Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu Bagian 6
menunggu. Perkelahian terjadi, Khouw Bu Wie, seorang diri saja melawan dengan gagah
berani sambil memerintahkan isterinya lari menyelamatkan Khouw Kiam Siu dan pedang
Thian-kong kiam. Dengan susah payah dan menderita luka-luka, si Dewi angin berhasil juga menyelamatkan
putera dan pedang suaminya itu. Ia melarikan diri ke rumah si Kakek cerdas yang
diketahuinya menjadi sahabat suaminya.
Ia masih sempat menceritakan kepada kakek itu tentang segala sesuatu yang telah terjadi
dan minta si kakek sudi memelihara puteranya. Si kakek belum keburu mengatakan apaapa, tetapi ia sudah menarik napasnya yang terakhir.
Dengan penuh haru si Kakek cerdas lalu mengubur jenazah wanita yang malang itu
dibelakang rumahnya. Keesokan harinya, sambil membawa Khouw Kiam Siu ia pergi ke
puncak Sin-lie-hong dengan maksud menyelidiki keadaan dipuncak tersebut, dan ia jadi
kecewa sekali setibanya disana, karena ternyata Khouw Bu Wie telah dibinasakan secara
kejam sekali. "Siapa musuhku yang sebenarnya ?" tanya Khouw Kiam Siu sengit.
"Mereka adalah Thian lam sin-kun dari partai silat Thian-lam mo-kong, Bu Giam Tju dari
partai silat Kong-tong, Tji Goan Liang dari partai silat Thiam-cong dan beberapa puluh
murid2nya," sahut si Kakek cerdas.
Si Algojo tidak mengatakan apa-apa, ia mendengari saja dengan penuh perhatian.
Si kakek meneruskan kisahnya :
"Maka aku mengubur jenazah ayahmu dikaki puncak Sin-lie-hong. Aku juga telah menaruh
tanda di atas kuburannya. Justru tanda itulah yang membikin Thian-lam-sin-kun menduga
bahwa aku yang menyembunyikan pedang Thian-kong-kiam..."
"Locianpwee, sebetulnya aku harus panggil kau Toa-pek (paman tua) dan aku bersumpah
akan membalas dendam ini !" kata Khouw Kiam Siu.
"Jika kau berhasil membalas dendam, aku yakin ibu-ayahmu akan menjadi gembira di dunia
baka..." "Toapek dulu pernah bilang aku masih mempunyai satu saudara yang bernama Khouw
Thian Siong ?" "Betul! Saudara itu adalah dari ibu lain, dan 10 tahun lebih tua daripadamu. Semenjak kecil
ia diberikan kepada Ho Tok Kek, seorang jago silat yang lebih lihay daripada ayahmu.
199 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Karena ayahmu mencintai wanita lain, yalah ibumu, maka ibu Khouw Thian Siong
meninggalkan ayahmu, kemudian mengambil Khouw Thian Siong dari Hu Tok Kek, dan
seterusnya, mereka juga lenyap jejaknya."
"Aku berjanji akan mencari saudara dan ibu-tiriku itu !"
Si Kakek cerdas sudah menjadi sangat payah.
"Toapek ! Toapek!'" seru Khouw Kiam Siu.
Dengan cemas si Kakek membuka kedua matanya, bersenyum sejenak, lalu memejamkan
kedua matanya lagi untuk menarik napas yang penghabisan!
Khouw Kiam Siu merangkul ayah angkatnya dan merasa sedih sekali.
Si Algojo berusaha menahan kesedihannya, dan menghibur Khouw Kiam Siu :
"Siohiap, aku kira Toapekmu teleh menunaikan janjinya dan melaksanakan tugasnya. Iapun
menutup mata dengan perasaan puas. Sekarang kita harus mengubur jenazahnya.. ."
Demikianlah kedua orang itu mengubur jenazah kakek itu di tempat tersebut.
"Jika kau tidak berkeberatan, kita dapat menjadi saudara," kata lagi si Algojo.
"Baik! Mulai detik ini aku panggil kau Toako!"
"Siaotee, dalam ilmu silat kau sekarang lebih unggul daripadaku, tetapi aku pasti lebih
berpengalaman." "Betul! Aku harus mengakui aku tidak berpengalaman. Tugasku sekarang ialah pergi
membasmi Thian lam-sin-kun dan orang-orangnya."
"Siaotee, markas Thian-lam-mo-kong lebih kuat dari pada puri Kiam Pao. Hanya markas itu
terletak diselatan sehingga orang-orang dari daerah pertengahan tidak mengetahui keadaan
sebetulnya. Usaha kita meledakkan kamar dibawah tanah diluar dugaan mereka. Tetapi
dalam usaha membalas dendam terhadap mereka, kita harus merencanakan dengan teliti
sebelum kita turun tangan!"
"Aku sudah mengetahui bahwa musuh-musuhku sudah didepan mataku aku tak sabar lagi
untuk mengganyang mereka !"
"Pertemuan para jago silat akan diselenggarakan tak lama lagi. Jangan lupa merebut
kembali pedang Thian-kong kiam dari Tok-pi-sin-mo, karena pedang itu adalah pedang
pusaka dari ayahmu dan juga suatu pedang mujizat!"
"Tetapi jika Tok-pi-sin-mo tidak hadir bagaimana?"
"Jika ia tak hadir, kau dapat mencari keterangan dari para jago silat yang datang hadir."
KHOUW KIAM SIU berpikir sejenak dan menanya lagi : "Bagaimana pendapat Toako tentang
pertemuan para jago silat itu?"
"Kita akan datang ke pertemuan itu, lalu bertindak menurut keadaan. Markas partai silat
Thiam-cong tidak jauh dari sini. kita dapat pergi ke markas partai itu, lalu kembali
menghadiri pertemuan para jago silat di markas Thian-lam-mo-kong."
"Apakah orang-orang dari partai2 Thiam-cong dan Kong-tong akan datang ke pertemuan
200 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
itu?" "Tidak! Mereka tak ingin menyinggung Thian-lam-sin-kun yang mereka anggap sebagai
kawan karib mereka."
"Dapatkah kita sekarang pergi ke markas partai Thiam-cong?"
"Tentu saja !" "Toako, sebelum kita berangkat, aku harus menerangkan bahwa usaha membalas dendam
adalah urusan pribadiku, maka aku minta Toako tidak turut-campur."
"Siaotee, bukankah kita sudah menjadi saudara angkat" Sebagai Toako, aku tak dapat
bertopang dagu jika kau terdesak!"
"Betul! Tetapi dalam urusan ini aku minta Toako tidak turut campur !"
Si Algojo berpikir sejenak, kemudian ia berkata lagi : "Baiklah !
dipertemuan para jago silat di markas Thian-lam-mo-kong !"
Kita berjumpa lagi Demikianlah mereka berpisah. Masing-masing melanjutkan usahanya. Khouw Kiam Siu
sudah mengetahui semua musuh-musuhnya, kewajibannya yalah membalas dendam. Usaha
itu merupakan suatu beban yang sangat berat. Namun ia bersumpah untuk
melaksanakannya juga. Ia menyimpan kedok karetnya, dan akan menuntut balas terhadap orang-orang dan partai
Thiam-cong dalam bentuk sejatinya yalah sebagai si pemilik Kim Gaib! Di dalam hatinya ia
sudah bersumpah akan membunuh semua musuh-musuh ibu-ayahnya, maupun musuhmusuh ayah angkatnya.
Disepanjang jalan pikiran membalas dendam memenuhi otaknya. Belum jauh ia berjalan
ketika ia mendengar suara ejekan. Ia berhenti dan melihat dua orang kakek dengan wajah
yang kejam dan pakaian yang ganjil sudah berdiri 5 meter didepannya.
Melihat Kim yang dipancangkan di punggung Khouw Kiam Siu, kedua kakek itu tiba-tiba
berseru: "Sipemilik Kim Gaib !"
"Betul! Aku adalah sipemilik Kim Gaib !" sahut Khouw Kiam Siu dengan gagah.
"Apakah kau yang meledakkan kamar dibawah tanah dari Thian lam-mo-kong untuk
menolong si Kakek cerdas?" tanya seorang kakek.
Khouw Kiam Siu segera menganggap bahwa kedua kakek itu adalah orang-orang dari Thian
lam mo-kong. Ia menjadi naik darah, ia maju menghampiri mereka.
"Apakah kamu orang-orang dari Thian-lam-mo-kong?" tanyanya.
"Betul! Jika kau berotak, kau tentu mengikut kami ke markas Thian-lam-mo-kong tanpa
membikin perlawanan. Mungkin juga hukumanmu dapat diperingan...hee.. hee !"
"Tanpa diminta, aku memang berhasrat pergi kesana ! Hanya sekarang aku masih
mempunyai urusan." "Oho ! Kami akan menggunakan kekerasan menyeret kau kesana !"
201 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Hmm"apa kalian terlibat dalam peristiwa di atas puncak Sin-lie-hong pada beberapa belas
tahun yang lalu ?" tanya Khouw Kiam Siu sengit.
Kedua kakek itu terkejut.
"Di atas puncak Sin-lie-hong, Khouw Bu Wie alias si Muka Alim bersama-sama isterinya telah
dikeroyok dan akhirnya dibunuh".tetapi puteranya telah tertolong"." Kata lagi Khouw Kiam
Siu. "O! Kau adalah putera mereka?""
"Betul! Dan kamu adalah orang-orang yang telah mengeroyok ibu ayahku !" kata Khouw
Kiam Siu sambil mengirim dua jotosan Coan-Sin-touw hiat-ciang bertubi2. Dua jeritan
terdengar dan dua kakek itu sudah menjadi mayat !
Lalu Khouw Kiam Siu meneruskan perjalanannya ke markas partai silat Thiam-cong.
Baru saja ia melalui suatu lembah dan masuk kedalam hutan ia sudah ditegur lagi oleh
suara ancaman : "Bocah ! Aku segera akan memenggal kepalamu !"
Ia terkejut, karena suara itu tak asing lagi baginya. Ia berhenti dan melihat disekelilingnya.
Thiat-cong gin leng, guru Kat Ju Hui, tengah berdiri tak jauh disampingnya dengan wajah
beringas. Ia lekas-lekas menjura dan menanya : "Locianpwee, mengapa aku diancam ?"
"Hm ! Mengapa kau tak ke Hong-hong-kok "!"
"Aku telah pergi ke lembah tersebut, tetapi aku hanya menjumpai Thio Siok Ngo. Dia
mengatakan bahwa Locianpwee dan Kat Siocia sudah pergi dari lembah."
"Apakah kau lalu pergi lagi ?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
"Jangan berlagak bodoh. Hui-ji bermaksud membunuh diri karena kau tak membalas
cintanya, tapi karena ia mengandung, ia membatalkan maksudnya itu."
"Aku sudah mengetahui itu dari Thio Siok Ngo."
"Jika kau sudah mengetahui itu, apa yang kau akan perbuat terhadap Hui-ji "!"
Khouw Kiam Siu menjadi bisu. Ia sudah yakin bahwa ia adalah putera Khouw Bu Wie, dan
telah ditetapkan akan menjadi suami Ma Kang Lian. Lalu ternyata Kat Ju Hui yang sangat
menyintai dirinya telah mengandung, ia berada diantara janji dan tugas : janji ibu-ayahnya
terhadap Sauw-hun Mo-kie, ibu Ma Kang Lian, dan tugas yang harus ditunaikan jika ia betul
menjadi ayah dari bayi di dalam kandungan Kat Ju Hui.
Thiat-cong-gin-leng menjadi makin gusar melihat Khouw Kiam Siu tak menyahut.
"Bocah! Jika kau tidak memberi jawaban yang memuaskan aku akan memenggal
kepalamu!" ancamnya.
"Locianpwee ingin jawaban yang bagaimana ?"
"Jawab yang tegas: apakah kau mencintai Hui-ji"!"
202 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Locianpwee, cinta itu tak dapat dipaksa."
"Apakah kau ingin menyangkal bahwa bayi dikandungannya itu bukan perbuatanmu"!"
?"".?"?"!"
"Sekarang Hui-ji entah dimana jejaknya."
"Aku akan berusaha mencari gadis itu."
"Jika sudah diketahui, apa yang kau akan perbuat "!"
"Terserah kepada Kat siocia sendiri. Aku harus memberi sedikit keterangan bahwa ibu
ayahku telah mengikat perjanjian dengan seorang. Lagipula, menurut pengetahuanku, Kat
siocia yang mendesak aku..."
"Mendesakmu! Aku tak percaya ! Apakah kau kira muridku itu seorang yang hina "!"
Makian itu dibarengi dengan satu sodokan, tetapi Khouw Kiam Siu dapat mengegoskan.
Tiat-Cong gin-leng menjadi makin beringas, ia terus menyerang.
Dengan ilmu meringankan tubuh Hui-eng hoan-seng atau lblis terbang tanpa bekas Khouw
Kiam Siu meloncat-loncat mengegosi semua serangan-serangan itu.
Demikianlah 50 jurus telah berlangsung dengan Thiat-Cong-gin leng menyerang dengan
toya kayunya dan Khouw Kiam Siu mengegoskan tanpa membalas menyerang.
Selama hidupnya Thiat-Cong-gin-leng baru mengalami jika ia tak dapat menaklukkan
lawannya itu dengan toya kayunya. Perlahan-lahan ia kehabisan tenaga, dan serangannya
menjadi lebih lambat. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Pertarungan berhenti karena suara tertawa itu. Lalu
seorang kakek yang berambut putih dan menutup mukanya meloncat datang.
"Apakah kau juga orangnya Thian-lam-mo-kong "!" Khouw Kiam Siu menegur kakek itu.
Kakek itu menyangkal dengan menggoyang tangan kanannya. Kakek itu adalah Ma Dji Kouw
alias Giok-bin-ciang-sin si Dewa muka Kejam ayah Ma Kang Lian.
THIAT-CONG-GIN-LENG menatap kakek itu yang kemudian berkata :
"Kamu bertarung tanpa alasan yang cukup."
"Siapa kau?" tanya Thiat-Cong-gin leng.
"Ha, ha, ha! Tan Sio Kiauw, apakah kau tidak mengenal aku?" tanya si kakek yang
mengenal hati Thiat-Cong-gin leng alias Tan Sio Kiauw.
Tan Siok Kiauw melangkah mundur karena heran kakek itu mengenal dirinya, tanpa ia
sendiri mengenal kakek itu.
"Sebetulnya kau siapa"!" tanyanya lagi.
"Haaaiii... penghidupan kita ini seperti impian belaka! Aku sendiri juga sudah lupa siapa aku
sebetulnya, maka kau tak perlu menanya lagi. Aku hanya ingin menanya mengapa kau
menyerang pemuda itu?" si kakek balik menanya.
203 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Hm... ini urusanku pribadi, kau tak perlu turut campur!"
"Ha, ha, ha! Aku telah menyaksikan kamu bertarung. Kau bukan tandingan pemuda itu!" si
kakek berhenti sebentar, untuk kemudian melanjutkan kepada Khouw Kiam Siu :
"Siohiap, aku sudah mengetahui bahwa kau telah pergi ke dekat markas Thian-lam-mokong. Aku justru datang untuk mencari kau, dan beruntung sekali aku dapat menjumpaimu
disini." Khouw Kiam Siu tercengang. "Mengapa Locianpwee mencari aku?" tanyanya.
Si kakek menghampiri dan membisikkan sesuatu dikuping Khouw Kiam Siu yang mendengari
dengan hati berdebar-debar.
"Apakah betul ada urusan itu"!" tanyanya kemudian.
"Aku tak perlu berdusta, si Algojo telah pergi kesana. Aku kebetulan menjumpainya dijalan.
Setelah aku memberitahukan hal itu kepadanya, ia segera pergi untuk menyelidiki!"
Khouw Kiam Siu berpikir sejenak. Sesaat kemudian ia berkata lagi :
"Aku ada urusan yang harus diselesaikan. Aku akan menyusul selambat-lambatnya dalam
lima hari ini." "Baiklah, kau harus menepati janjimu itu, kami sudah menaruh harapan kepadamu!"
"Selambat-lambatnya dalam waktu lima hari aku pasti sudah menyusul untuk melaksanakan
tugas itu," kata Khouw Kiam Siu dengan khidmat.
Tan Sio Kiauw tak mengetahui apa arti daripada percakapan kedua orang itu. Melihat Khouw
Kiam Siu ingin berlalu, ia menghadang dengan toya kayunya seraya membentak :
"Hei, bocah! Kau belum memberikan aku jawaban yang memuaskan!"
Mo Dji Kauw tersenyum dan menanya : "Tan Sio Kiauw, jawaban apa yang kau perlukan"
Dapatkah aku menjadi perantara?"
"Tidak!" sahut Thiat-Cong-gin-leng.
"Hm... apakah kau kira aku tidak mengetahui urusanmu itu" Kau ingin membela muridmu!"
"Jika sudah diketahui, kau tak perlu menanya lagi!"
"Ha, ha! Tan Sio Kiauw! Mungkin orang lain gentar menghadapi toyamu! tetapi aku si tua
bangka ini menganggap toyamu itu adalah permainan anak kecil!"
Tan Sio Kiauw segera menyerang kakek itu dengan toyanya. Secepat kilat toya itu ditangkap
oleh si kakek. Satu betotan yang hebat terjadi dan toya itu terlepas!
Tan Sio Kiauw menjadi malu sekali dipecundangi dengan mudah saja oleh si kakek itu.
Khouw Kiam Siu mengagumi ilmu si kakek, tetapi ia juga menghormati guru Kat Ju Hui itu.
Dengan ramah ia lalu berkata:
"Locianpwee, aku akan berusaha mencari Kat siocia dan setelah menjumpai muridmu itu
aku akan berusaha membereskan soal yang rumit ini. Bagaimana pendapat Locianpwee?"
204 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Bocah, aku hanya perlu menanya apakah kau mencintai muridku itu?" tanya Tan Sio Kiauw
sengit. "Locianpwee, jika ternyata Kat siocia mengandung, aku tentu tak dapat melalaikan
kewajiban itu!" Tan Sio Kiauw tampaknya dapat dibujuk dengan kata-kata itu.
"Baik! Kau harus bertanggung-jawab. Nah, kau berangkatlah aku juga ingin pergi mencari
jejaknya!" akhirnya ia berkata.
Khouw Kiam Siu segera minta diri kepada kedua angkatan tua itu. Dengan satu gerakan
lincah ia meloncat pergi.
Tan Sio Kiauw lalu menanya si kakek lagi :
"Sebetulnya Tayhiap siapa?"
"Kau tak perlu menanya. Aku datang mencari pemuda itu karena suatu urusan yang penting
dikalangan Bu-lim. Apakah kau berminat membantu?" sahut si kakek tenang.
"Urusan apa?" "Urusan itu erat hubungannya dengan pertemuan para jago-jago silat yang akan
diselenggarakan oleh Thian lam sin-kun nanti. Thian lam sinkun telah menyebar surat
undangan kepada banyak jago-jago silat untuk datang ke pertemuan itu, bilangnya untuk
memilih seorang juara. Tetapi".hm... aku menaruh curiga. Orang sebusuk Thian-lam sinkun menyelenggarakan pertemuan ini dengan maksud tertentu."
Thiat-Cong gin-leng berpikir sejenak.
"Pada 30 tahun yang lalu, diwaktu diselenggarakan pertemuan para jago silat serupa itu,
juara silat Liok Kauw Ciu berikut tanda kejuaraannya telah lenyap. Maka seterusnya
pertemuan itu tak diselenggarakan lagi. Lenyapnya sang juara itu menjadi suatu tekateki...." katanya.
"Betul! Tanpa tanda kejuaraan, pertemuan serupa itu tak dapat diselenggarakan."
"Apakah mungkin Thian lam sin kun mempunyai tanda kejuaraan itu?""
"Justru itulah yang mencurigakan. Kita hanya dapat membuktikan nanti yalah pada waktu
pertemuan dilangsungkan."
"Tayhiap mengajak aku turut serta menghadiri pertemuan itu?"
"Betul! Kita harus menyelidiki seluk-beluk tanda kejuaraan yang telah lenyap bersama-sama
Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Liok Kauw Ciu itu!" "Mengapa kau tidak katakan itu tadi" Mengapa kau hanya mengajak Khouw Kiam Siu?"
"Tan Sio Kiauw, menurut pendapatku, hanya dialah yang dapat menghadapi si juara yang
memegang tanda kejuaraan itu!"
?"?"?""
"Waktu pertemuan itu diadakan dipegunungan Heng san, tidak kurang dari 100 orang telah
turut-serta. Mereka mengadu silat selama tiga hari dan akhirnya hanya ketinggalan dua
205 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
orang saja. Dua jago silat yang berhasil mengadu silat sampai babak final itu yalah Thianlam-sin kun dan Liok Kauw Ciu alias si Kilat ... kedua orang itu bertarung sampai 1000 jurus,
dan akhirnya Liok Kauw Ciu yang menang dan merebut tanda kejuaraan! Pada waktu itu
pemimpin besar partai Thian-lam mo-kong adalah Kauw Cit Cun yang tidak sudi menakluk
kepada sang juara Liok Kauw Ciu. Dengan masgul ia meninggalkan pertemuan sehingga
pertemuan itu berakhir dengan kacau! Lalu sang juara dan tanda kejuaraannya juga lenyap
selama 30 tahun ini. Jika Thian-lam sin kun mempunyai tanda kejuaraan tersebut, aku
betul-betul merasa curiga."
Tan Sio Kiauw mengangguk-angguk mendengari penjelasan itu. Si kakek lalu meneruskan :
"Hengsan Lojin yang menyelenggarakan pertemuan tersebut telah bersumpah untuk
mencari jejaknya sang juara dan menyelidiki seluk beluknya. Baru-baru ini Heng-san Lojin
dapat mengetahui bahwa lenyapnya Liok Kauw Ciu dan perginya Kauw Cit Cun ada sangkut
pautnya, dan ia juga sudah mengetahui tempat bersembunyinya Kauw Cit Cun itu!"
"Ha! Kauw Cit Cun masih hidup"!"
Si kakek mengangguk. "Apakah Heng-san Lojin tidak mampu menggempur Kauw Cit Cun?"
"Aku tidak tahu. Tetapi muridku tak mampu menggempur Thian-lam sin-kun, murid Kauw
Cit Cun!" "Dan Liok Kauw Ciu juga masih hidup?"
"Belum ketahuan! Maka pada dewasa ini, yang penting adalah kita harus menyelidiki mati
atau hidupnya Liok Kauw Ciu dan tanda kejuaraannya."
"Aku juga ingin turut-serta memecahkan teka teki itu nanti diwaktu pertemuan tersebut
diselenggarakan." Baiklah, kita tinggalkan dulu kedua orang tua ini untuk mengikuti Khouw Kiam Siu yang
sedang meneruskan perjalanannya ke kuil Kiun-giok-koan, markas besar partai silat Thiamcong-pai. Ia berlari-lari dengan sepenuh tenaga sehingga perjalanan yang cukup jauh itu
dapat ditempuhnya dalam satu malam saja.
Ia mengawasi papan merek partai itu yang tergantung di atas pintu kuil dan bersenyum.
Suatu senyum yang mengandung maksud untuk membasmi jahanam-jahanam yang
bernaung di dalam kuil tersebut.
Keadaan di sekitar kuil tersebut sepi, tetapi tegang. Ia menghadapi kuil itu dan menjotos
kearah papan merek. Segera terdengar suara orang menegur dengan gusar :
"Siapa yang begitu kurang ajar mengganggu kami"!"
Teguran itu disertai dengan munculnya banyak orang yang bersenjata pedang.
Empat orang keluar dari pintu depan. Yang menjadi pemimpin adalah seorang pemuda
berbaju biru dan berwajah tampan. Dengan beringas ia menanya :
"Setan! Apakah kau yang menghancurkan papan merek kami"!"
206 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Lalu seorang rekannya berseru kaget :
"Hei! Ia memiliki Kim Gaib!"
Seruan itu hanya membikin mereka sendiri menjadi gentar, karena nama sipemilik Kim Gaib
sudah terkenal dimana-mana, dan mereka merasa bahwa kedatangan pemilik Kim Gaib itu
tentulah untuk membalas dendam.
Lalu menghampiri seorang yang berusia setengah abad. Keempat orang tadi lekas-lekas
membungkukkan tubuh memberi hormat kepadanya.
"Aku bernama Jan Si Hong, seorang ahli pedang dari partai Thiam-cong! Apakah kau yang
terkenal dengan julukan sipemilik Kim Gaib?"
"Betul!" sahut Khauw Kiam Siu tenang.
"Kau telah datang ke markas kami, dan kau telah merusak papan merek partai. Apa artinya
itu"!" "Aku datang untuk membikin perhitungan!"
"Oh... tetapi menurut pengetahuanku, partai silat Thiam-cong pai tak mempunyai dendam
terhadapmu." "Mungkin kau tidak mengetahui. Maka aku minta pemimpin besarmu keluar menjawab
pertanyaanku!" "Pemimpin besar kami adalah Suhengku (saudara seperguruan). Maka aku bisa
mewakilinya." "Apakah kau sudi bertanggung jawab atas semua perbuatan keji dari Suheng-mu"!"
"Aku.........."
"Maka aku minta Suhengmu sendiri yang menjawab pertanyaan2ku! Karena urusan ini
adalah urusan pribadinya!"
Jan Si Hiong mulai merasa heran. Ia sebetulnya tidak mengetahui jika suhengnya
bermusuhan terhadap si pemilik Kim Gaib namun ia berkata:
"Aneh! Suhengku jarang sekali keluar dari markas. Bagaimana ia mempunyai dendam
terhadapmu"!" "Kau tak usah banyak tanya! Panggil saja Suhengmu keluar!"
"Jika kau tidak menjelaskan soal dendam itu, aku tak akan memanggil suhengku."
"Hm...sebetulnya aku masih bertindak sopan, aku minta kau pergi panggil dia. Jika aku mau,
aku dapat menerjang masuk tanpa kau bisa berbuat apa-apa!"
"Ha, ha, ha! Kau terlalu congkak, bocah! Apakah kau menganggap aku ini boneka yang tak
dapat berbuat apa-apa?"
Khouw Kiam Siu jadi naik pitam.
"Panggil Ci Goan Liang keluar!" bentaknya beringas.
207 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Jan Si Hiong terkejut mendengar Khouw Kiam Siu memanggil nama itu. Ia menanya dengan
kedua mata terbelalak: "Apakah kau mau mencari guru kami?" Ci Goan Liang adalah guru kami!"
"Ci Goan Liang bukan pemimpin partai Thiam-cong?"
"Pemimpin yang sekarang adalah Song Wei Jin!"
"Dimana dia! Panggil dia keluar!"
JAN SI HIONG tidak mau pergi. Ia terus mengawasi Khouw Kiam Siu.
"Jika kau tidak panggil Song Wei Jin keluar, aku akan menerjang masuk!" ancam Khouw
Kiam Siu. Jan Si Hiong hanya mengenal nama si pemilik Kim Gaib. Ia belum mengetahui kelihayan
ilmu silatnya Khouw Kiam Siu. Sebagai adik pemimpin partai Thiam-cong, ia harus
mempertahankan kewibawaannya dihadapan banyak orang-orangnya. Maka ia menantang:
"Kau boleh coba-coba menerjang!"
Khouw Kiam Siu melangkah maju. Jan Si Hiong menjotos. Jotosan itu ditangkis dengan
mudah, lalu Khouw Kiam Siu terus melangkah masuk.
Patut diketahui bahwa partai silat Thiam cong pai terkenal dengan ilmu silat pedangnya,
maka serangan dengan pedang yang sudah dilancarkan lagi oleh Jan Si Hiong itu tak dapat
dipandang remeh. Sinar pedang berkelebat. Sret! Sret! Sret! Jan Si Hiong menyerang dengan sabetan dan
tusukan. Khouw Kiam Siu meloncat mengelakkan serangan-serangan itu. Pertarungan
segera bergebrak diruangan depan kuil Kiun-giok-koan itu.
Untuk mempersingkat dan menghemat waktu, Khouw Kiam Siu melawan dengan Kimnya
sebagai perisai dan menyerang dengan jotosan-jotosan Coan-sim-tauw hiat-ciang.
Betapapun lihaynya serangan pedang dari Jan Si Hiong, Khouw Kiam Siu masih dapat
menangkis dengan baik. Justru pada saat itu terdengar suara genta dipukul dengan gencar sekali dan membuat
pertarungan berhenti. Lalu berjalan keluar dua baris orang yang berjumlah 39 orang. Kemudian berjalan keluar
seorang yang berusia setengah abad, bertubuh tegap kokoh dan berwajah kejam.
Sambil menatap Khouw Kiam Siu orang itu menanya:
"Kau datang ke kuil ini, kau menyerang orang-orang kami. Apa maksudmu"!"
"Apakah kau Song Wei Jin, pemimpin partai Tiam cong?" tanya Khouw Kiam Siu garang.
"Betul!" "Aku ingin menjumpai Ci Goan Liang, pemimpin yang dulu!"
"Guruku berada di kamar Jang-ki tong (Kamar Sentosa), Beliau tak boleh diganggu!"
"Tetapi aku harus menjumpai dia, dan jika perlu, aku akan menyeretnya keluar!"
208 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Song Wei Jin menjadi gusar sekali. Sambil mengertak gigi ia berseru:
"Anjing! Kau datang untuk menghina"!"
Khouw Kiam Siu menjotos dan menerobos masuk! Segera semua orang dari partai Thiamcong itu mengurung dia.
Sebetulnya Khouw Kiam Siu bermaksud menjumpai Ci Goan Liang untuk menegaskan bahwa
ibu-ayahnya dianiaya dan dibunuh oleh jahanam itu, lalu membalas dendam terhadap
jahanam itu. Tetapi kini ia dikurung oleh hampir 50 orang, ia terpaksa harus mengganyang
mereka semua. Ia mementil tali Kimnya, dan Treng".Treng.... suara Kim-nya menggetar dan mulai
melenyapkan sukma orang-orang yang mengurungnya. Irama maut yang keluar dari Kim
Gaib itu makin mendahsyat, seolah-olah ujung pedang tajam menusuk jantung mereka
untuk kemudian berubah menjadi suara angin topan menderu santar terjalin dengan
tangisan setan-setan dan jeritan iblis-iblis...
Semua orang dari partai Thiam-cong terpaku, semangat mereka lenyap. Yang berhati kecil
dan tak dapat menahan serangan-serangan itu merasa lemas dan tak bertenaga lagi,
sedangkan yang berilmu tinggi lekas-lekas duduk bersila mengerahkan tenaga dalamnya
untuk menahan serangan suara maut yang membetot-betot sukma itu.
Kedahsyatan irama maut itu memuncak ketika sentuhan pada tali-tali Kim melengking tinggi
dan membuat mereka semua tak ingin hidup lagi karena tak dapat menahan serangan
bathin yang hebat! Mereka baru menarik napas lega ketika Khouw Kiam Siu berhenti mainkan Kimnya.
"Hei! Song Wei Jin! Apakah kau rela menyaksikan aku membunuh semua orang-orangmu?"
ancam Khouw Kiam Siu. Semua orang dari partai Thiam-cong menanti jawaban pemimpin mereka dengan gelisah.
"Guru kami berada di kamar Jong-ki-tong. Beliau tak dapat diganggu. Aku tak berani
memanggil." "Tapi urusanku ini penting sekali, dan erat hubungannya dengan dia!"
"Aku akan mewakili guruku!"
Secepat kilat Khouw Kiam Siu mendorong Song Wei Jin ke samping lalu menerobos masuk
kedalam. Delapan ujung pedang mengejarnya, tetapi tusukan pedang-pedang tersebut hanya
menyentuh Kim. Dengan pedang terhunus Song Wei Jin berusa ha menusuk lagi. Khouw Kiam Siu menangkis
pedang itu dengan Kimnya dan mengirim satu jotosan yang membuat Song Wei Jin jatuh
duduk dan memuntahkan darah.
Berpuluh-puluh pedang menyerang, Khouw Kiam Siu mengamuk.
Suara senjata beradu, suara jeritan yang mengerikan dan suara bentakan membikin kuil itu
seperti jagal dimana darah berhamburan dan bangkai-bangkai berserakan. Selama 100
tahun, baru kali ini partai Thiam-cong mengalami malapetaka yang sedemikian hebat!
209 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Hanya dalam beberapa menit saja hampir semua orang partai itu menjadi mayat.
Khouw Kiam Siu terus masuk meninggalkan mayat-mayat dan lawan-lawannya yang terluka
parah di dalam kuil yang luas itu. Ketika melalui pekarangan belakang, ia menjumpai
seorang kakek yang berusia lebih kurang 70 tahun.
Sementara itu beberapa orang partai Thiam-cong sudah masuk, Song Wei Jin menghampiri
si kakek dan berlutut di hadapannya seraya berkata:
"Suhu! Teecu tak mampu menahan jahanam ini! Teecu rela menerima hukuman"."
"Mundur!" bentak si kakek.
Suasana menjadi sunyi senyap. Si kakek menatap Khouw Kiam Siu, sedangkan orang-orang
partai Thiam-cong berdiri jauh menonton.
"Apakah kau Ci Goan Liang"!" tanya Khouw Kiam Siu.
"Betul!" sahut si kakek tegas.
Muka Khouw Kiam Siu tiba-tiba berubah menjadi lebih beringas, seluruh tubuhnya
bergemetaran. Dihadapannya adalah jahanam yang membunuh ibu-ayahnya.
"Anjing kecil! Apa perlunya kau mencari aku"!" tanya si kakek.
Khouw Kiam Siu tertawa gelak-gelak seperti orang gila.
"Apa yang membuat kau tertawa?""
"Cit Goan Liang! Apakah kau masih ingat pengeroyokan dan pembunuhan yang keji diatas
puncak Sin-lie hong?"
Si kakek tampak gugup dan tidak menyahut.
"Cit Goan Liang! Jangan belagak pilon! Kamu mengeroyok dan membunuh untuk merebut
pedang Thian kong-kiam!" teriak Khouw Kiam Siu.
Kakek itu melangkah mundur dengan terkejut.
"Cit Goan Liang! Karena kamu ingin merebut pedang Thian-kong-kiam, kamu telah
membunuh Khouw Bu Wie dan isterinya!"
Perkataan itu diucapkan dengan tegas dan lantang. Tiap-tiap orang partai Thiam-cong
mengawasi sikap Cit Goan Liang. Mereka baru mengetahui jika pemimpin tua itu adalah
seorang yang keji. "Anjing! Tutup mulutmu!" bentak Cit Goan Liang.
"Apa!" kau takut mendengar kenyataan-kenyataan?" ejek Khouw Kiam Siu.
Si kakek menghampiri dan sambil menuding ia membentak: "Hei, anjing kecil! Kau
mempunyai hubungan apa dengan Khouw Bu Wie, alias si Muka alim?"
"Kau telah membunuh ayah dan ibuku!"
"Hei... ketika itu kebetulan melalui puncak Sin lie-hong bersama 8 orang muridku. Aku
menyaksikan ayah dan ibumu dikeroyok dan aku berusaha membantu sehingga 8 muridku
210 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
tewas. Hanya aku sendiri yang berhasil lolos..."
"Kau berdusta!" bentak Khouw Kiam Siu. "Kau tak bisa menyangkal lagi. Perbuatanmu yang
keji telah disaksikan oleh Go Wie To alias si Kakek cerdas! Hm... mungkin kau tidak mengira
bahwa kakek itu telah berhasil menolong aku, lalu merawat dan mendidik aku sehingga aku
dapat menagih utang jiwa itu sekarang!"
Suasana menjadi lebih genting lagi ketika dengan tiba-tiba si-algojo juga sudah datang
masuk ke kuil itu. Si Algojo segera menuding-nuding Cit Goan Liang seraya berkata:
"Cit Goan Liang! Dosamu banyak sekali. Akupun datang untuk menuntut balas!"
Ancaman itu menambah perasaan gentar dan gelisah orang-orang partai Thiam cong.
Karena sudah terdesak, Cit Goan Liang terpaksa berkata :
"Kuil Kiun-giok-koan tak dapat dimusnahkan oleh kamu!" bentakan itu diteruskan dengan
satu sodokan maut kearah si Algojo.
Tetapi si Algojo sudah siap siaga. Dengan mudah saja ia dapat mengegos.
"Cit Goan Liang!" bentaknya. "Kau telah memimpin murid-muridmu untuk merebut pedang
Thian kong-kiam. Karena takut rahasia itu terbuka, kau telah membunuh banyak orang
untuk menutup mulut mereka. Lalu kau berkomplot dengan Bu Ki Cu, pemimpin partai silat
Kong tong, untuk membunuh orang-orang yang mengetahui rahasia-rahasiamu itu. Tetapi
perbuatan yang durhaka itu tak dapat ditutup. Kau tidak bisa membunuh mati semua.
Antara mayat-mayat yang kamu lemparkan kedalam lembah, masih ada satu yang hidup!
Ha, ha, ha, ha! Ia tidak mati! Ia hidup untuk membalas dendam .... Ha, ha, ha!"
Semua orang Thiam-cong merasa masgul mendengar perbuatan yang durhaka dari
pemimpin besar mereka yang begitu kejam membunuh orang-orangnya sendiri untuk
menutup rahasianya! Lalu si Algojo berkata kepada Khouw Kiam Siu :
"Siaotee, kita sudah mengetahui bahwa hanya Cit Goan Liang yang durhaka, maka kita
harus menghadapi dia seorang saja. Kita tak perlu menghukum orang-orang yang tak
berdosa!" Khouw Kiam Siu mengangguk. Ia berjalan maju menghadapi musuhnya dan berkata :
"Cit Goan Liang! Aku memberikan kesempatan yang adil. Ayoh cabut pedangmu untuk
memperhitungkan hutang jiwa ini!"
Diantara orang-orang Thiam cong lalu maju enam kakek yang hampir sama tuanya seperti
Cit Goan Liang. Seorang dari mereka itu berkata kepada Khouw Kiam Siu:
"Siohiap, kami sudah mendengar tuduhan2 terhadap Cit Goan Liang. Kami yakin bahwa Cit
Goan Liang telah melakukan perbuatan yang durhaka. Maka ia harus dihukum menurut
peraturan partai Thiam-cong."
"Hm...aku datang untuk menagih hutang jiwa kepada Cit Goan Liang pribadi. Aku tak dapat
menerima permintaan itu!" sahut Khouw Kiam Siu.
"Cit Goan Liang adalah pemimpin partai Thiam-cong, dan ia harus menerima hukuman
menurut peraturan partainya itu. Kau tak dapat menghukumnya menurut kehendakmu."
211 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Kamu ingin merintangi aku membalas dendam"!"
Keenam kakek itu maju lagi seolah-olah ingin menyerang, tetapi Khouw Kiam Siu berkata :
"Aku tak ingin membunuh orang-orang yang tak bersalah. Maka aku minta kamu mundur!"
Keenam kakek itu segera menyerang serentak. Serangan itu ditangkis dengan Kim. Tampak
Khouw kiam Siu terdorong mundur dan keenam kakek itu jatuh tertelentang.
Kesempatan itu digunakan oleh Cit Goan Liang untuk melarikan diri.
"Hei! Jahanam!" seru si Algojo sambil mengejar. "Kemana kau hendak lari!"
Enam kakek yang tak ingin melihat partai Thiam-cong dihancurkan, segera bangun untuk
menyerang lagi. Si Algojo dapat mengejar Cit Goan Liang dan mereka bertarung dengan sengit.
Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Toa-ko, kau minggir! Biarlah aku yang mengganyang mereka semua!" seru Khouw Kiam
Siu. Kim itu diayun dan mengeluarkan suara gaib. Keenam kakek itu terpukul dan tak dapat
bangun. Sedangkan Cit Goan Liang mendadak jadi gugup sekali. Satu kemplangan yang jitu
diatas kepala membuatnya roboh terguling dan tewas.
Khouw Kiam Siu ingin menghancurkan juga enam kakek yang sudah payah dan terluka
parah, tetapi si Algojo menahan.
"Siaotee, cukup! Jangan membunuh mereka!" serunya.
Segera suasana menjadi sunyi. Sinar matahari menyorot kedalam pekarangan di halaman
kuil itu yang penuh dengan bangkai dan darah.
"Toako, aku sebetulnya tak ingin membunuh kakek-kakek itu, tetapi mereka memaksa aku
menggunakan kekerasan."
Si Algojo mengawasi keadaan disekelilingnya dan berkata : "Aku mengaturkan selamat
kepadamu. Satu musuh sudah dikirim ke akherat!"
Lalu mereka berjalan keluar dari kuil itu, meninggalkan orang dari partai Thiam-cong di
dalam kuil yang sudah berubah menjadi jagal itu.
MEREKA melanjutkan perjalanan menuju ke markas Thian lam mo-kong di selatan. Di
sepanjang jalan Khouw Kiam Siu menanya :
"Toako, mengapa kau datang ke markas partai Thiam-cong?"
"Oh...aku sudah mengetahui bahwa kau akan pergi kemarkas partai tersebut untuk
membalas dendam. Aku menyusul dengan maksud memberitahukan kepadamu bahwa kau
harus membunuh hanya Cit Goan Liang seorang saja..tetapi...aku terlambat dan banyak
korban telah tewas ... ya... sudahlah, apa mau dikata."
"Toako, seorang kakek memberitahukan kepadamu bahwa Liok Kauw Ciu yang berhasil
menjadi juara pada 30 tahun yang lalu telah dibunuh oleh Kauw Cit Cun, pemimpin partai
Thian-lam-mo-kong yang terdahulu. Apakah betul?"
"Itu masih perlu diselidiki... tetapi tanda kejuaraan berada ditangan Thian-lam-sin kun.
212 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Tanpa tanda kejuaraan itu, Thian lam-sin-kun tak dapat menyelenggarakan pertemuan para
jago nanti karena tanda kejuaraan tersebut harus diserahkan kepada juara yang berhasil
merebutnya nanti." "Toako, apakah betul Kauw Cit Cun bersembunyi dilembah Hong-bwee-kok?"
"Betul! Untuk mencari tempat bersembunyinya, Hengsan Lojin telah menghamburkan jangka
waktu hampir 30 tahun! Siao-tee, pertemuan di markas Thian lam-mokong akan
diselenggarakan tiga hari lagi. Ayohlah, kita mempercepat langkah kita!"
Demikianlah mereka melanjutkan perjalanan mereka keselatan dengan maksud merebut
pedang Thian-kong kiam, menyelidiki seluk-beluk tanda kejuaraan yang tercuri itu, dan
membalas dendam terhadap Thian lam-sin-kun.
Tiba-tiba si Algojo berkata:
"Siaotee, apakah kau mencium bau amis?"
Khouw Kiam Siu mengendusi sebentar dan membaui bau amis darah.
"Angin meniup dari utara, mungkin bau itu datangnya dari sana " hutan itu di sebelah
utara!" kata Khouw Kiam Siu sambil menunjuk ke hutan disebelah utara.
"Hm...ayoh, kita pergi menyelidiki," kata si Algojo.
Mereka berlari menuju ke hutan itu. Hawa amis makin keras menusuk hidung. Mereka
masuk kedalam hutan, dan harus berhenti ketika menyaksikan suatu pemandangan yang
membikin bangun bulu roma.
Ditempat terbuka di dalam hutan tersebut telah menggeletak tidak kurang dari 16 mayat
manusia. Tiap-tiap mayat didodet dada dan perutnya sehingga usus dan isi perut keluar
berantakan. "Hai! Pembunuhan yang kejam sekali!" seru si Algojo.
"Apakah tak mungkin mereka dibunuh oleh orang-orang dari Thian lam-mokong?" tanya
Khouw Kiam Siu. Si Algojo menyelidiki mayat-mayat itu sejenak, lalu berkata:
"Tak mungkin. Cobalah perhatikan! Dada dan perut tiap-tiap korban tidak didodet dengan
senjata tajam. Mereka dipukul hancur sampai tulang-tulang mereka menjadi remuk! Thianlam-sin-kun tak perlu membunuh mereka, karena perbuatan itu hanya membikin gentar
para tamu yang telah diundang untuk menghadiri pertemuan nanti. Hm...cobalah lihat itu!"
Mereka melihat ke batang sebuah pohon besar yang telah dikeset kulitnya. Diatas batang
pohon itu tampak tiga huruf, huruf-huruf yang ditulis dengan darah:
"Siok Hiat Jin." (Orang yang menuntut pembalasan)
"Toako, siapakah yang mempunyai julukan Siok Hiat Jin?"
"Aku belum pernah mendengar julukan itu. Kita sudah berada didaerah partai Thian lam-mo
kong. Lebih baik kau memakai kedok karet dan menyamar."
Khouw Kiam Siu lekas-lekas mengenakan kedok karet dan rambut palsu dan juga jubah
abu-abunya. Ia tak lupa membungkus Kimnya dengan kantong kain hitam.
213 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Toako aku kira Siok Hat Jin tidak jauh dari sini," katanya.
"Ya, aku juga berpendapat demikian. Mayat-mayat itu masih hangat dan darahnya masih
segar." Pada saat itu mereka mendengar suara jeritan yang mengerikan. Mereka mengejar. Setelah
melalui hutan yang lebat, mereka menyaksikan beberapa mayat terbunuh dalam keadaan
dada dan perut hancur. Mayat-mayat itu adalah korban-korban dari Siok Hiat Jin lagi, tetapi
mereka tidak melihat pembunuhnya.
Lalu diantara semak belukar yang lebat mereka melihat bayangan berkelebat. Dengan ilmu
meringankan tubuh Khouw Kiam Siu mengejar. Orang yang dikejar itu terus lari melalui
pengkolan2 dilereng2 gunung.
"Hei, Siok Hiat Jin!" seru Khouw Kiam Siu.
Seruan itu menarik perhatian orang yang dikejar. Ia berbalik dan menghadapi Khouw Kiam
Siu. "Kat siocia!" tiba-tiba Khouw Kiam Siu berteriak kaget.
Kat Ju Hui melangkah mundur. Ia merasa heran mengapa seorang kakek mengenalnya.
Pada saat itu baru Khouw Kiam Siu insyaf bahwa ia tengah menyamar sebagai seorang
kakek dan tidak dikenal oleh Kat Ju Hui.
"Kat siocia, apakah korban-korban dihutan dibunuh olehmu?" tanya Khouw Kiam Siu setelah
ia mengambil keputusan untuk menyamar terus sambil mencari tahu tentang Siok Hiat Jin.
Kat Ju Hui tidak menyahut. Ia berusaha mengingat siapa gerangan kakek itu.
"Kat siocia, mengapa kau memakai julukan Siok Hiat Jin?" tanya lagi Khouw Kiam Siu.
"Siok Hiat Jin" Locianpwee, aku tak mengerti maksudmu."
"Kat siocia, aku sebetulnya tengah mengejar Siok Hiat Jin dan dengan mata kepala sendiri
aku melihat Siok Hiat Jin lari".dan akhirnya aku melihat kau."
"Apakah kau kira aku adalah Siok Hiat Jin?"
"Begitulah kira-kira ..."
"Sebetulnya kau siapa?"
"Aku sudah tua, aku sendiri merasa tidak perlu dikenal orang. Lagipula, nama sebetulnya tak
berarti apa-apa, bukan?"
"Tetapi kau mengenal namaku?"
"Ya, siapa yang tidak kenal Cui-hun ceng-lie, si gadis pelenyap sukma, murid Thiat Conggin-leng?"
"Tetapi aku belum pernah melihatmu?""
"Itu tidak penting. Atas permintaan seorang kawan, aku diminta mencari kau. Hari ini aku
beruntung sekali menjumpaimu."
"Siapa yang minta kau mencari aku?"
214 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Khouw Kiam Siu, si pemilik Kim Gaib!"
Kat Ju Hui tampak terharu, air-matanya tak tertahan mengucur keluar. Jika Khouw Kiam Siu
berusaha mencarinya, itu berarti Khouw Kiam Siu memperhatikan atau mungkin mulai
mencintai dirinya. Khouw Kiam Siu menahan perasaan terharunya menyaksikan gadis yang rela berkorban
untuk dia itu. Setelah menyusut air-matanya, Kat Ju Hui lalu menanya:
"Mengapa Khouw Kiam Siu minta kau mencari aku?"
"Ia pernah pergi ke lembah Hong-hong-kok untuk mencari kau tetapi katanya kau sudah
pergi. Ia juga bilang bahwa ia mencintaimu!"
"Mencintai aku?" Ha, ha, ha!" Kat Ju Hui tertawa " tertawa yang mengandung kesedihan.
Khouw Kiam Siu telah bersumpah bahwa ia harus mencari Kat Ju Hui. Ia sudah menjumpai
gadis itu, tetapi ia belum dapat membuka kedok karetnya, karena gadis itu sudah menjadi
Siok Hiat Jin. "Aku tak percaya jika Khouw Kiam Siu dapat mencintai aku".dia mencintai Thio Siok Ngo,
saudari sepupuku....." kata Kat Ju Hui.
"Tidak, tidak! Kat siocia, kau keliru. Dia mencintaimu. Dia mengatakan sendiri di hadapanku,
dan kini dia berusaha mencarimu. Dia tidak mencintai wanita lain..."
"Locianpwee, aku lebih mengetahui isi-hatinya. Betul dia pernah bilang mencintai aku, tetapi
cinta itu adalah cinta terpaksa, mungkin karena dia merasa kasihan terhadapku..."
"Kat siocia, jangan bersedih hati. Ia tengah mencarimu kini. Itulah suatu bukti bahwa ia
betul mencintaimu!" "Locianpwee, kau bukan Khouw Kiam Siu, dan kau hanya dapat menyebut dengan mulut,
bukan dengan hati..."
".....?"!"
"Locianpwee, mungkin ia mencintai aku sekarang karena ia merasa bertanggung jawab atas
bayi yang sedang aku kandung!"
"Tidak demikian! Ia baru mengetahui bahwa kau mengandung setelah ia pergi ke lembah
Hong-hong-kok dan Thio Siok Ngolah yang memberitahukan kepadanya tentang dirimu itu.
Jika kau sudi mendengar nasehatku, lebih baik kau pulang ke lembah Hong hong-kok dan
menanti kedatangannya."
"Tetapi apa gunanya" Hatiku sudah hancur! Penghidupanku ini hampa rasanya."
"Kat siocia, kau keliru. Penghidupanmu tidak hampa. Penghidupan kita ini suatu kenyataan.
Penghidupan kita akan menjadi hampa jika kita putus harapan. Dia mencintai kau sekarang
itulah suatu kenyataan, dan dari kenyataan itu kau harus memupuk harapan!"
"Memupuk harapan?"
"Kat siocia besarkanlah hatimu. Pulanglah ke lembah Hong hong-kok dan menanti
kedatangannya." 215 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Kat Ju Hui menarik napas panjang, lalu berkata:
"Locianpwee, maafkan aku jika aku pergi sekarang!"
"Kat siocia, jika kau tidak pulang ke lembahmu dan menanti kedatangannya, ia pasti akan
patah hati." "Ha, ha, ha! Patah hati" Untuk dia, aku telah berkorban. Aku telah menebalkan muka
mengejar-ngejarnya, aku telah bermusuhan terhadap orang-orang dari puri Kiam Pao oleh
karena dia." "Kat siocia, yang sudah tinggal sudah! Sekarang ia mencintaimu, dan seterusnya akan
mencintaimu." "Locianpwee, jika kau menjumpai dia lagi, beritahukanlah kepadanya bahwa aku sudah
mengambil keputusan untuk mencintai orang lain."
Khouw Kiam Siu terkejut. Apakah gadis itu sudah menjumpai pria lain" Lekas-lekas ia
menanya: "Kau sudah mencintai orang lain?""
"Betul!" "Siapa orang itu"!"
"Bayi yang berada dalam kandunganku!"
"Siapakah ayah bayi yang akan lahir itu?"
"Gak...Gak ..."
"Kau bermaksud mengatakan Gak Cun"!"
"Ya..." Hampir saja Khouw Kiam Siu tidak bisa berdiri tegak mendengar jawaban itu. Tetapi belum
lagi ia menyahut, Kat Ju Hui sudah bertanya lagi:
"Bagaimana kau mengetahui aku bermaksud mengatakan nama Gak Cun?"
"Aku...aku memang kenal pemuda hidung belang itu"." sahut Khouw Kiam Siu gugup.
Mungkin karena sengitnya, tanpa mengatakan apa-apa lagi ia segera meloncat pergi.
Ketika itu ia ingat ia telah meninggalkan si Algojo yang bermaksud pergi menggempur
markas Thian-lam mo kong bersama-sama. Disamping itu kedatangannya ke markas partai
itu adalah untuk merebut pedang Thian-kong-kiam.
Thian-lam-sin-kun adalah salah satu musuhnya. Hengsan Lojin telah berhasil menyelidiki
bahwa Kauw Cit Cun, guru Thian-lam sinkun, telah menganiaya Liok Kauw Cu dan merebut
tanda kejuaraannya. Tanpa tanda kejuaraan tersebut Thian lam sin kun tak dapat
menyelenggarakan pertemuan para jago silat.
Ia berlari-lari mengambil jalan semula, tetapi tak menjumpai si Algojo. Ia juga mencari
ditempat lain, tetapi hampa. Dua jam telah dihamburkan untuk mencari si Algojo sebelum ia
tiba di-suatu lembah dengan banyak sekali batu-batu gunung. Ia tersesat dilembah itu, dan
merasa telah masuk perangkap. Namun ia berusaha mencari jalan keluar. Tiba-tiba
216 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
perhatiannya tertarik oleh suara tarikan napas yang terdengarnya dari belakang satu batu.
Ia menghampiri batu tersebut, dan terkejut menyaksikan satu makhluk yang ganjil sedang
berjongkok di situ. Makhluk itu kelihatannya seperti seekor gorila tanpa pakaian dan
berambut panjang sekali. "Hei, apakah kau manusia?" tegurnya.
MANUSIA ganjil itu berdiri menatap Khouw Kiam Siu tanpa menunjukkan perubahan wajah.
"Apakah kau penghuni lembah ini?" tanya Khouw Kiam Siu.
"Apakah kau orang partai Thian-lam-mo kong?" manusia ganjil itu balik menanya.
Mendengar pertanyaan itu, Khouw Kiam Siu merasa heran sekali, karena manusia ganjil itu
bicara dengan logat orang dari daerah Tionggoan (Daerah pertengahan).
"Bukan," sahutnya sambil menggeleng-geleng kepala.
"Mengapa kau datang ke lembah ini"''
"Aku telah tersesat."
"Bolehkah aku mengenal kau?"
"Aku tak bernama. Kau siapa?"
Tiba-tiba manusia ganjil itu menjadi beringas, seluruh tubuhnya bergemetaran.
"Aku...aku Liok Kauw Cun..." sahutnya terputus-putus.
Bukan main terkejut Khouw Kiam Siu, Liok Kauw Cun adalah juara dari jago-jago silat pada
zaman lebih kurang 30 tahun yang lalu dan yang telah lenyap dari kalangan Kang-ouw, dan
yang dianggap telah dibunuh oleh Kauw Cit Cun, guru Thian-lam sin kun. Selama hampir 30
tahun juara itu telah ditawan di lembah perangkap itu, sehingga ia jadi lebih mirip seekor
gorila daripada manusia. "Liok Kauw Ciu...juara dari jago-jago silat pada 30 tahun yang lalu?" tanyanya berdebar.
Manusia ganjil itu mengangguk.
"Jika demikian aku berada di sarang Kauw Cit Cun bukankah?"
"Bagaimana kau mengetahui itu"!"
"Heng-san Lojin dan beberapa jago-jago silat yang luhur dari daerah Tiong-goan tengah
berusaha menyelidiki jejakmu."
Penjelasan itu membikin Liok Kauw Ciu terharu sekali. Air matanya mengucur keluar. Ia tak
menduga jika masih ada orang yang tak gentar membela keadilan dan membasmi
kelaliman. Ia menatap Khouw Kiam Siu yang menyamar sebagai seorang kakek yang lanjut
usianya dengan sorotan mata penuh rasa hormat.
Khouw Kiam Siu berkata lagi:
"Heng san Lojin yang menyelenggarakan pertemuan para jago silat pada 30 tahun yang lalu
telah terus menerus menyelidiki jejakmu. Beberapa hari lagi Thian lam-sin-kun akan
217 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
menyelenggarakan pertemuan di markasnya dan oleh karena itu, beliau merasa kau pasti
sudah dianiaya atau dibunuh oleh Kauw Cit Cun!"
Liok Kauw Ciu menarik napas panjang dan berkata dengan nada yang putus asa.
"Haaaiii...tiada gunanya kau menolong aku sekarang. Aku telah dibikin lumpuh. Didalam
lembah perangkap ini, aku telah berusaha mencari jalan keluar untuk melarikan diri. Tetapi
....haaaiii...betapapun lihaynya kau, jika kau sudah masuk kedalam lembah ini, kau tak
dapat keluar lagi... kecuali jika kau memperoleh petanya, atau dikeluarkan oleh orang yang
penting dari Thian-lam-mo-kong."
Khouw Kiam Siu menjadi gelisah mendengar penuturan itu. Ia khawatir ia tak dapat keluar
lagi dari lembah perangkap itu. ia menyesal telah berpisah dari si Algojo.
"Berapa orang tinggal dilembah ini?" akhirnya ia menanya.
"Terhitung Kauw Cit Cun...semuanya tidak lebih dari 10 orang."
"Apakah kau tak dapat menggempur mereka?"
"Aku sudah dilumpuhkan!"
"Dimana tempat bernaung Kauw Cit Cun?"
"Didalam kamar dibawah tanah dilembah ini yang terletak kira-kira satu lie dari sini. Sudah
hampir 30 tahun aku berusaha pergi ke tempat jahanam itu, tetapi aku selalu tersesat.
Hanya...sekarang aku agak terhibur mendengar bahwa masih ada orang yang luhur yang
memperhatikan nasibku. Aku harus memberitahukan kau bahwa tanda kejuaraan yang telah
berhasil kurebut dalam pertemuan pada 30 tahun yang lalu ..."
"Direbut oleh Kauw Cit Cun?""
"Tidak! Jika ia sudah memiliki tanda itu, aku tak dapat hidup sampai sekarang. Ia ingin
mengetahui dimana adanya tanda itu dari mulutku. Aku hanya berharap dapat
memberitahukan rahasia tentang tanda kejuaraan itu kepada seorang yang luhur, lalu aku
akan mati dengan puas."
"Sekarang tanda kejuaraan itu berada dimana?""
Liok Kauw Ciu tak segera menyahut. Ia menatap Khouw Kiam Siu karena ia belum bisa
percaya pemuda itu. "Apakah kau tak percaya aku?"" tanya Khouw Kiam Siu lagi.
Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku bukan tidak percaya, tetapi aku tak kenal kau. Kau sendiri sungkan memberitahukan
namamu." "Oh...baiklah. Kau dapat menunggu sampai Heng-san Lojin datang kesini ..."
Justru pada saat itu terdengar derap kaki orang mendatangi, Khouw Kiam Siu lekas-lekas
berkata: "Ada orang mendatangi! Biarlah aku pergi bersembunyi..." lalu ia bersembunyi dibelakang
satu batu diantara semak-belukar yang lebat.
Tak lama kemudian terlihat empat orang mendatangi. Satu berpakaian baju hijau dan tiga
berpakaian kuning. 218 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Sibaju hijau menghampiri Liok Kauw Ciu dan berkata: "Hei! Liok Kauw Ciu! Kok-cu panggil
kau!" (Kok-cu - pemimpin lembah)
Liok Kauw Ciu mengangguk.
"Liok Kauw Ciu, hari ini adalah hari yang terakhir. Jika kau memberitahukan dimana letaknya
tanda kejuaraan itu, kau akan diberi ampun. Jika tidak, hm..."
"Mati atau hidup tak menjadi soal lagi bagiku!"
"Ha, ha! Tetapi kau sudah menyaksikan sendiri bagaimana Kok-cu menyiksa orang
sebelumnya dibunuh."
"Aku tak perduli!"
"Sebelumnya kau dibunuh, kau akan dilempar kesarang semut gatal, kau akan menderita
hebat sekali..." Mendengar percakapan itu, Khouw Kiam Siu naik pitam. Ia menganggap bahwa Kauw Cit
Cun lebih kejam daripada Siok Hiat Jin. Mengingat Siok Hiat Jin, ia juga ingat akan Kat Ju
Hui. Apakah Kat Ju Hui mempunyai hubungan dengan Kauw Cit Cun dan menjadi algojo si
jahanam she Kauw itu"
"Beritahukan kepada Kauw Cit Cun bahwa partai Thian lam mo-kong akan segera musnah!"
bentak Liok Kauw Ciu. "Oho! Kau salah menduga! Partai Thian-lam-mo-kong akan menjagoi dikalangan Bu-lim. Ha,
ha, ha! Liok Kauw Ciu, kau hanya perlu beritahukan dimana tanda kejuaraan itu dan kau bebas!"
"Thian-lam-sin-kun tak dapat menyelenggarakan pertemuan itu tanpa tanda kejuaraan. Aku
harus hadir dipertemuan itu dengan membawa tanda kejuaraan! Tanpa tanda itu, Thianlam-mokong akan dicap sebagai partai silat gadungan, perampok, penipu!"
"Liok Kauw Ciu! Kok-cu kami sudah mengatur siasat, segala sesuatu akan berjalan beres!"
Lalu si baju hijau menyuruh ketiga orang-orangnya menyeret Liok Kauw Ciu.
Khouw Kiam Siu tak dapat menahan sabar lagi. Ia keluar dari tempat sembunyinya dan
menegur: "Hei! Kamu mau bawa dia"!"
Keempat orang Kauw Cit Cun itu terkejut sekali, mereka tidak menduga jika lembah
perangkap itu dapat disatroni orang. Mereka berbalik dan menghadapi seorang kakek yang
sangat lanjut usianya. "Siapa kau?" tanya sibaju hijau. "Kau dapat masuk kedalam lembah ini, tetapi kau tak akan
keluar lagi!" "Ha, ha! Aku sudah masuk, dan aku pasti dapat keluar," kata Khouw Kiam Siu.
Perkataan itu membikin keempat orang itu menjadi gusar. Mereka menyerang serentak.
Khouw Kiam Siu mengegos dan melancarkan jotosan-jotosan Coan-sim-touw-hiat-ciang.
Dua orang kena terpukul dan tewas dengan batok kepala hancur luluh. Baru saja
pertempuran berlangsung tiga jurus, satu orang lagi tewas dengan tubuh remuk. Sibaju
hijau berusaha melarikan diri. Tetapi Khouw Kiam Siu mengejar dan mencekal batang
219 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
lehernya. "Hei, anjing! Bukankah aku bilang aku akan kirim kamu ke-akherat"!" ancam Khouw Kiam
Siu. Sibaju hijau berusaha meronta, tetapi batang lehernya dicengkeram keras, ia menjerit
kesakitan, dan merasa seolah-olah urat syaraf dibatang lehernya putus!
Pada saat itu, tiba-tiba Liok Kauw Ciu menjerit: "Awas!"
Khouw Kiam Siu melepaskan cengkeramannya dan berbalik. Ia melihat seorang kakek yang
bertubuh tinggi besar, berambut putih dan berwajah kejam tengah menatapnya. Kakek itu
diikuti oleh enam orang yang juga bertubuh tinggi-besar dan berusia 50 tahun lebih.
Si kakek melihat tiga mayat yang hancur batok kepalanya, lalu ia menegur:
"Hei! Kau datang untuk membunuh orang-orangku"!"
Khouw Kiam Siu menyahut: "Kauw Cit Cun, aku datang untuk memenggal kepalamu!"
Kauw Cit Cun merasa heran melihat kakek yang hampir sama tuanya seperti ia sendiri,
mengenalinya. Ia mempunyai banyak musuh tetapi ia tak pernah melihat musuh yang
demikian rupa wajahnya. "Siapa kau"!" tanyanya heran.
"Aku tak mempunyai nama!" sahut Khouw Kiam Siu.
"Patut sekali perbuatanmu sangat memalukan!"
"Mungkin! Tetapi tidak terkutuk seperti perbuatan2mu. Kau menipu, mencuri, membunuh
sewenang-wenang!" "Apa perlunya kau datang kesini"!"
"Kesatu, aku datang untuk memenggal kepalamu, kedua, aku datang mencari Liok Kauw Ciu
si juara silat dari pertandingan silat yang ke-12!"
Kauw Cit Cun terperanjat mendengar keterangan itu yang cocok betul dengan kenyataan. Ia
tak menduga jika Liok Kauw Ciu yang ia telah sembunyikan di dalam lembah perangkapnya
dapat diketahui orang. Ia tak memperhitungkan bahwa perbuatan-perbuatan kejinya akan
terbongkar. "Kau mau berbuat apa terhadap Liok Kauw Ciu"!" akhirnya ia menanya.
"Aku akan bawa dia keluar, dan minta pertimbangan para jago silat untuk mengadili
perbuatanmu yang terkutuk!"
"Apakah kau mampu membawa dia keluar dari lembah ini?"
"Tentu!" Lalu Kauw Cit Cun menyuruh 6 pengikutnya menyeret Liok Kauw Ciu yang mulai menaruh
kepercayaan kepada Khouw Kiam Siu. Liok Kauw Ciu baru mengetahui bahwa Khouw Kiam
Siu datang untuk menolong dirinya, dan ia menyesal telah tidak memberitahukan dimana
220 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
letaknya tanda kejuaraan.
Keenam pengikut Kauw Cit Cun maju menghampiri Liok Kauw Ciu dan ingin menyeretnya,
tetapi Khouw Kiam Siu menghadang.
"Kau mencari mati!" bentak Kauw Cit Cun seraya menyodok dengan dua jari tangan
kanannya kearah dada Khouw Kiam Siu. Khouw Kiam Siu mengegos, dan menyeret Liok
Kauw Ciu jauh ke tempat yang aman.
Kauw Cit Cun mengejar dan menyerang lagi.
"Awas! Tinju Ngo Tok Sin Kut Ciang (Jotosan beracun merusak tulang)!" seru Liok Kauw Ciu.
Berkat kelincahannya, Khouw Kiam Siu dapat mengelakkan jotosan maut itu. Ia meloncat
jauh dan menggunakan ilmu Hui-mo-hoan-eng untuk mengambil kesempatan menelan pil
obat pemberian Ban-biauw gie-hian yang dapat memunahkan segala jenis racun, lalu ia
maju menghadapi lawannya lagi.
Segera ia dikurung dan atas isyarat Kauw Cit Cun, enam pengikut itu menjotos serentak.
Khouw Kiam Siu merasa aman setelah menelan pil obat Ban biauw-leng-tan. Dengan ilmu
meringankan tubuh Hui-mo-hoan-eng ia meloncat-loncat mengegosi serangan-serangan dan
terus berusaha mencari lowongan-lowongan untuk mengirim jotosan Coan-sim touw-hiatciang. Maka pertarungan seru " satu melawan tujuh " berlangsung dengan dahsyat sekali.
Liok Kauw Ciu merasa kagum atas kemahiran Khouw Kiam Siu yang dapat melawan tujuh
jago-jago silat kelas wahid itu.
Khouw Kiam Siu harus mempersingkat pertempuran. Ia menyerang keenam pengikut itu.
Setelah pertempuran berjalan 20 jurus, ia memperhatikan bahwa Kauw Cit Cun telah lenyap
bersama-sama Liok Kauw Ciu. Ia menjadi gelisah dan beringas. Ia bertempur seperti seekor
banteng gila dan enam pengikut itu terpukul mati satu demi satu setelah bertempur selama
50 jurus. Ia lalu berlari menuju ketempat yang jauhnya satu lie dimana Kauw Cit Cun mungkin
bersembunyi. Akhirnya ia tiba dikaki puncak gunung. Ia menyelidiki tempat tersebut dan
melihat mulut goa. "Hm .... mungkin jahanam itu membangun kamar didalam goa ini!" pikirnya.
Dengan pendapat itu, ia berjalan masuk ke lorong goa, Setelah berjalan beberapa puluh
meter ia keluar ke suatu taman bunga. Dihadapannya terlihat beberapa buah rumah, ia
berjalan menuju ke rumah-rumah tersebut, dan tiba-tiba terdengar suara bentakan lantang.
"Liok Kauw Ciu! Apakah kau tak mau memberitahukan dimana kau menyembunyikan tanda
kejuaraanmu"!" Ia segera mengetahui bahwa didalam rumah tersebut, Kauw Cit Cun tengah memaksa Liok
Kauw Ciu membuka rahasia.
"Aku tak mau membuka mulut! Aku sudah disiksa selama 30 tahun, aku tak takut mati!"
sahut Liok Kauw Ciu. "Lagipula, tujuanku sudah tercapai!"
Kauw Cit Cun yang memiliki ilmu silat tinggi juga memiliki banyak akal bulus. Ia menanya :
"Tujuan apa yang telah tercapai?"
221 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Kau segera akan mengetahuinya!"
"Oho! Kau pikir situa-bangka tadi akan datang kesini menolongmu?" Lalu ia dapat membuka
rahasia kebusukanku?""
"Betul! Kau akan mampus dengan meninggalkan nama yang busuk!"
"Apakah kau pikir ia dapat datang kesini" Ia tentu sudah menjadi mayat diganyang oleh
orang-orangku!" "Orang-orangmu yang sudah menjadi mayat!" teriak Khouw Kiam Siu sambil menolak pintu
dan masuk. KAUW CIT CUN terperanjat melihat Khouw Kiam Siu. Ia tak menduga jika enam pengikutnya
telah diganyang semua. Lekas-lekas ia mencekal batang leher Liok Kauw Ciu.
"Hei, jahanam! Lepaskan Liok Kauw Ciu!" bentak Khouw Kiam Siu.
Sambil termangu-mangu Liok Kauw Ciu berkata kepada Khouw Kiam Siu.
"Aku sudah tua, dan aku sudah menjadi lumpuh. Tetapi".aku akan mati dengan perasaan
puas, karena aku masih memperoleh perhatian para jago silat yang luhur. Tanda kejuaraan
aku sembunjikan dibawa batu dekat kau bersembunyi ketika kau menjumpai aku. Dan...
terimalah penghaturkan terima kasihku..."
Baru saja kata-kata itu selesai diucapkan tiba-tiba Kauw Cit Cun menonjok dada Liok Kauw
Ciu dengan dua ujung jari tangan kanannya. Satu jeritan yang mengerikan terdengar, dan
darah memuncrat dari dada yang tertusuk bolong. Sesaat kemudian tewaslah jago silat yang
luhur itu. Khouw Kiam Siu memejamkan kedua matanya sejenak. Ia tak dapat melihat kekejaman
jahanam itu. Lalu ia loncat menyerang.
Kauw Cit Cun mengegos, tetapi ....
"Aduh!" jeritnya sambil roboh terguling. Khouw Kiam Siu membuka kedok karetnya dan
berkata : "Jahanam! Lihatlah siapa aku ini"!"
"Kau .... kau sipemilik Kim Gaib?" seru Kauw Cit Cun kaget.
"Betul! Ayahku adalah Khouw Bu Wie! Ayah dan ibuku dibunuh oleh muridmu, Thian lam
sinkun. Anjing itu segera akan aku bunuh, dan partai silat Thian-lam-mo kong akan segera
lenyap dari kalangan Bu-lim. Kau telah membunuh Liok Kauw Ciu, maka aku juga akan
membunuh kau dengan cara yang serupa!" lalu ia menyodok dada jahanam itu dengan dua
ujung jari tangan kanannya.
Dada itu tertusuk bolong mengeluarkan darah, darah dari seorang yang jahat dan kejam.
Khouw Kiam Siu ingin keluar dari rumah itu untuk mencari tanda kejuaraan, ketika ia
mendengar derap kaki orang. Ia lekas-lekas bersembunyi disuatu kamar.
Baru saja berada ditempat bersembunyi, ia segera mendengar orang bicara.
"Aneh! Siapa pembunuhnya" Kauw Cit Cun yang lihay ilmu silatnya juga sudah dibunuh!"
Suara itu tak asing lagi bagi Khouw Kiam Siu. Yang mendatangi adalah Tok pie sin-mo yang
telah merebut pedang Thian-kong kiam. Jika ia tidak terluka dan letih setelah bertempur
222 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
melawan Kauw Cit Cun dan enam pengikutnya, ia dapat segera keluar menyerang jahanam
itu. Tetapi ia perlu mengerahkan tenaga dalamnya untuk menyembuhkan luka-lukanya
didalam tubuh dan memulihkan tenaga dan semangatnya. Ia terpaksa harus menanti saat
yang tepat. Lalu ia mendengar Tok pi-sin-mo berkata lagi :
"Aneh! Kauw Cit Cun tidak mati dulu, tetapi ia mati sekarang diwaktu aku perlu tukar
menukar sesuatu dengan dia. Mengapa aku tidak pergi periksa peti-peti dan lemari dikamar
untuk mencari benda itu?"
Lalu terdengar suara orang mendongkrak peti dan membuka lemari. Kemudian Tok pie sinmo tertawa gelak seraya berseru :
"Ha, ha! Takdir! Sudah ditakdirkan!"
Berdebar hati Khouw Kiam Siu mendengar seruan itu. Lekas-lekas ia mengintip melalui
celah-celah jendela dan melihat Tok-pi-sin-mo telah berhasil menemui benda yang dicari.
"Itu pasti bagian atas pedang Thian kong-kiam!" katanya dalam hati.
"Hai!" tiba-tiba terdengar Tok pie-sin-mo berseru girang. "Jika aku sudah berhasil
mempelajari ilmu-ilmu yang tergores diatas permukaan pedang ini aku pasti akan
menjagoi!" Khouw Kiam Siu tidak mau menunggu lagi. Ia meloncat menerjang daun jendela yang
tertutup rapat dan masuk kedalam kamar itu. Ia tidak memberi ketika lagi, begitu kedua
kakinya menginjak lantai, secepat kilat ia menyerang Tok-pie-sin-mo.
Tok-pie-sin mo yang masih kegirangan, terkejut sekali. Cepat ia berusaha mengelakkan
serangan itu, namun satu tempaan belakang tinju dikepalanya, membuat lehernya terkulai
untuk kemudian roboh sambil melepaskan pedang Thian-kong-kiam.
Khouw Kiam Siu memperhatikan sejenak. Ia mendapat kenyataan bahwa Tok-pie-sin-mo
sudah tewas. Dipungutnya pedang Thian kong-kiam dan sisa ujung pedang itu yang baru
saja diketemukan oleh Tok-pie-sin-mo. Tampak beberapa puluh huruf jurus-jurus ilmu silat
tergores disitu. "Aku akan membuang pedang pusaka ini agar tiada seorang pun yang mempelajari ilmuilmu yang tergores diatas permukaan pedang pusaka ini," katanya dalam hati.
Lalu dipatahkannya pedang Thian kong kiam hingga menjadi beberapa keping, kemudian
dibuangnya kedalam sebuah sumur. Tanpa membuang-buang waktu lagi ia segera
melanjutkan perjalanannya keselatan.
Dengan pikiran kacau ia berlari-lari disepanjang sebuah sungai dan tiba ditempat yang
dituju pada waktu senja. Yang aneh ialah, Thian-lam-mo-kong ternyata tidak seramai
sebagaimana telah diduganya, bahkan istana si Raja muda dari selatan itu telah hancur
luluh menjadi sebuah puri tua.
Ia dapat masuk tanpa rintangan, karena tiada penjaga lagi. Ia berjalan terus melalui
ruangan depan, ruangan tengah dan akhirnya ke pekarangan dibelakang dimana bangunan
bertingkat masih berdiri teguh. Namun ia tak menjumpai seorang jua. Apakah Thian-lamsin-kun telah mengajak sisa orang-orangnya berlalu"
Ia terus masuk ke ruangan belakang, dan terkejut ketika melihat satu bayangan hitam
223 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
berkelebat. Ia mengejar, dan mengangkat tangannya untuk menjotos.
"Siaotee, jangan menjotos! Inilah aku... si Algojo!" bisik orang itu.
"Toako, bila kau datang kesini?" tanya Khouw Kiam Siu, dengan suaranya rendah.
"Sttt... ayoh, ikut aku!"
Khouw Kiam Siu mengikuti si Algojo masuk kedalam kamar di bawah tanah.
"Toako, mengapa kau mengetahui seluk-beluk kamar-kamar didalam gedung markas ini?"
tanyanya. "Aku telah berusaha menyelidiki seluk-beluk gedung markas ini dan aku berhasil menemui
kamar ini yang dapat menembus keluar melalui lorong dibawah tanah."
"Apakah Thian lam sin-kun sudah tiada disini?"
"Jahanam itu berada didalam kamar rahasia bersama-sama beberapa pengawalnya.
Mungkin ia akan melarikan diri sebentar diwaktu malam. Kita akan menunggu sampai
sebentar malam untuk menghadang dia dari pintu belakang. Sekarang kita perlu
beristirahat." Khouw Kiam Siu mengangguk-angguk mendengari siasat Toakonya itu.
Maka setelah suasana menjadi gelap, mereka berjalan melalui lorong dibawah tanah untuk
menjaga diluar. Tak lama kemudian terdengar derap kaki beberapa orang. Thian-lam sin kun dan beberapa
pengawalnya tak menduga jika mereka akan dihadang. Mereka baru terkejut ketika Khouw
Kiam Siu dan si Algojo melompat keluar dari tempat bersembunyinya dan menghadapi
mereka. Empat pengawal Thian lam-sin-kun segera loncat menerkam. Khouw Kiam Siu mengegos
dan melancarkan jotosan-jotosan mautnya. Dua dari keempat pengawal itu terbunuh
dengan jotosan yang menghancurkan muka mereka, dan dua yang nyaris dari jotosanjotosan maut diserang oleh si Algojo.
Thian lam-sin-kun yakin bahwa ia tak dapat menggempur Khouw Kiam Siu, namun setelah
hampir semua orang-orangnya dibunuh dan gedung markasnya dimusnahkan, ia bertekad
melawan sampai titik darah yang penghabisan.
"Hei! Thian-lam sin kun! Orang yang mengerubuti suami-istri Khouw Bu Wie dipegunungan
Bo-san dahulu disamping kau, Cit Goan Liang dari partai Thiam-cong dan Bu Kiat Cu dari
partai Kong-tong, masih ada siapa lagi"!" tanya Khouw Kiam Siu.
"Aku hanya menyesal aku tidak membunuh kau juga!"
Khouw Kiam Siu menyerang dengan Kimnya. Thian-lam-sin-kun menangkis dengan kedua
lengannya. Segera pertarungan sengit berlangsung antara kedua musuh besar itu.
Si Algojo tidak perlu membantu Khouw Kiam Siu, karena ia dapat melihat bahwa Thian lam
sin-kun tak dapat melawan 10 jurus lagi. Pada satu kesempatan, terlihat Kim yang
mengeluarkan suara gaib mengenai kepala jahanam itu.
"Hei! Jahanam! Siapa lagi yang turut-serta membunuh ibu ayahku"!" tanya Khouw Kiam Siu
224 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
sengit. Thian-lam-sin-kun tidak menyahut maupun bergerak, karena dia ternyata sudah tewas
terkena kemplangan Kim Gaib.
Demikianlah riwayat Thian-lam-sin-kun yang berhasrat menjagoi dikalangan Kang-ouw
Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan segala jalan yang terkutuk, tamat pada hari itu.
Si Algojo berlutut menghadapi ke utara dan bersembahyang. Khouw Kiam Siu menanya :
"Toako. Kau berbuat apa?"
Sambil bangun si Algojo menyahut :
"Kita sudah menjadi saudara angkat. Kau telah berhasil membalas dendam, aku harus
berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa!"
".....?"?"
"Siaotee, Thian lam-sin-kun sudah tewas. Semua orangnya juga sudah banyak yang tewas.
Gedung markasnya sudah musnah maka ayohlah kita berlalu dari sini."
"Betul, kita terpaksa harus berpisah disini karena aku harus pergi ke markas partai Kong
tong untuk membasmi musuh lagi."
"Aku menyertai kau ..."
"Tidak! Ini adalah urusanku pribadi. Toako sudah banyak membantu."
"Siaotee, kita sudah menjadi saudara, segala usaha harus dikerjakan bersama-sama."
"Aku telah menerima banyak budi, tetapi aku belum mengetahui Toako sebetulnya siapa ..."
"Siaotee, aku akan memberitahukan dikemudian hari ..."
"Tetapi aku telah berjanji kepada Thio Siok Ngo dan ia tak akan merasa puas sebelum ia
mengetahui Toako siapa."
Si Algojo terharu, lama juga ia baru berkata :
"Baiklah! Sekarang aku memberitahukan. Aku sebetulnya adalah saudaramu."
"Toako artikan bahwa aku adalah saudara angkat?"
"Kau dan aku adalah saudara dari satu ayah, tetapi lain ibu."
Khouw Kiam Siu kemekmek. Ia menatap si Algojo seolah-olah ingin mengetahui isi hatinya.
"Aku bernama Khouw Tian Siong " abangmu!" kata lagi si Algojo.
Khouw Kiam Siu ingat bahwa Khouw Tian Siong telah lenyap jejaknya selama 20 tahun
lebih, dan iapun ingat si Kakek cerdas pernah memberitahukan kepadanya bahwa Khouw
Tian Siong tak ketahuan nasibnya.
Khouw Tian Siong berkata lagi :
"Adik Siu, semenjak kecil aku mengikuti Hu Tok Kek belajar ilmu silat. Ketika ayah dan ibuku
berselisih, ibuku meninggalkan ayah dan membawa aku pergi. Tak lama kemudian, ibuku
meninggal dunia. Kemudian aku kembali ke daerah Tiong-goan untuk mencari ayah. Pada
225 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
waktu itu aku tak mengetahui jika ayah telah dikeroyok dan dibunuh... Thio Siok Ngo sangat
pintar dan cerdas. Ia sudah lama mencurigai aku...yang memakai nama Khouw Ki Cong."
Berkata begitu Khouw Tian Siong lalu membuka kedok karetnya. Khouw Kiam Siu
terperanjat melihat wajah yang lebih mirip wajahnya setan yang pernah dilihatnya diatas
puncak Kiat-yun-hong. Lekas-lekas ia berlutut dan berkata:
"Toako, maafkan aku jika aku telah gagal melaksanakan pesanmu!"
"Adik Siu, bangunlah!"
"Toako mengapa kau memakai nama Khouw Ki Cong?"
"Setelah aku kembali ke daerah Tiong-goan dan memperoleh kabar bahwa ayah tak
ketahuan nasibnya, aku segera menukar namaku menjadi Khouw Ki Cong. Aku tidak mati
meskipun pernah banyak menderita..."
"Tetapi...kau pernah bilang bahwa kau hanya dapat hidup selama 90 hari ketika kita
berjumpa diatas puncak Kiat-yun-hong bukankah?"
"Betul. Apakah kau ingat kedua iblis Bian-san ji Kwi?"
"Aku masih ingat. Aku telah bunuh mereka setelah aku memperoleh tenaga saktimu."
"Dari kedua iblis tersebut aku memperoleh batu mujizat ban lam-cong-tam. Dengan batu itu
aku berhasil memusnahkan racun yang merusak tubuhku, dan memulihkan tenaga dan
semangatku." "Aku bersyukur. Tetapi...bagaimana halnya ketika puncak Kiat-yun-hong diledakkan?"
"Aku sendiri yang meledakkan puncak itu dengan maksud melenyapkan segala bekas. Nah,
adik Siu, setelah kau mengetahui bahwa aku adalah abangmu, aku harus menyertai kau
pergi ke markas partai Kong tong untuk menuntut balas."
Khouw Kiam Siu masih ingin memperoleh pemecahan tentang urusannya terhadap Thio Siok
Ngo. Maka ia menanya : "Toako, Thio Siok Ngo sangat mencintaimu. Urusan itu harus dibereskan."
Khouw Tian Siong menarik napas.
"Aku tak dapat menghadapi gadis itu dengan wajahku yang seperti iblis ini. Aku ingin ia
dapat terus mengenangkan wajahku yang tampan, dan mencintai Khouw Ki Cong..."
"Menurut pendapatku, jika ia betul-betul mencintaimu, ia tak akan menghiraukan wajahmu
yang jelek itu." "Tidak! Aku tak ingin ia mencintai satu iblis. Perbuatan serupa itu adalah perbuatan yang
kejam. Khouw Ki Cong yang tampan sudah mati, sudah dikubur!"
"Toako, kau keliru. Ia mencintaimu dan bukan wajahmu. Ia rela menyerahkan jiwa raganya
kepadamu, ia mengetahui bahwa wajahmu telah dirusak oleh ayahnya."
Khouw Tian Siong berpikir dan mempertimbangkan alasan itu, lalu menyahut :
"Tetapi aku tak dapat menjumpai dia dengan wajahku ini."
226 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Khouw Kiam Siu menjadi sengit.
"Toako!" membentaknya. "Apakah kau tak mempunyai perasaan"! Apakah kau tak melihat
bahwa ia lebih rela mati daripada menikah dengan orang lain?"
Khouw Tian Siong tertawa - ia tertawa dengan perasaan pedih. Dengan nada yang sedih ia
lalu berkata : "Adik Siu, kau dapat kata apa saja, tetapi aku tak sudi memperlihatkan wajahku yang
seperti iblis ini kepadanya! Selama 10 tahun lebih, aku tertawan oleh asmara. Aku
menderita, aku merana dan hatiku berdarah. Aku mencintai dia, tetapi aku tak sampai hati
memperlihatkan wajahku yang menakuti ini ..."
Pada saat itu, suara yang mencurigakan terdengar oleh mereka. Satu bayangan terlihat
mendatangi dari jalan umum.
KHOUW TIAN SIONG atau Khouw Ki Cong yang memakai julukan si Algojo lari pergi ketika
melihat orang itu. Khouw Kiam Siu tidak lari karena ia melihat bahwa yang mendatangi itu adalah Thio Siok
Ngo. "Hm... dia telah pergi ..." kata Thio Siok Ngo dengan perasaan kecewa.
"Ya ... dia telah lari pergi."
"Apakah dia lari pergi karena kedatanganku?"
"Mungkin." "Kau sudah membuka kedoknya?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
"Siapa dia sebenarnja"!"
"Dia....." Gadis itu menanti jawaban dengan penuh harapan - harapan bahwa kekasihnya betul-betul
masih hidup - harapan bahwa si Algojo itu betul-betul kekasihnya.
"Siapakah dia?"" tanyanya lagi.
"Saudaraku..." sahut Khouw Kiam Siu pendek.
"Ia bukan Khouw Ki Cong?"
"Dia adalah saudara tiriku... kekasihmu."
Thio Siok Ngo kemekmek.. Ditatapnya Khouw Kiam Siu dengan tajam.
"Dia adalah Khouw Ki Cong atau Sam Kiat Sianseng kekasihmu!"
Tak tertahan lagi gadis itu menangis karena terharu.
"Ia tak dapat menjumpaimu, karena wajahnya jelek sekali. Ia ingin kau selalu
mengenangkan bahwa ia adalah kekasihmu yang tampan..."
227 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Haaaiii... aku telah mengetahui bahwa mukanya telah dirusak."
Khouw Kiam Siu dapat membayangkan bahwa wajahnya Khouw Ki Cong itu dapat menakuti
orang. Kulit mukanya sudah tak keruan, hidungnya sudah lenyap, hanya dua lubang hidung
untuk bernapas. Kedua bibirnya sudah lenyap sehingga giginya keluar seperti anjing tengah
menggeram, kedua matanya selalu terbelalak karena kulit matanya sudah terpapas!
"Haaii".aku sudah mengetahui bahwa mukanya telah dirusak".aku telah menanti dan
menderita selama 10 tahun hanya untuk dia."
"Thio siocia, kau akan lari ketakutan jika melihat wajahnya."
Justru pada saat itu terdengar derap kaki kuda mendatangi. Thio Siok Ngo terkejut dan
berseru : "Celaka! Ayahku telah datang!"
Betul saja yang datang itu Thio Mo Lam mendatangi dengan empat pengawalnya.
"Ayah!" seru Thio Siok Ngo.
Thio Mo Lam turun dari kudanya dan menyahut dengan dingin. "Siapa ayahmu"! Aku tak
mempunyai puteri serupamu!" ia mengangkat tangannya dan memukul.
Gadis itu tidak mengegos atau menangkis, ia terpukul dan jatuh.
"Hm....aku tidak menduga jika kau mempunyai hubungan dengan jahanam ini! Adikmu telah
dibikin lumpuh seumur hidupnya, beberapa puluh orang-orangku telah dibunuh oleh
jahanam ini, tetapi... kau ... kau ..."
Khouw Kiam Siu naik pitam. Namun ia menahan amarahnya.
Dengan nada yang memilukan hati Thio Siok Ngo menyahut, "Aku sebagai puteri tak pernah
hidup bahagia... aku tak takut mati!"
"Bagus! Jika kau ingin mati, aku tak akan mencegah. Kau hidup hanya membikin aku malu
saja!" "Ayah, 10 tahun yang lalu aku mencintai Khouw Ki Cong, tapi kekasihku itu dianiaya
sehingga hancur hatiku..."
"Diam! Peraturan Kiam Pao untuk semua orang. Meskipun kau adalah puteriku, tetapi kau
juga harus dihukum menurut peraturan itu. Ayoh, ikut aku pulang ke puri Kiam Pao!"
Thio Siok Ngo bangun dan berlutut dihadapan ayahnya:
"Ayah, aku masih ada suatu urusan yang belum diberesi. Aku minta ayah memberi waktu,
dan aku akan pulang ke puri Kiam Pao pada waktunya untuk menerima hukuman..."
"Tidak!" "Ayah! Mengapa kau begitu kejam terhadap puteri sendiri"!"
"Aku sudah tidak mengenal kau sebagai puteriku semenjak 10 tahun yang lalu!"
"Ayah, berikan waktu untuk aku membereskan urusanku..."
Thio Mo Lam tiba-tiba perintahkan pengawalnya menangkap puterinya. Thio Siok Ngo
bangun dan melangkah mundur. Dengan beringas ia membentak :
228 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Hei! Kamu jangan menyentuh aku!"
Pada saat itu Khouw Kiam Siu juga sudah berdiri disampingnya gadis itu.
Thio Mo Lam menatap Khouw Kiam Siu dan menegur: "Hei! Apakah kau mau campurtangan"!"
"Hari ini tiada seorang dapat mengganggu Thio siocia!" sahut Khouw Kiam Siu dengan sikap
menentang. "Ini adalah urusan ayah dan puterinya! Kau tak berhak turut campur! Lagipula, hutang
darahmu terhadap puri Kiam Pao belum diperhitungkan!"
"Apakah kau ingin memperhitungkan sekarang"!"
Thio Mo Lam perintahkan pengawalnya menangkap Thio Siok Ngo lagi. Keempat pengawal
itu segera maju menerkam.
"Thio siocia! Kau lari pergi! Aku dapat menahan mereka semua!" seru Khouw Kiam Siu
sambil bertarung. Thio Siok Ngo serba-salah, ia kehilangan ayah dan kini ia kehilangan rumah untuk bernaung.
Ia akan menjadi sebatang-kara! Ia tak dapat mengambil keputusan. Pada saat itu Thio Mo
Lam meloncat dan menjotosnya.
Serangan tiba-tiba itu diluar dugaan. Khouw Kiam Siu tak keburu mencegah. Thiok Siok Ngo
menjerit ketika terpukul dan terpental jatuh ditanah! Namun lengannya Thio Mo Lam
terpukul oleh hembusan angin sodokan Khouw Kiam Siu, dan ia merasa lengannya itu
menjadi lumpuh. "Thio Mo Lam! Kau lebih kejam daripada binatang buas! Mengapa kau pukul puterimu
sendiri"!" tanya Khouw Kiam Siu.
"Lebih baik ia mati daripada hidup! Ia hidup hanya membikin aku malu!" sahut Thio Mo Lam
dengan seluruh tubuhnya bergemetar.
"Cinta yang timbul antara puterimu dan Khouw Ki Cong tak dapat dicegah oleh siapapun!
Kau telah menganiaya kekasih puterimu itu. Dengan perbuatan itu kau telah memusnahkan
kebahagiaan puteri kandungmu! Sekarang kau juga ingin mengambil jiwanya?"
"Itu bukan urusanmu!"
"Ha! Ha! Bukan urusanku" Khouw Ki Cong adalah saudara tuaku! Puterimu adalah bakal ipar
perempuanku. Karena itulah aku tidak musnahkan seluruh puri Kiam Pao!"
Tanpa menanya lebih lanjut, Thio Mo Lam lekas-lekas menyemplak kudanya dan kabur
diikuti oleh pengawal-pengawalnya.
Khouw Kiam Siu tidak mencegah. Ia menghampiri dan memeriksa Thio Siok Ngo. Ia tak
berani membuka pakaian gadis itu untuk memeriksa luka-lukanya.
Lalu dari dalam hutan berlari keluar si Algojo.
"Mengapa ia?"" tanya si Algojo gelisah ketika melihat Thio Siok Ngo.
"Mungkin ia telah mati! Ayahnya sendiri yang memukulnya!" sahut Khouw Kiam Siu.
229 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Si Algojo segara merasai denyutan urat nadi dipergelangan tangan gadis itu.
"Lebih baik ia mati, kematiannya dapat membebaskan dia dari segala tekanan bathin dan
kesengsaraan hidup..." kata Khouw Kiam Siu.
"Adik Siu, mengapa kau mengatakan demikian?"
"Karena kau bersikap pengecut sehingga ia mengalami nasib serupa ini! Kau terlalu
memikirkan kepentingan diri sendiri, kau tak menyelami perasaan kekasihmu itu. Selama 10
tahun ia mengharap dan menanti untuk menjumpaimu tetapi kau bersikap pengecut!"
Tuduhan itu lebih hebat dari pada segala siksaan yang kejam. Si Algojo merasa seolah-olah
jantungnya disayat-sayat. Ia berlutut seperti patung. Tiba-tiba ia rangkul gadis itu dan
meratap : "Ngo moy, kau telah mati...aku segera akan menyusul!"
Mendadak ia melepas rangkulannya dan berseru :
"Tidak! Dia tak mati! Jantungnya masih berdenyut!"
"Toako, ia masih hidup?"
"Ya, aku harus mencari pil obat yang mujarab!"
"Tetapi apa gunanya ia hidup lagi jika kau tak sudi menjumpainya?"
"Adik Siu, aku tak akan bersikap pengecut lagi. Aku tak perlu menyembunyikan diri lagi. Aku
akan sehidup-semati dengan dia!"
"Jika demikian, kita harus lekas-lekas mengambil pil obat dari Ban biauw-gie hian."
"Tetapi ia harus lekas-lekas ditolong! Ban-biauw-gie-hian tinggal jauh dari sini. Apakah kita
mampu membawa dia sejauh 500 lie dalam waktu hanya 3 jam?"
"Kita akan berusaha. Kita tak dapat membiarkan dia mati! Ayoh, kita berangkat sekarang!"
desak Khouw Kiam Siu, yang segera memanggul Thio Siok Ngo dan berlari pergi menuju ke
tempat bersemayam Ban biauw gie-hian, diikuti oleh Khouw Ki Cong.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan pesat sekali. Satu jam, dua jam...telah lewat.
Khouw Kiam Siu memanggul gadis itu tanpa menghiraukan letih. Dan diwaktu 3 jam hampir
liwat, mereka sudah tiba di tempat Ban-biauw-gie hian. Tetapi Khouw Kiam Siu sudah tak
dapat berjalan lagi. Diletakkannya gadis itu diatas tanah.
"Adik Siu, aku minta kau tutup rahasia. Aku tidak ingin Cio Tin, murid tabib sakti itu,
mengenali aku..." tiba-tiba Khouw Ki Cong berbisik.
"Cio siocia!'' teriak Khouw Kiam Siu ketika melihat seorang gadis.
Gadis itu terkejut. Ia menoleh dan menyahut sambil bersenyum, "Oh! Khouw Siohiap!"
"Apakah Locianpwee Ban-biauw gie hian berada di rumah?"
Cio Tin mengangguk, lalu menanya : "Siapakah gadis itu?"
"Dia bernama Thio Siok Ngo. Dia terluka parah. Kita datang dengan maksud minta
pertolongan Locianpwee Ban-biauw-gie-hian."
230 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Ayoh, kita masuk kedalam," ajak Cio Tin.
Mereka dipersilahkan masuk kedalam ruangan tengah dimana Ban-biauw-gie hian sudah
berjalan keluar untuk menyambut kedatangan mereka. Tabib itu tercengang melihat gadis
yang dipanggul. Ia minta gadis itu diletakkan diatas tempat tidur didalam kamar Cio Tin, lalu
dengan teliti ia memeriksa Thio Siok Ngo yang kelihatannya sudah mati. Kemudian ia
menggeleng-geleng kepalanya.
"Locianpwee, apakah ia dapat ditolong?"" tanya Khouw Kiam Siu gelisah.
"Hm...ia terpukul hebat, hampir semua jalan darahnya tersumbat dan urat syarafnya
dilumpuhkan, kesempatan untuk menolong dia kecil sekali ... Pil obat yang dapat menolong
jiwanya telah aku berikan kepadamu. Aku dapat menolong dia jika kau rela menyerahkan
darahmu kepadanya, karena darahmu sudah tercampur zat-zat dari pil obat Hwee-thian-caicauw-wan. Meskipun demikian, gadis ini hanya dapat hidup selama sebulan saja!"
"Locianpwee dapat segera mengambil darahku untuk menolong dia."
Maka Khouw Kiam Siu disuruh berbaring disamping Thio Siok Ngo. Ban-biauw gie hian lalu
mengambil pisau, gunting, jarum dan pipa yang dibuat dari karet untuk menyalurkan darah
Khouw Kiam Siu kedalam tubuhnya Thio Siok Ngo.
Transfusi darah itu dilakukan dengan teliti dan cermat.
"Apakah tiada jalan lain untuk menolong dia?" tanta Khouw Kiam Siu.
Ban-biauw-gie-hian berpikir sejenak.
"Jika kita berhasil memperoleh Ouw lian cu (Biji bunga teratai hitam), mungkin dia dapat
ditolong," sahutnya.
Khouw Kiam Siu maupun Khouw Ki Cong menjadi agak gembira mendengar pemberitahuan
itu. Khouw Kiam Siu menanya lagi :
"Apakah Ouw lian cu sukar diperolehnya?"
"Ouw-lian-cu diperoleh dari pohon bunga teratai yang ganjil karena daunnya hitam,
buahnya hanya mengandung 9 biji yang hitam. Pohon tersebut hanya berbuah sekali tiaptiap 7 tahun."
"Dimana dapat kita peroleh bunga teratai itu?"
"Ditelaga Teng tian dilembah dekat puncak Lok-pan hong di-pegunungan Oei-san. Tetapi
sukar sekali untuk pergi ke telaga itu."
"Mengapa?"
Irama Pencabut Nyawa Karya Wen Wu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tempat itu adalah tempat bersemayam Pek Kut Toa Sian yang tidak mempan senjata
tajam." "Aku tak gentar!"
"Masih ada satu soal lagi. Bunga teratai itu berbunga hanya 7 tahun sekali dan jika kau
pergi kesana, belum tentu pohon itu berbunga."
Pada saat itu Thio Siok Ngo bersin, dan parasnya mulai menjadi wajar lagi, tetapi kedua
matanya masih dipejamkan.
231 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Locianpwee, bila ia dapat membuka kedua matanya dan menjadi sadar?" tanya Khouw
Kiam Siu. "Ia tak dapat sadar sebelum diberi makan biji Ouw-lian-cu."
"Locianpwee, mengapa Pek Kut Toan Sian tak takut menghadapi senjata tajam?"
"Pek Kut Toa Sian telah berlatih dan memiliki ilmu Ciang-sikang (ilmu sakti tak mempan
diserang dengan senjata tajam). Untuk membunuh iblis itu, orang harus menyerang kedua
matanya." "Terima kasih untuk semua petunjuk. Locianpwee, aku berangkat sekarang!"
Demikianlah kedua saudara itu menuju ke pegunungan Ouw-san untuk mencari biji Ouwlian-cu.
PEGUNUNGAN Oei-san dengan puncak-puncaknya yang menjulang menembusi awan sangat
terpencil dan penuh dengan tumbuh-tumbuhan. Untuk mencari puncak Lok-Pan-Hong
bukanlah pekerjaan yang mudah.
Dengan ilmu meringankan tubuh, mereka mendaki satu puncak dengan mudah. Dari atas
puncak tersebut mereka melihat kebawah. Lalu Khouw Kiam Siu berseru :
"Toako, cobalah lihat kesitu. Apakah yang merupakan cermin itu bukan permukaan air
telaga Thian ti?" Khouw Kie Cong meneliti lalu menyahut :
"Betul. Itu merupakan permukaan air telaga."
Demikianlah kedua kakak-beradik itu pergi mencari telaga hian ti untuk mengambil Ouwlian-cu.
Setengah jam telah lewat ketika mereka tiba ditelaga tersebut yang airnya berwarna hijau
bening. Banyak bunga teratai terlihat tumbuh tegak diatas daun-daun teratai yang lebar dan
hijau, tetapi semua bunga teratai itu kelihatannya berwarna putih.
"Toako, aku tidak melihat bunga teratai yang warnanya hitam," kata Khouw Kiam Siu.
"Mungkin kita tiba pada waktu yang salah."
Khouw Kie Cong tak dapat menyahut.
Tanpa pikir panjang lagi Khouw Kiam Siu lekas-lekas membuka pakaiannya dan menyebur
ke dalam telaga. Setelah berenang sekian lamanya, akhirnya ia berhasil menemui pohon
bunga teratai yang daunnya hitam. Yang aneh yalah, pohon bunga teratai itu mempunyai 9
helai daun yang semuanya berwarna hitam. Ditengah-tengah kesembilan daun itu tampak
setangkai bunga yang berwarna merah dan mengeluarkan harum yang ganjil.
"Toako!" seru Khouw Kiam Siu. "Aku telah berhasil menemui Ouw lian-cu!"
Khouw Kie Cong juga berseru girang, tetapi sebentar saja sikapnya sudah berubah lagi.
"Siaotee," katanya. "Aku mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kau telah
diberi kesempatan untuk menolong Thio siocia. Tetapi, aku sangat menyesal untuk
mengatakan bahwa kita harus berpisah disini."
Khouw Kiam Siu terkejut sekali mendengar kata-kata itu. Belum lagi ia keburu mencegah,
232 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Khouw Kie Cong sudah menghilang dari tempat itu. Maka setelah memetik Ouw-lian-cu, ia
segera berpakaian dan lekas-lekas berangkat ke tempat kediaman Ban biauw-gie-hian.
Beberapa hari telah liwat dan pada hari yang ketujuh ia sudah berada kembali didaerah si
Tabib sakti dan ternyata kedatangannya memang sudah dinanti2 oleh Cio Tin yang tengah
berdiri didepan pintu. "Bagaimana keadaan Thio siocia?" tanyanya kepada gadis she Cio itu.
"Ia masih perlu beristirahat beberapa waktu lamanya," sahut Cio Tin sambil bersenyum.
"Apakah Khouw Kie Cong tidak datang kesini..?"
"Siapa"!" "Eh...eh...maksudku si Algojo..."
"Kau tadi menanyakan tentang Khouw Kie Cong, bukan"!"
"Ya..." "Apa maksudmu lalu"!?"
Khouw Kiam Siu berpikir sejenak. Ia merasa menyesal telah terlanjur menanyakan tentang
Khouw Ki Cong. Bagus saja otaknya cukup cerdas sehingga ia masih bisa memberikan
jawaban. "Khouw Kie Cong adalah abangku," katanya.
"Dan abangmu itu adalah si Algojo, bukan"!" desak Cio Tin sambil mengawasi pemuda itu
dengan tajam. Khouw Kiam Siu berdiri menjublak. Tidak bisa ia menjawab pertanyaan itu.
"Hei, kau!" teriak Cio Tin sengit. "Ayoh, lekas katakan!"
"Ya!" akhirnya Khouw Kiam Siu pun jadi sengit dan mengaku. "Khouw Kie Cong adalah si
Algojo! Dan Sam Kiat Sianseng adalah orang yang sama!"
Cio Tin terbengong lama. Setelah perasaannya yang bergolak agak mereda, baru ia bisa
berkata lagi. "Oh...dia sangat kejam! Aku telah menanti kedatangannya selama sepuluh tahun lebih.
Tetapi ternyata ia tidak sudi memperkenalkan dirinya padaku...apakah dia telah menyuruh
kau membalaskan dendam yang terkandung dalam hatiku?"
"Ya..." sahut Khouw Kiam Siu.
"Hm...dia betul-betul kejam..."
"Cio siocia, Khouw Ki Cong mempunyai kesukaran untuk memperlihatkan dirinya padamu."
"Kesukaran apa?"
"Mukanya sudah dirusak, ia lebih mirip satu iblis daripada manusia! Ia khawatir dengan
mukanya yang seram itu ia akan menakutimu, kau..."
"Hm...tidak heran! Tidak heran!"
233 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
"Apa yang dibuat heran?"
"Thio siocia sudah kabur setelah ia dapat bangun dari tempat tidurnya!"
"Thio Siok Ngo kabur kemana?"
"Ketika Thio siocia mendengar Khouw Ki Cong sudah pergi, ia tak menghiraukan kesehatan
atau jiwanya lagi. Ia bangun dan pergi mengejari kekasihnya!"
"Kapan ia lari dari kamarnya?"
"Barusan saja! Mungkin ia lari ke belakang bukit?"
"Ayoh! Kita kejar!" ajak Khouw Kiam Siu, yang segara lari ke jurusan belakang bukit, diikuti
oleh Cio Tin. Mereka berlari-lari ke belakang bukit, tetapi tidak melihat seorang juga. Setelah mendaki
satu puncak, merasa melihat diatas puncak dua bayangan manusia.
Khouw Kiam Siu mengejar, dan melihat Khouw Ki Cong tengah berdiri di tepi jurang, dan
Thio Siok Ngo berada 5 meter dibelakang kekasihnya itu.
"Thio siocia, apa yang telah terjadi"!" teriak Khouw Kiam Siu.
Thio Siok Ngo menoleh kebelakang dengan kedua matanya berlinang, lalu menunjuk kearah
Khouw Ki Cong. "Toako! Ayoh kembali!" teriak Khouw Kiam Siu.
"Adik Siu, aku...aku...berdosa terhadapmu dan ayah."
"Toako, ayoh! Lekas kembali kesini!"
Cio Tin juga sudah tiba, dan ia terpaku melihat adegan di depan matanya.
Dengan suara yang parau Thio Siok Ngo memanggil :
"Cong Ko, kau harus kembali! Janganlah tinggalkan aku!"
"Ngo Moy, aku sangat menyesal. Aku tak dapat kembali kepadamu dengan wajahku seperti
setan!" keluh Khouw Ki Cong.
"Cong Ko! Aku mencintaimu...bukan mencintai wajahmu!"
"Tidak! Tidak! Kau akan jatuh pingsan jika melihat wajahku!"
"Tidak! Aku mau lihat wajahmu!"
Khouw Ki Cong membuka kedok karetnya dan memperlihatkan wajahnya yang asli.
Thio Siok Ngo, maupun Cio Tin, menjerit ketika melihat wajah yang seperti iblis kejam itu.
Mereka menutupi mukanya dengan kedua tangan. Bahkan Khouw Kiam Siu bergidik melihat
wajah itu. "Oh... apakah itu Khouw Ki Cong"! Ayah! Kau betul-betul kejam! Kau telah merusak
wajahnya! Kau betul-betul kejam! Aku tak beri ampun atas kekejamanmu ini. Ha, ha, ha
ha..." seru Thio Siok Ngo, lalu tertawa gelak-gelak.
234 TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
Sejenak kemudian, karena tidak bisa menahan perasaannya Khouw Ki Cong tiba-tiba
meloncat diri kebawah jurang!
Khouw Kiam Siu, Thio Siok Ngo dan Cio Tin meloncat ke tepi jurang, tetapi mereka tak
melihat Khouw Ki Cong, puncak gunung yang tinggi itu tampak diliputi oleh kabut yang
tebal. "Cong Ko, tunggu aku!" jerit Thio Siok Ngo sambil meloncat ke bawah jurang menyusul
kekasihnya! Khouw Kiam Siu tak keburu mencegah. Ia banting kakinya menyatakan kekecewaannya. Ia
menatap Cio Tin tanpa bicara.
"Khouw siohiap, terima kasih atas semua bantuan dan pertolongan yang kau telah berikan.
Aku juga harus menyusul Cong Ko-ku!" kata Cio Tin.
"Cio siocia, jangan..."
Belum selesai Khouw Kiam Siu bicara ketika Cio Tin juga terjun kebawah jurang sambil
menjerit gembira - irama terakhir dari asmara yang tak terbalas!
Matahari perlahan terbenam dibarat memancarkan sinarnya yang merah ke angkasa. Senja
lekas berubah menjadi malam, dan segera bulan terapung dilangit diantara beribu2 bintang.
Khouw Kiam Siu berdiri diatas puncak itu dengan kedua mata berlinang. Ketika bulan berada
di tengah-tengah, ia duduk bersila untuk mementil tali Kimnya dan mainkan irama yang
terakhir untuk mereka yang pergi ke alam baka.
Fajar menyingsing dengan sinar matahari disebelah timur menyorot dipunggung Khouw
Kiam Siu yang tengah turun dari puncak dengan wajah muram. Hatinya dirasakan hampa
dan langkahnya pun tampak berat. Ayah-bundanya sudah mati, kini kakak tirinya Khouw Ki
Cong juga sudah membunuh diri karena takut wajahnya dilihat kekasihnya.
"Hai, nasib manusia!" serunya sambil berjalan turun, dengan senyuman getir di wajahnya.
TAMAT 235 Pedang Inti Es 1 Pendekar Mabuk 087 Pembantai Cantik Tirai 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama