Ceritasilat Novel Online

Irama Pencabut Nyawa 4

Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu Bagian 4


dengan aliasnya sekali. Ia tampaknya amat terperanjat serta terharu. Baru beberapa detik
kemudian ia bertanya lagi:
"Ada dimana dia sekarang?"
118 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Dia....dia sudah mati....."
"Mati"!!" "Ya, putus nyawa...."
Kedua lutut si gadis tiba-tiba tertekuk dan dilain saat ia sudah berduduk di atas tanah
dengan kedua matanya yang tidak bersinar memandang jauh kedepan.
"Aaai ! ... dia sudah mati?" katanya seolah-olah bicara pada dirinya sendiri. "Dengan
demikian, habislah sudah....buyar......hancur lebur......"
Khouw Kiam Siu jadi serba bingung melihat keadaan gadis itu yang agaknya tidak bersedia
memperkenalkan dirinya. Namun dengan melihat sikap dan tahi-lalat, ia sudah dapat
meraba siapa gadis itu sebenarnya. Agar mendapat kepastian, maka dicobanya dengan
berkata: "Cio Tin siocia, maaf aku telah mengatakan dengan sejujurnya. Aku tidak bermaksud
melukai hatimu....."
"Bagaimana kau mengetahui aku bernama Cio Tin?" tanya si gadis yang memang puteri
tunggal si pemimpin besar partai Hong-bie-pang.
"Sikapmu telah menunjukkan dengan jelas."
Cio Tin tertawa berkakakan untuk kemudian menangis tersedu.
"Orang hidup seperti bermimpi...." katanya parau. "Aku telah menantikan Khouw Kie Cong
selama 10 tahun dan kini ternyata dia...dia sudah mati"."
Khouw Kiam Siu merasa hatinya disayat mendengar ratapan itu. Ratapan seorang yang
patah hati. "Selama jangka waktu yang panjang itu," kata lagi Cio Tin. "Aku senantiasa mengharapharap kedatangannya?"
"Siocia...kau masih muda, kebahagiaan masih dapat kau harapkan," Khouw Kiam Siu coba
menghibur. "Tidak... hatiku telah direbut olehnya....cintaku hanya untuk dia!"
"Khouw Kie Cong telah mati, tetapi kau harus hidup terus."
"Aku akan berusaha untuk hidup terus, tetapi apa hubunganmu dengan Khouw Kie Cong?"
"Dia kawan karibku."
"Oh.....hanya kawan karib" Wajahmu mirip benar dengan dia, aku semula menganggap kau
adiknya. Kenyataan inilah yang merubah tekadku membunuhmu tadi. Apakah Khouw Kie
Cong meninggalkan pesan untukku sebelum ia menutup mata?"
"Ya, dia menyuruh aku menyerahkan padamu suatu benda yang dibungkus dengan kain
hitam....." "Mana bungkusan itu?"
"Benda itu dan pedang Thian-kong-kiam telah direbut oleh si Algojo..."
119 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Cio Tin melirik pemuda she Khouw itu dan berpikir sebentar. Kemudian dengan paras
kurang mengerti ia menanya:
"Bukankah kau tadi mengatakan bahwa kau telah disuruh oleh si Algojo untuk membuka
kerudungku?" "Betul." "Dan kau menuruti saja permintaan si Algojo itu tanpa menghiraukan bahwa dialah yang
telah merebut Thian-kong kiam dan bungkusan Khouw Kie Cong?"
"Justru karena itulah aku terpaksa harus menerima juga permintaannya ini."
"Justru karena....ehm....aku mengerti sekarang. Si Algojo telah merebut Thian-kong-kiam
dan bungkusan Khouw Kie Cong sebagai barang jaminan, bukankah?"
"Betul." "Baiklah, jika demikian halnya, kau tidak bisa terlalu disalahkan. Tetapi dimana kau
menjumpai Khouw Kie Cong paling akhir?"
"Disebuah kuil tua....tatkala itu dia sudah payah betul dan hampir mati". dia lalu
menyerahkan bungkusan kain hitam sambil berpesan agar aku menyerahkan bungkusan
tersebut padamu dan mendesak aku lekas-lekas pergi..."
"Apakah dia terluka pada saat itu?"
"Aku...aku kira dia terkena racun...."
"Siapa yang telah meracuninya?"
"Aku tidak tahu ......"
"Dimana kuburannya?"
"Aku".aku belum menguburnya.....jenazahnya masih menggeletak di dalam kuil tua yang
telah aku sebutkan tadi....."
"Dimana kuil tua itu" Jauhkah dari sini?"
Serentetan pertanyaan yang gentar itu membuat Khouw Kiam Siu mengeluarkan peluh
dingin, ia merasa heran entah mengapa ia sudah berhasil menjawab pertanyaan gadis itu
demikian fasihnya, padahal itu semua hanya suatu omong kosong saja. Dan pertanyaan
yang terakhir itu betul-betul membuatnya terdiam dan memaksa otaknya bekerja lebih keras
lagi. Otaknya yang cerdas tidak memerlukan waktu terlalu lama untuk menjawab pertanyaan itu.
Dengan wajah girang disekanya butiran-butiran peluh yang bergantungan di dahi dan
dagunya dengan jari telunjuk, lalu mengepretkannya dan berkata:
"Tidak berapa jauh, kira-kira 100 lie disebelah selatan gunung Thian tai-san!"
"Kau kegerahan?" tanya Cio Tin heran.
"Eh".eh....ya. Aku merasa cemas Thian-kong-kiam dan bungkusan hitam tidak dikembalikan
oleh si Algojo"." Sahut Khouw Kiam Siu gugup.
120 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Ada dimana si Algojo sekarang?"
"Entahlah. Aku meninggalkan dia di tempat kau menolongku."
"Ayoh, kita cari padanya!"
Berkata begitu Cio Tin segera mendahului berlari, sehingga Khouw Kiam Siu terpaksa harus
mengikuti, karena ia memang bermaksud mengambil pulang pedang pusaka buntungnya.
Demikianlah kedua muda mudi itu mengejar si Algojo tanpa mengetahui bahwa orang yang
mereka cari itu sebetulnya berada tidak jauh dari situ dan dapat mengikuti dengan jelas tiap
gerak gerik mereka! Belum terlalu lama, mereka sudah tiba di tempat yang dimaksud, dimana mereka
menjumpai sebuah bungkusan dan sebilah pedang serta secarik kertas putih yang agak dekil
dengan beberapa corat-coret di atasnya.
Adapun corat-coret itu mengatakan:
"Wanita itu bukan orang yang tengah aku cari! Terimalah dengan baik pedang Thian-kong
kiam dan bungkusan kain hitam. Terima kasih banyak atas jasa-jasamu. Sekian dulu, dan
sampai jumpa lagi. Hormatku, Si Algojo."
Cio Tin turut membaca, tetapi ia tidak mengenali gaya tulisan orang yang menulis surat itu.
"Siocia, terimalah bungkusan Khouw Kie Cong ini," kata Khouw Kiam Siu sambil menyoren
Thian-kong kiam dipinggangnya.
"Terima kasih....." kata Cio Tin dengan paras terharu. Dimasukkan bungkusan itu kedalam
sakunya dan berkata lagi:
"Sudikah kau mengantar aku ke kuil digunung Thian-tai san?"
Khouw Kiam Siu dengan tegas mengangguk, ia memang telah mengarang cerita burung
tentang kematian Khouw Kie Cong, tetapi tentang kuil tua di gunung Thian tai-san ia tidak
berdusta. Kuil yang dimaksud itu pernah dilihatnya ketika berkunjung ke puncak dimana
Thio Siok Ngo dan pengasuhnya, Tian Giok Siu, bertempat tinggal.
Begitulah ia segera memimpin jalan. Setelah keluar dari hutan, ia segera mengajak Cio Tin
membelok kearah selatan dan baru pada keesokan harinya mereka tiba didaerah
pegunungan Thian-tai-san.
Karena sudah pernah datang disitu, maka dengan lincah Khouw Kiam Siu berlari-lari
kedalam semak-semak sambil diikuti terus oleh Cio Tin yang tampak semakin terharu saja
mengingat ia segera akan melihat "jenazah' kekasihnya ....
"Siocia, itulah..." seru Khouw Kiam Siu sambil menunjuk jauh kedepan dan membetot
tangan Cio Tin. Tidak lama kemudian mereka pun sudah tiba di dalam kuil yang sudah ditelantarkan itu.
Disamping tampak beberapa kursi dan meja yang sudah tua dan rusak tersusun tidak
teratur, sedangkan ruangan dalam kuil itu penuh dengan sarang labah2 dan serangga
lainnya. Khouw Kiam Siu segera bersandiwara dengan berlagak celingukan mencari-cari.
121 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Heran!" serunya sambil menarik wajah kaget. "Aku masih ingat betul Khouw Kie Cong
terbaring di atas papan rombeng ini...apakah jenazahnya dimakan oleh....binatang
buas.....?" Cio Tin jadi kecewa sekali, ia lalu mengusulkan agar mereka mencari ke sekeliling tempat itu
dengan memencarkan diri. "Baiklah, aku akan mencari diluar pekarangan dan kau carilah ke seluruh kamar dalam kuil
ini....." katanya. Lalu ia lekas-lekas berjalan keluar agar wajahnya yang sedang meringisringis menahan rasa geli tidak dilihat oleh gadis itu. Tetapi belum lagi jauh, ketika dengan
tiba-tiba saja ia sudah meloncat balik kembali kedalam kuil dan melihat Cio Tin yang baru
saja menjerit, sedang mengawasi sebuah kamar yang agak gelap.
"Mengapa kau menjerit?" tanyanya bingung.
"Coba kau tengok ruangan dalam kamar itu," sahut Cio Tin. Tangannya menujuk kearah
kamar dihadapannya. Tanpa ragu-ragu lagi Khouw Kiam Siu melangkah maju, namun tiba-tiba tampak ia berdiri
terpaku! "Apa yang kau lihat?" tanya Cio Tin.
"10 buah batok kepala manusia!" bisik Khouw Kiam Siu. Cepat ditariknya tangan Cio Tin dan
lekas-lekas berlari keluar kuil itu.
"Apakah kau tidak melihat ini semua tatkala kau meninggalkan kuil ini paling akhir?" tanya
Cio Tin setibanya diluar.
"Tidak...." sahut Khouw Kiam Siu. Diam-diam hatinya bercekat.
"Ini mungkin perbuatan Kut louw-koay!"
"Siapa itu Kut-louw-koay?"
"Si Siluman tengkorak yang telah mengubrak-abrik kalangan persilatan pada zaman 60
tahun yang lampau!" "Bagaimana kau dapat menduga batok-batok kepala itu adalah perbuatan si Siluman
tengkorak?" "Justru batok-batok kepala itu yang merupakan tanda telah munculnya si Siluman tengkorak
itu. Batok-batok kepala tadi adalah bahan-bahan peledak yang jika terpukul.... B O O M !"
"Oh. . . . siluman itu membunuh lawan-lawannya dengan menggunakan bahan peledak?"
"Ya, tetapi dia tidak pernah menggunakan senjatanya yang ampuh itu, jika tidak betul-betul
kewalahan dikepung. Karena dengan ilmu silatnya saja, tiada seorangpun yang mampu
menyentuhnya!" "Bagaimana kau mengetahui hal ini?"
"Dari cerita orang yang lebih tua, mereka mengatakan juga bahwa 60 tahun yang lalu Kutlouw-koay pernah menghancurleburkan tiga partai besar dalam waktu tidak lebih daripada
satu hari satu malam! Dari kenyataan itu, dapat kau gambarkan betapa hebat ilmunya itu,
tetapi secara aneh sekali ia tiba-tiba menghilang dari kalangan Kang ouw. Jika dia masih
122 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
hidup, mungkin kini usianya sudah melebihi 100 tahun."
Khouw Kiam Siu menggaruk-garuk kepalanya. Ia tidak pernah menduga sama sekali bahwa
dustanya terhadap si gadis telah menuntun mereka ke tempat bersemayam Kut-louw-koay!
Cio Tin tiba-tiba mengeluarkan bungkusan Khouw Kie Cong. Ditatapnya sejenak untuk
kemudian disimpan kembali dan berkata:
"10 tahun yang lalu, yalah ketika aku belum pandai main silat, Khouw Kie Cong telah
berjanji padaku bahwa bila dia sudah berhasil mengetahui musuhku, dia akan segera datang
menjumpaiku. Tetapi ternyata dia tidak bisa menepati janjinya itu"."
"Hendak kemana kau sekarang?"
"Aku mau masuk kedalam kuil dan menyelidiki apakah Khoaw Kie Cong telah dibunuh oleh si
Siluman tengkorak ini."
UNTUK menutupi rahasia Khouw Kie Cong, Khouw Kiam Siu telah mengarang cerita bahwa
kakak angkatnya itu sudah meninggal dunia dan ini dilakukan atas permintaan orang yang
berkepentingan sendiri. Tetapi cerita tentang kuil tua itu adalah perbuatannya sendiri tanpa
diminta oleh siapapun. Karena merasa yakin akan ceritanya, Cio Tin kini bertekad mencari kedalam kuil tua itu,
sedangkan sudah dilihat tanda-tanda bahwa kuil itu adalah tempat bersemayam si Siluman
tengkorak yang berilmu tinggi.
Soalnya kini yalah: jika si Siluman tengkorak itu betul-betul masih hidup dan memang kuil
tua itu adalah tempat bersemayamnya, lalu dia menjadi gusar tempatnya diselidiki tanpa
permisi, dan mengamuk bahkan membunuh Cio Tin.
"Celaka!" katanya dalam hati. "Kematian gadis itu dalam kuil ini akan menjadi tanggung
jawabku!" Dengan pikiran yang sangat mencemaskan itu, ia lalu berkata:
"Cio siocia, aku kira tidak perlu kau masuk ke dalam kuil lagi..."
"Mengapa?" tanya Cio Tin heran melihat sikap pemuda itu agak gugup.
"Lebih baik jangan....."
"Kau khawatir aku dibunuh oleh Kut louw-koay ?" Berkata demikian, Cio Tin tiba-tiba sudah
meloncat masuk kedalam kuil.
Khouw Kiam Siu sudah siap untuk mengikuti, dua bayangan yang mencurigakan berkelebat
dan masuk kedalam semak-semak. Dialihkan pandangannya kedalam kuil sejenak, ketika
tidak mendengar suara apa-apa, ia segera mengejar dua bayangan yang mencurigakan tadi.
Disuatu tempat ia melihat bayangan itu berhenti berlari. Seketika ia jadi kaget sekali, karena
kedua orang itu adalah Kat Ju Hui dan Gak Cun. Teraling oleh daun-daun pohon ia lalu
memasang mata dan mendengari.
"Mengapa kau mengajak aku kesini?" terdengar Gak Cun menanya.
"Aku ingin menanyakan beberapa hal!" sahut Kat Ju Hui ketus.
"Hal apa?" 123 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Pernahkah kau memberitahukan Khouw Kiam Siu bahwa aku adalah kekasihmu dan bahwa
aku berhubungan dengan Thio Kun?"
Gak Cun agak takut2 mengangguk.
"Dengan demikian, kau telah memfitnah aku!"
Kat Ju Hui menutup kata-katanya itu dengan satu sodokan tinjunya. Demikian cepat dan
diluar dugaan serangan itu sehingga Gak Cun yang memang berkepandaian beberapa
tingkat dibawah gadis itu, tidak mampu mengelakkan. Ia menjerit sambil terpental beberapa
meter jauhnya. Kat Ju Hui belum puas mengingat pemuda itu pernah membiusnya dan bermaksud
mencemarkan kehormatannya. Diayun kakinya dan lagi-lagi Gak Cun yang belum bangkit
terpental untuk tidak berkutik lagi. Karena pada serangan pertama yang keras itu, ia sudah
tewas! Bukan main terkejut Khouw Kiam Siu melihat kekejaman gadis yang senantiasa berusaha
merebut cintanya itu. Tanpa terasa ia meloncat dan membentak:
"Hei, sungguh seorang gadis yang kejam kau!"
Kat Ju Hui mendadak menghunus pedangnya dan tanpa berusaha mengenali lagi, ia segera
menyabet kebelakang sehingga Khouw Kiam Siu yang baru saja menginjak tanah harus
lekas-lekas meloncat lagi atau pinggangnya akan tertabas putus!
"Hah! Kaupun ingin membunuh aku"!" tanya Khouw Kiam Siu dengan semangat belum pulih
seluruhnya. Mulut Kat Ju Hui jadi ternganga. Kedua matanya yang terbentang lebar ditatapkan kedepan
tanpa berkesip. Tetapi sejenak saja parasnya jadi beringas mengetahui pemuda itu tidak
menyetujui perbuatannya tadi.
"Mengapa kau membunuh orang seenaknya saja?" tegur Khouw Kiam Siu gemas.
"Itu urusanku, tidak perlu kau turut campur!" sahut Kat Ju Hui dengan sikap keras.
"Aku tahu bahwa Gak Cun adalah seorang pemuda yang kurang baik tingkah lakunya,
namun kau harus memberi kesempatan untuk dia merubah sifat-sifatnya yang kurang baik
itu! Tidak boleh kau membunuh orang sembarang saja!"
"Dengan demikian, kaupun harus dibunuh!"
Khouw Kiam Siu mengertak gigi, namun ia tidak berhasil menahan amarahnya.
"Laksanakanlah ancamanmu itu!" bentaknya mengguntur.
Kat Ju Hui sangat mencintai pemuda dihadapannya itu, justru cintanya yang terlampau
besar tidak terbalas itulah, wataknya jadi beringas yang kemudian berubah menjadi rasa
benci! Tiba-tiba pedangnja ditarik kedepan dadanya dan membidik. Sejurus kemudian dengan
cepat ia menusuk..... Khouw Kiam Siu mengawasi saja ujung pedang yang sudah meluncur kearah dadanya dan
tidak berusaha mengelakkan. Ia rela berkorban jiwa dengan harapan gadis itu dapat
124 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
merubah wataknya setelah membunuh dirinya. Namun ujung pedang berhenti tepat
beberapa senti meter saja didepan tenggorokkannya!
"Aku bunuh kau! Aku bunuh kau!" Kat Ju Hui berteriak-teriak kalap tanpa meneruskan
tusukannya itu. Bahkan sesaat kemudian tampak pedangnya terlepas dan ia sendiri
tersungkur ditanah sambil menangis tersedu-sedu.....
"Aku berharap lain waktu kita bertemu lagi watakmu yang beringas itu sudah KAU rubah!"
Khouw Kiam Siu berpesan. Lalu dibalikkan tubuhnya dan berjalan balik kearah kuil tua untuk
mencari Cio Tin. Ia berjalan masuk ke ruangan dalam dan memeriksa kamar yang berisikan batok-batok
kepala manusia, dan tidak melihat Cio Tin berada disitu. Ia melangkah keluar lagi dengan
maksud memeriksa disekitar pekarangan, tiba-tiba ....


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hei, bocah! Siapa kau?" demikianlah terdengar suara teguran lantang dari dalam ruangan
kuil. Cepat Khouw Kiam Siu membalikkan tubuhnya, tetapi ia tidak melihat siapapun.
"Siapa kau"!" tanya lagi suara tadi.
"Aku Khouw Kiam Siu!"
"Mengapa kau datang disini?"
"Aku tengah mencari orang. Siapa kau sendiri?"
"Aku penghuni kuil tua ini!"
"Kau bersemayam dalam kuil ini"!"
"Betul!" "Apakah kau yang terkenal sebagai Kut-louw-koay atau si Siluman tengkorak"!"
"Hm, hm... luas juga pengetahuanmu. Siapa gurumu?"
"Aku tidak mempunyai guru!"
"Hoo, hoo! Baiklah, dari partai mana kau?"
"Aku tidak berpartai!"
"Haa, baa, haa! Kau tidak mempunyai guru dan kau juga tidak berpartai. Sedangkan kau
membawa-bawa Kim Gaib dan pedang Thian-kong-kiam"benda-benda yang luar biasa dan
selalu menimbulkan malapetaka! Coba katakan darimana kau peroleh tenaga sakti yang
demikian hebat itu?"
"........" "Hm...terus terang saja aku sangat mengagumi watakmu yang keras, luhur serta polos itu!
Aku tidak mempunyai murid, maukah kau menjadi muridku?"
Khouw Kiam Siu tiba-tiba jadi bisu. Ia sudah merasa heran si Siluman tengkorak mengetahui
bahwa ia memiliki tenaga sakti, kini ia diminta menjadi muridnya.
125 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Kau tadi mengatakan ingin mencari orang" Bolehkah aku mengetahui siapa orang itu?"
tanya lagi si Siluman tengkorak tanpa menghiraukan pertanyaannya yang belum dijawab.
"Seorang gadis yang berpakaian serba putih."
"Oh! Gadis itu?"
"Ya, apakah kau melihatnya?"
"Dia telah menyinggung aku, maka terpaksa dia aku hukum!"
"Kau telah membunuh gadis itu"!"
"Aku hanya melumpuhkannya!"
"Mengapa karena hanya tersinggung kau lalu melumpuhkan gadis itu" Perbuatanmu ini
terlalu kejam!" "Aku tidak membunuhnya, ingat!"
"Ada di mana gadis itu sekarang?"
"Untuk sementara waktu siapapun belum boleh mengetahui hal itu. Eeee....kau belum
menjawab pertanyaanku tadi. Maukah kau menjadi muridku?"
"Tidak!" Sahutan Khouw Kiam Siu itu disusul dengan terhembusnya suatu angin santar. Cepat ia
meloncat mengelakkan seraya mengejek:
"Kau terkenal dengan nama yang menyeramkan, tetapi ternyata kau adalah seorang
pengecut!" Selesai melontarkan ejekannya, ia segera meloncat dengan maksud menerobos kedalam
kuil, tetapi tubuhnya tidak mampu digerakkan, bahkan ia merasa suatu tenaga menariknya
ke belakang. Selangkah demi selangkah ia dipaksa melangkah mundur. Tiba-tiba tenaga
tarikan mengendor disertai dengan kata-kata:
"Pengecut"!"
Dibalikkan tubuhnya dan melihat seorang kakek yang rambut, jenggot, dan bulu alisnya
putih seperti salju. Dua buah batok kepala tampak tergantung ditali pinggangnya.
"Bocah!" bentak kakek itu. "Mau atau tidak, aku akan memaksamu menjadi muridku!"
"Aku tidak mau!" teriak Khouw Kiam Siu sengit. Diam-diam ia merasa jeri juga setelah
merasai tenaga tarikan kakek itu.
"Haai! Jika saja kau menjumpai aku dengan sikap seperti ini 60 tahun yang lalu, kau pasti
sudah mampus!" "Dan kau bermaksud menjadi orang suci sekarang?"
"Haa, haa, haa! 60 tahun yang lalu, tanpa disengaja aku telah membunuh isteriku sendiri!
Aku telah dikerubuti oleh banyak orang dan terpaksa harus menggunakan salah satu bahan
peledakku, tetapi ledakan bukan saja telah membasmi musuh-musuhku itu, bahkan isteriku
yang tercinta pun harus aku korbankan!"
126 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Itu urusanmu sendiri dan aku tidak mau campur!"
"Jahanam!" bentak Kut-louw-koay. Secepat kilat tangannya diulur dan berhasil menotok
batang leher Khouw Kiam Siu yang sekonyong-konyong roboh pingsan!
Waktu lewat dengan pesat sekali, tanpa terasa setengah jam telah lalu"..
Tampak kelopak mata Khouw Kiam Siu bergerak-gerak untuk kemudian terbuka. Ternyata ia
kini berada dalam kamar dibawah tanah. Ia merayap bangun, dibawah cahaya pelita yang
agak suram, ia melihat Kut-louw-koay tengah duduk di atas kursi yang terletak dekat sekali
dengan sebuah peti mati. "Haa....kau sudah siuman?" tanya Kut-louw-koay. Diangkat tangannya menunjuk kearah peti
mati seraya melanjutkan: "Benda untuk menyimpan mayat ini berisikan jenazah isteriku. Di dalam kamar inilah aku
telah menyekap diri selama 60 tahun."
"Ada dimana kita sekarang?" tanya Khouw Kiam Siu.
"Dalam kamar dibawah tanah dipekarangan belakang kuil tua ini."
"Mengapa kau membawa aku kesini?"
"Untuk mengangkatmu menjadi muridku....."
"Tetapi aku tidak mau !"
"Hee, he, hee! Jika kau menganggap aku terlalu baik hati, kau keliru! Aku bermaksud
mengajarimu suatu ilmu pukulan yang luar biasa serta memberikan padamu dua buah
bahan peledak dan terus terang saja memang ada udang dibalik batu atas kebaikan hatiku
ini....." Khouw Kiam Siu tidak lantas mengatakan apa-apa. Otaknya berusaha menebak maksud
kakek ganjil itu. "Kebaikan hatiku itu melulu agar kau sudi melaksanakan sesuatu bagiku...." kata lagi si
Siluman tengkorak. "Apa maksudmu?"
"Aku mengajarimu ilmu pukulan yang sangat dahsyat dan memberikan dua buah bahan
peledak padamu dan aku minta kau sudi mengubur jenazahku setelah aku mati!"
"Kau ingin membunuh diri"!"
"Betul!" "Mengapa?" "Seperti telah aku katakan tadi, 60 tahun yang lalu aku telah kesalahan membunuh isteriku.
Aku sangat menyesal dan bathinku terus menerus tertekan hebat. Aku lalu bersumpah
takkan membunuh orang lagi dan rela tinggal dalam kamar yang sepi ini menyertai jenazah
isteriku. Kini setelah 60 tahun, aku bermaksud menyertai isteriku didunia baka." ia berhenti
sejurus untuk kemudian melanjutkan dengan suara memohon kepada Khouw Kiam Siu:
"Maka... maka aku minta kau mau juga mengubur jenazahku bersama-sama isteriku ini. Kau
127 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
berkeras tidak sudi menjadi muridku dan aku tidak bisa memaksa, tetapi.... untuk sekedar
membalas budimu, aku akan mengajari suatu ilmu pukulan serta memberikan dua buah
bahan peledak padamu dan...jika pada suatu waktu kau merasa tertarik juga akan ilmuilmuku, itu dapat kau pelajari dari kitab catatanku ini," ia menunjuk kearah sakunya sendiri.
"Sebagai manusia kita harus saling bantu, aku dapat melaksanakan permintaanmu itu tanpa
menerima balas budi. Tetapi ada dimana gadis yang berpakaian serba putih?"
"Oh .... dia sudah pergi."
"Pergi"! Bukankah kau sudah melumpuhkannya?"
"Aku hanya melumpuhkan beberapa urat nadinya sehingga ia tidak lagi bisa melancarkan
jurus-jurus silatnya, namun ia masih sehat dan segar seperti sedia kala."
"Tahukah kau dia sudah pergi kemana?"
"Tidak." Kekhawatiran Khouw Kiam Siu agak mereda juga mendengar keterangan itu, mengetahui
Cio Tin tidak mati. Kut louw-koay berbangkit seraya berkata:
"Ayohlah, aku akan mengajarimu bagaimana melancarkan ilmu pukulan yang bernama Coa
keng-touw hiat-kang atau Jotosan menembusi urat-urat nadi, yang telah kuciptakan selama
aku mengasingkan diri dalam kamar dibawah tanah ini. Setelah kau mahir akan ilmu
pukulan ini dan dengan tenaga sakti yang telah kau miliki entah dari siapa itu, kau dengan
mudah saja dapat merubah iimu tersebut menjadi suatu tenaga untuk menggetarkan,
menarik atau mendorong atau melumpuhkan lawanmu!"
Khouw Kiam Siu yang semula emoh menerima balasan budi itu, tiba-tiba jadi amat tertarik,
dan tatkala Kut louw-koay lagi-lagi menganjurkan agar ia menerima juga 'hadiahnya' itu, ia
segera mengangguk menyatakan setujunya.
"Bagus!" seru Kut-louw-koay girang. Ia segera memasang kuda-kuda dan berkata lagi:
"Coan-keng-louw-hiat kang harus dilancarkan
dikerahkan secara merata. Cobalah perhatikan!"
menurut perimbangan tenaga yang Penjelasan itu segera disertai oleh gerak-gerak kedua tangan yang indah serta lincah sekali.
Serentak dalam kamar itu terdengar suara hembusan angin mendesir-desir santar. Seperti
orang sedang menari-nari, Ku-louw koay bergerak terus dengan ilmunya yang ternyata hebat itu sambil sebentar-sebentar mulutnya bergerak-gerak melepaskan penjelasan2.
Dengan kaget Khouw Kiam Siu memperhatikan pelajaran yang sedang diberikan itu. Ia
hanya perlu minta si kakek mengulang gerakan-gerakannya itu dua kali dan semua
pelajaran itu sudah merembes kedalam otaknya.
Demikianlah Kut louw-koay, seorang tokoh persilatan dari zaman 60 tahun yang lalu, yang
telah mengubrak-abrik tiga partai besar dalam waktu sehari semalam saja, untuk pertama
kalinya memaksa seseorang untuk menjadi muridnya! Ia lalu menyuruh pemuda itu
menjalankan jurus-jurusnya itu, dan ketika tidak melihat gerak yang keliru, dengan wajah
berseri-seri ia lalu berkata:
"Bocah, setelah aku meninggal dunia dan kau menjumpai seseorang yang mengaku sebagai
muridku atau memiliki bahan peledakku, orang itu harus kau basmi!"
128 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Mengapa kau bersikap demikian telengas?" tanya Khouw Kiam Siu. Tidak setuju agaknya ia
dengan pesan itu. "Karena aku tidak mempunyai murid, dan jika ada orang mengaku bahwa dia muridku, dia
bermaksud memburukkan namaku. Adapun jika dia memiliki bahan peledakku maka dia
pasti bermaksud menyebar malapetaka dikalangan persilatan. Itu harus dicegah!" sahut si
Siluman tengkorak tandas.
Dilepaskan empat batok kepala manusia dari tali pinggangnya dan berkata lagi: "Satu bahan
peledak ini adalah untukmu, sedangkan yang satu lagi adalah untuk menghancur-leburkan
kuil tua ini sehingga tiada seorangpun yang akan mengetahui dimana letaknya kuburanku.
Nah, dengarlah baik-baik. Untuk keluar dari dalam kamar ini, kau harus berjalan 10 langkah,
setelah membuka pintu, ambillah jalan yang membelok ke kanan. Setelah 10 langkah lagi
kau lagi-lagi harus membelok ke kanan, dan kau akan tiba disebuah lubang. Dengan
kepandaianmu, lubang yang hanya dua meter itu takkan menjadi rintangan untuk kau
mendaki keatas dan keluar."
"Terima kasih Locianpwee. Ada pesan lainkah?" tanya Khouw Kiam Siu seraya mengikat
bahan peledak yang baru diterimanya itu.
"Tidak!" sahut Kut-louw-koay. Secepat kilat ia meloncat dan sambil memekikkan suaranya
yang seram, tangan kanannya tiba-tiba terangkat yang kemudian dipakai menumbuk ubunubunnya sendiri!
Khouw Kiam Siu berdiri terpaku mengawasi tubuh si Siluman tengkorak yang sudah tidak
berkutik lagi itu. "Dia betul-betul melaksanakan tekadnya itu!" katanya dalam hati.
SEJURUS kemudian, dengan hati masih memukul keras, Khouw Kiam Siu lalu berjalan keluar
dari dalam kamar itu dengan menuruti petunjuk-petunjuk kakek ganjil itu. Dilain saat ia
sudah berdiri dihadapan kuil tua lagi.
Dilayangkan pandangannya kesekitar tempat itu sejenak sambil melepaskan sebuah batok
kepala dari pinggangnya. Ketika tidak melihat siapapun berada disitu, ia segera melontarkan
bahan peledak itu sambil lekas-lekas bertiarap ditanah.
Suara ledakan dahsyat terdengar. Seluruh tempat disekeliling kuil tua itu tergoncang dan
membuat Khouw Kiam Siu lekas-lekas menggulingkan tubuhnya menjauhkan diri dari
kepingan-kepingan puing yang terlontar seperti percikan air mancur itu.
Beberapa saat kemudian, dibawah kepulan debu yang mulai menipis, kuil tua itu sudah rata
dengan bumi. yang terlihat hanya segundukan tanah dan batu-batu saja!
Sambil mengebaskan debu dari pakaiannya, Khouw Kiam Siu mengawasi akibat bahan
peledak buatan si Siluman tengkorak. Sejurus kemudian, dibalikkan tubuhnya dan berlari
pergi untuk mencari Cio Tin yang menghilang entah kemana.
Ia berlari-lari tanpa tujuan tertentu, ketika tiba-tiba ia berhenti di-suatu hutan lebat.
Telinganya mendengar suara senjata-senjata beradu yang disertai juga dengan suara
kerincingan dan bentakan-bentakan.
Disingkapnya ranting-ranting pohon dan melongok kedalam. Di tempat seluas beberapa
puluh meter persegi, tampak seorang kakek yang berjubah kuning dan berambut putih
tengah bertarung melawan seorang nenek yang bersenjata sebatang tongkat besi.
129 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Hm .... si Tongkat besi kerincingan perak!" katanya dalam hati.
Sementara itu, pertarungan jadi semakin sengit. Hembusan-hembusan angin pukulan si
kakek sebentar-sebentar mendesir dan merontokkan daun-daun pohon, sedangkan tongkat
si nenek, dengan gerak berliku-liku seperti ular naga menyemburkan air dari mulutnya,
berkelebat-kelebat dengan ganas sekali. Namun tiba-tiba si kakek meloncat mundur seraya
mulutnya berteriak: "Hei, kau yang menonton sambil bersembunyi! Ayoh, keluar!"
Terkejut juga Khouw Kiam Siu mendapat kenyataan telinga kakek itu demikian tajamnya. Ia
menghampiri kedua orang tua itu yang diam-diam tampak terkejut melihat batok kepada
dipinggangnya. "Bocah! Apakah namamu Khouw Kiam Siu?" tanya si kakek tanpa menghiraukan batok
kepala Kut-louw koay dipinggang pemuda itu.
"Betul." "Apakah kau membantu murid nenek ini membunuh Gak Cun, muridku?"
"Kau guru Gak Cun?"
"Betul!" Seketika Khouw Kiam Siu jadi teringat akan pemberitahuan si Algojo yang mengatakan
bahwa guru Gak Cun adalah salah satu dari antara kesepuluh manusia luar biasa yang
bernama julukan Phan-yun-siu, si Pelangi. Adapun keistimewaan kakek itu sehingga ia
digolongkan sebagai jago keempat (satu tingkat lebih tinggi dari Thiat-cong-gin leng atau si
Tongkat besi kerincingan perak), adalah karena ilmu pukulannya yang disebut Phan-yunciang.
"Hei, bocah!" bentak lagi Phan-yun-siu beringas. "Apakah kau membantu gadis jahanam itu
membunuh muridku?" "Siapa yang kau maksud dengan gadis jahanam itu?" tanya Thiat-cong-gin-leng sengit.
"Siapa lagi jika bukan muridmu yang jendil itu!"
"Anjing tua! Jika muridmu dibunuh oleh muridku, kau sebetulnya harus berterima kasih.
Muridmu yang biadab itu memang seharusnya diganyang!"
"Nenek jahanam! Muridmu telah memancing muridku dengan parasnya yang cantik dan
tubuhnya yang menggairahkan. Tetapi setelah berhasil, muridmu telah terpikat oleh anjing
ini, bahkan dia tidak sungkan-sungkan membunuh muridku!"
Mata Khouw Kiam Siu tiba-tiba menjilak. Tidak dapat ia menerima kata 'anjing' yang
dialamatkan kepada dirinya itu. Tanpa memperdulikan bahwa kakek itu adalah si ahli
pukulan Phan yun-ciang lagi, digerakkan mulutnya dan membentak.
"Hei, kakek! Berhati-hatilah dengan ucapanmu itu!"
"Kau berani memperingatkan aku?" bentak Phan-yun-siu, dan pada saat yang sama ditarik
kedua tinjunya setinggi dada sambil memasang kuda-kuda. Sejenak kemudian, kedua
tinjunya itu sudah meluncur dengan kecepatan yang menakjubkan sekali.
130 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Khouw Kiam Siu tidak berani sembarang menangkis. Ia meloncat dan ....
"Krakk !!" Sebuah pohon yang berada tepat di jurusan tempat ia berdiri tadi tiba-tiba tumbang terkena
hembusan angin santar pukulan Phan-yun-ciang kakek itu! Tengah ia terpesona, si kakek
yang sudah kalap lagi-lagi sudah mengirim jotosannya.
"Akan kuuji ilmu pukulan Coan keng-touw-hiat-kang!" bisik Khouw Kiam Siu dalam hati.
Dengan pikiran itu, lekas-lekas ia berdiri tegak sambil mengerahkan tenaga sakti Khouw Kie
Cong, dan begitu melihat kedua tinju Phan-yun-siu bergerak, iapun menjotos!
Thiat-cong-gin-leng tercengang menyaksikan sipemuda tidak berusaha mengelakkan
sodokan maut itu. Dengan hati berdebar-debar diteliti tinju-tinju yang tengah meluncur dari
dua jurusan yang bertentangan itu.
Satu suara tubrukan terdengar dan tampak Phan-yun siu tertarik kedepan oleh suatu tenaga
gaib.Tubuhnya mendadak tergetar untuk kemudian dengan tiba-tiba terdorong ke belakang
dan roboh tertelentang! Phan yun-siu, si Pelangi yang dideretkan No. 4 diantara ke sepuluh manusia yang
berkepandaian luar biasa itu, telah dirobohkan dalam satu gebrakan saja! Sungguh sesuatu
yang tidak mungkin dapat diterima oleh Thiat-cong-gin-leng jika pada saat itu ia tidak
berada disitu dan menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri.
Marilah kita tengok lagi gelanggang pertempuran yang agaknya masih akan menciptakan
sesuatu yang diluar dugaan.
Tampak Phan yun-siu menggeleng-gelengkan kepalanya dan mendengus. Ditatapnya Khouw


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kiam Siu sebentar. Dilain saat ia lagi-lagi sudah berada dalam posisi setengah berjongkok
dengan kedua tinjunya tertarik kebelakang.
"Saattt !!!!" Demikianlah terdengar pekikan lantang yang disertai dengan meluncurnya kedua tinju si
kakek. Khouw Kiam Siu tidak mau memberi hati. Seperti geraknya yang pertama, tiba-tiba ia
menjotos. "Dukkk !!" Phan-yun-siu yang masih menganggap bahwa kekalahannya pada jurus yang terdahulu tadi
adalah sesuatu yang kebetulan, telah melipatgandakan serangannya yang kedua ini dengan
seluruh tenaganya, tetapi ia terkejut bukan main ketika merasai bahwa kedua tinjunya
seolah-olah bertubrukkan dengan bola baja yang membetot untuk kemudian
melemparkannya ditanah! "Haai....lihay benar bocah itu!" Thiat-cong-gin leng diam-diam memuji dalam hati. Ketika
melihat Phan-yun-siu tidak berdaya lagi, ia segera menghampiri si pemuda dan berkata:
"Wah! Hebat kau, bocah! Tetapi bagaimana pendapatmu tentang muridku" Dia sangat
menyukaimu!" "Murid Locianpwee sangat cantik dan aku sangat mengaguminya...." sahut Khouw Kiam Siu.
131 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Ia memuji dengan maksud agar tidak menimbulkan gusar nenek itu. Namun justru
ucapannya itu disalah-artikan.
"Kau sudah berubah pikiran?" tanya Thiat-cong-gin-leng bernapsu.
"Berubah pikiran tentang apa?"
"Tentang Kat Ju Hui! Kau diam-diam tentu mencintai juga muridku itu, bukan?"
"Aku mengagumi dan itu bukan berarti aku mencintai!"
"Bocah! Kau terlalu memandang rendah! Jika kau tidak mau mengambil Hui-ji sebagai
isterimu, aku tidak lagi bisa berpeluk tangan terus!"
"Locianpwee, lebih baik aku menyelesaikan urusan itu dengan Kat siocia sendiri."
"Tidak! Aku mau kepastian sekarang!"
Thiat-cong-gin-leng menutup bentaknya itu dengan kemplangan tongkatnya, tetapi
serangannya itu dengan mudah saja dielakkan. Maka dengan sengit diputar senjatanya itu
dan merangsek terus. Khouw Kiam Siu meloncat-loncat mengelakkan sabetan, sodokan dan kemplangan tongkat
nenek itu tanpa balas menyerang.
"Dapatkah aku bertahan begini terus-menerus?" tanyanya dalam hati cemas.
Bagus saja tengah ia bingung itu, tiba-tiba dari kejauhan tampak berlari-lari mendatangi
sesosok bayangan hitam dengan gerakannya yang amat lincah. Begitu berada dekat,
bayangan itu berlari terus sambil melepaskan seruan:
"Khouw Kiam Siu! Ikutilah jejakku!"
Sekilas saja Khouw Kiam Siu sudah mengenali bahwa bayangan hitam yang pesat itu adalah
si Algojo. Maka segera dilancarkan ilmu Coan-keng-touw-hiat-kang dan berhasil mendorong
Thiat cong-gin-leng. Tenaga yang dipergunakan tidak sekeras ketika ia menyerang Phan
yun-siu, namun si nenek tidak bisa menahan, ia terpental dan roboh.
Kesempatan yang baik itu dipergunakan oleh Khouw Kiam Siu untuk mengejar si Algojo
yang sudah berada jauh didepannya.
Akhirnya disuatu tempat yang sepi si Algojo mendadak berhenti dan mengawasi pinggang
pemuda itu sejenak, lalu berkata:
"Bagus! Ternyata tenagamu sudah banyak lebih maju."
Khouw Kiam Siu menahan larinya dan berkata: "Kau belum memenuhi janjimu!"
"Betul! Justru aku datang untuk itu!"
"Ayohlah, katakan!"
"Thio Siok Ngo berada dalam puri Kiam Pao dan dia ternyata tidak dipenjarakan. Hanya...
sayang ingatannya sudah hilang!"
"Aku harus lekas-lekas pergi kesana untuk menolong gadis itu dan berusaha mengobatinya!"
132 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Kau tidak gentar bermusuhan dengan pihak puri itu?"
"Sedikitpun tidak!"
"Apa yang membuat kau jadi demikian nekad" Karena cintakah?"
"Bukan!" "Karena suatu rasa tertentu barangkali?"
"Ya!" "Rasa apa?" "Rasa hormat! Karena aku menghormati gadis itu, maka dengan sendirinya menolong gadis
itu merupakan suatu kewajiban!"
"Kewajiban apa?"
"Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu itu!"
"Hee, hee, hee! Tetapi jika kau sudah bersedia menolong, kau juga harus mencintai gadis
itu!" "Tidak! Itu sudah melampaui arti daripada kata 'kewajiban" !"
"Tetapi tahukah kau mengapa gadis itu menjadi gila?"
"Karena kasihnya tak sampai, sehingga jiwanya mengalami tekanan-tekanan hebat dan
menjadi gila!" "Bagus! Bagus sekali! Tetapi tahukah kau bahwa orang yang dirindukannya itu justru mirip
benar dengan tubuh maupun wajahmu. Dan. . .obat satu-satunya yang paling mustajab
adalah cintamu. Ya, berikanlah cintamu kepada gadis itu dan dia pasti akan sembuh!"
Bukan main terkejut Khouw Kiam Siu mendengar keterangan itu.
Bagaimana si Algojo mengetahui bahwa tubuh serta wajahnya mirip benar dengan kekasih
Thio Siok Ngo" Apakah si Algojo sudah mengetahui hubungannya dengan Khouw Kie Cong"
Jika 'ya', bagaimana ia mengetahui itu"
Dengan pertanyaan-pertanyaan itu dalam otaknya, ia lalu menanya:
"Bagaimana kau mengetahui sebab-sebab yang membuat Thio Siok Ngo jadi gila?"
"Itu tidak perlu kau ketahui. Yang penting yalah, tolonglah gadis itu dari cengkraman orangorang puri Kiam Pao dan ingat, hanya dengan cintamu saja, penyakit gadis itu dapat
disembuhkan!" "Gadis itu tidak dipenjarakan, lalu disekap dimana dia?"
"Gadis itu berada dalam gedung yang terakhir di dalam puri Kiam Pao. Bagimu tidak terlalu
sukar untuk menolongnya, tetapi ada suatu urusan lain yang terlebih penting....."
"Urusan apa?" 133 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Si gadis yang kau singkap kerudungnya sedang dalam bahaya!"
"Cio Tin siocia"!"
"Betul!" Khouw Kiam Siu merasa kedua lututnya tiba-tiba jadi lemas mendengar keterangan itu. Cio
Tin sudah dilumpuhkan urat nadinya oleh si Siluman tengkorak dan tidak mungkin lagi bisa
membela dirinya jika diserang.
"Aku harus mencari obat untuk menyembuhkan kelumpuhan gadis itu, baru tanggung
jawabku selesai," pikirnya cemas.
"Gadis itu ditawan oleh orang-orang dari puri Kiam Pao!" kata lagi si Algojo.
"Mengapa dia ditangkap?"
"Karena dia membawa-bawa bungkusan kain hitam. Kau harus lekas-lekas menolongnya
sebelum terlambat!" Sementara itu, Thiat-cong-gin-leng yang sedang mencari-cari mereka akhirnya tiba disitu
dan agar tidak mendapat gangguan nenek itu, Khouw Kiam Siu segera meloncat seraya
berkata kepada si Algojo:
"Aku akan pergi ke puri Kiam Pao untuk menolong Cio Tin siocia!"
"Bocah, tunggu dulu!" teriak Thiat-cong-gin-leng. Iapun meloncat dan mengejar, tetapi tibatiba ia terhuyung dan roboh diterjang hembusan angin serangan si Algojo. Dengan gusar ia
merayap bangun dan membentak:
"Hei, siapa kau"!"
"Aku si Algojo!" sahut orang yang ditanya tegas.
Dahi Thiat-cong-gin-leng berkerut mendengar nama julukan yang belum pernah
didengarnya itu. Tetapi kenyataan sudah membuktikan bahwa sekalipun belum terkenal,
orang yang berkerudung kain hitam ini memang lihay sekali ilmu silatnya.
"Mengapa kau menghadang aku?" akhirnya ia menanya.
"Aku terpaksa harus berbuat demikian. Sipemuda she Khoaw itu harus lekas-lekas menolong
seseorang. Tetapi bukankah Cianpwee ingin mendapat kepastian tentang cinta pemuda itu
kepada muridmu?" "Bagaimana kau mengetahui hai itu?"
"Telingaku tersebar dimana-mana! Tetapi urusan Kat siocia yang tergila-gila terhadap
pemuda itu harus dibereskan oleh kedua orang yang berkepentingan sendiri tanpa campur
tangan dari luar!" "Tetapi Kat Ju Hui adalah murid kesayanganku. Aku situa bangka sampai perlu keluar lagi
dikalangan Kang ouw, karena khawatir jika cinta muridku itu tidak dibalas, dia mungkin akan
membunuh diri! Dan ini tidak boleh terjadi!"
"Gadis itu dapat diberi nasehat. Jika kau tidak berkeberatan, aku bersedia melakukan itu."
"Kau menawarkan jasa-jasa baikmu?"
134 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Ya," "Bagus! Aku minta kau datang ke lembah Hong hong-kok dan cobalah beri nasehat pada
muridku itu. Dan terima kasih...."
Berkata begitu, Thiat-cong gin-leng mengangguk sedikit dan meninggalkan si Algojo yang
juga segera berlalu. SEMENTARA itu, Khouw Kiam Siu yang sedang menuju ke puri Kiam Pao, sudah tiba
disebuah lembah yang dijaga oleh beberapa belas orang. Melihat kedatangannya disitu,
seorang yang berwajah kejam segera tampil kemuka dan membentak:
"Melihat alat tetabuhan di punggungmu, kau tentu sipemilik Kim gaib, bukankah"!"
"Tidak salah!"' sahut Khouw Kiam Siu tegas.
"Kebetulan sekali, aku Wee Put Kie, pemimpin regu pengawal Thian-lam Sin-kun dari istana
Thian-lam-mo-kong diselatan memang diperintahkan untuk membawamu kesana!"
Diam-diam Khouw Kiam Siu bercekat mendengar disebutnya nama Thian lam Sin-kun yang
telah mengutus Jun-bong Su-koay untuk mencari pedang Thian-kong kiam di tempat si
Kakek cerdas. Kakek atau gurunya itu akhirnya karena tidak sudi memberitahukan dimana
pedang pusaka buntung itu, telah dibunuh oleh keempat iblis itu.
Ia memang bermaksud membikin perhitungan dengan si Raja muda dari daerah Thian-lam
itu, maka tiba-tiba saja ia jadi gusar.
"Meskipun tidak dicari, aku pasti berkunjung kesana!" katanya keras.
"Bagus! Ayohlah, kita berangkat sekarang!"
"Aku masih mempunyai urusan penting, aku akan berkunjung ke tempatmu pada suatu
hari!'' "Jika demikian halnya, kau serahkan saja pedang Thian-kong kiam sekarang!"
"Menyesal sekali, tidak dapat aku serahkan pedang pusakaku ini begitu saja!"
Wee Put Kie tertawa berkakakan panjang. Kemudian dengan sikap yang memandang rendah
ia berkata: "Sin-kun telah mengatakan bahwa jika kau berkeras kepalamu harus dipenggal!"
"Kau penggallah!"
Wee Put Kie tidak menunggu lagi. Diangkat tangannya dan mengebas. Serentak dengan itu,
empat orang segera melangkah keluar dari rombongan itu dan menghampiri Khouw Kiam
Siu. Tetapi satu hembusan angin mendesir dan membuat mereka tiba-tiba berdiri diam!
Meskipun terkejut melihat keempat orangnya itu dengan mudah saja sudah sekaligus
terkena totokan, Wee Put Kie tidak sudi meninggalkan tempat itu begitu saja tanpa
meninggalkan'oleh-oleh'. Ia meloncat sambil menggerakkan tangannya seperti orang
melemparkan apa-apa, kemudian secepat kilat dibalikkan tubuhnya dan kabur!
Khouw Kiam Siu hendak mengejar, namun kedua kakinya tiba-tiba menolak segala
135 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
perintahnya. Pada saat yang sama kepalanya dirasakan kosong dan hidungnya mengendus
suatu hawa yang harum semerbak dan belum lagi ia sadar apa yang telah terjadi atas
dirinya, sekonyong-konyong kedua lututnya tertekuk dan roboh pingsan!
Wee Put Kie mengendorkan larinya dan bermaksud kembali lagi untuk merebut pedang
Thian-kong-kiam, tetapi tiba-tiba ia merandek ketika melihat seorang kakek dengan
langkah-langkah enteng sekali sedang berjalan menghampiri pemuda she Khouw itu. Cepat
dibalikkan lagi tubuhnya dan berlari pergi!
Dengan cepat saja kakek itu sudah berdiri didekat Khouw Kiam Siu yang menggeletak
ditanah. Kedua tinjunya sudah siap menyerang pemuda itu, ketika"
"Hei, Phan yun-siu!" demikianlah terdengar seruan lantang yang disusul dengan munculnya
seorang kakek yang berambut panjang sekali hingga menutupi mukanya.
Si kakek yang bermaksud menyerang Khouw Kiam Siu ternyata bukan lain daripada Phanyun-siu, guru Gak Cun. Ditatapnya kakek yang baru datang itu sebentar dan menegur:
"Siapa kau?" "Kau tidak perlu mengetahui aku siapa!" sahut kakek itu sambil tertawa panjang. "Kau
bermaksud membunuh orang yang sudah pingsan. Perbuatanmu itu sangat keji".sangat
bertentangan dengan peraturan Bu-lim!"
"Kau mau turut campur dalam urusan ini?"
"Semua orang yang luhur harus berusaha mencegah perbuatan-perbuatan keji !"
"Jadi kau menganggap dirimu luhur?"
"Begitulah kira-kira! Hee, hee, hee!"
"Siapa kau" Aku belum pernah melihatmu berkecimpung di-kalangan Kang-ouw."
"Hee, hee, hee! Ternyata bukan saja banyak orang kau tidak kenal, tetapi kaupun banyak
tidak tahu urusan-urusan yang telah terjadi dikalangan persilatan! Disamping itu aku
sungguh tidak mengerti sebagai seorang guru silat dan seorang yang memiliki nama tenar
dalam dunia Kang-ouw, kau masih tidak malu-malu untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang keji! Mengapa kau hendak membunuh pemuda itu?"
"Anjing ini telah bersekongkol dengan murid Thiat cong gin leng dan membunuh muridku!"
"Sudahkah kau membuktikan bahwa pemuda itu telah bersekongkol dengan murid si
Tongkat besi kerincingan perak dan membunuh muridmu?"
Phan-yun-siu tiba-tiba jadi gugup ditanya demikian, ia tidak menyahut.
"Menurut pengetahuanku, pemuda itu belum pernah melakukan perbuatan-perbuatan hina!''
kata si kakek lagi. "Dan aku yakin kau bukan saja ingin membunuh pemuda itu, tetapi
kaupun bermaksud merebut pedang pusaka buntung!"
Tuduhan yang tepat itu membuat Phan-yun siu serba salah. Tengah ia bingung, si kakek
tiba-tiba mendekati Khouw Kiam Siu.
"Jangan sentuh anjing itu!" bentaknya mengancam.
Si kakek tertawa terkekeh dan menghampiri terus.
136 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Jika kau tidak senang melihat perbuatanku ini, cobalah cegah!" tantangnya.
Phan-yun-siu tidak lagi dapat menahan sabar. Kedua tinjunya terangkat maka dilain saat ia
sudah menyerang dengan jurus keistimewaannya. Dan ketika serangannya ditangkis oleh
kakek yang ternyata sangat lincah dan tangkas itu, dia sendiri yang terpental roboh!
Si kakek tidak menunggu lagi, ia meloncat dan menyambar tubuh Khouw Kiam Siu untuk
kemudian dihimpitnya dan meloncat pergi. Larinya demikian pesat, sehingga ketika Phanyun siu dapat berdiri lagi, ia sudah berada jauh dari tempat itu. Ia berlari terus dan masuk
kedalam semak belukar. Tidak lama kemudian tibalah ia dikaki gunung yang terpencil.
Diletakkannya tubuh Khouw Kiam Siu ditanah. Lalu ia mengeluarkan beberapa butir pil obat
yang segera dimasukkannya kedalam mulut pemuda itu dan menantikan sambil duduk
bersila. Beberapa saat lewat, tidak lama kemudian Khouw Kiam Siu pun sudah sadarkan diri lagi.
Seperti orang bermimpi ia menggerakkan tubuhnya dan berduduk.
"Locianpwee," katanya bingung. "Apa yang telah terjadi?"
"Kau telah terkena racun!" sahut kakek itu sambil bersenyum lebar.
"Locianpwee yang menolong aku?"
"Ya. Jangan terlalu banyak bicara, kerahkanlah tenaga dalammu agar sisa-sisa racun itu
keluar melalui pori-pori."
Khouw Kiam Siu adalah seorang pemuda yang berkepala batu dan tidak sudi menerima budi
siapapun, tetapi entah mengapa, terhadap kakek itu sikapnya agak berlainan. Segera
dikerahkan tenaga dalamnya dan menuruti saja petunjuk2 kakek itu.
Kira-kira setengah jam kemudian baru si kakek berkata lagi:
"Cukuplah, aku kira obat-obatan telah kau telan dan tenaga dalammu sudah berhasil
mengusir pengaruh racun yang kau sedot itu."
Dengan sekujur tubuh basah oleh keringatnya sendiri, Khouw Kiam Siu lekas-lekas memberi
hormat seraya mengucapkan terima kasih.
"Aku mengharap dapat membalas budi Locianpwee ini," katanya.
Si kakek tertawa terkekeh dan menyahut: "Kau dapat melakukan itu sekarang juga!"
"Sekarang juga?"
"Ya, dengan menjawab beberapa pertanyaanku dengan jujur."
"Apa yang hendak Locianpwee ketahui?"
Si kakek menyingkap rambut yang menutupi mukanya. Maka tampaklah kedua matanya
yang bersinar tajam. Setelah ditatapinya pemuda itu sejenak, ia lalu berkata:
"Dari mana kau peroleh pedang Thian kong kiam?"
"Aku".aku.....tidak....."
"Ayohlah, jawab sejujurnya! Aku hanya ingin mengetahui tanpa kepingin memiliki pedangmu
137 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
itu." Khouw Kiam Siu berpikir sebentar, akhirnya ia menyahut juga,
"Aku memiliki Thian kong-kiam semenjak aku masih kecil sekali."
"Ya, tetapi siapa yang telah memberikan pedang itu padamu?"
"Gouw Wie To, si Kakek cerdas, guruku."
"Sudikah kau menceritakan riwayatmu?"


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku".aku.... tidak tahu....."
Si kakek tampaknya tidak merasa yakin mendengar pengakuan itu. Tetapi ia segera berkata
lagi: "Mengapa kau tidak menanyakan gurumu itu" Aku kira dia mengetahui."
"Guruku telah memberitahukan sebagian saja. Beliau mengatakan bahwa aku baru boleh
mengetahui seluruh hal ikhwal setelah aku memiliki sesuatu yang bisa diandalkan untuk
menggempur musuh-musuhku, tetapi setelah aku berhasil, dia sendiri telah dibunuh
orang"." "Si Kakek cerdas sudah mati" Siapa yang membunuhnya?"
"Yun-bong Su-koay atas perintah Thian-lam Sin-kun!"
"Mengapa gurumu dibunuh?"
"Karena menolak memberitahukan dimana Thian kong-kiam telah disembunyikan!"
Si kakek tiba-tiba menggeram. Tampak wajahnya tiba-tiba jadi gusar.
"Haai! Aku merasa heran Thian lam Sin-kun bisa menduga dengan tepat bahwa Gouw Wie
To pernah memiliki pedang pusaka itu. Tahukah kau mengapa?"
"Tidak, pada suatu waktu aku akan pergi ke selatan untuk menanyakan dan membikin
perhitungan dengan si Raja muda dari daerah Thian-lam itu!"
"Hee, hee, hee! Kau mungkin belum mengetahui siapa itu Thian lam Sin-kun."
"Aku tahu si Raja muda dari daerah Thian lam itu dideretkan di No. 6 dari kesepuluh
manusia-manusia luar biasa dizaman 30 tahun yang lalu, tetapi aku tidak gentar."
"Sekalipun demikian, kiranya perlu aku beritahukan bahwa semenjak 30 tahun yang lalu,
orang dari daerah Tiong Goan belum ada seorangpun yang dapat masuk ke istana Thianlam-mo-kong dan berhasil keluar lagi....dewasa ini, si Raja muda dari daerah Thian-lam itu
adalah orang terkuat dikalangan persilatan..."
Khouw Kiam Siu tidak memberi komentar apa-apa atas peringatan itu.
"Menurut cerita, pedang Thian-kong-kiam telah diketemukan oleh Khouw Bu Wie, si Muka
alim, tetapi hampir pada waktu yang sama, si orang she Khouw dan isterinya tiba-tiba
lenyap dari kalangan Bu-lim." kata lagi si kakek. "Kau tadi bilang bahwa Thian-kong-kiam
telah menjadi milikmu semenjak kau masih kecil, maka dapatlah ditarik satu kesimpulan."
138 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Kesimpulan apa?"
"Sebelum aku menceritakan, cobalah katakan pernah apa kau dengan Khouw Kie Cong alias
Sam kiat Sianseng?" "Dia sahabat karibku."
Si kakek menjebirkan bibirnya dan berpikir. Kemudian ia mengangguk-anggukkan kepalanya
dan berkata lagi: "Kemungkinan besar Khouw Kie Cong itu adalah saudara tirimu!"
"Haa"!" "Ya! Aku mengetahui bahwa Khouw Kie Cong adalah putera tunggal Khouw Bu Wie dari
isteri pertama yang bernama Lim Giok Cui, tetapi wanita she Lim ini sambil membawa
Khouw Kie Cong telah mabur ketika mengetahui bahwa suaminya telah mengadakan
hubungan gelap dengan seorang wanita lain yang bernama julukan Im-hong-kwi-lie, si Dewi
angin dan dari si Dewi angin lahirlah seorang putera yang ketika memasuki usia satu tahun
telah ditetapkan akan menjadi suami puteri Sauw-hun Mo kie, si Penyapu nyawa!"
Setelah berkata, si kakek lalu meneliti wajah Khouw Kiam Siu.
"Haaa.......lihat saja wajahmu, kau mirip benar dengan Khouw Kie Cong!"
Hati Khouw Kiam Siu tiba-tiba berdebar-debar.
"Jika kesimpulan kakek ini betul, maka ayah bundaku adalah Khouw Bu Wie dan Im hongkwi lie!" pikirnya. "Dengan demikian, Khouw Kie Cong adalah kakak tiriku dan orang yang
tengah dicari-cari oleh Ma Kang Lian alias Cui-beng Lo-sat adalah aku sendiri!"
Si kakek tertawa terkekeh melihat sikap Khouw Kiam Siu yang masgul itu.
"Anak, jangan gelisah tidak keruan, kesimpulanku mungkin keliru," katanya. "Tetapi aku
berjanji untuk bantu menyelidik nasib ayah bundamu itu."
"Mengapa Locianpwee mau bersusah-payah" Apakah kau berhubungan erat dengan Khouw
Bu Wie?" "Betul. Hanya aku tidak dapat memberitahukan hubungan apa telah terjalin antara aku dan
siorang she Khouw itu. Untuk mengetahui hal ikhwalmu, karena Gouw Wie To sudah
meninggal dunia maka kini hanya ada dua jalan: menanyakan dari Thian-lam Sin-kun dan
mencari jejak Khouw Bu Wie dan isterinya yang kedua."
Khouw Kiam Siu mengangguk. Setuju ia dengan pendapat kakek itu.
"Kapan kau ingin pergi ke selatan?" tanya si kakek.
"Dalam beberapa hari ini."
"Bagus! Aku akan menyertaimu!"
"Tetapi aku masih harus pergi ke puri Kiam Pao....."
"Oh .... itu tidak menjadikan soal. Kau pergilah sekarang, kita akan berjumpa di selatan!"
Khouw Kiam Siu harus lekas-lekas menolong Cio Tin, maka ia segera memberi hormat dan
139 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
meninggalkan kakek itu yang tidak menanyakan tentang batok kepala ditali pinggangnya.
Si kakek bersenyum lebar sambil mengawasi perginya pemuda itu. Kemudian terdengar ia
berkata seorang diri: "Aku harap saja pemuda ini betul-betul putera Khouw Bu Wie. Dengan demikian suatu
urusanku telah selesai!" lalu iapun berlalu dari situ.
KHOUW KIAM SIU merasakan kepalanya ditindih oleh batu yang besar memikiri nasibnya
sendiri. Ia mengejar perjalanan itu dengan kecepatan penuh, namun baru pada keesokan
harinya ia tiba didaerah puri Kiam Pao.
Puri tersebut dibangun dikaki gunung yang sangat luas dan dikurung oleh tembok setinggi
kira-kira tiga meter. Di atas pintu gerbang, tampak tergantung sebilah pedang yang
bergagang emas. Sambil celingukan ke kanan-kiri Khouw Kiam Siu mendekati tembok itu. Ditelitinya juga
keadaan disekeliling tempat itu, ketika tidak melihat seorangpun, segera dijejak kedua
kakinya dan tersembullah tubuhnya seperti peluru dimuntahkan dari ujung meriam.
Kemudian sambil bergelantungan di atas tembok itu, perlahan-lahan tubuhnya diangkat dan
melongok kedalam dan pada saat yang sama pula, tiba-tiba terdengar giginya bergertak,
kedua matanya terbentang lebar karena gemasnya.
Didepan pekarangan dalam puri tersebut, dilihatnya Cio Tin sudah terikat didahan sebuah
pohon yang besar. Didepan gadis itu tampak seorang kakek yang berwajah bengis. Kira-kira
20 orang yang mengenakan pakaian dengan gambar sebilah pedang dalam pakaian masingmasing mengurung disekitarnya. Dan tidak jauh didepan si-kakek tampak sebuah
bungkusan kain hitam yang sudah terbuka dan ternyata isinya adalah sepasang ujung
tangan manusia yang sudah kering dan secarik kertas penuh corat-coret.
Si kakek membungkukkan tubuhnya dan memungut secarik kertas yang lalu dibacanya. Ia
menyeringai, tetapi sejenak saja wajahnya berubah bengis lagi dan membentak:
"Hei, betina jahanam! Siapa yang telah menyerahkan bungkusan ini padamu?"
"The Jun!" Cio Tin balas membentak. "Meskipun kau adalah penjaga utama dari puri
jahanam ini, tetapi jangan harap kau akan berhasil mengorek keterangan dari mulutku!"
"Kau memperpendek usiamu sendiri dengan kata-kata itu!"
"Kau bunuhlah aku! Aku tidak gentar!"
"Betulkah kau tidak mau menjawab pertanyaanku tadi?"
"Tidak!" The Jun tiba-tiba menepuk tangannya satu kali. Segera meloncat keluar seorang yang
bertubuh tinggi besar kehadapan kakek itu serata berkata dengan sikap hormat sekali:
"Cong-koan! Teecu menantikan perintah!"
The Jun lagi-lagi menyeringai. Ia menunjuk kearah Cio Tin dan berkata:
"Kau goreslah pipi gadis jahanam itu!"
"Perintah itu segera dilaksanakan!" seru orang itu. Ia berjalan menghampiri Cio Tin sambil
140 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
menghunus pedangnya. Khouw Kiam Siu tidak lagi bisa menahan amarahnya. Cepat ia berdiri di atas tembok itu,
kemudian sambil melepaskan pekikan lantang tampak tubuhnya mencelat untuk kemudian
menukik seperti burung rajawali sakti menerkam orang yang sudah siap menggores muka
Cio Tin. Satu tempaan tinjunya menghantam kepala orang itu yang tiba-tiba berdiri terpaku
dan akhirnya roboh terjengkang!
The Jun seolah-olah tidak percaya dengan apa yang telah dilihatnya itu. Baru setelah
semangatnya pulih kembali ia mengenali alat tetabuhan yang tergantung di punggung
pemuda itu. Kenyataan itu membuat ia teringat akan kekalahan yang telah dideritanya oleh dua
rombongan jago-jago puri Kiam Pao, yalah pertama rombongan yang dipimpin oleh Gouw
Kang, Sa-cap-lak-thian kong atau ketiga puluh enam orang sakti dari puri Kiam Pao, yang
telah dibikin babak belur tidak keruan. Kedua adalah rombongan yang dipimpin oleh Tauw
Kun, Cit-cap-ji-tee-kiat atau Resimen 72 iblis-iblis tanah, yang juga sudah dibikin jungkir
balik oleh pemuda yang kini sedang berdiri dihadapannya.
Sambil terus mengawasi The Jun, Khouw Kiam Siu lalu memungut bungkusan kain hitam
yang setelah dibungkus rapi lagi segera dimasukkan kedalam sakunya. Ditudingkan
tangannya kearah The Jun dan membentak:
"Hei, apakah kau yang telah menangkap gadis ini?"
Mengingat jumlah orangnya yang banyak sekali, The Jun jadi tidak gentar.
"Betul!" sahutnya.
Khouw Kiam Siu sudah melepaskan Kimnya, namun sebelum menyerang The Jun, orangorang puri Kiam Pao sudah menerkam dengan serentak, maka ia segera memutar
senjatanya sambil mengelakkan tusukan-tusukan pedang yang menyerang dari empat
penjuru itu. Pertarungan sengit segera terjadi dengan The Jun berdiri sebagai penonton! Sebentarsebentar terdengar jeritan yang dibarengi dengan robohnya beberapa orang-orangnya, dan
tidak lebih dari pada 20 jurus Khouw Kiam Siu sudah berhasil melumpuhkan lawan-lawannya
itu. "The Jun!" bentak Khouw Kiam Siu sambil menggantung lagi senjatanya. "Kini hanya aku
dan kau saja!" The Jun jadi pucat pasi, tetapi ia segera menghunus pedangnya dan bersiap-siap melawan
jika diserang. Justru pada saat itu tiba-tiba terdengar genta dipalu dengan gencar sekali. Serentak dari
kejauhan terdengar suara teriakan-teriakan
Khouw Kiam Siu datang dipuri itu hanya untuk menolong Cio tin dan keluar, baru kemudian
datang lagi untuk menolong Thio Siok Ngo. Maka begitu mendengar teriakan-teriakan
orang-orang puri tersebut, ia segera menjotos dengan ilmu pukulan Coan-keng-touw-hiatkang dan membuat The Jun terguling ditanah. Lalu cepat ia meloncat kearah si gadis dan
memutuskan tali pengikatnya.
"Ayoh lekas ikuti jejakku!" katanya. Tetapi...
141 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Berhenti !" demikianlah terdengar suara yang sudah dikenalnya membentak. Dibalikkan
tubuhnya dan melihat Thio Kun bersama beberapa puluh orang-orangnya sudah berdiri
disitu. "Tidak demikian mudah kau tinggalkan puriku ini, anjing !" bentak lagi Thio Kun beringas.
Tanpa diperintah lagi, orang-orang Thio Kun sudah mengurung Khouw Kiam Siu dan Cio Tin,
tetapi belum lagi mereka menyerang, tiba-tiba terdengar seruan:
"Pao-cu telah datang!"
Bersamaan dengan seruan itu, semua orang-orang puri Kiam Pao segera menghadap kearah
pintu gedung atau puri mereka dengan sikap hormat sekali.
Pintu ruangan depan puri itu perlahan-lahan terbuka, lalu seorang anak yang mengenakan
baju hijau dan memegang sebilah pedang berjalan keluar sambil diikuti oleh 20 orang yang
kemudian berdiri tegak didua baris didepan pekarangan itu.
Terdengar gembreng dipalu satu kali dan seorang yang berusia kira-kira 50 tahun,
mengenakan jubah kuning, berwajah angker dengan jenggotnya yang panjang melangkah
keluar dengan tindakan gagah serta tenang. Dialah Thio Mo Lam, sipemimpin besar parta
puri Kiam Pao! Setelah menerima pemberian hormat orang-orangnya, Thio Mo Lam lalu mengawasi Khouw
Kiam Siu dan Cio Tin. Alat tetabuhan yang digantung di punggung pemuda itu membuatnya
mendengus mengejek. "Hei, bocah!" bentaknya mengguntur. "Kau si pemilik Kim Gaib?"
Khouw Kiam Siu tidak menyahut. Dengan beringas ditatapnya pemimpin besar puri Kiam
Pao yang amat congkak itu.
Tiga orang kakek pengawal2 istimewa Thio Mo Lam tiba-tiba mengajukan diri seraya salah
satu berkata: "Pao-cu, biarlah kami saja yang membereskan anjing kecil ini!"
Thio Mo Lam tertawa berkakakan.
"Sabar! Aku ingin sekali menguji alat tetabuhannya itu!" sahutnya.
Ketiga kakek itu berdiri dibelakang junjungan mereka lagi.
Kemudian tampak Thio Mo Lam mengebas lengan bajunya sebagai isyarat agar orangorangnya mengundurkan diri, maka dilain saat, di atas tempat itu hanya tinggal Khouw Kiam
Siu, Cio Tin, ketiga kakek pengawal dan Thio Mo Lam sendiri, bahkan Thio Kun pun sudah
berdiri jauh2 dari tempat itu.
Khouw Kiam Siu tidak gentar menghadapi keempat orang yang pasti memiliki ilmu dahsyat
itu, ia hanya merasa khawatir Cio Tin, orang penting bagi Khouw Kie Cong, tidak mampu ia
lindungi. "Bocah!" bentak Thio Mo Lam. "Kau lepaskan gadis itu!"
"Agar orang-orangmu dapat dengan mudah membunuh gadis ini bukan"!" Khouw Kiam Siu
mengejek. 142 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Ho ho, ho! Aku ingin mengetahui kelihayanmu, dan aku menjamin bahwa sebelum kau
mampus, gadis itu tidak akan diganggu!"
"Bagus! Ayohlah, aku sudah siap untuk diuji !"
Berkata begitu, Khouw Kiam Siu segera mengajak Cio Tin mundur beberapa langkah. Segera
dilepaskan alat tetabuhannya dan bersiap-siap menggempur pemimpin besar partai puri
Kiam Pao itu. Thio Mo Lam menyeringai. Tangannya dengan gerakan tenang mengurut-urut jenggot yang
terkulai menutupi dadanya.
"Menurut berita yang tersiar luas dikalangan Kang ouw bahwa Kim Gaib milikmu itu bisa
melenyapkan sukma," katanya tenang. "Dan kau sudah berhasil mengkucar-kacirkan dua
pasukanku, yaltah Sa-cap-lak-thian-kong dan cit-cap-ji tee kiat. Namun aku belum terlalu
yakin bahwa kaupun akan mampu melumpuhkan aku!"
Khouw Kiam Siu tidak mau menarik urat panjang lebar. Segera ditekuk kedua lututnya, lalu
sambil duduk bersila tangannya mementil....
"Ting!! Tiiing!!! Treng".teng"teng" t i i i n n g g !!"
Suasana disekeliling tempat itu tiba-tiba berubah dengan terdengarnya suatu irama ganjil
yang seolah-olah berkelebatnya ujung pedang kearah jantung itu. Yang seolah-olah
munculnya memedi-memedi serta iblis-iblis jahat ditengah-tengah gemuruhnya topan yang
mendesis-desis seperti ular-ular berbisa!
Sayang sekali pengalaman Khouw Kiam Siu mementil Kim belum banyak sehingga ia hanya
berhasil melumpuhkan musuh-musuhnya tanpa bisa membunuh mereka, maka ia lalu
berhenti mementil senar-senar Kimnya.
Musuh-musuhnya merasa seolah-olah baru tersadar dari suatu impian yang menakutkan.
Kecuali Thio Mo Lam yang ilmu tenaga dalamnya sudah betul-betul mencapai
kesempurnaan, sedangkan yang lain-lainnya sudah seperti anak kecil yang tak bertenaga.
Thio Mo Lam menarik napas, lalu mengejek:
"Hei, bocah! Kim-mu hanya begitu saja" Ha, ha, ha! Sekarang kau harus menyerahkan
jiwamu!" Khouw Kiam Siu merasa kecewa sekali belum dapat memainkan alat tetabuhannya dengan
sempurna. Namun terhadap Thio Mo Lam, ia yakin masih mampu menggempurnya dengan
tinju Coan-keng-touw-hiat-kang. Pada saat itu ia sedang memikiri bagaimana dapat
menolong Cio Tin. "Bocah! Aku akan keremus kau dalam tiga jurus!" Thio Mo Lam mengancam.
"Mengapa kau berteriak-teriak tidak keruan" Ayoh, buktikan kecongkakanmu!" sahut Khouw
Kiam Siu. Sementara itu ketiga pengawal istimewa Thio Mo Lam sudah pulih kembali semangat dan
tenaganya. Satu diantara mereka lalu berkata:
"Pao Cu, untuk menyembelih seekor anak ayam kita tak memerlukan golok yang besar.
Perkenankanlah aku yang ganyang bocah itu!"
143 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Thio Mo Lam mengangguk. Pengawal tersebut segera menghampiri Khouw Kiam Siu.
"Hei, bocah, sebelum aku kirim kau ke-akherat, camkanlah bahwa namaku Bun Siauw
Thian!" teriaknya. Khouw Kiam Siu menyahut dengan satu kemplangan Kim-nya.
Bun Siauw Thian meloncat mengegoskan kemplangan itu, lalu mengirim satu jotosan.
Pukulan itu mengenakan Kim, dan Khouw Kiam Siu merasa seolah-olah senjatanya terlepas
dari pegangannya. Bun Siauw Thian terus menyerang dengan melancarkan jotos-jotosan dengan jurus Cun I
sai-tee atau Hujan musim bunga menyiram bumi.
Khouw Kiam Siu terpaksa melancarkan jurus Hui-mo hoan-eng atau Iblis terbang tanpa
bekas untuk mengegoskan jotosan2 itu sambil meloncat-loncat ke kanan dan ke kiri.
Kemudian kedua pengawal istimewa Thio Mo Lam juga turun tangan membantu rekannya.
Khouw Kiam Siu menjadi kewalahan. Setelah pertarungan berjalan 20 jurus, ia tampak
terdesak. Cio Tin menyaksikan pertarungan itu dengan gelisah.
Tiba-tiba....dari kejauhan terdengar suara tertawa yang ganjil. Suara tertawa itu terdengar
seperti meraungnya seekor srigala.
Wajah Thio Mo Lam segera berubah. Ia memperhatikan suara tertawa yang ganjil itu. Ketiga
pengawal istimewanya juga tampak terperanjat. Mereka meloncat mundur dan berhenti
bertempur. Khouw Kiam Siu berdiri terpaku sambil mendengari suara tertawa itu dan menyaksikan sikap
dari ketiga lawannya yang tiba-tiba berhenti bertempur. Ia dapat kenyataan bahwa wajah
Thio Mo Lam sudah berubah menjadi pucat.
SUARA tertawa itu makin lama makin dekat terdengarnya, untuk kemudian berhenti.


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suasana menjadi sunyi, tetapi tegang. Semua orang menanti kedatangan orang yang
tertawa itu. Beberapa bayangan hitam berturut-turut berkelebat masuk ke-dalam puri, dan mengurung
ketiga pengawal istimewa Thio Mo Lam. Yang baru datang itu adalah lima orang gadis yang
berseragam dan menutupi muka dengan kain hitam.
Khouw Kiam Siu segera dapat mengenali bahwa kelima gadis itu adalah Ma Kang Lian dan 4
pengikutnya. Tetapi siapakah gerangan yang tertawa seperti meraungnya seekor srigala
tadi" Thio Mo Lam menatap Ma Kang Lian sejenak. "Mengapa kamu menerobos masuk kedalam
puriku"!" tanyanya.
"Kami datang untuk membawa dua orang!" sahut si gadis.
"Membawa siapa"!'"
"Mereka berdua!" sahut Ma Kang Lian sambil menunjuk Khouw Kiam Siu dan Cio Tin.
Satu dari ketiga pengawal istimewa Thio Mo Lam tiba-tiba membentak:
144 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Hei! Kau rupanya tidak mengenal bahaya. Kau dan kawan2mu datang disini hanya untuk
diganyang!" "Kim Pao tidak ada artinya dimataku!" teriak Ma Kang Lian. Pengawal itu ingin maju
menyerang, tetapi Thio Mo Lam mencegah dengan mengangkat tangan.
"Siocia, kau harus melaporkan nama dan tempat asalmu!" katanya tenang.
"Apakah Pao Cu sengaja mau menanya?"
"Hee, hee, hee! Aku lupa....kau adalah orang-orang dari Sauw-hun Mokie".."
"Betul! Sauw-hun Mo kie adalah ibuku!"
Thio Mo Lam dan ketiga pengawalnya terkejut. Jika gadis itu adalah puteri Sauw-hun Mokie, maka yang tadi tertawa tentulah Sauw hun Mo-kie sendiri. Mereka juga mengetahui
bahwa Sauw hun Mo kie itu menduduki tempat ke-8 diantara jago-jago silat yang terlihay
diwaktu itu. Thio Mo Lam tidak ingin bermusuhan terhadap Sauw-hun Mokie, dan ia tak sudi
menyerahkan Khouw Kiam Siu dan Cio Tin kepada puteri si Pelenyap sukma itu.
Lalu Ma Kang Lian berkata kepada Khouw Kiam Siu:
"Khouw Siaohiap, ayoh kita keluar dari sini!"
Khouw Kiam Siu yang hanya bermaksud menolong segera menarik tangan Cio Tin untuk
diajak keluar. "Tunggu!" bentak Thio Mo Lam. Serentak dengan itu ketiga pengawalnya mengurung
Khouw Kiam Siu. "Pao Cu! Apa maksudmu"!" tanya Ma Kang Lian sambil melotot.
"Bocah dan gadis itu adalah musuh-musuhku! Mereka tak boleh meninggalkan tempat ini!"
"Ma Siocia, aku minta kau bawa Cio Siocia keluar dari sini. Biarlah aku saja yang
menghadapi jahanam ini!" teriak Khouw Kiam Siu sengit.
"Tidak! Aku datang kesini atas perintah ibuku. Karena ingin mencari kau, ibuku yang sudah
tinggal terpencil selama 30 tanun, terpaksa harus keluar lagi!"
"Mencari aku" Aku tak mengerti. . . ."
"Dikemudian hari kau akan mengerti"."
Lalu Thio Mo Lam menyuruh Ma Kang Lian keluar dari puri sambil berkata: "Siocia, karena
aku menghormati ibumu, maka aku memperkenankan kau keluar dengan selamat! Jika
tidak... menurut peraturan puri Kiam Pao, pipimu harus digores dengan ujung pedang!"
Kata-kata itu membuat Khouw Kiam Siu teringat akan penganiayaan atas diri Khouw Kie
Cong, yang mukanya dirusak oleh goresan-goresan ujung pedang orang-orang puri
tersebut. Ia mendadak jadi gusar ketika mengetahui bahwa biang keladi dari semua
perbuatan yang kejam itu adalah Thio Mo Lam. Ia menuntun Cio Tin kepada seorang
pengikut Ma Kang Lian, lalu melangkah maju kedepan.
Suasana tiba-tiba menjadi panas. Pertarungan rupanya tak lagi dapat dielakkan. Justru pada
145 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
saat itu terdengar suara gaduh. Berbareng dengan itu, beberapa bangkai manusia tampak
melayang dan terlempar kedalam puri. Adegan seram itu mempersona semua orang.
Sesaat kemudian, beberapa bangkai manusia lagi-lagi sudah dilemparkan kedalam puri.
Dengan beringas Thio Mo Lam menjerit:
"Hei! Sauw-hun mo-kie! Kita tidak bermusuhan, mengapa membunuh orang-orangku
dengan cara sekejam ini"!"
Khouw Kiam Siu merasa agak jengah. Sebagai pemilik Kim Gaib, ia belum mampu
mengganyang orang-orang puri Kiam Pao. Ia harus dibantu oleh orang lain. Ia ingat akan
sebuah bahan peledak yang diberikan oleh Kut-louw-koay. Dirabanya benda itu sambil
menghadapi si pemimpin puri Kiam Pao dan membentak:
"Thio Mo Lam! Aku perintahkan kau membuka pintu puri dan biarkan kami keluar dari sini!"
"Ha, ha, ha! Bocah apakah kau sudah sinting" Kau berani memerintah aku?"" Thio Mo Lam
mengejek sambil tertawa keras.
Sambil memperlihatkan bahan peledak ditangannya Khouw Kiam Siu menanya:
"Tahukah kau benda apa ini ?"
Thio Mo Lam tiba-tiba melangkah mundur. Mukanya menjadi pucat. Sungguh tidak
disangkanya sipemilik Kim Gaib mempunyai bom peledak Kut-louw-koay !
"Apakah pemuda ini ahliwaris Kut-louw-koay?" pikirnya.
Tiba-tiba ". dengan berakhirnya suara tertawa, terdengar seruan:
"Lian-ji, kamu semua mundur!"
Suara itu tak asing lagi bagi Ma Kang Lian yang segera berkata kepada Khouw Kiam Siu:
"Khouw siohiap, kita akan berjumpa lagi diluar puri!"
Berkata demikian, ia segera mengajak empat pengikutnya keluar dari puri.
Sementara itu Thio Mo Lam berdiri terpaku. Ia tak berani memandang remeh bahan peledak
Khouw Kiam Siu. Bom itu dapat menghancurkan purinya dan juga semua orang-orangnya
berikut dia sendiri. "Thio Mo Lam, hutang jiwa diantara kita berdua dapat kita perhitungkan nanti! Sekarang
kau bukalah pintu puri!" seru Khouw-Kiam siu.
Dengan kedua mata melotot Thio Mo Lam menanya:
"Apakah kau . . . kau ahliwaris si Siluman tengkorak?"
"Kau tak perlu menanya! Turutilah perintahku!"
Thio Mo Lam terpaksa menyuruh ketiga pengawalnya membuka pintu puri dan melepaskan
Khouw Kiam Siu dan Cio Tin keluar.
Sambil menggendong Cio Tin, Khouw Kiam Siu menuju ke suatu puncak gunung untuk
mencari tempat yang terpencil dan mengobati Cio Tin. Ia merasa bahwa ia berkewajiban
146 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
memulihkan tenaga gadis itu yang telah dilumpuhkan oleh Kut louw-koay, karena si gadis
she Cio adalah orang yang erat hubungannya dengan Khouw Kie Cong, dan sepasang
tangan manusia yang dibungkus dengan kain hitam, menurut keyakinannya erat
hubungannya dengan soal pembalasan dendam gadis ini.
Dengan penuh pikiran ia mendaki puncak gunung, dan setibanya di atas, ia melihat seorang
tengah berdiri membelakanginya.
"Aneh! Mengapa ia berada disini"!" tanyanya heran. "Apakah ia sengaja menunggu
kedatanganku disini, atau ia....."
Ia belum dapat menjawab pertanyaannya sendiri ketika orang itu berbalik dan ternyata dia
adalah si Algojo. "Mengapa tayhiap berada disini?" tanya Khouw Kiam Siu sambil menelan ludah.
"Aku memang sedang menantikan kedatanganmu," sahut si Algojo.
"Bagaimana kau mengetahui aku akan datang kesini?"
"O....kita bersama-sama telah pergi ke puri Kiam Pao, lalu datang keatas puncak ini. Aku
senantiasa menguntitmu !"
Khouw Kiam Siu meletakkan Cio Tin ditanah, dan segera menolong gadis itu dengan
beberapa totokan. "Gadis itu sudah menjadi lumpuh. Sekarang ia terluka parah. Aku kebetulan mempunyai
sebutir pil obat. Berikan pil ini kepadanya dan ia masih dapat hidup selama 7 hari," kata si
Algojo. "Setelah tujuh hari, bagaimana?" tanya Khouw Kiam Siu cemas.
"Hm....mungkin sukar diobati lagi! Tetapi jika sebelum 7 hari kau berhasil mencari Banbiauw-gie hian, si Ahli obat-obatan, gadis itu bukan saja dapat sembuh, bahkan ia juga akan
memperoleh tenaga dan semangatnya kembali!"
"Ban-biauw-gie-hian itu berada dimana?"
"Sudah 20 tahun ia tidak muncul dikalangan persilatan. Menurut berita yang tersiar pada 10
tahun yang lalu, ia tinggal terpencil di lembah To-hie-kok. Jika kau beruntung
menjumpainya mintalah sebutir pil obat Hwee-thian-cai-cau-tan untuk Cio siocia itu."
Khouw Kiam Siu berpikir sambil menatap Cio Tin yang belum siuman. Tiba-tiba si Algojo
berbisik: "Ada orang mendaki puncak ini." Lalu ia meloncat dan bersembunyi.
Khouw Kiam Siu tak dapat meninggalkan Cio Tin seorang diri disitu, ia harus menanti
kedatangan orang yang akan muncul itu.
Sesaat kemudian, orang yang mendaki sudah tiba. Dia adalah seorang wanita yang berusia
setengah abad, berbaju hitam dan mengenakan kun (sarung) hitam. Parasnya yang cantik
dan kulitnya yang putih bersih sungguh sangat menggairahkan.
"Apakah kau sipemilik Kim Gaib?" tanya wanita itu.
Khouw Kiam Siu mengangguk.
147 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Apakah kau dan Lian-ji bersahabat?"
"Lian-ji" Siapa Lian-ji?"
"Ma Kang Lian, puteriku. Dikalangan persilatan aku terkenal dengan julukan Sauw-hun mokie si iblis perenggut nyawa."
Khouw Kiam Siu tidak menduga jika Sauw hun-mo-kie adalah seorang wanita yang demikian
cantik. Wanita itu dan puterinya telah datang ke puri Kiam Pao untuk menolong dirinya. Ia
berdiri menatap wanita itu dengan perasaan kagum dan berterima kasih.
"Kau pernah mendapat petunjuk dari seorang kakek yang berambut putih untuk mencegah
Lian-ji mengganyang orang-orang di kuil Siauw-lim-sie?" tanya lagi wanita itu.
"Betul!" sahut Khouw Kiam Siu cepat.
"Apa hubunganmu dengan kakek yang berambut putih itu?"
"Kami tak mempunyai hubungan apa-apa. Aku hanya kebetulan dijumpai olehnya dan
karena kalah bertaruh aku terpaksa harus melaksanakan permintaannya."
"Apakah kau mengetahui nama daripada Kakek berambut putih itu?"
Khouw Kiam Siu menggelengi kepalanya. Wanita itu berpikir, dan berusaha menebak siapa
gerangan kakek yang berambut putih itu yang mengetahui seluk-beluk urusan pribadinya.
"Aneh!" katanya. "Siapa sebenarnya kakek itu" Kau tahu tempat kediamannya?"
"Tidak." "Aku akan mencari kakek itu. Sekarang cobalah katakan dari mana kau memperoleh pedang
Thian kong-kiam itu?"
Khouw Kiam Siu mulai merasa curiga ditanya tentang hal ikhwal pedangnya. Namun,
mengingat pertolongan wanita itu, ia menyahut juga:
"Pedang ini aku miliki semenjak aku masih kecil."
Wanita itu tampak terkejut. Setelah berpikir sebentar, ia menanya lagi dengan terharu:
"Kau miliki pedang itu semenjak kau masih kecil?""
"Betul!" "Siapakah ibu-ayahmu?"
"Aku tidak mengetahui betul riwayatku. Aku hanya mengetahui telah dipelihara oleh Gouw
Wie To, si Kakek cerdas, yang memberitahukan bahwa aku she Khouw, dan bahwa
riwayatku erat hubungannya dengan pedang ini yang katanya akan menjadi titik tolak untuk
mencari musuh-musuhku."
"Dimana si Kakek cerdas itu sekarang?"
"Beliau telah mati dibunuh oleh orang-orang dari Thian-lam Sin kun." Khouw Kiam Siu
berpikir sejenak untuk kemudian melanjutkan:
"Apakah Cianpwee anggap aku putera Khouw Bu Wie si Muka alim?"
148 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Betul! Karena kau she Khouw dan memiliki pedang Thian-kong-kiam yang tadinya milik
Khouw Bu Wie...." "Tapi semua dugaan itu belum ada buktinya, bukan?"
"Apakah si Kakek cerdas memberitahukan bahwa kau mempunyai musuh-musuh besar "
musuh-musuh yang membunuh ibu ayahmu?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
"Beliau bilang bahwa setelah aku memiliki ilmu-ilmu silat yang lihay, beliau akan
memberitahukan musuh-musuhku. Tetapi ia telah dibunuh sebelum memberitahukan itu,"
sahutnya sedih. "Mengapa orang-orang Thian-lam Sin-kun membunuh si Kakek cerdas?"
"Menurut orang-orang itu yalah karena pedang Thian-kong-kiam. Aku sendiri bertekad pergi
ke Thian-lam-mo-kong di selatan untuk menuntut balas atas kematian ayah angkatku itu
dan juga untuk menyelidiki nasib ibu-ayahku!"
Baru saja selesai kata-kata itu diucapkan ketika tampak beberapa bayangan hitam
mendatangi. Mereka adalah Ma Kang Lian dan empat Ouw-hi lo-satnya atau pengikut
berbaju hitam. Ma Kang lian menegur ibunya, lalu berkata kepada Khouw Kiam Siu.
"Khouw sio-hiap, kau sudah nyaris dari bahaya!"
Khouw Kiam Siu mengangguk sambil bersenyum. "Siocia, bagaimana kau tahu aku berada di
dalam puri Kiam Pao?" tanyanya.
"Seorang yang misterius memberitahukan hal itu kepadaku," sahut si gadis. "Siapa gadis
yang kau tolong itu?"
"Cio tin siocia."
"Tunanganmu ?" "Bukan.... aku menolongnya atas permintaan seorang kawan."
Berkata demikian Khouw Kiam Siu tiba-tiba ingat lagi akan jiwa Cio Tin yang akan tewas jika
ia tidak berhasil memperoleh pil obat dari tabib sakti Ban-biauw gie-hian dalam jangka
waktu 7 hari. Ia lekas-lekas menanya lagi :
"Siocia, boleh aku minta sesuatu" "
"Sebutlah !" sahut Ma Kang Lian.
"Aku minta kau menjaga Cio siocia selama 7 hari ini. la telah dilumpuhkan oleh Kut louwkoay, lalu terluka dipukul oleh orang-orang dari puri Kiam Pao. Ia akan mati jika tidak
segera ditolong dalam jangka waktu 7 hari....."
Sauw-hun Mo-kie menghampiri Cio Tin sambil meraba urat nadi gadis itu. Tampak ia
menarik napas dan menggeleng-geleng kepalanya menyatakan putus asa.
"Aku ingin pergi mencari Ban-biauw gie-hian untuk minta pil obat?" Khouw Kiam Siu
berkata lagi. "Tetapi.... Ban biauw gie hian sudah lenyap dari kalangan Kang Ouw selama beberapa puluh
149 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
tahun ini. Dimana kau akan mencarinya?" tanya Ma Kang Lian.
"Aku akan berusaha sekuat tenaga mencari tabib sakti itu. Aku hanya minta tolong kau
menjaga Cio siocia selama 7 hari."
"Baik, tetapi setelah lewat 7 hari, dimana kita akan berjumpa lagi?"
Khouw Kiam Siu berpikir sejenak.
"Setelah 7 hari, kita berjumpa lagi disini !" sahutnya.
"Baiklah." Khouw Kiam Siu segera memberi hormat kepada gadis itu dan Siauw-hun Mo kie. Beberapa
saat kemudian ia sudah berlari-lari menuju lembah To-hie kok. Ia berlari-lari dengan keras
sekali tanpa menghiraukan cuaca atau keletihan, maka dalam dua hari saja lembah itu telah
dicapainya. Dari kejauhan sudah terdengar suara air terjun. Dengan waspada ia berjalan masuk ke
lembah tersebut, yang ternyata terpencil karena dikurung disekelilingnya oleh gununggunung.
Setengah hari telah dihamburkannya untuk mencari tempat bersemayam sitabib sakti. Lalu
dibelakang semak belukar ia melihat mulut sebuah goa dikaki gunung.
Hampir tiga hari telah lewat, maka tanpa ragu-ragu dan gentar lagi Khouw Kiam Siu segera
masuk kedalam goa itu. Lorong goa gelap sekali, tetapi setelah berjalan 10 meter cahaya
terang terlihat diujung lorong goa. Ia keluar dari lorong goa dan menemui dirinya berada di
atas lapangan seluas beberapa bou dengan tumbuh-tumbuhan yang subur dan segar.
Dikejauhan terlihat sebuah rumah gubuk yang dilingkari oleh pagar bambu. Ia menghampiri
rumah itu, dan mengetok-ngetok pintunya seraya berseru:
"Aku, Khouw Kiam Siu, telah datang dengan maksud menemui si Ahli obat-obatan !"
Tiada sahutan. Ia mengetok lagi dan dengan tiba-tiba saja terdengar teguran :
"Hei! Siapa yang mengetok-ngetok pintu mengganggu aku..?"
"Aku, Khoum Kiam siu, telah datang dengan maksud mencari si Ahli obat-obatan !" teriak
Khouw Kiam Siu. "Khouw Kiam Siu" Aku tidak kenal nama itu!"
"Aku belum lama berkecimpung dikalangan Kang-ouw dan memang tidak terkenal. Aku
datang mencari Ban biauw-gie hian!"
"Aku adalah Ban-biauw gie hian. Tetapi sudah 20 tahun lebih aku mengasingkan diri dari
kalangan Kang-ouw. Bagaimana kau mengetahui tempatku ini?"
Untuk beberapa detik Khouw Kiam Siu tidak dapat menyahut. Ia merasa girang sekali telah
berhasil mencari tabib sakti itu.
"Locianpwee, aku datang dengan maksud minta sebutir pil obat Hwee-thian-cai cau-tan
untuk ...." Belum habis Khouw Kiam Siu bicara, ketika daun pintu tiba-tiba menjebak. Berbareng
150 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
dengan itu sebuah palu baja memukul dadanya sehingga penglihatannya menjadi pudar
untuk kemudian roboh pingsan !
Dilain saat seorang gadis berjalan masuk kedalam goa dan terus pergi kerumah gubuk Banbiauw-gie-hian.
Siapa gerangan gadis itu" Ia adalah Cio Tin. Dengan paras yang pucat-pasi, pakaian kotor
dan dekil, rambut terurai gadis itu mengetok pintu rumah gubuk seraya memanggil:
"Suhu!" Ban-biauw-gie hian, seorang kakek yang bertubuh gemuk pendek dan berkepala gundul,
membuka pintu. Ia tercengang melihat keadaan Cio Tin, muridnya itu.


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tin-ji !" serunya kaget. "Mengapa kau?" Kau menderita luka-luka parah?""
Cio Tin melangkah masuk kedalam, lalu menangis tersedu-sedu dihadapan gurunya.
"Suhu," katanya parau. "Apakah ada seorang pemuda datang disini dan minta obat ?"
Ban-biauw-gie-hian terperanjat.
"Apa " Apa kau bilang "!" tanyanya.
"Apakah ada seorang pemuda yang memancang sebuah Kim di punggungnya datang disini
dan minta obat ?" "Ya.... mengapa memang ?"
"Ada dimana dia sekarang ?"
Melihat sikap serta suara muridnya yang agak gelisah itu, Ban-biauw-gie-hian mengerutkan
dahinya. Kemudian dengan ragu-ragu ia menyahut:
"Aku telah memukul pemuda itu...."
Cio Tin jadi terpaku mendengar ucapan gurunya itu.
"Tin-ji !" seru Ban-biauw-gie-hian. "Apakah kau kenal pemuda itu?"
"Mengapa Suhu menyerang pemuda itu?" sahut Cio Tin dengan paras menyesali perbuatan
gurunya itu. "Dia adalah penolongku. Dia datang disini untuk minta obat dan menolong aku
yang telah diserang oleh Kut-lauw koay ...."
"Kau telah diserang oleh siapa?"
"Kut-louw-koay!"
"Si Siluman tengkorak ?"
"Ya!" "Hai! Kut-louw-koay sudah berusia 100 tahun lebih, aku sungguh tidak menduga jika ia
masih hidup. Kau betul-betul bernasib malang bisa menjumpainya."
Kemudian, atas permintaan gurunya Cio Tin lalu menceritakan bagaimana sehingga ia
berjumpa dengan si Siluman tengkorak sambil menanya:
151 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Ada dimana pemuda itu sekarang?"
"Dia sudah pingsan dan masih berada dalam kamar dibawah tanah."
"Suhu, kita harus menolong dia!"
"Ya, tetapi kau harus ditolong lebih dulu. Totokan yang melumpuhkanmu harus lekas-lekas
dibebaskan. Ayoh,duduk bersila dan pejamkan kedua matamu!"
Cio Tin menuruti perintah gurunya. Ia duduk bersila dan memejamkan kedua matanya.
Ban-biauw-gie-hian memijit urat nadi ditengkuk leher dan di punggung gadis itu yang
segera tertidur. Ia bersenyum melihat perubahan paras muridnya itu, ia merasa yakin
bahwa murid itu akan menjadi sehat walafiat sebagaimana sediakala.
SEMENTARA itu, Khouw Kiam Siu yang dipukul pingsan oleh Ban biauw-gie-hian telah
dijebloskan kedalam kamar dibawah tanah. Ketika siuman ia tak bisa melihat apa-apa
dikamar yang gelap itu. Perlahan-lahan ia duduk sambil memperhitungkan bahwa ia dikejar-kejar oleh banyak orang
karena pedang Thian-kong-kiam. Tanpa terasa ia melepaskan pedang itu dari tali
pinggangnya dan meraba-raba.
Ia merasa bahwa ujung gagang pedang itu agak menonjol keluar dan seperti sebuah
tombol. Tiba-tiba ditariknya tombol itu, dan jadi terkejut melihat sinar merah keluar dari
tengah-tengah ujung gagang pedang itu.
Sebetulnya tombol itu adalah serupa tutup gagang pedang yang kosong tengahnya. Dalam
lubang kecil ditengah gagang tersimpan sebutir mutiara sebesar kacang tanah yang
memancarkan sinar merah dan terang.
Khouw Kiam Siu tak dapat mentafsirkan khasiat daripada mutiara ajaib itu. Dibawah sinar
benda itu, ia dapat membaca huruf-huruf yang terukir di atas permukaan pedang.
Adapun huruf-huruf itu berbunyi sebagai berikut:
Mutiara mujizat yang berada dalam gagang pedang,
dihadiahkan kepada orang yang malang.
Bila mutiara itu dimakan segera,
maka tenaga orang yang malang itu segera bertambah berlipat-ganda
Jurus-jurus silat pedang yang berjumlah enam, sangat ampuh untuk membasmi segala iblis
dan jahanam. Setelah membaca, dengan tiba-tiba saja tubuh Khouw Kiam Siu jadi menggigil karena
terharu dan kegirangan. Diluar dugaannya ia telah menemui mutiara mujizat. Tanpa raguragu lagi ia segera menelan mutiara tersebut. Lalu dibacanya catatan tentang melancarkan
ilmu silat pedang yang tergores di atas permukaan pedang tersebut. Tetapi ia jadi kecewa
sekali, karena pedang itu hanya tinggal separuh sehingga catatan itu tidak komplit.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Khouw Kiam Siu lekas-lekas naik tangga dan keluar dari
kamar dibawah tanah itu. Ia berdiri menghadapi Ban-biauw-gie-hian yang pendek gemuk
152 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
dan berkepala gundul itu dengan wajah beringas.
"Tua bangka gila! Aku datang dengan maksud yang luhur! Tapi kau telah memukul aku
secara keji !" bentaknya gusar.
"Siohiap, aku telah memukulmu dan aku minta maaf atas kesalah-pahaman ini," kata Banbiauw-gie-hian.
"Salah-paham"! Aku hampir mati !"
"Siohiap, aku sudah minta maaf !"
"Ban-biauw-gie-hian, meskipun kau pandai mengobati orang kali ini kau tak dapat
mengobati dirimu sendiri!"
"Bocah! Rupanya kau mau coba-coba kepandaianku, ya?" kata Ban-biauw-gie-hian
menantang, dan mendadak saja ia sudah mengirim jotosan.
Khouw Kiam Siu menangkis jotosan itu, dan membuat Ban biauw-gie-hian terpental jatuh
sambil memuntahkan darah.
Justru pada saat itu, Khouw Kiam Siu dibikin terkejut oleh suara jeritan seorang wanita.
Itulah suara Cio Tin yang telah siuman ketika mendengar gurunya diterjang roboh sambil
melepaskan jeritan. "Suhu!" serunya sambil menubruk gurunya.
Khouw Kiam Siu terpaku menyaksikan Cio Tin sudah berada disitu. Bukankah gadis itu
sudah hampir tewas ketika ia minta Ma Kang Lian menjaga keselamatannya" Mengapa ia
kini berada disini" Mengapa gadis itu memanggil si kakek, guru" Apakah gadis itu betul Cio
Tin atau ia tengah bermimpi"
"Khouw tayhiap. . . " kata Cio Tin.
"Apakah siocia . . . bernama Cio Tin?"
"Ya, apakah kau sudah tidak mengenali aku?"
"Kau. . . kau. . . Cio Tin"!"
"Betul!" "Tetapi. . . . tetapi Cio siocia sedang terluka parah."
Sementara itu Ban biauw-gie-hian sudah bangun. Khouw Kiam Siu sesera menjura seraya
berkata: "Cianpwee, aku terlalu kurang ajar."
Si kakek menyeringai sambil menahan sakit.
"Aaaai...ini semua disebabkan oleh kesembronoanku," katanya. "watakku memang congkak!
Tin-ji telah menjelaskan segala sesuatu tentang tindak-tandukmu. Kau tak dapat
dipersalahkan!" Lalu Khouw Kiam Siu menyerahkan bungkusan yang berisi sepasang tangan manusia
kepada Cio Tin. 153 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Sambil menangis sedih Cio Tin menerima bungkusan itu dan berkata:
"Dua tangan manusia ini adalah tangan ibu dan ayahku, mereka telah dibunuh oleh The
Jun, kepala jaga dari puri Kiam Pao ! The Jun adalah jahanam yang aku harus bunuh untuk
membalas dendam ibu ayahku. Jahanam itu telah merebut mutiara Thian-tam-bok-cu yang
dapat mengelakan air dan api....dan menurut cerita yang aku dengar belum lama ini,
mutiara itu telah direbut lagi oleh Tok-pi-sin-mo, si Iblis berlengan satu!"
Pada saat itu terdengar suara tertawa diluar. Ban-biauw-gie-hian terkesiap.
Khouw Kiam Siu heran melihat sikap si kakek itu. Ia lalu menanya :
"Cianpwee, mengapa kau menjadi gentar?"
Ban-biauw gie hian menyahut dengan nada yang rendah :
"Suara tertawa diluar itu rupanya suara Tok-pi-sin-mo. Ilmu silatnya lihay sekali, jauh di atas
semua jago-jago silat yang ada. Ia hanya dapat dipecundangi oleh Kut-louw koay. Sudah
dua kali ia datang dan minta aku menyambung lengannya, tetapi aku selalu berusaha
menolak dengan alasan bahwa aku belum mampu berbuat demikian. Disamping itu banyak
obat aku harus sembunyikan di tempat tertentu. Mungkin ia kini datang lagi dengan maksud
serupa...." Betul saja, pintu tiba-tiba ditendang terbuka oleh Tok-pi-sin-mo. Ban-hiauw-gie-han lekaslekas keluar diikuti oleh Cio Tin dan Khouw Kiam Siu.
"Hee, hee, heh! Kakek gundul! Apakah sekarang kau sudah mampu menyambung
lenganku?" tanya Tok-pi-sin-mo.
"Belum...." sahut Ban-biauw-gie-hian.
"Baiklah, tetapi sekarang aku perlu pil obat Hwee-thian-cai-cau tan.... ayoh serahkan pil
obat itu...." Cio Tin mengetahui bahwa gurunya masih menderita luka-luka di dalam tubuh setelah
dijotos Khouw Kiam Siu tadi. Maka ia segera tampil kemuka menghadapi si Iblis berlengan
satu itu. "Pil obat Hwee-thian-cai cau-tan tak mudah diberikan kepada sembarang orang !" katanya.
Tok-pi-sin mo menatap gadis itu dengan dengan birahi, karena Cio Tin bukanlah seorang
wanita yang jelek. Cio Tin mengkerat ditatap oleh sorotan mata iblis itu.
"Hie, bocah betina ! Apa hubunganmu dengan si kakek gundul itu?" tanya Tok-pi sin mo.
"Beliau adalah guruku !"
"Oho! Bagus ! Bagus ! Jika sigundul tak dapat memberikan aku pil obat Hwee thian cai-cautan, berikanlah aku muridnya yang cantik ini, Ha, ha, ha !"
Khouw Kiam Siu jadi naik pitam melihat keceriwisan itu. tampak Cio Tin menjadi merah
mukanya dan membentak : "Jahanam, kau bukan saja jahat, tetapi juga sangat kurang ajar!"
154 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Ban-biauw-gie-hian yang gentar menghadapi Tok-pi sin mo itu lekas-lekas mencegah
muridnya. "Tin ji, kau mundur..... "
Tetapi secepat kilat Tok pi sin-mo menjambret dengan tangan kanannya seraya
membentak: "Hie, anjing betina ! Kemana kau mau pergi ?"
"Bangsat !" terdengar makian dan tampak tangan Tok-pi sin mo yang menjambret tertolak
keatas. Tok-pi-sin-mo sudah berkecimpung dikalangan Kang-ouw selama beberapa puluh tahun
tanpa menjumpai lawan yang sepadan. Ia terkejut jambretannya ditangkis oleh satu tenaga
yang luar biasa hebatnya. Ia meneliti dan melihat seorang pemuda tengah menghadapinya
dengan wajah beringas. Sungguh diluar dugaan Tok-pi sin-mo bahwa seorang bocah yang baru berusia kira-kira 20
tahun, mampu memunahkan serangannya yang sudah terkenal sejak lama itu.
"Hei bocah ingusan!" bentaknya garang, "Siapa kau?"
Khouw Kiam Siu menyeringai. Sikapnya tampak tenang sekali.
"Jika kau belum tahu aku siapa, nah, camkanlah..."
"Siapa kau" Lekas katakan!"
"Ho, ho, ho, Aku sipemilik Kim Gaib !"
"Siapa gurumu"!"
"Tak perlu kau ketahui hal itu !"
Wajah Tok-pi-sin-mo jadi merah padam mendengar kata-kata yang ketus itu. Tiba-tiba
digerakkan kedua tangannya dan lagi-lagi menyerang dengan hebat.
Dengan tenang saja Khouw Kiam Siu pun menggerakkan kedua tangannya. Ia tidak
menangkis, tetapi langsung menyerang kedua tinju yang sedang meluncur kearah dadanya
itu, dan membuat dia maupun lawannya terpental mundur.
Seperti telah dikatakan di atas bahwa selama berkecimpung dikalangan persilatan Tok-pisin-mo belum pernah bertemu dengan lawan yang sepandan, tetapi kini meskipun diamdiam merasa kagum akan kepandaian lawannya itu, ia merasa yakin dapat merebut pedang
Thian kong-kiam dari tangan pemuda itu.
Sambil sempoyongan dikerahkan tenaganya, dilain detik ia lagi-lagi sudah menjotos dan
ketika melihat Khouw Kiam Siu meloncat mundur, secepat kilat ia merubah serangannya
dengan satu jambretan kearah pinggang pemuda itu dan berhasil merebut pedang Thian
kong kiam. Untuk beberapa saat lamanya Khouw Kiam Siu berdiri terpaku dan kesempatan yang baik itu
dipergunakan oleh Tok-pi-sin-mo untuk lekas-lekas meloncat menjauhkan diri dan
menghilang di lorong gua.
Khouw Kiam Siu masih mengejar, tetapi ia harus balik kembali ke rumah si Ahli obat-obatan
155 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
dengan rasa kecewa. "Hai ! Sayang sekali kau tidak berhasil menangkap iblis itu," kata Ban-biauw-gie hian ketika
melihat pemuda itu sudah balik dengan tangan kosong. Ditelitinya pemuda itu sejenak, lalu
menanya: "Bocah, apa hubunganmu dengan Khouw Bu wie, si Muka Alim?"
"Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu," sahut Khouw Kiam Siu. "Aku justru tengah
menyelidiki hal itu."
"Dari mana kau memperoleh pedang Thian-kong kiam?"
"Aku memiliki pedang ini semenjak aku masih kecil."
"Hm".aku kenal baik si Muka alim yang sudah tak ketahuan jejaknya. Pedang Thian-kongkiam adalah miliknya."
"Aku sendiri tidak mengetahui riwayat hidupku sendiri. Pedang Thian-kong kiam telah
dimiliki olehku semenjak aku masih kecil"."
Ban-biauw gie-hian berusaha memecahkan teka-teki itu sambil berkata lagi :
"Kau memiliki ilmu silat yang lihay dan berhasil mempecundangi Tok-pi-sin-mo. Pedang
Thian-kong-kiam telah diketemui oleh si Muka alim, bagaimana pedang tersebut jatuh ke
tanganmu " Aku adalah sahabat karib dari Gouw Wie To si Kakek cerdas dan Khouw Bu Wie
yang tergila-gila terhadap wanita lain sehingga Lim Giok Cui, isterinya melarikan diri sambil
membawa juga seorang putera."
Khouw Kiam Siu mendengari kisah itu dengan penuh perhatian lalu berkata:
"Nasib si Muka Alim belum ketahuan. Gouw Wie To, ayah angkatku yang telah mendidik aku
telah dibunuh oleh empat jahanam Yun-bong-su-koay atas perintah Thian-lam Sin-kun."
Ban-biauw-gie-hian terkejut mendengar kabar yang buruk itu.
"Mengapa Yun-bong su-koay membunuh si Kakek cerdas "!" tanyanya.
"Mereka ingin merebut pedang Thian-kong-kiam. Mereka yakin pedang tersebut
disembunyikan oleh ayah angkatku itu. Sebetulnya aku bermaksud pergi ke selatan untuk
membunuh Thian-lam Sin-kun sebagai pembalasan dendam dibunuhnya ayah angkatku !"
"Ya, usaha membalas dendam itu harus dilaksanakan ! Menurut pendapatku, kau adalah
putra Khouw Bu Wie dari isteri yang kedua, dan ibu-ayahmu mungkin dianiaya atau dibunuh
orang. Soal itu hanya Gouw Wie To, ayah angkatmu yang mengetahui !"
"Aku juga sependapat dengan Cianpwee, hanya sekarang aku belum mempunyai bukti2. Si
Muka alim dan isterinya sudah lenyap dari kalangan Kang-ouw selama 10 tahun lebih, tetapi
tiada berita yang tersiar mengatakan mereka telah dibunuh.... semua ini masih merupakan
suatu teka-teki, dan aku bertekad memecahkan teka-teki ini."
"Aku adalah kawan karib mereka, maka aku juga ingin berkecimpung dikalangan Kang-ouw
lagi untuk menyelidiki jejak mereka !"
Tiba-tiba Cio Tin berkata kepada gurunya :
"Suhu, aku ingin pergi ke puri Kiam Pao lagi untuk memenggal kepala The Jun yang telah
156 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
membunuh ibu ayahku !"
Ban-biauw-gie-hian menatap muridnya sejenak, lalu menanya:
"Apakah kau yakin dapat menggempur jahanam itu ?"
"Suhu, The Jun sudah terbukti menjadi pembunuh ibu ayahku. Jika aku tewas karena
membalas dendam, aku akan merasa puas."
"Baiklah! Aku tidak hendak merintangimu. Kau pergilah!"
Sebelum pergi, Cio Tin berkata kepada Khouw Kiam Siu :
"Khouw siohiap, setelah urusanku dipuri Kiam Pao beres, aku akan pergi lagi ke kuil tua
untuk menyelidiki jejak Khouw Kie Cong."
Khouw Kiam Siu bersenyum. Tak lama kemudian iapun minta diri. Tujuannya pertama yalah
ke puri Kiam Pao untuk melihat Thio Siok Ngo yang dikatakan sudah menjadi gila, kemudian
bila perlu ia akan membantu Cio Tin menempur The Jun, lalu ia bermaksud pergi ke markas
Thian lam-mo kong diselatan untuk membalas dendam terbunuh ayah angkatnya.
Ia melanjutkan perjalanannya tanpa berhenti selama sehari dan semalam. Puri Kiam Pao
sudah tak jauh lagi. Ia juga ingat si Algojo telah memberitahukan kepadanya bahwa Thio
Siak Ngo di tempatkan disuatu kamar dibagian belakang puri itu.
Dari atas puncak terlihat olehnya bangunan di dalam puri tersebut banyak sekali, namun ia
yakin akan berhasil mencari gadis itu yalah dengan memainkan Kimnya. Tetapi.....Thio Siok
Ngo sudah menjadi gila. Apakah ia dapat mendengar dengan pikiran yang jernih irama yang
akan merayunya itu! Tidak jahatnya jika ia coba. Ia duduk bersila diluar tembok puri tidak jauh dari bangunan
yang terletak dibelakang sambil menaruh Kimnya di atas pangkuannya. Lalu".
"Teng ! Teng !.... Treng".."
Irama Kim segera berkumandang diudara. Irama yang mencerminkan kasih-sayang yang
suci-murni dan membangkitkan tekad memegang erat-erat harapan yang selalu memenuhi
dada tiap-tiap manusia. Belum lama Khouw Kiam Siu mementil senar-senar Kimnya ketika
tiba-tiba ia dikejutkan oleh satu bentakan mengguntur, "Berhenti!"
Ia menoleh kearah suara bentakan itu, dan melihat si Algojo tengah berdiri dibawah sebuah
pohon tidak jauh dari situ.
"Hm....si Algojo! Mengapa ia datang kesini?" tanyanya dalam hati.
Adalah Si Algojo yang mulai menanya :
"Hei, Siaotee! Mengapa kau mainkan Kim itu disini" Apalah kau mengetahui disini tempat
apa?" "Bagian belakang dari puri Kim Poa!" sahut Khouw Kiam Siu heran.


Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Haaiii....mengapa kau begitu tolol"! Bukankah dengan mainkan Kim itu berarti kau
memberitahukan kepada musuh-musuhmu tentang jejakmu ?"
"Aku tak gentar menghadapi orang-orang dari puri Kiam Pao !"
157 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Apa maksudmu mainkan Kim itu "'
"Dengan harapan agar Thio Siok Ngo dapat keluar setelah mendengar irama Kim ini."
"Bukankah lebih baik kau masuk kedalam puri dan mencari gadis itu?"
"Bangunan di dalam puri banyak sekali. Aku tak mengetahui dia berada dimana."
"Thio Siok Ngo sudah menjadi gila. Ia tak lagi dapat mengenali irama Kim itu. Kau hanya
membangunkan orang-orang dari puri Kiam Pao dengan mementil senar-senar Kim itu.
Hm..... Thio Siok Nho berada di dalam rumah kecil yang dilingkari oleh kebun bunga dan
selalu dijaga oleh 40 orang!"
Khouw Kiam Siu merasa heran si Algojo sudah mengetahui segala sesuatu tentang puri
Kiam Pao. Lama juga ia menatap orang aneh itu yang rupanya sudah bisa membaca isi
hatinya dan berkata: "Siaotee, mengapa kau menatap aku" Apakah kau merasa curiga atas hasratku untuk
membantu kau" Untuk membuyarkan perasaan curiga itu, dengarlah keteranganku ini: Thio
Siok Ngo telah menjadi gila karena ia mengira kekasihnya sudah mati. Menurut pendapatku,
kau tak perlu menjumpai dia lagi"."
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara orang mendatangi. Maka si Algojo lekas-lekas
berkata lagi : "Siaotee, ada orang datang. Kita terpaksa harus bersembunyi dulu. Mereka datang karena
telah mendengar suara Kimmu tadi. Ayoh, kita bersembunyi !"
Demikianlah si Algojo meloncat dan mencari tempat bersembunyi, diikuti oleh Khouw Kiam
Siu. Dari tempat bersembunyi disemak belukar, mereka dapat melihat bahwa orang yang datang
itu adalah Thio Siok Ngo sendiri. Kecuali parasnya yang pucat, gadis itu tak kelihatan seperti
seorang gila. Tetapi si Algojo yang mengawasi gadis itu sikapnya tampak terharu sekali.
Sekujur tubuhnya bergemetaran!
Thio Siok Ngo berlari-lari disekitar tempat dimana Khouw Kiam Siu bersila tadi seperti orang
mencari sesuatu. Kemudian terdengar ia memanggil :
"Khouw Kiam Siu! Khouw Kiam Siu!"
Khouw Kiam Siu tercengang di tempat bersembunyinya. Ia tak habis pikir mengapa gadis itu
memanggil namanya dan tidak memanggil nama Khouw Kie Cong"
"Khouw Kiam Siu! Khouw Kiam Siu! Mengapa kau tidak keluar?" teriak Thio Siok Ngo lagi.
Si Algojo menyentuh dan mendorong lengan Khouw Kiam Siu sebagai isyarat agar pemuda
itu meloncat keluar dan menjumpai gadis itu.
Khouw Kiam siu menuruti saja meskipun diam-diam merasa heran. Ia berjalan keluar dari
tempat bersembunyinya dan menghadapi Thio Siok Ngo. Empat mata bertemu dan saling
menatap. Thio Siok Ngo betul-betul cantik jelita, hanya parasnya tampak pucat. Perlahan-lahan
dengan tak terasa, Khouw Kiam Siu menundukkan kepalanya.
158 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Dengan nada yang penuh dengan kasih sayang Thio Siok Ngo lalu berkata:
"Khouw siohiap, aku sudah mengetahui bahwa kau akan datang mencari aku hari ini...."
Perasaan heran membikin Khouw Kiam Siu bisu untuk beberapa detik. Akhirnya bisa juga
berkata: "Thio ...Thio siocia.... kau sudah mengetahui semua ini ?"
Sambil bersenyum sedih gadis itu mengangguk seraya menyahut:
"Betul...Tian Giok Siu, nenek yang merawat aku, telah memberitahukan segala sesuatu
kepada aku setelah kau datang menjumpai aku di vila Thian tai kedua kalinya?"
"Astaga! Gadis ini masih dapat menahan pukulan bathin sehebat itu !" kata Khouw Kiam Siu
Senopati Pamungkas 28 Tirai Curtain Karya Agatha Christie Balada Padang Pasir 12

Cari Blog Ini