The Chronicles Of Narnia 5 Kursi Perak The Silver Chair Bagian 2
"Kabar baiknya adalah," kata Puddleglum, "kalau kita mematahkan leher kita saat menuruni tebing, kita akan selamat dari bahaya tenggelam di sungai."
"Apa itu"" kata Scrubb tiba-tiba, menunjuk ke arah hulu di sisi kiri mereka. Kemudian mereka semua menengok dan melihat hal terakhir yang mereka harapkan jembatan. Dan jembatan yang hebat pula! Jembatan itu besar, lengkungan tung
gal yang membentang di atas jurang dari puncak tebing ke puncak tebing, dan puncaknya yang melengkung tinggi di atas puncak tebing sama seperti kubah St. Paul di atas jalan.
"Wah, itu pasti jembatan bangsa raksasa!" kata Jill.
"Atau milik penyihir, tepatnya," kata Puddleglum. "Kita harus berhati-hati pada sihir di tempat seperti ini. Kurasa itu jebakan. Kurasa jembatan itu akan berubah jadi kabut dan mencair tepat ketika kita berada di tengahnya."
"Oh, ya ampun, jangan begitu menyebalkan," kata Scrubb. "Kenapa itu tidak boleh jadi jembatan sungguhan""
"Apakah kau bisa membayangkan raksasa yang cukup cerdas untuk membangun benda seperti itu"" kata Puddleglum.
"Tapi mungkin jembatan itu dibangun raksasa lain"" kata Jill. "Maksudku, raksasa yang hidup ratusan tahun lalu, dan jauh lebih cerdas daripada raksasa sekarang. Mungkin dibangun raksasa yang sama dengan yang membangun kota raksasa yang kita cari. Dan itu berarti kita berada di jalan yang benar-jembatan tua itu mengarah pada kota tua itu!"
"Itu benar-benar pintar, Pole," kata Scrubb. "Pasti begitu. Ayo."
Jadi mereka berbalik dan pergi ke jembatan itu. Dan ketika mereka mencapainya, bangunan itu jelas tampak cukup tua. Satuan batu-batunya sebesar batu-batu di Stonehenge dan pasti dipotong tukang yang baik dulu, meskipun sekarang sudah retak dan pecah. Pegangan tangannya ternyata dipenuhi ukiran yang indah, yang beberapa di antaranya tersisa: wajah-wajah samar, dan bentuk-bentuk tubuh raksasa, minotaurus, cumi-cumi, kaki seribu, dan dewa-dewa yang menakutkan. Puddleglum masih belum memercayai jembatan itu, tapi dia bersedia menyeberanginya bersama anak-anak.
Perjalanan mendaki ke puncak lengkungan jembatan panjang dan berat. Di banyak tempat batu-batu sudah hilang, meninggalkan lubang-lubang mengerikan yang menunjukkan pemandangan sungai berbuih ribuan meter di bawah. Mereka melihat elang terbang di bawah kaki mereka. Dan semakin tinggi mereka berjalan, cuaca semakin dingin, dan angin bertiup sehingga mereka hampir tidak bisa mempertahankan pijakan mereka. Sepertinya angin mengguncang jembatan itu.
Ketika mencapai puncaknya dan bisa melihat ke sisi menurun jembatan itu, mereka melihat apa yang sepertinya sisa-sisa jalan raksasa kuno membentang dari tempat mereka ke pusat pegunungan. Banyak batu jalan itu telah hilang dan ada petak-petak lebar rumput di antara batu jalanan yang tersisa. Dan berkuda ke arah mereka di atas jalan kuno itu dua orang berukuran manusia dewasa yang normal.
"Ayo terus. Berjalanlah ke arah mereka," kata Puddleglum. "Siapa pun yang kautemui di tempat seperti ini sepertinya bukan musuh, tapi kita tidak boleh menunjukkan pada mereka bahwa kita takut."
Ketika mereka melangkah dari ujung jembatan ke tanah berumput, kedua orang asing itu sudah cukup dekat. Satu di antaranya kesatria yang mengenakan baju besi lengkap dengan pelindung mata diturunkan. Senjata dan kudanya berwarna hitam, tidak ada lambang pada tamengnya dan tidak ada bendera pada tombaknya. Yang lain adalah seorang lady, dia menunggangi kuda putih yang begitu cantik sehingga kau langsung ingin mencium hidungnya dan memberinya sepotong gula. Tapi lady itu, yang menunggang dengan duduk miring dan mengenakan gaun panjang melambai berwarna hijau indah, bahkan lebih cantik lagi.
"Selamat pagi, pe-tu-alang," teriaknya dengan suara yang lebih manis daripada kicauan burung yang paling merdu, memanjangkan suku katanya sehingga enak didengar. "Beberapa di antara kalian masih terlalu muda untuk berjalan melalui tanah yang keras ini."
"Memang benar, Ma'am," kata Puddleglum sangat kaku dan berhati-hati.
"Kami mencari reruntuhan kota raksasa," kata Jill.
"Re-run-tuhan kota"" kata lady itu. "Kalian mencari tempat yang aneh. Apa yang akan kalian lakukan setelah menemukannya""
"Kami harus " kata Jill, tapi Puddleglum memotongnya.
"Maafkan kami, Ma'am. Tapi kami tidak mengenal Anda atau teman Anda-dia pendiam sekali, bukan"-dan Anda tidak mengenal kami. Dan kami lebih suka tidak memberitahu urusan kami pada orang asing, kalau Anda tidak keberatan. Bukankah sebentar lagi akan hujan, bagaima
na menurut Anda""
Si lady tertawa: suara tawa paling melodik dan kaya, yang bisa kaubayangkan. "Yah, anak-anak," katanya, "kalian punya penunjuk jalan tua yang bijak dan serius. Aku sama sekali tidak tersinggung karena dia tidak ingin memberitahu urusannya, tapi aku bebas memberitahu urusanku. Aku sering mendengar reruntuhan kota bangsa raksasa, tapi tidak pernah bertemu siapa pun yang bisa menunjukkan jalan ke sana. Jalan ini menuju daerah dan istana Harfang, tempat tinggal raksasa yang baik. Mereka lembut, beradab, cerdas, dan sopan, kebalikan raksasa yang di Ettinsmoor bodoh, ganas, liar, dan mirip binatang. Dan di Harfang kalian mungkin atau tidak mungkin mendengar kabar tentang reruntuhan kota itu, tapi jelas kalian akan menemukan tempat menginap yang baik dan tuan rumah yang ramah. Kalian lebih baik menghabiskan musim dingin di sana, atau, paling tidak, berhenti beberapa hari untuk istirahat dan menyegarkan diri. Di sana kalian bisa mendapat mandi air panas, tempat tidur yang empuk, dan perapian yang terang, dan makanan yang dipanggang, dibakar, yang manis, dan yang keras akan tersedia di meja empat kali sehari."
"Wah!" teriak Scrubb. "Itu menarik sekali! Bayangkan, tidur di tempat tidur lagi."
"Ya, dan mandi air panas," kata Jill. "Apakah menurutmu mereka akan bersedia menerima kami" Kami bahkan tidak mengenal mereka."
"Katakan saja pada mereka," jawab lady itu, "bahwa Dia Yang Bergaun Hijau memberi salam pada mereka melalui kalian, dan mengirimkan pada mereka dua anak Selatan yang baik untuk Pesta Musim Gugur."
"Oh, terima kasih, terima kasih banyak," kata Jill dan Scrubb.
"Tapi hati-hati," kata lady itu. "Di hari apapun kalian mencapai Harfang, jangan tiba di pintu mereka terlalu terlambat. Karena mereka menutup pintu mereka beberapa jam setelah tengah hari, dan kebiasaan istana itu, mereka tidak akan membuka pintu bagi siapa pun setelah menguncinya, betapapun kerasnya pendatang itu mengetuk."
Anak-anak berterima kasih padanya lagi, dengan mata berbinar-binar, dan lady itu melambai kepada mereka. Si marsh-wiggle melepaskan topi kerucutnya dan membungkuk dengan sangat kaku. Kemudian si kesatria bisu dan si lady mulai memajukan kuda mereka mendaki jembatan diiringi dengan suara kaki kuda.
"Yah!" kata Puddleglum. "Aku mau memberi banyak untuk mengetahui dari mana dia datang dan ke mana dia pergi. Mereka bukan jenis yang kauharap akan kautemukan di daerah liar para raksasa, bukan" Tidak punya maksud baik, aku berani bilang."
"Oh, diamlah!" kata Scrubb. "Kupikir dia benar-benar hebat. Dan coba pikirkan makanan panas dan kamar yang hangar. Kuharap Harfang tidak jauh."
"Aku juga," kata Jill. "Dan tidakkah gaunnya indah. Dan kuda itu hebat!"
"Biarpun begitu," kata Puddleglum, "kuharap kita tahu lebih banyak tentang dia."
"Aku baru akan bertanya tentang dirinya," kata Jill. "Tapi bagaimana aku bisa melakukan itu kalau kau tidak man memberitahunya apa pun tentang kita""
"Ya," kata Scrubb. "Dan kenapa kau begitu kaku dan tidak ramah" Tidakkah kau menyukai mereka""
"Mereka"" kata si marsh-wiggle. "Siapa mereka" Aku hanya melihat satu."
"Tidakkah kau melihat kesatria itu"" tanya Jill.
"Aku melihat baju besi," kata Puddleglum. "Kenapa dia tidak bicara""
"Kurasa dia pemalu," kata Jill. "Atau mungkin dia hanya ingin melihat wanita itu dan mendengarkan suaranya yang merdu. Aku yakin aku akan melakukan itu kalau jadi dia."
"Aku ingin tahu," kata Puddleglum, "apa yang akan benar-benar kaulihat kalau mengangkat pelindung mata helm itu dan memandang ke dalamnya."
"Hentikan," kata Scrubb. "Pikirkan bentuk baju besi itu! Apa yang bisa berada di dalamnya kecuali seorang pria""
"Bagaimana dengan kerangka"" tanya si marsh-wiggle dengan keriangan yang mengerikan. "Atau mungkin," tambahnya setelah berpikir, "sama sekali tidak ada apa-apa. Maksudku, tidak ada yang bisa kaulihat. Seseorang yang tidak kelihatan."
"Sungguh, Puddleglum," kata Jill sambil gemetar, "kau punya ide-ide yang sangat mengerikan! Bagaimana kau bisa memikirkan semua itu""
"Oh, masa bodohlah dengan semua idenya!" kata Scrubb. "Dia selalu mengharapka
n yang terburuk, dan dia selalu salah. Marl pikirkan para raksasa baik itu dan cara mencapai Harfang secepat yang kita bisa. Coba aku tahu berapa jauh jaraknya."
Dan sekarang mereka hampir melakukan pertengkaran pertama dari yang sudah diramalkan Puddleglum: bukannya Jill dan Scrubb tidak pernah berbantahan dan saling membentak cukup sering sebelumnya, tapi inilah pertengkaran serius yang pertama. Puddleglum sama sekali tidak ingin pergi ke Harfang. Dia bilang dia tidak tahu bagaimana definisi "baik" bagi raksasa, dan selain itu, dalam tanda-tanda dari Asian, sama sekali tidak disebut-sebut tentang tinggal bersama raksasa, baik ataupun tidak. Anak-anak, sebaliknya, sudah bosan dengan angin, hujan, dan ayam padang rumput yang dibakar di atas unggun, juga tanah yang keras dan dingin untuk tidur, sehingga benar-benar ingin mengunjungi para raksasa yang baik. Akhirnya, Puddleglum setuju melakukannya, tapi dengan satu syarat. Anak-anak harus benar-benar berjanji bahwa, kecuali dia mengizinkan, mereka tidak akan memberitahu para Raksasa Baik itu bahwa mereka datang dari Narnia atau bahwa mereka mencari Pangeran Rilian. Dan mereka berjanji, lain berjalan terus.
Setelah pembicaraan dengan lady itu, keadaan memburuk dengan dua cara yang berbeda. Pertama-tama, tanah daerah itu menjadi semakin keras. Jalan mengarah melalui lembah-lembah sempit tanpa akhir, angin utara yang kejam tidak henti-hentinya bertiup ke wajah mereka. Tidak ada apa pun yang bisa digunakan sebagai kayu bakar, dan tidak ada cekungan kecil menyenangkan yang bisa digunakan untuk berkemah, seperti yang mereka alami di padang rumput. Dan tanah begitu berbatu, membuat kakimu sakit di akhir hari dan seluruh tubuhmu sakit di malam hari.
Yang kedua, apa pun yang lady itu maksudkan dengan memberitahu mereka tentang Harfang, efek nyatanya pada anak-anak sangat buruk. Mereka tidak bisa memikirkan apa pun kecuali tempat tidur, mandi, makanan hangat, dan betapa menyenangkan berada dalam ruangan. Mereka tidak pernah membicarakan Asian, atau bahkan pangeran yang hilang sekarang. Dan Jill melupakan kebiasaannya mengulang tanda-tanda pada dirinya sendiri setiap malam dan pagi. Dia berkata pada dirinya sendiri, awalnya, bahwa dia terlalu lelah, tapi dia segera melupakan semua tanda itu. Dan meskipun kau mungkin berpikir bayangan akan bersenang-senang di Harfang akan membuat mereka lebih gembira, ternyata itu malah membuat mereka lebih mengasihani dirt mereka, lebih pemarah, dan cepat bertengkar satu sama lain serta dengan Puddleglum.
Akhirnya suatu siang mereka mencapai daerah tempat lembah yang mereka lalui melebar dan hutan pohon fir yang gelap tumbuh di kedua sisinya. Mereka memandang ke depan dan melihat mereka telah melewati gunung. DI depan mereka terbentang dataran sepi berbatu: jauh di sana, gunung-gunung lagi yang pucaknya tertutup salju. Tapi di antara mereka dan Pegunungan yang jauh itu berdiri bukit rendah dengan puncak yang datar tak berbentuk.
"Lihat! Lihat!" teriak Jill, dan menunjuk ke seberang padang. Dan di sana, di tengah senja Yang turun, dari atas puncak bukit yang rata itu, semuanya melihat cahaya. Cahaya! Bukan sinar bulan, bukan api, tapi barisan jendela yang memancarkan cahaya hangat. Kalau kau tidak pernah berada di alam liar, siang dan malam, selama berminggu-minggu, kau tidak akan mengerti bagaimana perasaan mereka.
"Harfang!" teriak Scrubb dan Jill dengan suara gembira. Dan "Harfang," ulang Puddleglum dengan suara bosan yang muram. Tapi dia menambahkan, "Halo! Angsa liar!" dan langsung meraih busur yang tergantung di pundaknya. Dia memanah jatuh dua angsa gemuk. Sudah terlalu terlambat untuk berusaha mencapai Harfang hari itu. Tapi mereka punya makanan hangat dan perapian, dan memulai malam yang terasa lebih hangat daripada yang mereka rasakan lebih dari seminggu terakhir. Setelah api padam, malam menjadi sangat dingin, dan ketika mereka terbangun keesokan paginya, selimut mereka kaku karena salju beku.
"Tidak apa!" kata Jill, mengentakkan kakinya. "Mandi air hangat malam ini!"
BAB TUJUH Bukit Parit Perlindungan yang Aneh
TIDAK bisa dibantah , hari itu buruk sekali. Di atas sana menggantung langit tanpa matahari, terbungkam awan-awan yang berat penuh salju. Di bawah, tanah beku yang hitam, bertiup di atasnya angin yang terasa bisa mengangkat kulitmu sampai lepas. Ketika mencapai padang, mereka menemukan bahwa bagian jalan kuno yang ini jauh lebih rusak daripada yang mereka lihat selama ini. Mereka harus mencari jalan di antara batu-batu besar yang pecah-pecah dan di antara bongkahan-bongkahan serta menyeberangi reruntuhan, perjalanan yang sulit bagi kaki yang lelah. Tapi, betapapun lelahnya mereka, cuaca terlalu dingin untuk berhenti.
Kira-kira pukul sepuluh, butiran salju kecil yang pertama melayang turun dan hinggap di tangan Jill. Sepuluh menit kemudian salju turun cukup tebal. Dalam dua puluh menit, tanah sudah tampak putih. Dan di akhir setengah jam kemudian, badai salju tanpa akhir, yang tampak sepertinya akan berlangsung sepanjang hari, bertiup menampar muka mereka sehingga mereka tidak bisa melihat.
Supaya bisa mengerti apa yang terjadi selanjutnya, kau harus terus ingat betapa sedikit yang bisa mereka lihat. Saat mereka mendekati lembah rendah yang memisahkan mereka dari tempat jendela bercahaya itu terlihat, mereka sama sekali tidak bisa melihatnya dengan jelas. Keadaan saat itu hanya memungkinkan melihat beberapa langkah di depan, dan bahkan untuk itu pun kau harus mengusap matamu. Tidak perlu dikatakan, mereka tidak bicara.
Ketika mencapai kaki bukit, mereka melihat sesuatu yang mungkin merupakan bebatuan di kedua sisi-batu berbentuk kotak, kalau kau melihatnya baik-baik, tapi tidak ada yang melakukannya. Semua lebih memikirkan birai tepat di depan mereka yang menghalangi jalan mereka. Birai itu kira-kira satu setengah meter tingginya. St marsh-wiggle, dengan kaki-kakinya yang panjang, tidak menemui kesulitan melompat ke atasnya, kemudian dia membantu yang lain naik. Pekerjaan itu menyebalkan dan basah bagi kedua anak, meskipun tidak begitu bagi si marsh-wiggle, karena salju sekarang cukup tebal di birai itu. Kemudian mereka memanjat dengan gerakan kaku Jill jatuh sekali-mendaki tanah kasar kira-kira sejauh seratus meter, dan mencapai birai kedua. Seluruhnya ada empat birai seperti ini, dengan jarak yang berbeda-beda.
Saat mereka berjuang di birai keempat, tidak salah lagi, mereka sekarang di puncak bukit datar itu. Sampai saat itu kemiringan bukit telah memberi mereka semacam perlindungan, di sana, mereka diterpa angin dengan kekuatan Penuh. Karena bukit itu, anehnya, benar-benar datar pada puncaknya seperti yang kelihatan dari jauh: dataran seperti meja luas yang diterpa badai tanpa halangan. DI kebanyakan tempat, salju malah sama sekali belum tertimbun karena angin terus-menerus menerbangkannya dari tanah menjadi kabut dan awan, dan menerbangkannya ke wajah mereka. Dan di sekeliling kaki mereka pusaran kecil salju mengikutimu seperti yang kadang terlihat di atas es. Dan di banyak tempat, permukaan nyaris sehalus es. Tapi lebih parah lagi, es itu dilintasi dan disilangi gundukan atau tanggul tanah, yang kadang-kadang membagi es menjadi petak-petak dan bentuk-bentuk kotak yang aneh. Semua ini tentu saja harus didaki, tinggi mereka bervariasi antara setengah meter sampai satu setengah meter dan tebalnya kira-kira beberapa meter. Di sisi utara tiap gundukan salju sudah tertimbun tebal, dan setelah setiap panjatan, kau turun meninjak timbunan dan menjadi semakin basah.
Berjuang maju dengan kerudung terpasang, kepala menunduk, dan tangan mati rasa dalam mantelnya, Jill melihat benda-benda aneh lain di atas dataran mengerikan itu-benda-benda di kanannya yang tampak mirip cerobong pabrik, dan di sisi kirinya, tebing besar, lebih tegak daripada tebing mana pun. Tapi dia sama sekali tidak tertarik dan tidak memikirkannya. Satu-satunya hal yang dia pikirkan adalah tangannya yang dingin (juga hidung, dagu, dan telinganya), mandi air panas, dan tempat tidur yang hangat di Harfang.
Tiba-tiba Jill terpeleset, tergelincir kira-kira satu setengah meter, dan dengan ketakutan mendapati dirinya merosot ke dalam lorong gelap sempit yang saat itu sepertinya m
uncul di depannya. Setengah detik kemudian dia mencapai dasarnya. Dia sepertinya berada dalam sejenis sarang atau lubang, yang hanya kira-kira satu meter lebarnya. Dan meskipun kaget karena jatuh, hal pertama yang diperhatikannya adalah rasa lega karena tidak ada angin, karena dinding lubang itu menjulang tinggi di atasnya. Hal berikut yang diperhatikannya adalah, tentu saja, wajah-wajah khawatir Scrubb dan Puddleglum memandang ke bawah ke arahnya dari tepian.
"Kau terluka, Pole"" teriak Scrubb.
"Kedua kaki patah, pastinya," teriak Puddleglum.
Jill berdiri dan menjelaskan dia baik-baik saja, tapi mereka harus membantunya keluar.
"Kau jatuh ke dalam apa"" tanya Scrubb.
"Ini sejenis parit, atau mungkin rekahan tanah, atau entahlah," kata Jill. "Ternyata cukup lurus."
"Benar, ya ampun," kata Scrubb. "Dan mengarah ke utara! Aku ingin tahu apakah ini sejenis jalan" Kalau ya, kita akan terlindung dari angin jahat ini di bawah sana. Apakah banyak salju di dasar""
"Nyaris tidak ada. Semuanya tertiup ke atas, kurasa."
"Ada apa di ujung yang lebih jauh""
"Tunggu sebentar. Aku lihat dulu," kata Jill. Dia bangkit dan berjalan sepanjang parit itu, tapi sebelum pergi terlalu jauh, parit itu berbelok tajam ke kanan. Jill meneriakkan informasi itu kepada yang lain.
"Ada apa di balik belokan itu"" tanya Scrubb.
Nah, ternyata Jill punya perasaan yang sama pada lorong-lorong yang berbelok-belok dan tempat-tempat gelap di bawah tanah, atau bah kan meskipun belum benar-benar di bawa tanah, seperti perasaan Scrubb ketika berada di tepi jurang. Dia tidak mau berbelok di sudut itu terutama ketika dia mendengar Puddleglum berteriak dari belakangnya:
"Hati-hati, Pole. Tempat seperti ini mungkin saja mengarah ke gua naga. Dan di negeri raksasa, bisa saja ada cacing raksasa atau kumbang raksasa."
"Kurasa jalan ini tidak mengarah ke mana-mana," kata Jill, buru-buru kembali.
"Aku akan terus melihat," kata Scrubb. "Apa maksudmu dengan tidak ke mana-mana, aku ingin tahu." Jadi dia duduk di tepi parit (semuanya sudah terlalu basah sekarang sehingga dia tidak peduli jadi sedikit lebih basah lagi) kemudian melompat turun. Dia maju melewati Jill dan, meskipun dia tidak mengatakan apa-apa, Jill merasa Scrubb tahu dia berbohong. Jadi dia mengikuti Scrubb dekat-dekat, tapi berhati-hati tidak mendahuluinya.
Ternyata penyelidikan itu mengecewakan. Mereka berbelok di kelokan ke kanan itu dan maju beberapa langkah. Di sini ada pilihan jalan: lurus lagi, atau belok patah ke kanan. "Tidak ada gunanya," kata Scrubb menatap kelokan ke kanan itu, "itu akan membawa kita kembali-ke selatan." Dia maju terus, tapi sekali lagi, dalam beberapa langkah, mereka menemukan kelokan kedua ke kanan. Tapi kali ini tidak ada pilihan arah, karena parit yang mereka ikuti buntu.
"Tidak ada gunanya," gerutu Scrubb. Jill tidak membuang waktu untuk berbalik dan memimpin jalan kembali. Ketika mereka kembali ke tempat Jill pertama jatuh, si marsh-wiggle dengan tangan-tangannya yang panjang tidak mengalami kesulitan menarik mereka keluar.
Tapi rasanya mengerikan berada di atas lagi. Dalam ruang sempit parit itu, telinga mereka mulai merasa lagi. Mereka bisa melihat dengan jelas dan bernapas dengan mudah dan mendengar satu sama lain bicara tanpa harus berteriak. Benar-benar menderita harus kembali dalam rasa dingin yang menggigit itu. Dan rasanya berat ketika Puddleglum memilih saat itu untuk berkata:
"Apakah kau masih yakin pada tanda-tanda itu, Pole" Tanda apa yang harus kita ikuti sekarang""
"Oh, ayolah! Masa bodoh dengan tanda-tanda itu," kata Pole. "Sesuatu tentang seseorang menyebutkan nama Asian, kurasa. Tapi aku tidak akan mengatakan hafalanku di sini."
Seperti yang kautahu, Jill salah menyebutkan urutannya. Itu karena dia telah berhenti mengulangi hafalan tanda-tanda itu tiap malam. Dia sebenarnya masih mengingat, kalau man sedikit bersusah payah berpikir: tapi tidak begitu "rajin" lagi pada tugasnya sehingga tidak bisa yakin mengatakannya dalam urutan yang tepat begitu diminta dan tanpa berpikir. Pertanyaan Puddleglum membuatnya kesal karena, jauh dalam hati, dia
sudah kesal pada dirinya sendiri karena tidak mengetahui tugas dari sang singa sebaik yang dia anggap seharusnya diketahuinya. Kekesalan ini, ditambah rasa menderita karena begitu kedinginan dan lelah, membuatnya berkata, "Masa bodoh dengan tanda-tanda itu." Dia mungkin tidak benar-benar bermaksud begitu.
"Oh, itu tanda yang berikut, bukan"" kata Puddleglum. "Sekarang aku jadi bertanya-tanya, apakah kau baik-baik saja" Ingatanmu tertukar-tukar, aku tidak heran. Sepertinya bagiku, bukit ini, daerah datar tempat kita berada ini, pantas untuk berhenti dan melihat-lihat. Apakah kalian memerhatikan "
"Oh, ya ampun!" kata Scrubb, "inikah waktu yang tepat untuk berhenti dan mengagumi pemandangan" Ya ampun, marl jalan terus."
"Oh, lihat, lihat, lihat," teriak Jill dan menunjuk. Semua berbalik, dan melihat. Di kejauhan, di utara, dan jauh lebih tinggi daripada dataran tempat mereka berdiri, sebaris cahaya telah muncul. Kali ini, bahkan lebih jelas daripada ketika para petualang itu melihatnya di malam sebelumnya, itu jendela: jendela-jendela lebih kecil yang membuat seseorang berpikir dengan senang tentang kamar-kamar tidur, dan jendela-jendela lebih besar yang membuat orang memikirkan aula-aula luas dengan api besar di perapian dan sup panas atau daging panggang masih mengepulkan asap tersaji di meja.
"Harfang!" teriak Scrubb.
"Itu semua sangat baik," kata Puddleglum. "Tapi apa yang akan kukatakan adalah "
"Oh, diam," kata Jill kesal. "Kita tidak bisa membuang-buang waktu. Tidakkah kau ingat apa yang dikatakan lady itu tentang mereka akan mengunci pintu begitu sore" Kita harus sampai di sana tepat waktu, harus, harus. Kita akan mati kalau berada di luar pada malam seperti ini."
"Yah, ini bukan malam, belum," kata Puddleglum memulai, tapi kedua anak sama-sama berkata, "Ayo," dan mulai berjalan di atas dataran yang licin secepat yang kaki mereka bisa. Si marsh-wiggle mengikuti mereka, masih bicara, tapi sekarang mereka melawan angin lagi, sehingga tidak bisa mendengarnya bahkan kalaupun ingin. Dan mereka tidak ingin. Mereka memikirkan mandi, tempat tidur, dan minuman hangar, dan pikiran akan mencapai Harfang terlalu malam dan terkunci di luar nyaris tak tertahankan.
Meskipun buru-buru, mereka butuh waktu lama untuk menyeberangi puncak bukit yang datar itu. Dan bahkan ketika mereka menyeberangi dataran itu, masih ada beberapa birai yang harus dituruni di sisi lain. Tapi akhirnya mereka mencapai dasar dan bisa melihat penampilan Harfang.
Bangunan itu berdiri pada tebing terjal yang tinggi, dan meskipun memiliki banyak menara, bangunan itu lebih mirip rumah besar daripada kastil. Jelas, para raksasa baik tidak mengkhawatirkan serangan apa pun. Ada jendela-jendela di sisi luar dinding, cukup dekat ke tanah sesuatu yang tidak akan didapati pada benteng sungguhan. Bahkan ada pintu-pintu kecil di sana-sini, sehingga cukup mudah untuk keluar-masuk kastil tanpa melalui halaman dalam. Ini meningkatkan semangat Jill dan Scrubb. Ini membuat seluruh tempat itu tampak lebih bersahabat dan tidak terlalu menakutkan lagi.
Pertama-tama ketinggian dan keterjalan tebing itu menakutkan mereka, tapi kemudian mereka melihat ada jalan menanjak yang lebih mudah di sisi kiri dan jalan itu menuju Harfang. Tanjakan itu sangat menyulitkan, setelah perjalanan yang mereka lakukan, dan Jill hampir menyerah. Scrubb dan Puddleglum harus membantunya beberapa ratus meter terakhir. Tapi akhirnya mereka berdiri di depan pintu kastil. Pintu terali besinya terangkat dan gerbangnya terbuka.
Betapapun lelahnya dirimu, butuh keberanian untuk berjalan ke pintu depan rumah raksasa. Meskipun tadinya memberi banyak peringatan tentang Harfang, Puddleglum-lah yang menunjukkan keberanian paling besar.
"Pelan-pelan sekarang," katanya. "Jangan menunjukkan ketakutan kalian, apa pun yang kalian lakukan. Kita sudah melakukan hal paling bodoh di dunia dengan datang, tapi sekarang karena kita sudah ada di sini, lebih baik menghadapinya."
Dengan kata-kata ini dia maju ke gerbang, berdiri diam di bawah lengkungan tempat gema bisa membantu suaranya, dan memanggil sekeras yang
dia bisa. "Ho! Penjaga pintu! Ada tamu minta penginapan."
Dan sementara menunggu sesuatu terjadi, dia membuka topinya dan membuang tumpukan salju berat yang terkumpul di tepiannya yang lebar.
"Menurutku," bisik Scrubb pada Jill. "Dia mungkin sangat menyebalkan, tapi dia punya banyak keberanian-dan kejujuran."
Sebuah pintu terbuka, menunjukkan kilau perapian yang menyenangkan, dan penjaga pintu muncul. Jill menggigit bibirnya karena takut akan berteriak. Dia bukan raksasa yang benar-benar besar, itu berarti, dia lebih tinggi daripada pohon apel tapi tidak begitu tinggi seperti tiang telegram. Dia memiliki rambut merah yang berantakan, mengenakan rompi kulit dengan piringan besi terpasang di seluruh permukaannya sehingga mirip baju rantai besi, lututnya telanjang (dan sangat berbulu) dan dia mengenakan sesuatu yang mirip lilitan kain pada kedua kakinya. Dia membungkuk dan menatap Puddleglum.
"Kau ini makhluk apa"" katanya.
Jill mengumpulkan keberaniannya. "Tolonglah," katanya, berteriak pada raksasa itu. "Lady Bergaun Hijau memberi salam pada Raja Raksasa yang Baik, dan mengirim kami dua anak dari Selatan dan marsh-wiggle ini (namanya Puddleglum) pada Pesta Muslin Gugur kalian. Kalau tidak mengganggu tentu saja," tambahnya.
"O-ho!" kata penjaga pintu. "Kalau begitu lain ceritanya. Masuk, makhluk-makhluk kecil, masuk. Kalian lebih baik berteduh sementara aku mengirim kabar pada Yang Mulia." Dia memerhatikan anak-anak dengan penuh rasa ingin tahu. "Wajah-wajah biru," katanya. "Aku tidak tahu wajah bisa berwarna seperti itu. Aku sendiri tidak peduli. Tapi aku berani bilang kalian pasti saling menganggap yang lain manis. Kutu menyukai kutu yang lain, kata orang."
"Wajah kami biru karena kedinginan," kata Jill. "Sebenarnya warnanya tidak seperti itu."
"Kalau begitu masuk dan hangatkan diri. Masuk, udang-udang kecil," kata penjaga pintu.
Mereka mengikutinya masuk pondok. Dan meskipun cukup mengerikan mendengar pintu sebesar itu terbanting menutup di belakang mereka, mereka melupakannya begitu melihat hal yang mereka inginkan sejak makan terakhir kemarin malam-api. Dan api yang sangat besar! Sepertinya empat atau lima pohon utuh terbakar di dalamnya, dan api itu begitu panas sehingga mereka hanya bisa mendekat beberapa meter darinya. Tapi mereka semua terduduk di lantai bata, sedekat yang mereka bisa menahan panasnya, dan mengembuskan napas lega.
"Nah, Nak," kata si penjaga pintu pada raksasa lain yang duduk di bagian belakang ruangan, menatap tamu-tamu sampai sepertinya matanya akan melompat keluar dari kepalanya, "larilah bawa pesan ini ke rumah utama." Dan dia mengulangi apa yang dikatakan Jill padanya. Raksasa yang lebih muda itu, setelah memandang terakhir kalinya, dan tertawa keras, meninggalkan ruangan.
"Sekarang, kodok," kata si penjaga pintu pada Puddleglum, "kau kelihatannya butuh dihibur," Dia mengeluarkan botol hitam sangat mirip dengan milik Puddleglum, tapi berukuran kira-kira dua puluh kali lebih besar. "Coba kulihat, coba kulihat," kata si penjaga pintu.
"Aku tidak bisa memberimu cangkir, karena kau akan menenggelamkan dirimu sendiri. Coba kulihat. Tempat garam meja ini tepat sekali. Kau tidak perlu mengatakan soal ini di rumah utama. Barang perak akan tetap datang ke sini, dan itu bukan salahku."
Tempat garam meja itu tidak mirip tempat garam meja kita, karena lebih sempit dan lurus, dan menjadi cangkir yang tepat bagi Puddleglum, ketika raksasa itu meletakkannya di lantai, di sebelahnya. Anak-anak berpikir Puddleglum akan menolaknya, karena tidak memercayai raksasa yang baik. Tapi dia bergumam, "Agak terlambat memikirkan untuk berhati-hati sekarang setelah kita berada di dalam dan pintu tertutup di belakang kita." Kemudian dia mengendus minuman itu. "Aromanya baik-baik saja," katanya. "Tapi itu tidak berarti apa-apa. Lebih baik meyakinkan," dan minum satu teguk. "Rasanya juga baik-baik saja," katanya. "Tapi mungkin tegukan pertama mungkin begitu. Bagaimana selanjutnya"" Dia minum tegukan lebih besar. "Ah!" katanya. "Tapi apakah rasanya sama saja sampai habis"" dan minum seteguk lagi. "Pasti ada se
suatu yang mengerikan di dasarnya, aku yakin," katanya, dan menghabiskan minuman itu. Dia menjilat bibirnya dan berkata pada anak-anak, "Ini tes, kalian mengerti. Kalau aku meringkuk, meledak, berubah jadi kadal, atau sesuatu, kalian jadi tahu jangan menerima apa pun yang mereka tawarkan pada kalian." Tapi raksasa itu, yang terlalu tinggi untuk mendengar kata-kata yang dibisikkan Puddlelum, terbahak-bahak dan berkata, "Wah, kodok, kau ternyata jantan seperti pria. Lihat, dia menghabiskannya!"
"Bukan pria... marsh-wiggle," jawab Puddleglum dengan suara yang entah bagaimana terdengar kesal. "Bukan kodok juga: marsh-wiggle."
Dan saat itu pintu terbuka di belakang mereka dan raksasa yang lebih muda masuk sambil berkata, "Mereka harus langsung pergi ke ruang takhta."
Anak-anak berdiri, tapi Puddleglum tetap duduk dan berkata, "Marsh-wiggle. Marsh-wiggle. Marsh-wiggle yang sangat terhormat. Wiggleterhormat."
"Tunjukkan jalan pada mereka, Nak," kata raksasa penjaga pintu. "Dan lebih baik kau menggendong si kodok. Dia minum lebih banyak daripada yang pantas baginya."
"Tidak ada yang salah padaku," kata Puddleglum. "Bukan kodok. Tidak ada yang mirip kodok pada diriku. Aku biggleterhormat."
Tapi raksasa muda itu memegang pinggangnya dan memberi tanda pada anak-anak supaya mengikutinya. Dengan cara yang tidak terhormat ini mereka menyeberangi halaman. Puddleglum, dicengkeram dalam tangan si raksasa, dan menendang-nendang di udara, memang tampak mirip kodok. Tapi mereka tidak punya waktu untuk memerhatikan ini, karena tak lama kemudian mereka memasuki gerbang besar ke kastil utama jantung mereka langsung berdebar lebih cepat daripada biasa-dan, setelah menyelusuri beberapa koridor dengan berlari kecil mengikuti langkah-langkah si raksasa, mereka mendapati diri mereka berkedip-kedip dalam cahaya terang ruangan yang sangat besar, tempat lampu-lampu berkilau dan apt berkobar dalam perapian dan keduanya terpantul pada atap miring dan ukiran di dinding. Lebih banyak raksasa dari pada yang bisa mereka hitung berdiri di kirikanan mereka, semua mengenakan mantel yang memesona. Dan di dua singgasana di ujung, duduk dua makhluk besar yang sepertinya Raja dan Ratu.
Kira-kira enam meter dari singgasana, mereka berhenti. Scrubb dan Jill berusaha membungkuk dengan kaku (anak-anak perempuan tidak diajar member' hormat di Sekolah Eksperimen) dan raksasa muda itu dengan hati-hati meletakkan Puddleglum di lantai, di sana dia terbalik ke posisi duduk. Dengan kaki-tangannya yang panjang, dia tampak, sejujurnya, anehnya mirip labah-labah besar.
BAB DELAPAN Rumah Harfang AYO, Pole, katakan," bisik Scrubb.
Jill merasa mulutnya sangat kering sehingga dia tidak bisa bicara. Dia mengangguk keras-keras kepada Scrubb.
Berkata dalam hati dia tidak akan pernah memaafkan Jill (atau juga Puddleglum), Scrubb menjilat bibirnya dan berteriak pada Raja Raksasa.
"Maaf, Yang Mulia, Lady Bergaun Hijau memberi salam pada Anda melalui kami dan berkata Anda pasti senang menerima kami untuk ikut pada Pesta Musim Gugur Anda."
Raja dan Ratu Raksasa saling menatap, saling mengangguk, dan tersenyum dengan cara yang tidak disukai Jill. Dia lebih menyukai Raja daripada Ratu. Raja memiliki janggut keriting yang bagus dan hidung lurus yang mirip paruh elang, dan cukup tampan menurut ukuran raksasa. Ratu sangat gemuk dan memiliki wajah gemuk berdagu ganda-bukan hal yang menarik dalam ukuran biasa, dan tentu saja tampak jauh lebih mengerikan ketika berukuran sepuluh kali lebih besar. Kemudian Raja mengeluarkan lidahnya dan menjilat bibirnya. Siapa pun bisa melakukan itu, tapi lidahnya begitu besar dan merah, dan keluar begitu tak terduga, sehingga Jill cukup kaget.
"Oh, anak-anak baik!" kata Ratu. ("Mungkin ternyata dialah yang sifatnya lebih baik," pikir Jill.)
"Ya, memang," kata Raja. "Anak-anak hebat. Kami menyambut kalian di istana kami. Beri aku tangan kalian."
Dia mengulurkan tangan kanannya yang besar ke bawah-sangat bersih dengan beberapa cincin pada jari-jarinya, tapi juga dengan kuku tajam yang mengerikan. Dia terlalu besar untuk berjabat tangan dengan anak-a
nak, yang membalas uluran tangannya, tapi dia mengguncang lengan mereka.
"Dan apa itu"" tanya Raja, menunjuk Puddleglum.
"Biggleyangterhormat," kata Puddleglum.
"Oh!" teriak Ratu, menaikkan gaunnya sampai ke mata kaki. "Makhluk mengerikan itu! Dia hidup!"
"Dia baik, Yang Mulia, sungguh, dia baik," kata Scrubb cepat-cepat. "Anda pasti lebih menyukainya kalau sudah mengenalnya. Aku yakin begitu."
Kuharap kalian tidak akan kehilangan ketertarikan pada Jill di sisa buku ini kalau kukatakan pada kalian saat ini dia mulai menangis. Ada banyak alasan baginya. Kaki, tangan, telinga, dan hidungnya baru mulai merasa lagi, salju mencair menetes-netes dari pakaiannya, dia nyaris belum makan dan minum apa pun hari itu, dan kakinya begitu sakit sehingga dia merasa tidak bisa berdiri lebih lama lagi. Yah, tindakan itu membawa akibat lebih baik pada saat itu daripada yang bisa dilakukan tindakan apa pun, karena Ratu berkata:
"Ah, anak malang! Yang Mulia, kita bersalah membiarkan tamu-tamu kita berdiri. Cepat, kalian! Bawa mereka. Beri mereka makanan, anggur, dan air mandi. Buat anak perempuan kecil itu nyaman. Beri dia lolipop, beri dia boneka, beri dia benda-benda lain, beri dia segala yang bisa kaupikirkan -susu hangat, permen buah, wangi-wangian, nyanyian, dan mainan. Jangan menangis, gadis kecil, kalau tidak, kau tidak akan berguna ketika pesta datang."
Jill sama marahnya dengan kau dan aku kalau mendengar mainan dan boneka, dan meskipun lolipop dan permen buah terdengar sangat enak, dia sangat berharap sesuatu yang lebih pantas akan dihidangkan. Tapi pidato bodoh Ratu membawa hasil yang hebat, karena Puddleglum dan Scrubb langsung diangkat pelayan raksasa laki-laki, dan Jill oleh pelayan raksasa perempuan, dan mereka dibawa ke kamar mereka.
Kamar Jill kira-kira seukuran gereja, dan akan agak gelap kalau saja tidak ada apt dalam perapian dan karpet merah tebal di lantai, dan di sini hal-hal menyenangkan mulai terjadi padanya. Dia diberikan pada perawat Ratu yang sudah tua, yang ternyata, dari sudut pandang raksasa, wanita tua kecil yang hampir bungkuk karena usianya, dan dari sudut pandang manusia, raksasa yang cukup kecil untuk masuk kamar biasa tanpa membuat kepalanya terantuk langit-langit. Dia sangat terampil, meskipun Jill berharap dia tidak terus-menerus mendecakkan lidahnya dan mengatakan hal-hal seperti "Oh, la, la! Ups-ayo" dan "Ada bebek" dan "Sekarang baik-baik saja, bonekaku." Dia mengisi baskom untuk merendam kaki raksasa dengan air hangat dan membantu Jill memasukinya. Kalau kau bisa berenang (seperti Jill) baskom raksasa sangat menyenangkan. Dan handuk raksasa, meskipun agak kasar dan keras, juga menyenangkan, karena luasnya berekar-ekar. Bahkan kau tidak perlu mengeringkan diri, kau hanya perlu berguling di atasnya di depan perapian dan membuat dirimu santai. Dan ketika semua itu selesai, pakaian bersih, segar, dan hangat dipakaikan pada Jill. Pakaian yang sangat indah dan agak kebesaran baginya, tapi jelas dibuat bagi manusia, bukan raksasa kecil. Kurasa kalau wanita bergaun hijau itu datang ke sini, mereka pasti sudah biasa dengan tamu-tamu seukuran kami, pikir Jill.
Dia segera melihat bahwa dia benar tentang ini, karena meja dan kursi dengan ukuran yang tepat bagi manusia dewasa biasa diletakkan di depannya, dan pisau, garpu, serta sendok juga berukuran tepat. Sangat menyenangkan untuk duduk, merasa hangat dan bersih akhirnya. Kakinya masih telanjang dan rasanya menyenangkan menginjak karpet raksasa. Kaki Jill tenggelam sampai ke mata kaki dan itu sangat menyenangkan bagi kaki yang sakit. Makanannya-yang kurasa harus kita sebut makan malam, meskipun sebenarnya saat itu lebih dekat pada waktu minum teh-adalah sup ayam, kalkun panggang panas, puding yang masih mengepul, chestnut panggang, dan buah sebanyak yang bisa kaumakan.
Satu-satunya hal yang menyebalkan adalah si perawat yang terus keluar-masuk, dan setiap kali masuk, dia membawa mainan raksasa bersamanya boneka raksasa yang lebih besar daripada Jill sendiri, kuda-kudaan kayu yang beroda, kira-kira seukuran gajah, drum yang kelihatan seperti meteran
gas kecil, dan domba wol. Benda-benda itu buatannya kasar dan jelek juga dicat dengan warna-warna sangat terang, dan Jill sebal melihatnya. Dia terus-menerus memberitahu si perawat bahwa dia tidak menginginkannya, tapi si perawat berkata:
"Tut-tut-tut-tut. Kau pasti menginginkannya setelah cukup beristirahat, aku tahu! Hi-hi-hi! Da-dah, sekarang. Boneka baik!"
Tempat tidurnya bukan tempat tidur raksasa tapi sekadar tempat tidur besar bertiang empat, seperti yang bisa kaulihat dalam hotel tua, dan tampak sangat kecil dalam ruangan raksasa itu. Jill sangat lega bisa berbaring di sana.
"Apakah salju masih turun, Perawat"" tanya Jill dengan mengantuk.
"Tidak. Sekarang hujan, Sayang!" kata si raksasa perempuan. "Hujan akan menghapus semua salju jahat. Boneka kecil akan bisa keluar dan main besok!" Dan dia merapikan selimut Jill lalu mengucapkan selamat malam.
Aku tidak tahu apa pun yang lebih menyebalkan daripada dicium raksasa perempuan. Jill punya pikiran yang sama, tapi tertidur lima menit kemudian.
Hujan turun terns sepanjang petang dan malam, memukul jendela-jendela istana, tapi Jill tidak mendengarnya, dia tidur nyenyak melewati waktu makan malam dan tengah malam. Kemudian datanglah waktu paling tenang dalam malam dan tidak ada yang bergerak kecuali tikus dalam rumah para raksasa itu. Saat itulah Jill bermimpi. Baginya seolah dia bangun dalam kamar yang sama dan melihat api, hampir padam dan merah, dan kuda kayu besar itu tampak dalam cahaya api. Dan kuda itu bergerak sendiri, berjalan di atas roda-rodanya menyeberangi karpet, dan berhenti di kepala Jill. Dan sekarang benda itu bukan lagi kuda-kudaan, tapi singa sebesar kuda. Kemudian dia bukan lagi singa mainan, melainkan singa sungguhan, sang singa. Tepat seperti Jill melihatnya di pegunungan, di luar batas tilling dunia. Dan aroma segala hal yang beraroma manis mengisi ruangan. Tapi sesuatu membuat bingung Jill, meskipun dia tidak tahu apa itu, dan air mata mengaliri wajahnya dan membasahi bantalnya. Sang singa menyuruhnya mengulangi tanda-tanda, dan Jill mendapati dia sudah melupakan semuanya. Saat itu, ketakutan yang sangat meliputi dirinya. Dan Aslan membawanya dengan rahangnya (Jill bisa merasakan bibirnya dan napasnya tapi bukan giginya) dan membawanya ke jendela, lalu membuatnya melihat ke luar. Bulan bersinar terang, dan tertulis dalam huruf-huruf besar melintang di bumi atau langit (dia tidak tahu yang mana) adalah kata-kata KE BAWAHKU. Setelah itu, mimpi memudar, dan ketika Jill
bangun, sangat siang pagi berikutnya, dia tidak
ingat sama sekali bahwa dia bermimpi.
Dia bangun, berpakaian, dan menghabiskan
sarapan di depan perapian ketika si perawat
membuka pintu dan berkata, "Ini teman-teman
boneka kecil datang untuk bermain bersama
nya" Masuklah Scrubb dan si marsh-wiggle.
"Halo! Selamat pagi," kata Jill. "Tidakkah ini menyenangkan" Aku tidur kira-kira lima belas jam, kurasa. Aku merasa lebih baik, kalian begitu pula""
"Aku ya," kata Scrubb, "tapi Puddleglum berkata dia merasa pusing. Wah!-jendelamu punya tempat duduk. Kalau bisa memanjat ke sana, kita bisa melihat ke luar." Dan mereka langsung melakukan itu, dan pada pandangan pertama, Jill berkata, "Oh, betapa mengerikan!"
Matahari bersinar, dan kecuali beberapa kubangan, salju telah hampir seluruhnya tersapu bersih hujan. Jauh di bawah mereka, terbentang seperti peta, puncak bukit datar yang mereka lewati dengan susah payah kemarin siang. Dilihat dari istana, tempat itu tidak lain merupakan reruntuhan kota raksasa. Tempat itu tampak datar, seperti yang dilihat Jill sekarang, karena seluruhnya masih ditutupi bata, meskipun di beberapa tempat penutupnya rusak. Tanggul-tanggul yang saling silang adalah sisa-sisa dinding bangunan-bangunan raksasa yang mungkin dulunya istana-istana dan kuil-kuil raksasa. Sepotong dinding, kira-kira 150 meter tingginya, masih berdiri. Itulah yang dipikir Jill jurang. Benda yang tampak seperti cerobong asap pabrik merupakan pilar-pilar besar, terpotong-potong pada tinggi yang tidak sama, potongan mereka teronggok pada dasarnya seperti pohon tumbang berbentuk batu
raksasa. Birai-birai yang mereka turuni di sisi utara bukit-juga, pastinya birai-birai yang mereka panjat di sisi selatan-adalah sisa-sisa tangga raksasa. Dan pada puncaknya, tulisan gelap melintang di tengah jalan, KE BAWAHKU.
Ketika petualang saling memandang dengan kesal, dan setelah bersiul pendek, Scrubb mengatakan pikiran mereka semua, "Tanda kedua dan ketiga terlewati." Dan saat itu mimpi Jill kembali dalam ingatannya.
"Ini salahku," katanya dengan nada putus asa. "Aku-aku berhenti menghafalkan tanda-tanda itu setiap malam. Kalau aku memikirkan tanda-tanda itu, aku pasti sudah bisa melihat itulah kota tersebut, meskipun dalam salju."
"Aku lebih buruk lagi," kata Puddleglum.
"Aku melihatnya, atau hampir. Kupikir tempat itu tampak seperti reruntuhan kota."
"Kaulah satu-satunya yang tidak boleh disalahkan," kata Scrubb. "Kau mencoba menghentikan kami."
"Tapi tidak mencoba cukup keras," kata si marsh-wiggle. "Dan aku seharusnya tidak sekadar mencoba. Aku seharusnya melakukannya. Seolah aku tidak bisa menghentikan kalian berdua dengan masing-masing tanganku saja."
"Sebenarnya," kata Scrubb, "kita begitu ingin mencapai tempat ini sehingga tidak memikirkan hal lain. Paling tidak aku tahu aku begitu. Sejak kita bertemu wanita bersama kesatria yang tidak bicara itu, kita tidak memikirkan hal lain. Kita hampir melupakan Pangeran Rilian."
"Aku tidak heran," kata Puddleglum, "itulah yang dia inginkan."
"Apa yang tidak kumengerti," kata Jill, "bagaimana kita tidak melihat tulisan itu" Atau apakah mungkin tulisan itu muncul kemarin malam" Bisakah dia Aslan menempatkannya di sana pada malam hari" Aku mengalami mimpi yang aneh." Dan dia menceritakannya pada teman-temannya.
"Wah, bodoh!" kata Scrubb. "Kita melihatnya. Kita masuk dalam tulisan itu. Tidakkah kau mengerti" Kita masuk huruf dalam KE. Itulah tempatmu jatuh. Kita berjalan sepanjang coretan bawah huruf ke utara-berbelok ke kanan sepanjang garis tegak lurusnya-sampai ke belokan berikut ke kanan-itu coretan yang tengah-kemudian berjalan mencapai puncak sudut kiri, atau (kalau kau lebih suka) sudut timur laut huruf itu, dan kembali. Betapa bodohnya kita." Dia menendang tempat duduk jendela itu dengan kasar, lalu berkata lagi, "Jadi tidak ada gunanya, Pole. Aku tahu apa yang kaupikirkan karena aku punya pikiran yang sama. Kau berpikir betapa enaknya kalau Aslan tidak memasang instruksi pada batu-batu reruntuhan kota sampai kita sudah melewatinya. Kemudian itu akan jadi salahnya, bukan kita. Begitu, bukan" Tidak. Kita harus mengakuinya. Kita hanya tinggal punya empat tanda untuk diikuti, dan kita sudah melewatkan tiga tanda pertama dengan salah."
"Maksudmu, aku yang salah," kata Jill. "Memang benar. Aku merusak segalanya sejak kau membawaku ke sini. Sama saja-aku sangat menyesal dan sebagainya-sama saja, apa arti instruksi itu" KE BAWAHKU sepertinya tidak berarti apa-apa."
"Ya, ada artinya," kata Puddleglum. "Artinya kita harus mencari sang pangeran di bawah kota itu."
"Tapi bagaimana caranya"" tanya Jill.
"Itulah pertanyaannya," kata Puddleglum, meremas tangannya yang seperti kaki katak.
Bagaimana kita bisa melakukannya sekarang" Tidak ragu lagi, kalau kita berkonsentrasi pada pekerjaan kita ketika berada di reruntuhan kota, kita pasti sudah ditunjukkan jalannya menemukan pintu kecil, gua, atau terowongan, bertemu seseorang yang bisa membantu kita. Mungkin bahkan (kalian tidak pernah tahu) Aslan sendiri. Kita harus turun ke bawah batu-batu kota itu entah bagaimana. Instruksi Aslan selalu berhasil: tidak pernah ada pengecualian. Tapi bagaimana caranya sekarang-itulah masalahnya."
"Yah, kita harus kembali ke sana, kurasa," kata Jill.
"Mudah, bukan"" kata Puddleglum. "Kita bisa mencoba membuka pintu itu sebagai awalnya." Kemudian mereka semua menatap pintu dan melihat tidak ada di antara mereka yang bisa mencapai pegangannya, dan hampir pasti tidak ada yang bisa memutarnya kalau bisa mencapainya.
"Apakah kaupikir mereka tidak akan mengizinkan kita keluar kalau kita memintanya"" kata Jill. Dan tidak ada yang mengatakannya, tapi semua berpikir, Rasanya tidak.
Itu bukan pikiran yang menyenangkan. Puddleglum sama sekali menentang ide memberitahu para raksasa tentang urusan mereka yang sesungguhnya dan meminta diizinkan keluar begitu saja, dan tentu saja anak-anak tidak bisa mengatakan hal itu tanpa persetujuannya, karena mereka sudah berjanji. Dan ketiganya merasa cukup yakin tidak ada kesempatan melarikan diri dari istana di malam hari. Begitu mereka berada dalam kamar-kamar mereka dan pintu tertutup, mereka akan menjadi tawanan sampai pagi. Mereka bisa, tentu saja, meminta pintu mereka dibiarkan terbuka, tapi itu akan menimbulkan kecurigaan.
"Satu-satunya kesempatan kita," kata Scrubb, "adalah mencoba menyelinap di siang hari. Mungkin saja ada satu jam di siang hari ketika para raksasa tidur" dan kalau kita bisa lari sampai dapur, mungkin ada pintu belakang yang terbuka""
"Hampir tidak bisa disebut kesempatan," kata si marsh-wiggle. "Tapi itu satu-satunya kesempatan yang mungkin bisa kita dapatkan." Sebenarnya, rencana Scrubb tidak seburuk yang mungkin kaupikir. Kalau kau ingin keluar dari rumah tanpa dilihat, tengah hari kadang-kadang lebih baik daripada tengah malam. Pintu-pintu dan jendela-jendela lebih mungkin terbuka, dan kalau kau tertangkap, kau selalu bisa berpura-pura kau tidak akan pergi jauh dan tidak punya rencana khusus. (Sangat sulit membuat raksasa maupun orang dewasa untuk memercayai ini kalau kau tertangkap basah memanjat keluar jendela kamar tidur pukul satu pagi.)
"Kita tidak boleh membuat mereka waspada," kata Scrubb. "Kita harus berpura-pura senang di sini dan tidak sabar menanti Pesta Musim Gugur."
"Itu akan diadakan besok malam," kata Puddleglum. "Aku mendengar salah satu dari mereka mengatakan itu. "
"Aku mengerti," kata Jill. "Kita harus pura-pura sangat tidak sabar menanti acara itu, dan terus-menerus bertanya. Mereka toll menganggap kita benar-benar anak kecil, yang membuat ini lebih mudah."
"Gembira," kata Puddleglum sambil mendesah. "Itulah yang barns kita tampilkan. Kegembiraan. Seolah kita tidak punya masalah apa pun. Senang. Kalian, anak-anak selalu punya semangat tinggi, aku lihat. Kalian harus melihatku, dan melakukan apa yang kulakukan. Aku akan gembira. Seperti ini " dan dia menampilkan seringai mengerikan. "Dan senang" lalu dia menunjukkan lompatan yang paling menyedihkan. "Kalian akan cepat terbiasa, kalau melihat contohku. Mereka toll sudah berpikir aku makhluk yang lucu, mengerti bukan. Aku berani bilang kalian berdua berpikir aku mabuk berat kemarin malam, tapi aku yakinkan kalian itu yah, sebagian besar di antaranya-adalah sandiwara. Aku sudah berpikir itu mungkin bisa berguna, entah bagaimana."
Anak-anak, ketika kemudian membicarakan petualangan mereka, tidak pernah yakin apakah pernyataan yang terakhir ini benar, tapi mereka yakin Puddleglum berpikir itu benar ketika mengatakannya.
"Baiklah. Bergembiralah kita," kata Scrubb.
"Sekarang, kalau saja kita bisa mendapatkan raksasa untuk membuka pintu. Sementara kita berpura-pura dan bergembira, kita harus mencari tahu sebanyak mungkin tentang istana ini."
Untunglah, saat itu pintu terbuka, dan si perawat raksasa muncul, berkata, "Nah, boneka-bonekaku. Ingin keluar dan melihat Raja serta seluruh anak buahnya berangkat untuk berburu" Pasukan mereka hebat sekali!"
Mereka tidak buang-buang waktu untuk keluar melewati si raksasa dan menuruni tangga pertama yang mereka temui. Suara anjing-anjing pemburu, terompet, dan raksasa menuntun mereka, sehingga dalam beberapa menit mereka sudah mencapai halaman. Para raksasa berjalan kaki, karena tidak ada kuda raksasa di bagian dunia sana, dan perburuan raksasa dilakukan dengan berjalan kaki, seperti perburuan yang menggunakan anjing beagle di Inggris. Anjing-anjing pemburunya pun berukuran biasa. Ketika melihat tidak ada kuda, awalnya Jill sangat kecewa, karena dia merasa yakin Ratu yang gemuk tidak mungkin mengikuti para anjing pemburu dengan berjalan kaki, dan sama sekali tidak menyenangkan kalau ada sang ratu di istana sepanjang hari. Tapi kemudian dia melihat Ratu dalam usungan yang dipanggul enam raksasa muda. Raksasa tua itu mengenaka
n pakaian hijau dan membawa terompet di sisi tubuhnya. Dua puluh atau tiga puluh raksasa, termasuk Raja, berkumpul, slap berolahraga, semuanya bicara dan tertawa-tawa sehingga bisa membuatmu tuli: dan jauh di bawah, dekat Jill ada ekor-ekor yang bergoyang, gonggongan, serta hidung dan mulut anjing yang basah menyentuh tanganmu.
Puddleglum mulai menunjukkan tingkah yang dipikirnya gembira dan suka bermain-main (yang mungkin bisa merusak segalanya kalau saja ada yang memerhatikan) ketika Jill menampilkan senyum kekanak-kanakannya yang paling menarik, berlari ke usungan Ratu dan berteriak pada raksasa itu.
"Oh, tolonglah! Anda akan pergi, bukan" Apakah Anda akan kembali""
"Ya, Sayang," kata Ratu. "Aku akan kembali malam ini.
"Oh, bagus. Betapa menyenangkan!" kata Jill. "Dan kami boleh datang ke pesta besok, bukan" Kami sangat tidak sabar menanti besok malam! Dan kami sangat senang di sini. Dan sementara Anda pergi, bolehkah kami berkeliling istana dan melihat segalanya, bolehkah" Tolong katakan ya."
Ratu berkata ya, tapi tawa dari semua pengiringnya hampir membuat suaranya tidak terdengar.
BAB SEMBILAN Bagaimana Mereka Menemukan Sesuatu yang Pantas Diketahui
YANG lain kemudian mengakui bahwa Jill hebat hari itu. Begitu Raja dan kelompok berburunya berangkat, Jill mulai mengelilingi seluruh istana dan menanyakan berbagai hal, tapi melakukan semua itu dengan cara yang sangat lugu dan kekanak-kanakkan sehingga tidak ada yang curiga dia punya rencana terselubung. Meskipun lidahnya tidak pernah diam, kau nyaris tidak bisa menyebutnya bicara: dia merepet dan tertawa. Dia memukau semuanya-para pelayan, para penjaga pintu, para pembantu, para dayang, dan para raksasa tua bangsawan yang sudah tidak bisa ikut berburu lagi. Dia bersedia dicium dan dielus oleh raksasa perempuan mana pun, banyak yang sepertinya kasihan padanya dan menyebutnya "makhluk kecil yang malang" meskipun tidak ada yang menjelaskan kenapa. Dia berteman dengan juru masak dan menemukan fakta penting bahwa ada pintu dari ruang cuci piring langsung ke balik tembok luar, jadi kau tidak harus menyeberangi halaman atau melewati rumah jaga. Di dapur, Jill berpura-pura rakus, dan makan apa pun yang diberikan juru masak dan pembantunya. Tapi di atas, di antara para wanita, dia menanyakan berbagai hal tentang bagaimana dia akan didandani untuk pesta besar itu, dan berapa lama dia akan diizinkan duduk, dan apakah dia akan diizinkan untuk berdansa bersama raksasa yang benar-benar kecil. Kemudian (ini membuat seluruh tubuhnya terasa panas ketika dia mengingatnya kemudian) dia akan menelengkan kepala ke satu sisi dengan cara bodoh yang orang dewasa, raksasa, dan yang lain anggap sangat menarik, dan menggoyangkan rambut keritingnya, menandak-nandak, dan berkata, "Oh, coba saat ini sudah esok malam, bukan" Apakah kaupikir waktu akan berjalan cepat sampai saat itu"" Dan semua raksasa perempuan berkata dia anak kecil yang sempurna, dan beberapa mengusap mata dengan saputangan raksasa seolah mereka akan menangis.
"Mereka semua sangat menyenangkan di usia itu," kata satu raksasa perempuan pada yang lain. "Rasanya hampir sayang..."
Scrubb dan Puddleglum berusaha sebaik mungkin, tapi anak perempuan bisa melakukan hal seperti ini lebih baik daripada anak laki-laki. Bahkan anak laki-laki pun bisa melakukannya lebih baik daripada marsh-wiggle.
Saat makan siang, terjadi sesuatu yang membuat mereka bertiga semakin ingin meninggalkan istana Raksasa yang Baik. Mereka makan siang di aula besar di meja kecil tersendiri, dekat perapian. Di meja yang lebih besar, kira-kira dua puluh meter dari sana, setengah lusin raksasa tua sedang makan. Percakapan mereka begitu ribut, dan begitu tinggi di atas mereka, sehingga anak-anak tidak lama kemudian tidak lagi memerhatikannya seperti yang kaulakukan pada bunyi burung di luar jendela atau suara lalu lintas di jalan. Mereka makan daging dingin, sejenis makanan yang belum pernah Jill cicipi, dan dia menyukainya.
Tiba-tiba Puddleglum berpaling kepada mereka, dan wajahnya begitu pucat sehingga kau bisa melihat aura pucatnya di bawah warna kulitny
a yang seperti lumpur. Dia berkata:
"Jangan makan lagi."
"Ada apa"" tanya kedua anak sambil berbisik.
"Tidakkah kalian dengar apa yang dikatakan para raksasa itu" 'Daging ini lembut sekali,' kata salah satu di antara mereka. 'Kalau begitu rusa itu berbohong,' kata yang lain. 'Kenapa"' tanya yang pertama. 'Oh,' kata yang lain. 'Mereka bilang ketika dia ditangkap, dia berkata, "Jangan bunuh aku, dagingku alot. Kalian tidak akan menyukaiku.""' Sementara Jill tidak menyadari arti semua itu. Tapi dia lalu mengerti ketika mata Scrubb melebar ketakutan dan dia berkata:
"Jadi kita makan rusa yang bisa berbicara."
Kesadaran ini tidak punya efek yang sama pada mereka semua. Jill, yang baru pada dunia itu, merasa kasihan pada rusa yang malang tersebut dan merasa jahat sekali para raksasa membunuhnya. Scrubb, yang pernah datang ke sana sebelumnya dan paling tidak punya seekor binatang yang bisa bicara sebagai sahabatnya, merasa ketakutan. Tapi Puddleglum, yang lahir di Narnia, merasa mual dan ingin pingsan, dan merasa persis sama seperti kau kalau kau mendapati dirimu salah makan bayi.
"Kita membuat Aslan marah pada kita," katanya. "Inilah akibat tidak memerhatikan tanda-tanda. Kita dikutuk, kurasa. Kalau diizinkan, hal paling baik yang bisa kita lakukan adalah mengambil pisau-pisau ini dan menusukkannya pada jantung-jantung kita."
Dan perlahan bahkan Jill pun mulai bisa melihat dari sudut pandangnya. Tidak ada yang ingin makan siang lagi. Dan begitu merasa aman, mereka menyelinap keluar dari aula.
Sekarang sudah hampir tiba waktu dalam hari itu ketika mereka berharap bisa lari, dan semuanya merasa gugup. Mereka berjalan-jalan di lorong-lorong dan menunggu semua terdengar tenang. Para raksasa di aula duduk sangat lama setelah selesai makan. Satu raksasa botak sedang bercerita. Ketika itu berakhir, ketiga petualang mengendap-endap ke dapur. Tap] masih banyak raksasa di sana, atau paling tidak di ruang cuci piring, mencuci dan membereskan peralatan. Rasanya menderita, menunggu sampai mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, dan satu per satu, mengelap tangan lalu pergi. Akhirnya tinggal satu raksasa perempuan yang tinggal di ruangan itu. Dia sibuk di sini, dan sibuk di sana, dan akhirnya ketiga petualang menyadari dengan ketakutan bahwa raksasa itu sama sekali tidak bermaksud pergi.
"Nah, Sayang," katanya pada mereka. "Pekerjaan ini hampir selesai. Mari letakkan ketel di sini. Buat air panas untuk teh yang enak. Sekarang aku bisa sedikit istirahat. Tolong lihat dalam ruang cuci piring, seperti boneka yang baik, dan katakan padaku apakah pintu belakang terbuka."
"Ya, pintunya terbuka," kata Scrubb.
"Bagus. Aku selalu membiarkannya terbuka supaya Puss bisa keluar-masuk. Makhluk malang."
Kemudian raksasa itu duduk di satu kursi dan menumpangkan kakinya di kursi yang lain.
"Aku tidak tahu tapi aku merasa lelah sekali," kata raksasa perempuan itu. "Kalau saja kelompok berburu itu tidak kembali terlalu cepat."
Semua semangat mereka naik ketika raksasa itu menyebutkan lelah sekali, namun turun lagi ketika dia menyebutkan kembalinya kelompok berburu.
"Memangnya mereka biasa kembali kapan"" tanya Jill.
"Kita tidak pernah tahu," kata si raksasa perempuan. "Tapi sana, pergilah dan diam sebentar, sayangku."
Mereka menjauh ke sudut dapur, dan akan
lari menyelinap ke ruang cuci piring saat itu juga, kalau saja si raksasa tidak terduduk tegak, membuka mata, dan mengusir lalat. "Jangan mencoba sampai kita yakin dia benar-benar tidur," bisik Scrubb. "Kalau tidak segalanya berantakan." Jadi mereka semua berkumpul di sudut dapur, menunggu dan memerhatikan. Pikiran bahwa para pemburu akan kembali kapan pun terasa mengerikan. Dan raksasa perempuan itu tidak berhenti bergerak. Kapan pun mereka pikir raksasa itu sudah tertidur, dia bergerak.
"Aku tidak tahan lagi," pikir Jill. Untuk mengalihkan pikirannya, dia mulai melihat
lihat ke sekelilingnya. Tepat di depannya ada meja besar yang bersih dengan dua kulit pie di atasnya, dan buku terbuka. Tentu saja kulit pie itu dibuat dengan ukuran raksasa. Jill berpikir dia bisa berbaring dengan nyam
an dalam salah satu di antaranya. Lalu dia memanjat ke bangku di sisi meja untuk melihat buku itu. Dia membaca:
MALLARD. Burung yang nikmat ini bisa dimasak dengan berbagai cara.
"Ini buku resep," pikir Jill tidak terlalu tertarik, dan melirik ke balik bahunya. Mata si raksasa perempuan tertutup, tapi tampaknya dia tidak tidur nyenyak. Jill melirik kembali ke buku. Resep-resep diatur secara alfabetis: dan di resep berikutnya jantung Jill seolah berhenti berdetak. Resep itu
MANUSIA. Hidangan kecil ini telah lama dianggap kemewahan. Hidangan ini merupakan bagian tradisional dari Pesta Musim Gugur, dan disajikan antara hidangan ikan dan daging Panggang. Setiap manusia
Tapi Jill tidak bisa membaca lebih lanjut. Dia berbalik. Si raksasa perempuan telah bangun dan sedang terbatuk-batuk. Jill menyenggol kedua temannya dan menunjuk buku. Mereka juga memanjat bangku dan membungkuk di atas halaman-halaman luas itu. Scrubb masih membaca bagaimana cara memasak manusia ketika Puddleglum menunjuk resep berikut di bawahnya. Resep itu seperti ini:
MARSH-WIGGLE. Beberapa pihak menganggap binatang ini sama sekali tidak cocok untuk dimakan raksasa karena dagingnya yang alot dan rasanya yang seperti lumpur. Tapi rasa lumpur itu bisa dikurangi kalau
Jill menyentuh kaki Puddleglum dan Scrubb perlahan. Mereka bertiga melihat kembali pada si raksasa perempuan. Mulutnya agak terbuka dan dari hidungnya keluar suara yang saat itu terdengar lebih merdu bagi mereka daripada musik mana pun. Si raksasa mendengkur. Dan sekarang mereka harus mengendap-endap, tidak berani pergi terlalu cepat, hampir tidak berani bernapas, keluar melalui ruang cuci piring (ruang cuci piring raksasa aromanya busuk), akhirnya keluar ke bawah sinar matahari musim dingin yang pucat.
Mereka berada di puncak jalan kecil kasar yang mengarah dengan terjal ke bawah. Dan, untunglah, di sisi istana yang tepat. Reruntuhan kota tampak. Dalam beberapa menit mereka sudah kembali pada jalan lebar yang terjal yang mengarah ke bawah dari gerbang utama istana. Mereka juga tampak jelas dari jendela mana pun di sisi itu. Kalau hanya ada satu, dua, atau lima jendela ada kemungkinan cukup besar tidak ada yang sedang melihat keluar. Tapi jendela itu lebih hampir mencapai lima puluh daripada lima. Mereka sekarang juga menyadari bahwa jalan tempat mereka berada, dan daerah antara mereka dan reruntuhan kota, tidak menyediakan banyak tempat bersembunyi. Daerah itu semuanya terdiri atas rumput kasar, kerikil, dan batu-batu datar. Semakin buruk lagi, mereka sekarang mengenakan pakaian yang diberikan raksasa bagi mereka kemarin malam, kecuali Puddleglum, karena tidak ada yang cocok baginya. Jill mengenakan jubah hijau terang, agak kepanjangan baginya, dilapisi mantel merah dengan hiasan bulu putih. Scrubb mengenakan kaus kaki merah, tunik biru dan mantel, pedang bergagang emas, dan topi berhias bulu.
"Bagus sekali warna-warna kalian berdua," gumam Puddleglum. "Tampak jelas dalam hari musim dingin. Pemanah paling buruk di dunia pun tidak mungkin meleset dari kalian kalau kalian berada dalam jarak tembak. Dan omong-omong tentang pemanah, tidak lama lag, kita akan menyesal tidak membawa busur kita, aku tidak akan heran. Lagi pula agak tipis, bukan, pakaian kalian itu""
"Ya, aku sudah kedinginan," kata Jill.
Beberapa menit yang lalu ketika mereka berada di dapur, Jill pikir kalau saja mereka bisa keluar dari istana, maka pelarian mereka sudah selesai. Dia sekarang menyadari bahwa bagian paling berbahaya malah belum dijalani.
"Tenang, tenang," kata Puddleglum. "Jangan melihat ke belakang. Jangan berjalan terlalu cepat. Apa pun yang kalian lakukan, jangan lari. Bertingkahlah seolah-olah kita hanya berjalan-jalan, kemudian, kalau ada yang melihat kita, dia mungkin, mungkin saja, tidak akan mengganggu. Begitu kita kelihatan seperti orang yang melarikan diri, tamatlah riwayat kita."
Di kejauhan reruntuhan kota sepertinya lebih jauh daripada yang bisa dibayangkan Jill. Tapi sedikit demi sedikit mereka mendekatinya Kemudian terdengar suara. Kedua temannya tersentak. Jill, yang tidak mengenalinya, ber
kata, "Apa itu""
"Terompet berburu," bisik Scrubb.
"Tapi jangan lari sekarang," kata Puddleglum. "Jangan sebelum aku memberi aba-aba."
Kali ini Jill tidak bisa menahan diri untuk menengok ke balik pundaknya. Di sana, kira-kira setengah mil jauhnya, para pemburu kembali dari arah kiri belakang mereka.
Mereka berjalan terus. Tiba-tiba suara berisik para raksasa terdengar: kemudian teriakan-teriakan dan sorakan.
"Mereka sudah melihat kita. Lari," kata Puddleglum.
Jill mengangkat rok panjangnya-sama sekali tidak cocok untuk lari-dan lari. Tidak salah lagi, bahaya mengancam sekarang. Dia bisa mendengar gonggongan anjing-anjing pemburu. Dia bisa mendengar teriakan Raja mengguntur, "Kejar mereka, kejar mereka, kalau tidak kita tidak bisa makan pie manusia besok."
Jill paling belakang sekarang, direpotkan roknya, terpeleset batu-batu lepas, rambutnya masuk ke mulut, rasa sakit karena berlari terasa pada dadanya. Anjing-anjing semakin dekat. Sekarang Jill harus lari menanjak, mendaki lereng berbatu yang menuju anak tangga paling bawah pada tangga raksasa. Dia tidak tahu apa yang akan mereka lakukan setelah sampai di sana, atau bagaimana keadaan mereka bisa lebih baik kalau mereka telah mencapai puncaknya. Tapi dia tidak memikirkan itu. Dia seperti binatang buruan sekarang, selama anjing-anjing itu masih mengejarnya, dia harus lari sampai jatuh.
Si marsh-wiggle memimpin di depan. Begitu mencapai tangga terbawah dia berhenti, melihat ke sisi kanannya, dan tiba-tiba berlari ke lubang atau rekahan kecil di bawahnya. Kakinya yang panjang menghilang ke dalamnya, tampak sangat mirip labah-labah. Scrubb ragu-ragu kemudian menghilang mengikutinya. Jill, terengah-engah dan kehabisan papas, mencapai tempat itu kira-kira semenit kemudian. Lubang itu tidak menarik-rekahan antara tanah dan batu selebar kira-kira satu setengah meter dan nyaris tidak lebih tinggi daripada tiga puluh centimeter. Kau harus melompat muka duluan dan merangkak masuk. Kau tidak bisa melakukannya cepat-cepat pula. Jill yakin seekor anjing nyaris menggigit kakinya sebelum dia masuk lubang itu.
"Cepat, cepat. Batu-batu. Tutupi bukaannya," terdengar suara Puddleglum dalam kegelapan di sebelahnya. Lubang itu gelap total, kecuali cahaya abu-abu dari bukaan tempat mereka merangkak masuk. Kedua temannya bekerja keras. Jill bisa melihat tangan Scrubb yang kecil dan tangan si marsh-wiggle yang seperti kaki katak dan besar hitam karena menentang cahaya, bekerja keras menumpuk batu-batu. Kemudian dia menyadari betapa penting hal ini dan mulai meraba mencari batu-batu besar, dan memberikannya pada yang lain. Sebelum anjing-anjing mondar-mandir dan menggonggong di mulut gua, mereka sudah cukup menutupinya, dan sekarang, tentu saja tidak ada cahaya sama sekali.
"Masuk lebih jauh, cepat," kata suara Puddleglum.
"Mari bergandengan," kata Jill.
"Ide bagus," kata Scrubb. Tapi mereka butuh waktu cukup lama untuk saling menemukan tangan masing-masing dalam kegelapan. Anjing-anjing mengendus-endus di balik rintangan sekarang.
The Chronicles Of Narnia 5 Kursi Perak The Silver Chair di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mari coba apakah kita bisa berdiri," usul Scrubb. Mereka mencoba dan ternyata bisa. Kemudian, dengan Puddleglum mengulurkan sebelah tangan ke belakang untuk dipegang Scrubb, dan Scrubb mengulurkan sebelah tangan ke belakang untuk Jill (yang sangat ingin berada di tengah, bukan paling belakang), mereka mulai meraba-raba dengan kaki mereka dan tersaruk-saruk ke depan dalam kegelapan. Tanah di bawah mereka penuh bebatuan. Kemudian Puddleglum mencapai dinding batu. Mereka berbelok sedikit ke kanan dan berjalan terns. Jill tidak bisa merasakan arah sama sekali, dan tidak tahu di mana letak mulut gua.
"Pertanyaannya adalah," terdengar suara Puddleglum dalam kegelapan di muka, "apakah setelah menimbang-nimbang, lebih baik kembali (kalau kita bisa) dan membiarkan para raksasa punya hidangan istimewa dalam pesta mereka, atau tersesat dalam perut bukit tempat, sepuluh banding satu, ada naga, lubang-lubang dalam, gas, air, dan Auw! Lepaskan! Selamatkan kalian. Aku "
Setelah itu semua terjadi cepat sekali. Ada jeritan mengerikan, suara mendesis, serak, dan dalam,
suara keretak bebatuan, dan Jill mendapati dirinya tergelincir, tergelincir, tergelincir tanpa harapan, dan tergelincir semakin cepat setiap saat menuruni lereng yang semakin curam. Lereng itu tidak halus dan keras, tapi penuh batu kecil dan tanah. Bahkan kalaupun kau bisa berdiri, pasti tidak ada gunanya. DI mana pun di lereng itu kau menginjakkan kakimu, tanahnya akan lepas dari bawahmu dan membawamu mengelincir ke bawah. Tapi posisi Jill lebih berbaring daripada berdiri. Dan semakin jauh mereka menggelincir, semakin mereka ditimpa bebatuan dan tanah, sehingga seluruh benda yang jatuh itu (termasuk dirt mereka) bergerak semakin cepat, bersuara makin keras, berdebu, dan kotor. Dari jeritan keras dan kata-kata makian kedua temannya, Jill tahu banyak batu yang terlepas karena dirinya menghantam Scrubb dan Puddleglum cukup keras. Dan sekarang dia bergerak cepat sekali dan yakin dia pasti luka parah kalau sampai di dasar.
Tap, ternyata tidak. Mereka memar-memar, dan cairan lengket di wajah Jill ternyata darah. Dan begitu banyak tanah, pasir, serta batu-batu besar yang tertumpuk di sekelilingnya (dan sebagian di atasnya) sehingga dia tidak bisa berdiri. Kegelapan begitu total sehingga tidak ada bedanya sama sekali apakah kau membuka mata atau tidak. Tidak ada suara. Dan itulah saat paling menakutkan yang pernah Jill alami dalam hidupnya. Kalau dia sendirian, kalau yang lain... Kemudian dia mendengar gerakan di sekelilingnya. Lalu ketiganya, dalam suara-suara gemetar menjelaskan bahwa tidak ada di antara mereka yang mengalami patah tulang.
"Kita tidak akan bisa naik ke sana lagi," kata suara Scrubb.
"Dan sudahkah kalian merasakan betapa hangatnya di sini"" kata suara Puddleglum. "Itu berarti kita jauh di bawah. Mungkin hampir satu mil."
Tidak ada yang bicara. Beberapa saat kemudian Puddleglum menambahkan:
"Kotak korek apiku hilang."
Setelah keheningan yang lama lagi, Jill berkata, "Aku sangat haus."
Tidak ada yang mengusulkan tindakan apa pun. Sangat jelas tidak ada yang bisa dilakukan. Saat itu, mereka tidak merasa separah yang dipikirkan orang, itu karena mereka sangat lelah.
Lama, lama setelahnya, tanpa peringatan apa pun, suara yang aneh bicara. Mereka langsung tahu itu bukan satu suara di dunia ini yang diam-diam mereka harapkan, suara Aslan. Suara itu berat dan datar-hampir, kalau kau tahu artinya, merupakan suara yang sangat gelap. Dia berkata:
"Apa yang membuat kalian datang ke sini, makhluk-makhluk Dunia Atas""
BAB SEPULUH Perjalanan Tanpa Matahari
"SIAPA itu"" teriak ketiga petualang.
"Aku penjaga gerbang Perbatasan Dunia Bawah, dan bersamaku ada seratus earthman bersenjata," datang jawabannya. "Cepat berirahu aku siapa kalian dan apa urusan kalian di Kerajaan Bawah""
"Kami tidak sengaja jatuh," kata Puddleglum, cukup jujur.
"Banyak yang jatuh, dan sedikit yang kembali ke tanah yang diterangi matahari," kata suara itu. "Bersiaplah untuk ikut aku menghadap Ratu Kerajaan Bawah."
"Apa yang dia inginkan dari kami"" tanya Scrubb hati-hati.
"Aku tidak tahu," kata suara itu. "Keinginannya tidak untuk dipertanyakan, tapi untuk dipatuhi."
Sementara dia mengatakan ini ada suara seperti ledakan pelan dan setelah itu cahaya yang dingin, abu-abu dengan sedikit warna biru, menerangi gua. Semua harapan bahwa yang berbicara tadi hanya menyombongkan diri ketika menyebutkan seratus pengikut bersenjatanya langsung lenyap. Jill mendapati dirinya mengerjap dan menatap kerumunan rapat. Mereka semua terdiri atas berbagai ukuran, mulai dari gnome kecil nyaris tidak lebih dari tiga puluh sentimeter sampai makhluk jangkung yang lebih tinggi daripada manusia. Semuanya membawa tombak bercabang tiga, dan semuanya sangat pucat, dan berdiri sangat diam seperti patung. Selain itu, mereka sangat berbeda, beberapa punya ekor dan yang lain tidak, beberapa berjanggut panjang dan yang lain memiliki wajah bulat yang sangat halus, sebesar labu. Hidung mereka ada yang panjang dan mancung, juga ada yang panjang tapi lemas seperti belalai kecil, lalu ada yang besar bulat. Beberapa memiliki tanduk tunggal di dahi mereka. Tapi dalam satu hal
mereka semua mirip: seluruh wajah dalam kumpulan seratus makhluk itu merupakan wajah paling sedih yang mungkin ada. Mereka begitu sedih, sehingga pada pandangan pertama, Jill hamper lupa untuk takut pada mereka. Dia merasa ingin menghibur mereka.
"Yah!" kata Puddleglum, mengusapkan kedua tangannya. "Ini tepat seperti yang kubutuhkan. Kalau makhluk-makhluk ini tidak bisa mengajariku untuk memiliki pandangan hidup yang serius, aku tidak tahu apa lagi yang bisa. Lihatnya makhluk dengan kumis itu-atau yang itu yang memiliki "
"Bangkit," kata pemimpin earthman.
Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan. Ketiga petualang bangkit berdiri dan bergandengan tangan. Orang ingin memegang tangan teman di saat seperti itu. Dan para earthman mengelilingi mereka, berjalan di atas kaki besar yang lembek, yang beberapa berjari sepuluh, yang lain dua belas, dan yang lain sama sekali tanpa jari.
"Jalan," kata si penjaga gerbang, dan itulah yang mereka lakukan.
Cahaya yang dingin itu datang dari bola besar di puncak tongkat panjang, dan makhluk tertinggi membawa tongkat ini di bagian depan iring-iringan. Dengan cahayanya yang menyedihkan mereka bisa melihat mereka berada dalam gua alam. Dinding-dinding dan atapnya berbongkah-bongkah, terpilin-pilin, dan berlubang-lubang menjadi ribuan bentuk fantastis, dan lantai batunya menurun saat mereka maju terus. Keadaan jauh lebih parah bagi Jill daripada bagi yang lain, karena dia membenci tempat-tempat gelap di bawah tanah. Dan ketika, saat mereka berjalan terus, gua semakin rendah dan sempit, dan ketika, akhirnya, si pembawa cahaya berdiri menyingkir, dan para gnome, satu demi satu, membungkuk (semuanya kecuali yang paling kecil) dan melangkah melalui rekahan kecil yang gelap dan menghilang, Jill merasa tidak tahan lagi.
"Aku tidak bisa masuk ke sana, aku tidak bisa! Aku tidak bisa! Aku tidak mau," dia terengah. Para earthman tidak mengatakan apa pun tapi mereka semua menurunkan tombak mereka dan mengarahkannya pada Jill.
"Tenang, Pole," kata Puddleglum. "Makhluk-makhluk besar itu tidak akan merangkak masuk sana kalau guanya tidak semakin besar nantinya. Dan ada sesuatu yang menyenangkan tentang tempat bawah tanah ini, kita tidak akan kena hujan."
"Oh, kau tidak mengerti. Aku tidak bisa," tangis Jill.
"Pikirkan perasaanku di tepi jurang itu, Pole," kata Scrubb. "Kau duluan, Puddleglum, dan aku terakhir setelah Jill."
"Benar," kata si marsh-wiggle, merangkak dengan tangan dan kakinya. "Kau pegang tumitku, Pole, dan Scrubb akan memegang tumitmu. Dengan begitu kita akan merasa nyaman."
"Nyaman!" kata Jill ngeri. Tapi dia merendahkan tubuhnya dan mereka merangkak menggunakan siku mereka. Tempat itu mengerikan. Kau harus merangkak selama sepertinya setengah jam, meskipun mungkin saja sebenarnya hanya lima menit. Tempat itu panas. Jill merasa tubuhnya ditekan dari segala arah. Tapi akhirnya ada cahaya remang-remang di depan, terowongan melebar dan semakin tinggi, dan mereka keluar, kepanasan, kotor, dan gemetar, ke gua yang sangat besar sehingga nyaris tidak seperti gua sama sekali.
Gua itu penuh cahaya remang yang membuat mengantuk, sehingga di situ mereka tidak membutuhkan lentera earthman yang aneh. Lantainya lembut karena tertutup sejenis lumut dan banyak lumut yang tumbuh dengan berbagai bentuk aneh, bercabang dan tinggi seperti pohon, tapi lentur seperti jamur. Pohon-pohon ini berdiri terlalu berjauhan untuk membentuk hutan, mereka lebih mirip pohon di taman. Cahaya itu (yang hijau keabuan) sepertinya datang dari pohon dan lumut itu, dan tidak cukup kuat untuk mencapai atap gua, yang pasti jauh di atas mereka. Mereka disuruh berjalan menyeberangi tempat yang lembut, halus, dan membuat mengantuk itu. Semua itu sangat menyedihkan, tapi kesedihan yang menenangkan, seperti musik lembut.
Di sini mereka melewati berlusin-lusin binatang aneh, berbaring di lumut tebal, entah mati atau tidur, Jill tidak bisa membedakannya. Kebanyakan binatang ini mirip naga atau kelelawar. Puddleglum tidak mengenali satu pun.
"Apakah mereka tumbuh di sini"" tanya Scrubb pada penjaga gerbang. Dia sepertinya kaget
karena ditanyai, tapi menjawab, "Tidak. Mereka semua binatang yang mencari jalan turun melalui rekahan tanah dan gua-gua, dari Dunia Atas ke Kerajaan Bawah. Banyak yang turun, dan sedikit yang kembali ke tanah yang diterangi matahari. Katanya mereka semua akan bangun di akhir dunia."
Mulutnya tertutup seperti kotak ketika dia selesai mengatakan ini, dan dalam keheningan total gua itu anak-anak merasa mereka tidak berani bicara lagi. Kaki-kaki telanjang para gnome, berjalan di atas lumut tebal, tidak membuat suara. Tidak ada angin, tidak ada burung, tidak ada suara air. Tidak ada suara napas dari makhluk-makhluk aneh itu.
Ketika mereka telah berjalan beberapa mil, mereka mencapai dinding batu, dan di sana terdapat gerbang lengkung pendek menuju gua lain. Gerbang itu tidak seburuk pintu terakhir dan Jill bisa melewatinya tanpa harus menundukkan kepala. Gerbang itu membawa mereka ke gua yang lebih kecil, panjang dan sempit, kira-kira berbentuk dan berukuran seperti katedral. Dan di sini, mengisi hampir seluruh panjangnya, berbaringlah manusia besar yang tidur lelap. Dia jauh lebih besar daripada raksasa mana pun, dan wajahnya tidak seperti raksasa, tapi anggun dan tampan. Dadanya naik-turun di bawah janggut putih yang menutupi tubuhnya sampai ke pinggang. Cahaya keperakan yang murni (tidak ada yang melihat dari mana datangnya) meneranginya.
"Siapa itu"" tanya Puddleglum. Dan sudah sangat lama sejak terakhir kali ada yang bicara, sehingga Jill bertanya-tanya dari mana marshwiggle itu mendapat keberanian.
"Itu Bapak Waktu tua, yang dulu Raja Dunia Atas," kata si penjaga gerbang. "Dan sekarang dia telah masuk jauh dalam Kerajaan Bawah dan berbaring memimpikan semua hal yang terjadi di dunia atas. Banyak yang masuk, dan sedikit yang kembali ke tanah yang diterangi matahari. Mereka berkata dia akan bangun di akhir dunia."
Dan keluar dari gua, mereka melewati gua lain, kemudian gua lain dan gua lain lagi, dan begitu terus sehingga Jill tidak bisa menghitung lagi, tapi mereka selalu berjalan turun dan setiap gua lebih rendah daripada yang sebelumnya, sehingga sekadar pikiran tentang berat dan dalamnya tanah di atasmu bisa membuatmu sesak napas. Akhirnya mereka mencapai tempat si penjaga gerbang memerintahkan lenteranya yang menyedihkan dinyalakan lagi. Kemudian mereka melewati gua yang begitu lebar dan gelap sehingga mereka tidak bisa melihat apa-apa kecuali tepat di depan mereka ada segaris pasir pucat yang berbatasan dengan air tenang. Dan di sana, di sebelah dermaga kecil, ada kapal tanpa tiang atau layar tapi dengan banyak dayung. Mereka disuruh naik ke kapal dan dipandu ke anjungan, di sana ada tempat terbuka di depan para bangku para pendayung dan ada tempat duduk melingkari bagian dalam anjungannya.
"Satu hal yang ingin kuketahui," kata Puddleglum, "apakah ada siapa pun dari dunia kami--dari atas, maksudku--yang pernah melakukan perjalanan ini sebelumnya""
"Banyak yang naik kapal di pantai pucat," jawab si penjaga gerbang, "dan "
"Ya, aku tahu," potong Puddleglum. "Dan sedikit yang kembali ke tanah yang diterangi matahari. Kau tidak perlu mengatakannya lagi. Kau memang menyebalkan, ya""
Anak-anak duduk merapat di kedua sisi Puddleglum. Mereka merasa dia menyebalkan saat di atas, tapi di bawah sini sepertinya dia satu-satunya hal menenangkan yang mereka miliki. Kemudian lentera bercahaya pucat itu digantung di tengah kapal, para earthman duduk di bangku pendayung, dan kapal mulai bergerak. Cahaya lentera itu tidak memberi penerangan sampai jauh. Saat melihat ke depan, mereka tidak bisa melihat apa pun kecuali air yang tenang dan gelap, menghilang ke dalam kegelapan total.
"Oh, apa yang akan terjadi pada kita"" kata Jill putus asa.
" Nah, jangan kehilangan semangat, Pole," kata si marsh-wiggle. "Ada satu hal yang harus 'kauingat. Kita kembali ke jalan yang benar. kita harus pergi ke bawah reruntuhan kota, Jan kita berada di bawahnya. Kita kembali mengikuti instruksi."
Kemudian mereka diberi makan--sejenis kue datar lembek yang nyaris tidak ada rasanya. Dan setelah itu, mereka perlahan-lahan tertidur. Tapi ketika m
ereka terbangun, semuanya masih sama saja. Para gnome masih mendayung, kapal masih melaju, masih kegelapan total di depan. Seberapa seringnya mereka terbangun, tidur, makan, dan tidur lagi, tidak ada yang bisa ingat. Dan yang terburuk tentang itu adalah kau mulai merasa seolah kau selalu tinggal di kapal itu, dalam kegelapan itu, dan bertanyatanya apakah matahari, langit biru, angin, dan burung-burung bukanlah mimpi.
Mereka hampir putus asa dan tidak takut apa pun lagi ketika akhirnya mereka melihat cahaya di depan: cahaya pucat, seperti lentera mereka. Kemudian, cukup tiba-tiba, salah satu cahaya ini mendekat dan mereka melihat mereka berpapasan dengan kapal lain. Setelah itu mereka berpapasan dengan beberapa kapal. Kemudian, menatap sampai mata mereka sakit, mereka melihat beberapa cahaya di depan datang dari apa yang tampaknya dermaga, dinding-dinding, menara-menara, dan kumpulan yang bergerak. Tapi tetap hampir tidak ada suara sama sekali.
"Ya ampun," kata Scrubb. "Kota!" dan tak lama kemudian mereka semua melihat dia benar.
Tapi itu kota yang aneh. Cahaya begitu sedikit dan berjauhan sehingga pasti datang dari Pondok-pondok yang berjauhan bila di dunia kita. Tapi bagian-bagian kecil yang bisa kaulihat dengan penerangan minim itu menunjukkan pelabuhan besar. Kau bisa melihat di satu tempat ada sekumpulan kapal memunggah atau menurunkan barang, di bagian lain, bertumpuk-tumpuk barang dan gudang-gudang, dan di tempat lain, dinding-dinding dan pilarpilar menampilkan istana-istana megah atau kuil-kuil. Dan selalu, di mana pun cahaya jatuh, kumpulan-ratusan earthman, bertabrakan saat mereka berjalan pelan melakukan urusan masing-masing di jalan-jalan sempit, lapangan-lapangan luas, atau mendaki tangga. Gerakan mereka yang terus-menerus membuat sejenis suara gumam pelan yang terdengar ketika kapal semakin dekat dan terus mendekat, tapi tidak ada lagu, teriakan, suara lonceng, gemeretak roda di mana pun. Kota itu hening, dan hampir sama gelapnya, dengan bagian dalam rumah semut.
Akhirnya kapal mereka dibawa ke sisi dermaga dan merapat. Ketiga petualang dibawa ke darat dan diantar ke Kota. Kerumunan earthman, sama sekali tidak ada yang mirip, bertabrakan bahu dengan mereka di jalan-jalan yang sesak, dan cahaya muram menerangi banyak wajah sedih dan kaku. Tapi tidak ada yang menunjukkan ketertarikan pada orang-orang asing itu. Setiap gnome sepertinya sama sibuknya selain sedih, meskipun Jill tidak tahu apa yang membuat mereka begitu sibuk. Tapi gerakan, dorongan, jalan terburu-buru, dan suara langkah lembut pok-pok-pok itu tanpa henti.
Akhirnya mereka mencapai apa yang sepertinya kastil utama, meskipun hanya beberapa jendela yang memancarkan cahaya. Di sini mereka dibawa masuk dan disuruh menyeberangi halaman dalam, dan mendaki banyak tangga. Perjalanan ini akhirnya membawa mereka pada aula besar bersuasana remang-remang. Tapi di satu sudutnya--oh, senangnya!--ada pintu lengkung yang diterangi cahaya yang berbeda, cahaya hangat yang jujur dan kekuningan seperti yang digunakan manusia. Yang ditunjukkan cahaya ini di dalam pintu lengkung itu adalah kaki tangga yang mendaki di antara dinding-dinding batu. Cahaya itu sepertinya datang dari atas. Dua earthman berdiri di kedua sisi pintu lengkung itu seperti prajurit, atau penjaga pintu.
Si penjaga gerbang mendekati kedua earthman ini, dan berkata, seolah itu kata kunci:
"Banyak yang turun ke Dunia Bawah."
"Dan sedikit yang kembali ke tanah yang diterangi matahari," jawab mereka, seolah itu sandi balasannya. Lalu mereka bertiga mendekatkan kepala dan bicara. Akhirnya salah satu gnome prajurit itu berkata, "Kukatakan padamu, ratu yang baik sedang pergi melakukan urusannya yang penting. Kita sebaiknya langsung memasukkan orang-orang yang datang dari atas ini ke penjara sampai Ratu kembali. Sedikit yang kembali ke tanah yang diterangi matahari."
Saat itu percakapan terpotong oleh sesuatu yang bagi Jill terasa seperti suara paling indah di dunia. Suara itu datang dari atas, dari puncak tangga, dan terdengar seperti suara manusia yang jernih, bergema, dan sempurna, suara pria m
uda. "Apa yang kautahan di bawah sana, Mullugutherum"" teriaknya. "Makhluk-makhluk dari Dunia Atas, ha! Bawa mereka kepadaku, sekarang juga."
"Semoga Yang Mulia ingat," kata Mullugutherum memulai, tapi suara itu memotong ucapannya.
"Yang Mulia akan sangat senang kalau dipatuhi, makhluk tua cerewet. Bawa mereka ke sini," teriaknya.
Mullugutherum menggeleng, memberi tanda pada para petualang untuk mengikuti dan mendaki tangga. Di setiap tangga, cahaya semakin terang. Ada permadani hias yang indah tergantung di dinding-dinding. Lampu bersinar keemasan melalui gorden tipis di puncak tangga. Si earthman membuka gorden dan berdiri menyamping. Ketiga petualang melewatinya. Mereka berada dalam ruangan yang indah, berhiaskan permadani gantung, dengan api besar pada perapian yang bersih, serta anggur merah dan gelas berkilau di meja. Pria muda dengan rambut pirang bangkit untuk menyambut mereka. Dia tampan dan tampak berani sekaligus baik hati, meskipun ada sesuatu pada wajahnya yang sepertinya tidak benar. Dia mengenakan pakaian hitam dan secara keseluruhan agak mirip Hamlet.
"Selamat datang, makhluk-makhluk Dunia Atas," teriaknya. "Tapi sebentar! Aku minta maaf! Aku sudah pernah melihat kedua anak ini, dan ini, pengasuh kalian yang aneh sebelumnya. Bukankah kalian bertiga yang bertemu denganku di jembatan di perbatasan Ettinsmoor ketika aku berkuda ke sana bersama lady-ku""
"Oh... kaulah kesatria hitam yang tidak bicara sama sekali"" tanya Jill.
"Dan apakah lady itu Ratu Dunia Bawah"" tanya Puddleglum, dengan suara yang tidak terlalu bersahabat. Dan Scrubb, yang juga punya pikiran yang sama, membentak, "Karena kalau memang begitu, kurasa dia benar-benar bermaksud mengirim kami ke kastil raksasa yang ingin memakan kami. Memangnya kerugian apa yang pernah kami lakukan padanya, aku ingin tahu""
"Bagaimana"" kata Kesatria Hitam sambil mengerutkan dahi. "Kalau kau tidak begitu muda, Nak, kau dan aku harus bertarung sampai mati karena pertengkaran ini. Aku tidak bisa mendengar hinaan apa pun bagi kehormatan lady-ku. Tapi kau bisa yakin akan ini, apa pun yang dia katakan padamu, dia mengatakannya dengan maksud baik. Kau tidak mengenalnya. Dia itu kumpulan segala hal yang baik, kebenaran, kebaikan, konsistensi, kelembutan, keberanian, dan sebagainya. Aku mengatakan apa yang kutahu. Kebaikannya pada diriku saja, yang tidak akan pernah bisa membalasnya, akan membuat cerita yang hebat. Tapi kau harus mengenal dan mencintainya di sini. Sementara itu, apa urusanmu di Dunia Bawah""
Dan sebelum Puddleglum bisa menghentikannya, Jill berkata, "Tolonglah, kami berusaha menemukan Pangeran Rilian dari Narnia." Kemudian dia menyadari betapa mengerikan risiko yang diambilnya. Orang-orang ini mungkin saja musuh. Tapi kesatria itu tidak tampak tertarik.
"Rilian" Narnia"" katanya tak peduli. "Narnia" Negeri apa itu" Aku tidak pernah mendengar namanya. Pasti letaknya beribu kilometer dari bagian Dunia Atas yang kukenal. Tapi fantasi anehlah yang membawa kalian mencari--bagaimana kalian menyebutnya"--Bilian" Trilian"--dalam rumah lady-ku. Bahkan, menurut pengetahuanku, tidak ada pria seperti itu di sini." Dia tertawa sangat keras pada kata-katanya sendiri, dan Jill berpikir, Aku ingin tahu apakah itu yang salah dengan wajahnya" Apakah dia agak gila"
"Kami disuruh mencari pesan pada bebatuan Kota Runtuh," kata Scrubb. "Dan kami melihat kata-kata KE BAWAHKU."
Kesatria itu tertawa lebih keras lagi. "Kalian benar-benar tertipu," katanya. "Kata-kata itu tidak berarti apa-apa bagi kalian. Kalau kalian bertanya pada lady-ku, dia bisa memberi kalian saran yang lebih baik. Karena kata-kata itu hanya bagian yang tertinggal dari kalimat yang lebih panjang, yang di masa-masa kuno, seperti yang diingatnya dengan baik, berbunyi begini:
Meskipun di bawah Bumi dan tanpa takhta sekarang keadaanku,
Tapi saat aku hidup, ke bawahku seluruh Bumi tunduk.
"Dari situ jelas bahwa ada raja raksasa kuno yang hebat, yang dikubur di sana, menyuruh kalimat sombong itu dibentuk dengan batu di atas makamnya. Meskipun patahnya beberapa batu, dibawanya batu-batu yang lain
untuk bangunan-bangunan baru, dan diisinya potongan-potongan itu dengan reruntuhan, hanya dua kata itu yang tersisa masih bisa dibaca. Bukankah ini lelucon paling lucu di dunia, kalian berpikir kata-kata itu ditulis untuk kalian""
Ini seperti air dingin disiramkan pada punggung Scrubb dan Jill. Karena bagi mereka rasanya sangat mungkin kata-kata itu tidak ada hubungannya sama sekali pada pencarian mereka, dan bahwa mereka masuk ke sana karena kecelakaan belaka.
"Jangan pedulikan dia," kata Puddleglum. "Tidak ada kecelakaan. Penunjuk Plan kita adalah Aslan, dan dia ada di sana ketika raja raksasa itu menyuruh huruf-huruf itu dibentuk, dan dia sudah tahu semua hal yang akan terjadi, termasuk ini."
"Penunjuk Plan kalian ini pasti berumur paniang, teman," kata si kesatria sambil tertawa lagi.
Jill mulai merasa tawa itu mengganggu.
"Dan sepertinya bagiku, Sir," jawab Puddleglum, "bahwa lady-mu ini pasti berumur panjang juga, kalau dia ingat kalimat lengkapnya seperti awal terbentuknya."
"Sangat lucu, Muka--kodok," kata si kesatria, menepuk bahu Puddleglum dan tertawa lagi. "Dan kau benar. Dia salah satu dari ras murni, dan tidak mengenal masa tua ataupun kematian. Aku sangat berterima kasih padanya bagi kebaikannya pada makhluk fana malang seperti diriku. Karena kau harus tahu, Sir, aku pria di bawah kutukan sangat aneh, dan tidak ada lagi selain kebaikan Ratu yang bisa bersabar menghadapiku. Kesabaran, kataku" Tapi kebaikannya melebihi sekadar kesabaran. Dia menjanjikan padaku kerajaan agung di Dunia Atas, dan, setelah aku jadi raja, dirinya sendiri yang murni menjadi pengantinku. Tapi kisahnya terlalu panjang untuk kalian dengarkan sambil
kelaparan dan berdiri. Hai, yang di sana! Bawakan anggur dan makanan dunia atas bagi tamu-tamuku. Mari, duduklah, orang-orang baik. Gadis kecil, duduklah di kursi ini. Kalian akan mendengar semuanya."
BAB SEBELAS Dalam Kastil yang Gelap KETIKA makanan (yang terdiri atas pai burung dara, ham dingin, salad, dan kue-kue) dibawa, dan semua menarik kursi masing-masing ke meja dan mulai makan, si kesatria melanjutkan:
"Kalian harus mengerti, teman-teman, bahwa aku tidak tahu apa pun tentang siapa diriku dan kapan aku memasuki Dunia Gelap ini. Aku tidak mengingat saat-saat kapan pun aku tidak berada di bawah, seperti sekarang, dalam kerajaan ratu yang sangat baik ini, tapi menurutku dia telah menyelamatkanku dari sejenis kutukan jahat dan membawaku ke bawah perlindungannya yang tak terbatas. (Kaki Kodok yang baik, gelasmu kosong. Biarkan aku mengisinya. Dan bagiku ini sepertinya benar karena bahkan sekarang pun aku masih terikat kutukan, dan hanya lady-ku yang bisa melepaskanku darinya. Setiap malam, datanglah satu jam ketika pikiranku dengan mengerikan berubah, dan setelah pikiranku, tubuhku. Pertama-tama aku menjadi marah dan liar lalu akan berusaha membunuh teman-teman terdekatku, kalau saja aku tidak diikat. Dan tak lama setelahnya, aku berubah menjadi sejenis kobra besar, lapar, ganas, dan mematikan. (Sir, silakan ambil sepotong dada burung dara lagi, kumohon. Seperti itulah yang mereka beritahukan padaku, dan mereka pasti jujur, karena ladyku mengatakan hal yang sama. Aku sendiri tidak tahu apa pun tentang itu, karena ketika jam itu lewat, aku terbangun tidak mengingat apa pun tentang kemarahan mengerikan itu dan dalam kondisi sempurna serta pikiran jernih--kecuali entah kenapa aku merasa lelah. (Lady kecil, makanlah satu kue madu itu, yang dibawa bagiku dari tanah barbar di sebelah selatan dunia.) Sekarang Yang Mulia Ratu tahu dari seni yang dikuasainya bahwa aku akan bebas dari kutukan ini begitu dia menjadikanku raja di Dunia Atas dan meletakkan mahkotanya di kepalaku. Tanah itu sudah dipilih dan di tempat itulah kami akan keluar. Rakyat earthman-nya bekerja siang-malam menggali jalan di bawahnya, dan sekarang sudah berjalan begitu jauh dan tinggi sehingga terowongan itu tinggal kurang dari beberapa meter di bawah rumput yang diinjak rakyat negeri itu. Tidak lama lagi para rakyat Dunia Atas itu harus menerima nasib mereka. Ratu sendiri ada di tempat penggalian malam ini, dan a
ku mengharapkan pesan darinya. Saat itu atap tipis tanah yang masih menghalangiku dari kerajaanku akan terpecahkan, dan dengan sang ratu untuk memanduku dan seribu earthman mendukungku, aku akan main dengan bersenjata lengkap, menyerang tiba-tiba musuh-musuh kami, membunuh pemimpin mereka, meruntuhkan tempat-tempat penting mereka, dan tak ragu lagi akan dimahkotai sebagai raja dalam waktu empat hari."
"Nasib mereka tidak terlalu baik, bukan"" kata Scrubb.
"Kau anak laki-laki yang menakjubkan, sangat cerdas!" teriak si kesatria. "Karena, aku sendiri tidak pernah berpikir begitu sebelumnya. Aku mengerti maksudmu." Dia tampak sedikit, sangat sedikit khawatir beberapa saat, tapi wajahnya segera jernih lagi dan tawanya yang keras terdengar lagi, "Tapi takutlah pada gravitasi! Bukankah hal paling lucu dan aneh di dunia, memikirkan mereka semua mengerjakan urusan masing-masing dan tidak pernah bermimpi bahwa di bawah ladang-ladang dan lantai-lantai mereka yang tenang, hanya beberapa meter di bawahnya, ada pasukan besar siap menyerang mereka seperti air mancur! Dan mereka pasti tidak pernah menduga! Wah, mereka sendiri, ketika kekagetan pertama karena kekalahan mereka sudah berakhir, pasti tidak bisa melakukan hal lain kecuali tertawa saat memikirkan hal itu!"
"Aku sama sekali tidak menganggapnya lucu," kata Jill. "Kurasa kau ini tiran yang jahat."
"Apa"" kata si kesatria, masih tertawa dan menepuk kepala Jill dengan cara yang mengesalkan. "Apakah gadis kecil kita ini politikus jagoan" Tapi jangan takut, Sayang. Saat memerintah tanah itu, aku akan melakukan semua dengan panduan nasihat lady-ku, yang saat itu akan menjadi ratuku juga. Kata-katanya akan menjadi hukumku, bahkan saat kata-kataku akan menjadi hukum bagi orang-orang yang kami kalahkan."
"Di tempat asalku," kata Jill, yang semakin tidak menyukai si kesatria, "mereka tidak terlalu menyukai pria yang bisa diperintah istrinya."
"Pasti pikiranmu akan berbeda kalau kau sudah punya suami sendiri, kuperingatkan saja," kata si kesatria, sepertinya menganggap hal ini sangat lucu. "Tapi dengan lady-ku, ini masalah yang berbeda. Aku sangat puas bisa menjalankan perintah dia, yang telah menyelamatkanku dari ribuan bahaya. Tidak ada ibu yang telah menanggung rasa sakit dengan lebih penuh kasih sayang bagi anaknya, daripada kebaikan sang ratu padaku. Wah, lihat dirimu, meskipun dia sangat sibuk dan punya banyak urusan, dia sering berkuda bersamaku di Dunia Atas untuk membiasakan mataku dengan cahaya matahari. Saat itu aku harus bersenjata lengkap dan menurunkan penutup mataku, supaya tidak ada yang melihat wajahku dan aku tidak boleh bicara dengan siapa pun. Karena dia telah mengetahui dari seni ajaib bahwa ini akan menjauhkan kesembuhanku dari kutukan mengerikan yang mengikatku. Bukankah wanita seperti itu pantas mendapat pemujaan laki-laki""
"Sepertinya memang wanita yang sangat baik," kata Puddleglum dengan nada suara yang berarti tepat sebaliknya.
Mereka benar-benar lelah mendengarkan omongan si kesatria sebelum mereka selesai makan. Puddleglum berpikir, Aku ingin tahu permainan apa yang melibatkan pemuda bodoh ini. Scrubb berpikir, Dia sebenarnya bayi besar, terikat pada tali celemek wanita itu. Dia menyedihkan. Dan Jill berpikir, Dia orang paling bodoh, sombong, dan egois yang pernah kutemui. Tapi ketika acara makan selesai, suasana hati si kesatria berubah. Dia tidak tertawa-tawa lagi.
"Teman-teman," katanya, "jam itu sudah hampir tiba. Aku malu kalian harus melihatku tapi aku takut ditinggal sendirian. Mereka akan datang sebentar lagi dan mengikat tangan serta kakiku ke kursi. Sialnya, ini harus dilakukan, karena dalam kemarahanku, kata mereka padaku, aku akan menghancurkan apa pun yang bisa kuraih."
"Menurutku," kata Scrubb, "aku sangat prihatin tentang kutukanmu, tentu saja, tapi apa yang akan mereka lakukan pada kami ketika mereka datang untuk mengikatmu" Mereka sudah membicarakan akan memasukkan kami ke penjara. Dan kami tidak terlalu menyukai tempat-tempat gelap itu. Kami lebih suka tetap di sini sampai kau... lebih baik... kalau boleh."
"Ini pikiran yang bai
k," kata si kesatria. "Biasanya tidak ada, kecuali sang ratu sendiri, yang tinggal bersamaku di saat-saat perubahanku. Itulah kasih sayangnya yang lembut pada kehormatanku sehingga dia tidak mau mengorbankan telinga yang lain selain telinganya sendiri untuk mendengar kata-kata yang kulontarkan saat-saat kegilaanku itu. Tapi aku tidak bisa dengan mudah membujuk gnome yang menjagaku bahwa kalian bisa dibiarkan tinggal bersamaku. Dan kurasa aku mendengar suara kaki lembut mereka sekarang di tangga. Pergilah melalui pintu itu: itu mengarah ke apartemenku yang lain. Dan di sana, entah menungguku datang ketika mereka telah melepaskanku, atau kalau kalian mau, kembalilah dan duduk bersamaku di saat-saat kemarahanku."
Mereka mengikuti petunjuknya dan keluar dari ruangan itu melalui pintu yang belum mereka lihat terbuka. Pintu itu membawa mereka, mereka senang melihatnya, tidak ke kegelapan tapi ke koridor yang terang. Mereka mencoba berbagai pintu dan menemukan (apa yang benar-benar mereka butuhkan) air untuk membersihkan diri dan bahkan cermin. "Dia tidak menawari kita untuk membersihkan diri sebelum makan," kata Jill sambil mengeringkan wajahnya. "Dasar egois."
"Apakah kita akan kembali untuk melihat kutukan itu, atau lebih baik tetap di sini"" kata Scrubb.
"Tetap di sini, menurutku," kata Jill. "Aku lebih suka tidak melihatnya." Tapi dia juga agak ingin tahu.
"Tidak, kembali," kata Puddleglum. "Kita bisa mendapat informasi, dan kita membutuhkan segala yang bisa kita dapat. Aku yakin ratu itu penyihir dan musuh. Dan earthman itu akan memukul kita begitu melihat kita. Ada aroma bahaya, kebohongan, sihir, dan pengkhianatan yang sangat tajam pada tanah ini, lebih tajam daripada yang pernah kucium sebelumnya. Kita harus terus membuka mata dan telinga kita lebar-lebar."
Mereka kembali menelusuri koridor dan pelan-pelan membuka pintu. "Tidak apa-apa," kata Scrubb, berarti tidak ada earthman yang kelihatan. Lalu mereka semua kembali ke ruangan tempat mereka makan.
Pintu utama sekarang tertutup, menyembunyikan gorden tempat mereka pertama datang tadi. Si kesatria duduk di kursi perak yang aneh, di sana dia terikat pada pergelangan kaki, lutut, siku, pergelangan tangan, dan pinggangnya. Dahinya berkeringat, dan wajahnya penuh penderitaan.
"Masuklah, teman-teman," katanya, dengan cepat mendongak. "Serangan itu belum datang. Jangan membuat suara, karena aku memberitahu petugas yang bertanya-tanya bahwa kalian tidur. Sekarang... aku bisa merasakannya datang. Cepat! Dengar ketika aku masih menguasai diriku sendiri. Ketika serangan itu datang, sangat mungkin aku akan memohon dan meminta kalian, dengan permohonan dan ancaman, untuk melepaskan ikatanku. Mereka semua berkata begitu. Aku pasti memohon pada kalian dengan semua hal yang paling manis dan paling menakutkan. Tapi jangan dengarkan diriku. Kuatkan hati kalian dan tulikan telinga kalian. Karena selama aku terikat, kalian aman. Tapi begitu aku bangkit dan keluar dari kursi ini, pertama-tama akan datang kemarahanku, dan setelah itu"--dia gemetar--"perubahan menjadi ular kobra yang mengerikan."
"Tidak usah khawatir, kami tidak akan melepaskanmu," kata Puddleglum. "Kami tidak ingin bertemu orang liar, atau ular kobra."
"Aku juga berpikir begitu," kata Scrubb dan Jill bersama.
"Tetap saja," tambah Puddleglum dengan berbisik. "Jangan terlalu yakin. Tetaplah berjaga-jaga. Kita sudah merusak semua yang lain, kalian tahu bukan. Dia akan sangat lihai, aku tidak heran, begitu serangannya mulai. Bisakah kita saling memercayai" Apakah kita semua berjanji apa pun yang dia katakan, kita tidak akan menyentuh tali-tali itu" Apa pun yang dia katakan, ingat""
"Tentu!" kata Scrubb.
"Tidak ada apa pun di dunia ini yang dia katakan atau lakukan, yang bisa membuatku mengubah pikiranku," kata Jill.
"Sstt! Sesuatu terjadi," kata Puddleglum.
Si kesatria mengerang. Wajahnya sepucat plester tembok, dan dia menggeliat dalam ikatannya. Dan entah karena merasa kasihan, atau karena alasan lain, Jill merasa si kesatria tampak lebih baik daripada sebelumnya.
"Ah," geram si kesatria. "Kutukan, kutukan...
jaring sihir jahat yang berat, tumpang tindih, dingin, lembek. Terkubur hidup-hidup. Diseret turun ke bawah tanah, masuk ke kegelapan total... sudah berapa tahun"... Apakah aku hidup sepuluh tahun, atau seribu tahun, dalam lubang" Orang-orang seperti belatung di sekelilingku. Oh, ampunilah. Biarkan aku keluar, biarkan aku pulang. Biarkan aku merasakan angin dan melihat langit... Dulu ada kolam kecil. Ketika kau melihat ke dalamnya kau bisa melihat pohon-pohon tumbuh terbalik di air, semua hijau dan di atas mereka, langit biru yang dalam, sangat dalam."
Dia bicara dengan suara pelan, sekarang dia mendongak, memfokuskan tatapannya pada mereka, dan berkata dengan keras dan jelas:
"Cepat! Aku sadar sekarang. Setiap malam aku sadar. Kalau saja aku bisa keluar dari kursi terkutuk ini, kutukannya akan hilang. Aku akan jadi manusia lagi. Tapi setiap malam mereka mengikatku, jadi setiap malam kesempatanku hilang. Tapi kalian bukan musuh. Aku bukan tawanan kalian. Cepat! Potong tali-tali ini."
"Diam! Tenang," kata Puddleglum pada kedua anak.
"Aku memohon kalian untuk mendengarkanku," kata si kesatria, memaksa dirinya untuk bicara dengan tenang. "Apakah mereka berkata pada kalian kalau aku dilepaskan dari kursi ini aku akan membunuh kalian dan menjadi ular kobra" Aku melihat dari wajah kalian bahwa mereka melakukannya. Itu bohong. Pada jam inilah pikiranku sadar: di sisa harilah aku terkutuk. Kalian bukan earthman atau penyihir. Kenapa kalian harus memihak mereka" Demi kebaikan hati kalian, potonglah ikatanku."
"Tenang! Tenang! Tenang!" kata ketiga petualang satu sama lain.
"Oh, hati kalian dari batu," kata si kesatria. "Percayalah padaku, kalian melihat makhluk malang, yang telah menderita lebih daripada yang bisa ditanggung makhluk fana mana pun. Kesalahan apa yang telah kulakukan pada kalian, sehingga kalian memihak musuh-musuhku untuk membiarkanku tetap dalam keadaan demikian menderita" Dan waktu berjalan begitu cepat. Sekarang kalian bisa menyelamatkanku, ketika jam ini lewat, aku tidak akan punya kehendak lagi--menjadi mainan dan anjing peliharaan, tidak, lebih mirip bidak dan alat, dari penyihir paling jahat yang pernah merencanakan kemalangan manusia. Dan malam ini, dari semua malam yang lain, ketika dia pergi! Kalian menghilangkan kesempatan yang mungkin tidak akan pernah datang lagi!"
"Ini mengerikan. Aku lebih suka kita menyingkir sampai semua ini berakhir," kata Jill.
"Tenang!" kata Puddleglum.
Suara si tawanan sekarang mengeras menjadi jeritan. "Lepaskan aku, kataku. Beri aku pedangku. Pedangku! Begitu bebas, aku akan melakukan balas dendam yang sangat mengerikan sehingga para earthman di Dunia Bawah akan membicarakannya selama seribu tahun!"
"Sekarang kegilaannya dimulai," kata Scrubb. "Kuharap ikatan itu kuat."
Mentari Senja 6 Antara Budi Dan Cinta Hu Die Jian Karya Gu Long Pendekar Pedang Dari Bu Tong 24
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama