Ceritasilat Novel Online

Penerjemah Bahasa Yunani 1

Sherlock Holmes - Penerjemah Bahasa Yunani Bagian 1


Memoar Sherlock Holmes PENERJEMAH BAHASA YUNANI Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
SELAMA bertahun-tahun mengenal Mr. Sherlock Holmes, aku belum pernah mendengarnya
menyebut-nyebut keluarganya. Demikian pula tentang masa lalunya. Sikap bungkamnya atas hal ini
malah membuatku penasaran, sampai-sampai aku menganggapnya sebagai orang yang sengaja
menyendiri, punya otak tapi tak punya hati, cerdik luar biasa tapi kurang simpatik. Antipatinya
terhadap wanita, dan keengganannya memiliki teman-teman baru, menunjukkan sifat-sifat khasnya
yang memang tak begitu banyak memberi peran pada emosinya, seperti halnya dia tak pernah
menyebut-nyebut keluarganya. Aku lalu berpikir bahwa dia mungkin yatim-piatu, tanpa seorang
keluarga pun yang masih hidup. Tapi suatu hari, aku dibuatnya sangat terkejut karena dia mulai
menceritakan tentang saudara laki-lakinya kepadaku.
Waktu itu, kami baru saja selesai minum teh di sore hari. Kami berbincang-bincang tentang
macam-macam hal, dari perkumpulan perkumpulan golf sampai ke penyebab perubahan kemiringan
pada gerhana-gerhana, hingga akhirnya sampai pada masalah atavisme dan bakat-bakat turunan. Kami
membahas sampai sejauh mana bakat khusus seseorang berhubungan dengan nenek moyangnya, dan
sampai sejauh mana kaitannya dengan latihan yang pernah dilakukannya sendiri.
"Dalam kasusmu sendiri," kataku, "dari semua yang telah kauceritakan padaku nampak jelas
bahwa bakatmu dalam hal melakukan penyelidikan dan mengambil kesimpulan disebabkan oleh
latihan-latihanmu sendiri yang sistematis."
"Tidak seluruhnya," jawabnya sambil berpikir. "Nenek moyangku adalah bangsawan-bangsawan desa, yang nampaknya menjalani hidup sebagaimana layaknya orang-orang sederajat
mereka. Tapi walaupun demikian, bakatku itu sudah mendarah daging, mungkin warisan dari nenekku
yang adalah saudara perempuan Vernet, seniman Prancis itu. Darah seni yang menurun bisa aneh-aneh
bentuknya." "Tapi, bagaimana kau tahu kalau itu bakat turunan""
"Karena saudara lelakiku yang bernama Mycroft juga memilikinya, malah secara lebih hebat."
Ini sungguh-sungguh berita menarik bagiku. Kalau ada orang lain di Inggris yang memiliki
2 kemampuan khas seperti dia, mengapa kepolisian ataupun masyarakat pada umumnya tak pernah
mendengar namanya" Kuajukan pertanyaan itu sambil memuji kerendahan hatinya, karena dia
menganggap saudara lelakinya lebih hebat daripada dirinya. Holmes tertawa mendengar pernyataanku.
"Sobatku Watson," katanya, "aku tak setuju dengan orang yang menganggap kerendahan hati
sebagai perbuatan yang terpuji. Bagi orang yang berpikir secara logis, semua harus berdasarkan
kenyataan yang sebenarnya. Merendahkan diri sendiri ataupun membesar-besarkannya berarti
melenceng dari kenyataan. Maka, kalau kukatakan bahwa Mycroft memiliki kemampuan menyelidiki
yang lebih hebat daripadaku, memang demikianlah kenyataannya."
"Apakah dia lebih muda darimu""
"Tujuh tahun lebih tua dariku."
"Kenapa dia tak dikenal""
"Oh, dia cukup terkenal di lingkungannya sendiri."
"Di mana itu""
"Yah, di Diogenes Club, misalnya."
Aku tak pernah mendengar tentang klub itu, dan mimik wajahku pasti menampakkan hal itu,
karena Holmes lalu mengeluarkan jam tangannya.
"Diogenes Club merupakan klub yang paling unik
di London, dan Mycroft memang salah satu dari
orang-orang yang paling unik. Dia selalu ada di sana
dari jam lima kurang seperempat sampai jam
delapan lewat dua puluh. Sekarang jam enam. Mau
jalan-jalan sebentar" Cuacanya indah sore ini, dan
nanti akan kutunjukkan apa-apa yang ingin
kauketahui." Lima menit kemudian kami sudah berada di
jalanan, menuju ke arah Regent Circus.
"Kau pasti ingin tahu," kata temanku, "kenapa
3 Mycroft tak menggunakan kemampuannya untuk bekerja sebagai detektif. Dia tak bisa melakukan hal
itu." "Tapi, kupikir kau mengatakan...!"
"Aku mengatakan bahwa kemampuannya menyelidiki dan mengambil kesimpulan lebih hebat
daripadaku. Kalau saja pekerjaan seorang detektif bisa dilakukan hanya dari belakang meja sambil
duduk-duduk, kakakku akan m
enjadi agen kriminal paling hebat yang pernah ada. Sayang dia tak
punya ambisi dan tak punya tenaga. Dia tak mau bersusah payah membuktikan kebenaran
kesimpulannya. Dia lebih suka dianggap salah daripada repot-repot membuktikan bahwa dirinya benar.
Aku sudah berkali-kali mengemukakan masalah kepadanya, dan telah menerima penjelasan darinya
yang nantinya pasti terbukti kebenarannya. Tapi dia benar-benar tak mampu melakukan hal-hal praktis
yang perlu dilacak sebelum suatu kasus dapat diajukan ke pengadilan."
"Jadi profesinya bukan itu, ya""
"Bukan sama sekali. Apa yang bagiku mata pencaharian, baginya hanya hobi sampingan. Dia
memiliki kemampuan yang luar biasa dalam hal mengutak-atik angka, dan dia bekerja sebagai auditor
dari beberapa departemen pemerintah. Mycroft tinggal di Pall Mall, dan dia hanya perlu berjalan
membelok gang untuk sampai ke Whitehall setiap pagi dan kembali ke tempat tinggalnya pada malam
hari. Itu sudah dijalaninya selama bertahun-tahun. Dia tak pernah pergi ke mana-mana, kecuali ke
Diogenes Club, yang letaknya berseberangan dengan pondoknya."
"Aku belum pernah mendengar nama itu."
"Tentu saja. Kau tahu, kan" Ada banyak orang di London, yang karena malu atau karena tak
ingin bergaul, akhirnya tak suka berteman dengan siapa pun. Tapi mereka sangat menyukai kursi-kursi
empuk dan majalah-majalah terbaru. Untuk orang-orang seperti itulah Diogenes Club didirikan, dan
anggotanya terdiri atas orang-orang yang tidak suka bergaul di kota ini. Setiap anggota tidak boleh
memperhatikan anggota yang lain. Kecuali di ruang tamu, mereka tak diizinkan berbicara, apa pun
alasannya. Kalau ini dilanggar sampai tiga kali dan dilaporkan ke pengurus, pelaku pelanggaran itu
akan dicabut keanggotaannya. Kakakku adalah salah satu pendiri perkumpulan itu, dan menurutku
suasana di situ memang membuat hati amat tenang dan tenteram."
Sambil berbincang-bincang akhirnya kami tiba di Pall Mall dari ujung Jalan St James. Sherlock
4 Holmes berhenti di depan sebuah pintu tak jauh dari Carlton, dan memberi isyarat padaku untuk tidak
berbicara. Kami lalu memasuki ruang depan gedung itu. Dari tiang kaca aku melihat sebuah ruangan
yang besar dan mewah, di mana ada banyak orang sedang duduk-duduk atau sedang membaca koran di
bilik-bilik yang masing-masing terpisah satu sama lain. Holmes menunjuk ke sebuah bilik yang
menghadap ke Pall Mall dan meninggalkanku di situ. Dia pergi selama satu menit, dan kembali
bersama seseorang yang kuyakin adalah kakaknya.
Dibanding Sherlock, Mycroft Holmes lebih besar dan
kokoh tubuhnya. Dia amat gemuk, tapi wajahnya, walaupun
lebih lebar, memancarkan kewaspadaan yang sama dengan
adiknya. Matanya yang berwarna abu-abu muda menerawang
jauh dan menyelidik, sama seperti pandangan Sherlock Holmes
kalau dia sedang mengerahkan segenap kemampuannya.
"Saya senang bertemu dengan Anda, sir," katanya sambil
mengulurkan tangannya yang lebar, bagaikan sirip anjing laut.
"Saya banyak membaca tentang Sherlock karena Anda
menuliskan kisah-kisahnya. Omong-omong, Sherlock, kau
kutunggu-tunggu minggu lalu untuk berkonsultasi soal kasus
Manor House. Kukira kau agak kewalahan."
"Tidak, sudah terselesaikan, kok," katanya sambil
tersenyum. "Adams, kan, pelakunya""
"Ya." "Aku sudah merasa yakin akan hal itu sejak awal." Kedua saudara itu duduk bersama di jendela
rendah di depanku. "Bagi orang yang ingin mempelajari seluk-beluk manusia, inilah tempatnya," kata
Mycroft. "Lihatlah macam-macam manusia yang hebat-hebat ini! Dua orang yang sedang berjalan ke
arah kita itu, misalnya."
"Tukang catat permainan biliar, dan satunya lagi""
"Tepat. Menurutmu apa pekerjaan yang satunya itu""
5 Kedua orang itu berhenti di seberang jendela. Kantong baju salah satunya berlepotan bekas
kapur, dan ini menunjukkan bahwa dia ada hubungannya dengan biliar. Temannya berbadan kecil,
kulitnya gelap, topinya ditarik ke belakang, dan dia membawa beberapa bungkusan di bawah
lengannya. "Menurutku, dia seorang mantan tentara," kata Holmes.
"Baru saja bebas tugas," komentar kakaknya.
"Dulu tugas di India."
"Sebagai bintara."
"Di bagian artileri," kata Holmes.
"Seorang duda."
"Tapi punya satu anak."
"Lebih dari satu, adikku, lebih dari satu."
"Ayolah," kataku sambil tertawa, "kalian agak keterlaluan."
"Jelas," jawab Holmes, "tak sulit menebaknya. Kalau ada orang seperti itu, yaitu yang wajahnya
memancarkan wibawa dan kulitnya terbakar matahari, dia pasti seorang tentara yang baru datang dari
India, dan tak mungkin dia itu orang swasta "
"Bahwa dia baru saja bebas tugas terlihat dari sepatu anti amunisi yang masih dipakainya,"
Mycroft mengamati orang itu.
"Langkahnya tak mirip langkah pasukan kavaleri, tepi topinya miring sebelah sebagaimana
terlihat dari sebagian dahinya yang warnanya tak segelap dahi sebelahnya. Berat badannya tak
memungkinkannya bertugas di bagian pertahanan. Jadi dia pasti bertugas di bagian artileri."
"Lalu wajahnya yang sedang berkabung menunjukkan bahwa dia baru saja ditinggalkan oleh
orang yang sangat dikasihinya. Dia belanja sendiri, jadi mungkin memang istrinyalah yang telah
meninggal. Dia belanja keperluan anak-anak. Ada bunyi mainan bayi. Mungkin istrinya meninggal
waktu melahirkan bayi itu. Ada buku bergambar di bawah lengannya, berarti ada anak lain yang juga
memerlukan perhatiannya."
6 Aku mulai mengerti maksud temanku waktu dia mengatakan bahwa saudara lelakinya memiliki
kemampuan yang lebih hebat darjpadanya. Dia memandangku sekilas sambil tersenyum. Mycroft
mengambil rokok dari sebuah kotak yang terbuat dari kulit kura-kura dan menghapus rontokan
tembakau di jasnya dengan saputangan sutera besar berwarna merah.
"Omong-omohg, Sherlock," katanya, "Aku ada sesuatu yang pasti menarik hatimu masalah
unik yang diserahkan kepadaku agar aku bisa memberikan beberapa pertimbangan. Aku benar-benar
tak punya energi untuk melacaknya, kecuali secara sambil lalu. Tapi kasus ini mengandung beberapa
spekulasi yang menarik. Kalau kau mau mendengarkan fakta-faktanya "
"Mycroft kakakku, dengan senang hati aku bersedia untuk itu."
Kakaknya menulis sebuah pesan di buku sakunya, dan sambil memencet bel, diserahkannya
pesan itu kepada seorang pelayan.
"Aku minta Mr. Melas untuk datang kemari," katanya. "Dia tinggal di gedung yang sama
denganku, tapi di lantai yang lebih atas. Aku pernah berkenalan dengannya, dan itulah sebabnya dia
menghubungiku waktu menghadapi masalah ini. Sejauh pengetahuanku, Mr. Melas itu keturunan
Yunani, dan seorang ahli bahasa yang terkenal. Dia bekerja sebagai penerjemah di pengadilan-pengadilan dan juga sebagai pemandu wisata bagi tamu-tamu kaya dari negara Timur yang menginap di
hotel-hotel di daerah Northumberland Avenue. Kupikir, sebaiknya dia sendiri saja yang nanti
menceritakan pengalamannya yang luar biasa."
Beberapa menit kemudian seorang lelaki yang pendek kekar bergabung dengan kami. Wajahnya
yang kekuning-kuningan dan rambutnya yang berwarna hitam kelam menunjukkan bahwa dia berasal
dari Selatan, walaupun bahasanya bagus sekali sebagaimana layaknya seorang Inggris yang terpelajar.
Dia menjabat tangan Sherlock Holmes dengan penuh semangat, dan matanya yang hitam berkilauan
oleh rasa gembira ketika dia tahu bahwa spesialis kriminal itu ingin mendengar kisahnya.
"Saya yakin polisi tak akan menanggapi ini... pasti," katanya dalam suara yang memelas.
"Hanya karena mereka tak pernah menghadap peristiwa seperti itu sebelumnya, mereka langsung saja
mengatakan bahwa hal itu tak mungkin terjadi. Tapi saya tak akan merasa tenteram sebelum saya tahu
apa yang terjadi pada pria yang mukanya ditempeli plester itu."
"Saya mendengarkan Anda," kata Sherlock Holmes.
7 "Sekarang Rabu malam," kata Mr. Melas, "yah, peristiwa ini terjadi Senin malam hanya dua
hari yang lalu, kan" Saya seorang penerjemah, sebagaimana mungkin telah dijelaskan oleh tetangga
saya ini kepada Anda. Saya menerjemahkan semua bahasa atau lebih tepatnya hampir semua bahasa
tapi karena saya kelahiran Yunani dan nama saya juga masih nama Yunani, saya lebih sering diminta
untuk menerjemahkan bahasa Yunani. Selama bertahun-tahun, sayalah penerjemah bahasa Yunani yang
paling utama di London, dan nama saya dikenal di hotel-hotel.
"Sering juga saya dimi
nta menjadi penerjemah pada jam-jam yang aneh oleh orang-orang asing
yang menemui kesulitan, atau oleh tamu-tamu yang tiba larut malam dan memerlukan jasa saya saat itu
juga. Itulah sebabnya, saya tak terkejut ketika pada Senin malam Mr. Latimer, seorang pria muda yang
sangat keren pakaiannya, datang ke tempat saya dan mengajak saya pergi dengan taksi yang sudah
menunggu di luar. Dia bilang, seorang rekan usaha dari Yunani telah datang kepadanya untuk urusan
bisnis, dan karena dia tak bisa berbahasa lain kecuali bahasa ibunya, jasa seorang penerjemah tak bisa
dielakkan. Dia menjelaskan bahwa rumahnya agak jauh, di Kensington, dan dia nampaknya sangat
terburu-buru. Dia mendorong saya dengan cepat untuk masuk ke taksi begitu kami keluar ke jalan.
"Saya pikir kendaraan itu taksi, tapi kemudian saya menyadari bahwa kendaraan yang
membawa saya itu lebih tepat disebut kereta pribadi. Kereta itu jelas lebih lebar dari kereta roda empat
yang biasa ditemukan di London, dan perlengkapannya pun nampak mewah. Mr. Latimer duduk di
depan saya, dan kami berangkat melewati Charing Cross menuju ke Shaftesbury Avenue. Kami baru
saja melewati Oxford Street, dan saya baru saja mau berkomentar kenapa harus putar-putar kota kalau
memang tujuannya hendak ke Kensington, ketika teman seperjalanan saya tiba-tiba melakukan hal-hal
yang ganjil. "Dia mulai dengan menarik tongkat pemukul yang nampaknya berat dari sakunya, lalu
menggerak-gerakkannya ke depan dan belakang beberapa kali seolah-olah sedang menguji kekuatan
dan beratnya. Tanpa berkata apa-apa, tongkat itu lalu diletakkannya di sampingnya. Sesudah itu dia lalu
menutup semua jendela kereta, dan saya pun jadi terkejut karena jendela-jendela itu berlapiskan kertas
sehingga saya tak bisa melihat ke luar.
"'Maaf, Anda tak bisa melihat ke luar, Mr. Melas,' katanya. 'Memang Anda tak boleh tahu ke
mana kita akan pergi. Mungkin akan merugikan saya kalau Anda bisa kembali ke tempat yang akan kita
tuju ini.' 8 "Bayangkan! Saya sangat terkejut
mendengarnya. Rekan seperjalanan saya itu
masih muda, kekar, dan lebar pundaknya.
Walaupun misalnya dia tak bersenjata, saya
tetap takkan menang kalau berkelahi melawan
dia. "'Wah, kelakuan Anda aneh sekali, Mr.
Latimer,' saya berkata dengan tergagap.
'Sadarkah Anda bahwa tindakan Anda ini
melanggar hukum"' "'Memang saya agak lancang,' katanya, 'tapi
kami akan menebusnya nanti. Namun saya
peringatkan Anda, Mr. Melas, jangan coba-coba membuat ulah yang bertentangan dengan kehendak saya, karena akibatnya bisa serius. Ingat, tak
boleh ada seorang pun tahu Anda sedang berada di mana, dan selama Anda berada di kereta ini atau di
rumah saya, Anda berada di bawah kekuasaan saya.'
"Dia mengucapkan itu dengan tenang, tapi mengandung ancaman. Saya duduk diam, sambil
bertanya tanya dalam hati untuk apa dia menculik saya dengan cara yang aneh ini. Apa pun alasannya,
saya menyadari bahwa saya tak bisa menghindar, dan bahwa saya hanya bisa menunggu untuk melihat
apa yang akan terjadi. "Perjalanan sudah hampir selama dua jam, tapi saya masih tetap tak tahu sedang menuju ke
mana kami ini. Kadang-kadang terdengar gemeretak suara batu-batuan yang menunjukkan bahwa kami
sedang melewati jembatan, dan kadang-kadang terasakan jalanan beraspal yang halus sehingga deru
kereta itu nyaris tak terdengar. Hanya itu yang saya ketahui. Kertas yang menutupi jendela benar-benar
tak tembus cahaya, dan layar berwarna biru menutupi kaca depan. Kami meninggalkan Pall Mall jam
tujuh lewat seperempat, dan ketika kereta yang membawa kami itu akhimya berhenti arloji saya
menunjukkan jam sembilan kurang sepuluh menit. Rekan saya menurunkan jendela dan nampaklah
oleh saya pintu masuk rendah yang melengkung, yang di atasnya terdapat lampu yang menyala. Ketika
saya keluar dari kereta, pintu itu langsung terbuka, dan saya lalu sudah berada di dalam rumah. Waktu
9 mau masuk tadi, sekilas tampak oleh saya ada lapangan rumput dan pepohonan di samping kiri dan
kanan. Tapi saya tetap tak bisa mengatakan apakah tempat itu milik pribadi atau bukan.
"Di dalam rumah itu, ada lampu gas warna
-warni yang sinarnya dibuat sedemikian redupnya,
sehingga saya nyaris tak bisa melihat apa-apa kecuali bahwa ruangan itu luas dan banyak foto
tergantung di dindingnya. Juga bahwa orang yang membuka pintu tadi adalah seorang pria kecil
setengah baya yang pundaknya bulat dan nampak kejam. Ketika dia menoleh ke arah kami, terlihatlah
bahwa dia memakai kacamata.
"'Diakah Mr. Melas, Harold"' tanyanya.
"'Ya.' "'Bagus! Bagus! Saya harap tak akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan, Mr. Melas, tapi kami
memang memerlukan jasa Anda. Kalau Anda bisa melaksanakan tugas dengan baik, Anda tak akan
menyesal nantinya; tapi kalau Anda coba-coba membuat ulah, awas!'
"Gaya bicaranya gugup dan tersendat-sendat, diiringi tawa cekikikan, tapi cukup membuat saya
ketakutan.

Sherlock Holmes - Penerjemah Bahasa Yunani di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"'Apa yang Anda inginkan dari saya"' saya bertanya.
"'Hanya untuk mengajukan beberapa pertanyaan dan berusaha mendapatkan jawaban dari
seorang Yunani. Tapi jangan sekali-kali mengatakan apa yang tidak diminta untuk dikatakan, atau' dia
cekikikan lagi 'Anda akan menyesal karena telah dilahirkan di dunia ini.'
"Sambil berkata demikian dia membuka pintu dan mengantar saya ke ruangan yang penuh
perabot mewah tapi di sini pun penerangannya sangat redup. Kamar itu jelas besar, dan kaki saya bisa
merasakan tebalnya karpet di lantai. Sekilas tampak oleh saya kursi-kursi beludru, rak di atas perapian
yang terbuat dari batu pualam berwarna putih, dan sepertinya ada setelan baju baja buatan Jepang
tergantung di sana. Ada sebuah kursi di bawah lampu, dan orang tua itu menunjuk agar saya duduk di
situ. Orang yang lebih muda tadi sudah meninggalkan ruangan, tapi tiba-tiba dia masuk lagi lewat pintu
yang lain bersama seseorang. Orang itu mengenakan kimono yang kedodoran dan berjalan ke arah
kami dengan perlahan. Ketika dia sudah lebih dekat ke lampu sehingga saya bisa melihatnya dengan
jelas, saya tersentak melihat penampilannya. Wajahnya sangat pucat dan kurus. Matanya berkobar-kobar dan menonjol ke luar yang menandakan bahwa semangatnya lebih besar daripada tenaganya.
10 Tapi yang lebih mengejutkan saya di samping penampilan fisiknya yang lemah adalah wajahnya yang
penuh tempelan plester bersilang-silang, termasuk mulutnya.
"'Mana papan tulisnya, Harold"' teriak orang
tua itu, begitu orang yang aneh tadi menjatuhkan
diri di sebuah kursi. 'Apakah tangannya sudah
dilepas ikatannya" Kalau sudah, beri dia alat tulis.
Anda akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
Mr. Melas, dan dia akan menuliskan jawabannya.
Pertama, tanyakan apakah dia sudah siap untuk
menandatangani surat-surat"'
"Mata orang yang wajahnya penuh plester
itu melotot, menandakan kemarahan yang amat
sangat. "'Tak akan pernah kulakukan,' tulisnya di
papan tulis dalam bahasa Yunani.
"'Tak ada syarat yang ingin dikemukakan"' tanya saya atas perintah orang tua yang kejam itu.
"'Hanya ada satu syarat, yaitu saya melihat dengan mata kepala sendiri gadis itu menikah di
hadapan seorang pendeta Yunani yang saya kenal.'
Si tua terkekeh, kedengarannya mengerikan sekali.
"'Jadi, kau tahu apa yang akan terjadi pada dirimu"'
"'Aku tak peduli pada diriku sendiri.'
"Kira-kira begitulah tanya-jawab yang aneh itu terjadi. Berkali-kali saya diminta mengulang
pertanyaan sehubungan dengan kesediaannya untuk menandatangani dokumen, kalau-kalau dia
berubah pikiran. Tapi dia tetap bersikeras menolak. Tiba-tiba saya mendapat ide. Saya mulai
menambah-nambahi pertanyaan yang harus saya terjemahkan dengan kalimat-kalimat pendek mula-mula kalimat kalimat sepele, untuk mengecek apakah yang lain mengerti artinya. Ketika saya yakin
bahwa tak ada yang tahu, saya lalu mulai melakukan permainan yang lebih berbahaya. Tanya-jawabnya
11 lalu berlangsung seperti ini:
"'Anda membahayakan diri sendiri kalau tetap keras kepala seperti ini. Siapa Anda"'
"'Peduli amat. Saya orang asing di London ini.'
"'Keputusan Anda menentukan nasib Anda. Sudah berapa lama Anda berada di sini"'
"'Biar saja. Tiga minggu.'
"'Kekayaan ini tak mungkin menjadi milik Anda. Apa yang mengganggu Anda"'
"'Tak akan saya serahkan ke tangan bandit. Mereka membuat saya kelaparan.'
"'Anda aka n dilepaskan kalau mau menandatangani. Rumah apa ini"'
"'Saya tak akan pernah mau menandatangani. Saya tidak tahu.'
"'Anda tak ingin berbuat baik demi gadis itu" Siapa nama Anda"'
"'Biarlah dia sendiri yang mengatakan itu pada saya. Kratides.'
"'Anda akan bertemu dengan dia kalau Anda mau menandatangani. Anda berasal dari mana"'
"'Biarlah saya tak akan pernah bertemu dengan dia lagi. Athena.'
"'Kalau saja tanya-jawab itu dilanjutkan lima menit lagi, Mr. Holmes, tentunya saya akan
berhasil mendapatkan kisahnya secara lengkap di depan hidung para bandit itu. Pertanyaan saya
berikutnya mungkin akan menjelaskan segala-galanya, tapi pada saat itu pintu terbuka dan seorang
gadis masuk ke ruangan itu. Yang nampak oleh saya hanyalah bahwa gadis itu jangkung dan anggun,
rambutnya hitam, dan mengenakan gaun putih yang longgar.
"'Harold!' teriaknya dalam bahasa Inggris yang terputus-putus, 'Aku tak mau tinggal di atas sana
lagi. Sepi sekali, hanya ada... oh, Tuhan, itu kan Paul!'
"Kata-katanya yang terakhir diucapkan dalam bahasa Yunani, dan pada saat yang bersamaan,
dengan segenap kekuatannya, orang yang dipanggil Paul tadi merobek plester yang menutupi mulutnya
dan berteriak, 'Sophy! Sophy!' dan berlari memeluk gadis itu. Tapi peristiwa ini tak berlangsung lama,
karena bandit yang lebih muda segera menarik gadis itu ke luar ruangan, sementara si tua menyeret
korbannya lewat pintu yang lain. Untuk sejenak saya ditinggal sendirian di ruangan itu, dan saya segera
berdiri agar bisa mendapatkan petunjuk rumah macam apa ini. Untung sekali saya tak melangkahkan
12 kaki, karena bandit yang lebih tua ternyata sedang berdiri di pintu mengawasi saya.
"'Sudah cukup, Mr. Melas,' katanya. 'Anda
tahu bahwa kami mempercayai Anda untuk urusan
yang amat pribadi. Kami tak ingin menyusahkan
Anda, kalau saja teman kami yang bisa berbahasa
Yunani dan yang telah memulai perundingan ini tak
terpaksa pulang ke Timur. Itulah sebabnya, kami
mencari seseorang untuk menggantikannya, dan
kami beruntung karena mendengar tentang Anda.'
"Saya membungkukkan badan.
"'Nih, Lima keping emas,' katanya sambil
berjalan mendekati saya, 'semoga cukup untuk
membayar jasa Anda. Tapi ingat,' dia terkekeh
sambil menepuk ringan dada saya, 'kalau Anda
berani menceritakan ini pada orang lain seorang
saja, dengar yah, moga-moga Tuhan mengasihani
nyawa Anda!' "Tak bisa saya lukiskan betapa benci dan takutnya saya pada orang tua yang jelek wajahnya ini.
Saat itu saya bisa melihatnya dengan lebih jelas karena sinar lampu menyorot ke wajahnya. Wajahnya
kurus sehingga tulang-tulangnya menonjol, dan kulitnya berwarna pucat. Janggut kecilnya mendongak
seperti benang kusut dan tak terurus. Dicondongkannya wajahnya ke depan kalau dia sedang berbicara,
dan bibir dan kelopak matanya terus-menerus berkedut-kedut persis mimik orang yang sedang berdansa
gila-gilaan. Saya pun lalu berpendapat bahwa cekikikannya yang aneh dan amat mengganggu
pendengaran itu juga merupakan tanda penyakit saraf. Tapi yang paling mengerikan adalah matanya.
Mata itu berwarna abu-abu gelap dan menyorotkan pandangan yang dingin dan kejam sekali.
"'Kami akan tahu kalau Anda bercerita mengenai pengalaman Anda ini pada orang lain,'
katanya. 'Kami punya sumber-sumber berita. Nah, sekarang kereta dan teman saya sudah siap untuk
mengantar Anda pulang.' 13 "Saya segera diantar ke ruang depan, lalu masuk ke kereta, sekali lagi sempat sekilas
memandang pepohonan dan taman. Mr. Latimer mengawal saya dengan ketat, lalu duduk di depan saya
tanpa berkata sepatah pun. Selama perjalanan, kami cuma berdiam diri saja, dengan jendela-jendela
yang ditutup. Akhirnya kereta berhenti setelah lewat tengah malam.
"'Silakan Anda turun di sini, Mr. Melas,' kata rekan seperjalanan saya. 'Maaf, karena masih jauh
dari tempat tinggal Anda, tapi saya tak punya pilihan lain. Jangan coba-coba mengikuti kereta ini. Anda
akan celaka.' "Sambil berkata demikian dia membuka pintu kereta, dan begitu saya melompat keluar, kereta
itu langsung berlari menjauh. Dengan terheran-heran saya menengok ke sekeliling saya. Saya berada di
lapangan terbuka yang dipe
nuhi semak belukar. Di kejauhan nampak sederetan rumah, beberapa di
antaranya diterangi lampu pada jendela atasnya. Ketika saya menengok ke arah yang berlawanan saya
melihat lampu petunjuk pintu kereta api.
"Kereta yang membawa saya tadi telah hilang dari
pandangan mata. Saya tetap berdiri sambil terus
menengok-nengok ke sekeliling dan bertanya-tanya
dalam hati berada di mana saya ini. Lalu saya
melihat seseorang berjalan mendekati saya dalam
kegelapan. Ketika dia sudah dekat ternyata orang itu
penjaga pintu kereta api.
"'Tolong tanya, apa nama tempat ini"' saya
bertanya. "'Wandsworth Common,' katanya.
"'Adakah kereta menuju kota yang bisa saya
tumpangi"' "'Silakan berjalan sejauh kira-kira satu setengah
kilometer ke Persimpangan Clapham,' katanya, 'dan
mungkin Anda akan masih keburu menumpang
kereta api terakhir yang menuju Victoria.'
14 "Begitulah akhir petualangan saya, Mr. Holmes. Saya tidak tahu waktu itu saya diajak ke mana,
atau dengan siapa saja saya sudah berbicara. Apa yang saya tahu sudah saya ceritakan semua kepada
Anda. Tapi saya yakin di sana itu sedang terjadi suatu tindak kejahatan, dan kalau bisa saya ingin
menolong lelaki yang diplester wajahnya itu. Keesokan paginya saya menceritakan pengalaman saya
ini kepada Mr. Mycroft Holmes, lalu kepada polisi."
Kami semua terdiam selama beberapa saat setelah mendengar kisahnya yang luar biasa ini. Lalu
Sherlock menoleh ke kakaknya.
"Adakah langkah-langkah yang telah diambil"" tanyanya.
Mycroft memungut koran Daily News yang tergeletak di meja.
"Kalau ada orang yang bisa memberi informasi ada di mana seorang pria Yunani bernama
Paul Kratides yang berasal dari Athena dan tak bisa berbahasa Inggris, akan diberi hadiah. Hadiah
juga akan diberikan kepada siapa saja yang bisa memberi informasi tentang seorang gadis Yunani
yang nama depannya Sophy. X 2473. Iklan itu tercantum di semua koran, tapi sejauh ini belum ada
yang menanggapi." "Bagaimana dengan Kedutaan Yunani""
"Saya sudah menanyakan ke sana. Mereka tak tahu-menahu."
"Bagaimana kalau menghubungi kepala kepolisian Yunani""
"Di keluarga kami, Sherlock-lah yang mampu melakukan hal-hal seperti ini," kata Mycroft
sambil menoleh padaku. "Nah, silakan ambil alih kasus ini. Kabari aku kalau ada kemajuan."
"Pasti," jawab temanku sambil bangun dari duduknya. "Aku akan mengabarimu dan juga Mr.
Melas. Sementara itu, Mr. Melas, sebaiknya Anda berjaga-jaga karena melalui iklan-iklan ini, para
bandit itu pasti jadi tahu bahwa Anda mengkhianati mereka."
Ketika kami berjalan pulang Holmes mampir di kantor telegraf untuk mengirim beberapa pesan.
"Kau tahu, Watson," komentarnya, "malam ini tidak kita lewatkan dengan sia-sia. Aku
mendapatkan beberapa kasusku yang amat menarik melalui Mycroft dengan cara seperti ini. Masalah
yang baru saja kita dengar, walaupun penjelasannya amat singkat, tapi mengandung beberapa segi yang
istimewa." 15 "Kau memiliki harapan untuk menyelesaikannya""
"Yah, dari apa yang sudah kita ketahui, aneh kalau kita tak bisa menemukan informasi
berikutnya. Kau sendiri tentunya sudah punya teori untuk menjelaskan fakta-fakta yang kita dengar
tadi." "Samar-samar, ya."
"Bagaimana menurutmu""
"Nampaknya cukup jelas bahwa gadis Yunani itu telah dilarikan oleh pria Inggris bernama
Harold Latimer Itu."
"Dilarikan dari mana""
"Dari Athena, mungkin."
Sherlock Holmes menggeleng. "Pria muda ini tak bisa berbicara dalam bahasa Yunani sedikit
pun, padahal gadis itu lumayan bahasa Inggris-nya. Kesimpulannya, gadis itu telah tinggal di Inggris
selama beberapa saat, tapi pria itu belum pernah ke Yunani."
"Kalau begitu, kita anggap saja bahwa gadis itu datang ke Inggris, lalu si Harold ini berhasil
membujuknya untuk melarikan diri bersamanya."
"Begitu lebih mungkin."
"Lain kakak laki-laki gadis itu begitulah kurasa hubungan antara keduanya datang dari
Yunani untuk ikut campur. Secara tak sengaja dia terperangkap oleh kedua penjahat itu. Mereka
menangkapnya dan memaksanya menandatangani beberapa surat untuk mengalihkan kekayaan gadis
itu yang mungkin diatasnamakan dirinya- kepada mereka. Dia menolak me
lakukan hal itu. Untuk dapat berunding dengannya, mereka membutuhkan penerjemah, dan mereka menculik Mr. Melas,
setelah menggunakan jasa penerjemah lain sebelumnya. Gadis itu tak diberitahu tentang kedatangan
kakaknya, dan secara tak sengaja menemukannya."
"Hebat, Watson," teriak Holmes. "Aku sungguh yakin bahwa pendapatmu tak jauh dari
kebenaran. Kaulihat bahwa kita ada di pihak yang menguntungkan, dan kita hanya perlu waspada akan
adanya tindak kekerasan dari pihak mereka. Kalau mereka memberi waktu pada kita, kita harus
memanfaatkannya." 16 "Tapi bagaimana kita akan menemukan rumah itu""
"Yah, kalau dugaan kita benar, dan nama gadis itu benar Sophy Kratides, takkan sulit untuk
menelusurinya. Itulah harapan kita yang terutama, karena kakaknya tentu saja tak dikenal sama sekali
di sini. Jelas ada tenggang waktu yang cukup lama mungkin beberapa minggu antara perkenalan
Harold dengan gadis itu dan kedatangan kakaknya ke Inggris. Kalau selama ini mereka tinggal di
rumah yang sama, mungkin kita akan mendapat tanggapan dari iklan yang dipasang oleh Mycroft."
Tak terasa sambil bercakap-cakap kami tiba di kediaman kami di Baker Street. Holmes menaiki
tangga duluan dan ketika dia membuka pintu kamar kami, dia berteriak kaget. Aku melongok dari atas
bahunya. Aku pun terkejut juga. Kakak temanku, Mycroft, sedang duduk di dalam kamar itu sambil
merokok. "Masuk saja, Sherlock! Masuk, sir," katanya dengan sopan. Dia tersenyum melihat kekagetan
kami. "Kau tak menyangka aku akan kemari, kan, Sherlock" Tapi, kasus ini menarik perhatianku."
"Kau naik apa kemari""
"Aku tadi menyusul naik kereta kuda."
"Sudah ada perkembangan""
"Ada yang menanggapi iklanku."
"Ah!" . "Ya, kuterima beberapa menit setelah kau
pergi." "Apa artinya bagi kita""
Mycroft Holmes mengeluarkan secarik
kertas. "Nih," katanya, "ditulis dengan pena
model J di kertas surat berwarna krem yang
mewah. Penulisnya seorang pria setengah baya
yang bertubuh lemah. 'Sir,' katanya,
17 'menanggapi iklan Anda hari ini, saya mau memberi informasi bahwa saya kenal gadis itu dengan
baik. Silakan datang ke rumah saya, dan saya akan menceritakan kisahnya yang menyedihkan. Dia
sekarang tinggal di The Myrtles, Beckenham.- Hormat saya, J. Davenport'.
"Dia menulis dari Lower Brixton," kata Mycroft Holmes. "Bagaimana kalau kita ke sana
sekarang, Sherlock, dan mendengarkan penjelasannya""
"Mycroft kakakku, nyawa kakaknya lebih berharga daripada kisah tentang gadis itu. Kurasa kita
harus pergi ke Scotland Yard untuk menemui Inspektur Gregson, lalu langsung ke Beckenham. Kita
tahu bahwa seseorang sedang menemui ajalnya, dan setiap detik mungkin bisa amat berarti."
"Sebaiknya kita jemput Mr. Melas juga," aku menyarankan, "kita mungkin perlu penerjemah."
"Bagus!" kata Sherlock Holmes. "Minta disiapkan kereta segera, dan kita akan langsung
berangkat." Sambil berkata demikian dia membuka laci meja, dan kulihat dia menyelipkan pistol di
sakunya. "Ya," katanya ketika dilihatnya aku memperhatikannya, "dari apa yang kita dengar, kita akan
berurusan dengan komplotan penjahat yang cukup berbahaya."
Ketika kami tiba di pondokan Mr. Melas di Pall Mall, hari sudah hampir gelap. Seseorang baru
saja berkunjung ke tempatnya dan dia lalu pergi.
"Ke mana perginya"" tanya Mycroft Holmes.
"Saya tidak tahu, sir," jawab wanita yang membukakan pintu. "Yang saya tahu hanyalah bahwa
dia pergi naik kereta bersama tamunya itu."
"Kau tahu nama tamunya itu""
"Tidak, sir." "Apakah orangnya tinggi, tampan, dan berkulit gelap""
"Oh, tidak, sir, orangnya kecil, pakai kacamata, wajahnya kurus, tapi sangat menyenangkan,
karena dia tertawa sambil berbicara."
"Ayo!" teriak Sherlock Holmes tiba-tiba. "Kasus ini tambah genting!" jelasnya ketika kami
menuju Scotland Yard. Penjahat-penjahat itu telah menangkap Mr Melas lagi. Tubuhnya tak begitu kuat
dan mereka pasti tahu itu. Penjahat itu tentu menterornya begitu mereka bertemu. Memang mereka
18 membutuhkan jasanya sebagai penerjemah, tapi setelah itu mereka pasti ingin menghukumnya karena
telah mengkhianati mereka."
Kami berharap bisa tiba di Beckenham lebih dulu d
ari kereta mereka. Itu sebabnya kami akan
pergi dengan kereta api. Tapi ketika kami tiba di Scotland Yard, kami harus menunggu selama lebih
dari satu jam sebelum berjumpa dengan Inspektur Gregson, untuk mendapatkan surat-surat resmi agar
kami bisa masuk ke rumah yang akan kami tuju. Waktu menunjukkan jam sepuluh kurang seperempat
ketika kami sampai di London Bridge, dan pada jam setengah sebelas barulah kami tiba di Stasiun
Beckenham. Kami naik taksi ke The Myrtles sebuah rumah yang besar, gelap, dan luas
pekarangannya, berdiri agak jauh dari jalan raya. Di sini kami turun dari taksi, lalu mendekati rumah
itu.

Sherlock Holmes - Penerjemah Bahasa Yunani di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jendela jendelanya gelap semua," komentar Pak Inspektur, "Kelihatannya tak ada orang di
dalamnya." "Buruan kita telah minggat dan rumahnya kosong," kata Holmes.
"Kok, Anda bisa berkata begitu""
"Kereta yang sarat muatan telah lewat di sini kira-kira sejam yang lalu."
Pak Inspektur tertawa. "Saya memang melihat bekas roda kereta dekat penerangan pintu masuk
tadi, tapi dari mana Anda tahu soal muatan itu""
"Kalau Anda teliti lagi, maka ada bekas seperti itu yang menuju kemari. Tapi roda kereta yang
menuju ke luar, membekas lebih dalam di tanah amat dalam malah, sehingga kereta itu pasti memuat
beban yang amat berat."
"Wah, Anda sedikit lebih unggul dariku dalam hal ini," kata Pak Inspektur sambil mengangkat
bahu. "Pintunya susah dibuka dengan paksa tapi mari kita mencoba mengetuk. Siapa tahu ada orang di
dalam yang akan mendengar kita."
Dia mengetuk dengan keras, memencet bel, tapi tak ada jawaban. Holmes telah menyelinap
pergi, dan beberapa menit kemudian dia kembali. "Saya berhasil membuka jendela," katanya.
"Syukurlah Anda berdiri di pihak hukum dan bukan sebaliknya, Mr. Holmes," komentar Pak
Inspektur ketika dia memperhatikan cara Holmes yang cerdik ketika mencantol kaitan jendela itu.
19 "Saya kira kita boleh masuk ke dalam tanpa permisi."
Kami satu per satu masuk ke ruangan besar itu, yang ternyata adalah kamar yang pernah
dimasuki Mr. Melas. Pak Inspektur menyalakan senter yang dibawanya, sehingga kami bisa melihat
kedua pintu ruangan itu, gorden, lampu, dan pakaian baja buatan Jepang seperti yang telah
diutarakannya. Ada dua gelas, botol brendi yang sudah kosong, dan sisa makanan di meja.
"Apa itu"" tanya Holmes tiba-tiba.
Kami semua berdiri terpaku dan mendengarkan. Suara rintihan yang lemah terdengar dari
sebelah atas ruangan itu. Holmes berlari ke pintu lalu ke ruangan depan. Suara itu berasal dari lantai
atas. Dia lari ke atas. Aku dan Pak Inspektur mengikuti di belakangnya, sedangkan Mycroft juga
berusaha berlari sekuat tenaganya.
Ada tiga pintu di lantai dua, dan suara rintihan yang timbul tenggelam itu berasal dari pintu
yang di tengah. Pintu itu dikunci, tapi kuncinya tergantung di luar. Holmes segera membukanya dan
berlari masuk, tapi langsung keluar lagi sambil
memegangi tenggorokannya.
"Arang!" teriaknya. "Biarkan sebentar, nanti
juga akan hilang." Ketika kami mengintip ke dalam, kami
melihat bahwa satu-satunya penerangan di situ
berasal dari nyala api kecil berwarna biru, yang
berkedip-kedip dari sebuah tempat api kecil dari
kuningan berkaki tiga di tengah ruangan. Dari
api itu mengepul asap yang melingkar-lingkar
berwarna kelabu yang aneh ke arah lantai,
sementara dalam bayang-bayang kami melihat
samar-samar ada dua orang yang meringkuk ke
arah dinding. Dari pintu yang terbuka tadi
berembuslah asap beracun yang berbau busuk,
sehingga kami semua menjadi sesak napas dan
20 terbatuk-batuk. Holmes berlari ke ujung tangga untuk menghirup udara segar, lalu dia berlari masuk ke
kamar itu lagi untuk membuka jendela dan melemparkan tempat api itu ke taman.
"Kita bisa masuk sebentar lagi," katanya tersendat, ketika dia berada di luar kamar lagi.
"Apakah ada lilin" Saya tak yakin kita bisa menyalakan korek api dalam udara semacam itu. Pegang
senternya di pintu, Mycroft, dan kita akan menarik mereka ke luar. Sekarang juga!"
Dengan bergegas kami mendekati orang-orang
yang keracunan itu dan menarik mereka ke luar. Bibir
mereka berdua sudah membiru dan
keduanya dalam keadaan pingsan. Muka mereka bengkak dan mata
mereka melotot. Keadaan tubuh mereka benar-benar
amat mengerikan, sehingga kami sulit mengenali
mereka. Untung salah satunya berjanggut hitam dan
bertubuh gemuk, sehingga dia pastilah si penerjemah
bahasa Yunani yang telah pergi dari Diogenes Club
mendahului kami beberapa jam sebelumnya. Tangan
dan kakinya terikat erat dan pada salah satu matanya
terdapat bekas pukulan yang hebat. Korban satunya lagi,
yang juga diikat seperti itu, adalah seorang pria yang
tinggi dan sangat kurus. Wajahnya penuh plester yang
malang melintang. Rintihannya berhenti ketika kami
membaringkannya di lantai, dan dalam sekejap kami
menyadari bahwa perlolongan kami terlambat baginya.
Tapi Mr. Melas masih hidup. Tak sampai satu jam
kemudian, setelah diberi brendi dan amoniak, dia membuka matanya. Tak terbayangkan betapa leganya
hatiku, karena akulah yang telah menariknya dari kamar maut itu.
Dia lalu mengisahkan segalanya. Semuanya membenarkan dugaan-dugaan kami. Tamunya tadi
langsung mengeluarkan senjata dari lengan bajunya begitu memasuki tempat tinggalnya dan
mengancam akan membunuhnya, sehingga dia menurut saja ketika diculik untuk kedua kalinya. Bandit
yang cekikikan itu betul-betul membuatnya sangat ketakutan, sehingga ahli bahasa yang malang ini
21 gemetar tangannya dan pucat pasi pipinya setiap kali dia menyebut namanya. Dia langsung dibawa ke
Beckenham, dan bertindak sebagai penerjemah dalam tanya-jawab yang lebih dramatis dari
sebelumnya. Saat itu, kedua orang Inggris itu mengancam akan membunuh tawanannya kalau dia
menolak menuruti kehendak mereka. Akhirnya, karena dia tak mempan diancam macam-macam,
mereka mengembalikannya lagi ke tempat tahanannya, dan setelah memaki-maki Melas karena
mengkhianati mereka, yang mereka baca di iklan-iklan surat kabar, mereka menghajarnya dengan
tongkat, dan dia tak ingat apa-apa lagi sampai dia menemukan kami berjongkok di sisinya.
Demikianlah kasus penerjemah bahasa Yunani yang unik itu. Penjelasannya masih tetap
mengandung suatu misteri. Setelah menghubungi orang yang menanggapi iklan itu, kami jadi tahu
bahwa gadis yang malang itu memang benar berasal dari keluarga Yunani yang kaya raya. Dia
mengunjungi beberapa temannya di Inggris. Dia lalu bertemu dengan pemuda bernama Harold Latimer
yang lalu mempengaruhinya dan membujuknya untuk melarikan diri bersamanya. Teman-teman gadis
itu tentu saja merasa terpukul dengan kejadian itu, sehingga mereka lalu mengirim kabar ke kakak
gadis itu di Athena. Mereka lalu cuci tangan dari masalah ini. Begitu tiba di London, kakak gadis itu
langsung dijemput oleh Latimer dan komplotannya yang ternyata bernama Wilson Kemp penjahat
turunan yang amat kejam. Kedua bandit ini lalu menjadikannya tawanan yang tak berdaya karena dia
tak bisa berbahasa Inggris sedikit pun. Dia diperlakukan dengan sangat kejam dan tak diberi makan
agar dia mau menandatangani surat-surat yang menyatakan bahwa dia menyerahkan kekayaannya dan
kekayaan adiknya kepada kedua bandit itu. Mereka menahannya di tempat itu tanpa sepengetahuan
adiknya, dan tempelan-tempelan plester itu dimaksudkan agar kalau sampai adiknya melihatnya, dia
tak akan dikenali. Tapi naluri kewanitaan sang adik telah langsung mengenali wajah di balik plester itu
begitu dia melihatnya, bersamaan dengan kehadiran si penerjemah itu. Gadis yang malang itu juga
ternyata dijadikan tawanan, karena tak ada orang lain lagi di situ kecuali pria yang berperan sebagai
kusir kereta itu, dan istrinya. Mereka berdua bersekongkol dengan kedua bandit itu. Ketika mereka tahu
bahwa rahasia mereka telah terbongkar dan bahwa tawanannya tak bisa dipaksa melakukan kehendak
mereka, kedua bandit itu melarikan diri dengan membawa serta gadis itu, beberapa jam sebelum kami
tiba di rumah mewah yang mereka sewa itu. Sebelum mereka kabur, mereka sempat membalas dendam
kepada kedua orang yang telah menentang dan mengkhianati mereka itu.
Beberapa bulan kemudian kami menerima sebuah guntingan surat kabar dari Budapest. Berita
22 itu mengatakan bahwa dua orang Inggris yan
g bepergian dengan seorang wanita telah mengakhiri nasib
mereka secara tragis. Nampaknya mereka telah ditikam berkali-kali dengan senjata tajam, dan menurut
polisi Hungaria kejadian itu tentunya karena mereka telah saling bertengkar sehingga mengakibatkan
kematian mereka sendiri. Tapi Holmes berpikir lain, dan sampai saat kisah ini ditulis dia tetap
berpendapat bahwa kalau saja gadis Yunani itu bisa ditemukan, orang mungkin akan tahu bagaimana
dia membalas dendam pada kedua penjahat yang telah menghancurkan hidupnya dan hidup kakaknya
itu. TAMAT tamat Memburu Iblis 15 Jodoh Rajawali 03 Ratu Kembang Mayat Perempuan Bertopeng Emas 1

Cari Blog Ini