Cuma Yang Lihai Yang Bisa Jadi Mata-mata Only The Good Spy Young Gallagher Girls 4 Karya Ally Carter Bagian 3
pergi. Aku tahu mungkin seharusnya aku minta
maaf karena menyimpan jurnal ini darimu begitu
lama, tapi aku tidak akan melakukannya, karena aku
19 5 tidak menyesal. Menurut pendapat profesionalku,
kau belum siap. Dan menurut pendapat pribadiku,
kuharap kau takkan pernah siap.
Aku membuat banyak kesalahan, Cammie"terlalu
banyak untuk disebutkan di sini. Tapi kesalahan terbesarku masih membebaniku hingga kini. Dan kesalahan terburuk itu, aku menghabiskan seumur hidupku
untuk mencoba memperbaikinya.
Aku mencoba memperbaikinya, Cammie. Aku
betul-betul mencoba, tapi kalau kau membaca ini,
berarti aku tidak mencoba cukup keras.
Selamanya aku menyesal, Joseph Solomon Kini buku tipis itu terasa lebih berat, lebih berharga daripada gabungan semua buku edisi pertama di perpustakaan
Akademi Gallagher. Sampulnya lusuh dan kering. Halamanhalamannya kuning karena usia. Aku nyaris takut membukanya. Tapi tak perlu dijelaskan lagi, tidak membacanya bukanlah
pilihan yang bisa diambil.
Aku menarik napas dalam-dalam dan membalik halaman
pertama, membaca judulnya"LAPORAN OPERASI
RAHASIA"tapi selebihnya, aku nggak bisa membaca sepatah
kata pun. "Semuanya ditulis dalam kode," desis Bex frustrasi. "Kita
membahayakan nyawa dan bahkan nggak bisa membacanya.
Biar kuberitahu kalian, aku setengah tergoda membobol tempat
penahanan CIA hanya supaya aku bisa membebaskan Joe
Solomon dan bisa mematahkan tulang-tulangnya."
196 Tapi begitu mendengar kata kode, Liz menyambar jurnal itu
dari tanganku dan mengangkatnya ke lampu.
"Merpati!" jerit Liz, dan aku khawatir Tina, Eva, Courtney,
dan murid-murid kelas sebelas lain bakal menerobos suite kami
sambil membawa busur pendek dan alat pengeriting rambut.
"Ini dia," kata Liz, menunjukkan halaman itu. "Lihat, lihat
ini. Kelihatannya mirip hieroglif. Hampir seperti?"
"Bahasa," kata Macey.
Mata Liz bersinar dalam ruang redup itu. "Yeah, tepat sekali."
"Dan kau nggak memecahkan bahasa"bukan begitu caranya," kata Bex. "Kau mempelajarinya."
"Atau menerjemahkannya," kata Macey.
"Tepat sekali. Mr. Solomon bukan sekadar meninggalkan
coretan sinting di papan?" Liz memulai.
"Dia meninggalkan kunci." Macey mengulurkan tangan
untuk mengambil buku itu. Ia melarikan jemari di atas halaman itu. "Apakah ini tulisan tangan Mr. Solomon?"
"Bukan," kudengar diriku berbisik. "Itu tulisan tangan ayahku."
19 7 Bab T i g a P u l u h D u a
Laporan Operasi Rahasia (Terjemahan oleh Pelaksana Morgan dan Sutton)
Hari ke-1 Mimpi buruk Joe datang lagi.
Katanya itu bukan apa-apa, tapi aku bisa mendengarnya berteriak dari ujung koridor"sesuatu tentang Blackthorne dan Vatikan. Semalam aku berlari ke kamarnya dan melihatnya mengulurkan tangan, setengah tertidur, untuk meraih pisau.
Katanya ada operasi rahasia yang berjalan buruk di sana.
Satu-satunya masalah adalah, menurut Langley, Agen Joseph
Solomon belum pernah dikirim ke Roma.
Hari ke-26 Kuharap seseorang mau mengatakan padaku bahwa boleh saja
memata-matai sahabat. Aku menulis jurnal ini dalam kode. Aku
mencuri dengar percakapan telepon Joe. Malam ini aku mengikuti198
nya ke tempat pengiriman surat yang sudah tak terpakai lagi di
Georgetown. Kuharap seseorang memberitahuku bahwa aku sinting. Itu
pasti jauh lebih baik daripada jika aku benar, karena yang bisa
kupikirkan sekarang hanyalah paspor yang kutemukan di brankasnya (yeah, aku juga membobol brankasnya).
Tiga tahun lalu Joe pergi ke Roma dengan paspor yang tidak
dikeluarkan CIA"pada waktu sama saat seseorang mencoba membunuh Paus.
Dengan pisau. Aku benar-benar berharap aku sinting.
Hari ke-92 Kurasa aku tahu siapa Joe dulu. Apakah itu juga berarti siapa dia
sekarang" Tapi" tidak. Tidak mungkin benar.
Aku tidak mau itu benar. Hari ke-96 Sebagian orang bilang Circle of Cavan tidak ada"bahwa tidak ada
asosiasi kuno mata-mata dan pembunuh yang berniat memanipulasi tatanan dunia, tapi ternyata mereka nyata.
Ternyata teman sekamarku salah satunya.
Ternyata banyak orang merupakan bagian asosiasi itu.
Hari ke-100 Joe memberitahuku yang sebenarnya malam ini. Joe memberitahuku semuanya.
Kami akan menghentikan mereka. Itu mungkin akan jadi hal
terakhir yang kami lakukan, tapi kami akan melakukannya.
19 9 Aku nggak berani berlama-lama melihat kata-kata terakhir
itu"memikirkan apa artinya.
"Berapa umur mereka waktu menulis itu?" tanya Bex.
Aku melihat tanggal di sudut halaman dan menghitungnya
dalam benak. "Dua puluh tiga," kataku, lalu aku menghitungnya kembali, karena kelihatannya tidak mungkin Dad sudah
mulai mengejar Circle of Cavan bahkan sebelum ia mulai berkencan dengan Mom"bahwa misi ini secara resmi berumur
lebih tua daripada aku. "Balik," kata Liz, sama sekali nggak mencoba menyembunyikan
ketidaksabarannya karena terpaksa membaca bukan-dalam-kecepatan-cahaya, tapi ini merupakan hal-hal terakhir yang dikatakan Dad padaku. Aku ingin membuat setiap kalimat berarti.
Hari ke-219 Setelah sembilan bulan penuh menghadapi birokrasi dan protokol,
Pelaksana Morgan dan Solomon menyimpulkan bahwa organisasi
kriminal yang dikenal sebagai Circle of Cavan memiliki terlalu
banyak agen ganda yang ditempatkan dalam organisasi-organisasi
intelijen resmi sehingga tidak mungkin dinetralisasi secara efektif
melalui jalur resmi. Untungnya, Pelaksana Morgan dan Solomon sangat hebat dalam bertindak tidak resmi.
Hari ke-290 Setelah dua minggu di Roma, Para Pelaksana yakin bahwa basis
operasi Circle di sini telah ditutup atau direlokasi sejak Pelaksana
Solomon dikirim ke Vatikan.
Mereka juga yakin bahwa seseorang benar-benar bisa menjadi
muak makan pasta. Pada akhirnya.
200 Hari ke-407 Hari ini, polisi Hungaria mengidenti"kasi mayat pria yang ditemukan di sungai di Budapest sebagai pria yang berencana memberikan informasi intel pada Para Pelaksana mengenai berbagai operasi Circle di Eropa Timur.
Mereka membunuhnya. Dia petunjuk terbaik yang kami miliki selama lebih dari setahun, dan mereka membunuhnya.
Udara di sekitar kami terasa lebih hangat; sekarang sudah
hampir musim semi; walaupun begitu lengan kami merinding.
Rasanya musim panas masih sangat jauh.
Hari ke-506 Wakil Direktur memperingatkan Para Pelaksana lagi tentang
melawan Circle sendirian, tapi Pelaksana Solomon berkeras bahwa
Circle sudah terlalu lama merekrut orang dan mereka melakukannya dengan terlalu baik sehingga tidak bisa ditargetkan secara
efektif lewat operasi berskala besar.
Circle punya mata-mata. Secara har"ah. Circle punya matamata di mana-mana.
Para Pelaksana harus meneruskan operasi ini sendirian.
Semakin lama aku membaca, semakin cepat kubalik
halaman-halamannya sampai, akhirnya, aku membalik ke halaman terakhir, ingin sekali membaca halaman itu lebih dulu"
seakan, mungkin, kali ini cerita itu bisa memiliki akhir berbeda.
2 01 Hari ke-5860 Para Pelaksana menerima berita bahwa aset mereka di Athena
telah mendapat terobosan. Pelaksana Solomon sudah memulai persiapan untuk pergi ke Yunani, tapi Wakil Direktur CIA curiga Para
Pelaksana masih berusaha melawan Circle sendirian, jadi dia menugaskan Pelaksana Solomon bekerja di belakang meja. Pelaksana
Morgan-lah yang akan pergi.
Ayahku berumur 39 tahun waktu menulis catatan itu, dan
bukunya sudah hampir kehabisan halaman"cerita ini, dalam
banyak cara, nyaris berakhir. Jadi aku menahan napas dan
membalik halamannya, melihat bahwa tulisan tangan di sana
berubah. Coretan-coretan tidak jelas milik Dad hilang"
digantikan tulisan rapi yang pernah kulihat di papan-papan
tulis di lantai sublevel selama satu setengah tahun terakhir.
Hari ke-5869 Hari ini perantara melakukan kontak dengan berita bahwa Pelaksana Morgan tidak datang ke pertemuan mereka. Perantara akan
mengikuti protokol cadangan sampai Pelaksana Morgan muncul.
Hari ke-5878 Pelaksana Solomon tiba di rumah aman Pelaksana Morgan di
Athena, tapi kelihatannya dia tidak berhasil sampai sejauh ini.
Akan mulai melacak jejak mundur Pelaksana Morgan secepatnya.
Hari ke-5892 CIA sudah dikontak. Sekarang kekuatan penuh CIA dilibatkan dalam operasi pencarian Pelaksana Morgan.
202 Hari ke-5900 Tiga minggu pencarian dan jejaknya sudah dingin.
Dia hilang. Dia hilang begitu saja. Harus ada yang memberitahu Rachel.
203 Bab T i g a P u l u h T i g a
HAL-HAL YANG TAKKAN PERNAH SAMA LAGI
(Daftar oleh Cameron Morgan)
" Celana piama Macey: karena noda rumput dan kotoran
dari terowongan ventilasi nggak bisa hilang.
" Reputasi Agen Townsend: karena kalau berita bahwa
kami berempat berhasil melakukan apa yang coba
dilakukannya selama berbulan-bulan sampai menyebar,
aku cukup yakin status 007-nya akan dicabut (kalau
Tina benar bahwa Agen Townsend memiliki status
itu). " Liz: karena Kode Merpati membuka dunia pengkodean
yang baru (padahal dia sudah cukup terobsesi dengan
dunia yang lama). 204 " Bex: karena orangtuanya benar.
" Bex: karena orangtuanya salah.
" Aku: pokoknya aku takkan sama lagi.
Keesokan malamnya, aku berjalan ke kantor Mom sambil membawa jurnal Dad dan rahasia guruku. Aku nggak yakin mana
yang lebih berat. "Bukan Sodium Pentothal, kan?"
Aku berbalik saat mendengar suara itu dan melihat Agen
Townsend berdiri di Koridor Sejarah, menatapku dari balik
cahaya pelindung pedang Gilly"maksudku Cavan.
"Di dalam apelnya?" Townsend mengklarifikasi.
"Saya tidak tahu apa maksud?" Aku mencoba mendorongnya dan masuk ke kantor Mom, tapi tangannya memegangi
lenganku. Napasnya terasa hangat di telingaku.
"Kau bisa mencoba berbohong padaku, tapi aku tidak merekomendasikan hal itu."
Jurnal Dad ada dalam ranselku, terasa seperti jimat yang
memberiku kekuatan. "Lepaskan saya." Townsend menatapku
tapi tidak bergerak, dan aku mencoba melepaskan diri. "Guru
dilarang melakukan kekerasan pada murid dan membuat tuduhan tidak benar. Dewan pengawas tidak akan?"
"Oh, tapi dewan pengawas mempekerjakan agen ganda terkenal selama hampir dua tahun. Mereka pasti sangat ingin
membantuku." "Saya masih murid di sekolah ini dan?"
"Wah, wah, Ms. Morgan. Entah kau agen terlatih yang
205 seharusnya tidak kupercaya tapi sangat kuhormati, atau remaja
enam belas tahun" "Baru saja berulang tahun ketujuh belas," aku mengoreksi.
?"yang harus kuperlakukan dengan sangat hati-hati. Kau
tidak bisa mendapatkan dua-duanya." Ia melepaskan lenganku
dan minggir. "Tadinya kupikir Mr. Solomon-mu yang berharga
sudah mengajarimu lebih baik daripada itu."
"Dia bukan Mr. Solomon saya."
"Tentu saja begitu. Bukankah itu sebabnya kau dan temanteman kecilmu mencoba meng-hack dokumenku" Mengintai
kantorku" Memasukkan ramuan mengesalkan itu ke apel milik
guru yang sama sekali tidak curiga?"
Aku tidak mengatakan apa-apa.
"Itu hal bagus; jangan menyangkalnya. Menyangkal hal
yang tidak bisa disangkal hanya akan membuatmu terdengar
seperti orang bodoh sekaligus pembohong. Dalam profesi ini,
kau bisa jadi salah satunya"kadang bisa bergantian. Tapi kau
tidak bisa jadi keduanya sekaligus."
Agen Townsend menyusuri Koridor Sejarah, menatap
benda-benda paling berharga milik sekolah kami seakan semuanya hanyalah hiasan kecil di pekan raya.
Townsend nggak menghadapku saat bertanya, "Kau memercayainya, bukan" Mengira dia orang baik" Well, itulah kesalahanmu. Tidak seorang pun"dan maksudku benar-benar tak
seorang pun"di pekerjaan ini yang betul-betul orang baik.
Kalau kami orang baik, kami akan mengerjakan hal lain yang
jauh berbeda dari pekerjaan ini."
Dia nggak tahu apa yang dibicarakannya. Dia nggak tahu"
apa-apa. Aku berjalan ke kantor Mom, memerlukan Mom le206
bih daripada kapan pun, ingin sekali menunjukkan"membuktikan bahwa kami tidak bodoh.
"Dia tidak ada di sana," seru Townsend dari seberang koridor kosong itu. Sepertinya darahku membeku.
"Di mana ibuku?"
Agen Townsend tersenyum kecil. "Pergi."
"Apa yang Anda lakukan padanya?"
"Aku?" Townsend tertawa. Ya, tertawa sungguhan. "Biar
kujelaskan beberapa hal untukmu, Ms. Morgan." Ia melangkah
mendekat. "Aku bukan anggota Circle of Cavan. Aku bahkan
belum pernah melihat Blackthorne. Tentu saja, kami mungkin
punya sekolah semacam itu"tidak akan menganggapnya
mustahil." Ia menggeleng. "Tapi aku tidak pernah menjadi bagian hal itu."
"Bagian apa?" "Aku orang baiknya."
Aku berdiri diam, mengamatinya berjalan pergi, sampai"
"Anda salah!" teriakku, kata-kata itu bergema ke ujung
koridor yang kosong. "Anda salah tentang semuanya!"
Agen Townsend berhenti dan berbalik perlahan.
"Sembilan jam lalu, tim transportasi CIA diserang di luar
Langley. Tiga penjaga terbunuh dan Joe Solomon dibawa
pergi." Ia menatapku dari seberang koridor panjang itu. "Pria
yang menurutmu tidak bersalah sudah kembali bersama Circle
malam ini, Ms. Morgan. Mereka mendapatkannya. Dia
bebas." Malam itu aku bermimpi aneh sekali. Aku berdiri di puncak
Tangga Utama, mengenakan gaun panjang yang cantik. Suarasuara tarian Virginia Reel berembus ke arahku, dan di bawah207
ku, orang-orang memenuhi lantai selasar. Tapi hal teraneh
adalah Dad yang berdiri di dasar tangga, menunggu.
Aku menuruni tangga dan meraih lengannya, dan bersamasama kami berjalan menembus kerumunan yang memenuhi
Aula Besar. Ada tarian dan minum-minum. Itu pesta, tapi sepertinya semua orang di dalam ruangan itu merasa sama sekali
nggak ada alasan bagi kami untuk membuat perayaan.
Lalu tiba-tiba, muncul seseorang, membawa pedang.
Aku tahu aku harus menghentikannya"harus"tapi pria itu
menghampiriku dengan gerakan semakin cepat. Matanya mendekat di dalam keremangan ballroom, dan aku menatap wajah
yang kukenal. Wajah yang pernah kucium.
Cuma Yang Lihai Yang Bisa Jadi Mata-mata Only The Good Spy Young Gallagher Girls 4 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak." Aku mungkin bakal mengucapkan kata itu, tapi
ada tangan yang menutupi mulutku. Lengan-lengan kuat memegangiku sementara aku menendang selimut yang membungkus kakiku erat-erat.
Lalu kudengar suara dalam yang membisikkan namaku.
"Cammie, bangun."
"Tidak," gumamku, masih melawan dan setengah tidur.
"Tidak apa-apa, Gallagher Girl. Tidak apa-apa. Bangunlah."
208 Bab T i g a P u l u h E m p a t
da banyak cara bagaimana remaja cewek yang punya
harga diri (dan juga waras) bereaksi saat melihat remaja cowok
muncul tiba-tiba di kamarnya pada tengah malam.
Memukul. Panik. Meronta. Membeku. Tapi aku nggak melakukan satu pun dari hal-hal tersebut.
Setidaknya nggak langsung, karena aku berbaring dan bisa
dibilang tersangkut dalam selimut serta pelukan Zach. Air
mata mengalir turun di wajahku saat aku memikirkan Dad dan
Mr. Solomon dan Gilly"selama sepersekian detik aku tahu
bagaimana rasanya menjadi Gilly.
"Tidak apa-apa, Gallagher Girl." Zach mengelus rambutku.
"Cuma mimpi?" "Apa yang kaulakukan di sini?" bisikku.
209 Enam puluh sentimeter jauhnya, Liz bergidik dan berguling.
Di sudut, Bex mulai mendengkur. Macey benar-benar telentang
tanpa bergerak, rambut gelapnya terurai di bantal seperti Putri
Tidur. Kusentakkan kepala ke arah mereka.
"Katakan kenapa aku nggak perlu membangunkan mereka?"
bisikku. "Katakan kenapa aku nggak perlu menekan itu?" Kutunjuk tombol darurat di dinding.
Zach tersenyum. "Nah, kalau itu terjadi tidak akan menyenangkan, bukan?"
"Zach," desisku, tanganku beringsut mendekati tombol itu.
"Oke," kata Zach, mengulurkan tangan untuk meraih tanganku dengan lembut. "Aku di sini karena kita perlu jalanjalan."
Waktu kami kelas sepuluh, Zach bersekolah di sekolahku selama satu semester penuh. Kami berbagi koridor-koridor sebagai
teman sekelas. Sebagai teman sejajar. Tapi saat berjalan memasuki ruang minum teh Madame Dabney yang kosong, ekspresi jail di mata Zach semester lalu betul-betul menghilang.
Aku nggak yakin ekspresi apa yang ada di mataku sekarang
ini, karena aku betul-betul menghindari melihat bayanganku
sendiri di cermin-cermin berbingkai mengilap. (Sekarang bukan
waktunya untuk mengkhawatirkan kerutan-kerutan bekas
bantal di pipi ataupun rambut berantakan gaya tengah malam.)
Sebaliknya, aku mengamati Zach.
"Apakah sebaiknya aku tahu bagaimana caramu masuk ke
sini?" tanyaku. Zach menggeleng. "Aku cuma melanggar beberapa peraturan." Ia mengangkat jari-jarinya dengan jarak setengah
senti. "Aturan-aturan kecil."
210 Kandelir redup bergantung dari langit-langit yang berukir.
Kaki kami nggak bersuara di lantai kayu yang mengilap. Hampir setahun lalu kami berdiri persis di tempat ini selagi
Madame Dabney memerintahkan kami berdansa, tapi kali ini
Zach nggak mengulurkan tangan padaku. Dan aku nggak merasa ingin berdansa.
"Apakah Circle betul-betul membawanya?" tanyaku.
"Ya." Suara Zach datar selagi menyisir rambut dengan tangan dan menjatuhkan tubuh ke salah satu sofa empuk berlapis sutra milik Madame Dabney. Dia betul-betul kelihatan
mencolok. "Kenapa" Maksudku, kalau Mr. Solomon nggak bekerja
untuk mereka?" "Mereka bukan membantu Joe Solomon. Penjara kecil CIA
yang nyaman mungkin jauh lebih bagus baginya sekarang
ini." Aku berjalan ke jendela-jendela tinggi dan menatap ke luar
ke taman. Bayangan Zach balas menatapku di kaca jendela
yang gelap. Entah bagaimana rasanya lebih mudah untuk tidak
menghadapi cowok itu. "Tak ada yang bisa meninggalkan Circle dengan mudah,
Gallagher Girl." "Aku tahu." "Siapa pun yang tahu cara kerja atau di mana mereka bekerja"siapa pun yang tahu apa pun?" Saat kalimat Zach
terputus, ada nada baru dalam suaranya. Ia terdengar sangat
lelah, tapi bukan karena saat ini sudah hampir fajar.
"Aku tahu." "Mereka sedang membereskan hal-hal yang terlewatkan."
Aku mencoba memfokuskan pandangan pada hutan di luar,
211 bagaimana matahari baru mulai mewarnai langit. "Apakah aku
salah satunya?" Zach berdiri dan bergerak ke sisiku di jendela. Air mata
menyengat mataku, dan aku menjaga pandanganku tetap pada
apa saja kecuali dirinya.
"Gallagher Girl," kata Zach lembut, mengulurkan tangan
padaku. "Aku nggak tahu. Tapi aku janji kita akan mencari
tahu." Ada perasaan aneh yang menyapuku saat aku mengingat
kejadian setahun lalu: Zach di kereta yang melaju melewati
daerah pedalaman Pennsylvania; Zach berbaring di bawah
bangku bertingkat di Ohio. Dan akhirnya waktu Zach menggenggam tanganku, membawaku menjauh dari van putih di
jalanan gelap Washington, D.C. Zach berdiri di antara aku dan
pistol penyerang, si penyerang menatap cowok di sebelahku
dan berkata, "Kau?"
"Kau seharusnya sudah mati, Zach." Aku menunduk dan
melihat bagaimana bayanganku memanjang di lantai di antara
kami. "Malam itu"di D.C."dia bisa menembakmu dengan
mudah. Aku seharusnya nggak di sini dan kau seharusnya sudah mati."
"Gallagher Girl?"
"Kenapa dia nggak menembakmu?"
"Malam itu semuanya terjadi sangat cepat, Gallagher Girl."
"Namaku Cammie!" Aku nggak berpikir tentang orangorang yang mungkin kubangunkan dengan seruan itu, semua
alarm yang mungkin menyala. Aku hanya membentak, "Bagaimana kau tahu tentang Boston" Kenapa kau bekerja dengan
Mr. Solomon sekarang" Kau temanku atau musuhku, Zach"
Atau, tunggu, biar kutebak, kau nggak bisa memberitahuku."
212 "Aku nggak tahu kenapa mereka menginginkanmu. Dan
untuk pertanyaan lainnya" lebih baik kau tidak tahu."
Prinsip hanya yang perlu kautahu itu benar-benar nyata.
Prinsip itu ada karena alasan-alasan yang juga nyata. Tapi bukan berarti aku harus menyukainya"dan, saat Zach yang
mengucapkan itu, kedengarannya jauh berbeda daripada saat
Mom yang mengucapkannya. "Kenapa kau boleh tahu?"
"Apa masalahnya, Gallagher Girl" Kau iri?"
"Yeah," teriakku, walaupun aku cukup yakin dia hanya bercanda. "Aku memang iri."
"Cammie?" "Waktumu habis, Zach," kataku. "Beritahu aku apa yang
kau tahu atau?" "Atau apa?" Zach mengulurkan tangan ke arahku. "Kau
nggak mungkin melukaiku."
"Memang nggak," kataku, lalu memberanikan diri melirik
ke pintu ke arah tiga Gallagher Girl paling marah yang pernah
kulihat. "Tapi mereka mungkin melakukannya."
213 Bab T i g a P u l u h L i m a
PRO DAN KONTRA SAAT COWOK YANG SANGAT
KEREN MENYELINAP KE SEKOLAHMU UNTUK
MENEMUIMU KONTRA: Rasanya agak mengerikan.
PRO: Kalau orang lain menyelinap masuk, kau bisa tidur
jauh lebih lama daripada kalau kau yang harus menyelinap
keluar. KONTRA: Kunjungan mendadak dari cowok secara drastis
meningkatkan risiko mereka bakal melihatmu saat kau memakai piama yang paling tidak menarik.
PRO: Hampir semua orang terlihat cantik/tampan di bawah
cahaya bulan. KONTRA: Tidur sangat nyenyak selama lima jam nyaris
menjamin akan membuat rambutmu kelihatan sangat buruk.
PRO: Bangun pada tengah malam berarti" well" bangun.
214 KONTRA: Pada akhirnya, suka atau tidak, teman-teman
sekamarmu bakal tahu. "Halo, Zachary," kata Macey, berjalan masuk. "Kau kelihatan
sehat." "Hei, Macey." Zach menoleh pada cewek terpendek dan
paling pirang di antara kami, menyentuh ujung topi khayalannya. "Liz." Lalu akhirnya, ia memandang Bex. "Rebecca."
Kalau Zach memanggil nama lengkap Bex untuk membuatnya marah, itu sudah sangat terlambat. Bex berdiri di
pintu, bersandar di ambang pintu sambil bersedekap. Orang
yang nggak kenal Bex mungkin bakal mengira dia masih
capek, tapi aku lebih tahu. Dia menjaga jalan keluar.
"Kami sedang membicarakan Mr. Solomon," kataku.
Macey mengangkat alis. "Oh, benarkah itu yang kalian lakukan?"
Bex tetap menatap Zach. "Berita apa yang kaudengar?"
tanyanya. Zach menggeleng. "Nggak lebih banyak daripada yang kalian dengar. Circle membebaskannya. CIA berkata itu karena
dia bekerja untuk Circle, tapi sebenarnya?"
"Itu karena dia melawan mereka," Bex menyelesaikan
kalimat cowok itu. Zach mengangguk. "Selama hampir dua ratus tahun, nggak
ada yang lebih nyaris menjatuhkan Circle daripada Mr.
Solomon." Zach mengalihkan pandangan padaku. "Dan ayahmu." Ia menunggu, seakan aku mungkin bakal menangis atau
semacamnya, tapi aku nggak melakukan itu. "Circle perlu tahu
apa yang diketahui Joe, dan apa yang sudah dikatakannya pada
orang-orang lain." 215 "Seperti aku?" tebakku.
Zach mengangguk perlahan. "Aku berani bertaruh mereka
punya banyak pertanyaan tentangmu."
"Bagus," kata Bex. "Itu berarti mereka akan membiarkan
Mr. Solomon tetap hidup."
Aku menoleh kembali ke jendela, berdiri menatap taman
yang berbayang-bayang. Mereka butuh Mr. Solomon hiduphidup.
"Kita akan membawanya kembali. Kita harus membawanya
kembali." Kurasakan teman-teman sekamarku menatapku seakan aku sinting, tapi aku menoleh pada Zach. "Ke mana
mereka membawanya?" "Aku nggak tahu."
"Jangan bohong padaku, Zach. Jangan bilang kau nggak
tahu semua hal, karena sebenarnya kau tahu. Nah, ke mana
mereka membawanya?" "Aku nggak tahu! Kaupikir aku bakal ke sini kalau aku
tahu?" Aku pernah melihat Zach dalam berbagai jenis cahaya, tapi
dalam sinar pagi-pagi buta saat ini, aku melihat dia yang
sesungguhnya: cowok tanpa orangtua yang ketakutan dan sama
sekali nggak punya tempat tujuan.
"Bagaimana dengan pria yang ditahan CIA"yang menembak Abby?" tanya Macey. "Dia mungkin tahu."
Tapi Bex menggeleng. "Dia tertangkap. Nggak mungkin
Circle masih menggunakan apa pun yang dia ketahui."
"Jadi hanya" itu?" tanya Liz. Aku seakan bisa melihat beban tersebut di bahunya. Nggak ada database yang perlu dibobol, nggak ada satelit yang perlu di-hack. Aku memikirkan
Mr. Solomon dan keyakinannya bahwa teknologi hanyalah
216 tongkat penopang, dan mata-mata yang baik harus selalu bisa
berjalan tanpanya. "Mr. Solomon pasti tahu," aku mengakui pelan. "Seandainya
kita bisa bertanya padanya."
Ruangan itu hening dalam cahaya kelabu pagi buta. Seisi
sekolah masih tidur. Nggak ada yang joging di taman. Kami
sendirian saat Zach berbisik, "Mungkin kita bisa melakukan
itu." "Apa maksudmu ada jurnal kedua?" tanya Bex sepuluh menit
kemudian. Ia menatap Zach, dan Zach terlihat takut.
"Jurnal yang disembunyikan Mr. Solomon di Sublevel Dua
adalah jurnal ayahmu, Cammie. Kalau hal buruk terjadi"
jurnal itu seharusnya diberikan padamu. Dulu itu milik ayahmu, jadi sekarang itu milikmu. Tapi Joe punya jurnal sendiri.
Jurnal itu berisi segala hal sejak ia masih bergabung dengan
bersama Circle"bahkan sampai ketika ia masih di Blackthorne."
Zach berdiri di dekat jendela, menyipitkan mata pada matahari yang terbit perlahan.
"Nggak ada yang mengetahui lebih banyak tentang Circle
daripada Joe. Dia mulai menuliskan semua itu begitu mereka
merekrutnya. Lalu ketika dia menyadari siapa mereka, dia terus
menulis karena" well" dia tahu sesuatu semacam ini pada
akhirnya akan terjadi. Katanya, kalau aku sampai memerlukan
jurnal itu, aku harus mengambilnya."
"Di mana?" tanya Macey.
Zach menatap kami berempat lama sekali sebelum menarik
napas dalam-dalam. "Blackthorne."
Aku tahu ini bakal kedengaran sinting. Aku tahu kau
217 nggak bakal memercayaiku. Tapi dalam sepersekian detik itu
aku memikirkan semua skenario yang kuketahui"mengalkulasi
semua kemungkinan. Keputusan penuh pertimbanganlah yang
membuatku berkata, "Kita akan mengambilnya"sekarang juga.
Sebelum semua orang bangun. Kita akan?"
"Kita?" Bex memotongku. "Menurutmu kita harus" apa"
Melompat ke van Liz, bermobil sepanjang malam, membobol
masuk ke fasilitas top secret, dan, oh yeah, membawamu pergi
dari tempat teraman di dunia?"
"Coba pikir, Cam," kata Liz. "Kita nggak perlu pergi ke
mana-mana. Yang harus kita lakukan hanyalah memberitahu
ibumu, lalu ibumu akan menelepon CIA dan?"
"Ibuku nggak ada di sini, ingat" Dan kau sendiri sudah
membaca laporan Dad"kau tahu Circle punya agen ganda di
setiap level CIA. Mr. Solomon tahu dia nggak bisa memercayai
siapa pun mengenai masalah ini, begitu juga kita."
Bex menggeleng. "Nggak. Terlalu berisiko."
"Risikonya tidak sebesar itu. Kita bermobil ke sana, mengambil jurnal itu, dan melihat apakah jurnal itu akan memberikan petunjuk apa pun tentang di mana Mr. Solomon mungkin
berada. Kita kan bukannya bakal membebaskan Mr. Solomon
sendiri?" "Apa?" sergahku dan Bex berbarengan, menoleh untuk menatap Zach, yang memandang kami dengan sorot sangat aneh.
"Bukan apa-apa." Zach bersedekap dan mengangkat bahu.
"Aku cuma bertanya-tanya kapan kalian bertukar tubuh, itu
saja." Benar. Seharusnya bukan Bex yang bersikap waspada, berhati-hati. Namun, banyak hal memang berubah sejak kejadian
di jembatan itu. 218 "Aku harus melakukan ini untuknya, Bex. Aku harus melakukan sesuatu."
Matahari mulai terbit di Roseville. Aku belum pernah melihat matahari terbit dari jendela ini, tapi pemandangannya
sangat indah, bagaimana sinar pagi hari dipantulkan di perabotan kristal Madame Dabney yang terbaik. Pada momen
dan di tempat itu, seolah hampir semua hal berada dalam genggaman kami. Dan mungkin itulah sebabnya Bex tersenyum.
"Well, aku memang sudah lama ingin melihat Blackthorne."
Aku memandang Liz. "Aku baru saja membetulkan van
untuk menambahkan teknologi energi surya. Van itu betulbetul butuh dites di jalan untuk kepentingan statistik, kalian
pasti tahu kan." "Kita versus Blackthorne?" kata Macey sambil tersenyum.
"Yeah, aku setuju sekali."
Aku nggak tahu bagaimana harus menjelaskannya, tapi saat
Cuma Yang Lihai Yang Bisa Jadi Mata-mata Only The Good Spy Young Gallagher Girls 4 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu, semua hal tampaknya baik-baik saja. Misi kami jelas.
Kami bisa pergi ke Blackthorne.
Kami bisa mengambil jurnal itu.
Lalu kami bisa mencari cara untuk membawa pulang Joe
Solomon. Ya, pada momen itu semua baik-baik saja. Tapi, tentu saja,
momen itu nggak bisa berlangsung lama.
Aku ingat suara pintu yang terbuka, ekspresi shock dan
terkejut yang muncul di wajah teman-teman sekamarku saat
kami menoleh untuk melihat bayangan gelap langsing berdiri
di ambang pintu yang terbuka dan berkata, "Jadi, kapan kita
berangkat?" Mom maju dua langkah, lalu menoleh untuk menatap Zach.
"Bukankah aku menyuruhmu tetap tinggal di kantorku?"
219 Bab T i g a P u l u h E n a m
HAL-HAL YANG AMAT SANGAT MENGEJUTKANKU
MENGENAI PERJALANAN ITU: 1. Bahwa perjalanan itu terjadi. Betul-betul terjadi.
2. Bahwa perjalanan itu terjadi bersama seorang cowok.
3. Bahwa dari semua orang di dalam van, Bex-lah yang
paling sering mengemudi. 4. Bahwa setelah sehari penuh di mobil tanpa kudapan
lain, kau betul-betul bisa muak pada M&M"s kacang.
5. Bahwa bahkan saat tidur di van, rambut Macey McHenry
nggak pernah berantakan. 6. Bahwa nggak ada yang menyebut nama Mr. Solomon,
satu kali pun nggak. 220 7. Bahwa nggak ada yang membicarakan tentang ke mana
kami akan pergi. 8. Bahwa ada empat Gallagher Girl membolos dan melewatkan pelajaran selama satu hari penuh (meskipun
dengan izin kepala sekolah).
9. Bahwa kalau kau mengemudi sepanjang malam dan hanya berhenti saat benar-benar perlu, Institut Blackthorne
Untuk Pria hanya berjarak sepuluh jam dari Akademi
Gallagher. Entah kenapa, selama ini institut itu terasa lebih jauh.
"Kau masih marah padaku?" bisik Zach saat kami menyeberangi
perbatasan Pennsylvania. Kakinya menempel dengan kakiku,
tapi aku nggak memikirkan bagaimana rasanya itu, karena
Mom (yang merupakan mata-mata) duduk di kursi depan, dan
teman-teman sekelasku (yang merupakan calon mata-mata)
duduk di sekeliling kami di dalam van. Lagi pula, nggak butuh
banyak latihan untuk tahu bahwa tindakan menempelkan kaki
bisa sangat mengalihkan perhatian cewek dari hal-hal kecil,
misalnya mencoba tidak terbunuh.
Jadi aku tetap diam. "Ooh," bisik Zach. "Mendiamkanku."
"Aku nggak mau bicara denganmu, Zach," bisikku, berbalik
menghadapnya, "karena aku tahu kau toh nggak akan mengatakan apa-apa. Memangnya aku harus mengajukan lebih banyak
pertanyaan yang nggak akan kaujawab?"
Selagi menoleh dan menghadap ke depan lagi, mengamati
2 21 garis-garis kuning jalan tol yang melesat lewat, diam-diam aku
mengharapkan lebih banyak alasan. Lebih banyak kebohongan.
Tapi sebaliknya, Zach hanya mencondongkan tubuh ke sisiku
yang lain dan berbisik pada Liz. "Dia imut saat diam."
Aku nggak mengatakan sepatah kata pun.
Tidak saat dia memakan M&M"s terakhir.
Tidak saat dia menyandarkan kepala di bahuku dan
mencoba tidur sebentar. Tidak saat dia dan Liz melakukan pertarungan ibu jari
(meskipun faktanya aku duduk di antara mereka) cukup lama
selagi kami melintasi negara bagian Pennsylvania.
Tidak saat Liz dan Macey akhirnya tertidur dan Zach
mendekat padaku dan berbisik, "Kau yakin mau melakukan ini,
Gallagher Girl?" Tidak. Saat itu pun tidak. Aku nggak perlu mengatakan
apa-apa lagi. Saat matahari terbenam, keheningan pecah saat kudengar
Mom berkata, "Berhenti di sini."
Bex masuk ke tempat parkir pompa bensin tua di sisi jalan
raya dua lajur yang sempit. Rerumputan liar tumbuh di antara
pompa-pompa yang sudah tidak terpakai. Mesin-mesin berkarat
memperlihatkan logo kuno Coke dan Pepsi.
Kami betul-betul merasa sendirian, tapi dalam waktu sepersekian detik, semuanya berubah.
Mobil berwarna gelap mendekat dari arah selatan, berjalan
amat sangat cepat. Ban-ban berdecit saat mobil itu berbelok
ke lapangan berbatu, berhenti hanya satu meter dari bumper
van Liz. "Mom!" seruku, terduduk tegak, jantungku berdebar-debar
222 keras. Tapi sebelum aku bisa betul-betul memproses skenario
terburuk yang berputar dalam benakku, sahabatku ikut menegakkan tubuh dan berseru, "Mom?" Sedetik kemudian, Bex
membuka pintu van dan berlari menghampiri ibunya, yang
turun dari mobil berwarna gelap itu.
"Halo, Sayang," kata Mrs. Baxter, memeluk putrinya. Tapi
tatapannya nggak pernah meninggalkan mata Mom.
"Kau melihat sesuatu, Grace?" tanya Mom, turun dari van.
Ibu Bex menggeleng. "Tidak. Kalian aman."
Saat itu mobil pikap putih muncul di jalanan sepi, kali ini
datang dari arah utara. Mobil itu masuk ke pompa bensin yang
sudah nggak terpakai, dan entah kenapa aku sama sekali nggak
terkejut waktu melihat ayah Bex berada di balik kemudi.
Ayah Bex melompat keluar dari truk itu. "Semua aman di
bagianku, Rachel. Kalian aman."
"Terima kasih, Abe." Mom terdengar lega, dan sejujurnya,
aku nggak suka itu. Karena kalau ada rasa lega, berarti tadinya
ada rasa takut. Dan rasa takut" well" aku nggak mau memikirkan soal rasa takut.
Liz menyikutku. "Itu orangtua Bex!"
Aku menatap Mom, yang mengangkat bahu. "Tidak mungkin kau mengira aku tidak akan merekrut setidaknya sedikit
backup dewasa, bukan?"
Macey berdiri di sisi lainku dan berseru, "Kita menjalankan
misi bersama orangtua Bex!" Nadanya seakan bertanya-tanya
apakah kami sudah siap menjalankan misi Baxter pangkat tiga.
Tapi Mom menggeleng. "Sebenarnya, Anak-anak, untuk
operasi-operasi tidak resmi, sebaiknya kita meminimalisasi jumlah agen resmi."
Itu peraturan yang sama tuanya dengan bisnis spionase: Ja223
ngan lakukan sendiri jika kau bisa meminta orang lain melakukannya bagimu. Ada jutaan alasan yang terkesan nggak berbahaya mengapa sekelompok Gallagher Girl ingin menerobos
diam-diam ke Blackthorne (lelucon, tantangan, iseng, dsb.).
Tapi bagi sekelompok orang dewasa, alasannya tidak sebanyak
itu. Bex tahu hal ini"aku tahu dia tahu"walaupun begitu, ia
memandang ibuku lalu ibunya, lalu kembali lagi pada ibuku.
"Jadi kenapa kalian?" ia memulai, lalu kalimatnya terputus.
"Mereka di sini bukan untuk membantu kita." Suaraku datar
di tengah embusan angin. "Mereka di sini untuk mengawalku."
Teman-teman sekamarku berpandangan, seakan sama sekali
tidak ada waktu yang berlalu sejak November"seakan kami
semua masih berdiri di jalanan gelap D.C.
"Kau mendapatkan jurnalnya?" tanya Grace.
"Tidak." Mom menggeleng, lalu menunjuk teman-teman
sekamarku dan aku. "Mereka mendahuluiku."
Dan saat itulah semua hal jadi amat sangat aneh.
Maksudku, diam-diam ibuku masuk ke Sublevel Dua!
Mom mencari jurnal Dad. Mom-lah yang nyaris menangkap kami, menyelinap menembus kegelapan di kedalaman sekolah kami, dan itu berarti,
kurasa, semua itu bukan dilakukan Agen Townsend.
Aku masih menggeleng-geleng, mencoba memahami hal
itu"memahami segalanya"saat mobil lain muncul di jalan
raya, dan Macey berseru, "Abby?"
Nadanya nyaris seperti pertanyaan, dan dengan satu lirikan
pada bibiku aku mengerti sebabnya. Rambut Abby yang mengilap kehilangan kilaunya. Dan saat ia berjalan ke arah kami,
semangat yang biasa kulihat dalam langkahnya telah hilang.
224 "Hei, Squirt," kata Abby, tapi kedengarannya seperti terpaksa. "Sedang membolos rupanya."
Aku mengangkat bahu. "Mungkin ini latihan lapangan kelas Operasi Rahasia?"
Abby mengangkat sebelah alis. "Aku kenal Agen Townsend,
Cams." "Oh," kata Bex.
"Itulah sebabnya dengan sangat bersedia aku mengambil
bagian dalam tugas ekstrakurikuler kecil ini." Abby menatap
kakaknya. "Well" itu salah satu alasannya."
Mom menoleh pada Mr. Baxter. "Apa yang dikatakan
teman-teman kita di Six, Abe?"
"Cerita sama, dengan aksen berbeda. Tidak ada yang tahu ke
mana mereka membawanya. Tampaknya tidak ada yang peduli."
"Aku peduli." Zach berdiri di tepi jalanan berdebu itu, tangannya dimasukkan ke saku. Saat Mrs. Baxter melihatnya, ia tersenyum sedikit
terlalu lebar. "Halo, Zachary," sapa Mrs. Baxter. "Senang sekali bertemu
denganmu. Rachel sudah memberitahu kami" Senang sekali
bertemu denganmu." Zach menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti "Aku
juga." (Kurasa Blackthorne nggak punya guru seperti Madame
Dabney.) Lalu waktu berbasa-basi pasti berakhir karena Mrs. Baxter
menoleh pada Mom. "Siap?"
Kedengarannya seperti pertanyaan sempurna untuk momen
itu. Bagaimanapun, aku sedang bersiap-siap menerobos masuk
225 ke Blackthorne. Aku ada di luar mansion. Aku sedang bersiapsiap menjalankan misi. Misi sungguhan. Bersama Zach.
Dan Mom. Kata-kata nggak bisa mendeskripsikan betapa gugupnya aku.
Atau betapa aneh semua ini.
Terpikir olehku bahwa aku seharusnya mencatat, menikmati
setiap saat. Tapi nggak ada waktu.
Mrs. Baxter berjalan ke arah truk pikap, masuk di sebelah
suaminya sambil melemparkan kunci sedan berjendela gelap itu
pada Mom. Abby sudah masuk ke SUV selagi Liz dan Macey
berjalan ke van, tapi Mom melambai agar mereka berhenti.
"Van itu tetap di sini," kata Mom sambil menggeleng. "Kita
tidak bisa mengambil risiko ada yang melacaknya kembali pada
kalian dan sekolah."
Saat Mom menoleh padaku dan bertanya, "Kau sudah membawa semuanya?" kedengarannya seakan ia menurunkanku di
sekolah atau di rumah teman. Ia hampir terdengar seperti ibu
normal. Saat aku menjawab, "Yeah, kami siap," aku hampir terdengar seperti cewek normal.
Tapi saat kuamati para pengawalku kembali memasuki jalan
raya untuk memonitor perimeter Blackthorne, istilah normal
rasanya terlalu dilebih-lebihkan.
Sesaat kemudian, Mom meninggalkan kami di tengah awan
debu di tempat mirip antah berantah ini, di sebelah pompa
bensin yang nggak punya bensin, van yang nggak boleh kami
naiki, dan bersama cowok yang tak terlalu dipercaya oleh
sebagian mata-mata terbaik dunia.
"Dan apa yang harus kita lakukan?" tanya Macey.
Zach tersenyum. "Kita jalan kaki."
226 Bab T i g a P u l u h T u j u h
anyak orang nggak mengetahui fakta operasi rahasia ini:
bahwa dalam operasi rahasia kau akan menghabiskan banyak
waktu dengan orang-orang yang nggak bisa sepenuhnya kaupercaya. Mungkin saja mereka pengkhianat atau pembohong.
Kami menyebut orang-orang semacam ini dengan nama aset
atau informan. Tapi sering kali, pada hari-hari itu, aku menyebutnya Zach.
Para Pelaksana melakukan kontak dengan aset yang memiliki
informasi langsung mengenai Institut Blackthorne untuk Pria.
Aset juga mengetahui rencana-rencana pribadi Joe Solomon,
rahasia-rahasia Circle, dan mengetahui jenis-jenis sabun beraroma
paling enak di dunia. Karenanya, Para Pelaksana mencoba tidak memercayai (atau
mencium aroma tubuh) Aset.
Saat berjalan menyeberangi tempat parkir pompa bensin yang
227 ditumbuhi rerumputan liar, aku bisa merasakan kegelapan mulai turun. Udara lembap dan dingin. Bisa kudengar Liz tersandung-sandung di belakangku dan tanpa harus melihat aku
tahu bahwa Bex berjalan paling belakang. Aku menjaga arah
pandangku tetap di bagian belakang kepala Zach selagi kami
berjalan makin dalam ke hutan yang lebat, semakin dekat
dengan Blackthorne. Dua puluh menit kemudian, aku bertanya, "Berapa lama
lagi sebelum kita sampai di sekolahmu?"
"Nggak lama," kata Zach tanpa melambatkan langkahnya.
"Berapa banyak penjaga yang berpatroli di jalur masuk
kita?" Zach mengangkat bahu. "Nggak tahu."
"Berapa interval cakupan kamera pengawas?"
"Sulit ditentukan."
Kuulurkan tangan untuk meraih lengannya dalam kegelapan. "Apa yang kau tahu, Zach?"
"Kau ada di wilayahku sekarang, Gallagher Girl." Napas
Zach terasa hangat di kulitku. "Ada masalah dengan itu?"
"Teman-teman?" Kudengar suara pelan Liz di belakangku.
"Mungkin ya," balasku pada Zach.
"Cam," kata Bex, suaranya sama khawatirnya dengan Liz,
tapi aku nyaris nggak mendengarnya.
"Mungkin aku?" aku memulai lagi, tapi sebelum aku bisa
mengucapkan sepatah kata lagi, Bex menyambar lenganku.
"Cam, dengar!" Hutan itu gelap dan hening. Hanya cahaya samar dari
bintang dan bulan yang menembus kanopi tebal pepohonan.
228 Kurasakan seseorang mencolekku, dan aku menoleh untuk
menatap Bex, yang mengangkat satu jari, seolah berkata,
dengarkan baik-baik. Lalu aku mendengarnya: dengung samar,
rendah dan stabil, melayang menembus pepohonan.
Zach mulai berjalan, dan kami berempat mengikutinya
sampai dedaunan di atas kepala kami mulai menipis, lalu kami
kembali berada di bawah langit terbuka. Beberapa saat kemudian, kami menatap ke balik sebuah tebing raksasa, mendengarkan raungan sangat keras.
"Apa itu?" teriak Macey, mengintip ke balik tepiannya.
Zach bahkan nggak melirik sungai yang mengalir deras di
bawah kami, seakan mengiris hutan liar sekitar enam puluh
meter di bawah kami. "Itu kendaraan kita."
Siapa pun yang pernah melewati Akademi Gallagher akan melihat bahwa sekolah itu berdiri aman di balik dinding-dinding
batu tinggi dan pagar-pagar kuat. Dengan satu lirikan ke arah
pegunungan yang menjulang tinggi di atas dan sungai yang
menderu deras di bawah kami, kusadari bahwa Institut
Blackthorne memiliki jenis dinding yang berbeda. Begitu kami
menuruni sisi tebing itu dengan tali, membujuk Liz untuk naik
ke perahu karet hitam yang kecil, dan mendorongnya ke
tengah arus, kusadari bahwa Akademi Gallagher mungkin memiliki keamanan terbaik yang bisa dibeli dengan uang, tapi
Cuma Yang Lihai Yang Bisa Jadi Mata-mata Only The Good Spy Young Gallagher Girls 4 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang dimiliki Blackthorne benar-benar nggak bisa diukur dengan uang. (Catatan untuk diri sendiri: kalau entah bagaimana
aku mendapatkan guru Operasi Rahasia sungguhan sebelum semester berakhir, operasi lapangan ini seharusnya pantas mendapat nilai ekstra. Banyak nilai ekstra.)
229 "Kau yakin nggak ada jalan masuk lain?" tanya Liz. Matanya
terpejam, dan ia memegangi laptop favorit keduanya, terbungkus kotak antiair, seakan nyawanya bergantung pada benda itu.
Zach tertawa. "Hanya jalan-jalan yang mungkin dipakai
orang waras." Ombak semakin keras. Jemariku membeku di sekeliling dayung, dan saat kami terbawa ombak raksasa, Liz mungkin bakal
jatuh kalau Bex dan aku nggak memeganginya.
"Dan apa salahnya jadi orang waras?" teriak Macey dari
balik gigi yang bergemeletuk untuk mengalahkan raungan suara
air. Zach tersenyum dan berteriak, "Cara tidak waras berarti lebih
sedikit kamera!" Kukira itu nggak mungkin terjadi, tapi detik berikutnya
aku berani bersumpah arus sungai mengalir lebih deras.
Raungannya makin keras. Dalam cahaya bulan, bisa kulihat
air yang terbentang di depan kami, lalu" tidak ada apa-apa.
Seakan sungai di depan kami menghilang begitu saja dari
muka bumi. "Zach?" Aku nggak mencoba menyembunyikan kepanikan
dalam suaraku. "Zach, kenapa sungainya menghilang?" tanyaku,
belum-belum takut mendengar jawabannya. "Zach!"
Dan dengan seruan itu, tanah, air, segalanya seakan jatuh
dari bawah kami dan kami pun jatuh dari air terjun. Rasanya
mirip naik roller coaster"tapi lebih cepat. Dan lebih basah.
Dan jauh lebih nggak nyaman selagi kami melayang di langit
malam, menunggu cipratan air berikut.
230 CARA MASUK DIAM-DIAM KE BLACKTHORNE
(Daftar oleh Pelaksana Morgan, Baxter, Sutton,
dan McHenry) Langkah 1. Harus jadi sedikit sinting.
Langkah 2. Cukup sinting sampai kau mau menawarkan
diri untuk terjatuh dari air terjun setinggi lima belas meter.
Langkah 3. Menelan banyak sekali air sungai yang sangat
dingin. Langkah 4. Batuk-batuk dan muntahkan air tadi.
Langkah 5. Ulangi Langkah 4 sampai rasanya paru-parumu
sudah nggak ada di dalam tubuhmu lagi.
Langkah 6. Ingat bahwa ada cowok yang sangat keren di
sebelahmu, jadi cobalah untuk batuk dan muntah dengan cara
yang jauh lebih menarik. Langkah 7. Bersyukurlah kau masih hidup.
Pikiran pertama yang terlintas di benakku setelah terjatuh,
terayun-ayun, terbatuk, berenang, dan ucapan "apakah semuanya baik-baik saja" adalah bahwa aku menelungkup di tepian
sungai berbatu. Ada lapangan lebar di depanku, sementara di
belakang kami, tebing-tebing tinggi dan curam menjulang
tegak ke langit. Sungainya masih meraung keras di telinga
kami. "Nggak ada pagar?" tanyaku.
Zach memandangku. "Nggak perlu." Ia menunjuk sungai
dan tebing-tebing. "Lagi pula, ini bukan tempat yang ingin
dikunjungi banyak orang," katanya datar. Aku mulai mengatakan sesuatu, tapi ia memotongku. "Kau akan lihat nanti."
2 31 *** Grandpa Morgan selalu bilang bahwa untuk mengenal rumput,
kau harus memperhatikan tanah tempat rumput itu tumbuh.
Mungkin itulah sebabnya aku mengingat setiap detail malam
itu, setiap sentimeter tanah yang kami lewati, selagi aku mengikuti Zach ke tempat yang membentuknya, melihat Zach dan
tempat tersebut dengan cara pandang baru.
Di bawah cahaya bulan, aku bisa melihat dengan jelas
tempat latihan menembak senapan jarak jauh sekitar 27 meter
dari tempat kami berdiri. "Apakah itu?""
"Yeah," kata Zach, seakan nggak mau mendengar sisa pertanyaanku.
"Berapa jauh targetnya?" tanya Bex.
Zach menoleh pada kami dan berbisik, "Jauh."
Kami melewati lubang raksasa di tanah yang digali dengan
tangan. Tali-tali berat tergantung dari cabang-cabang tertinggi
pepohonan yang juga tinggi. Dan di balik semuanya, tampak
jalanan berlumpur dan bukit berbatu. Aku tahu bahwa meskipun alam di tempat itu begitu indah, Blackthorne sama sekali
tidak indah; aku tahu bahwa bahkan di bawah cahaya matahari, tempat itu akan selalu terasa sedikit gelap.
Akhirnya, kami mencapai pagar yang tingginya paling tidak
4,5 meter. Cahaya bulan berkilauan di kawat berduri yang melingkar di puncak pagar.
"Nggak mencolok," kata Bex sinis sambil mendongak.
"Ini perimeter wilayah tengah," kata Zach. "Sejauh
pengetahuan publik, Blackthorne berakhir di sini. Ikuti pagarnya, dan sekitar 200 meter kemudian kau akan menemukan
titik akses data yang dilalui semua peralatan pengaman
232 elektronik." Ia menatap Liz. "Kau tahu harus melakukan
apa?" Liz berseri-seri. "Ya."
"Kau siap" Karena kau cuma punya enam puluh detik untuk
meng-hack sistem itu. Enam puluh detik, atau kita nggak bakal
bisa masuk. Atau kembali."
Liz kelihatan tersinggung. "Aku tahu."
"Dia mengerti," kata Macey pada Zach.
Zach menarik napas dalam-dalam. "Yeah. Aku tahu. Aku
hanya" Kelihatannya berbeda dari sisi ini, tahu kan?"
Bukan pertama kalinya aku bertanya-tanya apakah Zach
sudah keluar dari Blackthorne, di mana dia tinggal, dan bagaimana dia bertahan hidup, tapi kelihatannya sekarang bukan
waktunya bertanya. Toh mungkin dia juga nggak akan menjawab pertanyaanku.
"Keamanan antara tempat ini dan titik akses data?" tanya
Bex. "Berjalanlah pelan-pelan dan kau bakal baik-baik saja."
Tetap saja, ketiga sahabat terbaikku di dunia tampak khawatir.
"Bex dan Liz bisa mengatasi perimeter," kata Macey, menoleh padaku. "Mungkin sebaiknya aku ikut denganmu."
"Semakin banyak orang yang pergi, semakin besar
kemungkinan kita terlihat," balasku.
"Yeah," kata Zach. "Itulah sebabnya sebaiknya kau tetap di
sini." "Kaubilang sendiri kau nggak tahu persis apa yang ada di
dalam sana, Zach. Masuk tanpa backup adalah tindakan konyol."
"Kalau begitu biarkan aku bertindak konyol."
233 "Tidak." "Kenapa?" "Karena aku harus melakukan sesuatu, oke" Aku nggak bisa
hanya duduk diam dan" bersabar" aku perlu melakukan sesuatu."
Sesaat, kami semua nggak mengatakan apa-apa. Kami terlalu basah, terlalu lelah, dan sudah pergi terlalu jauh untuk
kembali. Lalu Macey menatap Zach lurus-lurus. "Kami memercayakan
Cammie padamu," ia memperingatkan.
"Aku akan baik-baik saja, Macey," kataku, tapi seolah ia
sama sekali nggak mendengarku.
"Kami memercayakan Cammie padamu," ulang Macey.
"Dan kalau kau sampai membuat kami menyesalinya?"
"Nggak akan," kata Zach, dan entah kenapa aku memercayainya.
Pelaksana dibimbing melewati serangkaian gerbang, pintu, dan got
yang penuh lumpur. Tapi Pelaksana tidak mengeluhkan fakta
bahwa jins favoritnya jadi rusak. (Walaupun sebetulnya ia sangat
ingin mengeluh.) Di seberang pagar kawat itu, kurasa tadinya kupikir dunia akan
berubah. Dan dunia memang berubah. Hanya saja bukan
dengan cara yang kuduga. Aku pernah melihat Akademi Gallagher pada malam-malam terdingin dan hari-hari terpanas. Aku pernah merangkak
menyusuri jalan rahasia terdalam dan memandang ke luar dari
jendela tertinggi. Aku pernah berjalan menyeberanginya di
tengah salju dalam dan hujan deras.
234 Aku tahu bagaimana sekolah mata-mata terlihat!
Atau, setidaknya, kupikir aku tahu. Sampai saat itu.
Zach dan aku menelungkup di puncak tebing rendah,
menatap Institut Blackthorne Untuk Pria dalam sorotan lampu
pencari yang menyapu sekeliling wilayah itu dari menara
tertinggi sekolah. Sebagian besar bangunannya rendah dan
berbentuk persegi, dengan atap logam dan jeruji tebal di setiap
jendela. Meskipun waktu itu sudah malam, dua puluh cowok berlari
menyeberangi lapangan terbuka yang terbentang di antara
bukit penuh pepohonan dan bangunan-bangunan persegi besar.
Mereka memakai jumpsuit kuning dan berlari seirama, mungkin
lebih tepatnya disebut berderap, seruan mereka yang terus berulang bergema ke seluruh lembah di tengah kegelapan.
"Latihan malam," bisik Zach, tapi latihan untuk apa, aku
nggak berani bertanya. Sepasang lampu depan mobil muncul di gerbang, bersinar
melewati pos penjaga dan menuju jalanan berbatu.
"Mom," bisikku.
"Tepat waktu," kata Zach.
Saat Mom mulai mengemudi ke arah bangunan-bangunan
utama, aku mengangkat teropong dan dengan hati-hati mengamati tanda yang tergantung di gerbang yang terayun membuka. INSTITUT BLACKTHORNE UNTUK PRIA,
FASILITAS PENAHANAN SWASTA. BAHAYA.
DILARANG MASUK MELEWATI TITIK INI.
Ingatan akan tahun lalu membanjiriku dalam potonganpotongan kecil"ranjang yang ditata rapi sempurna di kamar
sementara para cowok di Sayap Timur; bagaimana mereka selalu kelihatan gugup dan gelisah seakan belum pernah me235
makai setelan jas atau dasi seumur hidup; dan, yang terpenting,
ekspresi di mata Zach saat memperingatkanku bahwa aku
nggak akan suka tinggal di sekolahnya"nggak akan suka sama
sekali. "Kalian punya penyamaran, Gallagher Girl," kata Zach
pelan. "Dan kami juga punya penyamaran."
Setelah mendapatkan akses ke Institut Blackthorne Untuk Pria,
Para Pelaksana mampu meyakinkan hal-hal berikut:
" Firewall Institut Blackthorne"menurut Pelaksana Sutton"
bagus. Tapi tidak cukup bagus.
" Sebagai bagian penyamaran mereka, para penghuni Institut
Blackthorne terpaksa memakai jumpsuit kuning yang,
menurut Pelaksana McHenry, tidak bakal kelihatan bagus
dipakai SIAPA PUN. " Para penjaga di Institut Blackthorne menggunakan cara
patroli perimeter yang cukup agresif dan sangat efektif
kecuali kalau si penyelundup mengetahui Metode Bazinsky
(dan Pelaksana Baxter mengetahuinya).
Zach benar, tentu saja. Sekolahnya nggak seperti sekolahku.
Blackthorne mencoba agar terlihat seperti tempat untuk para
penjahat, sedangkan Akademi Gallagher tampak seperti istana
untuk para putri. Sekolahku berjarak delapan ratus meter dari
Highway 10. Sekolah Zach tersembunyi di balik pegunungan,
tertutup dari dunia luar.
Mereka menggunakan kawat berduri, dan kami menggunakan dinding batu.
Sekolah mereka tampak seperti penjara yang dibangun
236 untuk menjaga agar tidak ada orang yang bisa keluar, dan sekolahku tampak seperti mansion yang dibangun untuk menjaga
agar tidak ada orang yang bisa masuk.
Tapi saat aku berbaring di sebelah Zach dalam kegelapan di
puncak tebing itu, aku mendengarnya bernapas. Lengannya
terasa hangat di lenganku, dan aku takut diriku mungkin
berkeringat atau bergidik, bahwa dia bakal merasakan darah
yang terpompa terlalu keras dalam tubuhku dan menebak
pikiran-pikiran yang berkecamuk dalam benakku"semua hal
yang aku nggak ingin dia lihat ataupun tahu.
Aku mencoba beringsut menjauh, tapi cowok itu malah
meletakkan tangan di bahuku dan menahanku di sana. Aku
tahu Institut Blackthorne berdiri persis di balik tebing itu,
dengan semua penjaga, guru, dan calon-calon Joe Solomon
mereka, walaupun begitu saat Zach menempelkan tubuhnya
pada tubuhku, rasanya hanya ada dia dan aku di dunia ini.
Tangan Zach bergerak untuk menangkup wajahku, dan dalam cahaya samar-samar itu mungkin aku bisa melihat matanya
lebih jelas daripada kapan pun.
Zach melihatku. Zach mengenalku. Aku benar-benar terlihat jelas saat kami berbaring di bawah
bayang-bayang, wajahnya hanya beberapa senti dari wajahku.
"Tetap di sini," bisik Zach. Kurasakan kata-kata itu menyapu kulitku. "Please, Gallagher Girl, tetaplah di sini."
Aku ingin menjauh, mengingatkannya bahwa aku sudah
besar, agen yang sangat terlatih, mata-mata"bahwa aku sudah
dilatih untuk misi ini seumur hidup, dan aku nggak mau ditinggalkan begitu saja. Tapi di tempat remang-remang itu, dengan Zach menempel erat padaku, hanya satu pikiran yang
237 muncul di benakku. Aku mencium cowok itu"lebih lama dan
dalam daripada yang pernah kulakukan. Kali ini ciuman kami
nggak dilihat seisi sekolah. Suasananya benar-benar serius.
Kami hanyalah dua orang yang berciuman, seakan itu ciuman
pertama sekaligus terakhir kami.
Lalu aku menarik diri. "Jadi," tanyaku, seolah aku sering
sekali dicium seperti itu (yang, percayalah padaku, sama sekali
nggak benar), "ke mana kau akan membawaku?"
"Ke makam." 238 Bab T i g a P u l u h D e l a p a n
elama dua puluh menit berikutnya, mungkin aku melanggar
belasan aturan operasi rahasia.
Bagaimanapun, aku nggak tahu ke mana tujuan kami. Aku
nggak tahu apa yang akan kami temukan saat sampai di sana.
Aku belum merencanakan strategi alternatif cara masuk, strategi keluar, atau strategi agar kucir ekor kudaku nggak tertiup
angin ke wajahku. Satu-satunya yang kuketahui dengan pasti
adalah tangan Zach menggenggam tanganku (meskipun riset
membuktikan bahwa seseorang bisa bergerak dengan jauh lebih
tersembunyi saat tidak berpegangan pada apa pun), dan suara
Bex merupakan satu-satunya hal familier yang kudengar.
"Bunglon, apa katanya tadi?" tanya Bex lewat unit komunikasi di telingaku selagi Zach dan aku berlari melewati lapangan terbuka di balik tebing dengan kecepatan penuh. "Karena
kami mencari kata "makam" di database, tapi?"
"Tempat itu tidak ada di dalam database," potong Zach.
239 "Apakah itu semacam kuburan" Kami nggak bisa menemukan data pintu masuk di?"
"Tidak ada pintu masuk yang tercatat."
"Atau referensi mengenai itu di mana pun," Bex menyelesaikan kalimatnya.
Zach menatapku. "Itu bukan jenis tempat yang dimasukkan
dalam referensi mana pun."
"Kamera akan lewat dalam tiga, dua, merunduk!" perintah
Liz dari pos pengawasannya, dan Zach dan aku menjatuhkan
diri ke tanah seperti batu.
"Berguling," kata Liz, dan kudorong tubuhku berguling di
turunan curam sampai mendarat di selokan berlumpur.
Kudengar suara-suara datang dari atas kami, langkahlangkah saat para Blackthorne Boy berlari lewat, sementara
Zach dan aku terus merangkak dalam lumpur.
"Tunggu, itu bukan makam sungguhan, kan?" tanya Macey.
Kedengarannya seperti pertanyaan yang sangat bagus, tapi Zach
tetap diam, masih merangkak menjauh dari bangunan-bangunan dan para penjaga, menuju gunung yang membentuk latar
belakang sekolah. "Apa sebenarnya makam itu, Zach?" tanyaku lagi saat kami
Cuma Yang Lihai Yang Bisa Jadi Mata-mata Only The Good Spy Young Gallagher Girls 4 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencapai dasar bukit pertama dan merangkak keluar dari selokan, lalu masuk ke bawah perlindungan pepohonan. Tanahnya
kasar dan curam. Kami berjalan menyusuri jalanan yang dipenuhi rumput liar dan semak"seakan alam liar mencoba mengambil alih kepemilikan tanah ini.
"Teman-teman, kalian aman sekarang," kata Liz dari jarak
tiga kilometer, tapi aku sudah bisa merasakan itu.
Cowok-cowok yang berderap itu sudah nggak terlihat.
240 Nggak ada kamera yang bisa menembus kanopi pepohonan
tebal dan menangkap gerakan kami.
Hanya secercah cahaya bulan yang menembus pepohonan.
Aku ingat itu sekarang"bagaimana dengan sangat jelas aku
bisa melihat garis-garis wajah Zach, ekspresi di matanya saat
dia mulai mendorong minggir bebatuan berlumut yang tergeletak di tepian gunung curam itu.
"Kau mencari apa?"
"Seharusnya ada pintu masuk di suatu tempat di sekitar
sini." Zach menendang dedaunan mati dan semak-semak yang
menutupi tanah hutan. "Jalan itu tersembunyi"dibuat agar
membaur. Tapi seharusnya ada tombol, atau mungkin?"
"Tuas?" tanyaku, berjalan semeter ke arah pohon yang tumbuh dari sisi gunung curam itu dengan sudut aneh. Aku meraih
satu-satunya cabang pohon di seluruh hutan itu yang nggak
menumbuhkan satu daun baru pun. "Maksudmu seperti ini?"
"Gua?" Kudengar gema suaraku sendiri, walaupun kata itu
nyaris nggak lebih keras daripada bisikan. "Makam itu sebenarnya gua?"
"Hati-hati melangkah," adalah jawaban Zach.
Aku masih bisa mendengar teman-teman sekamarku mengobrol di telingaku, tapi suaranya menghilang semakin dalam
dengan setiap langkah yang kuambil ke balik pintu tersembunyi itu sehingga akhirnya yang terdengar hanya nada statis.
Dinding batu di sekeliling kami berjarak dekat dan lembap,
disinari bohlam-bohlam telanjang yang samar dan tergantung
pada interval teratur. Rasanya kami bukan berjalan ke bawah
tanah. Rasanya kami berjalan lurus menembus pegunungan
2 41 yang merupakan garis pertahanan pertama dan terbaik yang
dimilliki Institut Blackthorne.
"Dulu penduduk asli Amerika yang tinggal di daerah ini
mengubur orang mati di gua-gua seperti ini," jelas Zach tibatiba. "Itulah sebabnya tempat ini disebut makam. Tentara
menggunakan seluruh area ini untuk uji coba senjata dan latihan selama Perang Dunia Kedua. Setelah perang, mereka menggunakannya untuk tujuan lain."
Aneh sekali mendengar Zach menjelaskan apa pun tentang
masa lalunya. Aku ingin bertanya lebih banyak, tapi aku tetap
diam, teringat semua musim panas yang kuhabiskan di peternakan dan bagaimana terkadang bayi-bayi sapi suka merangkak
mendekat, ingin tahu dan malu-malu, nggak yakin siapa yang
harus dipercaya. Aku tahu kalau aku bergerak terlalu cepat, aku
bisa membuat Zach takut, jadi aku hanya menunggu.
"Kami nggak benar-benar?" Zach menatapku. "Kami nggak
benar-benar menggunakan tempat ini lagi."
"Sampai sejauh mana gua ini berakhir?" tanyaku, kagum.
"Jauh." "Berapa banyak cabang dan persimpangan?"
"Banyak." "Apakah kau bakal memberitahu kenapa tadi kau berkeras
melarangku masuk ke sini?" tanyaku.
Zach berhenti mendadak, dan aku menubruk dadanya. Rasanya dada cowok itu nyaris sekeras dinding batu di sekeliling
kami. "Kau akan melihatnya sendiri sebentar lagi."
Rasanya kami berjalan selama berjam-jam, menonaktifkan begitu banyak jebakan dan menghindari kamera pengawas.
242 "Mungkin sebaiknya kita berpencar," usulku.
"Kau tetap bersamaku," kata Zach, seakan itu sama sekali
nggak bisa didebat. Jalannya lebih tinggi daripada jalan-jalan rahasia di Akademi Gallagher. Dinding semennya terasa lebih modern. Ini
terowongan yang sangat modern, sudah pasti, tapi terowongan
ini sama sekali nggak baru ataupun bagus. Terowongan ini hanya memperhatikan fungsi, dan bau lembap serta sarang labalaba tebal menunjukkan bahwa sudah lama sekali terowongan
ini nggak difungsikan. "Hati-hati melangkah," Zach memperingatkan selagi kami
mencapai bagian terowongan yang menurun, tempat air mengumpul dalam kolam-kolam hitam yang dalam.
"Oh, aku bertaruh kaubilang begitu pada semua cewek yang
kaubawa ke sini." Zach berhenti. Saat menoleh, ia bahkan nggak kelihatan
seperti cowok yang kukenal. "Tidak seorang pun turun ke sini."
Satu setengah meter di depan, jalanan batu itu melebar.
Langit-langitnya jadi lebih tinggi. Aku bisa mendengar bunyi
tetesan air stabil yang meresap melalui celah-celah batuan di
atas kami dan jatuh ke genangan di lantai semen. Tapi nggak
ada tepian halus di sana, nggak ada lampu terang. Saat melangkah masuk, kusadari bahwa kami memang memiliki
beberapa ruang bawah tanah rahasia di Akademi Gallagher,
tapi aku belum pernah masuk ke tempat mana pun yang seperti ini.
Rantai-rantai tergantung dari langit-langit tinggi di sepanjang salah satu dinding. Sekumpulan boneka dengan lingkaranlingkaran merah yang digambar kasar di bagian dada menjajari
dinding lain. Meja-meja besi berdiri di tengah ruangan se243
mentara nampan berselimutkan sarang laba-laba"berisi jarum
suntik dan tang"semuanya menunggu diam, seakan seseorang
bisa berjalan masuk setiap saat, membersihkan debu, dan melanjutkan eksperimen mengerikan ini.
"Kami nggak memakainya lagi," kata Zach, suaranya pelan,
meskipun faktanya nggak ada orang yang bisa mendengar kami
di sana. Rasa malu meresap ke dalam kata-katanya saat ia menatap lantai semen yang lembap. "Kami betul-betul nggak memakai tempat ini lagi."
Enam jalan lain tersambung ke ruangan ini, walaupun begitu sepertinya gunung itu menekanku seakan nggak ada jalan
keluar. "Zach?" Suaraku tersangkut di tenggorokan. "Tempat apa
ini?" "Kau betul-betul nggak tahu ini sekolah macam apa, ya?"
"Ini sekolah mata-mata," sergahku, darah mengalir keras di
seluruh pembuluh darahku.
Zach menggeleng pelan. Bahkan dalam cahaya remangremang, kulihat matanya terbelalak. "Bukan mata-mata. Dulu
tidak begitu." "Lalu apa?" "Ayolah, Gallagher Girl"sekolah di tempat sangat terpencil, khusus untuk cowok-cowok bermasalah yang nggak
punya tujuan lain" Kau pasti tahu tempat apa ini."
Aku menatap ruangan di sekeliling kami, memikirkan lokasi
latihan menembak dan cowok-cowok yang berderap lari, tentang jam-jam yang dihabiskan teman-teman sekamarku dan
aku musim semi lalu untuk mencari petunjuk apa pun mengenai Blackthorne dan nggak menemukan hasil apa-apa kecuali rahasia dan kebohongan.
244 "Nggak mungkin," kataku. "Dulu Mr. Solomon bersekolah
di sini. Dia?" "Mulai mengubah beberapa hal," Zach menyelesaikan kalimatku. Ia melangkah mendekat. "Kau tahu siapa kami,
Gallagher Girl." "Nggak." Aku menggeleng. "Nggak mungkin kalian?"
Ada banyak istilah untuk apa yang coba dikatakan Zach.
Pencabut nyawa. Seniman rahasia. Tapi yang bisa kulakukan
hanyalah menatap cowok yang berdiri di sebelahku"cowok
yang nyaris nggak kukenal"dan berbisik, "Pembunuh."
"Sudah kubilang bahwa tempat ini dibuat untuk persiapan
perang"Perang Dunia Kedua, Perang Dingin, dan semua perang yang nyaris terjadi tapi nggak terjadi. Atau belum terjadi."
Ia menatapku, hampir memohon selagi berbisik, "Kami nggak
memakai tempat ini lagi."
"Apakah ini sebabnya mereka nggak memercayaimu" Orangtua Bex" Aunt Abby?"
"Mereka orang-orang pintar dengan naluri bagus." Ia berpaling, lalu menoleh kembali.
"Tapi itu nggak masuk akal, Zach. Bukan kau yang membangun tempat ini. Memangnya apa yang mungkin kaulakukan
yang begitu mengerikan?"
"Tidak!" Saat berdiri di sana, puluhan meter di dalam gunung, sama sekali nggak ada cara untuk mengetahui seberapa
jauh seruan itu bergema ke sepanjang labirin batu di sekeliling
kami. "Sungguh. Kau bisa memberitahuku."
"Nggak. Aku betul-betul nggak bisa."
Setelah mengetahui tujuan awal didirkannya Institut Blackthorne
245 Untuk Pria, Pelaksana merasa mungkin bisa lebih mudah memahami Aset.
(Tapi ternyata, cowok-cowok calon pembunuh-bayaran-garismiring-mata-mata merupakan jenis cowok yang paling membingungkan.)
Butuh waktu satu jam lagi untuk mencapainya. Dua kali kami
menemukan terowongan itu terhalang longsoran, ratusan ton
bebatuan berdiri menghalangi kami. Satu kali, Zach mengakui
bahwa kami ada di jalan yang salah, dan kami harus berjalan
kembali sejauh sembilan puluh meter. Kami melewati tiga
ruangan lagi seperti ruangan pertama yang kami lihat"belasan
pintu terkunci dan bunker semen yang sangat gelap sampai
aku nggak bisa melihat apa-apa.
"Aku belum pernah sampai sedalam ini," Zach mengakui.
Entah kenapa, aku tahu persis bagaimana perasaannya.
"Bukannya mau terdengar nggak tahu terima kasih, tapi
apakah kau tahu ke mana kita harus pergi?"
Ia tersenyum, rasanya itu pertama kalinya selama berjamjam terakhir. "Nggak juga." Ia meraih tanganku, membungkuk
untuk lewat di bawah lengkungan rendah. "Joe memberitahuku
di mana dia meninggalkan jurnal itu, kalau-kalau" kalaukalau ini terjadi."
"Dan di mana itu?" tanyaku, tapi Zach berhenti.
Dia menunjuk. "Di dalam sana."
Ruangan itu besar"tingginya dua lantai, dengan setidaknya
enam terowongan yang bercabang dari sana. Entah bagaimana,
dengan hanya berdiri di sana, aku tahu akhirnya kami mencapai pusat gunung itu.
246 Saat Zach dan aku melangkah ke landasan logam kecil di
lantai dua, aku menunduk menatap ruangan di bawah kami.
Ruangan itu kasar dan sederhana. Tangga-tangga logam mengarah turun ke lantai bawah. Berbagai rak dan lemari dokumen
memenuhi dindingnya. Dan pada setiap sentimeter permukaan
dinding terdapat berbagai jenis dokumen, kotak, dan relikui
dari masa lalu. "Ini?" Zach memulai perlahan. "Ini mirip Sublevel Dua
versi Blackthorne." Aku mengikuti Zach menuruni tangga dan mengamatinya
menyeberangi ruangan lalu berjongkok di sebelah rak berkarat.
Aku menahan napas saat dia mengulurkan tangan, meregangkannya sejauh mungkin, lalu mengeluarkan buku catatan spiral
yang terbungkus erat dengan plastik.
"Itu bukunya?" tanyaku. Kelihatannya sangat sederhana"
seperti jutaan buku catatan lain yang dibawa jutaan anak lain.
Akhirnya, aku betul-betul memahami fakta yang sudah kuketahui selama berbulan-bulan: Waktu itu Joe Solomon baru berumur enam belas tahun.
Zach memasukkan jurnal itu ke ikat pinggang dan ke balik
jaket, lalu meraih tanganku. Tanpa kata-kata, kami menaiki
tangga logam dan berjalan kembali menyusuri terowongan dari
arah kedatangan kami. Sepertinya sangat mudah. Misi kami selesai. Kami menang.
Tapi saat itulah kami mendengar suara-suara.
247 Bab T i g a P u l u h S e m b i l a n
ikiran pertamaku adalah tim sekuriti Blackthorne menemukan kami"bahwa kami melewatkan satu sensor gerak atau
mengaktifkan alarm tanpa suara"dan aku mulai mempersiapkan alasan-alasan" Zach adalah pacarku. Aku di sana karena
ditantang teman-temanku. Membobol ke dalam Blackthorne
merupakan proyek terbaik untuk mendapatkan nilai tambahan!
Tapi kemudian Zach dan aku bertiarap serta merangkak
kembali ke landasan logam yang menghadap ruang penyimpanan raksasa di bawah, dan"
Dan aku melihat wanita yang waktu itu ada di atap di
Boston. Nggak mungkin aku salah melihatnya kali ini, karena di
sana, di dalam makam, semuanya terdengar lebih keras, lebih
tajam, indra-indraku menjadi lebih hidup selagi aku berbaring
menatap wanita yang menemukanku di atas atap di Boston.
Dan dia nggak sendirian. 248 Tangan Mr. Solomon diikat. Salah satu matanya memar
dan bengkak begitu parah sampai sepenuhnya terpejam, dan
selagi dia berjalan maju dengan pincang, kulihat ada luka besar
yang terbuka di kaki kirinya. Lima pria berjaga di sekelilingnya.
"Oke," kata si wanita, menoleh pada Mr. Solomon. "Nah,
di mana tempatnya?" "Apa?" Wanita itu memukul wajah Mr. Solomon begitu keras
sampai-sampai darah terciprat ke seberang ruangan.
"Aku hanya akan bertanya sekali lagi." Wanita itu mendekat. Di dalam ruang batu yang berlubang itu, bisikannya
seolah bergema. "Di mana buku catatan milik Matthew
Morgan?" Jurnal ayahku. Mereka mencari jurnal Dad.
Tapi jurnal Dad nggak ada di sini, dan Mr. Solomon tahu
itu"Mr. Solomon tahu segala hal tentang tempat ini, namun
dia membawa mereka ke kedalaman gunung ini.
Ke Sublevel Dua versi Blackthorne.
Di sebelahku, bisa kurasakan ketegangan di lengan Zach.
Bisa kurasakan roda-roda berputar di benaknya selagi kami
memikirkan satu pertanyaan: Apa yang akan dilakukan Joe
Solomon pada saat seperti ini"
"Tidak," Zach tersentak. Aku mengikuti arah pandangnya.
Berbagai kabel terbentang di langit-langit dan dinding,
menghilang di balik rak dan lemari dokumen, menghubungkan
segala hal dalam ruangan itu dengan kotak berlabel
PERINGATAN: BAHAN PELEDAK, dan mau nggak mau aku
berpikir, Persis seperti Sublevel Dua"
249 Aku nggak betul-betul mengenal Joe Solomon"meskipun
aku tahu banyak tentang dirinya, aku bertanya-tanya apakah
aku bakal betul-betul mengenalnya. Tapi aku tahu dia nggak
akan pernah menyerah dengan sukarela pada Circle lagi. Aku
tahu dia rela menukar nyawanya demi mengakhiri Circle.
Aku menatap semua bahan peledak yang memenuhi ruangan"burn bag tempat kami semua terperangkap"dan tahu Mr.
Solomon nggak datang kemari untuk menyelamatkan nyawanya
tapi untuk mengakhirinya, dan semoga, membawa sebanyak
mungkin nyawa anggota Circle.
Zach mulai berdiri, tapi aku menyambarnya.
"Coba pikir, Zach." Aku menahannya di sana. "Kita cuma
punya satu kesempatan."
Aku mengamati saat kemarahan berubah menjadi ketakutan, dan Zach menatapku lurus-lurus. "Cammie, kau harus membawa ini." Ia menekankan buku catatan berlapis plastik itu ke
tanganku. "Kau harus lari."
"Nggak. Aku harus menolongnya."
Zach meremas tanganku lebih erat. "Kau harus hidup. Nah,
pergilah, dan jangan menengok ke belakang untuk alasan apa
pun." "Tapi, Zach?" "Mereka nggak akan melukaiku."
Aku ingin bertanya kenapa, tapi aku tahu dia nggak akan
menjawabku. Aku ingin bertanya bagaimana, tapi aku tahu itu
nggak penting. Terlepas dari seluruh pelatihan dan akal sehatku, aku ingin berdebat, tapi aku tahu kami kehabisan waktu.
Karena A) Nyaris nggak ada gunanya berdebat dengan matamata yang sudah membulatkan tekad. Dan B) Tiga pria ber250
senjata berdiri menghalangi terowongan di bawah kami, betulbetul menutup jalan keluar.
Saat wanita itu melihat kami, dia tertawa. Tawanya menakutkan, bergema di tengah gunung.
"Kami menemukan mereka saat berpatroli," kata si penjaga,
menyeretku menuruni tangga. Aku berusaha meronta, tapi si
penjaga memegangiku terlalu erat. Wanita itu berjalan mendekat, menatapku. Menilaiku. Belum pernah aku merasa sekotor itu seumur hidup.
"Oh, ini kejutan bagus." Ia tersenyum pada guruku. "Joe,
Anak pintar, kenapa kau tidak bilang kau membawakan hadiah
untukku?" Aku menatap Mr. Solomon"mencoba minta maaf. Bahwa
aku sudah mengikuti merpati, tapi aku gagal. Aku berharap
melihat kekecewaan di mata guruku yang masih tampak sehat,
tapi yang kulihat justru kemarahan.
"Biarkan mereka pergi, kalau tidak aku tidak akan memberimu apa-apa!"
"Wah, kenapa aku mau melakukan itu?" tanya si wanita.
"Mengakhiri reuni mengharukan ini?"
Ia mengulurkan tangan, dan selama sedetik kupikir ia akan
Cuma Yang Lihai Yang Bisa Jadi Mata-mata Only The Good Spy Young Gallagher Girls 4 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengelus rambutku, tapi pada saat terakhir tangannya bergeser,
meraih pipi Zach, dan berkata, "Halo, Sayang. Apakah kau
tidak mau memperkenalkan pacarmu pada ibumu?"
2 51 Bab E m p a t P u l u h ikiran sangatlah kuat. Aku sudah membaca riset soal ini.
Aku bahkan sudah melihat buktinya secara langsung. Seluruh
pengalaman hidupku mengajariku fakta-fakta sederhana tersebut, walaupun begitu, saat itu, ada satu hal yang nggak bisa
kumengerti: wanita di Boston itu ibu Zach.
Aku merasa mual. "Dia ibumu," kataku datar. Itu bukan pertanyaan"itu data,
dan perlahan-lahan Zach mulai bisa kupahami.
Zach mengulurkan tangan padaku. "Gallagher Girl?"
"Jangan sentuh aku." Aku menjauh, tapi jemarinya sempat
menyentuh kulitku, dan aku merasakan percikan di antara
kami, dan aku bersumpah itu akan jadi hal terakhir yang
kurasakan terhadapnya. Di telingaku, unit komunikasi kami hening. Kami sudah
terlalu lama mencari, pergi terlalu jauh, dan sekarang ada gunung yang terlalu besar berdiri di antara aku dan bantuan apa
pun. 252 "Senang sekali akhirnya bisa bertemu denganmu, Cammie.
Aku sudah mendengar banyak sekali tentangmu." Saat ibu
Zach bicara, ia terdengar tenang. "Kuharap kau tidak takut.
Aku yakin Joe dengan senang hati akan mengonfirmasi bahwa
kami tidak ingin membunuhmu."
Jantungku berdebar keras, walaupun begitu entah kenapa
aku tahu kata-katanya benar"mereka nggak akan melukaiku.
Berarti mereka menginginkan sesuatu yang jauh, jauh lebih
buruk. "Cammie, aku?" Lagi-lagi, Zach meraih ke arahku. Lagilagi aku menjauh.
"Oh, Sayang, aku bisa melihat kenapa kau menyukainya."
Ibu Zach tertawa. "Tapi sekarang, semua orang berpencar dan
cari buku harian Morgan." Ia menatap putranya dan aku.
"Dan, cepat geledah mereka berdua."
Seorang penjaga masih memegangiku. Pria lain bergerak
mendekat. Dalam cahaya bohlam redup yang tergantung di
tengah langit-langit tinggi itu, kulihat mata Zach membelalak,
dan aku memikirkan setiap momen ketika dia pernah menatapku sebelum ini"di lift di D.C., di alun-alun kota Roseville,
dan dalam kompartemen mungil di kereta yang melaju menembus malam.
Tapi saat penjaga itu menghampiriku, ekspresi yang betulbetul baru menatapku dan berbisik, "Sekarang!"
Percaya atau nggak, ada beberapa keuntungan jika kau harus
melawan dua penyerang daripada satu. Jauh lebih mudah untuk
menumpukan berat badanku ke belakang"pada pria yang memegangiku"dan menendang penjaga yang berjalan menghampiriku dengan tangan terulur.
253 Dari sudut mata, kulihat Zach berputar, menendang salah
satu lemari arsip kuno itu ke arah ibunya. Lemari itu jatuh
menimpa ibunya, membuat wanita itu jatuh ke lantai, kertas
berjatuhan ke sekelilingnya, sementara penjaga di belakangku
mendorongku seakan aku tak ada artinya dan malah berlari
untuk membantu sang bos. "Sedang apa kau?" seru ibu Zach. "Tangkap cewek itu!"
Aku mendengar kata-kata itu. Merasakan penglihatanku
kabur karena marah. Dan pada detik berikut, seolah belasan
hal terjadi bersamaan. Mr. Solomon bergerak ke arah salah satu pria yang berada
di dekat pintu masuk terowongan. Guruku melemparkan tangan yang terikat ke atas kepala pria itu lalu mencekiknya,
sementara aku berlari sekuat tenaga menuju mereka.
Seseorang bergerak untuk menghalangi jalanku, tapi aku
melompat ke rak buku, menggunakan momentumku untuk berguling di udara dan menendang dagu pria itu, lalu mendarat
ringan di lantai. Tapi orang lain muncul di sudut mataku, dan
aku bergerak persis saat ibu Zach mengarahkan tendangan
yang meleset hanya beberapa senti dari telingaku.
Aku melangkah mundur selagi wanita itu mengitariku. Seakan aku mangsa. Di atas kami, satu-satunya bohlam di ruang
itu terayun-ayun, menciptakan bayangan yang bergerak-gerak
ke atas semua benda yang tersentuh cahayanya selagi wanita
yang menghantui mimpiku selama berbulan-bulan mendekatiku
dan tersenyum. "Kau jauh lebih cantik dilihat dari dekat, kau tahu."
Aku menangkis satu pukulannya lagi, dan saat aku membalas, tinjuku mendarat cepat di daerah ginjalnya, lalu satu
lagi ke wajahnya. 254 "Oh, ya," kata ibu Zach, mengusap darah yang mengalir
dari sisi bibirnya. "Aku benar-benar bisa melihat daya tarikmu."
"Maaf kalau aku tidak bisa mengatakan hal yang sama tentangmu," aku berhasil berkata.
Di seberang ruangan, Zach mengambil pedang tua dari
dinding dan melawan dua pria sekaligus. Pedang besi tersebut
mengeluarkan suara tajam di ruangan senyap itu dan ritme
dentangannya nyaris menenangkan"seperti irama. Denyut
nadi. "Kau tahu, Cammie, aku betul-betul berharap kau dan aku
bisa berteman. Kita punya banyak sekali kesamaan."
"Yeah, aku?" Tapi aku nggak bisa menyelesaikan kalimat
itu, karena kusadari bahwa pedang-pedangnya tidak berdentang
lagi. Aku menoleh dan melihat kedua pria yang berkelahi
dengan Zach sekarang tergeletak di lantai, berdarah, berusaha
berdiri, sementara Zach berlari ke arah Mr. Solomon, yang
berkelahi di sisi lain ruangan.
Zach begitu terfokus pada Mr. Solomon, begitu ingin menolong guru kami, sehingga dia nggak melihat saat salah
seorang pria di lantai mengeluarkan pistol dan membidik
punggungnya. "Tidak!" teriak seseorang, dan saat pria tadi berhenti bergerak barulah aku sadar bahwa bukan aku yang berteriak. Hanya
satu orang di gua itu yang punya kekuasaan untuk menyelamatkan Zach"satu orang yang bisa menghentikan serangkaian domino itu terjatuh, dan dialah orang yang berpaling dariku
dan berlari ke arah putranya.
Aku mengamati ibu Zach menabrak si penembak"mendengar senjata itu terjatuh ke lantai. Bahkan tanpa menoleh,
255 aku tahu saat itu nggak ada orang di belakangku"sama sekali
nggak ada apa-apa di antara aku dan salah satu terowongan
yang bercabang keluar dari lantai utama. Walaupun begitu, aku
nggak bisa bergerak. Semuanya seakan membeku selama satu detik itu, saat Zach
memungut pistol dan berteriak, "Sekarang! Lari!"
Tapi aku nggak bisa meninggalkannya, nggak bisa berlari,
nggak bisa melakukan apa-apa kecuali berteriak "Tidak!" saat
Zach membidik kotak logam yang bertuliskan PERINGATAN:
BAHAN PELEDAK, dan mengucapkan, "Selamat tinggal"
tanpa suara. Tembakan itu bergema ke seluruh makam. Percikan api
turun seperti hujan, menerangi gua seperti perayaan Hari Kemerdekaan pada 4 Juli. Cahaya merah seakan berdesis melewatiku sementara lenganku mulai terayun di sisi tubuh, jurnal itu
bergesekan dengan bagian bawah punggungku. Bahkan saat
derakan ledakan pertama terdengar di seluruh makam, aku
berhasil tetap mendahului ledakan, satu kaki di depan yang
lain, menembus kabut berasap yang mengerikan.
Aku terus berlari. Aku tidak menoleh ke belakang.
Nggak ada gunanya melihat hantu-hantu Blackthorne terbakar.
256 Bab E m p a t P u l u h S a t u
pi. Aku mencoba melupakan soal apinya, tapi terowonganterowongan sempit itu terasa seperti oven. Air yang menyusup
masuk dari retakan dinding berubah menjadi uap. Aku nggak
membiarkan diriku berpikir tentang jalan-jalan tertutup
longsoran yang tadi kulihat bersama Zach dan kemungkinan
bahwa terowongan tidak familier ini juga jalan buntu. Aku
hanya terus berlari sampai asap menipis dan udara terasa lebih
segar. "Berpencar!" Seruan itu bergema dalam kegelapan. "Temukan dia!"
Di telingaku, unit komunikasi mulai berderak dan berdengung, dan aku bicara ke nada statis itu, "Aku ada di makam. Aku berlari ke" aku nggak tahu." Tapi sebenarnya aku
tahu. Mr. Solomon sudah mati, tapi suaranya seakan hidup
dalam benakku. "Selatan. Aku berlari ke selatan. Circle ada di
belakangku." 257 Kudengar suara Mom meneriakkan perintah-perintah, tapi
bukan padaku. Aku berlari semakin cepat. Ke arah cahaya. Ke
arah hutan. Ke arah udara segar dan kebebasan dan backup.
Semua akan segera berakhir. Yang harus kulakukan hanyalah
terus berlari. Suara aliran sungai makin keras. Aku bisa mendengar suara
air terjun dan menghirup udara segar yang lembap.
"Aku hampir keluar," seruku ke unit komunikasi. "Aku
hampir?" Tapi lalu aku berbelok di sudut, berhenti mendadak, dan
menyadari bahwa aku bukan sudah dekat dengan air terjun"
aku ada di belakang air terjun.
Terowongan itu berakhir di tebing berbatu. Satu-satunya
hal yang menjadi penghalang antara aku dan langit adalah air
yang mengalir turun dengan sangat deras.
"Aku di belakang air terjun," seruku. "Aku?"
"Terperangkap?"
Wanita itu tidak mirip Zach"tidak pada saat itu, tidak
terlalu. Tanpa topeng yang dikenakannya di Boston, aku bisa
melihat bahwa rambutnya merah gelap dan kulitnya sepucat
perabotan terbaik Madame Dabney. Tapi matanya" Ia
memiliki mata berwarna gelap yang sama seperti putranya. Saat
dia menatapku, aku nggak bisa mengenyahkan perasaan bahwa
aku nggak akan pernah melihat Zach lagi.
"Sudah berakhir," kataku padanya. "Aku memakai unit
komunikasi. Semua orang tahu?"
"Tidak penting apa yang diketahui detail pengamananmu,
Cammie sayang. Sudah terlambat. Tidak ada yang bisa menolongmu."
Aku mendengar lebih banyak suara datang dari belakang258
nya. Orang-orang berlari kemari. Orang-orang yang berpihak
padanya. "Kau tidak bisa mengalahkan kami," kataku. "Bunuh aku,
bawa aku, bukan masalah. Akademi Gallagher hanya akan
membuat lebih banyak siswi sepertiku. Kalau salah satu dari
kami hidup, kami semua tetap hidup."
"Tentu saja mereka akan melakukan itu." Ibu Zach tersenyum. "Mereka membuatku."
Aku nggak berkata apa-apa"sumpah, aku betul-betul tidak
bicara"tapi ekspresi di wajahku pasti mengatakan banyak hal,
karena saat berikutnya, wanita itu mengeluarkan tawa tanpa
humor yang kedengaran menakutkan.
"Oh, apakah Zach tidak pernah cerita bahwa ibunya dulu
juga Gallagher Girl?" Ia menaikkan sebelah alis, lalu mengangkat bahu. "Kurasa memang tidak."
"Tidak." Aku menggeleng. "Tidak. Gallagher Girl adalah?"
"Kita bisa jadi apa pun yang kita inginkan, Cammie." Ia
melangkah mendekat. Aku mengernyit mendengar kata kita.
"Apa pun yang kita inginkan."
Aku memikirkan percakapan Abby dan pasangan Baxter
malam itu di kastil"bahwa Circle biasa merekrut agen saat
mereka masih muda" Joe Solomon tumbuh dewasa dan melihat jalan yang benar lalu menghabiskan sisa hidup dengan
mencoba memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Tapi sebagian
besar orang"aku menatap ibu Zach, menatap kedalaman gelap
di matanya"sebagian besar anggota Circle nggak pernah meninggalkan makam-makam semacam ini.
"Jadi, bagaimana" Kita bersaudara, Cammie. Kau betul-betul
tidak perlu takut. Yang kami perlukan hidup dalam dirimu." Ia
mengetuk dahi. "Kami hanya ingin meminjamnya."
259 Mr. Solomon sudah mati. Zach sudah mati. "Aku tidak akan ikut denganmu," kataku, beringsut mendekat ke tepian, teringat janji wanita itu dan fakta yang telah
menghantuiku selama berbulan-bulan: Mereka menginginkanku
hidup-hidup. "Ayolah, Cammie, menjauhlah dari tebing menakutkan itu.
Jangan bodoh." "Aku tidak bodoh," kataku, lebih yakin akan segalanya daripada yang pernah kurasakan seumur hidupku.
Suara air begitu keras, nyaris membuatku tuli. Bagian belakang bajuku basah karena kabut. Aku ingin mengusap air
dari mataku, tapi tanganku harus ada di depanku. Aku harus
bersiap-siap. "Kau tidak ingin melakukan itu, Cammie. Kami benarbenar tidak akan melukaimu."
"Aku tahu," kataku, dan aku memang tahu. Kira-kira begitu.
"Kami hanya ingin membawamu ke suatu tempat"mengajukan beberapa pertanyaan. Membantumu" mengingat" beberapa hal."
"Aku yakin itu benar." Aku bergerak, dan bebatuan di kakiku runtuh.
Mr. Solomon sudah mati. Zach sudah mati. Putranya sendiri sudah mati, tapi tetap saja wanita itu mengejarku dan rahasia apa pun yang kubawa.
Aku sudah belajar di kelas Perlindungan dan Penegakan
selama lima setengah tahun, tapi sampai saat itu aku nggak
pernah betul-betul memikirkan seperti apa rasanya membunuh
260 seseorang"sampai saat itu aku nggak pernah ingin membunuh
seseorang. "Apa?" tanyanya. "Apa yang kaupikirkan?"
"Aku mencoba memutuskan apakah sebaiknya aku membunuhmu atau tidak."
Wanita itu tertawa. "Kau tidak bisa membunuhku."
Tapi aku bisa. Saat itu aku betul-betul dipenuhi ketakutan,
amarah, dan kesedihan sehingga aku mungkin melakukannya.
Dengan mudah. Wanita itu tertawa semakin keras dan melangkah mendekatiku perlahan-lahan, seakan dinding berupa air dan udara
itu merupakan nasib terburuk yang mungkin terjadi.
Lalu ibu Zach mencondongkan tubuh mendekatiku, seakan
hendak berbagi rahasia, dan berkata, "Kalau kau membunuhku,
siapa yang akan membawamu pada ayahmu?"
Ia meraihku, tapi akulah yang tak punya beban lagi.
Dan sebelum kata-katanya berhasil masuk ke benakku"
sebelum agen-agen Circle yang berlari menyusuri terowongan
bisa mencapai kami"aku memikirkan burung gagak, dan kukembangkan sayapku untuk terbang.
2 61 Bab E m p a t P u l u h D u a
ompatan itu nggak membunuhku, seandainya kau belum
tahu. Aku ingat menembus air terjun.
Aku ingat udara segar dan angin dingin, lalu berpikir aku
bisa terbang. Lalu aku jatuh dan arus yang membekukan menerjangku
berulang-ulang seolah aku terperangkap dalam selimut, dan aku
berjuang melepaskan diri.
Lalu nggak ada apa-apa lagi. Nggak ada kegelapan lagi.
Nggak ada api. Nggak ada rasa panas dan dingin.
Dan untuk pertama kali selama berbulan-bulan, aku tidur
tanpa bermimpi. "Cammie!" Kudengar namaku bergema pada tengah malam, terbawa
angin. Tubuhku sakit. Pakaianku menempel di tubuh, berat
262 dan basah. Aku bisa mendengar sungai, teriakan-teriakan, dan
sesuatu yang lain, suara di dalam diriku yang memberitahu
bahwa aku belum aman. Circle masih ada di luar sana.
Aku harus bergerak. Aku harus bersembunyi. Aku memikirkan hal terakhir yang diminta Zach dariku: aku harus
terus berlari dan aku nggak boleh, satu kali pun tidak boleh
menengok ke belakang.
Cuma Yang Lihai Yang Bisa Jadi Mata-mata Only The Good Spy Young Gallagher Girls 4 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tidak saat aku mendengar suara helikopter.
Tidak saat aku melihat lampu sorot menyapu tanah terbuka
di sepanjang sungai lalu membakarku, terus menyorotku dalam
kilauannya. Tidak saat aku mendengar suara dalam itu berseru, "Aku
menemukannya! Dia di sini!"
Tidak saat lengan-lengan kuat melingkupiku, dan seseorang
berkata, "Jangan bergerak."
Bahkan tidak saat helikopter hitam itu mendarat di tanah
di depanku, dan Mom berlari dari pintunya yang terbuka.
Bahkan saat itu aku harus terus berlari, tapi kakiku tidak
lagi menginjak tanah. Aku mencoba melawan, tapi lenganlengan yang memegangiku terlalu kuat.
"Rachel," kata Agen Townsend, masih mencengkeramku.
"Cammie, Sayang, berhentilah melawan," kata Mom saat
guruku menggendongku ke bawah baling-baling yang berputar
itu. 263 Bab E m p a t P u l u h T i g a
i dalam helikopter itu sangat berisik. Aku mencoba bergerak, tapi sisi kanan tubuhku rasanya terbakar.
Api. "Mr. Solomon," aku memulai, tapi kata-kataku terdengar
seperti cekikan selagi aku terbatuk, seakan paru-paruku membawa sisa ledakan itu. "Zach?"
"Sayang, sendi bahumu bergeser. Rasanya akan sangat sakit
saat shock-nya berakhir."
Shock apa" aku ingin berkata, tapi aku hanya meraih tangan
Mom. "Dad," bisikku. "Wanita itu akan membawaku pada Dad."
"Dia berhalusinasi, Rachel." Agen Townsend bicara di atasku. Ia dan Mom bicara tentangku.
"Dad masih hidup!" Aku duduk tegak dan rasa sakit yang
begitu besar menyerangku. "Mereka sudah mati," gumamku,
tapi semuanya berputar, mengabur menjadi kegelapan.
264 Setelah dimasukkan ke ruang perawatan Akademi Gallagher,
Pelaksana Morgan diperiksa, disodok, disuntik, di-scan, di-X-ray,
dan diperban. Tapi ia tidak ditanyai, diinterogasi, diwawancara, atau diberitahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Mom?" Suaraku sangat serak, sampai aku nyaris nggak mengenalinya. "Apakah ibuku ada di sini?"
"Tidak." Seseorang di belakangku berkata. Aku mendengar
pintu menutup, melihat Agen Townsend berjalan ke kaki tempat tidur besiku. "Dia tidak di sini."
Aku mungkin sudah diberi obat, memar-memar, dan diperban, tapi ironisnya situasi ini nggak terlewat olehku. Aku
tahu posisi kami belum berubah sejak kejadian di London.
"Saya ingin bicara dengan ibu saya."
"Dia tidak bisa berada di sini sekarang, Ms. Morgan. Aku
khawatir kau harus memulai denganku."
"Saya bisa menunggu."
Agen Townsend tersenyum. "Tapi aku tidak bisa. Begini,
aku harus mengejar pesawat."
Oke, mungkin karena obat-obatan yang mereka berikan padaku, tapi kata-katanya hampir kedengaran seperti berita bagus.
Aku mencoba duduk tegak, tapi tubuhku nggak mau menurut. Bahuku sakit, dan di sisi kanan tubuhku ada memar
raksasa yang memanjang. "Tidak ada yang patah," kata Townsend, seakan itu keajaiban, dan kurasa itu benar. "Tapi kau akan merasa sakit untuk
beberapa lama. Waktu jatuh, kau mengalami dislokasi sendi di
bahu dan kau menghirup banyak asap, tapi kau akan baik-baik
saja, Nona muda." 265 Ia duduk di kursi besi di kaki tempat tidurku. "Nah, beritahu aku apa yang terjadi di makam."
Aku menceritakan semua padanya"aku betul-betul melakukan itu. Mulai dari mengetahui kebenaran mengenai Blackthorne hingga waktu Circle menyeret Mr. Solomon kembali ke
tempat yang, dengan suatu cara, memulai semuanya.
Aku menceritakannya secara mendetail dan berurutan.
Joe Solomon pasti sangat bangga padaku.
Selagi aku bicara, Agen Townsend mendengarkan, tapi
nggak mencatat satu hal pun"nggak mengucapkan sepatah
kata pun. "Lalu saya melompat," kataku akhirnya. Aku menunduk
menatap tubuhku yang memar-memar. "Saya rasa" saya rasa
Anda tahu sisanya." Townsend mengangguk perlahan. "Ya. Kurasa aku bahkan
mungkin tahu sedikit lebih banyak daripadamu." Ia menumpukan siku di lutut dan mencondongkan tubuh.
"Sejauh ini mereka menemukan tiga jenazah dari reruntuhan, dan mereka masih menggali. Teman-teman sekamarmu
tidak terluka sama sekali, walaupun mungkin mereka sangat
kesal karena tidak boleh menemuimu," tambahnya, seakan
drama remaja-remaja cewek betul-betul mulai membebaninya.
Lalu ia mendekat, suaranya rendah saat menambahkan,
"Dan satu hal lagi."
Ia berjalan ke pintu dan kembali sambil mendorong kursi
roda. Semenit kemudian Agen Townsend mendorongku ke kamar remang-remang yang lebih besar daripada kamarku. Mesinmesin berbunyi. Para perawat dan dokter bergerak dengan
266 langkah-langkah senyap. Dan di tengah semuanya itu, ada pria
yang terbaring di tempat tidur, luka-luka dan terbakar, satu
matanya bengkak sampai terpejam sepenuhnya.
"Seorang anak muda membawanya kemari larut malam
kemarin. Dia tidak punya identitas. Tidak punya nama." Saat
Townsend mendorongku mendekat, sepertinya aku berhenti
bernapas. Pria di tempat tidur itu diperban nyaris dari kepala
sampai kaki, walaupun begitu saat kursi rodaku berhenti, aku
melihat wajah yang pertama kali kulihat di belakang Aula
Utama, satu setengah tahun yang lalu.
"Jadi mungkin kita hanya akan memanggilnya" Mr. S."
Aku ingin menggenggam tangannya, tapi aku nggak ingin
menyentuhnya dan mengambil risiko menyadari semua ini
hanya mimpi. "Nah, kalau begitu aku permisi, Ms. Morgan," kata Townsend. "Sayangnya aku betul-betul harus pergi. MI6 punya banyak pertanyaan, seperti yang bisa kaubayangkan, dan aku?"
"Tapi?" "Tugasku di sini adalah menemukan Joe Solomon, Ms.
Morgan." Ia menatapku lama sekali. "Dan Joe Solomon sudah
mati. Para saksi mata melihatnya meninggal dalam ledakan
semalam." Air mata menggenangi mataku, tapi aku nggak
mencoba menghentikannya. Aku nggak mengucapkan terima
kasih atau maaf atau salah satu dari belasan kata lain yang
mungkin nggak ingin didengar Agen Townsend.
Sebaliknya, aku menatap pria di tempat tidur itu"pria
yang paling nyaris berhasil menghancurkan Circle dibandingkan siapa pun. Aku melihatnya mengangguk pada Mr.
Solomon dan mendengarnya berbisik, "Tidak ada yang perlu
mengejarnya lagi." 267 Townsend sudah setengah jalan ke pintu saat berhenti tibatiba.
"Oh ya," kata Agen Townsend, berbalik. "Kau memegang
ini semalam." Ia mengeluarkan buku catatan berjilid spiral
kecil dari saku dan mengulurkannya padaku. Aku nyaris nggak
mengenali buku itu tanpa bungkus plastiknya. "Pilihan bukumu
sangat menarik, Ms. Morgan." Perlahan-lahan ia berbalik
kembali. "Amat sangat menarik."
"Sudah berapa lama Anda mengejar Circle, Agen Townsend?" tanyaku tiba-tiba, menghentikan langkahnya di pintu.
"Lama," katanya.
"Menurut Anda, apakah ayah saya ada dalam tahanan mereka" Menurut Anda, ayah saya masih hidup?"
Suara Townsend datar saat menjawab, "Tidak."
Lalu ia berbalik dan berjalan pergi.
268 Bab E m p a t P u l u h E m p a t
"H ei, Kiddo," kata Mom dari belakangku. Tapi bukannya
menoleh, aku tetap duduk, menatap Mr. Solomon, bertanyatanya"dan bukan untuk pertama kalinya"apa aku sedang
melihat hantu. "Apakah dia" Apakah dia akan selamat?" tanyaku.
"Masih terlalu awal untuk memastikan, Sayang," Mom
mengakui. Ia bergerak mendekat. "Bagaimana keadaanmu?"
Tapi aku nggak menjawab. Aku justru berbalik dan bertanya, "Di mana Zach" Dia yang membawa Mr. Solomon, bukan" Apakah dia di sini" Apakah dia?"
"Dia baik-baik saja, Kiddo. Sedikit luka bakar. Sedikit memar.
Tapi dia akan baik-baik saja. Dan ya, dia di sini." Mom beringsut
mendekat. "Bahkan, aku sudah menelepon dewan pengawas
sepanjang pagi ini, meminta izin mereka supaya dia boleh
menyelesaikan semester ini bersama kita." Ia menarik napas
dalam-dalam. "Dia tak punya tempat tujuan yang cukup aman."
269 Saat Mom bicara, tangannya terulur nyaris tanpa sadar ke
arah Mr. Solomon"merapikan selimut, mengelus perban"dan
aku tahu bahwa, nggak seperti aku, Mom nggak bisa berhenti
menyentuh Mr. Solomon. Ia bahkan bersedia menyembuhkan
Mr. Solomon dengan tangan kosong, jika itu mungkin.
"Dad masih hidup."
Dan secepat itu, Mom menarik tangannya.
"Dad masih hidup, Mom," kataku, memaki kursi roda, perlu
menghadapi Mom dan seluruh dunia secara langsung, bukan
seperti orang cacat ataupun anak kecil. "Dia masih hidup.
Dia" ibu Zach bilang begitu."
Mom berlutut dan menatapku lurus-lurus. "Dengarkan aku,
Cammie. Dengar. Mereka akan mengatakan apa saja"mereka
akan melakukan apa saja demi mendapatkan keinginan mereka.
Dan yang mereka inginkan sekarang adalah kau."
"Kenapa?" tanyaku, pertanyaan itu seakan terbakar di dalam
diriku. "Mereka datang ke Blackthorne karena Mr. Solomon
memberitahu mereka jurnal Dad ada di sana. Mereka mau
pergi ke mana pun demi mencariku. Sebenarnya apa yang mereka inginkan?"
Mom mengelus rambutku. "Kita tidak tahu, Kiddo. Kurasa
mungkin ayahmu nyaris mendapatkan sesuatu. Kurasa karena
itulah mereka membunuh ayahmu."
"Wanita itu bilang Dad masih hidup!"
"Jangan biarkan dirimu dibohongi, Cammie!" bentak Mom,
lalu merendahkan suaranya menjadi bisikan. "Jangan biarkan
dirimu" berharap."
Aku tahu sekali betapa berbahayanya harapan, bagaimana
harapan bertumbuh dan terkadang mati, membawa serta pemiliknya. Harapan lebih kuat daripada apa pun yang disimpan
270 Dr. Fibs di laboratorium, lebih berharga daripada semua rahasia
yang disimpan di Sublevel Dua.
"Mungkin wanita itu nggak bohong," kataku. "Benar, kan"
Katakan padaku bahwa mungkin dia nggak bohong."
"Kita tidak tahu." Mom mengucapkan setiap kata dengan
sangat perlahan, hati-hati, seakan kata-kata itu bukan saja
ditujukan padaku, tapi juga pada dirinya. "Tapi aku menghabiskan bertahun-tahun mencari ayahmu dan kurasa"menurut
pendapat profesionalku"ayahmu mungkin" sudah mati."
Mata-mata yang selalu berbohong adalah jenis mata-mata
terburuk. Intel mereka diabaikan, misi mereka diabaikan. Selalu ada sedikit kebenaran di antara serpihan-serpihan kebohongan itu. Agen Rahasia menyebut itu makanan ayam.
Tapi di kamar itu, pada hari itu, Mom menyebutnya harapan.
Saat Mom mendorong kursi rodaku ke pintu, aku
mengulurkan buku catatan berjilid spiral tua itu padanya. "Mr.
Solomon ingin Zach menyimpan buku ini. Bisakah Mom memastikan dia menerimanya?"
"Berikan sendiri padanya, Kiddo. Dia menunggumu di
luar." Wajahnya masih berlapis debu dan abu. Pakaiannya terbakar.
Ada perban di lengan kanannya, walaupun begitu segala hal
tentang Zach benar-benar sempurna. Ia melewati semua itu
tanpa luka serius. Tetap hidup.
Mom mendorongku ke arah Zach, tapi cowok itu nggak
menggenggam tanganku. Kami nggak berpelukan atau berciuman. Entah bagaimana, seolah masih ada api di antara
kami, dan kami berdua nggak bergerak mendekati yang lain,
takut kami bakal terbakar.
2 71 "Ini. Kau harus mengambil ini." Kuulurkan jurnal itu. "Saat
dia bangun?" Zach meraih jurnal itu. Jemarinya menyentuh jemariku.
Ada jutaan hal yang harus dikatakan, atau bahkan mungkin
lebih, tapi rasa kulitnya sudah cukup pada saat singkat itu.
Tubuh kami hangat. Kami masih hidup.
"Cam!" Suara teman-teman sekamarku bergema di
sepanjang koridor, diikuti suara langkah-langkah yang terburuburu di lantai kayu yang keras.
"Cammie, kami sangat khawatir!" seru Liz. Bex dan Macey
memelukku sedikit lebih erat daripada yang seharusnya dilakukan pada seseorang yang seluruh tubuhnya memar dan sendi
bahunya bergeser. "Aku baik-baik saja, Teman-teman," kataku. "Aku nggak
apa-apa. Zach dan aku?"
Tapi kalimatku terputus. Aku menoleh ke belakang dan
nggak melihat apa-apa kecuali koridor kosong.
272 Bab E m p a t P u l u h L i m a
PRO DAN KONTRA BEBERAPA MINGGU TERAKHIR
KELAS SEBELAS PRO: Ibu Bex menawarkan diri untuk cuti dari MI6 agar
bisa mengajar kelas Operasi Rahasia selama sisa semester.
KONTRA: Mr. Solomon masih tertidur.
PRO: Ternyata, saat ada Gallagher Girl dilukai secara serius
oleh mantan Gallagher Girl (yang jahat), Gallagher Girl lain
dari seluruh dunia bakal mengirimkan berbagai hadiah semogalekas-sembuh yang hebat"misalnya cokelat. Dari Swiss.
KONTRA: Peraturan baru "Cammie nggak boleh pergi ke
mana-mana tanpa ditemani setdaknya dua orang" yang dikeluarkan teman-teman sekamarmu berarti cokelat itu nggak bisa
bertahan lama. Sama sekali nggak lama.
PRO: Berada di daftar "Latihan Dengan Hati-Hati" kelas
P&P memberikan banyak waktu pada cewek untuk melatih
keahliannya dalam menggunakan busur pendek.
273 KONTRA: Latihan menggunakan busur pendek hampir
selalu melibatkan Liz (yang panahnya menyenggol Madame
Dabney hanya satu kali, nggak peduli berita apa yang mungkin
kaudengar). PRO: Cowok yang sangat pintar, keren, dan misterius datang ke Akademi Gallagher.
KONTRA: Nggak satu pun dari kami bisa melupakan sebabnya.
"Bagaimana kalau Lisbon?" tanya Bex pada hari aku meninggalkan ruang perawatan. Matahari bersinar cerah, dan ia meregangkan tubuh di atas selimut di tepi danau, memejamkan
mata, lalu duduk tegak lagi. "Oooh" Jenewa! Ibuku sangat
suka Jenewa, Cam. Aku berani taruhan kita bisa membuat
orangtuaku?" "Jenewa untuk apa?" tanyaku, mencoba duduk di sebelahnya. Harga diriku sama terlukanya dengan tubuhku saat Macey
memegangi lenganku yang sehat dan membantuku duduk di
tanah. "Untuk liburan musim panas ini," kata Liz.
Musim panas" Aku menatap kosong ke danau. Aku betulbetul lupa tentang musim panas.
"Pada musim panas biasanya aku liburan di peternakan,"
kataku, seolah mereka belum tahu fakta itu.
"Well, begini, Cam. Aku dengar ibuku bicara dengan ibumu
tentang itu, dan?" "Itu terlalu berbahaya," aku menyelesaikan kalimat Bex.
Cuaca di tepi danau cerah, walau begitu bayang-bayang
seakan jatuh menutupi wajah sahabat-sahabatku.
274 "Mom dan Dad akan membantu," sembur Bex. "Persis seperti liburan musim dingin kemarin. Ibumu juga. Dan" pasti
asyik." "Aku nggak yakin" Kedengarannya?" Berisiko. Berbahaya.
Mematikan. "Aku nggak mau kalian mengorbankan liburan
kalian demi aku." "Kau bercanda?" tanya Macey. "Pasti menyenangkan. Hei,
bagaimana kalau rumah ski orangtuaku di Austria" Tempat
Cuma Yang Lihai Yang Bisa Jadi Mata-mata Only The Good Spy Young Gallagher Girls 4 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu seperti benteng." Macey menyilangkan kakinya yang panjang.
"Trims, Macey, tapi?"
"Nggak. Serius. Itu memang benteng sungguhan. Di Pegunungan Alpen. Nggak mungkin Circle of Cavan bisa menangkapmu di sana."
Mereka terdengar sangat percaya diri"sangat yakin. Itu
hari terindah yang kami alami selama berminggu-minggu terakhir, dan seluruh isi sekolah praktis ada di luar mansion, mendayung di danau, joging di hutan, atau, seperti kami, berbaring
di selimut, belajar di bawah matahari. Udara segar memenuhi
paru-paruku, dan aku hampir bisa melupakan asap serta makam. Hampir.
"Oooh," kata Bex. "Dia muncul." Selagi menunjuk ke seberang halaman, Bex sengaja bicara seolah kehadiran Zach di
sekolah lebih mirip hantu daripada pelajar tamu. Saat melihat
cowok itu berjalan menembus hutan, jauh di luar jarak pendengaran cewek-cewek yang berjalan lewat, dengan mudah aku
melihat sebabnya. Tangan Zach dimasukkan ke saku. Kepalanya menunduk.
Entah kenapa dia tampak lebih pucat.
"Jadi?" aku memulai perlahan, "bagaimana kabarnya?"
275 Macey mengangkat bahu. "Kami nggak tahu. Kami nyaris
nggak pernah bertemu dengannya."
Bex menatapku. "Seharusnya bagaimana kabarnya?"
Tapi aku hanya menatap ke kejauhan, memikirkan semua
hal yang nggak kuketahui.
Hari Minggu pada minggu ujian akhir, aku bangun lebih awal
dan berjingkat-jingkat keluar dari suite, meninggalkan temanteman sekamarku yang masih tertidur saat pintu kamar kututup
pelan-pelan. Koridor-koridor masih kosong. Embun tebal menempel di
rumput, dan selagi matahari terbit, sinarnya menciptakan semacam pelangi di halaman. Dunia tampak indah, hening, dan
kelihatan betul-betul damai saat aku menaiki tangga ke ruang
perawatan lalu mendorong pintu kamar Joe Solomon.
Mesin-mesinnya masih berbunyi bip-bip-bip dan berdengung,
tapi perbannya sudah berkurang. Memar-memarnya tampak
memudar. Bunga-bunga segar ada di dalam vas di meja, tapi
perubahan terbesarnya adalah fakta bahwa, kali ini, Mom
duduk di kursi di sebelah tempat tidur Mr. Solomon. Kepalanya beristirahat di bantal Mr. Solomon. Jemari Mom bertautan
dengan jemari Mr. Solomon selagi mereka berdua tertidur"
sama-sama menunggu guruku kembali pulang.
Rasanya aku seperti memata-matai Mom (bukan dalam arti
keren kata itu), jadi aku beringsut kembali ke pintu, mencoba
menyelinap diam-diam ke koridor, dan menabrak sesuatu yang
tinggi, besar, dan kuat. "Ups!" "Sori," sembur Zach. Ia memegangi bahuku dengan lembut,
seakan menjagaku tetap tegak berdiri. Kami belum bicara"
276 belum bersentuhan"selama berminggu-minggu. Sambil berdiri
di sana, aku merasa kami masih ada di makam, dinding-dindingnya menyempit di sekeliling kami.
"Aku nggak melihatmu" Sori," semburku dengan bodohnya, lalu berbalik dan berlari pergi.
Zach menemukanku bersama kawanan merpati.
Seseorang pasti sudah menghapus papan tulis ini, karena
kode Mr. Solomon sudah nggak ada dan aku sendirian, memandang ke luar ke daerah pedesaan, menatap ke seberang halaman.
Aku nggak menoleh saat mendengarnya. Aku hanya berkata, "Seharusnya sekarang dia sudah bangun, kan" Dia nggak
akan bangun." "Tentu saja dia akan bangun."
"Ini nggak akan berakhir."
"Tentu saja ini akan berakhir."
"Ini?" "Cammie, dengarkan aku. Jangan bicara"dengarkan." Ada
sorot ketakutan di matanya. "Semua ini nggak akan berhenti
dengan sendirinya. Ini nggak akan hilang begitu saja. Kita
nggak bisa tetap tinggal di sini"kita nggak bisa bersembunyi
selamanya." "Dia ibumu?" aku mengajukan pertanyaan yang seakan membakar diriku selama berminggu-minggu.
"Maafkan aku, Cam. Aku?"
"Seharusnya kau memberitahuku."
"Nggak." Zach menggeleng. "Aku nggak bisa. Aku tidak bisa
kehilangan satu-satunya orang yang tidak melihat dia juga saat
mereka melihatku. Aku nggak bisa kehilangan itu."
277 "Apakah ayahku masih hidup, Zach?"
"Aku nggak tahu."
"Ibumu bilang ayahku masih hidup."
Zach memandangku. "Dia bohong."
"Seharusnya kita sudah mati," kataku setelah waktu yang
rasanya lama sekali. "Aku tahu." Zach berdiri di sebelahku, hanya berjarak beberapa sentimeter. Walau begitu, kami nggak bersentuhan. Rasanya ada
arus listrik yang mengalir di antara kami, seperti percikan.
Kami sudah melihat cukup banyak api.
"Mr. Solomon nggak akan bangun," kataku.
"Kita belum tahu itu."
"Kenapa semua orang terluka kecuali aku?"
"Dan aku," kata Zach. Ia mencoba tertawa, tapi gagal.
"Aku nggak bisa ke Nebraska musim panas ini. Nggak aman
bagi Grandma dan Grandpa jika mereka ada di dekatku." Kuraba batu dingin di balkon. Tanganku bergerak, begitu dekat
dengan tangannya, dan aku berbisik, "Aku nggak aman."
"Kau akan pergi ke mana?" Ia beringsut mendekat.
"Aku nggak tahu."
"Apa yang akan kaulakukan?"
Aku menggeleng, menyadari bahunya begitu dekat sehingga
aku ingin bersandar di sana, tapi nggak berani melakukannya.
"Aku nggak tahu."
Lalu lengannya memelukku. Entah kenapa, saat dia menciumku rasanya lebih putus asa, seakan ini satu-satunya saat
yang kami miliki, dan kami harus merasakan, menghirup, menikmati semuanya, tidak menyia-nyiakan setetes pun.
"Ikutlah bersamaku." Napas Zach berat dan hangat di
278 wajahku. Aku nggak mendengar kata-katanya, aku hanya tahu
bahwa ciuman itu nyata"ciuman itu aman.
Aku menciumnya lagi. "Gallagher Girl," kata Zach, menjauh sedikit, menangkup
wajahku dalam kedua tangan, "kita bisa pergi. Kita bisa lari.
Kita bisa menghilang dari peredaran dan tetap menghilang sampai situasi aman. Bagi semua orang." Matanya hanya beberapa
senti dari mataku saat ia berbisik, "Kita bisa saling menjaga."
"Apa maksudmu, Zach?" Aku mencoba mendorongnya
menjauh. "Kita adalah dua orang di dunia yang akan membuat Circle
berpikir dua kali sebelum memutuskan membunuh kita."
"Nggak lucu." "Aku memang nggak tertawa." Zach memelukku lebih erat.
"Kau benar"nggak ada yang aman jika berdekatan dengan
kita. Dengarkan aku, Cammie, kita bisa melakukan ini. Kita
sudah berlatih seumur hidup untuk melakukan ini."
"Nggak bisa." Kusingkirkan pikiran itu sebelum semuanya
tertanam di suatu tempat di dalam diriku. "Nggak. Nggak.
Ibuku?" "Akan mengerti," sela Zach. "Aku bahkan kaget ibumu belum memikirkan ide yang sama." Tangannya menggenggam
tanganku lagi. "Kalau nggak ada yang tahu di mana kita berada, berarti nggak ada yang bisa menemukan kita."
Secara taktis, Zach memang benar. Walaupun begitu, aku
nggak bisa berhenti menatapnya seakan ia sinting saat berkata,
"Kita. Bisa. Melakukan. Ini."
Aku meraba tangannya dan aku tahu tangan itu masih hangat, darah masih mengalir di tubuhnya, dia masih bernapas"
kami masih hidup. 279 Padahal seharusnya kami sudah mati.
Ingat apa kataku soal harapan" Soal kebohongan" Kalau
Zach bicara ngawur, pasti mudah mengabaikannya, berbalik
dan berjalan pergi begitu saja.
Tapi sebenarnya" sebenar-benarnya"bahkan saat kebenaran itu datang dalam potongan-potongan kecil"semua itu
nggak mudah untuk diabaikan, jadi aku berdiri bersamanya,
menatap cahaya pagi di luar, mencoba menentukan potonganpotongan mana yang harus coba kubawa.
"Aku nggak bisa pergi bersamamu, Zach." Aku menciumnya
ringan. Zach menarikku dengan lembut, memelukku erat dan berkata, "Aku tahu."
280 Bab E m p a t P u l u h E n a m
aat aku menulis ini, kami ada di minggu ujian akhir. Pagi
ini Bex menatapku dari seberang meja di Aula Besar selagi aku
menulis beberapa kata terakhir ini.
"Kau sedang apa?" tanya Bex.
"Laporan Operasi Rahasia," jawabku, dan memang hanya
itu yang harus kukatakan. Belakangan ini teman-temanku tahu
kenapa laporan-laporan ini begitu penting. Mereka melihat
sendiri kekuatan kata-kata yang ditulis Dad dan Mr. Solomon
bahkan sebelum kami dilahirkan. Nggak satu pun dari kami
akan menganggap remeh tugas menulis laporan lagi.
Saat kami meninggalkan Aula Besar, Bex dan Macey berjalan ke pintu depan untuk pergi ke kelas P&P. Liz menuju
laboratorium untuk mengerjakan satu eksperimen terakhir sebelum semester ini berakhir.
"Tunggu," panggilku, dan mereka bertiga berhenti lalu menatapku.
2 81 Memar-memarku nyaris hilang. Bahuku sudah sehat. Secara
fisik, aku sudah pulih, tapi saat teman-temanku menoleh untuk
menatapku, mereka semua tersenyum padaku seakan aku bisa
hancur setiap saat. "Aku sayang kalian semua, kalian tahu itu, kan?"
Mereka bertatapan, seakan mungkin kepalaku terbentur lebih keras daripada yang mereka kira.
"Cam?" Liz berjalan ke arahku, tapi aku mengibaskan tangan, menyuruhnya pergi.
"Maksudku, sekolah akan berakhir, dan nggak peduli apa
yang terjadi musim panas ini, pokoknya aku harus mengatakannya" aku sayang kalian. Aku hanya harus mengatakan itu."
Well, sudah pasti, kata-kata itu diikuti banyak pelukan. Dan
sedikit tangisan. Dan banyak kalimat "Aku-juga-sayangpadamu." Tapi, pada akhirnya, mereka harus melepaskanku.
Pada akhirnya, semua orang harus melakukan itu.
Aku sendirian selagi berbalik dan mulai menaiki tangga ke
Koridor Sejarah. Dengan setiap langkah, aku melihat semester
lalu melesat lewat"Mr. Baxter menatapku dari balik lampu
remang di Menara London, menggenggam tanganku; Mr.
Solomon menarikku ke jembatan dingin itu; Zach mencengkeram bahuku dan menyuruhku lari dari makam. Dengan setiap
ingatan, aku mendengar satu kata berulang-ulang seperti lagu.
Lari. Lari. Lari. Lari. Semua orang menyuruhku melakukan itu sepanjang tahun, dan sepertinya sekarang sudah waktunya aku betul-betul
mendengarkan mereka. 282 Ini bukan hal yang kuputuskan dengan mudah. Percayalah
padaku, aku memikirkan apa yang harus kulakukan selama
berminggu-minggu. Aku menimbang-nimbang semua pilihannya, dari semua sudut dan risiko. Tentu saja ada kemungkinan
ini nggak akan berhasil, tapi satu-satunya orang yang bisa
terluka karena keputusan ini adalah aku, dan itulah sebabnya
hal tersebut harus kulakukan.
Zach benar. Mereka nggak akan melukaiku. Orang-orang di sekitarkulah
yang akan mereka buat menderita. Aku nggak akan menyeret
bahaya ini ke Nebraska, nggak peduli berapa banyak penjaga
yang akan ikut demi menjagaku. Aku nggak bisa tinggal di
sini. Tempat yang kucintai ini mulai terasa seperti penjara"seperti menara. Lagi pula, aku Gallagher Girl: aku nggak akan
bisa menjadi gagak, meskipun aku mencoba.
Zach benar. Terkadang yang bisa dilakukan mata-mata hanyalah berlari
dan nggak menengok ke belakang. Terkadang, kalau kau bunglon, yang bisa kaulakukan hanyalah bersembunyi. Dan karenanya itulah yang akan kulakukan. Mulai sekarang.
Aku akan meninggalkan laporan ini di Koridor Sejarah, di
atas kotak berisi pedang Gilly. Pada akhirnya seseorang akan
menemukannya di sana, di tempat semua ini dimulai.
Tolong jangan cari aku. Tolong jangan khawatir. Dan, yang
paling penting, tolong jangan anggap aku melarikan diri, tapi
anggaplah aku berlari menuju sesuatu.
Menuju jawaban-jawaban. Menuju harapan. Menuju arah
mana pun aku harus pergi demi menyelesaikan misi Dad dan
menghentikan hal ini, sekali untuk selamanya.
Zach benar. 283 Setahun lalu, Zach memberitahuku bahwa seseorang tahu
apa yang terjadi pada Dad. Seseorang tahu kenapa Circle mengejarku.
Dan sekarang" well" sekarang aku akan menyelinap keluar dari mansion ini sendirian, sekali lagi. Sekarang aku akan
pergi dari sini, menghabiskan musim panas untuk mencoba
mencari mereka. Aku akan kembali. Dan saat aku kembali, aku janji aku
sudah punya jawabannya. 284 Ucapan Terima Kasih Dengan setiap buku yang kutulis, aku belajar menghargai
orang-orang di sekelilingku lebih dan lebih lagi. Aku sangat
berterima kasih pada Kristin Nelson dan semua orang di
Nelson Literary Agency atas bimbingan dan dukungan mereka
yang tak berkesudahan. Aku berutang begitu banyak pada Jennifer Lynn Barnes,
Rose Brock, dan semua Bob untuk mata teliti dan nasihat baik
mereka selagi buku ini berubah dari ide samar menjadi produk
jadi. Gallagher Girl tidak bisa meminta rumah yang lebih baik
daripada Disney " Hyperion, dan aku ingin berterima kasih
pada semua orang di sana atas kerja tak kenal lelah dan dedikasi
tak berujung mereka"terutama Jennifer Besser, yang akan selalu
menjadi Gallagher Girl dalam artian paling nyata.
Dan, seperti biasa, aku takkan bisa melakukan ini"atau
pun lainnya"tanpa keluargaku.
285 TENTANG PENULIS Ally Carter adalah penulis buku serial
Gallagher Girls: Aku Mau Saja Bilang Cinta
Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu;
Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-Mata;
dan jangan Menilai Cewek Dari Penyamarannya. Ally tinggal di Oklahoma. Kunjungi dia
di www.allycarter.com Only the Good Spy Young CumayangLihaiyangBisaJadiMata-Mata
Mata-matayangluarbiasamerupakan
pembohongterbaik. Begitu kata Kepala Sekolah Akademi Gallagher?sekolah
mata-mata top secret?suatu kali. Dan ketika peristiwa
mengerikan di London membuka rahasia bahwa salah satu
orangyangpalingdipercayainyaternyataagenganda,Cammie
mulaibertanya-tanyaapakahiabisamemercayaioranglain.
Termasuk Zach, si cowok keren sekaligus calon matamatahebat.Seberapabanyakkata-katacowokituyangbenar
dan seberapa banyak yang tidak" Kali ini Cammie benarbenarharusmenentukansiapasajayangbisaiapercaya,dan
membuktikan apakah dirinya cukup lihai? untuk menjadi
mata-mata. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building Blok I, Lantai 5 Jl. Palmerah Barat 29-37 Jakarta 10270 www.gramedia.com
Cuma Yang Lihai Yang Bisa Jadi Mata-mata Only The Good Spy Young Gallagher Girls 4 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Macan Macan Betina 1 Pendekar Naga Geni 23 Arca Ikan Biru Tukar Tubuh 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama