbuk padi-padinya.
Ternyata, Umar adalah mahasiswa yang disuruh pulang kedesa oleh keluarganya untuk
kembali mengajarkan ajaran agama Islam secara benar kepada penduduk desa "sungguh
mulia apa yang dilakukan Umar", gumamku dalam hati. Umar yang aku sangka seorang
pemuda berwatak keras, ternyata dia mempunyai hati selembut salju. Berkali-kali Umar,
meminta maaf kepadaku karena sering mengatakan ketidaksenangan bantuan yang selalu
diberikan oleh pihak gereja. Bahkan, dia sangat membenci para misionaris seperti aku.
Tetapi hebatnya, kebencian Umar itu bagaikan sebuah motivasi untuk saling mengetahui
kebenaran ajaran agama. Sehingga, tidak diperlihatkannya kebencian yang tertanam pada
dirinya. Hari sudah semakin siang, mataharipun bersinar terik berada tepat di atas kepala.
Rumah Bisikan 3 Dewa Arak 80 Misteri Gadis Gila Hantu Bukit Angsa 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama