Ceritasilat Novel Online

Sumpah Aku Mau Banget 1

Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter Bagian 1


ALLY CARTER Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-Mata ALLY CARTER Cross My Heart and Hope to Spy Sumpah, Aku Mau Ban get Jadi Mata-Ma Gallagher Girls #2 2/23/11 9:03 AM t.c Voorwerk1.indd 1 8/13/09 9:54:33 AM t.c Voorwerk1.indd 1 8/13/09 9:54:33 AM Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaan?
nya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan
tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana: Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau
Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai
dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Voorwerk1.indd 2 8/13/09 9:54:34 AM t.c Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2011 Voorwerk1.indd 3 8/13/09 9:54:34 AM CROSS MY HEART AND HOPE TO SPY
by Ally Carter Copyright ? 2007 by Ally Carter
Published by arrangement with Hyperion Books
for Children, an imprint of Disney Book Group.
All rights reserved. SUMPAH, AKU MAU BANGET JADI MATA-MATA
Alih bahasa: Alexandra Karina
Editor: RC. Rully Larasati & Nina Andiana
GM 312 01 09.0033 Sampul dikerjakan oleh Marcel A.W.
Foto cover: ?lev dolgachov/Shutterstock
? Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Barat 29"37
Blok I, Lt. 5 Jakarta 10270 Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI, Jakarta, September 2009 Cetakan kedua: Maret 2011
264 hlm.; 20 cm. ISBN: 978 - 979 - 22 - 4921 - 7
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Voorwerk1.indd 4 8/13/09 9:54:34 AM Untuk Faith & Lily, generasi Gallagher Girls berikutnya.
Voorwerk1.indd 5 8/13/09 9:54:35 AM t.c Bab S a t u "J adilah dirimu sendiri," kata Mom, seakan itu mudah
dilakukan. Itu nggak mudah. Selamanya. Terutama kalau kau
ber?umur lima belas tahun dan nggak tahu bahasa apa yang
harus kaupakai waktu makan siang, atau nama apa yang harus
kau?pakai kali berikutnya saat mengerjakan "proyek" untuk men?
dapat nilai ekstra. Itu nggak mudah kalau panggilanmu "si
Bunglon". Nggak mudah kalau kau bersekolah di sekolah mata-mata.
Tentu saja, kalau kau membaca ini, paling nggak kau pasti
punya izin Level Empat dan tahu segala hal tentang Akademi
Gallagher untuk Wanita Muda Berbakat"bahwa sebenarnya
Akademi Gallagher bukanlah sekolah asrama untuk cewekcewek kaya, dan terlepas dari mansion indah serta taman kami
yang terawat rapi, kami bukan cewek-cewek sombong. Kami
mata-mata. Tapi pada bulan Januari itu, bahkan Mom" se?
kaligus kepala sekolahku" seakan lupa bahwa jika kau
Isi-Croos my heart.indd 7
8/13/09 9:56:57 AM menghabiskan seluruh hidupmu dengan mempelajari empat
belas bahasa berbeda dan cara mengubah seluruh penampilan
hanya dengan gunting kuku serta semir sepatu, menjadi diri
sendiri sendiri jadi sedikit lebih sulit"bahwa kami, Gallagher
Girls, betul-betul jauh lebih baik dalam berpura-pura menjadi
orang lain. (Dan kami punya KTP palsu untuk membuktikannya.)
Mom merangkulku dan berbisik, "Semuanya akan baik-baik
saja, kiddo," sambil membimbingku melewati kerumunan orang
yang berbelanja dan memenuhi Pentagon City Mall. Kamera
pengawas melacak setiap gerakan kami, tapi Mom tetap ber?
kata, "Tidak apa-apa. Itu cuma protokol. Normal."
Tapi sejak aku berumur empat tahun dan nggak sengaja
me?mecahkan kode Sapphire Series NSA yang dibawa pulang
Dad dari misinya ke Singapura, cukup jelas bahwa istilah
normal mungkin nggak akan pernah berlaku buatku.
Lagi pula, cewek-cewek normal pasti senang jika harus pergi
ke mal dengan saku penuh uang hadiah Natal. Cewek-cewek
normal nggak dipanggil ke D.C. pada hari terakhir libur musim
dingin. Dan cewek-cewek normal jarang sekali merasa sulit
bernapas waktu ibu mereka mengambil celana jins dari rak dan
berkata pada pramuniaga, "Maaf, anak saya mau mencoba yang
ini." Aku sama sekali nggak merasa normal saat si pramuniaga
menatap mataku, seakan mencari petunjuk tersembunyi. "Anda
sudah coba yang dari Milan?" tanyanya. "Saya dengar model
Eropa sangat bagus."
Di sebelahku, Mom mengelus denim lembut itu. "Ya, dulu
saya punya yang seperti ini, tapi rusak waktu dicuci."
Lalu si pramuniaga menunjuk koridor sempit. Ada sedikit
Isi-Croos my heart.indd 8
8/13/09 9:56:57 AM ka senyum di wajahnya. "Saya yakin kamar pas nomor tujuh ko?
song." Ia mulai berjalan pergi, lalu berbalik padaku dan ber?
bisik, "Semoga beruntung."
Dan aku langsung tahu aku bakal memerlukannya.
Kami berjalan bersama menyusuri koridor sempit itu, dan
begitu kami berada di dalam kamar pas, Mom menutup pintu.
Pandangan kami bertemu di cermin dan ia bilang, "Kau
siap?" Kemudian aku melakukan satu keahlian Gallagher Girls"
aku berbohong. "Tentu."
Kami sama-sama menempelkan telapak tangan pada cermin
yang dingin dan halus itu, dan merasakan kacanya menghangat
di bawah kulit kami. "Kau pasti berhasil," kata Mom, seakan menjadi diriku
sendiri nggak bakal susah atau mengerikan saja. Seakan aku
nggak meng?habiskan seluruh hidupku dengan ingin jadi dia.
Kemudian lantai di bawah kami mulai bergetar.
Dinding-dinding naik saat lantainya tenggelam. Lampu-lampu
terang berkilau putih, menyilaukan mataku. Dengan pusing,
aku meraih tangan Mom. "Itu hanya pemindaian tubuh," kata Mom menenangkan,
dan liftnya turun semakin jauh dan semakin jauh lagi ke
bawah kota. Gelombang udara panas menerpa wajahku seperti
hair dryer terbesar di dunia. "Detektor biohazard," Mom men?
jelaskan saat kami melanjutkan perjalanan kami yang cepat
dan mulus. Waktu seakan berhenti, tapi aku tahu aku seharusnya meng?
hitung detik yang berlalu. Satu menit. Dua menit"
"Hampir sampai," kata Mom. Kami turun melewati sinar
Isi-Croos my heart.indd 9
8/13/09 9:56:58 AM laser tipis yang memindai retina kami. Beberapa saat kemudian,
lampu oranye terang berkedip-kedip dan kurasakan liftnya
berhenti. Pintu bergeser membuka.
Lalu mulutku ternganga. Ubin yang terbuat dari granit hitam serta marmer putih
mem?bentang di seluruh ruangan yang mirip gua itu, seakan
kami berada di atas papan catur raksasa. Sepasang tangga
kembar melingkar dari ujung berlawanan ruang besar itu, mem?
bentuk spiral setinggi hampir satu setengah meter ke lantai
dua, membingkai dinding granit yang menampakkan logo perak
CIA dan motto yang sudah kuhafal:
Kau akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran akan mem?
bebaskanmu. Saat melangkah maju, aku melihat lift"puluhan jumlah?
nya"berjajar di dinding melengkung di belakang kami. Hurufhuruf dari baja yang tertera di atas lift tempat kami baru ke?
luar bertuliskan PAKAIAN WANITA, MAL. Di sebelah
kanan, lift lain berlabel TOILET PRIA, STASIUN METRO
ROSLYN. Layar di atas lift itu menunjukkan nama kami. RACHEL
MORGAN, DEPARTEMEN PENGEMBANGAN AGEN. Aku
melirik Mom saat layarnya berubah. CAMERON MORGAN,
TAMU SEMENTARA. Terdengar suara ting keras dan tak lama DAVID DUNCAN,
DIVISI PEMUSNAHAN KARAKTERISTIK PENGENAL
keluar dari lift bertuliskan BILIK PENGAKUAN DOSA
SANTO SEBASTIAN, dan saat itu aku betul-betul mulai
panik"tapi bukan dalam arti Oh-astaga-aku-ada-di-dalamfasilitas-top-secret-yang-tiga-kali-lebih-aman-daripada-GedungPutih. Bukan, kepanikanku dalam arti: Ini-hal-terkeren-yang10
Isi-Croos my heart.indd 10
8/13/09 9:56:58 AM pernah-terjadi-padaku, karena, terlepas dari tiga setengah tahun
latihan, untuk sesaat aku lupa kenapa kami ada di sini.
"Ayo, Sayang," kata Mom, menggandeng tanganku dan me?
narik?ku melewati atrium, tempat orang-orang bergegas menaiki
tangga spiral. Mereka membawa surat kabar dan mengobrol
sambil minum kopi. Kelihatannya hampir" normal. Tapi Mom
men?dekati seorang penjaga yang kehilangan setengah
hidungnya dan satu telinganya, dan aku berpikir, jika kau
Gallagher Girl, istilah normal benar-benar punya arti relatif.
"Selamat datang, ladies," kata si penjaga. "Letakkan
telapak tangan kalian di sini." Ia menunjuk konter licin di
depannya, dan begitu kami menyentuh permukaannya aku
me??rasa?kan panas dari mesin scanner yang memasukkan sidik
jariku ke memorinya. Printer mekanik bekerja di suatu
tempat, dan penjaga itu membungkuk untuk mengambil dua
lencana. "Well, Rachel Morgan," katanya sambil menatap Mom
seakan belum berdiri persis di depan ibuku selama semenit
penuh, "selamat datang kembali! Dan ini pasti si kecil?" Si
penjaga menyipitkan mata, mencoba membaca lencana di ta?
ngan?nya. "Ini putriku, Cameron."
"Tentu saja! Dia mirip sekali denganmu." Dan itu membukti?
kan bahwa insiden hidung mengerikan apa pun yang dialami?
nya jelas ikut mempengaruhi matanya, karena kalau Rachel
Morgan sering dideskripsikan sebagai cantik, aku biasanya di?
deskripsikan sebagai biasa-biasa saja. "Pakai ini, Anak muda,"
kata si penjaga sambil memberiku lencana itu. "Dan jangan
sampai hilang"lencana itu diisi chip pelacak dan setengah
miligram C-4. Kalau kau mencoba melepaskannya atau masuk


Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Isi-Croos my heart.indd 11
8/13/09 9:56:58 AM ke area terlarang, lencana itu akan meledak." Ia menatapku.
"Lalu kau mati."
Aku menelan ludah, tiba-tiba mengerti kenapa hari bawaputrimu-ke-tempat-kerja nggak pernah jadi kegiatan pilihan di
keluarga Morgan. "Oke," kataku, mengambil lencana itu dengan hati-hati.
Ke?mudian pria itu memukul konter, dan"dengan atau tanpa
latihan mata-mata"aku terlonjak.
"Ha!" Si penjaga tertawa keras-keras dan membungkuk
lebih dekat ke Mom. "Akademi Gallagher membuat mereka
le?bih polos daripada waktu aku bertugas, Rachel," godanya,
lalu mengerling padaku. "Humor mata-mata."
Well, secara pribadi, menurutku "humor"nya nggak lucu,
tapi Mom tersenyum dan menggandeng tanganku lagi. "Ayo,
kiddo, jangan sampai kau terlambat."
Mom membimbingku menyusuri koridor terang yang mem?
buatku nyaris tak percaya kami berada di bawah tanah. Cahaya
terang dan sejuk menyinari dinding-dinding kelabu dan meng?
ingatkanku pada Sublevel Satu di sekolah" yang meng?inga?t?
kanku pada kelas Operasi Rahasia" yang mengingat?kanku pada
minggu ujian akhir" yang mengingatkanku pada"
Josh. Kami melewati Kantor Perang Gerilya tanpa memelankan
langkah. Dua wanita di luar Departemen Penyamaran dan Per?
sembunyian melambai pada Mom, tapi kami tidak berhenti
untuk mengobrol. Kami berjalan lebih cepat, semakin jauh dan semakin jauh
ke dalam labirin penuh rahasia, sampai koridor itu bercabang
dan kami bisa berbelok ke kiri ke Departemen Sabotase dan
Ledakan-Ledakan yang Tampak Seperti Kecelakaan, atau ke
Isi-Croos my heart.indd 12
8/13/09 9:56:59 AM kanan ke Kantor Pengembangan Agen dan Intelijen. Dan
meski?pun papan PAKAIAN TAHAN-API WAJIB DIPAKAI
SELEWAT BATAS INI menandai koridor di sebelah kiriku,
aku bakal lebih senang jika berbelok ke arah sana. Atau kem?
bali saja ke mal. Ke mana pun kecuali ke tempat yang kutahu
harus kudatangi. Karena meskipun kebenaran bisa membebaskanmu, bukan
berarti rasanya nggak menyakitkan.
"Nama saya Cammie."
"Bukan, siapa nama lengkapmu?" tanya pria di depan mesin
poligraf, seakan aku nggak memakai lencana nama yang tadi
ku?sebutkan (yang seharusnya nggak bakal meledak).
Aku teringat kata-kata bijak Mom dan menarik napas
dalam-dalam. "Cameron Ann Morgan."
Ruangan di sekitarku benar-benar kosong, kecuali satu meja
stainless steel, dua kursi, dan cermin yang dibuat dari kaca satu
arah. Mungkin aku bukan Gallagher Girl pertama yang duduk
di ruangan steril itu"lagi pula, debriefing setelah menjalan?kan
misi memang bagian dari paket operasi rahasia. Tetap saja, aku
nggak bisa menahan diri untuk nggak bergerak-gerak geli?sah
di kursi besi keras itu"mungkin karena di sana dingin, mung?
kin karena aku gugup, mungkin karena aku mengalami sedikit
masalah pakaian dalam. (Catatan untuk diri sendiri: kembang?
kan teori interogasi celana dalam yang terselip"mung?kin
benar-benar bisa berhasil!) Tapi si pria bertampang efisien yang
memakai kacamata berbingkai kawat itu terlalu sibuk memutarmutar kenop dan menekan tombol-tombol untuk men?cari tahu
seperti apa kebenaran terdengar dari mulutku, sehingga nggak
memedulikan kegelisahanku.
Isi-Croos my heart.indd 13
8/13/09 9:56:59 AM "Akademi Gallagher tidak mengajarkan prosedur interogasi
sampai kami kelas sebelas, Anda tahu?" kataku, tapi pria itu
cuma berkata, "He-eh."
"Dan saya baru kelas sepuluh, jadi Anda tidak perlu kha?
watir hasilnya akan kacau atau semacamnya. Saya tidak kebal
terhadap interogasi Anda." Belum.
"Senang mengetahuinya," gumamnya, tapi tatapannya nggak
beralih dari layar. "Saya tahu ini cuma protokol standar, jadi" tanya saja."
Aku tahu aku mengoceh, tapi sepertinya aku nggak bisa ber?
henti. "Sungguh," kataku. "Apa pun yang ingin Anda ketahui,
sila?kan?" "Apakah kau bersekolah di Akademi Gallagher untuk Wa?
nita Muda Berbakat?" kata pria itu, dan untuk alasan-alasan
yang nggak akan pernah kumengerti, aku berkata, "Mmm"
ya?" Mungkin saja itu pertanyaan jebakan.
"Pernahkah kau mempelajari bidang studi Operasi Raha?
sia?" "Ya," jawabku lagi, merasakan kepercayaan diriku, atau
mung?kin hasil latihanku, datang kembali.
"Apakah tugas Operasi Rahasia-mu membawamu ke kota
Roseville, Virginia?"
Bahkan di ruangan steril di bawah tanah Washington, D.C.
tersebut, aku hampir bisa merasakan panas dan lembapnya
malam bulan September lalu itu. Aku hampir bisa mendengar
suara band dan mencium aroma corn dog.
Perutku berbunyi waktu menjawab, "Ya."
Pria Poligraf mencatat dan memperhatikan kumpulan moni?
tor yang mengelilinginya. "Apakah itu pertama kalinya kau
me?lihat Subjek?" Isi-Croos my heart.indd 14
8/13/09 9:57:00 AM Inilah masalahnya jadi mata-mata yang jatuh cinta: pacar?
mu nggak bakal punya nama. Orang-orang seperti Pria Poligraf
nggak bakal menyebutnya Josh. Dia akan selalu jadi Subjek,
target penyelidikan. Menghilangkan namanya adalah cara mereka
untuk menghilangkan Josh, atau apa pun yang tersisa darinya.
Jadi kubilang, "Ya," dan mencoba menahan supaya suaraku
nggak pecah. "Dan kau menggunakan latihanmu untuk menciptakan hu?
bungan dengan Subjek?"
"Ya ampun, kalau Anda mengatakannya seperti itu?"
"Ya atau tidak, Miss?"
"Ya!" Yang, perlu kujelaskan, sama sekali tidak seburuk kedengar?
annya, karena, sebagai contoh, kau nggak perlu izin meng?
geledah untuk memeriksa sampah seseorang. Serius. Begitu
sam?pah ditaruh di trotoar, itu jadi milik semua orang"kau
bebas memeriksanya. Tapi entah bagaimana aku tahu bahwa Kantor Pengembang?
an Agen dan Intelijen mungkin jauh lebih tidak khawatir
me?ngenai masalah sampah dibandingkan apa yang terjadi
setelah?nya. Jadi aku benar-benar siap waktu Pria Poligraf bilang,
"Apakah Subjek mengikutimu pada ujian akhir Operasi Raha?
sia?" Aku teringat bagaimana Josh muncul di gudang kosong itu
pada minggu ujian akhir, mendobrak dinding dan menjalankan
mesin pengangkat barang untuk "menyelamatkan"ku, jadi aku
menelan ludah saat berkata, "Ya."
"Dan apakah Subjek diberi minum teh modifikasi-memori
untuk menghapus ingatannya mengenai kejadian malam itu?"
Kedengarannya kata-kata itu lancar sekali keluar dari
Isi-Croos my heart.indd 15
8/13/09 9:57:00 AM mulutnya, begitu hitam-dan-putih. Tentu, Mom memberi Josh
teh yang seharusnya bisa menghapus ingatan seseorang, meng?
hapus beberapa jam hidup mereka, dan memberikan awal yang
baru untuk semua orang. Tapi awal yang baru merupakan hal
langka dalam kehidupan siapa pun"terutama seorang matamata"jadi aku nggak membiarkan diriku bertanya-tanya untuk
yang kesejuta kalinya tentang apa yang diingat Josh malam itu,
tentangku. Aku nggak menyiksa diri dengan pertanyaanpertanyaan yang mungkin nggak akan pernah kudapatkan
jawab?annya; tahu bahwa tidak ada yang hitam-dan-putih"
meng?ingat bahwa seluruh hidupku, berdasarkan definisi, adalah
sedikit abu-abu. Aku mengangguk, lalu berkata, "Ya." Suka atau nggak, aku
tahu aku harus mengatakannya keras-keras.
Ia mencatat lagi, menekan beberapa tombol. "Apakah saat
ini kau terlibat dengan Subjek, dalam cara apa pun?"
"Tidak," kataku, karena aku tahu itu benar. Aku belum
bertemu Josh, belum bicara dengannya, bahkan belum me?
nyusupi emailnya saat liburan musim dingin, dan itu, mengingat
keadaan saat ini, ternyata hal yang cukup bagus. (Lagi pula,
aku menghabiskan dua minggu terakhir di Nebraska dengan
Grandpa dan Grandma Morgan, dan mereka cuma punya
sambung?an internet dial-up, koneksinya lambat banget!)
Lalu si pria dengan kacamata berbingkai kawat itu menoleh
dari layar dan menatap tepat ke mataku. "Dan apakah kau
ber?niat kembali melakukan kontak dengan Subjek, terlepas
dari peraturan-peraturan ketat yang melarang hubungan se?
macam itu?" Itu dia: pertanyaan yang sudah kupikirkan selama ber?
minggu-minggu. Isi-Croos my heart.indd 16
8/13/09 9:57:01 AM Di sanalah aku: Cammie si Bunglon"Gallagher Girl yang
membahayakan persaudaraan paling suci dalam sejarah matamata. Demi cowok.
"Miss Morgan," kata Pria Poligraf, mulai tidak sabar, "apa?
kah kau akan kembali melakukan kontak dengan Subjek?"
"Tidak," kataku pelan.
Kemudian aku menoleh kembali ke layar untuk melihat
apakah diriku berbohong. Isi-Croos my heart.indd 17
8/13/09 9:57:01 AM Bab D u a alau kau pernah mendapat debriefing dari CIA, mungkin
kau tahu persis bagaimana perasaanku dua jam kemudian saat
duduk di kursi belakang limusin, mengamati pemandangan
kota berubah menjadi daerah pinggiran, dan daerah pinggiran
menjadi luar kota. Tumpukan kotor es yang menghitam
berubah jadi selimut tebal salju putih, dunia jadi kelihatan
bersih dan baru"siap untuk awal baru.
Aku sudah muak berbohong (kecuali untuk cerita penyamar?
an resmi kami, tentu saja). Dan muak menyelinap diam-diam
(well" kecuali saat aku terlibat dalam operasi rahasia). Aku
akan jadi normal! (Atau senormal yang bisa didapatkan murid
sekolah mata-mata.) Aku akan menjadi" diri sendiri.
Aku memandang Mom dan mengulang janji bahwa aku
nggak akan lagi membiarkan cowok masuk di antara aku dan
keluarga?ku, atau teman-temanku, atau masalah keamanan
nasional. Lalu aku sadar, Mom belum mengucapkan satu kata
Isi-Croos my heart.indd 18
8/13/09 9:57:01 AM pun sejak kami meninggalkan D.C. "Hasil debriefing-ku baik-baik
saja, kan?" tanyaku, hampir takut mendengar jawabannya.
"Tentu saja, Sayang. Bagus sekali."
Tentu saja, bukannya sombong atau apa, itu memang sudah
kuduga, karena A) aku selalu berhasil dalam tes, dan B)
mereka yang gagal dalam tes poligraf biasanya tidak bisa ber?
jalan keluar dari bangunan top secret dan diantar kembali ke
sekolah mata-mata. Lalu aku berpikir tentang cermin satu-arah di ruangan tadi.
"Mom tadi melihatnya, kan?" tanyaku, sepenuhnya berharap ia
akan berkata, Kau tadi hebat, Sayang, atau Mungkin kau pantas
men?dapatkan nilai ekstra untuk ini, atau Ingat, saat kau di?intero?
gasi menggunakan TruthMaster 3000, bernapas teratur adalah
kuncinya. Tapi tidak. Mom nggak mengatakan hal-hal itu.
Sebaliknya, Mom cuma meletakkan tangannya di atas ta?
ngan?ku dan berkata, "Tidak, Cam. Sayangnya ada beberapa hal
yang harus kulakukan."
Beberapa hal" Mom melewatkan interogasi pemerintah
resmi?ku yang pertama karena" beberapa hal"
Sebetulnya aku ingin sekali menanyakan detailnya, me?
mohon Mom untuk menjelaskan bagaimana ia bisa melewatkan
kejadian sepenting ini dalam kehidupan mata-mataku yang
masih muda, tapi aku tahu, hal-hal yang dilakukan Mom biasa?
nya melibatkan keamanan nasional, paspor palsu, dan kadang
sekumpulan senjata plutonium, jadi aku hanya bilang, "Oh.
Oke." Aku tahu seharusnya aku nggak merasa terluka, tapi
tetap saja itu yang kurasakan.
Kami duduk dalam diam sampai tidak ada yang bisa dilihat
di luar jendelaku, kecuali pagar batu tinggi yang mengelilingi
Akademi Gallagher. Rumah.
Isi-Croos my heart.indd 19
8/13/09 9:57:02 AM Aku merasakan limusinnya melambat dan berhenti di
belakang antrean panjang mobil-mobil bersopir yang hampir
identik, yang membawa kami kembali ke sekolah tiap semester.
Lebih dari seabad sudah berlalu sejak Gillian Gallagher me?
mutuskan mengubah mansion keluarganya menjadi sekolah
asrama elite. Dan bahkan sekarang, setelah lebih dari seratus
tahun mendidik wanita-wanita muda berbakat, nggak seorang
pun di kota Roseville, Virginia, tahu betapa berbakatnya


Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami. Termasuk mantan pacarku. "Ceritakan semuanya!" seseorang berseru begitu aku membuka
pintu limusin. Cahaya matahari memantul di salju, membuta?
kan?ku sebelum pandanganku bisa terfokus pada wajah sahabat?
ku. Mata Bex yang berwarna karamel memelototiku, kulit
cokelat?nya berkilauan, dan, seperti biasa, ia kelihatan seperti
dewi Mesir. "Keren, nggak?"
Dia minggir saat aku keluar dari mobil, tapi nggak berhenti
bicara karena" well" Bex memang nggak punya tombol
PAUSE. Dia punya tombol PLAY dan FAST-FORWARD dan
kadang-kadang REWIND, tapi Rebecca Baxter memang tidak
bisa jadi Gallagher Girl non-Amerika pertama dalam sejarah
jika hanya berdiri diam. "Apakah mereka menekanmu?" lanjut Bex. Lalu matanya
me?lebar dan aksennya jadi lebih jelas. "Apakah mereka me?nyiksa?
mu?" Well, tentu saja tidak ada penyiksaan; tapi sebelum aku bisa
bilang begitu, Bex berseru, "Berani taruhan, rasanya pasti
brilian!" Kebanyakan gadis kecil di Inggris ingin menikah de?
ngan pangeran saat dewasa. Tapi sejak kecil Bex ingin me?
Isi-Croos my heart.indd 20
8/13/09 9:57:02 AM nendang bokong James Bond dan mengambil alih jabatan nolnol-nya.
Mom memutari sisi mobil. "Selamat sore, Rebecca. Aku
yakin kau baik-baik saja dalam perjalanan kembali dari
bandara?" Kemudian, meskipun matahari bersinar cerah di
sekeliling kami, bayangan tampak meliputi wajah sahabatku.
"Ya, Ma"am." Bex menarik salah satu tasku dari bagasi yang
terbuka. "Terima kasih sekali lagi karena telah mengizinkan saya
menghabiskan libur musim dingin bersama Anda." Ke?banyakan
orang nggak akan menyadari perubahan kecil di suaranya,
kerapuhan samar dalam senyumnya. Tapi aku me?ngerti bagai?
mana rasanya tidak tahu di benua mana orangtua?mu berada,
atau kapan kau bisa bertemu mereka lagi. Kalau me?mang bisa.
Mom berdiri persis di sebelahku, tapi yang di?miliki Bex
hanyalah pesan berkode yang menyatakan bahwa orang?tuanya
mewakili MI6 Inggris dalam proyek gabungan bersama CIA,
dan, suka atau tidak, mereka nggak bisa pulang saat Natal.
Waktu Mom memeluk Bex dan berbisik, "Kau selalu di?
terima di antara kami, Sayang," aku nggak bisa nggak memikir?
kan bagaimana Bex memiliki kedua orangtuanya sesekali,
sedangkan aku memiliki salah satu orangtuaku hampir setiap
saat. Tapi pada detik itu, kami sama-sama nggak senang se?
penuhnya dengan keadaan itu.
Kami berdiri diam selama semenit, mengamati Mom ber?
jalan pergi. Aku bisa saja menanyai Bex soal orangtuanya. Dia
bisa saja menyebut sesuatu soal Dad. Tapi aku cuma menoleh
padanya dan bilang, "Aku sempat bertemu wanita yang me?
nyadap Kedutaan Besar Berlin pada tahun 1962."
Dan hanya itu yang diperlukan untuk membuat sahabatku
tersenyum. Isi-Croos my heart.indd 21
8/13/09 9:57:02 AM Kami berjalan ke pintu utama, melewati selasar yang ramai
dan menaiki tangga utama. Kami sudah separuh jalan ke kamar
saat seseorang" atau tepatnya, sesuatu" menghalangi jalan
kami. "Ladies," panggil Patricia Buckingham saat aku meraih pintu
ke Sayap Timur"sekaligus rute tercepat ke kamar kami. Aku
memutar kenop, tapi pintunya nggak bergerak.
"Pintunya?" Aku memutar lebih keras. ?"macet!"
"Pintunya tidak macet, ladies," kata Buckingham lagi, aksen
Inggris halusnya mengatasi suara-suara di selasar di bawah.
"Pintunya terkunci," katanya, seakan itu hal biasa di Akademi
Gallagher, yang, biar kuberitahu"itu nggak biasa. Mak?sudku,
tentu saja, banyak pintu di sini dilindungi kode-kode yang
disetujui NSA atau scanner retina, tapi nggak pernah sekadar"
dikunci. (Karena, yang benar saja, apa guna?nya kunci kalau
ada satu bagian besar dalam perpustakaan kami diberi label:
Kunci: Manipulasi dan Pembobolan")
"Sayangnya bagian keamanan menghabiskan liburan musim
dingin dengan membetulkan serangkaian" kita katakan saja"
celah dalam sistem keamanan sekolah kita." Profesor
Buckingham menatapku dari atas kacamata bacanya, dan aku
me?rasakan gundukan rasa bersalah mengendap di perutku.
"Dan mereka menemukan bahwa bagian sayap juga terkontami?
nasi asap dari lab kimia. Karena itu koridor ini terlarang untuk
sementara waktu; kalian harus mencari jalan lain untuk ke
kamar." Well, setelah menghabiskan tiga setengah tahun untuk men?
jelajahi setiap senti mansion Gallagher, aku lebih tahu daripada
siapa pun bahwa memang ada jalan-jalan lain ke kamar kami
(untuk melewati beberapa di antaranya kami butuh sepatu
Isi-Croos my heart.indd 22
8/13/09 9:57:03 AM tertutup, obeng Phillips, dan tali sepanjang 50 meter). Tapi
sebelum aku bisa menyebutkan satu pun, Buckingham berbalik
lagi dan berkata, "Oh, dan Cameron, tolong pastikan rute
alternatifmu tidak melibatkan rangkak-merangkak di dalam
dinding mana pun." Seluruh urusan awal-baru ini bakal lebih susah daripada
yang kukira. Bex dan aku mulai berjalan ke tangga belakang, tempat
Courtney Bauer sedang memamerkan sepatu bot yang didapat?
nya sebagai hadiah Hanukkah. Waktu kami melewati ruang
rekreasi kelas sepuluh, kami melihat Kim Lee mendemonstrasi?
kan asal mula Posisi Proadsky yang dikuasainya saat liburan.
Kami melihat cewek-cewek dalam semua ukuran, bentuk, dan
warna, dan aku semakin merasa kerasan dengan setiap langkah
yang kuambil. Akhirnya, aku membuka pintu suite kami dan
sudah setengah jalan melakukan manuver lempar-kopermu-keatas-tempat-tidur waktu seseorang menyambarku dari belakang.
"Oh, astaga!" teriak Liz. "Aku khawatir banget!"
Koperku mendarat keras di kakiku, tapi aku nggak bisa ber?
teriak kesakitan karena Liz masih memelukku, dan walaupun
beratnya kurang dari lima puluh kilogram, Liz bisa memeluk
cukup keras jika dia menginginkannya.
"Bex bilang kau dipanggil untuk diinterogasi," kata Liz.
"Dia bilang itu Top Secret!"
Yeah. Hampir semua hal yang kami lakukan adalah Top
Secret, tapi buat Liz semua itu tetap saja jadi hal baru. Mung?
kin karena, nggak seperti Bex dan aku serta tujuh puluh persen
te?man sekelas kami, orangtua Liz mengendarai Volvo, anggota
komite POMG, dan nggak pernah harus membunuh seseorang
meng?gunakan majalah People. (Nggak ada yang bisa membukti?
Isi-Croos my heart.indd 23
8/13/09 9:57:03 AM kan Mom betul-betul melakukannya"itu benar-benar cuma
rumor.) "Liz, nggak apa-apa," kataku, melepaskan diri. "Itu cuma
debriefing. Protokol normal."
"Jadi?" Liz memulai. "Kau nggak terlibat dalam masalah?"
Ia memungut sebuah buku tebal. "Karena artikel sembilan,
bagian tujuh dalam Panduan Pengembangan Agen, jelas-jelas di?
katakan bahwa agen dalam latihan bisa ditempatkan dalam?"
"Liz," kata Bex, memotongnya, "tolong bilang padaku, kau
nggak menghabiskan sepagian ini untuk menghafalkan buku
itu." "Aku nggak menghafal," kata Liz membela diri. "Aku
cuma" membacanya." Tentu saja, kalau kau punya ingatan
foto?grafis, kurang-lebih artinya sama, meskipun aku nggak
bilang begitu. Dari koridor aku mendengar Eva Alvarez menjelaskan bagai?
mana kerennya Buenos Aires pada malam tahun baru. Se?
pasang anak kelas sembilan berlari melewati pintu kami,
membicarakan siapa yang bakal jadi Gallagher Girl yang lebih
baik: Buffy si Pemusnah Vampir atau Veronica Mars (debat
yang kedengaran jauh lebih menarik karena dilakukan dalam
bahasa Persia). Sinar matahari terang memasuki jendela kami, memantul
di salju. Sekarang semester baru dimulai dan sahabat-sahabatku
ada di sebelahku. Sepertinya dunia ini baik-baik saja.
Tiga puluh menit kemudian aku sudah memakai seragam, ber?
jalan menuruni tangga spiral menuju Aula Besar ber?sama
murid-murid lain. Well, bersama sebagian besar murid. "Macey
di mana?" Isi-Croos my heart.indd 24
8/13/09 9:57:04 AM "Oh, dia sudah kembali," kata Liz, tapi soal itu aku sudah
tahu. Bagaimanapun, agak sulit untuk tidak melihat pakaianpakaian karya desainer milik Macey, koleksi produk perawatan
kulitnya yang supermahal (sebagian cuma legal di Eropa), dan
fakta bahwa seseorang baru saja tidur di tempat tidurnya.
Terakhir kalinya aku melihat teman sekamar keempat kami,
dia sedang mempersiapkan diri untuk liburan tiga minggu di
Pegunungan Alpen di Swiss dengan ayahnya sang senator, ibu?
nya sang pewaris-perusahaan-kosmetik, serta koki selebriti dari
Food Channel; tapi Macey McHenry malah kembali lebih
awal. Dan sekarang dia nggak kelihatan di mana pun.
Bex juga sedang mencari Macey, melihat melalui kepalakepala anak kelas tujuh yang berjalan di depan kami. "Dia
bilang mau melakukan sedikit riset di perpustakaan, tapi itu
su?dah berjam-jam lalu. Kupikir dia bakal menemui kita di sini,
tapi?" Bex nggak menyelesaikan kalimatnya, masih mencaricari.
"Kalian makan duluan saja," kataku, minggir dari kerumun?
an dan berjalan ke ujung koridor. "Aku akan mencarinya."
Aku membuka pintu perpustakaan yang berat dan memasuki
ruangan besar yang dipenuhi rak buku itu. Sofa-sofa kulit nya?
man serta meja-meja ek tua mengelilingi perapian yang me?
nyala. Dan di sana, di tengah-tengah semuanya, Macey
McHenry berdiri. Kepalanya tergeletak di atas edisi terbaru
Kimia Molekul Bulanan, bekas-bekas stabilo pink terlihat di
pipinya, dan air liur tergenang dari mulutnya ke permukaan
meja kayu. "Macey," bisikku, mengulurkan tangan untuk mengguncang
lembut bahunya. "Apa" Hah" Cammie?" Ia menegakkan tubuh dan berkedip
Isi-Croos my heart.indd 25
8/13/09 9:57:04 AM saat melihatku. "Jam berapa sekarang?" serunya, melompat ber?
diri dan menjatuhkan setumpuk kartu catatan ke lantai.
Aku membungkuk, membantunya memungut kartu-kartu
itu. "Makan malam selamat datang kembali hampir di?mu?
lai." "Hebat," kata Macey, tapi kedengarannya seperti seseorang
yang sama sekali nggak merasa itu hebat.
Rambut hitam Macey yang mengilap mencuat pada sudutsudut aneh, dan mata birunya yang biasanya cerah tampak
meng?antuk. Walaupun seharusnya nggak bertanya, aku nggak
bisa menahan diri dan bilang, "Jadi, liburanmu menyenang?
kan?" Macey memandangku dengan tatapan yang seakan bisa
membunuh (dan itu memang dimungkinkan"begitu ilmuwan
utama kami, Dr. Fibs, menyempurnakan teknologi tatapan-bisamembunuh yang sedang dikembangkannya).
"Tentu." Macey meniup sehelai rambut dari wajah cantik?
nya dan menumpuk kartu-kartu catatan terakhir. "Sampai
orang?tuaku melihat nilai-nilaiku."
"Tapi nilai-nilaimu bagus! Kau menyelesaikan pelajaran
yang hampir sama banyaknya dengan pelajaran dua semester.
Kau?" "Dapat empat nilai A dan tiga nilai B," Macey menyelesai?
kan kalimatku. "Aku tahu!" seruku. Bagaimanapun, aku sendiri yang meng?
ajari Macey poin-poin penting makroekonomi, regenerasi
molekul, dan bahasa percakapan Swahili.
"Dan menurut sang Senator," kata Macey, memenuhi janji
tak terucapnya untuk tidak memanggil ayahnya dengan nama,
Isi-Croos my heart.indd 26
8/13/09 9:57:05 AM "nggak mungkin aku bisa mendapatkan empat nilai A dan tiga
B, berarti aku pasti menyontek."
"Tapi?" aku berjuang mencari kata-kata. "Tapi" Gallagher
Girls nggak pernah nyontek!" Dan itu benar. Bukannya mau
kedengaran dramatis atau apa, nilai sesungguhnya untuk
Gallagher Girl bukanlah lulus atau gagal"tapi diukur dengan
hidup atau mati. Tapi Senator McHenry nggak tahu itu. Aku
menatap gadis muda cantik yang sudah dikeluarkan dari setiap
akademi di East Coast namun sekarang mendapat nilai A dan
B saat bersekolah di sekolah mata-mata, dan aku sadar banyak
sekali yang nggak diketahui sang Senator. Dia bahkan tidak
mengenal putrinya sendiri.
Perpustakaan kosong, tapi aku tetap merendahkan suaraku
waktu berkata, "Macey, kau harus memberitahu ibuku. Mom
bisa menelepon ayahmu. Kita bisa?"
"Nggak mungkin!" kata Macey, seakan aku nggak mem?biar?
kannya bersenang-senang. "Lagi pula, aku sudah tahu apa yang
akan kulakukan." Kami sudah mencapai pintu perpustakaan yang berat, tapi
aku berhenti sejenak untuk mendengar jawaban Macey.


Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa?" "Belajar." Macey mengangkat satu alis yang dibentuk sem?
purna. "Semester ini aku akan mendapat A semua." Kemudian
Macey tersenyum seakan, setelah enam belas tahun berlatih,
ia akhirnya menemukan cara terbaik untuk melawan orangtua?
nya. Aku mendengar suara-suara di koridor, dan itu aneh karena
seharusnya seluruh murid Akademi Gallagher sedang menunggu
di Aula Besar. Sesuatu membuat kami terpaku. Dan menunggu.
Meskipun ada pintu-pintu berat di antara kami, aku bisa
Isi-Croos my heart.indd 27
8/13/09 9:57:05 AM mendengar dengan jelas Mom berkata, "Tidak, Cammie tidak
tahu apa-apa." Well, sebagai mata-mata (belum lagi sebagai cewek), ada
ba?nyak, banyak sekali kalimat yang bakal membuatku berhenti
dan mendengarkan, dan, nggak perlu dikatakan lagi, "Cammie
tidak tahu apa-apa," jelas salah satunya!
Aku membungkuk lebih dekat ke pintu sementara, di
sebelahku, mata biru Macey yang sudah besar semakin lebar. Ia
mencondongkan tubuh dan berbisik, "Kau nggak tahu apa?"
"Dia tidak mencurigai apa-apa?" tanya Mr. Solomon, guru
Operasi Rahasi-ku yang keren.
"Kau nggak mencurigai apa?" tanya Macey.
Well, tentu saja arti dari nggak tahu dan nggak mencurigai
adalah aku memang nggak tahu atau mencurigai apa pun, tapi
aku nggak bisa bilang begitu karena, saat ini, Mom yang ada
di sisi lain pintu mengatakan, "Tidak, dia sedang di-debrief
waktu itu." Aku membayangkan lagi perjalanan panjang dan hening dari
D.C., bagaimana Mom menatap daerah pinggiran kota yang
membeku saat memberitahuku bahwa ia nggak menyaksikan
interogasiku"karena ia harus melakukan beberapa hal.
"Kita tidak bisa memberitahu Cammie, Joe," kata Mom.
"Kita tidak bisa memberitahu siapa pun. Tidak sampai kita
terpaksa melakukannya."
"Tidak tentang black thorn?"
"Tidak tentang apa pun." Kemudian Mom mendesah. "Aku
ha?nya ingin semuanya tetap senormal mungkin, selama mung?
kin." Aku menatap Macey. Normal baru saja memiliki arti yang
benar-benar baru. Isi-Croos my heart.indd 28
8/13/09 9:57:05 AM *** Setelah mereka pergi, Macey dan aku menyelinap kembali ke
Aula Besar, ke meja kelas sepuluh. Mom sudah duduk di
tempatnya di depan ruangan. Aku tahu Liz berbisik, "Kenapa
kalian lama sekali?" saat kami duduk. Tapi selain itu, aku
nggak yakin akan apa pun, karena, sejujurnya, aku mengalami
sedikit kesulitan untuk mendengarkan. Dan bicara. Dan ber?
jalan. Semua ibu punya rahasia"rahasia Mom jelas lebih banyak
daripada kebanyakan ibu lain"dan walaupun sejak dulu aku
tahu bahwa ada banyak hal yang nggak bisa diceritakan Mom,
nggak pernah terpikir olehku kalau ada hal-hal yang mungkin
disembunyikannya dengan sengaja dariku. Mungkin kedengarannya
itu bukan perbedaan besar, tapi begitulah yang kurasakan.
Mom mencengkeram podium di depannya dan menatap
ratusan cewek yang duduk dan siap menghadapi semester baru.
"Selamat datang kembali, semuanya. Kuharap liburan musim
dingin kalian menyenangkan," katanya.
"Cammie," bisik Bex, menatapku, lalu Macey. "Ada sesuatu
dengan kalian berdua. Ya, kan?"
Sebelum aku bisa menjawab, Mom melanjutkan, "Aku
ingin memulai dengan berita yang sangat baik bahwa semester
ini kami memberikan mata pelajaran baru, Sejarah Spionase,
diajar oleh Profesor Buckingham." Tepuk tangan ringan me?
menuhi Aula Besar saat anggota staf paling senior kami me?
lambai kecil. "Dan juga," kata Mom perlahan, "seperti yang banyak dari
kalian sudah ketahui, Sayap Timur akan ditutup untuk semen?
tara waktu, karena perawatan mansion baru-baru ini meng?
Isi-Croos my heart.indd 29
8/13/09 9:57:06 AM ungkapkan bahwa tempat itu terkontaminasi asap dari lab
kimia." "Cammie," kata Liz, bergeser mendekat, "kau kelihatan ka?
yak" mau muntah."
Well aku memang merasa mau muntah.
"Dan yang terpenting dari semuanya," kata Mom, "aku
ingin mengucapkan semoga kalian semua mengalami semester
yang menyenangkan." Keheningan yang memenuhi aula beberapa saat sebelumnya
menguap menjadi gabungan suara cewek-cewek yang mengobrol
dan mengoper piring. Aku mencoba mengecilkan volume se?
mua suara itu, mendengarkan pikiran-pikiran yang berputar
dalam otakku seperti salju yang bertiup di luar. Kututup mata?
ku erat-erat, memaksa ruangan itu menghilang, sampai tibatiba, semuanya jadi jelas.
Dan aku membisikkan fakta yang sudah kuketahui selama
ber?tahun-tahun tapi baru kuingat sekarang.
"Tidak ada akses ventilasi dari lab kimia ke Sayap Timur."
Isi-Croos my heart.indd 30
8/13/09 9:57:06 AM t.c Bab T i g a anyak pro dan kontra tentang tinggal di mansion berumur
dua ratus tahun. Contohnya: memiliki belasan tempat sangat
tersembunyi sekaligus inklusif, tempat kau bisa duduk tenang
dan mendiskusikan informasi rahasia: PRO.
Fakta bahwa semua tempat tadi nggak dilengkapi pemanas
dan/atau terinsulasi saat kau mendiskusikan informasi tersebut
pada tengah musim dingin: KONTRA.
Dua jam setelah makan malam selamat datang kembali,
Macey bersandar pada dinding batu di puncak salah satu
menara tertinggi mansion, menuliskan inisialnya di kaca jendela
yang hampir beku. Liz mondar-mandir, Bex menggigil, dan aku
duduk di lantai sambil memeluk lutut, terlalu capek untuk me?
lancarkan peredaran darah, meskipun rasa dingin sudah me?
rembes ke seragamku dan mengendap di tulang-tulangku.
"Jadi cuma itu?" tanya Bex. "Hanya itu yang dikatakan ibu?
mu dan Mr. Solomon" Itu verbatimnya?"
Isi-Croos my heart.indd 31
8/13/09 9:57:07 AM Macey dan aku berpandangan, mengingat pembicaraan yang
nggak sengaja kami dengar dan yang baru saja kami ceritakan.
Lalu kami berdua mengangguk dan berkata, "Itu verbatim?
nya." Saat itu, seluruh murid kelas sepuluh mungkin sedang me?
nikmati malam bebas-PR kami yang terakhir (menurut rumor,
Tina Walters mengorganisir acara nonton bareng film-film
Jason Bourne), tapi kami berempat tetap di ruang menara,
mem?bekukan bokong kami, mendengarkan engsel-engsel pintu
ek berat berderit dari dasar tangga, deritan yang akan memper?
ingatkan kami jika seseorang datang.
"Aku nggak percaya," kata Liz sambil mondar-mandir"
mungkin supaya tetap hangat, tapi mungkin karena" well"
Liz memang suka mondar-mandir sejak dulu. (Dan ada jejakjejak jelas di lantai kamar kami untuk membuktikannya.)
"Cam," tanya Liz, "kau yakin Sayap Timur nggak mungkin
terkontaminasi asap dari lab kimia?"
"Tentu saja dia yakin," kata Bex sambil mendesah.
"Tapi apa kau betul-betul, seratus persen, positif, yakin?"
tanya Liz lagi. Bagaimanapun, sebagai anak termuda yang per?
nah dipublikasikan di Scientific American, Liz lebih suka jika
segala hal diverifikasi, diuji-silang, dan dibuktikan tanpa ke?
raguan sedikit pun. "Cam," kata Bex, menoleh padaku, "berapa jumlah lubang
ventilasi di dapur?"
"Empat belas"kecuali kau menghitung pantry-nya. Kau
meng?hitung pantry-nya, nggak?" tanyaku, dan itu pasti cukup
untuk membuktikan keahlianku, karena Macey memutar bola
mata?nya dan merosot ke lantai di sebelahku. "Dia yakin."
Dalam cahaya remang ruangan dingin itu, aku bisa melihat
Isi-Croos my heart.indd 32
8/13/09 9:57:07 AM butir-butir salju beterbangan dibawa angin di luar, bertiup dari
atap mansion (atau" well" bagian-bagian atap yang nggak
di?lindungi pelindung berlistrik). Tapi di dalam, kami berempat
diam dan tak bergerak. "Kenapa mereka bohong?" tanya Liz, tapi Bex, Macey, dan
aku cuma menatapnya, nggak satu pun dari kami betul-betul
ingin mengatakan hal yang sudah jelas: Karena mereka matamata.
Itu hal yang sudah dimengerti Bex dan aku sepanjang hidup
kami. Menilai dari ekspresi wajahnya, Macey juga sudah me?
nyadari hal itu (bagaimanapun, ayah Macey kan berkarier di
bidang politik). Tapi Liz nggak tumbuh dengan mengetahui
bahwa kebohongan bukan cuma hal-hal yang kami katakan"
itu kehidupan yang kami jalani. Liz masih ingin percaya bahwa
orangtua dan guru selalu mengatakan kebenaran, bahwa kalau
kau makan sayur dan menggosok gigi, hal buruk tak bakal ter?
jadi. Sejak lama aku sudah tahu ini, tapi masih ada kenaifan
tersisa dalam diri Liz. Aku, khususnya, nggak ingin melihat Liz
kehilangan hal itu. "Apa itu black thorn?" tanya Macey, menatap kami satu per
satu. "Maksudku, kalian juga nggak tahu, kan" Jadi bukan ha?
nya karena aku anak baru?"
Semua orang menggeleng, lalu menatapku. "Belum pernah
de?ngar," kataku. Dan memang belum pernah. Itu bukan nama operasi rahasia
mana pun yang pernah kami analisis, atau penemuan ilmiah
apa pun yang pernah kami pelajari. Black thorn atau Blackthorne
atau apa pun, bisa jadi siapa pun, apa pun, di mana pun! Dan
siapa pun" atau apa pun" atau di mana pun itu berada, hal
itu membuat Mom melewatkan waktu interogasi berkualitas
Isi-Croos my heart.indd 33
8/13/09 9:57:07 AM ibu-dan-anak. Itu juga memaksa instruktur Operasi Rahasia-ku
untuk mengadakan pembicaraan rahasia dengan Kepala Se?
kolah. Hal itu telah merayap ke dalam Akademi Gallagher
untuk Wanita Muda Berbakat (atau setidaknya Sayap Timurnya), jadi di sanalah kami, tidak yakin apa yang harus dilaku?
kan Gallagher Girl dalam situasi sekarang.
Maksudku, ada tiga pilihan yang sangat memungkinkan: 1)
Kami bisa melupakan apa yang telah kami dengar dan langsung
tidur. 2) Kami bisa melakukan seluruh tindakan "kejujuran" itu
dan memberitahu Mom semua yang kami ketahui. Atau 3)
Aku bisa jadi" diri sendiri. Atau, lebih spesifiknya, diriku
yang dulu. "Koridor terlarang Sayap Timur hampir persis di bawah
kita," aku memulai perlahan. "Satu-satunya yang harus kita
laku?kan adalah mengakses lubang lift dapur di lantai empat,
ber?manuver melewati ventilasi pemanas di sebelah kelas
Budaya dan Asimilasi, dan berayun turun sekitar lima belas
meter di antara pipa-pipa." Tapi bahkan waktu aku mengata?
kannya, aku tahu itu nggak segampang kedengarannya.
"Jadi?" kata Macey, "tunggu apa lagi?" Ia melompat berdiri
dan berjalan ke pintu. "Macey! Tunggu!" Semua orang menatapku. "Bagian ke?
amanan sibuk sekali sepanjang liburan." Aku menarik kakiku
lebih dekat, mengetatkan lenganku. "Aku nggak tahu perbaik?
an sistem keamanan macam apa yang mereka lakukan, apa
yang mungkin telah diubah. Mereka sudah menjelajahi se?luruh
terowongan dan jalan rahasia itu, dan?" Suaraku meng?hilang,
bersyukur Bex ada di sana untuk menyelesaikannya untuk?ku.
"Kita nggak tahu apa yang ada di dalam sana, Macey," kata
Bex, walaupun fakta bahwa kami nggak mengetahui apa yang
Isi-Croos my heart.indd 34
8/13/09 9:57:08 AM ka menunggu di Sayap Timur justru merupakan alasan semua ini
perlu dilakukan, dan aku tahu dari ekspresi wajahnya bahwa
Macey sudah siap mengatakan hal yang sama.
"Kejutan," aku menyelesaikan perlahan, "selalu" buruk."
Macey merosot ke lantai di sebelahku sementara aku me?
ngatakan pada diri sendiri bahwa semua yang kubilang itu
benar. Bagaimanapun, itu operasi berisiko tinggi. Kami nggak
punya informasi lengkap atau waktu cukup untuk bersiap-siap.
Aku bisa menyebutkan selusin alasan sangat logis mengapa aku
tetap tinggal di lantai batu itu, tapi satu hal yang nggak
kuberitahukan pada teman-temanku adalah, aku sudah berjanji
pada Mom bahwa hari-hariku yang suka menyelinap dan me?
langgar peraturan sudah berakhir. Padahal tadinya aku berharap
janjiku bakal bertahan lebih lama dari 24 jam.
"Jadi, kita harus apa sekarang?" tanya Liz.
Bex tersenyum. "Oh," katanya nakal, "kita pasti akan me?
mikir?kan sesuatu." Laporan Operasi Rahasia Ringkasan Pengintaian Oleh Cameron Morgan, Rebecca Baxter, Elizabeth Sutton, dan


Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Macey McHenry (seterusnya disebut "Para Pelaksana")
Saat dihadapkan pada informasi bahwa anggota-anggota staf
Akademi Gallagher untuk Wanita Muda Berbakat merencanakan
operasi tidak resmi, Para Pelaksana memulai misi riset dan
pengintaian untuk menentukan hal-hal berikut:
1. Sebenarnya apa masalahnya sampai-sampai tidak seorang pun
ingin Para Pelaksana mengetahui hal ini"
Isi-Croos my heart.indd 35
8/13/09 9:57:08 AM 2. Kenapa Para Pelaksana tidak diperbolehkan me?masuki Sayap
Timur" (Perubahan yang akan menambahkan sepuluh
setengah menit dalam perjalanan harian dari kelas ke
kelas!) 3. Siapa atau apakah Black Thorn itu" Atau mungkin Black?
thorne" (Apakah mungkin Kepala Sekolah Morgan dan Mr.
Solomon menghadapi sekelompok teroris-garis-miring-penjualbunga")
4. Bagaimana penampilan Mr. Solomon saat tidak memakai
kemeja" (Karena, kalau kau mau membuat pos pengintaian,
sebaiknya sekalian saja seteliti mungkin.)
Waktu bangun keesokan paginya, aku mencoba nggak
memikirkan kejadian semalam, tapi agak sulit melupakan misi
rahasia dan berpotensi bahaya jika A) Lantai menara yang
kotor meninggalkan noda di rok seragam terbaikmu. B) Waktu
sarapan, ibumu berkata, "Selamat pagi, Cam. Kalian bersenangsenang kemarin malam?" padahal semua orang tahu kalimat itu
sebenarnya berarti Aku bersikap sangat normal karena aku punya
rahasia. Dan C) Menghindari Sayap Timur yang ter?larang
secara misterius, berarti kau harus mencari rute alter?natif ke
60% tujuan harianmu. Dalam perjalanan ke lantai bawah, aku berjalan pelan-pelan
me?lewati pintu yang mengarah ke Sayap Timur. Ini pintu
biasa"gelap, kayu solid, kenop kuningan tua. Ada ratusan
pintu seperti itu di mansion, tapi yang ini terlarang. Jadi seperti
mata-mata yang baik, aku penasaran ingin membuka pintu
yang ini. Aku merasakan Kim Lee berjalan di sampingku, me?lirik
pintu itu, dan berkata, "Menyebalkan sekali kita harus ber?jalan
Isi-Croos my heart.indd 36
8/13/09 9:57:09 AM memutar." Tentu saja ia nggak memikirkan fakta bah?wa
setengah guru kami bisa saja berada di balik pintu itu saat ini
juga, merencanakan serangan terhadap sekumpulan penjual
bunga berbahaya! Aku, tentu saja, malah sulit memikirkan hal lain selain
itu. Bahkan melihat Mr. Smith muncul di kelas Negara-Negara
Dunia sambil membawa sestoples koin, meminta kami menukar
satu dolar dengan delapan mata uang berbeda sambil mem?per?
timbangkan kurs pertukaran nggak bisa menghentikan obsesiku
pada pintu itu dan rahasia yang tersembunyi di baliknya.
Bahkan penjelasan Madame Dabney tentang seni kartu
ucapan terima kasih yang sempurna dan betapa banyak orang
nggak menyadari potensi besar untuk menggunakannya sebagai
pesan berkode, nggak bisa mengalihkan pikiranku dari Sayap
Timur. Kami sudah punya PR yang bakal butuh waktu dua jam
untuk dikerjakan dan tanda-tanda kuis mendadak tentang ta?
naman beracun dari Asia Tenggara; semua guru bertingkah
seakan mereka nggak tahu apa-apa, atau sudah bersumpah
akan membawa rahasia itu ke liang kubur mereka (dan itu
mung?kin saja betul, sebenarnya).
Hari itu berlangsung normal di Akademi Gallagher, dan
saat kami berjalan turun setelah kelas Budaya dan Asimilasi,
rasa?nya seakan kami belum liburan.
Hampir. "Well, sampai di sini saja," kata Liz. Bex dan aku berjalan ke
lift tersembunyi di koridor sempit di bawah Tangga Utama.
"Ada apa?" tanyaku. Lalu aku berbalik dan melihat Liz
nggak mengikuti kami ke kelas berikut.
Isi-Croos my heart.indd 37
8/13/09 9:57:09 AM Sebaliknya, ia mengaitkan jempol ke tali ranselnya dan
menjauh. "Aku ikut kelas Kimia Organik Lanjutan."
Tapi Bex dan aku nggak ikut kelas Kimia Organik Lanjutan.
Kelas berikutnya untuk Bex dan aku adalah Operasi Rahasia.
Mulai saat ini, kami berdua akan berlatih untuk hidup penuh
misi dan pekerjaan lapangan, sementara Liz mempersiapkan
diri berkarier di lab atau kantor. Aku teringat formulir yang
kami isi semester lalu, tentang pilihan yang ku?buat untuk
menjauhi harapan apa pun tentang hidup normal dan aman"
menjauh dari cowok-cowok seperti Josh. Jadi nggak heran
suaraku pecah waktu bilang, "Oh. Oke."
Bex dan aku menatap cermin yang menyembunyikan pintu
masuk lift, lalu menunggu sinar merah memindai citra retina
kami dan mempersilakan kami masuk untuk semester kedua di
Sublevel Satu. Aku mencoba nggak memikirkan tentang bagai?
mana, untuk pertama kalinya sejak kelas tujuh, Liz nggak akan
berada di samping kami. Bex pasti memikirkan hal yang sama, karena tak lama ke?
mudian ia bilang, "Kau yakin mau menghabiskan dua setengah
tahun ke depan dengan bereksperimen dan memecahkan
kode?" Kilat nakal muncul di matanya saat Bex memandangi
bayangan Liz yang pucat. "Karena pada akhirnya kelas Operasi
Rahasia bakal melakukan latihan dalam air, dan kau tahu Mr.
Solomon bakal harus melepas kemeja."
Lukisan potret Gillian Gallagher tergantung di dinding di
belakang kami; kulihat matanya bersinar hijau, lalu cerminnya
bergeser, memperlihatkan lift kecil menuju kelas Operasi
Rahasia. Liz mengamati pintunya menutup di belakang kami,
lalu Bex berbalik dan berseru, "Tapi suatu saat nanti Mr.
Mosckowitz juga mungkin bakal buka baju!"
Isi-Croos my heart.indd 38
8/13/09 9:57:10 AM Lalu kudengar Liz tertawa.
"Dia bakal baik-baik saja tanpa kita, kan?" tanya Bex.
Kami mendengar patung berbaju zirah jatuh ke lantai dan
suara aduh, aduh, aduh Liz langsung terdengar.
Saat liftnya mulai bergerak, Bex bilang, "Nggak perlu di?
jawab." Inilah yang perlu kauketahui tentang Sublevel Satu: Besar.
Luasnya seperti lebih-besar-daripada-stadion-football-yangpernah-kulhat. Dan jika semua bagian lain mansion ini ter?buat
dari batu tua dan kayu lama, di kelas Operasi Rahasia nggak
ada apa pun selain partisi kaca dan perabot stainless steel,
benar-benar beda dengan bagian lain mansion berumur dua
ratus tahun ini, yang jadi tempat tinggal cewek-cewek kaya.
Bex dan aku keluar lift, langkah kami bergema saat me?
lewati perpustakaan Operasi Rahasia, penuh buku-buku super?
sensitif sampai-sampai kau nggak akan bisa membawa mereka
keluar dari Sublevel Satu. (Halaman-halamannya terbuat dari
kertas yang bakal hancur begitu terekspos cahaya alami, untuk
ber?jaga-jaga.) Kami melewati pria-pria tinggi besar dari bagian
maintenance yang tersenyum dan berkata, "Bantai mereka, girls."
(Karena kami mengenal para lelaki dari bagian maintenance,
mungkin saja mereka memaksudkannya secara harfiah.)
Aku duduk di kursiku, mencoba tidak memikirkan Liz, pintu
itu, atau apa pun selain fakta bahwa aku akhirnya kembali ke
satu bagian Akademi Gallagher yang nggak pernah berpurapura jadi apa pun kecuali diri sendiri.
Itu sebelum Tina Walters mencondongkan diri mendekat,
me?ringis, dan memecahkan permen karetnya dengan gaya
yang cuma bisa dilakukan mata-mata-generasi-ketiga-garis39
Isi-Croos my heart.indd 39
8/13/09 9:57:10 AM miring-putri-kolumnis-gosip. "Jadi, Cammie, apa betul mereka
me?ngirim tim SWAT untuk menyeretmu dari rumah kakeknenek?mu pada hari Natal pagi-pagi sekali?" Tina nggak me?
nunggu res?ponsku. "Karena kudengar kau melawan cukup ke?
ras, tapi akhir?nya mereka memakaikan kaus kaki Natal ke
ke?palamu dan menggulungmu menggunakan kain penutup
pohon." Suatu hari nanti keamanan nasional mungkin bakal ber?
gantung di tangan Tina Walters. Untungnya, hari ini bukanlah
hari?nya. "Waktu itu aku bersama Cammie, Tina," kata Bex. "Kau
betul-betul mengira mereka bisa menyeret kami berdua?"
Tina mengangguk, mengakui poin tersebut. Sebelum Tina
bisa mengorek informasi lebih dalam, sebuah suara berat ber?
kata, "Pengintaian statis." Mr. Solomon berjalan masuk ke ke?
las tanpa mengucapkan halo sedikit pun. "Itu dasar dari
pekerjaan kita dan ada satu aturan utama"sebutkan!"
Kemudian, terlepas dari semuanya, aku setengah berharap
me?lihat lengan kurus Liz terangkat ke udara, tapi tentu saja
suara berbedalah yang menjawab Mr. Solomon. "Aturan per?
tama pengintaian statis adalah si agen harus menggunakan cara
paling sederhana dan paling tidak intrusif."
Well, pikiran pertamaku adalah Sublevel Satu sudah ter?
konta?minasi semacam bahan kimia halusinogenik, karena suara
cewek yang bicara kedengaran seperti suara Anna Fetterman.
Dia juga terlihat seperti Anna Fetterman. Tapi nggak mungkin
Anna Fetterman memilih jalur studi Operasi Rahasia!
Jangan salah sangka, aku suka Anna. Sungguh. Tapi aku
per?nah melihat hidungnya berdarah hanya gara-gara membuka
kaleng Pringles. (Aku bahkan nggak mengada-ada.) Dan biasa?
Isi-Croos my heart.indd 40
8/13/09 9:57:11 AM nya itu bukan tipe cewek yang akan berteriak Biarkan aku
berparasut ke atap kedutaan besar asing untuk menyadap kancing
manset duta besar, kalau kau mengerti maksudku.
Tetapi apakah Mr. Solomon terlihat syok" Nggak, ia cuma
bilang, "Bagus sekali, Miss Fetterman," seakan semuanya betulbetul normal"yang" halo" nggak begitu. Maksudku, Anna
meng?ikuti kelas Operasi Rahasia, Mom menyembunyikan
sesuatu dariku, dan satu bagian penuh sekolah kami nggak bisa
kuakses! Situasi betul-betul nggak normal!
Joe Solomon sudah jadi mata-mata yang menyamar selama
delapan belas tahun, jadi tentu saja ia tetap tenang saat ber?
sandar ke meja dan berkata, "Kita mempelajari bidang infor?
masi, ladies. Ini bukan soal operasi"ini soal intelijen. Ini
bukan soal alat-alat keren"ini soal menyelesaikan tugas kita."
Mr. Solomon menatap berkeliling ruangan. "Dengan kata lain,
jangan repot-repot memasang kamera di ruang tengah jika
targetmu tidak pernah menutup tirai jendela."
Aku mulai menulis semuanya, tapi Mr. Solomon menarik
buku catatan Eva Alvarez dari mejanya dan memasukkannya
ke dalam tas Eva yang terbuka. "Tidak boleh mencatat,
ladies." Tidak boleh mencatat" Apa maksudnya nggak boleh men?
catat" Apakah dia serius" (Omong-omong, mungkin bagus juga
Liz nggak memilih jalur Operasi Rahasia, karena kepalanya
pasti akan meledak saat ini juga!)
Di depan, Joe Solomon berpaling ke papan tulis dan mulai
membuat diagram tipikal skenario pengintaian statis. Anna
meng?genggam pena keras sekali sampai sepertinya ototnya
bakal terkilir, tapi Mr. Solomon pasti punya mata di belakang
kepala karena ia bilang, "Kubilang tidak boleh mencatat, Miss
Isi-Croos my heart.indd 41
8/13/09 9:57:11 AM Fetterman," dan Anna melompat menjauh dari penanya seakan
tersetrum. (Mungkin betul"kami memang punya beberapa alat
tulis yang sangat khusus di Akademi Gallagher.)
"Ini bukan mata pelajaran wajib, ladies. Kalian tidak
diharuskan lagi berada di sini." Mr. Solomon berbalik. Mata
hijau?nya menatap kami dan saat itu Joe Solomon bukan se?kadar
guru terkeren, ia juga guru kami yang paling menyeram?kan.
"Enam teman sekelas kalian memilih kehidupan yang relatif
aman di jalur studi riset dan operasi. Kalau kalian tidak bisa
mengingat materi pelajaran selama lima puluh menit, maka aku
akan menyarankan kalian bergabung dengan mereka."
Ia berbalik kembali ke papan tulis dan melanjutkan me?
nulis. "Ingatan adalah senjata kalian yang pertama dan terbaik,
ladies. Belajarlah untuk memakainya."
Lama aku duduk di sana, menyerap kata-kata Mr. Solomon,
apa artinya, dan tahu bahwa dia betul. Ingatan kami adalah
satu-satunya senjata yang kami bawa ke mana pun kami pergi,
tapi kemudian aku ingat bagian kedua dari kalimat Mr.
Solomon"Jangan membuat hal-hal jadi lebih sulit daripada
seharusnya. Aku memikirkan apa yang kucuri dengar kemarin
malam. Ekspresi di mata Mom dalam perjalanan pulang dari
D.C. yang panjang dan hening. Dan akhirnya" Josh. Lalu aku
sadar bahwa hidupku bakal jadi jauh lebih gampang jika ada
beberapa hal yang bisa kulupakan.
Isi-Croos my heart.indd 42
8/13/09 9:57:11 AM Bab E m p a t Ringkasan Pengintaian Dengan menggunakan model operasi rahasia yang "paling tidak
intrusif", Para Pelaksana berhasil menyimpulkan hal berikut:
Menurut beberapa mesin pencari Internet yang sangat populer,
"black thorn" adalah jenis jamur mawar yang lazim, tapi seperti?
nya bukan nama sandi untuk teori konspirasi pemerintah ber?
bahaya mana pun.

Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ditemukan sekitar 1.947 orang di Amerika Serikat bernama
Blackthorne, tapi, menurut Dinas Pajak, tidak satu pun menulis?
kan profesi mereka sebagai Mata-Mata, Pengintai, Pembunuh
Bayar?an, Pekerja Lepas, Pria (atau Wanita) Black Bag (sandi
untuk tugas menyusup dan menanam penyadap), Agen, atau
Seniman Jalanan. Melihat menembus pintu ke Sayap Timur tidak dimungkinkan,
karena, terlepas dari rumor yang menyatakan sebaliknya, kacamata
sinar-X karya Dr. Fibs belum melewati tahap prototype. (Itu juga
menjelaskan kenapa Dr. Fibs memakai penutup mata.)
Isi-Croos my heart.indd 43
8/13/09 9:57:12 AM *** Salah satu hal baik bersekolah di sekolah mata-mata adalah,
kau punya teman-teman genius dengan kemampuan luar biasa
yang bisa membantumu melaksanakan "proyek khusus" apa
pun. Sisi buruknya adalah mereka terobsesi pada "proyek-pro?
yek" itu. Amat sangat.
"Pasti informasinya ada di suatu tempat di sini!" seru Liz,
me?ngalahkan suara buku-buku berat yang dibanting ke atas
kayu keras, saat menjatuhkan volume sembilan sampai empat
belas buku Pengintaian dari Masa ke Masa ke atas meja per?
pustakaan. Aku memandang sekeliling ruangan yang sepi itu, me?
nunggu seseorang menyuruh Liz diam, tapi yang kudengar
hanya?lah gemeretak kayu di perapian dan desahan seorang
cewek yang, setelah menghabiskan seluruh waktu luangnya se?
lama seminggu terakhir dengan mengurung diri di perpustaka?
an, mulai kehilangan keyakinannya pada buku. (Padahal Liz
tipe cewek yang betul-betul tidur sambil membawa buku Sandi
Tingkat Lanjutan dan Anda selama minggu ujian akhir waktu
kami kelas delapan!) Macey menyingkirkan Sejarah Perang Kimia yang tadi ada di
pangkuannya. "Mungkin informasinya bukan di perpustakaan,"
kata Macey, dan aku betul-betul mengira Liz bakal kesulitan
bernapas atau semacamnya. Itu benar-benar mungkin, kalau
saja Macey nggak menyilangkan kaki dan bertanya, "Jadi apa
artinya itu?" Oh astaga! Aku nggak percaya kami tidak menanyakan per?
tanyaan itu sebelumnya"entah bagaimana kami melupakan
salah satu aturan dasar operasi rahasia: segala sesuatu ada arti?
Isi-Croos my heart.indd 44
8/13/09 9:57:12 AM nya! Tidak menemukan informasi yang penting, mungkin me?
rupakan hal terpenting. "Kalian tahu nggak, harus seberapa baru suatu informasi itu
jika buku-buku ini tidak memuatnya?" tanya Liz, bergerak
mundur, terdengar sedikit takut dan pusing. Ia menatap volumevolume buku di meja seakan mereka berbahaya dan bakal
meledak (itu konyol, karena semua orang tahu buku-buku yang
sangat-top-secret-hingga-bakal-meledak-kalau-kau-membacanyatanpa-izin disimpan di Sublevel Tiga).
"Jadi black thorn pasti?" Macey memulai, menatapku.
"Rahasia," aku menyelesaikan. "Sangat rahasia."
Mata-mata memang menyimpan rahasia"itulah pekerjaan
kami. Jadi kami duduk dalam keheningan sementara api ber?
gemeretak dan kebenaran melingkupi: Kalau Blackthorne se?
rahasia itu, aku yakin kami nggak bakal menemukan informasi
tentangnya. "Kau tahu nggak, Cam," kata Bex, menampakkan senyum
yang mungkin harus diwaspadai jika dilakukan cewek biasa,
tapi untuk cewek yang punya bakat spesial seperti Bex ter?
lihat betul-betul menakutkan, "ada satu tempat yang belum
kita cari." Ia menepukkan satu jari ke dagu dengan gerakan
yang, bahkan untuk Bex, sangat dramatis. "Sekarang, siapa ya
orang yang kita kenal yang punya akses ke kantor Kepala
Sekolah?" "Nggak, Bex." Aku duduk tegak dan mulai menumpuk bukubuku. "Nggak. Nggak. Nggak. Aku nggak bisa memata-matai
ibu?ku!" "Kenapa nggak?" tanya Bex, seakan aku baru saja memberi?
tahu?nya aku nggak cocok pakai lipstik merah (dan, omongomong, memang nggak cocok).
Isi-Croos my heart.indd 45
8/13/09 9:57:13 AM "Karena" dia ibuku," kataku, bahkan nggak mencoba me?
nyembunyikan nada "alasannya jelas, kan?" dalam suaraku.
"Dan dia salah satu agen terbaik CIA. Dan" dia ibuku!"
"Tepat sekali! Dia nggak akan mencurigai?"Bex diam se?
saat untuk memberi penekanan ?"putrinya sendiri." Lalu Bex,
Liz, dan Macey menatapku seakan ini rencana terbaik se?
panjang masa. Padahal itu tidak benar. Sama sekali. Maksudku,
sedikit-banyak aku tahu tentang rencana, setelah membantu
Dad mendesain skenario rencana tipe kuda Troya untuk
menyusup ke silo misil nuklir yang tadinya milik Soviet dan
diambil alih teroris waktu aku tujuh tahun. Dan yang ini
bukan rencana bagus! "Bex!" teriakku. "Aku nggak mau melakukannya. Itu?"
Tapi sebelum aku bisa menyelesaikan kalimatku, pintu per?
pustakaan terbuka dan aku mendengar Macey berkata, "Halo,
Mrs. Morgan." Walaupun selama 45 menit terakhir aku hanya duduk,
jantungku terasa seakan aku baru selesai lari satu kilometer.
Mom melihat terjemahan Portugis dari 101 Penyamaran Klasik
dan Mata-Mata yang Menggunakannya, lalu bilang, "Kalian
sedang apa di perpustakaan pada hari cerah seperti ini?"
"Mengerjakan tugas untuk nilai ekstra Negara-Negara Du?
nia," kami menjawab, menyatakan penyamaran yang tadi kami
setujui sebelum meninggalkan kamar.
Tapi tetap saja, denyut nadiku tidak melambat. Aku cuma
duduk di sana, mengingatkan diri bahwa kami tidak melanggar
peraturan apa pun. Aku belum bohong sungguhan. (Mr. Smith
memang memberikan tugas untuk nilai ekstra.) Secara teknis,
aku nggak melanggar janji. Belum.
Isi-Croos my heart.indd 46
8/13/09 9:57:13 AM "Oke," kata Mom, tersenyum. "Sampai ketemu nanti malam,
Cam." Aku merasakan Bex menatapku dan tahu apa yang dia
pikirkan"bahwa aku bakal menghabiskan malam itu dengan
Mom. Di kantor Mom. Mata-mata macam apa aku ini kalau
nggak bisa mengambil keuntungan dari situasi itu"
Tapi aku memikirkan Mom dan bertanya-tanya putri macam
apa aku ini kalau melakukannya.
Perbuatan-Perbuatan yang Pernah Kulakukan
Dan Tidak Kubanggakan: oleh Cameron Morgan " Suatu kali, secara nggak sengaja aku menumpahkan se?
" " " " mua kondisioner antikusut Bex dan mengisi lagi botol?
nya dengan kondisioner pengembang rambut, dan ram?
but?nya jadi betul-betul besar mengembang selama
be?be?rapa minggu. Tapi aku nggak pernah memberitahu?
kan alasannya pada Bex Aku pernah memakai celana yoga favorit Liz tanpa izin
dan membuatnya sangat melar. Juga, sweter favorit Liz.
Setiap kali di Nebraska, aku selalu pura-pura tidak bisa
membuka stoples acar, karena Grandpa Morgan suka
melakukannya untukku. Seperti yang sudah kudokumentasikan secara menyeluruh
di tempat lain, aku pernah punya hubungan rahasia de?
ngan cowok yang betul-betul tampan dan manis, lalu
ber?bohong tentangnya. Berkali-kali.
Pada hari Minggu pertama setelah libur musim dingin
di kelas sepuluh, aku membantu Liz memasang kamera
Isi-Croos my heart.indd 47
8/13/09 9:57:14 AM dalam arloji yang diberikan Grandma padaku sebagai
hadiah ulang tahun. Lalu aku memakainya ke acara
makan malam hari Minggu di kantor Mom supaya aku
bisa melakukan hal terburuk yang pernah kulakukan.
Seumur hidup. Kalau kedua orangtuamu agen rahasia, dengan cukup cepat kau
belajar bahwa mata-mata sering mengalami konflik moral.
Kami melakukan hal-hal buruk dengan alasan-alasan baik, dan
seringnya kami bisa hidup dengan kenyataan itu. Tapi Minggu
malam itu, waktu aku duduk di kantor Mom sam?bil makan
crab puff beku yang tinggal dimasukkan ke micro?wave dan
memain-mainkan arloji mata-mata yang kami modi?fikasi itu,
aku berpikir tentang penyamaranku: putri yang lapar dan
sedang mendekatkan hubungan dengan ibu-garis-miringmentornya. Lalu aku berpikir tentang misiku: melakukan
pengintaian dasar terhadap kantor kepala sekolah, berharap
ada laporan berjudul Operasi Black Thorn atau Isi Sayap Timur
tergeletak begitu saja. Makan malam Minggu di kantor Mom merupakan kebiasaan
yang sudah kulakukan sejak Mom dan aku datang ke Akademi
Gallagher. Tapi biasanya aku baru akan mual setelah selesai
makan (karena walaupun Mom pernah menciptakan penawar
racun langka dengan hanya menggunakan isi minibar hotel, ia
belum menguasai microwave dan kompor).
"Jadi," kata Mom, sambil melihat nampan perak kecil berisi
crab puff, "bagaimana rasanya?"
(Catatan untuk diri sendiri: selidiki potensi senjata biologis
crab puff beku.) Isi-Croos my heart.indd 48
8/13/09 9:57:14 AM "Enak sekali!" aku berbohong dan Mom tersenyum. Nggak,
ralat"Mom berseri-seri. Dan saat itu aku betul-betul kepingin
mundur, memasukkan arloji ke sakuku dan melupakan bagai?
mana aku sudah menghafalkan posisi persis semua barang di
meja Mom seandainya aku mendapat kesempatan untuk meme?
riksa lalu harus mengembalikan barang-barang itu ke tempat
semula. Aku ingin berhenti jadi mata-mata dan mulai jadi
anak perempuan Mom. Terutama waktu Mom melirik per?
gelangan tanganku dan bilang, "Kau memakai jam dari
Grandma." Aku menggosok jempolku ke kaca licin yang sekarang ber?
fungsi ganda jadi lensa telefoto itu. "Yeah."
"Itu bagus," kata Mom, lalu tersenyum senang. Walaupun ia
kelihatan baik-baik saja sekarang, aku teringat pada wanita kha?
watir yang naik limusin bersamaku dari D.C. serta pembicara?an
yang tak sengaja kudengar. Aku bukan satu-satunya agen di
ruangan itu yang berpegang teguh pada legendanya.
Lalu, sebelum aku bisa berpikir sejenak, aku bilang, "Mom
punya gunting kuku?" Mom menatapku sedetik dan aku tahu
aku nggak bisa mundur sekarang, jadi aku mengangkat tangan
kananku, yang untungnya nggak gemetaran. "Kukuku ada yang
sedikit patah, dan itu mengganggu banget."
"Tentu, Sayang," kata Mom. "Di mejaku. Laci teratas."
Jadi, aku bahkan nggak perlu membobol kunci atau menipu
laci-laci yang diaktifkan dengan sidik jari itu. Aku betul-betul
bertindak sesuai hak anak saat bergerak ke meja Mom dan
men?cari gunting kuku di dalam lacinya.
Pemeriksaan sesaat di meja kepala sekolah me?nunjukkan hal
berikut: Isi-Croos my heart.indd 49
8/13/09 9:57:14 AM Kepala Sekolah Morgan punya sepuluh lipstik berbeda di meja?
nya (cuma tiga di antaranya yang benar-benar berfungsi sebagai
kosmetik). Mom membawa panci kecil ke kamar mandi pribadinya dan
menyalakan keran, dan saat itulah aku memotret setiap benda
yang ada di dalam tempat sampahnya.
Kepala Sekolah Morgan jelas sedang sakit flu, ka?rena tempat
sampahnya berisi empat belas tisu bekas dan sebuah botol
Vitamin C kosong. Aku menjatuhkan kotak paper clip dari meja dan menyalur?
kan kalimat aduh aduh aduh khas Liz keras-keras. Lalu aku
berlutut di lantai selagi memunguti serakan paper clip dengan
satu tangan dan mengaduk-aduk laci meja terbawah Mom de?
ngan tangan lainnya. Dari semua benda yang royaltinya diterima Aka?demi Gallagher,
secara mengejutkan Band-Aid-lah yang paling menguntungkan.
Aku bisa mendengar Mom di ujung lain ruangan, meng?
aduk, dan menuangkan sesuatu. "Ketemu?" serunya.
Aku mengangkat gunting kukunya dengan satu tangan sam?
bil menutup laci terbawah dengan tangan lain.
Aku tersenyum, melambaikan kukuku yang sudah rapi dan
berpikir, aku anak perempuan yang payah.
Tapi Mom cuma balas tersenyum, karena mungkin aku juga
mata-mata yang cukup baik.
Ironisnya, satu-satunya orang yang bisa menjelaskan per?
Isi-Croos my heart.indd 50
8/13/09 9:57:15 AM bedaannya adalah orang yang juga nggak mungkin bisa ku?
tanyai. Aku mengembalikan gunting kuku ke tempatku menemukan?
nya dan menunduk menatap meja, yang bahkan mata-mata
ahli pun bakal bersumpah belum pernah mereka sentuh. Aku
me?letak?kan telapak tanganku di laci tengah dan merasakan


Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ujung jariku menyentuh kayu licin bagian bawahnya, serta
jalur besi dingin tempatnya dipasang. Tapi ada sesuatu yang
lain. Sesuatu yang tipis dan tua.
"Aku tahu semester ini akan jadi penyesuaian besar untuk?
mu, kiddo," kata Mom. Ia mengaduk cairan mendidih di panci
selagi aku menekankan satu jari di kertas itu"merasakannya
bergerak. "Dan semester lalu. Well, aku cuma bisa membayangkan
se?perti apa rasanya"laporan-laporan itu, debriefing-nya."
Aku mungkin nggak menemukan hal penting; bagaimana?
pun, bagian bawah laci bukanlah tempat persembunyian yang
disukai mata-mata"tempat itu sama sekali nggak aman atau
terlindungi. Tapi itu tempat persembunyian yang bagus untuk
wanita"tempat menyimpan sesuatu yang kau ingin ada di
dekatmu namun tetap nggak kelihatan.
"Dan aku ingin kau tahu," Mom melanjutkan, "bahwa aku
bangga sekali padamu."
Ya, itu betul, aku bukan hanya melanggar wilayah pribadi
Mom persis di depan hidungnya, tapi juga melakukannya pada
saat yang dipilih Mom untuk memberitahuku betapa bangganya
ia pada sikapku yang baru dan lebih baik! Sudah resmi:
Aku orang jahat. Lalu aku merasakan kertasnya bergerak. Kertas itu terbang
dan mendarat tepat di pangkuanku. Dan sejak detik itu aku
Isi-Croos my heart.indd 51
8/13/09 9:57:15 AM ham?pir nggak mendengar satu kata pun yang diucapkan
Mom. Dad. Itu foto Dad"tapi nggak seperti foto-foto yang pernah
kulihat, karena pertama-tama, Dad terlihat lebih tua daripada
di foto-foto yang diberikan Grandma padaku, tapi juga lebih
muda daripada foto-fotonya bersamaku dan Mom. Dan di foto
ini, Dad nggak sendirian.
Lengan Mr. Solomon merangkul bahu Dad. Mereka berdiri
di lapangan bisbol. Mereka muda. Mereka kuat. Dan kalau saja
aku nggak benar-benar tahu, aku bakal bersumpah mereka ber?
dua bisa hidup abadi. Tapi aku lebih tahu. Dan itu, kurasa, adalah masalahnya.
"Kau menemukannya, Sayang?" tanya Mom dan kupikir itu
per?tanyaan yang betul-betul bagus. Aku mengarahkan arlojiku
ke foto itu, membayangkan suara klik sayupnya saat aku me?
motret foto tersebut. "Cam," kata Mom lagi, bergerak ke arah?
ku. "Aku nggak enak badan," kataku, lalu menyelipkan foto itu
kembali ke tempat Mom menyembunyikannya. Dariku. Dari
diri?nya sendiri. Dari siapa pun. Aku menjauh dari meja, ke arah
pintu. "Bolehkah aku makan malam bersama lain kali saja?"
"Cam," kata Mom, menghentikanku. Ia menempelkan ta?
ngan?nya di dahiku seperti yang biasa dilakukan Grandma
Morgan. "Mungkin flu"kau tahu ada virus yang akhir-akhir
ini menyebar, kan?" Aku memang tahu. Aku sudah melihat
bukti?nya di tempat sampah Mom.
"Kurasa aku cuma perlu tidur," kataku. "Sudah malam."
Tapi aku membuka pintu dan di sana, di Koridor Sejarah,
aku melihat Bex. Dan Liz duduk di bahu Bex.
Isi-Croos my heart.indd 52
8/13/09 9:57:16 AM t.c Bab L i m a aktu adalah hal yang aneh di Akademi Gallagher. Biasa?
nya waktu berlalu begitu cepat. Tapi terkadang waktu jadi
amat sangat lambat. Nggak perlu dikatakan lagi, ini salah satu
saat seperti itu. Para Pelaksana memodifikasi Alat Observasi Bergerak (alias
kamera digital baru Macey) dan memasangnya di rak buku di
seberang jalan masuk ke kantor kepala sekolah menggunakan Unit
Perekat yang Bisa Dilepas Kembali (alias lakban) dan memprogram?
nya untuk memotret dalam interval 90 detik.
Di ujung koridor, aku melihat Macey berlutut di depan pintu
terkunci misterius yang menuju Sayap Timur.
Para Pelaksana melilitkan Alat Pendeteksi Keluar/Masuk (alias
sehelai benang) ke kenop pintu yang dimaksud, mengetahui
Isi-Croos my heart.indd 53
8/13/09 9:57:16 AM benang itu akan jatuh jika pintu dibuka saat Para Pelaksana tidak
ada. Selama sepersekian detik, segalanya seakan membeku, ke?
mudian kudengar Mom bertanya, "Ada apa, Cam?" Ia berjalan
ke arahku. "Nggak ada apa-apa." Aku menutup pintu dan bersandar di
sana. "Hanya saja?" hanya saja teman-temanku betul-betul
sinting dan berada di sisi lain pintu ini sekarang, melakukan hal-hal
yang nggak seharusnya mereka lakukan. Dan kalau Mom sampai
memergoki mereka, Mom bakal marah sekali"atau bangga"tapi
lebih mungkin marah. "Hanya saja" aku ingin memberitahu, menurutku posisiku
semester ini betul-betul bagus." (Karena secara teknis, saat itu,
tempat terbaik adalah di antara Kepala Sekolah dan temanteman sekamarku.) "Dan aku memikirkan yang tadi Mom
bilang," lanjutku. "Aku berkomitmen pada?"
Tapi suara gedoran di pintu memotong kata-kataku dan aku
punya firasat buruk bahwa Liz jatuh dari bahu Bex dan pingsan
di kenop pintu. "Cam," kata Mom, beringsut mendekat. "Kau mau mem?
bukanya?" Tapi aku nggak berani berbalik. "Membuka apa?" Ketukan
lagi. "Ooooh. Ituuuu."
Aku membuka pintu. Semoga itu Bex, doaku. Atau Liz"
Atau Macey" Atau"
Siapa pun kecuali Joe Solomon!
Oh astaga! Bisa nggak malam ini jadi lebih buruk lagi" Ya,
ternyata"bisa. Karena bukan hanya salah satu mata-mata raha?
sia terbaik CIA berdiri di depanku, tapi sahabat-sahabat
Isi-Croos my heart.indd 54
8/13/09 9:57:17 AM terbaikku berada enam meter di belakangnya, bersikap penuh
rahasia dan seperti mata-mata! (Aku tahu karena aku bisa me?
lihat tangan Macey memegang cermin di sudut untuk melihat
apakah keadaan aman.Dan itu, jelas, sama sekali nggak!)
Aku harus mengulur sedikit waktu"semenit, tiga puluh
detik paling tidak"supaya Bex, Liz, dan Macey bisa keluar
dari persembunyian mereka dan pergi.
Jadi aku berkata, "Oh, halo, Mr. Solomon," karena Madame
Dabney sudah melatihku untuk bersikap sopan, dan Mr.
Solomon sendiri sudah melatihku untuk bersikap normal dalam
keadaan paling abnormal. "Miss Morgan, aku tidak ingin mengganggumu, tapi?" Mr.
Solomon memandang melewatiku ke arah Mom. "Catatan yang
kauminta itu, Rachel." Ia memberikan amplop cokelat polos
kepada Mom. Amplop dengan kata Blackthorne dalam tulisan tangan Mr.
Solomon yang rapi. Lalu waktu menjadi amat sangat lambat lagi.
"Cam?" kata Mom di belakangku. "Kau betul-betul tidak
enak badan ya, Sayang?"
"Ya," kataku. Aku menatap potongan bukti konkret pertama
bahwa Blackthorne bukan hanya mimpi anehku, tapi aku cuma
bisa berdiri di sana, menatap instruktur Operasi Rahasia-ku
tapi melihat laki-laki di foto tadi"teman ayahku.
"Oke, aku pergi," kataku sambil memandang Mom. "Dan
kalian mungkin harus" melakukan" hal-hal. Dan?"
Aku bisa mengatakan belasan hal dalam belasan bahasa,
tapi sebelum aku bisa menyemburkan salah satunya, terdengar
suara di ujung Koridor Sejarah, "Di situ kau rupanya!"
Isi-Croos my heart.indd 55
8/13/09 9:57:17 AM Lalu hal yang sejak tadi kutakutkan terjadi: Mr. Solomon
berbalik. Tapi tepergok dan sengaja membuat dirimu terlihat jelas
beda, dan saat itu Macey, Bex, serta Liz sedang berjalan me?
nyusuri Koridor Sejarah, bersembunyi di tempat yang jelas
ter?lihat. "Kita nggak bisa menunda malam nonton film selamanya,
Cam," kata Bex. Jadi aku memunggungi Mom dan Mr. Solomon, kemudian,
ada amplop atau nggak, aku berjalan pergi.
Kau tahu berapa banyak hal yang kurasakan selagi kami ber?
jalan ke kamar" Banyak. Banyak. Pertama-tama, tentang crab
puff itu. Lalu tentang amplop cokelat. Tapi begitu pintu kamar
kami tertutup dan stereo dinyalakan, aku berbalik pada
sahabat-sahabatku dan berseru, "Kalian memasang alat-alat
peng??awasan di Koridor Sejarah sementara Mom ada di kantor?
nya!" karena kurasa itulah hal yang kurasakan paling kuat.
"Oh, Cam," kata Bex, mengangkat bahu sedikit. "Itu cuma
sedikit pengintaian."
Jauh di dalam hatiku, hal yang paling ingin kulakukan
adalah memakai piama nyamanku dan tidur, menghilangkan
rasa crab puff dari mulutku (tapi belum tentu dalam urutan
se?perti itu.) Tapi aku hanya menyergah, "Yeah, well kalian
hampir ketahuan"kalian hampir membuatku ketahuan. Dan
men?dapat debriefing dari bagian keamanan nggak seasyik ke?
dengarannya, guys." Aku memaksa diri tertawa. "Percayalah
pada??ku." Aku mengatakannya dengan agak sombong, tapi Bex nggak
men?jawab. Dia bahkan nggak marah. Sebaliknya, dia menatap?
Isi-Croos my heart.indd 56
8/13/09 9:57:17 AM ku dengan cara yang cuma bisa dilakukan sahabat-garis-miringmata-mata-garis-miring-orang-yang-sudah-dilatih-untuk-mem?
baca-bahasa-tubuh. Ia naik ke tempat tidurnya dan
me???nyi?lang??kan kaki panjangnya. "Kau menemukan sesuatu."
Aku bisa saja menyangkalnya. Aku bisa saja bohong. Tapi
saat itu aku berada di satu-satunya ruangan di mansion di mana
aku nggak pernah bisa menghilang.
"Sebetulnya, ya." Aku memberitahu mereka apa yang ku?
temukan di meja Mom. Aku menyebutkan isi tempat sampah?
nya"bahkan warna-warna lipstiknya. Dan akhirnya, aku mem?
beritahu mereka tentang amplop itu.
"Kita harus mengambilnya!" seru Bex, terdengar sama ber?
semangatnya seperti anak kecil pada pagi Natal. "Kita bisa
me?nunggu sampai semua orang tidur lalu membobol masuk ke
kantor ibumu." "Itu bukan ide bagus, Bex," kataku sambil memakai piama,
melepas arloji, dan mengikat rambutku dengan karet rambut
tua yang sudah longgar. "Ayolah, Cam," pinta Bex, sementara Macey dan Liz me?
nonton. "Kalau ada orang yang bisa masuk ke kantor Kepala
Sekolah, kaulah orangnya!"
"Nggak!" bentakku, mungkin karena aku tahu benar Bex
nggak boleh dibiarkan membentuk momentum; mungkin ka?
rena aku masih betul-betul tegang. Tapi mungkin karena
kadang-kadang seorang cewek betul-betul perlu membentak
seseorang yang ia tahu bakal memaafkannya nanti.
Aku berjalan ke kamar mandi, tapi Bex membuntuti persis
di belakangku. "Kenapa nggak?"
"Karena ini bukan permainan," kataku, bicara lebih keras
dari??pada yang kuinginkan, tapi entah bagaimana nggak bisa
Isi-Croos my heart.indd 57
8/13/09 9:57:18 AM me?rendahkan suaraku. "Karena terkadang mata-mata ter?
tangkap. Karena terkadang mata-mata terluka. Karena ter?
kadang?" "Kita mendapat foto-foto!" seru Liz penuh kemenangan.
Kabel-kabel tipis menyambungkan arloji baruku dengan kompu?
ternya. Gambar-gambar berkelebat di layar. Crab puff. Map.
Dan akhirnya" Dad. Karena terkadang mata-mata nggak bisa pulang.
Gambar yang kuambil memenuhi layar. Jinsku tampak
seperti tepian denim"bingkai di belakang foto yang mendarat
di pangkuanku. Liz memperbesar gambar. Ia membesarkan foto?
nya. "Ooh," kata Macey. "Siapa cowok keren itu?"
"Itu Mr. Solomon, Macey," kataku, berjalan ke kamar man?
di karena, well, aku nggak mau menangis di depan temanteman?ku. Dan salah satu keuntungan proses mencuci muka
adalah kau punya alasan untuk menyipitkan mata dan ber?
paling. "Bukan Mr. Solomon," kata Macey. "Cowok satunya. Apa
dia Blackthorne?" "Bukan, Macey," kata Bex, menjawab untukku. Aku melirik
cermin kamar mandi, melihat Bex berpaling dari layar dan
me?natapku di cermin. "Itu ayah Cam."
Kami mempelajari banyak hal berbahaya di Akademi
Gallagher, tapi beberapa hal begitu ditakuti sampai-sampai
nggak pernah diucapkan. Semua orang tahu Dad bekerja di
CIA. Bahwa Dad menjalankan misi dan nggak pernah pulang.
Sekarang ada makam kosong di tanah keluarga kami di
Nebraska. Semua orang tahu, tapi nggak seorang pun pernah
Isi-Croos my heart.indd 58
8/13/09 9:57:18 AM

Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertanya bagaimana ceritanya. Dan malam itu, Macey juga
sama. Aku mencipratkan air dingin ke wajahku dan menggosok
gigi, berpegangan pada rutinitasku"yang normal. Aku mung?
kin bakal tinggal di sana, menggosok gigi selamanya, kalau saja
aku nggak mendengar Liz bilang, "Oh. Astaga."
Di cermin kulihat Liz menatap foto di layar dengan mata
ilmu?wan, menangkap semua detail dari wajah kedua laki-laki
itu. "Cam," seru Liz, tanpa mengalihkan pandangannya dari
layar. "Kau harus melihat ini!"
Aku beralih dari menggosok gigi ke memakai pelembap
wajah"apa pun untuk tetap sibuk. "Aku sudah melihatnya,"
kataku padanya. "Bukan, Cam," kata Liz, menunjuk layar terang di kamar
remang-remang itu. "Lihat! Lihat kausnya! Kaus Mr.
Solomon!" Tapi Liz nggak perlu menyelesaikan kata-katanya, karena di
sana" diperbesar"diperjelas"kulihat apa yang nggak kulihat
di kantor Mom. Aku membaca tulisan INSTITUT
BLACKTHORNE UNTUK PRIA. "Itu sekolah," kata Macey perlahan-lahan.
"Sekolah khusus cowok!" seru Liz.
Aku menatap foto itu dan mengatakan apa yang dipikirkan
yang lainnya. "Sekolah mata-mata?"
Isi-Croos my heart.indd 59
8/13/09 9:57:19 AM t.c Bab E n a m ku sering sekali dengar bahwa hal tersulit untuk seorang
mata-mata bukanlah mengetahui banyak hal"tapi bersikap
se?akan kau nggak tahu hal-hal yang seharusnya nggak kau?
ketahui. Tapi aku nggak pernah betul-betul menghargai per?
beda?annya sampai saat itu. Susah sekali menatap Mr. Solomon,
hampir nggak mungkin menatap Mom, dan seluruh hari be?
rikutnya terasa seperti mimpi. Mimpi buruk ada-sekolah-matamata-khusus-cowok-yang-nggak-pernah-diberitahukan-seorangpun-padaku yang sangat aneh.
Blackthorne itu sekolah! Sekolah Mr. Solomon! Sekolah
tempat mereka membuat Mr. Solomon-Mr. Solomon lainnya!
Jelas, itu hari teraneh sepanjang kehidupan rahasiaku. (Ter?
masuk waktu lab Dr. Fibs jadi bebas-gravitasi untuk semen?
tara.) Kuyakinkan diriku bahwa mungkin cuma kebetulan Tina
Walters bersumpah bahwa ada sekolah mata-mata khusus
Isi-Croos my heart.indd 60
8/13/09 9:57:19 AM cowok di Maine sejak lama. Bagaimanapun, Tina juga ber?
sumpah Gillian Gallagher adalah keturunan langsung Joan of
Arc. Tina bersumpah tentang banyak hal. Dan seringnya sa?
lah. Tapi waktu Profesor Buckingham naik podium dan meng?
umum?kan, "Hari ini kita akan membahas asal-usul organisasiorganisasi rahasia, dimulai dengan Teori Montevellian tentang
Pengembangan Agen," Aku tahu aku nggak akan bangun dari
mimpi ini dalam waktu dekat.
Aku sangat menyukai Profesor Buckingham. Dia wanita
ke?ren, kuat, dan tokoh panutan terhebat, tapi gaya mengajar?
nya mungkin paling tepat dideskripsikan sebagai" well" mem?
bosankan. "Sejak dipublikasikan lebih dari dua ribu tahun lalu, Seni
Perang menjadi tesis penentu dalam perang dan tipu mus?li?
hat..." Buckingham membaca dari catatannya selagi sinar
matahari hangat bersinar menembus jendela-jendela dan
makan siang terasa berat di perutku. Suaranya menenangkan,
dan rasanya kelopak mataku beratnya sekitar satu ton, karena,
untuk alasan-alasan yang sudah jelas, hampir tak seorang pun
di kamar kami tidur semalam.
(Apakah aku sudah bilang bahwa kami punya bukti yang
sangat meyakinkan tentang keberadaan sekolah khusus cowok"
Sekolah mata-mata!) Tapi apakah Profesor Buckingham memberitahu kami ten?
tang kelompok yang mungkin merupakan saudara-saudara
cowok kami yang telah lama hilang" Nggak. Dia bicara tentang
Dewan Agen Rahasia tahun 1947, yang, biar kuberitahu, sama
sekali nggak semenarik kedengarannya.
Lalu Buckingham berhenti bicara. Keheningan yang tiba61
Isi-Croos my heart.indd 61
8/13/09 9:57:19 AM tiba membuatku terbangun saat guruku memandang dari atas
kacamata bacanya. "Ya, Miss McHenry?"
Lalu, mungkin untuk pertama kalinya semester itu, Patricia
Buckingham mendapatkan perhatian penuh dari kami.
"Maaf, Profesor," kata Macey. "Saya hanya ingin tahu"dan
maaf kalau yang lain sudah tahu tentang ini"saya masih agak
baru, Anda tahu kan."
"Tidak apa-apa, Miss McHenry," kata Buckingham. "Apa
per?tanyaanmu?" "Well, saya hanya ingin tahu apakah ada sekolah lain."
Macey terdiam sejenak. Ia tampaknya mengamati guru kami
se?saat sebelum menambahkan, "Seperti Akademi Gallagher."
Liz hampir jatuh dari kursinya. Mata Tina amat sangat
melebar, dan aku cukup yakin seluruh kelas sepuluh berhenti
bernapas. "Maksud saya," lanjut Macey, "apakah Akademi Gallagher
satu-satunya sekolah jenis ini, atau apakah ada?"
"Hanya ada satu Akademi Gallagher untuk Wanita Muda
Ber?bakat, Miss McHenry," kata Buckingham, menegakkan
bahu. "Ini institusi terbaik untuk jenis ini di dunia."
Buckingham tersenyum dan kembali pada catatannya, betulbetul nggak mengharapkan Macey melanjutkan pertanyaan.
"Jadi memang ada institusi lainnya?"
Buckingham mendesah, dan ekspresi yang hampir seperti
ke?sakitan muncul di wajahnya saat ia memilih kata-kata de?
ngan hati-hati. "Saat Perang Dingin, konsep merekrut dan
me?latih agen pada usia muda bukanlah praktik yang tidak
lazim. Dan mungkin memang ada institusi-institusi yang didiri?
kan untuk tujuan itu." Lalu ia menaikkan kacamata dan me?
mandang berkeliling ruangan seakan untuk melihat tepatnya,
Isi-Croos my heart.indd 62
8/13/09 9:57:20 AM sudah seberapa jauh kami memaksanya menyimpang dari topik.
"Untuk alasan-alasan yang sudah jelas, tidak mungkin memasti?
kan apakah sekolah-sekolah semacam itu ada saat ini. Kalau
pertanyaannya apakah pernah ada sekolah-sekolah semcam itu,
jawabannya ya." "Jadi mungkin ada sekolah-sekolah lain?" seru Tina.
"Mungkin dan memang, Miss Walters," kata Buckingham,
suaranya sekeras baja, "adalah dua hal yang sangat berbeda."
Ia memberi kami senyum dingin yang menandakan bagian
tanya-jawab pelajaran hari itu resmi berakhir.
Buckingham kembali pada catatannya. "Teori ini adalah
cara yang dipakai sampai tahun 1953, saat sekelompok agen
yang pensiun?" Perhatian Eva dan Tina melayang kembali ke
luar jendela. Tapi aku dan teman-teman sekamarku tetap was?
pada. Pernah ada sekolah-sekolah lainnya.
Belum tentu sekarang masih ada.
Aku memikirkan cara Mr. Solomon dan Dad tersenyum di
foto itu. Nggak ada tanggal di sana, nggak ada nama tempat.
Se?akan foto itu hampir terlihat palsu"bagian dari suatu le?
genda yang diciptakan CIA dalam lab, salah satu alias Dad
yang nggak kuketahui. Lalu terdengar ketukan di pintu.
"Ya?" kata Buckingham sambil melepas kacamatanya dan
pintu terbuka. Semua kepala di ruangan menoleh dan Mr. Solomon ber?
kata, "Kuis mendadak."
Aku tidak tidur sungguhan semalam. Aku tidak makan dengan
benar tadi. Itu waktu terburuk untuk tugas Operasi Rahasia,
Isi-Croos my heart.indd 63
8/13/09 9:57:20 AM walau begitu, tiga menit kemudian, saat aku mengan?cing?kan
mantel musim dinginku dan berlari menuruni Tangga Utama
bersama seluruh anggota kelas sepuluh Operasi Rahasia, aku
berhenti memikirkan tentang foto dan dokumen semalam. Aku
berhenti berpikir. Dan kadang-kadang, bahkan di Akademi
Gallagher, itu bisa jadi hal yang sangat bagus.
Angin dingin bertiup di wajah selagi kami berlari melewati
pintu depan. Van yang familier berhenti di jalan masuk, jadi
kami berjalan ke arahnya sampai Mr. Solomon berseru, "Bukan
itu kendaraan kita, ladies," dan delapan agen yang sangat
terlatih berhenti berjalan.
Aku memandang ke sebelah kananku, mengharapkan van
lain muncul dari belokan mansion, tapi yang kulihat hanyalah
anak-anak kelas delapan yang sedang berjalan menuju kelas Per?
lindungan dan Penegakan (P&P), kucir ekor kuda mereka
berayun maju-mundur selagi mereka berlari. Aku menoleh ke
sebelah kiri dan nggak melihat apa-apa kecuali salju di lapangan
terbuka luas yang berada di antara mansion dan hutan.
"Lalu bagaimana kita?" aku memulai, tapi langsung ter?
diam. Sinar matahari terang memantul pada tumpukan salju
se?tengah mencair yang besar-besar. Aku menyipitkan mata dan
berkedip, meyakinkan mataku nggak berhalusinasi, karena aku
berani sumpah bentuk tanahnya mulai berubah.
Aku memandang guruku, melihat senyum yang sangat
samar muncul di bibirnya selagi, di belakangnya, lubang besar
muncul di tengah lapangan. Baling-baling kembar helikopter
naik dengan pasti dari lubang raksasa itu, dan salju basah ter?
bang ke atas tanah yang membeku saat baling-balingnya mulai
berputar. Mr. Solomon menunjuk ke atas dan berkata, "Itu
kendaraan kita." Isi-Croos my heart.indd 64
8/13/09 9:57:21 AM t.c Bab T u j u h aktu aku berumur lima tahun, Mom membawaku ke Aka?
demi Gallagher untuk pertama kalinya. Dulu kukira itu ba?
ngunan terbesar di dunia; tapi hari ini aku melihat dari jendela
helikopter dan mengamati mansion jadi semakin dan semakin
kecil sampai kelihatannya gedung sekolah kami berada di
dalam snowglobe yang dikocok keras-keras oleh seseorang.
Kami terbang sangat rendah di atas hutan sehingga aku
ham?pir bisa menyentuh pepohonannya. Aku berpikir tentang
bagai?mana sekolahku sudah mengajariku kimia dan biologi,
bahkan penghargaan yang sangat nyata terhadap kaligrafi. Tapi
helikopter betul-betul teritori baru! Apakah bakal ada acara
melompat" Atau turun dengan tali" (Halo"seragam kami kan
memakai rok.) Aku nggak tahu apakah itu karena guncangan, gugup, atau
karena melihat penutup mata di tangan Mr. Solomon, tapi
pe?rut?ku bergolak sedikit.
Isi-Croos my heart.indd 65
8/13/09 9:57:21 AM "Sayangnya ini bukan tur untuk melihat-lihat pe?man?dang?
an, ladies," kata Mr. Solomon saat mengikatkan kain-kain itu
menutupi mata kami. "Kalau aku jadi kalian, aku akan
membuat diriku nyaman. Kita akan berada di atas sini cukup
lama." Well, ternyata "cukup lama" itu persis 47 menit dan 42 detik,
karena tepat setelah itu aku merasakan helikopter menurun
dengan cepat. Selama waktu itu, Mr. Solomon mengingatkan
"Dilarang mengintip, Miss Walters" dua kali, tapi selain itu
dan dengkuran Bex (dia me?mang bisa tidur di mana saja!),
nggak terdengar satu suara pun da?lam perjalanan misterius
kami. Aku nggak tahu seberapa cepat kami melaju, atau ke arah
mana. Yang kutahu hanyalah kami ada di udara selama hampir
48 menit dan aku betul-betul harus ke kamar mandi.
Kami mendarat. Kudengar pintu helikopternya membuka,
lalu seseorang membimbingku keluar ke trotoar dan masuk ke
van yang sudah menunggu. Tak lama kami sudah melaju lagi.
Tujuan tidak diketahui. Aku mencium parfum Bex di sebelahku dan merasa sedikit
terhibur oleh aroma familier itu.
"Lepaskan penutup matanya," kata Mr. Solomon.
Kutarik kain hitam yang melingkari kepalaku, dan sesaat
kemudian aku menyipitkan mata, mencoba terbiasa dengan
cahaya, situasi, dan yang terpenting, pemandangan tujuh
Gallagher Girls dengan bentuk rambut yang sangat patut di?
pertanyakan. Listrik statis memenuhi van itu. Rambut hitam
panjang Eva bisa dibilang berdiri tegak. Tapi aku terpesona
oleh peralatan mutakhir yang berjajar di depan dinding-dinding
Isi-Croos my heart.indd 66
8/13/09 9:57:22 AM van yang tak berjendela. Alat-alat yang dua generasi lebih baik
dari apa pun yang pernah kami miliki sekarang berada dalam
jangkauan kami. Aku nggak perlu Joe Solomon berkata, "Hari
ini kita bermain dengan para profesional, ladies" untuk tahu
bahwa itu benar. Mr. Solomon menoleh pada Courtney. "Antipengintaian


Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

punya tiga fungsi, Miss Bauer, sebutkan."
"Mendeteksi dan menghindari prosedur pengintaian?" kata
Courtney, jawabannya lebih mirip pertanyaan daripada kutipan
langsung dari halaman 29 buku Petunjuk Bagi Agen Rahasia
Tentang Tindakan Antipengintaian.
"Itu betul," kata Mr. Solomon. Ia tidak tersenyum. Ia nggak
me?muji Courtney. Sebaliknya, ia menatap layar yang meme?
nuhi dinding van itu, kabel-kabel, serta keyboard yang terkunci
ke tempatnya dengan hati-hati. "Ini dunia yang besar, ladies,
tapi bukan berarti mudah bersembunyi di dalamnya. Kalau
kalian tetap di jalur studi ini, kalian sebaiknya siap untuk
selalu waspada, melihat ke belakang bahu kalian selama sisa
hidup kalian. "Antipengintaian bukanlah hal yang kalian pelajari dari
buku"itu bukan tentang teori," Solomon melanjutkan. "Itu
tentang perasaan menggelitik di belakang leher, suara kecil di
kepala yang memberitahu kalian saat ada sesuatu yang tidak
beres." Van itu berhenti.
"Semester lalu, beberapa dari kalian?"ia menatap tepat ke
arahku?"membuktikan bahwa kalian cukup baik dalam men?
jadi tidak terlihat saat kalian tidak ingin terlihat. Well, hari
ini kalian berubah dari pengintai menjadi yang diintai. Dan,
ladies?" Mr. Solomon berhenti sejenak. Teman-teman
sekelasku tidak bergerak sama sekali, betul-betul hening, sam?
Isi-Croos my heart.indd 67
8/13/09 9:57:22 AM pai aku hampir bisa mendengar jantung kami yang berdebardebar, ?"ini lebih sulit."
Aku memikirkan misi pertama kami semester lalu, bagai?
mana Mr. Smith menggunakan setiap cara antipengintaian
yang diketahui manusia hanya untuk menikmati satu malam
di taman kota Roseville. Melihatnya saja sudah melelahkan
dan aku tahu Mr. Solomon benar. Para penjahatnya bisa jadi
siapa saja, ada di mana saja, dan keuntungannya akan selalu
berada di pihak mereka. "Berpencar jadi empat grup yang terdiri atas dua orang"
dan ingat"aku tidak tahu tepatnya berapa banyak agen yang
me?nunggu di luar sana hari ini, ladies. Tapi kalau mereka
hebat"dan kalian harus berasumsi mereka amat sangat
hebat"maka diperlukan setiap trik yang kalian ketahui dan
setiap tetes keberuntungan yang bisa kalian dapatkan untuk
meng?identifikasi mereka, melepaskan diri dari mereka, dan
sampai ke lokasi ini sebelum pukul lima." Ia mengeluarkan
amplop dari saku mantel dan meletakkannya di tangan Tina.
Mr. Solomon berjalan ke pintu belakang van. "Oh, dan
ladies, pengintaian mungkin membantu kalian melakukan
pekerjaan kalian, tapi antipengintaian membuat kalian tetap
hidup. Kalau Operasi ini sulit?" suara Mr. Solomon meng?
hilang, dan selama sedetik ia bukan hanya guru, ia juga teman
Dad ?"memang seharusnya begitu."
Pintunya terbuka, sinar matahari terang mengalir masuk
dan waktu kami mendengar bunyi logam keras pintu itu lagi,
Joe Solomon sudah menghilang.
Bisa saja kami sudah terbang sejauh tiga ratus kilometer,
atau mungkin hanya berputar-putar dan sekarang kembali ber?
ada di jalan masuk sekolah, enam meter dari tempat semuanya
Isi-Croos my heart.indd 68
8/13/09 9:57:22 AM dimulai. Apa pun mungkin, tapi satu hal sudah pasti: tes ini
bukan tentang nilai"segala hal di Akademi Gallagher bukan
hanya tentang nilai. "Ayo lakukan, Cammie," kata Bex. Aku beringsut ke arah
pintu dan membukanya sedikit.
Segaris cahaya terang memasuki van remang-remang itu saat
aku mengintip keluar dan membiarkan mataku terbiasa dengan
apa yang kulihat. "Kita di mal."
"Asyik," kata Bex, bergeser ke arahku.
Aku membuka pintunya lebih lebar. "Bukan mal jenis
itu." Isi-Croos my heart.indd 69
8/13/09 9:57:23 AM t.c Bab D e l a p a n ami merangkak, satu demi satu, keluar dari belakang van
dan berdiri lama sekali, menatap jalanan berumput yang berada
di antara Monumen Washington dan United States Capitol,
di jantung kota Washington, D.C. Banyak orang mengira
Smithsonian adalah satu museum, tapi sebetulnya gedung itu
terdiri atas banyak museum berbeda, dan saat itu kami berada
di tengah-tengahnya. Kami bisa melihat segalanya, mulai dari
Konstitusi AS sampai jaket kulit Fonzie, tapi entah bagaimana
aku tahu bahwa dari semua grup sekolah yang mengadakan
karyawisata ke National Mall setiap tahunnya, grup kami
sangat berbeda. Seorang pria berpakaian hitam-hitam meregangkan lutut di
bangku sebelum pergi sambil berlari-lari kecil. Antrean panjang
wanita yang mengenakan kaus seragam bertulisan "Louisville
Dibalik Keheningan Salju 11 Pendekar Naga Putih 52 Penyembah Dewi Matahari Rajawali Sakti Dari Langit Selatan 10

Cari Blog Ini