Ceritasilat Novel Online

The Ring Of Solomon 1

Bartimaeus 4 The Ring Of Solomon Karya Jonathan Stroud Bagian 1


FORUM BUKU KASKUS Proudly Present BARTIMAEUS 4 " THE RING OF SOLOMON (BAHASA INDONESIA)
Member yang terlibat dalam project penerjemahan buku ini adalah:
1. galenix (Syan) : Thread Starter, Translator
2. BBATURUNTUH105 : Translator 3. Komentor (O. Dimas Kholid)
: Translator 4. Vesuvianite (Iqbal Lhutfi)
: Translator, Editor, Compiler
5. prescia : Translator 6. dewok (Retno Dewi Yani)
: Translator, Editor 7. bluecherish2001 (Imelda Flavia)
: Translator 8. rininurul : Editor 9. adityahadi (Aditya Hadi)
: Contributor PERHATIAN Isi buku ini murni merupakan terjemahan dari member forum buku kaskus yang telah disebutkan
diatas, bukan merupakan salinan atau jiplakan dari buku yang diterbitkan oleh penerbit, dan
untuk diketahui, ebook ini dirilis sebelum buku versi bahasa Indonesia-nya diterbitkan, jika
terdapat perbedaan penerjemahan dengan buku terbitan dari penerbit, hal itu adalah sesuatu
yang wajar. Belilah buku yang asli jika nanti terbit untuk menghargai pengarang yang telah
menciptakan buku fantasi yang sangat indah ini.
Any inquiry please send to lord.blueholic@gmail.com
Catatan Sihir Penyihir Sejak bermulanya sejarah di kota batu berlumpur Mesopotamia lebih dari lima ribu tahun lalu,
penguasa dari kerajaan-kerajaan besar selalu menggunakan penyihir untuk membantu
mongontrol kekuasaan mereka. Firaun dari Mesir, Raja dari Sumeria, Asyria dan Babilonia
semuanya bergantung pada sihir untuk melindungi kota-kota mereka, menambah kekuatan
tentara dalam perang dan untuk menjatuhkan musuh mereka. Pemerintahan modern,
menyembunyikan kenyataan di balik selubung propaganda dan dengan hati-hati, melanjutkan
tradisi ini Penyihir tidak memiliki kemampuan sihir mereka sendiri, tapi mereka mendapatkan
kekuatannya dari kemampuan mengontrol Spirit, seperti biasa. Mereka belajar selama
bertahun-tahun dalam kesunyian, berusaha menguasai teknik yang akan membuat mereka
mampu memanggil entitas mengerikan dan tetap bertahan hidup. Penyihir yang sukses adalah
kombinasi dari kecerdikan dan fisik yang tangguh. Karena keahlian mereka yang mengundang
bahaya, penyihir juga biasanya kejam, suka berahasia dan mementingkan diri sendiri.
Untuk kebanyakan pemanggilan, penyihir biasanya berdiri dalam lingkaran perlindungan yang
digambar secara hati-hati, yang mana di dalamnya pentacle atau bintang bersudut lima.
Beberapa mantra rumit diucapkan, dan sang Spirit ditarik dari dimensinya yang jauh. Lalu sang
Penyihir mengucapkan kata pengikatan spesial. Jika semuanya dilakukan dengan benar, Spirit
menjadi budak sang Penyihir. Jika ada kesalahan, kekuatan perlindungan dari lingkaran
musnah, dan Penyihir yang tidak beruntung itu berada di bawah belas kasihan sang Spirit.
Ketika budak telah terikat, mereka harus menuruti perintah sang Master hingga tugas
terselesaikan. Saat tugas selesai (yang mungkin bisa memakan waktu beberapa jam, berharihari ataupun tahunan) Spirit yang berbahagia itu secara resmi bebas. Secara umum, Spirit
membenci pengikatan mereka, tidak perduli berapapun lama waktunya, dan mencari
kesempatan untuk mencelakakan Master mereka. Kebanyakan Penyihir yang bijaksana
menahan budak mereka sesingkat mungkin , untuk berjaga jika keberuntungan meninggalkan
mereka. Spirit Semua Spirit berinti, cair, dengan substansi yang terus berubah. Di dimensi mereka yang
diketahui sebagai Dunia Lain, mereka tidak memiliki bentuk pasti, tapi di Bumi mereka
diharuskan mengambil bentuk samaran. Bagaimanapun Spirit yang lebih tinggi mampu berubah
bentuk sesuai keinginan. Hal ini memberi mereka jeda dari rasa sakit yang ditimbulkan oleh
kepadatan bumi yang kejam pada inti roh mereka.
Ada lima kategori utama untuk spirit. Yaitu :
1. Imp : Tipe terendah, bersifat kasar serta kurang ajar dan sihir mereka lemah. Kebanyakan
tidak dapat berubah bentuk. Meskipun begitu mereka mudah dipanggil dan tidak
mengakibatkan bahaya besar bagi Penyihir. Untuk alasan itu mereka sering dipanggil, dan
dipergunakan untuk hal-hal sederhana seperti menyikat lantai, membawa pesan atau
mengawasi. 2. Foliot : lebih berpotensi dibanding Imp tapi tidak seberbahaya Jin. Foliot menjadi favorit
penyihir dalam keahlian mereka bersembunyi dan kecerdikannya. Ahli berubah bentuk, mereka
cocok untuk tugas mata-mata.
3. Jin : Kelas terbesar dari Spirit dan tersulit dikelompokan. Tidak ada dua jin yang mirip.
Mereka lemah dalam kekuatan dibandingkan Spirit yang lebih hebat, tapi melebihi dalam
kepandaian dan kecerdikan. Mereka memiliki kelebihan dalam perubahan bentuk dan memiliki
bergudang-gudang mantra dalam pembagiannya. Jin adalah budak favorit penyihir
berkompeten. 4. Afrit : Sekuat banteng, semengagumkan manusia agung dan se arogan raja. Afrit bersifat
kasar dan bertemperamen, serta lekas marah. Mereka kurang cerdik dibandingkan manusia
lain, dan mereka mungkin melampaui dalam intelejensi. Raja-raja di sepanjang sejarah
menggunakan mereka sebagai barisan depan dalam pertempuran dan sebagai penjaga emas.
5. Marid : Paling berbahaya dan tidak umum dibandingkan 5 tipe lainnya. Sangat yakin dengan
kekuatan sihir mereka, marid beberapa kali muncul dalam samaran yang halus atau bijaksana,
hanya untuk kemudian berubah menjadi berbagai bentuk yang mengerikan. Hanya penyihir
terhebat yang berani untuk memanggil mereka.
Semua Penyihir takut pada budak Spirit mereka, dan untuk memastikan kepatuhan mereka
menciptakan berbagai hukuman. Untuk alasan ini Spirit tunduk tanpa terelakkan. Mereka
melayani Master mereka se efisien mungkin dan - walaupun insting bawaan mereka- terlihat
tekun dan sopan, akibat ketakutan.
Hal ini untuk kebanyakan Spirit. Tapi selalu ada pengecualian.
Bagian Pertama Senja di atas semak buah zaitun. Langit, layaknya anak muda yang malu-malu saat ciuman
pertama, bersemu dengan cahaya merah muda. Angin sepoi-sepoi berhembus melalui jendela
yang terbuka, membawa harumnya malam hari. Menghembuskan rambut seorang wanita muda
yang berdiri termenung ditengah lantai marmer, dan mengakibatkan pakaiannya berkibar
memperlihatkan kontur tubuhnya yang ramping, seperti dahan yang hitam.
Dia menaikan lengannya, jari rampingnya memainkan rambut ikal kecil di sebelah lehernya.
"Kenapa begitu malu-malu tuanku," bisiknya. "Datang mendekat dan biarkan aku melihatmu."
Di pentacle yang lain seorang pria tua menurunkan tabung lilin ditangannya dan membelalak
kearahku dengan matanya yang hanya satu. "Demi Jehovah yang agung! Kau tidak berpikir hal
itu akan bekerja padaku bukan?"
Kedua alis mataku bergerak menggoda. "Aku akan berdansa juga jika kau melangkah lebih
dekat. Ayolah, manjakan dirimu. Akan kubawakan tarian Twirl of the Seven Veils untukmu."
Sang Penyihir berbicara dengan jengkel. "Tidak, terima kasih. Dan kau dapat menghentikan hal
itu juga." "Menghentikan apa?"
"Itu.. goyangan itu. Dari sekarang dan setelah ini kau..--- Itu! Kau melakukannya lagi!"
"Oh ayolah pelaut, hiduplah sedikit. Apa yang membuatmu berhenti?"
Masterku mengucapkan sumpah serapah. "Mungkin karena kaki kirimu yang bercakar. Mungkin
ekormu yang bersisik. Atau mungkin juga fakta bahwa bahkan bayi yang baru lahir akan tahu
untuk tidak melangkah dari lingkaran perlindungannya saat permintaan itu diminta oleh mahluk
jahat, Spirit bermuka dua sepertimu. Sekarang diam, makhluk udara terkutuk, dan singkirkan
bujuk rayumu yang menyedihkan, atau aku akan menghantammu dengan mantra sampar yang
bahkan tidak pernah diderita oleh Mesir agung sekalipun!" Si bocah tua agak sedikit
bersemangat, bernafas dengan menggebu, rambut putihnya melingkar berantakan di sekitar
kepalanya. Dia mengambil pena dari belakang telinganya dan menulis di tabung. "Disana ada
tanda hitam untukmu, Bartimaeus," dia berkata. "Yang satunya lagi. Jika garis itu terisi kau akan
mendapat penghargaan spesial. Kau mengerti" Tidak ada lagi imp yang terpanggang, tidak ada
lagi waktu untuk berhenti, tidak ada. Sekarang aku punya tugas untukmu."
Si gadis cantik melipat tangannya. Dia mengerutkan hidungnya yang indah. "Aku baru saja
menyelesaikan sebuah tugas."
"Ya, dan sekarang kau mendapat tugas lainnya."
"Akan kukerjakan setelah beristirahat."
"Kau akan mengerjakannya malam ini juga!"
"Kenapa harus aku yang mengerjakannya" Kirim Tufec atau Rizim."
Cahaya menyilaukan keluar dari telunjuk si Pria tua, menembus melewati ruang perintang dan
menimbulkan api di pentacle ku, membuatku meraung dan menari dengan gila.
Retakannya berkurang, rasa sakitku memudar. Aku berdiri dengan canggung.
"Kau ternyata benar, Bartimaeus," si pria tua menahan tawa. "Kau berdansa dengan sangat
baik. Sekarang apakah kau masih ingin berbasa-basi denganku" Jika ya, mungkin dibutuhkan
catatan tambahan lainnya di lingkaranmu."
"Tidak, tidak - hal itu tidak diperlukan," dengan lega pena itu ditaruh kembali kebelakang
telinganya. Aku menepukan tangan dengan bersemangat. "Jadi ada pekerjaan lain, katamu"
Betapa menyenangkan. Aku merasa rendah kau memilihku diantara begitu banyak jin yang
berharga. Apa yang membuatku mendapat perhatianmu, Master yang agung" Kesenanganku
untuk membunuh raksasa di pegunungan Lebanon" Semangatku yang membuat para
pemberontak Canaanite terbang" Atau Reputasiku secara umum?"
Sang Pria tua mengingsrutkan hidungnya. "Tidak satu pun dari itu. Lebih karena kelakuanmu
semalam. Saat imp pengintai mengamatimu dalam bentuk monyet afsel yang berjalan dengan
berlaga melewati semak semak belukar di bawah Gerbang Domba, bernyanyi cabul mengenai
Roja Solomon dan memuji kecemerlanganmu dengan berisik."
Sang Gadis sambil mengangkat bahu berujar. "Mungkin bukan aku."
"Kata-katanya adalah 'Bartimaeus yang terbaik," diulang-ulang secara membosankan, tidak
mungkin sebaliknya."
"Well, baiklah. Mungkin sedikit banyak itu aku saat jam makan malam. Tak ada yang dirugikan."
"Tak ada kerugian" Pengintai melaporkannya pada supervisor mereka, yang mana
melaporkannya padaku. Aku melaporkannya pada Penyihir Tinggi Hiram, dan aku percaya hal
ini telah sampai ketelinga raja sendiri," wajahnya menjadi datar. "Dia tidak senang."
Aku menggelembungkan pipiku. "Tidak dapatkah dia memberitahuku sendiri?"
Mata sang penyihir menonjol, mirip seperti telur yang keluar dari ayam.(1) "Kau berani
menyarankan," dia histeris. "Solomon yang Agung, Raja Israel, tuan semua daratan mulai dari
Gulf di Aqaba sampai Euphrates, akan berkenan berbicara pada budak berbau sulfur
sepertimu" Seumur hidupku tidak pernah aku mendengar hal yang begitu kurang ajar-"
(1) Rizim berhasil mencongkel salah satu matanya pada suatu kesempatan yang jarang terjadi saat master
kami melakukan sedikit kesalahan pada salah satu suku kata pemanggilannya. Kami juga berhasil
bekerjasama menambahkan satu atau dua bekas bekas gosong pada bokongnya, juga luka di lehernya yang
berhasil kubuat saat suatu kesempatan untuk mendekatinya datang. Akan tetapi karir panjang memerintah
selusin jin kelas berat membuat si penyihir menjadi kuat dan gesit, ia benar-benar seekor burung tua yang
kuat. "Oh ayolah. Dengan kedudukanmu. Seharusnya kau pernah mendengarnya."
"Dua catatan lagi Bartimaeus, untuk kekurang ajaranmu dan pipimu," ia keluar dari lingkaran,
dan menggurat pena dengan penuh amarah. "Dan sekarang, cukup dengan omong kosongmu.
Dengarkan aku baik-baik. Solomon mengharapkan tambahan benda mengagumkan untuk
koleksinya. Dia memerintahkan para penyihirnya untuk mencari diseluruh dunia, benda yang
indah dan kuat. Dan sekarang di dalam semua dinding menara Yerusalem, semua rivalku
memanggil demon yang tidak kurang mengerikan darimu dan mengirim mereka bagaikan roket
berapi untuk menjarah semua kota kuno di barat, timur, selatan dan utara. Semuanya berharap
dapat mengejutkan Raja dengan harta yang mereka dapatkan. Tapi mereka akan dikecewakan,
Bartimaeus, karena kita akan membawakannya hadiah yang paling berharga dari semuanya.
Kau mengerti Bartimaeus?"
Sang Gadis cantik menyeringai, gigiku yang tajam dan panjang berkilau basah. "Penjarahan
makam lagi" Solomon harusnya mengerjakan hal seperti ini sendiri. Tapi tidak, seperti biasa ia
tidak ingin direpotkan untuk menjentikan jari dan menggunakan jarinya. Seberapa malas lagi
yang dapat kau harapkan?"
Si pria tua memberikan senyum simpul, lubang hitam di rongga matanya yang hilang seperti
menyedot cahaya. "Pendapatmu menarik. Begitu menarik sehingga seharusnya aku berangkat
dan melaporkannya pada raja. Siapa yang tahu" Mungkin ia akan memilih direpotkan untuk
menjentikan jari dan menggunakan cincinnya padamu."
Ada jeda sedikit, dan selama itu bayangan di dalam ruangan semakin pekat, dan perasaan
dingin merayapi tengkukku. "Tidak perlu," ujarku. "Akan kubawakan dia harta yang paling
berharga. Kemana kau mengharapkanku untuk pergi?"
Masterku menghadap jendela, dibaliknya cahaya ceri dari bawah Jerusalem berkedip dan
bersinar. "Terbang ke arah timur menuju Babilonia," katanya. "Seratus mil ke arah tenggara dari
kota menakutkan itu, dan tiga puluh mil ke arah utara dari jalur Euphrates, ada beberapa bukit
dan tambang tua, dimana angin menghantam tebingnya. Petani lokal menghindarinya karena
takut oleh hantu, dan para pelancong tetap menjaga kelompok mereka sejauh Tumuli. Yang
berada di kawasan itu hanya pemeluk agama yang fanatik dan dan orang gila sejenisnya. Tapi
kawasan itu tidak selalu terisolasi. Dulu ia bernama..."
"Eridu," aku bergumam. "Aku tahu" 2)
(2) Eridu Kota Tujuh Kuil, kota yang terang seputih tulang, cahaya berkilauan pada halaman-halaman
rumputnya yang hijau. Eridu adalah satu dari kota-kota pertama yang didirikan manusia. Pada hari-hari
kejayaannya, ziggurat-zigguratnya menjulang tinggi, setinggi kepakan sayap elang, lalu bau-bauan pasar
rempah-rempah mengapung terbawa angin sejauh Uruk dan samudra " Kemudian suatu waktu sungai
mengubah arah aliran airnya membuat tempat itu menjadi kering kerontang. Orang-orangnya bertambah kurus
dan kejam; kuil-kuil mereka tertimbun pasir dan debu, penduduk beserta masalalunya pun sepenuhnya
telupakan. Kecuali bagi makluk halus sepertiku. Dan dengan sendirinya " nafsu mereka akan emas
menguasai ketakutan-ketakutan mereka " ketakutan mereka terhadap para penyihir..
"Ingatan mahkluk sepertimu pastilah aneh, yang telah melihat berbagai tempat bangkit dan
hancur," kata sang Penyihir dengan nada tidak senang. "Aku tidak suka berdiam diatasnya.
Tapi kau mengingat lokasinya, itu lebih baik. Cari reruntuhannya dan temukan kuilnya. Jika
gulungannya berkata benar, disana ada begitu banyak kamar keramat. Siapa tahu terdapat
barang antik dari masa kejayaannya. Dengan keberuntungan, siapa tahu masih ada harta yang
tak terusik." "Tak ada keraguan mengenai hal itu," kataku. "berkat penjaganya."
"Oh ya, orang-orang dimasa lalu jelas melindunginya dengan sangat baik," ujar pria tua itu
dengan nada dramatis. Tangannya membentuk postur seakan kaget dan cemas. "Siapa yang
tahu apa yang bersembunyi disana" Siapa yang tahu apa yang sedang mencari mangsa di
reruntuhan" Siapa yang tahu bentuk mengerikan apa, monster seperti apa yang mungkin Dapatkah kau berhenti melakukan itu dengan ekormu" Itu tidak higienis!"
Aku menegakkan tubuh. "Baiklah," kataku. Aku mendapatkan gambarannya. Aku akan pergi ke
Eridu dan melihat apa yang dapat kutemukan. Tapi saat aku kembali aku ingin langsung
dibebaskan. Tak ada argumen, tak ada alasan yang menyedihkan. Aku terlalu lama di Bumi dan
inti rohku ngilu seperti gigi yang akan tumbuh."
Masterku menyeringai, mengarahkan dagunya kearahku dan menggoyangkan jarinya yang
keriput. "Semuanta tergantung pada apa yang kau bawa, bukankah begitu, Bartimaeus" Jika
kau dapat membuatku terkesan, aku mungkin akan membiarkanmu pergi. Jangan sampai
gagal! Sekarang - persiapkan dirimu. Aku akan mengikatmu secara resmi."
Ditengah rapalannya terdengar terompet tanduk ditiup dengan kencang melalui jendela,
menandakan ditutupnya Gerbang Kidron. Yang kemudian dijawab oleh pengawal di Gerbang
Domba, Gerbang penjara, kuda dan Gerbang Air dan diseluruh tembok kota, hingga terompet
tanduk besar bersuara dari atap istana dan semua Jerusalem aman dan terisolasi saat malam.
Satu atau dua tahun yang lalu aku pernah berharap gangguan seperti ini akan membuatnya
tersandung di tengah kalimat dan memungkinkanku untuk keluar dari lingkaran dan
menelannya. Aku tidak mau bersusah-susah untuk berharap sekarang. Dia terlalu tua dan
terlalu berpengalaman. Aku membutuhkan sesuatu yang lebih dari ini untuk mendapatkannya.
Sang penyihir selesai, mengucapkan kata-kata terakhir. Sang gadis melembut dan tembus
pandang, dalam sekejap tergantung seperti patung dari asap sutra, dan menghilang tanpa
suara ke ketiadaan. Tidak peduli berapa kali kau melihat mayat hidup, kau selalu lupa betapa buruknya mereka saat
berjalan. Tentu saja, mereka terlihat baik saat pertama kali menjebol tembok " mereka punya
kelebihan dalam hal efek kejut, saat mereka menganga lebar dan menggertakkan gigi, dan
terkadang (jika sihir pemanggilan benar-benar sesuai dengan harapan) untuk jeritan yang
mengerikan. Tapi kemudian, mereka mulai mengejarmu mengelilingi kuil, pinggul menghentak,
paha terangkat, menahan lengan belulang mereka dengan cara yang dimaksudkan untuk
mengancam tapi lebih terlihat seakan mereka akan duduk di piano dan melempar kain pel. Dan
semakin cepat mereka bergerak, semakin cepat pula gigi berderik dan kalung terpental-pental
dan tersangkut di lubang mata, dan mereka mulai tersandung baju makam mereka dan
terguling di lantai dan secara umum menghalangi jalan para jin berkaki cepat yang melintas.
Dan sebagaimana mestinya tulang-belulang, mereka tidak pernah keluar dalam barisan yang
rapi, yang mungkin menambah sedikit semangat pada situasi hidup-mati yang kau alami.
"Oh, ayolah," ucapku sembari bergelantungan di dinding, "pasti ada seseorang disini yang bisa
diajak bicara". Dengan tangan yang bebas aku tembakkan plasma ke seberang ruangan,
menciptakan ruang untuk membuka jalan dari salah satu mayat yang berlarian. Butuh beberapa
waktu, saat terhanyut dalam kelupaan; aku melompat dari bebatuan, melontarkan atap kubah
dan mendarat dengan cepat di atas patung Dewa Enki di seberang ruangan. Di sebelah kiriku
sebuah mumi keluar dari penyimpanannya. Dia memakai jubah budak dan mempunyai
belenggu yang berkarat serta rantai yang melingkari leher mengkerutnya. Dengan sendi yang
berderit dia melompat untuk menangkapku. Aku sentakkan rantainya, kepalanya terlepas; aku
tangkap saat badannya terjatuh, dan melemparkannya dengan tepat ke arah perut salah satu
teman-berdebunya, menghancurkan tulang belakangnya dengan tepat.


Bartimaeus 4 The Ring Of Solomon Karya Jonathan Stroud di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Melompat dari atas patung, aku mendarat tepat ditengah-tengah ruangan. Dari semua sisi,
mayat-mayat hidup berkumpul, jubah mereka serapuh jaring laba-laba, gelang dari perunggu
berputar-putar di pergelangan tangan mereka. Makhluk-makhluk yang dulunya adalah laki-laki
dan perempuan " budak, orang merdeka, kalangan istana dan kaum pendeta, anggota dari
semua tingkatan masyarakat di Eridu " merangsek ke arahku, rahang mereka terbuka lebar,
kuku-kuku bergerigi dan berwarna kuning terangkat kearahku untuk mengoyak-ngoyak jiwaku
Aku adalah orang yang sopan dan menyambut mereka dengan semestinya. Ledakan ke kiri.
Ledakan ke kanan. Serpihan-serpihan orang kuno ini menyebar di lapisan relif raja-raja
Sumeria. Hal itu memberiku sedikit waktu istirahat. Aku perhatikan sekitarku.
Dua puluh delapan detik sejak aku menerobos masuk melalui langit-langit, aku belum sempat
memperhatikan sekelilingku, tapi dari dekorasi dan susunan dari beberapa benda semuanya
menjadi jelas. Pertama, ini merupakan kuil dari Dewa Air Enki (bisa dilihat dari patung, dan juga
tampilan relif yang menampilkannya secara mencolok bersama ikan pelayannya dan ular-naga)
dan telah di tinggalkan setidaknya selama lima belas abad1 Kedua, selama berabad-abad sejak
para pendeta menyegel pintu-pintu dan meninggalkan kota untuk di telan pasir gurun, belum
ada orang yang masuk sebelum aku. Kau bisa lihat dari lapisan debu di atas lantai, dari batu
pintu masuk yang utuh, semangat dari mayat-mayat penjaga dan " terakhir tapi bukan yang
paling jelek " arca yang tergeletak di altar di ujung ruangan.
1)Dalam mata seniku modelnya terlihat seperti gaya Sumeria akhir (sekitar 2500 SM), hanya dengan
petunjuk kemunduran Babilonia lama, tapi sejujurnya saat ini terlalu banyak bagian tubuh yang melayang
untuk memberikan kritik yang pantas.
Itu adalah ular air, penjelmaan dari Enki, didandani dengan kecerdasan yang hebat dari emas
yang memelintir. Patung itu berkelip buram dalam nyala api yang aku lontarkan terlebih dulu
untuk menerangi ruangan, dan mata rubinya bersinar dengan dengki seperti bara api yang
meredup. Sebagai buah karya seni, patung ini mungkin tak ternilai harganya, tapi itu hanya
sebagian dari cerita. Itu juga benda sihir, dengan getaran aura yang tampak di plane yang lebih
tinggi.(2) (2)Plane : ada tujuh plane yang selalu saling melapisi, seperti lapisan kertas tembus pandang. Plane
pertama meliputi semua benda padat, dunia sehari-hari; enam yang lain menunjukkan sihir yang
tersembunyi di sekitar " mantra rahasia, spirit tersembunyi, dan pesona-pesona kuno yang telah lama
dilupakan. Sebagaimana fakta umum kau bisa mematok ukuran kecerdasan dan kualitas makhluk hidup
dari jumlah plane yang mampu dia lihat, misal jin tingkat atas (seperti aku): tujuh; foliot dan imp yang
lebih tinggi : empat; kucing : dua; kutu, cacing, manusia, tungau, dan lain sebagainya : satu.
Bagus. Sudah diputuskan. Akan kuambil ular itu lalu pergi.
"Permisi, permisi. . ." itu aku dengan sopan meminggirkan mayat-mayat ke samping, atau dalam
kebanyakan kasus menggunakan api untuk menghantam mereka terbakar di sepanjang
ruangan. Banyak yang masih bermunculan, mendorong-dorong maju dari celah makam-makam
di tiap dinding. Sepertinya mereka tidak ada habisnya, tapi aku menggunakan tubuh anak
muda, dan gerakanku cepat serta pasti. Dengan sihir dan tendangan serta pukulan balasan aku
merengsek maju menuju altar "
Dan melihat jebakan berikutnya menunggu.
Sebuah jaring dari benang-benang pada plane keempat tergantung menyelubungi ular emas,
bersinar hijau zamrud. Benang-benangnya begitu tipis dan kabur, bahkan bagi pandangan jinku.(3) Terlihat lemah, tapi aku tidak punya keinginan untuk mengganggu mereka. Sebagaimana
pandangan umum, jebakan altar Sumeria layak untuk dihindari.
(3)Pemicu pemanggilan seperti ini selalu tak terlihat oleh pandangan makhluk mortal, tentu saja,
denganku, kumpulan debu residu samar yang terkumpul di benang, memberi mereka tampilan miriphantu yang juga terlihat di plane pertama. Hal ini memberi manusia pencuri yang cerdik sebuah
kesempatan. Perampok makam Mesir lama Sendji si bengis, misalnya, menggunakan sekelompok kecil
kelelawar terlatih untuk membawa lilin kecil ke atas bidang lantai yang dianggapnya mencurigakan,
memungkinkannya untuk melacak bayangan tipis dari garis-garis debu, dan dengan begitu bisa melewati
jebakan tanpa cedera. Atau setidaknya begitulah yang dia katakan padaku sesaat sebelum dieksekusi.
Dia punya wajah yang jujur, tapi, ayolah. . . kelelawar terlatih, siapa yang tahu.
Aku berhenti di bawah altar dan berpikir serius. Pasti ada banyak cara untuk menyingkirkan
benang-benangnya, yang tidak menyulitkanku, asalkan aku punya sedikit waktu dan ruang.
Pada saat itu nyeri yang tajam menggangguku. Melihat ke bawah, aku menemukan mayat yang
sangat jelek (yang dalam hidupnya pastilah banyak menderita penyakit kulit dan jelas sekali
memandang mumifikasi sebagai perbaikan tajam nasibnya) telah menyelinap dan
menenggelamkan giginya jauh ke dalam esensi lenganku.
Keberanian! Dia layak mendapat perlakuan istimewa. Kuarahkan tangan yang bersahabat ke
dalam rongga-dadanya, aku tembakkan detonasi kecil ke atas. Itu gerakan yang sudah tidak
kucoba selama berpuluh-puluh tahun, dan tetap menghibur seperti biasa. Kepalanya terlontar
seperti gabus dari botol, pecah dengan baik dan menghantam langit-langit, terpental dua kali di
dinding terdekat dan (disinilah kesenangannya menghilang dengan cerdik) jatuh ke tanah tepat
disebelah altar dan dengan rapi mengoyak jala dari benang-bersinar sebagaimana mestinya.
Yang menunjukkan betapa bodohnya bersenang-senang di saat bekerja.
Sebuah getaran yang dalam menggema melintasi plane-plane. Terdengar samar ditelingaku,
tapi ditempat lain pasti sangat sulit untuk diabaikan.
Sejenak aku berdiam diri; seorang pemuda kurus, berkulit gelap dan cawat yang terang,
menatap dengan jengkel pada geliat filamen benang yang terputus. Lalu, menyumpahi dalam
bahasa Aram, Ibrani dan beberapa bahasa lain, aku melompat ke depan mengambil sang ular
dari altar dan menjauh secepat mungkin.
Mayat yang bersemangat datang berteriak-teriak di belakangku; tanpa menoleh aku lontarkan
tembakan dan mereka berbalik terbelah.
Di samping atas altar potongan-potongan benang berhenti mengejang. Dengan kecepatan yang
luar biasa mereka meleleh ke luar, membentuk sebuah kolam atau portal pada ubin. Kolam itu
menyebar di bawah mayat yang menengadah. Kepala mereka tenggelam perlahan ke dalam
kolam, menghilang, jauh dari dunia ini. Terjadi jeda sejenak. Kolam itu bersinar dengan ribuan
warna dari dunia lain, jauh, teredam, seakan tampak dari bawah kaca.
Sebuah getaran menembus melewati permukaannya. Ada sesuatu yang datang.
Berputar dengan cepat, aku menghitung jarak ke pecahan bagian atap tempat aku menerobos
masuk pertama: aliran pasir masih berjatuhan ke ruangan. Terowongan yang kubuat mungkin
telah tertutup timbunan pasir; pasti butuh banyak waktu untuk membuka jalan itu lagi " waktu
yang tidak aku miliki. Sebuah pemanggilan tidaklah lama.
Aku kembali menghadap kolam dengan malas, dimana permukaannya sedang melentur dan
berubah bentuk. Dua lengan besar muncul ke permukaan, berkilau kehijauan dan berotot.
Tangan bercakar menggapai pahatan di sisi lain. Otot-otot menengang dan sebuah tubuh naik
ke dunia, sebuah mimpi buruk. Kepalanya menyerupai manusia,(4) dan ditutupi gulungan
rambut hitam. Tubuh yang kekar muncul kemudian, dan sama hijaunya Bagian tengah
kebawah, yang mengikuti, tampak dipilih secara acak. Kedua kakinya, penuh dengan otot, milik
binatang buas " kemungkinan seekor singa atau predator tingkat atas lainnya " tapi berakhir
secara menakutkan dengan cakar elang. Bagian belakang makhluk itu tertutup lilitan kain
seperti rok; dari celahnya menjulang ekor kalajengking yang panjang dan menyeramkan. Ada
jeda penuh setelah portal berhenti tertarik dan berdiri tegak. Di belakang kami, bahkan
beberapa mayat hidup yang tersisa entah kenapa terdiam.
(4)Lihat kan" Seberapa aneh bayangannya" Yaik..
Makhluk itu memiliki wajah salah satu Raja Sumeria: kulit seperti zaitun dan tampan, rambut
hitam bergulung pada ikal menggilap. Mulutnya penuh, oleh kumis persegi yang diminyaki. Tapi
matanya hanya berupa lubang daging yang kosong. Dan sekarang sedang melihat kepadaku.
"Kau. . . Bartimaeus, kan" Kau tidak memicu semua ini, kan?"
"Hallo, Naabash. Aku khawatir begitu."
Dia meregangkan lengan besarnya lebar-lebar menyebabkan ototnya berderik. "Ohhh, kenapa
kau melakukan itu dan apa maumu" Kau tahu apa yang dikatakan para pendeta tentang
penerobos dan pencuri. Mereka akan menghukummu. Atau mungkin. . . aku yang akan
melakukannya." "Meraka tidak terlalu meributkan harta ini sekarang, Naabash."
"Benarkah?" Matanya melihat sekeliling kuil. "Memang terlihat sedikit berdebu. Apakah cukup
lama?" "Lebih lama dari yang kau pikir."
"Tapi perintahnya masih tetap, Bartimaeus. Tidak dapat berbuat apapun tentang itu. Selama
bebatuan berdiri di atas batu dan kota kita bertahan. . . Kau tahu hasilnya." Ekor
kalajengkingnya mengguncang hebat dan bergetar dengan semangat, sengat hitam mengkilap
mengacung ke depan di atas bahunya. "Apa yang kau bawa" Bukan ular keramat, kan?"
"Sesuatu untuk dilihat nantinya, sesudah aku berurusan denganmu."
"Ah, sangat bagus, sangat bagus. Kau selalu ceria, Bartimaeus, selalu berbicara di atas
kemampuanmu. Tidak pernah melihat orang lain yang kena pukul begitu sering. Bagaimana kau
membuat marah manusia dengan sindiranmu." Raja Sumeria tersenyum, memperlihatkan dua
baris penuh gigi tajam yang tersusun rapi. Kaki belakangnya bergerak perlahan, cakarnya
menancap di batu; aku melihat tendonnya menegang, bersiap untuk gerakan mendadak. Aku
tidak bias melepaskan tatapanku darinya. "Majikan mana yang kau buat jengkel sekarang?"
Naabash memulai. "Orang Babilonia, menurutku. Mereka mengalami kemajuan terakhir kali
kulihat. Mereka selalu iri dengan emas Eridu."
Pemuda bermata-gelap itu mengusap rambut keritingnya. Aku tersenyum malas. "Seperti yang
aku bilang, ini jauh lebih lama dari yang kau kira."
"Lama atau tidak, bukan masalah bagiku, " Naabash berkata lembut. "Aku punya perintah. Ular
keramat tetap disini, di jantung kuil, kekuatannya telah hilang bagi sebagian besar orang."
Sekarang, aku belum pernah mendengar tentang ular keramat ini. Bagiku ini terlihat seperti
patung biasa yang banyak digunakan di kota-kota jaman dahulu yang biasa berperang, nampak
seperti kemewahan kecil diantara emas sepuhan. Tetapi memang selalu lebih baik bila
mengetahui apa sebenarnya yang kau curi.
"Kekuatan?" kataku. "Apa sebenarnya kemampuannya?"
Naabash tertawa kecil. Kemurungan menutupi suaranya. "Bukan sesuatu yang luar biasa. Itu
mengandung elemen yang akan mengeluarkan pancaran air dari mulut bila ekornya digerakkan.
Para pendeta biasa membawanya keluar di musim kemarau untuk memberi semangat orangorang. Jika aku tidak salah, benda itu juga dipasangi dengan dua atau tiga jebakan mekanik
untuk mengkagetkan perampok yang mengusik zamrud di cakarnya. Perhatikan engsel yang
ada di tiap. ." Disini aku membuat kesalahan. Setengah terpedaya oleh suara lembut Naabash, aku tidak
dapat menolak untuk memandang sekilas ular di tanganku, berharap bisa melihat engsel kecil
yang dimaksud. Yang memang merupakan tujuannya, tentu saja.
Bahkan ketika mataku bergerak, kaki binatangnya bergerak. Dalam sekejap Naabash
menghilang. Aku melempar tubuhku ke samping ketika ubin yang aku pijak dihantam menjadi dua oleh
pukulan ekor-sengatnya. Aku cukup cepat untuk itu, tapi tidak untuk menghindari hantaman
lengannya: sebuah tangan hijau besar menyambar kakiku saat meluncur di udara. Pukulan ini,
dan artifak berharga yang aku bawa, mencegahku mengeluarkan manuver elegan andalanku
dalam kondisi seperti ini.(5) Malahan aku setengah bergulingan kesakitan melintasi lapisan
serpihan mayat yang berserakan dan melompat dengan kakiku sekali lagi.
(5)Sang Roda kereta pengelak, dsb, Bartimaeus dari Uruk, sekitar 2800 SM. Seringkali di imitasi, tapi
tidak pernah terlampaui. Seperti yang terkenal diabadikan dalam lukisan makam kerajaan baru Ramses
III " kau bisa melihatku di latar belakang The Dedication of the Royal Family before Ra, mendorong jauh
dari pandangan di belakang Firaun.
Naabash sementara itu telah memperbaiki posisinya dengan kesiapan yang cermat. Dia
menghadap kearahku, membungkuk rendah, lengan manusianya mencengkram tanah;
kemudian dia menerjang lagi. Aku" Aku menembakkan ledakan lurus ke atas langit-langit di
atas kepalaku. Sekali lagi aku meloncat menjauh, sekali lagi sengat kalajengking menembus ke
arah ubin; sekali lagi " tapi kali ini Naabash tidak berhasil memukulku, karena atapnya rubuh
menimpanya. Pasir gurun yang terkumpul selama 15 abad berada di atas kuil, dengan rubuhnya atap batu
memberikan bonus yang menyenangkan: sejumlah besar aliran pasir terjatuh, menghantam
Naabash dengan beberapa ton kepadatan.
Umumnya aku akan bertahan sejenak untuk bersorak dengan keras di dekat timbunan yang
menyebar dengan cepat, tapi sekuat biasanya, aku tau ini tidak akan menahannya terlalu lama.
Sekarang waktunya pergi. Sayap tumbuh dari pundakku; aku meluncurkan ledakan lagi untuk membersihkan jalan keluar,
dan tanpa jeda melompat melewati atap dan hujan pasir yang berjatuhan, menuju malam yang
sedang menunggu. Fajar tepat dibelakangku ketika aku kembali ke Yerusalem. Puncak menara si penyihir telah
diselimuti warna merah muda, dan kubah istana berdinding putih Solomon bersinar terang
seperti matahari. Jauh di dasar bukit, dari gerbang Kidron, sebagian besar menara penyihir tua itu tertutup
bayang-bayang. Aku terbang ke jendela teratas, dimana di bagian luarnya terdapat bel
perunggu menggantung terdiam, dan kubunyikan sekali, seperti perintah. Tuanku melarang
budak-budaknya datang ketika dia belum bersiap.
Gemanya memudar. Sayap lebarku mengibaskan udara segar dan dingin. Aku termenung,
menunggu, melihat dataran melebur menjadi satu. Lembah itu remang-remang dan sunyi,
sekumpulan kabut melewati jalanan rusak dan menghilang. Para pekerja pertama berdatangan
dari gerbang bawah; mereka menyusuri jalan menuju ladang. Mereka berjalan perlahan,
tersandung-sandung di jalanan yang keras. Pada plane lebih tinggi aku bisa melihat satu atau
dua mata-mata Solomon berbaur dengan mereka " foliot-foliot yang menempel di kekang lembu
jantan, tungau bercorak cerah dan kutu yang terbang.
Beberapa menit telah berlalu, dan akhirnya sensasi mempesona seperti puluhan tombak
menusuk-nusuk bagian vitalku menandakan pemanggilan si penyihir. Aku menutup mata,
menurut " dan sekejap kemudian aku merasakan kehangatan masam ruangan si penyihir
menekan intisariku. Aku lega orang tua itu sudah mengenakan jubahnya sepagi ini. Kuil penuh tengkorak adalah
satu hal; tuan yang keriput dan tanpa baju adalah sesuatu yang lain. Dia sudah berdiri siap di
lingkarannya, dan seperti sebelumnya, semua segel dan rune kutukan terletak tepat di
tempatnya. Dengan lilin lemak kambing menyala dan pot kecil bunga rosemary serta kemenyan
menahanku dengan bau mereka, aku berdiri di tengah diagram dan menghadap ke arahnya
dengan mantap, memegang si ular di lengan rampingku.(1)
(1) Aku telah memilih bentuk seorang gadis untuk keuntungan lebih lanjut, dan karena aku tahu ini akan
menjengkelkan tuanku. Menurut pengalamanku sebagian besar penyihir bisa dibuat jengkel dengan
memilih bentuk yang sesuai. Kecuali pendeta tinggi dari Ishtar di Babilonia, jika kau tahu. Ishtar adalah
dewi cinta dan perang, jadi para penyihirnya tidak terganggu dengan gadis cantik dan monster
berlumuran darah. Sesaat setelah aku menampakkan diri aku tahu dia sangat menginginkan ini, bukan untuk
Solomon tapi untuk dirinya sendiri. Matanya melebar; ketamakan berkilauan di permukaannya
seperti lapisan minyak. Sejenak dia tidak mengatakan apapun, hanya melihat. Aku gerakkan si ular perlahan
menyebabkan cahaya lilin menyinari dengan memikat di atas permukaannya, memiringkannya
untuk memperlihatkan mata rubinya, dan zamrud yang menempel di cakarnya.
Saat berbicara, suaranya kasar dan berat oleh hasrat. "Kau pergi ke Eridu?"
"Sebagaimana aku diperintahkan, jadi aku pergi. Aku menemukan sebuah kuil. Dan ini di
dalamnya." Matanya berkilau. "Berikan padaku."
Aku berhenti sejenak. "Apa kau akan melepaskanku sesuai permintaanku" Aku telah
melayanimu sepenuh hati dan baik."
Pada saat ini wajahnya dipenuhi kemarahan. "Kau berani barter denganku" Berikan padaku
artifaknya, demon, atau demi nama rahasiaku aku berjanji akan memasukkanmu ke dalam api
kesedihan(2)sebelum jam berganti!" Dia manatapku, mata melotot, rahang menonjol, garis putih
tipis keringat di bibirnya.
(2) Api kesedihan: hukuman yang cepat dan menyakitkan. Di masa mendatang berdasarkan perbaikan
dari Zarbustibal dari Yaman, ini dikenal dengan Api pengerut. Ini adalah hukuman tertinggi bagi spirit
yang menolak melakukan perintah tuannya, dan merupakan ancaman bagi kepatuhan (terpaksa) kami.
"Baiklah," ujarku. "Jangan sampai menjatuhkannya."
Aku melemparkannya dari lingkaran satu ke lingkaran lainnya, dan si penyihir mengulurkan
tangannya. Dan apakah karena mata satunya, yang menyebabkannya kesulitan mengukur
jarak, atau karena gemetar penuh hasrat, jemarinya gagal menangkap ularnya: ular itu
berlompatan di jemarinya dan terjatuh di pinggir lingkaran. Sambil berteriak dia menyambarnya,
menjepitnya diantara jari keriputnya.
Ini, kelengahannya yang pertama, yang mendekati saat terakhirnya. Jika sedikit saja ujung
jarinya melewati lingkaran, dia pasti kehilangan perlindungannya dan aku bisa
mendapatkannya. Tapi ia tidak melewatinya, dan si gadis, yang dalam sekejap terlihat sedikit
lebih tinggi, yang gigi-giginya mungkin telah tumbuh sedikit lebih panjang dan tajam sejenak,
kembali ke tengah lingkarannya dengan kecewa.
Orang tua itu tidak menyadarinya. Dimatanya hanya tampak harta di tangannya. Untuk
beberapa waktu dia membola-balikkannya di tangan, seperti seekor kucing kejam bermain
dengan tikus, menggeram dengan kecakapan dan menggiring penuh kegembiraan. Setelah
beberapa saat, ini benar-benar menjengkelkan. Aku berdehem.
Si penyihir menoleh. "Ya?"
"Kau mendapat yang kau inginkan. Solomon akan memberimu hadiah yang banyak untuk ini.
Biarkan aku pergi." Dia tertawa. "Ah, Bartimaeus, tapi kau sangat berbakat untuk pekerjaan seperti ini! Aku tidak
yakin bisa membiarkan pencuri berbakat sepertimu pergi. . . Kau berdiri saja disana dengan
tenang. Aku harus menyelidiki benda yang menarik ini. Aku melihat engsel kecil di telapak
kakinya. . . Aku ingin tahu apa kegunaannya."
"Apa gunanya?" kataku. "Kau akan menyerahkannya ke Solomon kan" Biarkan dia yang
menyelidiki." Tuanku merenggut marah penuh makna. Aku tersenyum sendiri dan melihat keluar jendela ke
arah langit, dimana patroli pagi terlihat samar, berputar di ketinggian, meninggalkan uap dan
sulfur merah muda samar di udara. Terlihat bagus, tapi itu semua hanya untuk pertunjukan,
lagipula siapa yang berani menyerang Yerusalem sementara Solomon mempunyai cincinnya"
Aku membiarkan si penyihir menyelidiki ular itu sebentar; lalu, masih melihat keluar jendela, aku
berkata: "Lagipula, dia pasti akan sangat marah jika salah satu penyihirnya memegang benda
dengan kekuatan seperti itu. Aku benar-benar berharap kau melepaskanku."
Dia melirik kearahku. "Kau tahu benda apa ini?"
"Tidak." "Tapi kau tahu ini mempunya kekuatan."
"Bahkan seekor imp bisa melihatnya. Oh, tapi aku lupa " kau hanyalah manusia. Kau tidak bisa
melihat aura yang berpenjar di ketujuh plane . . . Meskipun begitu, siapa yang benar-benar


Bartimaeus 4 The Ring Of Solomon Karya Jonathan Stroud di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahu" Mungkin saja ada banyak ular seperti itu yang di buat di Eridu. Mungkin itu bukan satusatunya."
Orang tua itu menjilat bibirnya; kehati-hatiannya bertarung melawan rasa ingin tahunnya dan
kalah. "Bukan apa?"
"Itu bukan urusanku, bukan juga urusanmu. Aku hanya berdiri disini dengan tenang, sesuai
perintah." Tuanku melontarkan kutukan. "Aku cabut perintahnya! Bicara!"
"Tidak!" aku merengek, menahan tanganku ke atas. "Aku tahu bagaimana sifat kalian penyihir,
dan aku tidak mau ikut campur sedikitpun! Solomon disatu sisi dengan cincinnya yang
menakutkan, dan kau di satu sisi dengan ... dengan ..." Gadis itu bergetar, seakan kedinginan.
"Tidak, aku tidak akan terjebak diantaranya, itu tidak akan menguntungkanku sama sekali."
Api biru keluar di tengah telapak tangannya yang terjulur. "Jangan menunda lagi, Bartimaeus.
Katakan padakau benda apa ini, atau akan kupukul kau dengan tinju intisari."
"Kau akan memukul wanita?"
"Bicara!" "Oh baiklah, tapi ini tidak akan memberimu keuntungan. Ini adalah tiruan dari sang Ular Agung
yang membantu raja Eridu terdahulu ketika menaklukkan kota-kota dataran. Benda itu berisi
spirit kuat yang dipaksa melakukan perintah tuannya."
"Tuannya adalah ..."
"Siapapun yang memegangnya, kurasa. Spirit itu di perintah dengan menekan tombol rahasia."
Si penyihir mempertimbangkan ucapanku dalam keheningan sejenak. Akhirnya dia berkata:
"Aku belum pernah mendengar cerita ini. Kau berbohong."
"Hey, tentu saja. Aku seorang demon, kan" Lupakan saja semuanya dan berikan kepada
Solomon." "Tidak." Orang tua itu berkata dengan keputusan yang tiba-tiba. "Ambil kembali ini."
"Apa?" Tapi sudah terlambat; dia telah melemparkan kembali ular itu melintasi ruangan, dimana
si gadis menangkapnya dengan ragu.
"Kau pikir aku bodoh, Bartimaeus?" tuanku berteriak, menghentakkan kaki keriputnya di
marmer. "Dengan sabar kau merencanakan untuk menjebakku dengan beberapa tipuan! Kau
menggiringku menyelidiki alat ini, berharap benda ini akan membunuhku! Well, aku tidak akan
menekan tombol apapun disini. Tapi kau."
Si gadis berkedip ke arah penyihir dengan mata coklat besarnya. "Lihat, ini sama sekali tidak
perlu " " "Lakukan sesuai perintahku!"
Dengan keengganan paling besar, aku mengangkat ular di tanganku dan mempertimbangkan
tombol yang ada di cakarnya. Semua ada tiga, masing-masing dihiasi sebuah zamrud. Memilih
yang pertama, aku menekannya dengan hati-hati. Ada suara mendesing. Seketika ular itu
mengeluarkan kejutan listrik yang mengejutkan intisariku dan menyebabkan rambut panjang
sang gadis berdiri seperti sikat toilet.
Si penyihir tua tertawa mengejek. "Kau merencanakan itu untukku kan?" dia terkekeh. "Biar ini
menjadi pelajaran buatmu. Baiklah, selanjutnya!"
Aku menekan tombol kedua. Bertumpu pada set roda penggerak dan sumbu tersembunyi,
beberapa sisik ular terbuka dan mengeluarkan hembusan asap mengandung tar. Seperti
jebakan yang pertama, waktu yang lama telah menumpulkan mekanismenya, dan wajahku
hanya sedikit menghitam. Tuanku bergoyang kedepan dan belakang. "Semakin baik," ujarnya. "Lihat keadaanmu!
Sekarang yang ketiga."
Zamrud ketiga tampak di rancang untuk mengeluarkan semburan gas beracun, tapi setelah
bertahun-tahun yang tersisa hanya kabut hijau samar dan bau busuk.
"Kau sudah mendapat kesenanganmu," aku mendesah, dan menjulurkan lagi sang ular.
"Sekarang bebaskan aku, atau kirim aku lagi, atau apapun maumu. Tapi biarkan aku sendiri.
Aku muak dengan semua ini."
Tapi mata sehat si penyihir bersinar. "Jangan buru-buru, Bartimaeus!" ujarnya muram. "Kau
lupa ekornya." "Aku tidak melihat " "
"Apa kau buta" Disana juga ada engsel! Tekan itu, jika berkenan."
Aku ragu. "Kumohon. Aku sudah cukup."
"Tidak, Bartimaeus. Mungkin ini adalah "tombol rahasia" yang kau maksud. Mungkin kali ini kau
akan bertemu dengan "spirit kuat" dari legenda. Orang tua itu meringis dengan senyuman yang
menjengkelkan; dia melipat lengan kurusnya. "Atau mungkin kau akan mengetahui lagi
bagaimana bila kau mencoba menipuku lagi! Lakukan " tanpa jeda! Tekan ekornya!"
"Tapi " " "Aku memerintahmu untuk menekannya!"
"Segera." Itu yang aku tunggu-tunggu selama ini. Aturan dari semua pemanggilan selalu
menyebutkan aturan ketat yang mencegah untuk secara langsung melukai penyihir yang
membawamu kesini: ini merupakan yang pertama, aturan paling dasar dari semua sihir mulai
dari Ashur sampe Abissinia. Menggiring tuanmu ke malapetaka melalui kata-kata halus dan
kelicikan murni adalah hal yang berbeda, tentu saja seperti mereka merusak diagram atau
mengacaukan mantranya. Tapi serangan langsung tidak diperbolehkan. Kau tidak bisa
menyentuh tuanmu kecuali kau diperintah secara langsung oleh ucapan mereka sendiri.
Sebagaimana, dengan senang hati, sekarang.
Aku menjinjing ular emas dan memuntir ekornya. Seperti yang kuduga, Naabash tidak
berbohong(3), tidak pula elemental air-nya (4) rusak seperti mekanisme mesin jam sebelumnya.
Semburan air yang deras meluncur dari mulut terbuka sang ular, berkilauan cahaya fajar yang
menyenangkan. Karena, oleh kebetulan belaka, aku memegang sang ular menghadap tepat
kearah si penyihir, semburan air melewati ruangan dan menghantam orang tua aneh itu tepat di
bagian dada, mengangkatnya dan membawanya keluar dari lingkaran dan melintasi separuh
ruangannya. Jarak yang ditempuh sangat memuaskan, tapi keluar dari lingkaran adalah intinya.
Bahkan sebelum dia mendarat, dengan berat dan basah, dengan punggungnya, pengikatku
terkoyak dan memudar, dan aku bebas.
(3) Berbeda seperti ketika kami berbicara dengan manusia, spirit tingkat tinggi selalu berbicara jujur
diantara mereka. Urutan yang lebih rendah, sayangnya, kurang beradab, foliot suka berubah-ubah,
moody dan suka menghayal, sementara imp hanya suka menceritakan kebohongan.
(4) Elemental: sebagian besar spirit menggabungkan dua atau lebih elemen dalam esensi mereka (jin
terbaik, tak perlu menyebut nama, merupakan keseimbangan entiti dari api dan udara). Para spirit itu
terbentuk dari udara, tanah, api atau air saja, tetap saja, adalah elemental " ceret ikan yang berbeda
menjadi satu. Mereka tidak memiliki kecakapan atau pesona yang membuat beberapa yang terpilih dari
kami begitu menarik, tapi digantikan dengan kekuatannya yang besar dan mentah.
Gadis cantik itu menjatuhkan sang ular ke lantai. Dia melangkah maju keluar dari diagram yang
menahannya. Jauh menyeberangi ruangan, si penyihir sudah terbalik; dia terbaring
menyedihkan disana, mengepak-ngepak seperti ikan.
Sang gadis melewati lilin lemak kambing, dan ketika dia melewatinya, setiap lilin berkedipkedip. Kakinya menginjak semangkuk herbal; rosemari tumpah di kulitnya, yang terbakar dan
menguap. Gadis itu tidak mempedulikan; mata hitam besarnya hanya tertuju pada si penyihir,
yang berjuang mengangkat kepalanya sedikit, melihat kedatanganku perlahan.
Dia melakukan sebuah usaha yang sia-sia, tetap basah dan terbalik. Tangan yang bergetar
terangkat dan menunjuk. Mulutnya bergerak; dia berkata tergagap. Dari jari telunjuknya
terlontar Tombak Intisari ke depan. Sang gadis membuat gerakan; tombak petir meledak di
udara dan menembak sudut acak menghantam dinding, lantai dan atap. Satu percikan terlontar
keluar melalui jendela terdekat menuju lembah mengagetkan para petani di bawah.
Si gadis menyebrangi ruangan; dia berdiri di atas si penyihir dan merentangkan tangannya, dan
paku-paku di jemarinya, sebenarnya jarinya sendiri, jauh lebih panjang dari sebelumnya.
Orang tua itu melihat kearahku. "Bartimaeus ?"
"Itu namaku," kataku. "Sekarang, kau akan berdiri, atau aku yang mendatangimu?"
Jawaban yang dibuatnya tidak begitu jelas. Si gadis cantik mengangkat bahunya. Kemudian dia
mengarahkan gigi-gigi indahnya kepada si penyihir, dan suara yang terdengar kemudian
diredam dengan cepat. Tiga imp pengawas kecil, mungkin tertarik karena gangguan pada plane, tiba pada saat aku
selesai. Matanya melebar dan kebingungan, mereka berkerumun di ambang pintu ketika si
gadis yang ramping terhuyung. Dia sendirian di ruangan itu sekarang; matanya berkilau dalam
bayang-bayang saat berbalik menghadap mereka.
Para imp membunyikan alarm, tapi sudah terlambat. Bahkan ketika di atas mereka terbelah
oleh kepakan sayap-sayap dan cakar, si gadis cantik tersenyum dan melambaikan salam
perpisahan " meninggalkan para imp, Yerusalem, dari perbudakanku yang terakhir di bumi "
dan tanpa kata telah pergi.
Dan itu adalah akhir dari si penyihir tua. Kami telah bersama sebentar, tapi aku masih belum
tahu namanya. Tetap saja, aku mengingatnya dengan penuh sayang. Bodoh, tamak, tidak
kompeten dan mati. Itu adalah jenis tuan yang layak dimiliki.
Bagian Kedua Raja Solomon yang Agung dari Israel, Penyihir Tinggi dan Pelindung bagi rakyatnya, duduk di
singgasananya bertahtakan mahkota yang elegan. "Mati?" ujarnya, dan kemudian " lebih keras
setelah jeda menakutkan yang membuat detak jantung empat ratus tiga puluh tujuh
pengikutnya meloncat dan berguncang dalam kewaspadaan " "Mati?"
Dua afrit yang duduk di depan singgasananya dalam wujud singa emas melirik ke arahnya. Tiga
jin bersayap yang melayang di belakang kursinya, membawa buah-buahan, anggur dan daging
sebagai hidangan untuk raja, bergetar hebat, gelas-gelas dan piring berkelontangan di tangan
mereka. Tinggi di atas kasau burung-burung merpati dan layang-layang berjatuhan dari
tempatnya bertengger, dan membubarkan diri di belakang pilar menuju kebun-kebun yang
disinari matahari. Dan ke empat ratus tiga puluh tujuh manusia " para penyihir, kerabat istana,
istri-istri dan pelapor " yang sedang berkumpul di aula pagi itu membungkukkan kepala mereka
dan menggosok-gosokkan kaki dan menatap lantai dengan serius.
Jarang sekali, bahkan dalam urusan perang atau istri, raja yang agung pernah meninggikan
suaranya. Kejadian ini adalah pertanda buruk.
Di kaki tangga perdana menteri Solomon membungkuk rendah. "Mati. Benar tuanku. Tapi,
dalam suratnya yang lebih ceria dia memberikanmu benda antik yang sangat bagus."
Masih membungkuk, dia menunjukkan dengan tangan terjulur di dasar tiang terdekat di
sampingnya. Di sana duduk patung ular dari emas terpuntir.
Raja Solomon memperhatikannya. Seluruh aula terdiam. Kedua afrit singa mengedip ke arah
orang-orang dengan mata emasnya, cakar-depan beludru mereka menyilang dengan ringan,
ekor mereka mengibas sesekali ke batu di belakang. Di atas singgasana jin terbang menunggu,
tak bergerak karena malas menggerakkan sayap elang mereka. Di taman luar kupu-kupu
bergerak seperti bintik-bintik sinar matahari diantara kecerahan pohon.
Akhirnya sang raja berbicara; dia duduk kembali di atas singgasana kayu cedar. "Itu adalah
benda yang cantik. Dengan tindakan terakhirnya, Ezekiel yang malang melayaniku dengan
baik." Dia mengangkat tangan untuk menyuruh para jin menuangkan anggur, dan karena
menggunakan tangan kanan-nya, reaksi kelegaan menyebar di aula. Para penyihir menjadi
lebih santai; para istri mulai bergosip diantara mereka; dan satu per satu para pelapor yang
terkumpul dari lusinan daerah mengangkat kepala mereka untuk menatap penuh kagum
sekaligus takut pada raja mereka.
Tidak ada keburukan pada Solomon. Dia terhindar dari cacar di masa mudanya, dan meskipun
di usia paruh bayanya, kulitnya tetap halus dan lembut seperti bayi. Selama lima belas tahun
menjabat, memang, tidak ada perubahan berarti padanya, mata dan kulit gelap, wajah lancip,
dengan rambut hitam menggantung bebas di pundaknya. Hidungnya panjang dan lurus,
mulutnya penuh, matanya dilapisi kohl hijau-kehitaman mengikuti gaya mesir. Di atas jubah
sutra mewahnya " dikirim sebagai hadiah dari pendeta-penyihir dari india " dia mengenakan
banyak benda menakjubkan dari emas dan permata, anting dari batu safir, kalung dari gading
Nubian, manik-manik amber dari Cimmeria. Rantai perak menggantung di pergelangan
tangannya, sementara di pergelangan kaki terdapat pita emas tipis. Bahkan sandal kulit anak
kambingnya, merupakan hadiah mas kawin dari raja Tyre, yang bertabur dengan emas dan
bebatuan berharga. Tapi lengannya yang panjang dan ramping terbebas dari segala macam
permata dan hiasan " kecuali jari kelingking kirinya, yang mengenakan cincin.
Sang raja duduk menunggu saat jin menuangkan anggur ke piala emasnya; dia menunggu,
menggunakan garpu emas, mereka menambahkan buah beri dari bukit Anatolian yang
berangin, dan es dari puncak Gunung Libanon. Dan orang-orang menatapnya selama dia
menunggu, bergelimangan kemewahan dari kekuatannya, auranya seperti mentari.
Esnya telah tercampur; anggurnya sudah siap. Dalam kepakan sayap tak bersuara sang jin
kembali ke atas singgasana. Solomon memperhatikan pialanya, tapi tidak meminumnya. Dia
kembali memperhatikan aula.
"Para penyihirku," dia berkata, kepada lingkaran pria dan wanita terdepan dari keramaian,
"kalian telah bekerja dengan baik. Dalam semalam kalian telah mengumpulkan banyak artifak
menakjubkan dari berbagai belahan dunia." Dengan lambaian piala dia menunjuk ke tujuh belas
dasar tiang di depannya, masing-masing terdapat harta kecil. "Semuanya pastilah luar biasa,
dan akan memancarkan cahaya dari budaya kuno yang mendahului kita. Aku akan mempelajari
mereka dengan antusias. Hiram, kau boleh menyimpan mereka."
Sang perdana menteri, seorang yang kecil, penyihir berkulit gelap dari pedalaman Kush, segera
tersadar. Dia memberi perintah. Tujuh belas budak " manusia, atau dalam wujud manusia "
berlari ke depan untuk menyimpan ular emas dan harta lainnya dari aula.
Saat semua masih terdiam, perdana menteri mengembangkan dadanya, mengambil tongkatnya
pada ujung batu delimanya dan menghentakkan pada lantai tiga kali. "Perhatian!" dia berteriak.
"Dewan Solomon akan dimulai! Ada beberapa masalah besar yang harus di beritahukan pada
raja. Seperti biasanya, kita semua akan mengambil manfaat dari karunia kebijaksanaannya.
Pertama " " Tapi Solomon telah mengangkat tangannya dengan malas, dan menggunakan tangan kiri,
perdana menteri terkejut seketika, tercekik kata-katanya dan memucat.
"Simpan permintaan maafmu, Hiram," sang raja berkata lembut, "masalah pertama sudah ada
di depan kita. Penyihirku Eizekiel telah dibunuh pagi ini. Spirit yang membunuhnya " apa kita
tahu identitasnya?" Sang perdana menteri membersihkan tenggorokannya. "Tuan, tentu saja. Dari sisa lingkaran
Eizekiel, kami telah menyimpulkan penyerangnya. Bartimaeus dari Uruk adalah julukan
favoritnya." Solomon mengerutkan dahinya. "Apakah aku pernah mendengar laporan soal nama itu?"
"Ya, Tuan. Baru kemarin. Terdengar nyanyian yang terlampau angkuh, yang menyebutkan " "
"Terimakasih, aku ingat sekarang." Sang raja menepuk dagunya yang tampan. "Bartimaeus . . .
dari Uruk " kota yang telah hilang selama dua ratus tahun. Jadi dia adalah demon yang paling
kuno. Seorang marid, aku kira?"
Sang perdana menteri menunduk rendah. "Bukan, Tuanku. Menurutku bukan."
"Kalau begitu seorang afrit."
Sang perdana menteri membungkuk lebih rendah; dagunya hampir menyentuh lantai marmer.
"Tuan, sebenarnya dia adalah jin dengan kekuatan dan tenaga tingkat menengah. Level
keempat, jika beberapa catatan Sumeria berkata benar."
"Level keempat?" Jari-jari panjang mengetuk bagian lengan singgasana; dari jari kelingking
terpancar sinar dari emas. "Seorang jin level empat telah membunuh salah satu penyihirku"
Demi kehormatan ratapan bayang-bayang Eizekiel, ini memalukan bagi Jerusalem " dan,
terlebih bagi-ku. Kita tidak bisa membiarkan penghinaan ini begitu saja. Sebuah contoh harus
dibuat. Hiram " biarkan ke tujuh belas yang tersisa mendekat."
Untuk menjaga kekuasaan Raja Solomon, kepala penyihirnya di panggil dari berbagai negara
jauh dari perbatasan Israel. Dari pedalaman Nubia dan Punt, dari Assiria dan Babilonia, para
pria dan wanita yang hebat berasal. Masing-masing, dengan perintah singkat, mampu
memanggil demon dari udara, menciptakan angin puyuh dan hujan kematian kepada musuhmusuh mereka yang ketakutan. Mereka semua ahli dalam seni-seni kuno, dan telah dianggap
kuat di tanah kelahiran mereka. Tapi semuanya telah memilih berkelana jauh ke Yerusalem,
untuk melayani dia yang memakai cincin.
Dengan putaran tongkatnya, perdana menteri memerintahkan lingkaran ke depan; setiap
penyihir, sebagai gantinya, membungkuk rendah di depan singgasana.
Solomon mempertimbangkan mereka sejenak, lalu berbicara: "Khaba."
Tenang, agung, berkaki-lembut seperti seekor kucing, seorang lelaki melangkah maju dari
lingkaran. "Tuan."
"Kau punya reputasi yang hebat."
"Tuan, memang benar."
"Kau memperlakukan budakmu dengan kekerasan yang pantas."
"Tuan, hamba mempunyai kebanggaan dalam sikap keras hamba, dan hamba melakukannya
dengan baik, karena demon mengkombinasikan keganasan dan kelicikan, dan sifat alami
mereka adalah pendendam dan penuh fitnah."
Solomon menepuk dagunya. "Tepat . . . Khaba, aku percaya kau sudah berpengalaman dalam
pekerjaanmu dengan beberapa spirit keras kepala yang sering membuat masalah."
"Tuan, itu benar. Setiap penyesalan keras adalah keburukan masa lalu."
"Apakah kau setuju menambahkan Bartimaeus yang nakal ini ke dalam daftarmu?"
Khaba adalah orang Mesir, seseorang dengan penampilan yang menawan, tinggi, dada yang
bidang dan tubuh yang kuat. Kepalanya, seperti semua pendeta-penyihir dari Thebes yang
telah di pangkas dan diberi wax sampai bersinar. Hidungnya bengkok seperti paruh elang,
alisnya tebal, mulutnya tipis, berdarah dingin, singsat seperti senar busur. Matanya
menggantung seperti bulan hitam yang lembut di dataran wajahnya, dan berkilau terus-menerus
seakan tertutup dari air mata. Dia mengangguk. "Tuan, sebagaimana biasanya hamba
memenuhi kebutuhan dan keinginanmu."
"Tepat sekali." Solomon menyeruput anggurnya. "Buat Bartimaeus itu bertekuk lutut dan belajar
rasa hormat. Hiram akan membawakanmu diagram dan catatan yang dibutuhkan saat menara
Eizekiel sudah dibersihkan. Cukup itu."
Khaba membungkuk dan kembali ke tempatnya diantara kerumunan, bayangannya mengikuti
seperti mantel di belakangnya.
"Dengan begitu sudah diputuskan," ujar Solomon, "kita bisa beralih ke masalah yang lain.
Hiram?" Sang perdana menteri menjetikkan jemarinya. Seekor tikus putih kecil berjungkir-balik dari
udara kosong dan mendarat di tangannya. Tikus itu membawa gulungan papirus, yang sudah
terbentang dan disiapkan untuk diperiksa. Hiram mempelajari catatannya sejenak. "Kita
mempunyai tiga puluh dua masalah hukum, Tuan," ujarnya, "yang telah dirujuk oleh para
penyihirmu. Para penggunggat menunggu keputusanmu. Masalah yang harus diselesaikan
antara lain sebuah pembunuhan, tiga penyerangan, sebuah pernikahan dengan berbagai
permasalahan dan persoalan lingkungan mengenai kambing yang hilang."
Wajah sang raja tampak tenang. "Bagus sekali. Apa lagi?"
"Seperti biasa, banyak pelapor dari tanah yang jauh telah datang untuk meminta
pertolonganmu. Hamba telah memilih dua puluh diantaranya untuk membuat permohonan
formal pada-mu hari ini."
"Aku akan mendengarkan mereka. Apa itu sudah semua?"


Bartimaeus 4 The Ring Of Solomon Karya Jonathan Stroud di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak, Tuan. Kabar telah datang dari jin patroli kita di gurun selatan. Mereka melaporkan
penyerangan lebih lanjut oleh perampok. Perumahan-perumahan terpencil telah dibakar dan
penduduknya di bantai, dan juga terjadi pembunuhan di rute-rute perdagangan " rombongan
kereta diserang, dan para pengelana dirampok."
Solomon menggeser kursinya. "Siapa yang mengontrol patroli selatan?"
Seorang penyihir berbicara, seorang wanita dari Nubia, berpakaian jubah kuning yang ketat.
"Hamba, Tuan." "Panggil demon lebih banyak, Elbesh! Lacak para "perampok" ini! Cari tahu kebenarannya:
apakah mereka kriminal biasa, atau prajurit bayaran yang bekerja untuk raja asing" Laporkan
padaku besok." Wanita itu menyeringai. "Ya, Tuan . . . hanya saja " "
Sang raja mengerutkan dahi."Hanya apa?"
"Tuan, mohon ampunanmu, hamba sudah mengontrol sembilan, jin kuat dan susah diatur. Hal
ini mengambil semua energi hamba. Untuk memanggil lebih banyak budak lagi pasti akan sulit."
"Begitu." Sang raja menyisir tidak sabar melintasi lingkaran. "Kalau begitu Reuben dan Nisroch
akan membantumu dalam tugas kecil ini. Sekarang " "
Seorang penyihir berkumis kusut mengangkat tangannya. "Yang mulia, maafkan hamba! Saat
ini hamba sedang disibukkan dengan hal lain."
Lelaki disampingnya mengangguk. "Begitu pula hamba!"
Sekarang perdana menterinya, Hiram, mengajukan diri berbicara. "Tuan, gurun sangatlah luas
dan sumber daya kami, pelayanmu, sangat terbatas. Bukankah ini saat yang tepat bagi Tuan
untuk mempertimbangkan membantu kami" Jika, mungkin, yang mulia berkenan " " Dia
terdiam. Mata ber-kohl Solomon mengedip perlahan, seperti kucing. "Lanjutkan."
Hiram terjebak. Dia sudah berbicara terlalu banyak. "Saatnya ... mungkin yang mulia
mempertimbangkan untuk menggunakan" " suaranya sangat samar " "cincin?"
Raut wajah raja menjadi gelap. Buku-buku jari tangan kirinya menggenggam lengan singgasana
sampai memutih. "Kau mempertanyakan perintahku, Hiram," ujar Solomon pelan.
"Tuanku yang Agung, kumohon! Hamba tidak bermaksud buruk!"
"Kau berani menyatakan bagaimana kekuatanku digunakan."
"Tidak! Hamba berbicara tanpa berpikir!"
"Apakah itu benar-benar keinginanmu?" tangan kirinya digeser; pada jari kelingking kilauan
emas dan obsidian hitam terpapar cahaya. Di bawah singgasana para afrit singa menggigit bibir
mereka dan membuat suara menggeram di tenggorokan mereka.
"Tidak, Tuan! Kumohon!" Perdana menteri gemetar ketakutan di lantai; tikusnya mencari
persembunyian di jubahnya. Di seluruh aula penonton berbisik-bisik dan mundur
Raja meraih, memutar cincin ke atas. Terdengar suara berdebum, tekanan udara. Kegelapan
menyelimuti seluruh aula, dan ditengah kegelapan itu tampak makhluk tinggi dan berdiri diam di
samping singgasana. Empat ratus tiga puluh tujuh orang terdiam seakan mereka baru dipukul.
Dalam bayangan singgasana wajah Solomon terlihat sangat buruk, berubah-ubah. Suaranya
menggema seolah berada di dalam gua di dasar bumi: "Aku katakan pada kalian semua:
Berhati-hatilah dengan apa yang kalian inginkan."
Dia memutar kembali cincinnya. Seketika makhluk itu menghilang; dalam sekejap aula dipenuhi
cahaya dan nyanyian burung di taman.
Perlahan, dengan ragu, penyihir, kerabat istana, istri-istri dan para pemohon kembali ke tempat
mereka. Wajah Solomon kembali tenang. "Kirim demon mu ke gurun," katanya. "Tangkap perampok itu
sesuai perintahku." Dia menyeruput anggur, dan melihat ke taman dimana, seringkali, musik
yang samar sekarang dapat terdengar, meskipun para pemainnya tak terlihat. "Satu lagi,
Hiram," dia berkata terakhir kali. "Kau belum mengatakan padaku tentang Sheba. Apakah
pembawa pesannya sudah kembali" Sudahkah kita mendengar respon ratu?"
Perdana menteri telah berdiri dan mengusap tetesan darah dari hidungnya. Dia terhenyak; hari
berjalan tak terlalu baik untuknya. "Tuan, sudah."
"Dan?" Dia berdehem. "Sekali lagi, tanpa diduga, ratu menolak lamaranmu dan menolak menjadi
selirmu." Perdana menteri berhenti untuk memberi kesempatan desahan dan kegemparan dari
para istri yang hadir seperti dugaan. "Penjelasannya, adalah, sebagai berikut : sebagai
pemimpin dari negaranya, lebih dari sekedar seorang putri dari rajanya" " lebih banyak desahan
terdengar saat ini, dan beberapa dengusan " "dia tidak bisa meninggalkannya demi kehidupan
yang lebih senggang, meskipun bergelimangan kemewahanmu di Yerusalem. Dia sangat
menyesali penolakan ini, dan menawarkan persahabatan abadi, dari Sheba, untukmu dan
rakyatmu sampai, dan hamba kutip" " dia melihat gulungan sekali lagi " ?"menara Marib runtuh
dan Matahari abadi menghilang" . . . intinya, Tuan, sebuah penolakan lagi."
Perdana menteri selesai membaca, dan tidak berani melihat ke arah raja, mengulur waktu
dengan menggulung kembali gulungan perkamen dan memasukkan kembali ke dalam
jubahnya. Orang-orang diam membeku, melihat sosok terdiam di singgasana.
Kemudian Solomon tertawa. Dia menenggak anggur. "Jadi itu adalah jawaban dari Sheba,
benar?" katanya. "Baiklah. Kita harus mempertimbangkan bagaimana Yerusalem merespon."
Malam telah jatuh dan kota Marib dalam kesunyian. Ratu Sheba duduk sendirian di kamarnya,
membaca kitab sucinya. Saat ia meraih cangkir anggur, dia mendengar kepakan
di jendela. Seekor burung berdiri di sana, elang, menghamburkan bintik-bintik es dari bulunya
yang melekat dengan dingin, bermata hitam. Ratu mengamati sejenak, kemudian, karena ia
memahami ilusi dari spirit spirit udara, berkata: "Jika kau datang dengan damai, masuklah, dan kau akan diterima. "
Ketika elang itu melompat dari ambang jendela ia berubah menjadi pemuda yang ramping,
berambut keemasan dan tampan, dengan mata hitam dan dingin seperti yang dimiliki elang
yang bertelanjang dada dan bertatahkan bintik-bintik es tadi.
Pemuda itu berkata: "Aku membawa pesan kepada ratu tanah ini."
Ratu tersenyum. "Akulah dia. Kau telah datang dari jauh, dan berada di ketinggian. Kau adalah
tamu dirumahku dan aku menawarkanmu semua yang aku miliki. Apakah kau memerlukan
penyegaran atau istirahat, atau hal lainnya"
Katakan, dan akan kupenuhi."
Dan pria muda berkata, 'Anda ramah, Ratu Balkis, tapi aku tidak membutuhkan satupun dari
yang anda sebutkan. Aku harus menyampaikan pesan dan mendengar jawaban Anda.
Pertama, ketahuilah bahwa aku adalah Marid dari tingkat ketujuh, budak Solomon, anak Daud,
yang merupakan Raja Israel dan penyihir terkuat yang ada. "
"Sekali lagi?" Kata sang ratu, tersenyum. "Tiga kali aku menerima pertanyaan dari raja itu, dan
tiga kali aku telah memberikan jawaban yang sama. Kesempatan terakhir adalah seminggu
yang lalu. Aku berharap dia telah menerima keputusanku sekarang, dan tidak menanyakannya
kembali untuk keempat kalinya"
'Seperti itulah, "kata pemuda itu,' Anda segera akan mendengar, Solomon menyampaikan
salam, dan harapannya untuk kesehatan dan kemakmuran Anda. Dia berterima kasih untuk
keputusan Anda terhadap lamaran terakhirnya, yang sekarang secara resmi ditarik. Sebaliknya
ia menuntut Anda mengakui dia sebagai penguasa berdaulat dan Anda setuju untuk membayar
upeti tahunan, sebanyak empat puluh karung dupa frankincense dari hutan Sheba. Jika Anda
setuju untuk ini, matahari akan terus tersenyum di tanah Anda, dan Anda dan keturunan Anda
akan selama-lamanya makmur. Menolak - terus terang merupakan keputusan yang kurang
menguntungkan." Balkis tidak lagi tersenyum. Dia bangkit dari kursinya. "Ini adalah permintaan yang paling
kurang ajar! Solomon tidak memiliki klaim terhadap kekayaan Sheba, seperti dia tidak memiliki
klaim terhadapku! ' "Anda mungkin pernah mendengar," kata pemuda itu, 'bahwa Solomon master dari cincin sihir,
yang dengannya dia dapat memanggil tentara roh dalam sekejap mata. Untuk alasan ini rajaraja Phoenicia, Libanon, Aram, Tirus dan Edom, di antara banyak lainnya, telah bersumpah
setia kepadanya dan menjalin persahabatan, mereka membayar besar upeti tahunan dari emas, kayu, kulit dan garam, dan berpikir bahwa mereka beruntung
terhindar murkanya."
"Sheba adalah sebuah negara kuno yang berdaulat," kata Balkis dingin, 'dan memiliki ratu yang
tidak akan menekuk lututnya untuk setiap kafir asing. kau dapat kembali ke master anda dan
mengatakan itu. ' Anak muda itu tidak bergerak, tetapi berbicara dalam nada santai. "Sebenarnya, Oh Ratu,
apakah anda benar-benar berharap Sheba akan menjadi begitu mengerikan" Empat puluh
karung di antara ratusan yang Anda panen setiap tahun" Itu tidak akan membuat anda
bangkrut! gigi putih bersinar dalam senyumannya. "Dan selain itu, hal ini tentunya jauh lebih
baik daripada menggiring negeri anda kepada kehancuran, sementara kota Anda terbakar dan
rakyat Anda binasa. "
Balkis terkesiap dan mengambil langkah kearah makhluk kurang ajar itu, tapi menahan diri saat
melihat kilau yang kosong, dimata yang gelap. 'Demon, kau sudah jauh melebihi tugastugasmu,' dia berkata. "Aku menuntut kau meninggalkan ruangan ini secepatnya, atau aku akan
memanggil pendeta ku untuk menjebakmu di jaring perak mereka."
'Jaring Perak tidak berarti apa pun bagiku, "kata Spirit. Dia berjalan ke arahnya.
Balkis mundur. Di dalam lemari di samping kursinya ia menyimpan bola Kristal, yang kalau
dipecahkan akan terdengar alarm yang akan membawa pengawal pribadinya padanya. Tetapi
setiap langkah baru membawanya lebih jauh dari lemari dan lebih jauh dari pintu. tangan nya
melenceng ke belati berhias permata di ikat pinggangnya.
Demon berkata, 'Oh, aku tidak akan melakukannya. Bukankah aku seorang Marid,
yang dengan kata-kata berbisik aku dapat memanggil badai dan membangun sebuah pulau
baru di laut" Namun, meskipun dengan kekuatanku, aku paling lemah dan paling menyedihkan
dari budak Solomon, yang berdiri tertinggi dari semua orang dalam kemuliaannya dengan
bangga. " Dia berhenti; Balkis belum mencapai dinding, tapi dia merasakan batu bata dekat di belakang
punggungnya. Dia berdiri tegak, tangan pada gagang belati, tetap tanpa ekspresi wajahnya,
seperti yang telah pernah diajarkan untuk melakukan.
"Dulu aku melayani raja-raja pertama Mesir," kata demon. "Aku membantu membangun
kuburan mereka, yang masih tetap sebagai keajaiban dari dunia. Namun kebesaran raja-raja itu seperti debu sebelum kekuatan Solomon yang sekarang
berkuasa. " Dia berbalik dan dengan langkah-langkah santai menyeberang untuk berdiri di samping
perapian, sehingga es yang tersisa pada bahunya meleleh dengan cepat dan berjalan cepat di
bawah anak sungai yang panjang, berkaki gelap. Ia menatap ke dalam api. "Pernahkah Anda
mendengar apa yang terjadi ketika ia dilawan, Oh Ratu" "katanya lembut. "Saya telah melihat
dari kejauhan. Dia memakai Cincin pada jarinya. Dia memutarnya sekali, Spirit Cincin muncul.
Lalu apa" Tentara berbaris di langit, tembok kota runtuh, bumi terbuka dan musuh-musuhnya
dilahap oleh api. Dia membangkitkan Spirit yang tak terhitung, lebih cepat dari dugaan,
sehingga tengah hari berubah hitam seperti tengah malam saat mereka lewat, dan tanah
bergetar dengan kepakan sayap mereka. Apakah Anda ingin melihat teror ini" Melawan dia,
yang pasti akan datang kepada Anda. "
Tapi Balkis telah mengumpulkan keberaniannya, dia berjalan menuju lemari dan berdiri di sana,
kaku karena marah, satu tangan di laci mana kristal berbaring. "Aku telah memberikan
jawabanku, 'dia kata kasar. 'Kembali ke mastermu. Katakan padanya bahwa untuk keempat
kalinya aku menolak dia, dan bahwa aku menginginkan tidak ada utusan lebih lanjut.
Selanjutnya, bahwa jika ia tetap dalam ketamakannya yang kejam, aku akan membuatnya
menyesal bahwa dia pernah mendengar namaku. "
"Oh, yang aku sangat ragukan," kata pria muda. 'Anda hampir tidak mengendus ilmu sihir, dan
Marib bukanlah pusat ilmu sihir atau senjata. Sebuah kata terakhir sebelum aku memulai
penerbangan pulangku yang panjang. Tuanku bukannya tanpa alasan. Dia tahu ini merupakan
keputusan sulit bagi Anda. Anda memiliki dua minggu untuk berubah pikiran. Lihat disana"
Demon itu menunjuk melalui jendela, dimana bulan tergantung jingga di belakang menara kota
yang terbuat dari bata lumpur. "Malam ini bulan penuh. Ketika bulan itu menghilang yaitu dua
minggu lagi, tumpukan empat puluh karung dupa frankincense sudah harus siap di halaman!
Jika tidak, tentara Solomon akan mengepakkan sayapnya. Dua minggu! Sementara itu aku
berterima kasih atas keramahan dan kehangatan api Anda. Sekarang aku akan menunjukkan
api kecilku sendiri. Pertimbangkan hal ini untuk memacu pemikiran Anda." Mengangkat
tangannya: sebuah bola api oranye mengembang dari jari-jarinya, menembak dengan kilatan
cahaya. Bagian atas menara terdekat meledak dalam bunga api. Tembok-tembok yang terbakar
jatuh ke dalam kegelapan; jeritan terdengar melintasi teluk.
Dengan menangis, Balkis menerjang maju. Pria muda itu tersenyum menghina dan melangkah
menuju jendela. Sebuah gerakan yang kabur, diantara hembusan angin - elang terbang keluar
antara pilar, berbelok disekitar kepulan asap, dan pergi antara bintang-bintang. Pagi telah datang, sulur tipis asap yang berwarna abu-abu masih menguap dari menara yang
hancur , tapi apinya sendiri telah padam. Hal ini telah membuat para pendeta menghabiskan
beberapa jam untuk memilih demon yang tepat yang harus dipanggil untuk memadamkan api,
sementara itu api telah dipadamkan oleh air yang dibawa dari kanal dengan tangan. Ratu Balkis
telah mengawasi proses ini, dan memastikan orang-orang yang tewas dan terluka dibawa ke
tempat yang tepat. Sekarang, dengan kota mati yang sunyi, ia duduk lagi di samping jendela
nya kamar, memandang cahaya biru kehijauan siang yang perlahan-lahan menyapu lahan
pertanian. Balkis berusia dua puluh sembilan, dan telah menduduki takhta Sheba saat umurnya di bawah
tujuh tahun. Seperti ibunya, yang ratu sebelumnya, dia memenuhi semua persyaratan yang
suci, dan sangat populer dipandangan rakyatnya. Dia cepat dan efisien dalam kebijakan istana, yang membuat senang konselornya; dia juga serius dan taat
dalam hal agama, yang menyenangkan hati pendeta Matahari. Dan ketika orang-orang
perbukitan dari Hadhramaut datang ke kota, dengan jubah mereka turun dengan pedang dan
Jin penjaga perak, beserta karung-karung dupa tersampir pada tangkai unta mereka ", ia
bertemu dengan mereka di halaman depan istana, menawari mereka daun khat untuk dikunyah
, dan berbicara dengan mereka tentang cuaca dan kesulitan menyadap resin dari pohon,
sehingga mereka merasa senang dan kembali ke desa mereka dan berbicara tentang ratu
Sheba yang sangat menakjubkan.
Kecantikannya sangat menawan. Tidak seperti ibunya, yang memiliki kecenderungan untuk
gemuk, dan memang dalam beberapa tahun kemudian diperlukan empat budak muda untuk
membantu mengangkatnya dari sofa luasnya yang yang lembut , Balkis ramping dan atletis dan
tidak menyukai bantuan dari siapa pun. Dia tidak terlalu mempercayai konselor atau pendeta
nya, dan selalu membuat sendiri keputusannya.
Sudah menjadi tradisi di Sheba, budak pribadi semua Balkis yang adalah perempuan. Mereka
dibagi ke dalam dua kategori " gadis-gadis untuk kamar pribadinya, yang mengurusi rambut,
perhiasan dan kebersihan, dan kasta kecil dari keturunan penjaga, yang tugasnya adalah untuk
menjaga ratu dari bahaya. Penguasa sebelumnya telah menjalin persahabatan dengan budakbudak tertentu , tetapi Balkis tidak setuju dengan gagasan tersebut dan memilih untuk sendiri.
Cahaya fajar akhirnya mencapai kanal; airnya beriak dan berkilauan. Balkis bangkit,
menggeliat, dan minum seteguk anggur untuk melonggarkan anggota badannya yang kaku.
Ketika serangan terjadi ia mengetahui dalam hatinya keputusan yang harus ia ikuti, dan ia
sudah menghabiskan sepanjang malam untuk memikirkan keputusannya. Sekarang, setelah
melakukannya, ia akan membuat pikiran tersebut berubah menjadi tindakan. Ia menyeberangi
ruangan ke lemari kecil di samping kursinya, ia mengambil bola alarm dan menghancurkan
kristal yang rapuh itu antara ujung-ujung jarinya.
Dia menunggu, menatap ke dalam perapian; dalam waktu tiga puluh detik dia mendengar
langkah kaki berjalan di lorong luar dan pintu terbuka. Balkis, tanpa berpaling, mengatakan,
"Singkirkan pedangmu, gadis. Bahaya telah pergi."
Dia mendengarkan. Dia mendengar suara logam yang bertemu dengan sarung pedang yang
terbuat dari kulit. Balkis berkata: "Siapa namamu?"
'Asmira, Yang Mulia. "
'Asmira ...' Ratu menatap jilatan api di perapian. "Bagus. Kau selalu menjadi yang tercepat. Dan
juga yang paling terampil , seperti yang kuingat ... Apakah kau melayani saya dalam segala hal,
Asmira" " "Ya, Yang Mulia."


Bartimaeus 4 The Ring Of Solomon Karya Jonathan Stroud di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

'Apakah kau mau mengorbankan nyawamu untukku" "
"Aku akan melakukannya dengan sukacita."
'Sesungguhnya,' Balkis berkata, 'Demi ibumu. Suatu hari nanti, Sheba akan berhutang
padamu." Dia kemudian berbalik, dan memberikan senyumnya kepada gadis itu. 'Asmira,
sayangku, pelindung para pelayan pembawa anggur dan kue. Aku ingin berbicara denganmu."
Setelahnya Kapten Asmira meninggalkan ruangan istana dan kembali ke kamarnya yang kecil,
wajahnya serius nya memerah dan ia terengah-engah. Dia duduk sebentar di
tepi ranjangnya, termenung, dan kemudian menatap retakan tua familiar di tembok bata lumpur
yang mengalir dari langit-langit ke lantai. Setelah beberapa saat detak jantungnya mulai
melambat dan napasnya mulai mereda, namun kebanggaan yang meledak dalam dirinya tidak
berkurang sama sekali. Matanya penuh dengan air mata bahagia. Dia bangkit pada akhirnya dan, menggapai ke rak
tinggi yang diletakkan di dinding, menurunkan sebuah peti kayu, yang dihiasi dengan
simbol matahari siang. Dia menempatkan peti kayunya pada tempat tidur, dia berlutut di
sampingnya, membuka tutupnya, dan mengambil lima belati perak yang beristirahat di sana.
Belati itu berkilat dalam cahaya lentera saat ia memungutnya, ia memeriksa pinggiran belati itu
satu demi satu, memeriksa beratnya. Dan ia meletakkan mereka dengan rapi di samping
tempat tidur. Ia menyeimbangkan kakinya, berjongkok rendah dan mencapai di bawah tempat tidurnya dan
menarik keluar mantel bepergiannya, sebuah sepatu kulit dan " ini membutuhkan usaha yang
sulit untuk mencapainya di sudut tempat tidur - sebuah tas kulit besar, berdebu dan tidak
digunakan. Asmira mengosongkan isi tas di atas lantai: dua buah pakaian yang dilipat kasar, yang anehnya
bernoda dan hangus; beberapa lilin; dua batu perapian yang runcing, sebuah lampu minyak,
tiga pot yang disegel dengan lilin, dan delapan buah batu giok berukir kecil. Dia
mempertimbangkan benda-benda tersebut dengan ragu, lalu mengangkat bahu,
mengembalikannya kedalam tas, menjejalkan belati perak, mengencangkan resletingnya dan
berdiri. Waktu terus berjalan cepat; para pendeta akan berkumpul di halaman depan untuk melakukan
panggilan mereka, dan dia masih harus mengunjungi kuil untuk mendapatkan Berkah dari
Matahari. Tapi dia sudah siap. Persiapannya sudah selesai, dan dia tidak punya satu orang pun untuk
mengucapkan selamat tinggal. Ia melepaskan pedangnya, dan meletakkannya di tempat tidur.
Kemudian dia mengenakan sepatu, mengambil jubah nya dan memanggul tas. Tanpa melirik ke
belakang dia meninggalkan ruangan.
Tinggi di atas Bumi melayang sang phoenix, burung agung yang sangat mirip seekor elang,
kecuali warnanya yang kemerahan hingga bulu-bulu berwarna emas dan bintik-bintik berwarnawarni di ujung sayapnya yang terentang. Dia memiliki dada yang membusung gagah berwarna
tembaga, cakar seperti pengait dari emas, dan mata hitam yang menatap tajam melintasi
keabadian. Dia juga memperlihatkan ekspresi mabuk, dan sedang membawa seperempat ton artichoke
dalam jaring tali yang besar.
Sekarang, beban berat luar biasa bukan satu-satunya hal yang mengangguku dengan
pekerjaan ini. Sejak awal tugas ini telah menyakitkan hingga ke bulu-bulu. Aku harus berangkat
segera setelah tengah malam dari Israel ke pantai utara Afrika, dimana artichoke liar terbaik
tumbuh, sehingga (dan di sini aku mengutip syarat-syarat khusus dari tugasku) aku bisa
"memetik buah paling ranum di dalam bening kristal embun-embun fajar". Kukatakan kepadamu.
Seolah-olah itu akan membuat perbedaan besar.
Menggali benda celaka itu cukup melelahkan juga " kotoran tanah itu akan menyangkut
dibawah kuku selama seminggu - dan membawanya kembali seribu lima ratus mil dengan
melawan arah angin juga tidak bisa dikatakan sebagai piknik. Tapi aku bisa mengatasi semua
ini. Yang benar-benar menggajal di dalam tembolokku yang menyala-nyala ini adalah geli tawa
dan ekspresi sinis yang akan kudapatkan dari rekan-rekan sesama spirit pada saat aku
mendekati Yerusalem. Tersenyum lebar, mereka melintas melewatiku diudara, penuh gaya dan seperti sedang
berperang, membawa tombak dan pedang berkilauan. Mereka pergi berburu perampok di
padang gurun - sebuah misi yang layak dan sesuai. Aku" Aku terseok perlahan-lahan ke utara
dengan tas belanjaanku, dengan senyum yang dipaksakan dan menggumankan sumpah
serapah dalam dengusan nafasku.(1)
(1) Yang pastinya tidak akan kuulangi disini. Tidak seperti beberapa Jin rendahan yang bisa kusebutkan
namanya, yang menyenangi vulgarisme dan analogi yang tidak pantas, Aku sangat ketat dalam hal
kesopanan. Selalu. Terkenal akan hal ini. Bahkan engkau dapat menuliskan tattoo di punggung seorang
cebol apa yang tidak kuketahui tentang selera yang bagus, dengan asumsi engkau memegangnya eraterat agar dia tidak banyak menggeliat. Aku sedang dihukum, kau lihat, dan terus terang ini tidak adil.
Biasanya, ketika kau membunuh seorang penyihir dengan tipu daya yang sedikit jujur dan
melarikan diri kembali ke Dunia Lain, kau akan dibiarkan tinggal dalam damai untuk beberapa
saat. Beberapa tahun akan berlalu, mungkin sepuluh atau dua puluh, ketika akhirnya seorang
tamak pengambil kesempatan lainnya; yang belajar sedikit bahasa kuno Sumeria dan berhasil
menemukan bagaimana cara menggambar pentakel tanpa terlalu banyak coretan akan
menemukan namamu, memanggilmu kembali, dan mulailah perbudakan barumu. Tapi
setidaknya ketika itu terjadi, aturannya jelas, dan disetujui secara diam-diam oleh kedua belah
pihak. Sang penyihir memaksamu membantunya mendapatkan kemakmuran dan
kekuasaan,(2) dan kau melakukan yang terbaik dalam mencari jalan untuk menyuap dan
membuatnya lengah. (2) Membangun makam, perburuan harta karun, perkelahian dalam pertempuran, pengumpulan
artichoke" Berbeda secara lahiriah, mungkin " tapi pada akhirnya semua permintaan-permintaan para
penyihir berakhir kepada kekayaan dan kekuasaan, apapun anggapan mereka.
Kadang-kadang kau berhasil, tetapi lebih seringnya, tidak. Ini semua bergantung pada keahlian
dan penilaian dari masing-masing pihak. Tetapi ini adalah duel personal, dan jika kau
mencatatkan kemenangan yang langka dari penindasmu, hal terakhir yang kau harapkan
adalah dipanggil kembali dengan segera dan dihukum karena kemenanganmu, oleh penyihir
lain. Tapi itulah tepatnya bagaimana hal-hal terjadi di Yerusalemnya Solomon. Belum dua puluh
empat jam setelah melahap si penyihir tua itu dan meninggalkan menaranya sambil
bersendawa dan tersenyum, Aku dipanggil kembali ke menara yang lain di dinding kota.
Sebelum sempat membuka mulut untuk melancarkan protes, aku langsung dihujani oleh
spasm, diputar, digencet, di gantung terbalik dan ditarik hingga meregang, dan akhirnya sebuah
pukulan keras untuk semua masalah yang telah kulakukan.(3) mungkin kau berfikir setelah itu
semua, aku akan sejenak diberikan kesempatan untuk melontarkan sedikit komentar masam,
tapi tidak. Sesaat kemudian aku menemukan diriku berkemas - kemas untuk menjalankan misi
pertama dari banyak misi - misi yang merendahkan martabat, semuanya dirancang khusus
untuk menghancurkan jiwaku yang periang.
(3) Spasm, Pemuntir, Pemukul, dsb.: mantra penghukum yang biasa digunakan untuk menjaga Jin muda
yang sehat tetap berada dijalurnya yang benar. Menyakitkan, membosankan, biasanya tidak "
mematikan. Daftarnya sangat menyedihkan. Pertama-tama aku dikirim ke Gunung Lebanon untuk
mengambil es biru dari puncaknya, sehingga serbat Sang Raja bisa didinginkan dengan baik.
Kemudian aku diperintahkan ke lumbung istana untuk menghitung butir-butir gandum dalam
rangka inventarisasi tahunan. Setelah itu aku dipekerjakan di taman Solomon untuk memetik
daun-daun kering dari pohon-pohon dan bunga, jadi tidak akan ada warna coklat atau daun
keriput yang akan mengganggu mata para bangsawan. Kemudian diikuti lagi dengan dua hari
yang tidak menyenangkan di gorong-gorong kerajaan, dimana aku menggambar kerudung yang
sedikit kotor, sebelum ekspedisi melelahkan dalam mencari telur segar rajawali raksasa untuk
sarapan para anggota rumah tangga kerajaan.(4) Dan sekarang, seakan semua itu tidak cukup,
aku dibebani dengan sajian artichoke, yang membuatku menjadi bahan tertawaan diantara
teman-temanku sesama jin.
(4) Catatan Koki: satu telur rajawali raksasa, orak arik, bisa memberi makan 700 selir, asalkan kau
campur beberapa tong susu, dan seadonan atau tiga mentega. Aku harus mengocoknya juga, yang
membuat lenganku sakit. Tidak ada satupun yang mampu menghancurkan semangatku, tentunya, tapi ini telah
membuatku menjadi cepat marah. Dan kau tahu siapa yang kusalahkan atas semua ini"
Solomon. Bukan karena dia orang yang telah memanggilku, tentu saja. Dia terlalu penting untuk
melakukannya. Begitu penting, sebenarnya, selama tiga tahun perbudakanku di kota ini, aku
nyaris tak pernah bisa memandangnya langsung. Meskipun aku berjalan-jalan sedikit lebih jauh
di istana, menjelajahi dinding labirin dan taman-taman tempat bercengkrama, aku hanya sekali
atau dua kali melihat Sang Raja dari kejauhan, dikelilingi oleh serombongan selir yang menjeritjerit. Dia sangat jarang keluar. Selain saat sidang majelis hariannya, dimana aku tidak
diundang, dia melewatkan sebagian besar waktunya mengurung diri di apartemen pribadinya
dibalakang taman di utara.(5) Sementara dia bersantai disana, memanjakan dirinya,
pemanggilan spirit sehari-hari diserahkan kepada tujuh belas penyihir utama, yang tinggal di
menara-menara sepanjang dinding kota.
(5) Hal ini tidak selalu seperti itu, kalau kau dapat mempercayai ceritanya. Jin dengan masa tugas yang
lama melaporkan bahwa di tahun-tahun pertama kekuasaannya Solomon menikmati jamuan makan
teratur dan pertunjukan topeng dan segala macam hiburan yang bisa dibayangkan (meskipun girning dan
juggling selalu ditampilkan secara mencolok). Setiap malam, rangkaian cahaya lampu-lampu imp akan
menerangi pohon " pohon cemara, dan bola-bola spirit mengelilingi istana dan memandikannya dengan
seribu pergantian warna. Solomon, istri-istrinya dan kerabat istana akan bermain-main diatas rumput
ketika dia menciptakan keajaiban dengan cincinnya. Waktu, sepertinya, telah berubah sejak saat itu
Majikanku sebelumnya salah satu dari ke-Tujuh Belas Penyihir, dan majikan baruku juga -" dan
hal ini, singkatnya, adalah bukti dari kekuasaan Solomon. Semua penyihir secara alami saling
bersaing dengan getir. Ketika salah satu dari mereka terbunuh, naluri mereka adalah bersuka
cita. Bahkan, mereka mungkin memanggil jin yang bersalah itu untuk menjabat erat cakarnya
dengan sepenuh hati daripada menjatuhkan hukuman apapun padanya. Tapi tidak di
Yerusalemnya Solomon. Sang Raja memperlakukan kematian dari salah satu pelayannya
secara sedikit personal, dan dia menuntut pembalasan. Dan demikianlah " melanggar semua
hukum-hukum dari keadilan alami " disinilah aku, kembali diperbudak.
Sambil merengut marah pada kemalanganku, aku melayang maju di hangatnya angin kering.
Jauh dibawah, bayanganku yang menyala-nyala melintas di kebun zaitun dan ladang gandum,
kemudian turun menelusuri teras-teras terjal pohon Tin. Setahap demi setahap kerajaan kecil
Solomon melintas dibawahku, sampai akhirnya di kejauhan aku melihat puncak atap - atap
ibukota, berkilauan bagai sisik ikan diatas bukit.
Beberapa tahun sebelumnya Yerusalem adalah kota kecil yang agak ketinggalan jaman, tidak
terlalu menonjol, dan tentunya tidak bisa dibandingkan dengan ibukota-ibukota seperti Nimrud,
Babilonia atau Thebes. Sekarang, dia bersaing dengan kota-kota kuno itu sebagai tempat yang
makmur dan megah " dan alasan untuk ini tidaklah sulit untuk ditebak.
Ini semua tentang sebuah Cincin.
Sebuah Cincin. Itulah inti dari semua ini. Itulah mengapa Yerusalem berkembang pesat. Itulah
mengapa majikanku segera melompat pada perintah Solomon. Itulah mengapa begitu banyak
penyihir berlomba mengerumuninya, seperti kutu bengkak di anjing lepra, seperti ngengat
mengelilingi api. Terima kasih sepenuhnya kepada Cincin yang dipakai di jarinya sehingga
Solomon bisa menjalani hidupnya dengan bermalas-malasan, dan Israel mendapatkan
kemakmuran yang tak tertandingi. Terima kasih juga kepada reputasi menyeramkan Sang
Cincin, kerajaan-kerajaan Mesir dan Babilonia yang dulu pernah " besar sekarang dengan
waspada menjaga jarak, dan memperhatikan perbatasan mereka dengan pandangan cemas.
Ini semua tentang sebuah Cincin.
Secara pribadi, aku tidak pernah benar-benar melihat artifak kelam itu dari dekat " tapi sekali
lagi, aku tidak memerlukannya. Bahkan dari kejauhan, aku dapat memahami kekuatannya.
Semua benda sihir mengeluarkan aura, dan semakin kuat dia, semakin terang auranya.
Pernah, ketika Solomon melewatiku di kejauhan, sekilas kuperiksa plane yang lebih tinggi.
Aliran cahayanya membuatku menjerit kesakitan. Sesuatu dibadannya bersinar sangat
menakutkan sampai dia sendiri hampir tidak terlihat. Seperti menatap langsung matahari.
Dari yang aku dengar, benda itu sendiri tidak begitu sedap dipandang " hanya sebuah cincin
emas bertatahkan sebuah permata batu hitam. Tapi banyak kabar mengatakan dia terisi oleh
spirit dengan kekuatan luar biasa, yang akan keluar setiap cincin itu diputar pada jari; hanya
dengan sedikit sentuhan pada cincin, kemudian, memanggil rombongan marid, afrit dan jin
untuk melayani keinginan sang pemakai. Dengan kata lain cincin itu adalah gerbang portable ke
Dunia Lain, dimana spirit dengan jumlah hampir tak terbatas bisa dipanggil.(6)
(6) Dari semua ini Sang Cincin dikatakan melindungi Solomon dari serangan magic, memberinya daya
tarik personal yang luar biasa ( yang bisa menjelaskan semua istrinya yang mengacau di mana-mana)
dan membuatnya mampu memahami bahasa binatang. Tidak buruk, singkatnya, meskipun yang terakhir
tidak begitu berguna seperti yang kalian kira, karena ketika semua telah dikatakan dan dilakukan, bahasa
binatang cenderung berkisar kepada: (a) perburuan tanpa akhir untuk makanan, (b) menemukan semak
yang hangat untuk tidur diwaktu malam, (c) kepuasan sporadis dari satu kelenjar tertentu.* Elemen
seperti kemuliaan, humor dan puisi dari jiwa sangat kurang dengan mencolok. Kamu harus mendatangi
jin rangking-menengah untuk melihat contohnya.* Banyak yang berpendapat bahwa bahasa manusia
sebenarnya juga sama. Solomon memiliki akses kepada kekuatan mengerikan ini kapanpun dia mau, dan tanpa
membahayakan dirinya. Ketelitian yang biasa diperlihatkan para penyihir tidak dikenalnya.
Tidak perlu mengotak " atik lilin atau mengotori lutut dengan kapur. Tidak ada peluang untuk
tergoreng, terpanggang, atau dimakan mentah " mentah. Dan tidak ada juga peluang untuk
dibunuh oleh pesaing atau budak yang merasa tidak puas.
Dikatakan bahwa disuatu tempat sedikit goresan telah menodai cincin itu; disitulah Marid Besar
Azul, yang mengambil kesempatan dari ambiguitas dalam kalimat majikannya, berusaha untuk
menghancurkan cincin itu ketika membawa Solomon dengan karpet dari Lachish ke Beth-zur.
Azul yang kemudian menjadi patung, semakin tipis karena digerus angin gurun, sekarang
berdiri sendiri terisolasi diatas jalanan Lachish.
Pada awal masa kekuasaannya dua Marid yang lain, Philocretes dan Odalis, juga mencoba
untuk membunuh sang Raja. Karir mereka selanjutnya sama-sama melankolis: Philocretes
menjadi gema didalam pot tembaga dan Odalis menjadi wajah terkejut yang terukir di ubin
lantai kamar mandi kerajaan.
Banyak cerita seperti itu yang menceritakan tentang Sang Cincin, dan tidaklah mengejutkan
kalau Solomon menjalani hidup yang nyaman sebagai hasilnya. Kekuatan dan ketakutan yang
diberikan oleh secuil emas di jarinya menjaga seluruh penyihirnya beserta spirit mereka tetap
berada dijalur yang benar, terima kasih. Ancaman akan penggunaan cincin itu melayang-layang
menghantui kami seluruhnya.
Siang datang, perjalananku telah berakhir. Aku melintas tinggi diatas Gerbang Kildron, diatas
pasar-pasar yang sedang ramai, dan akhirnya meluncur turun diatas istana dan tamantamannya. Disaat-saat terakhir ini bebanku terasa sangat berat, untunglah Solomon saat itu
tidak sedang berjalan kaki di jalan kerikilnya. Seandainya aku melihatnya, aku akan sangat
tergoda untuk menukik dan menjatuhkan muatan artichoke matang ini tepat diatas kepalanya
yang penuh gaya, sebelum mengejar istri-istrinya ke air mancur. Tapi semuanya tetap tenang.
Sang Phoenix melanjutkan perjalanannya ke tempat pendaratan yang telah ditentukan: yaitu
gundukan seadanya di ujung belakang istana, dimana bau tidak sedap keluar dari tempat
penjagalan, dan gerbang-gerbang menuju dapur yang selalu terbuka.
Aku turun dengan cepat, menjatuhkan bebanku ke tanah dan mendarat, mengubah bentuk
menjadi pemuda tampan ketika menyentuh tanah.(7)
(7) Ini adalah penyamaran yang kugunakan ketika aku menjadi pembawa tombak Gilgamesh, dua ribu
tahun sebelumnya: pemuda jangkung, tampan, berkulit lembut dan bermata almond. Dia memakai kain
pembungkus yang panjang, kalung batu kecubung di dadanya dan berambut ikal, serta suasana sendu
penuh kasih memancar dari dirinya yang sangat kontras dengan sisa-sisa dapur yang membusuk. Aku
sering menggunakan bentuk ini dalam situasi seperti ini. Membuatku merasa lebih baik.
Sekelompok imp maju kedepan, siap untuk mengangkut bawaanku ke dapur. Dibelakang
mereka datang jin gemuk sang mandor pengawas, gulungan panjang papyrus ditangannya.
"Kau terlambat!" serunya. "Seluruh pengiriman untuk jamuan makan harus datang paling lambat
siang hari!" Aku memicingkan mata kelangit."Ini siang, Bosquo. Lihatlah matahari!"
"Siang hari telah lewat tepatnya dua menit yang lalu," kata jin itu. "Kamu, terlambat, tuan.
Namun, sekali ini kami akan mengabaikannya. Namamu?"
"Bartimaeus, membawa artichoke dari Pegunungan Atlas."
"Tunggu, tunggu" kita punya banyak sekali budak?" Jin itu mengambil pena dari balik
telinganya dan mengubur diri digulungannya. ". - Alif" . " Ba" Dimana scroll dengan huruf - "
Bahasa modern ini" tidak masuk akal" Ah, ini dia" " ia mengangkat kepalanya. "Baiklah. Ya.
Namamu lagi?" Aku mengetuk-ngetukan sandal ke tanah. "Bartimaeus."
Bosquo berkonsultasi dengan gulungannya. "Bartimaeus dari Gilat?"
"Bukan." "Bartimaeus dari Tel Batash?"
"Bukan." Gulungan itu terurai semakin panjang. Ada jeda yang sangat panjang sebelum, "Bartimaeus dari
Khirbet Delhamiyeh?"
"Bukan. Demi Marduk, nama apa itu" Bartimaeus dari Uruk, dikenal juga sebagai Sakhr al-Jinni,
kepercayaan Gilgamesh dan Akhenaten yang terkenal, dan " untuk suatu waktu " Jin milik
Nefertiti yang paling dipercaya."
Sang mandor menengadah."Oh, ternyata Jin yang sedang kita bicarakan" Ini daftar para foliot."
"Daftar para foliot?" aku berteriak marah."Untuk apa pula kaubawa-bawa benda itu?"
"Tentu saja, untuk mencarimu " Oh, hush. Jangan berteriak seperti itu. Ya, ya, aku sudah
menemukanmu sekarang. Engkau salah satu biang kerok milik Khaba, iya kan" Percayalah
padaku, kejayaanmu di masa silam bernilai kecil baginya!"
Bosque berhenti untuk memberi perintah kepada para imp, sementara aku menahan dorongan
untuk menelannya, beserta gulungannya dan semuanya. Satu-satunya hal baik dari seluruh
urusan yang memalukan ini adalah tidak ada seorangpun yang menyaksikannya. Aku memutar
badanku " "Hello, Bartimaeus."
" dan menemukan diriku berhadapan dengan seorang budak Nubia buncit gempal. Dia
berkepala botak dan bermata merah, dan mengenakan rok kulit leopard dengan parang besar
terselip di pinggang. Dia juga memakai tujuh kalung gading di lehernya yang setebal banteng,
dan ekspresi riang mengejek yang familiar.
Aku mengernyit."Hello Faquarl."
"Disinilah kau, kau lihat," Jin Faquarl berkata."Aku masih mengenalimu, kejayaan kunomu belum
terlupakan. Dan jangan putus asa. Mungkin suatu hari nanti Balada Artichoke akan selalu
dinyanyikan, dan legendamu akan abadi."
Aku merengut padanya."Apa maumu?"
Si Nubia menunjuk melewati bahunya yang kehitaman. "Majikan kita yang menyenangkan


Bartimaeus 4 The Ring Of Solomon Karya Jonathan Stroud di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meminta seluruh budaknya untuk berkumpul di bukit di belakang istana. Kamu akan jadi yang
terakhir datang." "Hari ini menjadi semakin baik dan semakin baik," kataku masam."Baiklah, ayo berangkat."
Pemuda tampan dan Nubia yang pendek gemuk berjalan bersama melintasi lapangan, dan
spirit-spirit lebih rendah yang kami temui, mengamati sifat asli kami di plane yang lebih tinggi,
segera melompat menyingkir. Di gerbang belakang, afrit yang waspada dengan mata seperti
lalat dan telinga kelelawar mencatat nama-nama dan jumlah, dan memeriksa identitas kami
dengan gulungan kertas lebih lanjut. Kami diantar keluar, dan segera sampai di tanah kasar
disisi bukit, dengan kota yang berkilauan dibawah.
Tidak seberapa jauh enam spirit yang lain berdiri menunggu dalam barisan.
Tugas " tugasku terakhir semuanya dikerjakan sendiri, ini pertama kalinya aku melihat rekanrekan sesama jin pembangkang berkumpul bersama, dan aku mengamati mereka dengan teliti.
"Sungguh memuakkan gerombolan dari yang tidak pernah melakukan " sesuatu " dengan
benar telah dikumpulkan,"berkata Faquarl," dan itu sebelum kau datang. Tidak hanya
mengerikan. Masing " masing dan setiap dari kita telah membunuh atau membuat cacat
majikan sebelumnya " atau dalam kasus Chosroes, menghinanya terang-terangan dengan
bahasa paling kasar yang mungkin diucapkan. Kita adalah gerombolan yang menyeramkan dan
berbahaya." Beberapa spirit, seperti Faquarl, telah kukenal dan kubenci selama bertahun-tahun; yang
lainnya baru bagiku. Semua telah mengambil penyamaran sebagai manusia di plane pertama,
dengan proporsi tubuh mereka yang kurang sesuai. Sebagian besar memiliki badan berotot dan
anggota tubuh lain yang kekar, meskipun tak ada yang sekekar milikku; satu atau dua lebih
memilih kaki bengkok dan gemuk, perut menonjol. Semua memakai rok ikat sederhana khas
budak laki-laki. Ketika kami semakin dekat, bagaimanapun, aku mendapatkan bahwa meskipun disini; masingmasing jin pemberontak ini telah dengan samar mengubah bentuk manusianya dengan
menambahkan sedikit detail dari bentuk iblis. Beberapa memiliki tanduk yang muncul dari selasela rambut; yang lain memiliki ekor, kuping besar yang lancip atau kuku terbelah.
Pembangkangan ini sedikit beresiko, tapi penuh gaya.(8) Aku memutuskan untuk ikut
bergabung, dan mengijinkan dua tanduk melingkar kecil keluar dari alisku. Faquarl, kulihat,
telah menambahkan penyamaran Nubianya dengan satu set penuh taring yang elegan.
Kemudian dengan anggun, kami mengambil tempat dalam barisan.
.(8) Solomon bertitah bahwa bentuk manusia biasa harus digunakan setiap saat diluar tembok istana.
Hewan dilarang, begitu pula hewan-hewan mistik; begitu pula bentuk-bentuk tak wajar, yang akan
membuat malu. Idenya adalah untuk mencegah para penduduk dikejutkan dengan pemandangan yang
menjijikkan " seperti Beyzer berjalan-jalan dengan kaki di punggung. Atau, harus diakui, kalian bisa
benar-benar lupa ketika muncul untuk membeli buah Tin dan menyamar menjadi mayat yang membusuk,
sehingga menyebabkan teror besar di Pasar Buah, lima belas kematian karena terinjak-injak, dan
hancurnya separo distrik komersial. Aku mendapatkan buah Tin yang kotor dengan harga murah, kalo
dipikir-pikir, tidak semuanya berakibat buruk.
Kami menunggu; angin panas bertiup di puncak bukit. Jauh dibarat, awan berkumpul
bergumpal-gumpal diatas laut.
Aku bergeser setapak demi setapak dan menguap," Well," kataku," dia datang atau tidak" Aku
bosan, aku capek, dan aku bisa melakukannya dengan seekor imp. Aku melihat beberapa di
lapangan yang tidak akan lolos kalo kita melakukannya dengan diam-diam. Andai saja kita
punya karung kecil " "
Temanku menyikutku."Hush." dia berdesis.
"Oh ayolah, apa yang salah dengan itu" Kita semua melakukannya."
"Hush," bentaknya." Dia disini."
Aku menjadi kaku. Disampingku tujuh jin lain melompat cepat penuh kesiagaan; kami semua
memandang kosong keatas. Sesosok tubuh serba hitam mendaki bukit, bayangannya meregang panjang dan tipis
dibelakangnya. Namanya (1) Khaba, dan siapapun dia dulu, jelas sekali dia adalah penyihir yang hebat.
Sebenarnya, mungkin, dia adalah anak dari hulu Mesir, putra ceria seorang petani yang bekerja
keras di lumpur hitam sungai Nil. Lalu (karena inilah yang terjadi selama berabad-abad) para
pendeta Ra tanpa sengaja menemukannya dan membawanya ke benteng berdinding granit di
Karnak, dimana bocah yang ceria itu tumbuh dalam asap dan kegelapan, dan diajarkan seni
menguasai sihir dan kekuatan yang besar. Selama lebih dari ratusan tahun, para pendeta ini
telah berbagi kekuasaan firaun di Mesir, terkadang bersaing dengan mereka, adakalanya
membantu mereka; dan dimasa kejayaan negara diragukan Khaba berdiam diri, dan dengan
skenario atau racun melancarkan jalannya mendekati puncak kekuasaan Mesir. Tapi
singgasana Thebes kini terlampau tua dan memudar, dan sinar yang lebih terang berkilau di
Yerusalem. Dengan ambisi menggerogoti perutnya, Khaba telah mempelajari apa yang dia bisa
dari gurunya, dan bepergian ke timur untuk mencari pekerjaan di Istana Solomon.
(1) Nama samarannya, maksudku " nama yang diketahui dunia saat dia datang atau pergi. Tidak berarti,
sebenarnya, topeng dimana sifat alaminya terlindungi dan ditutupi. Seperti semua penyihir, namalahirnya " kunci dari kekuatannya dan miliknya yang paling berharga " telah dihapus dan dilupakan saat
kanak-kanak. Mungkin dia telah disini bertahun-tahun. Tapi dia tetap membawa bau kuil Karnak. Bahkan
sekarang saat dia berjalan ke puncak bukit dan berdiri menghadap kami di cerahnya matahari
siang, ada sesuatu yang menakutkan padanya.
Sampai saat ini aku hanya melihatnya di ruang pemanggilan di menaranya, tempat yang gelap
dimana aku mendapat terlalu banyak rasa sakit untuk memperhatikan dengan semestinya. Tapi
sekarang aku melihat kalau kulitnya berwarna abu-abu samar yang menceritakan kuil tak
berjendela di bawah tanah, sementara matanya besar dan agak bulat, seperti mata ikan sungai
gua yang berkilauan dalam kegelapan.(2) Di bawah masing-masing matanya, segaris gurat
merah yang dalam turun hampir secara vertikal melintasi pipinya hingga ke dagunya; apakah
tanda ini alami, atau disebabkan oleh budak yang putus asa, adalah sebuah spekulasi.
(2) sangat basah itu menjengkelkan, seakan dia ingin bercucuran rasa bersalah dan kesedihan, atau
kasihan untuk korbannya. Tapi apa benar" Tidak. Perasaan seperti itu adalah makhluk asing bagi hati
Khaba dan air mata tidak pernah ada.
Singkat kata, Khaba bukanlah orang yang tampan. Mayat pastilah menyebrang jalan untuk
menghindarinya. Sebagaimana semua penyihir terkuat, bajunya sederhana. Dadanya terbuka, tubuhnya
dibungkus sederhana dan tanpa perhiasan. Sebuah cambuk, yang panjang, bergagang kulit
dan terbuat dari kawat yang banyak menggantung di kait dari tulang di sabuknya; di lehernya,
menggantung pada emas yang melingkar, melekat batu hitam dan dipoles. Kedua benda itu
memancarkan kekuatan; batunya, aku duga, adalah kaca scry yang memungkinkan si penyihir
melihat di kejauhan. Cambuknya" Ya, aku tahu benda apa itu, tentu saja. Hanya
memikirkannya membuatku menggigil di bukit yang cerah ini.
Barisan jin berdiri diam ketika si penyihir melihat ke atas dan ke bawah. Sebagai gantinya mata
yang besar dan basah mengedip kearah kami. Kemudian dia merengut dan, menahan satu
tangan di atas matanya untuk melindungi dari silau, melihat kembali ke tanduk dan ekor dan
tambahan lainnya. Tangannya meraih cambuk, jemarinya memegang gagangnya sejenak ...
kemudian melepasnya. Si penyihir mundur sedikit, dan berbicara pada kami dengan suara yang
lembut dan dingin. "Aku Khaba," katanya. "Kalian semua adalah budakku dan alatku. Aku tidak membiarkan
ketidakpatuhan. Ini adalah hal pertama yang harus kalian tahu. Dan yang kedua: kalian berdiri
di bukit tinggi di Yerusalem, tempat yang disucikan oleh tuan kita, Solomon. Tidak ada tindakan
sembrono atau kesalahan untuk rasa sakit dari hukuman paling mengerikan disini." Perlahan
dia mulai berjalan ke dan menyusuri barisan, bayangannya yang panjang dan tipis mengikuti di
belakang. "selama tiga puluh tahun aku telah membuat ketakutan demon-demon dengan
cambukku. Mereka yang melawan aku hancurkan. Beberapa mati. Yang lain masih hidup "
dengan sedikit perubahan. Tidak ada yang kembali ke Dunia Lain. Catat peringatan ini baikbaik."
Dia berhenti. Kata-katanya bergema di dinding istana dan menghilang.
"Aku menyadari," Khaba melanjutkan, "bahwa sebagai tantangan dalam pemerintahan
Solomon, kalian memamerkan beberapa hiasan menakutkan pada samaran kalian. Mungkin
kalian berharap aku akan terkejut. Jika demikian, kalian salah. Mungkin kalian berpikir samaran
menyedihkan ini semacam "pemberontakan". Kalau begitu, ini hanya membenarkan apa yang
aku ketahui " bahwa kalian semua terlalu pengecut dan penakut untuk mencoba melakukan hal
yang lebih mengesankan. Simpan tanduk kalian hari ini, jika itu membuatmu lebih baik, tapi
hati-hatilah karena mulai besok aku akan menggunakan cambuk intisariku kepada mereka yang
menunjukkannya." Dia mengambil cambuknya dan melambaikannya di udara. Beberapa dari kami tersentak, dan
Api Di Bukit Menoreh 29 Pusaka Tongkat Sakti Karya Tjoe Beng Siang Menjenguk Cakrawala 1

Cari Blog Ini