Ceritasilat Novel Online

Pom Pom Boys 3

Pom-pom Boys Karya Putri Arsy Bagian 3


Gila juga si Ghea, meskipun udah banyak ngomong, frekuensi bicaranya sama sekali nggak turun.
"Duh, gue belum selesai kok, elo udah motong se ...." Ucapan Eryn terhenti. "Enaknya, ya!" sambung Eryn yang tiba-tiba ikut nyambung.
"GUN, si Goa tadi lumayan juga!" puji Deon.
"Ghea, Onyon! Elo jangan seenaknya ngubah-ubah nama orang, bisa dituntut ke pengadilan!" kata Ugun.
"Biarin aja, gue nggak takut! Gue bisa bayar pengacara termahal di Kota Bandung, kalo perlu pengacara termahal se-Indonesia!" tantang Deon.
"Beda yang anaknya pengusaha minyak, mah, Emangnya gue, anak satpam nggak berguna yang selalu bermimpi jadi anak orang kaya!" Ugun
ngeluarin unek-uneknya. Tanpa diduga-duga, Deon menahan langkah Ugun. "Gue nggak gitu kok, Gun. Gue sangat nge-hargain elo sebagai sahabat gue dari kecil!"
Ugun pun tersenyum bangga ngedengernya. Ternyata, anak semata wayang ini masih bisa ngeluarin kata-kata manis yang bisa membahagiakan perasaan orang lain.
"Gun, liat, tuh!" tunjuk Deon ke arah papan tebing yang ada di ujung lapangan kota.
"Keren banget tuh cewek!" Ugun takjub. "Si Goa eh, Ghea yang kemaren, Gun! Liat aja tuh, ada si Eryn juga di sana!" tunjuk Deon.
"Yon, ke sana dulu, bentar!" ajak Ugun.
"Nggak ah, nggak ada Ayang Chia," elak Deon.
"Ayang kata elo"" tanya Ugun ragu.
Deon yang malu, terlihat mengangguk pelan.
"Yang ada juga, elo ayan ngeliat dia jalan di depan!" ejek Ugun.
Mereka masih ribut ketika Chia lewat. Rambut panjangnya sengaja dibiarkan beterbangan terkena angin siang.
"Mata ...," sambung Deon yang terlihat terhipnotis. Tapi, daya hipnotisnya mulai pudar sewaktu Chia jalan bareng cowok tinggi tanpa seragam.
"Yon, kenapa elo" Hahaha .... Bete ya, ngeliat Chia jalan bareng cowok laen"" sindir Ugun.
" Jimana nggak bete, coba elo yang jadi gue"" Deon bete abis.
Nggak lama, Ugun merasakan hal yang Deon rasakan. Dari jarak beberapa meter, dilihatnya Eryn
dibantu seorang cowok. "Yon, ternyata elo bener! Sakiiit ... BANGET!" Nada suara Ugun pun melemah seiring berjalannya Eryn ke arah kantin sekolah. Sementara Deon yang salah tanggap, justru melihat ke arah Ghea yang lagi ngobrol sama teman cowok sehabitat-nya.
"Jadi, elo bener-bener CP3 sama si Ghea"" tanya Deon.
"CP3" Singkatan apa lagi tuh""
"CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA, Gun! Hehehe ketauan, nih! Gue bilangin si Eryn, ah!" ancam Deon.
Sedetik kemudian, Deon terus berlari kencang mengitari Dakhega yang masih dijejali penghuninya. Tanpa peduli perasaan Ugun yang kacau, Deon terus berteriak.
"UGUN JATUH CINTA ... JATUH CINTA ... CP3 ... CP3! PERHATIAN, SI PERUT GENTONG TELAH MENEMUKAN TUMPUAN HATINYA."
Ugun yang mengejar Deon dari belakang, lantas murka dan melemparinya dengan sampah botol plastik.
"Gila elo, Gun! Jatuh cinta sih, jatuh cinta, tapi jangan nyiksa temen seperjuangan!" teriak Deon.
GOSIP Ugun jatuh cinta terdengar ke telinga seluruh pen-juru dan penghuni sekolah. Bahkan,
para penghuni yang tak menampakkan diri pun ikut senang mendengar kabar nan menggembirakan itu. Syukur, ternyata Ugun masih normal selayaknya seorang cowok.
"Ehm ... ehm ...."
"Hei Ryn, gue kira si Deon yang dari tadi ehem-eheman," timpal Ugun.
"Ah, suka pura-pura!" goda Eryn.
"Pura-pura apa" Gue jadi nggak ngerti"" Gila, kayaknya Eryn makin cantik aja dengan potongan rambutnya yang baru. Jan-tung Ugun semakin berdebar kencang, apalagi waktu Eryn duduk di sebelahnya.
"Itu di mading! Elo kira, gue buta huruf apa"" tanya Eryn.
"Mading, emang ada gosip apa di sana"" Ugun nggak ngerti.
"Ugun pom-pom yang udah manjat tebing tingginya Anggrhea!"
Mendengar kabar nan buruk yang didengarnya langsung dari mulut Eryn, Ugun nggak bisa komentar apa-apa. Ugun jadi serbasalah untuk menangkisnya dengan sebuah cemesan. "Elo salah baca kali, masa gue ..."
"Jujur aja, Gun! Ama gue ini, kok!" Eryn terus tersenyum bahagia.
Asal elo tau Rin, cewek yang gue cintain itu elo. Bukan si Ghea yang jago manjat tebing. Tapi, boleh juga sih, kalo kenyataannya emang benar, pinta Ugun dalam lubuk hatinya.
"Ya ampun, nggak percaya nih, cewek!"
"Nggak apa-apa, kok. Dia juga lagi jomblo, jadi kalo gosip itu bener, ya sah-sah aja! Pokoknya, gue bantuin plus dukung elo seratus persen. Gue jadi nggak sabar nunggu hari itu tiba!" Eryn berbinar-binar.
"Hari apa" Hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, atau Minggu""
Eryn lantas mencubit kedua pipi Ugun. Ugun hanya pasrah menerimanya. Ini yang gue tunggu-tunggu!
"Dasar Oon! Ketika elo bakalan nembak Ghea atau mungkin sebaliknya!" tegas Eryn.
"Nembak"" Ugun tambah pusing dan nggak ngerti.
"Iya, coba aja kalo Deon yang nembak gue" Uh gue pasti bakalan jadi cewek terbahagia sejagat raya ini." Eryn menerawang penuh harapan.
"Jadi, elo masih ngarepin Deon"" tanya Ugun.
"Elo kan, tau! Deon tuh cowok yang bikin gue penasaran setiap hari. Gue nggak pernah akrab sama dia. Tapi, gue selalu ngerasa deket sama dia!"
Ingin banget rasanya Ugun nangis waktu itu
juga. "Bukannya elo pernah bilang, kalo sahabat nggak mungkin jadi pacar"" tanya Ugun.
"Gue nggak pernah bilang gitu sama elo!" jawab Eryn sengit.
Ugun malah menggigit kuku di jarinya yang mulai meman-jang. "Salah orang kali, ya""
"Iya, elo emang suka gitu!" jawab Eryn.
"Berarti, kalo gue nembak elo ... bisa, dong"!"
tanya Ugun. Eryn tertawa puas dan geli mendengarnya. "E-lo suka sama gue" Nggak mungkin!"
"Lho, kenapa"" Ugun mencoba meyakinkan.
"Karena elo milik Ghea dan gue suka Deon. Lagian, gue sama Deon udah janji bakalan nyomblangin elo berdua!"
"Apa semua itu bisa bikin elo seneng"" tanya Ugun nelangsa.
"Seratus persen. Kalo elo sampe jadian sama Ghea, elo adalah orang pertama yang ngembaliin kebahagiaan gue dan elo pun bakalan jadi orang pertama yang ngertiin gue!" Eryn ngeyakinin Ugun.
Ugun yang mendengar kejujuran Eryn pun berniat untuk mengubah tekadnya.
SEMINGGU sudah Ugun digosipin suka sama Ghea. Parahnya lagi, sekarang
guru-guru mulai menggodanya. Apalagi kalo guru kesenian. Kemarin, Ugun dipaksa untuk melukis wajah Ghea yang tegang waktu melakukan panjat tebing. Sumpah, Ugun gondok abis. Udah tau tangan buntetnya nggak ada turunan darah seniman, eh Bu Nifa maksa-maksa. Ugun terpaksa mohon-mohon sama Deon yang setingkat lebih maju darinya. Catet, hanya pelajaran seni rupa! Dengan semangatnya yang nyaingin para pahlawan yang udah gugur di
medan perang, Deon melukis dengan penuh keikhlasan. Di bawah lukisan itu, ditulis sebuah puisi.
Dari jauh, aku selalu menatapmu Tajam tanpa sekali aku ragukan Ingin rasa hati menahan bayangan itu Jangan ...
Jangan kau pergi dari mimpi manis ini Meskipun bayangan itu terus berjalan Kuyakini kau akan hadir di siang nanti Biarlah angin yang menjadi saksi keindahan Biarlah petir menghalang hasrat kerinduan Dan kau harus tau,
Biarlah lukisanku menghiasi bingkai hatimu ... -UgNDeon juga membacakan puisi itu di tengah lapangan. Jelas aja Ugun panik dan hanya bisa ngumpet di WC cowok.
"KE mana aja Gun, dari tadi gue nyari elo!"
"Nyari gue"" Ugun masih terbius dengan aksi nekat Deon siang tadi.
"Ho-oh, Gentong! Dari tadi elo jadi bahan o-brolan orang-orang. Gue juga sampe ngiri!" jawab Deon heboh.
"Yon, gue pusing ama jalan pikiran elo," Ugun nyolot sama Deon yang cuek bebek. "Elo jangan seenaknya ngambil keputus-an sendiri. Apa elo nggak mikirin gimana efek sampingnya kalo Ghea ketemu sama gue" Gue bisa diomelin sehari sema
Untuk kedua kalinya, Ghea menabrak perut gentong Ugun. Sekarang reaksinya beda, nggak ceriwis seperti pertama kali mereka ketemu.
"Ha ... ha ... hai"" Ugun dibuat gugup oleh Ghea. Entah kenapa, Ugun bisa salting kayak gini. Ugun merasakan hawa yang sama seperti saat Eryn di dekatnya. Tapi, untuk yang satu ini berbeda. Hawa Ghea sedikit lebih kuat, sampai-sampai semua bagian tubuh Ugun merasakannya.
"Hei!" jawab Ghea polos.
Setelah saling tatap, keduanya pun pergi. Yang terjadi sekarang adalah adegan seru dan cukup romantis. Ghea ke kiri, Ugun ikut ke kiri. Ugun ke kanan, Ghea ikut ke kanan juga.
"Elo duluan aja yang lewat!" perintah Ghea yang terlihat kesal.
"Ke ... kenapa gue" Ladies ftrst, dong!" Lagi-lagi, bibir tebal mirip cabe gendot kegemaran ibunya waktu ngidam pun susah untuk Ugun gerakkan. Dalam beberapa detik, peri hijau menyihirnya dan mengutuk bibirnya untuk terkujur kaku menyaingi bongkahan es yang ada di film Titanic.
"Udah deh, cowok duluan juga nggak apa-apa!" sewot Ghea.
Ugun semakin pusing 77 keliling. Dilewatinya Ghea yang terlihat cocok dengan atribut
memanjatnya yang dia pakai seminggu tiga kali.
KALO Ugun uring-uringan dengan Ghea dan sikapnya yang sedikit berubah, sekarang giliran Deon yang kelimpungan lantaran Eryn super semangat menjadikan ekskul pom-pom dan PA alias pecinta alam kompakan.
Ghea memang salah satu anggota PA yang terkenal dengan fisiknya yang kuat dan latihannya yang berat. Ekskul satu ini memang membutuhkan nyali yang besar untuk menjalankannya. Selain harus kuat menghadapi kencangnya angin malam, mereka pun diharuskan memiliki nyali besar untuk kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan setiap sebulan atau dua bulan sekali.
"Yon, jadi, kan"" Eryn membuka topik pembicaraan.
"Jadi apanya" Makhluk jadi-jadian maksud elo"" Deon nggak ngerti maksud Eryn.
"Iiih Eryn berkesan centil. Tongkat penyangganya sengaja dia letakkan di samping kursi agar mudah diraih bila keusilan Deon kumat.
"Elo kenapa, sih" Gue nggak ngerti!" Deon makin bingung.
"Itu ... niat buat nyatuin Ugun sama Ghea. Kayaknya mereka serasi! Kalo hal itu sampai terjadi, gue seneng banget." Eryn sangat berharap Ugun sama Ghea jadian.
"Emangnya si Ghea mau sama si Ugun"" Deon ragu.
"Mau aja kali. Emang kenapa" Dia terkenal,
adiknya Apip kelas 3, pinter juga puji Eryn.
"Oke, itu baru sisi baiknya dia! Nah, elo sendiri tau kan, perut Ugun kayak karung beras yang mau meledak. Belum lagi doyan kentut ama sendawa!" beber Deon membuka aib Ugun.
Eryn tersenyum penuh arti. "Ugun masih mending kali, waktu SMP dulu pacar Ghea lebih parah lagi. Mungkin, badannya dua kali lipat dari Ugun!"
"Apa" Dua kali lipat"" Deon hampir pingsan. "Ugun aja udah nyusahin orang banyak, jimana yang dua kalinya" Nggak kebayang gimana itu manusia bisa sampai ke dunia!" Deon menggeleng.
"Gini aja deh, buat pembuktiannya, kita bikin acara untuk mereka berdua! Ketemuan di mana, kek!" usul Eryn.
"Terserah elo deh, gue mau ke WC dulu." Alasan sebenar-nya karena Deon melihat Chia melewati kelas.
"YON!!!" teriak Eryn.
Jebakan Deon BU ini, Deon dan Ugun sengaja menghabiskan waktu untuk latihan pom-pom. Tenaga mereka diperas oleh para senior dan manajer yang telah menandatangani kontrak dengan berbagai pihak yang tertarik dengan aksi lima belas cowok konyol tersebut.
"Gila. Hari ini capek banget!" keluh Deon.
"Iya, nih." Ugun memeras handuk kesayangannya yang penuh keringat.
Deon langsung pindah posisi. Air keringat hasil perasan Ugun banyak banget.
"Bau banget, Gun!" keluh Deon.
"Masa, sih" Padahal, gue baru nggak mandi dua hari!" sahut Ugun enteng.
"Pake parfum kek, deodoran, atau apa aja biar wangi." Deon nutupin hidungnya yang mancung.
"Mahal, buang-buang duit aja!" jawab Ugun.
Tak lama, dari arah luar terdengar teriakan yang cukup mengagetkan dan menggemparkan seisi ruang pom-pom. Anak-anak kelas dua dan kelas tiga nggak kelihatan.
"Gun, Ghea pingsan, tuh!" Seseorang ngasih tau Ugun.
Siapa pun orang itu, Ugun nggak suka! Seenaknya minta bantuan Ugun, pacarnya bukan,
sodaranya juga bukan. "Gun ... Gun Ghea!" serentak anak-anak pom-pom lainnya teriak.
"Apaan, sih" Ya kalo pingsan, kenapa emang" Kok, yang ditunjuk-tunjuk gue!" sergah Ugun.
"Alaaah ... nggak usah bohong! Apa puisi yang di tengah lapangan itu kurang membuktikan"" Deon membual lagi.
"Gun, plis banget. Ghea butuh bantuan elo!" mohon Eryn.
Duh, gimana, nih" Masalahnya, kali ini Eryn yang me-mohon sambil terus narik-narik tangan Ugun.
MESKIPUN cuaca mendung dan gelap, anak PA masih men-jalan-kan rutinitasnya memanjat tebing buatan setinggi 12 meter. Suasana Dakhega memang dijejali anak-anak cowok yang ingin melihat cewek cantik yang doyan manjat. Tanpa ngasih sedikit pun jalan dan ruang, mereka terus mengerubungi Ghea.
Ugun menghampiri Ghea yang pingsan, dilihatnya wajah Ghea yang pucat banget. Bagian bawah matanya mencekung dan hitam. Bukan hanya itu, bibir dan kuku-kuku di jemarinya ungu kebiru-biruan. Ugun segera merogoh saku kirinya dan mengambil kayu putih untuk menyadarkan Ghea.
"Mmm Mencium aroma kayu putih,
perlahan-lahan Ghea membuka kedua matanya. Mata yang sendu dan sayu itu terlihat bingung dengan keberadaan orang-orang di sekeliling-nya.
Tanpa Ugun sadari, Ghea ternyata ada di pangkuannya.
"Buruan, teh manis angetnya mana"" perintah Ugun ke siapa aja.
Deon yang ada di samping Ugun melemparkan perintah Ugun sama teman di sebelahnya, terus yang di sebelahnya estafet merintahin sampe orang terakhir.
"Ini, Gun!" kata Deon sambil menyodorkan teh hangat.
Dengan cekatan, Ugun mendudukkan Ghea dan ngasih minum.
Ghea minum air teh yang disodorkan Ugun. "Makasih ya, Gun," kata Ghea tulus.
Ugun tersenyum tanpa beban.
MESKIPUN tak sebesar rumah Deon dan Eryn, rumah Ghea yang berada di pinggiran Jalan Halim itu tampak bersih dan asri. Kedua orangtua Ghea merupakan salah satu seniman Bandung yang sangat terkenal.
"Yah, ini lho, yang namanya Ugun. Yang kemarin ngasih lukisan sama Ghea!" Ghea ngenalin Ugun
sama ayahnya. Pembicaraan dimulai di ruang tamu. Om Tiko, ayah Ghea yang belepotan cat minyak, mendatangi ketiga teman putrinya. "Ini yang namanya Ugun"" tunjuknya ke arah Ugun.
"Hebat, Om nggak salah tunjuk!" ujar Ugun bangga.
"Jelas, dari hawa yang Om rasakan. Om tau, mana tangan calon seniman besar yang berani mengolaborasikan lukisannya dengan baitan puisi yang tak kalah cantiknya!"
BLEP... ! Spontan Ugun kaget, ternyata hasil karya Deon sampai juga ke Ghea.Dasar, brengsek elo, Yon!!! Liat aja pembalasan gue nanti, maki Ugun dalam hati.
"Kalo Om mau tau, sejak SD dia sering juara melukis, memahat, dan mengukir!" Lirik Deon dengan mata penuh kelicikan. Akhirnya, gue berhasil buat elo kebingungan, Gun!
"Wow, fantastik! Jarang ada anak muda seperti kamu yang sering menjuarai perlom
baan semacam itu. Anak gadis Om yang satu ini aja, geleng-geleng kepala melulu kalo diminta ikutan lomba seni!" puji ayah Ghea.
Ugun yang nggak mengerti apa pun hanya diam. Dipandanginya satu per satu mata ketiga temannya. Terlihat Eryn yang begitu bangga dengan hasil karya Deon. Sementara Ghea, sebal dengan lontaran kalimat ayahnya yang terus menjatuhkannya.
Suasana jadi diam dan hening, yang terdengar
hanyalah siulan burung dan luncuran air mancur yang ada di halaman belakang.
"Maaf ya, nunggu lama, ini Tante bawain puding sama kue tart!" Ibunya Ghea datang sambil membawa puding mangga spesial dan tiramitsu rasa cokelat dan vanila. Tak lama kemudian, minuman dingin dan hangat pun datang.
"Tau nggak, Tante Lika pinter banget masak. Sekarang aja udah jadi ketua chef di salah satu hotel berbintang di Bandung!" Eryn ngasih pengumunam sama Deon dan Ugun.
"Kalo gitu, elo bisa belajar banyak dong, Gun!" sahut Deon.
"Uhuk ... uhuk ...!" Ugun kaget banget. Akal bulus apa lagi yang akan Deon lontarkan.
"Emang, Ugun suka masak"" tanya ibu Ghea.
"Bukannya suka lagi Tante, dia jago banget! Makanya, perutnya bisa sebesar ini." Deon meyakinkan ibu Ghea.
"E ... e ... nggak kok, Tante! Deon emang suka bercanda." Ugun jadi salting dan kesel banget sama Deon.
Ayah Ghea semakin bangga sama prestasi U-gun. "Kamu memang anak muda yang rendah hati."
Hahaha rasain, Gun! tawa puas Deon dalam hatinya.
Mereka pun menyantap hidangan sampai habis. Ugun rada-rada jaim walaupun habis paling banyak. Setelah makanan habis, mereka pamitan pulang.
"Makasih ya Gun, buat apa yang udah elo lakuin! Gue nunggu..." ucap Ghea menggantung.
Nunggu" Nunggu apanya" Nunggu gue mati dadakan akibat bualan Deon" Oh, tidaaak! Jangan sampai hal nggak mengenakkan itu terjadi. Tuhan, aku mohon dengan sepenuh dan setulus hati. Bila saja Engkau mengabulkannya, aku akan berpuasa selama satu bulan penuh, eh seminggu aja Tuhan, kalo sebulan aku bisa pingsan setiap hari. Deon berdoa penuh harap.
"YON, elo makin gila nih, kayaknya! Rasa-rasanya, gue udah harus ngembaliin elo ke rumah sakit jiwa!" kata Ugun kesal.
"Kenapa Gun, elo takut kalo bonyok Ghea minta elo nunjukkin semua bakat elo yang fiktif itu"" tanya Deon.
Ugun hanya tertunduk. Dia masih sibuk membuka sepatu bodolnya yang menyaingi bau keteknya.
"Nggak tau juga, gue pusing!" keluh Ugun.
"Kalo elo nggak suka sama dia, ngapain elo mesti pusing gitu. Wajah elo itu makin jelek kalo pusing. Nggak enak nih, mata gue ngeliatnya kalo elo tiap hari pusing!" Deon meng-alihkan pandangannya ke pot bunga yang sudah tak layak dipajang. "Elo nggak risih tinggal di sini" Apa nyokap elo nggak punya daya seni, pot bunga udah belah
gini masih dipaksain!"
"Itu pot kesayangannya. Biarin aja kayak gitu," jawab Ugun.
Deon semakin bingung menyaksikan kepahitan yang Ugun alami. Ternyata, kehidupan Deon sangat berkecukupan, meski-pun dirinya selalu merasa kesepian.
"Tapi Yon, elo mesti tanggung jawab semua ini!" Ugun membuyarkan lamunan Deon.
"Tanggung jawab apa"" Deon bingung.
"Elo kok, gitu" Elo yang udah buat apinya, elo juga yang harus hilangin asepnya!" Ugun sewot.
"Masa kayak gini aja elo takut, kita udah masuk arena pertandingan. Pantang buat mundur, kecuali kalo elo emang banci!" sahut Deon.
Jelas aja Ugun menolak disebut banci. Orang yang lebih pantas disebut banci di mata Ugun adalah Deon. Cowok usia 15 tahun yang masih suka dikelonin nyokapnya, suka disuapin, suka dimandiin, suka takut kalo Chia lewat, suka nggak bisa nahan emosinya, suka ingin miliki semuanya, dan satu hal yang terpenting ... suka bikin orang lain sengsara.
"Gini deh beberapa hari ini, elo harus bisa ngebuat seorang Ghea il-feel!" Deon nengok isi rumah Ugun yang sepi. "Dengan kentut elo yang bau bercampur sendawa elo yang mirip lolongan srigala, gue rasa bonyoknya plus si Ghea sendiri bakalan jijik dan mual ngeliat wajah elo," usul Deon.
"Tapi, kalo cara itu nggak berhasil"" Ugun ragu.
Deon terlihat berotak, kini cara bicara mulai menyaingi seorang MC.
"Elo buat lukisan hasil tangan sendiri dan elo buat masakan yang keasinan, kepedesan, kemanisan, atau fatalnya
nggak ada rasa! Jimana" Hebat, kan"" Deon tetep maksa sama usulnya.
Elo memang hebat, Yon. Hebat ngehancurin gue! Cewek yang gue taksir itu bukan Ghea, tapi Eryn. Cuma, dipikir-pikir, Ghea juga baik, rasa-rasanya ada bisikan gaib kalo gue pantes buat dia, batin Ugun.
AROMA minyak nyong-nyong bunga melati dicampur bunga mawar, diracik daun sirih, dan dibubuhi jeruk nipis telah tersaji di atas meja belajar Ugun. Ibu yang bingung melihat polah anaknya, lantas mengintip dari balik tirai. Rasanya ada yang ganjil. Terlihat putra bungsunya itu berdandan rapi di depan kaca. Baju yang dia pakai tidak seperti biasanya.
Hari ini Ugun merasa senang, Eryn yang dia cintai mengajak-nya untuk makan malam bersama. Meskipun ada Deon yang menjadi penghalang utama, kebahagiaan Ugun tak hilang walau satu persen pun.
"Gun, mau ke mana" Tumben!" Ibu mendekati Ugun.
"Ibu mau tau aja. Ini acara anak muda, dong." Ugun terus dandan sampe klimis.
"Jangan bilang kamu mau jualan obat di alun-alun! Biasanya, tukang obat suka pakai baju rapi kalo mau nawarin obat-obat bawaannya!"
"Ampuuun Ibuuu ...." Dipukulnya jidat hitam U-gun. "Siapa yang mau jualan obat abis magrib gini"" Ugun lumayan kesel.
"Terus"" Ibu mulai serius mendengarkannya.
"Mau dinner, dunk!" jawab Ugun senang.
"Apa" Kamu mau tiner"" Ibu lantas mengambil sapu lidi yang ada di atas kasur Ugun. Dengan gaya ala preman, ibu memukul pantat Ugun. "Dasar anak nggak tau diri, sempet-sempetnya buat bunuh diri, pake acara minum tiner segala! Kamu kira Ibu bodoh, sampai-sampai nggak ngerti maksud kamu"" Ibu terus menghantam Ugun dengan sapu lidi.
"Ampuuun, Bu! Siapa yang mau bunuh diri"" U-gun kesakitan akibat pukulan ibunya.
"Nah, yang tadi, apa" Kamu mau minum tiner, kan" Kamu mau ninggalin Ibu, Bapak, sama kakak-kakak kamu" Hiks ... hiks!" Ibu duduk dan menunduk. "Meskipun kamu nggak bahagia jadi anak Ibu. Tapi, Ibu mohon jangan sampai ngelakuin perbuatan dosa, Gun! Hiks ... hiks!" Ibunya sedih membayang-kan apa yang akan terjadi sama Ugun.
"Bu ...." Ugun merangkul pundak ibu. Mau nggak mau, Ugun harus menceritakannya dengan panjang lebar. "Yang Ugun maksud itu dinner, artinya makan malam. Gini nih, kalo salah denger!"
Ibu yang malu mendengarnya segera menghapus air mata. Maklum, ibunya Ugun nggak ngerti bahasa Inggris.
"Emang, kamu mau pergi sama siapa"" tanya
ibu. "Berdua sama Deon."
"Berdua"" Ibu menaikkan jari telunjuk dan jari tengahnya. "Lama-lama, Ibu jadi curiga, jangan-jangan kamu sama Deon ...."
Ugun makin bete. "Apa kamu pernah nonton sinetron yang judulnya Azab Seorang Homo"" tanya ibu lagi.
Untuk ke sekian kalinya, Ugun nggak ngerti jalan pikiran ibu yang selalu menuduh sesuatu tanpa ada bukti. "Bu, mana buktinya kalo Ugun homo" Lagian, kalopun iya, mana mau Ugun sama dia! Udang cungkring, ceking, nggak berotak, manja
"Eh, benci sama cinta itu tipis perbedaannya! Dulu aja Ibu bencinya bukan main sama Bapak kamu. Padahal, waktu dulu banyak pengusaha sukses yang ngejar-ngejar Ibu. Tapi sekarang, meskipun dia nggak punya apa-apa, Ibu cinta banget sama Bapak kamu."
Lho, jadi curhat-curhatan gini"
Dinner, Neeeh ! "'Ryn, kita mau makan di mana, nih"" tanya Ugun yang terus menoleh ke belakang. Malam Minggu, jalanan macet.
"Rahasia dong, bukan surprise namanya!"
Ugun manggut-manggut dan terus menatap E-ryn dengan tajam. Bedanya, malam ini jantung Ugun terus berdetak kencang. Biasanya, kalo udah gini, akan ada suatu peristiwa yang menimpanya. Untuk mengisi kehampaan, dengan cekatan Deon memutar MP3.
"Yon, gue juga punya MP3 yang ini! Kok, selera musik kita sama"" tanya Eryn.
Deon diam sambil terus konsen nyetir mobil.
"Lagu-lagunya enak banget. Bener nggak, sih"" tanya Eryn.
"Iya, makanya gue beli juga!" jawab Deon.
"Lain kali, kita beli bareng yuk, kayaknya asyik bisa pergi sama orang yang suka musik!" Eryn yang semangat, terus mengguncang jok yang Deon duduki.
"Aduh iya, kapan-kapan tapinya ...."
Habislah sudah harapan Ugun untuk merebut hati Eryn. Mungkin, Eryn memang ditakdirkan untuk Deon. Meskipun cintanya bertepuk sebelah tangan, Eryn masih mempertahankan Deon. Lain dengan
Ugun yan g mudah patah semangat, mudah menyerah apabila keinginannya nggak terwujud. Tampaknya, Ugun memang harus membuka lembaran baru untuk cewek-cewek yang mengejarnya.
"Lho, ini kan, rumah Ghea"" Ugun kaget waktu mobil Deon berhenti. Lantas, ia mulai yakin kalo ini permainan Deon dan Eryn.
Ugun memang belum benar-benar menyukai Ghea, tapi dia masih punya hati untuk menunjukkan rasa malunya. Gimana kalo besok dan seterusnya ada gosip kalo Ugun nggak tau etika dinner di rumah orang.
"Selamat dinner ya, Gun!" pesan Eryn yang senang bisa berduaan sama Deon.
"Mudah-mudahan, bonyoknya nggak minta elo pamer macam-macam, hehehe ...!" tawa puas Deon yang langsung pergi meninggalkan Ugun.
"DAAAH!" Deon dan Eryn langsung menurunkan Ugun.
Selang semenit keduanya pergi, tiba-tiba Ghea datang mengagetkan Ugun.
"Hai Gun, keren banget elo hari ini!" puji Ghea.
"Eh elo! Gue kira siapa"" Ugun serbasalah.
"Elo udah nunggu lama"" tanya Ghea.
"Nggak, tenang aja lagi. Gue cuma tegang de-ket cewek cantik!" Ugun keceplosan.
"Ayo masuk, ayah sama bunda udah nunggu kamu dari tadi! Kata Eryn sama Deon, kamu mau bikin sesuatu di depan kita!" ajak Ghea.
Mati, gue!!! Om Tiko dan Tante Lika yang tampak serasi
dengan gaun formalnya, udah siap menyambut kedatangan temen cowok anak kesayangan mereka. Ugun tidak tau, apakah dia pantas untuk ikut duduk di meja makan itu"
"Ya, ini dia orang yang dari tadi kita tunggu!" ujar Ghea.
Ugun bangga banget dan ditunggu-tunggu layaknya tamu kehormatan negara.
"Ayo, kemari! Duduk di sebelah sini!" Ayah Ghea menarik Ugun ke dekatnya.
"Om, Tante, mohon maaf sebelumnya kalo U-gun telat datang!" ujar Ugun.
"Nggak masalah kok, kamu datang saja kita semua sudah senang, apalagi Ghea!"
Dengan gaun merah mudanya, Ghea tersenyum penuh arti. Kalo udah gini jadinya, bukan Ugun namanya kalo tidak bisa memprediksi isi hati seseorang.
"Karena tamunya sudah datang, ayo kita makan!" ajak ayah Ghea.
Ternyata, cara makan di rumah Ghea cukup sulit dan beretika. Dalam satu piring terdapat sendok, garpu, dan pisau. Sendok yang disajikan pun beraneka ragam. Seperti halnya sendok kecil yang disisipkan di sebelah mangkuk sup mini.
Yummiii.... "Ugun, apa kamu tau apa perbedaan steak yang Tante buat"" Bunda Ghea mulai membuka obrolan.
Mendengar free test itu, tenggorokan Ugun rasanya tersedak.
Gue harus jawab apa" Sepeka-pekanya lidah gue, steak ini rasanya sama aja kayak yang biasa.
"Mungkin, mericanya sedikit lebih banyak. Dan satu lagi Ugun berlagak seorang pengamat
makanan. " "Dagingnya direbus agak lama, sehingga siapa pun yang memakannya tidak akan kesulitan!"
Tante Lika tersenyum. Lagi-lagi, senyum penuh
arti. Ugun memang bukan seseorang yang hebat memasak seperti apa yang Deon ceritakan seminggu lalu. Ugun hanyalah anak gendut yang doyan memakan segala, sehingga Ugun dapat dengan jelas membedakan suatu makanan.
"Hebat, kamu memang pintar!" puji bunda Ghea.
Berarti, kesempatan gue hidup panjang masih
ada. "Sekarang, coba kamu rasakan sup itu. Apa ada yang beda"" tanya bunda Ghea lagi.
Ugun mencicipi sup warna-warni itu dengan penuh gairah.
"Sruuup ...."

Pom-pom Boys Karya Putri Arsy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketiga orang itu pun mengikuti jejak Ugun.
"Mmm, kalo saya nggak salah, Tante menggunakan kaldu alami dari air hasil rebusan daging sapi sebagai pengganti penyedap rasa," komentar Ugun sok yakin.
"Yah, kayaknya Bunda harus hati-hati sama Ugun!" celetuk Ghea.
"Hahaha ...!" Semua tertawa senang.
Aduh, perut Ugun kembali bergejolak. Sebuah
siulan besar akan terdengar ricuh menyelubungi ruangan makan ini.
Jangan ... jangan di sini! Tolong tahan sebentar sa ....
DUUUTTT ...! Meskipun tidak terlalu panjang dan nyaring, wajah bulat Ugun langsung merona.
"Harmonis sekali, aromanya pun begitu wangi!" Entah suara siapa itu.
Ulangi! Coba ulangi sekali lagi" Baru kali ini ada orang yang memuji kentut Ugun, mana dikasih embel-embel wangi lagi! Ada manfaatnya juga Ugun meracik bermacam-macam bunga yang dia curi di halaman Pak RT.
1. Bunga Melati : menandakan aroma seorang
dewi. 2. Bunga Mawar : menyebarkan keceriaan yang
membawanya 3. Daun Sirih : memberi kebebasan selama bepergian. 4. Jeruk Nipis : men yegarkan setiap kegiatan.
"Maaf lagi ya, Om, Tante, Ghea. Yang tadi bener-bener nggak sengaja. Kelepasan!" Ugun menahan malu.
"Nggak kok, justru itu satu poin lebih yang kamu punya!" kata ayah Ghea.
"Apa kamu mau melihat galeri punya Om""
"Gun, galeri ayah udah mirip toko lukisan, Ion!"
Ugun tampak kacau. Pasti, sehabis ini dirinya mendapatkan free test yang tidak kalah menegangkan. Lorong-lorong kecil berlampu redup ini menjadi saksi bisu keakraban dirinya dan ketiga orang yang berjalan di depannya. WOW! Memang benar apa yang Ghea ucapkan. Ruangan bercat biru itu penuh dengan lukisan ayahnya. Berbagai macam piala pun tertata rapi di lemari ukiran paling pojok.
"Gimana" Apa kamu tertarik punya galeri mungil ini"" tanya ayah Ghea.
"Pasti dong, Om!" jawab Ugun mantap.
"Gun, boleh dong, kalo gue minta elo bikin lukisan di galeri ayah"!" tawar Ghea.
"Ini, Om sudah siapkan kuas dan catnya!" sodor ayah Ghea.
Tanpa bisa menolak, Ugun menerima alat-alat
itu. "Gun, kok, keliatannya elo tegang"!" tanya Ghea.
"Siapa sih, orang yang nggak tegang kalo disuruh ngelukis di galeri pelukis terkenal"" bela Ugun yang grogi.
"Ah, bisa saja! Om dan Tante tinggal dulu ya, nanti kalo sudah selesai, Om ke sini lagi!" pamit ayah Ghea.
"Ba ... baik, Om!" balas Ugun hormat.
Ugun terus menarik napas. Berdoa khusyuk agar hasil lukisannya tidak mengecewakan. Tanpa sadar, sekarang tinggal Ugun dan Ghea di galeri itu. Ghea tampak bahagia. Sepanjang kedatangan Ugun, Ghea terus melebarkan senyumnya. Seserius Ugun menggerakkan kuas, Ghea terus memerhatikannya dengan saksama. Tanpa ada keraguan, Ugun berjanji untuk membuka hatinya kepada cewek yang tulus menerima keadaannya.
"Kok, elo ngeliatin gue terus"" tanya Ugun geer. "Ge-er! Gue lagi ngeliatin lukisan Jet Lee di belakang elo, kok!" jawab Ghea.
Ugun membalikkan badannya. "Ooo ... kembar-an gue""
"Hahaha ...!" Ghea tertawa senang.
Bukan Ugun namanya kalo nggak bisa buat orang di sekitar-nya tertawa terbahak-bahak. Dengan menutup kedua matanya, Ugun mulai menggoreskan kuas ke atas kanvas. Inilah trik baru seorang calon pelukis besar.
"Bismillaaah Tiga goresan sudah menghiasi kanvas yang ada di depan mata Ugun.
"CIAT-CIAT-CIAT ...!" Jurus kedua pencak silatnya Ugun keluarkan. Tanpa memikirkan segi keindahannya, Ugun terus mengolaborasikan warna dengan sembarangan.
TARRAAA ...! Bukan sulap bukan sihir, lukisan yang Ugun bikin udah selesai. Kalo diamati dari jauh, mirip gunung Merapi yang mau meletus. Tapi kalo dari deket, mirip kambing gila yang kecebur got.
"Gimana, udah selesai, Gun"" tanya Ghea.
"Kayaknya udah!" Wajah Ugun yang penuh cat pun tak dihiraukannya.
"Gun, itu di pipi elo ada cat!" tunjuk Ghea.
"Wah, pasti gue makin ganteng. Ini, ya"" Raba
Ugun ke pipi sebelah kanan.
Karena gemas melihat Ugun yang salah, Ghea ngebersihin pipi Ugun.
"Makasih!" ucap Ugun tulus.
"Ehm ... ehm ...!" Ayah Ghea menghampiri mereka.
"Om, maaf kalo lukisannya jelek!" Ugun tersipu
malu. Om Tiko nggak menjawab dan langsung bersemangat melihat lukisan Ugun.
"Hebat, lukisan abstrak ini sungguh indah!" puji ayah Ghea tulus dan kagum.
Surprise! Malam ini Ugun dapet pujian bertubi-tubi.
"Om, Tante ... Ugun pulang dulu," pamit Ugun.
"YON!" Deon terusik. Angin malam terus menerpa rambutnya.
"Eee ... kenapa"" Mata Deon masih tertutup rapat. Berat rasanya melepas wajah Chia yang mampir di mimpinya.
"Udah malem, kasian si Ugun!" kata Eryn.
"Ugun"" Mata Deon sedikit terbuka. Yang terlihat hanyalah langit malam penuh taburan bintang.
"Buruan, udah jam sembilan kurang, nih!" desak
Eryn. Deon menghela napas dan mencoba bangkit. Biasanya, kalo udah malas-malasan gini, Ugun orang pertama yang menariknya untuk bangun. "Elo masuk aja duluan!" perintah Deon. Eryn yang terhipnotis perkataan Deon, lantas bergegas pergi.
Wuaaa! Nggak mungkin! Waktu Deon membuka pintu mobilnya, ia melihat Chia dan empat cowok lagi berjalan santai.
"Chia" Lagi ngapain elo di sini"" tanya Deon. Dengan rokok mahal yang terus diisapnya, Chia sama temen-temennya berjalan sedikit gontai.
"DEON!!! KENAPA SIH, ELO"" teriak Eryn.
Tanpa menjawab pertanyaan Eryn,
Deon masuk mobil dan mulai menginjak pedal gas.
Dilema banget "WAH, dinner tadi malam sukses besar, nih!" goda Deon.
"Sukses ... sukses!" Ugun melempar penghapus papan tulis yang ada digenggamannya. "Kalo niat elo mau ngehancurin hidup gue, elo udah sukses besar!"
"Lho, buktinya elo masih hidup, kan"" Deon mendekatkan telinganya ke dada Ugun. "Bernapas lagi!"
"Euuuh, susah ngomong sama orang yang suka nyusahin orang lain!" keluh Ugun.
"Trus, elo mau marah-marah, mukul gue" Nih, pukul!" tantang Deon.
Ugun tak bersemangat meladeni. Jangankan untuk memu-kul Deon, untuk jalan aja susahnya bukan main.
"Gun, maafin gue! Gue salah sama elo. Gue cuma pengin bikin elo bahagia. Kayaknya, Ghea cocok buat elo. Selain cantik, dia juga baik. Dia ama keluarganya nggak ngeliat fisik atau materi elo. Kalo elo mau gue minta maaf, gue bakal ngelakuinnya!" kata Deon.
"Tunggu, Yon!" Deon terlihat senyum puas. Ugun memang mudah terlarut dengan ucapan-ucapan yang dapat
meluluhkan hati si Pendengar.
"Kenapa, Gun"" tanya Ugun.
"Elo nggak usah bilang ama Ghea ...."
"Ah, berarti elo naksir beneran sama dia"" goda Deon yang menggelitiknya. "HOREEE GUE
MENANG!" Tanpa diduga-duga, Deon melakukan loncatan refleks dengan pendaratan yang jauh dari kata sempurna. Kaki bagian kanannya terkilir. Yang tersisa hanyalah rasa sakit akibat karmanya sama Ugun. "Aduuuh Gun, sakit banget kaki gue!!!" teriak Deon.
"Elo sih, terlalu happy ending1. Gue yang jadi tokoh utamanya aja biasa-biasa. Eh, elo yang cuma jadi peran pembantu pake acara loncat-loncat segala!" protes Ugun.
UGUN masih menantikan kedatangan Ghea yang belum selesai latihan manjat. Kalo ditanya asalnya dari mana, Ugun sendiri nggak tau harus ngejawab apa. Baginya, hari yang lalu biarlah berlalu, sambut hari esok dengan tangan terbuka.
Udah empat hari belakangan ini, Ugun mengganti status-nya. Tepat di pesta ulang tahun Ghea yang ke-16, Ugun nembak Ghea. Semua pada senang dan ngasih selamat. Meski-pun Ugun udah jadian sama Ghea, di lubuk hatinya yang sulit di jangkau itu masih menyisakan tempat untuk Eryn.
Bagi Ugun, Eryn adalah segalanya.
"Makasih ya, Gun, elo udah bahagia-in gue!" Sambil menitikan air mata, Eryn menjabat tangan Ugun.
"Kalo elo bahagia, gue adalah orang pertama yang ngerasain kebahagiaan elo!" jawab Ugun.
"Ternyata, elo nggak berubah, Gun!" puji Eryn.
"Sampai kapan pun, gue nggak akan dan nggak mungkin berubah, Ryn! Elo bisa pegang semua ucapan gue. Gue bakalan selalu ada di saat elo butuhin!" tegas Ugun.
"Gue titip Ghea ya, Gun. Gue nggak mau dia sedih lagi kayak dulu," pinta Eryn.
"Pasti, demi elo!" janji Ugun.
Seperti halnya lagu, cinta memang tak selamanya harus memiliki. Meskipun Ugun nggak bisa ngedapetin Eryn, senggaknya dia pernah bikin cewek yang dicintainya bahagia. Dengan statusnya sekarang, Ugun masih bisa mandangin wajah Eryn yang berseri-seri. Ugun masih bingung dengan arti cinta sejati.
"Ngapain elo ngelamun, bukannya latihan"!" bentak Chia.
Chia, sebenernya elo cantik banget! Coba elo tunjukkin kecantikan elo dengan duduk rapi kayak cewek-cewek lainnya.
"Ngapain elo liat-liat gue" Nantangin!" Chia makin sewot.
"Mana berani gue nantangin elo," jawab Deon ketus.
"Mana temen elo" Belakangan ini, gue liat dia jalan sama anak PA. Apa elo berdua udah putus"" sindir Chia.
"Putus"" Deon nggak ngerti.
"Jangan muna deh, elo berdua pacaran, kan" Ke mana-mana selalu berdua!" tandas Chia.
"Gue sama Ugun sahabatan."
"Oh, gitu" Tapi, kenapa elo nggak punya cewek" Apa jangan-jangan elo yang nggak normal"" Chia nyerang Deon sama
pertanyaan-pertanyaannya.
"Elo sendiri" Sampai detik ini, gue belum liat elo jalan ama cowok. Berarti, jangan salahin kalo gue ngecap elo lesbi!" balas Deon sengit.
Chia tak bisa berkutik. Baginya, Deon terlalu lancang.
"Tapi, gue lain sama elo," ucap Chia kemudian.
"Lain jimana" Sama aja, kan" Kalo elo mau, gue bisa jadi cowok yang elo cari selama ini!" tantang Deon.
Sumpah, baru sekarang Chia bisa berdiri kaku di hadapan adik kelasnya.
NGGAK kerasa, empat bulan lebih Ugun pacar-an sama Ghea. Semakin lama, sifat asli Ghea terbongkar. Ghea kembali ke habit
atnya semula. Ceriwis, sok ngatur, nggak mau kalah. Bahkan, Ugun harus ikutan setiap acara PA.
Kemarin, Ugun baru ikut acara manjat gunung bareng. Mendengar kata memanjat saja keringat Ugun bukan main banyaknya. Nah, giliran disuruh manjat beneran, bukan keringat lagi yang dia keluarin. Kentut, sendawa, semuanya yang biasa Ugun keluarin.
"Gimana nih, Yon, gue dipaksa manjat gunung lagi sama si Ghea!" keluh Ugun.
"Gunung mana" Ikutan, duong!" Deon mengedip nakal.
Mendengar nada pelecehan, Ugun kesal. "Seenaknya elo ngomong!"
"Ya terus, gunung mana lagi" Perasaan, dalam beberapa bulan ini, udah banyak gunung yang elo daki!"
"Itu masalahnya. Gimana cara gue nolak"" Ugun mulai bingung.
"Jujurlah padaku bila kau tak lagi kuat," tiru Deon yang mendendangkan lagu Radja, band favoritnya.
"Serius, nih"!" tanya Ugun semangat. "Yeh, gue juga serius lagi. Cobain dulu, dijamin oke pokoknya," saran Deon.
UGUN bete nungguin Ghea selesai latihan man-jat tebing.
"Gila, hari ini capek banget! Coba tadi hujan nggak turun, gue pasti bisa nyampe puncak paling pertama. Bete banget, pokoknya minggu nanti elo mesti ikut gue manjat Gunung Semeru!" paksa Ghea.
"Gunung Semeru"" Tenaga Ugun menghilang begitu aja, kontan Ugun berdiri.
Karena bangku yang Ghea duduki tak seimbang, alias berat sebelah, alhasil Ghea jatuh dan terpelanting ke tanah. Belum lagi timpaan bangku yang tepat menimpa bagian pinggangnya.
"AWWW!" jerit Ghea.
"Aduh, elo kenapa" Sini, gue bantu!" Ugun nolongin Ghea.
Anak-anak PA yang ngeliat, pada ngetawain.
"Elo sih, berdiri segala, gue jadi jatuh!" protes Ghea.
"Maaf, gue kaget waktu elo ngajak ngedaki gunung lagi." Ugun lesu banget.
"Kenapa" Biasanya, elo fun-fun aja ngeres-ponsnya. Kok, tiba-tiba aja elo jadi sewot, nggak mau gue ajak. Elo udah janji sama bonyok buat ngejaga gue! Gimana sih, elo nggak punya pendirian banget jadi cowok." Ghea cemberut dan kesal.
"Bu ... bukan ... gi
"Bilang aja kalo elo emang pengecut, banci tau! Udah berapa kali gue bilangin, kalo elo jangan ikutan pom-pom. Pom-pom tuh ekskul yang diciptain buat para banci! Chia aja yang sok
ngomong kalo ekskulnya itu buat cowok-cowok terkenal. Nyatanya, cuma omong kosong, kan"" Ghea sewot dan nge-luarin unek-uneknya.
"Heh, gue nggak suka kalo elo jelek-jelekin pom-pom!" balas Ugun sengit.
"Pokoknya, gue kasih elo pilihan. Elo lebih milih mertahanin pom-pom atau gue"" Ghea langsung pergi meninggalkan Ugun. Tenaga besarnya sengaja dia keluarkan untuk menabrak tubuh Ugun yang besar.
Pertengkaran selalu terjadi belakangan ini, Ghea melarang Ugun kumpul sama anak-anak pom-pom, padahal sebentar lagi tim pom-pom bakalan tampil di acara ulang tahun sebuah kafe dan acara sekolah. Gara-gara itu, jabatannya menjadi ketua angkatan musnahlah sudah. Bukan cuma itu, ada ucapan terparah yang pernah Ghea keluarkan. Ghea terus-menerus memaksa Ugun keluar dari ekskul yang udah menjadi hidupnya. Kalo peristiwa itu sampai terjadi, Ugun akan kehilangan teman, sahabat, dan Eryn pastinya.
"GUN, elo kenapa" Dari tadi murung banget. Apa gara-gara Seno marahin elo"" tanya Deon.
"Kalo Seno yang ngemarahin sih, gue udah biasa, tapi ...."
"Kenapa" Ghea"" tebak Deon.
Ugun mengangguk. "Iya, udah beberapa hari ini dia nggak mau ngomong ama gue. Dia marah besar ama gue, Yon!"
"Kenapa, gara-gara elo nggak mau ikut ngeda-ki Gunung Sumeru"" tanya Deon.
"Kalo itu juga sih, gue biasa. Kali ini, permintaannya bener-bener nggak masuk akal!" keluh Ugun.
"Dia minta elo ngebalikin gunung kayak Tang-kuban Perahu" Busyeeet!!! Dia kira, elo sakti"" Deon ngebayangin gimana reaksi Ugun.
"Geblek banget sih, kalo si Ghea minta itu, gue nggak nyanggupin!" Ugun makin kesel.
"Trus, apa, dong"" Deon jadi tambah penasaran.
"Ghea ngasih gue pilihan, milih pom-pom atau
dia!" "Waduh!" Deon geleng-geleng kepala. "Kalo gini pilihannya, gue serahin ke elo, deh!"
"Mungkin, harus sampai di sini kisah cinta gue ama dia," keluh Ugun nelangsa.
"Cieee dramatis abis!" puji Deon jahil. "Gue udah mati-matian buat masuk pom-pom, masa gue mundur cuma gara-gara Ghea" Gue masih bisa kok, dapetin Ghea yang lainnya!" PROK ... PROK ...
PROK! Nggak lama, suara tepukan terdengar dari arah pintu ruang pom-pom.
"Jadi, ini pilihan elo" Pom-pom Boys" Bagus, deh! Lagian, gue udah muak punya cowok seorang banci kaleng! Kalo elo mau tau, elo itu cowok paling menjijikkan yang pernah ada. Gendut, item, jelek,
dan jorok pastinya. Elo kira, sendawaan elo itu harmonis" Elo anggap, kentut elo itu wangi" Elo rasa, tebakan elo itu jitu" Elo nyadar kalo lukisan elo itu nggak ada unsur seninya sedikit pun" BANGUN!!! Sejak awal, gue emang udah tau kok, siapa elo. Jangan harap anak satpam bisa nyaingin seniman tenar!" Kata-kata pedas itu benar-benar menusuk hati Ugun.
Dengan ketegarannya yang masih tersisa, U-gun menahan air matanya. Dari jarak yang nggak jauh darinya, Rora mengintip semua peristiwa yang menimpa Ugun. Isakan tangis membanjiri sebagian mukanya yang sudah berpoleskan bedak. Hal semacam ini yang Rora takutkan. Rora nggak mau kalo adik semata wayangnya itu merasakan apa yang pernah dirinya rasakan beberapa tahun lalu.
"Gun, sabar ya ...." Semua anak pom-pom menye-mangatinya.
"Apa elo semua nggak malu berteman sama gue"" tanya Ugun.
Semua tersenyum dan menggeleng. "Kita semua justru bangga punya temen kayak elo. Ketabahan, kekuatan, kegigihan, ketegaran, dan keberanian elo jadi contoh buat kita semua!"
"Tapi ... bokap gue cuma seorang satpam!" Ugun menunduk sedih.
Semua anak seangkatannya justru tertawa geli. "Ugun, harusnya elo bangga punya bapak seorang satpam! Coba kalo rumah gue nggak ada satpamnya, bisa kemalingan, kan"" celetuk salah seorang temen Ugun.
"Kalo perusahaan bokap gue nggak ada satpamnya, bisa kemalingan, dong!" tambah seorang temannya.
"Kalo sekolah kita nggak ada satpamnya, anak-anak bakalan leluasa keluar sekolah!" Tak lama, semua anak memuji pekerjaan bapak Ugun.
"Berarti, obsesi bokap elo sebagai Jenderal Sudirman terwujud. Secara nggak langsung, bokap elo udah ngelindungin negara kita dari para maling. Bener nggak sih, Gun"" tanya Deon.
"Ah, elo bisa-bisanya bikin hati gue berbunga-bunga!" Ugun tersipu malu.
"Pokoknya, welcome to pom-pom, Gun!" ucap semuanya serentak.
Para cowok pom-pom itu mulai menyatukan tangan. Mereka senang kalo si Perut Gentong kembali masuk tim setelah beberapa bulan sering bolos. "POM-POM ... POM-POM ... BOOOYS!!!"
SEJAK bubaran sama Ghea, semangat latihan Ugun makin meningkat. Apalagi hari tampilnya semakin dekat. Keesokan harinya, setelah peristiwa pedih itu terjadi, Ugun meminta maaf sama Eryn karena udah mengecewakannya.
"Maafin gue ya, Ryn. Gue udah ngecewain elo."
"Harusnya gue yang minta maaf sama elo!" Eryn tertunduk menyesal. "Ternyata, Ghea bukan
cewek yang pantes buat elo!"
Tapi, elo kan, Ryn" teriak Ugun cuma dalam hati. "Bukan salah elo atau Ghea! Semua ini salah gue yang terlalu pede nerimanya. Seharusnya, gue ngaca kalo gue nggak layak buat dia!"
"Nggak Gun, kita semua sama. Ghea emang gitu dari dulu, harusnya gue inget itu. Duh, gue jadi nyesel banget. Elo juga nyesel udah dengerin omongan gue, kan"" tanya Eryn.
"Gue nggak nyesel sedikit pun, Ryn. Gue justru seneng udah bisa bikin elo bahagia. Ya, meskipun cuma sesaat!" Ugun tertunduk lesu.
"Ugun, elo baik banget, sih! Coba aja yang ngomong itu Deon, mungkin gue bener-bener seneng," kata Eryn penuh harap.
Deon .... Seketika, Ugun jadi ingat kalo satu-satunya orang yang mampu membuat Eryn bahagia hanyalah Deon. Ya, DEON-lah orangnya!
Show Time! PELATARAN parkir Bandung Ceria Mal ramai banget dibanjiri anak muda yang ingin menyaksikan beberapa artis ibu kota tampil. Belum lagi, sebagian dari mereka ingin nyaksiin penampilan deretan ekskul dari sekolah yang terkenal kreativitasnya.
Dari pojok kanan, kiri, tengah, depan, dan belakang, se-mua-nya padat tanpa menyisakan sedikit pun ruang buat wartawan yang mau ngeliput acara itu.
"Cepetan, semuanya siap-siap ganti baju! Satu jam lagi kita tampil
Beginilah sibuknya di belakang panggung. Sementara para pengunjung menikmati acara, para panitia dan pengisi acara siap-siap buat mentasin yang terbaik.
"Rok gue ... rok gue mana"!" teriak Ugun yang lupa menyimpan roknya.
"Nggak tau, makanya elo jangan jorok
!" balas Deon. "Tadi, tadi ... ada di tas!" Ugun panik banget.
"Ayo, tinggal TIGA menit lagi!" Ngedenger panitia acara berteriak, kericuhan anak-anak pom-pom semakin membludak. Para artis yang melihatnya pun tak henti-hentinya menyak-sikan tingkah lucu ke-15 cowok itu. Dari memakai kostum, menguncir kedua
rambut, sampai make-up muka mereka, nggak ada satu pun yang ngelakuinnya dengan mulus.
"AUW!" terdengar jeritan Ugun waktu menabrak kening seseorang.
"Mbak Rora" Ngapain di sini"!" tanya Ugun.
"Nggak boleh" Ya, udah, gue pergi. Tapi, jangan bunuh diri kalo elo malu di depan penonton gara-gara nggak pake rok ini!" sodor Mbak Rora.
"Makasih, Mbak. Makasih banyak!" Ugun berteriak haru, tetesan air mata pun menetes begitu saja. Kedua kakak beradik itu berpelukan menandakan perdamaian.
"Maaf ya, Gun, selama ini Mbak selalu nyalahin kamu, selalu ma-rahin, selalu ngejatuhin kamu di depan bapak sama ibu! Padahal, nggak semestinya kamu yang nanggung semua ini. Nanggung rasa sakit hati Mbak sama orang kaya, terhadap ekskul pom-pom yang kamu pilih. Maafin Mbak, ya!" Mbak Rora menyesal udah nggak adil sama Ugun.
Ugun yang mulai melepas pelukan kakaknya tersenyum bahagia. Dihapusnya air mata itu dari wajah Mbak Rora yang cantik dan memang mirip sama wajah ibu waktu muda.
"Buruan ganti baju, anak-anak lain udah pada siap!" Mbak Rora ngingetin Ugun.
"Iya, Mbak! Doain, ya!" pamit Ugun.
"Pasti, Genduuut!" Mbak Rora mencet hidung Ugun.
LAMPU-LAMPU sorot mulai menyinari lima belas cowok yang udah berdiri tegak di depan panggung utama. Semua cewek berteriak histeris. Masing-masing cewek punya ke-cengan masing-masing. Dengan gaya G-style, mereka berjalan tegap menyerupai para cover boy yang tengah dinilai gayanya oleh para juri.
Ugun dengan kemeja kotak-kotak kuning, rompi kancing warna hitam, celana jins gombrang, sepatu kets putih, kaca mata jengkol plus topi koboi, makin membuat dia pede di hadapan cewek-cewek yang memotretnya dengan HP atau kamera digital.
Jadi, beginikah rasanya artis kalo lagi tampil di depan umum" Tegang, gugup, grogi, serbasalah banget! Mata yang udah nggak fokus ini cuma bisa ngeliat ke satu titik doang. Tuhan, tolonglah kami! Semoga penampilan kami yang perdana ini nggak ngecewain semuanya! doa lima belas cowok itu.
"One ...Two ... Three ... Four!" Aba-aba dari Ugun yang menjadi leader angkatannya.
Seperti anak-anak angkatan sebelumnya, cowok-cowok itu pun menari dengan lincah. Dengan pakaian yang masih "normal", mereka bergaya sok dancer profesional.
"Kereeen!" Akhirnya, ada juga yang muji gerakan mereka.
"Teng ... teng ... teng-teng ... teng ... teng ..." Selama musik nge-beat itu mengalun, para cowok itu pun mulai membuka lapisan baju mereka satu per satu.
"AAA ...!" Mendengar teriakan pertama itu, para manajer lantas datang membawa pom-pom dan tas besar yang berguna menampung baju mahal mereka. Dengan cekatan, Chia, Eryn, dan manajer lainnya memasukkan baju-baju itu.
"Buruan, lelet!" Lagi-lagi, Chia marahin Eryn yang nggak berdaya.
Baju yang tersisa hanyalah selapis tank-top pink, rok mini rempel, dan dua buah pom-pom putih yang ada di kepalan kedua tangannya. Dengan senyuman khas anak-anak cheer, mereka menari dengan penuh perjuangan. Lucunya, ketika anak lainnya mulai beraksi, Deon masih sempat-sempatnya berbalik ke belakang dan membetulkan posisi buntalan kain yang menempel di bagian dadanya.
"Yon, lagi ngapain"" tanya Ugun yang menepuk punggung-nya.
"Gun, geser terus, nih!" tunjuk Deon ke arah dadanya.
Semua anak yang menyaksikan tingkah mereka hanya tertawa. Formasi pun sempat kacau seketika karena kedua personelnya sibuk membetulkan bagian dadanya.
"Yon, kok, kita jadi ngobrol, ya"" Ugun baru nyadar kesalahan-nya.
Mereka berdua segera masuk ke formasi. Sekarang, mereka akan membentuk piramid. Deon yang berdiri paling atas pun memanjat punggung teman-temannya. Sementara Ugun yang berada di belakang, sedang bersiap-siap membuka kedua
tangannya untuk menangkap Deon dari atas.
"Pom-pom boys!" Deon bergaya menyerupai anak paskibra yang menghormati bendera. Setelah beberapa menit, Deon pun menjatuhkan dirinya.
Gara-gara sibuk meladeni cewek-cewek yang meminta foto dirinya, Ugun lantas melupakan tugasnya.
BRUUUGH! Deon pun mendarat selamat di tanah.
"Elo nggak apa-apa, kan"" tanya Ugun tanpa dosa.
Deon memegang bagian pinggangnya yang mengalami gangguan. Tampaknya, sesampainya di rumah, dia harus segera memanggil tukang pijit untuk meluruskan urat-urat tubuhnya yang melengkung.
"AAA ...!!!" Untuk kesekian kalinya, teriakan bass itu terngiang-ngiang.
Sekarang, giliran Ugun yang beraksi. Dia harus melakukan split. Dalam hati, masing-masing anak pun berdoa agar Ugun mampu melakukannya. Selama tiga bulan latihan, Ugun nggak pernah sukses ngelakuin gerakan yang satu itu.
Ternyata .... "YEEE ...!!!" Apalagi kalo bukan teriakan atas keberhasilan Ugun melakukan split. Beriringnya dengan kabar gembira itu, iringan kabar buruk pun menyertai Ugun. Rok hasil jerih payahnya menabung pun robek seketika. Kini, lubang hitam itu disorot oleh semua mata yang menyaksikannya. Peristiwa ini sama halnya ketika Ugun pertama kali ikutan
pom-pom. "We are the pom-pom boys! We are here to cheere, chere u up! We have got to show u! What we have got" See us ... watch us ... we are gonna make u ... aaa ...!!!"
Mereka membentuk tangga. Sambil mengibas-ibaskan pom-pom, kemudian mereka pergi dari hadapan penonton.
"Byeeee Iringan tepuk tangan pun menyertai kepergian cowok-cowok "cantik" itu. Seusai tampil, anak-anak pom-pom pun melakukan kumpul untuk mengoreksi segala kesalahan yang terjadi di lapangan.
NAMA Ugun dan Deon semakin dikenal oleh anak-anak di sekolah. Setiap kali mereka jalan, setiap kali juga cewek-cewek itu berbisik ria.
"Ugun ... Deon ...." Kurang lebih, begitulah bunyinya. Sementara keduanya hanya memberikan isyarat dengan menaik-kan salah satu alis.
"Gila Gun, makin beken aja kita di sekolah!" ujar Deon pede.
"Yoi, dong. Bukan kita namanya kalo anak-anak satu sekolah nggak tau!" tambah Ugun bangga.
Sambil bertos-tosan, kedua anak itu pun duduk di koridor depan kelas mereka. Semua orangtua murid sudah ramai berdatangan untuk melihat hasil
belajar anak mereka selama semester dua. Sekarang merupakan acara pembagian rapor untuk kenaikan kelas. Oleh sebab itu, orangtua murid diwajibkan untuk hadir mengambil rapor anak mereka.
"Yon, emangnya nyokap elo bakalan dateng" Bukannya lagi sibuk"" tanya Ugun.
"Bilangnya sih, mau. Janji pake acara sumpah-sumpahan segala. Tapi, nggak tau juga. Kalo nyokap elo""
"Pasti dateng! Nyokap gue nggak mungkin sampe nggak datang. Tiga anaknya sekolah di sini! Tuh, bukannya mobil nyokap elo"!" tunjuk Ugun ke arah mobil sedan merah.
Suit-suiiit! Semua yang melihat langsung bersiul.
Mama Deon keluar dari mobil dengan rok jins mini, kemeja merah ketat, rambut keriting sosis, kacamata cokelat muda, semakin membuat dandanan Tante Monik semarak.
"Nyokap elo kayak lima belas tahun lebih muda!" bisik Ugun.
"Gun, itu nyokap elo!" teriak Deon yang menunjuk ke arah becak merah yang warnanya udah pudar.
Saat ibu Ugun turun dari becak, sama sekali nggak ada "wah-wah"-nya sedikit pun. Yang ada hanyalah rasa iba, lantaran mereka semua ngeliat wanita separuh baya berjalan dengan pakaian seadanya. Kedua ibu yang udah saling kenal itu pun berjabat tangan dan berjalan bersama.
"Ibunya Ugun, ya"" tanya mama Deon.
"Oh, iya," jawab ibu Ugun polos.
Melihat dandanan mamanya Deon yang nunjuk-kin bahwa dia orang kaya, ibu Ugun nggak mau kalah. Dari tasnya, dia keluarkan kacamata hitam milik suaminya yang biasa dipakai untuk menutupi debu yang masuk ke mata.


Pom-pom Boys Karya Putri Arsy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tak lama, kedua anak tersayang mereka pun menyambut.
"Mam, cantik banget hari ini!" Siapa lagi kalo bukan Deon yang berbicara.
"Iya, dong. Mama nggak mau ngecewain kamu. Sorry telat, tadi abis dari salon dulu!" jawab mamanya sambil memainkan rambut ikalnya.
Sementara itu, Ugun hanya menunduk lesu menyambut ibunya yang bergaya norak.
"Bu, dateng juga!" seru Ugun.
"Ya, iya dong, Gun, Ibu punya tiga anak di sini. Masa Ibu nggak dateng! Duh, maaf kalo Ibu telat. Cucian di rumah numpuk, jadi harus dijemur dulu. Eh, Ibu cantik kan, hari ini"" puji ibu nggak sesuai fakta. Kacamata hitam bapaknya
masih ibu pakai. "Terserah Ibu. Ayo, sekarang masuk!" Tarik U-gun sembari menutup matanya dengan handuk.
"Mama punya kado nih, buat guru kamu!" kata mama Deon.
"Gun, Ibu udah bawain jagung, singkong, talas, ubi, sama jengkol buat guru kamu! Nih bawain, dijamin suka, deh." Ibu Ugun yang nggak tau malu terus aja ngoceh.
Sepuluh menit kemudian, dua ibu itu keluar dengan kabar gembira. Ugun dan Deon naik kelas. Tapi, entah kutukan apa ... keduanya kembali masuk di kelas yang sama.
Poison Chia LIBURAN kenaikan kelas pun dimulai. Ekskul pom-pom yang ngedapetin banyak job, mulai gencar latihan. Dua tim udah mereka siapin buat ngumpulin uang saku sebanyak-banyaknya. Selain ngisi acara di sekolah, mereka pun menerima tawaran job di luar sekolah. Bukan cuma itu, mereka juga nerima tawaran paket ulang tahun. Selain nerima job, mereka pun lagi semangat-semangatnya buat ikutan pertan-dingan pom-pom yang total hadiahnya lumayan besar.
"Mau ke mana kamu"" tanya kedua orangtua Ugun di pagi hari.
"Mau ke sekolah!" jawab Ugun enteng.
"Rajin-rajin amat, emangnya kamu penjaga sekolah"" goda ibunya yang terus mengunyah gorengan ketan.
"Ugun mau latihan, Bu!"
"Latihan apa"" Sekarang, giliran bapak bertanya.
"Apa lagi Pak, kalo bukan pom-pom!" balas Apip yang masih sewot.
Mbak Rora keluar dari kamarnya. Dengan baju yang terlihat baru, Rora duduk di sebelah Ugun.
"Kamu juga mau ke mana, Ra"" Ibu yang kewalahan men-cuci piring, lantas menyuruh putri
semata wayangnya buat ngebantuin.
"Ibu, Rora mau pergi bareng Ugun! Masa, udah cantik-cantik gini disuruh nyuci!" kata Rora.
"Bagus. Sekarang, kamu udah mulai ketularan adik kamu! Nggak mau nyuci piringlah, nyuci bajulah." Ibu mulai kesel.
"Bu, suruh aja Mas Apip yang cuci. Semua piring itu bekas makan dia! Sejak keluar SMA, kerjaannya apa coba"" Rora yang doyan ngomong pun ngebales tajam.
Ibu hanya bisa diam dan sadar selama ini terlalu memanjakan anak sulungnya, anak yang selama ini selalu merepotkannya. Lain sama Rora dan Ugun yang udah bisa mencari uang jajan sendiri. Sejak lulus SMA, Apip nggak mau nerusin kuliah. Yang dia lakukan hanyalah nonton, tidur, nongkrong di pos depan kompleks, atau pergi-pergian yang arah tujuannya nggak jelas.
"Setiap hari, kerjaan kalian hanya ribut melulu! Coba kalian contoh Jenderal Sudirman. Pasti hal memalukan seperti ini nggak akan terdengar Bapak mulai ngebandingin sama Jenderal Sudirman.
"Bapak juga sama, Jenderal Sudirman melulu yang dibahas. Ini, anak-anak susah diatur malah Bapak diemin!" Ibu pun membanting-banting meja makan.
Nah, saat kacau, Ugun dan Rora pun mengendap-endap keluar rumah. Rasanya, terlalu makan hati kalo keduanya harus mendengarkan ceramah itu.
Tidiiit ...! Klakson ini bersumber dari mobil mewah Seno yang menjemput Rora.
"Aneh!" Kata-kata itu terus terlontar dari mulut Ugun. Soalnya, sekarang Deon udah nggak pernah lagi menjemputnya. Deon lagi mabuk kepayang sama Chia. Mereka lagi dekat, sampai-sampai Ugun dilupakan. Makanya, begitu sampai sekolah, ketemu Deon, Ugun langsung bertanya.
"Yon, udah lama gue nggak nginep lagi di rumah elo!" kata Ugun.
"Iya kali, Gun! Kok, gue lupa"" tanya Deon.
"Di otak elo cuma Chia, sih!" Ugun memulai pancingannya.
"Elo tau aja. Kalo elo mau tau, Chia beda banget sama yang kita kira! Dia bisa bikin gue lupa segalanya! Dia ...." Deon terlihat seperti orang mabuk. Lingkaran matanya terlihat hitam, raut wajahnya pun terlihat kusam.
"Yon, dari mana elo semalem"" tanya Ugun heran.
"Dari Fame bareng Chia. Dia yang ngajak gue ke sana," jawab Deon santai.
Fame" Chia ngajak Deon ke Fame! batin Ugun.
"Gun, bagi rokok, dong!" ujar Deon.
"Yon, kenapa sih, elo jadi kayak gini" Elo bukan Deon yang dulu gue kenal!" Ugun mulai emosi.
"Gun, kita udah kelas dua. Udah sepantesnya kita tunjukkin kedewasaan kita! Ohok ... ohok ...!" Aroma minuman keras mulai tercium dari mulut Deon.
"Elo minum ya, Yon"" sentak Ugun kaget.
"Nggak, gue cuma nyobain dikit, kok!" bela Deon.
"Yon, gue mohon elo tinggalin Chia sekarang juga. Dia bukan cewek yang pantes buat elo!" Ugun coba nyadarin Deon.
"HEH!!!" Tiba-tiba, Chia datang dan langsung
menarik tangan Deon. "Gendut, tau apa sih, elo tentang gue" Inget, jangan sekali-kali elo ngerusak hubungan gue ama Deon! Ngerti""
Ternyata, ini kedok Chia yang sebenernya. Dia cuma manfaatin harta Deon. Selain itu, Chia udah ngejerumusin Deon buat ngelakuin hal yang belum pernah Deon lakuin. Deon yang anak mami diajak dugem, Deon yang biasa minum susu disodorin akohol" Apa jadinya Deon sekarang"
"GUN, kenapa"" Di saat termenung, Eryn datang untuk menyejukkan hatinya. Ugun nggak sanggup kalo harus ngeliat Eryn yang sedih akibat Deon jadian sama Chia.
"Eh, elo, Ryn! Nggak apa-apa, kok!" jawabnya bohong.
"Kirain elo kenapa-napa!" Eryn pun ngeluarin senyum.
Ternyata, Eryn nggak cerita apa-apa. Apa dia nggak tau kalo Deon sering jalan bareng ama Chia" Syukur deh, moga aja Eryn udah mulai ngelupain
Deon. "Gun, tau nggak"" tanya Eryn. "Tau apa"" balas Ugun.
"Gue lagi seneng banget. Deon ... Deon ... ngasih bunga ke gue!" Mata Eryn berbinar-binar.
"Bunga"" Ugun yang nggak ngerti.
"Iya, waktu itu Deon ngasih gue bingkisan bunga ke rumah! Bukan cuma itu, dia juga ngasih gue cokelat!" ujar Eryn bangga.
Apa" Bisa-bisanya Deon nyuri hati cewek yang sialnya juga Ugun suka. Pertama, Ugun udah relain Chia untuk dia. Sekarang, Deon rebut juga Eryn dari tangannya.
"Deon baik banget, ya!" puji Ugun nelangsa. Ugun diam dan mencoba menahan emosi yang bergejolak di hatinya. Ugun bingung dengan jalan pikiran Deon. Sebe-narnya, siasat bulus apa yang Deon rencanakan. Apa mungkin, Chia biang di balik ini semua" Tapi, perbuatan apa yang pernah Deon lakukan sampai-sampai dia ngelakuin semua ini"
Menguak Tabir Seminggu sudah Ugun merasakan nikmatnya duduk di bangku kelas 2. Kelas 2 IPA pula! Kelas yang menurut Seno adalah kelas penyiksaan. Di kelas ini, seluruh otak diperas untuk berpikir. Belum lagi, guru-gurunya yang terkesan killer,
"RADEON, kalo mengantuk ... silakan keluar dan cuci muka! Saya paling tidak suka dengan anak malas!" tegur guru yang lagi ngajar di kelas Deon.
Beberapa hari ini, Deon memang sering ditegur sama guru. Beberapa temen sekelas pun sempet nanyain masalah Deon sama Ugun, namun Ugun hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Dengan langkah semu, Deon keluar dari kelas yang penuh dengan rumus itu. Baru disadarinya, betapa sulitnya kelas IPA. Otak kecilnya sama sekali nggak kuat buat nampung berbagai rumus dan teori yang gurunya berikan.
"Rokok"" Deon aneh melihat benda langka itu ada di saku seragamnya.
Apa mungkin gue harus nyoba benda ini" Deon ragu karena sesungguhnya dia benci akan benda satu itu. Benda yang membuat kedua orangtuanya bertengkar dan bercerai. Di bungkus rokok itulah mamanya menemukan cincin pernikahan papa dengan wanita lain.
Malam itu, di saat semua orang sedang santai beristirahat, Deon mendengar kedua orangtuanya beradu mulut. Pukul sebelas malam, rasanya bukan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas. Saat itu, Deon masih duduk di bangku SMP, tepatnya kelas 3. Meskipun bukan anak pintar, dia bukanlah anak bodoh yang hanya bisa diam mendengar pertengkaran orangtuanya.
Deon bukan cuma mendengar mereka bertengkar, tapi juga melihat papanya angkat kaki dari rumah karena usiran mamanya. Deon pun sempat mencegah papanya.
"Maafin Papa ya, Yon! Papa janji, Papa bakalan nengok kamu. Belajar yang rajin ya, jangan lupa dengerin semua nasihat mama!" Sambil menangis, papa keluar dari rumah menuju mobil.
Deon yang nggak terima keadaan ini, lantas menyusul papanya. Sayang, saat itu hujan turun. Mata Deon yang memang minus sulit untuk melihat lampu lalu lintas yang menyala. Belum lagi, mobil papanya yang melaju cepat. Tanpa sadar, Deon salah jalur. Dia menggunakan jalur orang lain. Dengan kecepatan yang luar biasa, Deon terus menerobos jalanan.
Tiba-tiba, ada sebuah mobil sedan melaju ke arahnya. Deon yang keras tetap tidak mau mengalah. Ternyata, justru mobil sedan itu yang mengalah. Dia yang membelokkan arah meskipun sempat menyenggol mobil Deon. Mobil sedan itu pun terperosok dan menabrak pohon cemara besar di hadapannya.
Deon yang merasa bersalah pun menghentikan mobil. Dilihatnya sebentar pengemudi mobil itu. Karen
a ketakutan, Deon pun lantas pergi dan melarikan diri.
"Hei!" Seseorang ngagetin Deon.
Deon yang kaget hanya diam, dilemparnya rokok itu sampai jatuh ke lantai.
"Kok, dibuang" Harga satunya ini berarti!" Chia yang ada di sampingnya pun mulai menyalakan rokok itu. Ditariknya Deon untuk keluar dari sekolah lewat gerbang sebelah. Jam saat itu memang udah nunjukkin waktu pulang.
"Mau ke mana"" tanya Deon.
"Kita cari tempat piercing, yuk!" ajak Chia.
"Buat apa"" tanya Deon heran.
"Buat nindik telinga elo!" jawab Chia ketus.
"Nggak, buat apaan" Ntar kalo mami gue liat, bisa mati mendadak!" sungut Deon.
"Dasar anak mami!" ledek Chia sambil ngepulin asap rokok.
PAGI hari, Ugun ngucek-ucek matanya berulang kali. Dia masih nggak nyangka melihat perubahan drastis sahabatnya. Gaya berseragam Deon persis sama anak sekolah pinggiran. Rambutnya yang dicat cokelat, semakin membuat kacau penampilannya.
"Gimana Gun, gue keren, kan"" tanya sang ketua pom-pom baru itu. Sekarang, jabatan itu Deon raih. Jumlah suara Ugun dan Deon sama besar, tapi dengan ikhlas Ugun mengalah, asalkan Deon mau berubah. Namun, Deon malah makin menjadi-jadi. Rasa cintanya terhadap Chia semakin besar, sampai-sampai tugasnya sebagai ketua diabaikan.
"Kalo gue boleh jujur, elo nggak ada kerennya sama sekali!" komentar Ugun pedes.
"Bilang deh, kalo elo sirik!" Deon agak sewot.
"Buat apa""
"Buat rasa sakit hati elo sama gue!"
Ugun aneh mendengar pengakuan Deon yang sedikit nggak sadar. "Sebenernya, elo sakit hati waktu tau Eryn suka sama gue! Eryn yang selalu muji-muji gue di depan elo. Sementara, elo yang perhatian, elo yang sayang, dan elo yang cinta ama dia nggak bisa dapetin apa-apa dari dia! Hahaha ..!" Deon tersenyum puas.
"Elo salah Yon, gue ... gue ...."
"Elo emang bisa nyangkal, tapi pas elo ngigo gue tau banget! Waktu elo nginep di rumah gue, tanpa henti-hentinya elo panggil nama Eryn. Elo terus mohon supaya Eryn ngelupain gue. Apa itu bukan bukti"" Deon coba ngebeberin fakta.
Mulut Ugun tiba-tiba kaku dan terkunci rapat untuk menyangkal semua kejujuran yang telah Deon ungkap.
"Elo emang bener, Yon! Gue emang ngaku kalo gue bener-bener suka dan cinta sama Eryn. Tapi, asal elo tau, gue nggak akan pernah sudi kalo Eryn
sampe jatuh di pelukan makhluk kayak elo!" umpat Ugun.
"Kenapa" Kurang apa gue" Gue punya semua yang nggak elo punya! Harusnya, elo seneng kalo Eryn jadi sama gue. Senggaknya kita pernah bersahabat sepuluh tahun, kan"" tanya Deon.
"Itu dulu, sebelum elo jadi cowok Chia!" jawab Ugun kesal.
"Siapa bilang gue jadian sama dia""
"Semua orang, Yon. Semua anak di sekolah tau kalo harta-harta elo itu udah naklukin hati Chia si CEWEK MATRE!"
PLAAAK! Deon menampar pipi tembem Ugun yang semakin persis bakpau.
"Gue mohon, elo jangan deketin Eryn lagi," pinta Ugun.
"Tapi, gue mau!" Deon sewot.
"Terserah elo, yang jelas persahabatan kita cukup sampai di sini!" Ugun ngebentak Deon.
"Gue nggak masalah kehilangan sahabat gendut, jelek, dan miskin kayak elo yang berkhayal bisa sederajat sama gue!" Omongan Deon pedes banget dan bikin Ugun sakit hati.
Ugun lantas pergi menghilang dari pandangan mata Deon yang tanpa dirasa meneteskan air mata.
UGUN sedikit menyesal telah mengeluarkan
kata-kata yang nggak seharusnya diucapin seminggu lalu. Gara-gara itu, Deon memutuskan duduk di sebelah Eryn.
Eryn yang jelas-jelas masih menyimpan hati sama Deon menerimanya dengan tangan terbuka. Deon makin menjadi-jadi memanasi Ugun yang udah cemburu buta. Setiap kali Eryn pergi, Deon selalu ada di sampingnya dan seolah-olah lagi gencar PDKT.
"Ryn, ntar kita nonton, yuk!" ajak Deon di depan Ugun.
"Nonton, Yon"" tanya Eryn nggak percaya.
"Iya," jawab Deon yang terus tersenyum memandangi Ugun.
"Ajak Ugun juga, biar rame. Elo mau ikut kan, Gun"" tanya Eryn.
"Nggak usah! Kayaknya, dia juga nggak bakal mau ikut bareng kita!" sergah Deon.
"Gun, elo mau ikut, kan"" tanya Eryn lagi.
"Dia bener Ryn, gue nggak akan ikut kalian!" Ugun yang kesal pun lantas pergi. Ugun udah nggak sanggup lagi kalo harus nyaksiin semua ini. Dengan semena-mena, dia mainin perasaan cewek-cewek yang pernah ada di
hati Ugun. SEMAKIN lama, ekskul pom-pom semakin kacau. Belum ada penerimaan anggota baru. Apalagi
sejak Deon yang me-megang alih semuanya. Kesibukannya dengan dua manajer itu semakin membuatnya kewalahan dalam membagi waktu. Belum lagi, pelajaran-pelajaran di kelas IPA. Deon semakin puyeng.
"Gun, mana sahabat elo" Kok, jadi gini sih, akhirnya" Kayaknya, gue udah salah nunjuk orang!" Seno yang merasa bersalah pun ikut merasakan dampak negatifnya. Sekarang, yang daftar buat jadi anggota pom-pom nggak sebanyak dulu. Nama ekskul pom-pom pun udah nggak seeksis waktu Seno jadi ketuanya.
"Kalo gini terus, terpaksa kita bubarin aja!" Seno putus asa.
"Jangan ...." Ugun yang yakin dengan perkataannya pun menentang keinginan mantan ketua pom-pom ini. "Gue yakin, ada atau nggak ada Deon, pom-pom masih bisa maju .... Pom-pom masih bisa kayak dulu!"
"Mudah-mudahan, Gun. Gue jadi lega ngedengernya .... Tapi, sebenernya masalah apa sih, yang Deon hadepin sampe-sampe dia nggak bisa bagi waktu"" tanya Seno akhirnya.
"Cewek, Sen ...."
"Cewek kata elo" Emang, siapa cewek dia"" Seno makin penasaran.
"Gue juga nggak tau siapa ceweknya. Bisa Chia, bisa juga Eryn ...." Mata Ugun menerawang menahan kecewa.
"Gila si Deon! Kok, bisa nakhlukin si Chia. Salutnya lagi, dia bisa dapetin adik- kakak
sekaligus! Sumpah, dateng ke dukun mana dia"" Seno geleng-geleng kepala.
Adik kakak" Seno ngelantur nih, siapa yang adik-kakak" Kalo gue sama Mbak Rora emang bener, tapi kalo Eryn sama Chia ....
"Adik-kakak"" tanya Ugun nggak percaya.
"Iya, Gendut! Eryn tuh, adik tirinya Chia. Lantaran bokap Eryn meninggal, nyokapnya nikah lagi sama bokap Chia! Tapi, sekarang bokap Chia juga meninggal, gara-gara kecelaka-an. Karena itulah, Chia benci banget sama Eryn dan selalu nganggap kalo Eryn adalah penyebab semuanya!" beber Seno.
Ugun semakin yakin kalo dirinya mampu ngebongkar misteri ini.
"Oooh .... Terus, yang paling gue aneh ... kok, Chia mau sama si Deon"" tanya Ugun.
"Gimana nggak, anak tajir macam Deon gampang buat diporotin. Apalagi Chia yang seneng hura-hura ama party, makin happy aja, tuh! Elo tau kan, kalo Apip juga suka sama Chia"" Seno balik nanya.
Ugun mengangguk tanpa henti.
"Cewek macam Chia mana mau punya cowok kayak Apip yang nggak punya apa-apa. Sorry, bukan maksud gue nyindir keluarga elo!" ujar Seno.
"Pantes, waktu itu si Apip nonjokin gue lantaran salah paham .... Ternyata, ini sebabnya dia mukulin gue" Dia marah karena gue ikutan pom-pom gara-gara ada Chia!" Ugun baru dapet jawabannya.
"Elo pinter. Karena itulah, elo calon adik ipar
gue!" kata Seno. "Adik ipar kata elo"" Ugun tambah heran. Seno merangkul Ugun yang penuh keringat. "Masa elo nggak bangga punya calon kakak ipar yang keren macam gue, sih""
"Boleh aja, asal elo jaga kakak gue baik-baik!" Ugun ngajuin syarat.
"HAYOOO lagi ngomongin gue, ya"" Tiba-tiba, Rora datang menghampiri mereka.
"Siapa bilang" Kita lagi ngomongin cewek laen, kok." Ugun ngedipin mata ke Seno.
Rora pun pergi dengan perasaan kesal. "Ampun deh, kita emang lagi ngomongin elo, kok!" Seno coba ngebujuk Rora yang ngambek.
Ugun yakin kalo Seno benar-benar cowok yang Tuhan kasih buat Mbak Rora.
DUA jam sudah Ugun nunggu Eryn di warung steak yang nggak jauh dari sekolah mereka. Diam-diam, Ugun bikin janji sama Eryn. Tiga cola fhat Ugun habiskan sendiri demi menanti kedatangan Eryn yang nggak nongol-nongol.
"Gun, nunggu lama, ya"" tanya Eryn.
"Nggak! Cuma sejam!" jawab Ugun bete.
"Duh, habisnya, waktu tadi gue ..."
"Gue ... gue ... percaya, kok. Yang paling penting, elo sekarang udah dateng ke sini. Gue mau nyeritain suatu hal yang selama ini elo nggak tau."
Ugun mulai ngomong serius.
"Pesen makanan dulu aja, ya." Eryn ngeluarin pulpen hitam asli Singapura yang dia keluarkan dari tempat pensil.
"Ryn, pulpen siapa itu"" tanya Ugun.
"Gue juga nggak tau. Seinget gue, ini pulpen yang gue temuin waktu tabrakan!"
"APAAA"" Ugun semakin nggak percaya mendengarnya.
"Elo tau siapa pemilik pulpen ini"" tanya Eryn.
Ugun merhatiin dengan teliti pulpen yang ada di tangannya. Di bagian punggung pulpen itu tertulis RDN yang nggak lain inis
ial nama Deon. Belum lagi di bawah tulisan kapital itu terdapat tanggal lahir Deon, 17 Agustus.
"Si ... siapa, Gun"" tanya Eryn gugup.
"Deon!" jawab Ugun pasti.
"Jadi .... Orang yang udah nabrak gue, dia ... dia...""
"Dia Deon, Ryn! Gue juga baru tau sekarang. Ternyata, cowok yang selama ini elo cintai adalah cowok yang udah ngancurin hidup elo ...."
"Hiks ... hiks ...." Steak panas pesanan mereka jadi saksi betapa pengecutnya seorang Deon.
"Deon!" teriak Eryn kaget.
Chia pun nggak kalah kaget melihat adik tiri- nya ada di tempat yang sama.
"Kakak!" Eryn yang merasa kesal lantas berdiri dan berjalan menuju Deon yang ingin pingsan.
"Deon, elo bener-bener cowok pengecut! Setelah elo hancurin impian gue, elo juga hancurin hati
gue dengan jalan berdua sama kakak gue .... Gue nggak nyangka elo sebrengsek ini!" maki Eryn.
"Heh, asal elo tau, ya ... gue nggak pernah sayang apalagi cinta ama elo!" tunjuk Deon kasar. "Gue cuma ngerasa bersalah udah nabrak elo waktu itu!"
PLAK .... Tak lama sehabis pengakuannya di hadapan Eryn, Chia langsung menampar pipi Deon. Kalo saja saat itu ada pisau atau benda tajam lainnya, Chia sudah pasti menusuk-kannya ke bagian perut Deon.
"Kenapa sih, Chi" Kok, elo malah nampar gue"" Deon nggak ngerti.
"Asal elo tau Yon, elo adalah orang yang udah ngebunuh papa gue! Di saat kecelakaan itu, papa gue ada di dalam mobil. Papa sengaja ngejemput Eryn waktu pulang pemotretan!"
Baru kali ini, seorang Chia meneteskan air mata. Chia lantas membungkuk lemas dan memukul-mukul lantai. Semua yang melihat heran dan bingung apa yang terjadi.
"Chi, maafin gue, ya"" Deon yang nggak tau harus ngapain hanya diam dan ikut bersujud.
"Jangan sentuh gue!" Chia pun lantas pergi dan keluar dari tempat itu.
Deon pun menyusul. Deon takut Chia mengalami kejadian yang sama seperti waktu Deon kesal.
Berbeda halnya dengan Ugun yang terus menunggu Eryn. Dengan sabar, Ugun memapah Eryn sampai ke dalam mobil. Eryn terus meneteskan air mata kesedihan.
"Sabar Ryn, mungkin di balik ini semua, elo bakalan dapet hikmahnya!" hibur Ugun.
DEON masih membolak-balik tubuhnya di tempat dirinya dan Chia bertemu. Lima kali lebih Deon nelepon HP Chia yang tetep nggak aktif. Di rumahnya pun sama, pembantunya bilang kalo semalaman Chia nggak pulang ke rumah. Kekhawatiran Deon semakin memuncak waktu ada kabar kalo anggota klab mobil Del ngalamin kecelakaan.
Chia, elo di mana" Gw tunggu elo di tmpt biasa!
SMS Deon akhirnya terkirim. Sedikit kelegaan pun ada di hatinya.
"Tapi" Gimana kalo ternyata HP-nya nggak dibawa" Berarti, Chia di mana" Apa Chia baik-baik aja"" tanya Deon sama diri sendiri.
Deon malah semakin khawatir. Tak henti-hentinya Deon pukulkan kepalanya ke punggung mobil. Dari arah jauh, bahkan terlalu jauh untuk penglihatan Deon yang kurang normal, sebuah mobil jeep hitam melaju dengan kencang. Untung pendengaran Deon masih normal, jadinya Deon bisa merasakan kedatangan cewek yang dia khawatirin sejak tadi.
'Terima kasih Tuhan, Engkau telah selamatkan Chia! Aku janji, aku bakalan tobat!" ucap Deon.
Deon yang tersenyum berdiri gagah menyambut Chia yang sebentar lagi datang mendekatinya. Tapi, entah mengapa, suara mesin-mesin mobilnya semakin jelas terdengar. Tak ada satu pun tanda-tanda bahwa Chia akan menghentikan mobilnya.
"Sorry Yon, elo harus terima ini!" teriak Chia.
Dengan kecepatan yang dahsyat, Chia menabrak cowok yang selama ini diakuinya sebagai cowok yang mampu menaklukkannya. Baru beberapa hari, Chia sadar kalo Deon mencintainya dengan tulus.
Tubuh Deon terpelanting jauh ke luar jalan. Dorongan dari jeep Chia terlalu kencang untuk dia tahan.
"GUN, mana Deon"" tanya ke-15 anak pom-pom yang udah siap tampil.
Hari ini mereka melangkah ke babak final. Tapi, kenapa ketua mereka nggak datang" Untung saja masih ada Ugun yang mampu mengendalikannya. Bagi anak pom-pom, lomba ini sangat penting. Salah satu stasiun teve menayangkannya secara langsung. Sepuluh tim pom-pom antar-SMA lolos untuk beradu di babak final. Dan beruntungnya lagi, sekolah mereka lolos. Bukan hanya ditayangkan
secara langsung, tetapi hadiahnya pun begitu menarik.
Mulai dari tropi setinggi tiga meter, uang senilai 35 juta rupiah, dan paling membahagiakannya lagi, keliling Disneyland gratis.
"Gun, Deon di mana" Bentar lagi giliran tim kita yang tampil!" Untuk ke sekian kalinya, Seno nanyain hal itu.
"Gue nggak tau! Habisnya, waktu kemarin dia nggak sekolah. Mungkin elo, Ryn"" Ugun sedikit menyindir.
"Emangnya gue pikirin! Peduli amat." Eryn pun langsung pergi dan duduk mendekati manajer-manajer lainnya.
Nggak lama, Eryn yang udah pergi malah datang lagi dan mengabarkan sesuatu yang sama sekali nggak mereka duga. "Tadi nyokapnya Deon bilang kalo Deon
Ugun yang pertama kali berfirasat nggak enak pun mulai menggoncang-goncangkan tubuh Eryn. "Deon kenapa, Ryn""
"Dia ... dia masuk rumah sakit dan sekarang koma!" isak Eryn.
"Apa" Sekarang juga gue harus ke rumah sakit." Kontan, rasa resah Ugun muncul. Dia nggak bakalan kuat kalo harus ninggalin Deon yang koma.
"Gun, tunggu! Kita tau kalo elo khawatir sama keadaan Deon, tapi ... apa elo nggak kasian ngeliat pengorbanan elo sama anak-anak lainnya demi masuk ke babak final ini"" tanya Seno.
"Tapi ... tapi ...," Ugun dilema.
"Tenang, gue yakin Deon pasti kuat ngehadapinnya. Dari tempat ini pun, elo bisa tetep ngedoain dia, kan"" Seno memang pantas untuk menjadi seorang ketua pom-pom. Wibawanya benar-benar dapat dirasakan. Berkat kata-katanya yang lugas, Ugun bisa dengan tenang menahan emosinya. Seno dan anak-anak lainnya pun kembali berpikir untuk mencari jalan keluarnya.
"Gimana dong, berarti tim kita kurang satu orang!" Ke-15 anak pom-pom yang akan tampil itu terus berpikir keras mencari siapa orang yang tepat untuk menempati posisi Deon.
"Aaah, gimana kalo Ugun"" Untuk kali ini, Seno benar-benar kurang berwibawa.
"APA"""" Anak-anak yang bertugas menjadi pondasi lantas angkat tangan keberatan.
"Sen, gila aja kalo kita harus nahan si Ugun!" protes salah satu anggota pom-pom.
"Eh, payah banget sih, elo semua .... Sesuatu yang nggak biasa, bisa jadi luar biasa kalo kita coba. Pokoknya, jangan ada yang komentar lagi! Mau nggak mau, Ugun yang harus nempatin posisi itu!" tegas Seno.
Ugun masih mengingat-ngingat kenangan indahnya bersama Deon waktu tersenyum dan melipat rapi seragam kebangsaan pom-pom yang sempat Deon pakai.
"Gue janji bakalan berusaha yang terbaik di sini .... Elo pun sama Yon, berusaha bertahan di sana ...," ucap Ugun pada diri sendiri.
"YA ... SEKARANG KITA SAKSIKAN PENAMPILAN DARI PESERTA UNDIAN 7." MC bergaya banci kaleng
itu menyebut nomor undian tim Ugun cs.
"Sebelum tampil, kita berdoa. Kita berdoa buat kelancaran kita dan kesembuhan Deon. Berdoa, mulai!" Sejenak, suasana ramai menjadi senyap. Sambil mengingat kebiasaan Deon yang menginjak kakinya sewaktu berdoa, Ugun menghapus air matanya.
"Pom-pom boys ... YEEE!" Pertanda bahwa ke-15 cowok itu mulai memasuki area perlombaan.
SEDANGKAN di ruang ICU Mawar nomor 7, Deon terus berjuang mempertahankan hidupnya. Para dokter terus mengontrol denyut nadi Deon yang semakin lemah. Deon terus saja mengeluarkan darah. Baik mama dan papanya, nggak mampu menolongnya karena golongan darah Deon termasuk langka.
"Sabar Monik, Deon pasti selamat!" hibur papa Deon.
"Hiks ... hiks ...." Mama Deon tak henti-hentinya menangis.
"Gimana Dok, keadaan anak kami"" tanya papa Deon.
"Saya belum bisa memastikan, yang jelas detak jantungnya semakin lama semakin melemah. Kita harus secepatnya menemukan darah yang sama dengan golongan darahnya!" terang Dokter.
"Hiks ... hiks ...." Tangisan mama Deon semakin kencang. "DEOOON ...."
Sementara itu, di kompleks sekitar rumah Ugun lagi rame-ramenya. Bukan karena bapaknya pidato panjang niruin Sudirman, melainkan mereka semua lagi nonton Ugun beraksi.
"UGUUUN ... UGUUUN!" Teriak penonton waktu Ugun mulai memanjat punggung teman-temannya. Ugun berasa lagi ikutan panjat pinang. Ketika dia berlomba-lomba segera sampai menuju puncak untuk mengambil semua benda yang berge-lantungan di atasnya.
"YEEE ...." Ugun pun berhasil bertahan selama lima menit. Semua anak pondasi sudah mengeluh dan berteriak ke arahnya.
"DAN PEMENANG PERLOMBAAN POM-POM KALI INI JATUH KE
NOMOR UNDIAN Alunan lagu menegangkan terdengar nyaring. Semua anak pom-pom yang Ugun pimpin membungkuk bersama dan melakukan doa.
"TUJUUUH!" "Horeee!" Apip berteriak paling kencang di antara anggota keluarganya yang lain. Ibu dan bapaknya yang melihat terheran-heran menyaksikan tingkah anaknya yang nggak biasa.
"Pak, anak kita dapet uang 35 juta!" pekik ibu
Ugun senang. "Iya Bu, si Ugun memang bawa hoki." Sepasang suami istri itu berpelukan. Mereka merasa malu karena selama ini selalu memperlakukan Ugun kurang adil akibat perut gentongnya.
SELESAI mengambil piala dan mengambil hadiah lainnya, Ugun cs pergi menuju rumah sakit.
"Tante, gimana keadaan Deon"" tanya Ugun.
"Ugun ... Deon butuh darah dan kami berdua nggak tau harus nyari darah itu ke mana"" Mama Deon putus asa.
Ugun jadi ingat waktu pemeriksaan darah di SMP. Menurut dokter yang memeriksa, darahnya sama Deon segolongan.
"Dok, saya mau donorin darah!" ujar Ugun.
"Baik, tapi sebelumnya, kamu harus diperiksa dulu!" Ugun mengikuti langkah dokter dari belakang. Dimasukinya sebuah ruangan putih, bersih, dan pastinya bau obat-obatan. Setelah selesai diperiksa, beberapa suster mulai menjalankan perintah Dokter.
"UGUN ..." Itulah nama pertama yang Deon panggil. Dilihatnya Ugun dengan senyuman khasnya.
"Heh King, akhirnya elo sadar juga!" pekik Ugun senang.
"Dasar Gendut. Thank's buat semuanya, elo udah nyelamatin hidup gue!" kata Deon.
"Bukan gue, tapi Allah Swt., Yon!"
Deon pun tersenyum lemas. "Gue janji, gue bakalan tobat secepatnya. Elo mau kan, ngajarin gue""
"Pasti!" jawab Ugun. "Eryn
Nggak lama, cewek yang sempat mengaguminya datang.
"Maafin gue, ya" Gue emang cowok pengecut yang nggak tau harus ngelakuin apa. Nggak sepantesnya elo sayang apalagi cinta ama gue, ada orang lain yang lebih cinta, sayang, dan rela ngelakuin apa pun demi elo!" Deon mempersatukan tangan Ugun dan Eryn yang saling berjauhan. "Ugun satu-satunya cowok yang pantes. Dia yang selalu ada di sisi elo, Ryn!"
Akhirnya, impian terbesar Ugun selama ini pun terlaksana. Kedatangan kedua orangtua Deon belum sempat menenangkan perasaannya yang masih kalut. Deon masih menantikan kehadiran seseorang yang disayangi. Meskipun cewek penggemar permen karet itu hampir menghilangkan nyawanya, perasaan cinta itu tak lantas patah dengan salah satu kakinya.
"Yon ...." Suara cewek itu yang Deon nanti.
"Maafin gue ya, udah ngelakuin ini semua! Gue nggak nahan emosi, gue bakalan nebus ini semua. Sekeluarnya dari penjara, gue bakalan jadi kaki kiri elo!" janji Chia.
"Chia panggil Deon. Chia yang sudah diborgol polisi pergi meninggalkan Deon. Deon janji akan selalu menunggunya sampai nanti.
SEPULANGNYA dari rumah sakit, para warga sekitar menyambut kedatangan Ugun dengan sorak-sorai. Dari depan kompleksnya udah ada tulisan: WELCOME UGUN, JADI ORANG TAJIR, NIH!!!
Siapa pun orang yang ngebuatnya, dia adalah orang ternorak yang pernah ada di dunia. Bunyi petasan, luncuran kembang api bersinar terang menerangkan suasana kompleks Ugun yang kurang penerangan.


Pom-pom Boys Karya Putri Arsy di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bu, apa-apaan, sih" Malu-maluin banget!" protes Ugun.
"Malu-maluin apa" Harusnya kamu bangga! Berkat kamu ikut lomba pom-pom kemarin terus masuk teve, bapak jadi naik pangkat! Ibu-ibu di kompleks, di pasar, muji-muji kamu terus. Pokoknya, Ibu seneng punya anak kayak kamu! Ibu dukung seratus persen deh, ekskul pom-pom itu!" ujar ibu bangga.
"Bapak juga .... Ternyata, kamu bisa terkenal
seperti Jenderal Sudirman! Hidup pom-pom!" teriak bapak.
Ugun terus tertawa dan mengeluarkan senyum. Rasanya, kalo setiap hari seperti ini, dia bakalan awet muda terus.
"Gun Mas Apip tiba-tiba saja menyapanya dengan ramah. "Maafin gue ya, nggak sepantesnya gue ngelakuin itu sama elo. Selama ini, gue selalu ngerasa kalo guelah orang yang paling hebat, ternyata gue salah. Elo si Gendut Bulet, buntet, item, bisa ngebuktiin kekuatan yang sesungguhnya. Dan elo pun udah bikin bangga bapak sama ibu, sementara gue ... cuma bisa ngerepotin mereka, elo sama Rora .... Untuk semua yang pernah gue lakuin, elo mau maafin, kan""
"Mas Ugun udah maafin Mas dari dulu, kok! Berkat Mas, Ugun jadi bisa berk
elahi ...." Ugun meniru pukulan-pukulan yang Apip lakukan sewaktu memukulinya.
"Udah, elo nggak pantes! Elo lebih pantes jadi ...." Apip naik ke atas meja. "POM-POM BOYS, AAA ...!"
Semua orang yang menyaksikannya tersenyum.
TAMAT PUTRI ARSY AULIA RACHMAN, lahir di Bandung, 27 Maret 1989. Cewek berbintang Aries ini mengaku senang menulis novel karena suka membaca.
Pom-Pom Boys merupakan novel keduanya yang diterbitkan Penerbit CINTA, setelah novel pertamanya Poppy Brekele yang diterbitkan Penerbit CINTA sebagai Pemenang Ha-ra-pan Sayembara Menulis Novel Populer DAR! Mizan, 2005.
Saat ini, Putri masih tercatat sebagai siswa SMAN 5 Bandung. Menurutnya, banyak ide tulisan berasal dari kehidupan sekolahnya yang negtop. Khusus untuk membaca novelnya, Putri menunggu komentar positifnya, lho! Nah, buat kamu-kamu yang pengin nyumbangin saran en Kritiknya, bisa dikirim lewat e-mail ke lovely_gultz@yahoo.com. "Ditunggu juga masukannya untuk novel berikutnya." tambah cewek yang bercita-cita jadi arsitek dan penulis ini.
Ok, Putri, kita tunggu karya kamu berikutnya!
tamat Pendekar Pedang Kail Emas 8 Goosebumps - Kutukan Ayam Terbang Harum Pedang Hujan 2

Cari Blog Ini