Pasukan Mau Tahu - Misteri Di Teater Kecil Bagian 1
Pasukan Mau Tahu Misteri di Teater Kecil Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
Bab 1 Di Stasiun Larry dan Daisy duduk sambil berayun-ayun di pintu pagar. Berulang kali mereka menoleh ke jalan. Keduanya sedang menunggu Fatty datang menjemput.
"Senang rasanya pulang berlibur lagi," kata Daisy. "Mana sih Fatty - kenapa belum muncul-muncul juga! Kalau ia tidak lekas datang, bisa terlambat kita nanti menjemput Pip dan Bets dari kereta api. Aku sudah rindu sekali pada mereka. Rasanya sudah lama sekali tidak berjumpa dengan mereka, sejak liburan Natal yang lalu!"
"Itu dia Fatty!" seru Larry, lalu cepat-cepat meloncat turun. "Dan Buster juga ikut. Hallo, Fatty! Kita harus lekas-lekas berangkat, jika masih ingin bertemu dengan Bets dan Rp di stasiun."
"Ah - masih banyak waktu," kata Fatty. Anak itu kelihatannya selalu santai. "Wah, asyik juga ya - Pasukan Mau Tahu sudah lengkap lagi, siap untuk menangani misteri baru yang super-hebat!"
"Ayo, kita berangkat," kata Daisy. "Sebentar lagi keretanya sudah masuk. Bayangkan, liburan sudah hampir seminggu, dan baru sekarang Pip dan Bets pulang. Pasti mereka tidak merasa senang tinggal di tempat bibi mereka, karena kabarnya Bibi
3 Sophie sangat keras dan memperhatikan sopan-santun. Pasti nanti keduanya tidak henti-hentinya mengucapkan 'terima kasih', 'tolong', 'silakan', dan macam-macam lagi!"
"Nantinya kan luntur lagi," kata Fatty. Kalian ada yang sudah berjumpa dengan si Ayo Pergi dalam liburan ini""
Ayo Pergi itu julukan yang diberikan anak-anak pada polisi desa itu. Nama sebenarnya Pak Goon. ia tidak suka pada kelima anak itu. Soalnya, mereka sudah beberapa kali berhasil membongkar misteri, mendului Pak Goon. Padahal polisi desa itu sangat ingin berhasil menyelidikinya, ia merasa iri pada mereka.
"Begitu ia melihat salah seorang di antara kita muncul di mana pun juga. pasti ia akan langsung berteriak, 'Ayo Pergi!' " kata Larry sambil nyengir. "Tapi ngomong-ngomong, aku ingin tahu apakah akan ada lagi kejadian misterius selama liburan sekarang ini! Aku ingin mengasah otak. mengusutnya sampai selesai!"
Fatty dan Daisy tertawa mendengarnya.
"Jangan sampai ucapanmu itu didengar Ayah." kata Daisy. "Rapormu kali ini begitu banyak merahnya! Pasti ia akan menanyakan, apa sebabnya otakmu itu tidak kaupergunakan untuk memecahkan soal-soal matematika dan bahasa Latin!"
"Pasti dalam laporan itu tertulis, 'Kurang memakai otak', 'Bisa lebih tekun belajar', atau
komentar lain semacam itu," kata Fatty. "Aku tahu kayak apa itu!"
"Kalau kau, pasti dalam rapormu belum pernah ada komentar semacam itu, Fatty," kata Daisy. ia sangat mengagumi kecerdasan Fatty.
"Yah," kata Fatty merendah, "kalau dalam raporku, biasanya tertulis, 'Hasil ulangan baik sekali', atau 'Jauh melampaui tingkat rata-rata di kelasnya', atau..."
Kalimatnya terpotong, karena perutnya ditinju oleh Larry. Tentu saja secara main-main.
"Kau masih sama saja, Fatty! Menyombongkan diri dengan gaya rendah hati! Kau memang hebat, berlagak dengan sikap merendah! Aku.. "
"Sudah! Jangan nbut terus - itu. keretanya sudah datang!" kata Daisy, karena saat itu terdengar bunyi peluit panjang, ia segera berlari ke arah stasiun "Kita harus sudah ada di peron, untuk menjemput Rp dan Bets. Aduh, kasihan Buster - ia ketinggalan! Kakinya sih, pendek sekali. Ayo. Buster!"
Ketiga anak itu memasuki stasiun dan langsung menuju ke peron. Buster menggonggong dengan gembira, lalu lari menghampiri seseorang yang sedang berdiri di dekat kios majalah, ia mengendus-endus pergelangan kaki orang itu, yang memakai celana panjang berwarna biru tua. Orang itu mendengus dengan jengkel.
"Ayo pergi!" tukasnya. "Jangan biarkan anjing itu berkeliaran tanpa tali!"
Anak-anak sudah mengenal baik suara itu.
"Halo. Pak Goon!" sapa Fatty. Larry dan Daisy serentak, seolah-olah polisi desa itu sahabat baik mereka.
"Eh - ketemu lagi!" kata Fatty. "Mudah-mudahan Anda baik-baik saja-tidak sedang sebal karena keadaan cuaca, atau..."
Pak Goon sudah hendak membentakkan jawaban kasar. Tapi tidak jadi, karena bunyi berisik kereta api yang masuk ke stasiun
saat itu menenggelamkan segala bunyi lainnya.
"Itu Pip!" seru Larry. ia melambai-lambaikan tangannya dengan ribut, nyaris saja topi Pak Goon terpental karena tersenggol. Buster cepat-cepat menyusup masuk ke bawah bangku yang ada di peron Anjing itu tidak suka pada kereta api. Pak Goon berdiri tidak jauh dari mereka, sambil celingukan seolah-olah mencari seseorang.
Bets dan Pip bergegas turun dari kereta. Bets langsung lari menghampiri Fatty, lalu merangkul anak itu.
"Fatty!" serunya dengan gembira. "Aku tadi sudah berharap, kau akan datang menjemput kami! Halo, Larry! Halo. Daisy!"
"Halo, Bets," kata Fatty. ia sangat sayang pada anak itu. "Halo, Pip." katanya pula, sambil menepuk punggung Pip. "Kalian kembali pada waktu yang tepat, untuk ikut membantu pengusutan suatu misteri yang hebat sekali!"
Fatty berbicara keras-keras. Itu memang disengaja olehnya, supaya terdengar Pak Goon. Tapi
6 polisi desa itu tidak mendengarnya, karena saat itu ia sedang menyalami seorang teman sejawatnya Polisi yang satu lagi itu masih muda dan berwajah cerah.
"Lihatlah - ada seorang polisi lagi!" kata Larry "Apakah di desa kita ini akan ada dua polisi yang bertugas""
"Entah." kata Fatty. sambil memperhatikan polisi yang muda itu. "Tapi aku senang melihat kawan Pak Goon itu - kelihatannya ia periang"
"Aku senang melihat telinganya yang melebar ke samping itu," kata Bets.
"Goblok." tukas Pip. Anak itu selalu mengecam adiknya. Menurut anggapannya. Bets masih kecil Jadi belum tahu apa-apa. "Mana Buster. Fatty""
"Sini, Buster! Ayo keluar dari bawah bangku itu," panggil Fatty. "Tidak tahu malu, takut pada kereta api!"
Buster merangkak ke luar Dicobanya meng goyang-goyangkan ekornya yang terkulai ke bawah. Tapi begitu kereta berangkat lagi mening galkan stasiun dengan desisan asap beruntun-runtun, anjing itu lekas-lekas menyuruk kembali ke bawah bangku.
"Kasihan! Kalau aku jadi Buster, kurasa aku pun pasti akan bersembunyi di bawah bangku pula." kata Bets.
"Alaa - tidak usah menjadi Buster! Sebagai Bets pun, belum lama berselang kau masih bersembunyi di belakangku setiap kali ada kereta
7 masuk ke stasiun." kata Pip. "Aku malah masih ingat, ketika kau ..."
"Sudahlah, kita pergi saja sekarang," kata Fatty cepat-cepat Dilihatnya muka Bets mulai menjadi merah. "Buster! Ayo. keluar dari bawah bangku! Jangan konyol - kereta itu kan sudah jauh sekarang!"
Begitu Buster muncul dari tempat persembunyiannya, dengan segera dilihatnya sepasang kaki terbungkus kain celana biru tua datang menghampiri. Ia pun langsung lari menyongsong dengan gembira. Tapi Pak Goon malah menendang.
"Anjing sialan!" tukasnya dengan kesal, lalu berpaling pada temannya. "Kau harus hati-hati dengan anjing itu." katanya dengan suara lantang "Sebetulnya perlu diadukan, karena tidak dijaga dengan baik oleh pemiliknya. Kau harus berjaga-jaga terhadapnya, Pippin! Jangan mau dikurang-ajari!"
"Wah. Pak Goon - masak kalian berdua mengejar Buster yang malang ini," kata Fatty, yang selalu siap untuk bertengkar dengan polisi desa itu.
"Kami tidak berdua di sini," kata Pak Goon "Aku hendak pergi berlibur. Sudah waktunya aku beristirahat sebentar! Dan rekanku ini, P.C. Pippin. akan menggantikan diriku di sini selama aku tidak ada Aku senang kami berjumpa dengan kalian sekarang ini. karena dengan begitu aku bisa menunjukkan kalian padanya - dan sekaligus memperingatkannya agar bersikap awas terhadap kalian." Setelah itu ia berpaling pada teman
8 sejawatnya, P.C. Pippin, yang nampak agak bingung. Huruf-huruf P.C. di depan nama Pippin itu bukan nama depannya, melainkan merupakan singkatan dari 'Police Constable', yang berarti Agen Polisi.
"Kaulihat kelima anak ini"" kata Pak Goon. "Mereka mengira diri mereka paling hebat - sanggup mengusut misteri mana saja yang terjadi di daerah sini! Kau tidak bisa membayangkan - kerepotan apa saja yang kuhadapi karena perbuatan mereka! Kau harus mengawasi mereka terus, Pippin - dan kalau ada misteri yang terjadi, kau harus tutup mulut! Kalau tidak, akan kaualami bahwa anak-anak ini kemudian mencampuri urusan hukum, dan akan merepotkan tugasmu!"
"Terima kasih atas perkenalan itu, Pak Goon." kata Fatty sambil nyengir. Dipandangnya polisi yang satu lagi, kini dengan senyuman ramah. "Selamat datang di Peterswood. Pak Pippin. Mudah-mudahan Anda merasa senang di sini. Dan - eh - jika pada suatu waktu nanti Anda memerlukan bantuan kami. Anda tinggal mengatakannya saja!"
"Nah! Apa kataku tadi"" tukas Pak Goon, yang mukanya sudah menjadi merah lagi. "Selalu saja campur tangan! Ayo, semuanya pergi dari sini - dan ajak anjing kalian yang menyebalkan itu! Dan awas, P.C. Pippin akan kuberi tahu tentang segala akal bulus kalian, sehingga kalian akan melihat nanti bahwa ia takkan mau kalian permainkan! Mengerti""
9 Setelah itu Pak Goon pergi dengan teman sejawatnya. yang masih sempat menoleh beberapa kali ke arah anak-anak dengan pandangan yang kelihatannya agak menyesal. Fatty mengedipkan mata ke arahnya, dan dibalas dengan kedipan pula.
"Aku suka padanya," kata Bets "Wajahnya ramah Dan telinganya ..."
"Melebar ke samping. Ya, itu sudah kaukatakan tadi." kata Pip dengan nada tidak sabar. "He. Fatty, kurasa Pak Goon pasti akan mengoceh panjang lebar, bercerita tentang diri kita pada Pak Pippin. Pasti kita dilukiskannya sebagai segerombolan penjahat cilik, atau semacam itu."
"Itu sudah pasti!" kata Fatty "Aku kepingin mendengar apa ceritanya tentang kita. Pasti telinga kita merah karenanya!"
Ternyata telinga anak anak itu memang terasa panas, karena begitu sengit Pak Goon mengata-ngatai mereka. Asyik sekali polisi desa itu mempenngatkan P.C. Pippin tentang pasukan Mau Tahu, termasuk anjing mereka!
"Kau harus bersikap keras terhadap mereka," kata Pak Goon. "Dan jangan mau dipermainkan anak yang gendut tadi! ia benar-benar menyebalkan!"
"Menurut perasaanku, ia kelihatannya anak yang baik!" kata P.C. Pippin agak heran. Pak Goon mendengus.
"Itu dia liciknya! Sudah sering sekali anak itu mempermainkan diriku-sampai aku kacau-balau - aku diberinya berbagai petunjuk palsu, dan
10 kasus-kasusku yang paling hebat menjadi kacau karena perbuatannya! Anak itu setengah sinting. Sungguh! Kesenangannya menyamar menjadi macam-macam, dan berlagak tolol!"
"Tapi bukankah dia itu yang sangat dihargai Pak Inspektur"" kata P. C. Pippin dengan kening berkerut karena bingung. "Kalau tidak salah, ia pernah mengatakan bahwa..."
Polisi yang masih muda itu sebetulnya tidak boleh mengatakan hal itu pada Pak Goon. Muka polisi desa itu berubah warna lagi. menjadi ungu! Pippin ditatapnya dengan mata melotot.
"Anak Itu menjilat pada Pak Inspektur Jenks," tukasnya pada Pippin, yang memandangnya dengan takut "Mengerti" Anak itu penjilat! Jangan kaupercayai kata Inspektur Jenks mengenainya! Pokoknya, kalau kau melihat ada anak-anak berambut merah berkeliaran di mana-mana - berhati-hatilah!"
Mata P.C. Pippin melotot.
"Aku - aku tidak mengerti," katanya heran. "Anak anak berambut merah""
"Pakai otakmu, Pippin." kata Pak Goon dengan nada menggurui. "Si Fatty itu banyak sekali samarannya! Dan yang paling digemarinya, rambut palsu berwarna merah. Aku sampai bosan melihat anak-anak berambut merah - semuanya Fatty yang sedang menyamar untuk mempermainkan diriku. Kau berhati-hati saja, Pippin! Pasti ia akan mencoba mempermainkan dirimu dengan cara yang sama. Percayalah - anak itu jail! Mereka
11 semuanya jahat! Anak-anak jahat yang suka mencampuri urusan orang lain. Sama sekali tidak menaruh rasa hormat pada petugas hukum!"
P.C. Pippin mendengarkan dengan heran, tapi juga dengan sikap hormat. Pak Goon dua kali lebih tua daripada dirinya, dan pasti sudah banyak sekali pengalamannya. Sedang Pippin belum lama menjadi polisi. Tapi ia rajin. Ia merasa bangga ditugaskan untuk menggantikan Pak Goon, selama polisi desa itu berlibur.
"Kurasa takkan ada kejadian sulit di sini selama aku pergi," kata Pak Goon, sementara keduanya berbelok memasuki pekarangan rumahnya. "Tapi jika ada apa-apa, kausimpan hal itu untuk dirimu sendiri, Pippin! Jangan sampai anak-anak itu mengetahuinya. Tapi kalau mereka sampai tahu, kau harus dengan segera meminta aku kembali, mengerti"! Dan usahakan agar anjing tadi itu bisa ditahan, dengan salah satu alasan. Anjing itu
berbahaya, aku ingin agar ia disingkirkan. Pokoknya, usahakanlah apa yang bisa kaulakukan mengenainya."
P.C. Pippin agak bingung mendengar segala wejangan itu. Sebetulnya ia suka pada kelima anak-anak tadi, serta pada anjing mereka. Karena itu ia heran mendengar bahwa pendapat Pak Goon begitu lain mengenai mereka. Tapi - Pak Goon pasti lebih tahu! P.C Pippin bertekad untuk berusaha sebaik mungkin, untuk Pak Goon. Ya - ia akan berusaha sebaik-baiknya.
12 Bab 2 Menyusun Rencana Para anggota Pasukan Mau Tahu merasa bergembira, karena bisa berkumpul lagi. Liburan Paskah tidak sepanjang liburan musim panas. Dan waktu sudah berlalu hampir satu minggu. ketika akhirnya Pip dan Bets kembali dari berkunjung ke rumah bibi mereka. Jadi tidak begitu banyak lagi waktu tersisa.
"Tidak sampai tiga minggu lagi," keluh Larry. "Mudah-mudahan saja cuaca tetap baik selama itu, supaya kita bisa melancong naik sepeda dan berpiknik"
"Dan saat ini juga ada suatu grup yang sedang bermain di Teater Kecil," kata Daisy. "Mereka menghidangkan cerita tentang Dick Whirtington."
Dick Whirtington adalah seorang dermawan bangsa Inggris, yang hidup sekitar abad kelima belas, dan pernah menjadi walikota London.
"Ceritanya lucu sekali," sambung Daisy. "Aku sudah melihatnya - tapi kita bisa saja menontonnya lagi beramai-ramai."
"Ah - jadi grup itu masih main sampai sekarang"" tanya Fatty berminat. "Aku ingat, pernah menonton beberapa pertunjukannya ketika sedang liburan Natal Ada beberapa aktornya yang
13 payah aktingnya. Coba aku dites untuk memainkan beberapa peranan. Soalnya, semester yang lalu di sekolah ..."
"Aduh, Fatty! Jangan ceritakan lagi bahwa kau lagi-lagi mendapat peran utama dalam pertunjukan di sekolahmu," kata Larry. "Masa tidak ada anak lain yang pernah menjadi peranan utama di sekolahmu""
"Fatty hebat sekali aktingnya - ya kan, Fatty"" kata Bets. "Lihat saja, betapa hebatnya ia menyamar! Kita saja sampai bisa tertipu. Kau akan menyamar lagi dalam liburan ini, Fatty" Bilang ya, dong! Kau masih ingat ketika kau berdandan sebagai wanita tua yang menjual balon""
"Ya - lalu si Ayo Pergi lewat dan menanyakan surat ijinmu," kata Daisy sambil tertawa geli. "Tapi waktu itu kau memakai rok dalam berlapis-lapis, lalu kau pura-pura tidak berhasil menemukan surat ijin itu."
"Tapi akhirnya Bets berhasil mengenalimu, karena tiba-tiba saja perhatiannya tertarik pada kukumu yang bersih - padahal saat itu tanganmu dekil sekali," kata Larry sambil mengingat-ingat. "Kuku tangan yang bersih itu menimbulkan kecurigaannya. Bets hebat, bisa melihat petunjuk sekecil itu."
"Kalian ini membuat aku merasa kepingin menyamar lagi," kata Fatty sambil nyengir. "Bagaimana kalau berbuat iseng terhadap polisi muda itu" Siapa lagi namanya" O ya - Pippin! Bagus sekali namanya!"
14 "Ya - dan cocok dengan orangnya." kata Bets. "Pipinya kemerah-merahan, seperti buah apel yang masak!"
Anak-anak tertawa mendengarnya. Perbandingan itu memang lucu, karena Pippin itu juga nama sejenis apel yang merah.
"Katakan saja itu padanya." kata Fatty. "Kaudatangi dia. lalu kausapa 'Pippin bundar yang budiman, yang kemerah-merahan'. Pasti ia tercengang mendengarnya."
"Jangan konyol, ah." kata Bets "Aku tidak mau - karena aku suka padanya."'
"Coba selama Pak Goon pergi nanti terjadi sesuatu yang misterius di sini." kata Fatty "Pasti polisi gendut itu akan jengkel sekali karenanya! Dan kurasa kita akan bisa membantu Pippin. ia pasti akan senang mendapat bantuan kita. Orangnya tidak begitu pintar kelihatannya - dan masih muda. Pasti kita lebih mampu mengusut misteri, dibandingkan dengan dia. Selama ini sudah sering juga kita berhasil. Sudah enam kali!"
"Mana mungkin setiap liburan selalu saja ada kejadian misterius." kata Larry.
Kalau begitu, kita ciptakan saja kejadian itu - untuk Pak Pippin," kata Bets dengan tiba-tiba.
Kejadian yang kecil saja, tapi lengkap dengan segala galanya! Lihat saja, nanti dia kan sibuk sekali karenanya."
Sesaat anak-anak yang lain hanya menatapnya saja Tapi kemudian Fatty nyengir.
"He - bagus juga ide Bets itu!" katanya. "Larry memang benar dengan perkataannya tadi, tid
ak mungkin kita mengharapkan selalu ada kejadian yang perlu diusut pada setiap liburan. Menurut perasaanku, dalam tiga minggu mendatang ini takkan ada kejadian apa-apa. Karena itu kita karang saja suatu kejadian, untuk menghibur Pippin yang bundar wajahnya!"
Anak-anak bersemangat mendengarnya. Kini ada sesuatu yang bisa menyibukkan mereka.
"Pasti ia akan membuat catatan yang banyak sekali, lalu menunjukkannya dengan bangga pada Pak Goon," kata Larry. " Lalu Pak Goon curiga, dan menduga pasti itu perbuatan kita. Mereka akan tertipu!"
"Ini benar-benar menarik." kata Fatty senang. "Pippin akan mendapat tugas untuk mengasah kecerdasannya, kita bisa iseng, dan Pak Goon akan jengkel apabila kembali nanti - karena pasti saat ini ia sudah memberi petunjuk pada Pippin agar berhati-hati terhadap kita. Tahu-tahu akan dialaminya bahwa Pippin membuang-buang waktu, berusaha mengusut misteri yang sebenarnya tidak ada!"
"Tapi misteri apa yang akan kita karang"" kata Bets. ia merasa senang, melihat usulnya tadi disambut dengan gembira oleh anak-anak yang lain. "Kita harus menciptakan misteri yang asyik - yang memungkinkan Fatty menyamar lagi. Aku senang melihat Fatty menyamar."
16 "Kita pikirkan saja beramai-ramai," kata Fatty "Pertama-tama, kita perlu membangkitkan kecurigaannya. Kita harus berbuat sesuatu yang membuat Pippin mengira ada sesuatu yang sedang terjadi-sehingga ia mulai sibuk menyelidik-lalu menemukan beberapa petunjuk..."
"Yang sengaja kita pasang untuknya," sambung Bets sambil tertawa. "Setuju, setuju! Ayo cepatlah - cari akal! Kalau aku, aku takkan mampu menemukan ide sama sekali!"
Selama beberapa menit anak-anak sibuk berpikir. Seperti katanya tadi, Bets sama sekali tidak bisa menemukan sesuatu.
"Nah - ada yang punya usul"" tanya Fatty. "Kau bagaimana, Daisy""
"Ada-tapi rasanya tidak begitu menarik," kata Daisy. "Bagaimana jika kita mengirimkan surat yang misterius pada Pippin""
"Percuma," kata Fatty. "Pasti ia akan langsung mencurigai kita. Kau bagaimana, Larry""
"Bagaimana dengan suara-suara aneh malam-malam, di halaman belakang rumahnya"" usul Larry. "Ya, aku tahu, tidak begitu menarik."
"Memang - karena sesudah itu tidak ada sambungannya," kata Fatty. "Kita harus mencipta-kan sesuatu yang bisa menimbulkan perhatian Pippin. Kita harus membuat ia berperasaan menghadapi sesuatu yang hebat!"
"Aku juga hanya bisa menemukan usul yang tidak begitu menarik." kata Rp. "Maksudku - kita bersembunyi malam-malam dalam salah satu
17 kebun sampai Pippin lewat, lalu kita berbisik-bisik supaya terdengar olehnya. Kalau ia datang untuk memeriksa, kita cepat cepat lari ke tempat gelap, sehingga ia pasti mengira yang didengarnya itu orang-orang yang bermaksud jahat."
"He! Idemu itu boleh juga." kata Fatty. setelah memikirkannya sesaat. "Itu bisa disambung lagi. Nanti dulu - biar aku berpikir sebentar."
Anak-anak yang lain diam. sambil memandang Fatty yang sedang berpikir dengan kening dan bibir berkerut
"Kurasa aku tahu sekarang," kata anak itu kemudian. "Ini yang akan kita lakukan! Aku dan Larry akan menyamar menjadi penjahat. Kita selidiki bagaimana saja tugas Pippin dalam penjagaannya malam hari - ke mana ia pergi dan kapan waktunya Setelah itu aku dan Larry akan bersembunyi dalam kebun salah satu rumah kosong, menunggu Pippin lewat."
ia berpikir lagi sekejap, lalu menganggukkan kepala
"Ya, betul! Lalu, begitu terdengar Pippin datang, kami berdua mulai berbisik-bisik dengan suara agak keras supaya terdengar olehnya, ia pasti akan berseru, siapa itu yang bersembunyi dalam kebun. Begitu ia berseru, kami akan langsung lari - seolah-olah takut padanya dan tidak ingin ketahuan."
"Lalu sambungannya bagaimana"" tanya Larry "Tunggu sebentar," kata Fatty sambil tertawa kecil. "Setelah kami berdua lari. apakah yang akan
18 dikerjakan oleh Pippin" Tentu saja masuk ke dalam kebun itu dan menyorotkan senternya ke mana mana. Nah - kemudian ia akan menemukan surat yang sudah dirobek-robek."
"O ya!" kata Bets bersemangat. "Tapi apa isi surat itu""
"Di situ akan tertulis alamat pertemuan selanjutnya," kata Fatty. "Nanti kita pilih tempatnya yang bagu
s. Lalu apabila Pippin kita yang bundar itu tiba di tempat itu, ia akan menemukan beberapa petunjuk lagi yang menarik!"
"Dan petunjuk-petunjuk itu, kita lagi yang menaruh di situ!" kata Pip sambil nyengir. "Ya, Fatty - ide itu bagus sekali! Pippin akan kita permainkan habis-habisan."
"Dan petunjuk-petunjuk itu membawanya ke tempat lain lagi," sambung Fatty. "Pokoknya, Pippin akan kita buat berputar-putar nanti, sampai puas. Sudah bisa kubayangkan bagaimana tampang Pak Goon apabila ia mendapat kabar mengenainya - pasti ia akan tahu bahwa semuanya merupakan perbuatan kita."
"Kapan kita mulai" Jangan tunggu lama-lama, Fatty," kata Bets bergairah. "Tidak bisakah kau dan Larry memulainya malam ini""
"Jangan - sebelumnya kita perlu menyelidiki, lewat mana saja Pippin harus berpatroli setiap malam," kata Fatty. "Setelah itu kita mencari rumah kosong yang terletak pada lintasan patrolinya itu Sebaiknya malam ini juga kita membuntutinya, Larry - untuk mengetahui
19 jalan-jalan mana saja yang dilalui Pippin Kalau Pak Goon, ia biasanya mulai berpatroli pukul setengah delapan. Bisakah kau sudah ada di rumahku saat itu""
"Kurasa bisa," kata Larry. "Kami makan malam pukul tujuh. Kalau aku makan cepat-cepat, kurasa aku takkan terlambat datang."
Dengan demikian diputuskan bahwa malam itu Larry dan Fatty akan membuntuti P.C. Pippin untuk mengetahui dengan tepat ke mana saja ia melakukan ronda malam. Dan malam besoknya akan dipersiapkan kejutan bagi polisi muda pengganti Pak Goon itu.
Bets bersemangat sekali. Ia menyukai petualangan semacam itu, karena tidak mengandung ketegangan yang menyeramkan seperti misteri yang sejati Kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi sebagai akibatnya ialah diomeli Pak Goon!
Malam itu, pukul tujuh lewat dua puluh lima menit Larry sudah ada di rumah Fatty. Hari sudah mulai gelap. Saat itu sudah musim semi, jadi siang mulai memanjang lagi.
Kedua anak itu tidak menyamar, karena tidak ada waktu lagi untuk itu. Mereka menyelinap pergi, menuju ke jalan tempat tinggal Pak Goon yang kini didiami P.C. Pippin selama polisi desa itu sedang cuti.
Sesampai di sana, mereka mendengar bunyi telepon berdering di kamar depan, disusul suara Pippin berbicara. Kemudian lampu di kamar itu dipadamkan.
20 "Ssst - dia keluar!" bisik Fatty. "Sembunyi lebih dalam ke semak. Larry!"
P.C. Pippin muncul di ambang pintu, lalu berjalan ke pintu pagar depan. Langkahnya pelan, karena sepatunya bersol karet. Anak-anak melihatnya ketika ia masuk ke jalan, lalu pergi menjauh dari tempat mereka bersembunyi.
"Yuk." ajak Fatty. "ia mulai patroli sekarang. Akan kita lihat, jalan mana saja yang dilewatinya nanti!"
Kedua anak itu menyelinap-nyelinap di belakang P.C. Pippin. Polisi itu mula-mula berpatroli sepanjang Jalan Besar, ia melakukan tugasnya dengan cermat. Setiap pintu toko diperiksa, apakah terkunci dengan baik. Begitu pula jendela-jendela. Fatty dan Larry sudah mulai bosan mengikutinya, karena setiap kali ia berhenti untuk memeriksa. Dan setiap kali Pippin berhenti, mereka harus buru-buru bersembunyi sebentar.
Setelah satu jam, polisi muda itu rupanya sudah yakin bahwa tak mungkin ada pencuri yang bisa memasuki toko mana pun juga di jalan itu Senternya dipadamkan. Kemudian ia memasuki suatu jalan samping, diikuti dari belakang oleh Fatty dan Larry.
Pippin berjalan dengan langkah nyaris tak berbunyi, ia menghampiri sebuah garasi, lalu memeriksa pintu gerbangnya
"Kenapa sih, ia berhenti melulu" Kenapa tidak meneruskan patroli"" keluh Larry. "Di mana-mana ia berhenti, lalu memeriksa!"
Pippin meneruskan langkahnya, ia nampaknya melakukan tugas dengan sistematis Mula-mula memeriksa satu sisi jalan, setelah itu pergi ke se seberang. Baru setelah itu ia pergi ke jalan lain. Dan begitu seterusnya. Kalau itu kebiasaannya setiap malam, anak-anak akan bisa dengan mudah menunggunya di salah satu tempat!
"Pukul sembilan," kata Fatty dengan suara pelan, ketika terdengar lonceng gereja berdentang sembilan kali "Kita kini berada di Jalan Willow. Di seberang sana ada rumah kosong, Larry. Kita bisa bersembunyi dalam kebun rumah itu besok malam, sebelum pukul
sembilan. Lalu pada saat Pippin lewat di situ, kita akan mengagetkannya Lihatlah - sekarang ia menyorotkan senternya ke pintu pagar rumah itu. Ya, itulah yang akan kita kerjakan besok! Kita bersembunyi dalam kebun rumah itu."
"Setuju." kata Larry dengan lega. "Aku sudah bosan menyelinap-nyelinap terus kayak begini. Mana angin dingin sekali rasanya! Yuk - kita pulang saja sekarang. Besok pagi kita berjumpa di rumah Pip. untuk menyampaikan niat kita pada anak-anak yang lain, lalu menyusun rencana selanjutnya."
"Betul!" kata Fatty. ia pun merasa lega, bahwa tugas membuntuti P.C. Pippin sudah selesai "Jadi sampai besok! Ssst! Itu Pippin datang lagi kemari."
Mereka cepat-cepat menyusup ke dalam pagar semak yang ada di tepi jalan. Mereka menunggu di situ. sampai polisi muda itu sudah lewat lagi
23 "Aduh - nyaris saja aku bersin tadi," bisik Larry- "Yuk - aku sudah kedinginan sekarang."
Keduanya pulang ke rumah masing-masing. Sesampai di rumah, Larry bercerita pada Daisy bahwa mereka sudah berhasil menemukan tempat persembunyian yang cocok untuk besok malam. Sedang Fatty mulai mengatur rencana penyamaran Dikeluarkannya beberapa potong pakaian usang, lalu diperhatikan dengan seksama Sambil mengatur, ia berpikir-pikir.
"Pippin pasti akan kaget besok malam," katanya dalam hati
Bab 3 Sepasang Penjahat Keesokan harinya, kelima anggota Pasukan Mau Tahu asyik merundingkan rencana mereka. Buster duduk dekat mereka, dengan telinga ditegakkan
"Apa boleh buat, tapi kali ini kau tidak bisa ikut," kata Fatty. Ditepuk-tepuknya anjing kecil itu. "Kau harus kuikat nanti malam di rumah Harus kucegah kemungkinan kau menyusulku, lalu nbut menggonggong apabila Pippin nanti lewat dekat tempat persembunyian kami."
"Guk," gonggong Buster, seolah-olah mengerti, ia berbaring di lantai. Sikapnya saat itu, seperti tidak tertarik lagi pada pembicaraan anak-anak.
"Kasihan Buster," kata Bets, sambil mengusap usapkan sol sepatunya ke punggung anjing itu. "Kau tidak senang ya, tidak boleh ikut" Tapi ini hanya misteri yang pura-pura saja. Buster!"
Anak-anak memutuskan bahwa sebaiknya Larry dan Fatty memakai samaran mereka di rumah Larry saja, karena letaknya berdekatan dengan kebun di mana keduanya akan bersembunyi Dengan begitu mereka kemudian akan bisa cepat-cepat lari kembali ke rumah Larry, tanpa banyak mengalami kesulitan
25 "Nanti setelah minum teh. aku akan datang dengan koper berisi pakaian untuk penyamaran kita," kata Fatty pada Larry. "Ada kemungkinan atau tidak menyembunyikan koper itu dalam kebun kalian. Larry" Misalnya dalam gudang, atau tempat lain. Orang dewasa selalu merasa curiga kalau ada sesuatu yang agak aneh. Jika aku datang ke rumahmu nanti sambil membawa koper, besar kemungkinannya ibumu akan bertanya apa isinya "
"Ya. memang benar! Dalam kebun ada sebuah pondok kecil," kata Larry. "Itu, yang biasa dipakai tukang kebun! Nanti pada saat yang disepakatkan aku akan datang ke situ. Dan sebaiknya di situ pula kita memakai samaran kita. Fatty. Tempat itu aman! Akan memakai apa kita nanti""
"Wah! Bolehkah aku ikut datang nanti, untuk melihat kalian menyamarkan diri"" tanya Bets. Sedapat mungkin ia selalu berusaha, agar tidak ketinggalan dalam kesibukan yang mana pun juga. "Boleh ya" Aku dan Pip nanti bisa menyelinap pergi setelah makan malam, pada saat kami sebenarnya harus membaca-baca dalam kamar "
"Ibu malam ini akan menonton pertunjukan di Teater Kecil." kata Pip. "Dengan begitu kami bisa dengan aman datang ke sana, untuk melihat kalian berdua menyamarkan diri."
Jadi sekitar pukul delapan malam itu anak-anak berkumpul semuanya dalam pondok kecil di kebun rumah Larry Pintu pondok ditutup rapat-rapat. Fatty menutup jendela dengan karung, supaya
26 tidak nampak cahaya memancar ke luar Setelah itu ia mulai berdandan menyamarkan diri. bersama Larry.
"Sebaiknya kita membuat diri kita kelihatan seram," kata Fatty "Pippin nanti pasti akan menyorotkan senternya ke arah kita. Jadi biar ia melihat tampang kita yang mirip penjahat! Nih. Larry - kaupakai saja kumis yang galak ini. Dan itu. rambut palsu berwarna merah itu - pakai pula itu, kemudian k
aututupi dengan topi pet yang kumal. Tampangmu pasti akan kelihatan seram!"
Bets memperhatikan kedua anak itu dengan asyik. Fatty sangat pintar menyamar. Banyak buku yang dimilikinya tentang seni menyamar ia pun memiliki berbagai alis palsu, begitu pula kumpulan dari beraneka jenis kumis, janggut, dan bahkan sejumlah gigi palsu dari plastik yang diselipkan menutupi gigi yang asli. Kalau gigi palsu untuk nampak tersembul ke depan - hih, seram!
Fatty memasang janggut palsu ke dagunya. Mukanya dikernyitkan, lalu kerut-merut yang timbul dipergelap olehnya dengan bahan rias berwarna hitam. Ia juga memasangkan sepasang alis palsu yang lebat. Seketika itu juga tampangnya nampak menjadi jauh lebih tua. Bets terpekik melihatnya.
"Hii - tampangmu menyeramkan, Fatty! Ngeri rasanya melihatmu sekarang. Kau tak kukenali lagi."
"Kalau ngeri, jangan melihat dong," kata Fatty. ia menyeringai, memamerkan lubang-lubang
27 hitam di sela gigi depannya. Bets menatap dengan rasa ngeri.
"Fatty! Kenapa gigimu" Kulihat ada dua yang hilang!"
"Bukan hilang, cuma kuhitamkan saja," kata Fatty sambil nyengir lagi. "Diterangi sinar samar begini, kelihatannya seperti ada yang copot, ya""
ia mengenakan rambut palsu yang tipis dan terjurai, ditutupi dengan pet. Kemudian ia mengernyitkan muka lagi, sambil menggerak-gerakkan janggut ke arah Bets dan Daisy.
"Tampangmu seram dan menjijikkan sekarang," kata Daisy. "Untung aku tidak tiba-tiba berpapasan denganmu nanti malam. Pasti aku akan setengah mati ketakutan, jika tahu-tahu berjumpa denganmu dalam keadaan seperti sekarang di tempat gelap. Aduh, Bets - lihatlah tampang Larry sekarang! Larry! Jangan kauker-nyitkan muka kayak begitu - aku ngeri melihatmu."
Larry memicingkan mata, sedang mulutnya dimencongkan sehingga kumisnya miring ke samping.
"Jangan kaulebih-lebihkan," kata Fatty. "Tampangmu sekarang kayak orang goblok - jadi tidak banyak bedanya dengan tampangmu yang asli!"
Larry menampar punggung Fatty.
"Jaga omonganmu, jika bicara padaku," geramnya dengan suara berat "Aku ini si Mencong dari Lincoln "
28 "Nama itu pantas dengan tampangmu sekarang," kata Daisy. "Kalian berdua kelihatan seram-seram! Pippin nanti takkan percaya jika melihat kalian."
"Maksudmu, ia akan tahu bahwa kami hanya menyamar saja"" tanya Fatty padanya, ia agak khawatir terhadap kemungkinan itu. "Apakah penyamaran kami ini terlalu berlebihan""
"Ah, berlebihan juga tidak sebenarnya," kata Daisy. "Maksudku, polisi kan sudah sering melihat bandit dan penjahat. Di antara mereka, pasti ada yang tampangnya seburuk kalian. Hii. kalian benar-benar menakutkan. Pasti aku akan mimpi buruk tentang kalian malam ini."
"He - kurasa sekarang sudah waktunya," kata Pip dengan tiba-tiba, setelah memandang arlojinya. Selama itu ia diam saja. ia agak kesal, karena tidak diajak. Tapi Fatty menjelaskan bahwa Pip terlalu pendek tubuhnya, jadi sulit bisa menyamar sebagai orang dewasa. Sedang Larry dan ia sendiri sudah cukup tinggi. Apalagi Fatty, dengan tubuhnya yang kekar itu.
"Ya, betul - kita harus berangkat sekarang," kata Fatty. Larry membuka pintu dengan hati-hati.
"Kita harus lewat dekat pintu dapur," katanya. Tapi itu tidak menjadi soal. Takkan ada yang bisa mendengar kita."
Kedua penjahat bertampang buruk itu berjingkat-jingkat ke arah depan. Namun ketika mereka sedang lewat di depan dapur, tiba-tiba pintu terbuka Tampang mereka diterangi cahaya yang
29 memancar keluar dan dalam dapur Saat itu juga terdengar jeritan ngeri, disusul pintu yang ditutup kembali dengan keras.
"Astaga! Itu tadi Janet juru masak kami," bisik Daisy. "Tentu ia kaget setengah mati, begitu melihat tampang kalian berdua. Cepat lari, sebelum ia melaporkan pada Ayah."
Fatty dan Larry bergegas-gegas menuju ke jalan. Bets pulang bersama Pip. Ketika Daisy masuk ke rumah lewat pintu samping, didengarnya Janet dengan gugup melaporkan pengalamannya pada Ayah.
"Orangnya seram-seram, Pak." katanya. "Tubuh mereka tinggi besar. Mereka menatap saya dengan tajam, sambil menggeram-geram seperti anjing!"
Daisy tertawa dalam hati lalu cepat cepat naik ke tingkat atas ia sama sekali tidak heran
bahwa Janet ketakutan. Tampang Fatty dan Larry tadi memang sangat menakutkan!
Sementara itu Fatty dan Larry menyelinap di jalan, menuju ke rumah kosong. Mereka selalu cepat-cepat menghindar, setiap kali mendengar langkah orang datang. Untung saja tidak ada yang berpapasan dengan mereka saat itu. Coba kalau ada, pasti orang itu sudah berteriak-teriak minta tolong, begitu melihat dua orang penjahat yang tampangnya sangat menakutkan!
Akhirnya mereka tiba di rumah kosong yang dituju, lalu cepat-cepat masuk lewat pintu pagar
30 depan. Mereka sempat melihat bahwa dalam kebun ada pula sebuah pintu samping.
"Nanti kalau Pippin datang kita berbisik-bisik di bawah semak ini," kata Fatty. "Lalu kalau ia datang lewat pintu pagar depan untuk memeriksa kita cepat-cepat lari lewat pintu samping. Kita ben kesempatan padanya untuk menyoroti muka kita dengan senternya, ia takkan b sa mengenali siapa
ta sebenarnya, dengan penyamaran seseram ini."
"Baiklah," kata Larry. "Mana surat yang robek-robek, Fatty""
Fatty merogoh kantongnya mengambil sepucuk sampul yang berisi kertas kumal yang sudah dirobek-robek. Pada surat itu tertulis,
'Di belakang Teater Kecil. Jumat pukul sepuluh malam.'
Fatty nyengir sambil memegang kertas surat yang sudah robek itu.
"Kemudian apabila Pippin muncul hari Jumat di belakang Teater Kecil kita harus mengusahakan agar ia menemukan berbagai petunjuk di sana." katanya sambil menghamburkan robekan kertas surat ke tanah, di bawah semak tempat mereka bersembunyi.
L Tiba-tiba Larry mendesis.
"Ssst. ia datang! Langkahnya belum kedengaran - tapi aku mengenali suaranya terbatuk-batuk Nah - itu bunyi langkahnya sekarang!"
Kedua anak itu menunggu dengan diam-diam, sampai P.C. Pippin sudah tiba di dekat kebun.
31 Kemudian Fatty membisikkan sesuatu dengan suara mendesis. Larry menggoncangkan semak.
"Sssst!" desis Fatty. Seketika itu juga Pippin menyalakan senternya.
"Siapa di situ! Ayo keluar, tunjukkan dirimu!" bentak Pippin.
"Jangan lari dulu," bisik Fatty. "Kita beri kesempatan padanya untuk melihat tampang kita."
Larry menggoncang-goncang semak lagi. Dengan cepat Pippin mengarahkan sorotan senternya ke situ. Kagetnya bukan main, ketika melihat tampang dua orang yang buruk sekali memandang ke arahnya. Pasti kedua orang itu penjahat yang bermaksud buruk, pikirnya.
"Sekarang lari!" kata Fatty, sementara polisi muda itu membuka pintu pagar sebelah depan.
Kedua anak bandel itu lari ke luar lewat pintu samping. Pippin yang langsung mengejar, tertinggal jauh di belakang.
"He, kalian! Berhenti!" serunya. Wah - gawat, pikir Fatty dan Larry. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Pippin akan berseru-seru. Bagaimana jika tahu-tahu ada orang menahan mereka"
Tapi untungnya tidak ada orang yang menangkap mereka. Ada seorang yang mencoba, yaitu tukang daging. Orang itu kebetulan sedang berjalan-jalan dengan istrinya. Ketika melihat ada dua orang lari dikejar polisi, ia langsung maju untuk menahan. Tapi begitu melihat tampang mereka yang jelek sekali diterangi sinar lampu jalan,
32 dengan segera ia mengurungkan niatnya Dan Fatty serta Larry bisa menyelamatkan diri tempat aman.
Keduanya lari. memasuki pekarangan rumah Larry, terus ke pondok kecil di tengah kebun Mereka merebahkan diri di dalam, dengan napas tersengal-sengal. Fatty nyengir
"Bagus, Larry!" katanya "Kini Pippin pasti akan kembali ke rumah tadi dan memeriksa di sana dengan senternya! Tentu ia akan menemukan sobekan surat kita. dan kemudian hari Jumat yang berikut muncul di belakang Teater Kecil untuk menemukan petunjuk-petunjuk selanjutnya. Aku merasa asyik tadi Kau juga""
"Jelas," kata Larry. "Tapi sayang rasanya jika samaran kita sekarang ini harus langsung dicopot Bagaimana kalau kita berkeliaran sebentar di desa. supaya lebih banyak lagi orang yang melihat tampang kita""
"Lebih baik jangan," kata Fatty. "Yuk - kita buka saja samaran kita. Wah - sebetulnya lebih asyik jika tadi itu Pak Goon yang melihat kita Pasti ia akan sibuk sekali sekarang!"
Sementara itu P.C. Pippin sudah kembali ke kebun tempat kedua 'penjahat' tadi bersembunyi. Hatinya berdebar-debar, ia sama sekali
tak menyangka akan terjadi sesuatu di desa itu, sementara ia bertugas menggantikan Pak Goon. Tapi kini ternyata ia memergoki dua penjahat bertampang seram yang sedang bersembunyi
33 dalam kebun sebuah rumah kosong. Pasti mereka sedang merencanakan perampokan!
Pasukan Mau Tahu - Misteri Di Teater Kecil di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pippin menyorotkan senternya ke tanah, di bawah semak tempat kedua orang tadi bersembunyi. Ia mengharapkan akan melihat jejak kaki di situ. Dan ternyata memang banyak sekali! Tapi kecuali itu ia melihat petunjuk lain di tempat itu. Sobekan-sobekan kertas! Jangan-jangan kertas itu berasal dari kedua penjahat tadi!
Polisi muda itu mengambil buku catatannya, lalu menyisipkan sobekan-sobekan itu di bagian belakangnya. Delapan potong yang ditemukannya. Ia melihat tulisan di situ. ia bermaksud memeriksa tulisan itu apabila sudah kembali di rumah nanti.
Kemudian diukurnya panjang jejak kaki yang nampak membekas di tanah yang lembek, dengan garisan yang bisa dilipat. Setelah itu ia mencari-cari petunjuk lain. Tapi kecuali kertas-kertas tadi, ia tidak menemukan apa-apa di situ.
Pippin sibuk terus di rumah sampai lewat tengah malam. Mula-mula menyambung sobekan-sobekan kertas dan membaca tulisan yang tertera di situ. Kemudian menulis catatan tentang tampang kedua penjahat yang dipergoki olehnya tadi, serta menggambar jejak kaki menurut catatan ukurannya.
ia merasa dinnya penting dan bangga Itu kasusnya yang pertama. Ia bertekad akan menanganinya dengan baik. ia hendak mendatangi Teater Kecil pada Jumat malam mendatang,
34 jauh sebelum pukul sepuluh, ia ingin tahu, apa yang akan ditemukannya di tempat itu.
Kesemuanya mungkin penting artinya. Bahkan sangat penting!
35 Bab 4 Rambut Merah - Dan Berbagai Petunjuk
Fatty serta keempat kawannya tertawa-tawa. Mereka geli, mengingat telah berhasil mempermainkan Pippin yang sama sekali tidak menyadari hal itu. Secara kebetulan Larry berpapasan dengan polisi muda itu keesokan paginya, ia berhenti sebentar, untuk mengajaknya mengobrol.
P.C. Pippin memandangnya dengan sikap agak sangsi, ia teringat pada kata-kata Pak Goon, yang memperingatkannya agar berhati-hati terhadap kelima anak-anak itu. Tapi yang dihadapinya saat itu bukan anak gendut yang kata Pak Goon berbahaya!
"Selamat pagi, Pak Pippin," sapa Larry dengan sopan. "Bagaimana, sudah merasa cocok di sini""
"Tentu saja," jawab P.C. Pippin. "Desa Peterswood ini menyenangkan. Dari semula aku sudah merasa senang. Kau pulang selama liburan Paskah ini""
"Betul," jawab Larry. "Eh - Anda sudah menemukan kejadian misterius di sini, Pak""
"Kalaupun ada, takkan kuceritakan padamu," kata Pippin sambil nyengir. "Soalnya, aku sudah diberi tahu tentang kalian!"
36 "Ya - sudah kami sangka begitu." kata Larry "Ngomong-ngomong, juru masak kami kemarin malam mengalami kejadian yang mengejutkan sekali! Katanya, ia melihat dua orang penjahat di depan pintu dapur rumah kami."
P.C. Pippin langsung merasa tertarik. "O ya"" katanya. "Seperti apa tampang mereka""
"Yah - katanya seorang dari mereka berambut merah," kata Larry. "Tapi untuk jelasnya, lebih baik Anda tanyakan sendiri pada juru masak kami itu. Kenapa Anda bertanya" Anda juga melihat mereka""
"Mungkin - tapi mungkin juga tidak," kata Pippin mengelak. Setelah itu ia melanjutkan langkah, setelah menganggukkan kepala pada Lany.
P.C. Pippin memeras otak sambil berjalan. Jadi juru masak keluarga Larry melihat seorang penjahat berambut merah. Tentunya orang itulah yang juga dilihatnya kemarin malam. Mau apakah mereka" Saat itu juga diambilnya keputusan. untuk menanyai juru masak keluarga Larry. Dari Janet diperolehnya berbagai keterangan mengenai dua orang penjahat bertubuh tinggi besar, nyaris dua meter tingginya! Keduanya menggeram dan mengerang, dengan mata terpicing dan muka dikernyitkan.
Seorang dari mereka berambut merah. Mulai saat itu P.C. Pippin sudah siap untuk mencurigai setiap orang berambut merah. Ia mengawasi Pak Kerry, tukang sepatu yang kebetulan rambutnya
37 berwarna merah nyala. Sikapnya mengawasi begitu penuh rasa curiga, sehingga Pak Kerry ketakutan karenanya.
Kemudian ia melihat saudara laki-laki Pak Pendeta. Orang itu baik hati.
tidak pernah berbuat jahat. Kegemarannya naik sepeda setiap pagi, mengelilingi desa sampai tiga kali untuk latihan jasmani. Ketika Pippin melihat ia datang untuk ketiga kalinya, dan memperhatikannya dengan pandangan menyelidik, saudara Pak Pendeta mulai merasa pasti ada sesuatu yang tidak beres. Dalam hati P.C. Pippin juga sudah bertanya-tanya, masih berapa kalikah ia akan kembali melihat penunggang sepeda berambut merah itu"
Ketika Larry menceritakan pada anak anak yang lain bahwa ia sudah bertemu dengan Pippin serta melaporkan pada polisi muda itu tentang laki-laki berambut merah yang dilihat juru masak di rumahnya, Fatty tertawa geli. Apalagi ketika ia mendengar dari Janet sendiri bahwa Pippin sudah datang untuk minta keterangannya tentang 'penjahat' berambut merah itu.
"Kurasa kini perlu ada serangkaian penyamaran lagi," kata Fatty pada anak-anak yang lain. "Sejumlah oknum berambut merah, pasti akan menarik bagi Pippin."
Tengah hari itu juga muncul seorang pengantar telegram yang masih muda. Anaknya berambut merah menyala. Ia naik sepeda sambil bersiul-siul. Ketika berjumpa dengan P.C Pippin, anak itu
turun dari sepedanya lalu menanyakan suatu alamat yang tidak dikenalnya.
Pippin memandang anak itu dengan curiga. Nah - ini ada lagi orang berambut merah, katanya dalam hati. Rupanya di Peterswodd banyak sekali orang berambut merah.
Setengah dua siang Pippin dikagetkan lagi oleh seseorang yang tahu-tahu muncul di sampingnya Orang itu membawa keranjang. Alisnya hitam - aneh sekali kelihatannya, karena warna rambutnya merah! Giginya besar-besar, tersembul ke muka. Bicaranya tidak jelas. Mungkin karena gigi yang tersembul itu!
"Maaf," kata orang itu dengan suara mendesis. "Dapatkah Anda menunjukkan di mana letak kantor pos""
Mula-mula P.C. Pippin mengira orang itu berbicara dalam salah satu bahasa asing. Tapi akhirnya disadarinya bahwa ia yang salah dengar. Orang itu berbicara mendesis-desis! Diperhatikannya laki-laki tak dikenal itu dengan cermat. Lagi-lagi seseorang berambut merah! Aneh. Tapi semuanya tidak ada yang mirip dengan 'penjahat' yang dilihatnya malam sebelumnya.
Pukul setengah tiga, seorang laki-laki berambut merah mengetuk rumah Pak Goon yang didiami P.C. Pippin saat itu. Ia mengantar surat kabar, yang menurut keterangannya keliru diserahkan ke rumah orang lain. Pippin mengucapkan terima kasih, karena menyangka pasti itu koran langganan Pak Goon. Tapi kemudian ditatapnya pengantar
39 surat kabar itu. Keningnya berkerut Lagi-lagi seseorang berambut merah! Fatty yang menyamar, membalas tatapan Pippin tanpa sedikit pun berkedip.
Pippin merasa tidak enak. Tapi ia sendiri tidak tahu apa sebabnya! Pintu ditutupnya, lalu ia kembali ke kamar depan. Menurut perasaannya saat itu, jika ia melihat satu orang lagi yang berambut merah hari itu. ia hendak memeriksakan matanya ke dokter mata!
Tapi sekitar setengah enam sore, ketika ia hendak pergi ke kantor pos, di tengah jalan dilihatnya seorang kakek-kakek berjalan tersaruk-saruk dengan tongkat di tangan. Pak tua itu memakai topi pet - dan rambutnya berwarna merah nyala!
"Kurasa mataku yang sudah rusak," kata Pippin yang malang itu dalam hati. "Atau jangan-jangan pikiranku yang kacau. Dari tadi, rambut merah melulu yang kulihat!"
Tapi tiba-tiba ia teringat kembali
"Eh - apa kata Pak Goon waktu itu padaku" ia mengingatkan agar berjaga-jaga, apabila tahu-tahu banyak sekali orang berambut merah berkeliaran di sini! Apa maksudnya" Apa urusan rambut merah ini" Ya, betul! Kata Pak Goon, itu semuanya Fatty yang menyamar! Tapi masak ia sepintar itu""
P.C. Pippin membayangkan kembali semua orang berambut merah yang dilihatnya sehari itu. Kecurigaannya yang timbul, terutama terarah pada
40 laki laki yang sampai tiga kali dilihatnya lewat naik sepeda.
"Nah - tunggu sampai orang berambut merah yang berikut muncul," katanya geram. "Jika aku hendak dipermainkan, aku puri bisa membalas! Biar si Rambut Merah itu ketakutan nanti!"
Kebetulan rambut merah berikut yang dilihatnya adalah saudara laki-laki Pak Pendeta. Orang itu bergegas-gegas mengayuh sepedanya, hendak mengantar surat ke kant
or pos. Pippin berdiri di tengah jalan, menghadang orang itu. Saudara laki-laki Pak Pendeta mendering-deringkan bel sepedanya beberapa kali. Tapi Pippin tetap tidak mau minggir. Akhirnya pengen-dara sepeda yang harus terpaksa mengalah. Ia mengerem sepedanya dengan keras, sehingga nyaris saja terjungkir.
"Ada apa. Pak Polisi"" tanya orang itu dengan
heran, "Hampir saja saya menabrak Anda." "Nama dan alamat Anda"" tanya Pippin dengan
ketus sambil mengambil buku catatannya. "Nama saya Theodore Twit dan saya tinggal di rumah saudara saya yang menjadi pendeta di sini," kata saudara Pak Pendeta dengan sikap anggun. "Huah! Begitu ya!" tukas Pippin. "Anda tinggal di rumah Pendeta! Aku takkan bisa dibohongi!" Pak Twit bingung. Dipandangnya polisi muda di depannya itu dengan cemas, karena dikiranya Pippin kurang waras. Tapi Pippin salah menafsir-kan pandangan itu. ia menyangka Pak Twit takut.
41 Tiba-tiba saja ia mengulurkan tangan, menjambak rambut Pak Twit yang merah dan lebat.
"Aduh!" teriak Pak Twit Hampir saja ia terjatuh dari sepedanya. "Apa-apaan ini""
Ketika menjambak tadi, Pippin yakin sekali bahwa rambut merah itu palsu. Jadi pasti langsung terlepas, begitu ditarik. Tapi ternyata tidak! Pippin kaget setengah mati. Ditatapnya Pak Twit sambil melongo, sementara air mukanya berubah Merah padam!
"Ada apa sih. Pak Polisi"" tanya Pak Twit dengan semakin bingung. Ia mengusap-usap bagian kepalanya yang terasa sakit karena dijambak itu. "Saya benar-benar tidak mengerti! Ah - syukurlah, saudara perempuan saya datang. Coba kemari sebentar, Muriel! Tolong katakan pada polisi ini siapa aku. Kelihatannya ia tidak percaya ketika kukatakan sendiri."
P.C Pippin melihat seorang wanita bertubuh besar dan bersikap sangat tegas datang menghampiri.
"Ada apa, Theodore"" tanya wanita itu dengan suara berat. Pippin tidak menunggu lebih lama lagi. Sambil terbata-bata minta maaf, ia buru-buru lari - meninggalkan dua orang yang saling berpandangan dengan bingung.
"Sinting," kata Bu Muriel dengan suaranya yang berat. "Pak Goon saja sudah sinting - tapi ini sudah keterlaluan sekali! Seenaknya saja ia menjambak rambutmu, Theodore!"
42 Kebetulan petang itu Bu Muriel Twit datang berkunjung ke rumah keluarga Trotteville. orang tua Fatty. Ketika Fatty mendengar cerita wanita itu mengenai tingkah laku Pippin yang aneh, karena tanpa alasan sedikit pun menjambak rambut Theodore yang malang, anak Itu terpingkal-pingkal. Ibunya marah karenanya. Fatty disuruh meninggalkan kamar duduk. Ketika sudah sendiri pun ia masih tertawa terus. Buster memandangnya dengan heran.
"Jadi Pippin ternyata sudah tahu bahwa rambut merah itu samaran belaka," pikir Fatty. "Baiklah - sebaiknya tak kupakai lagi. Mudah mudahan saja ia tidak menduga bahwa penjahat berambut merah itu sebenarnya aku. Kalau sedikit saja ia curiga bahwa ia dipermainkan, ia takkan mau muncul di belakang Teater Kecil dan menemukan petunjuk-petunjuk palsu yang akan dipasang di sana."
Saat itu hari Kamis. Anak-anak berunding lagi, untuk menentukan petunjuk-petunjuk apa saja yang akan mereka pasangkan untuk Pippin keesokan malamnya di belakang Teater Kecil. Di situ ada semacam beranda sempit yang beratap. Di tempat itu bisa diletakkan berbagai jenis petunjuk.
"Pertama-tama puntung rokok yang agak banyak," kata Fatty. "Gunanya supaya Pippin mengira sebelumnya sudah pernah ada pertemuan lain di situ."
"Ya - dan jangan lupa bekas korek api," kata Larry. "Lalu bagaimana dengan sapu tangan yang
43 ada sulaman huruf singkatan nama orang" Itu selalu merupakan petunjuk yang menarik!"
"Ya, setuju!" kata Daisy. "Aku punya sapu tangan yang sudah tua. Nanti akan kusulamkan salah satu huruf di situ. Tapi apa enaknya, ya""
"Z," kata Fatty dengan segera. "Biar Pippin pusing mencari-cari nama orang yang cocok!"
"Z"" kata Bets. "Mana ada orang yang namanya dimulai dengan huruf itu""
"Ada saja - misalnya saja Zebra!" kata Fatty sambil nyengir.
"Baiklah! Kalau begitu akan kusulamkan huruf itu ke sapu tanganku," kata Daisy. "Kuambil saja jarum dan benang sekarang juga! Lalu. petunjuk-petunjuk apa lagi yang akan kita pasangkan di sa
na"" "Selembar halaman buku," kata Pip. "Dari buku jadwal perjalanan, misalnya."
"Ya - itu ide yang bagus," kata Fatty setuju "Masih ada lagi ide-ide lain""
"Apa lagi sih, yang mungkin tercecer secara tidak sengaja"" kata Daisy sambil berpikir-pikir. "Ah, aku tahu! Kalau di sana ada paku atau benda lain yang menonjol, kita bisa menyangkutkan secarik kain tua di situ! Biar kelihatannya seolah-olah ada jas seseorang tersangkut paku sehingga robek sedikit. Itu petunjuk yang penting sekali! Cuma sayangnya, petunjuk palsu!"
"Ya, betul!" kata Fatty. "Kita besok juga membawa pinsil lalu mengasahnya di sana. Biar bekas asahannya bertebaran di situ. Wah - akan
44 banyak sekali petunjuk menarik yang bisa ditemukan Pippin nanti!"
"Kita masih perlu meninggalkan sesuatu di situ, yang menyebabkan Pippin akan meneruskan penyelidikannya ke tempat lain," kata Larry.
"Betul! Bagaimana jika kita membuat garis dengan pinsil di bawah jadwal keberangkatan salah satu kereta pada halaman buku jadwal waktu yang akan kita letakkan di situ," usul Pip. "Kita kan jadi menaruh sobekan buku jadwal" Nah - katakanlah kita memilih jam keberangkatan salah satu kereta pada hari Minggu. Pasti hari itu Pippin akan sudah siap di stasiun!"
Anak-anak tertawa geli. "Kemudian Fatty yang menyamar datang menghampirinya, lalu menyelipkan secank kertas ke tangannya dengan petunjuk ke mana ia harus pergi dari situ," kata Daisy. "Dengan begitu kita bisa menyuruh Pippin berkeliling ke mana-mana!"
"Tunggu saja sampai Pak Goon menerima laporan tentang ini semua," kata Fatty sambil nyengir gembira. "Pasti ia akan mengamuk - karena langsung tahu bahwa semuanya hanya tipuan belaka!"
Semua petunjuk disiapkan, termasuk serpih-serpih kayu bekas asahan pinsil, lalu dimasukkan ke dalam sebuah sampul.
"Kapan akan kita pasang segala petunjuk ini"" tanya Bets. "Bolehkah aku ikut""
"Tentu saja! Kita semua pergi beramai-ramai," kata Fatty. "Aku tidak melihat alasan, kenapa kita
45 tidak bisa melakukannya. Kan tidak ada yang mencurigakan, apabila kita melancong beramai-ramai! Kita bisa berangkat naik sepeda. Sesampai di sana, sepeda-sepeda kita taruh di tempat parkir yang ada di belakang. Lalu kita pura pura melihat poster-poster teater, sementara seorang dari kita menyelinap ke beranda belakang dan meletakkan petunjuk-petunjuk di situ. Pekerjaan itu paling lama satu menit pasti sudah selesai."
"Kapan kita berangkat"" tanya Bets lagi. Anak itu selalu ingin dengan segera melakukan segala sesuatu.
"Jangan hari ini, karena sekarang angin agak kencang." kata Fatty. "Jangan sampai petunjuk-petunjuk kita hilang diterbangkan angin. Tapi besok angin mungkin sudah reda kembali. Jadi besok sajalah kita ke sana, sesudah minum teh. Begitulah, sekitar pukul enam sore."
Keesokan sorenya pukul enam kurang sepuluh menit kelima anak itu berangkat. Seperti biasa, Buster ditempatkan dalam keranjang di sepeda Fatty. Mereka mengarahkan sepeda mereka ke belakang Teater Kecil, menuju tempat parkir yang ada di situ. Ternyata di situ banyak anak-anak yang sedang mengambil sepeda dari tempat penitipan.
"He!" seru Fatty kaget. "Rupanya ada pertunjukan ya, sore ini""
"Betul," jawab seorang anak laki-laki yang berada di dekat mereka. "Pertunjukan khusus untuk kami, anak-anak dari Panti Asuhan Farleigh. Kami diperbolehkan menonton tanpa membayar.
46 Pertunjukannya bagus sekali! Aku paling senang pada kucing itu."
"Kucing"" tanya Fatty. "Ah, maksudmu kucing Dick WhitHngton!" ia teringat, acara minggu itu berupa kisah jenaka mengenai masa remaja Dick WhitHngton. "Tapi kan bukan kucing betul""
"Tentu saja bukan!" kata anak laki-laki yang ditanyai. Daisy sudah menonton pertunjukan itu. ia menjelaskan pada Fatty
"Kucing itu seseorang yang berselubung kulit kucing tiruan, tolol! Tapi orang itu mestinya berukuran kerdil, karena badannya kecil sekali. Atau kalau tidak, seorang anak-anak Kucing itu kocaknya bukan main!"
"Lihatlah - itu dia para aktornya," kata seorang anak perempuan, sambil menuding ke arah sebuah pintu yang terdapat di samping gedung. "Gadis yang cantik itu, dialah yang menjadi Dick Whittington Kenapa ya,
dalam pertunjukan-pertunjukan begini, peran laki-laki selalu dimainkan oleh gadis" Dan itu Margot, kekasih Dick. Dan itu majikannya - lalu itu ibunya Lihatlah, yang menjadi ibu sebenarnya laki-laki. Lalu itu nakhoda kapal yang ditumpangi Dick Hebat ya, tampangnya! Dan itu kepala suku di pulau yang didatangi Dick. Tapi dalam pertunjukan,- mukanya dicat menjadi hitam!"
Kelima anak-anak itu memandang para aktor yang meninggalkan gedung Teater Kecil lewat pintu samping. Semua nampaknya biasa-biasa
47 saja Menurut perasaan mereka, sama sekali tidak bertampang aktor.
"Mana kucingnya"" tanya Bets.
"Rupanya tidak ada bersama mereka, kata anak perempuan yang masih menemani mereka. "Tapi aku juga tidak tahu kayak apa tampang sebenarnya, karena selama pertunjukan berlangsung ia terus memakai baju kucing. Permainannya bagus sekali. Aku suka padanya."
Saat itu terdengar suara seseorang memanggil-manggil Rupanya guru dari panti asuhan
"Irene! Donald! Ayo cepat - mau apa lagi kalian di situ" Kami sudah menunggu-nunggu!"
Tempat parkir itu menjadi kosong. Fatty memandang berkeliling.
"Nah, sekarang sudah tiba saatnya bagi kita!" katanya kemudian. "Yuk - keadaan sudah aman. Kita beramai-ramai memperhatikan poster-poster yang terpasang di sana itu, sambil mengobrol. Lalu jika sudah pasti tidak ada yang memperhatikan kita. nanti aku diam diam pergi ke beranda dan menebarkan petunjuk-petunjuk di sana."
Tapi selalu ada saja orang datang ke tempat parkir. Atau kalau tidak, ada orang melintas di situ. Anak-anak sudah jengkel karenanya. Akhirnya Fatty mengetahui bahwa tempat parkir itu dijadikan jalan lintas untuk menuju ke sebuah toko penjual rokok yang terdapat di jalan berikutnya.
"Sialan!" katanya kesal. "Kita terpaksa menunggu di sini sampai toko itu tutup. Tapi kurasa sebentar lagi tentu akan sudah ditutup juga."
Membosankan rasanya harus menunggu begitu lama di situ. sambil tidak henti-hentinya mengobrol tentang poster-poster yang dipajang. Tapi akhirnya toko itu ditutup juga. karena tidak ada lagi orang melintas lewat tempat parkir Hari sudah gelap. Dengan cepat Fatty menyelinap menaiki anak tangga, menuju ke beranda.
Di situ disebarkannya petunjuk-petunjuk palsu. Puntung-puntung rokok serta bekas-bekas korek api. sapu tangan usang dengan huruf Z yang tersulam di salah satu sudut, serpih-serpih kayu bekas asahan pinsil, suatu halaman yang dirobek dari buku jadwal perjalanan kereta api dengan jadwal perjalanan kereta tertentu pada hari Minggu digarisi sebelah bawahnya, serta sepotong kain biru tua dicantelkan pada sebatang paku yang menonjol. Fatty berpaling hendak pergi lagi. Tapi sebelum-nya. ia sempat memandang ke dalam gedung lewat jendela di dekatnya. Pemandangan yang dilihatnya di dalam, membuatnya kaget setengah mati
Bab 5 P.C. Pippin Terpancing Seekor binatang besar berbulu tebal nampak di balik jendela. Fatty merasa seolah-olah binatang itu memandang tepat ke arahnya. Matanya besar, berkaca-kaca. Fatty merinding melihatnya. Dengan cepat ia mundur. Nyaris saja terpeleset di tangga.
"Ada apa"" tanya Larry dengan heran.
"Ada sesuatu yang aneh di sana," kata Fatty "Seekor binatang besar dan menyeramkan me mandangku dari balik jendela. Aku hanya samar-samar saja melihat bayangannya, diterangi lampu jalan yang terdapat di luar tempat parkir."
Bets menjerit pelan. "Hii! Aku takut!"
"Kau ini goblok. Fatty. Pasti itu pakaian kucing yang dipakai oleh aktor yang memainkan peran sebagai kucing Dick Whittington," kata Larry sesaat kemudian. Anak anak lega semuanya mendengar keterangan itu.
"Ya - kurasa kau benar," kata Fatty. ia merasa malu atas kekagetannya tadi. "Tidak sampai ke situ pikiranku tadi. Habis, kelihatannya persis seperti hidup, sih! Kurasa itu bukan cuma pakaian saja, tapi masih dipakai oleh aktor yang memainkan peran itu."
50 Astaga! Jangan-jangan pakaian itu selalu dipakainya," kata Daisy. "Yuk, kita lihat sebentar - apakah ia masih tetap memandang dari balik jendela."
"Aku tidak mau," kata Bets dengan segera. "Aku sebenarnya juga segan," kata Daisy kini. "Tapi kami mau." kata Larry. "Yuk, Fatty - Rp!"
Ketiga anak laki-l aki itu dengan pelan menaiki tangga beranda, lalu memandang ke dalam dari jendela. Kucing itu sudah tidak ada lagi di balik jendela. Tapi sementara mereka masih memandang ke dalam, tiba-tiba mereka melihatnya masuk lewat pintu kamar lalu merangkak mendekati pediangan listrik. Nampak jelas betapa kucing raksasa itu pura-pura membersihkan muka dengan kaki depannya. Persis seperti kucing asli!
Itu dia!" kata Fatty. "Ia sudah melihat kita. Itulah sebabnya ia sekarang bertingkah kayak begitu, ia mengira kita ini anak-anak yang datang untuk menonton pertunjukan tadi. Ia masih berpura-pura menjadi kucing Dick Whittington. Astaga! Aku tadi benar-benar kaget dibuatnya, ketika pertama kali melihatnya di balik jendela!"
Kucing palsu itu mengeong-ngeong dengan suara lantang sambil menghadap ke jendela serta melambai-lambaikan kaki depannya.
"Entah kenapa - tapi perasaanku tidak enak melihatnya," kata Pip. "Aku tahu, itu cuma seseorang yang berperan sebagai kucing. Tapi
51 nampaknya seperti kucing sungguh-sungguhan Yuk - kita pergi saja!"
Ketiga anak laki-laki itu menggabungkan diri kembali dengan Daisy dan Bets. Hari sudah benar-benar gelap saat itu. Lonceng gereja berdentang tujuh kali, ketika anak-anak mengambil sepeda dari tempat penitipan.
"Nah - sekarang petunjuk-petunjuk sudah kita pasang di sana," kata Fatty, sambil melepaskan Buster dari ikatan. "Wah, Buster-untung kau tadi tidak melihat kucing palsu itu. Kalau kau melihatnya, kau pasti tercengang menatap kucing sebesar itu!"
"Guk," gonggong Buster. Ia tidak senang ditinggal sendiri, apalagi karena ia merasa bahwa saat itu sedang terjadi sesuatu yang mengasyikkan. Ia diangkat dan dimasukkan ke dalam keranjang sepeda Fatty. Setelah itu anak-anak pulang, mengayuh sepeda mereka lambat-lambat.
"Aku ingin tahu kapan Pippin muncul nanti," kata Fatty, ketika ia turun dari sepeda di depan pintu pagar rumahnya. "Tapi yang jelas jauh sebelum pukul sepuluh, supaya ia sempat, bersembunyi sebelum pertemuan para penjahat berlangsung. Padahal nanti sama sekali takkan ada pertemuan. Ia hanya akan menemukan berbagai petunjuk di sana!"
"Sampai besok, Fatty!" seru Pip dan Bets. "Yuk, Larry dan Daisy! Kita harus cepat-cepat pulang, kalau tidak ingin kena marah!"
52 Anak-anak berpisah. Fatty masuk ke rumah, sambil membayangkan kembali betapa kucing palsu tadi menatapnya dari balik jendela. Kagetnya setengah mati karenanya!
"Kalau aku ini Bets, pasti malam-ini aku akan bermimpi mengenainya!" pikir Fatty. "Aku ingin tahu, apakah Pippin nanti bersembunyi di salah satu tempat di atas beranda itu. Apabila ia melihat kucing raksasa itu. pasti ia akan sangat ketakutan!"
P.C. Pippin baru muncul di beranda belakang Teater Kecil sekitar pukul setengah sembilan, ia bermaksud lekas-lekas datang ke situ, supaya bisa menyiapkan diri mengintai pertemuan misterius yang akan berlangsung di situ. Perasaannya asyik sekali ketika setelah sobekan sobekan kertas disambung-sambung olehnya, ternyata di situ tertulis pesan mengenai pertemuan di belakang Teater Kecil, hari Jumat pukul sepuluh malam.
Pak Goon pasti akan puas dengan pekerjaannya, apabila ia berhasil membongkar suatu misteri atau persepakatan untuk berbuat jahat. Pippin sudah bertekad akan berusaha sebaik mungkin. Sehari sebelumnya Pippin sudah datang ke belakang Teater Kecil, untuk mencari tempat di mana ia bisa bersembunyi pada Jumat malam, ia menemukan lubang di atas beranda Lewat lubang itu ia bisa memanjat ke atas, lalu duduk di ambang jendela ruangan yang ada di atas beranda. Dari tempat itu ia akan bisa mendengarkan perundingan para penjahat
53 Pippin tiba di beranda itu tepat ketika lonceng gereja berdentang menunjukkan waktu setengah sembilan, satu setengah jam setelah anak-anak pergi dari situ. Ia membawa senter. Tapi ia baru menyalakannya setelah meyakinkan diri bahwa di sekitar situ tidak ada orang.
Dari dalam kamar di belakang beranda nampak memancar sinar remang-remang. Pippin menjenguk ke dalam. Dilihatnya bahwa sinar remang-remang itu berasal dari pediangan listrik yang menyala. Di depan pediangan nampak sesuatu, yang kelihatannya seperti ku
cing-tapi berukuran besar sekali! Kucing raksasa itu nampaknya sedang tidur Pippin terperanjat ketika melihat makhluk yang begitu besar. Ia mengusap-usap matanya. Betulkah itu seekor kucing" Ya-itu kupingnya - dan itu ekornya di atas hamparan lantai.
Pippin memandang lewat jendela, menatap binatang besar berbulu tebal yang diterangi sinar remang pediangan. Jangan-jangan itu gorila, pikirnya. Ah, tidak mungkin - gorila tidak boleh dipelihara dalam rumah. Lagipula. makhluk itu nampaknya lebih mirip kucing!
Hampir saja Pippin berteriak karena kaget. Tapi ia sempat menahannya. Tentu saja! Pasti itu Kucing Dick Whittington.yang ikut berperan dalam pertunjukan siang itu. ia sendiri tidak menonton, tapi ia mendengar centa mengenainya. Aneh - kenapa pakaian panggung itu tidak dilepaskan" Ia melihat bahwa dalam baju kucing itu masih ada orangnya.
54 Mestinya orang itu cepat-cepat melepaskan pakaian yang panas itu. Tapi ternyata tidak!
Pippin bertanya-tanya dalam hati. Masih jadikah pertemuan para penjahat, apabila aktor kucing ada dalam kamar di dekat situ" Tapi- mungkin juga pertemuan itu akan diadakan di tempat parkir Kalau begitu, apa gunanya ia memanjat ke atap beranda" Dari atas. ia takkan bisa mendengar apa-apa!
Sesaat Pippin tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dengan hati-hati dinyatakannya senter, lalu disorotkannya berkeliling, menerangi lantai beranda. Saat itu ia melihat petunjuk-petunjuk yang tersebar di situ!
Matanya bersinar ketika melihat puntung-puntung rokok, bekas-bekas korek api serta serpih-serpih bekas asahan pinsil. Rupanya sebelum dia ada orang lain di situ. Dan bukan hanya sekali saja, kalau melihat banyaknya puntung rokok yang berserakan. Rupanya pertemuan yang akan diadakan memang di beranda. Dan jangan-jangan aktor kucing itu pun ikut serta di dalamnya. Ya! Siapa tahu"
Dengan seksama P.C. Pippin memunguti puntung-puntung rokok serta petunjuk-petunjuk lainnya. Semuanya dimasukkan ke dalam berbagai sampul. Kemudian ditemukannya sobekan jadwal keberangkatan kereta api, yang diterbangkan angin ke sisi beranda. Perhatiannya sangat tertarik pada jadwal keberangkatan yang dibubuhi garis tebal di bawahnya.
55 Pippin memandang berkeliling. Dilihatnya selembar sapu tangan, lalu dipungutnya. Huruf Z yang tersulam di salah satu sudutnya, dikiranya huruf N. Pippin tidak bisa membayangkan ada orang yang namanya dimulai dengan huruf Z!
Setelah itu ia melihat sobekan kain biru tua yang tersangkut ke paku. Nah! Itu dia, petunjuk yang paling penting! Kalau ia bisa menemukan seseorang dengan jas berwarna biru tua yang robek, itu berarti penyidikannya sudah mencapai kemajuan besar!
Sekali lagi Pippin menjengukkan kepala dengan berhati-hati ke jendela, memandang ke dalam kamar di belakang beranda. Kucing palsu yang besar itu masih berbaring di depan pediangan listrik yang masih tetap menyala. Kelihatannya aneh - apalagi jika diingat bahwa yang berbaring itu bukan kucing yang sungguh-sungguh, tetapi manusia yang berpakaian seperti kucing. Kemudian dilihatnya kucing palsu itu bergerak sedikit ke letak berbaring yang lebih nyaman, lalu tidur lagi.
"Makhluk aneh," pikir Pippin yang masih bingung. Tapi perasaannya lega sekali melihat kucing raksasa itu bergerak. "Aku merasa seolah-olah jika ada tikus lari melintas dalam kamar, kucing itu pasti akan langsung mengejarnya - padahal aku tahu, itu bukan kucing yang sebenarnya!"
Kemudian ia merasa sudah waktunya untuk naik ke atas lewat lubang di atap beranda. Ada kemungkinan orang-orang yang ditunggunya akan
56 datang setiap saat. Siapa tahu. mungkin ada seorang di antaranya yang muncul lebih cepat dari waktu yang disepakatkan! Jangan sampai ia ketahuan ada di situ.
Pippin mengantongi sampul-sarhpul di mana petunjuk-petunjuk yang ditemukannya tadi disimpan. Kemudian ia naik lewat lubang di atap beranda, merangkak-rangkak menuju ke ambang jendela kamar sebelah atas lalu duduk di situ. Ambang jendela itu sempit. Tidak enak duduk di situ. Lagipula rasanya keras dan dingin. Pippin bersiap-siap untuk lama menunggu di tempat itu.
Tapi beberapa menit kemudian didengarnya bunyi yang aneh se
kali. Pippin memasang telinga. Jantungnya berdebar keras. Bunyi aneh itu kedengarannya seperti suara erangan. Tapi dari manakah datangnya suara itu" Kamar di belakangnya gelap-gulita. Sepanjang pengetahuannya, saat itu sama sekali tidak ada orang di luar sekitar situ. Sedang jika kucing palsu dalam kamar di bawah yang mengerang, ia takkan mungkin bisa mendengarnya. Tidak mungkin!
Erangan itu terdengar lagi. Pippin benar-benar merasa tidak enak sekarang. Ia sedang duduk dalam gelap, menunggu penjahat penjahat bertemu di beranda bawah - tapi tahu-tahu kini ia mendengar suara mengerang, ia benar-benar merasa tidak enak.
Pippin memasang telinga sambil menahan napas. Erangan itu terdengar lagi. Ternyata datangnya dari belakang tempatnya duduk. Kini ia
57 yakin sekali mengenainya. Wah! Kalau begitu, yang mengerang itu pasti ada dalam kamar di belakangnya. Pippin meraba-raba daun jendela, dengan maksud hendak membukanya. Tapi daun jendela itu terkunci dari dalam.
Saat itu barulah Pippin teringat bahwa ia membawa senter. Diambilnya benda itu. lalu dinyalakannya. Cahayanya diarahkan ke dalam kamar yang ada di depannya, disorotkan lambat-lambat ke sana dan kemari. Akhirnya terhenti - menerangi sesuatu yang aneh sekali.
Seorang laki-laki duduk menelungkup pada sebuah meja. Kedua lengannya terjulur ke depan. Di sampingnya nampak sebuah cangkir yang terjungkir pada piringnya. Sebuah sendok teh terletak di atas meja. Pippin menatap pemandangan itu dengan perasaan ngeri.
Kemudian cahaya senternya menerangi suatu benda lain. Sebuah cermin dinding yang besar tersandar ke dinding, memantulkan cahaya senter. Di dinding dekat cermin itu nampak sebuah lubang menganga. Lubang itu ternyata bagian dalam lemari rahasia di dinding. Pintunya terbuka. Dalam lemari itu tidak ada apa-apa. Kosong!
"Ada perampokan!" kata P.C. Pippin dalam hati. ia pun langsung bertindak. Dibungkusnya kepalan tinjunya dengan sapu tangan, lalu dihantamkannya ke kaca jendela yang langsung pecah berantakan. P.C. Pippin mulai beraksi!
58 Bab 6 Benar-benar Ada Misteri Kelima anggota Pasukan Mau Tahu. tentu saja sama sekali tidak tahu tentang pengalaman Pippin yang menarik malam itu Pip dan Bets sudah tidur lelap di pembaringan masing-masing, ketika polisi muda itu memecahkan kaca jendela kamar di belakang Teater KeciL Sedang Larry dan Daisy masih diijinkan mengikuti warta berita pukul sembilan. Tapi sesudah itu harus segera tidur. Fatty sedang di kamarnya sendiri, mencoba suatu alat penyamar baru yang bagus. Alat itu berupa bantal-bantal kecil yang harus diselipkan di balik pipi, supaya nampak tembam!
"Ini akan kucoba besok," pikir Fatty sambil nyengir. "Aku akan memakainya sebelum sarapan pagi Aku ingin tahu, ada yang memperhatikan atau tidak!"
Ketika kemudian sudah berbaring di tempat tidur. Fatty masih sempat berpikir tentang P.C. Pippin. Ia ingin tahu, apakah polisi pengganti Pak Goon itu menemukan petunjuk-petunjuk palsu yang disebarkannya di beranda belakang gedung teater, dan sampai berapa lama ia menunggu berlangsungnya pertemuan penjahat yang sebetul59 nya tidak ada. Pippin yang malang-mungkin saja ia menunggu sampai lama sekali!
Apabila Fatty mengetahui apa sebetulnya yang terjadi saat itu, pasti ia kemudian takkan langsung terlelap dengan tenang. Tidak! Pasti ia berangkat ke Teater Kecil, untuk mencari petunjuk-petunjuk di situ!
Keesokan paginya, sebelum turun untuk sarapan Fatty memakai alat bantu penyamarannya yang baru. Diselipkannya bantal-bantal kecil itu ke dalam mulutnya. Dengan seketika mukanya yang sudah bundar, nampak semakin membulat. Ayahnya seakan-akan sama sekali tidak melihat perbedaan itu. ia sibuk membaca surat kabar. Lagipula ia memang sudah selalu berpendapat bahwa Fatty terlalu gemuk! Tapi ibunya menatap dengan heran. Fatty nampak lain dari biasanya. Agak aneh! Tapi apa yang menyebabkannya" Ah, pipinya! Kelihatan tembam sekali.
"Kau sakit gigi, Frederick"" tanya ibunya dengan tiba-tiba. "Pipimu kelihatan bengkak."
"Ah, tidak, Bu," jawab Fatty. "Gigiku tidak apa-apa."
"Tapi aneh - makanmu tidak sebanyak biasanya," kata ibunya berkeras. "Dan
pipimu benar-benar nampak bengkak. Aku akan menelepon dokter gigi, supaya kau diperiksa olehnya."
Wah, gawat! Fatty sama sekali tidak menghendaki dokter gigi mengorek-ngorek dalam mulutnya, dan siapa tahu nanti menemukan lubang dalam giginya. Fatty bahkan seratus persen yakin, kalau
60 giginya sama sekali tak ada yang berlubang pun, tahu-tahu kemudian ada karena dikorek-korek oleh Pak Dokter. Padahal alasan sebenarnya. Fatty takut sakit!
"Betul, Bu - gigiku sama sekali tak berlubang," kata Fatty dengan bingung. "Aku kan mestinya tahu kalau ada yang sakit!"
"Kalau begitu kenapa pipimu begitu tembam"" desak Ibu. ia masih belum puas, lalu berpaling pada Ayah. "Kau tidak berpendapat bahwa pipi Fatty bengkak kelihatannya""
Ayah melirik sebentar dari kesibukannya membaca surat kabar.
"ia memang sudah selalu kelihatan begitu," gumamnya. "Terlalu banyak makan." Fatty merasa lega, karena setelah jawaban singkat itu Ayah mengalihkan perhatiannya kembali ke surat kabar.
"Nanti sehabis sarapan, aku akan segera menelepon dokter gigi," kata Ibu.
Fatty kebingungan. Dengan cepat ia merogoh mulutnya, lalu mengeluarkan kedua bantal kecil yang menyumpal di balik pipi. Tapi Ibu bukannya gembira melihat pipi anaknya itu tidak bengkak lagi. Tidak - ia malah berseru dengan jengkel.
"Frederick! Kau ini memang keterlaluan! Tidak tahu aturan - mengeluarkan makanan dari mulut dengan tangan! Kenapa sih kau pagi ini" Ayo, tinggalkan meja makan!"
61 Fatty tidak sempat lagi memberi penjelasan tentang bantal penyumpal pipinya, karena saat itu ayahnya tiba-tiba berseru.
"Wah! Coba dengar berita ini! 'Kemarin malam manager Teater Kecil di desa Peterswood dijumpai dalam keadaan pingsan karena dibius di ruang kantornya. Peti besi di dinding di belakangnya terbuka, sedang isinya hilang semua dicuri orang. Polisi menahan seorang tersangka"
Fatty kaget sekali mendengar berita yang dibacakan ayahnya itu. Bantal penyumpal pipi yang masih dipegangnya dimasukkan ke mulut, karena dikira roti - lalu dikunyahnya Menurut perasaannya, berita itu mustahil benar. Bukankah ia bersama teman-teman yang lain kemarin lama sekali berada di sekitar Teater Kecil, dan mereka tidak melihat apa-apa di sana. Kecuali aktor kucing!
"Bolehkah kubaca sebentar berita itu. Yah"" tanya Fatty. ia agak heran, apa sebabnya roti yang di mulutnya begitu kenyal. Tapi tiba-tiba disadarinya, itu sama sekali bukan roti. Uhh, memuakkan - ternyata ia sedari tadi mengunyah-ngunyah bantalan pipi! Dan kini ia tidak berani mengeluarkannya lagi, karena takut kena semprot ibunya. Fatty agak repot jadinya.
"Jangan bicara jika di mulutmu masih ada makanan, Fatty," tukas ibunya. "Dan kau tidak bisa meminjam surat kabar dari ayahmu. Nanti saja kaubaca, jika ia sudah selesai."
Untung baginya, saat itu telepon berdering. Ternyata untuk ibunya. Begitu Ibu sudah pergi,
62 Fatty cepat-cepat mengambil bantal pipi dari mulut, lalu mengantonginya ia tidak mau lagi memakai alat samaran itu pada saat makan! ia sudah kapok. Diliriknya surat kabar yang masih dipegang ayahnya. Ah - kini Ayah melipatnya. Bagian yang ada beritanya tentang perampokan itu menghadap ke arahnya, tapi dengan posisi terbalik. Walau begitu Fatty masih bisa juga membacanya - walau hanya sepotong-sepotong. Semangatnya mulai timbul.
Apakah kini sudah ada lagi suatu misteri baru" Bagaimana jika polisi ternyata menahan tersangka yang sebetulnya tidak bersalah" Kalau begitu. Pasukan Mau Tahu akan bisa mulai langsung beraksi! Fatty hilang seleranya untuk meneruskan sarapan. Dengan diam-diam ia menyelinap pergi meninggalkan meja makan, sebelum ibunya kembali. Sedang ayahnya, ia sama sekali tidak sadar bahwa Fatty tahu-tahu menghilang.
Dengan segera anak itu pergi ke rumah Pip. Sebentar lagi Lany dan Daisy pasti muncul, karena mereka memang sudah berniat untuk berkumpul lagi pagi itu di sana. Pip dan Bets mempunyai kamar main sendiri yang sangat luas. Di situ mereka larang diganggu, sehingga enak kalau mengadakan pertemuan di kamar itu.
Pip dan Bets ternyata sama sekali belum mendengar kabar hebat itu. Keduanya tercengang ketika mendengarnya dari Fatty.
"A pa"" seru Pip dengan bersemangat. "Ada perampokan kemarin malam, di Teater Kecil"
63 Kanan terjadinya" Waktu kita ada di sana" - Nah, ini Larry dan Daisy sudah datang. He, Larry! Kau sudah mendengar berita tentang perampokan di Teater Kecil""
Larry dan Daisy sudah mengetahui kejadian itu. Keduanya bahkan lebih banyak tahu daripada Fatty. Soalnya, juru masak mereka yang bernama Janet kenal dengan wanita yang biasa membersihkan Teater Kecil. Dari wanita itu Janet mendengar kabar tentang perampokan itu. yang kemudian diteruskannya pada Larry dan Daisy. Kata Larry, Janet merasa yakin perampoknya adalah kedua penjahat yang dilihat juru masak itu malam sebelumnya diterangi cahaya yang memancar ke luar lewat pintu dapur yang dibuka olehnya!
"Bayangkan - kita semua ada di tempat itu kemarin malam, berkeliaran dan berbuat iseng," keluh Fatty. "tapi kita tidak melihat ada yang mencurigakan di sana! Kita begitu sibuk menyiapkan petunjuk petunjuk palsu untuk mempermainkan Pippin, sehingga tidak menyadari bahwa ada kejahatan terjadi langsung di dekat kita!"
"Menurut Janet, Bu Trotter - itulah nama wanita yang kerjanya membersihkan Teater Kecil - bercerita padanya, kemarin malam polisi menjumpai manager teater itu duduk menelungkup di meja kantornya. Manager itu tidur pulas karena dibius orang! Sedang di belakangnya, lemari besi di dinding ternganga lebar," kata Larry. "Padahal letak lemari itu tersembunyi di balik cermin besar yang digantungkan di depannya. Kata
64 Bu Trotter, polisi mengetahui kejadian itu mestinya tidak lama setelah para pencuri beraksi!"
"Polisi! Itu artinya, P.C. Pippin," kata Fatty "Wah. bayangkan - kita yang memancingnya sehingga saat itu ia berada di beranda, sementara di sekelilingnya bertebaran petunjuk-petunjuk palsu! Tahu-tahu pada saat itu pula terjadi perampokan yang sebenarnya. Ini benar benar menjengkelkan! Coba waktu itu kita agak lebih lama berada di sana, mungkin saja kita yang akan menjadi saksi kejadian itu. Tapi sekarang, kita malah menyuguhkan misteri itu pada polisi - tepatnya pada Pippin! Kini pasti mereka akan langsung beraksi, mengusut kejadian itu sampai tuntas!"
Selama beberapa saat. anak-anak membisu Semuanya lesu, membayangkan kesialan nasib mereka.
"Kurasa Pippin kini pasti akan menganggap segala puntung rokok, sapu tangan serta benda-benda lainnya itu benar-benar merupakan petun-juk - maksudku, petunjuk mengenai para perampok itu," kata Bets kemudian.
"Astaga! Betul juga - pasti ia akan keliru dalam pengusutannya," kata Fatty. "Wah, gawat! Mem-permainkan Pak Goon atau Pippin untuk iseng-iseng boleh saja - tapi aku tidak mau berbuat sesuatu yang merintangi mereka dalam usaha menangkap para perampok itu. Petunjuk-petunjuk palsu kita pasti akan menyebabkan mereka salah usut!"
65 "Maksudmu - mereka akan mencari orang-orang yang namanya dimulai dengan huruf Z"" kata Daisy. "Begitu pula mengawasi kereta yang jadwal keberangkatannya pada hari Minggu kita beri garis di bawahnya, dan bukannya melacak jejak penjahat yang seharusnya""
"Ya, betul!" kata Fatty. "Yah-kurasa aku lebih baik mengaku saja berterus terang pada Pippin. Aku tidak mau menyebabkan ia mengikuti jejak yang keliru, membuang-buang waktu untuk menyelidiki misteri pura-pura, apabila sebetulnya ada misteri sungguhan terjadi yang perlu ditangani! Sialan! Tidak enak juga rasanya harus menjelaskan duduk perkara. Dan kurasa ia takkan mau memberi keterangan apa-apa padaku, karena jengkel telah kupermainkan. Padahal kita bisa bekerja sama dengannya! Sedang dengan Pak Goon sama sekali tidak bisa."
Semuanya merasa murung. Bayangkan, mereka kehilangan peluang untuk menyelidiki suatu misteri sungguhan yang hebat, hanya karena sebelumnya mengarang misteri pura-pura yang konyol!
"Aku ikut untuk menjelaskan," kata Larry.
"Jangan," kata Fatty. "Aku sendiri yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini. Aku lebih senang jika kalian tidak ikut terlibat. Soalnya, jika Pippin kemudian ternyata ingin mengadukan perbuatan ini, orang tuaku tidak begitu peduli. Kalau orang tuamu lain halnya. Larry! Apalagi Pip, orang tuanya pasti akan sangat marah."
66 "Mereka memang selalu begitu." kata Rp Orang tuanya sangat keras terhadap dirinya dan Bets. Sudah berapa kali mereka marah-marah, ketika mendapat pengaduan Pak Goon tentang perbuatan Rp dan Bets serta kawan-kawan mereka. "Orang tuaku jangan sampai tahu tentang kejadian ini. Ibu sudah mengatakan, ia merasa lega Pak Goon pergi bercuti. Katanya, dengan begitu selama liburan ini kami berdua takkan berbuat iseng, yang menyebabkan Pak Goon datang untuk mengadu lagi."
"Sekarang saja kudatangi Pippin." kata Fatty sambil bangkit. "Urusan yang tidak enak. sebaiknya diselesaikan dengan segera! Mudah-mudahan saja Pippin nanti tidak terlalu jengkel. Terus terang saja. kurasa ia baik hati. ia pasti akan bergembira, bisa menangani kasus kayak begini sementara Pak Goon sedang tidak ada."
Fatty keluar, diikuti oleh Buster. Ia berjalan sambil bersiul-siul. untuk menunjukkan sikap tak peduli. Padahal dalam hati. Fatty merasa bersalah karena telah memasang petunjuk-petunjuk palsu itu ia merasa jengkel terhadap dirinya sendiri, karena merusak kesempatan untuk bisa bekerja sama dengan P.C. Pippin. Pippin tidak seperti Pak Goon. Orangnya memberikan kesan bisa diajak bicara. Fatty merasa yakin, polisi muda itu pasti mau menyambut baik tawarannya untuk membantu.
ia sampai di rumah Pak Goon. yang saat itu didiami oleh Pippin selama polisi desa itu bercuti.
67 Fatty tercengang, melihat pintu depan rumah itu terbuka, ia langsung masuk. Maksudnya hendak mencari Pippin.
Didengarnya seseorang berbicara dengan suara keras di kamar depan. Fatty tertegun He! Itu kan suara Pak Goon" Pak Goon! Sudah kembalikah dia" Apakah ia kini mengambil alih wewenang pengusutan misteri" Sialan!
Fatty berdiri, tanpa tahu apa yang harus diperbuatnya saat itu ia tidak mau mengakui keisengannya pada P.C. Pippin, di depan Pak Goon! ia takkan berbuat sekonyol itu. Karena siapa tahu, mungkin saja Pak Goon lantas timbul pikirannya untuk mengadu pada Inspektur Jenks, sahabat baik Fatty serta teman-temannya. Fatty merasa bahwa Pak Inspektur kecil sekali kemungkinannya akan menyukai keisengan yang dilakukan oleh anak-anak terhadap Pippin yang tidak sadar bahwa dipermainkan itu.
Pak Goon kedengarannya sangat marah. Dengan suara nyaring ia membentak-bentak Pippin. Fatty bisa mendengarnya, karena saat itu ia masih tetap ada dalam lorong. Anak itu masih bingung, apa yang harus dikerjakan.
"Kenapa kau tidak langsung memanggil aku pulang, ketika kau melihat penjahat penjahat yang bersembunyi dalam semak di kebun itu" Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa padaku tentang surat yang dirobek-robek itu" Bukankah aku sudah bilang, kalau terjadi apa-apa kau harus melaporkannya padaku! Goblok! Otak udang! Begitu aku
pergi, langsung dikirim polisi goblok kayak kau ini. yang bahkan tidak bisa memakai otaknya untuk memanggil atasannya jika ada kejadian apa-apa!" Akhirnya Fatty memutuskan, lebih baik ia pergi saja. Tapi Buster lain pendapatnya. Nah - itu kan suara musuh lamanya" Sambil menggonggong dengan gembira. Buster mendorong pintu kamar duduk dengan hidungnya sehingga terbuka, lalu melompat masuk!
Bab 7 Pak Goon, Pippin dan Fatty
Pak Goon kaget setengah mati.
"Dari mana datangnya anjing itu"" serunya. "Ayo pergi! Eh. mau menggigit kakiku, ya""
Fatty bergegas menyusul masuk, karena khawatir kalau Pak Goon akan menyakiti Buster. Dilihatnya P.C. Pippin berdiri dekat jendela. Tampangnya kuyu. Pak Goon nampak di depan pediangan. sambil mengayun-ayunkan kaki hendak menendang Buster yang menandak nandak mengelilingi kakinya.
Pasukan Mau Tahu - Misteri Di Teater Kecil di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika Fatty masuk. Pak Goon menoleh ke arahnya.
"Ah! Kau ada di sini juga rupanya!" kata polisi desa itu. "Kausuruh anjingmu menyerang aku ya"" Mana sudah harus berurusan dengan si otak udang itu. ditambah lagi dengan anjing sialan ini serta kau pula - huh! Aku rasanya kepingin minta pensiun sekarang ini juga!"
Fatty merasa ngeri ketika melihat Pak Goon mengambil besi pengorek api pediangan dan memukul punggung Buster dengan senjata itu Buster terkaing kesakitan. Fatty lari menghampiri Pak Goon, lalu merampas batang besi itu dori tangannya. Muka Fatty pucat pasi karena marah.
70 "Kaulihat itu"" kata Pak Goon sambil berpaling pada Pippin, yang tampangnya juga pucat. "Kau kan melihatnya" Kau menjadi saksi - anak ini menyuruh anjingnya menyerang diriku, lalu ketika aku membela diri ia malah ikut menyerang. Kau saksiku, Pippin! Catat kejadian ini. Ayo. cepat! Sudah sejak lama aku mengincar anak sialan ini beserta anjingnya-dan kini ia tertangkap tangan. Kau kan melihat semuanya tadi, Pippin""
Sementara itu Buster sudah digendong oleh Fatty. Anak itu tidak berani berbicara karena khawatir nanti malahan lebih merumitkan keadaan Ia tahu Pak Goon itu seseorang yang dungu, bebal dengan watak yang agak kejam. Tapi baru sekali ini polisi desa itu menunjukkan sifat aslinya secara terang-terangan. Pippin masih tetap berdiam diri. Ia tetap berdiri dekat jendela, dengan wajah kaget dan sangat ketakutan. Sebelumnya, sudah setengah jam Pak Goon membentak-bentak dirinya, menimpakan berbagai jenis kesalahan padanya serta mengata-ngatai - dan kini ia disuruh mengambil buku catatannya untuk menuliskan berbagai tuduhan palsu mengenai anjing lucu itu beserta tuannya. "Pippin! Ayo tuliskan seperti kataku tadi," suruh Pak Goon sambil marah-marah. "Akan kusuruh binasakan anjing itu. Anak ini akan kuajukan ke pengadilan. Aku ..."
Perkataan Pak Goon terputus oleh geraman Buster.
71 "Kalau Anda hendak melakukan segala hal iftl kata Fatty menyela, "akan kulepaskan lagi anj r.c^. ini, biar Anda benar-benar diserang olehnya Kalau ia memang akan dibinasakan, lebih baik untuk suatu perbuatan yang benar-benar dilakukan olehnya, Pak Goon! Anda kan tahu sendiri, ia sama sekali tidak menggigit Anda. Tapi jika Anda tetap berkeras mengatakan digigit olehnya, biar saja ia benar-benar melakukannya'"
Sambil berkata begitu, Fatty berbuat seolah-olah hendak meletakkan Buster yang ribut menggonggong sambil meronta-ronta dalam gendongannya itu ke lantai kembali!
Seketika itu juga kemarahan Pak Goon lenyap. Polisi desa itu berusaha menguasai perasaannya kembali. Dengan sikap gagah, ia berpaling pada P C. Pippin.
"Akan kukatakan padamu, apa yang harus "aucatat." katanya. "Ayo, jangan berdin terus di *tu kayak patung!" "Aku takkan menuliskan apa-apa selain ke-yataan yang sebenarnya," kata Pippin dengan ndak disangka-sangka. "Anda memukul anjing itu ngan alat pengorek api. Anda memukulnya begitu keras, sehingga bisa saja ia cedera untuk seumur hidupnya. Aku tidak bisa menyetujui uatan seperti itu. juga tidak apabila yang lakukannya seorang polisi! Aku suka pada - mereka tidak pernah menyerang diriku, takkan setuju jika anjing itu dibinasakan, atas n apa pun juga. Dan anak itu tadi hanya
73 merampas alat pemukul itu dari tangan Anda, karena hendak mencegah jangan sampai Anda memukul anjingnya lagi! Dan untung saja ia melakukannya. Coba kalau tidak, mungkin dengan pukulan berikut Anda membunuh anjing itu. Kalau itu sampai terjadi, lantas Anda bagaimana" Anda akan mengalami kesulitan yang gawat sekali. Pak Goon!"
Setelah rentetan kalimat yang tak terduga-duga itu, suasana dalam kamar menjadi sunyi senyap. Bahkan Buster pun berhenti menggonggong. Semua heran mendengar Pippin yang biasanya pendiam tahu-tahu bisa berbicara dengan tegas. Bahkan Pippin sendiri pun mungkin paling kaget karenanya. Pak Goon bersikap seolah-olah tidak bisa mempercayai pendengarannya sendiri. Ditatapnya Pippin sambil melongo, sedang matanya yang sudah melotot semakin menonjol ke luar.
Hebat, Pippin! pikir Fatty keasyikan.
Akhirnya Pak Goon pulih dari kekagetannya. Mukanya merah padam. Ia melangkah maju menghampiri Pippin. lalu menggoyang-goyangkan jari telunjuknya yang gemuk dan kotor di bawah hidung polisi muda itu.
"Persoalan ini belum selesai, mengerti"" tukasnya. "Aku sekarang sudah kembali, dan akulah yang kini memegang wewenang di Peterswood. Aku yang akan menangani kasusbaruini - sedang kau tidak boleh campur tangan. Sama sekali tidak, tahu"! Kau salah sangka, jika mengira kau akan mendapat pujian dari Pak Inspektur mengenainya.
74 Akan kusampaikan laporan yang jelek mengenai dirimu serta tindak-tandukmu! Mengira bisa menangani sendiri, supaya semua penghargaan aka
n kauperoleh sendiri! Aku tidak diberi tahu apa-apa. Hah!"
Pippin diam saja. Tampangnya kelihatan memelas. Fatty merasa kasihan padanya. Sedang Pak Goon, ia senang bisa memarahi Pippin di depan Fatty. ia senang sekali bisa merasa berkuasa.
"Serahkan petunjuk-petunjuk itu padaku," katanya. "Semuanya! Aha! Frederick Trotteville - kau tentunya ingin tahu apa petunjuk-petunjuk itu, ya" Tapi kau tidak mengetahuinya! Kau takkan pernah bisa tahu!"
Pippin menyerahkan petunjuk-petunjuk itu pada Pak Goon. Semua petunjuk palsu, yang diletakkan oleh Fatty malam sebelumnya di beranda belakang Teater Kecil! Semuanya masih dalam bungkusannya, sehingga tak terlihat oleh Fatty Tapi anak itu tahu dengan tepat, apa saja isi sampul-sampul itu. ia nyengir dalam hati. Betul, pikirnya, serahkan saja semuanya pada Pak Goon - biar ia melakukan pengusutan mengenainya Toh takkan ada gunanya! Salah dia sendiri, bersikap begitu jahat terhadap Pippin!
"Kaulihat apa yang terjadi dengan orang yang tidak mau bekerja sama dengan aku"" kata Pak Goon pada Fatty, dengan nada menjengkelkan.
Kini aku takkan mengijinkannya ikut dalam pengusutan kasus ini - dan begitu pula halnya dengan kalian! Aku akan beraksi seorang diri.
75 Pippin! Selama dua minggu mendatang ini kau melakukan tugasku yang sehari-hari. Dan jangan campuri urusan lainnya! Aku tidak mau kaubantu Otak udang kayak kamu. memang tidak mungkin bisa membantu orang seperti aku. Kau jangan merengek-rengek nanti dengan gagasan-gagasanmu yang konyol, mengerti! Aku tidak memerlukannya!"
Segala petunjuk palsu itu dimasukkan oleh Pak Goon ke dalam sebuah kotak, yang kemudian dikuncinya.
"Sekarang aku akan memeriksa manager Teater Kecil." katanya. "Ya, ya - aku tahu kau sudah memeriksanya. Tuan Pintar! Tapi aku tak peduli apa hasil pemeriksaanmu itu. karena sama sekali tidak ada artinya Nah! Sekarang tuliskan apa-apa yang sudah kukatakan tadi. Dan ingat, aku takkan melupakan sikap membangkangmu tadi. mengenai anjing menyebalkan itu. Ya, betul - sikap yang terang-terangan membangkang - menolak untuk melakukan tugas yang diperintahkan. Hahh!"
Kemudian Pak Goon pergi, dengan sikap angkuh dan digagah-gagahkan. Dengan langkah-langkah berat ia menuju ke pintu pagar depan, lalu keluar sambil membantingkan pintu itu keras-keras. Fatty, Buster dan Pippin ditinggalkannya dalam kamar depan. Fatty meletakkan anjing kecilnya ke lantai. Dengan segera Buster lari menghampiri Pippin. lalu mengais-ngais pipa celana polisi muda itu sambil mendengking pelan.
76 Pippin membungkuk, untuk menepuk-nepuk Buster. Tampangnya nampak memelas sekali Fatty kepingin menghiburnya.
"Buster mengucapkan terima, kasih, karena Anda tadi membelanya," katanya. "Aku juga mengucapkan terima kasih. Pak Pippin. Anda baik hati!"
"Anjingmu manis." kata Pippin "Aku suka pada anjing Di rumah aku juga punya seekor. Tap Pak Goon tidak mengijinkan aku membawanya kemari"
"Kurasa Anda berpendapat sama kayak aku tentang Pak Goon," kata Fatty lagi. "Kami semua sependapat tentang dia. Orang itu jahat! Dari semula ia memang sudah begitu, ia tidak boleh mengata-ngatai Anda kayak tadi "
"Kusangka aku menemukan suatu kasus yang penting sekali," kata Pippin. Ia duduk di meja kerja. Diambilnya pulpen, siap untuk menulis "Aku memang sudah berniat pagi ini untuk meminta Pak Goon pulang. Tapi ternyata ia lebih dulu membaca berita dalam surat kabar, lalu kembali dengan terburu-buru, dan langsung menuduhku tidak menyampaikan laporan padanya Sekarang aku terpaksa menyerahkan segala petunjuk yang kutemukan padanya, ia yang akan memanfaatkan nya, dan bukan aku!"
Fatty berpikir-pikir. Perlukah ia mengaku pada Pippin sekarang, bahwa segala petunjuk itu sebenarnya tidak ada artinya sama sekali" Tidak, pikirnya. Kan sekarang semuanya ada di tangan
77 Pak Goon. Biar saja ia sibuk dengan petunjuk-petunjuk palsu itu. Fatty merasa jika ia mengaku terus-terang pada Pippin, jangan-jangan polisi muda itu nanti akan merasa berkewajiban untuk melaporkan pengakuan itu pada Pak Goon. Dan kalau itu sampai terjadi, wah - gawat! Pak Goon pasti akan -mengadu pada orang tua anak-anak, sehingga
mereka dilarang berusaha mengusut misteri itu. Sedang Pippin akan diamuk habis-habisan oleh Pak Goon. dikatakan goblok karena bisa tertipu dengan petunjuk-petunjuk palsu.
Di lain pihak, apabila Pak Goon sibuk dengan petunjuk-petunjuk itu. kan enak! Dengan begitu Fatty beserta para anggota Pasukan Mau Tahu akan bisa dengan leluasa beraksi! Mungkin Pippin akan membantu mereka. Itu malah lebih baik lagi.
"Pak Pippin," kata Fatty dengan serius, "jangan Anda acuhkan kata-kata Pak Goon tadi. Aku tahu pasti. Inspektur Jenks tentu takkan membiarkan Pak Goon berbicara sekasar tadi terhadap Anda, jika ia mengetahuinya. Pak Inspektur teman baik kami."
"Pak Inspektur sudah bercerita padaku tentang kalian," kata Pippin. "Kelihatannya ia sangat menghargai kalian! Katanya, kalian sangat berjasa membantu pemecahan berbagai kasus yang misterius."
Fatty langsung memanfaatkan kesempatan baik
itu. "Ya, itu memang benar," katanya. "Aku akan , ikut juga menangani kasus yang sekarang ini - dan
mungkin akan berhasil mengusutnya! Aku akan bangga sekali jika Anda mau membantu kami. Kan menyenangkan, jika kita bersama-sama bisa menyajikan suatu misteri lagi yang sudah selesai diusut pada Pak Inspektur. Pasti ia gembira sekali!"
Pippin menatap wajah Fatty yang nampak serius. Anak itu masih remaja. Tapi ada sesuatu pada dirinya, yang membuat orang bersikap menghargai dan mempercayai dirinya. Mungkin karena kecerdasannya" Betul. Kepribadian" Hebat. Keberanian" Bahkan terlalu berani. Ketabahan" Luar biasa. Pippin melihat segala sifat sifat itu ada pada diri Fatty, yang sedang diperhatikan olehnya. Yah - ika Inspektur Jenks suka dan mengagumi anak itu, ia pun bersedia untuk melakukan hal yang sama. Bahkan dengan senang, mengingat bahwa Fatty tidak akan bekerja sama dengan Pak Goon! Menurut perasaan Pippin saat itu, ia akan merasa senang membantu anak itu memecahkan misteri yang dihadapi. Kalau ternyata berhasil, betapa kecewanya Pak Goon nanti!
"Yah," kata Pippin, lalu berhenti sebentar. "Yah aku sebenarnya mau saja membantumu - tapi apakah aku nanti tidak perlu melaporkan setiap penemuan kita pada Pak Goon""
Tapi, Pak - Anda kan mendengar sendiri tadi, ia sama sekali tidak menghendaki bantuan Anda!" kata Fatty. "Tidakkah Anda mendengarnya melarang Anda datang padanya dengan gagasangasan konyol Anda, yang mana pun juga! Kalau
79 Anda melapor padanya, Anda malah melanggar perintahnya "
Bagi Pippin, itu rasanya jalan keluar yang baik. Ya - ia memang akan melanggar larangan, apabila ia melaporkan hal-hal yang diketahuinya pada Pak Goon. Sedang di pihak lain, ia berkewajiban mengusut kasus itu jika bisa. Bukankah ia yang menjumpai kasus perampokan itu"
"Aku akan membantumu," katanya pada Fatty. Anakitu nyengir dengan gembira. "Kurasa jika Pak Inspektur selama ini membiarkan kalian campur tangan dalam kasus-kasus yang lain, pasti ia akan mengatakan kalian juga boleh ikut menyelidiki kasus yang sekarang ini. Lagipula, aku ingin membalas Pak Goon karena tadi mengata-ngatai diriku."
"Itu sudah sewajarnya," kata Fatty sependapat. "Nah. sekarang aku akan berterus terang - dan, Anda juga bisa melakukan hal yang sama. Akan kukatakan sekarang segala-galanya yang kuketahui, sedang Anda menceritakan apa saja yang sudah Anda ketahui."
"Apa yang kauketahui"" tanya Pippin ingin tahu
"Yah - aku bersama keempat temanku, kemarin malam ada di belakang Teater Kecil. Mulai dari setengah enam sore, sampai sekitar pukul tujuh," kata Fatty. "Kami hanya iseng saja di situ- melihat-lihat poster. Pokoknya, sedang iseng!"
80 "O ya"" Pippin langsung tertarik. "Lalu, kalian melihat sesuatu yang menarik di situ""
"Kebetulan aku memandang ke dalam kamar di belakang beranda itu, lewat jendela," sambung Fatty. "Aku melihat Aktor Kucing di situ Setidak-tidaknya, menurut perasaanku itu pasti" dia! Kelihatannya seperti kucing raksasa berbulu tebal, ia menghampiri jendela dan memandangku. Aku kaget sekali karenanya! Aku melihatnya diterangi cahaya lampu jalan. Kemudian ketika aku memandang lagi ke dalam bersama Larry, kami melihatnya sedang duduk dekat pediangan. pura-pura sibuk membasuh mu
ka seperti kebiasaan kucing, ia melambaikan kaki depannya ke arah kami."
Asmara Penggoda 1 Pendekar Kelana Sakti 6 Bidadari Kuil Neraka Mayat Dalam Lemari 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama