Sapta Siaga 13 Keributan Sesama Kawan Bagian 2
Tak enak perasaanku mendengarnya," kata Janet sambil mendekap Skippy. "Begitu gampang rupanya mencuri anjing., Skippy kau harus mendengarkan dengan baik-baik, Jangan sampai hal itu terjadi terhadap dirimu."
"Menurut pendapatku, satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah memakai petunjuk yang diceritakan polisi pada ayahku," kata Peter.
"Kita mengamat-amati orang yang jangkung, berbadan kekar, dan besar kakinya. Polisi menduga orang itu mestinya bertubuh besar, karena jejak sepatu yang ditemukan dalam salju kelihatan sangat dalam."
"Baiklah! Jadi menurut pendapatmu, kita harus berjaga-jaga kalau melihat orang yang potongan tubuhnya begitu. Kita harus menyelidiki kebiasaannya, misalnya apakah ia suka keluar malam-malam."
"Betul," kata Peter. "Tapi hati-hati, jangan sampai ketahuan kalau sedang membuntuti atau mengintai orang yang kelihatannya mencurigakan. Kalau sampai ketahuan olehnya, bisa gawat!"
Saat itu Skippy menuju ke pintu, dan menggaruk-garukinya.
"Ada apa, Skip"" tanya Peter. "Janet, kurasa Skippy perlu keluar sebentar. Lihatlah, ia menggaruk-garuk pintu. Ayo cepatlah, Janet- keluarkan dia!"
"Apakah tidak lebih baik jika aku ikut keluar"" tanya Janet agak bimbang. "Maksudku - nanti dia dicuri orang."
""Jangan konyol!" kata Peter. "Siang-siang dicuri orang, dan dalam kebun kita sendiri" Tak mungkin! Kalau ada orang asing datang, pasti Skippy langsung menggonggong!"
Karenanya Janet lantas membukakan pintu, dan Skippy langsung melesat ke luar sambil menggonggong dengan gembira. Sementara itu rapat dilanjutkan. Setelah, setiap anggota berjanji akan waspada -dan melaporkan apabila ada orang yang gerak-geriknya mencurigakan, maka Peter menyatakan rapat selesai.
"Sudah hampir pukul dua belas," katanya sambil memandang jarum arlojinya. "Bukan main, cepat sekali rasanya waktu berlalu jika kita sibuk berembuk! Nah, selamat melacak - dan jangan lupa menyampaikan laporan jika ada hal-hal menarik."
Setelah anak-anak bubar, Peter dan Janet kembali ke rumah. Peter menenteng ,baki berisi cangkir-cangkir kosong.
"Asyik ya - rapat tadi," katanya. "Jack rugi tidak menghadirinya. Pasti sekarang ia menyesal, karena minta berhenti!
"Mana Skippy"" kata Janet sambil celingukan. Ia memanggil-manggil. "Skippy! Skippy!" Rapat sudah selesai, Skip! Ke sini, Manis! Skip, Skippy!"
Tapi Skippy tidak datang. Tiba-tiba hati Janet kecut. Anak itu berhenti melangkah. Ia menatap Peter dengan air muka ketakutan.
"Peter!" katanya setengah berbisik. "Kenapa Skippy tidak datang" Aduh, Peter ..."
Pasti kau menyangka ada orang datang lalu mencurinya, sementara kita sedang rapat dalam gudan9," ka
ta Peter. "Begitu saja datang lantas mencuri. Sedang Skippy diam, tak menggonggong atau melolong" Astaga, Janet, kau ini benar-benar keterlaluan! Pasti saat ini ia sudah ada di dapur, mengemis-ngemis minta roti pada juru masak!
"Ya. Ya, betul, mestinya begitu," kata Janet. "Akan kulihat sebentar ke situ."
Tapi Skippy tidak ada di dapur. Ia tetap tidak muncul walau Peter sudah berteriak sekuat tenaga memanggilnya. Saat itu Ibu keluar, menanyakan apa sebabnya mereka berteriak-teriak.
"Bu, Skippy tidak ada," kata Janet bingung. "Beberapa saat sebelum rapat kami selesai, ia pergi ke luar. Ibu melihatnya tadi""
"Sejak aku datang ke gudang untuk mengantarkan makanan dan minuman, aku tak melihatnya lagi," kata Ibu. "Jangan cemas dulu, Nak- Ibu yakin Skippy ada di sekitar sini. Mungkin sedang mengejar kelinci."
"Mana mungkin, dalam salju setebal ini, Bu," kata Janet dengan suara bergetar. "Bu, perasaanku, tidak enak. Aku khawatir Skippy dicuri orang! Terasa olehku, Bu!"
Janet mendekap ibunya, lalu menangis tersedu-sedu.
"Janganlah begitu, Janet!" kata Ibu. "Mungkin ia pergi menyongsong Ayah."
Tapi dugaan itu ternyata keliru. Skippy tetap tak muncul. Peter dan Janet, begitu pula Ibu mencari ke mana-mana, sambil bersiul dan memanggil-manggil. Tapi tak ada anjing spanil berbulu keemasan datang dengan kuping berkibar-kibar seperti bendera.
Pukul satu siang, keluarga Peter dan Janet duduk dengan wajah bingung dan sedih menghadapi meja makan. Ayah sudah kembali dari tempat pertanian. Tapi Skippy masih tetap belum muncul.
"Tapi tak mungkin ia dicuri orang," kata Ayah untuk kesekian kalinya. "Sebab kalau ada orang tak dikenal masuk ke pekarangan, pasti Skippy langsung menggonggong. Dan kalian tentu akan mendengar gonggongannya. Tidak! Skippy takkan mau diseret orang, tanpa memberontak. Ia pasti melawan, dan orang itu tentu digigit olehnya!"
"Tapi kalau sebelumnya ia diberi daging yang sudah dibubuhi obat bius"" kata Janet sambil terisak-isak. "Kalau dia tertidur setelah memakannya, maka orang itu dengan gampang bisa membawanya pergi. Ayah kan juga mendengar keterangan polisi, bahwa anjing-anjing yang hilang itu mungkin diculik "dengan cara begitu."
"Sekarang sebaiknya kita mengingat-ingat sebentar," kata Ayah. "Siapa saja yang datang ke sini tadi, pagi1 Ada pedagang yang mampir" Coba tanyakan pada juru masak."
Pembantu itu kaget dan bingung, mendengar kabar bahwa Skippy hilang.
"Coba kuingat sebentar, siapa saja yang ke mari selama satu jam belakangan ini," katanya. "Pedagang bahan makanan datang dengan mobil angkutannya, lalu Alfred dan John Higgins, dua anak kecil yang meminta sumbangan untuk yayasan sosial, lalu Pak Pos, penatu datang dengan mobil. Ya, dan Bu Hughes yang menanyakan jahitan serta seorang laki-laki yang mencari pekerjaan sebagal buruh tani ..."
"Mencari pekerjaan sebagai buruh" Nah, mungkin orang itu yang mencuri Skippy"" kata Peter. "Bagaimana, Yah - mungkinkah kita menemukan jejak orang itu" Cepat Yah, tel"pon polisi. Kita harus berusaha memperoleh Skippy kembali!"
" Bab 12 SKIPPY DICURI SIAPA"
"TAK ADA yang ingat makan saat itu. Semuanya bingung, memikirkan Skippy. Di manakah anjing itu" Benarkah dicuri orang" Ayah Peter dengan segera menelepon polisi, untuk melaporkan bahwa Skippy hilang.
"Paling lama satu jam yang lalu," katanya.
"Dicuri dari kebun Anda, kata Anda tadi, Pak"" kata polisi yang bertugas. "Anda tahu siapa saja yang datang ke rumah selama waktu itu""
"Ya - cukup banyak jumlahnya - dan beberapa di antaranya datang dengan mobil pengangkut," kata ayah Peter. "Orang yang datang dengan kendaraan, bisa dengan gampang mengambil Skippy. Deru mesin yang tidak dimatikan, tentunya lebih keras dari gonggongannya."
Ayah Peter menyebutkan siapa saja yang tadi mampir di rumah.
"Orang yang datang mencari pekerjaan itu - Anda mengetahui bagaimana tampangnya, Pak"" tanya polisi.
"Ya -- saya sendiri melihatnya tadi. Orangnya kecil. Jalannya timpang. Tidak cukup kuat, jika disuruh melakukan pekerjaan di pertanian."
"Ya - kurasa bukan dia pencuri yang kita cari, Pak," kata polisi lagi. "Menurut d
ugaan kami, pencuri itu berbadan tinggi besar, sedang kakinya berukuran besar."
"Ya - ya, betul juga," jawab Ayah.
"Dan kedua anak kecil yang datang meminta sumbangan, bisa kita coret dari daftar kita," kata polisi. "Tapi kami akan menyelidiki orang yang mencari pekerjaan itu - karena siapa tahu, Pak."
"Baiklah. Dan saya akan menanyai tukang penatu serta pedagang bahan makanan," kata Ayah. "Tapi rasanya bukan mereka yang mencuri Skippy - karena kami sudah lama kenal mereka."
"Betul, Pak! Tapi mereka datang dengan kendaraan. Bagi mereka mudah saja memancing seekor anjing untuk masuk ke dalam kendaraan - lalu menutup pintu, dan langsung minggat!"
Siang itu Peter menemani ayahnya, pergi ke perusahaan penatu. Sesampai di sana, mereka minta bicara dengan pegawai yang datang dengan kendaraan ke rumah tadi pagi, untuk mengambil pakaian kotor yang akan dicuci. Pegawai itu langsung datang. Melihat Peter, orang itu menganggukkan kepala dengan ramah. Ketika masih kecil, Peter sering ikut berkeliling naik mobil dengan orang itu.
"Anda ingin bicara dengan saya, Pak"" tanya pegawai itu.
"Ya," jawab Ayah. "Anu - ketika Anda datang ke rumah tadi pagi, apakah Anda melihat Skippy di luar""
"Tidak, Pak! Dia dicuri orang""
"Kemungkinannya begitu," kata Peter. "Anda tadi pukul berapa datang di tempat kami""
""Nanti dulu," kata pegawai itu. Ia berpikir sebentar lalu mengatakan, "Sekitar pukul sebelas lewat seperempat jam. Tapi tak ada anjing di pekarangan. Padahal kalau saya datang, biasanya ia menyongsong sambil mengibas-ngibaskan ekor. Skippy anjing yang sangat ramah, Pak." . .
"Pukul sebelas lewat seperempat! Saat itu ia masih ada dalam gudang," kata Peter.
"Sayang aku tidak bisa membantu dalam hal ini Peter. Aku tahu, kau sayang pada Skippy. Aku pun sangat menyayangi anjingku. Orang itu menepuk-nepuk bahu Peter, untuk menyatakan bahwa ia ikut prihatin. "Mudah-mudahan kalian berhasil menemukannya kembali!"
Peter dan ayahnya pergi dari tempat itu.
"Yah, sekarang jelas bahwa bukan dia pencurinya, kata Peter. "Sedari tadi pun, aku sudah tak mencurigainya. Orangnya terlalu baik hati. Yuk, kita ke toko bahan makanan sekarang. Yah! Pegawai toko itu badannya tinggi besar, lebih cocok dengan petunjuk polisi kalau dibandingkan dengan pegawai penatu tadi. Kita juru masak, pegawai toko bahan makanan itu orang baru. Mungkin saja ia yang mengambil Skippy'"
Pemilik toko bahan makanan sangat kaget mendengar kabar bahwa Skippy lenyap. Ia berseru ke arah belakang toko.
"Reggie! Coba ke mari. sebentar! Kau kan yang mengantarkan barang-barang ke pertanian tadi""
Seorang laki-laki bertubuh gempal muncul dari arah belakang. Orang itu bermuka merah. Ia tersenyum.
""Betul, Pak! Aku yang tadi ke sana. Ada apa""
"Anjing anak ini hilang. Menurut perasaan mereka, mungkin dicuri! Mereka ingin bertanya, apakah kau tadi melihat ada anjing di pekarangan, ketika kau datang ke sana."
"Anjing kayak apa, Pak""
"Anjing spanil, berbulu kuning emas," jawab Peter dengan segera.
"Wah, tidak! Aku sama sekali tidak melihat anjing di sana tadi." jawab Orang yang bernama Reggie itu. "Tapi sebelum ini, aku pernah melihatnya satu atau dua kali. Anjing itu sangat peramah."
"Yah - terima kasih, kata ayah Peter. Ia mengajak Peter keluar.
"Kalau dia, mungkin saja dia yang mengambil Skippy." kata Peter kemudian. "Tubuhnya besar tinggi - jadi mungkin jejak sepatu di salju berasal dari dia. Tadi kuperhatikan. sepatunya besar sekali.
"Betul," kata Ayah. "Aku pun sempat memperhatikan sepatunya. Tapi menilik tampangnya, orang itu jujur, Peter! Dan aku juga melihat mobil angkutan toko itu - diparkir di depan gedung. Kau melihatnya pula""
"Tidak, Yah," jawab Peter. "Kenapa - ada yang aneh mengenainya""
"Mobil itu biasa saja," kata ayahnya. "Tapi bagian belakangnya hanya tertutup dengan atap, sedang kedua sisinya terbuka supaya barang-barang mudah dikeluarmasukkan ..."
"Dan itu berarti Skippy tak mungkin dibawa lari dengan mobil itu, karena pasti meloncat ke luar," kata Peter. "Atau paling sedikit, kelihatan oleh orang lain. Betul juga, Yah! Reggie juga harus kita co
ret namanya pari daftar. Dua orang sudah terbukti tak bersalah."
"Sekarang tinggal kedua anak yang datang meminta sumbangan, Pak Pos, serta Bu Hughes yang datang menanyakan jahitan," kata Ayah.
"Dan kurasa kedua anak itu tak mungkin ada sangkut-pautnya dengan pencurian ini.
"Kenapa tidak, Yah1" kata Peter. "Skippy suka pada anak-anak. Mungkin saja ia ikut jalan-jalan dengan mereka. Kalau diajak orang dewasa ia tidak mau - tapi Skippy suka pada anak-anak!"
"Nah, itu salah seorang dari kedua anak itu," kata Ayah. "Itu - di sana. Ada anjing bersama dia, seekor terier. Coba kita tanyakan padanya, apakah ia tadi pagi melihat Skippy. He, Alfred! Ke sinilah sebentar! Kau saja yang bertanya padanya, Peter. Kalau aku yang bertanya, nanti dia takut."
Alfred datang menghampiri dengan malu-malu. Anjingnya dituntun dengan tali.
"Alfred," sapa Peter, "Kau tadi pagi kan datang ke tempat kami, bersama adikmu John. kalian melihat Skippy tadi""
"Ya," jawab anak itu. "Ketika kami masuk, ia langsung mendekat lalu mengajak anjingku Buster ini bermain-main. Kami diberi sumbangan masing-masing enam penny untuk tabung derma yang kami bawa. Saat ini kami sedang mengumpulkan sumbangan untuk binatang yang sakit. Kami sangat sayang pada binatang. Sampai sekarang, sudah lebih dari lima pound yang sudah berhasil kami kumpulkan. Tadi Skippy ingin ikut dengan kami, karena asyik "bermain-main dengan Buster. Mudah-mudahan anjingmu tidak hilang, Peter."
"Kuharap juga begitu," kata Peter, sambil mengeluh. "Pukul berapa kalian datang tadi""
"Sekitar setengah dua belas - mungkin juga beberapa menit lewat," kata Alfred.
"Terima kasih," kata Peter. "Ayah, semua yang datang ke rumah sebelum pukul dua belas kurang seperempat bisa kita coret dari daftar! Soalnya ketika Alfred serta adiknya datang, Skippy masih ada di rumah. Jadi pencurinya adalah orang yang datang antara saat itu, dan waktu kami keluar dari gudang. Jadi jumlah orangnya berkurang sekarang."
"Kita pulang saja dulu," kata Ayah. "Tadi kita belum sempat makan siang. Saat ini tak banyak lagi yang masih bisa kita lakukan. Alangkah senangnya, jika saat ini tahu-tahu Skippy muncul menyongsong kita!"
" Bab 13 PEREMBUKAN TENTANG SKIPPY
"TAK ADA yang berselera makan siang itu, walau mereka terlambat mulai setengah jam.
"Sukar rasanya menelan," kata Janet. "Bu, ke manakah Skippy" Mungkinkah ke bukit, mendatangi Matt""
"Kurasa tidak, Nak," jawab Ibu. "Bukan kebiasaan Skippy untuk berlari-lari menyusur bukit mendatangi Matt. Apalagi saat ini salju di sana tebal."
"Kami sudah berjumpa dengan salah seorang dari kedua anak yang datang ke sini tadi pagi. Kami juga sudah melihat pegawai toko bahan makanan. Orangnya memang tinggi besar dan memakai sepatu berukuran besar tapi bukan dia pencuri yang kita cari. Mobil angkutannya terbuka baknya! Jadi jika dia mengambil Skippy, pasti Skippy akan meloncat ke luar atau ribut menggonggong atau melolong. "Dan pegawai perusahaan penatu juga tidak bisa dicurigai, karena ia datang pukul sebelas lewat seperempat, dan tidak melihat Skippy.
Apakah kalian yang, mengeluarkannya dan gudang"" tanya Ibu.
"Ya Bu" kata Janet. "Ia menggaruk-garuk pintu ingin ke luar. Jadi kami membiarkan dia keluar!"
""Sekarang tinggal Pak Pos, serta Bu Hughes yang datang untuk mengambil barang-barang yang perlu dijahit," kata Ibu. "Tapi kedua-duanya tak mungkin pencurinya! Bu Hughes paling takut pada anjing, dan jika Pak Pos yang menculik Skippy, pasti banyak orang yang melihat anjing kita itu berjalan di sampingnya, kembali ke kantor pos. Kurasa pencuri itu orang lain - misalnya saja yang datang mencari kerja ke sini."
"Tapi aku sendiri berjumpa dengannya. Orang itu sama sekali tidak cocok dengan dugaan polisi mengenai bentuk tubuh si pencuri," kata Ayah. "Orang' itu kurus kecil, sedang kakinya mungil - seperti kaki wanita. Melihat tampangnya, kuduga ia akan lari pontang-panting jika ada anjing menghampiri."
"Kalau begitu tinggal Bu Hughes," kata Peter.
"Kau ini keterlaluan, Peter. Kau sendiri mestinya tahu, wanita tua itu takkan mau mengambil uang biar satu penny sekalipun apala
gi seekor anjing," kata Ibu. "Bu Hughes sayang pada Skippy. Ia selalu membawakan jajanan untuk dia, jika ia datang untuk mengambil jahitan."
"Jajanan"" kata Janet. "Aduh Bu - mungkinkah jajanan yang diberikannya pagi ini, ada pil tidur di dalamnya" Mungkinkah Skippy memakannya lalu tertidur, sehingga Bu, Hughes ..."
"Menurut pendapatmu, bagaimana caranya wanita tua bertubuh kecil itu menggendong anjing berat seperti Skippy, berjalan kaki dari sini sampai ke desa"" tanya Ibu. "Perembukan ini sudah melantur-lantur. Ayo, makanlah dulu. "Aku marah nanti, jika kalian terus-menerus mencurigai orang-orang tak bersalah."
Janet hampir tak kuat lagi menahan air mata, karena dimarahi oleh Ibu.
"Sebaiknya kita mengadakan rapat lagi, untuk merembukkan urusan ini," kata Peter, melihat keadaan Janet. "Jika kita berenam berunding, mungkin kita akan menemukan kemungkinan baru."
"Aku tidak mau rapat, jika Skippy tidak ada," kata Janet. Ia mulai menangis. "Tak enak rasanya, jika tidak tahu siapa yang mengambil. Semua yang ke mari hari ini, kemudian ternyata tak mungkin pelakunya. Jadi siapa""
"Kepingin rasanya berkeliling ke desa, untuk mengamat-amati setiap orang yang berkaki sangat besar," kata Peter. Ia memukulkan tinjunya ke meja, sehingga semua kaget dibuatnya.
"Jangan konyol," kecam Ibu. "Kau kan tidak bisa mendatangi setiap orang berkaki besar,lalu menanyakan, 'Maaf Pak, apakah Anda yang mencuri anjingku" Kaki Anda besar, jadi mungkin Anda, pelakunya!"
Mau tak mau, Peter nyengir mendengar perkataan itu. Tapi cuma sebentar saja ia nyengir, setelah itu tampangnya sudah serius lagi.
"Baiklah, Bu," katanya. "Kurasa sebaiknya kami mengadakan rapat, untuk mengetahui pendapat kawan-kawan. Kau sudah selesai makan, Janet" Cepatlah sedikit."
Keduanya merasa lega, karena ada sesuatu yang menyibukkan pikiran mereka. Paling tidak enak rasanya menunggu-nunggu, mengharapkan Skippy datang lagi - padahal kemungkinan itu boleh dibilang sama sekali tidak ada. Peter berangkat untuk memberi tahu kawan-kawan.
Pertama-tama ia mampir di rumah George. "Skippy hilang - dicuri orang," kata Peter. George sangat kaget mendengar berita itu. Peter melanjutkan, "Kita mengadakan rapat, sekarang juga. Sudahlah, George, janganlah kau mengasihani diriku terus-menerus - nanti aku menangis! Bisakah kau memberi tahu kawan-kawan""
"Tentu saja!" kata George dengan segera. Ditepuknya punggung Peter. "Tegakkan kepalamu, Peter. Serikat Siaga pasti berhasil memperoleh Skippy kembali!" George langsung berangkat, untuk memberi tahu Colin, Pam dan Barbara. Mereka semua kaget sekali mendengar kabar itu.
"Apa kataku"!" kata Pam. "Begitu kudengar kabar bahwa si Putih anjing nenek hilang, aku langsung merasa khawatir kalau-kalau Skippy juga dicuri. Yuk, kita cepat-cepat pergi ke gudang tempat rapat!"
Di tengah jalan, mereka berpapasan dengan Susi, Binki, Boni - dan Jack. Susi langsung menyapa.
"Nah - kalian mau menghadiri rapat Apa Siaga" Sudah ada lagi di antara kalian yang dikeluarkan" Jangan-jangan tak lama lagi perkumpulan kalian itu namanya menjadi Dua Siaga."
"Tutup mulutmu," sergah Pam. "Kami hendak menghadiri rapat yang 5angat penting - mengenai Skippy. Skippy dicuri orang."
""Ah - kurasa ia minggat," kata Susi. "Kalau aku jadi anjing Peter, aku juga pasti minggat."
"Susi!" bentak seseorang dengan marah. Ternyata Jack yang membentak adiknya. "kemudian ia berpaling pada George. "Betulkah itu, George" Skippy dicuri orang""
"Yah - kami belum tahu pasti," kata George berhati-hati. la takut Peter marah, jika ia menceritakan kejadian itu pada Jack. Bukankah Jack sudah keluar dari perkumpulan mereka"
"Pokoknya, kau tentunya tidak menaruh perhatian lagi terhadap urusan itu." .
Boni ternyata tidak sepenuhnya memahami pembicaraan itu. Ia bertanya pada Jack,
"Dia bicara tentang anjing. Anjing apa maksudnya"'"
"Le petit chien s'en va!" kata Susi dengan bangga. Katanya, anjing kecil hilang. Ia menambahkan, 'il est - anu - dicuri!"
"Mais "a, c'est terrible," kata Boni. Mau tak mau Jack ikut menganggukkan kepala.
Memang tak enak, mendengar kabar Skippy hilang dicur
i orang. Bagaimana Janet dan Peter sekarang" Dalam hati, Jack ingin sekah masih menjadi anggota Sapta Siaga - karena ia sangat kepingin ikut mencari Skippy.
"Biar Peter tahu rasa sekarang," kata Susi ketus. Ia kaget, karena tahu-tahu Jack mendorongnya dengan keras. Ia mendelik menatap adiknya.
"Kalau kau berani sekali lagi mengatakannya, akan ku - akan kudorong masuk ke telaga!" katanya. Susi tak berani membuka mulut lagi - karena tahu bahwa Jack bukan cuma menggertak saja!
" Bab 14 PEMBAGIAN TUGAS "SEMUA datang tepat waktunya, karena mereka berjalan seiring. Pintu gudang diketuk, kata semboyan diucapkan, dan mereka masuk bersama-sama. Sekali itu Peter tak sempat memperhatikan, apakah kawan-kawannya semua memakai lencana perkumpulan atau tidak!
"Kalian - kalian kan tahu - rapat ini mengenai apa," kata Peter terbata-bata. "Tentang Skippy!" Pam menepuk-nepuk lengan Peter, sementara matanya sendiri berkaca-kaca.
"Kami ikut sedih, Peter," kata Pam. "Tapi kita pasti berhasil menemukannya kembali. Pasti! Selama ini kita belum pernah gagal!"
Secara ringkas Peter menceritakan, siapa-siapa saja yang datang ke rumah pagi itu. Baik sebelum, maupun sesudah Skippy keluar meninggalkan rapat.
"Kita perlu menanyai mereka satu-satu," kata George keras.
"Kebanyakan dari mereka sudah ditanyai," kata Peter. "Terutama dua orang, yang datang dengan mobil angkutan. Mereka bisa dengan gampang membawa pergi Skippy dengan kendaraan mereka itu. Tapi kami tahu, bukan mereka yang mencuri lalu orang yang datang mencari kerja juga telah terbukti tak tersangkut dalam urusan ini. Kata ayahku, orang itu badannya kecil kurus. Sedang sudah diketahui bahwa pencuri yang dicari berkaki besar, dan tubuhnya tinggi besar!"
"Jadi tak mungkin kedua anak yang datang, meminta sumbangan," sambung Janet. "lagipula mereka mengumpulkan sumbangan untuk biaya perawatan binatang-binatang yang menderita. Jadi tak mungkin mereka mencuri anjing."
"Bu Hughes juga tak mungkin - karena dia takut anjing," kata Peter. "Terlebih lagi, wanita itu baik hatinya bukan maini Tinggal Pak Pos! Kalian semua kan tahu orang itu - badannya kecil, selalu riang gembira. Kakinya kecil sekali - kurasa sama besar dengan kaki Janet."
"Dan kalau dia yang menculik Skippy, mestinya ada orang yang melihatnya bersama anjing kalian itu," kata Colin. "Pak Pos kan harus berjalan kaki dari rumah ke rumah! Mestinya banyak orang yang melihat Skippy berjalan di sampingnya, karena tak mungkin ia digendong oleh laki-laki bertubuh kecil itu."
"Yah, kalau mereka itu orang-orang yang diketahui datang ke rumah ini, dan tak seorang pun bisa dicurigai mencuri Skippy, maka mestinya Skippy masih ada di sekitar sini," kata Pam. "Mungkin cedera - tergeletak di salah satu tempat, menunggu kalian muncul untuk menolongnya."
"Pam! Bisakah kau membayangkan Skippy tergeletak di salah satu tempat di sekitar sini dan tak kedengaran suaranya menggonggong, melolong atau mendengking"" tukas Peter. "Pakai otak dong! Nah - ada yang punya usul"" Tapi tak ada yang mengajukan usul. Mereka cuma saling pandang-memandang, sambil memutar otak untuk menemukan gagasan yang rasanya baik
"Nah, bagaimana1" kata Peter, sambil menatap para anggota satu per satu. Tapi cuma Colin yang membuka mulut.
"Aku akan melakukan satu-satunya kemungkinan yang ada," katanya. "Seorang dari kita mengusulkannya dalam rapat yang lalu. Aku hendak membuka mata, mengamat-amati setiap orang. Kalau kujumpai seseorang bertubuh kekar dengan kaki yang besar - dia akan kuikuti terus, sampai ke rumahnya. Jika ternyata orang itu yang mencuri Skippy, mungkin anjing itu ada di situ. Aku akan berteriak kuat-kuat memanggil namanya. Kalau didengar oleh Skippy, pasti ia akan menggonggong. Biarpun mungkin tidak bisa lari ke luar, karena terikat misalnya."
"Memang, kelihatannya itu satu-satunya yang bisa kita kerjakan saat ini," kata George dengan kening berkerut. "Walau aku yakin, di desa - banyak sekali orang-orang bertubuh besar dan berkaki yang ukurannya kayak perahu! Aku akan mulai dengan pelacakan ini nanti siang. lebih cepat, lebih baik! Apakah tidak sebaikny
a jika rapat ini langsung dinyatakan selesai, supaya kita bisa lekas-lekas mulai mengamat-amati" Sekarang sudah cepat gelap!"
"Betul," jawab Peter. "Tapi hati-hati, jangan sampai ada di antara kalian yang terjerumus dalam kesulitan! Maksudku, jangan sampai orang yang dibuntuti tahu bahwa ia dibuntuti."
""Tentu saja tidak," kata Pam. "Senang rasanya, kita punya tugas sekarang. Tak ada gunanya duduk sambil termenung! Walau rasanya kepingin menangis saja, jika terbayang lagi apa yang mungkin terjadi dengan Skippy. Ingin sekali rasanya ia datang lantas menggaruk-garuk di pintu! Ingin sekali aku ..."
"Sudahlah, Pam," kata George. Ia melihat Janet sudah mulai gelisah, seperti menahan air mata keluar. "Nah, bagaimana Peter" Kami berangkat saja sekarang" Dan kapan kami harus memberi laporan - jika ada yang bisa dilaporkan""
"Dengan segera tentunya," jawab Peter. "Aku atau Janet, selalu ada di rumah. Wah - mudah-mudahan "aja ada di antara kalian yang nanti datang membawa laporan. Nah, selamat bertugas."
Setelah anak-anak pergi beriringan, Peter menutup pintu dan menguncinya sekaligus. Anak kunci disimpan di bawah batu, sebagaimana biasa. Kemudian ia kembali ke rumah, bersama Janet.
"Harapanku tidak besar! Kau bagaimana, Janet"" kata Peter lesu. "Kita takkan mungkin bisa mencapai hasil lebih baik daripada Ayah atau polisi."
"Yah - kita bertujuh - eh, maksudku tentu saja berenam!" kata Janet. "Kalau kita semua membuka mata, ada kemungkinannya kita menemukan salah satu jejak. Susahnya, aku masih selalu berharap-harap bahwa dengan tiba-tiba Skippy muncul kembali. Aku ingin 'tahu, apa yang akan dilakukan kawan-kawan siang ini, dalam usaha mereka mencari laki-laki "berkaki besar. Aku sendiri tahu seseorang, kakinya besar sekali!"
"Siapa dia"" tanya Peter. "Cepat katakan - siapa orang itu" Mungkin justru dia yang mencuri Skippy."
"Tak mungkin! Maksudku polisi jangkung yang ke mari untuk memeriksa kejadian ini," jawab Janet.
Keempat kawan mereka, sementara itu berjalan kaki menuju desa. Mereka berjalan sambil bercakap-cakap. Di stasiun mereka berpencar. Colin berkata ia belum mau pulang. Ia hendak duduk di bangku yang ada di depan stasiun, untuk memperhatikan orang-orang lewat.
"Siapa tahu, mungkin akan kulihat orang yang cocok ciri-cirinya," kata anak itu. "Nah, sampai bertemu lagi. Semoga kalian berhasil! Buka mata lebar-lebar, sebab kalau pencuri itu ada di desa ini, lambat laun kita pasti akan melihatnya."
Setelah itu Colin duduk di bangku di depan stasiun. Setelah kira-kira dua menit duduk di situ sambil memperhatikan orang-orang yang lalu-lalang di depannya, tiba-tiba ia kaget. Di depannya lewat seorang laki-laki. Orang itu berjalan dengan langkah berat. Sepatunya berukuran sangat besar. Tampangnya tidak bisa dibilang menyenangkan.
"Dia menggendong anjing," kata Colin dalam hati. Semangatnya menyala-nyala. "Aku harus mengikutinya. Harus!"
" Bab 15 COLIN MELACAK "LAKI-LAKI itu berjalan terus, sambil menggendong seekor anjing. Anjing itu menggeliat-geliat. Laki-laki itu meletakkannya ke tanah, lalu ia berjalan lagi. Anjing itu mendengking sambil menarik-narik tali yang dipegang laki-laki itu. Colin semakin bertambah semangatnya.
"Anjing itu berusaha melarikan diri," katanya dalam hati. "Jenisnya bagus sekali! Anjing pudel jenis kerdil. Harganya pasti sangat mahal. Mungkinkah orang itu baru saja mencurinya" Tapi kenapa seenaknya dibawa lewat tengah desa" Atau -mungkin ia mencurinya di tempat yang jauh dari sini. Dengan begitu, takkan ada orang sini yang mengenali anjing itu."
Colin mengikuti orang itu dari belakang, sedekat mungkin. Laki-laki itu tidak bergegas. Tapi langkahnya panjang-panjang. Colin terpaksa berlari-lari kecil, supaya jangan sampai tertinggal jauh. Laki-laki yang dibuntuti sampai di perhentian bis. Ia duduk di bangku tunggu yang ada di situ.
Colin bingung sesaat. Ah, lebih baik jika ia ikut duduk, pikirnya. Ia pun duduk pula di bangku. Anjing kecil yang tadi digendong, melolong pelan sambil berusaha mendekati Colin. Tapi laki-laki itu menyentakkan tali kendalinya dengan kasar.
""Wah, kasarnya!" pi
kir Colin. "Aku merasa pasti, anjing itu bukan kepunyaannya. Kalau kepunyaannya sendiri, pasti sikapnya tidak sekasar itu. Akan kuteruskan memata-matainya."
Setelah duduk selama sekitar lima menit, laki-laki itu berdiri lagi, lalu melanjutkan langkah. Colin ikut berdiri dan mengikuti kembali dari belakang. Anjing kecil sekarang dikepit oleh laki-laki itu. Colin kaget bukan main, ketika orang itu dengan tiba-tiba saja memasukkan anjing itu ke balik mantelnya, sehingga tak kelihatan dari luar.
"Kenapa begitu"" pikir Colin heran. "Astaga - ada polisi datang! Rupanya orang itu tak mau polisi bisa melihat dia membawa anjing. Wah - ini gelagat yang sangat mencurigakan. Aku harus membuntutinya terus!"
Jauh juga laki-laki itu berjalan , dibuntuti terus oleh Colin. Menanjak bukit terjal lalu turun lagi di sebaliknya, kemudian memutar dan kembali lagi ke desa. Anjing kecil yang tadi dimasukkan ke dalam .mantel kini ditaruh lagi ke jalan, disuruh berjalan sendiri. Kemudian dimasukkan kembali ke balik mantel.
Akhirnya orang itu sampai di depan pintu pekarangan sebuah rumah yang kecil. Anjing pudel diletakkannya ke tanah, dan binatang itu langsung lari menuju pintu depan rumah. Colin berhenti dekat pagar, sambil memperhatikan terus.
Sementara itu laki-laki yang dibuntuti masih berdiri di gerbang. Ia memegang pintu yang masih tetap terbuka. Kemudian disapanya Colin!.
""Masuklah, Nak," katanya. "Sedari tadi kau mengikuti terus, entah dengan alasan apa! Ada sesuatu yang menarik pada diriku" Atau kau sedang berlatih mengikuti jejak - untuk kegiatan Pramuka barangkali" Ayolah, silakan masuk! Kau cukup cekatan dalam melakukan tugasmu, walau agak menyolok. Gampang ketahuan! Sedari tadi aku sudah melihatmu, Nak - walau kau mengira tidak. Kau kan tak berniat mencuri anjing pudel tadi""
Colin bingung, tak tahu apa yang harus dikatakan. Ia cuma melongo saja. laki-laki tadi mendorongnya masuk ke pekarangan, lalu menuju pintu depan rumah. Lengan Colin digenggamnya erat-erat.
Seorang wanita tua berdiri di ambang pintu. Ia baru saja muncul, dan langsung melihat anjing pudel kecil yang berdiri di depan pintu. Langsung digendong dan dipeluknya.
"Diddums cenang 'alan-alan'"" kata wanita tua itu, menirukan cara ngomong anak kecil. Dikecupnya ubun-ubun anjing itu. "Siapa anak . ini, John""
"Entah, aku juga tidak tahu," kata laki-laki itu. Colin didorong masuk. "Sedari tadi aku dibuntuti terus olehnya. Mungkin ia bermaksud hendak mencuri Diddums."
"Aduh, anak nakal! Jangan-jangan dia ini pencuri anjing yang sekarang sedang berkeliaran di daerah sini," seru wanita tua itu. "Telepon polisi, John!"
"Aduh, jangan jangan!" kata Colin. Ia sangat kaget dan ketakutan. "Aku bukan pencuri anjing. Sungguh, bukan! Aku - aku tadi menyangka Andalah yang pencuri, Pak. Soalnya - anu - anu yah, kan tak sering kelihatan seorang laki-laki menggendong pudel kecil! Maksudku, anjing jenis ini biasanya kan untuk ditimang-timang - maksudku biasanya wanita yang ..."
Sementara itu laki-laki tadi menutup pintu depan. Colin semakin panik.
"Jangan panggil polisi, Pak," katanya memelas. "Biarkan aku pergi. Jika sampai ketahuan ayahku, pasti aku akan kena marah. Soalnya begini, Pak - anjing spanil kepunyaan kawanku hilang dicuri orang, dan sekarang kami berusaha mencarinya. Kami semua mengamat-amati setiap laki-laki berkaki besar, dan ..."
"Dan kakiku berukuran besar, ditambah lagi aku menggendong anjing yang mahal harganya. Yah, karenanya kau menyebabkan aku bingung terus tadi. Enak rasanya berjalan-jalan dengan aku tadi""
"Bolehkah aku pergi lagi, Pak1" pinta Colin dengan cemas. "Aku menyesal sekali - sungguh! Kurasa kami masih akan sering mengalami berbagai kekeliruan lagi, sebelum berhasil menangkap pencuri itu."
"Ya, pendapatku juga begitu," kata laki-laki itu. "Tidak, kau belum boleh pergi. Tapi jangan takut, aku cuma ingin mengajakmu minum limun jahe dulu bersamaku - dengan sekerat limau tercelup di dalamnya. Rasanya enak! Bu, maukah Ibu menghidangkannya - serta beberapa potong roti""
Colin menghembuskan napas lega. Ternyata laki-laki itu tidak benar-benar m
arah! Sekarang, setelah Colin berani menatap wajah orang itu, dilihatnya bahwa matanya berkilat-kilat jenaka. Syukurlah! Dalam hati Colin berjanji, lain kali kalau mengikuti orang ia akan lebih berhati-hati. Bayangkan, laki-laki itu sendiri tadi tahu bahwa Colin mengikut1 terus dari belakang!
Setelah makan dan minum dengan nikmat, Colin meminta diri. Sewaktu keluar, anjing pudel kecil mengikutinya sampai ke pintu.
"Wah," kata Colin sambil bergegas pulang, "hari ini sudah cukup pengalamanku. Aku ingin tahu, bagaimana hasil yang dicapai oleh kawan-kawan!"
" Bab 16 JACK MEMUTAR OTAK "PAM dan Barbara memutuskan untuk bekerja sama dalam melaksanakan tugas melacak pencuri anjing.
"Berdua selalu lebih baik daripada seorang diri!" kata Pam, sewaktu mereka berpisah diri kawan-kawan di depan stasiun. "Sekarang kita harus mencari laki-laki yang besar tinggi, dengan sepatu berukuran besar pula!"
Tapi malang bagi mereka, semua laki-laki bertubuh tinggi besar yang mereka jumpai, ternyata kaki mereka kecil-kecil. Sedang yang berkaki besar, semuanya kecil-kecil potongan tubuh mereka. Kedua anak perempuan Itu sampai terheran-heran.
"Kenapa semua terbalik," kata Pam sambil memperhatikan kaki seorang pekerja yang sedang memanggul karung berisi batu bara. "lihatlah - kecilnya kaki orang itu! Padahal pantasnya memakai sepatu. berukuran paling sedikit nomor dua belas. Habis, tubuhnya begitu besar!" .
"Ada apa dengan kakiku, Dik1" tanya pekerja itu. Ia heran, karena ada dua anak perempuan yang tak dikenal, memperhatikan kakinya dengan cermat. Muka Pam dan Barbara menjadi merah. Mereka menggumamkan sesuatu, lalu cepat-cepat pergi. Setelah itu mereka nyaris tak berani lagi memperhatikan kaki orang.
Saat itu nampak Colin di kejauhan. Pam dan Barbara lantas berbalik haluan, menuju arah yang berlawanan.
"Tak ada gunanya, jika kita menjumpai orang yang sama," kata Pam. Betul juga katanya itu!
Kedua anak itu menempuh jalan yang sunyi. Jalan itu panjang sekali, rasanya tak berujung. Tapi akhirnya jalan itu menyambung ke jalan lain, yang menyusur daerah perladangan. Tak jauh dari situ ada sebuah rumah tua. Rumah itu luas sekali. Di sampingnya berjejer sejumlah kandang, besar dan kecil. Pam dan Barbara memasuki jalan yang menyusur perladangan. Tapi tiba-tiba Pam memegang lengan Barbara, sehingga temannya itu kaget.
"Barbara," desis Pam, "kaudengar bunyi itu""
"Bunyi apa" Oh, itu! Itu kan cuma suara gonggongan anjing," kata Barbara.
"Cuma gonggongan anjing, katamu! Kita ini bukannya sedang mencari anjing hilang" Nah- kau lihatkah rumah tua yang terpencil itu, dikelilingi kandang-kandang" Bukankah tempat itu cocok sekali sebagai tempat menyembunyikan anjing-anjing curian" Pasti Skippy ada di situ - serta anjing gembala kepunyaan Matt, begitu pula si Putih" anjing nenekku!"
"Aduh, Pam - apa sebabnya kau merasa pasti mereka ada di situ"" tanya Barbara. "Mungkin rumah itu tempat pemeliharaan anjing! Kau tahu kan maksudku, tempat penitipan anjing jika pemiliknya bepergian!"
"Yah, pokoknya akan kuperiksa," kata Pam berkeras. "Aku hendak berdiri di tepi pagar yang mengurung tempat itu, sambil berseru-seru memanggil si Hitam, Skippy dan si Putih'"
"Tak ada salahnya jika kita mencoba," kata Barbara, yang tahu-tahu ikut bangkit semangatnya. Bayangkan - jika anjing-anjing yang hilang ternyata benar ada di situ. Wah, pasti ia dan Pam akan dipuji-puji karena berjasa menemukan mereka.
Dengan langkah berani, kedua anak perempuan itu menghampiri pagar tinggi. Pam minta tolong pada Barbara agar menjunjungnya, karena ia ingin menengok ke dalam lewat sisi atas pagar. Dan Pam menjulurkan kepala, memandang ke balik pagar. Dilihatnya sejumlah kandang besar kecil. Setiap kandang ada pekarangannya sendiri-sendiri. Dan di dalamnya berkeliaran segala jenis anjing. Ribut sekali mereka ada yang menggonggong, mendengking dan lari kian ke mari ...
Pam mulai memanggil-manggil. Anjing-anjing yang ada di dalam mendengar suaranya, lalu terdiam. Semua menatap ke atas pagar, ke arah kepala seorang anak perempuan yang tersembul di situ. Sesaat kemudian anjing-anjing itu
membalas seruan Pam. Wah, ributnya bukan kepalang. Ada yang bernada gelisah, ada yang marah, tapi ada pula yang menggonggong karena ingin ribut-ribut saja!
Seorang wanita yang masih muda keluar bergegas-gegas dari dalam rumah, untuk melihat kenapa anjing-anjing ribut. Wanita itu ditemani seorang laki-laki. Dengan segera mereka berhasil menenangkan anjing-anjing itu kembali. Kemudian mereka melihat Pam, yang saat itu sudah naik ke atas pagar. Orang yang laki-laki mengatakan sesuatu pada anjing yang ada di sisinya. Saat itu juga anjing itu lari ke luar lewat gerbang depan, menyusur pagar ke tempat Pam dan Barbara. Anjing itu menggeram-geram. Pam dan Barbara setengah mati ketakutan. Dalam sekejap mata keduanya sudah bertengger di atas pagar, sambil berteriak-teriak minta tolong. Laki-laki dan wanita yang muncul dari rumah besar, datang menghampiri mereka. Keduanya sangat marah.
"Mau apa, kalian, berteriak-teriak mengganggu anjing-anjingku"" kata yang laki-laki. "Awas kalau mereka sampai lepas - kalian pasti akan diserang oleh mereka."
"Suruh anjing galak ini pergi," kata Pam, sambil menuding anjing yang menggeram- geram dekat pagar. Pam menangis ketakutan.
"Kami - kami tadi cuma memanggil-manggil nama beberapa anjing yang kami kenal! Anjing-anjing itu hilang dicuri orang - dan kami ingin tahu apakah mereka ada di sini."
"Anak-anak tolol!" tukas yang laki-laki. "Kami ini pembiak anjing, bukan pencuri! Bob, jangan kautakut-takuti lagi kedua anak perempuan itu. Duduk, Bob! Nah, sekarang kalian pergi dari sini - dan jangan berteriak-teriak lagi terhadap anjing-anjing kami. Kalian takkan diapa-apakan oleh Bob. Ia hanya akan mengiringi kalian sampai ke jalan."
Dengan takut-takut, Pam dan Barbara meloncat turun dari pagar. Mereka melintas di depan anjing galak yang bernama Bob. Sedang Bob mengawasi mereka dengan tajam. Awas, kalau kedua anak perempuan itu berani mengambil apa-apa! Pam dan Barbara merasa lega, ketika sudah kembali berada di jalan.
"Kurasa kita tadi memang konyol," kata Barbara. "Jangan kita ulangi lagi perbuatan begitu! Yuk, kita mampir sebentar di perusahaan susu. Kita membeli es krim di situ! Aku perlu sesuatu yang sejuk, setelah mengalami kejadian yang mendebarkan tadi!"
Ketika mereka sedang berjalan ke tempat penjualan es krim, tiba-tiba Pam menyikut Barbara.
"He- itu Jack, sedang berjalan seorang diri," kata Pam. "Kita menyapanya yuk. Kebetulan Susi sedang tidak ada bersama dia, begitu pula Boni, anak Prancis kawannya itu."
Sementara itu Jack, sudah melihat mereka. Tapi Jack malah berpaling. Pam memanggil-manggil.
"Jack! Jack! Ke sinilah, kutraktir es krim!" Jack kelihatan kaget dan senang. Tapi ia menggeleng.
"Wah, terima kasih - kalian baik hati, tapi tidak sajalah - yah, aku sedang sibuk!"
"Kami sedang mencari-cari jejak pencuri anjing," kata Barbara. "Tapi selama ini belum berhasil! Apakah kau saat ini sedang mencarinya juga - walau kau bukan anggota perkumpulan lagi""
"Mungkin," jawab Jack segan-segan. "Yah- aku harus terus. Seperti kukatakan tadi - aku sedang sibuk."
Ya - Jack memang sedang sibuk. Ia bukan anggota Sapta Siaga lagi, yang sudah berganti nama menjadi Serikat Siaga. Tapi itu tidak mencegahnya untuk ikut mencari Skippy! Ia sudah berjumpa dengan Colin, yang menceritakan segala-galanya pada Jack. Mengenai orang-orang yang datang ke pertanian pagi itu.
"Dan tak seorang pun di antara mereka, mungkin mencuri Skippy," kata Colin. "Tak seorang pun! Polisi sama sekali tidak bisa menduga, siapakah yang mungkin mencuri Skippy. Tapi mereka merasa yakin, orangnya sama dengan yang mencuri anjing-anjing lain. Pencuri itu meninggalkan jejak yang besar dalam salju, pada saat ia datang malam-malam untuk mencuri anjing-anjing itu."
Sekarang Jack sibuk menyelidik seorang diri. Apakah yang sedang dilakukan olehnya" Apakah yang sudah berhasil diketahuinya" Pam dan Barbara ingin sekali tahu!
Sejak mendengar cerita Colin tentang lenyapnya Skippy, Jack terus sibuk berpikir. Skippy sudah pasti dicuri orang! Tapi apa sebabnya ia tidak menggonggong, atau melolong, ketika dibawa pergi dengan diam-di
am" Itulah yang memusingkan kepala Jack. Dan apa sebabnya anjing-anjing lain yang hilang, juga tidak ribut-ribut"
Polisi beranggapan anjing-anjing itu tidak mengeluarkan suara karena dibius. Anjing-anjing itu makan daging yang diberikan pada mereka oleh pencuri. Karena daging itu diberi obat bius, maka anjing setelah memakannya pasti tertidur - karena itu bisa dibawa pergi tanpa ribut-ribut," pikir Jack. "Tapi pencuri tentunya selalu berkendaraan untuk mengangkut anjing-anjing itu! Sebab bagaimana anjing sebesar anjing gembala kepunyaan Matt bisa dibawa pergi, kalau tidak dengan kendaraan" Aku tahu, pencuri yang dicari diduga berbadan tinggi besar! Tapi kalau, ia menggendong anjing besar yang tidur, tentunya menyolok mata!"
Jack duduk di tepi tempat tidur. Lama juga ia sibuk berpikir. Ia tak menjawab, ketika Susi datang dan menggedor-gedor pintu. Mestinya ada salah satu kunci terhadap kejadian misterius itu - suatu kunci yang bisa memecahkan persoalan!
"Kesemua anjing-anjing itu mestinya kenal dengan si pencuri," kata Jack pada dirinya sendiri, "sebab kalau tidak, mereka takkan mau memakan makanan yang diberikan olehnya! Skippy takkan mau menyentuh makanan apa pun yang diberikan seseorang yang tak dikenalnya. Apalagi ikut dengan orang itu, mustahil! Pasti ia akan ribut menggonggong. Jadi dengan begitu, mestinya pencuri ini seseorang yang dikenal oleh semua anjing yang hilang. Seseorang yang mereka percayai, dan juga mereka sukai! Seperti Boni misalnya." Jack mengumpat dalam hati "Siapakah pencuri aneh ini, yang disayangi dan disenangi semua anjing", Orang itu mesti satu di antara tamu-tamu yang datang ke pertanian ayah Peter tadi pagi!"
Setelah itu Jack ingin jalan-jalan sebentar. Tapi Susi ingin ikut, dan sekaligus mengajak Boni. Padahal Jack sudah mulai bosan terhadap Boni! Jack pergi ke jendela, lalu memandang ke luar. Di kebun tak ada orang. Jack meluncur ke bawah lewat pohon pir yang tumbuh dekat jendela kamarnya. Dan sebelum ada orang sempat melihat, ia sudah sampai di jalan.
""Sambil jalan-jalan, aku bisa berpikir lebih tenang," pikir Jack. "He, ibu Bu Hughes! Ia salah satu di antara orang-orang yang datang ke peternakan tadi pagi."
Tapi sebelum Jack sempat menyapa, seekor anjing kecil datang berlari-lari ke arah Bu Hughes. Wanita itu terpekik ketakutan, lalu berusaha mengusir anjing kecil itu dengan tongkatnya yang diayun-ayunkan. Dengan segera Jack datang membantu. Anjing itu lari, dikejar oleh Jack.
"Sekarang aku tahu pasti, Bu Hughes -tak mungkin pencuri yang dicari," pikir Jack. "Sebaiknya kuantarkan Bu Hughes pulang, karena kelihatannya ia benar-benar ketakutan!"
Di tengah jalan menuju rumah Bu Hughes, Jack melihat Pak Pos. Orang yang selalu ramah itu sedang mengantarkan surat-surat.
"Pak Pos, aku tadi takut karena ada seekor anjing hitam," kata Bu Hughes dengan suara gemetar. Pak Pos mengangguk.
"Ya, Bu - aku tahu Anda takut anjing. Siapa pun yang pernah kena gigit, pasti akan takut anjing. Aku sendiri belum pernah digigit anjing! Untung saja aku tak takut pada mereka, karena banyak anjing yang kujumpai pada saat aku sedang mengantar surat."
"Anjing-anjing suka pada Anda, ya"" kata Bu Hughes. "Anda ramah terhadap mereka. Pernah kulihat anjing lari mendatangi Anda di jalan, sambil mengibas-ngibaskan ekor. Alangkah baiknya, jika Anda bisa menemukan pencuri anjing yang sekarang sedang berkeliaran di sini."
""Aku juga kepingin, Bu," kata Pak Pos. "Orang itu mestinya kejam dan berhati batu." Pak Pos mengucapkan salam, lalu masuk ke pekarangan sebuah rumah untuk menyerahkan surat. Saat itu seekor anjing muncul. Dengan segera anjing itu menyongsong Pak Pos, lalu menjilat-jilat tangannya.
"Apa kabar, Tim"" kata Pak Pos menyapa anjing itu, yang membuntutinya terus sampai ia keluar lagi. Sementara itu Jack memperhatikan dari luar. Orang seperti Pak Pos, dengan gampang bisa membujuk anjing supaya mau ikut dengannya. Tapi potongannya, sama sekali berlainan dengan pencuri yang dicari. Pencuri itu tinggi kekar, dan kakinya besar. Lagipula, ia berkendaraan, untuk mengangkut anjing yang dicuri.
"Anggaplah Pa k Pos sekarang memberi sepotong daging yang sudah dibubuhi obat tidur pada anjing itu. Anjing itu memakannya, lalu tertidur. Nah, Pak Pos takkan bisa membawanya pergi dengan jalan menggendong, tanpa ketahuan orang lain. Setiap orang yang melihatnya menggendong anjing, pasti akan mengajukan pertanyaan. Aku ingin tahu, apakah pegawai toko bahan makanan disenangi anjing-anjing. Dia selalu berkeliling dengan mobil. Tapi tidak - menurut Colin, dia sudah terbukti bersih. Wah, persoalan ini benar-benar membingungkan!"
Entah kenapa, tiba-tiba Jack memutuskan untuk mengikuti Pak Pos. Ia ingin melihat, apakah anjing-anjing di rumah-rumah yang didatangi, semua senang padanya. Jack lantas membuntuti Pak Pos, tanpa ketahuan oleh orang itu. Ternyata dugaannya benar. Setiap anjing yang berjumpa dengan Pak Pos, langsung datang menyongsong dengan gembira.
"Kayak si Boni saja," pikir Jack. "Ada apa dengan Boni serta Pak Pos, sehingga anjing-anjing semua sayang pada mereka" Aneh! Rupanya itu bakat alam."
Jack mengikuti Pak Pos sampai kembali ke kantor pos. Baru sajak Jack berbalik hendak pulang, tiba-tiba Pak Pos muncul lagi. Ia tidak menjinjing kantong suratnya lagi. Ketika melihat Jack, ia tersenyum meringis.
"Ha1o," sapa Pak Pos. "Aku pulang sekarang! Selesai juga pekerjaanku akhirnya. Aduh, kakiku pegel, jauh sekali perjalananku hari ini."
Jack tidak tahu di mana Pak Pos tinggal. Ia ingin mengetahuinya. Apakah Pak Pos juga memelihara anjing" Mungkin bahkan punya dua atau tiga ekor. Jack mengikuti Pak Pos dengan sembunyi-sembunyi. Dilihatnya orang itu masuk ke suatu rumah kecil, tak jauh dari kantor pos. Seorang wanita bertubuh gemuk sedang mengangkat cucian di kebun. Wanita itu parasnya sangat mirip dengan Pak Pos. Jack menduga, pasti wanita itu saudaranya.
"Makananmu ada di dapur, Tommy, kata wanita itu pada Pak Pos. "Ambil saja sendiri! Kau akan keluar lagi malam ini" Menurut ramalan cuaca, salju akan turun lagi."
"Ya, Liz! Aku harus keluar lagi," kata Pak Pos. "Ada pengiriman baru. Nanti kan enak, karena pasti gelap."
Jack bingung. ""Enak kalau gelap"" Kenapa enak, kalau malam gelap" Apa sebabnya Pak Pos menyukai kegelapan" Jack menggeleng-geleng.
"Tak mungkin!" katanya pada diri sendiri. Tak bisa Pak Pos yang mencuri anjing! Dia sayang pada anjing - dan mereka sayang padanya!"
"
Sapta Siaga 13 Keributan Sesama Kawan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bab 17 PENEMUAN JEJAK KEESOKAN paginya orang desa ribut lagi.
"Ada lagi anjing dicuri! Anda sudah mendengar kabar itu" Anjing Pak Kaye yang bagus itu - ya, anak anjing herder! Umurnya baru empat bulan, tapi harganya mahal sekali. Entah berapa Pak Kaye membayar untuk anjing itu."
Janet dan Peter mendengar berita pencurian itu dari juru masak.
"Kalian sudah mendengar berita terakhir"" kata wanita itu. "Pencuri anjing beraksi lagi. Sekali ini anak anjing herder, kepunyaan Pak Kaye. "
"Siapa yang bercerita"" tanya Janet.
"Pak Pos," jawab juru masak. "Wah - dia benar-benar gelisah. Lagi-lagi ada anjing bagus -hilang, keluhnya. Ia juga masih "sempat menanyakan urusan tentang Skippy: Diharapkannya, Skippy bisa ditemukan kembali. Kejadian ini benar-benar gawat. Menurut perasaanku, tak ada anjing yang aman. Dan yang dicuri, selalu yang mahal harganya."
Jack mengerutkan kening, ketika mendengar kabar itu. Lagi-lagi anjing hilang. Dan bukan anjing kecil, walau umurnya masih muda. Jack kenal pada Pak Kaye. Didatanginya orang itu. "Ia tiba di rumah Pak Kaye, ketika orang itu sedang mengantarkan dua orang polisi ke luar. Polisi itu datang untuk memeriksa pencurian anjingnya.
"Yah, kami akan berusaha sekuat tenaga, Pak," kata salah seorang polisi itu, "tapi sampai sekarang belum ada sekor anjing pun yang dapat kami temukan kembali. Bahkan mendengar kabarnya saja tidak! Pencuri ini rupanya cerdik sekali. Tapi Anda jangan khawatir, kami pasti berhasil membekuknya."
"Aku khawatir tentang nasib anjingku," kata Pak Kaye. "Aku sayang sekali padanya. Pencurinya pantas jika di-di ..." Saat itu Pak Kaye melihat Jack yang berdiri sambil mendengarkan. Pak Kaye langsung bertanya, "Ada apa, Jack" Kau sudah mendengar tentang anjing herder-ku""
"Sudah, Pak," kata
Jack. "Saya ke mari untuk menanyakan,apakah barangkali ada yang bisa saya lakukan."
"Terima kasih, Jack - kau baik hati," kata Pak Kaye. "Yuk, masuk. Nanti kuceritakan tentang Sasha - begitulah nama anjingku itu. Aku tak habis heran, bagaimana ia bisa dicuri orang! Sasha tidak mau ikut siapa-siapa, kecuali aku. Dan badannya sudah besar sekarang. Jika ada orang hendak membawanya dengan paksa, pasti Sasha akan melabraknya."
Mereka masuk ke ruang duduk. Pak Kaye mengambil sebuah potret, lalu menunjukkannya pada Jack. Potret itu potret Sasha.
"Bagus, ya"" kata Pak Kaye. "Aku menjanjikan hadiah besar, bagi orang yang berhasil menemukannya kembali. Waktu membelinya dulu, aku membayar seratus pound."
"Hilangnya kapan, Pak"" tanya Jack.
"Kemarin sore - sekitar setengah tujuh, kata Kaye. "Saat itu gelap gulita, dan sebelumnya salju turun lebat sekali. Aku mengeluarkan Sasha, supaya jalan-jalan sebentar dalam kebun. Tapi ketika kupanggil-panggil tak lama sesudah itu, ia tidak datang. Aku mencari ke mana-mana. Kebetulan aku membawa senter. Kulihat jejak kaki Sasha dalam salju -serta jejak sepatu yang sangat besar di halaman depan. Kata polisi tadi, jejak itu sama dengan jejak pencuri yang mengambil anjing-anjing yang lain. Seseorang berkaki besar selalu muncul, apabila ada anjing dikeluarkan malam-malam untuk jalan-jalan sebentar. Dan setelah itu selalu kemudian lenyap. Aku kemarin juga tidak mendengar Sasha menggeram atau menggong gong."
"Ada orang ke mari kemarin sore, Pak" tanya Jack.
"Sepanjang ingatanku, tidak, kata Pak Kay"e. "Tidak - tidak ada orang datang kemarin malam. Aku dan istriku senang hidup menyendiri. Terima kasih atas perhatianmu, Nak.
"Yah, mudah-mudahan Sasha bisa ditemukan lagi," kata Jack. "Anda tahu pasti, kemarin tak ada orang datang""
"Kalau ada tamu, pasti aku akan ingat, Nak - begitu pula istriku," kata Pak Kaye. "Kami pasti akan langsung mencurigai mereka. Nah, sekali lagi terima kasih."
Jack pergi dari rumah itu, sambil berpikir-pikir. Di halaman depan dilihatnya jejak kaki, kecil dan besar. Sedikit kemungkinannya ada barang baru yang bisa diketahuinya, dengan jalan memeriksa jejak-jejak itu. Begitu banyak orang yang berjalan di situ, sehingga jejak kaki pencuri pasti sudah kabur sekarang.
"Misteri ini jangan-jangan tidak bisa dipecahkan," pikir Jack. "Lihat saja bagaimana cara pencuri itu mengambil Skippy! Tak ada orang melihatnya - tak ada yang mendengarnya - dan dia bukan salah satu dari sekian banyak orang yang datang, dan dikenal orang rumah. Siapakah dia" Dan bagaimana mungkin ia menyelinap ke pertanian untuk mengintai Skippy, lalu menculiknya", Bayangkan, tak seorang pun melihat dia mengambil Skippy! Benar-benar membingungkan. Padahal jawaban rahasia ini pasti sederhana - tapi jawaban yang tak diketahui siapa pun! Bahkan polisi juga tidak! Dan anjing-anjing itu, mereka dibawa ke mana" Saat ini terdapat kesan, seakan-akan mereka lenyap dengan begitu saja! Tapi mereka pasti ada di salah satu tempat. Mereka dicuri, karena pencurinya bermaksud menjual mereka dengan harga mahal."
Pikiran Jack berputar terus. Ia teringat kembali pada kata-kata Pak Pos. "Kan enak, karena pasti gelap."
Apa sebabnya Pak Pos serta saudara perempuannya beranggapan, enak jika malam gelap" Mungkinkah Pak Pos sebenarnya bersekongkol dengan kawanan pencuri" Bagaimanapun, tak lama setelah terdengar Pak Pos mengatakan, 'Enak kalau gelap', Sasha hilang dicuri orang.
"Sudah jelas, bukan Pak Pos sendiri yang mencuri," pikir Jack. "Badannya kecil, tidak
tinggi besar. Dan kakinya juga kecil, sedang jejak dalam salju sangat besar! Pak Pos sayang pada anjing, jadi takkan mungkin ia sampai hati melarikan anjing dari rumah tempat tinggalnya. Dan tak mungkin pula ia yang mengambil Skippy, karena jika ia yang mengambil, pasti ada orang melihat anjing itu berlari-lari mengiringi Pak Pos. Walau begitu, sebaiknya siang ini aku ke rumahnya, dan menyelidik di situ. Siapa tahu, mungkin di rumah itu ada ruangan kolong, di mana anjing yang dicuri bisa disembunyikan. Ah, tidak - kemungkinan itu terlalu konyol! Rumah sekecil itu, ta
k mungkin ada kolongnya!"
Pukul empat sore, Jack berangkat ke rumah kecil tempat kediaman Pak Pos serta saudara perempuannya. Di situ tak ada orang. Pintu depan terkunci. Begitu pula pintu belakang. Rupanya Pak Pos sedang dinas mengantar surat. Sedang Liz, saudara perempuannya, mungkin sedang belanja. Saat itu sangat menguntungkan bagi Jack, untuk mengintip-intip.
Jack memeriksa seluruh kebun yang sempit. Dicobanya masuk ke gudang yang ada di situ, tapi tidak berhasil. Pintu terkunci. Setelah itu ia mengintip ke dalam dapur, lewat jendela.
Sementara itu Jack terus-terusan merasa tidak enak. Ia agak malu terhadap dirinya sendiri. Apa kata Ayahnya, jika ia melihat Jack mengintip-intip seperti itu" Tapi kemudian Jack teringat pada Matt, penggembala yang sedih karena kehilangan anjing, collie-nya yang disayangi. Jack juga teringat pada Peter dan Janet. Terbayang olehnya air mata mereka berlinang-linang, karena kehilangan Skippy.
""Aku harus berusaha menolong mereka," kata Jack membulatkan tekat. Ia pergi ke bagian belakang gudang, lalu mengintip ke dalam lewat jendela kecil yang kotor kacanya. Jack membawa senter. Senter dinyalakan, lalu disorotkan ke dalam. Mula-mula sukar baginya untuk melihat sesuatu. Tapi kemudian matanya terbiasa juga pada keadaan dalam gudang yang gelap. Dilihatnya beberapa jambangan bunga, sebuah sapu yang sudah tua -- serta ada sesuatu lagi. Sesuatu yang tak disangka-sangka. Jack menatap benda itu lama-lama. Tapi tiba-tiba terdengar suatu bunyi, yang menyebabkan ia bergegas-gegas memanjat pagar di ujung kebun, untuk melarikan diri. Ada mobil datang! Jack mendengar derum mesinnya, yang kemudian dimatikan. Ia masih sempat melihatnya sekilas, diterangi cahaya lentera jalan. Sebuah mobil kombi merah. Astaga -- Itu kan mobil pos, yang biasa dipakai mengantar paket. Rupanya Pak Pos pulang sebentar, untuk minum teh! Jack lari lewat lapangan di belakang kebun rumah Pak Pos Nyaris saja ia ketahuan.
Huahh! Jantung Jack berdebar keras.
" Bab 18 JACK BERHASIL "JACK lari secepat-cepatnya, pulang ke rumah. Pikirannya haru-biru. Ia tidak bisa melupakan apa yang baru saja dilihatnya dalam gudang. Jika ia benar-benar tak salah melihat, maka itu berarti misteri pencurian anjing berhasil dipecahkan olehnya!
Di pintu pagar ia berpapasan dengan Susi dan Boni. Susi menyambar lengan Jack.
"Kenapa kau berlari-lari"" tanya Susi curiga. "Ada apa" Ayo, katakan padaku!"
Jack menyentakkan lengannya. Saat ini ia tak mau berurusan dengan Susi. Lebih baik ia pergi ke pertanian! Ya, mendatangi Peter dan Janet, walau ia bukan anggota Sapta Siaga lagi. Susi marah bercampur kaget, ketika tahu-tahu Jack lari lagi ke jalan, menuju ke pertanian!
Napasnya terengah-engah. Sesampai di rumah Peter dan Janet, Jack menggedor-gedor pintu depan.
"Astaga! Kau, Jack" Ada apa"" tanya Peter, sambil membukakan pintu.
"Ada urusan penting -- Peter," kata Jack tersengal-sengal. "Kurasa aku tahu, siapa pencuri anjing. Mana ayahmu.""
"Dalam kamar kerjanya," kata Peter, yang masih tetap tercengang. Tapi kemudian ia berkata, "Cepat! Lewat sini!"
"Sesaat kemudian Jack sudah berdiri dalam kamar kerja ayah Janet dan Peter, dikelilingi keluarga mereka. .
"Kurasa aku tahu, siapa yang mencuri Skippy!" kata Jack. "Pada hakekatnya, aku tahu pasti!
"Siapa maksudmu"" tanya Ayah dengan segera.
"Pak Pos!" jawab Jack. Sekeluarga terdiam, karena heran. Kemudian Peter membuka mulut.
"Tak mungkin!" katanya. "Ya kan, Yah" Kata polisi, pencuri itu kakinya sangat. besar, dan meninggalkan jejak yang dalam di salju. Dan mungkin ia mempunyai mobil angkutan, untuk membawa pergi anjing-anjing yang dicuri."
"Sedang Pak Pos, kakinya sangat kecil," kata Ayah. "Tubuhnya juga kecil."
"Nah, dengarkan dulu apa yang kulihat dalam gudang di kebunnya beberapa saat yang lalu, kata Jack. "Aku melihat sepasang sepatu tinggi -yang bukan main besarnya! Nah untuk apa Pak Pos menyimpan sepatu sebesar itu" Ukurannya terlalu besar untuk kakinya yang kecil! Jadi aku lantas menduga, sepatu itu dipakainya jika ia berjalan di salju untuk mencuri anjing. Dengan begitu orang yang
melihat jejaknya, akan mendapat dugaan yang keliru. " Kurasa jika sepatu itu diambil, lalu dicocokkan dengan salinan jejak yang ada pada polisi - maka bentuknya pasti persis sama!"
"Tapi bagaimana dengan Skippy"" kata Peter. "Skippy lenyap dengan begitu saja. Waktu ia hilang, di kebun ini tak ada salju. Kami tahu" ia tak mungkin ikut dengan Pak Pos, karena pasti akan dilihat orang sewaktu berjalan di sampingnya menuju desa."
"Pak Pos kemarin mengantarkan barang kiriman ke sini"" tanya Jack. Dilihatnya Ibu mengangguk. "Nah, betul kalau begitu! Sewaktu mengantarkan barang itu, tentunya ia memakai mobil kombi. Dengan mudah Skippy bisa dibujuk masuk ke dalam mobil. Setelah itu pintu lekas-lekas ditutup kembali, dan Pak Pos pergi lagi sambil membawa Skippy. Takkan ada orang yang tahu. Skippy senang pada Pak Pos, jadi mungkin saja ia tak menggonggong. Kurasa Pak Pos sudah sering memakai mobil kombi kantor pos, untuk menculik anjing."
"Wah, ini serius," kata ayah Peter dan Janet. "Kita harus berhati-hati sekali mengenai persoalan ini, Jack. Kau yakin tadi melihat sepatu tinggi itu" Aku memang sama sekali tidak ingat " pada mobil kantor pos. Memang bisa saja Pak Pos menculik Skippy dengan mobil itu. Skippy
mau saja ikut, karena tahu bahwa Pak Pos kenalan baik kami."
"Menurut dugaanku, anjing-anjing yang tak mau dibujuk masuk ke dalam mobil kombi, dipancingnya dengan daging yang sudah diberi obat tidur," kata Jack. "Polisi kan mengatakan, di salju nampak bekas-bekas seperti ada benda diseret. Rupanya itu bekas yang ditinggalkan anjing, ketika diseret Pak Pos ke mobil!"
"Luar biasa!" kata Ayah. "Ya, semua cocok! Tapi setelah dimasukkan ke dalam mobil, lalu dibawa ke mana""
"Polisi pasti akan berhasil menyuruh Pak Pos membuka mulut," kata Ibu. "Jahat sekali orang itu, menyebabkan begitu banyak orang sedih karena kehilangan anjing yang disayangi. Kasihan Matt! Sejak si Hitam hilang, ia kelihatan cepat sekali bertambah tua."
"Matt akan biasa lagi, jika si Hitam sudah kembali, Bu," seru Janet. "Cepat, kita harus mengambil tindakan. Kita suruh Pak Pos mengaku, ke mana anjing-anjing dibawa olehnya. Mungkin Skippy sudah dijual" Bisakah kita membelinya kembali" Cepat, Yah! Ayo dong, Bu!"
"Apakah tidak sebaiknya kita melaporkan langsung pada polisi"" usul Peter. "Seharusnya merekalah yang harus menyuruh Pak. Pos mengakui kesalahannya. Ya, kan""
"Betul," kata Ayah,lalu berpaling menghadap Jack. Punggung anak itu ditepuk-tepuknya.
"Kau harus ikut dengan aku, Jack. Kau berhasil, Nak! Padahal yang lain, semua gagal. Polisi tentunya ingin mengetahui segala-galanya. Yuk, kita berangkat."
""Bolehkah kami ikut"" pinta Peter.
"Tidak," kata Ayah tegas. "Hanya Jack. kami berangkat sekarang juga. Bu, tolong telepon polisi. Katakan kami dalam perjalanan ke sana. Bilang pula, kenapa."
Ayah keluar, diikuti oleh Jack. Wajah anak itu berseri-seri. Peter menyusul, lalu memegang lengan Jack.
"Wah, Jack! Kau benar-benar hebat!" kata Peter. "Terima kasih, Kawan!"
Jack nyengir. Disusulnya ayah Peter, yang sudah mendahului. Wah! Bukan main asyiknya! Jack berseri-seri.
" Bab 19 BERES KEMBALI "PETER, Janet dan ibu mereka tak sabar menunggu Ayah kembali bersama Jack. "Rasanya lama sekali waktu berlalu. Akhirnya terdengar deru mobil masuk ke pekarangan. Janet mendengar suara menggonggong, lalu berteriak girang.
"Skippy! Itu Skippy!" , .
Dan benarlah! Skippy yang berbulu kuning emas, dengan telinga yang berkibar-kibar seperti bendera ditiup angin - Skippy lari ke dalam sambil mengibas-ngibaskan ekor. Ia menggonggong-gonggong dengan gembira. Janet menyambutnya dengan air mata berlinang-linang.
"Si Hitam juga ada!" seru Peter. "Dia juga Ayah bawa rupanya. Si Hitam baik-baik saja, Yah"
"Ya - cuma agak sedih karena- rindu pada Matt," kata Ayah. "Wah, aku kepingin sekali melihat sikap Matt besok."
"Jangan besok, Yat, - malam ia juga kita memulangkan si Hitam ke sana," pinta Janet.
"Pasti ia akan melesat ke atas bukit, mencari Matt. Dan kalau, sudah berjumpa, kurasa Matt tak mau diganggu untuk sementara."
""Betul juga katamu, Nak," kata Ibu. "Yah
, bukakanlah pintu untuk si Hitam. Biar ia sendiri kembali ke Matt."
Pintu dibuka - dan anjing Collie yang sangat rindu pada tuannya itu melesat lari ke luar. Menghilang dalam kegelapan malam, sambil menggonggong-gonggong,
"Ia berseru-seru, 'Matt, Matt'," kata Janet. "Aduh, Skip, aku sangat rindu padamu! Pak Pos ternyata jahat sekali - mencuri anjing kesayangan orang lain!"
"Apa yang terjadi ketika kalian datang bersama polisi di rumah Pak Pos"" tanya Peter pada Jack.
"Sebetulnya tidak banyak yang terjadi," kata Jack. "Liz, saudara perempuan Pak Pos, sangat ketakutan melihat kami datang, lalu cepat-cepat mengakui segala-galanya. Waktu itu Pak Pos belum muncul. Ia datang kemudian. Tapi saat itu Liz sudah menceritakan bahwa saudaranya itu biasa pergi malam-malam kalau salju baru saja turun. Pak Pos memang memakai sepatu besar yang kulihat di gudang. Maksudnya, supaya orang mengira bahwa pencuri yang mengambil anjing-anjing berbadan tinggi besar. Kalau berjalan, kakinya dihentakkan kuat-kuat ke salju, supaya jejaknya kelihatan dalam. Jadi seakan-akan yang berjalan di situ seseorang yang betul-betul tinggi besar badannya."
"Menurut Liz, anjing-anjing kebanyakan mau saja dipanggil untuk ikut dengan Pak Pos," kata Ayah. "Sedang yang tidak mau, diberi umpan yang dibubuhi obat tidur."
"Lalu anjing-anjing yang diculik itu dibawa ke mana"" 'tanya Ibu.
"Dibawa ke seorang kenalannya, yang tinggal empat mil dari sini. Orang itu dokter hewan. Kalau tidak salah, masih termasuk keluarga Pak Pos. Orang itu menyembunyikan anjing-anjing yang diculik sampai suasana sudah agak reda. Kemudian dengan diam-diam, dijual olehnya. Mestinya besar keuntungan yang diperoleh Pak Pos dengan pencurian anjing."
"Di mana ia sekarang"" tanya Janet.
"Dalam sel di kantor polisi," kata Ayah dengan geram "Sudah sepantasnya Pak Pos diganjar hukuman berat. Pencurian anjing merupakan perbuatan jahat dan kejam. Untung saja dokter hewan yang masih keluarga Pak Pos, merawat anjing-anjing hasil curian dengan baik."
Tiba-tiba Ibu merangkul Jack, yang sedari tadi tersenyum-senyum terus.
"Jack, sepantasnya kau mendapat hadiah," kata Ibu. "Hadiah besar - hadiah terbagus yang bisa kaubayangkan! Jack memang cerdik! Bayangkan, ia mampu menerka apa maksud sepatu tinggi berukuran besar yang dilihatnya ada dalam gudang Pak Pos! Yah, enaknya apa hadiah kita pada Jack"" .
"Aku tidak ingin hadiah," kata Jack, sementara mukanya menjadi merah karena malu.
"Bagiku, melihat Skippy pulang dalam keadaan selamat, sudah cukup sebagai hadiah. Serta melihat wajah kalian, ketika ia berlari-lari masuk ke dalam rumah!"
"Janet berbisik sebentar pada Peter, yang mengangguk-angguk dengan bersemangat Setelah itu Peter menyapa Jack.
"Jack, maukah kau berbuat sesuatu untukku"" kata Peter.
"Tentu saja aku mau," kata Jack.
"Kalau begitu, izinkan aku menyematkan lencana ini ke kelepak jasmu," kata Peter lagi.
Diambilnya lencana SS dari kantongnya. Itulah lencana yang dicampakkan oleh Jack dalam gudang, sewaktu Peter marah-marah tak beralasan padanya. "Terimalah kembali, Jack. Kami semua menyesal, setelah kau minta berhenti. Tak enak rasanya tanpa kau. Besok kita akan mengadakan rapat yang asyik, Jack. Di situ kau bisa menceritakan pengalamanmu. Ya -kau sendiri yang menceritakannya! Mengenai segala-galanya."
"Baiklah," kata Jack. Matanya bersinar-sinar, sementara Peter menyematkan lencana SS kepunyaannya ke jasnya. "Aku juga merasa tidak enak, keluyuran sendiri tanpa kalian. Sekarang kita bisa menjadi Sapta Siaga kembali. Wah - Susi pasti tercengang mendengarnya!"
"Aku ingin tahu, sudah sampai di mana si Hitam sekarang," kata Ibu menyela pembicaraan ketiga anak itu. "Mestinya sudah setengah jalan, di lereng bukit yang terselubung salju."
Ya - si Hitam sedang dalam perjalanan pulang. Pulang ke Matt, tuannya yang tercinta. Si Hitam lari di atas salju, mendaki bukit tempat biri-biri digembalakan. Matt sangat sedih karena kehilangan si Hitam. Si Hitam pun begitu pula. "Sejak dicuri, ia tidak mau makan sedikit pun. Badannya menjadi kurus.
Si Hitam lari kencang, sehingga tidak bisa meng
gonggong. Akhirnya sampai di depan pintu pondok Matt. Ia merebahkan diri di situ. Napasnya tersengal-sengal. Matt kaget mendengarnya.
"Siapa itu"" serunya dari dalam pondok. Kemudian didengarnya bunyi mendengking pelan. Dengkingan itu mendorongnya bangkit dengan segera dari kursi. Si Hitam menggaruk-garuk dasar daun pintu, lalu mulai menggonggong. Tangan Matt gemetar ketika ia membukakan pintu.
""Hitam! Anjingku yang manis! Akhirnya kau kembali juga padaku," kata Matt terheran-heran, dengan suara bergetar. Kemudian kedua makhluk itu saling menunjukkan kasih sayang masing-masing. Sangat mengharukan!
Matt duduk lagi di kursinya, dan si Hitam kembali ke tempatnya yang biasa, di sisi Matt. Kepalanya diletakkan ke pangkuan penggembala itu, sementara matanya ditatapkan ke wajah Matt. Dan Matt mengelus-elus kepala sahabatnya yang setia itu. Ia merasa bahagia.
Saat itu Matt belum tahu, bahwa si Hitam bisa kembali berkat kecerdikan seorang anggota Sapta Siaga - yang untuk sementara memisahkan diri karena pertengkaran sesama kawan.
Tapi akhirnya Sapta Siaga pulih kembali. Mereka lengkap bertujuh lagi.
TAMAT tamat Cinta Bernoda Darah 1 Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien Kutukan Brahmana Loka Arya 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama